81
i KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN MASYARAKAT DESA SIALAMBUE KECAMATAN BARUMUN KABUPATEN PADANG LAWAS SUMATERA UTARA SEBAGAI OBAT DAN KERAJINAN TANGAN HAMISA DAULAY PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020 M / 1442 H

KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

  • Upload
    others

  • View
    15

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

i

KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN

MASYARAKAT DESA SIALAMBUE KECAMATAN BARUMUN

KABUPATEN PADANG LAWAS SUMATERA UTARA

SEBAGAI OBAT DAN KERAJINAN TANGAN

HAMISA DAULAY

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020 M / 1442 H

Page 2: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

ii

KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN

MASYARAKAT DESA SIALAMBUE KECAMATAN BARUMUN

KABUPATEN PADANG LAWAS SUMATERA UTARA

SEBAGAI OBAT DAN KERAJINAN TANGAN

Oleh:

Hamisa Daulay

1116095000022

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Bidang Biologi

Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020 M / 1442 H

Page 3: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

iii

Page 4: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

iv

Page 5: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

v

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH HASIL

KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU

KARYA ILMIAH DARI PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, Desember 2020

Hamisa Daulay

11160950000022

Page 6: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

vi

ABSTRAK

Hamisa Daulay, Keanekaragaman Jenis Tumbuhan dan Pengetahuan Masyarakat

Desa Sialambue Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Sumatera Utara

sebagai Obat dan Kerajinan Tangan. Dibawah bimbingan Dr.Priyanti, M.Si. dan

Dr. Dasumiati, M.Si.

Desa Sialambue Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Provinsi Sumatera Utara

memiliki tradisi dalam memanfaatkan tumbuhan lokal untuk kesehatan dan sumber mata

pencaharian masyarakat. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui keanekaragaman

jenis tumbuhan dan pengetahuan masyarakat lokal dalam pemanfaatannya sebagai obat

dan kerajinan tangan di Desa Sialambue. Penelitian dilakukan dengan metode survei dan

wawancara untuk mengetahui keberadaan tumbuhan di desa tersebut. Wawancara

dilakukan kepada 59 responden yang ditentukan dengan teknik snowball sampling.

Responden terdiri dari peraji, pengrajin, dan masyarakat. Data dianalisis secara kualitatif

deskriptif. Tumbuh-tumbuhan yang berhasil diidentifikasi sebanyak 23 jenis dari 16

famili yang dimanfaatkan sebagai obat dan 6 jenis dari 3 famili yang dimanfaatkan

sebagai kerajinan tangan. Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai sebagai obat,

yaitu getah, daun, bunga, buah, dan seluruh bagian tumbuhan dengan berbagai cara

pengolahan, seperti dihaluskan, ditumbuk, direbus, dikunyah, dipotong kecil-kecil, dan

tanpa pengolahan. Masyarakat yang menggunakan tumbuhan obat umumnya adalah

perempuan dengan tingkat pendidikan sekolah dasar (SD) dengan mata pencaharian

buruh atau petani. Bagian tumbuhan yang digunakan untuk kerajinan tangan, yaitu

batang, daun, ijuk, dan buah dengan cara pengolahan dianyam dan dibakar. Masyarakat

Desa Sialambue masih menggunakan tumbuh-tumbuhan sebagai bahan baku obat dan

kerajinan tangan.

Kata kunci: Anyaman; Desa Sialambue; Kerajinan tangan; Tumbuhan obat

Page 7: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

vii

ABSTRACT

Hamisa Daulay, Plant Species Diversity and Local People’s Knowledge in Sialambue

Village Barumun District Padang Lawas Regency North Sumatra Province of

Medicinal Plants and Handicrafts. Under the supervision of Dr.Priyanti, M.Si. and

Dr. Dasumiati, M.Si.

Sialambue Village Barumun District Padang Lawas Regency North Sumatra Province

have a tradition in utilizing local plants for health and community sources of livelihood.

The purpose of this study was to determine the diversity of plats species and people’s

knowledge in their use medical plants and handycrafts in Sialambue Village. The

research was conducted using a survey method and interviews the presence plants in the

village. Interviews with 59 respondents of peraji, craftment, and the community. Data

analyzed qualitatively descriptive. Vegetation identified 23 types of plants from 16

families used as medicine and 6 types from 3 families used as handycrafts. The used

plants of medicine is leaves, Flowers, fruit, and all parts of the plant by various methods,

such as puree, ground, boiled, crushed, cut into small, and without processing. The people

use medicinal plants are generelly women with elementary education (SD) and a

farmer’s. Parts of plants used handycrafts is the stem, leaves, fiber, fruit with proces

woven, and burned. Sialambue Village people still use plants as raw materials for

medicine and handicrafts.

Keywords: Handycrafts; Medicinal plants; Sialambue Village; Wickerwork

Page 8: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu terpanjat kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan

karuniaNya yang dianugerahkan kepada penulis sehingga penyusunan skripsi yang

berjudul “Keanekaragaman Jenis Tumbuhan dan Pengetahuan Masyarakat Desa

Sialambue Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Sumatera Utara

sebagai Obat dan Kerajinan Tangan” ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat

beserta salam penulis sampaikan pada sebaik-baiknya suri tauladan, yakni junjungan kita

semua Habibana wa Nabiyina Muhammad SAW.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan tugas akhir ini dapat terselesaikan

berkat bantuan, dukungan, bimbingan, dan arahan dari banyak pihak. Penulis

mengucapkan terima kasih tidak terhingga kepada:

1. Prof. Dr. Lily Surraya Eka Putri, M. Env. Stud selaku Dekan Fakultas Sains dan

Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Priyanti, M.Si selaku Ketua Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus sebagai Pembimbing

I yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi.

3. Narti Fitriana, M.Si selaku Sekretaris Program Studi yang membantu kelancaran

penyusunan skripsi ini.

4. Dr. Dasumiati, M.Si selaku Pembimbing II yang telah membimbing dan

mengarahkan penulis selama penyusunan laporan penelitian.

5. Sahlan Hasibuan, selaku Kepala Desa Sialambue Kecamatan Barumun Kabupaten

Padang Lawas Provinsi Sumatera Utara yang telah mengizinkan penulis

melaksanakan penelitian.

6. Para narasumber dan seluruh warga Desa Sialambue yang telah banyak memberikan

informasi kepada penulis.

7. Segenap Dosen Biologi yang telah memberikan banyak ilmu kepada penulis.

8. Mahasiswa/i Biologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,

khususnya angkatan 2016, yang telah memberikan motivasi dan semangat

seperjuangan dalam penyelesaian laporan penelitian.

Page 9: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

ix

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas kebaikan yang telah diberikan kepada

penulis. Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna.

Jakarta, Desember 2020

Penulis

Page 10: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

x

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK .............................................................................................................................. vi

ABSTRACT .......................................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ............................................................................................................................ x

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................. xii

DAFTAR TABEL ................................................................................................................ xiii

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................2

1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................................... 2

1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................. 1

2.1 Etnobotani.................................................................................................................... 1

2.2 Tumbuhan Obat ........................................................................................................... 2

2.3 Tumbuhan untuk Kerajinan Tangan ............................................................................ 2

BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................................... 11

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................................... 11

3.2 Alat dan Bahan .......................................................................................................... 12

3.3 Cara Kerja .................................................................................................................. 12

3.3.1 Menentuan Responden dan Wawancara ............................................................. 12

3.3.2 Survei dan Identifikasi Tumbuhan ....................................................................... 12

3.3.3. Pembuatan Deskripsi Tumbuhan ......................................................................... 13

3.4 Analisis Data ............................................................................................................. 13

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................ 14

4.1 Karekteristik Responden dalam Memanfaatkan Tumbuhan sebagai Obat ............... 14

4.1.1 Tingkat Pendidikan ................................................................................................. 14

4.1.2 Tingkat Mata Pencaharian ...................................................................................... 16

4.1.3 Jenis Kelamin ........................................................................................................... 17

4.2 Karekteristik Responden Memanfaatkan Tumbuhan sebagai Kerajinan Tangan ..... 18

4.2.1 Tingkat Pendidikan ................................................................................................. 18

4.2.2 Tingkat Mata Pencaharian ...................................................................................... 19

4.2.3 Jenis Kelamin ........................................................................................................... 20

4.3 Jenis-Jenis Tumbuhan Obat dan Cara Pengolahannya di Desa Sialambue ................ 29

4.4 Bagian yang dimanfaatkan ........................................................................................ 39

4.5 Jenis Tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai Kerajinan Tangan di Desa Sialambue 41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................. 49

5.1 Kesimpulan ................................................................................................................ 49

Page 11: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

xi

5.2 Saran .......................................................................................................................... 49

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 50

LAMPIRAN ........................................................................................................................... 53

Page 12: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Peta lokasi penelitian Desa Sialambue ................................................................... 9

Gambar 2. Tipologi responden pemanfaatan tumbuhan obat berdasarkan pendidikan ....... ..14

Gambar 3. Tipologi responden pemanfaatan tumbuhan obat tingkat berdasarkan mata

pencaharian .......................................................................................................... 16

Gambar 4. Tipologi responden pemanfaatan tumbuhan obat berdasarkan jenis kelamin ...... 17

Gambar 5. Tipologi responden pemanfaatan tumbuhan kerajinan berdasarkan tingkat

pendidikan............................................................................................................ 18

Gambar 6. Tipologi responden pemanfaatan tumbuhan kerajinan berdasarkan mata

pencaharian .......................................................................................................... 19

Gambar 7. Tipologi responden berdasarkan jenis kelamin ................................................... 20

Gambar 8. Persentase bagian tumbuhan obat yang digunakan di Desa Sialambue ............... 33

Page 13: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Data responden ......................................................................................................... 60

Tabel 2. Tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat Lokal di Desa Sialambue ............. 63

Page 14: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Kuisioner Responden ................................................................................ 53

Lampiran 2. Kuisioner Pengrajin .................................................................................. 56

Lampiran 3. Kuisioner Pengraji .................................................................................... 58

Lampiran 4. Tumbuhan kerajinan tangan di Desa Sialambue ...................................... 60

Lampiran 5. Jenis kerajinan tangan yang dihasilkan masyarakat Desa Sialambue ...... 61

Lampiran 6. Jenis tumbuh-tumbuhan obat di Desa Sialambue ..................................... 59

Lampiran 7. Data Responden ysng di Wawancarai di Desa Sialambue ....................... 62

Lampiran 8. Tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Sialambue ........... 53

Page 15: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Desa Sialambue merupakan desa yang terletak di Kecamatan Barumun

Kabupaten Padang Lawas Provinsi Sumatera Utara. Saat ini, masyarakat lokal Desa

Sialambue masih mendatangi pengraji untuk penyembuhan penyakit dan masih

menggunakan tumbuhan obat. Selain itu, masyarakat masih memproduksi beberapa

kerajinan tangan yang terbuat dari tumbuhan untuk digunakan sendiri dan dijual di

masyarakat atau pasar terdekat. Hal ini merupakan pengetahuan yang dimiliki oleh

masyarakat hanya diketahui oleh orang-orang yang lanjut usia.

Pengetahuan masyarakat lokal dalam memanfaatkan keanekaragaman hayati

dalam mengembangkan tradisi-tradisi dalam suatu daerah memiliki nilai-nilai positif

terhadap pemeliharaan dan pelestarian lingkungan hidup (Niapele, 2013). Tradisi

merupakan suatu kearifan lokal yang perlu diwariskan dari satu generasi ke generasi

berikutnya. Saat ini, tradisi yang terdapat di Desa Sialambue sudah tidak diminati

oleh generasi muda. Hal ini disebabkan oleh akulturasi budaya, penggunaan obat

modren, dan pola penyampaian pengetahuan yang sangat terbatas.

Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa tumbuhan yang digunakan dalam

pengobatan tradisional pada Suku Mandailing berjumlah 81 jenis yang tercakup

dalam 38 famili. Pemanfaatan tumbuhan berkhasiat obat oleh Suku Mandailing

menunjukkan bahwa mereka telah memiliki pengetahuan terkait pemanfaatan

tumbuhan berkhasiat obat secara empiris. Keanekaragaman tumbuhan obat

membuktikan bahwa kesehatan menjadi prioritas utama Suku Mandailing yang

tinggal di sekitar hutan (Nasution, Chikmawati, Walujo, & Zuhud, 2018).

Penelitian lain tentang pemanfaatan tumbuhan telah dilakukan di Desa Gunam

Kecamatan Parindu Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat sebagai bahan

baku kerajinan dan bahan baku alat musik sebanyak 14 jenis dari 9 famili

meliputi:Areaceae, Gleicheniaceae, Poaceae, Thymelaeaceae, Apocynaceae,

Dipterocarpaceae, Simaroubaceae, Fagaceae dan Moraceae. Bagian tumbuhan yang

dimanfaatkan oleh masyarakat di Desa Gunam yang ditemukan bervariasi yaitu,

organ batang sebanyak 9 jenis, daun sebanyak 2 jenis, biji sebanyak 2 jenis, akar dan

Page 16: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

2

kulit batang sebanyak 1jenis. Tumbuh-tumbuhan dimanfaatkan sebagai bahan

kerajinan antara lain gantungan kunci, rak pakaian, kursi, cincin, gelang, takin, tikar,

topi, kalung, gelas minum, piring, baju, tas, tali, dan alat musik berupa sape

(Nggadas, Idham, & Sisilia, 2019).

Berdasarkan uraian di atas, penelitian tentang pengetahuan dan pemanfaatan

jenis tumbuhan merupakan hal yang sangat penting dilakukan supaya jenis tumbuhan

tersebut tidak punah (Mackinnon et al. 2000). Kebaruan dari penelitian ini adalah

inventarisasi berbagai jenis tumbuhan dan potensi pemanfaatannya sebagai obat dan

kerajinan tangan, pengolahan dan cara memperoleh tumbuhan belum pernah

dilakukan di Desa Sialambue Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas

Provinsi Sumatera Utara. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan masyarakat

dapat melestarikan tetumbuhan dengan baik serta mengungkap pengetahuan lokal

masyarakat Desa Sialambue dengan harapan generasi muda dapat meneladani

kembali nilai-nilai lokal yang terdapat di desa tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan Masalah penelitian ini adalah:

1. Apa saja jenis-jenis tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa

Sialambue Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Provinsi Sumatera

Utara sebagai obat dan kerajinan tangan?

2. Bagaimana pengetahuan masyarakat Desa Sialambue Kecamatan Barumun

Kabupaten Padang Lawas Provinsi Sumatera Utara tentang obat dan kerajinan

tangan?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui keanekaragaman jenis tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat

Desa Sialambue Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Provinsi

Sumatera Utara sebagai obat dan kerajinan tangan.

2. Mengetahui pengetahuan masyarakat Desa Sialambue Kecamatan Barumun

Kabupaten Padang Lawas Provinsi Sumatera Utara sebagai obat dan kerajinan

tangan.

Page 17: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

3

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan

mengenai keanekaragaman jenis dan informasi pewarisan pengetahuan masyarakat

lokal tentang pemanfaatan tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat lokal di

Desa Sialambue. Informasi ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai acuan

dalam menyusun kebijakan terkait upaya perlindungan dan pelestarian potensi jenis

tumbuh-tumbuhan, serta pemanfaatannya secara arif sebagai bentuk pengetahuan

lokal (indigenous knowledge) yang perlu dijaga.

Page 18: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Etnobotani

Indonesia memiliki berbagai daerah dengan tradisi yang sangat beragam.

Setiap daerah memiliki pengetahuan dan memiliki keaneragaman hayati yang

berbeda juga. Keanekaragaman hayati digunakan untuk menunjang keberlangsungan

hidupnya. Hal ini merupakan suatu pengetahuan masyarakat lokal yang berada di

daerah tersebut. Adaptasi masyarakat dapat berupa pengalaman dan pengetahuan

dalam memanfaatkan tumbuhan sebagai kerajinan tangan, obat-obatan, dan sumber

pangan (Iqbal & Pitopang, 2019).

Etnobotani berasal dari bahasa yunani, yaitu ethnos dan botany. Ethnos berarti

bangsa dan botany artinya tumbuhan. Etnobotani merupakan ilmu yang mempelajari

hubungan budaya maupun manusia dengan tumbuhan yag berada di sekitarnya.

Pengetahuan masyarakat tentang tumbuhan dan cara pelestarian dan konservasi jenis

tumbuhan merupakan salah satu fungsi etnobotani (Iqbal & Pitopang, 2019).

Etnobotani muncul sebagai sebuah pendekatan multidisiplin keilmuan, pada

dekade terakhir terutama dalam metodologi pengumpulan datanya. Etnobotani

berfokus mempelajari hubungan antara suatu etnik atau kelompok masyarakat dan

sumber daya alam tumbuhan serta lingkungannya. Pengembangan studi etnobotani

memberikan kontribusi sangat besar dalam proses pengenalan sumberdaya alam pada

suatu daerah melalui kegiatan pengumpulan kearifan lokal bersama masyarakat.

Studi etnobotani dapat membantu masyarakat untuk mengetahui secara ilmiah

pengetahuan yang dimiliki dalam menunjang kehidupannya. Pada umumnya,

etnobotani membahas penggunaan dan pengelolaan tumbuhan. Pemanfaatan

tumbuhan dalam kajian etnobotani mencakup berbagai aspek yaitu, kerajinan tangan,

sandang, pangan, dan obat-obatan (Choudhary et al., 2008).

Etnobotani dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk mendokumentasikan

pengetahuan masyarakat tradisional dan masyarakat awam yang telah menggunakan

berbagai macam jasa tumbuhan untuk menunjang kehidupannya.

Masyarakat tersebut memanfaatkan tumbuhan tersebut untuk kepentingan makan,

upacara adat, pengobatan, bahan bangunan, bahan pewarna, budaya, dan lain-lain

Page 19: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

5

sebagainya. Semua kelompok masyarakat sesuai karakter wilayah dan adatnya

memiliki ketergantungan pada berbagai jenis tumbuhan. Sekitar ratusan jenis

tumbuhan telah dimanfaatakan masyarakat saat ini sebagai sumber maknanan.

Namun pada etnik tertentu telah memanfaatkan ribuan jenis tumbuhan untuk hal

yang sama (Suryadarma, 2008).

Nilai-nilai pengetahuan masyarakat tradisional tentang etnobotani dapat

memberikan nilai maupun pandangan yang memungkinkan memahami kebudayaan

kelompok masyarakat dalam pemanfaatan tumbuhan secara praktis. Selain itu, terjadi

hubungan saling mengisi, memanfaatkan nilai-nilai keunikan pengetahuan tradisonal

dan memahami berbagai pandangan untuk mengetahui kebudayaannya dalam

pemanfaatan tumbuhan secara praktis. Pemanfaatan jenis tumbuhan oleh etnik

tertentu mencakup keseluruhan identitas etnis bersangkutan. Sehingga pembahasan

etnobotani, bukan hanya menyangkut tampilan biologi taksonomi satu jenis atau

kelompok tumbuhan tetapi berupa sikap, perilaku, dan pengetahuan masyarakat

terhadap kelompok tumbuhan dalam menjaga dan melangsungkan kebudayaan dan

etnisitasnya (Suryadarma, 2005).

2.2 Tumbuhan Obat

Tumbuhan obat adalah tumbuhan yang salah satu bagian atau seluruh bagian

pada tumbuhan tersebut mengandung zat aktif yang berkhasiat bagi kesehatan dan

dapat dimanfaatkan dalam menyembuhkan penyakit (Dalimarta, 2000;

Wijayakusuma, 2008). Menurut Kusuma & Zaky (2005), Bagian tumbuhan yang

dimanfaatkan sebagai obat terdiri dari akar, daun, batang, bunga, rimpang, maupun

getah (resin). Pada umumnya, cara membuat ramuan obat dari tumbuhan ada 2, yaitu

dengan direbus atau ditumbuk. Sementara itu, penggunaan ramuan obat dilakukan

dengan 3 cara, yaitu ditempelkan, diminum, dan dibasuhkan. Penggunaan obat

dengan cara ditempelkan atau dibasuhkan digunakan untuk pengobatan tubuh bagian

luar sedangkan penggunaan dengan cara diminum biasanya digunakan untuk

pengobatan tubuh bagian dalam.

Tumbuhan berkhasiat obat telah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia

bahkan sejak ratusan tahun yang lalu. Pada masa lalu, ahli ilmu pengobatan yang

dikenal dengan istilah tabib membuat ramuan obat yang bahan bakunya berasal dari

Page 20: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

6

hutan. Hutan Indonesia menyimpan potensi tumbuhan obat sebanyak 30.000 jenis,

di antaranya 940 jenis telah dinyatakan berkhasiat obat, dimana sekitar 78 % masih

diperoleh melalui pengambilan langsung dari hutan (Nugroho, 2010). Pengobatan

tradisional awalnya dikenal dengan ramuan jamu-jamuan hingga saat ini jamu

masih diyakini sebagai obat mujarab untuk mengobati berbagai penyakit bahkan

telah dikembangkan dalam industri modern. Pengobatan tradisional menurut agama

islam itu diperbolehkan selama tidak melanggar dalam ajaran islam dalam

mempersekutukan Alloh SWT dalam pengobatan yang menggunakan tumbuhan.

Pada hadits Rasulloh SAW menjelaskan yang artinya:

“Sesungguhnya Alloh telah menurunkan penyakit dan obatnya, demikian pula

Alloh menjadikan bagi setiap penyakit ada obatnya, maka berobatlah kalian dan

janganlah berobat dengan yang haram” (HR. Abu Dawud dari Abu

Darda’radiallohu “anhu no. 3874).

Pengetahuan mengenai tumbuhan obat memiliki karakteristik berbeda-beda

pada suatu wilayah. Pengetahuan tersebut biasanya merupakan warisan secara

turun-temurun. Pada umumnya, hanya sebagian kecil masyarakat yang mengetahui

jenis-jenis tumbuhan obat (Nurrani, 2013). Dalam Al-Qur’an menegaskan bahwa

tumbuhan merupakan anugrah yang Alloh berikan kepada manusia. Jenis tumbuhan

yang terdapat di alam sangat beragam sebagaiman tercantum dalam suroh Asy-

Syu’ara (26):7 yang mempunyai arti:

“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, betapa banyak kami

tumbuhkan di bumi itu berbagai macam pasangan (tumbuh-tumbuhan) yang baik?”

(Q.S. Asy Syu’ara (26):7)

2.3 Tumbuhan untuk Kerajinan Tangan

Alam Indonesia cukup banyak tersedia keanekaragaman tumbuhan yang dapat

digunakan sebagai bahan baku untuk industri kerajinan, antara lain anyaman dan

jahitan. Produk jahitan dan anyaman dari bahan tumbuhan diperlukan pengetahuan

dan pengalaman dalam mengenal tumbuhan yang mempunyai serat yang panjang

dan kuat. Pemanfaatan tumbuhan sebagai kerajinan memilki pengolahan tumbuhan

bervariasi mulai dari yang mudah hingga sulit. Selain itu, pengolahan tumbuhan

juga ada yang memerlukan waktu yang sangat lama (Nggadas et al., 2019).

Page 21: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

7

Menurut Batoro dkk. (2015), Kerajinan tangan seperti tikar, atap, tas, dan tali

banyak dimanfaatkan oleh masyarakat dari berbagai jenis tumbuhan. Pada

umumnya, bagian dari tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan terdiri

dari 3 macam, yaitu bagian kulit batang, bagian batang, dan daun. Tumbuhan yang

dimanfaatkan bagian kulit batang digunakan untuk bahan pembuatan keranjang.

Biasanya, jenis kulit kayu yang digunakan sudah tua yang direndam beberapa hari

kemudian dipukul-pukul sampai terlihat seratnya. Setelah itu, kulit kayu siap

digunakan sebagai bahan anyaman. Tumbuhan yang dimanfaatkan bagian batang

biasanya digunakan sebagai bahan anyaman seperti dalam pembuatan keranjang,

perangkap ikan, atau perlengkapan rumah tangga, sedangkan yang dimanfaatkan

bagian daun biasanya digunakan sebagai bahan baku pembuatan tikar anyaman

(Supriati, Nurliana, & Malau, 2012).

Bahan kerajinan adalah produk yang di hasilkan dari keterampilan tangan dari

pengrajin yang berasal dari bahan alam atau bahan yang sudah jadi dan diolah

menjadi suatu produk yang bisa dijual. Produk yang berasal dari hutan biasanya

dikenal dengan produk hasil hutan bukan kayu (HHBK). Tumbuhan hutan yang

biasa digunakan oleh masyarakat berupa rotan, daun pandan, bambu, dan lain-lain

sebagainya (Syukur, 2017).

Pada umumnya, masyarakat menggunakan berbagai jenis tumbuhan yang

berada disekitarnya untuk dijadikan sebagai kerajinan tangan. Menurut penelitian

(Yoese, Setywati, & Mufhati, 2019), tentang jenis tumbuhan hutan yang

dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan oleh suku Dayak Tamambaloh Desa Labian

Kecamatan Batang Lupar Kabupaten Kapuas Hulu diantaranya, pandan berduri,

bambu, dan rotan.

Pandan duri (Pandanus tectorius) merupakan tumbuhan yang digunakan untuk

membuat berbagai macam kerajinan tangan seperti, kerajinan tikar, salaben, sampul

buku dan lain-lain sebagainya. Pandan duri dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan

tikar yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan biasanya juga digunakan

dalam ritual adat agama Hindu di Bali. Selain itu, kerajinan tangan yang dihasilkan

akan dijual ke pasar (Sudana, 2007)

Bambu digunakan sebagai bahan kerajinan tangan yang menghasilkan produk

bubu dan saroak. Produk kerajinan bubu yang dibuat diambil dari satu buah ruas

Page 22: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

8

bambu yang ruasnya dibelah menjadi beberapa bagian tanpa membuang salah satu

bagian ruas. Bambu yang sudah dibelah diraut untuk membuang bagian yang tajam

dari bambu tersebut. Perakitan dalam pembuatan bubu ditambahkan beberapa

rautan bambu yang sudah diikatkan dengan bagian bambu yang masih menempel di

ruas. Sedangkan pembuatan saroak bambu yang sudah diraut saling diikatkan

dengan tali pengikat yang terbuat dari rotan. Fungsi kerajinan yang berasal dari

bahan bambu tersebut digunakan sebagai pemberkatan benih padi, tempat sesajen

untuk orang yang sudah meninggal atau buang pantang.

Rotan merupakan tumbuhan yang paling banyak digunakan sebagai bahan

kerajinan seperti,pembuatan tas rotan yang dikombinasikan dengan kain tenun dan

pembutan sabit yang semua bahannya berasal dari rotan. Pemanfaatan tumbuhan

rotan banyak digunakan untuk bahan kerajinan sabit, bahan pengikat untuk alat

penangkap ikan, bahan pembuatan tas, bahan utama pembuatan keranjang dan lain-

lain sebagainya.

Penelitian yang dilakukan oleh Jumiati (2012), pada suku Anak dalam di

Dusun Semani III Desa Jebak Kabupaten Batanghari Jambi terdapat 12 jenis

anyaman kreasi yang terbuat dari rotan seperti ambung, tanggok, keruntung,

tengkalang, lukah, nyiru, bakul, panepok lalat, lekar, wadah ikan, dan cincin

pengikat. Tumbuhan yang digunakan sebagai bahan kerajinan dalam pengambilan

tumbuhannya dilakukan pada saat tumbuhan tersebut diperlukan saja.

Page 23: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

9

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Sialambue Kecamatan Barumun Kabupaten

Padang Lawas Provinsi Sumatera Utara (LU 01°03’10,4” – BT 099°43’49,9”)

(Gambar 1). Waktu penelitian dilakukan pada Januari hingga Juli 2020.

Gambar 1. Peta lokasi penelitian Desa Sialambue Kecamatan Barumun

Kabupaten Padang Lawas Provinsi Sumatera Utara

Page 24: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

10

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera digital, GPS (Global

Positioning System), alat tulis, alat perekam, penggaris, gunting stek dan parang,

jakka, sabut kelapa, karung, sasak, dan kuisioner atau lembar wawancara terhadap

responden yang terpilih (masyarakat adat dimana bahasa yang digunakan disesuaikan).

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah label untuk menandai sampel,

koran untuk membungkus sampel yang diawetkan, tali rafia untuk mengikat sampel,

dan jenis tumbuhan yang diamati.

3.3 Cara Kerja

3.3.1 Menentuan Responden dan Wawancara

Tahap awal penelitian ini adalah penentuan responden berdasarkan teknik

snowball samplimg. Penduduk Desa Sialambue berjumlah 448 orang. Wawancara

dilakukan secara langsung kepada 59 responden (lampiran 7), yaitu peraji, pengrajin,

dan masyarakat yang dianggap mengetahui potensi untuk bahan obat dan kerajinan

tangan. Responden diwawancarai berdasarkan tingkat pendidikan, mata pencaharian,

dan jenis kelamin. Daftar pertanyaan terdapat pada kuisioner yang sudah dibuat

(lampiran 1-3). Data wawancara berupa rekaman, catatan, dan dokumentasi tumbuhan

yang perolehannya menggunakan alat perekam, alat tulis, dan kamera. Wawancara

dilakukan untuk menggali informasi mengenai pengetahuan masyarakat lokal dan

potensi tumbuhan tersebut.

3.3.2 Survei dan Identifikasi Tumbuhan

Setelah wawancara dilakukan terhadap responden, peneliti memperoleh informasi

tentang jenis tumbuhan yang dimanfaatkan masyarakat Desa Sialambue dan

melakukan survei secara purposive sampling di tempat hidupnya tumbuh-tumbuhan

(hutan, kebun, pemakaman, pekarangan rumah, dan sekitar jalan). Tumbuh-tumbuhan

diidentifikasi morfologi jenis tumbuhan tersebut mengacu pada The Plant List

(http://www.theplantlist.org) dan IPNI (The International Plant Names Index)

(http://www.ipmi.org).

Page 25: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

11

3.3.3. Pembuatan Deskripsi Tumbuhan

Deskripsi tumbuhan yang dilakukan mengacu dari berbagai literatur. Literatur

yang digunakan peneliti mengacu pada buku yang berjudul Tumbuhan Obat di

Sumatra karangan Silalahi, Purba, & Mustaqim (2019) dan berbagai jurnal seperti,

Gautama (2008) tentang Analisis Biaya dan Proses Pemanenan Rotan Alam di Desa

Mambue Kabupaten Luwu Utara, Emelia (2018) mengenai Pengrajin Tikar Pandan di

Desa Alue O Idi Rayeuk. Deskripsi tumbuhan yang digunakan masyarakat Desa

Sialambue sebagai bahan obat dan kerajinan tangan meliputi organ batang, daun,

bunga, dan buah.

3.3 Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah dan dianalisis secara kualitatif

deskriptif. Persentase karakteristik responden berdasarkan pendidikan. Mata

pencaharian, dan jenis kelamin dapat ditentukan dengan rumus yang mengacu pada

Ernawati (2009) :

Ʃ Responden tertentu

Ʃ Seluruh masyarakat Desa Sialambue X100 %

Page 26: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

12

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karekteristik Responden dalam Memanfaatkan Tumbuhan sebagai Obat

4.1.1 Tingkat Pendidikan

Kepercayaan masyarakat Desa Sialambue terhadap pemanfaatan tumbuhan

sebagai obat merupakan kepercayaan yang diwariskan dari satu generasi ke generasi

berikutnya. Hasil wawancara mengungkapkan bahwa responden yang memanfaatkan

tumbuhan sebagai obat terbanyak adalah responden yang berpendidikan SD (30,5 %),

sedangkan responden pengguna tumbuhan obat paling sedikit adalah responden

dengan pendidikan terakhir D3 atau S1 (Gambar 2).

Gambar 2. Tipologi responden pemanfaatan tumbuhan obat berdasarkan

tingkat pendidikan

Pengetahuan yang dimiliki responden tingkat D3 atau S1 mempunyai keterkaitan

dengan minimnya pengetahuan yang dimiliki mengenai tumbuhan obat dan lebih suka

memakai obat yang berasal dari resep dokter atau yang lainnya. Mereka beranggapan

bahwa tumbuhan obat lebih sudah didapatkan dan takut ada efek samping yang

ditimbulkan dari tumbuhan yang dipakai. Umumnya pengetahuan yang mereka

Page 27: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

12

peroleh mengenai pemanfaatan tumbuhan obat berasal dari orang tua atau turun-

temurun dan juga hasil tukar informasi.

Menurut Gracia et al.,(2009), pewarisan pengetahuan lokal dapat dilakukan

dengan 3 cara berbeda, yaitu (1) orang tua; (2) dari teman sebaya; dan (3) dari generasi

yang lebih tua. Tingkat pengetahuan lokal dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin,

pendidikan, dan tingkat sosial ekonomi masyarakat (Case et al. 2005). Berdasarkan

penelitian Yatias (2015), penggunaan tumbuhan paling banyak dari pendidikan sekolah

dasar (SD) hal tersebut dikarenakan minimnya prasarana yang terdapat di desa tersebut

sehingga sulit untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.

4.1.2 Tingkat Mata Pencaharian

Mata pencaharian masyarakat lokal Desa Sialambue pada umumnya adalah

sebagai buruh atau petani. Penggunaan tumbuhan sebagai obat banyak dimanfaatkan

oleh masyarakat yang bermata pencaharian buruh atau petani (25,4 %), sedangkan

penggunaan tumbuhan sebagai obat paling sedikit pada mata pencaharian PNS atau

guru (1,7 %) (Gambar 3).

Gambar 3. Tipologi responden pemanfaatan tumbuhan obat berdasarkan

mata pencaharian

Page 28: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

13

Menurut Gracia et al.,(2009), pewarisan pengetahuan lokal dapat dilakukan

dengan 3 cara berbeda, yaitu (1) orang tua; (2) dari teman sebaya; dan (3) dari generasi

yang lebih tua. Tingkat pengetahuan lokal dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin,

pendidikan, dan tingkat sosial ekonomi masyarakat (Case et al. 2005). Berdasarkan

penelitian Yatias (2015), penggunaan tumbuhan paling banyak dari pendidikan sekolah

dasar (SD) hal tersebut dikarenakan minimnya prasarana yang terdapat di desa tersebut

sehingga sulit untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.

4.1.2 Tingkat Mata Pencaharian

Mata pencaharian masyarakat lokal Desa Sialambue pada umumnya adalah

sebagai buruh atau petani. Penggunaan tumbuhan sebagai obat banyak dimanfaatkan

oleh masyarakat yang bermata pencaharian buruh atau petani (25,4 %), sedangkan

penggunaan tumbuhan sebagai obat paling sedikit pada mata pencaharian PNS atau

guru (1,7 %) (Gambar 3).

Gambar 4. Tipologi responden pemanfaatan tumbuhan obat berdasarkan

mata pencaharian

Tingkat mata pencaharian sangat mempengaruhi pemanfaatan tumbuhan obat.

Berdasarkan hasil wawancara tingkat mata pencaharian buruh atau petani lebih banyak

memanfaatkan tumbuhan obat dikarenakan mereka lebih mudah menemukan

tumbuhan yang berpotensi sebagai obat. Umumnya, masyarakat Desa Sialambue

bekerja sebagai buruh atau petani sehingga lebih banyak memanfaatkan tumbuhan

Page 29: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

14

obat dibandingkan dengan mata pencaharian yang lain. Hal ini sesuai dengan

penelitian sebelumnya tentang etnobotani tumbuhan obat di Desa Neglasari

Kecamatan Nyalindung Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat menyatakan

responden yang paling banyak memanfaatkan tumbuhan obat yang bekeja sebagai

buruh atau petani (Yatias, 2015). Keterlibatan petani dalam memanfaatkan tumbuhan

di hutan merupakan salah satu cara untuk menjaga keamanan dan kelestarian hutan

karena masyarakat memandang hutan sebagai sumber obat, ekonomi keluarga, dan

sebagai pemelihara sumber mata air sehingga menjamin keberlanjutan kehidupan

masyarakat desa sekitar hutan (Mayrowani & Ashari, 2011).

4.1.3 Jenis Kelamin

Pemanfaatan tumbuhan obat dipengaruhi karakteristik jenis kelamin. Jenis

kelamin yang memanfaatkan tumbuhan sebagai obat yang paling banyak berasal dari

kalangan perempuan (40,7 %), sedangkan paling sedikit berasal dari jenis kelamin

laki-laki (8,5 %) (Gambar 4).

Gambar 5. Tipologi responden pemanfaatan tumbuhan obat

berdasarkan jenis kelamin

Berdasarkan hasil wawancara menyatakan bahwa jenis responden perempuan

lebih banyak memanfaatkan tumbuhan obat dikarenakan perempuan lebih aktif dalam

membudidayakan tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat. Hal ini terjadi karena

mereka berinteraksi dengan tetangga untuk saling bertukar informasi mengenai

tumbuhan. Hubungan antara jenis kelamin dengan pemanfaatan tumbuhan sebagai

Page 30: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

15

obat dapat dilihat dari interaksi antara masyarakat dalam mengelola maupun

membudidayakan tumbuhan obat. Masyarakat membudidayakan tumbuhan obat

biasanya di halaman rumah dan terkadang di kebun. Wanita mempunyai intensitas

yang lebih tinggi dalam memanfaatkan tumbuhan sebagai obat karena bertanggung

jawab sebagai ibu dan sebagai ibu rumah tangga. Dengan demikian, wanita lebih

banyak mengenal tumbuhan dibandingkan dengan laki-laki (Howard, 2003). Menurut

Ismarani (2013), perempuan lebih banyak mengonsumsi obat herbal untuk menjaga

dan memelihara kesehatannya.

Berdasarkan penelitian Yatias (2015), bahwa hubungan antara jenis kelamin

dengan pemanfaatan tumbuhan sebagai obat dapat dilihat dari interaksi antara

masyarakat dalam membudidayakan atau mengelola tumbuhan obat dengan baik di

kebun atau sebatas di halaman atau pekarangan rumah. Selain itu, perempuan lebih

sering berinteraksi dengan tetangga untuk saling bertukar informasi menganai tumbuhan

obat.

4.2 Karekteristik Responden dalam Memanfaatkan Tumbuhan sebagai

Kerajinan Tangan

4.2.1 Tingkat Pendidikan

Pengetahuan masyarakat lokal dalam memanfaatkan tumbuhan sebagai

kerajinan tangan merupakan pengetahuan yang diwariskan secara turun-temurun.

Responden yang memnafaatkan tumbuhan sebagai kerajinan tangan terbanyak adalah

pendidikan terakhir SD (27,1%), sedangkan responden yang memanfaatkan tumbuhan

sebagai kerajinan tangan paling sedikit adalah responden yang berpendidikan SMP

(1,7%) (Gambar 5).

Gambar 6. Tipologi responden berdasarkan tingkat pendidikan

Page 31: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

16

Pengetahuan masyarakat dalam mengelola tubuhan sebagai kerajinan tangan

sudah jarang dilakukan oleh generasi muda. Pengetahuan responden tingkat sekolah

dasar (SD) mempunyai keterkaitan dengan pengetahuan yang dimiliki mengenai

tumbuhan kerajinan. Salah satu alasan yang menjadikan mereka tertarik dengan

kerajinan tangan dikarenakan banyaknya waktu luang yang mereka punya. Selain itu,

mereka dituntut oleh orang tua untuk mempelajari cara membuat kerajinan tangan. Hal

ini sesuai dengan penelitian sebelumnya, bahwa masyarakat yang memiliki tingkat

pengetahuan rendah cendrung memiliki tingkat pemanfaatan pandan duri yang tinggi

karena mereka menyadari dengan memanfaatkan pandan duri dapat menunjang

perekonomian mereka (Arista, Fahrizal, & Dirhamsyah, 2014).

4.2.2 Tingkat Mata Pencaharian

Pengguna tumbuhan kerajinan terbanyak adalah pengguna dengan mata

pencaharian pengrajin (10,2%), sedangkan pengguna paling sedikit dengan mata

pencaharian sebagai PNS/Guru. Penggunan tumbuhan kerajinan dengan mata

pencaharian pengangguran atau tidak memiliki pekerjaan tidak ditemukan pada saat

penelitian (Gambar 6).

Gambar 7. Tipologi responden berdasarkan mata pencaharian

Seni kerajinan yang berkembang di Indonesia sudah tidak jarang ditemukan

yang berbahan baku tumbuh-tumbuhan (Emelia, 2018). Kerajinan ini berkembang di

Page 32: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

17

beberapa wilayah Indonesia termasuk wilayah Sumatera. Seni kerajinan tangan

kurang diminati oleh generasi muda Indonesia karena kurangnya minat para generasi

muda akan pengetahuan tentang seni kerajinan tangan tersebut dapat mengakibatkan

tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai kerajinan tangan akan berkurang atau punah.

Oleh karena itu, diperlukan generasi muda untuk mengembangkan dan menggali

produk budaya yang mengandung nilai-nilai filosofis dengan mengangkat lokalitas

daerah berdasarkan karya seni. Karya seni dalam bentuk kerajinan merupakan hasil

pendidikan keterampilan yang memiliki nilai-nilai estetika dan keterampilan yang

melatih kesabaran untuk menghasilkan berbagai jenis kerajinan tangan yang

berkualitas baik (Emelia, 2018). Tumbuhan telah digunakan untuk kerajinan

tradisional selama beribu ribu tahun (Savithramma et al, 2013).

4.2.3 Jenis Kelamin

Jenis kelamin mempengaruhi pemanfaatan tumbuhan sebagai kerajinan tangan.

Jenis kelamin yang menggunakan mata pencaharian adalah dari kalangan perempuan

sebanyak (35,6 %), hal tersebut dikarenakan perempuan lebih banyak aktifitas di

rumah dari pada di luar rumah sehingga memberikan peluang bagi mereka dalam

memanfaatkan tumbuhan sebagai kerajinan tangan. Berdasarkan hasil wawancara

bahwa kalangan laki-laki tidak tertarik dan menganggap bahwa memanfaatkan

tumbuhan sebagai kerajinan tangan merupakan pekerjaan perempuan (Gambar 7).

Gambar 8.Tipologi responden pemanfaatan tumbuhan kerajinan berdasarkan jenis

kelamin

Page 33: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

18

Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa responden perempuan lebih

banyak menggunakan atau mengolah tumbuhan sebagai kerajinan tangan

dikarenakan laki-laki lebih banyak beraktifitas di ladang atau di kebun. Menurut

penelitian sebelumnya bahwa kegiatan menganyam merupakan kegiatan yang

dilakukan kaum wanita orang rimba dan pengetahuannya akan diwariskan dimulai

semenjak kanak-kanak, sedangkan laki-laki mencari bahan baku pandan duri

(Prasaja, 2016).

4.4 Jenis-Jenis Tumbuhan Obat dan Cara Pengolahannya di Desa Sialambue

Masyarakat Desa Sialambue adalah masyarakat yang masih percaya dengan

pengobatan tradisional dalam kehidupan sehari-hari. Warga yang sakit secara

natural dan subnatural biasanya mencari pengobatan dengan cara menggunakan

tumbuhan obat, mengkonsumsi obat-obatan yang dijual bebas atau pergi ke

puskesmas dan rumah sakit. Masyarakat Desa Sialambue masih percaya adanya

jenis penyakit yang biasa disebut kerasukan jin atau setan maupun penyakit guna-

guna. Khusus penyakit tertentu (kerasukan atau guna-guna) masyarakat setempat

menanyakan cara pengobatan tradisional menggunakan tumbuhan obat kepada

orang yang dianggap mempunyai pengetahuan lebih dalam memanfaatkan

tumbuhan obat yaitu kepada pengraji.

Pemanfaatan tumbuhan obat umumnya dilakukan oleh semua kalangan

masyarakat. Akan tetapi, untuk khusus penyakit tertentu seperti kerasukan maupun

guna-guna dipercayakan kepada pengraji yang ada di desa tersebut untuk

membantu mereka dalam pengobatan tradisional. Biasanya masyarakat

menanyakan kepada pengraji tentang penyakit yang dialami kemudian pengraji

akan menyarankan dengan mengambil beberapa jenis tumbuhan untuk pengobatan.

Pengguna tumbuhan obat di Desa Sialambue masih banyak dikarenakan

masyarakat tersebut umumnya masih menurunkan pengetahuan serta kebiasaan

dalam penggunaan obat terhadap keturunan mereka dalam proses pengobatan.

Selain itu, tumbuhan obat masih banyak di tanam di pekarangan rumah dan

sekitarnya. Tumbuhan obat yang ditemukan di Desa Sialambue Kecamatan

Page 34: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

19

Barumun Kabupaten Padang Lawas Provinsi Sumatera Utara terdapat 23 jenis dari

16 famili (lampiran 8). Tumbuhan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Justicia gendarusa

Justicia gendarusa merupakan tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat

Sialambue sebagai obat kerasukan jin. Berdasarkan hasil wawancara menyatakan

bahwa masyarakat lokal di desa tersebut maish percaya akan adanya makhluk

halus. Setelah itu, mereka akan menemui para pengraji obat untuk mengobati

penyakit yang diderita. Justicia gendarusa berupa subsemak dengan tinggi batang

dapat mencapai 1.5 m, biasanya bercabang-cabang banyak dengan ruas yang

menebal, saat muda biasanya berwarna ungu gelap. Daun tunggal dan tersusun

berhadapan selang-seling dengan tangkai sepanjang 3−10 mm, helaian berbentuk

lanset sempit, dengan pangkal yang membaji hingga meruncing, tepi sedikit

berlekuk, ujung runcing atau sedikit meruncing. Bunga terangkai dalam

perbungaan yang muncul dari ujung batang dengan tipe malai berdaun. Bunga

bersimetri tunggal dengan kelopak sepanjang 5 mm , mahkota putih krem, panjang

total berkisar antara 12−15 mm. Metabolit sekunder yang dihasilkan terdapat

beberapa senyawa yang telah diisolasi antara lain β-sitosterol dan 2-amino benzil

alkohol (Silalahi, Purba, & Mustaqim 2019).

b. Cordyline Fructicosa

Cordyline Fructicosa disebut juga dengan hanjuang. Jenis ini memiliki daun

berbentuk bangun lanset, ujungnya runcing, pangkalnya runcing, tepinya

berombak, susunan tulangnya menyirip, dagingnya seperti kertas, dan warnanya

ungu. Batang arah pertumbuhannya secara monopodial. Akar berbentuk serabut.

Tanaman hanjuang memiliki daun dengan susunan tulang menyirip karena

menyesuaikan dengan habitat tanaman hanjuang tumbuh. Susunan daun tanaman

hanjuang yang menyirip menyerupai seperti susunan tulang ikan. Warna daun

tanaman hanjuang menunjukkan warna ungu karena warna yang diserap dari

cahaya matahari untuk fotosintesis, yaitu warna merah dan biru atau ungu. Arah

pertumbuhan batang tanaman hanjuang secara monopodial. Berdasarkan hasil

wawancara bahwa tanaman ini dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat

kerasukan jin. Bagian yang digunakan berapa daun yang diiris kecil-kecil. Jenis

Page 35: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

20

tanaman ini mengandung antosianin tetapi tidak mengandung karotenoid (Nurza,

2019).

c. Annona muricata

Jenis ini berupa pohon dengan tinggi dapat mencapai 10 m. Ciri khas

terdapatsalah satunya pada kulit kayu yang berwarna abu-abu agak gelap

denganpermukaan seperti lambung. Daun bertipe tunggal dengan susunan selang-

seling, sisi atas biasanya mengilap dengan ujung berbentuk runcing hingga tumpul,

tepi rata dan pangkal membaji lebar hingga membundar, saat dirobek akan

menunjukkan struktur seperti benang-benang diantara kedua bidang sobekan.

Perbungaan sering dikatakan muncul dari ketiak daun, namun banyak individu yang

bunganya juga muncul mulai dari batang utama, biasanya dengan 1 hingga dua

bunga pada tiap perbungaan. Bunga dengan bagian berkelipatan tiga, kelopak yang

kecil dan mahkota yang tebal dan kaku, mahkota lapisan dalamsedikit lebih kecil

dibandingkan mahkota luar dan pangkalnya biasanya menyempit tiba-tiba

membentuk taji. Benang sari dan putih jumlahnya biasanya banyak, benang sari

berada di lapisan luar, putik berada di bagian dalam Perbuahan berbentuk bulat

telur dan sangat sering sangat tidak beraturan yang ditutupi oleh tonjolan-tonjolan

yang agak lunak. Metabolit sekunder yang dihasilkan yang sudah diisolasi berupa

alkaloid, fenol. tannin, antrakuinon, flavonoid, terpenoid, steroid, dan phlobatanin,

sedangka bioaktivitas yang sudah diketahui adalah sebagai antioksidan (Silalahi,

Purba, & Mustaqim 2019).

Masyarakat Desa Sialambue memanfaatkan tumbuhan Annona muricata untuk

mengusir tungau. Bagian tumbuhan yang dipakai adalah daun. Daun tersebut

ditumbuk kemudian diletakkan di tempat keberadaan tungau. Menurut penelitian

sebelumnya meyatakan bahwa daun dimanfaatkan untuk mengobati sakit ginjal dan

pemnafaatan tradisonalnya penggunaan ranting bedaun untuk lebah madu (Agu KC

dan Okolie PN 2017).

d. Areca catechu

Areca catechu L atau yang biasa disebut dengan pinang. Pinang merupakan

tanaman famili Arecaceae yang dapat mencapai tinggi 15-20 m dengan batang tegak

Page 36: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

21

lurus bergaris tengah 15 cm. Buahnya berkecambah setelah 1,5 bulan dan 4 bulan

kemudian mempunyai jambul daun-daun kecil yang belum terbuka. Pembentukan

batang baru terjadi setelah 2 tahun dan berbuah pada umur 5-8 tahun tergantung

keadaan tanah. Tanaman ini berbunga pada awal dan akhir musim hujan dan

memiliki masa hidup 25-30 tahun. Biji buah berwarna kecoklatan sampai coklat

kemerahan, agak berlekuk-lekuk dengan warna yang lebih muda. Pada bidang irisan

biji tampak perisperm berwarna coklat tua dengan lipatan tidak beraturan menembus

endosperm yang berwarna agak keputihan. Masyarakat memenafaatkam pinang

pada bagain buahnya yang keras yang merupakan ramuan dengan daun sirih.

Masyarakat beranggapan bahwa pinang berkhasiat menguatkan gigi, sehingga

banyak terlihat orang tua yang suka makan sirih giginya masih tetap kuat. Menurut

Suryadarma (2008), menyirih merupakan kombinasi dari daun sirih, biji pinang,

kapur tembakau, dan gambir.

e. Elaeisguineensis

Elaeisguineensis disebut dengan kelapa sawit. Tanaman kelapa sawit termasuk

tanaman monokotil, batangnya lurus, tidak bercabang, Akar kelapa sawit berfungsi

untuk menunjang struktur batang di atas tanah, menyerap unsur hara dalam tanah,

dan alat respirasi. Kelapa sawit memiliki sistem akar serabut. Akar kelapa sawit

membentuk lapisan anyaman yang tebal di dekat permukaan tanah, dan juga

terdapat beberapa akar napas yang mengarah ke samping atas. Kelapa sawit

merupakan tanaman berumah satu, yaitu bunga jantan dan betina berada terpisah

tetapi masih di dalam satu pohon. Bunga jantan dan betina memiliki waktu

pematangan yang berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri.

Bunga jantan berbentuk lancip dan panjang, sementara bunga betina berbentuk

lebih besar dan mekar. Buah kelapa sawit adalah buah batu yang sessile, menempel

dan bergerombol pada tandan buah. Jumlah berbentuk tandan. Buah berbentuk

lonjong membulat dengan panjang buah 2- 3 cm dan bobotnya 30 gram. Minyak

dihasilkan oleh buah yang masak. Daun kelapa sawit tersusun majemuk menyirip.

Daun kelapa sawit terdiri atas kumpulan anak daun yang mempunyai helaian dan

tulang anak daun, tangkai daun yang merupakan bagian antara daun dan tangkai,

Page 37: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

22

dan seludang pembuluh yang berfungsi sebagai pelindung dari kuncup dan

memberikan kekuatan pada batang.

Kelapa sawit banyak ditanami di Desa Sialambue. Selain sebagai produksi

minyak goreng, tumbuhan ini juga dimanfaatkan sebagai obat penyembuh luka

yang terkena dari bahan besi. Kulit buah dari kelapa sawit dibakar hingga

mengeluarkan minyak yang nantinya akan digunakan sebagai obat luka.

f. Ageratum conyzoides

Ageratum conyzoides Berupa herba tegak, semusim, dengan aroma yang sedikit

tidak sedap, tinggi tanaman dapat mencapai 1 m. Batang biasanya cenderung lebat

dengan tebal lebih kurang 4 mm di pangkal. Tunas ketiak daun seringkali tidak

berkembangatau abortif. Daun tunggal dan tersusun berhadapan selang-seling,

helaian pada daun bagian tengah batang bundar telur, lonjong atau jorong, helaian

daun pada batang bagian ujung biasanya lonjong, perlahan mengecil ke arah ujung,

pada pangkal dengan tulang utama sebanyak 3 atau 5, pangkal helaian berbentuk

tumpul atau membaji lebar, tepi mengerut-bergerigi, ujung runcing. Bunga tersusun

dalam bongkol yang terangkai bersama di ujung batang, tiap individu dengan

kisaran antara 4 hingga 14, biasanya bertipe cawan. Bongkol dengan daun pembalut

berbentuk seperti lonceng atau membulat, bongkol tanpabunga pita. Bunga tabung

dengan mahkota yang berwarna keunguan pada bagian ujungnya. Buah berupa

kurung dengan warna hitam dengan penampang melintang segilima (Silalahi,

Purba, & Mustaqim 2019).

Ageratum conyzoidesdimanfaatkan dalam penyembuhan luka. Tumbuhan ini

banyak ditemukan oleh masyarakat di pinggiran jalan, ladang, pekarangan rumah,

dan lain-lain. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rahayu et all.(1999), bahwa

pemanfaatan tradisonal tumbuhan ini adalah mengobati penyakit demam, luka

pendarahan, sakit kepala, anti alergi, dan luka bakar. Penggunaan yang paling

umum dari tumbuhan ini adalah menyembuhkan luka dan penyakit kulit. Metabolit

sekunder yang diisolasi dari jenis ini terdiri dari eupalestin, nobiletin, sinensetin, 9-

angeloilretronesi, echimidin, likosapmin, β sitosterol, precosen I dan II dan

stigmaterol (Silalahi, Purba, & Mustaqim 2019).

g. Hippobroma logiflora

Page 38: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

23

Hippobroma logiflora berupa herba menahun, meski terdapat catatan bahwa

kemungkinan apakah selalu menahun atau tidak, biasanya tegak dengan tinggi

dapat mencapai 30 cm atau mungkin lebih. Diameter batang dapat mencapai 5 mm

dan di pangkalnya biasanya mengeras berkayu. Batang biasanya bersayap dari

pemanjangan tepian daun. Daun biasanya duduk, helaian berbentuk memanjang,

tepian daun biasanya dengan banyak lekukan dan berkombinasi dengan gigi-gigi

pada ujung runcingan. Bunga biasanya muncul secara soliter di ketiak daun dan

memiliki simetri yang hampir radial. Bunga dengan cuping-cuping kelopak yang

tidak seukuran dan mahkota yang memiliki tabung berbentuk corong, keseluruhan

mahkota berwarna putih. Benang sari muncul dari atas tengah tabung bunga dan

putik memiliki kepala yang terbagi menjadi dua cuping. Buahberupa kapsul

berbentuk jorong, biasanya menunduk dan berisi sangat banyak biji. Tekstur biji

foveolatus menjala.

Metabolit sekunder yang sudah diisolasi antara lain tannin, flavonoid, sterid,

alkaloid, dan saponin. Selain itu, potensi bioaktivitas yang tercatat adalah sebagai

anti bakteri (Silalahi, Purba, & Mustaqim 2019). Masyarakat lokal Desa Sialmbue

memanfaatkan tumbuhan ini sebagai obat dengan mencampurkan bunganya dengan

air tawar kemudian diteteskan bagian mata yang sakit.

h. Carica papaya

Carica papaya merupakan tumbuhan berbentuk semak hingga pohon dengan

tinggi maksimal mencapai 10 m atau mungkin lebih. Batang berbentuk silindris, di

tengahnya berrongga, di sisi luar dengan bekas duduk daun yang jelas dan tersusun

seperti heliks. Daun tunggal dengan susunan spiral dengan tangkai sepanjang

60−100 cm, helaian daun berdiameter hingga 60 cm dan biasanya terbagi menjadi

5−9 cuping yang tersusun menjari. Perbungaan jantan berupa malai yang dapat

mencapai 1 m panjangnya dan menjuntai. Bunga jantan dengan tangkai yang

tereduksi, tabung mahkora berwarna kuning krem. Bunga betina biasanya muncul

secara soliter, dengan tangkai pendek, kelopak sepanjang lebih kurang 1 cm dan

mahkota bercuping warna kuning krem, berbentuk lonjong atau lanset. Buah berupa

buni dengan bentuk yang bervariasi dari hampir bulat, silindris, atau bulat telur-

silindris, dengan panjang 10−30 cm, berwarna jingga-kuning atau kuning saat

Page 39: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

24

masak, biasanya dengan banyak biji yang tebungkus oleh salut biji transparan.

Bagian tumbuhan yang diamanfatkan oleh masyarakat sebagai obat adalah daun.

Daun berfungsi sebagai obat demam dan masuk angin. Selain itu, daun juga

dimanfaatakn sebagai obat diabetes melitus, kanker, dan sakit gigi (Singh O, Ali M.

2011).

Pemanfaatan tradisional yang dilakukan sebagai obat mata minus, perlu

diperhatikan bahwa informasi dari jenis ini terdapat getah yang sangat beracun dan

alkaloid yang mempunyai efek paralisis. Metabolit sekunder yang dihasilkan terdiri

dari tannin, steroid, alkaloid, flavonoid, dan saponin. Selain itu, jenis tumbuhan ini

memiliki potensi bioaktivitas sebagai anti bakteri (Silalahi, Purba, & Mustaqim.

2019).

i. Cucumis sativus

Cucumis sativus jenis ini berupa tumbuhan merambat dengan sulur. Panjang

batang dari tanaman ini dapat mencapai 5 meter dengan permukaan batang

berambut pendek dan kaku, kasar jika disentuh. Daun tunggal dengan helaia

berbentuk bundar telur melebar dengan diameter berkisar antara 10 hingga 15 cm

dengan ujung bagian cuping tengah meruncing. Bunga terpisah antara jantan dan

betina. Bunga jantan dapat tunggal atau tersusun dalam berkas dengan sedikit

bunga, mahkota berkisar antara 10−25 mm panjangnya. Bunga betina tunggal atau

sangat jarang dalam berkas dengan mahkota yang tidak berbeda jauh dengan bunga

jantan. Bakal buah berada di bawah perhiasan bunga, dapat gundul atau berambut.

Buah berbentuk jorong hingga silindris. Permukaan buah halus hingga bertonjolan

tajam dan dengan warna hijau berlurik-lurik putih atau kuning, jarang coklat. Biji

gepeng dan berbentuk jorong, warna putih pucat dengan panjang 7−12 cm.

Masyarakat Desa Sialambue memanfaatkan tumbuhan ini sebagai obat

hipertensi dengan memakan buahnya langsung, dan daun untuk obat masuk angin.

Ekstrak dari tanaman tersebut mengandung flavonoid, alkaloid, steroid, dan saponin

(Silalahi, Purba, & Mustaqim 2019).

j. Bryophillum pinnatum

Page 40: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

25

Bryophillum pinnatum berupa herba menahun dengan tinggi dapat mencapai 100

m, keseluruhan bagian tumbuhan tebal dan mendaging. Batang tegak dan biasanya

bercabang. Daun dengan susunan berhadapan selang-seling, majemuk menyirip

dengan 3 hingga 5 anak daun, panjang daun berkisar antara 10 hingga 30 cm,

helaian tebal mendaging, berbentuk jorong atau lonjong dengan tepi mengerut dan

ujung tumpul, lekukan tepi biasanya akan tumbuh anakan. Bunga-bunga tersusun

dalam rangkaian berbentuk malai yang muncul dari ujung batang, biasanya bunga

perbungaan berjumlah banyak. Bunga dengan bagian-bagian berkelipatan 4,

biasanya menghadap ke bawah, mahkota berwarna kemerahan hingga ungu,

panjang hingga 5 cm dengan segmen berbentuk bundar telur lanset. Buah bertipe

bumbung yang tertutupi oleh tabung kelopak dan mahkota (Silalahi, Purba, &

Mustaqim 2019).

Berbagai senyawa kimia yang telah ditemukan di dalam jenis ini adalah

bryofilin A dan B, juga bersaldegenin-3-asetat. Senyawa-senyawa tersebut berguna

sebagai senyawa antibakteri atau sel tumor tertentu. Senyawa lain yang diisolasi

dari tanaman ini adalah ß-sitosterol dan alkohol alifatik. Senyawa senyawa sterol

lain juga diekstrak dari tanaman ini misalnya sterol, triterpen, phenanthrene, alkana,

alkanol, senyawa fenol dan glikosida flavonoid. Beberapa manfaat utama yang

penting antara lain adalah senyawa antimutagen, misalnya ekstrak etil asetat dan

petroleum eter. Parasit Bryophillum pinnatum diketahui juga dihambat

pertumbuhannya oleh ekstrak daun. Pada kadar rendah,efek sedatif atau penenang

juga disebabkan karena senyawa bufadienolides daigremontin dan bersaldegenin-

1,3,5 orthoasetat Silalahi, Purba, & Mustaqim 2019).

Tumbuhan ini dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai adat dan istiadat dalam

upacara pernikahan. Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan adalah seluruh tumbuhan

selain akar. Masyarakat beranggapan bahwa pengantin yang memasuki rumah

mertua pertama kali harus menginjak terlebih dahulu tumbuhan tersebut supaya

keluarga mereka menjadi aman, tentram, dan damai. Tumbuhan tersebut biasanya

ditanami di pekarangan rumah. Menurut Silalahi, Purba, & Mustaqim 2019, daun

dimanfaatkan untuk menyembuhkan radang, sakit pinggang dankaki, sore eyes,

sakit kepala, demam, edema, hemoroid, batuk, sebagai febrifuge,astringent,

antiseptik, untuk gigitan serangga, luka bakar, diare, disentri, kolera,dislokasi,

Page 41: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

25

equimosis, callosities, bengkak, reumatik, ulcer, ophtalmia, sakittelinga, sakit gigi

dan nefritis. Selain itu, akar juga digunakan untuk obat batuk.Selain itu, tumbuhan

ini digunakan sebagai tanaman hias.

Breynia androgyna jenis ini berupa semak hingga mencapai tinggi 4 m

dan batang berdiameter setinggi dada hingga 3 cm. Tanaman ini keseluruhannya

tidak tertutupi oleh rambut. Kulit kayu saat sudah tua berwarna coklat atau keabu-

abuan. Daun pada jenis ini bertipe tunggal dengan susunan selang-seling pada

cabang yang ramping, helaian berbentuk bundar telur dan jarang sekali jorong,

ujung biasanya runcing, tepi rata dan pangkal membundar hingga rata, sisi bawah

daun pada tanaman hidup berwarna kebiruan. Bunga pada tanaman ini berkelamin

tunggal yang tersusun pada perbungaan bertipe berkas, terkadang bunga muncul

secara soliter. Bunga muncul dari cabang lateral, dari ketiak daun, dengan bunga

jantan pada ketiak-ketiak daun bagian pangkal cabang dan bunga betina di ketiak-

ketiak daun setelahnya hingga ke ujung. Bunga jantan mempunyai kelopak

berwarna hijau kekuningan atau merah marun, bagian dalam merah marun,

benang sari menyatu dan berwarna krem. Bunga betina mempunyai kelopak

berwarna hijau dengan marun atau marun di luar, marun gelap di dalam, putik

dengan kepala berwarna hijau terang. Buah berbentuk bulat, awalnya putih dan

berubah menjadi merah marun, biasanya pecah saat masak, berisi biji yang secara

melintang berbentuk menyegitiga, putih hingga gelap.

Senyawa metabolit sekunder yang telah diisolasi terdiri dari 3,4-

dihidroksipentenil alkohol, catechin, epichatechin, tachiosida, β-amyrin, asetat,

dan gallotechin (Silalahi, Purba, & Mustaqim 2019). Masyarakat biasanya

memanfaatan tumbuhan ini setelah malahirkan. Daun tumbuhan tersebut direbus

dan dipercayai dapat melancarkan ASI. Menurut penelitian sebelumnya

menyatakan bahwa penyakit yang dapat diobati tumbuhan ini terdiri dari sakit

kepala, infeksi mata, demam, gangguan buang air kecil, dan untuk luka (Welzen

PC van. 2003).

26

Page 42: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

27

k. Breynia androgyna

Breynia androgyna jenis ini berupa semak hingga mencapai tinggi 4 m dan

batang berdiameter setinggi dada hingga 3 cm. Tanaman ini keseluruhannya tidak

tertutupi oleh rambut. Kulit kayu saat sudah tua berwarna coklat atau keabu-abuan.

Daun pada jenis ini bertipe tunggal dengan susunan selang-seling pada cabang

yang ramping, helaian berbentuk bundar telur dan jarang sekali jorong, ujung

biasanya runcing, tepi rata dan pangkal membundar hingga rata, sisi bawah daun

pada tanaman hidup berwarna kebiruan. Bunga pada tanaman ini berkelamin

tunggal yang tersusun pada perbungaan bertipe berkas, terkadang bunga muncul

secara soliter. Bunga muncul dari cabang lateral, dari ketiak daun, dengan bunga

jantan pada ketiak-ketiak daun bagian pangkal cabang dan bunga betina di ketiak-

ketiak daun setelahnya hingga ke ujung. Bunga jantan mempunyai kelopak

berwarna hijau kekuningan atau merah marun, bagian dalam merah marun,

benang sari menyatu dan berwarna krem. Bunga betina mempunyai kelopak

berwarna hijau dengan marun atau marun di luar, marun gelap di dalam, putik

dengan kepala berwarna hijau terang. Buah berbentuk bulat, awalnya putih dan

berubah menjadi merah marun, biasanya pecah saat masak, berisi biji yang secara

melintang berbentuk menyegitiga, putih hingga gelap.

Senyawa metabolit sekunder yang telah diisolasi terdiri dari 3,4-

dihidroksipentenil alkohol, catechin, epichatechin, tachiosida, β-amyrin, asetat,

dan gallotechin (Silalahi, Purba, & Mustaqim 2019). Masyarakat biasanya

memanfaatan tumbuhan ini setelah malahirkan. Daun tumbuhan tersebut direbus

dan dipercayai dapat melancarkan ASI. Menurut penelitian sebelumnya

menyatakan bahwa penyakit yang dapat diobati tumbuhan ini terdiri dari sakit

kepala, infeksi mata, demam, gangguan buang air kecil, dan untuk luka (Welzen

PC van. 2003).

l. Omalanthus populneus

Omalanthus populneus jenis ini berupa pohon dengan tinggi dapat mencapai 10

m dan diameter setinggi dada terbesar yang tercatat adalah 18 cm. Kulit kayu

permukannya halus dan berwarna coklat, terkadang keabu-abuan. Bagian kulit

Page 43: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

28

kayu hidup berwarna putih pucat hingga ungu dan kambium warna kuning. Daun

saat masih muda terlindungi oleh daun penumpu yang cepat gugur, berbentuk

lanset. Daun tunggal dan tersusun spiral, sedikit mengelompok pada ujung ranting,

dengan tangkai yang umumnya panjang dan ramping, 1−15 cm, helaian berbentuk

hampir melingkar, bundar telur hingga lanset dengan pangkal membundar hingga

sedikit menjantung, terkadang membaji, ujung runcing, sisi bawah biasanya

keputih-putihan dengan tulang utama berbeda warna. Bunga terpisah antara jantan

dan betina, terdapat dalam rangkaian menyerupai tandan yang muncul dari ranting

berdaun, biasanya dengan bunga betina di bagian pangkal dan terkadang

seluruhnya hanya dengan bunga jantan. Percabangan bunga jantan dengan daun

pelindung yang memiliki kelenjar yang jelas berwarna biru keputihan. Bunga

jantan biasanya 3 per anak cabang perbungaan dengan kelopak bunga sebanyak 2

helai. Bunga betina di bagian pangkal perbungaan, antara 0 hingga 4 atau jarang

lebih pada tiap perbungaan, kelopak sebanyak 2 helai, bakal buah hijau dan putik

biasanya bercabang 2. Buah berupa kapsul. Metabolit sekunder yang dihasilkan

berupa getah beracun yang dapat menyebabkan iritasi mata (Silalahi, Purba, &

Mustaqim 2019). Masyarakat memanfaatkan tumbuhan ini sebagai obat demam

dengan menggunakan bagian daunnya.

m. Jatropha curcas

Tumbuhan ini berupa semak sedang hingga besar dengan tinggi hingga 5 m,

seringkali lebih kecil jika ditanam sebagai pagar. Tanaman ini mengandung getah

berwarna agak keruh. Daun penumpu berukuran kecil dan pada akhirnya

menggugurkan diri. Daun bertipe tunggal dengan susunan spiral, bertangkai

sepanjang 6−18 cm, helaian berbentuk lingkaran hingga bundar telur dengan tipe

pertulangan menjari, bentuk pangkal menjantung, tepi bervariasi dari rata hingga

bertoreh dangkal, ujung helaian atau torehan runcing. Bunga-bunga terangkai

dalam perbungaan bertipe menggarpu yang tersusun malai, bunga jantan dengan

mahkota berbentuk lonjong, hijau-kuning, benang sari berjumlah 10 yang terdapat

dalam dua baris, baris luar bebas, baris dalam menyatu di pangkal tangkainya,

bunga betina dengan kelopak yang bebas dan tangkai putik bercabang dua di

ujungnya. Buah berupa kapsul dengan bentuk jorong atau bulat, panjang berkisar

Page 44: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

29

antara 2.5−3 cm dan berwarna kuning saat masak. Biji berbentuk jorong, biasanya 3

pada tiap buahnya, panjang 1.5−2 cm dan berwarna gelap. Berbagai senyawa kimia

yang telah diisolasi antara lain asam palmitat,asam stearat, asam oleat, asam

linoleat, curcacycline, curcain, curcasin, nobiletin,jatrocurcin, curcin, curcusone B,

stigmasterol, ß-sitosterol, ß-D-glukosida danflavonoid. Insektisida diperoleh dari

biji. Aktivitas yang tercatat untuk jenis iniantara lain melawan berbagai penyakit

seperti kanker, diabetes, virus, inflamasiserta berpotensi untuk membasmi serangga,

moluska dan juga untukmenyembuhkan luka. (Silalahi, Purba, & Mustaqim 2019).

Pemanfaatan tumbuhan ini oleh masyarakat getahnya digunakan untuk obat

luka. Berdasarkan pernyataan Li B, Gilbert MG. 2008 menyatkan bahwa tumbuhan

ini banyak dimanfaatkan sebagai khasiat obat seperti gatal-gatal, sakit lambng

kronis, sakit kulit, sakit telinga, sakit gigi, ulcer, diare, cacing pita, reumatik, diare,

inflamsi lidah, gigitan binantang termasuk ular, dan juga pendarahan. Selain itu,

minyak dari biji tumbuhan tersebut dimanfaatkan dalam bidang industri diantaranya

sabun, lilin, dan juga bahan bakar. Penanaman tumbuhan ini juga dapat mengatasi

erosi.

n. Cassia alata L

Cassia alata L berupa semak lebat dengan tinggi dapat mencapai 5 m. Daun

penumpu kaku dan menguli dan berwarna coklat. Daun tersusun spiral dengan tipe

majemuk menyirip tunggal, anak daun berkisar antara 8−24pada tiap sisi rakisnya,

pasangan terbawah tidak jauh dari pangkal dan sedikit menutupi batang, helaian

pada anak daun bagian ujung berbentuk lonjong atau lonjong-bundar telur sungsang

dengan tepi biasanya berwarna merah kecoklatan. Bunga tersusun dalam rangkaian

berbentuk tandan yang tegak, muncul dari ujung batang, panjang total dengan

tangkai berkisar antara 50−70 cm, bunga dengan tangkai lebih pendekdari 1 cm dan

tangkai berwarna jingga, mahkota bunga berwarna kuning terang. Buah bertipe

polong, dengan sayap di kedua sisinya. Biji tiap polong 50 hingga 70. Tumbuhan

ini dimanfaatkan sebagai obat dalam mengobati gatal-gatal yang disebabkan oleh

jamur. Selain itu, tumbuhan ini dimanfaatkan untuk mengobati maag dan sakit

perut. Metabolit sekunder yang dihasilkan dari tumbuhan ini adalah flavonoid yang

Page 45: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

30

terdapat pada bagian daun, batang dan bunganya. Selain itu, tubuhan ini juga

mengandung antrakuinon, alkaloid, dan karbohidrat (Gama, 2011).

o. Lawsonia inermis

Jenis tumbuhan ini berupa semak dengan tinggi berkisar antara 1.5−6 m,

biasanya dengancabang yang banyak. Cabang saat masih muda biasanya berbentuk

segiempat danseiring dengan usia biasanya menjadi silindris. Daun tersusun

berhadapan dengan tipe daun tunggal, berbentuk lebih kurang jorong atau hampir

membundar telur sungsang, pangkal dengan bentuk membaji dan ujung yang

runcing. Bunga berkelamin ganda, tersusun dalam malai yang sering menyatu

menjadi perbungaan majemuk di ujung cabang. Bunga simetri banyak dengan

bagian-bagian berkelipatan empat, tabung kelopak cenderung pendek, lebih dan

segmen kelopak tebal, biasanya tidak gugur hingga sampai buah masak, mahkota

berbentuk hampir membundar jika dibentangkan, pada kondisi alami biasanya

melengkung ke sisi adaksial berwarna kuning terang, kemudian terkadang berubah

menjadi merah, biasanya lebih kecil dari segmen kelopak. Benang sari sejumlah

delapan yang muncul masing-masing sepasang berseling dengan segmen mahkota,

panjang lebih kurang dua kali dari total panjang benang sari. Buah berupa kapsul

dengan bentuk hampir bulatdengan diameter 5−8 mm dan di ujungnya dengan

tangkai putik atau sisa pangkalyang tidak gugur.

Masyarakat memanfaatkan tumbuhan ini sebagai obat kutu air. Dulunya,

sebelum ada produk pewarna kuku, atau henai maka tumbuhan ini ditumbuk halus

dan diadikan sebagai pewarna kuku atau semir rambut. Tumbuhan ini juga tidak

jarang sekali digunakan sebagai tanaman hias. Senyawa metabolit sekunder yang

terdapat pada tanaman tersebut tergolong dalam kardiaglikosida, fenol, kuinon,

tannin, dan terpenoid. Bioaktivitas yang tercatat sebagai antibakteri (Silalahi,

Purba, & Mustaqim 2019).

p. Hibiscus rosa-sinensis

Hibiscus rosa-sinensis berupa semak, terkadang dapat mencapai 3 meter,

bisanya dengan cabang yang relatif banyak. Daun penumpu berbentuk seperti

benang. Daun tunggal tersusun spiral dengan helaian bervariasi dari bundar telur

melebar hingga menyempit, tidak bertoreh dengan pangkal membundar atau

Page 46: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

31

membaji, tepi bergigi dengan ujung meruncing. Bunga muncul dari ketiak daun

secara soliter, biasanya dengan posisi menjuntai, panjang tangkai berkisar antara 3

hingga 7 cm, segmen kelopak tambahan sebanyak 6 hingga 7 berbentuk seperti

benang, kelopak menyatu membentuk tabung yang menyerupai lonceng, panjang

total 2 cm, mahkota dengan warna bervariasi dari merah, kemerahan, atau jingga

kuning, berbentuk seperti corong dengan diameter antara 6 hingga 10 cm dengan

ujung yang membundar dan tidak bertoreh, benang sari dengan tangkai membentuk

tabung sepanjang 4−8 cm dan dengan banyak benang sari, cabang tangkai putik

sebanyak 5. Buah berupa kapsul berbentuk bulat telur denganpanjang 2.5 cm

dengan ujung yang berparuh, di Indonesia jarang atau hampir tidak pernah ditemui

buah yang terbentuk (Silalahi, Purba, & Mustaqim 2019).

Tumbuhan ini dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat penyakit demam.

Dalam pengobatan tradisional, tumbuhan ini telah dimanfaatkan untuk mengobati

berbagai penyakit diantaranya sakit kepala, radang, demam, berbagai penyakit

kulit, mengembalikan keteraturan siklus menstruasi, kencing nanah, dan juga diare .

Metabolit sekunder yang dihasilkan dari tanaman ini berupa antosianin, asam

palmitat, ambrettolida, campesterol, metil sterculate, asam myristat, gossypetin, dan

malvalate. Aktivitas biokimia yang tercatat antara lain sebagai antioksidan, anti

kanker, dan menyembuhkan luka. (Silalahi, Purba, & Mustaqim 2019).

q. Psidium guajava

Biasanya tumbuhan ini berupa semak atau terkadang berukuran hingga pohon

dengan tinggi mencapai 12 m. Batang dengan kulit kayu warna coklat atau hijau

keabu-abuan, mengelupas dalam bentuk keping-kepingan. Ranting saat muda

menyegi empatdan terkadang sudut-sudutnya termodifikasi menjadi sayap. Daun

tunggal dengan susunan berhadapan dan helaian berbentuk jorong, lonjong, jorong-

lanset sungsang, jorong-bundar telur sungsang atau lanset dengan ujung berbentuk

runcing, meruncing atau membundar, pangkal membundar atau sedikit menjantung.

Bunga muncul dari ketiak daun dengan kuncup berbentuk sedikit menyerupai

gasing tersusun dalam perbungaan dengan 1 hingga 3 bunga. Bunga dengan simetri

banyak, kelopak memiliki bentuk lonceng ramping, pecah secara tidak teratur,

Page 47: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

32

mahkota dengan bentuk bundar telur sungsang atau jorong dengan benang sari

banyak, bakal buah beruang 3 hingga 6. Buah berbentuk bulat hingga menyerupai

pir, panjang umumnya 2−6 cm atau terkadang hingga 8 cm, hijau atau kuning

diluarnya, bagian daging buah putih, kuning atau merah muda. Biji berkulit coklat

krem dengan panjang 3−4 mm dan permukaannya halus. Masyarakat banyak

memanfaatkan kuncup dan daun muda sebagai obat untuk mengobati penyakit

diare. Kadar vitamin C di dalam buah ini cukup tinggi, bahkan dikatakan sangat

tidak biasa dari seluruh jenis jenis tumbuhan yang pernah tercatat. Berbagai

senyawa metabolit sekunder, terutama kelompok fenol, telah diisolasi,antara lain

kaempferol-3-O-xylosil-rutinosida, schottenol ferulat, 3-metoksisinensetin,

quercetin glukosida, sesamolinol glukosida, esculin, asam 3-sinapoilkuinat dan

semacam epicatechin galaktosida. Bioaktivitas tercatat salah satuya adalah

antioksidan dan direkomendasikan terkait penggunaan dalam kosmetik untuk

melindungi kulit (Silalahi, Purba, & Mustaqim. 2019).

Page 48: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

33

pir, panjang umumnya 2−6 cm atau terkadang hingga 8 cm, hijau atau kuning

diluarnya, bagian daging buah putih, kuning atau merah muda. Biji berkulit

coklat krem dengan panjang 3−4 mm dan permukaannya halus. Masyarakat

banyak memanfaatkan kuncup dan daun muda sebagai obat untuk mengobati

penyakit diare. Kadar vitamin C di dalam buah ini cukup tinggi, bahkan

dikatakan sangat tidak biasa dari seluruh jenis jenis tumbuhan yang pernah

tercatat. Berbagai senyawa metabolit sekunder, terutama kelompok fenol,

telah diisolasi,antara lain kaempferol-3-O-xylosil-rutinosida, schottenol

ferulat, 3-metoksisinensetin, quercetin glukosida, sesamolinol glukosida,

esculin, asam 3-sinapoilkuinat dan semacam epicatechin galaktosida.

Bioaktivitas tercatat salah satuya adalah antioksidan dan direkomendasikan

terkait penggunaan dalam kosmetik untuk melindungi kulit (Silalahi, Purba,

& Mustaqim. 2019).

r. Syzygiumaromaticum L

Jenis ini berupa pohon tegak, dengan batang biasanya bercabang tidak

terlalu tinggi dari permukaan tanah. Tinggi mencapai 15 meter. Daun tunggal

dengan susunan berhadapan, saat muda warna merah cerah, perlahan menjadi

hijau kekuningan, kemudian hijau dan dengan permukaan atas yang

mengilap dengan ujung biasanya meruncing dan sisi atas daun mengilap.

Perbungaan muncul dari ujung ranting berdaun dan tersusun dalam malai

yang memiliki kisaran jumlah bunga umumnya 3 hingga 20 dan terkadang

hingga 40. Bunga dengan periuk berwarna hijau kekuningan yang sering

dengan efek kemerahan, kelopak dan mahkota masing-masing berjumlah 4

helai, mahkota dengan warna yang serupa, tangkai benang sari warna putih

dan kepala sari kuning pucat. Buah saat masak menjadi merah gelap atau

hampir hitam dan bertekstur lunak, panjang 2−2.5 cm dan berisi biji

berbentuk lonjong sepanjang lebih kurang 1.5 cm. Tumbuhan ini banyak

dimanfaatkan untuk penyakit luka pada kulit seperti tertusuk paku, duri dan

lain-lain. Metabolit sekunder dari tanaman terdapat senyawa-senyawa yang

tergolong dalam flavonoid, alkanoid, tannin, triterpenid, fenol, dan steroid.

Page 49: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

34

Bioaktivitas yang dihasilkan berupa antioksidan. (Silalahi, Purba, &

Mustaqim 2019).

s. Piper betle

Jenis tumbuhan ini berupa tumbuhan yang merambat dengan akar

adventif, mencapaikisaran panjang batang antara 5−10 m. Batang biasanga

menebal pada bagianruas. Daun tunggal dengan susunan lebih kurang

berselang-seling dan berbentuk jantung melebar hingga bundar telur-lonjong,

saat diremas akan mengeluarkan aroma yang tajam, pertulangan bertipe

menjari dengan 9 tulang utama, yang terluar jauh lebih kecil dibandingkan

lain, tulang terdekat dengan ibu tulang daun biasanya muncul 1−2 cm dari

pangkal ibu tangkai. Bunga jantan dan betina terdapat dalam individu yang

terpisah, tersusun dalam perbungaan bertipe bulir yang muncul pada sisi

berlawanan dari asal munculnya daun, biasanya lebih pendek dari daun.

Perbungaan jantan dengan daun gantilan yang saling bertumpukan dan

berukuran lebih besar dibandingkan bulir betina. Bunga jantan dengan

benang sari sebanyak dua dan bunga betina dengan putik sebanyak 5 hingga

7. Buah sedikit tertanam di sumbu perbungaan.

Tumbuhan ini dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai ritual pada acara

pernikahan. Pengantin yang baru saja berada dirumah mertuanya dia akan

menyuguhkan tumbuhan ini sebagai oleh-oleh untuk tamu. Biasanya

tumbuhan ini dikunyah dan meneluarkan warna merah. Tumbuhan ini juga

dimanfaatkan untuk penguat gigi dan juga obat batuk.Senyawa metabolit

yang telah diisolasi dari jenis ini sangatlah banyak,antara lain chavicol,

betelfenol, eugenol, allil pirokatekin, terpen, cineol,caryophyllene, cadinene,

menthone, piperol A dan B, safrole, campene, chavibetolasetat, dan ß-

felandren. Berbagai bioaktivitas yang tercatat meliputi

antioksidan,antifertilitas, potensi antikanker, antijamur, penolak serangga,

analgesik, antikariogenik, antihistamin, antidepressan, antihiperglikemia,

serta untukberbagai penyakit seperti diabetes, malaria, ulcer dan luka

(Silalahi, Purba, & Mustaqim, 2019).

Page 50: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

35

t. Piper attenuatum

Tumbuhan ini berupa pemanjat dengan batang yang berciri khas

menebal pada ruas.Daun tersusun selang-seling dengan tangkai sepanjang

3−3.5 cm, helaian tunggal berbentuk bundar telur lingkaran ataubundar telur

dengan pangkal membundar hingga menjantungdangkal, pada daun bagian

ujung rata atau sedikit perlahan menyempit, tepi rata, ujung dengan runcingan

tiba-tiba atau bertusuk. Bunga terpisah antara jantan dan betina, terdapat

dalam satu individu. Rangkaian bunga jantan berbentuk bulir dengan panjang

8−14 cm, benang sari 2 hingga 4, kepala sari berbentuk bulat telur.,daun

pelindung berbentuk seperti mangkuk, bakal buah berbentuk bulat telur. Buah

bertipe batu dengan bentuk bulat telur hingga bulat. Masyarakat

memanfaatkan tumbuhan ini sebagai obat demam. Tumbuhan ini mudah

diperoleh dikarenakan pertumbuhannya tidak harus dibudidayakan. Metabolit

sekunder yang dihasilkan tumbuhan ini adalah golongan etanol seperti

luteolin, quercetin, dan kaempferol. Ekstrak metanol berguna sebagai

senyawa antiinflamasi (Silalahi, Purba, & Mustaqim, 2019).

u. Citrus hystrx

Citrus hystrix Berupa pohon kecil dengan tinggi maksimal mencapai 6 m.

Ranting dengan duri. Daun majemuk beranak daun tunggal dengan susunan

spiral, tangkai bersayap dengan ujung membundar atau rata, helaian anak

daun berbentuk bundar telur, ujung helaian biasanya tumpul sedikit

meruncing. Bunga-bunga muncul secara soliter atau biasanya dalam

rangkaian berbunga 3 hingga 5, perbungaan dengan tangkai 1−5 mm. Kuncup

bunga berbentuk bulat. Bunga dengan kelopak 4 atau 5 helai, mahkota putih

dan kemerahan disisi luarnya. Buah berbentuk jorong atau hampir membulat

dengan warna saat masak kuning jeruk, berasa sangat masam dan agak pahit.

Memiliki biji dengan kotiledon putih susu.

Hasil wawancara mengungkapkan bahwa masyarakat memanfaatkan

tumbuhan ini sebagai obat kerasukan makhlus halus atau guna-guna.

Masyarakat tersebut meminta bantuan pengraji untuk meramu obat. Pada

umumnya, buah dari tumbuhan ini akan diiris tipis dan di rendam dan air

Page 51: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

36

rendamannya diminum untuk menyembuhkan penyakit tersebut. Menurut

penelitian (Silalahi et al., 2019) buah tumbuhan ini dimanfaatkan sebagai

TBC dan demam.

v. Physalis angulata

Physalis angulata berupa herba semusim dengan umur yang relatif

pendek. Tinggi individu dapat mencapai 50 cm dengan batang yang bercabang

banyak. Daun tunggal dengan susunan spiral dengan helaian berbentuk bundar

telur hingga jorong, helaian bertekstur seperti kertas dengan pangkal membaji

atau membaji lebar, tepi rata atau bergigi, dengan ujung meruncing atau

runcing. Bunga muncul secara soliter dari ketiak daun dengan panjang tangkai

antara 5 hingga 12 mm. Bunga dengan kelopak yang bertoreh hingga setengah

panjang dengan cuping sebanyak 5, mahkota berbentuk lonceng dengan warna

kuning pucat atau putih. Buah terlindungi oleh kelopak yang membesar dan

didalamnya terdapat buah buni berbentuk bulat dengan diameter lebih kurang

1.2 cm. Biji tiap buah banyak dan berbentuk seperti cakram dengan lebar

lebihkurang 2 mm. Masyarakat memanfaatkan tumbuhan ini untuk mengobati

penyakit ayan. Menurut Rengifo Salgado dan Vargas-Arana G. 2013,

menyatakan bahwa tumbuhan ini banyak digunakan dalam dunia medis

diantaranya untuk menyembuhkan demam, malaria, asma, sakit perut, luka,

hepatitis, persalinan, infeksi urin, kencing tanah, sakit telinga, dan berbagai

penyakit lainnya.

Senyawa-senyawa yang terdapat pada jenis tumbuhan ini antara lain

withanolida, physalin, karatenoid, asam oleanolat, phygrine, dan flavonol

glikosida. Selain itu, terdapat bioaktivitas yang tercatat untuk jenis ini seperti

anti parasit, anti mikroba, antimalaria, melawan infalamasi, antiasma,

melawan leishmania, sebagai bahan dieuretik serta anti kanker dan tumor

(Silalahi et al., 2019).

w. Solanum torvum

Tumbuhan ini berupa semak dengan tinggi dapat mencapai 3 m, batang

biasanya dengan kulit luar halus, berwarna putih keabu-abuan. Cabang

biasanya dengan duri yang ujungnya terkadang menyerupai kait, tersebar

Page 52: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

37

agak jarang. Daun tunggal dengan helaian berbentuk bundar telur,

biasanya bertoreh dangkal dengan cuping sebanyak 7, ujung cuping biasanya

runcing atau tumpul dengan lekukan di antara cuping yang membundar,

pangkal helaian daun seimbang atau tidak dengan tangkai sepanjang 2−5 cm.

Bunga tersusun dalam rangkaian perbungaan bertipe cawan, meskipun

tampaknya sering lebih sedikit, padaawal kemunculannya tampak seperti di

ujung, namun kemudian menjadi terletak di samping karena perkembangan

dari cabang vegetatif dekat pangkal tangkai. Bunga bersimetri banyak,

dengan bagian-bagian berkelipatan 5, mahkota berwarna putih dengan lebar

lebih kurang 2.5 cm, benang sari dengan tangkai pendek dan kepala berwarna

kuning, bakal buah membulat. Buah berupa buni berbentuk bulat berwarna

hijau dan di pangkal dengan kelopak yang tidak terlalu menebal, saat masak

menjadi kuning. Biji perbuah banyak dengan warna coklat. Metabolit

sekunder yang dihasilkan dari tumbuhan ini adalah carpesterol (Silalahi et al.,

2019).

Tumbuhan ini dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat masuk yang

menurut mereka sangat ampuh. Biasanya tumbuhan ini digabungkan dengan

bawang merah kemudian dioleskan kepada orang yang masuk angin. Selain

itu, tumbuhan ini menambah cita rasa makanan keika digabungkan dengan

lauk. Masyarakat juga meyakini jika sering mengonsumsi tumbuhan ini

dapat menyembuhkan mata merah.

4.5 Bagian yang dimanfaatkan

Masyarakat Desa Sialambue memanfaatkan tumbuhan mulai dari akar,

batang, daun, bunga maupun seluruh bagian tumbuhan (lampiran 6). Bagian

yang paling banyak dimanfaatkan masyarakat adalah daun, yakni sebesar

54% dari total jenis yang dimanfaatkan (Gambar 8).

Page 53: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

38

Gambar 9. Persentase bagian tumbuhan obat yang digunakan di Desa

Sialambue

Daun merupakan bagian tumbuhan yang paling banyak digunakan yaitu

13 jenis. Hal ini dikarenakan daun mudah diperoleh, mudah di ramu atau

dibuat sebagai obat dibanding bagian tumbuhan yang lainnya. Selain itu,

salah satu kearifan lokal masyarakat dalam memanfaatkan tumbuhan secara

lestari. Daun yang dipakai bisanya daun yang sudah tua. Tumbuhan obat yang

dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Sialambue biasanya diambil langsung

dari alam seperti hutan, ladang, pinggiran jalan, makam, dan dipekarangan

rumah.

Hasil fotosintesis daun juga menghasilkan senyawa kompleks yang

disebut senyawa metabolit sekunder. Pada umumnya, senyawa ini terdapat

pada semua bagian tumbuhan, terutama pada bagian daun. Senyawa metabolit

sekunder tersebut seperti Polyfenol, saponin, alkaloid, flavonoid, dan

terpenoid. Senyawa-senyawa kimia tersebut berkhasiat sebagai obat untuk

mengobati berbagai macam penyakit (Septiatin, 2008).

Masing-masing tumbuhan mempunyai khasiat tersendiri. Bagian

tumbuhan yang digunakan secara ganda atau digunakan seluruh bagian

tumbuhan bertujuan supaya khasiatnya lengkap. Hal tersebut dikarenakan

masing-masing bagian tumbuhan memiliki senyawa atau kandungan kimia

yang memberikan manfaat yang berbeda pula. Apabila digunakan secara

keseluruhan dan sesuai dosis maka khasiat dari bagian tumbuhan tersebut

Page 54: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

39

akan diperoleh. Jika satu jenis tumbuhan memiliki beberapa bagian yang

dapat dimanfaatkan, maka kondisi dapat menjadikan lebih baik (Pei et al.

2009).

4.6 Jenis Tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai Kerajinan Tangan di

Desa Sialambue

A. Calamus zollingeri Becc

Jenis ini memiliki batang hidup berumpun, tumbuh menjalar di

permukaan tanah di pinggir sungai dan pegunungan. Kemudian memanjat dan

melilit pada batang pohon di sekitarnya. Warna batang hijau tua, pelepah

daun berduri tangkai daun pada bagian pelepah daun berduri rapat makin ke

atas makin jarang. Rotan dewasa batang terbungkus pelepah. Menurut

Anonim (2017), menyatakan bahwa jenis rotan ini memiliki batang berduri

dan batang lebih besar dari batang lainnya.

Calamus zollingeri Beccdikenal dengan sebutan rotan batang. Dulunya,

rotan banyak digunakan oleh masyarakat Desa Sialambue. Akan tetapi,

seiiring dengan penggantian hutan menjadi kebun akhirnya populasi dari

rotan tersebut berkurang. Rotan biasanya hidup liar dihutan masyarakat.

Rotan sering digunakan untuk perpaduan beberapa bahan. Biasanya rotan

tersebut digunakan sebagai pengikat atau penyatuan dengan dua bahan. Rotan

banyak ditemukan pada alat menampi beras, centong nasi kursi, ayunan,

tudung saji, pembatas dinding, bingkai kaca, dan juga keranjang (lampiran 5).

Semua jenis kerajinan tersebut berpaduan dengan bambu.Selain itu, rotan

digunakan sebagai jemuran oleh masyarakat. kursi, ayunan, tudung saji,

pembatas dinding, bingkai kaca, dan juga keranjang. Jenis rotan ini

mempunyai nilai ekonomi tinggi, akan tetapi jenis rotan ini sangat jarang

ditemukan dikawasan hutan lindung. Menurut Gautama (2008), rotan banyak

dimanfaatkan karena mempunyai sifat yang kuat, lentur, dan bentuk yang

relatif seragam.

Page 55: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

39

B.

C. Cocus nucifera

Cocus nucifera atau yang baiasa disebut pohon kelapa. Tanaman kelapa

merupakan tanaman monokotil dengan bentuk akar serabut dan daun yang

menjari. Daun tersusun majemuk, menyirip, berwarna kekuningan jika masih

mudadan berwarna hijau tua jika sudah tua. Tanaman ini memiiki batang

batang yang lurus dan umumnya tidak bercabang, bunga terletak diantara

ketiak daun yang disebut dengan mayang, dan buah kelapa berwarna hijau

dan merah (lampiran 4). Pohon kelapa merupakan pohon yang banyak

memiliki manfaat karena semua organ tumbuhan dapat dimanfaatkan oleh

masyarakat salah satunya sebagai kerajinan tangan. kerajinan tangan yang

dihasilkan, seperti:

Sapu lidi merupakan kerajinan tangan yang dihasilkan dari pohon

kelapa. Tulang anak daun kelapa diamnfaatkan sebagai bahan dasar untuk

membuat sapu. Tulang anak daun kelapa yang diambil dari daun kelapa yang

sudah tua kemudian dibersihkan dan diraut, dan dipotong unjungnya supaya

rata dan rapi. Umumnya masyarakat menambahkan tangkai atau gagang

supaya mudah menyapu maka cukup menambahkan kayu 1 meter pada

bagian pangkal dan diikat dengan rapi.

Masyarakat banyak menggunakan centong nasi yang terbuat dari pohon

kelapa. Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai centong nasi adalah

tempurung kelapa. Tempurung kelapa yang telah tua dibelah menjadi dua ,

satu bagian diambil dan dilicinkan pada seluruh bagian tempurung. Kemudian

dibuat lubang pada bagian atas dan bawah untuk tempat gagang. Gagang

tersebut terbuat dari kayu dengan panjang kira-kira 50 cm. Gagang tersebut

dipotong dengan ukuran untuk mudah dipegang tangan (lampiran 5). Selain

itu, tempurung kelapa juga dapat digunakan untuk membuat sovenir cantik

seperti gantungan kunci. Tempurung kelapa tersebut dilicinkan kemudian

dibentuk sesuai keiinginan untuk dijadikan sebagai gantungan kunci.

40

Page 56: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

41

D. Arenga pinnata

Arenga pinnata yang baiasa disebut pohon ngiro. Pohon ngiro merupakan

tanaman monokotil dengan bentuk akar serabut dan daun yang menjari. Daun

tersusun majemuk, menyirip, berwarna berwarna hijau tua jika sudah tua.

Tanaman ini memiiki batang batang yang lurus dan umumnya tidak

bercabang, bunga terletak diantara ketiak daun yang disebut dengan mayang,

dan buah ngiro berwarna hijau dan kekuning-kuningngan. Pohon ngiro

merupakan pohon yang banyak memiliki manfaat karena semua organ

tumbuhan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat salah satunya sebagai

kerajinan tangan.Kerajinan tangan yang digunakan dari pohon seperti sapu

lidi dan sapu ijuk. Sedangkan buah dari pohon tersebut digunakan sebagai

kolak dan air nira digunakan sebagai gula aren (gula merah).

E. Pandanus tectorius

Jenis tumbuhan ini memilki perawakan semak, akar penopang tinggi 0,5-

1 meter, tinggi 3-5 meter, batang bulat, arah tumbuh batang tegak lurus. Daun

tunggal, berwarna hijau, ujung daun meruncing, pertulangan daun sejajar,

daun memeluk batang, jumlah daun 3 setiap kedudukan, tepi daun rata, daun

tumpang tindih, daun memeluk batang, tulang daun sejajar, panjang daun 205

cm dan lebar 4 cm, terdapat duri diseluruh tepi daun ( lampiran 4).

Pandanus tectoriusatau yang disebut pandan duri dimanfaatkan oleh

masyarakat lokal di Desa Sialambue sudah lama. Berdasarkan hasil

wawancara mengugkapkan bahwa para remaja yang belum menikah

dahulunya sangat rajin menganyam bahkan jarang ditemukan yang tidak bisa

menganyam. Akan tetapi, seiiring berkembangnya zaman minat dan

ketertarikan menganyam oleh para remaja sudah berkurang. Para remaja tidak

tertarik bahkan menganggap kegiatan menganyam merupakan pengetahuan

yang sudah kuno. Menganyam membutuhkan kegigihan dan ketekunan.

Sebelum menganyam, proses pengambilan pandan duri juga tidak semudah

yang dibayangkan banyak sekali proses yang harus dilalui.

Page 57: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

42

Proses pembuatan anyaman dari pandan duri Tahap pertama adalah

adalah pengambilan (misal pemanenan) di lapangan. Pengambilan daun

pandan duri dilakukan secara hati-hati, agar tumbuhan pandan tersebut tidak

rusak atau mati. Daun pandan yang diambil adalah daun yang masih lentur

dengan panjang 1 m atau lebih. Bagian pangkal dan ujung daun dipotong

menggunakan pisau atau parang. Duri bagian tepi daun dihilangkan setealh

dikering anginkan menggunakan api, lalu daun dibelah memanjang dengan

pisau sesuai ukuran lebar yang dibutuhkan. Biasanya satu helai daun dapat

dibuat menjadi empat hingga lima helai ukuran yang lebih kecil

menggunakan jakka. Lebar helaian daun diukur sesuai kebutuhan kemudian

dilicinkan atau dihaluskan di atas alas kain menggunakan bambu yang sudah

dipotong sedemikian rupa agar hasil anyaman semakin halus dan irisan daun

yang berukuran kecil menjadi lentur serta mudah dianyam.

Setelah helaian daun terkumpul, kemudian diikat untuk direndam

disungai atau kamar mandi selama semalam. Setelah helaian daun diangkat

kemudian dijemur dibawah sinar matahari atau dikering aginkan apabila sinar

matahari kurang intensitasnya.Lama perendaman dan ukuran helaian pandan

duri merupakan faktor yang mempengaruhi mutu hasil anyaman. Masyarakat

lokal di desa tersebut menjelaskan jika penjemuran kurang sinar atau cuaca

mendung hasil anyaman kelihatan berwarna putih kusam, sedangkan jika

perendaman daun pandan kurang lama maka helaian pandan mudah rusak

saat dianyam. Sebelum dianyam daun pandan dipukul-pukul secara perlahan

agar menjadi lemas dan berpermukaannya menjadi halus. Kemudian daun

pandan siap dianyam.

Helai daun yang digunakan untuk membuat kerajinan tangan dari

pandan duri bermacam-macam tergantung dengan jenis dan ukuran kerajinan

tangan yang dihasilkan. Tikar pandan menggunakan kurang lebih 20 helaian

daun, tepat dodol menggunakan sekitar 3 helaian daun, dan tempat zakat

fitrah menggunakan helaian daun. Proses pengolahan daun pandan menjadi

tikar di atas secara garis besar sama dengan yang dil-akukan oleh masyarakat

di seputar Taman Nasional Ujung Kulon di Banten (Rahayu dan Handayani,

Page 58: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

43

2008). Lebih jauh lagi, proses tersebut juga secara umum sama dengan yang

ditemukan di seluruh masyarakat yang ada di Jawa (Hofstede, 1925).

Pandan duri dimanfaatkan masyarakat lokal Desa Sialambue untuk

aneka keperluan terkait adat dan keperluan sehari-hari seperti upacara

pernikahan, tempat zakat fitrah dan kematian. Masyarakat lokal Desa

Sialambue yang diwawancara dalam penelitian ini lebih menyukai tikar

pandan daripada tikar plastik,hal ini terkait dengan kenyamanan. Saat musim

penghujan (di mana suhu udara relatif lebih rendah/dingin dari musim

kemarau) tikar pandan memberikan kehangatan sehingga nyaman digunakan.

Begitu pula sebaliknya, saat musim panas tikar menjadi dingin saat

digunakan (misalnya meredakan kepanasan). Selain itu, tikar pandan duri

juga digunakan ketika ada kematian untuk alas jenazah diletakkan di keranda.

Pandan duri yang digunakan untuk keperluan adat biasanya ketika ada

acara pernikahan. Alas yang digunakan untuk kedua mempelai pengantin

adalah yang berasal dari pandan duri. Berdasarkan hasil wawancara bahwa

jika disuatu rumah tidak terdapat tikar pandan maka diharuskan untuk

meminjamnya kepada tetengga yang mempunyai jenis tikar tersebut supaya

pengantin tersebut dipersilahkan untuk duduk. Selain itu, Pandan duri juga

dimanfaatkan masyarakat sebagai tempat dodol medan. Salah satu alasan

masyarakat tersebut menjadikan anyaman pandan duri sebagai tempat dodol

dikarenakan dodol tersebut akan tahan lama selama satu minggu bahkan satu

bulan lebih. Ketika masyarakat menemukan dodol yang berjamur atau tidak

enak untuk dimakan maka terdapat kesalahan ketika memasaknya.

Umumnya, memasak dodol medan memerlukan waktu kurang lebih 9

jam.Saat ini, kegiatan menganyam sudah jarang ditemui terkait dengan mulai

sulitnya didapatkan bahan baku daun pandan di alam. Selain itu, belum

adanya kegiatan budidaya dan penanaman jenis-jenis pandan sumber bahan

baku anyaman di Desa Sialambue tersebut.Dengan demikian, hal tersebut

dapat mengancam keberadaan jenis-jenis pandan duri dialam serta tradisi

pemanfaatan pandan duri oleh masyarakat lokal di desa tersebut.

Page 59: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

43

F. Dendrocalamus asper

Jenis ini memiliki bentuk rumpun simpodial, tegak dan padat jenis

rimpang pakimorf, rebung berwarna hitam keunguan, tertutup bulu berwarna

coklat hingga kehitaman, tingginya dapat mencapai 20 m, tegak dengan ujung

melengkung. Percabangan terdapat dibagian tengah batang. Batang bambu

berwarna hijau, hijau tua atau hijau keunguan, pada batang muda buluh hijau

agak keputih-putihan dan ketika buluh tua berwarna hijau bertotol putih

karena ada lumut kerak menempel pada buluhnya, selain itu buku bukunya

bagian bawah dikelilingi oleh akar udara. Bagian bawah buluh muda tertutup

bulu ruas panjangnya 30-50 cm dan berdiameter 12-18 cm, pelepah buluh

mudah luruh tertutup bulu hitam hingga coklat tua. Daun bambu memiliki

permukaan yang halus, pangkal daun berbentuk oval dengan ujung meruncing

dan berwarna hijau jumlah batang antara 32-53 batang setiap rumpunnya.

Dendrocalamus asper disebut dengan dengan bambu godang. Pada

zaman dulu, bambu godang sangat banyak digunakan oleh masyarakat

sebagai dinding rumah. Akan tetapi, seiiring dengan perkembangan zaman

bambu godang sudah tidak dipakai lagi hanya sebagian rumah yang masih

memakai dinding yang terbuat dari jenis bambu tersebut. Menurut Munziri

dkk (2013), menyatakan bahwa bambu memiliki sifat-sifat yang baik untuk

dimanfaatkan karena memiliki batang yang kuat dan kulit yang mudah

dibentuk. Bambu godang banyak ditemukan di pemukiman desa sehingga

mampu menjadi tanman serbaguna bagi masyarakat. Jenis bambu godangini

paling banyak dimanfaatkan masyarakat sebagai bahan bangunan karena

memiliki batang yang kuat dan ruas-ruas yang pendek.

Tunas bambu godang banyak dimanfaatkan sebagai sayur. Kerajinan

tangan yang paling terkenal dari jenis bambu ini adalah alat yang digunakan

untuk menampi beras. Bambu godang tersebut dianyam sedemikian rupa

sehingga bisa digunakan sebagai penampi beras. Hampir setiap rumah

mempunyai alat penampi beras. Manfaat lain dari jenis bambu ini dijadikan

sebagai taguk untuk menampung nira, tangga untuk mengambil nira dan juga

dijadikan sebagai jembatan.

Page 60: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

45

G. Schitostachyum brachycladum

Jenis ini memiliki bentuk rumpun simpodial dengan jenis rimpang

pakimorf agak rapat, bentuk batang lurus dengan ujung menjuntai, batang

berwarna hijau tua, tinggi batang mencapai 15 m. Panjang ruas batang

mencapai 25 cm diameter batang antara 5-7 cm bentuk daun memanjang

berwarna hijau, panjang daun antara 15-30 cm, dengan lebar daun 2-3 cm

dengan jumlah batang 41 batang setiap rumpun .

Schitostachyum brachycladumdisebut dengan bambu lemang. Pada

umumnya, masyarakat memanfaatkan bambu lemang sebagai tempat untuk

memasak lemang. Bambulemangdigunakan sebagai tempat ketan yang sudah

dikasih santan dan garam. Sebelumnya bambu tersebut dilapisi dengan daun

pisang yang masih muda. Memasak lemang merupakan salah satu adat atau

kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat tersebut sebelum lebaran tiba.

Bambu tersebut digunakan sebagai tempat lemang karena lemang dapat

bertahan lama kurang lebih 7 hari.

Page 61: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

45

Page 62: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

46

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Tumbuhan yang diamanfaatkan sebagai obat terdiri dari 23 jenis dari 16

famili. Bagian tumbuhan obat yang sering digunakan adalah daun dengan

pengolahan yang banyak dilakukan dengan cara dihaluskan. Masyarakat yang

menggunakan tumbuhan obat umumnya adalah perempuan dengan tingkat

pendidikan sekolah dasar (SD) dengan mata pencaharian buruh atau petani.

Tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai kerajinan tangan terdiri dari 3 famili dari 6

jenis. Masyarakat yang masih menggunakan tumbuhan kerajinan tangan adalah

perempuan dengan tingkat pendidikan sekolah dasar (SD) dan mata pencaharian

pengrajin dengan memanfaatkan bagian tumbuhan berupa daun dan batang

dengan cara dianyam.

5.2 Saran

Upaya pelestarian tumbuhan sangat perlu ditingkatkan dengan jalinan kerja

sama yang sinergis antara lembaga-lembaga konservasi dengan masyarakat. Perlu

adanya upaya pendampingan dari lembaga-lembaga konservasi seperti pengenalan

jenis tumbuhan yang mempunyai peran penting untuk menunjang kehidupan dan

sosialisasi untuk kegiatan budidaya tumbuhan tersebut kepada masyarakat lokal

supaya lebih peduli terhadap potensi serta kelstarian jenis tumbuhan tersebut

sehingga kelestarian tumbuhan tersebut dapat terjaga dengan baik.

Page 63: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

47

DAFTAR PUSTAKA

Agu, K.C., Okolie, P.N.( 2017). Proximate composition, phytochemical analysis,

dan in vitroantioxidant potentials of extracts of Annona muricata (soursop).

Food Sci Nutr,5(5):1029-1036

Arista, A., Fahrizal, & Dirhamsyah, M. (2014). Studi Pemanfaatan Pandan Duri

(Pandanus tectorius) di Hutan Tembawang oleh Masyarakat Desa Riam

Mangeli Kecamatan Boyan Tanjung Kabupaten Kapuas Hulu, 533–539.

Awang, (2002). Etnoekologi Manusia di Hutan Rakyat. Sinergi Press.

Yogyakarta, 2-36.

Kuni, B. E., Hardiansyah, G., dan Idham. (2015). Etnobotani masyarakat suku

dayak kerabat di desa tapang perodah kecamatan sekadau hulu kabupaten

sekadau. 3, 383–400.

Emelia, T. W. (2018). Pengrajin Tikar Pandan Di Desa Alue O Idi Rayeuk. 24(1),

551–555.

Choudhary, K., Singh, M., and Pillat, U. (2008). Ethnobotanical survey of

Rajasthan – an update. J. BotanyAmerican-Eurasian, 1(2): 38-45

Dalimarta, S. (2000). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia jilid 2. Jakarta : Trubus

Agriwidya.

Dimas, P. (2016). Bioekologi Dan Etnobotani Pandan ( Pandanaceae ) Oleh

Orang Rimba Di Taman Nasional Bukit Dua Belas Jambi. Berita Biologi, 14

(2): 121-127

Gautama I.(2008). Analisis Biaya Dan Proses Pemanenan Rotan Alam di Desa

Mambue Kab Luwu Utara. Jurnal Hutan dan Masyarakat, 3 (1): 001-110.

Makassar

Iqbal, M., & Pitopang, R. (2019). Kajian Etnobotani Pandanaceae Pada Suku

Moma Di Ngata Toro , Kulawi , Sulawesi Tengah Ethnobotanical Study of

Pandanaceae of Moma Tribe In Ngata Toro , Kulawi , Central Sulawesi.

Journal of Science and Technology, 8 (4): 36–43.

Ismarani. (2013). Kajian persepsi konsumen terhadap terhadap penggunaan obat

herbal (kasus di Unisma Bekasi).Jurnal Agribisnis dan Pengembangan

Wilayah, 4(2): 52-58.

Kusuma, F. R., dan Zakky, B. M. (2005). Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat. PT.

Agro Media Pustaka.

Liyanti R. P., Setia Budhi, F. Y. (2015). Studi Etnobotani Tumbuhan yang

Page 64: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

48

Dimanfaatkan di desa Pesaguan Kanan Kecamatan Matan Hilir Selatan

Kabupaten Ketapang. Jurnal Hutan Lestari, 3 (3): 421–433.

Nggadas, A., Idham, M., & Sisilia, L. (2019). pendahuluan Masyarakat Suku

Dayak Ribun memiliki sumber daya alam yang dapat dikembangkan sebagai

sumber pendapatan Interaksi terhadap alam masih ada hingga saat ini

sehingga perlu adanya penelitian mengenai jenis-jenis. 7: 682–696.

Niapele, S. (2013). Bentuk Pengelolaan Hutan Dengan Kearifan Lokal

Masyarakat Adat Tugutil.Agrikan: Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan, 6

(62):62-73

Nurrani, L. (2013). Pemanfaatan Tradisional Tumbuhan Alam Berkhasiat Obat

Oleh Masyarakat Di Sekitar Cagar Alam Tangale. Info BPK Manado, 3(1)

:1–22.

Rengifo-Salgado E, Vargas-Arana G. (2013). Physalis angulata L. (Bolsa

Mullaca): a review ofits traditional uses, chemistry dan pharmacology. Bol

Latinoamer Caribe Pl MedicAromát, 12(5): 431-445.

Safwan, M. (2008). Eksplorasi Etnobotani Terhadap Tumbuhan Hutan yang

berkhasiat Sebagai Obat Di Daerah Aliran Sungai Sekayam Kabupaten

Sanggau. Kerjasama Untan Dengan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan

Barat, pontianak.

Salsabila, P.P, Zuhud, E. A. M, & Siswoyo. (2014). Pemanfaatan Tumbuhan

Pangan Dan Obat Oleh Masyarakat Di Dusun Palutungan, Desa

Cisantana, Sekitar Taman Nasional Gunung Ciremai,19(1): 146–153.

Savithramma, P., Yugandhar, M., Rao, L. (2013). Documentation of

Ethnobotanical Knowledge of Ethnic Groups From Kurnool District, Andhra

Pradesh, India. The Journal of Ethnobiology and Traditional Medicine.

Photon 118: 295-305.

Singh, O., Ali, M. (2011). Phytochemical dan antifungal properties of the seeds of

Carica papayaL. Indian J Pharm Sci, 73(4): 447-451.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

Afabet

Supriati, R., Nurliana, S., & Malau, F. (2012). Keanekaragaman Jenis Tumbuhan

yang Dimanfaatkan Oleh Masyarakat Desa Tanah Hitam Kecamatan

Padang Jaya Kabupaten Bengkulu Utara. Jurnal Ilmiah Konservasi Hayati,

08(1): 44–50.

Suryadarma, I.G.P. (2005). Konsepsi Kosmologi dalam Pengobatan Usada Taru

Pramana.. Journal of Tropical Ethnobiology. Vol II. No.1. Januari 2005.

LIPI. Bogor.

Page 65: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

49

Syukur M. (2017). Kerajinan Tangan Hasil Pengolahan Tumbuhan Hutan Oleh

Masyarakat Desa Nibung Kecamatan Salimbau Kabupaten Kapuas Hulu.

Publikasi Informasi Pertania, Piper No. 24 Volume 13 April 2017.

Tami, R. E. D. W., Uhud, E. R. A. M. Z., & Ikmat. (2019). Rawa Kampung

Penyengat Sungai Apit Siak Riau ( Medicinal Ethnobotany and Potential of

Medicine Plants of Anak Rawa Ethnic at The Penyengat Village Sungai Apit

Siak Riau ), 40–50.

Verma, Paul, P,. Kumar, Yagik, K.,&Gupta, V.(2013). Biodiversity of

ethnomedicinal plants used by traditional healers in remote villages of

Datia District of Bundelkhand region, India. The Journal of Ethnobiology

and Traditional Medicine. Photon 118: 269-278.

Page 66: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

50

LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuisioner Responden

Nama Responden :

Jenis Kelamin :

Status Perkawinan : Nikah atau Belum Menikah

Karakteristik Responden

1. Berapa umur anda?

a. < 12 tahun c. 19 – 39 tahun

b. 13 – 18 tahun d. 40 – 85 tahun

2. Dari mana asal daerah anda?

a. Asli Desa Sialambue b. Pendatang dari........

3. Apa Pendidikan terakhir anda?

a. Tidak sekolah b.Tidak tamat SD

c. Tamat SD sederajat d. Tamat SLTP/SMP

e.Tamat SLTA/SMA f. Lain-lain

4. Apa pekerjaan anda?

a. Tidak bekerja b. Lain-lain, sebutkan....

5. Bila sudah menikah, apa pendidikan terakhir istri atau suami anda?

a. Tidak sekolah b.Tidak tamat SD

d. Tamat SD sederajat d. Tamat SLTP/SMP

e.Tamat SLTA/SMA f. Lain-lain

Page 67: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

51

6. Bila sudah menikah, apa pekerjaan istri atau suami anda?

a. Tidak bekerja b. Lain-lain

Penggunaan dari jenis Tumbuh-tumbuhan untuk kerajinan tangan

7. Apakah anda pernah memakai produk kerajinan dari jenis tumbuh-

tumbuhan di Desa Sialambue?

a. Ya b. Tidak

8. Bila ya, produk kerajinan apa yang anda pakai?

a. Tikar b. Sumpit c. Lain-lain

9. Bila tidak, jenis produk apa yang digunakan selain dari kerajinan tangan?

a. plastik b. Lain-lain

Penggunaandari jenis Tumbuh-tumbuhan sebagai obat

10. Apakah anda pernah memanfaatkan tumbuhan sebagai obat tradisonal?

a. Ya b. Tidak

11. Bila tidak, jenis berusaha berobat kemana?

a. Puskesmas b. Bidan c. Dokter d. Mengobati sendiri/jamu

e. dan lain-lain

12. Bila ya, darimana anda mendapatkan pengobatan tradisional?

a. Turun temurun b. Tabib c. dan lain-lain

13.Jenis penyakit apa yang diobati secara tradisonal?

a. Panu b. Demam c. Luka d. Lain-lain

Page 68: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

52

14. Jenis tumbuhan apa saja yang ditanam atau budidayakan?

a............ b............. c............ d............. e..............

f............ g.............. h............ i.............. j...............

k............ l............... m............ n.............. o..............

Page 69: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

53

Lampiran 2. Kuisioner Pengrajin

Nama :

Jenis Kelamin :

Umur :..........tahun

Pendidikan Terakhir :

Pekerjaan :

Penggunaan Tumbuh-tumbuhan Sebagai Kerajinan Tangan

1. Sejak kapan anda berprofesi sebagai pengahasil kerajinan tangan?

.....................................................................................................................

2. Dari mana anda mendapatkan pengetahuan tentang cara membuat kerajinan

tangan?

......................................................................................................................

3. Jenis tumbuhan apa saja yang anda gunakan dalam pembuatan kerajinan

tangan?

.....................................................................................................................

4. Bagian tumbuhan apakah yang anda gunakan dalam pembuatan kerajinan

tangan?

......................................................................................................................

5. Dari mana anda mendapatkan tumbuhan untuk dijadikan sebagai kerajinan

tangan?

........................................................................................................................

Page 70: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

54

6. Bagaimana tahapan anda dalam membuat kerajinan tangan dari tumbuhan

tersebut?

...............................................................................................................................

...............................................................................................................................

...............................................................................................................................

7. Apa saja jenis kerajinan tangan yang anda buat?

........................................................................................................................

8. Apakah pengetahuan cara pengolahan tumbuhan dalam bentuk kerajinan tangan

diturunkan pada anak anda?

........................................................................................................................

Page 71: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

55

Lampiran 3. kuisioner Pengraji

Nama :

Jenis Kelamin :

Umur :..........tahun

Pendidikan Terakhir :

Pekerjaan :

Penggunaan Tumbuh-tumbuhan Sebagai Obat

9. Sejak kapan anda berprofesi sebagai pengraji?

.....................................................................................................................

10. Bagaimana anda mengetahui tentang penyakit?

......................................................................................................................

11. Apakah anda menggunakan tumbuh-tumbuhan dalam pegobatan?

.....................................................................................................................

12. Berapa hari biasnya obat digunakan?

......................................................................................................................

13. Dari mana anda mendapatkan tumbuhan untuk dijadikan sebagai obat?

........................................................................................................................

Page 72: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

57

14. Bagaimana cara anda dalam mengolah tumbuhan yang dijadikan sebagai obat?

...............................................................................................................................

...............................................................................................................................

...............................................................................................................................

15. Apa bahan untuk membuat obat terdiri dari satu macam atau bermacam-macam

tumbuhan?

........................................................................................................................

16. Apakah pengetahuan cara pengolahan tumbuhan dalam bentuk kerajinan tangan

diturunkan pada anak anda?

.........................................................................................................................

Page 73: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

57

Lampiran 4. Tumbuhan kerajinan tangan di Desa Sialambue

Schitostachyum brachycladum Dendrocalamus asper

Calamus zollingeri Becc Cocus nucifera

Pandanus tectorius

Page 74: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

58

Lampiran 5. Jenis kerajinan tangan yang dihasilkan masyarakat Desa Sialambue

Alat penampi beras Alat perangkap ikan Lemang

Karucung Tempat beras Parpitoraan

Luka Bakul Sendok nasi

Page 75: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

59

Lampiran 6. tumbuhan obat di Desa Sialambue

Citrus hystrix Bryophillum pinnatum Piper attenuatum

Ageratum conyzoides Justicia gendarusa Jatropha curcas

Physalis angulata Elaeisguineensis Amalanthus populneus

Page 76: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

60

Lampiran 7. Data Responden ysng di Wawancarai di Desa Sialambue

Tabel 1. Data Responden

Nama Jenis Kelamin Umur (Tahun) Pekerjaan

Responden 1 Laki-laki 54 Tahun Tokoh Masyarakat

Responden 2 Laki-laki 62 Tahun Tokoh Masyarakat

Responden 3 Laki-laki 67 Tahun Pengraji

Responden 4 Laki-laki 60 Tahun Pengraji

Responden 5 Laki-laki 56 Tahun Pengraji

Responden 6 Perempuan 63 Tahun Pengrajin

Responden 7 Perempuan 72 Tahun Pengrajin

Responden 8 Perempuan 67 Tahu Pengrajin

Responden 9 Perempuan 56 Tahun Pengrajin

Responden 10 Perempuan 76 Tahun Pengrajin

Responden 11 Perempuan 67 Tahun Pengrajin

Responden 12 Perempuan 65 Tahun Guru

Responden 13 Perempuan 44 Tahun Guru

Responden 14 Perempuan 56 Tahun Guru

Responden 15 Perempuan 34 Tahun Guru

Responden 16 Perempuan 39 Tahun Guru

Responden 17 Laki-laki 33 Tahun Guru

Responden 18 Laki-laki 34 Tahun Guru

Responden 19 Laki-laki 29 Tahun Guru

Responden 20 Laki-laki 34 Tahun Guru

Responden 21 Laki-laki 55 Tahun Petani

Responden 22 Laki-laki 58 Tahun Petani

Responden 23 Laki-laki 60 Tahun Petani

Responden 24 Laki-laki 38 Tahun Petani

Responden 25 Laki-laki 62 Tahun Petani

Responden 26 Laki-laki 66 Tahun Petani

Responden 27 Laki-laki 63 Tahun Petani

Responden 28 Laki-laki 57 Tahun Petani

Responden 29 Laki-laki 56 Tahun Petani

Responden 30 Laki-laki 67 Tahun Petani

Responden 31 Laki-laki 58 Tahun Petani

Responden 32 Laki-laki 56 Tahun Petani

Responden 33 Laki-laki 34 Tahun Petani

Responden 34 Laki-laki 32 Tahun Petani

Responden 35 Laki-laki 40 Tahun Petani

Responden 36 Laki-laki 52 Tahun Petani

Responden 37 Perempuan 34 Tahun Petani

Responden 38 Perempuan 45 Tahun Petani

Responden 27 Perempuan 45 Tahun Ibu Rumah

Tangga

Page 77: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

61

Responden 39 Perempuan 40 Tahun Ibu Rumah

Tangga

1 2 3 4

Responden 40 Perempuan 62 Tahun Ibu Rumah

Tangga

Responden 41 Perempuan 60 Tahun Ibu Rumah

Tangga

Responden 42 Perempuan 54 Tahun Ibu Rumah

Tangga

Responden 43 Perempuan 45 Tahun Ibu Rumah

Tangga

Responden 44 Perempuan 42 Tahun Ibu Rumah

Tangga

Responden 45 Perempuan 38 Tahun Ibu Rumah

Tangga

Responden 46 Perempuan 68 Tahun Wiraswasta

Responden 47 Perempuan 60 Tahun Wiraswasta

Responden 48 Perempuan 42 Tahun Wiraswasta

Responden 49 Perempuan 34 Tahun Wiraswasta

Responden 50 Perempuan 45 Tahun Wiraswasta

Responden 51 Perempuan 45 Tahun Wiraswasta

Responden 52 Laki-laki 53 Tahun Wiraswasta

Responden 53 Laki-laki 33 Tahun Wiraswasta

Responden 54 Laki-laki 45 Tahun Wiraswasta

Responden 55 Laki-laki 54 Tahun Wiraswasta

Responden 56 Laki-laki 55 Tahun Wiraswasta

Responden 57 Laki-laki 56 Tahun Wiraswasta

Responden 58 Laki-laki 45 Tahun Wiraswasta

Responden 59 Laki-laki 50 Tahun Wiraswasta

Page 78: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

62

Lampiran 8. Keanekaragaman Tumbuhan dan Pemanfaatannya di Desa Sialambue

Tabel 2. Tumbuhan yang dimanfaatakan oleh masyarakat Lokal di Desa Sialambue

Famili Nama Lokal Jenis Bagian tumbuhan

yang digunakan Cara Pengolahan

Manfaat tumbuhan yang

digunakan

Arecaceae

Hotang

Calamus zollingeri Becc Batang Dianyam

Alat penampi beras,

centong nasi, ayunan, alat

menangkap ikan, jemuran

Arambir Cocus nucifera Daun dan Buah Dianyam Sapu lidi, centong nasi,

Sovenir, tempat ketupat

Arenga pinnata Trikoma dan Daun Dianyam Sapu lidi, dan sapu ijuk

Bayuon Pandanus tectorius Daun

Dianyam

Tikar, tempat zakat fitrah,

tempat makanan (dodol)

Page 79: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

62

1 2 3 4 5 6

Poaceae

Bulu Godang Dendrocalamus asper Batang Dianyam Alat penampi beras,

dinding rumah

Buku

Lomang

Schitostachyum

brachycladum Batang Dibakar Tempat makanan

Achantaceae Sisakkil Justicia gendarusa Daun Dipotong kecil-

kecil

Kerasukan makhlus halus

Agaveceae Hanjuang Cordyline Fructicosa Daun Dipotong kecil-

kecil

Kerasukan makhluk halus

Annonaceae

Tarutung

Kulando Annona muricata Daun Dihaluskan Mengusir tungau

Pining Areca catechu Buah Dikunyah Menguatkan gigi

Sawit Elaeisguineensis Buah Dibakar Penyembuh luka

Asteraceae Siangur Ageratum conyzoides Daun Ditumbuk Penyembuh luka

Campanulaceae Ubat ni Mata Hippobroma logiflora

Bunga Diteteskan

Obat mata

Caricaceae Botik Carica papaya Getah dan daun Getah diteteskan Obat demam,masuk angin

Page 80: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

63

1 2 3 4 5 6

Cucurbitaceae Accimun Cucumis sativus Buah Dimakan

langsung Hipertensi

Crasulaceae Dingin-

Dingin

Bryophillum pinnatum

Daun dan batang Ditumbuk

Obat batuk, demam, sakit

gigi dan lain-lain

Euphorbiaceae Nasi-Nasi Breynia androgyna

Daun Direbus Melancarkan ASI

Andulpak Amalanthus populneus Daun Direbus Obat demam

Sindulang Jatropha curcas Getah Diteteskan Penyembuh luka

Leguminaceae Galinggang Cassia alata L Daun Dihaluskan Obat penyakit kulit

Lythraceae Atirangga

ayu Lawsonia inermis Daun Dihaluskan Obat kutu air

Malvaceae Bunga Raya Hibiscus rosa-sinensis Daun Direbus Obat demam dan sakit

kepala

Myrtaceae Jambu Orsik Psidium guajava Daun dan Buah Direbus Obat diare

Congke Syzygiumaromaticum L Buah Ditumbuk Penyakit luka yang terkena

duri dan lain-lain.

Page 81: KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN PENGETAHUAN …

64

1 2 3 4 5 6

Piperaceae Burangir Piper betle Daun Dihaluskan Obat batuk penguat gigi

Simanat Piper attenuatum Seluruh bagian

tumbuhan Direbus Obat demam

Ruteceae Utte Mukkur Citrus hystrix Buah dan daun

Direndam dan

air rendamannya

diminum

Obatkerasukan makhluk

halus

Solanaceae Pultak-Pultak Physalis angulata Buah Dihaluskan Obat.penyakit ayan

Rimbang Solanum torvum Buah Dihaluskan Obat mata merah