Upload
wiky-wijaksana
View
17
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
kasus 3 gadar
Citation preview
1. HIPOVOLEMIA (Kekurangan Volume Cairan)
a. Pengertian
Kekurangan Volume cairan (FVD) terjadi jika air dan elektrolit hilang pada proporsi yang sama
ketika mereka berada pada cairan tubuh normal sehingga rasio elektrolit serum terhadap air tetap
sama. (Brunner & suddarth, 2002).
1) Hipovolemia adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan ekstraseluler (CES).
2) Hipovolemia adalah penipisan volume cairan ekstraseluler (CES)
3) Hipovolemia adalah kekurangan cairan di dalam bagian-bagian ekstraseluler (CES)
b. Etiologi
Hipovolemia ini terjadi dapat disebabkan karena :
1) Penurunan masukan.
2) Kehilangan cairan yang abnormal melalui : kulit, gastro intestinal, ginjal abnormal, dan lain-
lain.
3) Perdarahan.
c. Patofisiologi
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan elektrolit ekstraseluler
dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi seperti ini disebut juga hipovolemia.
Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan
perpindahan cairan interseluler menuju intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan cairan
ekstraseluler. Untuk untuk mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan cairan
intraseluler.1
Secara umum, defisit volume cairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kehilangan cairan
abnormal melalui kulit, penurunan asupan cairan, perdarahan dan pergerakan cairan ke lokasi
ketiga (lokasi tempat cairan berpindah dan tidak mudah untuk mengembalikanya ke lokasi
semula dalam kondisi cairan ekstraseluler istirahat). Cairan dapat berpindah dari lokasi
intravaskuler menuju lokasi potensial seperti pleura, peritonium, perikardium, atau rongga sendi.
Selain itu, kondisi tertentu, seperti terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan, dapat
terjadi akibat obstruksi saluran pencernaan.
Takipnea adalah frekuensi pernapasan yang cepat, lebih cepat dari pernapasan normal (12 hingga
20 kali per menit) yang dapat muncul dengan atau tanpa dyspnea. Takipnea (tachypnea) adalah
pernapasan abnormal cepat dan dangkal, biasanya didefinisikan lebih dari 60 hembusan per
menit.
Pernapasan abnormal cepat adalah gejala yang sering disebabkan oleh penumpukankarbon
dioksida dalam paru-paru. Setiap kali kemampuan untuk membuang karbon dioksida (CO2)
menurun, terjadi penumpukan CO2 dalam darah. Hasilnya adalah asidosis pernapasan, yang
merangsang pusat pernapasan di otak Anda untuk meningkatkan frekuensi napas dalam upaya
menormalkan pH darah. Kontras denganbradipnea.
Oliguria adalah produksi urin sedikit, biasanya kurang dari 400 ml / hari pada orang dewasa, dan
dapat menjadi salah satu tanda awal dari gagal ginjal dan masalahurologi lainnya atau
penyumbatan di dalam saluran kemih. Kondisi ini dapat diobati dengan diagnosis yang tepat dan
pengobatan. Oliguria dapat menjadi prekursor untuk Anuria, yaitu tidak adanya produksi urin
atau urin sangat sedikit.
Infus intraosseous (IO) adalah proses menyuntikkan langsung ke dalam sumsum tulang untuk
memberikan titik masuk non-dilipat ke dalam sistem vena sistemik. [1] Teknik ini digunakan
dalam situasi darurat untuk memberikan cairan dan obat-obatan ketika akses intravena tidak
tersedia atau tidak layak. Sebuah perbandingan intravena (IV), intramuskular (IM), dan
intraosseous (IO) rute administrasi menyimpulkan bahwa intraosseous rute lebih unggul [2]
intramuskular dan sebanding dengan pemberian intravena.
CAIRAN TUBUH
Air (H20) merupakan komponen utama yang paling banyak terdapat di dalam tubuh
manusia. Sekitar 60% dari total berat badan orang dewasa terdiri dari air. Namun bergantung
kepada kandungan lemak & otot yang terdapat di dalam tubuh, nilai persentase ini dapat
bervariasi antara 50-70% dari total berat badan orang dewasa. Oleh karena itu maka tubuh yang
terlatih & terbiasa berolahraga seperti tubuh seorang atlet biasanya akan mengandung lebih
banyak air jika dibandingkan tubuh non atlet. Di dalam tubuh, sel-sel yang mempunyai
konsentrasi air paling tinggi antara lain adalah sel-sel otot dan organ-organ pada rongga badan,
seperti paru-paru atau jantung, sedangkan sel-sel yang mempunyai konsentrasi air paling rendah
adalah sel-sel jaringan seperti tulang atau gigi. Konsumsi cairan yang ideal untuk memenuhi
kebutuhan harian bagi tubuh manusia adalah mengkonsumsi 1 ml air untuk setiap 1 kkal
konsumsi energi tubuh atau dapat juga diketahui berdasarkan estimasi total jumlah air yang
keluar dari dalam tubuh. Secara rata-rata tubuh orang dewasa akan kehilangan 2.5L cairan per
harinya. Sekitar 1.5L cairan tubuh keluar melalui urin, 500 ml melalui keluarnya keringat, 400
ml keluar dalam bentuk uap air melalui proses respirasi (pernafasan) dan 100 ml keluar bersama
dengan feces (tinja). Sehingga berdasarkan estimasi ini, konsumsi antara 8-10 gelas (1 gelas=240
ml) biasanya dijadikan sebagai pedoman dalam pemenuhan kebutuhan cairan per- harinya.
A. FUNGSI DAN KOMPOSISI CAIRAN TUBUH MANUSIA
a. Pengertian Cairan Tubuh
Cairan tubuh (bahasa Inggris: interstitial fluid, tissue fluid, interstitium) adalah cairan suspensi
sel di dalam tubuh makhluk multiselular seperti manusia atau hewan yang memiliki fungsi
fisiologis tertentu. Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan
listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh
melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan
elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung
satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan
ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh tubuh,
sedangkan cairan ekstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga
kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan
intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah cairan
yang terletak diantara sel, sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan
serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu :
a.Fase I :
Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dan nutrisi dan oksigen
diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.
b.Fase II :
Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel
c.Fase III :
Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial masuk ke dalam sel.
b. Komposisi dan Fungsi Cairan Tubuh
Lebih kurang 60% berat badan orang dewasa pada umumnya terdiri dari cairan (air dan
elektrolit). Rata-rata seseorang memerlukan sekitar 11 liter cairan tubuh untuk nutrisi sel dan
pembuangan residu jaringan tubuh. Zat terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit
dan nonelektrolit. Non elektrolit adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan dan tidak
bermuatan listrik, seperti : protein, urea, glukosa, oksigen, karbon dioksida dan asam-asam
organik. Sedangkan elektrolit tubuh mencakup natrium (Na+), kalium (K+), Kalsium (Ca++),
magnesium (Mg++), Klorida (Cl-), bikarbonat (HCO3-), fosfat (HPO42-), sulfat (SO42-). Garam
mineral ketika berada dalam bentuk cairan sel, baik seluruhnya maupun sebagian berbentuk ion
elektron, yaitu kation dan anion. Kation dibentuk oleh metal (Na+, K+, Ca2+, Mg2+, dll.),
sedangkan anion dibentuk oleh residu asam (Cl-, HCO-3, SO2-4, H2PO-4). Ion amonium
(NH+4) termasuk kation, sedangkan asam organik dan protein adalah anion.
I. Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan
1. Usia
Dengan bertambahnya usia, semua organ yang mengatur keseimbangan akan menurun
fungsinya, hasilnya fungsi untuk mengatur keseimbangan juga menurun. Misalnya: gagal ginjal,
gagal jantung, dll.
2. Temperatur Lingkungan
Lingkungan yang panas bisa menyebabkan kita berkeringat banyak sehingga cairan banyak
keluar
3. Diet
Diet tinggi natrium akan berfungsi meretensi urine, demikian juga sebaliknya.
4. Obat-Obatan
Seperti steroid, diuretik.
5. Stress
Mempengaruhi metabolisme sel, meningkatkan gula darah, meningkatkan osmotik dan ADH
akan meningkatkan sehingga urine menurun
6. Sakit
Seperti bahan bakar, dalam keadaan sakit jelas mengeluarkan air yang banyak, seperti gagal
ginjal.
Prosentase jumlah cairan tubuh:
Perhatikan Uraian berikut ini :
Pada orang dewasa kira-kira 40 % baerat badannya atau 2/3 dari TBW-nya berada di dalam sel
(cairan intraseluler/ICF), sisanya atau 1/3 dari TBW atau 20 % dari berat badannya berada di luar
sel (ekstraseluler) yaig terbagi dalam 15 % cairan interstitial, 5 % cairan intavaskuler dan 1-2 %
transeluler.
II. Pengaturan keseimbangan cairan tubuh
Organ yang berperan dalam pengaturan keseimbangan cairan meliputi:
• Ginjal
Fungsi-fungsi utama ginjal dalam mempertahankan keseimbangan cairan:
- Pengaturan volume dan osmolalitas CES melalui retensi dan eksresi selektif cairan tubuh.
- Pengaturan kadar elektrolit dalam CES dengan retensi selektif substansi yang dibutuhkan .
- Pengaturan pH CES melalui retensi ion-ion hidrogen.
- Ekskresi sampah metabolik dan substansi toksik.
Oleh karena itu gagal ginjal jelas mempengaruhi keseimbangan cairan, karena ginjal tidak dapat
berfungsi.
• Jantung dan pembuluh darah
Kerja pompa jantung mensirkulasi darah melalui ginjal di bawah tekanan yang sesuai untuk
menghasilkan urine. Kegagalan pompa jantung ini mengganggu perfusi ginjal dan karena itu
mengganggu pengaturan air dan elektrolit.
• Paru-paru
Melalui ekhalasi paru-paru mengeluarkan air sebanyak +300L setiap hari pada orang dewasa.
Pada kondisi yang abnormal seperti hiperpnea atau batuk yang terus-menerus akan
memperbanyak kehilangan air; ventilasi mekanik dengan air yang berlebihan menurunkan
kehilangan air ini.
• Kelenjar pituitary
Hipotalamus menghasilkan suatu substansi yaitu ADH yang disebut juga hormon penyimpan air,
karena fungsinya mempertahankan tekanan osmotik sel dengan mengendalikan retensi atau
ekskresi air oleh ginjal dan dengan mengatur volume darah.
• Kelenjar adrenal
Aldosteron yang dihasilkan/disekresi oleh korteks adrenal (zona glomerolus). Peningkatan
aldosteron ini mengakibatkan retensi natrium sehingga air juga ditahan, kehilangan kalor.
Sedangkan apabila aldosteron kurang maka air akan banyak keluar karena natrium hilang.
Kortisol juga menyebabkan retensi natrium.
• Kelenjar paratiroid
Mengatur keseimbangan kalsium dan fosfat melalui hormon paratiroid (PTH). Sehingga dengan
PTH dapat mereabsorbsi tulang, absorbsi kalsium dari usus dan reabsorbsi kalsium dari ginjal.
III. Fungsi cairan tubuh
Air merupakan bagian terbesar dari komposisi tubuh manusia. Hampir semua reaksi di dalam
tubuh manusia memerlukan cairan. Agar metabolisme tubuh berjalan dengan baik, dibutuhkan
masukan cairan setiap hari untuk menggantikan cairan yang hilang.
Fungsi cairan tubuh antara lain :
1- Mengatur suhu tubuh
Bila kekurangan air, suhu tubuh akan menjadi panas dan naik.
2- Melancarkan peredaran darah
Jika tubuh kita kurang cairan, maka darah akan mengental. Hal ini disebabkan cairan dalam
darah tersedot untuk kebutuhan dalam tubuh. Proses tersebut akan berpengaruh pada kinerja otak
dan jantung.
3- Membuang racun dan sisa makanan
Tersedianya cairan tubuh yang cukup dapat membantu mengeluarkan racun dalam tubuh. Air
membersihkan racun dalam tubuh melalui keringat, air seni, dan pernafasan.
4- Kulit
Air sangat penting untuk mengatur struktur dan fungsi kulit. Kecukupan air dalam tubuh berguna
untuk menjaga kelembaban, kelembutan, dan elastisitas kulit akibat pengaruh suhu udara dari
luar tubuh.
5- Pencernaan
Peran air dalam proses pencernaan untuk mengangkut nutrisi dan oksigen melalui darah untuk
segera dikirim ke sel-sel tubuh. Konsumsi air yang cukup akan membantu kerja sistem
pencernaan di dalam usus besar karena gerakan usus menjadi lebih lancar, sehingga feses pun
keluar dengan lancar.
6- Pernafasan
Paru-paru memerlukan air untuk pernafasan karena paru-paru harus basah dalam bekerja
memasukkan oksigen ke sel tubuh dan memompa karbondioksida keluar tubuh. Hal ini dapat
dilihat apabila kita menghembuskan nafas ke kaca, maka akan terlihat cairan berupa embun dari
nafas yang dihembuskan pada kaca.
7- Sendi dan otot
Cairan tubuh melindungi dan melumasi gerakan pada sendi dan otot. Otot tubuh akan
mengempis apabila tubuh kekurangan cairan. Oleh sebab itu, perlu minum air dengan cukup
selama beraktivitas untuk meminimalisir resiko kejang otot dan kelelahan.
8- Pemulihan penyakit
Air mendukung proses pemulihan ketika sakit karena asupan air yang memadai berfungsi untuk
menggantikan cairan tubuh yang terbuang.
c. Akibat Kekurangan dan Kelebihan Cairan Tubuh
A.Kekurangan cairan tubuh
KEBUTUHAN CAIRAN TUBUH
Cairan tubuh hilang melalui:
1. Urin – 50% dari kehilangan cairan
Normal: 50 ml/ kgBB/ 24 jam
2. Insensible Water Loss (50%)
- Respirasi (15%)
- Kulit (30%)
- Feses (5%)
Pengeluaran cairan yang banyak dari dalam tubuh tanpa diimbangi pemasukkan cairan yang
memadai dapat berakibat dehidrasi.Dehidrasi adalah keadaan dimana tubuh kehilangan cairan
elektrolit yang sangat dibutuhkan organ-organ tubuh untuk bisa menjalankan fungsinya dengan
baik.Saat dehidrasi, tubuh dengan terpaksa menyedot cairan baik dari darah maupun organ-organ
tubuh lainnya.
• Gejala Dehidrasi
Berikut ini adalah berbagai gejala dehidrasi sesuai tingkatannya :
1. Dehidrasi ringan
-Muka memerah
-Rasa sangat haus
-Kulit kering dan pecah-pecah
-Volume urine berkurang dengan warna lebih gelap dari biasanya
-Pusing dan lemah
-Kram otot terutama pada kaki dan tangan
-Kelenjar air mata berkurang kelembabannya
-Sering mengantuk
-Mulut dan lidah kering dan air liur berkurang
2. Dehidrasi sedang
-Tekanan darah menurun
-Pingsan
-Kontraksi kuat pada otot lengan, kaki, perut, dan punggung
-Kejang
-Perut kembung
-Gagal jantung
-Ubun-ubun cekung
-Denyut nadi cepat dan lemah
3. Dehidrasi Berat
-Kesadaran berkurang
-Tidak buang air kecil
-Tangan dan kaki menjadi dingin dan lembab
-Denyut nadi semakin cepat dan lemah hingga tidak teraba
-Tekanan darah menurun drastis hingga tidak dapat diukur
-Ujung kuku, mulut, dan lidah berwarna kebiruan.
Mengembalikan Cairan Tubuh Yang Hilang
Untuk mengembalikan cairan tubuh yang hilang, kita harus banyak minum minimal 8 gelas (± 2
liter ) air setiap hari yang bisa didapat dari :
- Air putih yang higienis/air mineral
Air putih mengandung beberapa zat penting untuk tubuh seperti oksigen, magnesium, sulfur, dan
klorida.
- Air berion
Air berion tidak hanya menghilangkan dahaga melainkan juga berfungsi sebagai sumber energi
seperti halnya karbohidrat, lipid, dan protein. Air berion bekerja sebagai perantara dalam reaksi-
reaksi biokimia dan berperan dalam proses metabolisme tubuh sehingga dapat mengembalikan
kesegaran otot tubuh setelah beraktivitas mengeluarkan keringat dengan cepat.
- Jus buah
Selain rasanya nikmat dan segar, jus buah mengandung beragam vitamin dan mineral yang
menyehatkan. Menurut penelitian, jus jambu biji mengandung vitamin C sebanyak 3-6 kali lebih
tinggi dibandingkan jus jeruk, 10 kali lebih tinggi dibandingkan pepaya, dan 10-30 kali lebih
tinggi dibanding pisang. Namun, atlet kurang disarankan meminum jus buah saat berolahraga
karena cairan padatnya tidak mudah terserap tubuh.
B.kelebihan cairan tubuh
Kelebihan cairan tubuh akan disimpan didalam ginjal. Kelebihan cairan tubuh dikeluarkan
melalui air seni(urine). Kelebihan cairan tubuh dapat kita alami saat udara sedang dingin atau
saat kita tidak banyak melakukan aktivitas.
B. MEMAHAMI TEKANAN HIDROSTATIK DAN TEKANAN OSMOTIK
a. Pengertian tekanan hidrostatik dan osmotik
Tekanan hidrostatik adalah tekanan terhadap dinding pembuluh darah dan gerakan masuknya
kedalam kaplsula bowman,dimana kapsula bowman merupakan gerakan masuknya cairan
sebagai filtrasi glomerulus. Sedangkan tekanan osmotik adalah tekanan dari filtrasi kapsula
bowman yang dikeluarkan oleh air atau pelarut lainnya pada membrane semipermiabel sebagai
usaha untuk menembus membran masuk kedalam area yang lebih banyak mengandung molekul
yang tidak dapat melewati membran (protein,lemak,dll).
Pembuluh darah kapiler dan membran sel yang merupakan membran semipermiabel mampu
memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam cairan tubuh ikut berpindah. Metode
perpindahan dari cairan dan elektrolit tubuh dengan cara :
• Diffusi
• Filtrasi
• Osmosis
• Aktiv Transport
Diffusi dan osmosis adalah mekanisme transportasi pasif. Hampir semua zat berpindah dengan
mekanisme transportasi pasif. Diffusi sederhana adalah perpindahan partikel-partikel dalam
segala arah melalui larutan atau gas. Beberapa faktor yang mempengaruhi mudah tidaknya difusi
zat terlarut menembus membran kapiler dan sel yaitu :
• Permebelitas membran kapiler dan sel
• Konsenterasi
• Potensial listrik
• Perbedaan tekanan.
Osmosis adalah proses difusi dari air yang disebabkan oleh perbedaan konsentrasi. Difusi
air terjadi pada daerah dengan konsenterasi zat terlarut yang rendah ke daerah dengan
konsenterasi zat terlarut yang tinggi.
Perpindahan zat terlarut melalui sebuah membrane sel yang melawan perbedaan konsentrasi dan
atau muatan listrik disebut transportasi aktif. Transportasi aktif berbeda dengan transportasi pasif
karena memerlukan energi dalam bentuk adenosin trifosfat (ATP). Salah satu contonya adalah
transportasi pompa kalium dan natrium.
Natrium tidak berperan penting dalam perpindahan air di dalam bagian plasma dan
bagian cairan interstisial karena konsentrasi natrium hampir sama pada kedua bagian itu.
Distribusi air dalam kedua bagian itu diatur oleh tekanan hidrostatik yang dihasilkan oleh darah
kapiler, terutama akibat oleh pemompaan oleh jantung dan tekanan osmotik koloid yang
terutama disebabkan oleh albumin serum. Proses perpindahan cairan dari kapiler ke ruang
interstisial disebut ultrafilterisasi. Contoh lain proses filterisasi adalah pada glomerolus ginjal.
Meskipun keadaan di atas merupakan proses pertukaran dan pergantian yang terus menerus
namun komposisi dan volume cairan relatif stabil, suatu keadaan yang disebut keseimbangan
dinamis atau homeostatis.
Syok hemoragik adalah suatu kondisi dimana perfusi jaringan menurun dan menyebabkan
inadekuatnya hantaran oksigen dan nutrisi yang diperlukan sel. Keadaan apapun yang
menyebabkan kurangnya oksigenasi sel, maka sel dan organ akan berada dalam keadaan syok.
Ditingkat multiseluler syok lebih sulit untuk dijelaskan karena tidak semua jaringan dan organ
secara klinis terganggu akibat kurangnya oksigen ini. Dekade terakhir ini para klinisi berusaha
menjelaskan dan memonitor utilisasi oksigen tingkat intraseluler, yang bermanfaat secara
fisiologis dalam menegakkan klinis dan pemeriksaan penunjang apa yang harus dilakukan.
Ada 4 kelas syok (dikemukakan oleh Alfred Blalock tahun 1934), sebagai berikut:
Hipovolemik
Vasogenik (septik)
Kardiogenik
Neurogenik
Hipovolemik syok sering dijumpai dalam klinis, secara etiologi adalah akibat hilangnya volum
sirkulasi, misal: pasien luka tusuk dan trauma tumpul, perdarahan saluran cerna dan perdarahan
saat kehamilan. Tubuh sebenarnya punya mekanisme kompensasi terhadap kehilangan ini dalam
batas tertentu melalui mekanisme neuronal dan humoral. Dengan pengetahuan tatalaksana
trauma terkini memungkinkan pasien bisa diselamatkan disaat mekanisme kompensasi tubuh
tidak memadai.
Patofisiologi:
Telah diketahui dengan baik respon tubuh saat kehilangan volum sirkulasi. Tubuh secara logis
akan segera memindahkan volum sirkulasinya dari organ non vital dan dengan demikian fungsi
organ vital terjaga karena cukup menerima aliran darah. Saat terjadi perdarahan akut, Cardiac
output dan denyut nadi akan turun akibat rangsang ‘baroreseptor’ di aortik arch dan atrium.
Volum sirkulasi turun dan syaraf simpatik ke jantung dan ke organ lain akan teraktivasi.
Akibatnya denyut jantung meningkat, terjadi vasokontrisksi dan redistribusi darah dari nonvital
organ, seperti: di kulit, saluran cerna, dan ginjal. Secara bersamaan sistem hormonal juga
teraktivasi akibat perdarahan akut ini. Dimana akan terjadi pelepasan hormon kortikotropin.
Yang akan merangsang pelepasan glukokortikoiid dan beta-endorphin. Kelenjar pituitari
posterior akan melepas vasopresin, yang akan meretensi air di tubulus distalis ginjal. Kompleks-
Jukstamedulari akan melepas renin, menurunkan ‘mean arterial pressure’, meningkatkan
pelepasan aldosteron dimana air dan natium akan diresorbsi kembali. Hiperglisemia sering
terjadi saat perdarahan akut, karena proses glukoneogenesis dan glikogenolisis yang meningkat
akibat pelepasan aldosteron dan growth hormon. Katekolamin dilepas kesirkulasi yang akan
menghambat aktifitas dan produksi insulin sehingga gula darah meningkat. Secara keseluruhan
bagian tubuh yang lain juga akan melakukan perubahan spesifik mengikuti kondisi tersebut.
Terjadi proses autoregulasi yang luar biasa di otak dimana aliran darah akan dipertahankan
secara konstan melalui systemic mean-aliran darah arterial arterial dipertahankan dalam range
yang cukup luas. Ginjal juga mentoleransi penurunan aliran darah sampai 90% dalam waktu
yang cepat dan aliran darah pada intestinal akan turun karena mekanisme vasokonstriksi dari
splansnik. Pada kondisi tubuh seperti ini pemberian resusitasi awal dan tepat waktu bisa
mencegah kerusakan organ tubuh tertentu akibat kompensasinya dalam pertahanan tubuh.
Pengaruh Usia:
Tubuh akan mentoleransi syok hemoragik secara berbeda sesuai derajatnya dan pada keadaan
tertentu sesuai dengan usia pasien. Pasien bayi dan usia lanjut akan sangat rentan terjadi gagal
kompensasi saat tubuh kehilangan volum sirkulasi.
Pasien anak yang memiliki volum darah yang lebih sedikit dibandingkan orang dewasa
sehingga secara proporsional persentase kehilangan darah dan volum sirkulasi juga akan
jauh lebih besar. Anak dibawah 2 tahun pun fungsi ginjalnya belum sempurna. Sehingga
produksi konsentrat urin belum baik. Anak usia muda dalam mempertahankan volum
sirkulasinya belum seefektif anak besar. Hati-hatilah akan bahaya kogulopati karena
proporsi luas pemukaan tubuh yang akan meningkat sesuai berat badannya dan membuat
mudah kehilangan air lewat panas dan terjadinya hipotermia dini.
Usia lanjut memiliki penurunan kondisi fisik dan kesehatan dalam mempertahankan
kehilangan volum sirkulasi. Penyakit ateroskelrosis dan penurunan elastin menyebabkan
fungsi dinding arteri menurun, akan menyulitkan kompensasi kehilangan volum sirkulasi.
Menurunnya arteriolar kardiak karena vasodilatasi dan penyakit angina atau infark akan
membutuhkan oksigenasi tinggi otot jantung. Pada usia lanjut mekanisme takikardi untuk
respon peningkatan stroke volume melemah karena turunnya rangsang beta-adrenergik
dalam memacu miosit di nodul sinoatrial. Penggunaan obat-obat jantung juga akan
mengurangi respon normal tubuh mengkompensasi syok. Terutama penggunaan obat
golongan beta-bloker, nitrogliserin, ca-bloker, dan obat anti aritmia.
Penurunan fungsi ginjal juga berkorelasi dengan bertambahnya usia dan bersihan
kreatinin turun pada usia lanjut dibanding nilai keratin normalnya. Kemampuan
mengkonsentrat urinpun menurun karena sensitifitas terhadap ADH menurun. Semua
gangguan pada jantung, pembuluh darah dan ginjal ini secara keseluruhan membuat
tubuh gagal menjalankan mekanisme kompensasinya di saat kehilangan darah. Faktor
komorbid lainnyapun perlu dipertimbangkan saat tatalaksana perdarahan pada usia lanjut.
Histori:
Gejala klinis tunggal jarang saat diagnosa syok ditegakkan. Pasien bisa mengeluh fatigue,
kelemahan umum, atau nyeri punggung belakang (gejala pecahnya aneurisma aorta
abdominal). Justru sebagian terdiagnosa saat datang dengan ambulan karena gejala
prilaku yang menyimpang.
Penting diperoleh data rinci tentang tipe, jumlah dan lama pendarahan. Karena akan
mempengaruhi pengambilan keputusan untuk tes diagnostik dan tatalaksana selanjutnya
tergantung jumlah darah yang hilang dan lamanya pendarahan.
Bila pendarahan terjadi dirumah atau dilapangan, taksirlah jumlah darah yang hilang.
Untuk pendarahan pada saluran cerna sangatlah penting dicari asal darah dari rektum atau
dari mulut. Karena cukup sulit menduga jumlah darah yang hilang dari saluran cerna
bagian bawah. Semua darah segar yang keluar dari rektum harus diduga adanya
perdarahan hebat, sampai dibuktikan sebaliknya.
Pendarahan saat trauma kadang sulit ditaksir jumlahnya. Karena rongga pleura, kavum
abdominalis, mediastinum dan retroperitoneum bisa menampung darah dalam jumlah
yang sangat besar dan bisa menjadi penyebab kematian.
Perdarahan trauma eksternal bisa ditaksir secara baik, tapi bisa juga kurang diawasi oleh
petugas emergensi medis.
Laserasi kulit kepala bisa menyebabkan kehilangan darah dalam jumlah besar.
Fraktur multipel terbuka, juga bisa mengakibatkan kehilangan darah yang cukup besar.
Gejala klinis:
Pemeriksaan klinis pasien syok hemoragik dapat segera langsung berhubungan dengan
penyebabnya. Asal sumber perdarahan dan perkiraan berat ringannya darah yang hilang bisa
terlihat langsung. Bisa dibedakan perdarahan pada pasien penyakit dalam dan pasien trauma.
Dimana kedua tipe perdarahan ini biasanya ditegakkan dan ditangani secara bersamaan.
Syok umumnya memberi gejala klinis kearah turunnya tanda vital tubuh, seperti:
hipotensi, takikardia, penurunan urin output dan penurunan kesadaran. Kumpulan gejala
tersebut bukanlah gejala primer tapi hanya gejala sekunder dari gagalnya sirkulasi tubuh.
Kumpulan gejala tkarena mekanisme kompensasi tubuh, berkorelasi dengan usia dan
penggunaan obat tertentu, kadang dijumpai pasien syok yang tekanan darah dan nadinya
dalam batas normal. Oleh karena itu pemeriksaan fisik menyeluruh pada pasien dengan
dilepas pakaiannya harus tetap dilakukan.
Gejala umum yang timbul saat syok bisa sangat dramatis. Kulit kering, pucat dan dengan
diaphoresis. Pasien bingung, agitasi dan tidak sadar.
Pada fase awal nadi cepat dan dalam dibandingkan denyutnya. Tekanan darah sistolik
bisa saja masih dalam batas normal karena kompensasi.
Conjunctiva pucat, seperti anemia kronik. Inspeksi Hidung, pharyinx dari kemungkinan
adanya darah
Auskultasi dan perkusi dada untuk mengevaluasi gejala hemothorax. Dimana suara nafas
akan turun, suara perkusi tumpul diarea dekat perdarahan.
Periksa abdomen dari tanda perdarahan intra-abdominal, misal : distensi, nyeri palpitasi,
dan perkusi tumpul. Periksa panggul apakah ada ekimosis yang mengarah ke perdarahan
retroperitoneal. Kejadian yang sering dalam klinis adalah pecahnya aneurysma aorta yang
bisa menyebabkan syok tak terdeteksi. Tanda klinis yang bisa mengarahkan kita adalah
terabanya masa abdomen yang berdenyut, pembesaran scrotum karena terperangkapnya
darah retroperitoneal, kelumpuhan ekstremitas bawah dan lemahnya denyut femoralis.
Lakukan pemeriksaan rectum. Bila ada darah segar curiga hemoroid internal atau
external. Pada kondisi sangat jarang curigai perdarahan yang signifikan terutama pada
pasien dengan hipertensi portal.
Pasien dengan riwayat perdarahan vagina lakukan pemeriksaan pelvis lengkap. Dan
lakukan tes kehamilan untuk menyingkirkan kemungkinan kehamilan ektopik.
Lakukan pemeriksaan sistematik pada pasien trauma termasuk pemeriksaan penunjang
primer dan sekunder. Luka multipel bisa terjadi dan harus mendapat perhatian khusus,
hati-hati perdarahan bisa menjadi pencetus syok lainnya, seperti syok neurogenik.
Lakukan inspeksi awal dengan cepat untuk identifikasi hal yang mengancam jiwa pasien.
Nilai jalan nafas, dengan menanyakan nama pasien. Bila artikulasi baik, pasti jalan nafas
bersih.
Periksa oral pharynx dari adanya darah dan benda asing lainnya.
Periksa daerah leher, adakah hematom atau deviasi trachea.
Auskultasi dan perkusi dada dari tanda pneumothorax atau hemothorax.
Palapasi kekuatan dan frekuensi pulsa radialis and femoralis.
Periksa dengan cepat adanya perdarahan eksternal.
Periksa tanda neurologi dengan menyuruh pasien mengangkat kedua tangan bergantian,
refleks dorsal kaki dengan penekanan. (ATLS) sangat menganjurkan pemeriksaan
nerologi sederhana ini, karena bisa menilai tingkat kesadaran pasien apakah pasien sadar
penuh, respon terhadap perintah, respon terhadap nyeri, atau tidak ada respon sama
sekali. (misal AVPU).
Jaga suhu pasien dengan baik, dengan selimut atau alat penghangat luar lainnya.
Periksa pasien lebih lanjut dengan teliti dari ujung kepala sampai ujung kaki, yang bisa
mengarahkan kita terhadap kemungkinan adanya luka.
Periksa adakah perdarahan dikulit kepala. Dan bila dijumpai perdarahan aktif harus
segera diatasi bahkan sebelum pemeriksaan lainnya.
Periksa juga apakah ada darah di mulut dan pharynx.
Inspeksi dan Palpasi abdomen. Adanya distensi, nyeri saat palpasi dan ekimosis
mengindikasikan adanya perdarahan intra-abdominal.
Palpasil kestabilan tulang pelvis, bila ada krepitus atau instability indikasikan terjadinya
fraktus pelvis dan ini bisa mengancam jiwa karena perdarahan ke retroperitoneum.
Fraktur pada tulang panjang ditandai nyeri dan krepitus saat palpasi didekat fraktur.
Semua fraktur tulang panjang harus segera direposisi dan digips untuk mencegah
perdarahan di sisi fraktur. Terutama fraktur Femur karena bisa hilang darah dalam jumlah
banyak, sehingga harus segera diimobilisasi dan ditraksi.
Tes diagnostic lebih jauh perlu dilakukan untuk menyingkirkan perdarahan yang
mungkin terjadi di intratorakal, intra-abdominal,atau retroperitoneal.