Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau2,3Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau1Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau2,3Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau1Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau2,3Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA
KELAS VII SMP NEGERI 7 LUBUKLINGGAU
ARTIKEL
Oleh
MEGA MELA SINTANPM 4009090
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKAJURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANPERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU2016
1Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau2,3Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau1Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau2,3Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau1Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau2,3Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 7 Lubuklinggau setelah penerapan model kooperatif tipe Two Stay Two Stray. Penelitian menggunakan metode eksperimen semu yang dilaksanakan tanpa adanya kelas pembanding. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 7 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2013/2014. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas VII.4 yang dipilih secara acak. Pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes berupa soal uraian. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan uji–t. Berdasarkan hasil analisis data penelitian bahwa hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 7 Lubuklinggau setelah penerapan model kooperatif Two Stay Two Stray secara signifikan tuntas. Rata-rata hasil belajar matematika siswa mencapai 78,76 dengan persentase jumlah siswa yang tuntas 66,67%.
Kata Kunci : Model Two Stay Two Stray_Matematika_Hasil Belajar
1Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau2,3Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau1Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau2,3Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau1Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau2,3Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAYPADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII
SMP NEGERI 7 LUBUKLINGGAU
Mega Mela Sinta1, Anna Fauziah2, Dodik Mulyono3
Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
STKIP PGRI [email protected]
ABSTRACT
This research aimed that knowing of completeness the result mathematic learning of students at class VII SMPN 7 Lubuklinggau by the application of cooperative learning type two stay two stray model in mathematic lesson. The populations of research are all of students at class VII SMPN 7 Lubuklinggau in academic year 2013/2014 and for as the sample in class VII. 4 by the random selected. The research of method using quasi experiment without comparison class. The collecting of data using test technique written essay. The data has collected using analysis t-test. Based on result of analysis research data after applicated two stay two stray model has significantly completed. .
The averages on result mathematic learning of students achieved 78,76 and the total percentage students has completed 66,67 %.
Key words : Two Stay Two Stray Model_Mathematic_The Result of Learning
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah suatu upaya untuk memberikan pengetahuan kepada siswa agar
memiliki kecerdasan, akhlak mulia, kepribadian dan keterampilan tertentu untuk
mengembangkan potensi diri dan bermanfaat bagi dirinya, bangsa dan negara. Sesuai
dengan definisi pendidikan tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, keterampilan yang
diperlukan dirinya, bangsa dan negara (UU No. 20 Tahun 2003).
Proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan formal di sekolah
yang di dalamnya terjadi interaksi antara berbagai komponen pembelajaran yaitu guru,
materi pembelajaran dan siswa. Dalam proses pembelajaran peran guru sangat penting
1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika STKIP-PGRI Lubuklinggau2 Dosen Pembimbing I, Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Matematika STKIP-PGRI Lubuklinggau3 Dosen Pembimbing II, Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Matematika STKIP-PGRI Lubuklinggau
1Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau2,3Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau1Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau2,3Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau1Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau2,3Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau
untuk mengembangkan potensi, minat dan kemampuan intelektual siswa yang berlaku
untuk semua mata pelajaran.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan disetiap jenjang
pendidikan. Matematika adalah disiplin ilmu tentang cara berpikir dan mengolah logika
baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Menurut James dan James (dalam
Suherman, dkk, 2001:18), matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk,
susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya
dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis,
dan geometri.
Kline (dalam Suherman, dkk, 2001:19), menyatakan matematika itu bukanlah
pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya
matematika itu terutama untuk kebutuhan manusia dalam memahami dan menguasai
permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.
Matematika sebagai ilmu bidang studi yang dipelajari di sekolah memiliki
peranan cukup besar guna mengembangkan kemampuan siswa dalam menunjang
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Meskipun matematika memiliki peranan
penting namun pada umumnya matematika merupakan pelajaran yang sulit sehingga
tidak ada motivasi dari siswa untuk berusaha memahami materi pelajaran dan
mempengaruhi hasil belajar.
Berdasarkan informasi guru bidang studi kelas VII SMP Negeri 7 Lubuklinggau,
bahwa hasil belajar matematika siswa masih rendah. Rata-rata hasil ulangan harian
matematika siswa kelas VII SMP Negeri 7 Lubuklinggau adalah 60, dari 237 siswa,
hanya 92 siswa (38,8%) yang dapat melebihi Kriteria Ketuntasan Minimum sedangkan
145 siswa (61,2%) lainnya tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang
ditentukan sekolah tersebut yaitu 75.
Pembelajaran matematika di SMP Negeri 7 Lubuklinggau pada umumnya
menggunakan metode konvensional. Pembelajaran dengan metode konvensional adalah
pembelajaran yang berpusat pada guru dimana siswa cenderung pasif karena siswa
hanya sebagai penerima pelajaran, siswa kurang didorong untuk mengembangkan
kemampuan berpikir dan sikap antusias pada pelajaran sehingga siswa tidak tertarik
dengan pelajaran dan berdampak pada hasil belajar matematika siswa yang rendah.
1Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau2,3Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau1Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau2,3Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau1Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau2,3Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau
Rusman (2010:19), dalam kegiatan pembelajaran diharapkan guru bisa
menggunakan model pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang akan
disampaikan, sehingga dapat menciptakan kondisi dan suasana belajar yang menarik
dan menyenangkan dan dapat meningkatkan keaktifan siswa pada pelajaran.
Menurut Trianto (2007:1), model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau
suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di
kelas. Dengan kata lain model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang
dapat kita gunakan untuk mendesain pola-pola mengajar secara tatap muka di dalam
kelas. Dalam penelitian ini salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk
mengatasi masalah tersebut adalah model pembelajaran kooperatif.
Dengan mencermati situasi dan kondisi yang telah dikemukakan diatas maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”Penerapan Model Kooperatif
Tipe Two Stay Two Stray Pada Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri
7 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2013/2014”.
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah “Apakah hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 7 Lubuklinggau
setelah penerapan model kooperatif Two Stay Two Stray pada materi pokok garis dan
sudut secara signifikan tuntas ?”. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui ketuntasan hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 7
Lubuklinggau setelah penerapan model kooperatif Two Stay Two Stray.
Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara
berkelompok untuk bekerja sama dan saling membantu mengkonstruksi konsep,
menyelesaikan masalah serta menyatukan pendapat untuk memperoleh keberhasilan
yang optimal baik kelompok maupun individual (Suyatno, 2009:51).
Trianto (2007:42), menyatakan model pembelajaran kooperatif itu disusun
dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan
pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta
memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa
yang berbeda latar belakangnya.
1Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau2,3Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau1Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau2,3Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau1Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau2,3Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau
Menurut Isjoni (2007:20), ciri-ciri pada model pembelajaran kooperatif adalah (a)
setiap anggota memiliki peran, (b) interaksi langsung diantara siswa, (c) setiap anggota
kelompok bertanggungjawab atas belajarnya sendiri dan teman kelompoknya, (d) guru
membantu mengembangkan keterampilan inter-personal siswa. Model pembelajaran
kooperatif memiliki banyak tipe dengan teknik yang berbeda-beda. Salah satu tipe dari
model pembelajaran kooperatif adalah model Two Stay Two Stray.
Model Kooperatif Two Stay Two Stray
Lie (2008:61), model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray adalah
model pembelajaran yang dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1992. Struktur
pada model Two Stay Two Stray yaitu memberi kesempatan kepada kelompok untuk
membagi hasil dan informasi dengan kelompok lain, dengan langkah-langkahnya yaitu
(a) siswa bekerja sama dalam kelompok (b) dua orang dari masing-masing kelompok
akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke dua kelompok yang
lainnya, (c) dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja
kelompok ketamu mereka, (d) tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka
sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain, (e) kelompok membahas
hasil kerja mereka.
Menurut Suyatno (2009:66), model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two
Stray adalah cara siswa berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan kelompok
lainnya, dengan langkah-langkah yaitu diskusi pada kelompok asal, pembagian tugas
untuk bertukar informasi dan hasil diskusi antar kelompok, kembali ke kelompok asal
dan diskusi kelompok.
Berdasarkan pendapat ahli maka dapat disimpulkan bahwa model kooperatif Two
Stay Two Stray adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan pada siswa
untuk berdiskusi sesamanya dan membagi hasil informasi dengan kelompok lain,
dimana siswa dituntut aktif mempelajari sebuah konsep melalui aktivitas pemecahan
masalah dan mengungkapkan pendapat dalam diskusi kelompok. Setiap anggota
kelompok memiliki tugas dan tanggung jawabnya masing-masing sehingga dalam
kegiatan belajar kelompok tidak ada siswa yang pasif. Dengan demikian model
pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray ini dapat menjadi alternatif dalam
meningkatkan keaktifan berpikir dan hasil belajar siswa.
1Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau2,3Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau1Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau2,3Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau1Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau2,3Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen
semu kategori pre-test and post-test group design. Eksperimen yang dilaksanakan tanpa
adanya kelas pembanding karena hanya satu perlakuan pada kelas eksperimen. Desain
penelitian yang digunakan dapat digambarkan sebagai berikut :
Keterangan :
A = Sampel Penelitian Acak
O1 = Tes Awal (Pre-test)
X = Pembelajaran dengan Model Two Stay Two Stray
O2 = Tes Akhir (Post-test)
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 7
Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2013/2014 yang terdiri dari 6 kelas dengan jumlah siswa
237. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik random
sampling. Sampel yang terpilih dalam penelitian ini adalah kelas VII.4 yang berjumlah
39 siswa dan sebagai kelas eksperimen yang diberikan perlakuan menggunakan model
kooperatif Two Stay Two Stray.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes.
Teknik tes digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar matematika siswa.
Tes dilakukan sebanyak dua kali yaitu tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test) pada
kelas eksperimen. Tes yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk uraian sebanyak 7
soal dengan materi pokok garis dan sudut.
Sebelum pelaksanaan penelitian di kelas sampel, peneliti terlebih dahulu
mengadakan uji coba intrumen di kelas VIII.6 SMP Negeri 7 Lubuklinggau pada
tanggal 3 Maret 2014 yang berjumlah 38 siswa. Hal ini diperlukan untuk mengetahui
kualitas dan mutu soal yang akan digunakan sebagai alat pengumpul data.
Teknik analisis data dalam penelitian ini terhadap hasil belajar matematika siswa
yaitu dengan menghitung skor rata-rata, simpangan baku, uji normalitas data, uji
hipotesis yang diuji dengan menggunakan uji-t.
(Arikunto, 2010:124)A : O1 X O2
1Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau2,3Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau1Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau2,3Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau1Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau2,3Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANPenelitian dilaksanakan pada tanggal 27 Februari 2014 s.d 27 Maret tahun 2014.
Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti melakukan lima kali pertemuan dengan
rincian satu kali pemberian pre-test, tiga kali mengadakan pembelajaran atau perlakuan
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray, dan satu
kali menggadakan post-test.
Pre-test dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Kemampuan awal
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengetahuan awal yang dimiliki siswa
sebelum diberi pembelajaran materi garis dan sudut. Post-test dilakukan untuk
mengetahui kemampuan akhir siswa. Kemampuan akhir yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah pengetahuan akhir yang dimiliki siswa setelah perlakuan
pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe Two Stay Two Stray pada
materi garis dan sudut.
A. Hasil Penelitian
1). Analisis Hasil Pre-test dan Post-test
Pertemuan pertama dilakukan pre-test yang dilaksanakan pada tanggal 8 Maret
2014 dan diikuti oleh 39 siswa. Soal yang digunakan adalah berbentuk esai yang
berjumlah 7 soal dengan jumlah skor 46, dan 7 soal yang digunakan untuk pre-test juga
digunakan untuk post-test.
Berdasarkan analisis hasil pre-test, sebanyak 0 siswa (0%) dan mendapat nilai
kurang dari KKM (yaitu 75) adalah sebanyak 39 siswa (100%). Nilai yang tertinggi
adalah 23,91 dan terendah adalah 2,17. Simpangan baku 5,59 dengan rata-rata 12,82.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa hasil pre-test (tes awal) siswa sebelum diterapkan
pembelajaran dengan model kooperatif Two Stay Two Stray belum tuntas.
Post-test dilaksanakan pada tanggal 22 Maret 2014 yang diikuti oleh 39 siswa. Soal
tes yang digunakan sama seperti soal pre-test yaitu soal berbentuk esai yang terdiri dari
7 soal dengan jumlah skor adalah 46. Berdasarkan analisis hasil post-test siswa yang
tuntas (mencapai KKM 75) sebanyak 26 siswa (66,67%) dan siswa yang belum tuntas
sebanyak 13 orang (33,33%). Nilai yang tertinggi 100, nilai terendah 47,83, simpangan
baku 12,26 dengan rata-rata 78,76. Jadi, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
matematika siswa setelah penerapan model kooperatif Two Stay Two Stray tuntas.
1Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau2,3Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau1Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau2,3Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau1Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau2,3Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau
2). Analisis Data PenelitianData penelitian yang diperoleh dari hasil post-test akan dilakukan untuk menguji
hipotesis secara statistik. Sebelum hipotesiis diuji, data di analisis dengan menggunakan uji normalitas dan uji hipotesis.a). Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui kenormalan data. Rumus yang digunakan adalah chi-kuadrat. Berdasarkan ketentuan perhitungan statistika tentang uji normalitas data pada taraf signifikan dengan α = 0,05 dan derajat kebebasan dk = J - 1 dimana J adalah banyak kelas interval, akan berdistribusi normal jika hasil perhitungan χ2
hitung < χ2tabel maka dinyatakan bahwa data berdistribusi normal dalam hal lainnya tidak
berdistribusi normal dan sebaliknya jika χ2hitung ≥ χ2
tabel, data tersebut tidak berdistribusi normal.
Pada hasil analisis uji normalitas post-test diperoleh χ2hitung = 3,85 dan χ2
tabel = 11,07 dengan cara membandingkan χ2
hitung dan χ2tabel sehingga χ2
hitung (3,85) < χ2tabel (11,07).
Dengan demikian χ2hitung < χ2
tabel, maka dapat dikatakan bahwa data berdistribusi normal.b). Analisis Uji Hipotesis (Uji-t)
Berdasarkan hasil uji normalitas, pada data berdistribusi normal untuk menguji hipotesisnya digunakan rumus uji-t dengan hipotesis statistik yang di uji yaitu hipotesis nol Ho “Rata-rata hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 7 Lubuklinggau
setelah penerapan model Two Stay Two Stray kurang dari 75 ( < 75) dan hipotesis
alternatif Ha “Rata-rata hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 7 Lubuklinggau setelah penerapan model Two Stay Two Stray lebih dari atau sama
dengan 75 ( 75). Kriteria pengujian hipotesis adalah terima Ho jika thitung < ttabel dan
tolak Ho jika thitung ttabel pada taraf signifikan = 0,05 pada derajat kebebasan (dk) = n-1.
Berdasarkan hasil analisis uji hipotesis (uji-t) diperoleh nilai thitung = 1,918 dan nilai ttabel = 1,684. Selanjutnya thitung dibandingkan dengan nilai ttabel sehingga thitung (1,918) > ttabel (1,684). Dalam hal ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima karena "rata-rata hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 7 Lubuklinggau setelah penerapan
model kooperatif tipe Two Stay Two Stray lebih dari atau sama dengan 75 ( 75).
Dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima kebenarannya, sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa kelas
1Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau2,3Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau1Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau2,3Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau1Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau2,3Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau
VII SMP Negeri 7 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2013/2014 setelah diterapkan model pembelajaran Two Stay Two Stray secara signifikan tuntas.B. Pembahasan Pelaksanaan Pertemuan Pertama :
Pada pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 14 Maret 2014 dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran (2 x 40 menit). Pada pertemuan pertama pembagian kelompok dengan memperhatikan heterogenitas siswa dan dilakukan dengan cara terlebih dahulu mengurutkan kemampuan siswa dalam kelas yang berjumlah 39 siswa, kemudian dibagi dalam 9 kelompok yang terdiri dari setiap kelompok berjumlah 4 sampai 5 siswa yang pada tiap kelompok terdiri dari siswa perempuan dan siswa laki-laki dengan kemampuan akademis tinggi, rata-rata dan rendah.
Kelompok yang sudah dibagi sebanyak 9 kelompok ini disebut kelompok asal dan untuk pembagian kelompok hanya satu kali jadi tidak ada pembagian kelompok baru untuk pertemuan berikutnya sehingga dari pertemuan pertama sampai pertemuan ketiga saat pembelajaran, siswa tetap berada di kelompok yang sama. Keterangan untuk nama pada setiap kelompok dengan memberikan kartu dari kertas yang berkode 1, 2, 3, sampai dengan 9, di tiap-tiap meja kelompok untuk memudahkan siswa berkunjung dan mencari kelompok yang dituju.
Sebelum proses pembelajaran, peneliti menjelaskan secara garis besar materi dan menginformasikan kepada siswa cara belajar yang akan ditempuh dengan menggunakan model kooperatif tipe Two Stay Two Stray. Siswa diminta duduk dengan kelompok yang sudah dibentuk sebelumnya. Kegiatan dalam pelajaran diawali dengan menyampaikan tujuan pembelajaran, penyampaian materi untuk selanjutnya memberikan siswa tugas berupa soal uraian untuk dikerjakan dan didiskusikan bersama.
Dalam kegiatan belajar kelompok ada beberapa hal yang harus didiskusikan siswa, siswa diberi waktu berdiskusi membahas dan menjawab soal dengan kelompoknya (di kelompok asal) yang diberikan peneliti selama 25 menit. Soal atau tugas yang diberikan dari peneliti merupakan soal yang sama dan harus dikerjakan oleh setiap siswa/kelompoknya. Pada pertemuan pertama ini materi dan soal yang dibahas adalah pengertian sudut dan satuan sudut kedalam menit, detik dan derajat.
Kegiatan diskusi di kelompok asal, siswa harus bertanggungjawab menjawab dan menyelesaikan secara bersama tugas yang diberikan guru. Setiap siswa harus berpartisipasi mengeluarkan pendapat/pikiran mereka dalam menyelesaikan masalah dan ketentuan ini berlaku untuk masing-masing kelompok. Pada kegiatan diskusi
1Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau2,3Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau1Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau2,3Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau1Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau2,3Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau
kelompok asal ini peran guru membimbing, mengontrol diskusi kelompok siswa dan memberikan nilai pada siswa yang mampu menjawab soal dengan benar.
Setelah selesai berdiskusi di kelompok asal, dua siswa yang ditugaskan guru untuk
bertamu ke kelompok lain diberi waktu 25 menit untuk berdiskusi dan mencari
informasi jawaban soal dari kelompok lain Aturan berkunjung secara berurutan yaitu
kelompok 1 akan bertamu ke kelompok 2, kelompok 2 akan bertamu ke kelompok 3,
dan begitu seterusnya untuk kelompok lainnya.
Setelah siswa menemukan kelompok yang harus mereka kunjungi, siswa berdiskusi
berbagi hasil penyelesaian soal dan selama proses pertukaran informasi ini berarti ada
dua siswa yang tinggal pada tiap kelompok dan dua siswa yang tinggal di kelompokya
ini bertugas untuk memberikan jawaban dari penyelesaian soal tugas yang diberikan
pada tamu dari kelompok lainnya. Pada kegiatan bertukar infomasi ini peran guru tetap
membimbing siswa yang menjadi tamu dan siswa yang tinggal di tiap kelompok lalu
memberikan nilai pada siswa yang bisa menjelaskan dan menyelesaian soal dengan
benar. Nilai yang diberikan guru pada siswa yang bisa menjawab pertanyaan dengan
benar sebagai nilai individu siswa.
Setelah selesai siswa bertukar hasil penyelesaian soal dengan kelompok lain,
selanjutnya siswa kembali ke kelompok awal dan mendiskusikan kembali hasil temuan
dari kelompok lain. Siswa membandingkan dan membahas hasil diskusi kelompok
dengan diberi waktu selama 20 menit. Pada kegiatan ini siswa hanya membuat tugas
dan mengumpulkan tugas kelompok (tugas kelompok asal) kepada guru untuk
dievaluasi sebagai nilai kelompok.
Aktivitas kegiatan pembelajaran pada pertemuan pertama ini masih belum
maksimal, karena ada beberapa hambatan yang perlu ditindak lanjuti. Adapun hambatan
pada kegiatan kelompok yang pertama ini sebagai berikut :
1). Siswa dari setiap anggota kelompok ada yang belum bertanggung jawab dengan
kelompoknya karena hanya siswa yang aktif saja yang mengerjakan soal dan
sebaliknya siswa yang kemampuannya rendah kesulitan untuk menjelaskan dan
jawaban pertanyaan dari tugas yang diberikan.
2). Siswa yang ditugaskan guru menjadi tamu ke kelompok lain tidak bertamu ke
kelompok lain, hanya kelompok 3 yang bertamu ke kelompok 4 dan kelompok dan
kelompok 4 bertamu ke kelompok 5.
1Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau2,3Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau1Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau2,3Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau1Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau2,3Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau
3). Kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran, hanya beberapa siswa yang menyiapkan
buku pelajaran, sisanya tidak menyiapkan buku pelajaran.
Untuk mengatasi masalah yang ditemui peneliti pada waktu penerapan model
pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray, maka peneliti melakukan beberapa upaya
untuk mengatasi masalah tersebut. Adapun upaya-upaya yang peneliti lakukan, sebagai
berikut :
1). Pengelompokan heterogen dilakukan dengan mengurutkan kemampuan siswa
(siswa dengan kemampuan akademis tinggi, sedang, rendah). Adanya satu siswa
dengan kemampuan tinggi tiap kelompok akan memudahkan pengelolaan kelas
untuk memberikan kesempatan siswa untuk saling mengajar dan saling mendukung.
Guru membimbing dan mengarahkan siswa yang belum terbiasa belajar pada
diskusi kelompok dimana siswa dituntut secara aktif mempelajari sebuah konsep
melalui aktivitas pemecahan masalah yang diberikan untuk menyampaikan jawaban
dan pendapat mereka dengan kelompok lain. Dengan cara menunjuk siswa dan
memberikan beberapa pertanyaan pada setiap kelompok yang tidak berpartisipasi.
Jadi, siswa yang kurang bisa menjelaskan yang akan berusaha menjawab soal
dengan caranya sendiri. Kemudian siswa tersebut akan mendapat nilai dari guru
jika siswa tersebut menjawab soal dengan benar akan diberi nilai sebagai nilai
individu siswa sehingga diharapkan tidak hanya siswa dengan kemampuan tinggi
saja yang mendominasi diskusi dan mendapatkan nilai akan tetapi siswa yang
kemampuan rendah juga akan mendapat nilai.
2). Guru menjelaskan kembali tentang langkah-langkah model pembelajaran Two Stay
Two Stray, dan menerapkan model pembelajaran dengan sebaik-baiknya. Guru
harus tegaskan siswa yang ditugaskan menjadi tamu harus bertamu ke kelompok
lain yang sudah ditentukan. Adapun cara guru untuk mengingatkan seluruh siswa
adalah : bahwa yang menjadi tamu 2 anggota dari tiap kelompok dan 2 anggota
yang tetap di kelompok asal untuk menerima tamu.
3). Untuk menanggulangi kesiapan siswa yang kurang adalah memberi hukuman pada
siswa yang tidak membawa dan mempersiapkan buku pada saat pelajaran
matematika dan hukuman yang diberikan berupa tambahan tugas rumah.
Pelaksanaan Pertemuan Kedua :
1Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau2,3Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau1Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau2,3Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau1Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau2,3Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau
Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 15 Maret 2014 dimana pada pertemuan
kedua ini masih sama dengan pembelajaran pertemuan pertama yaitu alokasi waktu 2
jam pelajaran (2 x 40 menit), kelompok siswa tetap sama seperti pada pertemuan
sebelumnya selanjutnya siswa diberi waktu berdiskusi membahas dan menjawab soal
dengan kelompoknya (di kelompok asal) yang diberikan peneliti selama 25 menit. Soal
atau tugas yang diberikan dari peneliti merupakan soal yang sama dan harus dikerjakan
oleh setiap siswa/kelompoknya. Kegiatan pembelajaran diawali dengan menyampaikan
tujuan pembelajaran.
Pada pertemuan kedua ini materi dan soal yang dibahas adalah penjumlahan dan
pengurangan serta mengukur besar sudut. Selanjutnya guru menyampaikan materi,
membimbing siswa lalu memberikan tugas kelompok dan pertanyaan pada tiap
kelompok dan memberi nilai kepada siswa. Kemudian siswa bertamu kekelompok lain
untuk berbagi jawaban soal selama 25 menit dan setelah selesai siswa kembali diskusi
di kelompok asal selama 20 menit dan mengumpulkan tugas dengan guru.
Aktivitas kegiatan pembelajaran pada pertemuan kedua lebih baik dari pertemuan
sebelumnya. Pertemuan kedua ini siswa juga mulai bertanggung jawab dengan
kelompoknya karena dalam diskusi kelompok semua siswa mengerjakan tugas dan
berusaha mengungkapkan pendapatnya dalam menyelesaikan soal dan siswa sudah
mulai mengerti dengan langkah-langkah dari model pembelajaran yang diterapkan.
Siswa yang ditugaskan guru menjadi ke kelompok lain sudah menjalankan tugasnya dan
kesiapan siswa pada pertemuan kedua ini sudah baik karena tiap-tiap siswa membawa
buku pelajaran matematika. Pada pertemuan kedua ini peneliti masih menemukan
beberapa hambatan yang perlu ditindak lanjuti. Adapun hambatan pada kegiatan
kelompok yang kedua ini sebagai berikut :
1) Saat pelajaran akan dimulai ada anggota kelompok yang belum duduk di
kelomponya masing-masing.
2) Pada proses kegiatan bertamu terjadi kebisingan yang ditimbulkan dari suara siswa
dan bunyi kursi yang bergeser dari lantai kelas.
3) Guru tidak membimbing siswa dalam membuat kesimpulan.
Untuk mengatasi masalah yang ditemui pada pertemuan kedua ini, maka peneliti
melakukan beberapa upaya sebagai berikut :
1Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau2,3Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau1Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau2,3Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau1Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau2,3Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau
1) Peneliti menegaskan kepada siswa bahwa sebelum pelajaran dimulai tiap-tiap
anggota harus berada dikelompoknya masing-masing, termasuk kursi dan meja
harus sudah disusun untuk diskusi.
2) Peneliti menegaskan saat pindah bertamu ke kelompok lain maupun kembali ke
kelompok asal tanpa suara, dengan memberi aba-aba (dengan mengatakan “mulai
berkunjung” dan “kembali ke kelompok asal”) kepada siswa kemudian siswa harus
secara bersamaan berpindah tempat saat bertamu ke kelompok lain dan saat
kembali ke kelompok asal.
3) Peneliti tidak bisa membimbing bisa membimbing siswa. Hal ini disebabkan
alokasi waktu yang digunakan untuk memberikan kesimpulan dipakai untuk
menegarahkan siswa saat diskusi kelompok. Masalah ini peneliti jadikan sebagai
acuan untuk pertemuan berikutnya agar waktu dapat di alokasikan dengan baik.
Pelaksanaan Pertemuan Ketiga :
Pertemuan ketiga dilaksanakan pada tanggal 21 Maret 2014. Pelaksanaan
pembelajaran dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran (2 x 40 menit) dengan langkah-
langkah model kooperatif tipe Two Stay Two Stray dimana kegiatan diawali dengan
penyampaian tujuan pembelajaran selanjutnya penyampaian materi. Pada pertemuan
ketiga ini materi dan soal yang dibahas adalah tentang jenis-jenis sudut dan
menggambar sudut.
Selanjutnya guru memberian tugas berupa soal esai kepada siswa. Siswa diberi
waktu berdiskusi membahas dan menjawab soal dengan kelompoknya (di kelompok
asal) yang diberikan peneliti selama 25 menit. Soal atau tugas yang diberikan dari
peneliti merupakan soal yang sama harus dikerjakan oleh setiap siswa/kelompoknya.
Kemudian siswa bertamu kekelompok lain untuk berbagi jawaban soal dan selama 25
menit setelah selesai siswa kembali diskusi 20 menit di kelompok asal dan
mengumpulkan tugas pada guru.
Pada kegiatan diskusi kelompok di pertemuan ketiga ini sebelum pelajaran dimulai
seluruh siswa sudah berada di kelompoknya masing-masing dan tertib. Siswa
bertanggungjawab dengan tugasnya masing-masing, siswa saling mengajar dan
membantu sama lain. Siswa sudah berani bertanya tentang yang tidak diketahui, siswa
menjelaskan pendapatnya dan mengerjakan penyelesaian soal dengan baik.
Pertemuan ketiga ini jika dibandingkan dengan pertemuan sebelumnya aktivitas
siswa meningkat karena siswa lebih aktif menyelesaikan soal yang diberikan, siswa
1Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau2,3Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau1Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau2,3Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau1Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau2,3Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau
sudah tertib dan siswa di organisasikan kedalam kegiatan pembelajaran yang kondusif.
Setelah pembelajaran berakhir dilakukan refleksi. Pada pertemuan ini peneliti mampu
menguasai keadaan kelas dan mengalokasikan waktu dengan baik.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan tentang
penerapan model kooperatif tipe Two Stay Two Stray terhadap hasil belajar matematika
siswa kelas VII SMP Negeri 7 Lubuklinggau dengan materi garis dan sudut dapat
disimpulkan bahwa “Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 7
Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2013/2014 setelah penerapan model kooperatif tipe Two
Stay Two Stray secara signifikan tuntas”. Rata-rata hasil belajar matematika siswa
adalah 78,76. Pada taraf signifikan α = 0,05 dengan thitung (1,918) > ttabel (1,684) dan
persentase siswa yang tuntas 66,67%.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
.Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Penyempurnaan/Penyesuaian Kurikulum 1994
SMP (Suplemen GBPP). Jakarta: Rineka Cipta.
Huda, M. 2011. Kooperatif Learning, Model Pembelajaran, Teknik, Struktur dan Model Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Isjoni, H. 2007. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi antar Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Lie, A. 2008. Kooperatif Learning. Jakarta: Gramedia.
Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Suherman, E. 2001. Common Text Book Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA-Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivitis. Surabaya: Prestasi Pustaka.