38
RINOSINUSITIS KRONIS Preceptor dr. Tolkha Amaruddin,M.Kes.,SpTHT,KL Harnugrahanto S 20070310078

Kedokteran

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Kedokteran - THT,KL

Citation preview

Page 1: Kedokteran

RINOSINUSITIS KRONIS

Preceptor

dr. Tolkha Amaruddin,M.Kes.,SpTHT,KL

Harnugrahanto S 20070310078

Page 2: Kedokteran

Identitas PasienNama : Ny. DSUmur : 39 tahunJenis kelamin : WanitaPekerjaan : Ibu rumah tanggaPendidikan : SMPAgama : IslamAlamat : Krendetan 9/3 Bagelen,

PWRNo. Register : 257697

Datang ke Poli THT pada 4 Januari 2013 (Pukul 9.00)

Page 3: Kedokteran

Anamnesa

Keluhan Utama :

Pilek kambuhan

RPS :o Pasien sering pilek sejak 3 bulan yang lalu,

hilang timbul terutama jika udara dingin, ingus berwarna kuning kental, berbau pada pagi hari, hidung buntu.

o Sudah berobat ke bidan setempat tetapi tidak membaik dan disarankan periksa ke rumah sakit.

Page 4: Kedokteran

Anamnesa

Batuk sejak 3 hari yang lalu, berdahak kuning kental, sudah diobati dengan obat batuk sirup OBH dan keluhan batuk berkurang. Sakit kepala terutama bangun tidur, lama-lama hilang sendiri. Badan demam dan meriang.

Pada tenggorokan terasa adanya lendir yang menetes.

Page 5: Kedokteran

Anamnesa

RPD Riwayat pilek sebelumnya: sering. Riwayat

bersin-bersin sering terutma ketika terkena debu dan udara dingin.

Riwayat sakit gigi: tidak ada . Riwayat atopi: bila makan ikan tongkol timbul

gatal-gatal dan biduran.

RPK Riwayat alergi dan keluhan serupa pada

anggota keluarga disangkal

Page 6: Kedokteran

Pemeriksaan Fisik

Vital Sign Keadaan umum : Baik , Compos Mentis Tensi : 120/80 mmHg Nadi : 82 x/menit RR : 20 x/menit

Page 7: Kedokteran

Pemeriksaan Fisik Kepala : Mesocephal Mata : konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-) Leher : trakea di tengah, tidak ada pembesaran limfonodi Thorax :

Cor : S1 > S2 reguler, bising (-).

Pulmo : Simetris, retraksi (-)

SD : Vesikuler

ST : Ronkhi (-), wheezing (-) Abdomen : Supel, datar

Hepar/lien tidak teraba

Peristaltik usus normal Ekstremitas : Tidak ada kelainan

Page 8: Kedokteran

Pemeriksaan Fisik (Lokalis)

Telinga Inspeksi :

Aurikula : AD/S hiperemi (-), Nyeri tekan (+) Edema (-)Kanalis auditorius : AD Pus (-), serumen (+), liang

sempit (-), AS : bersih, serumen (-), liang sempit (-) Palpasi :Nyeri tekan tragus AD/S (-),

Nyeri tekan auricular AD/S (-) Otoskopi : Membrane timpani AD/S Hipremis (-),

retraksi (-), cone of light (+), Pus (-)

Page 9: Kedokteran

Pemeriksaan Fisik (Lokalis)Hidung Inspeksi : Deviasi septum (-), deformitas (-),

rinorhea (+) Palpasi : nyeri tekan (+) Sinus Maksilaris

Dekstra, krepitasi (-) Rhinoskopi anterior : mukosa licin, discharge (+)

mukopurulen, konka edema (+)

deviasi septum (-) Rhinoskopi posterior : tidak dilakukan pemeriksaan Transluminasi : tidak dilakukan pemeriksaan

Page 10: Kedokteran

Pemeriksaan Fisik (Lokalis)Tenggorokan Bibir : labioskisis (-), radang (-), tumor (-) Gigi-ginggiva : caries dentis (-) Lidah : lidah kotor (-), hilang rasa kecap (+)

radang (-) Palatum mole : bengkak (-), hiperemis (-) Uvula : hiperemis (-), bengkak (-) Faring : hiperemis (-), refleks menelan (-) Tonsil D/S : pembesaran (-), permukaan licin (-),

hiperemi (-), membran (-)

Page 11: Kedokteran

Diagnosis

Diagnosis Banding Rinosinusitis Kronis Rinitis Alergika Rinosinositis Akut

Diagnosis Kerja Rinosinusitis Kronis

Page 12: Kedokteran

Usulan Pemeriksaan

Lab Darah Rutin Tes Alergi CT-Scan Sinus Para Nasal

Page 13: Kedokteran

Rencana Terapi

Antibiotik : Amoxicillin-Clavulanate 3x500mg

Dekongestan : Pseudoefedrin 2 x 60 mg Antihistamin: Loratadine 1 x 10 mg NSAID : Paracetamol 3x500 mg Steroid : Methyl Prednisolone 3x4 mg Kontrol 1 minggu lagi

Page 14: Kedokteran

PembahasanRinosinusitis Kronis

Page 15: Kedokteran

Definisi

Rhinosinusitis kronik merupakan kondisi klinis yang ditandai oleh proses inflamasi pada rongga hidung dan sinus paranasalis yang berlangsung lebih dari 12 minggu

Page 16: Kedokteran

Klasifikasi

Page 17: Kedokteran

FAKTOR-FAKTOR PATOFISIOLOGIK PADA RHINOSINUSITIS

Faktor Genetik / Fisiologik Faktor Lingkungan Faktor Struktural

Hiperreaktifitas saluran

pernapasanAlergi Septum deviasi

Defisiensi imun Rokok Trauma Mekanik

Sensitivitas terhadap aspirin Iritan / polutan Baro Trauma

Disfungsi siliar Virus Benda Asing

Cystic fibrosis Bakteri Penyakit Gigi

Penyakit autoimun Jamur Jaringan parut

Kelainan granulomatosa Stress

Kelainan anatomi

kraniofasial baik

kongenital, maupun

dapatan

Etiologi

Page 18: Kedokteran

Etiologi dari rhinosinusitis sangatlah kompleks dan dalam perkembangannya sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor.

Faktor –faktor Patofisiologik

Fungsi ventilasi, protektif, & drainase terganggu

Rhinosinusitis Kronik

Manifestasi Klinis; > 12mgg

Patofisiologi

Page 19: Kedokteran
Page 20: Kedokteran

Gejala dan Diagnosis

Diagnosis rinosinusitis kronis ditegakkan jika terdapat 2 kriteria mayor atau 1 kriteria mayor ditambah 2 kriteria minor

Page 21: Kedokteran

GEJALA DAN TANDA KLINIS UNTUK DIAGNOSIS RHINOSINUSITIS

(1996 RHINOSINUSITIS TASK FORCE)

Kriteria Mayor Kriteria Minor

Nyeri pada wajah (dengan atau tanpa

penekanan)*Sakit kepala

Obstruksi nasal Demam (all nonacute)

Nasal discharge/ discolored post nasal

drip

Halitosis

Nyeri pada gigi

Hiposmia/anosmia Fatique

Purulence in examination Batuk

Demam (fase akut)*Nyeri pada telinga/ nyeri tekan telinga

atau rasa penuh pada telinga

* Nyeri pada wajah dan demam jika ditemukan tanpa gejala dan tanda mayor

lainnya bukan merupakan kriteria untuk menegakan rhinosinusitis.

Page 22: Kedokteran

SYARAT-SYARAT UNTUK DIAGNOSIS RHINOSINUSITIS

(2003 TASK FORCE)

Durasi Temuan objektif

Berlangsungnya

gejala atau tanda

klinis yang terus

menerus > 12

minggu sesuai

dengan kriteria Task

Force 1996

Satu dari

kriteria di

samping

harus

ditemukan:

1. Adanya sekret rongga hidung purulen, polip, atau

pertumbuhan polipoid pada pemeriksaan rhinoskopi

(dengan dekongesti) atau endoskopi

2. Adanya edema atau eritema pada meatus media

saat pemeriksaan endoskopi

3. Ditemukannya edema, eritema, atau jaringan

granulasi baik terlokalisir maupun difusa pada rongga

hidung. Apabila hal tersebut tidak melibatkan meatus

media, maka pemeriksaan pencitraan diperlukan

untuk menegakkan diagnosis.

4. Pemeriksaan pencitraan untuk konfirmasi diagnosis.

(Foto polosa atau CT-Scanb)

a Foto polos tanpa adanya temuan objektif lain (1,2, dan 3) tidak dapat digunakan untuk diagnosis.b Magnetic resonance imaging (MRI) tidak direkomendasikan untuk diagnosis.

Page 23: Kedokteran

PENATALAKSANAAN

Etiologi dari rhinosinusitis sangatlah kompleks dan dalam perkembangannya sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor.

Prinsip Penatalaksanaan :•Antibiotika spektrum luas•Dekongestan•Mukolitik•Anti histamin

Penatalaksanaan Tambahan•Kortikosteroid → Anti Inflamasi•NSAID → Analgetik, Anti Inflamasi, Antipiretik

Page 24: Kedokteran

AntibiotikRINOSINUSITIS KRONIK

Agen Antibiotika Dosis

Amoksi-clavulanat Anak: 25-45mg/kg/hari terbagi dlm 3 dosis

Dewasa: 3 x 500 mg / 2x875mgAzitromisin Anak: 10 mg/kg pada hari 1 diikuti

5mg/kg selama 4 hari berikutnya

Dewasa: 1 x 500 mg, kemudian 1 x 250 mg selama 4 hari

Levofloxacin Dewasa: 2 x 250-500mg

Page 25: Kedokteran

Berdasarkan observasi psikologis oleh Matsui et al ditemukan adanya efek psikologis RSK terhadap fungsi kognitif sehari-hari diantaranya penurunan konsentrasi

Penanganan RSK yang baik akan mengurangi gangguan fungsi kognitif ini

PENATALAKSANAAN

Page 26: Kedokteran

DISKUSI

Rhinosinusitis kronik proses inflamasi yang melibatkan mukosa hidung dan sinus paranasalis

Rhinosinusitis kronik beberapa faktor yang cukup rumit yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya

faktor genetik, lingkungan dan struktural

Bailey (2006)

Pentingnya mengenal dan mencari faktor predisposisi sangat membantu dalam mengoptimalkan pemberian terapi rhinosinusitis kronik

Page 27: Kedokteran

DISKUSI

Pada kasus ini:

Riwayat alergi walaupun belum dibuktikan secara aktual dengan tes alergi

Alergi sendiri merupakan faktor predisposisi karena pada alergi terjadi proses inflamasi mukosa sinonasal yang dapat menyebabkan gangguan drainase akibat edema mukosa di sekitar ostium sinus sehingga terjadi retensi mukus yang selanjutnya dapat diikuti infeksi oleh mikroorganisme.

Page 28: Kedokteran

DISKUSI

Kriteria Diagnosis Penunjang

Lab Darah, Foto polos/ CT Scan, Test Alergi

Lab darah diharapkan menunjang infeksi dg angke leukosit, dan alergi dari hitung eosinofil. RO polos / CT scan menunjukan cairan di sinus dan oedema mukosa. Test alergi diharapkan menunjukan alergen penyebab

Page 29: Kedokteran

Terima Kasih

Page 30: Kedokteran

ANATOMI HIDUNG & SINUS PARANASALIS

Adapted from: httpwww.noseandsinus.comnssfaqs603.html

Page 31: Kedokteran

MUKOSA RESPIRATORIK

Adapted from: httpwww.fess.com.auimportance_of_nasal_health.php

Page 32: Kedokteran

• Ketebalan mukosa sinus sekitar 0,2-0,8mm dengan ketebalan yg merata pada setiap rongga sinus

• Mukosa sinonasal terdiri dari lapisan epitel, lamina propria, submukosa, dan periosteum

• Lapisan epitelnya epitel kolumnar beringkat bersilia yang mengandung sel-sel goblet

• Membran basalis memisahkan antara lapisan epitel dari lamina propria

• Di bawah lapisan epitel terdapat limfosit, sel plasma, dan makrofag (adanya rangkaian vaskular dan kelenjar)

Goblet cell produces glycoproteins give the outer layer of nasal mucus its viscosity and elasticity

Adapted from: Bailey BJ, Johnson JT. Head & Neck Surgery-Otorhinolaryngology. 4th ed, 2006

Page 33: Kedokteran
Page 34: Kedokteran

Sel-sel goblet dan kelenjar serous submukosa membentuk lapisan sekretoris yang diantaraya menghasilkan mukus elastis pada permukaan saluran pernapasan, hasil sekresi ini kaya akan plasma protein seperti albumin, IgG, IgM, faktor komplemen. Laktoferin, lisozim, leukoprotease inhibitor, dan IgA sekretoris (sIgA) juga dihasilkan oleh sel-sel serosa tersebut.

Adapted from: Kennedy, et al. Diseases of the Sinuses, Doagnostic and management. 2001

Page 35: Kedokteran

MUCOCILLIARY CLEARANCE

Silia pada sistem pernapasan sangat efektif dalam mengalirkan mukus, menangkap partikel dan bakteri dengan kecepatan antara 3-25mm/menit. Normalnya, rata-rata pecutan silia sekitar 12 Hz. Rongga sinus dipertahankan tetap steril oleh gerakan silia tersebut dan adanya perlindungan sistem imun. Nitric oxide yang dihasilkan oleh sel-sel epitel sinus maksilaris merupakan substansi yang memiliki fungsi fisiologik yang penting antara lain bersifat bakteriostatik, merangsang gerakan silia. Penurunan kadarnya akan menggangu gerakan silia.

Adapted from: Kennedy, et al. Diseases of the Sinuses, Doagnostic and management. 2001

Page 36: Kedokteran

FISIOLOGI

FUNGSI HIDUNG DAN SINUS PARANSALIS:

•FILTRASIMengeluarkan partikel asing melalui peran vibrisae, silia, dan mukus•PENGHANGAT UDARA PERNAPASANMelalui peran pembuluh darah pada mukosa hidung dan sinus•MENGATUR KELEMBABANDengan peran mukus yang dihasilkan mukosa hidung dan sinus•MUCOCILLIARY CLEARANCEFungsi pembersihan •VENTILASIMengatur pertukaran oksigen keluar dan masuk sinus• FONASI

Adapted from: Brook, et al. Sinusitis From Microbiology to Management. 2006

Page 37: Kedokteran
Page 38: Kedokteran

KOMPLIKASI

► Komplikasi Lokal - Mukokel - Osteomielitis (bila mengenai os frontalis, dikenal sebagai Pot’s puffy tumor)► Komplikasi Orbital - Selulitis preseptal - Selulitis orbital - Abses subperiosteal - Abses orbital - Trombophlebitis sinus kavernosus► Komplikasi Intrakranial - Meningitis - Abses subdural - Abses epidural - Abses intracerebral - Trombosis sinus kavernosus / venosus