28
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tujuan Percobaan Untuk mempelajari karakteristik proses pengendapan terflokulasi dengan menggunakan model sirkular dan plat. 1.2 Dasar Teori 1.2.1 Air Air merupakan salah satu dari ketiga komponen yang membentuk bumi (zat padat, air dan atmosfer). Bumi dilingkupi air sebanyak 70% sedangkan sisanya (30%) berupa daratan (dilihat dari permukaan bumi). Udara mengandung zat cair (uap air) sebanyak 15% dari dari tekanan atmosfer. Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia di bumi ini. Sesuai dengan kegunaannya, air dipakai sebagai air minum, air untuk mandi dan mencuci, air untuk pengairan pertanian, air untuk kolam perikanan, air untuk sanitasi dan air untuk transportasi baik di sungai maupun di laut. Kegunaan air seperti tersebut di muka termasuk sebagai kegunaan air secara konvensional. 1. 2.2. Karakteristik Air Air memiliki karakteristik yang tidak dimiliki senyawa kimia yang lain. Air merupakan pelarut yang sangat baik

klarifier

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: klarifier

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan

Untuk mempelajari karakteristik proses pengendapan terflokulasi dengan

menggunakan model sirkular dan plat.

1.2 Dasar Teori

1.2.1 Air

Air merupakan salah satu dari ketiga komponen yang membentuk bumi (zat

padat, air dan atmosfer). Bumi dilingkupi air sebanyak 70% sedangkan sisanya (30%)

berupa daratan (dilihat dari permukaan bumi). Udara mengandung zat cair (uap air)

sebanyak 15% dari dari tekanan atmosfer. Air merupakan kebutuhan pokok bagi

kehidupan manusia di bumi ini. Sesuai dengan kegunaannya, air dipakai sebagai air

minum, air untuk mandi dan mencuci, air untuk pengairan pertanian, air untuk kolam

perikanan, air untuk sanitasi dan air untuk transportasi baik di sungai maupun di laut.

Kegunaan air seperti tersebut di muka termasuk sebagai kegunaan air secara

konvensional.

1. 2.2. Karakteristik Air

Air memiliki karakteristik yang tidak dimiliki senyawa kimia yang lain. Air

merupakan pelarut yang sangat baik bagi banyak bahan, sehingga air merupakan media

transport utama bagi zat- zat makanan dan produk buangan yang dihasilkan proses

kehidupan. Oleh karena itu air yang ada di bumi tidak pernah terdapat dalam keadaan

murni, tetapi selalu ada senyawa atau mineral/unsur lain yang terdapat di dalamnya.

Meskipun demikian tidak berarti bahwa semua perairan di bumi ini telah tercemar.

Air mempunyai sifat yang khusus diantara zat-zat cair, karena molekul-

molekulnya cenderung membentuk kelompok atau agregasi akibat sifat-sifat tersebut

bergantung pada suhu. Pada suhu rendah molekul-molekul air tersusun dalam bidang

Page 2: klarifier

empat, yaitu satu molekul berada di tengah-tengah dan empat molekul di sudut suatu

bidang empat.

1.2.3 Penggolongan Air

Menurut Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1990 mengelompokkan kualitas air

menjadi beberapa golongan menurut peruntukannya. Adapun penggolongan air menurut

peruntukannya adalah sebagai berikut :

1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung,

tanpa pengolahan terlebih dahulu. Contohnya mata air pegunungan.

2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum.

Contohnya air sungai.

3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan

peternakan. Contohnya air laut.

4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha di

perkotaan, industri, dan pembangkit listrik tenaga air. Contohnya air tanah

dangkal dan air tanah dalam.

1.2.4 Standar Kualitas Air Baku

Air bersifat universal dalam pengertian bahwa air mampu melarutkan zat-zat

yang alamiah dan buatan manusia. Untuk menggarap air alam, meningkatkan mutunya

sesuai tujuan, pertama kali harus diketahui dahulu kotoran dan kontaminan yang terlarut

di dalamnya. Pada umumnya kadar kotoran tersebut tidak begitu besar. Dengan

berlakunya baku mutu air untuk badan air, air limbah dan air bersih, maka dapat

dilakukan penilaian kualitas air untuk berbagai kebutuhan.

Di Indonesia ketentuan mengenai standar kualitas air bersih mengacu pada

Peraturan Menteri Kesehatan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 416 tahun 1990

tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih. Berdasarkan SK Menteri

Kesehatan 1990 Kriteria penentuan standar baku mutu air dibagi dalam tiga bagian

yaitu:

Page 3: klarifier

1 Persyaratan kualitas air untuk air minum.

2 Persyaratan kualitas air untuk air bersih.

3 Persyaratan kualitas air untuk limbah cair bagi kegiatan yang telah beroperasi.

Mengingat betapa pentingnya air bersih untuk kebutuhan manusia, maka kualitas

air tersebut harus memenuhi persyaratan, yaitu :

1 Syarat fisik, antara lain:

a. Air harus bersih dan tidak keruh.

b. Tidak berwarna.

c. Tidak berasa.

d. Tidak berbau.

e. Suhu antara 10o-25o C (sejuk).

2 Syarat kimiawi, antara lain:

a. Tidak mengandung bahan kimiawi yang mengandung racun.

b. Tidak mengandung zat-zat kimiawi yang berlebihan.

c. Cukup yodium.

d. pH air antara 6,5 – 9,2.

3 Syarat bakteriologi, antara lain:

Tidak mengandung kuman-kuman penyakit seperti disentri, tipus, kolera, dan bakteri

patogen penyebab penyakit.

Pada umumnya kualitas air baku akan menentukan besar kecilnya investasi

instalasi penjernihan air dan biaya operasi serta pemeliharaannya. Sehingga semakin

jelek kualitas air semakin berat beban masyarakat untuk membayar harga jual air bersih.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

173/Men.Kes/Per/VII/1977, penyediaan air harus memenuhi kuantitas dan kualitas,

yaitu:

1. Aman dan higienis.

2. Baik dan layak minum.

3. Tersedia dalam jumlah yang cukup.

Page 4: klarifier

4. Harganya relatif murah atau terjangkau oleh sebagian besar masyarakat.

1.2.5 Koagulasi-flokulasi

Koagulasi-flokulasi merupakan dua proses yang terangkai menjadi kesatuan

proses tak terpisahkan. Pada proses koagulasi terjadi destabilisasi koloid dan partikel

dalam air sebagai akibat dari pengadukan cepat dan pembubuhan bahan kimia (disebut

koagulan). Akibat pengadukan cepat, koloid dan partikel yang stabil berubah menjadi

tidak stabil karena terurai menjadi partikel yang bermuatan positif dan negatif.

Pembentukan ion positif dan negatif juga dihasilkan dari proses penguraian koagulan.

Proses ini berlanjut dengan pembentukan ikatan antara ion positif dari koagulan (misal

Al3+) dengan ion negatif dari partikel (misal OH-) dan antara ion positif dari partikel

(misal Ca2+) dengan ion negatif dari koagulan (misal SO42-) yang menyebabkan

pembentukan inti flok (presipitat).

Segera setelah terbentuk inti flok, diikuti oleh proses flokulasi, yaitu

penggabungan inti flok menjadi flok berukuran lebih besar yang memungkinkan partikel

dapat mengendap. Penggabungan flok kecil menjadi flok besar terjadi karena adanya

tumbukan antar flok. Tumbukan ini terjadi akibat adanya pengadukan lambat. Proses

koagulasi-flokulasi terjadi pada unit pengaduk cepat dan pengaduk lambat. Pada bak

pengaduk cepat, dibubuhkan koagulan. Pada bak pengaduk lambat, terjadi pembentukan

flok yang berukuran besar hingga mudah diendapkan pada bak sedimentasi.

Koagulan yang banyak digunakan dalam pengolahan air minum adalah

aluminium sulfat atau garam-garam besi. Kadang-kadang koagulan-pembantu, seperti

polielektrolit dibutuhkan untuk memproduksi flok yang lebih besar atau lebih cepat

mengendap. Faktor utama yang mempengaruhi proses koagulasi-flokulasi air adalah

kekeruhan, padatan tersuspensi, temperatur, pH, komposisi dan konsentrasi kation dan

anion, durasi dan tingkat agitasi selama koagulasi dan flokulasi, dosis koagulan, dan jika

diperlukan, koagulan-pembantu. Pemilihan koagulan dan konsentrasinya dapat

ditentukan berdasarkan studi laboratorium menggunakan jar test apparatus untuk

mendapatkan kondisi optimum. Reaksi kimia untuk menghasilkan flok adalah:

Page 5: klarifier

Al2(SO4)3.14H2O + 3Ca(HCO3)2→ 2Al(OH)3 + 3CaSO4 + 14H2O +6CO2

Pada air yang mempunyai alkalinitas tidak cukup untuk bereaksi dengan alum,

maka perlu ditambahkan alkalinitas dengan menambah kalsium hidroksida.

Al2(SO4)3.14H2O + 3Ca(OH)2→ 2Al(OH)3 + 3CaSO4 + 14H2O

Derajat pH yang optimum untuk alum berkisar 4,5 hingga 8, karena aluminium

hidroksida relatif tidak terlarut. Ferro sulfat membutuhkan alkalinitas dalam bentuk ion

hidroksida agar menghasilkan reaksi yang cepat. Untuk itu, Ca(OH)2 ditambahkan

untuk mendapatkan pH pada level di mana ion besi diendapkan sebagi Fe(OH)3. Reaksi

ini adalah reaksi oksidasi-reduksi yang membutuhkan oksigen terlarut dalam air. Dalam

reaksi koagulasi, oksigen direduksi dan ion besi dioksidasi menjadi ferri, di mana akan

mengendap sebagai Fe(OH)3.

2FeSO4.7H2O + 2Ca(OH)2 + 1/2 O2→ 2Fe(OH)3 + 2CaSO4 + 13H2O

Untuk berlangsungnya reaksi ini, pH harus sekitar 9,5 dan kadang-kadang

stabilisasi membutuhkan kapur berlebih. Penggunaan ferri sulfat sebagai koagulan

berlangsung mengikuti reaksi:

Fe2(SO4)3 + 3Ca(HCO3)2→ 2Fe(OH)3 + 3CaSO4 + 6CO2

Reaksi ini biasanya menghasilkan flok yang padat dan cepat mengendap. Jika

alkalinitas alami tidak cukup untuk reaksi, diperlukan penambahan kapur. Rentang pH

optimum adalah sekitar 4 hingga 12, karena ferri hidroksida relatif tidak larut dalam

rentang pH ini. Reaksi ferri klorida sebagai koagulan berlangsung sebagai berikut:

2FeCl3 + 3Ca(HCO3)2→ 2Fe(OH)3 + 3CaCl2 + 6CO2

Penambahan kapur diperlukan bila alkalinitas alami tidak mencukupi.

2FeCl3 + 3Ca(OH)2→ 2Fe(OH)3 + 3CaCl2

Reaksi ferri klorida berlangsung pada pH optimum 4 sampai 12. Flok yang

terbentuk umumnya padat dan cepat mengendap.

Page 6: klarifier

1.2.6 Sedimentasi

Sedimentasi adalah pemisahan solid-liquid menggunakan pengendapan secara

gravitasi untuk menyisihkan suspended solid. Pada umumnya, sedimentasi digunakan

pada pengolahan air minum, pengolahan air limbah, dan pada pengolahan air limbah

tingkat lanjutan. Pada pengolahan air minum, terapan sedimentasi khususnya untuk:

1 pengendapan air permukaan, khususnya untuk pengolahan dengan filter pasir cepat.

2 pengendapan flok hasil koagulasi-flokulasi, khususnya sebelum disaring dengan

filter pasir cepat.

3 pengendapan flok hasil penurunan kesadahan menggunakan soda-kapur.

4 pengendapan lumpur pada penyisihan besi dan mangan.

Pada pengolahan air limbah, sedimentasi umumnya digunakan untuk:

1 penyisihan grit, pasir, atau silt (lanau).

2 penyisihan padatan tersuspensi pada clarifier pertama

3 penyisihan flok / lumpur biologis hasil proses activated sludge pada clarifier akhir.

4 penyisihan humus pada clarifier akhir setelah trickling filter.

Pada pengolahan air limbah tingkat lanjutan, sedimentasi ditujukan untuk

penyisihan lumpur setelah koagulasi dan sebelum proses filtrasi. Selain itu, prinsip

sedimentasi juga digunakan dalam pengendalian partikel di udara.

Page 7: klarifier

Laporan Praktikum Klarifier

BAB II

METODOLOGI

2.1 Alat

Bak Sedimentasi

Pompa umpan cair baku dan inject

Pengaduk (mixer)

pH meter

Turbidimeter

Gelas kimia

Neraca digital

2.2 Bahan

PAC

Al2(SO4)3 / tawas

Air danau POLNES

Aquadest

2.2 Prosedur Kerja

1. Memasang plat datar secara seri pada bak sedimentasi

2. Mempersiapkan peralatan analisa dan bahan baku untuk analisa

3. Menimbang tawas sebanyak 100 gram, dan kapur sebanyak 50 gram

4. Membuat larutan tawas dan kapur yang telah ditimbang dalam ember dan

mengaduknya

5. Mengalirkan air umpan kedalam bak, serta mencatat laju alirnya

6. Mengalirkan koagulan ke dalam bak sedimentasi

7. mengukur laju alir bahan, pH, turbidity, dan laju alir koagulan.

BAB III

7 Laboratorium Satuan Operasi

Page 8: klarifier

Laporan Praktikum Klarifier

DATA PENGAMATAN DAN HASIL PERHITUNGAN

3.1 Data Pengamatan

Berat Tawas = 10 g/5lt

Berat PAC = 10 g/5lt

Δt = 15 menit

Table 3.1.1 Data Percobaan dengan Tawas pada Skala = 0

Volume

(ml)

Waktu

(s)

Debit

(ml/s)

Turbidity (NTU) pH

umpan produk umpan produk

500 17,05 29,325 22,8 22,6 6 6

Tabel 3.1.2 Data Percobaan dengan PAC pada Skala =0

Volume

(ml)

Waktu

(s)

Debit

(ml/s)

Turbidity (NTU) pH

umpan produk umpan produk

500 17,05 29,325 23,7 21,6 5 5

Tabel 3.1.3 Debit Aliran Injeksi

Volume (ml) Waktu (s) Debit (ml/s)

25 4,09 6,1

Tabel 3.1.4 Data Percobaan dengan Tawas

SkalaTurbidity (NTU) pH

Umpan Produk Umpan Produk

5

10

15

20

28,4

27,6

24,2

23,2

22,7

21,9

19,8

19,7

5

5

5

5

6

6

6

6

8 Laboratorium Satuan Operasi

Page 9: klarifier

Laporan Praktikum Klarifier

Table 3.1.5 Data Percobaan dengan PAC

SkalaTurbidity (NTU) pH

Umpan Produk Umpan Produk

5

10

15

20

26,3

22,2

15,5

11,7

21,1

16,1

9,3

4,8

5

5

6

6

6

6

7

7

3.2 Hasil Perhitungan

Tabel 3.2.1 Debit Aliran Air dengan Skala Variasi

Skala Volume (ml) Waktu (s) Debit (ml/s)

5

10

15

20

500

500

500

500

11,88

10,65

7,50

5

42,09

46,95

66,67

100

Tabel 3.2.2 Effisiensi Tawas

SkalaTurbidity (NTU) Effisiensi

(%)inlet outlet

5

10

15

20

22,8

22,8

22,8

22,8

21,9

19,8

19,7

22,7

0,44

3,95

13,16

13,60

Tabel 3.2.3 Effisiensi PAC

9 Laboratorium Satuan Operasi

Page 10: klarifier

Laporan Praktikum Klarifier

SkalaTurbidity (NTU) Effisiensi

(%)inlet outlet

5

10

15

20

23,7

23,7

23,7

23,7

21,1

16,1

9,3

4,8

10,97

29,54

60,76

79,75

BAB IV

10 Laboratorium Satuan Operasi

Page 11: klarifier

Laporan Praktikum Klarifier

PEMBAHASAN

Pada praktikum satuan proses yang berjudul klarifayer ini bertujuan untuk

mempelajari karakteristik proses pengendapan terflokulasi dengan menggunakan

model sirkular dan plat. Air yang diolah pada alat klarifayer adalah air danau Polnes

dengan menggunakan koagulan tawas dan PAC dengan jumlah masing-masing 20

gram dalam 10 L air. Air danau dialirkan menggunakan pompa ke alat klarifayer

dengan skala yang diatur pada aliran masukan ke bak klarifayer adalah 5, 10, 15, 20.

Laju alir air input yang digunakan adalah 29,325 ml/dtk. Pada bak pertama di

alat klarifayer juga diinjeksikan koagulan yaitu larutan campuran tawas dan PAC

dengan konsentrasi masing-masing 2000 ppm. Tujuan ditambahkannya tawas adalah

adalah sebagai koagulan yang berfungsi mengurangi kekeruhan pada air dimana

terjadi proses pengendapan dari partikel padatan yang terkandung pada air. Tawas

mendestabilisasi partikel-partikel padatan pada air yang kemudian partikel-partikel

tersebut membentuk flok-flok yang lebih besar dan mengendap karena berat jenis

padatan dari flok-flok tersebut lebih besar dibandingkan dengan air. Reaksi yang

terjadi pada penambahan tawas dalam menghasilkan flok adalah :

Al2(SO4)3 .14H20 + 3 Ca(HCO3)2 2Al(OH)3 + 3 CaSO4 + 14H2O + 6CO2

Selain ditambahkannya tawas pada pengolahan ini juga ditambahkan PAC

yang berfungsi menaikkan pH air yang rendah menjadi netral dan membantu

efektivitas proses selanjutnya yang terjadi pada proses pengendapan partikel padatan

pada air. Laju alir injeksi dari koagulan pada pengolahan air ini adalah 6,1 ml/dtk.

Selama proses pengolahan berlangsung, air pada klarifayer akan mengalir

mengisi bak-bak yang terdapat pada klarifayer dan partikel padatan akan

menghantam sekat dan akan mengendap ke bawah sehingga air pada bagian atas akan

mengalir ke bak selanjutnya dengan nilai kekeruhan yang semakin berkurang

sehingga didapatkan air keluaran yang lebih jernih dibandingkan dengan air input.

Setelah itu, dilakukan analisa turbidity dan pH terhadap air input dengan air

output kemudian dibandingkan hasilnya. Uji turbidity dan pH dilakukan sebanyak

11 Laboratorium Satuan Operasi

Page 12: klarifier

Laporan Praktikum Klarifier

dua kali pada masing-masing skala yang divariasikan. Uji turbidity dan pH dilakukan

pada aliran umpan (input) yaitu pada bak pertama klarifayer dan pada aliran produk

(output) keluaran dari bak klarifayer. Kemudian data yang dihasilkan dibandingkan

antara umpan dan produknya sehingga didapatkan data hasil percobaan seperti tertera

pada tabel 3.1.4 dan tabel 3.1.5.

Pada tabel 3.1.4 yaitu data percobaan dengan menggunakan koagulan tawas

didapatkan kesimpulan bahwa, semakin besar skala aliran air danau yang masuk

kedalam bak klarifayer turbiditinya semakin menurun, dalam hal ini untuk koagulan

tawas sudah mencapai titik optimum, dapat dilihat pada grafik 4.1 dan 4.2 bahwa

turbidity sudah konstan pada dua data terakhir. Sedangkan pada tabel 3.1.5 yaitu data

percobaan dengan menggunakan koagulan PAC didapatkan nilai turbidity terendah

yaitu pada laju alir 100 ml/s, dalam hal ini koagulan PAC belum mencapai titik

optimum, dapat dilihat pada grafik 4.1 dan 4.2 bahwa turbidity belum tercapainya

nilai yang konstan, hal ini dikarenakan kurangnya data yang diperoleh untuk

mendapatkan nilai konstan tersebut. Hal tersebut dapat dilihat dari grafik di bawah

ini.

30.0040.00

50.0060.00

70.0080.00

90.00

100.00

110.000

5

10

15

20

25

30

dengan tawasdengan PAC

Q air danau (ml/s)

turb

idity

(NTU

)

Grafik 4.1 Hubungan Q vs Turbidity pada Aliran Umpan

12 Laboratorium Satuan Operasi

Page 13: klarifier

Laporan Praktikum Klarifier

30.0040.00

50.0060.00

70.0080.00

90.00

100.00

110.000

5

10

15

20

25

dengan tawasdengan PAC

Q air danau (ml/s)

Turb

idity

(NTU

)

Grafik 4.1 Hubungan Q vs Turbidity pada Aliran Produk

Grafik tersebut membuktikan bahwa jenis koagulan yang lebih baik dalam

menurunkan kekeruhan air danau adalah koagulan PAC. Dimana kekeruhan minimal

dihasilkan pada skala yang paling tinggi yaitu 20 sebagai berikut, dengan tawas

turbidity terendah adalah 23,2 sedangkan dengan PAC 11,7. Selain uji turbidity,

dilakukan juga uji pH dengan hasil seperti ditunjukkan pada grafik dibawah ini.

30.0040.00

50.0060.00

70.0080.00

90.00

100.00

110.004.44.64.8

55.25.45.65.8

66.2

dengan tawasdengan PAC

Q air danau (ml/s)

pH

Grafik 4.3 Hubungan Q vs pH pada Aliran Umpan

13 Laboratorium Satuan Operasi

Page 14: klarifier

Laporan Praktikum Klarifier

30.0040.00

50.0060.00

70.0080.00

90.00

100.00

110.005.45.65.8

66.26.46.66.8

77.2

dengan tawasdengan PAC

Q air danau (ml/s)

pH

Grafik 4.4 Hubungan Q vs pH pada Aliran Produk

Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa penambahan tawas tidak

mempengaruhi nilai pH. Sedangkan pada penambahan PAC pH dapat meningkat dari

pH 6 – 7. PAC memiliki efektivitas dalam menaikkan pH sebesar 18,33%.

Dari data-data yang sudah didapatkan, dihasilkan efektivitas penggunaan

tawas dan PAC dalam mengurangi kekeruhan seperti tertera pada tabel 3.2.2 dan

tabel 3.2.3 dimana effisiensi yang lebih baik dimiliki oleh koagulan PAC pada debit

terbesar dengan effisiensi sebesar 79,75%. Hal tersebut juga dibuktikan dari grafik

dibawah ini.

30.0040.00

50.0060.00

70.0080.00

90.00

100.00

110.000.00

10.0020.0030.0040.0050.0060.0070.0080.0090.00

tawasPAC

Q air danau (ml/s)

ƞ

Grafik 4.5 Hubungan Q vs Effisiensi

14 Laboratorium Satuan Operasi

Page 15: klarifier

Laporan Praktikum Klarifier

Effisiensi terbaik dihasilkan oleh koagulan tawas yakni 79,75%. Sehingga dapat

dismpulkan bahwa untuk mentreatment air danau lebih baik menggunakan PAC.

15 Laboratorium Satuan Operasi

Page 16: klarifier

Laporan Praktikum Klarifier

BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Untuk penggunaan tawas, semakin tinggi aliran air masuk klarifier, turbidity

akan semakin menurun dengan nilai optimun turbidity 21,2 pada laju alir air

83,35 ml/s.

Untuk penggunaan PAC , nilai turbidity terendah yg diperoleh 4,8 pada laju

alir air 100 ml/s.

Penambahan tawas tidak mempengaruhi pH

Penambahan PAC memiliki niliai efektivitas dalam menaikkan pH sebesar

18,33%

Effisiensi PAC lebih baik dibandingkan tawas dalam menurunkan kekeruhan,

yaitu:

o Dengan menggunakan tawas pada debit terbesar 100 ml/s diperoleh

effisiensi 13,60%.

o Dengan menggunakan PAC, pada debit terbesar 100 ml/s diperoleh

effisiensi 79,75%.

16 Laboratorium Satuan Operasi

Page 17: klarifier

Laporan Praktikum Klarifier

DAFTAR PUSTAKA

http://oc.its.ac.id/ambilfile.php?idp=1505

http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/

2/954e09694f76ae1f5563e50956ae07700e91d827.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28944/4/Chapter%20II.pdf

http://bhupalaka.files.wordpress.com/2010/12/sedimentasi.pdf

17 Laboratorium Satuan Operasi

Page 18: klarifier

Laporan Praktikum Klarifier

Lampiran

PERHITUNGAN

18 Laboratorium Satuan Operasi

Page 19: klarifier

Laporan Praktikum Klarifier

Menghitung debit aliran Tawas

Q = Vt

= 25 ml4,09 s

= 6,1 ml/s

Menghitung debit aliran air dengan skala variasi

Skala 0

Q = Vt

= 500 ml17,05 s

= 29,325 ml/s

Skala 5

Q = Vt

= 500 ml11,88s

= 42,09 ml/s

Skala 10

Q = Vt

= 500 ml10,65 s

= 46,95 ml/s

Skala 15

Q = Vt

= 500 ml7,50 s

= 66,67 ml/s

Skala 20

Q = Vt

= 500 ml

5 s

= 100 ml/s

Menghitung Efisiensi tawas Skala 5

19 Laboratorium Satuan Operasi

Page 20: klarifier

Laporan Praktikum Klarifier

µ = ( turbidity outletturbidity inlet

x 100 %)=

21,922,8

x100 %

= 96,05

= 100 – 96,05 = 3,95

Skala 10

µ = ( turbidity outletturbidity inlet

x 100 %)=

19,822,8

x100 %

= 86,84

= 100 – 86,84 = 13,16

Skala 15

µ = ( turbidity outletturbidity inlet

x 100 %)=

19,722,8

x 100 %

= 86,40

= 100 – 86,40 = 13,60

Skala 20

µ = ( turbidity outletturbidity inlet

x 100 %)=

22,722,8

x 100 %

= 99,56

= 100 – 99,56 = 0,44

Menghitung Efisiensi PAC

Skala 5

µ = ( turbidity outletturbidity inlet

x 100 %)=

21,123,7

x 100 %

= 89,03

= 100 –89,03 = 10,97

Skala 10

µ = ( turbidity outletturbidity inlet

x 100 %)=

16,723,7

x 100 %

= 70,46

= 100 – 70,46 = 29,54

Skala 15

µ = ( turbidity outletturbidity inlet

x 100 %)=

9,323,7

x 100 %

= 39,24

= 100 – 39,24 = 60,76

Skala 20

µ = ( turbidity outletturbidity inlet

x 100 %)

20 Laboratorium Satuan Operasi

Page 21: klarifier

Laporan Praktikum Klarifier

= 4,8

23,7x 100 %

= 20,25

= 100 – 20,25 = 79,75

Efektivitas PAC menaikkan pH

Untuk data pH umpan = 5

pH produk = 6

= ( pHout

pH ¿x100 % )−100

=( 65

x 100 %) - 100

= 20%

Dari seluruh data di rata-ratakan dan didapat efektivitas PAC dalam menaikkan pH

sebesar 18,33%

21 Laboratorium Satuan Operasi