30
Artikel tentang Tingkah Laku Menyimpang KENAKALAN REMAJA, SALAH SIAPA? Kenakalan remaja biasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang gagal dalam menjalani proses-proses perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja maupun pada masa kanak-kanaknya. Masa kanak- kanak dan masa remaja berlangsung begitu singkat, dengan perkembangan fisik, psikis, dan emosi yang begitu cepat. Secara psikologis, kenakalan remaja merupakan wujud dari konflik-konflik yang tidak terselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak maupun remaja para pelakunya. Seringkali didapati bahwa ada trauma dalam masa lalunya, perlakuan kasar dan tidak menyenangkan dari lingkungannya, maupun trauma terhadap kondisi lingkungannya, seperti kondisi ekonomi yang membuatnya merasa rendah diri.Kenakalan remaja dapat dikategorikan ke dalam perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari nilai dan norma sosial yang berlaku. Secara singkat, penyebab terjadinya kenakalan remaja disebabkan oleh faktor dari dalam diri sendiri maupun faktor yang berasal dari luar. Faktor dari diri sendiri disebabkan karena adanya kontrol diri yang lemah. Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada

Kenakala Remaja

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tugas Akhir Pendidikan Peserta Didik plus Komentar, kritik dan saran.

Citation preview

Artikel tentang Tingkah Laku MenyimpangKENAKALAN REMAJA, SALAH SIAPA?Kenakalan remajabiasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang gagal dalam menjalani proses-proses perkembangan jiwanya, baik pada saatremajamaupun pada masa kanak-kanaknya. Masa kanak-kanak dan masa remaja berlangsung begitu singkat, dengan perkembangan fisik, psikis, dan emosi yang begitu cepat.Secarapsikologis,kenakalan remajamerupakan wujud dari konflik-konflik yang tidak terselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak maupun remaja para pelakunya. Seringkali didapati bahwa ada trauma dalam masa lalunya, perlakuan kasar dan tidak menyenangkan dari lingkungannya, maupun trauma terhadap kondisi lingkungannya, seperti kondisi ekonomi yang membuatnya merasa rendah diri.Kenakalan remajadapat dikategorikan ke dalam perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari nilai dan norma sosial yang berlaku.Secara singkat,penyebab terjadinya kenakalan remajadisebabkan oleh faktor dari dalam diri sendiri maupun faktor yang berasal dari luar. Faktor dari diri sendiri disebabkan karena adanya kontrol diri yang lemah. Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku nakal. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.Kemudian faktor yang berasal dari luar adalah keharmonisan keluarga sepertiperceraianorang tua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja.Pendidikanyang salah di keluarga, seperti terlalu memanjakan anak dan tidak memberikanpendidikanagama, hal inilah yang menyebabkan terpicunyakenakalan anak anda. Selain itu faktor pergaulan teman sebaya, lingkungan tempat tinggal, sekolah juga dapat menjadipenyebabkenakalan remaja.

Sumber : http://belajarpsikologi.com/kenakalan-remaja-salah-siapa/

KOMENTARKenakalan remaja merupakan bentuk lain dari perilaku menyimpang yang terjadi di kalangan remaja. Kurangnya pengawasan dari orang tua dan pengaruh dari lingkungan bisa menjadi pemicu dari kenakalan remaja. Menurut saya sejak kecil remaja harus diberikan pendidikan agama agar kenakalan remaja dapat dihindari.Menurut Andi Mappiare (1982) perilaku menyimpang itu juga disebut sebagai Tingkah Laku Bermasalah. Arti tingkah laku bermasalah yang masih dianggap wajar dan dialami oleh remaja, yaitu tingkah laku yang masih dalam batas cirri cirri pertumbuhan dan perkembangan sebagai akubat adanya perubahan secara fisik dan psikis.Aichhorn (1957) berpendaat bahwa keadaan sukar-didik berhubungan dengan bentuk Verwahlosung yang lebih mendalam dalam arti menolak apa yang dianggap benar oleh keliling, menolak norma-norma social dan masyarakat.

Artikel tentang Tugas Tugas PerkembanganTugas-Tugas PerkembanganAnak.Salah satu dasar untuk menentukan apakah seoranganaktelah mengalami perkembangan dengan baik adalah memulai apa yang disebut dengan tugas-tugas perkembangan atauDevelopment Task. Tugas perkembangan masaanakmenurut Munandar (1985) adalah belajar berjalan, belajar mengambil makanan yang padat, belajar berbicara, toilet training, belajar membedakan jenis kelamin dan dapat kerja kooperatif, belajar mencapai stabilitas fisiologis, pembentukan konsep-konsep yang sederhana mengenai kenyataan sosial dan fisik, belajar untuk mengembangkan diri sendiri secara emosional dengan orang tua, sanak saudara dan orang lain serta belajar membedakan baik dan buruk.Menurut Havighurts (dalam Gunarsa, 1986)tugas-tugas perkembangan padaanak bersumber pada tiga hal, yaitu : kematangan fisik, rangsangan atau tuntutan dari masyarakat dan norma pribadi mengenai aspirasi-aspirasinya. Tugas-tugas perkembangan tersebut adalah sebagai berikut: tugas-tugas perkembangan anak usia 0-6 tahun, meliputi belajar memfungsikan visual motoriknya secara sederhana, belajar memakan makanan padat, belajar bahasa, kontrol badan, mengenali realita sosial atau fisiknya, belajar melibatkan diri secara emosional dengan orang tua, saudara dan lainnya, belajar membedakan benar atau salah serta membentuk nurani. Tugas-tugas perkembangananakusia 6-12 tahun adalah menggunakan kemampuan fisiknya, belajar sosial, mengembangakan kemampuan-kemampuan dasar dalam membaca, menulis, dan menghitung, memperoleh kebebasan pribadi, bergaul, mengembangkan konsep-konsep yang dipadukan untuk hidup sehari-hari, mempersiapkan dirinya sebagai jenis kelamin tertentu, mengembangkan kata nurani dan moral, menentukan skala nilai dan mengembangkan sikap terhadap kelompok sosial atau lembaga (Havighurts dalam Gunarsa, 1986).

Menurut Havighurst (dalam Hurlock, 1980) tugas perkembangan pada masa anak-anak adalah sebagai berikut: a) Mempelajari ketrampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-permainan yang umum. b) Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai mahluk yang sedang tumbuh. c) Belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya d) Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat e) Mengembangkan ketrampilan-ketrampilan dasar untuk membaca, menulis dan berhitung f) Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari g) Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan tata dan tingkatan nilai h) Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompoksosialdan lembaga-lembaga i) Mencapai kebebasan pribadi.Perkembangan seorang anakseperti yang telah banyak terurai di atas, tidak hanya terbatas pada perkembangan fisik saja tetapi juga pada perkembangan psikologisnya : mental, sosial dan emosional. Tugas-tugas pada masa setiap perkembangan adalah satu tugas yang timbul pada suatu periode tertentu dalam hidup seseorang, dimana keterbatasan dalam menyelesaikan tugas ini menimbulkan perasaan bahagia serta keberhasilan pada tugas berikutnya, sedangkan kegagalan akan menimbulkan ketidak bahagiaan dan kesulitan atau hambatan dalam menyelesaikan tugas berikutnya.

Sumber : http://www.duniapsikologi.com/tugas-tugas-perkembangan-anak/

KOMENTARMenurut saya, dalam menjalani tugas perkembangannya si anak harus terus diawasi oleh orang tuanya agar tidak terjadi penyimpangan. Agar tugas perkembangannya dapat berjalan dengan baik, si anak juga harus dibiarkan bergaul dengan teman sebayanya agar proses sosialisasi si anak menjadi baik.Havighurst (dalam Hurlock, 1991) menyatakan perkembangan sebagai tugas yang harus dipelajari, dijalankan dan dikuasai setiap individu dalam perjalanan hidupnya.Menurut Mudjiran (2007:13) mengatakan bahwa tugas perkembangan adalah tugas yang muncul pada periode tertentu dalam kehidupan individu.

Artikel tentang Konsep DiriKONSEP DIRI POSITIF DAN KONSEP DIRI NEGATIFKonsep dirimerupakan faktor penting didalam berinteraksi. Hal ini disebabkan oleh setiap individu dalam bertingkah laku sedapat mungkin disesuaikan dengan konsep diri. Kemampuan manusia bila dibandingkan dengan mahluk lain adalah lebih mampu menyadari siapa dirinya, mengobservasi diri dalam setiap tindakan serta mampu mengevaluasi setiap tindakan sehingga mengerti dan memahami tingkah laku yang dapat diterima oleh lingkungan.Dengan demikian manusia memiliki kecenderungan untuk menetapkan nilai-nilai pada saat mempersepsi sesuatu. Setiap individu dapat saja menyadari keadaannya atau identitas yang dimilikinya akan tetapi yang lebih penting adalah menyadari seberapa baik atau buruk keadaan yang dimiliki serta bagaimana harus bersikap terhadap keadaan tersebut. Tingkah laku individu sangat bergantung pada kualitas konsep dirinya yaitukonsep diri positifataukonsep diri negatif.Menurut Brooks dan Emmart (1976), orang yang memilikikonsep diri positif menunjukkan karakteristik sebagai berikut: Merasa mampu mengatasi masalah. Pemahaman diri terhadap kemampuan subyektif untuk mengatasi persoalan-persoalan obyektif yang dihadapi. Merasa setara dengan orang lain. Pemahaman bahwa manusia dilahirkan tidak dengan membawa pengetahuan dan kekayaan. Pengetahuan dan kekayaan didapatkan dari proses belajar dan bekerja sepanjang hidup. Pemahaman tersebut menyebabkan individu tidak merasa lebih atau kurang terhadap orang lain. Menerima pujian tanpa rasa malu. Pemahaman terhadap pujian, atau penghargaan layak diberikan terhadap individu berdasarkan dari hasil apa yang telah dikerjakan sebelumnya. Merasa mampu memperbaiki diri. Kemampuan untuk melakukan proses refleksi diri untuk memperbaikiperilakuyang dianggap kurang.Sedangkan orang yang memilikikonsep diri yang negatifmenunjukkan karakteristik sebagai berikut: Peka terhadap kritik. Kurangnya kemampuan untuk menerima kritik dari orang lain sebagai proses refleksi diri. Bersikap responsif terhadap pujian. Bersikap yang berlebihan terhadap tindakan yang telah dilakukan, sehingga merasa segala tindakannya perlu mendapat penghargaan. Cenderung merasa tidak disukai orang lain. Perasaan subyektif bahwa setiap orang lain disekitarnya memandang dirinya dengan negatif. Mempunyai sikap hiperkritik. Suka melakukan kritik negatif secara berlebihan terhadap orang lain. Mengalami hambatan dalam interaksi dengan lingkungan sosialnya. Merasa kurang mampu dalam berinteraksi dengan orang-orang lain.

http://www.duniapsikologi.com/konsep-diri-positif-dan-konsep-diri-negatif/

KOMENTARSetiap manusia itu berbeda-beda dan mereka memiliki sisi konsep diri positif dan sisi konsep diri yang negatif. Tapi yang harus diperhatikan adalah bagaimana manusia tersebut menyadari hal positif dan hal negative dari konsep diri tersebut dan bagaimana cara menyikapinya.Menurut Lauel dan Klattel (1991). Untuk membina konsep diri yang sehat, remaja perlu menilai diri sendiri (self esteem).Remaja cenderung menghayati diri mereka sebagaimanaorang lain memandang mereka (Jerome, b. Dunsek, 1977)Artikel tentang Perkembangan EmosiCORET-CORET SERAGAM, LUAPAN EMOSI YANG SALAHUsai mengikuti Ujian Nasional (UN), banyak siswa yang justru meluapkan kegembiraan mereka dengan mencoret-coret seragam sekolah. Aksi ini sungguh disesalkan berbagai pihak karena meluapan emosi dengan cara yang salah.Aksi coret-coret itu didasari keinginan mereka mencoba dan merasakan bagaimana meluapkan kegembiraan usai melaksanakan UN. Sayangnya cara yang mereka ketahui itu adalah dengan mencoret-coret seragam mereka, ucap Prof Dr Abdul Munir MPd, Dekan Psikologi Universitas Medan Area (UMA), Minggu (22/4).Usiaremajamerupakan masa transisi, banyak perilaku mereka didasari oleh rasa ingin tahu dan mencoba hal-hal baru. Aksi coret-coret seragam sekolah bisa menjadi model bagi siswa lainnya, sehingga menjadi sebuah tren di kalangan mereka.Menurutnya, peran media juga ikut menyebabkan aksi coret-coret di kalangan remaja ini terjadi. Ia berharap media memberitakan kegiatan siswa yang lebih positif, misalnya dengan pengumpulan seragam untuk disumbangkan, doa bersama atau kegiatan positif lain.Jadi, dengan media memberitakan kegiatan-kegiatan positif itu akan menjadi sajian informasi baru bagi si pelajar, kalau memang usai melaksanakan UN tidak hanya dapat diluapkan melalui coret-coret tetapi ada kegiatan positif yang bisa dilakukan oleh para siswa, paparnya.Bukan hanya peran media, pihak sekolah juga perlu untuk berpartisipasi dalam mencegah aksi coret-coret. Sosialisasi seharusnya dilakukan sebelum masa UN berakhir, pihak sekolah bisa membuat anjuran atau usulan kegiatan positif saat UN berakhir.

Sekolah harus aktif melakukan anjuran-anjuran kepada siswanya sebelum ujian berakhir, sehingga paling tidak dengan anjuran itu akan membuka pemikiran bagi siswa untuk melakukan hal positif bukan aksi coret-coretan seperti yang selama ini terjadi, ujarnya lagi.Prof Munir tidak setuju bila harus diberikan sanksi kepada siswa yang ikut dalam aksi coret-coret seragam. Ia menilai sanksi yang diberikan tidak dapat digunakan sebagai jaminan untuk menyelesaikan fenomena ini. Sanksi atau hukuman hanya akan menimbulkan perlawanan yang berujung tindakan anarkis.Pendekatan persuasif, baik itu melalui pemberitaan oleh media, anjuran-anjuran dari sekolah dankeluarga setidaknya mampu mengurangi aksi coret-coret seragam sekolah, tuturnya.http://www.psikologizone.com/coret-coret-seragam-luapan-emosi-yang-salah/065116321

KOMENTARPada dasarnya remaja labil memiliki sifat ingin tahu dan mencoba hal-hal yang baru. Peran media juga menyebabkan terjadinya hal tersebut. Jadi, sebaiknya dekolah dan orang tua jauh-jauh hari harus mensosialisasikan kegiatan positif pengganti hal ini misalnya menyumbangkan baju sekolah.Crider dan kawan-kawan (1983) emosi negatif merupakan reaksi ketidakpuasan dan emosi positif reaksi kepuasan.Luella Cole (1963) mengemukakan bahwa ada tiga jenis emosi yang menonjol pada periode remaja yaitu emosi marah, emosi takut dan emosi cinta.

Artikel Tentang Perkembangan SosialPerkembangan Sosial Anak-Anak.Melalui pergaulan atau hubungan sosial, baik dengan orang tua, anggota keluarga, orang dewasa lainnya maupun teman bermainnya, anakmulai mengembangkan bentuk-bentuk tingkah laku sosial.Menurut Yusus (2002),bentuk-bentuk tingkah laku sosial pada usiaanakitu adalah sebagai berikut: a) pembangkangan (negativisme), yaitu suatu bentuk tingkah laku melawan, tingkah laku ini terjadi sebagai reaksi terhadap penerapan disiplin atau tuntutan orang tua atau lingkungan yang tidak sesuai dengan kehendakanak. Tingkah laku melawan merupakan salah satu bentuk dari proses perkembangan tersebut. b) Agresi (agression), yaitu perilaku menyerang balik secara fisik (nonverbal) maupun kata-kata (verbal). Agresi ini merupakan salah satu bentuk reaksi terhadap frustasi (rasa kecewa karena tidak terpenuhi kebutuhan atau keinginannya) yang dialaminya. Agresi ini mewujud dalam prilaku menyerang, seperti, memukul, mencubit, menendang, menggigit, marah-marah dan mencaci maki. c) Berselisih atau bertengkar (quarreling), terjadi apabila seoranganakmerasa tersinggung atau terganggu oleh sikap dan prilaku anak lain, seperti diganggu pada saat mengerjakan sesuatu atau direbut barang atau mainannya. d) Menggoda (teasing), yaitu sebagai bentuk lain dari tingkah laku agresif. Menggoda merupakan serangan mental terhadap orang lain dalam bentuk verbal (kata-kata ejekan atau cemoohan). Sehingga menimbulkan reaksi marah pada orang yang diserangnya. e) Persaingan (rivarly), yaitu keinginan untuk melebihi orang lain dan selaludidorong(distimulasi) orang lain. f) Kerja sama (cooperation), yaitu sikap mau bekerja sama dengan kelompok. Anak yang berusia dua atau tiga tahun belum berkembang sikap bekerjasamanya, mereka masih kuat sikap self centered-nya. g) Tingkah laku berkuasa (ascendant behavior), yaitu sejenis tingkah laku untuk menguasai situasi sosial, mendominasi atau bersikap bossiness wujud dari tingkah laku ini, seperti meminta, menyuruh dan mengancam atau memaksa orang lain untuk memenuhi kebutuhan dirinya. h) Mementingkan diri sendiri (selfishness) yaitu sikap egosentris dalam memenuhi interest atau keinginannya. i) Simpati (Sympaty), yaitu sikap emosional yang mendorong individu untuk menaruh perhatian terhadap orang lain, mau mendekati atau bekerja sama dengannya. Seiring dengan bertambahnya usia, anak mulai dapat mengurangi sikap selfish-nya dan dia mulai mengembangkan sikap sosialnya, dalam hal ini rasa simpati terhadap orang lain.Sedangkan menurut Hurlock (1980 : 81) perilaku sosial anak-anak pra sekolah dapat dikategorikan menjadi dua pola yaitu pola perilaku sosial dan tidak sosial:a) Pola Sosial.1) Meniru. Agar sama dengan kelompok, anak meniru sikap dan perilaku orang yang sangat ia kagumi, 2) Persaingan. Keinginan untuk mengungguli dan mengalahkan orang-orang lain. 3) Kerjasama. Pada akhir tahun ketiga bermain kooperatif dan kegiatan kelompok mulai berkembang dan meningkat dengan baik dalam frekwensi maupun lamanya berlangsung, bersamaan dengan meningkatnya kesempatan untuk bermain dengan anak lain, 4) Simpati. Karena simpati menumbuhkan pengertian tentang perasaan-perasaan dan emosi orang lain. 5) Empati. Seperti halnya simpati, empati menumbuhkan pengertian tentang perasaan dan emosi orang lain tetapi di samping itu juga membutuhkan kemampuan untuk membayangkan diri sendiri di tempat orang lain. 6) Dukungan Sosial. Menjelang berakhirnya awal masa kanak-kanak, dukungan sosial dari teman menjadi lebih penting daripada persetujuan dari orang-orang dewasa, anak beranggapan bahwa perilaku nakal dan perilaku mengganggu merupakan cara untuk memperoleh dukungan dari teman-teman sebaya, 7) Membagi. Dari pengalaman bersama orang-orang lain, anak mengetahui bahwa salah satu cara untuk memperoleh persetujuan sosial adalah dengan membagi miliknya terutama mainan untuk anak-anak lain, lambat laun sifat diri sendiri berubah menjadi sifat murah hati,Perilaku Akrab. Anak yang pada waktu bayi memperoleh kepuasan dari hubungan yang hangat, erat dan personal dengan orang lain berangsur-angsur memberikan kasih sayang kepada orang luar rumah, seperti guru taman indria atau benda-benda ini disebut obyek kesayangan.

b) Pola Tidak Sosial. 1) Negativisme. Negativisme atau melawan otoritas orang dewasa, 2) Agresif. Perilaku agresif meningkat antara usia dua atau empat tahun, 3) Perilaku Berkuasa. Perilaku Berkuasa atau merajai mulai usia sekitar tiga tahun, 4) Memikirkan Diri Sendiri. Karena cakrawala sosial anak terutama terbatas di rumah, anak-anak seringkali memikirkan diri sendiri, dengan meluasnya cakrawala lambat laun perilaku memikirkan diri sendiri berkurang tetapi perilaku murah hati masih sangat sedikit, 5) Mementingkan Diri Sendiri. Seperti halnya perilaku memikirkan diri sendiri lambat laun diganti oleh minat dan perhatian kepada orang-orang lain, cepatnya perubahan ini bergantung pada banyaknya kontak orang-orang di luar rumah dan berapa besar keinginan mereka untuk diterima teman-temannya, 6) Merusak. Ledakan amarah sering disertai tindakan-tindakan merusak benda-benda di sekitarnya, 7) Pertentangan Seks. Sampai empat tahun anak laki-laki dan perempuan bermain bersama-sama dengan baik, setelah itu anak laki-laki mengalami tekanan sosial yang tidak menghendaki aktivitas bermain yang dianggap sebagai banci banyak anak laki-laki yang berperilaku agresif yang melawan anak-anak perempuan,Prasangka. Sebagian besar anak pra sekolah lebih suka bermain dengan teman-teman yang berasal dari ras yang sama, tetapi mereka jarang menolak bermain dengan anak-anak dari ras lain.Pada usia pra sekolah (terutama mulai sampai empat tahun),perkembangan sosial anak mulai nampak jelas, karena mereka sudah mulai aktif berhubungan dengan teman sebayanya. Menurut Yusus (2002) tanda-tanda perkembangan sosial pada tahap ini adalah : a) Anak mulai mengetahui aturan-aturan, baik di lingkungan keluarga maupun dalam lingkungan bermain. b) Sedikit demi sedikit anak sudah mulai tunduk pada aturan. c) Anak mulai menyadari hak atau kepentingan orang lain. d)Anakmulai dapat bermain bersama anak-anak lain atau teman sebaya(peer group)..

http://www.duniapsikologi.com/perkembangan-sosial-anak-anak/

KOMENTARPerkembangan sosial anak-anak dan remaja harus diawasi oleh orang tua, masyarakat, dan guru agar tidak terjadi penyimpangan. Oreng tua harus terlebih dahulu menempatkan anaknya pada lingkungan sosial yang positif agar perkembangan sosialnya menjadi positif pula.Menurut Spradly (1966) menjelaskan bahwa sosialisasi diperlukan untuk melakukan suatu peran, sosialisasi masyarakat yang berlangsung seumur hidup.Anak yang terlalu dibatasimempunyai dorongan ingin tahu yang rendah, kurang kreatif dan kurang fleksibel dalam menghadapi masalah intelektual, akademis maupun sosial (Becker, 1964; Sears, Ran & Alpert, 1965)

Artikel Tentang KreativitasPILIH KREATIF ATAU CERDASApa jawaban Anda jika diminta memilih, anak harus tumbuh kreatif atau cerdas? Banyak orangtua masih sulit memilih mana yang lebih baik, antara kreatif atau cerdas. Perlu diketahui bahwa kedua pilihan tersebut jelas berbeda.Kreativitas memang bukan anugrah yang diberikan Tuhan secara instan, melainkan butuh proses untuk mendapatkannya. Proses ini tentu butuh campur tangan orangtua sebagai konseptor, yang berperan penting dalam menentukan hitam putihnya masa depan anak. Anak merupakan tanggung jawab orangtua secara utuh, dan apa yang dibutuhkan anak, orangtualah yang seharusnya lebih tahu. Sebab tak ada yang mengenal anak sebaik orangtuamereka sendiri. Jadi kemanapun arah focus pendidikan anak merupakan tanggung jawab orang tua.Banyak orangtua menganggap bahwa apa yang diajarkan kepada anak telah benar, namun halite ternyata belum cukup. Orangtua hanya akan membuat anak cerdas bukan kreatif. Padahal, dengan kreatif maka anak akan menadi cerdas. Terdapat beberapa alasan utama yang melatarbelakangi mengapa sejak dini sebagai orangtua perlu berusaha untuk mengasah kreativitas anak kita.Saat ini, terjadi beberapa perubahan yang begitu pesat. Itulah mengapa menjadi kreatif sangat diperlukan, selain pola berpikir cepat dan fleksibel, anak pun akan lebih adaptif dalam menyikapi tuntutan-tuntutan yang sesuai. Berpikir dan bersikap kreatif dapat menjadi solusinya. Alasan lain adalah dengan menyeimbangkan otak kanan dan otak kiri dalam rangka mengoptimalkan kecerdasan anak.Orang tua memiliki peran yang cukup besar dalam merangsang anak untuk berkreasi. Kreativitas anak menentukan 80 persen keberhasilan anak dimasa depannya, sementara 20 persennya ditentukan oleh intelegensi anak. Cerdas saja belum cukup membuat anak menjadi seorang yang sukses, tetapi anak yang kreatif berpeluang lebih besar untuk menjadi orang sukses.http://episentrum.com/anak-2/pilih-kreatif-atau-cerdas/

KOMENTAROrang tua harus berpandai-pandai untuk membuat anaknya menjadi kreatif, sekedar cerdas saja tidak cukup karena menurut artikel diatas 80% kesuksesan anak karena kreatifnya. Orang tua harus menyediakan sarana untuk membangun kreatifitas anaknya, dan harus mengawasi dengan sebaik-baiknya.Menurut Clark (1979) dan Rogers yang dikutip munandar (2004), untuk mengembangkan kreativitas (dalam mengajar) perlu menciptakan rasa aman dan kebebasan psikologis.

Artikel tentang Perkembangan MoralTEORI PERKEMBANGAN MORAL KOHLBERGLawrence Kohlberg menekankan bahwa perkembangan moral didasarkan terutama pada penalaran moral dan berkembang secara bertahap. Kohlberg sampai pada pandangannya setelah 20 tahun melakukan wawancara yang unik dengananak-anak.Dalam wawancara, anak-anak diberikan serangkaian cerita dimana tokoh-tokohnya menghadapi dilema-dilema moral. Bagaimana anak-anak dalam penyikapi setiap cerita yang dilakukan oleh masing-masing tokoh dalam cerita yang disampaikan oleh kohlberg. Berikut ini adalah salah satu cerita dilema Kohlberg yang paling populer dalam buku Life Span Development oleh John W. Santrok pada tahun 2002:Di Eropa seorang perempuan hampir meninggal akibat sejenis kanker khusus. Ada suatu obat yang menurut dokter dapat menyelamatkannya. Obat tersebut adalah sejenis radium yang baru-baru ini ditemukan oleh seorang apoteker di kota yang sama. Biaya membuat obat ini sangat mahal, tetapi sang apoteker menetapkan harganya sepuluh kali lipat lebih mahal dari pembuatan obat tersebut. Untuk pembuatan satu dosis kecil obat ia membayar 200 dolar dan menjualnya 2000 dolar. Suami pasien perempuan, Heinz, pergi ke setiap orang yang ia kenal untuk meminjam uang, tetapi ia hanya bisa mengumpulkan 1000 dolar atau hanya setengah dari harga obat tersebut. Ia memberitahu apoteker bahwa istrinya sedang sakit dan memohon agar apoteker bersedia menjual obatnya lebih murah atau memperbolehkannya membayar setengahnya kemudian. Tetapi sang apoteker berkata, Tidak, aku menemukan obat, dan aku harus mendapatkan uang dari obat itu. Heinz menjadi nekat dan membongkar toko obat itu untuk mencuri obat bagi istrinya.Cerita ini adalah salah satu dari sebelas cerita yang dikembangkan oleh Kohlberg untuk menginvestigasi hakekat pemikiran moral. Setelah membaca cerita, anak-anak menjadi responden menjawab serangkaian pertanyaan tentang dilema moral. Haruskah Heinz mencuri obat? Apakah mencuri obat tersebut benar atau salah? Mengapa? Apakah tugas suami untuk mencuri obat bagi istrinya kalau ia tidak mendapatkannya dengan cara lain? Apakah apoteker memiliki hak untuk mengenakan harga semahal itu walaupun tidak ada suatu aturan hukum yang membatasi harga? Mengapa atau mengapa tidak?Berdasarkan penalaran di atas kohlberg kemudian merumuskan tiga tingkat perkembangan moral, yang masing-masing tahap ditandai oleh dua tahap. Konsep kunci dari teori Kohlberg, ialah internalisasi, yakni perubahan perkembangan dari perilaku yang dikendalikan secara eksternal menjadi perilaku yang dikendalikan secara internal.Tingkat Satu: Penalaran PrakonvensionalPenalaran prakonvensional adalah tingkat yang paling rendah dalam teori perkembangan moral Kohlberg. Pada tingkat ini, anak tidak memperlihatkan internalisasi nilai-nilai moral, penalaran moral dikendalikan oleh imbalan (hadiah) dan hukuman ekternal.Tahap 1 : Orientasi hukuman dan ketaatan ialah tahap pertama dalam teori perkembangan moral Kohlberg. Pada tahap ini perkembangan moral didasarkan atas hukuman. Anak-anak taat karena orang-orang dewasa menuntut mereka untuk taat.Tahap 2: Individualisme dan tujuan adalah tahap kedua dari teori ini. Pada tahap ini penalaran moral didasarkan pada imbalan dan kepentingan diri sendiri. Anak-anak taat bila mereka ingin taat dan bila yang paling baik untuk kepentingan terbaik adalah taat. Apa yang benar adalah apa yang dirasakan baik dan apa yang dianggap menghasilkan hadiah.Tingkat Dua: Penalaran KonvensionalPenalaran konvensional adalah tingkat kedua atau tingkat menengah dari teori perkembangan moral Kohlberg. Internalisasi individu pada tahap ini adalah menengah. Seorang mentaati standar-standar (internal) tertentu, tetapi mereka tidak mentaati standar-standar (internal) orang lain, seperti orangtua atau masyarakat.Tahap 3: Norma-norma interpersonal, pada tahap ini seseorang menghargai kebenaran, kepedulian, dan kesetiaan pada orang lain sebagai landasan pertimbangan-pertimbangan moral. Anak anak sering mengadopsi standar-standar moral orangtuanya pada tahap ini, sambil mengharapkan dihargai oelh orangtuanya sebagai seorang perempuan yang baik atau laki-laki yang baik.Tahap 4: Moralitas sistemsosial. Pada tahap ini, pertimbangan moral didasarkan atas pemahaman aturan sosial, hukum-hukum, keadilan, dan kewajiban.Tahap Tiga: Penalaran PascakonvensionalPenalaran pascakonvensional adalah tingkat tertinggi dari teori perkembangan moral Kohlberg. Pada tingkat ini, moralitas benar-benar diinternalisasikan dan tidak didasarkan pada standar-standar orang lain. Seorang mengenal tindakan moral alternatif, menjajaki pilihan-pilihan, dan kemudian memutuskan berdasarkan suatu kode moral pribadi.Tahap 5: Hak-hak masyarakat versus hak-hak individual, pada tahap ini seseorang mengalami bahwa nilai-nilai dan aturan-aturan adalah bersifat relatif dan bahwa standar dapat berbeda dari satu orang ke orang lain. Seseorang menyadari hukum penting bagi masyarakat, tetapi nilai-nilai seperti kebebasan lebih penting dari pada hukum.Tahap 6: Prinsip-prinsip etis universal, pada tahap ini seseorang telah mengembangkan suatu standar moral yang didasarkan pada hak-hak manusia yang universal. Bila menghadapi konflik secara hukum dan suara hati, seseorang akan mengikuti suara hati, walaupun keputusan itu mungkin melibatkan resiko pribadi.

http://www.psikologizone.com/teori-perkembangan-moral-kohlberg/06511736KOMENTARMenurut saya perkembangan moral remaja itu ada hubungannya juga dengan sosialisasi. Jadi, orang tua harus mengawasi sosialisasi anaknya perkembangan moral anak tidak terganggu dan tidak terjerumus ke jalan yang salah.Menuru Santrock dan Susan (1997) mengemukakan bahwa moral adalah kebiasaan atau aturan yang harus dipatuhi seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain.Menurut teori belajar social, perkembangan social merupaan proses yang dipelajari selama proses interaksi sosial seseorang dengan orang lain. (Furmann, 1990)

Artikel tentang Pertumbuhan dan Perkembangan FisikPSIKOSOMATIS, GANGGUAN PSIKIS PENGARUHI KESEHATAN FISIKPsikosomatis merupakan gangguan psikis yang mampu menyebabkan gangguan dalam bentuk fisik. Orang yang mengeluhkan kondisi fisik, namun setelah dilakukan pemerikasaan medis tidak ditemui penyebab fisiologis. Pemicu sebenarnya adalah stres dan depresi yang tidak disadari.Secara umum, sebenarnya semua penyakit adalah psikosomatis. Artinya, setiap penyakit memiliki pendekatan psikosomatis atau sering dikenal sebagai biopsikososial, ungkap Dr Andri, SpKJ, Pengajar Psikiatri di Fakultas Kedokteran UKRIDA, Sabtu (31/3).Setiap penyakit memiliki sisi biologi, psikologi dansosial. Penderita yang pernah mengalami penyakit stroke, rentang mengalami depresi, namun depresi itu sendiri bisa kembali menyebabkan stroke. Siklus ini akan tetap ada sepanjang seseorang tidak bisa mengontrol kondisi psikis.Kasus ini sering dialami dan terjadi juga padakeluargasaya. Om saya mengalami gejala depresi setelah kena stroke sehingga terkena stroke lagi dan akhirnya meninggal saat kena stroke yang kedua. Jadi, kami melihat gangguan jiwa itu sangat erat hubungannya dengan gangguan fisik, kata dr Andri.Sampai saat ini masih belum ada dokter atau pasien yang menyadari akan adanya pengaruh kondisi kejiwaan dengan munculnya penyakit medis.Dr Andri bercerita pernah menangani pasien yang sudah 5 tahun mengalami gejala psikosomatis, namun keluhan itu berpindah-pindah, dari jantung, paru-paru dan seterusnya. Pengobatan medis dilakukan hingga ke luar negeri, namun tidak ditemui penyebab fisiologis. Ternyata, penyebab keluhan fisik tersebut diketahui dari kondisi kejiwaan yang terganggu.Dasar gangguan psikosomatis itu kan depresi dan cemas. Akhirnya pasien tahu kalau sistem otak kacau, maka pikiran, perasaan dan perilaku juga ikutngaco. Sistem otak kacau karena disebabkan stres, stres itu disebabkan lingkungan dan genetik. Gangguan ini berputar-putar dan kita harus memotong siklus itu, papar dr Andri. (dtk/mba)

http://www.psikologizone.com/psikosomatis-gangguan-psikis-pengaruhi-kesehatan-fisik/065116000

KOMENTAROrang tua berperan penting dalam perkembangan psikis anak, jadi orang tua harus bias menjaga perkembangan psikis si anak agar tidak mengganggu perkembangan fisik si anak tersebut.Menurut Hurlock (1992) ada bukti yang menunjukkan bahwa perubahan dalam sikap dan peilaku yang terjadi padda saat ini lebih merupakan akibat dai perubahan social daripada akibat perubahan kelenjar yang perpegaruh pada keseimbangan tubuh.Menurut Hurlock (1992) masa puber remaja laki-laki merupakan kejadian yang berlangsung secara bertahap. Anak laki-laki memiliki kesempatan lebih banyak untuk menyesuaikan dirinya.

TUGAS AKHIRPERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

OLEH :NAMA: BILLY AL HAMRANIM / BP: 1101993PRODI: PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

UNIVERSITAS NEGERI PADANG2012