43
1 LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA Nama kepala keluarga : Tn.C Alamat : Lowokwaru, Malang Daftar Anggota Keluarga No Nama Keduduk an L/P Umu r Pendidi kan Pekerja an Pasi en klin ik Ket 1 Tn. C KK L 37 tah un D-3 Swasta Tida k 2 Ny.N Istri P 32 tah un SMK IRT Tida k - 3 An.A Anak P 6 tah un TK - Tida k - 4 An. D Anak P 11 bul an - - Ya Bronkhiti s Kesimpulan: Keluarga Tn.C adalah nuclear family yang terdiri atas 4 orang. Terdapat satu orang sakit, yaitu An.D, umur 11 bulan, beralamat di Lowokwaru, Malang. Diagnosa akhir penderita adalah bronkhitis.

Kasus Anak

Embed Size (px)

DESCRIPTION

stase anak

Citation preview

Page 1: Kasus Anak

1

LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Nama kepala keluarga: Tn.C

Alamat : Lowokwaru, Malang

Daftar Anggota Keluarga

No Nama Kedudukan L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Pasien klinik

Ket

1 Tn. C KK L 37 tahun

D-3 Swasta Tidak

2 Ny.N Istri P 32 tahun

SMK IRT Tidak -

3 An.A Anak P 6 tahun

TK - Tidak -

4 An. D Anak P 11 bulan

- - Ya Bronkhitis

Kesimpulan:

Keluarga Tn.C adalah nuclear family yang terdiri atas 4 orang. Terdapat satu orang sakit,

yaitu An.D, umur 11 bulan, beralamat di Lowokwaru, Malang. Diagnosa akhir penderita

adalah bronkhitis.

Page 2: Kasus Anak

2

BAB I

STATUS PENDERITA

Pendahuluan

Laporan ini dibuat berdasarkan kasus yang diambil dari seorang anak penderita

bronkhitis, berjenis kelamin perempuan dan berusia 11 bulan. Penderita memiliki

permasalahan dari segi biomedis.

Identitas Penderita

Nama : An.D

Umur : 11 bulan

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Lowokwaru, Malang

Tanggal Periksa : 14 Oktober 2011

Nama Ayah : Tn.C

Umur Ayah : 37 th

Pekerjaan Ayah : Swasta

Nama Ibu : Ny.N

Umur Ibu : 32 th

Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga

Suku : Jawa

Agama : Islam

Alamat : Lowokwaru, Malang

Anamnesa (Alloanamnesa)

1. Keluhan Utama : panas

2. Riwayat Penyakit Sekarang :

An.D dibawa ke IGD RSI oleh ayah dan ibunya dengan keluhan panas sejak 3 hari

yang lalu. Panasnya seluruh tubuh sepanjang hari. Awalnya tidak begitu panas, tetapi

setelah beberapa hari panasnya semakin tinggi. Ada pilek dan juga batuk sejak 2 hari

ini. Ingusnya awalnya encer, tetapi akhir-akhir ini agak kental berwarna kekuningan.

Batuknya berdahak tetapi tidak keluar. Pasien rewel, tidak mau makan dan minum.

Page 3: Kasus Anak

3

Tidak ada diare, mual dan muntah. Pada hari ke-3, keluarga langsung membawa

pasien ke rumah sakit untuk diperiksa.

3. Riwayat Penyakit Dahulu :

Riwayat Mondok : disangkal

Riwayat Hipertensi : disangkal

Riwayat DM : disangkal

Riwayat Asma : disangkal

Riwayat Gout : disangkal

Riwayat Penyakit Jantung : disangkal

Riwayat Sakit Kejang : disangkal

Riwayat Alergi Obat dan Makanan : disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga :

Riwayat keluarga dengan penyakit serupa : disangkal

Riwayat Hipertensi : disangkal

Riwayat DM : disangkal

Riwayat Jantung : disangkal

Riwayat Ginjal : disangkal

5. Riwayat Pengobatan

Pasien belum pernah dibawa ke bidan ataupun dokter untuk periksa selama sakit ini.

6. Riwayat Kehamilan Ibu

Ibu pasien mengatakan tidak pernah sakit waktu hamil An.D. Hanya mual dan

muntah saat awal-awal kehamilan. Tetapi setelah usia 4 bulan ke atas tidak ada

keluhan. Kontrol rutin selama kehamilan juga dilakukan ke bidan.

7. Riwayat Kelahiran

Persalinan normal ditolong oleh bidan. Kelahiran cukup bulan. Berat anak pertama

waktu lahir 2,9 kg, sekarang berumur 5 tahun. Sedangkan berat anak ke-2 (An.D)

waktu lahir adalah 3 kg, sekarang berumur 11 bulan. Tidak pernah mengalami

abortus.

8. Riwayat Imunisasi

Ibu pasien mengatakan bahwa An.D sudah diberikan imunisasi BCG, hepatitits B,

polio, DPT dan campak.

Page 4: Kasus Anak

4

9. Riwayat Gizi

Pasien mendapat ASI ekslusif selama 6 bulan. Pasien makan sehari-hari biasanya 2-3

kali sehari dengan nasi tim, sayur dan lauk yang lembek. An.D juga diberi susu

formula. Saat ini An.D sudah tidak minum ASI karena ASI dari ibu sudah tidak

keluar.

10. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan : Normal

11. Riwayat Kebiasaan :

Riwayat Merokok : -

Riwayat Minum Alkohol : -

Riwayat Olahraga : -

Riwayat Pengisisan Waktu Luang : -

12. Riwayat Sosial Ekonomi :

An.D adalah anak ke-2 dari 2 bersaudara dengan ayah (Tn.C) sebagai karyawan

swasta dan ibu (Ny.N) sebagai ibu rumah tangga. Kakak perempuannya, An.A saat ini

berusia 6 tahun dan duduk di TK. Biaya sekolah, biaya hidup sehari-hari dan biaya

rumah sakit ditanggung oleh orang tua dan penghasilan cukup untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari. Hubungan Tn.C dengan istri dan anaknya nampak harmonis

dan perhatian.

Anamnesis Sistem

1. Kulit : warna kulit kuning langsat, kulit gatal(-), keriput (-)

2. Kepala : sakit kepala(-), pusing(-), rambut rontok(-),luka(-),benjolan(-),

demam(+)

3. Mata : pandangan mata berkunang-kunang(-), penglihatan kabur(-),

ketajaman penglihatan berkurang(-), penglihatan ganda(-)

4. Hidung : tersumbat(+), mimisan(-)

5. Telinga : pendengaran berkurang(-), berdengung(-), cairan(-), nyeri(-)

6. Mulut : sariawan(-), mulut kering(-), lidah terasa pahit(-)

7. Tenggorokan : nyeri menelan(-), suara serak(-)

8. Pernafasan : sesak nafas(+), batuk(+), mengi(+)

9. Kardiovaskuler : nyeri dada(-), berdebar-debar(-), ampeg(-).

10. Gastrointestinal : mual(-), muntah(-), diare(-), nafsu makan menurun(+), nyeri

perut(-), BAB normal

Page 5: Kasus Anak

5

11. Genitourinaria : BAK normal

12. Neurologik : lumpuh(-), kaki kesemutan(-), kejang (-)

13. Psikiatrik : emosi stabil(+), mudah marah(-)

14. Muskolokeletal : kaku sendi(-), nyeri sendi pinggul(-), nyeri tangan dan kaki(-),

nyeri otot(-)

15. Ekstremitas atas : bengkak(-), sakit(-), telapak tangan pucat(-), kebiruan(-),

luka(-)

16. Ekstremitas bawah : bengkak (-), sakit(-), telapak kaki pucat(-), kebiruan(-), luka(-)

Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum : pasien tampak rewel dan badannya panas

2. Kesadaran : GCS 456 compos mentis

3. Tanda vital :

BB : 7,4 kg

TB : 58 cm

BMI : BB/TB2 => 21,9 kg/m2=> kesan normoweight

Tensi : - mmHg

Suhu : 37,6oC

N : 112x/menit, regular

RR : 34x/menit

4. Kulit : sawo matang, turgor baik, ikterik (-), sianosis (-), pucat (-),

spider nevi (-), petechie (-), eritem (-), venektasi (-)

5. Kepala : bentuk mesocephal, luka (-), rambut mudah dicabut (-),

keriput(-), atrofi m.temporalis (-), kelainan mimik wajah/bells

palsy (-), papul (-), nodul (-), makula (-)

6. Mata : conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), pupil isokor

(+/+), reflek kornea (+/+), warna kelopak coklat, radang (-/-),

eksoftalmus (-), strabismus (-)

7. Hidung : nafas cuping hidung (+/+), rhinorrhea (+/+), epistaksis (-/-),

deformitas hidung (-/-), hiperpigmentasi (-/-), saddle nose(-/-)

8. Mulut : mukosa bibir pucat (-/-), sianosis bibir (-/-), bibir kering (-/-),

gusi berdarah (-) lidah kotor (-), tepi lidah hiperemis (-), papil

lidah atrofi (-)

Page 6: Kasus Anak

6

9. Telinga : otorrhea (-/-), pendengaran berkurang (-/-), nyeri tekan

mastoid (-/-), cuping teling dbn, serumen (-/-)

10. Tenggorokan : tonsil membesar (+/+), pharing hiperemis (+)

11. Leher : lesi kulit (-), pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran KGB

(+), deviasi trakea (-), tortikolis (-)

12. Thorax : normochest, simetris, pernafasan thoracoabdominal, retraksi

(+), massa (-), krepitasi (-), kelainan kulit (-), nyeri (-)

Cor:

Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat

Perkusi : Batas kiri atas : ICS II Linea para sternalis sinistra

Batas kanan atas : ICS II Linea para sternalis dekstra

Batas kiri bawah : ICS V medial linea medio clavicularis

sinistra

Batas kanan bawah : ICS IV linea para sternalis dekstra

Auskultasi : bunyi jantung I-II intensitas normal, regular, bising (-), bunyi

jantung tambahan (-), HR : 112x/menit

Pulmo :

Statis (depan dan belakang)

Inspeksi : bentuk normal, pengembangan dada kanan sama dengan dada kiri

Palpasi : fremitus raba kiri sama dengan kanan

Perkusi : sonor/sonor

Auskultasi : + + + + + +

suara dasar vesikuler + wheezing - ronkhi -

+ + - - - -

Dinamis (depan dan belakang)

Inspeksi : pergerakan dada kanan sama dengan dada kiri, irama regular, otot

bantu nafas (+), pola nafas abnormal (-)

Palpasi : fremitus raba kiri sama dengan kanan

Perkusi : sonor/sonor

Auskultasi : + + + + + +

suara dasar vesikuler + wheezing - ronkhi -

+ + - - - -

Page 7: Kasus Anak

7

13. Abdomen :

Inspeksi : datar/sejajar dinding dada, venektasi (-), massa (-), bekas jahitan (-)

Palpasi : supel, nyeri epigastrium (-), hepar dan lien tidak teraba, turgor baik,

massa (-), asites (-)

Perkusi : timpani seluruh lapangan perut

Auskultasi : bising usus normal

14. Sistem Collumna Vertebralis :

Inspeksi : deformitas (-), skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-)

Palpasi : nyeri tekan (-)

15. Ekstremitas : palmar eritem (-)

Akral dingin Oedem

L : deformitas (-), luka (-)

F : nyeri tekan (-), krepitasi (-)

M: normal

16. Sistem genitalia : normal

17. Pemeriksaan neurologik :

Kesadaran : GCS 456 composmentis

Fungsi luhur : dalam batas normal

Fungsi vegetatif : dalam batas normal

Fungsi sensorik

Fungsi motorikKekuatan Tonus Ref.Fisiologis Ref.Patologis

18.

Pemeriksaan psikiatri :

Penampilan : baik

- -

- -

- -

- -

N N

N N

- -

- -

N N

N N

N N

N N

5 5

5 5

Page 8: Kasus Anak

8

Kesadaran : kualitatif tidak berubah, kuantitatif composmentis

Afek : appropriate

Psikomotor : normoaktif

Proses pikir : Bentuk : realistik

Isi : waham (-), halusinasi (-), ilusi (-)

Arus : koheren

Insight : baik

Pemeriksaan Penunjang

Planning : Foto thoraks PA

Lab Darah Lengkap

Resume

An.D dibawa ke IGD RSI oleh ayah dan ibunya dengan keluhan panas sejak 3 hari

yang lalu. Panasnya seluruh tubuh sepanjang hari. Awalnya tidak begitu panas, tetapi

setelah beberapa hari panasnya semakin tinggi. Ada pilek dan juga batuk sejak 2 hari

ini. Pasien rewel, tidak mau makan dan minum. Tidak ada diare, mual dan muntah.

Dari hasil pemeriksaan didapatkan keadaan umum pasien tampak rewel dan

badannya panas, kesadaran GCS 456 compos mentis, BB=7,4 kg, TB = 56 cm, BMI

kesan normoweight, suhu 39oC, nadi 112x/menit, regular, RR 34x/menit. Review of

system menunjukkan adanya nafas cuping hidung, rinorrhea, pembesaran tonsil,

pharing hiperemis, pembesaran kelenjar getah bening di leher, retraksi otot-otot

pernafasan, wheezing dan ronkhi pada lapang atas paru.

Diagnosa kerja dari An.D adalah observasi febris et causa ISPA dengan planning

diagnose foto thoraks PA dan lab darah lengkap.

Diagnosis Holistik

An.D adalah putri dari Tn.C dan Ny.N, usia 11 bulan, adalah penderita observasi febris et

causa ISPA yang tinggal dalam nuclear family. An.D adalah anak kedua dari 2

bersaudara.

1. Diagnosis dari segi biologis :

An.D adalah penderita observasi febris et causa ISPA.

Page 9: Kasus Anak

9

2. Diagnosis dari segi psikologis :

Hubungan An.D dengan keluarga baik.

3. Diagnosis dari segi sosial, ekonomi, dan budaya :

An.D adalah anak kedua dan keluarganya hanya sebagai anggota masyarakat biasa

di lingkungannya.

Penatalaksanaan

Non Medikamentosa:

a. Edukasi dan KIE kepada orang tua pasien tentang penyakit dan kondisi An.D

b. Istirahat/tirah baring

c. Asupan gizi cukup

Medikamentosa: 14/10/2011

- Infus KAEN-3B 700cc/24jam

Komp: Per Liter Na 50 mEq, K 20 mEq, lactate 20 mEq, glucose 27g

I: menyalurkan/ memelihara keseimbangan air dan elektrolit pada keadaan dimana

asupan makanan per oral tidak mencukupi atau tidak mungkin

KI: hiperkalemi, oliguri, aritmia

ES: alkalosis, edema otak, paru dan perifer

Dosis: Dewasa dan anak > 3th atau BB>15kg 500-1000mL

- Progesic 3x1/2 cth

Komp: paracetamol

I: analgesic dan antipiretik

KI: penyakit hati

ES: reaksi alergi

Dosis: Sir anak 2,5-5mL 3-4x/hari

- Mucohexin 3x1 puyer

Komp: bromhxine HCl

I: batuk yang memerlukan ekspektoran

KI: Tukak lambung

ES: gangguan GI tract

Dosis: Anak 1/4sdt atau 1/4tab 3x/hari

- Inj. clacef 2x175mg

Komp: cefotaxime Na

Page 10: Kasus Anak

10

I: infeksi saluran nafas, kulit, tulang, sal.kemih, bakterimia

KI: hipersensitif

ES: gangguan GI, hipersensitif

Dosis: Anak 50-100mg/kgBB/hari 2x/hari

Follow up

Tanggal 14/10/2011

S : panas, batuk, pilek, tidak mau makan minum

O : KU cukup, compos mentis GCS 456, gizi kesan cukup

Tanda vital: T: - mmHg RR: 34 x/menit

N: 112 x/menit S: 37,6oC

A : OF et causa ISPA

P : - Infus KAEN-3B

- Progesic syr

- Mucohexin syr

- Inj. clacef

- Diet makanan lunak

-Foto thorax PA dan Lab. DL

Tanggal 15/10/2011

S : batuk dan panas, diare 2x

O : KU cukup, compos mentis GCS 456, gizi kesan cukup

Tanda vital: T: - mmHg RR: 34 x/menit

N: 110 x/menit S: 36,4oC

Lab : Hb = 11,3 mg/dL

Leukosit = 11.300/mm3

Erirosit = 4,77 juta/mm3

Trombosit = 347.000/mm3

PCV = 36,4%

Hitung jenis : -/2/-/17/72/9

A : OF et causa ISPA

P : - Infus KAEN-3B

- Progesic syr

- Mucohexin syr

Page 11: Kasus Anak

11

- Inj. clacef

- Diet makanan lunak

Tanggal 16/10/2011

S : batuk, pilek dan demam berkurang, tetapi tidak mau makan

O : KU cukup, compos mentis, gizi kesan cukup

Tanda vital: T: - mmHg RR: 28 x/menit

N: 100 x/menit S: 36,2oC

Hasil Foto thorax PA :

Cor : tidak ada kelainan

Pulmo : bronchovascular pattern meningkat pada lap.atas kanan dan kiri

Kesimpulan : bronchitis

A : bronchitis

P : - Infus KAEN-3B

- Mucohexin syr

- Inj. clacef

- Diet makanan lunak

- Progesic (bila perlu)

-Lab DL

Tanggal 17/10/2011

S : membaik

O : keluhan tidak ada

Tanda vital: T: - mmHg RR: 26 x/menit

N: 100 x/menit S: 36oC

DL : Hb 11,1 mg/dl

Leukosit = 6.200/mm3

Eritrosit = 4,77 juta/mm3

Trombosit = 234.000/mm3

Hitung jenis : -/4/-/6/81/9

A : bronkhitis

P : - Infus KAEN-3B

- Mucohexin syr

- Inj. clacef

- Diet makanan lunak

Page 12: Kasus Anak

12

- Progesic (bila perlu)

Pukul 17.00 keluarga pasien minta dipulangkan

ACC pulang, KU membaik

Obat yang diminum di rumah : cefixime syr 2x1

puyer mucohexin 3x1

Kesimpulan

- Diagnose akhir dari An.D adalah bronchitis

- Kondisi An.D sewaktu dipulangkan membaik

Flow Sheet

Pasien : An.D, 11 bulanDiagnosis : bronchitis

No. Tanggal S O A P1. 14/10/2011 panas,

batuk, pilek, tidak mau makan minum

KU cukup, compos mentis GCS 456, gizi kesan cukupTanda vital:T: - mmHg RR: 34 x/menitN: 112 x/menit S: 37,6oC

OF et causa ISPA

- Infus KAEN-3B- Progesic syr- Mucohexin syr- Inj. clacef- Diet makanan lunak- Foto thorax PA- Lab. DL

2. 15/10/2011 batuk dan panas, diare 2x

KU cukup, compos mentis GCS 456, gizi kesan cukupTanda vital:T: - mmHg RR: 34 x/menitN: 110 x/menit S: 36,4oCLab : Hb = 11,3 mg/dLLeukosit = 11.300/mm3Erirosit = 4,77 juta/mm3Trombosit = 347.000/mm3PCV = 36,4%Hitung jenis : -/2/-/17/72/9

OF et causa ISPA

- Infus KAEN-3B- Progesic syr- Mucohexin syr- Inj. clacef- Diet makanan lunak

3 16/10/2011 batuk, pilek dan demam berkurang, tetapi tidak mau makan

KU cukup, compos mentis, gizi kesan cukupTanda vital:T: - mmHg RR: 28 x/menitN: 100 x/menit S: 36,2oCHasil Foto thorax PA :Cor : tidak ada kelainanPulmo : bronchovascular pattern meningkat pada lap.atas kanan dan kiriKesimpulan : bronchitis

Bronchitis - Infus KAEN-3B- Mucohexin syr- Inj. clacef- Diet makanan lunak- Progesic syr (bila perlu)

4 17/10/2011 Membaik, keluhan tidak ada

KU cukup, compos mentis, gizi kesan cukupTanda vital:

Bronkhitis - Infus KAEN-3B- Mucohexin syr- Inj. clacef

Page 13: Kasus Anak

13

Pukul 17.00

Keluarga pasien minta dipulangkan

T: - mmHg RR: 26 x/menitN: 100 x/menit S: 36oCDL : Hb 11,1 mg/dlLeukosit = 6.200/mm3Eritrosit = 4,77 juta/mm3Trombosit = 234.000/mm3Hitung jenis : -/4/-/6/81/9

ACC pulang, KU membaik

- Diet makanan lunak- Progesic syr (bila perlu)

Obat yang diminum di rumah :- cefixime syr 2x1- puyer mucohexin 3x1

Prognosis : baik

BAB II

IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI DALAM KELUARGA

Page 14: Kasus Anak

14

DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN

Fungsi Holistik

1. Fungsi Biologis

Keluarga An.D terdiri dari 4 orang, yaitu ayah (Tn.C), ibu (Ny.N), kakak

(An.A) dan An.D. An.D merupakan penderita bronkhitis.

2. Fungsi Psikologis

Hubungan keluarga An.D baik dan saling perhatian.

3. Fungsi Sosial

Orangtua An.D hanya sebagai anggota masyarakat biasa di lingkungannya.

Kesimpulan :

Fungsi biologis An.D kurang baik.

Fungsi Fisiologis dengan Alat APGAR Score

APGAR score Tn.C=5

APGAR Tn.C Terhadap Keluarga Sering/selalu

Kadang-kadang

Jarang/Tidak

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama

Untuk Tn.C APGAR score dapat dijelaskan sebagai berikut :

Adaptation : Dalam menghadapi masalah, Tn.C kadang-kadang memecahkannya sendiri .

Score : 1

Partnership : Komunikasi antara Tn.C dengan keluarga terjalin cukup baik.

Score : 1

Growth : Tn.N kadang tidak didukung untuk melakukan kegiatan tertentu.

Score : 1

Page 15: Kasus Anak

15

Affection : Kasih sayang dan perhatian cukup baik.

Score : 1

Resolve : Tn.C kadang-kadang berkumpul dan jalan-jalan bersama dengan

keluarganya jika libur kerja.

Score : 1

APGAR score Ny.N= 8

APGAR Ny.N Terhadap Keluarga Sering/selalu

Kadang-kadang

Jarang/tidak

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah.

P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya.

G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru.

A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama

Untuk Ny.N APGAR score dapat dijelaskan sebagai berikut :

Adaptation : Dalam menghadapi masalah hidup, Ny.N menceritakan kepada suaminya.

Score : 1

Partnership : Komunikasi antara Ny.N dengan keluarga terjalin baik.

Score : 2

Growth : Ny.N jarang melakukan kegiatan baru karena sibuk mengurus anak.

Score : 1

Affection : Kasih sayang yang terjalin antara anggota keluarga baik.

Score : 2

Resolve : Ny.N selalu bersama anak-anaknya tetapi untuk kumpul dan jalan dengan

suaminya jarang.

Score : 1

APGAR score keluarga An.D = (5+8) : 2 = 6,5

Page 16: Kasus Anak

16

Kesimpulan : Fungsi fisiologis keluarga An.D cukup baik.

Fungsi Patologis dengan Alat SCREEM

Tabel SCREEM keluarga An.D

Sumber PatologisSocial Ikut berpartisipasi dalam kegiatan di lingkungannya -

Culture Menggunakan adat istiadat daerah asal -

Religious Pemahaman terhadap ajaran agama cukup, demikian juga dalam ketaatannya dalam beribadah.

-

Economic Penghasilan keluarga relatif kurang +

EducationalTingkat pendidikan dan pengetahuan keluarga ini cukup -

MedicalAn.D saat ini tidak langsung dibawa ke RS karena orangtuanya menganggap batuk pilek biasa. +

Kesimpulan

Keluarga An.D mempunyai masalah dalam hal ekonomi dan kesehatan.

Genogram Keluarga

Diagram Genogram Keluarga An.D

Pola Interaksi Keluarga

Diagram Pola Interaksi Keluarga An.D

Tn.C

An.A

Ny.N

An.D

Page 17: Kasus Anak

17

Keterangan :

Hubungan baik

Hubungan tidak baik

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan

Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga

Faktor Perilaku Keluarga

a. Pengetahuan

Keluarga An.D memiliki pengetahuan yang cukup tentang kesehatan. Menurut

pendapat mereka semua kesehatan itu tidak hanya secara jasmani saja tetapi dalam

hal pikiran. Namun orangtua An.D kurang mengetahui tentang komplikasi

penyakit yang dapat terjadi pada An.D jika An.D tidak segera ditangani dengan

baik.

b. Sikap

Keluarga An.D menganggap ini hanya batuk pilek biasa sehingga tidak perlu

dibawa ke dokter atau rumah sakit.

c. Tindakan

Keluarga baru mengantarkan An.D untuk periksa ke RS karena alasan baru

sempat dan mengira An.D hanya batuk pilek biasa. Selain itu keluarga takut jika

ke RS disuruh rawat inap karena alas an biaya.

Faktor Non Perilaku

a. Lingkungan

Rumah keluarga terletak di sebuah gang di perumahan dan berdempetan

dengan tetangganya. Gang ini cukup ramai karena sering digunakan sebagai

jalan pintas. Kondisi ini membuat ventilasi rumah kurang baik, selain itu

polusi udara dapat masuk ke dalam rumah.

Tn.C

Ny.N

An.DAn.A

Page 18: Kasus Anak

18

b. Pelayanan Kesehatan

Rumah An.D tidak terlalu jauh dengan pelayanan kesehatan seperti bidan.

Namun untuk jarak dengan RS agak jauh.

c. Keturunan

Menurut keluarga, tidak ada anggota keluarga lainnya yang menderita

penyakit seperti ini. Hanya batuk pilek biasa.

Diagram Faktor Perilaku dan Non Perilaku

Keterangan:: Faktor Perilaku

: Faktor Non-perilaku

PengetahuanKeluarga An.D memiliki pengetahuan yang cukup tentang kesehatan. Menurut pendapat mereka semua kesehatan itu tidak hanya secara jasmani saja tetapi dalam hal pikiran. Namun orangtua An.D kurang mengetahui tentang komplikasi penyakit yang dapat terjadi pada An.D jika An.D tidak segera ditangani dengan baik.

SikapKeluarga An.D menganggap ini hanya batuk pilek biasa sehingga tidak perlu dibawa ke dokter atau rumah sakit.

TindakanKeluarga baru mengantarkan An.D untuk periksa ke RS karena alasan baru sempat dan mengira An.D hanya batuk pilek biasa. Selain itu keluarga takut jika ke RS disuruh rawat inap karena alas an biaya.

KeturunanMenurut keluarga, tidak ada anggota keluarga lainnya yang menderita penyakit seperti ini. Hanya batuk pilek biasa.

LingkunganRumah keluarga terletak di sebuah gang di perumahan dan berdempetan dengan tetangganya. Gang ini cukup ramai karena sering digunakan sebagai jalan pintas. Kondisi ini membuat ventilasi rumah kurang baik, selain itu polusi udara dapat masuk ke dalam rumah.

Pelayanan KesehatanRumah An.D tidak terlalu jauh dengan pelayanan kesehatan seperti bidan. Namun untuk jarak dengan RS agak jauh.

An.D

Page 19: Kasus Anak

19

Identifikasi Lingkungan Rumah

Lingkungan Luar Rumah (Fungsi Outdoor) :

o Rumah ukuran 6m x 6m

o Memiliki pagar

o Jarak dengan tetangga berdempetan

o Sumber air dari pompa

Lingkungan Dalam Rumah (Fungsi Indoor) :

o Terdapat 5 ruangan :

2 kamar tidur

1 ruang tamu + ruang keluarga

1 dapur

1 kamar mandi

o Ventilasi dan sirkulasi udara kurang baik

o Lantai keramik

o Dinding dari tembok, atap dari genteng

Denah Rumah

Dapur

Ruang tamu

Kamar Tidur I

Kamar Tidur II

Kamar Mandi

6m

7m

Ruang Keluarga

Page 20: Kasus Anak

20

Daftar MasalahMasalah medis :

- bronkhitis

- balita

Masalah non medis :

1. Faktor ekonomi yang relative kurang

2. Keluarga kurang memahami penyakit dan komplikasinya

3. Keluarga menganggap ini hanya penyakit biasa sehingga tidak segera

memeriksakan anaknya

4. Lingkungan rumah yang kurang baik

Diagram Permasalahan Pasien

Matrikulasi Masalah

Prioritas masalah ini ditentukan melalui teknik kriteria matriks.

No. Daftar Masalah I T R Jumlah

IxTxRP S SB Mn Mo Ma

1. Faktor ekonomi yang kurang

4 4 3 2 4 4 3 242

2. Keluarga kurang memahami penyakit dan komplikasinya

5 5 3 2 5 2 3 780

2.Keluarga kurang memahami penyakit dan komplikasinya

3.Keluarga menganggap ini hanya penyakit biasa sehingga tidak segera memeriksakan anaknya

4. Lingkungan rumah yang kurang baik dan ayahnya merokok

An.D, 11 bulanDiagnosa :bronkhitis

Faktor ekonomi yang kurang

Page 21: Kasus Anak

21

3. Keluarga menganggap ini hanya penyakit biasa sehingga tidak segera memeriksakan anaknya

5 5 5 4 5 5 3 780

4. Lingkungan rumah kurang baik dan ayahnya merokok

5 5 4 3 5 3 2 420

Keterangan :

I : Importancy (pentingnya masalah)

P : Prevalence (besarnya masalah)

S : Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)

SB : Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)

T : Technology (teknologi yang tersedia)

R : Resources (sumber daya yang tersedia)

Mn : Man (tenaga yang tersedia)

Mo : Money (sarana yang tersedia)

Ma : Material (pentingnya masalah)

Kriteria penilaian :

1 : tidak penting

2 : agak penting

3 : cukup penting

4 : penting

5 : sangat penting

Berdasarkan kriteria matriks diatas, maka urutan prioritas masalah keluarga An.D adalah

sebagai berikut :

1. Keluarga kurang memahami penyakit dan komplikasinya

2. Keluarga menganggap ini hanya penyakit biasa sehingga tidak segera

memeriksakan anaknya

3. Lingkungan rumah yang kurang baik dan ayah An.D merokok

4. Faktor ekonomi yang relative kurang

Page 22: Kasus Anak

22

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

ISPA

Definisi ISPA

ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas. Yang benar

adalah ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA meliputi

saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah.

ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang

dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung

paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput

paru.

Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk

pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan

menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat

mengakibat kematian.

Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2

golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia dibagi atas derajat

beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek

seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya

digolongkan sebagai bukan pneumonia. Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas

bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman

Streptococcus jarang ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobati dengan

antibiotik penisilin, semua radang telinga akut harus mendapat antibiotic.

ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang

mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat ke saluran pernapasannya..

Kelainan pada sistem pernapasan terutama infeksi saluran pernapasan bagian atas

dan bawah, asma dan fibro kistik, menempati bagian yang cukup besar pada lapangan

pediatri. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus,

sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin.

Tetapi ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak kecil

terutama apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang

tidak higiene. Risiko terutama terjadi pada anak-anak karena meningkatnya kemungkinan

Page 23: Kasus Anak

23

infeksi silang, beban immunologisnya terlalu besar karena dipakai untuk penyakit parasit

dan cacing, serta tidak tersedianya atau berlebihannya pemakaian antibiotik.

Tanda-tanda bahaya

Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhan-

keluhan dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala

menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan

pernapasan dan mungkin meninggal. Bila sudah dalam kegagalan pernapasan maka

dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun demikian mortalitas masih

tinggi, maka perlu diusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah

berat cepat-cepat ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan pernapasan.

Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tanda-tanda

laboratoris.

Tanda-tanda klinis :

• Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi

dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang,

grunting expiratoir dan wheezing.

• Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan

cardiac arrest.

• Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung,

papil bendung, kejang dan coma.

• Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.

Tanda-tanda laboratoris

• hypoxemia,

• hypercapnia dan

• acydosis (metabolik dan atau respiratorik)

Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah: tidak bisa

minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk, sedangkan tanda bahaya pada

anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah: kurang bisa minum (kemampuan

minumnya menurun ampai kurang dari setengah volume yang biasa diminumnya),

kejang, kesadaran menurun, stridor, wheezing, demam dan dingin.

Penatalaksanaan

Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus yang benar

merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program (turunnya kematian

Page 24: Kasus Anak

24

karena pneumonia dan turunnya penggunaan antibiotik dan obat batuk yang kurang tepat

pada pengobatan penyakit ISPA).

Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar

pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik

untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang

kurang bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang

pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan penunjang yang penting

bagi pederita ISPA.

Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut :

a. Pemeriksaan

Pemeriksaan artinya memperoleh informasi tentang penyakit anak dengan

mengajukan beberapa pertanyaan kepada ibunya, melihat dan mendengarkan anak.

Hal ini penting agar selama pemeriksaan anak tidak menangis (bila menangis akan

meningkatkan frekuensi napas), untuk ini diusahakan agar anak tetap dipangku oleh

ibunya. Menghitung napas dapat dilakukan tanpa membuka baju anak. Bila baju anak

tebal, mungkin perlu membuka sedikit untuk melihat gerakan dada. Untuk melihat tarikan

dada bagian bawah, baju anak harus dibuka sedikit. Tanpa pemeriksaan auskultasi dengan

steteskop penyakit pneumonia dapat didiagnosa dan diklassifikasi.

b. Klasifikasi ISPA

Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:

• Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam

(chest indrawing).

• Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.

• Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam,

tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis

dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia

Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA.

Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan

umur 2 bulan sampai 5 tahun.

Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :

• Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada

bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2

bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih.

Page 25: Kasus Anak

25

• Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat

dinding dada bagian bawah atau napas cepat.

Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu :

• Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian

bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus

dalam keadaan tenang tldak menangis atau meronta).

• Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12 bulan

adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per

menit atau lebih.

• Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada

bagian bawah dan tidak ada napas cepat.

c. Pengobatan

• Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral, oksigen

dan sebagainya.

• Pneumonia: diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita tidak

mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian kontrmoksasol

keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik pengganti yaitu

ampisilin, amoksisilin atau penisilin prokain.

• Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di rumah,

untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak

mengandung zat yang merugikan seperti kodein,dekstrometorfan dan,

antihistamin. Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol.

Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat

adanya bercak nanah (eksudat) disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher,

dianggap sebagai radang tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi

antibiotik (penisilin) selama 10 hari.

Tanda bahaya setiap bayi atau anak dengan tanda bahaya harus diberikan

perawatan khusus untuk pemeriksaan selanjutnya.

d. Perawatan dirumah

Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya yang

menderita ISPA.

Page 26: Kasus Anak

26

• Mengatasi panas (demam)

Untuk anak usia 2 bulan samapi 5 tahun demam diatasi dengan memberikan

parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus

segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari.

Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus

dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih,

celupkan pada air (tidak perlu air es).

Mengatasi batuk

Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu

jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh ,

diberikan tiga kali sehari.

Pemberian makanan

Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang yaitu

lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI pada bayi

yang menyusu tetap diteruskan.

Pemberian minuman

Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih banyak

dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan cairan

akan menambah parah sakit yang diderita.

Lain-lain

Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan

rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam. Jika pilek, bersihkan hidung yang

berguna untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari komplikasi yang

lebih parah. Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang

berventilasi cukup dan tidak berasap. Apabila selama perawatan dirumah

keadaan anak memburuk maka dianjurkan untuk membawa kedokter atau

petugas kesehatan. Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, selain

tindakan diatas usahakan agar obat yang diperoleh tersebut diberikan dengan

benar selama 5 hari penuh. Dan untuk penderita yang mendapatkan antibiotik,

usahakan agar setelah 2 hari anak dibawa kembali kepetugas kesehatan untuk

pemeriksaan ulang .

e. Pencegahan dan Pemberantasan

Pencegahan dapat dilakukan dengan :

Page 27: Kasus Anak

27

• Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.

• Immunisasi.

• Menjaga kebersihan prorangan dan lingkungan.

• Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.

Pemberantasan yang dilakukan adalah :

• Penyuluhan kesehatan yang terutama di tujukan pada para ibu.

Pengelolaan kasus yang disempurnakan.

• Immunisasi

BRONKHITIS PADA ANAK

Definisi

Bronkitis adalah suatu penyakit yang ditanda oleh inflamasi bronkus. Secara klinis

pada ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu penyakit atau gangguan respiratorik dengan

batuk merupakan gejala yang utama dan dominan. Bronkitis dapat dikatakan penyakit

tersendiri, tetapi biasanya merupakan lanjutan dari infeksi saluran pernafasan akut atau

bersamaan dengan penyakit saluran pernapasan akut lain seperti sinobronkitis,

laringotrakeobronkitis, bronkitis pada asma dan sebagainya.

Etiologi

Penyebab utama penyakit bronkitis akut adalah adalah virus. Sebagai contoh

Rhinovirus Sincytial Virus (RSV), Infulenza Virus, Para-influenza Virus, Adenovirus dan

Page 28: Kasus Anak

28

Coxsakie Virus. Bronkitis akut selalu terjadi pada anak yang menderita morbilli, pertusis

dan infeksi Mycoplasma Pneumonia. Belum ada bukti yang meyakinkan bahwa bakteri

lain merupakan penyebab primer bronkitis akut pada anak. Di lingkungan sosio-ekonomi

yang baik jarang terdapat infeksi sekunder oleh bakteri. Alergi, cuaca, polusi udara dan

infeksi saluran napas atas dapat memudahkan terjadinya bronkitis akut.

Patofisiologi

Virus merupakan penyebab tersering infeksi. Virus masuk melalui saluran

pernapasan. Saluran pernafasan sebenarnya telah memiliki respon imun pada lini pertama

yaitu mukosa dan silia, tetapi pada keadaan tertentu invasi terus berlanjut sehingga virus

dapat masuk ke saluran pernapasan lebih lanjutan. Invasi dari virus menyebabkan mukosa

membengkak dan menghasilkan lendir, sehingga tampak gejalanya adalah demam, pilek,

batuk (mula-mula kering kemudian berdahak), riak jernih, purulent, encer. Jika kondisi

ini tidak segera diatasi maka infeksi akan berlanjut ke saluran pernafasan bawah yang

menimbulkan suara ronkhi, sesak napas dan wheezing. Jika tidak hilang setelah tiga

minggu maka kemungkinan akan terjadi kolaps paru segmental atau infeksi paru sekunder

yang biasanya oleh golongan bakteri maupun jamur.

Tanda dan Gejala

- Biasanya tidak demam, walaupun ada tetapi rendah.

- Keadaan umum baik, tidak tampak sakit, tidak bagitu sesak.

- Mungkin disertai nasofaringitis atau konjungtivitis.

- Pada paru didapatkan ronkhi atau wheezing.

Komplikasi

- Bronkitis akut yang tidak ditangani cenderung menjadi bronkitis kronik.

- Pada anak yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan gizi

kurang dapat terjadi otitis media, sinusitis dan pneumonia.

- Bronkitis kronik menyebabkan mudah terserang infeksi.

- Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasis atau bronkietaksis.

-

Pemeriksaan Penunjang

- Foto Thorax : biasanya tidak tampak adanya kelainan atau hanya hyperemi dan

bronchovascular pattern meningkat.

- Laboratorium : biasanya terdapat peningkatan kadar leukosit yang menunjukkan

adanya infeksi.

Page 29: Kasus Anak

29

Penatalaksanaan

a. Tindakan Perawatan

Pada tindakan perawatan yang penting ialah mengontrol batuk dan mengeluarakan

lendir

- Sering mengubah posisi

- Istirahat

- Banyak minum

- Jika sesak dapat diberikan inhalasi atau nebulizer

- Untuk mempertahankan daya tahan tubuh, setelah anak muntah dan tenang perlu

diberikan minum susu atau makanan lain

- Mencari penyebab. Bila karena alergi maka dilakukan modifikasi lingkungan sekitar

untuk mengurangi eksposur pada anak

b. Pengobatan

- Untuk mengurangi demam dan rasa tidak enak badan, dapat diberikan antipiretik dan

analgesic misalnya paracetamol.

- Antibiotik diberikan kepada penderita yang gejalanya menunjukkan bahwa

penyebabnya adalah infeksi bakteri (dahaknya berwarna kuning atau hijau dan demamnya

tetap tinggi) dan penderita yang sebelumnya memiliki penyakit paru-paru. Penderita

dewasa diberikan trimetoprim-sulfametoksazol, tetracyclin atau ampisilin. Erythromycin

diberikan walaupun dicurigai penyebabnya adalah Mycoplasma pneumoniae. Pada

penderita anak-anak diberikan amoxicillin. Jika penyebabnya virus, tidak diberikan

antibiotik. Jika gejalanya menetap atau berulang atau jika bronkitisnya sangat berat, maka

dilakukan pemeriksaan biakan dari dahak untuk membantu menentukan apakah perlu

dilakukan penggantian antibiotik.

BAB IVKESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN HOLISTIK

Page 30: Kasus Anak

30

Diagnosis Holistik : An.D usia 11 bulan adalah penderita bronkhitis yang tinggal

dalam nuclear family, hubungan keluarga baik, status ekonomi relative kurang dan

merupakan anggota masyarakat biasa dalam kehidupan sosial di lingkungannya.

1. Segi biologis :

An.D menderita bronkhitis.

2. Segi psikologis :

APGAR skor keluarga An.D= 6,5 menunjukkan fungsi fisiologis keluarga cukup

baik.

3. Segi sosial :

Keluarganya hanya sebagai anggota masyarakat biasa di lingkungannya.

SARAN KOMPREHENSIFBerikut ini merupakan saran dan edukasi yang harus kita berikan kepada keluarga

(orangtua) An.D :

1) Promotif

Orangtua An.D perlu diberikan penjelasan mengenai penyakit dan

komplikasi dari bronkhitis yang diderita An.D, bahwa penyakitnya ini

akibat peradangan atau infeksi saluran nafas yang ditandai dengan batuk,

pilek, dan demam. Jika tidak segera ditangani dengan baik maka akan

menyebabkan penyakit yang lain pada saluran nafas. Selain itu perlu diberi

pengetahuan bahwa kondisi lingkungan dan kondisi anak juga sangat

mempengaruhi terjadinya penyakit.

2) Preventif

Pada kasus ini tindakan preventif adalah menjaga kondisi anak dan

lingkungannya agar tetap sehat, ventilasi dan pencahayaannya cukup, serta

Tn.C tidak merokok di dalam rumah. Rumah yang terletak di pinggir jalan

yang ramai, maka kamar anak sebaiknya tidak terpapar langsung oleh

polusi. Imunisasi juga harus dilakukan secara lengkap.

3) Kuratif

Jika ada permasalahan pada anak, maka orangtua sebaiknya tidak

menganggap remeh dan cepat memeriksakannya ke pelayanan kesehatan

terdekat.

Page 31: Kasus Anak

31

4) Rehabilitatif

Edukasi dan motivasi terhadap keluarga pasien tentang pencegahan

penyakit, menjaga kesehatan anak dan memperbaiki kondisi lingkungan

rumah.