Kemiskinan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Kemiskinan

Citation preview

Penyebab Kemiskinan Bangsa IndonesiaSubmitted by dede on Wed, 17/09/2008 09:00.sumber http://fai-kao.com/node/784Oleh: A. Walid Bersyukur dan berbahagialah menjadi bangsa Indonesia. Bangsa yang oleh Allah Swt ditempatkan di negeri yang kaya raya. Tanah yang untuk semua jenis tanaman dapat tumbuh subur. Penuh dengan berbagai barang tambang. Kekayaan hutan yang luar biasa banyak. Laut yang luas dengan berbagai kandungan kekayaan bahari. Belum lagi keindahan alam yang baik untuk pengembangan dunia wisata. Mengingatkan firman Allah Swt:Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi, dan Kami adakan di muka bumi (sumber) penghidupan, amat sedikitlah kamu bersyukur, (QS. Al-Araf [7]: 10).Muncul pertanyaan: mengapa bangsa yang berada di negeri kaya raya tersebut, hidup dalam kesulitan dan kemiskinan? Ada beberapa kata kunci untuk menjawab pertanyaan dan mengurai berbagai kejanggalan tersebut, di antaranya:Pertama, Syukur. Amat sedikit dari bangsa ini yang mau bersyukur atas nikmat pemberian Allah Swt, sebagaimana tersebut dalam surah Al-Araf ayat 10. karena tidak bersyukur, maka merasa tidak cukup dan serba kurang. Tidak bisa berterimakasih kepada Sang Pemberi, yakni Allah Swt. Menjadi manusia kufur nikmat, bukan syukur nikmat, mengingat firman Allah Swt:

Dan (ingatlah juga) tatkala Tuhanmu memaklumkan, Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih, (QS. Ibrahim [14]:7).Kedua, Amanah. Allah Swt menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi.Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di muka bumi maka mereka (malaikat) berkata: Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau? Tuhan berfirman: Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui, (QS. Al-Baqarah [2]:30).

Bangsa Indonesia ternyata tidak dengan baik dapat melaksanakan amanah Allah Swt sebagai khalifah di bumi. Seharusnya bertindak mamayu hayuning bawono, memelihara, menjaga kelestarian. Dan mengelola dengan baik kekayaan alam untuk kesejahteraan. Ajaran untuk banyak berbuat kebaikan sangat ditekankan oleh Islam. Bukan sebaliknya, berbuat kerusakan. .....Janganlah merajalela berbuat kerusakan di muka bumi.... (QS. Al-baqarah [2] : 60; Al-Araaf [7]: 74; Asy-Syuaraa [26]: 183).

Ketiga, Berpaling. Semakin banyak yang menjauh dari Allah Swt, berpaling dari peringatan-Nya. Padahal Allah Swt sudah memberi peringatan:

Dan barang saiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunnya pada hari kiamat dalam keadaan buta, (QS. Thaahaa [20]: 124).Keempat, Korupsi. Perbuatan korupsi termasuk dilarang, mengacu firman Allah Swt:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu, dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah maha Penyayang kepadamu, (QS. An-Nisaa [4]: 29).Berkaca pada kisah hancurnya raja Firaun beserta para pengikutnya dan bangsa Tsamud atas kuasa Allah Swt sebagaimana antara lain dikemukakan oleh Abdullah Muhammad bin Ahmad Al-Anshari Al-Qurthubi dalam kitab tafsirnya Jaamiul Ahkaamul Quran atas firman Allah Swt:Sudahkah datang kepadamu berita kaum-kaum penentang; (yaitu kaum) Firaun dan (kaum) Tsamud? Sesungguhnya orang-orang kafir selalu mendustakan. Padahal, Allah mengepung mereka dari belakang mereka (sehingga tidak seorangpun dari mereka yang dapat lolos), (QS. Al-Buruuj [85]: 17-20).Firaun beserta pengikutnya ditenggelamkan di laut, bangsa Tsamud musnah oleh bencana gempa bumi. Hal itu semua akibat perbuatan mereka.Agar bangsa Indonesia tidak mengalami seperti bangsa Tsamud, para pemimpinnya tidak seperti nasib raja Firaun beserta pengikutnya, maka perlu kesadaran bersama, melakukan tobat nasional, segenap anak bangsa mau mengakui bahwa telah melakukan kesalahan bersama sebagai bangsa. Para pemimpin bangsa harus mulai dengan memberi contoh. Apabila hal itu yang dilakukan oleh bangsa ini, maka Allah Swt pasti tidak akan ingkar janji sesuai firman-Nya:

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu; maka Kami akan siksa mereka disebabkan perbuatannya, (QS. Al-Araf [7]: 96).Semoga murka Allah Swt segera berakhir, berganti pertolongan-Nya, sehingga bangsa kita dapat segera keluar dari lembah kemiskinan. Amiin.

Empat Faktor Penyebab KemiskinanKetapang,- Banyak faktor yang melatarbelakangi seseorang menjadi miskin, sehingga bisa dikatakan sebagai penyebab multidimensi. "Ada empat level penyebab mengapa orang menjadi miskin. Level yang keempat adalah disebabkan karena dimensi sosial, budaya, politik, ekonomi dan lingkungan yang kesemuanya berkaitan dan seperti lingkaran setan," ujar Hendra SP, ketua Lembaga Pengkajian Kemiskinan dan Kesejahteraan Masyarakat (LPK2M) Koordinator PNPM P2KP Kabupaten Ketapang. Menurut dia, banyak pihak yang mempunyai paradigma bahwa dimensi-dimensi di atas merupakan faktor utama penyebab kemiskinan.

Paradigma seperti ini memengaruhi tindakan seseorang dalam melakukan intervensi, untuk memecahkan masalah-masalah kemiskinan yang ada. Maka berkembanglah pemecahan masalah ekonomi, pemecahan masalah sosial, pemecahan masalah lingkungan secara terpisah-pisah satu dengan lainnya.

Penyebab level yang ketiga adalah faktor kebijakan yang mempengaruhi kondisi kemiskinan seseorang. Artinya kemiskinan yang terjadi pada level keempat hanyalah dampak dari keputusan, baik itu keputusan individu. "Misalnya boros menyebabkan seseorang menjadi miskin, ataupun keputusan sebuah lembaga alias kebijakan," lanjut Hendra. Kebijakan menjadi faktor yang penting karena merupakan keputusan yang mempengaruhi hajat hidup orang banyak. Kebijakan yang mewajibkan siswa memakai buku tertentu yang dijual di sekolah, menyebabkan biaya pendidikan menjadi mahal dan tidak terjangkau oleh kelompok masyarakat tertentu.

Penyebab level kedua adalah institusi atau lembaga pengambil keputusan yang belum mampu menerapkan nilai-nilai universal seperti adil, berwawasan kemiskinan, pro kemiskinan dan sebagainya. "Pertanyaan selanjutnya adalah siapa yang mengambil keputusan?" tanya Hendra. Hal ini menyangkut kepada orang sebagai pengambil keputusan dalam suatu lembaga. Sikap mental para pelaku pembangunan yang negatif akan menyebabkan kerusakan termasuk kemiskinan. Dan sebaliknya sikap mental para pelaku pembangunan yang positif akan mempengaruhi seseorang menjadi sejahtera atau terlepas dari belenggu kemiskinan.

Berdasarkan kajian di atas, sambung Hendra, penyebab level pertama orang menjadi miskin disebabkan karena nilai-nilai baik yang dimiliki oleh seseorang atau manusia sejati belum mampu diterapkan didalam kehidupan. Jika dilakukan kajian yang mendalam dengan metode pohon masalah, maka semua faktor-faktor penyebab kemiskinan yang bersifat materi akan bermuara diterapkannya atau tidak nilai-nilai baik yang ada pada diri seorang manusia. "Masyarakat menjadi miskin karena tidak memilki keterampilan dan kebijakan yang belum adil dan berpihak kepada kaum lemah," tandasnya.(dee)

< Banyak faktor yang melatarbelakangi seseorang menjadi miskin, sehingga bisa dikatakan sebagai penyebab multidimensi. "Ada empat level penyebab mengapa orang menjadi miskin. Level yang keempat adalah disebabkan karena dimensi sosial, budaya, politik, ekonomi dan lingkungan yang kesemuanya berkaitan dan seperti lingkaran setan," ujar Hendra SP, ketua Lembaga Pengkajian Kemiskinan dan Kesejahteraan Masyarakat (LPK2M) Koordinator PNPM P2KP Kabupaten Ketapang. Menurut dia, banyak pihak yang mempunyai paradigma bahwa dimensi-dimensi di atas merupakan faktor utama penyebab kemiskinan.

Paradigma seperti ini memengaruhi tindakan seseorang dalam melakukan intervensi, untuk memecahkan masalah-masalah kemiskinan yang ada. Maka berkembanglah pemecahan masalah ekonomi, pemecahan masalah sosial, pemecahan masalah lingkungan secara terpisah-pisah satu dengan lainnya.

Penyebab level yang ketiga adalah faktor kebijakan yang mempengaruhi kondisi kemiskinan seseorang. Artinya kemiskinan yang terjadi pada level keempat hanyalah dampak dari keputusan, baik itu keputusan individu. "Misalnya boros menyebabkan seseorang menjadi miskin, ataupun keputusan sebuah lembaga alias kebijakan," lanjut Hendra. Kebijakan menjadi faktor yang penting karena merupakan keputusan yang mempengaruhi hajat hidup orang banyak. Kebijakan yang mewajibkan siswa memakai buku tertentu yang dijual di sekolah, menyebabkan biaya pendidikan menjadi mahal dan tidak terjangkau oleh kelompok masyarakat tertentu.

Penyebab level kedua adalah institusi atau lembaga pengambil keputusan yang belum mampu menerapkan nilai-nilai universal seperti adil, berwawasan kemiskinan, pro kemiskinan dan sebagainya. "Pertanyaan selanjutnya adalah siapa yang mengambil keputusan?" tanya Hendra. Hal ini menyangkut kepada orang sebagai pengambil keputusan dalam suatu lembaga. Sikap mental para pelaku pembangunan yang negatif akan menyebabkan kerusakan termasuk kemiskinan. Dan sebaliknya sikap mental para pelaku pembangunan yang positif akan mempengaruhi seseorang menjadi sejahtera atau terlepas dari belenggu kemiskinan.

Berdasarkan kajian di atas, sambung Hendra, penyebab level pertama orang menjadi miskin disebabkan karena nilai-nilai baik yang dimiliki oleh seseorang atau manusia sejati belum mampu diterapkan didalam kehidupan. Jika dilakukan kajian yang mendalam dengan metode pohon masalah, maka semua faktor-faktor penyebab kemiskinan yang bersifat materi akan bermuara diterapkannya atau tidak nilai-nilai baik yang ada pada diri seorang manusia. "Masyarakat menjadi miskin karena tidak memilki keterampilan dan kebijakan yang belum adil dan berpihak kepada kaum lemah," tandasnya.(dee) sumber http://arsip.pontianakpost.com/berita/index.asp?Berita=Ketapang&id=137768 Penyebab kemiskinanKemiskinan banyak dihubungkan dengan:penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin; penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga; penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar; penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi; penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial. Meskipun diterima luas bahwa kemiskinan dan pengangguran adalah sebagai akibat dari kemalasan, namun di Amerika Serikat (negera terkaya per kapita di dunia) misalnya memiliki jutaan masyarakat yang diistilahkan sebagai pekerja miskin; yaitu, orang yang tidak sejahtera atau rencana bantuan publik, namun masih gagal melewati atas garis kemiskinan.[sunting] Menghilangkan kemiskinanTanggapan utama terhadap kemiskinan adalah:Bantuan kemiskinan, atau membantu secara langsung kepada orang miskin. Ini telah menjadi bagian pendekatan dari masyarakat Eropa sejak zaman pertengahan. Bantuan terhadap keadaan individu. Banyak macam kebijakan yang dijalankan untuk mengubah situasi orang miskin berdasarkan perorangan, termasuk hukuman, pendidikan, kerja sosial, pencarian kerja, dan lain-lain. Persiapan bagi yang lemah. Daripada memberikan bantuan secara langsung kepada orang miskin, banyak negara sejahtera menyediakan bantuan untuk orang yang dikategorikan sebagai orang yang lebih mungkin miskin, seperti orang tua atau orang dengan ketidakmampuan, atau keadaan yang membuat orang miskin, seperti kebutuhan akan perawatan kesehatan.

Sumber http://id.wikipedia.org/wiki/Kemiskinan