19
SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL Oleh Departemen Kajian dan Strategi BEM FK Unisba Periode 2013-2014 Muhammad Dicky Hidayatullah 10100111099 Krisandi Primadian Erdiansyah Putra Delima Istio P Putri Santy Fitriansari Moch. Aji Triwibowo Achmad Zakki Komaruddin Yulia Tri Anggini Nirwani Suwandi Milda Agniasari Irawan Rashida Sabahat Rifana Kania Astari Puspaningdyah

Kajian SJSN

Embed Size (px)

DESCRIPTION

 

Citation preview

Page 1: Kajian SJSN

SISTEM JAMINAN SOSIAL

NASIONAL

Oleh

Departemen Kajian dan Strategi

BEM FK Unisba Periode 2013-2014

Muhammad Dicky Hidayatullah 10100111099

Krisandi Primadian

Erdiansyah Putra

Delima Istio P Putri

Santy Fitriansari

Moch. Aji Triwibowo

Achmad Zakki Komaruddin

Yulia Tri Anggini Nirwani Suwandi

Milda Agniasari Irawan

Rashida Sabahat

Rifana Kania

Astari Puspaningdyah

Page 2: Kajian SJSN

SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL

SJSN adalah Sistem Jaminan Sosial Nasional. Sistem Jaminan Sosial

Nasional merupakan program negara yang bertujuan memberikan kepastian

perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat. Dalam mewujudkan

tujuan Sistem Jaminan Sosial Nasional perlu dibentuk badan penyelenggara yang

berbentuk badan hukum dengan prinsip nirlaba guna mengelola dana amanat

yang dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk sebesar-

besar kepentingan peserta (Rakyat). Program jaminan sosial ini meliputi jaminan

kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan

jaminan kematian.

Sesuai dengan UU No. 40 Tentang SJSN:

1. Jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk

menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar

hidupnya yang layak.

2. Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah suatu tata cara

penyelenggaraan program jaminan sosial oleh beberapa badan

penyelenggaraan jaminan sosial.

3. Asuransi sosial adalah suatu mekanisme pengumpulan dana yang

bersifat wajib yang berasal dari iuran guna memberikan

perlindungan atas resiko sosial ekonomi yang menimpa peserta

dan/atau anggota keluarganya.

Dalam Pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional menganut prinsip

sebagai berikut:

1. Asuransi

Page 3: Kajian SJSN

2. Kegotongroyongan

3. Nirlaba

4. Keterbukaan

5. Keberhati-hatian

6. Akuntabilitas dan probabilitas

7. Kepesertaan bersifat wajib

8. Dana amanat

9. Hasil pengelolaan dana jaminan sosial dipergunakan seluruhnya

untuk pengembangan program dan untuk sebesar besar kepentingan

peserta

Sistem Kesehatan Nasional adalah tatanan yang menghimpun berbagai

upaya bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin

derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, sebagai perwujudan kesejahteraan

umum seperti dimaksud dalam pembukaan UUD 1945. Sedangkan tujuan dari

sistem tersebut adalah terselanggaranya pembangunan kesehatan oleh semua

potensi bangsa baik masyarakat, swasta, maupun pemerintah secara sinergis.

Berhasil guna dan berdaya guna, sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat

yang setinggi-tingginya.

Hal ini dapat dibandingkan dengan negara lain. Belanja kesehatan kita

hanya naik dari 2,9% Produk Domestik Bruto (PDB) di tahun 1999 menjadi 3,1%

PDB di tahun 2003. Sementara di Cina, belanja kesehatan naik dari 4,9% PDB di

tahun 1999 menjadi 5,6% PDB di tahun 2003, dan di India turun sedikit dari 5,1%

menjadi 4,8% PDB. Hal yang menarik adalah pada periode tersebut, Pemerintah

China membelanjakan antara 9,7%-12,5% anggaran pemerintah untuk kesehatan

dan Filipina menghabiskan 4,9%-7,1%, dan pemerintah Indonesia hanya

membelanjakan 3,8%-5,1% anggaran pemerintah untuk kesehatan (WHO, 2006).

Page 4: Kajian SJSN

Selain itu, kinerja sistem kesehatan Indonesia berada pada urutan ke-92,

yang jauh lebih rendah dari kinerja sistem kesehatan negara tetangga seperti

Malaysia (urutan ke 49), Thailand (urutan ke 47), dan Filipina yang berada pada

urutan ke 60 (WHO, 2000). Rendahnya kinerja sistem kesehatan kita sangat

berkorelasi belanja kesehatan (Thabrany, 2008). Pada tahun 2011, bukannya

peningkatan yang dialami, tetapi malah terjadi penurunan belanja kesehatan. Pada

tahun 2008 anggaran belanja kesehatan Indonesia sebesar 14,1 T, tahun 2009

sebesar 15,743, pada tahun 2010 mencapai 19,8 T, dan tahun 2011 menurun

drastis menjadi 12,84 T. Nilai tersebut malah lebih rendah dibandingkan

anggaran tahun 2008. Penurunan ini mencapai 35% dari RAPBN yang diajukan.

Ruby (2007) dalam disertasinya menemukan bahwa 83% rumah tangga

mengalami pemiskinan ketika mereka membutuhkan rawat inap. Artinya, sebuah

rumah tangga akan jatuh miskin (sadikin, sakit sedikit jadi miskin), ketika sakit

dan perlu berobat di RS, meskipun di rumah sakit publik yang sudah sebagian

dibiayai dengan uang rakyat. Seharusnya negara menjamin terwujudnya keadilan

sosial sesuai Pancasila.

Di negara maju, khususnya Jerman, Inggris, Belanda, Kanada, Amerika

dan beberapa negara di Asia misalnya Jepang, pembiayaan melalui asuransi

merupakan jalan keluar dari masalah pembiayaan kesehatan yang ada.

Dibandingkan dengan negara maju lainnya, asuransi kesehatan di Amerika

Serikat boleh dikatakan kurang berhasil karena hanya mencakup 70% penduduk.

Hal ini terjadi karena asuransi kesehatan yang dilaksanakan bersifat komersial

dan membuka peluang persaingan di antara berbagai perusahaan asuransi yang

jumlahnya banyak, sehingga partisipasi masyarakat terpecah-pecah, akibatnya

hukum jumlah besar tidak tercapai. Sistem di Inggris dan Kanada lebih ideal,

namun tampaknya akan sulit dijalankan di Indonesia karena peran pemerintah

Page 5: Kajian SJSN

sangat besar, sedangkan saat ini keadaan keuangan negara belum

memungkinkan., bahkan untuk memenuhi standar WHO (5%) saja tidak tercapai.

Asuransi kesehatan sosial seperti yang dijalankan di Jerman lebih

memungkinkan untuk diterapkan di Indonesia karena premi dibayar secara

proporsional berdasarkan persentase pendapatan dan akan lebih cocok dengan

budaya gotong royong masyarakat Indonesia. Pada intinya, usaha asuransi yang

dilakukan berbagai negara ini merupakan usaha untuk menjamin hal-hal yang

menjadi kebutuhan dasar rakyat negara tersebut. Jaminan ini sama halnya

merupakan kebutuhan bagi rakyat Indonesia, rakyat yang telah merdeka 66 tahun

akan tetapi hingga saat ini belum mendapatkan jaminan kemerdekaan atas hal-hal

dasar yang juga menjadi kebutuhan hidup mereka.

Sebuah usaha untuk mewujudkan implementasi kemerdekaan bagi rakyat

Indonesia akhirnya terjadi dan ditandai dengan pengukuhan resmi kepala negara

pada tahun 2004. Sebuah sistem yang diharapkan akan merubah nasib bangsa ini

ke depannya, yaitu Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Jaminan sosial

adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat

indonesia agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Setiap

orang berhak atas jaminan sosial untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup

yang layak dan meningkatkan martabatnya menuju terwujudnya masyarakat

Indonesia yang sejahtera, adil, dan makmur dan untuk memberikan jaminan

sosial yang menyeluruh, negara mengembangkan Sistem Jaminan Sosial

Nasional (SJSN) bagi seluruh rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan hal ini, pada

tahun 2004 dibentuklah suatu Undang-undang Republik Indonesia no. 40 tahun

2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang merupakan turunan

dari pasal 28H ayat 3 Undang-undang 1945. Adapun jaminan yang diberikan

Page 6: Kajian SJSN

meliputi 5 aspek, antara lain jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja,

jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan kematian.

LANDASAN HUKUM

Ada beberapa landasan hukum yang digunakan dalam penyusunan undang-

undang SJSN, yaitu:

a. UUD 1945 amandemen Pasal 28H - ayat 1: setiap penduduk berhak

atas pelayanan kesehatan - ayat 3: setiap penduduk berhak atas

jaminan sosial

b. UUD 1945 amandemen Pasal 34 ayat 2 bahwa Negara

mengembangkan jaminan sosial bagi seluruh rakyat

c. UUD 1945 amandemen pasal 34 ayat 3 bahwa Negara bertanggung

jawab atas penyediaan fasilitas kesehatan yang layak

d. UU Nomor 3/ 1992 tentang Jamsostek

e. PP 69/ 1991 tentang JPK PNS

f. UU Nomor 23/ 1992 tentang Kesehatan, khususnya pasal 66

g. UU Nomor 43/ 1999 tentang Pegawai Negeri Sipil

h. PP Nomor 28/ 2003 tentang Asuransi Kesehatan Pegawai Negeri

Semua landasan hukum diatas mendukung upaya-upaya penyusunan

dan pelaksanaan Undang-undang

Page 7: Kajian SJSN

ASAS DAN PRINSIP PENYELENGGARAAN

Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) diselenggarakan berdasarkan asas

kemanusiaan, asas manfaat, dan asas keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia Dalam undang undang no 40 tahun 2004, Sistem Jaminan Sosial

Nasional (SJSN) diselenggarakan berdasarkan pada prinsip:

1. Kegotong-royongan, yaitu suatu prinsip adanya saling membantu di

antara dua segmen yang berbeda sehingga terjadi subsidi silang. Prinsip

tersebut memungkinkan perluasan cakupan terhadap seluruh penduduk.

2. Nirlaba, yaitu tidak mengambil untung namun bukan berarti harus

merugi tetapi azas

1. manfaat bagi seluruh pelaku asuransi kesehatan (Bapel,

peserta, pemberi pelayanan kesehatan serta pemerintah karena

mempunyai penduduk yang sehat dan produktif).

2. Keterbukaan; terdapat sikap transparansi dari badan

penyelenggara terhadap masyarakat terkait penyelenggaraan

SJSN.

3. Kehati-hatian

4. Akuntabilitas; dalam pelaksanaannya dapat

dipertanggungjawabkan atau badan penyelenggara menjawab

dan menerangkan kinerja dan tindakan yang dilakukan dalam

upaya implementasi kepada pihak yang memiliki hak atau

berkewenangan meminta pertanggungjawaban.

5. Portabilitas yang menunjukkan bahwa seseorang tidak boleh

kehilangan jaminan/

6. perlindungan.

Page 8: Kajian SJSN

7. Kepesertaan bersifat wajib; seluruh rakyat Indonesia wajib

menjadi peserta dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

(SJSN) dan didukung prinsip ekuitas yang berarti setiap

penduduk harus memperoleh pelayanan sesuai kebutuhan.

8. Dana amanat; dana untuk SJSN merupakan dana milik

seluruh peserta SJSN dan berarti dana rakyat.

9. Hasil pengelolaan dana jaminan sosial dipergunakan

seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk sebesar-

besar kepentingan peserta.

Adapun beberapa prinsip tambahan, antara lain:

a. Prinsip responsif, yaitu responsif terhadap tuntutan peserta sesuai

standar kebutuhan hidup sehingga sifatnya lebih dinamis.

b. Prinsip koordinasi manfaat, dengan adanya prinsip ini diharapkan

tidak akan terjadi duplikasi sehingga lebih efisien.

MANFAAT SJSN

• Biaya Kesehatan tidak dapat ditanggung oleh individu atau keluarga

• Bergotong royong agar dapat membiayai pelayanan kesehatan

bersama “ringan sama dijinjing berat sama dipikul “ shg ada

kepastian biaya

• Agar terjadi subsidi antara yang sehat dgn yg sakit, antara yg muda

& tua, antara individu dan antar daerah

Hampir sebagain besar masyarakat tidak dapat membayar biaya kesehatan

terutama pada kasus-kasus katastropik yg memerlukan biaya besar, karena itu

setiap orang wajib masuk dalam sistem jaminan Kesehatan nasional agar terjadi

Page 9: Kajian SJSN

gotong royong antar peserta, yang ringan sama dijinjing yang berat sama dipikul

dengan demikian saling membantu antara peserta

Melalui Sistem Jaminan Kesehatan nasional akan tejadi subsidi silang

antara peserta, antara penduduk, antara daerah sehingga akan tumbuh solidaritas

sosial antara penduduk dalam negara kesatuan RI

Kasus Guilien barre pada peserta askes sosial dapat mencerminkan bahwa

biaya kesehatan tidak dapat ditanggung oleh individu atau keluarga karena

besarnya biaya pelayanan kesehatan. Untuk biaya kesehatan (GB) sebesar Rp 900

juta untuk kasus ini adalah hasil kontribusi Rp 60, -/peserta/pertahun atau Rp 5,-

/peserta/bulan. Dengan demikian untu kasus katastropik harus ditanggung dalam

Jaminan kesehatan Nasional.

Bandingkan dengan kasus Flu yang hampir semua diderita sekali setiap

peserta/tahun yang sebanarnya dapat dikurangi dengan meningkatkan daya tahan

tubuhnya dan sebenarnya dapat ditanggung peserta.

URGENSI SJSN

Pernahkan terbayang olehmu jika suatu hari nanti seluruh rakyat Indonesia

dapat ikut merasakan makna dari kata sejahtera? Pernahkah kamu berpmimpi jika

suatu hari nanti “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” bisa benar-benar

terwujud? Pernahkah terlintas di benakmu suatu hari nanti seluruh rakyat

Indonesia tidak lagi bergantung pada pemerintah dan ikut bersama-sama dengan

pemerintah membangun Indonesia?

Page 10: Kajian SJSN

Sejak berlakunya UU No. 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial

Nasional, tak sedikit orang yang tidak menyetujui adanya pasal yang mengatakan

bahwa warga negara yang mampu akan wajib membayar iuran demi

keberlangsungan SJSN ini. Padahal, jika mau berlelah-lelah sebentar saja untuk

mencari info tentang social security di negara lain, negara lain yang biasa kita

sebut hebat itu juga memasang tarif tinggi untuk rakyatnya demi tercapainya

keadilan sosial yang mereka inginkan.

Kita memang patut meneladani negara lain yang sudah sukses menerapkan

social security, tapi kita juga tidak bisa membandingkannya secara apple to apple.

Prinsip gotong royong yang diusung oleh SJSN dirasakan pantas untuk

diterapkan pada negara kita yang masih “berkembang”. Kita tidak mau kan hidup

di negara kapitalis dimana yang kaya tambah kaya dan yang miskin tetap miskin?

Lalu, pernah terpikirkah jika tiba-tiba ada anggota keluarga kita yang sakit keras

seperti kanker dan membutuhkan biaya pengobatan sangat banyak? Biaya cuci

darah rata-rata Rp 750.000. Biaya kemoterapi bisa di atas 5 juta, belum lagi kalo

butuh kemoterapi yang advanced bisa habis 10 juta untuk sekali kemoterapi.

Belum biaya untuk konsultasi dengan dokter, rawat inap/jalan di rumah sakit.

Kalo begini bukan mustahil kan banyak rakyat yang jadi sadikin? Sakit dikit jadi

miskin. Sekarang coba kita ingat-ingat berita yang datang dari rakyat miskin.

Adanya pasien yang meninggal di rumah sakit karena panjangnya proses

administrasi untuk orang miskin atau tidak terbelinya obat bukan lagi berita baru

kan untuk kita? Harus berapa banyak lagi pasien-pasien terlantar yang akhirnya

meninggal dunia? Namun, jangan sampai pula demi terwujudnya pelayanan

kesehatan murah kita jadi menurunkan kualitas dari pelayanan itu sendiri.

Bagaimana dengan kita? Calon-calon dokter? Apa manfaat SJSN untuk masa

depan kita nanti?

Page 11: Kajian SJSN

Jelas banyak. Menurut Ketua Umum IDI, dr. Prijo Sidipratomo,

pelaksanaan SJSN akan ikut memperbaiki sistem kesehatan yang sudah ada dan

ikut menyelesaikan berbagai permasalahan di bidang kesehatan. Salah satunya

adalah pemerataan tenaga kesehatan. Biaya kesehatan yang mahal bisa ditekan

dengan diterapkannya prinsip-prinsip pada SJSN sehingga tak ada lagi pasien

yang tidak terlayani karena mahalnya biaya pengobatan. Jumlah dokter di

Indonesia sebenarnya banyak, tapi penyebarannya belum merata. SJSN

diharapkan dapat mendorong terwujudnya pemerataan ini. Begitu juga dengan

sistem dokter rujukan. Selama ini masyarakat cenderung langsung menemui

dokter spesialis tanpa rujukan dari dokter umum terlebih dahulu. Padahal, 70%

penyakit dapat ditangani dengan pelayanan primer, seperti puskesmas dan dokter

keluarga. Begitu banyak manfaat dan harapan rakyat dengan adanya SJSN ini.

Kita sebagai rakyat Indonesia meminta perlindungan dari negara dengan ikut

berpartisipasi dalam pencapaian keadilan sosial yang kita idam-idamkan.

SISTEM KEPESERTAAN SJSN

• Setiap Penduduk Wajib menjadi Peserta Jaminan Kesehatan, dan

Untuk Menjadi Peserta harus membayar Iuran kepada BPJS Kes.

Cab. terdekat

• Bagi yang tidak mampu membayar, iuran dibayar Pemerintah

sebagai Penerima Bantuan Iuran (PBI)

• Peserta PBI ditetapkan oleh Pemerintah, bukan mendaftarkan

dirinya menjadi peserta PBI

Bagaimana menjadi peserta Jaminan Kesehatan Nasional

Page 12: Kajian SJSN

1. Setiap penduduk wajib menjadi peserta jaminan

kesehatan.

2. Untuk menjadi peserta harus membayar iuran jaminan

kesehatan kepada BPJS kesehatan

3. Pemberi kerja mendaftar pekerjanya dan dirinya

kepada BPJS kesehatan.

4. Bagi yang tidak mempunyai penghasilan tetap dapat

membayar langsung atau melalui kelompoknya.

5. Bagi masyarakat yang miskin dan tidak mampu

membayar iuran maka iurannya dibayar pemerintah.

Peserta PBI ditetapkan by name by address oleh pemerintah, bukan

mendaftar dirinya menjadi menjadi peserta PBI

Pengelompokkan kepesertaan

1. PBI Jaminan Kesehatan

Fakir miskin dan orang tidak mampu

2. Bukan PBI Jaminan Kesehatan

Pekerja penerima upah dan anggota keluarganya

a. PNS

b. Anggota TNI dan Angota Polri

c. Pejabat Negara;

d. Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri

e. Pegawai swasta

Peserta yg tidak menerima upah

a. Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri; dan

Page 13: Kajian SJSN

b. Pekerja yang tidak termasuk diatas

Bukan Pekerja

a. investor;

b. Pemberi Kerja;

c. penerima pensiun;

d. Veteran;

e. Perintis Kemerdekaan;

Jenis Program Jaminan Sosial

a. jaminan kesehatan;

b. jaminan kecelakaan kerja;

c. jaminan hari tua;

d. jaminan pensiun; dan

e. jaminan kematian.

Alasan utama mengapa kelima hal tersebut menjadi jaminan sosial adalah

untuk menghindari atau meminimalkan risiko yang timbul dari kelima hal yang

akan dijamin tersebut. Pada dasarnya kelima hal tersebut berdampak tak hanya

bagi orang perseorangan, tetapi bagi keluarga yang merupakan bagian terpenting

dari masyarakat (komunitas), dan secara kolektif akan berpengaruh terhadap

stabilitas bangsa baik dari sektor ekonomi, kesehatan, dan kesejahteraan rakyat.

Lebih rincinya, ada beberapa hal yang dapat menguatkan alasan utama.

Page 14: Kajian SJSN

1. Tidak ada orang kaya dalam dunia kesehatan.

Adanya pengeluaran yang tidak terduga apabila seseorang terkena

penyakit, apalagi tergolong penyakit berat yang menuntut stabilisasi yang rutin,

seperti hemodialisa atau biaya operasi yang sangat tinggi. Hal ini berpengaruh

pada penggunaan pendapatan seseorang dari pemenuhan kebutuhan hidup pada

umumnya menjadi biaya perawatan dirumah sakit, obat-obatan, operasi, dan lain

lain. Hal ini tentu menyebabkan kesukaran ekonomi bagi diri sendiri maupun

keluarga sehingga muncullah istilah “SADIKIN”, sakit sedikit jadi miskin.

Mengingat fakta di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa kesehatan tidak bisa

digantikan dengan uang, dan tidak ada orang kaya dalam menghadapi penyakit

karena dalam sekejap kekayaan yang dimiliki seseorang dapat hilang untuk

mengobati penyakit yang dideritanya.

2. Risiko kecelakaan dan kematian.

Suatu peristiwa yang tidak kita harapkan, namun mungkin saja terjadi

kapan saja di mana kecelakaan dapat menyebabkan merosotnya kesehatan,

kecacatan, ataupun kematian yang menyebabkan kita kehilangan pendapatan,

baik sementara maupun permanen.

3. Jumlah penduduk lanjut usia di masa datang.

Pada tahun 2030, diperkirakan jumlah penduduk Indonesia adalah 270 juta

orang dan 70 juta di antaranya diduga berumur lebih dari 60 tahun. Berdasarkan

hal tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa pada tahun 2050, terdapat 25%

penduduk Indonesia adalah lansia. Lansia ini sendiri rentan mengalami berbagai

penyakit degeneratif yang akhirnya dapat menurunkan produktivitas dan berbagai

Page 15: Kajian SJSN

dampak lainnya. Apabila tidak ada yang menjamin hal ini, suatu saat hal ini

mungkin dapat menjadi masalah yang besar.

(yang menjadi fokusan dari SJSN ini jaminan kesehatan. Jadi di bahas

disini jaminan kesehatan. Terlebih itu memang bidang kita. Karena menurut

informasi secara lisan di seminar waktu itu kalo jaminan yang lain sistemnya kaya

asuransi biasa)

Pelayanan Kesehatan yang dijamin dari SJSN

Dalam UU SJSN Pasal 22

Manfaat jaminan kesehatan bersifat pelayanan perseorangan berupa

pelayanan kesehatan yang komprehensif mencakup pelayanan promotif,

preventif, kuratif, dan rehabilitatif, termasuk obat dan bahan medis habis pakai

yang diperlukan. Dengan mengembangkan sistem kendali mutu dan biaya

pelayanan

Pelayanan Kesehatan Perorangan

• Pelayanan kesehatan perseorangan ditujukan untuk menyembuhkan

penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan dan keluarga. (psl 53, UU No

36)

• Pelayanan kesehatan perorangan primer memberikan penekanan

pada pelayanan pengobatan, pemulihan tanpa mengabaikan upaya peningkatan

dan pencegahan, termasuk di dalamnya pelayanan kebugaran dan gaya hidup

sehat (healthy life style). (Pepres 72/2012 ttg SKN)

Page 16: Kajian SJSN

• Kontak pertama individu atau keluarga ke sistem pelayanan

kedokteran (Deklarasi Alma Alta, 1978)

Berdasarkan Permenkes 001/2012 tentang Sistem Rujukan

Pasal 2

1. Pelayanan Tingkat Pertama: pelayanan kesehatan dasar yang

diberikan dokter dan dokter gigi di puskesmas, puskesmas perawatan, tempat

praktik perorangan, klinik pratama, klinik umum dibalai/lembaga pelayanan

kesehatan

2. Dalam keadaan tertentu, bidan atau perawat dapat memberikan

pelayanan kesehatan tingkat pertama sesuai ketentuan peraturan perundang-

undangan.

3. Pelayanan Tingkat Kedua: pelayanan kesehatan spesialistik yang

dilakukan oleh dokter spesialis atau dokter gigi spesialis yang menggunakan

pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik

4. Pelayanan Tingkat Ketiga: pelayanan kesehatan sub spesialistik

yangdilakukan oleh dokter sub spesialis atau dokter gigi sub spesialis yang

menggunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan sub spesialistik

Pelayanan Komprehensif

• Pelayanan kedokteran yang mencakup ketiga tingkat pelayanan

kedokteran (primer, sekunder dan tersier)

Page 17: Kajian SJSN

• Pelayanan kedokteran yang mencakup upaya mencegah penyakit yg

meliputi pelayanan peningkatan derajat kesehatan (health promotion),

pencegahan khusus (spesifik protection), diagnosis dini dan pengobatan (early

diagnosis and promt treatment), pembatasan cacat (disabilty limitation), serta

pemulihan kesehatan (rehabilitation). Level dan Clark)

• Diselenggarakan secara terpadu dan berkesinambungan

Pelayanan Berjenjang

(1) Pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang, sesuai kebutuhan

medis dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama.

(2) Pelayanan kesehatan tingkat kedua hanya dapat diberikan atas rujukan

dari pelayanan kesehatan tingkat pertama.

(3) Pelayanan kesehatan tingkat ketiga hanya dapat diberikan atas rujukan

dari pelayanan kesehatan tingkat kedua atau tingkat pertama.

(4) Bidan dan perawat hanya dapat melakukan rujukan ke dokter dan/atau

dokter gigi pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama.

(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan

ayat (4) dikecualikan pada keadaan gawat darurat, bencana, kekhususan

permasalahan kesehatan pasien, dan pertimbangan geografis.

Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang dijamin

A. Pelayanan kesehatan non spesialistik

1. Administrasi pelayanan;

Page 18: Kajian SJSN

2. Pelayanan promotif dan preventif;

3. Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis;

4. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif;

5. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;

6. Transfusi darah sesuai dengan kebutuhan medis;

7. Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pratama; dan

8. Rawat inap tingkat pertama sesuai dengan indikasi.

B. Pelayanan promotif dan preventif

a. penyuluhan kesehatan perorangan;

b. imunisasi dasar;

c. keluarga berencana; dan

d. skrining kesehatan.

Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan, yang dijamin

1. rawat jalan yang meliputi:

a) administrasi pelayanan;

b) pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter

spesialis dan subspesialis;

c) tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis;

Page 19: Kajian SJSN

d) pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;

e) pelayanan alat kesehatan implan;

f) pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan indikasi medis;

g) rehabilitasi medis;

h) pelayanan darah;

i) pelayanan kedokteran forensik; dan

j) pelayanan jenazah di Fasilitas Kesehatan

2. rawat inap yang meliputi:

a) perawatan inap non intensif; dan

b) perawatan inap di ruang intensif.

c) pelayanan kesehatan lain yang ditetapkan oleh Menteri.