28
Catatan tahun 2006 ini merupakan satu dari banyak catatan pengorganisasian masyarakat yang dilakukan Pusat Pemberdayaan Komunitas Perkotaan (Pusdakota) Universitas Surabaya (Diunggah oleh Alpha Savitri, pada Februari 2010) [email protected] 1 Kesaksian Seorang Biarawati dalam Pengorganisasian Masyarakat Madhep Manteb Nunggil Ing Karsa Dalem Gusti Nukilan Hikmah Momen-momen bersama Pusdakota Ubaya dan Komunitas Rungkut Lor Dikisahkan oleh: Sr. Beata SSpS PUSDAKOTA UBAYA: Jl. Rungkut Lor III/87 Surabaya Telp: 031- 8474325 Fax: 031-8474324 EmaiL: [email protected] Sr. Beata SSpS bersama Komunitas Rungkut Surabaya

Kesaksian Biarawati dalam Pengorganisasian Masyarakat bersama Pusdakota - Diunggah Alpha Savitri (ed.)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pusdakota Ubaya dan para relawan melakukan pengorganisasian untuk masyarakat sekitar. Inilah kesaksian relawan biarawati Sr. Beata SSpS yang bersama Pusdakota belajar bersama masyarakat Rungkut Lor Surabaya.

Citation preview

Page 1: Kesaksian Biarawati dalam Pengorganisasian Masyarakat bersama Pusdakota - Diunggah Alpha Savitri (ed.)

Catatan tahun 2006 ini merupakan satu dari banyak catatan pengorganisasian masyarakat yang dilakukan Pusat PemberdayaanKomunitas Perkotaan (Pusdakota) Universitas Surabaya (Diunggah oleh Alpha Savitri, pada Februari 2010)

[email protected] 1

Kesaksian Seorang Biarawatidalam Pengorganisasian Masyarakat

Madhep Manteb Nunggil Ing Karsa Dalem GustiNukilan Hikmah Momen-momen bersama Pusdakota Ubaya dan

Komunitas Rungkut Lor

Dikisahkan oleh: Sr. Beata SSpS

PUSDAKOTA UBAYA:Jl. Rungkut Lor III/87 SurabayaTelp: 031- 8474325Fax: 031-8474324EmaiL: [email protected]

Sr. Beata SSpS bersama Komunitas Rungkut Surabaya

Page 2: Kesaksian Biarawati dalam Pengorganisasian Masyarakat bersama Pusdakota - Diunggah Alpha Savitri (ed.)

Catatan tahun 2006 ini merupakan satu dari banyak catatan pengorganisasian masyarakat yang dilakukan Pusat PemberdayaanKomunitas Perkotaan (Pusdakota) Universitas Surabaya (Diunggah oleh Alpha Savitri, pada Februari 2010)

[email protected] 2

.....dengan telanjang kutinggalkan litani keluhan ketidakberdayaanku,..kubiarkankeheningan batin semesta jagad hidupku menangkap gataran cinta yang tulus, sejatidan murni dari Sang Khalik. Diiringi orkestra musik unggas sembari kunyanyikan

lagu soloku...”kita mesti telanjang dan benar-benar bersih”...

Dalam senandung syukurku kutadahkan tanganku pada Sang Khalik kumohonuntaian tasbihku jangan sampai dirampas kembali oleh teman burukku,.. kubiarkan

hidupku menjadi hadiah.......

Malam Solo, Resap Ombo,15 Juli 2005

Aku lahir di Malang, 11 Agustus 1963. Tamat D3Keperawatan di Akademi Keperawatan St

Vincentius A. Paulo pada Juni 1994. Masuk biaraSSpS sejak tahun 1984. Menjalani masa Novisiat

tahun 1986. Tahun 1987 mengikrarkan Kaul I.Pada 1996 mengikrarkan kaul kekal. Selama

menjadi biarawati, aku berkarya, antara lain di RSSt Vincentius A. Paulo, RS Budi Rahayu, RumahBersalin Margi Rahayu. Tahun 2004 - 2008, aku

berkarya di Pusdakota Ubaya sebagai communityorganizer bidang pengembangan karakter keluarga

sehat. 2008 – Sekarang: Bertugas di Kesamben,Blitar

Page 3: Kesaksian Biarawati dalam Pengorganisasian Masyarakat bersama Pusdakota - Diunggah Alpha Savitri (ed.)

Catatan tahun 2006 ini merupakan satu dari banyak catatan pengorganisasian masyarakat yang dilakukan Pusat PemberdayaanKomunitas Perkotaan (Pusdakota) Universitas Surabaya (Diunggah oleh Alpha Savitri, pada Februari 2010)

[email protected] 3

Dari Editor

Bunda – panggilan akrab Sr Beata SSpS — bilang dia susah menulis. Biardipaksa-paksa, ide tak kunjung keluar. Tidak seperti saat dia bicara dengan pededi hadapan ibu-ibu kampung Rungkut Lor. Ketakutannya sebagaimana ketakutankita pada umumnya. Takut bila tulisan dibilang ruwet. Takut bila gaya bahasanyadicap jelek. Takut bila dikatakan isinya nggak mutu.

“Sudahlah, Nda. Jadilah dirimu. Menulislah apa saja. Nggak usah takut salah,”begitu selalu kutegaskan. Sampai Bunda bosan, mungkin, dengan kata-katasaya.

Akan tetapi, Bunda seringkali memberikan surprise. beberapa hari lalu saat iamenyodorkan tulisan-tulisannya pada Mas Cahyo Suryanto. Tulisan yangmerupakan hasil olahan Bunda atas refleksi yang ditulisnya setiap hari. Refleksitentang pendampingannya bersama komunitas. Memang, masing-masing stafPusdakota memiliki jurnal harian sendiri-sendiri.

Astaga, Bunda punya banyak mutiara dalam dirinya. Ia mau menerobosketerbatasan dirinya. Ia mau menulis, padahal menulis menurutnya luar biasarumit.

“Jangan ditertawakan, ya,” nadanya khawatir.

Mas Cahyo lantas membaca tulisannya. “Nda, karyamu ini singkat, tapibermakna,” kata Mas Cahyo.

Dan, dengan sedikit sekali didandani, jadilah buku Madhep Mantheb Nunggil ingKarso Dalem Gusti. Buku ini berisi refleksi pendampingan Bunda untuk komunitasRungkut Lor Surabaya ini.

Lewat totalitas pelayanannya, para ibu di Rungkut Lor Surabaya merasa Bundaadalah sumur inspirasi yang tak pernah kering. Mudah-mudahan buku ini, yangmungkin menurut pembacanya belum sempurna, bisa memberikan inspirasi.Bahwa Tuhan bisa berkarya lewat apa saja, termasuk lewat totalitas Bundaberkarya bersama komunitas.*

Alpha Savitri

Page 4: Kesaksian Biarawati dalam Pengorganisasian Masyarakat bersama Pusdakota - Diunggah Alpha Savitri (ed.)

Catatan tahun 2006 ini merupakan satu dari banyak catatan pengorganisasian masyarakat yang dilakukan Pusat PemberdayaanKomunitas Perkotaan (Pusdakota) Universitas Surabaya (Diunggah oleh Alpha Savitri, pada Februari 2010)

[email protected] 4

Daftar Isi

Halaman

Kesaksian Seorang Biarawati dalam PengorganisasianMasyarakat (Madhep Manteb Nunggil Ing Karsa DalemGusti, Nukilan Hikmah Momen-momen bersamaPusdakota Ubaya dan Komunitas Rungkut Lor)

1

Dari Editor 3

Daftar Isi 4

Prolog 5

BAGIAN I: Kaul Kekal, Pengabdian Tanpa Syarat 6

BAGIAN IIKomunitas Rungkut, Mutiara Perjuanganku

9

BAGIAN IIITeladan dari Nyai Him

14

BAGIAN IVJadikan Aku Titian Kehidupan

16

Bagian VMembuka Pintu-pintu Nilai

21

Bagian VIUntaian dari Sahabat Sepeziarahan

23

Ucapan Terima Kasih 28

Page 5: Kesaksian Biarawati dalam Pengorganisasian Masyarakat bersama Pusdakota - Diunggah Alpha Savitri (ed.)

Catatan tahun 2006 ini merupakan satu dari banyak catatan pengorganisasian masyarakat yang dilakukan Pusat PemberdayaanKomunitas Perkotaan (Pusdakota) Universitas Surabaya (Diunggah oleh Alpha Savitri, pada Februari 2010)

[email protected] 5

Prolog

Sr Beata SSpS yang biasa disebut Bunda, mengada dalam medan karya tanpacinta adalah hampa. Torehan luka dan bilur-bilur derita bukanlah alasan untuk

berhenti mengalirkan daya cinta kepada sesama dan dunia.

Yang Ilahi takkan terpisah dari yang insani. tantangan karya zaman ini adalahmenghadirkan wajah Ilahi dalam hamparan kehidupan yang insani . “MadhepMantep Nunggil Ing Karsa Dalem Gusti” adalah sebuah komitmen untukmengejawantahkan daya “keilahian” ke dalam kasunyatan hidup yang insani.

Hadirmu, sapamu, semangatmu, senyummu dan jabat eratmu dengan para ibukader kesehatan, keluarga dan warga adalah guratan karya yang sangat bernilai

bagi kami. Terima kasih untuk dedikasimu, cintamu dan pertaruhanmu selamaini.

Catatan-catatan refleksimu ini adalah roh “penerobos” untuk memompa dayajuang dalam mewartakan spirit “relasi yang menghidupkan”. Dan, sekaligusmengilhami diri kami untuk mempraktekkan makna “kesetiaan yang kreatif”dalam menjalani visi, misi dan panggilan hidup kami. Berkah Dalem Gusti.

Profisiat,

Cahyo Suryanto

Page 6: Kesaksian Biarawati dalam Pengorganisasian Masyarakat bersama Pusdakota - Diunggah Alpha Savitri (ed.)

Catatan tahun 2006 ini merupakan satu dari banyak catatan pengorganisasian masyarakat yang dilakukan Pusat PemberdayaanKomunitas Perkotaan (Pusdakota) Universitas Surabaya (Diunggah oleh Alpha Savitri, pada Februari 2010)

[email protected] 6

BAGIAN IKaul Kekal, Pengabdian Tanpa Syarat

Tri Prasetya Kekal atau sering disebut Kaul Kekal adalah salah satu kerinduankumenapaki jalan panggilanku sebagai Suster Misi Abdi Roh Kudus. Lewatpernyataan atau pengikraran kaul kekalku secara definitif, aku menjadi abdinyauntuk selamanya. Aku telah memutuskan jalan hidupku sebagai biarawati.Artinya, aku tak punya niat untuk memilih cara hidup lain: menikah ataupunmembujang. Selamanya aku berniat memberikan hidupku demi karya kerasulandalam pengabdian total tanpa syarat.

Justru ketika aku berniat untuk mengabdi total tanpa syarat, sebenarnya akuharus bisa membuktikannya lewat karya-karyaku. Aku ingin wajah-Nya hadirdalam setiap karyaku kendati pun itu kecil.

Berulangkali, kupanjatkan syukur kehadirat-Nya karena aku diperbolehkanberkarya di tempat-tempat yang memungkinkan, tidak saja spiritualitasku yangberkembang, tapi juga ketrampilan sosialku.

Ya Gusti, Pangeran yang memberi kami kehidupan, Engkau telah memberikantempat terbaik buatku. Perkenankan aku bisa menjaga amanat-Mu.

Untuk berkarya, kurasa, aku bisa berangkat dari apa yang kumiliki. Kata orangaku bisa bergaul dengan berbagai kalangan. Kata orang, Gusti menganugerahikuketrampilan sosial yang cukup. Dari situlah aku mewujudkan karya itu.

Terima Kasih, sekali lagi kuucapkan Gusti. Pemberian-Mu sungguh berhargabagiku. Kendati seringkali aku malu karena merasa kurang maksimal dalamkarya.

Sejak tahun 1996 sejak kaul kekal hingga kini, perjalananku tidak semulus niatkuuntuk mengabdi total pada Sang Pemberi Hidup dan Kehidupan. Dalam realitas,pengabdianku sering dihadang batu sandungan.

Tak jarang aku mendapati diriku disangka mencari tempat pelarian pada saataku mengabdi. Sebagai seorang biarawati perawat, seringkali aku ditugaskansesuai kapasitasku. Misalnya, aku pernah mengabdi pada Rumah Bersalin MargiRahayu, Batu, Rumah Sakit Budi Rahayu, Blitar, dan kini aku berkarya di PusatPemberdayaan Komunitas Perkotaan (Pusdakota).

Sebagaimana diketahui, Pusdakota bergerak di bidang pendampingan komunitas.Sebagai pendamping masyarakat untuk Program Pengembangan KarakterKeluarga Sehat, seringkali aku tidak bisa pulang tepat waktu di biara. Saat kitaterjun ke komunitas, banyak hal di luar rencana. Tidak hanya rapat-rapat

Page 7: Kesaksian Biarawati dalam Pengorganisasian Masyarakat bersama Pusdakota - Diunggah Alpha Savitri (ed.)

Catatan tahun 2006 ini merupakan satu dari banyak catatan pengorganisasian masyarakat yang dilakukan Pusat PemberdayaanKomunitas Perkotaan (Pusdakota) Universitas Surabaya (Diunggah oleh Alpha Savitri, pada Februari 2010)

[email protected] 7

kampung yang seringkali terselenggara malam, namun juga aku tak jarangdiminta menyelesaikan masalah urgen, misalnya dengan keluarga. Apakah akuharus meninggalkan orang-orang yang meminta pertolonganku itu? Aku takpunya hati untuk meninggalkan mereka dalam masalah. Akan tetapi, akumendapati pernyataan-pernyataan tak sedap, termasuk pernyataan bahwapengabdianku adalah pengabdian semu.

Realita kerja penuh tantangan,baik sebagai perawat maupunsebagai pendamping komunitasdengan segala perjuangan tukbelajar terus-menerus secaraberkesinambungan, kenapatidaklah dimengerti seperti apayang sesungguhnya? Apa yangmenyebabkan demikian? Dalamkeheningan refleksiku,kutemukan pesan kunci. Akutidak setia berelasi denganSang Pencipta Kehidupan.Sehingga segala ungkapan dan

tindakanku tidak mencerminkan sosok abdi yang seharusnya melayani, tapisering terjadi sebaliknya. Niatan untuk setia hadir di komunitas pun sering taktercapai karena realita tugas.Dalam kesesakan maksimal, toh jiwa dan ragaku tetap gembira dan bersyukurkarena aku tahu pasti, Tuhan ada di pihakku. Dia tak pernah meninggalkan akusendirian. Tapi selalu ada solusi dalam hidup harianku, sekalipun realita tugastak mudah.

Oh ya, dulu pernah aku menangani proses persalinan, dari yang normal sampaiyang istimewa karena taruhannya adalah nyawa. Hal lain lagi yang tak pernahterlintas dalam pikiranku adalah harus mengurusi izin operasional klinik danrumah bersalin Margi Rahayu, Batu, yang mati, 12 tahun lalu. Di sini kembalikutemukan campur tangan Tuhan tanpa syarat. Semua selesai dengan mulus.

Kini di Pusdakota, perjalananku tidak selalu mulus. Menjadi pendampingkomunitas, ada saja masalahnya.

Dari sini terasa ada hal yang kontradiksi. Di satu sisi aku tak jarang dikatakantidak pernah berdoa. Di sisi lain sekaligus bisa kurasakan bahwa Tuhan selalumembimbing tiap langkahku, sehingga segala sesuatu yang tampak mustahildapat kutangani ternyata bisa kutangani.

Bunda (berdiri, keempat dari kanan) bersama ibu-ibu Rungkut

Page 8: Kesaksian Biarawati dalam Pengorganisasian Masyarakat bersama Pusdakota - Diunggah Alpha Savitri (ed.)

Catatan tahun 2006 ini merupakan satu dari banyak catatan pengorganisasian masyarakat yang dilakukan Pusat PemberdayaanKomunitas Perkotaan (Pusdakota) Universitas Surabaya (Diunggah oleh Alpha Savitri, pada Februari 2010)

[email protected] 8

Rangkaian peristiwa dalam menapaki ladang karya yang cukup menantangmembuatku kagum atas karya Tuhan pada diriku. Membuatku semakinmenumbuhkembangkan kesetiaan yang kreatif. Lagu syukur selalu kunyanyikankarena bagiku tak ada alasan untuk tidak bersyukur menapaki kehidupan sebagaiSuster Misi Abdi Roh Kudus.

Dalam menjawab panggilan dalam karya misi hingga saat ini, yang selalumenyemangatiku saat jatuh dalam kesesakan hidup adalah lagu pendek yangselalu kukidungkan.

Sudilah menerima aku ya Tuhan menurut sabda-Mu. Maka aku hidup. Dankarena harapanku janganlah mengecewakan Daku.

Pengalaman berkidung ini memberikan energi dan semangat yang membuatkumampu tuk melangkah lebih dari yang kukira. Temuan refleksiku dalam 10 tahunkaul kekal adalah kesetiaan dalam menjawab panggilan hidup sebagai misionerreligius, berjumpa dengan Allah yang berbelas kasih, dan panggilan pribadikuuntuk selalu menghantar sesama menuju kebaikan. *

Page 9: Kesaksian Biarawati dalam Pengorganisasian Masyarakat bersama Pusdakota - Diunggah Alpha Savitri (ed.)

Catatan tahun 2006 ini merupakan satu dari banyak catatan pengorganisasian masyarakat yang dilakukan Pusat PemberdayaanKomunitas Perkotaan (Pusdakota) Universitas Surabaya (Diunggah oleh Alpha Savitri, pada Februari 2010)

[email protected] 9

BAGIAN IIKomunitas Rungkut, Mutiara Perjuanganku

Dini hari pukul 02.00. Tiba-tiba nada dering SMS-ku bernyanyi. Aku yang sedanglelap di pangkuan semesta, langsung terbangun. Aku meraih HP dan membacakalimat-kalimat SMS yang datang dari Ny Tina (bukan nama sebenarnya).

“Apakah memang, setiap perempuan harus mengalah terhadap perlakuan laki-laki, walau aku sudah melaksanakan apa yang menjadi tugas utama sebagai iburumah tangga dan sebagai istri. Dan apakah bisa dibenarkan ketika pembagiantugas mengasuh anak kuserahkan pada suami? Jawab sekarang ya Bunda,karena aku sudah sangat sesak. Bahkan aku mau pulang ke rumah orangtuaku.”

Ini lain lagi. HP-ku berdering pukul 01.00. Aku juga sedang terlelap. Oh, ternyatadari Bu Nini (Bukan mana sebenarnya).

“Halo. Bunda”“Yap.”

Wis tidur yo, nda. Iki lho, aku sumpek ambek bapake arek-arek. Wistuwek tetep njaluk jatah bendino. Padahal aku kesel tenan. Soale mari resik-resikomah sedino. Aku gak mood, tapi deweke njaluk dilayani. Piye carane ben akuiso mood?(Sudah tidur, Nda? Aku sumpek gara-gara suami. Sudah tua minta jatah tiaphari. Aku capek. Sehabis bersih-bersih rumah seharian. Aku tidak mood. Tapi diaminta dilayani. Bagaimana biar biasa mood?)

Ada juga telepon pukul 01.00 yang isinya begini:

“Nda, nyuwun ngapunten, ngrepoti. Bapake arek-arek kecelakaan, anakkuyo loro. Apa bisa saya nyuwun tulung Bunda ke UGD-nya. Bapake arek-areksedang dibawa ke sana. Mengko perkembangane aku kabarono yo. Aku laginjaluk tulung tanggaku gawe njogo anakku sing lara”.(Nda, maaf merepotkan. Suami saya kecelakaan. Anakku juga sakit. Bisa sayaminta tolong Bunda ke UGD (RKZ)? Suami saya sedang dibawa ke sana. Mohonmemberitahu perkembangannya. Saya sedang minta tolong tetangga menjagaanak saya yang sedang sakit).

Itu tiga kisah sejati yang kualami. Kisah-kisah lainnya? Biarlah hadir di jurnalharianku. Begitulah, sebagai pendamping masyarakat, memang kadang akutidak bisa memiliki saat-saat privat yang kuinginkan. Apalagi bila semakin harisemakin banyak yang ingin kulayani.Sebagai seorang community organizer yang selalu bertugas di lapangan, kurasa,tantangan utama yang kerap menghadang adalah totalitas dan kesetiaan pada

Page 10: Kesaksian Biarawati dalam Pengorganisasian Masyarakat bersama Pusdakota - Diunggah Alpha Savitri (ed.)

Catatan tahun 2006 ini merupakan satu dari banyak catatan pengorganisasian masyarakat yang dilakukan Pusat PemberdayaanKomunitas Perkotaan (Pusdakota) Universitas Surabaya (Diunggah oleh Alpha Savitri, pada Februari 2010)

[email protected] 10

komunitas dampingan. Aku harus tetap melangkah penuh harapan untukmeyakinkan setiap orang akan hak-hak kesehatan yang dimilikinya.

Aku bersyukur dan berterimakasih pada sesamasekomunitas Maria BundaAllah dan tim pimpinanprovinsi yang telahmemercayaiku melaksanakantugas bersama teman-temanPUSDAKOTA, yang selalusetia mendampingikomunitas dengan program-program pengembangankarakter warga.

Aku resmi hadir Pusdakota,sejak Juni 2004. Tim pimpinan mengutusku untuk berkarya selama setahun. Tapikini sudah dua tahun lebih aku di Pusdakota. Kurasa, inilah memang campurtangan Tuhan.

Pusdakota merupakan lembaga pemberdayaan komunitas yang bergelutl dalamranah gerakan nilai. Waktu itu Pusdakota sedang memerlukan tenaga penyuluhkesehatan masyarakat untuk membantu program-program di komunitas.

Sebenarnya, aku ragu dengan kemampuanku. Aku tidak pede. Rungkut sepertibelantara perawan karena belum pernah kuinjak. Bisakah aku bergaul denganmasyarakat? Apakah statusku sebagai seorang biarawati adalah batu sandungannantinya?

Dini hari pukul 02.00. Tiba-tiba nada dering SMS-ku bernyanyi. Aku yang sedanglelap di pangkuan semesta, langsung terbangun. Aku meraih HP dan membacakalimat-kalimat SMS yang datang dari Ny Tina (bukan nama sebenarnya).

“Apakah memang, setiap perempuan harus mengalah terhadap perlakuan laki-laki, walau aku sudah melaksanakan apa yang menjadi tugas utama sebagai iburumah tangga dan sebagai istri. Dan apakah bisa dibenarkan ketika pembagiantugas mengasuh anak kuserahkan pada suami? Jawab sekarang ya Bunda,karena aku sudah sangat sesak. Bahkan aku mau pulang ke rumah orangtuaku.”

Ini lain lagi. HP-ku berdering pukul 01.00. Aku juga sedang terlelap. Oh, ternyatadari Bu Nini (Bukan mana sebenarnya).

“Halo. Bunda”“Yap.”

Page 11: Kesaksian Biarawati dalam Pengorganisasian Masyarakat bersama Pusdakota - Diunggah Alpha Savitri (ed.)

Catatan tahun 2006 ini merupakan satu dari banyak catatan pengorganisasian masyarakat yang dilakukan Pusat PemberdayaanKomunitas Perkotaan (Pusdakota) Universitas Surabaya (Diunggah oleh Alpha Savitri, pada Februari 2010)

[email protected] 11

“Wis tidur yo, nda. Iki lho, aku sumpek ambek bapake arek-arek. Wistuwek tetep njaluk jatah bendino. Padahal aku kesel tenan. Soale mari resik-resikomah sedino. Aku gak mood, tapi deweke njaluk dilayani. Piye carane ben akuiso mood?(Sudah tidur, Nda? Aku sumpek gara-gara suami. Sudah tua minta jatah tiaphari. Aku capek. Sehabis bersih-bersih rumah seharian. Aku tidak mood. Tapi diaminta dilayani. Bagaimana biar biasa mood?)

Ada juga telepon pukul 01.00 yang isinya begini:

“Nda, nyuwun ngapunten, ngrepoti. Bapake arek-arek kecelakaan, anakkuyo loro. Apa bisa saya nyuwun tulung Bunda ke UGD-nya. Bapake arek-areksedang dibawa ke sana. Mengko perkembangane aku kabarono yo. Aku laginjaluk tulung tanggaku gawe njogo anakku sing lara”.(Nda, maaf merepotkan. Suami saya kecelakaan. Anakku juga sakit. Bisa sayaminta tolong Bunda ke UGD (RKZ)? Suami saya sedang dibawa ke sana. Mohonmemberitahu perkembangannya. Saya sedang minta tolong tetangga menjagaanak saya yang sedang sakit).

Itu tiga kisah sejati yang kualami. Kisah-kisah lainnya? Biarlah hadir di jurnalharianku. Begitulah, sebagai pendamping masyarakat, memang kadang akutidak bisa memiliki saat-saat privat yang kuinginkan. Apalagi bila semakin harisemakin banyak yang ingin kulayani.Sebagai seorang community organizer yang selalu bertugas di lapangan, kurasa,tantangan utama yang kerap menghadang adalah totalitas dan kesetiaan padakomunitas dampingan. Aku harus tetap melangkah penuh harapan untukmeyakinkan setiap orang akan hak-hak kesehatan yang dimilikinya.

Aku bersyukur dan berterima kasih pada sesama sekomunitas Maria Bunda Allahdan tim pimpinan provinsi yang telah memercayaiku melaksanakan tugasbersama teman-teman PUSDAKOTA, yang selalu setia mendampingi komunitasdengan program-program pengembangan karakter warga.

Aku resmi hadir Pusdakota, sejak Juni 2004. Tim pimpinan mengutusku untukberkarya selama setahun. Tapi kini sudah dua tahun lebih aku di Pusdakota.Kurasa, inilah memang campur tangan Tuhan.

Pusdakota merupakan lembaga pemberdayaan komunitas yang bergelutl dalamranah gerakan nilai. Waktu itu Pusdakota sedang memerlukan tenaga penyuluhkesehatan masyarakat untuk membantu program-program di komunitas.

Sebenarnya, aku ragu dengan kemampuanku. Aku tidak pede. Rungkut sepertibelantara perawan karena belum pernah kuinjak. Bisakah aku bergaul dengan

Page 12: Kesaksian Biarawati dalam Pengorganisasian Masyarakat bersama Pusdakota - Diunggah Alpha Savitri (ed.)

Catatan tahun 2006 ini merupakan satu dari banyak catatan pengorganisasian masyarakat yang dilakukan Pusat PemberdayaanKomunitas Perkotaan (Pusdakota) Universitas Surabaya (Diunggah oleh Alpha Savitri, pada Februari 2010)

[email protected] 12

masyarakat? Apakah statusku sebagai seorang biarawati adalah batu sandungannantinya?

Tapi sudahlah. Aku sudah memutuskan untuk hidup bersama Tuhan. Apa punyang diputuskan Tuhan pasti kulakukan karena itu terbaik buatku.

Saat berkarya di Pusdakota, sejak hari kedua, aku menanggalkan pakaianbiarawati dan mengenakan pakaian sebagaimana komunitas pada umumnya.Kami menyebut pakaian biasa sebagai pakaian preman. Duh, Gusti, sudah 10tahun kutinggalkan pakaian “preman” dan kini aku harus memakainya kembali.Rasa risih menyelimutiku.

Pada hari-hari pertama, aku berbusana rok dan blus. Rasanya angin masuksemua di badan. Aku sangat tidak percaya diri karena kulitku banyak tampak dariluar. Berbulan-bulan, tetap aku belum terbiasa juga dengan pakaian premanyang diberi Sr Maria Fransiska, SSpS yang bertugas di bagian JPIC Provinsi.

Tapi dengan pakaian preman itu aku jadi mudah membaur di antara mereka.Aku sama sekali tidak menunjukkan bahwa aku adalah seorang biarawati. Jujursaja, kadang waktu itu aku khawatir, apa jadinya ya, kalau mereka tahu bahwaaku seorang biarawati? Apakah kebersamaan kami akan hilang?

Aku merasa gamang ketika harus berhadapan dengan masyarakat yang 100persen muslim. Namun setelah aku masuk lebih dalam, ternyata hal itu adalahkegamangan yang tidak mendasar. Sebab, di Pusdakota nilai-nilai keberagamanadalah salah satu pilar utama. Pusdakota tumbuh dan berkembang dalamkeberagaman. Bahkan Pusdakota memiliki tempat ibadah untuk semua agama.

Aku sampai padakesadaran, suatu kali pastimereka tahu statuskusebagai biarawati. Dan akutak harusmenyembunyikan. Gusti,berilah kekuatan padakuseandainya komunitasmenolakku saat tahu akubiarawati. Itu yang jadidoaku berulangkali.

Setahun aku bergaul dikomunitas, lengkapdengan suka dukanya, aku

Page 13: Kesaksian Biarawati dalam Pengorganisasian Masyarakat bersama Pusdakota - Diunggah Alpha Savitri (ed.)

Catatan tahun 2006 ini merupakan satu dari banyak catatan pengorganisasian masyarakat yang dilakukan Pusat PemberdayaanKomunitas Perkotaan (Pusdakota) Universitas Surabaya (Diunggah oleh Alpha Savitri, pada Februari 2010)

[email protected] 13

mulai memakai jubah pada saat-saat tertentu. Dan aku akan menanggung risiko-risiko yang mungkin timbul.

Ternyata, apa yang menakutkanku tidak terjadi. Memang, pada awalnya, saataku muncul dengan baju biarawati, ibu-ibu kaget. Tapi tidak berlangsung lama.Setelah itu mereka memberondongiku pertanyaan, sembari mencubitiku: “Nda,kok ndak bilang-bilang dari dulu?” Ada juga yang bilang, ”Nda, cantik lhokalau begini.”

Perkataan-perkataan mereka, semua menyejukkan batin. Tidak ada yangmenyakiti. Tapi aku masih sangsi, apakah setelah ini, pertemuan-pertemuankader kesehatan yang kuagendakan bersama mereka bakalan sepi?

Ternyata tidak. Mereka menerimaku sebagai seorang biarawati, sebagaimanaaku menerima mereka sebagai saudaraku.

Page 14: Kesaksian Biarawati dalam Pengorganisasian Masyarakat bersama Pusdakota - Diunggah Alpha Savitri (ed.)

Catatan tahun 2006 ini merupakan satu dari banyak catatan pengorganisasian masyarakat yang dilakukan Pusat PemberdayaanKomunitas Perkotaan (Pusdakota) Universitas Surabaya (Diunggah oleh Alpha Savitri, pada Februari 2010)

[email protected] 14

BAGIAN IIITeladan dari Nyai Him

Nyai Him merupakan informal leaderdi Kampung Rungkut Lor Surabaya.Pondok Pesantrennya lumayanterkenal karena kharismanya sangathebat. Penduduk Rungkut, terutamapenduduk asli, selalu sowan ke NyaiHim sebelum melakukan peristiwapenting, seperti menikahkananak,sunatan, kekahan.

Setahun sejak saya bergabungdengan keluarga Pusdakota, sayamengenalnya lewat program TandurKatresnan (membibit danmemelihara tanaman). Waktu ituNyai Him belum tahu kalau sayaseorang biarawati.

Ia mengeluhkan hipertensinya yangtidak kunjung sembuh. Saya punmemberikan resep-resep tradisionalkepadanya. Sekali waktu, dia juga

datang ke Pusdakota karena cucunya enggan makan. Badannya kurus. Diamengundang saya untuk menengok sang buah hati tersebut. Sayameresepkannya untuk minum madu secara teratur. Puji Tuhan, kini ia segar dantak sakit-sakitan. Kata Nyai Him, resep yang kubuat manjur. Dia juga akanmerekomendasikan resepku itu untuk para santrinya.

Di tengah kesibukannya, kadang Nyai Him menyempatkan diri untuk datang kepertemuan kader besar ataupun pertemuan-pertemuan lain yangdiselenggarakan Pusdakota. Sampai akhirnya, Nyai Him tahu bahwa aku seorangbiarawati. Apa reaksinya?

“Wah, kita foto bareng ya, Bunda. Saya tokoh Islam, Bunda pendetaperempuan,” cetusnya.

“Bunda, hati kecil saya berkata Bunda tulus. Bunda mau makan dan minum ditempat saya. Bunda juga membawa kami untuk sadar bahwa kesehatanpenting,’ ujar Nyai Him.

Page 15: Kesaksian Biarawati dalam Pengorganisasian Masyarakat bersama Pusdakota - Diunggah Alpha Savitri (ed.)

Catatan tahun 2006 ini merupakan satu dari banyak catatan pengorganisasian masyarakat yang dilakukan Pusat PemberdayaanKomunitas Perkotaan (Pusdakota) Universitas Surabaya (Diunggah oleh Alpha Savitri, pada Februari 2010)

[email protected] 15

Kini, orang Rungkut Lor bahkan sering menjumpai pemandangan, aku yangberjubah biarawati sedang membonceng ibu haji yang berjilbab. Ya, berbedamemang indah. Aku semakin mencintai komunitas Rungkut.

Ya Tuhan, sekali lagi, terima kasih sedalam-dalamnya. Kembali kau buka tiraikeagungan-Mu. Aku tak menyangka, mereka menerimaku sedemikian rupa.

Page 16: Kesaksian Biarawati dalam Pengorganisasian Masyarakat bersama Pusdakota - Diunggah Alpha Savitri (ed.)

Catatan tahun 2006 ini merupakan satu dari banyak catatan pengorganisasian masyarakat yang dilakukan Pusat PemberdayaanKomunitas Perkotaan (Pusdakota) Universitas Surabaya (Diunggah oleh Alpha Savitri, pada Februari 2010)

[email protected] 16

BAGIAN IVJadikan Aku Titian Kehidupan

1. PSDOGusti, Kawulo Tresno, Gusti Nyuwun Kiat, Gusti Nyuwun Kawelasan

Kuucap tak henti doa pendek yang selalu menguatkan saat aku menjalani prosespembinaan hidup bersama rekan-rekan Pusdakota: Bekti, Nur, Salman, Vitri,Feni, Devi dan aku sendiri.

Proses yang kami lalui itu, nama resminya PSDO, kependekan dariPengembangan Sumber Daya Organisasi. Semua rekan di Pusdakota pastimenjalaninya, cepat atau lambat karena aktivitas ini merupakan bagian daripertumbuhan diri. Saat diri bertumbuh, tentu saja organisasi ikut berkembang.Tidak saja itu, komunitas pun tumbuh kembang bersama kami.

Sejak berangkat ke tempat pembinaan, aku sungguh merasa ditantang dalamsegala hal. Dan doa di atas begitu menguatkan. Suasana saling dukung,menyemangati muncul sungguh kuat dalam kelompokku.

Sebagai seorang biarawati, aku hidup dalam kemapanan. Tapi dalam perjalananke tempat pembinaan, sampai PSDO itu sendiri berlangsung, aku benar-benarmengalami hidup pas-pasan. Memang tidak kekurangan, tapi juga tidakberlebihan. Sungguh-sungguh pas dalam hal fisik. Namun dalam hal rohani, akumerasa sangat berkelimpahan karena aku merasakan damai sejati dalam diri,sesama, dan alam ciptaan. Aku juga merasakan hadirnya setan yangmempengaruhiku.

Ada proses yang bernama SOLO I dan SOLO II yang sesungguhnya takterlukiskan dengan kata-kata bila aku menerangkannya. Proses itu kujalani dihutan sendirian, selama dua kali. Aku bisa menjalaninya dengan damai karenaaku yakin Tuhan tak pernah meninggalkanku. Energi positif dari kawan danfasilitator proses tersebut turut membantuku mengalahkan ketakutan dankecemasanku.

Bahkan SOLO II yang prosesnya lebih berat dari SOLO I bisa kulalui. Salah satufasilitator proses ini meminjamiku tasbihnya. Aku menerimanya dengan biasa.Dan setelah dalam proses soloku, ternyata untaian doanya dalam tasbih yangkupakai sangat kurasa. Aku berdoa sambil berlagu dan percaya tanpa reserve,bahwa aku tidak sendirian. Aku ditemani. Dan tasbihku terus kuuntai dalam doaheningku.

Page 17: Kesaksian Biarawati dalam Pengorganisasian Masyarakat bersama Pusdakota - Diunggah Alpha Savitri (ed.)

Catatan tahun 2006 ini merupakan satu dari banyak catatan pengorganisasian masyarakat yang dilakukan Pusat PemberdayaanKomunitas Perkotaan (Pusdakota) Universitas Surabaya (Diunggah oleh Alpha Savitri, pada Februari 2010)

[email protected] 17

Pesan alam yang sungguh spesial dalam SOLO II-ku, kutangkap lewat pohonpisang. Aku berada di sekitar pohon pisang, duduk bersila beralas daun klaras.Hidup sebenarnya tidaklah sulit asal bisa menerima realita dengan gembira.Bangga seperti pohon pisang yang tak pernah mati, dan bagian dari pohonpisang tersebut berguna, karena Tuhan sang pencipta telah mengaturpermenungan peziarahanku. Aku sering merasa tidak berdaya, tidak mampu,namun bangga masih dianugerahi hidup. Harapanku, semoga seperti pohonpisang, hidupku berguna bagi sesama dan selalu membahagiakan sesama.

2. Menjadi Titian Kehidupan: Rendah Hati dan Total

Sungguh, proses PSDO membuatku merasakan sejatine urip atau sangatbermakna bagiku.

Dalam pembinaan yang kualami, aku menemukan simbol diriku yang berlatarbelakang pengalaman hidup harianku dalam tugas sebagai perawat yangberstatus suster biarawati. Awalnya kutemukan simbol diriku sebagai tanah.Tanah itu terletak di bawah. Tanah bisa ditanami. Tanah adalah bahan dasarsebuah bangunan dan masih banyak lagi. Tanah tidak pernahmemproklamasikan dirinya hebat, kuat. Tanah biasa-biasa saja tampilannya, tapiberdaya guna.

Proses olah hidupku terus berjalan dari waktu ke waktu. Dulu, dalam rangkaiantugas dan dalam satu proses pembinaan, kutemukan simbol diriku sebagaijembatan, yang berfungsi sebagai sarana mengantar hidup dari satu tempat ketempat lain, dari satu tujuan ke tujuan lain. Sebagai jembatan harus rela diinjakdan dilewati siapa pun yang membutuhkan. Tidak bisa memilih siapa yang bolehlewat.

Saat PSDO, si jembatan itu ternyata berubah menjadi titian kehidupan . Pesanitu kutemukan lewat proses SOLO yang kualami. Refleksi terdalamku atastemuan tersebut adalah unsur kerendahan hati dan totalitas yang bergantungpada belas kasih Gusti. Hal ini hanya bisa kudapatkan dalam kesetiaanku berelasiintim dengan sang Pencipta, masuk menapaki jalan sunyi kehidupan yangberakar pada ketidakberdayaanku sebagai manusia yang penuh kelemahan dankekurangan. Ini sekaligus kurasakan kekuatan yang sungguh berasal dari Allah.Ketika aku mulai lari dari hakekat sebagai titian, sungguh pasti, aku tidak lagiberkarya sebagai Abdi-Nya yang hanya mungkin kujalani dalam kesetiaanmanjing ing kersane Gusti dan tetap dengan rendah hati mohon terang dantuntunan-Nya.

Sungguh aku adalah abdi-Nya yang sangat beruntung dan bahagia karena bolehmengalami proses PSDO bersama PUSDAKOTA demi pertumbuhan jiwa dan juga

Page 18: Kesaksian Biarawati dalam Pengorganisasian Masyarakat bersama Pusdakota - Diunggah Alpha Savitri (ed.)

Catatan tahun 2006 ini merupakan satu dari banyak catatan pengorganisasian masyarakat yang dilakukan Pusat PemberdayaanKomunitas Perkotaan (Pusdakota) Universitas Surabaya (Diunggah oleh Alpha Savitri, pada Februari 2010)

[email protected] 18

kedalaman nuraniku. Aku merasa menjadi lebih peka dan mampu memaknaisetiap peristiwa hidup.

3. Momentum-momentum PSDO

MOMENTUM PERTAMAHujan Deras Iringi Kepergianku

Saat aku harus berangkat dini hari tepatnya jam 03.30 dari biara menujuPUSDAKOTA aku merasa penasaran karena belum tahu tempat dan dana yangbakal diberikan. Setelah tahu aku pergi. Dalam suasana hening, kusujudmemohon berkat-Nya agar aku dan teman-teman mengalami perjalanan yangbaik dan dapat selamat sampai di tempat sesuai petunjuk dan aturan main.Seumur hidup tak pernah aku pergi dalam cuaca hujan deras, dini hari, sendirianmenju tempat yang sama sekali belum kuketahui. Perasaan yang munculdominan adalah harap-harap cemas. Artinya, aku berharap dapat mengikutiseluruh rangkaian acara PSDO dan cemas karena cuaca alam yang sangat tidakbisa diramalkan.

Dengan upaya keras dan tak kenal putus asa sesuai waktu yang ditentukan, akudapat sampai di tempat PSDO dan bertemu teman-teman. Pengalamanperjalanan seperti ini baru kualami saat ini dalam seluruh kenangan perjalanan.Ini adalah moment pertamaku.

MOMENTUM KEDUAMengalahkan Kegelapan

Saat diberitahukan rangkaian acara selama PSDO perasaan dominan yangmuncul adalah tak berdaya secara lahir batin. Memang secara fisik, aku punyakecacatan. Pernah mengalami operasi punggung, dan sampai sekarang nyerinyamasih sering hadir. Juga, aku tak pernah hidup dalam suasana gelap sempurnakendati dalam suasana tidur sekalipun.

Dari sini ada ungkapan doa spontanku: Gusti nyuwun kiat,Gusti kawulotresno,Gusti nyuwun kawelasan. Aku berharap dengan kerendahan hati, bisamelaksanakan semua yang telah terjadwal dengan serius.

Di PSDO ada saatnya aku harus masuk dalam kegelapan alam semesta yangsebenarnya. Ini baru kualami dalam sejarah hidupku. Aku harus meditasi di alamterbuka, di tengah belantara yang gelap gulita dan cuaca dingin. Kondisi tanahbasah karena hujan baru berhenti. Penerangan yang diberikan cuma lilin kecildan matras kecil sebagai alas duduk. Setelah dalam jangka waktu sekitar 1 -2jam proses meditasi selesai dan aku harus berjalan sendiri di tengah gulitasemesta, kembali aku berseru bersama pemazmur. Dari jurang yang dalam aku

Page 19: Kesaksian Biarawati dalam Pengorganisasian Masyarakat bersama Pusdakota - Diunggah Alpha Savitri (ed.)

Catatan tahun 2006 ini merupakan satu dari banyak catatan pengorganisasian masyarakat yang dilakukan Pusat PemberdayaanKomunitas Perkotaan (Pusdakota) Universitas Surabaya (Diunggah oleh Alpha Savitri, pada Februari 2010)

[email protected] 19

memohon belas kasih Tuhan tuk berkenan menyelamatkanku. Kurasakantuntunan Sang Pencipta hingga rasa cemas dan takutku terhadap gelap danadanya ular membahayakan teratasi.

MOMENTUM KETIGATanpa Alas Kaki, Seumur Hidup Baru Sekali

Saat aku harus berjalan kaki kurang lebih 15 km dan harus memakai sandaljepit, responku seketika langsung menolak dengan pernyataan, aku tak pernahbisa memakai sandal jepit. Kali ini aku diberi peluang tuk mengalami segalasesuatu yang belum pernah kualami atau kurasakan. Dengan berurai air matakarena rasa sakit di kaki, aku tapaki jalan bebatuan untuk peran sebagaipembantu rumah tangga. Pada kilometer tertentu aku tak sanggup berjalanmenggunakan sandal jepit. Maka aku melepasnya. Aku berjalan tanpa alas kaki.Padahal aku belum pernah melakukan.Ternyata yang kuperhitungkan aku takbisa, ternyata bisa, walau dengan berurai air mata. Kakiku lecet semua. Sungguhsakit. Tetapi sakit ini tak berkepanjangan. Maka aku bisa mengikuti kembalirangkaian acara yang ada.

MOMENTUM KEEMPATMemaafkan Masa Lalu

Proses pembinaan yang berat dan menantang juga terjadi saat pematrasan.Lewat sepotong matras, kembali kubuka album kenangan saat usia kanak-kanakhingga dewasa, masuk biara dan menjalani proses pembinaan. Dalam proses iniaku dijembatani untuk mengalami dan merasakan damainya hati dalam benangmerah kasih Allah yang Maha Rahim. Boleh berdamai dengan orangtuaku yangmenurut ukuranku kereng sehingga aku pernah sakit hati dan kecewa. Juga akuboleh berdamai dengan teman baikku semasa muda. Dari pengalaman ini akumerasakan bahwa kasih Allah sungguh tanpa syarat dan kualami juga bahwaAllah memanggilku bukan karena aku baik atau suci tetapi sebaliknya.Pada hari-hari seperti ini aku merasakan bahwa aku lagi panen kebaikan dankebesaran kasih Allah tanpa syarat.

MOMENTUM KELIMATotalitas Para Pendamping

Allah rela kehilangan nyawa demi keselamatan umat manusia. Hal ini kualamidan tampak nyata dalam totalitas para pembina dalam mendampingi prosesPSDO-ku. Mereka hadir memberikan diri bukan hanya dengan sepenuh hati tapidengan pengorbanan tanpa pamrih dan dengan seluruh dedikasi profesionaldemi perkembangan diri dan pertumbuhan jiwa. Hingga spontan jiwakubermadah penuh syukur Hidup itu anugerah, hidup itu hadiah. Betapa bahagiayang menyadarinya. Betapa ringan langkah mereka.Sekaligus aku tergerak hati

Page 20: Kesaksian Biarawati dalam Pengorganisasian Masyarakat bersama Pusdakota - Diunggah Alpha Savitri (ed.)

Catatan tahun 2006 ini merupakan satu dari banyak catatan pengorganisasian masyarakat yang dilakukan Pusat PemberdayaanKomunitas Perkotaan (Pusdakota) Universitas Surabaya (Diunggah oleh Alpha Savitri, pada Februari 2010)

[email protected] 20

tuk selalu memberikan diriku dalam karya kemanusiaan. Dan tanpa kusadariakupun kembali berkidung syukur.

Syukur Gusti, Kau bolehkan aku mengalami semuanya...

Page 21: Kesaksian Biarawati dalam Pengorganisasian Masyarakat bersama Pusdakota - Diunggah Alpha Savitri (ed.)

Catatan tahun 2006 ini merupakan satu dari banyak catatan pengorganisasian masyarakat yang dilakukan Pusat PemberdayaanKomunitas Perkotaan (Pusdakota) Universitas Surabaya (Diunggah oleh Alpha Savitri, pada Februari 2010)

[email protected] 21

Bagian VMembuka Pintu-pintu Nilai

Ibu Fatlacca

Bunda mampu mewujudkan keinginan saya. Dulu saya merasa sudah mentok,tapi kini, ternyata jalan menggapai cita-cita ada di depan mata. Yakni bisamengabdi pada masyarakat. Karena dengan demikian, saya bisa menjadimanusia seutuhnya. Bundalah yang membukakan pintu-pintu nilai buat saya.Lewat Bunda, saya jadi mengenal Pusdakota dan nilai-nilai yang dibawanya,terutama memberikan dengan segala daya upaya, dengan sepenuh hati untukkebaikan sesama. Bunda dan Pusdakota membuat saya tersadar betapa besararti menjaga kebersamaan dengan anak lewat cara berkomunikasi dan mendidik.

Ny Lilik Suarni Agus

Bunda itu supel dan ramah. Selama bergaul dengan Bunda, pengetahuan sayatentang kesehatan bertambah. Semula saya tidak tahu apa-apa, sekarang jaditahu. Pengetahuan dari Bunda bisa saya terapkan pada keluarga dan tetangga-tetangga saya. Dari hati saya yang terdalam, saya berdoa, semoga Bunda diberiketabahan hati dan sukses selalu.

Ny Tutik Kasan

Saat saya datang dan masuk ke Pusdakota, terlebih dulu saya berkenalandengan Bunda. Seketika saya merasa senang dengan Bunda karena orangnyatampak berwibawa tapi ramah, cantik, centil dan sebagainya. Saya senangdibimbing Bunda. Sejak menjadi kader PKKS, saya tidak lagi minder, PD bicara didepan umum, dan wawasan saya bertambah. Saya merasa pinter karena sayaterus ingin belajar apa saja. Kini saya tahu gejala-gejala penyakit. Saya juga bisamemakai tensimeter.

Ny Maryana

Bunda itu orangnya sabar. Bila diajak konsultasi, bahasa yang disampaikanmudah saya pahami. Pendeknya, enak diajak bicara. Bunda selalu memotivasisaya agar saya terus belajar. Yang juga mengesankan, Bunda dengan segalaketerbatasan, daya upayanya, bertanggung jawab untuk tugas-tugas yangdiembannya bersama masyarakat.

Ny Lilik Amini Sugito

Selama berproses dengan Bundaku, aku mendapati Bunda sangatmenyenangkan dan enak diajak ngobrol. Lewat Bunda saya jadi tahu tentang

Page 22: Kesaksian Biarawati dalam Pengorganisasian Masyarakat bersama Pusdakota - Diunggah Alpha Savitri (ed.)

Catatan tahun 2006 ini merupakan satu dari banyak catatan pengorganisasian masyarakat yang dilakukan Pusat PemberdayaanKomunitas Perkotaan (Pusdakota) Universitas Surabaya (Diunggah oleh Alpha Savitri, pada Februari 2010)

[email protected] 22

kesehatan wanita. Saya jadi tahu ilmu gizi, mengenal tensimeter, dan kenalgejala-gejala penyakit. Saya juga diperkenalkan seminar-seminar kesehatan:tentang Toxoplasma, tentang alergi, gawat darurat.Terima kasih ya, Bunda, engkau sudah memberi banyak ilmu padaku. SemogaTuhan membalas kebaikan-kebaikanmu. Amin.

Prihatin (Relawan Program PKKS Pusdakota)

Meski baru sebulan saya mengenal dan bersama-sama Bunda, namun dalamwaktu singkat ini Bunda banyak memberi kesan pada saya. Kesan pertama saya,Bunda sangat energik namun terkadang cuek. Namun memang waktu itupekerjaan Bunda sangat banyak. Seiring berjalannya waktu, saya lebihmengenalnya. Bunda itu asyik. Sangat ceria, pandai berkomunikasi, murahsenyum, tidak pernah marah, selalu memperhatikan orang, memberi saran-saranterbaik. Terima kasih, Bunda, saran-saranmu menyejukkan hatiku.*

Page 23: Kesaksian Biarawati dalam Pengorganisasian Masyarakat bersama Pusdakota - Diunggah Alpha Savitri (ed.)

Catatan tahun 2006 ini merupakan satu dari banyak catatan pengorganisasian masyarakat yang dilakukan Pusat PemberdayaanKomunitas Perkotaan (Pusdakota) Universitas Surabaya (Diunggah oleh Alpha Savitri, pada Februari 2010)

[email protected] 23

Bagian VIUntaian dari Sahabat Sepeziarahan

Nilla Mardiana: Bunda yang Bersemangat dan Total

Hampir 4 bulan saya cuti hamil dan melahirkan, saat masuk banyak sekalikejutan-kejutan yang saya temui. Gedung Pusdakota sudah mulai kelihatanseperti villa, padahal saat saya tinggalkan masih seperti kantor proyek. Orang-orangnya juga banyak yang baru. Ada Salman Nurdin, ada Bunda Beata. Wah,benar-benar ketinggalan zaman, saya.

Sosok Bunda memang segera menarik perhatian saya. Pertama, karena sayamenangani program pendampingan keluarga, kedua, karena saya dengar diaperawat yang pernah menolong ratusan kelahiran, dan ketiga karena diacekatan, ringan tangan dan luwes mengerjakan beberapa pekerjaan diPusdakota. Pantaslah kalau dia dipanggil ‘Bunda’.

Perkenalan kemudian berlanjut dengan berbagai diskusi serius tentangpengembangan karakter keluarga. Yang saya tahu saat itu, skill Bunda dalamkeperawatan canggih (karena saya bukan perawat, mungkin). Namun untukmengerangkakan suatu rencana untuk membuat aksi, menurut saya Bundamasih sulit. Mungkin karena baru kali itu Bunda disodori berbagai instrumenaktivitas yang belum pernah dilihatnya.

Saya ingat betul saat lokakarya Bunda dipaksa berhadapan dengan komputerdan menulis rencana kerja satu tahun ke depan. Dengan muka ditekuk seratusdan tangisan yang agak di”empet” dia mengerjakan tugas itu sampai pagi(padahal bertahan sampai jam 11 malam itu sudah lumayan). Dari situ juga,saya belajar benar dari seorang Beata. Semangat dan totalitasnya. Walaupunsulit, dia berusaha menyelesaikannya dengan tuntas.

Pernah kami sharing tentang makna karyanya. Ternyata selama ini dia merasahidup dalam lingkupnya sendiri. Dan sekarang dia bisa merasakan nikmatnyanaik bemo yang pelan tur panas. Awalnya dia ngomel-ngomel, tapi sekarangjustru merasa itu karunia. Dia banyak belajar dari perjumpaan demi perjumpaan,terutama dengan orang-orang baru.

Dulu, jalan-jalan ke kampung juga jadi siksaan. Sudah panas, pakai sandal,kadang-kadang yang ingin ditemui tidak ada. Namun sekarang dia bisa berbicaradengan banyak orang, dan hampir semua orang di kampung Rungkut Lor, RWXIV kenal Bunda.

Page 24: Kesaksian Biarawati dalam Pengorganisasian Masyarakat bersama Pusdakota - Diunggah Alpha Savitri (ed.)

Catatan tahun 2006 ini merupakan satu dari banyak catatan pengorganisasian masyarakat yang dilakukan Pusat PemberdayaanKomunitas Perkotaan (Pusdakota) Universitas Surabaya (Diunggah oleh Alpha Savitri, pada Februari 2010)

[email protected] 24

“Kalau di biara seorang suster sangat steril, tidak ada yang bicara kasar,dihormati, tapi di luar biara, bisa dikurangajari orang lain, bisa dimaki, bisadiomeli, wah…adaptasi yang sulit,” ujar Bunda suatu kali.

Diakui atau tidak, Bunda sanggup menjebol sekat-sekat agama yang selama inikental di Rungkut Lor. Dia bisa mengajak para ibu untuk menerima keindahandalam perbedaan. Walhasil, ada yang sangat menarik ketika mas Gun ( salahsatu rekan kami ) menikah di gereja, hampir 25% yang datang adalah ibu-ibuyang berjilbab. Bunda pun dengan baju susternya tidak sungkan-sungkan datangke Nyai Him yang pengasuh pondok pesantren dan ikut ngaji dengan santri-santrinya.Saya langsung teringat lagu yang sering dinyanyikan ibu-ibu dampingan Bunda:Berbeda itu indah… berbeda itu anugrah…

Broto Suwarso: Berkarya dalam Kerahiman

Hidup selibat dan menyandang status sosial sebagai biarawati sungguh memilikikeunikan dan pesan tersendiri. Kami sangat yakin Bunda — panggilan akrab SrBeata SSpS di Pusdakota dan komunitas Rungkut — saat ini masih berjuangmenyelami misteri itu.

Pengalaman kami berkarya bersama Bunda telah mengungkap betapa ajaib danagung ke-Ilahi-an menjelma di kehidupan ini. Hikmah pertama yang palingberkesan, bahwa manusia benar-benar makhluk tanpa daya, penuh noda dankecacatan ketika jumawa dihadapan Yang Maha Rahim.

Rohaniwati masih memberi catatan miring tentang citra terciptanya sekatkomunitas biarawati dengan persoalan – persoalan sosial yang paling dekat yangmampu memanifestasikan langsung karya Allah dalam kehidupan.

Sesungguhnya ada catatan buruk Bunda Beata: sulit fokus, ngantukan (sekarangjauh berkurang), kurang tertib administrasi, mempercayai keterbatasannyamelakukan penulisan pelaporan keuangan tidak dapat diperbaiki, percaya bahwabiarawati tidak perlu mengenal profesionalisme management organisasi. Inisemua membuat kami komunitas Pusdakota terkadang jengkel dan marah. Tapibiarlah, mungkin aspek Bunda Beata untuk berevolusi menjadi seorang abdimasyarakat dan lembaga dengan kapasitas yang lengkap akan menjadi bagianproses di masa mendatang.

Kami yakin pelayanan Bunda Beata di Komunitas Rungkut bersama Pusdakotamemberi penekanan pesan totalitas mengasihi sebagai bagian terpentingpengajaran di Biara sangat signifikan memberi pencerahan bagi pertumbuhansesama. Hal ini dibuktikan, dengan segala keterbatasannya, Bunda mampu

Page 25: Kesaksian Biarawati dalam Pengorganisasian Masyarakat bersama Pusdakota - Diunggah Alpha Savitri (ed.)

Catatan tahun 2006 ini merupakan satu dari banyak catatan pengorganisasian masyarakat yang dilakukan Pusat PemberdayaanKomunitas Perkotaan (Pusdakota) Universitas Surabaya (Diunggah oleh Alpha Savitri, pada Februari 2010)

[email protected] 25

menjejakkan sejarah baru di setiap jiwa individu, keluarga dan warga Rungkut,Surabaya. Bunda begitu mengakar.

“Apakah Benar, Bunda Beata akan ditarik kembali oleh biara dan tidak lagi diRungkut?”

“Apakah kedatangan volunteer baru di Program Pengembangan KarakterKeluarga Sehat (PKKS) yang digawangi Bunda sengaja direkrut Pusdakota untukmenggantikan Bunda? Bunda itu baik. Bunda yang membuat kami semakinpintar mengelola keluarga, membuat kami ibu-ibu di kampung semakin rukun,membuat kami semakin merasakan bahwa perbedaan itu indah. Kami dulu takutPusdakota akan melakukan kristenisasi melalui Bunda Beata…dan ini ……danitu…”

Banyak sekali geliat yang terjadi di masyarakat terhadap kehadiran Bunda.Sampai pada puncaknya pernah terjadi deklarasi ibu-ibu di kampung yang akanmelakukan demo ke Pusdakota dan RKZ jika Bunda tidak diperbolehkan lagiberkarya di Komunitas Rungkut.

Ini semua merupakan realitas bahwa Bunda telah berkarya dan menghadirkansegenap jiwa serta kasihnya dalam kehidupan masyarakat dengan total.

Naluri sebagai perawat dan biarawati yang sekaligus pernah diemban hampir diseperempat usia kehidupannya sungguh menjadi kombinasi utuh. Ini menjadisenjata Bunda dalam menjalankan mandat yang diemban sekaligus seolahmampu membuat orang lain tidak lagi melihat banyaknya kekurangan danketerbatasannya.

Disadari atau tidak Beata mampu membuktikan bahwa timbunan materialmenjadi sangat tidak berarti saat manusia mampu menikmati segala sesuatuyang maknawi.

Hormat saya sebesar-besarnya bagi Bunda. Makna Kehadiranmu di setiappersoalan yang tidak mengenal lelah dan takut, keberanianmu meninggalkankemegahan diri demi kebahagiaan sesamamu, kepiawaianmu menjadi sahabatdan keluarga yang baik bagi siapa pun sehingga engkau memberi rasa aman,kenyamanan saat siapa pun membutuhkan tempat bersandar, kegilaanmu ketikaengkau meninggalkan sekian tugas, tanggung jawab, membuat puluhan orangjengkel tanpa ampun, tetapi demi berlangsungnya kehidupan orang lain yangjauh di dasar batinmu engkau sangat khawatir melihat orang lain tidak bahagia .

Perjalanmu sampai saat ini semoga membuatmu semakin bijak membuat pilihanlangkah di masa mendatang. Proses yang berpesan bahwa Beata masamendatang tidak lagi menseparasikan dualisme kehidupan, Pilihanmu untuk

Page 26: Kesaksian Biarawati dalam Pengorganisasian Masyarakat bersama Pusdakota - Diunggah Alpha Savitri (ed.)

Catatan tahun 2006 ini merupakan satu dari banyak catatan pengorganisasian masyarakat yang dilakukan Pusat PemberdayaanKomunitas Perkotaan (Pusdakota) Universitas Surabaya (Diunggah oleh Alpha Savitri, pada Februari 2010)

[email protected] 26

maju semata-mata sebagai penghantar engkau masuk dalam spiritualitaskehidupan. Selamat berjuang memasuki belantara agung anak manusia menujupuncak kebahagiaan yang hakiki.

Christianto: Mencari Tuhan dalam Realitas

Ada air mata yang mengalir perlahan di pipi perempuan di hadapanku. Bersamadengan itu puluhan kata mengurai bercerita tentang persoalan-persoalan relasikemanusiaan dalam media karya di sebuah perkampungan buruh di Rungkut LorSurabaya. Dari tutur kata yang runtut dan lugas, saya mengambil kesimpulanbahwa ada keterlibatan dan internalisasi. Bunda Beata, begitu biasanya kamimemanggil dirinya.

Sejenak saya putar memori saya tentang pengalaman pribadi atau pendapatorang kebanyakan tentang para rohaniwan dan rohaniwati yang penuh dengankesan AGUNG dalam tembok-tembok biara, entah mereka itu Romo pun Suster.

Ketika saya berjumpa dengan Bunda masih saya lihat keengganan untukmelepas kesan “agung”. Tapi itu kemudian mendorong dirinya terpuruk dalamkegelisahan dan keragu-raguan untuk melangkah, terlibat bersama persoalan-persoalan riil di sebuah perkampungan buruh di wilayah Rungkut Lor.

Begitu kebingungan ketika dihadapkan pada pilihan-pilihan untuk memakai jubah“awam” daripada memakai jubah kesusteran, naik bemo daripada diantar jemputdengan mobil, “ditelanjangi” daripada diagung-agungkan. Detak, detik, menitsampai kemudian tahun kemudian menempa dirinya untuk bertumbuh ketikaberproses bersama dengan kami di Pusdakota dan ibu-ibu di kampung RungkutLor.

Dari hal kecil Bunda bertumbuh misalnya pengertian tentang CO yang awalnyamenurut Bunda adalah coitus kemudian lebih luas lagi menjadi communityorganising, pengertian tentang renstra yang awalnya menurut bunda adalah“merek bedak” kemudian meluas menjadi Rencana Strategis dan lainnya,terkadang membuat saya bersama dengan teman-teman tertawa lepas.

Terima kasih Bunda atas tawa yang engkau hadirkan. Lebih dari itu adalahpertumbuhan pribadi Bunda yang sudah tak disibukkan dengan kesanagung....suci....bersih.... lebih dari itu adalah ketika mencari kemisteriusan Illahidan menguji keimanan dalam realitas persoalan sosial di kehidupan sehari-haribersama dengan ibu-ibu kader di kampung Rungkut Lor dan kami di Pusdakota.

Proses perjumpaan Bunda dengan kami serta komunitas di kampung RungkutLor membawa pribadinya dalam pencarian tanpa henti tentang misteri cinta

Page 27: Kesaksian Biarawati dalam Pengorganisasian Masyarakat bersama Pusdakota - Diunggah Alpha Savitri (ed.)

Catatan tahun 2006 ini merupakan satu dari banyak catatan pengorganisasian masyarakat yang dilakukan Pusat PemberdayaanKomunitas Perkotaan (Pusdakota) Universitas Surabaya (Diunggah oleh Alpha Savitri, pada Februari 2010)

[email protected] 27

kasih yang hadir dalam “konteks”. Bukan cinta kasih yang menggantung dikolong langit, TAK TERSENTUH. Wacana dan ketrampilan kesehatan yangdimilikinya menjadi identitas untuk melebur dalam persoalan. “Yah....Tuhan adadi sana...Tuhan mengada dalam realitas”, ungkapnya pasti. Bunda menjadi sosokpembelajar dengan mengambil keputusan-keputusan tegas terkait denganpersoalan sosial yang ada di sekelilingnya. Dalam kesadaranku....aku belajardarimu !!

Page 28: Kesaksian Biarawati dalam Pengorganisasian Masyarakat bersama Pusdakota - Diunggah Alpha Savitri (ed.)

Catatan tahun 2006 ini merupakan satu dari banyak catatan pengorganisasian masyarakat yang dilakukan Pusat PemberdayaanKomunitas Perkotaan (Pusdakota) Universitas Surabaya (Diunggah oleh Alpha Savitri, pada Februari 2010)

[email protected] 28

Ucapan Terima Kasih

Izinkan saya menguntai ucapan terima kasih pada pihak-pihak yang mendukungselesainya catatan ini:

* Tim Pimpinan SSpS Provinsi Jawa* Sesama Suster Se-Komunitas* Orangtua, keluarga, dan sahabat* Komunitas Kampung Rungkut Lor, Surabaya