Upload
phytochemindo-reksa
View
264
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Penelitian mengenai potensi ekstrak kulit batang mahoni sebagai antihiperurisemia hingga saat ini belum pernah dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untukmenentukan potensi ekstrak kulit batang mahoni sebagai antihiperurisemia pada tikus putih jantan galur Sprague Dawley. Hipotesis yang diajukan adalah bahwa pemberian ekstrak herbal kulit batang mahoni pada dosis 500mg/kgBB akan mampu menurunkan konsentrasi asam urat.
Citation preview
KHASIAT ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK KULIT BATANG MAHONI (Swietenia macrophylla King) PADA TIKUS PUTIH
GALUR SPRAGUE DAWLEY
BAKUH DARMINTO
DEPARTEMEN BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2010
ABSTRAK
BAKUH DARMINTO, Khasiat Antihiperurisemia Ekstrak Kulit Batang Mahoni (Swietenia macrophylla King) pada Tikus Putih Galur Sprague Dawley. Dibawah bimbingan SULISTIYANI dan SYAMSUL FALAH
Kulit batang mahoni merupakan limbah industri kayu, mengandung senyawa flavonoid yang diduga sebagai antihiperurisemia. Namun demikian, penelitian mengenai potensi kulit batang mahoni sebagai antihiperurisemia belum dilakukan hingga saat ini. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan potensi ekstrak kulit batang mahoni (Swietenia macrophylla King) terhadap konsentrasi asam urat serum tikus hiperurisemia. Sebanyak 33 ekor tikus dibagi dalam 5 kelompok yaitu: normal, hiperurisemia (HU), allopurinol (HU I), ekstrak air (HU II), dan ekstrak metanol (HU III). Induksi hiperurisemia diberikan dengan campuran jus hati ayam dan natrium karboksil-metilselulosa 0.5% secara oral selama 4 minggu dengan dosis 25 g/KgBB. Selanjutnya, ekstrak air dan ekstrak metanol diberikan dengan dosis 500 mg/KgBB selama 7 hari. Asam urat serum hasil induksi dianalisis dengan metode asam diklorohidroksibenzen sulfonat (DHBS) pada panjang gelombang 514 nm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa induksi jus hati ayam meningkatkan konsentrasi asam urat serum sebesar 36.83%. Pemberian ekstrak air dan ekstrak metanol mampu menurunkan konsentrasi asam urat berturut-turut 24.22% dan 21.02%. Oleh karena itu, kedua ekstrak tersebut memiliki aktivitas antihiperurisemia yang sebanding.
ABSTRACT
BAKUH DARMINTO, Antihyperuricemic effect of mahogany (Swietenia macrophylla King) bark extracts on hyperuricemic rats. Under the direction of SULISTIYANI and SYAMSUL FALAH
Mahogany bark is wood industrial waste, contains flavonoid compound supposedly as antihyperurisemic agent. However, study concerning antihyperuricemic potential of mahogany bark has not been done until now. The aim of this study was to investigate the potent of mahogany bark (Swietenia macrophylla King ) extracts on serum uric acid levels in hyperuricemic rats. Thirty-three rats were divided into 5 groups of: normal, hiperurisemia (HU), allopurinol (HU I), aqueous extract (HU II), and methanol extracts (HU III). Hyperuricemic condition was induced by oral administration of 25 g/KgBW chicken liver juice with sodium carboxyl methylcellulose 0.5% mixture in rats every day for 4 weeks. This was followed by oral administration of both aqueous extract and methanol extract at 500 mg/KgBW day for 7 days. Serum uric acid levels was determined by dichlorohydroxybenzene sulfonic acid (DHBS) method on 514 nm. The induction of hyperuricemia was able to increase the serum uric acid levels 36.83%. Aqueous extract and methanol extract reduced uric acid concentration 24.22% and 21.02%, respectively. Therefore, both of the extracts have a similar antihyperuricemic effect.
KHASIAT ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK KULIT BATANG MAHONI (Swietenia macrophylla King) PADA TIKUS PUTIH
GALUR SPRAGUE DAWLEY
BAKUH DARMINTO
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada Departemen Biokimia
DEPARTEMEN BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2010
Judul Skripsi : Khasiat Antihiperurisemia Ekstrak Kulit Batang Mahoni (Swietenia macrophylla King) pada Tikus Putih Galur Sprague Dawley
Nama : Bakuh Darminto NRP : G84051346
Disetujui, Komisi pembimbing
drh. Sulistiyani, M.Sc., Ph.D Dr. Syamsul Falah, S. Hut, M.Si Ketua Anggota
Diketahui,
Dr. Ir. I Made Artika, M. App. Sc. Ketua Departeman Biokimia
Tanggal Lulus:
RIWAYAT HIDUP
Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara, putra pasangan bapak Mujiono dan Ibu Salbini. Penulis dilahirkan di Purworejo pada tanggal 5 Juni 1988. Pendidikan sekolah dasar penulis tempuh pada tahun 1993 sampai 1999 di SD Negeri Bongkot dan pada tahun 1999 sampai 2002 di SMP Negeri 27 Purworejo. Pada tahun 2002 hingga 2005 penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 7 Purworejo.
Pada tahun 2005, melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor. Penulis diterima sebagai mahasiswa Mayor Biokimia, Departemen Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam pada tahun 2006 melalui jalur mayor-minor. Selama menjadi mahasiswa, penulis tercatat sebagai staf divisi Pengembangan Sumber Daya Manusia pada Himpunan Profesi Community of Research and Education on Biochemistry periode 2007/2008.
Penulis pernah menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Biokimia Klinis pada tahun ajaran 2008/2009, Struktur dan Fungsi Biomolekul dan Biokimia Umum pada tahun ajaran 2009/2010, serta Genetika Dasar pada tahun ajaran 2009/2010. Penulis melakukan praktik Lapangan pada tahun 2008 di Laboratorium Toksikologi dan Farmakologi, Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasionan, Badan Pengawas Obat dan Makanan, Jakarta.
PRAKATA
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik. Penulisan skripsi yang berjudul Khasiat Antihiperurisemia Ekstrak Kulit Batang Mahoni (Swietenia macrophylla King) pada Tikus Putih Galur Sprague Dawley dilakukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Departemen Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian ini didanai oleh program Penelitian Stategis Unggulan IPB 2009 yang telah mendanai penelitian ini atas nama Dr. Syamsul Falah, S.Hut., M.Si. dkk. Terima kasih saya sampaikan kepada drh. Sulistiyani, M.Sc., Ph.D. dan Dr. Syamsul Falah, S.Hut., M.Si. selaku pembimbing yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Avissa Lavenia dan Putra Hidayat Nasution selaku rekan kerja yang selalu memberikan bantuan selama penelitian.
Saya menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran membangun sangat saya harapkan. Semoga penelitian ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat bagi semua.
Bogor, Maret 2010
Bakuh Darminto
DAFTAR ISI Halaman
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... x PENDAHULUAN ........................................................................................... 1 TINJAUAN PUSTAKA Hiperurisemia ......................................................................................... 1 Pengobatan Pirai ..................................................................................... 3 Bahan Peningkat Asam Urat pada Hewan Model Hiperurisemia ............. 5 Pengobatan Herbal untuk Menurunkan Asam Urat .................................. 5
Mahoni (Swietenia mahogani King) Sebagai Sumber Senyawa Bioaktif 5 BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat ...................................................................................... 7 Metode Pengujian ................................................................................... 7 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Hewan Model ............................................................................ 8 Induksi Hiperurisemia ............................................................................. 9
Efek Antihiperurisemia Ekstrak Herbal Mahoni ...................................... 11 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan ................................................................................................ 12 Saran ...................................................................................................... 13 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 13 LAMPIRAN .................................................................................................... 16
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Jalur metabolisme purina............................................................................ 2 2 Kristal mononatrium urat ........................................................................... 3 3 Aktivitas alopurinol sebagai inhibitor enzim xantin oksidase ...................... 4 4 Struktur febuxostat ..................................................................................... 4 5 Mahoni (swietenia macrophylla king) ........................................................ 6 6 Senyawa bioaktif serbuk batang mahoni ..................................................... 6 7 Tikus galur Sprague Dawley ..................................................................... 7 8 Perubahan bobot badan selama adaptasi .................................................... 9 9 Perubahan bobot badan selama pengujian .................................................. 9 10 Perombakan asam urat secara enzimatik .................................................... 10 11 Konsentrasi asam urat selama 14 hari induksi ............................................ 10 12 Kenaikan konsentrasi asam urat serum selama induksi 28 hari .................. 11 13 Penurunan konsentrasi asam urat (hari ke-28 35) ................................... 11
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Rancangan percobaan ............................................................................... 17 2 Ekstraksi dan fraksinasi kulit batang mahoni .............................................. 18 3 Bobot badan hewan uji selama adaptasi ...................................................... 19 4 Rerata bobot badan hewan model selama adaptasi ...................................... 20 5 Analisis uji Duncan bobot badan selama adaptasi ....................................... 20 6 Bobot badan hewan uji selama perlakuan ................................................... 22 7 Rerata bobot badan hewan model selama percobaan .................................. 23 8 Analisis uji Duncan bobot badan selama percobaan .................................... 23 9 Pengukuran kadar asam urat ....................................................................... 25 10 Panjang gelombang maksimum .................................................................. 26 11 Kurva standar ............................................................................................. 26 12 Konsentrasi asam urat selama percobaan .................................................... 27 13 Rata-rata konsentrasi asam urat selama percobaan ...................................... 28 14 Analisis varian (ANOVA) selama percobaan ............................................. 28 15 Hasil analisis uji Duncan selama percobaan ............................................... 30 16 Analisis T-Test asam urat selama percobaan ............................................... 32
1
PENDAHULUAN
Perkembangan zaman dan arus globalisasi yang semakin pesat telah membawa banyak perubahan terhadap gaya hidup dan kebiasaan makan yang tidak sehat di tengah masyarakat. Hal ini menyebabkan angka penderita penyakit degeneratif semakin meningkat. Salah satu penyakit degeneratif yang dapat timbul adalah gout (pirai).
Pirai terjadi sebagai akibat dari produksi asam urat yang berlebihan, berkurangnya ekskresi asam urat melalui ginjal, serta gabungan dari kedua gejala tersebut. Kondisi ini disebut dengan istilah hiperurisemia. Jumlah penderita pirai dalam dasawarsa terakhir meningkat baik di negara maju maupun berkembang. Di Amerika Serikat, jumlah penderita pirai mencapai 2 juta orang pada tahun 2002 (Kramer dan Curhan 2002) dan meningkat menjadi lebih dari 5 juta orang pada tahun 2006 (Yu 2006). Adapun penderita pirai di Indonesia menurut Heryanto (2003) mencapai 1,7% jumlah penduduk pulau Jawa.
Pengobatan dan pencegahan penyakit pirai dan hiperurisemia dilakukan terutama untuk mereduksi asam urat dari dalam tubuh. Hal ini dapat dilaksanakan melalui penghambatan aktivitas enzim xantin oksidase (XO) dan xantin dehidrogenase (XDH). Kedua enzim ini berperan dalam pengubahan xantin menjadi asam urat. Inhibitor XO dan XDH bekerja pada tahap akhir sintesis asam urat, yang berakibat pada penurunan produksi asam urat. Senyawa tersebut umumnya bersifat sebagai antiinflamasi sehingga mengurangi efek peradangan yang timbul. Alopurinol merupakan inhibitor enzim XO yang sering digunakan dalam terapi pirai secara klinis, namun memberikan efek samping seperti alergi dan hipersensitivitas, neprofati, dan pembentukan 6-merkaptopurina yang bersifat racun di dalam tubuh (Sumi dan Wada 1996), sehingga penggunaan obat ini sering dihindari. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai senyawa antihiperurisemia yang memiliki efektivitas yang tinggi dan terjamin keamanannya.
Senyawa antihiperurisemia banyak terdapat dalam tanaman, namun pemanfaatannya masih sangat sedikit. Tanaman obat asal China Conyza bonariensis (Kong et al. 2000) dan Ermiao wan (Kong et al. 2004) diketahui memiliki aktivitas sebagai senyawa antihiperurisemia. Beberapa tanaman asli Indonesia seperti Sidaguri (Iswantini dan Darusman 2003), seledri (Rhamadani 2004), dan jahe merah serta herba suruhan (Mudrikah
2006) juga memiliki kemampuan sebagai penurun konsentrasi asam urat. Kemampuan ekstrak tanaman tersebut dalam menurunkan konsentrasi asam urat diduga karena kandungan senyawa flavonoid.
Salah satu tanaman yang diduga mengandung flavonoid adalah mahoni. Mahoni digunakan oleh masyarakat sebagai obat tradisional, pewarna alami, dan bahan baku industri mebel. Konsumsi kayu mahoni yang cukup tinggi ini menyebabkan meningkatnya limbah kayu yang masih memiliki daya guna yang cukup tinggi, namun belum dimanfaatkan secara maksimal. Penelitian yang dilakukan oleh Falah et al. (2008) menunjukkan bahwa tanaman mahoni mengandung senyawa flavonoid. Flavonoid telah diketahui mampu menurunkan konsentrasi asam urat melalui penghambatan enzim xantin oksidase (Cos et al. 1998, Van Hoorn et al. 2002).
Penelitian mengenai potensi ekstrak kulit batang mahoni sebagai antihiperurisemia hingga saat ini belum pernah dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan potensi ekstrak kulit batang mahoni sebagai antihiperurisemia pada tikus putih jantan galur Sprague Dawley. Hipotesis yang diajukan adalah bahwa pemberian ekstrak herbal kulit batang mahoni pada dosis 500mg/kgBB akan mampu menurunkan konsentrasi asam urat serum tikus yang diinduksi hiperurisemia dengan jus hati ayam. Manfaat penelitian ini adalah diperolehnya jenis ekstrak yang memiliki khasiat sebagai antihiperurisemia serta pemanfaatan limbah kulit kayu mahoni sebagai sediaan herbal.
TINJAUAN PUSTAKA
Hiperurisemia Hiperurisemia adalah suatu keadaan
kesehatan tidak normal karena meningkatnya konsentrasi asam urat darah hingga mengalami kejenuhan (Hawkins 1997, Koolman & Roehm 2005). Hal ini terjadi karena peningkatan sintesis prekursor purinaa atau penurunan pengeluaran asam urat oleh ginjal, atau gabungan dari keduanya. Hiperurisemia yang berlangsung dalam jangka waktu lama merupakan kondisi yang diperlukan, tetapi tidak cukup untuk menyebabkan terjadinya pirai.
Pirai adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keadaan penyakit yang terkait dengan hiperurisemia. Pirai merupakan diagnosis klinis, sedangkan hiperurisemia
2
adalah kondisi biokimia. Pirai ditandai dengan artritis akut yang berulang, disebabkan oleh timbunan mononatrium urat pada persendian dan kartilago, serta pembentukan batu asam urat pada ginjal (nefrolitiasis).
Asam urat merupakan produk akhir metabolisme senyawa purinaa (Gambar 1). Purinaa dapat ditemukan pada setiap organisme. Purinaa dapat berasal dari makanan dan dapat pula diproduksi secara endogenous melalui sintesis dari glisin (Ganong 1971, Koolman & Roehm 2005) atau degradasi asam nukleat. Asam urat dapat dibentuk dari purinaa melalui hipoksantin dan xantin akibat adanya aktivitas enzim XO.
Konsentrasi asam urat di dalam serum darah dua kali lipat jika dibandingkan dengan konsentrasi asam urat yang terdapat dalam eritrosit. Pada serum atau plasma darah, asam urat dapat ditemukan dalam dua bentuk, yaitu bentuk bebas dan terikat pada albumin. Asam urat dikeluarkan dari dalam tubuh salah satunya melalui urin sebagai gambaran katabolisme purinaa dalam tubuh. Asam urat yang dikeluarkan melalui urin berkisar antara 0.4-0.8 mg. Hal ini sangat dipengaruhi oleh konsumsi makanan yang banyak mengandung purinaa (Davidson & Henry 1974, Choi et al. 2004 ). Makanan
yang banyak mengandung purinaa dapat merangsang peningkatan asan urat. Makanan tersebut antara lain kacang-kacangan, jeroan, ikan, dan coklat.
Asam urat merupakan asam lemah yang berbentuk kristal putih (Gambar 2), tidak berwarna dan pada pH fisiologis dalam darah dan jaringan akan terionisasi menjadi ion urat. Ion urat selanjutnya akan bereaksi dengan berbagai kation yang ada sehingga akan membentuk garam mononatrium urat. Sekitar 98% asam urat ekstraseluler akan membentuk garam mononatrium urat (Dalimarta 2002). Garam urat memiliki sifat lebih larut air jika dibandingkan dengan asam urat, tetapi kelarutannya dalam cairan plasma memiliki ambang batas tertentu. Darah mengalami kejenuhan mononatrium urat pada konsentrasi 6 mg/dL. Mononatrium urat akan mengalami ketidakstabilan pada konsentrasi tersebut sehingga sebagian besar mononatrium urat akan mengendap menjadi kristal mononatrium urat dan tertimbun di dalam persedian.
Pembentukan kristal mononatrium urat memiliki peranan yang sangat penting pada penyakit artritis pirai maupun rematik pirai (Dalimarta 2002). Konsentrasi asam urat pada perempuan berkisar 6 mg/dL, sedangkan laki-laki lebih tinggi yaitu 7 mg/dL.
Gambar 1 Jalur metabolisme purinaa (Walsh 2003)
Primata, burung, reptil dan serangga
Tikus
Invertebrata laut
Amfibi, ikan
Xantin oksidase
Urikase
Alantoinase
Xantin Asam urat
3
Gambar 2 Kristal Mononatrium urat
Asam urat dapat ditemukan dalam berbagai organisme seperti unggas dan mamalia lainnya. Tikus memiliki konsentrasi asam urat normal sekitar 1.2-5.0 mg/dL (Girindra 1989). Tikus dengan perlakuan diet rendah garam menghasilkan konsentrasi asam urat dalam darah berkisar antara 1.110.22 mg/dL (Sanchez et al. 2002). Pada mamalia yang memiliki enzim urikase seperti tikus, asam urat dapat diubah langsung menjadi alantoin yang sangat larut dalam air sehingga dapat dikeluarkan melalui urin. Hal ini sangat berbeda dengan manusia yang tidak memiliki enzim tersebut.
Urin manusia yang memiliki nilai pH di bawah 5.8 hanya mampu melarutkan sedikit garam urat (15 mg/dL). Nilai pH urin 7.0 mampu melarutkan hingga 150-200 mg/dL (Murray et al. 2003). Oleh karena itu alkalisasi urin dapat membantu pelarutan garam urat dan meningkatkan ekskresi asam urat.
Pengobatan Pirai Penyakit pirai dapat diatasi dengan
menggunakan obat analgesik dan antiinflamasi nonsteroid yang bersifat simptomatik namun tidak mempengaruhi perjalanan penyakit. Terdapat dua jenis obat yang biasa digunakan untuk menangani kasus pirai, baik pirai akut maupun pirai kronik, yaitu golongan antihiperurisemia (urikostatik) dan urikosuria. Golongan antihiperurisemia termasuk obat yang bekerja untuk menghambat produksi asam urat melalui penghambatan aktivitas enzim XO. Golongan urikosuria, merupakan golongan obat yang bekerja dengan jalan meningkatkan ekskresi asam urat melalui ginjal.
Obat Antihiperurisemia (Urikostatik) Golongan obat antihiperurisemia ini
bekerja dengan cara menghambat kerja enzim XO yang berperan dalam pengubahan hipoxantin menjadi xantin dan xantin menjadi asam urat. Dengan demikian, produksi asam urat akan menurun dan produksi hipoxantin dan xantin akan meningkat. Obat ini mengurangi produksi asam urat, mengurangi konsentrasi asam urat di dalam urin, mencegah terbentuknya batu natrium urat, dan efektif bagi penderita gagal ginjal. Obat antihiperurisemia biasa digunakan untuk penderita yang mengalami tofi (endapan batu asam urat), batu asam urat di ginjal, maupun penderita yang tidak memberikan respon terhadap obat urikosuria. Golongan ini terdiri atas nonsteroid antiinflamation drugs (NSAID), alopurinol, dan kolkisin.
Obat-obatan yang termasuk NSAID biasanya digunakan sebagai terapi tahap pertama yang efektif untuk pasien yang mengalami serangan pirai akut. Sesungguhnya hal terpenting yang menentukan keberhasilan terapi bukanlah pada NSAID yang dipilih, melainkan pada seberapa dini terapi NSAID mulai diberikan. Efek samping yang mungkin timbul akibat penggunaan obat ini antara lain pusing dan gangguan saluran cerna. Beberapa NSAID yang banyak digunakan adalah aspirin, meloxicam, ibuprofen, dan celebrex (celecoxib) (Oqbru 2009). Obat jenis ini bekerja dengan cara menghambat pembentukan prostaglandin yang berperan dalam proses inflamasi.
Selain NSAID, kolkisin merupakan terapi spesifik dan efektif untuk serangan pirai akut. Namun dibanding NSAID, kolkisin kurang populer karena kerjanya lebih lambat dan efek samping lebih sering dijumpai. Kolkisin dapat
Kristal urat
diberikan melalui dua cara yaitu oral dan intravena. Kolkisin oral merupakan terapi tahap pertama untuk pirai yang dilakukan Moris menunjukkan bahwa duapertiga pasien yang diterapi dengan kolkisin membaik kondisinya dalam 48 jam dibanding skelompok plasebo.
Kolkisin oral akan lebih efektif jika diberikan sesegera mungkin pada saat gejala timbul karena pada perkembangan gejala berikutnya, pemberian kolkisin kurang efektif. Kematian akibat penggunaan kolkisin dilaporkan terjadi pada pasien yang menerima total dosis 5 mg kolkisin dalam waktu 24 jam. Kolkisin intravena tidak lagi dianjurkan karena sangat toksik. Efek samping kolkisin per oral adalah mual, muntah, diare dan nyeri abdomen yang terjadi pada 80% pasien. Komplikasi utama terapi ini adalah dehidrasi. Efek samping lain adalah kejang, depresi nafas, hepatik dan nekrosis otot, kerusakan ginjal, demam, granulositopenia, anemia koagulasi intravaskuler yang menyebar dan alopesia (Graham & Robert 19882009).
Obat antihiperurisemia pilihan untuk kronik adalah alopurinolmerupakan obat golongan yang berupa senyawa pirazolopsuatu isomer hipoksantin. larut dalam air dan etanol, tetapi larut dalam kalium dan natrium hidroksida, serta tidak larut dalam kloroform dan eter (Dirjen POM 1995). Selain mengontrol gejala, obat ini juga melindungi fungsi ginjal. menurunkan produksi asam urat dengan cara menghambat enzim XO (Gambar 3). yang digunakan secara klinis adalah 300 mg/hari. Alopurinol sendiri 60-70% obat ini mengalami konversi di hati menjadi metabolit aktif oksiparuh alopurinol berkisar antara 2 jam dan oksipurinaol 12-30 jam pada pdengan fungsi ginjal Oksipurinaol diekskresikan melalui ginjal bersama dengan alopurinolalopurinol (Peterson et al. 1990).
Selain alopurinol, saat ini sedang dikembangkan febuksostat sebagai obat antiasam urat. Obat ini sedang dalam tahap pengembangan clinical trial fase IIIpengembangan obat yang diujikan pada berbagai kondisi pasien)menunjukkan bahwa febuksbaik oleh pasien pirai sampai 4 minggu. Febuksostat (Gambar 4) adalah inhibitor xantin oxidase nonpurina yang dikembangkan
diberikan melalui dua cara yaitu oral dan intravena. Kolkisin oral merupakan terapi
akut. Penelitian yang dilakukan Moris et al. (2003) menunjukkan bahwa duapertiga pasien yang
n membaik kondisinya dalam 48 jam dibanding sepertiga pada
Kolkisin oral akan lebih efektif jika diberikan sesegera mungkin pada saat gejala timbul karena pada perkembangan gejala berikutnya, pemberian kolkisin kurang efektif.
kibat penggunaan kolkisin dilaporkan terjadi pada pasien yang menerima total dosis 5 mg kolkisin dalam waktu 24 jam. Kolkisin intravena tidak lagi dianjurkan karena sangat toksik. Efek samping kolkisin
muntah, diare dan nyeri yang terjadi pada 80% pasien.
Komplikasi utama terapi ini adalah dehidrasi. Efek samping lain adalah kejang, depresi nafas, hepatik dan nekrosis otot, kerusakan ginjal, demam, granulositopenia, anemia koagulasi intravaskuler yang menyebar dan
ham & Robert 1988, Hidayat
pilihan untuk pirai alopurinol. Alopurinol
merupakan obat golongan antihiperurisemia razolopirimidina dan
Alopurinol sukar r dan etanol, tetapi larut dalam
kalium dan natrium hidroksida, serta tidak larut dalam kloroform dan eter (Dirjen POM 1995). Selain mengontrol gejala, obat ini juga melindungi fungsi ginjal. Alopurinol menurunkan produksi asam urat dengan cara
(Gambar 3). Dosis yang digunakan secara klinis adalah 300
sendiri tidak aktif tetapi 70% obat ini mengalami konversi di hati
menjadi metabolit aktif oksipurinol. Waktu berkisar antara 2 jam dan 30 jam pada penderita
yang normal. ol diekskresikan melalui ginjal
alopurinol dan ribosida 1990).
, saat ini sedang ostat sebagai obat
asam urat. Obat ini sedang dalam tahap clinical trial fase III (tahap
pengembangan obat yang diujikan pada berbagai kondisi pasien). Studi awal
ksostat ditoleransi sampai 4 minggu.
ambar 4) adalah inhibitor yang dikembangkan
untuk mengatasi hiperurisemia pada 2006). Namun mekanisme penghambatan enzim XO ini berbeda dari alopurinoldengan cara menghambat pengikatan substrat (Okamoto et al. 2003). Penggunaan obat ini hanya terbatas pada penderita yang mengalami gout kronis, namun tidak untuk penderita hiperurisemia asimtomatik (Barclay 2009)
Gambar 3 Aktivitas alopurinolinhibitor enzim (www.nature.com).
Gambar 4 Struktur febuxostat (Terkeltaub al. 2006).
Obat Urikosuria Sekitar 80% penderita pirai disebabkan oleh pengeluaran (sekresi) asam urat melalui ginjal yang menurun. Kebanyakan pasien dengan hiperurisemia akibat sedikitnya ekskresi asam urat dalam urin dapat diobati urikosuria. Golongan obat ini meningkatkan pengeluaran asam urat melalui ginjal yaitu dengan cara menghambat reabsorbsi tubular terhadap asam urat di ginjal sehingga ekskresi asam urat meningkat (Dalimartha 2001). Golongan ini biasa digunakan untuk menangani penderita pirai dengan ekskresi asam urat dalam urin berada di bawah normal (under excretion) (Isbagio 1992). dari terapi urikosuria ialah perlunya alkalisasi urin dan dikontraindikasikan pada pasien yang alergi dan menderita kelainan fungsi ginjal.
Golongan urikosuria seperti probenesid (500 mg -1g 2 kali/hari) dan sulfinpirazon
Xantin oksidase
xantin
Alopurinol
4
untuk mengatasi hiperurisemia pada pirai (Yu 2006). Namun mekanisme penghambatan
alopurinol yaitu menghambat pengikatan substrat
3). Penggunaan obat ini hanya terbatas pada penderita yang mengalami gout kronis, namun tidak untuk penderita hiperurisemia asimtomatik (Barclay
alopurinol sebagai inhibitor enzim XO
Gambar 4 Struktur febuxostat (Terkeltaub et
disebabkan oleh pengeluaran (sekresi) asam urat melalui ginjal yang menurun. Kebanyakan pasien dengan
a ekskresi asam urat dalam urin dapat diobati dengan obat
. Golongan obat ini meningkatkan elalui ginjal yaitu
dengan cara menghambat reabsorbsi tubular terhadap asam urat di ginjal sehingga ekskresi
limartha 2001). Golongan ini biasa digunakan untuk
dengan ekskresi asam urat dalam urin berada di bawah normal
(Isbagio 1992). Kekurangan ialah perlunya alkalisasi
kan pada pasien yang alergi dan menderita kelainan fungsi ginjal.
seperti probenesid 1g 2 kali/hari) dan sulfinpirazon
Xantin oksidase
Asam urat
5
(100 mg 3-4 kali/hari) merupakan alternatif alopurinol, terutama untuk pasien yang tidak tahan terhadap alopurinol. Urikosuria harus dihindari pada pasien dengan nefropati urat dan yang memproduksi asam urat berlebihan. Obat ini tidak efektif pada pasien dengan fungsi ginjal yang buruk (pengeluaran kreatinin
6
Gambar 5 Mahoni (Swietenia macrophylla King)
Bagian tanaman yang sering digunakan sebagai obat adalah bagian buah (biji). Menurut penelitian yang pernah dilakukan, buah mahoni mengandung senyawa flavonoid dan saponin. Menurut Permadi (2003) penyakit yang bisa disembuhkan antara lain hipertensi, kencing manis, dan rematik.
Kandungan flavonoid berguna untuk melancarkan peredaran darah, terutama untuk mencegah penyumbatan pembuluh darah akibat penumpukan lemak pada dinding pembuluh darah. Selain itu, flavonoid juga memiliki aktivitas sebagai antioksidan dan mengurangi produksi radikal bebas. Sedangkan saponin berguna untuk mencegah penyakit sampar, menurunkan konsentrasi lemak tubuh, meningkatkan sistem imunitas, mencegah pembekuan darah dan menurunkan konsentrasi gula darah serta sebagai hepatoprotektor (Taufik 2005).
Biji mahoni mengandung berbagai senyawa aktif yang berpotensi sebagai obat herbal. Biji mahoni digunakan untuk mengobati penyakit leishmaniasis dan obat untuk aborsi oleh etnik Bolivia-Amazon (Bourdy et al. 2000). Selain itu biji mahoni juga digunakan sebagai bahan obat untuk mengatasi hipertensi, diabetes, dan sebagai obat malaria, khususnya di Indonesia. Hal ini terlihat dari penelitian Muningsih et al. (2005) yang menyebutkan bahwa ekstrak tersebut mampu menghambat aktivitas Plasmodium falsiparum yang merupakan penyebab penyakit malaria. Senyawa aktif yang terkandung di dalam biji mahoni antara lain tetranortriterpenoid, swietenine, swietenolide, 8,30-epoxy-swietenine asetat dan swietenolide diasetat (Solomon et al. 2003).
Penelitian mengenai manfaat buah mahoni pernah dilakukan oleh Laurentia Mihardja, seorang peneliti dari Centre For Research and Development of Disease Control (NIHRD). Penelitian tersebut dilakukan terhadap tikus yang mengalami hiperglikemia. Pemberian dosis ekstrak buah mahoni sebesar 45 mg/ 160 g BB setelah 7 hari memberikan hasil yang signifikan dan tidak berbeda nyata dibandingkan dengan kelompok yang diberikan glikazide 7.2 mg/ 200 g BB. Selain itu, ekstrak buah mahoni juga berkhasiat sebagai antibakteri terhadap Heliobacter pylori (Bacsal 2003).
Penelitian tentang kandungan senyawa aktif kulit batang mahoni belum banyak dilakukan. Menurut Falah et al. (2008), serbuk batang mahoni mengandung senyawa bioaktif seperti katekin, epikatekin, dan swietemakrofilanin yang merupakan senyawa fenilpropanoid dari kulit kayu mahoni (Gambar 6). Penelitian yang dilakukan Suhesti et al. (2007) menunjukkan bahwa serbuk kulit batang mahoni memiliki kandungan senyawa aktif berupa saponin, terpenoid dan flavonoid. Ningsih (2010) mengemukakan bahwa ekstrak kulit batang mahoni juga mengandung senyawa tannin dan alkaloid.
Ekstrak kulit batang mahoni diduga memiliki potensi sebagai senyawa antihiperurisemia karena ekstrak kulit batang mahoni mengandung flavonoid yang telah diketahui memiliki aktivitas sebagai inhibitor XO ( Cos et al. 1998, Mo et al. 2007). Selain itu, senyawa aktif yang terdapat dalam kulit batang mahoni
Gambar 6 Senyawa bioaktif serbuk batang mahoni. (1) swietemakrofilanin, (2) katekin, (3) epikatekin (Falah et al. 2008).
7
memiliki kemampuan sebagai antioksidan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Falah et al. (2008), ekstrak kulit batang mahoni memiliki daya antioksidasi (IC50) sebesar 56 g/mL, sehingga sangat potensial digunakan sebagai antioksidan alami dibandingkan dengan standar (trolok) yang memiliki IC50 sebesar 80 g/mL.
BAHAN DAN METODE .
Bahan dan Alat Hewan uji yang digunakan adalah tikus
putih jantan galur Sprague-Dawley yang diperoleh dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), berumur 8 minggu dan mempunyai berat badan yang seragam yaitu 275,017,46 gram. Pakan hewan uji yang digunakan berupa pakan standar yang diperoleh dari Indofeed, Bogor. Kulit mahoni yang digunakan berasal dari tanaman yang berumur 15 tahun dan berasal dari HTI (Hutan Tanaman Industri) Sumedang. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah ekstrak kulit batang mahoni, alkohol 70%, akuades, hati ayam, alopurinol, NaCMC 95%, perangkat analisis asam urat Bio Line yang berisi bufer Hepes, asam 3,5-dikloro-2-hidroksibenzen sulfonat, 4-aminopenazon, enzim peroksidase, enzim urikase, dan standar asam urat 10 mg/dL.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah alat-alat gelas, bulp, mikro tip, penangas air, timbangan analitik, gunting, microfuge, blender, syiringe, sonde oral, mikropipet Labopette, vorteks, tabung tabung Eppendorf dan spektrofotometer UV-VIS Genesis 10.
Gambar 7 Tikus galur Sprague Dawley
METODE PENELITIAN Ekstraksi Mahoni
Kulit batang mahoni yang diperoleh dikeringkan. Selanjutnya kulit batang mahoni digiling halus (40-80 mesh). Serbuk kulit batang mahoni diekstraksi dengan menggunakan pelarut air panas dengan suhu
97oC. Serbuk kulit batang mahoni sebanyak 500 g direndam dengan air panas selama 4 jam. Air rendaman kemudian diuapkan dengan rotavapor sampai kering sehingga diperoleh rendemen sebesar 6.64% (Mardisadora 2010).
Ekstrak metanol diperoleh melalui ekstraksi serbuk kulit batang mahoni sebanyak 3000 g dengan pelarut aseton pada suhu 28oC selama 48 jam. Ekstraksi dilakukan sebanyak 3 kali dengan menggunakan 3 L aseton. Serbuk kulit batang mahoni sisa ekstraksi aseton kemudian disuspensi dengan menggunakan metanol dan hasil ekstraksi dirotavapor sehingga diperoleh ekstrak metanol. Rendemen ekstrak metanol yang diperoleh sebesar 6.65% (Mardisadora 2010).
Dosis Penggunaan Ekstrak Dosis ekstrak kulit batang mahoni yang
digunakan adalah dosis optimum berdasarkan uji orientasi toksisitas akut terhadap mencit (Ningsih 2010) dan uji aktivitas antioksidan secara in vitro (Mardisadora 2010). Nilai LD50 ekstrak air kulit batang mahoni sebesar 21420.91 mg/Kg BB, dan ekstrak metanol kulit batang mahoni sebesar 16334.52 mg/Kg BB. Oleh karena itu, ditetapkan dosis 500 mg/Kg BB yang merupakan dosis aman bagi hewan model karena jauh berada di bawah dosis farmakologis sebesar 1/10 dosis letal.
Rancangan Percobaan dan Hewan Uji Tikus sebanyak 33 ekor, dibagi dalam 5
kelompok, yaitu kelompok normal, kelompok kontrol hiperurisemia (HU), kelompok pembanding alopurinol (HU I) dan dua kelompok ekstrak. Kelompok normal adalah kelompok yang dicekok dengan akuades. Kelompok HU merupakan kelompok yang dicekok jus hati ayam dalam NaCMC 0.5% dosis 25 g/Kg BB. Kelompok HU I dicekok dengan jus hati ayam dalam NaCMC 0.5% dan alopurinol dengan dosis 3.3 mg/Kg BB (Mudrikah 2006). Kelompok ekstrak adalah kelompok yang dicekok dengan jus hati ayam dalam NaCMC 0.5% dan ekstrak air ( HU II) atau metanol (HU III) kulit batang mahoni pada konsentrasi 500 mg/Kg BB untuk masing-masing ekstrak.
Hewan uji diaklimatisasi selama satu bulan dalam kandang percobaan. Aklimatisasi ini bertujuan untuk menyeragamkan cara hidup dan makanannya. Selama percobaan, tikus diberi pakan standar dalam bentuk pellet secara ad libitum. Setelah aklimatisasi selama 4 minggu, konsentrasi asam urat diukur sebagai nilai hari ke nol (0). Selanjutnya,
8
kecuali yang normal, semua kelompok hewan diinduksi hiperurisemia dengan cara diberi jus hati ayam dengan dosis 25 mL/Kg (setara dengan 25 g/Kg BB) selama 28 hari (Mudrikah 2006). Konsentrasi asam urat selanjutnya diukur pada hari ke 14, 21, dan 28 setelah induksi.
Pada hari ke 28 hingga hari ke 35 kelompok HU I, HU II, dan HU III menerima perlakuan seperti telah dikemukakan dalam rancangan percobaan. Adapun kelompok normal diberi akuades, dan kelompok HU, tetap menerima jus hati ayam dan NaCMC 0.5%. Pemberian jus hati ayam selama periode pengobatan adalah untuk mengurangi efek enzim urikase pada hewan model. Pengukuran konsentrasi asam urat dilakukan kembali pada hari ke 35 untuk mengetahui penurunan konsentrasi asam urat.
Persiapan Serum Darah Konsentrasi asam urat darah yang
digunakan berasal dari serum darah. Serum darah diperoleh dari pemisahan serum darah dengan komponen padatan darah. Sebelum pengambilan darah, tikus dipuasakan selama 18 jam. Darah diambil dengan cara menyayat ujung ekor tikus secara aseptik sebanyak 2 mL dan ditampung menggunakan tabung tabung Eppendorf 2 mL. Kemudian darah didiamkan selama 60 menit di penangas es sehingga darah menggumpal dan serum darah terpisah. Selanjutnya serum dipindahkan ke dalam tabung Eppendorf baru dan disentrifugasi dengan kecepatan 1200 g selama 15 menit. Beberapa serum mengalami lisis sehingga sentrifugasi diulang. Serum yang diperoleh disimpan dalam tabung Eppendorf baru dan segera diukur konsentrasi asam uratnya. Pengukuran Konsentrasi Asam Urat Darah (Fossati et al. 1980)
Pengukuran Panjang Gelombang Maksimum. Panjang gelombang maksimum dapat diperoleh dengan mengukur larutan standar pada suatu selang panjang gelombang. Panjang gelombang yang digunakan adalah 500-530 nm. Sebanyak 20 L standar asam urat direaksikan dengan 1000 L larutan buffer dan pereaksi asam 3,5-dikloro-2-hidroksibenzen sulfonat (DHBS). Campuran dikocok dan diinkubasi selama 15 menit pada suhu ruang. Absorbansi diukur pada panjang gelombang 500-530 nm dengan selang 1 nm dan diplotkan ke dalam kurva sehingga diperoleh puncak. Puncak tersebut merupakan nilai panjang gelombang maksimum, sebesar 514 nm (Lampiran 4).
Kurva Standar Asam Urat. Konsentrasi asam urat yang digunakan dalam kurva standar adalah 0.15, 1.5, 3.0, 6.0 mg/dL. Sebanyak 20 L standar asam urat direaksikan dengan 1000 L larutan buffer dan pereaksi DHBS. Campuran dikocok dan diinkubasi selama 15 menit pada suhu ruang. Absorbansi diukur pada panjang gelombang maksimum 514 nm dan diplotkan ke dalam kurva dan diperoleh grafik konsentrasi asam urat dengan persamaan y = 0.028x 0.005, R = 0.999 (Lampiran 5). Analisis Konsentrasi Asam Urat Darah. Sebanyak 20 L sampel direaksikan dengan 1000 L larutan buffer dan pereaksi DHBS. Campuran dikocok dan diinkubasi selama 15 menit pada suhu ruang. Absorbansi diukur pada panjang gelombang maksimum 514 nm. Konsentrasi asam urat dihitung berdasarkan persamaan y = 0.028x 0.005
Analisis Statistik Rancangan percobaan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL). Data yang diperoleh kemudian diuji lanjut dengan menggunakan uji Duncan dan uji T pada perangkat lunak SPSS Statistical Data Analysis seri 13. Modelnya adalah sebagai berikut: Yij = + i + ij Keterangan : = pengaruh rataan umum i = pengaruh perlakuan ke-i, i= 1,2,3,4,5 I= pengaruh galat perlakuan ke-i dan ulangan
ke-j, j= 1,2,3,4,5,6 Yi= pengamatan perlakuan ke-i dan ulangan
ke-j i1= kelompok kontrol normal i2= kelompok kontrol positif i3= kelompok kontrol negatif i4= kelompok perlakuan dengan ekstrak air
kulit batang mahoni i5= kelompok perlakuan dengan ektrak
metanol kulit batang mahoni.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Hewan Model Bobot Badan Hewan Model Selama Adaptasi
Bobot badan hewan model yang digunakan pada awal masa adaptasi rata-rata sebesar 125.9411.31 g. Selama masa adaptasi tikus dilakukan penimbangan bobot badan secara berkala (1 minggu sekali). Hasil penimbangan menunjukkan bahwa bobot
9
badan tikus mengalami kenaikan 120% selama masa adaptasi. Perubahan bobot badan yang diamati setiap minggunya mengalami kenaikan yang signifikan dibandingkan bobot badan awal (p>0.05) (Gambar 8). Kenaikan ini dipengaruhi oleh tingkat konsumsi pakan dan umur tikus yang berada dalam masa pertumbuhan. Pemberian pakan selama adaptasi dilakukan secara ad libitum. Di akhir masa adaptasi bobot badan tikus mencapai 275,017,46 g. Menurut lembaga riset Ace Animal (2006), tikus Spague Dawley jantan akan memiliki bobot badan sebesar 275-299 pada usia 57-61 hari. Dengan rata-rata bobot badan 275,017,46 g, tikus siap digunakan untuk percobaan.
Gambar 8 Bobot badan selama adaptasi. ( kelompok normal; kelompok HU, kelompok HU I , kelompok HU II, kelompok HU III).
Bobot Badan Hewan Model Selama Percobaan
Pemeriksaan bobot badan tikus dilakukan setiap hari untuk menentukan jumlah jus hati ayam yang dicekokkan serta mengetahui kondisi kesehatan hewan uji yang digunakan. Rata-rata bobot badan tikus sebelum percobaan sebesar 275,017,46 g. Selama pengujian, seluruh tikus percobaan mengalami kenaikan bobot badan karena tikus masih dalam masa pertumbuhan (
10
Gambar 10 Reaksi perombakan asam urat secara enzimatik (Fossati 1980)
Kondisi hiperurisemia pada tikus ditandai dengan peningkatan produksi asam urat sehingga konsentrasi asam urat di dalam darah berada di atas normal. Asam urat ditingkatkan dengan pemberian jus hati ayam dengan dosis 25 g/Kg BB. Hati ayam digunakan sebagai bahan peningkat asam urat karena kandungan purina yang sangat tinggi. Menurut Bertika (2009) kandungan purina dalam hati ayam sebesar 243 mg/100 g. Purina yang berasal dari bahan makanan dapat meningkatkan pembentukan asam urat karena meningkatkan konsentrasi purina dalam tubuh sehingga meningkatkan aktivitas enzim XO dan XDH.
Pemberian jus hati ayam selama 14 hari mulai meningkatkan konsentrasi asam urat semua kelompok yang diinduksi hiperurisemia. Peningkatan konsentrasi asam urat hasil induksi berkisar antara 7,9-22.2%. Nilai konsentrasi rata-rata asam urat setelah pemberian jus hati ayam sebesar 3,1910,573 mg/dL. Meskipun demikian, peningkatan ini belum bermakna jika dibandingkan dengan nilai konsentrasi asam urat sebelum induksi (P=0.949). Begitu pula jika dibandingkan dengan kelompok yang tidak diinduksi dalam waktu yang sama (Gambar 11).
Mudrikah (2006) melaporkan adanya peningkatan asam urat secara signifikan terjadi pada 21 hari setelah pemberian jus hati ayam, yaitu sebesar 23,34%. Mengacu pada penelitian tersebut maka induksi hiperurisemia dilakukan hingga hari ke-21. Hasil analisis pada hari ke 21 menunjukkan konsentrasi rata-rata kelompok yang diinduksi dengan jus hati ayam meningkat tajam yaitu mencapai 5,03 1.02 mg/dL (peningkatan 75,5%). Namun sebagian besar serum pada hari ke-21 mengalami lisis. Serum yang mengalami lisis mengandung hemoglobin dan bilirubin yang meningkatkan pembacaan konsentrasi asam
urat, sehingga nilai konsentrasi asam urat yang terbaca pada spektrofotometer lebih besar dari konsentrasi asam urat sebenarnya. Keadaan ini menyebabkan induksi diperpanjang hingga hari ke 28.
Pada hari ke-28 konsentrasi asam urat kelompok yang diinduksi dengan jus hati meningkat sebesar 32,54% (0.93 mg/dL) pada kelompok HU, 26,84 % (0.77 mg/dL) kelompok HU I, 47,071% (1.28 mg/dL) kelompok HU II air, dan 38,48% (1.01mg/dL) kelompok HU III lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi pada hari ke-0. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa konsentrasi asam urat kelompok perlakuan berbeda nyata terhadap kelompok
Gambar 11 Konsentrasi asam urat selama 14 hari induksi ( hari ke-0, hari ke-14). *(a) tidak berbeda dengan kelompok normal. (*) seragam untuk semua kelompok (p=0.949).
0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
3.0
3.5
Ko
nse
ntr
asi
mg
/dL
Kelompok
7.9% 13.3% 15.6% 22.2% * * * *
*
normal. Persentase kenaikan ratauji yang diinduksi dengan jus hati ayam sebesar 36,83%. Peningkatan paling tinggi terjadi pada kelompok ekstrak air dengan ratarata konsentrasi asam urat sebesar 4,000,18 mg/dL (Gambar 12).
Gambar 12 Konsentrasi asam urat serum selama induksi 28 hari. ke-0, () hari ke28. (*) seragam (
Efek Antihiperurisemia Ekstrak Kulit Batang Mahoni
Konsentrasi asam urat kelompok HU pada hari 35 induksi mengalami penurunan sebesar 1.4%. Penurunan ini diduga disebabkan oleh aktivitas enzim urikase. Namun jika dibandingkan dengan konsentrasi sebelum masa perlakuan perubahan (p=0.871).
Pemberian alopurinol dengan dosis 3.3 mg/Kg BB pada kelompok HU I mampu menurunkan konsentrasi asam urat hewan uji sebesar 66.56% dibandingkan dengan konsentrasi asam urat sebelum perlakuanNamun, persentase penurunannya lebih kecil jika dibandingkan dengan hasil Mudrikah (2006) yang mencapai 92.51%. Hal ini diduga akibat tingkat kelarutan rendah sehingga memberikan efek yang lebih rendah.
Alopurinol telah diketahui mampu menghambat aktivitas XO melalui proses inhibisi kompetitif ( Nelson & Cox 2005). Hal ini disebabkan oleh kemiripanalopurinol dengan hipoksantin yang merupakan substrat dalam pembentukan asam urat dalam tubuh. Oleh karena itu digunakan untuk mengobati serangan pirai secara klinis.
Ekstraksi kulit batang mahoni menghasilkan rendemen sebesar 6.6ekstrak air dan 6.65% pada ekstrak metanol
0.0
1.0
2.0
3.0
4.0
5.0K
on
sen
tra
si m
g/d
L
Kelompok
32.5% 26.8%
* *
Persentase kenaikan rata-rata hewan uji yang diinduksi dengan jus hati ayam
Peningkatan paling tinggi lompok ekstrak air dengan rata-
rata konsentrasi asam urat sebesar 4,000,18
Gambar 12 Konsentrasi asam urat serum selama induksi 28 hari. () hari
) hari ke-14, () hari ke-. (*) seragam (p=0.339).
Antihiperurisemia Ekstrak Kulit Mahoni
Konsentrasi asam urat kelompok HU pada hari 35 induksi mengalami penurunan sebesar 1.4%. Penurunan ini diduga disebabkan oleh aktivitas enzim urikase. Namun jika dibandingkan dengan konsentrasi asam urat
tidak mengalami
dengan dosis 3.3 mg/Kg BB pada kelompok HU I mampu menurunkan konsentrasi asam urat hewan uji sebesar 66.56% dibandingkan dengan konsentrasi asam urat sebelum perlakuan.
n, persentase penurunannya lebih kecil jika dibandingkan dengan hasil Mudrikah (2006) yang mencapai 92.51%. Hal ini diduga akibat tingkat kelarutan alopurinol yang rendah sehingga memberikan efek yang lebih
telah diketahui mampu bat aktivitas XO melalui proses
inhibisi kompetitif ( Nelson & Cox 2005). Hal ini disebabkan oleh kemiripan struktur
dengan hipoksantin yang merupakan substrat dalam pembentukan asam urat dalam tubuh. Oleh karena itu alopurinol
untuk mengobati serangan pirai
Ekstraksi kulit batang mahoni sebesar 6.64% pada
% pada ekstrak metanol
(Mardisadora 2010). Pengujian ekstrak kulit batang mahoni dilakukan untuk menentukan khasiat ekstrak tersebut dalam menurunkan konsentrasi asam urat darah. Hal ini sangat penting dilakukan agar sediaan uji memiliki standar kualitas dan keamanan melalui pengujian secara ilmiah.
Pemberian ekstrak air kulit batang mahoni dengan dosis 500 mg/Kg BB selberturut-turut mampu menurunkanasam urat sebesar 24.22%, sedangkan ekstrak metanol kulit batang mahoni dengan dosis yang sama mampu menurunkan konsentrasi asam urat sebesar 21.02%. Jika dibandingkan dengan kelompok HU, persentase konsentrasi asam urat kelompok tersebut berbeda secara signifikan (Gambar 13). Besarnya persentase penurunan kelompok HU II lebih besar dibandingkan HU III. Namun, hasil analisis statistik terhadap kedua kelompok tidak memberikan perbedaan (p
12
bahwa pemberian ekstrak air dan ekstrak metanol mampu menurunkan konsentrasi asam urat pada kisaran normal.
Mudrikah (2006) melaporkan ekstrak air jahe merah mampu menurunkan konsentrasi asam urat sebesar 45.55% pada dosis 115.58 mg/Kg BB dan herba suruhan sebesar 39.44% pada dosis 136 mg/Kg BB. Jika dibandingkan dengan hasil tersebut, persentase penurunan konsentrasi asam urat akibat pemberian ekstrak kulit batang mahoni pada dosis 500 mg/Kg BB memiliki persentase yang lebih rendah.
Efek antihiperurisemia pada kelompok kulit batang mahoni diduga disebabkan oleh kandungan senyawa kimianya. Chaerul (2001) melaporkan bahwa senyawa aktif tumbuhan obat yang memiliki potensi sebagai antihiperurisemia adalah senyawa alkaloid dan flavonoid. Menurut Falah et al. (2008) kulit batang mahoni mengandung senyawa katekin, epikatekin dan swietemakrofilanin yang merupakan turunan dari tannin. Berdasarkan penelitian tersebut dapat diduga bahwa efek antihiperurisemia yang terlihat dalam percobaan ini disebabkan oleh adanya senyawa alkaloid dan flavonoid.
Flavonoid memiliki banyak manfaat seperti sebagai antioksidan, dan sebagai inhibitor aktivitas enzim (Murota dan Terao 2003). Salah satu enzim yang dapat dihambat aktivitasnya adalah XO (Van Hoorn et al. 2003). Uji in vitro beberapa senyawa flavonoid seperti kuersetin, kaempreol dan apigenin mampu bekerja sebagai inhibitor XO dengan daya hambat yang hampir sama dengan alopurinol (Ahmad et al. 2006, Cos et al. 1998). Beberapa penelitian in vivo menunjukkan flavonoid mampu menghambat aktivitas XO. Menurut Mo et al. (2007) senyawa flavonoid seperti kuersetin, morin, kaempreol, apigenin, myrisetin dan puerarin mampu menurunkan konsentrasi asam urat hingga mencapai konsentrasi normal dengan dosis 50 mg/Kg BB. Selain itu senyawa aktif lainnya seperti morin, katekin, epikatekin dan akasetin memiliki aktivitas yang sangat kuat dalam menghambat aktivitas XO dalam hati (Nguyen et al. 2005).
Selain berperan dalam menghambat aktivitas XO, flavonoid juga berperan sebagai antioksidan sehingga mampu melindungi DNA dari radikal bebas. Oleh karena itu, diduga proses terbentuknya asam urat endogen dapat diminimalkan (Muraoka dan Miura 2003).
Hubungan antara struktur flavonoid dengan aktivitasnya sebagai inhibitor XO
disebabkan oleh adanya ikatan rangkap pada atom C2=C3 serta adanya gugus hidroksil pada atom C3, C5 dan C7 (Cos et al. 1998, Van Hoorn et al. 2002). Aktivitas antihiperurisemia senyawa flavonoid akan menurun dan bahkan kehilangan aktivitasnya apabila terjadi glikosilasi pada atom C7. Namun jika glikosilasi terjadi pada atom C8 akan meningkatkan aktivitas antihiperurisemia dan inhibitor XO. Hal ini mungkin disebabkan oleh pengaruh posisi glikosilasi terhadap sisi pengikatan komponen tersebut terhadap enzim (Mo et al. 2007). Struktur planar dan adanya gugus hidroksil pada senyawa flavonoid mungkin memiliki peranan yang penting dalam interaksinya dengan molekul target pada komponen tersebut.
Berdasarkan hal tersebut, diduga flavonoid yang terkandung dalam ekstrak kulit batang mahoni memiliki mekanisme sebagai inhibitor enzim XO. Jika dibandingkan dengan kelompok hiperurisemia, konsentrasi asam urat kelompok ekstrak dan alopurinol lebih rendah walaupun semua kelompok perlakuan tetap diberikan jus hati ayam mentah selama perlakuan ekstrak. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak mahoni mampu menurunkan konsentrasi asam urat melalui penghambatan aktivitas enzim XO, seperti halnya kelompok kontrol alopurinol.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Ekstrak air dan metanol kulit batang
mahoni memiliki aktivitas sebagai antihiperurisemia yaitu menurunkan konsentrasi asam urat serum tikus jantan yang diinduksi dengan jus hati ayam dengan persentase penurunan sebesar 24,22 % dan 21,02% pada dosis 500 mg/Kg BB. Kedua ekstrak tersebut memiliki efektivitas yang lebih rendah dibandingkan dengan alopurinol pada dosis 3,3 mg/Kg BB. Saran
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui senyawa aktif yang bersifat antihiperurisemia dalam kulit batang mahoni. Penelitian dengan kisaran dosis yang lebih tinggi perlu diteliti untuk menentukan aktivitas optimum dari ekstrak kulit batang mahoni dalam menurunkan konsentrasi asam urat, serta perlu dilakukan penelitian mengenai mekanisme penurunan konsentrasi asam urat. Selain itu, perlu dikembangkan obat herbal terstandar dari ekstrak tersebut.
13
DAFTAR PUSTAKA
Ace Animal. 2006. Sprague dawley. [terhubung berkala]. http:// www.aceanimals.com/SpragueDawley.htm. [20 Januari 2010]
Ahmad NS, Farman M, Najmi MH, Mian KB, Hasan A. 2006. Activity of polyphenolic plant extracts as scavengers of free radicals and inhibitors of xanthine oxidase. Pakistan Journal of Biological Sciences 2: 1-6
Alldred A. 2005. Gout pharmacological management. Hospital Pharmacist. 12:225-228
Bacsal et al. 2003. The effect of Swietenia mahogani (mahogany) seed extract on indomethacin-induced gastric ulcers in female Sprague-dawley rats. Acta Medica Philipina 6 : 256-259.
Barclay L. 2009. FDA approves febuxostat for chronic management of hyperuricemia in patients with gout. [terhubung berkala] http://www.fda.gov. [14 Desember 2009)
Bertika M. 2009. Mencintai ginjal. Surya : 25-26
Bourdy G, De Walt SJ, Chaves LR, Roca A, Deharo E. 2000. Medicinal plant uses of the Tanaca an Amazonian Bolivian ethnic group. J. Ethnopharmacol 70 : 87-109.
Chaerul. 2001. Tempuyung untuk menghadang asam urat. [terhubung berkala] http://www.anekaplanta.com/ 2008/02/28/tempuyung-untuk menghadang asam-urat/ [20 Agustus 2009].
Choi HK, Atkinson K, Karlson E W, Willett W, Curhan G.. 2004. Purine-rich foods, dairy and protein intake, and the risk of gout in men. The New England Journal of Medicine 350: 1093-1103.
Cos et al.. 1998. Structure-activity relationship and classification of flavonoids as inhibitor of xanthine oxidase and superoxide scavengers. J Nat Prod 61 : 71-76.
Dalimartha S. 2001. 96 Resep Tumbuhan Obat untuk Reumatik. Jakarta : Penebar Swadaya.
Davidson J, Henry JB. 1974. Clinical Diagnosis by Laboratory Methods. Philadelpia : WB Saunders.
DirjenPOM [Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan]. 1995. Farmakologi Indonesia Edisi IV. Jakarta : Depkes RI
Falah S, Suzuki T, Katayama T. 2008. Chemical constituent from Swietenia macrophylla bark and their antioxidant activity. Pakistan Journal of Biological Sciences 11 : 2007-2012.
Fossati P, Prencipe L, Berti G. 1980. Use of 3,5-dichloro-2-hydroxybenzenesulfonic acid/4-aminophenazone chromogenic system in direct enzymatic assay of uric acid in serum and urine. Clin Chem 26 : 227-231.
Ganong WF. 1971. Review of Medical Physiology. California : Lang Medical Pb.
Girindra A. 1988. Biokimia Patologi. Bogor : Pusat Antar Universitas IPB.
Graham W, Robert JB. 1983. Intravenous colchicines in the management of pirai arthritis. Annals of the Rheumatic Diseases 12:16-19.
Haidari et al.. 2008. Effect of onion on serum uric acid levels and hepatic xanthine dehydrogenase/xanthine oxidase activities in hyperuricemic rats. Pakistan Journal of Biological Sciences 11 : 1779-1784.
Hawkin DW, Rahn DW. 1997. Pharmacoteraphy : Pathophysiological Approach. London : Blackwell Scientific Pb.
Heryanto R. 2003. Biofarmaka : Definisi dan Fungsinya dalam Pengobatan Pirai. Bogor : Pusat Studi Biofarmaka Institut Pertanian Bogor.
Hidayat R. 2009. Gout dan hiperurisemia. Medicinus : Scientific Journal of Pharmaceutical Development and Medical Application 22 :47-50.
Isbagio H. 1992. Stategi pengobatan medikamentosa penyakit reumatik. Cermin Dunia Kedokteran 78 : 25-31.
Iswantini D, Darusman LK. 2003. Effect of Sidaguri as an uric acid lowering agent on the activity of oxidase enzim. Proceeding of International Symposium on Biomedicine, 18-19th 2003. Biopharmacia Research Center. Bogor Agriculture University.
Johnson WJ, Stavric B, Chartrand A. 1969. Uricase inhibition in the rat by s-triazines : an animal model for hyperuricemia and
14
hyperuricosuria. Proc. Soc. Exp. Biol. Med 131 : 8-12.
Jker D. 2001. Informasi Singkat Benih. Bandung : Indonesia Forest Seed Project
Kong LD, Cai C, Huang W, Cheng CHK, Tan RX. 2000. Inhibition of xanthin oxidase by some Chinese medicine plant used to treat pirai. J Ethnopharmacol 73 : 199-207.
Koolman J, Roehm KH. 2005. Colour Atlas of Biochemistry. New York : Thieme Stuttgart
Maiti A, Dewanjee S, Mandal SC. 2007. In vivo evaluation of antidiarrhoeal activity of the seed of Swetenia macrophylla King (Meliaceae). Tropical Journal of Pharmaceutical Research 6: 711-716.
Mardisadora O. 2010. Identifikasi dan potensi antioksidan ekstrak kulit batang mahoni. [skripsi]. Bogor : FMIPA Institut Pertanian Bogor.
Mata R, Sigura-Correa R. New tetranorterpenoid from Swietenia humulis. J Nat Prod 56 : 1567-1574.
Mo et al.. 2007. Hypouricemic action of selected flavonoids in mice : structure-activity relationships. Biol. Pharm. Bull. 30 : 1551-1556
Morris I, Varughese G, Mattingly P. 2003. Colchicine in acute pirai. BMJ 327:1275-1276.
Mudrikah F. 2006. Potensi ekstrak jahe merah (Zingiber officinale Rosc.) dan herba suruhan sebagai antihiperurisemia pada tikus. [skripsi]. Bogor : FMIPA Institut Pertanian Bogor.
Muraoka S, Miura T. 2003. Inhibition by uric acid of free radical that damage biological molecules. Pharmacol. Toxicol 93 : 284-289.
Murningsih, Subekti T, Matsuura H, Takahashi K, Yamasaki M. 2005. Evaluation of the inhibitory activities of extract of Indonesian traditional medicinal plant against Plasmodium falsiparum and Babesia gibsoni. J. Vet. Med. Sci. 67 : 829-831.
Murota K, Terao J. 2003. Antioxidant flavonoid quercetin : implication of its intestinal absorbtion and metabolism. Arch. Biochem. Biophys 417: 12-17
Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW. 2003. Harpers Illustrated Biochemistry. New York : Lange Medical Pb.
Nelson DL, Cox MM. 2005. Lehninger : Principles of Biochemistry. New York : WH Freeman
Nguyen et al.. 2005. Xanthine oxidase inhibitory activity of vietnamese mecidal plants. Biol Pharm Bull 27 : 1414-1421.
Ningsih F. 2010. Kandungan flavonoid dan toksisitas akut kulit kayu mahoni (Swietenia macrophylla King) pada mencit [skripsi]. Bogor : FMIPA Institut Pertanian Bogor.
Okamoto et al.. 2003. An extremely potent inhibitor of xanthine oxidoreductase : crystal structure of the enzyme-inhibitor complex and mechanism of inhibition. J Biol. Chem. : 278 : 1848-1855
Oqbru M. 2009. Nonsteroid antiinflamation drugs (NSAID). Terhubung berkala : http://medicine.net/NSAID.htm [20 Desember 2009]
Permadi A. 2003. Membuat Kebun Tanaman Obat. Jakarta : Bunda
Peterson GM, Boyle RR, Francis HW. 1990. Dosage prescribing and plasma oxypurinol levels in patients receiving alopurinol therapy. European Journal of Clinical Pharmacology 39:419-421.
Rhamadani T. 2004. Isolasi dan identifikasi senyawa bioaktif seledri dalam menghambat aktivitas enzim XO [skripsi]. Bogor : FMIPA IPB.
Sanchez-Lozada et al.. 2002. Mild hyperuricemia induces glomerular hypertension in normal rats. Am J Physiol Renal 228 : 1105-1110
Solomon KA, Malathi R, Rajan SS, Narasimhan S, Nethaji M. 2003. Swietenia. Acta Cryst E 59 : 1519-1521.
Suhesti TS, Kurniawan DW, Nuryanti. 2007. Penjaringan senyawa antikanker pada kulit batang katu mahoni (Swietenia mahogani Jacq) dan uji aktiovitasnya terhadap larva udang (Artemia salina Leach.). Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan 3 : 155-162.
Suratmo FG. 1976. Penggerek pucuk pohon mahoni Hypsipyla robusta (Moore).
15
[Laporan Penelitian]. Bogor : Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Taufik A. 2005. Buah mahoni, tingkatkan vitalitas dan penyembuhan. [Tempo] 15 Januari 2005.
Van Hoorn et al.. 2002. Accurate prediction of xanthine oxidase inhibition based on structure of flavonoids. J Pharmacol 451: 111-118.
Walsh G. 2003. Biopharmaceuticals Biochemistry and Biotechnology. West Sussex : John Wiley & Sons.
Yu KH. 2006. Febuxostat : a novel non-purinae selective inhibitor of xanthin oxidase for the treatment of hiperurincemia in pirai. Inflamation and Alergy Drugs Discovery 1:1.
16
LAMPIRAN
17
Lampiran 1 Rancangan percobaan
HU I
HU III HU II Kontrol Hiperurisemia
(HU)
Kontrol Normal
Analisis konsentrasi asam urat darah pada hari 0,14, 21, 28 dan 35
Kelompok Kontrol Normal dicekok dengan akuades Kelompok Kontrol HU dicekok dengan NaCMC 0.5% Kelompok HU I dicekok dengan Alopurinol 3.3 mg/Kg BB Kelompok HU II dicekok dengan ekstrak air kulit batang
mahoni 500 mg/Kg BB Kelompok HU III dicekok dengan ekstrak Metanol kulit
batang mahoni 500 mg/Kg BB
Induksi Hiperurisemia (0-28)
Aklimatisasi Hewan Uji (4 minggu)
HU I
18
Lampiran 2 Ektraksi dan fraksinasi kulit batang mahoni
Ekstraksi dengan air panas selama 4 jam
Uji antihiperurisemia
Ekstraksi 3 kali dengan aseton
Serbuk kulit mahoni
Ekstrak Metanol Residu
Ekstrak aseton Residu
19
Lampiran 3 Bobot badan hewan uji selama adaptasi No
Tikus Kelompok Hari ke
0 Hari ke
7 Hari ke
14 Hari ke
21 Hari ke
28 1
Normal
118 156 192 200 237 2 118 174 212 224 282 3 118 148 198 220 274 7 122 182 216 222 280
12 136 192 222 232 280 27 128 170 212 226 291 6
HU
120 174 190 214 276 8 120 162 188 203 256
13 120 178 196 212 268 17 130 184 220 227 276 29 132 186 220 230 280 30 120 164 194 201 236 31 136 184 222 240 296 9
HU I
122 148 196 218 276 15 130 168 188 222 280 16 118 164 194 204 260 20 116 162 198 210 264 22 136 178 230 236 308 23 128 186 218 238 300 28 138 178 226 246 316 4
HU II
116 164 198 206 252 5 120 160 196 208 268
10 128 174 202 204 268 11 138 184 222 232 276 14 126 162 194 208 248 33 134 198 234 248 292 18
HU III
120 170 210 224 284 19 116 166 204 215 284 21 118 162 196 218 292 24 124 156 216 226 296 25 138 196 230 240 280 26 126 152 194 204 252 32 126 176 204 216 256
Rerata 125.1 170.6 206.2 219.6 274.8 SD 7.4 13.2 13.9 13.6 18.9
20
Lampiran 4 Rerata bobot badan hewan model selama adaptasi
Kelompok Hari ke-0 Hari ke-7
Hari ke-14
Hari ke-21
Hari ke- 28
NORMAL 123 170 209 221 274 HIPERURISEMIA (HU) 125 176 204 218 270 HU I 127 169 207 225 286 HUII 127 174 208 218 267 HUIII 124 168 208 220 278
Lampiran 5 Analisis uji Duncan bobot badan selama adaptasi 1. Hari ke-0 RESPON Duncan
PERLAKUAN N Subset
1 NORMAL 6 123.3333 HUIII 7 124.0000 HU 7 125.4286 HUI 7 126.8571 HUII 6 127.0000 Sig.
.450 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = 59.425. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.563. b The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed. c Alpha = .05.
2. Hari ke-7 RESPON Duncan
PERLAKUAN N Subset
1 HUIII 7 168.2857 HUI 7 169.1429 NORMAL 6 170.3333 HUII 6 173.6667 HU 7 176.0000 Sig.
.372 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = 188.320. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.563. b The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed. c Alpha = .05.
21
3. Hari ke-14 RESPON Duncan
PERLAKUAN N Subset
1 HU 7 204.2857 HUI 7 207.1429 HUII 6 207.6667 HUIII 7 207.7143 NORMAL 6 208.6667 Sig.
.637 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = 218.228. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.563. b The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed. c Alpha = .05.
4. Hari ke-21 RESPON Duncan
PERLAKUAN N Subset
1 HUII 6 217.6667 HU 7 218.1429 HUIII 7 220.4286 NORMAL 6 220.6667 HUI 7 224.8571 Sig.
.424 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = 204.075. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.563. b The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed. c Alpha = .05.
5. Hari ke-28 RESPON Duncan
PERLAKUAN N Subset
1 HUII 6 267.3333 HU 7 269.7143 NORMAL 6 274.0000 HUIII 7 277.7143 HUI 7 286.2857 Sig.
.113 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = 354.344. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.563. b The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed. c Alpha = .05.
22
Lampiran 6 Bobot badan hewan uji selama percobaan Kelompok Hari ke 0
Hari ke 7
Hari ke 14
Hari ke 21
Hari ke 28
Hari ke 35
Normal
237 252 258 276 290 290 282 292 200 332 348 356 274 298 294 304 338 368 280 304 310 342 340 336 280 288 290 312 332 336 291 306 356 344 360 368
Rerata 27417.3 29018.1 28547.8 31824.0 33521.8 34226.8
HU
276 300 308 328 344 380 256 276 276 300 312 316 268 288 288 312 344 356 276 300 304 324 340 340 280 304 300 336 344 352 236 256 252 264 284 284 296 324 324 352 380 372
Rerata 27019.2 29321.8 29323.6 31728.5 33530.1 34333.4
HU I
276 292 300 324 344 348 280 300 300 316 360 368 260 284 284 316 324 308 300 320 320 344 344 360 308 332 320 352 336 360 316 344 344 376 392 408 264 292 292 324 340 352
Rerata 28621.9 30922.9 30920.6 33622.4 34922.0 35829.6
HU II
252 280 280 304 320 296 268 308 316 356 372 364 268 296 300 344 360 344 276 304 304 336 344 336 248 276 276 300 320 332 292 320 324 344 360 320
Rerata 26716.1 29716.9 30019.1 33123.1 34622.0 33222.9 HU III 284 304 308 320 332 340
284 304 304 332 340 320 292 312 320 340 364 380 296 324 320 360 364 368 280 316 316 348 372 360 252 120 276 304 312 308 256 272 272 296 308 288
Rerata 27817.1 27972.0 30220.2 32923.3 34225.9 33833.9
23
Lampiran 7 Rerata bobot badan hewan model selama percobaan
KELOMPOK Hari ke-0 Hari ke-7
Hari ke-14
Hari ke-21
Hari ke-28
Hari ke-35
NORMAL 274 290 285 318 335 342 HIPERURI- SEMIA (HU) 270 293 293 317 335 343 HUI 286 309 309 336 349 358 HUII 267 297 300 331 346 352 HUIII 278 279 302 329 342 348
Lampiran 8 Analisis uji Duncan bobot badan hewan uji selama percobaan 1. Hari ke-0
RESPON
Duncan
PERLAKUAN N Subset
1 HUII 6 267.3333 HU 7 269.7143 NORMAL 6 274.0000 HUIII 7 277.7143 HUI 7 286.2857 Sig.
.113 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = 354.344. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.563. b The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed. c Alpha = .05.
1. Hari ke-7 RESPON Duncan
PERLAKUAN N Subset
1 HUIII 7 278.8571 NORMAL 6 290.0000 HU 7 292.5714 HUII 6 297.3333 HUI 7 309.1429 Sig.
.208 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = 1445.741. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.563. b The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed. c Alpha = .05.
24
Lanjutan lampiran 8 2. Hari ke-14 RESPON Duncan
PERLAKUAN N Subset
1 NORMAL 6 284.6667 HU 7 293.1429 HUII 6 300.0000 HUIII 7 302.2857 HUI 7 308.5714 Sig.
.196 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = 853.619. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.563. b The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed. c Alpha = .05
3. Hari ke-21 RESPON Duncan
PERLAKUAN N Subset
1 HU 7 316.5714 NORMAL 6 318.3333 HUIII 7 328.5714 HUII 6 330.6667 HUI 7 336.0000 Sig.
.216 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = 616.146. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.563. b The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed. c Alpha = .05.
4. Hari ke-28 RESPON Duncan
PERLAKUAN N Subset
1 NORMAL 6 334.6667 HU 7 335.4286 HUIII 7 341.7143 HUII 6 346.0000 HUI 7 348.5714 Sig.
.379 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = 629.578. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.563. b The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed. c Alpha = .05
25
Lanjutan lampiran 8 5. Hari ke-35 RESPON Duncan
PERLAKUAN N Subset
1 HUII 6 332.0000 HUIII 7 337.7143 NORMAL 6 342.3333 HU 7 342.8571 HUI 7 357.7143 Sig.
.180 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = 919.466. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.563. b The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed. c Alpha = .05.
Lampiran 9 Pengukuran konsentrasi asam urat
1 mL darah sentrifus pada 3000 rpm buffer reagent
selama 15 menit
20 L supernatan 1 mL campuran pereaksi
Inkubasi pada suhu ruang dihomogenkan selama 15 menit
ukur absorban pada =520 nm simpan dalam botol gelap dengan interval 3 menit tertutup pada suhu 0-4C
26
Lampiran 10 Panjang gelombang maksimum
Panjang Gelombang
(nm) Absorbansi
Panjang Gelombang
(nm) Absorbansi
Panjang Gelombang
(nm) Absorbansi
500 0.046 511 0.050 522 0.050 501 0.047 512 0.050 523 0.050 502 0.047 513 0.050 524 0.049 503 0.048 514 0.051 525 0.049 504 0.049 515 0.050 526 0.048 505 0.049 516 0.050 527 0.048 506 0.049 517 0.050 528 0.048 507 0.050 518 0.050 529 0.047 508 0.050 519 0.050 530 0.047 509 0.050 520 0.050 510 0.050 521 0.050
*Angka yang dibold merupakan nilai panjang gelombang maksimum
Lampiran 11 Kurva standar Nilai absorbansi standar asam urat NO [UA] (mg/dL) A Rerata 1 0.150 0.002 0.0015 2 0.150 0.001 3 1.500 0.035 0.0355 4 1.500 0.036 5 3.000 0.083 0.081 6 3.000 0.079 7 6.000 0.17 0.169 8 6.000 0.168
Gambar 13 Kurva standar asam urat.
y = 0.028x - 0.005
R = 0.999
-0.02
0
0.02
0.04
0.06
0.08
0.1
0.12
0.14
0.16
0.18
0 2 4 6 8
27
Lampiran 12 Konsentrasi asam urat selama percobaan
KELOMPOK Hari ke 0 Hari ke 14 Hari ke
21 Hari ke
28 Hari ke
35 NORMAL
3.00 2.92 3.92 3.08 3.04 2.76 2.53 4.61 2.58 2.07 2.92 2.96 2.76 3.33 2.07 3.19 3.26 2.00 2.71 3.36 3.00 3.88 1.78 3.04 3.04 2.57 2.46 2.91 2.96 2.79
RERATA 2.910.21 3.010.52 3.001.09 2.950.27 2.730.54 HU
2.92 3.26 5.01 3.75 4.14 2.92 3.26 3.34 3.38 4.14 3.03 3.88 4.90 3.42 4.21 3.07 3.00 4.07 3.75 3.21 2.57 2.80 5.99 4.33 3.14 3.19 2.80 6.53 4.13 3.86 3.34 2.57 5.19 3.79 3.50
RERATA 3.010.24 3.090.43 5.001.08 3.790.35 3.740.46 HU I
3.96 2.80 4.03 3.63 1.14 2.53 2.96 4.32 3.50 1.04 2.96 3.07 4.39 3.83 1.29 2.53 4.00 7.72 3.67 1.32 2.80 2.84 5.80 3.13 1.25 2.96 2.84 5.19 4.08 1.25 3.07 4.15 5.33 3.58 1.21
RERATA 2.900.50 3.240.58 5.261.26 3.630.30 1.210.10 HU II
2.61 2.80 4.43 4.04 2.61 2.69 2.96 5.62 4.25 3.07 3.15 3.07 3.59 4.13 2.68 2.73 4.00 3.70 3.92 3.50 3.50 2.84 5.41 3.92 2.71 2.65 2.84 5.26 3.75 3.54
RERATA 2.890.35 3.130.65 4.670.89 4.000.18 3.020.42 HU III
3.11 3.84 3.96 3.96 3.68 1.69 3.26 4.36 3.58 2.29 2.23 3.88 6.60 3.83 3.00 3.07 2.65 4.57 3.42 3.07 2.23 3.65 6.06 3.58 3.21 2.53 1.88 4.79 3.17 2.32 3.30 3.26 5.59 3.92 2.54
RERATA 2.600.59 3.210.72 5.130.97 3.640.29 2.870.51 *Angka yang dibold merupakan nilai dari serum yang mengalami lisis
28
Lampiran 13 Rata-rata konsentrasi asam urat selama percobaan
NO Konsentrasi asam urat (mg/dL) Normal HU HUI HUII HUIII Hari ke-0 2.910.21 3.010.24 2.900.50 2.890.35 2.600.59 Hari ke-14 3.000.52 3.090.43 3.240.58 3.130.65 3.210.72 Hari ke-21 3.001.09 5.001.08 5.261.26 4.670.89 5.130.97 Hari ke-28 2.950.27 3.790.34 3.630.29 4.000.18 3.640.29 Hari ke-35 2.840.63 3.740.45 1.210.09 3.020.42 2.870.51 Kenaikan (%) (0-28)
1.413 25.928 25.158 38.428 39.940
Penurunan (%) (28-35)
7.606 1.233 66.557 24.588 21.019
Lampiran 14 Analisis varian (ANOVA) selama percobaan
Between-Subjects Factors
1. Hari ke 0 Levene's Test of Equality of Error Variances(a)
Dependent Variable: RESPON F df1 df2 Sig.
2.465 4 28 .068 Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups. a Design: Intercept+PERLAKUAN
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: RESPON
Source Type III Sum
of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model .666(a) 4 .167 .964 .442
Intercept 268.876 1 268.876 1556.841 .000 PERLAKUAN .666 4 .167 .964 .442 Error 4.836 28 .173 Total 275.486 33 Corrected Total 5.502 32
a R Squared = .295 (Adjusted R Squared = .194)
Value Label N PERLAKUAN 1.000 NORMAL 6
2.000 HU 7
3.000 HUI 7
4.000 HUII 6
5.000 HUIII 7
29
Lanjutan lampiran 14 2. Hari ke 14 Levene's Test of Equality of Error Variances(a)
Dependent Variable: RESPON F df1 df2 Sig.
.533 4 28 .712 Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups. a Design: Intercept+PERLAKUAN
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: RESPON
Source Type III Sum
of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model .250(a) 4 .063 .177 .949
Intercept 324.834 1 324.834 916.773 .000 PERLAKUAN
.250 4 .063 .177 .949 Error 9.921 28 .354 Total 337.866 33 Corrected Total 10.172 32
a R Squared = .025 (Adjusted R Squared = -.115)
3. Hari ke 28 Levene's Test of Equality of Error Variances(a)
Dependent Variable: RESPON F df1 df2 Sig.
.390 4 28 .814 Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups. a Design: Intercept+PERLAKUAN
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: RESPON
Source Type III Sum
of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 3.776(a) 4 .944 11.788 .000 Intercept 425.869 1 425.869 5317.535 .000 PERLAKUAN 3.776 4 .944 11.788 .000 Error 2.242 28 .080 Total 436.150 33 Corrected Total 6.019 32
a R Squared = .627 (Adjusted R Squared = .574)
4. Hari ke 35 Levene's Test of Equality of Error Variances(a) Dependent Variable: RESPON
F df1 df2 Sig. 4.399 4 28 .007
Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups.
30
a Design: Intercept+PERLAKUAN Lanjutan lampiran 14 Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: RESPON
Source Type III Sum
of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 23.882(a) 4 5.970 31.971 .000 Intercept 241.275 1 241.275 1291.981 .000 PERLAKUAN 23.882 4 5.970 31.971 .000 Error 5.229 28 .187 Total 270.113 33 Corrected Total 29.111 32
a R Squared = .820 (Adjusted R Squared = .795)
Lampiran 15 Hasil analisis uji Duncan selama percobaan 1. Hari ke-0 RESPON Duncan
PERLAKUAN N Subset
1 HU III 7 2.60000 HU II 6 2.89000 HU I 7 2.90143
NORMAL 6 2.91000 HU 7 3.01143 Sig.
.119 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.563. b The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.
2. Hari ke-14 RESPON Duncan
PERLAKUAN N
Subset 1
NORMAL 6 3.0050 HU II 6 3.1283 HU III 7 3.1471 HU I 7 3.1714 HU 7 3.2800 Sig.
.463 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = .354. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.563. b The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed. c Alpha = .05.
31
Lanjutan lampiran 15 3. Hari ke-28 RESPON Duncan
PERLAKUAN N
Subset 1 2 3
NORMAL 6 2.9500 HU I 7 3.6314 HU III 7 3.6371 HU 7 3.7929 3.7929 HU II 6 4.0017 Sig.
1.000 .339 .192 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = .080. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.563. b The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed. c Alpha = .05.
Hari ke-35 RESPON Duncan
PERLAKUAN N
Subset 1 2 3
HU I 7 1.2143 NORMAL 6 2.7100 HU III 7 2.8729 HU II 6 3.0183 HU 7 3.7429 Sig.
1.000 .233 1.000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = .187. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.563. b The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed. c Alpha = .05.
32
Lampiran 16 Analisis T-Test asam urat selama percobaan a) Kelompok normal
Paired Samples Test
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std.
Error Mean
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 HARI0 - HARI14 -.10767 .43023 .17564 -.55917 .34384 -.613 5 .567
Pair 2 HARI0 - HARI28 -.05383 .42243 .17246 -.49715 .38948 -.312 5 .768
Pair 3 HARI28 - HARI35 .22433 .63317 .25849 -.44014 .88880 .868 5 .425
Ket : Nilai probabilitas > 0.05. maka H0 diterima. Dapat disimpulkan bahwa rerata konsentrasi asam urat selama pengujian relatif sama.
b) Kelompok hiperurisemia (HU) Paired Samples Test
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation
Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 HARI0 - HARI14 -.22571 .31840 .12035 -.52019 .06876 -1.876 6 .110
Pair 2 HARI0 - HARI28 -.92914 .44849 .16951 -1.3439 -.51436 -5.481 6 .002
Pair 3 HARI28 - HARI35 .04686 .73310 .27709 -.63115 .72486 .169 6 .871
Ket : Nilai probabilitas > 0.05. maka H0 diterima. Dapat disimpulkan bahwa rerata konsentrasi asam urat selama pengujian relatif sama.
c) Kelompok alopurinol (HU I) Paired Samples Test
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std.
Error Mean
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 HARI0 - HARI14 -.30886 .85583 .32347 -1.1003 .48265 -.955 6 .377
Pair 2 HARI0 - HARI28 -.76829 .59916 .22646 -1.3224 -.21416 -3.393 6 .015
Pair 3 HARI28 - HARI35 2.41657 .28795 .10884 2.15026 2.68288 22.20 6 .000
Ket : Nilai probabilitas > 0.05. maka H0 diterima. Dapat disimpulkan bahwa rerata konsentrasi asam urat selama pengujian relatif sama.
33
Lanjutan lampiran 16 d) Kelompok ekstrak air (HU II)
Paired Samples Test
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std.
Error Mean
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 HARI0 - HARI14 -.23733 .60030 .24507 -.86731 .39265 -.968 5 .377
Pair 2 HARI0 - HARI28 -
1.10917 .40168 .16398 -
1.53070 -.68763 -6.764 5 .001
Pair 3 HARI28 - HARI35 .98233 .53239 .21735 .42362 1.54104 4.520 5 .006
Ket : Nilai probabilitas > 0.05. maka H0 diterima. Dapat disimpulkan bahwa rerata konsentrasi asam urat selama pengujian relatif sama.
e) Kelompok ekstrak metanol (HU III) Paired Samples Test
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std.
Error Mean
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 HARI0 - HARI14 -.52086 .75552 .28556 -1.2196 .17788 -1.824 6 .118
Pair 2 HARI0 - HARI28 -1.0105 .50034 .18911 -1.4733 -.54784 -5.344 6 .002
Pair 3 HARI28 - HARI35 .76443 .45502 .17198 .34361 1.18525 4.445 6 .004
Ket : Nilai probabilitas > 0.05. maka H0 diterima. Dapat disimpulkan bahwa rerata konsentrasi asam urat selama pengujian relatif sama.
CoverAbstrakAbstractHalaman JudulLembar PengesahanRiwayat HidupPrakataDaftar IsiDaftar GambarDaftar LampiranPendahuluanTinjauan Pustaka]Bahan dan MetodeHasil dan Pembahasan Kesimpulan dan Saran Daftar PustakaLampiran