Jurnal Keguguran Berulang Qq

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jj

Citation preview

RECURRENT MISCARRIAGE

KEGUGURAN BERULANGSeorang wanita usia 32 tahun datang untuk menjalani evaluasi setelah tiga kali mengalami keguguran berturut-turut. Sebelum ketiga keguguran ini, ia pernah mencapai kehamilan sukses. Pasien melaporkan tidak ada masalah medis ataupun bedah sebelumnya. Pada kegugurannya yang pertama, perdarahan uterine dan kejang-kejang mulai terjadi saat usia gestasi memasuki minggu ketujuh, dan evaluasi ultrasonografik memperlihatkan kantong gestasi kosong dengan ukuran seperti usia gestasi 6 minggu. Pada kehamilan berikutnya, ia datang dengan keguguran usia minggu kedelapan. Keguguran ketiga diidentifikasi melalui test ultrasonografi setelah embrio yang mati berukuran 7,5 minggu. Bagaimana seharusnya menangani dan mengevaluasi kasusnya ?MASALAH KLINISKeguguran adalah kehilangan kehamilan secara spontan sebelum usia gestasi 20 minggu. Diantara 10% kehamilan, keguguran adalah suatu peristiwa yang diakui secara klinis, dan diantara 20% kehamilan lainnya, keguguran hanya dimanifestasi sebagai peningkatan kadar gonadotropin korionik manusia sebelum atau menjelang mens. Mayoritas keguguran yang terjadi sebelum usia gestasi 10 minggu, adalah akibat kromosom aneuoploidies yang terjadi dari berbagai peristiwa nondisjunsional yang baru dan akan turunan, dimana peristiwa ini lebih sering terjadi pada keguguran yang sangat dini. Tingkat keguguran meningkat bersamaan dengan usia maternal kurang dari 18 tahun atau pada usia 35 tahun atau lebih, dimana terjadi peningkatan jumlah keguguran sebelumnya dan juga peningkatan paritas. Peningkatan tajam tingkat keguguran ini pada wanita usia 35 tahun atau lebih, sebagian adalah akibat peningkatan aneuploidies sehubungan dengan oosit yang semakin tua.Keguguran kambuhan yang didefinisikan sebagai kehilangan tiga kehamilan berturut-turut atau lebih, terjadi diantara sekitar 1% dari pasangan yang berupaya untuk melahirkan anak. Tingkat keguguran ini lebih tinggi dibandingkan apa yang diharapkan jika keguguran hanya terjadi akibat peluang, yang mengungkapkan adanya predisposisi pada sejumlah pasangan. Banyak ahli menganggap kehilangan dua kehamilan berturut-turut sebagai sesuatu yang cukup untuk mendiagnosa keguguran berulang, karena tingkat keguguran adalah sama dengan keguguran setelah kehilangan tiga kehamilan berturut-turut. Dua keguguran berturut-turut terjadi 5% dari pasangan yang aktif secara reproduktif dan bahkan diantara sebagian besar wanita usia 35 tahun atau lebih. Bagi banyak pasangan, evaluasi tidak menggambarkan penyebab, dan dalam sejumlah kasus, hal ini menimbulkan temuan yang tidak terkait ataupun pengobatan yang tidak penting.Sebagian besar wanita dengan keguguran kambuhan mengalami keguguran berulang sejak dini, baik karena kegagalan perkembangan embrio yang dapat dibuktikan secara ultrasonografik ataupun kematian embrionik sebelum usia gestasi 10 minggu, akan tetap tanda dan gejala keguguran ( seperti perdarahan uterine dan kejang-kejang ), dapat terlihat setelah 10 minggu. Sebagian besar keguguran berulang dini adalah akibat aneuploidy kosneptus, maskipun hal ini kurang umum dibandingkan dengan keguguran sporadic. Proporsi yang lebih kecil dari wanita dengan keguguran kambuhan, mengalami keguguran terlambat ( kematian konseptus pada usia gestasi 10 minggu atau setelah 10 minggu), biasanya sebelum 15-16 minggu. Penyebab dan tingkat kambuhan dari keguguran terlambat ini, dapat berbeda dari wanita dengan keguguran dini.Keguguran berulang atau kambuhan adalah masalah yang sangat menyakitkan. Penyebabnya banyak dan multifaktorial, dan terkait dengan kesalahan informasi, yang dapat menimbulkan kekecewaan terhadap pasangan dan dokternya. STRATEGI DAN BUKTIEvaluasiDokter harus menentukan sifat determinan kehilangan kehamilan sebelumnya, terutama dalam usia gestasi sesungguhnya pada waktu kematian kandungan ( bukan saat permulaan gejala ). Riwayat medis dan obstetric mencakup sifat-sifat yang mengungkap syndrome antiphospholipid misalnya trombosis atau kematian fetal, ataupun kemungkinan malformasi uterina misalnya, presentase breech. Diabetes ataupun penyakit tiroid yang tidak terkontrol dengan baik pada kehamilan dini, selalu disertai dengan keguguran, akan tetapi penyakit yang terkontrol dengan baik, tidak demikian. Pengujian terhadap kondisi ini tidak direkomendasikan untuk kepentingan indikasi tunggal keguguran berulang. Obesitas, kebiasaan merokok, pemakaian alkoholdan penggunaan cafein tingkat sedang sampai berat dapat menyebabkan keguguran sporadic, akan tetapi hubungan diantara kondisi ini dan keguguran kambuhan atau berulang, masih belum diselidiki secara luas dan masih belum pasti. Tidak ada bukti yang baik bahwa aktivitas fisik, termasuk aktivitas seksual dan latihan menyebabkan keguguran.5 sampai 15% dari wanita dengan keguguran berulang telah mendapat titer antibodi anti phospholipid yang sangat penting secara klinis, bila dibandingkan dengan 2-5% dari pasien obsetric yang tidak diseleksi.karena hasilnya mungkin positif setelah diseleksi, maka syndrom antiphospholipid harus didiagnosa hanya apabila dua test memungkinkan dilaksanakan dengan jarak waktu 12 minggu atau lebih. Juga sudah umum untuk menscreening pasien dengan keguguran kambuhan terhadap trombophilias. Meskipun masih belum pasti apakah screening ini terjamin atau tidak. Studi kontrol kasus telah memperlihatkan hubungan paling rendah ( rasio odds 2-3 diantara keguguran kambuhan dan trombophilias seperti mutasi Laiden faktor V dan mutasi protrombin G20210A. Akan tetapi, hubungan-hubungan tersebut cenderung menjadi semakin kuat untuk kematian fetal, seperti mati dalam kandungan setelah usia gestasi 20 minggu, sehingga kehilangan kehamilan dini secara berulang, dan beberapa studi penelitian kohort prospektif berskala besar, masih belum memperlihatkan hubungan signifikan antara trombophilias dan kehilangan kehamilan sporadic. Selanjutnya, banyak trombophilias sudah umum terjadi pada populasi umum, dan sebagian besar wanita dengan trombophilias, mengalami kehamilan normal.Malformasi uterina, dan sebagian uterus septate, dideteksi pada 10-25% dari wanita dengan keguguran berulang, akan tetapi hanya diantara 5% dari kelompok kontrol, dan evaluasi rongga uterina ( terutama untuk mencari septum), direkomendasikan oleh organisasi profesional pada wanita dengan keguguran berulang. Insufisiensi vaskular diduga mendasari keguguran pada kasus uterus suptate.Satu pasangan (lebih sering wanita), mendapat penatalaksanaan dengan penyeimbangan kromosom diantara 3-6% kasus keguguran berulang. Abnormalitas yang paling umum adalah translokasi, baik yang bersifat reciprocal atau robertsonian ( yang meliputi dua kromosom akrosentrik nonhomologous dan homologous [ kromosom 13, 14, 15, 21, dan 22.]). Karyotyping parental berbiaya tinggi dan tidak selalu dicakup oleh para wajib pajak pihak ketiga. Karena pengobatan yang ada ( fertilitas in vitro [IVF] dengan diagnosis preimplantasi genetik) belum memperlihatkan peningkatan hasil yang memuaskan, bila dibandingkan dengan konsepsi atau kehamilan yang spontan, maka beberapa pasangan dapat memilih untuk melupakan test kariotipe parental.Meskipun masih controversial, namun sebagian ahli merekomendasikan analisis kariotipe konseptus pada pasangan dengan keguguran berulang untuk menghindari evaluasi dan pengobatan yang tidak penting , karena konseptus aneuploid mengindikasikan kemungkinan keberhasilan kehamilan berikutnya lebih besar. Jika analisis kariotipe tidak mungkin karena kegagalan kultur sel, maka hibridisasi genomic komparatif dapat dipertimbangkan. Test ini memberikan sebagian besar informasi yang diberikan oleh analisis sitogenetik, dan juga data tentang beberapa wilayah kromosom yang lebih kecil dibandingkan apa yang diidentifikasi dengan analisis kariotipe tradisional. Hibridisasi genomic komparatif tidak dapat mengidentifikasi keseimbangan translokasi.Meskipun setiap infeksi virus dan bakteri yang menyebar ke uterus dapat menyebabkan keguguran sporadic, namun hal ini bukan merupakan penyebab infeksi yang terbukti sebagai penyebab dari keguguran berulang. Sehingga, test screening terhadap ureaplasma, clhamydia dan agen infeksi tidak direkomendasikan untuk evaluasi keguguran kambuhan atau keguguran berulang. Pengobatan anomaly uterinaSebagian besar ahli merekomendasikan resecsion hysteroscopic terhadap septum uterina pada wanita dengan keguguran berulang, rekomendasi ini didasarkan kepada studi retrospectif dan observasi yang tidak terkontrol dan juga pada serangkaian kasus. Akan tetapi, data dari berbagai percobaan yang dirancang dengan baik yang mendukung praktek ini masih lemah, dan juga dideteksi pada wanita nulliparous dengan septa, dan hasil yang baik tanpa bedah. Karena sebagian wanita dengan bicornuate ataupun unicornuate uterus, memiliki hasil obstetric yang baik, dan perbaikan atas abnormalitas ini lebih invasif dibandingkan reseksi septum dan berhubungan dengan resiko komplikasi, perbaikan abnormalitas ini umumnya tidak disarankan.Penanganan abnormalitas genetikMeskipun prognosis ini bervariasi, bergantung kepada abnormalitas, namun hasil kehamilan diantara pasangan dengan translokasi yang seimbang, lebih baik dibandingkan apa yang mungkin kita antisipasi. Secara keseluruhan, ada peningkatan sampai 70% peluang kelahiran hidup tanpa intervensi. Risiko bayi lahir hidup dengan trisomi translokasi adalah rendah, umumnya di bawah 1%. IVF dengan dignosis genetik preimplantasi, telah dipergunakan sebagai upaya untuk meningkatkan hasil tersebut. Akan tetapi, kemungkinan kelahiran normal atau seimbang yang tinggi dengan tanpa intervensi, justru membuat manfaatnya patut dipertanyakan.Untuk meningkatkan kemungkinan keberhasilan kehamilan, screening genetic preimplantasi terhadap biopsi blastomere dengan IVF, telah direkomendasikan untuk mencegah transfer embrio abnormal secara kariotipik pada pasangan suami istri dengan kariotipe normal. Akan tetapi, pendekatan ini tidak didukung dengan percobaan acak yang dilaksanakan secara tepat. Juga dalam sebuah percobaan acak yang meliputi wanita yang menjalani IVF dan yang mengalami peningkatan resiko terhadap keguguran. karena usia, penggunaan IVF dengan screening genetik preimplantasi, tidak meningkatkan secara nyata kemungkinan keberhasilan kelahiran hidup. Temuan ini dapat dijelaskan sebagian dengan kromosom mosaicism pada embrio dengan diskordansi di antara kromosom pada blastomer biopsi dan fetus yang terjadi. Penggunaan hibridisasi genomic comparative, yang memiliki resolusi yang lebih baik, dengan biopsy polar body dan kajian kontribusi kariotipe dari oosit, dapat meningkatkan keberhasilan screening genetik preimplantasi dari blastomer, tetapi percobaan diperlukan untuk mengevaluasi penggunaannya pada pasangan dengan keguguran berulang.Intervensi immunologisMeskipun alloimunitas telah dihipotesiskan sebagai penyebab keguguran berulang, namun percobaan acak terhadap immunisasi paternal leukosit, tidak memperlihatkan peningkatan derajat kelahiran, dan administrasi makanan dan obat sekarang memerlukan persetujuan penyelidikan obat untuk penggunaan produk biologis ini. Selain itu, kajian ulang Cochrane atas tujuh percobaab memperlihatkan bahwa immunoglobulin intravena tidak memiliki manfaat yang signifikan dalam hal tingkat kelahiran di antara pasangan dengan keguguran berulang. BIDANG-BIDANG KETIDAKPASTIANbeberapa ahli telah mempertanyakan hubungan keguguran kambuhan dengan antibody antiphospolipid, dan persatuan tugas internasional terbaru menyimpulkan bahwa studi penelitian masa depan, yang menggunakan test antiphospolipid dengan konfirmasi pada sebuah laboratorium sentral, akan bersifat informatif. Terapi antikoagulan diberikan secara umum bagi wanita dengan riwayat keguguran berulang dan antibodi antiphospolopid, dan direkomendasikan dalam berbagai pedoman publikasi, meskipun hasil percobaan terbaru ini memicu kontroversi di lapangan.Pengobaan wanita dengan keguguran berulang yang juga menimbulkan trombophilia bawaan, belum diselidiki dengan baik, sehingga tidak ada rekomendasi tentang effikasi pengobatan yang dibuat, hasil percobaan pengobatan yang meliputi wanita dengan keguguran berulang, dan trombophilia bawaan, masih dinantikan. Berbagai penelitian terbaru tidak memperlihatkan bahwa pengobatan dengan heparin berat molekul rendah dan aspirin dosis rendah pada wanita dengan keguguran berulang dapat bermanfaat. Percobaan ekstra terhadap heparin berat molekul rendah pada wanita dengan keguguran berulang yang belum dijelaskan, kini masih dalam proses ( pencegahan aborsi berulang dengan enoxaparine dan keefektifan terapi dalteparin sebagai intervensi pada kehilangan kehamilan berulang).Ada kemungkinan bahwa abnormalitas genetik yang tidak terdeteksi dengan test kariotipe, melainkan peran pada sejumlah kasus keguguran berulang atau sporadic. Beberapa gangguan gen tunggal ada disertai dengan keguguran kambuhan atau sporadic. Abnormalitas genetik yang dilaporkan adalah berhubungan dengan keguguran berulang , meliputi inaktivasi kromosom X, plasenta mosaicism, abnormalitas pada DNA sperma, dan delesi kecil ataupun penambahan yang di deteksi dengan cara hibridisasi genomic komparatif.Berbagai fibroid submukosa dan intramural disertai dengan peningkatan resiko kehamilan yang berakhir dengan keguguran. Manfaat miomektomi masih belum pasti dan hanya dilaporkan oleh laporan laporan tentang hasil yang lebih baik setelah bedah di bandingkan sebelum bedah. Bedah yang paling ekstensif adalah mengangkan mioma uterina yang meliputi laparoskopi ataupun laparotomi, yang menimbulkan bahaya terhadap kehamilan berikutnya ( misalnya, resiko pecahnya ketuban, dan pengaruhnya terhadap kemungkinan keguguran berulang, juga belum dapat dipastikan ).Resiko keguguran berulang dapat meningkat diantara wanita dengan ovari polikistik sindrom. Akan tetapi, tingkat keguguran berikutnya di antara wanita dengan keguguran berulang dengan ovari polikistik yang dideteksi pada pemeriksaan ultrasonografi, tidak lebih tinggi di bandingkan wanita dengan keguguran berulang yang tidak memiliki ovari polikistik, dan tingkat keguguran setelah induksi ovulasi, tidak secara terus menerus lebih tinggi diantara wanita dengan dengan sindrom ovari polikistik dibandingkan wanita lain. Penurunan hormon luteinezing dengan agonis yang bereaksi lama dari hormon pelepas gonadotropin pada wanita dengan sindrom ovari polikistik, keguguran berulang, dan hipersekresi hormon luteinezing tidak berhasil meningkatkan keberhasilan derajat kehamilan pada suatu percobaan acak terkontrol. Beberapa studi penelitian telah memperlihatkan resistensi insulin yang lebih besar pada wanita dengan keguguran berulang dibandingkan wanita dengan indeks masa tubuh yang sama dan kehamilan yang sukses, sekalipun tanpa sindrom ovari polikistik. Meskipun data lemah tentang penggunaan metformin pada wanita dengan keguguran kambuhan, namun penggunaannya masih belum terbukti menurunkan resiko keguguran diantara wanita dengan sindrom ovari polikistik.PEDOMANPerguruan tinggi obstetrisian dan ginekologis amerika, Royal collage obstetrisian dan ginekologis, dan juga American Society for Reproductive Medicine, telah mempublikasikan pedoman untuk evaluasi dan manajemen keguguran berulang. Rekomendasi yang diberikan disini, umumnya sejalan dengan pedoman ini.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASIBagi pasien dengan keguguran berulang seperti wanita yang digambarkan pada tulisan ini, kami merekomendasikan pengambilan riwayat medis dengan perhatian khusus terhadap riwayat trombosis pribadi atau keluarga, penyakit autoimun, ataupun penyakit diabetes yang nyata secara klinis ataupun penyakit tiroid, dan pengujian penyakit autoimun antiphospolipid, dan kemungkinan abnormalitas kariotipe parental. Kami merekomendasikan pemberian heparin pada dosis prophilaktik dan aspirin dosis rendah selama kehamilan berikutnya pada wanita dengan sindrom antiphospolipid, meskipun kami menyadari bahwa percobaan percobaan terbaru ini menimbulkan sejumlah pertanyaan tentang kebutuhan terhadap heparin pada wanita yang tidak memiliki riwayat trombosis. Dengan adanya percobaan percobaan terbaru yang tidak memperlihatkan manfaat terapi antikoagulan pada wanita dengan keguguran berulang idiopatik maka kami sekarang tidak merekomendasikan terapi antikoagulan pada wanita lain dengan keguguran berulang atau keguguran kambuhan.Sebagian besar ahli justru merekomendasikan bahwa septum uterine ataupun abnormalitas intrauterina yang akan diobati dengan cara-cara histeroskopi sebelum kehamilan berikutnya, selalu diupayakan, akan tetapi data dari percobaan acak, begitu lemah untuk memperlihatkan bahwa strategi ini dapat meningkatkan hasil. Beberapa ahli justru merekomendasikan IVF dengan diagnosis genetik preimplantasi untuk pasangan dimana satu atau dua orang adalah pembawa translokasi akan tetapi prosedur ini berbiaya mahal dan tidak dapat meningkatkan tingkat kelahiran, bila dibandingkan kehamilan spontan. Memperoleh kariotipe konseptus dari keguguran berikutnya, mungkin memberikan manfaat prognostic yang paling rendah, akan tetapi efek informasi ini terhadap pembuatan keputusan klinis, masih belum pasti. Pasangan harus diinformasikan bahwa bukti yang baik masih sangat sedikit Untuk mendukung beberapa intervensi yang umum dipergunakan untuk keguguran berulang dan bahwa observasi adalah strategis logis, karena tanpa intervensi, maka kehamilan berikutnya akan menimbulkan kelahiran hidup untuk sekitar dua pertiga pasangan.

DAFTAR PUSTAKA1.WWW.NEJM.COM

KIKI PUTRI ANRIANI HARAHAP (07171043) Fakultas Kedokteran Umum Univ.Abulyatama Aceh KKS SMF Obstetri dan Ginekologi RSUD.DR.R.M.Djoelham Binjai Page 9