27
Tugas Makalah KAJIAN TEORI MODEL DUAL-SEKTOR DAN IMPLEMENTASINYA Nama : Vindhya Tripta Randhawa

KAJIAN TEORI MODEL DUAL-SEKTOR DAN IMPLEMENTASINYA

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah tentang Kajian Teori Model-Dual Sektor dan Implementasinya

Citation preview

Page 1: KAJIAN TEORI MODEL DUAL-SEKTOR DAN IMPLEMENTASINYA

Tugas Makalah

KAJIAN TEORI MODEL DUAL-SEKTOR DAN IMPLEMENTASINYA

Nama : Vindhya Tripta Randhawa

Jurusan : S1 Akuntansi Reguler B

Matkul : Pengantar Ilmu Ekonomi II

Page 2: KAJIAN TEORI MODEL DUAL-SEKTOR DAN IMPLEMENTASINYA

Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat-Nya saya dapat menyelesasikan makalah tentang Kajian Teori Model-Dual Sektor dan Implementasinya .

Pada kesempatan ini , saya ingin menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang terlibat dalam proses pembuatan makalah ini yaitu :

1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan kepada saya untuk menyelesaikan makalah ini.

2. Almh. Mama saya yang selalu menjadi penyemangat dan motivasi saya dalam menyelesaikan makalah ini.

3. Kepada Pak Dianta Sebayang selaku dosen pembimbing mata kuliah pegantar ilmu ekonomi 2.

Saya berharap makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih tentang . Saran dan kritik yang membangun sangat saya harapkan untuk menjadi lebih baik.

Jakarta, April 2012

Penulis

Page 3: KAJIAN TEORI MODEL DUAL-SEKTOR DAN IMPLEMENTASINYA

BAB I

Latar Belakang

Ekonomi pembangunan adalah cabang dari ilmu ekonomi yang prioritasnya membahas mengenai masalah-masalah pembangunaan di negara berkembang dan kebijakan-kebijakan yang perlu dilakukan untuk mewujudkan pembangunan ekonomi.

Banyak pembelajaran tentang pembangunan di negara berkembang yang menyatakan bahwatingkat pengangguran sangat tinggi baik pengangguran terbuka maupun terselubung. Negara berkembang biasanya identik dengan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bekerja dalam sektor pertanian. Pertanian yang tergantung pada musim banyak menciptakan pengangguran musiman yang justru lebih serius keadaannya. Disamping itu sifat penting lain dari keadaan penduduk di negara berkembang adalah tingkat pertambahan penduduk yang sangat cepat yang menyebabkan masalah pengangguran di negara berkembang di negara tersebut.

Pertambahan penduduk yang semakin cepat menimbulkan masalah pengangguran dan proses pembangunan , hal ini mendorong beberapa ahli ekonomi untuk membuat teori mengenai modelpembangunan dan perubahan stuktur ekonomi pada yang sebagian penduduknya bekerja di sektor pertanian yang masih tradisional dan sektor tersebut mempunyai kelebihan dalam jumlah tenaga kerja sehingga menghadapi masalah pengangguran terbuka dan terselubung yang serius. Model pembangunan pertama kali secara implisit memperhatikan proses perpindahan tenaga kerja dari desa ke kota dikembangkan oleh Prof. W Arthur Lewis dan kemudian diperbaharui oleh Gustav Ranis dan John C. H Fei.

Page 4: KAJIAN TEORI MODEL DUAL-SEKTOR DAN IMPLEMENTASINYA

MASALAH

Bentuk masalah-masalah pembangunan ekonomi di Negara berkembang antara lain :

1. Pertanian TradisionalKekurangan modal, pengetahuan, infrastruktur pertanian, dan aplikasi teknologi

modern dalam kegiatan pertanian menyebabkan sektor ini tingkat produktivitasnya sangat rendah dan seterusnya mengakibatkan tingkat pendapatan petani yang tidak banyak bedanya dengan pendapatan pada tingkat subsisten.

2. Kekurangan Dana Modal dan Modal FisikalKekurangan modal adalah salah satu ciri penting dari setiap negara yang memulai

pembangunannya dan kekurangan ini bukan saja mengurangi kepesatan pembangunan perekonomian yang dapat dilaksanakan tapi juga menyebabkan kesulitan untuk keluar dari keadaan kemiskinan. Perkembangan dan modernisasi suatu perekonomian memerlukan modal yang sangat besar. Infrastruktur harus dibangun, sistem pendidikan harus dikembangkan dan kegiatan pemerintahan harus diperluas. Dan yang lebih penting lagi berbagai jenis kegiatan perusahaan dan industri modern harus dikembangkan. Ini berarti pihak pemerintah dan swasta memerlukan modal yang banyak untuk mewujudkan modernisasi di berbagai kegiatan ekonomi.

3. Peranan Tenaga Trampil dan BerpendidikanTersedianya modal saja tidak cukup untuk memodernkan suatu perekonomian.

Pelaksana pemodernan tersebut harus ada. Dengan kata lain, diperlukan berbagai golongan tenaga kerja, kerja yang terdidik seperti ahli-ahli teknik di berbagai bidang, akuntan dan manajer, untuk melaksanakan proyek-proyek pembangunan. Disamping itu, diperlukan tenaga trampil yang akan menjadi pengawas dan pelaksana dalam berbagai kegiatan industri.

Tenaga kerja seperti ini memerlukan pendidikan. Dengan demikian, perkembangan sistem pendidikan merupakan suatu langkah yang harus dilaksanakan pada waktu usaha pembangunan mulai dilakukan.

4. Perkembangan Penduduk PesatMengenai sifat penduduk Negara-negara berkembang, terdapat 2 ciri penting yang

menimbulkan efek buruk pada usaha pembangunan yaitu :1) Di beberapa Negara jumlah penduduknya relatif besar, contohnya adalah India dan

Cina. Kedua Negara ini meliputi sebesar hamper 40% penduduk dunia. Negara-negara lain seperti Indonesia, Vietnam, Bangladesh dan Pakistan merupakan contoh lain Negara yang memiliki jumlah penduduk yang besar. Negara-negara tersebut menghadapi masalah pembangunan yang jauh lebih serius dari Negara-negara berkembang yang relative kecil penduduknya seperti Malaysia, Papua

Page 5: KAJIAN TEORI MODEL DUAL-SEKTOR DAN IMPLEMENTASINYA

Nugini, Brunei, Kuwait dan Arab Saudi. Mewujudkan suatu konsensus politik dalam menentukan arah dan corak pembangunan yang harus dilakukan merupakan masalah yang memerlukan waktu beberapa tahun untuk mengatasinya.

2) Tingkat perkembangan penduduk sangat cepat, perkembangan penduduk sejak PD II menunjukkan pertambahan dalam tingkat pertumbuhannya. Sebelum PD II, tingkat pertambahan penduduk diberbagai Negara-negara maju dan Negara berkembang mencapai tingkat sekitar 1%. Tapi semenjak PD II tingkat pertumbuhan penduduk Negara berkembang mencapai lebih dari 2%. Jumlah penduduk yang semakin besar semenjak PD II menimbulkan masalah eksploitasi atau perledakan penduduk di Negara-negara berkembang.

5. Masalah Institusi, Sosial, Kebudayaan dan Politik.Pembangunan ekonomi yang pesat memerlukan situasi politik yang stabil. Dibeberapa

Negara berkembang keadaan ini tidak berwujud. Pertentangan diantara golongan etnik didalam negeri, seperti yang berlaku di Negara-negara Afrika, pertentangan dengan Negara tetangga, seperti Israel dan Negara Arab, adalah hal yang menghambat pembangunan.

Faktor-faktor sosial dan kebudayaan besar pengaruhnya pada pembangunan. Cara-cara hidup dan berpikir tradisional sering menyebabkan masyarakat tidak bertindak secara rasional. Hal ini menimbulkan efek buruk pada pertumbuhan ekonomi. Sikap dan cara bertindak seseorang yang masih sangat dipengaruhi pandangan sistem keluarga dan kesukuan yang sangat kuat dan sistem sosial yang membatasi kebebasan seseorang untuk menjalankan berbagai kegiatan, dapat mempengaruhi pesatnya pembangunan ekonomi.Berbagai bentuk perubahan institusional adalah penting untuk mempercepat dan mempertinggi efisiensi pembangunan ekonomi. Sistem bank dan institusi keuangan modern perlu dikembangkan. Perkembangan institusi keuangan akan menjamin efisiensi pengaliran tabungan dari sektor rumah tangga kepada investor. Institusi pendidikan harus dikembangkan untuk menyediakan tenaga terdidik yang diperlukan dalam pembangunan ekonomi. Mempertinggi efisiensi administrasi pemerintah, mengembangkan institusi yang merencanakan dan melaksanakan pembangunan ekonomi dan mengadakan reformasi tanah (land form) adalah beberapa perubahan institusional lain uang perlu dilakukan untuk meningkatkan efisiensi dan mempercepat pembangunan.

Page 6: KAJIAN TEORI MODEL DUAL-SEKTOR DAN IMPLEMENTASINYA

BAB II

LANDASAN TEORI

Perkembangan Ekonomi Di Negara Sedang Berkembang

Sebenarnya masalah pembangunan yang dihadapi dan harus dipecahkan oleh Negara sedang berkembang sekarang ini sudah lama ada. Hanya masalah-masalah itu dipersoalkan sesudah selesainya perang dunia II. Pada saat itu masalah tersebut merupakan faktor utama dalam dunia perekonomian dan politik, dan diakui oleh kalangan luas akan pentingnya masalah-masalah tersebut. Untuk mengetahui masalah-masalah diatas haruslah diselidiki perspektif sejarahnya bagaimana itu dipersoalkan.

1. Asal Mula Ekonomi Dualisme (Dual Economy)Pada akhir abad ke 19, Negara-negara industry meluaskan kekuasaanya hamper

keseluruh dunia terutama di Negara sedang berkembang. Kecuali jepang yang sekarang ini telah menjadi Negara industry, seluruh asia afrika dan amerika latin merupakan daerah koloni dari Negara-negara barat dan amerika.

Hal ini terdapat di koloni portugis (Afrika) dimana petani diharuskan menanam kopi di angola dan kapas di monzambique. Hasilnya harus dijual kepada penjajah dengan harga yang sudah ditentukan lebih dulu oleh pembeli. Hal ini akan menekan produksi pertanian bahan makanan pokok.

Negara sedang berkembang pada akhir abad 19 dapat digambarkan sebagai berikut. Disemua Negara tersebut produksi serta ekspor terutama adalah produksi primer yaitu bahan makanan dan bahan mentah. Semua kegiatan perekonomian dalam negeri terutama ditujukan untuk ekspor, dan kepentingan penduduk setempat tidak diperhatikaan. Kian lama ekspor mereka hanya mengenai beberapa bahan yang diperlukan bagi penjajah saja, sehingga tidak banyak jenisnya dan kadang-kadang hanya satu macam saja. Keadaan ini akan mengganggu kestabilan perekonomian karena sangat terpengaruh oleh fluktuasi harga pasar dunia.

Pada masa itu perekonomian Negara sedang berkembang sangatlah terpadu dengan perekonomian dunia yang dikuasai oleh Negara-negara barat. Investasi di Negara sedang berkembang oleh Negara-negara penjajah ditujukan untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri yang berarti ekspor. Investasi di sektor perambangan misalnya emas di afrika selatan, tembaga dichili, phodesia dan congo belgia, timah di Bolivia dan karet di Malaya dan Indonesia,. Juga investasi di bidang transport ditujukan untuk memperlancar pengangkutan barang-barang tersebut dari pedalaman ke Negara mereka.

Jadi sifat pokok dai perekonomian di Negara sedang berkembang adalah “ekonomi dualis”. Yaitu industri ekspor yang terpadu dengan perekonomian dunia, yang sudah menggunakan sistem modern, ada juga kegiatan yang masih mempunyai subsisten (pertanian tradisional dan kerajinan). Kedua sektor ini memproduksi barang-barang untuk pasar local dan terpisah dari perekonomian pasar modern.

Page 7: KAJIAN TEORI MODEL DUAL-SEKTOR DAN IMPLEMENTASINYA

2. Periode Antara Perang Dunia I dan II “Turunnya Kekuasaan Barat”Adanya PD I dan II tersebut telah membawa dua akibat penting bagi Negara sedang

berkembang :a) Menaikan permintaan akan bahan mentah industry dan bahan makanan dari nagara-negara

berkembangb) Pengurangan ekspor barang-barang konsumsi ke Negara sedang berkembang.

Kejadian tersebut mendorong Negara sedang berkembang untuk melaksanakan industrialisasi, seperti di chili, uni afrika, selatan india dan china.

3. Periode sesudah Perang Dunia II “Perkembangan Nasional”Sesudah PD II terjadi perubahan pandangan terhadap perkembangan ekonomi.

Negara-negara maju menyadari bahwa perkembangan ekonomi merupakan tujuan penting. hal ini besar pengaruhnya terhadap pemimpin Negara-negara besar. Mereka berpendapat bahwa kemiskinan menyebabkan ketidakstabila perekonomian. Oleh karena itu mereka banyak menaruh perhatian terhadap Negara sedang berkembang.

Negara sedang berkembang selama perang telah mensuplai Negara induk berupa bahan-bahan mentah dan makanan dengan harga stabil. Mereka membeli dengan kredit. Impor barang-barang konsumsi dan barang capital ke Negara sedang berkembang terbatas sekali, karena sebagian besar untuk keperluan perang.

Sesudah PD II berakhir, keadaan di Negara sedang berkembang tidak banyak mengalami kemajuan, karena devisa yang mereka punyai selama perang itu tidak lagi banyak manfaatnya. Hal ini karena harga-harga barang-barang impor dari amerika naik setinggi 40-50% , sehingga pembangunan ekonomi mereka menggalami kelambatan, bahkan kadang-kadang devisa digunakan untuk hal-hal yang tidak produktif.

Keadaan ekspor produksi primer tampaknya ada kecenderunan menurun karena adanya penurunan dari bahan-bahan sintetis. Disamping itu, adanya proteksi di Negara-negara maju. Dasar tukar Negara sedang berkembang makin lemah terutama untuk hasil pertanian primer, karena penawaran produk primer bersifat tidak elastis (inelastic).

Lain halnya dengan harga barang-barang industri Negara-negara maju, tampak terus naik karena adanya kecenderungan inflasi di amerika utara dan eropa barat. Jadi harga produk primer turun, sedangkan harga barang-barang produksi naik. Akibarnya dasar tukar Negara-negara pengahasil produk primer makin tidak menguntungkan.

Bantuan dari Amerika untuk Negara sedang berkembang memang ada, tetapi terbatas dengan harapan-harapan yang hendak dicapai oleh Negara tersebut. Bantuan berupa capital saja tidaklah cukup bila tidak tisertai dengan tersedianya faktor-faktor lain seperti keterampilan, tenaga manusia dan kemampuan memimpin sesuai dengan rencana pembangunan. Faktor-faktor terakhir inilah yang sangat kurang di Negara sedang berkembang.

Page 8: KAJIAN TEORI MODEL DUAL-SEKTOR DAN IMPLEMENTASINYA

Karakteristik Umum Negara – Negara Berkembang

Secara singkat dan sederhana, ciri – ciri umum dari setiap negara berkembang dapat diklasifikasikan menjadi enam kategori utama sebagai berikut :

1. Standar hidup yang relative rendah, ditujukan oleh tingkat pendapatan yang rendah, ketimpangan pendapatan yang parah, kondisi kesehatan yang buruk dan kurang memadainya system pendidikan.

2. Tingkat produktifitas yang rendah.3. Tingkat pertumbuhan penduduk serta beban ketergantungan yang tinggi.4. Ketergantungan pendapatan yang sangat besar kepada produksi sektor pertanian serta

ekspor produk produk primer (bahan bahan mentah)5. Pasar yang tidak sempurna dan keterbatasan informasi yang tersedia6. Dominan ketergantungan dan kerapuhan yang parah pada semua aspek hubungan

internasional

Page 9: KAJIAN TEORI MODEL DUAL-SEKTOR DAN IMPLEMENTASINYA

TEORI LEWIS

Model dual-sektor yang diberikan oleh Sir William Arthur Lewis pemenang Nobel Memorial Prize dalam bidang Ekonomi pada tahun 1979 umumnya dikenal sebagai model Lewis, itu adalah model ekonomi pembangunan yang menjelaskan pertumbuhan ekonomi yang berkembang dalam hal tenaga kerjatransisi antara dua sektor, sektor kapitalis dan sektor subsisten.

Asumsi dari Model Lewis :

1. Model ini mengasumsikan bahwa ekonomi berkembang memiliki kelebihan tenaga kerja produktif di sektor pertanian. 2. Para pekerja ini tertarik pada sektor manufaktur tumbuh di mana upah yang lebih tinggi yang ditawarkan. 3. Ini juga mengasumsikan bahwa upah di sektor manufaktur kurang lebih tetap. 4. Pengusaha di sektor manufaktur membuat keuntungan karena mereka menetapkan harga di atas tingkat upah tetap. 5. Model ini mengasumsikan bahwa keuntungan akan diinvestasikan kembali dalam bisnis dalam bentuk modal tetap. 6. Sektor manufaktur maju berarti perekonomian telah bergerak dari tradisional ke yang industri. 

WA Lewis dibagi perekonomian sebuah negara terbelakang menjadi 2 sektor:

1. Sektor kapitalis

Lewis sektor ini didefinisikan sebagai "bagian dari ekonomi yang menggunakan modal direproduksi dan membayar kapitalis daripadanya". Penggunaan modal dikendalikan oleh kaum kapitalis, yang menyewa jasa tenaga kerja. Ini mencakup manufaktur, perkebunan, tambang dll Sektor kapitalis mungkin swasta atau publik.

2. Sektor subsisten

Sektor ini didefinisikan olehnya sebagai "bagian dari ekonomi yang tidak menggunakan modal direproduksi Hal ini juga bisa disesuaikan dengan sektor tradisional atau adat." Sektor bekerja sendiri ". Output per kepala relatif lebih rendah di sektor ini dan ini adalah karena tidak fructified dengan modal. "Model Sektor Ganda" adalah teori perkembangan yang surplus tenaga kerja dari sektor pertanian tradisional dialihkan ke sektor industri modern yang pertumbuhannya dari waktu ke waktu menyerap surplus tenaga kerja, mempromosikan industrialisasi dan merangsang pembangunan berkelanjutan Dalam model ini,. sektor pertanian subsisten biasanya ditandai dengan upah rendah, kelimpahan tenaga kerja, dan rendahnya produktivitas melalui proses produksi yang padat karya. Sebaliknya, sektor manufaktur kapitalis didefinisikan oleh tingkat upah lebih tinggi dibandingkan dengan sektor subsisten , produktivitas marjinal lebih tinggi, dan permintaan untuk lebih banyak pekerja. Juga, sektor kapitalis diasumsikan menggunakan proses produksi yang modal intensif, sehingga investasi dan pembentukan modal di sektor manufaktur yang mungkin dari waktu

Page 10: KAJIAN TEORI MODEL DUAL-SEKTOR DAN IMPLEMENTASINYA

ke waktu sebagai keuntungan kapitalis yang diinvestasikan kembali dalam modal saham. Peningkatan produktivitas marjinal tenaga kerja di sektor pertanian dianggap prioritas yang rendah sebagai investasi bangsa mengembangkan hipotesis yang akan menuju modal fisik di sektor manufaktur.

Hubungan antara dua sektor

Hubungan utama antara dua sektor adalah bahwa ketika sektor kapitalis mengembang, itu ekstrak atau menarik tenaga kerja dari sektor subsisten. Hal ini menyebabkan output per kepala buruh yang bergerak dari sektor subsistensi ke sektor kapitalis meningkat. Sejak Lewis dalam modelnya menganggap ekonomi kerja surplus kelebihan penduduk ia mengasumsikan bahwa penawaran tenaga kerja tidak terampil ke sektor kapitalis tidak terbatas. Hal ini menimbulkan kemungkinan untuk menciptakan industri baru dan memperluas yang sudah ada pada tingkat upah yang ada. Sebagian besar pasokan tenaga kerja tidak terbatas terdiri dari mereka yang pengangguran terselubung di bidang pertanian dan lainnya selama-berawak pekerjaan seperti pekerjaan jasa domestik kasual, perdagangan eceran kecil. Lewis juga menyumbang dua faktor lain yang menyebabkan peningkatan penawaran tenaga kerja tidak terampil, mereka adalah perempuan dalam rumah tangga dan pertumbuhan penduduk.

Sektor pertanian memiliki jumlah terbatas lahan untuk membudidayakan, produk marjinal dari seorang petani tambahan diasumsikan nol sebagai hukum yang semakin berkurang marjinal telah ajalnya karena tanah, input tetap. Akibatnya, sektor pertanian memiliki jumlah pekerja pertanian yang tidak memberikan kontribusi bagi hasil pertanian sejak produktivitas marjinalnya adalah nol. Kelompok petani yang tidak menghasilkan output apapun disebut kerja surplus sejak kelompok ini bisa dipindahkan ke sektor lain dengan tidak berpengaruh pada hasil pertanian. (The kerja surplus jangka sini tidak sedang digunakan dalam Marxis konteks dan hanya mengacu pada pekerja yang tidak produktif di sektor pertanian.) Oleh karena itu, karena perbedaan upah antara kapitalis dan sektor subsisten, pekerja akan cenderung transisi dari pertanian ke sektor manufaktur dari waktu ke waktu untuk menuai imbalan upah yang lebih tinggi. Namun meskipun produk marjinal tenaga kerja adalah nol, masih berbagi bagian dalam produk total dan menerima kira-kira produk rata-rata.

Jika kuantitas bergerak pekerja dari subsisten ke sektor kapitalis sama dengan kuantitas kerja surplus di sektor subsisten, terlepas dari siapa sebenarnya transfer, kesejahteraan umum dan produktivitas akan meningkat. Jumlah total produk pertanian akan tetap tidak berubah sementara produk industri total meningkat karena penambahan tenaga kerja, tetapi tenaga kerja tambahan juga dijalankan menurunkan produktivitas marjinal dan upah di sektor manufaktur. Seiring waktu saat transisi ini terus berlangsung dan hasil investasi dalam peningkatan modal, produktivitas marjinal pekerja di manufaktur akan didorong oleh pembentukan modal dan didorong ke bawah oleh pekerja tambahan memasuki sektor manufaktur. Akhirnya, tingkat upah dari sektor pertanian dan manufaktur akan menyamakan sebagai pekerja meninggalkan sektor pertanian untuk sektor manufaktur, meningkatkan produktivitas marjinal dan upah di sektor pertanian sementara mengemudi menurunkan produktivitas dan upah di bidang manufaktur.

Hasil akhir dari proses transisi ini adalah bahwa upah pertanian sama dengan upah manufaktur, produk marjinal tenaga kerja sama pertanian produk manufaktur marjinal tenaga kerja, dan tidak ada pembesaran manufaktur lebih lanjut sektor terjadi sebagai pekerja tidak lagi memiliki insentif moneter untuk transisi.

Page 11: KAJIAN TEORI MODEL DUAL-SEKTOR DAN IMPLEMENTASINYA

Surplus tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi

Kerja surplus dapat digunakan sebagai pengganti modal dalam penciptaan baru proyek investasi industri, atau dapat disalurkan ke industri-industri yang baru lahir, yang padat karya pada tahap awal mereka. Pertumbuhan tersebut tidak menaikkan nilai upah subsisten, karena penawaran tenaga kerja melebihi permintaan pada upah itu, dan produksi meningkat melalui teknik tenaga kerja baik memiliki efek menurunkan koefisien modal. Meskipun tenaga kerja dianggap surplus, hal ini terutama tidak terampil. Ini menghambat pertumbuhan karena kemajuan teknis yang diperlukan untuk pertumbuhan membutuhkan tenaga kerja terampil. Tapi harus ada surplus tenaga kerja dan modal yang sederhana, kemacetan ini dapat dipecah melalui penyediaan fasilitas pelatihan dan pendidikan.Pemanfaatan tenaga kerja tidak terbatas untuk tujuan pertumbuhan tergantung pada jumlah modal yang tersedia pada saat yang sama. Harus ada kerja surplus, pertanian akan memperoleh ada gunanya produktif dari itu, sehingga transfer ke sektor non pertanian akan saling menguntungkan. Ini menyediakan pekerjaan bagi penduduk agraria dan mengurangi beban penduduk dari tanah. Industri sekarang memperoleh tenaga kerjanya. Buruh harus didorong untuk bergerak untuk meningkatkan produktivitas di bidang pertanian. Untuk memulai gerakan itu, sektor kapitalis akan harus membayar uang kompensasi ditentukan oleh tingkat upah yang orang bisa mendapatkan di luar sektor yang sekarang, ditambah satu set lainnya yang meliputi biaya hidup di sektor baru dan perubahan di tingkat keuntungan di sektor yang ada. Kaum kapitalis marjin mungkin harus membayar sebanyak 30 persen di atas upah subsisten rata-rata, WW1 pada gambar yang mewakili sektor kapitalis ditunjukkan oleh N; OW adalah upah industri. Mengingat asumsi maksimisasi keuntungan, pekerjaan tenaga kerja dalam sektor industri diberikan oleh titik di mana produk marjinal adalah sama dengan tingkat upah, yaitu OM.

Karena upah di sektor kapitalis tergantung pada pendapatan dari sektor subsisten, kapitalis ingin untuk menekan produktivitas / upah di sektor subsisten, sehingga sektor kapitalis dapat memperluas dengan upah tetap. Dalam kerja sektor kapitalis digunakan sampai ke titik di mana produk marjinal sama dengan upah, karena majikan kapitalis akan mengurangi kelebihan jika ia dibayar lebih banyak tenaga kerja daripada yang ia terima untuk apa yang diproduksi.Tapi ini tidak perlu benar dalam pertanian subsisten sebagai upah bisa sama dengan produk rata-rata atau tingkat subsisten. Para ONPM produk total tenaga kerja

Page 12: KAJIAN TEORI MODEL DUAL-SEKTOR DAN IMPLEMENTASINYA

dibagi antara pembayaran kepada buruh dalam bentuk upah,OWPM, dan surplus kapitalis, NPW. Pertumbuhan sektor kapitalis dan tingkat penyerapan tenaga kerja dari sektor subsisten tergantung pada penggunaan dibuat surplus kapitalis. Bila kelebihan itu diinvestasikan kembali, produk total tenaga kerja akan meningkat. Lini produk marjinal bergeser ke atas tot hak, yaitu N1. Dengan asumsi upah adalah konstan, sektor industri sekarang menyediakan lapangan kerja. Oleh karena itu kerja naik sebesar MM1.Jumlah surplus kapitalis naik dari WNP untuk WN1P '. Jumlah ini sekarang dapat diinvestasikan kembali dan proses akan diulang dan semua kerja surplus akhirnya akan habis. Ketika semua kerja surplus di sektor subsisten telah tertarik ke sektor kapitalis, upah di sektor subsisten akan mulai naik, menggeser hal perdagangan yang mendukung pertanian, dan menyebabkan upah di sektor kapitalis meningkat. Akumulasi modal telah terperangkap dengan penduduk dan tidak ada ruang lingkup yang lebih panjang untuk pembangunan dari sumber awal, yaitu tenaga kerja tidak terbatas. Ketika semua kerja surplus habis, pasokan tenaga kerja untuk sektor industri menjadi kurang dari elastis sempurna. Sekarang untuk kepentingan produsen di sektor subsisten untuk bersaing untuk tenaga kerja seperti sektor pertanian telah menjadi sepenuhnya dikomersialisasikan. Ini adalah peningkatan bagian laba di sektor kapitalis yang menjamin bahwa surplus tenaga kerja terus dimanfaatkan dan akhirnya habis. Upah riil akan cenderung meningkat seiring dengan peningkatan produktivitas dan ekonomi akan masuk ke tahap mandiri pertumbuhan dengan sifat yang konsisten.

Model Akumulasi

Proses pertumbuhan ekonomi terkait erat dengan pertumbuhan surplus kapitalis, yang selama kenaikan surplus yang kapitalis, pendapatan nasional juga meningkatkan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Peningkatan surplus kapitalis ini terkait dengan penggunaan tenaga kerja lebih banyak dan lebih yang dianggap surplus dalam kasus dari model ini. Proses akumulasi modal tidak berakhir di beberapa titik. Titik ini adalah tempat akumulasi modal menangkap dengan penduduk sehingga tidak ada lagi kerja surplus kiri. Lewis mengatakan bahwa titik di mana akumulasi modal datang untuk berhenti sebelum bisa datang juga yaitu jika upah riil naik begitu tinggi sehingga mengurangi keuntungan kapitalis ke tingkat di mana semua keuntungan dikonsumsi dan tidak ada investasi bersih. Hal ini dapat terjadi dengan cara berikut: 1. Jika akumulasi modal adalah melanjutkan lebih cepat dari pertumbuhan pertumbuhan penduduk yang menyebabkan penurunan jumlah orang di sektor pertanian atau subsisten. 2. Peningkatan ukuran sektor kapitalis atau industri dibandingkan dengan sektor subsisten dapat mengubah hal perdagangan terhadap sektor kapitalis dan karena itu memaksa kaum kapitalis untuk membayar pekerja / buruh persentase yang lebih tinggi dari produk mereka untuk menjaga mereka yang sebenarnya pendapatan konstan. 3. Sektor subsisten dapat mengadopsi metode baru dan lebih baik dan teknik produksi, ini akan meningkatkan tingkat upah subsisten pada gilirannya memaksa kenaikan upah kapitalis. Jadi baik surplus kaum kapitalis dan tingkat akumulasi modal akan menurun. 4. Meskipun produktivitas sektor kapitalis tetap tidak berubah, para pekerja di sektor kapitalis mungkin mulai meniru gaya kapitalis dan cara hidup dan karena itu mungkin perlu lebih untuk hidup, ini akan menaikkan upah subsisten dan juga upah kapitalis dan pada gilirannya surplus kapitalis dan tingkat akumulasi modal akan menurun.

Page 13: KAJIAN TEORI MODEL DUAL-SEKTOR DAN IMPLEMENTASINYA

Lewis mengatakan bahwa ciri utama dalam proses pembangunan ekonomi adalah berlakukanya kenaikan tabungan dan investasi disektor kapitalis. Pada awal proses pembangunan perekonomian akan menabung dan menambahkan modal sebesar 4-5% dari pendapatan nasionalnya. Proses pembangunan merombak kegiatan ekonomi masyarakat menjadi suatu perekonomian dimana tabungan sukarela mencapai kira-kira 12-15% dari pendapatan nasional atau lebih. Dari gambaran mengenai proses pembangunan yang dikemukakan, sumber dari berlakunya kenaikan tabungan dan penanaman modal adalah surplus yang bertambah besar.

Faktor yang menimbulkan perubahan dalam proses pembangunan adalah:

1. Apabila pembentukan modal berlangsung lebih cepat dari pertambahan penduduk.2. Bertambah besarnya sektor kapitalis, perbandingan perdagangan antara sektor tersebut

dengan sektor subsisten menjadi bertambah buruk.3. Kemajuan teknik mugkin timbul disektor subsisten dan menyebabkan kenaikan

produktivitas serta kenaikan upah.

Page 14: KAJIAN TEORI MODEL DUAL-SEKTOR DAN IMPLEMENTASINYA

TEORI RANIS-FEIJohn Fei dan Gustav Ranis dalam "A Theory of Economic Development" menelaah

proses peralihan yang diharapkan akan dilewati suatu negara terbelakang untuk beranjak dari keadaan stagnasi ke arah pertumbuhan swadaya. Teori merupakan penyempurnaan dari teori Lewis mengenai persediaan buruh yang tidak terbatas. Walaupun jaraknya sama tetapi kedua teori tersebut menekankan analisis masing-masing kepada aspek yang berbeda. Lewis menekankan pada corak pertumbuhan disektor modern atau kapitalis, dan mengabaikan analisis mengenai perubahan-perubahan yang akan terjadi disektor pertanian. Analisis Ranis-Fei agak lebihg seimbang dan bahkan dapat dikatakan penekanan lebih banyak diberikan kepada perubahan-perubahan yang terjadi disektor pertanian. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa analis Ranis-Fei lebih mendalam daripada analisis Lewis.

Analisis Ranis-Fei juga menunjukkan pengaruh dari pertambahan penduduk terhadap proses pembangunan, pengaruh system pasar terhadap interaksi diantara sektor pertanian dan industri, dan jangka masa (life cycle) dari berlakunya proses pembangunan untuk mencapai taraf negara industri.

Teori Ranis-Fei menyatakan bahwa” Suatu negara yang kelebihan buruh dan perekonomiannya miskin sumberdaya, sebagian besar penduduk bergerak disektor pertanian di tengah pengangguran yang hebat dan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi.” Dalam kondisi tersebut, sektor ekonomi pertanian berhenti. Di sana terdapat sektor industri yang aktif dan dinamis. Pembangunan terdiri dari pengalokasian kembali surplus tenaga kerja pertanian yang sumbangannya terhadap output nol, ke industri dimana mereka menjadi produktif dengan upah yang sama.Asumsi yang digunakan:

 Ekonomi dua-muka yang terbagi dalam sektor pertanian tradisional yang tidak berjalan dan sektor industri yang aktif.

 Output sektor pertanian adalah fungsi dari tanah dan buruh saja. Di sektor pertanian tidak ada akumulasi modal, kecuali reklamasi. penawaran tanah bersifat tetap. kegiatan pertanian ditandai dengan hasil (return to scale) yang tetap dengan buruh

sebagai faktor variable. produktivitas marginal buruh nol. output sektor industri merupakan fungsi dari modal dan buruh saja. pertumbuhan penduduk sebagai fenomena eksogen. upah nyata di sektor pertanian dianggap tetap dan sama dengan tingkat

pendapatan nyata sektor pertanian.

 pekerja di masing-masing sektor hanya mengkonsumsikan produk-produk pertanian.

Page 15: KAJIAN TEORI MODEL DUAL-SEKTOR DAN IMPLEMENTASINYA

Berdasar asumsi tersebut, telaah pembangunan ekonomi surplus-buruh menjadi 3 tahap:

 Para penganggur tersamar, dialihkan dari pertanian ke industri dengan upah institusional yang sama.

 Pekerja pertanian menambah keluaran pertanian tetapi memproduksi lebih kecil daripada upah institusional yang mereka peroleh.

 buruh pertanian menghasilkan lebih besar daripada perolehan upah institusion.

Apabila jumlah tenaga kerja disektor pertanian masih berlebih—yang diartiikan oleh Ranis-Fei sebagai suatu keadaan dimana produk marjinal penganggur terselubung adalah nol – tingkat upah disektor industri besarnya tidak berubah. Jika kelebihan tenaga kerja sudah tidak terdapat lagipengambilan tenaga kerja baru oleh sektor industri hanya dapat diperoleh dengan menaikkan tingkat upah pekerja disektor tersebut. Sebab dari berlakunya kenaikan upah ini, yaitu pada waktu kelebihan tenaga kerja sudah tidak terdapat lagi, hanya dapat dijelaskan setelah dilakukan analisis tentang perubahan yang berlaku disektor pertanian sebagai akibat dari pengaliran tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri.

Seperti teori Lewis, dalam teori Ranis-Fei tingkat upah disektor pertanian lebih tinggi dari nol, walaupun sudah terdapat kelebihan tenaga kerja. Hal ini menyebabkan sebagaian tenaga kerja tidak akan menciptakan produksi tambahan. Produk marjinal pekerja-pekerja ini adalah nol. Besarnya tingkat upah yang melebihi besarnya produk marjinal ini bertentangan dengna teori ahli-ahli ekonomi klasik mengenai penentuan tingkat upah. Dalam teori Ranis-Fei, walaupun jumlah tenaga kerja berlebih sehingga sebagaian produk marjinal pekerja adalah nol tingkat upah disektor pertanian mempunyai nilai yang positif. Tingkat upah ini dinamakan tingkat upah institutional.

Ranis-Fei membedakan proses pembangunan ekonomi dalam tiga tahap. Tahap pertama merupakan tahap dimana tenaga kerja jumlahnya masih berlebih dan keadaan ini mengakibatkan produk marjinal disektor pertanian adalah sebesar nol. Tahap kedua merupakan tahap dimana kelebihan tenaga kerja tidak terdapat lagi akan tetapi masih terdapat pengangguran terselubung. Tahap ketiga merupakan tahap dimana produk marjinal disektor pertanian besarnya telah melebihi tingkat upah institutional dan mengakibatkan tenaga kerja yang berada disektor pertanian akan menerima upah yang lebih tinggi dari tahap-tahap sebelumnya. Pada tahap pertama dan tahap kedua para pekerja disektor pertanian menerima upah sebesar upah institutional, akan tetapi pada tahap ketiga tidak lagi demikian. Tingkat upah yang baru adalah sama dengan tambahan produksi yang diciptakan oleh seorang pekerja tambahan yang terakhir disektor pertanian, berarti sama dengan produk marjinal tenaga kerja disektor itu.

Apabila sebagian tenga kerja disektor pertanian digunakan oleh sektor industri, maka dengan sendirinya tenaga kerja disektor pertanian akan berkurang. Akan tetapi pada permulaannya, hal demikian tidak akan mengurangi produksi sektor pertanian. Oleh sebab itu, apabila pembanguan ekonomi terjadi, akan terdapat kelebihan produksi pertanian jika dibandingkan dengan konsumsi atas hasil pertanian yang dilakukan oleh penduduk disektor pertanian. Namun pada akhirnya produksi sektor pertanian akan mulai berkurang, penurunan ini disebabkan karena produk marjinal telah melebihi besarnya upah institutional. Oleh karena

Page 16: KAJIAN TEORI MODEL DUAL-SEKTOR DAN IMPLEMENTASINYA

itu upah pekerja disektor pertanian telah mencapai tingkat yang lebih tinggi daripada upah institutional. Ini berarti lebih banyak lagi proporsi dari hasil pertanian yang akan digunakan dalam sektor pertanian itu sendiri dan mengurangi kelebihan disektor industri. Sebagai akibatnya apabila seorang pekerja dari sektor pertanian pindah kesektor industri maka produksi petanian akan menjadi lebih kecil.

Setelah menunjukan keadaan yang terjadi disektor pertanian Ranis-Fei kembali menjelaskan tentang perubahan yang berlaku disektor industri. Sebagai akibat dari menurunnya produksi sektor pertanian surplus hasil pertanian yang dapat digunakan oleh sektor industri, jumlah pertambahannya akan menurun dibandingkan sebelumnnya. Keadaan ini menunjukan bahwa sektor industri tidak lagi dengan mudah memperoleh bahan makanan dan berarti harga hasil sektor pertanian relative lebih mahal dibandingkan harga hasil sektor industri. Bila proses pembangunan ini telah tercapai sektor industri akan memperoleh tenaga kerja tambahan hanya bila mereka dibayar lebih tinggi dari sebelumnya.

Page 17: KAJIAN TEORI MODEL DUAL-SEKTOR DAN IMPLEMENTASINYA

BAB III

PEMBAHASAN

Sejak tahun 1950-an muncul segolongan ahli ekonomi yang meragukan pendapat Lewis dan Ranis-Fei. Mereka pada hakikatnya berpendapat bahwa tidak benar di beberapa negara berkembang yang padat penduduknya terdapat tenaga kerja yang memiliki produktivitas sebesar nol dalam jumlah yang besar, sehingga memungkinkan pemindahan mereka ke sektor industri dan sektor modern lainnya tana mengalami kemunduran produksi di sektor pertanian.

Pepelasis dan Yotopoulos alam penelitian mereka mengenai kesemaptan kerja dalam sektor pertanian di Yunani antara tahun 1953 sampai 1960 mengambil kesimpulan bahwa kelebihan tenaga kerja di sektor pertanian tidak ada sama sekali. Hanya pada tahun 1953 dan tahun 1954 pengangguran dalam sektor pertanian dialami oleh negara itu. Pada tahun-tahun lainnya kekurangan tenaga kerja musiman selalu ada. Hasil penyelidikan Yong Sam Cho mengenai pengagguran dan sektor pertanian di Korea Selatan merupakan satu contoh lain dari kritik terhadap pendapat bahwa di negara berkembang adakalanya terdapat kelebihan tenaga kerja yang cukup besar. Berdasarkan pada pengamatan atas keadaan kesempatan kerja dalam sektor pertanian di Korea, Cho berkesimpulan bahwa masalah pengangguran terselubung yang serius tidak terdapat dalam sektor pertanian di negara itu, yang ada hanyalah pengangguran musiman.

Solow-Swan, memberikan kritik terhadap teori Lewis yaitu percepatan pertumbuhan bisa terjadi karena meningkatnya tabungan/investasi, Teori Lewis hanya berlaku untuk jangka pendek, Pertumbuhan jangkapanjang akan kembali ke tingkat yang sebelumnya.

Kritik umum terhadap teori Lewis:

 Teori Lewis bersifat pro-kapital; anti terhadap distribusi pendapatan bagi buruh; mengakibatkan meningkatnya ketimpangan karena mementingkan pertumbuhan.

 Tidak mengakui pengaruh faktor-faktor kelembagaan dalam penentuan upah, misalnya kebijakan upah minimum, serikat pekerja, dan praktik tawar-menawar kolektif.

 Asumsi mengenai sebuah Strata Kapitalis sebagai sumber investasi dan pertumbuhan tidak memiliki dasar kuat.

Teori Lewis dan Ranis-Fei dikritik pula karena kurang mencerminkan gambaran yang sebenarnya mengenai corak urbanisasi di negara berkembang pada masa ini. Kedua teori tersebut pada hakikatnya menunjukkan bahwa perpindahan penduduk dari sektor pertanian ke sektor modern baru terjadi apabila terbuka kesempatan kerja di sektor modern, terutama sektor industri. Apabila hal tersebut tidak terjadi tenaga kerja akan tetap berada di sektor pertanian.

Page 18: KAJIAN TEORI MODEL DUAL-SEKTOR DAN IMPLEMENTASINYA

Proses perpindahan tenaga kerja yang berlangsung semenjak PD II keadaannya sangat berlainan. Arus perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke kota adalah sangat cepat, sehingga menimbulkan pengangguran yang bertambah besar di daerah urban. Dalam persoalan perpindahan penduduk dari sektor pertanian ke sektor-sektor lain, pada waktu ini teori Todaro dipandang lebih mencerminkan keadaan yang sebenarnya.

Menurut Todaro, lajunya urbanisasi dalam suatu waktu tertentu ditentukan oleh dua faktor: perbedaan tingkat upah riil antara daerah urban dengan daerah pertanian, dan kemungkinan memperoleh pekerjaan lain di daerah urban. Menurut Todaro salah satu factor penting yang menyebabkan arus urbanisasi begitu tinggi di negara berkembang akhir-akhir ini, walaupun pengangguran di daerah urban telah cukup besar, adalah jurang besar antara upah riil di daerah pertanian dengan upah riil di daerah urban. Maka dari sudut ini teori Todaro dapat dipandang sebagai mengkritik satu aspek lain dari teori Lewis dan Ranis-Fei, yaitu terhadap anggapan dalam teori mereka bahwa tingkat upah riil di sektor pertanian dan sektor industri, dan jurang tingkat upah diantara kedua sektor itu akan tetap sama besarnya selama masih terdapat kelebihan tenaga kerja di sektor pertanian.

Model Lewis telah menarik perhatian negara-negara terbelakang karena membawa beberapa hubungan dasar dalam pembangunan dualistik. Namun itu telah dikritik dengan alasan berikut:

1. Pembangunan ekonomi terjadi melalui penyerapan tenaga kerja dari sektor subsisten di mana kesempatan biaya tenaga kerja sangat rendah. Namun, jika ada biaya kesempatan positif, misalnya hilangnya tanaman pada saat musim panen puncak, transfer tenaga kerja akan mengurangi produksi pertanian.

2. Penyerapan kerja surplus itu sendiri mungkin berakhir sebelum waktunya karena pesaing dapat meningkatkan tingkat upah dan menurunkan bagian laba. Telah terbukti bahwa migrasi desa-kota dalam ekonomi Mesir didampingi oleh peningkatan tingkat upah sebesar 15 persen dan penurunan keuntungan 12 persen. Upah di sektor industri dipaksa up langsung oleh serikat pekerja dan tidak langsung melalui tuntutan peningkatan upah karena kenaikan di sektor subsisten, sebagai pembayaran untuk peningkatan produktivitas. Bahkan, mengingat diferensial kota-desa upah di negara miskin yang paling, skala pengangguran besar sekarang terlihat baik di sektor perkotaan dan pedesaan.

3. Model Lewis meremehkan dampak penuh terhadap ekonomi miskin dari populasi yang berkembang pesat, yaitu dampaknya pada Surplus pertanian, pembagian keuntungan kapitalis, tingkat upah dan kesempatan kerja secara keseluruhan. Demikian pula, Lewis mengasumsikan bahwa tingkat pertumbuhan manufaktur akan sama dengan yang di pertanian, tetapi jika pembangunan industri melibatkan lebih banyak menggunakan modal intensif dari tenaga kerja, maka arus tenaga kerja dari pertanian ke industri hanya akan menciptakan lebih banyak pengangguran.

4. Lewis tampaknya telah mengabaikan pertumbuhan yang seimbang antara pertanian dan industri. Mengingat hubungan antara pertumbuhan pertanian dan ekspansi industri di negara-negara miskin, jika bagian dari laba yang dibuat oleh para kapitalis tidak ditujukan untuk pengembangan pertanian, proses industrialisasi akan terancam.

Page 19: KAJIAN TEORI MODEL DUAL-SEKTOR DAN IMPLEMENTASINYA

5. Kemungkinan kebocoran dari ekonomi tampaknya telah diabaikan oleh Lewis. Dia mengasumsikan dengan berani bahwa kecenderungan marginal kapitalis untuk menyelamatkan adalah dekat dengan satu, tetapi peningkatan tertentu dalam konsumsi selalu dibarengi dengan peningkatan laba, sehingga kenaikan total penghematan akan sedikit kurang dari peningkatan laba. Apakah atau tidak kelebihan kapitalis akan digunakan secara konstruktif akan tergantung pada konsumsi hemat pola 10 persen teratas penduduk. Tapi kapitalis bukanlah satu agen produktif hanya masyarakat. Petani kecil yang memproduksi tanaman di Mesir telah menunjukkan diri mereka cukup mampu menyimpan modal yang dibutuhkan. Terbesar di dunia kakao industri di Ghana sepenuhnya penciptaan pembentukan modal usaha kecil.

6. Pengalihan pekerja tidak terampil dari pertanian ke industri dianggap sebagai hampir halus dan tanpa biaya, tapi ini tidak terjadi dalam praktek karena industri memerlukan berbagai jenis tenaga kerja. Masalah dapat diselesaikan dengan investasi dalam pendidikan dan pembentukan keterampilan, namun proses ini tidak mulus atau murah.. 

Implementasi model Lewis juga mengalami kegagalan di negara berikut :

1. Bukti empiris tidak selalu memberikan banyak dukungan untuk model Lewis. Theodore Schultz dalam sebuah studi empiris dari sebuah desa di India selama wabah influenza dari 1918-1919 menunjukkan bahwa hasil pertanian menurun, meskipun studi tidak membuktikan apakah output akan menurun punya proporsi yang sebanding dari populasi pertanian berangkat ke pekerjaan lain dalam menanggapi insentif ekonomi. Pengangguran lagi menyamar mungkin ada dalam satu sektor ekonomi tetapi tidak pada orang lain. Selanjutnya, secara empiris penting untuk mengetahui tidak hanya apakah produktivitas marjinal adalah sama dengan nol, tetapi juga jumlah kerja surplus dan pengaruh penarikannya pada output.

2. Model Lewis diaplikasikan pada perekonomian Mesir oleh Mabro pada tahun 1967 dan meskipun dia kedekatan asumsi Lewis dengan realitas jika situasi Mesir selama masa studi, model gagal pertama karena Lewis serius meremehkan laju pertumbuhan penduduk dan kedua karena pilihan intensitas modal industri di Mesir tidak menunjukkan banyak tenaga kerja menggunakan bias dan dengan demikian, tingkat pengangguran tidak menunjukkan kecenderungan untuk mendaftar penurunan signifikan.

3. Validitas model Lewis kembali dipertanyakan ketika diaplikasikan ke Taiwan. Telah diamati bahwa, meskipun tingkat yang mengesankan pertumbuhan ekonomi Taiwan, pengangguran tidak jatuh lumayan dan ini dijelaskan lagi dalam referensi untuk pilihan intensitas modal industri di Taiwan. Hal ini mengangkat isu penting apakah surplus tenaga kerja adalah kondisi yang diperlukan untuk pertumbuhan.

Page 20: KAJIAN TEORI MODEL DUAL-SEKTOR DAN IMPLEMENTASINYA

BAB IV

KESIMPULAN

Model ini mengasumsikan rasionalitas, informasi yang sempurna dan pembentukan modal tak terbatas dalam industri. Ini tidak ada dalam situasi praktis dan sepenuhnya model jarang direalisasikan.Tetapi, model ini tidak memberikan teori umum yang baik tentang pekerja transisi di negara berkembang .

Namun disamping keterbatasan-keterbatasannya teori Lewis memiliki keunggulan didalam menjelasakan proses pembangunan dengan cara yang gamblang. Teori 2 sektor ini mempunyai analitis yang tinggi. Ia menjelaskan bagaimana pembentukan modal yang rendah berlangsung di negara terbelakang yang mempunya tenaga kerja yang berlebihan dan kurang modal. Sedangkan terori Ranis-Fei merupakan penyempurnaan dari teori Lewis. Jika teori Lewis lebih menekankan pada corak pertumbuhan disektor modern dan mengabaikan analisis mengenai perubahan-perubahan yang terjadi disektor pertanian, teori Ranis-Fei agak lebih seimbang dan bahkan dapat dikatakan penekanan lebih banyak diberikan kepada perubahan-perubahan yang terjadi disektor pertanian.