3
Pengukuran Fungsi Olfaktoris Tes Olfaktori yang digunakan pada studi ini adalah CCCRC (Connecticut Chemosensory Clinical Research Center) yang terdiri dari threshold test, identifikasi bau, dan evaluasi trigeminal. Pemeriksaan pertama adalah threshold test atau disebut juga luminary test yang menggunakan butanol 4% yang kemudian diencerkan dengan air dengan perbandingan 1:3 yang dilakukan sampai delapan kali kemudian ditempatkan pada delapan tempat yang berbeda. Tempat dengan kadar butanol 4% diberi label 0, yang merupakan konsentrasi tertinggi, sedangkan yang diberi angka 8 adalah yang dengan kadar paling rendah. Percobaan dimulai dengan memberikan pasien tempat dengan angka 8 dan yang lain dengan air terdestilasi. Didekatkan dengan nares bagian kiri dulu, dengan menutup nares bagian kanan; pergerakan pada tiap tempat dibuat agar uap dengan molekul bau mencapai tempat atas. Pasien mencium tempat dengan butanol, dan yang lain dengan air terdestilasi, kemudian ditanyakan mengenai tempat yang mana yang terdapat kandungan stimulus bau. Ketika tempat dengan butanol teridentifikasi 5 kali berurutan tanpa kesalahan maka penciuman pasien normal. Jika salah, maka diberikan tempat yang lain dengan kadar butanol lebih kental. Harga rujukannya adalah sebagai berikut: 1. normosmia : tempat 6 dan 7 2. mild hyposmia : tempat 5 3. moderate hyposmia : tempat 4 4. severe hyposmia : tempat 2 dan 3 5. anosmia : tempat 1 dan 0 Pemeriksaan yang kedua adalah dengan menggunakan tes identifikasi bau atau disebut juga supraliminal test yang dilakukan ke kedua nares secara terpisah dengan

Jurnal Dr Putu

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jurnal tht

Citation preview

Pengukuran Fungsi OlfaktorisTes Olfaktori yang digunakan pada studi ini adalah CCCRC (Connecticut Chemosensory Clinical Research Center) yang terdiri dari threshold test, identifikasi bau, dan evaluasi trigeminal.

Pemeriksaan pertama adalah threshold test atau disebut juga luminary test yang menggunakan butanol 4% yang kemudian diencerkan dengan air dengan perbandingan 1:3 yang dilakukan sampai delapan kali kemudian ditempatkan pada delapan tempat yang berbeda. Tempat dengan kadar butanol 4% diberi label 0, yang merupakan konsentrasi tertinggi, sedangkan yang diberi angka 8 adalah yang dengan kadar paling rendah. Percobaan dimulai dengan memberikan pasien tempat dengan angka 8 dan yang lain dengan air terdestilasi. Didekatkan dengan nares bagian kiri dulu, dengan menutup nares bagian kanan; pergerakan pada tiap tempat dibuat agar uap dengan molekul bau mencapai tempat atas. Pasien mencium tempat dengan butanol, dan yang lain dengan air terdestilasi, kemudian ditanyakan mengenai tempat yang mana yang terdapat kandungan stimulus bau. Ketika tempat dengan butanol teridentifikasi 5 kali berurutan tanpa kesalahan maka penciuman pasien normal. Jika salah, maka diberikan tempat yang lain dengan kadar butanol lebih kental. Harga rujukannya adalah sebagai berikut:1. normosmia

: tempat 6 dan 7

2. mild hyposmia: tempat 5

3. moderate hyposmia: tempat 4

4. severe hyposmia: tempat 2 dan 3

5. anosmia

: tempat 1 dan 0

Pemeriksaan yang kedua adalah dengan menggunakan tes identifikasi bau atau disebut juga supraliminal test yang dilakukan ke kedua nares secara terpisah dengan menggunakan zat perangsang bau yang terdiri dari kopi, cokelat, vanilla, talc, sabun, oregano, dan naphthalene. Harga rujukannya adalah sebagai berikut:

1. normosmia

: identifikasi 6 atau 7 stimulus

2. mild hyposmia: identifikasi 5 stimulus

3. moderate hyposmia: identifikasi 4 stimulus

4. severe hyposmia: identifikasi 2 atau 3 stimulus

5. anosmia

: identifikasi 0 atau 1 stimulus

Kemudian dihitung rerata dari kedua tes diatas untuk mendapatkan hasil dari CCCRC. Sedangkan evaluasi mengenai komponen trigeminal adalah dengan menggunakan butanol 4%.

Analisis Statistik

Data yang masuk kemudian dianalisis dengan menggunakan GraphPad Prism 4 yang merupakan software statistik. Prevalensi normosmia, hyposmia, dan anosmia diukur berdasarkan 3 kategori usia, yaitu usia 18-39 tahun, usia 40-64 tahun, dan lebih dari 65 tahun.Untuk menghitung perbedaan diantara 3 derajat fungsi pembau berdasarkan usia dan jenis kelamin, dilakukan dengan metode two-way ANOVA dan Bonferroni posttest. Untuk menentukan keterkaitan antara hyposmia atau anosmia dengan karakteristik klinis pasien, dilakukan dengan metode two-way ANOVA dan Bonferroni posttest.