19
6 BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Fraktur adalah putusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai tipe dan luasnya (Harnowo, 2002). Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh.( Reeves C.J,Roux G & Lockhart R,2001 ). Fraktur (patah tulang) adalah terputusnya kontinuitas struktur tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. (Smeltzer S.C & Bare B.G,2001) Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Arif, 2000). Fraktur adalah discontinuitas dari jaringan tulang (patah tulang) yang biasanya di sebabkan oleh adanya kekerasan yang timbul secara mendadak (Bernard Bloch, 1986). Jadi, dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa fraktur adalah suatu cedera pada tulang yang sebelumnya utuh menjadi retak atau patah yang dapat disebabkan oleh suatu trauma benda keras secara mendadak dan tidak disengaja.

konsep teori klavikula

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tinjauan teori fraktur klavikula laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan

Citation preview

  • 6

    BAB II

    KONSEP DASAR

    A. Pengertian

    Fraktur adalah putusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai tipe

    dan luasnya (Harnowo, 2002).

    Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh.( Reeves

    C.J,Roux G & Lockhart R,2001 ).

    Fraktur (patah tulang) adalah terputusnya kontinuitas struktur tulang

    dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. (Smeltzer S.C & Bare B.G,2001)

    Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang

    rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Arif, 2000).

    Fraktur adalah discontinuitas dari jaringan tulang (patah tulang) yang

    biasanya di sebabkan oleh adanya kekerasan yang timbul secara mendadak

    (Bernard Bloch, 1986).

    Jadi, dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa fraktur

    adalah suatu cedera pada tulang yang sebelumnya utuh menjadi retak atau

    patah yang dapat disebabkan oleh suatu trauma benda keras secara mendadak

    dan tidak disengaja.

  • 7

    B. Anatomi dan Fisiologi

    Gambar 1.

    Anatomi tulang

    Struktur tulang- tulang memberi perlindungan terhadap organ vital

    termasuk otak, jantung dan paru. Kerangka tulang merupakan kerangka yang

    kuat untuk meyangga struktur tubuh otot yang melekat ke tulang

    memungkinkan tubuh bergerak metrik.

    Tulang dibentuk oleh sebuah matriks dari serabut-serabut dan protein

    yang diperkeras dengan kalsium, magnesium fosfat, dan karbonat. Tulang

    terdiri atas tiga jenis sel dasar yaitu osteoblas, osteosit dan osteocklas.

    Osteoblas berfungsi dalam pembentukan tulang atau disebut juga sel tulang

    muda yang akan membentuk osteosit. Osteosit merupakan sel tulang dewasa

    yang terlibat dalam pemeliharahan fungsi tulang dan terletak ostion.

  • 8

    Osteoklas adalah sel tulang yang berperan dalam panghancuran, reabsorpsi

    dan remodeling tulang.

    Terdapat 206 tulang di tubuh yang diklasifikasikan menurut panjang,

    pendek, datar dan tak beraturan, sesuai dengan bentuknya. Permukaan tulang

    yang keras disebut periosteum, terbentuk dari jaringan pengikat fibrosa.

    Periosteum mengandung pembuluh darah yang memberikan suplai oksigen

    dan nutrisi ke sel tulang. Rongga tulang bagian dalam diisi dengan sumsum

    kuning dan sumsum merah. Sumsum merah adalah tempat hematopolesis

    yang memproduksi sel darah putih dan merah (RBCs / red blood cells,

    WBCs / white blood cells) serta platelet (Reeves C.J,Roux G & Lockhart

    R,2001).

    C. Etiologi dan Predisposisi

    Cedera dan benturan seperti pukulan langsung, gaya meremuk,

    gerakan puntir mendadak, kontraksi otot ekstrim. Letih karena otot tidak

    dapat mengabsorbsi energi seperti berjalan kaki terlalu jauh. Kelemahan

    tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis pada fraktur patologis.

    Menurut Oswari E, (1993) ; penyebab fraktur adalah :

    1. Kekerasan langsung; Kekerasan langsung menyebabkan patah

    tulang pada titik terjadinya kekerasan. Fraktur demikian sering

    bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau miring.

    2. Kekerasan tidak langsung: Kekerasan tidak langsung

    menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari tempat

  • 9

    terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang

    paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.

    3. Kekerasan akibat tarikan otot: Patah tulang akibat tarikan otot

    sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat berupa pemuntiran,

    penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya,

    dan penarikan.

    D. Patofisiologi

    Fraktur paling sering disebabkan oleh trauma. Hantaman yang keras

    akibat kecelakaan yang mengenai tulang akan mengakibatkan tulang menjadi

    patah dan fragmen tulang tidak beraturan atau terjadi discontinuitas di tulang

    tersebut. Pada fraktur tibia dan fibula lebih sering terjadi dibanding fraktur

    batang tulang panjang lainnya karena periost yang melapisi tibia agak tipis,

    terutama pada daerah depan yang hanya dilapisi kulit sehingga tulang ini

    mudah patah dan karena berada langsung di bawah kulit maka sering

    ditemukan adanya fraktur terbuka.

    Fraktur ganggguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma

    gangguan adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan

    metabolic, patologik. Kemampuan otot mendukung tulang turun, baik yang

    terbuka ataupun tertutup. Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan

    pendarahan, maka volume darah menurun. COP (Cardiac Out Put) menurun

    maka terjadi peubahan perfusi jaringan. Hematoma akan mengeksudasi

    plasma dan poliferasi menjadi edem lokal maka penumpukan di dalam tubuh.

  • 10

    Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat

    menimbulkan ganggguan rasa nyaman nyeri.

    Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat terjadi revral vaskuler yang

    menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggau. Disamping itu

    fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat

    terjadi infeksi dan kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan kerusakan

    integritas kulit.

    Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma

    gangguan metabolik, patologik yang terjadi itu terbuka atau tertutup. Baik

    fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut syaraf yang dapat

    menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selaian itu dapat mengenai tulang

    sehingga akan terjadi neurovaskuler yang akan menimbulkan nyeri gerak

    sehingga mobilitas fisik terganggu, disamping itu fraktur terbuka dapat

    mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi

    terkontaminasi dengan udara luar.

    Pada umumnya pada pasien fraktur terbuka maupun tertutup akan

    dilakukan immobilitas yang bertujuan untuk mempertahankan fragmen yang

    telah dihubungkan tetap pada tempatnya sampai sembuh. (Sylvia, 1995 :

    1183)

    E. Manifestasi Klinis

    Manifestasi klinis fraktur paling umum adalah :

    1. Rasa sakit

  • 11

    2. Pembengkakan

    3. Deformitas

    4. Sprain atau strain

    5. Perubahan warna

    6. Krepitasi

    7. Perdarahan dan hemorrhage.

    (Reeves C.J,Roux G & Lockhart R,2001).

    F. Penatalaksanaan

    Penatalaksanaan medis menurut Chaeruddin Rosjad, 1998. Sebelum

    menggambil keputusan untuk melakukan penatalaksanaan definitive. Prinsip

    penatalaksanaan fraktur ada 4 R yaitu :

    1. Recognition : diagnosa dan penilaian fraktur

    Prinsip pertama adalah mengetahui dan menilai keadaan fraktur

    dengan anannesis, pemeriksaan klinis dan radiologi. Pada awal

    pengobatan perlu diperhatikan : lokasi fraktur, bentuk fraktur,

    menentukan tehnik yang sesuai untuk pengobatan, komplikasi yang

    mungkin terjadi selama pengobatan.

    2. Reduction : tujuannya untuk mengembalikan panjang &

    kesegarisan tulang. Dapat dicapai yang manipulasi tertutup/reduksi

    terbuka progresi. Reduksi tertutup terdiri dari penggunaan

    traksimoval untuk menarik fraktur kemudian memanupulasi untuk

    mengembalikan kesegarisan normal/dengan traksi mekanis.

  • 12

    Reduksi terbuka diindikasikan jika reduksi tertutup gagal/tidak

    memuaskan. Reduksi terbuka merupakan alat frusasi internal yang

    digunakan itu mempertahankan dalam posisinya sampai

    penyembuhan tulang yang solid seperti pen, kawat, skrup dan plat.

    Reduction interna fixation (orif) yaitu dengan pembedahan terbuka

    kan mengimobilisasi fraktur yang berfungsi pembedahan untuk

    memasukkan skrup/pen kedalam fraktur yang berfungsi untuk

    menfiksasi bagian-bagian tulang yang fraktur secara bersamaan.

    3. Retention, imobilisasi fraktur tujuannya mencegah pengeseran

    fregmen dan mencegah pergerakan yang dapat mengancam union.

    Untuk mempertahankan reduksi (ektrimitas yang mengalami

    fraktur) adalah dengan traksi. Traksi merupakan salah satu

    pengobatan dengan cara menarik/tarikan pada bagian tulang-tulang

    sebagai kekuatan dngan kontrol dan tahanan beban keduanya untuk

    menyokong tulang dengan tujuan mencegah reposisi deformitas,

    mengurangi fraktur dan dislokasi, mempertahankan ligamen

    tubuh/mengurangi spasme otot, mengurangi nyeri,

    mempertahankan anatomi tubuh dan mengimobilisasi area spesifik

    tubuh. Ada 2 pemasangan traksi yaitu : skin traksi dan skeletal

    traksi.

    4. Rehabilitation, mengembalikan aktiftas fungsional seoptimal

    mungkin

    Penatalaksanaan fraktur mengacu kepada empat tujuan utama yaitu:

  • 13

    1. Mengurangi rasa nyeri, Trauma pada jaringan disekitar fraktur

    menimbulkan rasa nyeri yang hebat bahkan sampai menimbulkan

    syok. Untuk mengurangi nyeri dapat diberi obat penghilang rasa

    nyeri, serta dengan teknik imobilisasi, yaitu pemasangan bidai /

    spalk, maupun memasang gips.

    2. Mempertahankan posisi yang ideal dari fraktur. Seperti

    pemasangan traksi kontinyu, fiksasi eksternal, fiksasi internal,

    sedangkan bidai maupun gips hanya dapat digunakan untuk fiksasi

    yang bersifat sementara saja.

    3. Membuat tulang kembali menyatu Tulang yang fraktur akan mulai

    menyatu dalam waktu 4 minggu dan akan menyatu dengan

    sempurna dalam waktu 6 bulan.

    4. Mengembalikan fungsi seperti semula Imobilisasi dalam jangka

    waktu yang lama dapat menyebabkan atrofi otot dan kekakuan

    pada sendi. Maka untuk mencegah hal tersebut diperlukan upaya

    mobilisasi.

    G. Komplikasi

    Berikut merupakan beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada

    penderita Fraktur :

    1. Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah

    sembuh dalam posisi yang tidak pada seharusnya, membentuk

    sudut atau miring

  • 14

    2. Delayed union adalah proses penyembuhan yang berjalan terus

    tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.

    3. Nonunion, patah tulang yang tidak menyambung kembali.

    4. Compartment syndroma adalah suatu keadaan peningkatan takanan

    yang berlebihan di dalam satu ruangan yang disebabkan

    perdarahan masif pada suatu tempat.

    5. Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya

    permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya

    oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.

    6. Fat embolism syndroma, tetesan lemak masuk ke dalam pembuluh

    darah. Faktor resiko terjadinya emboli lemak ada fraktur meningkat

    pada laki-laki usia 20-40 tahun, usia 70 sam pai 80 fraktur tahun.

    7. Tromboembolic complicastion, trombo vena dalam sering terjadi

    pada individu yang imobiil dalam waktu yang lama karena trauma

    atau ketidak mampuan lazimnya komplikasi pada perbedaan

    ekstremitas bawah atau trauma komplikasi paling fatal bila terjadi

    pada bedah ortopedil

    8. Infeksi, Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada

    jaringan. Pada trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit

    (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus

    fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam

    pembedahan seperti pin dan plat.

  • 15

    9. Avascular necrosis, pada umumnya berkaitan dengan aseptika atau

    necrosis iskemia.

    10. Refleks symphathethic dysthropy, hal ini disebabkan oleh hiperaktif

    sistem saraf simpatik abnormal syndroma ini belum banyak

    dimengerti. Mungkin karena nyeri, perubahan tropik dan

    vasomotor instability.

    H. Pengkajian Fokus

    1. Pengkajian

    a. Riwayat Keperawatan

    1) Keluhan Utama

    Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa

    nyeri. Nyeri tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya

    serangan. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang

    rasa nyeri klien digunakan:

    a) Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang

    menjadi faktor presipitasi nyeri.

    b) Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau

    digambarkan klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau

    menusuk.

    c) Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah

    rasa sakit menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit

    terjadi.

  • 16

    d) Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang

    dirasakan klien, bisa berdasarkan skala nyeri atau klien

    menerangkan seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi

    kemampuan fungsinya.

    e) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah

    buruk pada malam hari atau siang hari.

    2) Riwayat Penyakit Sekarang

    Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab

    dari fraktur, yang nantinya membantu dalam membuat rencana

    tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya

    penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan yang

    terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena. Selain itu, dengan

    mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan bisa diketahui luka

    kecelakaan yang lain (Ignatavicius, Donna D, 1995).

    3) Riwayat Penyakit Dahulu

    Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur

    dan memberi petunjuk berapa lama tulang tersebut akan

    menyambung. Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang dan

    penyakit pagets yang menyebabkan fraktur patologis yang sering

    sulit untuk menyambung. Selain itu, penyakit diabetes dengan luka

    di kaki sanagt beresiko terjadinya osteomyelitis akut maupun

    kronik dan juga diabetes menghambat proses penyembuhan tulang

    (Ignatavicius, Donna D, 1995).

  • 17

    b. Pengkajian Primer

    1) Airways

    a) Bagaimana jalan nafas, bisa berbicara secara bebas

    b) Adakah sumabatan jalan nafas? (darah, lendir, makanan,

    sputum)

    2) Breathing

    a) Bagaimana frekuensi pernafasan, teratur atau tidak,

    kedalamannya

    b) Adakah sesak nafas, bagaimana bunyi nafas?

    c) Apakah menggunakan otot tambahan?

    d) Apakah ada reflek batuk?

    3) Circulation

    a) Bagaimana nadi, frekuensi, teratur atau tidak, lemah atau kuat

    b) Berapa tekanan darah?

    c) Akral dingin atau hangat, capillary refill < 3 detik atau > 3

    detik, warna kulit, produksi urin

    c. Pengkajian Sekunder

    1) Kepala : bagaimana bentuk kepala, rambut mudah dicabut/tidak,

    kulit kepala bersih/tidak

    2) Mata : konjungtiva anemis +/-, sclera icterik +/-, besar pupil,

    refleks cahaya +/-

    3) Hidung :bentuk simetris atau tidak, discharge +/-, pembauan baik

    atau tidak.

  • 18

    4) Telinga : simetris atau tidak, discharge +/-

    5) Mulut : sianotik +/-, lembab/kering, gigi caries +/-

    6) Leher : pembengkakan +/-, pergeseran trakea +/-

    7) Dada

    a) Paru

    Inspeksi : simetris atau tidak, jejas +/-, retraksi intercostal

    Palpasi : fremitus kanan dan kiri sama atau tidak

    Perkusi : sonor +/-, hipersonor +/-, pekak +/-

    Auskultasi : vesikuler +/-, ronchi +/-, wheezing +/-, crekles +/-

    b) Jantung

    Inspeksi : ictus cordis tampak atau tidak

    Palpasi : dimana ictus cordis teraba

    Perkusi : pekak +/-

    Auskultasi : bagaimana BJ I dan II, gallops +/-, mur-mur +/-

    8) Abdomen

    Inspeksi : datar +/-, distensi abdomen +/-, ada jejas +/-

    Auskultasi : bising usus +/-, berapa kali permenit

    Palpasi : pembesaran hepar / lien

    Perkusi : timpani +/-, pekak +/-

    9) Genetalia : bersih atau ada tanda tanda infeksi

    10) Ekstremitas :

    a) Adakah perubahan bentuk: pembengkakan, deformitas, nyeri,

    pemendekan tulang, krepitasi ?

  • 19

    b) Adakah nadi pada bagian distal fraktur, lemah/kuat

    c) Adakah keterbatasan/kehilangan pergerakan

    d) Adakah spasme otot, ksemutan

    e) Adakah sensasi terhadap nyeri pada bagian distal fraktur

    f) Adakah luka, berapa luasnya, adakah jaringan/tulang yang

    keluar

    11) Psikologis :

    a) Cemas

    b) Denial

    c) Depresi

    2. Pemeriksaan Penunjang

    a. Sinar Rontgent : menentukan lokasi/luasnya fraktur/trauma

    b. Scan tulang,CT Scan, MRI : memperlihatkan fraktur, mengidentifikasi

    kerusakan jaringan lunak

    c. Arteriogram ; Dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai

    d. Hitung darah lengkap : Ht / , leukosit

    e. Kreatinin : trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens

    ginjal

    f. Profil koagulasi : pada keadaan kehilangan darah banyak, transfuse

    multiple, atau cedera hati

    I. Pathways Keperawatan

    Fraktur

  • 20

    Fraktur tertutup Fraktur terbuka

    Pemasangan Gibs

    Immobilisasi Reduksi

    Bedrest Interna Externa

    Penekanan Gangguan Pembedahan Traksi

    Pada kulit Mobilitas Fisik

    Gangguan Trauma Immobilisasi

    Integritas Kulit Jaringan

    Luka Post Operasi Bedrest

    Resti Infeksi Nyeri Gangguan

    Mobilitas Fisik

    Gangguan Rasa

    Nyaman : Nyeri

    (Smeltzer, Suzanne C. 2001), (Carpenito , Lynda juall, 2000)

    J. Daftar Diagnosa Keperawatan

  • 21

    1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan luka post operasi,

    trauma jaringan yang ditandai dengan keluhan nyeri, wajah meringis,

    perilaku berhati-hati

    2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan immobilitas fisik, bedrest,

    kerusakan neuromuskuler yang ditandai dengan keterbatasan rentang

    gerak, membutuhkan bantuan untuk mobilitas

    3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan luka post operasi,

    penekanan kulit saat bedrest yang ditandai dengan keluhan gatal, nyeri,

    tekanan pada area sekitar,

    4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka post operasi ditandai

    dengan terdapat luka post operasi baru

    K. Fokus Intervensi dan Rasional

    1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan luka post operasi,

    trauma jaringan yang ditandai dengan keluhan nyeri, wajah meringis,

    perilaku berhati-hati

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

    diharapkan kebutuhan rasa nyaman terpenuhi.

    Kriteria Hasil : Pasien menyatakan nyeri berkurang dan dapat dikontrol,

    ekspresi wajah tenang.

    Intervensi :

    a. Kaji nyeri dengan skala

  • 22

    Rasional : Untuk mengetahui tingkat nyeri dan menentukan

    tindakan selanjutnya.

    b. Motivasi penggunaan tehnik distraksi, contoh napas dalam

    Rasional : Meningkatkan relaksasi, dan dapat meningkatkan

    kemampuan koping, mengurangi nyeri.

    c. Berikan tindakan kenyamanan, contoh pijatan, perubahan posisi

    Rasional : meningkatkan sirkulasi umum, memberikan rasa

    nyaman

    d. Kolaborasi pemberian obat analgesik

    Rasional : mungkin dibutuhkan untuk penghilangan

    nyeri/ketidaknyamanan.

    2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan immobilitas fisik, bedrest,

    kerusakan neuromuskuler yang ditandai dengan keterbatasan rentang

    gerak, membutuhkan bantuan untuk mobilitas

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

    diharapkan gangguan mobilisasi bisa diminimalisasi

    Kriteria Hasil : - Klien mampu menunjukan peningkatan mobilitas fisik

    tidak ada kontraktur, pasien mampu beraktifitas kembali secara bertahap.

    Intervensi :

    a. Kaji secara teratur fungsi motorik.

    Rasional : Untuk mengetahui keadaan secara umum

    b. Anjurkan pasien untuk melakukan latihan pasif dan aktif pada

    daerah yang cedera maupun yang tidak.

  • 23

    Rasional : Untuk mencegah kontraktur

    c. Instruksikan pasien untuk memanggil bila minta pertolongan.

    Rasional : memberikan rasa aman

    d. Kolaborasi pemberian relaksan otot sesuai pesanan seperti

    diazepam.

    Rasional : Untuk membatasi dan mengurangi nyeri yang

    berhubungan dengan spastisitas.

    3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan luka post operasi,

    penekanan kulit saat bedrest yang ditandai dengan keluhan gatal, nyeri,

    tekanan pada area sekitar.

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

    diharapkan tidak terjadi gangguan integritas kulit selama perawatan

    Kriteria Hasil : tidak ada dekibitus, kulit kering

    Intervensi :

    a. Inspeksi seluruh lapisan kulit.

    Rasional : kulit cenderung rusak karena perubahan sirkulasi perifer.

    b. Lakukan perubahan posisi sesuai pesanan:

    Rasional untuk mengurangi penekanan kulit

    c. Bersihkan dan keringkan kulit.

    Rasional: meningkatkan integritas kulit

    d. Jagalah tenun tetap kering.

    Rasional: mengurangi resiko kelembaban kulit

  • 24

    e. Berikan terapi kinetik sesuai kebutuhan :

    Rasional : meningkatkan sirkulasi sistemik dan perifer dan

    menurunkan tekanan pada kulit serta mengurangi kerusakan kulit

    4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka post operasi ditandai

    dengan terdapat luka post operasi baru

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

    diharapkan luka pasien sembuh dan kering.

    Kriteria Hasil : tidak ada tanda-tanda infeksi

    Intervensi :

    a. Kaji luka pasien.

    Rasional : Untuk mengetahui kondisi luka pasien

    b. Rawat luka pasien secara teratur dan steril.

    Rasional : Untuk mencegah infeksi

    c. Kolaborasi pemberian antibiotik

    Rasional : Untuk mencegah infeksi secara farmakologi