2
kalam 6 days ago Artikel, Opini dan Analisis 19 Views Sahabat, Kali ini kita akan membahas seputar mahasiswa. Bicara soal mahasiswa, sebenernya apa sih mahasiswa itu? Yup, betul banget, mahasiswa itu adalah kita! Kita adalah sebagian kecil pemuda Indonesia yang mendapat kesempatan untuk mengenyam pendidikan tinggi di universitas dan menyandang status sebagai kaum intelektual. Menurut Knopfemacher (dalam Suwono, 1978), mahasiswa adalah calon sarjana yang terlibat dengan perguruan tinggi (yang makin menyatu dengan masyarakat), mereka dididik untuk menjadi calon intelektual. Kalo kita pikir-pikir memang peran mahasiswa itu sangat luarbiasa bagi perubahan masyarakat. Suatu prestasi bukan? Namun, kini prestasi tersebut hanya jadi angan-angan karena jika kita lihat dari perilaku mahasiswa lebih cenderung mengedapankan kesenangan semata, mereka juga, ga peduli sama lingkungan sekitar, dan cenderung mementingkan diri sendiri. Jadi, mana mungkin bisa mengubah masyarakat yang memang sedang dilanda banyak masalah. Kenapa sih mereka bisa seperti itu? Ustadz Taqiyuddin an-Nabhani (Nidzom Islam: 7) menyebutkan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh pemahamannya. Ketika mahasiswa saat ini berperilaku menyimpang maka dapat dipastikan ada kesalahan dalam pemahamannya. Pemahaman mahasiswa saat ini tidak terlepas dari ide-ide barat yang dijadikan kiblat. Mulai dari model pakaian, makanan, jenis hiburan yang digandrungi, sampai pada pemikiran mereka tentang tujuan kuliah. Menuntut ilmu sebagai modal untuk menghasilkan karya untuk masyarakat sudah tidak lagi dijadikan tujuan utama. Hal ini juga diperparah oleh kebijakan pemerintah yang memang tidak berpihak kepada para mahasiswa. Berawal dari masuknya Indonesia sebagai anggota WTO pada tahun 1994, Indonesia pun harus terikat dengan GATS, sebuah perjanjian dimana kebijakan yang dihasilkan adalah liberalisasi 12 sektor jasa termasuk pendidikan tinggi. Sejak saat itu, pemerintah berlepas tangan terhadap pendidikan tinggi dan menyerahkannya pada mekanisme pasar. Alhasil, Kampus-kampus berusaha mencari dana sendiri dengan menaikkan ongkos kuliah dari tahun ke tahun.Besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk pendidikan membuat para mahasiswa berpikir untuk “mengganti rugi” seluruh biaya pendidikan tersebut. Maka muncul lah konsep kuliah untuk bekerja. Ya guys, begitulah paradigma pemikiran mahasiswa saat ini, mereka sibuk mencari keuntungan sehingga membuat mereka tidak peduli pada

Kejar Target Demi Ganti Rugi.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • 2/4/2015 KejarTargetDemiGantiRugi|KajianIslamMahasiswaUPI

    http://kalam.ukm.upi.edu/2015/03/26/kejartargetdemigantirugi/ 1/2

    ,FKBS5BSHFU%FNJ(BOUJ3VHJ

    kalam 6 days ago Artikel, Opini dan Analisis 19 Views

    Sahabat, Kali ini kita akan membahas seputar mahasiswa. Bicara soal mahasiswa, sebenernya apa sih

    mahasiswa itu? Yup, betul banget, mahasiswa itu adalah kita! Kita adalah sebagian kecil pemuda

    Indonesia yang mendapat kesempatan untuk mengenyam pendidikan tinggi di universitas dan

    menyandang status sebagai kaum intelektual. Menurut Knopfemacher (dalam Suwono, 1978), mahasiswa

    adalah calon sarjana yang terlibat dengan perguruan tinggi (yang makin menyatu dengan masyarakat),

    mereka dididik untuk menjadi calon intelektual. Kalo kita pikir-pikir memang peran mahasiswa itu sangat

    luarbiasa bagi perubahan masyarakat. Suatu prestasi bukan? Namun, kini prestasi tersebut hanya jadi

    angan-angan karena jika kita lihat dari perilaku mahasiswa lebih cenderung mengedapankan kesenangan

    semata, mereka juga, ga peduli sama lingkungan sekitar, dan cenderung mementingkan diri sendiri. Jadi,

    mana mungkin bisa mengubah masyarakat yang memang sedang dilanda banyak masalah.

    Kenapa sih mereka bisa seperti itu? Ustadz Taqiyuddin an-Nabhani (Nidzom Islam: 7) menyebutkan

    bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh pemahamannya. Ketika mahasiswa saat ini berperilaku

    menyimpang maka dapat dipastikan ada kesalahan dalam pemahamannya. Pemahaman mahasiswa saat

    ini tidak terlepas dari ide-ide barat yang dijadikan kiblat. Mulai dari model pakaian, makanan, jenis

    hiburan yang digandrungi, sampai pada pemikiran mereka tentang tujuan kuliah. Menuntut ilmu sebagai

    modal untuk menghasilkan karya untuk masyarakat sudah tidak lagi dijadikan tujuan utama.

    Hal ini juga diperparah oleh kebijakan pemerintah yang memang tidak berpihak kepada para

    mahasiswa. Berawal dari masuknya Indonesia sebagai anggota WTO pada tahun 1994, Indonesia pun

    harus terikat dengan GATS, sebuah perjanjian dimana kebijakan yang dihasilkan adalah liberalisasi 12

    sektor jasa termasuk pendidikan tinggi. Sejak saat itu, pemerintah berlepas tangan terhadap pendidikan

    tinggi dan menyerahkannya pada mekanisme pasar. Alhasil, Kampus-kampus berusaha mencari dana

    sendiri dengan menaikkan ongkos kuliah dari tahun ke tahun.Besarnya biaya yang harus dikeluarkan

    untuk pendidikan membuat para mahasiswa berpikir untuk mengganti rugi seluruh biaya pendidikan

    tersebut. Maka muncul lah konsep kuliah untuk bekerja. Ya guys, begitulah paradigma pemikiran

    mahasiswa saat ini, mereka sibuk mencari keuntungan sehingga membuat mereka tidak peduli pada

  • 2/4/2015 KejarTargetDemiGantiRugi|KajianIslamMahasiswaUPI

    http://kalam.ukm.upi.edu/2015/03/26/kejartargetdemigantirugi/ 2/2

    kondisi masyarakat yang sesungguhnya. Padahal Allah SWT telah memerintahkan manusia untuk

    menuntut ilmu berdasarkan keimanan, bukan keuntungan.Dalam Islam, pendidikan merupakan

    kebutuhan mendasar yang sepenuhnya wajib ditanggung oleh negara. Kurikulum pendidikan pun harus

    dibangun berdasarkan aqidah Islam sehingga mampu mencetak manusia yang berkepribadian Islam yaitu

    pemikiran dan nafsiyahnya Islam serta menjadi mahasiswa IPK 4 (Intelek, prestatif, kooperatif, kreatif,

    komunikatif, dan kontributif).

    Indah ya guys seandainya semua mahasiswa memiliki karakter seperti itu. Tapi, semua itu tidak akan

    bisa terwujud kecuali dengan adanya sebuah Negara yang mau menerapkan aturan Islam secara

    keseluruhan Tidak lain dan tidak bukan, Negara itu adalah Negara Khilafah guys! Yup, Negara yang

    menjadikan Islam sebagai landasan kehidupannya yang dulu pernah berjaya selama 13 abad di 2/3 bagian

    dunia. Tapi kini Khilafah sedang tiada, maka menjadi kewajiban bagi seluruh umat muslim termasuk kita

    untuk mengembalikan lagi kejayaannya di dunia ini.

    Wallahu alam bi ashawab.

    $IFDL"MTP

    .FMVSVTLBO(FSBLBO.BIBTJTXB

    Oleh : Hermawan Setiawan (Ketua Divisi ArRijal) Di setiap zaman, pemuda menjadipionir perubahan ...