KEYSAR

Embed Size (px)

DESCRIPTION

KEYSAR

Citation preview

Psikologi Perkembangan Dan Belajar Dalam Pembentukan Karakter Lulusan Prenatal, Anak, Remaja, Dewasa, ManulaMakalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliahLandasan Ilmiah PendidikanDosen :Dr. Keysar Panjaitan, M.PdDisusun oleh Kelompok IIAbdiel Ginting: 8146122001Junika Hotmaida Sinaga: 8146122022Kennedy M.A. Tambunan: 8146122023Henni Rahayu Siregar : 8146122018Budi Arman Surbakti: 8146122007

TEKNOLOGI PENDIDIKANPROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS NEGERI MEDAN2015

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah Psikologi Perkembangan Dan Belajar Dalam Pembentukan Karakter Lulusan Prenatal, Anak, Remaja, Dewasa, Manula ini dengan waktu sesuai yang diharapkan. Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Landasan Ilmiah Pendidikan.Tak ada yang sempurna, kami sangat menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dikarenakan berbagai hal.Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan pada penyusunan makalah selanjutnya. Harapan kami makalah ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi pembaca pada umumnya dan penyusun khususnya.

Medan, 29 Mei 2015Kelompok 2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTARiDAFTAR ISIiiBAB I PENDAHULIAN1A.Latar Belakang Masalah1B.Rumusan Masalah2C.Tujuan Pembahasan2BAB II PEMBAHASAN3A.Tahapan-tahapan Perkembangan3B.Faktor-faktor Mempengaruhi Perkembangan12C.Teori Perkembangan Intelegensi17BAB III PENUTUP29A.Kesimpulan29DAFTAR PUSTAKAiii

iiBAB IPENDAHULIAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada manusia perkembangan fisik dan mental setiap kali mencapai kematangan terjadi pada waktu dan tempo yang berbeda. Ada yang cepat dan ada yang lambat. Setiap individu yang normal akan mengalami tahapan atau fase perkembangan, hal ini berarti bahwa dalam menjalani hidupnya yang normal dan berusia panjang individu akan mengalami fase-fase perkembangan : bayi, kanak- kanak, anak, remaja, dewasa, dan masa tua. Fase perkembangan dapat di artikan sebagai tahapan atau pembentukan tentang perjalanan kehidupan individu yang di warnai ciri-ciri khusus atau pola-pola tingkah laku tertentu.Setiap aspek perkembangan individu, baik fisik, emosi, intelegensi maupun sosial, satu sama lainnya saling mempengaruhi. Terdapat hubungan atau korelasi yang positif diantara aspek tersebut. Apabila seorang anak dalam pertembuhan fisiknya mengalami gangguan (sering sakit-sakitan), maka dia akan mengalami hambatan dalam perkembangan aspek lainnya, seperti kecerdasannya kurang berkembang dan mengalami kelabilan emosional. Manusia secara terus menerus berkembang atau berubah yang dipengaruhi oleh pengalaman atau belajar sepanjang hidupnya. Perkembangan berlangsung secara terus menerus sejak masa konsepsi sampai mencapai kematangan atau masa tua. Dengan demikian perkembangan adalah hasil dari faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kehidupan individu yang bersangkutan selama hidupnya. Perkembangan individu tergantung dari bagaimana individu itu menanggapi dan dipengaruhi oleh bagaimana lingkungan sekitarnya. Dalam hubungannya dengan proses belajar mengajar (pendidikan), pentahapan perkembangan yang dipergunakan sebaiknya bersifat elektif, maksudnya tidak terpaku pada suatu pendapat saja tetapi bersifat luas untuk meramu dari berbagai pendapat yang mempunyai hubungan yang erat.Dengan melihat latar belakang di atas, pemakalah mencoba memaparkan permasalahan tentang Psikologi Perkembangan Dan Belajar Dalam Pembentukan Karakter Lulusan Prenatal, Anak, Remaja, Dewasa, Manula.

B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalahnya adalah:1. Apa pengertian perkembangan ?2. Bagaimana tahapan-tahapan perkembangan ?3. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan? 4. Bagaimana teori perkembangan Inteligensi?

C. Tujuan Pembahasan 1. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan manusia sejak dilahirkan hingga manusia itu menginjak masa bayi, kanak-kanak, anak, remaja, dewasa, dan masa tua.2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan.3. Untuk mengetahui teori-teori perkembangan intelegensi.

BAB IIPEMBAHASAN

A. Tahapan-Tahapan Perkembangan1. Tahapan tumbuh kembang janinTahapan tumbuh kembang janin di minggu awal kehamilan dimulai dari sebentuk embrio. Di akhir trimester pertama, beberap organ tubuh janin akan tampak dan ia pun mulai bergerak lincah. Diminggu-minggu awal sel telur yang sudah dibauahi mengalami perkembangan sangat cepat dari embrio, sel-sel bayi kemudian akan membentuk tiga lapisan jaringan yang kelak menjadi jaringan, organ-organ tubuh dan sisitem saraf. Fase kedua dari tahapan kehamilan merupakan masa-masa dimana kondisi ibu terasa paling menyenangkan. Hal ini ditandai dengan nafsu makan yang membaik dan emosi yang tidak lagi bergejolak. Meski ada beberapa keluhan, tetapi secara umum ibu hamil masih tetap nyaman. Pada trimester ke 3 keahamilan atau diminggu-minggu terakhir ibu hamil disarankan untuk memperbanyak relaksasi diri. Relaksasi menjadi cara efektif untuk mengatasi kecemasan, stress, dan mood yang naik turun.Beberapa penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan dalam bidang perkembangan pranatal menunjukan bahwa selama berada dalam rahim, anak dapat belajar, merasa, dan mengetahui perbedaan antara gelap dan terang. Pada saat kandungan itu telah berusia lima bulan setara dengan 20 minggu, kemampuan anak dalam kandungan untuk merasakan stimulus telah berkembang dengan cukup baik sehingga proses pendidikan dan belajar dapat dimulai atau dilakukan. Kemudian para ilmuwan bidang pendidikan anak dalam kandungan juga telah banyak melakukan riset baru dan riset ulang secara kontinu dengan membuat langkah-langkah dan metode baru mengenai praktek pendidikan pranatal. Mereka telah menemukan banyak hal, mengenai keistimewaan pendidikan pranatal ini, diantaranya adalah: peningkatan kecerdasan otak bayi, keyakinan lestari pada diri anak saat tumbuh dan berkembang dewasa nanti, keseimbangan komunikasi lebih baik antara anak (yang telah mengikuti program pendidikan pranatal) dengan orang tuanya, anggota keluarganya dan atau dengan lingkungannya dibanding dengan teman-temanya yang tidak mengikuti program pendidikan pranatal.Pelayanan yang sangat baik untuk masa anak dalam kandungan adalah memberikan stimulus pendidikan, yang akan bermanfaat tidak saja pada perkembangan fisik, pertumbuhan mental (psikis) tetapi juga meningkatkan kecerdasan otak dan sensitifikasi emosional positif sang anak yang berada di dalam kandungan. Praktek memberikan stimulus pendidikan anak dalam kandungan telah dilakukan jauh sebelum teori dan praktek dikembangkan. Di dalamnya dijelaskan bahwa pelayanan stimulasi pendidikan yang dilakukan oleh Nabi Zakaria telah membuahkan hasil yang yang bagus, yakni anak yang memiliki kecerdasan tinggi dalam memahami hukum-hukum. Selain itu digambarkan pula bahwa anak yang dikaruniai itu adalah sosok yang terampil dalam melaksanakan titah Allah, memiliki fisik yang kuat, sekaligus seorang anak yang sangat berbakti kepada orang tuanya. Begitu juga dengan Nabi Adam a.s tatkala istrinya Hawa, mengandung anak pertamanya dan pada tahapan kandungan yang masih ringan, ia merasa biasa saja berjalan seperti sediakala, merasa tidak ada beban. Namun, tatkala usia kandungan itu bertambah yang ditandai dengan perut yang terus membesar di situlah ia merasakan kepayahan dan keberatan. Saat itulah, Siti Hawa dengan sedih mengadu kepada suaminya, Nabi Adam a.s. tentang keadaan perutnya yang kian hari kian besar yang membuatnya dari hari ke hari merasa makin payah. Ini adalah suatu praktek pendidikan anak dalam kandungan yang dilakukan secara bersama antara suami dan istri dengan kesamaan visi dan misi yaitu orientasi pendidikan yang bersumber pada motivasi untuk memurnikan ke-Esaan Allah semata. Sebuah kondisi yang membuahkan keridhaan Allah sehingga dengan curahan rahmat-Nya keberkahan pun mengalir mengiringi laju bahtera rumah tangga tersebut.Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan istrinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka, setelah dicampurinya, istrinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya (suami-istri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata? Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang saleh, tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur.2. Fase OrokFase orok merupakan masa perkembangan yang terpendek dalam kehidupan manusia. Di mulai sejak lahir hingga usia 2 minggu. Pada fase orok biasanya terbagi dua yaitu :a. PertuntePada fase ini berlangsung sekitar 15 30 menit pertama sejak lahir sampai tali pusat di gunting.b. NeonatePada masa ini yang berlangsung dari perguntingan tali pusat sampai usia 2 minggu3. Fase BayiMasa bayi di mulai sejak berakhirnya fase orok sampai akhir kedua tahun kehidupan manusia. Pada masa ini bayi mempunyai ciri ciri perkembngan fisik, intelegensi, emosi, bahasa, bermain, pengertian, kepibadian moral dan kesadaran beragama.a. Perkembangan FisikPada usia pertama pertumbuhan fisik sangat cepat sedangkan setahun kedua mulai mengendur. Pola perkembangan bayi pria dan wanita sama. Perkembangan otak tampak dengan bertambah besarnya ukuran tengkorak kepala. Organ keindraan berlangsung sangat cepat pada masa bayi dan sanggup berfungsi. b. Perkembangan IntelegensiSejak usia pertama pada usia anak fungsi intelegensinya sudah tampak dalam tingkah lakunya, umpamanya dalam tingkah laku motorik dalam berbicara. Anak yang cerdas menunjukkan gerakan yang lancar serasi dan koordinasi. Sedangkan anak yang kurang cerdas gerakannya kaku dan kurang berkoordinasi. Anak cardas cepat pula perkembangan bahasanya.

1. Perkembangan Emosi Usia 0 8 minggu : Kehidupan bayi sangat di kuasai oleh emosi. Emosi anak sangat bertalian dengan perasaan indrawi dan kualitas perasaan. Usia 8 minggu 1 tahun: Pada usia ini perasaan psikis sudah mulai berkembang. Anak mulai senang dengan tersenyum apabila melihat mainan yang di gantungkan di depanya, tidak merasa senang dengan menangis terhadap benda dan orang yang di anggap asing. Usia 1 tahun 3 tahun: Emosinya sudah mulai terarah, sejajar dengan perkembangan bahasa. sifat perasaan pada fase ini labil dan mudah tersulut.2. Perkembangan BahasaAda tiga bentuk bahasa yang muncul dalam pola perkembangan bahasa yakni, menangis, mengoceh, dan berisyarat.3. Perkembangan BermainBermain atau setiap kegiatan yang memunculkan kesenangan di mulai dalam bentuk yang sederhana pada masa bayi.4. Perkembangan PengertianDia memperoleh pengertian dari apa yang di amatinya melalui kematangan dan belajar. Pada awal tahun pertama tingkah laku bayi menunjukkan bahwa ia menafsirkan hal-hal yang baru berdasarkan yang lama. Mencapai usia dua tahun ia telah mampu membuat kesimpulan sederhana berdasarkan yang sama.5. Perkembangan KepribadianPada masa ini masih berkembang egosenti. Ini memandang bahwa, anak memandang segala sesuatu dari diri sendiri dan untuk kepentingan sendiri.6. Perkembangan MoralSeorang anak yang baru lahir belum memiliki pengertian apa yang baik dan apa yang buruk. Pada masa ini bayi tingkah laku anak hampir semuanya di dominasi oleh dorongan naluri belaka. Pada masa ini anak cenderung suka mengulangi perbuatan yang menyenangkan dan tidak mengulangi perbuatan yang menyakitkan. Dengan melihat kecenderungan perilaku anak tersebut maka untuk menemukan konsep-konsep moral pada anak sebaik nya di lakukan hal sebagai berikut : Berilah pujian,ganjaran atau sesuatu yang menyenangkan anak. Seperti di cium di peluk dan di beri kata-kata pujian . Berilah hukuman7. Perkembangan Kesadaran BeragamaMenurut Areaold Gessel, anak usia bayi sudah memiliki perasaan ketuhanan. Perasaan ini memegang peranan penting dalam diri pribadi anak. Perasaan ketuhanan pada usia ini merupakam fundamen bagi pengembangam perasaan ketuhanan periode berikutnya, seiring dengan berkembanganya kondisi, emosi dan bahasa maka untuk membantu kesadaran beragamanya. Orang tua sebagai lingkungan pertama bagi anak seyogianya melakuakan hal hal sebagai berikut : Mengenal nilai nilai dan konsep konsep kepada anak melalui bahasa. Memperlakukan anak dengan penuh kasih sayang. Memberikan contoh dalam mengamalkan ajaran agam secara baik.8. Fase sekolah ( usia taman kanak kanak)Anak usia sekolah merupakan fase perkembagan individu sekitar 2-6 tahun. Ketika anak mulai memiliki kesadaran tentang dirinya sebagai pria atau wanita. Perkembangan fisikPerkembangan fisik merupakan dasar bagi perkembangan berikutnya. Pertumbuhan otaknya pada usia 5 tahun sudah mencapai 75 % dari ukuran orang dewasa. Dan 90% pada usia 6 tahun. Pada usia ini juga terjadinya pertumbuhan lapisan urat syaraf dalam otak yang terdiri dari bahan penyekat berwarna putih dan secara sempurna. Dan juga pada usia ini banyak terjadi perubahan secara fisiologis. Untuk perkembangan otak anak di butuhkan gizi yang cukup dan protein untuk membangun sel sel tubuh,vitamin dan mineral, untuk pertumbuhan setruktur tubuh. Menurut penelitian Mederith ( Ambron, 1981 : 259) anak anak yang hidupnya di timpa kemiskinan atau kemelaratan baik di Afrika, Hindia, dan Pakistan dan Amerika Selatan tubuh nya pendek pendek dan kurus kurus apabila dibandingkan dengan yang lainya.Impikasi perkembangan fisik ini di taman kanak kanak perlu di rancang lingkungan pendidikan yang kondusif bagi perkembangan fisik secara optimal. Perkembangan IntelektualMenurut Piaget, perkembangan pinitif pada usia ini berada pada priode preoperasioanal, yaitu tahapan di mana anak belum meguasai mental secara logis. Keterbatasan yang menandai atau yang menjadi karakteristik periode preoperasionalini adalah sebagai berikut. a. Egosentrisme, maksudnya bukan egois atau arogan tetapi menunjuk pada defrensiasi diri, atau lingkungan orang lain yang tidak sempurna.b. Kaku dalam berfikir.c. Semi logikal seasoning, anak anak mulai menjelaskan peristiwa peristiwa yang misterius.d. Perkembangan Emosional Pada usia 4 tahun, anak sudah mulai menyadari akunya, bahwa akunya (dirinya ) tidak sama dengan bukan aku( orang lain atau banda).Kesadaran ini di peroleh dari pengalamaanya. Bahwa setiap keinginannya tidak di penuhi oleh orang lain atau benda lain. Beberapa emosi yang berkembang pada anak usia ini adalah sebagi berikut: (a) Takut; (b) Cemas; (c) Marah; (d) Cemburu; (e) Kegembiraan; (f) Kasih Sayang; (g) Hobi; (h) Ingin Tahu; (i) Perkembangan emosi yang sehat sangat membantu keberhasilan anak dalam belajar.

Perkembangan Bahasa masa ke tiga 2 -2,6 tahun yang bercirikan :a. Anak sudah bisa menyusun kalimat tunggal yang sempurna.b. Anak sudah mampu mengalami perbandinganc. Anak banyak menanyakan nama dan tempat.d. Anak sudah banyak menggunakan kata yang berawalan dan berakhiran.\

Masa ke empat 2,6-6 tahun yang bercirikan : Anak sudah bisa menggunakan kalimat majemuk dan anak kalimatnya. Tingkat berfikir anak sudah mulai maju.

Perkembangan Sosial Pada usia pra sekolah terutama usia 4 tahun, perkembangan sosial anak telah tampak jelas,karena mereka sudah mulai aktif berhubungan dengan teman sebayanya. Tanda tanda perkembangan sosial pada tahap ini adalah : Anak mulai mengetahui aturan-aturan. Sedikit demi sedikit anak anak sudah mulai tunduk dengan aturan aturan Anak mulai menyadari hak atau kepentingan orang lain Anak mulai bermain dengan anak anak lain perkembangan sosial anak sangat di pengaruhi oleh iklim sosial pisikologis keluarganya.

Perkembangan Bermain Permainan fungsi Permainan fiksi Permainan reseptis Permainan membentuk Permainan prestasi

Perkembangan KepribadianMasa ini lazim di sebut masa Trotzalter, priode perlawanan atau masa kerisis pertama. Krisis ini terjadi karena ada perubahan yang hebat pada dirinya. Yaitu dia mulai sadar dengan akunya, dia menyadari bahwa dirinya terpisah dari lingkungan atau orang lain . dia suka menyebut nama dirinya jika berbicara dengan orang lain.

Perkembangan MoralPada masa ini anak sudah mulai memiliki dasar tentang moralitas terhadap kelompok sosialnya ( orang tua, saudara, dan temen temannya) pada saat mengenal konsep baik dan buruk, benar salah, atau menanamkan disiplin anak, orang tua atau guru hendaknya memberikan penjelasan tentang alasannya. Penanaman disiplin dengan di sertai alasanya ini di harapjkan akan mengembangkan self kontrol atau self disciplin. Pada usia sekolah berkembang sosial anak yang meliputi sikap simpati genero sity dan atruism yaitu keperdulian tehadap kesejahteraan orang lain. Perkembangan Kesadaran BeragamaKesadaran beragama pada masa ini di tandai dengan ciri ciri sebagai berikut : Sikap keagamaan nya bersikap sespektif Pandangan ketuhanan nya bersikap antropormorh Penghayatan rohannya masih superfisical Hal ketuhanan dipahamkan secara ideosincrintic pengetahuan anak tentang agama terus berkembang berkat mendengar ucapan ucapan orang tua Melihat sikap dan prilaku orang tua dalam mengamalkan ibadah Pengalaman dan meniri perbuatan orang tuanya mengajarkan shalat pada usia ini dalam rangka memenuhi tuntutan rasulullah, yaitu bahwa orang tua harus menyuruh anaknya pada usia tujuh tahun.9. Fase Anak Sekolah (Usia Sekolah Dasar) Perkembangan IntlektualPada usia sekolah dasar 6-12 tahun anak sudah dapat mereaksi rangsanan intlektual , atau melaksanakan tugas tugas belajar yang menuntut kemampuan intlektual atau kemampuan kongnitif seperti membaca, menulis, menghitung. Priode ini di tandai dengan tiga kemempuan atau kecakapan baru, seperti mengklasisifikasikan, menyusun, dan mengasosiasikan angka angka atau bilangan. Dalam mengembangkan kemampuan anak maka sekolah dalam hal ini guru seyogiyanya memberikan kesempatan kepada anak untuk mengemukakan pertanyaan. Memberi komentar atau memberi pendapat tentang pelajaran. Perkembangan Bahasa Usia sekolah dasar ini merupakan masa berkembang pesatnya kemampuan menguasai dan mengenal pembendaharaan kata. Pada masa ini anak sudah menguasai sekitar 2500 kata, dan pada masa akhir (usia 11-12 tahun) telah menguasai sekitar 50.000 kata. Abin syamsudin M, 1991; nana syaodih S, 1990) Perkembangan SosialPerkembangan anak anak pada usia sekolah dasar di tandai dengan adanya perluasan hubungan di samping dengan keluarga juga menjalin ikatan baru dengan teman sebayanya atau teman sekelas nya, dengan demikian maka ruang gerak sosialnya telah bertambah luas. Perkembangan Emosi Menginjak usia sekolah anak mulai menyadari bahwa pengungkapan ungkapan secara kasar tidaklah di terima dalam masyarakat. Oleh karena itu anak mulai mengendalikan kontrol ekspresi emosi. Emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah laku individu dalam hal ini termasuk pula prilaku belajar. Perkembangan Penghayatan KeagamaanSenada dengan peparan tersebut zakiyah derajad 1986:58 mengemukakan bahwa pendidikan agama disekolah dasar, merupakan dasar bagi pembinaan sikap positif terhadap agama dan berhasil dalam membentuk pribadi dan ahlak anak, maka untuk mengembangkan sikap itu pada masa remaja akan mudah dan anak sudah mempunyai perbekalan dalam menghadapi goncangan yang terjadi pada masa remaja. Perkembangan MotorikSeiring dengan perkembangan fisiknya yang beranjak matang, maka perkembangan motorik anak sudah dapat terkoordinasi dengan baik setiap gerakannya sudah selaras dengan kebutuhan atau minatnya. Pada masa ini di tandai dengan aktivitas motorik yang lincah. Oleh karena itu usia ini merupakan masa yang ideal untuk keterampilan yang berkaitan dengan motorik seperti menulis, menggambar, melukis, mengetik, berenang, atletik,dan main bola.

10. Fase Remaja Makna remajaFase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting, yang di awali dengan matangnya organ organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi. Menurut Konopoka (pikunas ;1976) masa remaja itu meliputi: Remaja awal 12-15 tahun Remaja madya 15-18 tahun Remaja akhir 19-22 tahunSementara Salzman mengemukakan bahwa remaja merupakan masa perkembangan sikap tergantung terhadap orang tua ke arah kemandirian minat minat seksual, perenungan diri, perhatian terhadap estestika dan isu isu moral.Dalam budaya Amerika, priode ini di pandang sebagai masa strom and strees frustasi dan penderitaan , konflik dan krisis penyesuaian, mimpi dan melamun tentang cinta, dan perasaan terealisasi dari kehidupan sosial budaya orang dewasa.(lustin pikunas, 1976)

B. Faktor- faktor mempengaruhi perkembangan1. Hereditas (Keturunan/ Pembawaan)Hereditas atau keturanan merupakan aspek individu yang bersifat bawaan dan memiliki potensi untuk berkembang. Seberapa jauh perkembangan individu itu terjadi dan bagaimana kualitas perkembangannya, bergantung pada kualitas hereditas dan lingkungan yang mempengaruhinya. Linkungan merupakan factor penting disamping hereditas yang menentukan perkembangan individu. Lingkungan itu meliputi fisik, psikis, sosial, dan regilus.Hereditas merupakan factor pertama yang mempengaruhi perkembangan individu. Dalam hal ini hereditas diartikan sebagai totalitas karekteristik individu yang diwariskan orang tua kepada anak, atau segala potensi, baik fisik baik psikis yang dimiliki individu sejak masa konsepsi (pembuahan ovum oleh sperma) sebagai pewarisan dari pihak orang tua melalui gen-gen.2. Lingkungan keluargaM.I Soeleman (1978: 4-5) mengemukakan pendapat para ahli mengenai pengertian keluarga yaitu:1) F.J Brown berpendapat bahwa ditinjau dari sudut pandang sosiologis, keluarga dapat diartikan dua macam, yaitu (a) dalam arti luas, keluarga meliouti semua pihak yang ada hubungan darah atau marga; (b) dalam arti sempit keluarga meliputi orang tua dan anak.2) Maciver menyebutkan lima ciri khas keluarga yang umumnya terdapat di mana-mana, yaitu (a) hubungan berpasangan kedua jenis; (b) perkawinan atau bentuk ikatan lain yang mengokohkan hubungan tersebut; (c) pengakuan akan keturunan, (d) kehidupan ekonomis yang diselenggarakan dan dinikmati bersama, dan (e) kehidupan berumah tangga.

Keluarga memiliki peranan sangat penting dalam upaya mengembangkan pribadi anak. Perawatan orang tua yang penuh kasih sayang dan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan, baik agama maupun social budaya yang diberikannya merupakan factor yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat.Keluarga yang bahagia merupakan suatu hal yang sangat penting bagi perkembangan emosi para anggotanya (terutama anak). Kebahagian ini diperoleh apabila keluarga dapat memerankan fungsinya secara baik. Fungsi dasar kluarga adalah memberikan rasa memliliki, rasa aman, kasih sayang, dan mengembangkan hubungan yang baik diantara anggota kluarga. Hubungan cinta kasih dalam keluarga tidak sebatas perasaan, akan tetapi juga menyangkut pemeliharaan, rasa tanggung jawab, perhatian, pemahaman, respek dan keinginan untuk menumbuh kembangkan anak yang dicintainya. Keluarga yang hubungan ataranggotanya tidak harmonis, penuh konflik, atau gap communication dapat mengembangkan masalah-masalah kesehatan mental (mental illnes) bagi anak. Mengkaji lebih jauh tentang fungsi keluarga ini dapat dikemukakan bahwa secara psikososiologis keluarga berfungsi sebagai:1) Pemberi rasa aman bagi anak dan anggota keluarga lainnya.2) Sumber pemenuhan kebutuhan baik fisik baik psikis.3) Sumber kasih sayang penerimaan.4) Model pola perilaku yang tepat bagi anak untuk belajar menjadi anggota masyarakat yang baik.5) Pemberi bimbingan bagi pengembangan perilaku yang secara social dianggap tepat.6) Pembentuk anak dalam memecahkan msalah yang dihadapinya, dalam rangka menyesuaikan dirinya terhadap kehidupan.7) Pemberi bimbingan dalam belajar keterampilan motorik, verbal dan social yang dibutuhkan untuk penyesuaian diri.8) Stimulator bagi pengembangan kemampuan anak untuk mrncapai prestasi baik disekolah dan masyarakat.9) Pembimbing dalam mengembangkan aspirasi,.10) Sumber persahabatan/ teman bermain bagi anak sampai cukup usia untuk mendapatkan teman diluar rumah, atau apabila persahabatan diluar rumah tidak memungkinkan.

Menurut Dadang Hawari (1997: 163-165) anak yang dibesarkan dalam keluarga yang mengalami disfungsi mempunyai resiko yang lebih besar untuk bergantung tumbuh kembang jiwanya (misalnya berkepribadian anti sosial) daripada anak yang dibesarkan dalam keluarga yang harmonis dan utuh (sakinah).Salah satu cirri disfungsi tersebut adalah percerain orang tua. Perceraian ternyata memberikan dampak yang kurang baik terhadap perkembangan kepribadian anak. Hal ini terungkap dalam hasil penelitian beberapa ahli, seperti : McDermott, Moorision Offord, dkk.; Sugar, Westman & Kalter (Adam & Gullota, 1983: 253-254) yaitu bahwa remaja yang orang tuanya bercerai cenderung menunjukkan cirri-ciri : (a) berperilaku nakal, (b) mengalami depresi, (c) melakukan hubungan seksual secara aktif, dan (d) kecenderungan terhadap obat-obat terlarang.

3. Lingkungan SekolahSekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu siswa agar mampu mengembangkan potensinya, baik yang menyangkut aspek moral, spiritual, intelektual, emosional, maupun sosial.Mengenai peranan sekolah dalam mengembangkan kepribadian anak, Hurlock (1986: 332) mengemukakan bahwa sekolah merupakan faktor penentu bagi perkembangan kepribadian anak (siswa), baik dalam cara berpikir, bersikap maupun cara berprilaku. Sekolah berperan sebagai substitusi orangtua. Ada beberapa alasan, mengapa sekolah memainkan peranan yang berarti bagi perkembangan kepribadian anak yaitu : (a) para siswa harus hadir di sekolah, (b) sekolah memberikan pengaruh kepada anak secara dini, sering dengan perkembangan konsep diri (c) anak-anak banyak menghabiskan waktunya di sekolah daripada di tempat lain di luar rumah, (d) sekolah memberikan kesempatan kepada siswa untuk meraih sukses, dan (e) sekolah memberikan kesempatan-kesempatan pertama kepada anak untuk menilai dirinya, dan kemampuannya secara realistik. Sementara itu, David W. Jhonson (1970: 250) mengemukakan tentang karakteristik sekolah yang afektif dan sehat. Menurut dia, sekolah yang efektif dapat didefinisikan melalui pengukuran tentang (1) total biaya pendidikan bagi setiap siswa untuk mencapai tingkat kompetensi atau sosialisasi tertentu, (2) motivasi atau semangat para personel sekolah dan siswa, (3) kemampuan sekolah dan (4) kemampuan sekolah untuk menempatkan para lulusannya ke sekolah lanjutan (perguruan tinggi), atau dunia kerja.M. Ray Loree (1970: 169-172) mengemukakan bahwa kemajuan belajar dipengaruhi oleh hubungan interpersonal yang terjadi dikelas. Hubungan ini bisa bersifat hangat atau dingin, tegang atau tenang, antagonistik atau kohesif, bersahabat atau bermusuhan.Kualitas hubungan guru-siswa itu dapat juga dikategorikan kepada: Harmonis-Tidak Harmonis, dan Stimulatif-Restriktif. Hubungan yang harmonis dan stimulatif dipandang sebagai faktor yang berpengaruh secara positif terhadap kemajuan bealajar siswa.

Hubungan harmonis ditandai oleh ciri-ciri: 1. Tujuan pengajaran diterima oleh guru dan siswa2. Pengalaman belajar dirasakan nyaman oleh guru dan siswa3. Guru menampilkan peranannya sebagai guru dalam cara-cara yang selaras dengan harapan siswa, begitupun siswa menampilkan peranannya sebagai siswa dalam cara-cara yang diharapkan guru.

4. Lingkungan Teman SebayaLingkungan teman sebaya sebagai lingkungan sosial bagi remaja (siswa) mempunyai peranan yang cukup penting bagi perkembangan kepribadiannya. Peranannya itu semakin penting, terutama pada saat terjadinya perubahan dalam struktur masyarakat pada beberapa dekade terakhir ini, yaitu (1) perubahan struktur keluarga, dari keluarga besar ke keluarga kecil, (2) kesenjangan komunikasi diantara kawula muda, dan (4) panjangnya masa atau penundaan memasuki masyarakat orang dewasa.Aspek kepribadian remaja yang berkembang secara menonjol dalam pengalamannya bergaul dengan teman sebaya, adalah:a. Social Cognition: kemampuan untuk memikirkan tentang pikiran,perasaan, motif, dan tingkah laku dirinya dan orang remaja untuk lebih mampu menjalin hubungan sosial yang lebih baik dengan teman sebayannya. Mereka telah mampu melihat bahwa orang itu sebagai individu yang unik, dengan perasaan, nilai-nilai, minat dan sifat-sifat kepribadian yang beragam.b. Konformitas: motif untuk menjadi sama,sesuai, seragam, dengan nilainilai, kebiasaan, kegemaran (hobi), atau budaya teman sebayanya. Berdasarkan survey nasional terhadap remaja di Amerika, ditemukan bahwa remaja memiliki kecenderungan yang kuat untuk menjadi populer dan konformitas. Mengakaji persahabatan di kalangan teman sebaya, banyak hasil penelitian menunjukkan, bahwa faktor utama yang menentukan daya tarik hubungan interpersonal di antara para remaja pada umumnya adalah adanya kesamaan dalam: minat, nilai-nilai, pendapat dan sifat-sifat kepribadian. Penelitian Kandel ( Adam & Gullota, 1983: 112) menunjukkan bahwa karakterisitik persahabatan remaja adalah diepengaruhi oleh kesamaan: usia, jenis kelamin, dan ras. Sedangkan aspirasi pendidikan, nilai (prestasi belajar), absensi, dan pengerjaan tugas-tugas atau pekerjaan rumah. Kendel jugamenemukan bahwa kesamaan dalam menggunakan obat-obat terlarang (terutam marijuana), merokok, dan minuman keras mempunyai pengaruh yang kuat dalam penilaian dalam pemilihan teman.Uraian tersebut, menunjukkan bahwa kelompok teman sebaya itu mempunyai kontribusi yang sangat positif terhadap perkembangan kepribadian reamaja. Namun disisi lain, tidak sedikit remaja yang berperilaku menyimpang, karena pengaruh teman sebayanya. Keadaan ini seperti terungkap dari hasil-hasil penelitian berikut.a. Healy dan Browner menemukan bahwa 67% dari 3.000 anak nakal di Chicago, ternyata karena mendapat pengaruh dari teman sebayanyab. Glueck & Glueck menemukan bahwa 98,4% dari anak-anak nakal adalah akibat pengaruh anak nakal lainnya, dan hanya 74% saja dari anak yang tidak nakal berkawan dengan yang nakal (M. Arifi, 1978: 131)Pengaruh kelompok teman sbaya terhadap remaja itu ternyata berkaitan dengan iklim keluarga remaja itu sendiri. Remaja yang memiliki hubungan yang baik dengan orangtuanya (iklim kelurga sehat) cenderung dapat menghindarkan diri dari pengaruh negatif teman sebayanya, dibandingkan dengan remaja yang hubungan dengan orangtuanya kurang baik. Judith Brook dan koleganya menemukan, bahwa hubungan orangtua dan remaja yang sehat dapat melindungi remaja tersebut dari pengaruh teman sebaya yang tidak sehat (Sigelman & Shaffer, 1995: 380)

C. Teori Perkembangan Intelegensi1. Pengertian KecerdasanIntelegensi bukanlah suatu yang bersifat kebendaan, melainkan suatu fiksi ilmiah untuk mendeskripsikan perilaku ndividu yang berkaitan dengan kemampuan intelektual. Dalam mengartikan intelegensi (kecerdasan) ini, para ahli mempunyai pengertian yang beragam. Di antara pengertian intelegensi itu adalah sebagai berikut:a. C.P. Chaplin (1975) mengartikan intelegensi itu sebagai kemampuan mengahadapi dan menyusaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif.b. Anita E. Woolfolk (1995) mengemukakan bahwa menurut teori-teori lama, intelegensi itu meliputi tiga pengertian, yaitu (1) kemampuan untuk belajar; (2) keseluruhan pengetahuan yang diperoleh; (3) kemampuan untuk beradaptasi secara berhasil dengan situasi baru atau lingkungan pada umumnya. Selanjutnya, Woolfolk mengemukakan intelegensi itu merupakan satu atau beberapa kemampuan untuk memperoleh dan menggunakan pengetahuan dalam rangka memecahkan masalah dan beradaptasi dengan lingkungan.c. Binet (Sumadi S. 1984) menyatakan bahwa sifat hakikat intelegensi itu ada tiga macam, yaitu (a) kecerdasan untuk menetapkan dan mempertahankan tujuan tertentu. Semakin cerdas seseorang, akan semakin cakaplah dia memperintahkan saja; (b) kemampuan untuk mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan tersebut; (c) kemampuan untuk melakukan otokritik, kemampuan untuk belajar dari kesalahan yang telah dibuatnya.d. Raymon Cattel dkk. (Kimble dkk, 1980) mengklasifikasikan intelegensi ke dalam dua kategori, yaitu (a) Fluid Intelegence, yaitu tipe kemampuan analisis kognitif yang relatif tidak dipengaruhi oleh pengalaman belajar sebelumnya; (b) Crystallized Intelegence, yaitu keterampilan-keterampilan atau kemampuan nalar (berpikir) yang dipengaruhi oleh pengalaman belajar sebelumnya.

2. Teori-teori Intelegensia. Teori Two FactorsTeori ini dikemukakan oleh Charles Spearman (1904). Dia berpendapat bahwa intelegensi itu meliputi kemampuan umum yang diberi kode g (general factors), dan kemampuan khusus yang diberi kode s (specifik factors). Setiap individu memiliki kedua kemampuan ini yang keduanya menetukan penampilan atau perilaku mentalnya.b. Teori Primary Mental Abilities Teori ini dikemukakan oleh Thurstone (1938). Dia berpendapat bahwa intelegensi merupakan pejelmaan dari kemampuan primer, yaitu (a) kemampuan berbahasa: verbal comprehension; (b) kemampuan mengingat: memory; (c) kemampuan nalar atau berpikir kemampuan bilangan : numerical ability; (f) kemampuan menggunkan kata-kata: word fluency; dan (g) kemampuan mengamati dengan cepat dan cermat: parceptual speedc. Teori Multiple Intelegence Teori ini dikemukakan oleh J.P Guilford dan Howard Gardner. Guilford berpendapat bahwa intelegensi itu dapat dilihat dari tiga kategori dasar atau faces of intellect, yaitu sebagai berikut:1. Operasi mental (proses berpikir) Kognisi (menyimpan informasi yang lama dan menemukan informasi yang terbaru) Memory retention (ingatan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari) Memory recording (ingatan yang segera) Divergent production (berpikir melebar = banyak kemungkinan jawaban) Covergent production (berpikir memusat = hanya satu jawaban/alternatif) Evaluasi (mengambil keputusan tentang apakah sesuatu itu baik, akurat, atau memadai)2. Content (Isi yang dipikirkan) Visual (bntuk kongkret atau gambaran) Auditory World meaning (semantic) Symbolic (informasi dalam bentuk lambang, kata-kata, angka dan not musik) Behavioral (interaksi non-verbal yang diperoleh melalui penginderaan, ekspresi muka atau suara)3. Product (Hasil Berpikir) Unit (item tunggal informasi). Kelas (kelompok item yang memiliki sifat-sifat yang sama). Relasi (keterkaitan antarinformasi). Sistem (kompleksitas bagian yang saling berhubungan) Transformasi (perubahan, modifikasi atau redefinisi informasi) Implikasi (informasi yang merupakan saran dari informasi item lain)Keterkaitan dengan ketiga kategori tersebut di atas, selanjutnya dapat disimak dalam contoh berikut:1) Untuk dapat mengisi deretan angka 3, 6, 12, 24.....memerlukan convergent operation (hanya satu jawabam yang benar) dengan symbolic content (angka rangkap berdasarkan pola hitungan sebelumnya)2) Untuk membuat lukisan abstrak tentang suatu fenomena kehidupan, memerlukan kemampuan divergen thinking operation (banyak kemungkinan jawaban) tentang visual content untuk menciptakan transformasional product (objek nyata yang ditransformasikan ke dalam pandangan pelukis)

Menurut Guilford, keterkaitan antara ketiga kategori berpikir atau kemampuan intelektual tersebut, telah melahirkan 180 kombinasi kemampuan. Model stuktur intelektual Guilford ini telah mengembangkan faktor-faktor, seperti : social judgment (evaluasi terhadap orang lain), dan kreativitas (berpikir divergent) Tokoh berikutnya dari teori multiple intelegence ini adalah Howard Gardner (1993). Dia membagi intelegensi itu dalam 7 jenis.Seperti tampak pada tabel berikut:

Aspek-aspek Intelegensi Menurut GardnerINTELEGENSIKEMAMPUAN INTI

1. Logic-Mathematical

2. Lingiustic

3. Musical

4. Spatial

5. Bodily Kinesthetic

6. Interpesonal

7. Intrapersonal

Kepekaan dan kemampuan untuk mengamati pola-pola logis numerik (bilangan) serta kemampuan untuk berpikir rasional/ logisKepekaan terhadap suara, ritme, makna kata-kata dan keargaman fungsi-fungsi bahasa.Kemampuan untuk mengahasilkan dan mengapresiasikan ritme. Nada (warna nada), dan bentuk-bentuk ekspresi musik. Kemampuan mempersepsi dunia ruang-visual secara akurat dan melakukan transformasi presepsi tersebut Kemampuan untuk mengontrol herakan tubuh dan menangani objek-objek secara terampil.Kemampuan untuk mengamati dan merespons suasana hati, temperamen, dan motivasi orang lainKemampuan untuk memahami perasaan, kekuatan dan kelemahan serta intelegensi sendiri.

d. Teori Triachic of IntelegenceTeori ini dikemukakan oleh Robert Stenberg (1985, 1990). Teori ini merupakan pendekatan proses kognitif untuk memahami intelegensi. Stenberg mengartikanmya sebagai suatu deskripsi tiga bagian kemampuan mental (proses berpikir, mengatasi pengalaman atau masalah baru, dan peneyesuaian terhadap situasi yang dihadapi) yang menunjukkan tingkah laku intelegen. Dengan kata lain, tingkah laku intelegen itu merupakan produk dari penerapan strategi berpikir, mengatasi masalah-masalah baru secara kreatif dan cepat, dan menyesuaian terhadap konteks dengan menyeleksi dan beradaptasi dengan lingkungan.

1) Proses Mental (Berpikir)a. Meta component: perencanaan aturan, seleksi strategi, dan moitoring (pemantauan). Contohnya mengidentifikasi masalah, alokasi perhatian dan pemantauan bagaimana strategi itu dilaksanakanb. Performance Components: melaksanakan strategi yang terseleksi. Melalui komponen ini memungkinkan kita untuk mempersepsi dan menyimpan informasi baru.c. Knowledge- Acquistion Components: memperoleh pengetahuan baru, seperti memisahkan informasi yang relevan dengan tidak relevan dalam rangka memahami konsep-konsep baru.

2) Coping with new experienceTingkah laku intelegen dibentuk melalui dua karakterisktik, yaitua. Isnlight, atau kemampuan menghadapi situasi baru secara efektif.b. Automaticity, atau kemampuan untuk berpikir dan memecahkan masalah secara otomatis dan efisiensi.Dengan demikian, tignkah laku intelegen itu melibatkan kemampuan berpikir kreatif dalam memecahkan masalah baru dan bersifat otomatis: kecepatan dan menemukan solusi-solusi baru dalam proses yang rutin dan dapat dilakukan tanpa banyak menggunakan usaha kognisi.

3) Adapting to environmentYaitu kemampuan utnuk memilih dan bearadaptasi dengan tuntutan atau norma lingkungan. Kemampuan ini sangat penting bagi individu dalam meraih kesuksesan hidupnya, seperti dalam memilih karier, keterampilan sosial dan bergaul dalam masyarakat secara baik.

Secara visual, elemen-elemen teori Triachic Stanberg ini dapat disimak pada tabel berikut:Elemen-elemen Teori TriachicElemen kemampuan

Contextual Intelegence

Experiental Intelegence

Componential IntelegenceKemampuan beradaptasi terhadap perubahan lingkungan dan memgubah dunia (lingkungan) untuk mengoptimalkan peluang-peluang serta mampu memecahkan masalah.

Mampu merumuskan gagasan-gagasan baru dan mengkombinasikan faktor-faktor yang tidak berhubungan serta mampu mengatasi masalah baru secara otomatis (cepat).

Mampu untuk berpikir abstrak, memproses informasi dan menentukan kebutuhan-kebutuhan apa yang akan dipenuhi

3. Penyebaran IntelegensiBerdasrkan hasil pengukuran atau tes intelegensi terhadap sampel yang dipandang mencermin populasinya, maka dikembangkan suatu sistem norma ukuran kecerdasan sebaran berikut

TINGKAT INTELEGENSIIQ (INTELEGENCE QUOTION)KLASIFIKASI

140-keatas130-139120-129110-11990-8980-8970-7950-6949 kebawah JeniusSangat CerdasCerdasDiatas normalNormalDibawah normalBodohTerbelakang (Moron/ Debil)Terbelakang (Imbecile/ dan idiot)

4. Beberapa Ciri Yang Berhubungan Dengan Tingkatan Intelengensi Serta Pengaruhnya Terhadap Proses Belajar (NANA SY. Dan M. SURYA, 1975)a. Idiot IQ: 0-29. Merupakan kelompok individu terbelakang yang paling rendah. Tidak dapat berbicara atau hanya dapat mengucapkan beberapa kata saja. Biasanya, tidak dapat mengurus dirinya sendiri, seperti : mandi, berpakaian, makan dan sebagainya, dia harus diurus oleh orang lain. Anak idiot tinggal di tempat tidur seumur hidupnya. Rata-rata perkembangan intelegensinya sama dengan an normal 2 tahun. Seringkali umurnya tidak panjang, sebab selain intelegensinya rendah, juga badannya kurang tahap terhadap penyakit. Baik di sekolah biasa maupun sekolah luar biasa anak idiaot tidak akan ditemui.b. Imbecile IQ: 30-40. Kelompok Imbecile setingkat lebih tinggi dari anak idiot. Ia dapat belajar berbahasa, dapat mengurus dirinya sendiri dengan pengawasan yang teliti. Pada imbecile dapat diberikan latihan-latihan ringan, tetapi dalam kehidupannya selalu bergantung pada orang lain. Kecerdasannya sama dengan anak normal berumur 3 tahun sampai 7 tahun. Anak imbecile tidak bisa dididik di sekolah-sekolah biasa.

c. Moron atau debil ( mentally handicapped/ mentally retarted), IQ: 50-69.Kelompok ini sampai tingkat tertentu dapat belajar membaca, menulis, dan membuat perhitungan-perhitungan sederhana, dapat diberikan pekerjaan rutin tertentu yang tidak memerlukan perencanaan dan pemecahan. Banyak anak-anak debil ini mendapat pendidikan di sekolah-sekolah luar biasa.

d. Kelompok bodoh (dull/ bordeliner), IQ: 70-79. Kelompok ini berada diatas kelompok terbelakang dan dibawah kelompok normal (sebagai batas). Secara bersusah payah dengan beberapa hambatan, individu tersebut dapat melaksanakan sekolah lanjutan pertama tetapi sukar sekali untuk dapat menyelesaikan kelas-kelas terakhir di sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP).e. Normal rendah (below avarge), IQ: 80-89. Kelompok ini termasuk kelompok normal, mereka agak lambat dalam belajarnya. Mereka dapat meyelesaikan sekolah menengah tingkat pertama tetapi agak kesulitan untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas pada jenjang SLTAf. Normal sedang, IQ: 90-109. Kelompok ini merupakan kelompok yang normal atau rata-rata. Mereka merupakan kelompok yang terbesar persentasenya dalam populasi penduduk.g. Normal tinggi (above averge), IQ: 110-119. Kelompok ini merupakan kelompok individu normal tetapi berada pada tingkat yang tinggi.h. Cerdas (superior), IQ: 120-129. Kelompok ini sangat berhasil dalam pekerjaan sekolah/ akademik. Mereka seringkali terdapat dalam kelas biasa. Pimpinan kelas biasanya berasal dari kelompok ini.i. Sangat cerdas (very superior/ gifted), IQ: 130-139. Anak-anak gifted/ very superior lebih cakap dalam membaca, mempunyai pengetahuan tentang bilangan yang snagat baik, perbendaharaan kata yang luas dan cepat memahami pengertian yang abstrak. Pada umumnya, faktor kesehatan, kekuatan dan ketangkasan lebih menonjol daripada anak normal.j. Genius IQ: 140 keatas. Kelompok ini kemampuannya sangat memecahkan masalah dan menemukan sesuatu yang baru, walaupun mereka tidak bersekolah. Kelompok ini berada dalam semua ras dang bangsa, dalam semua tingkat ekonomi, baiklaki-laki atau perempuan. Contoh orang-orang genius ini adalah Edison dan Einstein.

Uraian tersebut menjelaskan tentang intelegensi dalam ukuran kemampuan intelektual atau tataran kognitif. Pandangan lama menunjukkkan bahwa kualitas intelegensi atau kecerdasan yang tinggi dipandang sebgai faktor yang mwmpengaruhi keberhasilan individu dalam belajar atau meraih kesuksesan dalam hidupnya. Namun baru-baru ini, telah berkembang pandangan lain yang menyatakan bahwa faktor yang paling dominan mempengaruhi keberhasilan (kesuksesan) individu dalam hidupnya bukan semata-mata ditentukan oleh tingginya kecerdasan intelektual, tetapi oleh faktor kemantapan emosional yang oleh ahlinya, yaitu Daniel Goleman disebut Emotional Intelegence (kecerdasan Emosional).Kecerdasan emosional ini semakin perlu diaphami, dimiliki dan diperhatikan dalam pengembangannya karena mengingat kondisi kehidupan dewasa ini semakin kompleks. Kehidupan yang semakin kompleks ini memberikan dampak yang sangat buruk terhadap kontelasi kehidupan emosional individu. Dalam hal ini, Daniel Golemn mengemukakan hasil survei terhadap para orangtua dan guru yang hasilnya menunjukkan bahwa ada kecenderungan yang sama di seluruh dunia, yaitu generasi sekarang lebih banyak mengalami kesulitan emosional daripada generasi sebelumnya. Mereka lebih kesepian dan pemurung, lebih beringasan dan kurang mengahargai sopan santun, lebih gugup dan mudah cemas, lebih implulsif dan agresif.Kecerdasan emosional ini merujuk kepada kemampuan-kemampuan mengendalikan diri, motivasi diri dan berempati. Secara jelasnya unsur-unsur kecerdasan emosional ini dapat disimak pada tabel berikut:

Unsur-Unsur Kecerdasan EmosionalASPEKKARAKTERISKTIK PERILAKU

1. Kesadaran Diri

2. Mengelola Emosi

3. Memanfaatkan emosi secara Produktif.

4. Empati

5. Membina Hubungan

a. Mengenal dan merasakan emosi sendirib. Memahami penyebab perasaan yang timbulc. Mengenai pengaruh perasaan terhadap tindakan

a. Bersikap toleran terhadap frustasi dan mampu mengelola amarah secara lebih baikb. Lebih mampu mengungkapkan amarah dengan tepat tanpa berkelahi.c. Dapat mengendalikan perilaku agresif yang merusak sekolah dan keluargad. Memiliki perasaan yang positif tentang diri sendiri, sekolah dan keluargae. Memiliki kemampuan untuk mengatasi ketegangan jiwa (stress)f. Dapat mengurangi perasaan kesepian dan cemas dalam pergaulan

a. Memiliki rasa tanggung jawabb. Mampu merumuskan perhatian pada tugas yang dikerjakanc. Mampu mengendalikan diri dan tidak bersifat implusif

a. Mampu menerima sudut pandang orang lain b. Memiliki sikap empati atau kepakaan terhadap perasaan orang lainc. Mampu mendengarkan orang lain

a. Memiliki pemahaman dan kemampuan untuk menganalisis hubungan dengan orang lainb. Dapat menyelesaikan konflik dengan orang lainc. Memiliki kemampuan berkomunikasi dengan orang laind. Memiliki sikap bersahabat atau mudah bergaul dengan teman sebayae. Memiliki sikap tenggang rasa dan perhatian terhadap orang lainf. Memperhatikan kepentingan sosial (senang menolong orang lain) dan dapat hidup selaras dengan kelompokg. Bersikap senang berbagi rasa dan bekerja samah. Bersikap demokratis dalam bergaul dengan orang lain

BAB IIIPENUTUP

A. KesimpulanPerkembangan merupakan perubahan yang sistematis, progresif dan berkesinambungan dalam diri individu sejak dalam kandungan, lahir, hingga akhir hayatnya atau dapat diartikan sebagai perubahan-perubahan yang dialami individu menuju tingkat kedewasaan atau kematangannya.Faktor-faktor yang memepengaruhi perkembangan adalah hereditas atau keturunan dan faktor lingkungan. Lingkungan perkembangan merupakan berbagai peristiwa situasi atau kondisi diluar organism yang diduga mempengaruhi atau dipengaruhi oleh perkembangan individu. Lingkungan ini terdiri atas lingkungan fisik yaitu meliputi segala sesuatu dari molekul yang ada disekitar janin sebelum lahir sampai kepada masa kelahiran, lingkungan social yaitu meliputi seluruh manusia yang secara potensial mempengaruhi dan dipengaruhi oleh perekembangan individu.Faktor yang paling dominan mempengaruhi keberhasilan (kesuksesan) individu dalam hidupnya bukan semata-mata ditentukan oleh tingginya kecerdasan intelektual, tetapi oleh faktor kemantapan emosional (Daniel Goleman disebut Emotional Intelegence atau kecerdasan Emosional).

DAFTAR PUSTAKA

Djiwandono, Sri Esti Wuryani. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Gramedia

Hartati, Sofia. 2007. How To Be a Good Teacher And To Be a Good Mother. Jakarta: Enno MediaKhan, Inayat. 2007. Mendidik Sejak Dari Kandungan Hingga Dewasa. Bandung: Penerbit Marja

Yusuf LN, Syamsu. 2006. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Bandung: PT. Remaja Roskadarya

http://kolom.abatasa.co.id/kolom/detail/parenting/484/bayi-belajar-sejak-dalam-kandungan.htmlhttp://arsippendidikan.blogspot.com/2012/05/makalah-psikologi-perkembangan-tahapan.html

iii