32
MARI BERSATU DI BARISAN KOKOH. QS.61:4 WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET MARI PERERAT UKHUWAH: 1 ALLAH, 1 QUR’AN, 1 KIBLAT, 1 ISLAM, 1 HATI HENDAKLAH MENYERU DENGAN HIKMAH & CARA BAIK DISERTAI BUKTI SEPERTI PARA NABI MENYERU SELALU DISERTAI BUKTI. http://islamterbuktibenar.net/?pg=articles&article=13526 ijk الس م عليكم. إله إ. حمد م رسو ل الحمد ربلعا ا لمين. الص ة و الس م على رسو ل. ما ا بعدSegala puji hanya bagi Allah semata yang telah memberi kesempatan pada kita semua & juga atas Hidayah serta segala nikmat yang tidak akan pernah bisa kita hitung satu persatu. Terimakasih kami ucapkan pada saudara saudari yg setia pada ITB versi page www.facebook.com/1SLAM.TERBUKTI.BENAR?sk=info & versi group www.facebook.com/home.php?sk=group_131429706933189&view=members Kami tak dapat membalas apa-apa, hanya teriring doa agar semua dukungan saudara-saudari menjadi amal yang berat timbangannya di hari perhitungan kelak saat emas perak tidak berlaku lagi. MUKADIMAH Segala puji hanya milik Allah. Kita memuji, meminta pertolongan serta meminta ampunan kepada-Nya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kita dan keburukan amal-amal kita. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya. Dan, barangsiapa yang disesatkan oleh-Nya, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah (yang berhak disembah) selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya. Allah SWT berfirman:

JANGAN BIARKAN PUASA SIA-SIA

Embed Size (px)

DESCRIPTION

agama islam

Citation preview

Page 1: JANGAN BIARKAN PUASA SIA-SIA

MARI BERSATU DI BARISAN KOKOH. QS.61:4 WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET MARI PERERAT UKHUWAH: 1 ALLAH, 1 QUR’AN, 1 KIBLAT, 1 ISLAM, 1 HATI

HENDAKLAH MENYERU DENGAN HIKMAH & CARA BAIK DISERTAI BUKTI SEPERTI PARA NABI MENYERU SELALU DISERTAI BUKTI.

http://islamterbuktibenar.net/?pg=articles&article=13526

ijk

هللا ل رسو محمد.هللا إ� إله �.عليكم الس�م

بعد اما.هللا ل رسو على الس�م و الص�ة. لمين العا رب � الحمد

Segala puji hanya bagi Allah semata yang telah memberi kesempatan pada

kita semua & juga atas Hidayah serta segala nikmat yang tidak akan

pernah bisa kita hitung satu persatu.

Terimakasih kami ucapkan pada saudara saudari yg setia pada ITB versi

page www.facebook.com/1SLAM.TERBUKTI.BENAR?sk=info & versi group

www.facebook.com/home.php?sk=group_131429706933189&view=members

Kami tak dapat membalas apa-apa, hanya teriring doa agar semua

dukungan saudara-saudari menjadi amal yang berat timbangannya di hari

perhitungan kelak saat emas perak tidak berlaku lagi.

MUKADIMAH

Segala puji hanya milik Allah. Kita memuji, meminta pertolongan serta

meminta ampunan kepada-Nya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri

kita dan keburukan amal-amal kita. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah,

maka tidak ada yang dapat menyesatkannya. Dan, barangsiapa yang disesatkan

oleh-Nya, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk.

Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah (yang berhak disembah) selain Allah

semata, tiada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah

hamba dan Rasul-Nya. Allah SWT berfirman:

Page 2: JANGAN BIARKAN PUASA SIA-SIA

100 AGAMA TAK BERARTI ADA 100 TUHAN, TUHAN TETAP 1 & TURUNKAN AGAMA PUN CUMA 1 WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET

ISLAM TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT MASIH BANYAK RAGU & TAK DAPAT BUKTIKAN ISLAM SEBAGAI SATU-SATUNYA AGAMA YANG TERBUKTI BENAR

ISLAM PUN TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT CINTA DUNIA SERTA TIDAK MENCINTAI ALLAH & RASUL MELEBIHI SEGALANYA. QS.9:24, 33:6, 9:120, 9:15

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar

takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam

keadaan beragama Islam.” (QS. Ali ‘Imran [3]: 102)

“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah

menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan

isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki

dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan

(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan

(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga

dan mengawasi kamu.” (QS. An-Nisa’ [4]: 1)

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan

katakanlah perkataan yang benar. Niscaya Allah memperbaiki bagimu

amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan

barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah

mendapat kemenangan yang besar.” (QS. Al-Ahzab [33]: 70-71)

Amma ba’du; Ini adalah tulisan kedua dari mata rantai tema seputar

kesalahan-kesalahan dalam ibadah. Tulisan ini berkaitan dengan bulan

Ramadhan, ragam manusia pada bulan ini, beberapa hukum terkait mereka,

sunnah-sunnah Ramadhan, dan berbagai kesalahan yang dilakukan oleh orang

yang berpuasa. Selanjutnya, saya menambahkan beberapa fatwa seputar

kesalahan yang telah merebak pada bulan Ramadhan.

Tulisan ini saya akhiri dengan menyampaikan beberapa hadits dhaif dan

maudhu’ yang banyak disebutkan di buku-buku tentang nasihat, atau melalui

lisan orang-orang yang sering memberikan nasihat tentang bulan Ramadhan.

Saya memohon kepada Allah agar menjadikan niat kita tulus ikhlas untuk

mencari ridha-Nya semata. Sesungguhnya, Dia Maha Mendengar lagi Maha

Mengabulkan doa.

Yang pertama dan terakhir, saya panjatkan puji syukur kepada Allah sebab

telah memberikan kemudahan. Selanjutnya, saya ucapkan banyak terima kasih

kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu saya dalam

penyelesaian pembahasan ini. Mereka adalah kalangan akademis, terutama

Syaikh Sa’ad Al-Humaid, semoga Allah membalasnya dengan kebaikan.

Perlu diperhatikan, bahwa tulisan ini adalah kumpulan kesalahan yang

sering terlihat, didengar, dan dibaca. Takni, permasalahan yang dilakukan oleh

banyak umat Islam meski sebab niat baik, ikut-ikutan, atau yang lainnya dalam

perkara yang menyelisihi nash-nash syar’i, atau menyelisihi perbuatan yang lebih

utama menuju perbuatan yang kurang utama, seperti yang akan dijelaskan nanti,

insya Allah.

Saya sangat ingin mengingatkan di sini, bahwa kebanyakan kesalahan itu

diberitahukan kepada saya oleh orang-orang yang semangat memberikan nasihat

kepada umat. Begitulah dugaan saya dan hanya Allah yang akan menghitung

amal mereka. Saya tidak menganggap suci seorang pun di hadapan Allah.

Semoga Allah membalas mereka dengan kebaikan atas usaha mereka dan

menjadikan kita semua termasuk orang-orang yang menunjukkan kepada

kebaikan, sehingga mendapat pahala seperti pahala yang diperoleh pelakunya.

Berangkat dari sini dan agar kita termasuk kelompok orang-orang yang

saling tolong-menolong dalam kebaikan dan takwa, maka saya mengajak kepada

setiap orang yang gemar memberikan nasihat untuk membantu saya dalam

membahas masalah ini. Yakni, dengan memberitahukan secara tertulis atau lisan

tentang berbagai kesalahan yang ia ketahui yang belum dikemukakan dalam

buku ini, termasuk arahan dan catatan yang ia pandang sejalan dengan tema ini.

Terakhir, ini hanyalah usaha saya yang tak seberapa. Tidak ada taufiq bagi

saya melainkan dengan pertolongan Allah. Hanya kepada-Nya saya bertawakal

dan hanya kepada-Nya saya kembali. Ya Allah, aku memohon agar tulisan ini

bermanfaat bagi penulis, pembaca, pendengar, dan semua pihak yang telah

membantu penerbitannya. Sesungguhnya, Allah Ta’ala adalah sebaik-baik tempat

meminta. Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya sempurnalah segala

kebaikan. Semoga Allah melimpahkan shalawat, salam, dan berkah kepada

Rasulullah SAW beserta keluarga, para sahabat dan siapa pun yang berwala’

kepada beliau.

SERBA-SERBI DI BULAN RAMADHAN

KEISTIMEWAN RAMADHAN

Umat Islam pada bulan Ramadhan hidup dalam hari-hari yang penuh

kebaikan yang luar biasa yang telah Allah karuniakan kepada mereka. Allah

memuliakan mereka dengan bulan ini. Allah SWT berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa

sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu

bertakwa.” (QS. Al-Baqarah [2]: 183)

Page 3: JANGAN BIARKAN PUASA SIA-SIA

FREE DOWNLOAD: E-BOOK, SOFTWARE ISLAM KOMPUTER & HANDPHONE, CERAMAH, VIDEO WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET

KEWAJIBANMU YANG DIBEBANKAN ATASMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.16:82 KEWAJIBANMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.3:20, QS.42:48

SEKALI-KALI KAU TAK KAN SAMPAI PADA KEBAJIKAN HINGGA KAU NAFKAHKAN HARTA DI JALAN ALLAH. QS.3 ALI IMRAN:19, 61 SHAFF:10-12, 47 HUJURAAT:15

Allah SWT mengkhususkan bulan ini sebagai bulan puasa dengan berbagai

keistimewaan yang menunjukkan keutamaan dan kemuliaannya. Di antara

keistimewaan bulan Ramadhan:

1. Diturunkan Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:

“Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di

dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia

dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang

hak dan yang bathil)…” (QS. Al-Baqarah [2]: 185)

2. Lailatul Qadr, Di dalam bulan Ramadhan terdapat Lailatul Qadr. Malam ini di

sisi Allah lebih baik dari 1.000 bulan. Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam

kemuliaan.” (QS. Al-Qadr [97]: 1)

3. Pada Ramadhan, Setan-setan Dibelenggu, Pintu-pintu SUrga Dibuka, dan

Pintu-pintu Neraka Ditutup.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya, pada setiap kali berbuka, ada orang-orang yang akan Allah

bebaskan (dari neraka), dan itu pada setiap malam.” (HR. Tirmidzi, Ibnu

Majah, dan lainnya)

Allah juga menyiapkan satu pintu khusus di surga untuk orang yang

berpuasa, yang tidak dimasuki oleh yang lainnya. Diriwayatkan dari Sahl bin Sa’d,

ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:

“Bagi orang-orang yang berpuasa disediakan satu pintu di surga yang

disebut Ar-Rayyan. Tidak ada seorang pun yang memasukinya selain mereka.

Bila orang terakgir dari mereka telah masuk, pintu itu ditutup. Barangsiapa

yang masuk ke sana, maka ia akan minum, dan orang yang telah minum,

tidak akan haus selamanya.” (HR. Nasai)

4. Doa Orang yang Berpuasa Akan Dikabulkan

Diriwayatkan dari Sahl bin Sa’d, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:

“Ada tiga macam doa yang dikabulkan; doa orang yang berpuasa, doa orang

yang terzhalimi, serta doa orang musafir.” (HR. Baihaqi dan lainnya)

5. Puasa Adalah Perisai

Puasa adalah perisai yang digunakan seorang hamba untuk membentengi diri

dari neraka. Rasulullah SAW bersabda:

“Puasa merupakan perisai yang digunakan seorang hamba untuk

membentengi diri dari neraka.” (HR. Ahmad)

6. Secara Khusus, Allah Lebih Mengistimewakan Ibadah Puasa Dibandingkan

Ibadah yang lain

Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Allah

SWT berfirman:

“Setiap amal anak keturunan Adam adalah untuknya kecuali puasa, sebab itu

untuk-Ku dan Akulah yang akan membalasnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dan, masih lagi keistimewaan lain yang tidak cukup dimuat disini.

KLASIFIKASI MANUSIA DI BULAN RAMADHAN

Terkait dengan bulan Ramadhan, manusia terbagi menjadi beberapa macam:

Pertama, kelompok yang menunggu kedatangan bulan ini dengan penuh

kesabaran. Ia bertambah gembira dengan kedatangannya, hingga ia pun

menyingsingkan lengan dan bersungguh-sungguh mengerjakan segala macam

bentuk ibadah, seperti; puasa, shalat, sedekah, dan lain sebagaimana. Ini

merupakan kelompok yang terbaik.

Ibnu Abbas menuturkan, “Nabi SAW adalah orang yang paling berdewrma.

Namun, beliau lebih berderma lagi pada bulan Ramadhan, ketika beliau selalu

ditemui Jibril. Setiap malam pada bulan Ramadhan, Jibril menemui beliau hingga

akgir bulan. Nabi SAW membacakan Al-Qur’an kepadanya. Bila beliau bertemu

Jibril, beliau lebih berderma daripada angin yang bertiup.” (HR. Bukhari)

Kedua, kelompok yang sejak bulan Ramadhan datang sampai berlalu,

keadaan mereka tetap saja seperti sebelum Ramadhan. Mereka tidak

terpengaruh oleh bulan puasa itu serta tidak bertambah senang atau bersegera

dalam hal kebaikan. Kelompok ini adalah orang-orang yang menyia-nyiakan

keuntungan besar yang nilainya tidak bisa diukur dengan apa pun. Sebab,

seorang muslim akan bertambah semangatnya pada waktu-waktu yang banyak

terdapat kebaikan dan pahala di dalamnya.

Ketiga, kelompok yang tidak mengenal Allah, kecuali pada bulan

Ramadhan saja. Bila bulan Ramadhan datang, Anda dapat melihat mereka ikut

rukuk dan sujud dalam shalat. Tetapi, bila Ramadhan berakhir, mereka kembali

berbuat maksiat seperti semula.

Mereka adalah kaum yang disebutkan kepada Imam Ahmad dan Al-Fudhail

bin ‘Iyadh dan keduanya berkata, “Mereka adalah seburuk-buruk kaum lantaran

tidak mengenal Allah kecuali pada bulan Ramadhan.”

Page 4: JANGAN BIARKAN PUASA SIA-SIA

100 AGAMA TAK BERARTI ADA 100 TUHAN, TUHAN TETAP 1 & TURUNKAN AGAMA PUN CUMA 1 WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET

ISLAM TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT MASIH BANYAK RAGU & TAK DAPAT BUKTIKAN ISLAM SEBAGAI SATU-SATUNYA AGAMA YANG TERBUKTI BENAR

ISLAM PUN TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT CINTA DUNIA SERTA TIDAK MENCINTAI ALLAH & RASUL MELEBIHI SEGALANYA. QS.9:24, 33:6, 9:120, 9:15

Sebab itu, setiap orang yang termasuk dalam kelompok ini semestinya

tahu bahwa ia telah menipu dirinya sendiri dengan perbuatannya tersebut. Setan

pun juga memperoleh keuntungan besar darinya. Allah SWT berfirman, “Setan

telah menjadikan mereka mudah (berbuat dosa) dan memanjangkan angan-

angan mereka.” (QS. Muhammad [47]: 25)

Sebagai bentuk ajakan dan peringatan untuk kelompok seperti

mereka, hendaklah mereka bertaubat kepada Allah dengan sebenar-

benarnya taubat. Kami menghimbau agar mereka memanfaatkan bulan ini

untuk kembali dan tunduk kepada Allah serta meminta ampun dan

meninggalkan perbuatan buruk yang telah lalu. Allah SWT berfirman:

“Dan sesungguhnya, Aku Maha Pengampun bagi orang yang

bertaubat, beriman, beramal saleh, lalu tetap di jalan yang benar.”

(QS. Thaha [20]: 82)

“Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan

amal saleh; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan

kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha

Penyayang.” (QS. Al-Furqan [25]: 70)

Bila Allah telah mengetahui ketulusan dan keikhlasan mereka, maka Dia

akan memaafkan mereka sebagaimana yang Dia janjikan. Sebab, Allah tidak akan

mengingkari janji-Nya. Namun, bila mereka tetap saja berbuat maksiat, maka kita

harus mengingatkan perbuatan mereka, dan menyampaikan bahwa mereka

dalam bahaya besar. Bahaya macam palagi yang lebih besar daripada

meremehkan kewajiban, batasan-batasan, perintah, dan larangan-Nya.

Keempat, kelompok yang hanya perutnya saja yang berpuasa dari segala

macam makanan, namun tidak menahan diri dari selain itu. Anda akan

melihatnya sebagai orang yang paling tidak berselera terhadap makanan dan

minuman. Akan tetapi, mereka tidak merasa gerah ketika mendengar

kemungkaran, ghibah, adu domba, dan penghinaan. Bahkan, inilah kebiasaannya

pada bulan Ramadhan dan bulan-bulan lainnya.

Kepada orang-orang seperti ini, perlu kita sampaikan bahwa kemaksiatan

pada bulan Ramadhan dan bulan lainnya itu diharamkan, tetapi lebih diharamkan

lagi pada bulan Ramadhan, menurut pendapat sebagian ulama. Dengan

kemaksiatan tersebut berarti mereka telah menodai puasa dan menyia-nyiakan

pahala yang banyak. Diriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata:

Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan

dan perbuatan dusta, maka tidak ada kebutuhan bagi Allah dalam diri orang

yang meninggalkan makanan dan minumannya.” (HR. Bukhari dan Abu Dawud)

Rasulullah SAW juga bersabda: “Puasa itu bukan sekedar menahan makan

dan minum, tetapi puasa itu adalah meninggalkan perbuatan sia-sia dan

perkataan keji.” (HR. Ibnu Hibban)

Kelima, kelompok yang menjadikan siang hari untuk tidur, sedangkan

malam harinya untuk begadang dan main-main belaka. Mereka tidak

memanfaatkan siangnya untuk berdzikir dan berbuat kebaikan, tidak pula

membersihkan malamnya dari hal-hal yang diharamkan.

Kepada orang-orang seperti ini pelaku kita sampaikan agar mereka

takutlah kepada Allah berkenaan dengan diri mereka. Janganlah menyia-nyiakan

kebaikan yang datang kepada mereka. Mereka telah hidup sejahtera dan

makmur. Hendaklah mereka bertaubatlah kepada Allah dengan taubat nasuha

dan bergembira dengan berita dari Allah yang menyenangkan.

Keenam, kelompok yang tidak mengenal Allah pada bulan Ramadhan dan

tidak pula pada bulan lainnya. Mereka adalah kelompok yang paling buruk dan

berbahaya. Anda akan melihat mereka tidak memperhatikan shalat atau puasa.

Mereka meninggalkan kewajiban itu secara sengaja, padahal kondisinya sehat

dan segar bugar. Setelah itu mereka mengaku sebagai orang Islam. Padahal,

Islam sangat jauh dari mereka, bagaikan jauhnya Barat dan Timur. Orang-orang

Islam pun berlepas diri dari mereka.

Kepada orang-orang semacam ini perlu dikatakan, “Segeralah bertaubat

dan kembalilah kepada agama kalian. Lipatlah lembaran hitam hidup kalian.

Sesunggunya, Rabb kalian Maha Penyayang kepada siapa saja yang mentaati-

Nya, dan sangat keras siksanya kepada orang yang mendurhakai-Nya.”

Page 5: JANGAN BIARKAN PUASA SIA-SIA

FREE DOWNLOAD: E-BOOK, SOFTWARE ISLAM KOMPUTER & HANDPHONE, CERAMAH, VIDEO WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET

KEWAJIBANMU YANG DIBEBANKAN ATASMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.16:82 KEWAJIBANMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.3:20, QS.42:48

SEKALI-KALI KAU TAK KAN SAMPAI PADA KEBAJIKAN HINGGA KAU NAFKAHKAN HARTA DI JALAN ALLAH. QS.3 ALI IMRAN:19, 61 SHAFF:10-12, 47 HUJURAAT:15

Demikianlah, klasifikasi manusia secara global berkaitan dengan bulan

Ramadhan. Meski mungkin sebagian kelompok masuk pada kelompok lainnya,

namun ini perlu dijelaskan.

“Barangsiapa memberi makanan berbuka kepada orang yang puasa, maka ia

memperoleh pahala seperti pahala orang yang berpuasa, tanpa mengurangi

sedikit pun pahala orang yang berpuasa itu.” (HR. Ahmad)

ETIKA BERPUASA

Pertama kali yang perlu disebutkan, hendaknya seorang muslim yang

berpuasa menginginkan ridha Allah Ta’ala semata, dalam keadaan beriman dan

mengharap pahala-Nya. Nabi SAW bersabda:

“Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap

pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu diampuni.” (HR. Bukhari dan

Muslim). Dalam redaksi lain menurut riwayat Ahmad: “…diampuni dosa-dosanya

yang telah lalu dan yang akan datang.”

Sebelum seseorang berpuasa, maka ia harus berniat puasa terlebih dulu,

berdasarkan sabda Nabi SAW: “Barangsiapa tidak berniat puasa sebelum fajar

pagi, maka tidak ada puasa baginya.” (HR. Baihaqi)

Dalam riwayat Nasai disebutkan: “Barangsiapa tidak berniat puasa pada malam

hari, maka tidak ada puasa baginya.”

Seorang muslim hendaknya berusaha sekuat tenaga untuk tidak menyia-

nyiakan makan sahur. Dalam makan sahur terdapat banyak kebaikan dan pahala

melimpah. Bila itu di tinggalkan, berarti ia telah menghalangi diri dari

mendapatkan pahala berlimpah. Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadits

Nabi SAW bahwa beliau bersabda:

“Makan sahurlah kalian, sebab dalam makan sahur terdapat berkah.”

Nabi SAW juga bersabda: “Sahur itu semuanya merupakan berkah, maka

janganlah kalian meninggalkannya meski hanya minum seteguk air. Sebab Allah

dan para malaikat-Nya mengucapkan shalawat kepada orang-orang yang

sahur.” (HR. Ahmad)

Seorang sahabat Nabi SAW berkata, “Aku pernah masuk menemui Nabi

ketika beliau sedang makan sahur. Beliau lalu bersabda, ‘Sesungguhnya makan

sahur adalah berkah yang diberikan Allah kepada kalian. Maka, janganlah kalian

tinggalkan.” Nabi bersabda:

“Berkah itu ada dalam tiga hal; berjamaah, tsarid (bubur daging), dan

makan sahur.” (HR. Thabarani)

Di antara keutamaan makan sahur, bahwa perbuatan ini sebagai pembeda

antara puasa orang Islam dengan puasa Ahli kitab.

Nabi SAW bersabda:

“Perbedaan antara puasa kita dan puasa ahli kitab adalah dalam makan

sahur.” (HR. Ad-Darimi, Ibnu Hibban, dan Ibnu Khuzaimah)

Bila hal itu telah diketahui, maka keutamaan makan sahur itu lebih besar

lagi bila diakhirkan, sebab dalam hal ini ada kebaikan yang banyak. Nabi SAW

biasa mengakhirkan makan sahur. Diriwayatkan dari Zaid bin Tsabit, ia berkata

“Kami pernah makan sahur bersama Nabi SAW, setelah itu beliau bangkit menuju

shalat. Anas bertanya, ‘berapa lama waktu antara adzan dan makan sahur?’ Zaid

menjawab, ‘Sekira-kira bacaan 50 ayat.”

Diriwayatkan dari Abu Darda, “Ada tiga akhlak kenabian; menyegerakan

berbuka puasa, mengakhirkan makan sahur, dan meletakkan tangan kanan di

atas tangan kiri di dalam shalat.” (HR. Thabrani dan dihukumi hadits marfu’

sebagai mana pernyataan para ulama).

Keutamaan makan sahur menjadi lebih bagus bila makan dengan kurma,

atau disertai kurma. Ini berdasarkan sabda Nabi SAW:

“Makanan sahur terbaik bagi orang beriman adalah kurma.” (HR. Abu

Dawud dan lainnya)

Bila seorang mukmin telah menyelesaikan sahurnya, hendaknya ia segera

bersiap-siap untuk menunaikan shalat Subuh. Janganlah ia menyepelekannya,

sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian orang yang makan sahur lalu tidur

hingga tidak mengerjakan shalat Subuh. Cukuplah iu dianggap sebagai musibah

dan tindakan penyepelean, terutama bila malamnya ia begadang.

Seorang mukmin harus memanfaatkan semua waktu puasanya untuk

kebaikan dengan segala macamnya. Misalnya, membaca Al-Qur’an, istighfar, dan

lainnya. Bila telah dekat waktu berbuka, hendaknya ia mengingat sunnah-sunnah

yang biasa dikerjakan Nabi SAW, di antaranya segera berbuka. Imam Bukhari dan

Muslim mengeluarkan sebuah hadits yang marfu’ dari Sahl bin Sa’ad, disebutkan:

Page 6: JANGAN BIARKAN PUASA SIA-SIA

100 AGAMA TAK BERARTI ADA 100 TUHAN, TUHAN TETAP 1 & TURUNKAN AGAMA PUN CUMA 1 WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET

ISLAM TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT MASIH BANYAK RAGU & TAK DAPAT BUKTIKAN ISLAM SEBAGAI SATU-SATUNYA AGAMA YANG TERBUKTI BENAR

ISLAM PUN TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT CINTA DUNIA SERTA TIDAK MENCINTAI ALLAH & RASUL MELEBIHI SEGALANYA. QS.9:24, 33:6, 9:120, 9:15

“Manusia senantiasa dalam kebaikan selama mereka menyegerakan

berbuka.”

Dari Abu Hurairah diriwayatkan hadits marfu’:

“Agama Islam senantiasa unggul selama pemeluknya menyegerakan

berbuka, sebab kaum yahudi dan nasrani mengakhirkan (berbuka).” (HR.

Abu Dawud dan Ahmad)

Sebelumnya, telah disebutkan hadits dari Abu Darda’ bahwa ada tiga

akhlak kenabian dan salah satunya adalah menyegerakan berbuka puasa.

Termasuk sunnah, orang yang puasa hendaknya berbuka dengan kurma.

Bila tidak mendapatkannya, cukuplah dengan air. Diriwayatkan dari Salman

bin’Amir Adh-Dhabi yang berkata: Rasulullah SAW bersabda:

“Bila salah seorang di antara kalian berbuka puasa, hendaklah berbuka

dengan kurma, sebab itu mengandung berkah. Bila tidak mendapatkan

kurma, maka dengan air, sebab air itu suci.” (HR. Ahmad dan Penulis kitab-

kitab Sunan)

Mengawali buka puasa dengan kurma itu memiliki rahasia yang

menakjubkan. Beberapa pakar kedokteran menyebutkan bahwa usus itu

menyerap zat gula yang bersifat mudah dicerna dalam waktu kurang dari 5

menit. Badan pun jadi terasa segar dan hilanglah kekurangan zat gula dan cairan.

Sebab, gula darah dalam tubuh akan menurun pada saat berpuasa, sehingga

terkadang menyebabkan rasa lapar dan terkadang agak lemas. Kondisi ini akan

cepat hilang bila makan makanan mengandung zat gula.”

Pakar lainnya mengatakan, “Alasan berbuka dengan air, sebab ketika

berpuasa badan mengalami semacam kekeringan. Bila dibasahi dengan air, maka

tubuh akan lebih sempurna dalam memfungsikan makanan.” Semoga shalawat

dan salam senantiasa Allah limpahkan kepada Nabi kita yang mengasihi dan

menyayangi umatnya.

Termasuk amalan sunnah, orang yang berpuasa hendaknya berdoa ketika

berbuka puasa. Ada anjuran dalam hal ini dari Rasulullah SAW. Beliau bersabda:

“Ada tiga orang yang tidak ditolak doanya; orang yang berpuasa sampai

berbuka, imam yang adil, dan orang yang dianiaya.” (HR. Thabrani)

Rasulullah SAW juga bersabda, “Ada tiga doa yang dikabulkan; doa orang

berpuasa, doa orang yang dianiaya, dan doa orang yang bepergian.” Rasulullah

SAW bersabda, “Ada tiga doa yang tidak ditolak; doa orang tua untuk anaknya,

doanya orang yang berpuasa, dan doanya orang yang bepergian.”

Termasuk amalan sunnah, orang yang berpuasa hendaknya berdoa dengan

doa yang diwariskan dari Nabi SAW. Ketika berbuka puasa, beliau berdoa:

“Telah hilang rasa dahaga, telah basah kerongkongan, dan tetaplah

pahalanya insya Allah.” (HR. Abu Dawud)

Seorang muslim hendaknya berusaha mengajak orang lai untuk berbuka

puasa bersamanya. Ada sebuah riwayat, bahwa Nabi SAW bersabda,

“Barangsiapa memberi makanan berbuka kepada orang yang puasa, atau

menyiapkan perbekalan seorang pejuang, maka ia akan mendapatkan pahala

seperti pahala mereka.” Rasulullah SAW juga bersabda:

“Barangsiapa memberi makanan berbuka kepada orang yang puasa, maka

ia memperoleh pahala seperti pahala orang yang berpuasa, tanpa

mengurangi sedikit pun pahala orang yang berpuasa itu.” (HR. Ahmad)

Sebab itu, kita semua harus memiliki obsesi untuk segera berbat kebaikan.

Pasalnya, dagangan Allah itu mahal. Kami memohon kepada-Mu; ya Allah,

jadikanlah kami dan saudara-saudara sesama muslim termasuk orang-orang yang

menunaikan puasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala.

Jadikanlah amal kami yang terbaik sebagai penutup hidup kami dan hari-hari

terbaik kami adalah saat bertemu dengan-Mu.

Sebagai catatan, bahwa sebuah ibadah harus memenuhi dua syarat utama,

yaitu ikhlas kepada Allah dan mengikuti petunjuk Rasul SAW. Allah SWT

berfirman:

“Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ibadat kepada-Nya,

meskipun orang-orang kafir tidak menyukai(nya).” (QS. Al-Mukmin [40]:

14)

“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang

dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah…” (QS. Al-Hasyr [59]: 7)

Dalam beribadah, hendaknya seorang muslim meneladani Nabi SAW baik

dalam perkataan maupun amal perbuatan, dan ikhlas hanya untuk Allah semata.

Setelah kami sebutkan itu semua, alangkah baiknya kalau dalam kesempatan ini

kami sebutkan beberapa perkara yang sangat penting bagi seorang muslim yang

giat agar puasanya sesuai dengan puasa Nabi SAW.

Page 7: JANGAN BIARKAN PUASA SIA-SIA

FREE DOWNLOAD: E-BOOK, SOFTWARE ISLAM KOMPUTER & HANDPHONE, CERAMAH, VIDEO WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET

KEWAJIBANMU YANG DIBEBANKAN ATASMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.16:82 KEWAJIBANMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.3:20, QS.42:48

SEKALI-KALI KAU TAK KAN SAMPAI PADA KEBAJIKAN HINGGA KAU NAFKAHKAN HARTA DI JALAN ALLAH. QS.3 ALI IMRAN:19, 61 SHAFF:10-12, 47 HUJURAAT:15

BERBAGAI KESALAHAN ORANG BERPUASA

1. Tetap Makan Sahur Sampai mendengar Lafazh Adzan: Hayya ‘Alash

Shalah

Sebagian orang bila mendengar muadzin mengumandangkan adzan shalat

Subuh, mereka baru bangun tidur untuk makan dan minum. Bila ANda

menasihati dan menjelaskan bahwa itu salah, mereka akan menjawab bahwa

ahal itu dibolehkan sampai muadzin mengucapkan: Hayya’alash shalah. Bila

muadzin mengucapkan kalimat itu, maka makan dan minum tidak dibolehkan

lagi. Pendapat ini tentu membutuhkan dalil yang shahih.

Setelah kami teliti dan tanyakan, bahwa hal itu tidak ada dalilnya. Bahkan,

itu hanyalah perbuatan yang dianggap baik oleh sebagian orang dan bertolak

berdasarkan sabda Nabi SAW:

“Barangsiapa mengada-adakan perkara

baru dalam urusan (agama) kami yang bukan berasal darinya, maka itu

tertolak.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam lafal riwayat yang lain:

“Barangsiapa mengerjakan suatu amalan yang bukan atas dasar perintah

kami, maka itu tertolak.” (HR. Muslim)

Nash Al-Quran dan As-Sunnah telah menetapkan batasan imsak, yaitu

ketika telah terang benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Bila fajar telah

diketahui, maka orang yang sahur hendaklah meninggalkan makan dan minum.

Inilah yang benar. Allah SWT berfirman, “…dan makan minumlah hingga terang

bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar.” (QS. Al-Baqarah [2]: 187).

Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya, Bilal mengumandangkan adzan pada

malam hari. Maka, makan dan minumlah hingga Ibnu Ummi Maktum

mengumandangkan adzan (Subuh).” (HR. Bukhari). Ibnu Ummi Maktum adalah

sahabat yang buta. Ia tidak akan mengumandangkan adzan sebelum ada orang

yang mengatakan kepadanya, “Waktu Subuh telah tiba. Waktu Subuh telah tiba.”

Dari ayat dan hadits di atas, jelaslah bahwa batasan imsak itu adalah

terbutnya fajar, sedangkan adzan hanya sebagai pemberitahuan hal itu. Maka,

saat muadzin mulai mengumandangkan adzan, berarti waktu imsak telah masuk.

Jadi, waktu imsak itu bukan dibatasi pada ucapan muadzin: Hayya’alash shalah.

2. Makan Sahur lebih Awal

Kesalahan lain yang dilakukan oleh orang yang puasa adalah bersegera

makan sahur pada awal waktu. Ini merupakan tindakan menyia-nyiakan pahala

yang banyak. Sebab, menurut As-Sunnah, seorang muslim hendaknya

mengakhirkan makan sahur agar mendapatkan pahala sebab mencontoh Nabi

SAW. Anas meriwayatkan dari Zaid bin Tsabit, ia berkata, “Kami pernah makan

sahur bersama Nabi. Setelah itu, beliau bangkit menuju shalat. Aku (Anas)

bertanya, ‘Berapa lama waktu antara adzan dan makan sahur?’ Zaid bin Tsabit

menjawab, ‘Kira-kira selama bacaan 50 ayat’.” HR. Bukhari dan Muslim)

3. Sengaja Minum Saat Adzan Subuh

Kesalahan lain terkait dengan puasa, sengaja minum saat adzan Subuh

kedua yang dilakukan sebagian orang. Menjelang adzan dikumandang, Anda

melihatnya hanya duduk santai. Namun, saat muadzin mulai mengumandangkan

adzan, ia justru bergegas untuk mengambil air dan meminumnya. Bila diingatkan,

ia menjawab, “Aku boleh makan dan minum sampai adzan selesai.”

Dengan perbuatannya itu, ia telah merusak puasanya, terutama bila

muadzin teliti dalam melihat jadwal adzan. Allah Ta’ala telah mensyariatkan

waktu imsak ketika masuk waktu Subuh dengan firman-Nya, “…dan makan

minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar.”

(QS. Al-Baqarah [2]: 187). Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya, Bilal

mengumandangkan adzan pada malam hari. Maka, makan dan minumlah

hingga Ibnu Ummi Maktum mengumandangkan adzan (Subuh).” (HR. Bukhari-

Muslim).

Kata hatta dalam ayat dan hadits di atas berarti masuk, maksudnya kalian

boleh makan dan minum sampai waktu Subuh. Hanya saja, ada permasalahan

yang harus dijelaskan beraitan dengan hal ini. Yaitu, seorang muslim boleh

minum air di gelas yang telah berada di tangannya saat muadzin

mengumandangkan adzan. Ini berdasarkan sabda Nabi SAW:

“Bila salah seorang di antara kalian mendengar seruan adzan, sedangkan

gelas minuman masih di tangannya, maka janganlah ia meletakkannya

sebelum melaksanakan keinginannya untuk minum.” (HR. Abu Dawud,

Ibnu Jarir, Hakim, Baihaqi, dan lainnya. Hadits ini memiliki banyak penguat)

Perlu ditambahkan juga terkait hal ini, bahwa seorang muslim masih

dibolehkan makan dan minum setelah adzan bilamana muadzin

mengumandangkan adzan sebelum waktunya. Adzan tersebut tidak berlaku,

sehingga orang yang puasa tidak diharamkan dari apa pun yang dibolehkan oleh

Allah baginya di watu ifthar. Shalat Subuh juga tidak dianjurkan untuk segera

dilaksanakan sebab waktunya belum masuk.

Page 8: JANGAN BIARKAN PUASA SIA-SIA

100 AGAMA TAK BERARTI ADA 100 TUHAN, TUHAN TETAP 1 & TURUNKAN AGAMA PUN CUMA 1 WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET

ISLAM TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT MASIH BANYAK RAGU & TAK DAPAT BUKTIKAN ISLAM SEBAGAI SATU-SATUNYA AGAMA YANG TERBUKTI BENAR

ISLAM PUN TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT CINTA DUNIA SERTA TIDAK MENCINTAI ALLAH & RASUL MELEBIHI SEGALANYA. QS.9:24, 33:6, 9:120, 9:15

Syaikhul Islam mengatakan, “Bila Muadzin mengumandangkan adzan

sebelum fajar terbit, sebagaimana Bilal mengumandangkan adzan sebelum fajar

pada masa Nabi dan adzannya para muadzin di Damaskus dan kota lainnya, maka

makan dan minum setelah itu tidak ada masalah dengan waktu secukupnya.”

Syaikh Ibnu Utsaimin mengatakan, “Adzan shalat Subuh, baik setelah terbit

fajar atau sebelumnya, jika dikumandangkan setelah terbit fajar, maka orang

yang sahur wajib berhenti makan dan minum dengan sekedar mendengar adzan

saja. Sebab, Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya, Bilal mengumandangkan

adzan pada malam hari, maka makan dan minumlah sampai kalian mendengar

adzan Ibnu Ummi Maktum. Dia tidak mengumandangkan adzan kecuali fajar

telah terbit.” (HR. Bukhari-Muslim). Jika kalian mengetahui bahwa muadzin

mengumandangkan adzan setelah terbit fajar Subuh, maka berhentilah makan

dan minum ketika mendengar adzan itu.”

Syaikh Abdul Aziz bin Baz mengatakan saat menjawab masalah ini dan hal-

hal yang berkaitan dengannya, “Seorang mukmin yang berpuasa wajib menahan

diri dari makan dan minum serta lainnya bila terbitnya fajar sudah ia ketahui. Itu

dalam puasa wajib, seperti; puasa Ramadhan, puasa nadzar, dan puasa kafarat.

Hal ini berdasarkan firman Allah SWt:

“…dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang

hitam, yaitu fajar, lalu sempurnakanlah puasa itu sampai (datang)

malam.” (QS. Al-Baqarah [2]: 187).

Selain itu, bila ia mendengar adzan dan mengetahui bahwa itu adzan

Subuh, maka ia wajib berhenti dari makan dan minum. Bila muadzin

mengumandangkan adzan sebelum terbit fajar atau setelahnya, maka yang

utama dan selamat adalah berhenti makan dan minum bila telah mendengarnya.

Tidak ada masalah, seandainya seseorang minum atau makan sekedarnya ketika

terdengar adzan, sebab ia tidak mengetahui terbitnya fajar.

Telah diketahui bersama bahwa masyarakat yang tinggal di tengah-tengah

kota yang terdapat banyak cahaya listrik, mereka tidak bisa mengetahui terbitnya

fajar dengan mata kepalanya sendiri pada waktu tersebut. Namun, ia hendaknya

berhati-hati dalam menggunakan jadwal adzan dan kalender waktu yang

membatasi terbitnya fajar dengan jam dan menit, sebagai bentuk pengamalan

sabda Nabi SAW:

“Tinggalkanlah sesuatu yang meragukanmu kepada sesuatu yang tidak

meragukanmu.” (HR. Bukhari)

Juga sabda beliau, “Barangsiapa menjauhi sesuatu yang samar (syubhat),

berarti ia telah menjaga agama dan kehormatannya.” (HR. Bukhari dan Abu

Dawud). Hanya Allah sebagai pelindung dan pemberi taufiq.”

4. Memajukan Waktu Adzan Subuh

Kesalahan lain yang berkaitan dengan puasa adalah adzan Subuh beberapa

saat sebelum waktunya yang dilakukan sebagian muadzin. Mereka menganggap

bahwa itu merupakan bentuk kehati-hatian dalam beribadah. Perbuatan mereka

ini sangat buruk. Mereka tidak berhak mendapatkan citra baik yang diberikan

oleh Nabi SAW kepada muadzin, dengan sabda beliau:

“Muadzin itu dipercaya.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi dari Abu Hurairah)

Al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan, “Di antara bid’ah munkar yang diada-

adakan pada zaman sekarang adalah mengumandangkan adzan kedua sebelum

terbit fajar sekitar 1/3 jam dalam bulan Ramadhan. Demikian juga, mematikan

lampu-lampu sebagai tanda larangan makan dan minum bagi siapa saja yang

ingin berpuasa. Orang yang mengadakan bid’ah itu mengklaim bahwa itu untuk

kehati-hatian dalam beribadah, dan hanya segelintir orang yang tahu hal itu.

Perbuatan itu telah menyeret mereka untuk tidak mengumandangkan adzan

kecuali beberapa menit setelah matahari terbenam untuk memantapkan waktu.

Dengan keyakinan itu, mereka telah mengakhirkan buka puasa dan

menyegerakan makan sahur. Mereka telah menyelisihi sunnah. Sebab itu,

kebaikan mereka hanya sedikit, sedangkan keburukan mereka bertambah

banyak. Hanya kepada Allah kita meminta pertolongan.”

Di samping menyelisihi sunnah, memajukan waktu adzan juga

menyebabkan seorang muslim terhalang untuk makan yang pada dasarnya itu

masih dibolehkan oleh Allah baginya. Akibatnya, shalat sunah qabliyah

dikerjakan sebelum waktunya.

5. Merasa Berdosa Sebab Lupa Makan dan Minum Saat Berpuasa

Sebagian orang terkadang merasa berdosa sekali bila mengingat dirinya

telah makan atau minum saat puasa sebab factor lupa. Ia bahkan merasa ragu

terhadap keabsahan puasanya. Untuk masalah seperti ini dan semisalnya, perlu

dikatakan, ahwa tidak ada dosa seberat biji sawi pun, dan puasa tersebut tetap

sah, insya Allah. Hendaklah puasa tersebut tetap disempurnakan. Inilah

pendapat yang benar. Nabi SAW bersabda:

“Bila salah seorang dari kalian lupa, sehingga ia pun makan dan minum,

maka hendaklah ia menyempurnakan puasanya. Allah telah memberinya

makan dan minum.” (HR. Bukhari)

Page 9: JANGAN BIARKAN PUASA SIA-SIA

FREE DOWNLOAD: E-BOOK, SOFTWARE ISLAM KOMPUTER & HANDPHONE, CERAMAH, VIDEO WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET

KEWAJIBANMU YANG DIBEBANKAN ATASMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.16:82 KEWAJIBANMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.3:20, QS.42:48

SEKALI-KALI KAU TAK KAN SAMPAI PADA KEBAJIKAN HINGGA KAU NAFKAHKAN HARTA DI JALAN ALLAH. QS.3 ALI IMRAN:19, 61 SHAFF:10-12, 47 HUJURAAT:15

Dalam hal ini, tidak ada bedanya apakah makanan dan minuman itu sedikit

atau banyak. Ibnu hajar mengatakan, “Hadits tersebut mengandung makna

kelembutan Allah kepada para hamba-Nya dan bentuk kemudahan bagi mereka,

serta diangkatnya kesukaran dan kesempitan dari mereka.”

Syaikh Muhammad bin Utsaimin ketika menjawab pertanyaan terkait

masalah ini mengatakan, “Siapa saja yang makan atau minum saat berpuasa

sebab lupa, maka puasanya tetap sah. Akan tetapi, bila ia teringat, maka ia harus

berhenti dan mengeluarkan makanan atau minuman yang ada di mulutnya.

Adapun, dalil sempurnanya puasa sebab lupa makan adalah hadits shahih yang

disabdakan oleh Nabi SAW dan diriwayatkan Abu Hurairah: “Bila salah seorang

dari kalian lupa, sehingga ia pun makan dan minum, maka hendaklah ia

menyempurnakan puasanya. Allah telah memberinya makan dan minum.” (HR.

Muslim)

Sebab, lupa itu tidak menyebabkan seseorang dihukum sebab

mengerjakan perbatan terlarang. Ini berdasarkan firman Allah yang

menyebutkan orang yang meminta ampun akibat lupa, “Ya Rabb kami, janganlah

Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami khilaf.” (Al Baqarah [2]: 286). Allah

pun menjawab, ‘Telah Aku ampuni’.”

6. Tidak mengingatkan Orang Lain yang Makan dan Minum Sebab

Lupa

Kesalahan lain yang berkaitan dengan puasa adalah sebagian orang

membiarkan orang lain makan dan minum sebab lupa hingga ia

menyelesaikannya. Orang yang mengetahui hal itu beranggapan bahwa

bila orang yang lupa itu diingatkan, maka ia akan terhalang mendapatkan

rezeki dari Allah. Orang tersebut tidak sadar kalau sikpanya itu merupakan

sebuah kemunkaran dan menyetujui kemunkaran dengan kebodohannya.

Di sini, kami akan menyampaikan fatwa Syaikh Abdul ziz bin

Abdullah bin Baz yang berkaitan dengan permasalahan ini. Ada orang yang

bertanya, “Sebagian orang mengatakan, ‘Bila Anda melihat seorang

muslim berpuasa, lalu makan atau minum pada siang hari bulan

Ramadhan sebab lupa, maka Anda tidak semestinya mngingatkannya.

Sebab, Allah telah memberinya makan dan minum sebagaimana

disebutkan dalam hadits. Apakah tindakan ini benar? Berilah kami fatwa,

semoga Anda dibalas pahala.”

Syaikh Ibnu Baz menjawab, “Siapa pun yang melihat orang berpuasa

yang minum atau makan, atau menelan apa saja pada siang hari bulan

Ramadhan, maka ia wajib mengingkarinya. Sebab, memperlihatkan makan

dan minum pada siang hari bulan puasa adalah bentuk kemunkaran,

meskipun pelakunya memiliki alasan dalam perkara itu. Tujuannya, agar

orang-orang tidak akan berani terang-terangan melanggar larangan Allah,

dengan makan dan minum pada siang hari bulan puasa dengan alasan

lupa.

Bila pelakunya memang jujur dalam hal klaim kelupaannya itu, maka

ia tidak mengganti (mengadha’) puasanya itu. Hal ini berdasarkan sabda

Nabi SAW, “Bila salah seorang dari kalian lupa, sehingga ia pun makan

dan minum, maka hendaklah ia menyempurnakan puasanya. Allah telah

memberinya makan dan minum.” (Muttafaqun’Alaih).

Pun demikian dengan musafir, ia tidak boleh menampakkan makan

dan minumnya di hadapan orang-orang yang tidak bepergian sebab

mereka tidak mengetahui statusnya. Ia harus mencari tempat tertutup

supaya tidak dituduh melanggar larangan Allah, juga agar orang lain tidak

berani berbuat serupa.

Orang-orang kafir juga sama, mereka dilarang memperlihatkan

makan, minum dan semisalnya di hadapan kaum muslimin. Celah

penyepelean ini harus ditutup rapat. Sebab, mereka dilarang

menampakkan syi’ar agama mereka yang batil di hadapan kaum muslimin.

Hanya Allah sebagai pelindung dan pemberi taufiq.”

Kami sampaikan juga fatwa Syaikh Muhammad bin Utsaimin terkait

masalah ini. Syaikh Utsaimin pernah ditanya tentang hukum makan dan

minum sebab lupa, apakah orang yang melihat pelakunya wajib

mengingatkan puasanya?

Ia menjawab, “Siapa saja yang makan atau minum saat berpuasa

sebab lupa, maka puasanya tetap sah. Akan tetapi, bila ia teringat, maka ia

harus berhenti dan mengeluarkan makanan atau minuman yang ada di

mulutnya. Adapun dalil yang menunjukkan kesempurnaan puasa sebab

lupa makan adalah hadits shahih yang disabdakan Nabi SAW dan

diriwayatkan Abu Hurairah, ‘Barangsiapa terlupa sedang ia berpuasa

sehingga terlanjur makan dan minum, maka hendaklah ia

menyempurnakan puasanya. Allah telah memberinya makan dan minum.’

(HR. Muslim).

Page 10: JANGAN BIARKAN PUASA SIA-SIA

100 AGAMA TAK BERARTI ADA 100 TUHAN, TUHAN TETAP 1 & TURUNKAN AGAMA PUN CUMA 1 WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET

ISLAM TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT MASIH BANYAK RAGU & TAK DAPAT BUKTIKAN ISLAM SEBAGAI SATU-SATUNYA AGAMA YANG TERBUKTI BENAR

ISLAM PUN TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT CINTA DUNIA SERTA TIDAK MENCINTAI ALLAH & RASUL MELEBIHI SEGALANYA. QS.9:24, 33:6, 9:120, 9:15

Sebab, lupa itu tidak menyebabkan seseorang dihukum sebab

mengerjakan perbuatan terlarang. Ini berdasarkan firman Allah yang

menyebutkan orang yang meminta ampun akibat lupa, “Ya Rabb kami,

janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami khilaf.” (QS. Al-

Baqarah [2]: 286). Allah pun menjawab, ‘Telah Aku ampuni.’

Adapun orang yang melihat orang makan dan minum saat berpuasa

sebab lupa, maka ia wajib mengingatkannya. Sebab, ini termasuk

mengubah kemunkaran. Nabi SAW bersabda:

‘Barangsiapa di antara kalian melihat kemunkaran, maka hendaklah

ia mengubah dengan tangannya. Bila tidak mampu, maka

hendaklah mengubah dengan lisannya. Bila tidak mampu, maka

dengan hatinya.’ (HR. Muslim)

Tidak diragukan lagi bahwa tindakan makan dan minum yang

dilakukan oleh orang yang berpuasa adalah bentuk kemunkaran. Akan

tetapi, pelakunya dimaafkan bila dalam kondisi lupa sebab memang tidak

ada sangsi hukuman baginya. Adapun, orang yang melihat perbuatan itu,

maka tidak ada alasan baginya untuk tidak mengingkarinya.”

Berkaitan dengan masalah ini, Syaikh Ibnu Jibrin mengatakan, “Ada

sebagian orang yang mengatakan, ‘Kami tidak akan mengingatkan orang

yang lupa. Kami tidak akan menghentikan rezeki makanan dan minuman

yang dikaruniakan oleh Allah kepadanya.’ Yang benar, orang yang melihat

hendaknya mengingatkannya, sebab itu wajib hukumnya dan termasuk

bentuk amar makruf nahi munkar. Hal yang sama juga berlaku, ketika

seseorang melakukan sesuatu yang bisa membatalkan puasa selain makan

dan minum sebab dianalogika dengan kedua hal tersebut.”

7. Mengakhirkan Adzan Maghrib

Kesalahan lain yang berkaitan dengan muadzin pada bulan Ramadhan, ada

sebagian orang tidak mengumandangkan adzan kecuali setelah kegelapan

merata, dan tidak cukup hanya dengan terbenanmnya matahari saja. Mereka

beranggapan bahwa itu merupakan sikap lebih berhati-hati dalam ibadah.

Perbuatan ini termasuk menyelisihi sunnah. Sebab, menurut sunnah, hendaknya

adzan dikumandangkan ketika matahari terbenam dengan smpurna, sedangkan

acuan yang lain tidak dianggap. Allah Ta’ala berfirman:

“…lalu sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam….” (QS. Al-

Baqarah [2]: 187).

Allah Ta’ala menjadikan batasan puasa dengan masuknya waktu malam.

Sedangkan, masuknya waktu malam ditandai dengan terbenamnya

matahari, sebagaimana sabda Nabi SAW: “Apabila waktu malam telah tiba dari

sini dan waktu siang telah pergi dari sini dan matahari telah terbenam, maka

orang yang puasa (boleh) berbuka.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Imam Muhammad bin Nashr Al-Marwazi, setelah menyebutkan ayat di

atas, mengatakan, “Para ulama sepakat bahwa bila matahari telah terbenam,

berarti telah masuk waktu malam dan orang yang puasa dibolehkan berbuka.”

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah pernah ditanya tentang terbenamnya

matahari, apakah dibolehkan bagi orang yang puasa berbuka dengan sekedar

melihat terbenamnya matahari? Syaikhul Islam menjawab, “Bila bulatan

matahari seluruhnya telah terbenam, maka yang berpuasa boleh berbuka.

Sedangkan, warna merah menyala yang masih terlihat di ufuk itu tidak perlu

dianggap. Bila bulatan matahari seluruhnya telah sirna, maka akan tampak warna

hitam di ufuk timur, sebagaimana sabda Nabi SAW, “Apabila waktu malam telah

tiba dari sini dan waktu siang telah pergi dari sini dan matahari telah terbenam,

maka orang yang puasa (boleh) berbuka,”

8. Mengakhirkan Berbuka

Termasuk kesalahan yang banyak dilakukan kaum muslin adalah

mengakhirkan buka puasa. Di sini ada dua kesalahan; pertama, hal itu pada

mumnya akan menyebabkan terlambatnya pelaksanaan shalat Maghrib. Bahkan,

terkadang bisa menyebabkan habisnya waktu shalat Maghrib secara

keseluruhan. Ini tentu saja musibah yang besar dan lebih pahit. Sebab itu,

seorang muslim harus segera buka puasa agar bisa shalat berjamaah bersama

kaum muslimin.

Kedua, mengakhirkan buka puasa berarti menyelisihi sunnah Nabi SAW

dan menyerupai kaum yahudi dan nasrani. Hal ini dijelaskan oleh dalil-dalil

berikut. Diriwayatkan dari Sahl bin Sa’ad, bahwa rasulullah bersabda, “Manusia

senantiasa dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.” (HR.

Bukhari dan Muslim). Rasulullah SAW bersabda:

“Umatku senantiasa di atas sunnahku selama tidak menunggu munculnya

bintang-bintang untuk berbuka puasa.” (HR. Ibnu Hibban)

Page 11: JANGAN BIARKAN PUASA SIA-SIA

FREE DOWNLOAD: E-BOOK, SOFTWARE ISLAM KOMPUTER & HANDPHONE, CERAMAH, VIDEO WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET

KEWAJIBANMU YANG DIBEBANKAN ATASMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.16:82 KEWAJIBANMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.3:20, QS.42:48

SEKALI-KALI KAU TAK KAN SAMPAI PADA KEBAJIKAN HINGGA KAU NAFKAHKAN HARTA DI JALAN ALLAH. QS.3 ALI IMRAN:19, 61 SHAFF:10-12, 47 HUJURAAT:15

Diriwayatkan dari Abu Darda’, ia berkata, “Ada tiga akhlak kenabian;

menyegerakan berbuka puasa; mengakhirkan makan sahir; dan melatakkan

tangan kanan di atas tangan kiri di dalam shalat.” HR. Thabarani, hadits Mauquf).

Diriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:

‘Agama (Islam) ini akan senantiasa unggul selama pemeluknya

mengerakan berbuka, sebab yahudi dan nasrani mengakhirkan (berbuka).”

(HR. Ahmad dan Tirmidzi)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Ini merupakan dalil, bahwa

kemenangan agama Islam yang didapatkan dengan mengerakan berbuka puasa

itu sebab menyelisihi kaum yahudi dan nasrani. Bila menyelisihi mereka

merupakan sebab kemenangan agama, sedangkan Allah mengutus para rasul

agar agama yang hak dimenangkan-Nya terhadap semua agama, maka

menyelisihi orang-orang yahudi dan nasrani termasuk tujuan terbesar diutusnya

rasul.”

9. Tidak Bersiwak Setelah Matahari Condong ke Barat

Kesalahan lain yang berkaitan dengan puasa adalah keengganan sebagian

umat Islam bersiwak setelah matahari condong ke Barat. Mereka juga

mengingkari orang yang bersiwak pada waktu tersebut. Di antara argument

pengingkaran mereka bahwa bersiwak itu menghilangkan bau mulut, padahal di

sisi Allah, bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi dari minyak kasturi,

sebagaimana yang tertera dalam sabda Nabi SAW:

“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, bau mulut orang puasa itu lebih

wangi di sisi Allah daripada minyak kasturi.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Imam Asy-Syaukani mengisyaratkan dalam kitab Nailul Authar ketika menyebut

perbedaan pendapat terkait bau mulut orang puasa, apakah itu terjadi di dunia

atau di akhirat. Asy-sayukani mengatakan, “Perbedaan pendapat ini berakibat

munculnya pendapat yang memakruhkan bersiwak bagi orang berpuasa.”

Dalil lain yang mereka jadikan argumen adalah hadits yang diriwayatkan oleh

Baihaqi, Ath-Thabrani, dan Daruquthni dari Ali secara mauquf serta dari Khabbab

secara marfu’ bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Bila kalian puasa, maka

bersiwaklah pada pagi hari dan jangan bersiwak pada sore hari. Sebab

sesungguhnya, tidaklah kedua bibir orang puasa kering pada sore hari, kecuali

akan menjadi cahaya antara kedua matanya pada hari kiamat.” Ini adalah hadits

dha’if, marfu’, dan mauquf. Hadits ini dinyatakan lemah oleh Al-‘Iraqi, Ibnu Hajar,

dan Asy-Syaukani.”

Orang yang enggan bersiwak saat matahari telah condong ke Barat atau

sore hari, berdalil dengan riwayat yang berasal dari Abu Hurairah yang berkata,

“Kamu boleh bersiwak sampai waktu Ashar. Bila kamu telah shalat (Ashar), maka

tinggalkan siwak itu. Sesungguhnya, aku pernah mendengar Rasulullah SAW

pernah bersabda, ‘…bau mulut orang puasa itu lebih wangi di sisi Allah…” (HR.

Daruquthni).”

Asy-Syaukani berkata, “Perkataan Abu Hurairah selain konteksnya tidak

menunjukkan sebuah permintaan tidak bisa dijadikan hujjah sebab di dalam

sanadnya terdapat Umar bin Qais. Ia tidak dipakai haditsnya. Pendapat yang

benar, bersiwak itu disunnahkan bagi orang yang puasa, baik pada pagi maupun

sore hari. Inilah pendapat jumhur ulama.” Dalil yang menunjukkan bolehnya

bersiwak adalah keumuman sabda Nabi SAW:

“Seandainya aku tidak memberatkan umatku, niscaya aku perintahkan

mereka bersiwak setiap kali akan shalat.” (Muttafaqun’Alaih)

Imam Bukhari mengatakan, “Nabi SAW tidak memberikan kekhusukan bagi

orang yang puasa dari yang lain.” Nabi SAW juga bersabda:

“Siwak itu pembersih mulut dan diridhai Rabb.”

Dalil yang menguatkan pendapat di atas adalah riwayat yang dikeluarkan

oleh Ath Thabrani dengan sanad yang dinyatakan bagus oleh Ibnu Hajar.

Disebutkan dari Abdurrahman bin Ghanmin, ia berkata, “ku bertanya kepada

Mu’adz bin Jabal, ‘Apakah aku mesti bersiwak saat aku puasa?’ ia menjawab,

‘Ya’. ‘Kapan waktunya?’ tanyaku. ‘Sesukamu, pagi atau sore,’ jawabnya. Aku

bertanya lagi, ‘Orang-orang enggan bersiwak di sore hari. Mereka berkata bahwa

Rasulullah bersabda, ‘Bau mulut orang puasa itu lebih wangi di sisi Allah

daripada minyak katsuri?’ Ia menjawab, ‘Subhanallah, beliau telah

memerintahkan mereka bersiwak, sedang beliau mengetahui bahwa orang puasa

itu pasti bau mulutnya tidak sedap, meski ia bersiwak. Orang yang menyuruh

orang lain agar dengan sengaja membuat bau mulutnya tidak sedap, maka tidak

ada kebaikannya sama sekali, bahkan yang ada adalah keburukan. Kecuali, bila

orang tersebut sedang diuji dengan mendapat musibah dan tidak mendapatkan

jalan keluarnya sama sekali’.

Page 12: JANGAN BIARKAN PUASA SIA-SIA

100 AGAMA TAK BERARTI ADA 100 TUHAN, TUHAN TETAP 1 & TURUNKAN AGAMA PUN CUMA 1 WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET

ISLAM TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT MASIH BANYAK RAGU & TAK DAPAT BUKTIKAN ISLAM SEBAGAI SATU-SATUNYA AGAMA YANG TERBUKTI BENAR

ISLAM PUN TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT CINTA DUNIA SERTA TIDAK MENCINTAI ALLAH & RASUL MELEBIHI SEGALANYA. QS.9:24, 33:6, 9:120, 9:15

Aku bertanya lagi, ‘Apakah debu akibat berjuang di jalan Allah akan dibalas

dengan pahala, yaitu bagi orang yang dipaksa keuar ke sana dan tidak

mendapatkan jalan keluar darinya?’ Ia menjawab, ‘Benar. Adapun, orang yang

sengaja melemparkan dirinya ke dalam kebinasaan, maka ia tidak mendapatkan

pahala’.”

Syaikh Ibnu Utsaimin berkata, “Orang yang puasa tidak batal puasanya

hanya dengan bersiwak. Bahkan, siwak adalah sunnah baginya dan bagi selainnya

di setiap waktu, baik pagi atau sore hari.”

10. Merasa Tertekan Sebab di Pagi Hari Dalam Kondisi Junub

Kesalahan lain adalah perasaan sangat tertekan yang dialami oleh sebagian

umat Islam bila bangun pagi dalam kondisi junub. Kepada mereka, perlu

disampaikan, “Tidak ada dosa atas kalian. Sempurnakanlah puasa kalian. Sebab,

Nabi SAW pernah mendapatkan waktu Subuh dalam keadaan Junub. Lalu, beliau

mandi dan puasa.”

Syaikh Abdul Aziz bin Baz pernah ditanya tentang orang yang puasa yang

mimpi basah siang hari bulan Ramadhan; apakah puasanya batal atau tidak dan

apakah ia wajib segera mandi. Ia menjawab, “Mimpi basah tidak membatalkan

puasa. Sebab, itu bukan atas kemauan orang puasa. Hendaknya ia mandi janabat

bila ia mendapati air mani pada dirinya. Seandainya ia mimpi basah setelah

shalat Subuh dan mengakhirkan mandi sampai waktu Zhuhur, maka hal tersebut

tidaklah mengapa.

Pun demikian, seandainya ia menggauli istrinya pada malam hari dan baru

mandi setelah terbit fajar, maka tidak ada dosa atasnya. Ada riwayat shahih dari

Nabi SAW bahwa pada waktu Subuh beliau pernah junub sebab bersetubuh, lalu

beliau mandi dan berpuasa.

Wanita yang sedang haid atau nifas juga sama, seandainya keduanya telah

suci pada malam hari dan baru mandi setelah terbit fajar, maka tidak ada dosa

atas mereka, dan puasanya tetap sah. Akan tetapi, keduanya tidak boleh

mengakhirkan mandi atau shalat sampai terbitnya matahari. Mereka harus

segera mandi sebelum terbit matahari, sehingga mereka bisa menunaikan shalat

tepat waktunya. Seorang lelaki harus segera mandi janabat sebelum waktu shalat

Subuh, sehingga ia bisa melaksanakan shalat dengan berjamaah. Wallahu

waliyyut taufiq.”

Terkait masalah ini, Syaikh Muhammad bin Utsaimin mengatakan, “Bila

fajar telah terbit, maka puasa orang yang sedang junub tetap sah dan tidak ada

masalah dengannya. Dalil mengenai ini ada dalam Al-Quran dan As-Sunnah.

Adapun dalil dari Al-Quran adalah firman Allah Ta’ala:

“Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah

ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu

benang putih dari benang hitam, yaitu fajar…” (QS. Al-Baqarah [2]: 187)

Allah menghalalkan bersetubuh pada malam hari sampai fajar tampak

jelas. Ini berkonsekuensi bahwa orang itu tidak mandi kecuali setelah terbit fajar.

Sebab, bila perbuatan ini dibolehkan untuknya sampai terbit fajar, maka ia akan

tetap dalam kondisinya sampai akhir malam yang singkat itu, dan pasti mandinya

akan dilakukan setelah terbit fajar.

Adapun dalil dari As-Sunnah dalah riwayat yang shahih dari Nabi SAW

bahwa beliau pernah dalam keadaan junub pada waktu pagi dan beliau pun

berpuasa. Akan tetapi, yang utama bagi orang yang junub hendaklah segera

mandi agar ia dalam kondisi suci. Bila itu tidak mungkin, maka hendaklah ia

berwudhu, sebab wudhu dapat meringankan janabat.

Nabi SAW pernah ditanya tentang orang yang tidur dalam kondisi junub.

Beliau menjawab, “Bila ia telah wudhu, silakan tidur.” (HR. Bukhari). Ini

merupakan dalil bahwa wudhu bisa meringankan janabat, juga sebagai dalil

bahwa seseorang itu semestinya tidur dalam keadaan suci. Bisa jadi suci secara

sempurna yaitu dengan mandi atau suci yang meringankan yaitu dengan

berwudhu.

11. Mengharamkan Hubungan Biologis di Bulan Ramadhan

Kesalahan lain terkait bulan Ramadhan adalah kasak-kusuk yang menyebar

di kalangan kaum muslimin tentang haramnya bersetubuh dengan istri pada

malam bulan Ramadhan. Mereka menolak pendapat yang membolehkannya.

Penolakan ini batal dan tidak perlu dipedulikan. Allah Ta’ala berfirman.

“Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan

isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah

pakaian bagi mereka…” (QS. AL-Baqarah [2]: 187)

Ini merupakan dalil yang tegas tentang dibolehkannya menyetubuhi istri

pada malam hari bulan puasa. Siapa pun yang menyelisihi hal ini, maka ia telah

mengucapkan suatu perkataan yang munkar dan dusta.

Adapun, riwayat yang dinukil dari sebagian salaf bahwa mereka tidak

menyetubuhi istri-istri mereka pada malam bulan Ramadhan bila itu memang

shahih dari mereka, itu bisa jadi sebab mereka tidak ada waktu untuk itu, baik

Page 13: JANGAN BIARKAN PUASA SIA-SIA

FREE DOWNLOAD: E-BOOK, SOFTWARE ISLAM KOMPUTER & HANDPHONE, CERAMAH, VIDEO WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET

KEWAJIBANMU YANG DIBEBANKAN ATASMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.16:82 KEWAJIBANMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.3:20, QS.42:48

SEKALI-KALI KAU TAK KAN SAMPAI PADA KEBAJIKAN HINGGA KAU NAFKAHKAN HARTA DI JALAN ALLAH. QS.3 ALI IMRAN:19, 61 SHAFF:10-12, 47 HUJURAAT:15

sebab keseriusan mereka dalam beribadah maupun sebab sedang tidak

berhasrat untuk itu pada waktu tersebut. Jadi, mereka meninggalkan perbuatan

itu, tidak lantas mereka memandang bersetubuh itu haram.

12. Melarang Anak Perempuan yang Masih Kecil untuk Puasa

Kesalahan lain terkait bulan Ramadhan adalah pengingkaran sebagian

kaum muslimin terhadap anak perempuan mereka yang sebenarnya ingin

berpuasa. Mereka berargumen bahwa anak perempuan yang masih kecil tidak

diwajibkan puasa, dan yang diwajibkan adalah remaja putrid yang sudah haid.

Anak itu ingin berpuasa sebab merasa sudah mukallaf, lalu keluarganya

melarangnya dengan argumen bahwa ia masih kecil, tanpa terlebih dulu

menanyainya tentang datangnya haid.

Kita sampaikan di sini fatwa Syaikh Jibrin Hafizhahullah, ketika ditanya

tentang batasan waktu wajibnya puasa bagi anak perempuan. Syaikh menjawab,

“Seorang anak perempuan wajib puasa ketika telah sampai usia taklif (mendapat

beban kewajiban syari’at) dan sudah balig, yaitu usia sekitar 15 tahun, atau bulu

di sekitar kemaluan telah tumbuh, atau telah mimpi basah, atau mengalami haid,

atau hamil. Kapan pun salah satu dari tanda itu ada, maka ia wajib puasa meski

masih berusia 10 tahun.

Kebanyakan perempuan mengalami haid pada usia 10 atau 11 tahun.

Keluarganya terkadang meremehkannya dan menyangka bahwa putrinya masih

kecil, jadi tidak wajib puasa. Ini adalah kesalahan. Perempuan bila telah haid,

berarti telah menginjak usia dewasa dan dibebani kewajiban syari’at. Wallahu

a’lam.”

13. Merasa Berat Menggunakan Inai Pada Saat Puasa

Kesalahan lain terkait bulan Ramadhan yang diyakini sebagian wanita

muslimah adalah merasa berat untuk menggunakan inai pada bulan puasa.

Syaikh Utsaimin pernah ditanya tentang larangan menggunakan inai di

rambut pada saat puasa, apakah itu memang membatalkan puasa? Syaikh

menjawab dengan pernyataannya, “Pendapat itu tidak benar. Menggunakan inai

pada saat puasa tidaklah membatalkan puasa dan tidak memberi pengaruh apa-

apa padanya. Itu seperti halnya celak, tetes telinga, ataupun tetes mata.

Semuanya tidak membahayakan orang yang puasa dan tidak membatalkannya.”

14. Enggan Mencicipi Makanan

Sebagian wanita terkadang merasa enggan untuk mencicipi makanan

sebab takut akan membatalkan puasa. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan bila

memang tidak menelan makanan sedikit pun. Ibnu Abbas berkata, “Tidak

mengapa mencicipi makanan di periuk atau sesuatu apapun.”

Imam Bukhari membuat bab dengan judul bab Ightisalush Sha’im

(Mandinya Orang yang Sedang Berpuasa). Ibnu Hajar mengatakan, “Kesesuaian

pernyataan itu dengan pembahasan ini adalah berdasarkan metode al-fahwa

(subtansi). Bila memasukkan makanan ke dalam mulut dan mencicipinya tidak

membatalkan puasa dan itu lebih dekat kepada tindakan menelan, maka

sampainya air ke kulit tubuh itu lebih utama (tidak membatalkan puasa).”

Syaikh Abdullah bin JIbrin pernah ditanya, apakah boleh tukang masak

mencicipi makanan untuk meyakinkan keleztannya, padahal ia sedang puasa?

Syaikh menjawab dengan redaksi sebagai berikut, “Tidak mengapa orang yang

berpuasa mencicipi makanan sebab satu keperluan. Yakni, dengan cara

meletakkan makanan itu di ujung lidahnya untuk mengetahui rasa manis dan

asinnya, atau sebaliknya. Akan tetapi, jangan menelannya meski hanya sedikit.

Makanan yang dicicipi itu hendaknya dibuang atau dikeluarkan dari mulutnya.

Tindakan ini tidak akan membatalkan puasanya, insya Allah.”

15. Wanita yang Tidak Menyempurnakan Shalat Fardhu

Kesalahan yang terkait dengan wanita, bahwa dirinya bila masuk masjid

mendapati imam dan telah tertinggal satu atau dua raka’at, maka ia ikut salam

bersama imam dan tidak mengganti raka’at yang ketinggalan.

Kasus semacam ini pada umumnya terjadi pada bulan Ramadhan pada

waktu shalat Tarawih. Yang benar dalam masalah ini, hendaknya wanita itu

menyempurnakan raka’at yang tertinggal bersama imam. Ini berdasarkan sabda

Nabi SAW: “Keadaan apa pun yang kamu dapati, maka shalatlah. Dan, (raka’at)

yang terluput darimu, maka sempurnakanlah.” (HR. Bukhari dan Muslim). Dalam

riwayat lain disebutkan: “Maka, gantilah.”

Hadits ini bersifat umum dan berlaku bagi laki-laki dan perempuan. Maka,

seorang wanita bila masuk masjid dan telah tertinggal satu raka’at atau lebih,

maka hendaknya ia menunggu sampai imam menyempurnakan salamnya, lalu ia

berdiri untuk mengganti raka’at yang ketinggalan. Dengan demikian shalatnya

menjadi sempurna.

16. Sucinya Wanita Nifas Sebelum genap 40 Hari dan Tidak Berpuasa

Ataupun Shalat

Page 14: JANGAN BIARKAN PUASA SIA-SIA

100 AGAMA TAK BERARTI ADA 100 TUHAN, TUHAN TETAP 1 & TURUNKAN AGAMA PUN CUMA 1 WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET

ISLAM TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT MASIH BANYAK RAGU & TAK DAPAT BUKTIKAN ISLAM SEBAGAI SATU-SATUNYA AGAMA YANG TERBUKTI BENAR

ISLAM PUN TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT CINTA DUNIA SERTA TIDAK MENCINTAI ALLAH & RASUL MELEBIHI SEGALANYA. QS.9:24, 33:6, 9:120, 9:15

Kesalahan lain yang terkait dengan wanita, bahwa sebagian mereka pada

saat nifas telah suci sebelum genap 40 hari, mereka enggan mengerjakan shalat

dan puasa sebelum genap 40 hari. Ini adalah kesalahan. Yang benar, kapan pun

darah nifas telah berhenti dari orang perempuan pada saat-saat tersebut meski

belum genap 40 hari, maka ia harus mandi lalu menunaikan shalat dan puasa,

bila itu pada bulan puasa.

Imam Tirmidzi mengatakan, “Para ulama dari kalangan sahabat Nabi SAW,

tabi’in dan orang-orang sesudah mereka telah sepakat bahwa perempuan nifas

itu meninggalkan shalat selama 40 hari, kecuali bila dirinya telah suci sebelum

batas waktu itu, maka ia harus mandi dan shalat. Apabila ia masih melihat darah

setelah genap 40 hari, maka mayoritas ulama berpendapat bahwa ia tetap

mengerjakan shalat setelah 40 hari itu tersebut. Inilah pendapat mayoritas ahli

fikih. Pendapat inilah yang dipegang oleh Sufyan Ats-Tsauri, Ibnu Mubarak,

Syafi’i, Ahmad, dan Ishaq.”

Syaikh Abdul Aziz bin Baz pernah ditanya, “Apakah seorang perempuan

nifas boleh berpuasa, shalat, dan haji sebelum genap 40 hari, namun telah suci?

Syaikh menjawab, “Ya, ia boleh berpuasa, shalat, haji, umrah, serta suaminya

halal menyetubuhinya saat belum genap 40 hari namun ia telah suci. Seandainya

ia telah suci pada hari ke 20, maka ia mesti mandi, shalat, puasa serta halal

disetubuhi suaminya.”

Adapun riwayat dari Utsman bin Abil Ash bahwa ia memakruhkan hal itu,

maka kemakruhan tersebut ditafsirkan sebagai makruh tanzil. Artinya, itu adalah

ijtihadnya semoga Allah merahmati dan meridhainya yang tidak ada dalilnya.”

Pendapat yang benar, tidak ada dosa dalam hal itu bila wanita tersebut

telah suci sebelum genap 40 hari. Sucinya itu sah. Bila darah nifas itu keluar lagi

dalam rentang waktu 40 hari itu, maka menurut pendapat yang benar, itu

dianggap nifas dalam selang waktu 40 hari. Akan tetapi, puasanya, shalatnya, dan

hajinya yang dikerjakan saat suci sebelum 40 hari itu, seluruhnya sah. Tidak

sedikit pun yang hilang percuma selama itu dikerjakan pada waktu suci.”

Syaikh Ibnu Jibrin mengatakan, ketika menjawab pertanyaan terkait

masalah ini, “Kapan saja wanita nifas telah suci dan kelihatan tandanya yang

telah dikenal, yaitu cairan putih atau cairan jernih sempurna, maka ia harus

shalat dan puasa meskipun itu ada setelah persalinan selang sehari atau

seminggu. Jadi tidak ada batasan minimalnya bagi wanita nifas. Beberapa wanita

memang tidak mendapati darah sama sekali setelah persalinan. Jadi, batasan

sampai 40 hari itu bukan sebuah syarat.”

Kesimpulannya, bahwa wanita nifas bila darah nifasnya telah berhenti

sebelum genap 40 hari, maka ia harus shalat, puasa, dan ia halal disetubuhi

suaminya. Namun, bila darah keluar kembali dalam masa 40 hari itu, maka

menurut pendapat yang benar, darah itu adalah darah nifas. Sehingga, ia tidak

boleh mengerjakan puasa, shalat, dan bersetubuh.

Bila darah nifas tetap keluar setelah 40 hari, maka menurut pendapat yang

benar, itu merupakan darah istihadhah, yang tidak ada hukumnya. Kecuali bila

darah itu bertepatan dengan masa haidnya, maka ia adalah darah haid. Imam

Ahmad mengatakan, “Darah yang keluar setelah 40 hari, bila sebelumnya ia

mengetahui bahwa itu kebiasaan hari-hari haidnya, maka itu adalah darah haid.

Bila ia belum tahu bahwa itu kebiasaan hari-hari haidnya, maka itu adalah darah

istihadhah. Degan darah istihadhah ini, seorang wanita harus shalat dan puasa,

dan tidak mengulang puasa.”

17. Wanita yang Telah Suci dari Haid Sebelum Waktu Fajar Namun

Belum Mandi besar

Ada sebagian wanita yang apabila telah suci dari masa haidnya menjelang

fajar dan belum memungkinkan untuk mandi sebab sempitnya waktu, maka ia

tidak mengerjakan puasa dengan alasan bahwa waktu Subuh telah masuk,

sedangkan dirinya belum mandi dari haidnya.

Ketika Syaikh Ibnu Jibrin hafizhahullah ditanya tentang wanita yang telah

suci tepat setelah waktu fajar, apakah ia harus berhenti makan dan berpuasa

pada hari itu. Bila ia puasa pada hari itu, apakah puasanya dianggap sah atau

tidak, sehingga wajib mengganti (mengqadha’) kewajiban puasa pada hari itu?

Syaikh menjawab, “Bila darah telah berhenti pada waktu terbit fajar atau

sesaat sebelumnya (lalu ia puasa), maka puasanya tetap sah, dan mencukupi

kewajiban meskipun baru mandi setelah masuk waktu Subuh.”

Syaikh Ibnu Utsaimin berkata, “Bila perempuan telah suci pada malam hari

bulan Ramadhan, meski sucinya itu tepat sesaat sebelum fajar, maka ia wajib

berpuasa sebab ia termasuk orang yang wajib puasa. Tidak ada sesuatu pun yang

menghalanginya. Ia wajib berpuasa dan puasanya sah ketika itu, meskipun belum

mandi kecuali setelah terbit fajar. Ini seperti halnya orang junub yang berpuasa

dan belum mandi kecuali setelah terbit fajar, maka puasanya sah berdasarkan

riwayat Aisyah, “Nabi SAW pernah ketika waktu Subuh dalam keadaan junub

sebab bersetubuh, dan bukan sebab mimpi basah, lalu beliau puasa Ramadhan.”

(Muttafaqun’Alaih). Hukum wanita nifas itu seperti halnya hukum wanita haid.”

Page 15: JANGAN BIARKAN PUASA SIA-SIA

FREE DOWNLOAD: E-BOOK, SOFTWARE ISLAM KOMPUTER & HANDPHONE, CERAMAH, VIDEO WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET

KEWAJIBANMU YANG DIBEBANKAN ATASMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.16:82 KEWAJIBANMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.3:20, QS.42:48

SEKALI-KALI KAU TAK KAN SAMPAI PADA KEBAJIKAN HINGGA KAU NAFKAHKAN HARTA DI JALAN ALLAH. QS.3 ALI IMRAN:19, 61 SHAFF:10-12, 47 HUJURAAT:15

18. Wanita yang Tetap Mengeluarkan Darah Setelah Masa Haidnya

Ada sebagian wanita yang apabila terus menerus mengeluarkan darah

setelah masa haid, maka ia mandi dan beraktivitas sebagaimana wanita yang

dalam kondisi suci. Ini tidak diperkenankan. Bila darah masih saja keluar, maka ia

tetap saja terputus dari kewajiban puasa, shalat dan hukum-hukum lain terkait

wanita haid, hingga ia suci yang ditandai dengan berhentinya darah.

Kami sampaikan di sini fatwa Syaikh Ibnu Utsaimin terkait hal ini. Ada

seorang wanita bertanya, “Bila kebiasaan datang bulan wanita selama 7 atau 8

hari, lalu sekali atau dua kali darahnya malah mengalir lebih banyak dari hari-hari

biasanya itu, bagaimanakah hukumnya?”

Syaikh menjawab, “Bila kebiasaan datang bulan seorang wanita adalah 6

atau 7 hari, lalu tempo tersebut bertambah menjadi 8, 9, 10, 11, tau 12 hari,

maka ia tetap tidak shalat, sampai suci kembali. Sebab, Nabi SAW tidak

memberikan batasan tertentu tentang haid. Allah SWT berfirman, “Mereka

bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu

kotoran…" (QS. Al-Baqarah [2]: 222).

Selama darah ini masih tetap keluar, maka seorang wanita tetap pada kondisi

haid sampai suci kembali, lalu mandi dan shalat. Bila padabulan kedua masa

haidnya berkurang dari itu, maka ia harus mandi bila telah suci meskipun

temponya tidak seperti tempo yang lalu. Intinya, selama wanita masih haid,

maka ia tidak wajib shalat, baik itu haid sesuai kebiasaan sebelumnya maupun

bertambah atau berkurang. Namun bila telah suci, maka ia harus shalat.”

19. Wanita Memakai Wewangian Waktu Shalat Tarawih

Kesalahan lain yang berkaitan dengan wanita adalah memakai minyak

wangi yang aromanya menyengat ketika pergi ke masjid untuk shalat Tarawih.

Mereka juga tidak berhijab dengan sempurna dan suaranya terdengar keras. Ini

tentu saja menjadi sumber fitnah. Lantas, bagaimana bila si wanita tadi

melakukannya pada waktu dan kondisi yang mulia (yakni bulan Ramadhan)?

Sebab itu, sudah seharusnya seorang wanita muslimah berusaha sekuat

tenaga untuk menjauhinya agar selamat dari dosa yang diakibatkan dari semua

perbuatan tersebut. Terutama, sebab mereka datang ke masjid untuk mencari

pahala dengan mengikuti shalat dan doa bersama kaum muslimin. Kami

peringatkan kaum wanita muslimah dengan firman Allah Ta’ala:

“…dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang

(biasa) nampak dari padanya.” (QS. An-Nur [24]: 31)

Nabi SAW bersabda: “Wanita mana saja yang memakai wewangian, maka

janganlah ia menghadiri shalat Isyak bersama kami.” (HR. Muslim)

Dalam lafazh yang lain disebutkan: “Wanita mana saja yang memakai

wewangian, lalu keluar menuju masjid, maka shalatnya tidak akan diterima

sebelum mandi dulu.” (HR. Ibnu Majah)

Diriwayatkan dari Abdurrahman bin Al-Harits bin Abi Ubaid dari kakeknya,

ia berkata, “Suatu ketika, aku keluar bersama Abu Hurairah dari masjid pada

waktu Dhuha. Lalu, kami berpapasan dengan seorang perempuan yang memakai

minyak wangi yang baunya belum pernah dihirup hidungku sebelumnya. Abu

Hurairah menyapa wanita itu, ‘Alaikis salam.’ ‘Wa’alaikas salam,’ jawabnya.

‘Kamu mau ke mana? Tanya Abu Hurairah. ‘Ke masjid,’ jawabnya. ‘Untuk apa

kamu memakai minyak wangi seperti ini?’ ‘Untuk masjid.’ ‘Demi Allah?’ Tanya

Abu Hurairah. ‘Demi Allah,’ jawab wanita tadi. ‘Demi Allah?’ Tanya Abu Hurairah

meyakinkan. ‘Demi Allah,’ jawabnya. Abu Hurairah berkata, ‘Sesungguhnya,

kekasihku, Abu Qasim (Muhammad SAW) telah memberitahukan kepadaku,

‘Sesungguhnya, tidak akan diterima shalat seorang wanita yang memakai

minyak wangi yang tidak diperuntukkan bagi suaminya sebelum ia mandi

layaknya mandi janabat.’ Sebab itu, pergi dan mandilah, lalu kembalilah dan

silahkan shalat.” (HR. Nasai dan Baihaqi. Lihat as-Silsilatush Shahihah, no. 131).

Syaikh Ibnu Utsaimin berkata, “Kaum wanita dibolehkan menghadiri shalat

Tarawih dimasjid bila aman dari fitnah terhadap dirinya dan orang lain. Ini

berdasarkan sabda Nabi SAW:

“Janganlah kamu larang wanita-wanita itu pergi ke masjid Allah.” (HR.

Muslim)

Juga, sebab perbuatan tersebut termasuk amalan para salafush shalih.

Akan tetapi, para wanita tersebut wajib berhijab dan tidak berhias atau memakai

wewangian, tidak mengeraskan suara serta tidak menampakkan perhiasan.

Sebab, Allah Ta’ala berfirman, ‘…dan janganlah mereka menampakkan

perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.’ (QS. An-Nur [24]: 31)

Yakni yang biasa tampak darinya dan tidak mungkin disembunyikan, seperti

jilbab dan baju luar. Selain itu, sebab Nabi SAW ketika memerintahkan para

wanita agar keluar pada hari raya Ied, maka Ummu ‘Athiyah berkata, “Wahai

Rasulullah, di antara kami ada yang tidak memiliki jilbab.’ Beliau menjawab,

‘Hendaklah saudarinya meminjamkan jilbab padanya.’ (Muttafaqun ‘Alaih).

Page 16: JANGAN BIARKAN PUASA SIA-SIA

100 AGAMA TAK BERARTI ADA 100 TUHAN, TUHAN TETAP 1 & TURUNKAN AGAMA PUN CUMA 1 WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET

ISLAM TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT MASIH BANYAK RAGU & TAK DAPAT BUKTIKAN ISLAM SEBAGAI SATU-SATUNYA AGAMA YANG TERBUKTI BENAR

ISLAM PUN TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT CINTA DUNIA SERTA TIDAK MENCINTAI ALLAH & RASUL MELEBIHI SEGALANYA. QS.9:24, 33:6, 9:120, 9:15

Menurut sunnah, posisi kaum wanita hendaknya di belakang kaum laki-laki

dan menjauh dari mereka. Kaum wanita hendaknya membentuk shaf awal dari

belakang sendiri, lalu depannya, dan seterusnya, berlawanan dengan shaf laki-

laki. Ini berdasarkan sabda Nabi SAW:

“Sebaik-baik shaf laki-laki adalah yang pertama dan seburuk-buruknya adalah

shaf terakhir. Sedangkan, sebaik-baiknya shafperempuan adalah yang terakhir,

dan seburuk-buruknya adalah shaf yang pertama.” (HR. Muslim)

Para wanita hendaknya segera beranjak pergi setelah ucapan salam imam

dan jangan berlambat-lambat kecuali ada halangan. Ini berdasarkan hadits

Ummu Salamah yang berkata, “Dulu, bila Nabi SAW selesai mengucapkan salam,

maka para wanita bangkit ketika beliau selesai mengucapkan salam. Sementara,

beliau masih di tempatnya sejenak sebelum berdiri”. Ia melanjutkan, ‘Kami

berpendapat wallahu a’lam bahwa hal itu agar para wanita beranjak pergi

terlebih dulu sebelum mereka tersusul kaum laki-laki. (HR. Bukhari)

Syaikh Shalih Fauzan bin Al-Fauzan Hafizhahullah ketika menjawab tentang

masalah ini mengatakan, “Seorang wanita bila berangkat ke pasar lalu

mengerjakan shalat atau lainnya, ia tidak diperkenankan memakai minyak wangi,

krim pewangi, dan lainnya. Sungguh, ada hadits shahih dari Nabi bahwa beliau

bersabda, “Wanita mana saja yang memakai wewangian, maka janganlah ia

turut shalat Isyak bersama kami.”

Pada kesempatan ini, saya ingin mengingatkan satu persatu terkait dengan

kebiasaan sebagian wanita yang mendatangi masjid pada saat bulan Ramadhan

dengan memakai wewangian. Mereka memakainya saat berada di dalam masjid,

sehingga aromanya itu melekat pada mereka. Bila mereka berangkat kepasar,

sisa aroma minyak wangi itu masih tercium. Ini tentu saja menyelisihi syari’at

terkait dengan mereka.”

Sebab itu, wahai kaum ibu dan wanita muslimah, semoga Allah membalas

kalian dengan kebaikan dan menambahkan kepada kalian semangat cinta

kebaikan dan bersegera kepadanya, saya ingatkan kalian dari bujukan setan dan

perangkapnya. Kalian adalah para pendidik dan pengajar bagi generasi Islam

mendatang. Sebab itu, jadilah orang yang pantas mengemban tanggung jawab

tersebut yang dibebankan di atas pundak kalian.”

20. Melewatkan Shalat Isyak Demi Shalat Tarawih

Kesalahan sebagian kaum muslimin lainnya dalam bulan Ramadhan adalah

meninggalkan shalat Isyak hanya sebab ingin bermakmum kepada iman tertentu

yang biasanya ia shalat Tarawih bersamanya setiap malam. Ini merupakan

kesalahan yang nyata dan tindakan yang tidak diperkenankan. Pelakunya berdosa

bila mengetahui bahwa shalat Isyak akan terlewatkan. Sebab, ia telah

menyepelekan penjagaan terhadap shalat fardhu berjamaah hanya untuk

mendapatkan shalat Tarawih.

Anda akan lebih heran lagi bilamana Anda melihat dan mendengar ulah

mereka yang datang berbondong-bondong ke masjid tertentu (yang bacaan

imamnya lebih bagus). Setiap kali satu kelompok ikut shalat berjamaah,

kelompok lain pun datang. Kondisinya tetap seperti itu sampai imam tetap

masjid itu selesai mengucap dua atau tiga salam shalat Tarawih.

Anehnya lagi, ada di antara mereka yang melewati satu masjid ke masjid

lainnya, padahal waktunya telah mendekati iqamah. Celakanya lagi, ada sebagian

mereka yang telah mendengar beberapa masjid telah mulai melaksanakan shalat

Isyak, namun mereka masih saja berjalan ke masjid yang lebih jauh. Ini termasuk

tipu daya setan terhadap mereka. Bila tidak begitu, bagaimana bisa seorang

muslim yang berakal menyia-nyiakan keutamaan bulan mulia ini, khususnya

dalam menggapai shalat berjamaah? Bagaimana kondisi seseorang selalu

berbuat demikian ini pada malam-malam bulan Ramadhan?

Untuk orang-orang macam ini, perlu dikatakan, “Ingatlah kondisi Nabi kalian yang

bersemangat dalam kebaikan selama hidup beliau secara umum, dan di bulan

Ramadhan khususnya. Ibnu Abbas berkata, ‘Nabi adalah orang yang paling giat

dalam kebaikan. Beliau lebih giat lagi ketika dalam bulan Ramadhan…’ Al-Hadits.

Di manakah semangat kalian dalam kebaikan? Kalian datang ke masjid

yang kalian inginkan, sedangkan shalat telah berlalu satu atau dua raka’at, atau

bahkan terlewatkan semuanya. Perbuatan ini yakni menyepelekan dalam

mendapatkan shalay Isyak berjamaah hanya untuk mendapatkan shalat Tarawih

berjamaah termasuk celah masuk bagi setan atas seorang muslim. Sebab, setan

telah memalingkan dari penjagaan terhadap pelaksanaan yang wajib menjadi

penjagaan terhadap pelaksanaan shalat sunnah.

Ibnul Qayyim membagi godaan setan terhadap anak keturunan Adam itu menjadi

tujuh tigkatan. Ia menempatkan urutan keenam adalah sibuk memilih sesuatu

yang derajatnya lebih rendah (mafdhul) daripada yang derajatnya lebih baik

(fadhil). Ibnul Qayyim berkata, “Tingkatan godaan keenam, setan menyibukkan

seseorang dengan amalan yang derajatnya lebih rendah disbanding yang lebih

utama untuk melenyapkan keutamaan itu darinya dan hilangnya pahala amal

utama. Setan itu memerintahnya agar mengerjakan amal kebaikan yang rendah

derajatnya, memotivasinya serta menghiasinya bila amalan itu memang

mengandung unsur meninggalkan yang afdhal dan lebih tinggi derajatnya.

Page 17: JANGAN BIARKAN PUASA SIA-SIA

FREE DOWNLOAD: E-BOOK, SOFTWARE ISLAM KOMPUTER & HANDPHONE, CERAMAH, VIDEO WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET

KEWAJIBANMU YANG DIBEBANKAN ATASMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.16:82 KEWAJIBANMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.3:20, QS.42:48

SEKALI-KALI KAU TAK KAN SAMPAI PADA KEBAJIKAN HINGGA KAU NAFKAHKAN HARTA DI JALAN ALLAH. QS.3 ALI IMRAN:19, 61 SHAFF:10-12, 47 HUJURAAT:15

Sedikit sekali orang yang waspada terhadap hal ini. Ada sebagian orang

yang apabila melihat pada dirinya terdapat dorongan yang sangat kuat untuk

melakukan sebuah ketaatan yang tidak disangsikan merupakan salah satu bentuk

ketaatan dan bentuk taqarrub, maka hamper dipastikan ia tidak akan

mengatakan bahwa dorongan tersebut berasal dari setan. Sebab, setan itu tidak

memerintahkan kebaikan. Ia melihat bahwa itu merupakan sebuah kebaikan,

seraya berkata, ‘Dorongan ini berasal dari Allah.’

Orang seperti ini dapat dimaklumi, sebab ia belum tahu bahwa setan memberi

perintah melalui tujuh puluh pintu kebaikan untuk menjerumuskan kepada salah

satu pintu keburukan ataupun sebagai sarana untuk menghilangkan kebaikan

yang lebih besar dan lebih mulia dari tujuhpuluh pintu kebaikan tersebut.

Pengetahuan seperti ini memang tidak akan dicapai kecuali dengan cahaa

dari Allah yang dipancarkan ke dalam hati seorang hamba. Penyebab jauhnya

cahaya itu adalah keengganan seseorang untuk mengikuti Rasul SAW serta tidak

adanya keseriusan terhadap tangga-tangga amal di sisi Allah dan amal yang

paling dicintai-Nya, dan yang paling diridhai-Nya. Amal yang paling bermanfaat

dan paling luas bagi hamba, sebagai nasihat kepada Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya,

orang-orang mukmin, orang-orang terpandang, maupun kalangan awam.

Tidak ada yang mengetahui kecuali para pewaris Nabi dan para wakil dan

khalifah-Nya di muka bumi sedangkan, banyak orang tidak paham akan hal ini

hingga tidak terlintas di hati mereka. Dan, Allah memberikan anugerah-Nya pada

siapa dikehendaki-Nya di antara hamba-Nya.” (Bada’iul Fawaid, II: 261-262).

Bila masalah ini berkenaan dengan orang yang sibuk memilih amalan yang

lebih rendah derajatnya daripada yang utama, lantas bagaimana kiranya dengan

orang yang menyia-nyiakan kewajiban shalat berjamaah hanya untuk

mendapatkan amalan sunnah? Tidak disangsikan lagi bahwa masalah ini lebih

besar dan berbahaya. Maka, bertakwalah kalian semua dan janganlah kalian

membuka pintu masuk bagi setan menuju kalian. Bila perbuatan tersebut sering

dilakukan dalam bulan Ramadhan, dikhawatirkan ia akan menikmati amalan itu

hingga berlanjut menjadi kebiasaannya. Sebabnya, seorang muslim yang ingin

taat kepada Allah semestinya sangat gigih untuk mendapatkan shalat berjamaah

agar bisa memperoleh pahala.

21. Terlalu Cepat Melaksanakan Shalat Tarawih Kesalahan lain adalah tidak menyempurnakan pelaksanaan shalat Tarawih.

Yaitu mengerjakannya seperti ayam mematuk dan sangat cepat dalam membaca

dengan tidak ada tujuan lain kecuali agar cepat selesai.

Syaikh Muhammad Jamaludin Al-Qasimi mengatakan, “Bukan rahasia lagi

bahwa shalat Tarawih setiap malam di bulan Ramadhan adalah amalan sunnah

yang diwariskan secara turun-temurun. Sungguh, ada banyak imam di sebagian

besar masjid yang mempercepat shalat sampai pada tingkatan yang

menyebabkan bisa merusak rukun-rukun shalat dan sunnah-sunnahnya, misalnya

meninggalkan tumakninah dalam rukuk dan sujud. Kesalahan lain semisal

menyeret bacaan, memasukkan huruf bacaan satu sama lain. Semua itu

dilakukan sebab ingin cepat selesai. Perbuatan ini sangat mirip dengan tipu daya

setan terbesar terhadap orang beriman. Tipu daya itu akan membatalkannya

amal pelakunya seiring dengan yang diperbuatnya. Bahkan, kebanyakan orang

yang menaati setan dengan tergesa-gesa itu, shalat mereka lebih dekat kepada

perbuatan main-main belaka ketimbang merupakan sebuah amal ketaatan.

Sebab itu, orang yang shalat, baik shalat fardhu atau pun sunnah, wajib

menegakkan shalat dengan sifat lahiriahnya, berupa bacaan, berdiri, rukuk, sujud

dan sejenisnya, sedangkan sifat batiniyahnya, yaitu dengan khusyuk,

menghadirkan hati, ikhlas sepenuhnya, merenungkan, memahami makna

bacaan, tasbih dan semisalnya. Lahiriyah shalat itu merupakan amalan anggota

badan. Sedangkan, batinnya adalah amalan hati. Itu merupakan cara pandangan

yang benar dari seorang hamba.

Imam Ghazali telah membuat satu perumpamaan bagi orang yang

mengerjakan shalat lahirnya saja tanpa batinnya bagaikan orang yang

mempersembahkan kepada raja agung seorang gadis yang membujur kaku tidak

bernyawa. Perumpamaan orang mengurangi lahiriyah shalatnya, bagaikan orang

yang mempersembahkan kepada raja agung seorang gadis yang terputus semua

ujung jarinya dan matanya buta. Dengan dua hadiah seperti itu, dua orang

tersebut pantas mendapatkan hukuman dan siksa dari sang raja disebabkan

penistaan dan pelecehan keduanya terhadap kehormatan sang raja. Lebih lanjut,

Al-Ghazali berkata, “Engkau menghadiahkan shalatmu kepada Rabbmu. Sebab

itu, jauhilah memberi-nya hadiah seperti itu agar engau tidak mendapatkan

hukuman.” (Ishlahul Masajid, hal. 85-86)

Syaikh Muhammad bin Utsaimin mengatakan saat berbicara tentang sifat

shalat Nabi dan para sahabat “(Shalat mereka) itu berbeda dengan shalat yang

dilakukan kebanyakan manusia sekarang ini. Orang-orang sekarang shalat

Tarawih dengan sangat cepat. Mereka tidak memenuhi kewajiban shalat, yaitu

tenang dan tumakninah, yang merupakan rukun shalat. Shalat tidak sah

tanpanya. Mereka (para imam itu) mengurangi rukun ini dan membuat lelah

orang-orang di belakang mereka yang terdiri dari orang-orang lemah, orang sakit,

dan manula. Mereka membuat jengkel diri mereka sendiri dan orang lain.

Page 18: JANGAN BIARKAN PUASA SIA-SIA

100 AGAMA TAK BERARTI ADA 100 TUHAN, TUHAN TETAP 1 & TURUNKAN AGAMA PUN CUMA 1 WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET

ISLAM TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT MASIH BANYAK RAGU & TAK DAPAT BUKTIKAN ISLAM SEBAGAI SATU-SATUNYA AGAMA YANG TERBUKTI BENAR

ISLAM PUN TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT CINTA DUNIA SERTA TIDAK MENCINTAI ALLAH & RASUL MELEBIHI SEGALANYA. QS.9:24, 33:6, 9:120, 9:15

Para ulama menyatakan bahwa makruh bagi imam mempercepat shalat

dengan kecepatan yang bisa menghalangi makmum untuk mengerjakan sunnah-

sunnah shalat. Lantas, bagaimana halnya jika tindakan mempercepat shalat itu

menghalangi orang untuk melakukan bagian shalat yang sifatnya wajib? Kita

memohon keselamatan kepada Allah.”

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab pernah ditanya tentang sikap

terburu-buru dalam shalat Tarawih. Ia menjawab, “Pertanyaan Anda bahwa bila

imam shalat dengan cepat maka banyak orang yang bermakmum kepadanya,

sedangkan bila ia memperlama maka tidak ada yang ikut shalat bersamanya

kecuali sedikit. Tidak pelak lagi bahwa setan memiliki tujuan dalam hal ini dan

berambisi agar seseorang meninggalkan amalnya. Bila setan tak kuasa melakukan

itu, maka ia akan berbuat sesuatu yang bisa membatalkan amal.

Kebanyakan imam di banyak negeri melakukan perbuatan jahiliyah dalam

shalat Tarawih. Mereka mengerjakan shalat, namun mereka sendiri tidak

memahami apa itu shalat. Mereka tidak tumakninah dalam sujud maupun dalam

rukuk. Padahal, tumakninah adalah rukun shalat. Shalat tidak sah tanpanya.

Kehadiran hati di hadapan Allah Ta’ala, meresapi firman Allah saat dibaca,

khusyuk, dan tumakninah dalam shlat adalah suatu keniscayaan. Inilah yang

biasanya tdak didapat oleh kebanyakan orang yang terburu-buru.

Bila Anda ingin shalat 20 raka’at bersama imam tetapi terburu-buru, maka

lebih baik Anda shalat 10 raka’at saja tetapi dengan khusyuk dan tumakninah. Ini

lebih bermanfaat bagi Anda daripada banyak raka’at tanpa diiringi khusyuk dan

tumakninah. Apa yang kami sebutkan ini adalah yang semestinya dikerjakan.

Namun, bila terjadi cekcok antara jamaah dan imam, misalnya sang imam

bertekad untuk mempercepat shalat, sedangkan jamaah tidak menyetujuinya

bila mengerjakan sesuai sunnah, maka ia semsetinya bertekad untuk tetap

tumakninah dan tidak tergesa-gesa sebab bisa mengurangi kesempurnaannya.

Pada kondisi seperti ini, memendekkan bacaan dengan disertai khusyuk

dalam rukuk dan sujud adalah lebih utama daripada memanjangkan bacaan

shalat namun dengan tergesa-gesa yang dimakruhkan. Demikian pula, shalat 10

raka’at dengan bacaan yang panjang dan tumakninah dalam rukuk dan sujud, itu

lebih utama daripada shalat 20 raka’at dengan tergesa-gesa yang dimakruhkan.

Sebab, inti shalat dan ruhnya adalah menghadapkan hati kepada Allah dalam

melakukannya. Barangkali yang sedikit itu lebih baik daripada yang banyak.” (Ad-

Durarus Saniyah, IV: 186-187)

Penulis kitab As-Sunan wal Mubtada’at menyebutkan, bahwa ada sebagian

imam yang shalatnya menyerupai shalatnya orang gila, terutama pada waktu

shalat Tarawih. Ia menyebutkan bahwa mereka shalat sebanyak 23 raka’at dalam

waktu kurang dari sepertiga jam. Dalam seluruh raka’atnya, mereka membaca

surat Al-A’la atau Adh-Dhuha, atau seperempat dari surat Ar-Rahman. Ini tentu

saja shalat yang batil menurut setiap muslim yang berakal di seluruh madzhab.

Sebab, itu adalah shalatnya kaum munafik, yang disertai oleh Allah dengan

firman-Nya: “Dan apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan

malas…” (QS. AN-Nisa’ [4]: 142)

Shalat mereka tidaklah seperti shalat orang beriman yang beruntung yang

disifati oleh Allah dengan firman-Nya: “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang

yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya.” (QS.

Al-Mukminun [23]: 1-2)

Shalat tersebut juga bukan seperti shalatnya Rasulullah SAW. Beliau

melarang shalat seperti gagak mematuk dan mencuri dalam shalat. Imam Ad-

Darimi meriwayatkan dari Abu Al-Aliyah, “Kami pernah mendatangi seseorang

untuk kami ambil ilmunya. Kami melihat shalatnya. Bila shalatnya bagus, maka

kami menimba ilmunya. Sebab, menurut kami bila shalatnya bagus, maka dalam

hal lainnya tentu lebih bagus. Akan tetapi, bila shalatnya buruk, kami akan

meninggalkannya sebab menurut kami, bila shalatnya buruk, maka dalam hal

lainnya tentu lebih buruk.” Dinukil secara ringkas hal. 155.

22. Rutin Melakukan Qunut dalam Shalat Tarawih

Kesalahan lainnya adalah terus menerus melakukan qunut dalam shalat

witir pada bulan Ramadhan setelah rukuk, dan mengingkari orang yang tidak

mengerjakannya. Sebenarnya, qunut itu terkadang dikerjakan setelah rukuk,

terkadang sebelum rukuk. Semua ini shahih berasal dari Nabi SAW. Atas dasar ini,

imam boleh memilih antara melakukan qunut setelah rukuk, sebelum rukuk, atau

terkadang tidak melakukannya.

Qunut setelah rukuk, dalilnya adalah riwayat dari Anas, bahwa Rasulullah

SAW pernah melakukan qunut selama satu bulan setelah rukuk dalam shalat

Subuh. (HR. Bukhari). Qunut sebelum rukuk, dalilnya adalah riwayat dari Ubay

bin Ka’ab, ia berkata, “Nabi SAW pernah melakukan qunut sebelum rukuk.”

Diriwayatkan dari Alqamah bahwa Ibnu Mas’ud dan para sahabat Nabi SAW

lainnya pernah melakukan qunut shalat witir sebelum rukuk. Adapun

meninggalkan qunut sesekali waktu, maka imam boleh melakukannya. Bagi

orang yang mengingkarinya hal ini, maka ia wajib mengemukakan dalil. Namun,

ia tidak akan mendapatkan dalil. Justru dalil yang ada akan membungkamnya.

Page 19: JANGAN BIARKAN PUASA SIA-SIA

FREE DOWNLOAD: E-BOOK, SOFTWARE ISLAM KOMPUTER & HANDPHONE, CERAMAH, VIDEO WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET

KEWAJIBANMU YANG DIBEBANKAN ATASMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.16:82 KEWAJIBANMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.3:20, QS.42:48

SEKALI-KALI KAU TAK KAN SAMPAI PADA KEBAJIKAN HINGGA KAU NAFKAHKAN HARTA DI JALAN ALLAH. QS.3 ALI IMRAN:19, 61 SHAFF:10-12, 47 HUJURAAT:15

Syaikh AL-Albani mengatakan, “Dulu, Nabi kadang-kadang melakukan

qunut dalam raka’at shalat witir. Kami katakana ‘kadang-kadang’ sebab para

sahabat yang mriwayatkan sifat shalat witir itu tidak menyebutkan adanya qunut

di situ. Seandainya Nabi SAW selalu mengerjakannya, niscaya mereka semua

akan menukilnya dari beliau SAW. Benar, Ubay bin Ka’ab meriwayatkan dari

beliau sendirian. Ini menunjukkan bahwa beliau mengerjakannya sesekali waktu

saja. Ini menjadi dalil bahwa qunut tidak wajib hukumnya. Inilah madzhab

mayoritas ulama.

Oleh sebabnya, dalam Fathul Qadir, I: 306, 359, dan 360, Muhaqqiq Ibnul

Hammam pun mengakuinya bahwa pendapat yang mewajibkan qunut adalah

lemah, tidak ada landasan dalilnya. Ini merupakan bentuk keadilan dan

ketidakfanatikannya. Pendapat inilah yang dikuatkannya, meski hal tersebut

menyelisihi madzhabnya sendiri.”

Ada juga riwayat yang shahih dari Ubay bin Ka’ab bahwa ia pernah

melaksanakan (mengimami) shalat bersama para sahabat, lalu qunut pada

separuh akhir bulan Ramadhan. Ada lagi riwayat dari Ibnu Umar bahwa ia tidak

melakukan qunut dalam shalat witir. Ada juga atsar lain yang menunjukkan

bolehnya meninggalkan qunut dalam shalat witir.

23. Menangis Secara Berlebihan dalam Shalat Tarawih

Kesalahan lainnya adalah tangisan keras yang terdengar dari sebagian

orang dalam shalat Tarawih. Terkait hal ini, perlu dikatakan, “Menangis ketika

membaca Al-Quran menunjukkan Insya Allah bahwa yang shalat terkesan dengan

firman Allah yang agung yang ia dengar. Tidak diragukan dan tidak disangsikan

lagi bahwa ini merupakan perkara yang terpuji. Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut

nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya

bertambahlah iman mereka (sebabnya)…”. (QS. Al-Anfal [8]: 2)

“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang

serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang [1312]

, gemetar sebabnya

kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, lalu menjadi tenang kulit

dan hati mereka di waktu mengingat Allah…”. (QS. Az-Zumar [39]: 23)

Imam Nawawi mengatakan, “Siapa pun yang tidak bisa menangis ketika

membaca AL-Quran, maka menangislah sebab tidak bisa menangis. Sebab, itu

sungguh merupakan musibah besar.”

Akan tetapi, yang terlihat dan terdengar dari sebagian orang yang shalat

adalah suara tangisan yang keras. Sehingga, hal itu menyebabkan orang-orang

yang disekitarnya terganggu, ditambah lagi dengan gerakan-gerakan yang

mengiringi tangisan itu.

Anehnya, tangisan mereka itu terjadi ketika membaca doa qunut, bukan

ketika membaca Al-Quran. Perlu dikatakan kepada orang yang seperti itu,

“Sebaiknya, tangisan dan rasa haru itu ditempatkan ketika mendengar bacaan Al-

Quran.”

Syaikh Bakr bin Abdullah bin Abu Zaid Hafizhahullah ketika mengomentasi

masalah menangis dalam qunut, bukan ketika membaca Al-Quran, mengatakan,

“Makmum ataupun imam yang dikehendaki oleh Allah menangis ketika

membaca qawari’ut tanzil (ayat-ayat yang bila dibaca, maka akan amanlah

dirinya dari godaan setan) dan ayat-ayat dzikir yang dibaca pada malam-malam

bulan Ramadhan, bahkan sepanjang tahun. Semoga Allah membalas niat baik

mereka. Kita hamper-hampir tidak pernah mendengar sedu-sedan dan raut muka

sedih sebab tangisan imam atau makmum. Padahal, Allah Ta’ala berfirman,

‘Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu

akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah.’

(QS. Al-Hasyr [59]: 21)

Seandainya kita perhatikan Sunnah Rasulullah, beliau adalah manusia yang

paling bertakwa dan paling takut kepada Rabbnya. Ada riwayat dari Abdullah bin

Mas’ud, ia berkata, ‘Aku pernah masuk menemui Nabi ketika beliau sedang

shalat. Aku mendengar gemuruh di dada beliau seperti suara mendidihnya (isi)

periuk disebabkan tangisan.”

Ketika Abdullah bin Mas’ud membaca surat An-Nisa’ dan sampai pada

firman-Nya, “Maka, bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami

mendatangkan seorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan

kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu).’ (An-Nisa’

[4]: 41). Nabi SAW bersabda, ‘Cukup’. Ibnu Masud berkata, ‘Aku menoleh kepada

beliau, ternyata kedua ata beliau mencucurkan air mata.”

Lalu, wahai hamba Allah, lihatlah kondisi para salaf ketika mereka

mendengarkan bacaan Al-Quran, juga pengingkaran mereka terhadap

pembacanya yang keluar dari batasan yang wajar. Imam Asy-Syatibi mengatakan,

‘Said bin Manshur dalam tafsirnya mengelarkan sebuah riwayat dari Abdullah bin

‘Urwah bin Zubair yang mengatakan, ‘Aku pernah bertanya kepada nenekku,

Page 20: JANGAN BIARKAN PUASA SIA-SIA

100 AGAMA TAK BERARTI ADA 100 TUHAN, TUHAN TETAP 1 & TURUNKAN AGAMA PUN CUMA 1 WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET

ISLAM TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT MASIH BANYAK RAGU & TAK DAPAT BUKTIKAN ISLAM SEBAGAI SATU-SATUNYA AGAMA YANG TERBUKTI BENAR

ISLAM PUN TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT CINTA DUNIA SERTA TIDAK MENCINTAI ALLAH & RASUL MELEBIHI SEGALANYA. QS.9:24, 33:6, 9:120, 9:15

Asma’, Bagaimanakah kondisi para sahabat dulu bilamembaca Al-Quran?’ Ia

menjawab, ‘Mereka seperti yang disifatkan oleh Allah, yaitu mata mereka

mengalirkan air ata dan kulit mereka merinding.’ Aku berkata, ‘tetapi orang-

orang di sini bila mendengar bacaan Al-Quran, mereka jatuh pingsan.’ Asma’

berkata, ‘Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk.’

Abu ‘Ubaid meriwayatkan sebagian hadits Abu Hazim yang berkata, ‘Ibnu

Umar pernah melewati salah satu penduduk Irak yang jatuh pingsan, sedangkan

orang-orang mengerumuninya. Ia bertanya, ‘Ada apa ini?’ Mereka menjawab,

‘Bila dibacakan kepadanya ayat Al-Quran atau mendengar nama Allah tersebut,

maka ia tersungkur jatuh sebab takut kepada Allah.’ Ibnu Umar berkata, ‘Demi

Allah, kami adalah orang yang sangat takut pada Allah, tetapi kami tidak pernah

tersungkur jatuh seperti ini.’ Demikianlah pengingkaran yang dilakukan Ibnu

Umar.

Dikisahkan kepada Aisyah, ‘Ada satu kaum yang bila mendengar Al-Quran

mereka jatuh pingsan.’ Aisyah menjawab, ‘Sesungguhnya, Al-Quran itu lebih

mulia dari pada hilangnya akal seseorang. Sifat Al-Quran adalah sebagaimana

yang tertera dalam firman Allah Ta’ala, ‘Kulit orang-orang yang takut kepada

Rabbnya gemetar sebabnya, lalu kulit dan hati mereka menjadi tenang waktu

mengingat Allah.’ (QS. Az-Zumar [39]: 23)

Diriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa ia pernah ditanya tentang satu

kaum yang bila dibacakan AL-Quran kepada mereka, maka mereka tak sadarkan

diri. Anas menjawab, ‘Itu perbuatan orang-orang Khawarij.”

Abu Nuaim meriwayatkan dari Jabir bin Abdullah, bahwa Ibnu Zubair

berkata, ‘Aku pernah datang kepada Ayahku, lalu ia bertanya, ‘Dari mana saja

kamu?’ Aku menjawab,’Aku menjumpai beberapa kaum yang berdzikir kepada

Allah, lalu salah seorang di antara mereka ada yang menggigil sampai jatuh

pingsan sebab takutnya kepada Allah, sehingga aku pun duduk bersama mereka.’

Ayah berkata, ‘Jangan kamu duduk bersama merekalagi.’ Ayah melihatku seakan-

akan beliau tidak suka bila perbuatan itu menimpaku. Ayah berkata, ‘Aku pernah

melihat Rasulullah SAW, Abu Bakar, dan Umar membaca Al-Quran, namun

mereka tidak sampai jatuh pingsan. Apakah kamu melihat mereka lebih khusyuk

kepada Allah daripada Abu bakar dan Umar? Sehingga, ketika kamu melihat hal

itu, kamu meninggalkan (sunnah) mereka. Ini semua hanyalah direka-reka dan

memaksa diri. Para ahli ibadah sama sekali tidak meridhainya’.”

Ibnu Muflih mengatakan, “Yang diriwayatkan dari Nabi SAW dan para

sahabat beliau ketika mendengar Al-Quran dibaca hanyalah mengalirkan air

mata, kulit merinding, dan hati melembut. Ini sebagaimana firman Allah, ‘Allah

telah menurunkan perkataan yang paling baik…’.” (QS. Az-zumar [39]: 23)

Ibnu Mas’ud pernah membacakan ayat-ayat Al-Quran untuk Nabi SAW.

Ketika sampai pada firman-Nya, “Maka, bagaimanakah (halnya orang kafir

nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap

umat….” (QS. An-Nisa’ [4]: 41). Nabi SAW bersabda, “Cukup.” Ibnu Mas’ud

berkata, “Aku menoleh kepada beliau, ternyata kedua mata beliau mencucurkan

air mata.” (HR. Bukhari dan Muslim). Tentang hilang kesadaran ataupun pingsan

dan semisalnya, itu terjadi pada masa tabi’in, disebabkan kuatnya pengaruh

bacaan Al-Quran itu, sedangkan hati mereka lemah. Berbeda dengan para

sahabat, hati mereka kuat dan sempurna, sehingga itu tidak terjadi para

mereka.”

24. Memanjangkan Doa Qunut

Kesalahan lain yang dilakukan para imam adalah terlalu memperpanjang

doa qunut. Ini tentu saja menjadi hal yang berat, sehingga menimbulkan

keburukan dan keengganan. Sungguh, Nabi SAW telah memerintahkan agar

imam memperhatikan kondisi para makmumnya. Beliau bersabda:

“Apabila di antara kalian mengimami shalat, maka hendaklah ia

meringankannya. Sebab, di antara mereka ada yang lemah, sakit, dan

telah tua. Namun, bila kalian shlat sendirian, maka silakan memanjangkan

sesukanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits lain menyebutkan bahwa Nabi bersabda: “Sungguh ketika aku mulai

shalat dan aku ingin memanjangkannya, maka aku mendengar tangisan anak

kecil, sehingga aku pun memendekkan shalat sebab mengetahui adanya

kesedihan ibunya atas anaknya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Demikian juga, riwayat tentang Mu’adz bin Jabal ketika memanjangkan shalat,

lalu rasulullah SAW bersabda kepadanya, “Hai Mu’adz, apakah kamu hendak

membuat fitnah?” (HR. Muslim). Nabi SAW pernah menyuruh Utsman bin Abi Al-

Ash. Beliau bersabda: “Imamilah kaummu. Barangsiapa mengimami kamu, maka

hendaklah meringankannya, sebab di antara mereka ada yang sudah tua, ada

yang sedang sakit, ada yang lemah, dan ada yang memiliki keperluan. Bila shalat

sendirian, maka silakan shalat sekehendaknya.” (HR. Muslim)

Dalam riwayat lain disebutkan, “Kamu adalah imam bagi kaummu. Ukurlah

kemampuan mereka dengan orang yang paling lemah di antara mereka.”

Page 21: JANGAN BIARKAN PUASA SIA-SIA

FREE DOWNLOAD: E-BOOK, SOFTWARE ISLAM KOMPUTER & HANDPHONE, CERAMAH, VIDEO WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET

KEWAJIBANMU YANG DIBEBANKAN ATASMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.16:82 KEWAJIBANMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.3:20, QS.42:48

SEKALI-KALI KAU TAK KAN SAMPAI PADA KEBAJIKAN HINGGA KAU NAFKAHKAN HARTA DI JALAN ALLAH. QS.3 ALI IMRAN:19, 61 SHAFF:10-12, 47 HUJURAAT:15

Nash-nash tersebut telah menegaskan perkara meringankan shalat

(berjamaah) dan larangan memanjangkannya. Adapun tolok ukur meringankan

shalat itu adalah dengan memperhatikan shalatnya Nabi SAW, sebab beliau

adalah orang yang paling sempurna shalatnya. Al-Baghawi mengakatan,

“Memanjangkan qunut itu makruh hukumnya.”

Tema ini kita akhiri dengan ungkapan Syaikh Abdullah bin Qu’ud

Hafizhahullah terkait memperpanjang doa dalam qunut, termasuk bersajak dan

memberatkan diri dalam melagukan doa ini. Di samping itu, ada lagi keruwetan

pemahaman tentang waktu-waktu qunut, sehingga sebagian makmum tidak bisa

membedakan antara qunut nazilah dan qunut lainnya. Syaikh Abdullah bin Qu’ud

mengatakan, “Menurut sunnah, dalam qunut nazilah hendaknya orang yang

berdoa memendekkannya sesuai dengan konteks musibahnya saja. Banyak

hadits dari Nabi SAW dalam hal ini. Siapa yang mencarinya, niscaya akan

mendapatkannya.’

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, ‘Sebagaimana Nabi SAW shalat,

ketika melakukan qunut pertama kali untuk mendoakan keburukan atas kabilah

Bani Sulaim yang telah membunuh para qari’, beliau mendoakan kebinasaan atas

mereka dengan doa yang selaras dengan tujuan ini. Lalu, ketika beliau melakukan

qunut untuk mendoakan sahabat-sahabat beliau yang lemah, beliau membaca

doa yang selaras dengan tujuan ini.

Jadi, Sunnah Rasulullah itu menunjukkan dua hal; pertama, doa qunut itu

disyariatkan sebab adanya sebab yang menuntut untuk melakukannya, dan ini

bukanlah sunnah yang mesti terus-menerus dilakukan dalam shalat. Kedua, doa

dalam qunut bukanlah doa permanen, tetapi dalam setiap qunut itu ada doa

yang sesuai dengan keadaannya masing-masing, seperti yang dilakukan oleh Nabi

SAW dalam contoh di atas. Hal yang sama juga pernah dilakukan oleh Umar dan

Ali ketika keduanya memerangi orang-orang yang memerangi keduanya saat

terjadi fitnah. Keduanya membaca doa yang sesuai dengan tujuan itu.’ (l-Majmu’,

XXIII: 109).

Itulah tuntunan As-Sunnah dalam doa qunut nazilah. Selalu

memanjangkan doa qunut yang lamanya semakin bertambah dari waktu ke

waktu sehingga shalat hanya habis untuk itu, atau hingga memakan waktu berdiri

maupun waktu tasyahud yang dilakukan oleh sebagian imam adalah perbuatan

yang menyalahi sunnah rasulullah. Diriwayatkan dari Al-Bara’, ia berkata, “Rukuk,

sujud, duduk di antara dua sujud, dan I’tidal Nabi SAW sama panjangnya, kecuali

berdiri dan duduk (tasyahud).” (Muttafaqun’Alaih).

Tinggalkanlah perbuatan memanjangkan doa qunut itu dan lafazh-lafazh

yang dikapai dalam qunut nazilah oleh para imam. Mereka hanya membaca dua

atau tiga ayat dalam shalat witir atau shalat lainnya ketika terjadi musibah.

Namun, setelah itu, mereka membaca doa qunut yang panjangnya mirip

ceramah. Lihatlah, apakah amal itu selaras dengan sunnah, atau malah

menyelisihinya.

Adapun, penggunaan sajak dan kata-kata indah yang lebih ditekankan oleh

pembaca berdoa daripada menghayati makna-maknanya; atau membawakan

bermacam-macam doa diluar konteks qunut nazilah; atau menekuni doa tertentu

yang tidak ada kaitannya; dan mengulang-ulang lafazh doa seperti pengulangan

lafazh-lafazh yang wajib dalam shalat, maka ini semua tidak diperbolehkan.

Sudah sepantasnya bila shalatnya batal. Ini bagi orang yang mengetahui

hukum asal dan sumbernya, serta yang sunnah yang menyelisihinya. Sudah

sewajarnya, bila doanya tidak dikabulkan sebab sudah maklum bahwa doa itu

ibadah. Padahal, ibadah apa pun tidak sah dan tidak ada gunanya kecuali bila

terpenuhi syarat-syaratnya, yaitu ikhlas, mengikuti petunjuk Nabi SAW, serta

dilakukan oleh orang beriman.

Juga, berdasarkan apa yang disebutkan oleh para ulama tentang

pentingnya membatasi ucapan dia dalam shalat dengan dalil-dalil (yang sah),

kecuali pada kesempatan yang memang dilonggarkan untuk itu. Seperti, doa

ketika sujud, doa sesudah tasyahud dan sebelum salam, dan pada doa qunut

nazilah dengan lafzh yang sesuai konteks kejadian. Demikianlah keterangan

seputar qunut dalam shalat fardhu ketika sangat dibutuhkan.”

Lebih lanjut, Syaikh Qu’ud mengatakan, “Terakhir, saya ingatkan bahwa

membagus-baguskan doa agar dipuji orang, atau membiasakan seperti itu agar

seseorang puas, maka masuk kandungan sabda Nabi yang diriwayatkan Abu Said

Al-Khudri berikut ini. Abu Said berkata, ‘Rasulullah bersabda, ‘Maukah kalian aku

beritahukan tentang sesuatu yang lebih aku takutkan atas kalian daripada Al-

Masih Dajjal.’ Para sahabat menjawab, ‘Ya.’ Beliau bersabda, “Syirik yang

tersembunyi. (Yaitu) orang yang berdiri shalat dengan membagus-baguskan

shalatnya sebab tahu dilihat orang’.” Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad dan

Ibnu Majah dalam Al-Misykah, no. 5333, dan Taisirul Azizil Hamid, hal. 532.

Semoga shalawat dan salam dilimpahkan kepada hamba dan rasul-Nya,

Muhammad.” Demikian penjelasan Syaikh Qu’ud.

Page 22: JANGAN BIARKAN PUASA SIA-SIA

100 AGAMA TAK BERARTI ADA 100 TUHAN, TUHAN TETAP 1 & TURUNKAN AGAMA PUN CUMA 1 WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET

ISLAM TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT MASIH BANYAK RAGU & TAK DAPAT BUKTIKAN ISLAM SEBAGAI SATU-SATUNYA AGAMA YANG TERBUKTI BENAR

ISLAM PUN TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT CINTA DUNIA SERTA TIDAK MENCINTAI ALLAH & RASUL MELEBIHI SEGALANYA. QS.9:24, 33:6, 9:120, 9:15

25. Mengusap Wajah Setelah Berdoa

Kesalahan lainnya adalah mengusap wajah dalam qunut dan lainnya yang

dilakukan sebagian kaum muslimin usai berdoa. Mengusap wajah seperti ini

membutuhkan dalil yang shahih dan tegas dari Nabi SAW.

Ada banyak hadits yang tidak shahih terkait hal ini, sebagaimana dijelaskan

oleh Syaikh Bakr Abu Zaid Hafizhahullah dalam risalahnya. Ia telah menyebutkan

banyak pendapat salaf terkait mengusap wajah setelah berdoa, di antaranya:

1. Riwayat yang disebutkan Al-Marwazi dari Malik, bahwa ia pernah ditanya

tentang orang yang mengusap wajahnya dengan kedua tapak tangannya.

Maka, Malik mengingkari hal itu dan berkata, “Aku tidak tahu.”

2. Ali Al-Basyani berkata, “Aku pernah bertanya kepada Abdullah bin

Mubarak tentang orang yang mengusap wajah bila berdoa. Ia menjwab,

‘Aku tidak mendapatkan sesuatu yang dapat menguatkannya’.” Ali Al-

Basyani sendiri berkata, “Aku memang tidak pernah melihatnya melakukan

hal itu.”

3. Imam Ahmad pernah ditanya tentang seseorang yang mengusap wajahnya

dengan kedua tapak tangannya usai mengerjakan shaat witir. Ia

menjawab, “Aku belum pernah mendengar riwayat tentang hal itu sama

sekali.” Abu Dawud berkata, ‘Aku tidak pernah melihat Ahmad melakukan

hal itu.’

4. Al-Baihaqi berkata, ‘Adapun mengusap wajah dengan kedua tapak

tangannya usai berdoa, maka aku tidak pernah menerimanya dari seorang

salaf pun dalam doa qunut, meskipun ada diriwayatkan dari sebagian salaf

dalam doa di luar qunut. Ada satu hadits dha’if diriwayatkan dari Nabi

tentang hal ini. Hadits ini dipakai oleh sebagian orang di luar shalat.

Adapun pada saat shalat, maka ini amalan yang tidak didukung dengan

riwayat yang shahih dan tidak juga atsar yang sah, atau qiyas. Maka, yang

utama hendaklah tidak melakukannya. Cukuplah dengan amalan yang

dilakukan oleh para salaf, yaitu dengan mengangkat tangan saja tanpa

mengusapkan keduanya ke wajah pada saat shalat. Wabillahit taufiq.

5. Al-Izz bin Abdussalam mengatakan, “Tidak ada orang yang mengusap

wajah dengan kedua tangannya setelah shalat selain orang jahil.”

6. Ketika menjawab pertanyaan terkait hal ini, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah

mengatakan, “Tentang Nabi mengangkat kedua tangan dalam berdoa,

memang ada sejummlah hadits shahih terkait hal ini. Namun, mengusap

wajah dengan kedua tapak tangan, maka tidak ada riwayat dari beliau

kecuali satu atau dua hadits yang tidak bisa di pakai untuk hujjah. Wallahu

a’lam. Syaikh Bakr berkata, “Ini berarti ia berpendapat bahwa mengusap

wajah itu tidak benar.”

7. Ibnu ‘Araqih membid’ahkan hal itu, sebagaimana Ibnu Marzuqi menukil

darinya.

8. Al-Fairuz Abadi membuat sebuah bab dengan judul: Mashul Wajhi bil

Yadain ba’dash Shalah Ma Shahha fihi Haditsun (Mengusap Wajah dengan

Kedua Tapak Tangan Usai Berdoa, Tidak Ada Satu Hadits Pun yang Shahih).

Syaikh Bakr berkata, “Ini berarti ia berpendapat bahwa mengusap wajah

itu tidak benar. Wallahu a’lam.”

26. Berdoa Dengan Suara Keras

Kesalahan lainnya terkait qunut adalah mengeraskan suara doa ketika

qunut dan lainnya. Contohnya adalah mengeraskan suara secara mendadak

ketika sampai pada kalimat-kalimat doa tertentu. Padahal, menurut sunnah,

berdoa itu tidak perlu dengan suara keras. Allah SWT berfirman:

“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang

lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui

batas.” (QS. Al-A’raf [7]: 55)

Imam AL-Qurthubi menafsirkan ayat ini mengatakan, “Melampaui batas dalam

berdoa itu beragam, di antaranya mengeraskan suara dan berteriak-teriak.”

Ibnu Katsir mengatakan, “Juraij berkata, ‘Meninggalkan suara dan berteriak-

teriak dalam berdoa itu dilarang. Perintahnya, doa itu dilakukan dengan

berendah diri dan menundukkan suara.” Ia meriwayatkan dari Atha’ Al-Khurasani

dari Ibnu Abbas terkait firman-Nya, “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-

orang yang melampaui batas.” Yakni dalam berdoa, bukan yang lainnya.”

Diriwayatkan dari Abu Musa AL-Asyari, ia berkata, “Kami pernah bepergian

bersama Rasulullah SAW. Bila kami menaiki satu lembah, kami bertahlil dan

bertakbir dengan suara yang keras. Maka, Nabi SAW bersabda, “Wahai manusia,

kasihanilah diri kalian sendiri. Kalian tidak sedang berdoa kepada Dzat yang tuli

dan tidak ada. Sesungguhnya, Dia bersama kalian. Dia Maha Mendengar lagi

Maha Dekat.” (HR. Bukhari)

Al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan, “Ath-Thabari mengatakan, “Hadits ini

mengindikasikan makruhnya meninggikan suara ketika berdoa dan dzikir.

Umumnya, kalangan salaf dari sahabat dan tabi’in juga memakruhkannya dengan

berlandaskan hadits ini.”

Page 23: JANGAN BIARKAN PUASA SIA-SIA

FREE DOWNLOAD: E-BOOK, SOFTWARE ISLAM KOMPUTER & HANDPHONE, CERAMAH, VIDEO WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET

KEWAJIBANMU YANG DIBEBANKAN ATASMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.16:82 KEWAJIBANMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.3:20, QS.42:48

SEKALI-KALI KAU TAK KAN SAMPAI PADA KEBAJIKAN HINGGA KAU NAFKAHKAN HARTA DI JALAN ALLAH. QS.3 ALI IMRAN:19, 61 SHAFF:10-12, 47 HUJURAAT:15

27. Imam Membaca Doa Qunut untuk Dirinya Sendiri

Kesalahan lainnya adalah kasus yang terjadi pada sebagian imam yang

mengkhususkan doa qunut untuk dirinya sendiri, atau berdoa dengan

menggunakan kata ganti orang pertama. Misalnya, Cukuplah Allah sebagai

penjaminku atau cukuplah Allah sebagai pelindungku. Atau, berdoa khusus untuk

dirinya sendiri.

Imam Al-Baghawi mengatakan, “Jika seseorang menjadi imam, maka

hendaknya ia menggunakan kata ganti jamak (plural), misalnya: ‘Ya Allah,

tunjukilah kami, sejahterakanlah kami, pimpinlah kami, berkahilah kami, dan

lindungilah kami’. Janganlah imam mengkhususkan doa untuk dirinya sendiri.”

28. Memberikan Zakat untuk Anak

Kesalahan lainnya adalah sebagian kaum muslimin mengeluarkan zakat

pada bulan Ramadhan agar mendapatkan pahala yang berlipat. Namun, sebagian

mereka terjatuh dalam kesalahan yang perlu diingatkan di sini sebab sesuai

dengan konteks ini. Di antaranya, sebagian orang mengeluarkan zakat untuk

anak-anak mereka sendiri. Ini tentu saja tidak boleh, sebab nafkah anak-anak itu

memang diwajibkan atas orang tua.

Syaikh Ibnu Utsaimin pernah ditanya tentang ayah yang membagikan zakat

untuk anak-anaknya sendiri daripada diberikan kepada orang yang tidak dikenal.

Orang itu berkata, “Anak-anakku lebih pantas menerimanya ketimbang orang

lain yang tidak dikenal.” Apakah ini benar?

Syaikh Ibnu Utsaimin menjawab, “Tindakan itu tidak benar dan tidak

boleh. Seseorang tidak boleh memberikan zakatnya kepada anak-anaknya, baik

laki-laki maupun perempuan, atau siapa saja yang nafkahnya memang menjadi

tanggungannya. Sebab, bila seseorang memberikan zaat kepada pihak yang

nafkahnya wajib ditanggungnya, maka kemanfaatannya tentu akan kembali

kepada dirinya lagi. Selain itu, dengan pengeluaran zakatnya itu, hartanya

kembali menumpuk dan terbebas dari mengeluarkan infaq. Sebabnya, ini tidak

diperbolehkan.

Adapun bila anak-anaknya memiliki hutang yang sebabnya bukan sebab

nafkah wajib, maka ayahnya wajib melunasinya atas nama mereka. Yang seperti

ini tidak masalah sebab mereka termasuk kriteria gharim (penyandang hutang).

Dengan catatan, anak-anak yang memiliki hutang itu tidak serta merta

menjadikan orang tuanya wajib melunasinya. Kecuali, bila hutang yang mereka

pinjam itu untk membiayai keperluan diri mereka sendiri, yang sebenarnya

keperluan (nafkah) itu masih menjadi tanggugan ayah mereka. Maka dalam

kondisi seperti ini, ayah tidak diperbolehkan memberikan zakatnya kepada anak-

anak mereka guna membayar hutang. Tetapi, ia harus melunasi hutang itu sebab

anak-anak itu telah menunaikan kewajibannya. Jadi, sang ayah wajib melunasi

hutang itu dengan uang lainnya, bukan dengan uang zakatnya.

Kesimpulannya, kita katakana bahwa membayar zakat untuk anak itu tidak

dibolehkan dan tidak dianggap telah membayar zakat. Sebab, tindakan seperti itu

sama dengan mengembalikan hartanya sendiri melalui infaq. Kecuali, bila anak

tersebut memiliki hutang yang mereka tidak mampu membayarnya. Dengan

catatan, mereka tidak terpaksa berhutang sebab tidak diberi nafkah oleh orang

tua mereka. Maka, dalam kondisi seperti ini, ayah mereka hendaknya melunasi

hutang mereka dengan uang zakatnya.”

29. Senantiasa Memberikan Zakat Kepada Orang Tertentu

Kesalahan lain adalah ada sebagian kaum muslimin memberikan zakatnya

kepada orang atau keluarga tertentu. Tindakan itu dijadikan kebiasaannya. Setiap

kali mengeluarkan zakat, maka ia menuju orang dimaksud atau keluarga tertentu

itu lalu memberikan zakatnya kepada mereka. Bahkan, permasalahannya tidak

berhenti di sini saja. Anda akan mendapatkan orang itu berpesan kepada para

rekan-rekannya bahwa dirinya mengetahui ada orang atau keluarga miskin, ia

pun menyarankan agar para rekannya itu menitipkan zakat mereka kepadanya.

Lalu, ia akan menyalurkan zakat itu kepada orang atau keluarga miskin tadi.

Sisi kesalahannya adalah orang yang menunaikan zakat pada kondisi

seperti itu tidak memperhatikan kondisi si penerima zakat, yaitu orang miskin

dan keluarga tadi. Bahkan, mungkin tidak sampai terpikir oleh mereka. Sebab,

status miskin itu sudah terpatri di benak mereka sejak beberapa tahun atau

puluhan tahun silam, bahwa lelaki atau keluarga miskin tersebut berhak

menerima zakat (mustahiq). Padahal, penerima zakat tersebut terkadang saat

sekarang tidak memerlukan zakat lagi dan tidak berhak lagi. Saya tidak

bermaksud agar mereka menyelidiki rumah orang lain. Tetapi, seseorang

hendaknya menanyakan dan memilih-milih siapa yang pantas diberi zakat.

30. Tidak Teliti dalam mengalokasikan Zakat

Kesalahan lainnya adalah sebagian kaum muslimin yang tidak memeriksa

terlebih dahulu kepada siapa ia mengalokasikan zakatnya. Bila ia mengetahui

bahwa seseorang itu fakir, maka ia segera memberikan zakatnya agar ia bisa

segera lepas tanggung jawab; bebas dari kewajiban dengan mengesampingkan

pandangan terhadap kondisi pihak penerima.

Page 24: JANGAN BIARKAN PUASA SIA-SIA

100 AGAMA TAK BERARTI ADA 100 TUHAN, TUHAN TETAP 1 & TURUNKAN AGAMA PUN CUMA 1 WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET

ISLAM TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT MASIH BANYAK RAGU & TAK DAPAT BUKTIKAN ISLAM SEBAGAI SATU-SATUNYA AGAMA YANG TERBUKTI BENAR

ISLAM PUN TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT CINTA DUNIA SERTA TIDAK MENCINTAI ALLAH & RASUL MELEBIHI SEGALANYA. QS.9:24, 33:6, 9:120, 9:15

Ini termasuk tindak peremehan yang banyak orang terjebak sebabnya.

Terkadang, phak penerima zakat itu termasuk orang yang gemar menggunakan

uang untuk maksiat kepada Allah. Dengan begitu, zakat menjadi penolong

baginya untuk berbuat maksiat.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan, “Tidak selayaknya zakat itu

diberikan kepada orang yang tidak menggunakannya untuk taat kepada Allah.

Sesungguhnya, Allah mewajibkan zakat agar menjadi penolong dalam mentaati-

Nya, yaitu bagi kalangan umat Islam miskin yang membutuhkannya dan terbelit

hutang, atau yang sedang menolong orang beriman. Jadi, orang-orang yang

butuh harta namun tidak shalat, maka ia tidak diberi zakat sampai ia mau

bertaubat dulu, serta mau tekun menunaikan shalat pada waktunya.”

31. Mewajibkan Puasa Enam Hari pada Bulan Syawal

Kesalahan lainnya adalah kasus yang muncul pada sebagian kaum

muslimin yang mewajibkan puasa enam hari pada bulan Syawal dan mengingkari

orang yang tidak berpuasa. Ini adalah tindakan mewajibkan sesuatu yang tidak

diwajibkan oleh Allah dan Rasul-Nya.

Syaikh Ibnu Jibrin pernah ditanya, “Apakah puasa enam hari pada bulan

Syawal itu wajib, dan pahala puasa bulan Ramadhan tidak sempurna kecuali

dengan mengikutinya dengan puasa enam hari tersebut?”

Syaikh Ibnu Jibrin menjawab, “Puasa enam hari pada bulan Syawal hukumnya

sunnah. Ada sejumlah hadits shahih terkait masalah ini. Misalnya, sabda Nabi

SAW: “Barangsiapa puasa Ramadhan lalu mengikutinya dengan puasa enam hari

pada bulan Syawal, maka ia seperti puasa setahun.” (HR. Muslim)

Sebab itu, para ulama menganggapnya sebagai amalan sunnah. Tidak ada

seorang pun yang mengatakan bahwa puasa tersebut wajib. Bahkan, itu

termasuk amalan sunnah yang bila seseorang menghendaki keutamaan, maka

dipersilakan berpuasa, dan siapa yang tidak, maka boleh meninggalkannya. Ia

boleh mengerjakannya tahun ini dan tahun depan meninggalkannya. Dengan

meninggalkannya tidak akan mengurangi kesempurnaan puasa Ramadhan.

Seseorang juga boleh melaksanakannya pada awal bulan Syawal, di tengahnya,

atau di akhirnya. Wallahu a’lam.”

32. Mewajibkan Puasa Enam Hari Bulan Syawal dengan Berturut-turut

Kesalahan lainnya bahwa ada sebagian mereka mewajibkan pelaksanaan

puasa enam hari bulan Syawal itu secara berturut-turut dan langsung setelah Idul

Fitri. Ini merupakan tindakan yang mengandung kekakuan dan membuat syariat

yang tidak diijinkan Allah.

Ada seseorang bertanya, “Apakah wajib bagi orang yang ingin puasa enam

hari bulan Syawal mengerjakannya berturut-turut, atau dibolehkan secara

terpisah di awal bulan, tengah, dan di akhirnya?”

Syaikh Ibnu Jibrin menjawab, “Puasa enam hari tersebut hukumnya

sunnah, bukan wajib. Utamanya, puasa itu dikerjakan setelah Idul Fitri,

berdasarkan hadits: “Barangsiapa puasa Ramadhan lalu mengikutinya dengan

puasa enam hari pada bulan Syawal, maka ia seperti puasa setahun.”

Akan tetapi, puasa itu boleh dikerjakan secara berturut-turut ataupun

secara terpisah-pisah. Ia juga boleh dikerjakan pada awal, pertengahan, atau

akhir bulan. Itu semua sudah memenuhi tuntutan puasa tersebut.”

33. Tidak Tunaikan Ibadah Haji Sebab Masih Memiliki Kewajiban Puasa

Sebagian kaum muslimin merasa berat untuk melaksanakan ibadah haji

bila dirinya masih punya kewajiban (mengganti) puasa Ramadhan. Perasaan

berat ini tidak perlu dianggap bila memang ia mampu melaksanakan ibadah haji.

Ada kewajiban dari Lajnah Ad-Da’imah tentang seseorang yang bertanya

terkait hal ini. Jawaban tersebut adalah, “Anda boleh melaksanakan ibadah haji

meski Anda belum mengganti (mengadha) puasa Ramadhan yang terlewatkan.

Akan tetapi, Anda tidak boleh mengakhirkan qadha puasa hingga bulan puasa

berikutnya datang selama Anda mampu mengqadhanya.

FATWA-FATWA PENTING SEPUTAR PUASA

Obat tetes Mata Tidak Membatalkan Puasa

Tanya: Lajnah Daimah menerima permintaan fatwa yang redaksinya

sebagai berikut: Dalam kitab Adh-Dhiya’ul Lami’ bahasan khusus tentang bulan

Ramadhan dan hal-hal yang berkaitan dengan puasa terdapat uraian sebagai

berikut, “Puasanya juga tidak batal bila ia muntah tanpa sengaja, atau

mengobati kedua matanya atau telinganya, atau meneteskan obat padanya.”

Bagaimana pendapat Anda tentang hal ini?

Page 25: JANGAN BIARKAN PUASA SIA-SIA

FREE DOWNLOAD: E-BOOK, SOFTWARE ISLAM KOMPUTER & HANDPHONE, CERAMAH, VIDEO WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET

KEWAJIBANMU YANG DIBEBANKAN ATASMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.16:82 KEWAJIBANMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.3:20, QS.42:48

SEKALI-KALI KAU TAK KAN SAMPAI PADA KEBAJIKAN HINGGA KAU NAFKAHKAN HARTA DI JALAN ALLAH. QS.3 ALI IMRAN:19, 61 SHAFF:10-12, 47 HUJURAAT:15

Jawab: Pernyataan bahwa orang yang meneteskan obat tetes di kedua

mata atau telinga untuk keperluan pengobatan itu tidak merusak (membatalkan)

puasa adalah benar. Sebab, tindakan itu tidak dikategorikan makan atau minum,

baik menurt istilah adat istiadat maupun istilah syari’at. Selain itu, tetesan itu

masuk ke dalam tubuh melalui jalan yang tidak semestinya untuk makan dan

minum.

Tetapi, seandainya ia menunda pengobatan mata atau telinganya itu

sampai malam, maka itu lebih berhati-hati untuk menghindari perselisihan.

Demikian pula, bila seseorang muntah tanpa sengaja, ini tidak membatalkan

puasanya. Sebab, Allah tidak membebani seseorang kecuali sebatas

kemampuannya. Sedangkan syari’at itu dibangun di atas kemudahan,

berdasarkan firman Allah, ‘Dan, Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kalian

dalam agama suatu kesempitan.’ (QS. Al-Hajj [22]: 78).

Dan dalil-dalil lainya, seperti sabda Nabi SAW: “Barangsiapa muntah tanpa

sengaja, maka tidak ada qadha (puasa) baginya. Tetapi siapa saja muntah

dengan sengaja, maka ia harus menggantinya.” (Lajnah Da’imah)

Apakah Mimpi Basah dan Keluarkan Darah dari Anggota Tubuh Dapat

Membatalkan Puasa?

Tanya: Suatu ketika, saya berpuasa dan tidur di masjid. Setelah bangun, ternyata

saya mimpi basah. Apakah mimpi basah ini membatalkan puasa? Perlu diketahui

juga, bahwa saya juga belum mandi, sehingga ketikamengerjakan shalat tanpa

mandi. Pertanyaan lain, saya pernah terkenah batu di kepala hingga

mengucurkan darah. Apakah saya perlu membatalkan puasa disebabkan hal itu?

Jawab: Mimpi basah tidak membatalkan puasa sebab itu bukan atas

kemauan seseorang. Akan tetapi, ia harus mandi janabat bila keluar air mani.

Sebab, Nabi SAW ketika ditanya tentang masalah ini, beliau menjawab bahwa

orang yang bermimpi harus mandi bila mendapatkan air mani.

Shalat yang Anda kerjakan tanpa mandi janabat, maka ini merupakan

kesalahan dan kemunkaran besar. Anda harus mengulangi shalat disertai

bertaubat kepada Allah SWT. Tentang batu yang mengenaimu hingga

mengeluarkan darah, maka itu tidak membatalkan puasa. (Fatwa Syaikh Bin Baz)

Hukum Melakukan Onani Pada Siang Hari Bulan Ramadhan

Tanya: Saya seorang pemuda berusia 19 tahun. Saya memiliki problem

yaitu tidak bisa lepas dari kebiasaan onani. Apakah ada kafaratnya atas diri saya

atau tidak? Berikanlah Jawab kepada saya, semoga Allah membalas kalian.

Jawab: Kami menasihatkan kepada Anda agar bersabar dan menguatkan

kesabaran. Sesungguhnya, perbuatan tersebut haram menurut syariat, tetapi

lebih ringan dibandingkan zina. Sebagian ulama memang membolehkan onani

bagi seseorang yang khawatir terjatuh dalam perbuatan zina atau hooseksual,

bila syahwatnya tidak mereda.

Kami juga menyarankan agar Anda berpuasa, sebab ini akan meringankan

gejolak syahwat. Nabi SAW pun memberikan petunjuk serupa kepada para

pemuda yang belum mampu memberikan nafkah berumah tangga.

Saran kami, berusahalah segera menikah sebab hal ini lebih bisa

menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Curahkanlah

kesungguhan Anda sekuat tenaga, niscaya Allah akan memberi kecukupan dan

menolong apa yang tidak sanggup Anda melakukannya.

Tentang kebiasaan onani yang Anda lakukan pada siang hari bulan

Ramadhan, maka itu membatalkan puasa tetapi tidak menyebabkan kafarat

(berpuasa dua bulan berturut-turut). Namun, Anda harus mengganti hari-hari

yang batal pada tahun lalu dan tahun ini. Selanjutnya, di samping mengqadha

hari-hari pada tahun lalu, Anda juga harus membayar kafarat dengan member

makan orang miskin selama hari-hari itu. Terakhir, bertaubatlah kepada Allah,

sebab taubat itu menghapus dosa yang sebelumnya. (Fatwa Syaikh Ibnu Jibrin)

Suntikan Suplemen (Dopping) Pada Siang Hari Membatalkan Puasa

Tanya: Saya pernah menyuntikkan sesuatu di pembuluh darah tubuh saya

pada siang hari bulan Ramadhan. Apakah puasa saya hari itu dianggap sah,

ataukah saya harus menggantinya?

Jawab: Bila suntikan itu mengenyangkan atau menguatkan tubuh, maka

itu membatalkan puasa, baik disuntikkan di pembuluh darah maupun yang

lainnya. Namun, bila itu hanya sekedar suntikan penenang, obat bius, atau

semisalnya, maka itu tidak membatalkan puasa. (Fatwa Syaikh Ibnu Jibrin)

Page 26: JANGAN BIARKAN PUASA SIA-SIA

100 AGAMA TAK BERARTI ADA 100 TUHAN, TUHAN TETAP 1 & TURUNKAN AGAMA PUN CUMA 1 WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET

ISLAM TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT MASIH BANYAK RAGU & TAK DAPAT BUKTIKAN ISLAM SEBAGAI SATU-SATUNYA AGAMA YANG TERBUKTI BENAR

ISLAM PUN TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT CINTA DUNIA SERTA TIDAK MENCINTAI ALLAH & RASUL MELEBIHI SEGALANYA. QS.9:24, 33:6, 9:120, 9:15

Muntah Tidak Sengaja Tidak Membatalkan Puasa

Tanya: Seorang pembaca menanyakan, “Apakah muntah membatalkan puasa?”

Jawab : Luka, mimisan, muntah, serta kemasukan air atau bensin ke

kerongkongan yang dialami oleh orang yang sedang berpuasa tanpa kemauannya

adalah tidak membatalkan puasa. Akan tetapi, seorang yang menyengaja

muntah, maka puasanya batal. Hal ini berdasarkan sabda Nabi SAW:

“Barangsiapa muntah tanpa sengaja, maka tidak ada qadha (puasa) baginya.

Tetapi, siapa menyengaja muntah, maka ia harus menggantinya.” (HR. Ahmad

dan Penulis kitab-kitab Sunan dengan sanad shahih). (Fatwa Syaikh Bin Baz)

Hukum Menggunakan Krim Pelembab Kulit Bagi Orang Yang Berpuasa

Tidak mengapa menggunakan krim pelembab kulit ketika puasa bila itu

dibutuhkan. Krim tersebut hanya membasahi kulit luar saja, tidak sampai masuk

ke bagian dalam tubuh. Selain itu, seandainya bisa masuk melalui pori-pori, tetap

saja tidak dianggap sebagai pembatal puasa. (Fatwa Syaikh Ibnu Jibrin)

Hukum Menggunakan Sikat Gigi Disertai Keluarnya Darah

Tanya: Setelah waktu imsak, apakah saya boleh menggosok gigi dengan

pasta gigi? Kalau boleh, apakah sedikit darah yang keluar dari sela-sela gigi

ketika menyikat gigi membatalkan puasa?

Jawab: Tidak masalah setelah waktu imsak membersihkan gigi dengan

siwak dan air, atau dengan sikat gigi. Namun, ada sebagian ulama yang

memakruhkan orang puasa menggunakannya setelah siang hari sebab itu akan

menghilangkan bau mulut (Khuluf) orang puasa. Akan tetapi, yang benar bahwa

itu disunnahkan baik pagi maupun sore hari. Penggunaannya tidak

menghilangkan bau mulut, tetapi hanya membersihkan gigi dan mulut dari bau

tak sedap dan kotoran mulut.

Tentang menggunakan pasta gigi, yang paling jelas, itu makruh sebab pasta

gigi itu memiliki aroma dan rasa yang terkadang bercampur dengan ludah,

sehingga rentan tertelan. Maka, siapa yang ingin menggunakannya, maka

sebaiknya dilakukan setelah makan sahur sebelum waktu imsak. Bila ia

menggunakannya pada siang hari dan bisa menjaga untuk tidak menelannya,

maka tidak mengapa bila memang dibutuhkan.

Sedangkan, sedikit darah yang keluar dari sela-sela gigi pada saat

menggosoknya dengan sikat gigi atau siwak atau saat wudhu, maka itu tidak

membatalkan puasa. Wallahu a’lam. (Fatwa Syaikh Ibnu Jibrin)

Suntikan Pada Siang Hari Bulan Ramadhan

Tanya: Apakah menggunakan jarum suntik dan suntikan pengobatan pada

siang hari bulan Ramadhan mempengaruhi keabsahan orang puasa?

Jawab: Suntikan pengobatan itu ada dua macam:

Pertama, suntikan yang dimaksudkan untuk memberi suplemen sehingga tidak

perlu makan dan minum lagi. Suntikan seperti ini membatalkan puasa sebab

semakna dengan makan dan minum. Sebab, nash-nash syar’i itu menetapkan,

bahwa bila terdapat satu makna (kategori) pada sesuatu yang dikandung oleh

nash tersebut, maka sesuatu itu dihukumi sama dengan nash tersebut.

Kedua, suntikan yang tidak memberikan suplemen, maksudnya tidak

menggantikan fungsi makan dan minum. Suntikan ini tidak membatalkan puasa.

Sebab nash sayr’i, baik secara lafazh maupun makna, tidak mencakup hal

tersebut. Jadi, suntikan jenis ini tidak masuk kategori dan tidak bisa dimaknai

makan dan minum. Hukum dasar puasa itu sah sampai terdapat kepastian

adanya sesuatu yang membuatnya batal berdasarkan kandungan dalil syar’i.

Obat Kumur

Tanya: Apakah menggunakan obat kumur dapat membatalkan puasa?

Jawab: Obat kumur tidak membatalkan puasa bila tidak ditelan. Tetapi, hal

ini jangan Anda lakukan, kecuali bila sangat membutuhkannya. Jadi, itu sedikit

membatalkan puasa bila tidak masuk ke kerongkongan sedikit pun.

Puasa Wishal

Tanya: Apakah puasa Wishal itu? Apakah itu termasuk amalan sunnah?

Jawab: Puasa Wishal adalah orang yang berpuasa tanpa berbuka selama

dua hari atau lebih. Ia menyambung puasa dua hari secara berturut-turut. Nabi

SAW melarang puasa semacam ini, beliau bersabda, “Barangsiapa ingin

menyambung puasa, hendaklah menyambungnya sampai waktu sahur.”

Menyambung puasa sampai waktu sahur hukumnya boleh, dan bukan hal

yang syari’atkan. Rasul SAW menganjurkan umatnya agar bersegera berbuka,

beliau bersabda: “Manusia senantiasa dalam kebaikan selama mereka

menyegerakan buka puasa.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Page 27: JANGAN BIARKAN PUASA SIA-SIA

FREE DOWNLOAD: E-BOOK, SOFTWARE ISLAM KOMPUTER & HANDPHONE, CERAMAH, VIDEO WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET

KEWAJIBANMU YANG DIBEBANKAN ATASMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.16:82 KEWAJIBANMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.3:20, QS.42:48

SEKALI-KALI KAU TAK KAN SAMPAI PADA KEBAJIKAN HINGGA KAU NAFKAHKAN HARTA DI JALAN ALLAH. QS.3 ALI IMRAN:19, 61 SHAFF:10-12, 47 HUJURAAT:15

Akan tetapi, beliau membolehkan mereka menyambung puasanya sampai waktu

sahur saja. Ketika para sahabat mengatakan, “Wahai rasulullah, apakah engkau

menyambung puasa.” Beliau menjawab, “Kondisiku tidaklah seperti kalian.”

Mencium dan Memeluk Istri di Siang Hari Bulan Ramadhan

Tanya: Saya telah menikah saat usia 20 tahun. Pernikahan saya waktu itu

dilaksanakan pada bulan Ramadhan. Saya pernah tidur bersama istri setelah

makan sahur. Saya mencium dan memeluknya, sedangkan kami berdua tetap

memakai baju tidur. Setelah itu, kemaluan saya mengeluarkan cairan seperti

mani tetapi saya tidak tahu persis, apakah itu mania tau bukan.

Sebegai catatan, saya mengalami hal ini selama beberapa hari. Ketika

saya bertanya tentang hal ini, dikatakan pada saya bahwa perbuatan tersebut

tidak dibolehkan. Akhirnya, saya tidak pernah mengulang lagi tidur bersama istri

setelah sahur. Batin saya selalu mencela diri sata atas apa yang telah terjadi.

Dengan kemurahan Anda sekalian, saya berharap Anda memberikan jalan

keluarnya. Apakah saya wajib membayar kafat, atau apa yang harus saya

lakukan?

Jawab: Menurut kami, agar lebih selamat, sebaiknya Anda mengqadha

puasa pada hari-hari yang telah Anda pergunakan untuk bersentuhan tubuh dan

semisalnya, sehingga Anda mengeluarkan cairan, baik itu mani maupun madzi.

Menurut jumhur ulama, kedua cairan ini menyebabkan puasa batal bila ada

unsur kesengajaan dan dilakukan dengan sadar. Adapun, kalau yang keluar itu

madzi, maka ada perbedaan pendapat dalam hal ini.

Berkaitan dengan dosa dan kafarat, maka tidak ada dosa maupun kafarat

bagi Anda, insya Allah, sebab kejadian itu muncul didasari oleh ketidaktahuan.

Kafarat itu wajib bila ada persetubuhan di kemaluan pada siang hari bulan

Ramadhan. Wallahu a’lam. (Fatwa Syaikh Ibnu Jibrin)

HADITS-HADITS DHA’IF SEPUTAR RAMADHAN

Sebagai sesuatu yang penting diperhatikan, kami menutup tulisan ini

dengan hadits-hadits dha’if yang banyak di muat di kitab-kitab nasihat dan sering

dibicarakan orang. Bab ini perlu disampaikan di sini, agar seorang muslim tidak

menisbatkan sesuatu kepada Nabi yang sebenarnya tidak shahih dari beliau.

Selain itu, hadits-hadits yang shahih saja sudah cukup, sehingga tidak perlu lagi

hadits-hadits yang lemah dan palsu. (Ibnul Mubarak berkata, “Dalam

(mengamalkan) hadits yang shahih akan bisa melalaikan hadits yang cacat.” Di

antara hadits dha’if tersebut adalah:

Hadits Pertama: “(Bulan Ramadhan Adalah) Bulan yang Awalnya Rahmat,

Pertengahannya Maghfirah, dan Akhirnya adalah Pembebasan dari Neraka.”

Hadits tersebut berbunyi:

“(Bulan Ramadhan Adalah) Bulan yang Awalnya Rahmat, Pertengahannya

Maghfirah, dan Akhirnya adalah Pembebasan dari Neraka.”

Hadits ini merupakan penggalan dari hadits panjang berikut ini: “Wahai

manusia, bulan agung ini telah menaungi kalian. Bulan yang di dalamnya

terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Allah menjadikan puasa

pada bulan itu sebagai kewajiban, shalat maamnya sebagai sunah tambahan.

Siapa saja yang bertaqarrub di dalamnya dengan satu kebaikan, maka seperti

halnya orang yang menunaikan kewajiban pada bulan lainnya. Barangsiapa

mengerjakan kewajiban pada bulan itu, maka ia seperti orang yang mengerjakan

tujuhpuluh kewajiban pada bulan lainnya.

Bulan ini adalah bulan kesabaran, sedangkan kesabaran itu balasannya

surga. Ini bulan tolong menolong, bulan yang didalamnya seorang mukmin akan

ditambahkan rezekinya. Barangsiapa memberi makanan berbuka untuk orang

puasa, maka itu menjadi ampunan bagi dosanya dan dirinya dibebaskan dari

neraka. Ia akan memperoleh pahala sama seperti pahala orang itu dengan tanpa

mengurangi pahala orang itu. Para sahabat bertanya, ‘Wahai Rasulullah, tidak

setiap kami mendapatkan sesuatu untuk diberikan kepada orang puasa sebagai

makanan berbuka?’ Rasulullah menjawab, ‘Allah memberikan pahala itu melalui

perbuatan orang yang memberi makanan berbuka untuk orang puasa berupa

minum susu, kurma, atau air. Barangsiapa memberi minum orang puasa hingga

kenyang, maka Allah akan memberinya minuman dari telaga satu tegukan yang

membuatnya tidak akan haus lagi sampai ia masuk surga.

Bulan Ramadhan itu awalnya rahmat, pertengahannya maghfirah dan

akhirnya adalah pembebasan dari neraka. Maka, perbanyaklah empat hal di

bulan ini. Dua hal yang kalian bisa membuat ridha Rabb kalian, sedang dua hal

lainnya kalian tidak akan bisa lepas darinya. Adapun dua hal yang bisa membuat

ridha Rabb kalian adalah syahadat ‘La ilaha illallah’ dan istighfar. Sedangkan,

dua hal lainnya yang kalian tidak akan bisa lepas darinya yaitu: kalian meminta

surga dan berlindung dari adzab neraka.”

Page 28: JANGAN BIARKAN PUASA SIA-SIA

100 AGAMA TAK BERARTI ADA 100 TUHAN, TUHAN TETAP 1 & TURUNKAN AGAMA PUN CUMA 1 WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET

ISLAM TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT MASIH BANYAK RAGU & TAK DAPAT BUKTIKAN ISLAM SEBAGAI SATU-SATUNYA AGAMA YANG TERBUKTI BENAR

ISLAM PUN TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT CINTA DUNIA SERTA TIDAK MENCINTAI ALLAH & RASUL MELEBIHI SEGALANYA. QS.9:24, 33:6, 9:120, 9:15

Hadits ini dikeluarkan oleh Ibnu Khuzaimah dan lainnya dari Salman Al-

farisi. Dalam sanadnya terdapat Ali bin Zaid bin Jud’an. Ahmad dan lainnya

mendha’ifkannya.

Diriwayatkan dari hadits Abu Hurairah secara marfu’ dengan lafazh,

“(Bulan Ramadhan Adalah) Bulan yang Awalnya Rahmat, Pertengahannya

Maghfirah, dan Akhirnya adalah Pembebasan dari Neraka.”

Hadits ini dikeluarkan oleh Al-Uqaili, Ibnu’ Adi, Al-Khathib dalam Al-

Muwadhdhih, Ad-Dailami, dan Ibnu Asakir. Dalam sanadnya terdapat Salam bin

Sulaiman bin Siwar. Ibnu Adi berkata, “Menurutku, haditsnya munkar.” Di

dalamnya juga terdapat Maslamah bin Shalt. Abu Hatim mengomentarinya,

“Haditsnya ditinggalkan.”

Hadits Kedua: “Ya Allah, Berkahilah Kami Pada Bulan Rajab dan Sya’ban, serta

Sampaikanlah Kami Hingga Bulan Ramadhan”

Hadits tersebut berbunyi: “Ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan

Sya’ban, serta sampaikanlah kami hingga bulan Ramadhan.”

Hadits ini diriwayatkan oleh Bazzar dari Anas. Dalam sanadnya ada Zaid bin

Abi Ar-Raqad. Tentang orang ini, Bukhari berkata, “haditsnya munkar.”

Hadits Ketiga: “Siapa Saja Yang Menjumpai Bulan Ramadhan di Mekah…”

Hadits tersebt berbunyi, “Siapa saja yang menjumpai bulan Ramadhan di

Mekah, lalu berpuasa dan shalat ringan, maka Allah akan menetapkan baginya

seratus ribu bulan Ramadhan pada selain tempat itu. Allah akan menetapkan

untuknya setiap hari (pahala) membebaskan budak, dua muatan kuda di jalan

Allah, dan satu kebaikan setiap siang dan malam.”

Ini adalah hadits palsu (maudhu’) diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Ibnu

Abbas. Di dalam sanadnya ada Abdurrahim bin Zaid Al-Ammi. Ibnu Ma’in

mengomentarinya, “Ia pendusta lagi tercela.” Nasai mengatakan, “Ia tidak tsiqah

dan tidak dapat dipercaya.

Hadits Keempat: “Seandainya Para Hamba Mengetahui Apa Itu Ramadhan,

Niscaya Umatku Berangan-angan Agar Setahun Penuh Itu Semuanya (Bulan

Ramadhan)”

Bunyi hadits tersebut adalah, “Seandainya para hamba mengetahui apa itu

Ramadhan, niscaya umatku berangan agar setahun penuh itu semuanya (bulan

Ramadhan).” Lalu, ada seorang laki-laki dari Khuza’ah berkata, “Wahai Nabi

Allah, ceritakanlah pada kami!” Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya, surga itu

berhias untuk Ramadhan sejak awal tahun sampai awal tahun berikutnya. Bila

hari pertama bulan Ramadhan tiba, angin bertiup dari bawah Arsy, lalu menerpa

dedaunan surga. Maka, para bidadari melihat hal itu dan berkata, ‘Ya Rabbi,

anugerahkanlah untuk kami suami-suami dari kalangan hamba-Mu pada bulan ini

yang menjadi penyejuk mata kami dan kami pun jadi penyejuk mata mereka.”

Nabi melanjutkan, “Tidaklah seorang hamba berpuasa sehari pada bulan

Ramadhan melainkan akan dinikahkan dengan seorang bidadari di dalam kemah

dari permata yang disifati Allah, (Bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih,

dipingit dalam rumah.’ (QS. Ar-Rahman [55]: 72). Setiap bidadari mengenakan 70

perhiasan yang warnanya berlainan, dan diberi 70 minyak wangi yang aromanya

berlainan satu sama lain. Setiap bidadari memiliki 70.000 pelayanan putrid untuk

melayani keperluannya, juga 70.000 pelayanan putra yang masing-masing

pelayan membawa nampan dari emas. Di atasnya ada jenis makanan yang rasa

kelezatan terakhirnya tidak terdapat pada rasa pertama. Setiap bidadari memiliki

70 ranjang dari yaquth merah; di atas masing-masing ranjang terdapat

permadani yang sebelah dalamnya dari sutera. Di atas permadani terdapat 70

dipan. Suaminya diberi seperti itu juga; di atas ranjang dari yaquth merah

berhamparkan permata. Dia mengenakan dua gelang emas. Semua ini ada pada

setiap hari puasa bulan Ramadhan yang ia kerjakan puasanya, belum lagi amalan

kebaikan yang ia lakukan.”

Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dan Ibnul Jauzi dalam kitab

Al-Maudhu’at. Dalam sanadnya ada Jarir bin Ayyub. Bukhari mengatakan,

“Haditsnya munkar.” Abu Nua’im berkata, “Ia pernah memalsu hadits.” Nasai

mengatakan, “Haditsnya tidak dipakai.”

Hadits Kelima: “Barangsiapa Tidak Berpuasa Satu Hari Pada Bulan Ramadhan

Tanpa Ada Alasan Ataupun Sakit, Maka Meskipun Ia Puasa Setahun Tidak Akan

Bisa Menggantikannya”

Bunyi hadits tersebut adalah, “Barangsiapa tidak berpuasa satu hari pada

bulan Ramadhan tanpa ada alasan ataupun sakit, maka meskipun ia puasa

setahun tidak akan bisa menggantikannya.”

Page 29: JANGAN BIARKAN PUASA SIA-SIA

FREE DOWNLOAD: E-BOOK, SOFTWARE ISLAM KOMPUTER & HANDPHONE, CERAMAH, VIDEO WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET

KEWAJIBANMU YANG DIBEBANKAN ATASMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.16:82 KEWAJIBANMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.3:20, QS.42:48

SEKALI-KALI KAU TAK KAN SAMPAI PADA KEBAJIKAN HINGGA KAU NAFKAHKAN HARTA DI JALAN ALLAH. QS.3 ALI IMRAN:19, 61 SHAFF:10-12, 47 HUJURAAT:15

Bukhari meriwayatkan hadits ini secara muallaq. Hadits ini juga

diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah, Tirmidzi, Abu Daud, Ibnu Majah dan lainnya.

Ibnu Hajar dalam Fathul Bari, VI: 161, mengatakan, “Dalam sanadnya terdapat

Habib bin Abi Tsabit yang banyak diperdebatkan, sehingga muncullah tiga cacat;

ia seorang rawi muththarib (Kacau); tidak mengenal biografi Abul Muthawis;

serta tidak yakin apakah bapaknya memang mendengar dari Abu Hurairah.

Hadits Keenam: “Berpuasalah, Niscaya Kalian Akan Sehat”

Bunyi hadits tersebut adalah: “Berpuasalah, niscaya kalian akan sehat.”

Hadits ini diriwayatkan oleh Thabarani dalam Al-Ausath; dan Abu Nua’im

dalam Ath-Thibbun Nabawi dari Abu Hurairah. Dalam sanadnya terdapat Zuhair

bin Muhammad. Ibnu Adi meriwayatkan dalam Al-kamil dari Ibnu Abbas. Dalam

sanadnya terdapat Nahsyal bin Said. Dia ditinggalkan.

Hadits Ketujuh: “Janganlah Kalian Mengatakan ‘Ramadhan’. Sebab, Ramadhan

Adalah Salah Satu Nama Allah, Akan Tetapi Katakanlah ‘Syahru Ramadhan’

(Bulan Ramadhan)”

Hadits tersebut berbunyi: “Janganlah kalian mengatakan ‘Ramadhan’,

sebab Ramadhan adalah salah satu nama Allah. Akan tetapi, katakanlah ‘Syahru

Ramadhan’ (bulan Ramadhan).”

Ibnu Hajar mengatakan, “Hadits ini dha’if yang diriwayatkan oleh Abu

Ma’syar Najih Al-Madani dari Sa’id Al-Maghbari dari Abu Hurairah secara marfu’.

(Setelah mengemukakan hadits ini, ia mengatakan), “Ibnu Adi mengeluarkannya

dalam Al-Kamil dan ia melemahkan Abu Ma’syar.” Baihaqi mengatakan,

‘Diriwayatkan dari Abu Ma’syar dari Muhammad bin Ka’ab dan haditsnya mirip’.”

Demikian yang disebutkan dalam Fathul Bari, IV: 113.

Hadits Kedelapan: Hadits Tentang Dua Perempuan yang Pernah Menggunjing

Saat Berpuasa

Hadits terkait dua perempuan yang pernah menggunjing saat keduanya

dalam keadaan puasa. Adapun redaksi hadits selengkapnya adalah sebagai

berikut, “Dua wanita sedang berpuasa dan seorang laki-laki berkata, ‘Wahai

rasulullah, di sini ada dua orang wanita berpuasa dan keduanya hamper mati

sebab kehausan. ‘Nabi SAW pun berpaling darinya atau diam. Laki-laki tadi

mengulanginya lagi.

Aku (perawi) melihatnya di bawah terik matahri. Ia melanjutkan, ‘Wahai Nabi

Allah, demi Allah, kedua wanita itu nyaris mati atau bahkan telah mati.’ Beliau

bersabda, ‘Panggilah keduanya kemari.’ Lalu, kedua wanita itu datang lalu

dibawakan wadah bekas. Beliau SAW bersabda kepada salah satu wanita itu,

‘Muntahkanlah.’ Lalu, wanita itu memuntahkan nanah dan darah; atau nanah

bercampur daging. Ia muntah hingga memenuhi setengah wadah. Lalu, beliau

SAW bersabda kepada wanita satunya, ‘Muntahkanlah.’ Ia pun memuntahkan

nanah, darah, nanah bercampur daging busuk dan lain hingga memenuhi wadah.

Nabi SAW lalu bersabda, ‘Sesungguhnya dua wanita ini pernah puasa

menahan diri dari sesuatu yang dihalalkan Allah, juga berbuka dengan sesuatu

yang diharamkan Allah SWT atas mereka. Salah satu mereka duduk ngobrol

dengan satunya dan memakan daging orang-orang (menggunjing)’.”

Hadits ini dikeluarkan oleh Imam Ahmad, V: 431 dan Abu Dawud Ath-

Thayalisi. Dalam Sanad keduanya terdapat seseorang yang tidak dikenal. Dalam

sanad Ath-Thayalisi juga terdapat Rabi’ bin Dhabih. Ia adalah rawi yang dha’if.

Ada lagi, Yazid bin Aban Ar-Raqasyi, di mana haditsnya ditinggalkan.

Hadits Kesembilan: “Bila Kalian Berpuasa, Maka Bersiwaklah Pada Pagi Hari

dan Jangan Bersiwak Pada Sore Hari”

Hadits ini sanadnya dha’if (lemah) dan takhrijnya telah dijelaskan

sebelumnya dalam kesalahan kesembilan.

Hadits Kesepuluh: : “Tidurnya Orang Puasa Adalah Ibadah”

Bunyi hadits tersebut adalah: “Tidurnya Orang Puasa Adalah Ibadah”

Lanjutan hadits ini adalah, “Diamnya adalah tasbih, amal perbuatannya

akan dilipatgandakan, doanya akan dikabulkan, serta dosanya akan diampuni.”

Hadits ini diriwayatkan oleh Baihaqi, Ah-Dailami, dan Ibnu Najjar dari

Abdullah bin Abi Aufa Al-Aslami. Setelah menyebutkan hadits ini, Baihaqi

mengatakan, “Makruf bin Hassan (salah seorang perawi) adalah dha’if. Sulaiman

bin Umar melemahkannya.” Al-Iraqi berkata, “Sulaiman An-Nakha’I adalah

seorang pendusta.” Al-Munawi dalam Syarh Al Jami’ berkata, “Dalam sanadnya

terdapat Abdullah bin Umair yang dikomentari Ahmad, “Haditsnya muththarib.”

Lihat takhrij hadits-hadits kitab Ihya’ Ulumiddin yang ditakrij oleh Mahmud Al-

Haddad, II: 605.

Page 30: JANGAN BIARKAN PUASA SIA-SIA

100 AGAMA TAK BERARTI ADA 100 TUHAN, TUHAN TETAP 1 & TURUNKAN AGAMA PUN CUMA 1 WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET

ISLAM TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT MASIH BANYAK RAGU & TAK DAPAT BUKTIKAN ISLAM SEBAGAI SATU-SATUNYA AGAMA YANG TERBUKTI BENAR

ISLAM PUN TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT CINTA DUNIA SERTA TIDAK MENCINTAI ALLAH & RASUL MELEBIHI SEGALANYA. QS.9:24, 33:6, 9:120, 9:15

PENUTUP

Aku Islam sebab lahir di Asia dari ortu Islam

Amita Bachan Hindu sebab lahir dari ortu Hindu

Britney Kristen sebab lahir di USA dri ortu Kristen

Jika aku lahir di amerika dari ortu kristen, Mungkin saat ini aku masih berkalung

salib.. Jika Britney Spears lahir dari ibu muslim, mungkin kini tetap berkerudung

Anda juga kira2 demikian,, Singkatnya,, agama kita awalnya ikuti ortu..Tanpa

tahu agama itu benar / salah..Saat kecil, kita tak bisa melawan orang tua

Kini,, Saya yakin cuma Allah Tuhan yg benar, tuhan-tuhan yang lain salah! ,,

Sedang Britney yakin cuma bapak, anak + roh kudus yg benar.. tuhan-tuhan

lainnya salah! ,, & Amita bachan yakin cuma Brahma, Syiwa + Wisnu yang benar,

tuhan2 yang lain salah

Di dunia ada ratusan agama dengan Milyaran pemeluk dengan SEYAKIN-

YAKINNYA

Tapi, meski ada Ratusan agama dengan kepercayaan Seyakin-yakinnya, itu tidak

berarti Tuhan ada banyak! Itu tidak berarti ada Tuhan : Allah, bapak, anak, Roh

kudus, brahma, syiwa, wisnu, budha, zeus, kong hu chu & lainnya

Beratus agama tak berarti ada beratus Tuhan

Tetap TUHAN hanya 1 yang Maha Esa

1 Tuhan berarti hanya 1 agama murni benar dariNYA

Tidak mungkin semua agama benar..

Tidak mungkin Tuhan suruh sembah banyak Tuhan ini, itu, sana & sini

Darimana kita tahu sebuah agama masih benar dan murni 100% dari Tuhan

sedang lain salah / tercampur?

Kita tak bisa bertanya pada Tuhan atau para Nabi !!

Bukti Agama benar BUKAN dari KATA ORANG

Bukti Agama benar bukan dari tingkah umat

Bukti Agama benar bukan dari TV & koran

Sebab semua itu akibat dari orang tak sempurna

Di Asia banyak orang miskin, bodoh, kumuh, koruptor & penjahat beragama

Islam, Tapi tak berarti Islam jelek Sebab di Meksiko, Philipina, Romania yang

miskin, bodoh, koruptor & jahat agamanya Kristen

Bukti TERKUAT agama benar ialah dari KATA TUHAN, FIRMAN TUHAN / KITAB

SUCI, Sebab kitab suci diakui sbagai FIRMAN TUHAN / KATA TUHAN. Jika benar

kitab itu dari Tuhan, maka tak boleh salah atau cela secuil kecil pun dari

SEGALA SISI

Kitab yang mengaku dari Tuhan, Tidak boleh ada kesalahan dari segala sisi

Dari sisi sastra harus paling unggul, Sebab tak mungkin manusia bersastra lebih

unggul dari Firman Tuhan

Dari sisi Matematika harus akurat, Sebab Tuhan mustahil keliru berhitung

Dari sisi geologi, fisika, kimia, biologi, sandi, astronomi, psikologi & dari SEGALA

SISI harus paling unggul

Qur'an tidak ada cela dari segala sisi… Penemuan dengan alat modern telah

ditulis Qur'an 1400 tahun lalu. Bahkan banyak ayat yang belum dapat dibuktikan

oleh ilmu pengetahuan & Peralatan canggih terakhir

Sedang Alkitab Kristen & kitab lain banyak terdapat RIBUAN KESALAHAN baik dari

sastra, matematika, astronomi, DLL

JADI SEMUA BAHASAN AKAN BERDASAR KITAB!

Tidak cuma asal bicara kesana sini tanpa ada bukti

Contohnya: Penemuan abad 20 dgn teleskop, pesawat antariksa, satelit,

komputer canggih & alat2 modern lain temukan jika alam semesta ini

mengembang. Bintang & Galaksi satu sama lain saling menjauh

Alam semesta, yang segalanya terus bergerak menjauhi satu sama lain, berarti

jika alam semesta tersebut terus-menerus "MENGEMBANG"

Tanpa bantuan alat2 diatas , tak bisa dipastikan jika alam semesta itu meluas.

Tapi semua itu ternyata telah ditulis oleh Qur’an 1400 tahun lalu

QS.51 Adz-Dzaariyaat:47 "Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan dan

sesungguhnya Kami benar-benar MELUASKANNYA."

Meluaskan = Membuat jadi lebih luas

Padahal diawal abad 20, satu-satunya pendapat tentang semesta ialah semesta

itu tetap, diam, tak mengembang, tak meluas & sudah ada sejak dulu tanpa

diciptakan siapapun

Page 31: JANGAN BIARKAN PUASA SIA-SIA

FREE DOWNLOAD: E-BOOK, SOFTWARE ISLAM KOMPUTER & HANDPHONE, CERAMAH, VIDEO WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET

KEWAJIBANMU YANG DIBEBANKAN ATASMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.16:82 KEWAJIBANMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.3:20, QS.42:48

SEKALI-KALI KAU TAK KAN SAMPAI PADA KEBAJIKAN HINGGA KAU NAFKAHKAN HARTA DI JALAN ALLAH. QS.3 ALI IMRAN:19, 61 SHAFF:10-12, 47 HUJURAAT:15

Apa yg sebabkan Qur’an berani memastikan jika langit itu meluas? Apakah ini

karangan Rasulullah Muhammad SAW? Tentu saja tidak mungkin. Tidak lain ini

ialah salah satu bukti jika Qur’an ialah firman Allah. & otomatis ini berarti

Muhammad ialah Utusan Allah!

Adakah kitab lain berani mengatakan ini semua?

Lebih jauh, jika saat ini & lusa ternyata Langit itu MELUAS, maka jika balik ke

masa lalu, berarti Langit itu MENYEMPIT & akhirnya berasal dari satu titik temu

bervolume Nol / tiada. Artinya, langit tadinya tiada lalu jadi ada. Semua ini telah

terbukti pula oleh ilmiah

QS.21 Anbiyaa':30. "Dan apakah orang-orang

kafir tidak mengetahui jikasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu ADALAH

SUATU YANG PADU, LALU KAMI PISAHKAN ANTARA KEDUANYA

Kata "ratq" = "suatu yg padu" dipakai untuk dua zat berbeda yg membentuk 1

kesatuan. Kata "fataqa" berarti "Kami pisahkan antara keduanya" dan bermakna

sesuatu jadi ada melalui peristiwa pemisahan / pemecahan struktur dari "ratq"

Bermakna, segala sesuatu, termasuk "langit dan bumi" yg saat itu belum

diciptakan, juga terkandung dalam titik tunggal yg masih berada dalam keadaan

"ratq" ini

Siapa yg lakukan semua ini? Dari asalnya TIADA jadi ada, terartur & meluas? Para

ilmuwan & bukti2 ilmiah sepakat jika alam semesta DICIPTAKAN TUHAN

"Dialah pencipta langit & bumi." QS.6 An’aam:101

Tapi, ledakan penciptaan alam semesta ini bukan ledakan asal saja, sebab semua

harus disertai ukuran tepat, atau semesta jadi berantakan tak terkendali

QS.25 Furqon:2 "Yang kepunyaan-Nyalah kerajaan langit & bumi & Dia tidak

mempunyai anak & tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan & Dia telah

menciptakan segala sesuatu & Dia TETAPKAN UKURAN2 -NYA DENGAN SERAPIH-

RAPIHNYA."

Jika Allah membelah langit di awal penciptaan semesta TANPA ukuran tepat,

maka:

* Jika kekerapan alam semesta hanya sedikit lebih tinggi, alam semesta tidak

akan mengembang akibat gaya2 tarik partikel2 atom, tapi mengerut, & akhirnya

lenyap pada satu titik

* Jika kekerapan awal sedikit lebih kecil, maka alam semesta akan cepat sekali

mengembang tapi partikel2 atom tidak akan tertarik satu sama lain. Sehingga

Bintang & galaksi tak akan pernah terbentuk. Dan akibatnya, manusia tidak akan

pernah muncul!

QS.41 Fushshilat:53 Kami akan perlihatkan pada mereka tanda2 Kami di segala

wilayah bumi & pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka jika Al Quran

itu adalah benar. Tiadakah cukup jika Tuhanmu jadi saksi atas segala sesuatu?

Penciptaan Semesta, jauh lebih dahsyat dibanding menciptakan Nabi Adam dari

tanah, apalagi ciptakan Nabi Isa dari seorang wanita tanpa bapak

QS.40 Al-Mu’min:57 “Sungguh penciptaan langit & bumi lebih besar dari

penciptaan manusia, tapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”

Bagi Allah, penciptaan Nabi Isa semudah ciptakan Nabi Adam saja

QS.3 Ali Imran:59 Sungguh perumpamaan Isa di sisi Allah, ialah seperti Adam.

Allah menciptakan Adam dari tanah, lalu Allah berfirman padanya: "Jadilah",

maka jadilah dia

Melihat dahsyatnya penciptaan Langit & Bumi, maka mustahil Allah Maha Besar

memiliki keturunan

QS.6 Al-An’aam:101 "Dia pencipta langit & bumi. Bagaimana Dia mempunyai

anak padahal Dia tak mempunyai istri. Dia ciptakan segala sesuatu dan Dia

mengetahui segala sesuatu."

Mana bisa Nabi Isa dianggap Tuhan sedang beliau saja menyuruh agar sembah

Cuma ALLAH?

Qs.5 Maa’idah:72 Sungguh kafirlah orang2 yg berkata: "Sesungguhnya Allah ialah

Al Masih putera Maryam", padahal Al Masih berkata: "HAI BANI ISRAIL,

SEMBAHLAH ALLAH TUHANKU & TUHANMU"

Tentu saja orang kafir tak kan percaya ayat Qur’an ini, maka itu kami buktikan

dari kitab di tangan mereka sendiri pun tertulis jika Nabi Isa tidak pernah

menyuruh sembah dirinya,

Matius 4:10 Maka berkatalah Yesus padanya: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis:

Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan HANYA PADA DIA SAJA engkau

berbakti!"

Jelas Nabi Isa TAK pernah suruh: Engkau harus sembah Aku dalam 3 tapi 1!

Page 32: JANGAN BIARKAN PUASA SIA-SIA

100 AGAMA TAK BERARTI ADA 100 TUHAN, TUHAN TETAP 1 & TURUNKAN AGAMA PUN CUMA 1 WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET

ISLAM TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT MASIH BANYAK RAGU & TAK DAPAT BUKTIKAN ISLAM SEBAGAI SATU-SATUNYA AGAMA YANG TERBUKTI BENAR

ISLAM PUN TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT CINTA DUNIA SERTA TIDAK MENCINTAI ALLAH & RASUL MELEBIHI SEGALANYA. QS.9:24, 33:6, 9:120, 9:15

Bahkan Yesus saja bersyahadat:

Yohanes 17 :3 Inilah hidup yang kekal itu, yaitu jika mereka mengenal Engkau,

SATU-SATUNYA ALLAH YANG BENAR, DAN MENGENAL YESUS KRISTUS YANG

TELAH ENGKAU UTUS

Siapa cari agama selain Islam, Maka sekali-kali tak akan diterima darinya Dan

diakhirat ia termasuk orang merugi. QS.3 Ali Imran:85

Agar jelas, coba klik:

www.facebook.com/1SLAM.TERBUKTI.BENAR?sk=info atau www.facebook.com/home.php?sk=group_131429706933189&view=members

h

Di Bumi Allah,

Admin

www.islamterbuktibenar.net