34
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular yang berbahaya dapat menimbulkan kematian dalam waktu singkat dan senng menimbulkan wabah. Penyakit ini pertama kali ditemukan di Filipina pada tahun 1953 dan selanjutnya menyebar ke berbagai negara. Di Indonesia penyakit ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1968 di Surabaya dengan jumlah penderita 58 orang dengan kematian 24 orang (41.3%). Selanjutnya sejak saat itu penyakit Demam Berdarah Dengue cenderung menyebar ke seluruh tanah air Indonesia dan mencapai puncaknya pada tahun 1988 dengan insidens rate mencapai 13,45 per 100.000 penduduk. Keadaan ini erat kaitannya dengan meningkatnya mobilitas penduduk dan sejalan dengan semakin lancarnya hubungan transpotasi. Seluruh wilayah Indonesia mempunyai resiko untuk terjangkit penyakit Demam Berdarah Dengue karena virus penyebab dan nyamuk penularnya tersebar luas baik di rumah maupun tempat- tempat umum, kecuali yang ketinggiannya lebih dari 1000 meter diatas permukaan laut. Pada saat ini seluruh propinsi di Indonesia sudah terjangkit penyakit ini baik di kota maupun desa terutama yang padat penduduknya dan arus transportasinya lancar. Menurut laporan Ditjen PPM. penyakit ini telah tersebar di seluruh propinsi di Indonesia. Dari 300 kabupaten di seluruh propinsi di Indonesia pada tahun 1989 (awal Pelita V) tercatat angka kejadian sebesar 6,9 % dan pada akhir Pelita V meningkat menjadi 9,2 %. Pada kurun waktu yang sama angka kematian tercatat sebesar 4,5 %.

Kedokteran

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Public Heath

Citation preview

Page 1: Kedokteran

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular yang berbahaya dapat menimbulkan kematian dalam waktu singkat dan senng menimbulkan wabah. Penyakit ini pertama kali ditemukan di Filipina pada tahun 1953 dan selanjutnya menyebar ke berbagai negara. Di Indonesia penyakit ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1968 di Surabaya dengan jumlah penderita 58 orang dengan kematian 24 orang (41.3%). Selanjutnya sejak saat itu penyakit Demam Berdarah Dengue cenderung menyebar ke seluruh tanah air Indonesia dan mencapai puncaknya pada tahun 1988 dengan insidens rate mencapai 13,45 per 100.000 penduduk. Keadaan ini erat kaitannya dengan meningkatnya mobilitas penduduk dan sejalan dengan semakin lancarnya hubungan transpotasi.

Seluruh wilayah Indonesia mempunyai resiko untuk terjangkit penyakit Demam Berdarah Dengue karena virus penyebab dan nyamuk penularnya tersebar luas baik di rumah maupun tempat- tempat umum, kecuali yang ketinggiannya lebih dari 1000 meter diatas permukaan laut. Pada saat ini seluruh propinsi di Indonesia sudah terjangkit penyakit ini baik di kota maupun desa terutama yang padat penduduknya dan arus transportasinya lancar. Menurut laporan Ditjen PPM. penyakit ini telah tersebar di seluruh propinsi di Indonesia. Dari 300 kabupaten di seluruh propinsi di Indonesia pada tahun 1989 (awal Pelita V) tercatat angka kejadian sebesar 6,9 % dan pada akhir Pelita V meningkat menjadi 9,2 %. Pada kurun waktu yang sama angka kematian tercatat sebesar 4,5 %.

Sebagaimana diketahui bahwa sampai saat ini obat untuk membasmi virus dan vaksin untuk mencegah penyakit Demam Berdarah Dengue belum tersedia. Cara yang tepat guna untuk menanggulangi penyakit ini secara tuntas adalah memberantas vektor/nyamuk penular. Vektor Demam Berdarah Dengue mempunyai tempat perkembangbiakan yakni di lingkungan tempat tinggal manusia terutama di dalam stan diluar rumah. Nyamuk Aedes aegypti berkembang biak di tempat penampungan air seperti bak mandi, drum, tempayan dan barang-barang yang memungkmkan air tergenang seperti kaleng bekas. tempurung kelapa, dan Iain-lain yang dibuang sembarangan. Pemberantasan vektor Demam Berdarah Dengue dilaksanakan dengan memberantas sarang nyamuk untuk membasmi jentik nyamuk Aedes aegypti. Mengingat nyamuk Aedes aegypti tersebar luas diseluruh tanah air baik dirumah maupun tempat-tempat umum, maka untuk Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Provinsi D.I. Yogyakarta pada tahun 2007 telah ditemukan sebanyak 2.578 kasus DBD.

Page 2: Kedokteran

Angka kesakitan tertinggi untuk penyakit DBD adalah di wilayah Kota Yogyakarta, disusul Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul.

Pada november 2012 ini, ditemukan 1 kasus demam berdarah di lingkungan pondok pesantren Ash Sholihah, selain juga ditemukan beberapa kasus demam yang saat ini masih didalami. Penelitian epidemiologis yang dilakukan Puskesmas Mlati II di lingkungan pondok juga menemukan AJB dan kontainer index yang dibawah standar, sehingga memungkinkan adanya penyebaran lanjut penyakit demam berdarah.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka masalah yang harus dipecahkan adalah bagaimana cara mencegah dan menangani DBD.

C. Tujuan Penelitian

1. Membantu terlaksananya program puskesmas.2. Mengetahui bagaimana faktor pelayanan kesehatan, perilaku dan lingkungan masyarakat

terhadap penyakit DBD.3. Belajar menetapkan alternatif jalan keluar suatu masalah.

D. Manfaat

1. Bagi Peneliti :Dapat mengetahui faktor pelayanan kesehatan, perilaku dan lingkungan penderita penyakit DBD.

2. Bagi Puskesmas:Memberi masukan sebagai bahan pertimbangan bagi Puskesmas dalam menjalankan program penanganan penyakit DBD di masyarakat.

Page 3: Kedokteran

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Demam berdarah atau demam berdarah dengue adalah penyakit febril akut yang ditemukan di daerah tropis, dengan penyebaran geografis yang mirip dengan malaria, (Hartanto, 2009).

Demam berdarah dengue atau dengue hemorragic fever (DHF) adalah infeksi virus akut yang ditandai dengan dengan panas yang mendadak tinggi, secara klinis didapatkan adanya perdarahan dengan kecenderungan akan terjadinya renjatan yang berakibat fatal. Diikuti dengan adaanya trombositopeni dan hemokonsentrasi (WHO, 1999).

B. Etiologi

Penyakit DBD disebabkan oleh Virus Dengue dengan tipe DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4, (WHO, 1999). Virus tersebut termasuk dalam group B Arthropod borne viruses (arboviruses). Virus yang banyak berkembang di masyarakat adalah virus dengue dengan tipe satu dan tiga. Penyakit ini disebabkan oleh salah satu dari empat serotipe virus dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Setiap serotipe cukup berbeda sehingga tidak ada proteksi-silang dan wabah yang disebabkan beberapa serotipe (hiperendemisitas) dapat terjadi (Hartanto, 2009).

Virus Dengue ditularkan dari orang ke orang melalui gigitan nyamuk Aedes (Ae.) dari subgenus Stegomyia. Ae. aegypti merupakan vektor epidemi yang paling utama, namun spesies lain seperti Ae. albopictus, Ae. polynesiensis, anggota dari Ae. Scutellaris complex, dan Ae. (Finlaya) niveus juga dianggap sebagai vektor sekunder. Kecuali Ae. aegypti semuanya mempunyai daerah distribusi geografis sendiri-sendiri yang terbatas. Meskipun mereka merupakan host yang sangat baik untuk virus Dengue, biasanya mereka merupakan vektor epidemi yang kurang efisien dibanding Ae. Aegypti (WHO, 1999).

C. Morfologi dan siklus hidup nyamuk

Sampai saat ini diketahui beberapa nyamuk sebagai vektor demam berdarah, tapi Aedes aegypti merupakan vektor utama penyakit ini. Nyamuk ini mengalami metamorfosis yang meliputi: telur-larva-pupa-imago/dewasa. Nyamuk jantan dan betina memerlukan sari tumbuh-tumbuhan dan nectar sebagai makanannya selain itu nyamuk betina dewasa memerlukan dewasa untuk perkembangan telumya (Adbrite,2007).

1. Stadium telurPada hari ketiga dan hari keempat setelah menghisap darah nyamuk betina

bertelur 300-700 butir selama 4-5 hari. Nyamuk aedes aegypti bertelur ditempat

Page 4: Kedokteran

penampungan air disekitar manusia, seperti: botol, kaleng, vas bunga, tempat minuman burung, dll. Telur-telur ini diletakkan satu persatu dipermukaan air pada garis tepi antara air dan wadahnya. Telur nyamuk akan menetas dalam waktu 24-72 jam setelah kontak dengan air yang dipengaruhi juga oleh suhu disekitarnya.

2. Stadium Larva dan pupaPerkembangan larva tergantung pada suhu air, kepadatan populasi dan

ketersediaan makanan. Apabila dalam lingkungan hidup populasi larva tidak padat dan cukup tersedia makanan, larva akan berkembang menjadi pulpa dalam waktu 5-7 hari pada suhu air antara 25-30°C. Larva Aedes aegypti memiliki ciri-ciri adanya berkas rambut diseberang picten pada pipa pernapasan (sifon dan bentuk sisir yang khas).Larva pada stadium akhir menjadi pupa yang bengkok dengan kepala yang besar sehingga menyerupai bentuk tanda tanya. Stadium pupa berlangsung 2-5 hari tanpa makan tetapi dapat juga sampai 10 Hari .

3. Stadium Dewasa/imagoNyamuk Aedes aegypti beukuran kecil, warna hitam dengan belang-belang putih

diseluruh tubuh (Suroso, 1994). Nyamuk Aedes aegypti bersifat antropolik dengan puncak aktifitasnya menjelang senja atau pagi hari. Pada malam hari, nyamuk tersebut berlindung ditempat yang tertutup cahaya dan angin. Nyamuk Aedes aegypti yang telah menghisap darah mempunyai umur rata-rata 62 hari, sedangkan yang belum pernah menghisap darah mampu hidup rata-rata 82 hari (Widjana,2003).

D. Patogenesis dan Patofisiologi

Patogenesis DBD tidak sepenuhnya dipahami, namun terdapat dua perubahan patofisiologis yang menyolok, yaitu meningkatnya permeabilitas kapiler yang mengakibatkan bocornya plasma, hipovolemia dan terjadinya syok. Pada DBD terdapat kejadian unik yaitu terjadinya kebocoran plasma ke dalam rongga pleura dan rongga peritoneal. Kebocoran plasma terjadi singkat (24-48 jam). Hemostasis abnormal yang disebabkan oleh vaskulopati, trombositopeni dan koagulopati, mendahului terjadinya manifestasi perdarahan. Aktivasi sistem komplemen selalu dijumpai pada pasien DBD. Kadar C3 dan C5 rendah, sedangkan C3a serta C5a meningkat. Mekanisme aktivasi komplemen tersebut belum diketahui. Adanya kompleks imun telah dilaporkan pada DBD, namun demikian peran kompleks antigen-antibodi sebagai penyebab aktivasi komplemen pada DBD belum terbukti, (Widjana, 2007).

Selama ini diduga bahwa derajat keparahan penyakit DBD dibandingkan dengan DD dijelaskan dengan adanaya pemacuan dari multiplikasi virus di dalam makrofag oleh antibodi heterotipik sebagai akibat infeksi Dengue sebelumnya. Namun demikian, terdapat bukti bahwa faktor virus serta respons imun cell-mediated terlibat juga dalam patogenesis DBD (WHO, 1999).

Page 5: Kedokteran

E. Penularan

Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti I Aedes albopictus betina yang sebelumnya telah membawa virus dalam tubuhnya dari penderita demam berdarah lain. Nyamuk Aedes aegypti berasal dari Brazil dan Ethiopia dan sering menggigit manusia pada waktu pagi dan siang (Widjana, 2003).

Orang yang beresiko terkena demam berdarah adalah anak-anak yang berusia di bawah 15 tahun, dan sebagian besar tinggal di lingkungan lembab, serta daerah pinggiran kumuh. Penyakit DBD sering terjadi di daerah tropis, dan muncul pada musim penghujan. Virus ini kemungkinan muncul akibat pengaruh musim/alam serta perilaku manusia, (Dirjen PPM dan PLP, 2004).

F. Faktor resiko Tertular penyakit Demam Berdarah

Adapun faktor resiko tertular penyakit demam berdarah menurut Adbrite tahun 2007 yaitu:

1. Rumah atau lingkungan yang ditemukan jentik nyamuk Aedes Aegypti pada penampungan air ( tempayan, bak mandi, bak WC, pot bunga, tempat minum burung,dll).

2. Rumah atau lingkungan yang ditemukan barang-barang bekas yang dapat menampung air sehingga dapat menjadi tempat berkembang biak nyamuk (ban bekas,botol bekas minuman kemasan,dll) rumah atau lingkungan dengan baju atau pakaian bergantungan yang disukai nyamuk untuk beristirahat.

G. Tanda dan Gejala

Manifestasi klinis infeksi virus Dengue pada manusia sangat bervariasi. Spektrum variasinya begitu luas, mulai dari asimtomatik, demam ringan yang tidak spesifik, Demam Dengue, Demam Berdarah Dengue, hingga yang paling berat yaitu Dengue Shock Syndrome (DSS) (WHO, 1999).

Penyakit ini ditunjukkan melalui munculnya demam secara tiba-tiba, disertai sakit kepala berat, sakit pada sendi dan otot (myalgia dan arthralgia) dan ruam; ruam demam berdarah mempunyai ciri-ciri merah terang, petekia dan awalnya muncul pada bagian ekstremitas pada beberapa pasien, lalu menyebar hingga mencapai hampir seluruh tubuh. Selain itu, gangguan pada perut bisa juga muncul dengan gejala sakit perut, rasa mual, muntah-muntah atau diare, pilek ringan disertai batuk-batuk. Kondisi waspada ini perlu disikapi dengan pengetahuan yang luas oleh penderita maupun keluarga yang harus segera konsultasi ke Dokter apabila pasien/penderita mengalami demam tinggi 3 hari berturut-turut. Banyak penderita atau keluarga penderita mengalami kondisi fatal karena menganggap ringan gejala-gejala tersebut (WHO, 1999).

Page 6: Kedokteran

Demam berdarah umumnya lamanya sekitar enam atau tujuh hari dengan puncak demam yang lebih kecil terjadi pada akhir masa demam. Secara klinis, jumlah platelet menurun hingga pasien dianggap afebril, (WHO,1999).

Menurut Hartanto D tahun 2009 Sesudah masa tunas / inkubasi selama 3-15 hari orang yang tertular dapat mengalami / menderita penyakit ini dalam salah satu dari 4 bentuk berikut ini:

1. Abortif, penderita tidak merasakan suatu gejala apapun.2. Dengue klasik, penderita mengalami demam tinggi selama 4-7 hari, nyeri-nyeri pada

tulang, diikuti dengan munculnya bintik-bintik atau bercak-bercak perdarahan di bawah kulit.

3. Dengue Haemorrhagic Fever (Demam berdarah dengue/DBD) gejalanya sama dengan dengue klasik ditambah dengan perdarahan dari hidung (epistaksis/mimisan), mulut, dubur dan sebagainya.

4. Dengue Syok Sindrom, gejalanya sama dengan DBD ditambah dengan syok / presyok. Bentuk ini sering berujung pada kematian.

Manifestasi klinis DBD sangat bervariasi, WHO tahun 1999 membagi menjadi 4 derajat, yaitu

1. Derajat I:Demam disertai gejala-gejala umum yang tidak khas dan manifestasi perdarahan spontan satu-satunya adalah uji tourniquet positif.

2. Derajat II:Gejala-gejala derajat I, disertai gejala-gejala perdarahan kulit spontan atau manifestasi perdarahan yang lebih berat.

3. Derajat III:Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menyempit (< 20 mmHg), hipotensi, sianosis disekitar mulut, kulit dingin dan lembab, gelisah.

4. Derajat IV :Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur.

Karena seringnya terjadi perdarahan dan syok maka pada penyakit ini angka kematiarmya cukup tinggi, oleh karena itu setiap Penderita yang diduga menderita Penyakit Demam Berdarah dalam tingkat yang manapun harus segera dibawa ke dokter atau Rumah Sakit, mengingat sewaktu-waktu dapat mengalami syok / kematian. Penyebab demam berdarah menunjukkan demam yang lebih tinggi, perdarahan, trombositopenia dan hemokonsentrasi. Sejumlah kasus kecil bisa menyebabkan sindrom shock dengue yang mempunyai tingkat kematian tinggi.

Page 7: Kedokteran

H. Diagnosis

Diagnosis Demam Berdarah Dengue ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis menurut WHO tahun 1999, terdiri dari kriteria klinis dan laboratoris. Penggunaan kriteria ini dimaksudkan untuk mengurangi diagnosis yang berlebihan (overdiagnosis).

1. Kriteria Klinis :Demam tinggi mendadak, tanpa sebab jelas, beriangsung terus menerus selama 1-7 hari. Terdapat manifestasi perdarahan yang ditandai dengan : 1) Uji tourniquet positif2) Petekia, ekimosis, purpura3) Perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi4) Hematemesis dan atau melena5) Hematuria6) Pembesaran hati (hepatomegali). 7) Manifestasi syok/renjatan

2. Kriteria Laboratoris :1) Trombositopeni (trombosit < 100.000/ml) 2) Hemokonsentrasi (kenaikan Ht > 20%)

I. Pengobatan

Bagian terpenting dari pengobatannya adalah terapi suportif. Pasien disarankan untuk menjaga penyerapan makanan, terutama dalam bentuk cairan. Jika hal itu tidak dapat dilakukan, penambahan dengan cairan intravena mungkin diperlukan untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi yang berlebihan. Transfusi platelet dilakukan jika jumlah platelet menurun drastis, (Depkes, 2008).

Pengobatan terhadap penyakit ini terutama ditujukan untuk mengatasi perdarahan, mencegah/mengatasi keadaan syok / presyok, yaitu dengan mengusahakan agar penderita banyak minum, bila perlu dilakukan pemberian cairan melalui infus. Demam diusahakan diturunkan dengan kompres dingin, atau pemberian antipiretika, (Depkes,2008).

Pengobatan alternatif yang umum dikenal adalah dengan meminum jus jambu biji bangkok, namun khasiatnya belum pernah dibuktikan secara medik, akan tetapi jambu biji kenyataannya dapat mengembalikan cairan intravena. Meskipun demikian kombinasi antara manajemen yang dilakukan secara medik dan alternatif harus tetap dipertimbangkan. belum ada hasil penelitian yang membenarkan bahwa buah jambu biji sebagai obat penyembuh demam berdarah. Virus demam berdarah yang ditularkan nyamuk 'Aedes Aegypti' menyerang sel darah merah dalam tubuh, sehingga penyembuhannya hanya menambah sel darah merah yang berkurang di samping perawatan lainnya. Jus bambu biji memiliki kandungan vitamin C dan vitamin A yang tinggi. Vitamin C berfungsi dalam meningkatkan kecerdasan sel, sedangkan vitamin A berfungsi menjaga regenerasi sel agar selalu tepat waktu.

Page 8: Kedokteran

Kehadiran dua vitamin ekstra dalam ekstrak jambu biji tadi amat penting. Merujuk pada contoh kasus uji coba, pasien DBD yang menerima kapsul ekstrak jambu biji berdosis 3X2 setiap hari selama lima hari, mendapat pasokan trombosit baru lebih besar dari 100 ribu per ml pada hari terakhir. Itu lantaran asam amino dalam jambu biji mampu membentuk trombopoitin dari serin dan threonin, yang berfungsi dalam proses maturasi megakariosit menjadi trombosit.

J. Pencegahan

Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya. Pengendalian nyamuk tersebut menurut Litbang Depkes tahun 2004 dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu :

1. LingkunganMetode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara Iain dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah. Sebagai contoh: Menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu. Mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali. Menutup dengan rapat tempat penampungan air. Mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar rumah, dan lain sebagainya.

2. BiologisPengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang), dan bakteri (Bt.H-14).

3. KimiawiCara pengendalian ini antara lain dengan: Pengasapan/fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion), berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu. Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air, seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan Iain-lain.

Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan 3M Plus, yaitu menutup, menguras, menimbun. Selain itu juga melakukan beberapa plus seperti memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan repellent, memasang obat nyamuk, memeriksa jentik berkala, dll sesuai dengan kondisi setempat, (Litbang Depkes, 2004).

Page 9: Kedokteran

K. Kebijakan Pemerintah

Menurut Litbang Depkes tahun 2004, dalam rangka mengatasi dampak yang ditimbulkan oleh penyakit demam berdarah, pemerintah Indonesia telah mengambil beberapa kebijakan, di antaranya adalah:

1. Memerintahkan semua rumah sakit baik swasta maupun negeri untuk tidak menolak pasien yang menderita DBD.

2. Meminta direktur/direktur utama rumah sakit untuk memberikan pertolongan secepatnya kepada penderita DBD sesuai dengan prosedur tetap yang berlaku serta membebaskan seluruh biaya pengobatan dan perawatan penderita yang tidak mampu sesuai program PKPS-BBM/ program kartu sehat . (SK Menkes No. 143/Menkes/II/2004 tanggal 20 Februari 2004).

3. Melakukan fogging secara massal di daerah yang banyak terkena DBD.

4. Membagikan bubuk Abate secara gratis pada daerah-daerah yang banyak terkena DBD. Melakukan penggerakan masyarakat untuk melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk melalui 3M dan merekrut juru pemantau jentik (jumantik).

5. Penyebaran pamflet lewat udara tentang pentingnya melakukan gerakan 3 M (Menguras, Menutup, Mengubur).

6. Menurunkan tim bantuan teknis untuk membantu RS di daerah , yang terdiri dari unsur-unsur : Ikatan Dokter Anak Indonesia- Persatuan Dokter Ahli Penyakit Dalam Indonesia-Asosiasi Rumah Sakit Daerah.

7. Membantu propinsi yang mengalami KLB dengan dana masing-masing Rp. 500 juta, di luar bantuan gratis ke rumah sakit.

8. Mengundang konsultan WHO untuk memberikan pandangan, saran dan bantuan teknis.

9. Menyediakan call center. DKI Jakarta, Pusadaldukes (021) 34835188 (24 jam)-DEPKES, Sub Direktorat Surveilans (021) 4265974, (021) 42802669-DEPKES, Pusat Penanggulangan Masalah Kesehatan (PPMK) (021) 5265043

10. Melakukan Kajian Sero-Epidemiologis untuk mengetahui penyebaran virus dengue.

optimal, bilamana keempat faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal pula. Salah satu faktor berada dalam keadaan yang terganggu (tidak optimal), maka status kesehatan akan bergeser kearah dibawah optimal (Notoatmodjo, 2003)

1. Faktor Genetik

Dalam penelitian ini faktor genetik tidak diteliti karena pengaruhnya terhadap penyakit DBD adalah sangat kecil.

Page 10: Kedokteran

2. Faktor Pelayanan Kesehatan

Adalah tindakan atau solusi pemecahan masalah kesehatan dalam bentuk promotif, preventif, dan kuratif.

3. Faktor Perilaku

Perilaku pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, si stem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan.

4. Faktor Lingkungan

Adalah kondisi lingkungan yang berada disekitar manusia, mencakup hal-hal yang berhubungan dengan lingkungan rumah tinggal.

N. Kerangka Konsep Penelitian

Faktor resiko yang dapat mempengaruhi status ksehatan masyarakat menurut H.L. Blum

Page 11: Kedokteran

Keterangan gambar:

1. Besarnya pengaruh masing-masing faktor terhadap derajat kesehatan, digambarkan sebagai besarnya panah.

2. Dari keempat faktor tersebut, paling kecil pengaruhnya adalah faktor genetik, selanjutnya berurutan faktor pelayanan kesehatan, faktor perilaku, dan faktor lingkungan pengaruhnya semakin besar.

Dari bagan gambar paradigma H.L. Blum untuk menunjukan hubungan antara masing-masing faktor dengan derajat kesehatan masyarakat adalah seperti pada gambar dibawah ini untuk selanjutnya gambar tersebut oleh peneliti dipakai sebagai kerangka konsep penelitian. Dari kerangka konsep penelitian yang merupakan modifikasi dari paradigma H.L. Blum, maka ketiga faktor (faktor pelayanan kesehatan, faktor perilaku, faktor lingkungan menrupakan kelompok variabel independen. Sedangkan variabel penyakit DBD merupakan variabel dependen.

Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan

Lingkungan

Sikap

Sehat / Sakit Demam Berdarah Dengue

Page 12: Kedokteran

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara non eksperimental dengan menggunakan metode analitik cross sectional. Data diambil dengan cara wawancara terstruktur dengan kuesioner tentang pelayanan kesehatan (promotif dan preventif), pengetahuan, sikap, serta lingkungan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pondok pesantren Ash-Sholihah, Jonggrangan, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman. Pengisian dan pengumpulan data dilakukan pada tanggal 23 November 2012.

C. Subyek Penelitian

1. Batasan populasi : Santri pondok pesantren Ash Sholihah Jonggrangan.

2. Kriteria inklusi :

a. Santriwan/santriwati pondok pesantren Ash Sholihah,Jonggrangan, Mlati, Sleman

b. Santriwan/santriwati kelas 4 MI sampai kelas 3MTs

c. Santri bersedia menjadi responden penelitian

3. Kriteria eksklusi :

a. Santriwan/santriwati dibawah kelas 4 MI

b. Santriwan/santriwati diatas kelas 3 MTs

c. Santriwan/santriwati yang tidak/belum bersekolah

4. Persetujuan : informed consent

5. Besar sampel :

N =

P1 =

OR = Prakiraan OR pada populasi studi.

Penduduk yang tinggal di daerah endemik beresiko terjangkit DBD 6,378 kali lebih bhesar dibandingkan penduduk yang tinggal di daerah

Page 13: Kedokteran

non endemik, maka ditetapkan OR = 6,4 (Suyasa dkk, 2009). Disesuakan dengan jumlah populasi santri : populasi sampel Suyasa dkk,2009. Didapatkan angka 0,072

P2 = Prevalensi penderita Demam Berdarah Dengue di Indonesia sebesar

0,6%, maka ditetapkan P2 = 0,6 (Suyasa,2009).

P1 = Proporsi rerata penduduk daerah endemik/non endemik yang terjangkit

Dengan menggunakan rumus didapatkan P1 = 0,90Dengan α = 5% ( tingkat kemaknaan 95%) ; Z1-α/2 = 1,96

β = 20% (kekuatan uji atau presisi 80%); Z1-β = 0,84Maka didapatkan nilai N = 21,7, dibulatkan = 22Antisipasi terhadap kesalahan dan kegagalan dalam proses penelitian, jumlah sampel ditambah dengan 10% dari sampel minimal yaitu 2,2 atau dibulatkan naik menjadi 3, sehingga jumlah sampel minimal yang dibutuhkan adalah 25 orang.

D. Identifikasi Variabel

1. Variabel Tergantung/DependenVariabel tergantung yaitu Penyakit Demam Berdarah Dengue

2. Variabel Bebas/ IndependenVariabel bebas yaitu pelayanan kesehatan (promotif dan preventif), pengetahuan, sikap, serta lingkungan.

E. Pengumpulan data

1. Dalam pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara mendalam kepada santri secara acak dalam lingkup pondok pesantren Ash Sholihah, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman..

2. Data sekunder diperoleh dari profil Puskesmas Mlati II, Sleman.

F. Pengolahan dan analisa data

Data-data penelitian diolah secara manual dan ditampilkan dalam bentuk tabel.

Page 14: Kedokteran

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Masalah PuskesmasProfil kesehatan Puskesmas Mlati II tahun 2011, menunjukan beberapa masalah

yang harus dilakukan perbaikan.

B. Memilih Prioritas MasalahUntuk memilih prioritas masalah dari daftar masalah di Puskesmas Mlati II tersebut, dilakukan analisa dengan teknik kriteria matriks. Penetapan Prioritas Masalah dengan Teknik Kriteria Matriks melibatkan komponen-komponen sebagai berikut:1. Importancy (pentingnya masalah), yaitu :

P = prevalence (besarnya masalah) S= severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah) R = rate of increase (kenaikan besarnya masalah)DU = degree of unmeet need (derajat keinginan masyarakat yang tidak terpenuhi) SB = social benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah) PB = public concern (rasa prihatin masyarakat terhadap masalah) PC = politic climate (suasana politik)

2. Technological Feasibility (kelayakan teknologi)3. Resources Avaibility (sumber daya yang tersedia)

Setelah dilakukan analisa dengan teknik kriteria matriks, didapatkan prioritas masalah seperti

Tabel 1. Teknik kriteria Matriks pemilihan Prioritas MasalahDaftar masalah I T R KT

XRNo P S RI DU SB PB PC

1 Kejadian Penyakit DBD di Ponpes Ash Sholihah

3 5 5 5 5 5 5 5 5 825

2 Tingginya kejadian ISPA 5 2 2 2 2 1 3 4 5 340

3 Tingginya angka HT Primer 4 2 2 2 3 2 2 3 5 255

4 Anemia pada Ibu Hamil 1 5 1 5 4 5 4 3 3 225

5 Pedikulosis di Ponpes Ash Sholihah

3 1 3 3 2 1 2 4 5 300

Dari tabel 1 tersebut didapatkan bahwa prioritas masalah jatuh pada kejadian penyakit DBD.

Page 15: Kedokteran

Banyak faktor yang bisa menimbulkan kejadian demam berdarah dengue. Faktor faktor tersebut antara lain faktor promotif prefentif, faktor perilaku, dan faktor lingkungan. Untuk mengetahui masalah dari setiap faktor tersebut, dilakukan pengambilan data primer melalui kuisioner.

C. Hasil dan Pembahasan KuisionerSetelah dilakukan pengambilan data melalui wawancara berdasarkan kuesioner

yang telah dibuat untuk mengetahui pelayanan kesehatan (promotif, kuratif, dan kuratif), perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan) serta lingkungan di Pondok Pesantren Ash-Shollehah, Jonggrangan, Kecamatan Mlati, Sleman, Yogyakarta terhadap penyakit demam berdarah Dengue didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 2. Pertanyaan Promotif – Preventif mengenai Penyakit Demam Berdarah DengueNo Pertanyaan Jawaban Jumlah %

1 Pernahkah anda mendengar tentang penyakit demam berdarah?

1. Pernah 25 1002. Tidak pernah 0 0

2 Pernahkah anda mendapat penyuluhan tentang penyakit demam berdarah (DBD)?

1. Pernah 8 32%2. Tidak pernah 17 68%

3 Jika pernah, kapan? 1. 1 bulan lalu 0 0%

2. 6 bulan lalu 2 25%3. >6 bulan lalu 6 75%

4 Jika pernah, oleh siapa? 1. Pegawai Puskesmas 0 0%2. Kader kesehatan 6 75%3. Lainnya......... 2 25%

5 Apakah anda pernah melihat brosur/leaflet tentang DBD?

1. Pernah 10 40%2. Tidak pernah 15 60%

6Pernahkah anda disarankan untuk melakukan 3M ?

1. Pernah 11 44%2. Tidak pemah 14 66%

7 Apakah anda melaksanakannya ? 1. Ya 11 100%2. Tidak 0 0%

8 Apakah ada yang menganjurkan kepada anda untuk memeriksakan diri bila anda demam/panas yang tak kunjung membaik.

1. Ada 20 80%

2. Tidak ada 5 20%

9 Apakah anda sering menggantung baju?

1. Tidak pernah 1 4%2. Jarang 3 12%

3. Sering 21 84%

10 Apakah anda selalu menggunakan obat nyamuk (semprot, bakar, oles) setiap hari ?

1. Ya 12 48%

2. Tidak 13 52%

Page 16: Kedokteran

Dari tabel diatas nampak bahwa semua responden tahu bahwa demam berdarah adalah suatu penyakit, namun belum banyak yang mendapatkan promosi tentang penyakit tersebut. Selain itu usaha preventif yang ada nampak belum banyak terlaksana secara maksimal.

Tabel 3. Pertanyaan Seputar Pengetahuan mengenai Penyakit Demam Berdarah Dengue

No Pertanyaan Jawaban Jumlah %1 Demam berdarah adalah suatu

penyakit yang disebabkan oleh...1. Virus 2 8%2. Bakteri 22 88%3. Cacing 1 4%

2 Penyebaran demam berdarah dengan perantara...

1. Nyamuk 25 100%2. Lalat 0 0%3. Makanan 0 0%

3 Species perantara demam berdarah adalah...

1. Aedes 25 100%2.Anopheles 0 0%3.Culex 0 0%

4 Tempat berkembang biak nyamuk Aedes aegypti didalam...

l.Air bersih jernih & menggenang 0 0%2. Air kotor, mengalir 25 100%3. Makanan 0 0%

5 Gejala utama yang terdapat pada demam berdarah adalah...

1. Demam tinggi mendadak 2-7 hari tanpa sebab jelas

23 92%

2. Diare 0 0%3 Batuk 2 8%

6 Pencegahan demam berdarah dengan cara 3M yaitu...

1 .Menguras,mengubur,menutup 25 100%2. Mencuci, memasak. mandi 0 0%3. Menguras, menutup, Mandi 0 0%

7 Menguras tempat penyimpanan air dilakukan minimal...

1. 2x seminggu 6 24%2. lx seminggu 19 76%3. 2 minggu sekali 0 0%

8 Dalam memberantas jentik nyamuk dapat diberikan bubuk...

1. Abate 11 44%

2. Kaporit 14 56%3. Garam 0 0%

9 Cara pencegahan demam berdarah yang paling efektif adalah.....

1.3M 20 80%2. Fogging 0 0%3. Abatisasi 0 0%4. Tidak menggantung baju 0 0%5. Membersihkan selokan 5 0%

10 Yang paling menentukan dalam pemberantasan DBD

1. Masyarakat (2) 4 16%2. Petugas Kesehatan (1) 13 52%3. Pemerintah (1) 8 32%

Dari tabel 3 nampak bahwa seluruh responden menjawab dengan tepat bahwa demam berdarah di perantarai oleh nyamuk aedes aegipty, namun seluruh responden

Page 17: Kedokteran

juga salah dalam memberikan jawaban bahwa demam berdarah disebabkan oleh bakteri dan nyamuk aedes aegipty berkembang biak di air kotor yang mengalir. Pengetahuan tentang 3M juga dipahami, namun setngah responden lebih tidak tahu bahwa abate berfungsi untuk pemberantasan jentik di dalam air, selain itu hampir semua responden menganggap kesuksesan program pemberantasan DBD berada di tangan pemerintah dan petugas kesehatan.

Tabel 4. Pertanyaan Seputar Sikap Mengenai Penyakit Demam Berdarah Dengue

No PernyataanSTS TS S SS

Jml % Jml % Jml % Jml %

1. Penanganan demam berdarah tidak perlu dilakukan sedini mungkin

0 0 0 0 6 24 19 56

2. Bila kita kebetulan melihat teman, tetangga, saudara bahkan diri kita sendiri merasakan adanya gejala-gejala demam berdarah, sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter atau ke rumah sakit.

0 0 0 0 8 32 17 68

3. Bila sudah dilakukan fogging tidak perlu dilakukan pemberantasan sarang nyamuk

5 20 20 80 0 0 0 0

4. Bak mandi dan tempat penampungan air sebaiknya diupayakan tetap dalam keadaan bersih dan bebas jentik

0 0 0 0 4 16 21 84

5. Pengurasan tempat penyimpanan air seperti bak mandi/WC kalau kita sempat.

3 12 11 44 9 36 2 8

6. Tempat penyimpanan air sebaiknya ditutup rapat-rapat

0 0 4 9 12

7. Menutup lubang-lubang pagar pada pagar bambu dan potongan bambu dengan tanah/semen perlu kita lakukan

0 0 0 0 24 96 1 4

8. Tindakan dalam melipat pakaian/kain yang bergantungan dalam kamar agar nyamuk tidak hinggap disitu

0 0 0 0 6 24 19 76

9. Genangan air yang sulit untuk dikuras sebaiknya ditaburi bubuk Abate kedalam genangan air tersebut

0 0 0 0 15 60 10 40

10. Penggunaan kawat kasa pada ventilasi rumah serta menggunakan kelambu di waktu tidur siang sebaiknya kita lakukan

0 0 3 12 13 52 9 36

Tabel 4 menunjukan sikap dari responden mayoritas sudah menunjukan sikap yang mendukung pemberantasan DBD walaupun kurang konsisten dengan hasil

Page 18: Kedokteran

kuesioner sebelumnya. Soal nomor 5 mungkin diterima sebagai multi-interpretatif sehingga jawaban yang didapat tidak mengerucut pada satu arah jawaban, namun merata dan berkumpul di tengah.

Tabel 5. Pertanyaan Seputar Lingkungan Mengenai Penyakit Demam Berdarah Dengue

No Pertanyaan Jawaban Jumlah Presentasi

1. Berapa banyak tempat penampungan air yang ada didalam pondok pesantren

a. l-2buah 7 28

b. 3-4buah 15 60

c. >4buah 3 12

2. Berapa banyak tempat penampungan air tersebut yang terdapat jentik?

a. Tidak tahu 17 68

b.Tidak ada 4 16

c. Ada 1-4 4 16d. Ada >4 0 0

3. Berapa banyak tempat penampungan air yang ada diluar pondok? (termasuk pot)

a. Tidak punya 4 16

b l-3buah 11 44c.>3buah 10 40

4. Adakah tempat penampungan tersebut yang terdapat jentik?

a. Tidak Tahu 15 60

b. Tidak Ada 4 16

c. Ada 6 245. Berapa banyak orang yang tinggal

sekamar dengan anda yang menderita DBD dan dirawat di rumah sakit tahun 2012 ini?

a. Tidak ada 24 96

b. Satu orang 1 4

c. > 1 orang 0 0

6 Adakah orang yang tinggal sekamar dengan anda yang menderita panas dan belum memeriksakan diri ke rumah sakit/puskesmas saat ini?

a. Tidak ada 19 76b. Satu orang 5 20

3. > 1 orang (1) 1 4

Tabel diatas menunjukan bahwa jawaban yang didapatkan sangat beragam, hal ini mungkin terjadi akibat responden kurang mengenali atau memperhatikan hal hal di sekitar lingkungan mereka.

D. Pemeilihan Prioritas PerbaikanSetelah dilakukan survey lapangan, dilakukan analisa dengan teknik matriks untuk

mendapatkan faktor yang paling prioritas untuk dilakukan perbaikan. Hasil analisanya sebagai berikut :

Tabel 6. Pemilihan Prioritas Perbaikan dengan Teknik Kriteria Matriks

Page 19: Kedokteran

No Daftar masalahI

T R KTXR

P S RI DU SB PB PC

1 Faktor Pelayanan Kesehatan 4 3 3 3 4 2 3 4 5 440

2 Faktor Perilaku 5 5 5 3 4 5 5 4 5 640

3 Faktor Lingkungan 5 5 2 3 5 3 2 4 5 500

4 Faktor Genetik 1 1 1 1 1 1 1 1 1 7

Pada tabel 6 didapatkan bahwa faktor perilaku merupakan prioritas untuk dilakukan perbaikan.

E. Menyusun Jalan KeluarDari kuesioner didapatkan bahwa masalah yang ada di masyarakat menyangkut faktor perilaku disebabkan oleh beberapa hal tercantum pada tabel 7. Usulan alternatif jalan keluar untuk beberapa masalah antara lain :

Tabel 7. Usulan Alternatif jalan Keluar

Masalah Penyebab Alternatif

Faktor Perilaku

Kurangnya pengetahuan tentang tempat berkembang biaknya nyamuk

Promosi Kesehatan dengan leaflet atau poster

Kurang baiknya sikap dalam konsistensi menjalankan pemberantasan DBD

Penyuluhan dan penggalakan program 3M

Kurang baik tindakan masyarakat dalam keaktifan pemberantasan DBD

Mendidik kader di pondok pesantren

F. Memilih Prioritas Jalan KeluarUntuk menetapkan prioritas jalan keluar digunakan teknik matriks yang menyangkut

hal berikut :1. Efektif jalan keluar

M = magnitude (Besar masalah yang dapat diselesaikan)I = importancy (Pentingnya jalan keluar)V = venerability (Sensitivitas jalan keluar)

2. Efisiensi jalan keluar

Page 20: Kedokteran

Nilai efisiensi dikaitkan dengan biaya/cost yang diperlukan untuk melaksanakan jalan keluar, makin besar biaya makin tidak efisien.

Dengan kriteria matriks tersebut didapatkan hasil sebagai berikut :Tabel 8 .Teknik Kriteria Matriks Pemilihan Prioritas Jalan Keluar

No Daftar Alternatif Jalan KeluarEfektifitas Efisiensi

CMxIxV

CM I V

1 Promosi Kesehatan dengan Leaflet dan Poster

5 4 3 5 12

2 Penyuluhan dan penggalakan program 3M

3 3 3 4 6,75

3 Melatih kader di pondok pesantren 4 3 4 5 9,6

Pada pemilihan alternatif jalan keluar menggunakan teknik kriteria matriks didapatkan alternatif terbaik yaitu promosi kesehatan dengan leaflet atau poster. Leaflet atau poster dapat disebarkan atau ditempelkan di pondok pesantren yang diharapkan untuk meningkatkan pengetahuan tentang DBD dan pencegahan, serta penanganannya sehingga diharapkan setelah pengetahuan santri meningkat diikuti dengan perubahan sikap dan tindakan santri dalam pencegahan dan pemberantasan media vektor DBD, serta diharapkan mampu meningkatkan awareness dan activeness para santri terhadap kejadian yang dimungkinkan sebagai tanda awal demam berdarah sehingga dapat diberantas secara dini.

Page 21: Kedokteran

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Beberapa masalah yang didapatkan di Puskesmas Mlati II antara lain Tingginya

kejaian ISPA dan hipertensi, ibu hamil dengan anemia, pedikulosis dan demam berdarah di pondok pesantren Ash Sholihah. Setalah dianalisa dengan kriteria matriks didapatkan prioritas masalah berupa munculnya kejadian DBD di pondok pesantren Ash Sholihah Jonggrangan, Mlati, Sleman.

Survey lapangan menunjukan bahwa pada survey preventif-promotif, pengetahuan, sikap, dan lingkungan terdapat beberapa hal yang masih perlu perbaikan. Setelah dilakukan analisis matriks didapatkan bahwa faktor perilaku yang berkaitan dengan pengetahuan yang diprioritaskan.

Alternatif jalan keluar didapatkan dengan analisis matriks dengan melakukan pembagian leaflet dan poster diharapkan untuk meningkatkan pengetahuan tentang DBD dan pencegahan, serta penanganannya sehingga diharapkan setelah pengetahuan santri meningkat diikuti dengan perubahan sikap dan tindakan santri dalam pencegahan dan pemberantasan media vektor DBD, serta diharapkan mampu meningkatkan awareness dan activeness para santri terhadap kejadian yang dimungkinkan sebagai tanda awal demam berdarah sehingga dapat diberantas secara dini.

B. Saran1. Bagi Mahasiswa

Agar menambahkan analisis untuk setiap kuesioner dengan skoring, sehingga dapat digolongkan bobot rerata jawaban responden dengan lebih obyektif sehingga poin poin permasalahan dapat lebih mengerucut untuk diberikan solusi.

Pemberian leaflet dan poster dapat ditunjang dengan penyuluhan dan penambahan kader, dimana hal ini tidak diprioritaskan dalam penelitian ini karena masalah cost dan waktu pelaksanaan program.

2. Bagi Puskesmas Memberikan penyuluhan dan pendampingan terhadap pondok pesantren di

seluruh wilayah kerja, sehingga masalah kesehatan di masyarakat santri pondok pesantren dapat termonitor dan diawasi untuk kemudian cepat diberikan intervensi apabila ada masalah.

Pelatihan kader di pondok pesantren untuk lebih menggiatkan promosi dan prevensi malasah kesehatan, serta meningkatkan kewaspadaan terhadap bebagai masalah kesehatan yang mnungkin muncul.

Page 22: Kedokteran
Page 23: Kedokteran

DAFTAR PUSTAKA

Adbrite. 2007. Penyakit Berbasis Lingkungan Penyebab Utama Kematian. Medika Desanta Press, Jakarta

Depkes RI. 2008. Petunjuk Teknis Penemuan, Pertolongan, dan Pelaporan Penderita Penyakit DBD. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan RI. Jakarta

Dirjen PPM dan PLP. 2004. Kajian Masalah Kesehatan : Demam Berdarah Dengue. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan RI. Jakarta

Dinkes Daerah Istimewa Yogyakarta. 2007. Profil Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta. 2007. Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Ditjen P2M&PLP. 2001. Petunjuk Teknis Pemberantasan Nyamuk Penular Penyakit Demam Berdarah Dengue. Departemen Kesehatan RI. Jakarta

Hartanto, D. 2009. Waspada Demam Berdarah. http://www.dinkesyogya.go.id/index.php? option=com_content&task=view&id=12&Itemid=3 (diakses November 2012)

I N Gede Suyasa, N Adi Putra, dan I W Redi Aryanta,. 2009. Hubungan Faktor Lingkungan dan Perilaku Masyarakat dengan Keberadaan Vektor Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas I Denpasar Selatan. http://www.akademik. unsri. ac.id/download/ journal/files/udejournal/suyasa_pdf.pdf (diakses November 2012)

Sari, Cut,I,N,. 2011. Pengaruh LingkunganTerhadap Perkembangan Penyakit Malaria dan Demam Berdarah Dengue. http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/09145/cut_ irsanya_ ns.pdf (daikses November 2012)

Siregar, A. 2010. Epidemiologi dan Pemberantasan DBD di Indonesia. http://www.USUlibrary.ac.id (Diakses November 2012)

Widjana, D.P. 2003. Vektor Demam Berdarah Dengue. Denpasar : Bagian Parasitologi FK Universitas Udayana

World Health Organization (1999). Dengue Fever in Develop Country. Department of Tropic Infection, WHO. http://www.who.org/moreinfo=index918350.php/. (Diakses November 2012).