Click here to load reader
Upload
pefi-firman-nurlailudin
View
183
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
FISIOLOGI HEWAN AIR
Citation preview
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR
Pengaruh Perubahan Suhu Panas dan Suhu Dingin Media Air Terhadap Membuka & Menutup Operculum Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio)
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada Praktikum Fisiologi Hewan Air
Disusun oleh :Kelompok 8 / Kelas A
Nika Sembada (230110110018)
Yohan Setiawan (230210110027)
Pefi Firman Nurlailudin (230110110030)
UNIVERSITAS PADJADJARANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
JATINANGOR
2012
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
laporan praktikum ini. Laporan praktikum ini berjudul “Pengaruh Perubahan Suhu
Panas dan Suhu Dingin Media Air Terhadap Membuka & Menutup Operculum
Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio).”. Laporan praktikum ini diajukan untuk
memenuhi salah satu tugas pada Praktikum Fisiologi Hewan Air.
Penyusunan laporan praktikum ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak, untuk itu pada kesempatan ini penyusun ingin mengucapkan terima kasih
yang sebesar besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam proses
praktikum maupun dalam penyusunan laporan ini.
Akhir kata semoga apa yang telah dilaksanakan oleh penyusun dapat
memberikan manfaat khususnya bagi pengembangan pengetahuan di bidang
perikanan dan umumnya bagi semua pihak.
Jatinangor, Oktober 2012
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Bab Halaman
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. iv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... v
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Tujuan Praktikum .............................................................................. 2
1.3 Manfaat Praktikum ............................................................................ 2
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Mas (Cyprinus carpio) ............................................................... 3
2.1.1 Klasifikasi Ikan Mas (Cyprinus carpio) .......................................... 4
2.1.2 Morfologi Ikan Mas (Cyprinus carpio) ........................................... 5
2.2 Sistem Pernapasan ............................................................................. 7
2.3 Suhu ................................................................................................... 8
2.3.1 Suhu Ruang. ..................................................................................... 10
2.3.2 Suhu Tinggi...................................................................................... 10
2.3.2 Suhu Rendah. ................................................................................... 11
III. BAHAN dan METODE
3.1 Waktu dan Tempat ............................................................................ 13
3.2 Alat dan Bahan .................................................................................. 13
3.2.1 Alat yang digunakan pada Praktikum 1 .......................................... 13
3.2.2 Bahan yang digunakan pada Praktikum 1 ...................................... 13
3.2.3 Alat yang digunakan pada Praktikum 2 ......................................... 13
3.2.4 Bahan yang digunakan pada Praktikum 2 ...................................... 14
3.3 Prosedur Kerja ................................................................................... 14
3.3.1 Prosedur Kerja Praktikum 1 ........................................................... 14
3.3.2 Prosedur Kerja Praktikum 2 ........................................................... 15
iii
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil .................................................................................................. 17
4.1.1 Hasil Data Praktikum I.................................................................... 17
4.1.2 Hasil Data Praktikum 2 ................................................................... 18
4.2 Pembahasan ....................................................................................... 19
4.2.1 Pembahasan Praktikum I................................................................. 19
4.2.2 Pembahasan Praktikum 2 ................................................................ 20
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 22
5.2 Saran .................................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 23
LAMPIRAN ........................................................................................... 25
iv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
1. Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio) ....................................................... 5
v
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Foto Alat Praktikum ............................................................................ 26
2. Foto Bahan Praktikum ......................................................................... 27
3. Foto Kegiatan Praktikum .................................................................... 27
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Aklimasi adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan respon
kompensasi dari suatu organisme terhadap perubahan suatu faktor lingkungan
atau penyesuaian diri dari suatu organisme terhadapt satu faktor lingkungan,
misalnya temperatur atau suhu.
Poikilotermik merupakan salah satu dari kompensasi fisiologis dimana
organisme dapat berhasil hidup dalam lingkungan yang berubah-rubah,
pengertiannya yaitu keadaan dimana suhu tubuh berfluktasi sesuai dengan suhu
lingkungan, kondisi ini ditemukan pada beberapa hewan invertebrate dan
vertebrata tingkat rendah.
Ikan merupakan anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin)
artinya temperatur tubuhnya disesuaikan dengan suhu lingkungannya. Bagi hewan
akuatik, suhu media air merupakan faktor pembatas, oleh karena itu perubahan
suhu media air akan mempengaruhi kandungan Oksigen terlarut, yang akan
berakibat pada laju pernafasan dan laju metabolisme hewan akuatik tersebut. Ikan
adalah organisme yang hidup di air dan bernapas dengan insang.
Sesuai dengan uraian tersebut di atas, maka kami mencoba melakukan
praktikum mengenai pengaruh suhu terhadap aktivitas organisme dengan judul
praktikum “Pengaruh Perubahan Suhu Panas dan Suhu Dingin Media Air
Terhadap Membuka & Menutup Operculum Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio)”.
1.2 Tujuan Praaktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui perubahan suhu panas
dan suhu dingin media air terhadap membuka & menutup operculum benih ikan
mas (Cyprinus carpio).
2
1.3 Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum yang kami lakukan adalah dapat meningkatkan
pengetahuan mahasiswa tentang perubahan suhu panas dan suhu dingin media air
terhadap membuka & menutup operculum benih ikan mas (Cyprinus carpio).
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Mas (Cyprinus carpio)
Ikan mas merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan memanjang
pipih kesamping dan lunak. Ikan mas sudah dipelihara sejak tahun 475 sebelum
masehi di Cina. Di Indonesia ikan mas mulai dipelihara sekitar tahun 1920. Ikan
mas yang terdapat di Indonesia merupakan merupakan ikan mas yang dibawa dari
Cina, Eropa, Taiwan dan Jepang. Ikan mas Punten dan Majalaya merupakan hasil
seleksi di Indonesia. Sampai saat ini sudah terdapat 10 ikan mas yang dapat
diidentifikasi berdasarkan karakteristik morfologisnya (Susanto, 1996).
Ikan Mas adalah salah satu jenis ikan peliharaan yang penting sejak dahulu
hingga sekarang. Daerah yang sesuai untuk mengusahakan pemeliharaan ikan ini
yaitu daerah yang berada antara 150 – 600 meter di atas permukaan laut, pH
perairan berkisar antara 7-8 dan suhu optimum 20-25 0C. Ikan Mas hidup di
tempat-tempat yang dangkal dengan arus air yang tidak deras, baik di sungai
danau maupun di genangan air lainnya (Herlina, 2002).
Ikan Mas (Cyprinus carpio) dapat digunakan sebagai hewan uji hayati
karena sangat peka terhadap perubahan lingkungan. Di Indonesia ikan yang
termasuk famili Cyprinidae ini termasuk ikan yang populer dan paling banyak
dipelihara rakyat, serta mempunyai nilai ekonomis. Ikan mas sangat peka terhadap
faktor lingkungan pada umur lebih kurang tiga bulan dengan ukuran 8 – 12 cm.
Disamping itu ikan mas di kolam biasa (Stagnan water) kecepatan tumbuh 3 cm
setiap bulannya (Herlina, 2002).
Diantara jenis ikan Mas itu sendiri jika di amati lebih lanjut ada perbedaan
dari segi sisik, bentuk badan, sirip mata dan perbedaan ini menunjukkan adanya
perbedaan ras pada jenis ikan air tawar. Ras-ras yang ada pada ikan mas antara
lain:
4
1. Punten: Warna sisik hijau gelap, mata menonjol, gerakan lamban dan jinak
punggung lebar dan tinggi, ikan ini mempunyai panjang dan relatif pendek di
bandingkan ikan mas lainya.
2. Sinyonya: Warna sisik kuning muda, badan relative panjang, mata tidak
begitu menonjol dan normal pada usia yang masih muda, sedang yang sudah
tua sipit, yag masih muda gerakannya jinak dan suka berkumpul pada
permukaan air, perbandingan panjang dan terhadap tinggi badan antara
3,66:1.
3. Majalaya: Warna sisik hijau keabu-abuan, dengan tepi sisik lebih gelap
kearah punggung badan relative pendek, punggung tinggi (membungkuk)
dengan perbandingan panjang dan tinggi badan 3,20:1 dan gerakan jinak.
4. Kumpai: Warnanya bermacam-macam, tanda yang khasnya adalah siripnya
panjang dan gerakannya lambat
5. Kancra Domas: Sisik kecil-kecil, bagian atas hijau kehitaman dan ada bagian
titik yang mengkilap, bagian bawah sebatas garis badan berwarna putih.
6. Fancy Carp (Koi): Warna beraneka ragam, gerakan lamban dan jinak, badan
relatif pendek dan tinggi. Ikan ini merupakan ikan pemakan organisme hewan
kecil atau renik ataupun tumbuh-tumbuhan (omnivore). Kolam yang di
bangun dari tanah banyak mengandung pakan alami,ikan ini mengaduk
Lumpur,memangsa larva insekta,cacing-cacing mollusca (Djarijah,2001).
Cahyono (2000) menyatakan, jenis makan dan tambahan yang biasa di
berikan pada ikan mas adalah bungkil kelapa atau bungkil kacang, sisa rumah
pemotongan hewan, sampah rumah tangga dan lain-lain, sedangkan untuk
makanan buatan biasanya di berikan berupa crumble dan pellet.
2.1.1 Klasifikasi Ikan Mas (Cyprinus carpio)
Menurut Saanin (1984), klasifikasi dari Ikan Mas (Cyprinus carpio) adalah
sebagai berikut :
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Ostariophysi
5
Famili : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Species : (Cyprinus carpio Linn.)
Gambar 1. Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio)
(Dokumen Pribadi, 2012)
2.1.2 Morfologi Ikan Mas (Cyprinus carpio)
Ikan mas termasuk famili Cyprinidae yang mempunyai ciri-ciri umum,
badan ikan mas berbentuk memanjang dan sedikit pipih ke samping (Compresed)
dan mulutnya terletak di ujung tengah (terminal), dan dapat di sembulkan, di
bagian mulut di hiasi dua pasang sungut, yang kadang-kadang satu pasang di
antaranya kurang sempurna dan warna badan sangat beragam (Susanto,2007).
Ikan mas tergolong jenis omnivora, yakni ikan yang dapat memangsa
berbagai jenis makanan, baik yang berasal dari tumbuhan maupun binatang renik.
Namun, makanan utamanya adalah tumbuhan dan binatang yang terdapat di dasar
dan tepi perairan.
Tubuh ikan mas digolongkan (3) tiga bagian yaitu kepala, badan, dan ekor.
Pada kepala terdapat alat-alat seperti sepasang mata, sepasang cekung hidung
yang tidak berhubungan dengan rongga mulut, celah-celah insang, sepasang tutup
insang, alat pendengar dan keseimbangan yang tampak dari luar (Cahyono, 2000).
Jaringan tulang atau tulang rawan yang disebut jari-jari. Sirip-sirip ikan ada yang
berpasangan dan ada yang tunggal, sirip yang tunggal merupakan anggota gerak
yang bebas. Selain itu system alat pencernaan ikan mas secara umum terdiri atas
saluran pencernaan berturut-turut dari mulut hingga ke anus sebagai berikut:
6
1. Rongga mulut, di dalam rongga terdadat sebagai berikut :
a. Lidah yang melekat pada dasar mulut dan tidak dapat di gerakan
b. Kelenjar-kelenjar lendir, tetapi tidak terdapat kelenjar ludah.
c. Rahang dengan gigi-gigi kecil berbentuk kerucut.
2. Faring, yaitu pangkal tenggorokan yang tempatnya yang sesuai dengan tempat
insang.
3. Kerongkongan yaitu kelanjutan faring yang terletak di belakang insang.
4. Lambung yaitu kelanjutan kerongkongan yang merupakan pembesaran dari
usus.
5. Ususnya panjang dan berliku-liku pada saluran pencernaan terdapat beberapa
kelenjar pencernaan, antara lain:
a. Hati, terletak di bagian muka rongga badan meluas mengelilingi usus.
b. Pangkereas terletak dibagian lambung dan usus.
c. Jantung, terletak di dalam rongga tubuh yang dibatasi dekat daerah insang
dan di bungkus oleh selaput (Djarijah,2001).
Disamping alat-alat yang terdapat dalam, rongga peritoneum dan
pericardium, gelembung renang, ginjal, dan alat reproduksi pada sistem
pernapasan ikan umumnya berupa insang (Bactiar,2002).
Siklus hidup ikan mas dimulai dari perkembangan di dalam gonad
(ovarium pada ikan betina yang menghasilkan telur dan testis pada ikan jantan
yang menghasilkan sperma). Sebenarnya pemijahan ikan mas dapat terjadi
sepanjang tahun dan tidak tergantung pada musim. Namun, di habitat aslinya, ikan
mas sering memijah pada awal musim hujan, karena adanya rangsangan dari
aroma tanah kering yang tergenang air.
Secara alami, pemijahan terjadi pada tengah malam sampai akhir fajar.
Menjelang memijah, induk-induk ikan mas aktif mencari tempat yang rimbun,
seperti tanaman air atau rerumputan yang menutupi permukaan air. Substrat inilah
yang nantinya akan digunakan sebagai tempat menempel telur sekaligus
membantu perangsangan ketika terjadi pemijahan. Sifat telur ikan mas adalah
menempel pada substrat. Telur ikan mas berbentuk bulat, berwarna bening,
berdiameter 1,5-1,8 mm, dan berbobot 0,17-0,20 mg. Ukuran telur bervariasi,
7
tergantung dari umur dan ukuran atau bobot induk. Embrio akan tumbuh di dalam
telur yang telah dibuahi oleh spermatozoa. Antara 2-3 hari kemudian, telur-telur
akan menetas dan tumbuh menjadi larva. Larva ikan mas mempunyai kantong
kuning telur yang berukuran relatif besar sebagai cadangan makanan bagi larva.
Kantong kuning telur tersebut akan habis dalam waktu 2-4 hari. Larva ikan mas
bersifat menempel dan bergerak vertikal. Ukuran larva antara 0,50-6 mm dan
bobotnya antara 18-20 mg. Larva berubah menjadi kebul (larva stadia akhir)
dalam waktu 4-5 hari. Pada stadia kebul ini, ikan mas memerlukan pasokan
makanan dari luar untuk menunjang kehidupannya. Pakan alami kebul terutama
berasal dari zooplankton, seperti rotifera, moina, dan daphnia. Kebutuhan pakan
alami untuk kebul dalam satu hari sekitar 60-70% dari bobotnya.
Setelah 2-3 minggu, kebul tumbuh menjadi burayak yang berukuran 1-3
cm dan bobotnya 0,1-0,5 gram. Antara 2-3 minggu kemudian burayak tumbuh
menjadi putihan (benih yang siap untuk didederkan) yang berukuran 3-5 cm dan
bobotnya 0,5-2,5 gram. Putihan tersebut akan tumbuh terus. Setelah tiga bulan
berubah menjadi gelondongan yang bobot per ekornya sekitar 100 gram.
Gelondongan akan tumbuh terus menjadi induk. Setelah enam bulan dipelihara,
bobot induk ikan jantan bisa mencapai 500 gram. Sementara itu, induk betinanya
bisa mencapai bobot 1,5 kg setelah berumur 15 bulan. Induk-induk ikan mas
tersebut mempunyai kebiasaan mengaduk-aduk dasar perairan atau dasar kolam
untuk mencari makanan.
2.2 Sistem Pernapasan
Pernapasan (respirasi) adalah proses pertukaran oksigen dan
karbondioksida antara suatu organism dengan lingkungannya. Peran oksigen
dalam kehidupan ikan merupakan zat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh yaitu
untuk mengoksidasi zat makanan (karbondioksida, lemak dan protein) sehingga
dapat menghasilkan energi. Tingkah laku ikan saat kandungan oksigen dalam air
kurang adalah ikan akan berenang ketempat yang lebih baik kondisi oksigennya
seperti ke dekat inlet, air yang berarus dan ke daerah permukaan serta dengan
8
jalan meningkatkan frekuensi pemompa air atau memperbesar volume air yang
melewati insang.
Komponen-komponen pada sistem pernapasan antara lain : alat
pernapasan (insang), oksigen dan karbondioksida dan darah (hemoglobin). Prinsip
pernapasan yaitu proses pertukaran gas terjadi secara difusi. Pada proses difusi
terjadi suatu aliran molekul gas dari lingkungan/ruang yang konsentrasi gasnya
tinggi ke lingkungan /ruang yang konsentrasi gasnya rendah.
Terdapat mekanisme pernapasan pada ikan yaitu Inspirasi dan Expirasi.
Pada mekanisme Inspirasi : mulut terbuka, rongga bucco-pharynx dan rongga
insang menggelembung dan selaput operculum tertutup, pada keadaan ini air
masuk (terisap). Pada mekanisme Expirasi : mulut tertutup, rongga bucco-
pharynx dan rongga insang berkonsentrasi (menyempit) selaput operculum
terbuka. Pada keadaan ini air mengalir dari rongga mulut dan rongga insang ke
arah luar melalui insang. Pada saat air melewati insang terjadi pertukaran gas.
(Ridwan dan Usman, 2002)
2.3 Suhu
Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu benda
dan alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah thermometer.
Suhu merupakan salah satu parameter kualitas air yang sangat penting bagi
ikan sebagai hewan poikilotermik yang suhu tubuhnya mengikuti suhu lingkungan
sekitarnya. Meningkatnya suhu perairan mengakibatkan meningkatnya suhu
tubuh, sehingga mempercepat proses metabolisme ikan (Forsberg & Summerfelt,
1992). Perubahan suhu secara fluktuatif akan menyebabkan pengaruh terhadap
fisiologi hewan air. Ikan di daerah tropis membutuhkan suhu air relatif tinggi
dibandingkan ikan subtropis. Ikan tropis membutuhkan suhu lebih dari 260 C agar
metabolisme tubuh ikan berjalan dengan normal yang ditandai dengan nafsu
makan ikan yang tinggi. Suhu air yang optimum untuk pertumbuhan ikan atau
udang antara 280 C sampai 300 C. Suhu air sangat dipengaruhi oleh alam (cuaca)
sehingga sulit untuk di kontrol. Kenaikan suhu menyebabkan laju konsumsi dan
metabolisme meningkat.
9
Suhu media berpengaruh terhadap aktifitas enzim pencernaan. Pada
proses pencernaan yang tak sempurna akan dihasilkan banyak feses, sehingga
banyak energi yang terbuang. Tetapi jika aktifitas enzim pencernaan meningkat
maka laju pencernaan juga akan semakin meningkat, sehingga tingkat
pengosongan lambung tinggi. Tingkat pengosongan lambung yang tinggi
menyebabkan ikan cepat lapar dan nafsu makannya meningkat. Jika konsumsi
pakan tinggi, nutien yang masuk kedalam tubuh ikan juga tinggi, dengan
demikian ikan memiliki energi yang cukup untuk pertumbuhan.
Suhu media juga berpengaruh terhadap aktifitas enzim yang terlibat proses
katabolisme dan anabolisme. Enzim metabolisme berpengaruh terhadap proses
katabolisme (menghasilkan energi) dan anabolisme (sintesa nutrien menjadi
senyawa baru yang dibutuhkan tubuh). Jika aktifitas enzim metabolisme
meningkat maka laju proses metabolisme akan semakin cepat dan kadar metabolit
dalam darah semakin tinggi. Tingginya kadar metabolit dalam darah
menyebabkan ikan cepat lapar dan memiliki nafsu makan tinggi, sehingga tingkat
konsumsi pakan meningkat. Konsumsi pakan yang tinggi akan meningkatkan
jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh. Energi ini akan digunakan untuk
proses-proses maintenance dan selanjutnya digunakan untuk pertumbuhan.
Suhu media yang optimum akan mendorong enzim-enzim pencernaan dan
metabolisme untuk bekerja secara efektif. Konsumsi pakan yang tinggi yang
disertai dengan proses pencernaan dan metabolisme yang efektif, akan
menghasilkan energi yang optimal untuk pertumbuhan.
Secara umum ikan telah beradaptasi untuk hidup pada kisaran suhu
tertentu. Kisaran ini bervariasi dari satu spesies ke spesies lainnya. Meskipun
beberapa spesies dapat mentolerir perbedaan lintang tertentu, sehingga, misalnya,
memungkinkan ikan-ikan daerah tropis yang memiliki persyaratan hidup berbeda
digabungkan dalam satu akuarium, akan tetapi pengawasan ekstra hati-hati tetap
diperlukan.
Penurunan suhu secara perlahan, seperti terjadi apabila heater tidak
berfungsi, jarang menimbulkan shock, meskipun demikian temperatur hendaknya
dikembalikan ke kondisi semula secara perlahan-lahan dalam waktu satu jam atau
10
lebih. Dalam kasus temperatur terlalu panas, seperti akibat termostat yang tidak
berfungsi dengan baik, maka intentsitas aerasi hendaknya ditingkatkan untuk
mengkompensasi kadar oksigen terlarut yang rendah, dan biarkan temperatur
akuarium dingin secara alami. Apabila suhu meningkat sampai melebihi 32°C,
dan apabila ikan masih bertahan hidup, maka penggantian air sebanyak 20%
dengan air dingin bisa dilakukan. Pengembalian air hendaknya dilakuakan secara
perlahan dengan cera disiphon plus peningkatan aerasi. (Musida, 2008)
2.3.1 Suhu Ruang
Suhu ruang (room temperature), dalam penggunaan ilmiah merupakan satu
rentang suhu yang dianggap biasa/nyaman oleh manusia dalam satu ruang
tertutup. Suhu ini lebih kurang antara 20 sampai 25 derajat Celsius (°C) (68
sampai 77 derajat Fahrenheit (°F), 528 sampai 537 derajat Rankine (°R), atau 293
sampai 298 Kelvin (K)), walaupun nilai tersebut bukanlah suatu nilai yang
ditentukan secara persis. Untuk fasilitas perhitungan, sering digunakan angka 20°
C atau 300 K.
Suhu kamar ini merupakan suhu yang dapat diukur dengan termometer
yang diambil dari udara di sekitarnya, sehingga, jika diambil dari berbagai titik di
suatu daerah pada suatu waktu mungkin bervariasi.
Hal ini karena suhu yang diambil di lingkungan sedingin itu adalah Kutub
Utara, di mana suhu akan di bawah titik beku (diukur dalam derajat Fahrenheit
atau Celsius), akan ada yang diambil di tempat sehangat padang pasir di mana
suhu akan jauh di atas nol.
Untuk perhitungan ilmiah, suhu kamar biasanya diambil sebagai 25 derajat
Celcius (293 atau 298 Kelvin, 68 atau 77 derajat Fahrenheit). Untuk kenyamanan,
diangkakan, 300,00 K (26,85 °C, 80,33 °F) digunakan sesekali tanpa ditetapkan
sebagai "suhu kamar". Namun, temperatur lingkungan bukan merupakan istilah
ilmiah seragam didefinisikan, tidak seperti suhu dan tekanan standar, atau TPE,
yang memiliki definisi yang sedikit berbeda..
2.3.2 Suhu Tinggi
11
Suhu tinggi menyebabkan turunnya kelarutan oksigen dalam air dan
sebaliknya konsumsi oksigen akan meningkat. Peningkatan konsumsi oksigen
menunjukkan peningkatan laju metabolisme, dengan demikian kebutuhan pakan
juga akan meningkat konsumsi oksigen dipengaruhi oleh banyak faktor, antara
lain bobot badan, suhu air dan tingkat aktivitas ikan itu sendiri. Selain itu suhu
yang tinggi menyebabkan ikan aktif bergerak, tidak mau berhenti makan, dan
metabolism cepat meningkat sehingga kotorannya pun menjadi lebih banyak
(Lesmana, 2001).
Suhu tinggi atau kenaikan suhu akan meningkatkan laju metabolisme
dalam tubuh, yang pada hakekatnya adalah naiknya kecepatan reaksi kimiawi.
Kenaikan suhu akan meningkatkan laju pertumbuhan sampai batas tertentu, dan
setelah itu kenaikan suhu justru menurunkan laju pertumbuhan.
Proses metabolisme ikan umumnya meningkat jika suhu naik hingga
dibawah batas yang mematikan. Berdasarkan hukum van’t Hoff, kenaikan suhu
sebesar 10°C akan menyebabkan kecepatan reaksi metabolisme meningkat 2-3
kali lipat dibandingkan pada kondisi normal. Kebutuhan protein pada ikan untuk
mendapatkan pertumbuhan yang optimum sangat dipengaruhi oleh suhu. Contoh
pada suhu 20oC pada ikan Channel Catfish (Ictalurus punctatus) memperlihatkan
pertumbuhan optimum dengan kadar protein 35 %, sedangkan pada suhu 25oC
membutuhkan protein 40%. (Wahyu Purwakusuma, 2002)
Pada suhu yang meningkat tinggi akan menyebabkan ikan bergerak aktif,
tidak mau berhenti makan, dan metabolisme cepat meningkat sehingga kotoran
menjadi lebih banyak. Kotoran yang banyak akan menyebabkan kualitas air
disekitarnya menjadi buruk. Sementara kebutuhan oksigen meningkat, tetapi
ketersediaan oksigen air buruk sehingga ikan akan kekurangan oksigen dalam
darah. Akibatnya ikan menjadi stress, tidak ada keseimbangan, dan menurun
sistem sarafnya.
2.3.3 Suhu Rendah
Suhu yang rendah dari kisaran suhu optimal (< 20oC) mengakibatkan
respon imunitas menjadi lambat, berkurangnya nafsu makan, aktifitas ikan kurang
12
dan pertumbuhan terhambat (Wedemeyer, 1996). Akibatnya, ikan menjadi lemah
dan mudah terserang penyakit bahkan dapat menyebabkan kematian. Gejala klinis
yang tampak akibat pengaruh suhu yang rendah, yaitu gerakan ikan lamban dan
kurang responsive terhadap pemberian pakan. Perubahan suhu yang melebihi 3-
4oC dalam waktu yang relatif singkat akan menyebabkan perubahan metabolism
yang dapat mengakibatkan kematian ikan (Boyd, 1990).
Lesmana (2001) menyatakan bahwa pengaruh suhu rendah terhadap ikan
adalah rendahnya kemampuan mengambil oksigen (hypoxia). Kemampuan rendah
ini disebabkan oleh menurunnya detak jantung. Pengaruh lain adalah
terganggunya proses osmoregulasi (pertukaran air dari dan ke dalam tubuh ikan).
Pada suhu yang turun mendadak akan terjadi degradasi sel darah merah sehingga
proses respirasi (pernafasan atau pengambilan oksigen) terganggu. Suhu rendah
dibawah normal dapat menyebabkan ikan mengalami lethargi, kehilangan nafsu
makan, dan menjadi lebih rentan terhadap penyakit.
13
BAB III
BAHAN dan METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Waktu : Praktikum 1 : Senin, 1 Oktober 2012. Pukul 10.00 s/d 12.00 WIB
Praktikum 2 : Senin, 8 Oktober 2012. Pukul 10.00 s/d 12.00 WIB
Tempat : Ruang Laboratorium Fisiologi Hewan Air, Lantai 1, Gedung
Dekanat FPIK
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat yang digunakan pada Praktikum 1
1) Beaker Glass , untuk tempat ikan yang akan diamati.
2) Wadah plastik (2 buah) , untuk tempat ikan sebelum dan setelah diamati.
3) Water bath , untuk penangas air
4) Termometer Hg/alkohol , untuk mengukur suhu air.
5) Hand Counter , untuk menghitung bukaan operculum.
6) Stopwatch , untuk mengamati waktu.
7) Alat tulis , untuk mencatat hasil pengamatan.
3.2.2 Bahan yang digunakan pada Praktikum 1
1) Benih ikan mas sebanyak 5 ekor.
2) Stok air dengan suhu kamar.
3) Stok air panas untuk mengubah suhu air sesuai perlakuan.
3.2.3 Alat yang digunakan pada Praktikum 2
1) Beaker Glass , untuk tempat ikan yang akan diamati.
2) Wadah plastik (2 buah) , untuk tempat ikan sebelum dan setelah diamati.
3) Freezer , untuk tempat pembuatan es batu
4) Palu / martil , untuk memecah bongkahan es batu
14
5) Termometer Hg/ alkohol , untuk mengukur suhu air.
6) Hand Counter , untuk menghitung bukaan operculum.
7) Stopwatch , untuk mengamati waktu.
8) Alat Tulis , untuk mencatat hasil pengamatan.
3.2.4 Bahan yang digunakan pada Praktikum 2
1) Benih ikan mas sebanyak 5 ekor.
2) Stok air dengan suhu kamar.
3) Es batu untuk mengubah suhu air sesuai perlakuan.
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Prosedur Kerja Praktikum 1
Dalam percobaan ini langkah-langkah yang harus diperhatikan antara lain:
1) Menyiapkan sebuah beaker glass sebagai wadah perlakuan dan dua wadah
plastik sebagai tempat ikan yang belum dan yang sudah diamati.
2) Mengambil sebanyak 5 ekor benih ikan mas dari akuarium stok, lalu
memasukkan ke dalam salah satu wadah plastik yang telah diberi media air.
3) Mengisi beaker glass dengan air secukupnya sekitar 300 ml, lalu mengukur
suhunya dengan termometer dan mencatat hasilnya.
4) Pengamatan akan dilakukan dengan tiga perlakuan yaitu :
a. T1 = untuk suhu kamar. ( …. ± 0,5 ºC)
b. T2 = untuk suhu 3 ºC di atas suhu kamar
c. T3 = untuk suhu 6 ºC di atas suhu kamar
5) Memasukkan satu persatu ikan uji ke dalam beaker glass yang sudah
diketahui suhunya (perlakuan a) kemudian menghitung banyaknya membuka
& menutup operculum ikan tersebut selama satu menit dengan menggunakan
hand counter dan stop watch sebagai penunjuk waktu dan diulang sebanyak
tiga kali untuk masing-masing ikan. Data yang diperoleh dicatat pada kertas
lembar kerja yang telah tersedia.
6) Setelah selesai dengan ikan uji pertama dilanjutkan dengan ikan uji
berikutnya sampai ke lima ikan tersebut teramati.
15
Ikan yang telah diamati dimasukkan ke dalam wadah plastik lain yang telah
disediakan.
7) Setelah selesai dengan perlakuan a, dilanjutkan dengan perlakuan b dengan
mengatur suhu air pada beaker glass agar sesuai dengan suhu yang diinginkan
dengan cara menambah air panas dari water bath sedikit demi sedikit.
Usahakan pada saat pengamatan berlangsung suhu air turun pada kisaran
tolereansi ± 0,5 ºC. Pengamatan selanjutnya sama seperti pada point 5.
8) Setelah selesai dengan perlakuan b, dilanjutkan dengan perlakuan c dengan
mengatur suhu air pada beaker glass agar sesuai dengan suhu yang diinginkan
dengan cara ditambahkan air panas dari water bath sedikit demi sedikit.
Usahakan pada saat pengamatan berlangsung suhu air turun pada kisaran
toleransi ± 0,5 ºC. Pengamatan selanjutnya sama seperti pada point 5.
9) Data hasil pengamatan ditabulasi seperti tabel di bawah ini :
IkanUlangan
Rata-rataI II III
1
2
3
4
5
3.3.2 Prosedur Kerja Praktikum 2
Dalam percobaan ini langkah-langkah yang harus diperhatikan antara lain:
1) Menyiapkan sebuah beaker glass 1000 ml sebagai wadah perlakuan dan dua
wadah plastik (toples) sebagai tempat ikan yang belum dan yang sudah
diamati
2) Mengambil sebanyak 5 ekor benih ikan mas dari akuarium stok, lalu
masukkan ke dalam salah satu wadah plastic yang telah diberi media air.
3) Mengisi beaker glass dengan air secukupnya ( ± ½ volumenya ), lalu ukur
suhunya dengan thermometer dan catat hasilnya.
4) Pengamatan akan dilakukan dengan tiga perlakuan yaitu :
16
a. T1 = untuk suhu kamar ( …. ± 0,5 ºC)
b. T2 = untuk suhu 3 ºC di bawah suhu kamar
c. T3 = untuk suhu 6 ºC di bawah suhu kamar
5) Memasukkan satu persatu ikan uji ke dalam beaker glass yang sudah
diketahui suhunya (perlakuan a) kemudian hitung banyaknya membuka &
menutup operculum ikan tersebut selama satu menit dengan menggunakan
hand counter dan stop watch sebagai penunjuk waktu dan diulang sebanyak
tiga kali untuk masing –masing ikan. Data yang diperoleh dicatat pada kertas
lembar kerja yang telah tersedia.
6) Setelah selesai dengan ikan uji pertama dilanjutkan dengan ikan uji
berikutnya sampai ke lima ikan tersebut teramati. Ikan yang telah diamati
dimasukkan ke dalam wadah plastik lain yang telah disediakan
7) Setelah selesai dengan perlakuan a, dilanjutkan dengan perlakuan b dengan
mengatur suhu air pada beaker glass agar sesuai dengan suhu yang diinginkan
dengan cara menambah es balok yang telah dipecahkan dengan palu sedikit
demi sedikit. Usahakan saat pengamatan berlangsung suhu air naik pada
kisaran toleransi ± 0,5 ºC. Pengamatan selanjutnya sama seperti pada point 5.
8) Setelah selesai dengan perlakuan b, dilanjutkan dengan perlakuan c dengan
mengatur suhu air pada beaker glass agar sesuai dengan suhu yang diinginkan
dengan cara menambah es balok yang telah dipecahkan dengan palu sedikit
demi sedikit. Usahakan pada saat pengamatan berlangsung suhu air naik pada
kisaran toleransi ± 0,5 ºC. Pengamatan selanjutnya sama seperti pada point 5.
9) Data hasil pengamatan ditabulasi seperti tabel di bawah ini :
IkanUlangan
Rata-rataI II III
1
2
3
4
5
17
BAB IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Hasil Data Praktikum 1
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan terhadap Pengaruh
Perubahan Suhu Panas Media Air Terhadap Membuka & Menutup Operculum
Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio) selama pengamatan didapatkan hasil sebagai
berikut :
Tabel 1. Banyaknya Bukaan Operculum Benih Ikan Mas Pada Suhu
Kamar (26° ± 0,5°C)
IkanUlangan
Rata-rataI II III
1 126 122 124 124
2 124 120 111 118
3 89 78 90 86
4 108 110 89 102
5 129 123 125 126
Tabel 2. Banyaknya Bukaan Operculum Benih Ikan Mas Pada Suhu 3° di Atas
Suhu Kamar (29° ± 0,5°C)
IkanUlangan
Rata-rataI II III
1 140 112 111 121
2 150 132 137 140
3 133 143 104 127
4 169 159 138 155
5 148 139 142 143
18
Tabel 3. Banyaknya Bukaan Operculum Benih Ikan Mas Pada Suhu 6° di Atas
Suhu Kamar (32° ± 0,5°C)
IkanUlangan
Rata-rataI II III
1 154 149 137 150
2 161 145 162 156
3 153 170 189 171
4 160 185 188 178
5 158 156 159 158
4.1.2 Hasil Data Praktikum 2
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan terhadap Pengaruh
Perubahan Suhu Dingin Media Air Terhadap Membuka & Menutup Operculum
Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio) selama pengamatan didapatkan hasil sebagai
berikut :
Tabel 1. Banyaknya Bukaan Operculum Benih Ikan Mas Pada Suhu
Kamar (26° ± 0,5°C)
IkanUlangan
Rata-rataI II III
1 114 112 113 113
2 113 164 151 149
3 181 181 184 182
4 165 167 190 174
5 175 175 175 175
Tabel 2. Banyaknya Bukaan Operculum Benih Ikan Mas Pada Suhu 3° di bawah
Suhu Kamar (23° ± 0,5°C)
IkanUlangan
Rata-rataI II III
1 135 129 129 131
19
2 150 145 146 147
3 158 152 139 150
4 155 146 165 155
5 141 159 155 152
Tabel 3. Banyaknya Bukaan Operculum Benih Ikan Mas Pada Suhu 6° di bawah
Suhu Kamar (20° ± 0,5°C)
IkanUlangan
Rata-rataI II III
1 99 90 96 95
2 124 118 112 118
3 120 119 122 120
4 130 124 115 123
5 124 129 125 126
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pembahasan Praktikum 1
Pembahasan mengenai Praktikum 1 yaitu tentang perubahan suhu panas
media air terhadap membuka dan menutup operculum benih Ikan Mas (Cyprinus
carpio) yaitu suhu merupakan salah satu faktor pembatas di dalam suatu perairan.
Suhu tubuh ikan berkisar kurang lebih satu derajat dibandingkan lingkungannya.
Suhu juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kecepatan laju
metabolisme suatu organisme. Setiap kenaikan 10°C akan mempercepat laju
reaksi kimia dua kali lipat dari semula.
Pada media air dengan suhu kamar yang telah diukur sebelumnya dengan
thermometer yaitu 26°C tingkah laku ikan masih terlihat bergerak normal, pada
saat suhunya dinaikan 3°C dari suhu kamar dengan ditambahkan media air panas
yaitu berkisar pada suhu 29°C pergerakan ikan menjadi lincah dan kecepatan
membuka dan menutup operculum pun cepat, dan dinaikan kembali 6°C dari suhu
kamar yaitu berkisar pada suhu 32°C pergerakan ikan semakin lincah atau
20
semakin aktif dan kecepatan membuka dan menutupnya operculum pun semakin
cepat.
Dari tabel hasil pengamatan menunjukkan bahwa kenaikan suhu media air
menyebabkan gerakan membuka dan menutup operculum ikan mas semakin
cepat. Hal ini membuktikan bahwa ikan bersifar poikilotermik (berdarah dingin)
artinya suhu tubuh ikan akan menyesuaikan dengan suhu lingkungannya. Jika
suhu air naik maka laju pernafasan akan meningkat begitu pula dengan laju
metabolismenya. Menurut Ville, et. al (1988), konsumsi oksigen digunakan untuk
menilai laju metabolisme ikan sebab sebagian besar energi berasal dari
metabolisme aerobik.
4.2.2 Pembahasan Praktikum 2
Pembahasan mengenai Praktikum 2 yaitu tentang perubahan suhu dingin
media air terhadap membuka dan menutup operculum benih Ikan Mas (Cyprinus
carpio) yaitu suhu merupakan salah satu faktor pembatas di dalam suatu perairan.
Suhu tubuh ikan berkisar kurang lebih satu derajat dibandingkan lingkungannya.
Suhu juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kecepatan laju
metabolisme suatu organisme. Setiap kenaikan 10°C akan mempercepat laju
reaksi kimia dua kali lipat dari semula.
Pada media air dengan suhu kamar yang telah diukur sebelumnya dengan
thermometer yaitu 26°C tingkah laku ikan masih terlihat bergerak normal, pada
saat suhunya diturunkan 3°C dari suhu kamar dengan ditambahkan media air
dingin yaitu berkisar pada suhu 23°C pergerakan ikan menjadi lambat dan
kecepatan membuka dan menutup operculum pun lambat, dan diturunkan kembali
6°C dari suhu kamar yaitu berkisar pada suhu 20°C pergerakan ikan semakin
lambat atau aktifitas pergerakan ikan semakin mengurang dan kecepatan
membuka dan menutupnya operculum pun semakin lambat pula.
Dari tabel hasil pengamatan menunjukkan bahwa penurunan suhu media
air menyebabkan gerakan membuka dan menutup operculum ikan mas semakin
lambat. Hal ini membuktikan bahwa ikan bersifar poikilotermik (berdarah dingin)
artinya suhu tubuh ikan akan menyesuaikan dengan suhu lingkungannya. Jika
21
suhu air turun maka laju pernafasan akan menurun begitu pula dengan laju
metabolismenya. Menurut Ville, et. al (1988), konsumsi oksigen digunakan untuk
menilai laju metabolisme ikan sebab sebagian besar energi berasal dari
metabolisme aerobik.
22
BAB V.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Ikan adalah hewan berdarah dingin (poikilotermik), suhu tubuhnya akan
menyesuaikan dengan suhu lingkungan. Jika suhu meningkat maka laju
pernafasan akan meningkat.
Perubahan suhu panas pada media air menyebabkan meningkatnya laju
pernafasan pada benih ikan mas. Kenaikan suhu pada media air menyebabkan
kelarutan oksigen (DO) menurun, sehingga kebutuhan ikan terhadap oksigen
semakin bertambah dengan pergerakan operculum yang semakin cepat. Pengaruh
suhu rendah terhadap ikan adalah rendahnya kemampuan mengambil oksigen
(hypoxia). Kemampuan rendah ini disebabkan oleh menurunnya detak jantung.
Pengaruh lain adalah terganggunya proses osmoregulasi (pertukaran air dari dan
ke dalam tubuh ikan).
Ikan mas dapat hidup pada kisaran suhu 8-30°C, tetapi suhu optimal yang
cocok antara 25°-28°C, sehingga gerakan membuka dan menutupnya operculum
lebih stabil dibandingkan pada suhu dinaikkan maupun diturunkan, sehingga
perubahan suhu lingkungan pada ikan mempengaruhi laju konsumsi oksigen pada
ikan. Aklimasi pada ikan perlu dilakukan agar ikan tidak mengalami stress pada
saat berlangsungnya pengamatan.
5.2 Saran
Dalam kegiatan praktikum ini sebaiknya proses pengamatan dilakukan
secara benar sesuai dengan prinsip kerja karena akan berpengaruh terhadap data
dan hasil pengamatan. Ketelitian dalam mencatat data pun harus diperhatikan
dalam pengamatan ini agar didapatkan hasil data yang benar.
23
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, R., dan Tang, U. 2002. Fisiologi Hewan Air. University Riau Press :
Riau
Bachtiar, Y. 2002. Pembesaran Ikan Mas di Kolam Perkarangan. Agromedia
Pustaka : Jakarta.
Boyd, C. E. 1990. Water Quality in Pons for Aquaculture Departement of
Fisheries and Allied Aquaculture. Alabama Aquaculture. Experimental
Station. Auburn University Press : Alabama.
Cahyono, B. 2000. Budidadaya Air Tawar. Kanisius : Yogyakarta.
Djarijah, A. S. 2001. Pembenihan Ikan Mas. Kanisius : Yogyakarta.
Forsberg, J A and R.C. Summerfelt. 1992. Effects of Temperature on The Die
Ammonia Erexction of Fingerling Walleye Aquaculture, 102: 115-126.
Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. Rineka
Cipta : Jakarta.
Herlina, 2002. Pembesaran Ikan Mas di Kolam Air Tawar. Agromedia Pustaka :
Jakarta.
Lagler, KF, and J.E. Bardach. 1977. Ichthyology. Jhon Welley and Sond Inc :
NewYork.
Lesmana, D.S. 2001. Kualitas Air Untuk Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya :
Jakarta.
Musida, 2008. Faktor yang mempengaruhi adaptasi hewan air terhadap
lingkungannya. http://www.musida.web.id. Diakses pada tanggal 10
Oktober 2012 pukul 20.24 WIB.
Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Jilid I dan II. Bina Cipta
: Bandung.
Susanto, H. dan Rochdianto, A. 1997. Budidaya Ikan Mas di Kolam Air Deras.
Penebar Swadaya : Jakarta.
24
Ville, C. A., W. F. Walker and R. D. Barnes. 1988. Zoologi Umum. Erlangga :
Jakarta.
Wahyu Purwakusuma. 2002. Temperatur. http://www.O-fish.com. Diakses pada
tanggal 10 Oktober 2012 pukul 20.30 WIB.
Wedemeyer. 1996. Growth and Ecology of Fish Populations. Academic Press :
London.
25
LAMPIRAN
Lampiran 1. Foto Alat Praktikum
Beaker glass Wadah plastik Water bath
Termometer Hg / alcohol Hand counter Timer / stopwatch
Alat tulis Freezer Palu/martil
26
Lampiran 2. Foto Bahan Praktikum
Benih Ikan Mas(Caprinus carpio)
Stok air dengan suhu kamar
Stok air panas
Es Batu
Lampiran 2. Foto Kegiatan Praktikum
1. Pengisisan Stok air untuk suhu kamarpada beaker glass.
2. Pengisian air untuk media pemindahan ikan pada wadah plastik.
27
3. Pengukuran suhu ruang pada media air di beaker glass, suhu tercatat 26 oC.
4. Pengamatan pada praktikum 1 , suhukamar 26 oC, pergerakan ikan masih normal. Membuka dan menutupnya operculum normal.
5. Penambahan air panas pada beaker glass, pada praktikum 1.
6. Pengamatan pada praktikum 1 , suhu 29oC, pergerakan ikan aktif/lincah. Membuka dan menutupnya operculum cepat.
7. Pengamatan pada praktikum 1 , suhu 32oC, pergerakan ikan semakin aktif/lincah. Membuka dan menutupnya operculum semakin cepat.
8. Pengamatan pada praktikum 2 , suhu kamar 26 oC, pergerakan ikan masih normal. Membuka dan menutupnya operculum normal.
28
9. Pengamatan pada praktikum 2 , suhu 23°C, pergerakan ikan lambat. Membuka dan menutupnya operculum pun melambat.
10.Pengamatan pada praktikum 2 , suhu kamar 20°C, pergerakan ikan masih semakin melambat. Membuka dan menutupnya operculum pun semakin lambat pula.