Upload
ngohanh
View
223
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
MATA KULIAH : METODOLOGI STUDI ISLAM
ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN
OLEH :
KELOMPOK XI
NAMA : LA ASI (413010102)
ALIANI (410010030)
SEMESTER : IV
PROGRAM TARBIYAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM (FAI)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON
BAUBAU
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk
memenuhi tugas. Selain itu, penyusunan makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan mengenai “Islamisasi Ilmu Pengetahuan”. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing yang telah membimbing
kami agar dapat menyelesaikan makalah ini.
Akhirnya kami menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, kami menerima
kritik dan saran agar penyusunan makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Untuk
itu kami mengucapkan banyak terima kasih dan semoga karya tulis ini bermanfaat
untuk kami dan untuk pembaca.
Baubau, Mei 2015
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Pengertian Islamisasi Ilmu Pengetahuan................................................3
B. Pemikiran Tokoh-tokoh tentang Islamisasi Ilmu Pengetahuan..............4
C. Langkah-langkah untuk Mencapai Proses Islamisasi
Ilmu Pengetahuan..................................................................................6
D. Pro Kontra Islamisasi Ilmu Pengetahuan...............................................7
E. Islamisasi Sebagai Fenomena.................................................................7
F. Tujuan Isalamisasi Ilmu Pengetahuan....................................................8
BAB III PENUTUP..............................................................................................11
A. Kesimpulan...........................................................................................11
B. Saran......................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setelah Abad 15 M umat islam mengalami kemunduran yang sangat parah
ditandai dengan hancurnya dinasti Abbasiyah sebagai simbol kejayaan umat
islam. Kemudian diikuiti dengan semangat bangsa Erofa yang dengan Renaisance
nya membawa keharuman bangsa tersebut menuju puncak keemasan yang pernah
di raih umat islam sebelumnya. Dari titik kesadaran yang diraih bangsa Erofa
tersebut mampu menemukan berbagai inovasi dalam teknologi industri konsumtif;
mesin, listrik, teknologi pemintalan dan lain lain. Setelah waktu berjalan
penemuan inovasi ini tidak diimbangi raw material yang dimiliki bangsa Erofa
sehingga memunculkan revolusi industri, yang mengakibatkan krisis
kemanusiaan; Misalnya pengangguran, perbudakan, pemberontakan sebagai
akibat kaum Borjuist yang sudah tidak memerlukan lagi tenaga manusia.
Perkembangan ilmu pengetahuan melahirkan berbagai macam dampaknya
terhadap kehidupan manusia dan lingkungannya, disatu sisi dia mampu
membantu dan meringankan beban manusia, namun di sisi lain dia juga
mempunyai andil dalam menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan, bahkan
eksistensi itu sendiri. Ilmu barat yang bercorak sekuler dibangun di atas filsafat
materialistisme, naturalisme dan eksistensialisme melahirkan ilmu pengetahuan
yang jauh dari nilai-nilai spritual, moral dan etika. Oleh karena itu Islamisasi
ilmu pengetahuan dalam pandangan para pemikir Islam merupakan suatu hal yang
mesti dan harus dirumuskan.
Problem terpenting yang dihadapi umat Islam saat ini adalah masalah ilmu
pengetahuan. Ilmu pengetahuan modern tidak bebas nilai (netral) sebab
dipengaruhi oleh pandangan-pandangan keagamaan, kebudayaan, dan filsafat,
yang mencerminkan kesadaran dan pengalaman manusia Barat. Tulisan ini
mencoba memotret ide-ide penting tentang Islamisasi ilmu yang digagas oleh
Wan Mohd Nor Wan Daud dan Syed Mohammad Naquib al-Attas.
1
Membicarakan tema islamisasi ilmu pengetahuan tidak bisa dilepaskan dari
sosok Syed Muhammad Naquib al-Attas. Sebab seperti dikemukakan oleh Wan
Mohd. Nor Wan Daud, al-Attas adalah seorang tokoh pemikir Islam yang pertama
kali menggagas ide islamisasi ilmu pengetahuan, tepatnya ilmu pengetahuan
kontemporer/modern/masa kini, di samping dua ide lainnya, yakni (1) problem
terpenting yang dihadapi umat Islam saat ini adalah masalah ilmu pengetahuan;
dan (2) ilmu pengetahuan modern tidak bebas nilai (netral) sebab dipengaruhi
oleh pandangan-pandangan keagamaan, kebudayaan, dan filsafat, yang
mencerminkan kesadaran dan pengalaman manusia Barat.. Maka dari itu, dalam
membahas tema islamisasi ilmu pengetahuan ini, pemikiran al-Attas dengan dua
ide mendasar lainnya tentang ilmu pengetahuan, mesti dijadikan pijakan utama
Ilmu pengetahuan dapat menjadi salah satu media dalam mencapai kehidupan
yang lebih baik. Tapi apakah semua ilmu pengetahuan yang dipelajari umat
manusia sesuai dengan ajaran islam? Dalam makalah ini akan dibahas tentang
Islamisasi ilmu pengetahuan. Dengan adanya Islamisasi Ilmu Pengetahuan akan
mampu menghilangkan keraguan dalam menekuni suatu ilmu.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Islamisasi Ilmu Pengetahuan?
2. Apa tujuan Islamisasi Ilmu Pengetahuan?
3. Bagaimana pemikiran para tokoh tentang Islamisasi Ilmu Pengetahuan?
4. Bagaimana Prokontra dalam Islamisasi Ilmu Pengetahuan?
5 .Apa Langkah-langkah Islamisasi Ilmu Pengetahuan?
C. Tujuan Pembahasan
1. Menjelaskan makna Islamisasi Ilmu Pengetahuan.
2. Mengetahui tujuan Islamisasi Ilmu Pengetahuan.
3. Mengetahui pemikiran-pemikiran tokoh tentang Islamisasi Ilmu
Pengetahuan.
4. Menjelaskan Langkah-langkah Islamisasi Ilmu Pengetahuan
5. Mengetahui Prokontra dalam Islamisasi Ilmu Pengetahuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Islamisasi Ilmu Pengetahuan
Dalam bahasa Arab Islamisasi ilmu disebut sebagai “Islamiyyat al-Ma’rifat”
dan dalam bahasa Inggris disebut sebagai “Islamization of Knowledge”. Dalam
Islam, ilmu merupakan perkara yang amat penting malahan menuntut ilmu
diwajibkan semenjak lahir hingga ke liang lahad. Ayat al-Quran yang pertama
yang diturunkan berkaitan dengan ilmu yaitu surah al-’Alaq ayat 1-5. Menurut
ajaran Islam, ilmu tidak bebas nilai--sebagaimana yang dikembangkan ilmuan
Barat--akan tetapi sarat nilai, dalam Islam ilmu dipandang universal dan tidak ada
pemisahan antara ilmu-ilmu dalam Islam.
• Pengertian islamisasi menurut para ahli:
1. Al Faruqi: adalah menuangkan kembali pengetahuan sebagaimana yang
dikehendaki oleh Islam, yaitu dengan memberikan definisi baru,
mengatur data, mengefaluasi kembali kesimpulan-kesimpulan dan
memproyeksikan kembali tujuan-tujuannya.
2. Al Attas:sebagai proses pembebasan ataupemerdekaan. Sebab ia
melibatkan pembebasan roh manusia yang mempunyai pengaruh atas
jasmaninya dan proses ini menimbulkan keharmonisan dan kedamaian
dalam dirinya, sebagai fitranya.
• Meurut Kalangan Akademisi
1. Versi pertama beranggapan bahwa Islamisasi ilmu pengetahuan
merupakan sekedar memberikan ayat-ayat yang sesuai dengan ilmu
pengetahuan umum yang ada (ayatisasi).
2. Kedua, mengatakan bahwa Islamisasi dilakukan dengan cara
mengislamkan orangnya.
3. Ketiga, Islamisasi yang berdasarkan filsafat Islam yang juga diterapkan
dengan mempelajari dasar metodologinya.
3
4. keempat, memahami Islamisasi sebagai sebuah ilmu pengetahuan yang
beretika atau beradab. Dengan berbagai pandangan dan pemaknaan
yang muncul secara beragam ini perlu kiranya untuk diungkap dan agar
lebih dipahami apa yang dimaksud “Islamisasi Ilmu Pengetahuan. [2]
B. Pemikiran Tokoh-tokoh tentang Islamisasi Ilmu Pengetahuan
• Sayyed Hossein Nasr
Ide islamisasi sains pertama kali yang dicutuskan oleh Nasr dalam bukunya
The Encounter of Man and Nature tahun 1968. Sains Islami menurut Nasr tidak
akan dapat diperoleh kecuali dari intelek yang bersifat Ilahiyah dan bukan akal
manusia. Kedudukan intelek adalah di hati, bukan di kepala, karena akal tidak
lebih dari pantulan ruhaniyah. Selama hierarki pengetahuan tetap dipertahankan
dan tidak terganggu dalam Islam dan scientia terus dibina dalam haribaan
sapienta, beberapa pembatasan di bidang fisik dapat diterima guna
mempertahankan kebebasan pengembangan dan keinsafan di bidang ruhani. Ilmu
pengetahuan harus menjadi alat untuk mengakses yang sakral dan ilmu
pengetahuan sakral (scientiasacra) tetap sebagai jalan kesatuan utama dengan
realitas, dimana kebenaran dan kebahagiaan disatukan.
Untuk mewujudkan sains Islami, Nasr menggunakan perbandingan dengan
apa yang telah diraih Islam pada zaman keemasannya (zaman pertengahan).
Menurutnya, pada saat itu dengan teologi yang mendominasi sains, sains telah
memperoleh kecerahan dan dapat menyelamatkan umat dari sifat destruktif sains.
• Ismail Raji’ Al-Faruqi
Karya dari al-Faruqi tentang ide Islamisasi sains adalah “Islamization of
knowledge: General Principles and Work Plan”. Ide al-Faruqi ini sebagaimana
juga banyak menjadi landasan awal ide Islamisasi sains Nasr dan Bucaille, yaitu
berawal dari keprihatinannya yang mencermati bahwa dalam jajaran peradaban
dunia dewasa ini umat Islam hampir di semua segi baik politik, ekonomi, budaya
maupun pendidikan berada pada posisi bangsa yang paling rendah. Al-Faruqi
menyebut hal ini sebagai malaise yang dihadapi umat.
4
Ilmu pengetahuan menurut tradisi Islam tidak menerangkan dan memahami
realitas sebagai entitas yang terpisah dan independen dari realitas absolut (Allah),
tetapi melihatnya sebagai bagian integral dari eksistensi Allah. Oleh karena itu,
Islamisasi ilmu pengetahuan menurut al-Faruqi harus diarahkan pada suatu
kondisi analisis dan sintesis tentang hubungan realitas yang sedang dipelajari
dengan hukum (pola) hukum Tuhan. Rencana kerja Islamisasi sains al-Faruqi
memiliki tujuan untuk:
1. Menguasai disiplin modern;
2. Menguasai warisan Islam;
3. Menetapkan relevansi khusus pada setiap bidang ilmu pengetahuan modern;
4. Mencari jalan untuk sintesis khusus kreatif antara warisan (Islam) dan ilmu
pengetahuan modern;
5. Meluncurkan pemikiran Islam pada jalan yang mengarah pada kepatuhan
pada hukum Tuhan.
Zianuddin Sardar mengkritik tajam metode yang diguanakan oleh al-Faruqi.
Salah satu program dari al-Faruqi adalah menentukan relevansi Islam pada setiap
bidang ilmu pengetahuan modern, tampak seakan-akan dia mengerjakan suatu
yang terbalik. Jadi bukan Islam yang dibuat relevans dengan ilmu pengetahuan
modern, tetapi ilmu pengetahuan modernlah yang seharusnya dibuat relevansi
Islam.
• Syed Muhammad Naquib Al-Attas
Al-Attas mengatakan Islamisasi adalah jalan utama pembebasan manusia dari
tradisi magis, mitologis, animistis nasional kultural dan sesudah itu dari
pengendalian sekular terhadap nalar dan bahasanya yang selama ini diderita umat
Islam. Dengan demikian sifat Islamisasi adalah suatu proses pembebasan.
Langkah yang paling efektif dalam program Islamisasi sains dan disiplin
pengetahuan adalah melalui Islamisasi bahasa. Islamisasi bahasa menurut al-Attas
sesungguhnya telah ditunjukkan oleh al-Qur’an sendiri dalam surat al-Alaq(96):
1-5. Kosakata dasar Islam inilah yang memproyeksikan pandangan dunia khas
Islami dalam pikiran kaum muslim.
5
Terdapat kelemahan dari ide al-Attas diantaranya yaitu walaupun diakui
bahwa bahasa berpengaruh pada pandangan dunia, maka yang akan terjadi adalah
adanya suatu apologi suatu kaum terhadap penguasaan disiplin ilmu tanpa adanya
bukti kemampuan terhadap disiplin ilmu yang telah dibahasakan; pandangan
dunia Islam terhadap suatu disiplin dengan bahasa yang digunakan senantiasa
didasarkan pada sebuah teori yang telah diketemukan seseorang .
Tanpa adanya kemampuan untuk menemukan teori yang relevans dengan
kemajuan ilmiah, bahasa yang digunakan untuk membungkus sebuah teori yang
telah ada tidak akan berhasil mengubah pandangan dunia.
• Ziauddin Sardar
Sardar mengidentifikasikan cara perumusan epistemologi Islam, yaitu:
1. Merumuskan paradigma ilmu pengetahuan, yaitu dengan menitik
beratkan pada konsep, prinsip dan nilai Islam penting yang berhubungan
dengan pengkajian khusus;
2. Merumuskan paradigma tingkah laku, dengan jalan menentukan batasan
etik dimana para ilmuwan muslim bisa bekerja secara bebas. [5]
C. Langkah-langkah untuk Mencapai Proses Islamisasi Ilmu Pengetahuan
1. Penguasaan Disiplin Ilmu Modern
2. Survey Disiplin Ilmu
3. Penguasaan Khasanah Islam
4. Penguasaan Khasanah Ilmiah Islam
5. Penentuan Relevansi Islam yang Khas terhadap Disiplin-disiplin Ilmu
6. Penilaian Kritis terhadap Disiplin Ilmu Modern
7. Penilaian Kritis terhadap Khasanah Islam
8. Survey Permasalahan yang dihadapi Umat Islam
9. Survey Permasalahan yang dihadapi Umat Manusia
10. Analisa Kreatif dan Sintesa
11. Penuangan kembali Disiplin Ilmu Modern ke dalam Kerangka Islam
12. Penyebarluasan Ilmu-ilmu yang telah diislamkan
6
D. Pro Kontra Islamisasi Ilmu Pengetahuan
Munculnya gagasan Islamisasi Ilmu Pengetahuan disambut dengan berbagai
tanggapan, satu pihak menyambut dengan sangat antusias di lain pihak ada yang
menganggap hanya sebuah lontaran kalangan ilmuwan islam untuk mengobati
sakitnya dunia islam.
Rosnani Hashim membagi pihak yang berseteru ini kedalam empat golongan,
yaitu:
1. Pertama golongan yang menerima Program Islamisasi Ilmu Pengetahuan
secara teori dan konsep dan berusaha untuk merealisasikannya dalam bentuk
sebuah karya yang sejalan dengan program.
2. Golongan kedua sepakat pada tatanan teori dan konsep tetapi tidak
dilakukan secara praktis
3. Golongan ketiga adalah yang tidak sepakat bahkan mencemooh gagasan
Islamisasi Ilmu Pengetahuan
4. Golongan keempat yang tidak mempunyai pendirian terhadap gagasan
Islamisasi Ilmu Pengetahuan
E. Islamisasi Sebagai Fenomena
Islamisasi ilmu ini menjadi perdebatan utama di kalangan para intelektual
Islam semenjak tahun 1970 an. Walaupun ada sarjana muslim
membicarakannya tetapi tidak secara teperinci dan mendalam mengenai konsep
dan kerangka pengislaman ilmu. Umpamanya seperti, Syed Hussein Nasr, Fazlur
Rahman, Jaafar Syeik Idris.
Maka dapat dikatakan bahwa gagasan islamisasi ilmu pengetahuan sebagai
fenomena modernitas, menarik untuk dicermati. Pada era dimana peradaban
modern-sekuler mencengkeram negeri-negeri Muslim dengan kukuhnya,
pemunculan wacana Islamisasi ilmu pengetahuan dapat dibaca sebagai sebuah
“kontra-hegemoni” ataupun “diskursus perlawanan”. Ia hadir untuk menunjukkan
identitas sebuah peradaban yang sekian lama diabaikan. Tapi, sebuah “kontra-
hegemoni” ataupun “diskursus perlawanan”, adakalanya memunculkan problema
dan kontradiksinya sendiri. Itulah yang ingin coba ditelusuri dalam tulisan ini.
7
Betapapun diakui pentingnya transfer ilmu Barat ke dunia Islam, ilmu secara
tak terelakkan susungguhnya mengandung nilai-nilai yang merefleksikan
pandangan dunia masyarakat yang menghasilkannya, dalam hal ini masyarakat
Barat. Bagi Al-Attas, sebelum diajarkan lewat pendidikan, ilmu harus ditapis
terlebih dulu agar nilai-nilai yang bertentangan secara diametral dengan
pandangan dunia Islam dapat diminimalisasi. Secara ringkas, gagasan islamisasi
merupakan upaya dekonstruksi terhadap ilmu pengetahuan Barat untuk kemudian
direkonstruksi ke dalam sistem pengetahuan Islam.
F. Tujuan Isalamisasi Ilmu Pengetahuan
Dengan adanya islamisasi ilmu pengetahuan diharapkan nantinya akan
dihasilkan sebuah sains Islam yang didasarkan pada al-Qur’an dan al-Hadits, di
mana sains Islam tersebut berbeda dengan sains Barat yang telah berkembang saat
ini. Adapun perbandingan antara sains Barat dan sains Islam [9], yaitu :
No Sains Barat Sains Islam
1. Percaya pada rasionalitas Percaya pada wahyu
2. Sains untuk sains Sains adalah sarana untuk mendapatkan
keridhoan Allah
3. Satau-satunya metode atau cara
untuk mengetahui realitas
Banyak metode berlandaskan akal dan
wahyu baik secara objektif dan subjektif
4. Netralitas emosional sebagai
prasyarat kunci menggapai
rasionalitas
Komitmen emosional sangat penting
untuk mengangkat usaha-usaha sains
spiritual maupun sosial
5. Tidak memihak, ilmuwan hanya
peduli pada produl pengetahuan
baru dan akibat-akibat
penggunaannya
Pemihakan pada kebenaran, ilmuan harus
peduli terhadap hasil-hasil dan akibat-
akibat penemuannya secara moral sebagai
bentuk ibadah
6. Tidak adanya bias, validitas suatu
sains hanya tergantung pada bukti
Adanya subjektivitas, validitas sains
tergantung pada bukti penerapan juga
8
penerapannya (objektif) bukan
ilmuwan yang menjalankannya
(subjektif)
pada tujuan dan pandangan ilmuwan
yang menjalankannya
7. Penggantungan pendapat, sains
hanya dibuat atas dasar bukti
yang meyakinkan
Menguji pendapat, sains dibuat atas dasar
bukti yang tidak meyakinkan
8. Reduksionisme, cara yang
dominan untuk mencapai
kemajuan sains
Sintesis, cara yang dominan untuk
meningkatkan kemajuan sains
9. Fragmentasi, pembagian sains ke
dalam disiplin dan subdisiplin-
subdisiplin
Holistik, pembagian sains ke dalam
lapisan yang lebih kecil yaitu pemahaman
interdisipliner dan holistik
10. Universalisme, walaupun
universal namun buah sains hanya
bagi mereka yang mampu
membelinya
Universalisme, buah sains bagi seluruh
umat manusia dan tidak diperjualbelikan
11. Induvidualisme, ilmuwan harus
menjaga jarak dengan
permasalahan sosial, politik dan
ideologis
Orientasi masyarakat, ilmuwan memiliki
hak dan kewajiban adanya
interdependensi dengan masyarakat
12. Netralitas, sains adalah netral Orientai nilai, sains adalah sarat nilai
berupa baik atau buruk juga halal atau
haram
13. Loyalitas kelompok, hasil
pengetahuan baru adalah aktifitas
terpenting dan perlu dijunjung
tinggi
Loyalitas pada Tuhan dan makhluk-Nya,
hasil pengetahuan baru adalah cara
memahami ayat-ayat Tuhan dan harus
diarahkan untuk meningkatkan kualitas
ciptaan-Nya
14. Kebebasan absolute, tidak ada
pengekangan atau penguasaan
penelitian sains
Manajemen sains adalah sumber yang
tidak terhingga nilainya, sains dikelola
dan direncanakan dengan baik dan harus
9
dipaksa oleh nilai etika dan moral
15. Tujuan membenarkan sarana,
setiap sarana dibenarkan demi
penelitian sains
Tujuan tidak membenarkan sarana, tujuan
sarana diperbolehkan dalam batas-batas
etika dan moralitas
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kata “islamisasi” dinisbatkan kepada agama islam yaitu agama yang telah
diletakkan manhajnya oleh Allah melalui wahyu. Ilmu ialah persepsi, konsep,
bentuk sesuatu perkara atau benda. Islamisasi ilmu berarti hubungan antara Islam
dan ilmu pengetahuan yaitu hubungan antara “Kitab Wahyu” al-Qur’an dan al-
Sunnah dengan “Kitab Wujud” dan ilmu kemanusiaan.
Adapun Tujuan dari Islamisasi Ilmu pengetahuan adalah untuk
mengahsilkan sebuah sains (Ilmu pengetahuan) Islam yang didasarkan pada al-
Qur’an dan al-Hadits. Dan Untuk mencapai proses Islamisasi ilmu pengetahuan
menurut al-Faruqi ada 12 langkah yang harus dijalani.
Dapat disimpulkan juga bahwa Islamisasi Ilmu Pengetahuan perlu ditindak
lanjuti karena sesuai dengan konsep, prinsip metodologi yang jelas yaitu
berlandaskan ketahuidan dan keimanan serta memiliki rencana kerja mengingat
keterpurukan dunia islam saat ini ditingkat yang paling parah. Sehingga perlu
adanya pembaharuan salah satunya adalah dibidang pendidikan. Dimana
pendidikan kita harus diarahkan pada keimanan yang merupakan core dari
gagasan tersebut yang menyebutkan lima kesatuan yaitu kesatuan tuhan, kesatuan
alam semesta, kesatuan kebenaran dan pengetahuan, kesatuan kehidupan dan
kesatuan kemanusiaan. Yang kemudian diaplikasikan dengan berbagai langkah-
langkah secara global salah satunya adalah menguasai ilmu-ilmu pengetahuan
modern dan menguasi kembali warisan islam yang selanjutnya harus di kaji
diteliti dan dikritisi agar terpisah ilmu-ilmu pengetahuan yang bersifat sekuler dan
atheis sehingga akan telihat jelas bahwa ilmu yang dihasilkan bersumber dari
islam. selanjutnya diharapkan muncul ilmu-ilmu pengetahuan baru yang
berparagidma islam.
11
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan sehingga tidak
sesuai dengan keinginan pembaca, untuk itu saran sangat kami harapkan agar
penulisan makalah selanjutnya kekurangan-kekurangan tersebut dapat penulis
perbaiki.
12
DAFTAR PUSTAKA
http://zamronimpd.blogspot.com/2010/06/islamisasi-ilmu-pengetahuan-dan.html
Ummi, Islamisasi Sains Perspektif UIN Malang, dalam Inovasi: Majalah
Mahasiswa UIN Malang, Edisi 22. Th. 2005, 25.
Baca drmiftahulhudauin.multiply.com/journal/item/13 tgl 07/03/2011
M. Zainuddin, Filsafat Ilmu: Persfektif Pemikian Islam (Malang: Bayu Media,
2003), hlm. 160
http://dieena.wordpress.com/2012/06/06/islamisasi-ilmu-pengetahuan-2/
Rosnani Hashim, Gagasan Islamisasi Kontemporer, hlm.40
http://zamronimpd.blogspot.com/2010/06/islamisasi-ilmu-pengetahuan-dan.html
Butt, Nasim. 1996. Sains dan Masyarakat Islam. Badung: Pustaka Hidayah, 73-76
13