Upload
phamhanh
View
278
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
DISCLAIMER Isi kodifikasi ini adalah himpunan peraturan Bank Indonesia yang disusun secara sistematis berdasarkan kelompok dan topik tertentu untuk memudahkan pembaca memahami peraturan dan menelusuri rekam jejak keberlakuan suatu peraturan Bank Indonesia. Penyusunan kodifikasi ini telah melalui proses pemeriksaan dan editing terkait keakuratan dan kelengkapan peraturan yang dikodifikasikan. Namun demikian mengingat bahwa peraturan Bank Indonesia dapat berubah dari waktu ke waktu, maka setiap akses dan penggunaan atas kodifikasi ini agar dilakukan secara bijaksana dengan memperhatikan tanggal unggah dan sumber orisinal dari masing-masing peraturan Bank Indonesia yang dirujuk.1
1 Peraturan Bank Indonesia dapat diakses pada situs resmi Bank Indonesia http://www.bi.go.id/ atau melalui fasilitas pencarian peraturan pada situs resmi Bank Indonesia (http://www.bi.go.id/web/id/Peraturan/Search/).
Tim Penyusun Zainal Abidin Ramlan Ginting Chandra Murniadi Gantiah Wuryandani Zulkarnain Sitompul
Siti Astiyah Wahyu Yuwana Hidayat
Komala Dewi Wirza Ayu Novriana Patrick A. Kapugu Ristia Icha Pramesi
Pusat Riset dan Edukasi Bank Sentral (PRES) Bank Indonesia Telp: 021 29817321 Fax.: 021 2311580 email: [email protected] Hak Cipta © 2013, Bank Indonesia 2013
Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia
Manajemen
Good Corporate Governance
Manajemen Good Corporate Governance
i
DAFTAR ISI
Paragraf
Halaman
Daftar Isi Hal. i – iii
Rekam Jejak Regulasi Good Corporate Governance Hal. iv
Dasar Hukum Hal. v
Regulasi Terkait Hal. v
Regulasi Bank Indonesia Hal.v
Good Corporate Governance Bagi Bank Umum
Ketentuan Umum Par. 1 – 3 Hal. 1 – 3
Dewan Komisaris Par. 4 – 18 Hal. 4 – 12
Jumlah, Komposisi, Kriteria dan Independensi Dewan Komisaris Par. 4 – 7 Hal. 4 – 8
Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris Par. 8 – 14 Hal. 8 – 10
Rapat Dewan Komisaris Par. 15 – 16 Hal. 10 – 11
Aspek Transparansi Dewan Komisaris Par. 17 – 18 Hal. 11 – 12
Direksi Par. 19 – 37 Hal. 12 – 18
Jumlah, Komposisi, Kriteria dan Independensi Direksi Par. 19 – 24 Hal. 12 – 15
Tugas dan Tanggung Jawab Direksi Par. 25 – 34 Hal. 15 – 17
Rapat Direksi Par. 35 Hal. 17
Aspek Transparansi Direksi Par. 36 – 37 Hal. 17 – 18
Komite‐Komite Par. 38 – 49 Hal. 18 – 25
Struktur dan Keanggotaan Komite Par. 38 – 42 Hal. 18 – 23
Jabatan Rangkap Ketua Komite Par. 43 Hal. 23
Tugas dan Tanggung Jawab Komite Par. 44 – 47 Hal. 23 – 25
Rapat Komite Par. 48 – 49 Hal. 25
Fungsi Kepatuhan, Audit Intern Dan Audit Ekstern Par. 50 – 53 Hal. 26
Fungsi Kepatuhan Bank Par. 50 – 51 Hal. 26
Fungsi Audit Intern Par. 52 Hal. 26
Fungsi Audit Ekstern Par. 53 Hal. 26
Penerapan Manajemen Risiko Par. 54 Hal. 27
Penyediaan Dana Kepada Pihak Terkait Dan Penyediaan Dana Besar Par. 55 – 56 Hal. 27
Rencana Strategis Bank Par. 57 Hal. 27
Aspek Transparansi Kondisi Bank Par. 58 – 59 Hal. 27 – 28
Pelaporan Internal Dan Benturan Kepentingan Par. 60 – 61 Hal. 28 – 29
Pelaporan Internal Par. 60 Hal. 28
Penanganan Benturan Kepentingan Par. 61 Hal. 28 – 29
Laporan Dan Penilaian Pelaksanaan Good Corporate Governance Par. 62 – 67 Hal. 29 – 44
Laporan Pelaksanaan Good Corporate Governance Par. 62 – 65 Hal. 29 – 37
Penilaian Pelaksanaan Good Corporate Governance (Self Assessment) Par. 66 – 67 Hal. 37 – 44
Pelaksanaan Good Corporate Governance Pada Kantor Cabang Bank Asing Par. 68 – 69 Hal. 44
Sanksi Par. 70 – 76 Hal. 44 – 46
Sanksi Pelaksanaan Good Corporate Governance Par. 70 – 75 Hal. 44 – 45
Sanksi Pelaporan
Par. 76 Hal.45 – 46
Manajemen Good Corporate Governance
ii
Good Corporate Governance bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
Ketentuan Umum Par. 77 – 79 Hal. 46 – 49
Bank Umum Syariah Par. 80 – 143 Hal. 50 – 90
Dewan Komisaris Par. 80 – 93 Hal. 50 – 55
Persyaratan Dewan Komisaris Par. 80 – 82 Hal. 50 – 52
Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris Par. 83 – 89 Hal. 52 – 54
Rapat Dewan Komisaris Par. 90 – 91 Hal. 54
Aspek Transparansi Dewan Komisaris Par. 92 – 93 Hal. 55
Direksi Par. 94 – 109 Hal. 55 – 59
Persyaratan Direksi Par. 94 – 95 Hal. 55 – 56
Tugas dan Tanggung Jawab Direksi Par. 96 – 106 Hal. 56 – 58
Rapat Direksi Par. 107 Hal. 58 – 59
Aspek Transparansi Direksi Par. 108 – 109 Hal. 59
Komite‐Komite Par. 110 – 119 Hal. 59 – 72
Struktur dan Keanggotaan Komite Par. 110 – 113 Hal. 59 – 68
Jabatan Rangkap Ketua Komite Par. 114 Hal. 68
Tugas dan Tanggung Jawab Komite Par. 115 – 118 Hal. 68 – 72
Rapat Komite Par. 119 Hal. 72
Dewan Pengawas Syariah Par. 120 – 127 Hal. 72 – 77
Persyaratan Dewan Pengawas Syariah Par. 120 – 121 Hal 72 – 73
Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Pengawas Syariah Par. 122 – 124 Hal. 73 – 76
Rapat Dewan Pengawas Syariah Par. 125 Hal . 76
Aspek Transparansi Dewan Pengawas Syariah Par. 126 – 127 Hal. 76 – 77
Fungsi Kepatuhan, Audit Intern dan Audit Ekstern Par. 128 – 130 Hal. 77 – 78
Fungsi Kepatuhan Par. 128 Hal. 77
Fungsi Audit Intern Par. 129 Hal. 77 – 78
Fungsi Audit Ekstern Par. 130 Hal. 78
Batas Maksimum Penyaluran Dana Par. 131 Hal. 78
Aspek Transparansi Kondisi BUS Par. 132 – 134 Hal. 78 – 79
Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa
Par. 135 Hal. 79
Pelaporan Internal dan Benturan Kepentingan Par. 136 – 137 Hal. 80
Pelaporan Internal Par. 136 Hal. 80
Penanganan Benturan Kepentingan Par. 137 Hal. 80
Laporan dan Penilaian Pelaksanaan GCG Par. 138 – 143 Hal. 80 – 90
Laporan Pelaksanaan GCG Par. 138 – 141 Hal. 80 – 87
Self Assessment Pelaksanaan GCG Par. 142 – 143 Hal. 87 – 90
Unit Usaha Syariah Par. 144 – 156 Hal. 90 – 98
Direktur UUS Par. 144 – 146 Hal. 90
Dewan Pengawas Syariah Par. 147 Hal. 90
Penyaluran Dana Kepada Nasabah Pembiayaan Inti dan Penyimpanan Dana Oleh Deposan Inti
Par. 148 Hal. 90
Aspek Transparansi Kondisi UUS Par. 149 Hal. 90 – 91
Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa
Par. 150 Hal. 91
Pelaporan Internal Par. 151 Hal. 91
Manajemen Good Corporate Governance
iii
Laporan dan Penilaian Pelaksanaan GCG Par. 152 – 156 Hal. 91 – 98
Laporan Pelaksanaan GCG Par. 152 – 154 Hal. 91 – 95
Self Assessment Pelaksanaan GCG Par. 155 – 156 Hal. 96 – 98
Sanksi Par. 157 – 164 Hal. 99 – 101
Sanksi Pelaksanaan GCG Par. 157 – 162 Hal. 99 – 100
Sanksi Pelaporan Par. 163 – 164 Hal. 100 – 101
Laporan Pelaksanaan Par. 163 Hal. 100 – 101
Laporan Hasil Pengawasan Dewan Pengawas Syariah, Pedoman, Sistem dan Prosedur serta Struktur Kelompok Usaha
Par. 164 Hal. 101
Lampiran Hal. 102 – 244 Lampiran 1 : Surat Pernyataan Independen Hal. 102 – 103 Lampiran 2 : Kertas Kerja Penilaian Sendiri (Self Assessment) Pelaksanaan
Good Corporate Governance Hal. 104 – 158
Lampiran 3 : Matriks Peringkat Faktor Good Corporate Governance Hal. 159 – 160
Lampiran 4 : Laporan Penilaian Sendiri (Self Assessment) Pelaksanaan Good Corporate Governance(GCG)
Hal. 161 – 162
Lampiran 5 : Surat Pernyataan Independen – Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
Hal. 163
Lampiran 6 : Surat Penyampaian Laporan Hasil Pengawasan Dewan Pengawas Syariah
Hal. 164
Lampiran 7 : Laporan Hasil Pengawasan Dewan Pengawas Syariah Hal. 165 – 168
Lampiran 8 : Kertas Kerja Self Assessment Bagi Bank Umum Syariah Hal. 169 – 221
Lampiran 9 : Kertas Kerja Self Assessment Bagi Unit Usaha Syariah Hal. 222 – 242
Lampiran 10 : Ringkasan Perhitungan Nilai Komposit Bagi Bank Umum Syariah
Hal. 243
Lampiran 11 : Ringkasan Perhitungan Nilai Komposit Bagi Unit Usaha Syariah
Hal. 244
Manajemen Good Corporate Governance
v
Dasar Hukum: ‐ Undang‐Undang Nomor 6 tahun 2009 tentang Bank Indonesia: Pasal 8 c dan 24 ‐ Undang‐Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan: pasal 29 ayat (2) dan 38 ‐ Undang‐Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah: pasal 51 ayat (1), bab V, dan VI
Regulasi Terkait: ‐ Undang‐Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) ‐ Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/3/PBI/2005 tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum ‐ Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bank Umum ‐ Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/25/PBI/2004 Rencana Bisnis Bank Umum ‐ Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/22/PBI/2001 Transparansi Kondisi Keuangan Bank ‐ Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/6/PBI/2005 Transparansi Informasi Produk Bank dan Penggunaan
Data Pribadi Nasabah ‐ Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/23/PBI/2010 tentang Uji Kemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper
Test) ‐ Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/3/PBI/2009 tentang Bank Umum Syariah ‐ Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/8/PBI/2007 tentang Pemanfaatan Tenaga Kerja Asing dan Program
Alih Pengetahuan di Sektor Perbankan ‐ Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/47/PBI/2005 tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank
Perkreditan Rakyat Syariah. ‐ Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/6/PBI/2005 tentang Transparansi Informasi Produk Bank dan
Penggunaan Data Pribadi Nasabah ‐ Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah Dalam Kegiatan
Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa Bank Syariah ‐ Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/2/PBI/2011 tentang Pelaksanaan Fungsi Kepatuhan Bank Umum
Regulasi Bank Indonesia: ‐ Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi
Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah ‐ Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi
Bank Umum ‐ Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/14/PBI/2006 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia
nomor 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum ‐ Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/15/DPNP 2013 Perihal : Pelaksanaan Good Corprate Governance
bagi Bank Umum ‐ Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/13/DPbS 2010 perihal Pelaksanaan Good Corporate Governance
bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
Manajemen Good Corporate Governance
1
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Perbankan Manajemen Good Corporate Governance Bagi Bank Umum BAB I Ketentuan Umum
1 Pasal 1 8/4/PBI/2006 Butir 1 – 6 SE 15/15/DPNP 2013 Romawi I. A
Dalam Ketentuan ini yang dimaksud dengan: 1. Bank adalah Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam Undang‐Undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang‐Undang Nomor 10 Tahun 1998, termasuk kantor cabang bank asing.
2. Komisaris: a. bagi Bank berbentuk hukum Perseroan Terbatas adalah komisaris
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 5 Undang‐Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas;
b. bagi Bank berbentuk hukum Perusahaan Daerah adalah pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 Undang‐Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah;
c. bagi Bank berbentuk hukum Koperasi adalah pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 Undang‐Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
3. Direksi: a. bagi Bank berbentuk hukum Perseroan Terbatas adalah direksi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 4 Undang‐Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas;
b. bagi Bank berbentuk hukum Perusahaan Daerah adalah direksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 Undang‐Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah;
c. bagi Bank berbentuk hukum Koperasi adalah pengurus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 Undang‐Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian;
d. bagi kantor cabang bank asing adalah pimpinan kantor cabang bank asing.
4. Komisaris Independen adalah anggota dewan Komisaris yang tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau hubungan keluarga dengan anggota dewan Komisaris lainnya, Direksi dan/atau pemegang saham pengendali atau hubungan dengan Bank, yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen.
5. Pihak Independen adalah pihak diluar Bank yang tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau hubungan keluarga dengan dewan Komisaris, Direksi dan/atau pemegang saham pengendali atau hubungan dengan Bank, yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen.
6. Good Corporate Governance adalah suatu tata kelola Bank yang menerapkan prinsip‐prinsip keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility), independensi (independency), dan kewajaran (fairness).
7. Transparansi (transparency) yaitu keterbukaan dalam mengemukakan informasi yang material dan relevan serta keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan;
Manajemen Good Corporate Governance
2
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Pasal 1 8/4/PBI/2006 Butir 7 – 8
8. Akuntabilitas (accountability) yaitu kejelasan fungsi dan pelaksanaan pertanggungjawaban organ Bank sehingga pengelolaannya berjalan secara efektif;
9. Pertanggungjawaban (responsibility) yaitu kesesuaian pengelolaan Bank dengan peraturan perundang‐undangan yang berlaku dan prinsip pengelolaan Bank yang sehat;
10. Independensi (independency) yaitu pengelolaan Bank secara profesional tanpa pengaruh/tekanan dari pihak manapun; dan
11. Kewajaran (fairness) yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak‐hak stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang‐undangan yang berlaku.
12. Stakeholders adalah seluruh pihak yang memiliki kepentingan secara langsung atau tidak langsung terhadap kegiatan usaha Bank.
13. Pejabat Eksekutif adalah pejabat yang bertanggung jawab langsung kepada Direksi atau mempunyai pengaruh terhadap kebijakan dan operasional perusahaan atau Bank, antara lain pemimpin kantor cabang dan kepala Satuan Kerja Audit Intern.
2 Pasal 2 8/4/PBI/2006 Ayat (1) SE 15/15/DPNP 2013 Romawi I. E Pasal 2 8/4/PBI/2006 Ayat (2)
(1) Bank wajib melaksanakan prinsip‐prinsip Good Corporate Governance dalam setiap kegiatan usahanya pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi.
Pelaksanaan prinsip‐prinsip Good Corporate Governance dalam setiap kegiatan usahanya termasuk pada saat penyusunan visi, misi, rencana strategis, pelaksanaan kebijakan, dan langkah‐langkah pengawasan internal pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi.
Seluruh tingkatan atau jenjang organisasi meliputi Dewan Komisaris dan Direksi sampai dengan pegawai tingkat pelaksana.
(2) Pelaksanaan prinsip‐prinsip Good Corporate Governance sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) paling kurang harus diwujudkan dalam: a. pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan Direksi;
Pelaksanaan tugas dan tanggungjawab dewan Komisaris dan Direksi mengacu pada anggaran dasar Bank dan peraturan perundang‐undangan yang berlaku, termasuk ketentuan Bank Indonesia yang mengatur pelaksanaan tugas dan tanggungjawab tersebut.
b. kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite‐komite dan satuan kerja
yang menjalankan fungsi pengendalian intern bank;
Pembentukan komite antara lain dimaksudkan untuk membantu kelancaran tugas pengawasan oleh Komisaris sedangkan tugas pengendalian oleh Direksi didukung oleh pembentukan satuan kerja yang melakukan fungsi pengendalian seperti satuan kerja audit intern, satuan kerja kepatuhan, dan satuan kerja manajemen risiko Bank.
c. penerapan fungsi kepatuhan, auditor internal dan auditor eksternal;
Manajemen Good Corporate Governance
3
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
SE 15/15/DPNP 2013 Romawi I. C – D
d. penerapan manajemen risiko, termasuk sistem pengendalian intern; e. penyediaan dana kepada pihak terkait dan penyediaan dana besar;
Yang dimaksud dengan pihak terkait adalah sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit bagi Bank Umum.
f. rencana strategis Bank;
Rencana strategis Bank meliputi rencana korporasi (corporate plan) maupun rencana bisnis (business plan).
g. transparansi kondisi keuangan dan non keuangan Bank.
Transparansi meliputi aspek pengungkapan (disclosure) informasi Bank yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif kepada Stakeholders.
(3) Metode penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum menggunakan pendekatan risiko (Risk Based Bank Rating/RBBR) baik secara individual maupun secara konsolidasi yang antara lain mencakup penilaian faktor GCG. Penilaian faktor GCG dalam penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dengan menggunakan pendekatan risiko (RBBR) merupakan pengganti dari penilaian terhadap faktor Manajemen dalam penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum berdasarkan CAMELS rating. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia mengenai penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dengan menggunakan pendekatan risiko (RBBR), penilaian terhadap pelaksanaan GCG yang berlandaskan pada 5 (lima) prinsip dasar tersebut pada Paragraf 1 dikelompokkan dalam suatu governance system yang terdiri dari 3 (tiga) aspek governance, yaitu governance structure, governance process, dan governance outcome.
3 Pasal 3 8/4/PBI/2006 SE 15/15/DPNP 2013 Romawi I. F
(1) Bank Indonesia melakukan penilaian terhadap pelaksanaan Good Corporate Governance Bank.
(2) Dalam pelaksanaan GCG, diperlukan keberadaan Komisaris Independen dan Pihak Independen untuk menghindari benturan kepentingan (conflict of interest) dalam pelaksanaan tugas seluruh tingkatan atau jenjang organisasi Bank, check and balance, serta melindungi kepentingan stakeholders khususnya pemilik dana dan pemegang saham minoritas. Untuk mendukung independensi dalam pelaksanaan tugas dimaksud, perlu pengaturan mengenai masa tunggu (cooling off) bagi pihak yang akan menjadi pihak independen.
Manajemen Good Corporate Governance
4
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
BAB II Dewan Komisaris Bagian Pertama Jumlah, Komposisi, Kriteria dan Independensi Dewan Komisaris4 Pasal 4
8/4/PBI/2006 (1) Jumlah anggota dewan Komisaris paling kurang 3 (tiga) orang dan paling
banyak sama dengan jumlah anggota Direksi. (2) Paling kurang 1 (satu) orang anggota dewan Komisaris wajib berdomisili di
Indonesia. (3) Dewan Komisaris dipimpin oleh Presiden Komisaris atau Komisaris Utama.
5 Pasal 5 8/14/PBI/2006 Ayat (1) – (2) SE 15/15/DPNP 2013 Romawi II. A
(1) Dewan Komisaris terdiri dari Komisaris dan Komisaris Independen. Keberadaan Komisaris Independen dimaksudkan untuk mendorong terciptanya iklim dan lingkungan kerja yang lebih obyektif dan menempatkan kewajaran (fairness) dan kesetaraan di antara berbagai kepentingan termasuk kepentingan pemegang saham minoritas dan Stakeholders lainnya.
(2) Paling kurang 50% (lima puluh perseratus) dari jumlah anggota dewan
Komisaris adalah Komisaris Independen. Sebagai contoh, apabila jumlah Komisaris 3 orang, maka jumlah Komisaris Independen minimal 2 orang. Komisaris Independen adalah anggota Dewan Komisaris yang tidak memiliki hubungan keuangan, hubungan kepengurusan, hubungan kepemilikan saham, dan/atau hubungan keluarga dengan anggota Dewan Komisaris lainnya, Direksi dan/atau Pemegang Saham Pengendali atau hubungan dengan Bank, yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen. Pengert ian mengenai “memil ik i hubungan keuangan, hubungan kepengurusan, hubungan kepemilikan saham, dan/atau hubungan keluarga dengan anggota Dewan Komisaris lainnya, Direksi dan/atau Pemegang Saham Pengendali atau hubungan dengan Bank, yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen” adalah sebagai berikut: 1. Yang dimaksud dengan Pemegang Saham Pengendali adalah
badan hukum, orang perseorangan dan/atau kelompok usaha sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai Uji Kemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper Test) Bank Umum. Termasuk dalam pengertian Pemegang Saham Pengendali Bank adalah pemegang saham Bank sampai dengan pengendali terakhir (ultimate shareholders) Bank.
2. Yang dimaksud dengan memiliki hubungan keuangan adalah apabila seseorang menerima penghasilan, bantuan keuangan, atau pinjaman dari: a. anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi Bank; b. perusahaan yang Pemegang Saham Pengendalinya adalah
anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi Bank; dan/atau
c. Pemegang Saham Pengendali Bank.
Manajemen Good Corporate Governance
5
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
3. Yang dimaksud dengan memiliki hubungan kepengurusan adalah apabila seseorang menduduki jabatan sebagai: a. anggota Dewan Komisaris atau Direksi pada
perusahaan dimana anggota Dewan Komisaris menjadi anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi;
b. anggota Dewan Komisaris atau Direksi pada perusahaan yang Pemegang Saham Pengendalinya adalah anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi Bank; dan/atau
c. anggota Dewan Komisar is , Direksi atau Pejabat Eksekutif pada perusahaan Pemegang Saham Pengendali Bank.
4. Yang dimaksud dengan memiliki hubungan kepemilikan saham adalah apabila seseorang menjadi pemegang saham pada: a. perusahaan yang secara bersama‐sama dimiliki oleh anggota
Dewan Komisar is, Direksi, dan/atau Pemegang Saham Pengendali Bank sehingga bersamasama menjadi Pemegang Saham Pengendali pada perusahaan tersebut; dan/atau
b. perusahaan Pemegang Saham Pengendali Bank. 5. Yang dimaksud dengan memiliki hubungan keluarga adalah
memiliki hubungan keluarga sampai dengan derajat kedua baik hubungan vertikal maupun horizontal, termasuk mertua, menantu dan ipar, sehingga yang dimaksud dengan keluarga meliputi: a. orang tua kandung/tiri/angkat; b. saudara kandung/t ir i/angkat beserta suami atau
istrinya; c. anak kandung/tiri/angkat; d. kakek/nenek kandung/tiri/angkat; e. cucu kandung/tiri/angkat; f. saudara kandung/tiri/angkat dari orang tua beserta suami
atau istrinya; g. suami/istri; h. mertua; i. besan; j. suami/istri dari anak kandung/tiri/angkat; k. kakek atau nenek dari suami atau istri; l. suami/istri dari cucu kandung/tiri/angkat; m. saudara kandung/tiri/angkat dari suami atau istri beserta
suami atau istrinya. Dalam hal Pemegang Saham Pengendali Bank berbentuk badan hukum, maka hubungan keluarga antara Komisaris Independen dengan Pemegang Saham Pengendali Bank dilihat dari hubungan keluarga antara seseorang dengan Pemegang Saham Pengendali dari badan hukum yang merupakan Pemegang Saham Pengendali Bank.
6. Yang dimaksud dengan hubungan dengan Bank yang dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk bertindak tidak independen, adalah hubungan dalam bentuk:
Manajemen Good Corporate Governance
6
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Pasal 5 8/14/PBI/2006 Ayat (3) SE 15/15/DPNP 2013 Romawi II. D SE 15/15/DPNP 2013 Romawi II. E Pasal 5 8/14/PBI/2006 Ayat (4)
a. kepemilikan saham Bank dengan jumlah kepemilikan lebih dari 5% (lima persen) dari modal disetor Bank; dan/atau
b. menerima atau memberi penghasilan, bantuan keuangan, atau pinjaman dari atau kepada Bank yang menyebabkan pihak yang memberi penghasilan, bantuan keuangan atau pinjaman memil ik i kemampuan untuk mempengaruhi (controll ing influence) pihak yang menerima penghasilan, bantuan keuangan atau pinjaman, seperti:
1) pihak terafiliasi yaitu pihak yang memberikan jasanya kepada Bank, antara lain akuntan publik, penilai, konsultan hukum dan konsultan lainnya; dan/atau
2) transaksi keuangan dengan Bank yang dapat mempengaruhi kelangsungan usaha Bank dan/atau pihak yang melakukan transaksi keuangan, antara lain debitur inti, deposan inti, atau perusahaan yang sebagian besar sumber pendanaannya diperoleh dari Bank. Yang dimaksud dengan debitur dan deposan inti adalah debitur inti dan deposan inti sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai Laporan Berkala Bank Umum.
(3) Mantan anggota Direksi atau Pejabat Eksekutif Bank atau pihak‐pihak
yang mempunyai hubungan dengan Bank, yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen tidak dapat menjadi Komisaris Independen pada Bank yang bersangkutan, sebelum menjalani masa tunggu (cooling off) selama 1 (satu) tahun. Yang dimaksud dengan masa tunggu (cooling off) adalah tenggang waktu antara berakhirnya secara efektif jabatan yang bersangkutan sebagai anggota Direksi atau Pejabat Eksekutif atau hubungan lain dengan Bank, dengan pengangkatan yang bersangkutan secara efektif sebagai Komisaris Independen.
Permohonan uji kemampuan dan kepatutan untuk calon Komisaris Independen diajukan paling cepat 30 (tiga puluh) hari sebelum berakhirnya masa tunggu (cooling off).
(4) Perubahan status jabatan dari Komisaris menjadi Komisaris Independen pada Bank yang sama harus mendapat persetujuan Bank Indonesia. Untuk mendapatkan persetujuan, calon Komisaris Independen antara lain harus menyampaikan surat pernyataan independensi dengan format sebagaimana dimaksud pada Lampiran 1. Persetujuan Bank Indonesia mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Uji Kemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper Test) Bank Umum.
(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak berlaku bagi mantan Direksi atau Pejabat Eksekutif yang melakukan fungsi pengawasan.
Manajemen Good Corporate Governance
7
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
SE 15/15/DPNP 2013 Romawi II. C
Yang dimaksud dengan “yang melakukan fungsi pengawasan”, antara lain direktur kepatuhan, direktur manajemen risiko, dan Pejabat Eksekutif yang membawahi unit kerja pengawasan, antara lain Pejabat Eksekutif yang membidangi audit intern, kepatuhan, dan manajemen risiko.
Ketentuan masa tunggu (cooling off) untuk menjadi Komisaris Independen tidak berlaku bagi mantan anggota Direksi atau Pejabat Eksekutif yang tugasnya hanya melakukan fungsi pengawasan paling kurang 1 (satu) tahun.
6 Pasal 6 8/4/PBI/2006
(1) Setiap usulan pengangkatan dan/atau penggantian anggota dewan Komisaris kepada Rapat Umum Pemegang Saham harus memperhatikan rekomendasi Komite Remunerasi dan Nominasi.
(2) Dalam hal anggota Komite Remunerasi dan Nominasi memiliki benturan kepentingan (conflict of interest) dengan usulan yang direkomendasikan, maka dalam usulan tersebut wajib diungkapkan.
(3) Anggota dewan Komisaris harus memenuhi persyaratan telah lulus Penilaian Kemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper Test) sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia tentang Penilaian Kemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper Test).
7 Pasal 7 8/14/PBI/2006
(1) Anggota dewan Komisaris hanya dapat merangkap jabatan sebagai :a. anggota dewan Komisaris, Direksi, atau Pejabat Eksekutif pada 1
(satu) lembaga/perusahaan bukan lembaga keuangan, atau
Lembaga/perusahaan bukan lembaga keuangan atau perusahaan anak bukan Bank termasuk yang berkedudukan di dalam maupun di luar negeri.
b. anggota dewan Komisaris, Direksi, atau Pejabat Eksekutif yang
melaksanakan fungsi pengawasan pada 1 (satu) perusahaan anak bukan Bank yang dikendalikan oleh Bank.
Yang dimaksud dengan perusahaan anak bukan Bank yang dikendalikan oleh Bank adalah perusahaan anak dari Bank yang tidak melakukan kegiatan usaha Bank dan laporan keuangannya wajib dikonsolidasikan dengan laporan keuangan Bank.
(2) Tidak termasuk rangkap jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
apabila : a. anggota dewan Komisaris non Independen menjalankan tugas
fungsional dari pemegang saham Bank yang berbentuk badan hukum pada kelompok usahanya; dan/atau
Yang dimaksud dengan pemegang saham Bank yang berbentuk badan hukum adalah pemegang saham pengendali yang berbentuk badan hukum sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia tentang penilaian kemampuan dan kepatutan (fit and proper test), termasuk pemerintah atau lembaga lain yang menjadi pemegang saham pengendali Bank.
Manajemen Good Corporate Governance
8
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Termasuk dalam pengertian menjalankan tugas fungsional yaitu apabila fungsi yang bersangkutan pada Bank dan/atau kelompok usaha badan hukum pemegang saham Bank termasuk perusahaan anak Bank adalah untuk menjalankan fungsinya sebagai wakil dari pemegang saham Bank, seperti anggota dewan Komisaris, anggota Direksi, atau Pejabat Eksekutif.
b. anggota dewan Komisaris menduduki jabatan pada organisasi atau
lembaga nirlaba, sepanjang yang bersangkutan tidak mengabaikan pelaksanaan tugas dan tanggung jawab sebagai anggota dewan Komisaris Bank.
(3) Mayoritas anggota dewan Komisaris dilarang saling memiliki hubungan keluarga sampai dengan derajat kedua dengan sesama anggota dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi.
Yang dimaksud dengan hubungan keluarga sampai dengan derajat kedua adalah hubungan baik vertikal maupun horizontal, termasuk mertua, menantu, dan ipar, sehingga yang dimaksud dengan keluarga meliputi : 1. Orang tua kandung/tiri/angkat; 2. Saudara kandung/tiri/angkat beserta suami atau istrinya; 3. Anak kandung/tiri/angkat; 4. Kakek/nenek kandung/tiri/angkat; 5. Cucu kandung/tiri/angkat; 6. Saudara kandung/tiri/angkat dari orang tua beserta suami atau
istrinya; 7. Suami/istri; 8. Mertua; 9. Besan; 10. Suami/istri dari anak kandung/tiri/angkat; 11. Kakek atau nenek dari suami atau istri; 12. Suami/istri dari cucu kandung/tiri/angkat; 13. Saudara kandung/tiri/angkat dari suami atau istri beserta suami
atau istrinya. Yang dimaksud dengan mayoritas anggota dewan Komisaris adalah lebih dari 50% (lima puluh perseratus) dari seluruh jumlah anggota dewan Komisaris.
Bagian Kedua Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris 8 Pasal 8
8/4/PBI/2006 Dewan Komisaris wajib melaksanakan tugas dan tanggung jawab secara independen. Yang dimaksud dengan independen dalam Paragraf ini adalah pelaksanaan tugas secara obyektif dan bebas dari tekanan dan kepentingan pihak manapun.
9 Pasal 9 8/14/PBI/2006
(1) Dewan Komisaris wajib memastikan terselenggaranya pelaksanaan Good Corporate Governance dalam setiap kegiatan usaha Bank pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 2.
Manajemen Good Corporate Governance
9
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
(2) Dewan Komisaris wajib melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi, serta memberikan nasihat kepada Direksi.
(3) Dalam melakukan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Komisaris wajib mengarahkan, memantau, dan mengevaluasi pelaksanaan kebijakan strategis Bank.
(4) Dalam melakukan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dewan Komisaris dilarang terlibat dalam pengambilan keputusan kegiatan operasional Bank, kecuali :
Yang dimaksud dengan kegiatan operasional adalah kegiatan kredit, treasury, penghimpunan dana, dan kegiatan operasional lainnya.
a. penyediaan dana kepada pihak terkait sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum; dan
b. hal‐hal lain yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar Bank atau peraturan perundangan yang berlaku.
Penetapan dalam Anggaran Dasar mengenai hal‐hal lain yang pengambilan keputusannya memerlukan keterlibatan dewan Komisaris, diarahkan kepada hal‐hal yang strategis dan mempengaruhi kelangsungan usaha Bank.
(5) Pengambilan keputusan oleh dewan Komisaris sebagaimana dimaksud
pada ayat (4), merupakan bagian dari tugas pengawasan oleh Komisaris sehingga tidak meniadakan tanggung jawab Direksi atas pelaksanaan kepengurusan Bank.
10 Pasal 10 8/4/PBI/2006
Dewan Komisaris wajib memastikan bahwa Direksi telah menindaklanjuti temuan audit dan rekomendasi dari satuan kerja audit intern Bank, auditor eksternal, hasil pengawasan Bank Indonesia dan/atau hasil pengawasan otoritas lain. Yang dimaksud dengan otoritas lain adalah termasuk namun tidak terbatas pada: a. Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam); dan/atau b. otoritas pengawasan terhadap parent bank.
11 Pasal 11 8/4/PBI/2006 SE 15/15/DPNP 2013 Romawi II. G
Dewan Komisaris wajib memberitahukan kepada Bank Indonesia paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak ditemukannya: a. pelanggaran peraturan perundang‐undangan di bidang keuangan dan
perbankan; dan b. keadaan atau perkiraan keadaan yang dapat membahayakan
kelangsungan usaha Bank, antara lain berdasarkan rekomendasi dari Komite‐Komite yang membantu efektivitas pelaksanaan tugas Dewan Komisaris. Hal‐hal yang wajib dilaporkan adalah temuan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b yang belum atau tidak dilaporkan oleh Bank dan/atau oleh Direktur yang membawahkan Fungsi Kepatuhan kepada Bank Indonesia.
Manajemen Good Corporate Governance
10
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
12 Pasal 12 8/4/PBI/2006
(1) Dalam rangka mendukung efektivitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya, Dewan Komisaris wajib membentuk paling kurang:
a. Komite Audit; b. Komite Pemantau Risiko; c. Komite Remunerasi dan Nominasi.
(2) Dewan Komisaris dapat membentuk Komite Remunerasi dan Komite Nominasi secara terpisah.
(3) Pengangkatan anggota komite sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Direksi berdasarkan keputusan rapat dewan Komisaris.
(4) Dewan Komisaris wajib memastikan bahwa komite yang telah dibentuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) menjalankan tugasnya secara efektif.
(5) Komite sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) wajib menyusun pedoman dan tata tertib kerja komite.
13 Pasal 13 8/4/PBI/2006
(1) Dewan Komisaris wajib memiliki pedoman dan tata tertib kerja yang bersifat mengikat bagi setiap anggota dewan Komisaris.
(2) Pedoman dan tata tertib kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling kurang wajib mencantumkan:
a. pengaturan etika kerja; b. waktu kerja; dan c. pengaturan rapat.
Pengaturan rapat antara lain mengatur tentang agenda rapat, persyaratan quorum, pengambilan keputusan, hak anggota dalam hal terdapat perbedaan pendapat dalam pengambilan keputusan dan risalah rapat.
14 Pasal 14 8/4/PBI/2006
Dewan Komisaris wajib menyediakan waktu yang cukup untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara optimal. Indikator penyediaan waktu yang cukup dicerminkan antara lain oleh kehadiran yang bersangkutan sesuai waktu kerja yang telah ditetapkan dalam tata tertib dan tingkat kehadiran yang bersangkutan dalam rapat.
Bagian Ketiga Rapat Dewan Komisaris15 Pasal 15
8/14/PBI/2006
(1) Rapat dewan Komisaris wajib diselenggarakan secara berkala paling kurang 4 (empat) kali dalam setahun.
Bentuk rapat disesuaikan dengan kebutuhan Bank, antara lain dengan cara penggunaan teknologi telekonferensi.
(2) Rapat dewan Komisaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
dihadiri oleh seluruh anggota dewan Komisaris secara fisik paling kurang 2 (dua) kali dalam setahun.
Diupayakan agar seluruh anggota dewan Komisaris dapat hadir secara fisik pada rapat dalam rangka evaluasi/penetapan kebijakan strategis dan evaluasi realisasi rencana bisnis Bank.
Manajemen Good Corporate Governance
11
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
SE 15/15/DPNP 2013 Romawi II. H
(3) Dalam hal anggota dewan Komisaris tidak dapat menghadiri rapat secara fisik, maka dapat menghadiri rapat melalui teknologi telekonferensi.
Dalam hal rapat Dewan Komisaris dilaksanakan dengan menggunakan teknologi telekonferensi, harus dilengkapi dengan hal‐hal sebagai berikut: 1. dasar keputusan penyelenggaraan rapat dengan menggunakan
teknologi telekonferensi, antara lain seperti ketentuan intern Bank dan r isalah rapat Dewan Komisaris;
2. bukti rekaman penyelenggaraan rapat; dan 3. membuat r isalah rapat perihal dimaksud yang
ditandatangani oleh seluruh peserta yang hadir secara fisik maupun melalui teknologi telekonferensi.
16 Pasal 16 8/4/PBI/2006 Ayat (1) – (4) SE 15/15/DPNP 2013 Romawi II. I Pasal 16 8/4/PBI/2006 Ayat (5)
(1) Pengambilan keputusan rapat dewan Komisaris dilakukan berdasarkan musyawarah mufakat.
(2) Dalam hal tidak terjadi musyawarah mufakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan suara terbanyak.
(3) Segala keputusan dewan Komisaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) bersifat mengikat bagi seluruh anggota dewan Komisaris.
(4) Hasil rapat dewan Komisaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dituangkan dalam risalah rapat dan didokumentasikan secara baik.
Sal inan r isalah rapat Dewan Komisaris yang telah ditandatangani oleh seluruh anggota Dewan Komisaris yang hadir, harus didistribusikan kepada seluruh anggota Dewan Komisaris.
(5) Perbedaan pendapat (dissenting opinions) yang terjadi dalam rapat dewan Komisaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dicantumkan secara jelas dalam risalah rapat beserta alasan perbedaan pendapat tersebut.
Bagian Keempat Aspek Transparansi Dewan Komisaris17 Pasal 17
8/14/PBI/2006 Anggota dewan Komisaris wajib mengungkapkan : a. kepemilikan saham yang mencapai 5% (lima perseratus) atau lebih, baik
pada Bank yang bersangkutan maupun pada bank dan perusahaan lain, yang berkedudukan di dalam dan di luar negeri;
b. hubungan keuangan dan hubungan keluarga dengan anggota dewan Komisaris lain, anggota Direksi dan/atau pemegang saham pengendali Bank,
dalam laporan pelaksanaan Good Corporate Governance sebagaimana diatur dalam ketentuan ini.
18 Pasal 18 8/4/PBI/2006
(1) Anggota dewan Komisaris dilarang memanfaatkan Bank untuk kepentingan pribadi, keluarga, dan/atau pihak lain yang dapat merugikan atau mengurangi keuntungan Bank.
(2) Anggota dewan Komisaris dilarang mengambil dan/atau menerima keuntungan pribadi dari Bank selain remunerasi dan fasilitas lainnya yang ditetapkan Rapat Umum Pemegang Saham.
Manajemen Good Corporate Governance
12
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Tidak termasuk dalam pengertian keuntungan pribadi antara lain dalam hal anggota dewan Komisaris sebagai nasabah Bank menerima penghasilan bunga/imbalan secara wajar.
(3) Anggota dewan Komisaris wajib mengungkapkan remunerasi dan fasilitas
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pada laporan pelaksanaan Good Corporate Governance sebagaimana diatur dalam Ketentuan ini.
BAB III Direksi Bagian Pertama Jumlah, Komposisi, Kriteria dan Independensi Direksi
19 Pasal 19 8/4/PBI/2006
(1) Jumlah anggota Direksi paling kurang 3 (tiga) orang. (2) Seluruh anggota Direksi wajib berdomisili di Indonesia. (3) Direksi dipimpin oleh Presiden Direktur atau Direktur Utama.
20 Pasal 20 8/4/PBI/2006 SE 15/15/DPNP 2013 Romawi III. A
Presiden Direktur atau Direktur Utama sebagaimana dimaksud dalam Paragraf19 ayat (3) wajib berasal dari pihak yang independen terhadap pemegang saham pengendali. Yang dimaksud dengan pemegang saham pengendali adalah Pemegang Saham Pengendali sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia tentang Penilaian Kemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper Test). Penilaian independensi didasarkan pada keterkaitan yang bersangkutan pada kepengurusan, kepemilikan dan/atau hubungan keuangan, serta hubungan keluarga dengan pemegang saham pengendali. Independensi Presiden Direktur atau Direktur Utama dapat dipenuhi apabila yang bersangkutan tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau hubungan keluarga dengan Pemegang Saham Pengendali Bank. 1. Yang dimaksud dengan Pemegang Saham Pengendali adalah badan
hukum, orang perseorangan dan/atau kelompok usaha sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai Uji Kemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper Test) Bank Umum. Termasuk dalam pengertian Pemegang Saham Pengendali Bank adalah pemegang saham Bank sampai dengan pengendali terakhir (ultimate shareholders) Bank.
2. Yang dimaksud dengan memiliki hubungan keuangan adalah apabila seseorang menerima penghasilan, bantuan keuangan, atau pinjaman dari Pemegang Saham Pengendali Bank.
3. Yang dimaksud dengan memiliki hubungan kepengurusan adalah apabila seseorang menduduki jabatan sebagai anggota Dewan Komisaris, Direksi atau Pejabat Eksekutif pada perusahaan Pemegang Saham Pengendali Bank.
4. Yang dimaksud dengan memiliki hubungan kepemilikan saham adalah apabila seseorang menjadi: a. pemegang saham pada perusahaan Pemegang Saham Pengendali
Bank; dan/atau b. pemegang saham Bank bersama Pemegang Saham Pengendali
Bank.
Manajemen Good Corporate Governance
13
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Kepemilikan saham Bank yang berasal dari management shares option program (MSOP) yang besarnya tidak lebih dari 5% (lima persen) dari modal disetor Bank, tidak termasuk dalam hubungan kepemilikan saham dimaksud.
5. Yang dimaksud dengan memiliki hubungan keluarga adalah memiliki hubungan keluarga sampai dengan derajat kedua baik hubungan vertikal maupun horizontal, termasuk mertua, menantu dan ipar, sehingga yang dimaksud dengan keluarga meliputi: a. orang tua kandung/tiri/angkat; b. saudara kandung/tiri/angkat beserta suami atau istrinya; c. anak kandung/tiri/angkat; d. kakek/nenek kandung/tiri/angkat; e. cucu kandung/tiri/angkat; f. saudara kandung/tiri/angkat dari orang tua beserta suami
atau istrinya; g. suami/istri; h. mertua; i. besan; j. suami/istri dari anak kandung/tiri/angkat; k. kakek atau nenek dari suami atau istri; l. suami/istri dari cucu kandung/tiri/angkat; m. saudara kandung/tiri/angkat dari suami atau istri beserta
suami atau istrinya. Dalam hal Pemegang Saham Pengendali Bank berbentuk badan hukum, maka hubungan keluarga antara Presiden Direktur dengan Pemegang Saham Pengendali Bank dilihat dari hubungan keluarga antara seseorang dengan Pemegang Saham Pengendali dari badan hukum yang merupakan Pemegang Saham Pengendali Bank.
21 Pasal 21 8/4/PBI/2006
(1) Setiap usulan penggantian dan/atau pengangkatan anggota Direksi oleh dewan Komisaris kepada Rapat Umum Pemegang Saham, harus memperhatikan rekomendasi Komite Remunerasi dan Nominasi.
Tidak termasuk penggantian sementara sebagaimana dimaksud dalam Undang‐undang tentang Perseroan Terbatas.
(2) Mayoritas anggota Direksi paling kurang memiliki pengalaman 5 (lima)
tahun di bidang operasional sebagai Pejabat Eksekutif bank.
Yang dimaksud dengan mayoritas adalah lebih dari 50% (lima puluh perseratus) dari seluruh jumlah anggota Direksi. Pengertian bank pada ayat ini tidak termasuk bank perkreditan rakyat.
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku bagi bank
umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. (4) Setiap anggota Direksi harus memenuhi persyaratan telah lulus Penilaian
Kemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper Test) sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia tentang Penilaian Kemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper Test).
Manajemen Good Corporate Governance
14
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
22 Pasal 22 8/14/PBI/2006
(1) Anggota Direksi dilarang merangkap jabatan sebagai anggota dewan Komisaris, Direksi, atau Pejabat Eksekutif pada bank, perusahaan dan/atau lembaga lain.
Yang dimaksud dengan bank pada ayat ini adalah bank umum dan bank perkreditan rakyat, baik di dalam maupun di luar negeri.
(2) Tidak termasuk rangkap jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
apabila Direksi yang bertanggung jawab terhadap pengawasan atas penyertaan pada perusahaan anak Bank, menjalankan tugas fungsional menjadi anggota dewan Komisaris pada perusahaan anak bukan Bank yang dikendalikan oleh Bank, sepanjang perangkapan jabatan tersebut tidak mengakibatkan yang bersangkutan mengabaikan pelaksanaan tugas dan tanggung jawab sebagai anggota Direksi Bank.
Yang dimaksud dengan perusahaan anak bukan Bank yang dikendalikan oleh Bank adalah perusahaan anak Bank yang tidak melakukan kegiatan usaha Bank dan laporan keuangannya wajib dikonsolidasikan dengan laporan keuangan Bank.
(3) Anggota Direksi baik secara sendiri‐sendiri atau bersama‐sama dilarang
memiliki saham melebihi 25% (dua puluh lima perseratus) dari modal disetor pada suatu perusahaan lain.
Yang dimaksud dengan perusahaan lain, antara lain meliputi perusahaan‐perusahaan lain diluar Bank yang bersangkutan, seperti lembaga keuangan bank dan non‐bank, lembaga pembiayaan, atau perusahaan.
23 Pasal 23 8/4/PBI/2006
Mayoritas anggota Direksi dilarang saling memiliki hubungan keluarga sampai dengan derajat kedua dengan sesama anggota Direksi dan/atau dengan anggota dewan Komisaris. Yang dimaksud dengan hubungan keluarga sampai dengan derajat kedua adalah hubungan baik vertikal maupun horizontal, termasuk mertua, menantu dan ipar, sehingga yang dimaksud dengan keluarga meliputi: 1. orang tua kandung/tiri/angkat; 2. saudara kandung/tiri/angkat beserta suami atau istrinya; 3. anak kandung/tiri/angkat; 4. kakek/nenek kandung/tiri/angkat; 5. cucu kandung/tiri/angkat; 6. saudara kandung/tiri/angkat dari orang tua beserta suami atau istrinya; 7. suami/istri; 8. mertua; 9. besan; 10. suami/istri dari anak kandung/tiri/ angkat; 11. kakek atau nenek dari suami atau istri; 12. suami/istri dari cucu kandung/ tiri/angkat; 13. saudara kandung/tiri/angkat dari suami atau istri beserta suami atau
istrinya.
Manajemen Good Corporate Governance
15
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Yang dimaksud dengan mayoritas adalah lebih dari 50% (lima puluh perseratus) dari seluruh jumlah anggota Direksi.
24 Pasal 24 8/4/PBI/2006
SE 15/15/DPNP 2013 Romawi III. C
Anggota Direksi dilarang memberikan kuasa umum kepada pihak lain yang mengakibatkan pengalihan tugas dan fungsi Direksi. Yang dimaksud dengan pihak lain adalah satu orang karyawan atau lebih atau orang lain.
Yang dimaksud dengan pemberian kuasa umum adalah pemberian kuasa kepada satu orang karyawan atau lebih atau orang lain yang mengakibatkan pengalihan tugas, wewenang dan tanggung jawab Direksi secara menyeluruh yaitu tanpa batasan ruang lingkup dan waktu.
Bagian Kedua Tugas dan Tanggung Jawab Direksi
25 Pasal 25 8/4/PBI/2006
(1) Direksi bertanggungjawab penuh atas pelaksanaan kepengurusan Bank. (2) Direksi wajib mengelola Bank sesuai dengan kewenangan dan tanggung
jawabnya sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar dan peraturan perundang‐undangan yang berlaku.
26 Pasal 26 8/4/PBI/2006
Direksi wajib melaksanakan prinsip‐prinsip Good Corporate Governance dalam setiap kegiatan usaha Bank pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 2.
27 Pasal 27 8/4/PBI/2006
Direksi wajib menindaklanjuti temuan audit dan rekomendasi dari satuan kerja audit intern Bank, auditor eksternal, hasil pengawasan Bank Indonesia dan/atau hasil pengawasan otoritas lain. Yang dimaksud dengan otoritas lain adalah termasuk namun tidak terbatas pada: a. Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) ; dan/atau b. otoritas pengawasan terhadap parent bank.
28 Pasal 28 8/4/PBI/2006
Dalam rangka melaksanakan prinsip‐prinsip Good Corporate Governance sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 26, Direksi paling kurang wajib membentuk: a. Satuan Kerja Audit Intern;
Yang dimaksud dengan Satuan Kerja Audit Intern adalah Satuan Kerja Audit Intern sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia tentang Penugasan Direktur Kepatuhan (Compliance Director) dan Penerapan Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank Umum.
b. Satuan Kerja Manajemen Risiko dan Komite Manajemen Risiko; dan
Yang dimaksud dengan Satuan Kerja Manajemen Risiko dan Komite Manajemen Risiko adalah Satuan Kerja Manajemen Risiko dan Komite Manajemen Risiko sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum.
Manajemen Good Corporate Governance
16
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
c. Satuan Kerja Kepatuhan.
Yang dimaksud dengan Satuan Kerja Kepatuhan adalah satuan kerja yang bertugas membantu pelaksanaan fungsi direktur kepatuhan sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia tentang Direktur Kepatuhan (Compliance Director) dan Penerapan Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank Umum.
29 Pasal 29 8/4/PBI/2006
Direksi wajib mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada pemegang saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham.
30 Pasal 30 8/4/PBI/2006 SE 15/15/DPNP 2013 Romawi III. B
Direksi wajib mengungkapkan kepada pegawai kebijakan Bank yang bersifat strategis di bidang kepegawaian. Yang dimaksud dengan kebijakan yang bersifat strategis di bidang kepegawaian, antara lain kebijakan mengenai sistem perekrutan (recruitment), sistem promosi, sistem remunerasi serta rencana Bank untuk melakukan efisiensi melalui pengurangan pegawai. Pengungkapan tersebut harus dilakukan melalui sarana yang diketahui atau diakses dengan mudah oleh pegawai.
31 Pasal 31
8/4/PBI/2006 Direksi dilarang menggunakan penasihat perorangan dan/atau jasa profesional sebagai konsultan kecuali memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. proyek bersifat khusus;
Termasuk dalam kategori proyek yang bersifat khusus antara lain adalah proyek teknologi informasi atau pengembangan kehumasan (public relations) yang memiliki kriteria seperti adanya target waktu tertentu.
b. didasari oleh kontrak yang jelas, yang sekurang kurangnya mencakup
lingkup kerja, tanggung jawab dan jangka waktu pekerjaan serta biaya; c. konsultan adalah Pihak Independen dan memiliki kualifikasi untuk
mengerjakan proyek yang bersifat khusus sebagaimana dimaksud pada huruf a.
32 Pasal 32 8/4/PBI/2006
Direksi wajib menyediakan data dan informasi yang akurat, relevan dan tepat waktu kepada dewan Komisaris. Data dan informasi dimaksud diperlukan dalam kaitan tugas dan tanggung jawab dewan Komisaris untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi dan pengendalian terhadap pelaksanaan kebijakan Bank.
33 Pasal 33 8/4/PBI/2006
(1) Direksi wajib memiliki pedoman dan tata tertib kerja yang bersifat mengikat bagi setiap anggota Direksi.
(2) Pedoman dan tata tertib kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling kurang wajib mencantumkan: a. pengaturan etika kerja; b. waktu kerja; dan c. pengaturan rapat.
Manajemen Good Corporate Governance
17
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Pengaturan rapat antara lain mengatur tentang agenda rapat, persyaratan quorum, pengambilan keputusan, hak anggota dalam hal terdapat perbedaan pendapat dalam pengambilan keputusan dan risalah rapat.
34 Pasal 34 8/4/PBI/2006
Segala keputusan Direksi yang diambil sesuai dengan pedoman dan tata tertib kerja mengikat dan menjadi tanggung jawab seluruh anggota Direksi.
Bagian Ketiga Rapat Direksi35 Pasal 35
8/4/PBI/2006 Ayat (1) – (4) SE 15/15/DPNP 2013 Romawi III. D Pasal 35 8/4/PBI/2006 Ayat (5)
(1) Setiap kebijakan dan keputusan strategis wajib diputuskan melalui rapat Direksi dengan memperhatikan ketentuan sebagaimana diatur dalam Paragraf 9 ayat (4).
Yang dimaksud dengan kebijakan dan keputusan strategis adalah keputusan Bank yang dapat mempengaruhi keuangan Bank secara signifikan dan/atau memiliki dampak yang berkesinambungan terhadap anggaran, sumber daya manusia, struktur organisasi, dan/atau pihak ketiga.
(2) Pengambilan keputusan rapat Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan berdasarkan musyawarah mufakat. (3) Dalam hal tidak terjadi musyawarah mufakat sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan suara terbanyak. (4) Hasil rapat Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dituangkan
dalam risalah rapat dan didokumentasikan secara baik.
Salinan risalah rapat Direksi yang telah ditandatangani oleh seluruh anggota Direksi yang hadir, harus didistribusikan kepada seluruh anggota Direksi.
(5) Perbedaan pendapat (dissenting opinions) yang terjadi dalam rapat
Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib dicantumkan secara jelas dalam risalah rapat beserta alasan perbedaan pendapat tersebut.
Bagian Keempat Aspek Transparansi Direksi36 Pasal 36
8/14/PBI/2006 Anggota Direksi wajib mengungkapkan: a. kepemilikan saham yang mencapai 5% (lima perseratus) atau lebih, baik
pada Bank yang bersangkutan maupun pada bank dan perusahaan lain, yang berkedudukan di dalam dan di luar negeri;
b. hubungan keuangan dan hubungan keluarga dengan anggota dewan Komisaris, anggota Direksi lainnya dan/atau pemegang saham pengendali Bank,
dalam laporan pelaksanaan Good Corporate Governance sebagaimana diatur dalam Ketentuan ini.
37 Pasal 37 8/4/PBI/2006
(1) Anggota Direksi dilarang memanfaatkan Bank untuk kepentingan pribadi, keluarga, dan/atau pihak lain yang dapat merugikan atau mengurangi keuntungan Bank.
(2) Anggota Direksi dilarang mengambil dan/atau menerima keuntungan pribadi dari Bank, selain remunerasi dan fasilitas lainnya yang ditetapkan
Manajemen Good Corporate Governance
18
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham.
Tidak termasuk dalam pengertian keuntungan pribadi antara lain dalam hal anggota Direksi sebagai nasabah Bank menerima penghasilan bunga/imbalan secara wajar.
(3) Anggota Direksi wajib mengungkapkan remunerasi dan fasilitas
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pada laporan pelaksanaan Good Corporate Governance sebagaimana diatur dalam Ketentuan ini.
BAB IV Komite‐Komite Bagian Pertama Struktur dan Keanggotaan Komite
38 Pasal 38 8/4/PBI/2006 Ayat (1)a – b SE 15/15/DPNP 2013 Romawi IV. B Pasal 38 8/4/PBI/2006 Ayat (1)c SE 15/15/DPNP 2013 Romawi IV. B SE 15/15/DPNP 2013 Romawi IV. E
(1) Anggota Komite Audit sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 12 ayat (1) huruf a paling kurang terdiri dari: a. seorang Komisaris Independen; b. seorang dari Pihak Independen yang memiliki keahlian di bidang
keuangan atau akuntansi; dan
Anggota Komite Audit yang berasal dari Pihak Independen dinilai memiliki keahlian di bidang keuangan atau akuntansi apabila memenuhi kriteria: 1. memiliki pengetahuan di bidang keuangan dan/atau
akuntansi; dan 2. memiliki pengalaman kerja paling kurang 5 (lima) tahun di
bidang keuangan dan/atau akuntansi.
c. seorang dari Pihak Independen yang memiliki keahlian di bidang hukum atau perbankan. Anggota Komite Audit yang berasal dari Pihak Independen dinilai memiliki keahlian di bidang hukum atau perbankan apabila memenuhi kriteria: 1. memilik i pengetahuan di bidang hukum dan/atau
perbankan; dan 2. memiliki pengalaman kerja paling kurang 5 (lima) tahun di
bidang hukum dan/atau perbankan.
Pihak Independen adalah pihak diluar Bank yang tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau hubungan keluarga dengan Dewan Komisaris, Direksi dan/atau Pemegang Saham Pengendali atau hubungan dengan Bank, yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen. Pengertian mengenai memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham, dan/atau hubungan keluarga dengan anggota Dewan Komisaris lainnya, Direksi dan/atau Pemegang Saham, yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen adalah sebagaimana dimaksud pada Paragraf 5. Adapun yang dimaksud dengan hubungan dengan Bank yang dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk bertindak tidak independen, adalah hubungan dalam bentuk:
Manajemen Good Corporate Governance
19
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
SE 15/15/DPNP 2013 Romawi IV. F SE 15/15/DPNP 2013 Romawi IV. H Pasal 38 8/4/PBI/2006 Ayat (2) – (3) SE 15/15/DPNP 2013 Romawi IV. I Pasal 38 8/4/PBI/2006 Ayat (4) – (5)
1. kepemilikan saham Bank dengan jumlah kepemilikan lebih dari 5% (lima persen) dari modal disetor Bank; dan/atau
2. menerima atau memberi penghasilan, bantuan keuangan, atau pinjaman dari atau kepada Bank yang menyebabkan pihak yang memberi penghasilan, bantuan keuangan atau pinjaman memiliki kemampuan untuk mempengaruhi (controlling influence) pihak yang menerima penghasilan, bantuan keuangan atau pinjaman, seperti: a. pihak terafiliasi yaitu pihak yang memberikan jasanya kepada
Bank, antara lain akuntan publik, penilai, konsultan hukum dan konsultan lainnya;
b. menerima penghasilan dari Bank, kecuali penghasilan yang diterima oleh Pihak Independen karena jabatan rangkapnya sebagai anggota Komite lainnya pada Bank yang sama; dan/atau
c. transaksi keuangan dengan Bank yang dapat mempengaruhi kelangsungan usaha Bank dan/atau pihak yang melakukan transaksi keuangan, antara lain debitur inti, deposan inti, atau perusahaan yang sebagian besar sumber pendanaannya diperoleh dari Bank. Yang dimaksud dengan debitur dan deposan inti adalah debitur inti dan deposan inti sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai Laporan Berkala Bank Umum.
Bank harus meneliti kebenaran seluruh dokumen atau data pendukung pemenuhan persyaratan Pihak Independen, antara lain surat pernyataan pribadi mengenai integritas yang bersangkutan. Anggota Komite yang berasal dari Pihak Independen dapat merangkap jabatan sebagai Pihak Independen anggota Komite la innya pada Bank yang sama, Bank la in, dan/atau perusahaan lain, sepanjang yang bersangkutan: a. memenuhi seluruh kompetensi yang dipersyaratkan; b. memenuhi kriteria independensi; c. mampu menjaga rahasia Bank; d. memperhatikan kode etik yang berlaku; dan e. tidak mengabaikan pelaksanaan tugas dan tanggung jawab sebagai
anggota Komite.
(2) Komite Audit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diketuai oleh Komisaris Independen.
(3) Anggota Direksi dilarang menjadi anggota Komite Audit sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Baik pada Bank yang sama maupun pada Bank lain.
(4) Komisaris Independen dan Pihak Independen yang menjadi anggota
Komite Audit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling kurang 51% (lima puluh satu perseratus) dari jumlah anggota Komite Audit.
Manajemen Good Corporate Governance
20
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
(5) Anggota Komite Audit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memiliki integritas, akhlak, dan moral yang baik.
Yang dimaksud dengan memiliki integritas yang baik antara lain tidak termasuk dalam Daftar Tidak Lulus Bank Indonesia dan daftar kredit macet, yang didukung dengan surat pernyataan pribadi.
39 Pasal 39 8/4/PBI/2006 Ayat (1) a – b SE 15/15/DPNP 2013 Romawi IV. C Pasal 39 8/4/PBI/2006 Ayat (1)c SE 15/15/DPNP 2013 Romawi IV. C SE 15/15/DPNP 2013 Romawi IV. E
(1) Anggota Komite Pemantau Risiko sebagaimana dimaksud dalam Paragraf12 ayat (1) huruf b paling kurang terdiri dari: a. seorang Komisaris Independen; b. seorang Pihak Independen yang memiliki keahlian di bidang
keuangan; dan
Anggota Komite Pemantau Risiko yang berasal dari Pihak Independen dinilai memiliki keahlian di bidang keuangan apabila memenuhi kriteria: 1. memiliki pengetahuan di bidang ekonomi, keuangan dan/atau
perbankan; dan 2. memiliki pengalaman kerja paling kurang 5 (lima) tahun di
bidang ekonomi, keuangan dan/atau perbankan.
c. seorang Pihak Independen yang memiliki keahlian di bidang manajemen risiko.
Anggota Komite Pemantau Risiko yang berasal dari Pihak Independen dinilai memiliki keahlian di bidang manajemen risiko apabila memenuhi kriteria: 1. memiliki pengetahuan di bidang manajemen risiko; dan/atau 2. memiliki pengalaman kerja paling kurang 2 (dua) tahun di
bidang manajemen risiko.
Pihak Independen adalah pihak diluar Bank yang tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau hubungan keluarga dengan Dewan Komisaris, Direksi dan/atau Pemegang Saham Pengendali atau hubungan dengan Bank, yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen. Pengertian mengenai memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham, dan/atau hubungan keluarga dengan anggota Dewan Komisaris lainnya, Direksi dan/atau Pemegang Saham, yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen adalah sebagaimana dimaksud pada Paragraf 5. Adapun yang dimaksud dengan hubungan dengan Bank yang dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk bertindak tidak independen, adalah hubungan dalam bentuk: 1. kepemilikan saham Bank dengan jumlah kepemilikan lebih dari
5% (lima persen) dari modal disetor Bank; dan/atau 2. menerima atau memberi penghasilan, bantuan keuangan, atau
pinjaman dari atau kepada Bank yang menyebabkan pihak yang memberi penghasilan, bantuan keuangan atau pinjaman memiliki kemampuan untuk mempengaruhi (controlling influence) pihak
Manajemen Good Corporate Governance
21
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
SE 15/15/DPNP 2013 Romawi IV. F SE 15/15/DPNP 2013 Romawi IV. H Pasal 39 8/4/PBI/2006 Ayat (2) – (3) SE 15/15/DPNP 2013 Romawi IV. I Pasal 39 8/4/PBI/2006 Ayat (4) – (5)
yang menerima penghasilan, bantuan keuangan atau pinjaman, seperti: a. pihak terafiliasi yaitu pihak yang memberikan jasanya kepada
Bank, antara lain akuntan publik, penilai, konsultan hukum dan konsultan lainnya;
b. menerima penghasilan dari Bank, kecuali penghasilan yang diterima oleh Pihak Independen karena jabatan rangkapnya sebagai anggota Komite lainnya pada Bank yang sama; dan/atau
c. transaksi keuangan dengan Bank yang dapat mempengaruhi kelangsungan usaha Bank dan/atau pihak yang melakukan transaksi keuangan, antara lain debitur inti, deposan inti, atau perusahaan yang sebagian besar sumber pendanaannya diperoleh dari Bank. Yang dimaksud dengan debitur dan deposan inti adalah debitur inti dan deposan inti sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai Laporan Berkala Bank Umum.
Bank harus meneliti kebenaran seluruh dokumen atau data pendukung pemenuhan persyaratan Pihak Independen, antara lain surat pernyataan pribadi mengenai integritas yang bersangkutan.
Anggota Komite yang berasal dari Pihak Independen dapat merangkap jabatan sebagai Pihak Independen anggota Komite la innya pada Bank yang sama, Bank la in, dan/atau perusahaan lain, sepanjang yang bersangkutan: f. memenuhi seluruh kompetensi yang dipersyaratkan; g. memenuhi kriteria independensi; h. mampu menjaga rahasia Bank; i. memperhatikan kode etik yang berlaku; dan j. tidak mengabaikan pelaksanaan tugas dan tanggung jawab sebagai
anggota Komite. (2) Komite Pemantau Risiko sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diketuai
oleh Komisaris Independen. (3) Anggota Direksi dilarang menjadi anggota Komite Pemantau Risiko
sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Baik pada Bank yang sama maupun pada Bank lain. (4) Komisaris Independen dan Pihak Independen yang menjadi anggota
Komite Pemantau Risiko sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling kurang 51% (lima puluh satu perseratus) dari jumlah anggota Komite Pemantau Risiko.
(5) Anggota Komite Pemantau Risiko sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memiliki integritas, akhlak, dan moral yang baik.
Yang dimaksud dengan memiliki integritas yang baik antara lain tidak termasuk dalam Daftar Tidak Lulus Bank Indonesia dan daftar kredit macet, yang didukung dengan surat pernyataan pribadi.
Manajemen Good Corporate Governance
22
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
40 Pasal 39A 8/14/PBI/2006
SE 15/15/DPNP 2013 Romawi IV. K
(1) Mantan anggota Direksi atau Pejabat Eksekutif Bank atau pihak‐pihak yang mempunyai hubungan dengan Bank yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen, tidak dapat menjadi Pihak Independen sebagai anggota komite sebagaimana dimaksud pada Paragraf 38 ayat (1) huruf b dan huruf c; serta Paragraf 39 ayat (1) huruf b dan huruf c pada Bank yang bersangkutan sebelum menjalani masa tunggu (cooling off) selama 6 (enam) bulan.
Yang dimaksud dengan masa tunggu (cooling off) adalah tenggang waktu antara berakhirnya secara efektif jabatan yang bersangkutan sebagai anggota Direksi atau Pejabat Eksekutif atau hubungan lain dengan Bank, dengan pengangkatan yang bersangkutan secara efektif sebagai Pihak Independen anggota komite.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi
mantan Direksi atau Pejabat Eksekutif yang melakukan fungsi pengawasan.
Yang dimaksud dengan “yang melakukan fungsi pengawasan”, antara lain direktur kepatuhan, direktur manajemen risiko, dan Pejabat Eksekutif yang membawahi unit kerja pengawasan, antara lain Pejabat Eksekutif yang membidangi audit intern, kepatuhan, dan manajemen risiko. Tidak berlaku bagi mantan anggota Direksi atau Pejabat Eksekutif yang tugasnya hanya melakukan fungsi pengawasan paling kurang 6 (enam) bulan.
41 Pasal 40 8/14/PBI/2006 Ayat (1)
SE 15/15/DPNP 2013 Romawi IV. D
Pasal 40 8/14/PBI/2006 Ayat (2) – (3)
(1) Anggota Komite Remunerasi dan Nominasi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 12 ayat (1) huruf c paling kurang terdiri dari :
a. seorang Komisaris Independen; b. seorang Komisaris; dan c. seorang Pejabat Eksekutif yang membawahi sumber daya manusia
atau seorang perwakilan pegawai.
Pejabat Eksekutif yang membawahkan sumber daya manusia atau perwakilan pegawai yang menjadi anggota Komite harus memiliki pengetahuan mengenai sistem remunerasi dan/atau nominasi serta succession plan Bank. Dalam hal Bank membentuk Komite Remunerasi dan Nominasi secara terpisah maka Pejabat Eksekutif atau perwakilan pegawai yang menjadi anggota Komite Remunerasi harus memiliki pengetahuan mengenai sistem remunerasi Bank dan Pejabat Eksekutif atau perwakilan pegawai yang menjadi anggota Komite Nominasi harus memilik i pengetahuan mengenai sistem nominasi dan succession plan Bank.
(2) Komite Remunerasi dan Nominasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diketuai oleh Komisaris Independen.
(3) Anggota Direksi dilarang menjadi anggota Komite Remunerasi dan
Nominasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Manajemen Good Corporate Governance
23
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
SE 15/15/DPNP 2013 Romawi IV. I Pasal 40 8/4/PBI/2006 Ayat (4)
Baik pada Bank yang sama maupun pada Bank lain.
(4) Dalam hal anggota Komite Remunerasi dan Nominasi ditetapkan lebih
dari 3 (tiga) orang maka anggota Komisaris Independen paling kurang berjumlah 2 (dua) orang.
42 Pasal 41
8/4/PBI/2006
Dalam hal Bank membentuk Komite Remunerasi dan Nominasi secara terpisah sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 12 ayat (2) maka keanggotaan masing‐masing komite tersebut adalah sebagaimana diatur dalam Paragraf 41.
Bagian Kedua Jabatan Rangkap Ketua Komite43 Pasal 42
8/4/PBI/2006 SE 15/15/DPNP 2013 Romawi IV. G
Ketua komite sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 12 hanya dapat merangkap jabatan sebagai ketua komite paling banyak pada 1 (satu) komite lainnya. Ketua Komite hanya dapat merangkap jabatan sebagai Ketua Komite paling banyak pada 1 (satu) Komite lainnya pada Bank yang sama.
Bagian Ketiga Tugas dan Tanggung Jawab Komite44 Pasal 43
8/4/PBI/2006 SE 15/15/DPNP 2013 Romawi IV. L
(1) Komite Audit melakukan pemantauan dan evaluasi atas perencanaan dan pelaksanaan audit serta pemantauan atas tindak lanjut hasil audit dalam rangka menilai kecukupan pengendalian intern termasuk kecukupan proses pelaporan keuangan.
(2) Dalam rangka melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Komite Audit paling kurang melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap:
a. pelaksanaan tugas Satuan Kerja Audit Intern; b. kesesuaian pelaksanaan audit oleh Kantor Akuntan Publik dengan
standar audit yang berlaku; c. kesesuaian laporan keuangan dengan standar akuntansi yang
berlaku; d. pelaksanaan tindak lanjut oleh Direksi atas hasil temuan Satuan
Kerja Audit Intern, akuntan publik, dan hasil pengawasan Bank Indonesia, guna memberikan rekomendasi kepada dewan Komisaris.
(3) Komite Audit wajib memberikan rekomendasi mengenai penunjukan Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik kepada dewan Komisaris untuk disampaikan kepada Rapat Umum Pemegang Saham.
(4) Dalam rangka pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya, Komite Audit harus memiliki kebijakan intern, yang paling kurang meliputi:
1. pedoman kerja, antara lain mekanisme kerja, uraian tugas serta tanggung jawab yang jelas dari tiap anggota; dan
2. tata tertib kerja, antara lain pengaturan etika kerja, waktu kerja dan pengaturan rapat termasuk pengaturan hak suara,
yang harus diketahui dan bersifat mengikat bagi setiap anggota Komite.
Manajemen Good Corporate Governance
24
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
45 Pasal 44 8/4/PBI/2006
SE 15/15/DPNP 2013 Romawi IV. L
(1) Komite Pemantau Risiko paling kurang melakukan: a. evaluasi tentang kesesuaian antara kebijakan manajemen risiko
dengan pelaksanaan kebijakan tersebut; b. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan tugas Komite Manajemen
Risiko dan Satuan Kerja Manajemen Risiko, Yang dimaksud dengan Komite Manajemen Risiko dan Satuan Kerja Manajemen Risiko adalah sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum.
guna memberikan rekomendasi kepada dewan Komisaris.
(2) Dalam rangka pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya, Komite Pemantau Ris iko harus memiliki kebijakan intern, yang paling kurang meliputi:
1. pedoman kerja, antara lain mekanisme kerja, uraian tugas serta tanggung jawab yang jelas dari tiap anggota; dan
2. tata tertib kerja, antara lain pengaturan etika kerja, waktu kerja dan pengaturan rapat termasuk pengaturan hak suara,
yang harus diketahui dan bersifat mengikat bagi setiap anggota Komite.
46 Pasal 45 8/4/PBI/2006 SE 15/15/DPNP 2013 Romawi IV. L
(1) Komite Remunerasi dan Nominasi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 12 ayat (1) huruf c mempunyai tugas dan tanggung jawab paling kurang: a. terkait dengan kebijakan remunerasi:
1) melakukan evaluasi terhadap kebijakan remunerasi ; dan 2) memberikan rekomendasi kepada dewan Komisaris mengenai:
a) kebijakan remunerasi bagi dewan Komisaris dan Direksi untuk disampaikan kepada Rapat Umum Pemegang Saham;
b) kebijakan remunerasi bagi Pejabat Eksekutif dan pegawai secara keseluruhan untuk disampaikan kepada Direksi;
b. terkait dengan kebijakan nominasi: 1) menyusun dan memberikan rekomendasi mengenai sistem serta
prosedur pemilihan dan/atau penggantian anggota dewan Komisaris dan Direksi kepada dewan Komisaris untuk disampaikan kepada Rapat Umum Pemegang Saham;
2) memberikan rekomendasi mengenai calon anggota dewan Komisaris dan/atau Direksi kepada dewan Komisaris untuk disampaikan kepada Rapat Umum Pemegang Saham;
3) memberikan rekomendasi mengenai Pihak Independen yang akan menjadi anggota Komite sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 38 ayat (1) huruf b dan huruf c, Paragraf 39 ayat (1) huruf b dan huruf c kepada dewan Komisaris.
(2) Dalam rangka pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya, Komite Remunerasi dan Nominasi harus memiliki kebijakan intern, yang paling kurang meliputi:
1. pedoman kerja, antara lain mekanisme kerja, uraian tugas serta tanggung jawab yang jelas dari tiap anggota; dan
2. tata tertib kerja, antara lain pengaturan etika kerja, waktu kerja dan pengaturan rapat termasuk pengaturan hak suara,
Manajemen Good Corporate Governance
25
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
yang harus diketahui dan bersifat mengikat bagi setiap anggota Komite.
47 Pasal 46 8/14/PBI/2006
Komite Remunerasi dan Nominasi dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab terkait dengan kebijakan remunerasi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 46 butir a, paling kurang wajib memperhatikan : a. kinerja keuangan dan pemenuhan cadangan sebagaimana diatur dalam
peraturan perundang‐undangan yang berlaku;
Yang dimaksud dengan cadangan adalah cadangan sebagaimana dimaksud dalam Undang‐Undang tentang Perseroan Terbatas.
b. prestasi kerja individual;
Remunerasi yang dikaitkan dengan prestasi kerja individual dimaksudkan agar tercapai kesetaraan, antara hasil kerja individual dengan imbalan yang diterima oleh individu yang bersangkutan.
c. kewajaran dengan peer group; dan
Yang dimaksud dengan peer group adalah kesetaraan jabatan pada intern Bank dan pada beberapa bank sejenis, antara lain dari sisi aset dan karakteristik.
d. pertimbangan sasaran dan strategi jangka panjang Bank.
Bagian Keempat Rapat Komite48 Pasal 47
8/14/PBI/2006 (1) Rapat Komite diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan Bank. (2) Rapat Komite Audit dan Komite Pemantau Risiko hanya dapat
dilaksanakan apabila dihadiri oleh paling kurang 51% (lima puluh satu perseratus) dari jumlah anggota termasuk seorang Komisaris Independen dan Pihak Independen.
(3) Rapat Komite Remunerasi dan Nominasi hanya dapat dilaksanakan apabila dihadiri oleh paling kurang 51% (lima puluh satu perseratus) dari jumlah anggota termasuk seorang Komisaris Independen dan Pejabat Eksekutif yang membawahi sumber daya manusia atau perwakilan pegawai.
49 Pasal 48 8/4/PBI/2006
(1) Keputusan rapat komite dilakukan berdasarkan musyawarah mufakat. (2) Dalam hal tidak terjadi musyawarah mufakat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan suara terbanyak, maka pengaturan hak suara anggota Komite harus menganut prinsip 1 (satu) orang 1 (satu) suara.
(3) Hasil rapat komite sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dituangkan dalam risalah rapat dan didokumentasikan secara baik.
(4) Perbedaan pendapat (dissenting opinions) yang terjadi dalam rapat komite sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib dicantumkan secara jelas dalam risalah rapat beserta alasan perbedaan pendapat tersebut.
Manajemen Good Corporate Governance
26
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
BAB V Fungsi Kepatuhan, Audit Intern Dan Audit Ekstern Bagian Pertama Fungsi Kepatuhan Bank50 Pasal 49
8/4/PBI/2006 Bank wajib memastikan kepatuhan terhadap peraturan perundang‐undangan Bank Indonesia dan peraturan perundang‐undangan lainnya yang berlaku.
51 Pasal 50 8/4/PBI/2006
(1) Dalam rangka memastikan kepatuhan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 5, Bank wajib menunjuk seorang Direktur Kepatuhan dengan berpedoman pada persyaratan dan tata cara sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia tentang Penugasan Direktur Kepatuhan (Compliance Director) dan Penerapan Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank Umum.
(2) Dalam rangka membantu pelaksanaan fungsi Direktur Kepatuhan secara efektif, Bank membentuk satuan kerja kepatuhan (compliance unit) yang independen terhadap satuan kerja operasional.
(3) Satuan kerja kepatuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib menyusun dan mengkinikan pedoman kerja, sistem dan prosedur.
Bagian Kedua Fungsi Audit Intern52 Pasal 51
8/4/PBI/2006 (1) Bank wajib menerapkan fungsi audit intern secara efektif dengan
berpedoman pada persyaratan dan tata cara sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia tentang Penugasan Direktur Kepatuhan (Compliance Director) dan Penerapan Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank Umum.
(2) Dalam rangka pelaksanaan fungsi audit intern secara efektif, Bank membentuk Satuan Kerja Audit Intern yang independen terhadap satuan kerja operasional.
(3) Satuan Kerja Audit Intern sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib menyusun dan mengkinikan pedoman kerja, sistem dan prosedur, sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia tentang Penugasan Direktur Kepatuhan (Compliance Director) dan Penerapan Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank Umum.
Bagian Ketiga Fungsi Audit Ekstern53 Pasal 52
8/4/PBI/2006 (1) Bank wajib menunjuk Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik yang
terdaftar di Bank Indonesia dalam pelaksanaan audit laporan keuangan Bank.
Pelaksanaan audit laporan keuangan Bank antara lain dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas pelaporan dan akurasi penyajian kondisi keuangan Bank.
(2) Penunjukan Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib terlebih dahulu memperoleh persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham berdasarkan calon yang diajukan oleh dewan Komisaris sesuai rekomendasi Komite Audit.
(3) Audit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan penunjukan Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib memenuhi ketentuan Bank Indonesia yang berlaku tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank.
Manajemen Good Corporate Governance
27
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
BAB VI Penerapan Manajemen Risiko54 Pasal 53
8/4/PBI/2006 Bank wajib menerapkan manajemen risiko secara efektif, yang disesuaikan dengan tujuan, kebijakan usaha, ukuran dan kompleksitas usaha serta kemampuan Bank dengan berpedoman pada persyaratan dan tata cara sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan Bank Indonesia tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum.
BAB VII
Penyediaan Dana Kepada Pihak Terkait Dan Penyediaan Dana Besar
55 Pasal 54 8/4/PBI/2006
Dalam rangka menghindari kegagalan usaha Bank sebagai akibat konsentrasi penyediaan dana dan meningkatkan independensi pengurus Bank terhadap potensi intervensi dari pihak terkait, Bank wajib menerapkan prinsip kehatihatian dalam penyediaan dana antara lain dengan menerapkan penyebaran/diversifikasi portofolio penyediaan dana yang diberikan.
56 Pasal 55 8/4/PBI/2006
Pelaksanaan penyediaan dana kepada pihak terkait dan/atau penyediaan dana besar (large exposures) wajib berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum.
BAB VIII Rencana Strategis Bank57 Pasal 56
8/4/PBI/2006 (1) Bank wajib menyusun rencana strategis dalam bentuk rencana korporasi
(corporate plan) dan rencana bisnis (business plan).
Yang dimaksud dengan rencana korporasi (corporate plan) adalah rencana strategis dalam jangka panjang dalam rangka mencapai tujuan Bank sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia tentang Bank Umum. Yang dimaksud dengan rencana bisnis (business plan) adalah rencana kegiatan usaha Bank jangka pendek (satu tahun) dan jangka menengah (tiga tahun), termasuk strategi untuk merealisasikan rencana tersebut, rencana untuk memperbaiki kinerja usaha, dan rencana pemenuhan ketentuan kehati‐hatian sesuai dengan target dan waktu yang ditetapkan.
(2) Penyampaian rencana korporasi (corporate plan) sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan perubahannya kepada Bank Indonesia berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia tentang Bank Umum.
(3) Penyusunan dan penyampaian rencana bisnis (business plan) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia tentang Rencana Bisnis Bank Umum.
BAB IX Aspek Transparansi Kondisi Bank58 Pasal 57
8/4/PBI/2006 (1) Bank wajib melaksanakan transparansi kondisi keuangan dan
nonkeuangan kepada Stakeholders.
Yang dimaksud dengan kondisi non‐keuangan meliputi antara lain kepengurusan, kepemilikan, perkembangan usaha Bank dan kelompok usaha Bank, strategi dan kebijakan manajemen, dan laporan manajemen.
Manajemen Good Corporate Governance
28
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
(2) Dalam rangka pelaksanaan transparansi kondisi keuangan dan nonkeuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank wajib menyusun dan menyajikan laporan dengan tata cara, jenis dan cakupan sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank.
59 Pasal 58 8/4/PBI/2006
Bank wajib melaksanakan transparansi informasi mengenai produk dan penggunaan data nasabah Bank dengan berpedoman pada persyaratan dan tata cara sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia tentang Transparansi Informasi Produk Bank dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah.
BAB X Pelaporan Internal Dan Benturan Kepentingan Bagian Pertama Pelaporan Internal60 Pasal 59
8/4/PBI/2006 Dalam rangka meningkatkan kualitas proses pengambilan keputusan oleh Direksi dan kualitas proses pengawasan oleh dewan Komisaris, Bank wajib memastikan ketersediaan dan kecukupan pelaporan internal yang didukung oleh sistem informasi manajemen yang memadai.
Bagian Kedua Penanganan Benturan Kepentingan61 Pasal 60
8/4/PBI/2006
SE 15/15/DPNP 2013 Romawi V. B – C
(1) Dalam hal terjadi benturan kepentingan, anggota dewan Komisaris, anggota Direksi dan Pejabat Eksekutif dilarang mengambil tindakan yang dapat merugikan Bank atau mengurangi keuntungan Bank dan wajib mengungkapkan benturan kepentingan dimaksud dalam setiap keputusan.
Yang dimaksud dengan benturan kepentingan antara lain adalah perbedaan antara kepentingan ekonomis Bank dengan kepentingan ekonomis pribadi pemilik, anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, Pejabat Eksekutif, dan/atau pihak terkait dengan Bank. Ketentuan dalam Paragraf ini pada dasarnya dimaksudkan agar anggota dewan Komisaris, anggota Direksi dan Pejabat Eksekutif menghindarkan diri dari pengambilan suatu keputusan dalam situasi dan kondisi ada benturan kepentingan. Namun demikian apabila keputusan tetap harus diambil maka pihak‐pihak dimaksud wajib mengutamakan kepentingan ekonomis Bank dan menghindarkan Bank dari kerugian yang mungkin timbul atau kemungkinan berkurangnya keuntungan Bank serta wajib mengungkapkan kondisi benturan kepentingan tersebut dalam setiap keputusan. Dalam kaitan ini, pemberian perlakuan istimewa kepada pihak‐pihak tertentu di luar prosedur dan ketentuan yang berlaku termasuk dalam kategori benturan kepentingan yang menimbulkan kerugian Bank atau mengurangi keuntungan Bank, antara lain pemberian suku bunga yang tidak sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku.
(2) Pengungkapan benturan kepentingan sebagaimana dimaksud diatas
dituangkan dalam risalah rapat yang paling kurang mencakup nama pihak yang memil ik i benturan kepentingan, masalah pokok benturan kepentingan dan dasar pertimbangan pengambilan keputusan.
Manajemen Good Corporate Governance
29
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
(3) Untuk menghindari pengambilan keputusan yang berpotensi merugikan Bank atau mengurangi keuntungan Bank, Bank harus memiliki dan menerapkan (enforce) kebijakan intern mengenai: 1. pengaturan mengenai penanganan benturan kepentingan
yang mengikat setiap pengurus dan pegawai Bank, antara lain tata cara pengambilan keputusan; dan
2. administrasi pencatatan, dokumentasi dan pengungkapan benturan kepentingan dimaksud dalam risalah rapat.
BAB XI Laporan Dan Penilaian Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagian Pertama Laporan Pelaksanaan Good Corporate Governance
62 Pasal 61 8/4/PBI/2006
(1) Bank wajib menyusun laporan pelaksanaan Good Corporate Governance pada setiap akhir tahun buku.
(2) Laporan pelaksanaan Good Corporate Governance sebagaimana dimaksud pada ayat (1), paling kurang meliputi:
a. cakupan Good Corporate Governance sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 2 ayat (2) dan hasil penilaian (self assesment) atas pelaksanaan Good Corporate Governance Bank;
b. kepemilikan saham anggota dewan Komisaris serta hubungan keuangan dan hubungan keluarga anggota dewan Komisaris dengan anggota dewan Komisaris lain, anggota Direksi dan/atau pemegang saham Bank sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 17;
c. kepemilikan saham anggota Direksi serta hubungan keuangan dan hubungan keluarga anggota Direksi dengan anggota dewan Komisaris, anggota Direksi lain dan/atau pemegang saham Bank sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 36;
d. paket/kebijakan remunerasi dan fasilitas lain bagi dewan Komisaris serta Direksi;
Pengungkapan paket/kebijakan remunerasi ini menjadi tolok ukur Stakeholders dalam menilai kesesuaian remunerasi dengan hasil kinerja Bank yang dikelola Komisaris dan Direksi Bank. Yang dimaksud dengan fasilitas lain adalah fasilitas yang diterima tidak dalam bentuk keuangan, antara lain fasilitas perumahan, fasilitas transportasi dan fasilitas asuransi kesehatan.
e. shares option yang dimiliki Komisaris, Direksi, dan Pejabat
Eksekutif; f. rasio gaji tertinggi dan gaji terendah; g. frekuensi rapat dewan Komisaris sebagaimana dimaksud dalam
Paragraf 15; h. jumlah penyimpangan (internal fraud) yang terjadi dan upaya
penyelesaian oleh Bank;
Penyimpangan (internal fraud) dalam ketentuan ini dibatasi pada penyimpangan yang berkaitan dengan operasional Bank dan mempengaruhi kondisi keuangan Bank secara signifikan.
i. jumlah permasalahan hukum dan upaya penyelesaian oleh Bank;
Manajemen Good Corporate Governance
30
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Permasalahan hukum dalam ketentuan ini meliputi permasalahan hukum perdata dan pidana.
j. transaksi yang mengandung benturan kepentingan; k. buy back shares dan/atau buy back obligasi Bank; dan l. pemberian dana untuk kegiatan sosial dan kegiatan politik, baik
nominal maupun penerima dana. (3) Pengungkapan paket/kebijakan remunerasi fasilitas lain bagi dewan
Komisaris dan Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d paling kurang mencakup jumlah anggota dewan Komisaris, jumlah anggota Direksi, dan jumlah keseluruhan gaji, tunjangan (benefits), kompensasi berbasis saham, bentuk remunerasi lainnya, dan fasilitas yang ditetapkan berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham.
63 Pasal 62 8/4/PBI/2006
(1) Bank wajib menyampaikan laporan pelaksanaan Good Corporate Governance sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 62 kepada pemegang saham dan kepada:
a. Bank Indonesia; b. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI); c. Lembaga pemeringkat di Indonesia; d. Asosiasi‐asosiasi Bank di Indonesia; e. Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI); f. 2 (dua) lembaga penelitian di bidang ekonomi dan keuangan; g. 2 (dua) majalah ekonomi dan keuangan, paling lambat 5 (lima)
bulan setelah tahun buku berakhir.
Penyampaian laporan pelaksanaan Good Corporate Governance kepada pemegang saham diutamakan untuk pemegang saham pengendali sedangkan untuk pemegang saham lain didasarkan atas pertimbangan tingkat efisiensi dan tingkat kepentingan dari setiap Bank.
(2) Bagi Bank yang telah memiliki homepage wajib menginformasikan
laporan pelaksanaan Good Corporate Governance sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada homepage Bank paling lambat 5 (lima) bulan setelah tahun buku berakhir.
(3) Bank dianggap terlambat menyampaikan laporan pelaksanaan Good Corporate Governance apabila Bank menyampaikan laporan dimaksud kepada Bank Indonesia melampaui batas akhir waktu penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tetapi belum melampaui 1 (satu) bulan sejak batas akhir waktu penyampaian laporan.
(4) Bank dianggap tidak menyampaikan laporan Good Corporate Governance apabila Bank belum menyampaikan laporan dimaksud dalam batas waktu keterlambatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
64 Pasal 63 8/4/PBI/2006 SE 15/15/DPNP 2013 Romawi IX. A
Ketentuan lebih lanjut mengenai penyusunan laporan pelaksanaan Good Corporate Governance sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 62 diatur sebagaimana berikut : 1) Transparansi Pelaksanaan GCG, paling kurang meliput i
pengungkapan seluruh aspek pelaksanaan prinsip GCG yaitu:
Manajemen Good Corporate Governance
31
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
A. Pengungkapan pelaksanaan GCG paling kurang meliputi: 1. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan
Direksi, terdiri dari: a. jumlah, komposisi, kriteria dan independensi anggota Dewan
Komisaris dan Direksi; b. tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan
Direksi; dan c. rekomendasi Dewan Komisaris.
2. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas Komite‐Komite, terdiri dari: a. struktur, keanggotaan, keahlian dan independensi
anggota Komite; b. tugas dan tanggung jawab Komite; c. frekuensi rapat Komite; dan d. program kerja Komite dan realisasinya.
3. Penerapan fungsi kepatuhan, audit intern dan audit ekstern. Informasi yang perlu diungkap adalah kinerja dar i pelaksanaan fungsi kepatuhan, audit intern dan audit ekstern, antara lain: a. Fungsi kepatuhan
Tingkat kepatuhan Bank terhadap seluruh ketentuan dan peraturan perundang‐undangan yang berlaku serta pemenuhan komitmen dengan otoritas yang berwenang.
b. Fungsi audit intern Efektivitas dan cakupan audit intern dalam menilai seluruh aspek dan unsur kegiatan Bank.
c. Fungsi audit ekstern Efektivitas pelaksanaan audit ekstern dan kepatuhan Bank terhadap ketentuan mengenai: 1) hubungan antara Bank, Akuntan Publik dan Bank
Indonesia bagi Bank konvensional; atau 2) hubungan antara Bank Syariah, Kantor Akuntan Publik,
Akuntan Publik, Dewan Pengawas Syariah dan Bank Indonesia bagi Bank Syariah,
sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank.
4. Penerapan manajemen risiko termasuk sistem pengendalian intern. Informasi yang perlu diungkap meliputi: a. pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi; b. kecukupan kebijakan, prosedur dan penetapan limit; c. kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan
pengendalian risiko serta sistem informasi manajemen risiko; dan
d. sistem pengendalian intern yang menyeluruh. 5. Penyediaan dana kepada pihak terkait (related party) dan
penyediaan dana besar (large exposure). Informasi yang perlu diungkap adalah jumlah total baki debet penyediaan dana kepada pihak terkait (related party) dan
Manajemen Good Corporate Governance
32
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
SE 15/15/DPNP 2013 Romawi IX. B SE 15/15/DPNP 2013 Romawi IX. C – D
debitur/group int i per posis i laporan, sebagaimana tabel di bawah ini:
No. Penyediaan Dana
Jumlah
Debitur Nominal
(jutaan Rupiah)
1 Kepada Pihak Terkait
2Kepada debitur inti:a. Individu b. Group
6. Rencana strategis Bank meliputi:
a. rencana jangka panjang (corporate plan); dan b. rencana jangka menengah dan pendek (business plan).
7. Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan Bank yang belum diungkap dalam laporan lainnya; dan
8. Informasi lain yang terkait dengan GCG Bank, antara lain berupa intervensi pemilik, perselisihan internal, atau permasalahan yang timbul sebagai dampak kebijakan remunerasi pada Bank.
B. Kepemilikan saham anggota Dewan Komisaris dan Direksi yang mencapai 5% (lima persen) atau lebih dari modal disetor, yang meliputi jenis dan jumlah lembar saham pada: 1. Bank yang bersangkutan; 2. Bank lain; 3. Lembaga Keuangan Bukan Bank; dan 4. perusahaan lainnya, yang berkedudukan di dalam maupun di luar negeri.
C. Hubungan keuangan dan hubungan keluarga anggota Dewan Komisaris dan Direksi dengan anggota Dewan Komisaris la innya, Direksi la innya dan/atau Pemegang Saham Pengendali Bank.
D. Paket/kebijakan remunerasi dan fasilitas lain bagi Dewan Komisaris dan Direksi 1. Yang dimaksud dengan paket/kebijakan remunerasi dan jenis
fasilitas lain bagi anggota Dewan Komisaris dan Direksi, antara lain meliputi: a. remunerasi dalam bentuk non natura, termasuk gaji dan
penghasilan tetap lainnya, antara lain tunjangan (benefit), kompensasi berbasis saham, tantiem dan bentuk remunerasi lainnya; dan
b. fasilitas lain dalam bentuk natura/non natura yaitu penghasilan tidak tetap lainnya, termasuk tunjangan untuk perumahan, transportasi, asuransi kesehatan dan fasilitas lainnya, yang dapat dimiliki maupun tidak dapat dimiliki.
2. Pengungkapan paket/kebijakan remunerasi, paling kurang meliputi: a. paket/kebijakan remunerasi dan fasilitas lain bagi anggota
Dewan Komisaris dan Direksi yang ditetapkan Rapat Umum Pemegang Saham Bank;
Manajemen Good Corporate Governance
33
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
SE 15/15/DPNP 2013 Romawi IX. E
b. jenis remunerasi dan fasilitas lain bagi seluruh anggota Dewan Komisaris dan Direksi, paling kurang mencakup jumlah anggota Dewan Komisaris, jumlah anggota Direksi, dan jumlah seluruh paket/kebijakan remunerasi dan fasilitas lain sebagaimana dimaksud dalam huruf a, sebagaimana tabel di bawah ini:
Jenis Remunerasi dan Fasilitas lain
Jumlah Diterima dalam 1 Tahun
Dewan Komisaris
Direksi
orang jutaan Rp
orang jutaan Rp
1. Remunerasi (gaji, bonus, tunjangan rutin, tantiem, dan fasilitas lainnya dalam bentuk non natura)
2. Fasilitas lain dalam bentuk natura (perumahan, trans‐portasi, asuransi kesehatan dan sebagainya) yang: a. dapat dimiliki b. tidak dapat dimiliki
Total
c. jumlah anggota Dewan Komisaris dan Direksi yang menerima
paket remunerasi dalam 1 (satu) tahun yang dikelompokkan sesuai tingkat penghasilan sebagai berikut:
satuan orang
Jumlah Remunerasi per Orang dalam 1 tahun*)
Jumlah Direksi Jumlah
Komisaris
di atas Rp2 miliar
di atas Rp 1 miliar s.d. Rp2 miliar
di atas Rp500 juta s.d. Rp 1 miliar
Rp500 juta ke bawah
*) yang diterima secara tunai
E. Shares Option
1. Yang dimaksud dengan shares option adalah opsi untuk membeli saham oleh anggota Dewan Komisaris, Direksi dan Pejabat Eksekutif yang dilakukan melalui penawaran saham atau penawaran opsi saham dalam rangka pemberian kompensasi yang diberikan kepada anggota Dewan Komisaris, Direksi dan Pejabat Eksekutif Bank, dan yang telah diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham dan/atau Anggaran Dasar Bank.
2. Pengungkapan mengenai shares option paling kurang mencakup: a. kebijakan dalam pemberian shares option;
Manajemen Good Corporate Governance
34
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
SE 15/15/DPNP 2013 Romawi IX. F SE 15/15/DPNP 2013 Romawi IX. G
b. jumlah saham yang telah dimiliki masing‐masing anggota Dewan Komisaris , Direksi dan Pejabat Eksekutif sebelum diberikan shares option;
c. jumlah shares option yang diberikan; d. jumlah shares option yang telah dieksekusi sampai dengan
akhir masa pelaporan; e. harga opsi yang diberikan; dan f. jangka waktu berlakunya eksekusi shares option.
Pengungkapan shares option sebagaimana dimaksud dalam huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, dan huruf f , dilakukan sebagaimana tabel berikut:
Keterangan/Nama Jumlah saham yang dimiliki
(lembar saham)
Jumlah opsi
Harga opsi (Rp)
Jangka waktu
Yang diberikan
(lembarsaham)
yang telah dieksekusi (lembar saham)
Komisaris (nama)
Direksi (nama)
Pejabat Eksekutif
(total)
Total
F. Rasio gaji tertinggi dan terendah
1. Yang dimaksud dengan gaji adalah hak pegawai yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari perusahaaan atau pemberi kerja kepada pegawai yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundangundangan, termasuk tunjangan bagi pegawai dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah dilakukannya.
2. Rasio gaj i tert inggi dan terendah, dalam skala perbandingan berikut: a. rasio gaji pegawai yang tertinggi dan terendah; b. rasio gaji Direksi yang tertinggi dan terendah; c. rasio gaji Komisaris yang tertinggi dan terendah; dan d. rasio gaji Direksi tertinggi dan pegawai tertinggi.
Gaji yang diperbandingkan dalam rasio gaji adalah imbalan yang diterima oleh anggota Dewan Komisaris, Direksi dan pegawai per bulan. Yang dimaksud dengan pegawai adalah pegawai tetap Bank sampai batas pelaksana.
G. Frekuensi rapat Dewan Komisaris Pengungkapan mengenai frekuensi rapat anggota Dewan Komisaris, paling kurang mencakup: 1. jumlah rapat yang diselenggarakan dalam 1 (satu) tahun; 2. jumlah rapat yang dihadiri secara fisik dan/atau melalui
telekonferensi; dan 3. kehadiran masing‐masing anggota di setiap rapat.
Manajemen Good Corporate Governance
35
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
SE 15/15/DPNP 2013 Romawi IX. H SE 15/15/DPNP 2013 Romawi IX. I
H. Jumlah penyimpangan internal (internal fraud) Yang dimaksud dengan internal fraud adalah fraud yang dilakukan oleh anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, pegawai tetap dan pegawai t idak tetap (honorer dan outsourcing). Adapun pengertian fraud mengacu kepada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai penerapan strategi anti fraud bagi Bank Umum. Nilai fraud yang diungkapkan adalah apabila dampak penyimpangan bernilai lebih dari Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). Pengungkapan mengenai internal fraud pal ing kurang mencakup: 1. jumlah internal fraud yang telah diselesaikan; 2. jumlah internal fraud yang sedang dalam proses
penyelesaian di internal Bank; 3. jumlah internal fraud yang belum diupayakan
penyelesaiannya; dan 4. jumlah internal fraud yang telah ditindaklanjuti melalui proses
hukum, sebagaimana tabel sebagai berikut:
Internal Frauddalam 1 tahun
Jumlah kasus yang dilakukan oleh
Anggota Dewan Komisaris dan Anggota Direksi
Pegawai Tetap
Pegawai tidak tetap
Thnsebelumnya
Thnberjalan
Thnsebelumnya
Thn berjalan
Thn Sebelumnya
Thnberjalan
Total Fraud
T e l a h diselesaikan
Dalam proses penyelesaian di internal B k
B e l u m diupayakan penyelesaian
Telah dit indak ‐lanjuti melalui proses h k
I. Permasalahan hukum
1. Yang dimaksud dengan permasalahan hukum adalah permasalahan hukum perdata dan pidana yang dihadapi Bank selama periode tahun laporan dan telah diajukan melalui proses hukum.
2. Pengungkapan mengenai permasalahan hukum paling kurang mencakup: a. jumlah permasalahan hukum perdata dan pidana yang
dihadapi dan telah mendapat putusan yang mempunyai kekuatan hukum tetap; dan
Manajemen Good Corporate Governance
36
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
SE 15/15/DPNP 2013 Romawi IX. J SE 15/15/DPNP 2013 Romawi IX. K
b. jumlah permasalahan hukum perdata dan pidana yang dihadapi dan masih dalam proses penyelesaian,
sebagaimana tabel berikut:
Permasalahan Hukum Jumlah Kasus
Perdata Pidana
Telah mendapatkan
putusan yang mempunyai
kekuatan hukum tetap
Dalam proses penyelesaian
Total
J. Transaksi yang mengandung benturan kepentingan
Pengungkapan mengenai transaksi yang mengandung benturan kepentingan, paling kurang mencakup nama dan jabatan pihak yang memiliki benturan kepentingan, nama dan jabatan pengambi l keputusan transaksi yang mengandung benturan kepentingan, jenis transaksi, nilai transaksi, dan keterangan, sebagaimana tabel berikut:
No
Nama dan Jabatan Pihak yang Memiliki Benturan
Kepentingan
Nama danJabatan
PengambilKeputusan
Jenis Transaksi
Nilai Transaksi (jutaan Rupiah)
Keterangan*)
*) Tidak sesuai sistem dan prosedur yang berlaku
K. Buy back shares dan/atau buy back obligasi Bank 1. Yang dimaksud dengan buy back shares atau buy back obligasi
Bank adalah upaya mengurangi jumlah saham atau obligasi yang telah diterbitkan Bank dengan cara membeli kembali saham atau obligasi tersebut, yang tata cara pembayarannya dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Pengungkapan mengenai buy back shares dan/atau buy back obligasi Bank paling kurang mencakup: a. kebijakan dalam melakukan buy back shares
dan/atau buy back obligasi; b. jumlah lembar saham dan/atau obligasi yang dibeli kembali; c. harga pembelian kembal i per lembar saham dan/atau
obligasi; dan d. peningkatan laba per lembar saham dan/atau obligasi.
Manajemen Good Corporate Governance
37
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
SE 15/15/DPNP 2013 Romawi IX. L SE 15/15/DPNP 2013 Romawi X. B SE 15/15/DPNP 2013 Romawi X. C
L. Pemberian dana untuk kegiatan sosial dan/atau kegiatan politik selama periode pelaporan. Pengungkapan mengenai pemberian dana untuk kegiatan sosial dan/atau kegiatan politik paling kurang meliputi pihak penerima dana dan jumlah dana yang diberikan.
2) Laporan Pelaksanaan GCG paling kurang terdiri dari: 1. Transparansi Pelaksanaan GCG Bank sebagaimana dimaksud
dalam Ketentuan ini. 2. Laporan Penilaian Sendiri (Self Assessment) Pelaksanaan GCG sesuai
periode penilaian Tingkat Kesehatan Bank dalam 1 (satu) tahun terakhir dengan format sebagaimana Lampiran 4.
3. Action plan dan pelaksanaannya berikut waktu penyelesaian dan kendala/hambatan penyelesaiannya (apabila ada).
3) Laporan Pelaksanaan GCG dapat menjadi Bab tersendiri dalam Laporan Tahunan Bank atau disajikan secara terpisah dari Laporan Tahunan Bank yang disampaikan bersama‐sama dengan Laporan Tahunan Bank.
65 Pasal 64 8/4/PBI/2006
Penyampaian laporan pelaksanaan Good Corporate Governance kepada Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 63 ayat (1) huruf a dialamatkan kepada:
a. Direktorat Pengawasan Bank terkait, Jl. MH Thamrin No. 2, Jakarta 10110, bagi Bank yang berkantor pusat di wilayah kerja Kantor Pusat Bank Indonesia;
b. Kantor Bank Indonesia setempat, bagi Bank yang berkantor pusat di luar wilayah kerja Kantor Pusat Bank Indonesia.
Bagian Kedua
Penilaian Pelaksanaan Good Corporate Governance (Self Assessment)
66 Pasal 65 8/4/PBI/2006 Ayat (1) SE 15/15/DPNP 2013 Romawi I Huruf G SE 15/15/DPNP 2013 Romawi VII. A
(1) Bank wajib melakukan penilaian (self assessment) atas pelaksanaan Good Corporate Governance Bank yang mencakup hal‐hal sebagaimana diatur dalam Paragraf 2 ayat (2) paling kurang 1 (satu) kali dalam setahun.
Dalam upaya perbaikan dan peningkatan kual itas pelaksanaan GCG, Bank wajib secara berkala melakukan penilaian sendiri (self assessment) secara komprehensif terhadap kecukupan pelaksanaan GCG, sehingga Bank dapat segera menetapkan rencana tindak (action plan) yang meliputi tindakan korektif (corrective action) yang diperlukan apabila masih terdapat kekurangan dalam pelaksanaan GCG.
Bank wajib melakukan penilaian sendiri (self assessment) atas Tingkat Kesehatan Bank dengan menggunakan pendekatan Risiko (RBBR), baik secara individual maupun secara konsolidasi yang dilakukan paling kurang setiap semester untuk posis i akhir bulan Juni dan Desember sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Adapun salah satu faktor dalam penilaian Tingkat Kesehatan Bank tersebut adalah faktor GCG. Sehubungan dengan itu, Bank wajib melakukan penilaian sendiri (self assessment) terhadap pelaksanaan GCG sesuai periode penilaian Tingkat Kesehatan Bank.
Manajemen Good Corporate Governance
38
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
SE 15/15/DPNP 2013 Romawi VIII. A Pasal 65 8/4/PBI/2006 Ayat (2) – (3)
SE 15/15/DPNP 2013 Romawi I Huruf B
SE 15/15/DPNP 2013 Romawi VII. B
Sewaktu‐waktu apabila diperlukan, Bank wajib melakukan pengkinian penilaian sendiri (self assessment) pelaksanaan GCG sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.
(2) Hasil penilaian (self assessment) pelaksanaan Good Corporate Governance
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan pelaksanaan Good Corporate Governance.
(3) Tata cara penilaian sebagaimana diatur pada ayat (1) diatur sebagai berikut : 1) Bank harus melakukan penilaian sendiri (self assessment) secara
berkala yang paling kurang meliputi 11 (sebelas) Faktor Penilaian Pelaksanaan GCG yaitu: 1. pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris; 2. pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi; 3. kelengkapan dan pelaksanaan tugas Komite; 4. penanganan benturan kepentingan; 5. penerapan fungsi kepatuhan; 6. penerapan fungsi audit intern; 7. penerapan fungsi audit ekstern; 8. penerapan manajemen r is iko termasuk s istem
pengendalian intern; 9. penyediaan dana kepada pihak terkait (related party) dan
penyediaan dana besar (large exposures); 10. transparansi kondisi keuangan dan non keuangan Bank, laporan
pelaksanaan GCG dan pelaporan internal; dan 11. rencana strategis Bank. Selain itu, perlu diperhatikan pula informasi lainnya yang terkait penerapan GCG Bank di luar 11 (sebelas) Faktor Penilaian Pelaksanaan GCG seperti misalnya permasalahan yang timbul sebagai dampak kebijakan remunerasi pada suatu bank atau perselisihan internal Bank yang mengganggu operasional dan/atau kelangsungan usaha Bank. Sebagai contoh, penetapan bonus yang didasarkan pada pencapaian target di akhir tahun, dimana penetapan target tersebut sangat tinggi (ambisius) sehingga mengakibatkan dilakukannya praktek‐praktek yang tidak sehat oleh manajemen ataupun pegawai bank dalam pencapaiannya.
2) Penilaian faktor GCG merupakan penilaian terhadap kualitas manajemen Bank atas pelaksanaan prinsip GCG, dengan memperhat ikan signif ikansi atau material itas suatu permasalahan terhadap penerapan GCG pada Bank secara bank‐wide, sesuai skala, karakterist ik dan kompleksitas usaha Bank. Dalam rangka memastikan penerapan 5 (lima) prinsip dasar GCG sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 1, Bank melakukan penilaian sendiri (self assessment) secara berkala paling kurang terhadap 11 (sebelas) Faktor Penilaian Pelaksanaan GCG dan informasi la innya yang terkait penerapan GCG Bank, sebagaimana dimaksud dalam butir 1). Penilaian sendiri (self assessment) tersebut dilakukan secara komprehensif dan terstruktur yang diintegrasikan menjadi 3 (tiga) aspek governance yaitu
Manajemen Good Corporate Governance
39
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
SE 15/15/DPNP 2013 Romawi VIII. C SE 15/15/DPNP 2013 Romawi VII. C SE 15/15/DPNP 2013 Romawi VII. D SE 15/15/DPNP 2013 Romawi VII. E SE 15/15/DPNP 2013 Romawi VIII. E
governance structure, governance process, dan governance outcome, sebagai suatu proses yang berkesinambungan.
3) Dalam melakukan penilaian sendiri (self assessment), Bank terlebih dahulu harus memahami tujuan penilaian pelaksanaan GCG yang mencakup 3 (tiga) aspek governance, yaitu governance structure, governance process, dan governance outcome, serta kriteria/indikator pada setiap faktor penilaian. Penilaian governance structure bertujuan untuk menilai kecukupan struktur dan infrastruktur tata kelola Bank agar proses pelaksanaan prinsip GCG menghasilkan outcome yang sesuai dengan harapan stakeholders Bank. Yang termasuk dalam struktur tata kelola Bank adalah Komisaris, Direksi, Komite dan satuan kerja pada Bank. Adapun yang termasuk infrastruktur tata kelola Bank antara lain adalah kebijakan dan prosedur Bank, sistem informasi manajemen serta tugas pokok dan fungsi (tupoksi) masing ‐masing struktur organisasi. Peni la ian governance process bertujuan untuk menila i efektivitas proses pelaksanaan prinsip GCG yang didukung oleh kecukupan struktur dan infrastruktur tata kelola Bank sehingga menghasilkan outcome yang sesuai dengan harapan stakeholders Bank. Penilaian governance outcome bertujuan untuk menilai kualitas outcome yang memenuhi harapan stakeholders Bank yang merupakan hasil proses pelaksanaan prinsip GCG yang didukung oleh kecukupan struktur dan infrastruktur tata kelola Bank. Yang termasuk dalam outcome mencakup aspek kualitatif dan aspek kuantitatif, antara lain yaitu: ‐ kecukupan transparansi lap oran; ‐ kepatuhan terhadap peraturan perundang‐undangan; ‐ perlindungan konsumen; ‐ obyektivitas dalam melakukan assessment/audit; ‐ kinerja Bank seperti rentabilitas, efisiensi, dan permodalan;
dan/atau ‐ peningkatan/penurunan kepatuhan terhadap ketentuan yang
berlaku dan penyelesaian permasalahan yang dihadapi Bank sepert i fraud, pelanggaran BMPK, pelanggaran ketentuan terkait laporan bank kepada Bank Indonesia.
4) Dalam menyimpulkan faktor‐faktor positif dan faktor‐faktor negatif
ketiga aspek governance tersebut, perlu diperhatikan hal‐hal antara lain sebagai berikut: 1. Penilaian perlu difokuskan pada substansi penerapan GCG
dan bukan hanya pada pemenuhan persyaratan formal prosedural (normatif). Dalam penilaian GCG ini juga perlu memperhatikan antara lain apakah kebijakan dan prosedur tersebut telah diimplementasikan dengan baik.
Manajemen Good Corporate Governance
40
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Dengan demikian, dalam melakukan penilaian pelaksanaan GCG, Bank t idak hanya menjawab pertanyaan dengan jawaban ya/tidak namun perlu mengungkapkan substansi dari jawaban tersebut. Sebagai contoh, dalam melakukan penilaian terhadap pemenuhan kelengkapan organ pada struktur organisasi Bank, perlu dinilai juga apakah organ tersebut telah berfungsi sebagaimana mestinya.
2. Penilaian pada governance structure, governance process dan governance outcome harus merupakan satu rangkaian penilaian yang terintegrasi, komprehensif dan terstruktur sehingga kesimpulan hasil penilaian governance outcome mencerminkan sejauh mana penerapan governance process dan dukungan yang memadai dari governance structure, yang perlu diuji dan dibuktikan lebih lanjut. Sebagai contoh, terdapat permasalahan pada governance structure sepert i t idak adanya Direktur yang membawahkan fungsi kepatuhan. Dengan tidak adanya Direktur yang membawahkan fungsi kepatuhan tersebut mengakibatkan timbulnya kelemahan pada governance process dalam penerapan fungsi kepatuhan Bank yaitu tidak adanya tindakan pencegahan terhadap kebijakan dan/atau keputusan Direksi Bank di bidang perkreditan yang menyimpang dari ketentuan Bank Indonesia. Selanjutnya adanya kelemahan pada governance process tersebut berdampak pada governance outcome berupa terjadinya pelanggaran ketentuan BMPK.
3. Penilaian pada governance outcome selain mencakup aspek kualitatif juga meliputi aspek kuantitatif, antara lain: a. kinerja Bank sepert i rentabi l i tas, efis iensi , dan
permodalan; b. peningkatan/penurunan kepatuhan terhadap ketentuan yang
berlaku dan penyelesaian permasalahan yang dihadapi Bank seperti fraud, pelanggaran BMPK, pelanggaran ketentuan terkait laporan Bank kepada Bank Indonesia.
Dalam hal ini Bank harus memperhatikan apakah pelanggaran tersebut terjadi secara berulang dan/atau materialitas/ signifikansi permasalahan tersebut terhadap kinerja Bank baik saat ini maupun di masa mendatang. Selain itu, Bank juga perlu memperhatikan bahwa penilaian tersebut telah mencakup tindak lanjut yang perlu dilakukan oleh Bank untuk mengatasi permasalahan saat ini dan mengantisipasi timbulnya permasalahan di masa mendatang.
4. Dalam penetapan Peringkat Faktor GCG Bank harus memperhatikan kesesuaiannya dengan t ingkat signif ikansi permasalahan yang dihadapi Bank sebagaimana hasil kesimpulan yang diperoleh dalam penilaian pelaksanaan GCG Bank.
5. Penilaian pada governance structure, governance process dan governance outcome harus didukung oleh data/ informasi dan dokumen yang memadai.
Manajemen Good Corporate Governance
41
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
SE 15/15/DPNP 2013 Romawi VIII. D SE 15/15/DPNP 2013 Romawi VIII. F SE 15/15/DPNP 2013 Romawi VIII. B SE 15/15/DPNP 2013 Romawi VII. F SE 15/15/DPNP 2013 Romawi VII. H
5) Peni la ian sendir i (sel f assessment) pelaksanaan GCG dilakukan dengan menyusun anal is is kecukupan dan efektivitas pelaksanaan prinsip GCG yang dituangkan dalam Kertas Kerja Penilaian Sendiri (Self Assessment) Pelaksanaan GCG, dengan langkah‐langkah sebagai berikut: 1. mengumpulkan data dan informasi yang relevan untuk menilai
kecukupan dan efektivitas pelaksanaan prinsip GCG, seperti data kepengurusan, kepemilikan, struktur kelompok usaha, risalah rapat Dewan Komisaris, Direksi dan Komite serta laporan‐laporan antara lain laporan tahunan, laporan khusus Direktur yang membawahkan Fungsi Kepatuhan, laporan yang berkaitan dengan tugas Satuan Kerja Audit Intern, laporan akuntan publik khususnya komentar mengenai keandalan sistem pengendalian intern Bank, laporan hasil penilaian sendiri (self assessment) Tingkat Kesehatan Bank (RBBR), laporan rencana bisnis dan realisasinya, laporan Dewan Komisaris dan laporan lain yang terkait dengan penerapan prinsip GCG lainnya;
2. menilai kecukupan dan efektivitas pelaksanaan prinsip GCG yang dilakukan secara komprehensif dan terstruktur atas ketiga aspek governance, yaitu governance structure, governance process dan governance outcome, dengan memperhatikan prinsip signifikansi atau materialitas; dan
3. menyimpulkan faktor positif dan negatif dari masing‐masing aspek governance.
Dalam melakukan penilaian pelaksanaan GCG harus memperhatikan penilaian Kualitas Penerapan Manajemen Risiko dalam rangka penilaian Profil Risiko Bank, mengingat faktor GCG secara umum memiliki keterkaitan dengan Kualitas Penerapan Manajemen Risiko. Pada umumnya, pelaksanaan GCG yang baik akan memastikan manajemen risiko yang baik sebagaimana tercermin pada penilaian Kualitas Penerapan Manajemen Risiko.
6) Peni la ian sendir i (sel f assessment) pelaksanaan GCG dilakukan dengan menggunakan Kertas Kerja Penilaian Sendiri (Self Assessment) Pelaksanaan GCG sebagaimana dimaksud pada Lampiran 2.
7) Hasil penilaian terhadap ketiga aspek governance yang paling kurang meliputi 11 (sebelas) Faktor Penilaian Pelaksanaan GCG dan informasi lainnya yang terkait penerapan GCG Bank, dilakukan berdasarkan kerangka analisis yang komprehensif dan terstruktur ditetapkan dalam Peringkat Faktor GCG. Penilaian atas ketiga aspek governance tersebut merupakan satu kesatuan sehingga apabila salah satu aspek dinilai tidak memadai, maka kelemahan tersebut dapat mempengaruhi Peringkat Faktor GCG. Penetapan Peringkat Faktor GCG dikategorikan ke dalam 5 (lima) peringkat yaitu Peringkat 1, Peringkat 2, Peringkat 3, Peringkat 4 dan Peringkat 5. Urutan Peringkat Faktor GCG yang lebih kecil mencerminkan penerapan GCG yang lebih baik. Penetapan
Manajemen Good Corporate Governance
42
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
SE 15/15/DPNP 2013 Romawi VIII. G SE 15/15/DPNP 2013 Romawi VII. G
Peringkat Faktor GCG dilakukan dengan berpedoman pada Matriks Peringkat Faktor GCG sebagaimana terdapat pada Lampiran 3. Selanjutnya Bank menyusun Laporan Penilaian Sendiri (Self Assessment) Pelaksanaan GCG sebagaimana dimaksud pada Lampiran 4, yang paling kurang meliputi: 1. Peringkat Faktor GCG dan Definisi Peringkat; dan 2. Analisis faktor GCG antara lain terdiri dari:
a. identifikasi permasalahan berupa kelemahan dan penyebabnya (root caused); dan
b. kekuatan pelaksanaan GCG. Dalam hal berdasarkan hasi l penila ian sendir i (self assessment) pelaksanaan GCG diperoleh Peringkat Faktor GCG adalah 3, 4 atau 5, maka Bank wajib menyusun dan menyampaikan action plan yang memuat langkah‐langkah perbaikan secara komprehensif dan sistematis beserta target waktu pelaksanaannya kepada Bank Indonesia.
8) Bagi Bank yang melakukan Pengendal ian terhadap perusahaan anak, dalam melakukan penilaian pelaksanaan GCG dan menetapkan Peringkat Faktor GCG secara konsolidasi harus memperhatikan hal‐hal sebagai berikut: 1. Penetapan Perusahaan Anak yang wajib dikonsolidasikan mengacu
pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai penerapan manajemen risiko secara konsolidasi bagi Bank yang melakukan pengendalian terhadap Perusahaan Anak.
2. Faktor Penilaian Pelaksanaan GCG Bank secara individual dapat digunakan oleh Bank pada saat menilai GCG secara konsol idasi . Faktor Peni laian Pelaksanaan GCG Perusahaan Anak yang digunakan untuk penilaian pelaksanaan GCG secara konsolidasi ditetapkan dengan memperhatikan skala, karakteristik, dan kompleksitas usaha Perusahaan Anak serta didukung oleh data dan informasi yang memadai.
3. Penetapan Peringkat Faktor GCG Bank secara konsolidasi dilakukan dengan memperhatikan: a. signifikansi atau materialitas pangsa Perusahaan Anak
terhadap Bank secara konsolidasi; dan/atau b. permasalahan terkait dengan pelaksanaan prinsip
GCG pada Perusahaan Anak yang berpengaruh secara signifikan terhadap pelaksanaan prinsip GCG Bank secara konsolidasi.
4. Penetapan signif ikansi atau material i tas pangsa Perusahaan Anak dapat ditentukan melalui perbandingan total aset Perusahaan Anak terhadap total aset Bank secara konsolidasi, atau signifikansi pos‐pos tertentu pada Perusahaan Anak yang mempengaruhi kinerja Bank secara konsolidasi.
Manajemen Good Corporate Governance
43
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
SE 15/15/DPNP 2013 Romawi VIII. H SE 15/15/DPNP 2013 Romawi VIII. I SE 15/15/DPNP 2013 Romawi VIII. O
9) Laporan Penilaian Sendiri (Self Assessment) Pelaksanaan GCG harus ditandatangani oleh Direksi Bank.
10) Bank menyampaikan Laporan Penilaian Sendiri (Self Assessment) Pelaksanaan GCG Bank baik secara individual maupun secara konsolidasi sebagaimana Lampiran 4 kepada Bank Indonesia, yang dilengkapi dengan Kertas Kerja Penilaian Sendiri (Self Assessment) Pelaksanaan GCG sebagaimana Lampiran 3, bersamaan dengan penyampaian hasil penilaian sendiri (self assessment) Tingkat Kesehatan Bank.
11) Dokumen yang terkait dengan penila ian sendir i (self assessment) pelaksanaan GCG antara lain Kertas Kerja Penilaian Sendiri (Self Assessment) Pelaksanaan GCG, Laporan Penilaian Sendiri (Self Assessment) Pelaksanaan GCG harus ditatausahakan dengan baik.
67 Pasal 66 8/4/PBI/2006 Ayat (1) – (2) SE 15/15/DPNP 2013 Romawi X. D SE 15/15/DPNP 2013 Romawi VIII. J SE 15/15/DPNP 2013 Romawi X. E SE 15/15/DPNP 2013 Romawi VIII. K
(1) Dalam rangka melakukan penilaian terhadap pelaksanaan Good Corporate Governance sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 3, Bank Indonesia dapat melakukan penilaian atau evaluasi terhadap hasil penilaian (self assessment) pelaksanaan Good Corporate Governance sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 66 ayat (1).
(2) Berdasarkan hasil penilaian atau evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank Indonesia dapat meminta Bank untuk menyampaikan action plan yang memuat langkah‐langkah perbaikan yang wajib dilaksanakan oleh Bank dengan target waktu tertentu, apabila berdasarkan evaluasi yang dilakukannya Laporan dimaksud tidak sesuai dengan kondisi Bank yang sebesarnya.
Revisi Laporan Pelaksanaan GCG dimaksud segera disampaikan secara lengkap kepada Bank Indonesia dan bagi Bank yang telah memiliki homepage wajib mempublikasikan pula pada homepage Bank.
(3) Apabila terdapat perbedaan hasil penilaian sendiri (self assessment)
pelaksanaan GCG Bank yang material, yaitu mengakibatkan hasil Peringkat Faktor GCG yang berbeda dengan hasil penilaian atau evaluasi yang dilakukan oleh Bank Indonesia, maka Bank harus melakukan revisi terhadap hasil penilaian sendiri (self assessment) pelaksanaan GCG.
Revisi Laporan Pelaksanaan GCG dimaksud: 1. segera disampaikan secara lengkap kepada Bank Indonesia dan bagi
Bank yang telah memiliki homepage wajib mempublikasikan pula pada homepage Bank;
2. segera dipublikasikan dalam Laporan Keuangan Publikasi Bank pada periode yang terdekat, paling kurang meliputi Peringkat Faktor GCG disertai dengan penjelasan Definisi Peringkat.
(4) Selain itu, apabila hasil penilaian Peringkat Faktor GCG oleh Bank
Indonesia tergolong lebih buruk yaitu Peringkat 3, 4 atau 5, maka Bank Indonesia dapat meminta Bank untuk menyampaikan action plan
Manajemen Good Corporate Governance
44
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Pasal 66 8/4/PBI/2006 Ayat (3) SE 15/15/DPNP 2013 Romawi VIII. M – N
yang memuat langkah‐langkah perbaikan secara komprehensif dan sistematis beserta target waktu pelaksanaannya.
(5) Dalam hal diperlukan Bank Indonesia dapat meminta Bank untuk
melakukan penyesuaian action plan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan/atau melakukan pemeriksaan khusus terhadap hasil perbaikan pelaksanaan Good Corporate Governance yang telah dilakukan oleh Bank.
(6) Action plan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan Paragraf 65 disampaikan sesuai dengan tata cara penyampaian sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Namun demikian, Bank dapat menyampaikan action plan lebih awal, bersamaan dengan penyampaian Laporan Penilaian Sendiri (Self Assessment) Pelaksanaan GCG secara individual.
(7) Laporan pelaksanaan action plan GCG berikut waktu penyelesaian dan kendala/hambatan penyelesaiannya (apabila ada) disampaikan kepada Bank Indonesia dengan mengacu pada tata cara penyampaian laporan pelaksanaan action plan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai peni la ian Tingkat Kesehatan Bank Umum.
BAB XII
Pelaksanaan Good Corporate Governance Pada Kantor Cabang Bank Asing
68 Pasal 67 8/4/PBI/2006 Ayat (1) SE 15/15/DPNP 2013 Romawi VI. A Pasal 67 8/4/PBI/2006 Ayat (2) – (3)
(1) Kantor cabang bank asing wajib memenuhi ketentuan tentang pelaksanaan Good Corporate Governance sebagaimana diatur dalam Ketentuan ini.
Pemberlakuan ketentuan yang sama antara kantor cabang bank asing dengan Bank yang berkantor pusat di Indonesia karena prinsip dan cakupan pelaksanaan Good Corporate Governance bersifat universal bagi setiap jenis bank. Kantor Cabang Bank Asing wajib melaksanakan GCG pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi.
(2) Pelaksana fungsi dewan Komisaris dan pembentukan komite disesuaikan
dengan struktur organisasi yang berlaku pada bank yang bersangkutan. (3) Penyesuaian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib memenuhi
seluruh fungsi yang diperlukan dalam pelaksanaan Good Corporate Governance sebagaimana diatur dalam Ketentuan ini.
69 Pasal 68
8/4/PBI/2006
Bank Indonesia berwenang meminta penyesuaian struktur organisasi kantor cabang bank asing untuk memastikan terlaksananya Good Corporate Governance sesuai dengan Ketentuan ini.
BAB XIII Sanksi Bagian Pertama Sanksi Pelaksanaan Good Corporate Governance 70 Pasal 69
8/14/PBI/2006 Bank yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 4, Paragraf 5, Paragraf 6, Paragraf 7, Paragraf 8, Paragraf 9, Paragraf 10,
Manajemen Good Corporate Governance
45
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Paragraf 11, Paragraf 12, Paragraf 13, Paragraf 14, Paragraf 15, Paragraf 16, Paragraf 17, Paragraf 18, Paragraf 19, Paragraf 20, Paragraf 22, Paragraf 23, Paragraf 24, Paragraf 25, Paragraf 26, Paragraf 27, Paragraf 28, Paragraf 29, Paragraf 30, Paragraf 31, Paragraf 32, Paragraf 33, Paragraf 35, Paragraf 36, Paragraf 37, Paragraf 38, Paragraf 39, Paragraf 40, Paragraf 41, Paragraf 42, Paragraf 43, Paragraf 44, Paragraf 45, Paragraf 46, Paragraf 47, Paragraf 48, Paragraf 49, Paragraf 50, Paragraf 51 ayat (2) dan ayat (3), Paragraf 53 ayat (2), Paragraf 60, Paragraf 61, Paragraf 66, Paragraf 68 dikenakan sanksi administratif, antara lain berupa: a. teguran tertulis; b. penurunan tingkat kesehatan berupa penurunan peringkat faktor
manajemen dalam penilaian tingkat kesehatan; c. larangan untuk turut serta dalam kegiatan kliring; d. pembekuan kegiatan usaha tertentu; e. pemberhentian pengurus Bank dan selanjutnya menunjuk dan
mengangkat pengganti sementara sampai Rapat Umum Pemegang Saham atau Rapat Anggota Koperasi mengangkat pengganti yang tetap dengan persetujuan Bank Indonesia; dan
f. pencantuman anggota pengurus, pegawai, pemegang saham Bank dalam daftar tidak lulus melalui mekanisme penilaian kemampuan dan kepatutan (fit and proper test).
71 Pasal 70 8/14/PBI/2006
Bank yang tidak memenuhi ketentuan Paragraf 50, Paragraf 51 ayat (1), Paragraf 52, serta Paragraf 53 ayat (1) dan ayat (3), dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia tentang Penugasan Direktur Kepatuhan (Compliance Director) dan Penerapan Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank Umum dan Peraturan Bank Indonesia tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank.
72 Pasal 71 8/4/PBI/2006
Bank yang tidak memenuhi ketentuan Paragraf 54 dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum.
73 Pasal 72 8/4/PBI/2006
Bank yang tidak memenuhi ketentuan Paragraf 55 dan Paragraf 56 dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum.
74 Pasal 73 8/4/PBI/2006
Bank yang tidak memenuhi ketentuan Paragraf 57 dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia tentang Bank Umum dan Peraturan Bank Indonesia tentang Rencana Bisnis Bank Umum.
75 Pasal 74 8/4/PBI/2006
Bank yang tidak memenuhi ketentuan Paragraf 58 dan Paragraf 59 dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank dan Peraturan Bank Indonesia tentang Transparansi Informasi Produk Bank dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah.
Bagian Kedua Sanksi Pelaporan76 Pasal 75
8/4/PBI/2006 (1) Bank yang terlambat menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud
dalam Paragraf 63 ayat (4) dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah) per hari keterlambatan.
Manajemen Good Corporate Governance
46
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Yang dimaksud dengan hari adalah hari kerja.
(2) Bank yang tidak menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 63 ayat (5) dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan teguran tertulis oleh Bank Indonesia.
Bank yang telah dikenakan sanksi kewajiban membayar pada ayat ini tidak dikenakan sanksi keterlambatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Bank yang menyampaikan laporan yang dinilai tidak benar dan atau tidak
lengkap secara signifikan sebagaimana diatur dalam Paragraf 62 dan Paragraf 64 dikenakan sanksi administratif berupa kewajiban membayar sebesar Rp. 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) dan sanksi administratif antara lain berupa:
a. penurunan tingkat kesehatan berupa penurunan peringkat faktor manajemen dalam penilaian tingkat kesehatan
b. larangan untuk turut serta dalam kegiatan kliring; c. pembekuan kegiatan usaha tertentu; d. pemberhentian pengurus Bank dan selanjutnya menunjuk dan
mengangkat pengganti sementara sampai Rapat Umum Pemegang Saham atau Rapat Anggota Koperasi mengangkat pengganti yang tetap dengan persetujuan Bank Indonesia; dan atau
e. pencantuman anggota pengurus, pegawai, pemegang saham Bank dalam daftar tidak lulus melalui mekanisme uji kepatutan dan kelayakan (fit and proper test).
(4) Pengenaan sanksi kewajiban membayar sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan setelah Bank diberikan 2 (dua) kali surat teguran oleh Bank Indonesia dengan tenggang waktu 7 (tujuh) hari kerja untuk setiap teguran dan Bank tidak memperbaiki laporan dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja setelah surat teguran terakhir.
Good Corporate Governance bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
BAB I Ketentuan Umum77 Pasal 1
11/33/PBI/2009 Angka 1 – 9
Dalam Ketentuan ini Syariah dan Unit Usaha Syariah yang dimaksud dengan: 1. Bank adalah Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah dari Bank Umum
Konvensional termasuk Unit Usaha Syariah dari kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri;
2. Bank Umum Syariah yang selanjutnya disebut BUS adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran sebagaimana dimaksud dalam Undang‐Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah;
3. Bank Umum Konvensional adalah Bank Konvensional yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran sebagaimana dimaksud dalam Undang‐Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah;
Manajemen Good Corporate Governance
47
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
SE 12/13/DPbS 2010 Huruf A No. 2 Pasal 1 11/33/PBI/2009 Angka 10
4. Unit Usaha Syariah, yang selanjutnya disebut UUS, adalah unit kerja dari kantor pusat Bank Umum Konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah dan/atau unit syariah sebagaimana dimaksud dalam Undang‐Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah;
5. Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam di bidang perbankan syariah yang tertuang dalam bentuk fatwa Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia;
6. Dewan Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada Direksi sebagaimana dimaksud dalam Undang‐Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas;
7. Direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik di dalam dan di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar sebagaimana dimaksud dalam Undang‐Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas;
8. Direktur UUS adalah direktur Bank Umum Konvensional atau pimpinan kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan UUS;
9. Komisaris Independen adalah anggota Dewan Komisaris yang tidak memiliki: a. hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau
hubungan keluarga dengan pemegang saham pengendali, anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi; atau
b. hubungan keuangan dan/atau hubungan kepemilikan saham dengan Bank, sehingga dapat mendukung kemampuannya untuk bertindak independen;
sehingga dapat mendukung kemampuannya untuk bertindak independen. Dalam pelaksanaan GCG, Bank perlu melakukan check and balance, menghindari benturan kepentingan (conflict of interest) dalam pelaksanaan tugas serta meningkatkan perlindungan bagi kepentingan stakeholders khususnya nasabah pemilik dana dan pemegang saham minoritas. Dalam rangka mendukung hal tersebut, secara internal diperlukan keberadaan Komisaris Independen dan Pihak Independen.
10. Good Corporate Governance, yang selanjutnya disebut GCG, adalah suatu tata kelola Bank yang menerapkan prinsip‐prinsip keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility), profesional (professional), dan kewajaran (fairness);
Manajemen Good Corporate Governance
48
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
SE 12/13/DPbS 2010 Huruf A No. 1 Pasal 1 11/33/PBI/2009 Angka 11 – 13
Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) pada industri perbankan syariah harus berlandaskan pada lima prinsip dasar. Pertama, transparansi (transparency), yaitu keterbukaan dalam mengemukakan informasi yang material dan relevan serta keterbukaan dalam proses pengambilan keputusan. Kedua, akuntabilitas (accountability) yaitu kejelasan fungsi dan pelaksanaan pertanggungjawaban organ bank sehingga pengelolaannya berjalan secara efektif. Ketiga, pertanggungjawaban (responsibility) yaitu kesesuaian pengelolaan bank dengan peraturan perundang‐undangan yang berlaku dan prinsip‐prinsip pengelolaan bank yang sehat. Keempat, profesional (professional) yaitu memiliki kompetensi, mampu bertindak obyektif, dan bebas dari pengaruh/tekanan dari pihak manapun (independen) serta memiliki komitmen yang tinggi untuk mengembangkan bank syariah. Kelima, kewajaran (fairness) yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak‐hak stakeholders berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang‐undangan yang berlaku.
11. Stakeholders adalah seluruh pihak yang memiliki kepentingan secara langsung atau tidak langsung terhadap kegiatan usaha dan kelangsungan usaha Bank;
12. Dewan Pengawas Syariah adalah dewan yang bertugas memberikan nasihat dan saran kepada Direksi serta mengawasi kegiatan Bank agar sesuai dengan Prinsip Syariah; dan
13. Pejabat Eksekutif adalah pejabat yang bertanggung jawab langsung kepada Direksi dan/atau mempunyai pengaruh terhadap kebijakan dan operasional Bank seperti kepala divisi atau pemimpin kantor cabang.
78 Pasal 2 11/33/PBI/2009
(1) Bank wajib melaksanakan GCG dalam setiap kegiatan usahanya pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi.
Pelaksanaan GCG dalam setiap kegiatan usahanya termasuk dalam proses penyusunan visi, misi, rencana strategis, pelaksanaan kebijakan, dan langkah‐langkah pengawasan internal. Yang dimaksud dengan “seluruh tingkatan atau jenjang organisasi” bagi BUS adalah mulai dari tingkatan tertinggi yaitu Dewan Komisaris dan Direksi sampai dengan tingkatan manajemen terendah. Yang dimaksud dengan “seluruh tingkatan atau jenjang organisasi” bagi UUS adalah mulai dari tingkatan tertinggi yaitu Direktur UUS sampai dengan tingkatan manajemen terendah.
(2) Pelaksanaan GCG sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi BUS paling kurang harus diwujudkan dalam: a. pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan
Direksi;
Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan Direksi mengacu pada anggaran dasar BUS dan peraturan perundang‐undangan yang berlaku, termasuk ketentuan Bank Indonesia yang mengatur pelaksanaan tugas dan tanggung jawab tersebut.
Manajemen Good Corporate Governance
49
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
b. kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite‐komite dan fungsi yang menjalankan pengendalian intern BUS;
Pembentukan komite antara lain dimaksudkan untuk membantu kelancaran tugas pengawasan oleh Komisaris. Pelaksanaan fungsi pengendalian seperti audit intern, kepatuhan dan manajemen risiko antara lain dimaksudkan untuk membantu tugas pengendalian oleh Direksi.
c. pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah;
Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah mengacu pada peraturan perundang‐undangan yang berlaku, termasuk ketentuan Bank Indonesia yang mengatur pelaksanaan tugas dan tanggung jawab tersebut.
d. penerapan fungsi kepatuhan, audit intern dan audit ekstern; e. batas maksimum penyaluran dana; dan Dalam hal ketentuan Bank Indonesia mengenai batas maksimum penyaluran dana belum disusun, maka ketentuan Bank Indonesia mengenai batas maksimum pemberian kredit tetap berlaku bagi BUS.
f. transparansi kondisi keuangan dan non keuangan BUS.
Transparansi meliputi aspek pengungkapan (disclosure) informasi BUS yang bersifat kualitatif dan kuantitatif kepada Stakeholders.
(3) Pelaksanaan GCG sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi UUS paling
kurang harus diwujudkan dalam: a. pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direktur UUS;
Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direktur UUS mengacu pada peraturan perundang‐undangan yang berlaku, termasuk ketentuan Bank Indonesia yang mengatur pelaksanaan tugas dan tanggung jawab tersebut.
b. pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah;
Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah mengacu pada peraturan perundang‐undangan yang berlaku, termasuk ketentuan Bank Indonesia yang mengatur pelaksanaan tugas dan tanggung jawab tersebut.
c. penyaluran dana kepada nasabah pembiayaan inti dan
penyimpanan dana oleh deposan inti; dan d. transparansi kondisi keuangan dan non keuangan UUS.
Transparansi meliputi aspek pengungkapan (disclosure) informasi UUS yang bersifat kualitatif dan kuantitatif kepada Stakeholders.
Manajemen Good Corporate Governance
50
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
79 Pasal 3 11/33/PBI/2009
Bank Indonesia melakukan penilaian terhadap pelaksanaan GCG Bank.
BAB II Bank Umum Syariah Bagian Pertama Dewan Komisaris Paragraf 1 Persyaratan Dewan Komisaris
80 Pasal 4 11/33/PBI/2009
Jumlah, komposisi, kriteria, rangkap jabatan, hubungan keluarga, dan persyaratan lain bagi anggota Dewan Komisaris tunduk kepada ketentuan Bank Indonesia terkait.
Yang dimaksud dengan “ketentuan Bank Indonesia terkait” adalah antara lain: a. ketentuan Bank Indonesia tentang Bank Umum Syariah; b. ketentuan Bank Indonesia mengenai uji kemampuan dan kepatutan (fit
and proper test); dan c. ketentuan Bank Indonesia mengenai tenaga kerja asing.
81 Pasal 5 11/33/PBI/2009 Ayat (1)
SE 12/13/DPbS 2012 Huruf B No. 8 Pasal 5 11/33/PBI/2009 Ayat (2) SE 12/13/DPbS 2012 Huruf B No. 2 – 7
(1) Mantan anggota Direksi BUS tidak dapat menjadi Komisaris Independen pada BUS yang bersangkutan sebelum menjalani masa tunggu (cooling off) paling kurang selama 6 (enam) bulan.
Yang dimaksud dengan “masa tunggu (cooling off)” adalah jangka waktu antara berakhirnya secara efektif jabatan yang bersangkutan sebagai anggota Direksi dengan pengangkatan yang bersangkutan secara efektif sebagai Komisaris Independen.
Ketentuan masa tunggu tersebut tidak berlaku bagi mantan anggota Direksi BUS yang melakukan fungsi pengawasan yaitu Direktur Kepatuhan.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi mantan Direksi BUS yang melakukan fungsi pengawasan.
Yang dimaksud dengan “Direksi BUS yang melakukan fungsi pengawasan” adalah antara lain direktur kepatuhan.
(1) Yang dimaksud dengan “memiliki hubungan keuangan dengan pemegang saham pengendali, anggota Dewan Komisaris lainnya dan/atau anggota Direksi” sebagaimana dalam Pasal 1 butir 9 adalah apabila seseorang menerima penghasilan, bantuan keuangan, atau pinjaman dari: a. pemegang saham pengendali BUS sampai dengan pengendali
terakhir (ultimate shareholders); b. anggota Dewan Komisaris lainnya dan/atau anggota Direksi BUS;
dan/atau c. suatu perusahaan dimana anggota Dewan Komisaris lainnya
dan/atau anggota Direksi BUS menjadi pemegang saham pengendali.
(2) Yang dimaksud dengan “memiliki hubungan kepengurusan dengan pemegang saham pengendali, anggota Dewan Komisaris lainnya dan/atau anggota Direksi” sebagaimana dalam Pasal 1 butir 9 adalah apabila seseorang menduduki jabatan sebagai: a. anggota Dewan Komisaris, Direksi atau Pejabat Eksekutif pada
perusahaan yang menjadi pemegang saham pengendali BUS sampai dengan pengendali terakhir (ultimate shareholders);
Manajemen Good Corporate Governance
51
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
b. anggota Dewan Komisaris atau Direksi pada perusahaan dimana anggota Dewan Komisaris lainnya menjadi anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi; dan/atau
c. anggota Dewan Komisaris atau Direksi pada suatu perusahaan dimana anggota Dewan Komisaris lainnya dan/atau anggota Direksi BUS menjadi pemegang saham pengendali.
(3) Yang dimaksud dengan “memiliki hubungan kepemilikan saham dengan pemegang saham pengendali, anggota Dewan Komisaris lainnya dan/atau anggota Direksi” sebagaimana dalam Pasal 1 butir 9 adalah apabila seseorang: a. memiliki saham pada perusahaan yang menjadi pemegang saham
pengendali BUS sampai dengan pengendali terakhir (ultimate shareholders); dan/atau
b. memiliki saham pada perusahaan yang secara bersama‐sama dimiliki oleh pemegang saham pengendali BUS sampai dengan pengendali terakhir (ultimate shareholders), anggota Dewan Komisaris lainnya, dan/atau anggota Direksi sehingga bersamasama menjadi pemegang saham pengendali pada perusahaan tersebut.
(4) Yang dimaksud dengan “memiliki hubungan keluarga dengan pemegang saham pengendali, anggota Dewan Komisaris lainnya dan/atau anggota Direksi” sebagaimana dalam Pasal 1 butir 9 adalah apabila seseorang memiliki hubungan keluarga dengan pihak‐pihak tersebut sampai dengan derajat kedua baik vertikal maupun horizontal, yang meliputi: a. orang tua kandung/tiri/angkat; b. saudara kandung/tiri/angkat beserta suami atau istrinya; c. anak kandung/tiri/angkat; d. kakek/nenek kandung/tiri/angkat; e. cucu kandung/tiri/angkat; f. saudara kandung/tiri/angkat dari orang tua beserta suami atau
istrinya; g. suami/istri; h. mertua; i. besan; j. suami/istri dari anak kandung/tiri/ angkat; k. kakek atau nenek dari suami atau istri; l. suami/istri dari cucu kandung/ tiri/angkat; atau m. saudara kandung/tiri/angkat dari suami atau istri beserta suami
atau istrinya. Dalam hal pemegang saham pengendali BUS berbentuk badan hukum, maka hubungan keluarga antara Komisaris Independen dengan pemegang saham pengendali BUS dimaksud dilihat dari hubungan keluarga dengan pemegang saham pengendali dari badan hukum tersebut sampai dengan pengendali terakhir (ultimate shareholders).
(5) Yang dimaksud dengan “memiliki hubungan keuangan dengan BUS” sebagaimana dalam Pasal 1 butir 9 adalah apabila seseorang menerima/memberi penghasilan, bantuan keuangan, atau pinjaman dari/kepada BUS yang menyebabkan pihak yang memberi penghasilan, bantuan keuangan atau pinjaman memiliki kemampuan untuk memengaruhi pihak yang menerima penghasilan, bantuan keuangan atau pinjaman, seperti:
Manajemen Good Corporate Governance
52
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
SE 12/13/DPbS 2012 Huruf B No. 9 – 10
a. pihak terafiliasi yang memberikan jasanya kepada BUS, antara lain Dewan Pengawas Syariah, akuntan publik, penilai, konsultan hukum dan konsultan lainnya; dan/atau
b. pihak yang melakukan transaksi keuangan dengan BUS yang dapat memengaruhi baik kelangsungan usaha BUS maupun kelangsungan usaha pihak yang melakukan transaksi keuangan tersebut, antara lain debitur inti, deposan inti, dan perusahaan yang sebagian besar sumber pendanaannya diperoleh dari BUS. Yang dimaksud dengan “debitur inti dan deposan inti” adalah debitur inti dan deposan inti sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai Laporan Berkala Bank Umum Syariah.
(6) Yang dimaksud dengan “memiliki hubungan kepemilikan saham dengan BUS” sebagaimana dalam Pasal 1 butir 9 adalah apabila seseorang: a. memiliki saham BUS dimaksud lebih dari 5% (lima persen) dari
modal disetor BUS; b. memiliki saham BUS dimaksud kurang dari 5% (lima persen) dari
modal disetor BUS namun dapat dibuktikan telah melakukan pengendalian pada BUS dimaksud; dan/atau
c. bersama‐sama BUS menjadi pemegang saham pengendali di perusahaan lain.
(7) Perubahan status jabatan dari Komisaris menjadi Komisaris Independen pada BUS yang sama harus mendapat persetujuan Bank Indonesia. Untuk mendapatkan persetujuan, calon Komisaris Independen harus menyampaikan surat pernyataan independen dengan format sebagaimana Lampiran 5. Persetujuan Bank Indonesia diberikan setelah dilakukan penilaian administratif antara lain terhadap kebenaran surat pernyataan independen.
(8) Pengajuan permohonan perubahan status dari Komisaris menjadi Komisaris Independen disampaikan kepada: a. Direktorat Perbankan Syariah, Jl. MH Thamrin No. 2, Jakarta 10350,
bagi BUS yang berkantor pusat di wilayah kerja Kantor Pusat Bank Indonesia; atau
b. Direktorat Perbankan Syariah, Jl. MH Thamrin No. 2, Jakarta 10350, dengan tembusan kepada Kantor Bank Indonesia setempat, bagi BUS yang berkantor pusat di luar wilayah kerja Kantor Pusat Bank Indonesia.
82 Pasal 6 11/33/PBI/2009
(1) Usulan pengangkatan dan/atau penggantian anggota Dewan Komisaris kepada Rapat Umum Pemegang Saham dilakukan dengan memperhatikan rekomendasi Komite Remunerasi dan Nominasi.
(2) Dalam hal anggota Komite Remunerasi dan Nominasi memiliki benturan kepentingan (conflict of interest) dengan usulan yang direkomendasikan, maka dalam usulan tersebut wajib diungkapkan adanya benturan kepentingan serta pertimbangan‐pertimbangan yang mendasari usulan tersebut.
Paragraf 2 Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris 83 Pasal 7
11/33/PBI/2009 Dewan Komisaris wajib melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan prinsip‐prinsip GCG.
Manajemen Good Corporate Governance
53
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
84 Pasal 8 11/33/PBI/2009
(1) Dewan Komisaris wajib melakukan pengawasan atas terselenggaranya pelaksanaan GCG dalam setiap kegiatan usaha BUS pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 78 ayat (1) dan ayat (2).
(2) Dewan Komisaris wajib melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi, serta memberikan nasihat kepada Direksi.
(3) Dalam melakukan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Dewan Komisaris wajib memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kebijakan strategis BUS.
(4) Dalam melakukan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Dewan Komisaris dilarang terlibat dalam pengambilan keputusan kegiatan operasional BUS, kecuali pengambilan keputusan untuk pemberian pembiayaan kepada Direksi sepanjang kewenangan Dewan Komisaris tersebut ditetapkan dalam Anggaran Dasar BUS atau dalam Rapat Umum Pemegang Saham.
85 Pasal 9 11/33/PBI/2009
Dewan Komisaris wajib memastikan bahwa Direksi telah menindaklanjuti temuan audit dan/atau rekomendasi dari hasil pengawasan Bank Indonesia, auditor intern, Dewan Pengawas Syariah dan/atau auditor ekstern.
86 Pasal 10 11/33/PBI/2009
Dewan Komisaris wajib memberitahukan secara tertulis kepada Bank Indonesia paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak ditemukannya: a. pelanggaran peraturan perundang‐undangan di bidang keuangan dan
perbankan; dan b. suatu kondisi yang dapat membahayakan kelangsungan usaha BUS.
Hal‐hal yang wajib disampaikan adalah temuan yang belum atau tidak disampaikan oleh BUS dan/atau oleh direktur kepatuhan kepada Bank Indonesia.
87 Pasal 11 11/33/PBI/2009
(1) Dalam rangka mendukung efektivitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya, Dewan Komisaris wajib membentuk paling kurang: a. Komite Pemantau Risiko; b. Komite Remunerasi dan Nominasi; dan Dewan Komisaris dapat membentuk Komite Remunerasi dan Komite Nominasi secara terpisah.
c. Komite Audit.
(2) Pengangkatan anggota komite sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Direksi berdasarkan keputusan rapat Dewan Komisaris.
(3) Dewan Komisaris wajib memastikan bahwa komite yang telah dibentuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjalankan tugasnya secara efektif.
(4) Dewan Komisaris wajib memiliki pedoman dan tata tertib kerja setiap komite sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(5) Pedoman dan tata tertib kerja komite sebagaimana dimaksud pada ayat (4) harus dievaluasi dan dilakukan pengkinian secara berkala.
Manajemen Good Corporate Governance
54
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
88 Pasal 12 11/33/PBI/2009
(1) Dewan Komisaris wajib memiliki pedoman dan tata tertib kerja yang bersifat mengikat bagi setiap anggota Dewan Komisaris.
(2) Pedoman dan tata tertib kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling kurang mencantumkan: a. waktu kerja; dan b. pengaturan rapat.
Pengaturan rapat antara lain mengatur tentang agenda rapat, mekanisme pengambilan keputusan, hak anggota dalam hal terdapat perbedaan pendapat dalam pengambilan keputusan dan risalah rapat.
89 Pasal 13 11/33/PBI/2009
Anggota Dewan Komisaris wajib menyediakan waktu yang cukup untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara optimal.
Indikator penyediaan waktu yang cukup adalah antara lain tingkat kehadiran yang bersangkutan sesuai waktu kerja yang telah ditetapkan dalam tata tertib dan tingkat kehadiran yang bersangkutan dalam rapat.
Paragraf 3 Rapat Dewan Komisaris90 Pasal 14
11/33/PBI/2009 Ayat (1) – (2)
SE 12/13/DPbS 2010 Huruf B No. 11
Pasal 14 11/33/PBI/2009 Ayat (3) – (4)
(1) Rapat Dewan Komisaris wajib diselenggarakan paling kurang 1 (satu) kali dalam 2 (dua) bulan.
(2) Rapat Dewan Komisaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dihadiri paling kurang oleh 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota Dewan Komisaris.
Kecuali pimpinan rapat, kehadiran anggota Dewan Komisaris dalam rapat dapat dilakukan melalui teknologi telekonferensi. Dalam hal rapat Dewan Komisaris menggunakan teknologi telekonferensi, maka BUS harus melengkapi dengan hal‐hal sebagai berikut:
a. ketentuan internal Bank mengenai penyelenggaraan rapat dengan menggunakan teknologi telekonferensi; dan
b. bukti rekaman audio visual penyelenggaraan rapat.
(3) Rapat Dewan Komisaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dipimpin oleh Komisaris Utama.
(4) Dalam hal Komisaris Utama berhalangan hadir maka rapat Dewan Komisaris dapat dipimpin oleh salah seorang anggota Dewan Komisaris.
Yang dimaksud dengan “berhalangan hadir” adalah suatu keadaan yang memaksa atau tidak dapat dihindari sehingga yang bersangkutan tidak dapat hadir antara lain karena sakit keras atau berada di luar negeri.
91 Pasal 15 11/33/PBI/2009
(1) Seluruh keputusan Dewan Komisaris yang dituangkan dalam risalah rapat merupakan keputusan bersama seluruh anggota Dewan Komisaris.
(2) Hasil rapat Dewan Komisaris wajib dituangkan dalam risalah rapat dan didokumentasikan dengan baik.
(3) Dalam hal terdapat perbedaan pendapat (dissenting opinions) atas hasil keputusan rapat Dewan Komisaris, maka perbedaan pendapat tersebut wajib dicantumkan secara jelas dalam risalah rapat beserta alasannya.
Manajemen Good Corporate Governance
55
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Paragraf 4 Aspek Transparansi Dewan Komisaris92 Pasal 16
11/33/PBI/2009 Anggota Dewan Komisaris wajib mengungkapkan: a. kepemilikan saham yang mencapai 5% (lima persen) atau lebih pada BUS
yang bersangkutan; b. hubungan keuangan dan hubungan keluarga dengan pemegang saham
pengendali, anggota Dewan Komisaris lain dan/atau anggota Direksi; c. rangkap jabatan pada perusahaan atau lembaga lain,
dalam laporan pelaksanaan GCG sebagaimana diatur dalam ketentuan ini.
93 Pasal 17 11/33/PBI/2009
(1) Anggota Dewan Komisaris dilarang memanfaatkan BUS untuk kepentingan pribadi, keluarga, dan/atau pihak lain yang dapat mengurangi aset atau mengurangi keuntungan BUS.
(2) Anggota Dewan Komisaris dilarang mengambil dan/atau menerima keuntungan pribadi dari BUS selain remunerasi dan fasilitas lainnya yang ditetapkan Rapat Umum Pemegang Saham.
Tidak termasuk dalam pengertian keuntungan pribadi antara lain dalam hal anggota Dewan Komisaris sebagai nasabah BUS menerima penghasilan berupa imbalan dan/atau bagi hasil secara wajar.
(3) Anggota Dewan Komisaris wajib mengungkapkan remunerasi dan fasilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pada laporan pelaksanaan GCG sebagaimana diatur dalam ketentuan ini.
Bagian Kedua Direksi Paragraf 1 Persyaratan Direksi
94 Pasal 18 11/33/PBI/2009 SE 12/13/DPbS 2010 Huruf C
(1) Jumlah, kriteria, rangkap jabatan, hubungan keluarga dan persyaratan lain bagi anggota Direksi tunduk kepada ketentuan Bank Indonesia terkait.
Yang dimaksud dengan “ketentuan Bank Indonesia terkait” adalah antara lain: a. ketentuan Bank Indonesia tentang Bank Umum Syariah; b. ketentuan Bank Indonesia mengenai uji kemampuan dan kepatutan
(fit and proper test); dan c. ketentuan Bank Indonesia mengenai tenaga kerja asing.
(2) Presiden Direktur atau Direktur Utama yang selanjutnya disebut Presdir,
wajib berasal dari pihak yang independen terhadap pemegang saham pengendali. Independensi dari seorang Presdir dapat dipenuhi apabila yang bersangkutan tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau hubungan keluarga dengan pemegang saham pengendali BUS.
Yang dimaksud dengan “memiliki hubungan keuangan dengan pemegang saham pengendali” adalah apabila seseorang menerima penghasilan, bantuan keuangan, atau pinjaman dari pemegang saham pengendali BUS sampai dengan pengendali terakhir (ultimate shareholders).
Manajemen Good Corporate Governance
56
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Yang dimaksud dengan “memiliki hubungan kepengurusan dengan pemegang saham pengendali” adalah apabila seseorang menduduki jabatan sebagai anggota Dewan Komisaris, Direksi atau Pejabat Eksekutif pada perusahaan yang menjadi pemegang saham pengendali BUS sampai dengan pengendali terakhir (ultimate shareholders). Yang dimaksud dengan “memiliki hubungan kepemilikan saham dengan pemegang saham pengendali” adalah apabila seseorang: a. memiliki saham pada perusahaan yang menjadi pemegang saham
pengendali BUS sampai dengan pengendali terakhir (ultimate shareholders); dan/atau
b. memiliki saham BUS dimaksud lebih dari 5% (lima persen) dari modal disetor BUS.
Yang dimaksud dengan “memiliki hubungan keluarga dengan pemegang saham pengendali” adalah apabila seseorang memiliki hubungan keluarga dengan pemegang saham pengendali dimaksud sampai dengan derajat kedua baik vertikal maupun horizontal, yang meliputi: a. orang tua kandung/tiri/angkat; b. saudara kandung/tiri/angkat beserta suami atau istrinya; c. anak kandung/tiri/angkat; d. kakek/nenek kandung/tiri/angkat; e. cucu kandung/tiri/angkat; f. saudara kandung/tiri/angkat dari orang tua beserta suami atau
istrinya; g. suami/istri; h. mertua; i. besan; j. suami/istri dari anak kandung/tiri/ angkat; k. kakek atau nenek dari suami atau istri; l. suami/istri dari cucu kandung/ tiri/angkat; atau m. saudara kandung/tiri/angkat dari suami atau istri beserta suami atau
istrinya. Dalam hal pemegang saham pengendali BUS berbentuk badan hukum, maka hubungan keluarga antara seorang Presdir dengan pemegang saham pengendali BUS dilihat dari hubungan keluarga Presdir dengan pemegang saham pengendali dari badan hukum pemegang saham pengendali BUS sampai dengan pengendali terakhir (ultimate shareholders).
95 Pasal 19 11/33/PBI/2009
Usulan pengangkatan dan/atau penggantian anggota Direksi kepada Rapat Umum Pemegang Saham, dilakukan dengan memperhatikan rekomendasi Komite Remunerasi dan Nominasi.
Paragraf 2 Tugas dan Tanggung Jawab Direksi96 Pasal 20
11/33/PBI/2009 (1) Direksi bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan pengelolaan BUS
berdasarkan prinsip kehati‐hatian dan Prinsip Syariah.
Manajemen Good Corporate Governance
57
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
(2) Direksi wajib mengelola BUS sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawabnya sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar BUS dan peraturan perundang‐undangan yang berlaku.
97 Pasal 21 11/33/PBI/2009
Direksi wajib melaksanakan GCG dalam setiap kegiatan usaha BUS pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 78 ayat (1) dan ayat (2).
98 Pasal 22 11/33/PBI/2009
Direksi wajib menindaklanjuti temuan audit dan/atau rekomendasi dari hasil pengawasan Bank Indonesia, auditor intern, Dewan Pengawas Syariah dan/atau auditor ekstern.
99 Pasal 23 11/33/PBI/2009
Dalam rangka melaksanakan GCG sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 97, Direksi wajib memiliki fungsi paling kurang: a. Audit Intern; b. Manajemen Risiko dan Komite Manajemen Risiko; dan c. Kepatuhan. Untuk mendorong efektivitas implementasi fungsi‐fungsi dimaksud, Direksi dapat membentuk satuan kerja tersendiri.
100 Pasal 24 11/33/PBI/2009
Direksi wajib mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada pemegang saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham.
101 Pasal 25 11/33/PBI/2009
Direksi harus mengungkapkan kepada pegawai kebijakan BUS yang bersifat strategis di bidang kepegawaian. Yang dimaksud dengan “kebijakan yang bersifat strategis di bidang kepegawaian” adalah antara lain kebijakan mengenai sistem rekrutmen, sistem promosi, sistem remunerasi serta rencana BUS untuk melakukan pengurangan pegawai. Pengungkapan tersebut harus dilakukan melalui sarana yang diketahui atau diakses dengan mudah oleh pegawai.
102 Pasal 26 11/33/PBI/2009
Anggota Direksi dilarang memberikan kuasa umum kepada pihak lain yang mengakibatkan pengalihan tugas dan fungsi Direksi. Yang dimaksud dengan “kuasa umum” adalah pemberian kuasa yang mengakibatkan pengalihan tugas, fungsi, wewenang dan tanggung jawab Direksi secara menyeluruh tanpa batasan ruang lingkup dan waktu.
103 Pasal 27 11/33/PBI/2009
Direksi hanya dapat menggunakan jasa konsultan, penasihat, atau yang dapat dipersamakan dengan itu sepanjang memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. proyek bersifat khusus yang sangat diperlukan untuk kegiatan usaha
BUS;
Termasuk dalam kategori proyek bersifat khusus yang sangat diperlukan untuk kegiatan usaha BUS adalah antara lain proyek teknologi informasi atau pengembangan kehumasan (public relations) yang memiliki kriteria tertentu seperti adanya target waktu.
Manajemen Good Corporate Governance
58
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
b. didasari oleh kontrak yang jelas, yang sekurang‐kurangnya mencakup tujuan, ruang lingkup kerja, tanggung jawab, jangka waktu pelaksanaan pekerjaan dan biaya; dan
c. konsultan merupakan pihak independen yang profesional dan memiliki
kualifikasi yang cukup untuk melaksanakan proyek secara efektif dan efisien.
Yang dimaksud dengan “pihak independen” adalah pihak di luar BUS yang tidak memiliki: a. hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau
hubungan keluarga dengan pemegang saham pengendali, anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi; atau
b. hubungan keuangan dan/atau hubungan kepemilikan saham dengan BUS, sehingga dapat mendukung kemampuannya untuk bertindak independen.
sehingga dapat mendukung kemampuannya untuk bertindak independen.
104 Pasal 28 11/33/PBI/2009
Direksi wajib menyediakan data dan informasi yang akurat, relevan dan tepat waktu kepada Dewan Komisaris dan Dewan Pengawas Syariah. Data dan informasi dimaksud diperlukan dalam kaitan pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan Dewan Pengawas Syariah.
105 Pasal 29 11/33/PBI/2009
(1) Setiap anggota Direksi wajib memiliki kejelasan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan bidang tugasnya.
(2) Direksi wajib memiliki pedoman dan tata tertib kerja yang bersifat mengikat bagi setiap anggota Direksi.
(3) Pedoman dan tata tertib kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling kurang mencantumkan: a. waktu kerja; dan b. pengaturan rapat.
Pengaturan rapat antara lain mengatur tentang agenda rapat, persyaratan quorum, mekanisme pengambilan keputusan, hak anggota dalam hal terdapat perbedaan pendapat dalam pengambilan keputusan dan risalah rapat.
106 Pasal 30 11/33/PBI/2009
Setiap keputusan Direksi bersifat mengikat dan menjadi tanggung jawab seluruh anggota Direksi.
Paragraf 3 Rapat Direksi107 Pasal 31
11/33/PBI/2009 (1) Setiap kebijakan dan keputusan strategis wajib diputuskan melalui rapat
Direksi.
Yang dimaksud dengan “kebijakan dan keputusan strategis” adalah keputusan Direksi yang dapat memengaruhi keuangan BUS secara signifikan dan/atau memiliki dampak yang berkesinambungan terhadap anggaran, sumber daya manusia dan/atau struktur organisasi.
Manajemen Good Corporate Governance
59
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
(2) Hasil rapat Direksi wajib dituangkan dalam risalah rapat dan didokumentasikan dengan baik.
(3) Dalam hal terdapat perbedaan pendapat (dissenting opinions) atas hasil
keputusan rapat Direksi, maka perbedaan pendapat tersebut wajib dicantumkan secara jelas dalam risalah rapat beserta alasannya.
Paragraf 4 Aspek Transparansi Direksi 108 Pasal 32
11/33/PBI/2009 Anggota Direksi wajib mengungkapkan: a. kepemilikan saham yang mencapai 5% (lima persen) atau lebih, baik
pada BUS yang bersangkutan maupun pada bank dan perusahaan lain, yang berkedudukan di dalam dan di luar negeri;
b. hubungan keuangan dan hubungan keluarga dengan pemegang saham pengendali, anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi lainnya,
dalam laporan pelaksanaan GCG sebagaimana diatur dalam ketentuan ini.
109 Pasal 33 11/33/PBI/2009
(1) Anggota Direksi dilarang memanfaatkan BUS untuk kepentingan pribadi, keluarga, dan/atau pihak lain yang dapat mengurangi aset atau mengurangi keuntungan BUS.
(2) Anggota Direksi dilarang mengambil dan/atau menerima keuntungan pribadi dari BUS, selain remunerasi dan fasilitas lainnya yang ditetapkan Rapat Umum Pemegang Saham.
Tidak termasuk dalam pengertian keuntungan pribadi antara lain dalam hal anggota Direksi sebagai nasabah BUS menerima penghasilan berupa imbalan dan/atau bagi hasil secara wajar.
(3) Anggota Direksi wajib mengungkapkan remunerasi dan fasilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pada laporan pelaksanaan GCG sebagaimana diatur dalam ketentuan ini.
Bagian Ketiga Komite‐Komite Paragraf 1 Struktur dan Keanggotaan Komite
110 Pasal 34 11/33/PBI/2009 Ayat (1)
(1) Anggota Komite Pemantau Risiko sebagaimana dimaksud dalam Paragraf87 ayat (1) huruf a paling kurang terdiri dari: a. seorang Komisaris Independen; b. seorang pihak independen yang memiliki keahlian di bidang
perbankan syariah; dan c. seorang pihak independen yang memiliki keahlian di bidang
manajemen risiko.
Yang dimaksud dengan “pihak independen” adalah pihak di luar BUS yang tidak memiliki: a. hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau
hubungan keluarga dengan pemegang saham pengendali, anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi; atau
b. hubungan keuangan dan/atau hubungan kepemilikan saham dengan BUS,
sehingga dapat mendukung kemampuannya untuk bertindak independen.
Manajemen Good Corporate Governance
60
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
SE 12/13/DPbS 2010 Huruf D No. 3 SE 12/13/DPbS 2010 Huruf D No. 4 SE 12/13/DPbS 2010 Huruf D No. 5 SE 12/13/DPbS 2010 Huruf D No. 6
Yang dimaksud dengan “memiliki hubungan keuangan dengan pemegang saham pengendali, anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi” adalah apabila seseorang menerima penghasilan, bantuan keuangan, atau pinjaman dari: a. pemegang saham pengendali BUS sampai dengan pengendali terakhir
(ultimate shareholders); b. anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi BUS; dan/atau c. suatu perusahaan dimana anggota Dewan Komisaris dan/atau
anggota Direksi BUS menjadi pemegang saham pengendali. Yang dimaksud dengan “memiliki hubungan kepengurusan dengan pemegang saham pengendali, anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi” adalah apabila seseorang menduduki jabatan sebagai: a. anggota Dewan Komisaris, Direksi atau Pejabat Eksekutif pada
perusahaan yang menjadi pemegang saham pengendali BUS sampai dengan pengendali terakhir (ultimate shareholders);
b. anggota Dewan Komisaris atau Direksi pada perusahaan dimana anggota Dewan Komisaris BUS menjadi anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi; dan/atau
c. anggota Dewan Komisaris atau Direksi pada suatu perusahaan dimana anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi BUS menjadi pemegang saham pengendali.
Yang dimaksud dengan “memiliki hubungan kepemilikan saham dengan pemegang saham pengendali, anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi” adalah apabila seseorang: a. memiliki saham pada perusahaan yang menjadi pemegang saham
pengendali BUS sampai dengan pengendali terakhir (ultimate shareholders); dan/atau
b. memiliki saham pada perusahaan yang secara bersama‐sama dimiliki oleh pemegang saham pengendali BUS sampai dengan pengendali terakhir (ultimate shareholders), anggota Dewan Komisaris, dan/atau Direksi sehingga bersama‐sama menjadi pemegang saham pengendali pada perusahaan tersebut.
Yang dimaksud dengan “memiliki hubungan keluarga dengan pemegang saham pengendali, anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi” adalah apabila seseorang memiliki hubungan keluarga dengan pihak‐pihak tersebut sampai dengan derajat kedua baik vertikal maupun horizontal, yang meliputi: a. orang tua kandung/tiri/angkat; b. saudara kandung/tiri/angkat beserta suami atau istrinya; c. anak kandung/tiri/angkat; d. kakek/nenek kandung/tiri/angkat; e. cucu kandung/tiri/angkat; f. saudara kandung/tiri/angkat dari orang tua beserta suami atau
istrinya; g. suami/istri; h. mertua; i. besan;
Manajemen Good Corporate Governance
61
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
SE 12/13/DPbS 2010 Huruf D No. 7 SE 12/13/DPbS 2010 Huruf D No. 8 SE 12/13/DPbS 2010 Huruf D No. 10 – 11
j. suami/istri dari anak kandung/tiri/ angkat; k. kakek atau nenek dari suami atau istri; l. suami/istri dari cucu kandung/ tiri/angkat; atau m. saudara kandung/tiri/angkat dari suami atau istri beserta suami atau
istrinya. Dalam hal pemegang saham pengendali BUS berbentuk badan hukum, maka hubungan keluarga antara Pihak Independen dengan pemegang saham pengendali BUS dilihat dari hubungan keluarga Pihak Independen dengan pemegang saham pengendali dari badan hukum pemegang saham pengendali BUS sampai dengan pengendali terakhir (ultimate shareholders). Yang dimaksud dengan “memiliki hubungan keuangan dengan BUS” adalah apabila seseorang menerima/memberi penghasilan, bantuan keuangan, atau pinjaman dari/kepada BUS yang menyebabkan pihak yang memberi penghasilan, bantuan keuangan atau pinjaman memiliki kemampuan untuk memengaruhi pihak yang menerima penghasilan, bantuan keuangan atau pinjaman, seperti: a. pihak terafiliasi yang memberikan jasanya kepada BUS, antara lain
Dewan Pengawas Syariah, akuntan publik, penilai, konsultan hukum dan konsultan lainnya; dan/atau
b. pihak yang melakukan transaksi keuangan dengan BUS yang dapat memengaruhi baik kelangsungan usaha BUS maupun kelangsungan usaha pihak yang melakukan transaksi keuangan tersebut, antara lain debitur inti, deposan inti, dan perusahaan yang sebagian besar sumber pendanaannya diperoleh dari BUS; Yang dimaksud dengan “debitur inti dan deposan inti” adalah debitur inti dan deposan inti sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai Laporan Berkala Bank Umum Syariah.
Penghasilan yang diterima oleh Pihak Independen karena jabatan rangkapnya sebagai anggota Komite lainnya pada BUS yang sama, tidak termasuk dalam hubungan keuangan dimaksud. Yang dimaksud dengan “memiliki hubungan kepemilikan saham dengan BUS” adalah apabila seseorang: a. memiliki saham BUS dimaksud lebih dari 5% (lima persen) dari modal
disetor BUS; b. memiliki saham BUS dimaksud kurang dari 5% (lima persen) dari
modal disetor BUS namun dapat dibuktikan telah melakukan pengendalian pada BUS dimaksud; dan/atau
c. bersama‐sama BUS menjadi pemegang saham pengendali di perusahaan lain.
Anggota Komite yang berasal dari Pihak Independen dapat merangkap jabatan sebagai Pihak Independen dalam keanggotaan Komite lainnya pada Bank yang sama, Bank lain, dan/atau perusahaan lain, sepanjang yang bersangkutan: a. memenuhi kriteria independensi; b. memenuhi kriteria keahlian; c. mampu menjaga rahasia Bank;
Manajemen Good Corporate Governance
62
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Pasal 34 11/33/PBI/2009 Ayat (2) – (5)
d. memperhatikan kode etik yang berlaku; dan e. tidak mengabaikan pelaksanaan tugas dan tanggung jawab sebagai
anggota Komite.
Bank harus meneliti kebenaran seluruh dokumen atau data pendukung pemenuhan persyaratan Pihak Independen.
(2) Anggota Komite Pemantau Risiko sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memiliki integritas dan reputasi keuangan yang baik.
Yang dimaksud dengan “memiliki integritas dan reputasi keuangan yang baik” adalah antara lain: a. memiliki akhlak dan moral yang baik; b. memiliki komitmen atas pelaksanaan akuntabilitas dan responsibilitas
yang tinggi; c. memiliki komitmen untuk mematuhi peraturan perbankan syariah dan
peraturan perundang‐undangan lain yang berlaku; dan d. tidak tercantum dalam daftar kredit macet.
(3) Komite Pemantau Risiko sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diketuai oleh Komisaris Independen.
(4) Anggota Direksi dilarang menjadi anggota Komite Pemantau Risiko. (5) Mayoritas anggota Komisaris yang menjadi anggota Komite Pemantau
Risiko harus merupakan Komisaris Independen.
111 Pasal 35 11/33/PBI/2009
(1) Anggota Komite Remunerasi dan Nominasi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 87 ayat (1) huruf b paling kurang terdiri dari: a. 2 (dua) orang Komisaris Independen; dan b. seorang Pejabat Eksekutif yang membawahi sumber daya manusia.
Pejabat Eksekutif yang membawahi sumber daya manusia harus memiliki pengetahuan dan mengetahui ketentuan sistem remunerasi dan/atau nominasi serta succession plan BUS. Dalam hal Dewan Komisaris membentuk Komite tersebut secara terpisah maka Pejabat Eksekutif anggota Komite Remunerasi harus memiliki pengetahuan mengenai sistem remunerasi BUS dan Pejabat Eksekutif anggota Komite Nominasi harus memiliki pengetahuan tentang sistem nominasi dan succession plan BUS.
(2) Komite Remunerasi dan Nominasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diketuai oleh Komisaris Independen.
(3) Anggota Direksi dilarang menjadi anggota Komite Remunerasi dan Nominasi.
(4) Mayoritas anggota Komisaris yang menjadi anggota Komite Remunerasi dan Nominasi harus merupakan Komisaris Independen.
112 Pasal 36 11/33/PBI/2009 Ayat (1)
(1) Anggota Komite Audit sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 87 ayat (1) huruf c paling kurang terdiri dari: a. seorang Komisaris Independen; b. seorang pihak independen yang memiliki keahlian di bidang akuntansi
keuangan; dan
Manajemen Good Corporate Governance
63
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
SE 12/13/DPbS 2010 Huruf D No. 3 SE 12/13/DPbS 2010 Huruf D No. 4 SE 12/13/DPbS 2010 Huruf D No. 5 SE 12/13/DPbS 2010 Huruf D No. 6
c. seorang pihak independen yang memiliki keahlian di bidang perbankan syariah.
Yang dimaksud dengan “pihak independen” adalah pihak di luar BUS yang tidak memiliki: a. hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau
hubungan keluarga dengan pemegang saham pengendali, anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi; atau
b. hubungan keuangan dan/atau hubungan kepemilikan saham dengan BUS, sehingga dapat mendukung kemampuannya untuk bertindak independen.
sehingga dapat mendukung kemampuannya untuk bertindak independen.
Yang dimaksud dengan “memiliki hubungan keuangan dengan pemegang saham pengendali, anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi” adalah apabila seseorang menerima penghasilan, bantuan keuangan, atau pinjaman dari: a. pemegang saham pengendali BUS sampai dengan pengendali terakhir
(ultimate shareholders); b. anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi BUS; dan/atau c. suatu perusahaan dimana anggota Dewan Komisaris dan/atau
anggota Direksi BUS menjadi pemegang saham pengendali. Yang dimaksud dengan “memiliki hubungan kepengurusan dengan pemegang saham pengendali, anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi” adalah apabila seseorang menduduki jabatan sebagai: a. anggota Dewan Komisaris, Direksi atau Pejabat Eksekutif pada
perusahaan yang menjadi pemegang saham pengendali BUS sampai dengan pengendali terakhir (ultimate shareholders);
b. anggota Dewan Komisaris atau Direksi pada perusahaan dimana anggota Dewan Komisaris BUS menjadi anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi; dan/atau
c. anggota Dewan Komisaris atau Direksi pada suatu perusahaan dimana anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi BUS menjadi pemegang saham pengendali.
Yang dimaksud dengan “memiliki hubungan kepemilikan saham dengan pemegang saham pengendali, anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi” adalah apabila seseorang: a. memiliki saham pada perusahaan yang menjadi pemegang saham
pengendali BUS sampai dengan pengendali terakhir (ultimate shareholders); dan/atau
b. memiliki saham pada perusahaan yang secara bersama‐sama dimiliki oleh pemegang saham pengendali BUS sampai dengan pengendali terakhir (ultimate shareholders), anggota Dewan Komisaris, dan/atau Direksi sehingga bersama‐sama menjadi pemegang saham pengendali pada perusahaan tersebut.
Yang dimaksud dengan “memiliki hubungan keluarga dengan pemegang saham pengendali, anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi” adalah apabila seseorang memiliki hubungan keluarga dengan pihak‐pihak
Manajemen Good Corporate Governance
64
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
SE 12/13/DPbS 2010 Huruf D No. 7 SE 12/13/DPbS 2010 Huruf D No. 8
tersebut sampai dengan derajat kedua baik vertikal maupun horizontal, yang meliputi: a. orang tua kandung/tiri/angkat; b. saudara kandung/tiri/angkat beserta suami atau istrinya; c. anak kandung/tiri/angkat; d. kakek/nenek kandung/tiri/angkat; e. cucu kandung/tiri/angkat; f. saudara kandung/tiri/angkat dari orang tua beserta suami atau
istrinya; g. suami/istri; h. mertua; i. besan; j. suami/istri dari anak kandung/tiri/ angkat; k. kakek atau nenek dari suami atau istri; l. suami/istri dari cucu kandung/ tiri/angkat; atau m. saudara kandung/tiri/angkat dari suami atau istri beserta suami atau
istrinya. Dalam hal pemegang saham pengendali BUS berbentuk badan hukum, maka hubungan keluarga antara Pihak Independen dengan pemegang saham pengendali BUS dilihat dari hubungan keluarga Pihak Independen dengan pemegang saham pengendali dari badan hukum pemegang saham pengendali BUS sampai dengan pengendali terakhir (ultimate shareholders). Yang dimaksud dengan “memiliki hubungan keuangan dengan BUS” adalah apabila seseorang menerima/memberi penghasilan, bantuan keuangan, atau pinjaman dari/kepada BUS yang menyebabkan pihak yang memberi penghasilan, bantuan keuangan atau pinjaman memiliki kemampuan untuk memengaruhi pihak yang menerima penghasilan, bantuan keuangan atau pinjaman, seperti: a. pihak terafiliasi yang memberikan jasanya kepada BUS, antara lain
Dewan Pengawas Syariah, akuntan publik, penilai, konsultan hukum dan konsultan lainnya; dan/atau
b. pihak yang melakukan transaksi keuangan dengan BUS yang dapat memengaruhi baik kelangsungan usaha BUS maupun kelangsungan usaha pihak yang melakukan transaksi keuangan tersebut, antara lain debitur inti, deposan inti, dan perusahaan yang sebagian besar sumber pendanaannya diperoleh dari BUS; Yang dimaksud dengan “debitur inti dan deposan inti” adalah debitur inti dan deposan inti sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai Laporan Berkala Bank Umum Syariah.
Penghasilan yang diterima oleh Pihak Independen karena jabatan rangkapnya sebagai anggota Komite lainnya pada BUS yang sama, tidak termasuk dalam hubungan keuangan dimaksud. Yang dimaksud dengan “memiliki hubungan kepemilikan saham dengan BUS” adalah apabila seseorang: a. memiliki saham BUS dimaksud lebih dari 5% (lima persen) dari modal
disetor BUS;
Manajemen Good Corporate Governance
65
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
SE 12/13/DPbS 2010 Huruf D No. 10 – 11 Pasal 36 11/33/PBI/2009 Ayat (2) – (5)
b. memiliki saham BUS dimaksud kurang dari 5% (lima persen) dari modal disetor BUS namun dapat dibuktikan telah melakukan pengendalian pada BUS dimaksud; dan/atau
c. bersama‐sama BUS menjadi pemegang saham pengendali di perusahaan lain.
Anggota Komite yang berasal dari Pihak Independen dapat merangkap jabatan sebagai Pihak Independen dalam keanggotaan Komite lainnya pada Bank yang sama, Bank lain, dan/atau perusahaan lain, sepanjang yang bersangkutan: a. memenuhi kriteria independensi; b. memenuhi kriteria keahlian; c. mampu menjaga rahasia Bank; d. memperhatikan kode etik yang berlaku; dan e. tidak mengabaikan pelaksanaan tugas dan tanggung jawab sebagai
anggota Komite. Bank harus meneliti kebenaran seluruh dokumen atau data pendukung pemenuhan persyaratan Pihak Independen.
(2) Anggota Komite Audit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
memiliki integritas dan reputasi keuangan yang baik.
Yang dimaksud dengan “memiliki integritas dan reputasi keuangan yang baik” adalah antara lain: a. memiliki akhlak dan moral yang baik; b. memiliki komitmen atas pelaksanaan akuntabilitas dan responsibilitas
yang tinggi; c. memiliki komitmen untuk mematuhi peraturan perbankan syariah dan
peraturan perundang‐undangan lain yang berlaku; dan d. tidak tercantum dalam daftar kredit macet.
(3) Komite Audit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diketuai oleh Komisaris Independen.
(4) Anggota Direksi dilarang menjadi anggota Komite Audit. (5) Mayoritas anggota Komisaris yang menjadi anggota Komite Audit harus
merupakan Komisaris Independen.
113 Pasal 37 11/33/PBI/2009 Ayat (1) SE 12/13/DPbS 2010 Huruf D No. 9
(1) Mantan anggota Direksi BUS tidak dapat menjadi pihak independen sebagaimana dimaksud pada Paragraf 110 ayat (1) huruf b dan huruf c serta Paragraf 112 ayat (1) huruf b dan huruf c pada BUS yang bersangkutan sebelum menjalani masa tunggu (cooling off) paling kurang selama 6 (enam) bulan.
Ketentuan masa tunggu tersebut tidak berlaku bagi mantan anggota Direksi BUS yang melakukan fungsi pengawasan, yaitu Direktur Kepatuhan.
Yang dimaksud dengan “pihak independen” adalah pihak di luar BUS yang tidak memiliki:
Manajemen Good Corporate Governance
66
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
SE 12/13/DPbS 2010 Huruf D No. 3 SE 12/13/DPbS 2010 Huruf D No. 4 SE 12/13/DPbS 2010 Huruf D No. 5 SE 12/13/DPbS 2010 Huruf D No. 6
a. hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau hubungan keluarga dengan pemegang saham pengendali, anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi; atau
b. hubungan keuangan dan/atau hubungan kepemilikan saham dengan BUS,
sehingga dapat mendukung kemampuannya untuk bertindak independen. Yang dimaksud dengan “masa tunggu (cooling off)” adalah jangka waktu antara berakhirnya secara efektif jabatan yang bersangkutan sebagai anggota Direksi dengan pengangkatan yang bersangkutan secara efektif sebagai Pihak Independen anggota komite. Yang dimaksud dengan “memiliki hubungan keuangan dengan pemegang saham pengendali, anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi” adalah apabila seseorang menerima penghasilan, bantuan keuangan, atau pinjaman dari: a. pemegang saham pengendali BUS sampai dengan pengendali terakhir
(ultimate shareholders); b. anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi BUS; dan/atau c. suatu perusahaan dimana anggota Dewan Komisaris dan/atau
anggota Direksi BUS menjadi pemegang saham pengendali. Yang dimaksud dengan “memiliki hubungan kepengurusan dengan pemegang saham pengendali, anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi” adalah apabila seseorang menduduki jabatan sebagai: a. anggota Dewan Komisaris, Direksi atau Pejabat Eksekutif pada
perusahaan yang menjadi pemegang saham pengendali BUS sampai dengan pengendali terakhir (ultimate shareholders);
b. anggota Dewan Komisaris atau Direksi pada perusahaan dimana anggota Dewan Komisaris BUS menjadi anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi; dan/atau
c. anggota Dewan Komisaris atau Direksi pada suatu perusahaan dimana anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi BUS menjadi pemegang saham pengendali.
Yang dimaksud dengan “memiliki hubungan kepemilikan saham dengan pemegang saham pengendali, anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi” adalah apabila seseorang: a. memiliki saham pada perusahaan yang menjadi pemegang saham
pengendali BUS sampai dengan pengendali terakhir (ultimate shareholders); dan/atau
b. memiliki saham pada perusahaan yang secara bersama‐sama dimiliki oleh pemegang saham pengendali BUS sampai dengan pengendali terakhir (ultimate shareholders), anggota Dewan Komisaris, dan/atau Direksi sehingga bersama‐sama menjadi pemegang saham pengendali pada perusahaan tersebut.
Yang dimaksud dengan “memiliki hubungan keluarga dengan pemegang saham pengendali, anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi” adalah apabila seseorang memiliki hubungan keluarga dengan pihak‐pihak
Manajemen Good Corporate Governance
67
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
SE 12/13/DPbS 2010 Huruf D No. 7 SE 12/13/DPbS 2010 Huruf D No. 8
tersebut sampai dengan derajat kedua baik vertikal maupun horizontal, yang meliputi: a. orang tua kandung/tiri/angkat; b. saudara kandung/tiri/angkat beserta suami atau istrinya; c. anak kandung/tiri/angkat; d. kakek/nenek kandung/tiri/angkat; e. cucu kandung/tiri/angkat; f. saudara kandung/tiri/angkat dari orang tua beserta suami atau
istrinya; g. suami/istri; h. mertua; i. besan; j. suami/istri dari anak kandung/tiri/ angkat; k. kakek atau nenek dari suami atau istri; l. suami/istri dari cucu kandung/ tiri/angkat; atau m. saudara kandung/tiri/angkat dari suami atau istri beserta suami atau
istrinya. Dalam hal pemegang saham pengendali BUS berbentuk badan hukum, maka hubungan keluarga antara Pihak Independen dengan pemegang saham pengendali BUS dilihat dari hubungan keluarga Pihak Independen dengan pemegang saham pengendali dari badan hukum pemegang saham pengendali BUS sampai dengan pengendali terakhir (ultimate shareholders). Yang dimaksud dengan “memiliki hubungan keuangan dengan BUS” adalah apabila seseorang menerima/memberi penghasilan, bantuan keuangan, atau pinjaman dari/kepada BUS yang menyebabkan pihak yang memberi penghasilan, bantuan keuangan atau pinjaman memiliki kemampuan untuk memengaruhi pihak yang menerima penghasilan, bantuan keuangan atau pinjaman, seperti: a. pihak terafiliasi yang memberikan jasanya kepada BUS, antara lain
Dewan Pengawas Syariah, akuntan publik, penilai, konsultan hukum dan konsultan lainnya; dan/atau
b. pihak yang melakukan transaksi keuangan dengan BUS yang dapat memengaruhi baik kelangsungan usaha BUS maupun kelangsungan usaha pihak yang melakukan transaksi keuangan tersebut, antara lain debitur inti, deposan inti, dan perusahaan yang sebagian besar sumber pendanaannya diperoleh dari BUS; Yang dimaksud dengan “debitur inti dan deposan inti” adalah debitur inti dan deposan inti sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai Laporan Berkala Bank Umum Syariah.
Penghasilan yang diterima oleh Pihak Independen karena jabatan rangkapnya sebagai anggota Komite lainnya pada BUS yang sama, tidak termasuk dalam hubungan keuangan dimaksud. Yang dimaksud dengan “memiliki hubungan kepemilikan saham dengan BUS” adalah apabila seseorang: a. memiliki saham BUS dimaksud lebih dari 5% (lima persen) dari modal
disetor BUS; b. memiliki saham BUS dimaksud kurang dari 5% (lima persen) dari
Manajemen Good Corporate Governance
68
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Pasal 37 11/33/PBI/2009 Ayat (2)
modal disetor BUS namun dapat dibuktikan telah melakukan pengendalian pada BUS dimaksud; dan/atau
c. bersama‐sama BUS menjadi pemegang saham pengendali di perusahaan lain.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi
mantan Direksi BUS yang melakukan fungsi pengawasan. Yang dimaksud dengan “Direksi BUS yang melakukan fungsi pengawasan” adalah antara lain direktur kepatuhan.
Paragraf 2 Jabatan Rangkap Ketua Komite
114 Pasal 38 11/33/PBI/2009
Ketua komite sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 110 ayat (3), Paragraf 111 ayat (2) dan Paragraf 112 ayat (3) hanya dapat merangkap jabatan sebagai ketua komite paling banyak pada 1 (satu) komite lainnya pada BUS yang sama.
Paragraf 3 Tugas dan Tanggung Jawab Komite115 Pasal 39
11/33/PBI/2009 SE 12/13/DPbS 2010 Huruf D No. 12
(1) Komite Pemantau Risiko sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 87 ayat (1) huruf a mempunyai tugas dan tanggung jawab paling kurang: a. melakukan evaluasi tentang kebijakan manajemen risiko; b. melakukan evaluasi tentang kesesuaian antara kebijakan manajemen
risiko dengan pelaksanaan kebijakan tersebut; c. melakukan evaluasi pelaksanaan tugas Komite Manajemen Risiko
dan Satuan Kerja Manajemen Risiko,
Yang dimaksud dengan “Komite Manajemen Risiko dan Satuan Kerja Manajemen Risiko” adalah sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai manajemen risiko.
guna memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris. (2) Komite Pemantau Risiko harus memiliki kebijakan intern yang paling
kurang meliputi pedoman kerja dan tata tertib kerja, dalam rangka pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya.
116 Pasal 40 11/33/PBI/2009
Komite Remunerasi dan Nominasi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 87 ayat (1) huruf b mempunyai tugas dan tanggung jawab paling kurang: a. terkait dengan kebijakan remunerasi:
1) melakukan evaluasi terhadap kebijakan remunerasi; 2) melakukan evaluasi terhadap kesesuaian antara kebijakan
remunerasi dengan pelaksanaan kebijakan tersebut; dan 3) memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris mengenai
kebijakan remunerasi bagi Dewan Komisaris, Direksi, Dewan Pengawas Syariah, Pejabat Eksekutif dan pegawai secara keseluruhan.
b. terkait dengan kebijakan nominasi: 1) memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris mengenai
sistem serta prosedur pemilihan dan/atau penggantian anggota Dewan Komisaris, Direksi dan Dewan Pengawas Syariah;
Manajemen Good Corporate Governance
69
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
SE 12/13/DPbS 2010 Huruf D No. 3 SE 12/13/DPbS 2010 Huruf D No. 4 SE 12/13/DPbS 2010 Huruf D No. 5
2) memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris mengenai calon anggota Dewan Komisaris, Direksi dan/atau Dewan Pengawas Syariah;
3) memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris mengenai calon pihak independen yang akan menjadi anggota Komite sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 110 ayat (1) huruf b dan huruf c serta Paragraf 112 ayat (1) huruf b dan huruf c.
Yang dimaksud dengan “pihak independen” adalah pihak di luar BUS yang tidak memiliki: a. hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham
dan/atau hubungan keluarga dengan pemegang saham pengendali, anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi; atau
b. hubungan keuangan dan/atau hubungan kepemilikan saham dengan BUS,
sehingga dapat mendukung kemampuannya untuk bertindak independen. Yang dimaksud dengan “memiliki hubungan keuangan dengan pemegang saham pengendali, anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi” adalah apabila seseorang menerima penghasilan, bantuan keuangan, atau pinjaman dari: a. pemegang saham pengendali BUS sampai dengan pengendali
terakhir (ultimate shareholders); b. anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi BUS;
dan/atau c. suatu perusahaan dimana anggota Dewan Komisaris dan/atau
anggota Direksi BUS menjadi pemegang saham pengendali. Yang dimaksud dengan “memiliki hubungan kepengurusan dengan pemegang saham pengendali, anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi” adalah apabila seseorang menduduki jabatan sebagai: a. anggota Dewan Komisaris, Direksi atau Pejabat Eksekutif pada
perusahaan yang menjadi pemegang saham pengendali BUS sampai dengan pengendali terakhir (ultimate shareholders);
b. anggota Dewan Komisaris atau Direksi pada perusahaan dimana anggota Dewan Komisaris BUS menjadi anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi; dan/atau
c. anggota Dewan Komisaris atau Direksi pada suatu perusahaan dimana anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi BUS menjadi pemegang saham pengendali.
Yang dimaksud dengan “memiliki hubungan kepemilikan saham dengan pemegang saham pengendali, anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi” adalah apabila seseorang: a. memiliki saham pada perusahaan yang menjadi pemegang
saham pengendali BUS sampai dengan pengendali terakhir (ultimate shareholders); dan/atau
Manajemen Good Corporate Governance
70
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
SE 12/13/DPbS 2010 Huruf D No. 6 SE 12/13/DPbS 2010 Huruf D No. 7
b. memiliki saham pada perusahaan yang secara bersama‐sama dimiliki oleh pemegang saham pengendali BUS sampai dengan pengendali terakhir (ultimate shareholders), anggota Dewan Komisaris, dan/atau Direksi sehingga bersama‐sama menjadi pemegang saham pengendali pada perusahaan tersebut.
Yang dimaksud dengan “memiliki hubungan keluarga dengan pemegang saham pengendali, anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi” adalah apabila seseorang memiliki hubungan keluarga dengan pihak‐pihak tersebut sampai dengan derajat kedua baik vertikal maupun horizontal, yang meliputi: a. orang tua kandung/tiri/angkat; b. saudara kandung/tiri/angkat beserta suami atau istrinya; c. anak kandung/tiri/angkat; d. kakek/nenek kandung/tiri/angkat; e. cucu kandung/tiri/angkat; f. saudara kandung/tiri/angkat dari orang tua beserta suami atau
istrinya; g. suami/istri; h. mertua; i. besan; j. suami/istri dari anak kandung/tiri/ angkat; k. kakek atau nenek dari suami atau istri; l. suami/istri dari cucu kandung/ tiri/angkat; atau m. saudara kandung/tiri/angkat dari suami atau istri beserta
suami atau istrinya. Dalam hal pemegang saham pengendali BUS berbentuk badan hukum, maka hubungan keluarga antara Pihak Independen dengan pemegang saham pengendali BUS dilihat dari hubungan keluarga Pihak Independen dengan pemegang saham pengendali dari badan hukum pemegang saham pengendali BUS sampai dengan pengendali terakhir (ultimate shareholders). Yang dimaksud dengan “memiliki hubungan keuangan dengan BUS” adalah apabila seseorang menerima/memberi penghasilan, bantuan keuangan, atau pinjaman dari/kepada BUS yang menyebabkan pihak yang memberi penghasilan, bantuan keuangan atau pinjaman memiliki kemampuan untuk memengaruhi pihak yang menerima penghasilan, bantuan keuangan atau pinjaman, seperti: a. pihak terafiliasi yang memberikan jasanya kepada BUS, antara
lain Dewan Pengawas Syariah, akuntan publik, penilai, konsultan hukum dan konsultan lainnya; dan/atau
b. pihak yang melakukan transaksi keuangan dengan BUS yang dapat memengaruhi baik kelangsungan usaha BUS maupun kelangsungan usaha pihak yang melakukan transaksi keuangan tersebut, antara lain debitur inti, deposan inti, dan perusahaan yang sebagian besar sumber pendanaannya diperoleh dari BUS;
Manajemen Good Corporate Governance
71
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
SE 12/13/DPbS 2010 Huruf D No. 8 SE 12/13/DPbS 2010 Huruf D No. 10 – 11
Yang dimaksud dengan “debitur inti dan deposan inti” adalah debitur inti dan deposan inti sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai Laporan Berkala Bank Umum Syariah. Penghasilan yang diterima oleh Pihak Independen karena jabatan rangkapnya sebagai anggota Komite lainnya pada BUS yang sama, tidak termasuk dalam hubungan keuangan dimaksud. Yang dimaksud dengan “memiliki hubungan kepemilikan saham dengan BUS” adalah apabila seseorang: a. memiliki saham BUS dimaksud lebih dari 5% (lima persen) dari
modal disetor BUS; b. memiliki saham BUS dimaksud kurang dari 5% (lima persen) dari
modal disetor BUS namun dapat dibuktikan telah melakukan pengendalian pada BUS dimaksud; dan/atau
c. bersama‐sama BUS menjadi pemegang saham pengendali di perusahaan lain.
Anggota Komite yang berasal dari Pihak Independen dapat merangkap jabatan sebagai Pihak Independen dalam keanggotaan Komite lainnya pada Bank yang sama, Bank lain, dan/atau perusahaan lain, sepanjang yang bersangkutan: a. memenuhi kriteria independensi; b. memenuhi kriteria keahlian; c. mampu menjaga rahasia Bank; d. memperhatikan kode etik yang berlaku; dan e. tidak mengabaikan pelaksanaan tugas dan tanggung jawab
sebagai anggota Komite. Bank harus meneliti kebenaran seluruh dokumen atau data pendukung pemenuhan persyaratan Pihak Independen.
117 Pasal 41 11/33/PBI/2009 SE 12/13/DPbS 2010 Huruf D No. 12
(1) Komite Remunerasi dan Nominasi dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab terkait dengan kebijakan remunerasi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 116 butir a, paling kurang wajib memperhatikan: a. kinerja keuangan; b. pemenuhan pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva; c. kewajaran dengan peer group; dan
Yang dimaksud dengan ”peer group” adalah kesetaraan jabatan pada intern BUS dan pada beberapa bank sejenis berdasarkan antara lain jumlah aset dan karakteristik.
d. pertimbangan sasaran dan strategi jangka panjang BUS.
(2) Komite Remunerasi dan Nominasi harus memiliki kebijakan intern yang
paling kurang meliputi pedoman kerja dan tata tertib kerja, dalam rangka pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya.
Manajemen Good Corporate Governance
72
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
118 Pasal 42 11/33/PBI/2009 SE 12/13/DPbS 2010 Huruf D No. 12
(1) Komite Audit sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 87 ayat (1) huruf c memiliki tugas dan tanggung jawab paling kurang: a. melakukan evaluasi atas pelaksanaan audit intern dalam rangka
menilai kecukupan pengendalian intern termasuk kecukupan proses pelaporan keuangan; dan
b. melakukan koordinasi dengan Kantor Akuntan Publik dalam rangka efektivitas pelaksanaan audit ekstern.
Yang dimaksud dengan “melakukan koordinasi” adalah antara lain melakukan pembahasan atas hal‐hal yang perlu diperhatikan oleh Kantor Akuntan Publik dalam pelaksanaan tugas.
(2) Dalam rangka melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, Komite Audit paling kurang melakukan evaluasi terhadap: a. pelaksanaan tugas yang dilaksanakan oleh fungsi audit intern; b. pelaksanaan tindak lanjut oleh Direksi atas hasil temuan audit
dan/atau rekomendasi dari hasil pengawasan Bank Indonesia, auditor intern, Dewan Pengawas Syariah, dan/atau auditor ekstern,
guna memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris. (3) Komite Audit memberikan rekomendasi mengenai penunjukan Akuntan
Publik dan Kantor Akuntan Publik kepada Dewan Komisaris. (4) Komite Audit harus memiliki kebijakan intern yang paling kurang meliputi
pedoman kerja dan tata tertib kerja, dalam rangka pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya.
Paragraf 4 Rapat Komite119 Pasal 43
11/33/PBI/2009 Hasil rapat komite wajib dituangkan dalam risalah rapat dan didokumentasikan dengan baik.
Bagian Keempat Dewan Pengawas Syariah Paragraf 1 Persyaratan Dewan Pengawas Syariah
120 Pasal 44 11/33/PBI/2009
Jumlah, kriteria, rangkap jabatan dan persyaratan lain bagi Dewan Pengawas Syariah tunduk kepada ketentuan Bank Indonesia terkait.
Yang dimaksud dengan “ketentuan Bank Indonesia terkait” adalah antara lain ketentuan Bank Indonesia tentang Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.
121 Pasal 45 11/33/PBI/2009 Ayat (1)
SE 12/13/DPbS 2010 Huruf E No. 1
(1) Usulan pengangkatan dan/atau penggantian anggota Dewan Pengawas Syariah kepada Rapat Umum Pemegang Saham dilakukan dengan memperhatikan rekomendasi Komite Remunerasi dan Nominasi.
Mekanisme pengangkatan calon anggota Dewan Pengawas Syariah adalah sebagai berikut: a. Komite Remunerasi dan Nominasi memberikan rekomendasi calon
anggota Dewan Pengawas Syariah kepada Dewan Komisaris; b. Berdasarkan rekomendasi Komite Remunerasi dan Nominasi tersebut,
Dewan Komisaris mengusulkan calon anggota Dewan Pengawas Syariah kepada Direksi;
Manajemen Good Corporate Governance
73
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Pasal 45 11/33/PBI/2009 Ayat (2) SE 12/13/DPbS 2010 Huruf E No. 2
c. Berdasarkan pertimbangan tertentu dengan memperhatikan rekomendasi Dewan Komisaris, rapat Direksi menetapkan calon anggota Dewan Pengawas Syariah untuk dimintakan rekomendasi kepada Majelis Ulama Indonesia;
d. Majelis Ulama Indonesia memberikan atau tidak memberikan rekomendasi calon anggota Dewan Pengawas Syariah yang disampaikan oleh Direksi;
e. Bank mengajukan permohonan persetujuan kepada Bank Indonesia atas calon anggota Dewan Pengawas Syariah yang telah mendapatkan rekomendasi Majelis Ulama Indonesia;
f. Bank Indonesia memberikan persetujuan atau penolakan atas calon anggota Dewan Pengawas Syariah dimaksud; dan
g. Rapat Umum Pemegang Saham mengangkat anggota Dewan Pengawas Syariah yang telah mendapat rekomendasi Majelis Ulama Indonesia dan persetujuan Bank Indonesia. Dalam hal pengangkatan anggota Dewan Pengawas Syariah oleh Rapat Umum Pemegang Saham tersebut dilakukan sebelum adanya persetujuan BI, maka pengangkatan tersebut baru akan efektif jika anggota Dewan Pengawas Syariah tersebut telah disetujui oleh Bank Indonesia.
(2) Masa jabatan anggota Dewan Pengawas Syariah paling lama sama dengan masa jabatan anggota Direksi atau Dewan Komisaris. Yang dimaksud dengan “masa jabatan” adalah masa jabatan dalam 1 (satu) periode pengangkatan.
Paragraf 2 Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Pengawas Syariah 122 Pasal 46
11/33/PBI/2009 Dewan Pengawas Syariah wajib melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan prinsip‐prinsip GCG.
123 Pasal 47 11/33/PBI/2009 Ayat (1) – (2) SE 12/13/DPbS 2010 Huruf E No. 4
(1) Tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah adalah memberikan nasihat dan saran kepada Direksi serta mengawasi kegiatan Bank agar sesuai dengan Prinsip Syariah.
(2) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi antara lain: a. Menilai dan memastikan pemenuhan Prinsip Syariah atas pedoman
operasional dan produk yang dikeluarkan Bank; b. Mengawasi proses pengembangan produk baru Bank agar sesuai
dengan fatwa Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia; c. Meminta fatwa kepada Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama
Indonesia untuk produk baru Bank yang belum ada fatwanya; d. Melakukan review secara berkala atas pemenuhan Prinsip Syariah
terhadap mekanisme penghimpunan dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa Bank; dan
e. Meminta data dan informasi terkait dengan aspek syariah dari satuan kerja Bank dalam rangka pelaksanaan tugasnya.
Tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah sebagaimana dimaksud dilakukan dengan cara antara lain: a. Melakukan pengawasan terhadap proses pengembangan produk baru
Bank; dan
Manajemen Good Corporate Governance
74
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
SE 12/13/DPbS 2010 Huruf E No. 5 SE 12/13/DPbS 2010 Huruf E No. 6
b. Melakukan pengawasan terhadap kegiatan Bank. Dewan Pengawas Syariah melakukan pengawasan terhadap proses pengembangan produk baru Bank sebagaimana dimaksud pada ketentuan ini dengan melakukan hal‐hal sebagai berikut: a. Meminta penjelasan dari pejabat Bank yang berwenang mengenai
tujuan, karakteristik, dan akad yang digunakan dalam produk baru yang akan dikeluarkan;
b. Memeriksa apakah terhadap akad yang digunakan dalam produk baru telah terdapat fatwa Dewan Syariah Nasional‐Majelis Ulama Indonesia.1) Dalam hal telah terdapat fatwa, maka Dewan Pengawas Syariah
melakukan analisa atas kesesuaian akad produk baru dengan fatwa Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia.
2) Dalam hal belum terdapat fatwa, maka Dewan Pengawas Syariah mengusulkan kepada Direksi Bank untuk melengkapi akad produk baru dengan fatwa dari Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia.
c. Mereview sistem dan prosedur produk baru yang akan dikeluarkan terkait dengan pemenuhan Prinsip Syariah; dan
d. Memberikan pendapat syariah atas produk baru yang akan dikeluarkan.
Dewan Pengawas Syariah melakukan pengawasan terhadap kegiatan Bank sebagaimana dimaksud pada ketentuan ini dengan melakukan hal‐hal sebagai berikut: a. Menganalisis laporan yang disampaikan oleh dan/atau yang diminta
dari Direksi, pelaksana fungsi audit intern dan/atau fungsi kepatuhan untuk mengetahui kualitas pelaksanaan pemenuhan Prinsip Syariah atas kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa Bank;
b. Menetapkan jumlah uji petik (sampel) transaksi yang akan diperiksa dengan memperhatikan kualitas pelaksanaan pemenuhan Prinsip Syariah dari masing‐masing kegiatan;
c. Memeriksa dokumen transaksi yang diuji petik (sampel) untuk mengetahui pemenuhan Prinsip Syariah sebagaimana dipersyaratkan dalam SOP, antara lain: 1) ada tidaknya bukti pembelian barang, untuk akad murabahah
sebagai bukti terpenuhinya syarat jual‐beli murabahah; 2) ada tidaknya laporan usaha nasabah, untuk akad
mudharabah/musyarakah, sebagai dasar melakukan perhitungan distribusi bagi hasil;
d. Melakukan inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan dan/atau konfirmasi kepada pegawai Bank dan/atau nasabah untuk memperkuat hasil pemeriksaan dokumen sebagaimana dimaksud pada huruf c., apabila diperlukan;
e. Melakukan review terhadap SOP terkait aspek syariah apabila terdapat indikasi ketidaksesuaian pelaksanaan pemenuhan Prinsip Syariah atas kegiatan dimaksud;
f. Memberikan pendapat syariah atas kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa Bank; dan
Manajemen Good Corporate Governance
75
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Pasal 47 11/33/PBI/2009 Ayat (3) SE 12/13/DPbS 2010 Huruf E No. 7 Pasal 47 11/33/PBI/2009 Ayat (4) – (5) SE 12/13/DPbS 2010 Huruf E No. 8 SE 12/13/DPbS 2010 Huruf I No. 1
g. Melaporkan hasil pengawasan Dewan Pengawas Syariah kepada Direksi dan Dewan Komisaris.
(3) Dewan Pengawas Syariah wajib menyampaikan Laporan Hasil
Pengawasan Dewan Pengawas Syariah secara semesteran. Yang dimaksud dengan “semesteran” adalah periode 6 (enam) bulanan yang berakhir pada bulan Juni dan Desember.
Penyampaian Laporan tersebut menggunakan format surat sebagaimana Lampiran 6.
(4) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib disampaikan kepada
Bank Indonesia paling lambat 2 (dua) bulan setelah periode semester dimaksud berakhir.
(5) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dan tata cara penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dalam ketentuan ini. Laporan Hasil Pengawasan Dewan Pengawas Syariah memuat hasil pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah selama 1 (satu) semester, yang meliputi antara lain: a. Kertas kerja pengawasan terhadap proses pengembangan produk
baru Bank; dan b. Kertas kerja pengawasan terhadap kegiatan Bank. Laporan tersebut disampaikan dengan menggunakan format laporan sebagaimana Lampiran 7.
Penyampaian Laporan Hasil Pengawasan Dewan Pengawas Syariah oleh BUS kepada Bank Indonesia dialamatkan kepada : a. Direktorat Perbankan Syariah, Jl. MH Thamrin No. 2, Jakarta 10350,
bagi BUS yang berkantor pusat di wilayah kerja Kantor Pusat Bank Indonesia;
b. Kantor Bank Indonesia setempat, bagi BUS yang berkantor pusat di luar wilayah kerja Kantor Pusat Bank Indonesia dengan tembusan kepada Direktorat Perbankan Syariah.
124 Pasal 48 11/33/PBI/2009 SE 12/13/DPbS 2010 Huruf E No. 9
Anggota Dewan Pengawas Syariah wajib menyediakan waktu yang cukup untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara optimal. Indikator penyediaan waktu yang cukup adalah antara lain kehadiran anggota Dewan Pengawas Syariah sesuai waktu kerja yang telah ditetapkan dalam tata tertib dan tingkat kehadiran yang bersangkutan dalam rapat. Dalam rangka meningkatkan efektivitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah, Bank menyediakan fasilitas yang layak bagi Dewan Pengawas Syariah antara lain ruang kerja, telepon, dan lemari arsip.
Manajemen Good Corporate Governance
76
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
SE 12/13/DPbS 2010 Huruf E No. 10
Bank menugaskan paling kurang 1 (satu) orang pegawai untuk mendukung pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah.
Paragraf 3 Rapat Dewan Pengawas Syariah125 Pasal 49
11/33/PBI/2009 Ayat (1) – (2) SE 12/13/DPbS 2010 Huruf E No. 11 – 12 Pasal 49 11/33/PBI/2009 Ayat (3) – (4)
(1) Rapat Dewan Pengawas Syariah wajib diselenggarakan paling kurang 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan.
(2) Pengambilan keputusan rapat Dewan Pengawas Syariah dilakukan berdasarkan musyawarah mufakat.
Apabila dalam proses pengambilan keputusan terdapat perbedaan pendapat, maka perbedaan pendapat tersebut dapat dicantumkan dalam risalah rapat beserta alasannya.
Dalam rangka pengambilan keputusan sebagaimana dimaksud, Dewan Pengawas Syariah dapat meminta pertimbangan dari Majelis Ulama Indonesia, apabila diperlukan.
(3) Seluruh keputusan Dewan Pengawas Syariah yang dituangkan dalam
risalah rapat merupakan keputusan bersama seluruh anggota Dewan Pengawas Syariah.
(4) Hasil rapat Dewan Pengawas Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dituangkan dalam risalah rapat dan didokumentasikan dengan baik.
Paragraf 4 Aspek Transparansi Dewan Pengawas Syariah 126 Pasal 50
11/33/PBI/2009 Anggota Dewan Pengawas Syariah wajib mengungkapkan rangkap jabatan sebagai anggota Dewan Pengawas Syariah pada lembaga keuangan syariah lain dalam laporan pelaksanaan GCG sebagaimana diatur dalam ketentuan ini.
127 Pasal 51 11/33/PBI/2009
(1) Anggota Dewan Pengawas Syariah dilarang memanfaatkan BUS untuk kepentingan pribadi, keluarga dan/atau pihak lain yang dapat mengurangi aset atau mengurangi keuntungan BUS.
(2) Anggota Dewan Pengawas Syariah dilarang mengambil dan/atau menerima keuntungan pribadi dari BUS selain remunerasi dan fasilitas lainnya yang ditetapkan Rapat Umum Pemegang Saham. Tidak termasuk dalam pengertian keuntungan pribadi antara lain dalam hal anggota Dewan Pengawas Syariah sebagai nasabah BUS menerima penghasilan berupa imbalan dan/atau bagi hasil secara wajar.
(3) Anggota Dewan Pengawas Syariah wajib mengungkapkan remunerasi dan fasilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pada laporan pelaksanaan GCG sebagaimana diatur dalam ketentuan ini.
(4) Anggota Dewan Pengawas Syariah dilarang merangkap jabatan sebagai konsultan di seluruh BUS dan/atau UUS. Yang dimaksud dengan “konsultan” adalah meliputi konsultan, penasehat atau yang dapat dipersamakan dengan itu, baik individu maupun perusahaan, termasuk pemilik dari perusahaan yang memberikan jasa konsultasi bagi BUS dan/atau UUS.
Manajemen Good Corporate Governance
77
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
SE 12/13/DPbS 2010 Huruf E No. 13
Dalam hal konsultan berbentuk perusahaan maka pegawai/perorangan yang bekerja pada perusahaan tersebut, namun tidak bertugas sebagai konsultan bagi BUS dan/atau UUS, tidak dikategorikan sebagai konsultan. Yang dimaksud dengan “jasa konsultasi” adalah terbatas pada jasa konsultasi terkait kegiatan usaha perbankan syariah.
Bagian Kelima Fungsi Kepatuhan, Audit Intern dan Audit Ekstern Paragraf 1 Fungsi Kepatuhan
128 Pasal 52 11/33/PBI/2009
(1) BUS wajib memiliki 1 (satu) orang direktur yang bertugas untuk memastikan kepatuhan terhadap ketentuan Bank Indonesia dan peraturan perundang‐undangan lainnya sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai direktur kepatuhan. Penerapan fungsi kepatuhan mencakup kepatuhan terhadap pemenuhan Prinsip Syariah.
(2) Dalam rangka membantu pelaksanaan tugas direktur sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), BUS wajib melaksanakan fungsi kepatuhan yang independen terhadap satuan kerja operasional.
Pelaksanaan fungsi kepatuhan dapat dilakukan dengan membentuk satuan kerja tersendiri sesuai dengan ukuran bank.
(3) Pelaksanaan fungsi kepatuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus didukung oleh personil yang paling kurang memiliki pengetahuan dan/atau pemahaman tentang operasional perbankan syariah.
Paragraf 2 Fungsi Audit Intern129 Pasal 53
11/33/PBI/2009 (1) BUS wajib menerapkan fungsi audit intern yang efektif sebagaimana
diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai penerapan standar pelaksanaan fungsi audit intern bank umum.
Fungsi audit intern adalah membantu pelaksanaan tugas direktur utama yang mencakup antara lain: a. melakukan pengawasan atas pelaksanaan tugas di seluruh unit kerja
BUS termasuk pelaksanaan terhadap pemenuhan atas Prinsip Syariah;
b. melakukan pemeriksaan dan evaluasi atas kecukupan dan keefektifan sistem pengendalian intern yang bertujuan untuk: 1) mengamankan harta kekayaan; 2) meyakini akurasi dan kehandalan data akuntansi; 3) mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya secara ekonomis
dan efisien; dan 4) mendorong ditaatinya kebijakan manajemen yang telah
ditetapkan.
(2) BUS wajib melaksanakan fungsi audit intern yang independen terhadap satuan kerja operasional.
Pelaksanaan fungsi audit intern dapat dilakukan dengan membentuk satuan kerja tersendiri sesuai dengan ukuran bank.
Manajemen Good Corporate Governance
78
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
(3) Pelaksanaan fungsi audit intern sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus didukung oleh personil dalam jumlah yang memadai dan kompeten di bidangnya, dengan paling kurang terdapat 1 (satu) orang personil yang memiliki pengetahuan dan/atau pemahaman tentang operasional perbankan syariah.
(4) Laporan hasil audit intern terkait pelaksanaan pemenuhan Prinsip Syariah disampaikan kepada Dewan Pengawas Syariah.
Paragraf 3 Fungsi Audit Ekstern130 Pasal 54
11/33/PBI/2009 (1) BUS wajib menunjuk Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik yang
terdaftar di Bank Indonesia dalam pelaksanaan audit laporan keuangan BUS.
(2) Penunjukan Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib terlebih dahulu memperoleh persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham berdasarkan calon yang diajukan oleh Dewan Komisaris. Sebelum diajukan ke Rapat Umum Pemegang Saham, rencana penunjukan Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik terlebih dahulu dikonsultasikan dengan satuan kerja yang membawahi pengawasan perbankan syariah di Bank Indonesia.
(3) Pelaksanaan audit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan penunjukan Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib memenuhi ketentuan Bank Indonesia yang berlaku mengenai hubungan antara BUS dengan Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik.
Bagian Keenam Batas Maksimum Penyaluran Dana131 Pasal 55
11/33/PBI/2009 Pelaksanaan penyaluran dana wajib mengikuti ketentuan Bank Indonesia mengenai batas maksimum penyaluran dana. Dalam hal ketentuan Bank Indonesia mengenai batas maksimum penyaluran dana belum disusun, maka ketentuan Bank Indonesia mengenai batas maksimum pemberian kredit tetap berlaku bagi BUS.
Bagian Ketujuh Aspek Transparansi Kondisi BUS132 Pasal 56
11/33/PBI/2009 (1) BUS wajib melaksanakan transparansi kondisi keuangan dan non‐
keuangan kepada Stakeholders. Yang dimaksud dengan “kondisi non‐keuangan” adalah meliputi antara lain kepemilikan, Dewan Komisaris, Direksi, dan kelompok usaha BUS, strategi dan kebijakan manajemen, laporan manajemen dan Laporan Hasil Pengawasan Dewan Pengawas Syariah.
(2) Dalam rangka pelaksanaan transparansi kondisi keuangan dan non‐keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BUS wajib menyusun dan menyajikan laporan sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank.
Manajemen Good Corporate Governance
79
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
133 Pasal 57 11/33/PBI/2009
BUS wajib melaksanakan transparansi informasi mengenai produk dan penggunaan data nasabah BUS sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia tentang Transparansi Informasi Produk Bank dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah.
134 Pasal 58 11/33/PBI/2009
(1) BUS wajib melaporkan kepada Bank Indonesia apabila terjadi perubahan terhadap: a. pedoman manajemen risiko termasuk pedoman risk control system,
sistem pengendalian intern, sistem teknologi informasi yang digunakan dan pedoman GCG;
b. sistem dan prosedur kerja yang digunakan dalam kegiatan operasional BUS.
(2) BUS wajib menyampaikan laporan perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Bank Indonesia paling lambat 1 (satu) bulan sejak terjadinya perubahan atau sesuai jangka waktu tertentu apabila diatur secara khusus dalam ketentuan Bank Indonesia lain yang mengatur mengenai penyampaian laporan tersebut.
Yang dimaksud dengan “ketentuan Bank Indonesia lain” antara lain ketentuan Bank Indonesia mengenai manajemen risiko bagi bank umum dan/atau ketentuan Bank Indonesia mengenai teknologi informasi bagi bank umum.
(3) BUS wajib melaporkan struktur kelompok usaha yang terkait dengan BUS termasuk badan hukum pemilik BUS sampai dengan ultimate shareholders kepada Bank Indonesia 1 (satu) tahun sekali untuk posisi akhir tahun dan setiap terdapat perubahan struktur kelompok usaha yang menyebabkan perubahan pengendali BUS.
Laporan struktur kelompok usaha memuat seluruh perorangan atau badan hukum yang memiliki 10% (sepuluh persen) atau lebih saham BUS dan pihak‐pihak yang melakukan pengendalian dan/atau memiliki 10% (sepuluh persen) atau lebih saham badan hukum dimaksud, serta menyebutkan pihak yang menjadi ultimate shareholders.
(4) Laporan struktur kelompok usaha untuk posisi akhir tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan bagian dari Laporan Tahunan BUS.
Penyampaian Laporan Tahunan BUS mengacu kepada ketentuan Bank Indonesia mengenai transparansi kondisi keuangan dan non keuangan bank umum.
(5) BUS wajib menyampaikan laporan perubahan struktur kelompok usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kepada Bank Indonesia paling lambat 1 (satu) bulan setelah terjadinya perubahan.
Bagian Kedelapan
Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa
135 Pasal 59 11/33/PBI/2009
BUS wajib melaksanakan pemenuhan Prinsip Syariah dalam kegiatan operasional BUS sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa Bank Syariah.
Manajemen Good Corporate Governance
80
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Bagian Kesembilan Pelaporan Internal dan Benturan Kepentingan Paragraf 1 Pelaporan Internal
136 Pasal 60 11/33/PBI/2009
Dalam rangka meningkatkan kualitas proses pengambilan keputusan oleh Direksi serta kualitas proses pengawasan oleh Dewan Komisaris dan Dewan Pengawas Syariah, BUS wajib memastikan ketersediaan dan kecukupan pelaporan internal yang didukung oleh sistem informasi manajemen yang memadai.
Paragraf 2 Penanganan Benturan Kepentingan137 Pasal 61
11/33/PBI/2009 (1) Dalam hal terjadi benturan kepentingan, anggota Dewan Komisaris,
anggota Direksi dan Pejabat Eksekutif dilarang mengambil tindakan yang dapat mengurangi aset atau mengurangi keuntungan BUS.
(2) Benturan kepentingan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib diungkapkan dalam setiap keputusan.
(3) Untuk menghindari pengambilan keputusan yang berpotensi mengurangi aset atau mengurangi keuntungan BUS, BUS harus memiliki dan menerapkan kebijakan intern mengenai: a. pengaturan mengenai penanganan benturan kepentingan yang
mengikat setiap pengurus dan pegawai BUS, antara lain tata cara pengambilan keputusan; dan
b. administrasi pencatatan, dokumentasi dan pengungkapan benturan kepentingan dimaksud dalam risalah rapat.
Yang dimaksud dengan “benturan kepentingan” adalah antara lain perbedaan kepentingan ekonomis BUS dengan kepentingan ekonomis pribadi pemilik, anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi dan Pejabat Eksekutif BUS. Termasuk dalam kategori benturan kepentingan yang mengurangi aset atau mengurangi keuntungan BUS, antara lain pemberian perlakuan istimewa atau pemberian imbalan dan/atau bagi hasil yang tidak sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku kepada pihak‐pihak tertentu. Pengungkapan benturan kepentingan dalam risalah rapat paling kurang mencakup nama pihak yang memiliki benturan kepentingan, masalah pokok benturan kepentingan dan dasar pertimbangan pengambilan keputusan.
Bagian Kesepuluh Laporan dan Penilaian Pelaksanaan GCG Paragraf 1 Laporan Pelaksanaan GCG
138 Pasal 62 11/33/PBI/2009 Ayat (1) SE 12/13/DPbS 2010 Huruf A No. 4
Pasal 62 11/33/PBI/2009 Ayat (2)
(1) BUS wajib menyusun laporan pelaksanaan GCG pada setiap akhir tahun buku.
Sebagai salah satu bentuk implementasi prinsip transparansi (transparency), Bank diwajibkan untuk menyampaikan Laporan Pelaksanaan GCG kepada stakeholders. Laporan dimaksud diperlukan untuk meningkatkan pemahaman stakeholders dan mendorong stakeholders melakukan check and balance.
(2) Laporan pelaksanaan GCG sebagaimana dimaksud pada ayat (1), paling
kurang meliputi: a. kesimpulan umum dari hasil self assesment atas pelaksanaan GCG
BUS;
Manajemen Good Corporate Governance
81
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Self assessment meliputi cakupan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 78 ayat (2).
b. kepemilikan saham anggota Dewan Komisaris, hubungan keuangan dan hubungan keluarga anggota Dewan Komisaris dengan pemegang saham pengendali, anggota Dewan Komisaris lain dan/atau anggota Direksi BUS serta jabatan rangkap pada perusahaan atau lembaga lain sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 92;
c. kepemilikan saham anggota Direksi serta hubungan keuangan dan hubungan keluarga anggota Direksi dengan pemegang saham pengendali, anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi lain sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 108;
d. rangkap jabatan sebagai anggota Dewan Pengawas Syariah pada lembaga keuangan syariah lainnya sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 126;
e. daftar konsultan, penasihat atau yang dipersamakan dengan itu yang digunakan oleh BUS sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 103;
f. kebijakan remunerasi dan fasilitas lain (remuneration package) bagi Dewan Komisaris, Direksi, dan Dewan Pengawas Syariah sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 93 ayat (3), Paragraf 109 ayat (3) dan Paragraf 127 ayat (3);
Pengungkapan kebijakan remunerasi dan fasilitas lain (remuneration packages) ini menjadi tolok ukur Stakeholders dalam menilai kesesuaian remunerasi dengan hasil kinerja BUS yang dikelola Dewan Komisaris, Direksi, dan Dewan Pengawas Syariah. Yang dimaksud dengan fasilitas lain adalah fasilitas yang diterima tidak dalam bentuk keuangan, antara lain fasilitas perumahan, fasilitas transportasi dan fasilitas asuransi kesehatan.
g. rasio gaji tertinggi dan gaji terendah; h. frekuensi rapat Dewan Komisaris sebagaimana dimaksud dalam
Paragraf 90 ayat (1); i. frekuensi rapat Dewan Pengawas Syariah sebagaimana dimaksud
dalam Paragraf 125 ayat (1); j. jumlah penyimpangan (internal fraud) yang terjadi dan upaya
penyelesaian oleh BUS; Yang dimaksud dengan ”penyimpangan (internal fraud)” adalah penyimpangan yang berkaitan dengan operasional BUS dan memengaruhi kondisi keuangan BUS secara signifikan.
k. jumlah permasalahan hukum baik perdata maupun pidana dan
upaya penyelesaian oleh BUS; l. transaksi yang mengandung benturan kepentingan; m. buy back shares dan/atau buy back obligasi BUS; n. penyaluran dana untuk kegiatan sosial baik jumlah maupun pihak
penerima dana; dan o. pendapatan non halal dan penggunaannya.
Manajemen Good Corporate Governance
82
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
(3) Pengungkapan kebijakan remunerasi dan fasilitas lain (remuneration package) bagi Dewan Komisaris, Direksi, dan Dewan Pengawas Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf f paling kurang mencakup jumlah anggota Dewan Komisaris, jumlah anggota Direksi, jumlah anggota Dewan Pengawas Syariah serta jumlah keseluruhan gaji, tunjangan (benefits), kompensasi dalam bentuk saham, bentuk remunerasi lainnya dan fasilitas yang ditetapkan Rapat Umum Pemegang Saham.
139 Pasal 63 11/33/PBI/2009
(1) BUS wajib menyampaikan laporan pelaksanaan GCG sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 138 kepada pemegang saham dan kepada: a. Bank Indonesia; b. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI); c. Lembaga pemeringkat di Indonesia; d. Perhimpunan Bank – Bank Umum Nasional (Perbanas); e. 1 (satu)
lembaga penelitian di bidang ekonomi dan keuangan; dan f. 1 (satu) majalah ekonomi dan keuangan, paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun buku berakhir.
Penyampaian laporan pelaksanaan GCG kepada pemegang saham diutamakan untuk pemegang saham pengendali sedangkan penyampaian laporan untuk pemegang saham lain didasarkan atas pertimbangan tingkat efisiensi dan tingkat kepentingan dari setiap BUS.
(2) Bagi BUS yang telah memiliki homepage wajib menginformasikan laporan pelaksanaan GCG sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada homepage BUS paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun buku berakhir.
(3) BUS dianggap terlambat menyampaikan laporan pelaksanaan GCG apabila BUS menyampaikan laporan dimaksud kepada Bank Indonesia melampaui batas akhir waktu penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tetapi belum melampaui 1 (satu) bulan sejak batas akhir waktu penyampaian laporan.
(4) BUS dianggap tidak menyampaikan laporan GCG apabila BUS belum menyampaikan laporan dimaksud hingga akhir batas waktu keterlambatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
140 Pasal 64 11/33/PBI/2009 SE 12/13/DPbS 2010 Huruf G No. 2
Penyusunan laporan pelaksanaan GCG sebagaimana dimaksud dalam paragraf 138 adalah sebagai berikut : 1. Laporan Pelaksanaan GCG bagi BUS paling kurang terdiri dari:
a. Kesimpulan Umum dari hasil self assessment atas pelaksanaan GCG BUS;
b. kepemilikan saham anggota Dewan Komisaris yang mencapai 5% (lima persen) atau lebih dari modal disetor, yang meliputi jenis dan jumlah lembar saham pada BUS yang bersangkutan;
c. kepemilikan saham anggota Direksi yang mencapai 5% (lima persen) atau lebih dari modal disetor, yang meliputi jenis dan jumlah lembar saham pada BUS yang bersangkutan, bank lain, dan perusahaan lain yang berkedudukan baik di dalam maupun di luar negeri;
d. hubungan keuangan anggota Dewan Komisaris dengan pemegang saham pengendali, anggota Dewan Komisaris lain dan/atau anggota Direksi BUS;
Manajemen Good Corporate Governance
83
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
e. hubungan keuangan anggota Direksi dengan pemegang saham pengendali, anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi lain;
f. hubungan keluarga anggota Dewan Komisaris dengan pemegang saham pengendali, anggota Dewan Komisaris lain dan/atau anggota Direksi BUS;
g. hubungan keluarga anggota Direksi dengan pemegang saham pengendali, anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi lain;
h. rangkap jabatan anggota Dewan Komisaris pada perusahaan atau lembaga lain;
i. rangkap jabatan sebagai anggota Dewan Pengawas Syariah pada lembaga keuangan syariah lainnya;
j. struktur komite, keanggotaan komite, dan keahlian anggota komite; k. daftar konsultan, penasihat atau yang dipersamakan dengan itu yang
digunakan oleh BUS; Pengungkapan mengenai konsultan paling kurang mencakup nama perusahaan konsultan, tujuan, dan ruang lingkup kerja. Dalam hal konsultan adalah individu, cukup disebutkan nama yang bersangkutan.
l. kebijakan remunerasi dan fasilitas lainnya (remuneration package) yang ditetapkan Rapat Umum Pemegang Saham bagi Dewan Komisaris, Direksi, dan Dewan Pengawas Syariah. Yang dimaksud dengan kebijakan remunerasi dan fasilitas lainnya yang ditetapkan Rapat Umum Pemegang Saham antara lain meliputi: 1) remunerasi yaitu penghasilan dalam bentuk keuangan (non
natura) antara lain gaji, tunjangan (benefit), kompensasi dalam bentuk saham, bonus dan bentuk remunerasi lainnya; dan
2) fasilitas lain yaitu fasilitas yang diterima tidak dalam bentuk keuangan (natura), antara lain fasilitas perumahan, fasilitas transportasi, fasilitas asuransi kesehatan, fasilitas telekomunikasi, dan fasilitas lainnya, yang dapat dimiliki maupun tidak dapat dimiliki.
Pengungkapan mengenai kebijakan remunerasi dan fasilitas lainnya yang ditetapkan Rapat Umum Pemegang Saham mencakup jumlah anggota Dewan Komisaris, jumlah anggota Direksi, dan jumlah anggota Dewan Pengawas Syariah serta jumlah keseluruhan remunerasi dan fasilitas lainnya yang ditetapkan Rapat Umum Pemegang Saham, sebagaimana tabel di bawah ini:
Jenis Remunerasi danFasilitas lainnya
Jumlah Diterima dalam 1 Tahun
Dewan Komisaris
Direksi
Dewan Pengawas
Orang
jutaan Rupiah
Orang
jutaan Rupiah
Orang
jutaan Rupiah
1. Remunerasi
2. Fasilitas lainnya*) : a. yang dapat
dimiliki b. yang tidak
dapat dimiliki
Total
*) dinilai dalam ekuivalen Rupiah.
Manajemen Good Corporate Governance
84
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Jumlah anggota Dewan Komisaris, Direksi, dan Dewan Pengawas Syariah yang menerima remunerasi dalam satu tahun dikelompokkan dalam kisaran tingkat penghasilan, sebagaimana tabel di bawah ini:
(satuan orang)Jumlah Remunerasi*) per orang dalam 1 tahun
Jumlah Dewan Komisaris
Jumlah Direksi Jumlah Dewan Pengawas Syariah
di atas Rp 2 miliar
di atas Rp 1 miliar s.d. Rp 2 miliar
di atas Rp 500 juta s.d. Rp 1 miliar
Rp 500 juta ke bawah
*) yang diterima dalam bentuk keuangan (non natura)
m. rasio gaji tertinggi dan gaji terendah; Yang dimaksud dengan ”gaji” adalah hak pegawai yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari perusahaaan atau pemberi kerja kepada pegawai yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang‐undangan, termasuk tunjangan bagi pegawai dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah dilakukannya. Pengungkapan mengenai rasio gaji tertinggi dan gaji terendah dalam skala perbandingan berikut: 1) rasio gaji pegawai yang tertinggi dan terendah; 2) rasio gaji Direksi yang tertinggi dan terendah; 3) rasio gaji Komisaris yang tertinggi dan terendah; dan 4) rasio gaji Direksi tertinggi dan pegawai tertinggi. Gaji yang dibandingkan dalam rasio gaji tersebut di atas, adalah gaji yang diterima oleh anggota Dewan Komisaris, Direksi dan pegawai per bulan. Yang dimaksud dengan “pegawai” adalah pegawai tetap BUS sampai batas pelaksana.
n. frekuensi rapat Dewan Komisaris; Pengungkapan mengenai frekuensi rapat Dewan Komisaris, paling kurang mencakup: 1) jumlah rapat yang diselenggarakan dalam 1 (satu) tahun; 2) tingkat kehadiran masing‐masing anggota di setiap rapat yang
dihadiri baik secara fisik maupun melalui teknologi telekonferensi.
o. frekuensi rapat Dewan Pengawas Syariah; Pengungkapan mengenai frekuensi rapat anggota Dewan Pengawas Syariah, paling kurang mencakup: 1) jumlah rapat yang diselenggarakan dalam 1 (satu) tahun; 2) tingkat kehadiran masing‐masing anggota di setiap rapat yang
dihadiri baik secara fisik maupun melalui teknologi telekonferensi.
p. jumlah penyimpangan (internal fraud) yang terjadi dan upaya penyelesaian oleh BUS;
Manajemen Good Corporate Governance
85
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Yang dimaksud dengan ”internal fraud” adalah penyimpangan/kecurangan yang dilakukan oleh Dewan Komisaris, Direksi, pegawai tetap, dan/atau pegawai tidak tetap (honorer dan outsourcing) terkait dengan proses kerja dan/atau kegiatan operasional Bank yang memengaruhi kondisi keuangan Bank secara signifikan. Yang dimaksud dengan ”memengaruhi kondisi keuangan Bank secara signifikan” adalah apabila dampak penyimpangannya lebih dari Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). Pengungkapan mengenai internal fraud paling kurang mencakup: 1) jumlah internal fraud yang telah diselesaikan; 2) jumlah internal fraud yang sedang dalam proses penyelesaian di
internal Bank; 3) jumlah internal fraud yang belum diupayakan penyelesaiannya;
dan 4) jumlah internal fraud yang telah ditindaklanjuti melalui proses
hukum, sebagaimana tabel di bawah ini:
Internal Fraud dalam 1 tahun
Jumlah Kasus yang Dilakukan oleh
Dewan Komisaris/ Direksi
Pegawai Tetap Pegawai tidak Tetap
Thnsebelumnya
Thnberjalan
Thnsebelum nya
Thn berjalan
Thn sebelum nya
Thnberjalan
Total Fraud
Telah diselesaikan
Dalam prosespenyelesaian di internal Bank
Belum diupayakan penyelesaian‐nya
Telah ditindaklanjuti melalui proses hukum.
q. jumlah permasalahan hukum dan upaya penyelesaian oleh BUS;
Yang dimaksud dengan “permasalahan hukum” adalah permasalahan hukum perdata dan pidana yang dihadapi BUS selama periode tahun laporan dan telah diajukan melalui proses hukum. Pengungkapan mengenai permasalahan hukum paling kurang mencakup: 1) jumlah permasalahan hukum perdata dan pidana yang dihadapi
dan telah selesai (telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap); dan
Manajemen Good Corporate Governance
86
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
SE 12/13/DPbS 2010 Huruf G No. 1
2) jumlah permasalahan hukum perdata dan pidana yang dihadapi dan masih dalam proses penyelesaian, sebagaimana tabel di bawah ini:
Permasalahan Hukum Jumlah
Perdata Pidana
Telah selesai (telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap)
Dalam proses penyelesaian
Total
r. transaksi yang mengandung benturan kepentingan; Pengungkapan mengenai transaksi yang mengandung benturan kepentingan, paling kurang mencakup nama dan jabatan pihak yang memiliki benturan kepentingan, nama dan jabatan pengambil keputusan transaksi yang mengandung benturan kepentingan, jenis transaksi, nilai transaksi, dan keterangan mengenai ketidaksesuaian dengan sistim dan prosedur yang berlaku.
s. buy back shares dan/atau buy back obligasi BUS; Yang dimaksud dengan “buy back shares” atau “buy back obligasi” adalah upaya mengurangi jumlah saham atau obligasi yang telah diterbitkan BUS dengan cara membeli kembali saham atau obligasi tersebut, yang tata cara pembayarannya dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pengungkapan mengenai buy back shares dan/atau buy back obligasi paling kurang mencakup: 1) kebijakan dalam melakukan buy back shares dan/atau buy back
obligasi; 2) jumlah lembar saham dan/atau obligasi yang dibeli kembali; 3) harga pembelian kembali per lembar saham dan/atau obligasi; 4) peningkatan laba per lembar saham dan/atau obligasi.
t. penyaluran dana untuk kegiatan sosial baik jumlah maupun pihak penerima dana; dan
u. pendapatan non halal dan penggunaannya. Contoh sumber pendapatan non halal antara lain pendapatan bunga dari penempatan pada bank konvensional. Pengungkapan mengenai pendapatan non halal dan penggunaannya paling kurang meliputi sumber pendapatan non halal, nilai, dan penggunaannya. Dalam hal penggunaan pendapatan non halal dimaksud digabungkan menjadi satu dengan penggunaan ”dana qardh lainnya” dan tidak dapat dikaitkan lagi sumber dengan penggunaannya maka cukup diberi keterangan ”dijadikan satu dengan penggunaan dana qardh”.
2. Laporan Pelaksanaan GCG dapat digabungkan ke dalam Laporan Tahunan BUS (menjadi bab tersendiri) atau disajikan secara terpisah dari Laporan Tahunan BUS. Dalam hal Laporan Pelaksanaan GCG digabungkan ke dalam Laporan Tahunan BUS maka Laporan Pelaksanaan GCG tetap disampaikan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun buku berakhir.
141 Pasal 65 11/33/PBI/2009
Penyampaian laporan pelaksanaan GCG kepada Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 139 ayat (1) huruf a dialamatkan kepada: a. Direktorat Perbankan Syariah, Jl. MH Thamrin No.2, Jakarta 10350, bagi
BUS yang berkantor pusat di wilayah kerja Kantor Pusat Bank Indonesia;
Manajemen Good Corporate Governance
87
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
b. Kantor Bank Indonesia setempat, bagi BUS yang berkantor pusat di luar wilayah kerja Kantor Pusat Bank Indonesia dengan tembusan kepada Direktorat Perbankan Syariah.
Paragraf 2 Self Assessment Pelaksanaan GCG142 Pasal 66
11/33/PBI/2009 Ayat (1) SE 12/13/DPbS 2010 Huruf A No. 3 Pasal 66 11/33/PBI/2009 Ayat (2) SE 12/13/DPbS 2010 Huruf F No. 1 SE 12/13/DPbS 2010 Huruf F No. 3 – 4
(1) BUS wajib melakukan self assessment atas pelaksanaan GCG yang mencakup hal‐hal sebagaimana diatur dalam Paragraf 78 ayat (2) paling kurang 1 (satu) kali dalam setahun. Yang dimaksud dengan “self assessment” adalah penilaian atas pelaksanaan GCG oleh BUS yang bersangkutan. Dalam upaya perbaikan dan peningkatan kualitas pelaksanaan GCG, Bank diwajibkan secara berkala melakukan self assessment secara komprehensif terhadap kecukupan pelaksanaan GCG. Apabila masih terdapat kekurangan dalam implementasinya, Bank segera menetapkan langkah perbaikan yang diperlukan.
(2) Tata cara self assessment sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
sebagai berikut :
1. Penilaian atas pelaksanaan GCG bagi BUS, dilakukan terhadap 11 (sebelas) faktor, sebagai berikut: a. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris; b. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi; c. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas Komite; d. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas
Syariah; e. Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam kegiatan penghimpunan dana
dan penyaluran dana serta pelayanan jasa; f. Penanganan benturan kepentingan; g. Penerapan fungsi kepatuhan; h. Penerapan fungsi audit intern; i. Penerapan fungsi audit ekstern; j. Batas Maksimum Penyaluran Dana; dan k. Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan BUS, laporan
pelaksanaan GCG serta pelaporan internal; 2. Bank wajib melakukan self assessment atas pelaksanaan GCG
sebagaimana dimaksud pada angka 1 paling kurang 1 (satu) kali dalam setahun.
3. Self assessment sebagaimana dimaksud pada angka 2 dilakukan dengan menggunakan Kertas Kerja Self Assessment sebagaimana Lampiran 8 (bagi BUS). Pengisian Kertas Kerja Self Assessment dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: a. Menyusun analisis self assessment, dengan cara
membandingkan pemenuhan setiap Kriteria/Indikator dengan kondisi Bank berdasarkan data dan informasi yang relevan. Berdasarkan hasil analisis tersebut ditetapkan peringkat masing‐masing Kriteria/Indikator. Adapun kriteria peringkat adalah sebagai berikut:
Manajemen Good Corporate Governance
88
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
SE 12/13/DPbS 2010 Huruf F No. 5
1) Peringkat 1: hasil analisis self assessment menunjukkan bahwa pelaksanaan GCG Bank sangat sesuai dengan Kriteria/Indikator.
2) Peringkat 2: hasil analisis self assessment menunjukkan bahwa pelaksanaan GCG Bank sesuai dengan Kriteria/Indikator.
3) Peringkat 3: hasil analisis self assessment menunjukkan bahwa pelaksanaan GCG Bank cukup sesuai dengan Kriteria/Indikator.
4) Peringkat 4: hasil analisis self assessment menunjukkan bahwa pelaksanaan GCG Bank kurang sesuai dengan Kriteria/Indikator.
5) Peringkat 5: hasil analisis self assessment menunjukkan bahwa pelaksanaan GCG Bank tidak sesuai dengan Kriteria/Indikator.
b. Menetapkan peringkat sub faktor, berdasarkan hasil analisis self assessment, dengan mengacu pada kriteria peringkat sebagaimana dimaksud pada huruf a.
c. Menetapkan peringkat faktor, berdasarkan peringkat sub faktor. Dalam hal tidak terdapat sub faktor, maka peringkat faktor dimaksud ditetapkan berdasarkan hasil analisis self assessment, dengan mengacu pada kriteria peringkat sebagaimana dimaksud pada huruf a; dan
d. Menyusun kesimpulan untuk masing‐masing faktor yang juga memuat permasalahan dan langkah perbaikan secara komprehensif dan sistematis beserta target waktu pelaksanaannya.
4. Untuk mendapatkan nilai dari masing‐masing faktor, Bank mengalikan peringkat dari masing‐masing faktor dengan bobot tertentu. Bobot masing‐masing faktor ditetapkan sebagaimana tabel berikut:
No Faktor Bobot (%)
1 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris 12.50
2 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi 17.50
3 Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite 10.00
4 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah
10.00
5 Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa
5.00
6 Penanganan benturan kepentingan 10.00
7 Penerapan fungsi kepatuhan Bank 5.00
8 Penerapan fungsi audit intern 5.00
9 Penerapan fungsi audit ekstern 5.00
10 Batas Maksimum Penyaluran Dana 5.00
11 Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan, laporan pelaksanaan GCG dan pelaporan internal
15.00
TOTAL 100.00
Manajemen Good Corporate Governance
89
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
SE 12/13/DPbS 2010 Huruf F No. 6
SE 12/13/DPbS 2010 Huruf F No. 7 – 9 SE 12/13/DPbS 2010 Huruf F No. 10 – 11 SE 12/13/DPbS 2010 Huruf I No. 1
5. Untuk mendapatkan nilai komposit, Bank menjumlahkan nilai dari seluruh faktor. Berdasarkan nilai komposit tersebut, Bank menetapkan predikat komposit sebagaimana tabel berikut:
Nilai Komposit Predikat Komposit
Nilai Komposit < 1.5 Sangat Baik
1.5 ≤ Nilai komposit < 2.5 Baik
2.5 ≤ Nilai Komposit < 3.5 Cukup Baik
3.5 ≤ Nilai Komposit < 4.5 K�rang Baik
4.5 ≤ Nilai Komposit ≤ 5 Tidak Baik
Penetapan predikat komposit tersebut juga memperhatikan ketentuan sebagai berikut: a. Apabila terdapat faktor yang nilai peringkat faktor‐nya 5, maka
predikat komposit tertinggi yang dapat dicapai Bank adalah ”Cukup Baik”.
b. Apabila terdapat faktor yang nilai peringkat faktor‐nya 4, maka predikat komposit tertinggi yang dapat dicapai Bank adalah ”Baik”.
6. Penghitungan sebagaimana dimaksud diatas dilakukan dengan menggunakan tabel Ringkasan Perhitungan Nilai Komposit Self Assessment, sebagaimana Lampiran 10 (bagi BUS).
7. Kertas Kerja Self Assessment dan dokumen pendukung self assessment harus didokumentasikan dengan baik sehingga memudahkan penelusuran oleh pihak‐pihak yang berkepentingan.
8. Berdasarkan Kertas Kerja Self Assessment dan Ringkasan Perhitungan Nilai Komposit Self Assessment di atas, Bank membuat Kesimpulan Umum pada lembar tersendiri yang paling kurang meliputi: a. Gambaran umum pelaksanaan GCG termasuk peringkat masing‐
masing faktor serta nilai komposit dan predikatnya; b. Kelemahan dan kekuatan pelaksanaan GCG secara umum; c. Langkah perbaikan beserta target waktu pelaksanaannya; dan d. Realisasi pelaksanaan langkah perbaikan periode sebelumnya
beserta waktu penyelesaian dan kendala penyelesaiannya, apabila ada.
9. Kesimpulan Umum sebagaimana dimaksud pada angka 8, harus ditandatangani oleh Komisaris Utama dan Direktur Utama Bank.
10. Bank harus menyampaikan hasil self assessment pelaksanaan GCG secara lengkap kepada Bank Indonesia paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun buku berakhir, yang meliputi: Kertas Kerja Self Assessment, Ringkasan Perhitungan Nilai Komposit Self Assessment, dan Kesimpulan Umum.
11. Penyampaian Laporan hasil self assessment pelaksanaan GCG oleh BUS kepada Bank Indonesia dialamatkan kepada: a. Direktorat Perbankan Syariah, Jl. MH Thamrin No. 2,
Jakarta 10350, bagi BUS yang berkantor pusat di wilayah kerja Kantor Pusat Bank Indonesia;
b. Kantor Bank Indonesia setempat, bagi BUS yang berkantor pusat di luar wilayah ker ja Kantor Pusat Bank Indonesia dengan tembusan kepada Direktorat Perbankan Syariah.
Manajemen Good Corporate Governance
90
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
143 Pasal 67 11/33/PBI/2009
(1) Dalam rangka melakukan penilaian terhadap pelaksanaan GCG sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 79, Bank Indonesia dapat melakukan evaluasi terhadap hasil self assessment pelaksanaan GCG sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 142 ayat (1).
(2) Berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank Indonesia dapat meminta BUS untuk melakukan perbaikan atas pelaksanaan GCG.
BAB III Unit Usaha Syariah Bagian Pertama Direktur UUS
144 Pasal 68 11/33/PBI/2009
Direktur UUS bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan pengelolaan UUS berdasarkan prinsip kehati‐hatian dan Prinsip Syariah.
145 Pasal 69 11/33/PBI/2009
Direktur UUS wajib menindaklanjuti rekomendasi dari hasil pengawasan Dewan Pengawas Syariah.
146 Pasal 70 11/33/PBI/2009
Direktur UUS wajib menyediakan data dan informasi terkait dengan pemenuhan Prinsip Syariah yang akurat, relevan dan tepat waktu kepada Dewan Pengawas Syariah.
Bagian Kedua Dewan Pengawas Syariah147 Pasal 71
11/33/PBI/2009
(1) Ketentuan tentang Dewan Pengawas Syariah yang berlaku bagi BUS sebagaimana dimaksud dalam Bab II Bagian Keempat tentang Dewan Pengawas Syariah dalam Ketentuan ini Syariah dan Unit Usaha Syariah berlaku pula bagi Dewan Pengawas Syariah pada Bank Umum Konvensional yang memiliki UUS dan kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang memiliki UUS.
(2) Pengangkatan Dewan Pengawas Syariah pada UUS yang dimiliki oleh kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri, ditetapkan oleh pimpinan tertinggi di Indonesia dari kantor cabang tersebut.
Bagian Ketiga
Penyaluran Dana Kepada Nasabah Pembiayaan Inti dan Penyimpanan Dana Oleh Deposan Inti
148 Pasal 72 11/33/PBI/2009
UUS wajib menerapkan prinsip kehati‐hatian dalam penyaluran dana kepada nasabah pembiayaan inti dan penyimpanan dana oleh deposan inti. Yang dimaksud dengan “nasabah pembiayaan inti” adalah 10 (sepuluh) nasabah pembiayaan terbesar. Yang dimaksud dengan “deposan inti” adalah 10 (sepuluh) nasabah deposan terbesar.
Bagian Keempat Aspek Transparansi Kondisi UUS149 Pasal 73
11/33/PBI/2009 (1) UUS wajib melaksanakan transparansi kondisi keuangan dan non‐
keuangan kepada Stakeholders. Yang dimaksud dengan “kondisi non‐keuangan” adalah antara lain strategi dan kebijakan manajemen, laporan manajemen dan Laporan Hasil Pengawasan Dewan Pengawas Syariah.
Manajemen Good Corporate Governance
91
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
(2) Dalam rangka pelaksanaan transparansi kondisi keuangan dan non‐keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), UUS wajib menyusun dan menyajikan laporan sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank.
Bagian Kelima
Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa
150 Pasal 74 11/33/PBI/2009
UUS wajib melaksanakan pemenuhan Prinsip Syariah dalam kegiatan operasional UUS sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa Bank Syariah.
Bagian Keenam Pelaporan Internal151 Pasal 75
11/33/PBI/2009 Dalam rangka meningkatkan kualitas proses pengawasan oleh Dewan Pengawas Syariah, UUS wajib memastikan ketersediaan dan kecukupan data/informasi bagi Dewan Pengawas Syariah.
Bagian Ketujuh Laporan dan Penilaian Pelaksanaan GCG Paragraf 1 Laporan Pelaksanaan GCG
152 Pasal 76 11/33/PBI/2009
(1) UUS wajib menyusun laporan pelaksanaan GCG pada setiap akhir tahun buku.
(2) Laporan pelaksanaan GCG sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan pelaksanaan GCG Bank Umum Konvensional dan/atau kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang memiliki UUS dimaksud.
Laporan pelaksanaan GCG UUS merupakan bab (chapter) tersendiri di dalam laporan pelaksanaan GCG Bank Umum Konvensional dan/atau kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang menjadi induknya.
(3) Laporan pelaksanaan GCG sebagaimana dimaksud pada ayat (1), paling kurang meliputi: a. kesimpulan umum dari hasil self assesment atas pelaksanaan GCG
UUS; Self assessment meliputi cakupan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 78 ayat (3).
b. rangkap jabatan sebagai anggota Dewan Pengawas Syariah pada
lembaga keuangan syariah lainnya sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 126;
c. daftar konsultan, penasihat atau yang dipersamakan dengan itu yang digunakan oleh UUS;
d. kebijakan remunerasi dan fasilitas lain (remuneration package) bagi Dewan Pengawas Syariah sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 127 ayat (3);
Manajemen Good Corporate Governance
92
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Yang dimaksud dengan “fasilitas lain” adalah antara lain fasilitas perumahan, fasilitas transportasi dan fasilitas asuransi kesehatan.
e. frekuensi rapat Dewan Pengawas Syariah sebagaimana dimaksud
dalam Paragraf 125 ayat (1); f. jumlah penyimpangan (internal fraud) yang terjadi dan upaya
penyelesaiannya oleh UUS; Yang dimaksud dengan “penyimpangan (internal fraud)” adalah penyimpangan yang berkaitan dengan operasional UUS dan memengaruhi kondisi keuangan UUS secara signifikan.
g. jumlah permasalahan hukum baik perdata maupun pidana dan
upaya penyelesaiannya oleh UUS; h. penyaluran dana untuk kegiatan sosial baik jumlah maupun pihak
penerima dana; dan i. pendapatan non halal dan penggunaannya.
(4) Pengungkapan kebijakan remunerasi dan fasilitas lain (remuneration
package) bagi Dewan Pengawas Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf d paling kurang mencakup jumlah anggota Dewan Pengawas Syariah, jumlah keseluruhan gaji, tunjangan (benefits), kompensasi dalam bentuk saham, bentuk remunerasi lainnya, dan fasilitas yang ditetapkan Rapat Umum Pemegang Saham.
153 Pasal 77 11/33/PBI/2009 SE 12/13/DPbS 2010 Huruf H No. 1 SE 12/13/DPbS 2010 Huruf H No. 2
Penyusunan laporan pelaksanaan GCG sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 152 diatur lebih rinci sebagai berikut : 1. Laporan pelaksanaan GCG UUS dapat digabungkan ke dalam laporan
pelaksanaan GCG bank umum konvensional yang menjadi induknya (menjadi bab tersendiri) atau disajikan secara terpisah dari laporan pelaksanaan GCG bank umum konvensional yang menjadi induknya. Dalam hal laporan pelaksanaan GCG UUS digabungkan ke dalam laporan tahunan bank umum konvensional maka laporan pelaksanaan GCG tetap disampaikan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun buku berakhir.
2. Laporan pelaksanaan GCG bagi UUS paling kurang terdiri dari: a. Kesimpulan Umum dari hasil self assessment atas pelaksanaan GCG
UUS; b. rangkap jabatan sebagai anggota Dewan Pengawas Syariah pada
lembaga keuangan syariah lainnya; c. daftar konsultan, penasihat atau yang dipersamakan dengan itu yang
digunakan oleh UUS; Pengungkapan mengenai konsultan paling kurang mencakup nama perusahaan konsultan, tujuan, dan ruang lingkup kerja. Dalam hal konsultan adalah individu, cukup disebutkan nama yang bersangkutan. Pengungkapan konsultan dalam laporan ini hanya untuk konsultan yang ruang lingkup kerjanya terkait UUS.
d. kebijakan remunerasi dan fasilitas lainnya (remuneration package) yang ditetapkan Rapat Umum Pemegang Saham bagi Dewan Pengawas Syariah;
Manajemen Good Corporate Governance
93
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Yang dimaksud dengan kebijakan remunerasi dan fasilitas lainnya yang ditetapkan Rapat Umum Pemegang Saham antara lain meliputi: 1) remunerasi yaitu penghasilan dalam bentuk keuangan (non
natura) antara lain gaji, tunjangan (benefit), kompensasi dalam bentuk saham, bonus dan bentuk remunerasi lainnya; dan
2) fasilitas lain yaitu fasilitas yang diterima tidak dalam bentuk keuangan (natura), antara lain fasilitas perumahan, fasilitas transportasi, fasilitas asuransi kesehatan, fasilitas telekomunikasi, dan fasilitas lainnya, yang dapat dimiliki maupun tidak dapat dimiliki.
Pengungkapan mengenai kebijakan remunerasi dan fasilitas lainnya yang ditetapkan Rapat Umum Pemegang Saham mencakup jumlah anggota Dewan Pengawas Syariah dan jumlah keseluruhan remunerasi dan fasilitas lainnya yang ditetapkan Rapat Umum Pemegang Saham, sebagaimana tabel di bawah ini:
Jenis Remunerasi dan Fasilitas lainnya
Jumlah Diterima dalam 1 Tahun
Orang
jutaanRupiah
1. Remunerasi
2. Fasilitas lainnya*) : a. yang dapat dimiliki b. yang tidak dapat dimiliki
Total
*) dinilai dalam ekuivalen Rupiah.
Jumlah anggota Dewan Pengawas Syariah yang menerima remunerasi dalam satu tahun dikelompokkan dalam kisaran tingkat penghasilan, sebagaimana tabel di bawah ini:
(satuan orang)
Jumlah Remunerasi*) per orang dalam 1 tahun
Jumlah Dewan Pengawas Syariah
di atas Rp 2 miliar
di atas Rp 1 miliar s.d. Rp 2 miliar
di atas Rp 500 juta s.d. Rp 1 miliar
Rp 500 juta ke bawah
*) yang diterima dalam bentuk keuangan (non natura)
e. frekuensi rapat Dewan Pengawas Syariah; Pengungkapan mengenai frekuensi rapat anggota Dewan Pengawas Syariah, paling kurang mencakup: 1) jumlah rapat yang diselenggarakan dalam 1 (satu) tahun; 2) tingkat kehadiran masing‐masing anggota di setiap rapat yang
dihadiri baik secara fisik maupun melalui teknologi telekonferensi.
f. jumlah penyimpangan (internal fraud) yang terjadi dan upaya penyelesaian oleh UUS;
Manajemen Good Corporate Governance
94
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Yang dimaksud dengan ”internal fraud” adalah penyimpangan/kecurangan yang dilakukan oleh Dewan Komisaris, Direksi, pegawai tetap, dan/atau pegawai tidak tetap (honorer dan outsorcing) terkait dengan proses kerja dan/atau kegiatan operasional UUS yang memengaruhi kondisi keuangan UUS secara signifikan. Yang dimaksud dengan ”memengaruhi kondisi keuangan UUS secara signifikan” adalah apabila dampak penyimpangannya lebih dari Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). Pengungkapan mengenai internal fraud paling kurang mencakup: 1) jumlah internal fraud yang telah diselesaikan; 2) jumlah internal fraud yang sedang dalam proses penyelesaian di
internal UUS; 3) jumlah internal fraud yang belum diupayakan penyelesaiannya;
dan 4) jumlah internal fraud yang telah ditindaklanjuti melalui proses
hukum, sebagaimana tabel di bawah ini:
Internal Fraud dalam 1 tahun
Jumlah Kasus yang Dilakukan oleh
Dewan Komisaris/ Direksi
Pegawai Tetap Pegawai tidak Tetap
Thnsebelum nya
Thnberjalan
Thnsebelum nya
Thn berjalan
Thn sebelum nya
Thnberjalan
Total Fraud
Telah diselesaikan
Dalam prosespenyelesaian di internal UUS
Belum diupayakan penyelesaiannya
Telah ditindaklanjuti melalui proses hukum.
g. jumlah permasalahan hukum dan upaya penyelesaian oleh UUS;
Yang dimaksud dengan ”permasalahan hukum” adalah permasalahan hukum perdata dan pidana yang dihadapi UUS selama periode tahun laporan dan telah diajukan melalui proses hukum. Pengungkapan mengenai permasalahan hukum paling kurang mencakup: 1) jumlah permasalahan hukum perdata dan pidana yang dihadapi
dan telah selesai (telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap); dan
2) jumlah permasalahan hukum perdata dan pidana yang dihadapi dan masih dalam proses penyelesaian,
Manajemen Good Corporate Governance
95
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
sebagaimana tabel di bawah ini:
Permasalahan Hukum Jumlah
Perdata Pidana
Telah selesai (telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap)
Dalam proses penyelesaian
Total
h. penyaluran dana untuk kegiatan sosial baik jumlah maupun pihak penerima dana; dan Yang dimaksud dengan penyaluran dana adalah penyaluran dana yang sumber dananya berasal dari UUS.
i. pendapatan non halal dan penggunaannya. Contoh sumber pendapatan non halal antara lain pendapatan bunga dari penempatan pada bank konvensional. Pengungkapan mengenai pendapatan non halal dan penggunaannya paling kurang meliputi sumber pendapatan non halal, nilai, dan penggunaannya. Dalam hal penggunaan pendapatan non halal dimaksud digabungkan menjadi satu dengan penggunaan ”dana qardh lainnya” dan tidak dapat dikaitkan lagi sumber dengan penggunaannya maka cukup diberi keterangan ”dijadikan satu dengan penggunaan dana qardh”.
154 Pasal 78 11/33/PBI/2009 SE 12/13/DPbS 2010 Huruf I No. 2
(1) UUS wajib menyampaikan laporan pelaksanaan GCG sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 152 kepada Bank Indonesia paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun buku berakhir.
(2) UUS dianggap terlambat menyampaikan laporan pelaksanaan GCG apabila UUS menyampaikan laporan dimaksud kepada Bank Indonesia melampaui batas akhir waktu penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tetapi belum melampaui 1 (satu) bulan sejak batas akhir waktu penyampaian laporan.
(3) UUS dianggap tidak menyampaikan laporan GCG apabila UUS belum menyampaikan laporan dimaksud hingga akhir batas waktu keterlambatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(4) Penyampaian laporan pelaksanaan GCG UUS kepada Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dialamatkan kepada Direktorat Perbankan Syariah, Jl. MH Thamrin No. 2, Jakarta 10350, dan/atau Kantor Bank Indonesia setempat. Penyampaian Laporan Hasil pengawasan Dewan Pengawas Syariah dan Laporan Pelaksanaan GCG oleh UUS kepada Bank Indonesia dialamatkan kepada : a. Direktorat Perbankan Syariah, Jl. MH Thamrin No. 2, Jakarta 10350,
bagi UUS yang Bank Umum Konvensional yang menjadi induknya berkantor pusat di wilayah kerja Kantor Pusat Bank Indonesia;
b. Kantor Bank Indonesia setempat, bagi UUS yang Bank Umum Konvensional yang menjadi induknya berkantor pusat di luar wilayah kerja Kantor Pusat Bank Indonesia dengan tembusan kepada Direktorat Perbankan Syariah.
Manajemen Good Corporate Governance
96
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Paragraf 2 Self Assessment Pelaksanaan GCG155 Pasal 79
11/33/PBI/2009 SE 12/13/DPbS 2010 Huruf F No. 2 – 4
(1) UUS wajib melakukan self assessment atas pelaksanaan GCG UUS yang mencakup hal‐hal sebagaimana diatur dalam Paragraf 78 ayat (3) paling kurang 1 (satu) kali dalam setahun.
Yang dimaksud dengan “self assessment” adalah penilaian atas pelaksanaan GCG oleh UUS yang bersangkutan.
(2) Tata cara self assesment atas pelaksanaan GCG UUS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur sebagai berikut : 1. Penilaian atas pelaksanaan GCG bagi UUS, dilakukan terhadap 5 (lima)
faktor sebagai berikut: a. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direktur UUS; b. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah; c. Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam kegiatan penghimpunan dana
dan penyaluran dana serta pelayanan jasa; d. Penyaluran dana kepada nasabah pembiayaan inti dan
penyimpanan dana oleh deposan inti; dan e. Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan UUS, laporan
pelaksanaan GCG serta pelaporan internal; 2. Bank wajib melakukan self assessment atas pelaksanaan GCG
sebagaimana dimaksud pada angka 1 paling kurang 1 (satu) kali dalam setahun.
3. Self assessment sebagaimana dimaksud pada angka 2 dilakukan dengan menggunakan Kertas Kerja Self Assessment sebagaimana Lampiran 9 (bagi UUS). Pengisian Kertas Kerja Self Assessment dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: a. Menyusun analisis self assessment, dengan cara
membandingkan pemenuhan setiap Kriteria/Indikator dengan kondisi Bank berdasarkan data dan informasi yang relevan. Berdasarkan hasil analisis tersebut ditetapkan peringkat masing‐masing Kriteria/Indikator. Adapun kriteria peringkat adalah sebagai berikut: 1) Peringkat 1: hasil analisis self assessment menunjukkan
bahwa pelaksanaan GCG Bank sangat sesuai dengan Kriteria/Indikator.
2) Peringkat 2: hasil analisis self assessment menunjukkan bahwa pelaksanaan GCG Bank sesuai dengan Kriteria/Indikator.
3) Peringkat 3: hasil analisis self assessment menunjukkan bahwa pelaksanaan GCG Bank cukup sesuai dengan Kriteria/Indikator.
4) Peringkat 4: hasil analisis self assessment menunjukkan bahwa pelaksanaan GCG Bank kurang sesuai dengan Kriteria/Indikator.
5) Peringkat 5: hasil analisis self assessment menunjukkan bahwa pelaksanaan GCG Bank tidak sesuai dengan Kriteria/Indikator.
Manajemen Good Corporate Governance
97
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
SE 12/13/DPbS 2010 Huruf F No. 5 – 7
b. Menetapkan peringkat sub faktor, berdasarkan hasil analisis self assessment, dengan mengacu pada kriteria peringkat sebagaimana dimaksud pada huruf a.
c. Menetapkan peringkat faktor, berdasarkan peringkat sub faktor. Dalam hal tidak terdapat sub faktor, maka peringkat faktor dimaksud ditetapkan berdasarkan hasil analisis self assessment, dengan mengacu pada kriteria peringkat sebagaimana dimaksud pada huruf a; dan
d. Menyusun kesimpulan untuk masing‐masing faktor yang juga memuat permasalahan dan langkah perbaikan secara komprehensif dan sistematis beserta target waktu pelaksanaannya.
4. Untuk mendapatkan nilai dari masing‐masing faktor, Bank mengalikan
peringkat dari masing‐masing faktor dengan bobot tertentu. Bobot masing‐masing faktor ditetapkan sebagaimana tabel berikut:
No Faktor Bobot (%)
1 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direktur UUS 35.00
2 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah 20.00
3 Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa
10.00
4 Penyaluran dana kepada nasabah pembiayaan inti dan penyimpanan dana oleh deposan inti
10.00
5 Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan, laporan pelaksanaan GCG dan pelaporan internal
25.00
TOTAL 100.00
5. Untuk mendapatkan nilai komposit, Bank menjumlahkan nilai dari
seluruh faktor. Berdasarkan nilai komposit tersebut, Bank menetapkan predikat komposit sebagaimana tabel berikut:
Nilai Komposit Predikat Komposit
Nilai Komposit < 1.5 Sangat Baik
1.5 ≤ Nilai komposit < 2.5 B�ik
2.5 ≤ Nilai Komposit < 3.5 Cukup Baik
3.5 ≤ Nilai Komposit < 4.5 Kurang Baik
4.5 ≤ Nilai Komposit ≤ 5 Tidak Baik
Penetapan predikat komposit tersebut juga memperhatikan ketentuan sebagai berikut: a. Apabila terdapat faktor yang nilai peringkat faktor‐nya 5, maka
predikat komposit tertinggi yang dapat dicapai Bank adalah ”Cukup Baik”.
b. Apabila terdapat faktor yang nilai peringkat faktor‐nya 4, maka predikat komposit tertinggi yang dapat dicapai Bank adalah ”Baik”.
6. Penghitungan sebagaimana dimaksud pada angka 5 dan 6 dilakukan dengan menggunakan tabel Ringkasan Perhitungan Nilai Komposit Self Assessment, sebagaimana Lampiran 11 (bagi UUS).
Manajemen Good Corporate Governance
98
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
SE 12/13/DPbS 2010 Huruf F No. 8 – 11 SE 12/13/DPbS 2010 Huruf I No. 2
7. Kertas Kerja Self Assessment dan dokumen pendukung self assessment harus didokumentasikan dengan baik sehingga memudahkan penelusuran oleh pihak‐pihak yang berkepentingan.
8. Berdasarkan Kertas Kerja Self Assessment dan Ringkasan Perhitungan Nilai Komposit Self Assessment di atas, Bank membuat Kesimpulan Umum pada lembar tersendiri yang paling kurang meliputi: a. Gambaran umum pelaksanaan GCG termasuk peringkat masing‐
masing faktor serta nilai komposit dan predikatnya; b. Kelemahan dan kekuatan pelaksanaan GCG secara umum; c. Langkah perbaikan beserta target waktu pelaksanaannya; dan d. Realisasi pelaksanaan langkah perbaikan periode sebelumnya
beserta waktu penyelesaian dan kendala penyelesaiannya, apabila ada.
9. Kesimpulan Umum sebagaimana dimaksud pada angka 10, harus ditandatangani oleh Komisaris Utama dan Direktur Utama Bank.
10. Bank harus menyampaikan hasil self assessment pelaksanaan GCG secara lengkap kepada Bank Indonesia paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun buku berakhir, yang meliputi: Kertas Kerja Self Assessment, Ringkasan Perhitungan Nilai Komposit Self Assessment, dan Kesimpulan Umum.
11. Penyampaian Laporan hasil self‐assessment pelaksanaan GCG oleh UUS kepada Bank Indonesia dialamatkan kepada : a. Direktorat Perbankan Syariah, Jl. MH Thamrin No. 2, Jakarta
10350, bagi UUS yang Bank Umum Konvensional yang menjadi induknya berkantor pusat di wilayah kerja Kantor Pusat Bank Indonesia;
b. Kantor Bank Indonesia setempat, bagi UUS yang Bank Umum Konvensional yang menjadi induknya berkantor pusat di luar wilayah kerja Kantor Pusat Bank Indonesia dengan tembusan kepada Direktorat Perbankan Syariah.
156 Pasal 80 11/33/PBI/2009
(1) Dalam rangka melakukan penilaian terhadap pelaksanaan GCG sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 79, Bank Indonesia dapat melakukan evaluasi terhadap hasil self assessment atas pelaksanaan GCG sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 155 ayat (1).
(2) Berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank Indonesia dapat meminta UUS untuk melakukan perbaikan atas pelaksanaan GCG.
BAB IV Sanksi Bagian Pertama Sanksi Pelaksanaan GCG
157 Pasal 81 11/33/PBI/2009
Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 78, Paragraf 82 ayat (2), Paragraf 83, Paragraf 84, Paragraf 85, Paragraf 86, Paragraf 87 ayat (1), ayat (3) dan ayat (4), Paragraf 88 ayat (1), Paragraf 89, Paragraf 90 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3), Paragraf 91 ayat (2) dan ayat (3), Paragraf 92, Paragraf 93, Paragraf 96 ayat (2), Paragraf 97, Paragraf 98, Paragraf 99, Paragraf 100, Paragraf 102, Paragraf 103, Paragraf 104, Paragraf 105 ayat (1) dan ayat (2), Paragraf 107, Paragraf 108, Paragraf 109, Paragraf 110 ayat (2) dan ayat (4), Paragraf 111 ayat (3), Paragraf 112 ayat (2) dan ayat (4), Paragraf 114, Paragraf 117, Paragraf 119, Paragraf 122, Paragraf 123,
Manajemen Good Corporate Governance
99
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Paragraf 124, Paragraf 125 ayat (1) dan ayat (4), Paragraf 126, Paragraf 127, Paragraf 128 ayat (2) dan ayat (3), Paragraf 129 ayat (5), Paragraf 136, Paragraf 137 ayat (1) dan ayat (2), Paragraf 138 ayat (1), Paragraf 139 ayat (1) dan ayat (2), Paragraf 142 ayat (1), Paragraf 145, Paragraf 146, Paragraf 148, Paragraf 151, Paragraf 152 ayat (1), dan Paragraf 155 ayat (1) dapat dikenakan sanksi administratif sesuai Pasal 58 Undang‐Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, antara lain berupa: a) teguran tertulis; b) penurunan tingkat kesehatan berupa penurunan peringkat faktor
manajemen dalam penilaian tingkat kesehatan; c) pelarangan untuk turut serta dalam kegiatan kliring; d) pembekuan kegiatan usaha tertentu; dan e) pemberhentian pengurus Bank dan selanjutnya menunjuk dan
mengangkat pengganti sementara sampai Rapat Umum Pemegang Saham mengangkat pengganti yang tetap dengan persetujuan Bank Indonesia.
158 Pasal 82 11/33/PBI/2009 SE 12/13/DPbS 2010 Huruf E No. 14
(1) Dalam hal terdapat 3 (tiga) kali teguran tertulis dari Bank Indonesia terkait pelanggaran terhadap ketentuan dalam Paragraf 122, Paragraf 123, Paragraf 124, Paragraf 125 ayat (1) dan ayat (4), Paragraf 126 dan Paragraf 127, maka BUS atau UUS terkait harus mengganti anggota Dewan Pengawas Syariah tersebut.
3 (tiga) kali teguran tertulis tersebut terjadi pada BUS atau UUS yang sama.
(2) Dalam hal Dewan Pengawas Syariah tidak melaksanakan tugasnya dengan baik sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 123 sampai dengan izin usaha Bank dicabut, maka anggota Dewas Pengawas Syariah dimaksud dapat dikenakan sanksi berupa pelarangan menjadi anggota Dewan Pengawas Syariah di perbankan syariah paling lama 10 (sepuluh) tahun sejak tanggal pencabutan izin usaha Bank oleh Bank Indonesia Yang dimaksud dengan “Dewan Pengawas Syariah tidak melaksanakan tugasnya dengan baik sampai dengan izin usaha Bank dicabut” meliputi antara lain: a. Tidak memberikan nasihat dan saran kepada Direksi atas hasil
pengawasan yang dilakukan Dewan Pengawas Syariah; b. Tidak menilai dan memastikan pemenuhan Prinsip Syariah atas
pedoman operasional dan produk yang dikeluarkan Bank; c. Tidak mengawasi proses pengembangan produk baru Bank agar
sesuai dengan fatwa Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia;
d. Tidak melakukan review secara berkala atas pemenuhan Prinsip Syariah terhadap mekanisme penghimpunan dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa Bank; dan/atau
e. Tidak menyampaikan Laporan Hasil Pengawasan Dewan Pengawas Syariah secara semesteran.
yang mengakibatkan izin usaha Bank dicabut.
Manajemen Good Corporate Governance
100
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
159 Pasal 83 11/33/PBI/2009
BUS yang tidak memenuhi ketentuan Paragraf 128 ayat (1), Paragraf 129 ayat (1) dan ayat (2), dan Paragraf 130 dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia mengenai penugasan direktur kepatuhan dan penerapan standar pelaksanaan fungsi audit intern bank umum dan Peraturan Bank Indonesia tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank.
160 Pasal 84 11/33/PBI/2009
BUS yang tidak memenuhi ketentuan Paragraf 131 dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai batas maksimum penyaluran dana. Dalam hal ketentuan Bank Indonesia mengenai batas maksimum penyaluran dana belum disusun, maka ketentuan Bank Indonesia mengenai batas maksimum pemberian kredit tetap berlaku bagi BUS.
161 Pasal 85 11/33/PBI/2009
BUS yang tidak memenuhi ketentuan Paragraf 132 dan Paragraf 133 dan UUS yang tidak memenuhi ketentuan Paragraf 149 dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank dan Peraturan Bank Indonesia tentang Transparansi Informasi Produk Bank dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah.
162 Pasal 86 11/33/PBI/2009
BUS yang tidak memenuhi ketentuan Paragraf 135 dan UUS yang tidak memenuhi ketentuan Paragraf 150 dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa Bank Syariah.
Bagian Kedua Sanksi Pelaporan Paragraf 1 Laporan Pelaksanaan
163 Pasal 87 11/33/PBI/2009
(1) BUS yang terlambat menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 139 ayat (3) dan UUS yang terlambat menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 154 ayat (2) dikenakan sanksi kewajiban membayar paling banyak sebesar Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah) per hari kerja keterlambatan.
(2) BUS yang tidak menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 139 ayat (4) dan UUS yang tidak menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 154 ayat (3) dikenakan sanksi kewajiban membayar paling banyak sebesar Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan teguran tertulis oleh Bank Indonesia. Bank yang telah dikenakan sanksi karena tidak menyampaikan laporan, tidak lagi dikenakan sanksi karena terlambat menyampaikan laporan.
(3) BUS yang menyampaikan laporan yang dinilai tidak benar dan/atau tidak lengkap sebagaimana diatur dalam Paragraf 138 dan UUS yang menyampaikan laporan yang dinilai tidak benar dan/atau tidak lengkap sebagaimana diatur dalam Paragraf 152 dikenakan sanksi administratif berupa kewajiban membayar paling banyak sebesar Rp. 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) dan dapat dikenakan sanksi administratif sesuai Pasal 58 Undang‐Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, berupa:
Manajemen Good Corporate Governance
101
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
a. penurunan tingkat kesehatan yaitu penurunan peringkat faktor manajemen dalam penilaian tingkat kesehatan;
b. pelarangan untuk turut serta dalam kegiatan kliring; c. pembekuan kegiatan usaha tertentu; d. pemberhentian pengurus Bank dan selanjutnya menunjuk dan
mengangkat pengganti sementara sampai Rapat Umum Pemegang Saham mengangkat pengganti yang tetap dengan persetujuan Bank Indonesia; dan/atau
e. pencantuman anggota pengurus, pegawai, pemegang saham Bank dalam daftar tidak lulus melalui mekanisme uji kemampuan dan kepatutan (fit and proper test).
(4) Pengenaan sanksi kewajiban membayar sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan setelah Bank diberikan 2 (dua) kali surat teguran oleh Bank Indonesia dengan tenggang waktu 7 (tujuh) hari kerja untuk setiap teguran dan Bank tidak memperbaiki laporan dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja setelah surat teguran terakhir.
Paragraf 2
Laporan Hasil Pengawasan Dewan Pengawas Syariah, Pedoman, Sistem dan Prosedur serta Struktur Kelompok Usaha
164 Pasal 88 11/33/PBI/2009
(1) Bank yang tidak menaati ketentuan pelaporan hasil pengawasan Dewan Pengawas Syariah sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 123 ayat (4), pelaporan perubahan pedoman, sistem dan prosedur sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 134 ayat (1) dan ayat (2), serta pelaporan perubahan struktur kelompok usaha sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 134 ayat (3) dan ayat (5), dapat dikenakan sanksi administratif sesuai Pasal 58 Undang‐Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, berupa : a. teguran tertulis dan sanksi kewajiban membayar paling banyak
sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) per hari kerja kelambatan untuk setiap laporan;
b. teguran tertulis dan sanksi kewajiban membayar paling banyak sebesar Rp40.000.000,00 (empat puluh juta rupiah) apabila Bank tidak menyampaikan laporan.
Bank yang telah dikenakan sanksi karena tidak menyampaikan laporan, tidak lagi dikenakan sanksi karena terlambat menyampaikan laporan.
(2) Bank dinyatakan tidak menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b apabila Bank belum menyampaikan laporan dimaksud setelah 1 (satu) bulan sejak batas akhir penyampaian laporan, untuk pelaporan perubahan pedoman, sistem dan prosedur serta pelaporan perubahan struktur kelompok usaha.
(3) Bank dinyatakan tidak menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b apabila Bank belum menyampaikan laporan dimaksud setelah 2 (dua) bulan sejak batas akhir penyampaian laporan, untuk pelaporan hasil pengawasan Dewan Pengawas Syariah.
(4) Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menghapuskan kewajiban Bank untuk menyampaikan laporan dimaksud.
Halaman 1 dari 2
LAMPIRAN I
SURAT EDARAN BANK INDONESIA
NOMOR 15/15/DPNP TANGGAL 29 April 2013
PERIHAL PELAKSANAAN GOOD CORPORATE
GOVERNANCE BAGI BANK UMUM
SURAT PERNYATAAN INDEPENDEN
PT. BANK………………………………..
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Tempat/tanggal lahir :
Alamat domisili (copy KTP/SIM terlampir) :
Nomor telepon rumah :
Jabatan :
Nama perusahaan :
Nomor telepon perusahaan :
Dengan ini menyatakan bahwa saya :
1. Tidak memiliki hubungan keuangan, hubungan kepengurusan,
kepemilikan saham dan/atau hubungan keluarga dengan anggota
Dewan Komisaris lainnya, Direksi dan/atau Pemegang Saham
Pengendali atau hubungan dengan Bank, yang dapat mempengaruhi
kemampuan saya untuk bertindak independen sebagaimana diatur
dalam ketentuan Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi
Bank Umum.
102
Halaman 2 dari 2
2. Apabila di kemudian hari ditemukan bahwa saya memiliki
hubungan-hubungan sebagaimana dimaksud pada butir 1 diatas,
maka saya bersedia melepaskan jabatan Komisaris Independen saya
dan bersedia untuk diganti.
Demikian pernyataan independensi saya, yang telah saya buat
dengan sebenar-benarnya.
Jakarta, ……………………….
Mengetahui : Meterai
Nama Lengkap Nama Lengkap
Direktur Utama PT Bank………
DEPUTI GUBERNUR
HALIM ALAMSYAH
103
Halaman 1 dari 55
LAMPIRAN II
SURAT EDARAN BANK INDONESIA
NOMOR 15/15/DPNP TANGGAL 29 April 2013
PERIHAL PELAKSANAAN GOOD CORPORATE
GOVERNANCE BAGI BANK UMUM
KERTAS KERJA PENILAIAN SENDIRI (SELF ASSESSMENT)
PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE
Tujuan
1. Penilaian governance structure bertujuan untuk menilai kecukupan
struktur dan infrastruktur tata kelola Bank agar proses pelaksanaan
prinsip GCG menghasilkan outcome yang sesuai dengan harapan
stakeholders Bank. Yang termasuk dalam struktur tata kelola Bank
adalah Komisaris, Direksi, Komite dan satuan kerja pada Bank.
Adapun yang termasuk infrastruktur tata kelola Bank antara lain
adalah kebijakan dan prosedur Bank, sistem informasi manajemen
serta tugas pokok dan fungsi (tupoksi) masing-masing struktur
organisasi.
2. Penilaian governance process bertujuan untuk menilai efektivitas
proses pelaksanaan prinsip Good Corporate Governance (GCG) yang
didukung oleh kecukupan struktur dan infrastruktur tata kelola Bank
sehingga menghasilkan outcome yang sesuai dengan harapan
stakeholders Bank.
3. Penilaian governance outcome bertujuan untuk menilai kualitas
outcome yang memenuhi harapan stakeholders Bank yang merupakan
hasil proses pelaksanaan prinsip GCG yang didukung oleh kecukupan
struktur dan infrastruktur tata kelola Bank.
Yang termasuk dalam outcome mencakup aspek kualitatif dan aspek
kuantitatif, antara lain yaitu:
104
Halaman 2 dari 55
Tujuan
- kecukupan transparansi laporan;
- kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan;
- perlindungan konsumen;
- obyektivitas dalam melakukan assessment/audit;
- kinerja Bank seperti rentabilitas, efisiensi, dan permodalan;
dan/atau
- peningkatan/penurunan kepatuhan terhadap ketentuan yang
berlaku dan penyelesaian permasalahan yang dihadapi Bank seperti
fraud, pelanggaran BMPK, pelanggaran ketentuan terkait laporan
bank kepada Bank Indonesia.
No Kriteria/Indikator Analisis
1. Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Dewan
Komisaris
A. Governance Structure
1) Jumlah anggota Dewan Komisaris
sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang dan
tidak melampaui jumlah anggota Direksi.
2) Sekurang-kurangnya 1 (satu) anggota
Dewan Komisaris berdomisili di Indonesia.
3) Paling kurang 50% (lima puluh persen)
dari jumlah anggota Dewan Komisaris
adalah Komisaris Independen.
4) Dewan Komisaris tidak merangkap
jabatan kecuali terhadap hal-hal yang
telah ditetapkan dalam Peraturan Bank
Indonesia tentang Pelaksanaan GCG bagi
105
Halaman 3 dari 55
No Kriteria/Indikator Analisis
Bank Umum, yaitu hanya merangkap
jabatan sebagai anggota Dewan Komisaris,
Direksi atau Pejabat Eksekutif:
a) pada 1 (satu) lembaga/perusahaan
bukan lembaga keuangan; atau
b) yang melaksanakan fungsi
pengawasan pada 1 (satu) perusahaan
anak bukan Bank yang dikendalikan
Bank;
5) Komisaris Independen dapat merangkap
jabatan sebagai Ketua Komite paling
banyak pada 2 (dua) Komite pada Bank
yang sama.
6) Mayoritas Komisaris tidak saling memiliki
hubungan keluarga sampai dengan
derajat kedua dengan sesama anggota
Dewan Komisaris dan/atau Direksi.
7) Dewan Komisaris telah memiliki pedoman
dan tata tertib kerja termasuk pengaturan
etika kerja, waktu kerja, dan rapat.
8) Seluruh anggota Dewan Komisaris
memiliki integritas, kompetensi dan
reputasi keuangan yang memadai.
9) Anggota Dewan Komisaris independen
yang berasal dari mantan anggota Direksi
atau Pejabat Eksekutif Bank atau pihak-
pihak yang memiliki hubungan dengan
106
Halaman 4 dari 55
No Kriteria/Indikator Analisis
Bank yang dapat mempengaruhi
kemampuannya untuk bertindak
independen, dan tidak melakukan fungsi
pengawasan serta berasal dari Bank yang
bersangkutan, telah menjalani masa
tunggu (cooling off) paling kurang selama
1 (satu) tahun.
10) Seluruh Komisaris Independen tidak ada
yang memiliki hubungan keuangan,
kepengurusan, kepemilikan dan
hubungan keluarga dengan anggota
Dewan Komisaris lainnya, Direksi
dan/atau Pemegang Saham Pengendali
atau hubungan dengan Bank, yang dapat
mempengaruhi kemampuannya untuk
bertindak independen.
11) Seluruh anggota Dewan Komisaris telah
lulus Fit and Proper Test dan telah
memperoleh surat persetujuan dari Bank
Indonesia.
12) Anggota Dewan Komisaris memiliki
kompetensi yang memadai dan relevan
dengan jabatannya untuk menjalankan
tugas dan tanggung jawabnya serta
mampu mengimplementasikan kompetensi
yang dimilikinya dalam pelaksanaan tugas
dan tanggung jawabnya.
13) Anggota Dewan Komisaris memiliki
107
Halaman 5 dari 55
No Kriteria/Indikator Analisis
kemauan dan kemampuan untuk
melakukan pembelajaran secara
berkelanjutan dalam rangka peningkatan
pengetahuan tentang perbankan dan
perkembangan terkini terkait bidang
keuangan/lainnya yang mendukung
pelaksanaan tugas dan tanggung
jawabnya.
14) Komposisi Dewan Komisaris tidak
memenuhi ketentuan karena adanya
intervensi pemilik.
B. Governance Process
1) Penggantian dan/atau pengangkatan
Komisaris telah memperhatikan
rekomendasi Komite Nominasi atau
Komite Remunerasi dan Nominasi dan
memperoleh persetujuan dari RUPS.
2) Dewan Komisaris telah melaksanakan
tugasnya untuk memastikan
terselenggaranya pelaksanaan prinsip-
prinsip GCG dalam setiap kegiatan usaha
Bank pada seluruh tingkatan atau jenjang
organisasi.
3) Dewan Komisaris telah melaksanakan
pengawasan terhadap pelaksanaan tugas
dan tanggung jawab Direksi secara
berkala maupun sewaktu-waktu, serta
108
Halaman 6 dari 55
No Kriteria/Indikator Analisis
memberikan nasihat kepada Direksi.
4) Dalam rangka melakukan tugas
pengawasan, Komisaris telah
mengarahkan, memantau dan
mengevaluasi pelaksanaan kebijakan
strategis Bank.
5) Dewan Komisaris tidak terlibat dalam
pengambilan keputusan kegiatan
operasional Bank, kecuali dalam hal
penyediaan dana kepada pihak terkait dan
hal-hal lain yang ditetapkan dalam
Anggaran Dasar Bank dan/atau peraturan
perundangan yang berlaku dalam rangka
melaksanakan fungsi pengawasan.
6) Dewan Komisaris telah memastikan
bahwa Direksi telah menindaklanjuti
temuan audit dan rekomendasi dari
Satuan Kerja Audit Intern (SKAI) Bank,
auditor eksternal, hasil pengawasan Bank
Indonesia dan/atau hasil pengawasan
otoritas lainnya.
7) Dewan Komisaris memberitahukan
kepada Bank Indonesia paling lama 7
(tujuh) hari kerja sejak ditemukan
pelanggaran peraturan perundang-
undangan di bidang keuangan dan
perbankan, dan keadaan atau perkiraan
109
Halaman 7 dari 55
No Kriteria/Indikator Analisis
keadaan yang dapat membahayakan
kelangsungan usaha Bank.
8) Dewan Komisaris telah melaksanakan
tugas dan tanggung jawab secara
independen.
9) Dewan Komisaris telah membentuk
Komite Audit, Komite Pemantau Risiko,
serta Komite Remunerasi dan Nominasi.
10) Pengangkatan anggota Komite telah
dilakukan Direksi berdasarkan keputusan
rapat Dewan Komisaris.
11) Dewan Komisaris telah memastikan
bahwa Komite yang dibentuk telah
menjalankan tugasnya secara efektif.
12) Dewan Komisaris telah menyediakan
waktu yang cukup untuk melaksanakan
tugas dan tanggung jawabnya secara
optimal.
13) Rapat Dewan Komisaris membahas
permasalahan sesuai dengan agenda rapat
dan diselenggarakan secara berkala,
paling kurang 4 (empat) kali dalam
setahun, serta dihadiri secara fisik paling
kurang 2 (dua) kali dalam setahun, atau
melalui teknologi telekonferensi apabila
anggota Dewan Komisaris tidak dapat
menghadiri rapat secara fisik.
110
Halaman 8 dari 55
No Kriteria/Indikator Analisis
14) Pengambilan keputusan rapat Dewan
Komisaris telah dilakukan berdasarkan
musyawarah mufakat atau suara
terbanyak dalam hal tidak terjadi
musyawarah mufakat.
15) Anggota Dewan Komisaris tidak
memanfaatkan Bank untuk kepentingan
pribadi, keluarga, dan/atau pihak lain
yang merugikan atau mengurangi
keuntungan Bank.
16) Anggota Dewan Komisaris tidak
mengambil dan/atau menerima
keuntungan pribadi dari Bank selain
remunerasi dan fasilitas lainnya yang
ditetapkan RUPS.
17) Pemilik melakukan intervensi terhadap
pelaksanaan tugas Dewan Komisaris yang
menyebabkan kegiatan operasional Bank
terganggu sehingga berdampak pada
berkurangnya keuntungan Bank dan/atau
menyebabkan kerugian Bank.
C. Governance Outcome
1) Hasil rapat Dewan Komisaris telah
dituangkan dalam risalah rapat dan
didokumentasikan dengan baik, termasuk
dissenting opinions yang terjadi secara
jelas.
111
Halaman 9 dari 55
No Kriteria/Indikator Analisis
2) Hasil rapat Dewan Komisaris telah
dibagikan kepada seluruh anggota Dewan
Komisaris dan pihak yang terkait.
3) Hasil rapat Dewan Komisaris merupakan
rekomendasi dan/atau arahan yang dapat
diimplementasikan oleh RUPS dan/atau
Direksi.
4) Dalam laporan pelaksanaan GCG, anggota
Dewan Komisaris paling kurang telah
mengungkapkan:
a) kepemilikan sahamnya yang mencapai
5% (lima persen) atau lebih pada Bank
yang bersangkutan maupun pada
bank dan perusahaan lain yang
berkedudukan di dalam dan di luar
negeri;
b) hubungan keuangan dan hubungan
keluarga dengan anggota Dewan
Komisaris lainnya, anggota Direksi
dan/atau Pemegang Saham Pengendali
Bank;
c) remunerasi dan fasilitas lain;
d) shares option yang dimiliki Dewan
Komisaris.
5) Peningkatan pengetahuan, keahlian, dan
kemampuan Anggota Dewan Komisaris
dalam pengawasan Bank yang
112
Halaman 10 dari 55
No Kriteria/Indikator Analisis
ditunjukkan antara lain dengan
peningkatan kinerja Bank, penyelesaian
permasalahan yang dihadapi Bank, dan
pencapaian hasil sesuai ekspektasi
pemangku kepentingan (stakeholders).
Peningkatan budaya pembelajaran secara
berkelanjutan dalam rangka peningkatan
pengetahuan tentang perbankan dan
perkembangan terkini terkait bidang
keuangan/lainnya yang mendukung
pelaksanaan tugas dan tanggung jawab
Anggota Dewan Komisaris.
6) Kegiatan operasional Bank terganggu
dan/atau memberikan keuntungan yang
tidak wajar kepada pemilik yang
berdampak pada berkurangnya
keuntungan Bank dan/atau menyebabkan
kerugian Bank, akibat intervensi pemilik
terhadap komposisi dan/atau
pelaksanaan tugas Dewan Komisaris.
2. Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab
Direksi
A. Governance Structure
1) Jumlah anggota Direksi paling kurang 3
(tiga) orang.
2) Seluruh anggota Direksi telah berdomisili
di Indonesia.
113
Halaman 11 dari 55
No Kriteria/Indikator Analisis
3) Mayoritas anggota Direksi telah memiliki
pengalaman paling kurang 5 (lima) tahun
di bidang operasional sebagai Pejabat
Eksekutif Bank, kecuali untuk Bank
Syariah (minimal 2 (dua) tahun).
4) Direksi tidak memiliki rangkap jabatan
sebagai Komisaris, Direksi atau Pejabat
Eksekutif pada Bank, perusahaan dan
atau lembaga lain kecuali terhadap hal
yang telah ditetapkan dalam Peraturan
Bank Indonesia tentang Pelaksanaan GCG
Bagi Bank Umum yaitu menjadi Dewan
Komisaris dalam rangka melaksanakan
tugas pengawasan atas penyertaan pada
perusahaan anak bukan Bank yang
dikendalikan oleh Bank.
5) Anggota Direksi baik secara sendiri-sendiri
atau bersama-sama tidak memiliki saham
melebihi 25% (dua puluh lima persen) dari
modal disetor pada suatu perusahaan
lain.
6) Mayoritas anggota Direksi tidak saling
memiliki hubungan keluarga sampai
dengan derajat kedua dengan sesama
anggota Direksi, dan/atau dengan anggota
Dewan Komisaris.
7) Penggantian dan/atau pengangkatan
anggota Direksi telah memperhatikan
114
Halaman 12 dari 55
No Kriteria/Indikator Analisis
rekomendasi Komite Nominasi atau
Komite Remunerasi dan Nominasi.
8) Direksi memiliki pedoman dan tata tertib
kerja yang telah mencantumkan
pengaturan etika kerja, waktu kerja, dan
rapat.
9) Direksi tidak menggunakan penasehat
perorangan dan/atau jasa profesional
sebagai konsultan kecuali untuk proyek
yang bersifat khusus, telah didasari oleh
kontrak yang jelas meliputi lingkup kerja,
tanggung jawab, jangka waktu pekerjaan,
dan biaya, serta konsultan merupakan
Pihak Independen yang memiliki
kualifikasi untuk mengerjakan proyek
yang bersifat khusus.
10) Seluruh anggota Direksi memiliki
integritas, kompetensi dan reputasi
keuangan yang memadai.
11) Presiden Direktur atau Direktur Utama,
berasal dari pihak yang independen
terhadap Pemegang Saham Pengendali,
yaitu tidak memiliki hubungan keuangan,
kepengurusan, kepemilikan saham dan
hubungan keluarga.
12) Seluruh anggota Direksi telah lulus Fit
and Proper Test dan telah memperoleh
surat persetujuan dari Bank Indonesia.
115
Halaman 13 dari 55
No Kriteria/Indikator Analisis
13) Anggota Direksi memiliki kompetensi yang
memadai dan relevan dengan jabatannya
untuk menjalankan tugas dan tanggung
jawabnya serta mampu
mengimplementasikan kompetensi yang
dimilikinya dalam pelaksanaan tugas dan
tanggung jawabnya.
14) Anggota Direksi memiliki kemauan dan
kemampuan untuk melakukan
pembelajaran secara berkelanjutan dalam
rangka peningkatan pengetahuan tentang
perbankan dan perkembangan terkini
terkait bidang keuangan/lainnya yang
mendukung pelaksanaan tugas dan
tanggung jawabnya.
15) Anggota Direksi membudayakan
pembelajaran secara berkelanjutan dalam
rangka peningkatan pengetahuan tentang
perbankan dan perkembangan terkini
terkait bidang keuangan/lainnya yang
mendukung pelaksanaan tugas dan
tanggung jawabnya pada seluruh
tingkatan atau jenjang organisasi.
16) Komposisi Direksi tidak memenuhi
ketentuan karena adanya intervensi
pemilik.
116
Halaman 14 dari 55
No Kriteria/Indikator Analisis
B. Governance Process
1) Direksi telah mengangkat anggota Komite,
didasarkan pada keputusan rapat Dewan
Komisaris.
2) Anggota Direksi tidak memberikan kuasa
umum kepada pihak lain yang
mengakibatkan pengalihan tugas dan
fungsi Direksi.
3) Direksi bertanggung jawab penuh atas
pelaksanaan kepengurusan Bank.
4) Direksi mengelola Bank sesuai
kewenangan dan tanggung jawabnya
sebagaimana diatur dalam Anggaran
Dasar dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
5) Direksi telah melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya secara independen
terhadap pemegang saham.
6) Direksi telah melaksanakan prinsip-
prinsip GCG dalam setiap kegiatan usaha
Bank pada seluruh tingkatan atau jenjang
organisasi.
7) Direksi telah menindaklanjuti temuan
audit dan rekomendasi dari SKAI, auditor
eksternal, dan hasil pengawasan Bank
Indonesia dan/atau hasil pengawasan
otoritas lain.
117
Halaman 15 dari 55
No Kriteria/Indikator Analisis
8) Direksi telah menyediakan data dan
informasi yang lengkap, akurat, kini dan
tepat waktu kepada Komisaris.
9) Pengambilan keputusan rapat Direksi
telah dilakukan berdasarkan musyawarah
mufakat atau suara terbanyak dalam hal
tidak terjadi musyawarah mufakat.
10) Setiap keputusan rapat yang diambil
Direksi dapat diimplementasikan dan
sesuai dengan kebijakan, pedoman serta
tata tertib kerja yang berlaku.
11) Direksi telah menetapkan kebijakan dan
keputusan strategis melalui mekanisme
rapat Direksi.
12) Direksi tidak memanfaatkan Bank untuk
kepentingan pribadi, keluarga, dan/atau
pihak lain yang merugikan atau
mengurangi keuntungan Bank.
13) Direksi tidak mengambil dan/atau
menerima keuntungan pribadi dari Bank
selain Remunerasi dan fasilitas lainnya
yang ditetapkan RUPS.
14) Pemilik melakukan intervensi terhadap
pelaksanaan tugas Direksi yang
menyebabkan kegiatan operasional Bank
terganggu sehingga berdampak pada
berkurangnya keuntungan Bank dan/atau
menyebabkan kerugian Bank.
118
Halaman 16 dari 55
No Kriteria/Indikator Analisis
C. Governance Outcome
1) Direksi telah mempertanggungjawabkan
pelaksanaan tugasnya kepada pemegang
saham melalui RUPS.
2) Pertanggungjawaban Direksi atas
pelaksanaan tugasnya diterima oleh
pemegang saham melalui RUPS.
3) Direksi telah mengungkapkan kebijakan-
kebijakan Bank yang bersifat strategis di
bidang kepegawaian kepada pegawai
dengan media yang mudah diakses
pegawai.
4) Direksi telah mengkomunikasikan kepada
pegawai mengenai arah bisnis bank dalam
rangka pencapaian misi dan visi bank.
5) Hasil rapat Direksi telah dituangkan
dalam risalah rapat dan
didokumentasikan dengan baik, termasuk
pengungkapan secara jelas dissenting
opinions yang terjadi dalam rapat Direksi.
6) Dalam laporan pelaksanaan GCG, seluruh
anggota Direksi paling kurang telah
mengungkapkan:
a) kepemilikan saham yang mencapai 5%
(lima persen) atau lebih pada Bank
yang bersangkutan maupun pada
bank dan perusahaan lain yang
119
Halaman 17 dari 55
No Kriteria/Indikator Analisis
berkedudukan di dalam dan di luar
negeri;
b) hubungan keuangan dan hubungan
keluarga dengan anggota Dewan
Komisaris, anggota Direksi lainnya
dan/atau Pemegang Saham Pengendali
Bank;
c) remunerasi dan fasilitas lain;
d) shares option yang dimiliki Direksi.
7) Peningkatan pengetahuan, keahlian, dan
kemampuan Anggota Direksi dalam
pengelolaan Bank yang ditunjukkan
antara lain dengan peningkatan kinerja
Bank, penyelesaian permasalahan yang
dihadapi Bank, dan pencapaian hasil
sesuai ekspektasi stakeholders.
8) Peningkatan pengetahuan, keahlian, dan
kemampuan dari seluruh karyawan Bank
pada seluruh tingkatan atau jenjang
organisasi yang ditunjukkan antara lain
dengan peningkatan kinerja individu
sesuai tugas dan tanggung jawabnya.
9) Peningkatan budaya pembelajaran secara
berkelanjutan dalam rangka peningkatan
pengetahuan tentang perbankan dan
perkembangan terkini terkait bidang
keuangan/lainnya yang mendukung
120
Halaman 18 dari 55
No Kriteria/Indikator Analisis
pelaksanaan tugas dan tanggungjawabnya
pada seluruh tingkatan atau jenjang
organisasi yang ditunjukkan antara lain
dengan peningkatan keikutsertaan
karyawan Bank dalam sertifikasi
perbankan dan/atau
pendidikan/pelatihan dalam rangka
pengembangan kualitas individu.
10) Kegiatan operasional Bank terganggu
dan/atau memberikan keuntungan yang
tidak wajar kepada pemilik yang
berdampak pada berkurangnya
keuntungan Bank dan/atau menyebabkan
kerugian Bank, akibat intervensi pemilik
terhadap komposisi dan/atau
pelaksanaan tugas Direksi.
3. Kelengkapan dan Pelaksanaan Tugas Komite
A. Governance Structure
1) Komite Audit
a) Anggota Komite Audit paling kurang
terdiri dari seorang Komisaris
Independen, seorang Pihak Independen
yang ahli di bidang keuangan atau
akuntansi dan seorang Pihak
Independen yang ahli di bidang hukum
atau perbankan.
121
Halaman 19 dari 55
No Kriteria/Indikator Analisis
b) Komite Audit diketuai oleh Komisaris
Independen.
c) Paling kurang 51% (lima puluh satu
persen) anggota Komite Audit adalah
Komisaris Independen dan Pihak
Independen.
d) Anggota Komite Audit memiliki
integritas, akhlak dan moral yang baik.
2) Komite Pemantau Risiko
a) Anggota Komite Pemantau Risiko
paling kurang terdiri dari seorang
Komisaris Independen, seorang Pihak
Independen yang ahli di bidang
keuangan dan seorang Pihak
Independen yang ahli di bidang
manajemen risiko.
b) Komite Pemantau Risiko diketuai oleh
Komisaris Independen.
c) Paling kurang 51% (lima puluh satu
persen) anggota Komite Pemantau
Risiko adalah Komisaris Independen
dan Pihak Independen.
d) Anggota Komite Pemantau Risiko
memiliki integritas, akhlak dan moral
yang baik.
3) Komite Remunerasi dan Nominasi
a) Anggota Komite Remunerasi dan
122
Halaman 20 dari 55
No Kriteria/Indikator Analisis
Nominasi paling kurang terdiri dari
seorang Komisaris Independen,
seorang Komisaris dan seorang Pejabat
Eksekutif yang membawahi sumber
daya manusia atau seorang perwakilan
pegawai.
b) Pejabat Eksekutif atau perwakilan
pegawai anggota Komite harus
memiliki pengetahuan dan mengetahui
ketentuan sistem remunerasi
dan/atau nominasi serta succession
plan Bank.
c) Komite Remunerasi dan Nominasi
diketuai oleh Komisaris Independen.
d) Apabila jumlah anggota Komite
Remunerasi dan Nominasi yang
ditetapkan lebih dari 3 (tiga) orang
maka anggota Komisaris Independen
paling kurang berjumlah 2 (dua) orang.
e) Apabila Bank membentuk Komite
tersebut secara terpisah, maka:
(1) Pejabat Eksekutif atau perwakilan
pegawai anggota Komite
Remunerasi harus memiliki
pengetahuan mengenai sistem
remunerasi Bank; dan
(2) Pejabat Eksekutif anggota Komite
123
Halaman 21 dari 55
No Kriteria/Indikator Analisis
Nominasi harus memiliki
pengetahuan tentang sistem
nominasi dan succession plan
Bank.
4) Anggota Komite Audit dan Komite
Pemantau Risiko bukan merupakan
anggota Direksi Bank yang sama maupun
Bank lain.
5) Rangkap jabatan Pihak Independen pada
Bank yang sama, Bank lain dan/atau
perusahaan lain telah memperhatikan
kompetensi, kriteria independensi,
kerahasiaan, kode etik dan pelaksanaan
tugas dan tanggung jawab.
6) Seluruh Pihak Independen anggota Komite
tidak memiliki hubungan keuangan,
kepengurusan, kepemilikan saham
dan/atau hubungan keluarga dengan
Dewan Komisaris, Direksi dan/atau
Pemegang Saham Pengendali atau
hubungan dengan Bank, yang dapat
mempengaruhi kemampuannya untuk
bertindak independen.
7) Seluruh Pihak Independen yang berasal
dari mantan Anggota Direksi atau Pejabat
Eksekutif yang berasal dari Bank yang
bersangkutan dan tidak melakukan fungsi
pengawasan atau pihak-pihak lain yang
124
Halaman 22 dari 55
No Kriteria/Indikator Analisis
mempunyai hubungan dengan Bank yang
dapat mempengaruhi kemampuan untuk
bertindak independen telah menjalani
masa tunggu (cooling off) selama 6 (enam)
bulan.
8) Rapat Komite Audit dan Komite Pemantau
Risiko paling kurang dihadiri 51% (lima
puluh satu persen) dari jumlah anggota
termasuk Komisaris Independen dan
Pihak Independen.
9) Rapat Komite Remunerasi dan Nominasi,
paling kurang dihadiri 51% (lima puluh
satu persen) dari jumlah anggota
termasuk seorang Komisaris Independen
dan Pejabat Eksekutif atau perwakilan
pegawai.
10) Komposisi Komite tidak memenuhi
ketentuan karena adanya intervensi
pemilik.
B. Governance Process
1) Komite Audit
Untuk memberikan rekomendasi kepada
Dewan Komisaris:
a) Komite Audit telah memantau dan
mengevaluasi perencanaan dan
pelaksanaan audit serta memantau
tindak lanjut hasil audit dalam rangka
125
Halaman 23 dari 55
No Kriteria/Indikator Analisis
menilai kecukupan pengendalian
intern termasuk kecukupan proses
pelaporan keuangan.
b) Komite Audit telah melakukan review
terhadap:
(1) pelaksanaan tugas SKAI;
(2) kesesuaian pelaksanaan audit oleh
Kantor Akuntan Publik (KAP)
dengan standar audit yang berlaku;
(3) kesesuaian laporan keuangan
dengan standar akuntansi yang
berlaku; dan
(4) pelaksanaan tindak lanjut oleh
Direksi atas hasil temuan SKAI,
Akuntan Publik dan hasil
pengawasan Bank Indonesia.
c) Komite Audit telah memberikan
rekomendasi penunjukan Akuntan
Publik dan KAP sesuai ketentuan yang
berlaku kepada RUPS melalui Dewan
Komisaris.
2) Komite Pemantau Risiko
Untuk memberikan rekomendasi kepada
Dewan Komisaris:
a) Komite Pemantau Risiko mengevaluasi
kebijakan dan pelaksanaan
manajemen risiko;
126
Halaman 24 dari 55
No Kriteria/Indikator Analisis
b) Komite Pemantau Risiko memantau
dan mengevaluasi pelaksanaan tugas
Komite Manajemen Risiko dan Satuan
Kerja Manajemen Risiko (SKMR).
3) Komite Remunerasi dan Nominasi
Untuk memberikan rekomendasi kepada
Dewan Komisaris:
a) Komite Remunerasi telah mengevaluasi
kebijakan remunerasi bagi:
(1) Dewan Komisaris dan Direksi dan
telah disampaikan kepada RUPS;
(2) Pejabat Eksekutif dan pegawai dan
telah disampaikan kepada Direksi.
b) Terkait dengan kebijakan nominasi,
Komite telah menyusun sistem, serta
prosedur pemilihan dan/atau
penggantian anggota Dewan Komisaris
dan Direksi untuk disampaikan
kepada RUPS.
c) Komite Nominasi, telah memberikan
rekomendasi calon anggota Dewan
Komisaris dan/atau Direksi untuk
disampaikan kepada RUPS.
d) Komite Nominasi, telah memberikan
rekomendasi calon Pihak Independen
yang dapat menjadi anggota Komite
kepada Dewan Komisaris.
127
Halaman 25 dari 55
No Kriteria/Indikator Analisis
4) Rapat Komite diselenggarakan sesuai
kebutuhan Bank.
5) Keputusan rapat diambil berdasarkan
musyawarah mufakat atau suara
terbanyak dalam hal tidak terjadi
musyawarah mufakat.
6) Hasil rapat Komite merupakan
rekomendasi yang dapat dimanfaatkan
secara optimal oleh Dewan Komisaris.
7) Pemilik melakukan intervensi terhadap
pelaksanaan tugas Komite, seperti
misalnya terkait rekomendasi pemberian
remunerasi yang tidak wajar kepada pihak
terkait pemilik, rekomendasi calon Dewan
Komisaris/Direksi yang tidak sesuai
dengan prosedur pemilihan dan/atau
penggantian yang telah ditetapkan.
C. Governance Outcome
1) Hasil risalah rapat wajib dibuat, termasuk
pengungkapan perbedaaan pendapat
(dissenting opinions) secara jelas dan wajib
didokumentasikan dengan baik.
2) Masing-masing Komite telah
melaksanakan fungsinya sesuai ketentuan
yang berlaku seperti misalnya pemberian
rekomendasi sesuai tugasnya kepada
128
Halaman 26 dari 55
No Kriteria/Indikator Analisis
Dewan Komisaris.
4. Penanganan Benturan Kepentingan
A. Governance Structure
Bank memiliki kebijakan, sistem dan
prosedur penyelesaian mengenai:
1) benturan kepentingan yang mengikat
setiap pengurus dan pegawai Bank;
2) administrasi, dokumentasi dan
pengungkapan benturan kepentingan
dimaksud dalam Risalah Rapat.
B. Governance Process
Dalam hal terjadi benturan kepentingan,
anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi,
dan Pejabat Eksekutif tidak mengambil
tindakan yang dapat merugikan atau
mengurangi keuntungan Bank.
C. Governance Outcome
1) Benturan kepentingan yang dapat
merugikan Bank atau mengurangi
keuntungan Bank telah diungkapkan
dalam setiap keputusan dan telah
terdokumentasi dengan baik.
2) Kegiatan operasional bank bebas dari
intervensi pemilik/pihak terkait/pihak
lainnya yang dapat menimbulkan benturan
kepentingan yang dapat merugikan Bank
129
Halaman 27 dari 55
No Kriteria/Indikator Analisis
atau mengurangi keuntungan Bank.
3) Bank berhasil menyelesaikan benturan
kepentingan yang terjadi.
5. Penerapan Fungsi Kepatuhan Bank
A. Governance Structure
1) Satuan kerja kepatuhan independen
terhadap satuan kerja operasional.
2) Pengangkatan, pemberhentian dan/atau
pengunduran diri Direktur yang
membawahkan Fungsi Kepatuhan sesuai
dengan ketentuan Bank Indonesia.
3) Bank telah menyediakan sumber daya
manusia yang berkualitas pada satuan
kerja Kepatuhan untuk menyelesaikan
tugas secara efektif.
B. Governance Process
1) Direktur yang membawahkan Fungsi
Kepatuhan bertugas dan bertanggung
jawab antara lain:
a) memastikan kepatuhan Bank terhadap
ketentuan Bank Indonesia dan
peraturan perundang-undangan yang
berlaku, dengan cara:
(1) menetapkan langkah-langkah yang
diperlukan dengan memperhatikan
prinsip kehati-hatian;
130
Halaman 28 dari 55
No Kriteria/Indikator Analisis
(2) memantau dan menjaga agar
kegiatan usaha Bank tidak
menyimpang dari ketentuan;
(3) memantau dan menjaga kepatuhan
Bank terhadap seluruh perjanjian
dan komitmen yang dibuat oleh
Bank kepada Bank Indonesia dan
lembaga otoritas yang berwenang;
b) menyampaikan laporan pelaksanaan
tugas dan tanggung jawab paling
kurang secara triwulanan kepada
Direktur Utama dengan tembusan
kepada Dewan Komisaris atau pihak
yang berwenang sesuai struktur
organisasi Bank;
c) merumuskan strategi guna mendorong
terciptanya Budaya Kepatuhan Bank;
d) mengusulkan kebijakan kepatuhan
atau prinsip-prinsip kepatuhan yang
akan ditetapkan oleh Direksi;
e) menetapkan sistem dan prosedur
kepatuhan yang akan digunakan
untuk menyusun ketentuan dan
pedoman internal Bank;
f) memastikan bahwa seluruh kebijakan,
ketentuan, sistem, dan prosedur, serta
kegiatan usaha yang dilakukan Bank
131
Halaman 29 dari 55
No Kriteria/Indikator Analisis
telah sesuai dengan ketentuan Bank
Indonesia dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
g) meminimalkan Risiko Kepatuhan
Bank;
h) melakukan tindakan pencegahan agar
kebijakan dan/atau keputusan yang
diambil Direksi Bank atau pimpinan
KCBA tidak menyimpang dari
ketentuan Bank Indonesia dan
peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
i) melakukan tugas-tugas lainnya yang
terkait dengan Fungsi Kepatuhan.
2) Penunjukan Direktur yang membawahkan
Fungsi Kepatuhan telah sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
3) Direksi telah:
a) menyetujui kebijakan kepatuhan Bank
dalam bentuk dokumen formal tentang
fungsi kepatuhan yang efektif;
b) bertanggung jawab untuk
mengkomunikasikan seluruh
kebijakan, pedoman, sistem dan
prosedur ke seluruh jenjang organisasi
terkait;
132
Halaman 30 dari 55
No Kriteria/Indikator Analisis
c) bertanggung jawab untuk menciptakan
fungsi kepatuhan yang efektif dan
permanen sebagai bagian dari
kebijakan kepatuhan Bank secara
keseluruhan.
4) Satuan kerja kepatuhan bertugas dan
bertanggung jawab antara lain:
a) membuat langkah-langkah dalam
rangka mendukung terciptanya
Budaya Kepatuhan pada seluruh
kegiatan usaha Bank pada setiap
jenjang organisasi;
b) melakukan identifikasi, pengukuran,
monitoring, dan pengendalian terhadap
Risiko Kepatuhan dengan mengacu
pada peraturan Bank Indonesia
mengenai Penerapan Manajemen
Risiko bagi Bank Umum;
c) menilai dan mengevaluasi efektivitas,
kecukupan, dan kesesuaian kebijakan,
ketentuan, sistem maupun prosedur
yang dimiliki oleh Bank dengan
peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
d) melakukan review dan/atau
merekomendasikan pengkinian dan
penyempurnaan kebijakan, ketentuan,
133
Halaman 31 dari 55
No Kriteria/Indikator Analisis
sistem maupun prosedur yang dimiliki
oleh Bank agar sesuai dengan
ketentuan Bank Indonesia dan
peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
e) melakukan upaya-upaya untuk
memastikan bahwa kebijakan,
ketentuan, sistem dan prosedur, serta
kegiatan usaha Bank telah sesuai
dengan ketentuan Bank Indonesia dan
peraturan perundangan-undangan
yang berlaku;
f) melakukan tugas-tugas lainnya yang
terkait dengan Fungsi Kepatuhan.
C. Governance Outcome
1) Bank telah menyampaikan laporan pokok
pelaksanaan tugas Direktur yang
membawahkan Fungsi Kepatuhan dan
laporan khusus kepada Bank Indonesia
dan pihak terkait.
2) Cakupan laporan pelaksanaan tugas
Direktur yang membawahkan Fungsi
Kepatuhan tersebut telah sesuai dengan
ketentuan Bank Indonesia yang berlaku.
3) Bank berhasil menurunkan tingkat
pelanggaran terhadap ketentuan yang
134
Halaman 32 dari 55
No Kriteria/Indikator Analisis
berlaku.
4) Bank berhasil membangun budaya
kepatuhan dalam pengambilan keputusan
dan dalam kegiatan operasional bank.
6. Penerapan fungsi audit intern
A. Governance Structure
1) Struktur organisasi SKAI Bank telah
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2) Bank memiliki Standar Pelaksanaan
Fungsi Audit Intern Bank (SPFAIB),
dengan:
a) menyusun Piagam Audit Intern
(Internal Audit Charter);
b) membentuk SKAI;
c) menyusun panduan audit intern.
3) Kelembagaan SKAI independen terhadap
satuan kerja operasional.
4) Bank menyediakan sumber daya yang
berkualitas pada SKAI untuk
menyelesaikan tugas secara efektif.
B. Governance Process
1) Direksi bertanggung jawab atas:
a) terciptanya struktur pengendalian
intern, dan menjamin terselenggaranya
fungsi audit intern Bank dalam setiap
135
Halaman 33 dari 55
No Kriteria/Indikator Analisis
tingkatan manajemen;
b) tindak lanjut temuan audit intern
Bank sesuai dengan kebijakan dan
arahan Dewan Komisaris.
2) Bank menerapkan fungsi audit intern
secara efektif pada seluruh aspek dan
unsur kegiatan yang secara langsung
diperkirakan dapat mempengaruhi
kepentingan Bank dan masyarakat.
3) Bank melakukan kaji ulang secara berkala
atas efektifitas pelaksanaan kerja SKAI
dan kepatuhannya terhadap SPFAIB oleh
pihak eksternal setiap tiga tahun.
4) Rencana pemeriksaan SKAI Bank,
kecukupan ruang lingkup pemeriksaan
serta kedalaman pemeriksaan telah
memadai.
5) Tidak terdapat penyimpangan dalam
realisasi atas rencana pemeriksaan SKAI
Bank.
6) Bank merencanakan dan merealisasikan
peningkatan mutu keterampilan sumber
daya manusia secara berkala dan
berkelanjutan.
7) SKAI telah melakukan fungsi pengawasan
secara independen dengan cakupan tugas
yang memadai dan sesuai dengan
136
Halaman 34 dari 55
No Kriteria/Indikator Analisis
rencana, pelaksanaan maupun
pemantauan hasil audit.
8) SKAI telah melaksanakan tugas sekurang-
kurangnya meliputi penilaian:
a) kecukupan Sistem Pengendalian Intern
Bank;
b) efektivitas Sistem Pengendalian Intern
Bank;
c) kualitas kinerja.
9) SKAI telah melaporkan seluruh temuan
hasil pemeriksaan sesuai ketentuan yang
berlaku.
10) SKAI telah memantau, menganalisis dan
melaporkan perkembangan tindak lanjut
perbaikan yang dilakukan auditee.
11) SKAI telah menyusun dan mengkinikan
pedoman kerja serta sistem dan prosedur
untuk melaksanakan tugas bagi auditor
intern secara berkala sesuai ketentuan
dan perundangan yang berlaku.
C. Governance Outcome
1) Direksi bertanggung jawab atas
tersedianya laporan kegiatan pelaksanaan
fungsi audit intern Bank kepada RUPS.
2) Temuan-temuan pemeriksaan SKAI telah
ditindaklanjuti dan tidak terjadi temuan
137
Halaman 35 dari 55
No Kriteria/Indikator Analisis
yang berulang.
3) SKAI bertindak obyektif dalam melakukan
audit.
4) Fungsi audit intern telah dilaksanakan
secara memadai dengan memperhatikan
antara lain:
a. Program audit telah mencakup
keseluruhan unit kerja yang
pelaksanaannya mempertimbangkan
tingkat risiko pada masing-masing unit
kerja.
b. Program audit dan ruang lingkup audit
telah memadai sesuai dengan prinsip-
prinsip SPFAIB antara lain
terpenuhinya independensi,
objektivitas, tidak ada pembatasan
dalam cakupan dan ruang lingkup
audit intern.
c. Terpenuhinya jumlah dan kualitas
auditor intern.
7. Penerapan fungsi audit ekstern
A. Governance Structure
Penugasan audit kepada Akuntan Publik dan
KAP sekurang-kurangnya memenuhi aspek-
aspek:
138
Halaman 36 dari 55
No Kriteria/Indikator Analisis
1) kapasitas KAP yang ditunjuk;
2) legalitas perjanjian kerja;
3) ruang lingkup audit;
4) standar profesional akuntan publik; dan
5) komunikasi Bank Indonesia dengan KAP
dimaksud.
B. Governance Process
1) Dalam pelaksanaan audit laporan
keuangan Bank, Bank menunjuk Akuntan
Publik dan KAP yang terdaftar di Bank
Indonesia.
2) Penunjukan Akuntan Publik dan KAP
yang sama oleh Bank telah sesuai
peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
3) Penunjukan Akuntan Publik dan KAP
terlebih dahulu memperoleh persetujuan
RUPS berdasarkan rekomendasi dari
Komite Audit melalui Dewan Komisaris.
4) Akuntan Publik dan KAP yang ditunjuk,
mampu bekerja secara independen,
memenuhi standar profesional akuntan
publik dan perjanjian kerja serta ruang
lingkup audit yang ditetapkan.
5) Akuntan Publik telah melakukan
komunikasi dengan Bank Indonesia
139
Halaman 37 dari 55
No Kriteria/Indikator Analisis
mengenai kondisi Bank yang diaudit
dalam rangka persiapan dan pelaksanaan
audit.
6) Akuntan Publik telah melaksanakan audit
secara independen dan profesional.
7) Akuntan Publik telah melaporkan hasil
audit dan Management Letter kepada Bank
Indonesia.
C. Governance Outcome
1) Hasil audit dan management letter telah
menggambarkan permasalahan bank yang
signifikan dan disampaikan secara tepat
waktu kepada Bank Indonesia oleh KAP
yang ditunjuk.
2) Cakupan hasil audit paling kurang sesuai
dengan ruang lingkup audit sebagaimana
diatur dalam ketentuan yang berlaku.
3) Auditor bertindak obyektif dalam
melakukan audit.
8. Penerapan manajemen risiko termasuk Sistem
Pengendalian Intern
A. Governance Structure
1) Bank telah memiliki struktur organisasi
yang memadai untuk mendukung
penerapan manajemen risiko dan
pengendalian intern yang baik antara lain
140
Halaman 38 dari 55
No Kriteria/Indikator Analisis
SKAI, SKMR dan Komite Manajemen
Risiko serta Satuan Kerja Kepatuhan.
2) Bank telah memiliki kebijakan, prosedur
dan penetapan limit risiko yang memadai.
B. Governance Process
1) Dewan Komisaris memiliki tugas dan
tangung jawab yang jelas, diantaranya:
a) menyetujui kebijakan Manajemen
Risiko termasuk strategi dan kerangka
Manajemen Risiko yang ditetapkan
sesuai dengan tingkat risiko yang
diambil (risk appetite) dan toleransi
risiko (risk tolerance);
b) mengevaluasi kebijakan Manajemen
Risiko dan Strategi Manajemen Risiko
paling kurang satu kali dalam satu
tahun atau dalam frekuensi yang lebih
sering dalam hal terdapat perubahan
faktor-faktor yang mempengaruhi
kegiatan usaha Bank secara signifikan;
c) mengevaluasi pertanggungjawaban
Direksi dan memberikan arahan
perbaikan atas pelaksanaan kebijakan
Manajemen Risiko secara berkala.
Evaluasi dilakukan dalam rangka
memastikan bahwa Direksi mengelola
aktivitas dan risiko-risiko Bank secara
141
Halaman 39 dari 55
No Kriteria/Indikator Analisis
efektif.
2) Direksi memiliki tugas dan tanggung
jawab yang jelas, diantaranya:
a) menyusun kebijakan Manajemen
Risiko termasuk strategi dan kerangka
Manajemen Risiko secara tertulis dan
komprehensif termasuk limit risiko
secara keseluruhan dan per jenis
risiko, dengan memperhatikan tingkat
risiko yang diambil dan toleransi risiko
terhadap kecukupan permodalan.
Setelah mendapat persetujuan dari
Dewan Komisaris maka Direksi
menetapkan kebijakan, strategi, dan
kerangka Manajemen Risiko
dimaksud;
b) menyusun, menetapkan, dan
mengkinikan prosedur dan alat untuk
mengidentifikasi, mengukur,
memonitor, dan mengendalikan risiko;
c) menyusun dan menetapkan
mekanisme persetujuan transaksi,
termasuk yang melampaui limit dan
kewenangan untuk setiap jenjang
jabatan;
d) mengevaluasi dan/atau mengkinikan
kebijakan, strategi, dan kerangka
142
Halaman 40 dari 55
No Kriteria/Indikator Analisis
Manajemen Risiko paling kurang satu
kali dalam satu tahun atau dalam
frekuensi yang lebih sering dalam hal
terdapat perubahan faktor-faktor yang
mempengaruhi kegiatan usaha Bank,
eksposur risiko, dan/atau profil risiko
secara signifikan;
e) menetapkan struktur organisasi
termasuk wewenang dan tanggung
jawab yang jelas pada setiap jenjang
jabatan yang terkait dengan penerapan
Manajemen Risiko;
f) bertanggung jawab atas pelaksanaan
kebijakan, strategi, dan kerangka
Manajemen Risiko yang telah disetujui
oleh Dewan Komisaris serta
mengevaluasi dan memberikan arahan
berdasarkan laporan-laporan yang
disampaikan oleh SKMR termasuk
laporan mengenai profil risiko;
g) memastikan seluruh risiko yang
material dan dampak yang
ditimbulkan oleh risiko dimaksud telah
ditindaklanjuti dan telah
menyampaikan laporan
pertanggungjawaban kepada Dewan
Komisaris secara berkala. Laporan
143
Halaman 41 dari 55
No Kriteria/Indikator Analisis
dimaksud antara lain memuat laporan
perkembangan dan permasalahan
terkait risiko yang material disertai
langkah-langkah perbaikan yang telah,
sedang, dan akan dilakukan;
h) memastikan pelaksanaan langkah-
langkah perbaikan atas permasalahan
atau penyimpangan dalam kegiatan
usaha Bank yang ditemukan oleh
SKAI;
i) mengembangkan budaya Manajemen
Risiko termasuk kesadaran risiko pada
seluruh jenjang organisasi, antara lain
meliputi komunikasi yang memadai
kepada seluruh jenjang organisasi
tentang pentingnya pengendalian
intern yang efektif;
j) memastikan kecukupan dukungan
keuangan dan infrastruktur untuk
mengelola dan mengendalikan risiko;
k) memastikan bahwa fungsi Manajemen
Risiko telah diterapkan secara
independen yang dicerminkan antara
lain adanya pemisahan fungsi antara
SKMR yang melakukan identifikasi,
pengukuran, pemantauan dan
pengendalian risiko dengan satuan
144
Halaman 42 dari 55
No Kriteria/Indikator Analisis
kerja yang melakukan dan
menyelesaikan transaksi.
3) Bank telah menerapkan sistem
pengendalian intern yang menyeluruh dan
handal.
C. Governance Outcome
1) Bank menerapkan manajemen risiko
secara efektif, yang disesuaikan dengan
tujuan, kebijakan usaha, ukuran dan
kompleksitas usaha serta kemampuan
Bank.
2) Komisaris dan Direksi (Manajemen)
mampu melakukan pengawasan secara
aktif terhadap pelaksanaan kebijakan dan
strategi manajemen risiko.
3) Bank tidak melakukan aktivitas bisnis
yang melampaui kemampuan permodalan
untuk menyerap risiko kerugian.
9. Penyediaan dana kepada pihak terkait (related
party) dan penyediaan dana besar (large
exposure)
A. Governance Structure
Bank telah memiliki kebijakan, sistem dan
prosedur tertulis yang memadai untuk
penyediaan dana kepada pihak terkait dan
penyediaan dana besar, berikut monitoring
145
Halaman 43 dari 55
No Kriteria/Indikator Analisis
dan penyelesaian masalahnya.
B. Governance Process
1) Bank telah secara berkala mengevaluasi
dan mengkinikan kebijakan, sistem dan
prosedur dimaksud agar disesuaikan
dengan ketentuan dan perundang-
undangan yang berlaku.
2) Terdapat proses yang memadai untuk
memastikan penyediaan dana kepada
pihak terkait dan penyediaan dana dalam
jumlah besar telah sesuai dengan prinsip
kehati-hatian.
3) Pengambilan keputusan dalam
penyediaan dana diputuskan manajemen
secara independen tanpa intervensi dari
pihak terkait dan/atau pihak lainnya.
C. Governance Outcome
1) Penerapan penyediaan dana oleh Bank
kepada pihak terkait dan/atau penyediaan
dana besar telah:
a) memenuhi ketentuan Bank Indonesia
tentang Batas Maksimum Pemberian
Kredit (BMPK) dan memperhatikan
prinsip kehati-hatian maupun
perundang-undangan yang berlaku;
b) memperhatikan kemampuan
permodalan dan
146
Halaman 44 dari 55
No Kriteria/Indikator Analisis
penyebaran/diversifikasi portofolio
penyediaan dana.
2) Laporan sebagaimana dimaksud pada
angka 1) telah disampaikan secara berkala
kepada Bank Indonesia secara tepat
waktu.
10. Transparansi kondisi keuangan dan non
keuangan, laporan pelaksanaan GCG dan
pelaporan internal
A. Governance Structure
1) Bank memiliki kebijakan dan prosedur
mengenai tata cara pelaksanaan
transparansi kondisi keuangan dan non
keuangan.
2) Bank wajib menyusun Laporan
Pelaksanaan GCG pada setiap akhir tahun
buku dengan cakupan sesuai ketentuan
yang berlaku.
3) Tersedianya pelaporan internal yang
lengkap, akurat, dan tepat waktu yang
didukung oleh SIM yang memadai.
4) Terdapat sistem informasi yang handal
yang didukung oleh sumber daya manusia
yang kompeten dan IT security system
yang memadai.
147
Halaman 45 dari 55
No Kriteria/Indikator Analisis
B. Governance Process
1) Bank telah mentransparansikan kondisi
keuangan dan non-keuangan kepada
stakeholders termasuk mengumumkan
Laporan Keuangan Publikasi triwulanan
dan melaporkannya kepada Bank
Indonesia atau stakeholders sesuai
ketentuan yang berlaku.
2) Bank mentransparansikan informasi
produk Bank sesuai ketentuan Bank
Indonesia tentang Transparansi Informasi
Produk Bank dan Penggunaan Data
Pribadi Nasabah, antara lain:
a) informasi secara tertulis mengenai
produk Bank yang memenuhi
persyaratan minimal sebagaimana
ditentukan;
b) Petugas Bank (Customer Service dan
Marketing) telah menjelaskan
informasi-informasi produk kepada
nasabah;
c) informasi produk yang disampaikan
sesuai dengan kondisi yang sebenarnya;
d) Bank telah menyampaikan kepada
nasabah jika terdapat perubahan-
perubahan informasi produk;
148
Halaman 46 dari 55
No Kriteria/Indikator Analisis
e) informasi-informasi produk dapat
terbaca dengan jelas dan dapat
dimengerti;
f) Bank memiliki layanan informasi
produk yang dapat diperoleh dengan
mudah oleh masyarakat;
g) Bank telah menjelaskan tujuan dan
konsekuensi penyebaran data pribadi
tersebut kepada nasabah;
h) nasabah yang data pribadinya
disebarluaskan telah memberikan
persetujuan atas pemberian data
pribadinya tersebut.
3) Bank mentransparansikan tata cara
pengaduan nasabah dan penyelesaian
sengketa kepada nasabah sesuai
ketentuan Bank Indonesia tentang
Pengaduan Nasabah dan Mediasi
Perbankan.
4) Bank menyusun dan menyajikan laporan
dengan tata cara, jenis dan cakupan
sebagaimana diatur dalam ketentuan
Bank Indonesia tentang Transparansi
Kondisi Keuangan.
5) Bank telah menyusun Laporan
Pelaksanaan GCG dengan isi dan cakupan
sekurang-kurangnya sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
149
Halaman 47 dari 55
No Kriteria/Indikator Analisis
6) Dalam hal Laporan Pelaksanaan GCG
tidak sesuai dengan kondisi Bank yang
sebenarnya, Bank segera menyampaikan
revisi secara lengkap kepada Bank
Indonesia, dan bagi Bank yang telah
memiliki homepage wajib
mempublikasikannya pula pada homepage
Bank.
7) Dalam hal terdapat perbedaan Peringkat
Faktor GCG dalam hasil penilaian (self
assessment) pada Laporan Pelaksanaan
GCG Bank dengan hasil penilaian
pelaksanaan GCG oleh Bank Indonesia,
Bank:
a) Paling kurang melakukan revisi
terhadap Peringkat Faktor GCG dan
Definisi Peringkat hasil penilaian (self
assessment) dimaksud kepada publik
melalui Laporan Keuangan Publikasi
pada periode yang terdekat;
b) Segera menyampaikan revisi hasil
penilaian (self assessment) GCG Bank
secara lengkap kepada Bank
Indonesia, dan bagi Bank yang telah
memiliki homepage wajib
mempublikasikannya pula pada
homepage Bank.
150
Halaman 48 dari 55
No Kriteria/Indikator Analisis
C. Governance Outcome
1) Laporan Tahunan telah disampaikan Bank
secara lengkap dan tepat waktu kepada
pemegang saham dan sekurang-
kurangnya kepada:
a) Bank Indonesia;
b) Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia
(YLKI);
c) Lembaga Pemeringkat di Indonesia;
d) Asosiasi Bank-Bank di Indonesia;
e) Lembaga Pengembangan Perbankan
Indonesia (LPPI);
f) 2 (dua) Lembaga Penelitian di bidang
Ekonomi dan Keuangan;
g) 2 (dua) Majalah Ekonomi dan
Keuangan.
2) Transparansi laporan telah dilakukan
secara tepat waktu dengan cakupan
sesuai ketentuan pada homepage Bank,
meliputi:
a) Laporan Tahunan (keuangan dan non-
keuangan);
b) Laporan Keuangan Publikasi
Triwulanan sekurang-kurangnya
dalam 1 (satu) surat kabar berbahasa
Indonesia yang memiliki peredaran
luas di tempat kedudukan kantor
151
Halaman 49 dari 55
No Kriteria/Indikator Analisis
pusat Bank atau di tempat kedudukan
KCBA.
3) Laporan Pelaksanaan GCG telah
mencerminkan kondisi Bank yang
sebenarnya atau sesuai hasil penilaian
(self assessment) Bank dan dilampiri hasil
penilaian (self assessment) serta paling
kurang mencakup:
a) cakupan GCG sebagaimana dimaksud
dalam PBI GCG dan hasil penilaian
(self assessment) atas pelaksanaan
GCG;
b) kepemilikan saham anggota Dewan
Komisaris serta hubungan keuangan
dan hubungan keluarga anggota
Dewan Komisaris dengan anggota
Dewan Komisaris lain, anggota Direksi
dan/atau pemegang saham Bank;
c) kepemilikan saham anggota Direksi
serta hubungan keuangan dan
hubungan keluarga anggota Direksi
dengan anggota Dewan Komisaris lain,
anggota Direksi dan/atau pemegang
saham Bank;
d) kepemilikan saham anggota Direksi
serta hubungan keuangan dan
hubungan keluarga anggota Direksi
152
Halaman 50 dari 55
No Kriteria/Indikator Analisis
dengan anggota Dewan Komisaris,
anggota Direksi lain dan/atau
pemegang saham Bank;
e) paket/kebijakan remunerasi dan
fasilitas lain bagi anggota Dewan
Komisaris serta Direksi;
f) shares option yang dimiliki Komisaris,
Direksi, dan Pejabat Eksekutif;
g) rasio gaji tertinggi dan gaji terendah;
h) frekuensi rapat Dewan Komisaris
sesuai ketentuan;
i) jumlah penyimpangan (internal fraud)
yang terjadi dan upaya penyelesaian
oleh Bank;
j) transaksi yang mengandung benturan
kepentingan;
k) buy back shares dan/atau buy back
obligasi Bank;
l) pemberian dana untuk kegiatan sosial
dan kegiatan politik, baik nominal
maupun penerimaan.
4) Laporan Pelaksanaan GCG telah
disampaikan secara lengkap dan tepat
waktu, kepada pemegang saham dan
kepada:
a) Bank Indonesia;
b) Yayasan Lembaga Konsumen
153
Halaman 51 dari 55
No Kriteria/Indikator Analisis
Indonesia (YLKI);
c) Lembaga Pemeringkat di Indonesia;
d) Asosiasi Bank-Bank di Indonesia;
e) Lembaga Pengembangan Perbankan
Indonesia (LPPI);
f) 2 (dua) Lembaga Penelitian di bidang
Ekonomi dan Keuangan;
g) 2 (dua) Majalah Ekonomi dan
Keuangan.
5) Laporan pelaksanaan GCG telah disajikan
dalam homepage secara tepat waktu.
6) Mediasi dalam rangka penyelesaian
pengaduan nasabah Bank dilaksanakan
dengan baik.
7) Bank menerapkan transparansi informasi
mengenai produk dan penggunaan data
pribadi nasabah.
11. Rencana strategis Bank
A. Governance Structure
1) Rencana strategis Bank telah disusun
dalam bentuk Rencana Korporasi
(corporate plan) dan Rencana Bisnis
(business plan) sesuai dengan visi dan misi
Bank.
2) Rencana strategis Bank didukung
sepenuhnya oleh pemilik, antara lain
154
Halaman 52 dari 55
No Kriteria/Indikator Analisis
tercermin dari komitmen dan upaya
pemilik untuk memperkuat permodalan
Bank.
B. Governance Process
1) Bank telah menyusun Rencana Bisnis
Bank secara realistis, komprehensif,
terukur (achievable) dengan
memperhatikan prinsip kehati-hatian dan
responsif terhadap perubahan internal
dan eksternal.
2) Rencana Bisnis Bank disetujui oleh
Dewan Komisaris.
3) Direksi telah mengkomunikasikan
Rencana Bisnis Bank kepada:
a) Pemegang Saham Bank;
b) seluruh jenjang organisasi yang ada
pada Bank.
4) Direksi telah melaksanakan Rencana
Bisnis Bank (RBB) secara efektif.
5) Dalam penyusunan dan penyampaian
RBB berpedoman pada ketentuan Bank
Indonesia tentang Rencana Bisnis Bank
dan Bank telah memperhatikan:
a) faktor eksternal dan internal yang
dapat mempengaruhi kelangsungan
usaha Bank;
155
Halaman 53 dari 55
No Kriteria/Indikator Analisis
b) prinsip kehati-hatian;
c) penerapan manajemen risiko;
d) azas perbankan yang sehat;
6) Komisaris telah melaksanakan
pengawasan terhadap pelaksanaan
Rencana Bisnis Bank.
7) Pemilik tidak menunjukkan keseriusan
dan/atau tidak mengambil langkah-
langkah yang diperlukan dalam rangka
mendukung rencana strategis Bank
antara lain tercermin dari kurangnya
komitmen dan upaya pemilik untuk
memperkuat permodalan Bank.
C. Governance Outcome
1) Rencana Korporasi dan Rencana Bisnis
disusun oleh Direksi dan disetujui oleh
Komisaris.
2) Rencana Korporasi (corporate plan) dan
Rencana Bisnis Bank (business plan)
berserta realisasinya telah
dikomunikasikan Direksi kepada
Pemegang Saham Pengendali dan ke
seluruh jenjang organisasi yang ada pada
Bank.
3) Rencana Bisnis Bank menggambarkan
pertumbuhan Bank yang
berkesinambungan.
156
Halaman 54 dari 55
No Kriteria/Indikator Analisis
4) Pertumbuhan Bank memberikan manfaat
ekonomis dan non ekonomis bagi
stakeholders.
5) Rencana strategis bank disusun atas
dasar kajian yang komprehensif dengan
memperhatikan peluang bisnis dan
kekuatan yang dimiliki bank serta
mengidentifikasikan kelemahan dan
ancaman (SWOT Analysis).
6) Rencana strategis bank harus didukung
dengan penyiapan infrastruktur yang
memadai antara lain SDM, IT, jaringan
kantor, kebijakan dan prosedur.
7) Terdapat intervensi pemilik terhadap
pembagian keuntungan bank yang
dilakukan tanpa memperhatikan upaya
pemupukan modal untuk mendukung
rencana strategis Bank.
8) Pemilik tidak mampu mengatasi kondisi
permodalan bank yang memburuk atau
permodalan Bank kurang dari jumlah
yang ditetapkan sesuai ketentuan yang
berlaku.
157
Halaman 55 dari 55
Kesimpulan:
Berdasarkan analisis terhadap seluruh kriteria/indikator penilaian
tersebut di atas, disimpulkan bahwa:
A. Governance Structure
- Faktor-faktor positif aspek governance structure Bank adalah.....
- Faktor-faktor negatif aspek governance structure Bank adalah.....
B. Governance Process
- Faktor-faktor positif aspek governance process Bank adalah.....
- Faktor-faktor negatif aspek governance process Bank adalah.....
C. Governance Outcome
- Faktor-faktor positif aspek governance outcome Bank adalah.....
- Faktor-faktor negatif aspek governance outcome Bank adalah.....
DEPUTI GUBERNUR
HALIM ALAMSYAH
158
Halaman 1 dari 2
LAMPIRAN III
SURAT EDARAN BANK INDONESIA
NOMOR 15/15/DPNP TANGGAL 29 April 2013
PERIHAL PELAKSANAAN GOOD CORPORATE
GOVERNANCE BAGI BANK UMUM
MATRIKS PERINGKAT FAKTOR GOOD CORPORATE GOVERNANCE
Peringkat Definisi
1
Mencerminkan Manajemen Bank telah melakukan penerapan Good
Corporate Governance yang secara umum sangat baik. Hal ini
tercermin dari pemenuhan yang sangat memadai atas prinsip-
prinsip Good Corporate Governance. Apabila terdapat kelemahan
dalam penerapan prinsip Good Corporate Governance, maka secara
umum kelemahan tersebut tidak signifikan dan dapat segera
dilakukan perbaikan oleh manajemen Bank.
2
Mencerminkan Manajemen Bank telah melakukan penerapan Good
Corporate Governance yang secara umum baik. Hal ini tercermin
dari pemenuhan yang memadai atas prinsip-prinsip Good Corporate
Governance. Apabila terdapat kelemahan dalam penerapan prinsip
Good Corporate Governance, maka secara umum kelemahan
tersebut kurang signifikan dan dapat diselesaikan dengan tindakan
normal oleh manajemen Bank.
3
Mencerminkan Manajemen Bank telah melakukan penerapan Good
Corporate Governance yang secara umum cukup baik. Hal ini
tercermin dari pemenuhan yang cukup memadai atas prinsip-
prinsip Good Corporate Governance. Apabila terdapat kelemahan
dalam penerapan prinsip Good Corporate Governance, maka secara
umum kelemahan tersebut cukup signifikan dan memerlukan
perhatian yang cukup dari manajemen Bank.
159
Halaman 2 dari 2
4
Mencerminkan Manajemen Bank telah melakukan penerapan Good
Corporate Governance yang secara umum kurang baik. Hal ini
tercermin dari pemenuhan yang kurang memadai atas prinsip-
prinsip Good Corporate Governance. Terdapat kelemahan dalam
penerapan prinsip Good Corporate Governance, maka secara umum
kelemahan tersebut signifikan dan memerlukan perbaikan yang
menyeluruh oleh manajemen Bank.
5
Mencerminkan Manajemen Bank telah melakukan penerapan Good
Corporate Governance yang secara umum tidak baik. Hal ini
tercermin dari pemenuhan yang tidak memadai atas prinsip-prinsip
Good Corporate Governance. Kelemahan dalam penerapan prinsip
Good Corporate Governance, maka secara umum kelemahan
tersebut sangat signifikan dan sulit untuk diperbaiki oleh
manajemen Bank.
DEPUTI GUBERNUR
HALIM ALAMSYAH
160
Halaman 1 dari 2
LAMPIRAN IV
SURAT EDARAN BANK INDONESIA
NOMOR 15/15/DPNP TANGGAL 29 April 2013
PERIHAL PELAKSANAAN GOOD CORPORATE
GOVERNANCE BAGI BANK UMUM
LAPORAN PENILAIAN SENDIRI (SELF ASSESSMENT)
PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG)
Nama Bank :
Posisi :
Hasil Penilaian Sendiri (Self Assessment) Pelaksanaan GCG
Peringkat Definisi Peringkat
Individual
Konsolidasi
Analisis
Uraian mengenai kesimpulan atas penilaian pelaksanaan GCG Bank
dengan mempertimbangkan faktor-faktor penilaian GCG secara
komprehensif dan terstruktur, mencakup baik governance structure,
governance process dan governance outcome. Dalam uraian ini paling
kurang menjelaskan pula mengenai identifikasi permasalahan berupa
kelemahan dan penyebabnya (root caused) dan kekuatan pelaksanaan
GCG.
Dalam hal Bank memiliki perusahaan anak yang wajib
dikonsolidasikan, maka:
• Penilaian dilakukan terhadap permasalahan penerapan GCG
Perusahaan Anak yang dianggap berdampak signifikan pada GCG
Bank secara konsolidasi.
161
Halaman 2 dari 2
DEPUTI GUBERNUR
HALIM ALAMSYAH
• Faktor-faktor penilaian GCG Perusahaan Anak yang digunakan
untuk penilaian pelaksanaan prinsip-prinsip GCG secara
konsolidasi ditetapkan dengan memperhatikan karakteristik usaha
Perusahaan Anak serta didukung oleh data dan informasi yang
memadai.
• Penetapan peringkat GCG Bank secara konsolidasi dilakukan
dengan mempertimbangkan dampak penerapan GCG Perusahaan
Anak.
162
Lampiran 5
163
SURAT PERNYATAAN INDEPENDEN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Tempat/tanggal lahir :
Alamat domisili (copy KTP/SIM terlampir) :
Nomor telepon rumah :
Jabatan :
Nama perusahaan :
Nomor telepon perusahaan :
Dengan ini menyatakan bahwa:
1. Saya tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau hubungan
keluarga dengan Pemegang Saham Pengendali, anggota Dewan Komisaris lainnya, dan/atau Direksi atau
hubungan keuangan dan/atau kepemilikan saham dengan Bank, sehingga dapat mendukung
kemampuan saya untuk bertindak independen sebagaimana diatur dalam ketentuan Pelaksanaan Good
Corporate Governance bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.
2. Apabila di kemudian hari, ternyata saya memiliki hubungan-hubungan sebagaimana dimaksud pada
butir 1 di atas, maka saya bersedia melepaskan jabatan Komisaris Independen dan bersedia untuk
diganti.
Demikian pernyataan independensi ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Jakarta, ……………………….
Meterai
Nama Lengkap
Lampiran 6
164
(Kota), (tanggal, bulan, tahun)
No. :
Lamp :
Kepada
Bank Indonesia
Up. Direktorat Perbankan Syariah atau
Kantor Bank Indonesia*)
.......................................
.......................................
Perihal : Penyampaian Laporan Hasil Pengawasan Dewan Pengawas Syariah Semester I/II**) Tahun
….. Bank Umum Syariah/Unit Usaha Syariah **) ……………
Assalamu’alaikum wr. wb.
Bersama ini kami sampaikan Laporan Hasil Pengawasan Dewan Pengawas Syariah Bank kami untuk Semester
I/II**) Tahun …..
Demikian agar maklum.
Wassalamu’alaikum wr. wb.
DIREKSI BANK/DIREKTUR UUS**)
*) ditujukan kepada Direktorat Perbankan Syariah bagi BUS yang berkantor pusat di KPBI dan UUS yang
BUK yang menjadi induknya berkantor pusat di KPBI; atau
ditujukan kepada Kantor Bank Indonesia setempat bagi BUS yang berkantor pusat di luar KPBI dan UUS
yang BUK yang menjadi induknya berkantor pusat di luar KPBI.
**) coret salah satu
Laporan Hasil Pengawasan Dewan Pengawas Syariah
Semester I/II*) Tahun …..
Bank Umum Syariah/Unit Usaha Syariah*) ……………
Disusun oleh:
Dewan Pengawas Syariah
Ketua :
Anggota :
Anggota :
*) coret salah satu
165
DAFTAR ISI
halaman
I. Kertas kerja pengawasan terhadap proses pengembangan produk
baru Bank
1) Produk …. …
2) Produk …. …
3) Produk …. …
II. Kertas kerja pengawasan terhadap kegiatan Bank
1) Kegiatan …. …
2) Kegiatan …. …
3) Kegiatan …. …
166
KERTAS KERJA
PENGAWASAN TERHADAP PROSES PENGEMBANGAN PRODUK BARU BANK
SEMESTER I / II*) TAHUN …..
BANK UMUM SYARIAH/UNIT USAHA SYARIAH*) ……………
NAMA PRODUK BARU : ……………
NO. AKTIVITAS YANG DILAKUKAN HASIL PENGAWASAN
1. Meminta penjelasan dari pejabat Bank yang berwenang mengenai tujuan, karakteristik, dan akad yang digunakan dalam produk baru yang akan dikeluarkan.
Tujuan produk baru
(agar disebutkan tujuan produk baru)
Karakteristik produk baru
(agar disebutkan karakteristik produk baru)
Akad yang digunakan
(agar disebutkan akad yang digunakan produk baru)
2. Memeriksa apakah terhadap akad yang digunakan dalam produk baru telah terdapat fatwa DSN - MUi:
- jika belum terdapat fatwa, DPS mengusulkan kepada Direksi BUS/Direktur UUS untuk mengajukan surat permohonan ketetapan fatwa dari DSN – MUI; atau
(agar disebutkan bukti dokumen usulan DPS kepada Direksi BUS/Direktur UUS mengenai permohonan ketetapan fatwa dari DSN - MUI dan disebutkan nomor fatwa DSN - MUI yang telah ditetapkan sesuai permohonan Bank)
- jika telah terdapat fatwa, DPS melakukan analisa atas kesesuaian akad produk baru dengan fatwa DSN - MUI.
(agar dijelaskan hasil analisa DPS terhadap kesesuaian akad dengan fatwa DSN - MUI)
3. Mereview sistem dan prosedur produk baru yang akan dikeluarkan terkait dengan pemenuhan Prinsip Syariah.
(agar dijelaskan hasil review terhadap sistem dan prosedur)
4. Memberikan pendapat syariah atas produk baru yang akan dikeluarkan.
(agar dijelaskan pendapat syariah DPS terhadap produk baru).
*) coret salah satu
Dewan Pengawas Syariah
No. Nama dan
Jabatan Tanggal Tanda Tangan
1 Fulan/Fulanah
Ketua DPS
2 Fulan/Fulanah
Anggota DPS
3 Fulan/Fulanah
Anggota DPS
167
Lampiran 3. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/13/DPbS Tanggal 30 April 2010
NAMA KEGIATAN :
NO.
1. (agar disebutkan sumber laporan atau
informasi dan bagian yang menunjukan
kelemahan pelaksanaan kegiatan Bank
terhadap pemenuhan prinsip syariah).
2. (agar disebutkan jumlah sampel transaksi
yang akan diperiksa beserta alasan yang
mendasari penetapan jumlah sampel).
3. (agar disebutkan dokumen yang diperiksa,
termasuk dokumen yang seharusnya ada
sesuai SOP dan dijelaskan hasil
pemeriksaannya).
4. (agar disebutkan kegiatan yang dilakukan
dan terhadap siapa kegiatan tersebut
dilakukan dan hasilnya).
5. (agar disebutkan tanggal penyusunan SOP
(termasuk perubahan-perubahannya, jika
ada) dan bagian SOP yang perlu
disempurnakan).
6. (agar dijelaskan pendapat syariah DPS
terhadap kegiatan Bank).
7. (agar disebutkan dokumen yang
menyampaikan hasil pengawasan kepada
Direksi dan Dewan Komisaris).
*) coret salah satu
No. Tanda Tangan
2 Fulan/Fulanah
Anggota DPS
3 Fulan/Fulanah
Anggota DPS
Dewan Pengawas Syariah
Nama dan Jabatan Tanggal
1 Fulan/Fulanah
Ketua DPS
KERTAS KERJAPENGAWASAN TERHADAP KEGIATAN BANK
AKTIVITAS YANG DILAKUKAN HASIL PENGAWASAN
Menganalisis laporan yang disampaikan oleh
dan/atau yang diminta dari Direksi,
pelaksana fungsi audit intern dan/atau fungsi
kepatuhan untuk mengetahui kualitas
pelaksanaan pemenuhan Prinsip Syariah atas
kegiatan penghimpunan dana dan
penyaluran dana serta pelayanan jasa Bank.
Melaporkan hasil pengawasan kepada
Direksi dan Dewan Komisaris.
Memberikan pendapat syariah atas kegiatan
penghimpunan dana dan penyaluran dana
serta pelayanan jasa Bank.
Memeriksa dokumen transaksi yang diuji
petik (sampel) untuk mengetahui
pemenuhan Prinsip Syariah sebagaimana
dipersyaratkan dalam SOP Bank.
Menetapkan jumlah uji petik (sampel)
transaksi yang akan diperiksa dengan
memperhatikan kualitas pelaksanaan
pemenuhan Prinsip Syariah dari masing-
masing kegiatan.
Melakukan inspeksi, pengamatan,
permintaan keterangan dan/atau konfirmasi
kepada pegawai Bank dan/atau nasabah
untuk memperkuat hasil pemeriksaan
dokumen, sebagaimana dimaksud pada
angka 3., apabila diperlukan.
Melakukan review terhadap SOP terkait
aspek syariah apabila terdapat indikasi
ketidaksesuaian pelaksanaan pemenuhan
Prinsip Syariah atas kegiatan dimaksud.
Lampiran 3/halaman 4
168
PERINGKAT KRITERIA/INDIKATOR
Peringkat 1 Hasil analisis self assessment menunjukkan bahwa pelaksanaan GCG BUS sangat sesuai dengan Kriteria/Indikator.
Peringkat 2 Hasil analisis self assessment menunjukkan bahwa pelaksanaan GCG BUS sesuai dengan Kriteria/Indikator.
Peringkat 3 Hasil analisis self assessment menunjukkan bahwa pelaksanaan GCG BUS cukup sesuai dengan Kriteria/Indikator.
Peringkat 4 Hasil analisis self assessment menunjukkan bahwa pelaksanaan GCG BUS kurang sesuai dengan Kriteria/Indikator.
Peringkat 5 Hasil analisis self assessment menunjukkan bahwa pelaksanaan GCG BUS tidak sesuai dengan Kriteria/Indikator.
KERTAS KERJA SELF ASSESSMENT
BAGI BANK UMUM SYARIAH
169
FAKTOR : PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN KOMISARIS
I. PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN KOMISARIS
TUJUAN
Untuk menilai: a. kecukupan komposisi, kriteria dan independensi Dewan Komisaris;
b. efektivitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris;
c. efektivitas penyelenggaraan rapat Dewan Komisaris;
d. kecukupan aspek pengungkapan mengenai Dewan Komisaris.
SUB FAKTOR
A. KOMPOSISI, KRITERIA DAN INDEPENDENSI DEWAN KOMISARIS
KRITERIA/INDIKATOR ANALISIS SELF ASSESMENT
1. Jumlah anggota Dewan Komisaris paling kurang 3 (tiga) orang dan tidak melampaui jumlah anggota Direksi.
1 2 3 4 5
2. Paling kurang 1 (satu) anggota Dewan Komisaris berdomisili di Indonesia.
1 2 3 4 5
3. Seluruh anggota Dewan Komisaris memiliki integritas, kompetensi dan reputasi keuangan yang memadai.
1 2 3 4 5
4. Paling kurang 50% (lima puluh persen) dari jumlah anggota Dewan Komisaris adalah Komisaris Independen.
170
FAKTOR : PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN KOMISARIS
1 2 3 4 5
5. Pengangkatan dan/atau penggantian Komisaris dengan memperhatikan rekomendasi Komite Nominasi atau Komite Remunerasi dan Nominasi dan telah memperoleh persetujuan dari RUPS.
1 2 3 4 5
6. Anggota Dewan Komisaris tidak melanggar ketentuan rangkap jabatan.
1 2 3 4 5
7. Seluruh Komisaris Independen tidak ada yang memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau hubungan keluarga dengan Pemegang Saham Pengendali, anggota Dewan Komisaris dan/atau Direksi atau hubungan keuangan dan/atau hubungan kepemilikan saham dengan BUS, sehingga dapat mendukung kemampuannya untuk bertindak independen.
1 2 3 4 5
8. Seluruh anggota Dewan Komisaris Independen yang berasal dari mantan anggota Direksi BUS yang tidak melakukan fungsi pengawasan telah menjalani masa tunggu (cooling off) paling kurang selama 6 (enam) bulan.
1 2 3 4 5
9. Komisaris Independen merangkap jabatan sebagai Ketua Komite paling banyak pada 2 (dua) Ketua Komite pada BUS yang sama.
1 2 3 4 5
10. Mayoritas Komisaris tidak saling memiliki hubungan keluarga sampai dengan derajat kedua dengan sesama anggota Dewan Komisaris dan/atau Direksi.
1 2 3 4 5
171
FAKTOR : PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN KOMISARIS
PERINGKAT SUB FAKTOR PERINGKAT
KOMPOSISI, KRITERIA DAN INDEPENDENSI DEWAN KOMISARIS 1 2 3 4 5
SUB FAKTOR
B. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN KOMISARIS
KRITERIA/INDIKATOR ANALISIS SELF ASSESMENT
1. Dewan Komisaris telah melakukan pengawasan atas terselenggaranya pelaksanaan GCG dalam setiap kegiatan usaha BUS pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi.
1 2 3 4 5
2. Dewan Komisaris telah melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi serta memberikan nasihat kepada Direksi.
1 2 3 4 5
3. Dalam melakukan pengawasan, Dewan Komisaris telah memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kebijakan strategis BUS.
1 2 3 4 5
4. Dewan Komisaris tidak terlibat dalam pengambilan keputusan kegiatan operasional BUS, kecuali pengambilan keputusan untuk pemberian pembiayaan kepada Direksi sepanjang kewenangan Dewan Komisaris tersebut diatur dalam RUPS.
1 2 3 4 5
5. Dewan Komisaris telah memastikan bahwa Direksi telah menindaklanjuti temuan audit dan rekomendasi dari hasil pengawasan Bank Indonesia, auditor intern, DPS dan/atau auditor eksternal.
1 2 3 4 5
172
FAKTOR : PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN KOMISARIS
6. Dewan Komisaris memberitahukan secara tertulis kepada Bank Indonesia paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak ditemukan pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang keuangan dan perbankan, dan suatu kondisi yang dapat membahayakan kelangsungan usaha BUS.
1 2 3 4 5
7. Dewan Komisaris telah melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan prinsip – prinsip GCG.
1 2 3 4 5
8. Dewan Komisaris telah membentuk Komite Audit, Komite Pemantau Risiko, serta Komite Remunerasi dan Nominasi.
1 2 3 4 5
9. Dewan Komisaris telah memutuskan nama-nama anggota Komite untuk ditetapkan oleh Direksi.
1 2 3 4 5
10. Dewan Komisaris telah memastikan bahwa Komite yang dibentuk telah menjalankan tugasnya secara efektif.
1 2 3 4 5
11. Dewan Komisaris telah memiliki pedoman dan tata tertib kerja termasuk pengaturan waktu kerja dan rapat.
1 2 3 4 5
12. Dewan Komisaris telah menyediakan waktu yang cukup untuk melaksanakan tugas dan tanggung-jawabnya secara optimal
173
FAKTOR : PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN KOMISARIS
1 2 3 4 5
PERINGKAT SUB FAKTOR PERINGKAT
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN KOMISARIS 1 2 3 4 5
SUB FAKTOR
C. EFEKTIVITAS RAPAT DEWAN KOMISARIS
KRITERIA/INDIKATOR ANALISIS SELF ASSESMENT
1. Rapat Dewan Komisaris diselenggarakan paling kurang 1 (satu) kali dalam 2 (dua) bulan.
1 2 3 4 5
2. Rapat Dewan Komisaris dihadiri paling kurang oleh 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota Dewan Komisaris.
1 2 3 4 5
3. Rapat Dewan Komisaris dipimpin oleh Komisaris Utama, dan apabila Komisaris Utama berhalangan hadir maka rapat Dewan Komisaris dipimpin oleh salah seorang anggota Dewan Komisaris.
1 2 3 4 5
4. Keputusan Dewan Komisaris telah dituangkan ke dalam risalah rapat, termasuk dissenting opinions yang terjadi secara jelas.
1 2 3 4 5
5. Risalah rapat yang merupakan keputusan bersama seluruh anggota Dewan
174
FAKTOR : PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN KOMISARIS
Komisaris telah didokumentasikan dengan baik.
1 2 3 4 5
6. Hasil rapat Dewan Komisaris telah disampaikan sebagai rekomendasi dan/atau nasihat kepada Direksi.
1 2 3 4 5
PERINGKAT SUB FAKTOR PERINGKAT
EFEKTIVITAS RAPAT DEWAN KOMISARIS 1 2 3 4 5
SUBFAKTOR
D. TRANSPARANSI DEWAN KOMISARIS
KRITERIA/INDIKATOR ANALISIS SELF ASSESMENT
1. Anggota Dewan Komisaris telah mengungkap:
a. kepemilikan sahamnya yang mencapai 5% (lima perseratus) atau lebih pada BUS yang bersangkutan.
b. hubungan keuangan dan hubungan keluarga dengan pemegang saham pengendali anggota, anggota Dewan Komisaris lain dan/atau anggota Direksi.
c. rangkap jabatan pada perusahaan atau lembaga lain
d. remunerasi dan fasilitas lain
dalam laporan pelaksanaan GCG.
1 2 3 4 5
2. Anggota Dewan Komisaris tidak memanfaatkan BUS untuk kepentingan pribadi, keluarga, dan/atau pihak lain yang mengurangi aset atau mengurangi
175
FAKTOR : PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN KOMISARIS
keuntungan BUS.
1 2 3 4 5
3. Anggota Dewan Komisaris tidak mengambil dan/atau menerima keuntungan pribadi dari BUS selain remunerasi dan fasilitas lainnya yang ditetapkan RUPS.
1 2 3 4 5
PERINGKAT SUB FAKTOR PERINGKAT
TRANSPARANSI DEWAN KOMISARIS 1 2 3 4 5
PENILAIAN PERINGKAT FAKTOR
PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN KOMISARIS
PERINGKAT SUB FAKTOR PERINGKAT
A. KOMPOSISI, KRITERIA DAN INDEPENDENSI DEWAN KOMISARIS 1 2 3 4 5
B. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN KOMISARIS 1 2 3 4 5
C. EFEKTIVITAS RAPAT DEWAN KOMISARIS 1 2 3 4 5
D. TRANSPARANSI DEWAN KOMISARIS 1 2 3 4 5
PERINGKAT FAKTOR 1 2 3 4 5
KESIMPULAN :
176
Lampiran 7a
FAKTOR : PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI
II. PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI
TUJUAN
Untuk menilai:
a. kecukupan komposisi, kriteria dan tingkat independensi Direksi;
b. efektivitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi;
c. efektivitas penyelenggaraan rapat Direksi;
d. kecukupan aspek pengungkapan mengenai Direksi.
SUB FAKTOR
A. KOMPOSISI, KRITERIA DAN INDEPENDENSI DIREKSI
KRITERIA/INDIKATOR ANALISIS SELF ASSESMENT
1. Jumlah anggota Direksi paling kurang 3 (tiga) orang.
1 2 3 4 5
2. Seluruh anggota Direksi telah berdomisili di Indonesia.
1 2 3 4 5
3. Presiden Direktur atau Direktur Utama berasal dari pihak yang independen terhadap pemegang saham pengendali, yakni tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan hubungan keluarga
1 2 3 4 5
4. Seluruh anggota Direksi memiliki integritas, kompetensi dan reputasi keuangan yang memadai.
178
Lampiran 7a
FAKTOR : PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI
1 2 3 4 5
5. Pengangkatan dan/atau penggantian anggota Direksi dilakukan dengan memperhatikan rekomendasi Komite Nominasi atau Komite Remunerasi dan Nominasi.
1 2 3 4 5
6. Direksi tidak melanggar ketentuan rangkap jabatan.
1 2 3 4 5
7. Anggota Direksi baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama tidak memiliki saham melebihi 25% (dua puluh lima persen) dari modal disetor pada suatu perusahaan lain.
1 2 3 4 5
8. Direksi telah mengangkat anggota Komite, didasarkan pada keputusan rapat Dewan Komisaris.
1 2 3 4 5
9. Mayoritas anggota Direksi tidak saling memiliki hubungan keluarga sampai dengan derajat kedua dengan sesama anggota Direksi, dan/atau dengan anggota Dewan Komisaris.
1 2 3 4 5
PERINGKAT SUB FAKTOR PERINGKAT
179
Lampiran 7a
FAKTOR : PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI
KOMPOSISI, KRITERIA DAN INDEPENDENSI DIREKSI 1 2 3 4 5
SUB FAKTOR
B. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI
KRITERIA/INDIKATOR ANALISIS SELF ASSESMENT
1. Direksi bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan pengelolaan BUS berdasarkan prinsip kehati-hatian dan Prinsip Syariah.
1 2 3 4 5
2. Direksi mengelola BUS sesuai kewenangan dan tanggung jawab sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar BUS dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
1 2 3 4 5
3. Direksi telah melaksanakan GCG dalam setiap kegiatan usaha BUS pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi.
1 2 3 4 5
4. Direksi telah memiliki fungsi paling kurang Audit Intern, Manajemen Risiko dan Komite Manajemen Risiko, dan Kepatuhan.
1 2 3 4 5
5. Direksi telah menindaklanjuti temuan audit dan/atau rekomendasi dari hasil pengawasan Bank Indonesia, auditor intern, DPS dan auditor ekstern.
1 2 3 4 5
180
Lampiran 7a
FAKTOR : PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI
6. Direksi telah mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada pemegang saham melalui RUPS.
1 2 3 4 5
7. Direksi telah mengungkapkan kepada pegawai kebijakan BUS yang bersifat strategis
1 2 3 4 5
8. Dalam hal Direksi menggunakan jasa konsultan, penasihat, atau yang dapat dipersamakan dengan itu, maka Direksi telah memenuhi ketentuan yang berlaku.
1 2 3 4 5
9. Anggota Direksi tidak memberikan kuasa umum kepada pihak lain yang mengakibatkan pengalihan tugas dan fungsi Direksi.
1 2 3 4 5
10. Direksi telah menyediakan data dan informasi yang akurat, relevan dan tepat waktu kepada Dewan Komisaris dan DPS.
1 2 3 4 5
11. Setiap anggota Direksi memiliki kejelasan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan bidang tugasnya.
1 2 3 4 5
12. Direksi memiliki pedoman dan tata tertib kerja yang telah mencantumkan pengaturan waktu kerja dan rapat.
181
Lampiran 7a
FAKTOR : PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI
1 2 3 4 5
PERINGKAT SUB FAKTOR PERINGKAT
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI 1 2 3 4 5
SUB FAKTOR
C. EFEKTIVITAS RAPAT DIREKSI
KRITERIA/INDIKATOR ANALISIS SELF ASSESMENT
1. Direksi telah menetapkan kebijakan dan keputusan strategis melalui rapat Direksi.
1 2 3 4 5
2. Keputusan Direksi telah dituangkan ke dalam risalah rapat, termasuk dissenting opinions yang terjadi secara jelas.
1 2 3 4 5
3. Risalah rapat yang merupakan keputusan bersama seluruh anggota Direksi telah didokumentasikan dengan baik.
1 2 3 4 5
4. Keputusan rapat Direksi yang memerlukan tindak lanjut telah ditindaklanjuti.
182
Lampiran 7a
FAKTOR : PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI
1 2 3 4 5
PERINGKAT SUB FAKTOR PERINGKAT
EFEKTIVITAS RAPAT DIREKSI 1 2 3 4 5
SUB FAKTOR
D. TRANPARANSI DIREKSI
KRITERIA/INDIKATOR ANALISIS SELF ASSESMENT
1. Anggota Direksi telah mengungkapkan:
a. kepemilikan saham yang mencapai 5% (lima persen) atau lebih baik pada BUS yang bersangkutan maupun pada bank dan perusahaan lain yang berkedudukan di dalam dan di luar negeri;
b. hubungan keuangan dan hubungan keluarga dengan pemegang saham pengendali, anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi lainnya; dan
c. remunerasi dan fasilitas lain
pada Laporan Pelaksanaan GCG.
1 2 3 4 5
2. Direksi tidak memanfaatkan BUS untuk kepentingan pribadi, keluarga, dan/atau pihak lain yang mengurangi aset atau mengurangi keuntungan BUS.
1 2 3 4 5
3. Direksi tidak mengambil dan/atau menerima keuntungan pribadi dari BUS
183
Lampiran 7a
FAKTOR : PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI
selain Remunerasi dan fasilitas lainnya yang ditetapkan RUPS.
1 2 3 4 5
PERINGKAT SUB FAKTOR PERINGKAT
TRANSPARANSI DIREKSI 1 2 3 4 5
PENILAIAN PERINGKAT FAKTOR
PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI
PERINGKAT SUB FAKTOR PERINGKAT
A. KOMPOSISI, KRITERIA DAN INDEPENDENSI DIREKSI 1 2 3 4 5
B. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI 1 2 3 4 5
C. EFEKTIVITAS RAPAT DIREKSI 1 2 3 4 5
D. TRANSPARANSI DIREKSI 1 2 3 4 5
PERINGKAT FAKTOR 1 2 3 4 5
KESIMPULAN :
184
Lampiran 7a
FAKTOR : KELENGKAPAN DAN PELAKSANAAN TUGAS KOMITE
III. KELENGKAPAN DAN PELAKSANAAN TUGAS KOMITE
TUJUAN Untuk menilai:
a. kecukupan struktur, komposisi, rangkap jabatan dan independensi anggota Komite;
b. efektivitas pelaksanaan tugas dan tanggungjawab Komite;
c. efektivitas dan efisiensi pelaksanaan rapat Komite.
SUB FAKTOR
A. STRUKTUR, KOMPOSISI, RANGKAP JABATAN DAN INDEPENDENSI ANGGOTA KOMITE
KRITERIA/INDIKATOR ANALISIS SELF ASSESMENT
1. Komite Pemantau Risiko a. Anggota Komite Pemantau Risiko paling kurang terdiri dari seorang
Komisaris Independen, seorang Pihak Independen ahli di bidang perbankan syariah dan seorang Pihak Independen yang ahli di bidang manajemen risiko.
b. Anggota Komite Pemantau Risiko tidak berasal dari anggota Direksi. c. Komite Pemantau Risiko diketuai oleh Komisaris Independen. d. Mayoritas anggota Komisaris yang menjadi anggota Komite Pemantau
Risiko merupakan Komisaris Independen. e. Anggota Komite Pemantauan Risiko memiliki integritas, dan reputasi
keuangan yang baik.
1 2 3 4 5
2. Komite Remunerasi dan Nominasi a. Anggota Komite Remunerasi dan Nominasi paling kurang terdiri dari 2
(dua) orang Komisaris Independen dan seorang Pejabat Eksekutif yang membawahi sumber daya manusia.
b. Anggota Komite Remunerasi dan Nominasi tidak berasal dari anggota Direksi.
186
Lampiran 7a
FAKTOR : KELENGKAPAN DAN PELAKSANAAN TUGAS KOMITE
c. Komite Remunerasi dan Nominasi diketuai oleh Komisaris Independen. d. Apabila BUS membentuk Komite Remunerasi dan Nominasi secara
terpisah, maka: 1). Pejabat Eksekutif anggota Komite Remunerasi harus memiliki
pengetahuan mengenai sistem remunerasi BUS; dan
2). Pejabat Eksekutif anggota Komite Nominasi harus memiliki pengetahuan tentang sistem nominasi dan succession plan BUS.
1 2 3 4 5
3. Komite Audit a. Anggota Komite Audit paling kurang terdiri dari seorang Komisaris
Independen, seorang Pihak Independen yang ahli di bidang akuntansi keuangan dan seorang Pihak Independen yang ahli di bidang perbankan.
b. Anggota Komite Audit tidak berasal dari anggota Direksi.
c. Komite Audit diketuai oleh Komisaris Independen.
d. Mayoritas anggota Komisaris yang menjadi anggota Komite Audit merupakan Komisaris Independen.
e. Anggota Komite Audit memiliki integritas dan reputasi keuangan yang baik.
1 2 3 4 5
4. Rangkap Jabatan Anggota Komite
a. Anggota Komite yang berasal dari Pihak Independen yang merangkap jabatan sebagai Pihak Independen anggota Komite lainnya pada BUS yang sama, pada bank lain, dan/atau pada perusahaan lain, telah memperhatikan kriteria independensi, kriteria keahlian, kerahasiaan Bank, kode etik, dan pelaksanaan tugas dan tanggung jawab.
b. Ketua komite dapat merangkap jabatan sebagai ketua komite paling banyak pada 1 (satu) komite lainnya pada BUS yang sama.
1 2 3 4 5
187
Lampiran 7a
FAKTOR : KELENGKAPAN DAN PELAKSANAAN TUGAS KOMITE
5. Independensi Anggota Komite
a. Seluruh Pihak Independen anggota Komite merupakan pihak di luar BUS yang tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau hubungan keluarga dengan pemegang saham pengendali, anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi atau hubungan keuangan dan/atau hubungan kepemilikan saham dengan BUS, sehingga dapat mendukung kemampuannya untuk bertindak independen.
b. Seluruh Pihak Independen yang berasal dari mantan anggota Direksi BUS yang tidak melakukan fungsi pengawas telah menjalani masa tunggu (cooling off) selama 6 (enam) bulan.
1 2 3 4 5
PERINGKAT SUB FAKTOR PERINGKAT
STRUKTUR, KOMPOSISI, RANGKAP JABATAN DAN INDEPENDENSI ANGGOTA KOMITE
1 2 3 4 5
SUB FAKTOR
B. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB KOMITE
KRITERIA/INDIKATOR
1. Komite Pemantau Risiko
Untuk memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris, Komite Pemantau Risiko telah melaksanakan tugas dan tanggung jawab paling kurang:
a. melakukan evaluasi tentang kebijakan manajemen risiko;
b. melakukan evaluasi tentang kesesuaian antara kebijakan manajemen
188
Lampiran 7a
FAKTOR : KELENGKAPAN DAN PELAKSANAAN TUGAS KOMITE
risiko dengan pelaksanaan kebijakan tersebut; dan
c. melakukan evaluasi pelaksanaan tugas Komite Manajemen Risiko dan Satuan Kerja Manajemen Risiko.
1 2 3 4 5
2. Komite Remunerasi dan Nominasi
Komite Remunerasi dan Nominasi telah melaksanakan tugas dan tanggung jawab paling kurang:
a. terkait dengan kebijakan remunerasi:
1) melakukan evaluasi terhadap kebijakan remunerasi;
2) melakukan evaluasi terhadap kesesuaian antara kebijakan remunerasi dengan pelaksanaan kebijakan tersebut; dan
3) memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris mengenai kebijakan remunerasi bagi Dewan Komisaris, Direksi, DPS, Pejabat Eksekutif dan pegawai secara keseluruhan
dengan memperhatikan kinerja keuangan, pemenuhan pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva, kewajaran dengan peer group dan pertimbangan sasaran dan strategi jangka panjang BUS.
b. terkait dengan kebijakan nominasi:
1) memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris mengenai sistem serta prosedur pemilihan dan/atau penggantian anggota Dewan Komisaris, Direksi dan DPS;
2) memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris mengenai calon anggota Dewan Komisaris, Direksi dan/atau DPS;
3) memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris mengenai calon Pihak Independen yang akan menjadi anggota Komite.
1 2 3 4 5
189
Lampiran 7a
FAKTOR : KELENGKAPAN DAN PELAKSANAAN TUGAS KOMITE
3. Komite Audit
a. Komite Audit melakukan evaluasi atas pelaksanaan audit intern dalam rangka menilai kecukupan pengendalian intern termasuk kecukupan proses pelaporan keuangan, meliputi pelaksanaan tugas yang dilaksanakan oleh fungsi audit intern dan pelaksanaan tindak lanjut oleh Direksi atas hasil temuan audit dan/atau rekomendasi dari hasil pengawasan Bank Indonesia, auditor intern, DPS dan/atau auditor ekstern, guna memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris.
b. Komite Audit melakukan koordinasi dengan KAP dalam rangka efektivitas pelaksanaan audit ekstern.
c. Komite Audit memberikan rekomendasi mengenai penunjukan Akuntan Publik dan KAP kepada Dewan Komisaris.
1 2 3 4 5
PERINGKAT SUB FAKTOR PERINGKAT
PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB KOMITE 1 2 3 4 5
SUB FAKTOR
C. EFEKTIVITAS RAPAT KOMITE
KRITERIA/INDIKATOR ANALISIS SELF ASSESMENT
1. Komite telah memiliki pedoman dan tata tertib kerja.
1 2 3 4 5
190
Lampiran 7a
FAKTOR : KELENGKAPAN DAN PELAKSANAAN TUGAS KOMITE
2. Pedoman dan tata tertib kerja komite telah dievaluasi dan dilakukan pengkinian secara berkala.
1 2 3 4 5
3. Hasil rapat komite telah dituangkan dalam risalah rapat dan telah didokumentasikan dengan baik.
1 2 3 4 5
4. Hasil rapat Komite telah disampaikan sebagai rekomendasi kepada Dewan Komisaris.
1 2 3 4 5
PERINGKAT SUB FAKTOR PERINGKAT
EFEKTIVITAS RAPAT KOMITE 1 2 3 4 5
PENILAIAN PERINGKAT FAKTOR
KELENGKAPAN DAN PELAKSANAAN TUGAS KOMITE
PERINGKAT SUB FAKTOR PERINGKAT
A. STRUKTUR, KOMPOSISI, RANGKAP JABATAN DAN INDEPENSI ANGGOTA KOMITE
1 2 3 4 5
B. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB KOMITE 1 2 3 4 5
C. EFEKTIVITAS RAPAT KOMITE 1 2 3 4 5
191
Lampiran 7a
FAKTOR : KELENGKAPAN DAN PELAKSANAAN TUGAS KOMITE
PERINGKAT FAKTOR 1 2 3 4 5
KESIMPULAN :
192
Lampiran 7a
FAKTOR : PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS)
IV. PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS)
TUJUAN
Untuk menilai:
a. kecukupan jumlah, komposisi, kriteria dan tingkat independensi anggota DPS;
b. efektivitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawab DPS;
c. efektivitas penyelenggaraan rapat DPS;
d. kecukupan aspek pengungkapan mengenai DPS.
SUB FAKTOR
A. KOMPOSISI, KRITERIA DAN INDEPENDENSI DPS
KRITERIA/INDIKATOR ANALISIS SELF ASSESMENT
1. Jumlah anggota DPS paling kurang 2 (dua) orang atau paling banyak 50% (lima puluh persen) dari jumlah anggota Direksi.
1 2 3 4 5
2. Seluruh anggota DPS memiliki integritas, kompetensi dan reputasi keuangan yang memadai.
1 2 3 4 5
3. Pengangkatan dan/atau penggantian anggota DPS dilakukan dengan memperhatikan rekomendasi Komite Nominasi atau Komite Remunerasi dan Nominasi.
1 2 3 4 5
4. Pengangkatan dan/atau penggantian anggota DPS telah mendapat rekomendasi dari Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia dan telah memperoleh persetujuan dari RUPS.
193
Lampiran 7a
FAKTOR : PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS)
1 2 3 4 5
5. Masa jabatan anggota DPS tidak melebihi masa jabatan anggota Direksi atau Dewan Komisaris.
1 2 3 4 5
6. Anggota DPS merangkap jabatan sebagai anggota DPS paling banyak pada 4 (empat) lembaga keuangan syariah lain.
1 2 3 4 5
PERINGKAT SUB FAKTOR PERINGKAT
KOMPOSISI, KRITERIA DAN INDEPENSI DPS 1 2 3 4 5
SUB FAKTOR
B. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DPS
KRITERIA/INDIKATOR ANALISIS SELF ASSESMENT
1. DPS telah melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan prinsip-prinsip GCG.
1 2 3 4 5
2. DPS bertugas dan bertanggung jawab memberikan nasihat dan saran kepada Direksi serta mengawasi kegiatan BUS agar sesuai dengan Prinsip Syariah.
1 2 3 4 5
3. DPS telah menilai dan memastikan pemenuhan Prinsip Syariah atas pedoman
194
Lampiran 7a
FAKTOR : PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS)
operasional dan produk yang dikeluarkan BUS.
1 2 3 4 5
4. DPS telah mengawasi proses pengembangan produk baru BUS agar sesuai dengan fatwa Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia.
1 2 3 4 5
5. DPS telah meminta fatwa kepada Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia untuk produk baru BUS yang belum ada fatwanya.
1 2 3 4 5
6. DPS telah melakukan review secara berkala atas pemenuhan Prinsip Syariah terhadap mekanisme penghimpunan dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa BUS.
1 2 3 4 5
7. DPS telah menyampaikan Laporan Hasil Pengawasan DPS secara semesteran dan menyampaikan paling lambat 2 (dua) bulan setelah periode laporan.
1 2 3 4 5
8. Anggota DPS telah menyediakan waktu yang cukup untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara optimal.
1 2 3 4 5
195
Lampiran 7a
FAKTOR : PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS)
PERINGKAT SUB FAKTOR PERINGKAT
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DPS 1 2 3 4 5
SUB FAKTOR
C. EFEKTIVITAS RAPAT DPS
KRITERIA/INDIKATOR ANALISIS SELF ASSESMENT
1. Rapat DPS diselenggarakan paling kurang 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan.
1 2 3 4 5
2. Pengambilan keputusan rapat DPS dilakukan berdasarkan musyawarah mufakat.
1 2 3 4 5
3. Risalah rapat yang merupakan keputusan bersama seluruh anggota DPS telah didokumentasikan dengan baik.
1 2 3 4 5
4. Hasil rapat DPS telah disampaikan sebagai laporan atau rekomendasi kepada Direksi.
1 2 3 4 5
196
Lampiran 7a
FAKTOR : PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS)
PERINGKAT SUB FAKTOR PERINGKAT
EFEKTIVITAS RAPAT DPS 1 2 3 4 5
SUB FAKTOR D. TRANSPARANSI DPS
KRITERIA/INDIKATOR ANALISIS SELF ASSESMENT
1. Anggota DPS telah mengungkapkan:
a. rangkap jabatan sebagai anggota DPS pada lembaga keuangan syariah lain; dan
b. remunerasi dan fasilitas lain
pada Laporan Pelaksanaan GCG.
1 2 3 4 5
2. Anggota DPS tidak memanfaatkan BUS untuk kepentingan pribadi, keluarga, dan/atau pihak lain yang mengurangi aset atau mengurangi keuntungan BUS.
1 2 3 4 5
3. Anggota DPS tidak mengambil dan/atau menerima keuntungan pribadi dari BUS selain Remunerasi dan fasilitas lainnya yang ditetapkan RUPS.
1 2 3 4 5
4. Anggota DPS tidak merangkap jabatan sebagai konsultan di seluruh BUS dan/atau UUS.
197
Lampiran 7a
FAKTOR : PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS)
1 2 3 4 5
PERINGKAT SUB FAKTOR PERINGKAT
TRANSPARANSI DPS 1 2 3 4 5
PENILAIAN PERINGKAT FAKTOR
PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DPS
PERINGKAT SUB FAKTOR PERINGKAT
A. KOMPOSISI, KRITERIA DAN INDEPENDENSI DPS 1 2 3 4 5
B. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DPS 1 2 3 4 5
C. EFEKTIVITAS RAPAT DPS 1 2 3 4 5
D. TRANSPARANSI DPS 1 2 3 4 5
PERINGKAT FAKTOR 1 2 3 4 5
KESIMPULAN :
198
Lampiran 7a
FAKTOR : PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS)
199
Lampiran 7a FAKTOR : PELAKSANAAN PRINSIP SYARIAH DALAM KEGIATAN PENGHIMPUNAN DANA DAN PENYALURAN DANA SERTA PELAYANAN
JASA BANK UMUM SYARIAH
V. PELAKSANAAN PRINSIP SYARIAH DALAM KEGIATAN PENGHIMPUNAN DANA DAN PENYALURAN DANA SERTA PELAYANAN JASA BANK UMUM SYARIAH
TUJUAN
Untuk menilai :
a. kesesuaian produk BUS terhadap Prinsip Syariah;
b. pemenuhan Prinsip Syariah oleh BUS dalam pelaksanaan kegiatan penghimpunan dana, penyaluran dana dan pelayanan jasa;
c. mekanisme yang dilakukan oleh BUS dalam rangka penyelesaian sengketa yang terjadi antara BUS dengan nasabah.
KRITERIA/INDIKATOR ANALISIS SELF ASSESMENT
1. Produk yang dimiliki oleh BUS telah sesuai dengan Fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia dan telah dilengkapi dengan pendapat syariah dari DPS.
1 2 3 4 5
2. Pelaksanaan produk penghimpunan dana BUS telah sesuai dengan Fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia dan ketentuan Bank Indonesia.
1 2 3 4 5
3. Pelaksanaan produk penyaluran dana BUS telah sesuai dengan Fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia dan ketentuan Bank Indonesia.
200
Lampiran 7a FAKTOR : PELAKSANAAN PRINSIP SYARIAH DALAM KEGIATAN PENGHIMPUNAN DANA DAN PENYALURAN DANA SERTA PELAYANAN
JASA BANK UMUM SYARIAH
1 2 3 4 5
4. Pelaksanaan produk pelayanan jasa BUS telah sesuai dengan Fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia dan ketentuan Bank Indonesia.
1 2 3 4 5
5. Penyelesaian sengketa antara BUS dengan nasabah dilakukan melalui musyawarah atau melalui mediasi perbankan mekanisme arbitrase syariah atau melalui lembaga peradilan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
1 2 3 4 5
PERINGKAT FAKTOR PERINGKAT
PELAKSANAAN PRINSIP SYARIAH DALAM KEGIATAN PENGHIMPUNAN DANA DAN PENYALURAN DANA SERTA PELAYANAN JASA BANK UMUM SYARIAH
1 2 3 4 5
KESIMPULAN :
201
Lampiran 7a FAKTOR : PELAKSANAAN PRINSIP SYARIAH DALAM KEGIATAN PENGHIMPUNAN DANA DAN PENYALURAN DANA SERTA PELAYANAN
JASA BANK UMUM SYARIAH
202
Lampiran 7a
FAKTOR : PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN
VI. PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN
TUJUAN
Untuk menilai efektifitas pengelolaan benturan kepentingan serta kecukupan aspek pengungkapan (disclosure)-nya serta dampak benturan kepentingan tersebut terhadap profitabilitas BUS.
KRITERIA/INDIKATOR ANALISIS SELF ASSESMENT
1. BUS memiliki kebijakan, sistem dan prosedur penyelesaian mengenai :
a. benturan kepentingan yang mengikat setiap pengurus dan pegawai BUS;
b. administrasi pencatatan, dokumentasi dan pengungkapan benturan kepentingan dimaksud dalam risalah rapat.
1 2 3 4 5
2. Benturan kepentingan telah diungkapkan dalam setiap keputusan dan telah didokumentasi dengan baik.
1 2 3 4 5
3. Tindakan yang mengandung benturan kepentingan dilakukan dengan tidak mengurangi aset atau mengurangi keuntungan BUS.
1 2 3 4 5
PERINGKAT FAKTOR PERINGKAT
PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN 1 2 3 4 5
203
Lampiran 7a
FAKTOR : PENERAPAN FUNGSI KEPATUHAN BUS
VII. PENERAPAN FUNGSI KEPATUHAN BUS
TUJUAN
Untuk menilai: a. tingkat kepatuhan BUS terhadap ketentuan Bank Indonesia dan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta pemenuhan
komitmen dengan lembaga otoritas yang berwenang; b. efektivitas pelaksanaan tugas dan independensi Direktur Kepatuhan dan fungsi kepatuhan; c. menjamin ketersediaan pedoman kerja, sistem dan prosedur kerja yang kini di seluruh bidang/jenjang organisasi; d. tersedianya Sistem Informasi Manajemen (SIM) yang memadai agar fungsi kepatuhan dapat menjalankan tugasnya secara efektif.
KRITERIA/INDIKATOR ANALISIS SELF ASSESMENT
1. BUS telah memiliki 1 (satu) orang Direktur Kepatuhan yang diangkat oleh RUPS.
1 2 3 4 5
2. BUS telah melaksanakan fungsi kepatuhan yang independen terhadap satuan kerja operasional, termasuk apabila membentuk unit kerja atau satuan kerja kepatuhan sesuai dengan ukuran BUS.
1 2 3 4 5
3. Fungsi kepatuhan telah didukung oleh personil yang paling kurang memiliki pengetahuan dan/atau pemahaman tentang operasional perbankan syariah.
1 2 3 4 5
4. Direktur Kepatuhan telah melaksanakan tugas dan tanggung jawab paling kurang:
a. menetapkan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan BUS telah memenuhi seluruh peraturan Bank Indonesia dan peraturan perundang-undangan lain yang berlaku dalam rangka pelaksanaan prinsip kehati-
205
Lampiran 7a
FAKTOR : PENERAPAN FUNGSI KEPATUHAN BUS
hatian;
b. memantau dan menjaga agar kegiatan usaha BUS tidak menyimpang dari ketentuan yang berlaku;
c. memantau dan menjaga kepatuhan BUS terhadap seluruh perjanjian dan komitmen yang dibuat BUS kepada Bank Indonesia.
1 2 3 4 5
5. Fungsi kepatuhan telah bertanggung jawab terhadap ketersediaan dan kesesuaian pedoman, sistem dan prosedur seluruh satuan kerja dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, di seluruh jenjang organisasi.
1 2 3 4 5
6. Direktur Kepatuhan telah mencegah Direksi BUS agar tidak menempuh kebijakan dan/atau menetapkan keputusan yang menyimpang dari peraturan Bank Indonesia dan peraturan perundang-undangan lain yang berlaku.
1 2 3 4 5
7. Direktur Kepatuhan telah melaporkan pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya secara berkala kepada Direktur Utama dengan tembusan kepada Dewan Komisaris.
1 2 3 4 5
8. Direktur Kepatuhan telah menyampaikan laporan semesteran tentang tugas dan tanggung jawab Direktur Kepatuhan kepada Bank Indonesia pada akhir bulan Juli dan Januari.
1 2 3 4 5
9. Direktur Kepatuhan telah menyampaikan laporan khusus mengenai kebijakan dan/atau keputusan direksi yang menurut pendapat Direktur Kepatuhan telah menyimpang dari Peraturan Bank Indonesia dan/atau peraturan perundang-undangan lain yang berlaku paling lambat 7 (tujuh) hari setelah terjadinya kebijakan dan/atau keputusan dimaksud.
1 2 3 4 5
206
Lampiran 7a
FAKTOR : PENERAPAN FUNGSI KEPATUHAN BUS
10. Direksi telah:
a. Menyetujui kebijakan kepatuhan BUS dalam bentuk dokumen formal tentang fungsi kepatuhan yang efektif.
b. Bertanggung jawab untuk mengkomunikasikan seluruh kebijakan, pedoman, sistem dan prosedur ke seluruh jenjang organisasi terkait.
c. Bertanggung jawab untuk menciptakan fungsi kepatuhan yang efektif dan permanen sebagai bagian dari kebijakan kepatuhan BUS secara keseluruhan.
1 2 3 4 5
PERINGKAT FAKTOR PERINGKAT
PENERAPAN FUNGSI KEPATUHAN BUS 1 2 3 4 5
KESIMPULAN :
207
Lampiran 7a
FAKTOR : PENERAPAN FUNGSI AUDIT INTERN
VIII. PENERAPAN FUNGSI AUDIT INTERN
TUJUAN
Untuk menilai: a. kecukupan fungsi audit intern BUS, untuk menilai seluruh aspek kegiatan sesuai peraturan Bank Indonesia dan perundang-undangan
yang berlaku;
b. efektivitas pelaksanaan tugas audit intern BUS dalam menciptakan BUS yang sehat dan mampu berkembang secara wajar.
KRITERIA/INDIKATOR ANALISIS SELF ASSESMENT
1. BUS telah menerapkan fungsi audit intern yang efektif.
1 2 3 4 5
2. BUS telah memiliki standar audit intern, paling kurang:
a. memiliki piagam audit intern (internal audit charter);
b. memiliki fungsi audit intern; dan
c. panduan audit intern.
1 2 3 4 5
3. BUS telah melaksanakan fungsi audit intern yang independen terhadap satuan kerja operasional, termasuk apabila membentuk unit kerja atau satuan kerja sesuai dengan ukuran BUS.
1 2 3 4 5
4. Fungsi audit intern bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama.
208
Lampiran 7a
FAKTOR : PENERAPAN FUNGSI AUDIT INTERN
1 2 3 4 5
5. Pimpinan fungsi audit intern diangkat dan diberhentikan oleh Direktur Utama dengan persetujuan Dewan Komisaris.
1 2 3 4 5
6. Fungsi audit intern telah didukung oleh personil dalam jumlah yang memadai dan kompeten di bidangnya, dengan paling kurang terdapat 1 (satu) orang personil yang memiliki pengetahuan dan/atau pemahaman tentang operasional perbankan syariah.
1 2 3 4 5
7. Fungsi audit intern telah melaksanakan tugas membantu Direktur Utama antara lain:
a. melakukan pengawasan atas pelaksanaan tugas di seluruh unit kerja BUS termasuk pelaksanaan terhadap pemenuhan atas Prinsip Syariah;
b. melakukan pemeriksaan dan evaluasi atas kecukupan dan keefektifan sistem pengendalian intern.
1 2 3 4 5
8. Fungsi audit intern menyampaikan laporan kepada Direktur Utama dan Dewan Komisaris dengan tembusan kepada direktur kepatuhan.
1 2 3 4 5
9. Fungsi audit intern menyampaikan laporan hasil audit intern yang terkait pelaksanaan pemenuhan Prinsip Syariah kepada DPS.
209
Lampiran 7a
FAKTOR : PENERAPAN FUNGSI AUDIT INTERN
1 2 3 4 5
PERINGKAT FAKTOR PERINGKAT
PENERAPAN FUNGSI AUDIT INTERN 1 2 3 4 5
KESIMPULAN :
210
Lampiran 7a
FAKTOR : PENERAPAN FUNGSI AUDIT EKSTERN
IX. PENERAPAN FUNGSI AUDIT EKSTERN
TUJUAN
Untuk menilai: a. kesesuaian penunjukkan Akuntan Publik dan KAP dibandingkan dengan ketentuan yang berlaku; b. efektivitas pelaksanaan audit oleh Akuntan Publik; c. kualitas hasil audit Akuntan Publik.
KRITERIA/INDIKATOR ANALISIS SELF ASSESMENT
1. BUS telah menunjuk Akuntan Publik dan KAP yang terdaftar di Bank Indonesia dalam pelaksanaan audit laporan keuangan BUS.
1 2 3 4 5
2. Penunjukan Akuntan Publik dan KAP telah terlebih dahulu memperoleh persetujuan RUPS berdasarkan calon yang diajukan oleh Dewan Komisaris.
1 2 3 4 5
3. Penunjukan Akuntan Publik dan KAP yang sama oleh BUS tidak lebih dari 5 (lima) tahun buku berturut-turut.
1 2 3 4 5
4. Penunjukan Akuntan Publik dan KAP dalam rangka audit laporan keuangan tahunan BUS telah didasarkan pada perjanjian kerja.
211
Lampiran 7a
FAKTOR : PENERAPAN FUNGSI AUDIT EKSTERN
1 2 3 4 5
5. Akuntan Publik yang melakukan audit terhadap BUS, memiliki pengetahuan dan/atau pengalaman serta kompetensi audit di bidang perbankan dan/atau keuangan syariah dan mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang memadai tentang operasional perbankan dan/atau keuangan syariah.
1 2 3 4 5
6. Akuntan Publik telah memperoleh pendapat dari DPS mengenai ketaatan BUS terhadap pelaksanaan Prinsip Syariah sebelum menerbitkan Laporan Audit atas Laporan Keuangan BUS.
1 2 3 4 5
7. Akuntan Publlik dan KAP yang ditunjuk, telah:
a. menyampaikan hasil audit dan management letter kepada BUS tepat waktu;
b. mampu bekerja secara independen, memenuhi standard profesional akuntan publik dan perjanjian kerja serta ruang lingkup audit yang ditetapkan.
1 2 3 4 5
PERINGKAT FAKTOR PERINGKAT
PENERAPAN FUNGSI AUDIT EKSTERN 1 2 3 4 5
KESIMPULAN :
212
Lampiran 7a
FAKTOR : BATAS MAKSIMUM PENYALURAN DANA (BMPD)
X. BATAS MAKSIMUM PENYALURAN DANA (BMPD)
TUJUAN
Untuk menilai: a. penerapan prinsip kehati-hatian dalam penyediaan dana kepada pihak terkait (related party); b. penerapan manajemen risiko; c. independensi pengambilan keputusan terkait dengan penyediaan dana kepada pihak terkait.
KRITERIA/INDIKATOR ANALISIS SELF ASSESMENT
1. BUS telah menerapkan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko dalam memberikan penyediaan dana kepada pihak terkait.
1 2 3 4 5
2. BUS telah memiliki pedoman kebijakan dan prosedur tertulis tentang penyediaan dana kepada pihak terkait.
1 2 3 4 5
3. Pedoman kebijakan dan prosedur tertulis tentang penyediaan dana telah dikaji ulang secara periodik paling kurang 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.
1 2 3 4 5
4. BUS tidak memberikan penyediaan dana kepada pihak terkait yang bertentangan dengan prosedur umum penyediaan dana yang berlaku.
1 2 3 4 5
5. BUS memiliki dan menatausahakan daftar rincian pihak terkait dengan BUS dan menyampaikannya kepada Bank Indonesia.
214
Lampiran 7a
FAKTOR : BATAS MAKSIMUM PENYALURAN DANA (BMPD)
1 2 3 4 5
PERINGKAT FAKTOR PERINGKAT
BATAS MAKSIMUM PENYALURAN DANA (BMPD) 1 2 3 4 5
KESIMPULAN :
215
Lampiran 7a
FAKTOR : TRANSPARANSI KONDISI BANK UMUM SYARIAH, LAPORAN PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN
PELAPORAN INTERNAL
XI. TRANSPARANSI KONDISI BANK UMUM S YARIAH, LAPORAN PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN PELAPORAN INTERNAL
TUJUAN
Untuk menilai: a. ketepatan waktu, keakurasian dan cakupan transparansi informasi keuangan dan non-keuangan yang disampaikan kepada stakeholders
(public);
b. efektifitas pengelolaan informasi produk dan jasa BUS, pengelolaan pengaduan nasabah serta pengelolaan data pribadi nasabah;
c. cakupan laporan pelaksanaan GCG yang disampaikan secara lengkap, akurat, kini, utuh dan tepat waktu serta pihak pihak yang menerima laporan pelaksanaan GCG;
d. keandalan Sistem Informasi Manajemen (SIM) BUS, khususnya Sistem Pelaporan Internal mampu menyajikan data dan informasi secara tepat waktu, lengkap, akurat, serta kemanfaatannya dalam pengambilan keputusan (bisnis).
SUB FAKTOR
A. PENERAPAN TRANSPARANSI KONDISI BANK UMUM SYARIAH
KRITERIA/INDIKATOR ANALISIS SELF ASSESMENT
1. BUS telah mentransparansikan kondisi keuangan dan non-keuangan kepada stakeholders, termasuk Laporan Keuangan Publikasi triwulanan dan telah melaporkannya kepada Bank Indonesia atau stakeholder sesuai ketentuan yang berlaku.
1 2 3 4 5
2. BUS telah menyampaikan Laporan Tahunan kepada:
a. Bank Indonesia; b. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI); c. Lembaga Pemeringkat di Indonesia;
216
Lampiran 7a
FAKTOR : TRANSPARANSI KONDISI BANK UMUM SYARIAH, LAPORAN PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN
PELAPORAN INTERNAL
d. Asosiasi Bank-Bank di Indonesia; e. LPPI; f. 2 (dua) Lembaga Penelitian bidang Ekonomi dan Keuangan; dan g. 2 (dua) Majalah Ekonomi dan Keuangan, serta menempatkan informasi Laporan Tahunan di homepage bank, bagi yang memiliki homepage.
1 2 3 4 5
3. BUS telah mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan di surat kabar berbahasa Indonesia yang mempunyai peredaran luas dan telah mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan pada homepage Bank Indonesia.
1 2 3 4 5
4. BUS telah mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi Bulanan pada homepage Bank Indonesia.
1 2 3 4 5
5. BUS telah melaksanakan transparansi informasi mengenai produk dan penggunaan data nasabah BUS sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia tentang Transparansi Informasi Produk BUS dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah.
1 2 3 4 5
6. BUS telah mentransparansikan tata cara pengaduan nasabah dan penyelesaian sengketa kepada nasabah sesuai ketentuan Bank Indonesia tentang Pengaduan Nasabah dan Mediasi Perbankan.
1 2 3 4 5
PERINGKAT SUB FAKTOR PERINGKAT
217
Lampiran 7a
FAKTOR : TRANSPARANSI KONDISI BANK UMUM SYARIAH, LAPORAN PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN
PELAPORAN INTERNAL
PENERAPAN TRANSPARANSI KONDISI BANK UMUM SYARIAH 1 2 3 4 5
SUB FAKTOR
B. LAPORAN PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE
KRITERIA/INDIKATOR ANALISIS SELF ASSESMENT
1. BUS telah menyusun laporan pelaksanaan GCG dengan isi dan cakupan paling kurang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
1 2 3 4 5
2. BUS telah melakukan self assessment atas pelaksanaan GCG.
1 2 3 4 5
3. Dalam hal terdapat evaluasi terhadap hasil self assessment pelaksanaan GCG oleh Bank Indonesia, BUS telah melakukan perbaikan atas pelaksanaan GCG tersebut.
1 2 3 4 5
4. BUS telah menyampaikan laporan pelaksanaan GCG kepada:
a. Bank Indonesia; b. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI);
218
Lampiran 7a
FAKTOR : TRANSPARANSI KONDISI BANK UMUM SYARIAH, LAPORAN PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN
PELAPORAN INTERNAL
c. Lembaga pemeringkat di Indonesia; d. Perhimpunan Bank – Bank Umum Nasional (Perbanas); e. 1 (satu) lembaga penelitian di bidang ekonomi dan keuangan; dan f. 1 (satu) majalah ekonomi dan keuangan, secara lengkap dan tepat waktu.
1 2 3 4 5
5. Apabila BUS telah memiliki homepage, BUS menyajikan laporan pelaksanaan GCG dalam homepage secara tepat waktu.
1 2 3 4 5
PERINGKAT SUB FAKTOR PERINGKAT
LAPORAN PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE 1 2 3 4 5
SUB FAKTOR
C. KECUKUPAN PELAPORAN INTERNAL
KRITERIA/INDIKATOR ANALISIS SELF ASSESMENT
1. BUS memiliki pelaporan internal yang lengkap dan didukung oleh SIM yang handal.
1 2 3 4 5
2. Tersedianya informasi yang akurat dan tepat waktu yang didukung oleh sistem informasi yang handal.
219
Lampiran 7a
FAKTOR : TRANSPARANSI KONDISI BANK UMUM SYARIAH, LAPORAN PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN
PELAPORAN INTERNAL
1 2 3 4 5
3. BUS memiliki sistem informasi yang didukung oleh sumber daya manusia yang kompeten.
1 2 3 4 5
4. BUS memiliki IT security system yang memadai.
1 2 3 4 5
PERINGKAT SUB FAKTOR PERINGKAT
KECUKUPAN PELAPORAN INTERNAL 1 2 3 4 5
PENILAIAN PERINGKAT FAKTOR
TRANSPARANSI KONDISI BANK UMUM SYARIAH, LAPORAN PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE
DAN PELAPORAN INTERNAL
PERINGKAT SUB FAKTOR PERINGKAT
A. PENERAPAN TRANSPARANSI KONDISI BANK UMUM SYARIAH 1 2 3 4 5
B. LAPORAN PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE 1 2 3 4 5
C. KECUKUPAN PELAPORAN INTERNAL 1 2 3 4 5
220
Lampiran 7a
FAKTOR : TRANSPARANSI KONDISI BANK UMUM SYARIAH, LAPORAN PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN
PELAPORAN INTERNAL
PERINGKAT FAKTOR 1 2 3 4 5
KESIMPULAN :
221
PERINGKAT KRITERIA/INDIKATOR
Peringkat 1 Hasil analisis self assessment menunjukkan bahwa pelaksanaan GCG UUS sangat sesuai dengan Kriteria/Indikator.
Peringkat 2 Hasil analisis self assessment menunjukkan bahwa pelaksanaan GCG UUS sesuai dengan Kriteria/Indikator.
Peringkat 3 Hasil analisis self assessment menunjukkan bahwa pelaksanaan GCG UUS cukup sesuai dengan Kriteria/Indikator.
Peringkat 4 Hasil analisis self assessment menunjukkan bahwa pelaksanaan GCG UUS kurang sesuai dengan Kriteria/Indikator.
Peringkat 5 Hasil analisis self assessment menunjukkan bahwa pelaksanaan GCG UUS tidak sesuai dengan Kriteria/Indikator.
KERTAS KERJA SELF ASSESSMENT
BAGI UNIT USAHA SYARIAH
222
FAKTOR : PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DIREKTUR UUS
I. PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DIREKTUR UUS
TUJUAN
Untuk menilai:
a. kecukupan kriteria dan independensi Direktur UUS;
b. efektivitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direktur UUS
SUB FAKTOR
A. KRITERIA DAN INDEPENDENSI DIREKTUR UUS
KRITERIA/INDIKATOR ANALISIS SELF ASSESMENT
1. Direktur UUS memiliki kompetensi dan komitmen dalam pengembangan UUS.
1 2 3 4 5
2. Direktur UUS tidak memiliki benturan kepentingan (conflict of interest) dalam menjalankan tugasnya.
1 2 3 4 5
3. Direktur UUS telah mengikuti proses wawancara yang dilakukan oleh Bank Indonesia.
1 2 3 4 5
4. Penunjukan dan/atau penggantian Direktur UUS telah dilaporkan oleh BUK secara tepat waktu.
1 2 3 4 5
223
FAKTOR : PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DIREKTUR UUS
PERINGKAT SUB FAKTOR PERINGKAT
KRITERIA DAN INDEPENDENSI DIREKTUR UUS 1 2 3 4 5
SUB FAKTOR
B. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DIREKTUR UUS
KRITERIA/INDIKATOR ANALISIS SELF ASSESMENT
1. Direktur UUS bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan pengelolaan UUS berdasarkan prinsip kehati-hatian dan Prinsip Syariah
1 2 3 4 5
2. Direktur UUS telah menindaklanjuti rekomendasi dari hasil pengawasan DPS.
1 2 3 4 5
3. Direktur UUS telah menyediakan data dan informasi terkait dengan pemenuhan Prinsip Syariah yang akurat, relevan dan tepat waktu kepada DPS.
1 2 3 4 5
PERINGKAT SUB FAKTOR PERINGKAT
224
FAKTOR : PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DIREKTUR UUS
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DIREKTUR UUS 1 2 3 4 5
PENILAIAN PERINGKAT FAKTOR
PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DIREKTUR UUS
PERINGKAT SUB FAKTOR PERINGKAT
A. KRITERIA DAN INDEPENDENSI DIREKTUR UUS 1 2 3 4 5
B. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DIREKTUR UUS 1 2 3 4 5
PERINGKAT FAKTOR 1 2 3 4 5
KESIMPULAN :
225
Lampiran 8a
FAKTOR : PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS)
II. PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS)
TUJUAN
Untuk menilai:
a. kecukupan komposisi, kriteria dan tingkat independensi anggota DPS;
b. efektivitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawab DPS;
c. efektivitas penyelenggaraan rapat DPS;
d. kecukupan aspek pengungkapan mengenai DPS.
SUB FAKTOR
A. KOMPOSISI, KRITERIA DAN INDEPENSI DPS
KRITERIA/INDIKATOR ANALISIS SELF ASSESMENT
1. Jumlah anggota DPS paling kurang 2 (dua) orang dan paling banyak 3 (tiga) orang.
1 2 3 4 5
2. Seluruh anggota DPS memiliki integritas, kompetensi dan reputasi keuangan yang memadai.
1 2 3 4 5
3. Pengangkatan dan/atau penggantian anggota DPS dilakukan dengan memperhatikan rekomendasi Komite Nominasi atau Komite Remunerasi dan Nominasi.
1 2 3 4 5
4. Pengangkatan dan/atau penggantian anggota DPS telah mendapat rekomendasi dari Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia dan
226
Lampiran 8a
FAKTOR : PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS)
telah memperoleh persetujuan dari RUPS. 1 2 3 4 5
5. Masa jabatan anggota DPS tidak melebihi masa jabatan anggota Direksi atau Dewan Komisaris
1 2 3 4 5
6. Anggota DPS merangkap jabatan sebagai anggota DPS paling banyak pada 4 (empat) lembaga keuangan syariah lain.
1 2 3 4 5
PERINGKAT SUB FAKTOR PERINGKAT
KOMPOSISI, KRITERIA DAN INDEPENSI DPS 1 2 3 4 5
SUB FAKTOR
B. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DPS
KRITERIA/INDIKATOR ANALISIS SELF ASSESMENT
1. DPS telah melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan prinsip-prinsip GCG.
1 2 3 4 5
2. DPS bertugas dan bertanggung jawab memberikan nasihat dan saran kepada Direktur UUS serta mengawasi kegiatan UUS agar sesuai dengan Prinsip Syariah
1 2 3 4 5
3. DPS telah menilai dan memastikan pemenuhan Prinsip Syariah atas pedoman
227
Lampiran 8a
FAKTOR : PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS)
operasional dan produk yang dikeluarkan UUS.
1 2 3 4 5
4. DPS telah mengawasi proses pengembangan produk baru UUS agar sesuai dengan fatwa Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia.
1 2 3 4 5
5. DPS telah meminta fatwa kepada Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia untuk produk baru UUS yang belum ada fatwanya.
1 2 3 4 5
6. DPS telah melakukan review secara berkala atas pemenuhan Prinsip Syariah terhadap mekanisme penghimpunan dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa UUS.
1 2 3 4 5
7. DPS telah menyampaikan Laporan Hasil Pengawasan DPS secara semesteran dan menyampaikan paling lambat 2 (dua) bulan setelah periode laporan.
1 2 3 4 5
8. Anggota DPS telah menyediakan waktu yang cukup untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara optimal.
1 2 3 4 5
228
Lampiran 8a
FAKTOR : PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS)
PERINGKAT SUB FAKTOR PERINGKAT
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DPS 1 2 3 4 5
SUB FAKTOR
C. EFEKTIVITAS RAPAT DPS
KRITERIA/INDIKATOR ANALISIS SELF ASSESMENT
1. Rapat DPS diselenggarakan paling kurang 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan.
1 2 3 4 5
2. Pengambilan keputusan rapat DPS dilakukan berdasarkan musyawarah mufakat.
1 2 3 4 5
3. Risalah rapat yang merupakan keputusan bersama seluruh anggota DPS telah didokumentasikan dengan baik.
1 2 3 4 5
4. Hasil rapat DPS telah disampaikan sebagai laporan atau rekomendasi kepada Direktur UUS.
1 2 3 4 5
229
Lampiran 8a
FAKTOR : PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS)
PERINGKAT SUB FAKTOR PERINGKAT
EFEKTIVITAS RAPAT DPS 1 2 3 4 5
SUB FAKTOR
D. TRANSPARANSI DPS
KRITERIA/INDIKATOR ANALISIS SELF ASSESMENT
1. Anggota DPS telah mengungkapkan:
a. rangkap jabatan sebagai anggota DPS pada lembaga keuangan syariah lain; dan
b. remunerasi dan fasilitas lain
pada Laporan Pelaksanaan GCG.
1 2 3 4 5
2. Anggota DPS tidak memanfaatkan UUS untuk kepentingan pribadi, keluarga, dan/atau pihak lain yang mengurangi aset atau mengurangi keuntungan UUS.
1 2 3 4 5
3. Anggota DPS tidak mengambil dan/atau menerima keuntungan pribadi dari UUS selain remunerasi dan fasilitas lainnya yang ditetapkan RUPS.
1 2 3 4 5
4. Anggota DPS tidak merangkap jabatan sebagai konsultan di seluruh BUS dan/atau UUS.
230
Lampiran 8a
FAKTOR : PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS)
1 2 3 4 5
PERINGKAT SUB FAKTOR PERINGKAT
TRANSPARANSI DPS 1 2 3 4 5
PENILAIAN PERINGKAT FAKTOR
PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN PENGAWAS SYARIAH
PERINGKAT SUB FAKTOR PERINGKAT
A. KOMPOSISI, KRITERIA DAN INDEPENDENSI DPS 1 2 3 4 5
B. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DPS 1 2 3 4 5
C. EFEKTIVITAS RAPAT DPS 1 2 3 4 5
D. TRANSPARANSI DPS 1 2 3 4 5
PERINGKAT FAKTOR 1 2 3 4 5
KESIMPULAN :
231
Lampiran 8a
FAKTOR : PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS)
232
Lampiran 8a
FAKTOR : PELAKSANAAN PRINSIP SYARIAH DALAM KEGIATAN PENGHIMPUNAN DANA DAN PENYALURAN DANA SERTA PELAYANAN
JASA UNIT USAHA SYARIAH
III. PELAKSANAAN PRINSIP SYARIAH DALAM KEGIATAN PENGHIMPUNAN DANA DAN PENYALURAN DANA SERTA PELAYANAN JASA UNIT USAHA SYARIAH
TUJUAN
Untuk menilai :
a. kesesuaian Prinsip Syariah dalam produk UUS;
b. pemenuhan Prinsip Syariah oleh UUS dalam pelaksanaan kegiatan penghimpunan dana, penyaluran dana dan pelayanan jasa;
c. mekanisme yang dilakukan oleh UUS dalam rangka penyelesaian sengketa yang terjadi antara UUS dengan nasabah.
KRITERIA/INDIKATOR ANALISIS SELF ASSESMENT
1. Produk yang dimiliki oleh UUS telah sesuai dengan Fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia dan telah dilengkapi dengan pendapat syariah dari DPS.
1 2 3 4 5
2. Pelaksanaan produk penghimpunan dana UUS telah sesuai dengan Fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia dan ketentuan Bank Indonesia.
1 2 3 4 5
3. Pelaksanaan produk penyaluran dana UUS telah sesuai dengan Fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia dan ketentuan Bank Indonesia.
233
Lampiran 8a
FAKTOR : PELAKSANAAN PRINSIP SYARIAH DALAM KEGIATAN PENGHIMPUNAN DANA DAN PENYALURAN DANA SERTA PELAYANAN
JASA UNIT USAHA SYARIAH
1 2 3 4 5
4. Pelaksanaan produk pelayanan jasa UUS telah sesuai dengan Fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia dan ketentuan Bank Indonesia.
1 2 3 4 5
5. Penyelesaian sengketa antara UUS dengan nasabah dilakukan melalui musyawarah atau melalui mediasi perbankan mekanisme arbitrase syariah atau melalui lembaga peradilan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
1 2 3 4 5
PERINGKAT FAKTOR PERINGKAT
PELAKSANAAN PRINSIP SYARIAH DALAM KEGIATAN PENGHIMPUNAN DANA DAN PENYALURAN DANA SERTA PELAYANAN JASA BANK UMUM SYARIAH
1 2 3 4 5
KESIMPULAN :
234
Lampiran 8a
FAKTOR : PELAKSANAAN PRINSIP SYARIAH DALAM KEGIATAN PENGHIMPUNAN DANA DAN PENYALURAN DANA SERTA PELAYANAN
JASA UNIT USAHA SYARIAH
235
Lampiran 8a
FAKTOR : PENYALURAN DANA KEPADA NASABAH PEMBIAYAAN INTI DAN PENYIMPANAN DANA OLEH DEPOSAN INTI
IV. PENYALURAN DANA KEPADA NASABAH PEMBIAYAAN INTI DAN PENYIMPANAN DANA OLEH DEPOSAN INTI
TUJUAN
Untuk menilai: a. penerapan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran dana kepada nasabah pembiayaan inti dan penyimpanan dana oleh deposan inti; b. independensi pengambilan keputusan yang berkaitan dengan penyaluran dana kepada nasabah pembiayaan inti.
KRITERIA/INDIKATOR ANALISIS SELF ASSESMENT
1. UUS telah menerapkan prinsip kehati-hatian dalam memberikan penyediaan dana, khususnya penyaluran dana kepada Nasabah Inti.
1 2 3 4 5
2. UUS telah memiliki pedoman kebijakan dan prosedur tertulis tentang penyaluran dana kepada Nasabah Inti.
1 2 3 4 5
3. Pedoman kebijakan dan prosedur tertulis tentang penyediaan dana telah dikaji ulang secara periodik paling kurang 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.
1 2 3 4 5
4. UUS tidak memberikan penyaluran dana kepada Nasabah Inti yang bertentangan dengan prosedur umum penyediaan dana yang berlaku.
1 2 3 4 5
236
Lampiran 8a
FAKTOR : PENYALURAN DANA KEPADA NASABAH PEMBIAYAAN INTI DAN PENYIMPANAN DANA OLEH DEPOSAN INTI
5. UUS tidak memberikan fasilitas terkait penghimpunan dana untuk Deposan Inti kecuali fasilitas tersebut telah ditetapkan dalam prosedur umum penghimpunan dana yang berlaku.
1 2 3 4 5
6. UUS memiliki dan menatausahakan daftar rincian Nasabah Pembiayaan Inti dan Nasabah Deposan Inti serta menyampaikannya kepada Bank Indonesia.
1 2 3 4 5
PENILAIAN PERINGKAT FAKTOR
PENYALURAN DANA KEPADA NASABAH PEMBIAYAAN INTI DAN PENYIMPANAN DANA OLEH DEPOSAN INTI
PERINGKAT
PERINGKAT FAKTOR 1 2 3 4 5
KESIMPULAN :
237
Lampiran 8a FAKTOR : TRANSPARANSI KONDISI UNIT USAHA SYARIAH, LAPORAN PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN PELAPORAN
INTERNAL
V. TRANSPARANSI KONDISI UNIT USAHA SYARIAH, LAPORAN PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN PELAPORAN INTERNAL
TUJUAN
Untuk menilai: a. ketepatan waktu, keakurasian dan cakupan transparansi informasi keuangan dan non-keuangan yang disampaikan kepada stakeholders
(public);
b. efektifitas pengelolaan informasi produk dan jasa UUS, pengelolaan pengaduan nasabah serta pengelolaan data pribadi nasabah;
c. cakupan laporan pelaksanaan GCG yang disampaikan secara lengkap, akurat, kini, utuh dan tepat waktu;
d. cakupan pihak pihak yang menerima laporan pelaksanaan GCG;
e. keandalan Sistem Informasi Manajemen (SIM) UUS, khususnya Sistem Pelaporan Internal mampu menyajikan data dan informasi secara tepat waktu, lengkap, akurat, serta kemanfaatannya dalam pengambilan keputusan (bisnis).
SUB FAKTOR
A. PENERAPAN TRANSPARANSI KONDISI UUS
KRITERIA/INDIKATOR ANALISIS SELF ASSESMENT
1. UUS telah mentransparansikan kondisi keuangan dengan menyusun dan menyajikan Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan.
1 2 3 4 5
2. UUS melalui kantor pusatnya telah menyajikan informasi kegiatan UUS yang mencakup paling sedikit:
a. Sasaran, strategi dan kebijakan manajemen yang digunakan dalam pengembangan UUS;
238
Lampiran 8a FAKTOR : TRANSPARANSI KONDISI UNIT USAHA SYARIAH, LAPORAN PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN PELAPORAN
INTERNAL
b. Perkembangan usaha syariah, yaitu penyaluran dana beserta komposisinya, laba bersih, Return on Asset (ROA), Non Performing Financing (NPF), sumber dana beserta komposisinya, jumlah aset dan informasi lainnya yang relevan;
c. Jenis produk dan jasa yang ditawarkan;;
d. Tanggung jawab sosial perusahaan; dan
e. Realisasi bagi hasil/imbalan dan metode perhitungan distribusi bagi hasil.
1 2 3 4 5
3. UUS telah mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan di surat kabar berbahasa Indonesia yang mempunyai peredaran luas sesuai dengan waktu yang ditetapkan dalam ketentuan.
1 2 3 4 5
PERINGKAT SUB FAKTOR PERINGKAT
PENERAPAN TRANSPARANSI KONDISI UUS 1 2 3 4 5
SUB FAKTOR
B. LAPORAN PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE
KRITERIA/INDIKATOR ANALISIS SELF ASSESMENT
1. UUS telah menyusun laporan pelaksanaan GCG dengan isi dan cakupan paling kurang sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan pelaksanaan GCG induknya.
1 2 3 4 5
2. UUS telah melakukan self assessment atas pelaksanaan GCG.
239
Lampiran 8a FAKTOR : TRANSPARANSI KONDISI UNIT USAHA SYARIAH, LAPORAN PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN PELAPORAN
INTERNAL
1 2 3 4 5
3. Dalam hal terdapat evaluasi terhadap hasil self assessment pelaksanaan GCG oleh Bank Indonesia, UUS telah melakukan perbaikan atas pelaksanaan GCG tersebut.
1 2 3 4 5
PERINGKAT SUB FAKTOR PERINGKAT
LAPORAN PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE 1 2 3 4 5
SUB FAKTOR
C. KECUKUPAN PELAPORAN INTERNAL
KRITERIA/INDIKATOR ANALISIS SELF ASSESMENT
1. UUS memiliki pelaporan internal yang lengkap dan didukung oleh SIM yang handal.
1 2 3 4 5
2. Tersedianya informasi yang akurat dan tepat waktu yang didukung oleh sistem informasi yang handal.
1 2 3 4 5
3. UUS memiliki sistem informasi yang didukung oleh sumber daya manusia yang kompeten.
240
Lampiran 8a FAKTOR : TRANSPARANSI KONDISI UNIT USAHA SYARIAH, LAPORAN PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN PELAPORAN
INTERNAL
1 2 3 4 5
4. UUS memiliki IT security system yang memadai.
1 2 3 4 5
PERINGKAT SUB FAKTOR PERINGKAT
KECUKUPAN PELAPORAN INTERNAL 1 2 3 4 5
PENILAIAN PERINGKAT FAKTOR
TRANSPARANSI KONDISI UNIT USAHA SYARIAH, LAPORAN PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE
DAN PELAPORAN INTERNAL
PERINGKAT SUB FAKTOR PERINGKAT
A. PENERAPAN TRANSPARANSI KONDISI UUS 1 2 3 4 5
B. LAPORAN PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE 1 2 3 4 5
C. KECUKUPAN PELAPORAN INTERNAL 1 2 3 4 5
PERINGKAT FAKTOR 1 2 3 4 5
KESIMPULAN :
241
Lampiran 8a FAKTOR : TRANSPARANSI KONDISI UNIT USAHA SYARIAH, LAPORAN PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN PELAPORAN
INTERNAL
242
Ringkasan Perhitungan Nilai Komposit Bagi Bank Umum Syariah
No. Faktor Peringkat
(a) Bobot
(b) Nilai
(a) X (b)
1 Pelaksanaan tugas dan tanggung
jawab Dewan Komisaris
12.50%
2 Pelaksanaan tugas dan tanggung
jawab Direksi
17.50%
3 Kelengkapan dan pelaksanaan
tugas Komite
10.00%
4 Pelaksanaan tugas dan tanggung
jawab Dewan Pengawas Syariah
10.00%
5 Pelaksanaan prinsip syariah
dalam kegiatan penghimpunan
dana dan penyaluran dana serta
pelayanan jasa
5.00%
6 Penanganan benturan
kepentingan
10.00%
7 Penerapan fungsi kepatuhan
Bank
5.00%
8 Penerapan fungsi audit intern 5.00%
9 Penerapan fungsi audit ekstern 5.00%
10 Batas Maksimum Penyaluran
Dana
5.00%
11 Transparansi kondisi keuangan
dan non keuangan, laporan
pelaksanaan GCG dan pelaporan
internal
15.00%
Nilai Komposit 100.00%
Predikat : Sangat Baik/Baik/Cukup Baik/Kurang Baik/Tidak Baik*)
*) coret yang tidak perlu
243
Ringkasan Perhitungan Nilai Komposit Bagi Unit Usaha Syariah
No. Faktor Peringkat
(a) Bobot
(b) Nilai
(a) X (b)
1 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direktur UUS
35.00%
2 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah
20.00%
3 Pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa
10.00%
4 Penyaluran dana kepada nasabah pembiayaan inti dan penyimpanan dana oleh deposan inti
10.00%
5 Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan, laporan pelaksanaan GCG dan pelaporan internal
25.00%
Nilai Komposit 100.00%
Predikat : Sangat Baik/Baik/Cukup Baik/Kurang Baik/Tidak Baik*)
*) coret yang tidak perlu
244