39
Kedudukan Evaluasi Pembelajaran dalam Pendidikan Kedudukan evaluasi dalam belajar dan pembelajaran sungguh sangat penting, dan bahkan dapat dipandang sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan keseluruhan proses belajar dan pembelajaran. Penting karena dengan evaluasi diketahui apakah belajar dan pembelajaran tersebut telah mencapai tujuan ataukah belum. Dengan evaluasi juga akan diketahui faktor-faktor apa saja yang menjadikan penyebab belajar dan pembelajaran tersebut berhasil dan faktor- faktor apa saja yang menjadikan penyebab belajar dan pembelajaran tidak atau belum berhasil. Tidak hanya itu, dengan evaluasi juga diketahui dimanakah letak kegagalan dan kesuksesan belajar dan pembelajaran. Padahal diketahuinya hal tersebut, akan dapat dijadikan sebagai titik tolak dalam mengadakan perbaikan belajar dan pembelajaran. Pada proses pendidikan evaluasi dilakukan untuk mengetahui keefektifan pembelajaran dan pembentukan kompetensi yang dilakukan, serta untuk mengetahui apakah kompetensi dasar dan tujuan-tujuan yang telah dirumuskan dapat dicapai oleh peserta didik melalui pembelajaran. Evaluasi pendidikan mencakup semua komponen, proses pelaksanaan dan produk pendidikan secara total, dan di dalamnya terakomodir tiga konsep, yaitu: memberikan pertimbangan ( judgement), nilai ( value ), dan arti ( worth ). Dengan demikian evaluasi pendidikan dapat berupa 1. Evaluasi context / tujuan / kebijakan

Kedudukan Evaluasi Pembelajaran Dalam Pendidikan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pkn

Citation preview

Page 1: Kedudukan Evaluasi Pembelajaran Dalam Pendidikan

Kedudukan Evaluasi Pembelajaran dalam Pendidikan

Kedudukan evaluasi dalam belajar dan pembelajaran sungguh sangat penting, dan bahkan

dapat dipandang sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan keseluruhan proses belajar dan

pembelajaran. Penting karena dengan evaluasi diketahui apakah belajar dan pembelajaran tersebut

telah mencapai tujuan ataukah belum. Dengan evaluasi juga akan diketahui faktor-faktor apa saja

yang menjadikan penyebab belajar dan pembelajaran tersebut berhasil dan faktor-faktor apa saja yang

menjadikan penyebab belajar dan pembelajaran tidak atau belum berhasil. Tidak hanya itu, dengan

evaluasi juga diketahui dimanakah letak kegagalan dan kesuksesan belajar dan pembelajaran. Padahal

diketahuinya hal tersebut, akan dapat dijadikan sebagai titik tolak dalam mengadakan perbaikan

belajar dan pembelajaran.

Pada proses pendidikan evaluasi dilakukan untuk mengetahui keefektifan pembelajaran dan

pembentukan kompetensi yang dilakukan, serta untuk mengetahui apakah kompetensi dasar dan

tujuan-tujuan yang telah dirumuskan dapat dicapai oleh peserta didik melalui pembelajaran.

Evaluasi pendidikan mencakup semua komponen, proses pelaksanaan dan produk pendidikan

secara total, dan di dalamnya terakomodir tiga konsep, yaitu: memberikan pertimbangan ( judgement),

nilai ( value ), dan arti ( worth ). Dengan demikian evaluasi pendidikan dapat berupa

1.     Evaluasi context / tujuan / kebijakan

2.     Evaluasi input, seperti  evaluasi tehadap peserta didik, pendidik, prasarana dan

sarana,        kurikulum / program, serta input lingkungan

3.     Evaluasi proses, yaitu evaluasi yang dilakukan terhadap proses atau kegiatan pendidikan atau

pembelajaran yang sedang berlansung.

4.     Evaluasi hasil / produk

5.     Evaluasi “outcomes” ( dampak)

Secara keseluruhan evaluasi pendidikan akan muncul pada :

1.  Awal kegiatan pendidikan.

Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesiapan  dan kemampuan peserta

didik    sehingga memungkinkan tenaga pengajar menyusun rancangan pendidikan sesuai dengan

peserta didik, dengan selalu berpijak pada kompetensi yang akan di capai.

Page 2: Kedudukan Evaluasi Pembelajaran Dalam Pendidikan

2.  Pada saat proses pendidikan atau belajar mengajar sedang berlangsung.

Evaluasi ini dapat merupakan evaluasi proses pelaksanaan pembelajaran dan komponen

pendidikan. Evaluasi proses di awali pada tahap pertama pembelajaran di laksanakan dan secara

runtun sampai pada akhir pendidikan. Melalaui evaluasi proses akan tampak dengan jelas apakah

rencana penddidikan yang telah di susun dapat dilaksanan dengan baik. Apakah langkah-langkah yang

disusun terlaksana dengan baik?  Jika tidak faktor-faktor apakah yang menyebabkan nya. Untuk ini

diperlukan evaluasi komponen-konponen pendidikan dan evaluasi mata pelajaran.

3. Pada akhir kegiatan pendidikan atau pembelajaran.

Kegiatan ini di maksusdkan untuk menentukan tingkat pencapaian peserta didik dalam

belajar. Evluasi seperti ini dapat juga di lakukan pada akhir satuan mata  pelajaran.

Pembelajaran merupakan suatu system yang memiliki komponen yang saling berinteraksi,

berinterelasi dan  berinterdependensi, salah satu komponenenya adalah evaluasi, dengan demikian

evaluasi merupakan satu bagian yang tidak bisa dipisahkan dari proses pembelajaran dan ini menjadi

bukti bahwa evaluasi mempunyai kedudukan dan peranan yang sangat penting terhadap

pembelajarandan tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya

Dalam cakupan luasnya evaluasi pembelajaran memiliki kedudukan dalam proses pendidikan.

Bahwa evaluasi merupakan umpan balik dalam proses pendidikan dengan mendapatkan segala

informasi yang berhasil diperoleh selama proses pendidikan yang digunakan sebagai bahan

pertimbangan untuk perbaikan, masukan dan transformasi yang ada dalam proses pendidikan itu

sendiri. Kedudukan evaluasi dalam proses pendidikan bersifat intergatif, setiap ada proses pendidikan

pasti ada evaluasi.

TUJUAN, FUNGSI DAN PRINSIP EVALUASI PENDIDIKAN

TUJUAN EVALUASI

Tujuan evaluasi adalah untuk melihat dan mengetahui proses yang terjadi dalam proses pembelajaran.

Proses pembelajaran memiliki 3 hal penting yaitu : input, transformasi dan output. Input adalah

peserta didik yang telah dinilai kemampuannya dan siap menjalani proses pembelajaran.

Transformasi adalah segala unsur yang terkait dengan proses pembelajaran yaitu ; guru, media dan

bahan beljar, metode pengajaran, sarana penunjang dan sistem administrasi. Sedangkan output adalah

capaian yang dihasilkan dari proses pembelajaran.

Page 3: Kedudukan Evaluasi Pembelajaran Dalam Pendidikan

FUNGSI EVALUASI

Evaluasi pendidikan memiliki beberapa fungsi yaitu ;

1. Fungsi selektif

2. Fungsi diagnostic

3. Fungsi penempatan

4. Fungsi keberhasilan

Maksud dari dilakukannya evaluasi adalah ;

1. Perbaikan system

2. Pertanggungjawaban kepada pemerintah dan masyarakat

3. Penentuan tindak lanjut pengembangan.

PRINSIP PRINSIP EVALUASI

1. Keterpaduan.

2. Evaluasi harus dilakukan dengan prinsip keterpaduan antara tujuan intrusional pengajaran,

materi pembelajaran dan metode pengajaran.

3. Keterlibatan peserta didik.

4. Prinsip ini merupakan suatu hal yang mutlak, karena keterlibatan peserta didik dalam evaluasi

bukan alternatif, tapi kebutuhan mutlak.

5. Koherensi.

6. Evaluasi harus berkaitan dengan materi pengajaran yang telah dipelajari dan sesuai dengan

ranah kemampuan peserta didik yang hendak diukur.

7. Pedagogis.

8. Perlu adanya tool penilai dari aspek pedagogis untuk melihat perubahan sikap dan perilaku

sehingga pada akhirnya hasil evaluasi mampu menjadi motivator bagi diri siswa.

9. Akuntabel.

10. Hasil evaluasi haruslah menjadi alat akuntabilitas atau bahan pertanggungjawaban bagi pihak

yang berkepentingan seeprti orangtua siswa, sekolah, dan lainnya.

RUANG LINGKUP EVALUASI PEMBELAJARAN

Page 4: Kedudukan Evaluasi Pembelajaran Dalam Pendidikan

Secara garis besar ruang lingkup evaluasi pembejaran terdiri dari beberapa hal:1[6]

a.         Dalam perspektif domain hasil belajar tediri dari: kognitif, afektif dan psikomotor

b.        Dalam perspektif sistem pembelajran terdiri dari:

1.        Program pembelajaran (tujuan, materi, metode, media dll)

2.        Pelaksanaan pembelajran (kegitan, guru ,dan peserta didik)

3.        Hasil belajar (jangka pendek,menengah dan jangka panjang)

c.         Dalam perspektif penilaian berbasis kelas

1.        Penilaian kompetensi dasar mata pelajran

2.        Penilaian kompetensi rumpun pelajaran

3.        Penilaian kompetensi lintas kurikulum

4.        Penilaian kompetensi tamatan

5.        Penilaian kompetensi life skill

Karakteristik Evaluasi Pembelajaran

A. Karakteristik Evaluasi Pembelajaran

Secara sederhana, Zainal Arifin (2011 : 69) mengemukakan karakteristik instrumen evaluasi yang

baik adalah “valid, reliabel, relevan, representatif, praktis, deskriminatif, spesifik dan proporsional”.

1. Kevalidan

Valid artinya suatu alat ukur dapat dikatakan valid jika betul-betul mengukur apa yang hendak diukur

secara tepat. Misalnya, alat ukur matapelajaran Ilmu Fiqih, maka alat ukur tersebut harus betul-betul

dan hanya mengukur kemampuan peserta didik dalam mempelajari Ilmu Fiqih, tidak boleh

dicampuradukkan dengan materi pelajaran yang lain. Validitas suatu alat ukur dapat ditinjau dari

berbagai segi, antara lain validitas ramalan (predictive validity), validitas bandingan (concurent

validity), dan validitas isi (content validity), validitas konstruk (construct validity), dan lain-lain.

2. Realible

Reliabel artinya suatu alat ukur dapat dikatakan reliabel atau handal jika ia mempunyai hasil yang taat

asas (consistent). Misalnya, suatu alat ukur diberikan kepada sekelompok peserta didik saat ini,

kemudian diberikan lagi kepada sekelompok peserta didik yang sama pada saat yang akan datang, dan

ternyata hasilnya sama atau mendekati sama, maka dapat dikatakan alat ukur tersebut mempunyai

tingkat reliabilitas yang tinggi.

1

Page 5: Kedudukan Evaluasi Pembelajaran Dalam Pendidikan

3. Relevan

Relevan artinya alat ukur yang digunakan harus sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar,

dan indikator yang telah ditetapkan. Alat ukur juga harus sesuai dengan domain hasil belajar, seperti

domain kognitif, afektif, dan psikomotor. Jangan sampai ingin mengukur domain kognitif

menggunakan alat ukur non-tes. Hal ini tentu tidak relevan.

4. Representatif

Representatif artinya materi alat ukur harus betul-betul mewakili dari seluruh materi yang

disampaikan. Hal ini dapat dilakukan bila guru menggunakan silabus sebagai acuan pemilihan materi

tes. Guru juga harus memperhatikan proses seleksi materi, mana materi yang bersifat aplikatif dan

mana yang tidak, mana yang penting dan mana yang tidak.

5. Praktis

Praktis artinya mudah digunakan. Jika alat ukur itu sudah memenuhi syarat tetapi sukar digunakan,

berarti tidak praktis. Kepraktisan ini bukan hanya dilihat dari pembuat alat ukur (guru), tetapi juga

bagi orang lain yang ingin menggunakan alat ukur tersebut.

6. Deskriminatif

Deskriminatif artinya adalah alat ukur itu harus disusun sedemikian rupa, sehingga dapat

menunjukkan perbedaan-perbedaan yang sekecil apapun. Semakin baik suatu alat ukur, maka semakin

mampu alat ukur tersebut menunjukkan perbedaan secara teliti. Untuk mengetahui apakah suatu alat

ukur cukup deskriminatif atau tidak, biasanya didasarkan atas uji daya pembeda alat ukur tersebut.

7. Spesifik

Spesifik artinya suatu alat ukur disusun dan digunakan khusus untuk objek yang diukur. Jika alat ukur

tersebut menggunakan tes, maka jawaban tes jangan menimbulkan ambivalensi atau spekulasi.

8. Proporsional

Proporsional artinya suatu alat ukur harus memiliki tingkat kesulitan yang proporsional antara sulit,

sedang dan mudah. Begitu juga ketika menentukan jenis alat ukur, baik tes maupun non-tes.

 Adalah merupakan suatu kenyataan bahwa manusia dalam hidupnya berbeda antara individu dengan

yang satu dengan yang lainnya. Tidak ada dua individu yang persisi sama, baik dari segi fisik maupun

psikisnya. Senada dengan adanya perbedaan itu, maka perlu dicptakan alat untuk mendiagnosis atau

mengukur keadaan individu, alat pengukur itulah yang disebut tes. Dengan alat pengukur tersebut

Page 6: Kedudukan Evaluasi Pembelajaran Dalam Pendidikan

orang akan berhasil mengetahui adanya perbedan individu. Karena adanya aspek psikis yang berbeda-

beda yang dapat membedakan individu dengan ndividu yang lain, maka kemudian timbul pula

bermacam-macam tes.> 1. Pengertian tes Secara harfiah, kata tes berasal dari kata perancis kuno:

testum dengan arti piring untuk menyisihkan logam-logam mulia (maksudnya dengan menggunakan

alat piring akan dapat memperoleh logam-logam mulia yang nilainya tinggi) dalam bahasa Inggris

ditulis dengan tes yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan “tes” yang artinya ujian atau

percobaan. Ada beberapa istilah yang memerlukan penjelasan sehubungn dengan uraian di atas, yaitu

istilah tes, testing, tester dan teste, yang masing-masing mempunyai pengertian yang berbeda-beda.

Tes adalah alat pengukur prosedur yang dapat digunakan dalam pengukuran dan penilaian. Adapun

dari segi istilah menurut Anne Anastasi dalam karyanya yang berjudul Psicologocal Testing, yang

dimaksud dengan tes adalah dengan alat pengukur yang mempunyai standart yang obyektif sehinga

dapat digunakan secara meluas, serta dapat betul-betul digunakan untuk menngukur dan

membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu. Adapun menurut lee j. crobach dalam

buku yang berjudul Esential of Psikhologikal Testing, tes merupakan prosedur yang sistematik untuk

membandingkan tingkah laku dua orang atau lebih. Dari devinisi-devinisi tersebut diatas kiramya

dapat dipahami bahwa dalam dunia evaluasi pendidikan yang dimaksud dengan tes adalah (cara yang

dapat dipergunakan)atau prosedur (yang perlu ditempuh) dalam pengukuran dalam rangka penguran

dan penilaian dibidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas baik

berupa pertanyaan-pertanyaan (yang harus dijawab) atau atau perintah-perintah (yang harus

dikerjakan) oleh teste, sehingga (atas dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran tingkah laku

atau prestasi teste: nilai mana dapat dibandingkan dengan nilai-nilai yang oleh testee lainnya, atau

dibandingkan dengan nilai dengan nilai standart tetentu. 2. Fungsi tes Secara umum, ada dua macam

fungsi yang dimiliki oleh tes yaitu: a. Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan

ini tes berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik

setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu. b. Sebagai alat

pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes tersebut akan dapat diketahui sudah

berapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan, telah dapat dicapai. 3. Pengolongan tes

Sebagai alat pengukur, tes dapat dibedakan menjadi beberapa jenis atau golongan tergantung dari segi

mana atau dengan alasan apa penggolongan tes dilakukan. a. Penggolongan tes berdasarkan fungsinya

sebagai alat pengukur perkembangan/kemajuan belajar peserta didik. Ditinjau dari segi fungsi yang

dimiliki oleh tes sebagai alat perkembangan pebelajr peserta didik, tes dapat dibedakan menjadi enam

golongan, yaitu : 1) Tes seleksi, 2) Tes awal 3) Tes akhir, 4) Tes diagnosis, 5) Tes formatif dan 6) Tes

sumatif.

 1) Tes seleksi Tes seleksi dikenal dengan istilah Ujian saringan atau ujian masuk. Tes ini

dilaksanakan dalam rangka penerimaan mahasiswa baru, dimana hasil yang digunakan untuk

memeilih calon peserta didik yang tergolongg paling baik dari sekian banyak yang mengikuti tes.

Page 7: Kedudukan Evaluasi Pembelajaran Dalam Pendidikan

2) Tes awal Tes awal sering dikenal dengan istilah pre-tes. Tes jenis ini dilaksanankan dengan tujuan

untuk mengetahui sejauh manakah materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan telah dapat

dikuasai oleh para peserta didik. Jadi tes awal aadalah tes yang dilaksanakan sebelum bahan pelajaran

diberikan kepada peserta didik. Karena itu maka butir-butir soalanya dibuat yang mudah-mudah.

 3) Tes akhir Tes akhir sering dikenal dengan istilah post tes. Tes akhir dilaksanakan dengan tujuan

untuk mengetahui apakah seua materi pelajaran yang tergolong penting sudah dapat dikuasai denga

sebaik-baiknya oleh peserta didik.

 4) Tes diagnosisis Tes diagnosis (diagnosis Test) adalah tes yang digunakan untuk menentukan

secara tepat, jenis kesukaran yang dihadapi para peserta didik dalam suatu mata pelajaran tertentu.

Denggan diketahuinyajenis-jenis kesukaran yang dihadapi oleh para peserta didik maka lebih lanjut

akan dapat dicarikan upaya berupa pengobatan yang tepat. Tes diagnosis juga bertujuan ingin

menemukan jawab atas pernyataan “apakah peserta didik sudah dapat menguasai pengetahuan yang

merupakan dasar atau landasan untuk dapat menerma pengetahuan.

 5) Tes formatif Tes fomatif adalah tes hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui, sudah sejauh

manakah perserta didik “telah terbentuk “ (sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah di tentukan)

setelah mengikuti proses pembelajaran yang telah ditentukan) setelah mereka mengikuti proses

pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Perlu diketahui bahwa istilah “formatif” itu berasal dari

kata “form” yang berarti “bentuk”. Tes formatif ini biasanya dilaksanakan ditengah-tengah pelajaran

program pengajaran, yaitu dilaksanakan pada setiap kali satuan pelajaran atau sub pokok bahasan

terakhir atau dapat diselesaikan tes ini biasanya disebut dengan “Ulangan Harian”. Tindak lanjut yang

perlu dilakukan dengan dengan diketahuinya hasil tes formatif adalah: a. Jika materi yang diteskan itu

telah dikuasai dengan baik, maka pembelajaran dilanjutkan dengan pokok bahasan yang baru. b. Jika

ada bagian-bagian yang belum dikuasai, maka sebelum melanjutkan dengan pokok bahasan yang

baru, terlebih dahulu diulangi atau dijelskan lagi bagian-bagian yang belum dikuasai oleh peserta

didik. Tujuan dari tes formatif adalah untuk memperbaiki proses pembelajran.

 6) Tes sumatif Tes sumatif adalah tes hasil belajar yang di laksanakan setelah sekumpulan satuan

program pengajaran selesai diberikan. Tes sumatif dilaksanakan secara tertulis semua siswa

memperoleh soala yang sama. Butis-butir dalam soal ini lebih sulit dan lebih berat dari pada tes

formatif. Yang menjadi tujuan utama tes sumatif adalah untuk menentukan nilai yang melambangkan

keberhasilan keberhasilan peserta didik setelah mereka menempuh proses pembelajaran dalam jangka

waktu tertentu. Ditilik dari aspek kejiwaan yang ingin diungkap tes setidaknya dapat dibedakan

menjadi lima diantaranya:

a. Tes intelegensi yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap atau mengetahui

Page 8: Kedudukan Evaluasi Pembelajaran Dalam Pendidikan

tingkat kecerdasan seseorang.

 b. Tes kemampuan, yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap kemampuan dasar

atau bakat kusus yang dimiliki oleh testee.

 c. Tes sikap, yaitu salah satu jenis tes yang dipergunakan untuk mengungkap predisprosisi atau

kecenderungan seseoranng untuk melakukan suatau respon tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik

berupa individu-individu maupun obyek-obyek tertentu.

 d. Tes kepribadian, yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan mengungkap cirri-ciri khas dari

seseorang yang banyak sedikitnya bersifat lahiriyah seperti gaya bicara, cara bicara, cara berpakaian,

nada suara, hobi atau kesenangan dan laian-lain.

e. Tes hasil belajar, yang juga sering dikenal dengan istilah tes percapaian (archievment test), yakni

test yang biasa digunakan untuk mengungkap tingkat pencapaian atau prestasi belajar. Tes hasil

belajar atau tes prestasi belajar dapat didefinisikan sebaga cara (yang dapat dipergunakan) tau

prosedur (yang dapat di tempuh) dalam rangka pengkuran dan peneilaian hasil belajar yang berbentuk

tugas dan serangkaian tugas baik berupa pertanyaan atau soal yang harus dijawab.

B. TENIK NON TES

Pada pembahasan diatas telah dikemukakan bahwa kegiatan “mengukur” atau melakukan pengukuran

adalah merupakan kegiatan kegiatan yang paling umum dilakukan yang mengawali kegiatan evaluasi

dalam penilaian hasil belajar. Pembahasan diatas bukan merupakan satu-satunya eknik untuk

melakukan evaluasi hasil belajar. Sebab masih ada teknik yang lain yaitu teknik non tes. Dengan

teknik ini penilaian peserta didik dapat dilakukan dengan tanpa menguji peserta didik melainkan

dengan melakukan pengamatan secara sistematis (observation), wawancara (interview), menyebarkan

angket, memeriksa dokumen-dokumen. Teknik non tes ini memegang peranan yang penting dalam

rangka mengevaluasi hasil belajar peserta didik

Taraf Kesukaran Tes dan Daya Pembeda Sebuah Tes

Menganalisis tingkat kesukaran soal artinya mengkaji soal- soal tes dari segi kesulitanya sehingga

dapat di peroleh soal-soal mana yang termasuk mudah ,sedang dan sukar. Sedangkan menganalisis

daya pembeda artinya mengkaji soal-soal tes dari segi kesanggupan tes tersebut dalam kategori lemah

atau rendah dan kategori kuat atau tinngi prestasinya (Wayan Nurkancana, 1983; 134).

A. Taraf kesukaran tes

Page 9: Kedudukan Evaluasi Pembelajaran Dalam Pendidikan

Asumsi yang digunakan untuk memperoleh kwalitas yang baik, disamping memenuhi validitas dan

reliabilitas adalah daya keseimbangan dari tingkat kesulitan soal tersebut. Keseimbangan yang

dimaksutkan adalah adanya soal-soal yang termasuk mudah sedang dan sukar secara porposional.

Tingkat kesukaran soal dipandang dari kesanggupan atau kemampuan siswa dalam menjawabnya,

bukan dilihat dari segi guru dalam melakukan analisis pembuat soal.

Ada beberapa dasar pertimbangan dalam menentukan proporsi jumlah soal kategori mudah sedang

dan sukar.Pertimbangan pertama adalah adanya keseimbangan, yakni jumlah soal sama untuk ke tiga

kategori tersebut. dan ke dua proposi jumlah soal untuk ke tiga kategori tersebut artinya sebagian

besar soal berada dalam kategori sedang sebagian lagi termasuk kategori mudah dan sukar dengan

proporsi yang seimbang.

Perbandingan antara soal mudah sedang sukar bisa di buat 3-4-3. Artinya, 30% soal kategori mudah

40% soal kategori sedang dan 30% lagi soal kategori sukar.

Di samping itu oleh karena suatu tes dimaksutkan untuk memisahkan antara murid-murid yang betul-

betul mempelajari suatu pelajaran dengan murid-murid yang tidak mempelajari pelajaran itu, maka tes

atau item yang baik adalah tes atau item yang betul-betul dapat memisahkan ke dua golongan murid

tadi. Jadi setiap item disamping harus mempunyai derajat  kesukaran tertentu, juga harus mampu

membedakan antara murid yang pandai dengan murid yang kurang pandai.

Setelah judgment dilakukan oleh guru kemudian soal tersebut di uji cobakan dan dianalisis apakah

judgment tersebut sesuai atau tidak. Cara melakukan analisis untuk menentukan tingkat kesukaran

soal adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

I =B

N

Keterangan:

I   =Indeks kesulitan untuk setiap butir soal

Page 10: Kedudukan Evaluasi Pembelajaran Dalam Pendidikan

B =Banyaknya siswa yang menjawab benar setiap butir soal

N =Banyaknya yang memberikan jawaban pada soal yang di maksudkan.

Kriteria yang digunakan makin kecil indeks yang di peroleh makin sulit soal tersebut. Sebaliknya

makin besar indeks yang diperoleh makin mudah soal tersebut.

Menurut keiteria yang sering di ikuti indeks kesukaran sering di klasifikasikan sebagai berikut :

· Soal dengan  P  0 – 0,30 adalah soal kategori sukar.

· Soal dengan P  0,31 – 0,70  adalah soal kategori sedang.

· Soal dengan  P  0,71 – 1,00  adakah soal kategori mudah.

Contoh:

Guru SKI memberikan 10 pertanyaan piihan berganda denga komposisi 3 soal mudah , 4 soal sedang ,

dan 3 soal sukar. Jika di lukiskan susunan soalnya adalah sebagai berikut :

No soal Abilitas yang Diukur Tingkat kesukaran soal

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Pengetahuan

Aplikasi

Pemahaman

Analisis

Evaluasi

Sitesis

Pemahaman

Aplikasi

Analisis

Sitesis

Mudah

Sedang

Mudah

Sedang

Sukar

Sukar

Mudah

Sedang

Sedang

Sukar 

Page 11: Kedudukan Evaluasi Pembelajaran Dalam Pendidikan

Kemudian soal tersebut di berikan kepada 10 orang siswa dan tidak seorang pun yang tidak mengisi

seluruh pertanyaan tersebut. Setelah di periksa hasilnya adalah sebagai berikut.

No

soal

Banyakya siswa

yang menjawab

(N)

Banyaknya siswa yang

menjawab (B)

Indeks

B

N

Kategori

soal

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

20

20

20

20

20

20

20

20

20

20

18

12

10

20

6

4

16

11

17

5

0,9

0,6

0,5

1,0

0,3

0,2

0,8

0,55

0,85

0,25

Mudah

Sedang

Mudah

Seang

Sukar

Sukar

Mudah

Sedang

Sedang

Sukar

         

Dari sebaran di atas ternyata ada tiga soal yang meleset, yakni soal nomor 3 yang semula di

proyeksikan kedalam kategori mudah, setelah di coba ternyata termasuk kedalam kadegori

sedang.demikian,juga soal nomor 4 yang semula di proyeksikan sededang ternyata termasuk kedalam

kategori mudah . nomor 9 semula di kategorikan sedang ternyata termasuk kedalam kategori mudah.

Sedangkan tujuh soal yang lainya sesuai dengan proyeksi semula atas dasar tersebut ketiga soal diatas

harus diperbaiki kembali.

Soal no : 3 dinaikan dalam kategori sedang.

Soal no : 4 diturunkan dalam kategori mudah.

Page 12: Kedudukan Evaluasi Pembelajaran Dalam Pendidikan

Soal no : 9 di turunkan kedalam kategori mudah.

B. Analisis Daya Pembeda 

Salah satu tujuan analisis kuantitatif soal adalah untuk menentukan dapat tidaknya suatu soal

membedakan kelompok dalam aspek yang di ukur sesuai dengan perbedaan yang ada dlam kelompok

itu.

Indeks yang di gunakan dalam membedakan peserta tes yang berkemampuan tinggi dengan peserta tes

yang berkemampuan rendah adalah indeks daya pembeda.      Indeks ini menunjukkan kesesuaian

antara fungsi soal dengan fungsi tes secara keseluruhan. Dengan demikian validitas soal ini sama

dengan daya pembeda soal yaitu daya yang membedakan antara peserta tes yang berkemampuan

tinggi dengan peserta tes yang berkemampuan rendah.

1.    Hubungan antara tingkat kesukaran dan daya pembeda.

Tingkat kesukaran berpengaruh langsung pada daya pembeda soal. Jila setiap orang memilih benar

jawaban ( P = 1 ), atau jika setiap orang memiliki benar jawaban (P = 0) maka soal tidak dapat

digunakan untuk membedakan kemampuan peserta tes. oleh kaena itu soal yang baik adalah soal yang

memiliki daya pembeda antara peserta tes kelompok atas dan kelompok rendah. Kelompok rendah

memiliki tingkat kemampuam 0.50 dan akan diperoleh daya pembeda kelompok atas maksimal 1.00.

2.    Daya pembeda soal pilihan ganda                  

    Bagaimana menentukan daya pembeda soal pilihan ganda?Yang menunjukkan tingkat kesukaran soal

pilihan ganda. Daya pembeda di tentukan dengan melihat kelompok atas dan kelompok bawah

berdasarkam sekor total. perhatikan tabel berikut.

No Peserta Nomor soal Skor

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Page 13: Kedudukan Evaluasi Pembelajaran Dalam Pendidikan

Total1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Aan

Adi

Ana

Andi

Candra

dian

Risma

sasa

titik

uun

1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 8

3

7

8

4

8

3

6

4

4

1 0 0 0 1 0 0 0 1 0

1 1 1 1 0 1 1 1 0 0

1 1 1 1 1 1 1 1 0 0

1 0 1 0 1 0 0 0 1 0

1 1 1 1 1 1 1 1 0 0

1 0 0 0 1 0 0 0 1 0

1 1 1 1 0 1 1 0 0 0

1 0 0 1 1 0 0 0 1 0

1 0 0 0 0 0 1 1 1 0

Untuk memudahkan perhitungan sekor yang terdapat pada tabel di urutkan dari peserta tes yang

memperoleh skor yang tinggi menuju peserta yang memperoleh sekor yang rendah. Perhatikan tabel

berikut:

NoPesert

a

Nomor soalSkor

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1

2

3

4

5

Aan

Dian

Andi

Ana

Sasa

1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 8

8

8

7

6

1 1 1 1 1 1 1 1 0 0

1 1 1 1 1 1 1 1 0 0

1 1 1 1 0 1 1 1 0 0

1 1 1 1 0 1 1 0 0 0

1 0 1 0 1 0 0 0 1 0

1 0 0 1 1 0 0 0 1 0

1 0 0 0 1 0 0 1 1 0

1 0 0 0 1 0 0 0 1 0

Page 14: Kedudukan Evaluasi Pembelajaran Dalam Pendidikan

6

7

8

Candra

Titik

Uun

4

4

4

1 0 0 0 1 0 0 0 1 0

Jumlah

jawaban

benar

10 5 6 6 8 5 5 5 5 0

Jumlah

peserta10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

Kesukaran 0.00 0.50 0.60 0.6

0

0.80 0.50 0.50 0.50 0.5 1.0

0

         

Keterangan :

Skor Siswa kelompok atas 6 – 10

Skor Siswakelompok bawah 5 - 1

Berikut ini cara menghitung daya beda:

Nilai DB akan merentang antara nilai -1,00 hingga +1.00. dengan mengambil soal comtoh di atas

beberapa kondisi  soal dapat di jelaskan sebagai berikut:

contoh : soal nomor 2 semua siswa kelompok atas dapat menjawab benar dan semua siswa kelompok

bawah menjawab salah, maka DB akan + 1,00.  DB  dapat di tentukan besarnya dengan rumus sebagi

berikut : PT – PR

                                     

TB-

RB

T T

         

Page 15: Kedudukan Evaluasi Pembelajaran Dalam Pendidikan

PT    =Proporsi siswa yang menjawab benar pada kelompok siswa yang mwmpunyai  kemampuan tinggi

PR    =Proporsi siswa yang menjawab benar pada kelompok siswa yang mwmpunyai  kemampuan

rendah

TB    =Jumlah siswa yang menjawab benar pada kelompok siswa yang mempunyai kemampuan tinggi

T    =Jumlah kelompok siswa yang mempunyai kemampuan tinggi.

RB   =Jumlah siswa yang menjawab benar pada kelompok siswa yang mempunyai kemampuan rendah

R   =Jumlah kelompok siswa yang mempunyai kemampuan rendah.

Berikut adalah tabel kategori tingkat kesukaran dalam daya beda.

No soal Kelompok atas Kelompok bawah Daya Beda

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

1.00

1.00

1.00

1.00

0.30

1.00

1.00

0.80

0.00

0.00

1.00

0.00

0.10

0.10

0.60

0.00

0.10

0.10

1.00

0.00

0.00

1.00

0.90

0.90

-0.30

1.00

0.90

0.70

-1.00

0.00

Page 16: Kedudukan Evaluasi Pembelajaran Dalam Pendidikan

Kembali pada tingkat kesukaran yang di tunjukkan pada tabel dapat kita lihat soal no 9 merupakan

soal yang sukar bagi kelompok atas tetapi sangat mudah bagi kelompok bawah soal no 10 merupakan

soal yang sangat sukar baik bagi kelompok atas maupun kelompok bawah.  soal nomor 2 dan nomor 6

merupakan soal yang sangat sukar dagi kelompok bawah tetapi relatif mudah untuk kelompok atas.

Perhitungan daya beda sangatlah sederhana dan menyajikan informasi yang dapat membedakan

masing – masing kelompok berdasarkan kemampuan mereka. (engelhart, 1965) . soal nomor 1 dan

nomor 10  tidak menujukkan perbedaan antar kelompok. Tidak adanya perbedaan tingkat kesukaran

pada soal nomor 1 dan nomor 10 yang juga menujukkan bahwa soal tidak dapat menujukkan

perbedaan antar kelompok. Soal no 5 dan no 9 mempunyai indeks dayabeda yang baik, tetapi terbalik.

Tanda negatif  no 5 dan no 9 menujukkan bahwa peserta tes yang kemampuanya tinggi tidak dapat

menjawab soal dengan benar  , tetapi peserta tes yang kemampuanya rendah menjawab dengan benar ,

data setatistik diatas menunjukkan bahwa soal nomor 5 dan 9 merupakan soal yang tidak baik, data

setatistik menujukkan bahwa soal nomer 2,3,4,6,7 dan 8 merupakan soal yang baik ditinjau dari daya

pembeda.

3.    Daya pembeda soal uraian 

Bagaimana cara menentukan daya pembeda soal uraian? Lankah yang di lakukan untuk menghitung

daya pembeda sama seperti yang dilakukan pada soal pilihan ganda. Urutkan seluruh peserta tes

berdasarkan perolehan sekor total dari yang tinggi keperolehan sekor yang rendah.

Dari contoh diatasdapat disimpulkan bahwa cara menghitung daya pembeda adalah dengan

menempuh langkah sebagai berikut :

1.Memeriksa  jawaban soal semua siswa peserta tes.

2.Membuat daftar peringkat atau urutan hasil tes berdasarkan sekor yang di capainya.

3.Menentukan jumlah siswa kelompok atas dan kelompok bawah.

4.Menghitung selisi tingkat kesukaran menjawab soal antara kelompok atas dan kelompok bawah.

5.Membandingkan nilai selisih yang di peroleh.

6.Menentukan ada tidaknya daya pembeda pada setiap nomor soal dengan kriteria “memiliki daya

pembeda”.

Page 17: Kedudukan Evaluasi Pembelajaran Dalam Pendidikan

Penilaian Portofolio

Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang menunjukkan kemajuan dan

dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata. Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil kerja

peserta didik secara perorangan atau diproduksi secara berkelompok, memerlukan refleksi peserta

didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa dimensi.

Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi

yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi

tersebut dapat berupa karya peserta didik dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik, hasil tes

(bukan nilai), atau informasi lain yang releban dengan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang

dituntut oleh topik atau mata pelajaran tertentu.Fokus penilaian portofolio adalah kumpulan karya

peserta didik secara individu atau kelompok pada satu periode pembelajaran tertentu. Penilaian

terutama dilakukan oleh guru, meski dapat juga oleh peserta didik sendiri.

Memalui penilaian portofolio guru akan mengetahui perkembangan atau kemajuan belajar peserta

didik. Misalnya, hasil karya mereka dalam menyusun atau membuat karangan, puisi, surat, komposisi

musik, gambar, foto, lukisan, resensi buku/ literatur, laporan penelitian, sinopsis, dan lain-lain. Atas

dasar penilaian itu, guru dan/atau peserta didik dapat melakukan perbaikan sesuai dengan tuntutan

pembelajaran.

Penilaian portofolio dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah seperti berikut ini.

a.         Guru menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio.

b.         Guru atau guru bersama peserta didik menentukan jenis portofolio yang akan dibuat.

c.          Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau di bawah bimbingan guru menyusun

portofolio pembelajaran.

d.         Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada tempat yang sesuai, disertai

catatan tanggal pengumpulannya.

e.         Guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu.

f.          Jika memungkinkan, guru bersama peserta didik membahas bersama dokumen portofolio yang

dihasilkan.

g.         Guru memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil penilaian portofolio.

Penilaian autentik

Penilaian autentik lebih menuntut pembelajar mendemonstrasikan pengetahuan, keterampilan,

dan strategi dengan mengkreasikan jawaban atau produk. Siswa tidak sekedar diminta merespon

Page 18: Kedudukan Evaluasi Pembelajaran Dalam Pendidikan

jawaban seperti dalam tes tradisional, melainkan dituntut untuk mampu mengkreasikan dan

menghasilkan jawaban yang dilatarbelakangi oleh pengetahuan teoretis. Dalam penilaian kemampuan

bersastra misalnya, pembelajar mampu menganalisis karakter tokoh dalam sebuah fiksi,

mempertanggungjawabkan kinerjanya tersebut secara argumentatif, membuat resensi teks kesastraan,

dan lain-lain. Berikut ini merupakan prosedur penilaian yang dapat digunakan untuk mengukur

ketrampilan pemecahan masalah siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Tujuan

Pembelajaran:

1.      Siswa memberikan jawaban benar-salah tentang prosedur yang terbaik untuk memecahkan masalah

dalam kelompok.

2.      Siswa menjawab rangkaian tes pilihan ganda tentang langkah-langkah selanjutnya untuk

memecahkan masalah dalam kelompok.

3.      Siswa diminta membuat rangkaian pertanyaan yang berhubungan dengan bagaimana cara

memecahkan masalah secara kolaborasi, kemudian diminta untuk memberikan jawaban singkat

terhadap pertanyaan itu.

4.      Siswa diberikan masalah baru, kemudian diminta untuk menulis essay yang berhubungan dengan

bagaimana kelompok itu harus bekerja menyelesaikan masalah itu.

5.      Siswa bekerja dalam kelompok kecil untuk memecahkan masalah tidak rutin. Guru mengamati dan

menilai usahanya.

Pada 1, 2 penilaian didasarkan pada penilaian pilihan dua respon, sedang pada 3, 4, 5 penilaian

didasarkan pada konstruksi siswa. Sehingga nampak penilaian 4 dan 5 lebih menunjukkan

performance siswa daripada penilaian untuk nomor-nomor dibawahnya.

Kata dasar “pembelajaran” adalah belajar. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku

karena interaksi individu dengan lingkungan dan pengalaman.2[10] Belajar menurut Behavioristik

adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang dapat diamati, diukur, dan dinilai. Perubahan

tingkah laku terjadi akibat rangsangan (stimulus).3[11] Perubahan sebagai hasil belajar dapat

ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan

tingkah lakunya, ketrampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya

penerimaannya dan lain- lain aspek yang ada pada individu.

Kegiatan pembelajaran adalah kegiatan yang sistematis dan sistemik, yang bersifat interaktif

dan komunikatif antara pendidik dengan peserta didik. Ada beberapa hal yang perlu dijelaskan dalam

masalah pembelajaran, antara lain :

2

3

Page 19: Kedudukan Evaluasi Pembelajaran Dalam Pendidikan

      Pembelajaran adalah suatu program. Ciri suatu program adalah sistematik, sistemik, dan

terencana.

      Setelah pembelajaran berproses, seorang pendidik perlu mengetahui keefektifan dan efisiensi

semua komponen yang ada dalam proses pembelajaran. Untuk itu, pendidik harus melakukan evaluasi

pembelajaran.

      Pembelajaran bersifat interaktif dan komunikatif.

Dalam hal ini, berkaitan dengan kedudukan evaluasi dalam pembelajaran sangatlah penting

dalam pembelajaran. Karena melalui evaluasi seorang pendidik akan dapat membuat dan merangkai

kegiatan pembelajaran, mulai dari membuat disain pembelajaran, melaksanakan kegiatan

pembelajaran. Jadi evaluasi adalah salah satu komponen diantara komponen-komponen yang sangat

penting dalam pembelajaran.

2.2 Tujuan, Fungsi dan Prinsip Evaluasi Pembelajaran

2.2.1 Tujuan Evaluasi Pembelajaran

Tujuan evaluasi pembelajaran terdiri atas tujuan umum dan tujuan khusus, yaitu :

      Tujuan umum evaluasi pendidikan adalah untuk menghimpun bahan-bahan keterangan yang

akan dijadikan sebagai bukti mengenai taraf perkembangan atau taraf kemajuan yang dialami oleh

para peserta didik setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu,

mengetahui tingkat efektivitas dari metode-metode pembelajaran yang telah dipergunakan dalam

proses pembelajaran selama jangka waktu tertentu.

      Tujuan khusus evaluasi pendidikan adalah untuk merangsang kegiatan peserta didik dalam

menempuh program pendidikan, untuk mencari dan menemukan faktor penyebab keberhasilan dan

ketidakberhasilan peserta didik dalam mengikuti program pendidikan sehingga dapat dicari dan

ditemukan jalan keluar atau cara-cara perbaikannya.4[12]

Menurut Zainal Arifin Tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui keefektifan

dan efisiensi system pembelajaran, baik yang menyangkut tujuan, materi, metode, media, sumber

belajar, lingkungan maupun sistem penilaian.5[13] Evaluasi juga bertujuan untuk melihat dan

mengetahui proses yang terjadi dalam pembelajaran. Proses pembelajaran memiliki 3 hal penting

yaitu:

·         Input; adalah peserta didik yang telah dinilai kemampuannya dan siap menjalani proses

pembelajaran.

4

5

Page 20: Kedudukan Evaluasi Pembelajaran Dalam Pendidikan

·         Transformasi ; adalah segala unsur yang terkait dengan proses pembelajaran yaitu ; guru, media dan

bahan beljar, metode pengajaran, sarana penunjang dan sistem administrasi.

·         Output adalah capaian yang dihasilkan dari proses pembelajaran.6[14]

MAKNA MENJADI MANUSIA

Kemampuan manusia untuk menggunakan akal dalam memahami lingkungannya merupakan potensi dasar yang memungkinkan manusia Berfikir, dengan Berfikir manusia menjadi mampu melakukan perubahan dalam dirinya, dan memang sebagian besar perubahan dalam diri manusia merupakan akibat dari aktivitas Berfikir, oleh karena itu sangat wajar apabila Berfikir merupakan konsep kunci dalam setiap diskursus mengenai kedudukan manusia di muka bumi, ini berarti bahwa tanpa Berfikir, kemanusiaan manusia  pun tidak punya makna bahkan mungkin tak akan pernah ada.

Dari uraian dan berbagai definisi tersebut di atas, dapatlah ditarik beberapa kesimpulan tentang siapa itu manusia yaitu :

1.      Secara fisikal, manusia sejenis hewan juga

2.      Manusia punya kemampuan untuk bertanya

3.      Manusia punya kemampuan untuk berpengetahuan

4.      Manusia punya kemauan bebas

5.      Manusia bisa berprilaku sesuai norma  (bermoral)

6.      Manusia adalah makhluk yang bermasyarakat dan berbudaya

7.      Manusia punya kemampuan berfikir reflektif dalam totalitas dengan kesadara diri

8.      Manusia adalah makhluk yang punya kemampuan untuk percaya pada Tuhan

apabila dibagankan dengan mengacu pada pendapat di atas akan nampak sebagai berikut

Tabel 1.1. Dimensi-dimensi manusia

MANUSIAHEWANI/BASARI   INSANI/MANUSIAWIJASAD/FISIK/BIOLOGIS JIWA/AKAL/RUHANIMAKAN BERFIKIRMINUM BERPENGETAHUANTUMBUH BERMASYARAKATBERKEMBANGBIAK BERBUDAYA/BERETIKA/

BERTUHAN

6

Page 21: Kedudukan Evaluasi Pembelajaran Dalam Pendidikan

Dengan demikian nampaknya terdapat perbedaan sekaligus persamaan antara  manusia dengan

makhluk lain khususnya hewan, secara fisikal/biologis perbedaan manusia dengan hewan lebih

bersifat gradual dan tidak prinsipil, sedangkan dalam aspek kemampuan berfikir, bermasyarakat dan

berbudaya, serta bertuhan perbedaannya sangat asasi/prinsipil, ini berarti jika manusia dalam

kehidupannya hanya bekutat dalam urusan-urusan fisik biologis seperti makan, minum, beristirahat,

maka kedudukannya tidaklah jauh berbeda dengan hewan, satu-satunya yang bisa mengangkat

manusia lebih tinggi adalah penggunaan akal untuk berfikir dan berpengetahuan serta

mengaplikasikan pengetahuannya bagi kepentingan kehidupan sehingga berkembanglah masyarakat

beradab dan berbudaya, disamping itu kemampuan tersebut telah mendorong manusia untuk berfikir

tentang sesuatu yang melebihi pengalamannya seperti keyakinan pada Tuhan yang merupakan inti

dari seluruh ajaran Agama. Oleh karena itu carilah ilmu dan berfikirlah terus agar posisi kita sebagai

manusia menjadi semakin jauh dari posisi hewan dalam konstelasi kehidupan di alam ini. Meskipun

demikian penggambaran di atas harus dipandang sebagai suatu pendekatan saja dalam memberi

makna manusia, sebab manusia itu sendiri merupakan makhluk yang sangat multi dimensi, sehingga

gambaran yang seutuhnya akan terus menjadi perhatian dan kajian yang menarik, untuk itu tidak

berlebihan apabila Louis Leahy berpendapat bahwa manusia itu sebagai makhluk paradoksal dan

sebuah misteri, hal ini menunjukan betapa kompleks nya memaknai manusia dengan seluruh

dimensinya.

Berpikir Induktif dan   Deduktif

Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence). Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.

Penalaran adalah suatu proses berfikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Ciri pertama adalah proses berpikir logis, dimana berpikir logis diartikan sebagai kegiatan berpikir menurut pola tertentu atau dengan kata lain menurut logika tertentu. Ciri yang kedua adalah sifat analitik dari proses berpikirnya.

Berpikir Deduktif

Deduksi berasal dari bahasa Inggris deduction yang berarti penarikan kesimpulan dari keadaan-keadaan yang umum, menemukan yang khusus dari yang umum. Deduksi adalah cara berpikir yang di tangkap atau di ambil dari pernyataan yang bersifat umum lalu ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogismus.

Page 22: Kedudukan Evaluasi Pembelajaran Dalam Pendidikan

Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.

Berpikir Induktif

Induksi adalah cara mempelajari sesuatu yang bertolak dari hal-hal atau peristiwa khusus untuk menentukan hukum yang umum. Induksi merupakan cara berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual. Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum (filsafat ilmu.hal 48 Jujun.S.Suriasumantri Pustaka Sinar Harapan. 2005)

Berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti. Generalisasi adalah bentuk dari metode berpikir induktif. (www.id.wikipedia.com)

Jalan induksi mengambil jalan tengah, yakni di antara jalan yang memeriksa cuma satu bukti saja dan jalan yang menghitung lebih dari satu, tetapi boleh dihitung semuanya satu persatu. Induksi mengandaikan, bahwa karena beberapa (tiada semuanya) di antara bukti yang diperiksanya itu benar, maka sekalian bukti lain yang sekawan, sekelas dengan dia benar pula.

Penalaran ilmiah pada hakikatnya merupakan gabungan dari penalaran deduktif dan induktif. Dimana lebih lanjut penalaran deduktif terkait dengan rasionalisme dan penalaran induktif dengan empirisme. Secara rasional ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif, sedangkan secara empiris ilmu memisahkan antara pengetahuan yang sesuai fakta dengan yang tidak. Karena itu sebelum teruji kebenarannya secara empiris semua penjelasan rasional yang diajukan statusnya hanyalah bersifat sementara, Penjelasan sementara ini biasanya disebut hipotesis.

Hipotesis ini pada dasarnya disusun secara deduktif dengan mengambil premis-premis dari pengetahuan ilmiah yang sudah diketahui sebelumnya, kemudian pada tahap pengujian hipotesis proses induksi mulai memegang peranan di mana dikumpulkan fakta-fakta empiris untuk menilai apakah suatu hipotesis di dukung fakta atau tidak. Sehingga kemudian hipotesis tersebut dapat diterima atau ditolak.

Langkah-Langkah Metode Ilmiah

Karena metode ilmiah dilakukan secara sistematis dan berencana, maka terdapat langkah-langkah

yang harus dilakukan secara urut dalam pelaksanaannya. Setiap langkah atau tahapan dilaksanakan

secara terkontrol dan terjaga. Adapun langkah-langkah metode ilmiah adalah sebagai berikut:

1. Merumuskan masalah.

2. Merumuskan hipotesis.

3. Mengumpulkan data.

4. Menguji hipotesis.

5. Merumuskan kesimpulan.

Page 23: Kedudukan Evaluasi Pembelajaran Dalam Pendidikan

Merumuskan Masalah

Berpikir ilmiah melalui metode ilmiah didahului dengan kesadaran akan adanya masalah.

Permasalahan ini kemudian harus dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya. Dengan penggunaan

kalimat tanya diharapkan akan memudahkan orang yang melakukan metode ilmiah untuk

mengumpulkan data yang dibutuhkannya, menganalisis data tersebut, kemudian

menyimpulkannya.Permusan masalah adalah sebuah keharusan. Bagaimana mungkin memecahkan

sebuah permasalahan dengan mencari jawabannya bila masalahnya sendiri belum dirumuskan?

Merumuskan Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah yang masih memerlukan pembuktian

berdasarkan data yang telah dianalisis. Dalam metode ilmiah dan proses berpikir ilmiah, perumusan

hipotesis sangat penting. Rumusan hipotesis yang jelas dapat memabntu mengarahkan pada proses

selanjutnya dalam metode ilmiah. Seringkali pada saat melakukan penelitian, seorang peneliti merasa

semua data sangat penting. Oleh karena itu melalui rumusan hipotesis yang baik akan memudahkan

peneliti untuk mengumpulkan data yang benar-benar dibutuhkannya. Hal ini dikarenakan berpikir

ilmiah dilakukan hanya untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan.

Mengumpulkan Data

Pengumpulan data merupakan tahapan yang agak berbeda dari tahapan-tahapan sebelumnya dalam

metode ilmiah. Pengumpulan data dilakukan di lapangan. Seorang peneliti yang sedang menerapkan

metode ilmiah perlu mengumpulkan data berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskannya.

Pengumpulan data memiliki peran penting dalam metode ilmiah, sebab berkaitan dengan pengujian

hipotesis. Diterima atau ditolaknya sebuah hipotesis akan bergantung pada data yang dikumpulkan.

Menguji Hipotesis

Sudah disebutkan sebelumnya bahwa hipotesis adalah jawaban sementaradari suatu permasalahan

yang telah diajukan. Berpikir ilmiah pada hakekatnya merupakan sebuah proses pengujian hipotesis.

Dalam kegiatan atau langkah menguji hipotesis, peneliti tidak membenarkan atau menyalahkan

hipotesis, namun menerima atau menolak hipotesis tersebut. Karena itu, sebelum pengujian hipotesis

dilakukan, peneliti harus terlebih dahulu menetapkan taraf signifikansinya. Semakin tinggi taraf

signifikansi yang tetapkan maka akan semakin tinggi pula derjat kepercayaan terhadap hasil suatu

penelitian.Hal ini dimaklumi karena taraf signifikansi berhubungan dengan ambang batas kesalahan

suatu pengujian hipotesis itu sendiri.

Merumuskan Kesimpulan

Langkah paling akhir dalam berpikir ilmiah pada sebuah metode ilmiah adalah kegiatan perumusan

kesimpulan. Rumusan simpulan harus bersesuaian dengan masalah yang telah diajukan sebelumnya.

Kesimpulan atau simpulan ditulis dalam bentuk kalimat deklaratif secara singkat tetapi jelas. Harus

dihindarkan untuk menulis data-data yang tidak relevan dengan masalah yang diajukan, walaupun

dianggap cukup penting. Ini perlu ditekankan karena banyak peneliti terkecoh dengan temuan yang

Page 24: Kedudukan Evaluasi Pembelajaran Dalam Pendidikan

dianggapnya penting, walaupun pada hakikatnya tidak relevan dengan rumusan masalah yang

diajukannya.

Pengertian Masalah Penelitian

Pengertian lain menunjukkan bahwa masalah merupakan kesenjangan antara situasi yang diharapkan

dengan situasi yang ada. Dapat juga dikatakan sebagai kesenjangan antara tujuan yang ingin dicapai

dengan keterbatasan alat dan sumberdaya yang dimiliki untuk mencapai tujuan tersebut. Masalah juga

dapat dikatakan sebagai kesenjangan antara teori dan praktik.

Untuk menjadi suatu masalah penelitian khususnya penelitian survei, harus memenuhi beberapa

kriteria sebagai berikut:

1. Suatu masalah penelitian harus menggambarkan hubungan antara dua variabel atau lebih.

2. Walaupun tidak merupakan suatu keharusan bahwa suatu masalah harus dinyatakan dalam bentuk

pertanyaan, akan tetapi banyak ahli penelitian menyarankan bahwa masalah penelitian hendaknya

dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Mengapa dalam bentuk pertanyaan? Suatu masalah penelitian

yang dinyatakan dalam bentuk pertanyaan akan lebih mengarahkan pada jawaban yang diharapkan.

Dengan bentuk pertanyaan, jawabannya akan lebih jelas dan langsung pada sasarannya.

3. Suatu masalah penelitian memerlukan pengujian secara empirik. Pengujian empirik berarti bahwa

pemecahannya dilandasi oleh bukti-bukti empirik yang diperoleh dari lapangan, dengan jalan

mengumpulkan data yang relevan.

1. Apa masalah itu ?

Suatu kesenjangan antara harapan dengan kenyataan, perundang-undangan dengan pelaksanaan,

peraturan dengan implementasinya, teori dengan praktik, sehingga menarik minat dan perhatian untuk

diteliti.

2.      Bagaimana cara mengadakan penelitian dalam upaya memecahkan masalah penelitian secara

kuantitatif ?

Ada tiga persyaratan penting dalam mengadakan penelitian yaitu sistematis, berencana dan mengikuti

konsep atau prosedur ilmiah.

a.       Sistematis artinya dilaksanakan menurut pola atau aturan tertentu disusun mulai dari yang paling

sederhana sampai pada masalah yang komplek sehingga tercapai tujuan penelitian secara efektif dan

efisien.

b.      Berencana artinya dilaksanakan berdasarkan rencana sesuai dengan unsur-unsur masalah berbentuk

langkah-langkah penelitian yang jelas.

c.       Konsep atau prosedur ilmiah artinya sejak awal menemukan masalah sampai akhir kegiatan

penelitian mengikuti cara-cara yang sudah ditentukan, sesuai dengan prinsip-prinsip atau konsep-

konsep penelitian ilmiah.

Page 25: Kedudukan Evaluasi Pembelajaran Dalam Pendidikan

Masalah yang Baik untuk Diteliti

I.       Masalah yang bagaimana yang baik untuk diteliti ?

1.      Masalah yang tepat diteliti yaitu masalah yang dihadapkan pada suatu kebutuhan atau tantangan bagi

peneliti.

2.      Masalah mudah dirumuskan sehingga menjadi jelas batasannya, kedudukan dan alternatif cara

pemecahannya.

3.      Memiliki hipotesis yang jelas sebagai titik tolak dalam penelitian dan alternatif pemecahannya.

4.      Mudah dalam pengumpulan data untuk menguji hipotesis.

5.      Mudah dalam menarik kesimpulan berdasarkan hasil pengolahan data dan dikembalikan pada

jawaban hipotesis yang sudah dirumuskan.

6.      Dapat memecahkan masalah yang diteliti sehingga dapat menemukan kebenaran serta implikasinya

untuk memberi saran-saran agar masa depan lebih baik.

AWAL SEBUAH PENELITIANBerdasarkan uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa yang pertama kali menjadi titik awal perumusan masalah adalah suatu masalah yang teridentifikasi, suatu masalah tersebut dapat bersumber dari :

Adanya keadian atau kenyataan yang janggal, tidak diharapkan atau tidak semestinya.Contohnya :Pada waktu melewati jalan di depan Pasar Klewer (Solo), ditemui keruwetan dan kekacauan lalu lintas. Timbul keinginan untuk membuat arus menjadi teratur dan tertib. Kemudian mencoba untuk melihat kemungkinan-kemungkinan penyebabnya. Dari semua kemungkinan, ditetapkan satu atau dua faktor utama untuk diteliti.

Adanya kekurangan informasi.Contohnya :Sebuah perusahaan mengeluarkan produk baru yang dikatakan mampu meningkatkan workability beton. Banyak kontraktor yang menggunakannya dan memang terbukti demikian adanya. Namun, produk itu belum diuji efeknya pada properties yang lain: seperti segregasi, porositas, dan lainnya. Maka dirasa perlu untuk mengisi kekosongan informasi ini dengan melakukan penelitian tentang efek penggunaan produk tersebut pada porositas beton misalnya.

Merupakan tindak lanjut dari adanya informasi awal dari hasil penelitian sebelumnya, baik untuk menambahkan apa yang belum tercover dalam penelitian sebelumnya maupun untuk menambahkan informasi yang sudah didapat dari penelitian sebelumnya.Contohnya :Hasil laporan dari penelitian tentang pencemaran sungai Bengawan Solo yang diakibatkan oleh pembuangan limbah oleh pabrik-pabrik memberi rekomendasi untuk melakukan penelitian yang sama tapi menggunakan sample air sungai yang diambil di bagian yang lain dari sungai itu, misalnya di daerah hilir.

Adanya informasi yang cukup banyak tentang faktor-faktor yang berkaitan dengan suatu masalah dan berusaha menghubungkan faktor-faktor tersebut dalam sebuah model.Contohnya :Sudah diketahui bahwa susut pada beton dipengaruhi oleh kadar semen dalam campuran, faktor air semen, umur beton, serta temperatur dan kelembaban udara dimana beton tersebut berada. Timbul

Page 26: Kedudukan Evaluasi Pembelajaran Dalam Pendidikan

keinginan untuk mengkuantifikasi semua faktor itu dan menghubungkannya satu dengan yang lain sehingga didapat satu model yang bisa dipakai untuk memprediksi jumlah susut beton pada umur tertentu berdasarkan factor-faktor lain yang diketahui.

Adanya keraguan atas hasil, model, atau teori yang diusulkan oleh peneliti lain.Contohnya :Seorang peneliti menjelaskan bahwa penyebab terjadinya banjir yang berulang kali terjadi di kota Solo sejak tahun 2000 adalah karena penebangan pohon di daerah hulu sungai Bengawan Solo. Sekalipun memang ada evidence yang menunjukkan masyarakat daerah hulu sungai memang menebang pohon, tetapi ada faktor lain yang tidak dipertimbangkan oleh peneliti tersebut yaitu padatnya hunian di bantaran sungai.

Adanya pertentangan dalam hasil, model atau teori yang diajukan oleh berbagai peneliti.Contohnya :Dari informasi yang diperoleh diberbagai literatur ditemukan adanya perbedaan model yang cukup mencolok untuk memprediksi kekuatan beton pada umur 28 hari antara satu peneliti dengan yang lain. Maka dirasa perlu untuk melakukan experiment untuk memverifikasi model yang tepat.

Demikianlah sedikit mengenai sumber-sumber yang menjadi titik awal sebuah penelitian dilakukan. Dengan adanya masalah maka akan timbul keinginan untuk melakukan penelitian dan menarik kesimpulan dari hasil penelitian tersebut.

Kriteria Rumusan Masalah

Berikut ini beberapa uraian singkat tentang rumusan masalah dari berbagai sumber:

A. Drs. Tatang M. Amirin, Menyusun Rencana Penelitian, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1995).Secara ringkas masalah yang biasa diangkat menjadi topik penelitian yang baik itu seharusnya memenuhi kriteria sebagai berikut1. Masalah tersebut jika diteliti akan mempunyai arti penting baik bagi perkembangan ilmu maupun bagi kehidupan sehari-hari2. Kesimpulan penelitian mempunyai daya simpul yang cukup lama, artinya dapat digeneralisasikan bukan cuma saat penelitian dilakukan, melainkana sesudahnya.3. Masalah tersebut memiliki daya tarikkuat baik bagi peneliti pribadi maupun masyarakat.4. Secara operasional masalah tersebut bisa diteliti (baik dari sudut prosedural, metodologi, maupun dari sudut ketersediaan datanya dilapangan).B. Drs. Hariwijaya, Triton PB. Ssi. Msi., Pedoman Penulisan Skirpsi Dan Tesis, (Nyutran: Tugu Publisher, 2005).Dalam pembuatan skripsi, tahap ini adalah kegiatan mencari sebanyak-banyaknya permasalahan. Rumusan permasalahan berdasarkan pada masalah pokok yang terdapat pada bagian latar belakang masalah. Masalah-masalah yang hendak dikemukakan pada bagian ini dirumuskan dalam kalimat pertanyaan yang singkat dan sederhana.Batasan masalah mempunyai kaitan dengan rumusan masalah. Belum tentu masalah-masalah yang telah didentifikasikan dapat diteliti. Keterbatasan mahasiswa memungkinkan masalah yang telah diidentifikasi itu tidak dapat diteliti semuanya namun hanya sebagian saja. Bahasa lain batasan ini adalah ruang lingkup. Bila anda memiliki keterbatasan dalam waktu, pemikiran, data dan biaya, maka ruang lingkup yang anda miliki akan sempit. Manfaat lain dari ruang lingkup yang sempit adalah kupasan materi nantinya sangat rapat sehingga tidak

Page 27: Kedudukan Evaluasi Pembelajaran Dalam Pendidikan

akan kerepotan dalam mempetahankannya didepan dewan penguji.C. P. Joko Subagyo SH., Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek, ( Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004).Menurut Joko Subagyo, dalam menentukan rumusan masalah, sebaiknya kita memperhatikan ketentuan-ketentuan dibawah ini:1. Dirumuskan dalam bentuk pertanyaan.2. Dirumuskan dalam kalimat yang sederhana.3. Rumusan masalah harus singkat, padat, dan tidak menimbulkan kerancauan dalam pengertian.4. Mencerminkan keinginan penulis dalam melakukan penelitian.5. Tidak mempersulit dalam pencarian data lapangan.6. Rumusan masalah dapat dipakai sebagai rumusan hipotesa.7. Rumusan masalah dapat direfleksikan kedalam judul.D. Drs. Sumadi Surya Brataba MA, Eds, Ph. D., Metodelogi Penelitian, ( Jakarta: CV. Rajawali, 1983).Menurut Sumadi, rumusan maslah adalah hal yang penting dalam penelitian, karena akan menjadi panutan dalam penelitian, berikut ketentuan-ketentuan yang perlu diperhatikan dalam menentukan rumusan masalah.1. Dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya.2. Rumusan masalah harus padat dan jelas isinya.3. Memberi petunjuk tentang mungkinnya mengumpulkan data guna menjawab pertanyaaan yang terkandung dalam rumusan masalah itu.E. Purnomo Setiady Akbar. Mpd, dan DR. Husaini Usman. Mpd., Metodelogi Penelitian Sosial, ( Jakarta: Bumi Aksara, 1996).Rumusan masalah ialah suatu usaha untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan penelitian apa saja yang spesifik dan perlu dijawab. Rumusan masalah meurut keterangan dari buku ini di bedakan menjadi 3, yaitu deskriptif, komparatif dan asosiatif.

Menurut Sukardi, permasalah yang akan diteliti (Kerlinger,1986), hendaknya dapat memenuhi tiga kriteria penting yaitu:a. Permasalahan atau problematika sebaiknya merefleksikan dua variabel atau lebih.b. Sebaiknya dinyatakan dalam bentuk pertanyaan yang jelas dan tidak meragukan.c. Sebaiknya dapat diuji secara empiris.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan Kriteria rumusan masalah adalah Dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, Dirumuskan dalam kalimat yang sederhana, Masalah tersebut jika diteliti akan mempunyai arti penting baik bagi perkembangan ilmu maupun bagi kehidupan sehari-hari, dan Memberi petunjuk tentang mungkinnya mengumpulkan data guna menjawab pertanyaaan yang terkandung dalam rumusan masalah itu