Upload
david-blackburn
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
2/4/2015 KejarTargetDemiGantiRugi|KajianIslamMahasiswaUPI
http://kalam.ukm.upi.edu/2015/03/26/kejartargetdemigantirugi/ 1/2
,FKBS5BSHFU%FNJ(BOUJ3VHJ
kalam 6 days ago Artikel, Opini dan Analisis 19 Views
Sahabat, Kali ini kita akan membahas seputar mahasiswa. Bicara soal mahasiswa, sebenernya apa sih
mahasiswa itu? Yup, betul banget, mahasiswa itu adalah kita! Kita adalah sebagian kecil pemuda
Indonesia yang mendapat kesempatan untuk mengenyam pendidikan tinggi di universitas dan
menyandang status sebagai kaum intelektual. Menurut Knopfemacher (dalam Suwono, 1978), mahasiswa
adalah calon sarjana yang terlibat dengan perguruan tinggi (yang makin menyatu dengan masyarakat),
mereka dididik untuk menjadi calon intelektual. Kalo kita pikir-pikir memang peran mahasiswa itu sangat
luarbiasa bagi perubahan masyarakat. Suatu prestasi bukan? Namun, kini prestasi tersebut hanya jadi
angan-angan karena jika kita lihat dari perilaku mahasiswa lebih cenderung mengedapankan kesenangan
semata, mereka juga, ga peduli sama lingkungan sekitar, dan cenderung mementingkan diri sendiri. Jadi,
mana mungkin bisa mengubah masyarakat yang memang sedang dilanda banyak masalah.
Kenapa sih mereka bisa seperti itu? Ustadz Taqiyuddin an-Nabhani (Nidzom Islam: 7) menyebutkan
bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh pemahamannya. Ketika mahasiswa saat ini berperilaku
menyimpang maka dapat dipastikan ada kesalahan dalam pemahamannya. Pemahaman mahasiswa saat
ini tidak terlepas dari ide-ide barat yang dijadikan kiblat. Mulai dari model pakaian, makanan, jenis
hiburan yang digandrungi, sampai pada pemikiran mereka tentang tujuan kuliah. Menuntut ilmu sebagai
modal untuk menghasilkan karya untuk masyarakat sudah tidak lagi dijadikan tujuan utama.
Hal ini juga diperparah oleh kebijakan pemerintah yang memang tidak berpihak kepada para
mahasiswa. Berawal dari masuknya Indonesia sebagai anggota WTO pada tahun 1994, Indonesia pun
harus terikat dengan GATS, sebuah perjanjian dimana kebijakan yang dihasilkan adalah liberalisasi 12
sektor jasa termasuk pendidikan tinggi. Sejak saat itu, pemerintah berlepas tangan terhadap pendidikan
tinggi dan menyerahkannya pada mekanisme pasar. Alhasil, Kampus-kampus berusaha mencari dana
sendiri dengan menaikkan ongkos kuliah dari tahun ke tahun.Besarnya biaya yang harus dikeluarkan
untuk pendidikan membuat para mahasiswa berpikir untuk mengganti rugi seluruh biaya pendidikan
tersebut. Maka muncul lah konsep kuliah untuk bekerja. Ya guys, begitulah paradigma pemikiran
mahasiswa saat ini, mereka sibuk mencari keuntungan sehingga membuat mereka tidak peduli pada
2/4/2015 KejarTargetDemiGantiRugi|KajianIslamMahasiswaUPI
http://kalam.ukm.upi.edu/2015/03/26/kejartargetdemigantirugi/ 2/2
kondisi masyarakat yang sesungguhnya. Padahal Allah SWT telah memerintahkan manusia untuk
menuntut ilmu berdasarkan keimanan, bukan keuntungan.Dalam Islam, pendidikan merupakan
kebutuhan mendasar yang sepenuhnya wajib ditanggung oleh negara. Kurikulum pendidikan pun harus
dibangun berdasarkan aqidah Islam sehingga mampu mencetak manusia yang berkepribadian Islam yaitu
pemikiran dan nafsiyahnya Islam serta menjadi mahasiswa IPK 4 (Intelek, prestatif, kooperatif, kreatif,
komunikatif, dan kontributif).
Indah ya guys seandainya semua mahasiswa memiliki karakter seperti itu. Tapi, semua itu tidak akan
bisa terwujud kecuali dengan adanya sebuah Negara yang mau menerapkan aturan Islam secara
keseluruhan Tidak lain dan tidak bukan, Negara itu adalah Negara Khilafah guys! Yup, Negara yang
menjadikan Islam sebagai landasan kehidupannya yang dulu pernah berjaya selama 13 abad di 2/3 bagian
dunia. Tapi kini Khilafah sedang tiada, maka menjadi kewajiban bagi seluruh umat muslim termasuk kita
untuk mengembalikan lagi kejayaannya di dunia ini.
Wallahu alam bi ashawab.
$IFDL"MTP
.FMVSVTLBO(FSBLBO.BIBTJTXB
Oleh : Hermawan Setiawan (Ketua Divisi ArRijal) Di setiap zaman, pemuda menjadipionir perubahan ...