Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KAJIAN PENGELOLAAN
DAMPAK SOSIAL MASYARAKAT DI WILAYAH FLAMBOYAN BAWAH DAN SEKITARNYA
Kerjasama:
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KOTA PALANGKA RAYA
dengan LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN
PADA MASYARAKAT (LPPM) UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
TAHUN 2017
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan karunia-Nya sehingga Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” ini dapat disusun dan diselesaikan dengan baik. Kegiatan kajian ini dapat terlaksana atas kerjasama yang baik antara Pemerintah Kota Palangka Raya melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Kota Palangka Raya dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Universitas Palangka Raya (LPPM UPR).
Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah Flamboyan Bawah dan Sekitarnya dimaksudkan untuk mengetahui dan mengidentifikasi dampak sosial budaya dan ekonomi serta menilai persepsi dan partisipasi masyarakat akibat adanya pembangunan dan pengembangan kawasan wisata wilayah Flamboyan Bawah dan sekitarnya di Kota Palangka Raya.
Pada kesempatan ini Tim Peneliti LPPM UPR mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya ke berbagai pihak seperti pemerintah daerah melalui instansi terkait, pengelola kawasan wisata, para wisatawan/pengunjung, tokoh masyarakat dan masyarakat lokal Kota Palangka Raya yang telah bersedia memberikan data dan informasi terkait dampak sosial budaya, dampak ekonomi, persepsi masyarakat dan partisipasi masyarakat akibat adanya pembangunan dan pengembangan kawasan wisata wilayah Flamboyan Bawah dan sekitarnya.
Besar harapan semoga hasil kajian ini nantinya dapat memberikan manfaat dan kontribusi yang berarti bagi pembangunan dan pengembangan kepariwisataan di Kota Palangka Raya khususnya dan Provinsi Kalimantan Tengah pada umumnya. Sekian dan terima kasih.
Palangka Raya, Desember 2017
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 iii
KAJIAN PENGELOLAAN DAMPAK SOSIAL MASYARAKAT DI WILAYAH FLAMBOYAN BAWAH DAN SEKITARNYA
Tim Peneliti LPPM UPR:
1. Dr. Jhon Wardie, S.P., M.P. (Ketua)
2. Prof. Dr. Ir. Yetrie Ludang, M.P. (Anggota)
3. Dr. Ir. Eka Nor Taufik, M.P. (Anggota)
4. Tri Yuliana Eka Sintha, S.P., M.Sc. (Anggota)
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 iv
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN SAMPUL ...................................................................................... i KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv PENDAHULUAN ............................................................................................. 1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1 Maksud dan Tujuan ................................................................................................ 3 Hasil, Manfaat dan Dampak ................................................................................. 3 Ruang Lingkup .......................................................................................................... 3 Keluaran ...................................................................................................................... 4 METODE PENELITIAN ................................................................................. 5 Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................................. 5 Metode Pengumpulan Data ................................................................................. 5 Teknik Survei Data .................................................................................................. 5 Kaji Banding ............................................................................................................... 5 Metode Analisis Data .............................................................................................. 6 Tahapan Pelaksanaan Kegiatan ......................................................................... 6 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ........................................... 8 Kondisi Geografis, Topografis dan Demografis Kota Palangka Raya .. 8 Potensi dan Prospek Pariwisata Kota Palangka Raya .............................. 14 Gambaran Umum Kecamatan Pahandut ........................................................ 22 HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 29 Profil Umum dan Pengelolaan Kawasan Wisata Pantai Losari Kota Makassar ..................................................................................................................... 29 Identitas Responden ............................................................................................... 50 Umur Responden ................................................................................... 52 Pendidikan Terakhir Responden ..................................................... 53 Status Pekerjaan Responden ............................................................. 54 Frekuensi Kunjungan Responden ................................................... 56 Lama Responden Menetap di Lokasi ............................................. 57 Pengelolaan Dampak Sosial Budaya Pariwisata .......................................... 59
Interaksi Sosial ....................................................................................... 59 Perubahan Sosial ................................................................................... 61
Pengelolaan Dampak Ekonomi Pariwisata .................................................... 64 Peningkatan PAD ................................................................................... 64 Peningkatan Pendapatan Masyarakat ........................................... 66 Menciptakan Kesempatan Kerja ...................................................... 68
Tingkat Persepsi Masyarakat .............................................................................. 70 Persepsi Terhadap Infrastruktur, Sarana dan Prasarana ...... 71
Tingkat Partisipasi Masyarakat ......................................................................... 98 Partisipasi Dalam Perencanaan ....................................................... 99 Partisipasi Dalam Pelaksanaan ........................................................ 101
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 v
Partisipasi Dalam Pengawasan ........................................................ 102 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN ................................. 105
Kesimpulan ......................................................................................................... 105 Rekomendasi Kebijakan ................................................................................ 105
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 106
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 1
Latar Belakang Pembangunan sektor dan pengembangan kawasan wisata di Indonesia
termasuk di Provinsi Kalimantan Tengah akhir-akhir ini semakin meningkat dan menjadi perhatian. Selain memiliki manfaat dan dapat menghasilkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), juga berfungsi membuka peluang kesempatan kerja dan meningkatkan kegiatan ekonomi lokal masyarakat setempat. Oleh karena itu potensi kepariwisataan Provinsi Kalimantan Tengah harus dikelola dan dikembangkan guna menunjang pembangunan daerah pada umumnya dan pembangunan kepariwisataan pada khususnya yang tidak hanya mengutamakan segi-segi ekonomi saja, melainkan juga segi-segi agama, budaya, pendidikan, lingkungan hidup serta ketenteraman dan ketertiban.
Kota Palangka Raya yang merupakan ibukota Provinsi Kalimantan Tengah, memiliki luas wilayah 2.678,51 km2 atau 267.851 ha dan secara administratif terdiri dari 5 (lima) wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Pahandut, Jekan Raya, Sebangau, Bukit Batu dan Rakumpit (Badan Pusat Statistik Kota Palangka Raya, 2016). Kota Palangka Raya merupakan tempat bermukimnya penduduk dan berlangsungnya berbagai aktivitas penduduk yang sangat beragam berpengaruh terhadap pola ruang dalam kota baik secara keseluruhan maupun terhadap bagian wilayah kota. Pertumbuhan dan perkembangan suatu kota dari berbagai aspek kehidupan, seperti laju pembangunan, pertambahan jumlah penduduk dan dinamika kegiatan ekonomi tidak bisa dihindari. Kondisi tersebut tentunya juga terjadi di Kota Palangka Raya, dimana pertumbuhan dan perkembangan berbagai aspek kehidupan dari tahun ke tahun semakin meningkat yang memberikan dampak positif bagi masyarakat Kota Palangka Raya.
Salah satu program pembangunan yang dilaksanakan Pemerintah Kota Palangka Raya adalah pembangunan kawasan wisata Flamboyan Bawah dan sekitarnya dengan konsep water front city. Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009, yang dimaksudkan dengan kegiatan Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. Pembangunan kawasan wisata sebagai suatu kegiatan yang menyentuh dan melibatkan masyarakat secara langsung dan tidak langsung dapat membawa dampak terhadap masyarakat setempat. Pemerintah Daerah Kota Palangka Raya berharap dengan dibangunnya kawasan wisata tersebut dapat diterima oleh masyarakat sosial secara luas, memberikan keuntungan secara ekonomi baik bagi daerah maupun masyarakat serta mempertimbangkan aspek kelestarian lingkungan yang tetap terjaga dengan baik.
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 2
Berbagai upaya yang dilakukan Pemerintah Daerah Kota Palangka Raya untuk membangun kawasan wisata Flamboyan Bawah dan sekitarnya ditujukan untuk menciptakan berbagai dampak positif bagi masyarakat dan Pemerintah Daerah. Dampak positif yang diharapkan berupa dampak ekonomi, antara lain: peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD), terbukanya berbagai peluang usaha, dan terciptanya kesempatan kerja bagi masyarakat setempat. Sementara dampak positif lainnya adalah dampak sosial budaya sesuai dengan motto Kota Palangka Raya, yakni menjadi “Kota CANTIK” atau Kota yang terenCana, Aman, Nyaman, Tertib, Indah dan Keterbukaan yang dapat dirasakan masyarakat Kota Palangka Raya.
Dalam pengembangannya, tentunya keberadaan kawasan wisata akan memiliki pengaruh atau dampak positif maupun dampak negatif bagi masyarakat setempat. Bila dilakukan dengan benar dan tepat maka pariwisata dapat memaksimalkan keuntungan dan dapat meminimalkan permasalahan. Masyarakat setempat mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya pengembangan kawasan wisata, karena masyarakat setempat mau tidak mau terlibat langsung dalam aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan kepariwisataan di wilayah tersebut, misalnya bertindak sebagai tuan rumah yang ramah, penyelenggara atraksi wisata dan budaya khusus (tarian adat, upacara-upacara keagamaan, ritual dan lain-lain), produsen cindera mata yang memiliki kekhasan daerah dan turut menjaga keamanan dan kenyamanan lingkungan sekitar. Akan tetapi apabila suatu obyek wisata tidak dikembangkan atau dikelola dengan baik atau tidak direncanakan dengan matang, dapat menyebabkan kerusakan baik secara lingkungan maupun dampak-dampak negatif terhadap sosial maupun ekonomi.
Perlu dikemukakan bahwa dalam melihat dampak sosial pariwisata terhadap masyarakat setempat, masyarakat tidak hanya dipandang sebagai suatu individu, melainkan harus juga dilihat secara kelompok, karena dampak terhadap kelompok sosial yang satu belum tentu sama dengan dampak terhadap kelompok sosial yang lain. Demikian juga mengenai penilaian tentang positif dan negatif, sangat sulit digeneralisasi untuk suatu masyarakat, karena penilaian tersebut tidak selalu sama bagi segenap kelompok masyarakat. Artinya, dampak positif ataupun dampak negatif masih perlu dipertanyakan, “positif untuk siapa dan negatif untuk siapa? (Pitana dan Gayatri, 2005).
Dengan demikian, untuk menilai dampak sosial masyarakat terhadap pembangunan kawasan wisata Flamboyan Bawah dan sekitarnya di Kota Palangka Raya, maka itu tergantung pada bagaimana stakeholders terkait dalam mengelola obyek wisata tersebut. Apabila pengembangannya dilakukan dengan benar maka dampak yang akan ditimbulkan adalah dampak positif, tapi apabila pengembangannya tidak dilakukan dengan perencanaan yang matang, maka dampak yang akan ditimbulkan adalah dampak negatif.
Dalam pembangunan, pengembangan dan pengelolaan kawasan wisata Flamboyan Bawah dan sekitarnya tentunya melibatkan masyarakat Kota Palangka Raya secara umum dan secara khusus masyarakat lokal setempat, yang terlibat langsung maupun tidak langsung dengan aktivitas-aktivitas yang
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 3
berkaitan dengan kepariwisataan di wilayah tersebut. Oleh karena itu perlu pula dilakukan suatu kajian yang ditujukan untuk mengukur persepsi masyarakat terhadap berbagai dampak yang dihasilkan akibat kegiatan pembangunan, pengembangan, dan pengelolaan kawasan wisata tersebut. Diharapkan hasil pengukuran persepsi masyarakat tersebut dapat menjadi salah satu acuan dan rekomendasi bagi Pemerintah Daerah Kota Palangka Raya dalam mengelola kawasan wisata Flamboyan Bawah dan sekitarnya menjadi suatu kawasan wisata yang berkelanjutan (sustainable tourism).
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah kajian ini adalah: 1. Apa saja dampak sosial budaya dan ekonomi dari adanya pembangunan
kawasan wisata Flamboyan Bawah dan sekitarnya di Kota Palangka Raya? 2. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap pembangunan kawasan wisata
wilayah Flamboyan Bawah dan sekitarnya di Kota Palangka Raya? 3. Bagaimana partisipasi masyarakat terhadap pembangunan kawasan wisata
wilayah Flamboyan Bawah dan sekitarnya di Kota Palangka Raya?
Maksud dan Tujuan
Maksud dari kegiatan Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah Flamboyan Bawah dan Sekitarnya ini adalah untuk menyusun Dokumen Pengelolaan Kawasan Wisata.
Selanjutnya tujuan dari kajian ini, adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi dampak sosial budaya dan ekonomi dari pembangunan
kawasan wisata wilayah Flamboyan Bawah dan sekitarnya di Kota Palangka Raya.
2. Menilai persepsi masyarakat dalam pembangunan kawasan wisata wilayah Flamboyan Bawah dan sekitarnya di Kota Palangka Raya.
3. Menilai partisipasi masyarakat dalam pembangunan kawasan wisata wilayah Flamboyan Bawah dan sekitarnya di Kota Palangka Raya.
Hasil, Manfaat dan Dampak Hasil kajian ini adalah: 1). Identifikasi dampak sosial budaya dan
ekonomi; dan 2). Penilaian persepsi dan partisipasi masyarakat dari pembangunan kawasan wisata Flamboyan Bawah dan sekitarnya di Kota Palangka Raya.
Manfaat kajian ini adalah tersedianya rekomendasi untuk pemerintah kota dan instansi terkait lainnya sehubungan dengan pengelolaan dampak sosial masyarakat dari pembangunan kawasan wisata Flamboyan Bawah dan sekitarnya di Kota Palangka Raya.
Dampak kajian ini adalah terciptanya kawasan wisata Flamboyan Bawah dan sekitarnya yang CANTIK (Terencana, Aman, Nyaman, Tertib, Indah dan Keterbukaan) di Kota Palangka Raya.
Ruang Lingkup Ruang lingkup kajian dibagi ke dalam dua wilayah, yaitu: 1). Wilayah
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 4
utama adalah Kawasan Wisata Flamboyan Bawah, dan 2). Wilayah pendukung meliputi Kawasan Jembatan Kahayan, Kawasan Tugu Soekarno dan Kawasan Pelabuhan Rambang.
Ruang lingkup kegiatan adalah Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah Flamboyan Bawah dan Sekitarnya, meliputi: 1. Dampak Sosial Budaya: a). Interaksi sosial antara masyarakat lokal dan
wisatawan; dan b). Perubahan sosial budaya akibat pembangunan kawasan wisata Flamboyan Bawah dan sekitarnya.
2. Dampak Ekonomi: a). Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD); b). Pendapatan masyarakat lokal; dan c). Kesempatan kerja masyarakat lokal.
3. Persepsi Masyarakat: a). Pembangunan infrastruktur dan penyediaan sarana dan prasarana di kawasan wisata Flamboyan Bawah dan sekitarnya; dan b). Pengelolaan kawasan wisata Flamboyan Bawah dan sekitarnya.
4. Partisipasi Masyarakat: a). Perencanaan pembangunan kawasan wisata Flamboyan Bawah dan sekitarnya; b). Pelaksanaan pembangunan kawasan wisata Flamboyan Bawah dan sekitarnya; dan c). Pengawasan dalam pengelolaan kawasan wisata Flamboyan Bawah dan sekitarnya.
Keluaran Keluaran dari kajian ini adalah tercetaknya Dokumen Hasil Kajian
Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah Flamboyan Bawah dan Sekitarnya.
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 5
Lokasi dan Waktu Kajian Kegiatan kajian dibagi ke dalam dua lokasi, yaitu: 1). Lokasi utama
adalah Kawasan Wisata Flamboyan Bawah, dan; 2). Lokasi pendukung lainnya meliputi Kawasan Jembatan Kahayan, Kawasan Tugu Soekarno dan Kawasan Pelabuhan Rambang.
Waktu pelaksanaan kegiatan kajian ini selama 4 (empat) bulan yaitu mulai bulan September 2017 sampai dengan Desember 2017.
Metode Pengumpulan Data Data penelitian ini yang dikumpulkan terdiri dari 2 (dua) jenis sumber
data, yakni: 1. Data Primer, yaitu data utama yang diperoleh langsung dari obyek
penelitian melalui wawancara dengan responden dan atau informan berbagai pihak yang telah ditentukan secara sengaja (purposive sampling) dan secara insendentil (insendental sampling) menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner), sehingga diharapkan dapat memberikan gambaran dan informasi secara langsung pada obyek yang dikaji.
2. Data sekunder, yaitu data pendukung yang diperoleh melalui dokumen dan arsip-arsip dari berbagai instansi terkait serta referensi kepustakaan lainnya, sehingga diharapkan dapat digunakan untuk menambah datadan informasi terkait dengan permasalahan yang dikaji.
Teknik Survei Data Beberapa teknik survei data di lapangan dalam kegiatan kajian ini,
meliputi: 1. Observasi langsung, yaitu teknik pengumpulan data di lapangan dengan
melihat secara langsung situasi dan kondisi eksisting lokasi kajian. 2. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan mengajukan
pertanyaan langsung menggunakan kuisioner kepada responden maupun informan.
3. Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan pelacakan terhadap dokumen/arsip dari pihak instansi terkait dan melakukan perekaman/pengambilan gambar terhadap kondisi eksisting di lapangan.
Kaji Banding Kaji banding, yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan
kunjungan ke suatu daerah lain yang lebih maju terkait dengan hal yang dikaji untuk menambah dan melengkapi data dan informasi yang ada.
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 6
Metode Analisis Data Kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif.
Pendekatan tersebut digunakan untuk menggali dan mengumpulkan data dan informasi terkait pengidentifikasian dampak sosial budaya dan ekonomi serta penilaian persepsi dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan kawasan wisata Flamboyan Bawah dan sekitarnya di Kota Palangka Raya. Data dan informasi hasil kajian diolah, dianalisis dan diinterpretasikan secara komprehensif sehingga mampu menjabarkan temuan penelitian, kesimpulan dan rekomendasi penelitian secara valid dan akurat sesuai kaidah ilmiah.
Sebagaimana pendekatan penelitian yang digunakan, maka untuk menjawab tujuan penelitian 1 (pertama) akan dilakukan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif yakni untuk mengidentifikasikan dampak sosial budaya dan ekonomi dari pembangunan kawasan wisata Flamboyan Bawah dan sekitarnya di Kota Palangka Raya. Selanjutnya untuk menjawab tujuan penelitian 2 (kedua) dan penelitian 3 (tiga) akan dilakukan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif, yakni untuk menilai persepsi dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan kawasan wisata Flamboyan Bawah dan sekitarnya di Kota Palangka Raya.
Tahapan Pelaksanaan Kegiatan
No Kegiatan Bulan
September Oktober November Desember 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Tahap Persiapan: a. Penyusunan KAK b. Pembentukan Tim
Kerja
c. Pengumpulan Bahan Kajian
d. Penugasan Tenaga Peneliti, Survei dan Pengolah Data
2 Penyusunan Proposal Kegiatan
3 Ekspose Awal/Seminar Pendahuluan
4 Pelaksanaan Kegiatan Survei dan Pengambilan Data Lapangan
5 Studi Banding Luar Daerah
6 Pengolahan dan Analisis Data
7 Penyusunan Draft Laporan Kegiatan
8 Ekspose Akhir/Seminar Hasil
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 7
9 Penyerahan Dokumen Hasil Kegiatan
10 Distribusi Dokumen Hasil Kegiatan
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 8
Kondisi Geografis, Topografis dan Demografis Kota Palangka Raya
Kota Palangka Raya secara resmi ditetapkan sebagai ibukota Provinsi Kalimantan Tengah pada tanggal 17 Juli 1957. Secara geografis, Kota Palangka Raya terletak pada 113030’ – 114004’ Bujur Timur dan 1030’ – 2030’ Lintang Selatan. Secara administratif, Kota Palangka Raya berbatasan dengan: 1). Sebelah Utara: Kabupaten Gunung Mas; 2). Sebelah Timur: Kabupaten Gunung Mas dan Kabupaten Pulang Pisau; 3). Sebelah Selatan: Kabupaten Pulang Pisau; dan 4). Sebelah Barat: Kabupaten Katingan.
Berdasarkan Perda Nomor 32 Tahun 2002, Kota Palangka Raya dibagi menjadi 5 kecamatan dan 30 kelurahan dengan luas wilayah sebesar 2.678,51 Km2, untuk jelasnya seperti disajikan pada Tabel 4.1 berikut. Tabel 4.1. Luas Wilayah Administrasi Berdasarkan Kelurahan di Kota
Palangka Raya
No. Kecamatan Kelurahan Luas
(Km2)
Persentase Wilayah
(%) 1. Pahandut,
ibukota Pahandut Pahandut 9,50 0,35 Panarung 23,50 0,88 Langkai 10,00 0,37 Tumbang Rungan 23,00 0,86 Tanjung Pinang 44,00 1,64 Pahandut Seberang 7,25 0,27
Luas Kecamatan Pahandut 117,25 4,38 2. Sabangau,
ibukota Kalampangan Kereng Bangkirai 270,50 10,10 Sabaru 152,25 5,68 Kalampangan 46,25 1,73 Kameloh Baru 53,50 2,00 Bereng Bengkel 18,50 0,69 Danau Tundai 42,50 1,59
Luas Kecamatan Sabangau 583,50 21,78 3. Jekan Raya,
ibukota Palangka Menteng 31,00 1,16 Palangka 24,75 0,92 Bukit Tunggal 237,12 8,85 Petuk Katimpun 59,35 2,23
Luas Kecamatan Jekan Raya 352,62 13,16 4. Bukit Batu,
ibukota Tangkiling Marang 124,00 4,63 Tumbang Tahai 44,84 1,67 Banturung 56,44 2,11
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 9
Tangkiling 78,64 2,94 Sei Gohong 89,00 3,32 Kanarakan 105,50 3,94 Habaring Hurung 73,58 2,75
Luas Kecamatan Bukit Batu 572,00 21,36 5. Rakumpit,
ibukota Mungku Baru Petuk Bukit 283,67 10,59 Pager Jaya 193,35 7,22 Panjehang 39,43 1,47 Gaung Baru 59,08 2,21 Petuk Barunai 147,10 5,49 Mungku Baru 187,25 6,99 Bukit Sua 143,26 5,35
Luas Kecamatan Rakumpit 1.053,14 39,32 Luas Kota Palangka Raya 2.678,51 100,00
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Palangka Raya, 2017. Berdasarkan Tabel 2 di atas, diketahui bahwa kecamatan terluas adalah
Kecamatan Rakumpit sebesar 1.053,14 Km2 atau 39,32% luas wilayah Kota Palangka Raya, dan Kecamatan Pahandut memiliki luas terkecil sebesar 117,25 Km2 atau 4,38% dari luas wilayah Kota Palangka Raya. Sementara kelurahan terluas adalah Kelurahan Petuk Bukit di Kecamatan Rakumpit sebesar 283,67 Km2, dan kelurahan tersempit adalah Kelurahan Pahandut Seberang di Kecamatan Pahandut dengan luas sebesar 7,25 Km2. Selanjutnya untuk lebih jelasnya persentase luas wilayah kecamatan di Kota Palangka Raya, seperti disajikan pada Gambar 4.1 berikut.
Gambar 4.1. Persentase Luas Wilayah Administrasi Berdasarkan
Kecamatan di Kota Palangka Raya Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Palangka Raya, 2017.
Secara topografis, sebagian besar wilayah Kota Palangka Raya relatif
datar (0 – 3%), namun demikian terdapat juga bukit berbatu di Kelurahan
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 10
Tangkiling Kecamatan Bukit Batu dengan kemiringan > 40%. Morfologi wilayah perencanaan merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian rata-rata < 30 Meter di atas permukaan laut. Sementara daerah morfologi pegunungan rendah dengan ketinggian antara 30 – 60 Meter membentang dari arah Utara ke Selatan dan membagi lembah aliran Sungai Kahayan dan Sungai Rungan di bagian Barat. Jenis tanah yang ada di Kota Palangka Raya meliputi podsol, regosol, organosol, aluvial, litosol dan podsolik merah kuning yang menyebar di sekitar bantaran sungai dan danau.
Kondisi iklim di Kota Palangka Raya menurut klasifikasi Schmid dan Ferguson termasuk ke dalam kelas Af (iklim tropis) tanpa musim kemarau yang nyata atau pada bulan terkering bersuhu 320C. Sementara menurut klasifikasi Oldeman, termasuk ke dalam kelas B1 karena terdapat bulan basah selama 7 bulan berturut-turut sedangkan bulan kering hanya selama 5 bulan.
Kota Palangka Raya memiliki 3 (tiga) sungai, yakni Sungai Kahayan, Rungan dan Sabangau. Keberadaan tiga sungai tersebut dengan anak-anak sungainya merupakan prasarana transportasi alam yang sangat penting bagi masyarakat lokal setempat karena menghubungkan wilayah Kota Palangka Raya dengan wilayah lain sekitarnya. Sebagian besar penduduk Kota Palangka Raya memanfaatkan air permukaan tanah dangkal seluas 193.752,79 Ha (72,34%) sebagai air untuk memenuhi kebutuhan hidup, selebihnya lagi memanfaatkan air sungai atau air tanah menengah datar sebagai sumber air bersih seluas 74.098,21 Ha (27,66%) (Direktorat Jenderal Geologi Umum, 2007).
Potensi pengembangan wilayah Kota Palangka Raya dapat digambarkan pada pola ruang wilayah yang telah ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Palangka Raya Tahun 2009 – 2030, yang disajikan secara rinci seperti pada Tabel 4.2 berikut. Tabel 4.2. Pola Ruang Eksisting dan Rencana Pola Ruang Wilayah Kota
Palangka Raya
No. Peruntukkan Lahan Eksisting (2010) Rencana (2030)
Selisih (%)
Luas (Ha)
% Luas (Ha)
%
1. Kawasan Lindung: a. Kawasan yang memberikan
perlindungan bawahannya 120.834 42,51 137.807 48,40 5,89
b. Kawasan perlindungan setempat
11.832 4,16 18.563 6,50 2,34
c. Kawasan RTH, Hutan Kota 1.450 0,51 1.809
0,60 0,09
d. Kawasan Cagar Budaya 281 0,10 352 0,10 0,00 Luas Kawasan Lindung 134.397 47,28 158.531 55,77
2. Kawasan Budidaya: a. Kawasan Perumahan 43.040 15,14 62.148 21,90 6,76 b. Kawasan Perdagangan dan
Jasa 305 0,11 489 0,20 0,09
c. Kawasan Perkantoran 450 0,16 527 0,20 0,04
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 11
No. Peruntukkan Lahan Eksisting (2010) Rencana (2030)
Selisih (%)
Luas (Ha)
% Luas (Ha)
%
d. Kawasan Industri - - 2.738 1,00 1,00 e. Kawasan Pariwisata 848 0,30 13.353 4,70 4,40 f. Kawasan Bandara Tjilik
Riwut 200 0,07 217 0,10 0,03
g. Kawasan Peruntukkan lainnya
105.010 36,94 46.247 16,30 (20,64)
Luas Kawasan Budidaya 149.853 52,72 125.719 44,23 Luas Keseluruhan 284.250 100,00 284.250 100,00 0,10
Sumber: Laporan Akhir RTRW Kota Palangka Raya, 2012. Berdasarkan Tabel 4.2, diketahui bahwa terdapat selisih antara rencana
RTRW dengan kondisi eksisting sekitar 0,1%, merupakan selisih yang sangat kecil. Kekurangan kawasan ada pada peruntukkan kawasan lindung dengan kelebihan pada peruntukkan lainnya. Untuk lebih jelasnya mengenai persentase pola ruang wilayah eksisting dan rencana dari luasan kawasan lindung dan kawasan budidaya seperti disajikan pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2. Persentase Pola Ruang Eksisting dan Rencana Pola Ruang
Wilayah Kota Palangka Raya Sumber: Laporan Akhir RTRW Kota Palangka Raya, 2012.
Kawasan lindung yang berfungsi memberikan perlindungan terhadap
kawasan di bawahnya di Kota Palangka Raya meliputi kawasan sempadan Sungai Rungan/Kahayan dan Sungai Sabangau, kawasan resapan air dan kawasan yang mempengaruhi terhadap tata air di daerah Utara Kota Palangka Raya, serta kawasan hutan rawa gambut. Kawasan perlindungan setempat di wilayah Kota Palangka Raya sebagian besar terkonsentrasi di kawasan sempadan Sungai Rungan dan beberapa danau (sungai mati) yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai dan danau.
Rencana pengembangan kawasan cagar budaya di wilayah Kota Palangka Raya diarahkan pada kawasan Bukit Tangkiling dan sekitarnya.
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 12
Kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Palangka Raya dilengkapi dengan fasilitas taman, tempat bermain dan area olah raga. Rencana hutan kota di wilayah Kota Palangka Raya memusat di wilayah Kelurahan Tumbang Rungan yakni sepanjang sempadan Sungai Rungan. Lokasinya akan menyebar ke setiap kecamatan hingga kelurahan.
Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan. Kawasan budidaya merupakan kawasan yang diperuntukkan sebagai kawasan dengan penggunaan lahan tertentu sebagai bagian dari kehidupan manusia untuk memenuhi kehidupannya, terdiri atas kawasan perumahan, perdagangan dan jasa, perkantoran, industri, pariwisata, bandara dan kawasan peruntukkan lainnya meliputi fasilitas pelayanan umum, kegiatan informal, evakuasi bencana, militer, pertanian dan pertambangan.
Khusus kawasan budidaya yang diperuntukkan kawasan pariwisata akan dikembangkan destinasi dan sarana prasarana pendukungnya untuk memenuhi kebutuhan ruang kegiatan pariwisata lokal, regional dan nasional meliputi: 1). Pariwisata yang bertujuan melestarikan budaya dan tradisi Dayak yang ada di wilayah Kota Palangka Raya, dikembangkan di Kelurahan Marang; 2). Pariwisata tepian danau dan Sungai Rungan dikembangkan di Kelurahan Tumbang Rungan; 3). Pariwisata yang bertujuan melestarikan alam dan lingkungan serta upaya penangkaran hewan primata berupa kebun binatang di Kecamatan Sabangau; 4). Pariwisata kuliner dikembangkan di daerah ikon Kota Palangka Raya pada daerah jembatan Kahayan di Kelurahan Pahandut Seberang; dan 5). Pariwisata minat khusus (olah raga otomotif) dikembangkan di Kelurahan Sabaru.
Secara demografis, Kota Palangka Raya memiliki jumlah penduduk yang terus bertambah. Pertambahan penduduk yang cepat, penyebaran penduduk yang tidak merata dan kualitas penduduk yang rendah merupakan ciri-ciri permasalahan penduduk Indonesia pada umumnya, termasuk di Kota Palangka Raya. Penyebaran penduduk yang tidak merata per kecamatan bahkan hingga per kelurahan akan mengakibatkan pemanfaatan sumberdaya manusia menjadi tidak atau kurang efektif dan produktif.
Jumlah penduduk Kota Palangka Raya tahun 2016 sebanyak 267.757 jiwa yang terdiri dari 137.057 jiwa laki-laki dan 130.700 jiwa perempuan dengan kepadatan penduduk mencapai 99,96 jiwa/Km2. Sementara jumlah rumahtangga tahun 2016 sebanyak 70.548 rumahtangga dengan rata-rata anggota rumahtangga sebanyak 3 – 4 orang. Penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Jekan Raya hingga 52% dari jumlah penduduk Kota Palangka Raya dengan kepadatan penduduk mencapai 349 jiwa/Km2, sedangkan penduduk terjarang terdapat di Kecamatan Rakumpit hanya 1% dari penduduk Kota Palangka Raya dengan kepadatan 3 jiwa/Km2 (Badan Pusat Statistik Kota Palangka Raya, 2017), seperti dapat terlihat pada Tabel 4.3.
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 13
Tabel 4.3. Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Berdasarkan Kecamatan di Kota Palangka Raya Tahun 2015 – 2016
No. Kecamatan Jumlah Penduduk
(Jiwa) Laju
Pertumbuhan (%) 2015 2016
1. Pahandut 91.075 93.894 3,10 2. Sabangau 16.875 17.398 3,10 3. Jekan Raya 135.129 139.312 3,10 4. Bukit Batu 13.455 13.749 2,19 5. Rakumpit 3.331 3.404 2,19
Palangka Raya 259.865 267.757 3,04 Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Palangka Raya, 2017.
Berdasarkan Tabel 4.3 di atas, diketahui bahwa jumlah penduduk Kota Palangka Raya pada tahun 2016 meningkat dibandingkan dengan tahun 2015 sebanyak 259.865 jiwa, dengan laju pertumbuhan sebesar 3,04%. Selanjutnya untuk lebih jelasnya jumlah penduduk Kota Palangka Raya berdasarkan kecamatan dapat dilihat secara jelas seperti pada Gambar 4.3.
Gambar 4.3. Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan
di Kota Palangka Raya Tahun 2016 Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Palangka Raya, 2017.
Menurut prediksi Badan Pusat Statistik (BPS), bahwa pertumbuhan
penduduk Kota Palangka Raya setiap tahun akan terus meningkat. Dengan mempertimbangkan kemajuan di masa mendatang diprediksikan bahwa pada tahun 2020 nanti jumlah penduduk Kota Palangka Raya meningkat menjadi 299.691 jiwa.
Pada tahun 2016, rasio jenis kelamin penduduk di Kota Palangka Raya sebesar 105, yang berarti bahwa di antara 105 orang penduduk laki-laki terdapat 100 orang penduduk perempuan. Perbandingan penduduk laki-laki
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 14
lebih banyak dari penduduk perempuan sudah terjadi dalam 5 tahun terakhir (2012 – 2016). Demikian pula jumlah penduduk umur 15 tahun ke atas pada tahun 2016 sebanyak 199.960 orang dan penduduk usia kerja/produktif berjumlah 192.823 orang dengan rasio beban tanggungan sebesar 39, yang berarti bahwa pada setiap 100 penduduk usia produktif menanggung sebanyak 39 orang penduduk lanjut usia dan di bawah umur 15 tahun.
Potensi dan Prospek Pariwisata Kota Palangka Raya Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun
2009 tentang Kepariwisataan dikatakan bahwa pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Selanjutnya kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multi dimensi serta multi disiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah dan pengusaha.
Kepariwisataan bertujuan untuk: 1). Meningkatkan pertumbuhan ekonomi; 2). Meningkatkan kesejahteraan rakyat; 3). Menghapus kemiskinan; 4). Mengatasi pengangguran; 5). Melestarikan alam, lingkungan dan sumberdaya; 6). Memajukan kebudayaan; 7). Mengangkat citra bangsa; 8). Memupuk rasa cinta tanah air; 9). Memperkokoh jati diri dan kesatuan bangsa; dan 10). Mempererat persahabatan antar bangsa. Dengan demikian maka sangat penting bagi daerah untuk membangun kawasan pariwisata.
Rencana pembangunan harus terintegrasi, sinkron dan sinergi baik antar daerah, antar ruang dan waktu maupun antar fungsi pemerintah. Optimalisasi peran dan partisipasi para pelaku pembangunan harus terus ditingkatkan secara terkooordinir untuk menjamin tercapainya penggunaan sumberdaya yang efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan menuju masyarakat yang adil, makmur dan merata dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Mengacu pada sistem perencanaan pembangunan nasional maupun daerah seperti yang terdapat dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kota Palangka Raya Tahun 2008 – 2028 (tertuang dalam Peraturan Daerah Nomor 06 Tahun 2009 tertanggal 12 Maret 2009) maupun dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Palangka Raya Tahun 2013 – 2018 (Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2014 tertanggal 25 Agustus 2014), maka Visi Pembangunan Kota Palangka Raya adalah: “Terwujudnya Kota Palangka Raya sebagai Kota Pendidikan, Jasa dan Wisata yang Berkualitas, Tertata dan Berwawasan Lingkungan Menuju Masyarakat Sejahtera Berdasarkan Falsafah Budaya Betang”. Selanjutnya Misi Pembangunan Kota Palangka Raya adalah, sebagai berikut: 1. Mewujudkan Kota Palangka Raya sebagai kota pendidikan dan pusat
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 15
pengembangan sumberdaya manusia yang berkualitas; 2. Mewujudkan Kota Palangka Raya sebagai kota jasa dan destinasi wisata
menuju kemandirian ekonomi masyarakat; 3. Mewujudkan pemerataan sarana dan prasarana publik yang berkualitas
berdasarkan tata kelola sumberdaya alam yang berkelanjutan; 4. Mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang baik dan bersih (good and
clean governance); dan 5. Mewujudkan masyarakat yang berbudaya, harmonis, dinamis dan damai
berdasarkan filosofi huma betang. Salah satu misi pembangunan Kota Palangka Raya terutama misi ke-2
(dua), yakni mewujudkan Kota Palangka Raya sebagai kota jasa dan destinasi wisata menuju kemandirian ekonomi masyarakat. Diketahui bahwa Kota Palangka Raya sebagai ibukota dan terletak di tengah-tengah Provinsi Kalimantan Tengah mempunyai posisi yang strategis sebagai pusat informasi dan komunikasi bagi berbagai aspek yang berhubungan dengan kegiatan pemerintahan, politik, sosial budaya, ekonomi termasuk juga pariwisata. Oleh karena itu, pembangunan Kota Palangka Raya harus memberi ruang yang cukup bagi pelayanan berbagai bidang jasa, serta pembangunan dan pengembangan kawasan wisata dengan memperhatikan budaya daerah, keadaan lingkungan fisik maupun sosial. Lebih rincinya mengenai tujuan, sasaran, strategi dan arah kebijakan misi ke-2 (dua) yang tertuang dalam RPJMD Kota Palangka Raya adalah seperti terlihat dalam Tabel 4.4 berikut.
Tabel 4.4. Tujuan, Sasaran, Strategis dan Arah Kebijakan Misi Ke-2
Berdasarkan RPJMD Kota Palangka Raya Tahun 2013 – 2018
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan
Meningkatkan pengembangan ekonomi kerakyatan untuk mendukung perdagangan, jasa dan pariwisata
Meningkatnya kegiatan ekonomi kerakyatan
Mengembangkan industri pariwisata dengan mendorong perbaikan dan peningkatan kualitas jaringan prasarana dan sarana pendukung pariwisata
Membangun sarana dan prasarana daerah wisata
Meningkatkan pemasaran
Meningkatkan hubungan / membangun kemitraan dengan semua stakeholders
Pengembangan destinasi pariwisata
Peningkatan jumlah Obyek Daya Tarik Wisata (ODTW) Peningkatan pengelolaan ODTW
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 16
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan
Meningkatnya kualitas dan kreativitas SDM pariwisata dan UKM
Peningkatan kualitas dan kreativitas SDM seni, budaya dan pariwisata
Penyiapan SDM yang memiliki kompetensi
Meningkatnya kelancaran distribusi barang/jasa dan penggunaan produk dalam negeri
Peningkatan kelancaran distribusi barang/jasa dan penggunaan produk dalam negeri
Pengembangan produk wisata secara kreatif dan inovatif ditunjang dengan pemasaran yang baik
Meningkatkan lapangan kerja
Meningkatnya ketersediaan lapangan kerja
Meningkatkan tumbuhnya industri kecil dan menengah
Penguatan modal pengembangan industri kecil dan menengah dan jasa berbasis pariwisata
Menurunkan angka ketergantungan
Meningkatkan perluasan lapangan kerja Meningkatkan kompetensi penduduk usia produktif
Peningkatan fasilitasi penduduk usia kerja terhadap lapangan kerja Peningkatan pelatihan dan pengembangan usia kerja
Meningkatkan perlindungan dan kesejahteraan tenaga kerja
Peningkatan kualitas perlindungan terhadap hak dan kewajiban tenaga kerja
Meningkatkan pertumbuhan sektor industri dan jasa berbasis pariwisata yang ramah lingkungan
Meningkatkan unit usaha Industri Kecil dan Menengah (IKM)
Meningkatkan kualitas dan kuantitas IKM dan mutu produk IKM
Peningkatan pertumbuhan kualitas dan kuantitas IKM
Meningkatnya kontribusi hasil industri kecil dan jasa berbasis pariwisata yang ramah lingkungan terhadap perekonomian daerah
Meningkatkan unit usaha IKM
Meningkatkan program revitalisasi dan penumbuhan IKM
Terbangunnya kawasan hutan dan kebun yang berbasis pariwisata
Mempertahankan kawasan hutan dan kebun yang memiliki nilai yang eksotis
Peningkatan pemanfaatan sumberdaya hutan Peningkatan perencanaan pembangunan kehutanan dan perkebunan
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 17
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan
Meningkatkan dan menciptakan jaringan pasar produk unggulan
Meningkatnya kontribusi sektor perdagangan dan jasa terhadap perekonomian daerah
Meningkatkan kerjasama dengan sektor swasta untuk peningkatan perekonomian daerah
Peningkatan program efisien perdagangan dalam negeri Peningkatan program perlindungan konsumen dan pengaman perdagangan
Terwujudnya peningkatan daya saing KUMKM yang mandiri dan inovatif berdasarkan ekonomi kerakyatan
Mengembangkan produk KUMKM yang berdaya saing Meningkatkan akses permodalan KUMKM Meningkatkan pengembangan kualitas kelembagaan KUMKM
Peningkatan program pengembangan promosi produk KUMKM Peningkatan program perluasan sumber pembiayaan Peningkatan program peningkatan pengembangan kualitas kelembagaan KUMKM Manajemen pengembangan koperasi
Meningkatkan iklim investasi yang kondusif
Meningkatnya jumlah investasi
Meningkatkan kerjasama investasi di daerah
Peningkatan daya tarik investasi dan realisasi investasi Peningkatan promosi dan kerjasama investasi Peningkatan pengawasan dan pengendalian investasi Peningkatan pelayanan perijinan dan investasi
Terbentuknya iklim yang kondusif bagi penanaman modal untuk kegiatan pembangunan sesuai dengan potensi SDA serta pola tata ruang daerah
Memberdayakan KUMKM serta mengembangkan kewirausahaan
Peningkatan program revitalisasi dan penumbuhan IKM Peningkatan program peningkatan kualitas kelembagaan koperasi
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 18
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan
Meningkatkan pengembangan sektor pertanian untuk mendukung ketahanan pangan, perdagangan, jasa dan pariwisata
Meningkatnya produksi dan produktivitas pertanian
Meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman pangan
Peningkatan produksi dan produktivitas tanaman pangan
Meningkatkan populasi dan produksi ternak
Peningkatan populasi dan produksi ternak
Meningkatkan produksi perikanan
Peningkatan produksi perikanan
Vaksinasi, surveliance dan pengawasan produk asal ternak
Pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak
Meningkatkan PAD untuk mewujudkan kemandirian daerah
Meningkatnya PAD Meningkatkan potensi sumber-sumber PAD Pengembangan sistem pelayanan dan informasi pajak daerah berbasis IT
Intensifikasi dan ekstensifikasi potensi sumber-sumber PAD Penerapan pelayanan dan pengelolaan berbasis IT
Sumber: RPJMD Kota Palangka Raya Tahun 2013 - 2018. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009
tentang Kepariwisataan, bahwa pembangunan kepariwisataan meliputi: 1). Industri pariwisata; 2). Destinasi pariwisata; 3). Pemasaran; dan 4). Kelembagaan kepariwisataan. Pembangunan kepariwisataan di daerah dilakukan berdasarkan rencana induk pembangunan kepariwisataan provinsi dan kabupaten/kota yang selanjutnya diatur tersendiri dalam Peraturan Daerah (Perda) provinsi dan kabupaten/kota. Dalam pembangunan kepariwisataan perlu menetapkan Kawasan Strategis Pariwisata (KSP) dengan memperhatikan berbagai aspek, yakni: 1). Sumberdaya pariwisata alam dan budaya yang potensial menjadi daya tarik pariwisata; 2). Potensi pasar; 3). Lokasi strategis yang berperan menjaga persatuan bangsa dan keutuhan wilayah; 4). Perlindungan terhadap lokasi tertentu yang mempunyai peran strategis dalam menjaga fungsi dan daya dukung lingkungan hidup; 5). Lokasi strategis yang mempunyai peran dalam usaha pelestarian dan pemanfaatan aset budaya; 6). Kesiapan dan dukungan masyarakat; dan 7). Kekhususan dari wilayah.
Pembangunan kepariwisataan di Kota Palangka Raya dilakukan berdasarkan Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kota Palangka Raya (RIPPARKOTA) Tahun 2017 – 2028, yang selanjutnya diatur tersendiri dalam Peraturan Daerah (Perda) Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2017. Dalam Perda tersebut dikatakan bahwa visi pembangunan kepariwisataan kota adalah “terwujudnya Kota Palangka Raya sebagai destinasi wisata yang maju, kreatif, dan sejahtera berlandaskan nilai-nilai budaya betang”.
Sementara misi pembangunan kepariwisataan kota meliputi: 1).
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 19
Membangunan destinasi pariwisata, terutama komponen daya tarik budaya dan alam, fasilitas, dan aksesibilitas yang memenuhi standar pelayanan pariwisata; 2). Membangun industri pariwisata yang memenuhi standar pelayanan pariwisata, sesuai permintaan pasar wisata dengan tidak menurunkan kualitas budaya dan lingungan setempat; 3). Membangun sistem pengelolaan pariwisata yang tangguh dan akuntabel, sehingga mampu mengelola pariwisata kota secara berkesinambungan dan konsisten; 4). Membangun pasar dan pemasaran pariwisata berdasarkan pada asas kejujuran informasi melalui promosi pariwisata yang logis dan strategis; dan 5). Membangun sumberdaya manusia industri pariwisata, masyarakat, dan pemangku kepentingan yang mempunyai etos dan budaya pariwisata untuk memberikan pelayanan, penjelasan, dan mempertahankan kebanggaan dan kesinambungan terhadap pariwisata.
Berdasarkan Perda Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2017, bahwa dalam penetapan KSP terbagi atas: 1). KSP 1 Sei Gohong dengan tema pengembangan pariwisata konservasi; 2). KSP 2 Tumbang Tahai dengan tema pengembangan pariwisata edukasi (pendidikan budaya, pendidikan konservasi); 3). KSP 3 Pahandut dengan tema pengembangan pariwisata rekreatif (wisata kuliner, wisata keluarga); dan 4). KSP 4 Kalampangan dengan tema pengembangan pariwisata berbasis lingkungan (ekowisata). Kawasan Strategis Pariwisata (KSP) adalah kawasan yang mempunyai fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumberdaya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan.
Dalam penetapan KSP didasarkan pada Daya Tarik Wisata (DTW), yaitu segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Penetapan KSP didasarkan pada pembangunan dan pengembangan DTW, secara rinci seperti terlihat pada Tabel 4.5. Tabel 4.5. Penetapan Kawasan Strategis Pariwisata (KSP) Berdasarkan
Pengembangan Daya Tarik Wisata (DTW) di Kota Palangka Raya
No. Kawasan Strategis Pariwisata (KSP)
1. KSP 1 Sei Gohong: Pengembangan DTW (pariwisata konservasi) a. Hutan Ulin Mungku Baru b. Sandung Bawi Kuwu c. Hutan Pendidikan
2. KSP 2 Tumbang Tahai: Pengembangan DTW (pariwisata edukasi)
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 20
No. Kawasan Strategis Pariwisata (KSP)
a. Desa Wisata Sei Gohong b. Desa Wisata Kanarakan c. Pulau Kaja d. Sei Batu e. Pura Sali Paseban Batu f. Bukit Karmel g. Batu Banama h. Perkemahan Nyaru Menteng i. Taman Wisata Alam Bukit Tangkiling j. Danau Tahai
3. KSP 3 Pahandut: Pengembangan DTW (pariwisata rekreatif) a. Susur Sungai Kahayan b. Tajahan Tjilik Riwut c. Betang Mandala Wisata d. Museum Balanga e. Pasar Blauran f. Souvenir Shop g. Monumen Soekarno h. Kawasan Kuliner Flamboyan i. Danau Hanjalutung
4. KSP 4 Kalampangan: Pengembangan DTW (pariwisata berbasis lingkungan/ekowisata) a. Makam Kubah Kuning b. Danau Tundai c. Desa Kereng Bangkirai d. Perkemahan Tuah Pahoe e. Sandung Ngabe Sukah f. Sungai Koran (bagian dari Taman Nasional Sabangau)
Sumber: Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2017. Kebijakan pengembangan destinasi pariwisata di Kota Palangka Raya
berkaitan juga dengan pembangunan dan pengembangan DTW meliputi: DTW alam, DTW budaya dan DTW hasil buatan, secara terperinci dapat dilihat seperti pada Tabel 4.6 berikut.
Tabel 4.6. Pembangunan dan Pengembangan Daya Tarik Wisata (DTW) di
Kota Palangka Raya
No. Daya Tarik Wisata (DTW)
1. DTW Alam:
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 21
No. Daya Tarik Wisata (DTW)
a. Batu Banama b. Sungai Koran (bagian dari Taman Nasional Sabangau) c. Taman Wisata Alam (TWA) Bukit Tangkiling d. Pulau Kaja e. Danau Tundai f. Danau Tahai g. Hutan Ulin Mungku Baru h. Hutan Pendidikan i. Sei Batu j. Danau Hanjalutung
2. DTW Budaya: a. Betang Mandala Wisata b. Museum Balanga c. Bukit Karmel d. Sandung Bawi Kuwu e. Sandung Ngabe Sukah f. Pura Sali Paseban g. Makam Kubah Kuning h. Tajahan Tjilik Riwut i. Desa Wisata Sei Gohong j. Desa Wisata Kanarakan k. Arsitektur, jenis bangunan dan ragam hias tradisional khas Suku
Dayak l. Ragam aneka sajian kuliner khas: juwu dawen paria, juwu dawen
sayur dan singkong, aneka masakan ikan air tawar, hidangan khas Suku Dayak
m. Festival Budaya Iseng Mulang, Tiwah, Bantaran Sungai Kahayan, Festival Danum, Mamapas Lewu
n. Ragam sajian jenis alat music dan tarian khas Kota Palangka Raya o. Ragam jenis seni ukir, seni lukis, seni bela diri dan senjata
tradisional 3. DTW Hasil Buatan:
a. Jembatan Sungai Kahayan b. Bumi Perkemahan Nyaru Menteng c. Bumi Perkemahan Tuah Pahoe d. Pasar Blauran e. Monumen Soekarno f. Pusat perbelanjaan souvenir khas Dayak g. Kolam Renang h. Golf Course i. Kawasan Bundaran Besar
Sumber: Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2017.
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 22
Gambaran Umum Kecamatan Pahandut Kecamatan Pahandut secara administrasi terbagi atas 6 (enam)
kelurahan, yaitu: Kelurahan Pahandut, Kelurahan Panarung, Kelurahan Langkai, Kelurahan Tumbang Rungan, Kelurahan Tanjung Pinang dan Kelurahan Pahandut Seberang. Kecamatan Pahandut memiliki batas-batas wilayah, sebagai berikut: 1). Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Pulang Pisau; 2). Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sabangau; 3). Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Sabangau; dan 4). Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Jekan Raya.
Setiap kelurahan memiliki luas wilayah yang bervariasi di mana wilayah terbesar adalah Kelurahan Tanjung Pinang sebesar 48,26 Km2 (40,43% dari luas wilayah Kecamatan Pahandut), sedangkan Kelurahan Pahandut Seberang memiliki luas wilayah terkecil sebesar 7,95 Km2 (6,66% dari luas wilayah Kecamatan Pahandut), seperti terlihat pada Tabel 4.7 dan Gambar 4.4.
Tabel 4.7. Luas Wilayah Berdasarkan Kelurahan di Kecamatan Pahandut
No. Kelurahan Luas Wilayah
(Km2) Persentase
(%)
1. Pahandut 8,20 6,87 2. Panarung 23,10 19,35 3. Langkai 8,88 7,44 4. Tumbang Rungan 22,98 19,25 5. Tanjung Pinang 48,26 40,43 6. Pahandut Seberang 7,95 6,66
Kecamatan Pahandut 119,37 100,00 Sumber: BPS Kota Palangka Raya, 2017.
Gambar 4.4. Persentase Luas Wilayah Berdasarkan Kelurahan
di Kecamatan Pahandut Sumber: BPS Kota Palangka Raya, 2017.
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 23
Kecamatan Pahandut yang terbagi atas 6 (enam) Kelurahan berdasarkan data tahun 2016 tercatat ada 235 Rukun Tetangga (RT) dan 61 Rukun Warga (RW) yang masuk ke dalam wilayah administrasi masing-masing kelurahan. Jumlah RT dan RW terbanyak terdapat di Kelurahan Pahandut, yakni sebanyak 96 RT dan 26 RW, sementara yang terkecil terdapat di Kelurahan Tumbang Rungan hanya dengan 2 RT dan 1 RW.
Berdasarkan data BPS, Kecamatan Pahandut selalu mengalami pertambahan penduduk setiap tahunnya. Pada tahun 2010 jumlah penduduk Kecamatan Pahandut sebanyak 77.211 jiwa, tahun 2014 mencapai 88.304 jiwa dan tahun 2016 meningkat menjadi 93.894 jiwa. Untuk lebih jelasnya seperti disajikan pada Tabel 4.8 dan Gambar 4.5.
Tabel 4.8. Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Berdasarkan
Kelurahan di Kecamatan Pahandut Tahun 2016
No. Kelurahan Penduduk (Jiwa) Rasio
Jenis Kelamin
Laki-Laki Perempuan Jumlah
1. Pahandut 15.406 14.547 29.953 106
2. Panarung 12.678 12.071 24.749 105 3. Langkai 15.437 15.197 30.634 102 4. Tumbang Rungan 379 378 757 100 5. Tanjung Pinang 1.616 1.496 3.112 108 6. Pahandut Seberang 3.431 1.258 4.689 108
Pahandut 47.947 45.947 93.894 104
Sumber: BPS Kota Palangka Raya, 2017.
Gambar 4.5. Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Berdasarkan
Kelurahan di Kecamatan Pahandut Tahun 2016 Sumber: BPS Kota Palangka Raya, 2017.
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 24
Berdasarkan Tabel 4.8 dan Gambar 4.5 di atas, diketahui bahwa konsentrasi penduduk di Kecamatan Pahandut berada di tiga kelurahan, yaitu Kelurahan Langkai sebanyak 30.634 jiwa (32,63%), Kelurahan Pahandut 29.953 jiwa (31,90%) dan Kelurahan Panarung sebanyak 24.749 jiwa (26,36%). Kepadatan penduduk berkorelasi positif dengan luas wilayah dan jumlah penduduk di kelurahan tersebut, dimana kepadatan penduduk Kelurahan Langkai mencapai 3.449,77/Km2, Kelurahan Panarung mencapai 1.071,39/Km2 dan Kelurahan Pahandut mencapai 652,80/Km2, seperti terlihat pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9. Distribusi dan Kepadatan Penduduk Berdasarkan Kelurahan di
Kecamatan Pahandut Tahun 2016
No. Kelurahan Persentase
Penduduk (%) Kepadatan Penduduk
Per Km2
1. Pahandut 31,90 652,80 2. Panarung 26,36 1.071,39 3. Langkai 32,63 3.449,77 4. Tumbang Rungan 0,81 32,94 5. Tanjung Pinang 3,31 64,48 6. Pahandut Sebrang 4,99 589,81
Kecamatan Pahandut 100,00 786,32 Sumber: BPS Kota Palangka Raya, 2017.
Jumlah penduduk yang banyak dan kepadatan penduduk yang lebih
tinggi pada ketiga kelurahan tersebut dapat menimbulkan persoalan tersendiri dalam penataannya. Namun di sisi lain memberikan peluang dalam peningkatan keterlibatan masyarakat terutama dalam menggiatkan kegiatan ekonomi, baik bagi masyarakat yang berdomisili di wilayah tersebut maupun masyarakat dari wilayah lainnya yang berusaha di Kota Palangka Raya khususnya di Kecamatan Pahandut.
Gambar 4.6. Persentase Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelurahan
di Kecamatan Pahandut Tahun 2016 Sumber: BPS Kota Palangka Raya, 2017.
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 25
Penduduk di Kecamatan Pahandut, baik berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan mayoritas masuk ke dalam kategori angkatan kerja pada usia produktif, seperti terlihat pada Tabel 4.10 dan Gambar 4.7. Dengan demikian perlu adanya keseimbangan antara jumlah pencari kerja, permintaan tenaga kerja dan ketersediaan lapangan pekerjaan.
Tabel 4.10. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis
Kelamin di Kecamatan Pahandut Tahun 2016
Kelompok Umur Penduduk (Orang)
Laki-Laki Perempuan Jumlah 0 – 4 4.625 4.353 8.978 5 – 9 3.982 3.709 7.691
10 – 14 3.823 3.800 7.623 15 – 19 4.251 4.639 8.890 20 – 24 4.825 4.843 9.668 25 – 29 4.399 4.253 8.652 30 – 34 4.420 4.289 8.709 35 – 39 4.317 3.929 8.246 40 – 44 3.718 3.479 7.197 45 – 49 3.064 2.724 5.788 50 – 54 2.435 2.124 4.559 55 – 59 1.830 1.617 3.447 60 – 64 1.045 867 1.912
65 ke Atas 1.213 1.321 3.534 Jumlah 49.947 45.947 93.894
Sumber: BPS Palangka Raya, 2017.
Bagi masyarakat yang bermukim di sekitar pinggiran Sungai Kahayan, aktivitas baik di tepian sungai maupun di sungai menjadi rutinitas dalam mencari nafkah sehari-hari, baik sebagai pedagang, nelayan tangkap dan budidaya, buruh angkut dan bongkar muat, usaha kuliner dan sebagainya.
Gambar. 4.7. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan
Jenis Kelamin di Kecamatan Pahandut Tahun 2016 Sumber: BPS Palangka Raya, 2017.
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 26
Di samping itu, adanya pembangunan dan pengembangan kawasan wisata di kawasan Flamboyan bawah dan sekitarnya diharapkan menjadi katalisator pertumbuhan di berbagai bidang, tentunya membawa dampak positif baik dalam aspek sosial budaya, ekonomi maupun aspek lainnya, terutama bagi masyarakat yang bermukim di kawasan Flamboyan bawah dan sekitarnya di Kecamatan Pahandut Kota Palangka Raya.
Kawasan pinggiran Sungai Kahayan yang dibangun menjadi kawasan obyek wisata akan mengalami perubahan lingkungan fisik secara nyata. Terlebih apabila pembangunan kawasan pariwisata tersebut berdampingan dan beriringan dengan beberapa aktivitas lain, seperti keberadaan permukiman, aktivitas pelabuhan, aktivitas transportasi sungai maupun aktivitas usaha kuliner tentunya dapat menjadi tempat rekreasi yang menarik bagi wisatawan, baik lokal maupun asing.
Oleh karena itu, dibutuhkan berbagai fasilitas dan sarana prasarana utama maupun penunjang seperti yang tertuang dalam Perda Nomor 11 Tahun 2017 tentang Kawasan Strategis Pariwisata (KSP), dimana perlu adanya amenitas, yakni segala macam fasilitas yang menunjang kegiatan pariwisata. Diantaranya keberadaan hotel, penginapan, rumah makan, restoran, sarana transportasi dan komunikasi, fasilitas kesehatan, pusat keamanan dan lain sebagainya. Bahkan seringkali pula diperlukan jasa asuransi khususnya bagi jenis wisata tertentu yang memiliki resiko tinggi, misalkan wisata susur sungai.
Keberadaan dan kelengkapan berbagai jenis fasilitas menjadi prasyarat mutlak bagi peningkatan kunjungan wisatawan pada suatu obyek wisata. Dengan demikian, meskipun destinasi wisata yang dimiliki dinilai cukup bagus bahkan memiliki nilai sejarah, namun bila tidak memiliki jaminan fasilitas yang memadai maka lambat laun obyek wisata tersebut akan ditinggalkan.
Untuk amenitas penunjang kawasan wisata di Kecamatan Pahandut sendiri sudah cukup memadai, mulai dari ketersediaan fasilitas kesehatan, perhotelan, sarana transportasi dan komunikasi, penyediaan usaha kuliner dan sebagainya. Keberadaan fasilitas kesehatan menjadi salah satu penunjang di kawasan wisata dimana wisatawan tentunya tidak perlu merasa khawatir jika terjadi gangguan kesehatan saat mengunjungi kawasan wisata Flamboyan Bawah dan sekitarnya, karena sejumlah fasilitas kesehatan tersedia di wilayah tersebut, seperti terlihat pada Tabel 4.11 berikut.
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 27
Tabel 4.11. Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kecamatan Pahandut
No. Fasilitas Kesehatan Jumlah Fasilitas
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Rumah Sakit Rumah Bersalin Puskesmas Posyandu Klinik / Balai Kesehatan Polindes
3 - 3
42 - -
Sumber: BPS Kota Palangka Raya, 2017. Selain itu salah satu fasilitas penunjang penting lainnya adalah
tersedianya akomodasi yang memadai serta relatif terjangkau dari kawasan wisata. Saat ini sudah tersedia beragam akomodasi seperti pada Tabel 4.12 namun kedepannya perlu ditingkatkan lagi baik jumlah, ,pelayanan, maupun kelaikan penyedia akomodasi tersebut, serta tersedianya hotel berbintang untuk “menangkap” segmen wisatawan lainnya. Dengan demikian para wisatawan khususnya merasa lebih nyaman dan diharapkan dapat memperpanjang masa kunjungan wisatanya.
Tabel 4.12. Jumlah Fasilitas Hotel dan Akomodasi Lainnya di Kecamatan
Pahandut
No. Fasilitas Hotel dan Akomodasi Jumlah
Fasilitas 1. 2. 3. 4.
Hotel Bintang 2 Hotel Bintang 3 Hotel Bintang 4 Akomodasi lainnya/Hotel Melati/Penginapan
- - -
29 Sumber: BPS Kota Palangka Raya, 2017.
Unsur produk wisata lainnya adalah aksesibilitas, yakni berupa sarana
dan prasarana yang dibangun agar wisatawan dapat mencapai destinasi wisata dengan mudah, aman, nyaman dan layak. Inilah yang membedakannya dengan domain ekonomi yang menyediakan sarana dan prasarana agar produk yang dijual dapat didistribusi dan dapat dijangkau konsumen. Sementara dalam domain pariwisata, sarana dan prasarana dibangun agar konsumen dapat mengunjungi destinasi wisata.
Untuk Kota Palangka Raya, khususnya di Kecamatan Pahandut, keberadaan sarana dan prasarana terkait aksesibilitas sudah cukup baik dan tersedia, terutama di kawasan Jembatan Kahayan, Tugu Soekarno, Flamboyan Bawah maupun Pelabuhan Rambang yang dilalui oleh angkutan umum serta jalan yang cukup memadai untuk menunjang berbagai aktivitas masyarakat di kawasan tersebut. Kondisi dan panjang jalan di Kecamatan Pahandut dapat dilihat seperti pada Tabel 4.13 dan Gambar 4.8.
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 28
Tabel 4.13. Panjang Jalan Berdasarkan Kondisi Jalan di Kecamatan Pahandut
Kondisi Jalan Panjang Jalan (Km2)
Baik Sedang Rusak Rusak berat
68,77 94,32 27,70 15,30
Jumlah 206,08
Sumber: BPS Kota Palangka Raya, 2017.
Gambar 4.8. Panjang dan Kondisi Jalan di Kecamatan Pahandut
Sumber: BPS Kota Palangka Raya, 2017.
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 29
Profil Umum dan Pengelolaan Kawasan Wisata Pantai Losari Kota Makassar
Berabad-abad yang lalu Kota Makassar telah memposisikan dirinya sebagai kota dunia dengan fungsinya sebagai pusat perdagangan dan layanan kehidupan masyarakat yang datang dari berbagai belahan dunia. Kota Makassar merupakan salah satu dari empat kota terpenting di Benua Asia yang telah menorehkan sejarah peradaban sebagai kota niaga terkemuka. Kota Makassar menjadi salah satu Bandar perniagaan terbesar di Asia Tenggara selain Malaka, Batavia, Ayyuthya (India) dan Pattaya (Thailand). Para pedagang dari dataran Eropa hingga Jazirah Timur Tengah pernah melakukan aktivitas perdagangan dan distribusi barang dan jasa di Bandar Makassar. Berbagai jenis rempah, hasil bumi, laut dan lainnya menjadi komoditas unggulan yang diperdagangkan. Dilihat dari sejarah perkembangannya, Kota Makassar termasuk salah satu golongan kota tua yang dasar pertumbuhannya sebagai kota pelabuhan dan perdagangan sehingga dikenal juga sebagai “Kota Tepian Pantai” (Water Front City).
Saat ini, Kota Makassar sebagai ibukota Provinsi Sulawesi Selatan kembali menegaskan posisinya sebagai “Kota Dunia”. Kota Makassar memiliki peran penting dalam meningkatkan roda perekonomian bangsa dengan fungsinya sebagai salah satu pusat perdagangan terutama di kawasan Timur Indonesia. Secara geografis memiliki letak dan akses yang cukup baik dan strategis sehingga menjadikan Kota Makassar tumbuh dan berkembang tidak hanya sebagai pintu gerbang (main gate) tetapi juga menjadi ruang tamu (living room) Kawasan Indonesia Timur (KTI). Kota Makassar merupakan kota terbesar keempat di Indonesia dan terbesar di KTI yang memiliki luas wilayah sebesar 175,79 Km2 dengan jumlah penduduk sebesar 1.408.072 jiwa (BPS Kota Makassar, 2014), sehingga kota ini sudah menjadi kota metropolitan.
Kota Makassar berada dalam titik koordinat 11904’29,038” – 119032’35,781” Bujur Timur dan 4058’30,052” – 5014’0,146” Lintang Selatan, terletak di Pantai Barat Pulau Sulawesi. Secara administratif Kota Makassar berbatasan: 1). Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Maros; 2). Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Maros dan Kabupaten Gowa; 3). Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa; dan 4). Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar. Wilayah Kota Makassar terdiri dari 15 (lima belas) kecamatan dan 153 (seratus lima puluh tiga) kelurahan, seperti terlihat pada Tabel 5.1.
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 30
Tabel 5.1. Luas Wilayah Berdasarkan Kecamatan di Kota Makassar
No. Kecamatan Luas Wilayah
(Km2)
Persentase Terhadap Luas Kota Makassar
(%) (1) (2) (3) (4) 1. Mariso 1,82 1,04 2. Mamajang 2,25 1,28 3. Tamalate 20,21 12,07 4. Rappocini 9,23 5,25 5. Makassar 2,52 1,43 6. Ujung Pandang 2,63 1,50 7. Wajo 1,99 1,13 8. Bontoala 2,10 1,19 9. Ujung Tanah 5,94 3,38
10. Tallo 5,83 3,32 11. Panakkukang 17,05 9,70 12. Manggala 24,14 13,73 13. Biringkanaya 48,22 27,43 14. Tamalanrea 31,84 18,11
Luas Kota Makassar 175,77 100,00 Sumber: BPS Kota Makassar, 2017.
Berdasarkan Tabel 5.1 di atas, diketahui bahwa yang memiliki wilayah terluas adalah Kecamatan Biringkanaya sebesar 48,22 Km2, sedangkan yang terkecil adalah Kecamatan Mariso seluas 1,82 Km2. Terletak di bagian Utara Kota Makassar terdiri dari Kecamatan Biringkanaya, Tamalanrea, Tallo dan Ujung Tanah. Terletak di bagian Selatan adalah Kecamatan Tamalate dan Roppocini. Terletak di bagian Timur adalah Kecamatan Manggala dan Panakkukang. Selanjutnya yang terletak di bagian Barat terdiri dari Kecamatan Wajo, Bontoala, Ujung Pandang, Makassar, Mamajang, Mariso dan Kepulauan Sangkarrang. Selanjutnya untuk lebih jelasnya mengenai persentase luas wilayah Kota Makassar berdasarkan kecamatan dapat dilihat seperti pada Gambar 5.1 berikut ini.
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 31
Gambar 5.1. Persentase Luas Wilayah Berdasarkan Kecamatan
di Kota Makassar Sumber: BPS Kota Makassar, 2017.
Jumlah penduduk Kota Makassar terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2012, jumlah penduduk Kota Makassar sebanyak 1.369.606 jiwa, meningkat pada tahun 2013 menjadi 1.408.072 jiwa yang terdiri dari 696.086 jiwa laki-laki dan 711.986 jiwa perempuan. Pada periode tahun 2012-2013 tersebut laju pertumbuhan penduduk mencapai 1,68% dengan kepadatan mencapai 8.011 jiwa/Km2. Pada tahun 2013, jumlah rumahtangga sebanyak 320.656 rumahtangga dengan rata-rata 4 (empat) orang anggota per rumahtangga. Berfungsi dalam roda perekonomian di kawasan Timur Indonesia menjadikan Kota Makassar salah satu tujuan migrasi penduduk dari daerah perdesaan atau daerah lainnya ke kota guna mencari lapangan pekerjaan serta penghidupan yang layak.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu ukuran tingkat keberhasilan pembangunan daerah di bidang ekonomi. Berdasarkan data BPS Kota Makassar Tahun 2014, diketahui bahwa telah terjadi peningkatan nilai nominal PDRB atas dasar harga berlaku (adhb) yang cukup signifikan dalam beberapa tahun terakhir, seperti terlihat jelas pada Tabel 5.2 dan Gambar 5.2. Pada periode tahun 2012-2013 terjadi kenaikan nilai PDRB adhb sebesar Rp 8,1 triliun (15,98%). Tabel 5.2. PDRB ADHB Kota Makassar Tahun 2009 - 2013
No. Tahun PDRB
(Triliun Rp) Persentase
Pertumbuhan (%) 1. 2009 31,26 19,93 2. 2010 37,01 18,37 3. 2011 43,43 17,35 4. 2012 50,70 16,75 5. 2013 58,80 15,98
Sumber: BPS Kota Makassar, 2014.
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 32
Gambar 5.2. PDRB ADHB Kota Makassar Tahun 2009 – 2013
Sumber: BPS Kota Makassar, 2014. Struktur ekonomi dapat memberikan gambaran masing-masing sektor
dalam pembentukan nilainya terhadap total PDRB suatu daerah. Semakin besar persentase suatu sektor, semakin besar pula pengaruh sektor tersebut terhadap perekonomian daerah. Adapun struktur ekonomi Kota Makassar dapat dilihat seperti pada Tabel 5.3 dan Gambar 5.3 berikut. Tabel 5.3. Struktur Ekonomi Kota Makassar Tahun 2009 – 2013
No. Sektor Usaha Tahun
2009 2010 2011 2012 2013 1. Pertanian 0,82 0,74 0,67 0,59 0,56 2. Pertambangan &
Penggalian 0,01 0,01 0,00 0,00 0,00
3. Industri Pengolahan 20,74 19,69 18,90 17,83 17,11 4. Listrik, Gas & Air Bersih 1,79 1,81 1,76 1,71 1,66 5. Bangunan 7,94 7,83 7,73 7,59 7,86 6. Perdagangan, Hotel &
Restoran 28,70 29,08 29,43 29,36 29,38
7. Angkutan & Komunikasi 13,93 14,33 14,36 15,24 15,28 8. Keuangan, Sewa & Jasa
Perusahaan 10,17 10,25 10,85 11,29 12,07
9. Jasa-Jasa 15,88 16,26 16,31 16,37 16,09 Persentase (%) 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber: BPS Kota Makassar, 2014.
Berdasarkan data pada Tabel 5.3, diketahui bahwa sektor yang paling besar kontribusinya terhadap pembentukan PDRB Kota Makassar pada tahun 2013 adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Diketahui tentunya sektor ini merupakan sektor yang menunjang kemajuan dan perkembangan pariwisata di Kota Makassar. Sementara yang terkecil kontribusinya adalah dari sektor pertambangan dan penggalian. Bila dikelompokkan, maka kontribusi sektor primer sebesar 0,55%, sektor sekunder sebesar 26,63% dan
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 33
sektor tersier sebesar 72,82%.
Gambar 5.3. Persentase Kontribusi Sektor Usaha Terhadap PDRB
Kota Makassar Tahun 2013 Sumber: BPS Kota Makassar, 2014.
Rata-rata pertumbuhan ekonomi Kota Makassar periode tahun 2009 –
2013 mencapai 9,49%. Bila dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Provinsi Sulawesi Selatan, maka pertumbuhan ekonomi Kota Makassar dalam periode tahun 2009 – 2013 selalu tertinggi. Dengan kontribusi PDRB sebesar 33,18% pada tahun 2013, memberikan indikasi kuatnya pengaruh perekonomian Kota Makassar terhadap perekonomian Sulawesi Selatan.
Makassar merupakan kota yang multi etnis. Kota Makassar memiliki perjalanan sejarah yang panjang dan warisan budaya yang sangat beragam baik dari keberadaan 4 (empat) etnis utama yang mendiami jazirah Sulawesi, yakni Bugis, Makassar, Toraja dan Mandar (sekarang Provinsi Sulawesi Barat), maupun dari asosiasi dan asimilasi dengan budaya luar baik dari etnis lain dalam wilayah Indonesia maupun dari etnis asing khususnya India, China dan Arab. Asimilasi budaya ini melahirkan berbagai peninggalan dan atraksi budaya berupa ritual budaya, rumah adat tradisional, baju tradisional, senjata tradisional, musik dan lagu tradisional, tari tradisional, serta makanan khas tradisional yang sangat beragam dan unik.
Jumlah penduduk Kota Makassar yang mencapai 1,4 juta jiwa pada tahun 2013 dengan luas wilayah 175,79 Km2 menjadikan Makassar sebagai pintu gerbang (main gate) di KTI yang mana Makassar juga terletak di titik nol Indonesia. Kota Makassar yang berposisi sebagai ibukota Provinsi Sulawesi Selatan sekaligus merupakan ruang tamu (living room) KTI memiliki kekayaan alam yang cukup potensial untuk dikembangkan sebagai obyek wisata baik wisata bahari dan pulau, wisata sejarah dan budaya, wisata religius, wisata alam, wisata kampung alam, wisata rekreasi, wisata kuliner maupun obyek wisata lainnya. Dukungan sarana dan prasarana yang memadai seperti hotel
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 34
dan penginapan, restoran dan rumah makan, transportasi, komunikasi, jasa keuangan (perbankan dan valas) dan kompetensi SDM di bidang pariwisata sangat diperlukan untuk mewujudkan Kota Makassar sebagai “Destinasi Pariwisata Dunia”.
Kota Makassar sebagai kota metropolitan, sebelumnya bernama Kotamadya Ujung Pandang. Tekenal dengan sebutan “Kota Anging Mammiri” yang berarti “kota hembusan angin sepoi-sepoi”. Posisi geografis Kota Makassar sebagai “Kota Tepian Pantai (Water Front City) dengan keindahan panorama sunset di Pantai Losari, Teluk Losari yang perairannya relatif tenang sepanjang tahun, memiliki gugusan pulau karang, aksesibilitas ke pulau-pulau yang mudah dijangkau, keindahahan panorama bawah air, pantai yang masih asri dengan hamparan pasir putih, perairan yang jernih dan bersih, keanekaragaman terumbu karang dengan berbagai jenis ikan, dan kehidupan masyarakat nelayan tradisional merupakan daya tarik tersendiri bagi pengembangan wisata bahari Kota Makassar.
Unsur yang sangat menentukan berkembangnya industri pariwisata adalah Atraksi atau Daya Tarik Wisata (DTW). Atraksi atau DTW yang dimiliki oleh sebuah obyek wisata harus dapat mendatangkan wisatawan sebanyak-banyaknya sesuai dengan kapasitas daya tampung yang dimilikinya, menahan wisatawan dalam waktu yang cukup lama, dan dapat memberikan kepuasan kepada wisatawan yang datang berkunjung (Soekadijo, 1996).
Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional, menjelaskan bahwa pembangunan DTW terbagi atas: 1). DTW budaya; 2). DTW alam dan 3). DTW hasil buatan manusia. Pembangunan DTW tersebut dilaksanakan berdasarkan prinsip menjunjung tinggi nilai agama dan budaya, serta keseimbangan antara upaya pengembangan manajemen atraksi untuk menciptakan DTW yang berkualitas, berdaya saing serta mengembangkan upaya konservasi untuk menjaga kelestarian dan keberlanjutan sumberdayanya. Dengan demikian dalam menyusun Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Makassar Tahun 2015 – 2035, maka pembangunan destinasi wisata Kota Makassar terbagi atas: 1). Daerah Tujuan Wisata Sejarah – Budaya meliputi Wisata Heritage – Budaya, Wisata Museum – Monumen, Wisata Ziarah; 2). Daerah Tujuan Wisata Alam meliputi Wisata Bahari, Wisata Pantai – Danau - Delta, Wisata Kampung Alam; dan 3). Daerah Tujuan Wisata Buatan meliputi Wisata Religius, Wisata Rekreasi, Wisata Belanja, Wisata Kuliner, Wisata MICE serta Wisata Pendidikan dan Kesehatan.
Daerah tujuan wisata buatan merupakan daerah wisata yang atmosfir DTW nya dapat berakar pada alam atau budaya, namun dikembangkan lebih jauh secara kreatif dengan interpretasi mendalam pada aspek-aspek yang dapat dieksploitasi lebih lanjut. Salah satu daerah tujuan wisata buatan yang termasuk dalam kategori wisata rekreasi adalah “Anjungan Pantai Losari” dan “Kuliner Pisang Epe”, secara rinci profilnya disajikan pada Tabel 5.4, Tabel 5.5, Gambar 5.4 dan Gambar 5.5 berikut.
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 35
Tabel 5.4. Profil Umum Obyek Wisata Anjungan Pantai Losari Kota Makassar
Informasi Umum: Nama obyek Anjungan Pantai Losari Lokasi Jalan Penghibur Kelurahan Maloku dan Kelurahan Losari,
Kecamatan Ujung Pandang Koordinat 508’37,27” Lintang Selatan 119024’26,47” Bujur Timur Jenis obyek Alam / rekreasi – public open space Deskripsi obyek Anjungan Pantai Losari merupakan kawasan yang dikembangkan
oleh Pemerintah Kota untuk menghimpun aktivitas rekreasi outdoor dengan tipe pengembangan public open space yang berada di kawasan water front city Makassar
Status pengembangan Sudah berkembang Daya Tarik: Daya tarik utama Sunset dan Anjungan Pantai Losari (salah satu landmark kota) Keragaman daya tarik Ruang terbuka publik, landmark 4 suku Sulawesi, wisata air,
gedung pameran, kuliner, permainan yang dapat disewakan seperti mobil remote control, dan sebagainya, dan pada hari perayaan tertentu Anjungan Pantai Losari sering digunakan untuk konser, acara-acara pemerintahan dan lain sebagainya
Potensi sosial budaya Sebagai lokasi yang memamerkan keberagaman suku se Sulawesi Lokasi yang memamerkan informasi pahlawan-pahlawan yang telah gugur Rekreasi Tempat kegiatan-kegiatan amal
Nilai Sumberdaya: Ketersediaan ruang terbuka yang alami
Cukup memadai
Nilai keunikan obyek wisata
Sangat unik
Nilai atraksi / variasi jenis kegiatan
Lokasi fotografi, wisata budaya, wisata kuliner, wisata air, rekreasi dan lain-lain
Tingkat ketersediaan atraksi / jenis kegiatan
Banyak
Nilai kelangkaan Obyek jarang ditemukan di tempat lain (dalam satu provinsi) dan memiliki keunikan tersendiri
Aksesibilitas: Kualitas jalan menuju obyek
Perkerasan aspal, lebar jalan 12 meter, kualitas baik
Kualitas jalan di dalam obyek
Perkerasan paving blok, kualitas baik
Kualitas jalan ke obyek lain
Perkerasan aspal, lebar jalan 12 meter, kualitas baik
Ketersediaan moda transportasi
Alat transportasi untuk mencapai obyek wisata Pusat kota: kendaraan pribadi dan umum Bandara: kendaraan pribadi dan umum Pelabuhan: kendaraan pribadi dan umum
Kemudahan pencapaian (waktu tempuh dan ketersediaan rambu-rambu petunjuk arah)
Waktu tempuh dari pusat kota: 20 menit Waktu tempuh dari bandara: 1 jam Waktu tempuh dari pelabuhan: 20 menit Ketersediaan rambu penunjuk arah cukup
Sarana dan Prasarana: Jumlah Kualitas Kapasitas
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 36
Informasi Umum:
1. Jalan 2. Warung makan 3. Kamar mandi dan wc 4. Toko cinderamata 5. Bank/money changer 6. Listrik 7. Air bersih 8. Hotel/penginapan 9. Panggung hiburan 10. Tempat parkir 11. Tempat sampah 12. Kantor keamanan 13. Kantor
telekomunikasi 14. Kantor informasi
/ pelayanan 15. Fasilitas perdagangan 16. Fasilitas peribadatan 17. Fasilitas kesehatan 18. Penyewaan olahraga
air
1 20 2 3 3
Kabel Distribusi PDAM
7 -
Tersedia Tersedia
2 -
1
Tersedia 2 2 1
Baik
Cukup
13. Kantor telekomunikasi
14. Kantor informasi / pelayanan
15. Fasilitas perdagangan 16. Fasilitas peribadatan 17. Fasilitas kesehatan 18. Penyewaan olahraga
air
-
1
Tersedia 2 2 1
Permasalahan umum sarana dan prasarana
Pada hari-hari tertentu lahan parkir over capacity, kurang fasilitas untuk penderita cacat
Aspek Pasar dan Pemasaran:
Besarnya jumlah wisatawan
Tidak ada data jumlah wisatawan karena konsep A njungan Pantai L osari sendiri adalah ruang publik yang dapat dinikmati pengunjung secara bebas
Skala jangkauan pemasaran
Internasional
Cara pemasaran Pemasaran menggunakan media telekomunikasi seperti radio, televisi, internet, kemudian pamflet dan event-event yang diadakan di anjugan salah satu bentuk pemasaran obyek wisata ini.
Investasi dan Industri:
Investasi yang telah dilakukan tersedia saat ini
Revitalisasi kawasan, penyediaan tempat sampah, sarana prasarana, dan lain sebagainya oleh pemerintah daerah
Stakeholders yang berperan
Pemerintah, swsata, tour travel
Permasalahan investasi
Total pendapatan
SDM dan Kelembagaan:
Pengelolaan obyek saat ini
Pemerintah Kota Makassar
Aspirasi masyarakat sekitar obyek
Penataan pedagang kaki lima, penertiban anak jalanan, penyediaan toilet umum, penghijauan kawasan
Keterlibatan masyarakat Masyarakat khususnya PKL melakukan bersih-bersih Anjungan Pantai Losari sekali dalam sebulan
Permasalahan terkait dengan masyarakat sekitar
Tidak teraturnya anak jalanan dan pedagang kaki lima pada waktu tertentu
Permasalahan Mendasar:
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 37
Informasi Umum:
Permasalahan mendasar yang perlu diperhatikan
Kekurangan lahan parkir dan saat musim hujan terkadang anjungan tergenang air di beberapa titik, kemacetan di sekitar kawasan
Sumber: RIPPDA Kota Makassar Tahun 2015 – 2035.
Gambar 5.4. Peta Titik Lokasi dan Kawasan Wisata Pantai Losari Kota Makassar
Sumber: RIPPDA Kota Makassar Tahun 2015 – 2035.
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 38
Tabel 5.5. Profil Umum Obyek Wisata Kuliner Pisang Epe Kota Makassar Informasi Umum:
Nama obyek Kuliner Pisang Epe
Lokasi Jalan Penghibur Kelurahan Maloku dan Kelurahan Losari Kecamatan Ujung Pandang
Koordinat 119024’31,34” Bujur Timur 5008’44,71” Lintang Selatan
Jenis obyek Kuliner Makassar
Deskripsi obyek Pisang epe adalah salah satu makanan unik kuliner Makassar yang harus dicicipi oleh wisatawan baik lokal maupun mancanegara, hal ini dikarenakan pisang epe hanya akan ditemukan di Pulau Sulawesi. Kuliner ini berada di sepanjang Jalan Penghibur dan sekarang pisang epe mempunyai berbagai jenis rasa dengan cara pembuatan yang unik dengan membakarnya di atas arang dan dibuat bentuk “gepeng” itulah ciri khasnya.
Status pengembangan Sedang berkembang
Daya tarik:
Daya tarik utama Kuliner Pisang epe ditambah dengan suasana/view pantai losari
Keragaman daya tarik Kuliner pisang epe dan menu-menu lain pendukungnya seperti aneka juice dan dihibur oleh seniman jalanan yang melantunkan musiknya
Potensi sosial budaya -
Nilai sumberdaya:
Ketersediaan ruang terbuka yang alami
Kurang memadai
Nilai keunikan obyek wisata
Sangat unik
Nilai atraksi/variasi jenis kegiatan
Kuliner (sedikit)
Tingkat ketersediaan atraksi/jenis kegiatan
Sedikit
Nilai kelangkaan Obyek jarang ditemukan di tempat lain (dalam satu kota) dan memiliki keunikan tersendiri
Aksesibilitas:
Kualitas jalan menuju obyek
Perkerasan aspal, lebar jalan 12 meter, kondisi baik
Kualitas jalan di dalam obyek
Perkerasan aspal, lebar jalan 12 meter, kondisi baik
Kualitas jalan ke obyek lain
Perkerasan aspal, lebar jalan 12 meter, kondisi baik
Ketersediaan moda transportasi
Alat transportasi untuk mencapai obyek wisata Pusat kota: kendaraan pribadi dan umum Bandara: kendaraan peribadi dan umum Pelabuhan: kendaraan peribadi dan umum
Kemudahan pencapaian (waktu tempuh dan ketersediaan rambu- rambu petunjuk arah)
Waktu tempuh dari pusat kota: 20 menit Waktu tempuh dari bandara: 1 jam Waktu tempuh dari pelabuhan: 20 menit Ketersediaan rambu penunjuk arah tidak ada (langsung dapat dilihat jika melintasi Jalan Penghibur)
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 39
Informasi Umum:
Sarana dan Prasarana: Jumlah Kualitas Kapasitas
1. Jalan 2. Warung makan 3. Kamar mandi dan wc 4. Toko ceinderamata 5. Bank/money changer 6. Listrik 7. Air bersih 8. Hotel/penginapan 9. Panggung hiburan 10. Tempat parkir 11. Tempat sampah 12. Kantor keamanan 13. Kantor
telekomunikasi 14. Kantor Informasi /
pelayanan 15. Fasilitas perdagangan 16. Fasilitas peribadatan 17. Fasilitas kesehatan 18. Penyewaan olahraga
air 19. Pendidikan
1 20 2 3 3
Kabel Distribusi PDAM
7 -
Tersedia Tersedia
2 - - 2 2 1 3
(SD, SMP, SMA)
Baik
Cukup
Permasalahan umum sarana dan prasarana
Kurangnya ketersediaan air bersih untuk aktivitas kuliner dan lahan parkir
Aspek pasar dan pemasaran:
Skala jangkauan pemasaran
Nusantara dan mancanegara
Cara Pemasaran Komunikasi langsung antar masyarakat/keluarga, event-event yang diadakan di Anjungan Pantai Losari, serta tour travel.
Investasi dan Industri:
Bentuk investasi
Investasi yang telah dilakukan tersedia saat ini
Rencana investasi
Stakeholders yang berperan
Pemerintah, swasta, tour travel
SDM dan Kelembagaan:
Pengelolaan obyek saat ini
Pemerintah Kota Makassar dan pelaku usaha pisang epe
Ketersediaan struktur lembaga pengelola
Aspirasi masyarakat sekitar obyek
Penyediaan ruang parkir dan pengaturan anak jalanan
Keterlibatan masyarakat Permasalahan terkait dengan masyarakat sekitar
Permasalahan Mendasar:
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 40
Informasi Umum:
Permasalahan mendasar yang perlu diperhatikan
Higeinitas, air bersih, area parkir dan keterpaduan sistem persampahan
Permasalahan jangka panjang yang mungkin muncul
Menjadi kawasan padat yang sulit dikendalikan
Sumber: RIPPDA Kota Makassar Tahun 2015 – 2035.
Gambar 5.5. Peta Titik Lokasi dan Wisata Kuliner Pisang Epe
Kota Makassar Sumber: RIPPDA Kota Makassar Tahun 2015 – 2035.
Selanjutnya untuk menunjang pengembangan dan kemajuan seluruh
obyek wisata di Kota Makassar, maka secara khusus melalui Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kota Makassar selalu melaksanakan beberapa event yang sudah menjadi agenda rutin tahunan, secara rinci seperti terlihat pada Tabel 5.6 berikut ini.
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 41
Tabel 5.6. Kegiatan / Event Pariwisata yang Dilaksanakan oleh Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kota Makassar Tahun 2014
BULAN JUDUL KEGIATAN PELAKSANA KEGIATAN
LOKASI KEGIATAN
KATEGORI
(1) (2) (3) (4) (5)
Januari Pentas Seni Anging Mammiri
Disbudpar Kota Anjungan Pantai Losari
Lokal
Februari
Pentas Seni Anging Mammiri
Disbudpar Kota Anjungan Pantai Losari
Lokal
Upacara Ritual Adat budaya daerah
Disbudpar Kota Lapangan Karebosi
Lokal
Pembuatan produksi film Makassar
Disbudpar Kota Benteng Somba Opu
Lokal
Maret
Festival Piranti Saji Disparekraf Kota Grand Clarion Hotel
Lokal
Pentas seni Anging Mammiri
Disparekraf Kota
Anjungan Pantai Losari
Lokal
Lomba Foto Sadar Wisata Disparekraf Kota Kota Makassar
Lokal
April
Pentas Seni Anging Mammiri
Disparekraf Kota
Anjungan Pantai Losari
Lokal
Festival Pantai Losari
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif kerjasama dengan Disparekraf Kota
Anjungan Pantai Losari
Lokal
Festival Musik Kreatif Disparekraf Kota Mari Mall Lokal
Festival Budaya dan Seni 4 Etnis
Disparekraf Kota Mari Mall Lokal
Mei
Pentas Seni Anging Mammiri
Disparekraf Kota
Anjungan Pantai Losari
Lokal
Festival Layang-Layang Celebes Interfood
Disparekraf Kota Pantai Akkarena
Lokal
Festival Anging mammiri Disparekraf Kota Hotel sahid Jaya
Lokal
Art Day Festival Disparekraf Kota Gedung Kesenian
Lokal
Makassar Festival Kuliner Disparekraf Kota Grand Clarion Hotel
Lokal
Juni
Pentas Seni Anging Mammiri
Disparekraf Kota
Anjungan Pantai Losari
Lokal
Makassar Souvenir Design Award
Disparekraf Kota Mari Mall Lokal
Juli
Pentas Seni Anging Mammiri
Disparekraf Kota
Anjungan Pantai Losari
Lokal
Festival Kampung Budaya Disparekraf Kota Fort Rotterdam
Lokal
Agustus Pentas Seni Anging Mammiri
Disparekraf Kota
Anjungan Pantai Losari
Lokal
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 42
BULAN JUDUL KEGIATAN PELAKSANA KEGIATAN
LOKASI KEGIATAN
KATEGORI
Makassar Craft & Culture Expo
Disparekraf Kota Mari Mall Lokal
Pentas Seni Fort Rotterdam
Disparekraf Kota Fort Rotterdam
Lokal
September
Pasar Seni Wisata Disparekraf Kota
Anjungan Pantai Losari / Fort Rotterdam
Lokal
Festival Perahu Tradisional
Disparekraf Kota
Anjungan Pantai Losari
Lokal
Oktober
Makassar International Writers Festival
Disparekraf Kota
Fort Rotterdam
Lokal
Festival Permainan Rakyat
Disparekraf Kota Fort Rotterdam
Lokal
Pentas Seni Anging mammiri
Disparekraf Kota
Anjungan Pantai Losari
Lokal
Makassar Fashion Festival
Disparekraf Kota Mari Mall Lokal
Sea Screen Academy Disparekraf Kota Fort Rotterdam
Lokal
Pembuatan Film Iklan Disparekraf Kota Gedung Mulo Lokal
Festival Food Vaganza Disparekraf Kota
Anjungan Pantai Losari
Lokal
Makassar Fine Art Disparekraf Kota
Anjungan Pantai Losari
Lokal
Festival Musik Tradisional
Disparekraf Kota Lapangan Karebosi
Lokal
Lomba Kreasi Masakan Disparekraf Kota Trans Studio Mall
Lokal
Lomba Foto Makassar Tidak Rantasa
Disparekraf Kota Trans Studio Mall
Lokal
Makassar Expo 2014 Disparekraf Kota Trans Studio Mall
Lokal
November
HUT Kota Makassar Disparekraf Kota
Anjungan Pantai Losari
Lokal
Festival Jazz Rotterdam Disparekraf Kota Fort Rotterdam
Lokal
Makassar Art Performing Disparekraf Kota Fort Rotterdam
Lokal
Festival Kanal Makassar Disparekraf Kota Kanal Jalan Monginsidi
Lokal
Kompetisi dan Launching Jingle I Love Makassar
Disparekraf Kota Mari Mall Lokal
Festival De Harmonie Disparekraf Kota Gedung Kesenian
Lokal
Lomba Kreasi Tari Disparekraf Kota Mari Mall Lokal
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 43
BULAN JUDUL KEGIATAN PELAKSANA KEGIATAN
LOKASI KEGIATAN
KATEGORI
Kuliner Kampung Baroe Disparekraf Kota Jalan Wr. Supratman
Lokal
Makassar Kreatif Festival Disparekraf Kota Jalan Wr. Supratman
Lokal
Makassar Spermonde Cruise
Disparekraf Kota Pulau Samalona
Lokal
Festival Musik Taman Disparekraf Kota Taman Macan Lokal
Pasar Seni Wisata Disparekraf Kota Taman Macan Lokal
Desember
Upacara Ritual Adat Budaya Daerah
Disparekraf Kota Kota Makassar
Lokal
Festival Musik Kreatif Makassar
Disparekraf Kota Mari Mall Lokal
Sumber: Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kota Makassar, 2014. Sumberdaya manusia dan kelembagaan dalam pengelolaan pariwisata di
Kota Makassar melibatkan berbagai pihak baik pemerintah, swasta dan masyarakat. Pengelolaan yang dilakukan oleh pemerintah umumnya dari Pemerintah Kota Makassar, beberapa diantaranya melibatkan dan bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan bahkan Pemerintah Pusat. Pengelolaan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Makassar secara khusus dilaksanakan oleh Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kota Makassar dengan melibatkan seluruh aparatur pemerintah yang ada di dalamnya. Sementara pengelolaan yang dilakukan oleh pihak swasta sudah dilaksanakan secara profesional dengan menyediakan DTW yang cukup beragam dan berorientasi profit. Sumberdaya manusia dalam pengelolaan oleh pihak swasta umumnya memiliki kualitas yang baik. Selanjutnya pengelolaan yang dilakukan oleh masyarakat dilaksanakan secara swadaya baik oleh LPM di tiap kelurahan, Kelompok Sadar Wisata maupun secara perorangan. Umumnya pengelolaan yang dilakukan oleh masyarakat memiliki kualitas SDM yang terbatas. Lebih jelas mengenai kelembagaan DTW pariwisata Kota Makassar dapat dilihat seperti pada Tabel 5.7 berikut.
Tabel 5.7. Pengelola Daerah Tujuan Wisata di Kota Makassar Tahun 2015
JENIS DAERAH TUJUAN WISATA
NAMA DAERAH TUJUAN WISATA
PENGELOLA
(1) (2) (3)
Wisata Sejarah - Budaya
Wisata Heritage - Budaya
Benteng Fort Rotterdam
Pemerintah (Balai Pelestarian Cagar Budaya)
Kawasan Benteng Somba Opu dan Sekitarnya
Pemerintah Kota Makassar dan Provinsi Sulawesi Selatan
Kampung Rama Toraja Masyarakat
Pelabuhan Rakyat Paotere
BUMN (PT. Pelindo IV)
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 44
JENIS DAERAH TUJUAN WISATA
NAMA DAERAH TUJUAN WISATA
PENGELOLA
Kawasan China Town Masyarakat
Wisata Museum - Monumen
Museum La Galigo Pemerintah (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sulawesi Selatan)
Museum Kota Pemerintah
Monumen Mandala Pemerintah
Monumen Korban 40 Ribu Jiwa
Pemerintah
Tugu Pejuang Monumen Emy Saelan
Pemerintah
Wisata Ziarah
Makam Pangeran Diponegoro
Masyarakat (Keluarga Keturunan Pangeran Diponegoro)
Makam Raja-Raja Tallo Pemerintah
Makam Raja-Raja Bira Tidak ada
Makam Lajangiru Masyarakat (Yayasan Lajangiru)
Makam Leluhur To Bokka
Masyarakat (Juru Kunci Makam)
Makam Leluhur Janggo Paropo
Masyarakat (Juru Kunci Makam)
Makam Lomo'ka Ri Antang
Masyarakat (Juru Kunci Makam)
Makam Datu Museng Masyarakat (Juru Kunci Makam)
Wisata Alam
Wisata Bahari
Pulau Khayangan Swasta
Pulau Kodingareng Keke
Pemerintah
Pulau Kodingareng Lompo
Swasta, Pemerintah, dan Masyarakat
Pulau Lumu-Lumu Pemerintah dan Masyarakat
Pulau Barrang Lompo Swasta, Pemerintah, dan Masyarakat
Pulau Barrang Caddi Pemerintah dan Masyarakat
Pulau Samalona Pemerintah dan Masyarakat
Pulau Langkai Pemerintah dan Masyarakat
Pulau Lanyukang Masyarakat
Pulau Bone Tambung Pemerintah dan Masyarakat
Pulau Lae-Lae Swasta, Pemerintah, dan Masyarakat
Pulau Lae-Lae Kecil Pemerintah
Wisata Pantai-Danau-Delta
Pantai Akkarena Swasta (Divisi Wisata, GMTDC) Pantai Tanjung Bayang Masyarakat
Pantai Barombong Masyarakat
Danau Balantonjong Pemerintah
Danau Tanjung Bunga Swasta
Delta Lakkang Masyarakat
DAM PDAM Pemerintah
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 45
JENIS DAERAH TUJUAN WISATA
NAMA DAERAH TUJUAN WISATA
PENGELOLA
Wisata Kampung Alam
Kampung Lakkang Masyarakat
Kampung Untia Masyarakat (Kelompok Sadar Wisata)
Wisata Buatan
Wisata Religius
Mesjid Raya Makassar Swasta (Yayasan Mesjid Raya)
Mesjid Al Markaz Al Islami
Swasta (Yayasan Islamic Center)
Mesjid Amirul Mukminin
Pemerintah
Mesjid Cheng Ho Masyarakat (Perhimpunan Islam Tinghoa Indonesia (PITI) Sulawesi Selatan)
Gereja Katedral Masyarakat (Paroki Katedral Makassar) Klenteng Xian Ma Swasta (Yayasan Istana Naga Sakti)
Wisata Rekreasi
Anjungan Pantai Losari
Pemerintah
Bugis Water Park Swasta (PT. Baruga Antang Development (Kalla Group) dan Polin Water Park)
Trans Studio Swasta (PT. Trans Corporation)
Wisata Belanja
Pasar Hewan (Jalan Toddopuli)
Masyarakat
Pasar Hewan (Jalan WR. Supratman)
Masyarakat
Kawasan Belanja Somba Opu
Pemerintah dan Swasta (pengelola usaha)
Wisata Kuliner
Kuliner Seafood, Jalan Sabutung
Pemerintah dan Swasta (pengelola rumah makan)
Kuliner Campuran, Jalan Datu Museng
Pemerintah dan Swasta (pengelola rumah makan)
Kuliner Chinese, Jalan Sangir
Pemerintah dan Swasta (pengelola rumah makan)
Kuliner Pisang Epe, Jalan Penghibur
Pemerintah dan Pelaku Usaha Pisang Epe
Wisata MICE
Celebes Convention Center
Pemerintah
Balai Manunggal Swasta
Societeit de Harmonie Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan
Wisata Pendidikan dan Kesehatan
Universitas Hasanuddin Universitas Hasanuddin (Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi)
Universitas Muslim Indonesia
Swasta
Universitas Bosowa 45 Swasta
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 46
JENIS DAERAH TUJUAN WISATA
NAMA DAERAH TUJUAN WISATA
PENGELOLA
Universitas Negeri Makassar
Universitas Negeri Makassar (Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi)
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
Universitas Islam Negeri Alauudin Makassar (Kementerian Agama)
Rumah Sakit Pendidikan Unhas
Universitas Hasanuddin
Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo
Pemerintah Kota Makassar
Rumah Sakit Wisata Universitas Indonesia Timur
Swasta
Sumber: RIPPDA Kota Makassar Tahun 2015 – 2035. Sebagai kota metropolitan berjuluk “Kota Anging Mammiri”, sekarang
Kota Makassar semakin maju dan berkembang pesat di berbagai aspek. Bertepatan dengan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-410 tahun tepat diperingati pada tanggal 9 November 2017, kemajuan berbagai lini terjadi saat kepemimpinan Walikota Makassar: Ir. H. Moh. Ramdhan “Danny” Pomanto dan Wakil Walikota Makassar: Dr. H. Syamsu Rizal MI., SSos., MSi. Sederet keberhasilan diraih dan sudah diakui melalui penghargaan level nasional maupun internasional. Keberhasilan itu dicapai terkait visi dan misi yang dicanangkan sebelum menjabat, yang dijabarkan dalam “8 Jalan Masa Depan”, secara lebih rinci disajikan pada Tabel 5.8. Tabel 5.8. Visi dan Misi Pembangunan Kota Makassar
Visi: “Mewujudkan Kota Dunia untuk Semua, Tata Lorong Bangun Kota Dunia”
Misi: 1. Merekonstruksi nasib rakyat menjadi masyarakat sejahtera
standar dunia 1. Menuju bebas pengangguran;
2. Jaminan sosial keluarga serba guna untuk semua; 3. Pelayanan kesehatan darurat gratis ke rumah 24 jam; 4. Deposito pendidikan gratis semua bias sekolah; 5. Sampah kita DIA tukar beras; 6. Training keterampilan gratis dan dana bergulir tanpa agunan; 7. Rumah kota murah untuk rakyat kecil; 8. Hidup hijau dengan kebun kota.
2. Merestorasi tata ruang kota menjadi kota nyaman kelas dunia
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 47
1. Atasi macet, banjir, sampah dan masalah perkotaan lainnya; 2. Bentuk badan pengendali pembangunan kota; 3. Bangun water front city, selamatkan pesisir dan pulau-pulau
Makassar; 4. Bangun sistem transportasi publik kelas dunia; 5. Lengkapi infrastruktur kota berkelas dunia; 6. Bangun birringkanal citu dan delapan ikon kota baru lainnya; 7. Bangun taman temati; 8. Tata total lorong.
3. Mereformasi tata pemerintahan menjadi pelayanan publik kelas bebas korupsi
1. Menuju PAD Rp 1 triliun; 2. Insentif progresif semua aparat RT dan RW Rp 1 juta per bulan; 3. Kuota anggaran kelurahan Rp 2 miliar per keluruhan per tahun; 4. Pelayanan publik langsung ke rumah; 5. Fasilitas pelayanan publik terpusat dan terpadu di kecamatan; 6. Pembayaran pajak dan retribusi tahunan online terpadu; 7. Bebas bayar internet di ruang publik kota “Makassar Cyber City”; 8. Bentuk Makassar incoorperated dan Bank of Makassar.
Sumber: RPJMD Kota Makassar Tahun 2014 – 2019. Berdasarkan Tabel 5.8 di atas, terlihat bahwa visi pembangunan Kota
Makassar adalah “Mewujudkan Kota Dunia untuk Semua, Tata Lorong Bangun Kota Dunia” yang diimplementasikan dalam 3 (tiga) misi utama, yakni: 1). Merekonstruksi nasib rakyat menjadi masyarakat sejahtera standar dunia; 2). Merestorasi tata ruang kota menjadi kota nyaman kelas dunia; dan 3). Mereformasi tata pemerintahan menjadi pelayanan publik kelas bebas korupsi. Selanjutnya dari 3 (tiga) misi tersebut dijabarkan menjadi 104 Program Inovasi, dimana 33 diantaranya masuk dalam Sistem Inovasi Pelayanan Publik (Sinovik) Kementerian Pendayagunaan Aparatur Pemerintah dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB) Republik Indonesia. Untuk lebih jelasnya, 104 Program Inovasi tersebut seperti terlihat pada Tabel 5.9 berikut ini. Tabel 5.9. 104 Program Inovasi Kota Makassar
No. Program Inovasi No. Program inovasi
(1) (2) (3) (4)
1. Makassar Home Care 53. APARONG Apartemen Lorong
2. Makassar Telemedicine 54. Lihat Sampah Ambil
3. Lorong Garden 55. Smart Card
4. Lorong KB 56. Student Smart Card
5. E-Puskesmas 57. I-Tourism
6. Lansia Care 58. Aku dan Sekolahku Tidak Rantasa’
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 48
No. Program Inovasi No. Program inovasi
7. Jaga Kota 59. Pemilihan RT-RW Serentak
8. One Day Civil Administration 60. Sapu Miskin Sapu Lidi
9. Satgas Drainase 61. Integrated Food Security 10. E-Musrenbang 62. Kantongisasi Sampah
11. RAKORSUS Rapat Koordinasi Khusus
63. Sistem Informasi Antar Pulau
12. IMB Online 64. Sebelas Rasah
13. Sistem Layanan Informasi Guru
65. 18 Revolusi Pendidikan
14. Sekolah Tata Lorong Sottarong
66. Golorong Sepak Bola Tanpa Lapangan Rumput
15. Lorong Sehat 67. Gerobak UKM
16. Pulau Bebas Air dan Listrik 68. Pemeriksaan Gratis Kondisi Listrik Perumahan
17. NTPD Nomor Tunggal Panggilan Darurat 112
69. Sistem Informasi Perencanaan Pembangunan
18. Drone Guard 70. Halo BLH
19. Makassarta’ Tidak Rantasa (MTR)
71. Vertical Garden
20. TPA Bintang 5 72. Waste to Energy
21. Punggawata 73. Animal Care
22. Bahan Usaha Lorong (BULO) 74. Laboratorium Lalu Lintas
23. Sapu Lubang 75. Lorong UKM
24. Amphibious 76. Smart RT/RW
25. War Room 77. Digitalisasi Arsip
26. Shalat Subuh Berjamaah 78. Program Zona Berintegritas
27. Tangkasa’ Rong 79. Bantuan Laskar Kebakaran BALAKAR
28. Tangkasaki 80. E-Tax
29. Smart Pete Pete 81. Meat Care
30. Smart PJU 82. Cyber Army
31. Super Bengkel 83. E-Service Corner
32. Internet Integrate 84. Smart Canteen
33. Smart Government 85. Integrasi Sistem Keuangan
34. Pengangkutan Sampah Terjadwal
86. Pengendalian Lalu Lintas Berbasis CCTV
35. Balla Lansia 87. Hidropolik Lorong
36. Brigade Anti Macet 88. Pusat Informasi Ketata Ruangan
37. Layanan Lumpur Tinja Terjadwal
89. Program Sentuh Hati
38. Pedestrian Bintang 5 90. Satpol PP Khusus
39. Broster 91. E-Information
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 49
No. Program Inovasi No. Program inovasi
40. Pattasaki Perahu Angkut Sampah Laut
92. Smart Library
41. Dongkel Dongeng Keliling 93. Gogos Tolor Government Goes to Lorong
42. Gas Gratis dari Sampah Organik
94. Layanan Online SKT
43. PKL Centre 95. Carester
44. CCTV 96. Lorong Anak Saleh
45. Temmen Pacar Apartemen Pasca Bencana
97. Getar 1.000 Lorong
46. Bank Sampah 98. Aplikasi Sembako ta’ Aplikasi Informasi Harga Sembako
47. Sampah Tukar Beras 99. Aplikasi E-PERLINKON Aplikasi Pengaduan Perlindungan Konsumen
48. Loket Kemiskinan 100. Ruang Sidang Perwali
49. Traffic Management Anti Macet
101. Layanan Pembayaran Mobile
50. Drinking Water 102. E-Filling
51. Singara’ Na Lorongku 103. Nikah Massal
52. Infra Red Scan 104. Cek DP TA’
Sumber: Surat Kabar “Tribun Timur” Makassar, 09 November 2017 Berbagai kemajuan dan peningkatan di masa 3 tahun sejak menjabat
tahun 2014, seperti pertumbuhan ekonomi tahun 2016 sebesar 7,99% meningkat dari tahun 2014 yang masih 7,39%. Tingkat inflasi menurun drastis menjadi 3,16 pada tahun 2016 dari 8,51 sebelumnya pada tahun 2014. Pendapatan Asli Daerah (PAD) meningkat menjadi Rp 1,28 triliun lebih pada tahun 2016 dari sekitar Rp 569,72 milyar pada tahun 2014. Selanjutnya APBD pada tahun 2016 meningkat menjadi Rp 3,81 triliun dari sebelumnya Rp 2,48 triliun pada tahun 2014. Angka kemiskinan menurun menjadi 4,30% pada tahun 2016 dari sebelumnya pada tahun 2014 mencapai 4,49%. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) juga meningkat menjadi 80,53 pada tahun 2016 dari 79,35 pada tahun 2014 (BPS Kota Makassar, 2017).
Pencapaian ini tentunya diperoleh melalui upaya dan kerja keras bersama semua pihak dan masyarakat. Namun yang lebih sulit adalah mempertahankannya, sehingga pada peringatan 410 tahun Kota Makassar memberikan slogan “Jangan Biarkan Makassar Mundur Lagi”. Sekarang Kota Makassar telah dikenal dan disejajarkan dengan kota-kota terkemuka lainnya di Indonesia seperti Bandung dan Surabaya. Kota Makassar sudah mampu menjadi kota nomor 1 (satu) di Indonesia. Terbukti dengan berbagai macam penghargaan sebanyak 121 penghargaan yang diperoleh, diantaranya seperti terlihat pada Tabel 5.10 berikut.
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 50
Tabel 5.10. Penghargaan yang Dicapai Kota Makassar Tahun 2015 – 2017
No. Penghargaan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
9. 10.
11.
12.
13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
Penghargaan Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) Tahun 2015 Penghargaan Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) Tahun 2016 Piala Adipura Tahun 2015 Piala Adipura Tahun 2016 Piala Adipura Tahun 2017 Piala Adipura ASEAN Penghargaan Wahana Tata Nugraha (WTN) Tahun 2016 Penghargaan Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K-3) Terbaik Nasional Tahun 2016 Penghargaan Tertinggi Bidang Pencegahan Kebakaran Tahun 2016 Penghargaan Government Awards Sindo Weekly Bidang Infrastruktur Tahun 2016 Penghargaan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Terbaik 1 Nasional Tahun 2016 Penghargaan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Terbaik 1 Nasional Tahun 2017 Penghargaan National Sanitation Award Tahun 2016 Penghargaan Kepala Daerah Terbaik Tahun 2017 Penghargaan Open Gov Award Singapore Tahun 2017 Penghargaan Top 40 Inovasi Publik Tahun 2016 Penghargaan Top 40 Inovasi Publik Tahun 2017 Penghargaan Kota Sehat Tahun 2016 Penghargaan Best Communication Kategori Walikota Tahun 2017 Penghargaan Mayor of The Year Tahun 2017
Sumber: Surat Kabar “Tribun Timur” Makassar, 09 November 2017
Identitas Responden Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah Flamboyan
Bawah dan Sekitarnya yang melingkupi kawasan Flamboyan Bawah, Jembatan Kahayan, Tugu Soekarno dan Pelabuhan Rambang sesuai dengan tujuannya, untuk mengetahui 4 (empat) hal berikut: 1). Dampak sosial budaya; 2). Dampak ekonomi; 3). Persepsi masyarakat; dan 4). Partisipasi masyarakat dalam pembangunan kawasan wisata wilayah Flamboyan Bawah dan sekitarnya di Kota Palangka Raya.
Berdasarkan tujuan tersebut maka dalam pelaksanaan kajian ini ditetapkan dan diklasifikasikan responden sesuai dengan kebutuhan kajian. Responden ditentukan dari berbagai elemen masyarakat, yaitu: 1). Tokoh masyarakat; 2). Masyarakat lokal setempat; 3). Pengelola kawasan wisata; dan 4). Wisatawan yang berkunjung ke kawasan wisata Flamboyan Bawah dan sekitarnya. Di samping itu juga didukung dengan wawancara dari aparat pemerintah daerah terkait.
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 51
Jumlah responden sebanyak 118 orang, dimana yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 67 orang dan perempuan sebanyak 51 orang. Rinciannya adalah responden dari tokoh masyarakat sebanyak 10 orang, masyarakat lokal setempat sebanyak 48 orang, pengelola kawasan wisata sebanyak 19 orang, wisatawan yang berkunjung ke kawasan wisata tersebut sebanyak 41 orang yang terbagi atas wisatawan dari Kota Palangka Raya sebanyak 22 orang dan wisatawan dari luar Kota Palangka Raya sebanyak 19 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat seperti pada Tabel 5.11 berikut ini.
Tabel 5.11. Identitas dan Karakteristik Responden
No. Uraian Jumlah
1. Umur (Tahun): < 25 31 25 – 34 28 35 – 44 31 45 – 54 19 55 – 64 4 > 65 3 Rata-rata 34,98 Maksimal 83 Minimal 17
2. Pendidikan Terakhir (Orang): Sekolah Dasar (SD) 21 Sekolah Menengah Pertama (SMP) 25 Sekolah Menengah Atas/Kejuruan (SMA/SMK) 57 Perguruan Tinggi (PT) 15
3. Status Pekerjaan (Orang): Tidak bekerja 22 Mahasiswa / Pelajar 14 ASN 3 Swasta 79
4. Frekuensi Kunjungan: Sering 8 Kadang-kadang
Jarang 7
21 Pertama kali 5
5. Lama Menetap di Lokasi (Tahun): < 5 28 6 – 10 15 11 – 15 6 16 – 20 9
> 20 19
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 52
No. Uraian Jumlah
Rata-rata 13,93 Paling lama 72 Paling sebentar 0,02
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2017.
Umur Responden Berdasarkan data pada Tabel 5.11, diketahui bahwa rata-rata umur
responden adalah 35 tahun (pembulatan), dengan umur responden tertua adalah 83 tahun dan yang termuda berumur 17 tahun. Rentang usia yang cukup jauh tersebut tidak menjadi masalah tetapi justru memberikan warna dalam kajian ini karena dari responden yang sangat berbeda usia tersebut dapat diperoleh persepsi dan tingkat partisipasi masyarakat yang beragam sesuai dengan pemahaman dan pengalaman responden masing-masing.
Selanjutnya jumlah responden terbanyak ada pada kelompok umur <25 tahun dan kelompok umur 35 – 44 tahun, masing-masing sebanyak 31 orang (27%), sedangkan yang paling sedikit dari kelompok umur >65 tahun sebanyak 3 orang (3%), seperti terlihat pada Gambar 5.6 berikut.
Gambar 5.6. Kategori dan Persentase Jumlah Responden Berdasarkan
Umur Sumber: Data Primer yang Diolah, 2017.
Data umur responden per wilayah kajian dapat dilihat pada Gambar 5.7,
yang diperoleh dari wilayah kajian utama (Flamboyan Bawah) dan wilayah kajian pendukung (Jembatan Kahayan, Tugu Soekarno dan Pelabuhan Rambang). Diketahui bahwa untuk Flamboyan Bawah, mayoritas responden berada pada kelompok umur 35 – 44 tahun (10 responden) dan paling sedikit pada kelompok umur >65 tahun. Untuk kawasan Jembatan Kahayan, responden terbanyak pada kelompok usia <25 tahun (10 responden) dan paling sedikit pada kelompok usia 55 – 64 tahun (1 responden). Selanjutnya responden di kawasan Tugu Soekarno, mayoritas pada kelompok umur <25 tahun dan kelompok umur 35 – 44 tahun (masing-masing 7 responden) dan paling sedikit
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 53
responden pada kelompok umur 55 – 64 tahun dan >65 tahun. Sementara untuk Responden di kawasan Pelabuhan Rambang paling banyak berumur antara 35 – 44 tahun (10 responden) dan paling sedikit responden berumur >65 tahun (1 responden).
Gambar 5.7. Kategori Per Wilayah Jumlah Responden Berdasarkan Umur
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2017.
Pendidikan Terakhir Responden Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, diperoleh data tingkat
pendidikan terakhir dari seluruh responden, baik di wilayah Flamboyan Bawah maupun di wilayah Jembatan Kahayan, Tugu Soekarno dan Pelabuhan Rambang, dikeatahui bahwa rata-rata pendidikan terakhir responden adalah SMA/SMK sederajat, yaitu sebanyak 48%. Selanjutnya untuk lebih jelasnya seperti disajikan pada Gambar 5.8.
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat, baik dalam cara pandang / persepsi terhadap suatu hal maupun tingkat partisipasi masyarakat dalam mengikuti atau melaksanakan suatu kegiatan. Dengan tingkat pendidikan yang lulusan SMA/SMK sederajat, ini sudah cukup memadai apalagi jika aktif lagi dalam mencari informasi dari berbagai media maupun antar personal maka pengetahuan dan wawasannya akan semakin berkembang dan semakin luas.
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 54
Gambar 5.8. Kategori dan Persentase Jumlah Responden Berdasarkan
Pendidikan Terakhir Sumber: Data Primer yang Diolah, 2017.
Selanjutnya berdasarkan Gambar 5.9 berikut, diketahui bahwa
mayoritas tingkat pendidikan terakhir responden untuk wilayah Flamboyan Bawah, Jembatan Kahayan, Tugu Soekarno dan Pelabuhan Rambang adalah lulus SMA/SMK. Sementara untuk wilayah Pelabuhan Rambang, responden dengan pendidikan terakhir SD atau sederajat berada di posisi dua tertinggi yaitu sebanyak 12 responden. Dengan tingkat pendidikan yang rendah maka peluang pekerjaan yang bisa didapatkan juga terbatas, sehingga banyak yang hanya bekerja sebagai pedagang kaki lima, buruh angkut, tukang parkir dan usaha getek penyeberangan sungai.
Gambar 5.9. Kategori Per Wilayah Responden Berdasarkan
Pendidikan Terakhir Sumber: Data Primer yang Diolah, 2017.
Status Pekerjaan Responden Status pekerjaan tetap sangat penting bagi masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan hidup dan meningkatkan kesejahteraan keluarganya. Berdasarkan data hasil wawancara dengan 118 responden diketahui bahwa status pekerjaan responden didominasi swasta sebanyak 79 responden (67%) dan paling sedikit berstatus PNS sebanyak 3 responden (2%), sebagaimana secara rinci disajikan seperti pada Gambar 5.10 berikut.
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 55
Gambar 5.10. Kategori dan Persentase Jumlah Responden Berdasarkan
Status Pekerjaan Sumber: Data Primer yang Diolah, 2017.
Demikian pula berdasarkan data per wilayah kajian, mayoritas status
pekerjaan responden adalah pekerja swasta, secara rinci masing-masing di Flamboyan Bawah sebanyak 17 responden (62,96%), Jembatan Kahayan sebanyak 19 responden (61,29%), Tugu Soekarno sebanyak 13 responden (52,00%) dan Pelabuhan Rambang sebanyak 30 responden (85,71%), lebih jelasnya seperti terlihat pada Gambar 5.11.
Status pekerjaan swasta yang dilakukan oleh responden, khususnya dari elemen tokoh masyarakat dan masyarakat (baik masyarakat yang menetap dan berusaha di wilayah/kawasan wisata Flamboyan Bawah dan sekitarnya maupun masyarakat yang tidak menetap tetapi berusaha di wilayah tersebut) bervariasi. Sebagai pelaku usaha seperti pedagang kaki lima, warung tenda, pemilik cafe, buruh angkut dan sebagainya, sedangkan sebagai pengelola kawasan wisata seperti pengelola parkir dan keamanan, pengelola kapal susur sungai, pengelola perahu getek penyeberangan, pengelola pedagang kaki lima, pengelola warung tenda dan pengelola kebersihan.
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 56
Gambar 5.11. Kategori Per Wilayah Jumlah Responden Berdasarkan Status Pekerjaan
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2017.
Dengan berbagai status pekerjaan responden terutama pekerja swasta menunjukkan bahwa wilayah/kawasan wisata Flamboyan Bawah dan sekitarnya memiliki daya tarik bagi masyarakat untuk berusaha, apalagi jika ditunjang dengan penataan dan pengelolaan yang baik dari pihak terkait maka dapat membuka peluang usaha lainnya di wilayah tersebut dengan semakin banyaknya wisatawan yang mengunjungi.
Frekuensi Kunjungan Responden Berdasarkan data survei yang diperoleh dari 41 wisatawan, baik dari
Kota Palangka Raya maupun wisatawan dari luar Kota Palangka Raya, bahwa frekuensi kunjungan responden dengan kategori “jarang” sebanyak 21 responden (51%), kategori “sering” sebanyak 8 responden (20%), kategori “kadang-kadang” sebanyak 7 responden (17%) dan kategori “pertama kali” sebanyak 5 responden (12%), seperti ditunjukkan Gambar 5.12 berikut.
Gambar 5.12. Kategori dan Persentase Jumlah Responden Berdasarkan
Frekuensi Kunjungan Sumber: Data Primer yang Diolah, 2017.
Selanjutnya apabila dilihat per wilayah kajian, diketahui bahwa
frekuensi kunjungan responden (wisatawan dalam dan luar Kota Palangka Raya) ke kawasan wisata Flamboyan Bawah dan sekitarnya didominasi kategori “jarang”, terutama ke Pelabuhan Rambang dengan pilihan responden sebanyak 8 orang, secara lebih rinci seperti disajikan pada Gambar 5.13.
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 57
Gambar 5.13. Kategori Per Wilayah Jumlah Responden Berdasarkan
Frekuensi Kunjungan Sumber: Data Primer yang Diolah, 2017.
Dengan melihat tingkat frekuensi kunjungan wisatawan seperti pada
Gambar 5.13 di atas, tentunya ini perlu menjadi prioritas dan perhatian semua pihak tidak hanya pengelola kawasan wisata dan Pemerintah Kota Palangka Raya, namun juga pihak swasta lainnya maupun masyarakat itu sendiri. Perlu mengembangkan kawasan wisata Flamboyan Bawah dan sekitarnya tersebut menjadi lebih baik dalam pengelolaan, penataan maupun penyediaan fasilitas dan sarana prasarana pendukung lainnya, sehingga menjadi menarik untuk dikunjungi wisatawan.
Lama Responden Menetap di Lokasi Berdasarkan data hasil wawancara dengan responden (kecuali
wisatawan) di wilayah kajian, diketahui bahwa lama responden menetap di lokasi sangat bervariasi. Namun yang terbanyak adalah responden yang baru menetap di lokasi <5 tahun sebesar 36% dan yang terkecil sebesar 8% responden sudah menetap di lokasi Flamboyan Bawah dan sekitarnya antara 11 – 15 tahun. Untuk lebih jelasnya lama responden tinggal menetap di lokasi Flamboyan Bawah dan sekitarnya seperti disajikan pada Gambar 5.14.
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 58
Gambar 5.14. Kategori dan Persentase Jumlah Responden Berdasarkan
Lama Menetap di Lokasi Sumber: Data Primer yang Diolah, 2017.
Demikian apabila dilihat per wilayah kajian, masing-masing mayoritas
lama responden menetap di Flamboyan Bawah selama <5 tahun (8 responden), di Jembatan Kahayan >20 tahun (6 responden), di Tugu Soekarno <5 tahun (5 responden) dan >20 tahun (5 responden). Sementara khusus di Pelabuhan Rambang, mayoritas lama menetap responden <5 tahun sebanyak 11 responden, hal ini wajar mengingat mobilitas masyarakat di wilayah tersebut relatif tinggi dari warga pendatang yang datang dari berbagai wilayah dan memiliki pekerjaan yang banyak bersifat sementara. Secara lebih lengkap, jumlah responden per wilayah berdasarakan lama menetap di lokasi Flamboyan Bawah dan sekitarnya dapat dilihat pada Gambar 5.15 berikut.
Gambar 5.15. Kategori Per Wilayah Jumlah Responden Berdasarkan
Lama Menetap di Lokasi Sumber: Data Primer yang Diolah, 2017.
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 59
Pengelolaan Dampak Sosial Budaya Pariwisata Dalam mengkaji dampak sosial budaya akibat adanya pembangunan
kawasan wisata Flamboyan Bawah dan sekitarnya, maka terdapat 2 (dua) aspek yang dilihat dampaknya, yakni interaksi sosial dan perubahan sosial. Selanjutnya untuk responden yang menjadi obyek/sasaran kajian terdiri dari berbagai pihak, yakni: 1). Tokoh masyarakat; 2). Masyarakat, terbagi atas: a). Masyarakat setempat yang menetap dan berusaha di kawasan wisata, b). Masyarakat setempat yang menetap tetapi tidak berusaha di kawasan wisata, c). Masyarakat lokal Palangka Raya dan berusaha di kawasan wisata; 3). Pengelola kawasan wisata; 4). Wisatawan, terbagi atas: a). Lokal dalam Palangka Raya dan b). Lokal dari luar daerah Palangka Raya.
Selanjutnya yang menjadi wilayah kajian dampak sosial budaya akibat adanya pembangunan kawasan wisata terbagi atas: 1). Kawasan Flamboyan Bawah (sebagai kawasan utama); dan 2). Kawasan Jembatan Kahayan, Tugu Soekarno, Pelabuhan Rambang (sebagai kawasan pendukung).
Interaksi Sosial Masyarakat selain dipandang sebagai kumpulan orang juga merupakan
sekumpulan hubungan antara anggota-anggotanya. Hubungan ini akan bermakna apabila terjadi proses interaksi sosial. Tanpa adanya interaksi sosial antara anggota-anggotanya, hubungan-hubungan tersebut tidak/kurang mempunyai arti. Interaksi sosial adalah proses dimana orang bertindak ke arah atau memberi respon terhadap orang lainnya secara timbal balik dan saling menguntungkan.
Walgito (2003) mendefinisikan interaksi sosial sebagai hubungan timbal balik, baik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok dan antara kelompok dengan kelompok. Zanden (1990) yang menyatakan bahwa pengaruh timbal balik dalam interaksi sosial antara dua orang atau lebih dari perilaku yang berbeda, atau saling pengaruh mempengaruhi antara tindakan seseorang dengan tindakan lainnya ditujukan agar terjadi saling menguntungkan. Selanjutnya Popenoe (1986) menyatakan bahwa bentuk interaksi sosial yang terjadi dapat berupa pertukaran, kerjasama, konflik dan kompetisi.
Interaksi sosial memerlukan dua syarat yaitu: adanya kontak sosial dan adanya komunikasi (Soekanto, 1997). Kontak sosial terjadi bilamana ada individu merasakan adanya individu lain di sekitarnya, dan berlangsung dalam bentuk interaksi antara orang-perorangan, antara orang-perorangan dengan suatu kelompok manusia maupun antara suatu kelompok dengan kelompok manusia lainnya. Tanggapan yang dihasilkan dari adanya kontak sosial akan melahirkan kontak sosial yang bersifat positif dan negatif. Komunikasi dalam interaksi sosial terjadi setelah ada informasi yang disampaikan, bisa bersifat satu arah dan dua arah, dan merupakan perwujudan dari adanya pertukaran informasi. Zanden (1990) menyatakan bahwa dalam proses interaksi sosial, komunikasi memainkan peranan penting atau semua interaksi sosial
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 60
melibatkan komunikasi. Komunikasi di antara orang-orang diperlukan untuk saling mempengaruhi perasaan, pikiran dan tindakan.
Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari wilayah kajian, terkait dampak sosial budaya dari aspek interaksi sosial akibat adanya pembangunan kawasan wisata Flamboyan Bawah dan sekitarnya, seperti disajikan pada Tabel 5.12. Tabel 5.12. Dampak Sosial Budaya dari Aspek Interaksi Sosial Akibat
Pembangunan Kawasan Wisata Flamboyan Bawah dan Sekitarnya di Kota Palangka Raya
No. Kawasan Wisata Interaksi Sosial
(1) (2) (3)
Tokoh Masyarakat: 1. Flamboyan Bawah - Kegiatan keagamaan
- Kegiatan ekonomi - Kegiatan pelayanan kesehatan - Kegiatan hiburan - Silahturahmi - Terjalin kerjasama usaha
2. Jembatan Kahayan - Silahturahmi - Terjalin kerjasama usaha
3. Tugu Soekarno - Terjalin kerjasama usaha kuliner 4. Pelabuhan Rambang - Kegiatan ekonomi
- Kegiatan olahraga - Terjalin kerjasama usaha kuliner
Masyarakat (Lokal Setempat Menetap dan Berusaha): 1. Flamboyan Bawah - Kegiatan ekonomi
- Kegiatan pelayanan kesehatan - Silahturahmi
2. Jembatan Kahayan - Berbagi informasi - Silahturahmi
3. Tugu Soekarno - Terjalin kerjasama usaha - Kegiatan foto-foto dan pembuatan film - Silahturahmi
4. Pelabuhan Rambang - Terjadi kerjasama usaha kuliner Masyarakat (Lokal Setempat Menetap dan Tidak Berusaha): 1. Flamboyan Bawah - Kegiatan ekonomi
- Silahturahmi 2. Jembatan Kahayan - Berbagi informasi
- Silahturahmi 3. Tugu Soekarno - Terjalin kerjasama usaha kuliner
- Silahturahmi 4. Pelabuhan Rambang - Terjalin kerjasama usaha kuliner
Masyarakat (Lokal Palangka Raya dan Berusaha): 1. Flamboyan Bawah - Kegiatan ekonomi 2. Jembatan Kahayan - Silahturahmi 3. Tugu Soekarno - Silahturahmi 4. Pelabuhan Rambang - Terjalin kerjasama usaha kuliner
Pengelola:
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 61
1. Flamboyan Bawah - Kegiatan ekonomi - Promosi dagang - Kegiatan hiburan
2. Jembatan Kahayan - Silahturahmi 3. Tugu Soekarno - Silahturahmi 4. Pelabuhan Rambang - Terjalin kerjasama usaha kuliner
Wisatawan (Lokal Dalam Palangka Raya): 1. Flamboyan Bawah - Kegiatan ekonomi 2. Jembatan Kahayan - Silahturahmi 3. Tugu Soekarno - Kegiatan ekonomi
- Kegiatan Foto-foto 4. Pelabuhan Rambang -
Wisatawan (Lokal Luar Kota Palangka Raya): 1. Flamboyan Bawah - Kegiatan ekonomi
- Kegiatan foto-foto - Kegiatan hiburan
2. Jembatan Kahayan - 3. Tugu Soekarno - Terjalin kerjasama usaha kuliner
- Silahturahmi 4. Pelabuhan Rambang -
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2017.
Berdasarkan Tabel 5.12 di atas, terlihat bahwa berbagai dampak sosial budaya yang terjadi dari aspek interaksi sosial masyarakat di wilayah kajian sebagai akibat adanya pembangunan kawasan wisata Flamboyan Bawah dan sekitarnya, seperti terjadinya interaksi dalam kegiatan keagamaan, kegiatan ekonomi, kegiatan pelayanan kesehatan, kegiatan hiburan, kegiatan olahraga, terjalinnya kerjasama usaha, interaksi promosi dagang, silahturahmi, berbagi informasi, maupun interaksi dalam kegiatan foto-foto dan pembuatan film. Dengan demikian, adanya pembangunan kawasan wisata Flamboyan Bawah dan sekitarnya berdampak positif bagi masyarakat dilihat dari aspek interaksi sosial masyarakat.
Perubahan Sosial Perubahan sosial secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses
pergeseran atau berubahnya struktur/tatanan di dalam masyarakat, meliputi pola sosial yang lebih inovatif, sikap serta kehidupan sosialnya untuk mendapatkan penghidupan yang lebih bermartabat.
Pada dasarnya setiap masyarakat yang ada di muka bumi ini dalam hidupnya dapat dipastikan akan mengalami apa yang dinamakan dengan perubahan-perubahan. Adanya perubahan-perubahan tersebut akan dapat diketahui bila melakukan suatu perbandingan dengan menelaah keadaan suatu masyarakat pada masa tertentu yang kemudian dibandingkan dengan keadaan masyarakat pada waktu yang lampau. Perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat pada dasarnya merupakan suatu proses yang terus menerus, ini berarti bahwa setiap masyarakat pada kenyataannya akan mengalami perubahan-perubahan.
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 62
Pada kenyataannya perubahan yang terjadi antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain tidak selalu sama. Hal ini dikarenakan adanya suatu masyarakat yang mengalami perubahan lebih cepat dibandingkan dengan masyarakat lainnya. Namun ada juga perubahan-perubahan yang tidak menonjol atau terkesan tidak menampakkan adanya suatu perubahan. Demikian pula adanya perubahan-perubahan yang memiliki pengaruh luas maupun terbatas. Di samping itu, ada juga perubahan-perubahan yang prosesnya lambat.
Berdasarkan data dan informasi hasil wawancara dengan responden yang diperoleh dari wilayah kajian, terkait dampak sosial budaya dari aspek perubahan sosial akibat adanya pembangunan kawasan wisata Flamboyan Bawah dan sekitarnya, secara lebih rinci dapat dilihat seperti pada Tabel 5.13. Tabel 5.13. Dampak Sosial Budaya dari Aspek Perubahan Sosial Akibat
Pembangunan Kawasan Wisata Flamboyan Bawah dan Sekitarnya di Kota Palangka Raya
No. Kawasan Wisata Perubahan Sosial
(1) (2) (3)
Tokoh Masyarakat: 1. Flamboyan Bawah - Suasana semakin ramai
- Ekonomi masyarakat meningkat - Terjadi konflik/perkelahian - Adanya lowongan pekerjaan
2. Jembatan Kahayan - Suasana semakin ramai - Semangat gotong royong masyarakat menurun
3. Tugu Soekarno - Tingkat kriminalitas meningkat - Semangat gotong royong masyarakat menurun
4. Pelabuhan Rambang - Pelabuhan menjadi tidak berfungsi ideal - Kebersihan lingkungan kawasan kurang terjaga - Terjadi konflik/perkelahian
Masyarakat (Lokal Setempat Menetap dan Berusaha): 1. Flamboyan Bawah - Terjadi konflik/perkelahian
- Terjadi perubahan penggunaan bahasa 2. Jembatan Kahayan - Suasana semakin ramai 3. Tugu Soekarno - Tingkat kriminalitas meningkat
- Semangat gotong royong warga menurun - Pendapatan masyarakat meningkat
4. Pelabuhan Rambang - Kegiatan jasa angkut barang berkurang - Suasana semakin ramai
Masyarakat (Lokal Setempat Menetap dan Tidak Berusaha):
1. Flamboyan Bawah - Suasana semakin ramai - Adanya pembangunan fasilitas baru
2. Jembatan Kahayan - Suasana semakin ramai - Terjadi perubahan penggunaan bahasa - Semangat gotong royong warga berkurang
3. Tugu Soekarno - Suasana semakin ramai - Terjadi pertukaran budaya
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 63
No. Kawasan Wisata Perubahan Sosial
4. Pelabuhan Rambang - Suasana semakin ramai - Terjadi konflik/perkelahian
Masyarakat (Lokal Palangka Raya dan Berusaha): 1. Flamboyan Bawah - Suasana semakin ramai
- Adanya lowongan kerja 2. Jembatan Kahayan - Suasana semakin ramai
- Terjadi perubahan penggunaan bahasa - Terjadi pertukaran budaya - Pendapatan masyarakat meningkat
3. Tugu Soekarno - Suasana semakin ramai - Terjadi perubahan penggunaan bahasa - Terjadi pertukaran budaya - Keamanan kawasan berkurang
4. Pelabuhan Rambang - Suasana semakin ramai - Pendapatan masyarakat meningkat
Pengelola: 1. Flamboyan Bawah - Suasana semakin ramai
- Terjadi perubahan penggunaan bahasa 2. Jembatan Kahayan - Suasana semakin ramai
- Terjadi perubahan cara berkomunikasi - Terjadi perbaikan kawasan
3. Tugu Soekarno - Suasana semakin ramai 4. Pelabuhan Rambang - Suasana semakin ramai pengunjung
- Kerukunan warga menurun Wisatawan (Lokal Dalam Palangka Raya): 1. Flamboyan Bawah - Terjadi perubahan cara berkomunikasi
- Aktivitas ekonomi meningkat - Terjadi konflik/perkelahian
2. Jembatan Kahayan - Suasana semakin ramai - Pendapatan masyarakat meningkat
3. Tugu Soekarno - Pendapatan masyarakat meningkat 4. Pelabuhan Rambang - Suasana semakin ramai pengunjung
- Ada lowongan pekerjaan - Pendapatan masyarakat meningkat
Wisatawan (Lokal Luar Kota Palangka Raya):
1. Flamboyan Bawah - Adanya pembangunan fasilitas - Terjadi perubahan cara berkomunikasi - Suasana semakin ramai pengunjung
2. Jembatan Kahayan - Suasana semakin ramai - Terjadi pertukaran budaya baru
3. Tugu Soekarno - Adanya pembangunan taman - Semangat gotong royong masyarakat berkurang - Kejahatan kawasan meningkat - Suasana semakin ramai
4. Pelabuhan Rambang - Kebersihan kawasan kurang terjaga/sampah berserakan
- Fungsi pelabuhan berkurang
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2017.
Berdasarkan Tabel 5.13 di atas, terlihat bahwa dengan keberadaan
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 64
kawasan wisata Flamboyan Bawah dan sekitarnya dapat berdampak sosial budaya masyarakat terutama pada aspek perubahan sosial secara positif, seperti suasana kawasan wisata semakin ramai, adanya pembangunan fasilitas baru, adanya perbaikan kawasan wisata, adanya lowongan pekerjaan, aktivitas ekonomi masyarakat meningkat, pendapatan masyarakat meningkat, terjadi perubahan penggunaan bahasa, perubahan cara berkomunikasi dan terjadinya pertukaran budaya. Sementara dampak sosial budaya dari aspek perubahan sosial secara negatif, seperti semangat gotong royong warga menurun, kerukunan warga menurun, keamanan kawasan berkurang, tingkat kriminalitas meningkat, terjadinya konflik/perkelahian di masyarakat, kebersihan lingkungan kawasan kurang terjaga, fungsi pelabuhan berkurang dan kegiatan jasa angkut barang berkurang.
Pengelolaan Dampak Ekonomi Pariwisata Motivasi terbesar untuk mengembangkan pariwisata adalah adanya
keuntungan ekonomi. Dampak ekonomi fokus pada keuntungan melalui destinasi wisata. Beberapa keuntungan yang diperoleh dengan adanya pembangunan dan pengembangan kawasan pariwisata yaitu: penerimaan devisa negara, peningkatan pendapatan masyarakat, peningkatan penerimaan pajak pemerintah, menciptakan kesempatan kerja, perbaikan struktur ekonomi serta mendorong dan mendiversifikasi aktivitas wirausaha dan menstimulasi ekonomi wilayah (Wall and Mathieson, 2006).
Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Berdasarkan data hasil wawancara dengan responden di wilayah kajian,
terkait dampak ekonomi dari aspek peningkatan PAD akibat adanya pembangunan kawasan wisata Flamboyan Bawah dan sekitarnya, secara lebih rinci dapat dilihat seperti pada Tabel 5.14. Tabel 5.14. Dampak Ekonomi dari Aspek Peningkatan PAD Akibat
Pembangunan Kawasan Wisata Flamboyan Bawah dan Sekitarnya di Kota Palangka Raya
No. Kawasan Wisata Peningkatan PAD
(1) (2) (3)
Tokoh Masyarakat: 1. Flamboyan Bawah - Retribusi perparkiran 2. Jembatan Kahayan - Pajak dan retribusi
3. Tugu Soekarno - Pajak usaha cafe - Retribusi perparkiran
4. Pelabuhan Rambang - Pajak PKL, sewa lapak, biaya kebersihan - Pajak usaha kapal susur sungai
Masyarakat (Lokal Setempat Menetap dan Berusaha):
1. Flamboyan Bawah -
2. Jembatan Kahayan - Pajak dan retribusi
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 65
3. Tugu Soekarno - Pajak usaha cafe - Pajak usaha kapal susur sungai
4. Pelabuhan Rambang - Pajak PKL, sewa lapak, biaya kebersihan - Pajak usaha kapal susur sungai - Retribusi perparkiran
Masyarakat (Lokal Setempat Menetap dan Tidak Berusaha): 1. Flamboyan Bawah - 2. Jembatan Kahayan - Pajak dan retribusi 3. Tugu Soekarno - Pajak usaha cafe
- Pajak usaha kapal susur sungai 4. Pelabuhan Rambang - Pajak PKL, sewa lapak, biaya kebersihan
- Pajak usaha kapal susur sungai - Retribusi perparkiran
Masyarakat (Lokal Palangka Raya dan Berusaha): 1. Flamboyan Bawah - 2. Jembatan Kahayan - Retribusi Perparkiran 3. Tugu Soekarno - Pajak usaha cafe
- Pajak usaha kapal susur sungai 4. Pelabuhan Rambang - Pajak PKL, sewa lapak, biaya kebersihan
- Pajak usaha kapal susur sungai Pengelola: 1. Flamboyan Bawah - Retribusi perparkiran 2. Jembatan Kahayan - Retribusi perparkiran 3. Tugu Soekarno - Pajak usaha cafe
- Pajak usaha kapal susur sungai - Retribusi perparkiran
4. Pelabuhan Rambang - Retribusi angkutan barang - Pajak PKL - Pajak usaha kapal susur sungai - Retribusi perparkiran
Wisatawan (Lokal Dalam Palangka Raya): 1. Flamboyan Bawah - Retribusi perparkiran 2. Jembatan Kahayan - Retribusi perparkiran 3. Tugu Soekarno - Pajak usaha cafe
- Pajak usaha kapal susur sungai - Retribusi perparkiran
4. Pelabuhan Rambang - Pajak usaha cafe - Pajak usaha kapal susur sungai - Retribusi perparkiran
Wisatawan (Lokal Luar Kota Palangka Raya): 1. Flamboyan Bawah - Retribusi perparkiran 2. Jembatan Kahayan - Retribusi perparkiran 3. Tugu Soekarno - Pajak usaha cafe
- Retribusi perparkiran 4. Pelabuhan Rambang - Pajak PKL, sewa lapak, biaya kebersihan
- Retribusi perparkiran
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2017. Berdasarkan Tabel 5.14 di atas, terlihat bahwa akibat pembangunan
kawasa wisata Flamboyan Bawah dan sekitarnya maka berdampak positif pada peningkatan PAD bagi Kota Palangka Raya yang bersumber dari pajak dan
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 66
retribusi, seperti pajak usaha cafe, pajak PKL, sewa lapak dan retribusi kebersihan, retribusi perparkiran, pajak usaha kapal susur sungai, dan retribusi angkutan barang. Pentingnya pengelolaan kawasan wisata ini secara profesional dan komersial oleh pihak terkait ditunjang dengan pembangunan infrastruktur, ketersediaan sarana prasarana yang lengkap dan kemampuan SDM pengelola yang berkualitas, sehingga lambat laun dapat menarik wisatawan untuk berkunjung lebih banyak lagi. Dengan penentuan tiket masuk ke kawasan wisata bagi wisatawan tentunya ini bisa menjadikan pemasukan yang maksimal bagi daerah.
5.4.2. Peningkatan Pendapatan Masyarakat Hasil wawancara dengan responden (tokoh masyarakat, masyarakat
lokal, pengelola kawasan dan wisatawan) yang diperoleh dari wilayah kajian (Flamboyan Bawah, Jembatan Kahayan, Tugu Soekarno dan Pelabuhan Rambang), terkait dampak ekonomi dari aspek peningkatan pendapatan masyarakat akibat adanya pembangunan kawasan wisata Flamboyan Bawah dan sekitarnya, secara lebih rinci dapat dilihat seperti pada Tabel 5.15. Tabel 5.15. Dampak Ekonomi dari Aspek Peningkatan Pendapatan
Masyarakat Akibat Pembangunan Kawasan Wisata Flamboyan Bawah dan Sekitarnya di Kota Palangka Raya
No. Kawasan Wisata Peningkatan Pendapatan Masyarakat
(1) (2) (3)
Tokoh Masyarakat: 1. Flamboyan Bawah - Berdagang 2. Jembatan Kahayan - Berdagang
- Nelayan 3. Tugu Soekarno - Susur sungai 4. Pelabuhan Rambang - Berdagang
- Susur sungai Masyarakat (Lokal Setempat Menetap dan Berusaha): 1. Flamboyan Bawah - Berdagang 2. Jembatan Kahayan - Pengelola parkir 3. Tugu Soekarno - Berdagang
- Jasa susur sungai 4. Pelabuhan Rambang - Jasa angkut barang
- Jasa getek penyeberangan sungai - Jasa susur sungai - Berdagang
Masyarakat (Lokal Setempat Menetap dan Tidak Berusaha): 1. Flamboyan Bawah - Berdagang 2. Jembatan Kahayan - Berdagang
- Nelayan 3. Tugu Soekarno - Berdagang
- Usaha kapal susur sungai - Tukang parkir
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 67
No. Kawasan Wisata Peningkatan Pendapatan Masyarakat
4. Pelabuhan Rambang - Jasa angkut barang - Jasa getek penyeberangan sungai - Jasa susur sungai - Berdagang - Tukang kebersihan - Tukang keamanan
Masyarakat (Lokal Palangka Raya dan Berusaha): 1. Flamboyan Bawah - Berdagang 2. Jembatan Kahayan - Berdagang
- Jasa kapal susur sungai - Pekerja kebersihan - Pekerja parkir
3. Tugu Soekarno - Berdagang - Kapal susur sungai - Tukang parkir
4. Pelabuhan Rambang - Jasa angkut barang - Jasa penyeberangan - Jasa susur sungai - Berdagang - Tukang kebersihan - Jaga keamanan
Pengelola: 1. Flamboyan Bawah - Berdagang 2. Jembatan Kahayan - Jaga parkir
- Jaga kebersihan - Jaga toilet - Berdagang - Ojek
3. Tugu Soekarno - Berdagang - Usaha kapal susur sungai - Tukang parkir
4. Pelabuhan Rambang - Jasa angkut barang - Jasa penyeberangan - Jasa kapal susur sungai - Berdagang - Tukang kebersihan - Jaga keamanan
Wisatawan (Lokal Dalam Palangka Raya): 1. Flamboyan Bawah - Berdagang 2. Jembatan Kahayan - Berdagang
- Jaga kapal susur sungai - Pekerja kebersihan - Pekerja parkir
3. Tugu Soekarno - Berdagang - Usaha kapal susur sungai - Tukang parkir
4. Pelabuhan Rambang - Jasa angkut barang - Jasa penyeberangan - Jasa kapal susur sungai - Berdagang
Wisatawan (Lokal Luar Kota Palangka Raya):
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 68
No. Kawasan Wisata Peningkatan Pendapatan Masyarakat
1. Flamboyan Bawah - Berdagang 2. Jembatan Kahayan - Berdagang
- Jasa kapal susur sungai - Pekerja kebersihan - Pekerja parkir
3. Tugu Soekarno - Berdagang - Usaha kapal susur sungai - Tukang parkir
4. Pelabuhan Rambang - Jasa angkut barang - Jasa kapal susur sungai - Memancing
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2017.
Berdasarkan data Tabel 5.15 di atas, terlihat bahwa usaha dagang, usaha nelayan, usaha jasa kapal susur sungai, usaha jasa parkir, usaha jasa angkut barang, usaha jasa getek penyeberangan sungai, usaha jasa kebersihan, usaha jasa keamanan dan usaha jasa ojek dianggap bisa memberikan pendapatan bagi masyarakat yang beraktivitas di kawasan wisata Flamboyan Bawah dan sekitarnya. Mayoritas usaha yang digeluti adalah usaha dagang, seperti dagang sembako dan usaha kuliner. Dengan demikian, pembangunan kawasan wisata Flamboyan Bawah dan sekitarnya berdampak positif bagi peningkatan pendapatan masyarakat.
Menciptakan Kesempatan Kerja Data yang diperoleh dari wilayah kajian Flamboyan Bawah dan
sekitarnya melalui wawancara dengan responden, terkait dampak ekonomi dari aspek kesempatan kerja akibat adanya pembangunan kawasan wisata, secara lebih rinci dapat dilihat seperti pada Tabel 5.16. Tabel 5.16. Dampak Ekonomi dari Aspek Kesempatan Kerja Akibat
Pembangunan Kawasan Wisata Flamboyan Bawah dan Sekitarnya di Kota Palangka Raya
No. Kawasan Wisata Kesempatan Kerja
(1) (2) (3)
Tokoh Masyarakat: 1. Flamboyan Bawah - 2. Jembatan Kahayan - 3. Tugu Soekarno - Jasa parkir
- Usaha kapal susur sungai 4. Pelabuhan Rambang - Usaha dagang
- Usaha kapal susur sungai Masyarakat (Lokal Setempat Menetap dan Berusaha): 1. Flamboyan Bawah - 2. Jembatan Kahayan - Usaha dagang
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 69
No. Kawasan Wisata Kesempatan Kerja
3. Tugu Soekarno - Jasa parkir - Usaha cafe
4. Pelabuhan Rambang - Jasa parkir - Jasa kebersihan - Jasa buruh angkut pelabuhan - Jasa getek penyeberangan - Usaha kapal susur sungai
Masyarakat (Lokal Setempat Menetap dan Tidak Berusaha): 1. Flamboyan Bawah - 2. Jembatan Kahayan - Usaha dagang 3. Tugu Soekarno - Usaha dagang
- Usaha kapal susur sungai - Jasa parkir
4. Pelabuhan Rambang - Jasa parkir - Jasa kebersihan - Jasa buruh angkut barang pelabuhan - Jasa getek penyeberangan - Usaha kapal susur sungai
Masyarakat (Lokal Palangka Raya dan Berusaha): 1. Flamboyan Bawah - 2. Jembatan Kahayan - Usaha dagang
- Jasa parkir - Jasa kebersihan
3. Tugu Soekarno - Usaha dagang - Usaha kapal susur sungai - Jasa parkir
4. Pelabuhan Rambang - Jasa parkir - Jasa kebersihan - Jasa buruh angkut barang pelabuhan - Jasa getek penyeberangan - Usaha kapal susur sungai
Pengelola: 1. Flamboyan Bawah - Usaha dagang 2. Jembatan Kahayan - Usaha dagang
- Jasa parkir - Jasa kebersihan
3. Tugu Soekarno - Usaha dagang - Usaha kapal susur sungai - Jasa parkir
4. Pelabuhan Rambang - Usaha dagang - Usaha kapal susur sungai - Jasa parkir
Wisatawan (Lokal Dalam Palangka Raya): 1. Flamboyan Bawah - 2. Jembatan Kahayan - Usaha dagang
- Jasa parkir - Jasa kebersihan
3. Tugu Soekarno - Usaha dagang - Usaha kapal susur sungai - Jasa parkir
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 70
No. Kawasan Wisata Kesempatan Kerja
4. Pelabuhan Rambang - Jasa parkir - Jasa kebersihan - Jasa buruh angkut pelabuhan - Jasa getek penyeberangan - Usaha kapal susur sungai
Wisatawan (Lokal Luar Kota Palangka Raya): 1. Flamboyan Bawah - Jasa parkir
- Usaha dagang 2. Jembatan Kahayan - Usaha dagang
- Jasa parkir 3. Tugu Soekarno - Usaha dagang
- Usaha kapal susur sungai - Usaha cafe - Jasa parkir
4. Pelabuhan Rambang - Usaha dagang
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2017. Berdasarkan Tabel 5.16, terlihat bahwa terbuka kesempatan kerja atau
usaha bagi masyarakat sebagai akibat adanya pembangunan dan pengembangan kawasan wisata Flamboyan Bawah dan sekitarnya, diantaranya usaha jasa parkir, usaha kapal susur sungai, usaha dagang, usaha cafe, usaha jasa kebersihan, usaha jasa buruh angkut pelabuhan dan usaha jasa getek penyeberangan sungai. Keberadaan berbagai usaha dan peluang kesempatan kerja tersebut tentunya berimplikasi positif bagi masyarakat dalam menghasilkan pendapatan yang dapat mensejahterakan kehidupannya. Tingkat Persepsi Masyarakat
Kehidupan bermasyarakat tidak akan lepas dari persepsi masyarakat itu sendiri. Persepsi merupakan tanggapan atau penerimaan langsung dari seseorang. Menurut Umstot (1988), bahwa persepsi adalah proses penyaringan, pengorganisasian dan penginterpretasian informasi mengenai lingkungan. Selanjutnya Walgito (2004) menyatakan bahwa persepsi merupakan stimulus yang datang dari luar, tetapi juga datang dari dalam diri individu sendiri. Namun demikian sebagian besar stimulus datang dari luar individu yang bersangkutan. Karena persepsi merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu, maka apa yang ada dalam diri individu tersebut akan ikut aktif dalam persepsi. Dengan demikian dalam persepsi dapat dikemukakan perasaan, kemampuan berfikir, dan pengalaman-pengalaman individu yang tidak sama. Sehingga dalam mempersepsi sesuatu stimulus, hasil persepsi mungkin berbeda antara individu satu dengan individu lain. Oleh karena itu, persepsi dikatakan bersifat individual.
Masyarakat secara umum adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama sehingga masyarakat itu dapat mengorganisasikan dirinya dan berpikir tentang dirinya sebagai kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu (Ralph Linton dalam Harsojo, 1997). Oleh
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 71
karena itu, berdasarkan kedua pengertian tersebut dapat dinyatakan bahwa persepsi masyarakat adalah sebuah proses dimana sekelompok individu yang hidup dan tinggal bersama dalam wilayah tertentu, memberikan tanggapan terhadap hal-hal yang dianggap menarik dari lingkungan tempat tinggalnya.
Persepsi Terhadap Infrastruktur, Sarana dan Prasarana Pembangunan infrastruktur dan atau penyediaan sarana prasarana di
kawasan wisata dapat mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap lokasi wisata tersebut. Pembangunan infrastruktur fisik di lokasi wisata seperti pembangunan jaringan jalan, jembatan, pelabuhan, penataan bangunan yang teratur dan lain-lain, serta penyediaan sarana penunjang seperti penerangan, jaringan komunikasi, jaringan saluran air bersih, jaringan saluran pembuangan air limbah, jaringan saluran drainase, tempat pembuangan sampah dapat menunjang kenyamanan masyarakat dan wisatawan sehingga menghasilkan persepsi yang positif terhadap lokasi wisata tersebut.
Pengelolaan lokasi wisata yang dilakukan secara terencana dan terorganisir mampu memberikan persepsi yang positif bagi masyarakat dan wisatawan. Persepsi ini dihasilkan dari adanya kenyamanan, keamanan dan kepastian yang didapatkan ketika menikmati berbagai fasilitas wisata yang disediakan oleh pengelola lokasi wisata.
Penilaian persepsi masyarakat terhadap pembangunan infrastruktur dan penyediaan sarana prasarana di kawasan Flamboyan Bawah dan sekitarnya, masing-masing diuraikan sebagai berikut: 1. Pembangunan dan pengelolaan Infrastruktur Fisik Jalan, Jembatan dan
Pelabuhan Pembangunan infrastruktur fisik yang dilakukan di Kawasan
Flamboyan Bawah dan sekitarnya meliputi pembangunan jalan, jembatan dan pelabuhan. Pekerjaan pembangunan fisik dimulai sekitar tahun 2012/2013. Pembangunan infrastruktur di wilayah kajian, yaitu : a) Kawasan Flamboyan Bawah meliputi pembangunan jalan menuju pelabuhan, pelabuhan beserta dan jembatan disekitar pelabuhan; b) Kawasan Tugu. Penilaian persepsi terhadap pembangunan infrastruktur jalan, jembatan dan pelabuhan di Kawasan Flamboyan Bawah dan sekitarnya sebagaimana pada Tabel 5.17.
Tabel 5.17. Tingkat Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Jalan,
Jembatan dan Pelabuhan Di Kawasan Flamboyan Bawah dan Sekitarnya.
No. Kategori Persepsi Jumlah (orang)
Persentase (%)
Total Skor
Skor Persepsi
(%)
1 Sangat memadai 11 9.3 55
2 Memadai 48 40.7 192
3 Cukup memadai 22 18.6 66 63.1
4 Kurang memadai 22 18.6 44 Memadai
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 72
5 Tidak memadai 15 12.7 15
Jumlah 118 100 372
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2017.
Gambar 5.16 Tingkat Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Jalan, Jembatan dan Pelabuhan Di Kawasan Flamboyan Bawah dan Sekitarnya.
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2017.
Pada tabel 5.17. diketahui bahwa, responden di wilayah kajian memberikan persepsi dengan kategori memadai (63,1%) yaitu berada pada skala persepsi 60% – 79,9%. Penilaian persepsi tersebut menggambarkan penilaian persepsi secara keseluruhan terhadap tersedianya fasilitas infrastruktur fisik (jalan, jembatan dan Pelabuhan). Jika dilihat dari masing-masing penilaian terhadap infrastruktur fisik tersebut, maka fasilitas jalan mendapatkan penilaian dengan kategori baik yaitu skor terbesar (74,2%), kemudian fasilitas jembatan dengan kategori baik yaitu skor persepsi (62,2%) dan Fasilitas Pelabuhan dengan kategori sedang yaitu skor persepsi (52,71) (secara rinci perhitungan persepsi masing-masing indikator sebagaimana terlampir). Penilaian persepsi yang diberikan dengan kategori baik didasarkan atas tersedianya akses menuju dan dari kawasan Flamboyan Bawah, kawasan tugu Sukarno dan Jembatan Kahayan, serta kawasan Pelabuhan Rambang. Penyediaan akses jalan yang baik terhadap suatu kawasan wisata, akan memberikan berbagai kemudahan bagi pengunjung untuk mencapai kawasan tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam terhadap beberapa responden masyarakat sekitar, diketahui bahwa dengan tersedianya infrastruktur jalan, jembatan dan pelabuhan, memungkinkan mereka memanfaatkan berbagai fasilitas tersebut untuk melakukan berbagai aktifitas baik yang bersifat ekonomi (kegiatan produksi, perdagangan, jasa transportasi) maupun aktifitas non ekonomi (rekreasi, sosialisasi atau interaksi antar masyarakat, dan lain-
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 73
lain). Bagi pengunjung baik yang berasal dari Kota Palangka Raya maupun pengunjung yang berasal luar kota Palangka Raya menyatakan bahwa, tersedianya fasilitas jalan, jembatan dan pelabuhan memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam proses beriinteraksi untuk berbagai keperluan. Selain itu diketahui bahwa, keberadaan sarana dan prasarana yang tersedia seperti jalan, pelabuhan, dan jembatan yang dibangun di kawasan Flamboyan Bawah dan sekitarnya menarik minat mereka untuk berkunjung ke tempat tersebut, baik untuk keperluan bersantai menikmati suasan dipinggir sungai Kahayan maupun untuk keperluan berburu Kuliner yang enak (khususnya di kawasan Pelabuhan Rambang).
Pitana (2009) menyatakan adanya pengaruh pariwisata terhadap aspek fisik dapat dilihat dari perbaikan kualitas lingkungan dengan terpenuhinya kebutuhan saran dan prasarana dasar wisata yang dibutuhkan dalam kegiatan pariwisata dan adanya konversi lahan pada kawasan atau daerah sekitar kawasan wisata. Oleh karena itu, dapat diartikan bahwa keberadaan wisatawan atau pengunjung di suatu objek wisata erat kaitannya dengan terpenuhinya kebutuhan sarana prasarana dasar wisata tersebut. Disamping itu dengan pengelolaan yang baik dan terus menerus terhadap infrastruktur dan sarana prasarana yang telah dibangun, akan memberikan persepsi yang baik bagi masyarakat maupun pengunjung di kawasan wisata tersebut. Penilaian persepsi terhadap pengelolaan infrastruktur dan sarana prasarana yang ada di kawasan kajian (Flamboyan Bawah, kawasan tugu Sukarno dan Jembatan Kahayan, serta kawasan Pelabuhan Rambang) dapat dilihat pada Tabel 5.18
Tabel 5.18. Tingkat Persepsi Terhadap Pengelolaan Jaringan Jalan Menuju Dan
Di Kawasan Wisata.
No. Kategori Persepsi Jumlah (orang)
Persentase (%)
Total Skor
Skor Persepsi
(%)
1 Sangat Baik 6 4.8 28
2 Baik 47 39.5 187
3 Cukup baik 26 22.0 78 61.2
4 Kurang baik 29 24.3 57 Baik
5 Tidak Baik 11 9.3 11
Jumlah 118 100 361
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2017.
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 74
Tabel 5.17. Tingkat Persepsi Terhadap Pengelolaan Jaringan Jalan
Menuju Dan Di Kawasan Wisata. Sumber: Data Primer yang Diolah, 2017.
Pengelolaan infrastruktur dan sarana prasarana yang telah dibangun di
kawasan Flamboyan Bawah, kawasan tugu Sukarno dan Jembatan Kahayan, serta kawasan Pelabuhan Rambang, dipersepsikan baik (skor persepsi 61,2 pada skala persepsi 60% – 79,9%). Pengelolaan infrastruktur fisik yang dipersepsikan baik adalah jalan (69,8%). Keberadaan fasilitas jalan yang baik terutama di kawasan Tugu Sukarno dan Jembatan Kahayan serta Jalan yang ada di Kawasan Flamboyan Bawah memberikan pengaruh positif terhadap penilaian responden. Pengelolaan kawasan jembatan Kahayan juga dipersepsikan baik (60,7%), karena dengan adanya Jembatan Kahayan, selain sebagai prasarana transportasi juga memberikan ciri khas dan keindahan bagi kawasan tersebut. Untuk pengelolaan infrastruktur pelabuhan, responden memberikan penilaian persepsi cukup baik (53,2%). Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa dengan adanya pelabuhan di wilayah kajian (Pelabuhan Gubernur di Kawasan Tugu Sukarno, Pelabuhan Flamboyan dan Pelabuhan Rambang) meskipun tidak secara langsung digunakan sebagai lokasi wisata, tetapi keberadaan ketiga pelabuhan tersebut dapat menunjang kepariwisataan, baik wisata alam (susur sungai dengan kapal), wisata kuliner (cafe terapung dan warung tenda), wisata budaya (pesta rakyat) dan sarana olahraga (dayung dan perahu naga). Penilaian persepsi yang cukup ini didasarkan atas fungsi pelabuhan tersebut yang hanya dapat berfungsi secara baik pada bulan-bulan tertentu yaitu pada saat air sungai Kahayan dalam kondisi dalam. 2. Persepsi Masyarakat Terhadap Penyediaan Fasilitas Kebersihan.
Kondisi lingkungan yang bersih pada suatu tempat, khususnya pada lokasi wisata, dapat mempengaruhi persepsi masyarakat atau wisatawan yang
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 75
akan berkunjung ke tempat tersebut. Anonim (2004) mengartikan kondisi “Bersih” sebagai suatu keadaan atau kondisi lingkungan yang menampilkan suasana bebas dari kotoran, sampah, limbah, penyakit dan pencemaran. Wisatawan akan merasa betah dan nyaman bila berada di tempat-tempat yang bersih dan sehat, penggunaan dan penyediaan alat perlengkapan yang bersih, pakaian dan penampilan petugas yang bersih, rapi dan sehat.
Penilaian persepsi terhadap ketersediaan fasilitas kebersihan di wilayah kajian (kawasan Flamboyan Bawah, Tugu Sukarno dan Kembatan Kahayan serta Pelabuhan Rambang) , dinilai berdasarkan indikator seperti ketersediaan fasilitas kamar mandi/WC, tempat pembuangan sampah, air bersih, saluran drainase dan saluran pembuangan. Secara rinci penilaian persepsi terhadap ketersediaan fasilitas kebersihan di wilayah kajian sebagaimana pada Tabel 5.19.
Tabel 5.19. Tingkat Persepsi Terhadap Ketersediaan Fasilitas Kebersihan
No. Kategori Persepsi Jumlah (orang)
Persentase (%)
Total Skor
Skor Persepsi
(%)
1 Sangat memadai 3 2.0 12
2 Memadai 29 24.7 117
3 Cukup memadai 18 15.4 55 48.8
4 Kurang memadai 36 30.8 73 Sedang
5 Tidak memadai 32 26.9 32
Jumlah 118 100 288
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2017.
Gambar 5.18. Tingkat Persepsi Terhadap Ketersediaan Fasilitas Kebersihan.
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2017.
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 76
Pada tabel 5.19. diketahui bahwa persepsi responden terhadap ketersediaan fasilitas kebersihan berada dalam kategori sedang (48,8%) . Untuk masing indikator diketahui bahwa persepsi terhadap ketersediaan fasilitas kamar mandi/WC (52,54%), tempat pembuangan sampah (55,93%), air bersih (59,15) atau semuanya dikategorikan sedang. Sedangkan fasilitas saluran drainase (38,98%) dan saluran pembuangan limbah (37,46%) dipersepsikan kurang memadai.
Persepsi responden terhadap pengelolaan fasilitas kebersihan yang ada di kawasan kajian (kawasan Flamboyan Bawah, Tugu Sukarno dan Jembatan Kahayan serta Pelabuhan Rambang) dinilai responden dengan kategori cukup baik (skor 47,5 pada skala 40,0 – 59,9), sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 5.20. Pengelolaan fasilitas kebersihan yang dinilai baik adalah tempat pembuangan sampah (71,9%), diikuti penilaian sedang untuk pengelolaan kamar mandi/WC (52,4%), penyediaan air bersih (56,9%). Sedangkan persepsi terhadap pengelolaan yang kurang baik adalah pengelolaan saluran drainase (36,4%) dan saluran pembuangan limbah (36,9%).
Tabel 5.20. Tingkat Persepsi Terhadap Pengelolaan Fasilitas kebersihan
No. Kategori Persepsi Jumlah (orang)
Persentase (%)
Total Skor
Skor Persepsi
(%)
1 Sangat Baik 2 1.4 8
2 Baik 25 21.5 102
3 Cukup baik 24 20.2 71 47.5
4 Kurang baik 32 26.9 64 Sedang
5 Tidak Baik 35 30.0 35
Jumlah 118 100 280
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2017.
Gambar 5.19. Tingkat Persepsi Terhadap Pengelolaan Fasilitas kebersihan.
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2017.
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 77
Ketersediaan fasilitas kebersihan yang memadai dapat dirasakan pengunjung secara langsung, dan akan mempengaruhi minat mereka untuk berlama-lama atau berkunjung ketempat yang sama. Sebagai gambaran, fasilitas pembuangan sampah yang ada di kawasan kajian (Flamboyan Bawah, Tugu Sukarno dan Jembatan Kahayan serta Pelabuhan Rambang) dipersepsikan cukup memadai. Hal ini berarti penyediaan fasilitas pembuangan sampah di kawasan kajian tersebut, baik jumlah maupun pengelolaannya dinilai cukup memadai. Sebagaimana UU No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, disebutkan bahwa sampah adalah sisa kegiatan sehari hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang kelingkungan (Slamet, 2004). Oleh karena itu pengelolaan atau penanganan sampah yang sangat memadai dapat menghindarkan masyarakat di kawasan tersebut dari berbagai penyakit, akibat adanya: 1) efek langsung yaitu efek yang disebabkan karena kontak langsung dengan sampah tersebut, sehingga dapat menimbulkan penyakit; 2) efek tidak langsung yaitu efek yang dapat dirasakan oleh masyarakat akibat proses pembusukan (bau), pembakaran (gas), pembuangan sampah (estetika). Secarra umum dampak sampah terhadap keadaan sosial dan ekonomi adalah sebagai berikut: a. Pengelolaan sampah yang tidak baik menyebabkan rendahnya tingkat
kesehatan masyarakat. Hal penting disini adalah meningkatnya pembiayaan (untuk mengobati kerumah sakit).
b. Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang tidak memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. Jika sarana penampungan sampah kurang atau tidak efisien, orang akan cenderung membuang sampahnya dijalan. Hal ini mengakibatkan jalan perlu lebih sering dibersihkan dan diperbaiki (Anonim, 1986).
3. Persepsi Masyarakat Terhadap Penyediaan Fasilitas Taman. Suatu daerah wisata akan disebut “daerah tujuan wisata” apabila
memiliki atraksi-atraksi yang memikat sebagai tujuan kunjungan wisata. Atraksi tersebut antara lain panorama keindahan alam seperti gunung, lembah, ngarai, pantai, sungai, air terjun, danau, dan lain-lain yang berkaitan dengan keadaan alam sekitarnya disamping yang merupakan budaya hasil cipta manusia seperti candi, monumen, bangunan klasik, seni tari, adat istiadat, pekan raya dan kegiatan-kegiatan budaya sosial dan keolahragaan lainnya yang bersifat khusus, menonjol dan meriah (Pendit, 2003 : 20). Keberadaan taman dengan segala fasilitasnya dapat menjadi salah satu atraksi yang memikat bagi pengunjung di lokasi wisata. Dalam kajian ini penilaian persepsi masyarakat terhadap penyediaan fasilitas taman dinilai berdasarkan ketersediaan fasilitas tempat duduk dan taman bunga. Secara umum penilaian persepsi terhadap ketersediaan fasilitas taman sebagaimana pada Tabel 5.21.
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 78
Tabel 5.21. Tingkat Persepsi Terhadap Ketersediaan Fasilitas Taman
No. Kategori Persepsi Jumlah (orang)
Persentase (%)
Total Skor
Skor Persepsi (%)
1 Sangat memadai 9 7.6 45
2 Memadai 57 48.3 228
3 Sedang/Netral 28 23,7 84 67.4
4 Kurang memadai 17 14.4 34 Baik
5 Tidak memadai 7 5.9 7
Jumlah 118 100 398
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2017.
Gambar 5.20. Tingkat Persepsi Terhadap Ketersediaan Fasilitas Taman.
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2017. Persepsi responden masyarakat terhadap ketersediaan fasilitas taman
di kawasan kajian (Flamboyan Bawah, Tugu Sukarno dan Jembatan Kahayan serta Pelabuhan Rambang) secara keseluruhan dinilai memadai atau baik (67,4%). Jika dilihat dari masing-masing fasilitas taman yang tersedia, responden memberikan penilaian yang memadai, baik untuk ketersediaan tempat duduk (65,9%) maupun ketersediaan taman bunga (69,5%). Ketersediaan fasilitas taman yang memadai terutama berada di kawasan Tugu Sukarno dan sekitarnya. Sedangkan di kawasan lainnya (Flamboyan Bawah dan Pelabuhan Rambang) fasilitas taman bunga dan tempat duduk secara permanen belum tidak tersedia. Penilaian persepsi ketersediaan fasilitas taman ini juga sesuai dengan penilaian persepsi responden terhadap pengelolaan taman yang ada, terutama di kawasan Tugu Sukarno. Hal ini sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 5.22.
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 79
Tabel 5.22. Tingkat Persepsi Terhadap Pengelolaan Fasilitas Taman
No. Kategori Persepsi Jumlah (orang)
Persentase (%)
Total Skor
Skor Persepsi
(%)
1 Sangat Baik 10 8.5 50
2 Baik 53 44.9 212
3 Cukup baik 31 25.8 92 67.2
4 Kurang baik 19 15.7 37 Baik
5 Tidak Baik 6 5.1 6
Jumlah 118 100 397
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2017.
Gambar 5.21. Tingkat Persepsi Terhadap Pengelolaan Fasilitas Taman. Sumber: Data Primer yang Diolah, 2017.
Secara keseluruhan persepsi responden terhadap pengelolaan fasilitas taman dikategorikan baik (67,2). Penilaian ini juga diketahui dari persepsi yang baik terhadap keberadaan pengelolaan fasilitas tempat duduk (66,9%) dan fasilitas taman bunga (67,5%). Pengelolaan fasilitas taman yang baik dapat menghasilkan persepsi yang positif akibat penilaian pengaruh estetika (keindahan) yang dirasakan pengunjung, khususnya bagi pengunjung di kawasn Tugu Sukarno dan sekitarnya. Adanya kesadaran masyarakat untuk menjaga keindahan lingkungan (melalui pengelolaan fasilitas pertamanan) dapat menarik minat wisatawan untuk melakukan perjalanan pariwisata ke daerah wisata mereka. 4. Persepsi Masyarakat Terhadap Penyediaan Wahana dan Fasilitas
Penunjang. Ketersediaan wahana permainan (sarana bermain anak-anak dan sarana
olahraga) dan fasilitas penunjang (misal, fasilitas kesehatan) dapat memberikan nilai tambah bagi suatu kawasan wisata. Mill (2000) menyatakan bahwa, fasilitas wisata adalah pelayanan pendukung yang selalu siap
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 80
dimanfaatkan oleh para wisatawan dan pelayanan tersebut menawarkan mutu dan harga yang sesuai dengan kebutuhan wisatawan. Soekadijo (2000 ) menyatakan bahwa, bentuk suatu fasilitas wisata harus dapat dikenal (recognizable) dan fasilitas yang disediakan tersebut harus berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya oleh wisatawan”. Bentuk fasilitas harus mudah dikenal, hal ini karena tidak ada gunanya suatu fasilitas yang tersedia pada suatu objek wisata jika tidak dikenali oleh orang yang diharapkan dapat menggunakannya, disamping itu fasilitas yang ada juga harus berfungsi dengan baik sehingga dapat dipergunakan oleh setiap pengunjung yang datang ke objek wisata tersebut. Dalam kajian ini ketersediaan wahana dinilai berdasarkan indikator tersedianya wahana permainan anak-anak, wahana olahraga, wahana susur sungai, dan fasilitas penunjang yaitu fasilitas kesehatan. Penilaian persepsi ketersediaan wahana dan fasilitas ini sebagaimana pada tabel 5.23.
Tabel 5.23. Tingkat Persepsi Terhadap Ketersediaan Wahana dan Fasilitas Penunjang
No. Kategori Persepsi
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Total Skor
Skor Persepsi (%)
1 Sangat memadai 2 1.3 8
2 Memadai 15 12.9 61
3 Cukup memadai 7 5.9 21 32.16
4 Kurang memadai 6 5.1 12 Kurang tersedia
5 Tidak memadai 88 74.8 88
Jumlah 118 100 190
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2017.
Gambar 5.22. Tingkat Persepsi Terhadap Ketersediaan Wahana dan
Fasilitas Penunjang Sumber: Data Primer yang Diolah, 2017.
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 81
Ketersediaan wahana permainan (sarana bermain anak-anak dan sarana olahraga) dan fasilitas penunjang (misal, fasilitas kesehatan) dapat memberikan nilai tambah bagi suatu kawasan wisata. Berdasarkan hasil survei diketahui bahwa ketersediaan wahana tersebut dipersepsikan kurang memadai (skor 32,16% dari skala persepsi 20% – 39,9%). Penilaian yang kurang memadai ini terutama dihasilkan dari penilaian atas ketersediaan wahana permainan anak-anak (23,22%), wahana olahraga (23,39%), fasilitas penunjang (sarana kesehatan) (21,53%). Persepsi yang kurang memadai terhadap ketersediaan wahana di semua kawasan yang dikaji (Flamboyan Bawah, Tugu Sukarno dan Jembatan Kahayan serta Pelabuhan Rambang), dikarenakan tidak terdapat (permainan anak-anak, olahraga) dan fasilitas penunjang (sarana kesehatan) yang secara khusus dibangun (kecuali di Kawasan Jembatan Kahayan untuk olahraga dayung yang bersifat temporer dengan memanfaatkan sungai Kahayan). Sedangkan wahana susur sungai (ketersediaan kapal susur sungai) dipersepsikan memadai atau baik (60, 51%). Menurut responden, keberadaan kapal susur sungai ini sangat menunjang bagi wisatawan atau pengunjung yang ingin merasakan menyusuri sungai Kahayan. Sedangkan keberadaan kapal susur sungai dipersepsikan memadai atau baik. Penilaian persepsi yang tidak berbeda juga diberikan responden terhadap pengelolaan wahana yang ada di kawasan kajian yaitu dengan kategori persepsi pengelolaan kurang baik (31,02%) sebagaimana pada tabel 5.24.
Tabel 5.24. Tingkat Persepsi Terhadap Pengelolaan Wahana-Wahana
No. Kategori Persepsi
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Total Skor
Skor Persepsi
(%)
1 Sangat Baik 1 0.4 3
2 Baik 15 12.9 61
3 Cukup baik 6 5.3 19 31.02
4 Kurang baik 5 4.0 10 Kurang baik
5 Tidak Baik 91 77.3 91
Jumlah 118 100 183
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2017.
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 82
Gambar 5.23. Tingkat Persepsi Terhadap Pengelolaan Wahana-Wahana.
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2017.
Penilaian persepsi terhadap pengelolaan wahana dengan indikator keberadaan wahana dipersepsikan kurang baik, yaitu berturut-turut wahana permainan anak-anak (20,8%), wahana olahraga (21,4%), fasilitas penunjang (kesehatan) (20,5%). Namun untuk penilaian persepsi terhadap pengelolaan wahana susur sungai responden memberikan persepsi baik (61,4%). Wahana susur sungai dengan menggunakan kapal sangat diminati wisatawan atau pengunjung terutama yang berasal dari luar kota Palangka Raya. 5. Persepsi Masyarakat Terhadap Penyediaan Fasilitas Penunjang Wisata
Daerah tujuan atau destinasi wisata akan menarik jika dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang dapat menunjang keberadaan lokasi wisata tersebut. Dalam kajian ini fasilitas penunjang wisata dijelaskan berdasarkan indikator seperti fasilitas: komunikasi (tersedianya jaringan komunikasi termasuk jaringan wifi), toko oleh-oleh (souvenir), Anjungan Tunai Mandiri (ATM), penginapan/hotel, dan jasa transportasi (taksi, ojek dan lainnya). Secara keseluruhan penilaian persepsi responden terhadap fasilitas penunjang wisata sebagaimana pada tabel 5.25.
Tabel 5.25. Tingkat Persepsi Terhadap Ketersediaan Fasilitas Penunjang Wisata.
No. Kategori Persepsi Jumlah (orang)
Persentase (%)
Total Skor
Skor Persepsi (%)
1 Sangat memadai 4 3.4 20
2 Memadai 16 13.4 63
3 Cukup memadai 5 4.6 16 33.19
4 Kurang memadai 4 3.1 7 Kurang memadai
5 Tidak memadai 89 75.6 89
Jumlah 118 100 196
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2017.
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 83
Gambar 5.24. Tingkat Persepsi Terhadap Ketersediaan Fasilitas
Penunjang Wisata. Sumber: Data Primer yang Diolah, 2017.
Pada tabel 5.25 diketahui bahwa persepsi responden secara
keseluruhan terhadap ketersediaan fasilitas penunjang wisata adalah kurang memadai (skor 33,9%). Persepsi kurang memadai ini dihasilkan dari penilaian terhadap ketiadaan jaringan komunikasi (terutama jaringan wifi) (skor 32,7), ketiadaan toko oleh-oleh (souvenir) (skor 20,68%), ketiadaan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) (skor 21,53) di kawasan kajian (Flamboyan Bawah, Tugu Sukarno dan Jembatan Kahayan serta Pelabuhan Rambang). Sedangkan fasilitas penginapan/hotel dan jasa transportasi (taksi, ojek dan lainnya) dipersepsikan cukup memadai, hal ini karena di kawasan Flamboyan Bawah terdapat Fasilitas penginapan yang disediakan Pemerintah Kota maupun yang disediakan pihak swasta, demikian juga di kawasan Pelabuhan Rambang. Keberadaan jasa transportasi (terutama ojek dan taksi kota/angkot) cukup banyak tersedia, baik di kawasan Tugu Sukarno, Flamboyan Bawah maupun di kawasan Pelabuhan Rambang.
Tabel 5.26. Tingkat Persepsi Terhadap Pengelolaan Fasilitas Penunjang
Wisata.
No. Kategori Persepsi
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Total Skor
Skor Persepsi (%)
1 Sangat Baik 2 2.0 12
2 Baik 14 12.0 57
3 Cukup baik 7 5.8 20 31.86
4 Kurang baik 4 3.6 8 Kurang baik
5 Tidak Baik 90 76.6 90
Jumlah 118 100 188
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2017.
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 84
Gambar 5.25. Tingkat Persepsi Terhadap Pengelolaan Fasilitas Penunjang Wisata.
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2017.
Meskipun beberapa fasilitas penunjang wisata tersedia (penginapan/hotel dan transportasi), akan tetapi fasilitas tersebut tidak dikelola dengan baik. Hal ini sesuai dengan persepsi secara keseluruhan yang diberikan responden terhadap pengelolaan fasilitas penunjang wisata, yaitu dengan kategori kurang baik (skor 31,86%),sebagaimana dapat dilihat secara rinci pada Tabel 5.26. Sebagai gambaran, salah satu fasilitas penunjang wisata yang disediakan atau dibangun Pemerintah Kota Palangka Raya adalah bangunan penginapan yang terletak di Flamboyan Bawah (di depan pelabuhan), yang semula ditujukan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan atau pengunjung yang ingin menginap, akan tetapi tidak dikelola atau dimanfaatkan dengan baik sebagai salah satu sarana untuk meningkatkan kunjungan wisata ke kawasan Flamboyan tersebut. Dari hasil wawancara dengan tokoh masyarakat (Ketua RT) diketahui bahwa keberadaan fasilitas bangunan penginapan tersebut sudah cukup lama (≥ 2 tahun), dan belum pernah digunakan sebagai fasilitas penginapan wisatawan, kecuali untuk kegiatan pertemuan-pertemuan yang dilakukan pihak Pemerintah kota Palangka Raya. 6. Persepsi Masyarakat Terhadap Penyediaan Fasilitas Kuliner.
Menjadikan suatu daerah atau kawasan menjadi salah satu kawasan kuliner merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke daerah tersebut. Keberadaan kawasan kuliner dengan berbagai ragam jenis kuliner yang khas akan membedakan dengan kawasan lainnya, sehingga diharapkan kawasan kuliner ini pun menjadi salah satu pilihan tujuan bagi para wisatawan domestik maupun mancanegara yang berkunjung ke daerah tersebut. Penilaian persepsi masyarakat terhadap penyediaan fasilitas kuliner di kawasan yang dikaji (Flamboyan Bawah, Tugu Sukarno dan Jembatan Kahayan serta Pelabuhan Rambang) meliputi penilaian terhadap ketersediaan dan pengelolaan warung-warung tenda, rumah makan, cafe terapung, mobile
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 85
cafe (cafe berpindah), dan Gerobak kuliner (dorong/sepeda/sepeda motor).
Penilaian persepsi masyarakat secara keseluruhan terhadap penyediaan fasilitas
kuliner sebagaimana pada Tabel 5.27.
Tabel 5.27. Tingkat Persepsi Terhadap Penyediaan Fasilitas Kuliner.
No. Kategori Persepsi
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Total Skor
Skor Persepsi (%)
1 Sangat memadai 2.0 1.7 10
2 Memadai 32.0 27.1 128
3 Cukup memadai 19.0 16.1 57 45.76
4 Kurang memadai 10.0 8.5 20 Sedang
5 Tidak memadai 55.0 46.6 55
Jumlah 118 100 270
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2017.
Gambar 5.26. Tingkat Persepsi Terhadap Penyediaan Fasilitas Kuliner. Sumber: Data Primer yang Diolah, 2017.
Penilaian persepsi masyarakat terhadap pengelolaan penyediaan
fasilitas kuliner secara keseluruhan adalah dalam kategori sedang atau cukup memadai(skor 45,76). Masing-masing indikator ketersediaan fasilitas kuliner dipersepsikan berbeda, dimana persepsi ketersediaan warung tenda adalah cukup memadai (skor 56,10%), ketersediaan rumah makan adalah cukup memadai (skor 56,61%), ketersediaan cafe terapung adalah kurang memadai (skor 35,59%), penilaian persepsi yang kurang memadai juga dari ketersediaan cafe bergerak (mobile cafe) (skor 24,07%). Sedangkan ketersediaan gerobak kuliner (dorong/sepeda/sepeda motor) dipersepsikan cukup memadai (skor 56,27%). Penilaian persepsi secara umum adalah sedang atau cukup memadai juga didasarkan keberadaan fasilitas kuliner yang ada di kawasan yang dikaji. Di kawasan Tugu Sukarno, Jembatan kahayan dan di Pelabuhan Rambang cukup tersedia fasilitas kuliner berupa warung tenda, rumah makan dan
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 86
gerobak kuliner namun tidak terdapat cafe terapung di kawasan tersebut. Di kawasan Flamboyan Bawah tersedia cafe terapung dan cukup banyak gerobak kuliner, khususnya yang menggunakan gerobak dorong dan sepeda motor. Sangat jarang ditemui fasilitas kuliner cafe bergerak yang berada langsung di kawasan kajian, kecuali disepanjang jalan dari Bundaran Besar yang mengarah dan mendekati kawasan Tugu Sukarno dan Jembatan Kahayan cukup banyak ditemui. Salah satu kawasan yang memiliki ciri khas dalam penyediaan kuliner adalah di Pelabuhan Rambang. Selain menjadi pelabuhan untuk kapal angkutan barang bersandar, kawasan ini juga telah dijadikan sebagai kawasan kuliner yang khas, khususnya untuk kuliner kue-kue tradisional (kue basah) , yang dijajakan di warung-warung tenda yang disediakan oleh Disperindagkop Kota Palanka Raya.
Pengelolaan fasilitas kuliner yang ada di kawasan yang dikaji (Flamboyan Bawah, Tugu Sukarno dan Jembatan Kahayan serta Pelabuhan Rambang) dipersepsikan responden dengan kategori cukup baik (skor 47,63). Secara rinci penilaian persepsi terhadap pengelolaan fasilitas kuliner sebagaimana pada tabel 5.28.
Tabel 5.28. Tingkat Persepsi Terhadap Pengelolaan Fasilitas Kuliner
No. Kategori Persepsi
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Total Skor
Skor Persepsi (%)
1 Sangat Baik 3 2.2 13
2 Baik 34 29.2 138
3 Cukup baik 21 17.6 62 47.63
4 Kurang baik 8 6.6 16 Sedang
5 Tidak Baik 52 44.4 52
Jumlah 118 100 281
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2017.
Gambar 5.27. Tingkat Persepsi Terhadap Pengelolaan Fasilitas Kuliner. Sumber: Data Primer diolah (2017)
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 87
Penilaian persepsi secara keseluruhan merupakan hasil dari penilaian masing-masing indikator persepsi fasilitas kuliner dalam kategori cukup baik yaitu pengelolaan warung tenda (skor 56,1%), rumah makan (skor 59,3%), cafe terapung (50,8). Persepsi terhadap pengelolaan cafe bergerak (mobile cafe) adalah kurang baik (skor 23,4%), hal ini karena cafe tersebut tidak ada atau sangat jarang tersedia terutama di kawasan Flamboyan Bawah, sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan pengunjung yang ingin mencari pilihan kuliner yang berbeda. 7. Persepsi Masyarakat Terhadap Penyediaan Penerangan.
Kualitas objek wisata tidak hanya dapat dinilai dari kondisi objek wisata itu sendiri, namun dilihat juga dari fasilitas yang mendukung objek wisata tersebut, salah satunya adalah tersedianya fasilitas penerangan (lampu jalan dan lampu taman) yang baik dan tertata (khususnya lampu taman), mampu memberikan persepsi yang positif terhadap objek wisata tersebut. Hal ini karena, setiap pengunjung yang datang ke suatu objek wisata memiliki persepsi terhadap stimulus-stimulus yang ada di sekitarnya, salah satunya melalui persepsi visual. Oleh karena itu, jika stimulus yang ada (fasilitas penerangan) pada suatu objek wisata dibuat dan ditata dengan baik, maka secara langsung dapat memberikan persepsi yang baik bagi pengunjung tersebut. Secara rinci penilaian persepsi responden terhadap ketersediaan fasilitas penerangan di kawasan kajian (Flamboyan Bawah, Tugu Sukarno dan Jembatan Kahayan serta Pelabuhan Rambang) sebagaimana pada tabel 5.29. Tabel 5.29. Tingkat Persepsi Terhadap Ketersediaan Fasilitas Penerangan
No. Kategori Persepsi Jumlah (orang)
Persentase (%)
Total Skor
Skor Persepsi (%)
1 Sangat memadai 1 0.8 5
2 Memadai 37 31.4 148
3 Cukup memadai 18 15.3 54 54.07
4 Kurang memadai 50 42.4 100 Sedang
5 Tidak memadai 12 10.2 12
Jumlah 118 100 319
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2017.
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 88
Gambar 5.28. Tingkat Persepsi Terhadap Ketersediaan Fasilitas Penerangan.
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2017.
Secara umum fasilitas penerangan yang tersedia dipersepsikan dalam kategori cukup memadai (skor 54,07), demikian juga untuk penilaian persepsi masing-masing indikator, yaitu ketersediaan lampu jalan dan lampu taman dipersepsikan masing-masing cukup memadai (skor 54,41%) dan (skor 53,73%). Fasilitas penerangan lampu jalan hampir semua tersedia di kawasan yang di kaji (Flamboyan Bawah, Tugu Sukarno dan Jembatan Kahayan serta Pelabuhan Rambang), sedangkan fasilitas penerangan lampu taman hanya tersedia di kawasan Tugu Sukarno. Beberapa responden di Kawasan Flamboyan Bawah mengharapkan adanya fasilitas pertamanan yang dilengkapi dengan lampu taman, agar kawasan tersebut menjadi lebih asri dan menarik jika dilihat dimalam hari. Disamping itu kondisi fasilitas penerangan berupa lampu jalan dan lampu taman memerlukan pengelolaan atau penanganan secara rutin agar dapat menghasilkan perasaan nyaman bagi pengunjung yang datang di malam hari. Secara rinci persepsi masyarakat terhadap pengelolaan fasilitas penerangan sebagaimana pada tabel 5.30.
Tabel 5.30. Tingkat Persepsi Terhadap Pengelolaan Fasilitas Penerangan
No. Kategori Persepsi
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Total Skor
Skor Persepsi (%)
1 Sangat Baik 2 1.3 8
2 Baik 37 31.4 148
3 Sedang/Netral 22 18.2 65 54.92
4 Kurang baik 46 39.0 92 Sedang
5 Tidak Baik 12 10.2 12
Jumlah 118 100 324
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2017.
Gambar 5.29. Tingkat Persepsi Terhadap Pengelolaan Fasilitas
Penerangan. Sumber: Data Primer yang Diolah, 2017.
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 89
Pada tabel 5.30. diketahui bahwa pengelolaan fasilitas penerangan dipersepsikan sudah cukup baik (skor 54,92%). Sedangkan secara terinci persepsi terhadap pengelolaan lampu jalan dan lampu taman masing-masing juga dipersepsikan cukup baik (skor 55,8%) dan (54,1%). Kondisi penerangan lampu jalan yang cukup baik terlihat di Kawasan Flamboyan bawah maupun di Kawasan Tugu Sukarno dan Kawasan Pelabuhan Rambang. Demikian pula halnya kondisi penerangan yang berasal dari adanya lampu taman , khususnya di Kawasan Tugu Sukarno. dari hasil wawancara dengan beberapa responden diketahui bahwa, perlu ditambahkan penerangan, khususnya lampu taman yang berfungsi untuk menambah estetika dari objek di Kawasan Tugu Sukarno. 8. Persepsi Masyarakat Terhadap Penyediaan Tempat Parkir.
Kedatangan wisatawan atau pengunjung ke suatu objek atau lokasi wisata yang menggunakan berbagai sarana transportasi (sepeda, sepeda motor, mobil atau perahu (dayung dan motor), membutuhkan sarana parkir yang memadai agar pengunjung dapat memarkir alat transportasi yang mereka gunakan dengan baik dan aman. Oleh karena itu, upaya pengembangan objek wisata harus selalu mempertimbangkan aspek perparkiran (luasan dan keamanan alat transportasi) tersebut, hal ini karena dalam pengembangan pariwisata hendaknya sesuai dengan apa yang diinginkan oleh wisatawan (misalnya tempat parkir yang memadai) agar wisatawan merasa puas dengan apa yang diberikan dan membuat wisatawan lebih lama bertahan ditempat tersebut danjuga ingin berkunjung kembali ke tempat tersebut. Dalam kajian ini penilaian persepsi masyarakat dilakukan berdasarkan indikator tempat parkir untuk berbagai sarana transportasi (sepeda, sepeda motor, mobil atau bahkan perahu dayung atau perahu motor). Secara rinci penilaian persepsi terhadap penyediaan tempat parkir sebagaimana pada Tabel 5.31.
Tabel 5.31. Tingkat Persepsi Terhadap Ketersediaan Tempat Parkir.
No. Kategori Persepsi Jumlah (orang)
Persentase (%)
Total Skor
Skor Persepsi (%)
1 Sangat memadai 6 5.1 30
2 Memadai 45 38.1 180
3 Cukup memadai 29 24.6 87 60.90
4 Kurang memadai 24 20.6 49 Baik
5 Tidak memadai 14 11.6 14
Jumlah 118 100 359
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2017.
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 90
Gambar 5.30. Tingkat Persepsi Terhadap Ketersediaan Tempat Parkir.
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2017.
Menurut penilaian responden, penyediaan tempat parkir di kawasan kajian (Flamboyan Bawah, Tugu Sukarno dan Jembatan Kahayan serta Pelabuhan Rambang) secara keseluruhan memadai atau baik (skor 60,90%). Persepsi yang baik, terutama diberikan responden untuk tempat parkir sepeda motor (skor 67,29%), sedangkan persepsi tempat parkir mobil (skor 59,6%) dan sepeda (55,76) dikategorikan sedang. Penilaian baik untuk tempat parkir sepeda motor didasarkan atas ketersediaan yang memadai (terutama di kawasan Flamboyan Bawah), sedangkan di kawasan Tugu Sukarno tidak ada tempat parkir yang khusus disediakan, namun hanya menggunakan bahu jalan utama (Jalan S. Parman) sebagai tempat untuk memarkir sepeda motor. Di Kawasan Pelabuhan Rambang tersedia tempat parkir sepeda motor di dalam kawasan Pelabuhan Rambang, namun luasan tempat parkir masih kurang memadai jika banyak pengunjung yang datang ke kawasan tersebut (terutama untuk mencari kuliner).
Tempat parkir mobil pengunjung yang memadai adalah di kawasan Flamboyan Bawah, sedangkan tempat parkir mobil di kawasan Tugu Sukarno hingga kawasan Jembatan Kahayan kurang memadai karena menggunakan bahu jalan raya (jalan S. Parman) sebagai tempat parkir. Demikian pula halnya dengan kondisi tempat parkir mobil di Kawasan Pelabuhan Rambang, kurang tersedia, karena tidak ada tempat khusus yang disediakan, sehingga pemilik mobil hanya dapat memarkir di pinggir jalan sepanjang pelabuhan. Bagi pemilik sepeda yang berkunjung ke masing-masing kawasan kajian (Flamboyan Bawah, Tugu Sukarno dan Jembatan Kahayan serta Pelabuhan Rambang), tidak ada tempat parkir khusus sepeda yang disediakan, tetapi dapat memarkir sepedanya secara sembarang tempat. Keberadaan tempat parkir yang ada di kawasan kajian perlu dilakukan pengelolaan dengan baik. Penilaian persepsi terhadap pengelolaan tempat parkir sebagaimana terdapat pada Tabel 5.32.
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 91
Tabel 5.32. Tingkat Persepsi Terhadap Pengelolaan Tempat Parkir.
No. Kategori Persepsi
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Total Skor
Skor Persepsi (%)
1 Sangat Baik 5 4.2 25
2 Baik 50 42.4 200
3 Sedang/Netral 30 25.4 90 62.82
4 Kurang baik 23 19.2 45 Baik
5 Tidak Baik 10 8.8 10
Jumlah 118 100 371
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2017.
Gambar 5.31. Tingkat Persepsi Terhadap Pengelolaan Tempat Parkir.
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2017. Berdasarkan penilaian persepsi pada tabel 5.32. diketahui bahwa,
pengelolaan tempat parkir dipersepsikan masyarakat di semua kawasan yang dikaji (Flamboyan Bawah, Tugu Sukarno dan Jembatan Kahayan serta Pelabuhan Rambang) dengan kategori baik (skor 62,82%), penilaian persepsi ini khususnya untuk pengelolaan tempat parkir sepeda motor (skor 69%) dan mobil (skor 61,9%). Sedangkan untuk pengelolaan tempat parkir sepeda dipersepsikan dengan kategori cukup baik (57,6). Hasil wawancara mendalam dengan beberapa responden, diketahui bahwa mereka sangat mengharapkan tersedianya tempat parkir yang khusus dan memadai (lebih baik lagi jika digratiskan) terutama untuk kawasan Tugu Sukarno dan Jembatan Kahayan serta untuk kawasan Pelabuhan Rambang. 9. Persepsi Masyarakat Terhadap Penyediaan Kapal Susur Sungai.
Ketersediaan fasilitas kapal susur sungai baik yang disediakan pihak pemerintah Kota Palangka Raya maupun yang disediakan pihak swasta, dapat memberikan persepsi yang baik bagi pengunjung yang ingin merasakan sensasi menyusuri Sungai Kahayan, Sungai Rungan beserta anak-anak sungainya. Penyediaan kapal susur sungai dapat digunakan untuk kegiatan rekreasi
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 92
bersama keluarga, teman dan kerabat karena sifat perjalannya yang santai dan menyenangkan untuk dinikmati juga dapat menyaksikan kondisi kehidupan masyarakat dengan segala aktivitasnya disepanjang aliran sungai, bahkan dapat menjangkau untuk melihat kawasan yang digunakan untuk konservasi orang utan di sekitar sungai rungan (Pulau Kaja). Kapal susur sungai juga dapat digunakan sebagai sarana pendidikan khususnya bagi pelajar atau mahasiswa yang ingin mempelajari kondisi masyarakat di sepanjang aliran Sungai Kahayan dengan segala aktivitasnya. Secara rinci penilaian persepsi masyarakat terhadap ketersediaan Kapal susur sungai sebagaimana pada Tabel 5.33.
Tabel 5.33. Tingkat Persepsi Terhadap Ketersediaan Kapal Susur Sungai.
No. Kategori Persepsi Jumlah (orang)
Persentase (%)
Total Skor
Skor Persepsi (%)
1 Sangat memadai 4 3.4 20
2 Memadai 43 36.4 172
3 Sedang/Netral 20 16.9 60 52.20
4 Kurang memadai 5 4.2 10 Sedang
5 Tidak memadai 46 39.0 46
Jumlah 118 100 308
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2017.
Gambar 5.32. Tingkat Persepsi Terhadap Ketersediaan Kapal Susur Sungai.
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2017.
Persepsi masyarakat terhadap ketersediaan Kapal susur sungai secara keseluruhan berada dalam kategori sedang (skor 52,2%). Demikian pula halnya jika penilaian persepsi dilakukan secara rinci untuk ketersediaan kapal yang berasal dari Pemerintah Kota Palangka Raya (skor 46,10%) dan dari pihak
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 93
swasta (58,47%) juga dengan kategori sedang. Keberadaan fasilitas kapal susur sungai yang disediakan Pemerintah Kota hanya 1, sedangkan kapal susur sungai yang disediakan pihak swasta ada beberapa baik yang besar (semacam Kapal Bis Air) maupun kapal yang cukup kecil (kelotok) yang dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan pengunjung. Penilaian persepsi yang tidak jauh berbeda juga diberikan responden terhadap pengelolaan kapal susur sungai, yaitu dipersepsikan cukup baik (skor 53,6%) (sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 6.18). Persepsi terhadap pengelolaan kapal milik Pemerintah Kota dan pihak swasta juga dipersepsikan cukup baik, dimana masing-masing penilaianya (skor 49,5%) dan (skor 57,6%). Secara rinci penilaian persepsi terhadap pengelolaan kapal susur sungai sebagaimana Tabel 5.34.
Tabel 5.34. Tingkat Persepsi Terhadap Pengelolaan Kapal Susur Sungai.
No. Kategori Persepsi
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Total Skor
Skor Persepsi (%)
1 Sangat Baik 4 3.0 17.5
2 Baik 47 39.8 188
3 Cukup baik 20 16.9 60 53.6
4 Kurang baik 3 2.5 6 Cukup baik
5 Tidak Baik 45 37.7 44.5
Jumlah 118 100 316
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2017.
Gambar 5.33. Tingkat Persepsi Terhadap Pengelolaan Kapal Susur Sungai. Sumber: Data Primer yang Diolah, 2017.
Menurut beberapa responden, keberadaan kapal susur sungai yang
banyak beroperasi adalah yang dimiliki pihak swasta (yang bersandar di pelabuhan Gubernur di kawasan Tugu Sukarno), sedangkan kapal susur sungai milik Pemerintah Kota (yang bersandar di Pelabuhan Rambang) sangat jarang
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 94
digunakan, kecuali untuk keperluan tertentu/khusus menjamu tamu). Cukup mahalnya biaya untuk dapat menggunakan fasilitas kapal susur sungai ini juga menjadi salah satu kendala yang dirasakan pengunjung jika ingin merasakan sensai menyusuri Sungai Kahayan dan sekitarnya. Beberapa responden yang diwawancarai mengharapkan adanya subsidi harga dari Pemerintah yang diberikan kepada pemilik Kapal susur sungai dalam mengoperasionalkan kapalnya agar biaya/ harga yang dikenakan untuk menggunakan kapal tersebut dapat terjangkau , sehingga dapat meningkatkan peminat kapal susur sungai. 10. Persepsi Masyarakat Terhadap Penyediaan Pos Keamanan.
Pengelolaan lokasi wisata yang dilakukan secara terencana dan terorganisir mampu memberikan persepsi yang positif bagi wisatawan. Salah satu kriterianya adalah adanya rasa aman dilingkungan lokasi wisata. Rasa aman diartikan sebagai perasaan ketika wisatawan akan senang berkunjung ke suatu tempat apabila merasa aman, tentram, tidak takut, terlindung dan bebas dari hal-hal seperti tindak kejahatan dan kekerasan, ancaman, bahaya penyakit menular dan berbahaya, kecalakaan yang disebabkan karena fasilitas yang kurang baik gangguan oleh masyarakat (Anonim, 2004). Keberadaan pos keamanan bersama dengan petugas keamanan yang siap menjaga suatu objek wisata, secara langsung atau tidak langsung dapat menimbulkan rasa aman pengunjung yang datang ke lokasi wisata tersebut. Penilaian persepsi mengenai ketersediaan pos keamanan di kawasan Flamboyan Bawah dan sekitarnya seperti pada Tabel 5.35. Tabel 5.35. Tingkat Persepsi Terhadap Ketersediaan Pos keamanan.
No. Kategori Persepsi
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Total Skor
Skor Persepsi (%)
1 Sangat memadai 1 0.8 5
2 Memadai 19 16.1 76
3 Sedang/Netral 20 16.9 60 41.53
4 Kurang memadai 26 22.0 52 (Sedang)
5 Tidak memadai 52 44.1 52
Jumlah 118 100 245
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2017.
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 95
Gambar 5.34. Tingkat Persepsi Terhadap Ketersediaan Pos keamanan. Sumber: Data Primer yang Diolah, 2017.
Pada tabel 5.35. diketahui bahwa persepsi masyarakat secara
keseluruhan terhadap ketersediaan pos keamanan di kawasan yang dikaji (Flamboyan Bawah, Tugu Sukarno dan Jembatan Kahayan serta Pelabuhan Rambang) berada dalam kategori sedang (skor 41,53%). Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa keberadaan pos keamanan hanya tersedia di kawasan Flamboyan Bawah, sedangkan di kawasan kajian lainnya tidak tersedia. Hasil wawancara dapat diketahui bahwa keberadaan pos keamanan diperlukan terutama untuk di kawasan Flamboyan Bawah, karena berbagai aktivitas yang cukup ramai) dan Kawasan Tugu Sukarno (untuk keamanan pengunjung objek wisata tersebut). Disamping ketersediaan pos keamanan, penilaian terhadap pengelolaan pos keamanan juga dipersepsikan masyarakat dengan kategori sedang (skor 44,4%), hal ini sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 5.36. Tabel 5.36. Tingkat Persepsi Terhadap Pengelolaan Pos Keamanan.
No. Kategori Persepsi
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Total Skor
Skor Persepsi (%)
1 Sangat Baik 0 0.0 0
2 Baik 26 22.0 104
3 Cukup baik 23 19.5 69 44.4
4 Kurang baik 20 16.9 40
5 Tidak Baik 49 41.5 49
Jumlah 118 100 262
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2017.
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 96
Gambar 5.35. Tingkat Persepsi Terhadap Pengelolaan Pos Keamanan. Sumber: Data Primer yang Diolah, 2017.
Pengelolaan pos keamanan yang baik dapat diartikan sebagai penyediaan tenaga keamanan yang siap ditempat jika diperlukan. Menurut responden, tenaga pengamanan secara resmi ditempatkan adalah tidak ada (kecuali di pelabuhan Rambang), namun hanya berupa tenaga dari masyarakat yang berinisiatif untuk mengelola keamanan lingkungannya. 11. Persepsi Masyarakat Terhadap Penyediaan Fasilitas Ibadah.
Keberadaan fasilitas ibadah yang memadai (indah dan luas), baik yang dibangun oleh pemerintah atau oleh masyarakat disuatu kawasan, dapat meningkatkan persepsi yang positif terhadap kawasan tersebut. Fasilitas ibadah, khususnya bagi wisatawan atau pengunjung yang beragama Islam, mutlak diperlukan karena ada kewajiban untuk dapat menjalankan ibadah sholat lima waktu. Demikian pula halnya bagi fasilitas ibadah bagi pemeluk agama lainnya (Kristen, Katolik, Hindu dan Budha) juga diperlukan untukmenambah ketersediaan fasilitas untuk beribadah. Secara umum penilaian persepsi ketersediaan fasilitas ibadah sebagaimana pada tabel 5.37.
Tabel 5.37. Tingkat Persepsi Terhadap Ketersediaan Fasilitas Ibadah.
No. Kategori Persepsi
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Total Skor
Skor Persepsi (%)
1 Sangat memadai 9 7.6 45
2 Memadai 24 20.3 96
3 Cukup memadai 22 18.6 66 47.63
4 Kurang memadai 11 9.3 22 Sedang
5 Tidak memadai 52 44.1 52
Jumlah 118 100 281
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2017.
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 97
Gambar 5.36. Tingkat Persepsi Terhadap Ketersediaan Fasilitas Ibadah. Sumber: Data Primer yang Diolah, 2017.
Secara umum fasilitas ibadah yang tersedia di kawasan kajian, hanya
terdapat di kawasan Flamboyan Bawah dan kawasan pelabuhan Rambang yang kesemuanya dibangun masyarakat sekitar yang bermukim di kawasan tersebut. Hal ini sesuai dengan penilaian persepsi masyarakat terhadap ketersediaan fasilitas ibadah yang ada dinilai dengan kategori cukup memadai, khususnya fasilitas ibadah Masjid dan mushola (skor 59,15%), sedangkan fasilitas ibadah untuk pemeluk agama lainnya hanya tersedia gereja untuk pemeluk agama Kristen (terutama yang tersedia di Kawasan Flamboyan Bawah) yang dipersepsikan kurang memadai/tersedia (skor 36,61). Pengelolaan fasilitas ibadah juga dipersepsikan dengan kategori cukup baik (skor 47,1%), baik untuk fasilitas ibadah berupa Masjid dan Mushola (skor 58,8%) dan fasilitas ibadah berupa gereja yang dipersepsikan dengan kategori kurang (skor 35,4%), hal ini karena berkaitan dengan ketersediaan fasilitas yang memang kurang tersedia.
Tabel 5.38. Tingkat Persepsi Terhadap Ketersediaan Fasilitas Ibadah.
No. Kategori Persepsi
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Total Skor
Skor Persepsi (%)
1 Sangat Baik 6 4.7 27.5
2 Baik 28 23.7 112
3 Cukup baik 20 16.9 60 47.1
4 Kurang baik 14 11.9 28 Sedang
5 Tidak Baik 51 42.8 50.5
Jumlah 118 100 278
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2017.
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 98
Gambar 5.37. Tingkat Persepsi Terhadap Ketersediaan Fasilitas Ibadah. Sumber: Data Primer yang Diolah, 2017.
Tingkat Partisipasi Masyarakat Pembangunan melalui partisipasi masyarakat merupakan salah satu
upaya untuk memberdayakan potensi masyarakat dalam merencanakan pembangunan yang berkaitan dengan potensi sumber daya lokal. Partisipasi merupakan keterlibatan secara aktif masyarakat, dapat juga berarti keterlibatan dalam proses penentuan arah, strategi kebijakan pembangunan yang dilaksanakan pemerintah. Dimaksudkan agar masyarakat lebih memahami seluk beluk pembangunan dan ikut merasakan ambil bagian dalam memanfaatkan hasil dari pembangunan tersebut.
Pengembangan dalam bidang pariwisata, dengan melibatkan masyarakat merupakan hal yang sangat penting. Mitchell dan Reid (2009) menyatakan bahwa, sebuah komunitas mendorong pengembangan pariwisata. Dalam konteks ekowisata, lingkungan akan dilestarikan dengan keterlibatan masyarakat karena masyarakat lebih sadar akan sejauh mana lingkungan harus dikembangkan dalam kaitannya dengan kegiatan terkait pariwisata. Garegnani (2013) lebih lanjut menyatakan bahwa, dalam keterlibatan masyarakat lokal, memungkinkan untuk menuai keuntungan dari pembangunan yang terjadi di sekitar lingkungannya merupakan hal yang paling penting. Salah satu dampak yang menguntungkan masyarakat adalah perubahan status sosio-ekonomi.
Partisipasi masyarakat yang dinilai dalam kajian ini meliputi partisipasi masyarakat dalam hal perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan infrastruktur dan penyediaan sarana dan prasarana yang ada di kawasan kajian utama (Flamboyan Bawah) dan kawasan kajian penunjang (kawasan Jembatan Kahayan, Tugu Soekarno, dan Pelabuhan Rambang). Masing-masing partisipasi masyarakat tersebut diuraikan secara rinci sebagai berikut.
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 99
Partisipasi Dalam Perencanaan Pembangunan melalui partisipasi masyarakat merupakan salah satu
upaya untuk memberdayakan potensi masyarakat dalam merencanakan pembangunan yang berkaitan dengan potensi sumberdaya lokal berdasarkan kajian musyawarah. Musyawarah dilakukan dalam rangka peningkatan aspirasi berupa keinginan dan kebutuhan nyata yang ada dalam masyarakat, peningkatan motivasi dan peran serta kelompok masyarakat dalam proses pembangunan, dan peningkatan rasa memiliki pada kelompok masyarakat terhadap program pembangunan yang telah disusun. Penilaian tingkat partisipasi masyarakat dari aspek perencanaan pembangunan dalam kajian ini meliputi partisipasi dalam pembangunan infrastruktur dan penyediaan sarana prasarana penunjang wisata, baik dalam bentuk partisipasi ide atau pemikiran. Secara terperinci tingkat partisipasi masyarakat dalam aspek perencanaan pembangunan infrastruktur dan penyediaan sarana prasarana sebagaimana disajikan pada Tabel 5.39.
Tabel 5.39. Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Aspek Perencanaan
Pembangunan Infrastruktur dan Penyediaan Sarana Prasarana
No. Aspek Perencanaan
Tidak Berpartisipasi
Berpartisipasi
Jumlah (Orang)
% Jumlah (Orang)
%
1. Pembangunan infrastruktur prasarana dan sarana
49 63.6 28 36.4
2. Pembangunan fasilitas kebersihan 52 67.0 25 33.0
3. Pembangunan fasilitas taman 46 59.1 3 40.9
4. Pembangunan wahana-wahana 58 75.3 19 24.7
5. Pembangunan fasilitas penunjang wisata
59 76.6 18 23.4
6. Pembangunan fasilitas kuliner 61 79.2 16 20.8
7. Pembangunan fasilitas penerangan 48 62.3 29 37.7
8. Pembangunan tempat parkir 51 66.7 26 33.3
9. Penyediaan kapal susur sungai 43 55.8 34 44.2
10. Pembangunan pos keamanan 46 59.7 31 40.3
11. Pembangunan fasilitas ibadah 56 72.1 21 27.9
n = Jumlah Responden 77 Sumber: Data Primer yang Diolah, 2017.
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 100
Gambar 5.38. Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Aspek Perencanaan
Pembangunan Infrastruktur dan Penyediaan Sarana Prasarana Sumber: Data Primer yang Diolah, 2017.
Pada Tabel 5.39 diketahui bahwa, secara keseluruhan dari 11 item
indikator yang dinilai diketahui bahwa, tingkat partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan infrastruktur, sarana dan prasarana yang ada di kawasan kajian (Flamboyan Bawah, Jembatan Kahayan, Tugu Soekarno dan serta Pelabuhan Rambang) adalah “cukup rendah”. Hal ini terlihat dari penilaian terhadap 11 item dari aspek perencanaan kegiatan, yang menunjukkan besarnya responden yang tidak ikut berpartisipasi dalam proses perencanaan berkisar antara 56% - 72%, sedangkan responden yang berpartisipasi hanya berkisar 21% - 44,2%. Bagi responden yang menyatakan turut berpartisipasi dalam perencanaan pembangunan infrastruktur dan penyediaan sarana prasarana, umumnya lebih banyak pada aspek kegiatan pembangunan fasilitas taman (40,9%), penyediaan kapal susur sungai (44,2%) dan dan penyediaan pos keamanan (40,3%). Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa beberapa responden yang berada di kawasan Flamboyan Bawah menyatakan bahwa hanya 1 kali diajak berpartisipasi dalam perencanaan pembuatan jalan di kawasan tersebut. Bentuk partisipasi yang diberikan berupa penyampaian ide, saran dan pemikiran terkait dengan perencanaan infrastruktur sarana dan prasarana yang akan dibangun. Meskipun membutuhkan waktu yang cukup lama dalam proses perencanaan, namun proses pelibatan masyarakat ini dapat memberikan kepastian bagi penyusun perencanaan kegiatan pembangunan infrastruktur, sarana dan prasarana. Conyers (1994) mengemukakan bahwa, terdapat tiga (3) alasan utama mengapa partisipasi masyarakat dalam perencanaan mempunyai sifat sangat penting: 1). Masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat; 2). Masyarakat akan lebih mempercayai program kegiatan pembangunan apabila dilibatkan dalam persiapan dan perencanaannya, karena akan lebih
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 101
mengetahui seluk beluk program kegiatan tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap program kegiatan tersebut; dan 3). Mendorong partisipasi umum karena akan timbul anggapan bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan.
Partisipasi Dalam Pelaksanaan Partisipasi masyarakat tidak hanya sebatas partisipasi masyarakat
semata, namun diharapkan pada tahap selanjutnya yaitu partisipasi masyarakat dalam menilai apakah pembangunan yang dilakukan sudah sesuai harapan dan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. Secara rinci penilaian tingkat partisipasi masyarakat dalam hal pelaksanaan pembangunan infrastruktur dan penyediaan sarana prasarana sebagaimana pada Tabel 5.40. Tabel 5.40. Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Aspek Pelaksanaan
Pembangunan Infrastruktur dan Penyediaan Sarana Prasarana
No. Aspek Pelaksanaan
Tidak Berpartisipasi
Berpartisipasi
Jumlah (orang)
% Jumlah (orang)
%
1. Pembangunan Infrastruktur Prasarana dan Sarana
49 63.6 28 36.4
2. Pembangunan Fasilitas kebersihan 52 67.8 25 32.2
3. Pembangunan Fasilitas taman 48 62.3 29 37.7
4. Pembangunan Wahana-wahana 60 78.2 17 21.8
5. Pembangunan Fasilitas penunjang wisata 58 75.8 19 24.2
6. Pembangunan Fasilitas kuliner 60 77.7 17 22.3
7. Pembangunan Fasilitas penerangan 48 62.3 29 37.7
8. Pembangunan tempat parkir 52 67.1 25 32.9
9. Penyediaan kapal susur sungai 44 57.1 33 42.9
10. Pembangunan Pos keamanan 46 59.7 31 40.3
11. Pembangunan fasilitas ibadah 56 72.7 21 27.3
n = Jumlah Responden 77 Sumber: Data Primer yang Diolah, 2017.
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 102
Gambar 5.39. Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Aspek Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur dan Penyediaan Sarana Prasarana
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2017.
Berdasarkan Tabel 5.40, diketahui bahwa tingkat partisipasi responden dalam hal pelaksanaan kegiatan pembangunan infrastruktur, dan penyediaan sarana prasarana di kawasan kajian (Flamboyan Bawah, Jembatan Kahayan, Tugu Soekarno dan dan di Pelabuhan Rambang) dapat dikategorikan “rendah atau kurang”. Kegiatan partisipasi yang dilakukan dalam pelaksanaan pembangunan dan penyediaan sarana prasarana adalah penyediaan kapal susur sungai dan pembangunan pos keamanan. Masih rendahnya tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program pembangunan mengindikasikan perlunya pelibatan masyarakat atau lebih banyak program pembangunan berbasis masyarakat yang dimulai dari mengajukan, mengambil keputusan hingga merencanakan program-program apa saja yang akan dilakukan.
Partisipasi Dalam Pengawasan Adanya partisipasi masyarakat yang turut serta dalam pengawasan
suatu program pembangunan memungkinkan suatu program dapat berjalan sesuai rencana. Partisipasi masyarakat dalam aspek pengawasan dibutuhkan agar pelaksanaan pembangunan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, dan jika terjadi penyimpangan dapat segera diperbaiki. Dalam kajian ini, tingkat partisipasi masyarakat dalam pengawasan pembangunan infrastruktur dan penyediaan sarana prasarana dilakukan dengan menilai pada 11 item indikator., seperti disajikan pada Tabel 5.41. Tabel 5.41. Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Aspek Pengawasan
Pembangunan Infrastruktur dan Penyediaan Sarana Prasarana
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 103
No. Aspek Pengawasan
Tidak Berpartisipasi
Berpartisipasi
Jumlah (orang)
% Jumlah (orang)
%
1. Pembangunan Infrastruktur Prasarana dan Sarana
45 58.9 32 41.1
2. Pembangunan Fasilitas kebersihan 50 65.2 27 34.8
3. Pembangunan Fasilitas taman 44 56.5 34 43.5
4. Pembangunan Wahana-wahana 56 72.7 21 27.3
5. Pembangunan Fasilitas penunjang wisata
58 75.6 19 24.4
6. Pembangunan Fasilitas kuliner 58 75.8 19 24.2
7. Pembangunan Fasilitas penerangan 44 57.1 33 42.9
8. Pembangunan tempat parkir 51 66.7 26 33.3
9. Penyediaan kapal susur sungai 48 62.3 29 37.7
10. Pembangunan Pos keamanan 46 59.7 31 40.3
11. Pembangunan fasilitas ibadah 53 68.8 24 31.2
n = Jumlah Responden 77 Sumber: Data Primer yang Diolah, 2017.
Gambar 5.40. Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Aspek Pengawasan
Pembangunan Infrastruktur dan Penyediaan Sarana Prasarana
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2017. Berdasarkan Tabel 5.41, diketahui bahwa, tingkat partisipasi
masyarakat berkisar pada kategori “kurang” hingga “cukup”. Partisipasi masyarakat dalam pengawasan pembangunan terutama pada saat dilaksanakannya kegiatan pembangunan infrastruktur jalan, jembatan dan pelabuhan, penyediaan fasilitas penerangan dan pembangunan pos keamanan. Sementara pada kegiatan lainnya, masyarakat yang berpartisipasi hanya
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 104
berkisar antara 24% - 34%. Berdasarkan gambaran penilaian tingkat partisipasi masyarakat dalam
program pembangunan, baik pada aspek perencanaan, pelaksanaan maupun pengawasan berkategori “cukup rendah”. Hal ini dapat menjadi acuan bagi semua pihak agar dalam merencanakan, melaksanakan dan pengawasan suatu program pembangunan perlu melibatkan masyarakat.
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 105
Kesimpulan 1. Pembangunan kawasan wisata Flamboyan Bawah dan sekitarnya
berdampak positif dan negatif terhadap aktivitas sosial budaya masyarakat
2. Pembangunan kawasan wisata Flamboyan Bawah dan sekitarnya berdampak positif terhadap ekonomi daerah dan masyarakat
3. Persepsi masyarakat terhadap pembangunan, penyediaan dan pengelolaan infrastruktur, sarana prasarana dikategorikan cukup memadai atau cukup baik.
4. Partisipasi masyarakat dalam hal perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan di Kawasan Wisata Flamboyan Bawah dan sekitarnya dikategorikan rendah atau kurang
5. Keberadaan kawasan wisata Pantai Losari yang merupakan ikon Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan dapat menjadi rujukan pengembangan dan pengelolaan kawasan wisata Flamboyan Bawah dan sekitarnya di Kota Palangka Raya.
Rekomendasi Kebijakan 1. Perlu dibentuk Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang fokus mengelola kawasan
wisata Flamboyan Bawah dan sekitarnya untuk menuju konsep kawasan wisata pinggiran sungai (Water Front City).
2. Perlu peningkatan kuantitas dan kualitas fasilitas penunjang di kawasan wisata Flamboyan Bawah dan sekitarnya.
3. Perlu dilakukan kerjasama dengan pihak ASITA (Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies) dalam membantu mempromosikan dan memasarkan kawasan wisata Flamboyan Bawah dan sekitarnya.
4. Perlu diadakan kerjasama antara Pemerintah Kota Palangka Raya dengan Pemerintah Kota Denpasar dan Kota Yogyakarta dalam hal pengembangan kepariwisataan.
5. Perlu pelibatan masyarakat dalam program pembangunan kawasan wisata baik dalam hal perencanaan, pelaksanaan hingga pengawasan.
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 106
DAFTAR PUSTAKA
Akers, R. & W. Jennings. 2009. Social Learning Theory. Sage Publications. Thousand Oaks.
Anonim. 1986. Materi Training untuk Tingkat Staf Teknis Proyek PLP Sektor Persampahan. Direktorat Jenderal Cipta Karya. Jakarta.
_________. 2004. Buku Panduan Penyuluhan Sapta Pesona dan Sadar Wisata. Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Provinsi Sumatra Barat. Padang.
Ardawidjaja, R. 2007. Menilik Kebijakan Pembangunan Kepariwisataan. Badan Pusat Statistik Kota Makassar. 2017. Kota Makassar Dalam Angka Tahun
2017. BPS Kota Palangka Raya. Badan Pusat Statistik Kota Palangka Raya. 2017. Kota Palangka Raya Dalam
Angka Tahun 2017. BPS Kota Palangka Raya. ____________________________________________________. 2017. Kecamatan Pahandut
Dalam Angka Tahun 2017. BPS Kota Palangka Raya. Bryman, A. 2004. Social Research Methods. Oxford University Press. Cohen, J. M. and N. T. Uphoff. 1997. Rural Development Participation: Concepts
Measures for Project Design Implementation and Evaluation. Cornell University. Inthado. New York.
Cohen, Erik. 1984. The Sociology of Tourism: Approaches, Issues, and Findings, Annual Review of Sociology. Vol. 10: 373-392.
Conyers, Diana. 1994. Perencanaan Sosial di Dunia Ketiga: Suatu Pengantar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Gunawan, A. S., Djamhur Hamid dan Maria Goretti Wi Endang N.P. 2016. Analisis Pengembangan Pariwisata Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat (Studi pada Wisata Religi Gereja Puhsarang Kediri). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) Vol. 32 No. 1:1-8, Maret 2016.
Hidayat, S. 2012. Kebijakan Pembangunan Infrastruktur Fisik Analisis Dampak Sosial Ekonomi Pembangunan Jembatan Suramadu–Jawa Timur. Disertasi. Universitas Brawijaya. Malang.
Irianto. 2011. Dampak Parwisata Terhadap Kehidupan Sosial dan Ekonomi Masyarakat di Gili Trawangan Kecamatan Pemenang Kabupaten Lombok Utara. Jurnal Bisnis & Kewirausahaan. Vol. 7 No. 3: 188-194.
Linton, Ralph. (1968). The Study of Man: an Introduction, New York: Appleton-Century.
Matheison, A. and Wall G. 1982. Tourism: Economic, Physical and Social Impacts, Longman Group Ltd. New York.
McGehee, N. and L. Andereck. 2004. Factors Predicting Rural Residents’ Support of Tourism. Journal of Travel Research, Vol. 43: 131-140.
Mill, Robert Christie. 2000. Tourist The International Business. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Murianto. 2014. Potensi dan Persepsi Masyarakat serta Wisatawan Terhadap Pengembangan Ekowisata di Desa Aik Berik, Lombok Tengah. JUMPA Vol. 01 No. 01: 43 -64, Juli 2014.
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 107
Pearce, D. 1989. Tourist Development. Logman Scientific and Technical. Harlow. United Kingdom.
Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional.
Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 2 Tahun 2013 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2013-2028.
Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 5 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Makassar Tahun 2014-2019.
Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Makassar Tahun 2015 – 2035.
Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 32 Tahun 2002 tentang Pembentukan, Pemecahan dan Penggabungan Kecamatan dan Kelurahan.
Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 06 Tahun 2019 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kota Palangka Raya Tahun 2008-2028.
Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 19 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Palangka Raya Tahun 2013-2018.
Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2017 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kota Palangka Raya Tahun 2017-2028.
Pendit, N. 2009. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Pradnya Paramita. Jakarta.
Pitana, I Gde dan Putu G. Gayatri. 2005. Sosiologi Pariwisata. Andi Offset. Yogyakarta.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Makassar Tahun 2014 – 2019.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Palangka Raya Tahun 2013 – 2018.
Slamet, J. S. 2004. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Soekadijo. 2000. Anatomi Pariwisata. PT Gramedia Utama. Jakarta. Soekanto, S. 1997. Sosiologi Suatu Pengantar. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta. Soemarwoto, O. 2007. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta. Surat Kabar “Tribun Timur” Makassar. Terbit Kamis, 9 November 2017. Suratmo, F. Gunarwan. 2007. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta. Tashadi, E. 1994. Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap Kehidupan
Sosial Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta. Departemen Pendidikan
Laporan Akhir “Kajian Pengelolaan Dampak Sosial Masyarakat di Wilayah
Flamboyan Bawah dan Sekitarnya” Tahun 2017 108
Nasional. Jakarta. Thoha, M. 1998. Prilaku Organisasi. Konsep Dasar dan Aplikasinya. PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta. Umstot, Denis D. 1988. Understanding Organizational Behavior. West Publishing
Company. New York. Undang-Undang Republik Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan
Permukiman. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah. Walgito. B. 2003. Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Edisi Revisi. Andi Offset.
Yogyakarta. Wall, G. and Mathieson, A. 2006. Tourism: Change, Impacts and Opportunities.
Pearson Education Limited. Harlow. Wibowo. 2007. Pendidikan Karakter. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Wiranatha, A. S. 2008. Pengelolaan Obyek Wisata Berbasis Masyarakat (Debat
Publik). Bali Post. Denpasar.