12
KONSENTRASI KARBON MONOKSIDA DAN NITROGEN DIOKSIDA PADA RUAS JALAN KUIN UTARA DAN KUIN SELATAN KOTA BANJARMASIN CONCENTRATION OF CARBON MONOXIDE AND NITROGEN DIOXIDE IN THE ROAD OF NORTH KUIN AND SOUTH KUIN BANJARMASIN CITY Dwi Putri Agustina 1 , Nova Annisa 2 , Rony Riduan 3 , Hafiizh Prasetia 4 Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik ULM, Jl. A. Yani Km.37, Banjarbaru, Kode Pos 70714, Indonesia E-mail: [email protected] ABSTRAK Sektor transportasi menjadi salah satu sumber pencemaran udara tertinggi di Indonesia. Karbon monoksida (CO) dan nitrogen dioksida (NO2) adalah pencemaran udara yang bersumber dari aktivitas kendaraan bermotor akibat pembakaran mesin yang tidak sempurna. Berdasarkan studi observasi, ruas jalan Kuin Utara dan Kuin Selatan memiliki tingkat aktivitas lalu lintas yang padat dimana kendaraan yang melintas tidak sesuai dengan fungsi jalan yang seharusnya yaitu berdasarkan SK Walikota Banjarmasin No 548 Tahun 2017 ruas jalan di kelurahan kuin merupakan jalan lingkungan sekunder. Dampak yang ditimbulkan dari aktivitas transportasi adalah menghambat proses fotosintesis dan penyakit ISPA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi karbon monoksida dan nitrogen dioksida pada wilayah studi dan dibandingkan dengan baku mutu Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan No 53 Tahun 2007. Penelitian dilakukan selama 2 hari pada hari Minggu mewakili hari libur dan pada hari Senin mewakili hari kerja dengan melakukan pengukuran udara ambien pada 3 titik sampling di wilayah studi. Pengambilan sampel dilakukan pada pagi, siang dan sore hari. Parameter yang diukur adalah CO dan NO2. Pengukuran konsentrasi CO mengacu pada SNI 19-7119.7-2005 dan pengukuran konsentrasi NO2 mengacu pada SNI 19-7119.2-2017. Hasil pengukuran dilapangan pada hari Minggu diperoleh konsentrasi CO tertinggi di titik 1 pada pagi hari sebesar 824 μg/m3 dan konsentrasi NO2 tertinggi di titik 2 pada siang hari sebesar 136,7 μg/m3. Hasil pengukuran dilapangan pada hari Senin diperoleh konsentrasi CO tertinggi di titik 3 pada pagi hari sebesar 2.358 μg/m3 dan konsentrasi NO2 tertinggi di titik 2 pada siang hari sebesar 44,6 μg/m 3 . Kata Kunci: Karbon Monoksida, Nitrogen Dioksida, Transportasi, Kuin. ABSTRACT The transportation sector is one of the highest sources of air pollution in Indonesia. Carbon monoxide (CO) and nitrogen dioxide (NO2) are air pollution that comes from motor vehicle activities due to incomplete combustion of engines. Based on observational studies, the North Kuin and South Kuin roads have a high level of traffic activity where the passing vehicles do not match the proper road functions, namely based on the Mayor of Banjarmasin Decree No. 548 in 2017 the roads in Kuin are secondary roads. The impact of transportation activities is to inhibit photosynthesis and ARI disease. This study aims to determine the concentration of carbon monoxide

KONSENTRASI KARBON MONOKSIDA DAN NITROGEN …

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KONSENTRASI KARBON MONOKSIDA DAN NITROGEN …

KONSENTRASI KARBON MONOKSIDA DAN NITROGEN DIOKSIDA

PADA RUAS JALAN KUIN UTARA DAN KUIN SELATAN KOTA

BANJARMASIN

CONCENTRATION OF CARBON MONOXIDE AND NITROGEN DIOXIDE IN THE ROAD

OF NORTH KUIN AND SOUTH KUIN BANJARMASIN CITY

Dwi Putri Agustina1, Nova Annisa2, Rony Riduan3, Hafiizh Prasetia4

Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik ULM,

Jl. A. Yani Km.37, Banjarbaru, Kode Pos 70714, Indonesia

E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Sektor transportasi menjadi salah satu sumber pencemaran udara tertinggi di Indonesia. Karbon

monoksida (CO) dan nitrogen dioksida (NO2) adalah pencemaran udara yang bersumber dari

aktivitas kendaraan bermotor akibat pembakaran mesin yang tidak sempurna. Berdasarkan studi

observasi, ruas jalan Kuin Utara dan Kuin Selatan memiliki tingkat aktivitas lalu lintas yang padat

dimana kendaraan yang melintas tidak sesuai dengan fungsi jalan yang seharusnya yaitu

berdasarkan SK Walikota Banjarmasin No 548 Tahun 2017 ruas jalan di kelurahan kuin

merupakan jalan lingkungan sekunder. Dampak yang ditimbulkan dari aktivitas transportasi

adalah menghambat proses fotosintesis dan penyakit ISPA. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui konsentrasi karbon monoksida dan nitrogen dioksida pada wilayah studi dan

dibandingkan dengan baku mutu Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan No 53 Tahun 2007.

Penelitian dilakukan selama 2 hari pada hari Minggu mewakili hari libur dan pada hari Senin

mewakili hari kerja dengan melakukan pengukuran udara ambien pada 3 titik sampling di wilayah

studi. Pengambilan sampel dilakukan pada pagi, siang dan sore hari. Parameter yang diukur

adalah CO dan NO2. Pengukuran konsentrasi CO mengacu pada SNI 19-7119.7-2005 dan

pengukuran konsentrasi NO2 mengacu pada SNI 19-7119.2-2017. Hasil pengukuran dilapangan

pada hari Minggu diperoleh konsentrasi CO tertinggi di titik 1 pada pagi hari sebesar 824 µg/m3

dan konsentrasi NO2 tertinggi di titik 2 pada siang hari sebesar 136,7 µg/m3. Hasil pengukuran

dilapangan pada hari Senin diperoleh konsentrasi CO tertinggi di titik 3 pada pagi hari sebesar

2.358 µg/m3 dan konsentrasi NO2 tertinggi di titik 2 pada siang hari sebesar 44,6 µg/m3.

Kata Kunci: Karbon Monoksida, Nitrogen Dioksida, Transportasi, Kuin.

ABSTRACT

The transportation sector is one of the highest sources of air pollution in Indonesia. Carbon

monoxide (CO) and nitrogen dioxide (NO2) are air pollution that comes from motor vehicle

activities due to incomplete combustion of engines. Based on observational studies, the North Kuin

and South Kuin roads have a high level of traffic activity where the passing vehicles do not match

the proper road functions, namely based on the Mayor of Banjarmasin Decree No. 548 in 2017 the

roads in Kuin are secondary roads. The impact of transportation activities is to inhibit

photosynthesis and ARI disease. This study aims to determine the concentration of carbon monoxide

Page 2: KONSENTRASI KARBON MONOKSIDA DAN NITROGEN …

JTAM Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat, Vol 3 (1) Tahun 2020

38

and nitrogen dioxide in the study area and compared with the quality standards of Governor of

South Kalimantan Regulation No. 53 of 2007. The study was conducted for 2 days on Sundays

representing holidays and on Mondays representing working days by taking air measurements

ambient at 3 sampling points in the study area. Sampling is done in the morning, afternoon and

evening. The parameters measured were CO and NO2. Measurement of CO concentration refers to

SNI 19-7119.7-2005 and measurement of NO2 concentration refers to SNI 19-7119.2-2017. The

results of measurements in the field on Sunday obtained the highest CO concentration at point 1 in

the morning at 824 µg / m3 and the highest NO2 concentration at point 2 during the day was 136.7

µg / m3. The results of measurements in the field on Monday obtained the highest CO concentration

at point 3 in the morning at 2,358 µg / m3 and the highest NO2 concentration at point 2 during the

day was 44.6 µg / m3.

Keywords: Carbon Monoxide, Nitrogen Dioxide, Transportation, Kuin.

1. PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi yang pesat di daerah perkotaan sangat berkaitan dengan permasalahan

lingkungan yang ditimbulkan, salah satunya adalah terjadi pencemaran udara (Bachtiar, 2013).

Tercemarnya udara bersumber dari sektor transportasi, perindustrian, dan kegiatan rumah tangga.

Sumber pencemaran yang dominan di kota-kota besar berasal dari sektor transportasi. Sektor

transportasi terbukti menyumbang pencemaran udara tertinggi di Indonesia sekitar 85% (Roza, Ilza,

& Anita, 2015) Sektor transportasi merupakan sumber pencemaran yang bergerak meliputi mobil,

truk, bus, motor, pesawat, dan kapal (Kepmenlh, 2013). Penggunaan bahan bakar minyak (BBM)

oleh sektor transportasi diketahui dapat menimbulkan dampak besar terhadap lingkungan. Menurut

Kementerian Lingkungan Hidup Tahun 2012 , polusi udara yang berasal dari kendaraan bermotor

menyumbang 70,5% Karbon Monoksida, 18,34% Hidrokarbon, 8,89% Oksida Nitrogen, 1,33%

Partikulat, dan.0,88% Oksida Sulfida.

Gas karbon monoksida (CO) merupakan suatu gas yang sangat beracun, tidak berbau, tidak

berwarna dan mudah terbakar. Karbon monoksida berasal dari sisa tidak sempurnanya pembakaran

kendaraan bermotor. Jika terhirup oleh manusia gas karbon monoksida sangat berbahaya.karena

akan mengikat oksigen yang berkaitan dengan hemoglobin pada darah. Apabila tubuh kekurangan

oksigen maka dapat menyebabkan sesak dan menyebabkan kematian (Arifiyanti, 2013). Semakin

tinggi konsentrasi karbon monoksida yang terhirup oleh manusia maka semakin tinggi resiko yang

diterima oleh manusia tersebut (Damara, Wardhana, & Sutrisno, 2017). Terjadinya kemacetan lalu

lintas dapat meningkatkan konsentrasi pencemar ke udara ambien, kontribusi terbesar karbon

monoksida di udara ambien adalah kendaraan bermotor (Harahap, Marsaulina, & Ashar, 2013).

Nitrogen dioksida (NO2) adalah gas yang sangat beracun dibandingkan dengan jenis nitrogen oksida

lain di udara. Dampak paparan konsentrasi NO2 pada manusia dapat menimbulkan berbagai

penyakit. Organ tubuh yang paling peka terhadap pencemaran yang diakibatkan oleh gas NO2

adalah paru-paru, dimana akan terjadi pembengkakan yang menyebabkan penderita sulit bernapas

(Herawati, Riyanti, & Pratiwi, 2018). Karakteristik gas NO2 di udara ambien berasal dari baunya

yang sangat tajam dan berwarna merah kecoklatan. Dibandingkan dengan gas NO, gas NO2

memiliki sifat yang lebih toksik. Konsentrasi nitrogen dioksida (NO2) di kota berkembang

umumnya lebih tinggi dibandingkan daerah pedesaan, hal tersebut diakibatkan karena tingkat

aktivitas manusia di daerah perkotaan lebih tinggi dibanding pedesaan yang akan meningkatkan

konsentrasi nitrogen dioksida (NO2) di udara ambien salah satunya aktivitas transportasi (Harahap

et al., 2013).

Page 3: KONSENTRASI KARBON MONOKSIDA DAN NITROGEN …

JTAM Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat, Vol 3 (1) Tahun 2020

39

Berdasarkan hasil studi observasi, jalan Kuin Utara dan Kuin Selatan berada di kawasan padat

pemukiman dan ruas jalan di daerah tersebut memiliki arus lalu lintas yang cukup padat karena ruas

jalan di kelurahan Kuin Utara dan Kuin Selatan merupakan jalan penghubung dengan daerah lain,

selain itu daerah tersebut merupakan kawasan pariwisata dan berdekatan dengan kawasan industri

sehingga ruas jalan tersebut menjadi jalur utama wisatawan dan karyawan industri, sehingga sering

menimbulkan kemacetan di beberapa ruas jalan. Selain itu keberadaan sungai kuin menjadi salah

satu denyut nadi kehidupan masyarakat, karena sampai saat ini sungai kuin masih menjadi jalur

transportasi sehari-hari dalam mobilitas atau sebagai transportasi pengangkutan komoditas. Sungai

kuin juga merupakan salah satu objek wisata sungai di Banjarmasin yang para pengunjungnya baik

lokal maupun mancanegara. Jenis angkutan sungai yang ada di sungai kuin termasuk jenis angkutan

kapal bermotor yang digerakkan oleh mesin berbahan bakar solar (Sari, 2008). Menurut Fariya &

Rejeki, (2015), penghasil emisi gas karbon karbon monoksida terbesar kedua yaitu berasal dari

proses pembakaran bahan bakar oleh kapal bermotor berbahan bakar solar.

Berdasarkan latar belakang diatas dan didukung dengan data puskesmas S. Parman menunjukan

penyakit terbanyak kedua pada tahun 2017 yaitu penyakit ISPA sebesar 2026 jiwa maka penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi gas karbon monoksida (CO) dan gas nitrogen dioksida

(NO2) pada ruas jalan Kuin Utara dan Kuin Selatan Kota Banjarmasin dibandingkan dengan baku

mutu “Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan No 53 Tahun 2007”.

2. METODE PENELITIAN

2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di 3 titik di Jl. Kuin Utara dan Jl. Kuin Selatan pada tanggal 5 Agustus

2018 dan 6 Agustus 2018. Lebih jelasnya dapat dilihat pada peta lokasi penelitian sebagai berikut :

Page 4: KONSENTRASI KARBON MONOKSIDA DAN NITROGEN …

JTAM Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat, Vol 3 (1) Tahun 2020

40

Gambar 1. Lokasi Penelitian

2.2 Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan pada penelitian ini berupa anemometer, thermometer, spektrofotometer, NDIR

Analyzer, pompa angin dan GPS Garmin 78s. Bahan yang dibutuhkan pada penelitian ini yaitu alat

tulis, Tedlar bag.

2.3 Rancangan Penelitian

Penelitian ini memiliki tiga tahapan pelaksanaan. Tahap pertama adalah studi literatur dan survey

pendahuluan, dalam tahap survey pendahuluan dilakukan penentuan titik lokasi pengambilan

sampel karbon monoksida di udara ambien berdasarkan “SNI 19-7119.9-2005” yaitu :

a. Menempatkan peralatan di daerah terbuka (gedung atau bangunan yang rendah dan saling

berjauhan)

b. Penempatan peralatan berjarak 1 m sampai 5 m dari pinggir jalan yang akan diambil contoh

uji dan pada ketinggian 1,5 m sampai dengan 3 m dari permukaan jalan.

Dari survey pendahuluan, didapatkan 3 titik yaitu 1 titik berada di ruas jalan Kuin Utara dan 2 titik

di ruas jalan Kuin Selatan, Tahap kedua melakukan pengukuran karbon monoksida di udara ambien

berdasarkan “SNI 7119.10-2011”, metode ini digunakan untuk cara uji kadar karbon monoksida

udara ambien menggunakan metode NDIR (Non Dispersive Infra Red), selanjutnya pengukuran

nitrogen dioksida di udara ambien berdasarkan “SNI 19-7119.2-2017”, metode ini digunakan untuk

penentuan nitrogen dioksida (NO2) di udara ambien menggunakan metode Griess Saltzman secara

spektrofotometri. Pengukuran konsentrasi CO dan NO2 dilakukan selama 1 jam. Pengukuran

konsentrasi pada setiap titik dilakukan selama 2 hari, pada hari Minggu perwakilan hari libur dan

hari Senin perwakilan hari kerja. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali yaitu pada pagi, siang dan

sore hari. Tahap terakhir yaitu analisis data yang didapatkan selanjutnya dibandingkan dengan baku

mutu “Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan No 53 Tahun 2007 tentang baku mutu udara ambien

dan kebisingan”.

1.4 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan mengetahui hasil pengukuran di titik pengamatan

kemudian dibandingkan dengan baku mutu “Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan no 53 tahun

2007 tentang Kebisingan dan Pencemar Udara”.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Kondisi Meteorologis

Tujuan dilakukan pengukuran meteorologi adalah untuk mengetahui kondisi meteorologis pada saat

dilakukannya pengukuran konsentrasi gas karbon monoksida dan nitrogen dioksida di lapangan.

Berikut ini tabel 1 dan tabel 2 data suhu dan kecepatan angin :

Tabel 1. Hasil Pengukuran Minggu 5 Agustus 2018 Parameter

Lokasi

Waktu Pengukuran

Pagi Siang Sore

Suhu (°C)

I 29.4 31.2 31.6

II 32.2 34.8 31.8 III 28.9 35.4 33.1

Kecepatan I 0.77 1.98 1.05

Page 5: KONSENTRASI KARBON MONOKSIDA DAN NITROGEN …

JTAM Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat, Vol 3 (1) Tahun 2020

41

Parameter

Lokasi

Waktu Pengukuran

Pagi Siang Sore

Angin (m/s)

II 3.45 3.49 4.34 III 1.08 0.81 0.76

Kelembaban (% RH)

I 64 59 57 II 45 38 51 III 74 49 51

Tabel 2. Hasil Pengukuran Senin 6 Agustus 2018

Berdasarkan hasil pengukuran pada hari Minggu dan hari Senin dapat pada tabel 1 dan tabel 2,

diketahui perbedaan suhu pada waktu pagi, siang dan sore di tiga lokasi penelitian dimana suhu

tertinggi di hari Minggu pada pagi hari dititik 2 sebesar 33oC kemudian siang hari tertinggi berada

titik 3 dimana yaitu 35,4oC dan pada sore hari pada titik 3 sebesar 33,1oC. Pengukuran suhu pada

hari Senin menunjukan suhu tertinggi pada pagi hari berada pada titik 2 yaitu 32,2oC kemudian

pada siang hari suhu tertinggi di titik 3 36oC dan pada sore hari titik 2 memiliki suhu tertinggi yaitu

31,1oC. Perbedaan suhu ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya kemiringan jatuhnya sinar

matahari dan keadaan awan. Pada siang hari sudut jatuh sinar matahari lebih tegak lurus

dibandingkan sudut jatuh matahari pada pagi dan sore hari sehingga radiasi matahari yang diterima

pada siang hari lebih besar dibandingkan pagi dan sore hari, akibatnya suhu pada siang hari akan

lebih tinggi dibandingkan pada pagi dan sore hari (Goembira, Surianti, & Ihsan, 2014).

Pengukuran kecepatan angin di hari Minggu, lokasi yang memiliki nilai kecepatan angin tertinggi

pada pagi, siang dan sore hari adalah titik 2 masing-masing sebesar 3,45 m/s 3,49 m/s 4,34 m/s.

Hasil pengukuran kecepatan angin hari Senin menunjukan titik 1 memiliki kecepatan angin yang

tinggi pada pagi hari yaitu 0,37 m/s kemudian pada siang hari di titik 2 sebesar 1,79 m/s dan pada

sore hari kecepatan angin tertinggi berada di titik 2 sebesar 1,27 m/s. Perbedaan tekanan udara dan

arah angin merupakan faktor yang menentukan nilai kecepatan angin (Yulianti, 2014). Pengukuran

kelembaban pada hari Minggu di pagi hari titik 3 memiliki nilai kelembaban tertinggi yaitu sebesar

74% RH sedangkan pada siang dan sore hari nilai kelembaban paling tinggi berada di titik 1 yaitu

masing masing 59 % RH dan 57 % RH. Pada hari Senin titik 3 merupakan titik yang memiliki nilai

kelembaban paling tinggi pada pagi hari yaitu 74% RH, titik 1 memiliki nilai kelembaban tertinggi

pada siang dan sore hari sebesar 59 % RH. Menurut Harahap, Marsaulina & Ashar (2013) salah satu

faktor yang menentukan nilai kelembaban adalah suhu, ketika suhu udara rendah maka kelembaban

udara akan meningkat dan begitu sebaliknya.

3.2 Konsentrasi Karbon Monoksida (CO) di Udara Ambien

Berdasarkan “Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan No 53 Tahun 2007”, baku mutu gas CO di

udara ambien adalah 20.000 μg/Nm3 untuk waktu pengukuran 1 jam. Dari hasil pengukuran

diperoleh konsentrasi gas CO berbeda-beda setiap jam dan titik sampling. Konsentrasi CO pada hari

Parameter

Lokasi

Waktu Pengukuran Pagi Siang Sore

Suhu (°C)

I 26.2 31.2 30.2 II 32.2 35.2 31.1 III 28 37.1 29.5

Kecepatan Angin (m/s)

I 0.36 0.98 0.61 II 0.07 1.79 1.27 III 0.13 0.19 0.12

Kelembaban (% RH)

I 57 59 59 II 62 35 52 III 74 41 57

Page 6: KONSENTRASI KARBON MONOKSIDA DAN NITROGEN …

JTAM Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat, Vol 3 (1) Tahun 2020

42

Minggu yang mewakili hari libur pada pagi hari paling tinggi berada di titik 1 yaitu sebesar 824

μg/Nm3 kemudian di titik 2 sebesar 738 μg/Nm3, dan yang paling rendah adalah di titik 3 sebesar

607 μg/Nm3, pada siang hari ketiga titik memiliki konsentrasi CO yang sama yaitu 458 μg/Nm3

sedangkan pada sore hari konsentrasi tertinggi berada pada titik 1 sebesar 763 μg/Nm3 kemudian

dititik 3 sebesar 595 μg/Nm3 dan konsentrasi CO terendah pada titik 2 sebesar 458 μg/Nm3.Berikut

hasil uji laboratorium parameter karbon monoksida (CO) dapat dilihat pada Gambar 4 dan 5.

Gambar 4. Pengukuran CO Minggu, 5 Agustus 2018

Gambar 5. Pengkuran CO Senin, 6 Agustus 2018

Hasil pengukuran pada hari Senin yang mewakili hari kerja konsentrasi CO tertinggi pada pagi hari

yaitu dititik 3 sebesar 2.358 μg/Nm3 kemudian di titik 1 sebesar 927 μg/Nm3, dan yang paling

rendah adalah di titik 2 sebesar 658 μg/Nm3, pada siang hari ketiga titik memiliki konsentrasi CO

yang sama yaitu 458 μg/Nm3 sedangkan pada sore hari konsentrasi tertinggi berada pada titik 3

sebesar 1.499 μg/Nm3 kemudian dititik 1 sebesar 876 μg/Nm3 dan konsentrasi CO terendah pada

titik 2 sebesar 458 μg/Nm3.

Karbon monoksida memiliki sifat tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa (Ratnawati, Widowati,

& Gunawan, 2012). Proses pembakaran bahan bakar fosil merupakan sumber utama pencemar

karbon, salah satunya berasal dari kendaraan bermotor. Kontribusi dari gas buangan kendaraan

bermotor tersebut mencapai 60-70% (Pangerapan, Sumampouw, & Joseph, 2018). Tingginya

Page 7: KONSENTRASI KARBON MONOKSIDA DAN NITROGEN …

JTAM Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat, Vol 3 (1) Tahun 2020

43

konsentrasi gas CO pada pagi hari dan sore hari disebabkan karena kepadatan lalu lintas yang lebih

tinggi dibandingkan pada siang hari karena adanya aktivitas masyarakat pada pagi dan sore hari

yaitu berangkat kerja dan sekolah begitu sebaliknya pada waktu sore hari. Tingginya arus lalu lintas

pada pagi dan sore hari sering mengakibatkan terjadinya kemacetan, kemacetan tersebut

berdasarkan studi observasi salah satunya diakibatkan karena di lokasi tersebut lebar jalan hanya

sekitar 4m dan jalan tidak digunakan sesuai fungsinya yaitu sebagai jalan lingkungan sekunder yang

hanya dilalui kendaraan kecil tetapi juga dilewati oleh kendaraan berat, selain itu seringnya

kendaraan berhenti dan parkir di badan jalan juga dapat menimbulkan kemacetan. Kemacetan lalu

lintas merupakan salah satu faktor utama terjadinya peningkatan konsentrasi gas CO di udara.

Hoesodo (2004), menyatakan emisi gas buang kendaraan dalam kondisi macet menghasilkan gas

CO 12 kali lebih tinggi dibandingkan pada kondisi jalan yang lancar. Gas karbon monoksida (CO) dari kendaraan berbahan bakar bensin sebesar 1% diwaktu bergerak

dan 7% diwaktu tidak bergerak, kendaraan berbahan bakar solar gas buang CO yang dihasilkan

sebanyak 0,2 % apabila bergerak dan 4% pada kendaraan berhennti (Pangerapan et al., 2018). Hasil

penelitian Rahmawati (2008), dengan judul penelitian pola Spasial konsentrasi CO di kota Jakarta

menyatakan adanya hubungan positif antara konsentrasi kadar CO dengan arus lalu lintas. Selain

itu, keberadaan sungai Kuin yang masih digunakan masyarakat sebagai jalur transportasi air

diperkirakan juga berkontribusi terhadap konsentrasi karbon monoksida di udara ambien. Sumber

emisi dari transportasi air meliputi semua angkutan di sungai atau laut seperti kapal rekreasi

berukuran kecil di danau atau sungai atau kapal barang berukuran besar kelas samudera (KLH,

2012). Adanya dominasi bahan bakar dalam ruang pembakaran transportasi air tersebut sehingga

menyebabkan terbentuknya gas CO pada gas buang (VA, Arthana, & Suyasa, 2015).

Selain faktor lalu lintas, faktor meteorologi juga berpengaruh terhadap konsentrasi CO di udara

ambien, pada penelitian ini dilakukan pengukuran seperti kecepatan angin suhu dan kelembaban di

lokasi penelitian. Hasil pengukuran meteorologi berupa suhu, kecepatan angin dan kelembaban di

lokasi penelitian pada hari Minggu, rata-rata kecepatan angin di titik 1 sebesar 1,266 m/s, suhu 30oC

dan kelembaban 60% RH. Pada titik 2 rata-rata kecepatan angin sebesar 3,760 m/s, suhu 33oC dan

kelembaban 45% RH. Sedangkan pada titik 3 rata-rata kecepatan angin sebesar 0.883 m/s dengan

suhu 32oC dan kelembaban 58% RH. Pada hari Senin rata-rata kecepatan angin di titik 1 sebesar

0,650 m/s, suhu 29oC dan kelembaban 58% RH. Pada titik 2 rata-rata kecepatan angin sebesar 1,043

m/s, suhu 33oC dan kelembaban 50% RH. Sedangkan pada titik 3 rata-rata kecepatan angin sebesar

0,146 m/s dengan suhu 31oC dan kelembaban 57% RH. Menurut Rahmawati (2008) semakin cepat

kecepatan angin akan menimbulkan pengenceran dan menyebabkan konsentrasi polutan udara di

wilayah tersebut berkurang. Kecepatan angin akan menentukan penyebaran dan sejauh mana karbon

monoksida diangkut dan disebarkan serta akan membawa ke area lain searah dengan arah angin,

makin besar kecepatan angin makin kecil konsentrasi karbon monoksida di daerah tersebut. Suhu

udara yang tinggi akan menyebabkan konsentrasi pencemar menjadi makin rendah, sedangkan

pengaruh kelembaban terhadap konsentrasi pencemar yaitu semakin tinggi kelembaban maka dapat

meningkatkan kadar polutan di udara (Harahap et al., 2013).

Dapat dilihat dari Gambar 4 dan Gambar 5 hasil pengukuran di hari libur dan di hari kerja

konsentrasi gas karbon monoksida meningkat pada pagi hari kemudian mengalami penurunan di

siang hari dan kembali meningkat pada sore hari, tetapi konsentrasi karbon monoksida di ketiga

titik penelitian masih berada dibawah 4000 μg/Nm3. Nilai tersebut tidak melewati baku mutu

menurut “Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan No 53 Tahun 2007” dengan lama pengukuran 1

jam. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini sesuai dengan penelitian dari Muzzayid (2014) tentang

Page 8: KONSENTRASI KARBON MONOKSIDA DAN NITROGEN …

JTAM Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat, Vol 3 (1) Tahun 2020

44

studi konsentrasi kadar CO di jalan pettarani kota makasar. Hasil pengukurannya menunjukkan

bahwa konsentrasi karbon monoksida (CO) meningkat pada pagi hari, dan berada dibawah baku

mutu udara ambien berdasarkan “PP RI NO 41 Tahun 1999” sebesar 30.000μg/Nm3. Walaupun

penelitian ini menunjukkan konsentrasi kadar karbon monoksida dibawah standar baku mutu,

namun pemantauan karbon monoksida perlu dilakukan secara berkala karena gas CO merupakan

salah satu gas yang dapat berdampak negatif pada kesehatan manusia, yaitu dapat memengaruhi

kerja jantung, sistem syaraf pusat, dan organ tubuh yang peka oleh kekurangan oksigen (Arisnawati,

Riduan, & Annisa, 2017).

3.3 Konsentrasi Nitrogen Dioksida (NO2) di Udara Ambien

Berikut hasil uji laboratorium parameter nitrogen dioksida (NO2) dapat dilihat pada gambar :

Gambar 6. Pengukuran NO2 Minggu, 5 Agustus 2018

Gambar 7. Pengkuran NO2 Senin, 6 Agustus 2018

Page 9: KONSENTRASI KARBON MONOKSIDA DAN NITROGEN …

JTAM Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat, Vol 3 (1) Tahun 2020

45

Berdasarkan “Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan No 53 Tahun 2007”, baku mutu gas NO2 di

udara ambien sebesar 200 μg/Nm3 untuk waktu pengukuran selama 1 jam. Hasil pengukuran

konsentrasi NO2 pada hari Minggu yang mewakili hari libur pada pagi hari didapatkan konsentrasi

tertinggi pada titik 2 yaitu sebesar 47,7 μg/Nm3 kemudian di titik 3 sebesar 12 μg/Nm3, dan yang

paling rendah adalah di titik 1 sebesar 10,2 μg/Nm3, pada siang hari konsentrasi NO2 paling tinggi

di titik 2 yaitu sebesar 136,7 μg/Nm3 kemudian dititik 1 sebesar 23,5 μg/Nm3 dan terendah berada

pada titik 3 sebesar 14,2 μg/Nm3 sedangkan pada sore hari konsentrasi tertinggi berada pada titik 2

sebesar 79,2 μg/Nm3 kemudian dititik 3 sebesar 17,6 μg/Nm3 dan konsentrasi NO2 terendah pada

titik 1 sebesar 10,6 μg/Nm3. Hasil pengukuran pada hari Senin yang mewakili hari kerja konsentrasi

NO2 tertinggi pada pagi hari yaitu dititik 2 sebesar 44,6 μg/Nm3 kemudian di titik 3 sebesar 23,7

μg/Nm3, dan yang paling rendah adalah di titik 1 sebesar 12,1 μg/Nm3, pada siang hari konsentrasi

NO2 paling tinggi di titik 3 yaitu sebesar 34,5 μg/Nm3 kemudian dititik 1 sebesar 19 μg/Nm3 dan

terendah berada pada titik 2 sebesar 10,1 μg/Nm3 sedangkan pada sore hari konsentrasi tertinggi

berada pada titik 3 sebesar 17,6 μg/Nm3 kemudian dititik 1 dan 2 memiliki konsentrasi yang sama

yaitu sebesar 5,7 μg/Nm3.

Menurut Herawati (2018) gas nitrogen dioksida adalah gas yang lebih beracun dibandingkan

dengan jenis Nitrogen Oksida lain di udara. Salah satu gas yang dihasilkan dari hasil pembakaran

kendaraan bermotor adalah gas NOx. Dapat dilihat pada gambar 6 dan gambar 7 fluktuasi

konsentrasi yang dihasilkan selama dua hari pengukuran. Kecepatan kendaraan berpengaruh

terhadap emisi gas NO2 yang dihasilkan. Semakin meningkatnya kecepatan kendaraan maka

konsentrasi gas NO2 juga akan meningkat, perubahan konsentrasi NO2 terlihat jelas pada saat mobil

bergerak dari kecepatan sedang kekecepatan tinggi. Usia kendaraan, perawatan mesin, kelancaran

lalu lintas, cara mengemudi, dan perbedaan penggunaan bahan bakar dapat mempengaruhi

konsentrasi NO2 yang dihasilkan. Pada kendaraan berbahan berbahan bakar bensin, perubahan

konsentrasi gas NO2 meningkat jelas saat kendaraan mulai melaju dengan kecepatan sedang (40- 60

km/jam), sedangkan kendaraan yang menggunakan bakar solar telah menghasilkan konsentrasi gas

NO2 yang relatif tinggi saat kondisi diam, namun kenaikannya terhadap variasi kecepatan

kendaraan tidak begitu signifikan (Bachtiar, 2005). Sama seperti konsentrasi CO, konsentrasi NO2

yang dihasilkan juga diperkirakan dipengaruhi oleh adanya aktivitas transportasi di sungai Kuin.

Menurut Risky (2015) NOx pada kapal terbentuk akibat dari proses pembakaran di ruang bakar

yang kelebihan jumlah oksigen, maka semakin tinggi oksigen pada gas buang semakin tinggi juga

Nox yang terbentuk. NOx sangat tidak stabil dan jika terlepas ke udara bebas akan berkaitan dengan

oksigen dan membentuk NO2.

Faktor meteorologi dapat memberikan pengaruh terhadap konsentrasi pencemar NO2 di udara

ambien seperti pengenceran, penyebaran, dan lain-lain. Hasil pengukuran meteorologi berupa suhu,

kecepatan angin dan kelembaban di lokasi penelitian pada hari Minggu, rata-rata kecepatan angin di

titik 1 sebesar 1,266 m/s, suhu 30oC dan kelembaban 60% RH. Pada titik 2 rata-rata kecepatan

angin sebesar 3,760 m/s, suhu 33oC dan kelembaban 45% RH. Sedangkan pada titik 3 rata-rata

kecepatan angin sebesar 0,883 m/s dengan suhu 32oC dan kelembaban 58% RH. Pada hari Senin

rata-rata kecepatan angin di titik 1 sebesar 0,650 m/s, suhu 29oC dan kelembaban 58% RH. Pada

titik 2 rata-rata kecepatan angin sebesar 1,043 m/s, suhu 33oC dan kelembaban 50% RH.

Sedangkan pada titik 3 rata-rata kecepatan angin sebesar 0,146 m/s dengan suhu 31oC dan

kelembaban 57% RH. Jika dilihat dari pengaruh suhu, konsentrasi NO2 tertinggi pada hari minggu

terjadi di siang hari berada di titik 2 yaitu sebesar 136,7 μg/Nm3 dengan suhu tertinggi

dibandingkan dengan titik yang lain yaitu 33 oC dan pada hari senin terjadi pada pagi hari dititik 2

Page 10: KONSENTRASI KARBON MONOKSIDA DAN NITROGEN …

JTAM Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat, Vol 3 (1) Tahun 2020

46

sebesar 44,6 μg/Nm3 dengan suhu tertinggi dibandingkan dengan titik yang lain yaitu 32oC .Hal ini

menunjukkan semakin tinggi suhu udara maka konsentrasi NO2 semakin tinggi pula. Penurunan

konsentrasi NO₂ terjadi saat kecepatan angin tinggi, begitu juga sebaliknya. Dapat dilihat pada

pengukuran NO2 di hari senin pada sore hari paling tinggi berada pada titik 3 sebesar 17,6 μg/Nm3

dengan rata-rata kecepatan angin paling rendah dibandingkan dengan titik lain yaitu 0.146 m/s.

Rendahnya kecepatan angin menyebabkan penyebaran udara menjadi lambat dan terakumulasi di

sekitar lokasi penelitian sehingga konsentrasi NO₂ menjadi tinggi, sedangkan semakin tinggi

kecepatan angin maka konsentrasi NO₂ yang dihasilkan akan semakin kecil karena polutan terbawa

angin menjauhi lokasi pengukuran. Pengaruh kelembaban pada konsentrasi pencemar yakni apabila

kelembaban meningkat maka dapat meningkatkan konsentrasi pencemar di udara ambien.

Berdasarkan Gambar 6 dan gambar 7 data konsentrasi NO2 baik di hari Minggu maupun hari Senin

pada ketiga lokasi sampling berada di bawah baku mutu. Hal ini menunjukkan bahwa gas NO₂ saat

ini tidak menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan manusia dan berada dibawah nilai ambang

batas yang ditentukan berdasarkan “Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan No 53 Tahun 2007”

yaitu 200 µg/Nm3. Dampak yang ditimbulkan dari konsentrasi gas NO2 yang tinggi, dapat

mengakibatkan peradangan paru-paru.

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Hasil pengukuran menunjukan konsentrasi karbonmonoksida (CO) dan nitrogen dioksida (NO₂) di

ketiga titik lokasi penelitian belum melalui nilai ambang batas atau masih memenuhi baku mutu

berdasarkan “Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan No 53 Tahun 2007” baku mutu parameter CO

sebesar 20.000 μg/Nm3 sedangkan parameter NO₂ sebesar 200 μg/Nm3. Hal tersebut terjadi baik di

hari Minggu yang mewakili hari libur maupun di hari Senin yang mewakili hari kerja.

3.2 Saran

Dari hasil penelitian yang dilakukan yaitu kadar CO dan NO2 di ruas jalan Kuin Utara dan Kuin

Selatan Kota Banjarmasin masih berada dibawah baku mutu, namun untuk mengontrol kondisi

udara agar tetap stabil dan tidak tercemar perlu disarankan kepada pemerintah untuk melaksanakan

pemantauan lingkungan secara rutin dan meningkatkan penghijauan di sekitar kawasan tersebut

untuk menekan penyebaran gas pencemar udara. Kepada masyarakat sekitar hendaknya tetap

menggunakan masker ketika beraktivitas sebagai upaya pencegahan terhadap gangguan kesehatan

khususnya pernafasan.

3.3 UcapaniTerimaiKasih

PenulisimengucapkaniterimaikasihikepadaiAllahiSWTiatasirahmatidanikaruniaiyangitelahidiberi

selama ini. Terima kasih kepada orangituaiyang telahimemberikanisemangatidanido’a.iPenulisijuga

mengucapkaniterimakasihikepadaiIbuiNovaiAnnisa, S.Si., MS serta kepada bapak Dr. Rony

Riduan, ST., MT dan bapak Dr. Hafiizh Prasetia, S.Si., MS sebagai pembimbing. Terima kasih

kepada semuaipihakiyangitidakidapatisayaisebutkanisatuipersatu.

DAFTARiPUSTAKA

Arifiyanti, F. (2013). Pengaruh Kelembaban, Suhu, Arah Dan Kecepatan Angin Terhadap

Konsentrasi Karbon Monoksida (CO) dengan Membandingkan Dua Volume Sumber

Pencemar di Area Pabrik dan di Persimpangan Jalan (Studi Kasus: PT. Inti General Yaja Steel

dan Persimpangan Jrakah). Jurnal Teknik Lingkungan, 2(1), 1–10.

Arisnawati, R. S., Riduan, R., & Annisa, N. (2017). Pemetaan Distribusi Konsentrasi Karbon

Page 11: KONSENTRASI KARBON MONOKSIDA DAN NITROGEN …

JTAM Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat, Vol 3 (1) Tahun 2020

47

Monoksida (CO) Dihubungkan Dengan Aktivitas Kendaraan Bermotor Di Kampus Universitas

Lambung Mangkurat Banjarbaru. Jernih: Jurnal Tugas Akhir Mahasiswa Program Studi

Teknik Lingkungan, 1(01).

Bachtiar, V. S. (2005). Kajian Hubungan Antara Variasi Kecepatan Kendaraan dengan Emisi yang

dikeluarkan pada Kendaraan Bermotor Roda Empat’. Jurnal, 2.

Bachtiar, V. S. (2013). Studi Paparan Konsentrasi Gas Karbonmonoksida (CO) di Lingkungan

Kerja Petugas Parkir Dan Polisi Lalu Lintas Di Kota Padang. Jurnal Dampak, 10(1), 60–72.

Badan Standarisasi Nasional. (2005). SNI 19-7119.9-2005 Tentang Udara Ambien- Bagian 9

Penentuan Lokasi Pengambilan Contoh Uji Pemantauan Kualitas Udara Roadside.

Badan Standarisasi Nasional. (2011). SNI 7119.10-2011 Tentang Udara Ambien-Bagian 10 Cara

Uji Kadar Karbon Monoksida (CO) Menggunakan Metode Non Dispersive Infra Red (NDIR).

Damara, D. Y., Wardhana, I. W., & Sutrisno, E. (2017). Analisis Dampak Kualitas Udara Karbon

Monoksida (Co) di Sekitar Jl. Pemuda Akibat Kegiatan Car Free Day Menggunakan Program

Caline4 dan Surfer (Studi Kasus: Kota Semarang). Jurnal Teknik Lingkungan, 6(1), 1–14.

Fariya, S., & Rejeki, S. (2015). SEACELL (Sea Water Electrochemical cell) Pemanfaatan Elektrolit

Air Laut Menjadi Cadangan Sumber Energi Listrik Terbarukan Sebagai Penerangan Pada

Sampan. Jurnal Sain Dan Teknologi, 10(1), 44–58.

Goembira,F., Surianti, I., & Ihsan, T. (2014). Prediksi Tingkat Emisi Gas Karbon Dioksida (Co2)

Dari Kegiatan Transportasi Akibat Beroperasinya Rumah Sakit Pendidikan Di Kampus

Universitas Andalas Limau Manis. Jurnal Dampak, 11(2), 110–126.

Harahap, Y. Y., Marsaulina, I., & Ashar, T. (2013). Perbandingan Kadar Karbon Monoksida (CO)

dan Nitrogen Dioksida (NO2) di Udara Ambien Berdasarkan Keberadaan Pohon Angsana

(Pterocarpus indicus) di Beberapa Jalan Raya di Kota Medan Tahun 2012. Lingkungan Dan

Keselamatan Kerja, 2(3).

Herawati, P., Riyanti, A., & Pratiwi, A. (2018). Hubungan Konsetrasi NO2 Udara Ambien

Terhadap Konsentrasi NO2 Udara Dalam Ruang Di Lampu Merah Simpang Jelutung Kota

Jambi. Jurnal Daur Lingkungan, 1(1), 1–4.

Hidup, K. L. (2012). Pedoman Penyelenggaraan Inventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional, Buku II

Pedoman Umum. Jakarta (ID): KLH.

Hoesodo, D. (2004). Permodelan Pencemaran Udara Akibat Lalu Lintas di Jalan Arteri (Studi

Kasus Ruas Jalan Soekarno-Hatta di Kota Bandung). Program Pascasarjana Universitas

Diponegoro.

Pangerapan, S. B., Sumampouw, O. J., & Joseph, W. B. S. (2018). ANALISIS KADAR KARBON

MONOKSIDA (CO) UDARA DI TERMINAL BERIMAN KOTA TOMOHON TAHUN

2018. KESMAS, 7(3).

Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan. (2007). Nomor 53 Tahun 2007 Tentang Baku Mutu Udara

dan Kebisingan.

Rahmawati, M. (2008). Pola Spasial Gas Karbon Monoksida (CO) di Kota Jakarta. Universitas

Indonesia. Jakarta.

Ratnawati, H., Widowati, W., & Gunawan, E. (2012). Hubungan antara kadar karbon monoksida

(CO) udara dan tingkat kewaspadaan petugas parkir di tiga jenis tempat parkir. Jurnal

Kedokteran Maranatha, 10(1).

Roza, V., Ilza, M., & Anita, S. (2015). Korelasi Konsentrasi Particulate Matter (PM10) di Udara

dan Kandungan Timbal (Pb) dalam Rambut Petugas SPBU di Kota Pekanbaru. Dinamika

Lingkungan, 2(1), 52–60.

Sari, R. P. (2008). Pergeseran Pergerakan Angkutan Sungai di Sungai Martapura Kota

Banjarmasin. PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS DIPONEGORO.

VA, D. P. R., Arthana, I. W., & Suyasa, I. W. B. (2015). Inventarisasi Emisi Sumber Bergerak Dari

Page 12: KONSENTRASI KARBON MONOKSIDA DAN NITROGEN …

JTAM Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat, Vol 3 (1) Tahun 2020

48

Transportasi Laut (Non-Road) Di Wilayah Pesisir Kota Denpasar. Ecotrophic: Jurnal Ilmu

Lingkungan (Journal of Environmental Science), 9(1), 10–18.

Yulianti, S. (2014). Analisis konsentrasi gas Karbon Monoksida (CO) pada ruas Jalan Gajah Mada

Pontianak. Jurnal Mahasiswa Teknik Lingkungan UNTAN, 1(1).