Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KAJIAN ETNOMATEMATIKA TERHADAP POLA KRISTALOGRAFI
BATIK KERATON SURAKARTA SERTA ILUSTRASI PENERAPANNYA
DALAM PEMBELAJARAN TRANSFORMASI GEOMETRI
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun oleh:
Maria Glory Astriandini
161414004
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2020
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
HALAMAN JUDUL
KAJIAN ETNOMATEMATIKA TERHADAP POLA KRISTALOGRAFI
BATIK KERATON SURAKARTA SERTA ILUSTRASI PENERAPANNYA
DALAM PEMBELAJARAN TRANSFORMASI GEOMETRI
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun oleh:
Maria Glory Astriandini
161414004
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2020
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan rendah hati dan rasa Syukur, saya persembahkan karya ini untuk Tuhan
Yesus, kedua Orangtua, Adek, Keluarga, Sahabat, Teman-teman Pendidikan
Matematika, dan Universitas Sanata Dharma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN MOTTO
“Hasil Takkan Mengkhianati proses”
“Jangan hendaknya kamu khawatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam
segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan
syukur”
Filipi 4:6 (TB)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Maria Glory Astriandini. 2020. Kajian Etnomatematika Terhadap Pola
Kristalografi Batik Keraton Surakarta Serta Ilustrasi Penerapannya Dalam
Pembelajaran Transformasi Geometri Sekolah Menengah Pertama. Skripsi.
Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beragam suku,
bahasa dan budaya. Setiap daerah di Indonesia memiliki kebudayaan yang berbeda-
beda, seperti tarian, musik tradisional, kain batik, dan lain sebagainya. Salah satu
budaya Indonesia yang tidak lekang oleh zaman adalah batik. Batik dibedakan
mejadi dua jenis yaitu batik yang memiliki simetri dan batik yang tidak memiliki
simetri. Batik yang memiliki simetri dapat diklasifikasikan salah satunya
berdasarkan pola kristalografi. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui pola
kristalografi yang dapat ditemukan pada kain batik keraton Surakarta yang
digunakan dalam upacara tradisi Jawa, (2) mengetahui filosofi yang terdapat di
dalamnya, dan (3) mengetahui penggunaan pola kristalografi kain batik tersebut
dalam Pembelajaran Transformasi Geometri.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan subjek
penelitian adalah Asisten Manager Museum Batik Danar Hadi di Surakarta. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi lapangan,
wawancara, dan dokumentasi. Proses analisis data yang dilakukan memiliki tiga
langkah yaitu reduksi data (Data reduction), penampilan data (Data display), dan
penarikan kesimpulan (Canclusions: drawing/verifying). Pada tahap reduksi data
(data reduction), peneliti memilih data dari hasil observasi lapangan, wawancara,
dan dokumentasi yang sesuai dengan tujuan penelitian. Pada tahap penampilan data
(Data display), peneliti akan menampilkan data dari hasil reduksi dalam bentuk
deskriptif. Pada tahap penarikan kesimpulan (Canclusions: drawing/verifying),
peneliti menarik kesimpulan dari hasil penampilan data yang sesuai dengan
rumusan masalah dan tujuan dari penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) pada batik keraton Surakarta yang
digunakan pada upacara tradisi terdapat empat tipe pola kristalografi, yaitu p1, p2,
p4m, dan p2gg, (2) dari 11 kain batik yang dianalisis, semua memiliki filosofi dan
harapan tertentu terhadap upacara tradisi Jawa yang dilaksanakan nulai dari
kelahiran hingga kematian. Selain itu juga, (3) temuan-temuan tipe pola
kristalografi pada kain batik keraton Surakarta yang digunakan pada upacara tradisi
dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika pada materi transformasi
geometri.
Kata Kunci: Etnomatematika, Grup Kristalografi, Batik Keraton Surakarta,
Transformasi Geometri, Pembelajaran Matematika SMP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Maria Glory Astriandini. 2020. Ethnomathematics Study of Crystallographic
Patterns of Surakarta Keraton Batik and Illustration of Its Application in
Learning Geometry Transformation in Junior High School. Thesis. Mathematics
Education Study Program, Department of Mathematics and Sciences Education,
Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University.
Indonesia is an archipelagic country that consists of various ethnic,
language and culture. Every region in Indonesia has a different culture, such as
dance, traditional music, batik cloth, etc. One of Indonesia's culture which is
timeless is batik. Batik can be divided into two types, namely batik that has
symmetry and batik that does not have symmetry. Batik that has symmetry can be
classified one of them based on crystallographic patterns. The research aims to
determine (1) the crystalligraphy patterns that can be found on the Surakarta
keraton batik cloth used in traditional ceremonies, (2) know the philosophy
contained in every Surakarta keraton batik cloth used in traditional ceremonies,
and (3) know the use of crystallographic patterns in Surakarta keraton batik cloth
used in ceremonies tradition in Learning Geometry Transformation.
The type of research that will be used is qualitative research, while the
research subject to be involved was the Assistant Manager of the Danar Hadi batik
museum in Surakarta. Data collection techniques used in this study were field
observation, interview, and documentation. The data analysis process that will be
carried out has three steps, namely data reduction, data display, and conclusion
(Canclusions: drawing/verifying). In the data reduction stage, the researcher will
select data from the results of field observations, interview, and documentation in
accordance with the research objectives. At the stage of data display, the
researcher will display data from the reduction results in a descriptive form. At the
stage of drawing conclusions (Canclusions: drawing / verifying), the researcher
will draw conclusions from the results of the appearance of the data in accordance
with the formulation of the problem and the objectives of the study.
The results showed that (1) there are four types of crystallographic patterns
in the Surakarta palace batik used in traditional ceremonies, namely p1, p2, p4m,
and p2gg, (2) from the 11 batik cloths analyzed, all had certain philosophies and
expectations of the batik ceremonies carried out. In addition, (3) the findings of
crystallographic types on Surakarta Keraton batik cloth used in traditional
ceremonies can be applied in mathematics learning on geometry transformation
material.
Keywords: Ethnomatematics, Crystallography Group, Surakarta Palace Batik,
Geometry Transformation, Junior High School Mathematics Learning
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................................iv
HALAMAN MOTTO ....................................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...........................................................................vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS ....................................................................................... vii
ABSTRAK ....................................................................................................................... viii
ABSTRACT ........................................................................................................................ ix
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... x
DAFTAR ISI..................................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian .................................................................................................. 5
D. Batasan Masalah ................................................................................................... 6
E. Batasan Istilah ....................................................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian ................................................................................................ 6
G. Sistematika Penulisan ....................................................................................... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................................ 9
A. Landasan Teori ..................................................................................................... 9
1. Kebudayaan ......................................................................................................... 9
2. Batik .................................................................................................................. 10
3. Etnomatematika ................................................................................................ 14
4. Transformasi Geometri ..................................................................................... 15
5. Grup Simetri ...................................................................................................... 27
6. Kristalografi ...................................................................................................... 32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
7. Pembelajaran Matematika SMP ........................................................................ 40
B. Penelitian Yang Relevan ..................................................................................... 43
C. Kerangka Berpikir .............................................................................................. 45
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................... 47
A. Jenis Penelitian .................................................................................................... 47
B. Subjek Penelitian ................................................................................................ 47
C. Objek Penelitian .................................................................................................. 48
D. Waktu Penelitian ................................................................................................. 48
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................ 48
F. Instrumen Penelitian .......................................................................................... 49
G. Teknik Analisis Data ....................................................................................... 50
H. Prosedur Penelitian ......................................................................................... 51
BAB IV PELAKSANAAN, HASIL, DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ............ 53
A. Pelaksanaan Penelitian ....................................................................................... 53
B. Deskripsi Data ..................................................................................................... 55
1. Data Hasil Wawancara ...................................................................................... 55
2. Data Hasil Observasi ......................................................................................... 59
3. Data Hasil Dokumentasi ................................................................................... 60
C. Analisis Data ........................................................................................................ 64
1. Reduksi Data (data reduction) .......................................................................... 64
2. Penampilan Data (Data Display) ...................................................................... 70
3. Ringkasan .......................................................................................................... 84
D. Pembahasan ........................................................................................................... 86
1. Pola Kristalografi .............................................................................................. 86
2. Filosofi .............................................................................................................. 93
3. Penggunaan Pola Kristalografi dalam Pembelajaran Transformasi Geometri .. 94
E. Keterbatasan Penelitian ......................................................................................... 95
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 96
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 96
1. Pola kristalografi yang Ditemukan Pada Kain Batik Keraton Surakarta yang
Digunakan dalam Upacara Tradisi ............................................................................ 96
2. Filosofi yang Terdapat pada Kain Batik yang Memiliki Simetri ...................... 96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
3. Penggunaan Pola Kristalografi Kain Batik Keraton Surakarta pada
Pembelajaran ............................................................................................................. 97
B. Saran .................................................................................................................... 98
Daftar Pustaka ................................................................................................................. 100
LAMPIRAN .................................................................................................................... 106
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Tabel Cayley untuk G dengan operasi * .......................................................... 29
Tabel 2. 2 Invers untuk setiap elemen G ........................................................................... 30
Tabel 2. 3 Penjabaran ke-17 pola kristalografi ................................................................. 37
Tabel 4. 1 Pertanyaan dan Jawaban S1 mengenai Sejarah Batik ...................................... 55
Tabel 4. 2 Pertanyaan dan Jawaban S1 mengenai Jenis Batik .......................................... 57
Tabel 4. 3 Pertanyaan dan Jawaban S1 mengenai Filosofi Batik...................................... 58
Tabel 4. 4 Data Hasil Dokumentasi .................................................................................. 60
Tabel 4. 5 Batik Keraton Surakarta Yang Bermotif Geometris ........................................ 67
Tabel 4. 6 Hasil Analisis Pola Tipe Kristalografi dan Filosofi ......................................... 85
Tabel 4. 7 Analisis p1 ....................................................................................................... 86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Ilustrasi translasi dengan vektor translasi 𝑣 = 42. ...................................... 16
Gambar 2. 2 Ilustrasi Refleksi terhadap sumbu-y ............................................................. 17
Gambar 2. 3 ilustrasi pencerminan terhadap garis 𝑚 ........................................................ 18
Gambar 2. 4 Ilustrasi rotasi 90 ∘ dengan pusat rotasi O(0,0) ............................................ 23
Gambar 2. 5 Ilustrasi dilatasi dengan pusat dilatasi O(0,0) dan faktor skala k=2 ............. 25
Gambar 2. 6 Ilustrasi Pantul Geser dengan garis refleksi adalah sumbu-x dan vektor
translasi 𝑣 = 40 ................................................................................................................ 26
Gambar 2. 7 Semua kemungkinan rotasi 90 ∘ dan refleksi terhadap cermin m yang
dikenakan pada persegi ABCD ......................................................................................... 28
Gambar 2. 8 17 Ilustrasi Pola Tipe Kristalografi .............................................................. 34
Gambar 2. 9 Grup Kristalografi pola p1 yang di-generate oleh dua vektor translasi yang
linear bebas 𝑥 dan 𝑦. ......................................................................................................... 34
Gambar 2. 10 Latis yang bersesuaian dengan pola kristalografi p1 pada Gambar 2.8 ..... 35
Gambar 2. 11 Lima jenis latis yang bersesuaian dengan pola kristalografi ...................... 36
Gambar 2. 12 Flowchart identifikasi pola kristalografi yang diusulkan oleh Crowe ....... 40
Gambar 2. 13 Bagan Kerangka Berpikir ........................................................................... 46
Gambar 4. 1 Hasil Observasi ............................................................................................ 59
Gambar 4. 2 Analisis Pola Parang Pamor ......................................................................... 71
Gambar 4. 3 Analisis Pola Parang Canthel ....................................................................... 72
Gambar 4. 4 Analisis Pola Nitik Cakar ............................................................................. 72
Gambar 4. 5 Analisis Pola Ceplok Satriya Wibawa ......................................................... 73
Gambar 4. 6 Analisis Pola Truntum.................................................................................. 74
Gambar 4. 7 Analisis Pola Wirasat .................................................................................. 75
Gambar 4. 8 Analisis Pola Sidamukti ............................................................................... 76
Gambar 4. 9 Analisis Pola Sidaasih .................................................................................. 77
Gambar 4. 10 Analisis Pola Sidamulya ............................................................................ 77
Gambar 4. 11 Analisis Pola Lurik Yuyu Sekandang ........................................................ 78
Gambar 4. 12 Analisis Pola Slobog .................................................................................. 79
Gambar 4. 13 Ilustrasi Penggunaan Desmos 1 ................................................................. 83
Gambar 4. 14 Ilustrasi Penggunaaan Desmos 2 ................................................................ 84
Gambar 4. 15 Ilustrasi Penggunaaan Desmos 3 ................................................................ 84
Gambar 4. 16 Pembahasan Parang Pamor ....................................................................... 87
Gambar 4. 17 Analisis Pola Parang Canthel ..................................................................... 88
Gambar 4. 18 Pembahasan pola Nithik Cakar .................................................................. 89
Gambar 4. 19 Pembahasan Pola Ceplok Satriya Wibawa................................................. 89
Gambar 4. 20 Pembahasan Pola Truntum ........................................................................ 90
Gambar 4. 21 Pembahasan Pola Lurik Yuyu Sekandang ................................................ 91
Gambar 4. 22 Pembahasan Pola Slobog ........................................................................... 92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Ijin Penelitian .................................................................................. 106
Lampiran 2 : Surat Pernyataan Telah Melakukan Penelitian ........................................ 107
Lampiran 3: Surat Permohonan Validasi Instrumen ...................................................... 108
Lampiran 4: Lembar Validasi Instrumen Penelitian ...................................................... 109
Lampiran 5: RPP ............................................................................................................ 121
Lampiran 6: Transkrip Wawancara ............................................................................... 139
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebudayaan merupakan hal yang melekat dalam kehidupan
manusia. Kebudayaan lahir dan berkembang dalam lingkungan masyarakat
yang di dalamnya mengandung kesepakatan atau aturan yang berlaku dalam
masyarakat. Kebudayaan tersebut melingkupi setiap aktivitas kehidupan
sehari-hari yang bertujuan untuk mengatur dan mengontrol setiap perilaku
masyarakat. Menurut Taylor (Hasni, 2015), kebudayaan merupakan
keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, tradisi-tradisi, dan kemampuan-
kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Budaya juga merupakan hal yang menjadi satu kesatuan yang utuh yang
berlaku dalam suatu masyarakat dan menjadi identitas wilayah atau
kelompok masyarakat sekitar.
Setiap negara termasuk Indonesia, memiliki kebudayaannya
masing-masing. Indonesia, yang merupakan negara kepulauan, terdiri dari
beragam suku, bahasa dan budaya. Keberagaman suku, bahasa, dan budaya
tersebut membuat Indonesia memiliki keberagaman taria, musik tradisional,
dan seni lukis.
Batik merupakan satu budaya Indonesia yang tidak lekang oleh
zaman. Batik bukan hanya sekadar peninggalan budaya dalam bentuk kain,
melainkan suatu ungkapan perasaan si pembuat yang disalurkan melalui
gambar yang dituliskan di atas sebuah kain menggunakan malam (lilin)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
dengan alat canting. Batik berasal dari kata ambatik yaitu “amba” dan “tik”
yang berarti menulis titik (Diantry, 2020). Widiyantoro (2014)
mengungkapkan bahwa batik telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai
Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces
of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober 2009.
Beberapa daerah di Indonesia memiliki batik yang menjadi ciri khas
daerah tersebut. Ciri-ciri khas tersebut menggambarkan lingkungan sekitar
dimana batik tersebut dibuat. Salah satu pulau di Indonesia yang terkenal
dengan ragam batiknya adalah Pulau Jawa.
Di Pulau Jawa, batik berkembang dalam lingkungan keraton, salah
satunya adalah Keraton Surakarta. Penciptaan batik keraton pada waktu itu
difungsikan sebagai pakaian upacara ritual (Pujiyanto, 2013). Disetiap
upacara ritual atau tradisi di lingkungan keraton yang meliputi upacara
kelahiran, pernikahan, hingga upacara kematian (duka), keluarga keraton
menggunakan kain batik dengan motif-motif tertentu. Batik pada awalnya
hanya diproduksi untuk busana raja-raja Mataram, serta penggunaannya
tidak sebarangan, karena masing-masing memiliki makna filosofi tersendiri
(Marwati, 2011). Pujiyanto (2013) berpendapat bahwa batik tidak hanya
enak dipandang, tetapi juga memberi makna yang erat hubungannya dengan
falsafah hidup, pesan dan harapan tulus membawa kebaikan dan
kebahagiaan bagi yang memakainya. Masyarakat Jawa dengan nilai
filosofisnya tentang kehidupan dari lahir sampai menuju kematian erat
dengan simbolisasi motif batik sebagai produk budaya (Masiswo, 2011: 46).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Batik dibedakan menjadi dua yaitu batik dengan yang memiliki
simetri dan batik yang Batik yang tidak memiliki simetri. Batik yang
memiliki simetri, polanya tertentu dan berulang, serta bentuknya dapat
dengan mudah diidentifikasi sedangkan, batik yang tidak memiliki simetri
bentuknya tidak dapat dengan mudah diidentifikasi.
Batik yang memiliki simetri dapat diklasifikasikan berdasarkan pola
kristalografi. Garnadi (2012) menyatakan pola kristalografi merupakan
penentuan pola-pola simetri pada bidang dua dimensi. Bidang dua dimensi
memiliki empat jenis simetri: pergeseran (translasi), pencerminan (refleksi),
perputaran (rotasi), pantul geser (glide reflection).
Pola-pola simetri yang dimiliki pola kristalografi selaras dengan
materi pembelajaran matematika yaitu Transformasi Geometri. Nur’aini
(2017) menyatakan bahwa Geometri merupakan salah satu cabang ilmu
Matematika yang membahas mengenai bentuk bidang dan ruang. Untuk
mempelajari transformasi geometri, diperlukan permasalahan kontekstual
yang dekat dengan kehidupan sehari-hari sebagai jembatan untuk
mempermudah penalaran.
Pola Kristalografi pada batik dapat dikaji melalui etnomatematika.
Etnomatematika adalah bentuk pendekatan matematika yang didasarkan
pada budaya yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Zayyadi (2017)
menyatakan bahwa kehadiran etnomatematika memberikan kontribusi yang
sangat besar terhadap pembelajaran matematika, karena pendidikan formal
merupakan institusi sosial yang berbeda dengan yang lain, sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
memungkinkan terjadinya sosialisasi antar budaya. Dengan etnomatematika
akan menghadirkan permasalahan kontekstual dalam pembelajaran
matematika yang dekat dengan kehidupan peserta didik sehari-hari.
Permasalahan kontekstual mendorong peserta didik mengkonstruksi
pengetahuan yang dimiliki dengan apa yang terjadi dalam kehidupan sehari-
hari. Dengan begitu, peserta didik akan dapat menemukan sesuatu yang
menarik sehingga ia tertantang untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
Amir (2015) mengatakan bahwa pembelajaran kontekstual melibatkan para
peserta didik dalam aktivitas penting yang membantu mereka mengaitkan
pelajaran akademis dengan konteks kehidupan nyata yang mereka hadapi.
Batik merupakan salah satu konteks kehidupan nyata yang sangat
dekat dengan kehidupan sehari-hari. Dalam berbagai aktivitas, batik dapat
dengan mudah ditemukan dan banyak digunakan untuk pakaian, hiasan
rumah, aksesoris, dan lain sebagainya. Batik dengan pola yang memiliki
simetri dapat menjadi motivasi peserta didik untuk mengkonstruksi
pengetahuannya, karena batik merupakan benda yang dekat dengan
kehidupan sehari-hari.
Dari uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian
guna mengetahui penggunaan pola kristalografi pada kain batik keraton
Surakarta yang digunakan dalam upacara tradisi dari lahir hingga meninggal
dalam pembelajaran Transformasi Geometri. Penelitian tersebut yaitu
“Kajian Etnomatematika Terhadap Pola Kristalografi Kain Batik Keraton
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Surakarta Serta Ilustrasi Penerapannya Dalam Pembelajaran Transformasi
Geometri Sekolah Menengah Pertama”.
B. Rumusan Masalah
1. Pola Kristalografi apa saja yang dapat ditemukan pada kain batik
keraton Surakarta yang digunakan dalam upacara tradisi dari kelahiran
hingga kematian?
2. Filosofi apa yang terdapat pada kain batik keraton Surakarta yang
digunakan dalam upacara tradisi dari kelahiran hingga kematian?
3. Bagaimana penggunaan pola kristalografi pada kain batik keraton
Surakarta yang digunakan dalam upacara tradisi dari kelahiran hingga
kematian dalam pembelajaran Transformasi Geometri?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk:
1. mengetahui pola Kristalografi yang dapat ditemukan pada kain batik
keraton Surakarta yang digunakan dalam upacara tradisi dari kelahiran
hingga kematian,
2. mengetahui filosofi yang terdapat pada setiap kain batik keraton
Surakarta yang digunakan dalam upacara tradisi dari kelahiran hingga
kematian, dan
3. mengetahui penggunaan pola Kristalografi kain batik keraton Surakarta
yang digunakan dalam upacara tradisi dari kelahiran hingga kematian
dalam Pembelajaran Transformasi Geometri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
D. Batasan Masalah
1. Bentuk Etnomatematika yang dipilih adalah pola kristalografi kain batik
keraton Surakarta berdasarkan bentuknya yang ditinjau dari bentuk
geometrisnya.
2. Batik keraton Surakarta yang dipilih adalah kain Batik yang digunakan
dalam upacara tradisi Jawa, mulai dari upacara kelahiran, khitanan dan
pemandian pada saat haid hari pertama, rangkaian upacara pernikahan,
hingga upacara kematian.
3. Penelitian dilakukan di Museum Batik Danar Hadi, Surakarta.
E. Batasan Istilah
1. Etnomatematika adalah pendekatan matematika melalui unsur budaya.
2. Kristalografi adalah klasifikasi matematis pada bidang dua dimensi
berdasarkan pola-pola simetri yang dimilikinya.
3. Batik adalah kain bergambar yang dibuat secara khusus dengan
menuliskan atau menerakan malam (lilin) pada kain, kemudian
pengolahannya diproses dengan cara tertentu atau biasa dikenal dengan
kain batik.
4. Ilustrasi penerapan adalah sarana peserta didik untuk memahami konsep
materi pembelajaran transformasi geometri.
F. Manfaat Penelitian
Terdapat beberapa manfaat penelitian yang diperoleh dalam penelitian
ini. Manfaat penelitian tersebut antara lain adalah sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
1. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan
permasalahan kontekstual dalam pembelajaran matematika pada topik
transformasi geometri.
2. Hasil dari ini dapat digunakan untuk memperkenalkan konsep-konsep
transformasi geometri.
3. Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu inspirasi untuk
melaksanakan penelitian lainnya dalam bidang etnomatematika yang
berkaitan dengan pembelajaran matematika.
4. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian
serupa.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan penelitian ini adalah sebagai berikut. Skripsi
ini terdiri dari lima bab, dengan rincian sebagai berikut.
BAB I Pada bab I dijabarkan tentang latar belakang penelitian,
rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah,
batasan istilah, manfaat penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB II Pada bab II dijabarkan tentang landasan teori yang menjadi
acuan penelitian dan penelitian yang relevan.
BAB III Bab III berisi penjabaran tentang jenis penelitian yang
dilakukan, subjek penelitian, objek penelitian, waktu
penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian,
teknik analisis data, dan prosedur penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
BAB IV Bab IV berisi tentang penjabaran pelaksanaan penelitian,
deskripsi data, analisis data, pembahasan serta keterbatasan
penelitian.
BAB V Bab V berisi penjabaran tentang kesimpulan penelitian dan
saran yang merupakan rangkuman dari hasil penelitian yang
menjawab rumusan masalah.
AJIAN PUSTAKA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini akan dipaparkan tentang teori-teori yang menjadi pedoman
bagi peneliti dalam melaksanakan penelitian. Adapun hal-hal yang menjadi
pembahasan dalam bab ini adalah landasan teori yang menjadi dasar dalam
penelitian ini dan penelitian yang relevan.
A. Landasan Teori
Pada bagian landasan teori ini akan dipaparkan beberapa teori yang
menjadi pedoman penelitian, yaitu kebudayaan, batik, etnomatematika,
transformasi geometri, grup simetri, kristalografi, pembelajaran Matematika
SMP.
1. Kebudayaan
Menurut Sujarwa (1999), kebudayaan adalah keseluruhan sistem
gagasan, tindakan dan hasil karya manusia untuk memenuhi kehidupannya
dengan cara belajar, yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat.
Menurut Taylor (Hasni, 2015), kebudayaan merupakan keseluruhan yang
kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral, hukum, tradisi, dan kemampuan-kemampuan lain yang
didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Dari dua pendapat di atas,
disimpulkan bahwa kebudayaan merupakan keseluruhan kompleks dari
sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia untuk memenuhi
kehidupannya, yang tersusun dalam kehidupan masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Salah satu hal yang termasuk dalam kebudayaan dalam suatu
masyarakat adalah kesenian. Menurut Yudhianta dalam Pratiwi (2020),
kesenian dalam kehidupan masyarakat Indonesia sangat beragam,
diantaranya berupa seni musik, seni tari, seni rupa dan seni tulis. Lebih
lanjut disebutkan bahwa seni tulis di Indonesia meliputi seni kaligrafi, dan
seni batik. Maka dapat dikatakan bahwa batik merupakan salah satu wujud
dari budaya yang berbentuk sebuah kain.
2. Batik
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), batik adalah kain
bergambar yang dibuat secara khusus dengan menuliskan atau menerakan
malam (lilin) pada kain, kemudian pengolahannya diproses dengan cara
tertentu. Menurut Samsi (2011: 14), batik adalah melekatkan lilin pada kain
putih sebelum kain tersebut diberi warna. Samsi juga menyebutkan bahwa
membatik adalah melakukan pekerjaan menggambar/melukis kain putih
dengan lilin (panas) menggunakan alat canting. Wujud dari batik ini adalah
berupa bahan tekstil yang telah dibatik dan biasanya digunakan sebagai
pakaian dalam acara tertentu.
Batik berasal dari kata ambatik yaitu “amba” dan “tik” yang berarti
menulis titik (Diantry, 2020). Kata “batik” barasal dari bahasa Jawa, dan
kehadiran batik di Jawa tidaklah tercatat (Lestari, 2012: 2). Lestari (2012:
3) juga menyatakan bahwa batik merupakan kerajinan yang memiliki nilai
seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Jawa). Kebudayaan batik semula tumbuh dan berkembang di dalam
keraton-keraton Jawa (Samsi, 2011: 7).
Jenis batik dibedakan menjadi dua, yaitu batik yang memiliki simetri
dan batik yang tidak memiliki simetri. Motif batik yang memiliki simetri
merupakan batik dengan motif yang ornamennya tersusun secara geometris,
sedangkan motif batik yang tidak memiliki simetri adalah motif batik yang
susunan motifnya tidak teratur menurut bidang geometris (Santi, 2017).
Lebih lanjut lagi, disebutkan bahwa bentuk dasar dari motif batik yang
memiliki simetri adalah segiempat, persegi panjang, lingkaran, layang-
layang, dan bentuk lainnya. Sedangkan bentuk dasar motif yang tidak
memiliki simetri adalah ornamen tumbuhan, meru, candi, binatang, burung,
garuda, ular (naga) dalam susunan tidak teratur. Berikut adalah
pengelompokan bentuk yang termasuk golongan ragam hias motif batik
yang memiliki simetri dan batik yang tidak memiliki simetri.
a. Bentuk garis silang yaitu ceplok dan kawung
Motif ceplok pada umumnya selalu ada unsur simetris dari motif
yang berbentuk lingkaran, bintang, kotak sama sisi, kotak persegi
panjang, jajargenjang, segitiga (tumpal) dan bentuk-bentuk lain yang
disusun dari tatanan garis.
Motif kawung merupakan ornamen geometris lingkaran yang
dijajarkan dan ditumpuk serta merupakan potongan ellips. Kelompok
kawung sebenarnya termasuk ke dalam kelompok ceplok. Munculnya
motif kawung dianggap lebih dulu dari motif ceplok, maka dijadikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
kelompok sendiri. Disebutkan bahwa pada zaman dahulu motif kawung
hanya diperuntukkan bagi para bangsawan dan keluarga raja saja.
Motif kawung terbentuk dari susunan lingkaran yang bersentuhan
sehingga membentuk motif seperti buah aren yang dibelah. Ada
berbagai bentuk motif kawung, seperti kawung beton, kawung picis,
kawung prabu, kawung brendi, dan lain-lain.
b. Bentuk garis miring yaitu parang dan lereng.
Gambar pada motif parang diantara garis-garis miring disebut
lereng. Diantara garis-garis miring pada gambar bidang parang ada
gambar yang disebut mlinjon. Cara membuat motif parang atau lereng
seperti membuat motif ceplok dengan membuat kotak-kotak sama sisi
yang miring 45∘.
c. Bentuk tenun dan anyam yaitu nitik.
Motif batik nitik merupakan motif yang meniru gambar tenun dan
anyaman tikar, berwujud titik dan garis pendek yang berbentuk
segiempat. Motif nitik termasuk seni batik tertua, mungkin karena nitik
selalu tergambar simetris dan sederhana sehingga motif inilah yang
mampu diciptakan lebih dulu. Sedangkan yang termasuk golongan
ragam hias motif batik yang tidak memiliki simetri adalah:
a. Lung-lungan atau Semen
Semen berasal dari kata “semi”. Semi dalam tumbuh-
tumbuhan dapat berupa tunas, daun, bunga dan tangkai. Ciri dari
motif Semen adalah mengandung daun kecil atau besar, bunga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
dengan tangkai yang pendek atau panjang, juga tangkai yang ada
sulur-sulur-nya pendek atau panjang, bentuk sulur juga bisa lurus
atau ikal. Motif Lung-lungan dapat dijadikan tiga kelompok, yaitu:
1) bentuk daun dan bunga,
2) bentuk bunga dikombinasikan dengan gambar hewan, dan
3) bentuk bunga dikombinasikan dengan gambar satwa dan
lar.
Setiap motif batik memiliki ciri khas masing-masing. Salah
satu ciri yang paling mendasar adalah filosofi dari tiap kain batik.
Pujiyanto (2013) menyatakan bahwa para pencipta batik tidak hanya
sekadar mencipta sesuatu yang indah dipandang, tetapi juga
memberi makna yang erat hubungannya dengan falsafah hidup.
Batik awalnya berkembang dalam lingkungan keraton, salah
satunya adalah keraton Surakarta. Pujiyanto (2013) menyatakan
bahwa penciptaan batik keraton pada waktu itu difungsikan sebagai
pakaian upacara ritual. Oleh karena itu, batik yang diciptakan harus
mencerminkan upacara dan menambah daya magis. Batik digunakan
dalam upacara-upacara ritual kelahiran, khitanan dan pemandian
gadis pada saat haid pertama, rangkaian upacara pernikahan,
menunggu kelahiran putra pertama (hamil tujuh bulanan), dan
kematian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
3. Etnomatematika
Wahyuni (2012) menyatakan bahwa secara bahasa, awalan “ethno”
diartikan sebagai suatu yang sangat luas yang mengacu pada konteks sosial
budaya, yang di dalamnya termasuk bahasa, jargon, kode perilaku, mitos,
dan simbol. Kata dasar “mathema” cenderung berarti menjelaskan,
mengetahui, memahami, dan melakukan kegiatan seperti pengodean,
mengukur, mengklasifikasi, menyimpulkan, dan pemodelan. Selanjutnya,
akhiran “tics” berasal dari techne, dan bermakna seperti teknik.
Sedangkan secara istilah menurut D’Ambrosio (1985),
etnomatematika diartikan sebagai: “The mathematics which is practiced
among identifiable cultural groups such as national-tribe societie, labour
groups, children of certain age brackets and professional classes”. Artinya,
“Etnomatematika adalah matematika yang dipraktekkan di antara kelompok
budaya diidentifikasi seperti masyarakat suku nasional, kelompok buruh,
anak-anak dari usia tertentu dan kelas professional”.
Wahyuni (2012) juga menyatakan bahwa etnomatematika
menggunakan konsep matematika secara luas yang terkait dengan berbagai
aktivitas matematika, meliputi aktivitas pengelompokan, berhitung,
mengukur, merancang bangunan atau alat, bermain, menentukan lokasi, dan
lain sebagainya. Berbagai aktivitas tersebut dapat ditemukan dalam proses
pembelajaran matematika di dalam kelas. Dengan begitu, antara
pembelajaran matematika dan etnomatematika saling berkaitan antara satu
sama lain. Hal ini selaras dengan ungkapan Zayyadi (2017) yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
menyatakan bahwa kehadiran etnomatematika akan memberikan kontribusi
yang sangat besar terhadap pembelajaran matematika, karena pendidikan
formal merupakan institusi sosial yang berbeda dengan yang lain, sehingga
memungkinkan terjadinya sosialisasi antar budaya.
4. Transformasi Geometri
Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai transformasi-
transformasi geometris dalam bidang dua dimensi. Jenis transformasi yang
akan dibahas yaitu: pencerminan (refleksi), pergeseran (translasi),
perputaran (rotasi), perbesaran (dilatasi), dan pantul geser (glide reflection).
Selain memberi pemaparan tentang definisi dan cara melukis translasi-
translasi tersebut, pada bagian ini juga akan dipaparkan transformasi
geometris sebagai sebuah fungsi.
Definisi 2. 1 Fungsi (Dummit, 2004: 1)
Notasi 𝑓: 𝐴 → 𝐵 digunakan untuk menunjukkan fungsi dari 𝑓 dari 𝐴 ke 𝐵
dan nilai 𝑓 pada 𝑎 dilambangkan dengan 𝑓(𝑎). Himpunan 𝐴 disebut dengan
domain, dan himpunan 𝐵 disebut kodomain.
Notasi 𝑓: 𝑎 ⟼ 𝑏 menunjukkan bahwa 𝑓(𝑎) = 𝑏.
Definisi 2. 2 Fungsi Surjektif (Dummit, 2004: 2)
Fungsi 𝑓 dikatakan surjektif jika dan hanya jika untuk semua 𝑏 ∈ 𝐵,
terdapat 𝑎 ∈ 𝐴 sedemikian sehingga 𝑓(𝑎) = 𝑏.
Definisi 2. 3 Fungsi Injektif (Dummit, 2004: 2)
Fungsi 𝑓 dikatakan injektif jika dan hanya jika untuk semua 𝑎1, 𝑎2 ∈
𝐴, 𝑎1 ≠ 𝑎2 maka 𝑓(𝑎1) ≠ 𝑓(𝑎2).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Definisi 2. 4 Fungsi Bijektif (Dummit, 2004: 2)
Fungsi 𝑓 dikatakan bijektif jika dan hanya jika fungsi tersebut sekaligus
Surjektif dan Injektif.
Definisi 2. 5 Transformasi Geometris (Eccles, 1971: 12)
Transformasi geometris dalam bidang dua dimensi adalah sebuah fungsi
bijektif dari bidang ke bidang yang sama.
1) Pergeseran (Translasi)
Pergeseran merupakan salah satu jenis transformasi yang
memindahkan semua titik suatu bangunan geometris dengan jarak dan
arah yang sama.
Gambar 2. 1 Ilustrasi translasi dengan vektor translasi �⃗⃗� =
(𝟒𝟐).
Gambar di atas menunjukkan ilustrasi translasi sebuah persegi 𝐴𝐵𝐶𝐷
menurut vektor translasi 𝑣 = (42) yang menghasilkan bayangan
𝐴′𝐵′𝐶′𝐷′. Translasi pada bidang kartesius dapat dilukis dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
memindahkan gambar sesuai dengan vektor translasi. Berikut adalah
definisi matematis sebuah translasi.
Definisi 2. 6 Translasi (Martin, 1996: 14)
Diberikan sebuah vektor translasi 𝑣 = (𝑎𝑏). Translasi adalah sebuah
fungsi yang memetakan setiap titik 𝑃(𝑥, 𝑦) dalam bidang dua dimensi
ke 𝑃′(𝑥 + 𝑎, 𝑦 + 𝑏). Translasi disimbolkan dengan (𝑥, 𝑦) → (𝑥 +
𝑎, 𝑦 + 𝑏).
2) Pencerminan ( Refleksi)
Pencerminan merupakan salah satu jenis transformasi yang
memindahkan setiap titik 𝑃(𝑥, 𝑦) pada suatu bangun geometris ke
𝑃′(𝑥′, 𝑦′) sedemikian sehingga jarak titik 𝑃′ ke sebuah garis sama
dengan jarak titik 𝑃’ ke garis tersebut.
Gambar 2. 2 Ilustrasi Refleksi terhadap sumbu-y
Gambar 2.2 merupakan contoh refleksi (pencerminan) dari
segitiga 𝐴𝐵𝐶 terhadap sumbu 𝑦 sehingga menghasilkan bayangan
segitiga 𝐴′𝐵′𝐶′.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Definisi 2. 7 Refleksi (Martin, 1996: 24)
Refleksi 𝜎𝑚 pada garis m adalah pemetaan yang didefinisikan oleh:
𝜎𝑚 = {
𝑃, 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑃 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑑𝑎 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑔𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑚
𝑄, 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑃 𝑑𝑖 𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑔𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑚 𝑑𝑎𝑛 𝑔𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑚 𝑎𝑑𝑎𝑙𝑎ℎ
𝑔𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑏𝑎𝑔𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑔𝑎𝑘 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑃𝑄̅̅ ̅̅
Gambar 2. 3 ilustrasi pencerminan terhadap garis 𝒎
Teorema-teorema berikut merupakan pencerminan terhadap garis-garis
istimewa 𝑎𝑥 + 𝑏𝑦 + 𝑐 = 0, 𝑦 = 0, 𝑥 = 0, 𝑦 = 𝑥, dan 𝑦 = −𝑥.
Teorema 2. 1 Refleksi Terhadap garis 𝒂𝒙 + 𝒃𝒙 + 𝒄 = 𝟎
Refleksi titik 𝑃(𝑥, 𝑦) terhadap garis 𝑎𝑥 + 𝑏𝑦 + 𝑐 = 0 didefinisikan
sebagai sebuah fungsi yang memetakan (𝑥, 𝑦) → (𝑥′, 𝑦′) sedemikian
sehingga
𝑥′ = 𝑥 −2𝑎(𝑎𝑥 + 𝑏𝑦 + 𝑐)
𝑎2 + 𝑏2,
𝑦′ = 𝑦 −2𝑏(𝑎𝑥 + 𝑏𝑦 + 𝑐)
𝑎2 + 𝑏2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Bukti.
Diberikan titik 𝑃 = (𝑥, 𝑦) dan 𝜎𝑚 = (𝑥′, 𝑦′ = 𝑄. Perhatikan Gambar
2.3! dimisalkan titik 𝑃 tidak terletak pada garis 𝑚. Garis yang melewati
titik 𝑃(𝑥, 𝑦) dan titik 𝑄(𝑥′, 𝑦′) tegak lurus terhadap garis 𝑚. Secara
aljabar di nyatakan dalam persamaan
𝑏(𝑥′ − 𝑥) = 𝑎(𝑦′ − 𝑦)
Selain itu, ((𝑥+𝑥′)
2,(𝑦+𝑦′)
2) titik tengah dari garis 𝑃𝑄̅̅ ̅̅ dan berada pada
garis 𝑚. Secara aljabar dinyatakan dalam persamaan
𝑎 (𝑥 + 𝑥′
2) + 𝑏 (
𝑦 + 𝑦′
2) + 𝑐 = 0
Kedua persamaan diatas dapat dituliskan sebagai berikut:
{𝑏𝑥′ − 𝑎𝑦′ = 𝑏𝑥 − 𝑎𝑦,
𝑎𝑥′ + 𝑏𝑦′ = −2𝑐 − 𝑎𝑥 − 𝑏𝑦,
Diperoleh dua persamaan linear yang tidak diketahui 𝑥′ dan 𝑦′ nya. 𝑥′
dan 𝑦′ didapatkan dari:
𝑥′ =𝑏(𝑏𝑥 − 𝑎𝑦) + 𝑎(−2𝑐 − 𝑎𝑥 − 𝑏𝑦)
𝑏2 + 𝑎2
=𝑏2𝑥 + 𝑎2𝑥 − 2𝑎2𝑥 − 2𝑎𝑏𝑦 − 2𝑎𝑐
𝑎2+𝑏2
= 𝑥 −2𝑎(𝑎𝑥 + 𝑏𝑦 + 𝑐)
𝑎2+𝑏2
𝑦′ =𝑏(−2𝑐 − 𝑎𝑥 − 𝑏𝑦) − 𝑎(𝑏𝑥 − 𝑎𝑦)
𝑏2 + 𝑎2
= 𝑎2𝑦 + 𝑏2𝑦 − 2𝑏2𝑦 − 2𝑏𝑎𝑥 − 2𝑏𝑐
𝑎2+𝑏2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
= 𝑦 −2𝑏(𝑎𝑥 + 𝑏𝑦 + 𝑐)
𝑎2+𝑏2
Teorema 2. 2 Pencerminan terhadap sumbu-x
Pencerminan terhadap sumbu-𝑥 adalah fungsi yang memetakan titik
𝑃(𝑥, 𝑦) ke 𝑃’(𝑥, −𝑦).
Bukti.
Sumbu-𝑥 adalah garis 𝑦 = 0 atau 0𝑥 + 1𝑦 + 0 = 0. Berdasarkan
Definisi 2.3, pencerminan terhadap garis 0𝑥 + 1𝑦 + 0 = 0 adalah
fungsi yang memetakan titik 𝑃(𝑥, 𝑦) ke 𝑃′(𝑥′, 𝑦′) dengan
𝑥′ = 𝑥 −2(0)(0𝑥 + 1𝑦 + 0)
02 + 12= 𝑥,
𝑦′ = 𝑦 −2(1)(0𝑥 + 1𝑦 + 0)
02 + 12= 𝑦 − 2𝑦 = −𝑦.
Jadi, pencerminan terhadap sumbu-𝑥 adalah fungsi yang memetakan
titik 𝑃(𝑥, 𝑦) ke 𝑃’(𝑥, −𝑦).
Teorema 2. 3 Pencerminan terhadap sumbu-𝒚
Pencerminan terhadap sumbu-𝑦 adalah fungsi yang memetakan titik
𝑃(𝑥, 𝑦) ke 𝑃’(−𝑥, 𝑦).
Bukti.
Sumbu-𝑦 adalah garis 𝑥 = 0 atau 1𝑥 + 0𝑦 + 0 = 0. Berdasarkan
Definisi 2.3, refleksi terhadap garis 1𝑥 + 0𝑦 + 0 = 0. adalah fungsi
yang memetakan titik 𝑃(𝑥, 𝑦) ke 𝑃′(𝑥′, 𝑦′) dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
𝑥′ = 𝑥 −2(1)(1𝑥 + 0𝑦 + 0)
12 + 02= 𝑥 − 2𝑥 = −𝑥,
𝑦′ = 𝑦 −2(0)(1𝑥 + 0𝑦 + 0)
12 + 02= 𝑦
Pencerminan terhadap sumbu-𝑦 adalah fungsi yang memetakan titik
𝑃(𝑥, 𝑦) ke 𝑃’(−𝑥, 𝑦).
Teorema 2. 4 Pencerminan terhadap garis 𝒚 = 𝒙
Pencerminan terhadap garis 𝑦 = 𝑥 adalah fungsi yang memetakan titik
𝑃(𝑥, 𝑦) ke 𝑃’(𝑦, 𝑥).
Bukti.
Garis 𝑦 = 𝑥 atau −1𝑥 + 1𝑦 + 0 = 0. Berdasarkan Definisi 2.3, refleksi
terhadap garis −1𝑥 + 1𝑦 + 0 = 0 adalah fungsi yang memetakan titik
𝑃(𝑥, 𝑦) ke 𝑃′(𝑥′, 𝑦′) dengan
𝑥′ = 𝑥 −2(−1)(−1𝑥 + 1𝑦 + 0)
(−1)2 + 12= 𝑥 − (𝑥 − 𝑦) = 𝑦,
𝑦′ = 𝑦 −2(1)(−1𝑥 + 1𝑦 + 0)
(−1)2 + 12= 𝑦 − (−𝑥 + 𝑦) = 𝑥
Jadi, refleksi garis 𝑦 = 𝑥 adalah fungsi yang memetakan titik 𝑃(𝑥, 𝑦) ke
𝑃’(𝑦, 𝑥).
Teorema 2. 5 Pencerminan terhadap garis 𝒚 = −𝒙
Refleksi terhadap garis 𝑦 = −𝑥 adalah fungsi yang memetakan titik
𝑃(𝑥, 𝑦) ke 𝑃’(−𝑦,−𝑥).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Bukti.
Garis 𝑦 = −𝑥 atau 1𝑥 + 1𝑦 + 0 = 0. Berdasarkan Definisi 2.3, refleksi
terhadap garis 1𝑥 + 1𝑦 + 0 = 0 adalah fungsi yang memetakan titik
𝑃(𝑥, 𝑦) ke 𝑃′(𝑥′, 𝑦′) dengan
𝑥′ = 𝑥 −2(1)(1𝑥 + 1𝑦 + 0)
(1)2 + 12= 𝑥 − (𝑥 + 𝑦) = −𝑦,
𝑦′ = 𝑦 −2(1)(1𝑥 + 1𝑦 + 0)
(1)2 + 12= 𝑦 − (𝑥 + 𝑦) = −𝑥
Jadi, refleksi terhadap garis 𝑦 = −𝑥 adalah fungsi yang memetakan
titik 𝑃(𝑥, 𝑦) ke 𝑃’(−𝑦,−𝑥).
3) Perputaran (Rotasi)
Rotasi merupakan salah satu bentuk transformasi yang
memindahkan setiap titik pada sebuah bangun geometris sejauh sudut
tertentu terhadap sebuah titik yang tetap. Titik yang tetap tersebut
disebut sebagai pusat rotasi dan sudut yang terbentuk disebut dengan
sudut rotasi. Jika sebuah benda dirotasikan berlawanan arah dengan arah
perputaran jarum jam, maka sudut putarnya positif. Sebaliknya, jika
searah perputaran jarum jam, maka sudut putarnya negatif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Gambar 2. 4 Ilustrasi rotasi 𝟗𝟎∘ dengan pusat rotasi O(0,0)
Gambar diambil dari www.rumus-matematika.com
Pada gambar di atas, 𝐴2𝐵2𝐶2 merupakan hasil rotasi segitiga 𝐴𝐵𝐶
dengan pusat 𝑂(0,0) dan sudut rotasi 90∘ , 𝐴3𝐵3𝐶3 merupakan hasil
rotasi segitiga 𝐴𝐵𝐶 dengan pusat 𝑂(0,0) dan sudut rotasi −90∘, dan
segitiga 𝐴4𝐵4𝐶4 merupakan hasil rotasi segitiga 𝐴𝐵𝐶 dengan pusat
𝑂(0,0) dan sudut rotasi 180∘ .
Definisi 2. 8 Rotasi
Rotasi titik 𝐴(𝑥, 𝑦) terhadap sudut rotasi 𝛼 dan pusat rotasi 𝑃(𝑎, 𝑏)
adalah sebuah fungsi yang memetakan (𝑥, 𝑦) → (𝑥′, 𝑦′) sedemikian
sehingga
𝑥′ = 𝑎 + (𝑥 − 𝑎) cos 𝛼 − (𝑦 − 𝑏) sin 𝛼,
𝑦′ = 𝑏 + (𝑥 − 𝑎) sin 𝛼 + (𝑦 − 𝑏) cos 𝛼.
Teorema 2. 6 Rotasi 𝟏𝟖𝟎∘ dengan pusat 𝑶 (𝟎, 𝟎)
Rotasi 180∘ dengan pusat rotasi 𝑂(0,0) adalah sebuah fungsi yang
memetakan (𝑥, 𝑦) → (−𝑥,−𝑦).
Bukti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Berdasarkan Definisi 2.7, karena sudut rotasi 𝛼 = 180∘ dan pusat rotasi
𝑂(0,0), maka
𝑥′ = 0 + (𝑥 − 0) cos 180∘ − (𝑦 − 0) sin 180∘
= 0 + 𝑥(−1) − 0 = −𝑥
𝑦′ = 0 + (𝑥 − 0) sin 180∘ + (𝑦 − 0) cos 180∘
= 0 + 0 + (𝑦)(−1) = −𝑦
Teorema 2. 7 Rotasi 𝟗𝟎∘ dengan pusat 𝑶(𝟎, 𝟎)
Rotasi 90∘ dengan pusat rotasi 𝑂(0,0) adalah sebuah fungsi yang
memetakan (𝑥, 𝑦) → (−𝑦, 𝑥).
Bukti.
Berdasarkan Definisi 2.7, karena sudut rotasi 𝛼 = 90∘ dan pusat rotasi
𝑂(0,0), maka
𝑥′ = 0 + (𝑥 − 0) cos 90∘ − (𝑦 − 0) sin 90∘
= 0 + 𝑥(0) − 𝑦(1) = −𝑦
𝑦′ = 0 + (𝑥 − 0) sin 90∘ + (𝑦 − 0) cos 90∘
= 0 + 𝑥(1) + 0 = 𝑥
4) Dilatasi
Dilatasi merupakan transformasi yang mengubah ukuran sebuah
benda geometris. Dilatasi terhadap titik pusat merupakan perkalian dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
koordinat tiap-tiap titik pada suatu bangun datar dengan faktor skala
sebesar 𝑘.
Gambar 2. 5 Ilustrasi dilatasi dengan pusat dilatasi O(0,0)
dan faktor skala k=2
Definisi 2. 9 Dilatasi
Dilatasi titik 𝑃(𝑥, 𝑦) dengan pusat 𝑂(0,0) dan faktor skala 𝑘 adalah
sebuah fungsi yang memetakan (𝑥, 𝑦) → (𝑘𝑥, 𝑘𝑦). Jika nilai 𝑘 > 1
maka akibat dari dilatasi adalah sebuah perbesaran, dan jika nilai
0 < 𝑘 < 1 maka dilatasi tersebut adalah sebuah pengecilan.
5) Pantul Geser (Glide reflection)
Pantul-geser adalah komposisi dari sebuah refleksi dan sebuah
translasi yang sejajar dengan sumbu refleksi. Vektor translasi disebut
vektor pantul dari Glide-reflection atau pantul-geser. Sumbu refleksi
disebut juga sebagai sumbu Glide-reflection atau pantul-geser.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
(a) (b)
Gambar 2. 6 Ilustrasi Pantul Geser dengan garis refleksi adalah sumbu-x dan
vektor translasi �⃗⃗� = (𝟒𝟎)
Teorema 2. 8
Pantul geser terhadap sumbu-𝑥 dengan vektor translasi 𝑣 = (𝑘0) adalah
sebuah fungsi yang memetakan (𝑥, 𝑦) → (𝑥 + 𝑘,−𝑦).
Bukti.
Pantul geser merupakan sebuah komposisi refleksi dan translasi.
Berdasarkan Teorema 2.2, bayangan titik 𝑃(𝑥, 𝑦) oleh refleksi terhadap
sumbu−𝑥 adalah 𝑃′(𝑥, −𝑦). Selanjutnya, oleh translasi dengan vektor
𝑣 = (𝑘0), didapat 𝑃"(𝑥 + 𝑘,−𝑦). Jadi, bayangan titik 𝑃(𝑥, 𝑦) oleh
pantul geser terhadap sumbu-𝑥 dengan vektor translasi 𝑣 = (𝑘0) adalah
𝑃(𝑥 + 𝑘,−𝑦).
Teorema 2. 9
Pantul geser terhadap sumbu refleksi garis 𝑦 = 𝑥 dan vektor translasi
𝑣 = (𝑘𝑘) adalah sebuah fungsi yang memetakan (𝑥, 𝑦) → (𝑥 + 𝑘,−𝑦).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Bukti.
Pantul geser merupakan sebuah komposisi refleksi dan translasi.
Berdasarkan Teorema 2.2, bayangan titik 𝑃(𝑥, 𝑦) oleh refleksi terhadap
sumbu−𝑥 adalah 𝑃′(𝑥, −𝑦). Selanjutnya, oleh translasi dengan vektor
𝑣 = (𝑘𝑘), didapat 𝑃"(𝑥 + 𝑘,−𝑦 + 𝑘). Jadi, bayangan titik 𝑃(𝑥, 𝑦) oleh
pantul geser terhadap sumbu-𝑥 dengan vektor translasi 𝑣 = (𝑘𝑘) adalah
𝑃(𝑥 + 𝑘,−𝑦 + 𝑘).
5. Grup Simetri
Sebelum masuk ke pembahasan grup simetri, sebelumnya akan
dibahas mengenai operasi biner dan teori grup. Pembahasan dalam bagian
ini merujuk pada Gallian (2013).
Definisi 2. 10 Operasi Biner
Diberikan himpunan tak kosong 𝐺. Operasi biner pada G adalah sebuah
fungsi yang memasangkan setiap elemen di 𝐺 × 𝐺 ke G.
Contoh 2.1
Diberikan suatu himpunan bilangan real ℝ dan operasi biner penjumlahan
+ dalam himpunan bilangan real. Maka operasi tersebut merupakan sebuah
pemetaan dari ℝ2 = {(𝑥, 𝑦)|𝑥, 𝑦 𝜖 ℝ} ke himpunan ℝ. Jadi, operasi biner
tersebut memetakan (𝑥, 𝑦) → 𝑧, dengan 𝑧 = 𝑥 + 𝑦.
Karena operasi penjumlahan + dua anggota ℝ juga menghasilkan anggota
ℝ, maka operasi tersebut merupakan operasi tertutup. Contoh operasi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
tidak tertutup adalah operasi pembagian dalam himpunan bilangan bulat.
Perhatikan bahwa 3 ∈ ℤ dan 4 ∈ ℤ, tetapi 3: 4 =3
4∉ ℤ.
Definisi 2. 11 Grup
Diberikan himpunan tak kosong 𝐺 dengan operasi biner ∗ yang memetakan
pasangan terurut (𝑎, 𝑏) ∈ 𝐺 × 𝐺 ke elemen 𝑎𝑏 ∈ 𝐺. Himpunan G dengan
operasi biner * dikatakan sebuah grup jika dan hanya jika memenuhi sifat-
sifat berikut.
i. Sifat asosiatif, (𝑎𝑏)𝑐 = 𝑎(𝑏𝑐), untuk semua 𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ 𝐺
ii. Memiliki elemen identitas 𝑒 dalam G sedemikian sehingga 𝑎𝑒 =
𝑒𝑎 = 𝑎, untuk semua 𝑎 ∈ 𝐺
iii. Memiliki invers, artinya untuk setiap 𝑎 ∈ 𝐺, terdapat 𝑏 ∈ 𝐺
sedemikian sehingga 𝑎𝑏 = 𝑏𝑎 = 𝑒.
(e) (r) (𝑟2) (𝑟3)
(𝑚) (𝑚𝑟) (𝑚𝑟2) (𝑚𝑟3)
Gambar 2. 7 Semua kemungkinan rotasi 𝟗𝟎∘ dan refleksi terhadap cermin m yang
dikenakan pada persegi ABCD
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Contoh 2.2
Perhatikan Gambar 2.6. Pada sebuah persegi 𝐴𝐵𝐶𝐷 dikenakan rotasi 90∘
dan refleksi terhadap garis 𝑚. Misalkan 𝑟 merupakan simbol untuk rotasi
tersebut dan m untuk pencerminan. Berkaitan dengan simbol, 𝑟2 berarti
rotasi 90∘ dilakukan dua kali. Jadi 𝑟2 adalah rotasi 180∘. Simbol 𝑟𝑚
berarti terhadap persegi tersebut dikenakan transformasi rotasi dan diikuti
dengan pencerminan. Seperti diperlihatkan dalam Gambar 2.6, terdapat
delapan kemungkinan rotasi r dan pencerminan m serta kombinasi
keduanya. Selanjutnya akan diperlihatkan bahwa himpunan 𝐺 =
{𝑒, 𝑟, 𝑟2, 𝑟3, 𝑚,𝑚𝑟,𝑚𝑟2, 𝑚𝑟3} merupakan sebuah grup dengan operasi
komposisi fungsi. Karena seperti telah dibahas di depan, transformasi
geometris adalah sebuah fungsi. Berikut adalah Tabel Cayley untuk 𝐺
dengan operasi *.
Tabel 2. 1 Tabel Cayley untuk G dengan operasi *
𝑒 𝑟 𝑟2 𝑟3 𝑚 𝑚𝑟 𝑚𝑟2 𝑚𝑟3
𝑒 𝑒 𝑟 𝑟2 𝑟3 𝑚 𝑚𝑟 𝑚𝑟2 𝑚𝑟3
𝑟 𝑟 𝑟2 𝑟3 𝑒 𝑚𝑟3 𝑚 𝑚𝑟 𝑚𝑟2
𝑟2 𝑟2 𝑟3 𝑒 𝑟 𝑚𝑟2 𝑚𝑟3 𝑚 𝑚𝑟
𝑟3 𝑟3 𝑒 𝑟 𝑟2 𝑚𝑟 𝑚𝑟2 𝑚𝑟3 𝑚
𝑚 𝑚 𝑚𝑟 𝑚𝑟2 𝑚𝑟3 𝑒 𝑟 𝑟2 𝑟3
𝑚𝑟 𝑚𝑟 𝑚𝑟2 𝑚𝑟3 𝑚 𝑟3 𝑒 𝑟 𝑟2
𝑚𝑟2 𝑚𝑟2 𝑚𝑟3 𝑚 𝑚𝑟 𝑟2 𝑟3 𝑒 𝑟
𝑚𝑟3 𝑚𝑟3 𝑚 𝑚𝑟 𝑚𝑟2 𝑟 𝑟2 𝑟3 𝑒
a. Biner
Dari Tabel Cayley terlihat bahwa operasi * adalah sebuah operasi
biner.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
b. Asosiatif
Ambil sebarang tiga transformasi 𝑥, 𝑦, 𝑧 ∈ 𝐺, sifat asosiatif
dipenuhi, artinya (𝑥 ∗ 𝑦) ∗ 𝑧 = 𝑥 ∗ (𝑦 ∗ 𝑧). Misalkan, 𝑥 = 𝑟, 𝑦 =
𝑟2, 𝑧 = 𝑚𝑟. Selanjutnya, (𝑥 ∗ 𝑦) ∗ 𝑧 = (𝑟 ∗ 𝑟2) ∗ 𝑚𝑟 = 𝑟3 ∗
𝑚𝑟 = 𝑚𝑟2. Di sisi lain, 𝑥 ∗ (𝑦 ∗ 𝑧) = 𝑟 ∗ (𝑟2 ∗ 𝑚𝑟) = 𝑟 ∗ 𝑚𝑟3 =
𝑚𝑟2.
c. Elemen Identitas
G memiliki elemen identitas e. Jika setiap elemen 𝑥 ∈ 𝐺 jika
dikomposisikan dengan 𝑒, akan didapat 𝑒 ∗ 𝑥 = 𝑥 ∗ 𝑒 = 𝑥.
d. Elemen Invers
Tabel berikut adalah daftar invers untuk setiap elemen 𝐺.
Tabel 2. 2 Invers untuk setiap elemen G
𝑥 𝑒 𝑟 𝑟2 𝑟3 𝑚 𝑚𝑟 𝑚𝑟2 𝑚𝑟3
𝑥−1 𝑒 𝑟3 𝑟2 𝑟 𝑚 𝑚𝑟 𝑚𝑟2 𝑚𝑟3
Dengan demikian, himpunan 𝐺 dengan operasi komposisi fungsi
merupakan sebuah grup. Lebih lanjut, terlihat bahwa setiap anggota
𝐺 dapat dinyatakan dengan komposisi 𝑟 dan 𝑚. Ini berarti bahwa
grup 𝐺 di-generate oleh r dan m. Dalam teori grup, grup 𝐺 seperti
yang telah dibahas dikenal dengan nama grup Dihedral 𝐷4 =
⟨𝑎, 𝑏|𝑎4 = 𝑏2 = (𝑎𝑏)2 = 𝑒⟩.
Definisi 2. 12 Grup Siklik
Sebuah grup 𝐺 disebut grup siklik 𝐶𝑛 jika terdapat elemen 𝑎 dalam
𝐺 sedemikian sehingga 𝐺 = {𝑎𝑛|𝑛 ∈ 𝑍}. Dalam hal ini, elemen 𝑎
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
disebut generator atau pembangun 𝐺, atau dapat dinotasikan dengan
𝐺 = ⟨𝑎⟩
Contoh 2.3
Perhatikan kembali Contoh 2.1 dan Gambar 2.6. Perhatikan
himpunan 𝐻 = {𝑟, 𝑟2, 𝑟3, 𝑒} yang merupakan himpunan rotasi r
yang merupakan rotasi 90∘. Himpunan 𝐻 dengan operasi komposisi
fungsi merupakan sebuah grup. Lebih lanjut, setiap anggota 𝐻 dapat
di-generate oleh elemen r. Dengan demikian elemen r merupakan
pembangun himpunan 𝐻, atau 𝐻 = ⟨𝑟⟩.
Definisi 2. 13 Subgrup
Diberikan grup 𝐺 dengan operasi biner *. Jika himpunan 𝐻
merupakan himpunan bagian dari 𝐺 dan (𝐻,∗) merupakan sebuah
grup, maka 𝐻 disebut sebagai subgrup dari 𝐺.
Contoh 2.4
Dari Contoh 2.2 dan Contoh 2.3, himpunan 𝐻 = {𝑟, 𝑟2, 𝑟3, 𝑒}
dengan operasi komposisi fungsi ∗ merupakan subgrup dari 𝐺 =
{𝑒, 𝑟, 𝑟2, 𝑟3, 𝑚,𝑚𝑟,𝑚𝑟2, 𝑚𝑟3}.
Definisi 2. 14 Isometri
Isometri adalah transformasi geometri yang mempertahankan jarak.
Dengan kata lain, isometri adalah sebuah fungsi bijektif yang
memetakan (𝑥, 𝑦) → (𝑥′, 𝑦′) sedemikian sehingga jika 𝑑 adalah
jarak titik 𝐴(𝑥_𝐴, 𝑦_𝐴) dan 𝐵(𝑥_𝐵, 𝑦_𝐵), maka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
𝑑 = √(𝑥𝐵′ − 𝑥𝐴
′ )2 + (𝑦𝐵′ − 𝑦𝐴
′ )2 .
Berdasarkan Definisi 2.13 di atas, dari ke-5 transformasi yang telah
dibicarakan, dilatasi bukan merupakan sebuah isometri. Dalam
bidang dua dimensi, transformasi yang merupakan isometri adalah
translasi, refleksi, rotasi, dan pantul geser.
Definisi 2. 15 Grup Simetri
Misalkan S adalah himpunan titik dalam ruang dimensi dua atau
bidang. Grup simetri dari sebuah himpunan 𝑆 adalah himpunan dari
semua isometri dalam 𝑅2 yang membawa 𝑆 ke 𝑆. Operasi biner
dalam grup simetri adalah komposisi fungsi.
6. Kristalografi
Sebuah pertanyaan pantas untuk diajukan, mengapa studi
tentang pola-pola yang teratur dihubungkan dengan studi tentang
kristal (kristalografi). Para peneliti menemukan bahwa kristal
memiliki struktur yang teratur. Keteraturan ditunjukkan dengan
adanya unsur-unsur simetri dalam kristal (Senechal, 1990: 1).
Senechal mendefinisikan kristalografi matematis sebagai sebuah
studi tentang pola-pola teratur yang memiliki sifat-sifat tertentu
sehingga pola-pola tersebut dapat dipergunakan sebagai model
struktur sebuah kristal. Dengan latar belakang ini, sebuah objek
yang memiliki keteraturan sering disebut memiliki pola
kristalografi. Dalam konteks dua dimensi atau bidang datar,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Garnadi (2012) menyatakan bahwa pola kristalografi merupakan
penentuan pola-pola simetri pada bidang dua dimensi.
Dalam bagian sebelumnya telah dibahas bahwa ada empat
isometri dalam bidang dua dimensi, yaitu pergeseran (translasi),
pencerminan (refleksi), perputaran (rotasi), dan pantul geser (glide
reflection). Keempat isometri tersebut men-generate grup simetri
dalam bidang dua dimensi. Pada abad ke-19, para ahli sudah
mempelajari dan membuktikan bahwa terdapat 17 grup berbeda
dalam bidang dua dimensi (Gallian, 2013: 475). Ke-17 grup itu
adalah p1, p2, pm, pg, p2mm, p2mg, p2gg, cm, c2mm, p4, p4m, p4g,
p3, p3m1, p31m, p6, dan p6m. Ke-17 grup itu merupakan subgrup
dari grup simetri dalam bidang dua dimensi. Ke-17 grup tersebut
disebut dengan grup kristalografi. Dalam pustaka, grup kristalografi
sering juga disebut dengan grup wallpaper (Gallian, 2013: 475).
Armstrong (1998) menyajikan ilustrasi ke-17 pola tersebut seperti
pada Gambar 2.7.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Gambar 2. 8 17 Ilustrasi Pola Tipe Kristalografi
Sumber Gallian (2013)
Grup kristalografi yang paling sederhana adalah grup yang
hanya di-generate oleh dua vektor translasi yang linear bebas, diberi
simbol p1. Dua vektor 𝑥 dan 𝑦 dikatakan linear bebas jika dan hanya
jika bentuk 𝑎1𝑥 + 𝑎2𝑦 = 0⃗ , berakibat 𝑎1 = 𝑎2 = 0. Ilustrasi pola
kristalografi p1 diperlihatkan dalam Gambar 2.8. Dengan
mengabaikan warna, pola tersebut di-generate oleh vektor 𝑥 dan 𝑦 .
Gambar 2. 9 Grup Kristalografi pola p1 yang di-generate oleh
dua vektor translasi yang linear bebas 𝒙 dan 𝒚.
Sumber Gallian (2013)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Setiap grup kristalografi selalu bersesuaian dengan sebuah
latis (lattice) atau kisi. Latis adalah himpunan titik-titik yang
merupakan himpunan bagian dari ℝ2 yang di-generate oleh dua
vektor translasi yang bebas linear. Sebagai ilustrasi, Gambar 2.10
memperlihatkan latis yang bersesuaian dengan pola kristalografi
pada Gambar 2.9.
Gambar 2. 10 Latis yang bersesuaian dengan pola kristalografi
p1 pada Gambar 2.8
Dalam bidang dua dimensi terdapat lima jenis latis yang
berbeda, seperti diperlihatkan dalam Gambar 2.11 berikut. Unit latis
adalah segiempat yang titik-titik sudutnya dibentuk oleh vektor 𝑥, 𝑦,
dan 𝑥 + 𝑦.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Gambar 2. 11 Lima jenis latis yang bersesuaian dengan pola
kristalografi
Sumber Gallian (2013)
Selanjutnya akan dibahas ke-17 pola kristalografi, berikut
pembangkit, dan latis yang bersesuaian. Pembahasan lengkap
disajikan dalam Tabel 2.3. Dalam Tabel tersebut, 𝑥 dan 𝑦
merupakan notasi untuk dua vektor translasi yang bebas linear.
Notasi 𝑚 berarti sumbu pencerminan dan notasi 𝑔 adalah sumbu
pantul geser. Notasi 𝑟60, 𝑟90, 𝑟120, dan 𝑟180, berturut-turut merupakan
simbol-simbol untuk rotasi 60∘, 90∘, 120∘, dan 180∘. Misalnya pola
𝑝𝑚 di-generate oleh vektor-vektor translasi 𝑥 dan 𝑦, serta oleh
sumbu pencerminan 𝑚, ditulis ⟨𝑥, 𝑦,𝑚⟩. Jika ada dua sumbu
pencerminan yang berbeda arah, akan diberi simbol 𝑚1 dan 𝑚2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Tabel 2. 3 Penjabaran ke-17 pola kristalografi
No Pola Latis Generator Contoh
1. 𝑝1
⟨𝑥, 𝑦⟩
2. 𝑝2
⟨𝑥, 𝑦, 𝑟180⟩
3. 𝑝𝑚
⟨𝑥, 𝑦,𝑚⟩
4. 𝑝𝑔
⟨𝑥, 𝑦, 𝑔⟩
5. 𝑝2𝑚𝑚
⟨𝑥, 𝑦,𝑚1, 𝑚2⟩
6. 𝑝2𝑚𝑔
⟨𝑥, 𝑦, 𝑚, 𝑔⟩
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
7. p2gg
⟨𝑥, 𝑦, 𝑔1, 𝑔2⟩
8. 𝑐𝑚
⟨𝑥, 𝑦,𝑚⟩
9. 𝑐2𝑚𝑚
⟨𝑥, 𝑦,𝑚1, 𝑚2⟩
10. 𝑝4
⟨𝑥, 𝑦, 𝑟90 ⟩
11. 𝑝4𝑚
⟨𝑥, 𝑦,𝑚, 𝑟90⟩
12. 𝑝4𝑔
⟨𝑥, 𝑦,𝑚, ⟩
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
13. 𝑝3
⟨𝑥, 𝑦, 𝑟120⟩
14. 𝑝3𝑚1
⟨𝑥, 𝑦, 𝑟120, 𝑚⟩
15. 𝑝31𝑚
⟨𝑥, 𝑦, 𝑟120, 𝑚⟩
16. 𝑝6
⟨𝑥, 𝑦, 𝑟60⟩
17. 𝑝6𝑚
⟨𝑥, 𝑦, 𝑟60, 𝑚⟩
Untuk mempermudah identifikasi sebuah pola dalam bidang
dua dimensi, Crowe (2004) membuat sebuah flowchart terhadap ke-
17 pola tersebut. Flowchart tersebut disajikan pada Gambar 2.11.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Gambar 2. 12 Flowchart identifikasi pola kristalografi yang diusulkan oleh Crowe
7. Pembelajaran Matematika SMP
UUD No. 20, Tahun 2003 Tentang Pendidikan Nasional, BAB VIII,
pasal 34 ayat (1) “Setiap warga negara yang berusia 6 (enam) tahun dapat
mengikuti program wajib belajar”. Indonesia merupakan salah satu negara
yang mengutamakan pendidikan formal. Hal ini terbukti dengan semakin
berkembangnya institusi pendidikan negeri maupun yayasan swasta, baik
tingkat sekolah dasar, menengah pertama, atau menengah atas.
Pendidikan formal berkaitan erat dengan pembelajaran di dalam
ruang kelas. Hakim (2009) menyatakan bahwa pembelajaran adalah
interaksi dan proses untuk mengungkapkan ilmu pengetahuan oleh pendidik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
dan peserta didik yang menghasilkan suatu hasil belajar. Dengan adanya
kegiatan pembelajaran mempermudah peserta didik untuk memperoleh
informasi dan juga memahami materi pembelajaran, salah satunya adalah
pembelajaran matematika.
Berdasarkan ungkapan Hakim (2009), maka pembelajaran
matematika adalah interaksi dan proses untuk membahas atau mempelajari
materi matematika dan peserta didik mendapatkan pengetahuan baru
mengenai matematika. Dewi (2015) menyatakan bahwa peserta didik dapat
membangun pengetahuan matematika dengan cara harus ikut mengalami
secara langsung. Mengalami secara langsung yang dimaksud adalah peserta
didik dilibatkan secara langsung dalam proses pembelajaran melalui
berbagai kegiatan. Kegiatan tersebut dapat berupa kerja kelompok, diskusi,
pengamatan, tanyajawab, dan presentasi.
Untuk mencapai hasil pembelajaran matematika yang maksimal,
satuan pendidikan harus mempunyai prinsip dalam pembelajaran
matematika. Salah satu prinsip pembelajaran matematika yang dapat
digunakan adalah prinsip pembelajaran matematika dari National Council
of Teachers of Mathematics (NCTM). Graham (2001) menyatakan bahwa
NCTM memiliki enam prinsip untuk matematika sekolah, yaitu:
1) Keadilan
Dalam pembelajaran matematika, semua peserta didik adalah
sama dan harus diperlakukan adil. Semua peserta didik memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
kemampuan yang sama, dan setiap peserta didik berhak mendapat
motivasi yang kuat utuk belajar matematika dari pendidik.
2) Kurikulum
Kurikulum yang digunakan tidak hanya sekadar kumpulan
akitivitas pembelajaran, namun harus menyeluruh, dan fokus pada
hal-hal penting dalam matematika yang disampaikan dengan dengan
jelas kepada peserta didik.
3) Pengajaran
Peran pendidik untuk mengetahui apa yang dibutuhkan peserta
didik, dan bertugas untuk mendukung perserta didik untuk
mempelajari materi dengan baik.
4) Pembelajaran
Peserta didik dituntut untuk belajar secara mandiri membangun
pemahamannya terhadap materi matematika. Peserta didik juga
dituntut untuk aktif membangun pengetahuan baru dan mendalami
pemahaman lamanya.
5) Penilaian
Penilaian yang dilakukan diharapkan berguna untuk pedidik dan
juga peserta didik, serta dapat mendukung perkembangan
pembelajaran matematika.
6) Teknologi
Teknologi sangat penting dan sangat diperlukan dalam
pembelajaran matematika. Teknologi yang digunakan akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
mempengaruhi peningkatan pembelajaran matematika untuk peserta
didik.
Selain itu juga, pembelajaran matematika juga sebaiknya
memperhatikan cakupan materi yang diberikan. Sebagaimana diatur dalam
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PPRI) No. 19 Tahun 2005.
Dalam PPRI di dijelaskan mengenai Standar Nasional Pendidikan. Salah
satunya adalah Standar Isi. Standar Isi adalah ruang lingkup materi dan
tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi
tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus
pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis
pendidikan tertentu. Dalam PPRI No. 19 Tahun 2005, Standar Isi diatur
dalam Bab 3 pasal 5 ayat (1) dan (2), yang di dalam nya dijelaskan bahwa
standar isi mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk
mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu
yang di dalamnya memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban
belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender
pendidikan/akademik.
B. Penelitian Yang Relevan
1. Penelitian oleh Cesar Dwi Hardian (2018)
Penelitian yang dilakukan Hardian adalah penelitian yang
berjudul Etnomatematika, Analisis Pola dan Motif Batik Berdasarkan
wallpaper Group Serta Analisis Aktivitas Fundamental Matematis
Menurut Bishop Pada Industri Batik Di Desa Wijirejo, Kecamatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Pandak, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Dari
penelitian yang dilakukan, didapatkan hasil bahwa motif-motif batik
yang berpola dapat dikelompokkan ke dalam wallpaper group p4m, pm,
pmm, dan p1. Selain itu juga, penelitian yang dilakukan oleh Hardian
menunjukkan bahwa ke-6 aktivitas fundamental matematis menurut
Bishop yaitu counting, measuring, playing, locating, explaning, dan
desiging and building ditemukan dalam industri batik.
2. Penelitian oleh Bakhrul Ulum (2018)
Penelitian yang dilakukan oleh Ulum adalah penelitian yang
berjudul Etnomatematika Pasuruan: Eksplorasi Geometri Untuk
Sekolah Dasar Pada Motif Batik Pasedahan Suropati. Dari penelitian
yang dilakukan, didapat hasil bahwa secara filosofis batik Pasedahan
Suropati memiliki makna bahwa Untung Suropati adalah orang yang
sangat bijaksana, sehingga orang yang menggunakan batik Pasedahan
Suropati diharapkan memiliki sikap bijaksana. Konsep geometri yang
terdapat pada batik Pasedahan Suropadan ini adalah konsep titik, garis
lurus, garis lengkung, garis zig-zag, garis tinggi, garis sejajar, sudut,
segitiga, persegipanjang, oval dan simetri lipat. Didapatkan hasil bahwa
motif batik Pasedahan suropati yang memiliki konsep geometri dapat
digunakan dalam pembelajaran geometri.
3. Penelitian oleh Sudirman, dkk (2017)
Penelitian yang dilakukan oleh Sudirman adalah penelitian yang
berjudul Penggunaan Etnomatematika Pada Karya Seni Batik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Indramayu Dalam Pembelajaran Geometri Transformasi. Dari
penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa pada motif
Sawat Riwog, Obar Abir dan Bunga Setaman dapat digunakan untuk
menjelaskan konsep geometri transformasi seperti konsep translasi dan
refleksi serta penggunaan prinsip pengubinan pada satu jenis bangun
geometri teselasi yaitu persegi.
C. Kerangka Berpikir
Batik merupakan salah satu budaya yang ada di Indonesia,
khususnya di Pulau Jawa. Setiap batik memiliki ciri khas yang
didasarkan pada gaya, bentuk dan kegunaannya sesuai dengan tempat
berkembangnya. Di Pulau Jawa batik berkembang dalam lingkungan
keraton, salah satunya adalah keraton Surakarta.
Dalam lingkungan keraton, penciptaan batik difungsikan sebagai
pakaian upacara ritual yang meliputi upacara kelahiran, serangkaian
upacara pernikahan, hingga upacara kematian (duka). Pada upacara
yang dilaksanakan, keluarga keraton menggunakan kain batik dengan
motif yang berbeda-beda. Penggunaan kain batik tidak sembarangan,
karena masing-masing memiliki makna filosofi tersendiri.
Berdasarkan bentuknya batik di dibedakan menjadi dua motif, yaitu
motif geometris dan motif non-geometris. Motif geometris pada batik
dapat diklasifikasikan berdasarkan pola kristalografi. Pengelompokkan
pola kristalografi berdasarkan pada pola simetri bidang dua dimensi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
yaitu pergeseran (translasi), pencerminan (refleksi), perputaran (rotasi),
dan pantul geser (glide reflection).
Pola simetri bidang dua dimensi selaras dengan pembelajaran
matematika materi transformasi geometri. Jika di dalam batik
ditemukan pengelompokkan pola berdasarkan pola kristalografi, maka
hasilnya akan dapat digunakan dalam pembelajaran matematika.
Berikut bagan kerangka berpiki yang peneliti buat:
Gambar 2. 13 Bagan Kerangka Berpikir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, karena tujuan dari
penelitian ini adalah mengidentifikasi dan mengklasifikasikan secara
geometris pola kristalografi yang terdapat pada kain batik keraton Surakarta
yang digunakan dalam upacara tradisi, mengetahui filosofi dari setiap kain
batik keraton Surakarta yang digunakan dalam tradisi yang telah ditemukan
pola kristalografinya, serta mengetahui penggunaan pola kristalografi kain
batik keraton Surakarta yang digunakan dalam upacara tradisi dalam
pembelajaran Transformasi. Menurut Sugiarto (2017) penelitian kualitatif
adalah jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui
prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya dan bertujuan mengungkapkan
gejala secara holistik-ontekstual melalui pengumpulan data dengan
memanfaatkan peneliti sebagai intrumen kunci. Maka dari itu, peneliti
menggunakan jenis penelitian kualitatif, sehingga setiap hasil penelitian dapat
terdeskripsikan dengan baik.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah Asisten Manager Museum Batik Danar Hadi di
Surakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
C. Objek Penelitian
Objek yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah beberapa jenis
kain batik keraton Surakarta yang digunakan dalam upacara tradisi yang
memiliki simetri. Kain batik keraton Surakarta yang digunakan dalam upacara
tradisi yang memiliki motif geometris diantaranya motif Parang, Lereng,
Ceplok, dan Kawung.
D. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2019 hingga bulan Juli
tahun 2020. Berikut adalah rincian kegiatan yang akan dilakukan:
Gambar 3. 1 Kegiatan Penelitian
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah observasi
lapangan, wawancara, dan dokumentasi. Observasi lapangan dilakukan guna
mendapat data dan informasi secara langsung di tempat penelitian. Data yang
diperoleh berupa foto kain batik, serta fakta-fakta lainnya yang berkaitan dengan
batik. Selain itu juga peneliti dapat mengetahui bentuk fisik dari kain batik yang
menjadi bahan penelitian. Observasi lapangan ini dilakukan setelah mendapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
persetujuan dari pihak yang bersangkutan, dalam hal ini adalah pengelola
Museum Batik .
Wawancara dilakukan guna mendapatkan informasi mengenai sejarah
batik berdasarkan sudut pandang dari pihak museum, fungsi setiap kain batik
serta filosofinya. Wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman
wawancara yang dibuat sebagai acuan peneliti ketika melakukan wawancara.
Namun begitu sangat memungkinkan adanya pertanyaan tambahan ketika
wawancara dilaksanakan.
Teknik pengumpulan data dokumentasi yang digunakan oleh peneliti
dalam penelitian adalah pengambilan gambar dari berbagai motif kain batik
keraton Surakarta yang digunakan dalam upacara tradisi dan dokumen yang
dimiliki oleh museum. Dokumen yang dimaksud adalah seperti buku pegangan,
brosur, kaset dan dokumen lainnya yang disediakan oleh pihak museum untuk
para pengunjung.
F. Instrumen Penelitian
Pada penelitian yang dilakukan, peneliti adalah sebagai instrumen utama.
Instrumen lain yang digunakan adalah sebagai instrumen pendukung. Pada
penelitian ini, instrumen pendukung yang digunakan adalah instrumen
wawancara, instrumen observasi, instrumen dokumentasi, telepon genggam
untuk merekam suara, dan kamera.
Pedoman wawancara yang digunakan berisi pertanyaan-pertanyaan yang
dijadikan acuan untuk menggali informasi dari subjek yang dipilih peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
G. Teknik Analisis Data
Pada penelitian ini, data yang telah didapatkan dari penelitian akan
dianalisis. Proses analisis data yang akan dilakukan adalah sesuai dengan
teknik analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman (1994), ada tiga
langkah yaitu reduksi data (Data reduction), penampilan data (Data display),
dan penarikan kesimpulan (Canclusions: drawing/verifying).
Pada tahap reduksi data (data reduction), peneliti memilih data dari hasil
observasi lapangan, wawancara, dan dokumentasi yang sesuai dengan tujuan
penelitian. Data yang dipilih adalah data yang berkaitan dengan informasi
filosofi tiap motif batik dan jenis batik keraton Surakarta yang digunakan
dalam upacara tradisi yang bermotif geometris.
Pada tahap penampilan data (Data display), peneliti menampilkan data
dari hasil reduksi dalam bentuk deskriptif. Penampilan data ini diawali dengan
pendeskripsian ragam batik motif geometris apa saja yang terdapat pada kain
batik keraton Surakarta yang digunakan dalam upacara tradisi. Kemudian motif
kain batik keraton Surakarta yang bermotif geometris tersebut akan
diidentifikasi dan dianalisis pola kristalografinya dengan menggunakan Crowe
Flowchart berdasarkan pola-pola simetri bidang dua dimensi yaitu refleksi,
rotasi, translasi, dan pantul geser. Setelah ditentukan pola kristalografi dari
masing-masing motif batik, akan dideskripsikan filosofi dari masing-masing
batik tersebut.
Penarikan kesimpulan (Canclusions: drawing/verifying) merupakan
tahap terakhir dari analisis data. Pada tahap ini, peneliti akan menarik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
kesimpulan dari hasil penampilan data yang sesuai dengan rumusan masalah
dan tujuan dari penelitian. Pada tahap ini akan diketahui filosofi pola
kristalografi apa saja yang terdapat pada beberapa motif kain batik keraton
Surakarta yang digunakan dalam upacara tradisi berdasarkan pengelompokan
motif geometrisnya sehingga dapat dilihat kajian matematika di dalamnya,
serta filosofi apa saja yang terkandung dari setiap motif.
H. Prosedur Penelitian
Pada pelaksanaan penelitian ini, peneliti melakukan beberapa tahapan,
mulai dari awal penelitian hingga tahap penyimpulan data penelitian. Tahap
awal yang dilakukan adalah persiapan. Persiapan yang dimaksudkan adalah,
persiapan rancangan bagaimana penelitian dilakukan dan penentuan fokus
utama dari penelitian yang dilakukan. Penelitian dilakukan dengan
pengumpulan informasi terkait kain batik keraton Surakarta yang digunakan
dalam upacara tradisi yang akan dilakukan saat observasi lapangan pada
Museum Batik , serta fokus utama dari penelitian adalah adanya pola
kristalografi pada kain batik keraton Surakarta yang digunakan dalam upacara
tradisi yang bermotif geometris, serta filosofi dari setiap motifnya. Selain itu
juga penyiapan instrumen-instrumen yang diperlukan dalam penelitian yaitu
pedoman wawancara. Pedoman wawancara ini berisi berbagai pertanyaan yang
menggali informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kain batik keraton
Surakarta yang digunakan dalam upacara tradisi.
Tahap selanjutnya yang dilaksanakan adalah tahap pengumpulan data.
Tahap pengumpulan data ini dilakukan langsung oleh peneliti dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
melakukan observasi lapangan dan wawancara kepada Asisten Manager
musem batik. Selain itu peneliti juga melakukan dokumentasi untuk
melengkapi data yang diperlukan. Pada tahap ini, peneliti hanya fokus pada
kain batik keraton Surakarta yang digunakan dalam upacara tradisi yang
memiliki motif geometris saja, sedangkan untuk batik dengan motif non-
geometris diambil datanya sebagai pelengkap.
Setelah semua data yang diperlukan terkumpul dari observasi lapangan,
wawancara dan dokumentasi, tahap selanjutnya yang dilakukan adalah
triangulasi data dan tahap analisis data. Triangulasi data dilakukan untuk
membandingkan data yang didapatkan dari sumber sehingga dapat ditarik
kesimpulan. Membandingkan data yang dimaksud seperti membandingkan
hasil wawancara dengan dokumen yang ada. Analisis data dimulai dengan
melakukan reduksi data yaitu memilih data yang sesuai dengan tujuan
penelitian, selanjutnya dilakukan penyajian data yaitu data yang telah tereduksi
disajikan dalam bentuk deskriptif, dan terakhir dilakukan penarikan
kesimpulan dari semua data-data yang telah disajikan pada proses penyajian
data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
BAB IV
PELAKSANAAN, HASIL, DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Sebelum peneliti melakukan penelitian di lapangan, ada tahap awal yang
dilakukan peneliti yaitu tahap persiapan. Pada tahap persiapan ini peneliti
mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan guna membantu peneliti
memperoleh data di lapangan.
Yang pertama adalah tahap persiapan. Pada tahap persiapan pembuatan
surat izin ini peneliti menghubungi sekretariat program studi untuk
mendapatkan surat izin penelitian dengan cara memberikan data terkait judul
penelitian, waktu penelitian, instansi tujuan penelitian, dan alamat tempat
penelitian.
Setelah memberikan data, peneliti akan mendapatkan surat penelitian
dari sekretariat program studi dalam waktu kurang lebih dua hari. Setelah
mendapatkan surat dari sekretariat program studi, peneliti mengirimkan surat
tersebut ke tempat tujuan penelitian yaitu Museum Batik Danar Hadi melalui
surel resmi dari museum tersebut.
Untuk mendapatkan konfirmasi persetujuan penelitian dari pihak
Museum Batik Danar Hadi, peneliti perlu menunggu beberapa hari. Penelitian
dapat dilaksanakan setelah pihak Museum Batik Danar Hadi telah memberikan
konfirmasi persetujuan penelitian dengan syarat dan ketentuan yang telah
ditetapkan oleh pihak Museum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Selanjutnya, peneliti mempersiapkan instrumen penelitian yang
dipersiapkan oleh peneliti diantaranya adalah instrumen wawancara dan
pedoman wawancara, instrumen observasi dan pedoman observasi, serta
instrumen dokumentasi dan pedoman dokumentasi. Semua instrumen dan
pedoman tersebut digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan oleh
peneliti. Pada pedoman wawancara, berisi pertanyaan-pertanyaan yang
menggali informasi terkait kain batik keraton Surakarta yang digunakan dalam
upacara tradisi.
Instrumen yang telah disusun kemudian diperiksa oleh dosen
pembimbing untuk dilakukan perbaikan jika ada yang tidak sesuai dengan
fokus utama penelitian. Setelah diperbaiki dan disetujui oleh dosen
pembimbing, akan dilakukan validasi kepada dosen ahli. Instrumen tersebut
akan diperiksa kembali oleh dosen ahli, apabila ada yang tidak sesuai dengan
fokus penelitian maka akan dilakukan perbaikan kembali. Setelah diperbaiki
dan disetujui oleh dosen ahli, peneliti dapat menggunakan instrumen tersebut
untuk pengambilan data di lapangan. Peneliti terjun ke lapangan pada tanggal
4 Maret 2020 dan 11 Maret 2020.
Peneliti melakukan penelitian di Museum Batik Danar Hadi Solo. Dari
hasil wawancara dan observasi, diperoleh informasi bahwa tidak semua kain
batik keraton memiliki filosofi. Kain batik keraton yang memiliki filosofi
hanya kain batik yang digunakan dalam upacara tradisi saja. Selain itu juga
diketahui pola kain batik yang digunakan dalam upacara tradisi ada dua jenis,
yaitu geometris dan non-geometris.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
B. Deskripsi Data
Berikut data-data yang digunakan dalam penelitian ini:
1. Data Hasil Wawancara
a. Sejarah Batik
Berikut ini akan ditampilkan hasil wawancara dengan subjek
mengenai sejarah batik keraton Surakarta. Peneliti akan memberi kode
PS.(nomor urutan pertanyaan) untuk pertanyaan, dan SS.(nomor urutan
jawaban) untuk jawaban yang diberikan oleh subjek. Hasil wawancara
akan ditampilkan dalam Tabel berikut:
Tabel 4. 1 Pertanyaan dan Jawaban S1 mengenai Sejarah Batik
Kode Data
PS.01 Kapan awal mula mulai dikenal batik di Indonesia?
SS.01 Nah, jadi kalau ditanya batik itu adanya kapan dan tahun
berapa, ya abad 15 atau 16.
PS.02 Bagaimana perkembangan batik di Indonesia hingga saat ini?
SS.02 Baik, jadi menurut bukti yang telah ditemukan di Jawa Barat
kira-kira abad 5 atau 6 SM itu ada kain namanya Simbut
ditemukannya di daerah Banten. Jadi itu tehnik pembuatannya,
perintangnya adalah bubur panas. Waktu itu warnanya hanya
dua, biru sama putih. Daerah Jawa Barat kan memang terkenal
dengan banyaknya pohon Tarum, atau pohon Nila, atau pohon
“tom” kalau bahasa Jowo. Kemudian pada abad 7 atau 8 SM
di Sulawesi itu ada kain yang namanya Sarita, yang dibuat
dengan tehnik celup rintang dan menggunakan bubur ketan
untuk menghambat cairan warnanya. Kemudian muncul di
Mataram itu tehnik celup rintang yang menggunakan lilin
panas. Bangsa kita itu, terutama Jawa, tidak suka menuliskan
sesuatu, jadi misalnya ini yang nemu dulu si x tahun sekian
caranya begini-begini, tidak terlalu suka itu, jadi
penyampaiannya itu selalu lisan. Nah, sehingga sebetulnya
siapanya itu pasti enggak ketemu, tapi kalau dimananya itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
ketemu, yaitu di keraton Mataram jaman Panembahan
Senopati. Jadi waktu masih, sebelumnya ya ada Sultan Agung
itu sudah ada kain batik itu, jaman kerajaan Panjang itu juga
sudah ada kain batik. Dulu-dulunya kita pewarnanya alam,
sehingga microwave tidak diperlukan. Nah, setelah ada
penjajahan Belanda itu masuklah pewarna kimia. Lalu
berkembanglah batik menggunakan lilin panas sebagai
perintang warna menggunakan canthing, tujuannya bukan
untuk komersil, namun untuk kegiatan putri di keraton.
Muncul di akhir abad 20, tujuannya untuk mencari duit, atau
komersil. Setelah abad 20, munculah batik cap.
PS.06 Bagaimana awal mula perkembangan batik di Surakarta?
SS.06 Semua berawal di Kota Gede Yogyakarta. Setelah
panembahan Senopati, kemudian pindah ke Amangurat di
Kartosuro karena ada geger pecinan kemudian keraton
dipindahkan ke Solo. Lalu ada perjanjian Giyanti Kasunanan
dan Kasultanan, setelah itu ada perjanjian Salatiga dan
Mangkunegaran, lalu ada perjanjian lagi antara Kasultanan
dan Puro Mangkunegaran. Semua asal mulanya dari Kota
Gede, Sultan Agung.
PS.07 Siapa orang pertama yang membuat batik Surakarta?
SS.07 Keraton. Orang Jawa terutama Jawa Tengah, beda dengan
orang Barat. Jadi kalau orang Jawa itu Paguyuban, adalah
milik kelompok. Ia tidak akan mengaku ini milik saya, tapi ini
adalah milik keraton.
PS.08 Dimana tempat pertama mulai berkembang batik Surakarta?
SS.08 Secara logika, keraton itu kan punya pusat kekuasaan, pusat
agama, pusat budaya, orang pinter tinggalnya di keraton
waktu itu. Jadi, batik berkembangnya dari keraton kemudian
menyebar keluar.
b. Jenis Batik
Berikut ini akan ditampilkan hasil wawancara dengan subjek
mengenai jenis batik keraton Surakarta. Peneliti akan memberi kode
PJ.(nomor urutan pertanyaan) untuk pertanyaan, dan SJ.(nomor urutan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
jawaban) untuk jawaban yang diberikan oleh subjek. Hasil wawancara
akan ditampilkan dalam Tabel berikut:
Tabel 4. 2 Pertanyaan dan Jawaban S1 mengenai Jenis Batik
Kode Data
PJ.01 Ada berapa Jenis batik? Apa saja?
SJ.01 Ada berdasarkan bentuk, berdasarkan gaya, dan berdasarkan
produk. Berdasarkan produk itu maksudnya begini, dahulu
produknya kain panjang, udheng, iket, lalu kemben, dan
sarung. Itu produk masa lalu, kalau yang sekarang ya kemeja,
blouse, tempat tissue, dompet, taplak, dan lain-lain.
Berdasarkan gaya ada pedalaman, pesisiran. Pedalaman
warnanya cokelat-cokelat Jogja Solo dan sekitarnya,
pesisiran itu ada yang pengaruh luar, pengaruh Cina,
Pengaruh londo, pengaruh Jepang, dan sebagainya.
Berdasarkan bentuknya ada geometris dan non-geometris.
Yang geometris ada garis miringnya yaitu parang dan lereng,
ada yang ceplok. Yang non-geometris ada buketan, lung-
lungan, ada pinggiran. Ada berdasarkan cara pemakaiannya,
itu kan kalau Solo bagaimana, dan kalau Jogja bagaimana.
PJ.02 Apakah yang membedakan dari setiap jenis batik yang ada?
SJ.02 Ragam hias pengisi nya. Contohnya, meru hanya dijumpai di
semen, tidak akan dijumpai di lung-lungan atau buketan.
Kalau penataan buketan tidak mungkin disebut semen,
karena penataannya buket yaitu rangkaian bunga. Jowo ne itu
buketan dari bahasa Perancis bukhe.
PJ.07 Ada berapa jenis motif batik Surakarta?
Banyak. Kalau misalnya si parang klithik ya. Parang klithik
ini dibuat setelah parang barong, nanti akan jadi motif baru
lagi, yaitu parang klithik seling barong. Misalnya motif
parang klithik seling barong ditambah dengan motif kawung,
maka akan jadi parang klithik seling barong seling kawung.
PJ.08 Apa saja motif yang terdapat pada batik Surakarta?
SJ.08 Parang, lereng, Ceplok.
PJ.09 Apakah yang mendasari pengelompokan jenis motif batik
Surakarta?
SJ.09 Kalau geometris, penyusunannya tertata, kalau non-
geometris penyusunannya tidak tertata.
PJ.10 Apa perbedaan dari setiap jenis motif batik Surakarta?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
SJ.10 Ragam hias pengisinya. Sebagai contoh, kalau pola semen
harus ada meru nya, kalau pola parang harus ada mlinjonnya,
kalau lereng tidak ada mlinjonnya.
c. Filosofi Batik
Berikut ini akan ditampilkan hasil wawancara dengan subjek
mengenai Filosofi batik keraton Surakarta. Peneliti akan memberi kode
PF.(nomor urutan pertanyaan) untuk pertanyaan, dan SF.(nomor urutan
jawaban) untuk jawaban yang diberikan oleh subjek. Hasil wawancara
akan ditampilkan dalam Tabel berikut:
Tabel 4. 3 Pertanyaan dan Jawaban S1 mengenai Filosofi Batik
Kode Data
PF.04 Apakah penggunaan batik Surakarta dibedakan berdasarkan
jabatan atau derajat seseorang?
SF.04 Iya. Parang dan lereng digunakan untuk bangsawan, tapi
kalau kawung untuk abdi dalem. Kalau motif sidamukti dan
sidaluhur boleh dipakai abdi dalem karena motifnya masuk
ke ceplok.
Ini konteks pembicaraannya adalah dalam acara tradisi ya,
kalau untuk sehari-hari, mau yang pakai siapapun ya gak
masalah, karena pemakaiannya bukan untuk jarik.
PF.05 Apakah ada aturan penggunaan batik Surakarta berdasarkan
motifnya?
SF.05 Motif kawung untuk abdi dalem, lereng dan parang untuk
bangsawan.
PF.06 Apakah penggunaan batik Surakarta terbatas untuk kegiatan
tertentu?
SF.06 Ya, beberapa dalam lingkungan keraton. Salah satu
contohnya adalah pada upacara pernikahan. Sidamukti bisa,
Sidaasih bisa. Bondhet juga bisa. Bondhet berasal dari kata
bundet, jadi maksudnya pada saat pernikahan kan tali
pernikahannya itu tidak lepas lagi, tapi bundhet. Pada saat
lamaran bisa Sidamukti, Sidaluhur, Sidadadi, Sidamulya.
Tiga hari kalau orang Jawa. Midodareni dulu, yang wanita
pakai Wahyu Tumurun, maksudnya agar wahyu atau ridho
dari Allah turun sehingga acara bisa berjalan dengan lancar.
Sebelum midodareni, ada siraman, orangtua calon
mempelai wanita pada saat setelah siraman itu pakainya
Nithik Cakar, supaya harapan mereka putra putrinya kelak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
mudah cari nafkah ceker-ceker kaya ayam. Pada saat
midodareni, calon mempelai laki-laki boleh datang tapi
tidak boleh bertemu dengan calon mempelai wanita. Calon
mempelai laki-laki memakai kain yang motifnya Satirya
Wibawa dengan maksud menunjukkanwibawa di depan
keluarga calon mempelai wanita. Pada saat akad nikah,
boleh menggunakan kain apa saja asalkan artinya baik.
Sidamukti boleh, Sidaasih boleh, Sidaluhur ya boleh, pakai
wirasat boleh, pakai Bondhet ya monggo.
PF.08 Apa makna dari tiap motif batik Surakarta?
SF.08 Tidak bisa disimpulkan secara umum, harus spesifik motif.
Wahyu Tumurun untuk siraman. Nah, kalau di Surakarta
dari lahir sampai mati ada prosesinya. Bayi lahir,
dibersihkan, lalu di bedong. Kain yang digunakan untuk
bedong bayi adalah kain yang pernah dipakai. Setelah itu
ada Parang Canthel untuk setelah menstruasi pertama, dan
Parang Pamor untuk khitanan anak laki-laki. pada saat
tujuh bulan kehamilan, dapat menggunakan apa saja yang
artinya bagus, satu kain yang harus ada, yaitu Babon
Angrem, yaitu ayam betina yang sedang mengerami
telurnya dengan filosofi supaya ibunya sabar dan penuh
kasih sayang saat menjalani kehamilannya.
2. Data Hasil Observasi
Peneliti melakukan observasi melalui pengamatan langsung di Museum
Batik Danar Hadi. Berikut data hasil observasi yang dilakukan:
Gambar 4. 1 Hasil Observasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
3. Data Hasil Dokumentasi
Berikut akan ditampilkan data hasil dokumentasi. Data yang
disajikan berupa foto kain batik.
Tabel 4. 4 Data Hasil Dokumentasi
No. Gambar
(Nama) Jenis Motif
1.
(Kain Kopohan)
Tidak memiliki
simetri
2.
(Parang Pamor)
Memiliki simetri
3.
(Parang Canthel)
Memiliki simetri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
4.
(Satriya Manah)
Tidak memiliki
simetri
5.
(Semen Rante)
Tidak memiliki
simetri
6.
(Nitik Cakar Gurda)
Memiliki simetri
7.
(Ceplok Satriya Wibawa)
Memiliki simetri
8.
Tidak memiliki
simetri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
(Wahyu Tumurun)
9.
(Bondhet)
Tidak memiliki
simetri
10.
(Truntum)
Memiliki simetri
11.
(Wirasat)
Memiliki simetri
12.
(Babon Angrem)
Tidak memiliki
simetri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
13.
(Sidamukti)
Memiliki simetri
14.
(Sidaasih)
Memiliki simetri
15.
(Sidamulya)
Memiliki simetri
16.
(Semen Rama)
Tidak memiliki
simetri
17.
(Lurik Yuyu Sekandang)
Memiliki simetri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
18.
(Slobog)
Memiliki simetri
19.
(Buket Pakis)
Tidak memiliki
simetri
C. Analisis Data
Terdapat tiga data berupa hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Data wawancara diperoleh dari Asisten Manager Museum Batik Danar Hadi,
Data hasil observasi diperoleh dari pengamatan secara langsung di Museum
Batik Danar Hadi, dan dokumentasi diperoleh dari pengambilan foto kain batik
di Museum Batik Danar Hadi. Berikut analisis data dalam penelitian ini:
1. Reduksi Data (data reduction)
Peneliti melakukan reduksi data berdasarkan tiga data hasil
wawancara, observasi dan dokumentasi. Data hasil reduksi adalah data yang
sesuai dengan tujuan penelitian, berikut hasil reduksi data yang dilakukan
oleh peneliti:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
a. Wawancara
1) Jenis
Berdasarkan hasil wawancara pada Tabel 4.2 hasil wawancara
jenis batik, diperoleh informasi bahwa jenis batik dibedakan
berdasarkan bentuk, gaya, dan produk. Berdasarkan bentuknya
terdapat dua jenis batik yaitu geometris dan non-geometris atau
memiliki simetri dan tidak memiliki simetri. Berdasarkan gayanya
terdapat dua jenis batik yaitu pedalaman dan pesisiran. Sedangkan
berdasarkan produknya terdapat dua jenis batik yaitu produk
dahulu dan produk sekarang. Produk dahulu berupa kain panjang,
udheng, iket, lalu kemben, dan sarung, sedangkan produk sekarang
berupa kemeja, blouse, tempat tissue, dompet, taplak, dan lain-lain.
Jumlah jenis batik keraton Surakarta ada beragam jenisnya.
Karena ketika motif satu digabungkan dengan motif lainnya akan
menghasilkan jenis yang baru. Sebagai contoh motif parang klithik
seling barong ditambah dengan motif kawung, maka akan jadi
parang klithik seling barong seling kawung. Sedangkan untuk motif
yang terdapat pada batik keraton Surakarta jika didasarkan pada
bentuknya terdapat tiga macam yaitu parang, lereng, ceplok.
Yang mendasari pengelompokan jenis motif batik keraton
Surakarta adalah penyusunannya, kalau geometris penyusunannya
tertata kalau non-geometris penyusunannya tidak tertata.
Sedangkan yang membedakan dari tiap jenis motif batik keraton
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Surakarta adalah ragam hias pengisinya. Sebagai contoh, kalau
pola semen harus ada meru nya, kalau pola parang harus ada
mlinjonnya, kalau lereng tidak ada mlinjonnya.
2) Filosofi
Berdasarkan Tabel 4.3 hasil wawancara filosofi batik, diperoleh
informasi bahwa dalam upacara tradisi penggunaan batik keraton
Surakarta dibedakan berdasarkan jabatan atau derajat seseorang
serta terdapat aturan penggunaan berdasarkan motifnya. Sebagai
contoh adalah pola parang dan lereng digunakan untuk bangsawan,
sedangkan pola kawung digunakan untuk abdi dalem.
Selain berdasarkan jabatan dan motifnya, dalam upacara tradisi
penggunaan batik keraton Surakarta juga terbatas untuk kegiatan
tertentu, karena setiap batik memiliki filosofi masing-masing yang
mengandung harapan baik dari upacara yang terselenggara. Salah
satu contohnya adalah pada upacara pernikahan. Kain batik yang
digunakan berdasarkan tahapan ritual yang terselenggara. Bondhet
berasal dari kata bundet, yang mengandung harapan bahwa pada saat
pernikahan tali pernikahannya lepas lagi, tapi bundhet. Sebelum
midodareni, ada siraman, orangtua calon mempelai wanita pada saat
setelah siraman itu pakainya Nithik Cakar, supaya harapan mereka
putra putrinya kelak mudah cari nafkah ceker-ceker seperti ayam.
Pada saat midodareni yang wanita menggunakan batik Wahyu
Tumurun, maksudnya agar wahyu atau ridho dari Allah turun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
sehingga acara bisa berjalan dengan lancar. Sedangkan calon
mempelai laki-laki boleh datang tapi tidak boleh bertemu dengan
calon mempelai wanita. Calon mempelai laki-laki memakai kain
yang motifnya Satirya Wibawa dengan maksud menunjukkan
wibawa di depan keluarga calon mempelai wanita. Lalu, pada saat
akad nikah, menggunakan kain yang berarti baik, yaitu bisa
menggunakan Sidamukti, Sidaasih, Sidaluhur, Wirasat, atau Bondhet.
b. Dokumentasi
Penentuan tipe pola kristalografi hanya dapat dilakukan pada
kain batik yang memiliki simetri. Maka, dari data dokumentasi yang
telah didapatkan, akan dipilih batik keraton Surakarta yang memiliki
simetri. Dari hasil dokumentasi pada Tabel 4.4, terdapat 11 kain
batik yang memiliki simetri, diantaranya adalah Parang Pamor,
Parang Canthel, Nitik Cakar Gurda, Ceplok Satriya Wibawa,
Truntum, Wirasat, Sidamukti, Sidamulya, Sidaasih, Lurik Yuyu
Sekandang, dan Slobog. Secara lebih jelas data tersebut disajikan
dalam Tabel 4.5 berikut.
Tabel 4. 5 Batik Keraton Surakarta Yang Memiliki Simetri
No. Nama Batik Gambar
1. Parang Pamor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
2. Parang Canthel
3. Nitik Cakar Gurda
4. Ceplok Satriya
Wibawa
5. Truntum
6. Wirasat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
7. Sidamukti
8. Sidaasih
9. Sidamulya
10. Lurik Yuyu
Sekandang
11. Slobog
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
2. Penampilan Data (Data Display)
Pada bagian sebelumnya telah dilakukan reduksi data yang sesuai
dengan tujuan penelitian. Didapat 11 jenis batik keraton Surakarta yang
memiliki simetri, yaitu Parang Pamor, Parang Canthel, Nitik Cakar
Gurda, Ceplok Satriya Wibawa, Truntum, Wirasat, Sidamukti,
Sidamulya, Sidaasih, Lurik Yuyu Sekandang, dan Slobog. Ke-11 batik
tersebut memiliki pola yang teratur dan berulang, berdasarkan teori yang
telah disampaikan, maka batik-batik tersebut masuk ke dalam motif
yang memiliki simetri.
Pada bagian ini akan ditampilkan analisis pola kristalografi dan data
hasil reduksi dalam bentuk deskripsi mengenai filosofi kain batik
keraton Surakarta yang digunakan dalam upacara tradisi dari lahir
hingga meninggal yang memiliki simetri. Analisis pola kristalografi
akan disajikan dalam bentuk deskripsi dan akan ditentukan
menggunakan Crowe Flowchart. Sedangkan deskripsi filosofi batik
juga meliputi keterangan pada saat upacara tradisi apa kain batik
tersebut digunakan.
a) Analisis Pola Kristalografi Pada Batik Keraton Surakarta yang
Digunakan Pada Saat Upacara Tradisi
Dalam penelitian, peneliti mendapat 19 jenis batik keraton
Surakarta yang digunakan dalam upacara tradisi dari lahir hingga
meninggal. Dari 19 pola yang telah didapatkan, terdapat 11 batik
yang memiliki simetri, atau penyusunannya teratur dan berulang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Berikut akan ditampilkan analisis pola 11 batik yang memiliki
simteri yang dikaji dari kesimetrisannya dan akan dikelompokkan
sesuai dengan grup kristalografi menggunakan Crowe Flowchart.
1) Parang Pamor
Gambar 4. 2 Analisis Pola Parang Pamor
Pola di atas memiliki rotasi terkecil 180∘, tidak memiliki
sumbu refleksi, dan tidak memiliki sumbu pantul geser. Pola di
atas memiliki dua vektor translasi 𝑢 yang ditunjukkan oleh sinar
garis berwarna hijau dan 𝑣 yang ditunjukkan oleh sinar garis
berwarna kuning. Maka, motif batik Parang Pamor termasuk ke
dalam tipe p2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
2) Parang Canthel
Gambar 4. 3 Analisis Pola Parang Canthel
Pola di atas memiliki rotasi terkecil sebesar 180∘, tidak
memiliki sumbu refleksi, dan tidak memiliki sumbu pantul
geser. Pusat rotasi 180∘ ditunjukkan oleh lingkaran berwarna
kuning, sinar garis berwarna hijau menunjukkan vektor translasi
𝑢 dan sinar garis berwarna biru menunjukkan vektor translasi 𝑣.
Dari analisis tersebut, maka motif Parang Canthel termasuk ke
dalam tipe kristalografi p2.
3) Nitik Cakar
Gambar 4. 4 Analisis Pola Nitik Cakar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Pola batik di atas memiliki rotasi terkecil 90∘, memiliki
refleksi, dan terdapat refleksi pada garis yang berpotongan 45∘.
Garis putus-putus berwarna kuning, hijau, dan putih berturut-
turut menunujukkan pencerminan 1, 2, dan 3. Sedangkan
lingkaran merah menunjukkan pusat rotasi 90∘ dan lingkaran
merah menunjukkan rotasi 180∘. Dari analisis tersebut, maka
pola Nitik Cakar termasuk ke dalam tipe p4m.
4) Ceplok Satriya Wibawa
Gambar 4. 5 Analisis Pola Ceplok Satriya Wibawa
Pola di atas memiliki rotasi terkecil sebesar 90∘,
memiliki sumbu refleksi, dan memiliki refleksi pada garis yang
berpotongan di 45∘. Pusat rotasi 90∘ ditunjukkan oleh lingkaran
berwarna kuning. Secara berturut-turut garis putus-putus
berwarna biru, merah, merah muda, dan hijau menunjukkan
pencerminan 1, 2, 3 dan 4. Dari analisis di atas, maka pola
Ceplok Satriya Wibawa termasuk dalam tipe kristalografi p4m.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
5) Truntum
Gambar 4. 6 Analisis Pola Truntum
Pola di atas memiliki rotasi terkecil sebesar 90∘,
memiliki refleksi, dan memiliki refleksi pada garis yang
berpotongan 45∘. Pusat rotasi 90∘ ditunjukkan oleh lingkaran
berwarna merah muda, refleksi 1, 2, 3 dan 4 berturut-turu
ditunjukkan oleh garis putus-putus hijau, merah, biru tua, dan
biru muda. Dari analisis tersebut, pola Truntum termasuk ke
dalam tipe kristalografi p4m.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
6) Wirasat
Gambar 4. 7 Analisis Pola Wirasat
Pola di atas tidak memiliki rotasi terkecil, tidak memiliki
refleksi, dan tidak memiliki pantul geser. Pola di atas hanya
memiliki dua vektor translasi. Sinar garis berwarna kuning
menunjukkan vektor 𝑢 dan sinar garis berwarna biru muda
menunjukkan vektor 𝑣. Dari analisis tersebut, maka pola
Wirasat termasuk ke dalam tipe pola kristalografi p1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
7) Sidamukti
Gambar 4. 8 Analisis Pola Sidamukti
Pola di atas tidak memiliki rotasi, tidak memiliki refleksi,
dan tidak memiliki pantul geser. Pola di atas hanya memiliki dua
vektor translasi 𝑢 yang ditunjukkan oleh sinar garis berwarna
biru, dan vektor translasi 𝑣 yang ditunjukkan oleh sinar garis
berwarna kuning. Segiempat berwarna hijau adalah pola dasar
dari pola Sidamukti. Dari hasil analisis tersebut, pola Sidamukti
termasuk ke dalam tipe pola kristalografi p1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
8) Sidaasih
Gambar 4. 9 Analisis Pola Sidaasih
Pola di atas tidak memiliki rotasi terkecil, tidak memiliki
refleksi, dan tidak memiliki pantul geser. Pola di atas hanya
memiliki dua vektor translasi. Vektor translasi 𝑥 ditunjukkan
oleh sinar garis berwarna kuning, dan vektor translasi 𝑦
ditunjukkan oleh sinar garis berwarna hijau. Dari analisis
tersebut, maka pola Sidaasih termasuk ke dalam tipe pola
kristalografi p1.
9) Sidamulya
Gambar 4. 10 Analisis Pola Sidamulya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Pola di atas tidak memiliki rotasi terkecil, tidak memiliki
refleksi, dan tidak memiliki pantul geser. Pola di atas hanya
memiliki dua vektor translasi 𝑢 yang ditunjukkan oleh sinar
garis berwarna biru, dan vektor translasi 𝑣 yang ditunjukkan
oleh sinar garis berwarna kuning. Segiempat berwarna hijau
adalah pola dasar dari pola Sidamulya. Dari analisis tersebut,
maka pola Sidamulya termasuk ke dalam tipe pola kristalografi
p1.
10) Lurik Yuyu Sekandang
Gambar 4. 11 Analisis Pola Lurik Yuyu Sekandang
Pola di atas memiliki rotasi terkecil sebesar 90∘, memiliki
refleksi, dan memiliki refleksi pada garis yang berpotongan 45∘.
Pusat rotasi 90∘ ditunjukkan oleh lingkaran berwarna kuning.
Berturut-turut refleksi 1, 2, 3 dan 4 ditunjukkan oleh garis putus-
putus berwarna biru, merah, hijau dan ungu. Dari analisis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
tersebut, maka pola Lurik Yuyu Sekandang termasuk ke dalam
tipe pola kristalografi p4m.
11) Slobog
Gambar 4. 12 Analisis Pola Slobog
Pola di atas memiliki rotasi terkecil sebesar 180∘, tidak
memiliki refleksi, namun memiliki pantul geser. Pusat rotasi
180∘ ditunjukkan oleh lingkaran berwarna merah muda, garis
biru menunjukkan sumbu pantul geser 1 dan garis kuning
menunjukkan sumbu pantul geser 2. Dari analisis tersebut, maka
pola Slobog termasuk ke dalam tipe pola kristalografi p2gg.
b) Filosofi kain batik keraton Surakarta yang digunakan dalam upacara
tradisi
Berikut disajikan filosofi kain batik keraton Surakarta.
Filosofi yang disajikan selaras dengan hasil wawancara bersama
S1 pada Tabel 4.3. Menurut handout Museum Batik Danar Hadi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
berikut filosofi kain batik keraton Surakarta: Berdasarkan handout
yang peneliti dapatkan, filosofi batik-batik tersebut adalah:
a. Parang Pamor
Batik dengan motif Parang Pamor ini digunakan anak
laki-laki pada saat upacara khitanan ketika si anak laki-laki
sudah beranjak remaja. Batik ini memiliki filosofi bahwa
dengan menggunakan kain batik motif Parang Pamor si anak
sebagai seorang pria akan memiliki Pamor atau kepribadian
yang baik.
b. Parang Canthel
Batik dengan motif Parang Canthel ini digunakan anak
gadis pada saat haid pertama. Setelah dimandikan dengan kain
mori (putih suci), selanjutnya menggunakan busana Jawa
dengan batik berpola Parang Canthel dengan harapan bahwa
agar si gadis cepat “kecanthel” atau cepat terkait atau lekas
mendapat jodoh.
c. Nithik Cakar
Batik dengan motif Nithik Cakar ini digunakan ibu dari
pengantin pada saat kedua mempelai dimandikan menjelang
upacara pernikahan. Kain batik tersebut melambangkan
permohonan agar putra putri pengantin kelak diberi kemudahan
dalam mencari nafkah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
d. Ceplok Satriya Wibawa
Batik dengan motif Ceplok Satriya Wibawa ini juga
digunakan pada saat menjelang upacara pernikahan. Setelah
melakukan siraman, salon pengantin pria menggunakan busana
Jawa yaitu batik dengan motif Ceplok Satriya Wibawa, yang
memiliki makna permohonan kelak si calon pengantin pria
menjadi pribadi yang bersifat kesatria dan penuh dengan
wibawa.
e. Truntum
Batik dengan motif Truntum ini digunakan ketika akad
nikah. Batik ini digunakan oleh orangtua pengantin yang
melambangkan berkumpulnya kedua keluarga dan selalu
dipenuhi dengan cinta.
f. Wirasat
Batik dengan motif Wirasat ini juga digunakan pada saat
akad nikah. Batik ini digunakan oleh besan yang memiliki
makna agar selalu diberikan petunjuk oleh Allah SWT.
g. Sidamukti
Batik ini digunakan pada saat kehamilan tujuh bulan (piton-
piton). Batik ini melambangkan kebahagiaan, baik bagi si Ibu
maupun bagi si bayi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
h. Sidaasih
Batik ini juga digunakan pada saat kehamilan tujuh bulan
(piton-piton). Batik ini melambangkan kasih sayang, agar saling
mengasihi dan menyayangi.
i. Sidamulya
Batik ini juga digunakan pada saat kehamilan tujuh bulan
(piton-piton). Batik ini melambangkan kemuliaan dan harapan
baik bagi si Ibu maupun si bayi.
j. Lurik Yuyu Sekandang
Batik ini juga digunakan pada saat kehamilan tujuh bulan
(piton-piton). Batik ini memiliki makna harapan agar si Ibu
mendapat banyak keturunan.
k. Slobog
Batik ini digunakan pada saat upacara duka. Batik
dengan motif Slobog ini memiliki maksud agar keluarga yang
ditinggalkan diberi hati yang longgar atau ikhlas, sedangkan
yang pergi mendapat jalan yang longgar atau lapang menuju
tempatnya di sisi Allah SWT
c) Penggunaan Pola Kristalografi Pada Pembelajaran
Dalam penelitian ini dilakukan pengelompokan kain batik
bermotif geometris berdasarkan aspek simetris grup kristalografi.
Aspek tersebut meliputi translasi, refleksi, rotasi, dan pantul geser.
Ke-4 aspek simetris itu selaras dengan materi transformasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
geometri. Maka dari itu, hasil pengelompokan tipe kristalografi
dapat diterapkan ke dalam pembelajaran dalam kelas, yaitu pada
materi transformasi geometri sebagai media ilustrasi untuk
membantu pemahaman konsep transformasi translasi, refleksi, dan
rotasi. Penggunaan tipe-tipe kristalografi akan dituangkan dalam
sebuah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
RPP disusun dengan pendekatan saintifik dan berdasarkan
model pembelajaran Problem Based Learning. Metode yang
digunakan adalah PAIKEM (Pembelajaran aktif, Inovatif, Kreatif,
Efektif, dan Menyenangkan), diskusi, tanya jawab, dan latihan soal.
RPP yang telah dirancang dapat digunakan untuk
pembelajaran kolaborasi daring dan luring, karena dalam kegiatan
inti digunakan media daring yaitu Desmos dan Geogebra. Media
tersebut digunakan sebagai fasilitias dalam pengerjaan soal
pemahaman terhadap materi yang diajarkan. Secara lebih lengkap,
Lembar RPP dapat ditemukan pada bagian Lampiran 5. Berikut
diberikan contoh ilustrasi media Desmos yang dapat digunakan:
Gambar 4. 13 Ilustrasi Penggunaan Desmos 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Gambar 4. 14 Ilustrasi Penggunaaan Desmos 2
Gambar 4. 15 Ilustrasi Penggunaaan Desmos 3
3. Ringkasan
Dari analisis yang telah dilakukan di atas, terdapat 11 jenis batik
keraton Surakarta yang digunakan dalam upacara tradisi yang memiliki
filosofi dan bermotif geometris, yaitu: Parang Pamor, Parang Canthel,
Nitik Cakar, Ceplok Satriya Wibawa, Truntum, Wirasat, Sidamukti,
Sidaasih, Sidamulya, Lurik Yuyu Sekandang, dan Slobog. Pola
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
kristalografi yang ditemukan pada ke-11 batik tersebut disajikan dalam
Tabel 4.8 berikut:
Tabel 4. 6 Hasil Analisis Pola Tipe Kristalografi dan Filosofi
No. Nama Batik Tipe
Kristalografi Filosofi
1. Parang Pamor P2 Seorang lelaki akan memiliki
pamor atau kepribadian yang baik
2. Parang Canthel p2
Harapan tersirat agar si gadis cepat
“kecanthel” (Bahasa Jawa) atau
cepat terkait (lekas mendapat
jodoh).
3. Nitik Cakar p4m
Melambangkan permohonan agar
putra putri pengantin kelak diberi
kemudahan dalam mencari nafkah
4. Ceplok Satriya
Wibawa p4m
Melambangkan permohonan kelak
dia (calon pengantin pria) menjadi
pribadi yang bersifat kesatria dan
penuh dengan wibawa
5. Truntum p4m
Melambangkan berkumpulnya
dua keluarga dan selalu tumbuh
cinta
6. Wirasat p2gg Agar selalu mendapatkan petunjuk
dari Allah SWT
7. Sidamukti p1 Melambangkan kebahagiaan
8. Sidaasih p1 Melambangkan kasih sayang, agar
saling mengasihi dan menyayangi
9. Sidamulya p1 Melambangkan kemuliaan
10. Lurik Yuyu
Sekandang p4m Mendapat banyak keturunan
11. Slobog. p2gg
Maksudnya agar keluarga yang
ditinggalkan diberi hati yang
longgar atau ikhlas, sedangkan
yang pergi mendapat jalan yang
longgar atau lapang menuju
tempatnya di sisi Allah SWT
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Penentuan tipe pola kristalografi pad kain betik Surakarta
didasarkan pada simetri bidang dua dimensi, yaitu translasi, refleksi,
rotasi, dan pentul geser (glide reflection). Karena mengandung ke-4
simetri terbut, maka pola kristalografi dapat digunakan dalam
pembelajaran matematika sebagai media ilustrasi untuk membantu
pemahaman konsep transformasi translasi, refleksi, dan rotasi.
D. Pembahasan
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dirancang, berikut akan
disajikan pembahasan hasil analisis data berdasarkan poin rumusan masalah:
1. Pola Kristalografi
Dari hasil analisis didapatkan lima jenis tipe pola kristalografi dari
11 jenis motif batik Keraton Surakarta yang bermotif geometris. Ke-4 tipe
tersebut adalah p1, p2, p4m, p2gg.
a. Tipe Pola Kristalografi p1
Terdapat tiga batik yang termasuk ke dalam tipe kristalografi
ini, yaitu batik motif Sidamukti, Sidaasih dan Sidamulya.
Tabel 4. 7 Analisis p1
Sidamukti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Sidamulya
Sidaasih
Pada Tabel di atas, ke-3 batik tersebut hanya terdapat dua vektor
translasi. Artinya p1 hanya di-generate oleh vektor translasi 𝑦
dan vektor translasi 𝑥, atau dapat dituliskan 𝑝1 = ⟨𝑥, 𝑦⟩.
b. Tipe Pola Kristalografi p2
Yang termasuk ke dalam tipe kristalografi p2 yaitu Parang
Pamor dan Parang Canthel.
Gambar 4. 16 Pembahasan Parang Pamor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Gambar 4. 17 Analisis Pola Parang Canthel
Dari Gambar 4.16 dan Gambar 4.17 menunjukkan bahwa pada
pola di atas terdapat rotasi 180∘ dan dua vektor translasi 𝑦 dan
𝑥. Pusat rotasi 180∘ ditunjukkan oleh lingkaran berwarna kuning
dan merah, dan segiempat berwarna biru adalah hasil rotasi
180∘. Artinya p2 di-generate oleh dua vektor translasi dan
sebuah rotasi 180∘ atau dapat dituliskan dengan p2=⟨𝑥, 𝑦, ⟩.
c. Tipe Pola Kristalografi p4m
Berdasarkan hasil analisis, terdapat empat batik keraton
Surakarta yang termasuk ke dalam tipe pola kristalografi p4m,
yaitu Nithik Cakar, Ceplok Satriya Wibawa, Truntum, Lurik
Yuyu Sekandang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Gambar 4. 18 Pembahasan pola Nithik Cakar
Pada pola Nithik Cakar terdapat pusat rotasi 90∘ yang
disimbolkan dengan lingkaran berwarna putih dan segiempat
kuning adalah hasil rotasinya. Terdapat empat pencerminan
pada Nithik Cakar, pencerminan terhadap sumbu 𝑦 disimbolkan
dengan garis putus-putus berwarna hijau, pencerminan terhadap
sumbu 𝑥 disimbolkan dengan garis putus-putus berwarna
orange, pencerminan terhadap garis 𝑦 = 𝑥 disimbolkan dengan
garis putus-putus berwarna biru, dan pencerminan terhadap
garis 𝑦 = −𝑥 disimbolkan dengan garis putus-putus berwarna
kuning.
Gambar 4. 19 Pembahasan Pola Ceplok Satriya Wibawa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Pada pola Nithik Cakar terdapat rotasi 90∘ yang
disimbolkan dengan lingkaran berwarna kuning dan segiempat
biru adalah hasil rotasinya. Terdapat empat pencerminan pada
Ceplok Satriya Wibawa, pencerminan terhadap sumbu 𝑦
disimbolkan dengan garis putus-putus berwarna hijau,
pencerminan terhadap sumbu 𝑥 disimbolkan dengan garis
putus-putus berwarna merah muda, pencerminan terhadap garis
𝑦 = 𝑥 disimbolkan dengan garis putus-putus berwarna merah,
dan pencerminan terhadap garis 𝑦 = −𝑥 disimbolkan dengan
garis putus-putus berwarna biru.
Gambar 4. 20 Pembahasan Pola Truntum
Pada pola Truntum terdapat rotasi 90∘ yang disimbolkan
dengan lingkaran berwarna merah muda dan segiempat kuning
adalah hasil rotasinya. Terdapat empat pencerminan pada
Truntum, pencerminan terhadap sumbu 𝑦 disimbolkan dengan
garis putus-putus berwarna biru tua, pencerminan terhadap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
sumbu 𝑥 disimbolkan dengan garis putus-putus berwarna biru
muda, pencerminan terhadap garis 𝑦 = 𝑥 disimbolkan dengan
garis putus-putus berwarna hijau, dan pencerminan terhadap
garis 𝑦 = −𝑥 disimbolkan dengan garis putus-putus berwarna
merah.
Gambar 4. 21 Pembahasan Pola Lurik Yuyu Sekandang
Pada pola Lurik Yuyu Sekandang terdapat rotasi 90∘ yang
disimbolkan dengan lingkaran berwarna kuning dan kotak
berwarna biru tua adalah hasil rotasinya. Terdapat empat
pencerminan pada Lurik Yuyu Sekandang, pencerminan
terhadap sumbu 𝑦 disimbolkan dengan garis putus-putus
berwarna merah, pencerminan terhadap sumbu 𝑥 disimbolkan
dengan garis putus-putus berwarna biru muda, pencerminan
terhadap garis 𝑦 = 𝑥 disimbolkan dengan garis putus-putus
berwarna hijau, dan pencerminan terhadap garis 𝑦 = −𝑥
disimbolkan dengan garis putus-putus berwarna ungu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Dari ke-4 pola batik yang telah dipaparkan, ke-4 batik
tersebut memiliki kesamaan, yaitu terdapat rotasi 90∘,
pencerminan terhadap sumbu 𝑥 dan 𝑦, pencerminan terhadap
garis 𝑥 = 𝑦 dan 𝑥 = −𝑦. Maka dari itu, tipe pola kristalografi
p4m di-generate oleh dua vektor translasi, rotasi 90∘, dan
pencerminan atau dapat dituliskan dengan p4m=⟨𝑥, 𝑦,𝑚, 𝑟90⟩.
d. Tipe Pola Kristalografi p2gg
termasuk ke dalam tipe pola kristalografi p2gg ada dua jenis
pola batik, yaitu pola Wirasat dan Slobog.
Gambar 4. 22 Pembahasan Pola Slobog
Pola Slobog memiliki rotasi 180∘ yang ditunjukkan oleh
lingkaran berwarna ungu, dan kotak berwarna hijau sebagai hasil
rotasinya. Terdapat pantul geser dengan sumbu pantul geser
terhadap garis 𝑦 = 𝑥 yang ditunjukkan oleh garis berwarna
kuning dan terhadap garis 𝑦 = −𝑥 yang ditunjukkan oleh garis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
berwarna biru. Pada gambar terlihat bahwa 𝐴’ adalah hasil
pantul geser dari 𝐴. Maka pola p2gg di-generate oleh dua vektor
translasi 𝑥 dan 𝑦, rotasi 180∘ , dan 2 pantul geser, atau dapat
dituliskan p2gg = ⟨𝑥, 𝑦, 𝑔1, 𝑔2⟩.
Pengelompokan tipe pola kristalografi di atas selaras dengan temuan
Hardian (2018) yang dalam penelitiannya menemukan empat tipe pola
kristalografi pada batik Wijirejo, yaitu p4m, pm, pmm, dan p1. Penentuan
tipe pola kristalografi menggunakan flowchart untuk mengidentifikasi
wallpaper group suatu wallpaper pattern.
2. Filosofi
Pada saat proses pengambilan data, peneliti mendapatkan filosofi
dari kain betik keraton Surakarta yang digunakan pada upacara tradisi
sesuai dengan hasil wawancara pada Tabel 4.3. Dalam penelitian ini
upacara tradisi yang dimaksudkan adalah upacara tradisi dari lahir hingga
meninggal. Hal ini juga diperkuat dengan handout yang diperoleh dari
hasil pengambilan data di Museum Batik Danar Hadi seperti disajikan
pada bagian Filosofi kain batik keraton Surakarta yang digunakan dalam
upacara tradisi. Yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah filosofi 11
batik keraton Surakarta yang digunakan dalam upacara tradisi yang
memiliki motif geometris.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
3. Penggunaan Pola Kristalografi dalam Pembelajaran Transformasi
Geometri
Seperti yang telah diduga oleh peneliti pada awal perumusan
masalah, hasil penentuan tipe pola kristalografi pada kain batik keraton
Surakarta yang digunakan pada upacara tradisi dapat diterapkan dalam
pembelajaran Matematika, yang di susun dalam bentuk Rancangan
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Hal ini selaras dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ulum (2018). Penelitian tersebut mendapat hasil bahwa
motif batik Pasedahan yang memiliki konsep geometri dapat digunakan
dalam pembelajaran geometri.
Selain itu, temuan-temuan filosofi pada kain batik keraton Surakarta
dapat digunakan sebagai motivasi dan apersepsi pada saat awal
pembelajaran. Hal ini dilakukan agar lebih menarik minat belajar siswa
sekaligus mengenalkan unsur budaya kepada siswa. Dengan
menggunakan motif batik juga, mampu meningkatkan koneksi matematis
siswa pada materi transformasi geometri seperti pada hasil penelitian
yang dilakukan oleh Lydiati (2020).
Pada kegiatan pembelajaran juga digunakan media daring Desmos
dan Geogebra sebagai media untuk membantu siswa melihat demonstrasi
penerapan konsep-konsep transformasi geometri yang dilakukan secara
langsung. Hal ini selaras dengan Kristanto (2018: 24) yang menyebutkan
bahwa “Desmos merupakan salah satu perangkat lunak geometris dinamis
yang bisa dimanfaatkan untuk memfasilitasi terjadinya diskursus dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
meningkatkan penalaran matematis siswa”. Selain itu juga, Desmos
memberikan kesempatan siswa untuk berjuang secara produktif,
menciptakan, periksa-kesalahan, dan berpikir untuk mempelajari
matematika secara mendalam (Orr, 2017).
E. Keterbatasan Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah meneliti simetri kain batik keraton
Surakarta yang akan dianalisis berdasarkan kesimetrisannya. Simetri-
simetrinya antara lain pencerminan, rotasi, translasi, dan pantul geser (Glide
reflection). Hasil dari analisis tersebut akan digunakan dalam pembelajaran
untuk memperkenalkan konsep transformasi geometri. Selain itu, penelitian
ini juga menggali filosofi dari setiap batik yang memiliki simetri. Penelitian
yang dilakukan memiliki keterbatasan, antara lain:
1. Rancangan kegiatan pembelajaran yang disusun hanya dapat
digunakan untuk pembelajaran kolaborasi antara daring dan luring.
2. Dalam penelitian ini, analisis data yang dilakukan hanya oleh satu
orang saja, yaitu peneliti sendiri.
3. Narasumber yang terlibat hanya ada satu narasumber.
4. Karena atik tulis dilukis dengan tangan, maka konsistensi pola sulit
dipertahankan. Hal ini mempersulit identifikasi pola kristalografi
dalam beberapa batik. Perlu diandaikan bahwa ada pola yang
berulang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan untuk mengetahui pola
kristalografi pada batik keraton Surakarta yang digunakan dalam upacara
tradisi, filosofi yang terdapat pada kain batik yang memiliki motif geometris,
serta penggunaan pola kristalografi pada kain batik keraton Surakarta yang
digunakan dalam upacara tradisi, didapat kesimpulan sebagai berikut.
1. Pola kristalografi yang Ditemukan Pada Kain Batik Keraton Surakarta
yang Digunakan dalam Upacara Tradisi
Pada penelitian ini terdapat 19 jenis kain batik keraton Surakarta
yang digunakan dalam upacara tradisi. 19 batik tersebut terdiri dari 11
batik yang memiliki simetri dan delapan batik yang tidak memiliki simetri.
Kain batik yang dapat dicari tipe kristalografinya adalah kain batik yang
memiliki simetri atau memiliki pola berulang dan teratur. Dari 11 batik
yang memiliki simetri, ditemukan empat tipe kristalografi. Ke-4 tipe
tersebut adalah p1, p2, p4m, dan p2gg.
2. Filosofi yang Terdapat pada Kain Batik yang Memiliki Simetri
Kain batik yang memiliki filosofi tertentu hanya batik keraton yang
digunakan dalam upacara tradisi. Terdapat 19 kain batik keraton Surakarta
yang digunakan pada upacara tradisi. 19 kain tersebut terdiri dari batik
yang memiliki simetri dan batik yang tida memiliki simteri. Dari kain batik
yang memiliki simteri dan telah ditemukan tipe pola kristalografinya, juga
terdapat filosofi di dalamnya. Yang pertama adalah Parang Pamor,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
mempunyai harapan Seorang lelaki akan memiliki pamor atau kepribadian
yang baik. Parang Canthel mempunyai harapan tersirat agar si gadis cepat
“kecanthel” (Bahasa Jawa) atau cepat terkait (lekas mendapat jodoh).
Nithik Cakar melambangkan permohonan agar putra putri pengantin kelak
diberi kemudahan dalam mencari nafkah. Ceplok Satriya Wibawa
melambangkan permohonan kelak dia (calon pengantin pria) menjadi
pribadi yang bersifat kesatria dan penuh dengan wibawa. Truntum
melambangkan berkumpulnya dua keluarga dan selalu tumbuh cinta.
Wirasat mempunyai harapan agar selalu memndapatkan petunjuk dari
Allah SWT. Sidamukti melambngkan kebahagiaan, Sidaasih
memlambangkan kasih sayang, Sidamulya melambangkan kemuliaan.
Lurik Yuyu Sekandang memiliki harapan agak memiliki banyak keturunan.
Slobog maksudnya agar keluarga yang ditinggalkan diberi hati yang
longgar atau ikhlas, sedangkan yang pergi mendapat jalan yang longgar
atau lapang menuju tempatya di sisi Allah SWT. Filosofi tersebut
didasarkan pada upacara tradisi yang dilakukan, mulai dari lahir, beranjak
remaja, prosesi pernikahan, kehamilan, hingga kematian.
3. Penggunaan Pola Kristalografi Kain Batik Keraton Surakarta pada
Pembelajaran
Pola kristalografi pada batik keraton Surakarta dapat diterapkan pada
pembelajaran matematika. Pola kristalografi ditentukan berdasarkan
simetri bidang dua dimensi, yaitu translasi, refleksi, rotasi dan pantul geser
(glide reflection). Karena mengandung ke-4 simetri tersebut, maka pola
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
kristalografi dapat diterapkan pada pembelajaran sebagai media ilustrasi
untuk membantu pemahaman konsep transformasi translasi, refleksi, dan
rotasi.
Penggunaan tipe pola kristalografi pada kain batik keraton Surakarta
disajikan dalam bentuk Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
dengan menggunakan pendekatan pembelajaran Saintifik. RPP dirancang
dengan model pembelajaran Problem Based Learning dan metode
pembelajaran PAIKEM (Pembelajaran aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan), diskusi, tanya jawab, dan latihan soal. Latihan soal yang
diberikan disajikan dalam media Desmos dan akses Geogebra.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti dapat memberikan saran sebagai
berikut.
1. Bagi Pendidik
Kain batik keraton Surakarta yang memiliki simetri dapat diketahui
tipe pola kristalografinya berdasarkan simetri pada bidang dua dimensi.
Simetri pada bidang dua dimensi antara lain translasi, refleksi, rotasi dan
pantul geser (glide reflection), maka pendidik dapat menggunakan kain
batik keraton Surakarta sebagai ilustrasi penerapan pada pembelajaran
dalam materi transformasi geometri. Dengan menggunakan benda-
benda di sekitar sebagai media pemahaman materi, akan lebih menarik
perhatian dan minat belajar peserta didik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Pendidik dapat menggunakan Rancangan Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang telah peneliti rancang untuk diterapkan dalam
pembelajaran materi transformasi geometri.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian selanjutnya dapat menggunakan museum atau
narasumber lebih banyak pada saat proses pengambilan data, sehingga
data yang didapatkan lebih bervariasi. Selain itu juga penelitian
selanjutnya dapat membandingkan batik keraton Surakarta dengan batik
lainnya, baik dari segi motif maupun filsofinya.
Menarik untuk diteliti apakah pola kristalografi tertentu
berhubungan dengan filosofi tertentu. Misalnya, apakah ada hubungan
antara ritual upacara tertentu dengan pencerminan?
Selain itu juga, penelitian selanjutnya dapat mengungkap semua
filosofi dari kain batik yang telah didapatkan dalam proses pengambilan
data, sehingga filosofi yang didapatkan semakin beragam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Daftar Pustaka
Amir, M. F. (2015, Oktober). Pengaruh Pembelajaran Kontekstual Terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Sekolah Dasar.
In Prosiding Seminar Nasional Pendidikan (pp. 34-42).
Armstrong, M.A. 1998. Grup and Symetry. Ungergraduate Text in Mathematics.
Bahan Kain. 2013. Penggolongan Motif Batik: Motif Geometris dan Non
Geometris. https://www.bahankain.com/2013/08/26/penggolongan-motif-
batik-motif-geometris-non-geometris diakses pada 2 Agustus 2020.
Crowe, D. W. (2004). Introduction to the plane symmetries. Symmetry comes of
age: the role of pattern in culture, 3-17.
Dewi, S. H., Susanto, S., & Lestari, N. D. S. (2015). Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Berstandar NCTM (National Council of Teachers of
Mathematics) di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas VII Pada Pokok
Bahasan Statistika. Jurnal Edukasi, 2(3), 25-30.
D’Ambrosio, U. (1985). Ethnomathematics and its place in the history and
pedagogy of mathematics. For the Learning of Mathematics, 5(1), 44-48.
Diantry, H. (2020). Penerapan Logika Fuzzy Mamdani untuk Menentukan Harga
Jua Batik Menggunakan Matlab. jik-Jurnal Ilmu Komputer, 3(2), 1-4.
Dummit, D. S., & Foote, R. M. (2004). Abstract algebra (Vol. 3). Hoboken:
Wiley.
Eccles, F. M. (1971). An Introduction to Transformational Geometry: Teachers'
Manual with Solutions to Problems. Addison-Wesley.
Gallian, J. (2012). Contemporary abstract algebra. Nelson Education.
Garnadi,A.D., S. Guritmaan, A. Kusnanto, danF. Hanum. (2012). Survei Pola
Grup Kristalogrrafi Bidang Ragam Batik Tradisional.JMA, Vol. 11, No. 2,
Desember, 2012, 1-10.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Graham, K. J., & Fennell, F. (2001). Principles and standards for school
mathematics and teacher education: Preparing and empowering
teachers. School Science and Mathematics, 101(6), 319-327.
Hardian, Caesar Dwi. (2018). “Etnokmatematika, Analisis Pola dan Motif Batik
Berdasarkan Wallpapaer Group Serta Ananlisis Aktivitas Fundamental
Matematis Menurut Bishop Pada Industri Batik Di Desa Wijirejo,
Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta”.
Skripsi. FKIP. Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sanata Dharma.
Yogyakarta
Hakim, L. (2009). Perencanaan pembelajaran. Bandung: Wacana Prima.
Husni, K. (2015). Perjalanan Panjang Perempuan dalam Budaya. Jurnal
Perempuan.
Indonesia, R. (2003). Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional. Jakarta: Pemerintah Republik
Indonesia.
Kristanto, Y. D. (2018). Modul Guru: Mengupayakan Diskursus dan Penalaran
Matematis dengan Desmos.
https://figshare.com/articles/Modul_Guru_Mengupayakan_Diskursus_dan_Pen
alaran_Matematis_dengan_Desmos/6046931 diakses pada 19 Juli 2020.
Lestari, S. D. (2012). Mengenal Aneka Batik. PT Balai Pustaka (Persero).
.https://books.google.co.id/books?hl=en&lr=&id=0bDHDAAAQBAJ&oi=
fnd&pg=PR3&dq=batik+YOgyakarta&ots=m2R98fgRVh&sig=WY6oHf
mpYmCti-
23q7dQyrkeUdU&redir_esc=y#v=onepage&q=batik%20YOgyakarta&f=f
alse Diakses pada 26 Mei 2020
Lydiati, I. (2020). Peningkatan Koneksi Matematis Pada Materi Transformasi
Geometri Menggunakan Strategi Pembelajaran React Berbantuan Media
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Motif Batik Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 7 Yogyakarta. Ideguru: Jurnal
Karya Ilmiah Guru, 5(1), 25-33.
Marwati, S. (2011). Batik sebagai gaya hidup masyarakat Yogyakarta dan
Surakarta. Ornamen Jurnal Kriya Seni ISI Surakarta, 8(1)., M. (2011).
Makna Batik Motif Sidomukti Pada Upacara Ritual Lurub Layon. Dinamika
Kerajinan dan Batik, 28(1), 43-49.
Masiswo, M. (2011). Makna Batik Motif Sidomukti Pada Upacara Ritual Lurub
Layon. Dinamika Kerajinan dan Batik, 28(1), 43-49.
Miles, M. B., Huberman, A. M., Huberman, M. A., & Huberman, M.
(1994). Qualitative data analysis: An expanded sourcebook. sage.
https://books.google.co.id/books?hl=en&lr=&id=U4lU_-
wJ5QEC&oi=fnd&pg=PA9&dq=Miles,+M.+B.,+Huberman,+A.+M.,+Huberman,+M
.+A.,+%26+Huberman,+M.+(1994).+Qualitative+data+analysis:+An+expanded+s
ourcebook.+sage.&ots=kE-
F2HUVZN&sig=bnm_ZEUIZZ7JxKSODPZ1TGJ3M5g&redir_esc=y#v=onepage&q=
Miles%2C%20M.%20B.%2C%20Huberman%2C%20A.%20M.%2C%20Huberman%
2C%20M.%20A.%2C%20%26%20Huberman%2C%20M.%20(1994).%20Qualitativ
e%20data%20analysis%3A%20An%20expanded%20sourcebook.%20sage.&f=fals
e
Nur'aini, I. L., Harahap, E., Badruzzaman, F. H., & Darmawan, D. (2017).
Pembelajaran Matematika Geometri Secara Realistis Dengan
GeoGebra. Matematika, 16(2).
Orr, J. (2017). Function Transformations and the Desmos Activity Builder. The
Mathematics Teacher, 110(7), 549-551.
Pujiyanto, P. (2013). Fenomena Desain Batik Surakarta dan Yogyakarta. Gelar:
Jurnal Seni Budaya, 11(1).
https://www.google.co.id/search?tbm=bks&hl=en&q=Pujiyanto%2C+P.+%28201
3%29.+FENOMENA+DESAIN+BATIK+SURAKARTA+DAN+YOGYAKARTA.+Gelar%3A
+Jurnal+Seni+Budaya%2C+11%281%29.+Maulidya%2C+T.+I.%2C+%26+Sihombin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
g%2C+R.+V.+%282018%29.+POLA+KRISTALOGRAFI+BIDANG+RAGAM+BATIK+DI+
YOGYAKARTA.+PROSIDING+SENDIKA%2C+4%281%29. Diakses pada 25 Mei 2020
Pratiwi, W. S. (2020). Kesenian Sebagai Media Dakwah Sunan
Kalijaga (Doctoral dissertation, UIN Raden Intan Lampung).
Samsi, Sri Soedewi (Tim Kusuma, Kumala, Ratna), 2011, Teknik dan Ragam Hias
Batik, Yayasan Tititan Masa Depan (Tititan Foundation).
Santi, S. (2017, November 8). Motif Batik Geometris dan Non Geometris.
infobatik.id: https://infobatik.id/tag/motif-batik-geometris-dan-non-
geometris/ , diakses pada 9 Juni 2020
Senechal, M. (1990). Crystalline Symmetries: An informal mathematical
introduction. Taylor & Francis.
Sudirman, S., Rosyadi, R., & Lestari, W. D. (2017). Penggunaan etnomatematika
pada karya seni batik Indramayu dalam pembelajaran geometri
transformasi. Pedagogy: Jurnal Pendidikan Matematika, 2(1).
Sujarwa.1999.Manusia dan fenomena Budaya.Yogyakarta:Universitas Ahmad
Dahlan
Sugiarto, E. (2017). Menyusun Proposal Penelitian Kualitatif: Skripsi dan Tesis:
Suaka Media. Diandra Kreatif.
Ulum, B. (2018). Etnomatematika Pasuruan: Eksplorasi Geometri Untuk Sekolah
Dasar Pada Motif Batik Pasedahan Suropati. Jurnal Review Pendidikan
Dasar: Jurnal Kajian Pendidikan dan Hasil Penelitian, 4(2), 686-696.
Widiyantoro, A., Sutojo, T., & Sudaryanto, S. (2014). Menerapkan Logika Fuzzy
Mamdani Untuk Menentukan Harga Jual Batik. Techno. Com, 13(2), 69-74.
Wahyuni, A., Tias, A. A. W., & Sani, B. (2013, November). Peran
etnomatematika dalam membangun karakter bangsa. In Makalah Seminar
Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, Prosiding, Jurusan
Pendidikan Matematika FMIPA UNY, Yogyakarta: UNY
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Zayyadi, M. (2018). Eksplorasi Etnomatematika Pada Batik Madura. Sigma, 2(2),
36-40. Etno batik Madura
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Lampiran 2 : Surat Pernyataan Telah Melakukan Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Lampiran 4: Lembar Validasi Instrumen Penelitian
LEMBAR VALIDASI INSTRUMEN WAWANCARA,
OBSERVASI DAN DOKUMENTASI
A. Indentitas Peneliti
Nama : Maria Glory Astriandini
NIM Peneliti : 161414004
Judul Penelitian : Kajian Etnomatematika Terhadap Pola Kristalografi
Batik Yogyakarta dan Batik Surakarta serta
Penggunaannya Sebagai Ilustrasi Penerapan dalam
Pembelajaran Transformasi Geometri Sekolah
Menengah Pertama
Tujuan Penelitian :
4. Mengetahui pola Kristalografi yang dapat ditemukan
pada batik Yogyakarta dan batik Surakarta.
5. Mengetahui filosofi yang terdapat pada setiap batik
Yogyakarta dan batik Surakarta yang telah ditemukan
pola kristalografinya.
6. Mengetahui penggunaan pola Kristalografi batik
Yogyakarta dan batik Surakarta dalam Pembelajaran
Transformasi Geometri.
B. Petunjuk
Lembar validasi ini dimaksudkan untuk mengetahui pendapat Bapak/Ibu
Dosen Ahli mengenai kelayakan instrumen wawancara dan observasi yang akan
digunakan peneliti dalam proses pengambilan data pada penelitian ini. Adapun
petunjuk dalam penilaian instrumen wawancara dan observasi ini sebagai berikut:
1. Bapak/Ibu Dosen ahli dimohon untuk memberikan penilaian dengan
memberikan tanda centang (√) pada kolom skala penilaian yang sesuai dengan
penilaian Bapak/Ibu Dosen ahli.
2. Jika menurut Bapak/Ibu Dosen ahli terdapat kekurangan pada pedoman
wawancara dan pedoman observasi yang akan digunakan peneliti, Bapak/Ibu
Dosen ahli dimohon untuk memberikan saran/masukan dengan menuliskannya
pada lembar saran yang telah disediakan.
3. Makna skala penilaian sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
1: Tidak Valid 3: Cukup Valid 5: Sangat Valid
2: Kurang Valid 4: Valid
Atas kesediaan Bapak/Ibu Dosen ahli untuk mengisi lembar penilaian ini,
diucapkan terimakasih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Kisi-Kisi Pedoman Wawancara
Berikut ini merupakan kisi-kisi pedoman wawancara yang digunakan peneliti
dalam membuat pedoman wawancara:
No. Aspek Yang Diamati Indikator Nomor
Pertanyaan
1. Sejarah dan Jenis batik
a. Asal-usul batik 1,2
b. Perkembangan batik
c. Jumlah jenis batik 3,4
d. Macam-macam jenis batik
2.
Sejarah, Penggunaan dan
Jenis motif batik Yogyakarta
dan batik Surakarta serta
filosofinya
a. Asal-usul batik Yogyakarta
5,6,7 b. Perkembangan batik
Yogyakarta
c. Asal-usul batik Surakarta 8,9,10
d. Perkembangan batik Surakarta
e. Jumlah jenis motif batik
Yogyakarta 11
f. Macam-macam motif batik
Yogyakarta 12,13,14
g. Macam-macam jenis motif
batik Surakarta 15
h. Jumlah jenis motif batik
Surakarta 16,17,18
i. Aturan penggunaan batik
Yogyakarta berdasarkan motif
batik
20
j. Aturan penggunaan batik
Yogyakarta berdasarkan
derajat seseorang
19
k. Aturan penggunaan batik
Yogyakarta berdasarkan jenis
acara yang diikuti.
21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
l. Aturan penggunaan batik
Surakarta berdasarkan motif
batik
23
m. Aturan penggunaan batik
Surakarta berdasarkan derajat
seseorang
22
n. Aturan penggunaan batik
Yogyakarta berdasarkan jenis
acara yang diikuti.
24
o. Makna dari tiap motif batik
Yogyakarta 26
p. Makna dari tiap ragam hias
yang terdapat pada motif batik
Yogyakarta
27
q. Makna dari tiap motif batik
Surakarta 25
r. Makna dari tiap ragam hias
yang terdapat pada motif batik
Surakarta
28
3. Perbedaan ciri batik
Yoyakarta dan Batik
Surakarta
a. Motif khas batik Yogyakarta 29
b. Warna dasar batik Yogyakarta 31
c. Aturan penggunaan kain batik
Yogyakarta 33
d. Ciri khusus batik Yogyakarta 35
e. Motif khas batik Surakarta 30
f. Warna dasar batik Surakarta 32
g. Aturan penggunaan kain batik
Surakarta 34
h. Ciri kusus batik Surakarta 36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Pedoman Wawancara
Berikut pedoman wawacara yang akan digunakan peneliti pada saat mengambil
data selama proses wawancara dengan narasumber berlangsung, meliputi:
1. Kapan awal mula mulai dikenal batik di Indonesia?
2. Bagaimana perkembangan batik di Indonesia hingga saat ini?
3. Ada berapa jenis batik? Apa saja?
4. Apakah yang membedakan dari setiap jenis batik yang ada?
5. Bagaimana awal mula perkembangan batik di Yogyakarta?
6. Dimana tempat pertama mulai berkembang batik Yogyakarta?
7. Siapa orang pertama yang membuat batik Yogyakarta?
8. Bagaimana awal mula perkembangan batik di Surakarta?
9. Siapa orang pertama yang membuat batik Surakarta?
10. Dimana tempat pertama mulai berkembang batik Surakarta?
11. Ada berapa jenis motif batik Yogyakarta?
12. Apa saja motif yang terdapat pada batik Yogyakarta?
13. Apakah yang mendasari pengelompokan jenis motif batik Yogyakarta?
14. Apa perbedaan dari setiap jenis motif batik Yogyakarta?
15. Ada berapa jenis motif batik Surakarta?
16. Apa saja motif yang terdapat pada batik Surakarta?
17. Apakah yang mendasari pengelompokan jenis motif batik Surakarta?
18. Apa perbedaan dari setiap jenis motif batik Surakarta?
19. Apakah penggunaan batik Yogyakarta dibedakan berdasarkan jabatan atau
derajat seseorang?
20. Apakah ada aturan penggunaan batik Yogyakarta berdasarkan motif nya?
21. Apakah penggunaan batik Yogyakarta terbatas untuk kegiatan tertentu?
22. Apakah penggunaan batik Surakarta dibedakan berdasarkan jabatan atau
derajat seseorang?
23. Apakah ada aturan penggunaan batik Surakarta berdasarkan motifnya?
24. Apakah penggunaan batik Surakarta terbatas untuk kegiatan tertentu?
25. Apa makna dari tiap motif batik Yogyakarta?
26. Apa makna dari tiap motif batik Surakarta?
27. Apa makna dari tiap ragam hias yang terdapat pada batik Yogyakarta?
28. Apa makna dari tiap ragam hias yang terdapat pada motif batik Surakarta?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
29. Apa motif khas dari batik Yogyakarta?
30. Apa motif khas dari batik Surakarta?
31. Apa warna dasar dari batikYogyakarta?
32. Apa warna dasar dari batik Surakarta?
33. Apakah ada aturan khusus untuk penggunaan batik Yogyakarta?
34. Apakah ada aturan khusus untuk penggunaan batik Surakarta?
35. Apakah batik Yogyakarta memiliki ciri unik atau khusus?
36. Apakah batik Surakarta memiliki ciri unik atau khusus?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Kisi-kisi Pedoman Observasi
Berikut ini merupakan kisi-kisi pedoman Observasi yang digunakan peneliti dalam
pembuatan pedoman observasi:
No. Aspek Yang Diteliti Indikator Nomor
Pernyataan
2.
Jenis motif batik
Yogyakarta dan
batik Surakarta serta
filosofinya
a. Terdapat beberapa kain batik
yang menunjukkan motif
geometris batik Yogyakarta
1, 2, 3
b. Terdapat beberapa kain batik
yang menunjukkan motif
geometris batik Surakarta
4, 5
c. Terdapat beberapa kain yang
menggambarkan filosofi atau
ungkapan tujuan dari motif batik
Yogyakarta
6, 7
d. Terdapat beberapa kain yang
menggambarkan filosofi atau
ungkapan tujuan dari motif batik
Surakarta
8
3.
Perbedaan ciri batik
Yoyakarta dan Batik
Surakarta
a. Terdapat beberapa kain batik
yang menunjukkan adanya ciri
khas dari batik Yogyakarta 9
b. Terdapat beberapa kain batik
yang menunjukkan ciri khas dari
batik Surakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Pedoman Observasi
Berikut adalah pedoman observasi yang akan digunakan peneliti dalam
pengambilan data selama proses observasi berlangsung:
No. Aspek Yang Diamati Ya Tidak Keterangan
1.
Terdapat ruangan khusus yang
menampilkan batik
Yogyakarta.
2.
Terdapat ruangan yang
memperlihatkan perbandingan
motif batik Solo dan batik
Yogyakarta.
3.
Terdapat kain batik
Yogyakarta yang bermotif
geometris
4. Terdapat ruangan khusus yang
menampilkan batik Surakarta.
5. Terdapat kain batik Surakarta
yang bermotif geometris
6.
Terdapat papan keterangan
yang mendeskripsikan filosofi
di setiap pajangan kain batik
Yogyakarta.
7.
Penyusunan kain batik
berdasarkan keraton dan
jamannya.
8.
Terdapat papan keterangan
yang mendeskripsikan filosofi
di setiap pajangan kain batik
Surakarta.
9.
Penyusunan kain batik
berdasarkan lingkungan
keraton
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
Kisi-kisi Pedoman Dokumentasi
Berikut ini merupakan kisi-kisi pedoman Dokumentasi yang digunakan peneliti
dalam pembuatan pedoman observasi:
No. Aspek Yang Diamati Indikator
1. Sejarah dan Jenis batik
a. Terdapat dokumen yang berkaitan dengan
sejarah batik
b. Terdapat dokumen yang memuat jenis-jenis
batik
2.
Sejarah, Filosofi,
Penggunaan dan motif batik
Yogyakarta dan batik
Surakarta
a. Terdapat dokumen yang berkaitan dengan
sejarah batik Yogyakarta dan batik
Surakarta
b. Terdapat dokumen pedoman yang memuat
mengenai aturan penggunaan batik
Yogyakarta dan batik Surakarta
c. Terdapat dokumen yang memuat jenis-jenis
motif batik Yogyakarta dan batik Surakarta
serta filosofinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
Pedoman Dokumentasi
Berikut adalah pedoman dokumentasi yang akan digunakan peneliti dalam
pengambilan data selama proses observasi berlangsung:
No. Aspek Yang Diamati Ya Tidak Keterangan
1. Terdapat dokumen mengenai
sejarah batik
2. Terdapat dokumen yang
memuat jenis-jenis batik
3.
Terdapat dokumen yang
menjelaskan sejarah batik
Yogyakarta
4.
Terdapat dokumen yang
menjelaskan sejarah batik
Surakarta
5.
Terdapat dokumen berupa
pedoman yang memuat
aturan penggunaan batik
Yogyakarta
6.
Terdapat dokumen berupa
pedoman yang memuat
aturan penggunaan batik
Surakarta
7.
Terdapat dokumen yang
memuat jenis-jenis motif
batik Yogyakarta serta
filosofinya
8.
Terdapat dokumen yang
memuat jenis-jenis motif
batik Surakarta serta
filosofinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
Lampiran 5: RPP
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Sekolah : Sekolah Menengah Pertama
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Semester : IX / Ganjil
Materi Pokok : Transforasi
Alokasi Waktu : 2 x pertemuan (4 JP)
Tahun Ajaran : 20..../20.....
A. Kompetensi Inti
KI 1 dan 2
Kompetensi Sikap Spiritual adalah “Menghayati dan mengamalkan ajaran
agama yang dianutnya”. Adapun rumusan Kompetensi Sikap Sosial adalah
“Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, santun, peduli
(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), bertanggung jawab, responsif,
dan pro-aktif dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan
perkembangan anak di lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dan
lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan kawasan
internasional”.
KI 3 KI 4
Memahami, menerapkan,
menganalisis pengetahuan
faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingintahunya
tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan
Mengolah, menalar, dan menyaji
dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik
sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan
masalah
menggunakan metode sesuai
kaidah keilmuan
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
No. Kompetendi Dasar (KD) No. Indikator Pencapaian Kompetensi
3.7 Menjelaskan transformasi geoetri
(refleksi, translasi, rotasi, dan
dilatasi) yang dihubungkan dengan
masalah kontekstual
3.7.1
3.7.2
3.7.3
3.7.4
3.7.5
3.7.6
Memahami konsep translasi
Memahami konsep refleksi
Memahami konsep rotasi
Menentukan bayangan suatu objek
setelah ditranslasikan
Menentukan bayangan suatu objek
setelah direfleksikan
Menentukan bayangan suatu objek
setelah dirotasikan 90∘, 180∘.
4.7 Menyelesaikan masalah
kontekstual yang berkaitan dengan
transformasi geometri (refleksi,
translasi, rotasi, dan dilatasi)
4.7.1
4.7.2
Menyelesaikan masalah kontekstual
matematika dengan menggunakan
konsep translasi
Menyelesaikan masalah kontekstual
matematika dengan menggunakan
konsep refleksi
Menyelesaikan masalah kontekstual
matematika dengan menggunakan
konsep rotasi
C. Tujuan Pembelajaran
Melalui kegiatan pembelajaran menggunakan model Problem Based
Learning yang dipadukan dengan metode PAIKEM (Pembelajaran Aktif,
Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan) melalui pendekatan saintifik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
yang menuntut siswa untuk mengamati (membaca) permasalahan, aktif dengan
dilandasi disiplin, pro-aktif, rasa ingin tahu, dan tanggung jawab dalam
berdiskusi kelompok, mempunyai inovasi dan kreatifitas yang tinggi dilandasi
sikap responsif (berpikir kritis) untuk menjelaskan, merumuskan dan
menentukan penyelesaian dari permasalahan kontekstual refleksi, translasi dan
rotasi yang dilandasi sikap pantang menyerah dalam penyelesaian, serta senang
dengan penuh rasa santun dan percaya diri dalam mempresentasikan hasilnya
di depan kelas.
Fokus Karakter:
1. Cermat
2. Aktif
D. Materi Pembelajaran
Materi Pokok : Transformasi
Fakta
1. Permasalahan kontekstual yang berkaitan dengan refleksi, translasi,
dan rotasi
Konsep
1. Translasi (Pergeseran)
Pergeseran merupakan salah satu jenis transformasi yang
memindahkan semua titik suatu bangunan geometris dengan jarak dan
arah yang sama.
2. Refleksi (Pencerminan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
Pencerminan merupakan salah satu jenis transformasi yang
memindahkan setiap titik 𝑃(𝑥, 𝑦) pada suatu bangun geometris ke
𝑃′(𝑥′, 𝑦′) sedemikian sehingga jarak titik 𝑃′ ke sebuah garis sama
dengan jarak titik 𝑃’ ke garis tersebut
3. Rotasi
Rotasi merupakan salah satu bentuk transformasi yang
memindahkan setiap titik pada sebuah bangun geometris sejauh sudut
tertentu terhadap sebuah titik yang tetap.
Prinsip
1. Translasi
Untuk nilai yang sudah ditentukan 𝑎 dan 𝑏 yakni vektor translasi (𝑎𝑏)
memindahkan setiap titik 𝑃(𝑥, 𝑦) dari sebuah bangun pada bidang datar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
ke 𝑃′(𝑥 + 𝑎, 𝑦 + 𝑏). Translasi dapat disimbolkan dengan (𝑥, 𝑦) →
(𝑥 + 𝑎, 𝑦 + 𝑏).
2. Refleksi
Koordinat bayangan hasil pencerminan dari (𝑥, 𝑦)
3. Rotasi
Koordinat bayangan hasil rotasi 90∘ dan 180∘ (𝑥, 𝑦) pada titik pusat
𝑂(0,0)
No. Titik
Koordinat
Pusat
Rotasi
Sudut
Rotasi Arah Rotasi
Bayangan Hasil
Rotasi
1. (𝑥, 𝑦) (0,0) 90∘ Searah jarum jam (−𝑦, 𝑥)
2. (𝑥, 𝑦) (0,0) 180∘ Searah jarum jam (−𝑥,−𝑦)
3. (𝑥, 𝑦) (0,0) 90∘ Berlawanan arah
jarum jam (−𝑥, 𝑦)
4. (𝑥, 𝑦) (0,0) 180∘ Berlawanan arah
jarum jam (−𝑥,−𝑦)
Prosedur
Langkah – langkah menyelesaikan permasalahan kontekstual yang berkaitan
dengan:
1. Translasi
2. Refleksi
3. Rotasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
E. Pendekatan, Metode Pembelajaran, dan Model Pembelajaran
Pendekatan Pembelajaran : Saintifik
Model Pembelajaran : Problem Based Learning
Metode Pembelajaran : PAIKEM (Pembelajaran aktif, Inovatif,
Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan), diskusi, tanya jawab, dan latihan soal.
F. Media dan Alat, Bahan, dan Sumber Belajar
Alat Pembelajaran : LCD, proyektor, laptop, papan tulis, dan spidol
Media Pembelajaran : LKS, Desmos, Mentimeter
Sumber Belajar :
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2018. Matematika SMP/MTs
Kelas IX. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Internet
Youtube
G. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Pertama
Tahapan
Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
Alokasi
Waktu
Kegiatan
Awal
Orientasi
1. Guru memberikan salam dan dilanjutkan dengan
presensi sebagai wujud kedisiplinan
2. Guru melakukan pengecekan kesiapan fisik kelas
(kebersihan kelas, kerapian berpakaian, posisi tempat
duduk, dll). 10
menit Motivasi
Guru memberikan motivasi atau semangat untuk siswa agar
mampu mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik.
Motivasi diberikan melalui cerita mengenai filosofi batik
dan keterkaitannya dengan materi refleksi dan translasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
Pemberian Acuan
1. Guru menginformasikan materi pembelajaran yang akan
dipelajari yaitu konsep translasi dan refleksi
2. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran pada
pertemuan yang sedang berlangsung yaitu siswa mampu
menyelesaikan permasalahan kontekstual translasi dan
refleksi
Apersepsi
1. Guru menampilkan gambar-gambar yang sesuai dengan
konsep refleksi dan translasi
Kegiatan Inti 1 Stimulation
10
menit
Mengamati
Guru meminta siswa mengamati dan mencermati gambar
yang diberikan.
Dodi sedang bercermin
(a)
Mobil mogok didorong hingga bergerak
(b)
Problem Statement
10
menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
Menanya
Guru mendorong siswa untuk bertanyaan terkait
permasalahan yang diberikan. Jika siswa tidak ada
bertanya, guru dapat memberikan pertanyaan seperti
menanyakan apa yang terjadi pada objek dalam gambar
berkaitan bentuk objek dan jarak yang terbentuk.
Apa yang terjadi dengan objek dalam gambar? Bagaimana
jarak yang terbentuk dari aktivitas dalam gambar?
Data Collection
15
menit
Menggumpulkan Data
Guru membimbing siswa dalam mengidentifikasi apa yang
terjadi pada objek dalam gambar terkait bentuk objek dan
jarak yang terbentuk.
Pernyataan
Gambar (a)
Dodi sedang
bercermin
Ukuran badan Dodi sebenarnya sama
dengan ukuran bayangan badan Dodi pada
cermin.
Panjang jarak badan Dodi sebenarnya dan
panjang jarak bayangan badan Dodi pada
cermin adalah sama panjang.
Gambar (b)
Mobil mogok
didorong hingga
bergerak
Besar ukuran mobil sebelum dan sesudah
bergerak adalah sama
Panjang jarak ke-4 ban sebelum mobil dan
setelah bergerak adalah sama panjang.
Data Processing
20
menit
Menganalisis Data
Guru meminta siswa untuk mengerjakan latihan yang
diberikan melalui media Desmos.
https://student.desmos.com/join/t5525h
Verification 8 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
Mengkomunikasikan
1. Guru meminta salah satu siswa untuk mempresentasikan
hasil yang telah dikerjakan dan meminta siswa lain untuk
memberikan tanggapan.
2. Guru memberikan peneguhan atas jawaban yang telah
diberikan siswa.
Generalization 7 menit
Bersama dengan siswa menyimpulkan materi yang
dipelajari yaitu persamaan translasi dan refleksi.
Kegiatan
Penutup
1. Guru memberikan refleksi dan umpan balik
pembelajaran. Guru memberikan penghargaan dan
peneguhan kepada siswa yang telah mempresentasikan
dan menanggapi hasil pekerjaannya.
Refleksi:
Bagaimana perasaan kalian setelah mengikuti
pembelajaran pada hari ini?
Apa kendala yang kalian jumpai dalam mengikuti
pembelajaran pada hari ini?
2. Guru menginformasikan kegiatan pembelajaran
selanjutnya dan meminta siswa untuk mengerjakan soal
latihan secara mandiri dari sumber lainnya dalam
menyelesaikan permasalahan kontekstual refleksi dan
translasi
3. Guru mengakhiri kegiatan belajar dengan mengucap
salam.
Pertemuan Kedua
Tahapan
Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
Alokasi
Waktu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
Kegiatan
Awal
Orientasi
1. Guru memberikan salam dan dilanjutkan dengan
presensi sebagai wujud kedisiplinan
2. Guru melakukan pengecekan kesiapan fisik kelas
(kebersihan kelas, kerapian berpakaian, posisi tempat
duduk, dll).
10
menit
Motivasi
Guru memberikan motivasi atau semangat untuk siswa agar
mampu mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik.
Motivasi diberikan melalui cerita mengenai filosofi batik
dan keterkaitannya dengan materi rotasi.
Pemberian Acuan
1. Guru menginformasikan materi pembelajaran yang
akan dipelajari yaitu rotasi
2. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran pada
pertemuan yang sedang berlangsung yaitu siswa
mampu menyelesaikan permasalahan kontekstual rotasi
Apersepsi
1. Guru menampilkan gambar-gambar yang sesuai dengan
konsep rotasi
Kegiatan Inti 1 Stimulation
10
menit
Mengamati
Guru meminta siswa mengamati dan mencermati gambar
yang diberikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
Problem Statement
10
menit
Menanya
Guru mendorong siswa untuk bertanyaan terkait
permasalahan yang diberikan. Jika siswa tidak ada
bertanya, guru dapat memberikan pertanyaan seperti
menanyakan apa yang terjadi pada objek dalam gambar
berkaitan bentuk objek dan posisi objek.
Apa yang terjadi dengan objek dalam gambar? Bagaimana
bentuk objek? Apa yang terjadi dengan posisi objek?
Data Collection
15
menit
Menggumpulkan Data
Guru membimbing siswa dalam mengidentifikasi apa yang
terjadi pada objek dalam gambar terkait bentuk bentuk
objek dan posisi objek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
Pertanyaan
Puzzel diputar searah jarum jam
Objeknya tetap sama
Diputar sebanyak empat kali
Posisi objek berubah
Data Processing
20
menit
Menganalisis Data
Guru meminta siswa untuk mengerjakan latihan yang
diberikan melalui media Desmos.
https://student.desmos.com/join/pvwefv
Verification 8 menit
Mengkomunikasikan
1. Guru meminta salah satu siswa untuk mempresentasikan
hasil yang telah dikerjakan dan meminta siswa lain untuk
memberikan tanggapan.
2. Guru memberikan peneguhan atas jawaban yang telah
diberikan siswa.
Generalization 7 menit
Bersama dengan siswa menyimpulkan materi yang
dipelajari yaitu kosep rotasi.
Kegiatan
Penutup
1. Guru memberikan refleksi dan umpan balik
pembelajaran. Guru memberikan penghargaan dan
peneguhan kepada siswa yang telah mempresentasikan
dan menanggapi hasil pekerjaannya.
Refleksi:
Bagaimana perasaan kalian setelah mengikuti
pembelajaran pada hari ini?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
Apa kendala yang kalian jumpai dalam mengikuti
pembelajaran pada hari ini?
2. Guru menginformasikan kegiatan pembelajaran
selanjutnya dan meminta siswa untuk mengerjakan soal
latihan secara mandiri dari sumber lainnya dalam
menyelesaikan permasalahan kontekstual rotasi
3. Guru mengakhiri kegiatan belajar dengan mengucap
salam.
H. Penilaian, Pembelajaran Remedial dan Pengayaan
1. Teknik Penilaian
a. Pengetahuan
KD Indikator Teknik
Penilaian Waktu Pelaksanaan
4.1 3.7.1 Memahami konsep translasi
3.7.2 Memahami konsep refleksi
3.7.3 Memahami konsep rotasi
3.7.4 Menentukan bayangan suatu
objek setelah ditranslasikan
3.7.5 Menentukan bayangan suatu
objek setelah direfleksikan
3.7.6 Menentukan bayangan suatu
objek setelah dirotasikan 90∘,
180∘.
Tes lisan,
Tes
tertulis
Saat pembelajaran
b. Keterampilan
KD Indikator Teknik
Penilaian Waktu Pelaksanaan
4.7 4.7.1 Menyelesaikan masalah
kontekstual matematika
dengan menggunakan
konsep translasi
4.7.2 Menyelesaikan masalah
kontekstual matematika
dengan menggunakan
konsep refleksi
Tes lisan,
Tes
tertulis
Saat pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
4.7.3 Menyelesaikan masalah
kontekstual matematika
dengan menggunakan
konsep rotasi
c. Sikap
No. Indicator Teknik
Penilaian Bentuk Instrumen
1. Aktif
Pengamatan
Lembar
Observasi
2. Cermat Pengamatan
Lembar
Observasi
d. Remidial
Berdasarkan analisis hasil ulangan harian peserta didik yang
belum memenuhi ketuntasan belajar, akan dilakukan kegiatan
pembelajaran remedial dalam bentuk:
1. Bimbingan perorangan jika peserta didik yang belum tuntas ≤
20%.
2. Belajar kelompok jika peserta didik yang belum tuntas ≥
20% 𝑑𝑎𝑛 ≤ 50%.
3. Pembelajaran ulang jika peserta didik yang belum tuntas ≥
50%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
e. Pengayaan
Berdasarkan analisis hasil penilaian peserta didik yang sudah memenuhi
ketuntasan belajar diberi pengayaan. Pengayaan yang dilakukan adalah dalam
bentuk mempelajari soal-soal yang lebih menuntut berfikir kritis.
I. Lampiran
1) Lampiran Uraian Materi
Transformasi
1. Refleksi
Pencerminan merupakan salah satu jenis transformasi yang
memindahkan setiap titik 𝑃(𝑥, 𝑦) pada suatu bangun geometris ke 𝑃′(𝑥′, 𝑦′)
sedemikian sehingga jarak titik 𝑃′ ke sebuah garis sama dengan jarak titik
𝑃’ ke garis tersebut.
Gambar 2.2. Ilustrasi Refleksi terhadap sumbu-𝑦
Gambar 2.2 merupakan contoh refleksi (pencerminan) dari segitiga 𝐴𝐵𝐶
terhadap sumbu 𝑦 sehingga menghasilkan bayangan segitiga 𝐴′𝐵′𝐶′.
Langkah-langkah menggambar bayangan hasil dari refleksi suatu gambar:
Langkah 1 Pastikan gambar tegak lurus terhadap sumbu refleksi.
Langkah 2 tentukan titik-titik bayangan sehingga sumbu refleksi tegak
lurus dan membagi sama panjang titik awal dan titik bayangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
Langkah 3 Hubungkan titik-titik bayangan yang telah ditentukan
2. Translasi
Pergeseran merupakan salah satu jenis transformasi yang
memindahkan semua titik suatu bangunan geometris dengan jarak dan arah
yang sama.
Gambar 2.1. Ilustrasi translasi dengan vektor translasi 𝑣 = (42).
Gambar di atas menunjukkan ilustrasi translasi sebuah persegi 𝐴𝐵𝐶𝐷
menurut vektor translasi 𝑣 = (42) yang menghasilkan bayangan 𝐴′𝐵′𝐶′𝐷′.
Translasi pada bidang kartesius dapat dilukis dengan memindahkan gambar
sesuai dengan vektor translasi. Berikut adalah definisi matematis sebuah
translasi.
3. Rotasi
Rotasi merupakan salah satu bentuk transformasi yang
memindahkan setiap titik pada sebuah bangun geometris sejauh sudut
tertentu terhadap sebuah titik yang tetap. Titik yang tetap tersebut disebut
sebagai pusat rotasi dan besarnya sudut disebut dengan sudut rotasi. Jika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
sebuah benda dirotasikan berlawanan arah dengan arah perputaran jarum
jam, maka sudut putarnya positif. Sebaliknya, jika searah perputaran jarum
jam, maka sudut putarnya negatif.
Gambar 2.3. Ilustrasi rotasi 90∘ dengan pusat rotasi 𝑂(0,0).
Gambar diambil dari www.rumus-matematika.com
Gambar di atas menunjukkan rotasi 90∘ dari sebuah segitiga 𝐴𝐵𝐶 terhadap
pusat rotasi 𝑂(0,0). Besar sudut yang dihasilkan dari perputaran segitiga
sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
2) Lampiran Penilaian Sikap
LEMBAR PENGAMATAN SIKAP
PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Sekolah : Sekolah Menengah Pertama
Kelas : IX
Topik : Translasi dan Refleksi
Tanggal : ...................................., 20....
Sikap yang dikembangkan: Aktif, Cermat
(Bubuhkan tanda √ pada kolom penilaian sikap yang sesuai, beri catatan sesuai dengan kualitas sikap yang dipilih)
No.
Absen Nama
Sikap Yang Dikembangkan
Catatan Aktif Cermat
Mulai
Terbiasa
Mulai
Nampak
Belum
Nampak
Mulai
Terbiasa
Mulai
Nampak
Belum
Nampak
1
2
3
4
5
Catatan:
Predictor Sikap Aktif:
Terlibat dalam setiap kegiatan pembelajaran, memberikan respon yang
sesuai, dan berupaya untuk bertanya.
Predictor Sikap Cermat:
Menunjukkan langkah yang jelas – pertimbangan yang lebih menyuluruh –
tepat dalam menganalisis dan mengambil kesimpulan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
Lampiran 6: Transkrip Wawancara
Tanskrip Data Wawancara S1 Mengenai Sejarah
Transkrip ini ditulis untuk mewakili data yang diperoleh peneliti pada hari Rabu,
tanggal 4 Maret 2020 yang telah terekam. Transkrip wawancara ini merupakan hasil
pengambilan data yang dilakukan peneliti terhadap S di musem batik Danar Hadi
Solo.
Tanggal : 4 Maret 2020
Kode Subjek : S1
Peran : Asisten Manager Museum Batik Danar Hadi Solo
PS.01 Kapan awal mula mulai dikenal batik di Indonesia?
SS.01 Nah, jadi kalau ditanya batik itu adanya kapan dan tahun berapa,
ya abad 15 atau 16
PS.02 Bagaimana perkembangan batik di Indonesia hingga saat ini menjadi
ciri khas dari Indonesia?
SS.02 Baik, jadi menurut bukti yang telah ditemukan di Jawa Barat
kira-kira abad 5 atau 6 SM itu ada kain namanya Simbut
ditemukannya di daerah Banten. Jadi itu tehnik pembuatannya,
perintangnya adalah bubur panas. Waktu itu warnanya hanya
dua, biru sama putih. Daerah Jawa Barat kan memang terkenal
dengan banyaknya pohon Tarum, atau pohon Nila, atau pohon
“tom” kalau bahasa Jowo. Kemudian pada abad 7 atau 8 SM di
Sulawesi itu ada kain yang namanya Sarita, yang dibuat dengan
tehnik celup rintang dan menggunakan bubur ketan untuk
menghambat cairanwarnanya. Kemudian muncul di Mataram
itu tehnik celup rintang yang menggunakan lilin panas. Bangsa
kita itu, terutama Jawa, tidak suka menuliskan sesuatu, jadi
misalnya ini yang nemu dulu si x tahun sekian caranya begini-
begini, tidak terlalu suka itu, jadi penyempaiannya itu selalu
lisan. Nah, sehingga sebetulnya siapanya itu pasti enggak
ketemu, tapi kalau dimananya itu ketemu, yaitu di keraton
Mataram jaman Panembahan Senopati. Jadi waktu masih,
sebelumnya ya ada Sultan Agung itu sudah ada kain batik itu,
jaman kerajaan Panjang itu juga sudah ada kain batik. Dulu-
dulunya kita pewarnanya alam, sehingga microwave tdak
diperlukan. Nah, setelah ada penjajahan Belanda itu masuklah
pewarna kimia. Lalu berkembanglah batik menggunakan lilin
panas sebagai perintang warna menggunakan canthing,
tujuannya bukan untuk komersil, namun untuk kegiatan putri di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
keraton. Muncul di akhir abad 20, tujuannya untuk mencari
duit, atau komersil. Setelah abad 20, munculah batik cap. PS.03 Bagaimana awal mula perkembangan batik di Yogyakarta?
SS.03 Semua berawal di Kota Gede Yogyakarta. Setelah panembahan
Senopati, kemudian pindah ke Amangurat di Kartosuro karena
ada geger pecinan kemudian keraton dipindahkan ke Solo. Lalu
ada perjanjian Giyanti Kasunanan dan Kasultanan, setelah itu
ada perjanjian Salatiga dan Mangkunegaran, lalu ada perjanjian
lagi antara Kasultanan dan Puro Mangkunegaran. Semua asal
mulanya dari Kota Gede, Sultan Agung. PS.04 Dimana tempat pertama mulai berkembang batik Yogyakarta?
SS.04 Secara logika, keraton itu kan punya pusat kekuasaan, pusat
agama, pusat budaya, orang pinter tinggalnya di keraton waktu
itu. Jadi, batik berkembangnya dari keraton kemudian
menyebar keluar. PS.05 Siapa orang pertama yang membuat batik Yogyakarta?
SS.05 Keraton. Orang Jawa terutama Jawa Tengah, beda dengan orang
Barat. Jadi kalau orang Jawa itu Paguyuban, adalah milik
kelompok. Ia tidak akan mengaku ini milik saya, tapi ini adalah
milik keraton. PS.06 Bagaimana awal mula perkembangan batik di Surakarta?
SS.06 Semua berawal di Kota Gede Yogyakarta. Setelah panembahan
Senopati, kemudian pindah ke Amangurat di Kartosuro karena
ada geger pecinan kemudian keraton dipindahkan ke Solo. Lalu
ada perjanjian Giyanti Kasunanan dan Kasultanan, setelah itu
ada perjanjian Salatiga dan Mangkunegaran, lalu ada perjanjian
lagi antara Kasultanan dan Puro Mangkunegaran. Semua asal
mulanya dari Kota Gede, Sultan Agung.
PS.07 Siapa orang pertama yang membuat batik Surakarta?
PS.08 Dimana tempat pertama mulai berkembang batik Surakarta?
SS.08 Secara logika, keraton itu kan punya pusat kekuasaan, pusat
agama, pusat budaya, orang pinter tinggalnya di keraton waktu
itu. Jadi, batik berkembangnya dari keraton kemudian
menyebar keluar.
PJ.01 Ada berapa Jenis batik? Apa saja?
SJ.01 Ada berdasarkan bentuk, berdasarkan gaya, dan berdasarkan
produk. Berdasarkan produk itu maksudnya begini, dahulu
produknya kain panjang, udheng, iket, lalu kemben, dan sarung.
Itu produk masalalu, kalau yang sekarang ya kemeja, blouse,
tempat tissue, dmpet, taplak, dan lain-lain. Berdasarkan gaya
ada pedalaman, pesisiran. Pedalaman warnanya cokelat-cokelat
Jogja Solo dan sekitarnya, pesisiran itu ada yang pengaruh luar,
pengaruh Cina, Pengaruh londo, pengaruh Jepang, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
sebagainya. Berdasarkan bentuknya ada geometris dan non-
geometris. Yang geometris ada garis miringnya yaitu parang
dan lereng, ada yang ceplok. Yang non-geometris ada buketan,
lung-lungan, ada pinggiran. Ada berdasarkan cara
pemakaiannya, itu kan kalau Solo bagaimana, dan kalau Jogja
bagaimana.
PJ.02 Apakah yang membedakan dari setiap jenis batik yang ada?
SJ.02 Ragam hias pengisi nya. Contohnya, meru hanya dijumpai di
semen, tidak akan dijumpai di lung-lungan atau buketan. Kalau
penataan buketan tidak mungkin disebut semen, karena
penataannya buket yaitu rangkaian bunga. Jowo ne itu buketan
dari bahasa Perancin bukhe.
PJ.03 Ada berapa jenis motif batik Yogyakarta?
SJ.03 Banyak sekali. Nah kalau sekarang di Solo sidomuktinya ceplok, di
Jogja itu sidomuktinya semen. Nah, padahal namanya sama
Sidomukti. Itu kan mau menunjukkan pokoknya beda. Sidoasih sama,
di Solo Ceplok, di Jogja semen. Ganti isen-isen nanti kan ganti nama.
Ya paling tidak puluhan ribu, tinggal anda mau konsentrasinya ke
yang ceplok atau mau yang semen, apa mau yang lereng atau parang.
Karena ada yang sama parang lereng barong Joga Solo itu sama.
Hanya pakai nya beda. Parang klithik Jpgja Solo itu sama, hanya
pakainya beda. Lalu kalau ada wahyu tumurun, itu dari
mangkunegaran. Jadi kelompok polanya apa.
PJ.04 Apa saja motif yang terdapat pada batik Yogyakarta?
SJ.04 Jogja dan Solo itu sama, Parang, lereng, Ceplok
PJ.05 Apakah yang mendasari pengelompokan jenis motif batik
Yogyakarta?
SJ.05 Kalau geometris, penyusunannya tertata, kalau non-geometris
penyusunannya tidak tertata.
PJ.06 Apa perbedaan dari setiap jenis motif batik Yogyakarta?
SJ.06 Ragam hias pengisinya. Sebagai contoh, kalau pola semen harus
ada meru nya, kalau pola parang harus ada mlinjonnya, kalau
lereng tidak ada mlinjonnya.
PJ.07 Ada berapa jenis motif batik Surakarta?
SJ.07 Banyak. Kalau misalnya si parang klithik ya. Parang klithik ini
dibuat setelah parang barong, nanti akan jadi motif baru lagi,
yaitu parang klithik seling barong. Misalnya motif parang klithik
seling barong ditambah dengan motif kawung, maka akan jadi
parang klithik seling barong seling kawung.
PJ.08 Apa saja motif yang terdapat pada batik Surakarta?
SJ.08 Parang, lereng, Ceplok.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
PJ.09 Apakah yang mendasari pengelompokan jenis motif batik Surakarta?
SJ.09 Kalau geometris, penyusunannya tertata, kalau non-geometris
penyusunannya tidak tertata.
PJ.10 Apa perbedaan dari setiap jenis motif batik Surakarta?
SJ.10 Ragam hias pengisinya. Sebagai contoh, kalau pola semen harus
ada meru nya, kalau pola parang harus ada mlinjonnya, kalau
lereng tidak ada mlinjonnya. PF.01 Apakah penggunaan batik Yogyakarta dibedakan berdasarkan jabatan
atau derajat seseorang?
SF.01 Iya, parang lereng untuk bangsawan, raja dan keturunannya. Ceplok
Kalau kawung untuk Raja kalau di jogja, tapi ceplok yang bukan
kawung bisa untuk e abdi dalem. Ceplok ksatrian, itu kalau pas ada
cara grebek itu kan abdi ndalemnya banyak yang pake ceplok satrian
dan ceplok macem-macem. Tapi kalau ceplok kawung itu digunakan
untuk bangsawan atau raja=raja.
Ini konteks pembicaraan ki kalau digunakan dalam acara tradisi lo
yaa. Karena kalau untuk sehari-hari, mau yang pakai siapa pun ya gak
maslaah, karena pemkaiannya kan enggak untuk jarik.
PF.02 Apakah ada aturan penggunaan batik Yogyakarta berdasarkan motif
nya?
SF.02 Parang lereng untuk bangsawan, ceplok kawung untuk Raja, tapi
ceplok yang bukan kawung bisa untuk abdi dalem.
PF.03 Apakah penggunaan batik Yogyakarta terbatas untuk kegiatan
tertentu?
SF.03 Jelas. Tapi lebih jelasnya saya tidak tahu, karena saya lebih ke batik
Surakarta.
PF.04 Apakah penggunaan batik Surakarta dibedakan berdasarkan jabatan
atau derajat seseorang? SF.04 Iya. Parang dan lereng digunakan untuk bangsawan, tapi kalau
kawung untuk abdi dalem. Kalau motif sidamukti dan sidaluhur
boleh dipakai abdi dalem karena motifnya masuk ke ceplok.
Ini konteks pembicaraannya adalah dalam acara tradisi ya,
kalau untuk sehari-hari, mau yang pakai siapapun ya gak
masalah, karena pemakaiannya bukan untuk jarik.
PF.05 Apakah ada aturan penggunaan batik Surakarta berdasarkan
motifnya? SF.05 Motif kawung untuk abdi dalem, lereng dan parang untuk
bangsawan.
PF.06 Apakah penggunaan batik Surakarta terbatas untuk kegiatan tertentu?
Ya, beberapa dalam lingkungan keraton. Salah satu contohnya
adalah pada upacara pernikahan. Sidamukti bisa, Sidaasih bisa.
Bondhet juga bisa. Bondhet bersalah dari kata bundet, jadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
maksudnya pada saat pernikahan kan tali pernikahannya itu
tidak lepas lagi, tapi bundhet. Pada saat lamaran bisa Sidamukti,
Sidaluhur, Sidadadi, Sidamulya. Tiga hari kalau orang Jawa.
Midodareni dulu, yang wanita pakai Wahyu Tumurun,
maksudnya agar wahyu atau ridho dari Allah turun sehingga
acara bisa berjalan dengan lancar. Sebelum midodareni, ada
siraman, orangtua calon mempelai wanita pada saat setelah
siraman itu pakainya Nithik Cakar, supaya harapan mereka
putra putrinya kelak mudah cari nafhlah ceker-ceker kaya ayam.
Pada saat midodareni, calon mempelai laki-laki boleh datang
tapi tidka boleh bertemu dengan calon mempelai wanita. Calon
mempelai laki-laki memakai kain yang motifnya Satirya
Wibawa dengan maksud menunjukkanwibawa di depan
keluarga calom mempelai wanita. Pada saat akad nikah, boleh
menggunakan kain apasaja asalkan artinya baik. Sidamukti
boleh, Sidaasih boleh, Sidaluhur ya boleh, pakai wirasat boleh, pakai
Bondhet ya monggo. PF.07 Apa makna dari tiap motif batik Yogyakarta?
SF.07 Banyak banget, ee yang untuk prosesi-prosesi itu. Saya hafalnya
surakarta
PF.08 Apa makna dari tiap motif batik Surakarta?
SF.08 Tidak bisa disimpulkan secara umum, harus spesifik motif.
Wahyu Tumuru untuk siraman. Nah, kalau di Surakarta dari
lahir sampai mati ada prosesinya. Bayi lahir, dibersihkan, lalu
di bedong. Kain yang digunakan untuk bedong bayi adalah kain
yang pernah dipakai. Setelah itu ada Parang Canthel untuk
setelah menstruasi pertama,dan Parang Pamor untuk khitanan
anak laki-laki. pada saat tujuh bulan kehamilan, dapat
menggunakan apa saja yang artinya bagus, satu kain yang harus
ada, yaitu Babon Angrem, yaitu ayam betina yang sedang
mengerami telurnya dengan filosofi supaya ibunya sabar dan
penuh kasih sayang saat menjalani kehamilannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI