Upload
lammien
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
KATA PENGANTAR
Pemberdayaan Masyarakat merupakan salah satu kebijakan Pemerintah
Kabupaten Bantul dalam upaya untuk mengentaskan kemiskinan dalam rangka
mencapai visi pembangunan Kabupaten Bantul “Projotamansari, sejahtera, demokratis
dan agamis”. Seperti diketahui, pengentasan masyarakat miskin merupakan salah satu
prioritas pembangunan jangka menengah maupun jangka panjang di Kabupaten
Bantul. Kebijakan pemberdayaan masyarakat ini diimplementasikan melalui berbagai
program atau kegiatan baik yang bersumber dana dari Anggaran pendapatan dan
belanja Daerah (APBD) maupun dari berbagai sumber lainnya, termasuk dari Anggaran
Pendapatan dan belanja Negara (APBN).
Salah satu program pemberdayaan masyarakat yang didanai oleh APBN adalah
PNPM Mandiri. Dalam kurun waktu sejak awal dilaksanakannya pada tahun 2007
sampai dengan tahun 2013 telah terdapat dua program inti PNPM Mandiri yang telah
dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Bantul, yaitu : PNPM Mandiri Perdesaan dan
PNPM Mandiri Perkotaan. PNPM Mandiri Perdesaan merupakan salah satu
mekanisme program pemberdayaan masyarakat yang digunakan PNPM Mandiri
dalam upaya mempercepat penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan
kerja di wilayah perdesaan (rural area), sedangkan PNPM Mandiri Perkotaan adalah
program pemberdayaan masyarakat untuk eskalasi pengentasan kemiskinan dan
perluasan kesempatan kerja di wilayah perkotaan (urban area).
Selain itu juga ada program khusus yaitu berupa bantuan keuangan kepada
keluarga rawan miskin sebanyak 13.125 Rumah Tangga Sasaran (RTS). Bantuan berupa
uang sebesar Rp1.000.000 per RTS, diperuntukkan usaha ekonomi produktif.
Laporan ini disusun dalam upaya untuk memberikan gambaran komprehensif
mengenai implementasi program/kegiatan pemberdayaan masyarakat di Kabupaten
Bantul pada tahun 2013. Melalui laporan ini diharapkan pemahaman tentang upaya
ii
pemberdayaan masyarakat dalam rangka mengentaskan kemiskinan di Kabupaten
Bantul menjadi lebih baik sehingga dapat mendorong pelaksanaan program/kegiatan
yang lebih efektif, transparan dan akuntabel.
Laporan ini diharapkan pula bisa menjadi referensi bagi pemangku kepentingan
dan semua pihak yang peduli terhadap penanggulangan kemiskinan di Kabupaten
Bantul.
Bantul, Desember 2013
Kepala
Drs. Trisaktiyana, M.Si Pembina Utama Muda/IVc NIP. 19660219.199303.1.005
LaporanKoordinasi Program – program pemberdayaan 2013
DAFTAR ISI
Halaman
` Kata Pengantar
I. PENDAHULUAN 1
II. KONSEP PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 2
III. PROGRAM-PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DALAM KERANGKA PENANGGULANGAN KEMISKINAN 4
IV. PENERIMA MANFAAT 8
V. TUJUAN KOORDINASI PROGRAM-PROGRAM PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT 8
VI. KEGIATAN KOORDINASI PROGRAM-PROGRAM PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT 9
VII. PROFIL PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 10
VIII. PROGRAM KHUSUS 19
IX. PENUTUP 19
Laporan Koordinasi Program – program pemberdayaan 2013 1
LAPORAN KOORDINASI
PROGRAM – PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
KABUPATEN BANTUL
TAHUN 2013
I. PENDAHULUAN
Kabupaten Bantul adalah salah satu dari empat kabupaten dan satu kota di
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta. Kabupaten Bantul secara geografis
terletak di bagian selatan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan luas
wilayah 506,85 km² atau 50.685 ha, terdiri dari 17 kecamatan yang dibagi menjadi
75 desa dan 933 pedukuhan. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara
07º44'04"-08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34"-110º31'08" Bujur Timur. Secara
administratif Kabupaten Bantul di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten
Gunung Kidul, di sebelah utara berbatasan dengan Kota Yogyakarta dan
Kabupaten Sleman, dan di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kulon
Progo, di bagian selatan Kabupaten Bantul berakhir dengan garis pantai Samodra
Indonesia.
Jumlah penduduk Kabupaten Bantul berdasar pada Hasil Pemutakhiran
Data Penduduk Kabupaten Bantul sampai dengan Desember 2013, adalah 904.787
jiwa yang terdiri dari 276.804 Kepala Keluarga (KK). Dari jumlah tersebut
berdasarkan atas Hasil Data Keluarga Miskin Kabupaten Bantul sampai dengan
Desember 2013, di Kabupaten Bantul terdapat 39.424 KK miskin dengan jumlah
jiwa miskin sebesar 122.021 jiwa. Persentasenya adalah 14,24 % KK miskin dan
13,48 % jiwa miskin.
Laporan Koordinasi Program – program pemberdayaan 2013 2
II. Konsep Pemberdayaan Masyarakat
Secara konseptual, pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk
meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi
sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan
keterbelakangan. Dengan kata lain memberdayakan adalah memampukan dan
memandirikan masyarakat. Dalam konsep pemberdayaan, menurut Prijono dan
Pranarka (1996), manusia adalah subyek dari dirinya sendiri. Proses pemberdayaan
yang menekankan pada proses memberikan kemampuan kepada masyarakat agar
menjadi berdaya, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai
kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan pilihan hidupnya. Lebih lanjut
dikatakan bahwa pemberdayaan harus ditujukan pada kelompok atau lapisan
masyarakat yang tertinggal.
Menurut Sumodiningrat (1999), bahwa pemberdayaan masyarakat
merupakan upaya untuk memandirikan masyarakat lewat perwujudan potensi
kemampuan yang mereka miliki. Adapun pemberdayaan masyarakat senantiasa
menyangkut dua kelompok yang saling terkait, yaitu masyarakat sebagai pihak
yang diberdayakan dan pihak yang menaruh kepedulian sebagai pihak yang
memberdayakan.
Mubyarto (1998) menekankan bahwa terkait erat dengan pemberdayaan
ekonomi rakyat. Dalam proses pemberdayaan masyarakat diarahkan pada
pengembangan sumberdaya manusia, penciptaan peluang berusaha yang sesuai
dengan keinginan masyarakat. Masyarakat menentukan jenis usaha, kondisi
wilayah yang pada gilirannya dapat menciptakan lembaga dan system pelayanan
dari, oleh dan untuk masyarakat setempat. Upaya pemberdayaan masyarakat ini
kemudian pada pemberdayaan ekonomi rakyat. Keberdayaan dalam konteks
masyarakat adalah kemampuan individu yang bersenyawa dalam masyarakat dan
membangun keberdayaan masyarakat yang bersangkutan. Suatu masyarakat yang
Laporan Koordinasi Program – program pemberdayaan 2013 3
sebagian besar anggotanya sehat fisik dan mental, terdidik dan kuat, tentunya
memiliki keberdayaan yang tinggi. Keberdayaan masyarakat merupakan unsur
dasar yang memungkinkan suatu masyarakat bertahan, dan dalam pengertian
yang dinamis mengembangkan diri dan mencapai kemajuan.
Keberdayaan masyarakat itu sendiri menjadi sumber dari apa yang di dalam
wawasan politik disebut sebagai ketahanan nasional. Artinya bahwa apabila
masyarakat memiliki kemampuan ekonomi yang tinggi, maka hal tersebut
merupakan bagian dari ketahanan ekonomi nasional. Pemberdayaan sebagai
proses mengembangkan, memandirikan, menswadayakan, memperkuat posisi
tawar menawar masyarakat lapisan bawah terhadap kekuatan-kekuatan penekan
di segala bidang dan sektor kehidupan (Sutoro Eko, 2002).
Konsep pemberdayaan (masyarakat desa) dapat dipahami juga dengan dua
cara pandang. Pertama, pemberdayaan dimaknai dalam konteks menempatkan
posisi berdiri masyarakat. Posisi masyarakat bukanlah obyek penerima manfaat
(beneficiaries) yang tergantung pada pemberian dari pihak luar seperti pemerintah,
melainkan dalam posisi sebagai subyek (agen atau partisipan yang bertindak) yang
berbuat secara mandiri. Berbuat secara mandiri bukan berarti lepas dari
tanggungjawab negara. Pemberian layanan publik (kesehatan, pendidikan,
perumahan, transportasi dan seterusnya) kepada masyarakat tentu merupakan
tugas (kewajiban) negara secara given. Masyarakat yang mandiri sebagai partisipan
berarti terbukanya ruang dan kapasitas mengembangkan potensi-kreasi,
mengontrol lingkungan dan sumberdayanya sendiri, menyelesaikan masalah
secara mandiri, dan ikut menentukan proses politik di ranah negara. Masyarakat
ikut berpartisipasi dalam proses pembangunan dan pemerintahan (Sutoro Eko,
2002).
Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk
menciptakan/meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun
Laporan Koordinasi Program – program pemberdayaan 2013 4
berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan
kualitas hidup, kemandirian dan kesejahteraannya. Pemberdayaan masyarakat
memerlukan keterlibatan yang besar dari perangkat pemerintah daerah serta
berbagai pihak untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan
berbagai hasil yang dicapai. Inti pengertian pemberdayaan masyarakat merupakan
strategi untuk mewujudkan kemampuan dan kemandirian masyarakat.
III. Program - program Pemberdayaan Masyarakat dalam kerangka
Penanggulangan Kemiskinan
Penanggulangan kemiskinan adalah kewajiban pemerintah yang harus
dilakukan sebagai wujud dari amanat konstitusi bagi pencapaian tujuan nasional
seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD 45 yang menyebutkan bahwa
Negara Indonesia melindungi segenap bangsa Indonesia memajukan kesejahteraan
umum dan ikut mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial.
Penanggulangan kemiskinan juga terkait dengan mandat Undang – Undang
Dasar 1945 yang tertuang dalam beberapa pasal; pasal 27 ayat (2) " tiap – tiap
warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan ", pasal 28 H ayat (1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan
batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat
serta memperoleh pelayanan kesehatan. Ayat (2) setiap orang mendapatkan
kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat
yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan. Ayat (3) Setiap orang berhak
atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh
sebagai manusia yang bermartabat. Ayat (4) setiap orang berhak mempunyai hak
milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang –
Laporan Koordinasi Program – program pemberdayaan 2013 5
wenang oleh siapapun. Pasal 34 menyebutkan " fakir miskin dan anak-anak
terlantar dipelihara oleh negara". Pasal tersebut yang semula ayat tunggal, pada
amandemen keempat UUD 45 hal tersebut dipertegas lagi dengan menambah ayat-
ayat baru, sehingga pasal 34 menjadi empat ayat. Ayat (2) berbunyi " negara
mengembangkan sistem jaminan bagi seluruh rakyat dan memberdayakan
masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan".
Dalam Rencana Pembangunan Menengah Daerah (RPJMD) 2011-2015
Kabupaten Bantul, Pengentasan Kemiskinan merupakan prioritas pembangunan ke
dua. Prioritas pertama adalah Tata Kelola Pemerintahan Yang Empatik Dan
Bertanggung Jawab, adalah merupakan tata kelola pemerintahan yang berpihak
pada masyarakat. Prioritas pembangunan ketiga dan keempat, masih merupakan
upaya mengentaskan kemiskinan yaitu Pendidikan dan Kesehatan. Adapun Arah
Kebijakan Pengentasan Kemiskinan seperti tertuang dalam RPJMD 2011-2015
adalah :
1) Koordinasi antar pihak pemerintah daerah, masyarakat/ pelaku dan pihak
swasta terkait dengan penanggulangan kemiskinan
2) Peningkatan kesejahteraan dan produktifitas keluarga miskin melalui
pemberdayaan dan partisipasi masyarakat .
Sedangkan Strategi Pengentasan Kemiskinan tersebut adalah :
1) Validasi data Kepala Keluarga (KK) miskin dan penguatan sistem
monitoring dan evaluasi (Monev) penanggulangan kemiskinan
2) Program pengurangan Beban Hidup KK miskin
3) Pemberdayaan KK miskin
Berdasarkan penggolongan klaster dalam Penanggulangan Kemiskinan, maka
terbagi atas 3 klaster yaitu:
Laporan Koordinasi Program – program pemberdayaan 2013 6
1. Program Penanggulangan Kemiskinan Terpadu Berbasis Rumah Tangga
2. Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Komunitas
3. Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Usaha Mikro dan Kecil
Upaya penanggulangan kemiskinan tidak cukup hanya dengan memberikan
bantuan secara langsung pada masyarakat miskin karena penyebab kemiskinan
tidak hanya disebabkan oleh aspek-aspek yang bersifat materialistik semata, akan
tetapi juga karena kerentanan dan minimnya akses untuk memperbaiki kualitas
hidup masyarakat miskin. Pendekatan pemberdayaan dimaksudkan agar
masyarakat miskin dapat keluar dari kemiskinan dengan menggunakan potensi
dan sumberdaya yang dimilikinya.
Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat
merupakan sebuah tahap lanjut dalam proses penanggulangan kemiskinan.
Pendekatan pemberdayaan sebagai instrumen dari program ini dimaksudkan tidak
hanya melakukan penyadaran terhadap masyarakat miskin tentang potensi dan
sumberdaya yang dimiliki, akan tetapi juga mendorong masyarakat miskin untuk
berpartisipasi dalam skala yang lebih luas terutama dalam proses pembangunan di
daerah.
Karakteristik program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan
masyarakat adalah sebagai berikut :
Menggunakan pendekatan partisipatif
Pendekatan partisipatif tidak hanya tentang keikutsertaan masyarakat
dalam pelaksanaan program, tetapi juga keterlibatan masyarakat dalam
setiap tahapan pelaksanaan program, meliputi proses identifikasi
kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan, serta pemantauan pelaksanaan
Laporan Koordinasi Program – program pemberdayaan 2013 7
program, bahkan sampai tahapan proses pelestarian dari program
tersebut.
Penguatan kapasitas kelembagaan masyarakat
Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan
masyarakat menitikberatkan pada penguatan aspek kelembagaan
masyarakat guna meningkatkan partisipasi seluruh elemen masyarakat,
sehingga masyarakat mampu secara mandiri untuk pengembangan
pembangunan yang diinginkannya. Penguatan kapasitas kelembagaan
tidak hanya pada tahap pengorganisasian masyarakat untuk mendapatkan
hak dasarnya, akan tetapi juga memperkuat fungsi kelembagaan sosial
masyarakat yang digunakan dalam penanggulangan kemiskinan.
Pelaksanaan berkelompok kegiatan oleh masyarakat secara swakelola dan
berkelompok
Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan
masyarakat harus menumbuhkan kepercayaan pada masyarakat miskin
untuk selalu membuka kesempatan masyarakat dalam berswakelola dan
berkelompok, dengan mengembangkan potensi yang ada pada mereka
sendiri guna mendorong potensi mereka untuk berkembang secara
mandiri.
Perencanaan pembangunan yang berkelanjutan
Perencanaan program dilakukan secara terbuka dengan prinsip dari
masyarakat, oleh masyarakat, untuk masyarakat dan hasilnya menjadi
bagian dari perencanaan pembangunan di tingkat desa/kelurahan,
kecamatan, kabupaten, provinsi, dan nasional. Proses ini membutuhkan
koordinasi dalam melakukan kebijakan dan pengendalian pelaksanaan
program yang jelas antar pemangku kepentingan dalam melaksanakan
program penanggulangan kemiskinan tersebut.
Laporan Koordinasi Program – program pemberdayaan 2013 8
IV. Penerima Manfaat
Penerima Kelompok program berbasis pemberdayaan masyarakat adalah
kelompok masyarakat yang dikategorikan miskin. Kelompok masyarakat miskin
tersebut adalah yang masih mempunyai kemampuan untuk menggunakan potensi
yang dimilikinya walaupun terdapat keterbatasan.
V. Tujuan koordinasi program – program pemberdayaan masyarakat
1. Terciptanya koordinasi program – program pemberdayaan masyarakat di
Kabupaten Bantul Tahun Anggaran 2013 baik di tingkat program, pelaku,
dan implementasinya.
2. Adanya koordinasi dan pengawalan Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul
dalam pelaksanaan program PNPM Mandiri T.A 2013 dan terbangunnya
sinergitas program dan pelaku dalam proses pelaksanaan penanggulangan
kemiskinan
3. Mendorong optimalisasi peran dan fungsi masing-masing stakeholders
tingkat Kabupaten (Pemda, DPRD, Satker Kabupaten,
Fasilitator/Pendamping Program, Tim Koordinasi Penanggulangan
Kemiskinan Kabupaten dan Kecamatan, PJOK Program PNPM,
kelembagaan yang dibentuk sebagai pelaksana program PNPM, Forum
BKM, Forum Badan Kerja Sama Antar Desa (BKAD), Forum UPK, Bank,
PTN/PTS, Swasta) untuk lancarnya program PNPM Mandiri dan program-
program pemberdayaan masyarakat yang lain
4. Mendorong kemandirian dan partisipasi masyarakat dalam rangka
perencanaan Partisipatif baik lewat kelembagaan program yang ada
maupun dalam perencanaan pembangunan regular, sehingga tercipta
sinergitas
Laporan Koordinasi Program – program pemberdayaan 2013 9
5. PNPM Mandiri dan program – program pemberdayaan yang lain dapat
dipahami masyarakat, mendapat respon positif dari pemerintah kecamatan
dan desa, masyarakat serta stakeholders lainnya dan menumbuhkan
kesadaran masyarakat untuk menuju berdaya dan mandiri dalam
penanggulangan kemiskinan secara terpadu
6. Mengkoordinasikan, memfasilitasi dan mengendalikan atau memonitor dan
mengevaluasi program – program pemberdayaan masyarakat
7. Menciptakan basis data pelaksanaan program – program pemberdayaan
masyarakat di Kabupaten Bantul sebagai bahan evaluasi dan perencanaan di
masa depan.
VI. Kegiatan Koordinasi Program – program Pemberdayaan Masyarakat
Kegiatan koordinasi program – program pemberdayaan masyarakat yang
dilakukan selama tahun 2013 adalah :
1. Rapat Koordinasi pembahasan Dana Daerah untuk Urusan Bersama
(DDUB) PNPM Mandiri
2. Rapat koordinasi dalam rangka penyusunan Masterplan Penanggulangan
Kemiskinan Daerah
3. Fasilitasi pelatihan Anggaran Responsif Gender (ARG)
4. Fasilitasi sosialisasi ARG kepada SKPD
5. Rapat koordinasi Integrasi perencanaan pembangunan regular Musrenbang
dengan Perencanaan PNPM Mandiri Perdesaan
6. Rapat koordinasi dengan Satker Program PNPM Mandiri
7. Rapat koordinasi dengan fasilitator dan pendamping Program PNPM
Mandiri
Laporan Koordinasi Program – program pemberdayaan 2013 10
8. Rapat koordinasi dengan pelaku PNPM Mandiri di tingkat kecamatan dan
desa
9. Rapat koordinasi monitoring dan evaluasi SKPD pengampu program
pemberdayaan dan penanggulangan kemiskinan
10. Rapat koordinasi pembuatan website TKPKD
11. Penerbitan Petunjuk Teknis Operasiaonal TKPKD
12. Koordinasi program pemberdayaan dengan pemerintah Daerah Istimewa
Yogyakarta dan pemerintah pusat
13. Rapat koordinasi membahas jaminan kesehatan masyarakat
14. Rapat koordinasi program pemberdayaan perempuan dan perlindungan
anak baik di tingkat kabupaten mau pun provinsi
15. Sosialisasi kebijakan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak
16. Rapat koordinasi dengan perusahaan – perusahaan di wilayah Kabupaten
Bantul
17. Sosialisasi kebijakan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak
18. Sosialisasi dan Pelatihan Peningkatan Pencegahan Tindak Pidana
Perdagangan Orang
19. Pembentukan P2TP2A (Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan
Perempuan dan Anak
20. Pembentukan Forum Anak Bantul (FONABA)
VII. Profil Program – program Pemberdayaan Masyarakat
Dalam pembahasan laporan ini memfokuskan kepada laporan koordinasi
dan hasil pelaksanaan program – program pemberdayaan masyarakat di
Kabupaten Bantul Tahun 2013 khususnya Program – program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM Mandiri).
Laporan Koordinasi Program – program pemberdayaan 2013 11
PNPM Mandiri adalah program nasional penanggulangan kemiskinan
terutama yang berbasis pemberdayaan masyarakat. Pengertian yang terkandung
mengenai PNPM Mandiri adalah :
a. PNPM Mandiri adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan
sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan
kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri
dilaksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan sistem serta
mekanisme dan prosedur program, penyediaan pendampingan dan
pendanaan stimulan untuk mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat
dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan.
b. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk
menciptakan/meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu
maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya
peningkatan kualitas hidup, kemandirian dan kesejahteraannya.
Pemberdayaan masyarakat memerlukan keterlibatan yang besar dari
perangkat pemerintah daerah serta berbagai pihak untuk memberikan
kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil yang dicapai.
Tujuan dari Program PNPM Mandiri adalah :
1. Meningkatnya partisipasi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat miskin,
kelompok perempuan, komunitas adat terpencil dan kelompok masyarakat
lainnya yang rentan dan sering terpinggirkan ke dalam proses pengambilan
keputusan dan pengelolaan pembangunan;
2. Meningkatnya kapasitas kelembagaan masyarakat yang mengakar,
representatif dan akuntabel;
3. Meningkatnya kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat terutama masyarakat miskin melalui kebijakan, program dan
penganggaran yang berpihak pada masyarakat miskin (pro-poor);
Laporan Koordinasi Program – program pemberdayaan 2013 12
4. Meningkatnya sinergi masyarakat, pemerintah daerah, swasta, asosiasi,
perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat dan
kelompok perduli lainnya untuk mengefektifkan upaya-upaya
penanggulangan kemiskinan;
5. Meningkatnya keberadaan dan kemandirian masyarakat serta kapasitas
pemerintah daerah dan kelompok perduli setempat dalam menanggulangi
kemiskinan di wilayahnya;
6. Meningkatnya modal sosial masyarakat yang berkembang sesuai dengan
potensi sosial dan budaya serta untuk melestarikan kearifan lokal; dan
7. Meningkatnya inovasi dan pemanfaatan teknologi tepat guna, informasi dan
komunikasi dalam pemberdayaan masyarakat.
Dalam kurun waktu sejak awal dilaksanakannya (Tahun 2007) sampai
dengan tahun 2013 terdapat 2 (dua) program pokok PNPM Mandiri yang telah dan
sedang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Bantul, yaitu :
1. PNPM Mandiri Perdesaan, merupakan salah satu mekanisme program
pemberdayaan masyarakat yang digunakan PNPM Mandiri dalam upaya
mempercepat penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja
di wilayah perdesaan. Program ini dilakukan untuk lebih mendorong upaya
peningkatan kualitas hidup, kesejahteraan dan kemandirian masyarakat di
perdesaan. PNPM Mandiri Perdesaan ini menjadi bagian tak terpisahkan
dari PNPM Mandiri dan telah dilakukan sejak 1998 melalui Program
Pengembangan Kecamatan (PPK).
2. PNPM Mandiri Perkotaan, merupakan salah satu mekanisme program
pemberdayaan masyarakat yang digunakan PNPM Mandiri dalam upaya
mempercepat penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja
di wilayah perkotaan. Program ini dilakukan untuk lebih mendorong upaya
Laporan Koordinasi Program – program pemberdayaan 2013 13
peningkatan kualitas hidup, kesejahteraan dan kemandirian masyarakat di
perkotaan. PNPM Mandiri Perkotaan ini menjadi bagian tak terpisahkan
dari PNPM Mandiri dan telah dilakukan sejak 1999 sebagai Program
Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) yaitu suatu upaya
pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah
daerah dalam menanggulangi kemiskinan secara berkelanjutan.
Lokasi Penerima Program PNPM Inti di Kabupaten Bantul.
No Kecamatan Jumlah Desa Jumlah Pedukuhan Luas (km2) Keterangan
1 Srandakan 2 43 18,32 PNPM Perkotaan
2 Sanden 4 62 23,16 PNPM Perkotaan
3 Pandak 4 49 24,30 PNPM Perkotaan
4 Bambanglipuro 3 45 22,70 PNPM Perkotaan
5 Bantul 5 50 21,95 PNPM Perkotaan
6 Pundong 3 49 23,68 PNPM Perkotaan
7 Pleret 5 47 22,97 PNPM Perkotaan
8 Banguntapan 8 57 24,48 PNPM Perkotaan
9 Kasihan 4 53 32,38 PNPM Perkotaan
10 Sedayu 4 54 34,36 PNPM Perkotaan
11 Sewon 4 63 27,16 PNPM Perkotaan
12 Jetis 4 64 24,47 PNPM Perkotaan
Jumlah (1-12) 50 636 303,93
13 Imogiri 8 72 54,49 PNPM Pedesaan
Laporan Koordinasi Program – program pemberdayaan 2013 14
14 Piyungan 3 60 32,54 PNPM Pedesaan
15 Dlingo 6 58 55,87 PNPM Pedesaan
16 Kretek 5 52 26,77 PNPM Pedesaan
17 Pajangan 3 55 33,25 PNPM Pedesaan
Jumlah Total 75 933 506,85
A. PNPM Mandiri Perdesaan
Program PNPM Mandiri Perdesaan (PNPM-MPd) merupakan kelanjutan
dari Program Pengembangan Kecamatan (PPK). Program PNPM Mandiri
Perdesaan pertama kali didapatkan oleh Kabupaten Bantul pada tahun 2006,
dengan nama Program Pengembangan Kecamatan (PPK) Rehabilitasi Paska
Bencana. Program ini sebagai respon pemerintah pusat setelah terjadi bencana
gempa bumi yang melanda Daerah Istimewa Yogyakarta, khususnya di Kabupaten
Bantul. Tahun 2006 dan tahun 2007 dari keseluruhan 17 kecamatan di Kabupaten
Bantul semua mendapatkan program PNPM Mandiri Perdesaan, kemudian baru
pada tahun 2008 sampai sekarang hanya tinggal 5 kecamatan yaitu Kecamatan
Pajangan, Kretek, Imogiri, Dlingo, dan Piyungan yang yang mendapat program ini.
Sampai dengan tahun 2013, total dana BLM Kegiatan PNPM Mandiri
Perdesaan yang sudah diterima Kab. Bantul dari Pemerintah Pusat (APBN) sebesar
Rp. 87.165.000.000,- dengan cost sharing (dana pendamping) dari APBD
Kabupaten sebesar Rp. 5.292.500.000,- Total anggaran di Kabupaten Bantul sebesar
Rp 92.457.500.000,-.
Rincian dana alokasi PNPM Mandiri Perdesaan di Kabupaten Bantul dari
tahun 2006 s/d 2013 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Laporan Koordinasi Program – program pemberdayaan 2013 15
Lokasi dan Alokasi Dana BLM PNPM MPd Kegiatan TA. 2006-2013
Thn Nama Program Jml
Kec
Dana APBN
(Rp.)
Dana APBD
(Rp.) Jumlah (Rp.)
2006 PPK Rehab Paska
Bencana 17 40.750.000.000 0 40.750.000.000
2007 PNPM – PPK 17 14.000.000.000 0 14.000.000.000
2008 PNPM Mandiri
Perdesaan 5 4.400.000.000 1.100.000.000 5.500.000.000
2009 PNPM Mandiri
Perdesaan 5 7.920.000.000 1.980.000.000 9.900.000.000
2010 PNPM Mandiri
Perdesaan 5 4.200.000.000 1.050.000.000 5.250.000.000
2011 PNPM Mandiri
Perdesaan 5 1.800.000.000 450.000.000 2.250.000.000
2012 PNPM Mandiri
Perdesaan 5 2.945.000.000 155.000.000 3.100.000.000
2013 PNPM Mandiri
Perdesaan 5 11.150.000.000 557.500.000 11.707.500.000
TOTAL 87.165.000.000 5.292.500.000 92.457.500.000
Laporan Koordinasi Program – program pemberdayaan 2013 16
Lokasi dan Alokasi BLM APBN PNPM-MPd 2012
No Kecamatan BLM Kegiatan
1 Pajangan 3.000.000.000
2 Kretek 1.000.000.000
3 Imogiri 3.000.000.000
4 Dlingo 3.000.000.000
5 Piyungan 1.1500.000.000
Kabupaten 11.150.000.000
Sumber : Laporan Faskab PNPM MPd, bulan Oktober 2013
Kegiatan dari Program PNPM Mandiri Perdesaan adalah di bidang
lingkungan berupa pembangunan sarana dan prasarana lingkungan,
pemberdayaan ekonomi berupa pinjaman bergulir yaitu Simpan Pinjam
Perempuan (SPP), bidang kesehatan, pendidikan, dan pelatihan – pelatihan usaha
kecil.
B. PNPM Mandiri Perkotaan
Program ini dilaksanakan di 12 kecamatan. Bentuk kegiatan yang
dilaksanakan diantaranya adalah simpan pinjam, kegiatan sosial dan
pembangunan lingkungan. Dalam PNPM Mandiri Perkotaan, pendanaan disusun
melalui skema sharing antara anggaran Pusat dan Daerah. Sumber dana sharing
antara dana APBN dan APBD Kabupaten. Pada tahun 2013 ini, Kabupaten Bantul
masih tergolong dalam daerah yang IFKD (Index Finansial Kemampuan Daerah)
rendah, maka Kabupaten Bantul hanya diwajibkan sharing 5% dari syarat untuk
sharing DDUB (Dana Daerah untuk Urusan Bersama) 20% dari BLM. Gabungan
pendanaan disebut BLM (Bantuan Langsung Masyarakat) yang kemudian
disalurkan kepada agent pengentasan kemiskinan di level masyarakat yaitu BKM
Laporan Koordinasi Program – program pemberdayaan 2013 17
(Badan Keswadayaan Masyarakat). SKPD yang menangani program ini adalah
Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bantul.
BLM PNPM MP Tahun 2013 ini, Alokasi DIPA untuk BLM senilai 13,325 M dan
alokasi dari DDUB senilai 666,25 juta rupiah yang akan dimanfaatkan untuk 50
Desa. Pagu BLM untuk Kabupaten Bantul pada tahun ini adalah lokasi besar
dengan KK miskin lebih dari 10% senilai 250 juta rupiah, lokasi sedang senilai 150
juta rupiah dan lokasi besar dengan KK miskin kurang dari 10% mendapatkan
pagu BLM 100 juta rupiah.
BLM sebagai stimulan bagi masyarakat untuk mengaktualisasikan apa yang
sudah masyarakat rencanakan dan sepakati dalam perencanaan partisipatif,
sehingga masyarakat belajar melalui praktek membangun yang dikelola sendiri.
Dari sinilah diharapkan tujuan pemberdayaan tercapai.
Selanjutnya, kegiatan BKM ini tersusun dalam siklus-siklus, dimana
pentahapan siklus ini dibantu oleh Konsultan Perkotaan yang ditunjuk oleh
Pemerintah Pusat. Mulai dari pencairan dana BLM sampai dengan pelaksanaan
kegiatannya seperti; Penyusunan PJM Pronangkis, Rembug Warga Tahunan,
Review Keuangan, Pemilu BKM, Channeling (kemitraan) BKM dengan pihak lain
serta Sinergisme PJM dengan Musrenbang, dikawal oleh Konsultan.
Dari 50 Desa di Kabupaten Bantul, , sebagian besar BKM (35 BKM) telah
berpengalaman melakukan channeling dan kemitraan dengan pihak lain, baik
Pemerintah, Swasta, Badan Usaha, Perguruan Tinggi, LSM, Perbankan maupun
kelompok peduli lain. Dengan Pemerintah Daerah, BKM-BKM melakukan
kemitraan dalam Program PAKET baik tahun 2007 (realisasi 2008) maupun PAKET
Tahap 2 Tahun 2008 (Realisasi 2009),
Secara umum kendala, masalah dan hambatan yang dihadapi dalam
pelaksanaan Program PNPM Perkotaan di Kabupaten Bantul baik terhadap BKM,
masyarakat dan stakeholders adalah :
Laporan Koordinasi Program – program pemberdayaan 2013 18
kelambanan sebagian BKM dan relawan dalam merespon terhadap
kebutuhan persyaratan Pemanfaatan BLM yang berdampak pada
mundurnya jadwal dan kesiapan pemanfaatan dana BLM.
BKM beserta perangkatnya yaitu UPL, UPS, dan UPK ada yang belum
siap secara substansi dan pemahaman tupoksi sehingga semua masih
banyak tergantung pada koordinator BKM dan Fasilitator.
Kurang adanya kemauan masyarakat dalam mengikuti proses
pemanfaatan BLM, menyebabkan peran BKM, UP-UP dan Fasilitator
masih lebih dominan daripada peran masyarakat dan KSM dalam
pemanfaatan BLM.
Pemanfaatan BLM masih ada yang sifatnya bagi rata, bukan berdasar
prioritas menyelesaikan masalah, sehingga kemanfaatan terhadap warga
miskin dan dampaknya terhadap permasalahan yang dihadapi masih
belum optimal.
Masih dibutuhkan pemahaman kepada masyarakat untuk rencana
pemanfaatan sarana prasarana fisik yang dibangun, baik secara
operasional maupun pemeliharaan.
Perencanaan partisipatif belum dimaknai sebagai kebutuhan masyarakat
dalam menyelesaikan permasalahan namun masih dimaknai sebagai
penyusunan program untuk meraih dana PNPM MP, sehingga usulan
kegiatan masih banyak yang bersifat keinginan dan belum menyentuh
sasaran warga miskin secara maksimal.
Masih kurangnya pemahaman dari masyarakat secara luas bahwa BKM
sebagai lembaga amanah dari masyarakat, sehingga belum banyak yang
mau terlibat dalam pemilihan anggota BKM di tingkat basis.
Laporan Koordinasi Program – program pemberdayaan 2013 19
Ada BKM yang belum mampu untuk melakukan kemitraan dengan
pihak lain baik kelayakan pengelolaan keuangan, penyusunan program
maupun yang belum layak kelembagaan.
Masih ada pihak luar yang memahami BKM sebagai lembaga yang
dipercaya masyarakat untuk penanggulangan kemiskinan, sehingga
pihak luar tersebut belum bisa menerima BKM sebagai lembaga yang
menjalankan program mereka.
VIII. PROGRAM KHUSUS
Pada tahun 2013, secara khusus Gubernur DIY melaksanakan program
khusus untuk percepatan penanggulangan kemiskinan berupa bantuan keuangan
kepada Rumah Tangga Sasaran (RTS) kepada masyarakat rawan miskin. Bantuan
berupa uang sebesar Rp1.000.000 per RTS yang harus digunaan untuk usaha
ekonomi produktif.
Jumlah RTS penerima bantuan sebanyak 13.125 RTS dan dibagi menjadi
1.052 kelompok.
IX. PENUTUP
Program PNPM Mandiri yang diluncurkan oleh Pemerintah sesungguhnya
merupakan salah satu upaya Pemerintah untuk mempercepat penanggulangan
kemiskinan dan memperluas kesempatan kerja melalui konsolidasi program -
program pemberdayaan masyarakat yang ada di berbagai Kementerian/Lembaga.
Untuk memastikan efektivitas program, penyaluran dana operasional kegiatan
dilakukan secara langsung kepada masyarakat, tidak melalui Pemerintah Daerah.
Disamping itu, melalui pengintegrasian berbagai program pemberdayaan
masyarakat ke dalam kerangka kebijakan PNPM Mandiri, cakupan pembangunan
diharapkan dapat diperluas hingga ke daerah-daerah terpencil. Implementasi
PNPM Mandiri masih memerlukan adanya trilateral sinergy dari tiga pihak yaitu
Laporan Koordinasi Program – program pemberdayaan 2013 20
masyarakat, pemerintah daerah dan kelompok peduli (swasta, asosiasi, perguruan
tinggi, media, LSM, dll) serta kemitraan diantara ketiganya. Untuk menjamin agar
semua pihak terlibat dalam program tersebut maka perlu adanya sosialiasi kepada
masyarakat luas yang dilakukan secara intensif.
Pemerintah Kabupaten Bantul tetap akan berkomitmen untuk selalu
mendukung program PNPM Mandiri karena terbukti mampu secara signifikan
mengatasi permasalahan kemiskinan dan berkontribusi menurunkan angka
kemiskinan. Komitmen tersebut diwujudkan diantaranya melalui upaya untuk
mendorong kesuksesan implementasi Program PNPM Mandiri melalui berbagai
kebijakan, koordinasi dan sinergitas dengan perencanaan pembangunan daerah.
Salah satu kebijakan tersebut adalah alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) untuk sharing DDUB PNPM Mandiri untuk keberlanjutan program.
Selain itu, upaya untuk melestarikan aset – asset PNPM Mandiri demi
keberlanjutan proses pemberdayaan masyarakat dalam mengatasi kemiskinan
terus dilakukan melalui koordinasi dan sinergi dengan SKPD terkait. Dengan
demikian integrasi program-program PNPM Mandiri ke dalam perencanaan
pembangunan daerah menjadi sesuatu yang mutlak dilaksanakan.