91
AKTIVITAS DAKWAH PERGURUAN PENCAK SILAT BEKSI BETAWI CIGANJUR Jl. Sadar IV, Rt. 002/02 no. 4 Ciganjur Jagakarsa, JAKARTA SELATAN 12630 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I) Oleh Afifah NIM: 204051002869 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1428 H/2007 M

jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

  • Upload
    ledieu

  • View
    237

  • Download
    16

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

AKTIVITAS DAKWAH PERGURUAN

PENCAK SILAT BEKSI BETAWI CIGANJUR

Jl. Sadar IV, Rt. 002/02 no. 4 Ciganjur Jagakarsa,

JAKARTA SELATAN 12630

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh

Afifah

NIM: 204051002869

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1428 H/2007 M

Page 2: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

AKTIVITAS DAKWAH PERGURUAN

PENCAK SILAT BEKSI BETAWI CIGANJUR

Jl. Sadar IV, Rt. 002/02 no. 4 Ciganjur Jagakarsa,

JAKARTA SELATAN 12630

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh:

Afifah

NIM: 204051002869

Dibawah Bimbingan :

Drs. M. Luthfi Jamal M.Ag.

NIP : 150 268 782

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1430 H./2009 M.

Page 3: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

AKTIVITAS DAKWAH PERGURUAN

PENCAK SILAT BEKSI BETAWI CIGANJUR

Jl. Sadar IV, Rt. 002/02 no. 4 Ciganjur Jagakarsa,

JAKARTA SELATAN 12630

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh:

Afifah

NIM: 204051002869

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1430 H./2009 M.

Page 4: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul “Aktivitas Dakwah Perguruan Pencak Silat Beksi

Ciganjur” telah di ujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas Dakwah Dan

Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 03

Maret 2009 Skripsi Ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar sarjana program strata satu (S-I) pada Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam

(KPI).

Jakarta 03 Maret 2009

Sidang Munaqosyah

Ketua Sidang Sekertaris

Dr. Murodi, MA Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA

Nip: 150254102 Nip: 150299324 Penguji I Penguji II

Drs. Suhaimi,M.Si Dra. Hj. Asriati Jamil, M. Hum

Nip : 150270810 Nip : 150244766 Pembimbing

Drs. M. Lutfi, MA

Nip: 150268782

Page 5: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul “Aktivitas Dakwah Perguruan Pencak Silat Beksi

Betawi Ciganjur” telah di ujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas Dakwah

Dan Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 03

Maret 2009 Skripsi Ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar sarjana program strata satu (S-I) pada Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam

(KPI).

Jakarta 03 Maret 2009

Sidang Munaqosyah

Ketua Sidang Sekertaris

Dr. Murodi, MA Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA

Nip: 150254102 Nip: 150299324 Penguji I Penguji II

Drs. Suhaimi,M.Si Dra. Hj. Asriati Jamil, M. Hum

Nip : 150270810 Nip : 150244766 Pembimbing

Drs. M. Lutfi, MA

Nip: 150268782

Page 6: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar

Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli

saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya

bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Jakarta, 5 September 2008

Afifah

Page 7: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

ABSTRAK

Afifah

Aktivitas Perguruan Pencak Silat Beksi Betawi di Ciganjur.

Dakwah sebagai bahasa yang universal, ternyata tidak hanya dapat

diterjemahkan kedalam kegiatan yang dilakukan didalam ruangan yang

identik dengan pakaian formal seperti baju kurung ataupun baju koko.

Dakwah kali ini dilakukan dengan memadukan dakwah itu sendiri

dengan seni bela diri, hal tersebut yang membuat penulis tertarik untuk

meneliti dan menjadikannya sebagai bahan skripsi.

Pencak Silat Beksi yang merupakan kebudayaan asli masyarakat

betawi, memiliki keunikan dibandingkan dengan bela diri daerah lain.

Beksi identik dengan permainan tangan yang melindungi dari empat

arah, sehingga seseorang akan dapat terlindung dengan baik. Sebagai

olah raga yang menyehatkan ternyata Beksi berguna sebagai

pembinaan mental dan spiritual.

Pengembangan mental dicapai karena gerakan yang terdapat

dalam Beksi dilakukan dengan sepenuh hati bukan untuk melukai

seseorang tetapi untuk melindungi diri dari setiap serangan lawan

ataupun dari kejahatan. Dengan prisip utama bahwa Beksi digunakan

bukan untuk melukai tetapi untuk melindungi.

Pembentukan spiritual melalui Beksi, hal tersebut terlihat dari gerakan

dan jurus yang diajarkan memiliki kekuatan yang diambil dari ajaran

Islam. Hal tersebut terlihat dari ajian-ajian yang berlafazkan kalimat-

kalimat yang berasal dari al-Qur’an dan al-Hadits. Setiap orang yang

belajar beksi diwajibkan unjuk mengamalkan ajaran Islam sebaik

mungkin.

Selain dalam jurus dan gerakan, pendidikan spriritual diperkuat

dengan adanya pengajian yang dilakukan seminggu sekali setiap malam

jum’at. Ustd. Abdul Azis sebagai pengisi pengajian menggunakan

Page 8: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

metode pembelajaran kitab. Kitab yang digunakan adalah Fathhul Qorib

yang didalamnya banyak memuat hukum-hukum Fiqh.

Dakwah dalam Perguruan Beksi ternyata dapan memeberikan efek

yang luar biasa kepada masyarakat sekitar, hal tesebut yang membuat

penulis tetarik untuk meneliti dan menjadikan bahan skripsi. Sedangkan

metode yang digunakan penelitian deskriktif kualitatif.

Dari penelitian penulis didapati bahwa pengajian yang diadakan

tidak hanya dihadiri oleh murid perguruan tetapi terbuka untuk umum, di

sini terlihat bahwa dakwah yang dilakukan bukan hanya bertujuan untuk

kalangan tertentu tatapi untuk semua masyarakat.

Page 9: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, penulis merendahkan kepala dan menyerahkan jiwa

raga kepada Sang Agung Yang Maha Pencipta Allah SWT, karena-Nya

dan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat kepada

Pengeran rupawan berhati indah, Nabi Mumammad SAW yang

mengajarkan manusia berakhlaq mulia. Penulis berharap karya tulis skripsi

ini dapat menjadi tulisan yang berguna bagi orang banyak pada

umumnya dan penulis pribadi khsusnya. Amiin.

Skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya bantuan dari banyak

pihak yang telah meluangkan waktu dan tenaganya untuk membantu

penulis, oleh karenanya penulis ingin mengucapkan banyak-banyak

terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Murodi, MA. Sebagai Dekan Fakultas Dakwah dan

Komunikasi UIN Syarif Hidayatillah Jakarta.

2. Bapak Drs. M. Luthfi Jamal M.Ag Selaku Dosen Pembimbing yang

telah memberikan perhatian dan meluangkan waktunya untuk

mengarahkan dan memberi masukan-masukan yang sangat

berharga bagi penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

3. Ibu Dra. Hj. Asriati Jamil, M.Hum. selaku Kordinator Teknis Program

Non Reguler Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Ibu Dra. Hj.

Page 10: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

Musyfiroh Nurlaily, M.Ag. sebagai Sekretaris pada Program Non

Reguler Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Serta Fatoni sebagai Staf

Program Non Reguler.

4. Segenap Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi, yang telah

memberikan kontribusi ilmunya kepada penulis, semoga ilmu yang

diberikan selalu bermanfaat di setiap waktu.

5. Pimpinan serta segenap Staf Karyawan Fakultas Dakwah dan

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Kedua Orang Tuaku yang tercinta ayahanda H. M. Shofi dan

ibunda Hj. Neneng Saidah. yang telah memberikan kasih sayang

dan cintanya kepada penulis sehingga mengispirasi penulis dalam

pembuatan skripsi ini.

7. Kakakku tercinta Hj. Nevy Hilyah Lc., adikku Widad, Kikip dan Iqbal

yang telah banyak memberikan dukungan dan semangat dikala

susah.

8. Perguruan Silat Beksi Ciganjur, Ustd. Solihin, Ustd. Cholid, Ustd Abdul

Azis, Nurman, Deni, Gina, Bpk Muhammad dan Ummi Kulsum yang

memberikan kemudahan kepada penulis untuk meneliti Perguruan

Silat Beksi.

9. Teman-teman KPI Angkatan 2003 Program Non Reguler yang telah

banyak memberikan bantuan moril kepada penulis.

10. Teman-teman As-Syafi’iyyah Jatiwaringin terutama buat Atiq,

Mahfuz, Poppy, dll yang selama ini telah banyak memberikan

motivasi dalam menyalesaikan skripsi ini.

Page 11: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam

penyelesaian skripsi ini, semoga Allah dapat membalas semua kebaikan

yang telah diberikan dan menjadi amal saleh disisi-Nya. Dengan segala

kerendahan hati, penulis menerima saran dan kritik yang bersifat

membangun, guna kesempurnaan skripsi ini. Karena penulis menyadari

bahwa didalamnya masih banyak kekuranagan-kekurangan. Semoga

karya ilmiah yang sederhana ini dapat bermanfaat. Amin.

Jakarta, 5 September

2008

Penulis

Page 12: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................... i

ABSTRAK .................................................................................................. ii

KATA PENGANTAR ............................................................................... iii

DAFTAR ISI ............................................................................................. vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................. 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah............................. 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................... 5

D. Tinjauan Pustaka .............................................................. 6

E. Metodologi Penelitian....................................................... 7

F. Sistematika Penulisan ....................................................... 9

BAB II LANDASAN TEORI

A. Aktifitas Dakwah ..............................................................

11

1. Pengertian Aktifitas ......................................................

12

Page 13: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

2. Pengertian Dakwah.......................................................

13

3. Unsur-Unsur Dakwah ...................................................

18

B. Silat ...................................................................................

30

1. Pengertian Silat .............................................................

30

2. Sejarah Silat ..................................................................

33

3. Silat Sebagai Media Dakwah........................................

36

BAB III GAMBARAN UMUM PERGURUAN PENCAK SILAT BEKSI BETAWI

CIGANJUR JAKARTA SELATAN

A. Sejarah dan Latar Belakang ............................................

39

B. Landasan, Tujuan dan Prinsip Dasar .................................

40

C. Visi dan Misi .....................................................................

41

Page 14: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

D. Struktur Organisasi ...........................................................

42

E. Prestasi ...............................................................................

44

F. Profil Penceramah ..............................................................

45

BAB IV ANALISIS AKTIVITAS DAKWAH PERGURUAN PENCAK SILAT BEKSI

BETAWI CIGANJUR JAKARTA SELATAN

A. Unsur-Unsur Dakwah Perguruan Silat Beksi ...................

47

B. Aktivitas Dakwah Pencak Silat Beksi …………………..

48

C. Analisis Aktivitas Dakwah Pencak Silat Beksi ……..……

49

D. Ruang Lingkup Kegiatan...................................................

56

E. Hambatan dan Kendala yang Dihadapi................................

58

BAB V PENUTUP

Page 15: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

A. Kesimpulan ........................................................................

60

B. Saran ...................................................................................

60

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 16: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

Islam adalah agama yang berisi dengan petunjuk-petunjuk agar

manusia secara individual menjadi manusia yang baik, beradab dan

berkualitas. selalu berbuat baik, sehingga mampu membangun sebuah

peradaban yang maju dan sebuah tatanan kehidupan yang manusiawi

dalam arti penindasan dan berbagai kehawatiran.1

Kehadiran dakwah dalam kehidupan sehari-hari kini memiliki porsi

yang besar, terlebih ketika media elektronik mulai melirik untuk

menayangkan beberapa acara yang bersifat dakwah seperti sinetron

maupun pengajian yang tidak hanya ditayangkan pada bulan

Ramadhan. Walaupun demikian, bukan berarti dakwah dengan

menggunakan metode tradisional ditinggalkan. Justeru dakwah dengan

metode tradisional memiliki porsi tersendiri didalamnya. Metode

tradisional dalam berdakawah diantaranya dengan mengadakan

penngajian dari rumah-kerumah maupun yang menggunakan media

masjid atau majlis sebagai tempat berdakwah. Para ulama terdahulu

menggunakan metode dakwah dengan mendatangi tempat-tempat

1 Moh. Ali Azis, Ilmu Dakwah, (Jakarta : Kencana, 2004), Cet. Ke-1, h..1.

Page 17: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

yang dapat digunakan untuk berdakwah sehigga dapat langsung

berhadapan dengan mad'unya.

Apabila melihat ke belakang, Kh. Abdullah Syafi’i menggunakan

metode berdakwah berpidah-pindah tanpa terbatas ruang dan waktu.

Salah satu yang dilakukan beliau adalah ketika berdakwah dipasar-pasar

ataupun ditempat umum. Hal tersebut membuktikan bahwa dakwah

adalah kegiatan yang dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja

tanpa harus melihat kepada siapa dakwah itu disampaikan.

Pada dasarnya dakwah adalah segala bentuk aktivitas penyampaian

ajaran Islam kepada orang lain dengan berbagai cara yang bijaksana,

untuk menciptakan individu dan masyarakat yang menghayati dan

mengamalkan ajaran Islam dalam semua tatanan kehidupan2

Agar ajaran Islam dapat tersebar kepada seluruh manusia sehingga

apa yang yang di inginkan tentunya dapat tercapai hingga sampai

pada maksud yang dinamakan dakwah, dengan masuknya Islam dalam

sejarah agama umat manusia mencoba meyakinkan umat manusia

tentang kebenaran dan meyeru manusia agar menjadi penganutnya.

Dakwah berupaya agar manusia selalu berubah menjadi kaum yang

lebih baik, dalam makna selalu meningkatkan situasi dan kondisinya baik

lahir maupun batinnya. Berupa kegiatan yang masuk ke dalam kerangka

2 Ibid, h. 11.

1

1

Page 18: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

ibadah dan diharapkan dapat mencapai kesejahteraan, kebahagiaan

lahir dan memperoleh ridha Allah SWT.3

Dalam berdakwah ternyata tidak hanya dilakukan dengan

berceramah, melainkan dapat pula dilakukan dengan mendalami seni

bela diri terutama oleh anak lelaki merupakan sebuah hal yang menjadi

keharusan, oleh karenanya bukanlah hal yang aneh jika dahulu banyak

anak lelaki yang mengisi waktunya dengan belajar bela diri. Hal tersebut

yang mendorong para guru silat memasukkan nilai-nilai islam dalam

latihan yang diberikan kepada muridnya. Sehingga bela diri tidak hanya

bertujuan untuk melindungi diri, tetapi juga sebagai salah satu alat untuk

melindungi diri dari perbuatan negatif yang melanggar agama dan

dibenci masyarakat.

Dakwah dapat menggunakan media apa saja tanpa terkecuali Seni

Beladiri Beksi, oleh karenanya olah raga Seni Beladiri Beksi yang

merupakan khasanah betawi dan merupakan budaya bangsa. Silat Beksi

mengandung banyak nilai-nilai luhur di dalamnya, diantaranya dengan

banyak memasukkan nilai-nilai Islam dalam pengajarannya. Misalnya;

selalu berwudhu sebelum melakukan latihan silat.

Di dalam silat Beksi mereka menemukan spiritual yang lebih

mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, dapat pula melatih kepekaan

3 DR. Wardi Bachtiar, Metedologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta : Logos, 1997),

Cet. Ke-1, h. 38.

Page 19: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

indrawi, mengolah kelebihan dan kelenturan anatomi tubuh dan

mempelajari sebanyak-banyaknya pertanda alam yang ada disekeliling.

Banyak hal positif yang di dapat dari Beksi, pembentukan mental yang

kuat dengan kepribadian yang baik menjadi tujuan utama. Pada

dasarnya Beksi merupakan sebuah seni, yang banyak mengajarkan

kepada kita tentang hidup yang seimbang dan sederhana. Ada

beberapa kegiatan yang memiliki nilai luhur diantranya: pengajian setiap

malam Jum’at yang menjadi jadwal rutin setiap minggunya.

Hal yang positif inilah yang membuat masyarakat umumnya dan

anak-anak Betawi khususnya merasa harus mendalami silat Beksi, selain

untuk melindungi diri dari kemungkinan terburuk tetapi juga menjaga jiwa

dari perbuatan yang dilarang agama.

Di dalam kegiatan tersebut termasuk paradigma yang dinamakan

“Syumuliyatud dakwah” yang artinya kelengkapan berdakwah,

dikarenakan Islam tidak pernah memilah-milah objek dan sasaran

dakwah, asalkan saja hal itu dapat menghasilkan nilai-nilai yang positif

yang menunjang suksesnya dakwah. 4

Berdasarkan uraian latar belakang dan pokok pikiran di atas, penulis

tertarik untuk melakukan pengkajian dan penelitian secara mendalam

dan selanjutnya dijadikan sebagai pembahasan skripsi dengan judul :

4 Mustafa Mansur, Jalan Dakwah, (Jakarta : Pustaka Utama, 1994), Cet. Ke-1. h.. 23.

Page 20: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

“AKTIVITAS DAKWAH PERGURUAN PENCAK SILAT BEKSI BETAWI di

CIGANJUR”

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah

1. Perumusan Masalah

Sekarang, banyak orang yang menyampaikan dakwahnya

dengan berbagai caranya, salah satunya terdiri dari Billisan, bil qalam,

bil hal, kemudian mengelola hasil dakwah yang di dapatkan ke dalam

lembaga-lembaga Islam secara efisien dan efektif agar tepat kepada

sasaran yang akan dituju. Hal tersebut memudahkan dalam

menganalisa dakwah yang dilakukan.

2. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis membatasi

permasalahnnya pada aktivitas dakwah yang dilakukan perguruan

Pencak Silat Beksi terhadap anggotanya yang berlokasi di wilayah

Ciganjur, Jakarta-Selatan agar tidak melebarnya permasalahan yang

dibahas dalam skripsi ini.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka secara spesifik penulis

merumuskan permasalahan sebagai berikut:

Page 21: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

a. Apa unsur-unsur dakwah Perguruan Silat Beksi?

b. Aktivitas dakwah apa saja yang dilakukan Perguruan Silat Beksi

di Ciganjur?

c. Analisis aktivitas dan kegiatan Perguruan Silat Beksi yang

berhubungan dengan dakwah Islam?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Sesuai dengan pembatasan dan perumusan yang sudah dipaparkan

di atas maka tujuan dan manfaat yang ingin dicapai dari penelitian skripsi

ini sebagai berikut:

a. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dan menggambarkan aktivitas Dakwah

yang dilakukan Perguruan Pencak Silat Beksi di Ciganjur.

2. Untuk mengetahui dan mendapatkan informasi yang objektif

mengenai hambatan dan kendala terhadap aktivitas dakwah

yang dilakukan Pencak Silat Beksi di Ciganjur.

b. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademis, hasil penelitian diharapkan mampu

memberikan kontribusi positif dalam menunjang berbagai

analisis studi-studi kesenian dan bela diri dalam era sekarang ini,

yang mana studi dan analisis itu dikaitkan dengan aktivitas

Page 22: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

dakwah pada masyarakat seperti di perguruan Pencak Silat

Beksi Ciganjur.

2. Secara Praktis, dengan adanya penelitian ini semoga dapat

maningkatkan mutu dan kualitas dalam kegiatan dakwah di

Perguruan Pencak Silat Beksi.

Selain itu hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan teoritis bagi pengembangan sarana penyampaian

dakwah melalui seni bela diri.

D. Tinjauan Pustaka

Penulis menggunakan beberapa rujukan skripsi terdahulu dalam

mendapatkan informasi tentang hal yang berkaitan dengan skripsi yang

sedang ditulis, hal tersebut bertujuan agar tidak adanya kesalahan dalam

mengolah data dan menganalisisnya. Penulis mengmbil beberapa judul

yang berkaitan dengan materi yang diambil oleh penulis, diantaranya:

Gina Fasya, NIM: 102051025455 dengan judul, Aktivitas Hotel Sofyan

Betawi, Jl. Cut Mutia Jakarta-Pusat. Kemudian Syarmuji, NIM:

103035102515 dengan judul, Aktivitas Dakwah Bil-Lisan Ustad. Muhammad

Fauzi.

E. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Page 23: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis metode kualitatif,

yaitu suatu pendekatan metode yang berfungsi sebagai prosedur

penelusuran masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau

melukiskan subjek dan objek penelitian (seseorang, lembaga,

masyarakat, dan lain-lain). Berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau

sebagai mana adanya.5 Metode ini diambil agar tercapainya hasil

yang sesuai dengan apa yang diharapkan.

2. Teknik Pengumpulan Data

a. Interview

Interview merupakan suatu alat pengumpulan informasi yang

langsung tentang beberapa jenis data. Penulis menggunakan

teknik interview bebas terpimpin. Yaitu peneliti persiapkan,

kemudian setelah dijawab memberi data dengan bebas dan

terbuka. Interview dilakukan dengan Ketua Perguruan Silat Beksi

Ciganjur dan Penceramah pengajian mingguan untuk melengkapi

data.

b. Observasi

Observasi adalah berupa kegiatan mengenai yang

berhubungan dengan pengawasan, peninjauan, penyelidikan,

dan riset. Teknik yang peneliti gunakan dalam observasi ini adalah

yang sifatnya pengamatan. Observasi dilakukan langsung oleh

5 Hadawi Nawawi, Metodologi Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta : Gajah Mada

University Press, 1998), cet. Ke-8, h.63

Page 24: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

penulis untuk mendapatkan data mengenai pengajian yang

diakukan pada setiap malam jumat.

Penulisan melakukan pengamatan langsung di Perguruan Silat

Beksi Ciganjur Jakarta Selatan, diantaranya dengan mengikuti

pengajian pada setiap minggunya dan melakukan pencatatan

sistematis terhadap gaya bahasa, materi, intonasi, dan body

languence yang digunakan Ustad Cholid dalam menerapkan

dakwahnya kepada murid-murid Perguruan dan masyarakat

umum, sehingga peneliti mendapatkan data yang diperlukan.

c. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan menginvestasi dokumen-

dokumen yang relevan dan terkait dengan permasalahan yang di

teliti. Yaitu mempelajari dan menganalisa bahan-bahan berupa

tulisan atau gambar yang diambil dari buku, arsip-arsip, fhoto-fhoto

dan yang lain sebagainya untuk penguat atas kebenaran data

yang diperoleh melalui observasi dan interview.

d. Subjek dan Obyek Penelitian

Subjek penelitian adalah sumber-sumber tempat memperoleh

keterangan.6 Dalam penelitian ini yang menjadi subjek adalah

Perguruan Silat Beksi Ciganjur. Sedangkan objeknya adalah

pengajian mingguan. Dan untuk itu, penulis mengadakan

6 Tatang M. Arifin, Menyusun Rencana Penelitian (Jakarta: Rajawali Press, 1968), h. 92.

Page 25: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

kunjungan langsung ke Perguruan Silat Beksi Ciganjur Jakrta

Selatan tepatnya.

e. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian dilakukan selama dua bulan atau sekitar

empat belas kali pertemuan. Penelitian ini dilaksanakan dalam

rentang waktu selama 3 bulan, yakni dari tanggal 10 april sampai

10 juni 2007. Yang bertempat di: Jl. Sadar IV, Rt. 002/02 no. 4

Ciganjur Jagakarsa, JAKARTA SELATAN 12630.

f. Teknik Penulisan

Mengenai teknik penulisan skripsi ini mengacu pada buku

Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang diterbitkan oleh UIN Jakarta Press, tahun 2007.

3. Jenis Penelitian

Dalam skripsi ini adalah penelitian kualitatif., yakni penelitian yang

dilalui dengan proses observasi, pengumpulan data yang akurat

berdasarkan fakta di lapangan di sertai wawancara dengan

narasumber. Adapun metode yang digunakan adalah analisis

deskriptif, yaitu menggambarkan keadaan yang sebenarnya dan

dianggap akurat serta menuangkannya dalam konteks penulisan

skripsi ini.

Page 26: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

F. Sistematika Penulisan

Setelah penulis mendapatkan dan menganalisa data dan inforamasi

sesuai permasalahan penelitian, maka selanjutnya diuraikan dalam

bentuk tulisan dan pemaparan tulisan dan pemaparan tersebut secara

sistematika disusun melalui beberapa sub bab.

Bab Pertama, pendahuluan akan membahas tentang latar belakang

masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab Kedua, Tinjauan teoritis yang terdiri dari pengertian aktivitas,

pengertian dakwah, unsur-unsur dakwah, pengertian silat, tujuan dan

fungsi silat, dan bentuk-bentuk silat.

Bab Ketiga, Gambaran Umum Perguruan Silat Beksi, yang terdiri dari

sejarah dan latar belakang berdirinya, visi,misi, dan tujuan, struktur

organisasi.

Bab Keempat, Analisis Dakwah Perguruan Silat Beksi di Ciganjur, materi

dakwah, meteri Beksi, hambatan dan tantangan

Dan yang terakhir Bab Kelima, yang merupakan bagian penutup di

kemukakan mengenai kesimpulan hasil penelitian dan saran, kemudian

secara keseluruhan penyusunan skripsi ini diawali dengan lembar

Page 27: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

pernyataan, abstrak, kata pengantar dan daftar isi, serta diakhiri dengan

daftar pustaka dan lampiran.

Page 28: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Aktivitas Dakwah

Istilah-istilah dakwah dalam al-Quran yang di pandang paling popular

adalah yad’una ila al-khyr ya muruna bil ma’ruf dan yahhayna an al-

munkar. Dalam konteks ini seorang muslim secara khusus, mempunyai

tanggung jawab moral untik hadir di tengah-tengah kehidupan

masyarakat sebagai figure bukti dan saksi kehidupan islami, umat pilihan

yang mampu merealisasikan nilai-nilai pesan Illahi, yaitu menyatakan dan

menyerukan al-khayr, sebagai kebenaran prinsipil dan universal,

melaksanakan dan menganjurkan al-ma’ruf, yakni nilai-nilai kebenaran

cultural serta menjauhi dan mencegah kemunkaran. Di samping istilah

lain yang dipandang berkaitan dengan tema umum dakwah seperti

tabliqh (penyampaian), tarbiyah (pendidikan), ta’lim (pengajaran),

tabsyir (penyampaian serta gembira), tandzim (penyampaian ancaman).

Tausyhiah (nasehat), tadzkir dan tanbih (peringatan). Adanya istilah-istilah

ini terdapat pesan-pesan moral Illahi yang perlu terus menerus di

perjuangkan.

Dari uraian diatas aktivitas dakwah dapat diartikan sebagai benrtuk

kegiatan yang mengarah kepada perubahan terhadap sesuatu yang

Page 29: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

belum baik agar menjadi baik dan kepada sesuatu yang sudah baik agar

menjadi lebih baik lagi.

1. Pengertian Aktivitas

Aktivitas menurut kamus besar bahasa Indonesia “aktivitas” adalah

keaktifan, kegiatan atau kesibukan atau bias juga salah satu kegiatan

kerja yang dilaksanakan dalam tiap bagian sesuatu organisasi.7

Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali aktivitas, kegiatan atau

kesibukan yang dilakukan manusia, namun berarti atau tidaknya

kegiatan tersebut bergantung pada individu tersebut. Karena menurut

Samuel Soehoe sebenarnya aktivitas bukan hanya sekedar kegiatan,

beliau mengatakan bahwa aktivitas dipandang sebagai usaha

mencapai atau memenuhi kebutuhan.

Salah satu kebutuhan manusia adalah menuntut ilmu untuk menjadi

pintar dan pandai. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka manusia

harus belajar dengan cara bersekolah, mengunjungi majelis atau tempat-

tempat ilmu atau bisa juga dengan cara membaca buku, berdiskusi dan

7Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai

Pustaka, 1990), Cet. Ke-3. h.17.

11

Page 30: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

lain sebagainya. Ternyata untuk memenuhi satu kebutuhan saja manusia

harus melakukan berbagai kegiatan atau melakukan aktivitas.

Seseorang yang ingin mendalami ilmu agama dan ingin membangun

atau berinteraksi dengan masyarakat yang islami misalnya, tentu ia harus

melakukan aktivitas yang membantu tercapainya keinginan tersebut.

Seperti membaca buku-buku Keagamaan, mengikuti pengajian-

pengajian atau melakukan diskusi-diskusi tentang keagamaan dan

kemasyarakatan.mengkaji norma-norma ajaran islam tentang hubungan

sesame manusia dan tak kalah pentingnya adalah mengadaptasikan

atau menerapkan ajaran ilmu yang telah diperoleh kedalam kehidupan

yang nyata.

2. Pengertian Dakwah

Pengertian Dakwah dalam bahasa Arab merupakan bentuk masdar dari kata

kerja (fi’il) da’a, yad’u, da’watan yang berarti menyeru, memanggil, dan

mengajak.8 Kemudian Toha Yahya Oemar juga sependat mengatakan kata

dakwah berasal dari bahasa arab, dan dalam bahasa Indonesia dipahami sebagai

“ajakan, seruan, panggilan, dan undangan kepada ajaran Tuhan”.9 Bila dipahami

dari berbagai sudut pandang terlihat bahwa esensi dakwah Islam sesungguhnya

kegiatan dan upaya mengajak manusia atau orang lain agar kembali kepada

8 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1989), h. 127.

9 Toha Yahya Oemar, Ilmu Dakwah, (Jakarta : Widjaya, 1992), cet. Ke-5, h. 1.

Page 31: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

kasucian, agar menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya secara

utuh dan menyeluruh (kaffah).

Secara terminologis (istilah), para pakar memiliki pengertian yang

berbeda-beda dalam mengartikan apa itu dakwah. Namun pada

dasarnya mereka memiliki dasar yang sama yaitu: "Menyerukan agar

umat Islam melakukan perbuatan amar ma'ruf dan menjauhkan yang

mungkar". Berikut pengertian yang diberikan oleh Syed Qutb, dakwah

adalah; "Mangajak atau menyerukan lain masuk kedalam sabilillah (jalan

Allah), bukan untuk mengikuti da'i atau bukan pula untuk mengikuti

kelompok orang.10

Kata dakwah yang berarti memanggil, menyeru, mengajak terdapat

dalam al-Qur'an, seperti dalam surat al-Baqarah ayat 221:

���������� ������ � �����

�������� � � ��! ��"����� �

����� #$�%�&'���

�( )#*'�☺'���! -#.#/'0�1�2

� 34�56 ���! -#.#7� ��!8

9���%:#� ;<3=�:�>��

��)?@⌧B 7 � CDDEF

Artinya: "mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke syurga dan

ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-

Nya(perintah-perintah-Nya) kepada manusia agar mereka mengambil

pelajearan. (Qs. Al-Baqarah: 221).

Kemudian dalam surat an-Nahl ayat 125 disebutkan::

10 Syed Quth, FiDhilal al-Qur'an, (Beirut: Ihya al-Turatsi al-Araby, 1976), Jilid V, h. 110.

Page 32: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

8GI�� J����� FKB�L�M ����2!�

#$�☺O# 'P���2

#$�Q#�;��☺'���! #$!�RS$ 'P��

� T3='�#���U! VWX?����2 Y�#Z

3[RS�.� J ���� ��\2!� !�>Z

]T�:��� [�☺�2 �KRE [ �

-#���B�L�M � !�>Z! ]T�:���

4^#� 7�=3☺'����2 CED�F

Artinya: "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah

dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan

cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih

mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan

dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat

petunjuk”. (QS. Al-Nahl: 125).

Menurut KH. Didin Hafifuddin: dakwah adalah sebagai proses yang

berkesinambungan yang ditangani oleh para pengemban dakwah untuk

mengubah sasaran dakwah agar bersedia masuk ke jalan Allah, dan

secara bertahap menuju kepribadian yang islami. Suatu proses yang

berkesinambungan adalah suatu yang bukan insidental atau kebetulan,

melainkan benar-benar direncanakan, dilaksanakan, dievaluasi secara

terus menerus oleh para pelaku dakwah dalam rangka merubah perilaku

sasaran dakwah dengan tujuan-tujuan yang dirumuskan.11

Asmuni Syukir membagi pengertian dakwah ke dalam dua sudut

pandang, yaitu pengertian dakwah yang bersifat pembinaan dan

pengertian yang bersifat pengembangan. Pengertian dakwah yang

11 Didin Hafifuddin, Dakwah Aktual, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), Cet. Ke-1, h. 77.

Page 33: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

bersifat pembinaan adalah suatu usaha mempertahankan, melestarikan,

dan menyempurnakan umat manusia agar mereka tetap beriman

kepada Allah. Dengan menjalankan syari'at-Nya sehingga, mereka

menjadi manusia yang hidup paling bahagia di dunia dan akhirat.

Pengertian yang bersifat pengembangan adalah usaha mengajak

manusia yang beriman agar mentaati syariat Islam (memeluk agama

Islam), supaya nantinya dapat hidup bahagia sejahtera di dunia dan

akhirat.12

M. Natsir memberikan pengertian tentang dakwah adalah; usaha

menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan manusia dan

seluruh umat tentang pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia

yang meliputi amar ma'ruf nahi munkar. Dengan berbagai macam media

dan cara yang diperbolehkan Allah SWT dan membimbing

pengalamannya dalam perikehidupan perseorangan, berumah tangga,

bermasyarakat dan bernegara.13

H. Endang S. Anshari mengatakan, dakwah dalam arti terbatas ialah

menyampaikan Islam kepada manusia secara lisan, maupun secara

tulisan, ataupun secara lukisan (panggilan, seruan, ajakan, kepada

manusia pada Islam). Sedangkan dakwah dalam arti luas ialah

penjabaran, penterjemahan, dan pelaksanaan Islam dalam kehidupan

dan penghidupan menusia (termasuk didalamnya politik, ekonomi, sosial,

12 Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: al-Ikhlas, 1983), h. 20.

13 Muhammad Natsir, “Fiqh Dakwah” Dalam Majalah Kiblat, (Jakarta, 1971) h. 7.

Page 34: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

pendidikan, ilmu pengetahuan, kesenian, kekeluargaan, dan

sebagainya).14

S.M. Nasaruddin Latif memberikan pengertian dakwah yaitu: ”usaha

atau aktivitas dengan lisan atau tulisan dan lainya yang bersifat menyeru,

mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman dan menaati Allah

SWT sesuai dengan garis-garis aqidah syariat serta akhlaq Islamiah.15

Lain hal lagi dengan Syekh Ali Mukti yang memberikan pengertian

dakwah sebagai upaya yang mendorong manusia agar berbuat

kebajikan dan menuruti petunjuk, menyerukan mereka berbuat kebajikan

dan melarang dari perbuatan munkar agar mereka mendapat

kebahagiaan di dunia dan di akhirat.16

Sementara itu Prof. Dr. Quraisy Syihab mendefinisikan dakwah sebagai

seruan atau ajakan kepada keinsyafan, atau usaha mengubah situasi

tertentu kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap

pribadi maupun masyarakat dan dakwah seharusnya berperan dalam

pelaksanaan ajaran Islam sacara lebih menyeluruh dalam berbagai

aspek kehidupan.17

14 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1986), h. 31-32.

15 Nasaruddin Latif, Teori dan Praktek Dakwah Islamiah, (Jakarta: Firman Dara, 1979)

h.11. 16

Syekh Ali Mahfuz, Hidayat al-Mursyidin, Terjemahan: Chadijah Nasution,

(Yogyakarta: Tiga A, 1970). H.17. 17

Quraisy Syihab, Membumikan al-Qur'an: Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan

Masyarakat, (Bandung: Mizan , 1998), Cet. Ke-17, h. 194.

Page 35: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

Istilah-istilah dakwah dalam al-Qur’an yang dipandang paling popular

adalah menyerukan kepada kebaikan dan melarang kepada

kemungkaran. Dalam konteks ini seorang muslim secara khusus,

mempunyai tanggung jawab moral untuk hadir di tengah-tengah

kehidupan masyarakat sebagai bukti dan saksi kehidupan islami, umat

pilihan yang mampu merealisasikan nilai-nilai pesan dalam ajaran Islam,

yaitu menyatakan dan menyerukan al-khayr, sebagai kebenaran prinsipil

dan universal, melaksanakan dan menganjurkan al-ma’ruf. Yakni nilai-nilai

kebenaran kultural serta menjauhi dan mencegah kemunkaran.

Di samping istilah lain yang dipandang berkaitan dengan tema umum

dakwah seperti tabliqh (penyampaian), tarbiyah (pendidikan), ta’lim

(pengajaran), tabsyir (penyampaian berita gembira), tandzim

(penyampaian ancaman). Tausyhiah (nasehat), tadzkir dan tanbih

(peringatan). Adanya istilah-istilah ini terdapat pesan-pesan moral.

Dari uraian di atas aktivitas dakwah dapat diartikan sebagai benrtuk

kegiatan yang mengarah kepada perubahan terhadap sesuatu yang

belum baik agar menjadi baik dan kepada sesuatu yang sudah baik agar

menjadi lebih baik lagi. Allah telah menggariskan dakwah di dalam al-

Qur'an dan as-Sunnah sebagai landasan berfikir dan hukum dalam

berdakwah.

Dakwah bertujuan untuk memanggil kepada syariat dan

memecahkan persoalan hidup, baik persoalaan hidup perseorangan

atau persoalan rumah tangga, berjamaah, bermasyarakat, berbangsa,

Page 36: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

bersuku bangsa, bernegara dan antar Negara. Dakwah juga bertujuan

memanggil kepada fungsi hidup manusia sebagai hamba Allah di atas

dunia yang berbentang luas ini yang berisikan manusia berbagai jenis

dan bermacam kepercayaannya, yakni fungsi sebagai syuhada ala an-

nas, menjadi pelopor dan pengawas bagi umat manusia. Dakwah juga

dapat memanggil kepada tujuan hidup yang hakiki, yakni menyembah

Allah.18

Dakwah merupakan satu rangkaian kegiatan atau proses dalam

rangka mencapai suatu tujuan tertentu, tujuan ini dimaksudkan untuk

memberi arah atau pedoman bagi serak langkah kegiatan dakwah.

Sebab tanpa tujuan yang jelas seluruh aktivitas dakwah akan sia-sia.19

Dari keterangan di atas penulis melihat dakwah sebagai bahasa yang

universal, dimana dakawah dapat dilakukan dengan banyak orang

ataupun dengan perorangan. Indonesia sebagai bangsa yang memiliki

jumlah muslim terbesar populasinya di dunia menjadi sorotan banyak

mata. Terlebih lagi banyak pihak yang ingin menggoyah Islam di

Indonesia, melihat hal tersebut dakwah memiliki porsi yang sangat

penting. Bukan hanya sebagai menjaga agama tetapi juga untuk

menjaga negara.

3. Unsur-Unsur Dakwah

18 M. Natsir, Dakwah dan Pemikirannya, (Jakarta: Gema Insanj Pres,1999). Cet. Ke-1,

hal.70. 19 Hafi Anzhari, Pemahaman dan Pengalaman Dakwah, (Surabaya, al-Ikhlas), hal.140.

Page 37: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

Unsur-unsur dalam dakwah tidak dapat dipisahkan begitu saja

mengingat banyaknya pembagian yang menjadi bagian penting dalam

dakwah. Penulis melihat, bahwa ada kesamaan yang amat sangat

mendasar antara teori yang digunakan oleh para ulama atau pun para

cendikiawan muslim dengan Laswell tentang unsur komunikasi atau

dakwah. Jika Laswell mengatakan S-M-C-R=Ef, maka dalam dakwah ada

istilah da'i (pelaku dakwah), mad'u (mitra dakwah), maddah (materi

dakwah), wasilah (media dakwah), thariqah (pesan dakwah) dan atsar

(efek).

Berikut merupakan pembagian unsur-unsur dakwah:

a. Da'i (Pelaku Dakwah)

Rasanya sebutan da'i bukanlah hal yang asing bagi sebagian

besar masyarakat saat ini, hal tersebut dapat dilihat ketika beberapa

media menggunakan kata da'i dalam pengistilahan seorang

penceramah. Namun, yang dimaksud dengan da'i itu sendiri adalah;

“orang yang melaksanakan dakwah baik menggunakan media

tulisan ataupun lisan dan biasanya disertai dengan perbuatan”.

Pengaplikasian dari dakwah yang disampaikan seorang da'i dapat

bersifat personal (individu) atau kelompok (organisasi, lembaga dll).

Seorang da’i sebagai pelaku ceramah menyampaikan pesan

dakwah kepada mad’u. Apabila dalam proses komunikasi

penyampaian pesan dilakukan sedemikian rupa sehingga

menimbulkan dampak tertentu (dampak kognitif, afektif, behavioral),

Page 38: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

maka aktivitas dakwah bertujuan langsung mengajak manusia untuk

mengenal Tuhannya, mempercayai-Nya sekaligus mengikuti petunjuk-

Nya.20

Pandangan yang paling khas dalam komunikasi manusia adalah

konsep tentang mekanistis, dalam artian, umpan balik merupakan

pesan yang dikirimkan kembali dari seorang penerima kepada

narasumber.21 Ceramah adalah bagian dari teknik dakwah, yang

secara bahasa merupakan salah satu yang mengundang makna

percakapan, ceramah (retorika) atau pidato atau suatu teknik dan

metode dakwah yang banyak diwarnai karakteristik bicara oleh

seorang da’i pada suatu aktivitas dakwah.22

Ceramah tidak terlepas dari pengertian dakwah bahkan ceramah

adalah bagian dari teknik dakwah, yang secara bahasa merupakan

salah satu yang mengandung makna percakapan, ceramah

(retorika). Ceramah artinya seruan atau ajakan kepada keinsyafan

atau usaha untuk mengubah situasi yang baik kepada yang lebih baik

dan sempurna. Baik kepada pribadi maupun kepada masyarakat.

Secara terminologi, ceramah merupakan suatu metode dakwah yang

banyak diwarnai karakteristik bicara seorang khatib (komunikator)

20 Jamaluddin Kafie, Psikologi Dakwah, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993), h. 66.

21 Jalaluddin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosda Karya,

1989), h. 406. 22

Ahmad Subandi, Ilmu Dakwah Pengantar ke Arah Metodologi, (Bandung: Yayasan

Syahidah, 1995), h. 134.

Page 39: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

atau da’i pada suatu aktivitas dakwah.23 Oleh karena itu penguasaan

keterampilan bicara di depan orang banyak merupakan hal pokok

untuk mempengaruhi para pendengar agar menerima, mengikuti dan

mengamalkan isi pesan yang disampaikan oleh khatib.

Nassaruddin Lathief mendefinisikan bahwa da'i itu ialah "muslim

dan muslimat yang menjadikan dakwah sebagai suatu amaliah pokok

bagi tugas ulama. Ahli dakwah ialah wa'ad. Mubaligh Mustama'in

(juru penerang) yang menyeru mengajak dan memberi pengajaran

dan pelajaran agama Islam".24

Menurut penulis, bahwa seseorang da’i tidak hanya dibatasi pada

perkerjaan dakwah semata tetapi aapabila seseorang mengajak

kepada kebaikan dan kemaslahatan. Maka orang tersebut dapat

dikatakan da’i.

M. Natsir, "Pembawa dakwah merupakan orang yang

memperingatkan atau memanggil supaya memilih jalan yang

membawa pada keuntungan".25

Hasyimi, juru dakwah adalah penasihat, para pemimpin dan

pemberi ingat, yang memberi nasihat dengan baik yang

mengarahkan dan berkhotbah, yang memusatkan jiwa dan raganya

dalam wa'ad dan wa'id (berita gembira dan berita siksa) dan dalam

23 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 104.

24 Nassaruddin Lathief, Teori dan Praktek Dakwah, (Jakarta: Firma Dara, tt), h. 20.

25 M. Natsir, Fiqhud Dakwah, (Jakarta: Dewan Islamiyah Indonesia) h. 125.

Page 40: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

membicarakan tentang kampung akhirat untuk melepaskan orang-

orang yang karam dalam gelombang dunia.26

Namum pada dasarnya semua pribadi muslim itu berperan secara

otomatis sebagai mubaligh atau orang yang menyampaikan atau

dalam bahasa komunikasi dikenal sebagai komunikator. Untuk itu

dalam komunikasi dakwah yang berperan sebagai da'i atau mubaligh

ialah:

a. Secara umum setiap muslim yang baligh, berakal, sehat

jasmani dan rohaninya. Memiliki kewajiban dalam

menyampaikan segala sesuatu yang menjadi

pengetahuanya agar berguna bagi orang yang ada

disekitarnya.

b. Secara khusus, kita dapat menyebutkan bahwa panggilan

ulama. Merupakan sebutan yang diberikan kepada orang

yang memiliki keahlian khusus sebagai pendakwah, tentunya

harus dipenuhi dengan pengetahuan agama yang

mendalam. 27

Penulis mengambil pemahaman dari dua pengertian atas, bahwa

pengertian di atas memiliki satu tujuan yang sama diantaranya

adalah menyampaikan apa-apa yang menjadi pengetahuan

tentang Islam kepada semua masyarakat tanpa terkecuali. Dalam

26 A. Hasyimi, Dustur Dakwah Menurut al-Qur'an, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), h. 162.

27 Toto Tasmara, Ibid, h. 41-42.

Page 41: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

betasan baligh penulis agak kesulitan melihat saat ini banyak anak-

anak yang belum baligh menyampaikan pesan dakwah dalam

bentuk ceramah. Namun bukan berarti seorang da’i dapat

menyampaikan apa saja kepada masyarakat, tetapi penyampaian

harus disertai dengan dalil yang kuat dan cukup.

b. Mad'u (Penerima Dakwah)

Mad'u, atau sasaran dakwah merupakan target yang menjadi

objek utama dalam berdakwah. A. H. Hasanuddin berpendapat

bahwa: "Orang yang diseru, dipanggil, atau diundang".28 Berdasarkan

pengertian di atas penulis dapat memahami, bahwa yang

dinamakan dengan mad'u memiliki berbagai kelas yang terbagi

dalam sosial, ekonomi, geografis, profesi, bahkan sampai kepada

tingkatan usia dan pengetahuan. H. M Arifin dalam bukunya Psikologi

Dakwah, menjabarkan tingkatan yang ada, yaitu:

1) Sosiologis, meliputi berbagai lapisan masyarakat yaitu

masyarakat terasing, pedesaan, perkotaan, kota kecil serta

masyarakat marjinal dari kota besar.

2) Struktur kelembagaan, biasanya dikenal dengan istilah priyayi,

abangan dan santri. Hal ini banyak ditemukan di daerah

masyarakat Jawa.

28 A. H. Hasanuddin, Rethorika Dakwah dan Publistik Dalam Kepemimpinan, (Surabaya:

Usaha Nasional, 1982), Cet. Ke-1, h. 33.

Page 42: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

3) Tingkatan Usia, mulai dari yang muda hingga yang tua. Hal ini

terjadi karena dipengaruhi tingkat kedewasaan yang seiring

dengan usia.

4) Profesi, tingkatan ini bisanya mencakup petani hingga eksekutif.

5) Ekonomi, struktur antara yang kaya hingga yang miskin.

6) Jenis kelamin (Pria dan Wanita)

7) Masyarakat khusus, tunasusila, tunawisma, tunakarya,

narapidana dan sebagainya.29

Muhammad Abduh memilah mad'u menjadi tiga golongan, yaitu:

1) Cerdik Cendikiawan yang cinta kebenaran, dan dapat berfikir

secara kritis, cepat menangkap persoalan.

2) Awam, yaitu kebanyakan orang yang belum dapat berfikir

secara kritis dan mendalam, belum dapat menangkap

pengertian-pengertian yang tinggi.

3) Golongan yang senang membahas sesuatu tetapi hanya

dalam batasan tertentu, tidak sanggup mendalam benar.

4) Penerima pesan dakwah tidak dapat dibatasi dari umur

ataupun golongan yang akan menerimanya, tetapi kepada

siapa saja yang mau menerima dakwah seseorang. Pada

hakikatnya dakwah tidak dakan berhenti pada tataran

penyampaian saja, tetapi juga pada hal pelaksanaan atau

pengaplikasian dari dakwah itu sendiri.

29 H. M. Arifin, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1977), h. 13-14.

Page 43: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

c. Maddah (Pesan Dakwah)

Materi yang dimaksud dalam dakwah, adalah sesuatu yang

berkaitan erat dengan ajaran Islam. Yang biasanya berupa pesan

yang disampaikan oleh seorang da'i, hal tersebut meliputi akidah,

syariah dan akhlaq. Dari ketiga hal tadi, semuanya berlandaskan

kepada al-Qur'an dan Hadits sebagai pedoman dan acuan.

Alasan di ataslah yang menjadi sebuah tolak ukur, mengapa

pengajian mingguan menjadi layak sebagai sebuah media yang

efektif dalam menyampaikan ajaran islam.

Pesan dakwah yang disampaikan haruslah dengan keilmuan yang

cukup dan mendalam, kerena bagaimanapun juga kesalahan yang

dilakukan oleh penerima dakwah karena penyampaian yang tidak

seharusnya akan menjadi beban pada sang da’i. Isi dalam setiap

dakwah haruslah memuat tentang ilmu keTuhanan, hukum, Aqidah

dan Akhlaq, hal itu dirasakan penting kerena masyarakat awam akan

mudah terjerumus jikan penyampaian pesan dakwah tidak dilakukan

dengan seimbang.

d. Wasilah (Media Dakwah)

Arti media bila dilihat dari asal katanya berasal dari kata latin yaitu

“median” yang berarti alat perantara. Sedangkan kata media

merupakan jamak dari pada kata “median” tersebut. Pengertian

media secara istilah berarti segala sesuatu yang dapat dijadikan

sebagai alat (perantara) untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Page 44: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

Media yaitu segala sesuatu yang dapat membantu juru dakwah

dalam menyampaikan dakwahnya secara efektif dan efisien. Jadi

media dakwah adalah perantara atau penghubung yang digunakan

oleh da’i untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah kepada mad’u.

Fungsi media massa dalam dakwah adalah untuk menyiarkan

informasi, mendidik, menghibur, dan mempengaruhi. Pada dasarnya

media dakwah terbagi pada media cetak dan media elektronik

misalnya seperti surat kabar, buku dan majalah. Sementara media

elektronik dicontohkan dengan radio, tv, dan internet.

Media ialah segala sesuatu yang membantu juru dakwah dalam

menyampaikan dakwahnya secara efektif dan efisien.30 Penulis

menafsirkan apa yang dimaksudkan dengan media, tidak hanya

terbatas pada materil atau faktor kebendaan. Tetapi juga

menafsirkan sesuatu yang menjadi alat bantu bagi seorang da'i

merupakan media. Menurut M. Bahri Ghazali, "kepentingan dakwah

terhadap adanya media atau alat yang tepat dalam berdakwah

sangat urgen sekali, sehingga dapat dikatakan dengan media

dakwah akan lebih mudah diterima oleh komunikan (mad'unya)".31

Luasnya media dakwah yang dapat digunakan oleh seorang da’i

membuat dakwah itu sendiri menjadi amat menarik, tidak hanya di

30 Abdul Karim Zaidan, Dasar-dasar Ilmu Dakwah 2, (Jakarta: Media Dakwah, 1984), Cet.

Ke-2, h. 225.

31

M. Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif: Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi

Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997), h. 12.

Page 45: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

dalam ruangan dakwah dapat dilakukan di luar ruangan. Terlebih lagi

media elektronik baik televisi maupun radio memiliki bagian (program)

yang banyak memuat tentang dakwah, tidak hanya ceramah pada

pagi hari tetapi sudah merambah pada sinetron yang bernafaskan

keagamaan. Bahkan beberapa sineas muda Indonesia membuat

beberapa layar lebar yang bernafaskan ke-Islaman.

Media cetak tidak mau ketinggalan dalam berdakwah, fenomena

itu dapat terlihat dari banyaknya majalah, tabloid atau pun surat

kabar yang bernafaskan ke-Islaman. Terutama pada Bulan

Ramadhan, semua media mengelurkan acara yang bernafaskan

Islam.

e. Metode Dakwah

Kata methode berasal dari bahasa Latin yaitu methodus yang

berarti cara. Dalam bahasa Yunani, methodus berarti cara atau jalan.

Sedangkan dalam bahasa Inggris method dijelaskan metode atau

cara.32 Abdul Kadir Munsyi, mengartikan metode sebagai cara untuk

menyampaikan susuatu.33 Sedangkan dalam metodologi pengajaran

ajaran Islam disebutkan bahwa metode adalah: "suatu cara yang

32 Sorjono Soemargono, Filsafat Ilmu Pengetahuan, (Yogyakarta: Nur Cahaya, 1983), h.

17. 33

Abd. Kadir Munsyi, Metode Diskusi dalam Dakwah, (Surabaya: al-Ikhlas, 1982), Cet.

Ke-1, h. 29.

Page 46: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

sistematis dan umum terutama dalam mencari kebenaran ilmiah".34

Metode adalah cara yang sistematis dan teratur untuk pelaksanaan

suatu cara kerja.35

Ayat di atas menunjukan bahwa metode dakwah yang digunakan

selama proses dakwah berlangsung ada tiga yaitu arif bijaksana

(hikmah), pelajaran yang baik (mau’izah hasanah), dan bantahan

yang baik (jadalah hasanah). Dengan demikian maka teciptalah

pengertian yang sesungguhnya bahwa islam adalah rahmat bagi

semesta alam.

Dari banyaknya pengertian di atas, penulis mengambil kesimpulan

atau menarik sebuah garis lurus tentang metode, adalah: "Sebuah

cara yang digunakan dalam menyampaikan sesuatu kepada orang

lain dengan tujuan agar tercapainya apa yang akan disampaikan".

Mengingat banyaknya cara yang digunakan dalam menyampaikan

dakwah maka penulis memakai uraian yang ditulis oleh Rafifuddin dan

M. Abdul Djalil. yaitu:

1) Qoulan Ma'rufan, Dakwah bil lisan dengan bicara dalam

pergaulannya sehari-hari yang disertai dengan misi agama

seperti penyebarluasan salam.

34 Soeleman Yusuf, Slamet Susanto, Pengantar Pendidikan Sosial, (Surabaya: Usaha

Nasional, 1981), h. 38. 35

Paus A. Partanto, M. Dahlan al-Barri, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Usaha, 1994),

h. 461.

Page 47: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

2) Dakwah bil qalam dengan menggunakan keterampilan tulis

menulis berupa artikel.

3) Dakwah dengan alat-alat elektronika seperti radio, televisi,

komputer, dan alat lainnya yang dapat menunjang.

4) Dakwah bil hal dengan melakukan berbagai kegiatan yang

langsung menyentuh kepada masyarakat.36

Dalam skripsi ini penulis meneliti metode ceramah sebagai suatu

teknik atau metode dakwah yang banyak diwarnai oleh karakteristik

bicara (retorika) oleh seorang da’i pada suatu aktivitas dakwah.

Dengan demikian khitabah merupakan suatu ilmu pengetahuan yang

mengkaji cara berkomunikasi dengan menggunakan seni atau

kepandaian berbicara (ceramah).

Dahulu Rasulullah menggunakan metode dakwah dengan

sembunyi-sembunyi, hingga turunnya ayat yang memerintahkan

beliau untuk berdakwah secara terang-terangan. Semenjak itulah

umat Islam mulai berdakwah secara penuh, ada pun medianya

sangat banyak, seperti musholla, mesjid, sekolah maupun lingkungan

sekitar masyarakat tinggal. Kini perkembangan teknologi dan pola

pikir manusia semakin maju, sehingga didapatkan media dakwah

yang semakin beragam.

f. Materi Dakwah

36 Rafifuddin, Muhammad Abdul Djalil, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Pustaka Setia,

1997), Cet. Ke-1, h. 25.

Page 48: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

Materi dakwah tidak lain adalah al-Islam yang bersumber dari al-

Quran dan hadits sebagai sumber utama yang meliputi akidah,

syariah, dan akhlak dengan berbagai macam cabang yang

diperoleh darinya. Materi yang disampaikan oleh seorang da’i harus

cocok keahliannya. Materi juga harus sesuai dengan metode dan

media serta objek dakwahnya.

Penulis menilai bahwa kini materi yang disampaikan, harus

mengajarkan banyak hal yang berkaitan dengan aqidah dan fiqh.

Sehingga memberikan perbaikan pola hidup kepada masyarakat.

Islam telah mengajarkan banyak hal tentang bagaimana seseorang

dalam menjalani kehidupan, semuanya hanya tinggal dipelajari dan

dijalankan.

g. Efek Dakwah

Setiap aksi dakwah akan menimbulkan reaksi. Demikian jika

dakwah telah dilakukan oleh seorang da'i dengan materi dakwah,

wasilah, thariqoh tertentu maka akan timbul respon dan efek (atsar)

pada mad'u (mitra/penerima dakwah).37 Efek yang ditimbulkan oleh

seorang da'i bukanlah hal yang kecil, karena akan dibawa dan

diinformasikan kembali oleh para penerima pesan kepada orang lain

yang belum mengetahuinya atau mendengarnya. Untuk menjaga itu

semua Jalaluddin Rahmat menyatakan:

37 Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), h. 363.

Page 49: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

1) Efek kognitif, terjadi bila ada perubahan pada apa yang

dikehendaki, dipahami, atau persepsi orang banyak. Efek ini

berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan,

kepercayaan dan informasi.

2) Efek afektif, timbul bila ada perubahan pada apa yang

dirasakan, disenangi, atau dibenci khalayak, yang

berhubungan dengan emosi, sikap serta nilai.

3) Efek Behavioural, merujuk pada perilaku nyata yang dapat

diamati yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau

kebiasaan perilaku.38

Dari ketiga efek diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa:

ketelitian para kolumnis amat sangat diutamakan, mengingat efek

yang besar jika terjadi kesalahan dalam penulisan. Sehingga

mungkin saja terjadinya perselisihan di masyarakat terutama yang

berkaitan dengan religi. Efek yang ditimbulkan dapat memberikan

berbagai macam reaksi, oleh karenanya seorang da’i harus dapat

mengarahkan respon pendengar kepada satu pemahaman.

B. Silat

1. Pengertian Silat

38 Jalaluddin Rahmat, Retorika Moderen: Sebuah Kerangka Teori dan Praktek Berpidato,

(Bandung: Akamedia, 1982), h.269.

Page 50: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

Apa itu silat? masih banyak orang yang berlatih silat, tetapi tidak

tahu arti yang sebenarnya, banyak orang yang berlatih silat bertahun-

tahun tanpa memahami kedalamaan dan dimensinya dan tanpa

tujuan yang jelas dalam latihan mereka.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka, silat

berarti “permainan” (keahlian) dalam mempertahankan diri dengan

kepandaian menangkis, menyerang, dan membela diri, baik dengan

atau tanpa senjata.

Setiap daerah memiliki pengertian tentang silat yang berbeda-

beda, berikut beberapa pengertian yang berkaitan dengan silat:

Menurut guru pencak silat Bawean, Abdus Syukur:

Pencak adalah gerakan keindahan dengan menghindar, yang

disertakan gerakan berunsur komedi. Pencak dapat dipertontonkan

sebagai sarana hiburan. Sedangkan, silat adalah unsur teknik bela diri

menangkis, menyerang dan mengunci yang tidak dapat diperagakan

didepan umum.

Penjelasan serupa diajukan pula oleh guru besar Hasan Habudin,

yang juga pendiri Perguruan Pamur di Madura:

Pencak adalah seni beladiri yang diperagakan dengan diatur,

padahal silat sebagai inti sari dari pencak silat tidak dapat

diparagakan. Di kalangan suku Madura pencak dianggap berakar

dari bahasa Madura ”apengkarepanng laju alonjak”, yaitu bergerak

tanpa aturan sambil meloncat. Sedangkan silat berasal dari “se

amaen alat mancelat”, yaitu sang pemain berloncat kian kemari

seperti kilat.

Page 51: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI), memiliki pengertian sebagai

berikut:

Pencak adalah gerakan serang bela yang berupa tari dan

berirama dengan peraturan adat kesopanan tertentu, yang biasa

dipertunjukkan di depan umum. Silat adalah inti sari dari pencak, ilmu

untuk perkelahian atau membela mati-matian yang tidak dapat

dipertunjukkan di depan umum.

Pendapat yang juga dilontarkan oleh Sukowandi, pendiri Perpi

Harimukti, sebuah perguruan yang bertempat di Yogyakarta:

Pada waktu itu di tanah jawa istilah silat tidak terkenal. Rakyak

hanya mengetahui istilah pencak. Pencak berasal dari istilah ‘pen’

yang berarti titik atau tujuan, dan ‘cak’ yang berarti tindakan. Yaitu

tindakan yang memiliki tujuan, karena tindakan tanpa tujuan tidak

ada artinya dalam bela diri. Istilah silat banyak diperkenalkan oleh

penyadur Kho Ping Ho. Mulai menyebarkan komiknya mulailah istilah

silat dikenal di jawa. Sekarang kebanyakan orang

mencampurbaurkan silat dengan pencak sehingga sepertinya

mereka bersatu.

Perguruan Phasadja Mataram di Yogyakarta mendefinisikan kedua

istilah tersebut sebagai berikut:

Pencak adalah gerakan bela-serang, yang teratur menurut sistem,

waktu, tempat dan iklim dengan selalu menjaga kehormatan masing-

masing dengan kesatria, tidak mau melukai perasaan. Jadi pencak

lebih menunjuk kepada segi lahiriah. Silat adalah gerakqan bela-

serang yang erat hubungannya dengan rohani, sehingga

Page 52: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

menghidupsubukkan naluri, menggerakan hati nurani manusia,

langsung menyerah kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Dalam kata pengamat pencak silat dan dosen ASKI Padang

Panjang, Indra Utama:

Di Minangkabau ada ‘Pencak’ dan ada pula ‘silek’. Keduanya

adalah serupa tetapi tidah sama. ‘pencak’ tangko lape, artinya kunci

dapat dilepas karena permainan sudah diatur sebagai pertunjukkan.

Sedangkan ‘silek’ menangkap mati, artinya kuncian tidak dapat

dibuka, lawan ditangkap untuk dibunuh. Silek ini tidak dapat

dipertunjukkan karena sangat berbahaya.39

Silat lebih banyak menitik beratkan pembentukan sikap dan watak

kepribadian pesilat yang sesuai dengan falsafah budi pekerti luhur,

karena ajaran falsafah budi pekerti luhur tersebut di perlukan agar silat

sebagai ilmu “berkelahi” tidak di salah gunakan oleh orang-orang

tertentu untuk membahayakan masyarakat dan menggangu

ketentraman masyarakat di sekitarnya.

Empat aspek dalam gerakan-gerakan khas silat yang terdiri dari

beberapa komponen utama atau dasar, secara garis besar dapat

sibedakan menjadi empat macam, yaitu pembentukan sikap pasang,

gerak langkah, serangan dan belaan dengan membentuk sikap

pasang pesilat mengekspresikan status siaga dan waspada yang

39

O’ong Maryono, Pencak Silat Merentang Waktu, (Yogyakarta: Galang Press, 2000),

cet. Ke-2, hal, 4-8

Page 53: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

sewaktu-waktu dapat diubah untuk melaksanakan tindakan taktis

tertentu, dan sikap pasang ini biasanya menggunakan kaki maupun

tangan.

Dalam praktek, tehnik-tehnik dasar akan dikombinasikan

sedemikian rupa bahwa mereka membentuk suatu kaidah yang

sangat khas dimana mereka membentuk suatu kaidah yang sangat

khas dimana gerak olah raga dan bela diri menyatu dengan unsur

seni maupun nafas dan perasaan batin.

2. Sejarah Silat

Silat diperkirakan menyebar di kepulauan nusantara semenjak

abad ke-7 masehi, akan tetapi asal mulanya belum dapat dipastikan.

Meskipun demikian, silat saat ini telah diakui sebagai budaya suku

Melayu dalam pengertian yang luas, yaitu para penduduk daerah

pesisir pulau Sumatera dan Semenanjung Malaka, serta berbagai

kelompok etnik lainnya yang menggunakan lingua franca bahasa

Melayu di berbagai daerah di pulau-pulau Jawa, Bali, Kalimantan,

Sulawesi, dan lain-lainnya juga mengembangkan sebentuk silat

tradisional mereka sendiri. Sheikh Shamsuddin (2005) berpendapat

bahwa terdapat pengaruh ilmu beladiri dari Cina dan India dalam

silat. Bahkan sesungguhnya tidak hanya itu. Hal ini dapat dimaklumi

karena memang kebudayaan Melayu (termasuk Pencak Silat) adalah

kebudayaan yang terbuka yang mana sejak awal kebudayaan

Melayu telah beradaptasi dengan berbagai kebudayaan yang

Page 54: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

dibawa oleh pedagang maupun perantau dari India, Cina, Arab,

Turki, dan lainnya. Kebudayaan-kebudayaan itu kemudian berasimilasi

dan beradaptasi dengan kebudayaan penduduk asli. Maka kiranya

historis pencak silat itu lahir bersamaan dengan munculnya

kebudayaan Melayu.

Dalam historisasi pencak silat dapat disimpulkan bahwa terdapat

dua kategori akar aliran pencak silat, yaitu:

a. Aliran bangsawan

b. Aliran rakyat

Aliran bangsawan, adalah aliran pencak silat yang dikembangkan

oleh kaum bangsawan (kerajaan). Ada kalanya pencak silat ini

merupakan alat pertahanan dari suatu negara (kerajaan). Sifat dari

pencak silat yang dikembangkan oleh kaum bangsawan umumnya

tertutup dan mempertahankan kemurniannya. Aliran rakyat, adalah

aliran pencak silat yang dikembangkan oleh kaum selain bangsawan.

Aliran ini dibawa oleh para pedagang, ulama, dan kelas masyarakat

lainnya. Sifat dari aliran ini umumnya terbuka dan beradaptasi. Bagi

setiap suku di Melayu, pencak silat adalah bagian dari sistem

pertahanan yang dimiliki oleh setiap suku/kaum. Pada jaman Melayu

purba, pencak silat dijadikan sebagai alat pertahanan bagi

kaum/suku tertentu untuk menghadapi bahaya dari serangan

binatang buas maupun dari serangan suku lainnya. Lalu seiring

dengan perjalanan masa pencak silat menjadi bagian dari adat

Page 55: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

istiadat yang wajib dipelajari oleh setiap anak laki-laki dari suatu

suku/kaum. Hal ini mendorong setiap suku dan kaum untuk memiliki

dan mengembangkan silat daerah masing-masing. Sehingga setiap

daerah di Melayu umumnya memiliki tokoh persilatan yang

dibanggakan. Sebagai contoh, bangsa Melayu terutama di

Semenanjung Malaka meyakini legenda bahwa Hang Tuah dari abad

ke-14 adalah pendekar silat yang terhebat. Hal seperti itu juga yang

terjadi di Jawa, yang membanggakan Gajah Mada. Adapun

sesungguhnya kedua tokoh ini benar-benar ada dan bukan legenda

semata, dan keduanya hidup pada masa yang sama.

Perkembangan dan penyebaran Silat secara historis mulai tercatat

ketika penyebarannya banyak dipengaruhi oleh kaum Ulama, seiiring

dengan penyebaran agama Islam pada abad ke-14 di Nusantara.

Catatan historis ini dinilai otentik dalam sejarah perkembangan

pencak silat yang pengaruhnya masih dapat kita lihat hingga saat ini.

Kala itu pencak silat telah diajarkan bersama-sama dengan pelajaran

agama di surau-surau. Silat lalu berkembang dari sekedar ilmu beladiri

dan seni tari rakyat, menjadi bagian dari pendidikan bela negara

untuk menghadapi penjajah. Disamping itu juga pencak silat menjadi

bagian dari latihan spiritual.

Terdapat 4 aspek utama dalam pencak silat, yaitu:

a. Aspek Mental Spiritual: Pencak silat membangun dan

mengembangkan kepribadian dan karakter mulia seseorang.

Page 56: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

Para pendekar dan maha guru pencak silat jaman dahulu

seringkali harus melewati tahapan semadi, tapa, atau aspek

kebatinan lain untuk mencapai tingkat tertinggi keilmuannya.

b. Aspek Seni Budaya: Budaya dan permainan "seni" pencak silat

ialah salah satu aspek yang sangat penting. Istilah Pencak

pada umumnya menggambarkan bentuk seni tarian pencak

silat, dengan musik dan busana tradisional.

c. Aspek Bela Diri: Kepercayaan dan ketekunan diri ialah sangat

penting dalam menguasai ilmu bela diri dalam pencak silat.

Istilah silat, cenderung menekankan pada aspek kemampuan

teknis bela diri pencak silat.

d. Aspek Olah Raga: Ini berarti bahwa aspek fisik dalam pencak

silat ialah penting. Pesilat mencoba menyesuaikan pikiran

dengan olah tubuh. Kompetisi ialah bagian aspek ini. Aspek

olah raga meliputi pertandingan dan demonstrasi bentuk-

bentuk jurus, baik untuk tunggal, ganda atau regu. 40

3. Silat Sebagai Media Dakwah

Silat sebagai seni budaya yang sudah adal sejak dahulu

memberikan cerita tersendiri, diantaranya adalah silat sebagai media

dakwah oleh para ulama dalam menyebarkan ajaran Islam di bumi

Nusantara. Salah satu bukti dakwah dengan silat adalah bagaimana

40 www.wikipedia/silat/pencaksilat.htm. 12/08/2008

Page 57: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

para Ulama yang pada umumnya memiliki ilmu silat sebagai media

menjaga diri untuk menarik masyarakat, dalam silat yang diajarkan

oleh para ulama umum memiliki muatan nilai ke-Islaman.

Salah saktu bukti nyata adalah bagaimana legenda Si Pitung

yang selalu membela orang kecil hingga akhir hayatnya, pesan yang

selalu disampaikan Pitung adalah bahwa manusia sama dihadapan

Tuhan dan harus selalu menjalankan ajaran islam dengan benar.41

41 www.kampoengbetawi.htm/dakwah 12/08/2008

Page 58: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

BAB III

GAMBARAN UMUM

Perguruan Pencak Silat Beksi Batawi Ciganjur

Sejarah silat Beksi secara pasti tidak dapat penulis temui, namun

penulis mendapatkan dua versi sejarah yang berkembang kuat

dimasyarakat, Yaitu: Versi pertama: cerita ini berasal dari H. Atang yang

berasal dari kampung Rawajati, Kosambi, Tangerang. Beksi mulai

mencuat kepermukaan sekitar abad 19 atau antara tahun 1850-1860.

pada masa itu ranah Betawi masih dikuasai oleh para tuan tanah di

bawah pengaruh kolonial Belanda.

Salah satu tuan tanah yang terkenal saat itu, adalah Gow Hok Boen

yang berdomisili di wilayah Tangerang. Sebagai peranakan Cina sang

tuan tanah sangat menyukai seni bela diri. Sebagai tuan tanah pastinya

memiliki centeng yang bernama Ki Kenong, kesaktiannya sudah teruji

dan tak terkalahkan. Perihal itulah yang memudahkan tuan tanah dalam

memungut upeti dari penduduk. Sebagai tuan tanah dengan harta yang

melimpah, ia mengadakan sayembara untuk mengalahkan centeng

yang dimilikinya. Hasilnya tetap saja Ki Kenong tetap saja tak

terkalahkan.

Selama sayembara berlangsung ada seorang penjual singkong yang

selalu mengikuti pertandingan dari pertama hingga usai. Namanya pak

Page 59: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

Jidan, ia tinggal di hutan sebatang kara dan mengambil singkong untuk

bahan jualannya dari hutan. Pada suatu masa Pak Jindan dikejutkan

karena ada orang yang menghampirinya seraya berkata bahwa ia telah

kehilangan singkongnya, dengan tangan yang gemetar ketakutan Pak

Jidan mengukuinya dan meminta maaf. Orang itu tidak marah malah

memberikan wasiat yang akan menjadi cikal-bakal Beksi, wasiat yang

diberikan berupa jurus dan mantera berbahasa sunda.42

A. Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya Perguruan Pencak Silat Beksi

Betawi Ciganjur

Pada tahun 2000, tepatnya di Perkampungan Cagar Budaya Betawi

yang terletak di Setu Babakan lahirlah sebuah Perguruan Pencak Silat

Betawi yang diberi nama Beksi. Abdul Azis sebagai pendiri perguruan

bertujuan melestarikan kesenian asli betawi yang kini mulai ditinggalkan

oleh para pemudanya, mengingat arus globalisasi yang sangat deras.

Lahir dan besar di Kebayoran Lama, Abdul Azis melebarkan sayapnya

kepinggiran Jakarta. Perguruan yang didirikan oleh Abdul Azis amat

diminati oleh para pemuda setempat yang merupakan warga betawi,

kiah hari semakin banyak peserta yang mengikuti latihan tersebut.

Banyaknya peserta latihan yang bertambah setiap minggunya,

mendorong beberapa pemuda yang dimotori oleh Adi Suryadi,

42 Catatan pribadi Ustad Cholid, guru Silat Beksi Ciganjur

Page 60: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

Alimuddin Usman, Jazuli Taufik, Nurman dan Denny Irawan. Mendirikan

padepokan yang tentunya melalui kesepakan dengan para sesepuh dan

orang tua didaerah Ciganjur, padepokan tersebut diberi nama

“Padepokan Pencak Silat Betawi Beksi”. Tanggal 24 Desember 2004

Padepokan Pencak Silat Beksi diresmikan oleh Camat Jagakarsa yang

dihadiri oleh seluruh masyarakat Ciganjur.43

Pencak Silat Beksi sebagai sosial budaya kedaerahan yang sudah ada

sejak dahulu kini hadir kembali sebagai mempererat persaudaraan dan

tolong menolong sesama manusia, selain itu Beksi menciptakan pemuda

yang kuat mental dan spiritual agar terhindar dari pengaruh budaya

asing dan perbuatan yang menjurus pada hal-hal negatif.

Beksi sebagai alat pemersatu di masyarakat, banyak mengikuti

kegiatan sosial di wilayah setempat sebagai wujud kepedulian sosial.

Dengan gerakan yang lembut dan pasti beksi mulai naik keatas pentas

setiap acara kelurahan maupun kecamatan sebagai promosi beksi ke

masyarakat.

Beksi merupakan seni bela diri yang banyak mengandung nilai kultural

yang dipadu-padankan dengan agama Islam sebagai pijakan dalam

melangkah ke masyarakat. Beksi pun digunakan dalam pertunjukan

lenong, palang pintu dalam ritual pernikahan. Unsur moral dan agama

dalam beksi memberikan nilai yang amat banyak diantanya keterkaitan

43 Wawancara pribadi dengan Ketua Beksi Ciganjur, 27 Juli 2007

Page 61: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

Beksi itu sendiri dengan Islam, sehingga dalam pengajaran dan jurus-jurus

banyak yang berkaitan dengan Islam sebagai agama yang universal.

Selain latihan pada malam rabu, Perguruan Pencak Silat Beksi

mengadakan pengajian rutin pada malam jum’at yang tidak hanya

dihadiri oleh anggota perguruan tetapi terbuka untuk umum. Hal tersebut

yang menunjukkan bahwa Beksi bukan hanya milik anggota perguruan,

tetapi merupakan milik dari masyarakat luas.

Metode pengajian yang ada di Perguruan Pencak Silat Beksi Ciganjur

ini yang membuat masyarakat merasa memiliki, unsur moral dan agama

dalam Beksi itu sendiri diterapkan oleh seseorang yang selalu memberikan

nasihat-nasihat setelah selesai latihan. Nasehat yang selalu di ingatkan

adalah “jaga akhlaq mu, hormati yang lebih tua dan hargai yang lebih

muda” melalui pengajian yang diadakan setiap malam jum’at dengan

menggunakan kitab Fathul Qarib. Karena didalamnya terdapat nilai-nilai

yang baik, diantaranya adalah “beksi adalah sarana untuk

mengumpulkan orang, setelah berkumpul ajarilah mereka mengaji”.

B. Landasan, Tujuan dan Prinsip Dasar Perguruan Pencak Silat Beksi

sebagai pengokoh Perguruan Pencak Silat Beksi maka dibuatlah

Landsan Dasar, Tujuan dan Prinsip dasar organisasi.

a. Landasan Dasar Perguruan Pencak Silat Betawi Beksi Ranting

Ciganjur

Page 62: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

1. al-Qur’an dan al-Hadits

2. Pancasila dan UUD 45

3. Garis Besar dan AD/ART Beksi Jakarta

b. Tujuan Dasar Perguruan Pencak Silat Betawi Beksi Ranting Ciganjur

dengan olah jasmani, rohani, jiwa dan raga melalui jurus silat

khususnya agama pada umumnya, untuk:

1. Persatuan dan Kesatuan

2. Bela Agama, Bangsa, Tanah Air dan Keluarga

3. Mengembalikan dan Menjaga Citra Kota Jakarta Tercinta

4. Melestarikan Budaya Betawi

c. Prinsip Dasar Perguruan Pencak Silat Betawi Beksi Ranting Ciganjur

1. BEKSI milik Jakarta, Jakarta milik BEKSI

2. BEKSI berdiri sendiri, tidak di bawah panji politik

3. BEKSI untuk membela diri dan Agama untuk menjaga diri

4. BEKSI saudara bagi seni bela diri lainnya

5. BEKSI amar ma’ruf nahi mungkar

d. Ikrar Beksi Ranting Ciganjur:

1. Bertaqwa kepada Allah SWT

2. Berbakti kepada Orang Tua

3. Berbakti kepada Guru

Page 63: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

4. Berbakti kepada Perguruan

5. Berbakti kepada agama, bangsa, negara dan keluarga

6. Laahaula Walakuawwata Illabillaahil ‘Aliyil Adzhim

C. Visi dan Misi

Seperti pada organiasasi pada umumnya Perguruan Pencak Silat Beksi

memiliki Visi dan Misi sebagai tujuan dan prinsip dasar Perguruan.

1. Visi:

a. Memelihara dan mendorong tumbuh kembangnya Seni

Pencak Silat Beksi khas budaya Betawi di Jakarta.

b. Menjalin hubungan yang erat dan produktif dengan sesama

organisasi pencak silat yang tergabung dalam IPSI (Ikatan

Pencak Silat Indonesia)

c. Menjadi mediator dan fasilitator bagi semua anggota

perguruan pencak silat beksi dalam berhubungan dengan

Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta (PEMDA DKI) pada

khususnya dan Pemerintah Pusat umumnya.

2. Misi:

a. Membina kepedulian, kemandirian dan kemajuan seluruh

anggota perguruan pencak silat beksi dalam kehidupan sehari-

hari mereka.

Page 64: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

b. Mempererat tali persaudaraan sesama anggota Perguruan

Pencak Silat Beksi, antara anggota Perguruan Pencak Silat Beksi

dengan masyarakat Betawi.

c. Menjadi konseptor, inisiator serta motor pendorong bagi

masyarakat jakarta dalam menciptakan suasana kota Jakarta

yang bersih, aman dan nyaman.44

D. Struktur Organisasi.

Semenjak berdiri hingga saat ini, Perguruan Pencak silat Beksi telah

beberapa kali mengalami pergantian struktur organisasi yang dilakukan

setiap tiga tahun sekali. Periode pertama 2000-2003 diketuai oleh Ady

Suryadi, periode kedua 2003-2006 diketuai oleh Alimuddin Usman dan

periode ketiga 2006-2009 diketuai oleh Nurman.45

Struktur organisasi yang sedang berjalan saat ini adalah:

Dewan Pelindung : - Camat Jagakarsa

- Lurah Ciganjur dan Perangkatnya

Dewan Penasehat : - Ustadz. Abdul Cholid

- Drs. H. Amin Muhammad

- Drs. M. Syakur

44 Buku Besar Pedoman Perguruan Pencak Silat Beksi Ciganjur, h.3

45 Wawancara pribadi dengan Ketua Beksi Ciganjur, 27 Juli 2007

Page 65: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

- H. Muhidin

- Adi Suryadi

- Hasan Husaini

Dewan Guru : Abdul Azis

Dewan Pelatih : - Jazuli Taufik

- Alimuddin Usman

Ketua : Nurman

Wakil Ketua : Denny Irawan

Sekretaris Umum : Muchlis Muttaqin

Sekretaris I : Candra Yoga Swara

Sekretaris II : Ariyanto

Bendahara Umum : Raya

Bendahara I : Berry Mardiwana

Bendahara II : Ahmad Firdiansyah

Seksi Bidang : Fauzan Arief

Kerohanian : Hadi Syaifullah

Seni dan Budaya : - Ahmad Sony

- Ubaydillah

Page 66: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

Ekonomi : Ery Gunawan

Perlengkapan : - Ahmad Said Baidowi

- Janwar Awaludin

- Angga Mardiwana

Humas : - Abdul Gofhar

- Rohmat Supriatin

E. Prestasi

- Juara I lomba Pencak Silat Beksi se-DKI dalam Festival Kemang. Thn

2001

- Juara harapan I dalam Festival Palang Pintu piala Wakil Gubernur DR.

Ing Fauzi Wibowo. Thn 2005

- Juara I lomba Pencak Silat Seni Betawi tingkat Provinsi DKI Jakarta,

dalam katagori “rampak bersenjata”. Thn 2003

- Juara III lomba Pencak Silat Seni Betawi tingkat Provinsi DKI Jakarta,

dalam katagori “jurus perorangan putra”. Thn 2004

- Juara harapan I Pencak Silat Seni Betawi tingkat Provinsi DKI Jakarta,

dalam katagori “pasangan tangan kosong”. Thn 2007

- Juara III lomba Pencak Silat Seni Betawi tingkat Provinsi DKI Jakarta,

dalam katagori “rampak tangan kosong”. Thn 2006

- Bintang tamu pada acara Good Morning di TRANS TV. Thn 2007

Page 67: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

- Bintang Tamu pada acara Redaksi Malam dengan tema Pencak Silat

Betawi di TRANS 7. Thn 2007

F. Profil Penceramah

Lahir di kampung Rawa Lindung Petukangan Selatan, 17 Juni 1974 di

berimana Abdul Azis. Ayahanda bernama Saadih dan ibunda Siti

Zaharian. Ia anak ke-2 dari tiga bersaudara. Kegiatannya semasa anak-

anak adalah mengembala kerbau dan kambing, sorenya Azis mengaji di

langgar (mushollah) yang dekat dengan rumahnya. Sejak kecil ia

menyenangi bermain dengan binatang melata, pedang-pedangan, dan

permainan paku-pakuan.

Ternyata kesenagan dan hobi semasa kecil amat sangat berpengaruh

pada kehidupan di saat ini.

Berlatarbelakang pendidikan Ibtidaiyyah (MI) selama enam tahun

membuat Azis muda mulai mendalami Islam dengan serius, dan pada

saat menginjak kelas eman MI Azis mulai mempelajari Beksi. Sebagai

putra Betawi asli Azis melanjutkan pendidikan MTs di Pondok Pesantren

Darunnajah Ulujami Jakarta Selatan, Azis menyelesaikan pendidikan

terakhir di SMAN 90 Petukangan.

Guru Beksi yang pertama disinggahi adalah Miftahul Jannah, sampai

pada jurus Tingkes. Di usia 15 tahun ia pindah guru kepada Kong Nur

Page 68: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

hingga beberapa tingkatan, ditingkat selanjutnya ia dianjurkan untuk

belajar kepada Tonganih yang merupakan putra dari Kong Nur.

Kepada Tonganih inilah, ia banyak menerima pelajaran di luar jurus-

jurus beksi diantaranya adalah pelajaran tentang Islam. Azis banyak

belajar mengamalkan isim-isim yang berasal dari al-Qur’an dan as-

Sunnah serta dimasukkan beberapa hal tentang kejawenan. Sejak usia 19

tahun ia sudah mulai mengajar Beksi di beberapa tempat sekitar Jakarta.

Abdul Azis banyak menggunakan kitab dalam mengajarkan agama

kepada murid-muridnya, beliau menganggap ilmu yang didapatkan dari

kitab memiliki kepastian dan penjelasan yang jelas dan mudah

dimengerti.46

Berikut merupakan data murid Ustad Abdul Aziz:

1. Nama : Ahmad Said Baidowi

Usia : 24 Tahun

Masuk sejak : 2001

Tingkatan : Mahir

2. Nama : Janwar Awaludin

Usia : 21 Tahun

46

Wawancara pribadi dengan Ustd. Abdul Azis, padepokan Beksi Ciganjur, 25 Juli 2007

Page 69: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

Masuk sejak : 2001

Tingkatan : Mahir

3. Nama : Angga Mardiwana

Usia : 23 Tahun

Masuk sejak : 2000

Tingkatan : Mahir

4. Nama : Abdul Gofhar

Usia : 20 Tahun

Masuk sejak : 2003

Tingkatan : Menengah

5. Nama : Rohmat Supriatin

Usia : 22 Tahun

Masuk sejak : 2001

Tingkatan : Mahir

6. Nama : Raya Zulkifli

Usia : 22 Tahun

Page 70: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

Masuk sejak : 2001

Tingkatan : Mahir

7. Nama : Ariayanto Apriyadi

Usia : 23 Tahun

Masuk sejak : 2001

Tingkatan : Mahir 47

47 Wawancara pribadi dengan Ketua Beksi Ciganjur, 27 Juli 2007.

Page 71: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

BAB IV

Analisis Aktivitas Dakwah Perguruan Silat Beksi Ciganjur

A. Unsur-Unsur Dakwah Perguruan Pencak Silat Beksi di Ciganjur

Dakwah yang dilakukan oleh perguruan silat Beksi tidak hanya

dilakukan untuk para anggotanya saja tetapi kepada masyarakat luas,

mengingat bahwa dakwah merupakan seruan atau ajakan kepada

kebaikan. Dengan itu perguruan silat Beksi menjadikan malam jum’at

sebagai malam pengajian, bukan hanya itu pada hari besar Islam pun

beksi mengadakan acara yang berkaitan dengan hari besar tersebut.

Pemilihan malam jum’at sebagai malam pengajian bukan diputuskan

bagitu saja, tetapi banyak aspek yang telah dipertimbangkan secara

matang diataranya: karena malam jum’at merupakan malam dimana

apabila seseorang beribadah maka pahala yang diterima akan lebih

besar dari hari biasa, pertimbangan lainnya adalah malam jum’at waktu

yang tepat untuk tawasullan.48

Materi yang disampaiakan oleh penceramah tidak hanya sekedar

ceramah saja atau one way communication tetapi diisi dengan prihal

tanya jawab. Metode seperti inilah, yang rupanya banyak menarik

perhatian masyarakat yang ini belajar agama seutuhnya. Pengajian

dimulai dengan sholat maghrib yang kemudian dilanjutkan dengan

48 Tawasullan adalah istilah yang dipakai oleh orang-orang Betawi untuk mendekatkan

diri kepada Allah dengan beribadah melalui perantara yang disampaikan kepada para Nabi.

48

Page 72: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

pembacaan surat Yaasin, kemudian disambung dengan tahlih dan

pembacaan Rawi Barjanzi karangan Habib Ali.49

Setelah shalat isya pengajian dilanjutkan kembali dengan ceramah

agama, yang disampaiakan oleh Ust. Abdul Azis. Selama satu jam

dengan membagi menjadi dua sesi, yaitu: tigapuluh menit pertama di isi

dengan ceramah (belajar) dengan menggunakan kitab Fathul Qarib,

kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Disinilah peserta

pengajian diajak untuk interaktif secara aktif untuk bertanya tentang apa

yang mereka belum dapat pahami di tutup dengan pembacaan doa.

Kentalnya Beksi dengan dakwah, membuat Perguruan Pencak Silat

Beksi aktif dalam mengadakan acara yang berkaitan dengan hari-hari

besar Islam. Hal tersebut ditujukan agar Beksi dapat berbagi tidak hanya

materi tetapi moril. Pengajian yang diadakan tidak hanya sebagai

dakwah tetapi juga sebagai alat mempererat talil silaturahmi antar

sesama umat Islam.

B. Aktivitas Dakwah Pencak Silat Beksi

Dalam perguruan Silat Beksi Ciganjur penulis melihat banyaknya

ajaran Islam yang dihembuskan kedalam setiap materi pengajaran, salah

satunya adalah dengan membaca doa sebelum memulai latihan.

Memasukkan nilai ke-Islaman dengan memberikan pengertian kepada

49 Wawancara pribadi dengan Ketua Beksi Ciganjur, 27 Juli 2007

Page 73: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

setiap murid Beksi bahwa “beksi adalah persaudaraan dan sarana untuk

berbuat baik kepada sesama”. Pengertian itu sangat seimbang dengan

ajaran Islam tentang berbuat baik dan silaturahmi.

Dalam setiap jurus yang diajarkan ada beberapa bacaan yang

berasal dari al-Quran dan hadits. Hal tersebut dilakukan sebagai

ungkapan syukur kerena pada dasarnya bacaan tersebut barsifat doa.50

Aktivitas dakwah yang ada dalam Beksi tidak hanya itu, kegiatan

lainya seperti mengadakan perhelatan Maulid Nabi Besar Muhammad

SAW, Isra’ Mi’raj, dan kegiatan ke-Islaman lainya.

C. Analisis Aktivitas Dakwah Pencak Silat Beksi

Dalam pengajian, Ust. Abdul Azis menggunakan kitab Fathul Qorib

sebagai bahan cearamah yang akan disampaikan kepada masyarakat.

Berikut merupakan sedikit pengertian tentang Fathul Qorib, materi yang

disampaikan hingga pertanyaan yang kerap kali timbul:

a. Fathul Qorib

Kitab Fathul Qorib merupakan salah satu dari sekian banyak

literatur fiqih (baca: aturan hukum islam dalam hal ibadah dan

muamalah (hubungan antar manusia)) Madzhab Syafi’i yang dikaji

di lembaga pendidikan di Indonesia, terutama di kalangan

50 Penulis tidak dapat mengetahui bacaan yang diajarkan karena bersifat rahasia dan

hanya diajarkan kepada murid-murid beksi saja.

Page 74: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

pesantren, baik pesantren salaf maupun modern. Dapat diketahui

bersama bahwa hampir seluruh masyarakat muslim di Indonesia

(untuk tidak mengatakan seluruhnya) menganut Madzhab Syafi’i

dalam hal Fiqih. Begitu banyak alasan mengapa Madzhab Syafi’i

menjadi “madzhab resmi” masyarakat muslim Indonesia.

Akan tetapi hal yang menarik untuk di analisa adalah bahwa

animo masyarakat Indonesia (terutama masyarakat Jawa) dalam

mempelajari kitab ini begitu besar, mengingat tidak sedikit kitab

Fiqih Syafi’i yang diterbitkan penerbit lokal dengan karakteristik

yang sama dengan kitab Fathul Qarib, yakni segmen

pembacanya adalah pemula (mubtadi’in).

Sebelum menganalisa alasan mengapa kitab fathul qarib ini

begitu digandrungi, perlu diketahui bahwa struktur isi kitab ini

memuat dua bagian tak terpisahkan, yakni:

1. Matan atau kitab induk. Kitab Fathul Qarib menginduk pada

kitab “Ghayah al-Ikhtishar” atau lebih dikenal dengan nama

“At-Taqrib”. Penulisnya adalah Abu Syuja’ Ahmad bin al-Husain

bin Ahmad al- Ashfihaniy. Posisi kitab ini berada di pinggir

(khususnya untuk penerbit indonesia) dan berfungsi sebagai

rujukan utama.

2. Syarah atau kitab penjelas. Kitab ini disebut Fathul Qarib yang

menjelaskan kitab induknya. Oleh karena itulah kitab ini dikenal

pula dengan nama Syarah Fathul Qarib.

Page 75: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

Format penulisan semacam ini sangat lazim digunakan oleh

para pengarang kitab karena dianggap efektif dalam memberi

pemahaman secara komprehensif. Kemudian ada beberapa

alasan mengapa kitab ini begitu digandrungi. Tanpa bermaksud

takabbur dan mencoba menghindar dari sikap berlebihan,

beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Dari sisi bahasa, kitab ini termasuk dalam kategori ijaz, yakni

kalimatnya pendek namun sarat makna (Ma Qalla Lafdzuhu

Wa Katsuro Ma’nahu). Dengan demikian mudah untuk

dipahami semua kalangan dan memberi peluang kepada

pengajar untuk menjelaskan lebih lanjut dari kitab yang lebih

luas.

2. Silsilah. Pengarang kitab ini secara silsilah tasalsul (bersambung

atau memiliki silsilah guru yang sampai kepada peletak

madzhab). Cara terampuh memperkenalkan madzhab atau

konsep alur fikir dalam satu bidang ilmu adalah dengan

mempertemukannya secara langsung dengan peletak

dasarnya. Dan kitab ini adalah langkah awal memperkenalkan

madzhab secara terbuka agar dapat dilaksanakan dengan

sebaik mungkin karena dalam bermadzhab dalam fikih tidak

diperkenankan talfiq (berpindah madzhab dalam satu

Page 76: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

rangkaian ibadah) tanpa mengetahui madzhab dasar yang

sehari-hari ia pakai dan gunakan.

3. Keberkahan. Tabarruk dalam Islam diperbolehkan. Para

sahabat mengambil berkah dengan Atsar (peninggalan)

Rasulullah, shalat di tempat di mana Rasulullah Shalat, dan

banyak sekali bentuk Tabarruk yang dilakukan para sahabat

terhadap Rasulullah. Begitupun mengambil berkah dengan

para Wali Allah dan para Sholihin juga diperkenankan.

Membaca kitab Fathul Qarib pun bisa digunakan sebagai

media mengambil keberkahan. Bukan dengan fisik kitab tetapi

dengan keberkahan ilmu dan keikhlasan pengarang kitab ini

menjadi keberkahan karena Fiqih adalah jalan menuju

keabsahan suatu ibadan dan keabsahan suatu ibadah adalah

pijakan awal menuju ridha Allah. Dengan membaca kitab Fiqih,

plus keikhlasan pengarangnya berarti membuka peluang

menggapai ridha Allah.

4. Enak dibaca dan simpel dalam struktur bahasanya. Hal ini

penting karena dalam ranah pendidikan keislaman di

Indonesia, khususnya kalangan pesantren, ilmu nahwu (Ilmu

tata bahasa Arab) merupakan komponen penting, bahkan

paling utama dalam proses memahami literatur berbahasa

Arab.

Page 77: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

Dengan struktur kalimat yang mudah dipahami maka ilmu

nahwu bisa langsung diprektekkan. Struktur bahasa seperti ini

pun menguntungkan pembaca awam yang tidak mengerti

ilmu nahwu secara baik sehingga sangat wajar jika kitab ini

mendapat hati pembacanya.

5. Jumlah literatur penjelas terhitung banyak. Dalam proses

pembelajaran dalam mempelajari ilmu-ilmu keislaman terdapat

jenjang tertentu yang menentukan tingkat pemahaman

seseorang. Seperti dalam ilmu hadits ada matan Baiquni atau

Alfiyyah Al-Iraqi. Dalam ilmu nahwu ada al- Ajurumiyyah atau

Alfiyyah Ibnu Malik, atau dalam fiqih terdapat matan Zubad.

Kesemuanya adalah matan dan tersegmentasi untuk pelajar

pemula yang biasanya porsi hafalannya lebih banyak

ketimbang pemahaman isi.

Ini adalah tahap pertama atau pemula (Mubtadi’in). Kemudian

tingkat yang lebih tinggi adalah kitab Syarah, seperti Syarah

Fathul Qarib dalam ilmu fiqih atau Syarah Baiquniyyh dalam

ilmu hadits. Selanjutnya adalah hasyiyah. Biasanya ia adalah

penjelasan lebih lanjut atau lebih panjang dan detail dari apa

yang telah dijelaskan dalam kitab Syarah atau Syarih, seperti

kitab al-bayjury yang menjeskan lebih panjang dari yang

dijelaskan kitab Fathul Qarib. Jumlah kitab penjelas yang

banyak memungkinkan pengajar kitab fathul qarib untuk

Page 78: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

menjawab beberapa masalah yang dilontarkan tanpa keluar

dari matan Fathul Qarib itu sendiri (baca: kitab At-taqrib)

6. Untuk pembaca pemula kitab ini tergolong lengkap dengan

penjelaan yang cukup.51

b. Materi yang disampaikan

Pada saat penelitian dilakukan oleh penulis materi yang

dibahas adalah tentang bab toharoh yang diantara lainnya

membahas tentang air atau pun bersuci. Berikut merupakan materi

yang disampaikan:

Kata-kata toharoh berasala dari bahasa Arab yang berarti

“bersih atau suci”, banyak pakar fiqh yang mendefinisikan toharoh

kedalam banyak pengertian diantaranya “suatu perkara yang

menyebabkan seseorang diperbolehkan mengerjakan shalat,

seperti wudhu, mandi tayammum dan menghilangkan najis.

Pemahaman akan bersici dianggap penting mengingat bahwa

jalan dalam melaksanakan ibadah adalah bersih dan suci, bersih

bukan berarti suci. Namum jika suci sudah merupakan bersih, oleh

kerenanya ada beberapa hal yang dapat menyucikan.

Air yang merupakan alat yang digunakan untuk bersuci

memiliki berbagai macam yang dapat dipergunakan diantaranya:

air hujan, air laut, air sungai, mata air, air sumur, air es, air embun.

51 Wawancara pribadi dengan Ayahanda H. Shafie LC, 29 Juli 2007

Page 79: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

Jenis-jenis tersebut dapat dipergunakan untuk bersuci dan

mensucikan diri dari hadats dan najis.

Islam sebagai agama yang memiliki keluwesan, tidak hanya

menjadikan air dalam bersuci. Tetapi memiliki beberapa cara jika

memang tidak ada air untuk bersuci yaitu dangan tayammum

yang menggunakan media debu dalam bersuci.

Sebelumnya ada beberapa pembagian dalam air untuk

bersuci yaitu: air mutlak, air suci mensucikan tetapi makruh

memakainya, air suci yang tidak dapat dipakai mensucikan, air

najis.

Dari macam-macam pembagian air dalam bersuci ternyata

tidak samua air dapat digunakan begitu saja, karena harus melihat

dari keadaan air dan kondisi air agar dapat digunakan dengan

benar dan menyucikan. Sebelum melakukan toharoh seseorang

harus dapat memastikan bahwa air yang digunakan dalam kondisi

baik atau mencapai ukurannya.

Air yang dapat digunakan untuk bersuci diantaranya tidaklah

berubah menjadi bau, memiliki rasa, berubah warnanya dan

berubah isinya. Beberapa ulama berpandapat bahwa jumlah air

minimal yang digunakan adalah dua kullah.

Islam memberikan alat berupa air dalam bersuci ternyata

memuliki arti yang mendalam jika kita lihat dalam berabagai sudut

Page 80: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

pandang, air merupakan komposisi terbesar dalam kehidupan

manusia. Salah satunya adalah manusia, sebagian besar tubuhnya

di dominasi oleh air yang kurang lebih 75 persen dari lebih bayak

jika dibandingkan dengan organ lain yang ada didalam tubuh.

Ilmu kedokteranpun mengakui bahwa kedudukan air amatlah

penting dalam kehidupan, karena selain makan, air memiliki porsi

yang jauh lebih besar dibandingkan dengan komposisi konsumsi

lainnya.

Kegunaan air dalam bersuci yang pertama adalah dalam hal

berwudhu dan mandi bersuci dari hadast besar seperti junub, yang

tentunya dilakukan sesuai dengan rukun dan syarat sahnya.

c. Pertanyaan yang kerap timbul

Pertanyaan yang dilontrarkan oleh pendengar dalam

pengajian, kebanyakan kapada jenis-jenis air yang dapat

digunakan dalam bersuci dan alat-alat yang dapat digunakan

untuk bersuci. Tatacara berwudhu dan mandi junub,

ketidaktahuan mereka dirasakan sangat mendasar karena

penjelasan fiqh tidak dipelajari dalam sekolah.

Tata cara berwudhu dan mandi junub menjadi pembahasan

yang menarik dan cukup panjang, mengingat pentingnya

pemahaman akan syarat dan rukun dalam bersuci. Kebanyakan

Page 81: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

masyarakat hanya melaksakan bersuci hanya membasuk dengan

air tanpa mengetahui batasan-batasan yang harus dibasuh.

d. Efek

Setelah pengajian dilaksanakan, Ustd. Abdul Azis melihat ada

perbedaan yang nampak dalam tata cara berwudhu yang

dilakukan oleh muridnya. Dimana sebelumnya hanya membasuh

secara “sembarang” dan tidak beraturan, kini dirasa adanya

perbaikan dalam pelaksanaannya. Ditambah lagi Ustd. Abdul Azis

juga mengajarkan faedah yang didapatkan dari bersuci

disertakan dengan doa-doa yang berkaitan dengan bersuci.52

D. Ruang Lingkup Kegiatan

Ruang lingkup kegiatan Beksi tidak terbatas pada olah jurus saja, akan

tetapi meliputi:

1. Kegiatan sosial masyarakat, seperti: bakti sosial kepada kaum

dhuafa, kerja bakti lingkungan, kegiatan yang bersifat sosial.

2. Kegiatan keagamaan, seperti: pengajian rutin mingguan,

peringatan hari besar Islam dan kegiatan agama lainnya.

3. Kegiatan pemerintahan, seperti: mengikuti kegiatan yang di

canagkan oleh pemerintah mulai dari tingkat kelurahan hingga

nasional termasuk memberantas narkoba.

52 Wawancara pribadi dengan Ustd. Abdul Aziz, 25 Juli 2007

Page 82: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

4. Kegiatan olah raga.

5. Kegiatan seni budaya, seperti: pertunjukan lenong, palang pintu

perkawinan, atraksi bela diri pada event tertentu.

6. Kegiatan ekonomi dan keuangan (usaha) untuk memenuhi

AD/ART dan kesejahteraan anggota.

Penentuan materi yang diajarkan kepada murid-murid ini ditentukan

oleh seorang guru. Dengan cara membagi dua yaitu senior dan junior,

waktu latihan pun dipisahkan. Hal tersebut dilakukan agar senior dapat

mengajarkan kepada juniornya tentang apa yang telah diajarkan oleh

sang guru.

Pada tahapan awal pemula diwajibkan menguasai senam dasar jurus,

kemudian dilanjutkan dengan tahapan jurus yang terbagi menjadi dua

belas jurus. Yaitu:

• Jurus pertama : Beksi

• Jurus kedua : Geding

• Jurus ketiga : Tancep

• Jurus keempat : Gandem

• Jurus kelima : Bandut

• Jurus keenam : Broneng

• Jurus ketujuh : Tingkes

• Jurus kedelapan : Timpung

• Jurus kesembilan : Kebut

• Jurus kesepuluh : Galang Tiga

Page 83: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

• Jurus kesebelas : Janda Berias

• Jurus keduabelas : Gebal

Untuk mencapai tingkatan-tingkatan dalam jurus ditentukan oleh guru

yang diukur melalui kemampuan dan kematangan dalam menguasai

jurus.

E. Hambatan dan Kendala yang Dihadapi

Penulis mencoba membagi masalah yang dihadapi oleh Perguruan

Silat Beksi menjadi beberapa bagian, diantaranya:

a. Pemerintah

Sebagai salah satu cagar budaya nusantara, Beksi memiliki

keunikan kebudayaan yang seharusnya dapat dilestarikan dan

diperhatikan. Salah satu yang seharusnya dilakukan pemerintah

adalah dengan mengenalkan kepada amasyarakat umum maupun

luar negri sebagai wisata kebudayaan.

Dengan dijadikannya sebagai wisata budaya memungkinkan Beksi

dapat berkembang dan mandiri, sehingga adanya pemasukan dari

wisata selain mengandalkan donatur yang ada. Jika hanya

mengandalkan iuran yang berasal dari anggota, maka

perkembangan Beksi hanya jalan ditempat. Ironi yang terjadi kini

perhatian pemerintah lebih kepada keuntungan yang didapat

pemerintah sendiri.

Page 84: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

b. Masyarakat

Perkembangan kebudayaan yang terjadi di masyarakat kini, lebih

pesatnya kebudayaan luar yang diadopsi dalam kehidupan sehari-

hari, terutama masyarakat betawi yang mulai jarang menggunakan

kebudayaannya dalam perkawinan. Misalkan menggunakan palang

pintu dalam ritual perkawinan, lenong betawi hingga ondel-ondel

yang hanya keluar ketika ulang tahun Jakarta.

Beksi yang merupakan olah seni asli masyarakat Betawi kini dalam

masa kelam dimana dianggap kuno, maka bukanlah hal yang aneh

jika perguruan Beksi sulit ditemukan di Jakarta kini. Beksi pada

hakikatnya tidak hanya mengajarkan tentang bela diri yang identik

dengan kekerasan, tetapi juga pada pembentukan mental dan

sriritual dari setiap orang. Beksi memiliki filosofis yang dapat diterapkan

kepada kehidupan sehari-hari.

Page 85: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penelitian yang dilakukan, didapatkan beberapa kesimpulan

yang berkenaan dengan dakwah yang dilakukan di dalam Perguruan

Bela Diri Beksi. Dari kesimpulan tersebut, penulis dapat melihat bentuk

dakwah yang dilakukan dadn media apa yang digunakan dalam

menyampaikan dakwah. Diantaranya sebagai berikut:

1. Dakwah yang dilakukan dengan menggunakan metode

pangajian mingguan pada setiap malam jum’at yang dikemas

dengan pembacaan Surat Yaasin, tahlil dan dilanjutkan dengan

ceramah yang menggunakan kitab Fathul Qorib.

2. Kajian kitab yang disampaikan oleh Ustad. Abdul Azis sangat

mengena kepada pendengar/peserta pengajian, yang datang

dari berbagai golongan. Kitab yang disajikan membahas tentang

Fiqh, hal tersebut amat sangat berkaitan dengan kehidupan

sehari-hari. Terutama bab tentang toharoh dan sholat,

memberikan pemahaman akan tata cara menyucikan diri dan

alat yang digunakan (air/debu) hingga pada tataran rukun dan

syarat sah sholat yang benar dan baik. Pamahaman yang

didapatkan selain berasal dari penjelasan yang disampaikan juga

terbangun dari pertanyaan yang timbul.

Page 86: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

B. SARAN

Animo masyarakat terhadap pengajian yang diadakan sangat

mengena kedalam kehidupan masyarakat, baik secara langsung

ataupun tidak. Efek langsung yang dirasakan dapat terlihat jelas dimana

adanya perubahan yang dilakukan mulai dari bersuci hingga sholat.

namun untuk lebih meningkatkan dan mempertahankan animo

masyarakat, penulis menyampaikan saran sebagai berikut:

1. Pengajian yang dilakukan hendaknya lebih ditingkatkan, baik dari

segi materi maupun waktu yang digunakan. Sehingga penerimaan

oleh masyarakat akan semakin mengena.

2. Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi hendaknya lebih

memperhatikan perkembangan dakwah yang terjadi di

masyarakat, hal itu terkait dengan masuknya kebudayaan dari luar

yang masyarakat kini.

3. Saran penulis kepada mahasiswa KPI khususnya dan seluruh

Mahasiswa UIN Jakarta agar setidak pernah berhenti berdakwah

kepada masyarakat luas.

Page 87: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

DAFTAR PUSTAKA

Anzhari, Hafi, Pemahaman dan Pengalaman Dakwah, (Surabaya, al-

Ikhlas).

Arifin, H. M., Psikologi Dakwah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1977).

Azis, Moh Ali., Ilmu Dakwah, (Jakarta : Kencana, 2004), Cet. Ke-1.

Bachtiar, Wardi., Metedologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta : Logos,

1997), Cet. Ke-1.

Ghazali, Bahri M., Dakwah Komunikatif: Membangun Kerangka Dasar Ilmu

Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997).

Hafifuddin, Didin, Dakwah Aktual, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), Cet.

Ke-1.

Hasanuddin., Rethorika Dakwah dan Publistik Dalam Kepemimpinan,

(Surabaya: Usaha Nasional, 1982), Cet. Ke-1.

Hasyimi A., Dustur Dakwah Menurut al-Qur'an, (Jakarta: Bulan Bintang,

1974).

Kafie, Jamaluddin, Psikologi Dakwah, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993).

Lathief, Nassaruddin, Teori dan Praktek Dakwah, (Jakarta: Firma Dara, tt).

Mahfuz, Ali Syekh, Hidayat al-Mursyidin, Terjemahan Chadijah Nasution,

(Yogyakarta: Tiga A, 1970).

Page 88: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

Mansur, Mustafa, Jalan Dakwah, (Jakarta : Pustaka Utama, 1994), Cet. Ke-

1.

Maryono, O’ong, Pencak Silat Merentang Waktu, (Yogyakarta: Galang

Press, 2000), cet. Ke-2.

Munsyi, Kadi Abd. r, Metode Diskusi dalam Dakwah, (Surabaya: al-Ikhlas,

1982), Cet. Ke-1.

Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

1998).

Natsir, Muhammad, “Fiqh Dakwah” Dalam Majalah Kiblat, (Jakarta, 1971).

Natsir, Muhammad., Dakwah dan Pemikirannya, (Jakarta: Gema Insani

Pres,1999). Cet. Ke-1.

Natsir, Muhammad., Fiqhud Dakwah, (Jakarta: Dewan Islamiyah

Indonesia).

Partanto, A Paus., al-Barri, Dahlan M., Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya:

Usaha, 1994).

Quth, Syed, FiDhilal al-Qur'an, (Beirut: Ihya al-Turatsi al-Araby, 1976), Jilid V.

Rafifuddin, Djalil Abdul Muhammad, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Pustaka

Setia, 1997), Cet. Ke-1.

Rahmat, Jalaluddin, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: Remaja

Rosda Karya, 1989).

Page 89: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

Rahmat, Jalaluddin, Retorika Moderen: Sebuah Kerangka Teori dan

Praktek Berpidato, (Bandung: Akamedia, 1982).

Saputra, A Yahya., Syafi’i, Irwan H., Beksi Maen Pukul Khas Bertawi,

(Jakarta: Gunung Jati, 2002).

Soemargono, Sorjono, Filsafat Ilmu Pengetahuan, (Yogyakarta: Nur

Cahaya, 1983).

Subandi, Ahmad, Ilmu Dakwah Pengantar ke Arah Metodologi, (Bandung:

Yayasan Syahidah, 1995).

Syihab, Quraisy, Membumikan al-Qur'an: Fungsi dan Peran Wahyu Dalam

Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan , 1998), Cet. Ke-17.

Syukir, Asmuni, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: al-Ikhlas,

1983).

Tasmara, Toto, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama,

1986).

Wawancara dengan Ayahanda H. M. Shofi LC, 29 Juli 2008.

Wawancara dengan Ustd. Abdul Azis, 25 Juli 2007.

www.kampoengbetawi.htm/dakwah 12/08/2008.

www.wikipedia/silat/pencaksilat.htm. 12/08/2008.

Yusuf Soeleman, Susanto Slamet, Pengantar Pendidikan Sosial, (Surabaya:

Usaha Nasional, 1981).

Page 90: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan

Zaidan, Karim Abdul, Dasar-dasar Ilmu Dakwah2, (Jakarta: Media

Dakwah, 1984).

Page 91: jurusan komunikasi dan penyiaran islam fakultas dakwah dan