81
KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PASAL 867 KUH PERDATA) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Dalam Ilmu Syari’ah oleh: Nur Rokhmad 052111129 JURUSAN AL-AHWAL AL-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI'AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2010

KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN

HARTA WARISAN

(ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PASAL 867 KUH

PERDATA)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)

Dalam Ilmu Syari’ah

oleh:

Nur Rokhmad052111129

JURUSAN AL-AHWAL AL-SYAKHSIYAH

FAKULTAS SYARI'AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2010

Page 2: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS
Page 3: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS
Page 4: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS
Page 5: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

PERSEMBAHAN

Puji syukur alhamdulillah dalam perjuangan mengarungi samudra Ilahi tanpa

batas, dengan keringat dan air mata kupersembahkan karya tulis skripsi ini

teruntuk orang-orang yang selalu hadir dan berharap atas ridlo-Nya.

Kupersembahkan bagi mereka yang tetap setia berada di ruang dan waktu

kehidupanku khususnya buat:

• Abi H. Sutamyiz bin Khoiruddin bin H. Abdul Hamid bin Sanahmad bin

Hawa yang selalu mendoakanku.

• Umi Hj. Latifah binti Abdul Qodir bin Santawi bin Hawa ridlamu adalah

semangat hidupku.

• Ukhti Hj. Siti Musyarofah (al-Hafidzah) binti H. Sutamyiz bin Khoiruddin

bin H. Abdul Hamid bin Sanahmad bin Hawa yang selalu mensuportku.

• Yuyun Nailufar binti Ahmad Khamdi bin H. Masrumi bin Kromoyat bin

Hawa (w de táitai).

• Keluarga Besar Oku Timur dan Banyuwangi yang selalu menjaga tali

silaturahim.

PENULIS

Page 6: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggung

jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini

tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh

orang lain atau diterbitkan. Demikian juga

skripsi ini tidak berisi satupun pemikiran

orang lain, kecuali informasi yang terdapat

dalam referensi yang dijadikan bahan

rujukan.

DEKLARATOR

Page 7: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

ABSTRAK

Anak adalah termasuk ahli waris dari orang tuanya kelak ketika mereka

meniggal, namun dalam kasus anak sumbang dalam Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata pasal 867 bahwa undang-undang tidak memberikan hak waris, hanya

memberikan kepada anak sumbang hak menuntut pemberian nafkah seperlunya

terhadap harta orang tuanya, dalam hukum Islam anak sumbang mendapatkan hak

waris dari garis ibunya, hal ini sesuai dengan KHI pasal 186 bahwa anak sumbang

mempunyai hubungan saling mewarisi dengan ibunya dan keluarga pihak ibunya.

Permasalahannya adalah perbedaan antara hukum Islam dan KUH Perdata

mengenai hak waris anak penodaan darah, karenanya bagaimana kedudukan anak

sumbang dalam KUH Perdata terhadap harta warisan? Bagaimana analisis hukum

Islam terhadap pasal 867 KUH Perdata?

Adapun metode penulisan skripsi ini terdiri dari: Pengumpulan data dengan

menggunakan jenis penelitian studi kepustakaan (Library Research). Penelitian ini

menggunakan metode deskriptif analisis dan menggunakan analisis kualitatif, selain

itu digunakan metode deduktif dan metode induktif.

Hasilnya anak sumbang menurut KUH Perdata bisa mendapatkan hak waris

dengan jalan wasiat atau testament. Kedudukan waris anak sumbang dalam hukum

Islam dan Pasal 867 KUH perdata terdapat adanya persamaan dan perbedaan.

Page 8: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Tiada kata yang pantas diucapkan selain ucapan syukur kehadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan rahmat, taufiq serta hidayah-Nya sehingga penyusun dapat

menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi dengan judul “Kedudukan Anak Sumbang Dalam Penerimaan

Harta Warisan (Analisis Hukum Islam Terhadap Pasal 867 KUH Perdata)”,

disusun sebagai kelengkapan guna memenuhi sebagian dari syarat-syarat untuk

memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Syari’ah di Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo

Semarang.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak dapat berhasil

dengan baik tanpa adanya bantuan dan uluran tangan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, pada kesempatan ini penyusun haturkan ucapan banyak terima kasih dan

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Drs. H. Muhyiddin, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syari’ah, beserta

seluruh jajaran di Fakultas Syari’ah.

2. Bapak Drs. Rokhmadi, M.Ag. selaku pembimbing I, yang selalu meluangkan

waktu dan pemikirannya untuk membantu penyelesaian skripsi ini.

Page 9: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

3. Ibu Nur Hidayati Setyani, M.H. selaku pembimbing II, dengan segenap

waktu dan kontribusi pemikirannya dalam skripsi ini.

4. Pimpinan Perpustakaan Institut beserta seluruh jajarannya yang telah

memberikan izin dan layanan kepustakaan yang diperlukan dalam

penyusunan skripsi ini.

5. Para Dosen pengajar di lingkungan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo

beserta staff yang telah membekali berbagai pengetahuan sehingga penulis

mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.

6. Bapak, ibu dan kakakku atas do’a dan pengorbanan yang tidak mungkin

terbalas.

7. Teman-teman, mahasiswa Fakultas Syari’ah khususnya ASB angkatan 2005

atas dukungan dan ukhuwah yang terjalin.

8. Segenap pihak yang tidak mungkin tersebutkan, atas bantuannya baik moril

maupun materiil secara langsung/ tidak dalam penyelesaian skripsi ini.

Akhirnya semoga Allah SWT memberikan imbalan yang berlipat ganda dan

meridhai semua amal baik yang telah diberikan.

Penyusun sadar bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan kekeliruan,

oleh karena itu sumbangan saran, dan kritik yang membangun sangat penyusun

nantikan dengan harapan semoga apa yang tertulis dalam skripsi ini dapat bermanfaat

khususnya bagi penulis sendiri dan para pembaca umumnya. Amin.

Semaran 24 Mei 2010 M Penyusun

Nur Rokhmad 052111129

Page 10: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................ i

NOTA PEMBIMBING ............................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iii

HALAMAN MOTTO .............................................................................. iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... v

HALAMAN DEKLARASI ...................................................................... vi

ABSTRAKSI ........................................................................................... vii

KATA PENGANTAR .............................................................................. viii

DAFTAR ISI ............................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................. 8

C. Tujuan Dan Kegunaan ...................................................... 8

D. Telaah Pustaka .................................................................. 9

E. Kerangka Teoritik ............................................................. 11

F. Metode Penelitian ............................................................. 14

G. Sistematika Penulisan ....................................................... 16

BAB II KETENTUAN KEWARISAN MENURUT HUKUM ISLAM

DAN KUH PERDATA

Kewarisan Menurut Hukum Islam ........................................... 18

A. Pengertian ......................................................................... 18

B. Dasar Hukum Kewarisan Islam ......................................... 19

C. Asas-Asas Kewarisan Islam .............................................. 23

D. Syarat Dan Rukun Waris ................................................... 25

E. Sebab-Sebab Mewarisi ...................................................... 28

F. Penghalang Kewarisan ...................................................... 30

G. Hak Waris Anak Sumbang Menururt Hukum Islam .......... 31

Page 11: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

Kewarisan Menurut KUH Perdata ........................................... 32

A. Pengertian ......................................................................... 32

B. Dasar Hukum Kewarisan Perdata (BW) ............................ 37

C. Asas-Asas Dalam Kewarisan Perdata ................................ 43

BAB III HAK WARIS ANAK SUMBANG

A. Kedudukan Anak Menurut KUH Perdata .......................... 46

B. Anak Sumbang Menurut KUH Perdata ............................. 49

C. Hak Waris Anak Sumbang Menurut Pasal 867 KUH

Perdata .............................................................................. 51

BAB V ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG KEDUDUKAN

ANAK SUMBANG TERHADAP HARTA WARISAN

MENURUT KUH PERDATA

A. Analisis Kedudukan Anak Sumbang Menurut Pasal 867 KUH

Perdata .............................................................................. 58

B. Analisis Hukum Islam Terhadap Pasal 867 KUH Perdata .. 63

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................... 67

B. Saran-Saran ...................................................................... 68

C. Penutup ............................................................................. 68

DAFTAR PUSTAKA

Page 12: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diantara syarat beralihnya harta seseorang yang telah meninggal

dunia kepada yang masih hidup ialah adanya hubungan silaturahim atau

kekerabatan antara keduanya. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat

al-Nisa’ ayat 7:

ÉA% y Ìh•=Ïj9Ò=ŠÅÁ tR$£J ÏiBx8 t• s?Èb#t$ Î!ºuq ø9$#tbq ç/ t• ø%F{ $#urÏä !$|¡ ÏiY=Ï9urÒ=ŠÅÁ tR$£J ÏiBx8 t• s?

Èb#t$ Î!ºuq ø9$#šcq ç/ t• ø%F{ $#ur$£J ÏB¨@s%çm ÷ZÏB÷rr&uŽèYx.4$Y7ŠÅÁ tR$ZÊrã• øÿBÇÐÈ

Artinya: ”Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian(pula) dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baiksedikit atau banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan” (al-Nisa’: 7)

Kekerabatan adalah hubungan nasab antara pewaris dengan ahli waris

yang disebabkan oleh faktor kelahiran.1 Proses kelahiran seseorang tentu

membutuhkan adanya hubungan kelamin antara laki-laki dan perempuan

yang diperkuat dengan media akad nikah2, sehingga melahirkan anak sah.

Mengenai anak luar kawin undang-undang mengadakan peraturan tersendiri,

contoh dalam KUH Perdata bagian ke-3 titel/ bab ke XIII buku II mulai pasal

862; Bila yang meninggal dunia meninggalkan anak-anak di luar kawin yang

telah diakui secara sah menurut undang-undang, maka harta peninggalannya

1Amir Syarifudin, Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam Dalam Lingkungan AdatMinagkabau, (Jakarta: Gunung Agung, 1984), Cet. I, hlm. 28.

2Abdul Ghofur Anshori, Hukum Kewarisan Islam Di Indonesia, (Yogyakarta: Ekonisia,2002), Cet. I, hlm. 26.

Page 13: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

dibagi dengan cara yang ditentukan dalam pasal-pasal berikut. Termasuk

dari anak sah adalah anak-anak yang disahkan (pasal 277 BW).3 Berkaitan

dengan kedudukannya terhadap harta warisan, dalam Surat al-Nisa’ ayat 11

disebutkan:

ÞO ä3ŠÏ¹q リ!$#þ’ ÎûöN à2ω» s9÷r r&(Ì•x.©%#Ï9ã@ ÷VÏBÅeá ymÈû÷üu‹sVRW{ $#4bÎ*sù£` ä.[ä!$ |¡ ÎSs- öq sùÈû÷ütGt øO $#

£` ßgn=sù$ sVè=èO$ tBx8 t•s?(bÎ) urôM tR% x.Zoy‰ Ïmº ur$ ygn=sùß# óÁ ÏiZ9$#4Ïm ÷ƒ uq t/ L{urÈe@ ä3Ï97‰ Ïnº ur$ yJåk÷]ÏiB

â ߉ •¡9$#$ £JÏBx8 t•s?bÎ)tb% x.¼çm s9Ó$s!ur4bÎ*sùóO ©9` ä3tƒ¼ã&©!Ó$s!urÿ¼çm rO Í‘ ur urçn#uq t/ r&Ïm ÏiBT|sùß]è=›W9$#4

bÎ*sùtb% x.ÿ¼ã&s!×ouq ÷z Î)Ïm ÏiBT|sùâ ߉ •¡9$#4.` ÏBω ÷èt/7p §‹Ï¹urÓÅ»q ãƒ!$ pkÍ5÷r r&AûøïyŠ3öNä.ät!$ t/#uä

öN ä.ät!$ oY ö/r&urŸwtbr â‘ ô‰ s?öN ßg•ƒ r&Ü>t•ø% r&ö/ä3s9$ YèøÿtR4Zp ŸÒƒÌ•sùšÆ ÏiB«!$#3¨bÎ)©!$#tb% x.$ ¸JŠÎ=tã

$ VJŠÅ3ym

Artinya: “Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk)anak-anakmu. Yaitu: bagian seorang anak lelaki sama denganbagian dua orang anak perempuan dan jika anak itu semuanyaperempuan lebih dari dua, Maka bagi mereka dua pertiga dari hartayang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, Maka iamemperoleh separo harta. dan untuk dua orang ibu-bapa, bagimasing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jikayang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggaltidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja),Maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itumempunyai beberapa saudara, Maka ibunya mendapat seperenam.(Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiatyang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang)orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa diantara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. iniadalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahuilagi Maha Bijaksana”(al-Nisa’: 11).

3 J. Satrio, Hukum Waris, (Bandung: Paramita, 1988), hlm. 23.

Page 14: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

Hubungan kekerabatan itu terjadi karena adanya hubungan darah

(kelahiran). Kelahiran seorang anak dari rahim dapat disebabkan oleh

beberapa kemungkinan:

1. Disebabkan oleh hubungan kelamin antara si ibu dengan si ayah yang

terikat dalam akad nikah yang sah. Anak yang lahir itu mempunyai

hubungan kekerabatan dengan laki-laki yang menyebabkan kehamilan

itu.

2. Disebabkan oleh hubungan kelamin antara seorang laki-laki dengan

seorang perempuan yang tidak terikat dengan akad nikah yang sah.

Sipelaku dinyatakan berdosa dan dikenai sanksi had. Hubungan kelamin

seperti ini disebut zina bila pelakunya berbuat secara sengaja dan

melawan hukum4.

3. Disebabkan oleh hubungan kelamin antara seorang laki-laki dengan

seorang perempuan atas suatu kesalahan. Hubungan dalam bentuk ini

disebut hubungan kelamin secara subhat. Subhat itu ada dua macam

yaitu5:

a) Subhat akad adalah manakala seorang laki-laki melaksanakan akad

dengan seorang wanita, seperti halnya dengan akad nikah sah

lainnya, tetapi kemudian akad nikah tersebut fasid, karena suatu

alasan. Contoh: Akad nikah antara laki-laki dan perempuan yang

masih muhrim.

4 Amir Syarifuddin, op. cit. hlm. 325 Muhammad Jawad Mughniyah, al-Ahwal al-Syahsiah, (Beirut: Dar al-Ilmi Lilmalayin,

1964), Cet. I, hlm. 79

Page 15: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

b) Subhat perbuatan adalah manakala seorang laki-laki mencampuri

seorang wanita tanpa adanya akad antara mereka berdua, baik sah

maupun fasid, semata-mata karena tidak sadar ketika melakukannya,

atau dia meyakini bahwa wanita tersebut adalah halal untuk

dicampuri, ternyata wanita tersebut haram dicampuri. Termasuk

dalam kategori ini adalah hubungan seksual yang dilakukan orang

gila, orang mabuk dan orang mengigau, serta orang yang yakin

bahwa wanita yang dia campuri adalah isterinya, tetapi ternyata

wanita itu bukan isterinya yang halal baginya.

Dari penjelasan di atas pengertian tentang anak subhat akad maknanya

hampir sama dengan anak sumbang atau incest. Anak sumbang adalah anak-

anak yang dilahirkan dari hubungan antara dua orang yang mempunyai

hubungan darah yang dekat, sehingga antara mereka dilarang undang-undang

untuk menikah.6 Sedangkan pengertian incest ada beberapa pengertian:

a. Incest = Penodaan darah.7

b. Incest (zina dengan saudara) ialah relasi-relasi seksual diantara orang-

orang berbeda jenis kelamin yang berkaitan darah dekat sekali, lewat

ikatan darah.8

c. Incest adalah hubungan seks antara pria dan wanita di dalam atau diluar

ikatan perkawinan, di mana mereka terkait hubungan kekerabatan/

6 J. Satio, op. cit. hlm. 1737 Kartini Kartono, Psikologi Abnormal Dan Abnormalitas Seksual, (Bandung: Mandar Maju,

1989), Cet. VI, hlm. 255.8 Ibid.

Page 16: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

keturunan yang dekat sekali. Sebenarnya secara hukum dan kesehatan

tidak diizinkan terjadinya hubungan seks tersebut.9

d. Incest adalah kekerasan seksual yang terjadi antar anggota keluarga.

Pelaku biasanya adalah anggota keluarga yang lebih dewasa dan

korbannya anak-anak.10 Kejadian incest yang paling banyak dilaporkan

adalah antara bapak dan anak perempuannya.11

Tentang hak pemberian harta terhadap anak subhat berkaitan dengan

kedudukannya terhadap harta warisan, di dalam hukum Islam, Muhammad

Jawad Mughniyah menyatakan bahwa orang yang dilahirkan dari hubungan

subhat itu merupakan anak sah sebagaimana halnya dengan anak yang lahir

melalui perkawinan yang sah, tanpa ada perbedaaan sedikit pun, baik subhat

tersebut merupakan subhat akad maupun perbuatan, maka anak itu

mempunyai hubungan kekerabatan dengan laki-laki tersebut.12 Dan di dalam

KHI pasal 76 disebutkan bahwa batalnya suatu perkawinan tidak akan

memutuskan hubungan hukum antara anak dengan orang tuanya. Salah satu

alasan batalnya perkawinan dalam pasal 70 KHI disebutkan adanya

perkawinan yang dilakukan antara dua orang yang mempunyai hubungan

darah.

9 Ibid. Moh. Rasyid, Pendidikan Seks Mengubah Seks Abnormal Menuju Yang LebihBermoral ,(Kudus: Syiar Media Publishing, 2007), Cet. I, hlm. 151. Marzuki Umar Sa’abah, PerilakuSeks Menyimpang Dan Seksualitas Kontemporer Umat Islam, (Yogyakarta” UII Press, 2001), Cet. I,hlm. 135.

10 Elli Nur Hayati, Panduan Untuk Pendamping Perempuan Korban Kekerasan (KonselingBerwawasan Gender), (Yogyakarta: Rifka Annisa, 2000), Cet. I, hlm. 39.

11 Irwan Abdullah dkk, Islam Dan Konstruksi Seksualitas, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2002), Cet. I, hlm. 155.

12 Muhammad Jawad Mughniyah, op. cit. hlm. 80.

Page 17: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

Sedangkan dalam KUH Perdata juga sama, hal ini sesuai dengan Pasal

95 bahwa “Suatu perkawinan, walaupun telah dinyatakan batal, mempunyai

segala akibat perdatanya, baik terhadap suami istri, maupun terhadap anak-

anak mereka, bila perkawinan itu dilangsungkan dengan itikad baik oleh

kedua suami istri itu.”. Alasan pembatalannya sesuai dengan Pasal 90 yang

menyebutkan “Semua perkawinan yang dilakukan dengan melanggar

ketentuan-ketentuan dalam pasal-pasal 30, 31, 32 dan 33, boleh dimintakan

pembatalan, baik oleh suami istri itu sendiri, maupun oleh orang tua mereka

atau keluarga sedarah mereka dalam garis ke atas, atau oleh siapa pun yang

mempunyai kepentingan dengan pembatalan itu, ataupun oleh Kejaksaan”,

Pasal 31 berbunyi “Juga dilarang perkawinan:

1. antara ipar laki-laki dan ipar permpuan, sah atau tidak sah, kecuali bila

suami atau istri yang menyebabkan terjadinya periparan itu telah

meninggal atau bila atas dasar ketidakhadiran si suami atau si istri telah

diberikan izin oleh Hakim kepada suami atau istri yang tinggal untuk

melakukan perkawinan lain;

2. antara paman dan atau paman orang tua dengan kemenakan perempuan

kemenakan, demikian pula antaa bibi orang tua dengan kemenakan laki-

laki kemenakan, yang sah atau tidak sah.

Jika ada alas an-alasan penting, Presiden dengan memberikan dispensasi,

berkuasa menghapuskan larangan yang tercantum dalam pasal ini.”

Namun yang menjadi permasalahan adalah anak sumbang (termasuk

anak luar kawin yang tidak dapat diakui). Dalam Kitab Undang-Undang

Page 18: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

Hukum Perdata pasal 867 berbunyi: “Ketentuan-ketentuan tersebut di atas ini

tidak berlaku bagi anak-anak yang lahir dari perzinaan atau penodaan

darah. Undang–undang hanya memberikan nafkah seperlunya kepada

mereka”. Pasal ini menjelaskan tentang hak waris terhadap anak luar kawin.

Yang tidak dapat diakui, untuk anak luar kawin yang dapat diakui diatur

dalam pasal 862 – 873, kecuali pasal 867, 868, 869. Undang-undang hanya

memberikan kepada anak sumbang hak menuntut pemberian nafkah

seperlunya terhadap harta yang besarnya tidak tertentu tergantung dari

besarnya kemampuan bapak atau ibunya dan keadaan para ahli waris yang

sah.

Keadaan ahli waris yang sah apakah mereka mampu atau miskin turut

menentukan besarnya hak alimentasi anak sumbang. Haknya bukan hak waris

tetapi dapat dibandingkan dengan hak kreditur.13

Dalam hukum Islam anak sumbang mendapatkan hak waris dari garis

ibunya, hal ini sesuai dengan KHI pasal 186 “Anak yang lahir di luar

perkawinan hanya mempunyai hubungan saling mewarisi dengan ibumya

dan keluarga pihak ibunya”.

Dari sini timbul perbedaan antara Hukum Islam dan KUH Perdata

mengenai hak waris anak penodaan darah. Dengan alasan-alasan tersebut

penulis mengangkat skripsi ini dengan judul “Kedudukan Anak Sumbang

Dalam Penerimaan Harta Warisan (Analisis Hukum Islam Terhadap Pasal

867 KUH Perdata).

13 J. Satrio, loc. Cit

Page 19: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat

penulis sampaikan beberapa pokok masalah dalam penelitian ini:

1. Bagaimana kedudukan anak sumbang dalam KUH Perdata terhadap harta

warisan?

2. Bagaimana analisis hukum Islam terhadap pasal 867 KUH Perdata?

C. Tujuan dan Kegunaan

Mengiringi latar belakang serta permasalahan sebelumnya diharapkan

tulisan ini mampu menjawab dan mengungkap persoalan melalui pembahasan

yang terarah dengan baik. Untuk mewujudkan semua itu, ada beberapa tujuan

dan nilai guna yang ingin dicapai.

Bertitik tolak dari perumusan masalah diatas, maka penulisan skripsi

ini memilki dua tujuan utama yaitu:

1. Untuk mengetahui kedudukan anak sumbang terhadap harta warisan

dalam KUH Perdata.

2. Untuk mengetahui analisis hukum Islam terhadap pasal 867 KUH

Perdata.

Kegunaannya antara lain:

1. Sebagai bahan informasi atau pengetahuan tentang pemberian harta

warisan terhadap anak sumbang baik dalam hukum Islam maupun KUH

Perdata.

Page 20: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

2. Sebagai bahan referensi bagi siapa saja yang ingin

mempelajari lebih dalam permasalahan yang berkaitan

dengan anak sumbang seperti tersebut di atas.

D. Telaah Pustaka

Berdasarkan data yang penulis temukan ada beberapa buku, skripsi

atau penelitian yang secara umum membahas tema yang sama dengan

penelitian ini, adapun beberapa buku, skripsi atau penelitian tersebut adalah:

1. Syarah al-Ahkam al-Syar’iyah fi Ahwali al-Syahksiyah karya Muhammad

Zaid al-Bayani, di dalam kitab ini diterangkan bahwa jika akad shahih itu

dilakukan, kemudian wanita tersebut melahirkan anak setelah lewat enam

bulan, maka tetap dinasabkan. Adapun jika akad itu fasid tidak bisa

dinasabkan pada laki-laki tersebut, kecuali waktu melahirkannya itu

genap enam bulan dari waktu dukhulnya.14

2. Hasyiyah al-Syarqawi, karya Abdullah ibn Hajazi bin Ibrahim asy-

Syafi’i, dalam hasiyyah ini diterangkan bahwa anak dari hubungan

subhat menyebabkan adanya penetapan nasab.15

3. Kitab al-Fiqh Ala Madzahib al-Arba’ah karya Abdurrahman al-Jaziri.

Dijelaskan bahwa hubungan dari subhat ini menimbulkan kewajiban

seseorang untuk memberikan mahar atau sepadannya.16

4. Skripsi Analisis Terhadap Pendapat Muhammad Muhyidin Dalam Kitab

14 Muhammad Zaid al-Bayan, Syarah al-Ahkam al-Syariyah fi Ahwali al-Syahksiyah, Juz. II,hlm. 14.

15 Abdullah ibn Hjazi, Hasyiyah al-Syarqawi, hlm. 329.16Abdurrahman al-Jaziri, Kitab al-Fiqh Ala Madzahib al-Arba’ah, Juz, IV, (MesirMaktabah

al-Ilmiyah), hlm. 121.

Page 21: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

al-Ahwal al-Syakhsiyah Tentang Penasaban Wali Nikah Bagi Anak Hasil

Hubungan Wathi’ Subhat karya Mushofihin (2104157, lulus tahun 2008).

Dalam skripsi tersebut penulis menyimpulkan bahwa Muhammad

Muhyidin berpendapat apabila seseorang itu melakukan hubungan wath’i

subhat (akad maupun perbuatan) maka anak yang dihasilkan dari hasil ini

tidak dapat dinisbatkan pada orang yang melakukan wath’i, kecuali bila

si laki-laki yang melakukan kesubhatan tersebut mengakui anak tersebut

sebagaimana anaknya, karena yang tahu akan kesubhatan tersebut adalah

dia sendiri. Sehingga kesubhatan tersebut terjadi pada kedua belah pihak,

maka anak yang dihasilkan dari pernikahan ini dinasabkan pada

keduanaya. Sedangkan bila terjadi pada salah satu pihak, maka anak

tersebut dikaitkan nasabnya hanya pada orang yang mengalami

kesubhatan, dan ditiadakan dari yang tidak mengalaminya.

5. Skripsi Studi Atas Pasal 20 Ayat (1) KHI Tentang Syarat-syarat Wali

Nikah karya Umrotun Mabruroh (2102064, lulus tahun 2009). Skripsi

tersebut hanya membahas tentang syarat-syarat wali nikah, dan skripsi ini

mengambil contoh tentang anak incest dan bagaimana perwaliannya.

Dalam kasus incest di sini penulis menggambarkan pelakunya antara

bapak dan anak perempuannya, bapak biologisnya tidak berhak menjadi

wali dalam pernikahan, karena telah melakukan perbuatan yang tidak

sepatutnya (menghamili putrinya sendiri).

6. Skripsi Tinjauan Hukum Islam Terhadap Hak Waris Anak Zina (Studi

Analisis pasal 869 KUH Perdata) karya Faiz Rokhman (042111084,

Page 22: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

lulus 2009). Skripsi tersebut menjelaskan bahwa menurut KUH Perdata

status anak zina yang tidak punya hak untuk memperoleh waris dan tidak

bisa menuntutnya, mereka hanya dapat nafkah sekedar untuk hidup.

Kedudukan waris anak zina dalam hukum Islam dan Pasal 869 KUH

perdata terdapat adanya persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah

sama-sama dilahirkan di luar perkawinan, yang tidak mempunyai nasab

ke bapaknya dan imbasnya tidak ada waris bagi anak yang berstatus anak

zina. Dan perbedaan dalam Hukum Islam dan Pasal 869 KUH Perdata

yaitu dalam Hukum Islam anak zina dinasabkan kepada ibunya, dan juga

akan mendapatkan waris dari pihak ibunya. Dalam Pasal 869 KUH

Perdata anak zina tidak dinasabkan kepada ibunya begitu pula terhadap

bapaknya dan imbasnya tidak ada waris dari ibunya begitu pula

bapaknya.

Menurut penulis dari beberapa literatur yang penulis baca penelitian

ini belum ada yang membahas, karena tidak menyinggung tentang hak

pemberian harta terhadap anak sumbang terhadap harta warisan dalam hukum

Islam serta apa yang tertulis dalam KUH Perdata.

E. Kerangka Teoritik

Untuk dapat memahami sistem hukum Islam mengenai anak sumbang

dan kedudukannya terhadap harta warisan kelak ketika orang tuanya telah

tiada, penulis menggunakan KHI pasal 186 tersebut. Hal ini berbeda dengan

KUH Perdata dalam pasal 867. Eman Suparman di dalam buku Hukum Waris

Page 23: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

Indonesia Dalam Perspektif Islam, Adat dan BW mengatakan bahwa “Dasar

hukum seseorang ahli waris mewarisi sejumlah harta pewaris menurut sistem

hukum waris BW ada dua cara, yaitu menurut ketentuan undang-undang dan

ditunjuk dalam surat wasiat (testamen).”

Undang-undang telah menetapkan tertib keluarga yang menjadi ahli

waris, yaitu: Isteri atau suami yang ditinggalkan dan keluarga sah atau tidak

sah dari pewaris. Ahli waris menurut undang undang atau ahli waris ab

intestato berdasarkan hubungan darah terdapat empat golongan, yaitu:17

a. Golongan pertama, keluarga dalam garis lurus ke bawah, meliputi anak-

anak beserta keturunan mereka beserta suami atau isteri yang

ditinggalkan atau yang hidup paling lama. Suami atau isteri yang

ditinggalkan atau hidup paling lama ini baru diakui sebagai ahli waris

pada tahun 1935, sedangkan sebelumnya suami atau isteri tidak saling

mewarisi.

b. Golongan kedua, keluarga dalam garis lurus ke atas, meliputi orang tua

dan saudara, baik laki-laki maupun perempuan,serta keturunan mereka.

Bagi orang tua ada peraturan khusus yang menjamin bahwa bagian

mereka tidak akan kurang dari ¼ (seperempat) bagian dari harta

peninggalan, walaupun mereka mewaris bersama-sama saudara pewaris.

c. Golongan ketiga, meliputi kakek, nenek, dan leluhur selanjutnya ke atas

dari pewaris.

17 Eman Suparman, Hukum Waris Indonesia Dalam Perspektif Islam, Adat dan BW,(Bandung: Refika Aditama, 2005), hlm. 31.

Page 24: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

d. Golongan keempat, meliputi anggota keluarga dalam garis kesamping dan

sanak keluarga lainnya sampai derajat keenam.

Dari uraian di atas, keberadaan anak sumbang dalam kedudukannya

terhadap harta warisan baik menurut hukum Islam maupun KUH Perdata

menimbulkan pertanyaan seperti telah dikemukakan dalam pokok masalah.

Maka untuk menjawab pertanyaan tersebut, kemudian penulis melihat

beberapa teori tentang keadilan hukum atau nilai-nilai hukum dalam sistem

hukum Islam serta KUH Perdata. Teori tersebut dapat digali dari ajaran

hukum Islam dan terbentuknya KUH Perdata. Arti keadilan di dalam hukum

Islam dan KUH Perdata, menjadi pokok pembahasan yang mendasar untuk

dapat dipahami lebih jauh.

Dalam teori keadilan, Rawls berpendapat perlu ada keseimbangan

antara kepentingan pribadi dan kepentingan bersama. Bagaimana ukuran dari

keseimbangan itu harus diberikan, itulah yang disebut keadilan. Ada tiga

prinsip keadilan yang diungkapkan oleh Rawls, yaitu prinsip kebebasan yang

sama yang sebesar-besarnya, prinsip perbedaan dan prinsip persamaan yang

adil atas kesempatan.18 Keadilan merupakan nilai yang tidak dapat ditawar-

tawar, karena hanya dengan keadilanlah ada jaminan stabilitas hidup

manusia. Agar tidak terjadi benturan kepentingan pribadi dan kepentingan

bersama itu, perlu ada aturan-aturan, sehingga diperlukan hukum. Hukum

akan ditaati apabila ia mampu meletakkan prinsip-prinsip keadilan.

18 Darji Darmodiharjo dan Shidarta, Pokok-pokok Filsafat Hukum, Apa dan BagaimanaFilsafat Hukum Islam, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002), hlm. 165.

Page 25: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

Adapun prinsip-prinsip keadilan dalam al-Qur’an, yaitu diantaranya

adalah tentang keadilan yang ditetapkan untuk manusia dalam kehidupan

masyarakat, disebutkan dalam firman Allah SWT.

$ pkš‰r' ¯» tƒšúïÏ%©!$#(#q ãY tB#uä(#q çRq ä.šúüÏBº §q s%¬!uä!#y‰ pkà­ÅÝ ó¡ É)ø9$$ Î/(ŸwuröNà6Z tBÌ•ôf tƒãb$ t«oY x©

BQöq s%#’ n? tãžwr&(#q ä9ω ÷ès?4(#q ä9ω ôã$#uq èdÜ>t•ø% r&3“ uq ø)­G=Ï9((#q à)?$#ur©!$#4žcÎ)©!$#7Ž• Î6 yz$ yJÎ/

šcq è=yJ÷ès?ÇÑÈ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orangyang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksidengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadapsesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlakuadillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalahkepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yangkamu kerjakan”(al-Maaidah: 8)

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif. Dengan jenis

penelitian ini dimaksudkan untuk menemukan kaidah atau norma hukum

yang ada, mengenai kedudukan anak sumbng terhadap harta warisan

dalam hukum Islam dan KUH Perdata. Sedang untuk mendapatkan data

atau informasi tentang kedudukan anak sumbang terhadap harta warisan

ini, maka kemudian diadakan Library Research, sehingga penelitian

inipun dinamakan penelitian pustaka. Yaitu penelitian dengan meneliti

Page 26: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

data yang ada di perpustakaan yang relevan dengan pembahasan ini.19

Data tersebut diambil dari bahan primer dan bahan skunder.20

2. Sumber Data

a. Data Primer

Terdiri dari: Kompilasi Hukum Islam dan Kitab Undang-undang

Hukum Perdata.

b. Data Sekunder

Terdiri dari: Hukum Kewarisan Islam Di Indonesia karangan Abdul

Ghofur Anshori, Hukum Waris Indonesia Dalam Perspektif Islam,

Adat dan BW karangan Eman Suparman, Hukum Waris karangan J.

Satrio.

3. Analisis Data

a. Metode Analisis

Analisis data adalah proses menyusun data agar data tersebut dapat

ditafsirkan.21 Dalam hal ini penulis menggunakan metode deskriptif

analisis. penelitian ini juga menggunakan data kualitatif yaitu data

yang tidak bisa diukur atau dinilai dengan angka secara langsung.22

Demikian pula penulis menggunakan cara berfikir ilmiah yang

berangkat dari kesimpulan yang umum menuju yang khusus (metode

19 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Jilid I, (Yogyakarta: Andi Offset, 2001), Cet. 32,hlm. 9.

20 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Normatif, Suatu tinjauan singkat,(Jakarta: CV. Rajawali, t.t), hlm. 34-35.

21 Dadang Kahmad, Metode Penelitian Agama, (Bandung : CV. Pustaka Setia, 2000), hlm.102.

22 Tatang M. Arimin, Menyusun Rencana Penelitian, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,1995), Cet. 3, hlm. 134.

Page 27: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

deduktif), dan sebaliknya mengurai dari yang khusus menuju yang

umum (metode induktif). Dalam hal ini metode deduktif diaplikasikan

dalam bab IV, sedang metode induktif diterapkan dalam bab II dan III.

b. Pendekatan

Pendekatan yang ditempuh dalam penulisan ini adalah pendekatan

filosofis-normatif, Pendekatan filosofis digunakan untuk menemukan

beberapa tujuan pemberian harta terhadap anak sumbang dari orang

tua serta prinsip keadilan hukum yang ada dalam Hukum Islam dan

KUH Perdata,. Sementara Untuk memahami peraturan hukum

mengenai kedudukan anak penodaan darah terhadap harta warisan

dalam hukum Islam dan KUH Perdata digunakan pendekatan

normatif.

G. Sistematika Penulisan Skripsi

Melalui metode penelitian tersebut di atas, maka untuk mempermudah

pembahasan dalam penulisan ini, kiranya perlu disusun secara sistematik

dengan membaginya dalam beberapa bab sebagai berikut:

Bab pertama, merupakan pendahuluan. Hal-hal yang dibahas dalam

pendahuluan adalah latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan

kegunaan penelitian, telaah pustaka, kerangka teoritik, metode penelitian, dan

sistematika pembahasan.

Pada bab kedua penulis membahas tentang ketentuan kewarisan dalam

hukum Islam yang meliputi tentang pengertian waris, dasar hukum kewarisan

Page 28: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

Islam, asas-asas kewarisan Islam, syarat dan rukun waris, sebab-sebab

mewarisi dan pendapat para ulama tentang hak waris terhadap anak sumbang

dan kewarisan menurut KUH Perdata secara umum.

Bab ketiga merupakan kelanjutan dari pembahasan sebelumnya yang

kali ini membicarakan tentang hak waris anak sumbang. Pada

pembahasannya diuraikan beberapa hal, antara lain: kedudukan anak menurut

KUH Perdata, anak sumbang menurut KUH Perdata, hak waris anak

sumbang dalam KUH Perdata, termasuk didalamnya mencakup dasar hukum

hak waris terhadap anak sumbang menurut KUH Perdata.

Bab keempat, merupakan fokus penelitian ini, yaitu analisis hukum

Islam terhadap waris anak penodaan darah meliputi: analisis kedudukan anak

sumbang terhadap harta warisan menurut pasal 867 KUH Perdata, analisis

hukum Islam terhadap pasal 867 KUH Perdata.

Akhirnya, pada bab kelima, Adalah bab penutup dari pembahasan

dalam skripsi ini yang merupakan analisa menyeluruh dari bab-bab

sebelumnya yang dijadikan kesimpulan sebagai jawaban dari permasalahan

yang diangkat dalam penelitian ini. Dan pada bagian akhir akan ditambahkan

beberapa saran.

Page 29: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

BAB II

KETENTUAN KEWARISAN MENURUT HUKUM ISLAM

DAN KUH PERDATA

Kewarisan Menurut Hukum Islam

A. Pengertian

Kewarisan berasal dari kata waris, kata waris adalah dari bahasa Arab,

dalam buku Ensiklopedi Islam disebutkan, kata “waris “ berasal dari bahasa

Arab warisa-yarisu-warsan atau irsan/ turas, yang berarti “mempusakai”, waris

adalah ketentuan tentang pembagian harta pusaka, orang yang berhak menerima

waris, serta jumlahnya. Istilah waris sama dengan faraid, yang berarti ”kadar”

atau “bagian”23. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kata waris berarti

orang yang berhak menerima pusaka (harta peninggalan) orang yang telah

meninggal.24 Waris yaitu harta kekayaan seaeorang, pada waktu ia meninggal

maka akan beralih (berpindah) ke orang lain yang masih hidup, cara

memperoleh harta waris dengan adanya pemindahan harta waris dari seseorang

yang berhak kepada orang lain, jadi secara otomatis kepemilikan harta warisan

akan berpindah pada orang lain dengan adanya kematian yang tak di tentukan

siapa yang meninggal duluan. Dari mulai hak dan kewajiban seorang mayit itu

akan berpindah secara otomatis dan hukum waris Islam akan mengarahkan

bagaimana harta itu akan sampai ke ahli warisnya.

23 Azyumardi Azra, Ensiklopedi Islam, PT Ichtiar Baru Van Hove, 200524 W.Js.Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, PT Bale Pustaka. 2006 hal.1363

Page 30: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

Dalam KHI di sebutkan pasal 171 yang bunyinya: “Hukum kewarisan adalah hukum yang

mengatur tentang pemindahan hak pemilikan harta peninggalan (tirkah) pewaris, menentukan

siapa-siapa yang menjadi ahli waris dan berapa bagianya masing-masing”.25

Dari pengertian tersebut di atas kita bisa mengambil pengertian Hukum

kewarisan, yaitu; Himpunan aturan-aturan hukum yang mengatur tentang siapa

ahli waris yang berhak mewarisi harta peninggalan dari si meninggal dunia,

bagimana kedudukan ahli waris, berapa perolehan masing-masing secara adil

dan sempurna dalam pembagian benda waris.

B. Dasar Hukum Kewarisan Islam

1. Al-Quran

Diantara ayat-ayat al-Quran yang mengatur tentang hukum kewarisan adalah:

ÉA% y Ìh•=Ïj9Ò=ŠÅÁ tR$ £JÏiBx8 t•s?Èb#t$Î!º uq ø9$#tbq ç/ t•ø% F{ $#urÏä!$ |¡ ÏiY=Ï9urÒ=ŠÅÁ tR$ £JÏiBx8 t•s?Èb#t$Î!º uq ø9$#

šcq ç/ t•ø% F{ $#ur$ £JÏB¨@s%çm ÷Z ÏB÷r r&uŽèYx.4$ Y7ŠÅÁ tR$ ZÊr ã•øÿB

Artinya:”Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula)dari harta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, baik sedikit ataubanyak menurut bahagian yang telah ditetapkan” (al-Nisa: 7).

ÞO ä3ŠÏ¹q リ!$#þ’ ÎûöNà2ω» s9÷r r&(Ì•x.©%#Ï9ã@ ÷VÏBÅeá ymÈû÷üu‹sVRW{ $#4bÎ*sù£` ä.[ä!$ |¡ ÎSs-öq sùÈû÷ütGt øO $#

£` ßgn=sù$ sVè=èO$ tBx8 t•s?(bÎ) urôM tR% x.Zoy‰ Ïmº ur$ ygn=sùß# óÁ ÏiZ9$#4Ïm ÷ƒ uq t/ L{urÈe@ ä3Ï97‰ Ïnº ur$ yJåk÷]ÏiB

â ߉ •¡9$#$ £JÏBx8 t•s?bÎ)tb% x.¼çm s9Ó$s!ur4bÎ*sùóO ©9` ä3tƒ¼ã&©!Ó$s!urÿ¼çm rO Í‘ ur urçn#uq t/ r&Ïm ÏiBT|sùß]è=›W9$#4

bÎ*sùtb% x.ÿ¼ã&s!×ouq ÷z Î)Ïm ÏiBT|sùâ ߉ •¡9$#4.` ÏBω ÷èt/7p §‹Ï¹urÓÅ»q ãƒ!$ pkÍ5÷r r&AûøïyŠ3öNä.ät!$ t/#uä

25 Derpartemen Agama., Kompilasi Hukum Islam, Jakarta, BumiRestu, 1987

Page 31: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

öN ä.ät!$ oY ö/r&urŸwtbr â‘ ô‰ s?öN ßg•ƒ r&Ü>t•ø% r&ö/ä3s9$ YèøÿtR4Zp ŸÒƒÌ•sùšÆ ÏiB«!$#3¨bÎ)©!$#tb% x.$ ¸JŠÎ=tã

$ VJŠÅ3ym

Artinya: “Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk)anak-anakmu. Yaitu: bagian seorang anak lelaki sama denganbagian dua orang anak perempuan dan jika anak itu semuanyaperempuan lebih dari dua, Maka bagi mereka dua pertiga dari hartayang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, Maka iamemperoleh separo harta. dan untuk dua orang ibu-bapa, bagimasing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jikayang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggaltidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja),Maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itumempunyai beberapa saudara, Maka ibunya mendapat seperenam.(Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiatyang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang)orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa diantara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. iniadalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahuilagi Maha Bijaksana”(al-Nisaa’: 11)

öNà6s9urß# óÁ ÏR$ tBx8 t•s?öNà6ã_º ur ø—r&bÎ)óO ©9` ä3tƒ£` ßg©9Ó$s!ur4bÎ*sùtb$ Ÿ2 Æ ßgs9Ó$s!ur

ãN à6n=sùßì ç/ ”•9$#$ £JÏBz ò2t•s?4.` ÏBω ÷èt/7p §‹Ï¹uršúüϹq ãƒ!$ ygÎ/÷r r&&ú øïyŠ4 Æ ßgs9ur

ßì ç/ ”•9$#$ £JÏBóO çF ø.t•s?bÎ)öN ©9à6tƒöN ä3©9Ó‰ s9ur4bÎ*sùtb$ Ÿ2öNà6s9Ó$s!ur£` ßgn=sùß` ßJ›V9$#$ £JÏB

Läê ò2t•s?4.` ÏiBω ÷èt/7p §‹Ï¹uršcq ß¹q è?!$ ygÎ/÷r r&&ûøïyŠ3bÎ) uršc% x.×@ ã_ u‘ß^u‘q ・'s#» n=Ÿ2Ír r&

×or&t•øB$#ÿ¼ã&s!urî r&÷r r&×M ÷z é&Èe@ ä3Î=sù7‰ Ïnº ur$ yJßg÷Y ÏiBâ ߉ •¡9$#4bÎ*sù(#þq çR% Ÿ2uŽsYò2r&ÏBy7 Ï9º sŒ

ôMßgsùâä!% Ÿ2uŽà°’ ÎûÏ]è=›W9$#4.` ÏBω ÷èt/7p §‹Ï¹ur4Ó|»q ãƒ!$ pkÍ5÷r r&AûøïyŠuŽö• xî9h‘ !$ ŸÒ ãB4Zp §‹Ï¹urz ÏiB«!$#

3ª!$#uríOŠÎ=tæÒOŠÎ=ym

Artinya: “Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkanoleh isteri-isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak. jika isteri-isterimu itu mempunyai anak, Maka kamu mendapat seperempatdari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yangmereka buat atau (dan) seduah dibayar hutangnya. Para isterimemperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu

Page 32: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

tidak mempunyai anak. jika kamu mempunyai anak, Maka Paraisteri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkansesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayarhutang-hutangmu. jika seseorang mati, baik laki-laki maupunperempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkananak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atauseorang saudara perempuan (seibu saja), Maka bagi masing-masingdari kedua jenis saudara itu seperenam harta. tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, Maka mereka bersekutu dalamyang sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnyaatau sesudah dibayar hutangnya dengan tidak memberi mudharat(kepada ahli waris)[274]. (Allah menetapkan yang demikian itusebagai) syari'at yang benar-benar dari Allah, dan Allah Mahamengetahui lagi Maha Penyantun” (al-Nisaa’: 12)

9e@ à6Ï9ur$ oYù=yèy_u’ Í<º uq tB$ £JÏBx8 t•s?Èb#t$Î!º uq ø9$#šcq ç/ t•ø% F{ $#ur4tûïÏ%©!$#urôN y‰ s)tãöNà6ãZ» yJ÷ƒ r&

öN èdq è?$ t«sùöN åkz:•ÅÁ tR4¨bÎ)©!$#tb% Ÿ24’ n?tãÈe@ à2&äóÓx«#‰‹Îgx©.

Artinya:” bagi tiap-tiap harta peninggalan dari harta yang ditinggalkan ibubapak dan karib kerabat, Kami jadikan pewaris-pewarisnyadan (jikaada) orang-orang yang kamu telah bersumpah setia dengan mereka,Maka berilah kepada mereka bahagiannya. Sesungguhnya Allahmenyaksikan segala sesuatu” (al-Nisaa’: 33).

y7tRq çFøÿtG ó¡ o„È@è%ª!$#öN à6‹ ÏFøÿヒÎûÏ' s#» n=s3 ø9$#4Èb Î)(#ît â•öD$#y7n=yd}§øŠs9¼ çms9Ó$ s!urÿ¼ ã& s!ur

×M÷z é&$ygn=sùß# óÁ ÏR$tBx8 t• s?4uqèd ur!$ygèO Ì• tƒbÎ)öN ©9ä3 tƒ$ol°;Ó$ s!ur4b Î*sù$tFtR% x.Èû÷ü tFuZøO $#

$yJ ßgn=sùÈb$sV è=›V9$#$®ÿÊEx8 t• s?4b Î) ur(#þq çR% x.Zo uq ÷z Î)Zw% y Íh‘[ä !$|¡ ÎSurÌ• x. ©%#Î=sùã@÷W ÏBÅeáym

Èû÷ü u‹ s[RW{ $#3ßûÎiü t6 リ!$#öN à6 s9b r&(#q •=ÅÒ s?3ª!$#urÈe@ä3 Î/>ä óÓx«7OŠÎ=tæ

Artinya:”mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah) Katakanlah:"Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu): jikaseorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak danmempunyai saudara perempuan, Maka bagi saudaranya yangperempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dansaudaranya yang laki-laki mempusakai (seluruh harta saudaraperempuan), jika ia tidak mempunyai anak; tetapi jika saudaraperempuan itu dua orang, Maka bagi keduanya dua pertiga dariharta yang ditinggalkan oleh yang meninggal. dan jika mereka (ahliwaris itu terdiri dari) saudara-saudara laki dan perempuan, Maka

Page 33: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

bahagian seorang saudara laki-laki sebanyak bahagian dua orangsaudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu,supaya kamu tidak sesat. dan Allah Maha mengetahui segalasesuatu” (al-Nisaa’: 176).

2. Al-Hadits

Diantaranya:

:}26 {

Artinya : “Dari Ibn Abbas nabi Muhammad SAW bersabda ; berikanlah harta-harta pusakakepada yang berhak, sesudah itu kepada orang laki-laki yang lebih utama”(HR. Muslim).

} {27

Artinya:”Dari Usamah bin Zaid Nabi Muhammad SAW bersabda orangmuslim tidak berhak mewarisi orang kafir dan orang kafir tidakberhak mewarisi orang muslim” (HR. Muslim).

}{28

Artinya: “Dari Abu Hurairoh dari Rasulullah SAW bersabda seorangpembunuh tidak berhak mewarisi. (HR. Ibn Majah).

3. Al-Ijma’

Artinya kaum muslimin menerima ketentuan hukum warisan yang terdapat di

dalam al-Quran dan al-Hadits sebagai ketentuan hukum yang harus

dilaksanakan dalam upaya mewujudkan keadilan dalam bermasyarakat.

26 Al-Imam Abu al-Husain bin al-Hajaj Qusyairi an-Naisaburi Muslim, Sahih Muslim,(Semarang: Usaha Keluarga, t.t), Juz II, hlm. 2.

27 Ibid.28 Abi Abdillah Muhammad Ibn Majah, Sunan Ibn Majah, (Cairo: Darul Fikri, t.t), Juz II,

hlm. 913.

Page 34: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

Karena telah diterima secara sepakat, maka tidak ada alasan untuk

menolaknya.29

4. Al-Ijtihad

Artinya pemikiran sahabat atau ulama yang memiliki cukup syarat dan

criteria sebagai Mujtahid untuk menjawab persoalan-persoalan yang muncul

dalam pembagian warisan. Yang dimaksud di sini, adalah ijtihad dalam

menerapakan hukum, bukan untuk merubah pemahaman atau ketentuan yang

ada. Misalnya, bagaimana apabila pembagian warisan terjadi kekurangan

harta, diseleseikan dengan cara a’ul atau dan lain-lain.30

C. Asas-asas Kewarisan Islam

1. Asas Ijbari

Dalam hukum Islam peralihan harta seseorang yang telah meninggal dunia

kepada yang masih hidup berlaku dengan sendirinya yang dalam pengertian

hukum Islam berlaku secara ijbari.31 Secara etimologi kata ijbari

mengandung arti paksaan yang maksudnya peralihan dengan sendirinya

dalam hukum waris berarti terjadinya peralihan harta seseorang yang sudah

meninggal kepada yang masih hidup dengan sendirinya, maksudnya tanpa

ada perbuatan hukum atau pernyataan dari Si pewaris. Dengan kata lain,

dengan adanya kematian Si pewaris secara otomatis hartanya akan berlaku

pada ahli warisnya (al-Nisaa’ ayat 11, 12, 33, 176.).

29 Ahmad Rofiq, Fiqih Mawaris, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,1995), Cet. 2, hlm.2230 Ibid.31 Amir Syarifudin, Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam Dalam Lingkungan Adat

Minagkabau, (Jakarta: Gunung Agung, 1984), Cet. I, hlm. 18.

Page 35: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

2. Asas Bilateral

Yang dimaksudkan dengan asas bilateral dalam hukum-hukum Islam adalah

bahwa seseorang menerima hak warisan dari dua belah pihak garis kerabat,

yakni dari garis keturunan perempuan maupun garis keturunan laki-laki (al-

Nisaa’ ayat 7 dan 12).32

3. Asas Individual

Asas individual artinya ialah dalam sistem hukum Islam, harta peninggalan

yang ditinggal mati oleh Si yang meninggal dunia dibagi secara individual

yakni secara pribadi kepada masing-masing. Jadi bukan asas kolektif yang

seperti dianut dalam sistem hukum yang terdapat diminangkabau, bahwa

harta pusaka tinggi itu diwarisi bersama-sama oleh suku dari garis pihak Ibu

(al-Nisaa’ ayat 11).33

4. Asas Keadilan Berimbang

Maksudnya adalah memberikan hak kepada yang berhak secara tepat dan ini

bukan bagi persamaan hak, tetapi tekanannya pada terpenuhinya hak dan

kewajiban. Begitu pula keseimbangan antara keperluan dan kegunaan dalam

surah an-nisa' ayat II dianut : bahwa anak laki-laki mendapat bagian dua kali

dari bagian anak perempuan (al-Nisaa’ ayat 11).34

5. Asas Kewarisan Akibat Kematian

32 Hazairin, Hukum Kewarisan Bilateral Menurut al-Quran Dan Hadits, (Jakarta: Tintamas,1982), hlm. 11.

33 Sajuti Thalib, Hukum Kewarisan Islam Di Indonesia, (Jakarta: Bina Aksara, 1982), hlm.20-21.

34 Suhrawardi. K. Lubis dan Komis Simanjuntak, Hukum Waris Islam, (Jakarta: SinarGrafika, 2008), Cet. II. hlm. 41.

Page 36: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

Hukum warisan Islam memandang bahwa terjadinya peralihan harta hanya

semata-mata disebabkan adanya kematian dengan kata lain harta seseorang

tidak dapat beralih seandainya dia masih hidup, walaupun ia berhak untuk

mengatur hartanya, hak tersebut semata-mata hanya sebatas keperluannya

semasa ia masih hidup dan bukan penggunaan harta tersebut sesudah ia

meninggal dunia (al-Nisaa’ ayat 12).35

D. Syarat Dan Rukun Waris

Pewarisan hanya bisa dilakukan setelah terpenuhinya tiga syarat yaitu;36

1. Matinya muwarits (pewaris), mutlak harus dipenuhi. Seseorang baru disebut

muwarits jika dia telah meninggal dunia. Itu berarti bahwa, jika seseorang

memberikan harta kepada para ahli warisnya ketika ia masih hidup, maka itu

bukan waris. Kematian muwarits menurut ulama, dibedakan ke dalam tiga

macam, yaitu;

a. Mati haqiqy (mati sejati) adalah kematian yang dapat disaksikan oleh

panca indra (nyata).

b. Mati hukmi adalah kematian yang disebabkan oleh putusan hakim, baik

orangnya masih hidup ataupun sudah mati.

c. Mati taqdiry adalah kematian yang didasarkan pada dugaan yang kuat

bahwa orang yang bersangkutan telah mati. 37

35 Ibid.36 Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), Cet. I.

hlm. 113.37 Fatchur Rahman, Ilmu Waris, (Bandung: Al-Ma’arif, 1981), hlm. 79.

Page 37: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

2. Hidupnya ahli waris mutlak harus dipenuhi38. Seorang ahli waris hanya akan

mewaris jika dia masih hidup ketika pewaris meninggal dunia. Masalah

boleh jadi muncul berkaitan dengan hal ini antara lain adalah;

a. Masalah mafqud yaitu terjadi dalam hal keberadaan seorang waris tidak

diketahui secara pasti apakah dia masih hidup ataukah sudah mati

ketika muwarits sudah mati, maka hal ini memandang dengan cara

mafqud masih hidup dengan tenggang waktu yang patut.

b. Masalah anak dalam kandungan yaitu terjadi dalam hal istri muwarits

dalam keadaan mengandung pada saat meninggalnya muwarits. Dalam

hal seperti itu maka penetapan keberadaan anak tersebut dilakukan pada

saat anak tersebut dilahirkan. Oleh sebab itu pembagian waris dapat

ditangguhkan sampai anak itu dilahirkan.

c. Masalah matinya bersamaan antara muwarits dan ahli waris yaitu tejadi

dalam hal dua orang atau lebih yang saling mempusakai mati

bebarengan, misalnnya bapak dan anak tenggelam atau terbakar secara

bersama-sama sehingga kematianya tak diketahui siapa yang mati

duluan. Maka penetapannya dilakukan dengan memperhatikan ahli

waris yang lainnya secara satu-persatu kasus.

3. Tidak adannya penghalang bagi ahli-waris dalam hal waris-mewarisi baginya

seperti; perbudakan, pembunuhan, dan perbedaan agama.39

Untuk terjadinya sebuah pewarisan harta, maka harus terpenuhi tiga

rukun waris. Bila salah satu dari tiga rukun ini tidak terpenuhi, maka tidak

38 Zainuddin Ali, loc.cit.39 H.R.Otje Salman, Mustofa Haffas, Hukum Waris Islam,Bandung; 2002, hal 5

Page 38: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

terjadi pewarisan. Ketiga rukun itu adalah al-muwarrits, al-waarist dan al-

mauruts. Lebih rincinya :

1. Al-Muwarrits ( ) sering diterjemahkan sebagai pewaris, yaitu orang

yang memberikan harta warisan. Dalam ilmu waris, al-muwarrits adalah

orang yang meninggal dunia, lalu hartanya dibagi-bagi kepada para ahli

waris. Harta yang dibagi waris haruslah milik seseorang, bukan milik

instansi atau negara. Sebab instansi atau negara bukanlah termasuk pewaris.

2. Al-Warits ( ) sering diterjemahkan sebagai ahli waris, yaitu mereka yang

berhak untuk menerima harta peninggalan, karena adanya ikatan

kekerabatan (nasab) atau ikatan perkawinan.

3. Harta warits ( ) adalah benda atau hak kepemilikan yang ditinggalkan,

baik berupa uang, tanah, dan sebagainya. Sedangkan harta yang bukan milik

pewaris, tentu saja tidak boleh diwariskan. Misalnya, harta bersama milik

suami istri. Bila suami meninggal, maka harta itu harus dibagi dua terlebih

dahulu untuk memisahkan mana yang milik suami dan mana yang milik

istri. Barulah harta yang milik suami itu dibagi waris. Sedangkan harta yang

milik istri, tidak dibagi waris karena bukan termasuk harta warisan. 40

E. Sebab-sebab Mewarisi

Kalau dianalisis penyebab adanya hak untuk mewarisi harta seseorang

yang telah meninggal dunia menurut Alquran, hadis Rasulullah, dan Kompilasi

Hukum Islam pasal 174, ditemukan dua penyebab, yaitu, hubungan kekerabatan

40 Ahmad Rofiq, op.cit, hlm. 22-23.

Page 39: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

(nasab), dan hubungan perkawinan. Kedua bentuk hubungan itu adalah sebagai

berikut:

1) Hubungan Kekerabatan

Hubungan kekerabatan atau biasa disebut hubungan nasab ditentukan

oleh adanya hubungan darah dan adanya hubungan darah dapat diketahui

pada saat adanya kelahiran. Jika seorang anak lahir dari seorang ibu, maka

ibu mempunyai hubungan kerabat dengan anak yang dilahirkan. Hal ini tidak

dapat diingkari oleh siapapun karena setiap anak yang lahir dari rahim ibunya

sehingga berlaku hubungan kekerabatan secara alamiah antara seorang anak

dengan seorang ibu yang melahirkannya. Sebaliknya, bila diketahui hubungan

antara ibu dengan anaknya maka dicari pula hubungan dengan laki-laki yang

menyebabkan si ibu melahirkan. Jika dapat dibuktikan secara hukum melalui

perkawinan yang sah penyebab si ibu melahirkan, maka hubungan

kekerabatan berlaku pula antara si anak yang lahir dengan si ayah yang

menyebabkan kelahirannya.41

Hubungan kekerabatan antara anak dengan ayah ditentukan oleh

adanya akad nikah yang sah antara ibu dengan ayah (penyebab si ibu hamil

dan melahirkan). Dengan mengetahui hubungan kekerabatan antara ibu

dengan anaknya dan hubungan kekerabatan antara anak dengan ayahnya,

dapat pula diketahui hubungan kekerabatan ke atas, yaitu kepada ayah atau

ibu dan seterusnya, ke bawah, kepada anak beserta keturunannya, dan

hubungan kekerabatan ke samping, kepada saudara beserta keturunannya.

41 Zainuddin Ali. op.cit. hlm. 111.

Page 40: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

Dari hubungan kerabat yang demikian, dapat juga diketahui struktur

kekerabatan yang tergolong ahli waris bila seseorang meninggal dunia dan

meninggalkan harta warisan (al-Nisaa’ ayat 7 dan 11).

2) Hubungan Perkawinan

Kalau hubungan perkawinan, dalam kaitannya dengan hukum

kewarisan Islam, berarti hubungan perkawinan yang sah menurut hukum

Islam. Apabila seorang suami meninggal dan meninggalkan harta warisan,

maka janda itu termasuk ahli warisnya. Demikian pula sebaliknya (al-Nisaa’

ayat 12).42

F. Penghalang Kewarisan

1. Perbedaan Agama

Perbedaan agama merupakan penyebab hilangnya hak kewarisan

sebagaimana ditegaskan dalam hadis Rasulullah dari Usamah bin Zaid,

diriwayatkan oleh Muslim:43

2. Pembunuhan

42 Ahmad Azhar Basyir, Hukum Waris Islam, (Yogyakarta: UII, 1981), hlm. 11.43 Muslim, loc.cit.

Page 41: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

Pembunuhan menghalangi seseorang untuk mendapatkan warisan dari

pewaris yang dibunuhnya. Ini berdasarkan hadis Rasulullah dari Abu hurairah

yang diriwayatkan oleh Ibn Majah:44

Dari hadis tersebut dapat diketahui bahwa pembunuhan menggugurkan hak

kewarisan bagi ahli waris.

3. Karena Hilang Tanpa Berita

Seseorang hilang tanpa berita dan tidak tentu dimana alamat dan tempat

tinggalnya selama empat tahun atau lebih maka orang tersebut dianggap mati

dengan hukum mati hukmi ( harus dengan putusan hakim).45

4. Karena Mati Secara Bersamaan Antara Pewaris dan Ahli Waris

Misalnya antara bapak dan anak mati secara bersamaan karena tenggelam

atau kebakaran, maka sudah jelas bapak tidak bisa mewarisi dari anaknya dan

sebaliknya. Tetapi kalau anak yang mati secara bersamaan itu memiliki anak,

maka anak tersebut yang memliki hak mewarisi sebagai (mawali).46

G. Hak Waris Anak Sumbang Menurut Hukum Islam

Dalam hukum Islam ada dua faktor yang menyebabkan adanya pewarisan yaitu :

a. Adanya hubungan kekrabatan (Nasab).

b. Adanya perkawinan yang sah.

Telah diketahui dalam hukum Islam anak zina sama kedudukanya dengan anak mula’anah yaitu

anak hasil hubungan di luar perkawinan yang sah. Sedangkan anak mula’anah terjadi setelah

44 Ibn Majah, loc.cit.45 Fatchur Rahman, op. cit, hlm. 80.46 Abdul Ghofur Anshori, Hukum Kewarisan Islam Di Indonesia, (Yogyakarta: Ekonisia,

2002), Cet. I,. hlm. 35.

Page 42: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

adanya tuduh-menuduh zina diantara kedua suami-istri. Mereka sama dinasabkan kepada ibunya

saja. Masing-masing terputus hubungan nasabnya dengan ayahnya. Oleh karena itu mereka dapat

mempusakai orang orang tuanya dari pihak ibu, bukan dari pihak ayah. 47

Sandaran para jumhur-ulama dalam ketetapan tersebut, bahwa anak zina mendapatkan waris dari

pihak ibu, yaitu dalam hadis :

Artinya: Rasulullah s.a.w menjadikan hak waris anak mula’anah kepada ibunya dan ahli warisibu.

Mereka juga dapat mempusakai ibunya dan kerabat ibunya dengan jalan fardh saja tidak dengan

jalan lain. Demikian juga ibunya dan kerabat-kerabat ibunya dapat mewarisi harta

peninggalannya dengan jalan faradh juga. Hak mereka untuk mempusakai dan dipusakai dengan

jalan ‘ushubah-nasabiyah 48.

Sedangkan anak sumbang tidak ada dalam hukum Islam karena dalam hukum Islam hanya

mengenal anak sah dan anak zina, namun dalam kasus ini, anak sumbang disamakan dengan

anak zina karena anak tersebut lahir di luar perkawinan. Sebab sabda Nabi Muhammad SAW:

)(Artinya: “Anak yang lahir adalah milik pemilik kasur (suami) dan pezinanya di hukum”.

Kemudian dalam KHI Pasal 186. Anak yang lahir di luar perkawinan hanya mempunyai

hubungan saling mewaris dengan dengan ibunya dan keluarga ibunya. jelasa hal ini harus diikuti

oleh masyarakat muslim di Indonesia.

Maka dari ketiga faktor di atas sudah jelas bahwa anak zina dan anak

mula’anah dinasabkan kepada ibunya dan mempunyai hubungan mewaris

dengan ibunya begitu juga dengan perwalian yang bisa menjadi wali adalah dari

pihak ibu ke atas.

47Muhamad Bin Ahmad Ibnu Rusyd, Bidayatul-Mujtahid, Kairo, jus II48 Hasanain Muhammad Makhluf, Al-Mawarits fi-Syari’atil-Islamiyah, Kairo, Lajnatul-

Bayan Al-Araby, Cet III.

Page 43: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

Kewarisan Menurut KUH Perdata

A. Pengertian

Hukum waris merupakan konsepsi Hukum Perdata Barat yang bersumber

pada BW, merupakan bagian dari hukum harta kekayaan, oleh karena itu

hanyalah hak kewajiban yang berwujud harta kekayaan yang merupakan warisan

yang akan diwariskan. Hak dan kewajiban dalam hukum publik, hak dan

kewajiban yang timbul dari kesusilaan dan kesopanan tidak akan diwariskan,

demikian pula halnya dengan hak dan kewajiban yang timbul dari hubungan

hukum keluarga, ini juga tidak dapat diwariskan49.

Waris diatur di dalam buku kedua yang pertama-tama disebut di dalam

pasal 830 KUH Perdata yakni: “Pewarisan hanya berlangsung karena kematian

“. Jelasnya, menurut pasal ini rumusan/ definisi hukum waris mencakup masalah

yang begitu luas. Pengertian yang dapat dipahami dari kalimat singkat tersebut

di atas adalah bahwa jika seorang meninggal dunia, maka seluruh hak dan

kewajiban beralih/ berpindah kepada ahli warisnya.50

Berdasar pada pasal 830 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata di atas

maka para ahli di bidang ini (hukum waris) telah merumuskan hukum waris

sebagai berikut:

a. Menurut Idris Ramulyo hukum kewarisan adalah himpunan aturan-aturan

hukum yang mengatur tentang siapa ahli waris yang berhak mewarisi harta

49 Eman Suparman, Intisari Hukum Waris Indonesia, Bandung, Mandar Maju, 1995, hlm. 9050 G.Karta Saputra, Pembahasan Hukum Benda, Hipotik Dan Warisan,Jakarta: Bumi Aksara,

hlm. 6

Page 44: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

peninggalan dari orang yang meninggal dunia, bagaiman kedudukan ahli

waris, berapa perolehan masing-masing secara adil dan sempurna. 51

b. Sedangkan menurut Kitab Udang-Undang Hukum Perdata sebagaiman yang

diungkap oleh Wirjono Prodjodikoro (mantan Ketua Mahkamah Agung)

disebutkan hukum waris adalah hukum-hukum atau peraturan-peraturan yang

mengatur tentang apakah dan bagaimanakah berbagai hak-hak dan kewajiban

tentang kekayaan seseorang pada waktu ia meninggal dunia akan beralih

kepada orang lain yang masih hidup.52

c. Oleh Subekti dikatakan bahwa dalam hukum waris KUH Perdata berlaku

suatu asas, bahwa hanyalah hak-hak dan kewajiban-kewajiban dalam

lapangan hukum kekayaan harta benda saja yang dapat diwariskan. Oleh

karena itu, hak-hak dan kewajiban-kewajiban dalam lapangan hukum

kekeluargaan pada umumnya hak-hak dan kewajiban-kewajiban kepribadian

misalnya hak-hak dan kewajiban sebagai seorang suami atau sebagai seorang

ayah tidak dapat diwariskan, begitu pula hak-hak dan kewajiban-kewajiban

sebagai anggota suatu perkumpulan.53

Dalam hukum waris berlaku juga suatu asas bahwa apabila seseorang

meninggal, maka seketika itu juga segala hak dan kewajibannya beralih pada

sekalian ahli warisannya. Asas tersebut tercantum dalam suatu pepatah Perancis

yang berbunyi:”le mort saisit levif”, sedangkan pengoperan segala hak dan

kewajiban dari si meninggal oleh para ahli waris dinamakan “saisine”, yaitu

51 Idris Ramulyo, Perbandingan Hukum Kewarisan Islam dengan Kewarisan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Edisi Revisi), (Jakarta: Sinar Grafika, 2004), Cet. I. hlm. 84

52 Wirjono Prodjodikoro. Hukum Waris Di Indonesia, (Bandung: Sumur, 1983), hlm. 13.53 Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, (Jakarta: Intermasa, 1984), Cet. 19. Hlm. 95-96

Page 45: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

suatu asas di mana sekalian ahli waris dengan sendirinya secara otomatis karena

hukum memperoleh hak milik atas segala barang, dan segala hak serta segala

kewajiban dari seorang yang meninggal dunia.54 Menurut pasal 834 B.W.

seorang ahli waris berhak menuntut pembagian harta waris seluruhnya apabila ia

sendirian dan sebagian apabila ia beserta yang lain (saudara). Jadi pasal tersebut

sebagai perlindungan apabila ada pembagian yang tidak sesuai dengan hukum

waris yang ada.

Adapun kekayaan yang dimaksud dalam rumusan di atas adalah sejumlah

harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal dunia berupa

kumpulan aktiva dan pasiva.

Pada dasarnya proses beralihnya harta kekayaan seseorang kepada ahli

warisnya, yang dinamakan pewarisan, terjadi hanya dengan kematian oleh

karena itu pewarisan baru akan terjadi jika terpenuhi tiga persyaratan, yaitu :

1) Ada seseorang yang meninggal dunia.

2) Ada orang yang masih hidup sebagai ahli wais yang akan memperoleh

warisan pada saat pewaris meninggal dunia.

3) Ada sejumlah harta kekayaan yang ditinggalkan pewaris.55

Menurut Eman Suparman ada tiga aspek yang ada pada harta

peninggalan (harta warisan) yaitu:

a) Masalah hak waris

Menurut Undang-Undang hak waris dapat diperjual belikan: dengan alasan

bahwa hak waris tersebut berdiri sendiri. Dalam pasal 1537 KUH Perdata

54 Idris Ramulyo, loc.cit. hlm. 95.55 Eman Suparman. loc.cit.

Page 46: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

disebutkan: “Barang siapa menjual suatu warisan dengan tidak diterangkan

barang demi barang, tidaklah diwajibkan menanggung selain hanya terhadap

kedudukannya sebagai ahli waris”.

b) Masalah hak pakai

Undang-Undang menegaskan bahwa yang dapat diwariskan oleh pewaris

kepada ahli waris dapat berupa hak pakai hasil atau seluruh atau sebagaian

harta peninggalan.

c) Harta warisan

Dalam membagi harta warisan maka yang harus dilakukan terlebih dahulu

adalah pembayaran hutang-hutang si pewaris, dan biaya penguburan mayat.

Sisa kekayaan setelah dikurangi dua hal tersebut baru dibagikan kepada para

ahli waris.56

Berdasarkan sistimatika Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, maka

jelas bahwa masalah-masalah penting yang menyangkut kewarisan diatur di

dalam Buku II tentang kebendaan. Sistimatika tersebut memberikan petunjuk

bahwa hak kewarisan dan segala sesuatu yang timbul karenanya di pandang

sebagai hak kebendaan hal ini dapat ditinjau dari aspek-aspek tersebut di atas,

maka jelas bahwa waris dalam hal ini sebagai alasan mengapa bab waris

dimasukan pada hukum benda, yang mana hukum waris mempunyai pijakan

yang kuat, yaitu sebagai hukum kebendaan dan hukum kekeluargaan.

56 Ibid. hlm. 22

Page 47: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

Yang merupakan ciri khas hukum waris menurut BW antara lain “adanya

hak mutlak dari para ahli waris masing-masing untuk sewaktu-waktu menuntut

pembagian dari harta warisan”57. Ini berarti jika seorang ahli waris menuntut

pembagian harta warisan di depan pengadilan tuntutan tersebut tidak dapat

ditolak oleh ahli waris yang lainnya. Tuntutan ini tertera dalam pasal 1066 KUH

Perdata:

1) Seseorang yang mempunyai hak atas sebagaian dari harta peninggalan tidak

dapat dipaksa untuk membiarkan harta benda peninggalan dalam keadaan

tidak terbagi-bagi diantara para ahli waris yang ada.

2) Pembagian harta benda itu selalu dapat dituntut walaupun ada perjanjian yang

melarang hal tersebut.

3) Perjanjian penagguhan pembagian hanya berlaku mengikat selama lima

tahun, namun dapat diperbaharui jika masih dikehendaki oleh para pihak.58

Dengan demikian sistim hukum waris menurut BW memiliki ciri khas

yang berbeda dari sistim waris yang lainnya yaitu menghendaki agar harta

peninggalan seseorang pewaris secepat mungkin dibagi-bagi kepada mereka

yang berhak atas harta tesebut. Kalaupun hendak dibiarkan dalam keadaan tidak

terbagi, harus terlebih dahulu melalui persetujuan seluruh ahli waris. 59

B. Dasar Hukum Kewarisan Perdata (BW)

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek), terutama

Pasal 528, tentang hak mewarisi diidentikkan dengan hak kebendaan, sedangkan

57 Wirjono Prodjodikoro.op.cit, hlm. 18.58 Ibid. hlm. 178.59 Eman Suparman. op.cit. hlm. 22

Page 48: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

ketentuan dari Pasal 584 KUH Perdata menyangkut hak waris sebagai salah satu

cara untuk memperoleh hak kebendaan, oleh karenanya ditempatkan dalam buku

ke-2 KUH Perdata (tentang benda). Penempatan hukum kewarisan dalam buku

ke-2 KUH Perdata ini menimbulkan pro dan kontra di kalangan ahli hukum,

karena mereka berpendapat bahwa dalam hukum kewarisan tidak hanya tampak

sebagai hukum benda saja, tetapi terkait beberapa aspek hukum lainnya,

misalnya hukum perorangan dan kekeluargaan.60

Menurut KUH Perdata, ada dua cara untuk mendapatkan warisan, yaitu:

1. Ahli waris menurut ketentuan undang-undang.

2. Karena ditunjuk dalam surat wasiat/ testament.

Cara yang pertama dinamakan mewarisi menurut undang-undang atau ab

intestanto, sedangkan cara yang kedua dinamakan mewarisi secara

testamentair.61

Diantara pasal-pasal yang berhubungan dengan kewarisan akan penulis

kemukakan dengan bahasa bebas sebagai berikut:

Pasal 833 ayat 1 KUH Perdata: Para ahli waris dengan sendirinya karena

hukum memperoleh hak milik atas:

1. Segala barang,

2. Segala hak, dan

3. Segala kewajiban dari seorang yang meninggal dunia.62

60 Surini Ahlan Syarif, Intisari Hukum Waris Menurut Burgerlijk Wetboek (KUH Perdata),(Jakarta: Ghali indonesia, 1983), hlm. 10

61 Subekti, op.cit hlm. 95.,62 Subekti dan Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (terjemahan Burgerlijk

Wetboek), (Jakarta: Pradnya Paramita, 1960, hlm. 196.

Page 49: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

Pasal 834: Apabila seorang tampil sebagai ahli waris mereka berhak menuntut

supaya segala apa yang termasuk harta peninggalan yang meninggal diserahkan

kepadanya berdasarkan haknya sebagai ahli waris. Hak penuntut ini menyerupai

hak penuntutan seseorang pemilik suatu benda, dan menurut maksudnya

penuntutan itu harus ditujukan kepada orang yang menguasai suatu benda

warisan dengan maksud memilikinya.63

Pasal 836 mengatur: Supaya dapat bertindak sebagai ahli waris seorang harus

telah ada pada saat warisan itu dibuka.64

Pasal 899, menentukan: Dengan mengindahkan akan ketentuan dalam Pasal 2

KUH Perdata ini, untuk dapat menikmati sesuatu dari surat wasiat seorang harus

telah ada tatkala yang mewariskan meninggal dunia.65

Pasal 955 KUH Perdata: Pada saat yang mewariskan meninggal dunia:

1. Sekalian mereka dengan wasiat tersebut diangkat menjadi ahli waris;

2. Seperti pun mereka yang demi undang-undang berhak mewarisi sesuatu

bagian dalam warisannya, demi undang-undang pula memperoleh hak milik

atas peninggalan yang meninggal.66

Dalam hal mewarisi menurut undang-undang (ab-intestanto), dapat

dibedakan pula antara:

1. Orang-orang yang mewarisi uit-eigenhoofde (mewaris berdasarkan

kedudukan sendiri atau langsung);

63 Subekti,op.cit, hlm.96.64 Subekti, loc.cit.65 Idris Ramulyo. op .cit. hlm. 61.66 Subekti dan Tjitrosudibio, op.cit, hlm. 216.

Page 50: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

2. Mewarisi bij-plaatsvervulling, yaitu mewarisi sebagai ahli waris pengganti

(mawali menurut Hazairin atau representasi) apabila mereka bersama-sama

menggantikan seseorang dikatakan mereka mewarisi bij staken karena

mereka bersama merupakan suatu cabang (staak).67

Pasal 959 ayat 1 KUH Perdata: Tiap-tiap mereka yang menerima hibah wasiat

harus melakukan tagihannya akan penyerahan kebendaan yang dihibahkannya,

kepada para ahli waris atau para penerima wasiat yang diwajibkan

menyerahkannya. Para ahli waris dapat dituntut untuk memenuhi kewajiban-

kewajiban pewaris kecuali, jika:

a. Para ahli waris mempergunakan haknya untuk mengadakan pendaftaran harta

peninggalan atau dengan;

b. Penerimaan beneficiaire (beneficiaire aanvaarding); atau

c. Menolak harta peninggalan seperti diatur dalam pasal 1023, diungkapkan di

bawah ini.68

Pasal 1023 KUH Perdata (BW): Semua orang yang memperoleh hak atas suatu

warisan dan ingin menyelidiki keadaan harta peninggalan, agar mereka dapat

mempertimbangkan apakah bermanfaat bagi mereka, untuk menerima warisan-

warisan itu secara murni, atau dengan hak istimewa untuk mengadakan

pendaftaran harta peninggalan, ataupun pula untuk menolaknya, mempunyai hak

untuk memikir, dan tentang itu mereka harus melakukan suatu pernyataan di

Kepaniteraan Pengadilan Negeri, yang di dalam wilayahnya telah jatuh meluang

67 Subekti, op.cit., hlm. 98.68 Idris Ramulyo. op. cit. hlm. 62.

Page 51: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

warisan tersebut, pernyataan mana akan dibuktikan dalam suatu register yang

disediakan untuk itu.

Di tempat-tempat yang oleh lautan terpisah dari perhubungan langsung dengan

tempat kedudukan Pengadilan Negeri, pernyataan itu dapat dilakukan di hadapan

Kepala Daerah, pejabat mana akan mengadakan catatan tentang itu dan

memberitahukannya kepada Pengadilan Negeri yang selanjutnya akan

menyelenggarakan pembukuannya.69

Pasal 1057: Menolak suatu warisan harus terjadi dengan tegas, dan harus

dilakukan denga suatu pernyataan yang dibuat di Kepaniteraan Pengadilan

Negeri yang dalam daerah hukumnya telah terbuka warisan itu.70

Pasal 1058: Si waris yang menolak warisannya dianggap tidak pernah telah

menjadi waris.71

Pasal 1059: Bagian warisan seseorang yang menolak jatuh kepada mereka yang

sedianya berhak atas bagian itu, seandainya yang menolak itu tidak hidup pada

waktu meninggalnya orang yang mewariskan.72

Perihal Testament atau Wasiat

Pasal 875 KUH Perdata (BW): Adapun yang dinamakan surat wasiat tamen

adalah suatu fakta yang memuat pernyataan seseorang, tentang apa yang

dikehendaki akan terjadi setelah ia meninggal dunia, dan yang olehnya dapat

dicabut kembali. Yang paling lazim suatu testamen berisi apa yang dinamakan

suatu erfsteling, yaitu penunjukkan seorang atau beberapa orang menjadi ahli

69 Subekti dan Tjitrosudibio, op.cit. hlm. 233.70 Ali Afandi, Hukum Waris Hukum Keluarga Hukum Pembuktian Menurut KUH Perdata

(BW), (Jakrta: Bina Aksara, 1984), Cet. II. hlm. 65.71 Ibid. hlm. 66.72 Subekti dan Tjitrosudibio, op.cit. hlm. 238.

Page 52: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

waris yang akan mendapat seluruh atau sebagian dari warisan. Orang yang

ditunjuk itu, dinamakan: testamentaire erfgenaam yaitu ahli waris menurut

wasiat. Dan sama halnya dengan seorang ahli waris menurut undang-undang, ia

memperoleh segala hak dan kewajiban yang meninggal orderalgemeene title

suatu testamen juga dapat berisikan suatu legaat, yaitu suatu pemberian suatu

legaat dinamakan legataris.73

Suatu erferstelling atau suatu legaat dapat juga digantungkan pada suatu

syarat atau voorwaarde, yaitu: Suatu kejadian di kemudian hari yang pada saat

pembuatan testamen itu belum tentu akan datang atau tidak.74

Menurut bentuknya ada tiga macam testament, yaitu:

1. Openbaar testament, yang dibuat oleh seorang notaris dengan dua orang

saksi.

2. Olographis testament, dibuat dengan dengan tangan orang yang berwasiat,

kemudian dititipkan oleh notaris.

Penyerahan kepada notaris harus dihadiri oleh dua orang saksi, tanggal

penyerahan itu disebut akte van depot. Apabila pembuat testamen diserahkan

kepada Balai Harta Peninggalan (BHP) atau weeskamer.

3. Testament tertutup atau rahasia, yaitu testamen yang dibuat oleh si

pewasiat sendiri diserahkan kepada notaris dengan dihadiri oleh empat orang

saksi.75

Dalam hukum waris yang berhubungan dengan wasiat terkenal juga

istilah fidie commis dan fidie commis de resiiduo. Fidie berarti kepercayaan.

73 Idris Ramulyo. op. cit. hlm. 63.74 Subekti, op cit., hlm. 109.75 J. Satri. Hukum Waris, (Bandung: Paramita, 1988),. hlm. 185.

Page 53: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

Fidie commis berarti: Suatu pemberian warisan kepada ahli waris dengan

ketentuan bahwa ahli waris itu diwajibkan menyimpan warisan itu. Setelah ahli

waris itu meninggal dunia, harta peninggalan itu harus diserahkan kepada orang

lain yang ditetapkan dalam surat wasiat. Dalam undang-undang, fidie commis ini

juga dinamakan pemberian warisan secara melangkah atau lompat tangan.76

Pada umumnya, fidie commis ini dilarang oleh undang-undang (Pasal

879 ayat 1) dengan alasan bahwa: Dianggap suatu rintangan bagi kelancaran lalu

lintas hukum seolah-olah harta ini disingkirkan dari lalu lintas hukum, yang

diperbolehkan adalah fidie commis de residuo (Pasal 973 ayat 1).77

Pasal 973 ayat 1 KUH Perdata (BW): Ahli waris yang dibebani dengan fidie

commis de residuo, bila masih ada sisa harta peninggalan, sisa tadi harus

diwariskan lagi kepada orang yang sudah ditetapkan dalam surat wasiat:

Jadi, hanya sisa saja yang harus diwariskan kepada orang lain yang sudah

ditetapkan.78

C. Asas-Asas Dalam KUH Perdata

Dalam hukum waris berlaku suatu asas, bahwa hanyalah hak-hak dan

kewajiban dalam lapangan hukum kekayaan harta benda saja yang dapat

diwariskan, dengan kata lain hanyalah hak dan kewajiban yang dapat dinilai

dengan uang. Di samping itu berlaku juga suatu asas, bahwa apabila seorang

meninggal dunia maka seketika itu juga segala hak dan kewajibannya berallih

pada ahli warisnya. Asas tersebut tercantum dalam suatu pepatah Perancis yang

76 Subekti, op cit, hlm. 112.77 Idris Ramulyo. op. cit. hlm. 64.78 Subekti, op cit, hlm. 113.

Page 54: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

berbunyi le mort saisit le vif, sedangkan pengalihan segala hak dan kewajiban

dari orang yang meninggal dunia kepada para ahli waris itu dinamakan saisine,

yaitu suatu asas di mana sekalian ahli waris dengan sendirinya secara otomatis

karena hukum memperoleh hak milik atas segala barang, dan segala hak serta

segala kewajiban dari seorang yang meninggal dunia.

Merupakan asas juga dalam KUH Perdata (BW), adalah asas kematian

artinya pewarisan hanya karena kematian (Pasal 830 KUH Perdata). Demikian

juga hukum kewarisan menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata atau

Burgerlijk Wetboek yang masih mengenal tiga asas lain, yaitu:

1. Asas Individual

Asas individual (sistem pribadi) di mana yang menjadi ahli waris adalah

perorangan (secara pribadi) bukan kelompok ahli waris dan buka kelompok

klan, suku, atau keluarga. Hal ini dapat kita lihat dalam pasal 852 KUH

Perdata.79

2. Asas Bilateral

Asas bilateral artinya bahwa seseorang tidak hanya mewarisi dari bapak saja

tetapi juga sebaliknya dari ibu, demikian juga saudara laki-laki mewaris dari

saudara laki-lakinya, maupun saudara perempuannya, asas bilateral ini dapat

dilihat dari pasal 850, 853, dan 856 KUH Perdata yang mengatur bila anak-

anak dan keturunannya serta suami atau istri yang meninggal diwarisi oleh

ibu dan bapak serta saudara baik laki-laki maupun saudara perempuan.80

3. Asas Penderajatan

79 Subekti dan Tjitrosudibio, op.cit. hlm.200.80 Ibid.

Page 55: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

Asas penderajatan artinya ahli waris yang derajatnya dekat dengan pewaris

menutup ahli waris yang lebih jauh derajatnya maka untuk mempermudah

perhitungan penggolongan-penggolongan ahli waris.81

BAB IIIHAK WARIS ANAK SUMBANG

A. Kedudukan Anak Menurut KUH Perdata

Sebelum penulis membahas waris anak sumbang dalam KUH Perdata,

penulis akan membagi status anak ke dalam beberapa golongan yang mana

akan mempengaruhi dalam suatu pewarisan anak-anak tersebut.

Ada Beberapa Status Anak Dalam Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata (Burgerlijk Wetboek) yang menggolongkan tiga penggolongan

terhadap status anak, yaitu:

1. Anak syah, yaitu seorang anak yang lahir dalam suatu perkawinan (pasal

250 KUH Perdata).82

81 Idris Ramulyo. op. cit. hlm. 96.

Page 56: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

2. Anak yang lahir di luar perkawinan, tetapi dapat diakui.

Golongan ini adalah anak yang dilahirkan dari hubungan antara laki-laki

dan perempuan dimana keduanya tidak terikat dalam status perkawinan

dengan orang lain dan diantara keduanya tidak terdapat larangan apabila

keduanya melangsungkan perkawianan.83

3. Anak lahir di luar perkawinan, dan tidak dapat diakui baik oleh ayahnya

ataupun ibunya. Anak ini menurut hukum tidak punya ayah dan tidak

punya ibu.84

Selain itu menurut Undang-Undang No 1 Tahun 1974, Pasal 42-44,

ketentuan Undang-undang perkawinan kedudukan anak diatur secara tegas

sebagai berikut:

Pasal 42 berbunyi : ”Anak sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau

sebagai akibat perkawinan yang sah”.

Pasal 43 berbunyi :

1) Anak yang dilahirkan di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan

perdata dengan ibunya dan keluarga ibunnya.

2) Kedudukan anak tersebut ayat (1) di atas selanjutnya akan diatur dalam

peraturan pemerintah.

Pasal 44 berbunyi :

82 Sudarsono, Hukum Waris dan Sistem Bilateral, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), Cet. II. hlm.90.

83 Benyamin Asri dan Thabrani Asri, Dasar-Dasar Hukum Waris Barat Suatu PembahasanTeoritis Dan Praktek, ( Bandung : Tarsito, 1988), hlm. 13.

84 Ali Afandi, Hukum Waris Hukum Keluarga Hukum Pembuktian Menurut KUH Perdata(BW), (Jakrta: Bina Aksara, 1984), Cet. II,. hlm. 40.

Page 57: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

1) Seorang suami dapat menyangkal sahnya anak yang dilahirkan oleh

istrinya bilamana ia dapat membuktikan bahwa istrinya telah berzina dan

anak itu akibat daripada perzinaan tersebut.

2) Pengadilan memberikan keputusan tentang sah/tidaknya anak atas

permintaan pihak yang berkepentingan.

Menurut KUH Perdata anak yang dilahirkan atau dibesarkan selama

perkawinan, memperoleh suami sebagai ayahnya (pasal 250 KUH Perdata).

Sahnya anak yang dilahirkan sebelum hari keseratus delapan puluh (6 bulan)

dari perkawinan dapat diingkari oleh suami (pasal 251 KUH Perdata). anak

luar kawin, kecuali yang dilahirkan dari perzinahan atau sumbang, disahkan

oleh perkawinan yang menyusul dari ayah dan ibu mereka, bila sebelum

melakukan pengakuan secara sah terhadap anak itu. Apabila pengakuan

terjadi dalam akta perkawinannya sendiri (pasal 272 KUH Perdata).

Terhadap anak luar kawin yang dapat diakui, agar dapat mempunyai

hubungan hukum dengan orang tuanya, maka ia harus diakui. Anak luar

kawin yang sudah diakui dapat disahkan atau menjadi anak sah, apabila

kedua orang tuanya (yang membenihkanya) kemudian melangsungkan

perkawinan yang sah. Hal yang perlu diingat, bahwa pengakuan anak luar

kawin itu sifatnya personalijk. Sifat arti personalijk di sini, bahwa hubungan

keperdataan hanya ada antara anak luar kawin yang diakui dengan orang tua

yang mengakuinya. Sedangkan dengan sanak saudara yang mengakuinya

tidak ada hubungan85.

85 Benyamin Asri ,loc. cit.

Page 58: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

Oleh KUH Perdata ada kemungkinan seorang anak tidak hanya

mempunyai bapak, melainkan juga tidak mempunyai ibu dalam pengertian,

bahwa antara anak dengan seorang wanita yang melahirkanya itu, tidak ada

hubungan hukum sama sekali tentang pemberian nafkah, warisan dan lain-

lainya. Antara anak dan ibu baru ada perhubungan hukum, apabila si ibu

mengakui anak itu sebagai anaknya, di mana pengakuan itu harus

dilaksanakan dengan sistim tertentu, yaitu menurut pasal 281 KUH Perdata

dengan akte otentik sendiri (akte notaris) bila belum diadakan dalam akte

kelahiran si anak atau pada waktu pelaksanaan perkawinan, dapat juga

dilakukan dengan akte yang dibuat Pegawai Catatan Sipil (ambtenaar bij de

burgerlijk stand).86

B. Anak Sumbang Menurut KUH Perdata

Dalam KUH Perdata ada dua macam anak luar nikah (perkawinan)

yaitu anak luar perkawinan yang dapat diakui dan dan anak luar kawin yang

tidak dapat diakui. Anak luar nikah mempunyai dua pengertian yaitu:

1. Anak luar luar perkawinan yang dapat diakui adalah : anak yang lahir

diluar perkawinan yang sah87. Menurut Pasal 280 Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata antara anak luar nikah dan orang tuannya mempunyai

hubungan hukum (hubungan hukum perdata) apabila si bapak dan si ibu

mengakuinya.

Menurut KUH Perdata pengakuan itu dilakukan secara:

86 Omar Salim, Dasar-Dasar Hukum Waris Di Indonesia, (Jakarta; PT Reineka Cipta, 2006),hlm. 69.

87 Sudarson, loc. cit.

Page 59: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

a. Secara autentik (pasal 281 KUH Perdata)

b. Secara tegas dan tidak boleh disimpulkan.88

Dengan adanya pengakuan ini, status anak luar nikah tersebut

diakui antara lain dalam pemberian izin nikah, kewajiban timbal balik

dalam pemberian nafkah, perwalian, hak memakai nama, mewaris, dan

sebagainya. Setelah adanya pengakuan dari orang tuanya, maka menurut

kitab Undang-Undang Hukum Perdata pengakuan tersebut harus ada

pengesahan dengan cara:

a. Perkawinan Orang Tuanya.

Menurut pasal 285 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

pengesahan karena perkawinan orang tua yaitu bilamana seorang anak

dibenihkan di luar perkawinan, menjadi anak sah apabila sebelum

perkawinan orang tuanya telah mengakui anak luar nikah itu sebagai

anaknya. Pengakuan itu dapat dilakukan sebelum perkawinan atau

sekaligus dalam akte perkawinannya.89

b. Surat Pengesahan (pasal 275 KUH Perdata).

2. Mengenai pengertian anak luar kawin yang tidak dapat diakui ada dua

golongan yaitu:

1. Anak Zina (Overspeleg Kind)

Anak zina adalah anak yang lahir dari hubungan antara seorang laki-

laki dan seorang perempuan di mana salah satu atau keduannya terikat

dalam ikatan perkawinan yang sah dengan pihak lain.

88 J. Satrio Hukum Waris, (Bandung: Paramita, 1988),. hlm. 16889 Ibid.

Page 60: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

2. Anak Sumbang (Bloed Schenneg / darah yang dikotori).

Anak sumbang yaitu anak yang dilahirkan dari hubungan antara

seorang laki-laki dan seorang perempuan, yang diantara keduanya

terdapat larangan untuk menikah (karena terdapat hubungan darah,

misalnya kakak dengan adik). 90

Anak-anak tersebut menurut pasal 283 yang berbunyi: “Anak yang

dilahirkan karena perzinaan atau penodaan darah (incest, sumbang),

tidak boleh diakui tanpa mengurangi ketentuan pasal 273 mengenai anak

penodaan darah”yaitu tidak dapat diakui.

Dan mengenai hak waris anak-anak ini pasal 867 KUH Perdata

menentukan bahwa mereka tidak dapat mewaris dari orang yang

membenihkanya. Tetapi undang-undang memberikan kepada mereka hak

menuntut pemberian nafkah seperlunya terhadap boedel (warisan yang

berupa kekayaan saja), nafkah ditentukan menurut si ayah atau si ibu

serta jumlah dan keadaan para pewaris yang sah.91

C. Hak Waris Anak Sumbang Menurut Pasal 867 KUH Perdata.

Di atas telah disinggung tentang unsur-unsur waris BW yakni:

Pewaris, ahli waris dan harta warisan. Ketiga unsur hukum waris ini sebagai

sarat adanya pewarisan, kalau tidak ada salah satunya maka hukum waris

tidak bisa diberlakukan/ tidak terlaksana tanpa adanya :

a) Pewaris (Erflater)

90 Benyamin Asri, op. cit. hlm. 12.91 Ali Afandi, op.cit, hlm. 43.

Page 61: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

Siapa yang layak disebut sebagai pewaris? banyak kalangan yang

memberi jawaban atas pertanyaan ini dengan menunjuk pasal 830 BW,

yaitu “Pewarisan hanya berlangsung karena kematian”. Pewaris adalah

seseorang yang meninggal dunia, baik laki-laki maupun perempuan yang

meninggalkan sejumlah harta kekayaan, maupun hak-hak yang diperoleh

beserta kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan selama hidupnya,

baik dengan surat wasiat maupun tanpa surat wasiat. Karenanya adalah

penting artinya untuk menetapkan dengan teliti saat meninggal itu.

Biasannya yang dianggap sebagai yang menentukan, adalah saat jantung

berhenti berdenyut.92

b) Ahli waris (Erfenaam)

Ahli waris menurut UU terdiri atas 4 golongan yaitu;

1. Golongan I terdiri atas: suami atau istri yang hidup terlama ditambah

anak atau anak-anak serta sekalian keturunan anak-anak tersebut. Hal

tersebut terdapat pada pasal 832, 852, dan 852 a KUH Perdata.

Apabila ada diantara anak yang sah yang telah meninggal dunia maka

keturunan yang sah (cucu) dari anak sah yang telah meninggal dunia

tersebut bisa tampil sebagai ahli waris menggantikan orang tuanya

yang telah meningal dunia tersebut. Hak bagian cucu mengikuti

bagian orang tuanya. Bagian istri atau suami ini terdapat perbedaan.

2. Golongan II terdiri atas: ayah, ibu, dan saudara-saudari serta sekalian

keturunan sah dari saudara-saudari tersebut sebagai ahli waris

92 A Pitlo, Hukum Waris Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Hukum Perdata Belanda,Jakarta : PT Intermasa, 1990, Hal, 15

Page 62: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

pengganti saudara-saudari tersebut jika diantara mereka ada yang

sudah meninggal dunia. Hal tersebut terdapat pada pasal 854, 855,

856, dan 857 KUH Perdata.

3. Golongan III terdiri atas: kakek nenek dari ayah dan kakek nenek dari

ibu. Pembagian warisan dari golongan ini harus dikloving terlebih

dahulu. Maksudnya harta peninggalan yang ada dibagi dua terlebih

dahulu. Setengah bagian pertama merupakan hak bagian kakek nenek

dari garis ibu dan setengah bagian lainnya merupakan hak bagian

kakek nenek garis ayah. Apabila kakek nenek garis ibu masih hidup

maka mereka mendapatkan seperempat bagian. Sedangkan apabila

kakek nenek dari garis ayah tinggal kakek saja maka kakek tersebut

mendapat utuh setengah bagian (pasal 853 dan 859 KUH Perdata).

4. Golongan IV terdiri atas: keluarga sedarah dari garis menyimpang

yang dibatasi sampai derajat keenam, baik dari pihak ayah maupun

pihak ibu. Ahli waris ini baru bisa dibutuhkan apabila tidak ada

golongan ahli waris dari golongan III (pasal 861 KUH Perdata).93

c) Warisan (nalaten schap)

Warisan atau yang disebut harta warisan yaitu: wujud kekayaan

yang ditinggalkan dan selalu beralih kepada para ahli waris tersebut.

Dalam sistem BW tidak mengenal istilah harta asal dan harta gono-gini

atau harta yang diperoleh bersama di dalam perkawinan, sebab harta

warisan dalam BW dari siapapun juga merupakan “kesatuan” yang secara

93 Idris Ramulyo, Perbandingan Hukum Kewarisan Islam dengan Kewarisan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Edisi Revisi), (Jakarta: Sinar Grafika, 2004), Cet. I, hlm. 96-98.

Page 63: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

bulat dan utuh dalam keseluruhan akan beralih dari tangan pewaris

kepada seluruh ahli warisnya; artinya dalam B.W. tidak dikenal

perbedaan pengaturan atas dasar macam atau asal barang-barang yang

ditinggalkan pewaris. Hal tersebut ditegaskan dalam pasal 849 BW. 94

Sebelum ada pembagian warisan maka kepada ahli waris ada

beberapa ketentuan-ketentuan tentang kewajiban-kewajiban yang harus

dilunasi kewajiban dari mayit yaitu: Pembayaran utang-utang mayit,

pengurusan mayit, hibah wasiat. Dalam pasal 1100 disebutkan; “Para waris

yang telah menerima suatu warisan diwajibkan dalam hal pembayaran

hutang, hibah wasiat dan lain-lain, memikul bagian yang seimbang dengan

apa yang diterima masing-masing dari warisan”.

Dalam hal pengurusan mayat yaitu pemakaman mayat bahwa harta

warisan yang pertama harus dimanfaatkan untuk membayar segala keperluan

guna terlaksananya pemakaman mayat tersebut. Dalam hal ini Burgerlijk

Wetboek tidak meancantumkan dalam bagian warisan, akan tetapi dalam

pasal 1149 kedua, yang menjelaskan biaya pemakaman mayit itu sebagai

utang preferent, yaitu terlebih dahulu diutamakan pembayarannya dari harta

warisannya, sebelum utang yang lain dilunasi.95

Hanya satu jenis utang yang harus lebih diutamakan pembayarannya

sebelum biaya pemakaman, yaitu biaya untuk menyita barang-barang yang

bersangkutan guna untuk dilelangkan barang-barang itu di muka umum untuk

94 Benyamin Asri, op. cit. hlm. 5.95 Omar salim, op.cit, hlm. 19.

Page 64: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

melunasi utang-utang, itu bila mana harta warisan tidak memenuhi untuk

dibayar semua utang-utangnya.96

Menurut Pasal 838 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang

dianggap tidak patut menjadi ahli waris dan karenanya dikecualikan dari

pewarisan ialah:

1. Mereka yang dengan putusan hakim dihukum karena dipersalahkan telah

membunuh, atau mencoba membunuh orang yang meninggal.

2. Mereka yang dengan putusan hakim pernah dipersalahkan, karena secara

fitnah telah mengajukan pengaduan terhadap orang yang meninggal, ialah

pengaduan telah melakukan sesuatu kejahatan yang terancam dengan

hukuman penjara lima tahun lamanya atau hukuman yang lebih berat.

3. Mereka yang dengan kekerasan atau perbuatan telah mencegah orang yang

meninggal untuk membuat atau mencabut surat wasiatnya;

4. Mereka yang telah menggelapkan, merusak, atau memalsukan surat wasiat

orang yang sudah meninggal.

Menurut Pasal 840 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW),

anak-anak dari ahli waris yang tidak pantas itu, tidak boleh dirugikan oleh

salahnya orang tua apabila anak-anak itu menjadi ahli waris atas kekuatan

sendiri (uiteigen-hoofde) artinya apabila menurut hukum warisan anak-anak

itu tanpa perantara orang tuanya mendapat hak selaku ahli waris.97

Akibat dari perbuatan ahli waris tersebut yang tidak pantas mengenai

barang warisan adalah batal, dan bahwa seorang hakim dapat menyatakan

96 Ibid,97 Wirjono Prodjodikoro. Hukum Waris Di Indonesia, (Bandung: Sumur, 1983), hlm. 91.

Page 65: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

tidak pantas itu dalam jabatannya dengan tidak perlu menunggu penuntutan

dari pihak apapun juga. Selanjutnya dalam Pasal 839 KUH Perdata (BW),

mewajibkan seorang ahli waris yang tidak pantas itu untuk mengembalikan

hasil yang ia telah petik dari barang-barang warisan.98

Setiap notaris yang dengan perantaranya telah membuat akta dari

sesuatu wasiat dan segala saksi yang telah menyaksikan pembuatan akta itu

(demikian juga pendeta yang telah melayani atau tabib yang merawat orang

meninggal itu selama sakitnya yang terakhir), semua mereka itu tidak

diperbolehkan menikmati sedikit pun dari wasiat itu yang telah

dihibahkannya.99.

Dalam hukum kewarisan, status anak sumbang sebagaimana diketahui

dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata pasal 867 berbunyi:

“Ketentuan-ketentuan tersebut di atas ini tidak berlaku bagi anak-anak yang

lahir dari perzinaan atau sumbang. Undang–undang hanya memberikan

nafkah seperlunya kepada mereka”.

Dalam pasal di atas ada dua status anak yang mana tidak berhak

menuntut atas waris dari kedua orang tua mereka selama mendapat asupan

nafkah selama hidupnya anak tersebut yaitu; Anak zina (Overspeleg kind) dan

anak sumbang (Bloed Schenneg/ darah yang dikotori). Pasal 868 KUH

Perdata juga menjelaskan tentang hak waris terhadap sumbang. Undang-

undang hanya memberikan kepada anak sumbang hak menuntut pemberian

nafkah seperlunya terhadap harta yang besarnya tidak tertentu tergantung dari

98 Ibid.99 Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, (Jakarta: Intermasa, 1984), Cet. 19, hlm. 209.

Page 66: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

besarnya kemampuan bapak atau ibunya dan keadaan para ahli waris yang

sah.100

Keadaan ahli waris yang sah, apakah mereka mampu atau miskin,

turut menentukan besarnya hak alimentasi anak-anak zina atau sumbang hal

ini sesuai dengan pasal 868 KUH Perdata, yaitu nafkah diatur sesuai

kekayaan bapak atau ibu. Harus ditegaskan pula, bahwa tuntutan anak seperti

itu akan memperoleh sesuatu dari harta warisan, bukanlah merupakan sesuatu

tuntutan sebagai ahli waris, tetapi sebagai suatu tuntutan seperti dari seorang

piutang (kreditur). 101

Adakalanya anak semacam ini oleh si ibu atau si bapak pada waktu

mereka masih hidup, sudah dijamin penghidupanya. Kalau ini terjadi maka

menurut pasal 869 KUH Perdata, untuk anak seperti ini sama sekali tidak ada

kemungkinan untuk mendapatkan bagian harta warisan yang ditinggalkan

oleh sanak keluarga dari atau si bapak. 102

100 J. Satrio, op. cit. hlm. 173.101 Ibid.102 Wiryono Projdodikoro. loc. cit.

Page 67: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

BAB IV

ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG KEDUDUKAN ANAK SUMBANG

TERHADAP HARTA WARISAN MENURUT KUH PERDATA

A. Analisis Kedudukan Anak Sumbang Menurut Pasal 867 KUH Perdata

Anak sumbang yaitu anak yang dilahirkan dari hubungan antara

seorang laki-laki dan seorang perempuan, yang diantara keduanya terdapat

larangan untuk menikah (karena terdapat hubungan darah, misalnya kakak

dengan adik). 103

Mengenai hak waris anak sumbang, Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata menentukan bahwa mereka tidak dapat mewarisi dari orang yang

membenihkanya. Hal ini sesuai dengan pasal 867: “Ketentuan-ketentuan

tersebut di atas ini tidak berlaku bagi anak-anak yang lahir dari perzinaan atau

sumbang. Undang–undang hanya memberikan nafkah seperlunya kepada

mereka”.

Menurut Sudikno Mertokusumo dalam menafsirkan pasal sebuah

undang-undang, maka metode gramatikal harus disebutkan lebih dulu.

Penafsiran gramatikal berarti kita mencoba menangkap arti suatu naskah

menurut bunyi kata-katanya. 104 Hemat penulis pasal 867 sudah jelas tentang

pemberian harta warisan terhadap anak sumbang dan tidak perlu ditafsirkan lagi.

Sudikno berpendapat bahwa apabila kata-kata dalam pasal tersebut jelas, kita

103 Benyamin Asri dan Thabrani Asri, Dasar-Dasar Hukum Waris Barat Suatu PembahasanTeoritis Dan Praktek, ( Bandung : Tarsito, 1988), hlm. 12.

104 Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum, (Yogyakarta: Citra Adtya Bakri, 1993), Cet. I,hlm. 58- 59.

Page 68: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

tidak boleh menyimpang dari kata-kata tersebut, kalau memang demikian

artinya, maka pada kata-kata yang sudah jelas tersebut, kita tidak boleh

menafsirkannya.105

Dalam kasus ini dijelaskan, bahwa undang-undang memberikan kepada

mereka hak menuntut pemberian nafkah seperlunya, nafkah untuk hidup meski

diatur sesuai kekayaan bapak atau ibu sesuai jumlah dan keadaan ahli waris yang

berwenang (hak) atas harta warisan. Bilamana ahli waris ini banyak yang

miskin, maka kian sedikitlah dari harta warisan diberikan sebagai nafkah untuk

hidup kepada anak-anak yang tidak diakui sebagai anak sah. Harus ditegaskan

pula, bahwa tuntutan anak seperti itu akan memperoleh dari harta warisan,

bukanlah tuntutan sebagai ahli waris, tetapi sebagai suatu tuntutan seperti dari

seorang piutang (kreditur).106 Disebutkan dalam pasal 868 KUH Perdata:

“Nafkah itu diatur sesuai dengan kemampuan bapak atau ibu atau menurut

jumlah dan keadaan para ahli waris yang sah menurut undang-undang”.

Kalimat sudah dinafkahi oleh ayah dan ibunya selama hidupnya nafkah

di sini ditentukan sebagai berikut: “Nafkah ditentukan menurut si ayah atau si

ibu serta jumlah dan keadaan para pewaris yang sah, jadi dalam penafkahan anak

sumbang pun tidak bisa menentukan jatah nafkah sesuai keinginan nafkahnya

sendiri”.107

Dan adakalanya seorang anak semacam ini oleh si ibu atau oleh si

bapak pada waktu mereka masih hidup, sudah dijamin penghidupanya, maka

105 Ibid.106 J. Satrio Hukum Waris, (Bandung: Paramita, 1988),. hlm. 173.107 Ali Afandi, Hukum Waris Hukum Keluarga Hukum Pembuktian Menurut KUH Perdata

(BW), (Jakrta: Bina Aksara, 1984), Cet. II,. hlm. 43.

Page 69: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

kalau ini terjadi, anak penodaan darah sama sekali tidak akan mendapatkan harta

warisan yang ditinggalkanya. Menurut pasal 869 BW, disebutkan: “Bila

bapaknya atau ibunya sewaktu hidup telah memberikan jaminan nafkah

seperlunya untuk anak yang lahir dan perzinaan atau penodaan darah, maka

anak itu tidak mempunyai hak lebih lanjut untuk menuntut warisan dari bapak

atau ibunya”. 108

Hal ini berbeda dengan pasal 838 KUH Perdata, menurut Pasal 838

tersebut yang dianggap tidak patut menjadi ahli waris dan karenanya

dikecualikan dari pewarisan ialah:

5. Mereka yang dengan putusan hakim dihukum karena dipersalahkan telah

membunuh, atau mencoba membunuh orang yang meninggal.

6. Mereka yang dengan putusan hakim pernah dipersalahkan, karena secara

fitnah telah mengajukan pengaduan terhadap orang yang meninggal, ialah

pengaduan telah melakukan sesuatu kejahatan yang terancam dengan

hukuman penjara lima tahun lamanya atau hukuman yang lebih berat.

7. Mereka yang dengan kekerasan atau perbuatan telah mencegah orang yang

meninggal untuk membuat atau mencabut surat wasiatnya.

8. Mereka yang telah menggelapkan, merusak, atau memalsukan surat wasiat

orang yang sudah meninggal.109

Sangat jelas sekali bahwa anak penodaan darah tidak disebutkan dalam

pasal tersebut.

108 Ibid.109 Subekti dan Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (terjemahan Burgerlijk

Wetboek), (Jakarta: Pradnya Paramita, 1960.

Page 70: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

Namun perlu diingat dasar hukum seseorang ahli waris mewarisi

sejumlah harta pewaris menurut sistem hukum waris BW ada dua cara, yaitu

menurut ketentuan undang-undang dan ditunjuk dalam surat wasiat

(testament).110

Undang-undang telah menentukan bahwa untuk melanjutkan

kedudukan hukum seseorang yang meninggal, sedapat mungkin disesuaikan

dengan kehendak dari orang yang meninggal itu. Undang-undang berprinsip

bahwa seseorang bebas untuk menentukan kehendaknya tentang harta

kekayaannya setelah ia meninggal dunia. Akan tetapi apabila ternyata seorang

tidak menentukan sendiri ketika ia hidup tentang apa yang akan terjadi terhadap

harta kekayaannya, maka dalam hal demikian undang-undang kembali akan

menentukan perihal pengaturan harta yang ditinggalkan seseorang tersebut.

Disamping undang-undang, dasar hukum seseorang mewarisi harta peninggalan

pewaris juga melalui cara yang ditunjuk dalam surat wasiat.111

Surat wasiat atau testament adalah “suatu pernyataan tentang apa yang

dikehendaki setelah ia meninggal dunia”. Sifat utama surat wasiat adalah

mempunyai kekuatan berlaku setelah pembuat surat wasiat meninggal dan tidak

dapat ditarik kembali. Selama pembuat surat wasiat masih hidup, surat wasiat

masih dapat diubah atau dicabut, sedangkan setelah pembuat wasiat meninggal

dunia surat wasiat tidak dapat lagi diubah, dicabut, maupun ditarik kembali oleh

siapa pun. Seseorang dapat mewariskan sebagian atau seluruhnya hartanya

dengan surat wasiat. Apabila seseorang hanya menetapkan sebagian dari

110 Eman Suparman, Hukum Waris Indonesia Dalam Perspektif Islam, Adat dan BW,(Bandung: Refika Aditama, 2005), hlm. 31..

111 Ibid .

Page 71: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

hartanya melalui surat wasiat, maka sisanya merupakan bagian ahli waris

berdasarkan undang-undang (ahli waris ab intestato). 112

Kalau si pewaris memang benar-benar ingin memberikan warisan

terrhadap anak hasil dari hubungan subhat, pewaris bisa saja menggunakan opsi

selain ketentuan undang-undang, yaitu dengan cara testament. Namun

berdasarkan beberapa peraturan-peraturan yang termuat dalam BW tentang surat

wasiat, dapat disimpulkan bahwa yang diutamakan adalah ahli waris menurut

undang-undang. Hal ini terbukti beberapa peraturan yang membatasi kebebasan

seseorang untuk membuat surat wasiat agar tidak sekehendak hatinya. Ketentuan

yang terdapat dalam BW yang isinya membatasi seseorang pembuat surat wasiat

agar tidak merugikan ahli waris menurut undang-undang antara lain dapat dilihat

dari substansi pasal 881 ayat (2), yaitu: “Dengan sesuatu pengangkatan waris

atau pemberian hibah, pihak yang mewariskan atau pewaris tidak boleh

merugikan para ahli warisnya yang berhak atas sesuatu bagian mutlak”.113

Di sini nampak benar pembuat undang-undang mendahulukan

kepentingan keluarga yang sah yaitu anak dari hasil perkawinan yang sah. Jadi

pemberian seorang pewaris berdasarkan surat wasiat tidak bermaksud untuk

menghapuskan hak untuk mewarisi secara ab intestato.114

B. Analisis Hukum Islam Terhadap Pasal 867 KUH Perdata

Di depan telah dipaparkan oleh penulis bahwa anak sumbang yaitu anak

yang dilahirkan dari hubungan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan,

112 Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, (Jakarta: Intermasa, 1984), Cet. 19, hlm. 78.113 Eman Suparman, op. cit. hlm. 33.114 Ibid. hlm. 32.

Page 72: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

yang diantara keduanya terdapat larangan untuk menikah (karena terdapat

hubungan darah, misalnya kakak dengan adik). Sedangkan anak sah dalam KUH

Perdata anak yang dilahirkan dalam perkawinan yang sah. Status anak penodaan

darah dalam hukum waris tidak bisa memperoleh hak ataupun menuntut warisan

dari kedua orang tuanya, hal ini sesuai dengan pasal 867 KUH Perdata:

“Ketentuan-ketentuan tersebut di atas ini tidak berlaku bagi anak-anak yang

lahir dari perzinaan atau penodaan darah. Undang –undang hanya memberikan

nafkah seperlunya kepada mereka”.

Keadaan ahli waris yang sah, apakah mereka mampu atau miskin, turut

menentukan besarnya hak alimentasi anak penodaan darah, hal ini sesuai dengan

pasal 868 KUH Perdata, yaitu nafkah diatur sesuai kekayaan bapak atau ibu.

Harus ditegaskan pula, bahwa tuntutan anak seperti itu akan memperoleh sesuatu

dari harta warisan, bukanlah merupakan sesuatu tuntutan sebagai ahli waris,

tetapi sebagai suatu tuntutan seperti dari seorang piutang (kreditur). 115

Adakalanya anak semacam ini oleh si ibu atau si bapak pada waktu

mereka masih hidup, sudah dijamin penghidupanya. Kalau ini terjadi maka

menurut pasal 869 KUH Perdata, untuk anak seperti ini sama sekali tidak ada

kemungkinan untuk mendapatkan bagian harta warisan yang ditinggalkan oleh

sanak keluarga dari atau si bapak. 116

Dalam hal ini, hukum Islam memandang anak sumbang sebagai anak

zina, karena anak sumbang ini hasil di luar nikah. Hasbi As-Shidqy dalam

bukunya fiqih mawaris mendefinisikan anak zina sebagai anak yang dikandung

115 Ali Afandi, loc.cit.116Wiryono projdodikoro, Hukum Waris di Indonesia, Bandung; SUMUR, 1983

Page 73: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

oleh ibunya dari seorang laki-laki yang menggaulinya, tanpa nikah yang

dibenarkan oleh syar’i. anak zina dalam urf modern walad ghoiru syar’i (anak

yang tidak diakui agama), sebagaimana ayahnya ghiru syar’i. Oleh karena itu

anak zina, baik laki-laki maupun perempuan tidak diakui hubungan darah

dengan ayahnya, maka ia tidak mewarisai harta ayahnya dan tidak pula dari

seorang kerabat ayahnya, sebagaimana ayah yang tidak mewarisinya lantaran tak

ada sebab saling mempusakai antara keduanya, yaitu hubungan darah. Sepereti

definisi hasbi di atas, hal waris anak hasil zina sama kedudukanya dengan anak

mula’nah.117 Sebab sabda Nabi Muhammad SAW:

)(Artinya: “Anak yang lahir adalah milik pemilik kasur (suami) dan pezinanya dihukum”.

Kemudian dalam KHI Pasal 186 “Anak yang lahir di luar perkawinan hanya mempunyai

hubungan saling mewarisi dengan ibumya dan keluarga pihak ibunya”. Jadi dengan demikian

anak yang lahir di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan saling mewaris dengan dengan

ibunnya dan keluarga ibunya.

Anak yang dihasilkan dari sumbang biasa disebut dengan anak haram

(disamakan dengan anak zina), maka sebenarnya anak itu adalah anak yang suci

sama seperti anak yang lain, yang menjadikan anak haram karena dihasilkan dari

perbuatan orang tuanya yang melakukan perbuatan yang dilarang oleh Agama

dan undang-undang, maka dengan entengnya masyarakat menyebutnya dengan

anak haram. Dalam agama anak itu tidak boleh dinasabkan kepada ayahnya,

meskipun secara biologis ayahnya jelas dan jumhur ulama (ulama madzhab)

117 Hasbi Ash Shiddieqy, Fiqih Mawaris Bulan Bintang Jakarta, 1973.

Page 74: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

berpendapat sama tidak mewarisi dan mewariskan antara anak sumbang dan

ayahnya. 118

Adapun jika dilihat dari segi ketentuan Allah SWT, anak tersebut tetap

sebagai anaknya sendiri. Hal ini demi menjaga kepentingan anak sumbang.

Karena itu, anak tersebut tidak boleh menerima zakat yang dikeluarkan ayahnya.

Jika ayahnya membunuhnya tidak ada hukuman qishashnya. Antara anak ini

dengan anak dari ayahnya menjadi mahram. 119

Jika dilihat pemberian harta warisan terhadap anak sumbang antara hukum Islam

dan KUH Perdata memang berbeda, hukum Islam memandang anak semacam

ini mendapatkan hak waris dari garis ibu, sedangkan KUH Perdata memutuskan

dalam pasalnya bahwa anak ini tidak berhak mendapatkan hak waris dari orang

tuanya. Kalau dicermati dalam KUH Perdata anak sumbang masih punya

peluang untuk mendapatkan hak waris dengan jalur wasiat (testament). Menurut

penulis hak waris anak sumbang menurut hukum Islam itu lebih tinggi daripada

KUH Perdata, dalam Islam disamping anak tersebut mendapat hak waris dari

ibunya ia juga masih punya kesempatan untuk mendapatkan wasiat dari ayah

dan ibunya, sedangkan dalam KUH Perdata anak tersebut hanya mendapatkan

peluang wasiat dari orang tuanya.

118 zyumardi Azra, Ensiklopedi Islam, PT Ichtiar Baru Van Hove, 2005119 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Darul fikr, 1983, jilid II.

Page 75: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

Bab V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dari bab pertama sampai bab keempat, dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Anak sumbang menurut KUH Perdata yaitu anak yang dilahirkan dari hubungan

antara seorang laki-laki dan seorang perempuan, yang diantara keduanya

terdapat larangan untuk menikah (karena terdapat hubungan darah, misalnya

kakak dengan adik), dan anak tersebut bukan anak sah dan tidak dapat diakui pula.

Mengenai hak waris anak penodaan darah, Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata menentukan bahwa mereka tidak dapat mewarisi dari orang yang

membenihkanya. Hal ini sesuai dengan pasal 867 KUH Perdata. Tetapi undang-

undang memberikan kepada mereka hak menuntut pemberian nafkah seperlunya,

nafkah untuk hidup meski diatur sesuai kekayaan bapak atau ibu sesuai jumlah

dan keadaan ahli waris yang berwenang (berhak) atas harta warisan, hal ini sesuai

dengan pasal 868 KUH Perdata

2. Kedudukan waris anak sumbang dalam hukum Islam dan Pasal 867 KUH

perdata terdapat adanya persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah sama-

sama dilahirkan di luar perkawinan, yang tidak mempunyai nasab ke bapaknya

dan imbasnya tidak ada waris bagi anak yang berstatus anak sumbang. Dan

perbedaan dalam Hukum Islam dan Pasal 867 KUH Perdata yaitu dalam Hukum

Page 76: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

Islam anak sumbang dinasabkan kepada ibunya, dan juga akan mendapatkan

waris dari pihak ibunya. Dalam Pasal 867 KUH Perdata anak sumbang tidak bisa

dinasabkan kepada ibunya begitu pula terhadap bapaknya dan imbasnya tidak ada

waris dari ibunya begitu pula bapaknya.

B. Saran-Saran

Dalam usaha penyusunan Hukum Waris Nasional sebaiknya Pemerintah

dengan DPR harus melakukan secara hati-hati, mengingat akan sifat pekanya bidang

ini yang memang erat sekali hubungannya dengan Agama dan kebudayaan agar tidak

menimbulkan keresahan dalam masyarakat. Mengingat akan pentingnya penyusunan

Hukum Waris Nasional ini kiranya langkah-langkah ke arah itu harus mulai

dilakukan secara bertahap, walaupun masih ada pendapat yang menyatakan bahwa

pada saat ini masih belum waktunya. Usaha tersebut dapat dimulai di bidang yang

cukup netral, misalnya yang menyangkut bidang administrasinya saja. Disarankan

pula agar Hukum Waris Nasional yang akan disusun nanti tidak perlu seluruhnya

bersifat memaksa (dwingend recht) akan tetapi di mana perlu ada bagian-bagiannya

yang yang bersifat mengatur saja (regelend recht).

C. Penutup

Seiring dengan karunia dan limpahan rahmat yang diberikan kepada segenap

makhluk manusia, maka tiada puji dan puja yang patut dipersembahkan melainkan

hanya kepada Allah SWT. Dengan hidayahnya pula tulisan sederhana ini dapat

diangkat dalam skripsi yang tidak luput dari kekurangan dan kekeliruan. Menyadari

Page 77: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

akan hal itu, bukan suatu pretensi bila penulis mengharap secercah kritik dan saran

menuju kesempurnaan tulisan ini.

Harapan yang tidak terlampau jauh adalah manakala tulisan ini memiliki nilai

manfaat dan nilai tambah dalam memperluas nuansa berpikir para pembaca budiman.

Akhir kata puji dan syukur hanya kepada Allah SWT. Amiin.

Page 78: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Irwan, dkk, Islam Dan Konstruksi Seksualitas, Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2002, Cet. I.

Afandi, Ali, Hukum Waris Hukum Keluarga Hukum Pembuktian Menurut KUH

Perdata (BW), Jakrta: Bina Aksara, 1984, Cet. II.

Al-Bayan, Muhammad Zaid Syarah al-Ahkam al-Syariyah fi Ahwali al-Syahksiyah,

Juz. II, Beirut: Maktabah Nahdhiyah, t.t

Ali, Zainuddin Hukum Perdata Islam Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2006, Cet. I.

Al-Jaziri, Abdurrahman, Kitab al-Fiqh Ala Madzahib al-Arba’ah, Juz, IV, Beirut:

Dar al-KItab al-Alamiyah, t.t..

An-naisaburi, al-Imam Abu al-Husain Muslim bin al-Hajaj Qusairi, Sahih Muslim,

Jilid II, Semarang: Usaha Keluarga, t.t.

Anshori, Abdul Ghofur, Hukum Kewarisan Islam Di Indonesia, Yogyakarta:

Ekonisia, 2002, Cet. I.

Arimin, Tatang M. Menyusun Rencana Penelitian, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 1995, Cet. 3.

Asri, Benyamin dan Thabrani Asri, Dasar-Dasar Hukum Waris Barat Suatu

Pembahasan Teoritis Dan Praktek, Bandung : Tarsito, 1988.

Azra, Azyumardi,Ensiklopedi Islam, PT Ichtiar Baru Van Hove, 2005

Basyir, Ahmad Azhar, Hukum Waris Islam, Yogyakarta: Fak. Ekonomi UII, 1981.

Darmodiharjo, Darji dan Shidarta, Pokok-pokok Filsafat Hukum, Apa dan

Bagaimana Filsafat Hukum Islam, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,

Page 79: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

2002.

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Surabaya: Surya Cipta

Aksara, 1993.

Derpartemen Agama., Kompilasi Hukum Islam, Jakarta, Bumi Restu, 1987

Hadi, Sutrisno Metodologi Research, Jilid I, Yogyakarta: Andi Offset, 2001, Cet. 32.

Hayati, Elli Nur, Panduan Untuk Pendamping Perempuan Korban Kekerasan

(Konseling Berwawasan Gender), Yogyakarta: Rifka Annisa, 2000, Cet. I.

Hazairin, Hukum Kewarisan Bilateral Menurut al-Quran Dan Hadits, Jakarta:

Tintamas, 1982.

Ibrohim, Abdullah bin Hajazi bin, Hasyiyah al-Syarqawi, Juz II, Dar al-Fikr, t.t.

Intruksi Presiden RI tahun 1991, Kompilasi Hukum Islam.

Kahmad, Dadang Metode Penelitian Agama, Bandung : CV. Pustaka Setia, 2000.

Kartono, Kartini, Psikologi Abnormal Dan Abnormalitas Seksual, Bandung: Mandar

Maju, 1989, Cet. VI.

Lubis, Suhrawardi. K. dan Komis Simanjuntak, Hukum Waris Islam, Jakarta: Sinar

Grafika, 2008), Cet. II.

Majah, Abi Abdillah Muhammad Ibn, Sunanu Ibn Majah, Juz. II, Kairo:Dar al-Fikr,

t.t.

Mughniyah, Muhammad Jawad, al-Ahwal al-Syahsiah, Beirut: Dar al-Ilmi

Lilmalayin, 1964, Cet. I.

Pitlo, MR. A., M. Isa Arief (ed) Hukum Waris Menurut Kitab Undang-Undang

Hukum Hukum Perdata Belanda, Jakarta : PT Intermasa, 1990.

Poerwadarminta, W.Js, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, PT Bale Pustaka. 2006.

Page 80: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

Prodjodikoro, Wirjono, Hukum Waris Di Indonesia, Bandung: Sumur, 1983.

Rahman, Fatchur Ilmu Waris, Bandung: Al-Ma’arif, 1981.

Ramulyo, Idris, Perbandingan Hukum Kewarisan Islam dengan Kewarisan Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata (Edisi Revisi), (Jakarta: Sinar Grafika,

2004), Cet. I. hlm. 84

Rasyid, Moh., Pendidikan Seks Mengubah Seks Abnormal Menuju Yang Lebih

Bermoral ,Kudus: Syiar Media Publishing, 2007, Cet. I.

Rofiq, Ahmad Fiqih Mawaris, Jakarta: Raja Grafindo Persada,1995, Cet. 2.

Sa’abah, Marzuki Umar, Perilaku Seks Menyimpang Dan Seksualitas Kontemporer

Umat Islam, Yogyakarta” UII Press, 2001, Cet. I.

Salim, Omar, Dasar-Dasar Hukum Waris Di Indonesia, Jakarta; PT Reineka Cipta,

2006.

Salman, H.R.Otje dan Mustofa Haffas, Hukum Waris Islam, Bandung; 2002

Saputra G.Karta dan R.G. Karta Sapoetra, Pembahasan Hukum Benda, Hipotik Dan

Warisan, Jakarta: Bumi Aksara, t.t.

Satrio, J., Hukum Waris, Bandung: Paramita, 1988.

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian Normatif, Suatu tinjauan singkat,

Jakarta: CV. Rajawali, t.t.

Subekti dan Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (terjemahan

Burgerlijk Wetboek), Jakarta: Pradnya Paramita, 1960.

Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta: Intermasa, 1984, Cet. 19.

Sudarsono, Hukum Waris dan Sistem Bilateral, Jakarta: Rineka Cipta, 1994, Cet. II.

Suparman, Eman, Intisari Hukum Waris Indonesia, Bandung: Mandar Maju, 1995.

Page 81: KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nurrokhmad-4685-1-skripsi-_.pdf · KEDUDUKAN ANAK SUMBANG DALAM PENERIMAAN HARTA WARISAN (ANALISIS

, Hukum Waris Indonesia Dalam Perspektif Islam, Adat dan BW, Bandung:

Refika Aditama, 2005.

Syarif, Surini Ahlan, Intisari Hukum Waris Menurut Burgerlijk Wetboek (KUH

Perdata), Jakarta: Ghali indonesia, 1983.

Syarifudin, Amir, Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam Dalam Lingkungan Adat

Minagkabau, Jakarta: Gunung Agung, 1984, Cet. I.

Thalib, Sajuti Hukum Kewarisan Islam Di Indonesia, Jakarta: Bina Aksara, 1982.

Undang-Undang Nomer I tahun 1974 Tentang Perkawinan.

Rusyd, Muhamad Bin Ahmad Ibnu, Bidayatul-Mujtahid, Kairo, Juz, II.

Makhluf, Hasanain Muhammad, Al-Mawarits fi-Syari’atil-Islamiyah, Kairo,

Lajnatul-Bayan Al-Araby, Cet III.

Mertokusumo, Sudikno, Penemuan Hukum, Yogyakarta: Citra Adtya Bakri, 1993,

Cet. I

Ash-Shiddieqy, Hasbi, Fiqih Mawaris Bulan Bintang Jakarta, 1973.

Sabiq, Sayyid, Fiqih Sunnah, Darul fikr, 1983, jilid II.