24
Pendahuluan Kejang atau bangkitan adalah gangguan neurologi yang sering pada anak. Hal ini terlihat bahwa sekitar 10% anak menderita paling tidak satu kali kejadian kejang dalam 16 tahun pertama hidupnya. Penderita tertinggi ditempati oleh anak yang berusia kurang dari tiga tahun. Data epidemiologi menunjukkan sekitar 150.000 anak mendapatkan kejang dan 30.000 diantaranya berkembang menjadi status epilepsi. 1 Kejang atau bangkitan didefinisikan sebagai kejadian mendadak yang berupa kesadaran terganggu, binggung, gerakan otot abnormal yang sifatmya involunter. 2 Definisi klasik dari epilepsi mengacu pada kejang terus menerus atau berulang yang berlangsung lebih dari 30 menit tanpa pemulihan kesadaran. Selama kejang, aliran darah otak, oksigen, konsumsi glukosa, karbon dioksida dan produksi asam laktat meningkat. Kejang singkat jarang menghasilkan efek yang berlangsung pada otak. Kejang yang berkepanjangan dapat menyebabkan asidosis metabolik, hiperkalemia, hipertermia, hipoglikemia, dan kondisi inin dapat menyebabkan kerusakan neurologis permanen. 3 Kejang merupakan suatu manifestasi klinis yang sering dijumpai di ruang gawat darurat. Hampir 5% anak berumur di bawah 16 tahun setidaknya pernah mengalami sekali kejang selama hidupnya. Kejang penting sebagai suatu tanda adanya gangguan neurologis. Keadaan tersebut merupakan keadaan darurat. Kejang mungkin sederhana, dapat berhenti sendiri dan sedikit memerlukan pengobatan

Kejang Pada Anak

Embed Size (px)

DESCRIPTION

lkn/l

Citation preview

Page 1: Kejang Pada Anak

Pendahuluan Kejang atau bangkitan adalah gangguan neurologi yang sering pada anak. Hal

ini terlihat bahwa sekitar 10% anak menderita paling tidak satu kali kejadian kejang

dalam 16 tahun pertama hidupnya. Penderita tertinggi ditempati oleh anak yang

berusia kurang dari tiga tahun. Data epidemiologi menunjukkan sekitar 150.000 anak

mendapatkan kejang dan 30.000 diantaranya berkembang menjadi status epilepsi.1

Kejang atau bangkitan didefinisikan sebagai kejadian mendadak yang berupa

kesadaran terganggu, binggung, gerakan otot abnormal yang sifatmya involunter.2

Definisi klasik dari epilepsi mengacu pada kejang terus menerus atau berulang yang

berlangsung lebih dari 30 menit tanpa pemulihan kesadaran. Selama kejang, aliran

darah otak, oksigen, konsumsi glukosa, karbon dioksida dan produksi asam laktat

meningkat. Kejang singkat jarang menghasilkan efek yang berlangsung pada otak.

Kejang yang berkepanjangan dapat menyebabkan asidosis metabolik, hiperkalemia,

hipertermia, hipoglikemia, dan kondisi inin dapat menyebabkan kerusakan neurologis

permanen.3

Kejang merupakan suatu manifestasi klinis yang sering dijumpai di ruang

gawat darurat. Hampir 5% anak berumur di bawah 16 tahun setidaknya pernah

mengalami sekali kejang selama hidupnya.

Kejang penting sebagai suatu tanda

adanya gangguan neurologis. Keadaan tersebut merupakan keadaan darurat. Kejang

mungkin sederhana, dapat berhenti sendiri dan sedikit memerlukan pengobatan

lanjutan, atau merupakan gejala awal dari penyakti berat, atau cenderung menjadi

status epileptikus. Tatalaksana kejang seringkali tidak dilakukan secara baik. Karena

diagnosis yang salah atau penggunaan obat yang kurang tepat dapat menyebabkan

kejang tidak terkontrol, depresi nafas dan rawat inap yang tidak perlu. Langkah awal

dalam menghadapi kejang adalah memastikan apakah gejala saat ini kejang atau

bkuan. Selanjutnya melakukan identifikasi kemungkinan penyebabnya.

Kejang dapat disebabkan oleh berbagai keadaan yaitu, epilepsi, kejang

demam, hipoglikemia, hipoksia, hipotensi, tumor otak, meningitis, ketidakseimbangan

elektrolit, dan overdosis obat.4 Meskipun penyebab dari kejang beragam namun pada

fase awal tidak perlu untuk melabelnya masuk pada kelompok mana, karena

manajemen jalan nafas dan penghentian kejang adalah prioritas awal pada pasien

dengan kejang aktif.2

Page 2: Kejang Pada Anak

Salah satu bentuk kejang yang sering dijumpai pada anak adalah

kejang demam. Kejang demam adalah kejang disertai demam (suhu ≥ 100.4° F atau

38°C), tanpa infeksi sistem saraf, yang terjadi pada bayi dan anak-anak 6 sampai 60

bulan. Kejang demam terjadi pada 2% sampai 5% dari semua anak-anak, dengan

demikian menjadi bentuk yang paling umum terjadi. Pada tahun 1976, Nelson dan

Ellenberg, menggunakan data dari National Collaborative Perinatal Project dan

ditetapkan bahwa kejang demam diklasifikasikan sebagai simpleks atau kompleks.

Kejang demam simpleks didefinisikan sebagai kejang yang terjadi setelah demam,

yang berlangsung selama kurang dari 15 menit dan tidak berulang dalam waktu 24

jam. Kejang demam kompleks didefinisikan sebagai kejang fokal, berlangsung lebih

dari 15 menit, dan atau berulang dalam waktu 24 jam. Anak-anak yang mengalami

kejang demam simpleks tidak terbukti meningkat risiko kematiannya, hemiplegia,

atau keterbelakangan mental. Sebuah konsensus pada tahun 1980 dari National

Institutes of Health menyimpulkan bahwa kejang demam simpleks memiliki

prognosis yang sangat baik.

Etologi

Kejang adalah lepasnya aktivitas listrik abnormal dan berlebihan dari jaringan

neuroglia. Berbagai gangguan fungsi otak atau homeostasis dapat menyebabkan

kejang (tabel 1). Penentuan faktor penyebab kejang sangat menentukan untuk

tatalaksana selanjutnya, karena kejang dapat diakibatkan berbagai macam etiologi.

Adapun etiologi kejang yang tersering pada anak dapat dilihat pada tabel 1.

Penyebab kejang

Kondisi Perinatal

Malformasi serebral

Infeksi intrauterine

Hipoksik iskemik*

Trauma

Perdarahan*

Infeksi

Page 3: Kejang Pada Anak

Ensefalitis*

Meningitis*

Abses otak

Kondisi Metabolik

Hipoglikemia*

Hipoksemia

Hipomagnesemia

Hiponatremia

Storage disease

Sindrom reye

Penyakit neuro degenerative

Porfiria

Ketergantungan dan defisiensi piridoksin

Keracunan

Timbal

Kokain

Toksisitas obat

Putus obat

Penyakit Sistemik

Vaskulitis (SSP atau Sistemik)

SLE

Ensefalopati hipertensi

Gagal ginjal

Ensefalopati hepatic

Penyakit / kondisi penyebab lain

Trauma*

Tumor

Demam*

Page 4: Kejang Pada Anak

Idiopatik*

familial

* Sering dijumpai

Tabel 1. Penyebab kejang

Patofisiologi

Kejang adalah manifestasi klinis khas yang berlangsung secara intermitten

dapat berupa gangguan kesadaran, tingkah laku, emosi, motorik, sensorik, dan atau

otonom yang disebabkan oleh lepasnya muatan listrik yang berlebihan di neuron otak.

Status epileptikus adalah kejang yang terjadi lebih dari 30 menit atu kejang berulang

lebih dari 30 menit tanpa disertai pemulihan kesadaran Mekanisme dasar terjadinya

kejang adalah peningkatan aktifitas listrik yang berlebihan pada neuron-neuron dan

mampu secara berurutan merangsang sel neuron lain secara bersama-sama

melepaskan muatan listriknya. Hal tersebut diduga disebabkan oleh;

1] kemampuan membran sel sebagai pacemaker neuron untuk melepaskan

muatan listrik yang berlebihan

2] berkurangnya inhibisi oleh neurotransmitter asam gama amino but irat

[GABA]

3] meningkatnya eksitasi sinaptik oleh transmiter asam glutamat dan aspartat

melalui jalur eksitasi yang berulang. Status epileptikus terjadi oleh karena

proses eksitasi yang berlebihan berlangsung terus menerus, di samping akibat

ilnhibisi yang tidak sempurna.

Kriteria Kejang

Diagnosis kejang ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan

penunjang, sangat penting membedakan apakah serangan yang terjadi adalah kejang

atau serangan yang menyerupai kejang. Perbedaan diantara keduanya adalah pada

gambar 1 :

Page 5: Kejang Pada Anak

gambar 1: kriteria kejang.Manifestasi Klinis

Menurut International League against Epilepsy, kejang dapat diklasifikasikan

menjadi6 :

1. Kejang parsial

Kejang parsial adalah kejang yang berhubungan dengan keterlibatan

satu hemisfer serebri. Kejang parsial dapat berkembang menjadi kejang umum

pada 30% anak yang mengalami kejang. Pada umumnya kejang ini ditemukan

pada anak berusia 3 hingga 13 tahun8. Kejang parsial dapat dikelompokkan

menjadi :

1. Kejang parsial simpleks

Kejang parsial simpleks adalah bentuk kejang parsial yang tanpa

disertai dengan perubahan status mental. Kejang ini sering ditandai dengan

perubahan aktivitas motorik yang abnormal, sering terlihat pola aktivitas

motorik yang tetap pada wajah dan ekstremitas atas saat episode kejang

terjadi. Walaupun kejang parsial simpleks sering ditandai dengan

perubahan abnormal dari aktivitas motorik, perubahan abnormal dari

sensorik, autonom, dan psikis

2. Kejang parsial kompleks

Page 6: Kejang Pada Anak

Kejang parsial kompleks ditandai dengan perubahan abnormal dari

persepsi dan sensasi, dan disertai dengan perubahan kesadaran. Pada saat

kejang, pandangan mata anak tampak linglung, mulut anak seperti

mengecap – ngecap, jatuhnya air liur keluar dari mulut, dan seringkali

disertai mual dan muntah.

3. Kejang parsial dengan kejang umum sekunder

Kejang parsial dapat melibatkan kedua hemisfer serebri dan

menimbulkan gejala seperti kejang umum. Kejang parsial dengan kejang

umum sekunder biasanya menimbulkan gejala seperti kejang tonik klonik.

Hal ini sulit dibedakan dengan kejang tonik – klonik.

2. Kejang Umum

Kejang umum adalah kejang yang berhubungan dengan keterlibata kedua

hemisfer serebri. Kejang umum disertai dengan perubahan kesadaran. Kejang

umum dapat dikelompokkan menjadi :

1. Kejang tonik klonik (grand mal seizure)

Kejang tonik klonik adalah bentuk kejang umum yang paling sering

terjadi pada anak. Kebanyakan kejang ini memiliki onset yang tiba – tiba,

namun pada beberapa anak kejang ini didahului oleh aura (motorik atau

sensorik). Pada awal fase tonik, anak menjadi pucat, terdapat dilatasi

kedua pupil, dan kontraksi otot – otot yang disertai dengan rigiditas otot

yang progresif. Sering juga disertai dengan inkontinensia urin atau

inkontinensia tinja. Kemudian pada fase klonik, terjadi gerakan

menghentak secara ritmik dan gerakan fleksi yang disertai spasme pada

ekstremitas. Terjadi perubahan kesadaran pada anak selama episode

kejang berlangsung dan bisa berlanjut hingga beberapa saat setelah kejang

berhenti.

2. Kejang tonik

Bentuk kejang ini sama seperti kejang tonik klonik pada fase tonik.

Anak tiba – tiba terdiam dengan seluruh tubuh menjadi kaku akibat

rigiditas otot yang progresif.

3. Kejang mioklonik

Page 7: Kejang Pada Anak

Kejang mioklonik ditandai dengan gerakan kepala seperti terjatuh

secara tiba – tiba dan disertai dengan fleksi lengan. Kejang tipe ini dapat

terjadi hingga ratusan kali per hari.

4. Kejang atonik

Kejang atonik ditandai dengan kehilangan tonus otot secara tiba – tiba.

5. Kejang absens

Kejang absens dapat dibagi menjadi kejang absens simpel (tipikal) atau

disebut juga petit mal dan kejang absens kompleks (atipikal). Kejang

absens tipikal ditandai dengan berhentinya aktivitas motorik anak secara

tiba – tiba, kehilangan kesadaran sementara secara singkat, yang disertai

dengan tatapan kosong. Sering tampak kedipan mata berulang saat episode

kejang terjadi. Episode kejang terjadi kurang dari 30 detik. Kejang ini

jarang dijumpai pada anak berusia kurang dari 5 tahun. Kejang absens

atipikal ditandai dengan gerakan seperti hentakan berulang yang bisa

ditemukan pada wajah dan ekstremitas, dan disertai dengan perubahan

kesadaran7.

3. Kejang tak terklasifikasi

Kejang ini digunakan untuk mengklasifikasikan bentuk kejang yang

tidak dapat dimasukkan dalam bentuk kejang umum maupun kejang parsial.

Kejang ini termasuk kejang yang terjadi pada neonatus dan anak hingga usia 1

tahun6.

Diagnosis

Anamnesa

1. Kejadian Pre-Iktal

Berikut ini adalah pertanyaan yang perlu ditanyakan mengenai

kejadian sebelum episode kejang terjadi :

Apakah ada kejadian yang merangsang terjadinya kejang seperti

keadaan stres, rangsangan nyeri, dan sebagainya?

Apakah sebelum kejang terjadi, terdapat aura seperti mencium bau –

bauan, melihat cahaya yang sangat terang, mendengar suara – suara,

mual, merasa ketakutan dan sebagainya?

Apa yang dilakukan anak sesaat sebelum kejang terjadi?

Apakah beberapa jam atau beberapa menit sebelum kejang anak

mengkonsumsi obat – obatan tertentu?

Page 8: Kejang Pada Anak

Apakah anak sedang menderita penyakit tertentu? Apakah anak

sedang demam sebelum kejang terjadi?

Apakah anak pernah mengalami kejang sebelumnya?

Jika anak pernah mengalami kejang, apakah bentuk kejang terdahulu

sama seperti bentuk kejang yang baru saja terjadi?

Jika anak pernah mengalami kejang, apakah anak berobat rutin dan

mengkonsumsi obat anti kejang secara teratur?

Apakah anak pernah mengalami trauma, terutama di bagian kepala,

beberapa jam atau hari sebelum kejang?

2. Kejadian saat kejang

Berikut ini adalah pertanyaan yang perlu ditanyakan mengenai

kejadian saat episode kejang terjadi :

Berapa lama kejang berlangsung?

Seperti apa bentuk kejang yang terjadi?

Apakah anak kehilangan kesadaran saat kejang?

Berapa kali kejang terjadi dan berapa lama setiap satu episode kejang

terjadi?

Apabila kejang terjadi lebih dari satu kali, apakah anak tetap sadar

atau tidak sadar, di antara epdisode kejang yang terjadi?

3. Kejadian post – iktal

Apakah anak langsung sadar setelah kejang berhenti?

Apakah anak merasa lemas, mual, muntah setelah kejang berhenti atau

anak tampak seperti tidak terjadi apa – apa?

Apakah anak mengingat kejadian saat kejang berlangsung?

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik harus dilakukan secara menyeluruh. Tanda – tanda

vital meliputi denyut nadi, laju pernapasan, dan terutama suhu tubuh harus

diperiksa, karena demam merupakan penyebab utama kejang pada anak –

anak. Periksa kepala apakah ada kelainan bentuk, tanda – tanda trauma kepala,

serta tanda – tanda peningkatan tekanan intrakranial. Periksa leher apakah

terdapat kaku kuduk. Pemeriksaan neurologis secara menyeluruh juga penting

dilakukan.

Pemeriksaan Penunjang

Page 9: Kejang Pada Anak

Penentuan ada tidaknya kejang ditentukan oleh kondisi klinis pasien

yang tepat sesuai klinis, tetapi pemeriksaan penunjang juga dapat membantu

dalam mempertajam diagnosis dari kejang tersebut. Pemeriksaan penunjang

yang dapat di lakukan adalah :

1. Pungsi Lumbal

Pungsi lumbal tidak dianjurkan pada anak-anak dengan

hemodinamik yang tidak stabil. Sangat dipertimbangkan untuk

melakukan pungsi lumbal pada anak kurang dari 12 bulan dan anak

kurang dari 18 bulan. Pungsi lumbal dianjurkan pada :

- Anak yang telah menerima antibiotik sebelum kejang dan

didiagnosa sebagai meningitis, dalam kasus ini dilakukan pungsi

lumbal tanpa memandang usia. Bahkan jika pungsi lumbal

dilakukan dan hasilnya negatif, dapat dipertimbangkan untuk

pemberian pengobatan meningitis, karena cairan cerebrospinal

(CSF) mungkin normal pada fase awal perjalanan penyakit

meningitis.1

- Iritasi meningens didefinisikan sebagai adanya Brudzinski sign

(fleksi leher menyebabkan fleksi dari pinggul pasien dan lutut),

Kernig sign (nyeri muncul ketika adanya fleksi 90◦ dari fleksi

sendi pinggul dan ekstensi sendi lutut), kaku kuduk yaitu

kekakuan leher pada anak yang lebih tua dari usia 1 tahun. Pada

anak-anak berusia kurang dari 1 tahun, tanda-tanda iritasi

meningens adalah tanda-tanda di atas atau rasa gelisah atau rewel

selama manipulasi kepala atau kaki oleh dokter dan atau

menggembungnya fontanel. Perlu ditekankan bahwa tanda-tanda

klinis meningitis tidak sensitif dan jika klinisi curiga bahwa

meningitis positif, pungsi lumbal tidak boleh ditunda sampai

tanda-tanda ini muncul.1

2. Pencitraan

Neuroimaging tidak diindikasikan setelah episode

kejang demam sederhana, tapi bisa dipertimbangkan ketika ada

fitur klinis dari gangguan neurologis, misalnya mikrosefali atau

Page 10: Kejang Pada Anak

makrosefali, defisit neurologis yang sudah ada, defisit neurologis

post-iktal bertahan selama lebih dari beberapa jam, atau ketika ada

kejang demam berulang yang kompleks, atau kejang yang dicurigai

bukan kejang demam Magnetic Resonance Imaging lebih sensitif

dibandingkan Computed Tomography untuk mendeteksi proses

intrakranial yang dapat menyebabkan kejang.1

3. Electroencephalography (EEG)

Kelainan epileptiform relatif umum didapatkan pada

anak-anak dengan kejang demam. EEG sendiri memiliki

sensitivitas yang rendah pada anak di bawah usia tiga tahun dengan

kejang dan peran yang terbatas dalam diagnosis gangguan

ensefalopatik akut.1

Diagnosis Banding

Ketika anak menampakkan gejala klinis seperti kejang, maka pemeriksa harus

segera menentukkan sebab dari kejang tersebut. Penting untuk mengetahui apakah

yang dialami seorang anak benar adalah kejang atau bukan kejang. Berikut adalah

beberapa kondisi pediatrik yang dapat disalahartikan sebagai kejang :

1. Sinkop

Sinkop biasanya didahului oleh dizziness, pandangan yang kabur,

penderita tahu jika sebentar lagi akan kehilangan kesadaran, dan pucat. Sinkop

biasanya terjadi pada siang hari dan posisi penderita sedang berdiri.

Sedangkan kejang terjadi secara tiba – tiba, kapan saja, dan dimana saja.

2. Breath holding spells

Breath holding spells merupakam salah satu episode apnea pada anak –

anak, biasanya berkaitan dengan penurunan kesadaran. Breath holding spells

terjadi pada 5% anak – anak berusia 6 bulan hingga 5 tahun. Ada beberapa tipe

dari Breath holding spells yang menyerupai episode kejang, yaitu cyanotic

spell dan pallid spell. Pada cyanotic spell, anak menangis kuat diikuti dengan

menahan napas, sianosis, rigiditas otot dan pincang, serta seringkali disertai

dengan gerakan seperti kejang pada ekstremitas. Pallid spell terjadi dengan

rangsangan nyeri, diikuti dengan penderita tampak pucat dan kehilangan

kesadaran yang singkat.

3. Migrain

Page 11: Kejang Pada Anak

Pada anak dengan migrain, anak dapat kehilangan kesadaran, yang

sering diawali dengan pandangan kabur, dizziness, dan kehilangan postur

tubuh.

4. Paroxysmal movement disorders

Paroxysmal movement disorders melibatkan aktivitas motorik yang

abnormal dan dapat menyerupai kejang dan penurunan kesadaran jarang

terjadi. Tics adalah gerakan berulang dan singkat dan dapat terjadi pada bagian

tubuh manapun. Tics muncul terutama pada keadaan stres dan biasanya dapat

ditekan kemunculannya. Shuddering attacks adalah tremor pada seluruh tubuh

yang berlangsung selama beberapa detik dan setelah itu kembali ke aktivitas

normal. Distonia akut ditandai dengan kontraksi wajah dan batang tubuh

secara involunter dengan postur yang abnormal dan wajah yang meringis.

6. Pseudoseizures

Pseudoseizures dapat muncul dengan gerakan seperti pada paroxysmal

movement disorders. Pseudoseizures sulit dibedakan dengan kejang yang

sebenarnya dan sering terjadi pada anak – anak dengan riwayat epilepsi.

7. Gangguan tidur

Gangguan tidur dapat dibedakan dengan kejang dengan melihat

karaterisktik perubahan perilaku yang terjadi. Night terrors terjadi pada anak

usia sebelum masuk sekolah. Anak tiba – tiba terbangun dari tidurnya, diikuti

dengan menangis, berteriak dan tidak bisa didiamkan. Lalu anak kembali ke

tidurnya dan tidak dapat mengingat kejadian tersebut. Sleepwalking atau

somnabulisme dapat ditemukan pada anak usia sekolah yang terbangun dari

tidurnya dan berjalan tanpa tujuan dan disertai dengan pandangan kosong lalu

anak tersebut kembali ke tidurnya. Narcolepsy sering ditemukan pada anak

usia remaja dengan perubahan kesadaran disertai rasa kantuk tak tertahan.

Narcolepsy sering disertai dengan katapleksi, yaitu kehilangan tonus otot

secara tiba – tiba7.

Tatalaksana

Penilaian Awal

Page 12: Kejang Pada Anak

Langkah pertama dalam pengelolaan pasien yang mengalami kejang adalah

untuk menilai dan mendukung saluran napas, pernapasan dan sirkulasi. Ini akan

memastikan bahwa kejang tidak membahayakan pasokan darah beroksigen ke otak

dan tidak menyebabkan cedera sekunder terhadap hipoksia dan atau iskemia.2,4

Penilaian awal terdiri dari :

1. Airway

Saluran napas yang bebas adalah syarat pertama. Lakukan penilaian

patensi jalan napas dengan metode look, listen dan feel. Jika jalan napas

tidak bebas, maka kita harus membuka dan menjaganya dengan cara head

tilt- chin lift atau jaw thrust manuver dan memberikan ventilasi dengan

bag-valve-mask jika perlu. Jika jalan napas terganggu karena kejang,

mengendalikan kejang dengan antikonvulsan umumnya akan mengontrol

jalan napas. Bahkan jika jalan napas telah bebas, orofaring mungkin perlu

dibersihkan dari sekret oleh suction. 2,4

2. Breathing

Penilaian kemampuan pernapasan dilihat dari laju pernapasan, suara

napas yang merintih, ekspansi dada, denyut jantung dan warna kulit.

Pemantauan saturasi oksigen dilakukan dengan menggunakan pulse

oksimetry. Jika anak menderita hipoventilasi, respirasi harus didukung

dengan oksigen melalui perangkat bag-valve - mask. 2,4

3. Circulation

Menilai kecukupan sirkulasi dilakukan dengan palpasi denyut nadi.

Capillary refill time yang lebih dari dua detik, pucat, sianosis serta akral

yang dingin menunjukkan sirkulasi perifer yang tidak adekuat. Jika perlu,

lakukan pemberian cairan intravena. Jika akses pembuluh darah tidak

dapat diperoleh, pemberian antikonvulsan harus diberikan melalui rektal,

intramuskular atau rute bukal. Intraosseous acces (IO) dipergunakan pada

anak-anak dengan tanda-tanda syok jika akses intravena tidak dapat

diperoleh. Akses IO mungkin dibutuhkan untuk administrasi long acting

antikonvulsan jika tidak ada akses intravena setelah dua dosis

benzodiazepin. Berikan 20 mL/kg BB bolus cepat normal saline untuk

setiap pasien dengan tanda-tanda syok, lalu periksa tekanan darah segera

setelah pemberian normal saline atau setelah kejang selesai. Pengambilan

tes glukosa darah dan uji laboratorium tetap diperlukan. Jika terdapat

Page 13: Kejang Pada Anak

hipoglikemi berikan dextrose 10% sebanyak 5 mL/kg untuk pasien yang

hipoglikemi tersebut. 2,4

4. Disability

Menilai fungsi neurologis dengan skor AVPU (Alert, Voice, Pain,

Responsive) tidak dapat diukur secara bermakna selama kejang yang

disertai dengan penurunan kesadaran. Ukuran dan reaksi pupil harus

diperhatikan. Perubahan pupil dapat terjadi selama kejang tetapi mungkin

juga hasil dari keracunan opiat, amfetamin, atropin dan trisiklik atau

peningkatan tekanan intrakranial.2,4 Perhatikan tanda-tanda defisit

neurologis fokal, baik selama atau setelah kejang dan perhatikan postur

anak, apakah terdapat dekortikasi atau deserebrasi sikap dimana

sebelumnya postur anak normal. Hal ini menunjukan bahwa terdapat

peningkatan tekanan intrakranial, tetapi postur ini kadang dapat keliru

untuk fase tonik-klonik. Carilah kaku kuduk pada anak dan fontanelle yang

membubung pada bayi, yang dapat menunjukkan tanda – tanda meningitis.

Perlu diingat bahwa penggunaan berkepanjangan atau berulang-ulang dari

obat anti konvulsan dapat menyebabkan depresi kesadaran. 2,4

5. Exposure

Carilah ruam dan memar sebagai tanda-tanda cedera. 2,4

Medikasi pada Kejadian Akut

Status epilept ikus pada anak merupakan suatu kegawatan yang mengancam

jiwa dengan resiko terjadinya gejala sisa neurologis. Makin lama kejang berlangsung

makin sulit menghentikannya, oleh karena itu tatalaksana kejang umum yang lebih

dari 5 menit adalah menghentikan kejang dan mencegah terjadinya status epileptikus.

Penghentian kejang:

0 - 5 menit:

Yakinkan bahwa aliran udara pernafasan baik

Monitoring tanda vital, pertahankan perfusi oksigen ke jaringan, berikan

oksigen

Bila keadaan pasien stabil, lakukan anamnesis terarah, pemeriksaan umum dan

neurologi secara cepat

Page 14: Kejang Pada Anak

Cari tanda-tanda trauma, kelumpuhan fokal dan tanda-tanda infeksi

5 – 10 menit:

Pemasangan akses intarvena

Pengambilan darah untuk pemeriksaan: darah rutin, glukosa, elektrolit

Pemberian diazepam 0,2 – 0,5 mg/kgbb secara intravena, atau diazepam rektal

0,5 mg/kgbb (berat badan < 10 kg = 5 mg; berat badan > 10 kg = 10 mg).

Dosis diazepam intravena atau rektal dapat diulang satu – dua kali setelah 5 –

10 menit..

Jika didapatkan hipoglikemia, berikan glukosa 25% 2ml/kgbb.

10 – 15 menit

Cenderung menjadi status konvulsivus

Berikan fenitoin 15 – 20 mg/kgbb intravena diencerkan dengan NaCl 0,9%

Dapat diberikan dosis ulangan fenitoin 5 – 10 mg/kgbb sampai maksimum

dosis 30 mg/kgbb.

30 menit

Berikan fenobarbital 10 mg/kgbb, dapat diberikan dosis tambahan 5-10 mg/kg

dengan interval 10 – 15 menit.

Pemeriksaan laboratorium sesuai kebutuhan, seperti analisis gas darah,

elektrolit, gula darah. Lakukan koreksi sesuai kelainan yang ada. Awasi tanda

tanda depresi pernafasan.Bila kejang masih berlangsung siapkan intubasi dan

kirim ke unit perawatan intensif.

Penanganan kejang bisa dilihat pada algoritma penanganan kejang sebagai

berikut:

Page 15: Kejang Pada Anak

gambar 2 : Penatalaksanaan Kejang

Edukasi keluarga perjalanan penyakit dan rekurensi

Page 16: Kejang Pada Anak

Edukasi pasien dan pendidikan keluarga merupakan bagian integral dari

pengelolaan kejang demam. Langkah – langkah yang perlu dilakukan antara lain:

1. Membantu keluarga untuk mengatasi pengalaman yang menakutkan dan

menyingkirkan asumsi bahwa anak mereka akan meninggal saat kejang

demam pertama dengan kesepakatan keluarga untuk memahami prognosis dari

kejang.

2. Memastikan keluarga mengerti bahwa tidak ada peningkatan risiko

keterlambatan intelektual jika kejang kurang dari 30 menit.

3. Memberikan keluarga informasi tentang risiko kekambuhan kejang

berikutnya.1

Rekurensi

Risiko untuk terjadinya kekambuhan setelah kejang pertama adalah sekitar

33%. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan kemungkinan kekambuhan meliputi

kejang demam pertama pada usia muda, riwayat keluarga kejang demam, durasi

pendek demam sebelum kejang atau demam yang relatif rendah pada saat kejang

awal. Terdapat faktor genetik yang mempengaruhi terjadinya kejang. Hal ini terlihat

dari risiko saudara kandung untuk menderita kejang adalah sekitar 10-20% dan dapat

lebih tinggi jika orang tua juga memiliki riwayat kejang. Profilaksis terus menerus

dengan obat antiepilepsi tidak dianjurkan.1

Penanganan pertama saat di rumah

Hal yang harus dilakukan pertama saat dirumah dan berhadapan dengan

anak yang sedang kejang adalah tetap tenang dan jangan panik, jangan memaksa atau

memasukkan sesuatu ke dalam mulut. Pastikan pasien aman dengan menempatkan

mereka pada lantai dan menyingkirkan benda-benda yang bisa melukai mereka.

Perhatikan waktu saat mulai dan berhentinya kejang, karena hal ini penting untuk

diketahui dokter. Setelah kejang berhenti, tempatkan pasien dalam posisi tidur pada

salah satu sisinya dan membuat mereka nyaman. Jangan mengguncang pasien untuk

membangunkan mereka atau menahan pasien saat pasien mengalami kejang aktif.

Bawalah pasien ke dokter atau instansi kesehatan setempat sesegera mungkin.