Upload
others
View
11
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KONSENTRASI KARBON MONOKSIDA DAN NITROGEN DIOKSIDA
PADA RUAS JALAN KUIN UTARA DAN KUIN SELATAN KOTA
BANJARMASIN
CONCENTRATION OF CARBON MONOXIDE AND NITROGEN DIOXIDE IN THE ROAD
OF NORTH KUIN AND SOUTH KUIN BANJARMASIN CITY
Dwi Putri Agustina1, Nova Annisa2, Rony Riduan3, Hafiizh Prasetia4
Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik ULM,
Jl. A. Yani Km.37, Banjarbaru, Kode Pos 70714, Indonesia
E-mail: [email protected]
ABSTRAK
Sektor transportasi menjadi salah satu sumber pencemaran udara tertinggi di Indonesia. Karbon
monoksida (CO) dan nitrogen dioksida (NO2) adalah pencemaran udara yang bersumber dari
aktivitas kendaraan bermotor akibat pembakaran mesin yang tidak sempurna. Berdasarkan studi
observasi, ruas jalan Kuin Utara dan Kuin Selatan memiliki tingkat aktivitas lalu lintas yang padat
dimana kendaraan yang melintas tidak sesuai dengan fungsi jalan yang seharusnya yaitu
berdasarkan SK Walikota Banjarmasin No 548 Tahun 2017 ruas jalan di kelurahan kuin
merupakan jalan lingkungan sekunder. Dampak yang ditimbulkan dari aktivitas transportasi
adalah menghambat proses fotosintesis dan penyakit ISPA. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui konsentrasi karbon monoksida dan nitrogen dioksida pada wilayah studi dan
dibandingkan dengan baku mutu Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan No 53 Tahun 2007.
Penelitian dilakukan selama 2 hari pada hari Minggu mewakili hari libur dan pada hari Senin
mewakili hari kerja dengan melakukan pengukuran udara ambien pada 3 titik sampling di wilayah
studi. Pengambilan sampel dilakukan pada pagi, siang dan sore hari. Parameter yang diukur
adalah CO dan NO2. Pengukuran konsentrasi CO mengacu pada SNI 19-7119.7-2005 dan
pengukuran konsentrasi NO2 mengacu pada SNI 19-7119.2-2017. Hasil pengukuran dilapangan
pada hari Minggu diperoleh konsentrasi CO tertinggi di titik 1 pada pagi hari sebesar 824 µg/m3
dan konsentrasi NO2 tertinggi di titik 2 pada siang hari sebesar 136,7 µg/m3. Hasil pengukuran
dilapangan pada hari Senin diperoleh konsentrasi CO tertinggi di titik 3 pada pagi hari sebesar
2.358 µg/m3 dan konsentrasi NO2 tertinggi di titik 2 pada siang hari sebesar 44,6 µg/m3.
Kata Kunci: Karbon Monoksida, Nitrogen Dioksida, Transportasi, Kuin.
ABSTRACT
The transportation sector is one of the highest sources of air pollution in Indonesia. Carbon
monoxide (CO) and nitrogen dioxide (NO2) are air pollution that comes from motor vehicle
activities due to incomplete combustion of engines. Based on observational studies, the North Kuin
and South Kuin roads have a high level of traffic activity where the passing vehicles do not match
the proper road functions, namely based on the Mayor of Banjarmasin Decree No. 548 in 2017 the
roads in Kuin are secondary roads. The impact of transportation activities is to inhibit
photosynthesis and ARI disease. This study aims to determine the concentration of carbon monoxide
JTAM Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat, Vol 3 (1) Tahun 2020
38
and nitrogen dioxide in the study area and compared with the quality standards of Governor of
South Kalimantan Regulation No. 53 of 2007. The study was conducted for 2 days on Sundays
representing holidays and on Mondays representing working days by taking air measurements
ambient at 3 sampling points in the study area. Sampling is done in the morning, afternoon and
evening. The parameters measured were CO and NO2. Measurement of CO concentration refers to
SNI 19-7119.7-2005 and measurement of NO2 concentration refers to SNI 19-7119.2-2017. The
results of measurements in the field on Sunday obtained the highest CO concentration at point 1 in
the morning at 824 µg / m3 and the highest NO2 concentration at point 2 during the day was 136.7
µg / m3. The results of measurements in the field on Monday obtained the highest CO concentration
at point 3 in the morning at 2,358 µg / m3 and the highest NO2 concentration at point 2 during the
day was 44.6 µg / m3.
Keywords: Carbon Monoxide, Nitrogen Dioxide, Transportation, Kuin.
1. PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi yang pesat di daerah perkotaan sangat berkaitan dengan permasalahan
lingkungan yang ditimbulkan, salah satunya adalah terjadi pencemaran udara (Bachtiar, 2013).
Tercemarnya udara bersumber dari sektor transportasi, perindustrian, dan kegiatan rumah tangga.
Sumber pencemaran yang dominan di kota-kota besar berasal dari sektor transportasi. Sektor
transportasi terbukti menyumbang pencemaran udara tertinggi di Indonesia sekitar 85% (Roza, Ilza,
& Anita, 2015) Sektor transportasi merupakan sumber pencemaran yang bergerak meliputi mobil,
truk, bus, motor, pesawat, dan kapal (Kepmenlh, 2013). Penggunaan bahan bakar minyak (BBM)
oleh sektor transportasi diketahui dapat menimbulkan dampak besar terhadap lingkungan. Menurut
Kementerian Lingkungan Hidup Tahun 2012 , polusi udara yang berasal dari kendaraan bermotor
menyumbang 70,5% Karbon Monoksida, 18,34% Hidrokarbon, 8,89% Oksida Nitrogen, 1,33%
Partikulat, dan.0,88% Oksida Sulfida.
Gas karbon monoksida (CO) merupakan suatu gas yang sangat beracun, tidak berbau, tidak
berwarna dan mudah terbakar. Karbon monoksida berasal dari sisa tidak sempurnanya pembakaran
kendaraan bermotor. Jika terhirup oleh manusia gas karbon monoksida sangat berbahaya.karena
akan mengikat oksigen yang berkaitan dengan hemoglobin pada darah. Apabila tubuh kekurangan
oksigen maka dapat menyebabkan sesak dan menyebabkan kematian (Arifiyanti, 2013). Semakin
tinggi konsentrasi karbon monoksida yang terhirup oleh manusia maka semakin tinggi resiko yang
diterima oleh manusia tersebut (Damara, Wardhana, & Sutrisno, 2017). Terjadinya kemacetan lalu
lintas dapat meningkatkan konsentrasi pencemar ke udara ambien, kontribusi terbesar karbon
monoksida di udara ambien adalah kendaraan bermotor (Harahap, Marsaulina, & Ashar, 2013).
Nitrogen dioksida (NO2) adalah gas yang sangat beracun dibandingkan dengan jenis nitrogen oksida
lain di udara. Dampak paparan konsentrasi NO2 pada manusia dapat menimbulkan berbagai
penyakit. Organ tubuh yang paling peka terhadap pencemaran yang diakibatkan oleh gas NO2
adalah paru-paru, dimana akan terjadi pembengkakan yang menyebabkan penderita sulit bernapas
(Herawati, Riyanti, & Pratiwi, 2018). Karakteristik gas NO2 di udara ambien berasal dari baunya
yang sangat tajam dan berwarna merah kecoklatan. Dibandingkan dengan gas NO, gas NO2
memiliki sifat yang lebih toksik. Konsentrasi nitrogen dioksida (NO2) di kota berkembang
umumnya lebih tinggi dibandingkan daerah pedesaan, hal tersebut diakibatkan karena tingkat
aktivitas manusia di daerah perkotaan lebih tinggi dibanding pedesaan yang akan meningkatkan
konsentrasi nitrogen dioksida (NO2) di udara ambien salah satunya aktivitas transportasi (Harahap
et al., 2013).
JTAM Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat, Vol 3 (1) Tahun 2020
39
Berdasarkan hasil studi observasi, jalan Kuin Utara dan Kuin Selatan berada di kawasan padat
pemukiman dan ruas jalan di daerah tersebut memiliki arus lalu lintas yang cukup padat karena ruas
jalan di kelurahan Kuin Utara dan Kuin Selatan merupakan jalan penghubung dengan daerah lain,
selain itu daerah tersebut merupakan kawasan pariwisata dan berdekatan dengan kawasan industri
sehingga ruas jalan tersebut menjadi jalur utama wisatawan dan karyawan industri, sehingga sering
menimbulkan kemacetan di beberapa ruas jalan. Selain itu keberadaan sungai kuin menjadi salah
satu denyut nadi kehidupan masyarakat, karena sampai saat ini sungai kuin masih menjadi jalur
transportasi sehari-hari dalam mobilitas atau sebagai transportasi pengangkutan komoditas. Sungai
kuin juga merupakan salah satu objek wisata sungai di Banjarmasin yang para pengunjungnya baik
lokal maupun mancanegara. Jenis angkutan sungai yang ada di sungai kuin termasuk jenis angkutan
kapal bermotor yang digerakkan oleh mesin berbahan bakar solar (Sari, 2008). Menurut Fariya &
Rejeki, (2015), penghasil emisi gas karbon karbon monoksida terbesar kedua yaitu berasal dari
proses pembakaran bahan bakar oleh kapal bermotor berbahan bakar solar.
Berdasarkan latar belakang diatas dan didukung dengan data puskesmas S. Parman menunjukan
penyakit terbanyak kedua pada tahun 2017 yaitu penyakit ISPA sebesar 2026 jiwa maka penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi gas karbon monoksida (CO) dan gas nitrogen dioksida
(NO2) pada ruas jalan Kuin Utara dan Kuin Selatan Kota Banjarmasin dibandingkan dengan baku
mutu “Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan No 53 Tahun 2007”.
2. METODE PENELITIAN
2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di 3 titik di Jl. Kuin Utara dan Jl. Kuin Selatan pada tanggal 5 Agustus
2018 dan 6 Agustus 2018. Lebih jelasnya dapat dilihat pada peta lokasi penelitian sebagai berikut :
JTAM Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat, Vol 3 (1) Tahun 2020
40
Gambar 1. Lokasi Penelitian
2.2 Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian ini berupa anemometer, thermometer, spektrofotometer, NDIR
Analyzer, pompa angin dan GPS Garmin 78s. Bahan yang dibutuhkan pada penelitian ini yaitu alat
tulis, Tedlar bag.
2.3 Rancangan Penelitian
Penelitian ini memiliki tiga tahapan pelaksanaan. Tahap pertama adalah studi literatur dan survey
pendahuluan, dalam tahap survey pendahuluan dilakukan penentuan titik lokasi pengambilan
sampel karbon monoksida di udara ambien berdasarkan “SNI 19-7119.9-2005” yaitu :
a. Menempatkan peralatan di daerah terbuka (gedung atau bangunan yang rendah dan saling
berjauhan)
b. Penempatan peralatan berjarak 1 m sampai 5 m dari pinggir jalan yang akan diambil contoh
uji dan pada ketinggian 1,5 m sampai dengan 3 m dari permukaan jalan.
Dari survey pendahuluan, didapatkan 3 titik yaitu 1 titik berada di ruas jalan Kuin Utara dan 2 titik
di ruas jalan Kuin Selatan, Tahap kedua melakukan pengukuran karbon monoksida di udara ambien
berdasarkan “SNI 7119.10-2011”, metode ini digunakan untuk cara uji kadar karbon monoksida
udara ambien menggunakan metode NDIR (Non Dispersive Infra Red), selanjutnya pengukuran
nitrogen dioksida di udara ambien berdasarkan “SNI 19-7119.2-2017”, metode ini digunakan untuk
penentuan nitrogen dioksida (NO2) di udara ambien menggunakan metode Griess Saltzman secara
spektrofotometri. Pengukuran konsentrasi CO dan NO2 dilakukan selama 1 jam. Pengukuran
konsentrasi pada setiap titik dilakukan selama 2 hari, pada hari Minggu perwakilan hari libur dan
hari Senin perwakilan hari kerja. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali yaitu pada pagi, siang dan
sore hari. Tahap terakhir yaitu analisis data yang didapatkan selanjutnya dibandingkan dengan baku
mutu “Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan No 53 Tahun 2007 tentang baku mutu udara ambien
dan kebisingan”.
1.4 Analisis Data
Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan mengetahui hasil pengukuran di titik pengamatan
kemudian dibandingkan dengan baku mutu “Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan no 53 tahun
2007 tentang Kebisingan dan Pencemar Udara”.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Kondisi Meteorologis
Tujuan dilakukan pengukuran meteorologi adalah untuk mengetahui kondisi meteorologis pada saat
dilakukannya pengukuran konsentrasi gas karbon monoksida dan nitrogen dioksida di lapangan.
Berikut ini tabel 1 dan tabel 2 data suhu dan kecepatan angin :
Tabel 1. Hasil Pengukuran Minggu 5 Agustus 2018 Parameter
Lokasi
Waktu Pengukuran
Pagi Siang Sore
Suhu (°C)
I 29.4 31.2 31.6
II 32.2 34.8 31.8 III 28.9 35.4 33.1
Kecepatan I 0.77 1.98 1.05
JTAM Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat, Vol 3 (1) Tahun 2020
41
Parameter
Lokasi
Waktu Pengukuran
Pagi Siang Sore
Angin (m/s)
II 3.45 3.49 4.34 III 1.08 0.81 0.76
Kelembaban (% RH)
I 64 59 57 II 45 38 51 III 74 49 51
Tabel 2. Hasil Pengukuran Senin 6 Agustus 2018
Berdasarkan hasil pengukuran pada hari Minggu dan hari Senin dapat pada tabel 1 dan tabel 2,
diketahui perbedaan suhu pada waktu pagi, siang dan sore di tiga lokasi penelitian dimana suhu
tertinggi di hari Minggu pada pagi hari dititik 2 sebesar 33oC kemudian siang hari tertinggi berada
titik 3 dimana yaitu 35,4oC dan pada sore hari pada titik 3 sebesar 33,1oC. Pengukuran suhu pada
hari Senin menunjukan suhu tertinggi pada pagi hari berada pada titik 2 yaitu 32,2oC kemudian
pada siang hari suhu tertinggi di titik 3 36oC dan pada sore hari titik 2 memiliki suhu tertinggi yaitu
31,1oC. Perbedaan suhu ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya kemiringan jatuhnya sinar
matahari dan keadaan awan. Pada siang hari sudut jatuh sinar matahari lebih tegak lurus
dibandingkan sudut jatuh matahari pada pagi dan sore hari sehingga radiasi matahari yang diterima
pada siang hari lebih besar dibandingkan pagi dan sore hari, akibatnya suhu pada siang hari akan
lebih tinggi dibandingkan pada pagi dan sore hari (Goembira, Surianti, & Ihsan, 2014).
Pengukuran kecepatan angin di hari Minggu, lokasi yang memiliki nilai kecepatan angin tertinggi
pada pagi, siang dan sore hari adalah titik 2 masing-masing sebesar 3,45 m/s 3,49 m/s 4,34 m/s.
Hasil pengukuran kecepatan angin hari Senin menunjukan titik 1 memiliki kecepatan angin yang
tinggi pada pagi hari yaitu 0,37 m/s kemudian pada siang hari di titik 2 sebesar 1,79 m/s dan pada
sore hari kecepatan angin tertinggi berada di titik 2 sebesar 1,27 m/s. Perbedaan tekanan udara dan
arah angin merupakan faktor yang menentukan nilai kecepatan angin (Yulianti, 2014). Pengukuran
kelembaban pada hari Minggu di pagi hari titik 3 memiliki nilai kelembaban tertinggi yaitu sebesar
74% RH sedangkan pada siang dan sore hari nilai kelembaban paling tinggi berada di titik 1 yaitu
masing masing 59 % RH dan 57 % RH. Pada hari Senin titik 3 merupakan titik yang memiliki nilai
kelembaban paling tinggi pada pagi hari yaitu 74% RH, titik 1 memiliki nilai kelembaban tertinggi
pada siang dan sore hari sebesar 59 % RH. Menurut Harahap, Marsaulina & Ashar (2013) salah satu
faktor yang menentukan nilai kelembaban adalah suhu, ketika suhu udara rendah maka kelembaban
udara akan meningkat dan begitu sebaliknya.
3.2 Konsentrasi Karbon Monoksida (CO) di Udara Ambien
Berdasarkan “Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan No 53 Tahun 2007”, baku mutu gas CO di
udara ambien adalah 20.000 μg/Nm3 untuk waktu pengukuran 1 jam. Dari hasil pengukuran
diperoleh konsentrasi gas CO berbeda-beda setiap jam dan titik sampling. Konsentrasi CO pada hari
Parameter
Lokasi
Waktu Pengukuran Pagi Siang Sore
Suhu (°C)
I 26.2 31.2 30.2 II 32.2 35.2 31.1 III 28 37.1 29.5
Kecepatan Angin (m/s)
I 0.36 0.98 0.61 II 0.07 1.79 1.27 III 0.13 0.19 0.12
Kelembaban (% RH)
I 57 59 59 II 62 35 52 III 74 41 57
JTAM Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat, Vol 3 (1) Tahun 2020
42
Minggu yang mewakili hari libur pada pagi hari paling tinggi berada di titik 1 yaitu sebesar 824
μg/Nm3 kemudian di titik 2 sebesar 738 μg/Nm3, dan yang paling rendah adalah di titik 3 sebesar
607 μg/Nm3, pada siang hari ketiga titik memiliki konsentrasi CO yang sama yaitu 458 μg/Nm3
sedangkan pada sore hari konsentrasi tertinggi berada pada titik 1 sebesar 763 μg/Nm3 kemudian
dititik 3 sebesar 595 μg/Nm3 dan konsentrasi CO terendah pada titik 2 sebesar 458 μg/Nm3.Berikut
hasil uji laboratorium parameter karbon monoksida (CO) dapat dilihat pada Gambar 4 dan 5.
Gambar 4. Pengukuran CO Minggu, 5 Agustus 2018
Gambar 5. Pengkuran CO Senin, 6 Agustus 2018
Hasil pengukuran pada hari Senin yang mewakili hari kerja konsentrasi CO tertinggi pada pagi hari
yaitu dititik 3 sebesar 2.358 μg/Nm3 kemudian di titik 1 sebesar 927 μg/Nm3, dan yang paling
rendah adalah di titik 2 sebesar 658 μg/Nm3, pada siang hari ketiga titik memiliki konsentrasi CO
yang sama yaitu 458 μg/Nm3 sedangkan pada sore hari konsentrasi tertinggi berada pada titik 3
sebesar 1.499 μg/Nm3 kemudian dititik 1 sebesar 876 μg/Nm3 dan konsentrasi CO terendah pada
titik 2 sebesar 458 μg/Nm3.
Karbon monoksida memiliki sifat tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa (Ratnawati, Widowati,
& Gunawan, 2012). Proses pembakaran bahan bakar fosil merupakan sumber utama pencemar
karbon, salah satunya berasal dari kendaraan bermotor. Kontribusi dari gas buangan kendaraan
bermotor tersebut mencapai 60-70% (Pangerapan, Sumampouw, & Joseph, 2018). Tingginya
JTAM Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat, Vol 3 (1) Tahun 2020
43
konsentrasi gas CO pada pagi hari dan sore hari disebabkan karena kepadatan lalu lintas yang lebih
tinggi dibandingkan pada siang hari karena adanya aktivitas masyarakat pada pagi dan sore hari
yaitu berangkat kerja dan sekolah begitu sebaliknya pada waktu sore hari. Tingginya arus lalu lintas
pada pagi dan sore hari sering mengakibatkan terjadinya kemacetan, kemacetan tersebut
berdasarkan studi observasi salah satunya diakibatkan karena di lokasi tersebut lebar jalan hanya
sekitar 4m dan jalan tidak digunakan sesuai fungsinya yaitu sebagai jalan lingkungan sekunder yang
hanya dilalui kendaraan kecil tetapi juga dilewati oleh kendaraan berat, selain itu seringnya
kendaraan berhenti dan parkir di badan jalan juga dapat menimbulkan kemacetan. Kemacetan lalu
lintas merupakan salah satu faktor utama terjadinya peningkatan konsentrasi gas CO di udara.
Hoesodo (2004), menyatakan emisi gas buang kendaraan dalam kondisi macet menghasilkan gas
CO 12 kali lebih tinggi dibandingkan pada kondisi jalan yang lancar. Gas karbon monoksida (CO) dari kendaraan berbahan bakar bensin sebesar 1% diwaktu bergerak
dan 7% diwaktu tidak bergerak, kendaraan berbahan bakar solar gas buang CO yang dihasilkan
sebanyak 0,2 % apabila bergerak dan 4% pada kendaraan berhennti (Pangerapan et al., 2018). Hasil
penelitian Rahmawati (2008), dengan judul penelitian pola Spasial konsentrasi CO di kota Jakarta
menyatakan adanya hubungan positif antara konsentrasi kadar CO dengan arus lalu lintas. Selain
itu, keberadaan sungai Kuin yang masih digunakan masyarakat sebagai jalur transportasi air
diperkirakan juga berkontribusi terhadap konsentrasi karbon monoksida di udara ambien. Sumber
emisi dari transportasi air meliputi semua angkutan di sungai atau laut seperti kapal rekreasi
berukuran kecil di danau atau sungai atau kapal barang berukuran besar kelas samudera (KLH,
2012). Adanya dominasi bahan bakar dalam ruang pembakaran transportasi air tersebut sehingga
menyebabkan terbentuknya gas CO pada gas buang (VA, Arthana, & Suyasa, 2015).
Selain faktor lalu lintas, faktor meteorologi juga berpengaruh terhadap konsentrasi CO di udara
ambien, pada penelitian ini dilakukan pengukuran seperti kecepatan angin suhu dan kelembaban di
lokasi penelitian. Hasil pengukuran meteorologi berupa suhu, kecepatan angin dan kelembaban di
lokasi penelitian pada hari Minggu, rata-rata kecepatan angin di titik 1 sebesar 1,266 m/s, suhu 30oC
dan kelembaban 60% RH. Pada titik 2 rata-rata kecepatan angin sebesar 3,760 m/s, suhu 33oC dan
kelembaban 45% RH. Sedangkan pada titik 3 rata-rata kecepatan angin sebesar 0.883 m/s dengan
suhu 32oC dan kelembaban 58% RH. Pada hari Senin rata-rata kecepatan angin di titik 1 sebesar
0,650 m/s, suhu 29oC dan kelembaban 58% RH. Pada titik 2 rata-rata kecepatan angin sebesar 1,043
m/s, suhu 33oC dan kelembaban 50% RH. Sedangkan pada titik 3 rata-rata kecepatan angin sebesar
0,146 m/s dengan suhu 31oC dan kelembaban 57% RH. Menurut Rahmawati (2008) semakin cepat
kecepatan angin akan menimbulkan pengenceran dan menyebabkan konsentrasi polutan udara di
wilayah tersebut berkurang. Kecepatan angin akan menentukan penyebaran dan sejauh mana karbon
monoksida diangkut dan disebarkan serta akan membawa ke area lain searah dengan arah angin,
makin besar kecepatan angin makin kecil konsentrasi karbon monoksida di daerah tersebut. Suhu
udara yang tinggi akan menyebabkan konsentrasi pencemar menjadi makin rendah, sedangkan
pengaruh kelembaban terhadap konsentrasi pencemar yaitu semakin tinggi kelembaban maka dapat
meningkatkan kadar polutan di udara (Harahap et al., 2013).
Dapat dilihat dari Gambar 4 dan Gambar 5 hasil pengukuran di hari libur dan di hari kerja
konsentrasi gas karbon monoksida meningkat pada pagi hari kemudian mengalami penurunan di
siang hari dan kembali meningkat pada sore hari, tetapi konsentrasi karbon monoksida di ketiga
titik penelitian masih berada dibawah 4000 μg/Nm3. Nilai tersebut tidak melewati baku mutu
menurut “Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan No 53 Tahun 2007” dengan lama pengukuran 1
jam. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini sesuai dengan penelitian dari Muzzayid (2014) tentang
JTAM Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat, Vol 3 (1) Tahun 2020
44
studi konsentrasi kadar CO di jalan pettarani kota makasar. Hasil pengukurannya menunjukkan
bahwa konsentrasi karbon monoksida (CO) meningkat pada pagi hari, dan berada dibawah baku
mutu udara ambien berdasarkan “PP RI NO 41 Tahun 1999” sebesar 30.000μg/Nm3. Walaupun
penelitian ini menunjukkan konsentrasi kadar karbon monoksida dibawah standar baku mutu,
namun pemantauan karbon monoksida perlu dilakukan secara berkala karena gas CO merupakan
salah satu gas yang dapat berdampak negatif pada kesehatan manusia, yaitu dapat memengaruhi
kerja jantung, sistem syaraf pusat, dan organ tubuh yang peka oleh kekurangan oksigen (Arisnawati,
Riduan, & Annisa, 2017).
3.3 Konsentrasi Nitrogen Dioksida (NO2) di Udara Ambien
Berikut hasil uji laboratorium parameter nitrogen dioksida (NO2) dapat dilihat pada gambar :
Gambar 6. Pengukuran NO2 Minggu, 5 Agustus 2018
Gambar 7. Pengkuran NO2 Senin, 6 Agustus 2018
JTAM Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat, Vol 3 (1) Tahun 2020
45
Berdasarkan “Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan No 53 Tahun 2007”, baku mutu gas NO2 di
udara ambien sebesar 200 μg/Nm3 untuk waktu pengukuran selama 1 jam. Hasil pengukuran
konsentrasi NO2 pada hari Minggu yang mewakili hari libur pada pagi hari didapatkan konsentrasi
tertinggi pada titik 2 yaitu sebesar 47,7 μg/Nm3 kemudian di titik 3 sebesar 12 μg/Nm3, dan yang
paling rendah adalah di titik 1 sebesar 10,2 μg/Nm3, pada siang hari konsentrasi NO2 paling tinggi
di titik 2 yaitu sebesar 136,7 μg/Nm3 kemudian dititik 1 sebesar 23,5 μg/Nm3 dan terendah berada
pada titik 3 sebesar 14,2 μg/Nm3 sedangkan pada sore hari konsentrasi tertinggi berada pada titik 2
sebesar 79,2 μg/Nm3 kemudian dititik 3 sebesar 17,6 μg/Nm3 dan konsentrasi NO2 terendah pada
titik 1 sebesar 10,6 μg/Nm3. Hasil pengukuran pada hari Senin yang mewakili hari kerja konsentrasi
NO2 tertinggi pada pagi hari yaitu dititik 2 sebesar 44,6 μg/Nm3 kemudian di titik 3 sebesar 23,7
μg/Nm3, dan yang paling rendah adalah di titik 1 sebesar 12,1 μg/Nm3, pada siang hari konsentrasi
NO2 paling tinggi di titik 3 yaitu sebesar 34,5 μg/Nm3 kemudian dititik 1 sebesar 19 μg/Nm3 dan
terendah berada pada titik 2 sebesar 10,1 μg/Nm3 sedangkan pada sore hari konsentrasi tertinggi
berada pada titik 3 sebesar 17,6 μg/Nm3 kemudian dititik 1 dan 2 memiliki konsentrasi yang sama
yaitu sebesar 5,7 μg/Nm3.
Menurut Herawati (2018) gas nitrogen dioksida adalah gas yang lebih beracun dibandingkan
dengan jenis Nitrogen Oksida lain di udara. Salah satu gas yang dihasilkan dari hasil pembakaran
kendaraan bermotor adalah gas NOx. Dapat dilihat pada gambar 6 dan gambar 7 fluktuasi
konsentrasi yang dihasilkan selama dua hari pengukuran. Kecepatan kendaraan berpengaruh
terhadap emisi gas NO2 yang dihasilkan. Semakin meningkatnya kecepatan kendaraan maka
konsentrasi gas NO2 juga akan meningkat, perubahan konsentrasi NO2 terlihat jelas pada saat mobil
bergerak dari kecepatan sedang kekecepatan tinggi. Usia kendaraan, perawatan mesin, kelancaran
lalu lintas, cara mengemudi, dan perbedaan penggunaan bahan bakar dapat mempengaruhi
konsentrasi NO2 yang dihasilkan. Pada kendaraan berbahan berbahan bakar bensin, perubahan
konsentrasi gas NO2 meningkat jelas saat kendaraan mulai melaju dengan kecepatan sedang (40- 60
km/jam), sedangkan kendaraan yang menggunakan bakar solar telah menghasilkan konsentrasi gas
NO2 yang relatif tinggi saat kondisi diam, namun kenaikannya terhadap variasi kecepatan
kendaraan tidak begitu signifikan (Bachtiar, 2005). Sama seperti konsentrasi CO, konsentrasi NO2
yang dihasilkan juga diperkirakan dipengaruhi oleh adanya aktivitas transportasi di sungai Kuin.
Menurut Risky (2015) NOx pada kapal terbentuk akibat dari proses pembakaran di ruang bakar
yang kelebihan jumlah oksigen, maka semakin tinggi oksigen pada gas buang semakin tinggi juga
Nox yang terbentuk. NOx sangat tidak stabil dan jika terlepas ke udara bebas akan berkaitan dengan
oksigen dan membentuk NO2.
Faktor meteorologi dapat memberikan pengaruh terhadap konsentrasi pencemar NO2 di udara
ambien seperti pengenceran, penyebaran, dan lain-lain. Hasil pengukuran meteorologi berupa suhu,
kecepatan angin dan kelembaban di lokasi penelitian pada hari Minggu, rata-rata kecepatan angin di
titik 1 sebesar 1,266 m/s, suhu 30oC dan kelembaban 60% RH. Pada titik 2 rata-rata kecepatan
angin sebesar 3,760 m/s, suhu 33oC dan kelembaban 45% RH. Sedangkan pada titik 3 rata-rata
kecepatan angin sebesar 0,883 m/s dengan suhu 32oC dan kelembaban 58% RH. Pada hari Senin
rata-rata kecepatan angin di titik 1 sebesar 0,650 m/s, suhu 29oC dan kelembaban 58% RH. Pada
titik 2 rata-rata kecepatan angin sebesar 1,043 m/s, suhu 33oC dan kelembaban 50% RH.
Sedangkan pada titik 3 rata-rata kecepatan angin sebesar 0,146 m/s dengan suhu 31oC dan
kelembaban 57% RH. Jika dilihat dari pengaruh suhu, konsentrasi NO2 tertinggi pada hari minggu
terjadi di siang hari berada di titik 2 yaitu sebesar 136,7 μg/Nm3 dengan suhu tertinggi
dibandingkan dengan titik yang lain yaitu 33 oC dan pada hari senin terjadi pada pagi hari dititik 2
JTAM Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat, Vol 3 (1) Tahun 2020
46
sebesar 44,6 μg/Nm3 dengan suhu tertinggi dibandingkan dengan titik yang lain yaitu 32oC .Hal ini
menunjukkan semakin tinggi suhu udara maka konsentrasi NO2 semakin tinggi pula. Penurunan
konsentrasi NO₂ terjadi saat kecepatan angin tinggi, begitu juga sebaliknya. Dapat dilihat pada
pengukuran NO2 di hari senin pada sore hari paling tinggi berada pada titik 3 sebesar 17,6 μg/Nm3
dengan rata-rata kecepatan angin paling rendah dibandingkan dengan titik lain yaitu 0.146 m/s.
Rendahnya kecepatan angin menyebabkan penyebaran udara menjadi lambat dan terakumulasi di
sekitar lokasi penelitian sehingga konsentrasi NO₂ menjadi tinggi, sedangkan semakin tinggi
kecepatan angin maka konsentrasi NO₂ yang dihasilkan akan semakin kecil karena polutan terbawa
angin menjauhi lokasi pengukuran. Pengaruh kelembaban pada konsentrasi pencemar yakni apabila
kelembaban meningkat maka dapat meningkatkan konsentrasi pencemar di udara ambien.
Berdasarkan Gambar 6 dan gambar 7 data konsentrasi NO2 baik di hari Minggu maupun hari Senin
pada ketiga lokasi sampling berada di bawah baku mutu. Hal ini menunjukkan bahwa gas NO₂ saat
ini tidak menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan manusia dan berada dibawah nilai ambang
batas yang ditentukan berdasarkan “Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan No 53 Tahun 2007”
yaitu 200 µg/Nm3. Dampak yang ditimbulkan dari konsentrasi gas NO2 yang tinggi, dapat
mengakibatkan peradangan paru-paru.
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Hasil pengukuran menunjukan konsentrasi karbonmonoksida (CO) dan nitrogen dioksida (NO₂) di
ketiga titik lokasi penelitian belum melalui nilai ambang batas atau masih memenuhi baku mutu
berdasarkan “Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan No 53 Tahun 2007” baku mutu parameter CO
sebesar 20.000 μg/Nm3 sedangkan parameter NO₂ sebesar 200 μg/Nm3. Hal tersebut terjadi baik di
hari Minggu yang mewakili hari libur maupun di hari Senin yang mewakili hari kerja.
3.2 Saran
Dari hasil penelitian yang dilakukan yaitu kadar CO dan NO2 di ruas jalan Kuin Utara dan Kuin
Selatan Kota Banjarmasin masih berada dibawah baku mutu, namun untuk mengontrol kondisi
udara agar tetap stabil dan tidak tercemar perlu disarankan kepada pemerintah untuk melaksanakan
pemantauan lingkungan secara rutin dan meningkatkan penghijauan di sekitar kawasan tersebut
untuk menekan penyebaran gas pencemar udara. Kepada masyarakat sekitar hendaknya tetap
menggunakan masker ketika beraktivitas sebagai upaya pencegahan terhadap gangguan kesehatan
khususnya pernafasan.
3.3 UcapaniTerimaiKasih
PenulisimengucapkaniterimaikasihikepadaiAllahiSWTiatasirahmatidanikaruniaiyangitelahidiberi
selama ini. Terima kasih kepada orangituaiyang telahimemberikanisemangatidanido’a.iPenulisijuga
mengucapkaniterimakasihikepadaiIbuiNovaiAnnisa, S.Si., MS serta kepada bapak Dr. Rony
Riduan, ST., MT dan bapak Dr. Hafiizh Prasetia, S.Si., MS sebagai pembimbing. Terima kasih
kepada semuaipihakiyangitidakidapatisayaisebutkanisatuipersatu.
DAFTARiPUSTAKA
Arifiyanti, F. (2013). Pengaruh Kelembaban, Suhu, Arah Dan Kecepatan Angin Terhadap
Konsentrasi Karbon Monoksida (CO) dengan Membandingkan Dua Volume Sumber
Pencemar di Area Pabrik dan di Persimpangan Jalan (Studi Kasus: PT. Inti General Yaja Steel
dan Persimpangan Jrakah). Jurnal Teknik Lingkungan, 2(1), 1–10.
Arisnawati, R. S., Riduan, R., & Annisa, N. (2017). Pemetaan Distribusi Konsentrasi Karbon
JTAM Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat, Vol 3 (1) Tahun 2020
47
Monoksida (CO) Dihubungkan Dengan Aktivitas Kendaraan Bermotor Di Kampus Universitas
Lambung Mangkurat Banjarbaru. Jernih: Jurnal Tugas Akhir Mahasiswa Program Studi
Teknik Lingkungan, 1(01).
Bachtiar, V. S. (2005). Kajian Hubungan Antara Variasi Kecepatan Kendaraan dengan Emisi yang
dikeluarkan pada Kendaraan Bermotor Roda Empat’. Jurnal, 2.
Bachtiar, V. S. (2013). Studi Paparan Konsentrasi Gas Karbonmonoksida (CO) di Lingkungan
Kerja Petugas Parkir Dan Polisi Lalu Lintas Di Kota Padang. Jurnal Dampak, 10(1), 60–72.
Badan Standarisasi Nasional. (2005). SNI 19-7119.9-2005 Tentang Udara Ambien- Bagian 9
Penentuan Lokasi Pengambilan Contoh Uji Pemantauan Kualitas Udara Roadside.
Badan Standarisasi Nasional. (2011). SNI 7119.10-2011 Tentang Udara Ambien-Bagian 10 Cara
Uji Kadar Karbon Monoksida (CO) Menggunakan Metode Non Dispersive Infra Red (NDIR).
Damara, D. Y., Wardhana, I. W., & Sutrisno, E. (2017). Analisis Dampak Kualitas Udara Karbon
Monoksida (Co) di Sekitar Jl. Pemuda Akibat Kegiatan Car Free Day Menggunakan Program
Caline4 dan Surfer (Studi Kasus: Kota Semarang). Jurnal Teknik Lingkungan, 6(1), 1–14.
Fariya, S., & Rejeki, S. (2015). SEACELL (Sea Water Electrochemical cell) Pemanfaatan Elektrolit
Air Laut Menjadi Cadangan Sumber Energi Listrik Terbarukan Sebagai Penerangan Pada
Sampan. Jurnal Sain Dan Teknologi, 10(1), 44–58.
Goembira,F., Surianti, I., & Ihsan, T. (2014). Prediksi Tingkat Emisi Gas Karbon Dioksida (Co2)
Dari Kegiatan Transportasi Akibat Beroperasinya Rumah Sakit Pendidikan Di Kampus
Universitas Andalas Limau Manis. Jurnal Dampak, 11(2), 110–126.
Harahap, Y. Y., Marsaulina, I., & Ashar, T. (2013). Perbandingan Kadar Karbon Monoksida (CO)
dan Nitrogen Dioksida (NO2) di Udara Ambien Berdasarkan Keberadaan Pohon Angsana
(Pterocarpus indicus) di Beberapa Jalan Raya di Kota Medan Tahun 2012. Lingkungan Dan
Keselamatan Kerja, 2(3).
Herawati, P., Riyanti, A., & Pratiwi, A. (2018). Hubungan Konsetrasi NO2 Udara Ambien
Terhadap Konsentrasi NO2 Udara Dalam Ruang Di Lampu Merah Simpang Jelutung Kota
Jambi. Jurnal Daur Lingkungan, 1(1), 1–4.
Hidup, K. L. (2012). Pedoman Penyelenggaraan Inventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional, Buku II
Pedoman Umum. Jakarta (ID): KLH.
Hoesodo, D. (2004). Permodelan Pencemaran Udara Akibat Lalu Lintas di Jalan Arteri (Studi
Kasus Ruas Jalan Soekarno-Hatta di Kota Bandung). Program Pascasarjana Universitas
Diponegoro.
Pangerapan, S. B., Sumampouw, O. J., & Joseph, W. B. S. (2018). ANALISIS KADAR KARBON
MONOKSIDA (CO) UDARA DI TERMINAL BERIMAN KOTA TOMOHON TAHUN
2018. KESMAS, 7(3).
Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan. (2007). Nomor 53 Tahun 2007 Tentang Baku Mutu Udara
dan Kebisingan.
Rahmawati, M. (2008). Pola Spasial Gas Karbon Monoksida (CO) di Kota Jakarta. Universitas
Indonesia. Jakarta.
Ratnawati, H., Widowati, W., & Gunawan, E. (2012). Hubungan antara kadar karbon monoksida
(CO) udara dan tingkat kewaspadaan petugas parkir di tiga jenis tempat parkir. Jurnal
Kedokteran Maranatha, 10(1).
Roza, V., Ilza, M., & Anita, S. (2015). Korelasi Konsentrasi Particulate Matter (PM10) di Udara
dan Kandungan Timbal (Pb) dalam Rambut Petugas SPBU di Kota Pekanbaru. Dinamika
Lingkungan, 2(1), 52–60.
Sari, R. P. (2008). Pergeseran Pergerakan Angkutan Sungai di Sungai Martapura Kota
Banjarmasin. PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS DIPONEGORO.
VA, D. P. R., Arthana, I. W., & Suyasa, I. W. B. (2015). Inventarisasi Emisi Sumber Bergerak Dari
JTAM Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat, Vol 3 (1) Tahun 2020
48
Transportasi Laut (Non-Road) Di Wilayah Pesisir Kota Denpasar. Ecotrophic: Jurnal Ilmu
Lingkungan (Journal of Environmental Science), 9(1), 10–18.
Yulianti, S. (2014). Analisis konsentrasi gas Karbon Monoksida (CO) pada ruas Jalan Gajah Mada
Pontianak. Jurnal Mahasiswa Teknik Lingkungan UNTAN, 1(1).