23
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA Jl. TerusanArjuna No.6 Kebun Jeruk – Jakarta Barat KEPANITERAAN KLINIK STATUS ILMU PENYAKIT MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA PERIODE 20 APRIL 2015 -24 MEI 2015 RS MATA DR. YAP, D.I. YOGYAKARTA Nama : Nur Afiqah Binti Jasmi Nim : 11-21!-!1 Tan"a tan#an .................................. $r. %embimbin# & %en#uji: "r. 'astri %aramita( )*.+ .................................. I. IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. ) ,mur :6 tahun A#ama : slam %ekerjaan : %eran#kat $esa Tan##al *emeriksaan : +ei 21/ %emeriksa : Nur Afiqah Binti Jasmi II. PEMERIKSAAN SUBJEKTIF Auto anamnesis tan##al : +ei 21/( jam 1.! 0 B K!"#$% "&$'$ +ata kiri kabur sejak / bulan an# lalu

KASUS SULIT 2.docx

Embed Size (px)

Citation preview

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDAUNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANAJl. TerusanArjuna No.6 Kebun Jeruk Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIKSTATUS ILMU PENYAKIT MATAFAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDAPERIODE 20 APRIL 2015 -24 MEI 2015RS MATA DR. YAP, D.I. YOGYAKARTA

Nama : Nur Afiqah Binti JasmiNim : 11-2013-031Tanda tangan......................................

Dr. Pembimbing / Penguji: dr. Rastri Paramita, Sp.M......................................

I. IDENTITAS PASIENNama: Tn. SUmur: 60 tahunAgama: IslamPekerjaan: Perangkat DesaTanggal pemeriksaan: 8 Mei 2015Pemeriksa: Nur Afiqah Binti Jasmi

II. PEMERIKSAAN SUBJEKTIFAuto anamnesis tanggal: 8 Mei 2015, jam 10.30 WIB

Keluhan utamaMata kiri kabur sejak 5 bulan yang lalu

Keluhan tambahanPusing, tidak bisa tidur, mata sebelah kiri merah dan terasa nyut-nyut.

Riwayat penyakit sekarangPasien datang dengan keluhan pasien pandangan kabur 5 bulan SMRS. Pandangan kabur secara perlahan-lahan. Selain pandangan kabur pasien mengatakan bahwa ia kadang tidak bisa tidur, pusing, mata kiri merah dan terasa nyut-nyut. Pasein juga merasakan nyeri kepala saat melihat cahaya terang dan air mata sering mengalir tanpa disadari. Pasien mengatakan ada mual. Pasien mengaku sering berkendara naik motor. Pasien menyangkal mata nyeri saat digerak dan adanya riwayat trauma. Pasien juga menyangkal adanya belekan atau rasa mengganjal.

Riwayat Penyakit DahuluUmumHipertensi (+) sejak 10 tahun lalu dengan pengobatan amlodipin 10mg, Asma (-), Diabetes Melitus (-)MataRiwayat pemakaian kacamata (+), Riwayat Operasi (-), rabun jauh/dekat (+).

Riwayat Penyakit KeluargaUmum Diabetes Melitus (-), Hipertensi (+), Asma (-)MataRiwayat pemakaian kacamata (+), Riwayat operasi (-), rabun jauh/dekat (+).

III. PEMERIKSAAN FISIKStatus GeneralisKeadaan Umum: Tampak sakit ringanTanda VitalTekanan darah: 160/100 mmHgNadi: 84x/menitRespiration rate: 24x/menitSuhu: 36,5oCKepala: Normocepali, rambut hitam, distribusi merataTelinga: Normotia, serumen (-), secret (-)Hidung: Deviasi septum (-), secret (-)Tenggorokkan: Tonsil T1/T1, faring hiperemis (-)Thoraks Jantung: BJ I-II regular, murni, gallop (-), murmur (-)Paru: Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronki (-/-)Abdomen: Nyeri tekan (-), bising usus (+) normal, supel.Ekstremitas: Akral hangat, udem -/-, CRT 60 mm Hg), injeksi konjungtiva, edema kornea, hifema, flare akuos, penutupan sudut bilik mata akibat sinekia, rubeosis yang sudah lanjut, neovaskularisasi retina dan atau perdarahan retina.

Tanda tahap awal dalam perjalanan glaukoma neovaskular adanya gambaran proliferasi vaskular pada batas pupil. Neovaskularisasi pada iris ini kemungkinan sulit untuk dideteksi pada tahap awal. Slit lamp biomicroscopy dapat menunjukkan gambaran berliku-liku, adanya tumpukan acak dari pembuluh darah pada permukaan iris, berdekatan dengan batas pinggir pupil. Tumpukan ini semakin gelap jika pada iris yang gelap dan lebih jelas pada iris yang terang. 6Karakteristik progresifitas neovaskularisasi yang terjadi yaitu dari batas pinggir pupil menuju ke sudut dari pupil yang tidak berdilatasi, tetapi dapat juga tidak terjadi neovaskularisasi pada sudut pupil. Sebagai perkembangan proliferasi vaskular, biomicroscopy dari bilik mata depan menunjukkan sel-sel dan flare. Gonioscopy menunjukkan pembuluh darah baru yang tumbuh dari arteri sirkumferensial dari badan siliaris ke permukaan iris dan ke permukaan dari dinding sudut.6,7 Pembuluh darah melewati sudut bilik mata dan tumbuh terus melewati korpus silier dan sclera spurs menuju anyaman trabekulum, yang memberikan gambaran flush kemerahan. Tahap awal pada neovaskularisasi segmen anterior, tekanan intraokular biasanya normal. Pembuluh darah baru kemudian membentuk membran fibrovaskular yang menyebabkan timbulnya glaukoma sekunder sudut terbuka, yang memiliki karakteristik adanya kontraksi dari membran fibrovaskular, yang mendorong iris perifer mendekati anyaman trabekulum dan menyebabkan bermacam derajat dari sinekia yang akan menyebabkan penutupan sudut bilik mata.6Uvea ektropion dan hifema seringkali terjadi. Ektropion uvea disebabkan traksi radial sepanjang permukaan iris, yang mendorong lapisan pigmen posterior iris di sekitar pinggir pupil menuju permukaan iris anterior. Pada tahap ini, pasien biasanya menunjukkan onset yang dramatik dari nyeri yang sekunder hingga adanya peningkatan tekanan intraokular. Pasien biasanya akan mengalami penurunan penglihatan yang parah ( hingga menghitung jari), bersamaan dengan terjadinya edem kornea dan inflamasi bilik mata depan.6,8

8. PEMERIKSAAN PENUNJANGA. TonometriTonometri adalah prosedur yang mudah dan tanpa rasa sakit untuk mengukur tekanan intraokular, setelah menganestesi mata dengan obat tetes. Merupakan pemeriksaan yang biasa digunakan pada glaukoma. Hasil sekali pembacaan tidak menyingkirkan kemungkinan glaukoma. Pada glaukoma sudut terbuka primer, banyak pasien akan memperlihatkan tekanan intraokular yang normal saat pertama kali diperiksa. Sebaliknya, peningkatan tekanan intraokular semata-mata tidak selalu berarti bahwa pasien mengidap glaukoma sudut terbuka primer, karena untuk menegakkan diagnosis diperlukan bukti-bukti lain berupa adanya diskus optikus glaukomatosa atau kelainan lapangan pandang. Apabila tekanan intraokular terus meninggi sementara diskus optikus dan lapangan pandang normal (hipertensi okular), pasien dapat diobservasi secara berkala sebagai tersangka glaukoma.

B. GonioskopiTes ini sebagai cara diagnostik untuk melihat langsung keadaan patologik sudut bilik mata, juga untuk melihat hal-hal yang terdapat pada sudut bilik mata seperti benda asing. Untuk membedakan antara glaukoma sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup dapat menggunakan sebuah teknik yang disebut gonioskopi dimana sebuah lensa khusus ditempatkan di mata untuk memeriksa sudut drainase (sudut kamera anterior). Sudut kamera anterior dibentuk oleh taut antara kornea perifer dan iris, yang diantaranya terdapat jalinan trabekula. Konfigurasi sudut ini yakni apakah lebar (terbuka), sempit atau tertutup menimbulkan dampak penting pada aliran keluarhumor akueus. Mata miopia memiliki sudut kamera anterior yang lebar dan mata hipermetropia memiliki sudut yang relatif sempit.Pemeriksaan ini dilakukan dengan meletakkan lensa sudut (goniolens) di dataran depan kornea setelah diberikan lokal anestetikum. Lensa ini dapat digunakan untuk melihat sekeliling sudut bilik mata dengan memutarnya 360 derajat.1

C. Penilaian Diskus OptikusDiskus optikus normal memiliki cekungan di bagian tengahnya (depresi sentral) cawan/cekungan fisiologik yang ukurannya bervariasi bergantung pada jumlah relatif serat yang menyusun saraf optikus terhadap ukuran lubang sklera yang harus dilewati oleh serat-serat tersebut. Pada mata hipermetropik, lubang sklera kecil sehingga cekungan optik juga kecil; pada mata miopik hal yang sebaliknya terjadi. Atrofi optikus akibat glaukoma menimbulkan kelainan-kelainan diskus khas yang terdeteksi sebagai pembesaran cekungan diskus optikus disertai pemucatan diskus di daerah cekungan (cuppingpatologis). Penilaian klinis diskus optikus dapat dilakukan dengan oftalmoskopi langsung atau dengan pemeriksaan menggunakan lensa 70 dioptri, lensa Hruby, atau lensa kontak kornea khusus yang memberikan gambaran tiga dimensi. Lempeng dinilai dengan memperkirakan rasio vertikal mangkuk terhadap lempeng sebagai suatu keseluruhan (rasio mangkuk terhadap lempeng,cup to disc ratio). Pada mata normal, rasio ini biasanya tidak lebih besar dari 0,4.

D. Pemeriksaan Lapangan PandangPemeriksaan lapangan pandang secara teratur penting untuk diagnosis dan tindak lanjut glaukoma. Penurunan lapangan pandang akibat glaukoma itu sendiri tidak spesifik, karena gangguan ini terjadi akibat defek berkas serat saraf yang dapat dijumpai pada semua penyakit saraf optikus; tetapi pola kelainan lapangan pandang, sifat progresivitasnya, dan hubungannya dengan kelainan-kelainan diskus optikus adalah khas untuk penyakit ini.Gangguan lapangan pandang akibat glaukoma terutama mengenai 30 lapangan padang bagian tengah. Perubahan paling dini adalah semakin nyatanya bintik buta. Berbagai cara untuk memeriksa lapangan pandang pada glaukoma adalah layar singgung, perimeter Goldmann,Friedmann field analyzer, dan perimeter otomatis.

E. Uji lain pada glaukoma Uji KopiPenderita meminum 1-2 mangkok kopi pekat, bila tekanan bola mata naik 15-20 mmHg setelah minum 20-40 menit menunjukkan adanya glaukoma.1,7 Uji Minum AirSebelum makan pagi tekanan bola mata diukur dan kemudian pasien disuruh minum dengan cepat 1 liter air. Tekanan bola mata diukur setiap 15 menit. Bila tekanan bola mata naik 8-15 mmHg dalam waktu 45 menit pertama menunjukkan pasien menderita glaukoma.1,7 Uji SteroidPada pasien yang dicurigai adanya glaukoma terutama dengan riwayat glaukoma simpleks pada keluarga, diteteskan betametason atau deksametason 0,1% 3-4 kali sehari. Tekanan bola mata diperiksa setiap minggu. Pada pasien berbakat glaukoma maka tekanan bola mata akan naik setelah 2 minggu.1,7 Uji Variasi DiurnalPemeriksaan dengan melakukan tonometri setiap 2-3 jam sehari penuh, selama 3 hari biasanya pasien dirawat. Nilai variasi harian pada mata normal adalah antara 2-4 mmHg, sedang pada glaukoma sudut terbuka variasi dapat mencapai 15-20 mmHg. Perubahan 4-5 mmHg sudah dicurigai keadaan patologik. Uji Kamar GelapPada uji ini dilakukan pengukuran tekanan bola mata dan kemudian pasien dimasukkan ke dalam kamar gelap selama 60-90 menit. Pada akhir 90 menit tekanan bola mata diukur. 55% pasien glaukoma sudut terbuka akan menunjukkan hasil yang positif, naik 8 mmHg.1,7 Uji provokasi pilokarpinTekanan bola mata diukur dengan tonometer, penderita diberi pilokarpin 1% selama 1 minggu 4 kali sehari kemudian diukur tekanannya.

9. DIAGNOSISDiagnosis glaukoma neovaskular ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang jelas dan teliti. Dari anamnesa ditemukan keluhan seperti mata merah, nyeri, lakrimasi dan penglihatan kabur yang berlangsung mendadak. Glaukoma neovaskular dihubungkan dengan sejumlah besar kondisi dan penyakit. Seperti yang disebutkan diatas kebanyakan dari kondisi-kondisi ini memiliki beberapa hubungan dengan iskemia okuler atau iskemia retina ataupun berhubungan dengan peradangan kronik. Evaluasi riwayat medis terhadap faktor resiko seperti DM, hipertensi dan PJK sangat penting untuk membantu menegakkan diagnosis. Elemen kunci dalam menangani pasien dengan glaukoma neovaskular adalah mengetahui penyakit dasar yang bertanggungjawab untuk kondisi ini dan melakukan pemeriksaan klinis.Dari pemeriksaan fisik khususnya pemeriksaan fisik mata dengan menggunakan slit-lamp dan gonioscopy dapat terlihat adanya injeksi silier, edema kornea, flare, hifema, pupil miosis dan neovaskularisasi di iris dan COA. Pemeriksaan penunjang yang dipakai seperti pemeriksaan laboratorium kimia darah untuk melihat profil gula darah dan lipid.6Pemeriksaan dengan fluorescent angiography dan fluorophotometry dapat melihat gambaran neovaskularisasi iris dan COA yang ditandai dengan peningkatan permeabilitas pembuluh darah di batas pupil dan terlihatnya pembuluh darah di permukaan iris dan COA akibat terhambatnya aliran darah sekitar pupil oleh pigmen hitam iris. Perlahan pembuluh darah iris akan melintasi corpus ciliare dan sklera dan menutup trabekulum yang menyebakan terjadinya hambatan aliran cairan aquos humour dan peningkatan TIO.6,9Diagnosis sebaiknya cepat ditegakkan untuk mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut seperti terbentuknya keratopathy bula, glaukoma, iris bombe, uvea ektropion, dekomensasio kornea, katarak dan ptisis bulbi yang berakibat dengan kebutaan.9.

A. Diabetes MellitusDiabetes mellitus adalah satu diantara penyebab terbanyak glaukoma neovaskular dilaporkan pada kira-kira13kasus. Glaukoma neovaskular biasanya terdapat pada mata dengan retinopati diabetik proliperatif, namun bisa juga terdapat pada mata dengan retinopati non-proliperatif. Prevalensi glaukoma neovaskular dihubungkan pada lamanya diabetes dan dapat juga dipengaruhi oleh munculnya penyakit vaskuler lain seperti hipertensi. Adalah biasa glaukoma neovaskular muncul dalam 6 bulan paska vitrektomi pada pasien diabetes, khususnya pada mata afakia, pada mata dengan retinopati proliperatif, dan pada mata dengan iridis rubeosis preeksis. Terdapat bukti bahwa glaukoma neovaskular diabetik jarang muncul setelah ekstraksi katarak ektra kapsuler dibanding setelah ekstraksi katrak intra kapsuler. Seperti yang tercatat sebelumnya lensa dan vitreus dapat bertindak sebagai sawar mekanis untuk perpindahan faktor angiogenesis yang diuraikan oleh retina. Vitreus dapat juga bertindak sebagai penghambat endogen pada perangsangan angiogenesis. Penting untuk menekankan perbedaan antara iridis rubiosis dan glaukoma neovaskular pada mata diabetik. Iridis rubeosis dikatakan muncul pada 1-17% mata diabetik dan 33-64% pada mata dengan retinopati diabetik proliperatif. Jelasnya prevalensi iridis rubiosis jauh lebih tinggi dibandingkan prevalensi glaukoma neovaskular. Iridis rubeosis dapat berkembang menjadi glaukoma neovaskular pada beberapa pasien diabetik, tapi pada yang lainnya kondisi tetap sama untuk waktu yang lama atau bahkan menurun. Angka progresivitas jauh lebih rendah jika retina diterapi dengan fotokoagulasi. Jika glaukoma neovaskular berkembang pada satu mata pasien diabetik, mata yang satunya beresiko tinggi jika fotokoagulasi retina yang adekuat tidak dilakukan.

B. Oklusi vena retina sentralOklusi vena retina sentral merupakan penyebab kedua terbanyak glaukoma neovaskular. Diperkirakan bahwa sekitar 30% pasien yang menderita oklusi vena retina sentral berkembang menjadi glaukoma neovaskular. Penelitian akhir-akhir ini telah banyak dilakukan untuk menjernihkan penggabungan tersebut. Hayreh berhak mendapat penghargaan untuk klasifikasi oklusi vena retina sentral kedalam 2 jenis iskemik dan non iskemik (retinopati vena stasis). Kira-kira dari oklusi vena retina sentral adalah tipe non iskemik, dan lagi adalah iskemik. Glaukoma neovaskular muncul pada 18-86% mata dengan oklusi vena iskemik, kebalikan dari 0-4% mata dengan oklusi noniskemik. Berdasarkan pada studi besar, sekitar 40% pasien dengan iskemik oklusi vena retina sentral akan berkembang menjadi glaukoma neovaskular. Perbedaan antara vena oklusi iskemik dan noniskemik biasanya dibuat dengan menghitung derajat kapiler retina non-perfusi (kapiler yang keluar) pada angiografi fluoresens. Mata dengan iskemik oklusi vena retina sentral harus mendapat PRP atau krioablasi untuk mengurangi insiden glaukoma neovaskular.10Glaukoma neovaskular dapat muncul dimana saja mulai dari 2 minggu sampai 2 tahun mengikuti oklusi vena retina sentral. Bagaimanapun, kondisi tersebut selalu muncul dalam 3 bulan setelah oklusi vena retina sentral dan karenanya disebut glaukoma 100 hari. Pasien muda dengan oklusi vena retina sentral sering dihubungkan dengan penyakit vaskuler seperti hipertensi atau gangguan kolagen vaskuler.Pasien lebih tua dengan oklusi vena retina sentral selalu dihubungkan dengan glaukoma ataupun peningkatan tekanan intraokular. Peningkatan tekanan intraokular atau glaukoma telah dilaporkan pada 10-23% mata yang berasal dari oklusi vena retina sentral. Sebagai tambahan, tekanan intraokular rendah dapat mencerminkan perfusi buruk sementara pada badan siliar.

C. Penyakit Obstruksi Arteri KarotisMerupakan13penyebab tersering lain dari glaukoma neovaskular dan salah satu yang paling sering salah diagnosa karena pasien mungkin memiliki gambaran atipikal. Mereka dapat muncul dengan tekanan intra okular rendah, selain timbulnya neovaskularisasi iris dan neovaskularisasi sudut sehubungan dengan turunnya perfusi badan siliar yang menghasilkan penurunan produksiakueus. Penyakit obstruksi arteri karotis bisa sangat dikenali jika tekanan intraokular menurun pada keadaan berikut : Hilangnya kekakuan retina Munculnya retinopati diabetik yang nyata Munculnya neovaskularisasi iris persisten setelah PRP Etiologi yang masih tidak diketahui untuk glaukoma neovaskuler setelah pemeriksaan okular menyeluruh

Sangat penting untuk mengenali arti dari obstruksi arteri karotis sejak diagnosis dan penatalaksanaan yang cepat dapat menyelamatkan tidak hanya mata pasien akan tetapi juga hidup pasien.

10. DIAGNOSIS BANDING

1. Glaukoma sudut tertutup primer akut; berbeda dengan glaukoma neovaskular karena pada keadaan ini didapatkan pupil yang lebar dan lonjong, dan tidak didapatkan neovaskularisasi pada iris dan sudut serta ekteropion uvea.2. Glaukoma sudut tertutup sekunder karena uveitis; dalam keadaan ini didapatkan sinekia posterior total, dan tidak didapatkan neovaskularisasi pada iris.3. Fuchs Heterochormic Iridocyclitis; atau Fuchs Uveitis Syndrome didapatkan kelainan seperti sudut terbuka dengan tekanan intraokuler yang meningkat tapi tidak disertai neovaskularisasi iris.4. Glaukoma fakolitik; proses fakolitik pada lensa yang keruh jika kapsulnya menjadi rusak, substansi lensa yang keluar akan diresorpsi oleh serbukan fagosit atau makrofag yang banyak di COA, serbukan ini sedemikian banyaknya sehingga dapat menyumbat sudut COA dan menyebabkan glaukoma. Penyumbatan dapat terjadi pula oleh karena substansi lensa sendiri yang menmpuk di sudut COA terutama bagian lensa dan menyebabkan eksfoliasi glaukoma tanpa disertai neovaskularisasi.

11. PENATALAKSANAAN Tujuan penatalaksanaan dari glaukoma neovaskular yaitu untuk mengontrol faktor resiko, mencegah terjadinya perburukan dan komplikasi lebih lanjut serta mengurangi rasa tidak nyaman jika terjadi serangan yang akut dan bila telah terjadi penurunan daya penglihatan. Penatalaksanaan dapat dilakukan dengan terapi farmakologik dan bedah.6,9Terapi farmakologik yang diberikan seperti kortikosteroid topikal dan midriatikum/sikloplegik dipakai untuk mengurangi rasa tidak nyaman pada mata terutama pada serangan yang akut, mencegah terjadinya sinekia dan melepaskan perlengketan jika telah tejadi sinekia. Penggunaan -blocker, -agonis dan inhibitor untuk mengurangi produksi dari cairan aquos. Terapi farmakologik lain diberikan untuk mengontrol faktor resiko seperti pemberian obat hipoglikemia dan hipolipodemik Kebanyakan kasus glaukoma neovaskular sukar disembuhkan dengan pengobatan farmakologis dan membutuhkan intervensi bedah. Tidak ada kesepakatan umum mengenai pendekatan bedah terbaik. Penatalaksanaan lain berupa Trabekulektomi, Implant Drainase Akueus, Siklodestruksi, Enukleasi / Injeksi Akohol.6,9Terapi pembedahan yang dipakai antara lain PRP (Panretinal Photocoagulation) untuk mengurangi pembentukan neovaskularisasi di iris dan mencegah terjadinya sinekia anterior dan posterior serta untuk menurunkan TIO yang meningkat, Panretinal criotheraphy dipakai jika teknik PRP tidak memberikan hasilyang memuaskan dan jika media penglihatan keruh, goniophotocoaglation jika terjadi neovaskularisasi iris dan sebelum terbentuknya sinekia anterior.6,9 Trabekulektomi dilalcukan pada pasien dengan glaukoma neovaskuler yang sudahgagal dengan terapi lain dan glaukomanya meningkat secara progresif. Selain itu adakalanya dilakukan bersamaan dengan operasi katarak.Teori terbaru menyebutkan digunakannya agen farmakologik anti-angiogenik yang bertujuan mengurangi atau mencegah terjadinya neovaskularisasi, seperti bevacizumab (avastin, genentech). Pemberian obat diaplikasikan secara topikal. Pemberian obat dilaporkan memiliki onset kerja cepat (48 jam), namun obat ini memiliki waktu paruh yang singkat sehingga gejala kekambuhan besar terjadi.6,10

12. PROGNOSISPrognosis glaukoma neovaskular ditentukan berdasarkan derajat berat ringannya penyakit yang mendasarinya, waktu pengenalan penyakit (diagnosis) dibuat, riwayat operasi dan respon terhadap agen farmakologik yang diberikan. Prognosis glaukoma neovaskular pada umumnya buruk. Kontrol yang tidak baik terhadap penyakit yang mendasarinya, diagnosis yang terlambat dibuat, tidak responnya terhadap terapi farmakologik dan bedah akan memperburuk prognosis dari glaukoma neovaskular.9

DAFTAR PUSTAKA 1. Rhee DJ and Nicholl, Secondary Angel Closure Glaucoma In Glaucoma, Chap 17, 2003 :326 -328.2. Freudenthal J. Neovascular Glaucoma. 2010. http://www.emedicine .medscape.com/article/1205736 [diakses 15 Mei 2015]3. Vaughan & Asbury s, Neovascular Glaucoma In General Opthalmology, 6th, 2004 :212 -2274. Bertamian M. Glaucoma Neovascular in Clinical Guide to Glaucoma Management. Elsevier lnc. 2004 : 263 - 269.5. Ghanem AA, El-Kannishy AM, El-Wehidy AS, El-Agamy AF. Intravitreal Bevacizumab (Avastin) as an Adjuvant Treatment in Cases of Neovascular Glaucoma. 2009. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2813584/ [diakses 16 Mei 2015]6. Yan MO, Duker JS. Opthalmology, 3rd edition. England: Mosby Elsevier, 2009.1178-817. Stamper RL, Lieberman MF, Drake MV. Diagnosis and Therapy of the Glaucomas, 7th edition. San Fransisco: Mosby Elsevier,2009. 255-58.8. Rovert L. Stamper M, Lieberman F, Michael D. Secondary Open Angle Glaucoma in Becker Shaffers Diganosis and Therapy of The Glaucoma. 8th Edition. UK, 2009, hal, 447-559. Skuta GL, Cantor LB, Weisss JS. Basic and Clinical Science Course of Glaucoma. Section 10. San Francisco: American Academy of Ophtalmology. 2009. 138-4210. Kanski JJ, Bowling B. Glaucoma in Clinical Ophtalmology A Systematic Approach. 7th Ed. Elsevier 2011. Hal 312-99