24
PERBEDAAN FAKTOR KLIMATIK PADA BERBAGAI KETINGIAN HUTAN HOMOGEN (PINUS SP.) DI JAYAGIRI, LEMBANG LAPORAN PRAKTIKUM Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ekologi Umum dengan Dosen Pengampu: Drs. H. Yusuf Hilmi Adisendjaja, M.Sc. Dr. Wahyu Surakusumah, S.Si., M.T. Hj. Tina Safarina Nilawati, M.Si. Oleh: Kelompok 5 Pendidikan Biologi B 2012 Dwi Rahmaisyah (1204620) Muhammad Dika H. (1205720) Neng Risa Solihah (1203097) Rani Siti Khoerunnisa (1205785) Ruruh Tyas Wening (1206204)

KONDISI KLIMATIK .docx

Embed Size (px)

Citation preview

PERBEDAAN FAKTOR KLIMATIK PADA BERBAGAI KETINGIAN HUTAN HOMOGEN (PINUS SP.) DI JAYAGIRI, LEMBANG

LAPORAN PRAKTIKUM

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ekologi Umum denganDosen Pengampu:Drs. H. Yusuf Hilmi Adisendjaja, M.Sc.Dr. Wahyu Surakusumah, S.Si., M.T.Hj. Tina Safarina Nilawati, M.Si.

Oleh:Kelompok 5 Pendidikan Biologi B 2012Dwi Rahmaisyah(1204620)Muhammad Dika H.(1205720)Neng Risa Solihah(1203097)Rani Siti Khoerunnisa (1205785)Ruruh Tyas Wening (1206204)

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGIFAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA2015

BAB IPENDAHULUANA. Judul Perbedaan Faktor Klimatik pada Berbagai Ketinggian Hutan Homogen (Pinus sp.) di Jayagiri, Lembang.

B. Latar BelakangHutan homogen (sejenis), yaitu hutan yang arealnya lebih dari 75% ditutupi oleh satu jenis tumbuh-tumbuhan. Misalnya hutan jati, hutan bambu dan hutan Pinus sp.. Hutan homogen memiliki keunikan yaitu mendominasi pertumbuhan suatu areal dengan tumbuhan yang sama atau satu jenis sekitar 75%. Jayagiri merupakan hutan yang memiliki ketinggian sekitar 1250 mdpl dan memiliki curah hujan berkisar antara 2.700mm per tahun. Hutan Jayagiri mempunyai vegetasi yang beragam. Mulai dengan hutan homogen Pinus sp. sampai perkebunan seperti kopi, teh dan kayu putih. Dari penelitian ini, kami ingin mengetahui apakah ada perbedaan faktor klimatik pada berbagai ketinggian hutan homogen di daerah Jayagiri Lembang. Dengan demikian, kami selaku mahasiswa yang sedang mempelajari Ekologi Umum akan lebih kaya pengetahuannya terutama di wilayah Bandung dan sekitarnya.

C. Rumusan MasalahBagaimana Perbedaan Faktor Klimatik pada Berbagai Ketinggian Hutan Homogen (Pinus sp.) di Jayagiri Lembang?

D. Pertanyaan penelitian1. Bagaimana laju penguapan pada setiap ketinggian hutan homogen (Pinus sp.) di wilayah hutan Jayagiri Lembang?2. Bagaimana suhu udara pada setiap ketinggian hutan homogen (Pinus sp.) di wilayah hutan Jayagiri Lembang?3. Bagaimana kecepatan angin pada setiap ketinggian hutan homogen (Pinus sp.) di wilayah hutan Jayagiri Lembang?4. Bagaimana kelembaban udara pada setiap ketinggian hutan homogen (Pinus sp.) di wilayah hutan Jayagiri Lembang?5. Bagaimana intensitas cahaya pada setiap ketinggian hutan homogen (Pinus sp.) di wilayah hutan Jayagiri Lembang?

E. TujuanMengetahui faktor klimatik pada setiap ketinggian hutan homogen (Pinus sp.) di wilayah hutan Jayagiri, Lembang.

F. Batasan MasalahPenelitian ini hanya melihat faktor klimatik seperti suhu udara, kelembaban udara, kecepatan angin, laju penguapan dan intensitas cahaya pada tiga titik di berbagai ketinggian hutan homogen (Pinus sp.) di Jayagiri, Lembang.

G. HipotesisTerdapat perbedaan seperti suhu udara, kelembaban udara, kecepatan angin, laju penguapan dan intensitas cahaya pada berbagai ketinggian hutan homogen (Pinus sp.) di Jayagiri, Lembang.

BAB IIFaktor Klimatik pada Berbagai Ketinggian Hutan Homogen (Pinus sp.) di JayagiriA. LANDASAN TEORISetiap kehidupan dalam setiap daerah selalu tak pernah lepas dari pengaruh di sekitarnya. Setiap pengaruh itu dianggap sebagai faktor lingkungan. Lingkungan itu sendiri memiliki dimensi ruang dan waktu yang berarti kondisi lingkungan akan berubah sejalan dengan perubahan waktu (Anonim, 2009).Hutan pegunungan adalah suatu bentuk hutan tropika basa yang terbentuk di wilayah pegunungan. Salah satu cirinya yaitu hutan ini kerap diselimuti awan, pepohonan dan tanah di hutan ini sering tertutupi oleh lumut. Seseorang yang mendaki gunung bila mengamati dengan seksama, pasti di setiap ketinggian yang ditempuh akan terlihat perubahan dan perbedaan vegetasi (Putri, 2014).Ada beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi ekosistem hutan pada daerah pegunungan. Mulai dari suhu, kelembaban udara, intensitas cahaya, hingga kecepatan angina dan laju penguapan. 1. SuhuSemakin tinggi suatu tempat di permukaan bumi, suhunya semakin dingin. Penurunan suhu ini diperkirakan sebesar 0,5 0,6C setiap kenaikan tempat 100 meter. Hubungan perbandingan antara kenaikan dan penurunan suhu dengan ketinggian tempat disebut juga dengan gejala gradien ketinggian (Saputra, 2013). Untuk mengukur suhu suatu daerah kita dapat menggunakan termometer udara. 2. Kelembaban UdaraKelembaban udara didefinisikan sebagai banyaknya kandungan uap air yang terdapat di udara. Kelembaban udara sering disebut juga dengan kebasahan udara. Udara dikatakan lembab jika kandungan uap airnya banyak. Begitu juga sebaliknya, udara dikatakan kurang lembab jika kandungan airnya kurang (Saputra, 2013).

Kelembaban udara dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: Kelembaban mutlak (Absolut)Kelembaban mutlak atau absolut adalah jumlah massa uap air per satuan volume udara. Kelembaban ini dinyatakan dalam gr/m3. Kelembaban mutlak menunjukkan kelembaban yang benar-benar terjadi pada suatu tempat di waktu tertentu. Kelembaban ini jarang digunakan dalam perhitungan karena dapat berubah-ubah akibat adanya perubahan suhu udara (Febriarlita, 2014). Kelembaban relatif (Nisbi)Kelembaban relatif adalah perbandingan jumlah uap air yang terkandung di udara dengan jumlah uap air maksimal di dalam udara pada temperatur dan tekanan udara yang sama (Febriarlita, 2014). Kelembaban udara pada suatu daerah tertentu dapat dihitung dengan menggunakan higrometer, dengan satuan persen (%) (Saputra, 2013).Pada dataran tinggi atau daerah pegunungan, udara dan suhu juga akan mempengaruhi kelembaban udara di daerah tersebut. Karena tingkat udara terbilang kering dan suhu dapat mencapai 0C, maka tak mengherankan jika konsentrasi kelembaban udara pada dataran tinggi juga rendah (Anonim, 2012).

3. Kecepatan AnginPergerakan dan kecepatan angin terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara. Perbedaan ini terjadi karena adanya perbedaan suhu udara sebagai akibat dari perbedaan pemanasan matahari di bumi. Semakin besar perbedaan tekanan udaranya, maka semakin besar pula anginnya. Kecepatan angin dapat diukur dengan menggunakan anemometer, dengan satuan perhitungan m/s (Saputra, 2013).4. Intensitas Cahaya Cahaya matahari merupakan faktor lingkungan yang sangat penting karena digunakan sebagai sumber energi utama bagi seluruh ekosistem. Struktur dan fungsi dari suatu ekosistem sangat ditentukan oleh radiasi matahari yang sampai pada ekosistem tersebut (Anonim, 2009). Untuk menghitung intensitas cahaya kita dapat menggunakan lux meter. Alat ini menggunakan prob yang nantinya dipaparkan di atas sinar maka nilai intensitas cahaya akan tertera pada layar.5. Laju PenguapanLaju penguapan sangat tergantung suhu udara dan kelembaban. Semakin tinggi suhu semakin besar laju penguapannya sebaliknya semakin rendah suhu semakin rendah pula laju penguapannya (Anonim, 2010).

BAB IIIMETODE PENELITIANA. Pelaksanaan PraktikumHari/tanggal : Minggu, 8 Maret 2015 Waktu : 10.00-12.00Tempat : Hutan Jayagiri, Lembang.

B. Metode SamplingStratifikasi. Titik sampling diambil dari jarak pintu gerbang (dekat kaki gunung) sampai ke daerah bukit. Ditentukan 3 titik dari titik pertama merupakan jarak yang dekat dengan pintu gerbang (kaki gunung).

C. Alat dan BahanTabel 1. Alat yang dibutuhkan dalam pengamatan di Hutan Jayagiri, LembangNo.Jenis AlatJumlah

1Lux Meter3 buah

2Altimeter3 buah

3Termohigrometer3 buah

4Anemometer3 buah

5Evaporimeter3 buah

Tabel 2. Bahan yang dibutuhkan dalam pengamatan di Hutan Jayagiri, LembangNo.Jenis BahanJumlah

1Air BersihSecukupnya

D. Cara Kerja1. Mengukur ketinggian titik pengambilan data

2. Mengukur laju penguapan pada berbagai ketinggian

3. Mengukur suhu dan kelembaban udara

4. Mengukur intensitas cahaya

5. Mengukur kecepatan angin

BAB IVHASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASANA. Hasil Pengamatan1. Ketinggian pertamaTabel 3. Hasil pengamatan klimatik pada ketinggian ke-1Faktor KlimatikTitik 1Titik 2Titik 3Rata-rata

Intensitas cahaya (lux)167 x 100167 x 100195 x 100176 x 100

Laju penguapan (ml/s)0,0010,0010,0010,001

Kelembaban (%)91918388,33

Suhu (oC)19,51920,519,5

Kecepatan angin (m/s)0,390,180,480,35

2. Ketinggian keduaTabel 4. Hasil pengamatan klimatik pada ketinggian ke-2Titik 1Titik 2Titik 3Titik 4Titik 5Rata-rata

Intensitas cahaya (lux)865 x 10711 x 10733 x 10463 x 10836 x 10721, 6 x 10

Laju penguapan (ml/s)0,0010,0010,0010,0010,0010,001

Kelembaban (%)918382819185,6

Suhu (oC)222120202020,6

Kecepatan angin (m/s)3,11,00,41,01,91,48

3. Ketinggian ketigaTabel 5. Hasil pengamatan klimatik pada ketinggian ke-3Titik 1Titik 2Titik 3Titik 4Titik 5Rata-rata

Intensitas cahaya (lux)882 x 10805 x 10972 x 10964 x 10772 x 10879 x 10

Laju penguapan (ml/s)0,0010,0010,0010,0010,0010,001

Kelembaban (%)768282667776,6

Suhu (oC)19,719,119,018,919,119,2

Kecepatan angin (m/s)1,32,373,572,0112,05

B. PembahasanGrafik Perbandingan Faktor Klimatik pada Berbagai Ketinggian1. Perbandingan intensitas cahaya pada tiga ketinggian

Grafik 1. Perbandingan intensitas cahaya pada tiga titik di berbagai ketinggian Hutan JayagiriPada penelitian ini, kami mengambil tiga titik ketinggian. Ketinggian pertama merupakan ketinggian yang paling rendah di Jayagiri, ketinggian kedua memiliki ketinggian yang lebih tinggi dibanding ketinggian pertama, dan ketinggian ketiga merupakan ketinggian yang paling tinggi dibandingkan dengan dua ketinggian lainnya. Dari grafik di atas, terlihat bahwa intensitas cahaya pada ketinggian yang ketiga paling tinggi yaitu mencapai 879 x 100 lux. Hal ini disebabkan karena hutan Pinus sp. pada ketinggian 3 lebih renggang dibandingkan dengan ketinggian 1 dan ketinggian 2. Selain itu, pada ketinggian 3 merupakan ketinggian yang paling tinggi dibandingkan dengan tempat lainnya, sebab paling dekat dengan matahari.

2. Perbandingan faktor klimatik suhu pada tiga ketinggian Jayagiri

Grafik 2. Perbandingan faktor klimatik suhu pada tiga titik di berbagai ketinggian Hutan Jayagiri

Dari ketiga ketinggian tersebut, suhu paling tinggi terdapat pada ketinggian 2, yaitu mencapai 20,6oC, sedangkan suhu yang paling rendah terdapat pada ketinggian 3 hanya mencapai 19,2oC. Meskipun pada ketinggian 3 memiliki intensitas cahaya yang tinggi, namun memiliki suhu yang paling rendah diantara ketiga ketinggian tersebut. Hal ini disebabkan karena tekanan udara pada ketinggian ketiga dapat dipastikan paling rendah dibandingkan dengan yang lainnya, sehingga suhunya pun menjadi rendah. Pada ketinggian 2 memiliki suhu paling tinggi, hal ini disebabkan karena daerah tersebut tepat pada daerah landai yang cenderung tidak terhalangi dedaunan dengan kerapatan pohon Pinus sp. yang cukup renggang dibanding ketinggian 1 dan 3. Sedangkan, pada ketinggian 1 suhunya lebih tinggi dibandingkan dengan ketinggian 3 namun lebih rendah dibandingkan dengan ketinggian 2. Hal ini disebabkan karena pada ketinggian 1, merupakan hutan Pinus sp. yang memiliki kerapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan ketinggian ke-2 namun tekanan udaranya lebih tinggi dibandingkan ketinggian 2 lebih rendah dibandingkan. Sehingga suhunya lebih rendah dibandingkan dengan ketinggian 2.

3. Perbandingan faktor klimatik kecepatan angin pada tiga ketinggian Jayagiri

Grafik 3. Perbandingan faktor klimatik kecepatan angin pada tiga titik di berbagai ketinggian Hutan Jayagiri

Kecepatan angin yang paling tinggi terdapat pada ketinggian 3 yaitu mencapai 2,05 m/s, sedangkan kecepatan angin yang paling rendah terdapat pada ketinggian 1 yaitu hanya mencapai 0,35%. Hal ini disebabkan karena tekanan dari masing-masing ketinggian tersebut. Ketinggian tiga merupakan ketinggian yang paling tinggi, sehingga memiliki tekanan udara yang paling tinggi pula. Dengan demikian, karena pada ketinggian tiga memiliki tekanan yang paling tinggi, maka kecepatan angin pada ketinggian 3 paling tinggi, serta ketinggian 1 yang memiliki tekanan udara paling rendah menyebabkan kecepatan angin pada tempat tersebut paling rendah pula.

4. Perbandingan laju penguapan pada tiga ketinggian Jaya Giri

Grafik 4. Perbandingan laju penguapan pada tiga titik di berbagai ketinggian Hutan JayagiriLaju penguapan pada tiga ketinggian cenderung sama yaitu hanya mencapai 0,001 ml/s. Hal ini disebabkan karena suhu dan kecepatan angin pada ketiga ketinggian tersebut tidak berbeda secara signifikan. Selain itu, kemungkinan hal itu terjadi karena termohigrometer yang digunakan pada tiga titik ketinggian tersebut, digantung pada pohon yang cukup lebat, sehingga tidak terlalu terpengaruh oleh angin.

5. Perbandingan faktor klimatik kelembaban pada tiga ketinggian di Jaya Giri

Grafik 5. Perbandingan kelembaban pada tiga titik di berbagai ketinggian Hutan Jayagiri

Kelembaban pada ketinggian 1 yang memiliki ketinggian paling rendah, memiliki kelembapan yang paling tinggi, sebab pada ketinggian 1 memiliki kecepatan angin yang paling rendah serta suhu yang relatif tinggi dibandingkan dengan yang lainnya, sehingga kelembabannya pun paling tinggi. Sedangkan kelembapan udara yang paling rendah terdapat pada ketinggian 3, sebab pada ketinggian tersebut, memiliki kecepatan angin yang tinggi, sehingga uap air yang terperangkap di udara terbawa oleh angin yang menyebabkan udara relatif lebih kering dibandingkan dengan ketinggian lainnya.

BAB V PENUTUPA. Kesimpulan1. Semakin tinggi suatu tempat maka intensitas cahaya pada ketinggian tersebut akan semakin tinggi pula.2. Semakin tinggi suatu tempat maka suhu pada ketinggian tersbut akan semakin rendah.3. Semakin tinggi suatu tempat maka tekanan udara dan kecepatan angin pada ketinggian tersebut semakin tinggi pula.4. Laju penguapan pada tiga ketinggian cenderung sama disebabkan karena suhu dan kecepatan angin pada ketiga ketinggian tersebut tidak berbeda secara signifikan.5. Semakin tinggi suatu tempat maka kelembabannya akan semakin rendah karena memiliki kecepatan angin yang tinggi, sehingga uap air yang terperangkap di udara terbawa oleh angin yang menyebabkan udara relatif lebih kering.B. Saran1. Data yang diambil pada saat pengamatan perlu lebih banyak lagi agar kecenderungan data lebih terlihat.2. Perlunya perhatian terhadap kondisi cuaca di lokasi penelitian, agar pengamatan dapat dilakukan lebih akurat 3. Perlunya dilakukan pengulangan beberapa kali sehingga data yang didapat lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKAAnonim. (2009). Ekosistem Hutan. [Online]. Tersedia: www.bama-android.blogspot.in/2009/12/ekologi-hutan.html?m=1 [17 Maret 2015]Anonim (2010). Faktor yang Mempengaruhi Persebaran Lingkungan Makhluk Hidup. [Online]. Tersedia : http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/1881934-faktor-yang-mempengaruhi-persebaran-makhluk/#ixzz1oabjBvJJ. [26 Februari 2015]

Anonim. (2012). Iklim Dataran Tinggi. [Online]. Tersedia: www.inikampusku.blogspot.in/2012/05/iklim-dataran-tinggi.html?m=1 [17 Maret 2015]

Febriarlita, Lucia. (2014).Unsur-unsur Iklim dan Cuaca III: Kelembapan, Awan, dan Hujan. [Online]. Tersedia: www.luciafebriarlita17.wordpress.com/2014/04/09/unsur-unsur-iklim-dan-cuaca-iii-kelembapan-dan-awan/ [17 Maret 2015]Saputra, Irmawan Hadi. (2013). Suhu Udara. [Online]. Tersedia: www.plengdut.com/2013/04/suhu-udara.html?m=1 [17 Maret 2015]

LAMPIRAN