32
BAB I TINJAUAN PUSTAKA Imunisasi didefinisikan pasif, yaitu suatu pemindahan atau transfer antibodi secara pasif. Sementara itu vaksinasi adalah imunisasi aktif yaitu memberikan antigen untuk merangsang respons antibodi. Dalam hal ini, vaksinasi adalah istilah yang lebih tepat. I. VAKSINASI A. ASPEK IMUNOLOGI IMUNISASI Vaksin adalah suatu bahan berisi antigen (virus atau bakteri) yang dapat merangsang daya tahan tubuh (imunitas) yang dihasilkan oleh sistem imun. Imunitas adalah kemampuan tubuh manusia untuk menerima keberadaan bahan-bahan yang dimiliki dan dihasilkan oleh tubuh itu sendiri (self) maupun menolak dan menghilangkan benda-benda asing yang berasal dari luar tubuh (nonself). Kemampuan yang diskriminatif ini membuat tubuh dapat melindungi dirinya dari penyakit infeksi. Definisi penyakit infeksi sendiri adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman berupa virus, bakteri, jamur, dan parasit yang berasal dari luar tubuh. Sistem imun tubuh mengenali sebagian besar kuman sebagai benda asing yang harus dimusnahkan. Imunitas terhadap virus atau bakteri ini ditandai dengan terbentuknya antibodi terhadap organisme kuman tersebut sehingga umumnya bersifat spesifik terhadap organiisme tersebut. Inilah prinsip dasar imunisasi: memberikan antigen 1

KAKE.docx

Embed Size (px)

DESCRIPTION

diareeee

Citation preview

Page 1: KAKE.docx

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

Imunisasi didefinisikan pasif, yaitu suatu pemindahan atau transfer antibodi secara

pasif. Sementara itu vaksinasi adalah imunisasi aktif yaitu memberikan antigen untuk

merangsang respons antibodi. Dalam hal ini, vaksinasi adalah istilah yang lebih tepat.

I. VAKSINASI

A. ASPEK IMUNOLOGI IMUNISASI

Vaksin adalah suatu bahan berisi antigen (virus atau bakteri) yang dapat merangsang daya

tahan tubuh (imunitas) yang dihasilkan oleh sistem imun. Imunitas adalah kemampuan tubuh

manusia untuk menerima keberadaan bahan-bahan yang dimiliki dan dihasilkan oleh tubuh

itu sendiri (self) maupun menolak dan menghilangkan benda-benda asing yang berasal dari

luar tubuh (nonself). Kemampuan yang diskriminatif ini membuat tubuh dapat melindungi

dirinya dari penyakit infeksi.

Definisi penyakit infeksi sendiri adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman berupa

virus, bakteri, jamur, dan parasit yang berasal dari luar tubuh. Sistem imun tubuh mengenali

sebagian besar kuman sebagai benda asing yang harus dimusnahkan. Imunitas terhadap virus

atau bakteri ini ditandai dengan terbentuknya antibodi terhadap organisme kuman tersebut

sehingga umumnya bersifat spesifik terhadap organiisme tersebut. Inilah prinsip dasar

imunisasi: memberikan antigen lewat vaksin ke dalam tubuh sehingga tubuh merespons

dengan membentuk antibodi.

Imunitas atau kekebalan tubuh sendiri terdiri dari dua jenis yaitu imunitas aktif dan pasif.

Aktif adalah perlindungan yang dihasilkan sendiri oleh sistem imun tubuh seseorang.

Imunitas aktif memiliki kekebalan yang biasanya menetap dan berlangsung dalam jangka

panjang. Vaksin diciptakan untuk merangsang imunitas aktif.

Imunitas pasif adalah perlindungan yang berasal dari bahan bahan yang dibuat dari hewan

atau manusia dan disuntikkan ke dalam tubuh manusia. Umumnya, imunitas pasif bersifat

dapat memberikan perlindungan yang efektif tetapi tidak bertahan lama. Biasanya,

kemampuan perlindungannya hanya dalam waktu beberapa minggu atau bulan. Contoh

imunitas pasif adalah antibodi yang diberikan ibu hamil kepada janin yang dikandungnya

melalui plasenta (ari-ari), selama 1-2 bulan terakhir dari masa kehamilan. Antibodi buatan

1

Page 2: KAKE.docx

manusia, seperti immunoglobulin, juga termasuk jenis imunitas pasif. Antibodi buatan ini

diambil dari banyak donor dan antitoksin penyakit infeksi tertentu.

Terkait dengan imunitas, terdapat dua jenis respons imun yaitu respon imun innate dan

respon imun adaptif. Respins imun innate atau bawaan lahir tidak menjadi semakin kuat.

Walaupun sudah menghadapi serangan antigen berulang kali. Respons imun ini disebut juga

pertahanan tubuh non-spesifik. Sistem imun yang menghasilkan respon imun innate

merupakan pertahan pertama tubuh dalam menghadapi antigen, yang menjadi benteng terluar,

seperti kulit, selaput lendir (membran mukosa), rambut halus di luar saluran napas (silia),

produksi lendir (sekret), dan cairan yang dihasilkan jaringan dengan kandungan bahan-bahan

antimikroba.

Sebaliknya, respons imun adaptif akan menjadi semakin kuatsetiap menghadapi serangan

antigen berulang. Respon imun ini disebut juga pertahan tubuh yang spesifik. Keunggulan

sisttem imun adaptif adalah:

Mampu menangani antigen yang berhasil lolos dari sistem imun innate.

Menghasilkan respons yang spesifik terhadap antigen tertentu.

Kemampuannya yang spesifik dapat menghasilkan memori imunologis

Respon imun innate dan respons imun adaptif dihasilkan sistem imun saat tubuh

terinfeksi virus. Ketika virus masuk ke dalam tubuh. Seluruh bagian sistem imun bekerja

dengan menghasilkan respons imun innate seperti rambut halus dan selaput lendir di saluran

napas dan respons imun adaptif yang melibatkan respons imun humoral dan selular.

Kemudian, virus yang masuk akan ditangkap oleh nsel makrofag-bagian dari sistem imun

innate yang akan memberikan antigen kepada sel limfosit, yang disebut dengan antigen

presenting cell (APC).

Selanjutnya sel sel utama yang terlibat dalam respons imun adaptif, yaitu Limfosit B

(sel B) dan Limflosit T (Sel T) akan bekerja. Limfosit B akan berhadapan dengan antigen

sehingga mengubah reseptor Sel B menjadi sel plasma. Sel plasma akan menghasilkan

antibodi (imunoglobulin) yang spesifik terhadap virus yang menyerang tubuh dan

menghancurkan virus tersebut. Imunoglobulin dapat dibentuk oleh Sel B dengan rangsangan

antigen yang mengaktifkan sel T (T-independent).

Sementara itu, Limfosit T adalah bagian dari respons imun selular yang melibatkan

sel T helper (Th) atau CD4 dan T cytotoxic (cytotoxic T lymphocyte atau CTL) atau CD8.

2

Page 3: KAKE.docx

Respons imun selular ini akan bekerja dengan mengaktifkan sel Th dan CTL. Kemudian,

CTL akan berusaha untuk memusnahkan virus dengan menghancurkan sel-sel yang terinfeksi

dan menghasilkan sitokin-sitokin. Sementara, sel Th akan menghasilkan sitokin yang

berperan dalam reaksi peradangan (inflamasi) pada penyakit infeksi (oleh Th1) dan

merangsang Sel B untuk menghasilkan antibodi (oleh Th2).

Baik sel Th maupun CTL, berperan pada infeksi akibat mikroorganisme intraselular,

seperti infeksi virus, parasit dan beberapa bakteri tertentu. Kerja sama seluruh sel ini adalah

prinsip kerja sitem imun tubuh manusia. Cara kerja sistem imun tubuh ditunjukkan secara

jelas melaui gambar.

Kemampuan sistem imunitas dalam melindungi tubuh berbeda pada beberapa jenis

penyakit. Perlindungan terhadap penyakit tertentu, seperti campak, rubella, dan tetanus, lebih

baik dibandingkan penyakit lainnya, seperti polio dan pertusis. Inilah yang menjadi alasan

adanya perbedaan dalam penentuan jadwal pemberian vaksin. Misalnya polio dan tetanus

diberikan dalam 2 bulan pertama usia bayi, sedangkan campak dan rubella pada awal tahun

pertama usia bayi.

B. PRINSIP KERJA VAKSIN

Vaksin bekerja dengan meniru prinsip kerja sistem imun tubuh. Ketika tubuh

mendapatkan suntikan vaksin tertentu, reseptor pada sel limfosit akan mengenali antigen akan

berikatan dengan imunoglobulin di permukaan sel. Sementara itu, antigen T-dependent, akan

memicu rangkaian proses perubahan (transformasi) sel B dengan bantuan sel Th untuk,

kemudian berdiferensiasi menjadi sel plasma dan sel B memori.

Sel plasma adalah sel B matang penghasil antibodi (imunoglobulin). Ikatan antara

antigen-antibodi ini bekerja untuk menetralkan antigen sehingga sifat merusaknya (virulensi)

hilang atau membuat “kompleks antigen-antibodi” yang lebih mudah dimakan (difagositosis)

oleh makrofag. Ikatan antigen-antibodi juga mempermudah penghancuran (lisis) oleh CTL.

Selain imunoglobulin, sel B juga membentuk sel memori yang, kelak jika bertemu

(terpapar) lagi dnegan antigen serupa, akan lebih cepat memperbanyak diri (ber-proliferasi)

dan segera menghasilkan antibodi untuk menangkal virus/bakteri. Inilah tujuan dari

imunisasi. Meskiupun sel plasma yang terbentuk tidak berumur lama, kadar antibodi spesifik

3

Page 4: KAKE.docx

di dalam tubuh cukup tinggi sehingga dapat bersifat protektif untuk jangka waktu yang cukup

lama. Oleh karena itu, harus dilakukan imunisasi ulangan atau booster. Booster merupakan

upaya untuk mendapatkan kadar antibodi yang protektif dan tahan lama.

Respons imun primer adalah respons imun yang terjadi saat terpapar pertama kalinya

dengan antigen. Pada imunisasi, pemberian vaksin (jenis tertentu) untuk pertama kalinya,

diharapkan dapat merangsang terbentuknya respons imun primer. Respons imun sekunder

terjadi pada paparan berikutnya terhadap antigen yang sama. Pemberian vaksin lanjutan atau

terjadinya infeksi antigen alamiah (yang sebenarnya) dimaksudkan untuk memicu respons

imun sekunder. Pada respons imun sekunder, sel memori yang terbentuk diharapkan lebih

cepat menangani infeksi dan memberikan respons imun yang adekuat dan efektif. Antibodi

yang dibentuk pada respons imun primer terutama adalah immunoglobulin M (IgM),

sedangkan mayoritas antibodi pada respons imun sekunder adalah immunglobulin G (IgG).

C. PEMBAGIAN VAKSIN

Vaksin hidup dibuat dengan cara melemahkan virus hidup (virus Alamiah atau wild-type)

atau bakteri hidup yang dilakukan di dalam laboratorium. Dengan demikian, ketikan virus

yang telah dilemahkan dimasukkan ke dalam tubuh, tidak akan mampu membuat penyakit.

Namun, virus atau bakteri tersebut tetap mampu merangsang respons imun yang adekuat.

Contohnya adalah Vaksin Polio oral, vaksin campak, gondongan, rubella, MMR, cacar air/

varisela, rotavirus, BCG, influenza intra nasal, dan tifoid oral.

Mengingat vaksin virus masih mempunyai potensi memperbanyak diri, pemberiannya

dibatasi pada penderita penyakit yang menekan sistem imun, seperti HIV/ AIDS dan

leukimia, juga pada orang yang mendapatkan obat-obatan penekan sistem imun tertentu.

Selain itu, vaksin virus juga dipengaruhi kerjanya oleh pemberian antibodi (sintesis) sehingga

perlu diberikan dalam rentang waktu yang berjarak.

Jenis yang kedua adalah vaksin mati atau inaktif , yaitu vaksin yang bisa berupa virus

atau bakteri utuh yang dimatikan atau komponen komponennya saja. Misalnya, komponen

protein (toksin bakteri, protein selubung virus, protein permukaan) dan komponen

polisakarida (dari dinding sel saja atau dikonjugasikan dengan protein pembawa/carrier).

Vaksin mati tidak mempunyai potensi memperbanyak diri di dalam tubuh sehingga aman

diberikan kepada orang-orang yang mengalami penyakit yang menekan sistem imunnya.

4

Page 5: KAKE.docx

Vaksin mati juga tidak terlalu dipengaruhi oleh antibodi yang diberikan dari luar tubuh

sehingga dapat diberikan bersamaan atau dalam rentang waktu yang tidak terlalu jauh.

Vaksin mati selalu membutuhkan pemberian berulang (dosis multipel) karena suntikan

pertama belum menghasilkan kekebalan tubuh yang protektif baru dihasilkan setelah

pemberian kedua atau ketiga. Sifat vaksin mati ini berbeda dengan vaksin hidup yang respons

imunnya menyerupai infeksi alamiah. Contoh vaksin mati adalah:

Vaksin utuh atau whole cell, seperti vaksin polio suntik, vaksin hepatitis A, vaksin

influenza suntik, vaksin pertuis, dan vaksin tifoid.

Vaksin polisakarida, seperti vaksin Hib, vaksin pneumokokus, dan vaksin

meningokokus.

D. KANDUNGAN VAKSIN

Vaksin terdiri atas bahan aktif dan bahan tambahan (eksipien). Di dalanm sati vial (botol

atau sediaan, biasanya sebanyak 0,5 ml untuk dosis tunggal) vaksin berisi antara lain:

1. Bahan aktif yaitu virus atau bakteri yang merupakan antigen yang akan disuntikkan

atau diteteskan ke dalam tubuh sehingga akan merangsang antibodi terhadap antigen

tersebut. Tubuh diharapkan menjadi kebal terhadap penyakit akibat virus/bakteri itu

sehingga tidak menjadi sakit atau mengalami komplikasi akibatnya.bahan aktif bisa

berupa:

a. Virus utuh (misalnya virus hepatitis A, polio, campak, dan influenza).

b. Virus subunit (misalnya protein HbsAg virus hepatitis B dan protein L1 HPV

yang dibuat menjadi vaksin menggunakan teknologi DNA rekombinan).

c. Komponen dari bakteri (misalnya polikasarida dinding sel (pada bakteri

pneumokokus, Hib, meningokokus, dan tifoid) dan tiga jenis protein pada vaksin

pertusis aselular)

d. Toksin bakteri (misalnya toksoid difteri dan tetanus).

e. Bakteri utuh (misalnya bakteri mycobacterium bovis pada vaksin BCG).

2. Ajuvan yaitu bahan yang digunakan untuk meningkatkan respons imun vaksin.

Ajuvan bekerja dengan cara menjaga antigen berada tidak jauh di lokasi suntikan

sehingga mengoptimalkan sel-sel perangsang sistem imun bekerja dari lokasi ini.

5

Page 6: KAKE.docx

Penggunaan ajuvan dapat mengurangi jumlah antigen yang digunakan dalam satu

vaksin dan mengurangi frekuensi penyuntikan. Ajuvan sudah digunakan sejak

puluhan tahun yang lalu, dan bahan yang paling sering dipakai adalah alumunium

hidroksida sebagai ajuvan. Aluminium adalah bahan yang sehari hari berada di dalam

udara yang kita hirup, di dalam air yang kita minum, dan di dalam makanan.

Kandungan aluminium di dalam air susu ibu (ASI) bahkan lebih banyak dibandingkan

yang terdapat di dalam vaksin.

3. Pelarut, adalah cairan yang digunakan untuk melarutkan vaksin hingga konsentrasi

tertentu sehingga dapat disuntikkan/diteteskan masuk ke dalam tubuh. Bahan yang

digunakan adalah air (air untuk injeksi, air steril, akuabides) atau natrium (sodium),

klorida, seperti bisa dilihat di dalam tabel eksipien. Natrium klorida adalah komponen

elektrolit utama di dalam cairan tubuh manusia. Rasanya asin seperti garam.

4. Stabilisator (stabilizers) adalah bahan tambahan (eksipien) yang berfungsi menjaga

bahan aktif dan komponen-komponen lainnya tetap stabil (terjaga kualitasnya), sejak

proses produksi, tansportasi, sampai penyimpanan, selama belum digunakan. Bahan

ini menjaga vaksin dari perubahan suhu lingkungan dan mencegah komponen vaksin

melekat pada dinding kemasan (vial). Contoh stabilizer adalah laktosa dan sukrosa

(gula), glisin dan monosodium glutamate/MSG (golongan asam amino) dan albumin

(salah satu jenis protein). Bahan bahan lainnya adalah gelatin (protein), polisorbat 80

dan polialkohol. Gula, asam amino (molekul penyusun protein), dan protein adalah

bagian dari penyusun tubuh manusia dan makronutrien yang dikonsumsi sehari-hari.

Stabilizer berupa gelatin adalah salah satu bahan yang menjadi kontroversi bagi umat

islam, karena dibuat dari kuku atau kulit babi. Pertemuan ulama internasional yang

dilakukan yang dilakukan di kuwait pada 1995 sudah menyimpulkan bolehnya

menggunakan bahan ini karena mendasarkan pada prinsip istihalah. Bab 6

menjelaskan hal ini lebih detail.

5. Pengawet, digunakan untuk mencegah kontaminasi (pencemaran) bakteri dan/atau

jamur ke dalam vaksin. Kontaminasi yang terjadi justru dapat menjadi sumber infeksi

ke dalam tubuh manusia yang berpotensi membahayakan. Tidak semua vaksin

mengandung pengawet. Vaksin multi-dosis (satu vial mengandung volume yang

banyak , ditujukan untuk penggunaan kepada beberapa orang) yang biasanya

menggunakan pengawet. Contoh pengawet adalah timerosal (atau tiomersal),

fenoksietanol, dan fenol. Timerosal adalah bahan yang mengandung merkuri (raksa)

dan salah satu topik perdebatan antara kelompok pro dan kontra (anti-imunisasi).

6

Page 7: KAKE.docx

Merkuri yang dikandungnya adalah etil merkuri, bukan metil merkuri yang sering

didapatkan sebagai logam berat pencemar lautan dan beresiko meracuni tubuh

(khususnya sitem saraf) dalam jumlah besar. Timerosal juga sudah dibuktikan tidak

berhubungan dengan kejadian autisme.

6. Komponen-komponen trace, yaitu bahan-bahan yang digunakan saat proses produksi

vaksin, sejak tahap awal (kultur/biakan sel) sampai akhir, yang tidak memiliki fungsi

di dalam produk akhir vaksin, tetapi masih dapat terdeteksi di dalam cairan vaksin,

walaupun dalam jumlah yang sangat sedikit dan tidak mempunyai pengaruh terhadap

tubuh. Contoh trace components ini adalah sebagai berikut.

a. Cairan dari kultur sel, misalnya media hanks 199 di salam vaksin hepatitis A.

b. Protein telur, yaitu di dalam vaksin influenza karena virus dibiakkan di dalam

embrio telur ayam.

c. Kapang/yeast yaitu tempat protein HbsAg diperbanyak untuk membuat virus

hepatitis B.

d. Antibiotik misalnya neomisin, kanamisin, dan polimiksin B. Antibiotik digunakan

saat proses pembuatan vaksin untuk mencegah kontaminasi bakteri, khususnya

pada vaksin yang bahan aktifnya virus (vaksin virus) seperti varisela, campak, dan

MMR.

e. Inactivating agents yaitu bahan yang digunakan untuk mematikan

(menonaktifkan) virus, bakteri, dan toksin bakteri sehingga tidak mempunyai

potensi menginfeksi manusia, tetapi tepat dapat merangsang respons imun. Bahan-

bahan ini digunakan dalam pembuatan vaksin mati dan toksoid, misalnya vaksin

difteri (toksoid), tetanus (toksoid), hepatitis A (virus mati) dan polio suntik atau

IPV (virus mati). Formaldehid (formalin) juga salah satu bahan perdebatan karena

penggunaannya salah satunya sebagai pengawet mayat. Faktanya kandungan

formalhedid di dalam darah manusia 10 kali lebih banyak dibandiingkan dengan

yang terdapat di dalam vaksin.

E.PRODUKSI VAKSIN

Setiap jenis vaksin mempunyai alur produksi yang berbeda beda, sesuai dengan jenis antigen

yang digunakan. Namun secara umum, proses produksi terdiri dari beberapa tahap:

Persiapan seed (benih/bibit)

7

Page 8: KAKE.docx

Kultivasi (penanaman):

Penen;

Inaktivasi;

Formulasi;

Pengisian dan pengemasan

Sebagai contoh. Adalah pembuatan vaksin meningokokus. Setelah persiapan seed, bakteri

meningokokus akan ditanam dalam media kultur yang akan menjadi master seed lot, yaitu

suspensi (larutan) berisi menongokokus serotipe tertentu. Lalu master seed lot akan menjadi

working seed lot dan diproses hingga tahap berikutnya, yaitu panen vaksin di dalam

bioreaktor/fermentor. Proses pun berlanjut pada tahap mematikan kuman-jika produknya

adalah vaksin mati.

Kemudian dilanjutkan dengan beberapa tahap pemurnian (purifikasi) hingga terbentuk

bulk akhir. Bulk akhir akan ditambahkan pengawet stabilizer dan ejuvan hingga diperolehlah

produkakhir vaksin. Inilah proses singkat pembuatan vaksin. Semua proses ini harus berjalan

sesuai panduan yang dibuat oleh WHO dan dapat diakses semua orang di internet.

Diantara proses produksi vaksin, persiapan seed sering kali mengundang kontroversi.

Hal ini terkait dengan penggunaan berbagai jaringan biologis hewan dan manusia. Termasuk

bahan yang bersumber dari babi seperti tripsin. Lalu mengapa beberapa jenis vaksin

menggunakan tripsin babi dalam pembuatan seed dan apa resikonya?

Sebelum memahami peran dan fungsi tripsin, terlebih dahulu kita harus memahami

bahwa dalam kultur sel sehingga jumlah sel yang dihasilkan akan jauh lebih banyak

dibandingkan sebelumnya. Cell banking ini akan sangat penting karena vaksin dibuat untuk

diberikan kepada jutaan orang. Cell banking terdiri dari proses melipatkgandakan sel dan

membagi hasil biakan ke dalam wadah baru yang lebih kecil sebagai persediaan induk sel

yang akan digunakan untuk membuat vaksin.

Dalam proses ini, tripsin dapat digunakan apabila diperljukan untuk pemanenan virus,

salah satu sumber tripsin adalah prankeas babi. Namun tripsin merupakan substansi yang

telah diproses sedemikian rupa menjadi bentuk transformasi (perubahan) molekul sehingga

tidak sama dengan babi sebagai hewan utuh.tripsin ini juga tidak boleh ada di dalam produk

vaksin karena dapat mengganggu proses produksi vaksin dan mempengaruhi potensi vaksin.

8

Page 9: KAKE.docx

Tripsin bersifat katalisator sehingga jika tidak dibersihkan dapat merusak tahap tahap

pembuatan vaksin berikutnya. Oleh karena itu, pada tahap tahap selanjutnya dilakukan

penambahan larutan dengan volume besar sebagai proses pemurnian sehingga tripsin tidak

terdeteksi lagi di produk vaksin.

Terkait isu penggunaan bahan bersumber babi, Deputi Produk Terapeutik dan

NAPZA BPOM RI menganalogikan peran tripsin dalam vaksin layaknya sabit rumput.

Tripsin dapat digunakan untuk menyabit (detaching ) virus dari sel tempat pembiakannya.

Setelah virih di[pisahkan dari sel tempatnya tumbuh, akan dicuci sampai tidak ada lagi

molekul tripsin yang tersisa karena tripsin akan mengganggu proses berikutnya. Isu halal-

haram vaksin yang dicuatkan oleh indonesia di forum internasional sehubungan dengan

vaksin meningitis untuk calon jemaah haji telah mendorong produsen vaksin dari berbagai

negara untuk menghasilkan produk vaksin bebas dari bahan hewani (free animal substance).

Pemerintah telah menyediakan vaksin yang terbukti aman, berkhasiat, dan berkualitas

demi menjaga kesehatan masyarakat. Menurutnya, tindakan menolak imunisasi

sesungguhnya tidak hanya beresiko bagi kesehatn diri sendiri, namun juga terhadap orang

lain dan lingkungan sekitarnya.

F. CARA PEMBERIAN VAKSIN

Pemberian vaksin dapat dilakukan dengan cara disuntikkan ke dalam otot

(intramuskular), disuntikkan di bawah lapisan kulit (subkutan) atau disuntikkan ke dalam

lapisan kulit terluar hingga menggembungkan kulit (intrakutan). Ada pula vaksin yang

diberikan dengan cara diteteskan. Melalui mulut (oral).

Cara pemberian tersebut dapat ditentukan berdasarkan jenis vaksinnya, yaitu vaksin

hidup dan vaksin mati. Umumnya, vaksin mati disuntikkan secara intramuskular, sedangkan

vaksin hidup disuntikkan secara subkuntan. Cara pemberian vaksin yang tersedia di indonesia

dijelaskan secara lebih rinci pada tabel:

VAKSIN VOLUME DOSIS LOKASI PEMBERIAN

Difteri, pertusis, dan tetanus

(DPT, Dpat, TT, Td, dan

yang dikombinasikan dengan

0,5 ml Intramuskular (IM)

9

Page 10: KAKE.docx

Hib, hepatitis B dan polio

suntik)

Haemophilus influenza tipe b

(Hib)

0,5 ml IM

Hepatitis A ≤ 18 tahun:

0,5 ml

≥ 20 tahun:

1 ml

IM

Hepatitis B ≤ 19 tahun

0,5 ml

≥ 20 tahun

1 ml

IM

Human papillomavirus

(HPV)

0,5 ml IM

Influenza mati (trivalen) 6-35 bulan:

0,25 ml

≥ 3 tahun

0,5 ml

IM

VAKSIN VOLUME DOSIS LOKASI PEMBERIAN

Campak, gondongan, rubella

(campak tunggal maupun

MMR)

0,5 ml Subkutan (SC)

Meningokokus konjugat

(MCV)

0,5 ml IM

Meningokokus (polisakarida)

(MPS)

0,5 ml SC

Pneumokokus konjugat

(PCV)

0,5 ml IM

Pneumokokus (polisakarida) 0,5 ml IM / SC

10

Page 11: KAKE.docx

(PPS)

Polio hidup (OPV) 2 tetes Oral

Polio mati (IPV) 0,5 ml IM / SC

Rotavirus Rotarix: 1 ml

Rotateq: 2 ml

Oral

Varisela (cacar air) 0,5 ml SC

BCG 0,5 ml Intrakutan

Untuk suntikan subkutan (SC) pada anak yang berusia dibawah 12 bulan, penyuntikan

dilakukan di paha atas sedangkan anak yang berusia di atas 12 bulan, disuntik di bagian

lengan atas. Namun, menyuntik anak berusia di bawah 12 bulan di bagian lengan atas dan

anak di atas 12 bulan di paha atas tetap diperbolehkan. Untuk suntikan intramuskular (IM)

pada anak yang berusia di bawah 12 bulan, penyuntikan dapat dilakukan di paha atas. Pada

anak berusia 1-2 tahun, penyuntikkan dapat dilakukan di paha atas atau lengan atas (bahu).

Begitu pula dengan anak berusia 19 tahun ke atas penyuntikan dilakukan di lengan atas

(bahu).

Pemberian vaksin secara bersamaan (pada hari yang sama) atau imunisasi simultan

adalah memberikan lebih dari satu suntikan dalam satu waktu. Imunisasi stimultan terbukti

tidak mengurangi respons imun ataupun menigkatkan resiko efek samping (kejadian ikutan

pasca imunisasi-KIPI), baik antarvaksin hidup dengan vaksin hidup lainnya,vaksin hidup

dengan vaksin mati, maupun antarvaksin mati. Semua vaksin dapat diberikan secara

bersamaan.

Terkecuali vaksin yang diteteskan lewat mulut, seperti vaksin polio oral dan vaksin

rotavirus. Pemberian vaksin hidup yang ditetskan tidak memerlukan jeda waktu minimal

dengan pemberian vaksin hidup lainnya, baik yang disuntikkan maupun yang diteteskan.

Sementara itu, pada pemberian vaksin mati, tidak memerlukan jeda waktu dengan pemberian

vaksin mati lainnya ataupun vaksin hidup.

11

Page 12: KAKE.docx

Pada imunisasi simultan, lebih disarankan untuk menyuntikkan vaksin pada bagian

tubuh yang berbeda, seperti pada paha kanan dan paha kiri serta lengan kanan dan lengan

kiri. Untuk bayi dan balita, apabila lebih dari satu lokasi, yang dipilih adalah paha.

Pada anak dan orang dewasa, suntikan secara simultan dapat dilakukan di lengan

atas/bahu karena otot deltoid yang terdapat di bagian lengan atas/bahu karena otot deltoid

yang terdapat di bagian lengan atas/bahu sudah bisa menerima lebih dari satu suntikan.

Namun, perlu diberi jarak antartitik suntikan yang satu dengan suntikan lainnya. Jarak

antarsuntikan minimal satu inci.

Imunisasi simultan adalah hal penting dalam program imunisasi karena meningkatkan

peluang seorang anak diimunisasi tepat waktu dan lengkap. Dari sebuah penelitian yang

dilakukan saat terjadi wabah campak pada awal tahun 1990-an menyimpulkan bahwa sekitar

sepertiga kasus campak yang terjadi, sebenarnya dapat dicegah apabila vaksin campak

(MMR) diberikan secara simultan dengan vaksin lainnya.

G. JADWAL IMUNISASI DAN INTERVAL PEMBERIAN ANTARVAKSIN

Di Indonesia terdapat dua jadwal imunisasi yang dapat dijadikan panduan, yaitu

jadwal dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan kementrian kesehatan, jadwal

imunisasi dari kemenkes disusun berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 42 tahun 2013 tentang penyelenggaraan imunisasi. Selain jadwal imunisasi

yang dikeluarkan oleh IDAI, perhimpunan ahli penyakit dalam indonesia (PAPDI) juga telah

mengeluarkan rekomendasi imunisasi untuk dewasa.

12

Page 13: KAKE.docx

JADWAL IMUNISASI REKOMENDASI KEMENKES RI

Jadwal imunisasi dari kemenkes disusun berdasarkan vaksin yang tersedia secara

cuma-cuma di tingkat layanan kesehatan dasar, seperti posyandu. Selain itu, jadwal imunisasi

juga ditujukan untuk mencapai target cakupan imunisasi yang ditentukan oleh kemenkes dan

WHO. Jadwal imunisasi IDAI disusun untuk kepentingan paling optimal dari setiap anak

indonesia sehingga menyebutkan seluruh jenis vaksin, termasuk yang tidak disediakan secara

cuma-cuma oleh pemerintah.

13

UMUR JENIS

0 bulan Hepatitis B (HB) 0

1 bulan BCG, polio 1

2 bulan DPT-HB-Hib 1, Polio 2

3 bulan DPT-HB-Hib 2, polio 3

4 bulan DPT-HB-Hib 3, polio 4

9 bulan Campak

18 bulan DPT-HB-Hib-3

24 bulan campak

Page 14: KAKE.docx

II. KONTROVERSI IMUNISASI

MITOS

vaksin bukan saja sangat berbahaya, tetapi bagi kaum muslim, vaksin tidaklah halal.

FAKTA

Sebelum beredar di pasaran, vaksin telah melalui BPOM dan LPPOM MUI

Ditinjau dari Syariat Islam imunisasi tidak bisa dilepaskan dari Halal Haram Vaksin.

Secara umum, Bahan bersumber babi/porcine dalam vaksin digunakan dalam tiga keadaan.

1. Enzim dari porcine digunakan sebagai “nutrisi” pada media biakan (kultur) untuk

memperbanyak jumlah sel; yaitu pada pembuatan vaksin meningokokus

2. Tripsin babi digunakan untuk melepaskan virus dari media pembiakannya seperti

pada pembuatan vaksin polio dan vaksin rotavirus

3. Gelatin babi digunakan sebagai stabilizer yaitu untuk menjaga bahan aktif vaksin dari

kerusakan saat proses pembuatan transportasi, dan penyimpanan akibat dari

perubahan suhu lingkungan. Stabilizer juga berfungsi untuk menjaga kandungan virus

dalam vaksin agar terdistribusi secara merata di dalam vial vaksin. Gelatin dibuat

melalui ekstraksi kolagen (protein yang paling banyak dalam tubuh) dari tulang, kulit,

atau kuku babi. Hanya sedikit vaksin yang menggunakan gelatin babi sebagai

stabilizer dan kebanyakan vaksin tersebut tidak digunakan di indonesia, seperti vaksin

varisela, vaksin MMR, dan vaksin herpes zoster, karena tidak diimpor masuk ke

indonesia. Kebanyakan vaksin yang ada di indonesia dibuat dengan menggunakan

gula seperti sukrosa dan laktosa sebagai stabilizer.

Ulama ulama dari berbagai negara pernah melakukan beberapa kali pertemuan untuk

membahas penggunaan bahan bersumber babi pada produk vaksin, antara lain sebagai

berikut:

1. Pada 1995, WHO Regional Mediterania Timur menghadiri seminar yang

diselenggarakan oleh Islamic Organization for Medical Sciences di Kuwait dengan

tajuk “The Judicially Prohibited and Impure Substances in Foodstuff and Drugs”

(kandungan Bahan Najis dan Haram dalam Makanan dan Obat-obatan). Pertemuan ini

dihadiri oleh 112 ahli fiqih (hukum islam) dari berbagai negara, antara lain mesir,

tunisia, oman, arab saudi, qatar, libanon, pakistan, kuwait, dan turki. Salah satu fokus

14

Page 15: KAKE.docx

pembahasannya adalah mengenai Gelatin yang dibuat dari bahan haram (babi) yaitu

perubahan (transformasi) dalam artian konversi dari satu substansi lainnya yang

berbeda karakteristiknya dan mengubah substansi yang awalnya haram menjadi

substansi murni baru yang diizinkan. Dalam fiqih islam, konsep ini dikenal dengan

istihalah. Dari pertemuan tersebut disimpulkan: gelatin yang dibuat dari transformasi

tulang, kulit, dan tendon (jaringan ikat) hewan haram diizinkan untuk dimakan.

Contoh yang diberikan adalah gelatin sebagai bahan kapsul obat yang ditelan. Sebuah

catatan tambahan bahwa vaksin yang mengandung gelatin babi sebagai stabilizer

tersebut tidak dimakan (ditelan/diteteskan ke mulut) tapi disuntikkan.

2. Pada tanggal 1-7 juli 2003, European Council of Fatwa and Research (konsil fatwa

dan penelitian di eropa) mengadakan pertemuan reguler ke-11 di Stockholm, swedia

dan mngeluarkan fatwa untuk menanggapi penggunaan tripsin dalam vaksin polio

oral. Para pakar juga mengomentari fatwa yang dikeluarkan oleh beberapa ulama,

khususnya di asia timur, yang menyatakan Vaksin polio tidak boleh diberikan karena

adanya penggunaan tripsin babi. Keputusan yang diambil dalam pertemuan tersebut

adalah sebagai berikut:

a. Allah SWT. Mengharamkan babi (ayat-ayat yang terkait disebutkan dibawah)

sedangkan tripsin bukan babi

b. Apabila tripsin dianggap haram, jumlah tripsin yang digunakan dalam pembuatan

vaksin sangatlah sedikit untuk membuat perbedaan, dianalogikan ke dalam

prinsip fiqih “apabila jumlah air melebihi dua kulah, keharamannya tidak

memengaruhi lagi. Disebut dengan istilah istikhlak

c. Seandainya tripsin jelas keharamannya dan terlarang, tripsin yang digunakan pada

vaksin sudah dimurnikan sampai tidak terdeteksi kandungannya dalam produk

akhir vaksin.

d. Jika tiga alasan tersebut masih dipertentangkan, imunisasi polio dibolehkan

dengan prinsip darurat (hukum dhorurot) seperti ayat-ayat yang dijelaskan pada

halaman selanjutnya.

Pada januari 2004 Organisasi Konferensi Islam (OKI) merilis fatwa yang dikeluarkan

oleh Akademi Fiqih Islam mengenai imunisasi dan inokulasi (penyuntikan) serum dari bahan

hewan dalam sebuah laporan berjudul “aturan syariah terhadap vaksinasi menggunakan

15

Page 16: KAKE.docx

serum hewan yang berasal dari daging babi”. Fatwa ini terutama menggunakan prinsip

istilahah.

Maka dapat disimpulkan bahwa fiqih islam menggunakan tiga prinsip untuk menyatakan

kehalalan suatu vaksin yaitu sebagai berikut:

1. Istihalah yaitu transformasi substansi yang haram dan/atau najis menjadi tidak

haram/najis . misalnya pada penggunaan gelatin sebagai stabilizer dalam vaksin dan

sebagai bahan dasar kapsul obat.

2. Istihlak yaitu substansi yang haram/dan atau najis menjadi tidak haram dan atau najis

karena terlarut oleh air dalam jumlah banyak. Misalnya tripsin babi yang sudah

dimurnikan dalam pembuatan vaksin sehingga tidak terdeteksi kandungannya di

dalam produk akhir.

3. Darurat yaitu substansi tersebut dianggap haram, tetapi ketika tidak ada

pilihan/pengganti lain dan harus tetap menggunakannya diizinkan dalam islam.

Berikut adalah beberapa ayat Al-quran yang membahas mengenai haramnya babi dan

prinsip darurat yang menjadi salah satu landasan halalnya vaksin.

Sesungguhnya Allah SWT hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging

babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. tetapi, barang siapa

dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak pula

melampaui batas, tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha

Penyayang. (QS Al-Baqarah 2:173)

16

Page 17: KAKE.docx

Katakanlah: “tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu

yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai,

atau darah yang mengalir atau daging babi karena sesungguhnya semua itu kotor atau

binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barang siapa yang dalam keadaan

terpaksa sedang dia tidak mengunginkannya dan tidak (pula) melampaui batas,

sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-An’am 6:145)

Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan atasmu (memakan) bangkai, darah,

daging babi, dan apa yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah. Tetapi barang

siapa yang terpaksa memakannya dengan tidak menganiaya dan tidak pula melampaui batas,

sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Nahl 16:115)

Agama Islam menempatkan kesehatan manusia sebagai prioritas. Status kehalalan

vaksin sudah beberapa kali dibahas oleh para ulama internasional dan memberikan dukungan

terhadap vaksin dan imunisasi.

Agama Islam adalah agama yang mudah dan tidak kaku, Allah tidak menghendaki kesulitan kepada hambanya. Allah Ta’ala berfirman,

“Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan.”[Al-Hajj: 78]

17

Page 18: KAKE.docx

MEMAHAMI DAN MENGHAYATI TUNTUNAN

Dengan menyimak secara seksama tuntutan diatas, maka dapat diambil butir-butir yang

bermakna untuk kita pahami dan hayati.

Petunjuk atau perintah dalam surat ini adalah dalam konteks “memakan”. Artinya kita

dilarang memakan makanan yang ditetapkan “haram”. Sebagaimana firman Allah

diatas. Memakan berarti memasukkan ke mulut, menelan sampai dalam perut yang

tujuannya untuk memenuhi kebutuhan gizi tubuh yang akan dimanfaatkan untuk

kelangsungan kehidupan. Sebenarnya pemahaman kita ini diperjelas oleh ayat

sebelum Al-Baqarah ayat 173 dan An-Nahl ayat 115 tersebut diatas, yaitu Al-Baqarah

ayat 172 dan An-Nahl 114. Bahkan Allah memperingatkan orang-orang beriman agar

hanya memakan yang halal lagi baik (halalan thoyyibah) yang telah direzekikan-Nya.

Baru kemudian wahyu ini berlanjut dengan peringatan dilarang memakan makanan

yang diharamkan tersebut. Jadi ketentuan haram diberlakukan untuk memakan

makanan yang diperlukan untuk kebutuhan perut. Akibatnya kita tidak mudah

memahami bahwa ketentuan “diharamakan” ini juga berlaku untuk upaya pencegahan

penyakit seperti imunisasi ini.

Orang-orang yang beriman diharuskan mengonsumsi makanan yang halalan thoyyibah

yang direzekikan untuk mereka dan diharamkan bagi mereka bangkai, darah, daging babi

dan hewan yang disembelih dengan tidak menyebut nama Allah (QS. Al-Baqarah 172,

173, dan QS. An-Nal 114, 115)

Petunjuk haram adalah karena yang dilarang tersebut adalah kotor dan tidak kondusif

untuk tubuh. Dalam surat Al-A’raf ayat 157 disebutkan bahwa umat islam disuruh

mengerjakan yang makruf dan melarang yang munkar serta menghalalkan yang baik

dan mengharamkan segala yang kotor. Jadi makanan yang diharamkan adalah

tergolong kotor dan tidak mungkin dikonsumsi umat muslim

Petunjuk haram adalah untuk mendidik perangai manusia agar berperilaku baik sesuai

kodrat manusia sebagai makhluk ahsani taqwin yang mendapat amanah khalifatullah

jadi adalah tak layak seseorang akan mengonsumsi hewan tanpa seizin Allah. Dan

sangat dilarang mengikuti cara-cara yang dianut syaitan. Dalam surat Al-Baqarah ayat

168 Allah berfirman bahwa kita harus memakan yang halalan thoyyibah dan jangan

mengikuti langkah-langkah syaitan.

18

Page 19: KAKE.docx

Ketentuan haram juga tidak mutlak diberlakukan. Allah memberi dispensasi untuk

memakan yang haram, asalkan terpaksa dan kita tidak menginginkannya serta tidak

melampaui batas. Peringatan Allah ini memberi petunjuk kepada kita bahwa kita

harus berupaya untuk menjaga keselamatan diri. Jangan tubuh kita sampai binasa

akibat tidak ada yang dimakan.

Demikian sekelumit tuntunan yang amat penting kita pahami dan hayati. Allah menuntun

hamba-Nya menuju kemuliaan hidup sehat walafiat. Maha besar Allah dengan segala

firmanNya.

Tuntunan haram adalah dalam konteks memakan atau mengonsumsi makanan untuk

memenuhi kebutuhan perut dan Allah masih memberi dispensi halal apabila ketiadaan yang

dimakan tidak menginginkan dan tidak berlebihan.

BAGAIMANA STATUS HUKUM VAKSIN?

BENARKAH HARAM DAN TIDAK AMAN?

Setelah memahami ketentuan-ketentuan diatas maka kita dapat menilai status hukum untuk

vaksin. Apakah haram dan tidak aman? Mari kita simak ketentuan berikut:

Pertama adalah bahwa vaksinasi bukanlah proses “memakan” untuk memenuhi

kebutuhan perut atau untuk memenuhi asupan nutrisi tubuh. Buksn untuk memenuhi

nafsu perut, untuk mendapatkan kekenyangan, kenikmatan, dan kepuasan. Tapi

vaksinasi bertujuan untuk mendapatkan kekebalan tubuh, agar mampu mencegah

infeksi menular yang berbahaya. Ada contoh kongkrit yang telah diakui semua umat

muslim bahwa yang haram menjadi halal karena tujuan dan prosesnya berbeda yakni

pemberian darah. Darah adalah haram apabila dimakan untuk memenuhi kebutuhan

perut, tapi menjadi halal apabila ditransfusikan. Yakni pemberian darah melalui

pembuluh darah dengan tujuan pengobatan. Jadi dapat disimpulkan bahwa kita tidak

mudah memahami bahwa vaksinasi diberlakukan sebagai sesuatu yang haram untuk

dilaksanakan. Memang ada keraguan bagi kita karena adanya vaksinasi yang

pemberiannya melalui proses memakan (peroral) seperti vaksin polio. Tapi

bagaimanapun kita harus memahami bahwa tujuannya bukan memenuhi kebutuhan

perut untuk mendapatkan kekenyangan dan kepuasan, tapi adalah untuk

meningkatkan imunitas tubuh.

Kedua adalah bahwa vaksin tidak lagi mengandung bahan yang utuh sebagai bahan

yang diharamkan. Vaksin yang mengandung bahan dari babi telah melalui proses

19

Page 20: KAKE.docx

pengolahan secara kimiawi. Jadi telah melalui proses pembersihan, pemilahan, dan

pemurnian, sehingga unsur-unsur dalam vaksin sudah berupa komponen, nama dan

sifatnya. Kita simak contoh-contoh dalam kehidupan umat manusia yang

menunjukkan bahwa proses haram berubah menjadi halal setelah melalui proses

pengolahan. Contoh pertama adalah air minum untuk masyarakat perkotaan (air

PAM) yang telah diolah sehingga statusnya adalah halal. Padahal sumber air sebelum

diolah tentu ada yang kotor yang mengandung najis atau bangkai. Contoh kedua

adalah ikan kolah yang dipupuk dengan tinja manusia (jamban cemplung). Disini

masyarakat kita menganggap ikan tersebut adalah halal walaupun sudah memakan

tinja. Demikian juga ayam kampung yang sangat mungkin memakan bahab bahan

kotor yang tentu juga haram tetapi ayam tersebut tetap halal. Jadi tubuh ikan dan

tubuh ayam berperan sebagai mesin pengolah. Akhirnya dapat kita simpulkan bahwa

vaksin yang pembuatannya mengandung bahan yang diharamkan, akan melalui proses

pengolahan sehingga bahan yang diharamkan tersebut telah berubah komponen, sifat

dan namanya. Jadi kita masih berpikir lain bahwa vaksin tersebut masih berstatus

haram.

Ketiga adalah bahwa vaksin telah dijamin tidak mengandung bahan-bahan kimia yang

berbahaya. Bahan-bahan pendukung yang biasanya ada dalam vaksin seperti

Aluminium (untuk meningkatkan efektivitas vaksin), Gelatin (menjaga stabilitas),

Thimerosal (untuk mencegah kontaminasi), dan lain-lain, sudah dijamin berada dalam

batas kadar yang aman. Jadi keamanan dan kemurnian vaksin sangat tergantung dari

kualitasnya memproduksi oleh produksinya oleh perusahaan yang membuatnya. Juga

sangat bergantung pada kualitas kinerja badab pengawas yang ada di setiap negara

(food and drug administration) dan teknis pengangkutan, penyimpanan, dan

pemberian oleh tenaga-tenaga medis yang melaksanakannya. Jadi kalau kualitas

produksi, pengawasan, pengangkutan, penyimpanan dan pemberian vaksin rendah,

maka jelas vaksin tersebut tidak aman atau tidak efektif.

Vaksin yang pembuatannya mempergunakan bahan yang diharamkan, telah melaui proses

pengolahan secara bioteknologi, sehingga bahan tersebut telah berubah nama dan sifatnya

serta telah berubah tujuan penggunaannya.

Menyimak uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa vaksin tanpa memandang asal-

usul bahan pembuat, maka dapat kita pergunakan. Karena tujuannya jelas, yakni untuk

melindungi tubuh dari kerusakan akibat serangan penyakit infeksi menular. Namun,

20

Page 21: KAKE.docx

penggunaan vaksin justru dilarang atau diharamkan, apabila vaksin tersebut sudah jelas tidak

terjamin keamanannya, baik dalam aspek pengangkutan, penyimpanan dan pembuatannya,

karena dapat merusak tubuh. Tentang adanya keraguan bahwa vaksin yang pada

pembuatannya, karena dapat merusak tubuh. Tentang adanya keraguan bahwa vaksin yang

pembuatannya ada unsur babi, maka Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengizinkan

perusahaannya, asal belum ada penggantinya. MUI juga berharap agar di masa mendatang,

para ahli yang muslim mampu membuat vaksin tanpa ,mempergunakan bahan-bahan yang

diharamkan dan cara pembuatannya yang kondusif dengan tuntutan syariah islam.

21