134
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TUGAS AKHIR KAJIAN KELAYAKAN OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Diajukan Sebagai Syarat untuk Mencapai Jenjang Strata-1 Perencanaan Wilayah dan Kota Disusun Oleh : Chaerul Alfi Huda I0608017 PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

TUGAS AKHIR

KAJIAN KELAYAKAN OPERASIONAL

TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN

Diajukan Sebagai Syarat untuk Mencapai

Jenjang Strata-1 Perencanaan Wilayah dan Kota

Disusun Oleh :

Chaerul Alfi Huda

I0608017

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2013

Page 2: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PENGESAHAN

KAJIAN KELAYAKAN OPERASIONAL

TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN

Chaerul Alfi Huda

I0608017

Menyetujui,

Surakarta, Januari 2013

Pembimbing I

Ir. Widharyatmo, M.Si

NIP 19490123 198702 1 001

Pembimbing II

Ratri Werdiningtyas, ST, MT

NIP 19810112 200212 2 003

Mengesahkan,

Ketua Jurusan Arsitektur

Fakultas Teknik

Dr. Ir. Mohamad Muqoffa, MT

NIP. 19620610 199103 1 001

Ketua Program Studi

Perencanaan Wilayah dan Kota

Ir. Galing Yudana, MT

NIP. 19620129 198703 1 002

Page 3: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

ABSTRAK

Kehadiran sampah kota merupakan salah satu persoalan yang dihadapi oleh masyarakat dan

pengelola kota saat ini, terutama dalam hal penyediaan sarana dan prasarananya. Proses

penanganan sampah dari hulu hingga hilir secara umum memerlukan waktu yang cukup

panjang sehingga diperlukan ruang untuk menampung sampah pada masing-masing proses

tersebut. TPA Jomboran yang telah menampung sampah seluruh Klaten selama kurang lebih

20 tahun terancam ditutup karena dinilai sudah tidak mampu lagi menampung. Dibalik

permasalahannya itu, TPA ini merupakan satu-satunya tempat penampungan sampah yang

masih beroperasi di Klaten dan telah mampu membuka lapangan kerja bagi warga setempat

yang bekerja sebagai pemulung dan penampung barang-barang bekas. Dari alasan tersebut,

perlu diketahui tingkat kelayakan operasional TPA Jomboran dengan melihat dari sistem

pengelolaan, sosial dan ekonomi masyarakat serta fisik lingkungan kawasan. Sehingga dapat

memberikan masukan bagi pemerintah Kabupaten Klaten dalam mempertimbangkan

pemindahan lokasi TPA dan bagaimana sistem operasional pengelolaan yang dapat

diterapkan.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deduktif. Pendekatan ini

digunakan dalam penelitian dari awal penelitian sampai dengan proses analisis data sehingga

diperoleh hasil berupa tingkat kelayakan operasional TPA Jomboran untuk menampung

sampah Kabupaten Klaten. Teknik analisis yang digunakan terdiri dari dua, yaitu skoring/

pembobotan dan deskriptif kualitatif. Analisis skoring/ pembobotan digunakan untuk

mengetahui kelayakan lokasi TPA Jomboran sesuai dengan SNI pemilihan lokasi TPA.

Kemudian analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk memperoleh temuan berupa

karakteristik sampah yang masuk ke TPA, sistem pengelolaan TPA, serta dampak yang

ditimbulkan oleh keberadaan sampah TPA bagi lingkungan sekitarnya. Teknik analisis

deskriptif kualitatif juga digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan operasional TPA

Jomboran untuk menampung sampah di Kabupaten Klaten.

Hasil penelitian ini berupa temuan bahwa pengelolaan TPA Jomboran dengan open dumping

masih dapat dipertimbangkan untuk dioperasikan. Hal ini didasarkan pada sistem

pengelolaan, sosial ekonomi masyarakat, serta fisik lingkungan kawasan TPA Jomboran.

Pembenahan berupa perubahan fungsi TPA menjadi tempat pemrosesan akhir diperlukan

untuk mengatasi permasalahan kapasitas serta mengurangi dampak negatif.

Kata Kunci : Sampah, TPA, Operasional, Pengelolaan

Page 4: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

ABSTRACT

The presence of municipal waste is one of the problems faced by the community and the city

manager today, especially in the provision of facilities and infrastructure. Waste handling

process from upstream to downstream generally requires quite a long time so that the

necessary space is needed to accommodate the waste in each process. Jomboran landfill that

has accommodates waste from entire Klaten for more than 20 years is in risk to be shut down

because it is considered no longer able to accommodate. Behind the problem, this landfill is

the only landfill in Klaten Regency that still operates to collect waste and have been able to

create employment for local residents who work as scavengers and container used goods.

From this reason, the level of operational feasibility Jomboran landfill is needed to know with

a view of the management system, community socioeconomic and the physical environment.

So it can provide an input to the Klaten Regency government in considering landfill removal

and how the system management operations that can be applied.

The approach used in this research is deductive. This approach was used from baseline to the

process of analyzing data in order to obtain results in the form of operational feasibility level

of Jomboran landfill to accommodate Klaten Regency’s waste. The analysis technique used

consists of two, the scoring / weighting and descriptive qualitative. Scoring / weighting

analysis is used to determine the feasibility of the Jomboran landfill location in accordance to

SNI of landfill site selection. Then the qualitative descriptive analysis is used to obtain the

waste characteristic that goes to landfill, landfill management systems, as well as the impact

of the presence of landfill waste to the surrounding environment. Qualitative descriptive

analysis techniques are also used to determine the level of operational feasibility Jomboran

landfill to accommodate waste in Klaten Regency.

The results of the research are the findings that Jomboran landfill management with open

dumping can still be considered to be operated. It is based on a system of management,

community socioeconomic, and physical surroundings of the Jomboran landfill. The change

in landfill function into final processing site is needed to overcome the capacity problem and

reduce the negative impact

Keywords: Waste, Landfill, Operations, Management

Page 5: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, dengan segala kerendahan hati penulis panjatkan puji dan

rasa syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “Kajian Kelayakan Operasional

Pengelolaan TPA Jomboran sebagai TPA Kabupaten Klaten”.

Tugas Akhir ini tidak akan dapat terselesaikan dengan baik tanpa dukungan dari

berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, dalam kesempatan

ini penulis bermaksud untuk mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibunda, ayahanda dan kakakku tercinta yang telah memberikan dukungan doa dan

semangat kepada ananda untuk menuntaskan perjuangan ini

2. Bapak Dr. Ir. Mohamad Muqoffa, MT, selaku ketua jurusan Arsitektur

3. Bapak Ir. Galing Yudana, MT selaku Ketua Jurusan Program Studi Perencanaan

Wilayah dan Kota

4. Bapak Ir. Widharyatmo, M.Si selaku dosen pembimbing utama selama proses

penyusunan laporan tugas akhir

5. Ibu Rr. Ratri Werdiningtyas, ST, MT selaku dosen pembimbing kedua selama proses

penyusunan laporan tugas akhir

6. Ibu Murtanti Jani Rahayu, ST, MT selaku dosen pembimbing akademik

7. Bapak Sriyanto selaku Kepala Seksi Bina Teknik Bidang Kebersihan dan Pertamanan

Kabupaten Klaten

8. Ibu Tutik, Ibu Indri, Ibu Winarsi dan Bapak Bowo selaku staff Sub Dinas Kebersihan

dan Pertamanan Kabupaten Klaten

9. Bapak Kepala Desa Jomboran, Bapak Kepala Desa Gumulan beserta staff kantor desa

yang telah memberikan ijin penelitian

10. Masyarakat Desa Jomboran dan Desa Gumulan yang telah meluangkan waktu untuk

mengisi kuesioner penelitian

11. Pasukan Pandawa Tanuda, Haryadi, Adit dan Amos yang setia mendukung dan

membantu penyelesaian penelitian

12. Didit, Putri Wardiastama, Fitri, Agnies yang telah setia mendukung dan membantu

dalam penyelesaian penelitian

13. Teman-teman perencanaan Wilayah dan Kota angkatan 2008 dan semua pihak yang

telah membantu dalam terselesainya laporan tugas akhir ini

14. Teman-teman kos Dewantoro blok belakang yang telah setia mendukung dan

menemani dalam penyusunan laporan tugas akhir

Page 6: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

Peneliti menyadari bahwa terdapat kekurangan pada laporan tugas akhir ini, oleh

karenya segala kritik dan sarana demi perbaikan laporan ini akan peneliti terima dengan

tangan terbuka dan ucapan terima kasih. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pihak-

pihak yang berkepentingan.

Surakarta, Januari 2013

Chaerul Alfi Huda

Page 7: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

DAFTAR ISI

Halaman Judul ........................................................................................................................... i

Lembar Pengesahan ................................................................................................................. ii

Abstraksi ................................................................................................................................. iii

Kata Pengantar .......................................................................................................................... v

Daftar Isi ................................................................................................................................ vii

Daftar Tabel .............................................................................................................................. x

Daftar Gambar ......................................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang .................................................................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................................. 3

1.3. Tujuan dan Sasaran Penelitian .......................................................................................... 3

1.3.1. Tujuan Penelitian ..................................................................................................... 3

1.3.2. Sasaran Penelitian .................................................................................................... 4

1.4. Keluaran Penelitian ........................................................................................................... 4

1.5. Urgensi Penelitian ............................................................................................................. 4

1.6. Posisi Penelitian ................................................................................................................ 4

1.7. Kerangka Teori .................................................................................................................. 6

1.9. Batasan Penelitian ............................................................................................................. 7

1.9.1. Batasan ruang lingkup materi .................................................................................. 7

1.9.2. Batasan ruang lingkup wilayah ................................................................................ 7

BAB II KAJIAN TEORI PENGELOLAAN PERSAMPAHAN PERKOTAAN ........................ 8

2.1. Timbulan Sampah .............................................................................................................. 8

2.1.1. Sumber dan Jenis Sampah ....................................................................................... 8

2.1.2. Penghitungan Timbulan Sampah ........................................................................... 12

2.1.3. Dampak Keberadaan Sampah ................................................................................ 12

2.2. Sistem Pengelolaan Sampah ............................................................................................ 13

2.2.1. Aspek Teknik Operasional ..................................................................................... 13

2.2.2. Aspek Kelembagaan .............................................................................................. 18

2.2.3. Aspek Hukum dan Peraturan ................................................................................. 19

2.2.4. Aspek Pembiayaan ................................................................................................. 19

2.2.5. Aspek Peran serta Masyarakat ............................................................................... 19

2.3. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) .................................................................................. 20

2.3.1. Pengertian Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) ........................................ 20

Page 8: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

2.3.2. Persyaratan Umum Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) .......................... 20

2.3.2. Kriteria Kelayakan Pemilihan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) ....................... 21

2.3.3. Permasalahan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) ................................................. 24

2.4. Resume Kajian Teori ....................................................................................................... 24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................... 26

3.1. Jenis Penelitian ................................................................................................................ 26

3.2. Pendekatan Penelitian ...................................................................................................... 26

3.2.1. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................................ 27

3.2.2. Teknik Analisis ............................................................................................................... 28

3.3. Kebutuhan Data ............................................................................................................... 36

3.4. Teknik Pengambilan Sampel ........................................................................................... 38

BAB IV TEMUAN LAPANGAN .......................................................................................... 40

4.1. Karakteristik Timbulan Sampah ...................................................................................... 40

4.1.1. Sampah Kabupaten Klaten ..................................................................................... 40

4.1.2. Karakteristik Timbulan Sampah di Kabupaten Klaten Berdasarkan Aktivitas ..... 42

4.2. Kondisi Eksisting TPA Dilihat dari Parameter SNI Pemilihan Lokasi TPA .................. 47

4.2.1. Lokasi TPA Jomboran ........................................................................................... 47

4.2.2. Fisik Alam Kawasan TPA ..................................................................................... 49

4.2.3. Jaringan Transportasi Kawasan ............................................................................. 56

4.2.5. Kondisi Masyarakat ............................................................................................... 59

4.3. Sistem Pengelolaan Sampah ............................................................................................ 61

4.3.1. Teknis Operasional TPA ........................................................................................ 61

4.3.2. Kelembagaan .......................................................................................................... 62

4.3.3. Sistem Pembiayaan ................................................................................................ 64

4.3.4. Dasar Hukum dan Peraturan .................................................................................. 65

4.3.5. Peran Serta Masyarakat .......................................................................................... 65

4.4. Kondisi Kawasan ............................................................................................................. 66

4.4.1. Kondisi Lingkungan Fisik ...................................................................................... 66

4.4.2. Kondisi Kesehatan ................................................................................................. 74

4.4.3. Kondisi Sosial Ekonomi ........................................................................................ 74

BAB V PEMBAHASAN ....................................................................................................... 77

5.1. Analisis Karakteristik Sampah yang Masuk ke TPA ...................................................... 77

5.2. Analisis Evaluasi Kondisi Eksisting TPA Jomboran Berdasarkan Parameter SNI ......... 80

a. Batas Administrasi ........................................................................................................ 81

Page 9: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

b. Kepemilikan Hak Atas Lahan dan Jumlah Pemilik Lahan ........................................... 81

c. Kapasitas Lahan ............................................................................................................ 82

d. Tanah, Sistem Aliran dan Pemanfaatan ........................................................................ 84

e. Bahaya Banjir ................................................................................................................ 86

f. Tanah Penutup ............................................................................................................... 86

g. Intensitas Hujan ............................................................................................................. 86

h. Tata Guna Tanah ........................................................................................................... 87

i. Daerah Lindung/ Cagar Alam ....................................................................................... 87

j. Pertanian ........................................................................................................................ 88

k. Biologis ......................................................................................................................... 88

l. Transportasi Pengangkutan ........................................................................................... 89

m. Kebisingan, Bau dan Estetika ....................................................................................... 90

n. Partisipasi Masyarakat .................................................................................................. 91

5.3. Analisis Sistem Pengelolaan Sampah TPA Jomboran .................................................... 92

5.4. Analisis Dampak Keberadaan Sampah Bagi Lingkungan Sekitar TPA Jomboran ....... 100

5.5. Analisis Kelayakan Operasional Pengelolaan Sampah TPA Jomboran ........................ 108

BAB VI PENUTUP .............................................................................................................. 111

6.1. Temuan Penelitian ......................................................................................................... 111

6.2. Kesimpulan .................................................................................................................... 112

6.3. Saran dan Rekomendasi ................................................................................................ 113

6.3.1. Saran ...................................................................................................................... 113

6.3.2. Rekomendasi .......................................................................................................... 114

Daftar Pustaka ...................................................................................................................... 115

Lampiran ............................................................................................................................... 117

Page 10: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Posisi Penelitian....................................................................................................... 4

Tabel 2. 1 Jenis Sampah Berdasarkan Fasilitas, Aktifitas dan Lokasi dan Sumber Sampah ... 8

Tabel 2. 2 Jenis Sampah Berdasarkan Fasilitas, Aktifitas dan Lokasi dan Sumber Sampah . 10

Tabel 2. 3 Besaran Timbulan Sampah Berdasarkan Komponen Sumber Sampah ................. 12

Tabel 2. 4 Besaran Timbulan Sampah Berdasarkan Komponen Sumber Sampah ................. 12

Tabel 2. 5 Resume Kajian Teori Penelitian ............................................................................ 24

Tabel 3. 1 Tabel Analisis Penelitian ....................................................................................... 30

Tabel 3. 2 Parameter Ambang Batas Kondisi Kelayakan TPA .............................................. 32

Tabel 3. 3 Kebutuhan Data ..................................................................................................... 36

Tabel 3. 4 Wilayah dalam Radius 0-800 meter ...................................................................... 39

Tabel 4. 1 Pelayanan Sampah Kabupaten Klaten ................................................................... 40

Tabel 4. 2 Penanganan Sampah di Kabupaten Klaten ............................................................ 40

Tabel 4. 3 Persentase Komposisi Sampah Kabupaten Klaten ................................................ 41

Tabel 4. 4 Sumber Penghasil Sampah Berdasarkan Jenis di Kabupaten Klaten .................... 41

Tabel 4. 5 Timbulan Sampah Berdasarkan Aktivitas di Kabupaten Klaten ........................... 41

Tabel 4. 6 Jenis Sampah yang Dihasilkan di Kawasan Permukiman ..................................... 42

Tabel 4. 7 Jenis Sampah yang Dihasilkan di Kawasan Komersil .......................................... 43

Tabel 4. 8 Jenis Sampah yang Dihasilkan di Fasilitas Pendidikan ......................................... 43

Tabel 4. 9 Jenis Sampah yang Dihasilkan di Fasilitas Kesehatan .......................................... 44

Tabel 4. 10 Jenis Sampah yang Dihasilkan di Kawasan Industri ........................................... 46

Tabel 4. 11 Tingkat Kepadatan Arus Lalu Lintas Kawasan TPA Jomboran ......................... 56

Tabel 4. 12 Tupoksi Dinas Pengelola Sampah ....................................................................... 62

Tabel 4. 13 Daftar Tarif Pelayanan Persampahan/ Kebersihan Kabupaten Klaten ................ 64

Tabel 4. 14 Besaran Pemasukan dari Penarikan Retribusi Pelayanan Persampahan/ Kebersihan

Kabupaten Klaten ............................................................................................................ 65

Tabel 4. 15 Satuan Biaya Kegiatan Pengelolaan Kebersihan Kabupaten Klaten Tahun 201165

Tabel 4. 16 Pengaruh Kondisi TPA bagi Kesuburan Lahan Pertanian Sekitar ...................... 68

Tabel 4. 17 Wabah Hama di Lahan Pertanian Sekitar TPA Jomboran .................................. 68

Tabel 5. 1 Perhitungan Pengeluaran Kegiatan Pengangkutan dan Penimbunan Sampah ...... 95

Tabel 5. 2 Analisa Standar yang Diacu oleh Dinas dengan Kondisi di Lapangan ................ 97

Tabel 5. 3 Pengelolaan Persampahan Kabupaten Klaten Berdasarkan Aspek Pembiayaan,

Kelembagaan, Hukum dan Peran Serta Masyarakat ....................................................... 99

Page 11: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1. Kerangka Teori ................................................................................................... 6

Gambar 1. 2 Peta Administrasi Wilayah Penelitian ................................................................. 7

Gambar 3. 1. Kerangka Analisis ............................................................................................. 29

Gambar 3. 2 Peta Zona Kawasan TPA Jomboran .................................................................. 39

Gambar 4. 1 Grafik Timbulan Sampah/ Produksi Sampah Kabupaten Klaten ...................... 40

Gambar 4. 2 Bagan Alur Pola Pengelolaan Sampah Rumah Tangga ..................................... 42

Gambar 4. 3 Bagan Alur Pola Pengelolaan Sampah Area Komersil ..................................... 43

Gambar 4. 4 Bagan Alur Pola Pengelolaan Sampah Fasilitas Pendidikan ............................. 44

Gambar 4. 5 Bagan Alur Pola Pengelolaan Sampah Rumah Sakit Besar .............................. 45

Gambar 4. 6 Bagan Alur Pola Pengelolaan Sampah Rumah Sakit Kecil ............................... 45

Gambar 4. 7 Bagan Alur Pola Pengelolaan Sampah Area Industri ........................................ 46

Gambar 4. 8 Sampah Kawasan Industri ................................................................................. 47

Gambar 4. 9 Peta Lokasi Wilayah TPA Jomboran di Wilayah Kabupaten Klaten ................ 48

Gambar 4. 10 Peta Lokasi Wilayah TPA Jomboran di Wilayah Perkotaan Klaten ............... 48

Gambar 4. 11. Posisi Sungai dengan TPA Jomboran serta Penampang Sungai .................... 49

Gambar 4. 12 Kondisi Sungai di Area TPA Jomboran .......................................................... 49

Gambar 4. 13 Diagram Kondisi Air Tanah dalam Radius 0 – 500 m dan 501 – 800 m ........ 50

Gambar 4. 14 Diagram Penggunaan Air Tanah/ Sumur dalam Radius 0-800 m ................... 51

Gambar 4. 15 Diagram Pemanfaatan Air Tanah/ Sumur dalam Radius 0-800 m .................. 51

Gambar 4. 16 Peta Kelerengan Wilayah TPA Jomboran ....................................................... 52

Gambar 4. 17 Ilustrasi View TPA Jomboran dari arah depan ................................................ 54

Gambar 4. 18 Ilustrasi View TPA Jomboran dari arah samping ............................................ 54

Gambar 4. 19 Peta Guna Lahan Kawasan TPA Jomboran ..................................................... 55

Gambar 4. 20 Pengangkutan Sampah di Jalan Sekitar Kawasan TPA ................................... 57

Gambar 4. 21 Peta Kondisi dan Dimensi Jalan di Kawasan TPA Jomboran ......................... 58

Gambar 4. 22 Diagram Kesediaan Masyarakat Sekitar dalam Menerima TPA Jomboran .... 60

Gambar 4. 23 Operasional Pembuangan dan Penimbunan Sampah TPA Jomboran ............. 62

Gambar 4. 24 Alur Pengelolaan Sampah Kabupaten Klaten.................................................. 62

Gambar 4. 25 Kondisi Alat Pengomposan Bantuan Badan Lingkungan Hidup (BLH) yang

belum pernah terpakai ..................................................................................................... 62

Gambar 4. 26 Sampah jenis atom dan botol yang diminati Pemulung TPA Jomboran ......... 66

Gambar 4. 27 Diagram Gangguan Pandangan Tumpukan Sampah dalam Radius

0 – 800 m ........................................................................................................................ 67

Page 12: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

Gambar 4. 28 Diagram Gangguan Pandangan Tumpukan Sampah dalam Radius

0 – 800 m ......................................................................................................................... 67

Gambar 4. 29 Diagram Kondisi Lahan Pertanian Sekitar TPA Jomboran ............................. 67

Gambar 4. 30 Diagram Gangguan Bau yang ditimbulkan oleh Sampah dalam

Radius 0- 800 m .............................................................................................................. 68

Gambar 4. 31 Diagram Intensitas Munculnya Gangguan Bau dalam Radius 0-800 m.......... 69

Gambar 4. 32 Diagram Waktu Munculnya Gangguan Bau dalam Radius 0-800 m .............. 69

Gambar 4. 33 Diagram Usaha Pengurangan Dampak Bau dalam Radius 0-800 m ............... 70

Gambar 4. 34 Diagram Gangguan Kebisingan oleh Aktivitas TPA....................................... 70

Gambar 4. 35 Diagram Intensitas Gangguan Kebisingan oleh Aktivitas TPA ...................... 71

Gambar 4. 36 Diagram Usaha Pengurangan Dampak Kebisingan oleh Aktivitas TPA........ 71

Gambar 4. 37 Diagram Gangguan Kebakaran Kawasan TPA Jomboran............................... 72

Gambar 4. 38 Diagram Penyebab Gangguan Kebakaran ....................................................... 72

Gambar 4. 39 Diagram Usaha Pengurangan Dampak Kebakaran Kawasan TPA Jomboran . 72

Gambar 4. 40 Diagram Tingkat Gangguan Akibat Air Rembesan Sampah (Lindi) .............. 73

Gambar 4. 41 Diagram Tingkat Gangguan Akibat Air Rembesan Sampah (Lindi) .............. 73

Gambar 4. 42 Diagram Wabah Penyakit di Permukiman dalam Radius 0-800 m ................. 74

Gambar 4. 43 Diagram Pengaruh Kondisi TPA terhadap Tingkat Keamanan ....................... 74

Gambar 4. 44 Diagram Kejadian Konflik Sosial di Lingkungan sekitar TPA ....................... 75

Gambar 4. 45 Diagram Pengaruh TPA terhadap Nilai Lahan dalam Radius 0-800 m .......... 75

Gambar 4. 46 Diagram Biaya Perbaikan terkait Aktivitas TPA dalam Radius 0-800 m ....... 76

Page 13: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sampah adalah limbah padat yang terdiri dari zat organik dan zat anorganik yang

dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola supaya tidak membahayakan bagi lingkungan

dan melindungi investasi pembangunan (Budi Utomo dan Sulastoro, 1999). Kehadiran

sampah kota merupakan salah satu persoalan yang dihadapi oleh masyarakat dan pengelola

kota, terutama dalam hal penyediaan sarana dan prasarananya. Keberadaan sampah tidak

diinginkan bila dihubungkan dengan faktor kebersihan, kesehatan, kenyamanan dan

keindahan (estetika). Tumpukan onggokan sampah yang mengganggu kesehatan dan

keindahan lingkungan merupakan jenis pencemaran yang dapat digolongkan dalam degradasi

lingkungan yang bersifat sosial (R. Bintarto, 1983:57). Selain dikarenakan jumlah penduduk

yang meningkat, volume produksi sampah kian hari semakin bertambah seiring dengan

tingginya aktivitas/ kegiatan manusia yang berlangsung didalam kota tersebut. Bank Dunia

mencatat produksi sampah perkotaan Indonesia mencapai 10 juta per tahun. Penanganan

masalah sampah di kota-kota perlu mendapatkan perhatian serius, hal ini merupakan salah

satu wujud pelestarian lingkungan. Persoalan sampah yang sering ditemui di jalan-jalan,

selokan dan kanal drainase serta sulitnya penentuan lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

sampah merupakan tantangan dalam pelaksanaan konsep menjaga kelestarian lingkungan agar

seimbang dan selaras.

Proses penanganan sampah dari mulai proses pengumpulan sampai dengan tempat

pembuangan akhir (TPA) secara umum memerlukan waktu yang cukup panjang sehingga

diperlukan ruang untuk menampung sampah pada masing-masing proses tersebut. Padahal

perlu kita ketahui bahwa penanganan sampah perkotaan mengalami kesulitan dalam hal upaya

mendapatkan tempat atau lahan yang benar-benar aman untuk masing-masing tahapan

tersebut terutama lahan untuk tempat pembuangan akhir (Soeryani et al dalam Lilis

Sulistyorini, 2005). Keterbatasan pengelolaan sampah diperburuk dengan cara pandang

sebagian orang bahwa sampah dan limbah rumah tangga atau industri sudah tidak bermanfaat

lagi. Sehingga dapat dibayangkan jutaan ton benda apa saja yang akhirnya bernasib menghuni

Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Apalagi tidak diimbangi dengan lahan tempat

pembuangan akhir (TPA) sampah yang saat ini semakin terbatas (Direktur Jenderal Kotdes,

Dep Kimpraswil : 2004). Guna memenuhi kebutuhan ruang dalam menetapkan lokasi TPA

seringkali dijumpai masalah-masalah besar yang perlu ditangani dengan seksama, seperti

ketersediaan lahan, konflik kepentingan dan penurunan mutu lingkungan.

Page 14: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) seringkali dipandang dari segi negatifnya saja seperti

dengan timbulnya bau tidak sedap, gangguan estetika, serta kebisingan yang ditimbulkan oleh

aktivitas pembuangan sampah TPA. Padahal perlu diketahui bahwa dibalik permasalahan-

permasalahan negatif yang melekat, TPA juga menyimpan beberapa sisi positif terkait dengan

sampah yang ditampungnya. Dengan adanya TPA telah dapat memberikan sebuah lapangan

kerja bagi masyarakat sekitarnya seperti pemulung dan penampungan barang bekas. Selain

itu, dengan adanya sampah kering tentu dapat dimanfaatkan kembali sehingga dapat

menambah nilai benda tersebut. Sampah plastik kemasan dapat dikreasikan menjadi berbagai

produk hasil kerajinan lain. Sehingga kegiatan semacam ini selain membantu mengurangi

sampah dan pencemaran lingkungan terutama di TPA, produk daur ulang sampah juga

mendatangkan penghasilan.

Saat ini Kabupaten Klaten sedang mengalami permasalahan yang sama, dimana salah

satu TPA yang dimilikinya dan satu-satunya yang dapat berfungsi yaitu TPA Jomboran saat

ini sudah mengalami overload dan terancam ditutup/ dipindahkan. Sedangkan dua TPA

lainnya yaitu TPA Benteng dan TPA Joho tidak dapat berfungsi maksimal. Sejak September

2008, TPA Benteng di Jatinom tidak lagi digunakan untuk menampung sampah, sebab

kawasan itu termasuk daerah tangkapan air. Selain itu, TPA seluas tiga per empat hektare

(Ha) itu juga sudah penuh. Sedangkan TPA Joho di Prambanan, yang notabene dekat dengan

permukiman penduduk, hanya digunakan sebagai penampungan sampah lama (humus/ tanah).

Jika sampah ingin dikirim ke Joho harus menunggu sekitar dua tahun dahulu agar tidak

menimbulkan efek bau bagi masyarakat sekitar.

TPA Jomboran telah menampung sampah pasar dan penduduk perkotaan seluruh Klaten

selama kurang lebih 20 tahun. Menurut Kepala Bidang Kebersihan dan Pertamanan DPU

Klaten, TPA Jomboran terancam ditutup karena dinilai sudah tidak mampu lagi menampung

sampah rumah tangga dan industri (Bataviase.co.id). Namun demikian, TPA tersebut sampai

sekarang tetap digunakan lantaran tidak ada TPA lain yang bisa dipakai untuk menampung

sampah-sampah itu. Untuk pengganti TPA Jomboran, pemkab masih menghadapi persoalan,

terutama soal lokasi. Dikarenakan adanya hambatan pada persoalan dana, maka rencana

tersebut terpaksa ditunda hingga jangka waktu yang tidak bisa dipastikan. Sedianya dana

tersebut untuk pembebasan lahan dan pembangunan infrastruktur pendukung TPA baru.

Selain itu, penolakan oleh warga di rencana lokasi baru juga menjadi pertimbangan bagi

Pemerintah Kabupaten Klaten dalam memindahkan lokasi TPA.

Dari penjelasan diatas, maka dapat diketahui bahwa permasalahan Tempat Pembuangan

Akhir (TPA) sampah di Kabupaten Klaten perlu mendapat perhatian serius, dikarenakan TPA

yang ada saat ini sudah tidak efektif lagi untuk beroperasi. Hal ini tentu akan berpengaruh

Page 15: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

pada kelayakan operasional dari TPA tersebut. Padahal TPA ini merupakan satu-satunya

tempat penampungan sampah-sampah dari Kota Klaten dan pasar-pasar yang tersebar di

seluruh Kabupaten Klaten. Keberadaan TPA Jomboran juga telah membuka lapangan kerja

bagi warga setempat yang bekerja sebagai pemulung dan penampung barang-barang bekas.

Meskipun demikian, kondisi TPA yang dekat dengan aliran sungai cukup mengkhawatirkan

jika dapat menimbulkan pencemaran. Hal ini dikarenakan pengelolaan TPA Jomboran yang

hanya mengeruk dan menimbunnya dengan sampah baru, tanpa adanya pemilahan sampah

terlebih dahulu. Ditambah lagi kehadiran para pemulung yang merupakan warga setempat

maupun warga sekitar patut menjadi perhatian. Hal ini dikarenakan aktivitas pemulung yang

dibiarkan saja membakar sampah-sampah untuk mempermudah mereka dalam mengais

barang bekas. Tentu saja aktivitas pembakaran semacam ini dapat menambah pencemaran

yang ditimbulkan oleh sampah-sampah di TPA Jomboran. Penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui tingkat urgenitas pemindahan lokasi TPA Jomboran di Kabupaten Klaten.

Diharapkan dengan penelitian ini dapat memberikan masukan bagi pemerintah Kabupaten

Klaten dalam mempertimbangkan pemindahan lokasi TPA dan bagaimana sistem operasional

pengelolaan yang dapat diterapkan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka pertanyaan-pertanyaan

penelitian yang dapat timbul dari penelitian ini adalah :

a. Bagaimana karakteristik sampah-sampah yang dibuang ke TPA Jomboran?

b. Apakah sistem pengelolaan sampah yang diterapkan sudah optimal?

c. Bagaimana dampak yang ditimbulkan dari keberadaan TPA dan sampah yang

ditampungnya bagi lingkungan setempat?

Dari pertanyaan-pertanyaan penelitian diatas maka rumusan permasalahan dari penelitian ini

adalah :

“Bagaimana tingkat kelayakan operasional TPA Jomboran untuk menampung sampah

Kabupaten Klaten?”

1.3. Tujuan dan Sasaran Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

Mengidentifikasi kondisi TPA Jomboran sebagai TPA Kabupaten Klaten secara sistem

pengelolaan, sosial dan ekonomi masyarakat, serta fisik lingkungan kawasan.

Page 16: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

1.3.2. Sasaran Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka dapat dirumuskan sasaran penelitian sebagai

berikut:

a. Menganalisa karakteristik timbulan sampah yang masuk ke TPA Jomboran

b. Menganalisa kondisi eksisting TPA ditinjau dari ambang batas kelayakan parameter

SNI

c. Menganalisa kinerja sistem pengelolaan sampah di TPA Jomboran

d. Menganalisa dampak sampah TPA Jomboran dari segi lingkungan, kesehatan,

sosial, dan ekonomi

1.4. Keluaran Penelitian

Keluaran yang akan dicapai pada penelitian ini adalah tingkat kelayakan operasional TPA

Jomboran Kabupaten Klaten dan masukan bagi pemerintah Kabupaten Klaten untuk

pengambilan sikap dalam menyelesaikan permasalahan TPA Jomboran.

1.5. Urgensi Penelitian

Penelitian tentang kelayakan TPA sampah sangat diperlukan dikarenakan TPA

merupakan tempat yang digunakan untuk menyimpan dan memusnahkan sampah dengan cara

tertentu sehingga dampak negatif yang ditimbulkan kepada lingkungan dapat dihilangkan atau

dikurangi. Oleh karena itu, kelayakan suatu TPA perlu diketahui terkait dengan pengaruh

terhadap tingkat kualitas lingkungan suatu wilayah yang berhubungan erat dengan kehidupan

makhluk hidup didalamnya.

1.6. Posisi Penelitian

Perbandingan penelitian dengan penelitian sejenis yang pernah dilaksanakan, dilakukan

untuk membuktikan posisi dan keaslian penelitian ini.

Tabel 1. 1 Posisi Penelitian

No. Peneliti Judul Penelitian Tujuan Penelitian

1. Ni Komang Ayu Artiningsih Peran Serta Masyarakat Dalam

Pengelolaan

Sampah Rumah Tangga

(Studi Kasus Di Sampangan Dan

Jomblang, Kota Semarang

a. Mengetahui gambaran dalam

pengelolaan sampah rumah

tangga berbasis masyarakat

yang telah berlajan di

Kelurahan Sampangan dan

Kelurahan Jomblang besejauh

mana peran serta masyarakat

dalam pengelolaan sampah

rumah tangga beserta

permasalahannya.

b. Menginventarisir tantangan dan

peluang dalam pengelolaan

sampah rumah tangga dan

mengidentifikasi kontribusinya

Page 17: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

No. Peneliti Judul Penelitian Tujuan Penelitian

dalam mengurangi volume

sampah

c. Mengetahui upaya peran serta

masyarakat di Sampangan dan

Jomblang dalam pengelolaan

sampah rumah tangga.

2. Ade Basyarat Kajian Terhadap Penetapan

Lokasi TPA Sampah

Leuwinanggung – Kota Depok

melakukan analisis kritis terhadap

kriteria pemilihan lokasi TPA

sampah berdasarkan SK SNI T-

11-1991-03 untuk megevaluasi

kelayakan lokasi TPA sampah

Leuwinanggung.

3. Mardiana Anggar Kusuma Prediksi Kebutuhan Daya

Tampung (TPA)

Sukosari Jumantono

Karanganyar Pada

Tahun 2015

mengetahui kondisi kelayakan

TPA Sukosari

4. Sulistyowati Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan (Amdal)

Dalam Pengelolaan Sampah

Kota

(Studi Akses Masyarakat Dalam

Amdal Di Lokasi TPA

Ngronggo Salatiga)

a. Mengetahui analisis mengenai

dampak lingkungan terhadap

sistem pengelolaan sampah di

lokasi TPA Ngronggo

Salatiga.

b. Mengetahui keterlibatan dan

peran serta masyarakat sekitar

lokasi TPA Ngronggo Salatiga

dalam sistem pengelolaan

sampah di TPA yang sesuai

dengan ketentuan analisis

mengenai dampak lingkungan.

c. Mengetahui perlindungan

hukum yang dilakukan oleh

Pemerintah Kota Salatiga

terhadap masyarakat di lokasi

sekitar TPA Ngronggo.

Sumber. Hasil Kajian Peneliti

Peneliti melakukan penelitian ini untuk mengetahui tingkat urgenitas pemindahan lokasi TPA

sampah Jomboran Kabupaten Klaten. Sedangkan tujuan penelitian ini yaitu untuk

mengidentifikasi kesesuaian TPA Jomboran sebagai TPA Kabupaten Klaten secara teknis,

sosial dan fisik.

Page 18: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

1.7. Kerangka Teori

Gambar 1. 1 Kerangka Teori

Sumber. Hasil Analisis

Kajian Kelayakan Operasional TPA

Jomboran sebagai TPA Kabupaten

Klaten

Karakteristik Sampah

Sumber dan Jenis

Sampah

Penghitungan

Timbulan Sampah

Dampak Keberadaan

Sampah

Tempat Pembuangan

Akhir (TPA)

Persyaratan Umum

TPA

Kriteria Kelayakan

Pemilihan TPA

Sistem Pengelolaan

Sampah

Aspek Teknis

Operasional

Aspek Kelembagaan

Aspek Hukum dan

Peraturan

Aspek Pembiayaan

Aspek Peran Serta

Masyarakat

Lingkungan Fisik

Kesehatan

Sosial Ekonomi

Page 19: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

1.9. Batasan Penelitian

Ruang lingkup pada penelitian diperlukan untuk memberikan batasan terhadap penelitian

yang akan dilakukan. Batasn tersebut meliputi :

1.9.1. Batasan ruang lingkup materi

a. Fisik dan Lingkungan

meliputi volume sampah, sumber sampah, jenis sampah, lokasi TPA, kondisi kelayakan

teknis TPA serta dampak bagi lingkungan baik fisik dan kesehatan masyarakat

b. Sosial Ekonomi

meliputi dampak - dampak yang dapat ditimbulkan bagi masyarakat yang tinggal di

sekitarnya baik positif maupun negatif

c. Teknis

meliputi jenis/ tipe pengelolaan sampah pada TPA, mekanisme pengelolaan sampah,

kebijakan yang mengatur, aktor-aktor yang berperan, pembiayaan

1.9.2. Batasan ruang lingkup wilayah

a. Wilayah Makro

Wilayah makro yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kabupaten Klaten Provinsi

Jawa Tengah

b. Wilayah Mikro

Wilayah mikro yang digunakan dalam penelitian adalah TPA Jomboran sebagai Tempat

Pembuangan Akhir sampah di Kabupaten Klaten serta lingkungan sekitarnya.

Gambar 1. 2 Peta Administrasi Wilayah Penelitian

Sumber. Peneliti, 2012

Page 20: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

Table of Contents

BAB I .......................................................................................................................................................1

1.1. Latar Belakang .............................................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah .......................................................................................................................3

1.3. Tujuan dan Sasaran Penelitian ...................................................................................................3

1.3.1. Tujuan Penelitian ...................................................................................................................3

1.3.2. Sasaran Penelitian ..................................................................................................................4

1.4. Keluaran Penelitian .....................................................................................................................4

1.5. Urgensi Penelitian ........................................................................................................................4

1.6. Posisi Penelitian ............................................................................................................................4

1.7. Kerangka Teori ............................................................................................................................6

1.9. Batasan Penelitian ........................................................................................................................7

1.9.1. Batasan ruang lingkup materi .................................................................................................7

1.9.2. Batasan ruang lingkup wilayah ..............................................................................................7

Gambar 1. 1 Kerangka Teori 6

Gambar 1. 2 Peta Administrasi Wilayah Penelitian 7

Tabel 1. 1 Posisi Penelitian ............................................................................................................................. 4

Page 21: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

BAB II

KAJIAN TEORI PENGELOLAAN

PERSAMPAHAN PERKOTAAN

2.1. Timbulan Sampah

2.1.1. Sumber dan Jenis Sampah

Menurut SNI 19-2454-2002 Sampah perkotaan adalah limbah yang bersifat padat

terdiri atas bahan organik dan bahan anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus

dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan yang

timbul di kota.

Sumber dan jenis sampah menurut Tchobanoglous (1997:51-52) yang dikutip oleh

Ade Basyarat pada tesisnya “kajian terhadap penetapan lokasi TPA sampah Leuwinanggung-

Kota Depok” , sumber sampah dibedakan atas tujuh kategori yaitu permukiman, kawasan

komersial, kawasan perkotaan, kawasan industri, ruang terbuka, lokasi pengolahan dan

kawasan pertanian.

Tabel 2. 1 Jenis Sampah Berdasarkan Fasilitas, Aktifitas dan Lokasi dan Sumber Sampah

Sumber Fasilitas, Aktifitas dan Lokasi Tipe Sampah

Permukiman Tempat tinggal satu keluarga dan banyak,

apartemen kecil, sedang dan besar

Sampah makanan, sampah kering,

sampah debu, dan sampah khusus

Komersial Toko, restoran, pasar, kantor, hotel, motel,

bengkel, fasilitas kesehatan

Sampah makanan, sampah kering, debu

dan sampah berbahaya

Perkotaan Gabungan tempat tinggal dan komersial Sampah gabungan yang berasal dari

permukiman dan komersial

Industri Konstruksi, pabrik, kimia, penyulingan Barang industri rumah tangga, sisa

pengepakan, sisa makanan, industri

konstruksi, sampah berbahaya, debu dan

sampah khusus

Ruang Terbuka Jalan, taman, ruang bermain, pantai, tempat

rekreasi, lorong, tanah kosong

Sampah khusus dan sampah kering

Lokasi Pengolahan Air bersih,air limbah, proses pengolahan industri Limbah pengolahan, buangan endapan

Pertanian Lahan pertanian, ladang dan kebun Sampah tanaman, sampah pertanian,

sampah kering, dan sampah berbahaya

Sumber. Tchnobanoglous (1997:52)

Sedangkan menurut Enri Damanhuri (2011:14) dilihat dari sumbernya, maka sampah

perkotaan yang dikelola oleh Pemerintah Kota di Indonesia biasanya dikategorikan menjadi

beberapa kelompok yaitu sampah dari kegiatan rumah tangga atau permukiman, pasar,

komersial, perkantoran, hotel dan restoran, industri dan penyapuan jalan dan taman :

a. Sampah kegiatan rumah tangga

Merupakan sampah yang dihasilkan dari kegiatan atau lingkungan rumah tangga. Dari

kelompok sumber ini umumnya dihasilkan sampah berupa sisa makanan, plastik, kertas,

karton/dos, kain, kaca daun, logam dan kadang-kadang sampah berukuran besar seperti

dahan pohon. Praktis tidak terdapat sampah yang biasa dijumpai di negara industri, seperti

Page 22: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

mebel, tv bekas, kasur, dll. Kelompoj ini dapat meliputi rumah tinggal yang ditempati oleh

sebuah keluarga, atau sekelompok rumah yang berada dalam suatu kawasan permukiman ,

maupun unit rumah tinggal yang berupa rumah susun. Dari rumah tinggal juga dapat

dihasilkan sampah golongan B3 (bahan berbahaya dan beracun), seperti misalnya : baterei,

lampu TL, sisa obat-obatan, oli bekas, dll.

b. Sampah pasar

Sampah yang berasal dari kegiatan pasar tradisional, umumnya terdiri dari sisa sayur

mayur, tulang dan sisa makanan mentah lainnya.

c. Sampah kegiatan komersial

Sumber sampah dari kelompok ini berasal dari pertokoan, pusat perdagangan, pasar,

hotel, dll. Dari sumber ini umumnya dihasilkan sampah berupa kertas, plastik, kayu, kaca,

logam, dan juga sisa makanan. Khusus dari pasar tradisional, banyak dihasilkan sisa sayur,

buah, makanan yang mudah membusuk. Secara umum sampah dari sumber ini adalah

mirip dengan sampah domestik tetapi dengan persen komposisi yang berbeda.

d. Sampah dari kegiatan perkantoran

Sumber sampah dari kelompok ini meliputi perkantoran, sekolah, rumah sakit, lembaga

pemasyarakatan, dll. Dari sumber ini potensial dihasilkan sampah seperti halnya dari

daerah komersial non pasar. Jenis sampahnya umumnya kertas.

e. Sampah dari hotel dan restoran

Sampah dari kegiatan ini umumnya adalah sisa sayur mayur mentah, daging/ ikan, serta

sisa makanan matang lainnya

f. Sampah dari industri

Kegiatan umum dalam lingkungan industri dan rumah sakit tetap menghasilkan sampah

sejenis sampah domestik seperti sisa makanan, kertas, plastik, dll. Yang perlu mendapat

perhatian adalah bagaimana agar sampah yang tidak sejenis sampah kota tersebut tidak

masuk dalam sistem pengelolaan sampah kota.

g. Sampah dari penyapuan jalan dan taman

Sumber sampah dari kelompok ini dapat berupa jalan kota, taman, tempat parkir, tempat

rekreasi, saluran drainase kota dan fasilitas umum lainnya. Dari daerah ini umumnya

dihasilkan sampah berupa daun/ dahan pohon, pasir, sampah umum dari pejalan kaki atau

pengguna fasilitas seperti pembungkus plastik, kertas dan karton. Kadang dimasukkan pula

sampah dari sungai atau drainase air hujan yang cukup banyak dijumpai. Sampah dari

masing-masing sumber tersebut dapat dikatakan mempunyai karakteristik yang khas sesuai

dengan besaran dan variasi aktivitasnya.

Page 23: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Sedangkan untuk penggolongan limbah padat berdasarkan cara penanganan dan

pengolahannya, yaitu:

Tabel 2. 2 Jenis Sampah Berdasarkan Fasilitas, Aktifitas dan Lokasi dan Sumber Sampah

No. Jenis Contoh

1 Komponen mudah membusuk (putrescible) dari kegiatan

sehari-hari rumah tangga

sisa makanan, sayuran, buah-buahan dan lain-lain

2 Komponen bervolume besar dan mudah terbakar (bulky

combustible)

kayu, kertas, kain plastik, karet, kulit, dan lain-lain

3 Komponen bervolume besar dan sulit terbakar (bulky

noncombustible)

logam, mineral, dan lain-lain

4 Komponen bervolume kecil dan mudah terbakar (small

combustible)

-

5 Komponen bervolume kecil dan sulit terbakar (small

noncombustible)

-

6 Wadah bekas botol, drum dan lain-lain

7 Lumpur baik organik maupun non organik -

8 Puing bangunan -

9 Kendaraan tak terpakai -

10 Sampah radioaktif -

Sumber. Enri Damanhuri (2011)

Banyak cara untuk mengidentifikasi limbah dengan tujuan utama untuk mengevaluasi resiko

yang mungkin ditimbulkan dan untuk mengevaluasi cara penanganannya. Menurut

Damanhuri (1994) setidaknya ada 5 (lima) kelompok bagaimana limbah terbentuk:

Limbah yang berasal dari bahan baku yang tidak mengalami perubahan komposisi baik

secara kimia maupun logis. Mekanisme transformasi yang terjadi fisis semata seperti

pemotongan, penggergajian, pengecatan, dan sebagainya. Limbah kategori ini sangat

cocok untuk dimanfaatkan kembali sebagai bahan baku. Sampah kota banyak termasuk

dalam kategori ini.

Limbah yang terbentuk akibat hasil samping dari sebuah proses kimia, fisika, dan

biologis, atau karena kesalahan ataupun ketidakoptimuman proses yang berlangsung.

Limbah yang dihasilkan mempunyai sifat yang berbeda dar bahan baku semula. Limbah

ini ada yang dapat menjadi bahan baku bagi industri lain atau sama sekali tidak dapat

dimanfaatkan. Usaha modifikasi proses akan mengurangi terbentuknya limbah jenis ini.

Limbah yang terbentuk akibat penggunaan bahan baku sekunder, misalnya pelarut atau

pelumas,. Bahan baku sekunder ini tidak ikut dalam reaksi proses pembentukan produk.

Limbah ini kadangkala sangat berarti dari sudut kuantitas dan merupakan sumber utama

dari industrial waste water. Teknik daur ulang ataupun penghematan penggunaan bahan

baku sekunder banyak diterapkan dalam menanggulanginya.

Limbah yang berasal dari hasil samping proses pengolahan limbah. Pada dasarnya semua

pengolah limbah tidak dapat mentransfer limbah menjadi 100% non limbah. Ada produk

samping yang harus ditangani lebih lanjut, baik berupa partikulat, gas, dan abu (misalnya

dari insenerator), lumpur (misalnya dari unit pengolah limbah cair) atau bahkan limbah

Page 24: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

cair (misalnya dari lindi sebuah lahan urug). Limbah yang berasal dari bahan samping

pemasaran produk industri, misalnya kertas, plastik, kayu, logam, drum, kontainer,

tabung kosong, dan sebagainya. Limbah jenis ini dapat dimanfaatkan kembali sesuai

fungsinya semula atau diolah terlebih dahulu agar menjadi produk baru. Sampah kota

banyak terdapat dalam kategori ini.

Menurut Damanhuri (2011: 18-19), komposisi dan sifat-sifat sampah menggambarkan

keanekaragaman aktivitas manusia. Berdasarkan sifat-sifat biologis dan kimianya, sampah

dapat digolongkan sebagai berikut:

a. Sampah yang dapat membusuk (garbage)

Sampah jenis ini yaitu sampah dengan mudah terdekomposisi karena aktivitas

mikroorganisme. Dengan demikian pengelolaannya menghendaki kecepatan, baik dalam

pengumpulan, pembuangan,maupun pengangkutannya. Pembusukan sampah ini dapat

menghasilkan bau tidak enak, seperti amoniak dan asam-asam volatil lainnya. Selain itu

dihasilkan pula gas gas hasil dekomposisi seperti gas metan dan sejenisnya yang dapat

membahayakan keselamatan bila tidak ditangani secara baik.

b. Sampah yang tidak membusuk (refuse)

Pada umumnya terdiri atas bahan-bahan kertas, logam, plastik, gelas, kaca dan lainnya.

Sampah jenis ini sebaiknya didaur ulang, apabila tidak maka diperlukan proses lain untuk

memusnahkannya, seperti pembakaran. Namun pembakaran refuse ini juga memerlukan

penanganan lebih lanjut dan berpotensi sebagai sumber pencemaran udara yang bermasalah,

khususnya bila mengandung plastik.

c. Sampah yang berupa debu dan abu

Abu/ debu di negara beriklim tropis seperti Indonesia, banyak berasal dari penyapuan

jalan-jalan umum. Selama tidak mengandung zat beracun, abu tidak terlalu berbahaya

terhadap lingkungan dan masyarakat. Namun, abu yang berukuran < 10 µm dapat memasuki

saluran pernafasan dan menyebabkan penyakit pneumoconiosis.

d. Sampah berbahaya

Adalah semua sampah yang mengandung bahan beracun bagi manusia, flora dan fauna.

Sampah ini pada umumnya terdiri atas zat kimia organik maupun anorganik serta logam-

logam berat, yang kebanyakan merupakan buangan industri. Sampah jenis ini sebaiknya

dikelola oleh suatu badan yang berwenang dan dikembalikan ke lingkungan sesuai dengan

peraturan yang berlaku. Sampah jenis ini tidak dapat dicampurkan dengan sampah kota biasa.

Page 25: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

2.1.2. Penghitungan Timbulan Sampah

Menurut SNI 19-3983-1995 tentang spesifikasi timbulan sampah untuk kota kecil dan

kota sedang di Indonesia, besaran timbulan sampah berdasarkan komponen-komponen

sumber sampah adalah sebagai berikut:

Tabel 2. 3 Besaran Timbulan Sampah Berdasarkan Komponen Sumber Sampah

No Komponen Sumber Sampah Satuan Volume

(Liter)

Berat (Kg)

1 Rumah permanen Per orang/hari 2,25 - 2,50 0,350 – 0,400

2 Rumah semi permanen Per orang/hari 2,00 - 2,25 0,300 – 0,350

3 Rumah non permanen Per orang/hari 1,75 – 2,00 0,250 – 0,300

4 Kantor Per pegawai/hari 0,50 – 0,75 0,025 – 0,100

5 Toko/ Ruko Per petugas/hari 2,50 – 3,00 0,150 – 0,350

6 Sekolah Per murid/hari 0,10 – 0,15 0,010 – 0,020

7 Jalan arteri sekunder Per meter/hari 0,10 – 0,15 0,020 – 0,100

8 Jalan kolektor sekunder Per meter/hari 0,10 – 0,15 0,010 – 0,050

9 Jalan lokal Per meter/hari 0,05 – 0,1 0,005 – 0,025

10 Pasar Per meter2/hari 0,20 – 0,60 0,1 – 0,3

Sumber. SNI 19-3983-1995

Sedangkan besaran timbulan sampah berdasarkan klasifikasi kota adalah sebagai berikut :

Tabel 2. 4 Besaran Timbulan Sampah Berdasarkan Komponen Sumber Sampah

No Klasifikasi Kota

Satuan

Volume

(L/orang/hari)

Berat

(KC/orang/hari)

1 Kota Sedang 2,75 – 2,35 0,70 – 0,80

2 Kota Kecil 2,5 – 2,75 0,625 – 0,70

Sumber. SNI 19-3983-1995

2.1.3. Dampak Keberadaan Sampah

Sampah padat yang tertumpuk banyak tidak dapat teruraikan dalam waktu yang lama

akan mencemarkan tanah. Yang dikategorikan sampah disini adalah bahan yang tidak dipakai

lagi karena telah diambil bagian-bagian utamanya dengan pengolahan menjadi bagian yang

tidak disukai dan secara ekonomi tidak ada harganya. Menurut Gelbert dkk (1996) ada tiga

dampak sampah terhadap manusia dan lingkungan yaitu:

a. Dampak Terhadap Kesehatan

Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah yang tidak

terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organism dan menarik bagi berbagai

binatang seperti lalat dan anjing yang dapat menjangkitkan penyakit. Potensi bahaya

kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut:

- Penyebaran penyakit diare, kolera, tifus karena virus yang berasal dari sampah dengan

pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum. Penyakit demam berdarah dapat juga

meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai.

- Penyebaran penyakit melalui rantai makanan. Salah satu contohnya adalah suatu penyakit

yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing ini sebelum masuk kedalam

pencernaan binatang ternak melalui makanannya yang berupa sisa makanan/ sampah.

Page 26: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

- Penyebaran penyakit jamur (misalnya jamur kulit)

b. Dampak Terhadap Lingkungan

Cairan rembesan sampah yang masuk kedalam drainase atau sungai akan mencemari air.

Berbagai organism termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa spesies akan lenyap, hal ini

mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis. Penguraian sampah yang dibuang ke

dalam air akan menghasilkan asam organic dan gas cair organic, seperti metana. Selain berbau

kurang sedap, gas ini pada konsentrasi tinggi dapat meledak.

c. Dampak Terhadap Keadaan Sosial dan Ekonomi

- Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan

masyarakat. Hal penting disini adalah meningkatnya pembiayaan (untuk mengobati ke

rumah sakit) dan pembiayaan secara tidak langsung (tidak masuk kerja, rendahnya

produktivitas).

- Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang tidak memadai,

seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. Jika sarana penampungan

sampah kurang atau tidak efisien, orang akan cenderung membuang sampahnya dijalan.

Hal ini mengakibatkan jalan perlu lebih dibersihkn dan diperbaiki.

- Pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan yang kurang

menyenangkan bagi masyarakat: bau yang tidak sedap dan pemandangan yang buruk

karena sampah bertebaran dimana-mana.

- Memberikan dampak negatif terhadap kepariwisataan.

- Pembuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir dan akan memberikan

dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan, drainase, dan lain-lain.

2.2. Sistem Pengelolaan Sampah

Sistem pengolahan sampah adalah proses pengelolaan sampah yang meliputi 5 (lima)

aspek/ komponen yang saling mendukung dimana antara satu dengan lainnya saling

berinteraksi untuk mencapai tujuan (SNI 19-2454-2002 tentang tata cara teknik operasional

pengelolaan sampah perkotaan).

2.2.1. Aspek Teknik Operasional

Aspek teknik operasional pengelolaan sampah perkotaan meliputi dasar-dasar

perencanaan untuk kegiatan-kegiatan pewadahan sampah, pengumpulan sampah,

pengangkutan sampah, pengelolaan sampah di tempat pembuangan akhir.

1. Penampungan Sampah/ Pewadahan

Proses awal dalam pengelolaan sampah terkait langsung dengan sumber sampah adalah

penampungan. Penampungan sampah adalah suatu cara penampungan sebelum

Page 27: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

dikumpulkan, dipindahkan, diangkut dan dibuang ke TPA. Tujuannya adalah

menghindari agar sampah tidak berserakan sehingga tidak mengganggu lingkungan. Pola

pewadahan sampah dapat dibagi menjadi komunal dan individual. Pewadahan dimulai

dengan pemilahan baik untuk pewadahan individual maupun komunal sesuai dengan

pengelompokkan pengelolaan sampah (SNI 19-2454-2002 tentang tata cara teknik

operasional pengelolaan sampah perkotaan).

Bahan wadah yang dipersyaratkan sesuai Standar Nasional Indonesia adalah tidak mudah

rusak, ekonomis, mudah diperoleh dan dibuat oleh masyarakat dan mudah dikosongkan.

2. Pengumpulan Sampah

Pengumpulan sampah yaitu cara atau proses pengambilan sampah mulai dari tempat

penampungan/ pewadahan sampai ke tempat pembuangan sementara. Pola pengumpulan

sampah pada dasarnya dikelompokkan dalam 2 yaitu pola individual dan pola komunal

(SNI 19-2454-2002 tentang tata cara teknik operasional pengelolaan sampah perkotaan):

a. Pola Individual

Proses pengumpulan sampah dimulai dari sumber sampah (tong) kemudian diangkut

langsung maupun melalui gerobak/ kontainer sebelum dibuang ke TPA dengan dump

truck.

Langsung

Tidak Langsung

b. Pola Komunal

Pengumpulan sampah dilakukan oleh penghasil sampah ke tempat penampungan

sampah komunal (TPS) yang telah disediakan atau ke truk sampah yang menangani titik

pengumpulan kemudian diangkut ke TPA dengan dump truck atau untuk pola tidak

langsung dengan ditampung dalam container melalui grobak sampah terlebih dahulu.

Langsung

Tidak Langsung

Tong

(sumber)

Gerobak/

Container

Dump

Truck

TPA

Tong

(sumber)

Dump Truck TPA

Wadah komunal

(sumber)

Gerobak/

becak

Container Dump Truck TPA

Wadah

komunal

(sumber)

Gerobak/

becak

Dump

Truck

TPA

Page 28: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

3. Pemindahan Sampah

Proses pemindahan sampah adalah memindahkan sampah hasil pengumpulan ke dalam

alat pengangkutan untuk dibawa ke tempat pembuangan akhir. Tempat yang digunakan

untuk pemindahan sampah yang dilengkapi dengan container pengangkut. Cara

pemindahan dapat terbagi menjadi tiga yaitu manual, mekanis maupun gabungan

keduanya (SNI 19-2454-2002 tentang tata cara teknik operasional pengelolaan sampah

perkotaan).

4. Pengangkutan Sampah

Pengangkutan adalah kegiatan pengangkutan sampah yang telah dikumpulkan di tempat

penampungan sementara/ kontainer atau dari tempat sumber sampah ke tempat

pembuangan akhir. Berhasil tidaknya penanganan sampah juga tergantung pada sistem

pengangkutan yang diterapkan. Pengangkutan sampah yang ideal adalah dengan truck

container tertentu yang dilengkapi alat pengepres. Banyak cara yang dilakukan dalam

sistem pengangkutan sampah seperti dengan pengosongan container maupun dengan

sistem container tetap (SNI 19-2454-2002 tentang tata cara teknik operasional

pengelolaan sampah perkotaan).

5. Pembuangan Akhir Sampah

Pembuangan akhir merupakan tempat yang disediakan untuk membuang sampah dari

semua hasil pengangkutan sampah untuk diolah lebih lanjut. Prinsip pembuangan akhir

adalah memusnahkan sampah domestik di suatu lokasi pembuangan akhir. Jadi tempat

pembuangan akhir merupakan tempat pengolahan sampah. Menurut SNI 19-2454-2002

tentang teknik operasional pengelolaan sampah perkotaan, secara umum teknologi

pengolahan sampah dibedakan menjadi 3 (tiga) metode yaitu :

a. Open Dumping

Metode ini merupakan sistem pengolahan sampah dengan hanya membuang/

menimbun sampah di suatu tempat tanpa ada perlakuan khusus atau sistem pengolahan

yang benar, sehingga sistem open dumping menimbulkan gangguan pencemaran

lingkungan seperti perkembangan vektor penyakit, bau, pencemaran air permukaan dan

air tanah serta rentan terhadap bahaya kebakaran dan longsor. Open Dumping

menggunakan pola menghamparkan sampah di lahan terbuka tanpa dilakukan penutupan

lagi dengan tanah. Metoda Open Dumping dapat menimbulkan keresahan terhadap

masyarakat yang ada di sekitarnya, selain juga telah mengganggu keindahan kota.

Kekurangan sistem open dumping (Gelbert,dkk:1996) antara lain :

Lahan yang luas akan tertutup oleh sampah dan tidak dapat digunakan untuk tujuan

lain.

Page 29: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Cairan yang dihasilkan akibat proses penguraian (leachate) dapat mencemari sumber

air.

Sungai dan pipa air minum mungkin teracuni karena bereaksi dengan zat-zat atau

polutan sampah.

Penyumbatan badan air.

Merupakan tempat yang menarik bagi berbagai binatang (tikus, anjing liar).

Merupakan sumber dan tempat perkembangbiakan organisme penyebar penyakit.

Gas yang dihasilkan dalam proses penguraian akan terperangkap di dalam tumpukan

sampah dapat menimbulkan ledakan jika mencapai kadar dan tekanan tertentu.

b. Controlled Landfill

Metode controlled landfill adalan sistem open dumping yang diperbaiki yang

merupakan sistem pengalihan open dumping dan sanitary landfill yaitu dengan penutupan

sampah dengan lapisan tanah dilakukan setelah TPA penuh yang dipadatkan atau setelah

mencapai periode tertentu.

c. Sanitary Landfill

Sanitary Landfill adalah proses pengisolasian sampah dari lingkungan sekitar sampai

diketahui tingkat bahayanya melalui proses biologi, kimia, dan fisik. Hal ini merupakan

pembuangan limbah yang terkontrol untuk mengurangi paparan dampak yang merugikan

bagi manusia dan lingkungan (Technical SWM Guideline of Nepal). Metode ini dilakukan

dengan cara sampah ditimbun dan dipadatkan, kemudian ditutup dengan tanah sebagai

lapisan penutup. Pekerjaan pelapisan tanah penutup dilakukan setiap hari pada akhir jam

operasi. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam sanitary landfill , yaitu:

Semua landfill adalah warisan bagi generasi mendatang.

Memerlukan lahan yang luas.

Penyediaan dan pemilihan lokasi pembuangan harus memperhatikan dampak

lingkungan.

Aspek sosial harus mendapat perhatian.

Harus dipersiapkan instalasi drainase dan sistem pengumpulan gas.

Kebocoran ke dalam sumber air tidak dapat ditolerir (kontaminasi dengan zat-zat

beracun).

Memerlukan pemantauan yang terus menerus.

Sedangkan menurut UN Habitat yang dikutip dari course book IUTC Training

Programme: 2010, Toward Zero Waste City tipe-tipe Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

dapat dibagi sebagai berikut :

Page 30: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

a. Anaerobic

Tipe ini banyak ditemukan di negara-negara Asia. Keberadaan limbah dapat

menurunkan kualitas udara (oksigen) di sekitarnya. Peningkatan lindi (leachate) dan gas

metan sangat tinggi.

b. Aerobic

Tipe aerobic saat ini mulai popular di negara-negara berkembang. Keberadaan

limbah tidak terlalu mempengaruhi kualitas udara sekitar. Peningkatan lindi dan gas

metan cukup rendah.

c. Semi-aerobic

Tipe ini merupakan gabungan aerobic dan anaerobic. Pipa pengumpul lindi

terhubung ke lubang gas untuk sirkulasi udara dalam limbah. Selain ketiganya, ada

metode lain dalam pengelolaan sampah (Gelbert, dkk:1996) antara lain:

- Pembakaran (incinerating)

Sampah padat dibakar di dalam insinerator. Hasil pembakaran adalah gas dan residu

pembakaran.Penurunan volume sampah padat hasil pembakaran dapat mencapai 70%.

Cara ini relatif lebih mahal dibanding dengan sanitary landfill, yaitu sekitar tiga kali

lipatnya. Kelebihan sistem pembakaran ini adalah:

Membutuhkan lahan yang relatif kecil dibanding sanitary landfill.

Dapat dibangun di dekat lokasi industri.

Residu hasil pembakaran relatif stabil dan hampir semuanya bersifat anorganik.

Dapat digunakan sebagai sumber energi, baik untuk pembangkit uap, air panas,

listrik danpencairan logam.

Kekurangannya terletak pada mahalnya investasi, tenaga kerja, biaya perbaikan dan

pemeliharaan,serta masih membuang residu, juga menghasilkan gas. Secara umum

proses pembakaran di dalam insinerator yaitu sampah yang dapat dibakar dimasukkan

di dalam tempat penyimpan atau penyuplai. Berikutnya, sampah diatur sehingga rata

lalu dimasukkan ke dalam tungku pembakar. Hasil pembakaran berupa abu, selanjutnya

dapat dimanfaatkan sebagai penutup sampahpada landfill. Sedangkan hasil berupa gas

akan dialirkan melalui cerobong yang dilengkapi dengan scrubber atau ditampung untuk

dimanfaatkan sebagai pembangkit energi.

- Pengomposan (composting)

Pengkomposan merupakan upaya pengolahan sampah, sekaligus usaha mendapatkan

bahan-bahan kompos yang dapat menyuburkan tanah. Sistem ini mempunyai prinsip

dasar mengurangi atau mendegradasi bahan-bahan organik secara terkontrol menjadi

bahan-bahan anorganik dengan memanfaatkan aktivitas mikroorganisme.

Page 31: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Mikroorganisme yang berperan dalam pengolahan ini dapat berupa bakteri, jamur,

khamir juga insekta dan cacing. Agar pertumbuhan mikoorganisme optimum maka

diperlukan beberapa kondisi, diantaranya campuran yang seimbang dari berbagai

komponen karbon dan nitrogen, suhu, kelembaban udara (tidak terlalu basah dan tidak

terlalu kering), dan cukup kandungan oksigen (aerasi baik). Sistem pengkomposan ini

mempunyai beberapa keuntungan, antara lain:

Merupakan jenis pupuk yang ekologis dan tidak merusak lingkungan.

Bahan yang dipakai tersedia, tidak perlu membeli.

Masyarakat dapat membuatnya sendiri, tidak memerlukan peralatan dan instalasi

yang mahal.

Unsur hara dalam pupuk kompos ini bertahan lama jika dibanding dengan pupuk

buatan

2.2.2. Aspek Kelembagaan

Organisasi dan manajemen merupakan suatu kegiatan yang multidisiplin yang

bertumpu pada prinsip teknik dan manajemen yang menyangkut aspek-aspek ekonomi, sosial,

budaya, dan kondisi fisik wilayah kota dan memperhatikan pihak yang dilayani yaitu

masyarakat kota. Perancangan dan pemilihan organisasi disesuaikan dengan peraturan

pemerintah yang membinanya, pola sistem operasional yang ditetapkan, kapasitas kerja

sistem dan lingkup tugas pokok dan fungsi yang harus ditangani (Rahardyan dan Widagdo,

2005). Menurut Syafrudin dan Priyambada (2001), bentuk kelembagaan pengelola sampah

disesuaikan dengan kategori kota. Adapun bentuk kelembagaan tersebut adalah sebagai

berikut:

1. Kota raya dan kota besar (jumlah penduduk > 500.000 jiwa) bentuk lembaga pengelola

sampah yang dianjurkan berupa dinas sendiri.

2. Kota sedang 1 (jumlah penduduk 250.000 – 500.000 jiwa) atau ibukota propinsi bentuk

lembaga pengelola sampah yang dianjurkan berupa dinas sendiri

3. Kota sedang 2 (jumlah penduduk 100.000 – 250.000 jiwa) atau kota/kotif bentuk lembaga

yang dianjurkan berupa dinas/ suku dinas/ UPTD Dinas Pekerjaan Umum atau seksi pada

Dinas Pekerjaan Umum.

4. Kota kecil (jumlah penduduk 20.000 – 100.000 jiwa) atau kota kotif bentuk lembaga

pengelolaan sampah yang dianjurkan berupa dinas/ suku dinas/ UPTD, Dinas Pekerjaan

Umum atau seksi pada Dinas Pekerjaan Umum.

Page 32: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

2.2.3. Aspek Hukum dan Peraturan

Hukum dan peraturan didasarkan atas kenyataan bahwa Negara Indonesia adalah

Negara hukum, dimana sendi-sendi kehidupan bertumpu pada hukum yang berlaku.

Manajemen persampahan kota di Indonesia membutuhkan kekuatan dan dasar hukum, seperti

dalam pembentukan organisasi, pemungutan retribusi, keterlibatan masyarakat.

2.2.4. Aspek Pembiayaan

Pembiayaan merupakan sumber daya penggerak agar pada roda sistem pengelolaan

persampahan di kota tersebut dapat bergerak dengan lancar. Sistem pengolahan persampahan

di Indonesia lebih diarahkan ke sistem pembiayaan sendiri termasuk membentuk perusahaan

daerah. Masalah umum yang sering dijumpai dalam sub sistem pembiayaan adalah retribusi

yang terkumpul sangat terbatas dan tidak sebanding dengan biaya operasional, dana

pembangunan daerah berdasarkan skala prioritas, kewenangan dan struktur organisasi yang

ada tidak berhak mengelola dana snediri dan penyusunan tariff retribusi tidak didasarkan

metode yang benar. Menurut Rahryan dan Widagdo (2005) peraturan yang dibutuhkan dalam

sistem pengelolaan sampah di perkotaan antara lain adalah mengatur tentang:

1. Ketertiban umum yang terkait dengan penanganan sampah

2. Rencana induk pengelolaan sampah kota

3. Bentuk lembaga organisasi pengelolaan

4. Tata cara penyelenggaraan pengelolaan

5. Tarif jasa pelayanan atau retribusi

Kerjasama dengan berbagai pihak terkait, diantaranya kerjasama antar daerah atau kerjasama

dengan pihak swasta.

2.2.5. Aspek Peran serta Masyarakat

Peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan kesediaan masyarakat

untuk membantu keberhasilan program pengembangan pengelolaan sampah sesuai dengan

kemampuan setiap orang tanpa berarti mengorbankan kepentingan diri sendiri. Tanpa adanya

peran serta masyarakat semua program pengelolaan persampahan yang direncanakan akan

sia-sia. Salah satu pendekatan masyarakat untuk dapat membantu program pemerintah dalam

keberhasilan adalah membiasakan masyarakat pada tingkah laku yang sesuai dengan program

persampahan yaitu merubah persepsi masyarakat terhadap pengelolaan sampah yang tertib,

lancar dan merata, merubah kebiasaan masyarakat dalam pengelolaan sampah yang kurang

baik dan faktor faktor social, struktur dan budaya setempat (Wibowo dan Djajawinata, 2004).

Page 33: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Menurut Hadi (1995:75) dari segi kualitas, partisipasi atau peran serta masyarakat penting

sebagai :

1. Input atau masukan dalam rangka pengambilan keputusan/ kebijakan

2. Strategi untuk memperoleh dukungan dari masyarakat sehingga kredibilitas dalam

mengambil suatu keputusan akan lebih baik

3. Komunikasi bahwa pemerintah memiliki tanggungjawab untuk menampung pendapat,

aspirasi dan concern masyarakat

Media pemecahan masalah untuk mengurangi ketegangan dana memecahkan konflik untuk

memperoleh konsensus.

2.3. Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

2.3.1. Pengertian Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA)

Menurut SNI 03-3241-1994 tentang tata cara pemilihan lokasi TPA, Tempat

Pembuangan Akhir Sampah adalah sarana fisik untuk berlangsungnya kegiatan pembuangan

akhir sampah berupa tempat yang digunakan mengkarantinakan sampah kota secara aman.

Kriteria lokasi TPA harus memenuhi persyaratan/ ketentuan hukum, pengelolaan lingkungan

hidup dengan AMDAL serta tata ruang yang ada.

2.3.2. Persyaratan Umum Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA)

Persyaratan umum lokasi tempat pembuangan akhir (TPA) yang dikutip dari tesis Ade

Basyarat : 2006, “Kajian terhadap penetapan lokasi TPA sampah Leuwinanggung-Kota

Depok” adalah sebagai berikut:

a. Sudah tercakup dalam perencanaan tata ruang kota dan daerah

b. Jenis tanah kedap air

c. Daerah yang tidak produktif untuk pertanian

d. Dapat dipakai minimal untuk 5-10 tahun

e. Tidak membahayakan/ mencemarkan sumber air

f. Jarak dari daerah pusat pelayanan maksimal 10 km

g. Daerah yang bebas banjir

Menurut UN Habitat yang dikutip dari course book IUTC Training Programme: 2010,

Toward Zero Waste City persyaratan mendasar tempat pembuangan akhir (TPA) adalah

sebagai berikut:

a. Pengumpul dan pengolah lindi

b. Pemadatan limbah

c. Penutupan limbah harian

Page 34: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

d. Kontrol dan pencegahan dampak negatif bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat

e. Weighing bridge

f. Akses jalan masuk dan lahan parkir

g. Zona bongkaran limbah

h. Liners

i. Pipa saluran gas

j. Zona penyangga

k. Pagar

Sedangkan untuk mengetahui kebutuhan lahan TPA per tahun pada kutipan tesis Ade

Basyarat (2006), kajian terhadap penetapan lokasi TPA sampah Leuwinanggung – Kota

Depok dapat menggunakan perhitungan sebagai berikut:

Dimana :

L = Luas lahan yang dibutuhkan setiap tahun (m²)

V = Volume sampah yang telah dipadatkan (m³/hari)

V = A x E

A = Volume sampah yang akan dibuang

E = Tingkat pemadatan (kg/m³), rata-rata 600 kg/m³

T = Ketinggian timbunan yang direncanakan (m), 15% rasio tanah penutup

Sedangkan kebutuhan luas lahan adalah:

Dimana :

H = Luas total lahan (m²)

L = Luas lahan setahun

I = Umur lahan (tahun)

J = Rasio luas lahan total dengan luas lahan efektif sebesar 1,2

2.3.2. Kriteria Kelayakan Pemilihan Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

Kelayakan lokasi suatu TPA menurut SNI 03-3241-1994 tentang tata cara pemilihan

lokasi TPA dapat dilihat sebagai berikut:

a. Kriteria Regional

Kriteria regional, yaitu kriteria yang digunakan untuk menentukan zona layak atau tidak

layak sebagai berikut :

1) Kondisi geologi

a. tidak berlokasi di zona holocene fault/ patahan

𝑳 =𝑽 𝒙 𝟑𝟎𝟎

𝑻 𝒙 𝟎,𝟕𝟎 𝒙 𝟏,𝟏𝟓

H = L x I x J

Page 35: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

b. tidak boleh di zona bahaya geologi

2) Kondisi hidrogeologi

a. tidak boleh mempunyai muka air tanah kurang dari 3 meter

b. tidak boleh kelulusan tanah lebih besar dari 10-6

cm/det

c. jarak terhadap sumber air minum harus lebih besar dari 100 meter di hilir aliran

d. dalam hal tidak ada zona yang memenuhi kriteria-kriteria tersebut di atas, maka

harus diadakan masukan teknologi

3) kemiringan zona harus kurang dari 20 %

4) jarak dari lapangan terbang harus lebih besar dari 3.000 meter untuk penerbangan turbo

jet dan harus lebih besar dari 1.500 meter untuk jenis lain.

5) tidak boleh pada daerah lindung/cagar alam dan daerah banjir dengan periode ulang 25

tahun

b. Kriteria Penyisih

Kriteria penyisih yaitu kriteria yang digunakan untuk memilih lokasi TPA terbaik yaitu

terdiri dari kriteria regional ditambah dengan kriteria berikut ;

1) Iklim

a. hujan : intensitas hujan makin kecil dinilai makin baik

b. angin : arah angin dominan tidak menuju kepermukiman dinilai makin baik

2) utilitas : tersedia lebih lengkap dinilai lebih baik

3) lingkungan biologis

a. habitat : kurang bervariasi dinilai makin baik

b. daya dukung : kurang menunjang kehidupan flora dan fauna, dinilai makin baik

4) ketersediaan tanah

a. produktifitas tanah : tidak produktif dinilai lebih tinggi

b. kapasitas dan umur : dapat menampung lahan lebih banyak dan lebih lama dinilai

lebih baik

c. ketersediaan tanah penutup : mempunyai tanah penutup yang cukup, dinilai lebih

baik

d. status tanah : makin bervariasi dinilai tidak baik.

5) Demografi : kepadatan penduduk lebih rendah dinilai makin baik

6) batas administrasi : dalam batas administrasi dinilai semakin baik

7) Kebisingan : semakin banyak zona penyangga dinilai semakin baik

8) Bau : semakin banyak zona penyangga dinilai semakin baik

9) estetika : semakin tidak terlihat dari luar dinilai semakin baik

Page 36: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

10) ekonomi : semakin kecil biaya satuan pengelolaan sampah (per m3/ton) dinilai semakin

baik

c. Kriteria Penetapan

Kriteria penetapan digunakan oleh instansi berwenang untuk menyetujui dan

menetapkan lokasi terpilih sesuai kebijakan setempat

d. Parameter Scoring SK SNI T-11-1991-03

Menurut Enri Damanhuri (2011) tahapan dalam proses pemilihan lokasi TPA adalah

menentukan satu atau dua lokais terbaik dari daftar lokasi yang dianggap potensial. Biasanya

hal ini dilakukan dengan cara pembobotan. Tata cara yang paling sederhana yang dilakukan

di Indonesia adalah melalui SNI 19-3241-1994 (sebelumnya SNI T-11-1991-03, tidak ada

perbedaan dengan versi 1994) yaitu tentang tata cara pemilihan lokasi TPA. Cara ini

ditujukan agar daerah (kota kecil/ sedang) dapat memilih sitenya sendiri secara mudah tanpa

melibatkan tenaga ahli dari luar seperti konsultan. Data yang dibutuhkan hendaknya cukup

akurat agar hasilnya dapat dipertanggungjawabkan. Prinsip yang digunakan adalah dengan

menyajikan parameter-parameter yang dianggap dapat berpengaruh dalam aplikasi

landfilling, seperti:

Parameter umum : batas administrasi, status kepemilikan lahan, kapasitas lahan, pola

partisipasi masyarakat

Parameter fisika tanah : permeabilitas tanah, kedalaman akuifer, sistem aliran air tanah,

pemanfaatan air tanah, ketersediaan tanah penutup

Parameter fisik lingkungan fisik: bahaya banjir, intensitas hujan, jalan akses, lokasi site,

tata guna tanah, kondisi site, diversitas habitat, kebisingan dan bau dan permasalahan

etika

Masing-masing parameter ini ditentukan bobot skala pentingnya dengan besaran 3

sampai 5. Masing-masing parameter tersebut diuraikan lebih lanjut kriteria pembatasnya

dengan menggunakan penilaian antara 0 -10. Menurut Ade Basyarat (2006), proses

perhitungan skor dengan pemberian nilai pada masing masing kriteria pembatasnya sesuai

dengan tingkat pengaruhnya terhadap kelayakan lokasi TPA sampah dengan cara

menjumlahkan nilai. Selanjutnya dari hasil penjumlahan tersebut dilakukan penggolongan 3

(tiga) kategori tingkat ektivitas parameter (layak, layak dipertimbangkan dan tidak layak)

berdasarkan lebar interval kelas. Nilai interval kelas dihitung dengan menggunakan rumus

sebagai berikut:

I = R/ N

Dimana :

I : lebar inteval

Page 37: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

R : rentang, yaitu data terbesar dikurangi data terkecil

N : banyak kelas interval, dicari dengan menggunakan aturan Sturges, yaitu :

1 + 3,3 log n

2.3.3. Permasalahan Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

Biaya pemusnahan sampah yang relatif tinggi menyebabkan meningkatnya

penggunaan metoda pembuangan sampah dengan sistem open dumping baik resmi maupun

tidak resmi. Hal ini dikarenakan sistem ini diyakini relatif lebih rendah dibandingkan dengan

metode pembuangan lainnya. Pembuangan dengan sistem open dumping dapat menimbulkan

beberapa dampak negatip terhadap lingkungan. Pada penimbunan dengan sistem anarobik

landfill akan timbul leachate di dalam lapisan timbunan dan akan merembes ke dalam lapisan

tanah di bawahnya. Leachate ini sangat merusak dan dapat menimbulkan bau tidak enak

(Sidik, et al, 1985).

2.4. Resume Kajian Teori

Tabel 2. 5 Resume Kajian Teori Penelitian

No. Teori Sumber/ Penulis Variabel

1 - Sumber dan jenis sampah dibedakan atas tujuh kategori

yaitu permukiman, kawasan komersil, kawasan

perkotaan, kawasan industri, ruang terbuka, lokasi

pengolahan dan kawasan pertanian

- Jenis sampah seperti sampah makanan, sampah kering,

sampah debu, sampah berbahaya, sampah industri

konstruksi, sampah industri rumah tangga,

sampahlimbah pengolahan, sampah tanaman, sampah

pertanian, dll

Tchobanoglous (1997)

dikutip oleh Ade Basyarat

dalam tesis “Kajian

terhadap penetapan lokasi

TPA sampah”

- Sumber Sampah

- Komposisi/ Sifat

sampah

2 - Sampah bila dilihat dari sumbernya, maka sampah

perkotaan yang dikelola oleh Pemerintah Kota di

Indonesia biasanya dikategorikan menjadi beberapa

kelompok, yaitu sampah dari kegiatan (a) rumah tangga

atau permukiman, (b) pasar, (c) komersial, (d)

perkantoran, (e) hotel dan restoran, (f) industri, dan (g)

penyapuan jalan dan taman.

“Teknologi Pengelolaan

Sampah”,Eri Damanhuri

(2011)

3 - Komposisi dan sifat-sifat sampah menggambarkan

keanekaragaman aktivitas manusia. Berdasarkan sifat-

sifat biologis dan kimianya, sampah dapat digolongkan

sebagai berikut:

a. Sampah yang dapat membusuk (garbage), seperti

sisa makanan, daun, sampah kebun, sampah pasar,

sampah pertanian, dan lain-lain

b. Sampah yang tidak membusuk (refuse), seperti

plastik, kertas, gelas, logam, kaca, dan sebagainya

c. Sampah yang berupa debu dan abu

d. Sampah berbahaya

Adalah semua sampah yang mengandung bahan

beracun bagi manusia, flora dan fauna.

“Teknologi Pengelolaan

Sampah”,Eri Damanhuri

(2011)

4 - Dampak keberadaan sampah terhadap manusia dan

lingkungan dapat terbagi menjadi tiga yaitu pada

kesehatan, lingkungan, dan sosial ekonomi.

- Dampak kesehatan seperti menimbulkan berbagai

penyakit.

- Dampak terhadap lingkungan seperti pencemaran dan

perubahan ekosistem. Selain itu adanya gas metana yang

dihasilkan dari sampah dapat meledak pada konsenstrasi

Konsep Pendidikan

Lingkungan

Hidup dan ” Wall Chart ”

Buku Panduan Pendidikan

Lingkungan Hidup, Gelbert

M, Prihanto dan Suprihatin

- Dampak Fisik

Lingkungan

- Dampak

Kesehatan

- Dampak

Ekonomi

- Dampak Sosial

Page 38: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

No. Teori Sumber/ Penulis Variabel

tinggi

- Dampak terhadap sosial ekonomi yaitu pada

kepariwisataan, dampak bagi fasilitas pelayanan umum,

dll. Tingginya pembiayaan untuk kesehatan masyarakat

dapat diakibatkan oleh pengelolaan sampah yang tidak

memadai

5 - Perhitungan scoring kelayakan lokasi TPA Sampah dapat

dilihat dari 5 parameter yaitu lokasi TPA, lingkungan

fisik, tranportasi, pengelolaan TPA, masyarakat.

- Variabel lokasi TPA meliputi batas administrasi,

kepemilikan atas lahan, jumlah pemilik lahan dan

kapasitas lahan

- Variabel lingkungan fisik meliputi kondisi tanah, bahaya

banjir, intensitas hujan, tata guna tanah, keberadaan

daerah lindung, kondisi lahan pertanian, habitat biologis

- Variabel transportasi meliputi akses jalan menuju lokasi,

jalan masuk, transportasi sampah, lalu lintas.

- Variabel pengelolaan TPA meliputi kebisingan dan bau,

serta estetika

- Variabel masyarakat meliputi partisipasi masyarakat

SK SNI T-11-1991-03

tentang Tata

Cara Pemilihan Lokasi

Tempat

Pembuangan Akhir Sampah

- Lokasi TPA

- Lingkungan fisik

TPA

- Transportasi

- Pengelolaan

TPA

- Masyarakat

6 - Aspek teknik operasional pengelolaan sampah perkotaan

meliputi dasar-dasar perencanaan untuk kegiatan-

kegiatan pewadahan sampah, pengumpulan sampah,

pengangkutan sampah, pengelolaan sampah di tempat

pembuangan akhir

- Prinsip pembuangan akhir adalah memusnahkan sampah

domestik di suatu lokasi pembuangan akhir. Jadi tempat

pembuangan akhir merupakan tempat pengolahan

sampah.

- Secara umum teknologi pengolahan sampah dibedakan

menjadi 3 (tiga) metode yaitu : open dumping, controlled

landfill, sanitary landfill

- Pembiayaan merupakan sumber daya penggerak agar

pada roda sistem pengelolaan persampahan di kota

tersebut dapat bergerak dengan lancar. Masalah umum

yang sering dijumpai dalam sub sistem pembiayaan

adalah retribusi yang terkumpul sangat terbatas dan

tidak sebanding dengan biaya operasional, dana

pembangunan daerah berdasarkan skala prioritas,

kewenangan dan struktur organisasi yang ada tidak

berhak mengelola dana snediri dan penyusunan tariff

retribusi tidak didasarkan metode yang benar.

SNI 19-2454-2002 tentang

teknik operasional

pengelolaan sampah

perkotaan

- Aspek Teknis

Operasional

- Aspek

Kelembagaan

- Aspek Hukum

dan Peraturan

- Aspek

Pembiayaan

- Aspek Peran

Serta

Masyarakat

7 - Selain teknologi pengolahan sampah seperti Open

Dumping, Controlled Landfill, Sanitary Landfill, juga

disebutkan metode pengolahan lain seperti incenerating

(pembakaran), pengomposan

- Disebutkan juga kekurangan pada metode open dumping

terkait dengan dampak bagi lingkungan sekitarnya

- Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

penerapan metode sanitary landfill terkait dengan teknis,

fisik lingkungan, dan sosial

- Pada buku ini disebutkan pula apa saja kelebihan dan

kekurangan pada metode incenerating dan

pengkomposan terkait dengan operasionalnya.

Konsep Pendidikan

Lingkungan

Hidup dan ” Wall Chart ”

Buku Panduan Pendidikan

Lingkungan Hidup, Gelbert

M, Prihanto dan Suprihatin

Sumber. Peneliti, 2012

Page 39: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Contents

BAB II ......................................................................................................................................................8

2.1. Timbulan Sampah ....................................................................................................................... 8

2.1.1. Sumber dan Jenis Sampah ..................................................................................................... 8

2.1.2. Penghitungan Timbulan Sampah ........................................................................................ 12

2.1.3. Dampak Keberadaan Sampah ............................................................................................. 12

2.2. Sistem Pengelolaan Sampah ..................................................................................................... 13

2.2.1. Aspek Teknik Operasional .................................................................................................. 13

2.2.2. Aspek Kelembagaan ............................................................................................................ 18

2.2.3. Aspek Hukum dan Peraturan............................................................................................... 19

2.2.4. Aspek Pembiayaan .............................................................................................................. 19

2.2.5. Aspek Peran serta Masyarakat ............................................................................................ 19

2.3. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) ......................................................................................... 20

2.3.1. Pengertian Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) ...................................................... 20

2.3.2. Persyaratan Umum Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) ........................................ 20

2.3.2. Kriteria Kelayakan Pemilihan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) ..................................... 21

2.3.3. Permasalahan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) .............................................................. 24

2.4. Resume Kajian Teori ................................................................................................................ 24

Tabel 2. 1 Jenis Sampah Berdasarkan Fasilitas, Aktifitas dan Lokasi dan Sumber Sampah ...................8

Tabel 2. 2 Jenis Sampah Berdasarkan Fasilitas, Aktifitas dan Lokasi dan Sumber Sampah ................ 10

Tabel 2. 3 Besaran Timbulan Sampah Berdasarkan Komponen Sumber Sampah ................................ 12

Tabel 2. 4 Besaran Timbulan Sampah Berdasarkan Komponen Sumber Sampah ................................ 12

Tabel 2. 5 Resume Kajian Teori Penelitian ........................................................................................... 24

Page 40: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif dimana mengungkap masalah

atau keadaan sebagaimana adanya dan mengungkap fakta-fakta baik fisik atau sosial yang ada

dengan memberikan interpretasi dan gagasan atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat

mengenai fenomena yang diselidiki. Melalui metode ini penulis akan menggali secara luas

mengenai kelayakan operasional TPA sampah Jomboran Kabupaten Klaten. Penelitian ini

termasuk dalam jenis penelitian studi kasus (case study) untuk mengetahui kelayakan

operasional TPA sampah Jomboran. Menurut Masyhuri, dkk (2008:35), penelitian studi kasus

merupakan penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang

latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari kasus, individu, kelompok,

institusi dan masyarakat. Dalam penelitian studi kasus, obyek diteliti secara mendalam, utuh

dan menyeluruh serta obyek/kasus yang diteliti dipandang sebagai obyek yang berbeda

dengan obyek penelitian pada umumnya. Hal ini dikarenakan dalam penelitian ini

menggambarkan karakteristik sampah yang dibuang di TPA sampah Jomboran, kondisi lokasi

TPA sampah Jomboran, kinerja pengelolaan sampah TPA, serta dampak-dampak yang

dirasakan masyarakat sekitar TPA. Sehingga dari hal-hal tersebut maka dapat diketahui

kelayakan operasional TPA sampah Jomboran untuk menampung sampah Kabupaten Klaten.

3.2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deduktif. Menurut

Masyhuri dan Zainuddin (2008), penelitian deduktif yaitu pendekatan terhadap teori, kasus,

dan studi literatur yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan, yang digunakan sebagai

acuan dalam pelaksanaan penelitian dan menerapkan teori yang diperoleh dalam proses

pengumpulan data dan analisis. Pendekatan deduktif dilakukan secara teoritik untuk

mendapatkan konfirmasi berdasarkan hipotesis dan observasi yang telah dilakukan

sebelumnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan tersebut dikarenakan penelitian ini

menggunakan acuan teori maupun standar teori-teori relevan terkait dengan kesesuaian dan

kelayakan operasional TPA sampah Jomboran untuk melakukan pengumpulan data dan

analisa data.

Penelitian ini didekati dari aspek teknis, aspek sosial dan aspek fisik lingkungan. Aspek

teknis yang dimaksudkan disini adalah terkait dengan sistem pengelolaan dengan segala aspek

Page 41: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

aspek yang mengaturnya. Aspek sosial terkait dengan masyarakat yang merasakan dampak

baik dampak positif maupun dampak negatif. Sedangkan aspek fisik lingkungan yang

dimaksudkan adalah terkait dengan kondisi fisik lokasi TPA Jomboran, jenis maupun volume

sampah yang masuk ke TPA.

3.2.1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan baik untuk pengumpulan data primer

maupun data sekunder dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Observasi Lapangan

Observasi lapangan merupakan metode pengumpulan data dengan pengamatan langsung

dilapangan terhadap wilayah atau objek penelitian terhadap fenomena yang terjadi. Dalam

observasi peneliti melakukan pengamatan, pengambilan gambar, pencatatan dan merasakan

fenomena yang ada di lokasi penelitian. Observasi dilakukan di lokasi penelitian yaitu di TPA

Jomboran Kabupaten Klaten. Data yang dikumpulkan dengan metode ini antara lain sumber

dan jenis sampah yang masuk ke TPA Jomboran, teknik operasional pengelolaan TPA

Jomboran serta kondisi fisik TPA Jomboran.

Wawancara

Wawancara bebas tanpa daftar atau pedoman pertanyaan. Wawancara bebas dilakukan pada

waktu peninjauan lapangan (prasurvai), dimana peneliti menginventarisir masukan yang

didapat dilapangan. Pertanyaan yang diajukan dalam wawancara mengacu pada variabel yang

digunakan pada penelitian ini. Wawancara ditujukan pada tokoh penting yang terkait dengan

TPA Jomboran seperti wawancara dengan sumber penghasil sampah Kabupaten Klaten,

kepala sub dinas kebersihan dan pertamanan Kabupaten Klaten, Kepala desa Jomboran dan

Gumulan, serta ketua kelompok tani setempat. Data-data yang dikumpulkan dengan metode

ini antara lain jenis sampah dan penanganan per masing-masing jenis sampah dari sumber

penghasilnya (jenis aktivitas) serta teknik operasional pengelolaan TPA Jomboran.

Kuesioner

Pengumpulan data dengan kuesioner adalah pengisian data dengan cara mengisi daftar

pertanyaan secara tertulis yang ditujukan kepada responden penelitian. Pada prinsipnya

kuesioner hampir sama dengan wawancara, perbedaanya hanya terletak pada pertanyaan dan

jawaban yang dilakukan secara tertulis. Agar dapat memperoleh keterangan yang berkisar

pada masalah yang ingin dipecahkan maka secara umum isi kuesioner berupa:

1. Pertanyaan tentang fakta

2. Pertanyaan tentang pendapat (opini)

3. Pertanyaan tentang persepsi dan preferensi masyarakat

Page 42: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Data-data yang dikumpulkan dengan metode pengumpulan data ini antara lain penerimaan

masyarakat, kondisi lingkungan, kondisi kesehatan masyarakat, kondisi sosial masyarakat,

serta kondisi ekonomi masyarakat terkait dengan dampak yang dimungkinkan timbul dari

kondisi eksisting TPA Jomboran.

Studi Literatur

Studi literatur bertujuan untuk mendapatkan data teoritik atau referensi yang berhubungan

dengan kondisi TPA Jomboran dan lingkungan setempat dan pengelolaan TPA Jomboran.

Sumber yang digunakan adalah jurnal hasil penelitian dan buku-buku yang dijadikan

referensi. Data-data yang dikumpulkan dengan metode pengumpulan ini antara lain data

volume timbulan dan komposisi sampah Kabupaten Klaten, data adminsitratif kawasan TPA

Jomboran, data guna lahan, rencana tata ruang wilayah kabupaten Klaten, rencana detail tata

ruang kawasan perkotaan Klaten, data kependudukan, data kelembagaan dan pembiayaan

terkait operasional TPA Jomboran.

3.2.2. Teknik Analisis

Analisis dalam penelitian ini tidak dilakukan secara bertahap/ berurutan melainkan

dapat dilakukan secara bersamaan maupun acak. Analisis – analisis yang dilakukan dalam

penelitian ini yaitu analisis karakteristik timbulan sampah yang masuk ke TPA, analisis

ambang batas kelayakan lokasi TPA Jomboran, analisis kinerja sistem pengelolaan sampah

TPA, dan analisis dampak keberadaan sampah TPA Jomboran. Setelah semua analisis

tersebut dilakukan, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan dan rekomendasi terkait dengan

kelayakan operasional TPA Jomboran dari segi sistem pengelolaan, sosial ekonomi

masyarakat dan fisik lingkungan. Untuk gambaran lebih jelasnya dapat ditampilkan pada

bagan kerangka analisis di bawah ini :

Page 43: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

INPUT PROSES OUTPUT

Gambar 3. 1. Kerangka Analisis

Sumber. Peneliti, 2012

Sampah berdasarkan

aktivitas :

- Volume Sampah

- Penanganan

Sampah

- Jenis Sampah

Analisis karakteristik

timbulan sampah yang

masuk ke TPA

Identifikasi aspek

pengelolaan TPA

sampah Jomboran :

- Teknis Operasional

- Kelembagaan

- Hukum Peraturan

- Pembiayaan

- Peran Serta

Masyarakat

Identifikasi kondisi

eksisting TPA ditinjau

berdasarkan ambang

batas parameter SK

SNI T-11-1991-03

Tingkat kelayakan

lokasi TPA Jomboran

Analisis ambang batas

kelayakan lokasi TPA

menurut SNI

Karakteristik timbulan

Sampah yang Masuk

ke TPA Jomboran

Analisis Sistem

Pengelolaan TPA

Jomboran

Kinerja Pengelolaan

TPA Jomboran

Analisis dampak

keberadaan TPA

sampah bagi lingkungan

setempat

Dampak keberadaan

sampah TPA Jomboran

bagi lingkungan fisik,

sosial, dan ekonomi

setempat

Identifikasi kondisi

lingkungan setempat :

- Fisik

- Sosial

- Ekonomi

Analisis kelayakan

operasional pengelolaan

sampah TPA Jomboran

Kelayakan operasional

pengelolaan TPA

Jomboran sebagai TPA

Kabupaten Klaten

Page 44: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Tabel 3. 1 Tabel Analisis Penelitian

No. Tujuan Sasaran Analisis Variabel Data Sumber Teori Sumber Data Teknik Analisis

1. Mengidentifikasi kondisi TPA

Jomboran sebagai TPA

Kabupaten Klaten secara

sistem pengelolaan, sosial dan

ekonomi masyarakat, serta

fisik lingkungan kawasan

Identifikasi

karakteristik

timbulan sampah

yang masuk ke

TPA

Analisis

Karakteristik

Timbulan Sampah

yang Masuk TPA

- Sumber sampah dari pusat

aktivitas kegiatan :

a. Rumah tangga

b. Komersil

c. Perkantoran

d. Industri

e. Ruang terbuka

- Komposisi dan sifat sampah

- Tchobanoglous (1997)

dalam kutipan tesis

Ade Basyarat (Kajian

terhadap penetapan

lokasi TPA sampah

Leuwinanggung Kota

Depok)

- Enri Damanhuri

(2011) dalam bukunya

Teknologi

Pengelolaan Sampah

- Hasil Wawancara

Responden Aktor

Penghasil Sampah

- Data Profil

Persampahan

Analisis deskriptif

kualitatif

2. Identifikasi

kondisi eksisting

lokasi TPA

Jomboran

ditinjau

berdasarkan

parameter SNI

Analisis Kondisi

Eksisting TPA

Jomboran

Berdasarkan

Parameter SNI

- Lokasi TPA

a. Batas Administrasi

b. Pemilik Hak Atas Lahan

c. Jumlah Pemilik Lahan

d. Kapasitas Lahan

- Lingkungan Fisik

a. Tanah

b. Air Tanah

c. Sistem Aliran Air Tanah

d. Kaitan Pemanfaatan Air Tanah

e. Bahaya Banjir

f. Tanah Penutup

g. Intensitas Hujan

h. Tata Guna Tanah

i. Daerah Lindung

j. Pertanian

k. Biologis

- Transportasi

a. Jalan Menuju Lokasi

b. Transportasi Sampah

c. Jalan Masuk

d. Lalu Lintas

- Pengelolaan TPA

a. Kebisingan dan Bau

b. Estetika

- Masyarakat

a. Partisipasi Masyarakat

- SK SNI T-11-1991-03

tentang Tata Cara

Pemilihan Lokasi

Tempat Pembuangan

Akhir Sampah

- Enri Damanhuri

(2011) dalam bukunya

Teknologi

Pengelolaan Sampah

- Data RTRW

- Data Profil

Persampahan

- Hasil Observasi

Lapangan

Analisis Skoring/

Pembobotan SNI

3. Identifikasi

kinerja sistem

pengelolaan

Analisis Sistem

Pengelolaan

Sampah TPA

- Aspek Teknis Operasional

a. Pengangkutan

b. Pembuangan Akhir

- Aspek Kelembagaan

SNI 19-2454-2002

tentang tata cara teknik

operasional pengelolaan

sampah perkotaan

- Observasi Lapangan

- Hasil Wawancara

Aktor Pengelola

Sampah

Analisis deskriptif

kualitatif

Page 45: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

No. Tujuan Sasaran Analisis Variabel Data Sumber Teori Sumber Data Teknik Analisis

sampah TPA - Aspek Hukum dan Peraturan

- Aspek Pembiayaan

a. Biaya operasional

b. Tarif retribusi

- Aspek Peran Serta Masyarakat

4. Analisis dampak

sampah TPA

Jomboran dari

segi lingkungan,

social, dan

ekonomi

Analisis Dampak

Sampah TPA

Jomboran bagi

Lingkungan

Setempat

- Lingkungan Fisik

a. Estetika

b. Bau

c. Bising

d. Kebakaran

e. Pertanian

f. Lindi

- Kesehatan, meliputi :

Kondisi Kesehatan Masyarakat

- Sosial, meliputi :

a. Tingkat Keamanan

b. Konflik Sosial

- Ekonomi, meliputi :

a. Nilai Lahan

b. Biaya Perbaikan Lingkungan

oleh Masyarakat

Konsep Pendidikan

Lingkungan

Hidup dan ” Wall Chart ”

Buku Panduan

Pendidikan Lingkungan

Hidup, Gelbert M,

Prihanto dan Suprihatin

- Hasil Penyebaran

Kuesioner ke

Masyarakat Sekitar

Analisis deskriptif

kualitatif

5 Analisis Kelayakan

Operasional

Pengelolaan

Sampah TPA

Jomboran

- Analisis Karakteristik Timbulan

Sampah yang Masuk TPA

- Analisis Kondisi Eksisting TPA

Jomboran Berdasarkan Ambang

Batas Parameter SNI

- Analisis Sistem Pengelolaan

Sampah TPA

- Analisis Dampak Sampah TPA

Jomboran bagi Lingkungan

Setempat

- Hasil Analisis Analisis deskriptif

kualitatif

Sumber. Hasil Kajian Peneliti

Page 46: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

a. Analisis Karakteristik Timbulan Sampah yang Masuk ke TPA

Analisis ini digunakan untuk mengetahui jenis-jenis sampah apa saja yang dibuang ke

TPA sampah Jomboran sehingga dapat dikaitkan dengan karakteristik sifat jenis-jenis sampah

tersebut. Data yang dibutuhkan terkait dengan analisis karakteristik sampah ini antara lain

yaitu volume sampah yang masuk, jenis sampah yang masuk, sumber asal sampah yang

masuk ke TPA dan cara penanganan sampah-sampah tersebut dari sumbernya. Teknik

analisis yang digunakan dalam analisis karakteristik timbulan sampah yaitu dengan analisis

deskriptif kualitatif.

b. Analisis Evaluasi Kondisi Eksisting TPA Jomboran Berdasarkan Parameter SNI

Analisis ini digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan kondisi eksisting suatu TPA

ditinjau dari untuk dipergunakan sebagai TPA sampah. Analisis ini dilakukan dengan

berpedoman pada parameter SK SNI T-11-1991-03. Dari data-data dan pengamatan di

lapangan dapat diuraikan dengan penjelasan yang mendalam mengenai kondisi saat penentuan

awal dengan kondisi saat ini sesuai dengan parameter yang ditentukan SNI. Dalam teknik

analisis yang digunakan dalam analisis kelayakan lokasi yaitu dengan analisis deskriptif

kuantitatif.

Tabel 3. 2 Parameter Ambang Batas Kondisi Kelayakan TPA

No Variabel Parameter/ Bobot Indikator Nilai

1 Lokasi TPA Batas Administrasi

(5)

Dalam batas administrasi

Di luar batas administrasi tetapi dalam satu sistem

pengelolaan TPA sampah terpadu

Di luar batas administrasi dan diluar sistem

pengelolaan TPA sampah terpadu

Diluar batas administrasi

10

5

1

1

Pemilikan hak atas lahan

(3) Pemerintah Daerah/ terpusat

Pribadi (satu)

Swasta (satu)

Lebih dari satu pemilik hak dan atau status

kepemilikan

Organisasi sosial/agama

10

7

5

3

1

Jumlah pemilik lahan

(3) 1 KK

2-3 KK

4-5 KK

6-10 KK

Lebih dari 10 KK

10

7

5

3

1

Kapasitas Lahan

(5) > 10 tahun

5 - 10 tahun

3 – 5 tahun

< 3 tahun

10

8

5

1

2 Lingkungan

Fisik

Tanah (diatas muka air

tanah)

(5)

Harga kelulusan < 10-6 cm/det

Harga kelulusan 10-6 cm/det – 10-9 cm/det

Harga kelulusan > 10-9 cm/det (kecuali ada masukan

teknologi)

10

5

1

Air Tanah

(5) ≥ 10 m dengan kelulusan < 10-6 cm/dt

< 10 m dengan kelulusan > 10-6 cm/dt

≥ 10 m dengan kelulusan 10-6 cm/dt - 10-4 cm/dt

< 10 m dengan kelulusan 10-6 cm/dt - 10-4 cm/dt

10

8

5

1

Sistem aliran air tanah

(3) Discharge area/ local

Recharge area dan discharge area/ local

Recharge area regional dan area/lokal

10

5

1

Page 47: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

No Variabel Parameter/ Bobot Indikator Nilai

Kaitan dengan

pemanfaatan air tanah

(3)

Kemungkinan pemanfaatan rendah dengan batas

hidrolis

Diproyeksikan untuk dimanfaatkan dengan batas

hidrolis

Diproyeksikan untuk dimanfaatkan tanpa batas

hidrolis

10

5

1

Bahaya Banjir

(2) Tidak ada bahaya banjir

Kemungkinan bahaya banjir > 25 tahunan

Kemungkinan banjir < 25 tahunan, tolak (kecuali

ada masukan teknologi)

10

5

1

Tanah Penutup

(4) Tanah penutup cukup

Tanah penutup cukup sampai ½ umur pakai

Tanah penutup tidak ada

10

5

1

Intensitas hujan

(3) Di bawah 500 mm/tahun

Antara 500 – 100 mm/tahun

Di atas 1000 mm per tahun

10

5

1

Tata guna tanah

(5) Mempunyai dampak sedikit terhadap tat guna tanah

sekitar

Mempunyai dampak sedang terhadap tata guna

tanah sekitar

Mempunyai dampak besar terhadap tat guna tanah

sekitar

10

5

1

Daerah lindung/ cagar

alam

(2)

Tidak ada daerah lindung/ cagar alam di sekitarnya

Terdapat daerah lindung/ cagar alam di sekitar yang

tidak terkena dampak negatif

Terdapat daerah lindung/ cagar alam di sekitar yang

terkena dampak negatif

10

1

1

Pertanian

(3) Berlokasi di lahan tidak produktif

Tidak ada dampak terhadap areal pertanian sekitar

Terdapat pengaruh negative terhadap pertanian

sekitar

Berlokasi di tanah pertanian produktif

10

5

1

1

Biologis

(3) Nilai habitat yang rendah

Nilai habitat yang tinggi

Habitat kritis

10

5

1

3 Transportasi Jalan menuju lokasi

(5) Datar dengan kondisi baik

Datar dengan kondisi buruk

Naik/ turun

10

5

1

Transportasi sampah

(satu jalan)

(5)

Kurang dari 15 meter dari centroid sampah

Antara 16 menit – 30 menit

Antara 31 menit – 60 menit dari centroid sampah

Lebih dari 60 menit dari centroid sampah

10

8

3

1

Jalan masuk

(4) Truk sampah tidak melalui daerah permukiman

Truk sampah melalui daerah permukiman

berkepadatan rendah (≤300 jiwa/ Ha)

Truk sampah melalui daerah permukiman

berkepadatan tinggi (≥300 jiwa/ Ha)

10

5

1

Lalu lintas

(3) Terletak 500 m dari jalan umum

Terletak < 500 m dari jalan umum pada lalu lintas

berkepadatan rendah

Terletak < 500 m dari jalan umum pada lalu lintas

berkepadatan sedang

Terletak pada lalu lintas berkepadatan tinggi

10

8

3

1

4 Pengelolaan

TPA

Kebisingan dan bau

(2) Terdapat zona penyangga

Terdapat zona penyangga yang terbatas

Tidak terdapat zona penyangga

10

5

1

Estetika

(3) Operasi penimbunan tidak terlihat dari luar

Operasi penimbunan sedikit terlihat dari luar

Operasi penimbunan terlihat dari luar

10

5

1

5 Masyarakat Partisipasi masyarakat

(3) Spontan

Digerakkan

negosiasi

10

5

1

Sumber. SK SNI T-11-1991-03

Page 48: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Untuk mengetahui nilai kelayakan lokasi TPA Jomboran dapat diketahui dengan melalui

perhitungan kelas interval yang digunakan, yaitu sebanyak 3 kelas (layak, layak

dipertimbangkan, dan tidak layak).

I = R/N

Keterangan :

I = lebar interval

R = rentang, yaitu data terbesar dikurangi data terkecil

N = banyak kelas interval,

Diketahui :

R = 790-79=711

N = 3

I = 711/ 3 = 237

Batas atas kelas interval I (tidak layak) = 79 + 237 = 316

Batas atas kelas interval II (layak dipertimbangkan) = 316 + 237 = 553

Batas atas kelas interval III (layak) = 553 + 237 = 790

Untuk mencari lebar interval kelas maka dapat dihitung dengan menggunakan rumus

persamaan I = R/N , dimana R merupakan rentang nilai yang diperoleh dari nilai terbesar

dikurangi nilai terkecil yaitu 711 dan N adalah jumlah kelas interval yang diinginkan yaitu

sebanyak 3 kelas. Sehingga dari perhitungan tersebut diperoleh lebar interval (I) sebesar 237

dengan pembagian masing-masing kelas sebagai berikut :

1. Kelas interval tidak layak : 79 – 315

2. Kelas interval layak dipertimbangkan : 317 – 553

3. Kelas interval layak : 554 – 790

c. Analisis Kinerja Sistem Pengelolaan

Analisis ini untuk mengetahui kinerja sistem pengelolaan sampah di TPA Jomboran. Jadi

pada teknik ini mengaitkan pengelolaan yang diterapkan dengan 5 (lima) aspek yang diatur

dalam SNI 19-2454-2002 tentang teknik operasional pengelolaan sampah perkotaan meliputi

aspek teknis operasional, aspek kelembagaan, aspek pembiayaan, aspek hukum dan peraturan,

serta aspek peran serta masyarakat. Data-data yang dibutuhkan untuk melakukan analisis ini

yaitu data-data terkait dengan lima aspek teknik operasional pengelolaan sampah perkotaan

(teknis operasional, kelembagaan, hukum dan peraturan, pembiayaan, serta peran serta

mayarakat). Teknik analisis yang digunakan yaitu dengan deskriptif kualitatif .

Page 49: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

d. Analisis Dampak Sampah

Analisis ini digunakan untuk mengetahui dampak-dampak apa yang dapat ditimbulkan

dari aktivitas TPA Jomboran meliputi aspek lingkungan fisik, kesehatan, sosial dan ekonomi.

Aspek lingkungan fisik yang dimaksudkan disini yaitu terkait dengan perubahan lingkungan

yang ditimbulkan dengan adanya TPA Jomboran seperti kondisi air tanah, bau, kebisingan,

lahan pertanian, infrastruktur maupun pemandangan (estetika kawasan). Aspek kesehatan

yaitu terkait dengan munculnya wabah penyakit di lingkungan permukiman maupun wabah

hama di lahan pertanian setempat. Aspek sosial yang dimaksudkan terkait dengan konflik

sosial dan tingkat keamanan yang dimungkinkan timbul karena kondisi TPA Jomboran.

Sedangkan aspek ekonomi yang ingin diketahui yaitu terkait dengan perubahan nilai lahan

yang mungkin terjadi akibat kondisi TPA di lingkungan mereka. Teknik analisis yang

digunakan yaitu dengan analisis deskriptif kualitatif dengan melalui kuesioner yang

disebarkan pada masyarakat sekitar TPA serta pengamatan lapangan.

e. Analisis Kelayakan Operasional Pengelolaan Sampah TPA Jomboran

Analisis ini digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan operasional pengelolaan

sampah TPA Jomboran. Pada analisis ini akan dilakukan penjelasan mengenai karakteristik

sampah yang masuk ke TPA, kelayakan lokasi TPA kemudian dikaithubungkan dengan

sistem pengelolaan yang diterapkan dari berbagai segi serta dampak yang ditimbulkan.

Sehingga akan diperoleh bagaimana tingkat kelayakan operasional pengelolaan sampah TPA

Jomboran kedepannya. Teknik analisis yang digunakan yaitu dengan analisis deskriptif

kualitatif dengan melihat hasil keempat analisis yang telah dilakukan sebelumnya.

Page 50: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

3.3. Kebutuhan Data

Tabel 3. 3 Kebutuhan Data

No. Analisis Variabel Kebutuhan Data

Macam Data Sifat Data Teknik

Pengumpulan

Data

Sumber

Data Primer Sekunder Kuantitatif Kualitatif

1 Karakteristik

Timbulan sampah

- Jenis Sampah Berdasarkan

Aktivitas

- Jenis sampah berdasarkan

komposisi dan sifatnya

Komposisi Sampah

Kabupaten Klaten

v v v v Studi Literatur,

Observasi

DKP,

Lapangan

Jenis Sampah dan

Pengelolaannya per Sumber

sampah

v v Wawancara Masyarakat,

Fasilitas

Umum

Volume Timbulan Sampah

Kabupaten Klaten

v v v Studi Literatur,

Observasi

DKP,

Lapangan

2 Kondisi Eksisting

TPA Jomboran

Berdasarkan

Parameter SNI

Lokasi TPA Data Administratif Desa

Jomboran Kecamatan Klaten

Selatan

v v v Studi Literatur,

Observasi

Kantor Desa

Jomboran,

Lapangan

Peta Administrasi Kota

Klaten

v v Studi Literatur Bappeda

Lingkungan Fisik Data dan peta kondisi fisik

lokasi TPA Jomboran

v v Studi Literatur Bappeda

Data Tata Guna Lahan v v Studi Literatur Bappeda

Data Geologi, Geohidrologi,

Klimatologi

v v Studi Literatur Bappeda

RTRW Kabupaten Klaten v v Studi Literatur Bappeda

RDTR Kota Klaten v v Studi Literatur Bappeda

Transportasi Jalur Pengangkutan Sampah v v Observasi Lapangan

Kondisi Lalu Lintas dan Jalan v v Observasi Lapangan

Pengelolaan TPA Teknik operasional

pengelolaan sampah TPA

Jomboran

v v Studi Literatur,

Observasi

DPU Bidang

Persampahan,

Lapangan

Masyarakat Data Kependudukan

Masyarakat Sekitar TPA

v v v v Studi Literatur BPS, Kantor

Desa

Gumulan dan

Jomboran

3 Kinerja Sistem

Pengelolaan

Aspek Teknis Operasional Teknis Operasional

Pengelolaan TPA Jomboran

v v v Studi Literatur,

Observasi

DKP,

Lapangan

Aspek Kelembagaan Kelembagaan dalam

Pengelolaan TPA

v v Studi Literatur DKP

Aspek Hukum dan Peraturan Acuan Hukum Peraturan

dalam Operasional

Pengelolaan

v v Studi Literatur DKP

Aspek Pembiayaan Sistem Pembiayaan v v Studi Literatur DKP

Aspek Peran Serta

Masyarakat

Peran Serta Masyarakat v v Kuesioner Lapangan

Page 51: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

No. Analisis Variabel Kebutuhan Data

Macam Data Sifat Data Teknik

Pengumpulan

Data

Sumber

Data Primer Sekunder Kuantitatif Kualitatif

4 Dampak

Keberadaan

Sampah

Kondisi Lingkungan Kemunculan gangguan bau,

kebisingan, kebakaran,

estetika (visual), kondisi

pertanian

v v v Kuesioner Lapangan

Kondisi Kesehatan Kondisi kesehatan masyarakat v v v Kuesioner Lapangan

Kondisi Sosial Kondisi keamanan

lingkungan setempat, Konflik

sosial

v v v Kuesioner Lapangan

Kondisi Ekonomi Kondisi nilai lahan, Adanya

beban biaya perbaikan

infrastruktur lingkungan ke

masyarakat

v v v Kuesioner Lapangan

Sumber. Hasil Kajian Peneliti

Page 52: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

3.4. Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini juga dibutuhkan perolehan data melalui metode survei seperti

dengan melalui kuesioner dan wawancara. Sebelum melakukan survey, terlebih dahulu

menentukan sampel yang akan diambil. Data dengan teknik wawancara yang membutuhkan

sampling yaitu data mengenai jenis dan pengelolaan sampah berdasarkan jenis aktivitas.

Sedangkan data dengan kuesioner yang membutuhkan sampling yaitu data yang berkaitan

dengan persepsi masyarakat mengenai dampak keberadaan TPA Jomboran bagi kehidupan

mereka. Masyhuri (2008: 153) menyatakan bahwa sampel dimunculkan dalam penelitian

disebabkan antara lain karena peneliti ingin mereduksi/ memotong objek yang akan diteliti

dan melakukan generalisasi terhadap hasil penelitian. Maka dari itu yang dijadikan populasi

dalam penelitian ini terbagi menjadi dua kelompok yaitu sumber aktivitas/ penghasil sampah

di Kabupaten Klaten dan masyarakat yang berada di kawasan sekitar TPA Jomboran.

Pengambilan sampel pada kelompok pertama dilakukan untuk mencari data berkaitan dengan

jenis, volume dan penanganan sampah per aktivitas. Sedangkan pengambilan sampel pada

kelompok kedua dilakukan untuk mencari data/ informasi terkait dampak keberadaan TPA

Jomboran bagi masyarakat di sekitarnya.

Pengumpulan sampel wawancara dengan pelaku aktivitas (sumber penghasil sampah)

dilakukan dengan dibagi sesuai dengan jenis-jenis aktivitas. Jenis-jenis aktivitas yang

dimaksudkan disini yaitu permukiman, area komersil, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan

serta sentra industri. Wawancara dilakukan dengan sejumlah narasumber per jenis aktivitas

dan wawancara dihentikan sampai informasi yang diberikan oleh semua narasumber per jenis

aktivitas dianggap mendekati sama. Sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan mengenai jenis,

volume, dan penanganan sampah per jenis aktivitas.

Pengambilan sampel masyarakat sekitar menggunakan metode ring dengan titik pusat

sumbunya adalah TPA Jomboran. Untuk radius yang digunakan adalah 500 meter dan 501-

800 meter. Jarak 0 - 500 m disekeliling TPA sampah merupakan zona penyangga, sedangkan

jarak 501-800 meter dari pusat TPA merupakan zona budidaya terbatas. Akibat dan

gangguan-gangguan misalnya bau, kebisingan, dan sebagainya. Zona penyangga merupakan

zona yang berfungsi sebagai penahan untuk mencegah atau mengurangi dampak keberadaan

dan kegiatan-kegiatan TPA terhadap masyarakat yang melakukan kegiatan sehari-hari di

kawasan sekitar TPA, dalam segi keselamatan, kesehatan, dan kenyamanan. Zona Budidaya

Terbatas merupakan wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas

dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan

dengan batasan tertentu (Pedoman Teknis Pemanfaatan Kawasan Sekitar TPA Sampah).

Dalam radius 0-800 meter dari TPA Jomboran mencakup beberapa wilayah meliputi :

Page 53: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Tabel 3. 4 Wilayah dalam Radius 0-800 meter

Desa Wilayah/ Dusun Jumlah

(jiwa) 0-500 m 501-800 m

Jomboran Tawangsari Karanggayam 2.992

Karangasem Bugelan

Gumulan Panglon Srago Cilik 7.369

Gumulan

Total 10.361

Sumber. Hasil Observasi Lapangan

Untuk mendapatkan jumlah sampel yang diambil, peneliti menggunakan rumus sampling

Frank Lynch sebagai berikut :

Keterangan:

n = Ukuran sampel

N = Populasi

Z = Nilai variabel normal (1,96) untuk kepercayaan 0,95

p = Angka proporsi kemungkinan terbesar (0,50)

d = Sampling error

Dari jumlah total populasi sebesar 2.000 jiwa dengan tingkat ketidakpercayaan (error) sebesar

10%, maka dengan menggunakan rumus diatas dapat diperoleh sampel sebesar :

Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam pengambilan sampel masyarakat sekitar TPA

Jomboran menggunakan metode simple random sampling.

Gambar 3. 2 Peta Zona Kawasan TPA Jomboran Sumber. Peneliti, 2012

Page 54: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

BAB III.................................................................................................................................................. 26

3.1. Jenis Penelitian .................................................................................................................... 26

3.2. Pendekatan Penelitian......................................................................................................... 26

3.2.1. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................................ 27

3.2.2. Teknik Analisis ............................................................................................................. 28

3.3. Kebutuhan Data .................................................................................................................. 36

3.4. Teknik Pengambilan Sampel .............................................................................................. 38

Gambar 3. 1. Kerangka Analisis ........................................................................................................... 29

Gambar 3. 2 Peta Zona Kawasan TPA Jomboran ................................................................................. 39

Tabel 3. 1 Tabel Analisis Penelitian ...................................................................................................... 30

Tabel 3. 2 Parameter Ambang Batas Kondisi Kelayakan TPA ............................................................. 32

Tabel 3. 3 Kebutuhan Data .................................................................................................................... 36

Tabel 3. 4 Wilayah dalam Radius 0-800 meter ..................................................................................... 39

Page 55: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

BAB IV

TEMUAN LAPANGAN

4.1. Karakteristik Timbulan Sampah

4.1.1. Sampah Kabupaten Klaten

a. Volume Timbulan Sampah Kabupaten Klaten

Volume sampah yang terangkut dalam TPS (Tempat Pembuangan Sementara) rata-

rata sebanyak 150 m3/ hari dengan timbulan sampah/ kapita/ hari sebesar 2,5 liter/ orang/

hari. Volume timbulan sampah di Kabupaten Klaten meningkat terus setiap tahunnya

dikarenakan adanya peningkatan jumlah penduduk, maupun aktivitas yang berlangsung.

Berdasarkan data dari profil pengelolaan sampah perkotaan tahun 2011 Kabupaten Klaten

dapat diketahui kenaikan timbulan sampah dari tahun 2009 hingga 2011 sebagai berikut:

Tabel 4. 1 Pelayanan Sampah Kabupaten Klaten

No. Pelayanan

Tingkat Pelayanan

(Tahun 2011)

2009 2010 2011

1. Luas daerah pelayanan 655,56 km2 655,56 km2 655,56 km2

2. Jumlah penduduk 1.300.494 1.303.473 1.307.562

3. Jumlah penduduk terlayani 327.639 328.810 329.757

4. Produksi sampah/ Timbulan sampah ± 819.098 liter/ hari ± 822.025 liter/ hari ± 824.393 liter/ hari

Sumber. Profil Pengelolaan Sampah Perkotaan Tahun 2011 Kab Klaten

Gambar 4. 1 Grafik Timbulan Sampah/ Produksi Sampah Kabupaten Klaten

Sumber. Profil Pengelolaan Sampah Perkotaan Tahun 2011 Kab Klaten

Tabel 4. 2 Penanganan Sampah di Kabupaten Klaten

No. Penanganan Sampah Volume

(m3)

Volume

(Kg)

Persentase

(%)

1 Diangkut Petugas

Diangkut ke TPA 150 m3/ hari 22.050 Kg/ hari 70 %

2 Diolah

Kompos (Sampah Organik)

Recycle Sampah Anorganik

3,10 m3

1,14 m3

500 Kg/ hari

167 Kg/ hari

2 %

3 Ditimbun 23,6 m3 3.469,2 Kg/ hari 10 %

4 Dibakar 23,6 m3 3.469,2 Kg/ hari 10 %

5 Tidak Terangkut 18,89 m3 2.776,83 Kg/ hari 8 %

Sumber. Profil Pengelolaan Sampah Perkotaan Tahun 2011 Kab Klaten

819.000

820.000

821.000

822.000

823.000

824.000

825.000

2009 2010 2011

lite

r/ h

ari

Page 56: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

b. Komposisi Sampah

Timbulan sampah yang meningkat tiap tahunnya di Kabupaten Klaten tidak hanya

terdiri dari satu atau dua jenis saja melainkan beberapa jenis buangan sampah. Hal ini

terlihat dari tabel persentase komposisi sampah Kabupaten Klaten di bawah ini, dimana

persentase jenis sampah terbanyak yang dihasilkan adalah jenis sampah organik.

Tabel 4. 3 Persentase Komposisi Sampah Kabupaten Klaten

No Uraian Tahun

2010 2011

1 Kertas 9% 6%

2 Kayu 8% 6%

3 Kain 6% 6%

4 Kulit/ Karet 5% 5%

5 Plastik 10% 10%

6 Metal/ Logam 0,5% 0,5%

7 Gelas/ Kaca 0,5% 0,5%

8 Organik 60% 65%

9 Lainnya 1% 1%

Sumber. Profil Pengelolaan Sampah Perkotaan Tahun 2011 Kab Klaten

c. Sumber Sampah

Timbulan sampah di Kabupaten Klaten yang bervariasi jenisnya, dihasilkan oleh

banyak sumber aktivitas. Masing-masing sumber aktivitas tersebut dapat menghasilkan

beberapa jenis sampah antara lain sebagai berikut :

Tabel 4. 4 Sumber Penghasil Sampah Berdasarkan Jenis di Kabupaten Klaten No. Jenis Sampah Sumber Aktivitas

1. Organik Perumahan, Area Komersil, Pendidikan, Perkantoran, Kesehatan, Industri

2. Kertas Perumahan, Area Komersil, Pendidikan, Perkantoran, Kesehatan, Industri

3. Plastik Perumahan, Area Komersil, Pendidikan, Perkantoran, Kesehatan, Industri

4. Kayu Perumahan, Pendidikan, Industri

5. Metal/ logam Perumahan, Industri

6. Gelas/ Kaca Perumahan, Industri

7. B3 Kesehatan

Sumber. Hasil Wawancara Peneliti

Tabel 4. 5 Timbulan Sampah Berdasarkan Aktivitas di Kabupaten Klaten

No. Lokasi Jumlah Lokasi Timbulan

(m3/ hari)

1. Perumahan Sederhana &

Menengah 84 336

2. Sarana kota

a. Pasar 42 168

b. Pertokoan 3 12

c. Meubel 2 8

d. Kantor/ Puskesmas 9 36

e. Sekolah 14 56

f. Universitas 1 4

g. GOR 1 4

h. Stadion 1 4

i. Stasiun 3 12

j. Rumah Sakit 6 24

k. PS 1 4

l. PT/CV 13 52

m. Hotel 1 4

n. Makam 1 4

o. RM/ WM 5 20

p. Rumah Bersalin 1 4

q. Lapangan 1 4

r. Gudang 1 4

Page 57: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

s. Gedung 1 4

t. PKL 1 4

Sumber. Profil Pengelolaan Sampah Perkotaan Tahun 2011 Kab Klaten

4.1.2. Karakteristik Timbulan Sampah di Kabupaten Klaten Berdasarkan Aktivitas

a. Kawasan Perumahan

Tabel 4. 6 Jenis Sampah yang Dihasilkan di Kawasan Permukiman No. Jenis Sampah Sampah yang Dihasilkan

1 Organik Sisa makanan, daun-daunan

2 Bulky Combustible Kayu, kardus, koran, plastik

3 Bulky Uncombustible Kaleng, botol

4 Hazardous -

Sumber. Hasil Wawancara Peneliti

Sampah-sampah yang dihasilkan kawasan perumahan di Kabupaten Klaten berupa

sampah organik, sampah mudah terbakar (combustible) dan sampahtidak mudah terbakar

(uncombustible).Sampah - sampah tersebut antara lain sisa-sisa makanan, daun - daunan,

kayu, kardus, dan koran. Sedangkan untuk jenis sampah yang tidak di mudah terbakar

(uncombustible) jarang ditemukan di kawasan ini. Dari jenis sampah-sampah tersebut,

sampah terbanyak yang dihasilkan oleh kawasan perumahan berupa sampah sisa-sisa

makanan dan plastik-plastik bungkus makanan.

Dalam pembuangannya, sampah-sampah tersebut tidak banyak dilakukan pemilahan

terlebih dahulu. Penyortiran oleh pemilik rumah hanya dilakukan untuk jenis sampah

seperti koran dan botol-botol, dikarenakan jenis sampah tersebut yang dapat dijual ke

tukang loak. Jenis-jenis sampah seperti botol-botol dihargai kurang lebih sekitar Rp 200,-

per biji dan Rp 2.000,- hingga Rp 8.000,- per kilonya untuk jenis sampah kertas maupun

koran. Perumahan di daerah perkotaan, sampah-sampah tersebut dibuang dengan adanya

pengangkutan oleh petugas sampah maupun melalui TPS terdekat terlebih dahulu. Untuk

dapat menikmati pelayanan tersebut, pemilik rumah diwajibkan membayar retribusi

sampah berkisar lima ribu rupiah hingga sepuluh ribu rupiah. Sedangkan untuk

penanganan sampah-sampah perumahan di daerah sub urban dilakukan dengan cara

dibakar oleh pemiliknya.

Gambar 4. 2 Bagan Alur Pola Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Sumber. Hasil Wawancara

Rumah

koran dan

botol

sisa makanan, daun

daunan, plastik,

kayu, dll

dibuang

dijual

bak sampah/

TPS

tukang rosok

TPA diangkut

Page 58: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

b. Kawasan Komersil

Tabel 4. 7 Jenis Sampah yang Dihasilkan di Kawasan Komersil No. Jenis Sampah Sampah yang Dihasilkan

1 Organik Sisa makanan

2 Bulky Combustible Kardus, kertas, ember/ botol plastik, plastik

3 Bulky Uncombustible -

4 Hazardous -

Sumber. Hasil Wawancara Peneliti

Sampah-sampah yang dihasilkan oleh kawasan komersil di Kabupaten Klaten tidak

berbeda jauh dengan kawasan permukiman. Tidak ditemukan jenis sampah berbahaya

(hazardous) yang dihasilkan oleh kawasan komersil. Sampah yang dihasilkan oleh

kawasan ini seperti sisa-sisa makanan, kardus, kertas, botol plastik dan plastik bungkus

baik barang dagangan maupun bungkus makanan. Sampah yang banyak dihasilkan di

kawasan komersil yaitu seperti kardus dan plastik bungkus. Kardus-kardus dan plastik

yang dimaksudkan yaitu kardus maupun plastik dari bungkus barang-barang dagangan.

Pembuangan sampah di kawasan komersil sudah banyak dijangkau oleh pengangkutan

petugas sampah, sehingga sampah tidak dikelola sendiri oleh pemiliknya. Besaran retribusi

yang dibayarkan tidak berbeda dengan kawasan perumahan yaitu sekitar Rp 5.000,- hingga

Rp 10.000,- per bulannya. Dalam pembuangannya, jenis sampah seperti kardus dan botol

dipisahkan untuk kemudian dijual ke pihak lain seperti tukang loak yang sudah menjadi

langganan.

Gambar 4. 3 Bagan Alur Pola Pengelolaan Sampah Area Komersil

Sumber. Hasil Wawancara Peneliti

c. Fasilitas Pendidikan

Tabel 4. 8 Jenis Sampah yang Dihasilkan di Fasilitas Pendidikan No. Jenis Sampah Sampah yang Dihasilkan

1 Organik Sisa makanan, daun daunan, ranting pohon dan tanaman

2 Bulky Combustible Kertas, buku, koran, kardus, botol air mineral, bungkus plastik

bekas makanan jajanan, kayu

3 Bulky Uncombustible -

4 Hazardous -

Sumber. Hasil Wawancara Peneliti

Jenis sampah yang dihasilkan oleh fasilitas pendidikan berupa sampah organik dan

sampah yang mudah terbakar (combustible). Sampah organik yang banyak ditemukan di

tempat ini seperti sisa-sisa makanan jajanan para siswa, dan dedaunan dan ranting pohon

dari tanaman-tanaman di sekitar sekolah. Sedangkan untuk jenis sampah yang mudah

terbakar (combustible) yang ada di tempat ini seperti kertas-kertas buangan hasil kegiatan

belajar mengajar, koran-koran bekas, kardus, serta botol air mineral dan plastik bungkus

Area

Komersil

kardus dan

botol

sisa makanan,

plastik, kertas,

plastik, dll

dijual

dibuang

tukang rosok

bak sampah/

TPS

TPA diangkut

Page 59: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

jajanan para siswa. Jenis sampah yang banyak ditemukan di area fasilitas pendidikan yaitu

sampah plastik bungkus makanan jajanan para siswa.

Terkadang jenis sampah combustible seperti buku dan kayu juga dapat ditemukan di

fasilitas pendidikan. Buku-buku yang sudah usang dan tidak digunakan lagi dikumpulkan

untuk kemudian dijual ke pihak lain. Penjualan buku semacam ini hanya dilakukan oleh

orang tertentu dan tidak sembarangan untuk menghindari adanya arsip penting sekolah.

Jenis sampah seperti kayu di fasilitas pendidikan diperoleh dari bangku maupun meja yang

sudah rusak. Kayu yang masih layak dipakai, dimanfaatkan lagi untuk memperbaiki

bangku maupun meja tersebut. Sedangkan kayu yang memang tidak bisa dimanfaatkan

lagi, digunakan sebagai kayu bakar untuk merebus air oleh penjaga sekolah yang sekaligus

membuka kantin sekolah. Sedangkan oleh petugas penjaga sekolah, untuk sampah koran

bekas dan botol air mineral dapat dijual ke pihak lain. Untuk jenis sampah lainnya seperti

plastik bungkus makanan jajanan, dedaunan maupun sampah lainnya yang tidak bisa

dimanfaatkan dan dijual dibuang ke tempat pembuangan sampah (TPS) terdekat dari

sekolah. Seperti SMP N 1 Klaten, SMP N 6 Klaten dan sekolah-sekolah lainnya di deretan

kawasan pendidikan ini, memanfaatkan TPS yang berada di taman kota sebagai tempat

pembuangan sampah sekolah mereka tanpa adanya penarikan retribusi. Meskipun begitu,

sekolah lainnya dikenakan retribusi untuk biaya pengangkutan sampah tersebut. Besaran

retribusi yang dikenakan berkisar Rp 10.000,- per bulannya.

Gambar 4. 4 Bagan Alur Pola Pengelolaan Sampah Fasilitas Pendidikan Sumber. Hasil Wawancara Peneliti

d. Fasilitas Kesehatan

Tabel 4. 9 Jenis Sampah yang Dihasilkan di Fasilitas Kesehatan

No. Jenis Sampah Sampah yang Dihasilkan

1 Organik Sisa makanan, daun daunan, buah buahan

2 Bulky Combustible Plastik, kertas, botol air mineral, bungkus plastik bekas makanan

3 Bulky Uncombustible -

4 Hazardous Infus, jarum suntik, obat-obatan, botol kimia, masker, tisu, dan segala barang

yang bersentuhan dengan pasien dan sampah medis lainnya

Sumber. Hasil Wawancara Peneliti

Berbeda dengan tempat-tempat lainnya, fasilitas kesehatan seperti rumah sakit maupun

klinik kesehatan memiliki jenis sampah yang perlu penanganan khusus. Hal ini terkait

koran, botol dan

buku dijual tukang rosok

Fasilitas

Pendidikan

ranting tanaman dan

kayu bekas bangku

sisa makanan, daun

daunan, bungkus

plastik bekas

jajanan, sobekan

kertas, dll

dimanfaatkan

dibuang

bahan bakar

memasak

bak sampah/

TPS

TPA

diangkut

Page 60: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

dengan bakteri dan kuman yang lekat dengan aktivitas yang berlangsung didalamnya

terutama penyebaran penyakit oleh pasien. Selain sampah organik dan sampah mudah

terbakar (combustible), fasilitas ini juga menghasilkan sampah berbahaya (hazardous).

Sampah berbahaya (hazardous) di fasilitas kesehatan lebih dikenal dengan sampah

infeksius. Sampah tersebut terdiri dari infus, jarum suntik, obat-obatan, botol kimia,

masker, tisu serta segala barang yang bersentuhan dengan pasien. Sedangkan sampah

organik yang ditemukan antara lain sisa makanan, dedaunan, dan buah-buahan. Sampah

anorganik combustible yang dihasilkan yaitu kertas, botol air mineral serta bungkus plastik

bekas makanan. Sampah terbanyak yang dihasilkan yaitu sampah-sampah yang dihasilkan

oleh pengunjung dan penunggu pasien seperti sisa makanan dan plastik bungkus makanan.

Penanganan sampah rumah sakit besar dengan rumah sakit kecil sedikit berbeda,

meskipun pada pembuangan awal kedua jenis rumah sakit ini melakukan pemilahan

terutama untuk sampah berbahaya dengan sampah lainnya. Di rumah sakit besar, sampah

infeksius dibakar oleh petugas dengan menggunakan insenerator yang dimiliki rumah

sakit. Sedangkan untuk rumah sakit kecil, pembakaran sampah infeksius dilakukan di

rumah sakit lain yang sudah memiliki insenerator. Untuk penitipan pembakaran sampah

tersebut dikenakan biaya tertentu. Pembuangan sampah pada rumah sakit besar, semua

jenis sampah kecuali sampah infeksius diangkut oleh petugas sampah dengan membayar

retribusi. Berbeda dengan rumah sakit besar pada rumah sakit kecil, sampah seperti botol-

botol air mineral, kertas dan kardus dijual ke pihak lain. Pembuangan sampah lainnya pada

rumah sakit kecildiangkut oleh petugas ke TPS terdekat dengan membayar retribusi

tertentu.

Rumah Sakit Besar

Gambar 4. 5 Bagan Alur Pola Pengelolaan Sampah Rumah Sakit Besar Sumber. Hasil Wawancara

Rumah Sakit Kecil

Gambar 4. 6 Bagan Alur Pola Pengelolaan Sampah Rumah Sakit Kecil Sumber. Hasil Wawancara

Fasilitas

Kesehatan

dipilah

dengan

plastik

sampah

infeksius

sampah non

infeksius

dibakar oleh

petugas RS

diangkut oleh

petugas DPU TPA

Fasilitas

Kesehatan

dipilah

dengan

plastik

sampah

infeksius

sampah non

infeksius

dikumpulkan

sisa makanan,

daun daunan,

buah-buahan,

plastik bungkus

makanan, plastik

dibakar di RS

lain

dibuang ke

TPS

botol aqua,

kardus, kertas

dijual ke

tukang rosok

diangkut

Page 61: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

e. Kawasan Industri

Tabel 4. 10 Jenis Sampah yang Dihasilkan di Kawasan Industri

Jenis Sampah

Kawasan Industri

Industri Meubel

(i)

Industri Cor Logam

(ii)

Industri Kerajinan Bambu

(iii)

Organik - - -

Bulky Combustible Grajen, kulit kayu,

uliran kayu bekas

pasahan (kawul),

- Bongkahan bambu, grajen, kertas,

plastik

Bulky Uncombustible - Kaleng cat, kaca padat

berwarna hitam (klelet),

pasir bongkahan cetakan

Kaleng cat

Hazardous - - -

Sumber. Hasil Wawancara Peneliti

Kawasan industri yang berkembang di Klaten cukup beragam, antara lain industri

meubel, industri cor logam dan industri kerajinan bambu. Ketiga jenis industri tersebut

memiliki jenis sampah yang identik yaitu sampah anorganik mudah dan sulit terbakar.

Ketiga jenis industri tersebut juga memiliki penanganan sampah yang sama yaitu dijual

pada pihak lain untuk dimanfaatkan kembali seperti bahan bakar usaha lain.Sampah klelet/

kaca padat merupakan sampah terbanyak yang dihasilkan industri cor logam, sedangkan

bongkah kayu merupakan sampah terbanyak yang dihasilkan industri kerajinan bambu.

Sampah-sampah industri yang dihasilkan ketiganya kesemuanya tidak mencemari

lingkungan terutama kaca padat (klelet) yang merupakan produk samping dari pengecoran

logam. Untuk penjualan sampah seperti pada industri meubel dihargai sekitar Rp 12.000,-

per karungnya untuk sampah grajen/ uliran kayu dan untuk kulit kayu sebesar Rp 35.000,-.

Sedangkan untuk industri kerajinan bambu, sampah bongkah bambu dihargai Rp 2.500,-

per biji, grajen Rp 7.000,- per karung plastik. Sampah hasil industri cor logam seperti tanah

padat/ kaca padat dihargai sebesar Rp 135.000,- per colt (mobil bak terbuka) dan Rp

3.000,- per kilo untuk sampah kaleng cat.

Gambar 4. 7 Bagan Alur Pola Pengelolaan Sampah Area Industri

Sumber. Hasil Wawancara

Area

Industri

Industri

Meubel

Industri

Kerajinan

Bambu

Industri Cor

Logam

uliran kayu, pelepah

kayu, serbuk kayu

bongkah bambu,

grajen, plastik

kaca padat

bongkaran

cetakan

kaleng cat

bahan bakar

memasak

bahan bakar

memasak

kerajinan kaca

tanah urug

tukang rosok

dijual

dijual

dijual

dijual

diolah

Page 62: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

(i) Sampah Sentra Industri Meubel di Desa Mandong Kecamatan Trucuk

(ii) Sampah sentra Industri Cor Logam di Desa Batur Kecamatan Ceper

(iii) Sampah Industri Kerajinan Bambu di Desa Jambu Kidul Ceper Klaten

Gambar 4. 8 Sampah Kawasan Industri Sumber. Hasil Dokumentasi Peneliti

4.2. Kondisi Eksisting TPA Dilihat dari Parameter SNI Pemilihan Lokasi TPA

4.2.1. Lokasi TPA Jomboran

a. Batas Administrasi dan Pola Kepemilikan Lahan

TPA Jomboran merupakan tempat pembuangan akhir (TPA) sampah di Kabupaten

Klaten yang terletak di Kecamatan Klaten Tengah. TPA ini berlokasi di Desa Jomboran,

Kecamatan Klaten Tengah. Desa Jomboran berbatasan dengan Desa Buntalan di sebelah

barat; Kelurahan Gumulan di sebelah timur; kelurahan Mojayan di sebelah utara, dan

Kecamatan Kalikotes di sebelah selatan. Posisi TPA Jomboran berada pada perbatasan

antara Desa Jomboran dengan Desa Gumulan dimana kedua desa ini dipisahkan oleh

sungai kecil. Untuk gambaran lebih jelas mengenai posisi TPA Jomboran dapat dilihat

pada peta kawasan TPA Jomboran terlampir.

Page 63: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Gambar 4. 9 Peta Lokasi Wilayah TPA Jomboran di Wilayah Kabupaten Klaten Sumber. Peneliti, 2012

Gambar 4. 10 Peta Lokasi Wilayah TPA Jomboran di Wilayah Perkotaan Klaten Sumber. Peneliti, 2012

Page 64: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

b. Kondisi Kapasitas Lahan TPA

TPA Jomboran mulai beroperasi pada tahun 1987 dengan memanfaatkan lahan yang

berupa jurang di perbatasan antara desa Jomboran dengan desa Gumulan dengan status

lahan milik pemerintah. TPA sampah dengan luas lahan sekitar 17.100 m2 menerapkan

sistem penanganan sampah Open Dumping. Berdasarkan data profil pengelolaan sampah

perkotaan Kabupaten Klaten tahun 2011, kapasitas TPA Jomboran per tahunnya sekitar

54.000 m3 atau 150 m

3 per harinya. Direklamasikan sekitar 25.956 m

3 dan sisa potensi

sampah yang ada di Jomboran sekitar kurang lebih 28.044 m3.

4.2.2. Fisik Alam Kawasan TPA

a. Kondisi Hidrogeologi

Kondisi hidrogeologi terbagi atas dua yaitu air permukaan dan air tanah. Air

permukaan adalah air yang berada di permukaan tanah dan dapat dengan mudah dilihat

oleh mata kita. Contoh air permukaan seperti laut, sungai, danau, kali, rawa, empang, dan

lain sebagainya. Air permukaan di kawasan TPA Jomboran berupa sungai yang menjadi

batas antara desa Jomboran dengan desa Gumulan. Sungai di kawasan TPA Jomboran saat

ini sudah tidak dimanfaatkan lagi oleh masyarakat sekitar. Hal ini terkait dengan kondisi

sungai yang kotor oleh sampah-sampah.

TPAsampah

TPAJomboran

Sungai

Tebing

7 m

4 m

air sungai

sedimentasi+10 cm-tebing

tebing

Gambar 4. 11. Posisi Sungai dengan TPA Jomboran serta Penampang Sungai

Sumber. Hasil Pengamatan Peneliti

Gambar 4. 12 Kondisi Sungai di Area TPA Jomboran

Sumber. Hasil Dokumentasi Peneliti

Sedangkan air tanah adalah air yang yang terdapat dalam lapisan tanah atau bebatuan

di bawah permukaan tanah. Air tanah merupakan salah satu sumber air yang

Page 65: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

keberadaannya terbatas dan kerusakannya dapat mengakibatkan dampak luas serta

pemulihannya sulit dilakukan. Air tanah juga memiliki peranan yang sangat penting dalam

menjaga keseimbangan dan ketersediaan bahan baku air untuk kepentingan rumah tangga

(domestik) maupun industri. Air tanah di permukiman kawasan TPA Jomboran seperti di

desa Jomboran dan Gumulan masih dalam kondisi yang baik dan tidak adanya pencemaran

air. Hal ini terlihat dari tidak adanya keluhan dari masyarakat mengenai kondisi air tanah

di lingkungan mereka. Sedangkan berdasarkan keterangan dari pemerintah desa setempat,

untuk rata-rata tinggi permukaan air tanah di lingkungan kawasan TPA baik desa Gumulan

maupun Jomboran berada di kisaran antara 8 – 9 meter. Dalam pemanfaatan air bersih,

masyarakat di kedua desa di kawasan TPA Jomboran menggunakan sumur air dangkal dan

PAM.

Gambar 4. 13 Diagram Kondisi Air Tanah dalam Radius 0 – 500 meter dan 501 – 800 meter

Sumber. Survey Primer

Tingkat pencemaran suatu air tanah dapat dilihat dari beberapa perubahan yang terjadi

pada kualitas air tersebut. Bahan buangan limbah/ sampah seringkali dapat larut dalam air,

sehingga dapat menyebabkan terjadinya perubahan seperti warna dan bau. Berdasarkan

hasil penyebaran kueisoner yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa kondisi air tanah

dalam radius 0-800 meter dari TPA Jomboran sebagian besar masih baik. Sebanyak 47

orang dari total sekitar 92 responden mengatakan bahwa air tanah/ air sumur di rumah

mereka masih jernih tidak berbau dan berwarna. Sebanyak 53% dari responden dalam

radius 0-500 m dan 50% dalam radius 501-800 m menyatakan bahwa kondisi air tanah/

sumur mereka masih jernih. Sedangkan masyarakat yang banyak mengeluhkan air tanah/

sumur yang berwarna dan berbau berada pada radius 0-500 m yaitu sebanyak 30% dari

total responden.

30%

17% 53%

Kondisi Air Sumur Radius 0-500 m

Berwarna danberbau

Hanya berwarna/berbau

Jernih

27%

23%

50%

Kondisi Air Sumur Radius 501-800 m

Berwarna danberbau

Hanya berwarna/berbau

Jernih

Page 66: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Gambar 4. 14 Diagram Penggunaan Air Tanah/ Sumur dalam Radius 0-800 m

Sumber. Survey Primer

Berdasarkan diagram diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk baik

dalam radius 0-500 m maupun 501-800 m masih memanfaatkan air tanah/ sumur tersebut

untuk keperluan sehari-hari. Keberadaan air tanah/ sumur yang masih jernih dan tidak

berbau tersebut dimanfaatkan oleh penduduk sekitar untuk mandi, cuci dan kakus juga

untuk dikonsumsi. Pemanfaatan air tanah/ sumur gali ini sudah berlangsung lama dan turun

temurun sebelum saluran PAM masuk ke permukiman di sekitar TPA. Meskipun begitu,

ada beberapa penduduk yang lebih memilih menggunakan air PAM untuk pemenuhan

kebutuhan air bersih mereka. Hal ini dikarenakan masih adanya beberapa penduduk yang

menganggap air PAM lebih baik dan layak dikonsumsi dibandingkan air tanah/ sumur gali

mereka.

Gambar 4. 15 Diagram Pemanfaatan Air Tanah/ Sumur dalam Radius 0-800 m Sumber. Survey Primer

b. Jenis Tanah dan Kelerengan

Kondisi topografi wilayah Kabupaten Klaten diapit oleh Gunung Merapi dan

Pegunungan Seribu dengan ketinggian antara 76 - 160 m diatas permukaan laut, sehingga

dapat terbagi menjadi tiga daerah yaitu daerah lereng, datar dan berbukit/ gunung kapur.

TPA Jomboran berada di Klaten Tengah yang memiliki ketinggian antara 100 - 200 m

diatas permukaan laut. Kedua desa dimana lokasi TPA Jomboran berada memiliki

ketinggian yang berbeda. Desa Gumulan memiliki topografi lebih tinggi dibandingkan

desa Jomboran dimana desa Gumulan berada pada ketinggian 151 meter diatas permukaan

laut, sedangkan desa Jomboran berada pada 141 meter diatas permukaan laut. Untuk

69%

31%

Pemanfaatan Air Sumur Radius 0-500 m

Dimanfaatkan

Tidak

73%

27%

Pemanfaatan Air Sumur Radius 501-800 m

Dimanfaatkan

Tidak

8% 16%

76%

Pemanfaatan Air Sumur Radius 0-500 m

Dikonsumsi

Mandi, Cuci,Kaskus

Semuanya

7%

93%

Pemanfaatan Air Sumur Radius 501-800 m

Mandi,Cuci, Kaskus

Semuanya

Page 67: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

daerah lain di sekitarnya seperti desa Jimbung Kecamatan Kalikotes yang terletak di

sebelah selatan memiliki ketinggian 151 meter diatas permukaan laut dan Kecamatan

Klaten Utara memiliki topografi yang lebih tinggi yaitu 155 meter diatas permukaan laut.

Sehingga dari kondisi tersebut, maka lokasi TPA yaitu desa Jomboran merupakan daerah

yang paling rendah dibanding daerah lain disekelilingnya. Kondisi kelerengan daerah

sekitar TPA relatif datar dengan kemiringan rata rata antara 0 - 2% dan di beberapa titik

sebagian kecil lainnya memiliki kemiringan rata-rata > 2% - 5%.

Keadaan struktur tanah di wilayah Kota Klaten cukup subur dikarenakan pada proses

pembentukannya dahulu, daerah ini dibentuk dari pelapukan batuan vulkanik. Dilihat dari

bentuk sisi kemiringan lahan maka kondisi pelapukannya berjalan lambat sehingga

memungkinkan terbentuknya permukaan yang cukup tebal di setiap daerah. Jenis tanah di

daerah ini yaitu tanah regosol kelabu, bahan induk abu dan pasir volkan intermediet.

Gambar 4. 16 Peta Kelerengan Wilayah TPA Jomboran Sumber. Peneliti, 2012

Page 68: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

c. Klimatologi

Keadaan iklim Kabupaten Klaten termasuk iklim tropis dengan musim hujan dan

kemarau silih berganti sepanjang tahun temperatur udara rata-rata 28º – 30º Celcius dengan

kecepatan angin rata-rata sekitar 153 mm setiap bulannya. Sedangkan curah hujan tertinggi

berada pada bulan Januari (350 mm) dan curah hujan terendah pada bulan Juli (8 mm).

Untuk desa Jomboran dan desa Gumulan kecamatan Klaten Tengah dimana TPA

Jomboran berada, memiliki curah hujan rata-rata 373 mm/tahun.

Menurut Kanwil PU DKI Jakarta (1997) untuk menghitung debit banjir rencana

tahunan sangat dipengaruhi oleh koefisien run off, intensitas hujan dan luas daerah

pengaliran. Sehingga salah satu sebab terjadinya bencana banjir adalah adanya curah hujan

yang relatif tinggi. Berdasarkan data kerawanan bencana banjir Kabupaten Klaten,

kawasan TPA Jomboran yaitu di Desa Jomboran dan Desa Gumulan Kecamatan Klaten

Tengah termasuk dalam kawasan bebas bencana banjir. Hanya saja untuk masalah

genangan masih dijumpai di area TPA seperti pada jalan lingkungan yang menghubungkan

ke lokasi TPA Jomboran dan jalan di area komersil di sepanjang jalan by pass. Meskipun

begitu, genangan hanya terjadi ketika hujan turun dan surut seketika sehingga tidak

dikeluhkan oleh masyarakat. Sedangkan, saat musim kemarau tiba masalah kekeringan

masih melanda dua desa di kawasan TPA Jomboran ini. Hal ini tentu berdampak pada

pertanian di kawasan TPA Jomboran dan kondisi sampah di TPA. Ketika musim kemarau

dapat memicu sampah-sampah mudah terbakar karena terjadi adanya gesekan sampah

kering.

d. Bentang Alam

TPA Jomboran berada di wilayah yang memiliki bentang alam berupa dataran rendah

dan sungai. Kondisi sungai di area TPA Jomboran banyak ditemukan sampah-sampah

mengapung di permukaan sungai sehingga hal ini tentu mengancam kelestarian ekosistem

sungai. Meskipun begitu, di sungai tersebut masih dapat dijumpai beberapa spesies ikan

maupun katak. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi bahwa saat ini jumlah

ikan tak sebanyak dahulu. Hal ini selain disebabkan oleh kondisi sungai juga dikarenakan

aktivitas penyetruman oleh pemuda. Kondisi sungai di area TPA Jomboran dapat

diperlihatkan pada foto dibawah.

Kawasan TPA Jomboran memiliki lingkungan yang masih asri dan alami, hal ini dapat

terlihat dari masih dijumpainya beberapa spesies burung dan capung di area persawahan

sekitar lokasi TPA. Hewan-hewan ini mudah ditemukan terutama saat pagi hari dan tidak

terpengaruh dengan aktivitas pengangkutan sampah maupun TPA.

Page 69: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

jalan sawah TPAsampah

tebing jurang dan sungai

sawah sawah

Gambar 4. 17 Ilustrasi View TPA Jomboran dari arah depan

Sumber. Hasil Pengamatan Peneliti

jalanTPA sampahsawah bangunan

Gambar 4. 18 Ilustrasi View TPA Jomboran dari arah samping

Sumber. Hasil Pengamatan Peneliti

e. Guna Lahan

Perkembangan orientasi pergeseran perkembangan dan pertumbuhan fisik kota

merupakan faktor penentu terbentuknya suatu struktur tata ruang kota. Guna melakukan

upaya terhadap terbentuknya tata ruang kota yang tidak terkendali diperlukan pengaturan

penggunaan lahan di setiap ruangnya. Selain itu, pengaturan penggunaan lahan juga

dimaksudkan untuk meminimalkan dampak yang mungkin timbul akibat aktivitas yang

berlangsung didalamnya.

Lahan TPA Jomboran dahulunya merupakan sebuah tegalan atau dalam istilh

penduduk sekitar menyebutnya padas pereng yang kemudian diurug untuk dimanfaatkan

sebagai TPA sampah. Sedangkan untuk tata guna tanah di kawasan TPA Jomboran berupa

lahan persawahan dan lahan permukiman berkepadatan rendah. Lahan persawahan di

kawasan TPA Jomboran berupa sawah tadah hujan dengan 80% berupa tanaman padi dan

20% berupa tanaman palawija. Pengambilan air untuk pengairan lahan persawahan

menggunakan sumber air kota dan tidak menggunakan air sungai di dekat TPA Jomboran.

Sedangkan untuk pengairan lahan persawahan di desa Gumulan mengambil air dari sumber

mata air pruneng cokro yang terletak di Kecamatan Tulung. Meskipun berada dekat

dengan area TPA sampah, tidak mempengaruhi kesuburan tanah lahan persawahan di

sekitarnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani sekitar dan ketua kelompok tani,

belum pernah ada ajuan keluhan mengenai kesuburan tanah lahan garapan sawah mereka

Page 70: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

dengan keberadaan sampah TPA. Menurut ketua kelompok tani sekitar, kesuburan tanah

lahan persawahan mereka selama ini dipengaruhi oleh pupuk yang digunakan.

Daerah lindung/ cagar alam merupakan daerah yang mengandung cagar budaya/

sejarah sehingga lokasi maupun lingkungannya dibutuhkan pengamanan agar tidak

merusak baik secara langsung maupun tidak langsung. Berdasarkan peta tutupan lahan

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Klaten (RTRW) serta wawancara dengan

aparaturdesa setempat, bahwa kawasan Jomboran yang masuk dalam kecamatan Klaten

Tengah tidak memiliki daerah lindung/ cagar alam.

Gambar 4. 19 Peta Guna Lahan Kawasan TPA Jomboran Sumber. Peneliti, 2012

Page 71: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

4.2.3. Jaringan Transportasi Kawasan

Jalan merupakan salah satu dari beberapa indikator tingkat aksesibilitas suatu kawasan.

Jalan menuju lokasi TPA Jomboran merupakan jalan lingkungan dengan kondisi sudah

diaspal dengan beberapa permukaan jalan yang sedikit berlubang. Jalan raya terdekat terletak

kurang lebih satu kilometer dari pusat TPA Jomboran dan merupakan by pass Kota Klaten

dengan tingkat kepadatan arus lalu lintas yang sangat tinggi. Hal ini dikarenakan jalan raya

tersebut merupakan jalan yang menghubungkan antar kota/ kabupaten seperti Jogja-Solo.

Jalan ini memiliki sudah di aspal hotmix layaknya jalan raya pada umumnya dengan kontur

relatif datar dan sedikit berkelok pada titik tertentu serta kondisi permukaan aspal yang baik.

Sedangkan jalan lokal terdekat berada pada jarak kurang dari 500 meter dari pusat TPA

Jomboran yang menghubungkan antar kecamatan dengan tingkat kepadatan lalu lintas sedang

dengan kisaran kendaraan yang lewat sekitar 810 unit per jam. Jalan lokal yang sudah diaspal

ini memiliki kontur relatif datar dan tidak berlubang pada permukaan aspalnya. Jalan

lingkungan yang menghubungkan jalan lokal ke lokasi TPA maupun ke dusun/ permukiman

penduduk memiliki tingkat kepadatan arus lalu lintas yang rendah dengan kisaran kendaraan

yang lewat sekitar 168 unit per jam. Untuk mengetahui tingkat kepadatan arus lalu lintas di

jalan lokal dan lingkungan tersebut bisa dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4. 11 Tingkat Kepadatan Arus Lalu Lintas Kawasan TPA Jomboran

Jenis Moda Jalan Lingkungan Jalan Lokal

Mobil 24 unit/ jam 102 unit/ jam

Motor 126 unit/ jam 624 unit/ jam

Sepeda 24 unit/ jam 84 unit/ jam

Total 174 unit/jam 810 unit/ jam

Sumber. Hasil Pengamatan Peneliti

Jalur transportasi yang dilalui pengangkutan sampah di kawasan ini hanya terdapat satu

jalur. Jalur tersebut hanya melewati desa Jomboran dan sebagian kelurahan Mojayan,

sehingga desa Gumulan sama sekali tidak dilalui oleh aktivitas pengangkutan sampah. Untuk

menuju ke pusat TPA sampah, setelah melewati jalan raya (by pass) truk-truk dan motor-

motor pengangkut sampah langsung menuju jalan lingkungan dengan terlebih dahulu

melewati jalan lokal yang menghubungkan kecamatan Klaten Selatan dengan kecamatan

Kalikotes disebelahnya. Untuk memasuki jalan lokal ini, terlebih dahulu truk-truk maupun

motor-motor pengangkut sampah tersebut melewati kawasan perdagangan yang terletak di

sepanjang jalan raya by pass dan sebagian jalan lokal. Sedangkan waktu yang dibutuhkan oleh

truk pengangkut sampah tersebut untuk mencapai ke pusat TPA sampah kurang dari 15 menit

dihitung dari jalan raya (by pass). Hal ini dikarenakan jalan penghubung ke pusat TPA

sampah memiliki tingkat kepadatan arus lalu lintas yang tidak terlalu tinggi dan kondisi jalan

Page 72: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

sangat baik untuk dilalui moda-moda pengangkutan sampah, sehingga dapat dengan leluasa

bergerak.

Gambar 4. 20 Pengangkutan Sampah di Jalan Sekitar Kawasan TPA Sumber. Hasil Dokumentasi Peneliti

Page 73: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Gambar 4. 21 Peta Kondisi dan Dimensi Jalan di Kawasan TPA Jomboran Sumber. Peneliti, 2012

Page 74: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

4.2.4. Kerentanan Terhadap Gangguan terkait Keberadaan Zona Penyangga

Gangguan yang ditimbulkan akibat TPA seperti munculnya bau, kebisingan, asap,

maupun pemandangan yang kurang baik dipengaruhi oleh keberadaan zona penyangga di

kawasan TPA tersebut. Zona penyangga merupakan zona yang berfungsi sebagai penahan

untuk mencegah atau mengurangi dampak keberadaan dan kegiatan-kegiatan TPA terhadap

masyarakat yang melakukan kegiatan sehari-hari di kawasan sekitar TPA, dalam segi

keselamatan, kesehatan, dan kenyamanan. Akibat dan gangguan-gangguan misalnya bau,

kebisingan, dan sebagainya. Zona ini dapat berupa jalur hijau atau pagar tanaman, dengan

ketentuan antara lain, jenis tanaman adalah tanaman tinggi dikombinasi dengan tanaman

perdu yang mudah tumbuh. Zona penyangga berada dalam radius 0-500 meter, dihitung dari

batas terluar tapak TPA sampah. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak sub Dinas

Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Klaten serta pengamatan lapangan oleh peneliti,

Tempat Pembuangan Akhir sampah Jomboran tidak memiliki area penyangga (buffer zone).

Hal ini terlihat dari ketidakadaan tanaman keras maupun tanaman tinggi dalam radius 0-500

meter dari tapak terluar TPA Jomboran. Dalam radius tersebut hanya berupa lahan

persawahan padi dan beberapa tanaman palawija.

Ketidakadaan tanaman tinggi di sekitar TPA Jomboran, dapat dengan leluasa

memberikan pemandangan kondisi maupun aktivitas TPA Jomboran dari luar tapak. Selain itu

hal ini juga berdampak pada tidak adanya filter/ penyaringseperti bau, asap dan kebisingan

yang ditimbulkan oleh aktivitas TPA. Sehingga dari observasi lapangan, banyak munculnya

keluhan dari masyarakat sekitar terkait dengan bau dan asap yang ditimbulkan oleh sampah-

sampah TPA. Bau dan asap tersebut bergerak mengikuti arah angin yang berhembus. Saat

musim hujan, masyarakat tidak mau membuka pintu rumah mereka dikarenakan bau yang

ditimbulkan oleh sampah TPA saat musim penghujan menjadi semakin kuat. Hal ini

berbanding terbalik dengan asap yang ditimbulkan oleh pembakaran sampah di musim

kemarau, karena sampah mudah terbakar saat suhu terlalu panas. Selain itu, timbulnya lalat

juga menjadi gangguan bagi masyarakat sekitar seperti makanan-makanan di rumah menjadi

incaran lalat-lalat tersebut.

4.2.5. Kondisi Masyarakat

a. Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya

Masyarakat di kawasan TPA Jomboran baik desa Gumulan maupun desa Jomboran

memiliki kehidupan sosial yang tidak jauh berbeda dengan masyarakat lainnya di

Kabupaten Klaten. Kehidupan sosial masyarakat di kedua desa ini masih sangat

mengutamakan dan mementingkan rasa kebersamaan dan gotong royong sehingga

Page 75: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

interaksi antar masyarakat masih sangat tinggi. Rasa kebersamaan dan gotong royong ini

sangat terasa apabila terdapat masyarakat yang sedang mengalami musibah seperti sakit

maupun sedang memiliki hajatan. Semangat gotong royong juga terlihat dari masih

aktifnya kegiatan kerja bakti di lingkungan kedua desa ini. Meskipun tidak terjadwal tetap,

masyarakat dikedua desa ini memiliki partisipasi aktif untuk keberlangsungan kegiatan ini.

Selain kegiatan kerja bakti, kegiatan lain seperti arisan bapak-bapak maupun ibu-ibu,

yasinan bagi warga muslim dan sarasehan bagi warga non muslim masih aktif

dilaksanakan di kedua desa ini. Sedangkan dari segi ekonomi, masyarakat desa-desa di

kawasan TPA Jomboran memiliki mata pencaharian yang beragam. Petani menjadi

mayoritas jenis pekerjaan di desa Jomboran, dikarenakan masih banyaknya lahan

pertanian di desa ini. Sedangkan buruh menjadi jenis pekerjaan mayoritas di desa

Gumulan. Meskipun begitu, kedua jenis pekerjaan merupakan jenis pekerjaan dominan di

kedua desa ini. Selain kedua jenis pekerjaan tersebut, jenis pekerjaan lainnya seperti

pegawai, pengusaha, dan lainnya juga dapat ditemukan di kedua desa ini dengan jumlah

yang relatif sedikit.

Melihat jenis pekerjaan masyarakat di kedua desa tersebut maka dapat dilihat

bagaimana tingkat perekonomiannya. Berdasarkan hasil wawancara dan data dari kantor

desa setempat dapat diketahui bahwa rata-rata masyarakat di desa Jomboran memiliki

penghasilan sekitar Rp 15.000,- hingga Rp 25.000,- per harinya, sehingga dapat dikatakan

masyarakat desa Jomboran termasuk dalam masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).

Sedangkan masyarakat di desa Gumulan memiliki tingkat perekonomian yang lebih baik

dibandingkan desa Jomboran. Dengan mayoritas pekerjaan sebagai buruh, rata-rata

masyarakat di desa Gumulan memiliki penghasilan sekitar Rp 40.000 per harinya.

b. Tingkat Penerimaan terhadap Kondisi TPA Jomboran

Gambar 4. 22 Diagram Kesediaan Masyarakat Sekitar dalam Menerima TPA Jomboran

Sumber. Survey Primer

Berdasarkan diagram diatas, maka dapat diketahui bahwa dari penyebaran kuesioner

dengan sampel sebanyak 92 orang tersebar merata dalam radius 0-800 m sebagian besar

masyarakat sekitar TPA Jomboran sudah tidak menghendaki TPA Jomboran tetap

14%

16%

70%

Bersedia

Bersediadengan catatan

Tidak Bersedia

Page 76: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

beroperasi di wilayah mereka. Berdasarkan hasil kuesioner dan wawancara yang

dilakukan, alasan yang mendasari masyarakat tersebut bersikap demikian adalah gangguan

lingkungan yang ditimbulkan telah merugikan mereka. Namun begitu, sebanyak 16%

menyatakan bahwa mereka masih bersedia menerima TPA Jomboran untuk tetap

beroperasi dengan catatan tetap memperhatikan kesehatan dan mendengarkan keluhan-

keluhan dari masyarakat sekitar.

4.3. Sistem Pengelolaan Sampah

4.3.1. Teknis Operasional TPA

Pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Jomboran merupakan wewenang

Sub Dinas Kebersihan dan Pertamanan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Klaten. Metode

yang diterapkan di TPA ini yaitu dengan open dumping yang dilakukan dengan cara sampah

hanya dibuang dan ditimbun tanpa adanya penanganan lebih lanjut termasuk penggunaan

tanah penutup untuk menutupi timbunan sampah. Namun semenjak timbunan sampah mulai

menggunung (overload), pemerintah menerapkan penanganan baru. Sampah-sampah yang

sudah terurai menjadi tanah, diangkut ke TPA Joho yang terletak di kecamatan Prambanan.

Hal ini dilakukan karena terdapatnya penolakan oleh masyarakat di sekitar TPA Joho terkait

bau yang ditimbulkan oleh sampah, sehingga hanya bisa menampung sampah-sampah yang

sudah terurai menjadi tanah. Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas terkait, setidaknya

dalam setahun dilakukan 2 (dua) kali reklamasi dengan jadwal yang tidak tentu. Reklamasi

yang dilakukan bergantung pada besarnya anggaran.

Dalam menjalankan operasional pengelolaan TPA, pihak pemerintah Kabupaten Klaten

khususnya Dinas Pekerjaan Umum bagian Kebersihan dan Pertamanan selama ini belum

pernah menjalin kerjasama dengan pihak swasta manapun. Sehingga sampai saat ini belum

pernah ada investor luar yang turut membantu dalam pengelolaan TPA sampah Jomboran.

Meskipun begitu, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Klaten pernah memberikan bantuan

berupa alat pengomposan yang saat itu tidak digunakan cukup lama terkait dengan tingginya

biaya operasional alat. Dalam pengoperasiannya, TPA sampah Jomboran menggunakan dana

yang bersumber dari APBD Kabupaten Klaten. Sedangkan dalam pemindahan TPA sampah

Jomboran, rencananya untuk pengadaan konstruksi menggunakan sumber dana dari pusat.

Sedangkan untuk pembebasan lahan dan pengoperasiannya nantinya menggunakan dana yang

bersumber APBD Kabupaten.

Page 77: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Gambar 4. 23 Operasional Pembuangan dan Penimbunan Sampah TPA Jomboran Sumber. Hasil Dokumentasi Peneliti

Gambar 4. 24 Alur Pengelolaan Sampah Kabupaten Klaten

Sumber. Hasil Wawancara

Gambar 4. 25 Kondisi Alat Pengomposan Bantuan Badan Lingkungan Hidup (BLH) yang belum

pernah terpakai Sumber. Hasil Dokumentasi Peneliti

4.3.2. Kelembagaan

Pengelolaan persampahan di Kabupaten Klaten dilaksanakan oleh Sub Dinas Kebersihan

dan Pertamanan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Klaten selaku pihak yang menangani

langsung. Daerah pelayanan persampahan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Klaten meliputi

26 kecamatan se Kabupaten Klaten. Dalam melaksanakan tupoksinya, Sub Dinas Kebersihan

dan Pertamanan Kabupaten Klaten dibantu oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan

Sampah dan Limbah. Berdasarkan Peraturan Bupati Klaten No.44 tahun 2010 tentang rincian

tugas, fungsi dan tata kerja Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Klaten, dapat dijelaskan

tupoksi dari masing-masing dinas tersebut sebagai berikut:

Tabel 4. 12 Tupoksi Dinas Pengelola Sampah

Tupoksi Dinas Pekerjaan

Umum

Sub Dinas Kebersihan

dan Pertamanan

Seksi Operasional

Kebersihan Jalan dan

Lingkungan

UPT Pengelolaan

Sampah dan Limbah

Tugas

Pokok

Melaksanakan urusan

pemerintahan daerah di

bidang pekerjaan umum

Melaksanakan sebagian

tugas dinas di bidang

kebersihan dan

pertamanan meliputi

perencanaan,

pembangunan,

Melaksanakan sebagian

tugas bidang kebersihan

dan pertamanan

meliputi pengelolaan

kebersihan dan jalan,

lingkungan dan saluran

Melaksanakan

sebagian kegiatan

teknis operasional

dan/ atau kegiatan

teknis penunjang

Dinas di bidang

Sumber

Sampah

Bak Sampah

dan TPS

TPA

Jomboran

Sampah Baru/

Basah Open Dumping

Sampah

Kering/ Humus TPA Joho

Direklamas

i

Page 78: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Tupoksi Dinas Pekerjaan

Umum

Sub Dinas Kebersihan

dan Pertamanan

Seksi Operasional

Kebersihan Jalan dan

Lingkungan

UPT Pengelolaan

Sampah dan Limbah

pemeliharaan, dan

pengelolaan kebersihan

dan pemakaman

pengelolaan Sampah

dan Limbah

Fungsi - Perumusan kebijakan

teknis di bidang

pekerjaan umum

- Penyelenggaraan

urusan pemerintahan

dan pelayanan umum

di bidang pekerjaan

umum

- Pembinaan dan

pelaksanaan tugas di

bidang pekerjaan

umum

- Pelaksanaan tugas

lain yang diberikan

oleh Bupati sesuai

dengan tugas dan

fungsinya

- Merumuskan

kebijakan, pedoman,

dan petunjuk teknis

pembinaan di bidang

kebersihan dan

pertamanan

- Mengkoordinasikan

penyusunan program

kegiatan bidang

kebersihan dan

pertamanan

- Melaksanakan

administrasi dan

ketatausahaan bidang

kebersihan dan

pertamanan

- Memberikan

pertimbangan atas izin

sesuai bidang tugasnya

dan melakukan

pengawasan serta

pengendalian

- Memberikan

bimbingan, pembinaan

dan penyuluhan di

bidang kebersihan dan

ketertiban sampah,

pertamanan,

penerangan jalan

umum, pemakaman,

pengelolaan limbah

tinja

- Mengelola dan

melaksanakan

pembangunan,

pemeliharaan fisik

sarana, dan prasarana

kebersihan pertamanan

- Melaksanakan

kebersihan jalan dan

lingkungan umum,

saluran dan selokan

- Mengkoordinasikan

survei, studi kelayakan,

dan desain bidang

kebersihan dan

pertamanan

- Melaksanakan

sinkronasi perencanaan

dan pelaksanaan

kegiatan bidang

kebersihan dan

pertamanan

- Mengkoordinasikan

dan memberi petunjuk

kepada bawahan agar

terjalin kerjasama yang

baik, dan saling

mendukung dalam

pelaksanaan tugas

sesuai pedoman dan

ketentuan yang berlaku

- Menilai hasil kerja

- Menyiapkan bahan

penyusunan

kebijakan, petunjuk

teknis, dan rencana

kegiatan kebersihan

jalan, lingkungan dan

saluran

- Mengumpulkan,

mengolah

menganalisa dan

penyajian data yang

berhubungan dengan

kebersihan jalan,

lingkungan dan

saluran

- Menyusun program

kegiatan kebersihan

jalan umum dan

lingkungannya,

komplek perumahan,

pertokoan,

perkantoran, saluran

dan selokan

- Melaksanakan

pengadaan sarana dan

prasarana yang

berhubungan dengan

kebersihan,

pengelolaan Instalasi,

Pengolah Lumpur

Tinja (IPLT) dan

Tempat Pembuangan

Akhir (TPA) sampah

- Membagi tugas dan

memberi petunjuk

kepada bawahan agar

pelaksanaan tugas

dapat berjalan dengan

lancar sesuai

ketentuan yang

berlaku

- Menilai hasil kerja

bawahan dengan

jalan memonitor dan

mengevaluasi hasil

kerja

- Mengevaluasi dan

mengiventarisasi

permasalahan yang

berhubungan dengan

pelaksanaan tugas

serta mencari

alternatif pemecahan

masalah

- Melaksanakan

koordinasi dan

kerjasama yang baik

dan saling

mendukung dalam

pelaksanaan tugas

sesuai pedoman dan

ketentuan yang

berlaku

- Penyusunan

rencana teknis

operasional di

bidang pengelolaan

sampah dan limbah

- Pelaksanaan

kebijakan teknis

operasional di

bidang pengelolaan

sampah dan limbah

- Pengelolaan

ketatausahaan

- Pelaksanaan tugas

lain yang diberikan

oleh Kepala Dinas

sesuai dengan tugas

dan fungsinya

Page 79: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Tupoksi Dinas Pekerjaan

Umum

Sub Dinas Kebersihan

dan Pertamanan

Seksi Operasional

Kebersihan Jalan dan

Lingkungan

UPT Pengelolaan

Sampah dan Limbah

bawahan dengan jalan

memonitor dan

mengevaluasi hasil

kerja

- Mengevaluasi dan

mengiventarisasi

permasalahan yang

berhubungan dengan

pelaksanaan tugas serta

mencari alternatif

pemecahan masalah

- Melaksanakan

koordinasi dan

kerjasama yang baik

dan saling mendukung

dalam pelaksanaan

tugas sesuai pedoman

dan ketentuan yang

berlaku

- Melaporkan hasil

pelaksanaan tugas/

kegiatan kepada atasan

- Melaksanakan tugas

lain yang diberikan

oleh atasan sesuai

bidang tugasnya

- Melaporkan hasil

pelaksanaan tugas/

kegiatan kepada

atasan

- Melaksanakan tugas

lain yang diberikan

oleh atasan sesuai

bidang tugasnya

Sumber. Peraturan Bupati Klaten No.44 tahun 2010

4.3.3. Sistem Pembiayaan

Agar sistem pengelolaan persampahan yang dijalankan dapat berjalan lancar tentu

dibutuhkan suatu pembiayaan. Dalam sistem pembiayaan tersebut nantinya mengatur

mengenai tarif retribusi dan biaya operasional agar berjalan seimbang. Pembiayaan yang

diberlakukan untuk operasional pengelolaan persampahan di Kabupaten Klaten antara lain

sebagai berikut :

Tabel 4. 13 Daftar Tarif Pelayanan Persampahan/ Kebersihan Kabupaten Klaten

No. Jenis Kelompok I Kelompok II Kelompok III

Dasar

pengenaan

Tarif/ bulan Dasar

pengenaan

Tarif/ bulan Dasar

pengenaan

Tarif/ bulan

1 Rumah Tangga Daya Listrik

> 1300

1.000 Daya Listrik

900

800 Daya Listrik

450

600

2 Rumah Sakit Tempat

Tidur > 50

60.000 Tempat

Tidur 20-50

40.000 Tempat

Tidur < 20

20.000

3 Kantor

Pemerintahan

Swasta

Pegawai >

100

15.000 Pegawai 50-

100

10.000 Pegawai <

50

5.000

4 Sekolah Murid > 200 10.000 Murid 100-

200

7.500 Murid < 100 5.000

5 Toko-

Perusahaan-

Bengkel

Besar 30.000 Menengah 15.000 Kecil 5.000

6 Restoran-Rumah

Makan-Warung

Luas 50 m2 10.000 Luas 30-50

m2

7.500 Luas < 30

m2

5.000

7 PKL/ Lesehan

Tempat Wisata

Makanan/

minuman

2.000 Buah-

buahan

1.500 Non Buah-

buahan

1.500

Sumber. Peraturan Daerah No.39 Tahun 2001 Kab Klaten

Page 80: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Tabel 4. 14 Besaran Pemasukan dari Penarikan Retribusi Pelayanan Persampahan/ Kebersihan

Kabupaten Klaten

Tahun Realisasi Pendapatan

(Rp)

2007 238.718.000

2008 258.844.000

2009 260.699.000

2010 256.065.000

2011 272.716.000

Sumber. Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kab Klaten

Tabel 4. 15 Satuan Biaya Kegiatan Pengelolaan Kebersihan Kabupaten Klaten Tahun 2011

No. Kegiatan Sampah Tertangani/ Tahun Biaya Operasional

& Pemeliharaan

Biaya Satuan

(Rp/ m3)

1. Program Pengembangan Kinerja

Pengelolaan Persampahan - 1.725.000.000 ,- -

2 Operasional Pengangkutan Sampah

dan Limbah 55.440 m3 1.305.000.000 ,- 23.538,96

3 Pengumpulan Termasuk

Penyapuan 1.440 m3 - -

4 Pemindahan dan Pengangkutan 54.000 m3 atau 150 m3/ hari x

360 - -

5 Reklamasi Sampah di TPA Joho 25.956 m3 210.000.000 ,- 8.090,61

6 Pengadaan Tanah Urug

Operasional TPA - 90.000.000 ,- -

7. Sisa Potensi Sampah Pembuangan

Akhir di TPA 28.044 m3 - 3.209,24

Sumber. Profil Pengelolaan Sampah Perkotaan Tahun 2011 Kab Klaten

4.3.4. Dasar Hukum dan Peraturan

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya untuk memenuhi Standar Operasional dan

Prosedur (SOP), Sub Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Klaten mengacu pada

peraturan-peraturan sebagai berikut :

a. Undang-Undang No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah

b. SNI 19-2454-1991 tentang Tata Cara Pengolahan Teknik Sampah Perkotaan

c. SK SNI M-36-1991-03 Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan

Komposisi Sampah Perkotaan

d. SNI 03-3241-1994 tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA

4.3.5. Peran Serta Masyarakat

Sampah tidak dapat dipisahkan dengan keberadaan para pemulung. Bagi pemulung, TPA

adalah "ladang" tempat menggantungkan hidup, di mana sehari-hari mereka menjalankan

kehidupannya sebagai pemulung. Para Pemulung mengakui bahwa mereka betah

mencari nafkah di lokasi seperti itu karena mendatangkan rejeki tersendiri. Hal ini juga

berlaku bagi para pemulung di TPA Jomboran, dimana banyak dijumpai pemulung yang

mengais sampah untuk dijual ke pengepul. Para pemulung tersebut mayoritas berasal dari

penduduk sekitar, meskipun ada 1 hingga 2 orang yang berasal dari luar wilayah. Berdasarkan

Page 81: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

hasil wawancara, pemulung yang beraktivitas di TPA Jomboran seluruhnya berjumlah 15

orang dan tidak semuanya beraktivitas bersamaan. Keberadaan pemulung di TPA Jomboran

selama ini tidak dikeluhkan oleh warga sekitar, hal ini dikarenakan mereka sudah mengenal

para pemulung tersebut. Jenis sampah yang diminati oleh para pemulung ini antara lain botol

kaca, dan atom. Dalam sehari, para pemulung hanya mampu mengumpulkan kurang lebih

sekitar 3 kilogram. Sedangkan untuk sampah jenis atom hanya dihargai oleh pengepul sekitar

2 ribu rupiah.

Gambar 4. 26 Sampah jenis atom dan botol yang diminati Pemulung TPA Jomboran Sumber. Hasil Dokumentasi Peneliti

4.4. Kondisi Kawasan

4.4.1. Kondisi Lingkungan Fisik

a. Estetika Kawasan

Kondisi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jomboran dengan timbunan sampah yang

menggunung tinggi dapat menimbulkan beragam persepsi dari penduduk sekitar yang

setiap harinya harus berhadapan dengan pemandangan semacam itu. Secara visual, hal

tersebut sangat menganggu dan tidak nyaman dipandang karena sampah yang identik

dengan kotor dan bau. Gangguan ketidaknyamanan ini dialami sebanyak 62% penduduk

dalam radius 0-800 meter. Dan gangguan tersebut paling banyak dikeluhkan penduduk di

dusun Tawangsari desa Jomboran dan dusun Panglon desa Gumulan yang berada dalam

radius 0 – 500 meter. Hal ini dikarenakan letak kedua dusun tersebut yang sangat dekat

dengan pusat TPA, sehingga timbunan mudah terlihat. Berbeda dengan dusun dusun lain

yang berada di atas radius 500 meter seperti dusun Bugelan dan Karangasem desa

Jomboran, timbunan tidak begitu terlihat karena jarak yang cukup jauh dan terhalang oleh

bangunan-bangunan rumah di dusun-dusun tersebut.

Page 82: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Gambar 4. 27 Diagram Gangguan Pandangan Tumpukan Sampah dalam Radius 0 – 800 m

Sumber. Survey Primer

Meskipun sangat mengganggu pandangan, penduduk dalam radius 501-800 m tidak

melakukan sebuah usaha untuk mengurangi ketidaknyamanan ini. Berdasarkan hasil

kuesioner, terlihat bahwa hanya sekitar 4% hingga 9% penduduk yang melakukan sebuah

usaha seperti dengan membangun tembok tinggi, menanam pepohonan, mengatur pintu

jendela rumah dan usaha-usaha lainnya agar pandangan timbunan sampah tidak terlihat

dari rumah. Sedangkan sisanya yaitu sebanyak 77% memilih untuk tidak melakukan

tindakan apapun. Sedangkan untuk penduduk dalam radius 0-500 m masih memiliki

kepedulian atas dampak tersebut. Hal ini terlihat dari hanya sekitar 30% responden yang

tidak melakukan sebuah usaha pengurangan dampak ini. Dalam radius 0-500 m, usaha

pengurangan dampak dengan mengatur posisi/ arah rumah memiliki persentase tertinggi

dibandingakn usaha lainnya yaitu sebesar 39%.

Gambar 4. 28 Diagram Gangguan Pandangan Tumpukan Sampah dalam Radius 0 – 800 m

Sumber. Survey Primer

b. Lahan Pertanian

Gambar 4. 29 Diagram Kondisi Lahan Pertanian Sekitar TPA Jomboran

Sumber. Survey Primer

81%

14%

5%

Keberadaan Tumpukan Sampah Radius 0-500 m

SangatMengganggu

CukupMengganggu

TidakMengganggu

50% 27%

23%

Keberadaan Tumpukan Sampah Radius 501-800 m

SangatMengganggu

CukupMengganggu

TidakMengganggu

2%

20%

39% 9%

30%

Usaha Pengurangan Dampak Pemandangan Tumpukan Sampah

Radius 0-500 m Membanguntembok tinggiMenanampohonMengatur arahrumahLainnya

Tidak Ada

4%

5% 9%

5%

77%

Usaha Pengurangan Dampak Pemandangan Tumpukan Sampah

Radius 501-800 m Membanguntembok tinggiMenanampohonMengatur arahrumahLainnya

Tidak Ada

12%

80%

8% Semakinparah/ tidaksuburtidak adaperubahan

semakinsubur

Page 83: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

Berdasarkan diagram diatas maka dapat diketahui bahwa sebanyak 80% mengatakan

bahwa kondisi lahan pertanian di sekitar TPA tidak ada perubahan serius. Meskipun

begitu, ada 12 % penduduk yang merasa bahwa kondisi lahan pertanian di sekitar TPA

Jomboran saat ini semakin parah atau tidak subur. Dari hasil kuesioner diketahui sebanyak

79% penduduk berpendapat bahwa tingkat kesuburan lahan pertanian di sekitar TPA

Jomboran bukan dikarenakan oleh kondisi TPA Jomboran. Tingkat kesuburan lahan

pertanian di wilayah tersebut lebih dikarenakan faktor penggunaan pupuk, dan musim.

Tabel 4. 16 Pengaruh Kondisi TPA bagi Kesuburan Lahan Pertanian Sekitar

No. Pengaruh TPA bagi Tingkat Kesuburan Lahan Pertanian Jumlah Persentase

1 Mempengaruhi Kesuburan 19 21%

2 Tidak Mempengaruhi Kesuburan 73 79%

Sumber. Survey primer

Penanganan sampah yang tidak tepat dapat mempengaruhi kualitas lingkungan di

wilayah tersebut. Sedangkan seperti yang kita ketahui bahwa kondisi lingkungan yang

tidak sehat dapat menjadi tempat kuman bakteri dan penyakit berkembang biak. Kondisi

TPA Jomboran dengan tumpukan sampah menggunung rentan menjadi sumber penyakit

dan kuman bagi lingkungan sekitarnya.

Tabel 4. 17 Wabah Hama di Lahan Pertanian Sekitar TPA Jomboran

No. Intensitas Kejadian Jumlah Persentase

1 Sangat sering terjadi 28 30 %

2 Pernah terjadi 43 47 %

3 Belum pernah terjadi 21 23 %

Sumber. Survey Primer

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat diketahui bahwa sebanyak 47% mengatakan

pernah terjadi suatu wabah hama di area lahan pertanian sekitar TPA Jomboran. Hama

pertanian yang dimaksudkan seperti tikus, dan lalat.

c. Kemunculan Bau

Adanya sampah tidak dapat dilepaskan dengan bau yang ditimbulkan. Bau busuk

sampah yang menyengat tentu menjadi suatu gangguan bagi siapapun yang berada

didekatnya. Hal ini juga terjadi pada sampah TPA Jomboran, yang juga dapat

menimbulkan bau/ aroma yang kurang enak.

Gambar 4. 30 Diagram Gangguan Bau yang ditimbulkan oleh Sampah dalam Radius 0- 800 m

Sumber. Survey Primer

81%

19%

Gangguan Bau Radius 0-500 m

Sangatterasa bau

Cukupterasa bau

68%

30% 2%

Gangguan Bau Radius 501-800 m

Sangatterasa bau

Cukupterasa bau

Page 84: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Dari diagram diatas dapat diketahui bahwa dalam radius 0-500 m semua responden

mengeluhkan bau yang ditimbulkan oleh sampah TPA Jomboran. Sebanyak 81% dari total

responden di radius 0-500 m mengeluhkan bau yang muncul sangat terasa. Sedangkan

dalam radius 501-800 m, ada sebanyak 2 % yang tidak merasakan bau yang timbul dari

sampah TPA Jomboran.

Gambar 4. 31 Diagram Intensitas Munculnya Gangguan Bau dalam Radius 0-800 m Sumber. Survey Primer

Bau sampah dapat muncul sewaktu-waktu, hal ini tergantung dengan kondisi dan

cuaca. Berdasarkan tingkat intensitas munculnya gangguan bau tersebut, dapat diketahui

bahwa responden sebanyak 83% dalam radius 0-500 m sering merasa terganggu dengan

adanya bau yang ditimbulkan oleh sampah di TPA Jomboran. Sedangkan dalam radius

501-800 m hanya 62% responden yang merasa sering terganggu dan 36% responden hanya

terganggu pada saat-saat tertentu saja.

Gambar 4. 32 Diagram Waktu Munculnya Gangguan Bau dalam Radius 0-800 m Sumber. Survey Primer

Berdasarkan waktu munculnya gangguan, dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan

pada daerah pada radius 0-500 m dengan 501-800 m. Penduduk pada radius 0-500 m lebih

sering merasakan bau setiap harinya. Hal ini terlihat dari diagram diatas dimana sebanyak

28% responden dalam radius 0-500 m yang mengatakan demikian. Sedangkan di radius

501-800 m, hanya 5% dari total responden yang mengatakan muncul setiap hari. Sebanyak

31% responden di radius 0-500 m dan 30% di radius 501-800 m mengatakan bahwa

gangguan bau tersebut hanya muncul pada musim tertentu seperti saat musim penghujan

dimana sampah menjadi basah dan lembab. Selain itu, bau juga terasa saat aktivitas

pembalikan sampah oleh petugas TPA Jomboran.

83%

17%

Intensitas Bau Radius 0-500 m

Sering

Jarang 62%

36%

2%

Intensitas Bau Radius 501-800 m

Sering

Jarang

Tidak Pernah

22%

28% 19%

31%

Waktu Muncul Bau Radius 0-500 m Setiap saat

Setiap hari jamtertentu

Kadang-kadang/tidak setiap hari

Musim tertentu

18% 5%

47%

30%

Waktu Muncul Bau Radius 501-800 m

Setiap saat

Setiap harijam tertentu

Kadang-kadang/ tidaksetiap hariMusimtertentu

Page 85: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Gambar 4. 33 Diagram Usaha Pengurangan Dampak Bau dalam Radius 0-800 m

Sumber. Survey Primer

Adanya sebuah gangguan tentu membutuhkan suatu penanganan agar dapat

mengurangi dampak yang ditimbulkan dari gangguan tersebut. Setidaknya hal ini juga

dilakukan penduduk di sekitar TPA untuk mengurangi bau sampah di lingkungan rumah

mereka. Seperti terlihat dalam diagram diatas, bahwa dalam radius 0-500 m sebanyak 31%

penduduk berusaha menanam pepohonan di pekarangan rumah mereka sebagai filter agar

bau tidak langsung masuk ke rumah. Hal serupa juga dilakukan oleh sekitar 2% dari total

responden di radius 501-800 m untuk menanam pohon sebagai usaha mengurangi dampak

bau. Untuk 14% responden di radius 0-500 m dan 21% di radius 501-800 m berusaha

melakukan tindakan pengurangan lainnya seperti menyemprot pewangi ruangan di rumah

mereka. Meskipun begitu mayoritas responden sebanyak 36% di radius 0-500 m dan 63%

di radius 501-800 m bersikap acuh dan tidak ada usaha untuk mengurangi gangguan bau

tersebut di lingkungan rumah mereka.

d. Kebisingan

Adanya suatu aktivitas tidak dapat dipisahkan dengan kebisingan yang

ditimbulkannya. Aktivitas pembuangan sampah di TPA yang dilakukan oleh alat berat dan

moda-moda pengangkutan lainnya seperti truk sampah dan motor sampah tentu dapat

memunculkan suara-suara yang dapat menimbulkan kebisingan bagi lingkungan

sekitarnya.

Gambar 4. 34 Diagram Gangguan Kebisingan oleh Aktivitas TPA

Sumber. Survey Primer

Berdasarkan diagram diatas, maka dapat diketahui bahwa sebanyak 50 persen lebih

penduduk baik pada radius 0-500 meter maupun 501-800 meter merasa tidak terganggu

31%

19% 14%

36%

Usaha Pengurangan Dampak Bau Radius 0-500 m

Menanampohon

Mengaturarah rumah

Lainnya

Tidak Ada

2% 5% 9%

21% 63%

Usaha Pengurangan Dampak Bau Radius 501-800 m Membangun

tembok tinggi

Menanam pohon

Mengatur arahrumah

Lainnya

Tidak Ada

11%

31% 58%

Gangguan Kebisingan Radius 0-500 m

sangatmengganggu

cukupmengganggu

tidakmengganggu

14%

32% 54%

Gangguan Kebisingan Radius 501-800 m

SangatMengganggu

CukupMengganggu

TidakMengganggu

Page 86: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

dengan kebisingan yang timbul dari adanya aktivitas pengangkutan sampah maupun

pembuangan sampah di TPA Jomboran. Sedangkan 30 persen diantaranya merasa cukup

terganggu dengan munculnya suara-suara bising yang ditimbulkan dari aktivitas TPA

Jomboran.

Gambar 4. 35 Diagram Intensitas Gangguan Kebisingan oleh Aktivitas TPA

Sumber. Survey Primer

Berdasarkan diagram diatas, sebanyak 58% dan 54% di radius 0-500 m dan 501-800 m

tidak pernah merasakan kebisingan. Hal ini dikarenakan responden tersebut yang tidak

terganggu dengan gangguan kebisingan yang timbul. Sedangkan sebanyak 34% di radius

0-500 m terkadang masih merasakan gangguan kebisingan tersebut dan sisanya sering

terganggu oleh kebisingan yang timbul. Responden yang sering mengalami gangguan

bising di radius 501-800 m lebih tinggi dibandingkan di radius 0-500 m yaitu 21%.

Gambar 4. 36 Diagram Usaha Pengurangan Dampak Kebisingan oleh Aktivitas TPA Sumber. Survey Primer

Berdasarkan tabel di atas maka dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk baik pada

radius 0-500 m maupun 501-800 m tidak melakukan sebuah tindakan untuk mengurangi

gangguan kebisingan yang timbul. Hal ini dikarenakan mayoritas suara kebisingan tersebut

terlalu jauh untuk dapat terdengar di lingkungan rumah mereka, sehingga gangguan

tersebut hanya diacuhkan saja.

e. Bahaya Kebakaran

Munculnya gas metan sebagai salah satu hasil dekomposisi (penguraian) sampah oleh

mikroorganisme, dapat memicu timbulnya kebakaran. Kejadian kebakaran sampah tentu

dapat membawa pengaruh bagi lingkungan sekitarnya, terkait dengan api, abu dan asap

yang dihasilkan dari pembakaran tersebut.

8%

34% 58%

Intensitas Kebisingan Radius 0-500 m

Sering

Jarang

TidakPernah

21%

25% 54%

Intensitas Kebisingan Radius 501-800 m

Sering

Jarang

TidakPernah

6% 11%

83%

Usaha Pengurangan Dampak Kebisingan

Radius 0-500 m

Mengaturarah rumah

Lainnya

Tidak Ada

3% 2%

7%

4%

84%

Usaha Pengurangan Dampak Kebisingan

Radius 501-800 m Membanguntembok tinggiMenanam pohon

Mengatur arahrumahLainnya

Tidak Ada

Page 87: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

Gambar 4. 37 Diagram Gangguan Kebakaran Kawasan TPA Jomboran

Sumber. Survey Primer

Berdasarkan diagram diatas maka dapat dilihat bahwa dalam radius 0 – 500 meter,

sebanyak 55% penduduk merasa kejadian kebakaran sampah sangat mengganggu dan

sebanyak 42% juga cukup merasa terganggu dengan kejadian tersebut. Dengan persentase

lebih kecil dampak ini juga mengganggu penduduk dengan radius 501-800 meter.

Sedangkan pada radius ini, penduduk yang merasa tidak terganggu oleh adanya kebakaran

memiliki persentase lebih tinggi dibandingkan penduduk pada radius 0-500 m.

Gambar 4. 38 Diagram Penyebab Gangguan Kebakaran

Sumber. Survey Primer

Dari berbagai masalah yang muncul dari kejadian kebakaran seperti api, asap dan abu,

sebagian besar penduduk di sekitar TPA menganggap asap merupakan masalah yang

paling mengganggu. Sedangkan sebanyak 12% menganggap masalah lainnya seperti abu-

abu yang beterbangan mengganggu aktivitas mereka.

Gambar 4. 39 Diagram Usaha Pengurangan Dampak Kebakaran Kawasan TPA Jomboran

Sumber. Survey Primer

Berdasarkan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa sebagian besar penduduk di radius

0-500 m tidak melakukan sebuah tindakan pencegahan atau mengurangi dampak yang

timbul akibat adanya kebakaran sampah. Sedangkan sebanyak 47% lainnya berusaha

mengatasi permasalahan tersebut di lingkungan rumah mereka salah satunya dengan

55% 42%

3%

Gangguan Kebakaran Radius 0-500 m

sangatmengganggu

cukupmengganggu

tidakmengganggu

50% 36%

14%

Gangguan Kebakaran Radius 501-800 m

SangatMengganggu

CukupMengganggu

TidakMengganggu

2%

86%

12% Api

Asap

Lainnya

47%

53%

Usaha Penanggulangan Dampak Kebakaran

Radius 0-500 m

Ada

Tidak Ada

36%

64%

Usaha Penanggulangan Dampak Kebakaran Radius 501-800 m

Ada

TidakAda

Page 88: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

menutupi ventilasi udara dengan plastik dan kardus. Hal serupa juga terjadi pada penduduk

di radius 501-800 m, dimana makin tinggi persentase penduduk yang tidak melakukan

suatu tindakan pengurangan dampak yaitu sebesar 64%.

f. Air Rembesan Sampah (Lindi)

Lindi merupakan limbah cair yang timbul akibat masuknya air eksternal ke dalam

timbunan sampah, melarutkan dan membilas materi-materi terlarut, termasuk juga materi

organik hasil dekomposisi biologis. Lindi yang tidak terkelola dengan baik dapat

mencemari lingkungan sekitarnya terkait dengan kandungan dari berbagai materi sampah.

Gambar 4. 40 Diagram Tingkat Gangguan Akibat Air Rembesan Sampah (Lindi) Sumber. Survey Primer

Gambar 4. 41 Diagram Tingkat Gangguan Akibat Air Rembesan Sampah (Lindi) Sumber. Survey Primer

Berdasarkan diagram diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk baik

dalam radius 0-500 m maupun 501-800 m tidak merasakan adanya air rembesan sampah di

lingkungan rumah mereka. Sedangkan sisanya yaitu sebanyak 14% untuk radius 0-500 m

dan 9% untuk radius 501-800 m merasa bahwa air rembesan sampah juga mengalir di

lingkungan mereka. Dari kondisi tersebut maka tingkat gangguan yang ditimbulkan oleh

masuknya air rembesan sampah ke permukiman penduduk sangat rendah. Hal ini terlihat

dari 89% penduduk merasa tidak terganggu dengan masuknya air lindi tersebut.

14%

86%

Keberadaan Air Rembesan (Lindi)

Radius 0-500 m

Ada

Tidak Ada

9%

91%

Keberadaan Air Rembesan (Lindi)

Radius 501-800 m

Ada

Tidak Ada

8% 3%

89%

sangatmengganggu

cukupmengganggu

tidakmengganggu

Page 89: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

4.4.2. Kondisi Kesehatan

Gambar 4. 42 Diagram Wabah Penyakit di Permukiman dalam Radius 0-800 m Sumber. Survey Primer

Dari diagram diatas dapat diketahui bahwa baik dalam radius 0-500 m dan 501-800 m

sekitar 40% lebih yang mengatakan pernah terjadi suatu wabah penyakit terkait dengan

aktivitas TPA. Penyakit yang sering dikeluhkan penduduk terkait kondisi TPA Jomboran

yaitu asma, batuk, ispa. Penduduk menganggap asap yang ditimbulkan akibat kebakaran

sampah sebagai akibat munculnya penyakit tersebut.

4.4.3. Kondisi Sosial Ekonomi

a. Kondisi Keamanan

Gambar 4. 43 Diagram Pengaruh Kondisi TPA terhadap Tingkat Keamanan Sumber. Survey Primer

Berdasarkan tabel diatas maka dapat diketahui bahwa sebanyak 19% menyatakan

bahwa tidak ada pengaruh sama sekali antara kondisi TPA dengan tingkat keamanan di

lingkungan mereka. Sedangkan dalam radius 501-800 m, hanya 12% dari total responden

merasa bahwa kondisi TPA Jomboran dapat mempengaruhi kondisi keamanan lingkungan

mereka. Sebagian besar penduduk baik dalam radius 0-500 m maupun radius 501-800 m

tidak merasakan adanya pengaruh terhadap kondisi keamanan di lingkungan mereka.

28%

44%

28%

Wabah Penyakit di Permukiman terkait TPA

Radius 0-500 m

Sering terjadi

Pernah terjadi

Belum pernah

16%

48%

36%

Wabah Penyakit di Permukiman terkait TPA

Radius 501-800 m

Sering terjadi

Pernah terjadi

Belum pernah

19%

81%

Kondisi Keamanan Terkait Aktivitas TPA

Radius 0-500 m

Adapengaruh

Tidak ada

12%

88%

Kondisi Keamanan Terkait Aktivitas TPA

Radius 501-800 m

Adapengaruh

Tidak ada

Page 90: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

b. Konflik Sosial

Gambar 4. 44 Diagram Kejadian Konflik Sosial di Lingkungan sekitar TPA

Sumber. Survey Primer

Berdasarkan diagram diatas, dapat diketahui bahwa sebanyak sekitar 60% responden

baik dalam radius 0-500 m maupun 501-800 m tidak pernah menjumpai ataupun

mengalami konflik sosial di lingkungan mereka terkait dengan kondisi TPA Jomboran.

Sedangkan 40% responden pernah mengalami maupun menemukan konflik sosial di

lingkungan mereka terkait dengan permasalahan TPA. Berdasarkan hasil kuesioner dan

wawancara, diketahui bahwa permasalahan tersebut terjadi antara warga dengan

pemerintah khususnya pengelola TPA Jomboran. Penyelesaian konflik tersebut yaitu

dengan adanya rencana dari pemerintah untuk melakukan perbaikan jalan lingkungan.

c. Nilai Jual Lahan

Gambar 4. 45 Diagram Pengaruh TPA terhadap Nilai Lahan dalam Radius 0-800 m Sumber. Survey Primer

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk baik pada

radius 0-500 m maupun 501-800 m menganggap bahwa adanya TPA Jomboran tidak

mempengaruhi nilai jual lahan mereka. Dari diagram diatas dapat diketahui bahwa pada

radius 0-500 m memiliki persentase lebih besar dibandingkan radius diatasnya terkait

dengan adanya pengaruh TPA terhadap nilai lahan. Sedangkan sebagian kecil merasa

bahwa nilai lahan mereka saat ini mengalami perubahan. Perubahan tersebut lebih

cenderung pada penurunan nilai jual lahan. Hal ini terlihat dari sebanyak 19 orang dari

total 23 responden yang menganggap berpengaruh, mengatakan bahwa mengalami

penurunan nilai lahan.

39%

61%

Konflik Sosial terkait Kondisi TPA Radius 0-500 m

Pernah

Tidak pernah41%

59%

Konflik Sosial terkait Kondisi TPA

Radius 501-800 m

Pernah

Tidak pernah

31%

69%

Pengaruh TPA terhadap Nilai Lahan

Radius 0-500 m

AdaPengaruh

Tidak ada

21%

79%

Pengaruh TPA terhadap Nilai Lahan Radius 501-800 m

AdaPengaruh

Tidak ada

Page 91: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

d. Biaya Perbaikan Lingkungan

Gambar 4. 46 Diagram Biaya Perbaikan terkait Aktivitas TPA dalam Radius 0-800 m

Sumber. Survey Primer

Berdasarkan tabel diatas maka dapat diketahui, bahwa sekitar 80% atau mayoritas

penduduk sekitar tidak pernah membayarkan iuran terkait perbaikan infrastruktur

lingkungan. Hal ini dikarenakan biaya perbaikan lingkungan diperoleh dari kas desa atau

rw, sedangkan kas desa atau rw dikumpulkan dari iuran bulanan warga.

19%

81%

Biaya Perbaikan Terkait Aktivitas TPA

Radius 0-500 m

Pernahmengeluarkan

Tidak pernah

16%

84%

Biaya Perbaikan Terkait Aktivitas TPA

Radius 501-800 m

Pernahmengeluarkan

Tidak pernah

Page 92: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

Contents BAB IV ................................................................................................................................................. 40

4.1. Karakteristik Timbulan Sampah ....................................................................................... 40

4.1.1. Sampah Kabupaten Klaten ............................................................................................ 40

4.1.2. Karakteristik Timbulan Sampah di Kabupaten Klaten Berdasarkan Aktivitas ............. 42

4.2. Kondisi Eksisting TPA Dilihat dari Parameter SNI Pemilihan Lokasi TPA ................ 47

4.2.1. Lokasi TPA Jomboran ................................................................................................... 47

4.2.2. Fisik Alam Kawasan TPA ............................................................................................. 49

4.2.3. Jaringan Transportasi Kawasan ..................................................................................... 56

4.2.5. Kondisi Masyarakat ....................................................................................................... 59

4.3. Sistem Pengelolaan Sampah ............................................................................................... 61

4.3.1. Teknis Operasional TPA ............................................................................................... 61

4.3.2. Kelembagaan ................................................................................................................. 62

4.3.3. Sistem Pembiayaan ....................................................................................................... 64

4.3.4. Dasar Hukum dan Peraturan.......................................................................................... 65

4.3.5. Peran Serta Masyarakat ................................................................................................. 65

4.4. Kondisi Kawasan ................................................................................................................. 66

4.4.1. Kondisi Lingkungan Fisik ............................................................................................. 66

4.4.2. Kondisi Kesehatan ......................................................................................................... 74

4.4.3. Kondisi Sosial Ekonomi ................................................................................................ 74

Tabel 4. 1 Pelayanan Sampah Kabupaten Klaten .................................................................................. 40

Tabel 4. 2 Penanganan Sampah di Kabupaten Klaten ........................................................................... 40

Tabel 4. 3 Persentase Komposisi Sampah Kabupaten Klaten ............................................................... 41

Tabel 4. 4 Sumber Penghasil Sampah Berdasarkan Jenis di Kabupaten Klaten ................................... 41

Tabel 4. 5 Timbulan Sampah Berdasarkan Aktivitas di Kabupaten Klaten .......................................... 41

Tabel 4. 6 Jenis Sampah yang Dihasilkan di Kawasan Permukiman .................................................... 42

Tabel 4. 7 Jenis Sampah yang Dihasilkan di Kawasan Komersil ......................................................... 43

Tabel 4. 8 Jenis Sampah yang Dihasilkan di Fasilitas Pendidikan........................................................ 43

Tabel 4. 9 Jenis Sampah yang Dihasilkan di Fasilitas Kesehatan ......................................................... 44

Tabel 4. 10 Jenis Sampah yang Dihasilkan di Kawasan Industri .......................................................... 46

Tabel 4. 11 Tingkat Kepadatan Arus Lalu Lintas Kawasan TPA Jomboran ........................................ 56

Tabel 4. 12 Tupoksi Dinas Pengelola Sampah ...................................................................................... 62

Tabel 4. 13 Daftar Tarif Pelayanan Persampahan/ Kebersihan Kabupaten Klaten ............................... 64

Tabel 4. 14 Besaran Pemasukan dari Penarikan Retribusi Pelayanan Persampahan/ Kebersihan

Kabupaten Klaten .................................................................................................................................. 65

Tabel 4. 15 Satuan Biaya Kegiatan Pengelolaan Kebersihan Kabupaten Klaten Tahun 2011 ............. 65

Tabel 4. 16 Pengaruh Kondisi TPA bagi Kesuburan Lahan Pertanian Sekitar ..................................... 68

Tabel 4. 17 Wabah Hama di Lahan Pertanian Sekitar TPA Jomboran ................................................. 68

Page 93: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

Gambar 4. 1 Grafik Timbulan Sampah/ Produksi Sampah Kabupaten Klaten ..................................... 40

Gambar 4. 2 Bagan Alur Pola Pengelolaan Sampah Rumah Tangga .................................................... 42

Gambar 4. 3 Bagan Alur Pola Pengelolaan Sampah Area Komersil .................................................... 43

Gambar 4. 4 Bagan Alur Pola Pengelolaan Sampah Fasilitas Pendidikan ............................................ 44

Gambar 4. 5 Bagan Alur Pola Pengelolaan Sampah Rumah Sakit Besar ............................................. 45

Gambar 4. 6 Bagan Alur Pola Pengelolaan Sampah Rumah Sakit Kecil .............................................. 45

Gambar 4. 7 Bagan Alur Pola Pengelolaan Sampah Area Industri ....................................................... 46

Gambar 4. 8 Sampah Kawasan Industri ................................................................................................ 47

Gambar 4. 9 Peta Lokasi Wilayah TPA Jomboran di Wilayah Kabupaten Klaten ............................... 48

Gambar 4. 10 Peta Lokasi Wilayah TPA Jomboran di Wilayah Perkotaan Klaten .............................. 48

Gambar 4. 11. Posisi Sungai dengan TPA Jomboran serta Penampang Sungai ................................... 49

Gambar 4. 12 Kondisi Sungai di Area TPA Jomboran ......................................................................... 49

Gambar 4. 13 Diagram Kondisi Air Tanah dalam Radius 0 – 500 meter dan 501 – 800 meter............ 50

Gambar 4. 14 Diagram Penggunaan Air Tanah/ Sumur dalam Radius 0-800 m .................................. 51

Gambar 4. 15 Diagram Pemanfaatan Air Tanah/ Sumur dalam Radius 0-800 m ................................. 51

Gambar 4. 16 Peta Kelerengan Wilayah TPA Jomboran ...................................................................... 52

Gambar 4. 17 Ilustrasi View TPA Jomboran dari arah depan ............................................................... 54

Gambar 4. 18 Ilustrasi View TPA Jomboran dari arah samping ........................................................... 54

Gambar 4. 19 Peta Guna Lahan Kawasan TPA Jomboran .................................................................... 55

Gambar 4. 20 Pengangkutan Sampah di Jalan Sekitar Kawasan TPA .................................................. 57

Gambar 4. 21 Peta Kondisi dan Dimensi Jalan di Kawasan TPA Jomboran ........................................ 58

Gambar 4. 22 Diagram Kesediaan Masyarakat Sekitar dalam Menerima TPA Jomboran ................... 60

Gambar 4. 23 Operasional Pembuangan dan Penimbunan Sampah TPA Jomboran ............................ 62

Gambar 4. 24 Alur Pengelolaan Sampah Kabupaten Klaten ................................................................ 62

Gambar 4. 25 Kondisi Alat Pengomposan Bantuan Badan Lingkungan Hidup (BLH) yang belum

pernah terpakai ...................................................................................................................................... 62

Gambar 4. 26 Sampah jenis atom dan botol yang diminati Pemulung TPA Jomboran ........................ 66

Gambar 4. 27 Diagram Gangguan Pandangan Tumpukan Sampah dalam Radius 0 – 800 m .............. 67

Gambar 4. 28 Diagram Gangguan Pandangan Tumpukan Sampah dalam Radius 0 – 800 m ............. 67

Gambar 4. 29 Diagram Kondisi Lahan Pertanian Sekitar TPA Jomboran ............................................ 67

Gambar 4. 30 Diagram Gangguan Bau yang ditimbulkan oleh Sampah dalam Radius 0- 800 m ........ 68

Gambar 4. 31 Diagram Intensitas Munculnya Gangguan Bau dalam Radius 0-800 m......................... 69

Gambar 4. 32 Diagram Waktu Munculnya Gangguan Bau dalam Radius 0-800 m ............................. 69

Gambar 4. 33 Diagram Usaha Pengurangan Dampak Bau dalam Radius 0-800 m .............................. 70

Gambar 4. 34 Diagram Gangguan Kebisingan oleh Aktivitas TPA ..................................................... 70

Gambar 4. 35 Diagram Intensitas Gangguan Kebisingan oleh Aktivitas TPA ..................................... 71

Gambar 4. 36 Diagram Usaha Pengurangan Dampak Kebisingan oleh Aktivitas TPA ....................... 71

Gambar 4. 37 Diagram Gangguan Kebakaran Kawasan TPA Jomboran ............................................. 72

Gambar 4. 38 Diagram Penyebab Gangguan Kebakaran ...................................................................... 72

Gambar 4. 39 Diagram Usaha Pengurangan Dampak Kebakaran Kawasan TPA Jomboran ................ 72

Gambar 4. 40 Diagram Tingkat Gangguan Akibat Air Rembesan Sampah (Lindi) ............................. 73

Gambar 4. 41 Diagram Tingkat Gangguan Akibat Air Rembesan Sampah (Lindi) ............................. 73

Gambar 4. 42 Diagram Wabah Penyakit di Permukiman dalam Radius 0-800 m ................................ 74

Gambar 4. 43 Diagram Pengaruh Kondisi TPA terhadap Tingkat Keamanan ...................................... 74

Gambar 4. 44 Diagram Kejadian Konflik Sosial di Lingkungan sekitar TPA ...................................... 75

Page 94: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

Gambar 4. 45 Diagram Pengaruh TPA terhadap Nilai Lahan dalam Radius 0-800 m .......................... 75

Gambar 4. 46 Diagram Biaya Perbaikan terkait Aktivitas TPA dalam Radius 0-800 m ...................... 76

Page 95: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

BAB V

PEMBAHASAN

5.1. Analisis Karakteristik Sampah yang Masuk ke TPA

Dalam melakukan analisis karakteristik sampah yang masuk ke TPA Jomboran

digunakan teknik analisis deskriptif kualitatif dimana data temuan lapangan pada bab

sebelumnya akan menjadi masukan dalam analisis ini untuk melakukan deskripsi secara

menyeluruh terhadap variabel yang berpengaruh terhadap analisis. Sehingga dapat diketahui

karakteristik jenis sampah yang masuk dan bagaimana penanganannya.

Sampah yang terangkut dan terbuang ke TPA Jomboran berasal dari berbagai sumber

penghasil sampah. Sumber penghasil sampah tersebut dapat dibagi ke dalam lima jenis

sumber aktivitas kegiatan yaitu perumahan, area komersil, fasilitas kesehatan, kawasan

pendidikan dan area industri dalam hal ini industri rumah tangga. Dari berbagai jenis sampah

yang dihasilkan oleh sumber sumber aktivitas tersebut, tidak semua sampah terangkut dan

terbuang di TPA Jomboran. Dari penanganan sampah yang dilakukan oleh Sub Dinas

Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Klaten (lihat tabel 4.2), sampah yang dapat terangkut

ke TPA oleh petugas sebanyak 70% dari total produksi sampah yang dihasilkan di Kabupaten

Klaten. Rata-rata volume sampah yang dapat terangkut ke TPA oleh petugas sekitar 150 m3

per harinya. Sebanyak 70% sampah yang terangkut oleh petugas ke TPA terdiri dari berbagai

jenis sampah seperti kertas, kayu, kain, plastik, organik dan jenis sampah lainnya (lihat tabel

4.3). Sebanyak 65% dari total sampah yang terangkut ke TPA berupa sampah organik dan

sebanyak 10% berupa sampah jenis plastik. Sedangkan untuk sampah kertas, kayu, kain serta

kulit/ karet hanya berkisar antara 5% hingga 6% dari total sampah terangkut. Sampah jenis

kaca dan logam hampir tidak dapat dijumpai. Sampah jenis ini hanya memiliki persentase

0,5% dari total sampah terangkut.

Seperti yang telah disebutkan pada bab sebelumnya, tidak semua sampah terangkut ke

TPA dikarenakan adanya perlakuan khusus dari sumber sampah. Perlakuan khusus pada

beberapa jenis sampah yang dilakukan oleh masyarakat seperti melakukan pemilahan sampah

pada jenis sampah-sampah bernilai ekonomi tinggi yang dapat dijual ke tukang rosok.

Sehingga dengan adanya tindakan semacam ini setidaknya dapat memperpanjang umur TPA

Jomboran. Seperti yang dikemukakan oleh Erni (2011) yang menyatakan bahwa aktivitas

pemilahan sampah mulai dari sumber akan memudahkan proses daur ulang selanjutnya dan

mereduksi biaya pengelolaan sampah selanjutnya.

Page 96: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

Gambar 5. 1 Alur Pengelolaan Sampah Kabupaten Klaten Sesuai dengan Jenisnya oleh Masyarakat Sumber. Peneliti, 2012

Berdasarkan bagan alur pengelolaan sampah diatas, maka dapat diketahui bahwa

khususnya untuk jenis sampah seperti kertas, kardus, botol plastik, dan kaleng dimungkinkan

tidak terangkut ke TPA. Karena sampah jenis ini dijual ke tukang rosok dengan harga yang

bervariatif. Sampah jenis ini merupakan bahan samping pemasaran produk industri yang

dapat dimanfaatkan kembali sesuai fungsinya semula ataupun diolah terlebih dahulu agar

menjadi produk baru. Jika tidak didaur ulang sampah ini memerlukan proses lain untuk

memusnahkannya dan sebaiknya bukan dengan melalui pembakaran. Hal ini dikarenakan

berpotensi menjadi sumber pencemaran udara, terlebih lagi jika mengandung bahan plastik

(Enri : 2011). Dan perlu kita ketahui bahwa sampah jenis ini seperti plastik, botol dan kaleng

termasuk dalam bahan yang tidak bisa terurai oleh bakteri. Sehingga dengan perilaku

masyarakat yang menjual sampah sampah jenis plastik, botol dan kaleng dapat mengurangi

beban sampah di TPA Jomboran karena sifat sampah jenis ini yang susah terurai.

Selain itu, pemilahan sampah juga dilakukan pada sampah jenis kayu-kayuan, sehingga

sampah ini tidak terangkut ke TPA Jomboran dikarenakan adanya perlakuan oleh masyarakat

seperti dengan memanfaatkannya kembali menjadi bangku di sekolah-sekolah. Selain itu

sampah jenis kayu-kayuan juga dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan bakar alternatif

untuk memasak karena sifatnya yang mudah terbakar dan terurai oleh bakteri. Sehingga

dengan adanya pemanfaatan kembali oleh masyarakat dapat mengurangi masuknya sampah

kayu-kayuan ke TPA Jomboran. Dengan adanya pengurangan sampah jenis kayu kayuan

yang masuk ke TPA Jomboran dapat memperluas area penimbunan sampah di TPA karena

karakteristik sampah kayu yang memiliki volume yang besar (bulky). Untuk sampah yang

dihasilkan industri cor logam yang merupakan produk sampingan yaitu kaca padat (klelet)

juga tidak terangkut ke TPA Jomboran. Kaca padat yang memiliki sifat tidak membusuk dan

Masyarakat/

Penghasil Sampah

Sampah sisa

makanan/

basah

Sampah

bungkus

plastik kemasan

Sampah

kertas &

kardus

Sampah

botol plastik

& kaleng

Sampah

kayu kayuan

& ranting

Produk

samping

industri

Sampah

B3

r.sakit

dikelola/ dijual ke

tukang rosok

dibakar oleh

petugas

terangkut ke

TPA JOMBORAN

dibuang ke TPS/

diangkut petugas

Page 97: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

sulit terdekomposisi (nondegredable waste), telah dimanfaatkan ulang oleh para pengrajin

menjadi barang baru yang bernilai seperti kerajinan lampu hias maupun pot bunga. Sehingga

hal ini dapat memperpanjang umur TPA Jomboran, karena sampah yang sulit terurai seperti

produk sampingan cor logam ini dimungkinkan tidak masuk kedalamnya.

Selain sampah-sampah anorganik yang telah disebutkan sebelumnya, perlu dikhawatirkan

adanya sampah-sampah beracun (B3) yang turut terangkut ke dalam TPA Jomboran. Hal ini

dikarenakan sifat sampah beracun sangat berpotensi mengandung mikroorganisme patogen

atau bahan kimia beracun berbahaya yang dapat menyebabkan penyakit infeksi dan dapat

tersebar ke lingkungan sekitarnya. Potensi bahaya sampah jenis ini untuk memakan korban

sangat besar terutama bagi petugas yang menangani sampah dan pemulung. Sumber aktivitas

yang paling banyak menghasilkan sampah jenis ini adalah rumah sakit-rumah sakit di

Kabupaten Klaten baik besar maupun kecil. Sampah infeksius yang dihasilkan seperti infus,

jarum suntik, obat-obatan, botol kimia, masker, tisu, dan segala barang yang bersentuhan

dengan pasien dan sampah medis lainnya. Meskipun begitu, rumah sakit di Kabupaten Klaten

telah menerapkan penanganan yang baik yaitu dengan melakukan pembakaran dengan

insenerator untuk sampah-sampah infeksius tersebut. Untuk mengurangi tercemarnya sampah

lainnya dengan sampah infeksius, telah dilakukan pemilahan dari sumber awal dengan

penggunaan kantong plastik oleh petugas. Sehingga dengan penanganan sampah semacam ini

kemungkinan sampah berbahaya (B3) maupun sampah yang berpotensi tercemar sampah

berbahaya masuk ke TPA Jomboran dapat dihindarkan dan begitu juga dengan pencemaran

lingkungan di area TPA karena zat medis.

Dari berbagai jenis sampah diatas, jenis sampah organik merupakan jenis sampah yang

paling banyak dihasilkan dan diproduksi oleh semua sumber aktivitas di Kabupaten Klaten.

Sampah organik merupakan sampah yang mudah membusuk (garbage) dan karenanya

sampah ini juga mudah terdekomposisi oleh mikroorganisme (biodegradable). Sampah –

sampah organik seperti sisa-sisa makanan, buah-buahan maupun daun-daunan yang

dihasilkan di berbagai sumber aktivitas di Kabupaten Klaten yang tidak ditangani dan hanya

dibuang ke tempat pembuangan sampah. Sehingga sampah-sampah jenis ini lah yang paling

banyak terangkut ke TPA Jomboran. Padahal perlu diketahui bahwa sampah jenis ini bersifat

mudah membusuk, sehingga sampah jenis ini membutuhkan pengelolaan yang cepat karena

pembusukannya dapat menghasilkan bau tidak enak seperti ammoniak1 dan asam-asam volatil

lainnya. Selain bau, sampah organik juga menghasilkan gas-gas yang merupakan hasil

1 gas yang tidak berwarna dan menimbulkan bau yang sangat kuat dan merupakan salah satu gas pencemar udara yang

dihasilkan dari dekomposisi senyawa oeganik oleh mikroorganisme seperti dalam proses pengolahan sampah

Page 98: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

dekomposisi seperti gas metana2 dan sejenisnya yang dapat membahayakan keselamatan bila

tidak ditangani secara baik. Selain bersifat mudah membusuk, sampah jenis ini juga memiliki

kandungan air yang tinggi, nilai kalornya rendah, kadar abu rendah dan berat jenis yang

tinggi. Oleh karena itu sampah ini tidak bisa dimusnahkan dengan melalui pembakaran.

Selain sampah organik yang mudah membusuk seperti sisa makanan tersebut, sampah yang

juga dihasilkan di semua sumber aktivitas di Kabupaten Klaten dan terangkut ke TPA

Jomboran yaitu sampah bungkus plastik bekas makanan. Seperti halnya sampah plastik,

sampah yang mengandung bahan plastik semacam ini sulit terdekomposisi oleh

mikroorganisme dan penguraiannya setidaknya membutuhkan waktu sampai 1000 tahun. Saat

terurai, partikel-partikel plastik akan mencemari tanah dan air tanah. Jika dibakar, sampah

plastik akan menghasilkan asap beracun yang berbahaya bagi kesehatan misalnya jika proses

pembakarannya tidak sempurna sehingga plastik akan mengurai di udara sebagai dioksin,

senyawa ini sangat berbahaya bila terhirup manusia. Dampaknya antara lain memicu penyakit

kanker, hepatitis, pembengkakan hati, gangguan sistem saraf dan memicu depresi.

Dari analisis diatas maka dapat disimpulkan bahwa jenis sampah paling banyak yang

terangkut ke TPA Jomboran yaitu berupa sampah organik seperti sisa makanan, buah-buahan,

daun-daunan dan sampah anorganik seperti bungkus kemasan plastik makanan. Kedua jenis

sampah tersebut memiliki karakteristik tersendiri yang dapat mempengaruhi keberlangsungan

TPA Jomboran. Hal ini dapat dilihat dari karakteristik sampah berbahan plastik yang sulit

terurai sehingga dapat memperpendek umur TPA terkait dengan kapasitas lahan sedangkan

dengan adanya sampah organik dapat menimbulkan bau tidak sedap dan gas metan maupun

gas lainnya selama proses dekomposisi/ penguraian oleh mikroorganisme.

5.2. Analisis Evaluasi Kondisi Eksisting TPA Jomboran Berdasarkan Parameter SNI

Dalam melakukan analisis ini digunakan teknik analisis skoring/ pembobotan dimana

besaran bobot masing-masing parameter merujuk pada tabel pembobotan SNI 19-3241-1994

tentang pemilihan lokasi (lihat tabel 3.2). Sehingga dari hasil pembobotan bagaimana kondisi

kelayakan fisik lingkungan maupun sistem pengelolaannya. Setelah dilakukan perhitungan

skoring maka akan diketahui total nilai skor dari lokasi TPA Jomboran, kemudian dicari

interval dari nilai kelayakan lokasi menurut SNI tersebut. Sehingga dari interval-interval

tersebut dapat diketahui dimana posisi kelayakan TPA Jomboran. Sebelum melakukan

skoring/ pembobotan lokasi TPA Jomboran, terlebih dahulu dievaluasi kondisi saat ini dengan

2 gas yang tidak berwarna tetapi dapat diidentifikasi melalui indra penciuman karena baunya yang khas dan salah satu gas

yang paling banyak dihasilkan dari proses degradasi sampah organik.dan memiliki emisi gasrumah kaca sebesar 21 kali

lebih buruk dari CO2

Page 99: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

kondisi awal pemilihan lokasi TPA dari masing-masing parameter pembobotan untuk

mengetahui besaran nilai skor, seperti dibawah ini:

a. Batas Administrasi

Berdasarkan letak posisinya yang berada di wilayah desa Jomboran Kecamatan Klaten

Tengah, maka dapat diketahui bahwa TPA Jomboran masih berada dalam batas administrasi

wilayah Kabupaten Klaten. TPA Jomboran dikelola mandiri oleh Sub Dinas Kebersihan dan

Pertamanan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Klaten dan dibantu oleh UPT Pengelolaan

Sampah dan Limbah. Tidak ada bentuk kerjasama yang dilakukan oleh instansti tersebut

dengan pihak lain/ swasta. Kerjasama yang pernah dilakukan hanya berupa bantuan

pengadaan alat pengomposan oleh Badan Lingkungan Hidup. Sehingga dari penjelasan

tersebut dapat dilihat bahwa tidak terdapat indikasi adanya kerjasama pengelolaan TPA secara

terpadu yang melibatkan antar dinas pengelola terkait dengan instansi/ pihak lain maupun

swasta. Dari penjelasan tersebut maka skor untuk parameter batas administrasi sebesar 10

dimana Jomboran saat ini masih dalam batas administrasi.

1987 2012 2022

TPA Jomboran dahulunya berupa

jurang di perbatasan antara desa

Jomboran dengan desa Gumulan di

Kecamatan Klaten Tengah.

Kecamatan Klaten tengah merupakan

salah satu kecamatan yang ada di

wilayah perkotaan Klaten

Jurang di lahan TPA Jomboran kini

berupa tanah datar. Lahan TPA

berada di lahan persawahan di

perbatasan antara desa Jomboran

dengan desa Gumulan di

Kecamatan Klaten Tengah.

Kecamatan Klaten Tengah

merupakan salah satu kecamatan

yang ada di wilayah perkotaan

Klaten

Terkait dengan lokasi, TPA Jomboran

tetap berada pada dalam batas

administrasi.

b. Kepemilikan Hak Atas Lahan dan Jumlah Pemilik Lahan

Operasional TPA Jomboran merupakan wewenang pemerintah kabupaten Klaten. Hal ini

sesuai dengan tugas pemerintahan daerah yang disebutkan dalam Undang-Undang no 18

tahun 2008 pada pasal 6 yaitu melaksanakan pengelolaan sampah dan memfasilitasi

penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah. TPA Jomboran dikelola oleh Sub dinas

Pekerjaan Umum dan UPT Pengelolaan Sampah dan Limbah dengan mengggunakan lahan

bekas jurang/ tebing selama kurang lebih 20 tahun. Status lahan yang digunakan merupakan

lahan pemerintah kabupaten Klaten bukan perseorangan maupun kelompok atau organisasi.

Sehingga tidak memiliki kontrak terikat mengenai waktu lama penggunaan lahan tersebut.

Dari penjelasan tersebut maka skor untuk parameter pemilikan hak atas lahan sebesar 10 dan

skor 10 untuk paramater jumlah pemilik lahan dimana kepemilikan lahan TPA Jomboran saat

ini merupakan hak milik pemerintah daerah dengan jumlah kepemilikan lahan setara dengan 1

KK.

Page 100: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

1987 2012 2022

TPA Jomboran dahulu menggunakan

lahan bekas jurang yang berada di

wilayah desa Jomboran. Berdasarkan

keterangan pihak Sub dinas KP,

lahan TPA disediakan oleh

masyarakat setempat.

TPA Jomboran saat ini berupa lahan

datar dengan status kepemilikan lahan

berupa lahan milik pemerintah

Kabupaten Klaten. Sehingga untuk

jumlah pemilik lahan TPA Jomboran

setara dengan 1 KK.

Status kepemilikan lahan akan tetap

menjadi milik pemerintah selama

pengelolaan masih dibawah dinas

terkait.

c. Kapasitas Lahan

TPA Jomboran sudah beroperasi kurang lebih selama 20 tahun dengan menggunakan

sistem open dumping. Perhitungan proyeksi dilakukan hingga 10 tahun mendatang

dikarenakan untuk mengetahui kondisi kapasitas lahan TPA Jomboran pada tahun tersebut.

Hal ini disesuaikan dengan kriteria pembatas pada parameter kapasitas lahan, dimana lahan

TPA terbaik dapat digunakan hingga 10 tahun lebih. Luas daerah pelayanan selama 10 tahun

ke depan diasumsikan tidak mengalami perluasan yaitu 655,56 km2. Hal ini didasarkan pada

tidak ditemukan adanya indikasi rencana perluasan daerah pelayanan pada profil pengelolaan

sampah kabupaten klaten tahun 2011 yang dikeluarkan oleh Dinas Pekerjaan Umum

setempat. Sedangkan proyeksi jumlah penduduk dihitung menggunakan rumus proyeksi

penduduk ekstrapolasi lurus dengan tahun awal yaitu 2012. Sehingga diperoleh jumlah

penduduk pada tahun 2022 sebanyak 1.305.522 jiwa dengan rata-rata pertambahan penduduk

sekitar 3.580 jiwa (lihat lampiran III). Untuk mengetahui jumlah penduduk yang terlayani

pada tahun berikutnya, maka dilakukan perhitungan dengan membagi jumlah penduduk pada

tahun tersebut dengan tingkat pelayanan yang telah dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum

pada tahun-tahun sebelumnya yaitu sekitar 3,9. Dari jumlah penduduk yang terlayani oleh

Dinas Pekerjaan Umum maka dapat diperoleh jumlah produksi sampah yang dihasilkan,

dengan besaran timbulan per orang yaitu 2,5 liter/ hari. Nilai besaran timbulan sampah ini

sesuai dengan nilai besaran yang digunakan oleh Dinas Pekerjaan Umum Subdinas

Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Klaten dan merupakan standar SNI 19-3983-1995

untuk besar timbulan per orang per hari pada kota kecil. Dengan perhitungan tersebut maka

dapat diketahui besaran timbulan pada tahun akhir proyeksi yaitu sebesar 851.478 liter.

Setelah diketahui besaran timbulan per hari yang dihasilkan oleh penduduk yang terlayani

oleh Dinas Pekerjaan Umum tersebut, maka dapat dicari total volume sampah yang terangkut

oleh petugas pengangkut. Dengan perhitungan tingkat pelayanan pengangkutan oleh petugas

pada tahun-tahun sebelumnya sebesar 19,53% maka volume sampah terangkut per harinya

pada tahun akhir proyeksi yaitu sebesar 166.294 liter atau 166 m3.

Untuk dapat mengetahui kapasitas sampah yang masih dapat ditampung di TPA

Jomboran, maka terlebih dahulu perlu dihitung volume sampah yang terangkut ke TPA

Jomboran. Berdasarkan perhitungan proyeksi penduduk hingga 10 tahun mendatang dengan

Page 101: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

persentase jumlah penduduk terlayani sekitar 3,95%, maka jumlah penduduk terlayani pada

tahun 2022 mencapai 340.591 jiwa dari total penduduk 1.350.522 jiwa (lihat lampiran III).

Sehingga dengan angka volume timbulan sampah per hari di Kabupaten Klaten sebesar 2,5

liter/ hari maka dapat dihitung bahwa produksi sampah di daerah terlayani di Kabupaten

Klaten mengalami kenaikan seiring dengan pertambahan angka penduduk per tahunnya dan

pada tahun 2022 produksi sampah sebanyak 851.478 liter/ hari. Keterbatasan kemampuan

yang dimiliki SubDinas Kebersihan dan Pertamanan mengakibatkan tidak semua sampah

tersebut dapat terangkut ke TPA Jomboran, moda pengangkutan hanya dapat mengangkut

sekitar 19,5% sampah tersebut. Dengan keterbatasan tersebut maka dapat dihitung bahwa

sampah yang dapat terangkut ke TPA per harinya pada tahun 2022 yaitu sebesar 166.294 liter

atau 166 m3.

Dari perhitungan sebelumnya mengenai volume sampah yang terangkut ke TPA, dapat

diketahui bahwa sampah yang terangkut pada tahun 2012 sebanyak 162 m3. Dengan sisa

potensi sampah yang masih terdapat di TPA Jomboran yang merupakan sisa pengelolaan pada

tahun sebelumnya yaitu sebanyak 28.044 m3, maka total volume sampah yang tertampung

pada tahun 2012 yaitu sebanyak 28.206 m3 (lihat lampiran IV). Untuk mengurangi timbulan

sampah yang tertampung di TPA Jomboran maka dilakukan tindakan reklamasi sampah yang

telah menjadi humus oleh Sub Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Klaten. Menurut

Sudrajat (2001) lama waktu sampah organik menjadi humus setidaknya 6 bulan hingga

bertahun-tahun, maka dapat diasumsikan bahwa setiap tahunnya dapat dilakukan kegiatan

reklamasi setidaknya 1 kali. Sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh ibu Winarsi selaku

staff anggaran Sub Dinas Kebersihan dan Pertamanan, kegiatan reklamasi per tahunnya

dilakukan bertahap setidaknya selama 120 hari. Untuk perhitungan volume sampah yang

direklamasi dapat dihitung dengan memaksimalkan moda pengangkutan sampah yang

dimiliki sebagai berikut:

Moda Pengangkutan Sampah yang dimiliki SubDinas KP:

1. Truk Sampah (Dump Truck) @ 6 m3 = 14 unit x 6 m

3 = 84 m

3

2. Truk Arm Roll @ 6 m3 = 2 unit x 6 m

3 = 12 m

3

Total = 96 m3

Dengan asumsi moda –moda tersebut dapat melakukan reklamasi 2x ritasi, maka dapat

dihitung total volume sampah yang direklamasi yaitu sebanyak 192 m3/ hari. Rata-rata

volume total sampah yang direklamasi dalam setahun sebanyak 23.040 m3. Sehingga dengan

tindakan reklamasi yang dilakukan per tahunnya maka sampah yang tersisa di TPA Jomboran

pada tahun 2012 yaitu sebanyak 63.283 m3. Dengan tinggi timbunan sampah 5 m maka pada

tahun 2012 dibutuhkan lahan setidaknya 12.657 m2. Dengan melihat kebutuhan lahan pada

Page 102: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

tahun 2012 dan luas lahan TPA seluas 17.100 m2, maka pada tahun 2012 TPA Jomboran

masih mampu menampung sampah. Namun perlu diperhatikan bahwa kemampuan lahan TPA

Jomboran untuk menampung sampah pada tahun 2013 mengalami penurunan. Meskipun pada

tahun tersebut masih ada sisa lahan untuk menampung sampah, hal ini tidak dapat

berlangsung hingga akhir tahun. Hal ini dikarenakan perhitungan pada tahun 2013,

membutuhkan lahan sekitar 19.736 m2

untuk menampung sampah yang masuk. Dari

penjelasan tersebut, maka sesuai dengan perhitungan dapat diketahui bahwa kapasitas lahan

TPA Jomboran hanya mampu menampung hingga akhir tahun 2013. Sehingga dapat dihitung

skor parameter kapasitas lahan sebesar 1 dimana kapasitas lahan TPA Jomboran < 3 tahun.

1987 2012 2022

TPA Jomboran menggunakan lahan

bekas jurang di perbatasan desa

Jomboran dengan desa Gumulan

dengan menggunakan sistem open

dumping tanpa memperhitungkan

jangka waktu pemakaian

Dengan melihat kebutuhan lahan pada

tahun 2012 dan luas lahan TPA seluas

17.100 m2, maka pada tahun 2012 TPA

Jomboran masih mampu menampung

sampah. Namun perlu diperhatikan bahwa

kemampuan lahan TPA Jomboran untuk

menampung sampah pada tahun 2013

mengalami penurunan.

Dengan penerapan sistem open

dumping yang masih berjalan,

maka TPA Jomboran tidak dapat

menampung sampah yang masuk

lagi karena keterbatasan lahan

TPA.

d. Tanah, Sistem Aliran dan Pemanfaatan

Berdasarkan jenis tanah di Kabupaten Klaten, Kecamatan Klaten Tengah termasuk dalam

tanah regosol kelabu. Tanah regosol adalah tanah yang terbentuk akibat pelapukan batuan

yang mengandung abu vulkanik, pasir pantai dan nafal. Ciri-cirinya tanah regosol merupakan

hasil erupsi gunung berapi, jenis tanahnya masih muda, belum mengalami deferensiasi

horison, bersifat subur, berbutir kasar, berwarna keabuan, kaya unsur hara, pH 6 – 7,

cenderung gembur, kemampuan menyerap air tinggi, dan mudah tererosi. Berdasarkan ciri-

cirinya di atas maka ciri yang menonjol yaitu berupa pasir berbutir kasar dengan kemampuan

menyerap air tinggi. Sedangkan dalam klasifikasinya seperti yang diutarakan oleh Wesley

dalam bukunya “Mekanika Tanah” (2010), untuk tanah dengan jenis pasir kasar memiliki

tingkat infiltrasi/ harga kelulusan sebesar 10-2

– 10-3

cm/det. Pada bab sebelumnya disebutkan

bahwa rata-rata tinggi permukaan air tanah di lingkungan kawasan TPA berada di kisaran

antara 8 – 9 meter, hal ini didasarkan pada proses pembuatan sumur oleh warga. Sehingga

skor untuk parameter air tanah yaitu 1 dimana memiliki harga kelulusan lebih dari 10-6

cm/det. Dan skor 8 untuk parameter air tanah dimana memiliki kedalaman < 10 meter dengan

kelulusan lebih dari 10-6

.

Salah satu ciri dari daerah resapan air (recharge area) merupakan daerah dengan

singkapan batuan yang lolos air (permeabilitas tinggi) dengan kondisi tidak jenuh, dan salah

satu ciri terpenting daerah ini di lapangan adalah biasanya berada di bagian atas (hulu) dari

pemunculan mata air alami. Menurut pendapat ahli arsitektur lingkungan, daerah resapan air

Page 103: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

(recharge area) dapat diketahui dari peran daerah tersebut dalam menyuplai air bersih bagi

daerah sekitarnya serta ketinggian daerah tersebut terhadap daerah di sekitarnya terkait

dengan arah aliran air yang turun dari air hujan ke sekitarnya. Jika daerah tersebut berada

diatas maka dapat dipastikan air beserta kandungannya dari daerah tersebut akan turun ke

daerah-daerah lain di sekitarnya yang lebih rendah. Sehingga jika air di daerah tersebut

tercemar maka akan mencemari daerahnya dan sekitarnya. TPA Jomboran memiliki tingkat

kelerengan paling rendah yaitu 0% - 2% sedangkan daerah disekitarnya memiliki kelerengan

diatasnya yaitu > 2% - 5% (lihat peta kelerengan). Dari penjelasan diatas maka dapat

disimpulkan bahwa TPA Jomboran berada di daerah luahan air (discharge area) dan bukan

masuk dalam daerah resapan air (recharge area). Sehingga skor untuk parameter ini yaitu 10

dimana merupakan daerah discharge lokal.

Menurut pendapat ahli arsitektur lingkungan, pemanfaatan air dengan batas hidrolis yaitu

penggunaan wajar sampai batas permukaan air tanah di daerah tersebut seperti dengan

pemanfaatan air sumur/ air dangkal. Pemanfaatan air dengan batas hidrolis sangat rawan

tercemar seperti lindi dan kondisinya dapat dipengaruhi oleh keberadaan sumur dalam/

artesis. Dari temuan di lapangan didapatkan bahwa lebih dari 60% masyarakat baik dalam

radius kurang dari 500 meter dan 501-800 meter masih bergantung pada keberadaan air sumur

(lihat gambar 4.21). Sehingga dari temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan air

dengan batas hidrolis cukup tinggi. Hal ini dikarenakan daerah sekitar TPA didominasi oleh

permukiman penduduk pinggiran kota yang masih sangat menggantungkan pada air sumur

untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari mereka seperti mandi cuci dan kakus. Jadi, selama

air tanah dangkal masih dapat mudah dijumpai maka pemanfaatan air dengan batas hidrolis

masih cukup tinggi di daerah sekitar TPA. Dan skor untuk parameter kaitan pemanfaatan air

tanah yaitu 5 dikarenakan masih dimungkinkan dimanfaatkan dengan batas hidrolis.

1987 2012 2022

Berdasarkan jenis tanah di

Kabupaten Klaten, Kecamatan

Klaten Tengah termasuk dalam

tanah regosol kelabu. Ciri menonjol

yaitu berupa pasir berbutir kasar

dengan kemampuan menyerap air

tinggi dengan tingkat infiltrasi/

harga kelulusan sebesar 10-2 – 10-3

cm/ det. Selain itu, TPA Jomboran

memiliki tingkat kelerengan paling

rendah dibandingkan daerah di

sekitarnya, sehingga air tidak

mengalir ke daerah di sekitarnya.

Saat ini dengan jenis tanah regosol

kelabu, rata - rata tinggi permukaan air

tanah di lingkungan kawasan TPA

berada di kisaran antara 8 - 9 meter. Hal

ini didasarkan pada proses pembuatan

sumur oleh warga. Dengan tinggi

permukaan tersebut, pemanfaatan air

sumur oleh masyarakat masih sangat

tinggi.

Dengan tidak adanya perubahan

karakteristik jenis tanah di wilayah

TPA Jomboran, maka kemampuan

infiltrasi tanah masih cukup tinggi.

Selama air tanah dangkal masih

dapat mudah dijumpai maka tingkat

pemanfaatan air dangkal masih

tinggi. Sehingga perlu adanya

masukan teknologi dan pemantauan

terhadap kondisi air tanah terkait

potensi pencemaran lindi.

Page 104: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

e. Bahaya Banjir

Lokasi TPA Jomboran merupakan daerah bebas banjir di Kabupaten Klaten. Meskipun

terletak berdekatan dengan aliran sungai tidak terjadi luapan air sungai yang dapat

menyebabkan banjir di kawasan tersebut. Hal ini dapat diperlihatkan pada peta tingkat

kerawanan banjir Kabupaten Klaten. Meskipun begitu, saat ini pada musim hujan dapat

dijumpai titik-titik genangan di lokasi TPA Jomboran. Berdasarkan keterangan perangkat desa

Jomboran, genangan ini hanya bersifat sementara dan cepat surut. Berdasarkan penjelasan

tersebut, maka skor untuk parameter bahaya banjir yaitu 10 karena TPA Jomboran tidak

memiliki ancaman bahaya banjir.

1987 2012 2022

Lokasi TPA Jomboran tidak berada di

daerah rawan banjir di Kabupaten

Klaten.

Meskipun lokasi TPA Jomboran tidak

berada di daerah rawan banjir, namun

saat musim hujan masih dapat dijumpai

titik-titik genangan di lokasi TPA.

Ancaman genangan perlu

diperhatikan selain ancaman

banjir. Karena genangan di sekitar

lokasi TPA dapat membawa lindi

yang dapat membahayakan

kesehatan jika mencemari air

konsumsi ataupun tersebar.

f. Tanah Penutup

TPA Jomboran dikelola dengan menggunakan sistem open dumping, dimana sebelum

sampah baru datang dilakukan pengerukan sampah lama. Kemudian sampah baru ditimbun

dilahan kerukan sampah lama dan tanpa diberi lapisan tanah penutup. Sehingga keberadaan

tanah penutup tidak diperlukan dalam sistem pengelolaan sampah di TPA Jomboran selama

masih menerapkan sistem tersebut. Hal ini diperkuat dengan lokasi TPA Jomboran yang

berada di tengah-tengah daerah pertanian yang tidak dapat dijumpai adanya tanah yang dapat

dimanfaatkan untuk digunakan sebagai tanah penutup yang dapat mengurangi dampak

timbunan sampah. Dari penjelasan tersebut maka disimpulkan bahwa skor untuk parameter

tanah penutup sebesar 1 karena TPA Jomboran tidak menggunakan tanah penutup untuk

operasionalnya.

1987 2012 2022

Operasional TPA Jomboran

masih menggunakan pola lama

yaitu sampah ditimbun pada

lahan bekas jurang tanpa adanya

penanganan lanjut ataupun

pemrosesan sampah.

Operasional TPA hanya menerapkan

sampah lama dikeruk kemudian diisi/

ditimbun dengan sampah baru. Serta

melakukan reklamasi pada sampah lama

yang sudah menjadi humus. Tidak ada

penggunaan tanah penutup pada

operasional pengelolaan sampah TPA.

Jika tidak ada evaluasi ataupun perbaikan

pada metode pengelolaan sampah akhir

di TPA Jomboran dimana sampah masih

dikeruk dan ditimbun, maka tidak akan

digunakan tanah penutup pada

pengoperasiannya.

g. Intensitas Hujan

TPA Jomboran berada di perbatasan antara desa Jomboran dan desa Gumulan, dimana

keduanya memiliki iklim tropis dengan curah hujan rata-rata sekitar 373 mm per tahun.

Page 105: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

Gambar 5. 2 Tren Curah Hujan di Kecamatan Klaten Tengah

Sumber. Peneliti, 2012

Pada data tren curah hujan di kecamatan Klaten Tengah di atas tahun 1987 hingga tahun

2007 terlihat fluktuatif dan mulai terjadi kenaikan cukup tinggi pada tahun 2006 dan tahun

selanjutnya. Hal ini memperlihatkan bahwa curah hujan pada kecamatan Klaten Tengah

berpotensi meningkat terus dan berpengaruh pada meningkatnya produksi lindi pada

tumpukan sampah. Berdasarkan angka curah hujan tersebut, maka skor SNI untuk parameter

intesitas hujan yaitu 10 karena masih di bawah 500 mm/th.

h. Tata Guna Tanah

TPA Jomboran tidak memberi dampak signifikan terhadap perubahan guna lahan

sekitarnya. TPA Jomboran dahulunya menggunakan lahan bekas jurang di tengah lahan

persawahan. Saat ini perubahan guna tanah tidak banyak terjadi, terlihat dari lahan

persawahan masih mendominasi kawasan TPA (lihat peta tata guna lahan). TPA Jomboran

yang dahulu dan saat ini masih dikelilingi oleh lahan persawahan tidak banyak memunculkan

aktivitas baru di sekelilingnya. Berdasarkan hasil temuan lapangan, aktivitas baru yang

muncul tersebut hanya berupa tempat pengepulan barang bekas, dan itu dilakukan di rumah

warga dengan jumlah yang tidak banyak. Selain itu aktivitas lainnya berupa adanya

perumahan baru, dan terletak di desa Gumulan dalam radius 800 meter dari pusat TPA.

Berdasarkan penjelasan tersebut maka skor untuk parameter tata guna tanah ini sebesar 10

karena tidak ada banyak perubahan yang terjadi pada guna tanah di sekitar TPA Jomboran.

1987 2012 2022

TPA Jomboran berada di bekas

jurang yang berdekatan dengan

sungai di desa Jomboran yang

dikelilingi lahan persawahan.

Selama lebih dari 20 tahun TPA

Jomboran tidak banyak

memunculkan aktivitas baru di

sekelilingnya. Perubahan guna tanah

hanya berupa munculnya perumahan

baru di desa Gumulan di radius 800

m dari TPA dan adanya aktivitas

pengepulan barang bekas.

Kemunculan perumahan pada radius

800 meter berpotensi mengalami

gangguan lingkungan seperti bau

sampah dan asap.

i. Daerah Lindung/ Cagar Alam

Lahan desa Jomboran maupun desa Gumulan didominasi oleh daerah pertanian dan

permukiman. Sedangkan lokasi TPA Jomboran berada didekat sempadan sungai. Sempadan

sungai adalah zona sepanjang aliran sungai, termasuk sungai buatan/ kanal/ saluran irigasi dan

atau drainase primer yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian

50

100

150

200

250

300

1987 1989 1991 1993 1995 1997 2003 2005 2007

cura

h h

uja

n

(mm

/bln

)

Page 106: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

fungsi sungai. Sehingga daerah sempadan sungai merupakan daerah lindung yang berfungsi

untuk menjaga kelestarian sungai baik aliran sungai, kondisi air, maupun kondisi fisik sungai

dari aktivitas manusia. Dari temuan di lapangan yang dipaparkan pada bab sebelumnya,

didapati bahwa di beberapa titik dapat dijumpai sampah mengapung dan cukup mengotori

aliran sungai di dekat TPA. Meskipun begitu sebagian sampah tersebut bukan berasal dari

tumpukan sampah TPA, melainkan dari timbunan sampah lain yang terletak dekat dengan

pengepulan sampah. Sehingga skor untuk parameter daerah lindung/ cagar alam adalah 1,

dikarenakan TPA Jomboran berdekatan dengan daerah lindung (sungai) dan cukup terkena

dampak negatif oleh adanya tumpukan sampah.

1987 2012 2022

Lahan TPA menggunakan bekas

jurang yang berada dekat dengan

aliran sungai. Sungai dimanfaatkan

masyarakat untuk MCK.

Di beberapa titik aliran sungai di

dekat TPA Jomboran dapat

dijumpai sampah yang mengapung.

Meskipun begitu, sampah tersebut

bukan semuanya bersumber dari

TPA melainkan berasal dari

aktivitas pengepulan sampah di

tempat yang berbeda.

Tidak adanya pemantauan terhadap

aktivitas di tempat pengepulan

sampah dapat menurunkan kualitas

air maupun kehidupan didalamnya.

Sehingga keberadaan ikan dapat

susah dijumpai dan rendahnya

pemanfaatan air sungai

j. Pertanian

TPA Jomboran berada di tengah lahan pertanian basah di desa Jomboran dan desa

Gumulan. TPA sudah beroperasi kurang lebih sekitar 20 tahun dan selama ini tidak ada

keluhan dari para petani maupun pemilik sawah. Dari keterangan ketua kelompok tani di bab

sebelumnya, kondisi hasil panen di persawahan sekitar TPA Jomboran hanya dipengaruhi

oleh pemupukan, sedangkan sumber air yang digunakan untuk pengairan sawah diambil dari

daerah lain. Sehingga meskipun berada di lahan pertanian produktif, hingga saat ini tidak ada

dampak negatif yang ditimbulkan oleh aktivitas maupun keberadaan TPA Jomboran terhadap

lahan pertanian tersebut. Dari penjelasan tersebut, maka skor parameter pertanian yaitu 5

dimana tidak ada dampak negatif yang terjadi terhadap areal pertanian sekitar.

1987 2012 2022

Lahan TPA Jomboran berlokasi di

jurang di lahan pertanian produktif

desa Jomboran

Meskipun sudah berada lebih dari 20

tahun, lahan pertanian di sekitar TPA

Jomboran tidak terpengaruh oleh

kondisi TPA. Selama ini hasil panen

hanya dipengaruhi oleh pemupukan

sedangkan air menggunakan sumber

air lainnya.

Kondisi kesuburan lahan pertanian

dapat tetap stabil dengan pemupukan

dan kontrol penimbunan sampah

yang baik

k. Biologis

Pada awal penentuan lokasi, TPA Jomboran ditempatkan pada bekas jurang yang berada

di tengah lahan persawahan di desa Jomboran (lihat peta tata guna lahan). Dengan lokasi TPA

yang berada di lahan persawahan dan sungai, maka spesies yang dapat dijumpai hanya berupa

spesies hewan pada habitat lahan pertanian seperti burung, tikus, serangga dan habitat sungai

Page 107: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

seperti ikan kecil dan katak. Menurut Enri (2011), jalur perpindahan makhluk hidup yang

penting seperti sungai yang digunakan untuk ikan, adalah sumber daya yang berharga.

Sedangkan menurut pendapat ahli arsitektur lingkungan, tinggi rendahnya nilai habitat suatu

lahan dapat dilihat dari tingkat kesuburan lahan tersebut. Semakin subur suatu lahan maka

semakin tinggi pula nilai lahan tersebut dan begitu pula sebaliknya. Lokasi sekitar TPA yang

berada di tengah-tengah lahan pertanian produktif, maka secara tidak langsung juga dapat

menunjang kehidupan binatang maupun tumbuhan. Berdasarkan penjelasan di bab

sebelumnya (lihat tabel 4.16), keberadaan TPA Jomboran tidak memiliki pengaruh terhadap

kesuburan lahan pertanian sekitar. Sehingga kondisi habitat untuk menunjang kehidupan

binatang maupun tumbuhan di persawahan masih dalam kondisi baik. Sehingga skor untuk

parameter biologis yaitu sebesar 5, karena tidak adanya perubahan signifikan pada kondisi

kesuburan lahan yang berpengaruh pada kondisi habitat.

1987 2012 2022

Pada awal penentuan lokasi, TPA

Jomboran ditempatkan pada bekas

jurang yang berada di tengah lahan

persawahan di desa Jomboran.

Spesies yang dapat dijumpai hanya

berupa spesies hewan pada habitat

lahan pertanian seperti burung, tikus,

serangga dan habitat sungai seperti

ikan kecil dan katak.

Berdasarkan penjelasan di bab

sebelumnya, keberadaan TPA

Jomboran tidak memiliki pengaruh

terhadap kesuburan lahan pertanian

sekitar. Sehingga kondisi habitat

untuk menunjang kehidupan binatang

maupun tumbuhan di persawahan

masih dalam kondisi baik.

Dengan tidak terpengaruhnya

kesuburan lahan pertanian terhadap

keberadaan sampah maka nilai habitat

masih cukup tinggi ke depannya.

l. Transportasi Pengangkutan

Jalan menuju lokasi TPA Jomboran berupa jalan lokal yang menghubungkan antara

kecamatan Klaten Tengah ke wilayah lain di kecamatan Kalikotes. Dengan penempatan lokasi

TPA di dataran rendah maka kontur wilayahnya datar. Kondisi jalan saat ini sudah beraspal

hotmix dengan permukaan datar dan tidak ditemukan lubang di sepanjang jalan (lihat peta

dimensi jalan). Sedangkan jalan untuk menuju ke pusat TPA merupakan jalan lingkungan

yang menghubungkan ke permukiman di dukuh Ngukiran dan Karangasem desa Jomboran.

Jalan ini merupakan jalan lingkungan yang berada di tengah lahan persawahan. Kondisi saat

ini juga sudah dilakukan pengaspalan namun dengan kondisi sedikit buruk karena masih

dijumpai beberapa lubang sehingga membuat permukaan jalan kurang rata (lihat peta dimensi

jalan). Meskipun begitu jalan lingkungan ini masih bisa dilalui karena kedalaman lubang yang

tidak terlalu dalam yaitu sekitar 5 cm. Sehingga skor untuk parameter jalan menuju lokasi

yaitu sebesar 10 dimana kedua ruas jalan menuju pusat TPA Jomboran memiliki kontur datar

dengan kondisi yang baik. Dengan kondisi kedua ruas jalan yang memiliki kontur datar dan

sudah beraspal maka dapat mempermudah aksesibilitas moda pengangkutan untuk memasuki

lokasi TPA Jomboran. Dengan percobaan menggunakan sepeda motor kecepatan rata-rata

Page 108: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

(30-40 km/jam), untuk memasuki lokasi pusat TPA (centroid sampah) dari jalan raya dapat

ditempuh dengan waktu kurang dari 15 menit. Sehingga dapat diketahui skor untuk parameter

transportasi sampah (satu jalan) yaitu sebesar 10.

Jalur pengangkutan sampah untuk menuju ke pusat TPA merupakan jalan lokal dan jalan

lingkungan di tengah lahan persawahan di desa Jomboran. Tidak ada aktivitas bermukim di

sepanjang jalur pengangkutan. Kondisi saat ini untuk menuju lokasi TPA Jomboran, moda

pengangkut sampah akan terlebih dahulu melewati beberapa deret toko/ komersil. Moda

pengangkutan tersebut hanya melewati beberapa deret toko dan kemudian melewati lahan

persawahan (lihat peta lampiran VII). Berdasarkan kondisi tersebut, maka skor untuk

parameter jalan masuk yaitu sebesar 5. Hal ini dikarenakan moda pengangkutan sampah

terlebih dahulu melewati beberapa deretan toko dimana terdapat aktivitas manusia

didalamnya. Dari jalan raya, untuk menuju TPA Jomboran maka terlebih dahulu moda

pengangkut sampah akan melewati jalan lokal terlebih dahulu. Dari perhitungan di lapangan

dan program pemetaan, maka dapat diketahui bahwa TPA Jomboran berada kurang dari 500

meter dari jalan lokal/ jalan umum tersebut. Meskipun terletak kurang dari 500 meter, jalan

ini memiliki kepadatan lalu lintas yang tidak terlalu tinggi. Hal ini terlihat dari banyaknya

moda transportasi yang lewat hanya sekitar 810 unit/ jam (lihat tabel 4.11). Berdasarkan

kondisi tersebut, skor untuk parameter ini yaitu 3 dimana TPA terletak < 500 m dari jalan

umum pada lalu lintas berkepadatan sedang.

1987 2012 2022

Jalan menuju lokasi TPA Jomboran

merupakan jalan penghubung antar

kecamatan dan jalan untuk menuju

pusat TPA merupakan jalan

lingkungan yang menghubungkan

ke dukuh Ngukiran dan dukug

Karangasem. TPA berada di daerah

dataran rendah yang memiliki

kontur datar.

Kondisi jalan lokal menuju lokasi TPA

saat ini dalam kondisi beraspal hotmix

dan tidak bergelombang maupun

berlubang. Sedangkan jalan lingkungan

penghubung ke pusat TPA Jomboran,

saat ini sudah dilakukan pengaspalan dan

di beberapa titik dijumpai lubang kecil.

Dengan kondisi jalan datar dan beraspal,

waktu tempuh menuju pusat TPA yaitu

kurang dari 15 menit. Jalur yang dilalui

hanya berupa persawahan dan beberapa

toko. Sedangkan jarak TPA dengan jalan

umum terdekat yaitu <500 meter.

Kontur wilayah yang datar serta

perbaikan aspal pada jalur

pengangkutan sampah dapat

memperpendek waktu tempuh

moda pengangkutan sehingga

melancarkan kegiatan pengelolaan

akhir sampah di TPA serta

meminimalisir dampak bau sampah.

m. Kebisingan, Bau dan Estetika

Penentuan awal lokasi TPA Jomboran hanya memanfaatkan lahan bekas jurang di tengah

lahan persawahan tanpa adanya pepohonan pendukung sebagai zona penyangga. Meskipun

demikian, keberadaan pepohonan di sepanjang sungai di dekat TPA sedikit membantu

mengurangi kebisingan dan bau yang timbul (lihat gambar 4.14). Zona penyangga yang

diperlukan untuk menyaring bau dan bising sampai saat ini belum dijumpai. Sehingga dari

kondisi ini maka, TPA Jomboran hanya tertutup sebagian oleh tanaman-tanaman perdu dan

Page 109: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

bambu yang tumbuh di sepanjang sungai tersebut. Sedangkan sebagian lainnya masih terbuka

karena hanya dikelilingi oleh lahan persawahan dimana hanya ditanami tanaman padi ataupun

jagung. Sehingga kondisi yang ada saat ini bau sampah sering tercium di permukiman warga

hingga radius 800 meter dari TPA (lihat Gambar 4.25). Dilihat dari kondisi tersebut maka

dapat disimpulkan bahwa TPA Jomboran tidak memiliki zona penyangga yang berfungsi

untuk menyaring dampak yang ditimbulkan akibat aktivitas pengelolaan sampah. Sehingga

skor parameter kebisingan dan bau yaitu 1.

Dengan ketiadaan zona penyangga (Pedoman Pemanfaatan Kawasan Sekitar TPA) yang

berupa tanaman perdu maupun pohon-pohon yang mengelilinginya dalam radius 0-100 m dari

pusat TPA, maka dapat dipastikan bahwa segala aktivitas pengelolaan sampah yang

berlangsung didalamnya dapat terlihat dari luar. Hal ini terlebih lagi diperparah dengan

kondisi TPA yang hanya dikelilingi oleh tembok pagar setinggi 1 meter dengan timbunan

sampah setinggi kurang lebih sekitar 4 - 5 meter, sehingga pengguna jalan yang melintas

terutama pada radius 500 meter dari TPA dapat melihat timbunan sampah TPA Jomboran

dengan jelas (lihat Gambar 4.22). Berdasarkan penjelasan tersebut maka skor untuk parameter

estetika yaitu 1 dimana aktivitas penimbunan terlihat dari luar tapak.

1987 2012 2022

Penentuan awal lokasi TPA

Jomboran hanya memanfaatkan

lahan bekas jurang di tengah lahan

persawahan tanpa adanya

pepohonan pendukung sebagai

zona penyangga. Meskipun

demikian, keberadaan pepohonan

di sepanjang sungai di dekat TPA

sedikit membantu mengurangi

kebisingan dan bau yang timbul.

Hingga saat ini, tidak banyak dilakukan

penanaman pepohonan dalam radius

terdekat dengan TPA yang dapat

berfungsi sebagai zona penyangga atau

penyaring bau dan kebisingan di TPA

Jomboran. Ketiadaan zona penyangga

menyebabkan aktivitas TPA dapat

terlihat dari luar

Dengan tidak adanya usaha

penghijauan di sekitar TPA dengan

penanaman pohon, maka bau dan

bising dapat menyebar bebas hingga

radius yang cukup jauh. Hal ini

dikarenakan tidak adanya penyaring

bau dan bising dari TPA. Selain itu

operasional penimbunan dapat terlihat

jelas dari luar tapak karena tidak

adanya pepohonan sebagai

penghalang.

n. Partisipasi Masyarakat

Keterlibatan masyarakat dalam suatu kegiatan kaitannya dengan partisipasi, menurut

Dusseldorp (1981) terdapat dua bentuk partisipasi berdasarkan derajat kesukarelaan yaitu

partipasi bebas (spontan dan digerakkan) dan partisipasi terpaksa. Berdasarkan keterangan

dari staff Sub Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Klaten, dalam penyediaan lahan

untuk lokasi TPA Kabupaten Klaten dilakukan sendiri oleh masyarakat. Lokasi TPA

Jomboran saat ini merupakan lahan bekas jurang yang disediakan oleh masyarakat. Namun

saat ini, tingkat penerimaan oleh masyarakat sekitar cukup rendah dimana mayoritas

masyarakat sekitar tidak menghendaki keberadaan TPA Jomboran terkait dengan dampak

yang ditimbulkan. Dalam memutuskan tindakan lanjutan terkait pengelolaan TPA Jomboran,

masyarakat diwakili oleh beberapa orang untuk melakukan suatu musyawarah untuk

mengatasi permasalahan ini. Penerimaan masyarakat yang rendah terhadap keberadaan TPA

Page 110: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

memperlihatkan bahwa tingkat kesukarelaan partisipasi masyarakat tergolong dalam

partisipasi terpaksa/ negosiasi. Partipasi terpaksa menurut Dusseldorp (1981) dapat terjadi

dalam berbagai cara yaitu terpaksa oleh hukum dan peraturan maupun terpaksa oleh

kebiasaan ataupun keadaan sosial ekonomi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa skor untuk

parameter partisipasi masyarakat yaitu sebesar 1.

1987 2012 2022

Dalam penyediaan lahan untuk

lokasi TPA Kabupaten Klaten

dilakukan sendiri oleh masyarakat.

Dan lokasi TPA Jomboran saat ini

merupakan lahan bekas jurang yang

disediakan oleh masyarakat.

Namun saat ini terkait dengan

pengelolaan sampah TPA Jomboran,

tingkat penerimaan oleh masyarakat

sekitar cukup rendah dimana

mayoritas masyarakat sekitar tidak

menghendaki keberadaan TPA

Jomboran terkait dengan dampak

negatif yang ditimbulkan.

Penolakan masyarakat dapat terjadi

jika tidak dilakukan perbaikan sistem,

terutama tindakan penanggulangan

dampak negatif yang ditimbulkan.

Dari hasil analisis masing-masing parameter SK SNI maka dapat dihitung nilai

kelayakan lokasi TPA Jomboran sesuai dengan bobot dan nilainya sesuai dengan tabel 3.2

(lihat lampiran VIII). Sehingga total skor lokasi TPA sampah Jomboran diperoleh sebesar 478

poin. Dari bobot seluruh parameter diketahui bahwa skor terendah adalah 79 dan skor

tertinggi adalah 790. Oleh karena itu, nilai kelayakan lokasi TPA Jomboran berdasarkan

aturan kelas (lihat bab 3) dapat dikategorikan pada kelas interval 317 – 553. Dengan demikian

maka berdasarkan SNI 19-3241-1994 (sebelumnya SNI T-11-1991-03) tentang pemilihan

lokasi TPA, lokasi TPA sampah Jomboran Kabupaten Klaten dapat dinyatakan sebagai lokasi

yang “layak dipertimbangkan” untuk digunakan sebagai TPA sampah. Namun begitu perlu

diperhatikan kaitannya dengan kapasitas lahan TPA yang sudah tidak memungkinkan lagi

untuk menampung sampah yang masuk hingga 10 tahun mendatang. Sehingga untuk dapat

memperpanjang umur TPA diperlukan adanya suatu tindakan untuk mengurangi beban TPA

Jomboran.

5.3. Analisis Sistem Pengelolaan Sampah TPA Jomboran

Dalam melakukan analisis sistem pengelolaan sampah TPA Jomboran digunakan teknik

analisis deskriptif kualitatif dimana mengaitkan antara penerapan teknis pengelolaan sampah

di TPA Jomboran dengan beberapa aspek pengelolaan lainnya seperti segi aspek pembiayaan,

aspek kelembagaan, aspek hukum dan peraturan serta aspek peran serta masyarakat. Sehingga

dari penjabaran tersebut dapat diketahui bagaimana sistem pengelolaan sampah TPA

Jomboran yang berjalan selama ini. Berikut ini pembahasan mengenai sistem pengelolaan

sampah TPA Jomboran dilihat dari aspek-aspek teknis pengelolaan, aspek pembiayaan, aspek

hukum dan peraturan, aspek kelembagaan serta aspek peran serta masyarakat:

Page 111: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

5.3.1. Aspek Teknis Pengelolaan

Teknis pengelolaan sampah di tempat pembuangan akhir (TPA) Jomboran dilakukan

secara open dumping dimana sampah masuk hanya dihamparkan dan ditimbun, dibiarkan

terbuka tanpa pengaman dan tanpa penanganan lanjut. Penanganan sampah dengan metode

seperti ini memiliki kelebihan dan kekurangan yang perlu diperhatikan.

Kelebihan yang dimiliki dengan penerapan metode ini, sampah di TPA Jomboran dapat

dikelola dengan penggunaan anggaran biaya yang rendah dan tidak dibutuhkan kualitas SDM

yang tinggi. Hal ini dikarenakan pembiayaan hanya sebatas pada pengangkutan dan

penimbunan sampah. Karena ketiadaan masukan teknologi dalam metode ini, maka tidak

dibutuhkan tenaga ahli dengan kualitas SDM yang tinggi untuk pengoperasian alat. Sehingga

secara tidak langsung kondisi ini dapat berpengaruh juga pada tingkat pembiayaan yang

rendah.

Disamping kelebihan yang dimiliki, metode ini juga banyak memiliki kekurangan yang

harus diketahui. Ketiadaan penggunaan tanah penutup dalam metode ini menjadi salah satu

potensi timbulnya pencemaran lingkungan sekitarnya. Timbunan sampah di TPA Jomboran

yang tidak ditutupi dengan lapisan penutup dapat menyebabkan asap dan bau sampah dapat

tersebar dengan bebas di udara. Selain itu gas yang dihasilkan dari proses dekomposisi

sampah, juga dapat dengan mudah terlepas ke udara bebas. Sampah yang tertimbun tanpa

penutupan dan penanganan lanjut dapat menjadi sarang perkembangbiakan bagi vektor

penyakit seperti lalat dan tikus. Operasi penumpukan sampah tanpa dilakukan pemadatan

dapat berpotensi mempertinggi timbunan. Timbunan sampah yang cukup tinggi dan lokasi

yang tidak dilengkapi dengan zona penyangga berupa pepohonan yang tinggi, membuat

tumpukan sampah di TPA Jomboran dapat terlihat dari luar tapak. Hal ini tentu dapat

menurunkan estetika lingkungan kawasan TPA Jomboran. Pengelolaan TPA Jomboran

dengan metode open dumping tidak mewajibkan adanya pengolahan air lindi, sehingga hal ini

rawan terjadi pencemaran air baik air tanah maupun air permukaan.

Penanganan sampah TPA Jomboran yang hanya dihamparkan dan ditimbun,

membutuhkan lahan yang cukup luas untuk menampung sampah-sampah tersebut. Hal ini

dikarenakan tidak ada usaha pengurangan sampah pada pada tahapan penerapan metode ini.

Kebutuhan lahan yang luas yang tidak dibarengi dengan penyediaan lahan yang cukup, dapat

berpengaruh pada umur seperti yang terjadi pada TPA Jomboran. Untuk mengatasi

permasalahan kebutuhan lahan ini, maka dilakukan kegiatan reklamasi di TPA Jomboran.

Kegiatan reklamasi dilakukan pada sampah-sampah yang sudah menjadi tanah humus di TPA

Jomboran. TPA Jomboran telah melayani penimbunan sampah di Kabupaten Klaten selama

lebih dari 20 tahun. Padahal ketentuan umur teknis untuk sebuah TPA sampah adalah selama

Page 112: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

minimal 5 tahun. Hal ini memperlihatkan bahwa kegiatan reklamasi cukup efektif untuk

memperpanjang umur TPA Jomboran. Sedangkan untuk operasional kegiatan ini dibutuhkan

pembiayaan pada penyediaan lahan baru, pengangkutan dan penimbunan/ pemerataan sampah

reklamasi. Untuk penyediaan lahan reklamasi, Sub Dinas Kebersihan dan Pertamanan

memanfaatkan lahan TPA Joho yang sebelumnya mendapatkan penolakan dari warga terkait

penampungan sampah basah. Sehingga tidak lagi dibutuhkan anggaran untuk penyediaan

lahan baru. Kekurangan lain yang ada pada kegiatan reklamasi yaitu hanya sampah-sampah

berupa tanah humus yang dapat direklamasi. Lama waktu sampah organik untuk menjadi

humus secara alami membutuhkan waktu minimal 6 bulan. Kelebihan lain yang dimiliki

kegiatan reklamasi ini yaitu tidak diperlukan SDM yang memiliki kualitas tinggi, karena tidak

ada pengoperasian teknologi atau hal lainnya yang membutuhkan SDM berkualitas tinggi.

5.3.2. Aspek Pembiayaan

Kegiatan penarikan retribusi persampahan di Kabupaten Klaten dilakukan oleh sub

dinas Kebersihan dan Pertamanan dan dikelola langsung oleh Dinas Pendapatan, Pengelolaan

Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD). Berdasarkan peraturan daerah No.39 tahun 2001

tentang pengelolaan dan retribusi persampahan, dapat diketahui besaran ideal pemasukan

pendapatan dari penarikan retribusi sampah selama setahun yaitu Rp 427.818.000,- .

Kenyataan yang terjadi di lapangan, realisasi pendapatan dari penarikan retribusi sampah per

tahunnya hanya berada di kisaran 250 juta rupiah. Hal ini memperlihatkan bahwa kegiatan

penarikan retribusi persampahan Kabupaten Klaten belum dilaksanakan maksimal. Dengan

melihat besaran pendapatan dari penarikan retribusi sampah tersebut, maka operasional

pengelolaan sampah TPA tidak dapat sepenuhnya bergantung dari penarikan retribusi sampah.

Sehingga untuk dapat mengoptimalkan kegiatan operasional pengelolaan sampah TPA

dibutuhkan pemasukan dari sumber pendanaan lainnya. Oleh sebab itu, keberadaan DPPKAD

dinilai penting untuk membantu dalam mengelola keuangan seperti kegiatan pengelolaan

persampahan. Oleh DPPKAD, pendapatan dari penarikan retribusi sampah dikelola bersama

pendapatan yang bersumber dari kegiatan-kegiatan lainnya untuk selanjutnya diatur dalam

RAPBD Kabupaten Klaten. Sebagaimana yang diatur dalam pasal 24 ayat 2 UU No 18 tahun

2008 tentang Pengelolaan Persampahan, sumber pembiayaan untuk penyelenggaraan

pengelolaan sampah Kabupaten Klaten berasal dari APBN dan APBD. Berdasarkan informasi

yang diperoleh dari Ibu Winarsi selaku staff bidang anggaran Sub Dinas KP, dana yang

diperoleh dari APBD untuk operasional pengelolaan persampahan per tahunnya sebesar Rp

1.305.000.000,-. Dengan besaran dana tersebut digunakan untuk kegiatan pengelolaan sampah

Page 113: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

TPA baik pengangkutan sampah ke TPA, pemeliharaan moda pengangkutan, maupun upah

pekerja/ pegawai. Biaya operasional tersebut dapat dirinci sebagai berikut: (lihat tabel 5.4)

Tabel 5. 1

Perhitungan Pengeluaran Kegiatan Pengangkutan dan Penimbunan Sampah

Kegiatan Satuan kegiatan Pengeluaran per

bulan

Pengeluaran per

tahun

Uang makan (extrafooding)

@ Rp 50.000,- / bulan

200 pekerja Rp 10.000.000 Rp 120.000.000

Upah pekerja non PNS

@ Rp 650.000,-/ bulan

35 pekerja Rp 22.750.000 Rp 273.000.000

Bahan Bakar Moda Pengangkutan Sampah

(20 liter/ 3 hari) @ Rp 4.500,- / liter

14 moda Rp 12.600.000 Rp 151.200.000

Bahan Bakar Dump Truck & Arm Roll

(20 liter/ hari) @ Rp 4.500,-/ liter

16 moda Rp 43.200.000 Rp 518.400.000

Bahan Bakar Alat Berat Excavator

(70 liter/ hari) @ Rp 4.500,- / liter

1 moda Rp 9.450.000 Rp 113.400.000

Pemeliharaan Moda Pengangkutan

(2x /tahun) @ Rp 100.000 ,-

30 moda - Rp 6.000.000

Pengadaan Tanah Urug Sirtu - - Rp 90.000.000

Total Rp 1.272.000.000

Sumber. Peneliti, 2012

Menurut Enri (2011), komponen pembiayaan dalam pengelolaan sampah berupa gaji

pegawai, transportasi, pemeliharaan, pendidikan dan pengembangan serta administrasi.

Namun begitu, kenyataan di lapangan (lihat tabel 5.4) Sub Dinas Kebersihan dan Pertamanan

Kabupaten Klaten hanya mengalokasikan pembiayaan untuk upah pegawai, transportasi, serta

pemeliharaan. Sehingga tidak ada alokasi untuk pendanaan terkait pendidikan dan

pengembangan. Hal ini dapat berpengaruh terhadap perbaikan sistem pengelolaan

persampahan yang diterapkan. Tidak adanya pendanaan untuk pendidikan berpengaruh pada

tingkat kualitas SDM. Dengan kualitas SDM yang tinggi dapat memudahkan dalam masukan

teknologi dan pengembangan pengelolaan.

Berdasarkan hasil perhitungan pembelanjaan Sub Dinas Kebersihan dan Pertamanan

terkait kegiatan operasional pengelolaan TPA (lihat tabel 5.4), maka dapat diperoleh total

pembelanjaan pertahunnya sekitar Rp 1.272.000.000,-. Dengan pendanaan sebesar Rp

1.305.000.000 ,- per tahun, maka hanya tersisa kurang lebih sekitar Rp 203.000.000 ,-.

Tentunya dana tersebut dipergunakan untuk cadangan kegiatan maupun keperluan lainnya

seperti hal yang mendesak. Sedangkan untuk kegiatan reklamasi sampah di TPA Jomboran ke

TPA Joho, tentunya membutuhkan tambahan pendanaan lagi. Sumber pendanaan kegiatan

reklamasi ini tidak bisa menggunakan anggaran kegiatan operasional pengelolaan dan

pengangkutan sampah sebelumnya. Hal ini dikarenakan minimnya alokasi dana yang tersisa.

Sehingga untuk pelaksanaan kegiatan ini membutuhkan anggaran tersendiri. Kondisi yang

terjadi di lapangan, besaran anggaran untuk kegiatan ini per tahunnya tidak menentu

(fluktuatif) sesuai dengan keputusan dewan. Hal ini terlihat dimana pada tahun 2011 sekitar

Page 114: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

200 juta rupiah sedangkan untuk tahun 2012 sekitar 300 juta rupiah. Ketergantungan kegiatan

reklamasi pada anggaran ini tentunya dapat mempengaruhi kondisi kapasitas TPA Jomboran.

Jika tidak ada anggaran untuk kegiatan reklamasi, maka kegiatan akan ditiadakan pada tahun

tersebut.

5.3.3. Aspek Kelembagaan

Pengelolaan sampah di Kabupaten Klaten terutama pengelolaan TPA Jomboran

ditangani oleh Sub Dinas Kebersihan dan Pertamanan di bawah wewenang Dinas Kebersihan

dan Pertamanan dengan UPT Pengelolaan Sampah dan Limbah sebagai pelaksananya. Hal ini

sesuai dengan bentuk kelembagaan pengelola sampah menurut Syafrudin dan Priyambada

(2001), dimana kota sedang3 seperti Kabupaten Klaten dianjurkan memiliki dinas/ suku dinas/

UPTD Dinas Pekerjaan Umum atau seksi pada Dinas Pekerjaan Umum sebagai lembaga

untuk mengelola persampahan di perkotaan. Berdasarkan Peraturan Bupati Klaten No.44

tahun 2010 tentang rincian tugas, fungsi dan tata kerja Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten

Klaten, pengelolaan sampah TPA Jomboran dibagi per masing masing SKPD terkait. Dengan

melihat tugas, pokok dan fungsi tersebut, untuk mengkaji ulang terkait dengan survei dan

studi kelayakan TPA dilakukan oleh Sub Dinas Kebersihan dan Pertamanan. Data – data yang

digunakan dalam studi tersebut dikumpulkan dan dianalisa oleh seksi operasional kebersihan

jalan dan lingkungan. Pembagian tugas pokok dan fungsi masing-masing SKPD terkait pada

Peraturan Bupati tersebut sudah cukup jelas. Untuk menindaklanjuti studi kelayakan tersebut,

Sub Dinas Kebersihan dan Pertamanan dapat merumuskan kebijakan selanjutnya berdasarkan

bahan yang dipersiapkan oleh seksi operasional kebersihan jalan dan lingkungan. Sehingga

dari kebijakan tersebut dapat disusun bagaimana rencana teknis operasionalnya oleh UPT

pengelolaan sampah dan limbah. Terkait dengan pengelolaan dan pelaksanaan maupun

pemeliharaan TPA merupakan wewenang Sub Dinas Kebersihan dan Pertamanan dengan

kegiatan pengadaan dilakukan oleh Seksi operasional kebersihan jalan dan lingkungan.

Dengan pembagian tupoksi yang jelas pada masing masing bidang SKPD tersebut, maka

manajemen pengelolaan TPA Jomboran dapat terarah dan tidak terjadi tumpang tindih tugas

dan wewenang antara satu bidang SKPD dengan lainnya. Tupoksi sudah cukup jelas yaitu

semua perumusan dan koordinasi dilakukan oleh Subdinas Kebersihan dan Pertamanan dan

UPT Pengelolaan Sampah dan Limbah yang bertindak sebagai pelaksana teknis operasional

pengelolaan persampahan.

3 Menurut Syafrudin dan Priyambada (2001), bentuk kelembagaan pengelola sampah disesuaikan dengan kategori kota.

Untuk kategori Kota sedang 2 (jumlah penduduk 100.000 – 250.000 jiwa) atau kota/ kotif bentuk lembaga yang dianjurkan

berupa dinas/ suku dinas/ UPTD Dinas Pekerjaan Umum atau seksi pada Dinas Pekerjaan Umum

Page 115: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

5.3.4. Aspek Hukum dan Peraturan

Dengan melihat semua peraturan maupun standar SNI yang diacu oleh Sub Dinas

Kebersihan dan Pertamanan dalam menjalankan tugas dan fungsinya, terlihat bahwa tersebut

sudah cukup lengkap dan relevan. Masing-masing kegiatan pengelolaan persampahan sudah

tercover oleh standar peraturan. Meskipun begitu Sub Dinas Kebersihan dan Pertamanan

Kabupaten Klaten tidak memiliki dasar acuan standar/ peraturan spesifik untuk kegiatan

pengelolaan tempat pembuangan akhir sampah seperti TPA Jomboran. Hal ini terlihat dalam

SNI 19-2454-2002 tentang Tata Cara Pengolahan Teknik Sampah Perkotaan, dimana arahan

kegiatan pengelolaan TPA tidak dijelaskan secara spesifik. Pada SNI tersebut juga dijelaskan

bahwa metode pembuangan akhir sampah kota dapat dilakukan dengan penimbunan lahan

terkendali (controlled landfill) maupun lahan urug saniter termasuk pengolahan lindi dan gas.

Hal tersebut bertolak belakang dengan kondisi di Kabupaten Klaten dimana TPA Jomboran

hanya dikelola dengan metode penimbunan tak terkendali (open dumping). Metode yang

diterapkan di TPA Jomboran memiliki dampak negatif yang cukup banyak bila dibandingkan

dengan controlled landfill. Oleh karena itu, metode ini sudah banyak ditinggalkan pada

pengelolaan sampah di negara-negara lain. Keunggulan metode ini hanya terletak pada

rendahnya biaya dan tingkat kemudahan operasional, sehingga masih banyak diterapkan di

daerah-daerah. Dengan dampak-dampak yang ditimbulkan oleh metode pengelolaan TPA

Jomboran, maka sudah sewajarnya jika masyarakat di sekitarnya berhak untuk memperoleh

kompensasi. Seperti undang-undang yang diacu oleh Sub Dinas Kebersihan dan Pertamanan,

pemberian kompensasi diatur oleh Undang-undang No.18 tahun 2008 tentang Pengelolaan

Persampahan. Pada pasal 25 ayat 1 undang-undang tersebut disebutkan bahwa:

“Pemerintah dan pemerintah daerah secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dapat

memberikan kompensasi kepada orang sebagai akibat dampak negatif yang ditimbulkan oleh

kegiatan penanganan persampahan di tempat pemrosesan akhir”

Dari pasal diatas maka pada ayat 2 dijelaskan bahwa kompensasi yang dimaksudkan

berupa relokasi, pemulihan lingkungan, biaya kesehatan dan pengobatan ataupun kompensasi

dalam bentuk lain. Meskipun sudah diatur dalam undang-undang tersebut, kondisi di lapangan

banyak masyarakat di sekitar TPA yang mengatakan tidak memperoleh kompensasi seperti

yang disebutkan pada undang-undang tersebut terkait dampak aktivitas pengelolaan TPA.

Tabel 5. 2 Analisa Standar yang Diacu oleh Dinas dengan Kondisi di Lapangan

No Acuan Standar Kondisi di lapangan Analisa

1 SNI 19-2454-2002

tentang Tata Cara

Pengolahan Teknik

Sampah Perkotaan

Metode pembuangan

akhir sampah kota dapat

dilakukan dengan

controlled landfill

maupun sanitary landfill

termasuk pengolahan

Metode pengelolaan

sampah di TPA

Jomboran masih

menerapkan open

dumping.

Kemudahan operasional

dan tingkat pembiayaan

yang rendah masih menjadi

alasan sebagian banyak

daerah di Indonesia untuk

masih menerapkan open

Page 116: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

No Acuan Standar Kondisi di lapangan Analisa

lindi dan gas. dumping, termasuk

Kabupaten Klaten. Padahal

di balik keunggulannya itu,

metode ini kurang

berwawasan lingkungan

terkait dengan dampak

dampak yang ditimbulkan.

2 UU No. 18 Tahun 2008

tentang Pengelolaan

Persampahan

Pemerintah dan

pemerintah daerah

secara sendiri sendiri

maupun bersama dapat

memberikan

kompensasi kepada

orang sebagai akibat

dampak negatif yang

ditimbulkan oleh

kegiatan penanganan

sampah di TPA.

Tidak ada kompensasi

yang berupa relokasi,

pemulihan lingkungan,

pembiayaan kesehatan

dan pengobatan, ataupun

kompensasi dalam

bentuk lain yang

diterima oleh

masyarakat di sekitar

TPA Jomboran.

Pemerintah daerah

Kabupaten belum

sepenuhnya menjalankan

poin-poin pada undang-

undang no 18 tahun 2008.

Rendahnya alokasi

pembiayaan untuk bidang

persampahan menjadi salah

satu faktor tidak adanya

kompensasi untuk orang

orang di sekitar TPA.

Sumber. Peneliti, 2012

5.3.5. Aspek Peran Serta Masyarakat

Penerapan metode pengelolaan sampah di TPA dengan open dumping sangat rentan

terhadap pencemaran lingkungan sekitarnya. Gangguan lingkungan yang dapat timbul dapat

memicu adanya konflik/ sengketa pada masyarakat sekitarnya. Hal ini terjadi pada TPA

Jomboran, dimana masyarakat sekitar merasa sangat terganggu dengan kondisi timbunan

sampah di TPA. Dampak pencemaran bau, kemunculan asap dan lalat memaksa masyarakat

untuk meminta kompensasi kepada pemerintah daerah. Pengajuan semacam ini

memperlihatkan bahwa adanya peran serta masyarakat yang cukup aktif terkait sengketa yang

terjadi. Meskipun penyelesaian sengketa hanya diwakilkan oleh beberapa warga, setidaknya

ada kesediaan masyarakat untuk melakukan negosiasi dengan pemerintah daerah. Hal ini

sesuai dengan pasal 28 ayat 2 UU no 18 tahun 2008 dimana peran masyarakat dapat berupa

pemberian saran dan pendapat dalam penyelesaian sengketa. Selain itu terkait dengan

tindakan pengurangan timbunan sampah di TPA, pemulung yang juga merupakan warga

setempat memiliki peranan yang besar. Keberadaan para pemulung tersebut selain mampu

mengurangi beban sampah di TPA Jomboran, juga membantu menyortir sampah. Dengan

adanya tindakan penyortiran tersebut, maka dapat meminimalisir dampak yang ditimbulkan

oleh jenis sampah tersebut. Penguraian sampah berbahan plastik / atom yang membutuhkan

waktu lama, sedikit teratasi dengan adanya pengambilan oleh pemulung. Peran serta

masyarakat secara tidak langsung melalui penyortiran sampah juga telah dilakukan oleh

sumber penghasil sampah. Dari penjelasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan sementara

terkait dengan pengelolaan persampahan TPA Jomboran sebagai berikut: (lihat tabel 5.6)

Page 117: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

Tabel 5. 3

Pengelolaan Persampahan Kabupaten Klaten Berdasarkan Aspek Pembiayaan, Kelembagaan, Hukum dan Peran Serta Masyarakat

Teknis Pengelolaan Pembiayaan Kelembagaan Hukum Peran Serta

+ K

E

L

E

B

I

H

A

N

Kegiatan reklamasi

cukup efektif untuk

menutupi kekurangan

lahan serta

memperpanjang umur

TPA Jomboran

Tidak memerlukan SDM

berkualitas tinggi karena

ketiadaan penggunaan

alat teknologi tinggi Biaya operasional

rendah karena hanya

untuk kegiatan

pengangkutan dan

penimbunan sampah

Instansi yang bertanggungjawab

untuk menangani pengelolaan

sampah Kabupaten Klaten sudah

sesuai dengan klasifikasi kota

Tupoksi antar bidang skpd sudah

jelas dan saling terkait yaitu sub

dinas KP, seksi operasional

kebersihan serta UPT pengelola

sampah dan limbah

Tidak terdapat tumpang tindih

tupoksi antar bidang skpd terkait

pengelolaan TPA Semua perumusan dan

koordinasi dilakukan oleh Sub

dinas KP dan UPT Pengelola

Sampah dan Limbah bertindak

sebagai pelaksana

Peraturan dan standar yang

dijadikan acuan oleh sub dinas

sudah relevan dan cukup

mengcover semua kegiatan

Peran serta masyarakat

aktif terlihat dari adanya

negosiasi yang dilakukan

oleh perwakilan

masyarakat dengan

pemerintah daerah terkait

dengan dampak negatif

yang ditimbulkan Peran serta masyarakat

untuk pengurangan

timbunan sampah di TPA

diperlihatkan dari

keberadaan pemulung dari

masyarakat sekitar serta

penyortiran dari sumber

sampah

-

K

E

K

U

R

A

N

G

A

N

Memerlukan lahan yang

cukup luas karena tidak

ada pemrosesan sampah

di TPA Jomboran. Kegiatan reklamasi

hanya dapat dilakukan

pada sampah yang sudah

berubah menjadi humus.

Besaran pendapatan yang diperoleh dari

penarikan retribusi sampah masih berada di

bawah ideal.

Tidak ada alokasi untuk pendidikan dan

pengembangan yang dapat menghambat

peningkatan sistem pengelolaan dan kualitas

SDM.

Alokasi anggaran untuk operasional kegiatan

hanya cukup digunakan untuk kegiatan

pengangkutan dan penimbunan sampah TPA. Kegiatan reklamasi sampah TPA

membutuhkan anggaran tersendiri dan tidak

dapat menggunakan alokasi anggaran tahunan,

sehingga bergantung pada pengajuan kepada

dewan.

Masih minimnya peraturan dan

standar yang membahas secara

rinci kegiatan pengelolaan TPA. Masih adanya ketidaksesuaian

antara standar/ peraturan yang

diacu dengan kondisi yang terjadi

dilapangan seperti ketidakadaan

kompensasi dan metode

pembuangan akhir sampah.

Sehingga dibutuhkan kualitas

SDM serta pendanaan yang

tinggi terkait pengembangan agar

dapat meningkatkan pengelolaan

akhir sampah.

Sumber. Peneliti, 2012

Page 118: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

Metode pengelolaan TPA Jomboran yang diterapkan saat ini bertolak belakang dengan

peraturan yang diacu oleh dinas terkait, salah satunya masih diterapkannya metode open

dumping. Terkait dengan keterbatasan penggunaan lahan, telah mampu diatasi pemerintah

Kabupaten Klaten dengan melalui reklamasi sampah. Minimnya pembiayaan operasional

kegiatan tidak memungkinkan untuk dilakukan masukan teknologi baru pada pengelolaan

sampah di TPA. Hal ini dapat dilihat dari tidak adanya alokasi pengembangan dan pendidikan

pada pengelolaan persampahan. Kondisi yang ada di lapangan, anggaran pembiayaan hanya

cukup untuk kegiatan pengangkutan dan penimbunan sampah. Perlu adanya kerjasama dengan

pihak lain kaitannya dengan pemasukan teknologi dalam pengelolaan sampah TPA.

Perwujudan kerjasama yaitu pemerintah lebih bertindak sebagai regulator sementara pihak

swasta diposisikan sebagai operator. Peran serta masyarakat memiliki pengaruh besar

terhadap TPA Jomboran terkait dengan usaha pengurangan timbunan dan evaluasi dampak

bagi lingkungan sekitarnya. Tanpa adanya partisipasi masyarakat, semua program

pengelolaan sampah yang direncanakan akan sia-sia. Tingginya partisipasi masyarakat

Kabupaten Klaten terhadap kegiatan penyortiran sampah dapat membantu keberhasilan tujuan

program-program persampahan yang diterapkan. Selain itu, retribusi persampahan merupakan

bentuk nyata lain dari partisipasi masyarakat dalam pembiayaan persampahan. Kejelasan serta

pembagian tupoksi serta struktur organisasi di institusi pengelola sampah juga turut

membantu pencapaian keberhasilan tujuan program-program pengelolaan persampahan. Dan

untuk menghindari tumpang tindih tupoksi, dalam pelaksanaannya institusi pengelola sampah

Kabupaten Klaten telah dilakukan secara terpisah antara regulator dan operator.

5.4. Analisis Dampak Keberadaan Sampah Bagi Lingkungan Sekitar TPA Jomboran

Dalam melakukan analisis dampak keberadaan sampah digunakan teknik analisis

deskriptif kualitatif dimana data temuan lapangan yang sudah diidentifikasi sebelumnya akan

menjadi masukan dalam analisis ini untuk selanjutnya dideskripsikan secara menyeluruh

terhadap teori dengan temuan di lapangan sehingga diketahui dampak yang ditimbulkan.

Berikut ini pembahasan mengenai dampak keberadaan sampah TPA Jomboran bagi

lingkungan sekitarnya :

5.3.1. Dampak Lingkungan Fisik

Pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan yang kurang

menyenangkan bagi masyarakat seperti bau dan pemandangan yang buruk karena buangan

sampah. Kondisi semacam ini juga terjadi di TPA Jomboran, dimana penerapan open

dumping menjadikan sampah hanya ditimbun hingga menggunung dan tanpa adanya tanah

penutup diatasnya.

Page 119: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

Pertama, salah satu hal yang perlu diwaspadai dari adanya sampah yaitu kemunculan

air rembesan sampah atau sering disebut dengan lindi (leachate)4 yang dapat mencemari air

baik air tanah maupun air permukaan di sekitarnya. Tingginya kandungan air pada sampah

basah yang merupakan sampah terbanyak yang masuk ke TPA Jomboran, dapat

mempengaruhi besarnya produksi lindi pada timbunan sampah. Meskipun begitu, kemunculan

air rembesan sampah di lingkungan warga tidak dirasakan oleh masyarakat di kedua radius

dan tidak mengganggu aktivitas mereka. Salah satu indikator atau tanda bahwa air lingkungan

telah tercemar adalah adanya perubahan warna dan bau. Berdasarkan data temuan di

lapangan, dapat diketahui bahwa sekitar 50% kondisi air sumur responden baik dalam radius

kurang dari 500 m maupun 800 m dalam kondisi jernih, tidak berwarna dan berbau. Tingkat

kejernihan air sumur yang baik, menjadikan warga tidak khawatir untuk memanfaatkannya

dalam kebutuhan sehari-hari. Pemanfaatan air sumur pada radius 501-800 m lebih tinggi

dibandingkan pada radius kurang dari 500 m yaitu sebanyak 73% responden. Dan 93%

responden dalam radius tersebut memanfaatkannya untuk konsumsi dan mandi cuci kakus.

Pencemaran air rembesan sampah belum dirasakan warga. Sehingga tidak ada dampak negatif

yang ditimbulkan oleh timbunan sampah TPA Jomboran terhadap kondisi air terutama air

sumur di lingkungan permukiman sekitarnya.

Kedua, timbunan sampah yang setiap harinya bertambah karena aktivitas pembalikan

dan penumpukan sampah baru dapat mengganggu pandangan sehingga dapat menurunkan

citra kawasan tersebut. Lamanya proses dekomposisi sampah dapat menghambat kegiatan

reklamasi yang berpengaruh pada tingginya timbunan sampah. Pemandangan sampah

menggunung di TPA Jomboran dirasakan sangat mengganggu oleh masyarakat dalam radius

kurang dari 500 m. Hal ini diperlihatkan dari tingginya responden yaitu 83% yang

mengatakan demikian (lihat Gambar 4.22). Faktor jarak dan minimnya pepohonan

mengakibatkan masyarakat dalam radius ini dapat secara langsung melihat timbunan sampah

tersebut dari lingkungan rumah mereka. Sedangkan dalam radius 501-800 m gangguan ini

sedikit berkurang diperlihatkan dengan tingginya prosentase responden yang merasa tidak

terganggu dibandingkan dengan responden di radius 0-500 m yaitu 23% (lihat Gambar 4.22).

Namun begitu 50% responden di radius ini masih merasa sangat terganggu. Hal ini

dikarenakan masih minimnya tindakan pencegahan maupun pengurangan dampak yang

dilakukan oleh masyarakat. Bahkan sebanyak 77% responden di radius 501-800 m tidak

melakukan pencegahan apapun dan sebagian lainnya ada usaha pencegahan dengan

prosentase kecil (lihat Gambar 4.23).

4 leachete, menurut Tchobanoglous (1993) dapat didefinisikan sebagai cairan yang telah melewati sampah yang telah

mengekstrasi material terlarut/ tersuspensi dari sampah tersebut

Page 120: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

Gambar 5. 3 Kondisi Pemandangan Timbunan Sampah TPA bagi Lingungan Sekitarnya Sumber. Peneliti, 2012

Ketiga, kemunculan bau busuk menyengat yang muncul dari timbunan sampah

dirasakan sangat mengganggu bagi masyarakat di kedua radius. Sampah yang menumpuk dan

dibiarkan pada tempat terbuka (open dumping), selain menyebabkan rendahnya nilai estetika

di sekitar tempat tersebut juga dapat menimbulkan bau busuk yang tidak enak. Munculnya

bau busuk berasal dari dominasi komposisi sampah oleh sampah basah dan merupakan jenis

sampah yang mudah membusuk. Bau busuk tersebut merupakan ammoniak dan asam volatil

yang dihasilkan oleh sampah basah di TPA Jomboran dan menyebar mengikuti arah

hembusan angin. Kemunculan bau dirasakan sangat menganggu seluruh masyarakat dalam

radius kurang dari 500 m dimana 81% responden sangat terganggu dan sisanya merasa cukup

terganggu. Sedangkan kemunculan bau di radius 501-800 m sudah tidak mengganggu terlihat

dari menurunnya prosentase menjadi 68% dan 2% responden tidak terganggu (lihat Gambar

4.25). Kemunculan bau terjadi pada waktu tertentu terutama musim penghujan dan saat

pembalikan sampah oleh petugas. Kemunculan bau tidak diantisipasi dengan baik oleh

masyarakat sebagai usaha untuk mengurangi paparan dampak. Penanaman pohon sebagai

penyaring bau hanya dilakukan oleh 31% responden di radius kurang dari 500 m, sedangkan

63% responden pada radius 501-800 m membiarkan gangguan bau sampah tersebut tanpa

adanya usaha pengurangan dampak (lihat Gambar 4.28). Usaha lain yang dilakukan sebagian

kecil masyarakat lainnya yaitu dengan memasang pengharum ruangan atau penutup pada

ventilasi ruangan di rumah.

Keempat, aktivitas pengangkutan maupun penimbunan sampah serta operasional alat

berat secara tidak langsung akan menimbulkan suara. Suara dapat dikatakan bising jika suara

tersebut dapat menimbulkan gangguan terhadap lingkungan sekitarnya. Sistem pengelolaan

Page 121: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

sampah di TPA Jomboran, sangat minim dalam penggunaan alat berat dikarenakan mudahnya

dalam penerapan di lapangan dimana sampah hanya diangkut, dibalik dan ditimbun. Dari 58%

responden di radius 0-500m dan 54% responden di 501-800m diketahui bahwa intensitas

kemunculan suara dari pengoperasian alat berat hampir tidak pernah dan tidak begitu

terdengar oleh masyarakat (lihat Gambar 4.30). Hal ini dikarenakan faktor jarak yang tidak

dapat terjangkau oleh minimnya suara yang muncul dari alat berat yang beroperasi. Sebanyak

58% responden di radius 0-500 m dan 54% responden di radius 501-800 m sama sekali tidak

terganggu (lihat Gambar 4.29). Hal ini memperlihatkan kemunculan kebisingan aktivitas

pengelolaan sampah TPA Jomboran, tidak dirasakan dan tidak mengganggu masyarakat

sekitar.

5.3.2. Dampak Kesehatan

Pengelolaan sampah TPA Jomboran dimana sampah hanya ditimbun tanpa adanya

penanganan selanjutnya, dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat

sekitarnya. Metode ini merupakan jenis pembuangan sampah akhir yang tidak saniter karena

selain dapat menimbulkan bau, asap serta pemandangan yang tidak sedap, sampah basah

dapat menjadi media yang baik untuk lalat maupun tikus yang dapat menjangkitkan penyakit.

Gangguan kesehatan banyak dialami oleh masyarakat di radius kurang dari 500 m

diperlihatkan dari 28% responden yang mengakui sering mengalami dan 44% pernah

mengalaminya. Sedangkan pada radius 501-800m hanya 16% responden yang sering

mengalami (lihat Gambar 4.37). Gangguan kesehatan yang banyak dikeluhkan adalah batuk-

batuk, dan asma akibat asap yang timbul dari timbunan sampah. Asap yang muncul dan

menyebar ke lingkungan permukiman berasal dari kebakaran yang terjadi pada timbunan

sampah di TPA Jomboran. Sebanyak 55% responden di radius 0-500m dan 50% di radius

501-800m merasa sangat terganggu dengan kebakaran. Asap merupakan dampak yang paling

banyak dirasakan dari berbagai ancaman gangguan lain yang timbul dari kejadian kebakaran

seperti api dan debu abu. Hipotesa terjadinya kebakaran di TPA Jomboran dikarenakan

tersedianya bahan bakar yang baik yaitu gas metan dan sampah kering serta tersedianya

oksigen melalui udara yang mudah masuk ke dalam lapisan sampah. Ketidaktersediaan tanah

penutup mempermudah suplai udara masuk ke lapisan sampah sehingga sampah mudah

terbakar dan memunculkan asap yang dapat mengganggu kesehatan warga di sekitarnya.

Minimnya usaha penanggulangan dampak asap dan abu yang dilakukan di lingkungan rumah

warga mengakibatkan paparan dampak ini tidak bisa diminimalisir.

Page 122: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

Gambar 5. 4 Peta Dampak Bau Sampah TPA Jomboran bagi Lingungan Sekitarnya Sumber. Peneliti, 2012

Page 123: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

Gambar 5. 5 Peta Dampak Bising Aktivitas Pengelolaan Sampah TPA Jomboran bagi Lingungan Sekitarnya Sumber. Peneliti, 2012

Page 124: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

Gambar 5. 6 Peta Dampak Asap Kebakaran Sampah TPA Jomboran bagi Lingungan Sekitarnya Sumber. Peneliti, 2012

Page 125: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

5.4. Dampak Sosial dan Ekonomi

Selain mempengaruhi lingkungan fisik kawasan dan kondisi kesehatan masyarakat,

keberadaan TPA Jomboran juga berpengaruh pada kondisi sosial dan ekonomi masyarakat.

Pertama, tidak ada pengaruh signifikan antara TPA Jomboran dengan tingkat keamanan

lingkungan. Sebanyak 81% dan 88% responden di kedua radius tidak merasakan adanya

gangguan keamanan di lingkungan mereka (lihat Gambar 4.38). Hal ini dikarenakan

sedikitnya jumlah pemulung yang beraktivitas di TPA Jomboran dan berasal dari lingkungan

sekitar. Kedua, kemunculan konflik sosial terkait dengan kondisi pengelolaan TPA Jomboran

pernah terjadi. Hal ini dialami dilaporkan oleh 39% dan 41% responden di kedua radius (lihat

Gambar 4.39). Penerapan metode open dumping sangat rawan terjadi konflik terutama jika

berada terlalu dekat dengan permukiman penduduk terkait dengan permasalahan lingkungan

yang timbul. Permasalahan yang terjadi antara warga dengan pemerintah terutama pengelola

TPA sampah Jomboran masih dapat diselesaikan dengan melalui ajuan masyarakat untuk

perbaikan jalan di lingkungan TPA. Meskipun begitu, penyelesaian yang dikehendaki oleh

warga adalah TPA sampah tersebut untuk dipindahkan ke lokasi lain. Ketiga, sebanyak 31%

responden pada radius dekat merasakan adanya penurunan nilai. Angka ini 10% lebih tinggi

dibandingkan pengaruh pada radius 501-800m (lihat Gambar 4.40). Hal ini tentu dapat

merugikan perekonomian warga dan menyulitkan ketika ingin menjual lahan mereka.

Keempat, sekitar 81% dan 84% responden di kedua radius tidak merasa adanya pembiayaan

yang dibebankan untuk perbaikan infrastruktur lingkungan (lihat Gambar 4.41). Minimnya

kerusakan yang terjadi dan adanya iuran bulanan serta kas desa dapat menghindarkan

masyarakat terhadap iuran mendadak untuk perbaikan lingkungan. Sehingga hal ini tidak

mengganggu kondisi perekonomian bulanan masyarakat karena pembebanan biaya perbaikan

lingkungan. Kelima, keberadaan sampah-sampah yang kurang terpilah dengan baik di TPA

Jomboran, memunculkan kesempatan bagi beberapa warga setempat untuk memanfaatkannya

sebagai sumber daya/ modal untuk mendapatkan penghasilan dengan memilah dan

menjualnya. Sampah-sampah yang dirasa memiliki nilai ekonomi tinggi seperti sampah atom,

botol kaca, tetrapack, maupun logam mereka kumpulkan hingga mencapai jumlah tertentu

untuk dijual ke pengepul dengan harga beli yang disesuaikan menurut jenis sampahnya.

Dari berbagai dampak yang dapat dimungkinkan timbul oleh keberadaan sebuah TPA

sampah yang dipaparkan oleh Gelbert dkk (1996), maka setelah dilakukan analisis dapat

diketahui bahwa dampak yang ditimbulkan oleh keberadaan TPA Jomboran bagi masyarakat

sekitarnya yaitu sebagai berikut:

- Gangguan pandangan/ penurunan citra kawasan oleh timbunan sampah TPA Jomboran

- Tersebarnya bau busuk sampah hingga di seluruh radius sekitar TPA Jomboran

Page 126: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

- Munculnya asap yang mengganggu kesehatan masyarakat terutama radius kurang 500 m

- Terjadinya penurunan nilai lahan warga terutama di radius kurang dari 500 m

- Terjadinya konflik sosial antara warga dengan pengelola TPA terkait dampak negatif

pengelolaan sampah

- Membuka lapangan pekerjaan pada sektor informal bagi sebagian warga setempat

seperti pemulung dan usaha penampungan barang bekas/ loakan.

5.5. Analisis Kelayakan Operasional Pengelolaan Sampah TPA Jomboran

Setelah dilakukan analisis karakteristik sampah yang masuk TPA, analisis pembobotan

SNI, analisis sistem pengelolaan, dan analisis dampak keberadaaan sampah bagi lingkungan

sekitar TPA, maka analisis selanjutnya adalah analisis kelayakan operasional pengelolaan

sampah TPA Jomboran. Hasil analisis sistem pengelolaan sampah di TPA Jomboran memiliki

pengaruh terbesar terhadap hasil kelayakan operasional. Dikarenakan analisis ini telah

mencakup 5 aspek operasional pengelolaan sampah yang saling mendukung satu sama lain

yaitu teknis, kelembagaan, hukum, pembiayaan dan peran serta masyarakat. Analisis tingkat

kelayakan lokasi memiliki pengaruh dibawahnya, output yang dihasilkan analisis ini berupa

kemampuan lokasi TPA untuk meminimalisir dampak negatif aktivitas pengelolaan sampah.

Dan pertimbangan selanjutnya adalah analisis dampak dimana memaparkan dampak apa saja

yang muncul dari aktivitas pengelolaan selama ini. Analisis karakteristik jenis sampah yang

masuk menjadi pertimbangan terakhir, dikarenakan output analisis ini berpengaruh besar

terhadap penentuan metode pengelolaan sampah yang diterapkan sehingga dampak negatif

dapat dihindari. Dari pertimbangan-pertimbangan tersebut maka ditentukan tingkat kelayakan

operasional TPA Jomboran dan sistem pengelolaan yang dapat diterapkan.

Gambar 5. 7 Tingkat Pengaruh Hasil Analisis terhadap Kelayakan Operasional TPA Jomboran Sumber. Peneliti, 2012

Berdasarkan analisis sistem pengelolaan, diketahui bahwa penerapan metode open

dumping masih layak dipertimbangkan. Hal ini dikarenakan pembiayaan yang minim tidak

memungkinkan untuk dilakukannya penerapan teknologi maupun peningkatan ke metode

controlled landfill. Kekurangan penerapan metode open dumping saat ini telah mampu diatasi

Sistem Pengelolaan

Sampah di TPA Jomboran

Tingkat Kelayakan Lokasi

TPA Jomboran

Dampak Keberadaan

Sampah bagi Lingkungan

Sekitar TPA Jomboran

Karakteristik Jenis

Sampah yang Masuk

Kelayakan Operasional

TPA Jomboran

Page 127: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

dengan adanya reklamasi serta peran serta masyarakat aktif dalam pemilahan sampah. Hal ini

terbukti bahwa metode ini mampu bertahan hingga 20 tahun sejak awal mula beroperasi.

Namun begitu, dari hasil analisis kelayakan lokasi diketahui bahwa meskipun berada di lokasi

yang menunjang, kapasitas TPA Jomboran sudah tidak memungkinkan lagi untuk jangka

panjang dengan penerapan metode open dumping. Selain itu metode ini juga banyak

memberikan dampak negatif bagi kehidupan masyarakat disekitarnya. Gangguan bau, asap,

kesehatan dan visual selalu membayangi setiap harinya sehingga berpengaruh pada

kenyamanan masyarakat dalam beraktivitas. Gangguan tersebut muncul dikarenakan jenis

sampah yang masuk tidak dikelola sesuai dengan penanganan karakteristiknya. Karena

sampah basah dan sampah plastik tidak seharusnya ditimbun untuk jangka waktu yang lama.

Jika TPA Jomboran tetap diterapkan pengelolaan seperti ini, gangguan ini akan selalu

dirasakan masyarakat sekitar. Dampak lain yang dapat timbul yaitu nilai lahan akan terus

menurun dan semakin meluas seperti yang dirasakan masyarakat pada radius kurang dari 500

m. Selain itu, konflik sosial yang pernah terjadi akan sering muncul karena tingkat

kenyamanan penduduk yang semakin berkurang. Meskipun begitu, adanya TPA mampu

membuka lapangan kerja baru bagi sebagian masyarakat di sekitarnya. Usaha penampungan

barang bekas/ loakan dapat ditemukan di daerah sekitar TPA. Dan mereka menampung

barang-barang tersebut dari para pemulung di TPA yang juga berasal dari masyarakat sekitar.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik dibawah ini:

Gambar 5. 8 Kelayakan Operasional TPA Jomboran Ditinjau dari Hasil Analisis Sebelumnya Sumber. Peneliti, 2012

Sistem Pengelolaan Sampah di TPA

Jomboran

Rendahnya Pembiayaan Persampahan

Tupoksi Intansi Pengelola yang jelas

Partisipasi Masyarakat Tinggi

Rendahnya SDM

Layak

Tingkat Kelayakan

Lokasi TPA Jomboran

Lokasi cukup menunjangdari lingkungan

fisik, transportasi, administrasi dan masyarakat

Layak

Namun, kapasitas TPA

tidak mampu untuk

jangka panjang

Karakteristik Jenis Sampah yang Masuk

Penanganan sampah saat ini tidak sesuai dengan karakateristik sampah yang masuk

Tidak Layak

Dampak Keberadaan

Sampah bagi

Lingkungan Sekitar

TPA Jomboran

- Menimbulkan gangguan bau, visual,

kesehatan dan asap

- Mempengaruhi nilai lahan - Menimbulkan konflik sosial

Tidak Layak

Namun, berdampak positif dengan

terbukanya lapangan

kerja bagi masyarakat

sekitar

Layak

dipertimbangkan

Page 128: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

Dari penjelasan diatas maka pengelolaan sampah dengan penimbunan (open dumping)

masih dapat dipertimbangkan untuk dioperasikan di TPA Jomboran. Hal ini terkait dengan

pembiayaan yang rendah dari pemerintah, lokasi yang menunjang serta terbukanya lapangan

kerja bagi masyarakat sekitar. Meskipun begitu perlu adanya beberapa pembenahan untuk

menutupi kekurangan pada metode pengelolaan ini serta meminimalisir dampak yang

ditimbulkan bagi lingkungan sekitarnya. Pembenahan tersebut dapat berupa perubahan fungsi

TPA Jomboran. TPA Jomboran tidak lagi difungsikan sebagai tempat pembuangan akhir,

tetapi difungsikan sebagai tempat pemrosesan akhir. Perubahan fungsi TPA ini diperlukan

karena kapasitas TPA Jomboran tidak dimungkinkan lagi dapat menampung hingga beberapa

tahun kedepan. Karena dengan TPA difungsikan sebagai tempat pemrosesan akhir, maka

aktivitas TPA tidak hanya sekedar area untuk proses penimbunan sampah melainkan juga

sebagai tempat pemilahan, daur ulang dan pengomposan sampah. Kegiatan daur ulang dapat

dilakukan pada sampah anorganik seperti kemasan produk. Sedangkan kegiatan pengomposan

dapat diterapkan pada sampah-sampah organik. Peran serta masyarakat Kabupaten Klaten

yang cukup tinggi dalam pemilahan sampah dari sumber menjadi nilai lebih. Hal ini

dikarenakan dapat mengurangi keragaman jenis sampah yang tertimbun di TPA. Selain itu,

keberadaan pemulung juga turut membantu usaha penyortiran dan pengurangan sampah di

TPA. Hal ini terkait dengan pengambilan jenis-jenis sampah tertentu oleh pemulung. Terkait

dengan penerapan TPA sebagai tempat pemrosesan akhir diperlukan adanya pelibatan

masyarakat seperti pemulung dalam kegiatan pemilahan, daur ulang maupun pengomposan

sampah. Masyarakat terutama pemulung dapat diberikan pelatihan terkait kegiatan-kegiatan

tersebut. Sehingga kegiatan ini secara tidak langsung mampu mendorong ekonomi masyarakat

sekitar dan tidak menghilangkan mata pencaharian para pemulung TPA Jomboran. Selain

perubahan fungsi TPA Jomboran, juga perlu dilakukan penanaman pepohonan pada radius 0-

100 meter. Hal ini berguna untuk melokalisir serta mengurangi penyebaran bau busuk sampah

serta asap yang mungkin dapat muncul dari sampah yang masuk ke TPA. Kegiatan lain yang

perlu dilakukan yaitu menutup timbunan sampah residu dengan tanap penutup kedap air,

untuk mengurangi bau, asap serta lindi yang dimungkinkan dapat timbul.

Page 129: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

DAFTAR ISI

BAB V ............................................................................................................................................... 77

5.1. Analisis Karakteristik Sampah yang Masuk ke TPA ............................................................ 77

5.2. Analisis Evaluasi Kondisi Eksisting TPA Jomboran Berdasarkan Parameter SNI ............... 80

a. Batas Administrasi ................................................................................................................ 81

b. Kepemilikan Hak Atas Lahan dan Jumlah Pemilik Lahan .................................................... 81

c. Kapasitas Lahan .................................................................................................................... 82

d. Tanah, Sistem Aliran dan Pemanfaatan ................................................................................ 84

e. Bahaya Banjir ........................................................................................................................ 86

f. Tanah Penutup ....................................................................................................................... 86

g. Intensitas Hujan ..................................................................................................................... 86

h. Tata Guna Tanah ................................................................................................................... 87

i. Daerah Lindung/ Cagar Alam ............................................................................................... 87

j. Pertanian ................................................................................................................................ 88

k. Biologis ................................................................................................................................. 88

l. Transportasi Pengangkutan ................................................................................................... 89

m. Kebisingan, Bau dan Estetika ............................................................................................ 90

n. Partisipasi Masyarakat ........................................................................................................... 91

5.3. Analisis Sistem Pengelolaan Sampah TPA Jomboran .......................................................... 92

5.4. Analisis Dampak Keberadaan Sampah Bagi Lingkungan Sekitar TPA Jomboran ............. 100

5.5. Analisis Kelayakan Operasional Pengelolaan Sampah TPA Jomboran .............................. 108

DAFTAR TABEL

Tabel 5. 1 Perhitungan Pengeluaran Kegiatan Pengangkutan dan Penimbunan Sampah ..................... 95

Tabel 5. 2 Analisa Standar yang Diacu oleh Dinas dengan Kondisi di Lapangan ............................... 97

Tabel 5. 3 Pengelolaan Persampahan Kabupaten Klaten Berdasarkan Aspek Pembiayaan,

Kelembagaan, Hukum dan Peran Serta Masyarakat ............................................................................. 99

Page 130: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

BAB VI

PENUTUP

Pada bab ini akan menjelaskan kesimpulan yang didapat dari hasil analisis dan

rekomendasi yang diajukan untuk mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan kelayakan

pengelolaan TPA Jomboran sebagai TPA Kabupaten Klaten.

6.1. Temuan Penelitian

Setelah melalui berbagai tahapan analisis dalam proses penyelesaian penelitian tentang

Kajian Kelayakan Pengelolaan TPA Jomboran sebagai TPA Kabupaten Klaten, diperoleh

beberapa temuan penelitian diantaranya sebagai berikut.

1) Karakteristik sampah yang masuk ke TPA Jomboran Kabupaten Klaten

Sampah yang masuk ke TPA Jomboran didominasi oleh jenis sampah organik dan

bungkus kemasan plastik. Sampah-sampah organik maupun sampah basah yang berada di

TPA memicu timbulnya bau busuk menyengat serta gas metana (CH4). Sedangkan

sampah jenis bungkus kemasan plastik dapat mengancam kondisi tanah serta air tanah di

lokasi TPA. Jika sampah jenis ini terbakar maka dapat menghasilkan asap beracun dan

memicu penyakit-penyakit berbahaya seperti kanker, depresi dan lainnya.

2) Kelayakan lokasi TPA berdasarkan parameter SNI 19-3241-1994

Berdasarkan paramater-parameter yang diatur dalam SNI terkait kelayakan lokasi, maka

dapat dikatakan bahwa lokasi TPA Jomboran saat ini masih layak dipertimbangkan untuk

digunakan sebagai TPA sampah. Meskipun begitu perlu diperhatikan bahwa kapasitas

tampung TPA tidak dapat menampung cukup lama, sehingga diperlukan adanya tindakan

pengurangan timbunan sampah TPA serta pengurangan sampah yang masuk. Kekurangan

yang ada pada lokasi TPA Jomboran yaitu memiliki tanah dengan harga kelulusan tinggi,

tidak memiliki tanah penutup timbunan, berdekatan dengan daerah lindung yang perlu

diwaspadai, tidak memiliki zona penyangga, operasi penimbunan terlihat dari luar tapak,

serta partisipasi masyarakat yang membutuhkan negosiasi. Sedangkan keunggulan yang

dimiliki yaitu berada dalam batas administrasi wilayah, lahan merupakan hak milik

pemerintah, berada dalam daerah luahan air (discharge), tidak ada ancaman bahaya

banjir, intensitas hujan rendah dibawah 500 mm/th, tidak berdampak besar terhadap tata

guna tanah sekitarnya, memiliki jalan datar dengan kondisi baik, dan waktu tempuh

menuju pusat centroid kurang dari 15 menit.

3) Pengelolaan TPA Jomboran dari aspek pembiayaan, kelembagaan, hukum dan peran serta

masyarakat

Page 131: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

Dilihat dari segi pembiayaan, pendapatan yang diperoleh pemerintah daerah dari

penarikan retribusi sampah masih belum cukup optimal. Sehingga hal ini secara tidak

langusng berpengaruh terhadap alokasi anggaran yang diberikan untuk operasional

kegiatan pengelolaan TPA Jomboran. Tidak ada alokasi pendanaan untuk pendidikan dan

pengembangan. Alokasi anggaran dana yang diterima hanya cukup digunakan untuk

kegiatan pengangkutan dan penimbunan sampah di TPA Jomboran.

Kelembagaan yang mengelola TPA Jomboran berupa Sub Dinas Kebersihan dan

Pertamanan dan UPT Pengelola Sampah dan Limbah. Perumusan maupun koordinasi

kegiatan dilakukan oleh Sub Dinas Kebersihan dan Pertamanan. UPT Pengelola Sampah

dan Limbah bertindak sebagai pelaksana teknis kegiatan

Standar/ peraturan yang diacu untuk menjalankan kegiatan belum sepenuhnya dipahami

dan dilaksanakan oleh pengelola terkait dengan metode pembuangan akhir TPA

Jomboran dan tidak adanya kompensasi yang diberikan kepada masyarakat sekitar

Wujud peran serta yang diberikan oleh masyarakat adalah tindakan pemilahan sampah

baik oleh sumber penghasil sampah maupun pemulung. Sedangkan aduan masyarakat

sekitar kepada pemerintah terkait dampak yang dirasakan merupakan salah satu wujud

lain peran serta masyarakat dalam evaluasi pengelolaan TPA.

4) Dampak keberadaan TPA Jomboran bagi lingkungan sekitarnya

Selain dapat membuka lapangan pekerjaan pada sektor informal bagi sebagian warga

setempat seperti penampungan barang bekas/ loak dan pemulung, keberadaan TPA juga

memberikan pengaruh negatif pada lingkungan sekitarnya antara lain :

Timbulnya gangguan pandangan dan citra kawasan yang menurun akibat timbunan

sampah yang menggunung

- Tersebarnya bau busuk menyengat hingga radius 800 meter terutama di desa

Gumulan karena faktor arah hembusan angin

- Tersebarnya asap dan abu ke permukiman masyarakat yang mengganggu kesehatan

pernafasan hingga radius 500 meter

- Menurunnya nilai lahan di sekitar lokasi TPA hingga radius 500 meter

6.2. Kesimpulan

Dalam penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa karakteristik sampah yang masuk

ke TPA Jomboran dapat berdampak bagi kondisi lingkungan sekitarnya, pertimbangan

kelayakan lokasi TPA Jomboran tidak hanya ditentukan oleh kapasitas daya tampung TPA,

pembiayaan berpengaruh besar terhadap inovasi pengelolaan sampah di TPA Jomboran, peran

serta masyarakat berpengaruh terhadap keberlangsungan pengelolaan TPA Jomboran dan

Page 132: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

dampak yang dirasakan oleh masyarakat sekitar banyak dipengaruhi oleh jenis sampah yang

ditimbun di TPA Jomboran.

Dengan melihat dari sistem pengelolaan, sosial ekonomi masyarakat, serta fisik

lingkungan kawasan maka penerapan metode pengelolaan pembuangan akhir sampah dengan

open dumping pada kategori kota sedang masih dapat dipertimbangkan untuk dioperasikan.

Hal ini dikarenakan pengelolaan TPA pada kota sedang memiliki tingkat kemampuan

pembiayaan persampahan yang rendah, namun memiliki partisipasi masyarakat yang tinggi

serta kelembagaan yang baik. Pemilihan lokasi yang tepat serta peran serta masyarakat dalam

usaha penyortiran sampah yang ditimbun dapat meminimalisir dampak negatif yang

ditimbulkan dari kelemahan metode open dumping bagi kondisi lingkungan sekitarnya.

Namun kesimpulan dari hasil penelitian ini hanya dapat berlaku pada lokasi TPA yang

menjadi wilayah penelitian. Sehingga apabila hasil dari penelitian ini diterapkan pada lokasi

TPA yang lain, mungkin akan mendapatkan hasil yang berbeda. Hal ini dikarenakan adanya

keterbatasan penelitian yang dilakukan. Oleh karena itu dibutuhkan penelitian lanjutan agar

dapat melengkapi penelitian ini.

6.3. Saran dan Rekomendasi

6.3.1. Saran

Melihat fenomena yang ada terkait permasalahan pengelolaan tempat pembuangan akhir

(TPA) Jomboran meliputi lokasi TPA, sistem pengelolaan TPA serta dampak yang

ditimbulkan oleh TPA saat ini, sudah seharusnya pemerintah daerah sebagai pemangku

kebijakan dalam penataan kota mulai memperhatikan bagaimana mengelola TPA Jomboran.

Hal ini dikarenakan jika sampah dikelola dengan dengan sistem pengelolaan yang baik,

sampah dapat menjadi sumber pendapatan bagi sebagian orang atau bahkan pemerintah.

Selain itu juga mampu meminimalisir dampak yang timbul bagi lingkungan sekitarnya.

Sehingga dari hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk pemerintah daerah

dalam melakukan pengelolaan tempat pembuangan akhir (TPA) Jomboran.

Sesuai dengan definisi TPA yaitu tempat dimana sampah diisolasi secara aman agar tidak

menimbulkan gangguan terhadap lingkungan sekitarnya, maka perlu adanya pemantauan

berkala terkait gangguan yang terjadi di lingkungan TPA dan dirasakan masyarakat

Terkait dengan kapasitas lahan yang sudah tidak memungkinkan untuk 10 tahun ke

depan, maka perlu adanya perubahan pengelolaan. TPA Jomboran bukan lagi difungsikan

sebagai pembuangan akhir tetapi sebagai tempat pemrosesan akhir. Sehingga dalam

lokasi pemrosesan akhir tidak hanya ada proses penimbunan sampah tetapi juga wajib

terdapat empat aktivitas utama penanganan sampah yaitu pemilahan sampah, daur ulang

Page 133: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

sampah non hayati (anorganik), pengomposan sampah hayati (organik) serta pengurugan/

penimbunan sampah residu dari proses di atas di lokasi pengurugan atau penimbunan

(landfill)

Perlu adanya pelibatan para pemulung dalam pengelolaan TPA kedepannya. Hal ini

dikarenakan pemulung sangat berperan dalam pengurangan beban pengelolaan sampah di

TPA

Perlu adanya perubahan persepsi pemerintah Kabupaten Klaten terkait pentingnya

pengelolaan sampah terutama pengelolaan TPA Jomboran. Sehingga dapat dilakukan

pengalokasian pendanaan bagi penyediaan fasilitas pendukung di TPA Jomboran

6.3.2. Rekomendasi

Agar penelitian ini dapat memberikan masukan lebih terhadap pengelolaan tempat

pembuangan akhir (TPA) Jomboran di Kabupaten Klaten, maka perlu ada penelitian lanjutan

untuk menunjang penelitian ini dengan topik pembahasan:

Strategi memperpanjang umur TPA Jomboran Kabupaten Klaten

Kajian keberadaan TPA Jomboran dalam konteks tata ruang

Pengelolaan Sampah di Kabupaten Klaten melalui Peningkatan Kemampuan Pembiayaan

Tingkat keterlibatan pemulung dalam kegiatan pengelolaan sampah di TPA Jomboran

Kabupaten Klaten

Pemberdayaan pemulung dan masyarakat sekitar TPA Jomboran sebagai strategi

pengurangan timbunan sampah serta peningkatan kesejahteraan ekonomi kawasan

Page 134: digilib.uns.ac.id/Kajian... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN KAJIAN KELAYAKAN commit to user ii OPERASIONAL TPA JOMBORAN SEBAGAI TPA KABUPATEN KLATEN Chaerul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

BAB VI ............................................................................................................................................... 111

6.1. Temuan Penelitian............................................................................................................. 111

6.2. Kesimpulan ........................................................................................................................ 112

6.3. Saran dan Rekomendasi ................................................................................................... 113

6.3.1. Saran ............................................................................................................................ 113

6.3.2. Rekomendasi ............................................................................................................... 114