Upload
alexander-clifford
View
79
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
kompressor
Citation preview
KOMPRESOR TORAK
1. Tujuan
Mengetahui unjuk kerja dari kompresor torak dan mempelajari
karakteristiknya.
2. Dasar teori
Kompresor adalah peralatan mekanis yang berfungsi untuk memampatkan
gas sehingga tekanan gas menjadi naik dengan cara mengubah energi mekanik
penggerak menjadi energi aliran.
Kompresor torak merupakan salah satu jenis kompresor yang telah digunakan
untuk aplikasi yang sangat luas. Kecepatan alir masuknya dapat mencapai 100
hingga 10000 cfm (cubic feet per meter). Kompresor ini terdiri dari serangkaian
penggerak mekanis seperti dalam rangkaian mekanis motor bakar. Terdapat
kesamaan komponen-komponen utama antara kompresor torak dengan motor
bakar diantaranya piston, batang penggerak, silinder piston, crank shaft, dan
sebagainya.
Prinsip kerja kompresor ini adalah sesuai dengan prinsip kerja motor bakar,
dimana pada saat piston ditarik volume akan membesar, tekanan akan menurun.
Pada saat tekanan menurun gas yang memiliki tekanan lebih tinggi akan
memasuki ruangan melalui katup isap. Pada saat piston bergerak menekan, maka
volume akan mengecil sehingga tekanan akan membesar. Dengan tekanan yang
lebih besar dari tekanan diluar, maka udara akan bergerak dari ruangan menuju
keluar melalui katup tekan. Kompresor jenis ini dilengkapi dua jenis katup yaitu
katup isap dan katup tekan. Katup isap berfungsi sebagai saluran masuk gas
sebelum gas dikompresi. Setelah gas dikompresi, gas tersebut akan dialirkan ke
katup tekan. Katup ini hanya berlaku satu arah. Karena itu katup tekan juga
berfungsi untuk mencegah gas mengalir kembali ke kompresor.
Gambar 1. Kompresor torak
Kompresor torak tidak dapat melayani putaran tinggi, karena kompresor ini
dapat menghasilkan gaya inersia akibat gerak bolak-baliknya. Sehingga dengan
putaran yang sangat tinggi akan mengakibatkan gaya inersia yang sangat tinggi,
hal ini akan menimbulkan getaran yang tinggi dan dapat memicu kerusakan
komponen-komponen mekanis.
Kompresor yang kompresinya hanya pada satu sisi disebut single acting
compressor. Kompresor yang terdiri dari dua sisi kompresi disebut double acting
compressor. Susunan yang terdiri dari satu atau banyak silinder dan dihubungkan
secara paralel disebut single stage compressor. Sebaliknya, kalau disusun seri dan
biasanya dihubungkan dengan cooler disebut multistage compressor.
Jumlah silinder yang digunakan dapat berupa silinder tunggal misalnya yang
banyak diterapkan pada unit domestik dan dapat berupa multi silinder. Jumlah
silinder dapat mencapai 16 buah silinder yang diterapkan pada unit komersial dan
industrial. pada sistem multi silinder maka susunan silinder dapat diatur dalam 4
formasi, yaitu :
a. Paralel
b. Bentuk V
c. Bentuk W
d. Bentuk VW
Gambar 2. Jenis formasi silinder
2.1. Karakteristik kompresor torak
Kompresor torak memerlukan beberapa pengujian untuk mengetahui
karakteristik, antara lain :
Laju aliran massa
Daya politropik ( Ppol )
Daya mekanis ( Pb )
Efisiensi mekanis ( ηm )
Daya isothermal ( Pist )
Efisiensi isothermal ( ηist )
Daya adiabatik ( Pad )
Efisiensi adiabatik ( ηad )
Efiseinsi volumetrik ( ηvol )
2.2. Spesifikasi peralatan
Kompresor torak yang digunakan dengan menggunakan motor listrik :
1. Kapasitas receiver : 150 LC
2. Jumlah silinder : 2 buah
3. Reduksi pulley : ½, 19
4. Lengan torsi : 0.212 m
5. Tekanan maks kompresor : 10 bar
6. Daya kompresor : 3 hp
7. Motor power : 2 kw
8. Jumlah katup : 2
9. Hole : 0.06 m
10. Stroke : 0.041 m
11. Jarak clearance : 0.0039 m
12. Volume hisap : 340 LC/mm pada putaran 1470 rpm
13. Tegangan : 220 / 380 v
14. Kapasitas oli : 0.47 L
15. Tekanan maks : 10 bar
16. Phase : 3
17. Model : fini – mk 94-150-3
2.3. Skema Instalasi Alat Pengujian Kompresor Torak
1. Katup pengaturan aliran massa
2. Receiver kompresor
3. V belt
4. Tekanan udara masuk ke kompresor ( P1 )
5. Temperatur udara masuk ke kompresor ( T1 )
6. Tekanan udara keluar dari kompresor ( P2 )
7. Temperatur udara keluar dari kompresor ( T2 )
8. Temperatur udara sebelum melewati plat orifice ( T3 )
9. Temperatur tabung kering dan basah sebelum kompresor ( Td1 dan Tw1 )
10. Temperatur tabung kering dan basah setelah melewati plat orifice ( Td2
dan Tw2 )
11. Plat orifice
12. Tekanan udara setelah melewati plat orifice ( P3 )
13. Perbedaan tekanan pada plat orifice ( P )
14. Inverter
15. Pulley
16. Kompresor
17. Tabung U manometer
18. Pengukur massa
19. Generator motor
20. Selang silikon penghubung aliran udara
21. Pipa tembaga sebagai penghubung aliran udara
22. Bearing
23. Lengan torsi
24. Katup
2.4. Rumus-rumus perhitungan
Kelembaban absolut
Pada pipa temabaga yang berfungsi sebagai penghantar aliran massa udara,
terpasang plat orifice dengan diameter dalam 6 mm untuk mengetahui laju
aliran massa udara, dengan melihat diagram psikometrika, laju aliran massa
udaranya :
M ud=A2√ 2⋅gc⋅Δp⋅P3
RT 3
dengan Mud : aliran massa udara ( kg/s )
A2 : luas diameter dalam pipa ( m2 )
T3 : T3 data + 273,15 ( K )
∆p : ( P0 + 9.67 x 10-5, ∆p data ) 101325 ( Pa )
P3 : (( P0 + 9.67 x 10-5, P3 data ) 101325 ( Pa )
R : konstanta gas ( udara ) 2871 Nm/kg.K
gC : faktor konversi gravitational acceleration ( kg.m / N.s2 )
Ratio kompresi
Perbandingan antara tekanan udara yang keluar dan masuk pada kompresor.
RP=P2
P1
Daya politropik ( Ppol )
Adalah daya yang dibutuhkan untuk menekan udara dalam keadaan umum
secara kompresi politropik dari suhu dan tekanan awal hingga mencapai
tahap akhir.
Ppol=W pol⋅N
4500
W pol=n
n−1P1 V 1{(P2
P1)
n−1n −1}
untuk n : indeks politropik
Dari data pengujian
T2
T1
=( P2
P1)
n−1n
Indeks politropik didapat dengan persamaan logaritma
lnT2
T1
=n−1n
lnP2
P1
Daya mekanis ( Pb )
Adalah daya yang diberikan poros kompresor oleh motor yang digunakan
adalah 1: 2,19
Pb=2π⋅Tq⋅2 , 19⋅N
3300
Tq=F⋅L
dengan Tq : momen torsi ( Nm )
F : gaya ( N )
L : panjang lengan gaya ( m )
Pb : daya mekanis ( W )
Efisiensi mekanisnya ( ηmek )
ηmek=P pol
Pb
×100 %
Daya isothermal ( Pist )
Daya yang dibutuhkan untuk menekan udara secara isothermis dari suhu dan
tekanan awal hingga mencapai tahap akhir.
Pist=W ist⋅N
4500
dengan Pist : daya isothermal ( watt )
Wist : kerja isothermal ( kg.in )
F : frekuensi motor ( Hz )
N : putaran motor dalam pipa ( rpm )
Kerja isothermalnya ( Wist )
W ist=P1⋅V 1⋅ln(V 2
V 1)
Volume masuk :
V 1=V tot⋅2
V tot=(V c+V s )⋅2
dengan Vc : volume clearance
Vs : volume stroke
Volume keluar :
P1⋅V 1=P2⋅V 2
Efisiensi isotermal ( ηist )
ηist=Pist×100 %
P b
dengan Pb : daya yang dibutuhkan untuk menggerakkan kompresor
Daya adiabatik ( Pad )
Pad=W ad⋅N
4500
F=N⋅P120
dengan Pad : daya adiabatik ( W )
Wad : kerja adiabatik ( kgm )
Kerja adiabatik ( Wad )
W ad=k
k−1P1 V 1{( P1
P2)
k−1k −1}
untukk=
C p
Cv
Efisiensi adiabatik
ηad=Pad
Pb
×100 %
Efisiensi volumetris ( ηvol )
ηvol=1−{(1 Z) (rp )1/4−l c}dengan Z : faktor kompresibilitas
Z=Z2
Z1
=faktor kompresibilitas keluarfaktor kompresibilitas masuk
Faktor kompresibilitas keluar dan masuk didapat dari table compressibility
dengan membandingkan antara suhu ( Tr ) dan tekanan ( Pr ).
Untuk faktor kompresibilitas masuk ( Z1 )
T r=temperatur udara masuk kompresortemperatur udara pada titik kritis
Pr=tekanan udara masuk kompresortekanan udara pada titik kritis
Untuk faktor kompresibilitas keluar ( Z2 )
T r=temperatur udara keluar kompresortemperatur udara pada titik kritis
Pr=tekanan udara keluar kompresortekanan udara pada titik kritis
Untuk nilai tekanan udara kritis sebesar 3774,35628 Pa dan untuk nilai
temperatur udara kritisnya 132,41 K.
Besar Clearance ( C )
C=V c
V s=
π4⋅g2⋅Sc
π4⋅p2⋅Sc
dengan Sc : panjang clearance
Ss : panjang stroke
2.5. Bagian-bagian kompresor torak
1. Crank case
Merupakan bentuk dasar dari mesin dan pada balok silinder ini
terdapat beberapa buah silinder mesin. Pada tiap silinder terdapat torak
yang dipasangkan pada salah satu ujung bidang torak. Sedangkan ujung
torak lainnya berhubungan langsung dengan poros engkol. Dengan
demikian gerak naik turun dapat menggerakkan poros engkol. Di bagian
sebelah atas kepala silinder pada bagian dalam berbentuk sebuah ruang
bakar dan dilengkapi dengan katup isap dan katup buang. Katup ini
digerakkan oleh sumbu nok untuk membuka dan menutup celah-celah
pemasukkan dan pembuangan. Untuk memperoleh tenaga ini udara dan
bensin yang telah dicampur disalurkan ke dalam silinder dan gas-gas yang
telah terbakar didorong keluar.
2. Crank shaft
Mempunyai tugas penting untuk mengubah gerakan lurus torak yang
diperoleh dalam silinder pada gerak kerja menjadi gerak putar dengan
melalui batang torak didalam langkah selanjutnya. Poros engkol terdiri
dari poros dukung yang didukung oleh bantalan utama poros engkol yang
merupakan pusat putaran yang mana pada poros engkol dipasangkan
batang torak dan lengan engkol yang menghubungkan poros dukung dan
poros batang torak.
3. Connecting rod
Adalah bagian yang menghubungkan torak dengan bentuk I, batang
torak secara berulang-ulang bekerja dan dengan penuh kekuatan menerima
beban, oleh karena itu batang torak ini dibuat dari baja spesial ( khusus ).
Bagian batang torak yang berhubungan dengan pens torak disebut ujung
kecil dan bagian yang besar disebut ujung besar.
4. Silinder
Adalah bagian yang memindahkan tenaga panas ke mekanik dan
untuk tujuan ini torak bergerak turun naik memadatkan gas, untuk
memperoleh tenaga mesin sebesar mungkin diusahakan tidak terdapat
kebocoran pada gas yang dibakar di antara torak dan silinder, juga gesekan
dan keausan diusahakan sekecil mungkin dengan adanya gerakan-gerakan
meluncur, untuk membatasi hal ini dinding-dinding silinder diperluas, ada
pula dinding-dinding silinder yang di krom untuk membatasi keausan.
5. Piston
Harus mempunyai sifat yang tahan terhadap tekanan dan suhu tinggi
dan bekerja dengan kecepatan tinggi. Kepala piston bisa cembung atau
cekung. Pada bagian atas torak terdapat 2-3 celah untuk pemasangan pegas
torak dan diberi bentuk bos di bagian tengah torak untuk kedudukan pena
torak.
6. Kepala silinder
Kepala silinder dibuat dengan blok silinder dibagian atas dan
diantaranya diselipkan gasket, bagian bawah kepala silinder diberi bentuk
cekung sebagai ruang bakarnya, sebelum dilengkapi ruang bakar juga
dibuatkan lubang-lubang untuk pemasukan busi-busi dan mekanik katup
yang dilengkapi pada mesin.
2.6. Kondisi pemprosesan
1. Tingkat aliran
Pada umumnya kompresor torak memiliki kapasitas besar, jika tingkat
aliran selalu berubah. Kompresor torak bisa bekerja dengan tingkat
efisiensi yang beralasan. Variasi aliran biasanya dilakukan dengan
penghisapan katup pembuang, plat clearance lebih mudah digunakan dari
pada katup pembuang, plat clearance bisa diatur pada setiap derajat
pembuangan bertahap.
2. Tekanan pelepasan
Pada kompresor torak variabel tekanan penghisap ketika ingin
mendapatkan tekanan pelepasan yang konstan, mungkin akan
membutuhkan kenaikkan katup agar mendapatkan hasil yang maksimal.
Menurunkan tekanan penghisap dinaikkan maka akan menyebabkan
peningkatan tekanan pelepasan dan daya.
3. Temperatur
Jika dalam pengoperasian, kompresi sentrifugal tak berdampak oleh
temperatur tinggi ataupun rendah daripada kompresor torak. Kompresor
sentrifugal bisa digunakan untuk mensirkulasi gas pada temperatur 800ºF
dengan pelumasan konvesional. Temperatur seperti itu tidak bisa
dijalankan pada kompresor torak. Temperatur sangat rendah juga
menyebabkan masalah pelumasan. Tapi kompresor torak bisa digunakan
untuk menghisap pada suhu dibawah 100ºF.
4. Keseimbangan panas
Proses keseimbangan panas terkadang menjadi bahan untuk pemilihan
/ pemakaian kompresor. Kompresor torak lebih sering digunakan karena
biayanya yang lebih murah.
2.7. Klasifikasi tipe-tipe kompresor
AxialMixedCentrifugalSliding valveLiquid PistonRadial lobe
Straight lobe
Mechanical
Axial flowMixed flowRadial flowRotaryReciprocating
EjectorDynamicPositive displacement
Continuous flow
Intermittent flow
Compressor
Multi stage(multiple rotor
integration)
Single stage
Multi stage
Double casing
Single stage
Multi stageSingle stage
(double suction)
High speedCentrifugal fans
VerticalSplit stage
HorizontallySplit casing
Axial bladed type
Propeller
Multi stageSingle stage
AxialMixed flow(single stage)
Centrifugal(radial flow)
Dynamic
Extreme high
pressure(to 100000
High pressure
( to 10000 psi )
Non lubeLubricated
PlungerPiston
Screw
Single rotorDiaphragmDirecting
Reciprocating
HelicalSpiral axialSquare
ended tooth
Bore type( roots )
axial rotor( lobes )
Liquiding piston
cylinder valve
Double rotor
Rotary
Positive displacement
Reciprocating Compressor
Kompresor jenis ini mempunyai partikel keras yang membuat biaya
perawatan menjadi mahal dengan mempercepat penggunaan katup, piston,
silinder, batang piston dan palang. Selain itu untuk perubahan efisiensi untuk
memperbesar atau memperkecil losses katup, reciprocating compressor tidak
dipengaruhi oleh berat molekul. Perubahan periodik pada kompresi gas akan
memberi sedikit pengaruh pada kompresi daya dan tekanan. Kompresor jenis ini
juga dipengaruhi oleh temperatur. Temperatur pada silinder yang diberi
pelumasan tidak boleh melebihi 350°F.
3. Prosedur Pengambilan Data
3.1. Sebelum menjalankan pengujian kompresor torak, harus dilakukan beberapa
pemeriksaan terhadap peralatan pengujian. Hal-hal yang perlu diperhatikan :
1. Buang air dan udara sisa yang terjadi/terdapat dalam receiver melalui
saluran pembuangan.
2. Periksa kondisi air pembatas pada wet bulb thermometer, jangan sampai
kering.
3. Pastikan tekanan udara dalam receiver menunjukan angka 0 bar dengan
melihat petunjuk pada pressure gauge tersebut.
4. Pastikan tombol pengatur putaran kecepatan pada posisi nol.
5. Pastikan semua katup keluaran dalam keadaan tertutup.
3.2. Cara pengoperasian alat uji
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
1. Hubungkan aliran listrik kompresor pada saklar kontak PLN.
2. Aktifkan MCB pada posisi ON.
3. Tekan switch ON pada panel kontrol untuk menjalankan kompresor.
4. Putar tombol pengaturan putaran secara perlahan sampai posisi 15Hz
5. Tutup katup pengaturan aliran massa udara sehingga tekanan keluar dari
kompresor naik secara perlahan.
6. Saat tekanan dalam receiver mencapai 3 bar, buka katup pengatur aliran
massa udara perlahan-lahan untuk mempertahankan keseimbangan
tekanan pada kondisi tersebut.
7. Untuk beberapa saat (minimal 5 menit) diamkan semua alat pada kondisi
seperti ini untuk pemanasan atau penyesuaian dengan tekanan tersebut.
8. Catat data yang diperlukan pada alat penguji tersebut.
9. Lakukan kembali pengujian untuk putaran yang lebih tinggi/berbeda 17.5;
20; 22.5; 25 Hz.
10. Sebelum menaikkan putaran pada kecepatan yang lebih tinggi, buka
katup pengatur aliran massa terlebih dahulu agar tekanan dapat
dipertahankan pada kondisi tersebut.
11. Untuk menghentikan motor,maka putar tombol pengatur putaran kembali
ke posisi nol dan tekan switch OFF pada inverter.
4. Hasil Praktikum
4.1. Data Percobaan
Percobaan 1
Frek
(Hz)
Tek. Komp
(bar)
Gaya
(kg)
Tekanan Temperatur (C)
P1 P2 P3 T1 T2 T3 T4 T5 T6
5 1 0,85 4 1 2,5 36 26 27 25 26 26
Percobaan 2
Frek
(Hz)
Tek. Komp
(bar)
Gaya
(kg)
Tekanan Temperatur (C)
P1 P2 P3 T1 T2 T3 T4 T5 T6
10 1,5 1,2 6 1,5 2,5 39 27 27 24 27 27
Percobaan 3
Frek
(Hz)
Tek. Komp
(bar)
Gaya
(kg)
Tekanan Temperatur (C)
P1 P2 P3 T1 T2 T3 T4 T5 T6
15 2 1,4 8 1,75 2,5 42 27 27 24 26 26
4.2. Perhitungan Data
1. Laju aliran massa udara
M ud=A2×√2⋅qc⋅ΔP⋅P3
R⋅T3
A2=π4
×d2=π4
×0 , 0132=1 ,327×10−4m2
M ud1=1 ,327 . 10−4×√2⋅1⋅(3 ,75⋅101325 )⋅(2,5⋅101325 )
2871×300= 0,063 kg/s
M ud 2=1 ,327 .10−4×√ 2⋅1⋅(5×101325 )⋅(2,5×101325 )2871×300
=0 ,072 kg/s
M ud 3=1 ,327 .10−4×√ 2⋅1⋅(6 ,125×101325 )⋅(2,5×101325 )2871×300
=0 ,080 kg/s
2. Ratio kompresi
Rp 1=P2
1
P11
=14=0 , 25
Rp2=
P22
P12
=1,56
=0 , 25
Rp3=
P23
P13
=1 ,758
=0 ,21875
3. Daya politropik
Ppol=W pol×N
4500
W pol=( nn−1 )P1⋅V 1⋅(( P2
P1)
n−1n −1)
ln
T21
T 11
=n1−1
n1
×ln ( P21
P11)
ln299309
=n1−1
n1
×ln 0 ,25
n1=1 , 024
lnT 2
2
T 12
=n2−1
n2
×ln(P22
P12)
ln300312
=n2−1
n2
×ln 0 , 25
n2=1 , 029
lnT 2
3
T 13
=n3−1
n3
×ln (P23
P13)
ln300315
=n3−1
n3
×ln 0 , 21875
n3=1 , 033
V 1=
π4×d2×l= π
4×0 , 062×0 ,04=1 ,13 . 10−4 m3
W pol
1=( 1 , 024
1 , 024−1 )⋅1⋅101325⋅1 ,13 . 10−4⋅( 0 ,25 -0,024−1 )= 16,53 Nm
W pol2=( 1 , 029
1, 029−1 )⋅1,5⋅101325⋅1 ,13 . 10−4⋅( 0 ,25−0, 029−1 )=24 , 99 Nm
W pol3=( 1 , 033
1, 033−1 )⋅1 , 75⋅101325⋅1 , 13 .10−4⋅(0 ,21875−0 ,033−1 )=32 ,26 Nm
N1=2⋅π⋅f 1⋅60=2⋅π⋅5⋅60=1884 , 95 rpm
N2=2⋅π⋅f 2⋅60=2⋅π⋅10⋅60=3769 , 91 rpm
N3=2⋅π⋅f 3⋅60=2⋅π⋅15⋅60=5654 , 86 rpm
Ppol
1=16 ,53⋅1884 ,95
4500=6 ,92
W
Ppol2=24 , 99⋅3769 , 91
4500=20 , 94
W
Ppol3=32 ,26⋅5654 ,86
4500=40 ,54
W
4. Daya mekanis
T Q=F×l
T Q1=(0 , 85⋅9 , 81 )×0 , 212=1 , 768
Nm
T Q2=(1,2⋅9 , 81)×0 , 212=2 , 496
Nm
T Q3=(1,4⋅9 , 81)×0 ,212=2 ,911
Nm
Pb=
2π×TQ×2 ,19×N
3300
Pb1=2π×1 ,768×2 , 19×1884 ,95
3300=13 ,89
W
Pb2=2 π×2 ,496×2 ,19×3769 , 91
3300=39 ,24
W
Pb3=2 π×2 ,911×2 ,19×5654 ,86
3300=68 ,63
W
5. Efisiensi mekanis
ηmek=P pol
Pb
×100 %
ηmek1= 6 , 92
13 , 89×100%=49 , 82%
ηmek 2=20 , 9439 , 24
×100%=53 , 36%
ηmek3=40 ,54
68 , 63×100 %=59 ,07 %
6. Daya isothermal
V 2=π4
×d2×( l2+l4 )
=π4
×0 ,062×(0 ,0039+0 ,041 )=1 ,269 .10−4 m2
W ist=P1⋅V 1⋅ln
V 2
V 1
W ist1=4⋅101325⋅1 , 13 .10−4⋅ln
1,269 .10−4
1, 13 .10−4=5 ,313
Nm
W ist2=6⋅101325⋅1 ,13 . 10−4⋅ln
1 ,269. 10−4
1 , 13. 10−4=7 , 969
Nm
W ist3=8⋅101325⋅1 ,13 . 10−4⋅ln
1 ,269. 10−4
1 , 13. 10−4=10 , 626
Nm
Pist=
W ist×N
4500
Pist1=5 , 313×1884 ,95
4500=2 ,225
W
Pist2=7 , 969×3769 ,91
4500=6 , 676
W
Pist3=10 ,626×5654 ,86
4500=13 , 353
W
7. Efisiensi isothermal
ηist=Pist
Pb
×100 %
ηist1=2 ,225
13 ,89×100 %=16 ,02 %
ηist2=6 , 676
39 ,24×100 %=17 , 01%
ηist3=13 ,353
68 ,63×100 %=19 , 47 %
8. Daya adiabatik
W ad=( kk−1 )×P1⋅V 1×(( P2
P1)
k−1k −1)
W ad1=( 1,4
1,4−1 )×4⋅101325⋅1 ,13 . 10−4 (0 , 250 , 29−1 )=53 ,06 Nm
W ad2=( 1,4
1,4−1 )×6⋅101325⋅1 , 13 .10−4 ( 0 ,250, 29−1 )=79 ,59Nm
W ad3=( 1,4
1,4−1 )×8⋅101325⋅1 , 13 .10−4 ( 0 ,218750, 29−1 )=114 ,27 Nm
Pad=
W ad×N
4500
Pad1=53 ,06⋅1884 , 95
4500=22 ,226
W
Pad2=79 , 59⋅3769 , 91
4500=66 , 677
W
Pad3=114 ,27⋅5654 ,86
4500=143 ,596
W
9. Efisiensi adiabatik
ηad=Pad
Pb
×100 %
ηad1=22,226
13 ,89×100 %=160 , 01 %
ηad2=66 , 677
39 ,24×100 %=169 ,89 %
ηad3=143 ,596
68 , 63×100%=209 , 23%
4.4. Grafik percobaan
1. Grafik ist vs Pist
2. Grafik ad vs Pad
3. Grafik mek vs Ppol
4. Grafik Rp vs ist
5. Grafik Rp vs ad
6. Grafik Rp vs mek
7. Grafik Rp vs Wist
8. Grafik Rp vs Wpol
9. Grafik Rp vs Pist
10. Grafik Rp vs Wad
11. Grafik Rp vs Pad
12. Grafik Rp vs Pb
13. Grafik Rp vs Ppol
0.215 0.22 0.225 0.23 0.235 0.24 0.245 0.25 0.2550
1020304050
Grafik Rp vs P pol
Rp
P po
l
5. Analisa Grafik.
1. Dari ketiga grafik perbandingan daya dengan efisiensi kompresor, grafik
ηist vs Pist merupakan yang paling stabil. Grafik ηad vs Pad bersifat
berbanding terbalik sedangkan untuk grafik ηmek vs Ppol besarnya
berbanding lurus.
2. Grafik perbandingan ratio tekanan (Rp) dengan nilai efisiensi ( η ist, ηad,
ηmek) menunjukkan nilai yang berbanding terbalik. Semakin besar nilai
ratio tekanan (Rp) maka nilai efisiensinya (η) akan semakin berkurang.
3. Pada grafik ratio tekanan (RP) vs kerja isotermik (Wist) menunjukkan nilai
berbanding terbalik yang cukup signifikan, sedangkan untuk
perbandingan ratio tekanan (Rp) vs kerja adiabatik menunjukkan nilai
yang paling stabil dari ketiga grafik perbandingan ratio tekanan dengan
kerja kompresor.
4. Grafik perbandingan ratio tekanan (Rp) dengan daya isotermik (P ist)
menunjukkan nilai yang berbanding terbalik seperti yang dialami oleh
grafik perbandingan ratio tekanan (Rp) dengan daya politropik (Ppol).
5. Pada grafik perbandingan ratio tekanan (Rp) dengan daya mekanis (Pb)
menunjukkan nilai yang berbanding lurus seperti yang ditunjukkan pula
pada grafik perbandingan ratio tekanan (Rp) dengan daya adiabatik (Pad).
6. Kesimpulan
1. Semakin besar tingkat frekuensi maka semakin besar pula gaya yang
terjadi pada motor.
2. Semakin besar tingkat frekuensi kompresor maka semakin besar pula
putaran yang akan terjadi pada motor.
3. Besarnya massa yang terjadi dalam pengujian akan bertambah seiring
dengan bertambahnya tingkat frekuensi dari kompresor.
4. Semakin bertambahnya tingkat frekuensi putaran yang terjadi maka daya
yang dihasilkan oleh kompresor juga semakin meningkat.
5. Semakin besar frekuensi putaran maka akan semakin besar pula torsi
pada kompresor.