18
41 KONTROVERSI MUSHH AF AL-QURAN BERWAJAH PUISI KARYA HB. YASSIN (Studi tentang Tatacara Penulisan dan Layout Mushh af Al-Quran) Dr. Islah Gusmian IAIN Surakarta Jl. Pandawa, Pucangan, Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah Abstrak HB. Yassin yang dikenal sebagai Paus sastra di Indonesia membuat terjemah Al- Quran dengan wajah puitis, yang disebut Mushh af Al-Quran Berwajah Puisi. Gagasan ini kemudian melahirkan kontroversi di kalangan umat Islam Indonesia karena hasil kerja Yassin tersebut dianggap berbeda dengan mushh af standar yang dipegangi umat Islam. Tulisan ini mencoba mengkaji tatacara penulisan dan layout Mushh af Al-Quran Berwajah Puisi. Key word: HB. Yassin, puitisasi Al-Quran, tatacara penulisan, lay out. A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Pada awal tahun 1990-an, muncul gagasan mengenai puitisasi Al-Quran dari HB. Jassin, seorang sastrawan besar di Indonesia. 73 Yang dia maksud dengan puitisasi Al-Quran adalah cara menampilkan tulisan ayat-ayat Al-Quran dalam wajah yang puitis. Kreasi HB. Jassin 73 HB. (Hans Bague) Jassin, dikenal sebagai Paus Sastra Indonesia. Lahir, di Gorontalo, Sulawesi Utara, 31 Juli 1917. Di samping dikenal sebagai kritikus sastra, Jassin juga pengarang ulung. Beberapa karyanya, di antaranya: Gema Tanah Air, Tifa Penyair dan Daerahnya, Kesusastraan Indonesia Baru Masa Jepang. ini muncul ketika dia memeriksa kembali karyanya, Al-Quranul Karim Bacaan Mulia cetakan ketiga saat hendak dicetak ulang. Sejak semula, HB. Jassin memang menerjemahkan Al-Quran dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik; dalam hal ini dia telah melahirkan terjemahan dengan bahasa yang puitis, yang dia beri nama Bacaan Mulia. 74 Dalam proses pemeriksaan ulang terhadap karyanya itu, HB. Jassin melihat berbagai mushh af Al-Quran baik terbitan Indonesia, Turki, Mesir maupun 74 HB. Jassin, et al . Kontroversi Al-Quran Berwajah Puisi H.B. Jassin Penyusun (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1995), hlm. viii.

KONTROVERSI MUSHHAF AL-QURAN BERWAJAH PUISI KARYA …

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KONTROVERSI MUSHHAF AL-QURAN BERWAJAH PUISI KARYA …

41

KONTROVERSI MUSHHAF AL-QUR�AN BERWAJAH PUISI

KARYA HB. YASSIN

(Studi tentang Tatacara Penulisan dan Layout Mushhaf Al-Qur�an)

Dr. Islah Gusmian

IAIN Surakarta

Jl. Pandawa, Pucangan, Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah

Abstrak

HB. Yassin yang dikenal sebagai �Paus sastra� di Indonesia membuat terjemah Al-

Qur�an dengan wajah puitis, yang disebut Mushhaf Al-Qur�an Berwajah Puisi. Gagasan

ini kemudian melahirkan kontroversi di kalangan umat Islam Indonesia karena hasil

kerja Yassin tersebut dianggap berbeda dengan mushhaf standar yang dipegangi umat

Islam. Tulisan ini mencoba mengkaji tatacara penulisan dan layout Mushhaf Al-Qur�an

Berwajah Puisi.

Key word: HB. Yassin, puitisasi Al-Qur�an, tatacara penulisan, lay out.

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang Masalah

Pada awal tahun 1990-an, muncul

gagasan mengenai puitisasi Al-Qur�an dari

HB. Jassin, seorang sastrawan besar di

Indonesia.73

Yang dia maksud dengan

puitisasi Al-Qur�an adalah cara

menampilkan tulisan ayat-ayat Al-Qur�an

dalam wajah yang puitis. Kreasi HB. Jassin

73HB. (Hans Bague) Jassin, dikenal sebagai

�Paus Sastra Indonesia�. Lahir, di Gorontalo,

Sulawesi Utara, 31 Juli 1917. Di samping dikenal

sebagai kritikus sastra, Jassin juga pengarang ulung.

Beberapa karyanya, di antaranya: Gema Tanah Air,

Tifa Penyair dan Daerahnya, Kesusastraan

Indonesia Baru Masa Jepang.

ini muncul ketika dia memeriksa kembali

karyanya, Al-Qur�anul Karim Bacaan

Mulia cetakan ketiga saat hendak dicetak

ulang. Sejak semula, HB. Jassin memang

menerjemahkan Al-Qur�an dengan

menggunakan bahasa Indonesia yang baik;

dalam hal ini dia telah melahirkan

terjemahan dengan bahasa yang puitis,

yang dia beri nama Bacaan Mulia.74

Dalam proses pemeriksaan ulang

terhadap karyanya itu, HB. Jassin melihat

berbagai mushhaf Al-Qur�an �baik

terbitan Indonesia, Turki, Mesir maupun

74HB. Jassin, et al. Kontroversi Al-Qur�an

Berwajah Puisi H.B. Jassin Penyusun (Jakarta:

Pustaka Utama Grafiti, 1995), hlm. viii.

Page 2: KONTROVERSI MUSHHAF AL-QURAN BERWAJAH PUISI KARYA …

Volume 1, No. 1, Februari

42

Arab Saudi. Semua susunannya, menurut

dia, berbentuk prosa. Belum ada mush

yang susunan tulisan ayat

ditampilkan dalam bentuk puisi.

prosa yang dia maksud adalah dalam

model penulisan ayat-ayat Al

terpaku pada kepentingan memenuhi ruang

bidang halaman yang telah ditentukan dan

disediakan. Ayat-ayat yang satu kesatuan

pikiran, kadang kala �dan ini biasa

terjadi� disambung begitu saja untuk

kepentingan memenuhi ruang kosong yang

ada di belakangnya, meskipun hanya

sedikit, kemudian disambungkan dengan

baris berikutnya. Model penulisan

semacam ini, menurut HB. Jassin, bisa

mengganggu konsentrasi pembaca dalam

merenungi isi dan arti suatu ayat.

Kreasi HB. Jassin tersebut memang

menarik, tetapi pada akhirnya melahirkan

kontroversi di kalangan umat Islam

Indonesia. Sebelum mengetahui bagaimana

sesungguhnya model Al-Qur�an Berwajah

Puisi yang dia gagas tersebut, masyarakat

Muslim telah terjebak pada isu Al

yang dipuisikan, sehingga yang muncul

adalah prasangka dan tuduhan yang tidak

sehat. KH. Hassan Basri, Ketua MUI

waktu itu, misalnya, menolak

diterbitkannya Al-Qur�an berwajah Puisi,

75�Proyek H.B. Jassin: Al-Qur�an Berbentuk

Puisi�, Suara Karya, 4 Desember 1992, dan

Singgalang, 21 Desember 1992.

Volume 1, No. 1, Februari - Juli 2015

Arab Saudi. Semua susunannya, menurut

dia, berbentuk prosa. Belum ada mushhaf

yang susunan tulisan ayat-ayatnya

ditampilkan dalam bentuk puisi.75

Bentuk

prosa yang dia maksud adalah dalam

ayat Al-Qur�an

terpaku pada kepentingan memenuhi ruang

bidang halaman yang telah ditentukan dan

ayat yang satu kesatuan

dan ini biasa

u saja untuk

kepentingan memenuhi ruang kosong yang

ada di belakangnya, meskipun hanya

sedikit, kemudian disambungkan dengan

baris berikutnya. Model penulisan

semacam ini, menurut HB. Jassin, bisa

mengganggu konsentrasi pembaca dalam

suatu ayat.

Kreasi HB. Jassin tersebut memang

menarik, tetapi pada akhirnya melahirkan

kalangan umat Islam

Indonesia. Sebelum mengetahui bagaimana

Qur�an Berwajah

yang dia gagas tersebut, masyarakat

terjebak pada isu Al-Qur�an

yang dipuisikan, sehingga yang muncul

adalah prasangka dan tuduhan yang tidak

sehat. KH. Hassan Basri, Ketua MUI

waktu itu, misalnya, menolak

Qur�an berwajah Puisi,

Qur�an Berbentuk

4 Desember 1992, dan

karena dianggapnya mempermainkan kitab

suci Al-Qur�an.76

Bahkan, dalam acara

studium general di Fakultas Ushuluddin

IAIN Jakarta bersama HB. Jassin, pada 17

Mei 1993, Dr. H. Fuad Moh. Fachruddin

menghubungkan penulisan

berwajah Puisi ini dengan perilaku orang

Syi�ah.77

Disamping beberapa

menyerang HB. Jassin dengan nada

emosional tersebut, ada juga beberapa

tokoh Muslim yang mengungkapkan

kekurangsetujuannya dengan pertimbangan

demi ketenangan umat Islam, seperti yang

diungkapkan Ali Yafie, atau dengan alasan

bahwa cara penulisa

merupakan petunjuk langsung dari Tuhan

(tauqîfi), sehingga tidak bisa diubah,

seperti yang disampaikan oleh Dr. K.H.

Ma`ruf Amin, Katib Am Syuriah PBNU,

waktu itu.78

Namun, dalam kasus ini, bukan

berarti HB. Jassin tanpa pendukung. Prof.

H. Chatibul Umam (Guru Besar pada

Fakultas Adab IAIN Syarif Hidayatullah

Jakarta), Ali Audah (satrawan dan

penerjemah sejumlah literatur Arab), dan

76Pernyataan ini sebagaimana dikutip

Indonesia Minggu, 29 Agustus 1993.

77Sebagaiman diuraikan D. Sirajuddin AR.

Lihat, D. Sirajuddin. AR.,

Puisi: Dibenarkan tapi Tidak Diakui�

Qur�an, No. 5, Vol. IV Th. 1993, hlm. 61.

78Wawasan, 26 Januari 1993.

karena dianggapnya mempermainkan kitab

Bahkan, dalam acara

studium general di Fakultas Ushuluddin

IAIN Jakarta bersama HB. Jassin, pada 17

Mei 1993, Dr. H. Fuad Moh. Fachruddin

menghubungkan penulisan Al-Qur�an

berwajah Puisi ini dengan perilaku orang

Disamping beberapa tokoh yang

menyerang HB. Jassin dengan nada

emosional tersebut, ada juga beberapa

tokoh Muslim yang mengungkapkan

kekurangsetujuannya dengan pertimbangan

demi ketenangan umat Islam, seperti yang

diungkapkan Ali Yafie, atau dengan alasan

bahwa cara penulisan Al-Qur�an itu

merupakan petunjuk langsung dari Tuhan

), sehingga tidak bisa diubah,

seperti yang disampaikan oleh Dr. K.H.

Ma`ruf Amin, Katib Am Syuriah PBNU,

Namun, dalam kasus ini, bukan

berarti HB. Jassin tanpa pendukung. Prof.

Chatibul Umam (Guru Besar pada

Fakultas Adab IAIN Syarif Hidayatullah

Jakarta), Ali Audah (satrawan dan

penerjemah sejumlah literatur Arab), dan

Pernyataan ini sebagaimana dikutip Media

29 Agustus 1993.

Sebagaiman diuraikan D. Sirajuddin AR.

�Al-Qur�an Berwajah

Puisi: Dibenarkan tapi Tidak Diakui� dalam Ulumul

No. 5, Vol. IV Th. 1993, hlm. 61.

26 Januari 1993.

Page 3: KONTROVERSI MUSHHAF AL-QURAN BERWAJAH PUISI KARYA …

Abdurrahman Wahid (ketua PBNU waktu

itu) adalah di antara intelektual Muslim

yang secara tegas mendukung kreasi

tersebut. Sejauh tidak ada tanda baca yang

diubah dan kedudukan ayat juga tidak

diubah, mereka ini tidak mempermasalah

kan upaya Jassin tersebut.79

Kontroversi semakin tajam setelah

Majelis Ulama Indonesia dan Lajnah

Pentashihan Mushaf Al

Departemen Agama, menolak format Al

Qur�an versi Jassin tersebut. MUI lewat

suratnya No. U-1061/MUI/XII/1992 yang

ditandatangani oleh K.H. Hasan Basri dan

Sekretaris Umum, Prodjokusumo, serta

Departemen Agama lewat surat

No..P.III/TL.02/1/242/1179/1992 yang

ditandatangani oleh Ketua Badan Litbang

Agama Puslitbang Lektur Agama Lajnah

Pentashih Mushaf Al-Qur�an Depag, H.A.

Hafizh Dasuki, yang ditujukan kepada HB.

Jassin, dengan tegas menolak permintaan

rekomendasi Jassin sehubungan dengan

penerbitan Al-Qur�an Berwaj

tersebut. Alasannya, menurut Hasan Basri,

karena susunan naskahnya tidak sesuai

dengan mushhaf Al-Imam (Mush

`Utsmâni). Berdasarkan rapat pleno Lajnah

Pentashih Mushhaf Al-Qur�an, pada 17

September 1992, memutuskan bahwa Al

79Republika, 28 Januari 1993.

Volume 1, No. 1, Februari - Juli 2015

Abdurrahman Wahid (ketua PBNU waktu

itu) adalah di antara intelektual Muslim

yang secara tegas mendukung kreasinya

tersebut. Sejauh tidak ada tanda baca yang

diubah dan kedudukan ayat juga tidak

diubah, mereka ini tidak mempermasalah-

Kontroversi semakin tajam setelah

Majelis Ulama Indonesia dan Lajnah

Pentashihan Mushaf Al-Qur�an

men Agama, menolak format Al-

Qur�an versi Jassin tersebut. MUI lewat

1061/MUI/XII/1992 yang

ditandatangani oleh K.H. Hasan Basri dan

Sekretaris Umum, Prodjokusumo, serta

Departemen Agama lewat surat

III/TL.02/1/242/1179/1992 yang

datangani oleh Ketua Badan Litbang

Agama Puslitbang Lektur Agama Lajnah

Qur�an Depag, H.A.

Hafizh Dasuki, yang ditujukan kepada HB.

Jassin, dengan tegas menolak permintaan

rekomendasi Jassin sehubungan dengan

Qur�an Berwajah Puisi

tersebut. Alasannya, menurut Hasan Basri,

karena susunan naskahnya tidak sesuai

Imam (Mushhaf

. Berdasarkan rapat pleno Lajnah

Qur�an, pada 17

September 1992, memutuskan bahwa Al-

28 Januari 1993.

Qur�an versi Jassin tersebut dinilai lebih

besar mudaratnya ketimbang manfaatnya.

Akhirnya, Mushh

hasil kreasi Jassin tersebut, meskipun telah

dicetak dan diterbitkan oleh penerbit

Djambatan Jakarta, akhirnya tidak bisa

beredar luas di tengah masyarakat Musl

Reaksi penolakan yang dilakukan oleh

Departemen Agama dan Majelis Ulama

Indonesia tersebut, telah membentuk suatu

wacana dan opini bahwa

Qur�an Berwajah Puisi

terlarang dan bertentangan dengan

mushhaf Utsmani. Umat Islam pun

akhirnya mengklaim sesat dan salah

terhadap mushhaf kreasi Jassin tersebut.

2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka

masalah yang diteliti dalam kajian ini

adalah:

a. Bagaimana tatacara penulisan dan tata

layout Mushhaf Al

Puisi karya HB. Jassin?

b. Apakah tatacara penulisan dan tata

layout Mushhaf Al

Puisi karya HB. Jassin tidak sesuai

dengan Pedoman Pentashih Mushaf Al

80Harian Terbit, 21 Januari 1993,

Indonesia, 21 Januari 1993, Pelita,

dikutip kembali dalam HB. Jassin,

22.

43

tersebut dinilai lebih

besar mudaratnya ketimbang manfaatnya.80

haf Berwajah Puisi

hasil kreasi Jassin tersebut, meskipun telah

dicetak dan diterbitkan oleh penerbit

Djambatan Jakarta, akhirnya tidak bisa

beredar luas di tengah masyarakat Muslim.

Reaksi penolakan yang dilakukan oleh

Departemen Agama dan Majelis Ulama

Indonesia tersebut, telah membentuk suatu

wacana dan opini bahwa Mushhaf Al-

Puisi kreasi Jassin

terlarang dan bertentangan dengan

af Utsmani. Umat Islam pun

hirnya mengklaim sesat dan salah

af kreasi Jassin tersebut.

Dari latar belakang di atas, maka

masalah yang diteliti dalam kajian ini

Bagaimana tatacara penulisan dan tata

Mushhaf Al-Qur�an Berwajah

HB. Jassin?

Apakah tatacara penulisan dan tata

Mushhaf Al-Qur�an Berwajah

karya HB. Jassin tidak sesuai

Pedoman Pentashih Mushaf Al-

21 Januari 1993, Media

Pelita, 21 Januari 1993,

dikutip kembali dalam HB. Jassin, ibid., hlm. 17-

Page 4: KONTROVERSI MUSHHAF AL-QURAN BERWAJAH PUISI KARYA …

Volume 1, No. 1, Februari

44

Qur�an tentang Penulisan dan Tanda

Baca yang disusun Puslitbang Lektur

Agama Departemen Agama RI 1976

c. Mengapa Mushhaf Al

Berwajah Puisi kreasi HB. Jassin

dilarang beredar di masyarakat?

B. Sejarah Penyusunan Mush

Qur�an Al-Karim Berwajah Puisi

Kreasi HB. Jassin

1. Al-Qur�an, Puisi dan Prosa

Perdebatan tentang apakah Al

cenderung pada garis puitis atau prosa,

dalam literatur Islam telah muncul jauh

sebelum H.B. Jassin memuitisasikan ayat

ayat Al-Qur�an. Mayoritas ulama,

menyatakan bahwa tanpa dipuitisasikan,

sesungguhnya ayat-ayat Al-Qur�an telah

mengandung nilai puisi yang sangat agung.

Tapi, ia sendiri bukanlah puisi.

Husein, sastrawan Mesir, membagi

perkataan pada: puisi, prosa, dan Al

Qur�an, sehingga dalam kategori ini dia

memisahkan bahasa Al-Qur�an sebagai

bahasa yang khas: bukan puis

bukan prosa. Sebab, Al-Qur�an tidak

tunduk pada aturan puisi maupun prosa.

Zaki Mubarak, berpendapat

sebaliknya. Dalam kitab al-Nashr al

sebagaimana dikutip Sirajuddin, dia

mengatakan bahwa Al-Qur�an sebagai

Volume 1, No. 1, Februari - Juli 2015

Qur�an tentang Penulisan dan Tanda

yang disusun Puslitbang Lektur

Agama Departemen Agama RI 1976?

af Al-Qur�an

kreasi HB. Jassin

dilarang beredar di masyarakat?

Mushhaf Al-

Karim Berwajah Puisi

Qur�an, Puisi dan Prosa

tentang apakah Al-Qur�an

cenderung pada garis puitis atau prosa,

dalam literatur Islam telah muncul jauh

sebelum H.B. Jassin memuitisasikan ayat-

Qur�an. Mayoritas ulama,

menyatakan bahwa tanpa dipuitisasikan,

Qur�an telah

mengandung nilai puisi yang sangat agung.

Tapi, ia sendiri bukanlah puisi. Thaha

Husein, sastrawan Mesir, membagi

perkataan pada: puisi, prosa, dan Al-

Qur�an, sehingga dalam kategori ini dia

Qur�an sebagai

bahasa yang khas: bukan puisi dan juga

Qur�an tidak

tunduk pada aturan puisi maupun prosa.

Zaki Mubarak, berpendapat

Nashr al-Fanni

sebagaimana dikutip Sirajuddin, dia

Qur�an sebagai

prosa Arab yang berbeda dari p

sebelum dan sesudah kedatangannya.

Mushthafa Anani menyebut Al

tergolong prosa dengan perbedaan dari

kelaziman prosa mursal

Arab biasa: kadang berwajah prosa, tapi di

bagian lain berwajah sajak, dan bahkan

kombinasi antarkeduanya. Sedangkan Al

Baqillani menolak wajah sajak dalam Al

Qur�an. Alasannya, dalam puisi harus ada

minimal 4 bait dengan penyeragaman

ujung-ujung qafiyah-nya, sedangkan Al

Qur�an tidak demikian.81

Beberapa contoh bisa diuraikan.

Misalnya, dalam surah Al

ayatnya berirama

mengesampingkan bunyi

surah Al-Fîl, ayat-ayatnya berirama

dengan mengesampingkan vokal

akhir dan membolehkan

akhir ayat. Begitu juga yang terjadi pada

surah Al-Dluhâ. Fakta ini mendeskripsikan

bahwa Al-Qur�an sebenarnya bukan puisi

dan juga bukan prosa secara total. Struktur

bahasa Al-Qur�an dengan perubahan rima

yang tiba-tiba; pengulangan kata rima yang

sama dengan penggandengan ayat;

pencampuran pokok bahasa asing

suatu bagian Al-Qur�an yang homogen,

keterputusan dalam konstruksi gramatikal,

81Lihat, D. Sirajuddin. AR.,

Berwajah Puisi: Dibenarkan tapi Tidak Diakui�

dalam Ulumul Qur�an, No. 5, Vol. IV Th. 1993,

hlm. 62.

prosa Arab yang berbeda dari prosa

sebelum dan sesudah kedatangannya.

Mushthafa Anani menyebut Al-Qur�an

tergolong prosa dengan perbedaan dari

mursal dan kata bersajak

Arab biasa: kadang berwajah prosa, tapi di

bagian lain berwajah sajak, dan bahkan

nya. Sedangkan Al-

Baqillani menolak wajah sajak dalam Al-

Qur�an. Alasannya, dalam puisi harus ada

minimal 4 bait dengan penyeragaman

nya, sedangkan Al-

81

Beberapa contoh bisa diuraikan.

Al-Ikhlâsh, keempat

�ad dengan

mengesampingkan bunyi-bunyi nada,

ayatnya berirama il

dengan mengesampingkan vokal-vokal

akhir dan membolehkan -ul pada salah satu

akhir ayat. Begitu juga yang terjadi pada

â. Fakta ini mendeskripsikan

Qur�an sebenarnya bukan puisi

dan juga bukan prosa secara total. Struktur

Qur�an dengan perubahan rima

tiba; pengulangan kata rima yang

sama dengan penggandengan ayat;

pencampuran pokok bahasa asing ke dalam

Qur�an yang homogen,

keterputusan dalam konstruksi gramatikal,

Lihat, D. Sirajuddin. AR., �Al-Qur�an

Berwajah Puisi: Dibenarkan tapi Tidak Diakui�

No. 5, Vol. IV Th. 1993,

Page 5: KONTROVERSI MUSHHAF AL-QURAN BERWAJAH PUISI KARYA …

perubahan yang tiba-tiba dalam panjang

ayat; peralihan mendadak dalam suasana

dramatis dari kata ganti tunggal ke jamak

adalah diantara beberapa keunikan dan

kekhasan Al-Qur�an.82

Lepas dari beragam pandangan

tersebut, Hans Bague Jassin, seorang empu

dan kritikus sastra di Indonesia melihat

bahwa susunan bahasa Al

sangatlah indah. Maka, bila selama ini Al

Qur�an ditulis dan disajikan dalam bentuk

prosa alangkah indahnya bila tulisannya

disajikan dalam bentuk puisi. Alasannya,

karena sebenarnya Al-Qur�an itu puitis

seperti puisi, sehingga selain rasanya

indah, dari segi perwajahan secara visual

enak dipandang, dan dari segi spiritual pun

keindahan bahasanya tersebut

diresapi, enak dibaca dan penuh irama.

Sebelum menganalisis kreasi Jassin

dalam puitisasi Al-Qur�an di sini akan

dijelaskan secara singkat siapa HB. Jassin

dan apa latar belakangnya dia mempunyai

inisiatif menampilkan Al-Qur�an dalam

wajah puitis.

82Lihat, W. Montgomery Watt,

Studi Al-Qur�an Penyempurnaan atas Karya

Richard Bell, terj. Taufik Adnan Amal (Jakarta:

Rajawali Press, 1995), hlm. 109-

bahasa Al-Qur�an memang menyimpan kekuatan

stilistik. Untuk kajian soal ini lihat, Syihabuddin

Qalyubi, Stilistika al-Qur�an, Pengantar Orientasi

Studi Al-Qur�an (Yogyakarta: Titian Ilahi P

1997).

Volume 1, No. 1, Februari - Juli 2015

tiba dalam panjang

ayat; peralihan mendadak dalam suasana

nti tunggal ke jamak

antara beberapa keunikan dan

Lepas dari beragam pandangan

tersebut, Hans Bague Jassin, seorang empu

dan kritikus sastra di Indonesia melihat

bahwa susunan bahasa Al-Qur�an

sangatlah indah. Maka, bila selama ini Al-

Qur�an ditulis dan disajikan dalam bentuk

dahnya bila tulisannya

disajikan dalam bentuk puisi. Alasannya,

Qur�an itu puitis

seperti puisi, sehingga selain rasanya

indah, dari segi perwajahan secara visual

enak dipandang, dan dari segi spiritual pun

keindahan bahasanya tersebut bisa

diresapi, enak dibaca dan penuh irama.

Sebelum menganalisis kreasi Jassin

Qur�an di sini akan

dijelaskan secara singkat siapa HB. Jassin

dan apa latar belakangnya dia mempunyai

Qur�an dalam

Lihat, W. Montgomery Watt, Pengantar

Qur�an Penyempurnaan atas Karya

dnan Amal (Jakarta:

-131. Dari segi

Qur�an memang menyimpan kekuatan

stilistik. Untuk kajian soal ini lihat, Syihabuddin

Qur�an, Pengantar Orientasi

(Yogyakarta: Titian Ilahi Press,

HB. Jassin adalah laki

Gorontalo pada 31 Juli 1917. Sejarah

pendidikannya adalah sekuler. Tamat dari

Gouverment H.I.S. Gorontalo pada 1932.

Kemudian ia melanjutkan ke H.B.S. di

Medan, dan lulus pada 1939. Delapan

belas tahun kemudian, yaitu pa

berhasil menamatkan studinya di Fakultas

Sastra, Universitas Indonesia. Sejak saat

itulah dia dikenal dalam dunia sastra.

Begitu aktif dan produktifnya di dunia

sastra, khususnya dalam bidang kritik

sastra, dia pun memperoleh julukan

Satra Indonesia. Bahkan, almamaternya

pada 1979 merasa perlu menganugerahinya

gelar Doktor Honoris Causa.

Pada 1978, karya Al

terjemahnya Al-Qur�an Bacaan Mulia,

membuat geger umat Islam Indonesia.

Sebab, dia bukanlah orang yang

mempunyai kemampuan

baik, tetapi bisa menerjemahkan Al

Qur�an. Sehingga pada saat itu, sebagai

simbol protes, ada sebagian umat Islam

yang membakar karyanya tersebut. Meski

sempat diadili oleh Majelis Ulama DKI

Jakarta, atas permintaan Gubernur DKI

Jakarta, Ali Sadikin waktu itu, namun,

Jassin tak bergeming. Karyanya pun tetap

diterbitkan dan terus mengalami cetak

ulang hingga ketiga kalinya dengan jumlah

75.000 eksemplar.

45

. Jassin adalah laki-laki kelahiran

Gorontalo pada 31 Juli 1917. Sejarah

pendidikannya adalah sekuler. Tamat dari

Gouverment H.I.S. Gorontalo pada 1932.

Kemudian ia melanjutkan ke H.B.S. di

Medan, dan lulus pada 1939. Delapan

belas tahun kemudian, yaitu pada 1957, dia

berhasil menamatkan studinya di Fakultas

Sastra, Universitas Indonesia. Sejak saat

itulah dia dikenal dalam dunia sastra.

Begitu aktif dan produktifnya di dunia

sastra, khususnya dalam bidang kritik

sastra, dia pun memperoleh julukan Empu

Indonesia. Bahkan, almamaternya

pada 1979 merasa perlu menganugerahinya

gelar Doktor Honoris Causa.

Pada 1978, karya Al-Qur�an dan

Qur�an Bacaan Mulia,

membuat geger umat Islam Indonesia.

Sebab, dia bukanlah orang yang

mempunyai kemampuan bahasa Arab yang

baik, tetapi bisa menerjemahkan Al-

Qur�an. Sehingga pada saat itu, sebagai

simbol protes, ada sebagian umat Islam

yang membakar karyanya tersebut. Meski

sempat diadili oleh Majelis Ulama DKI

Jakarta, atas permintaan Gubernur DKI

li Sadikin waktu itu, namun,

Jassin tak bergeming. Karyanya pun tetap

diterbitkan dan terus mengalami cetak

ulang hingga ketiga kalinya dengan jumlah

Page 6: KONTROVERSI MUSHHAF AL-QURAN BERWAJAH PUISI KARYA …

Volume 1, No. 1, Februari

46

Jassin dikenal sebagai orang yang

teguh dalam memegangi pendapat dan

sikapnya. Dialah yang berdiri di belakang

Hamka, ketika ulama ternama ini dituduh

menjiplak, oleh Abdullah Said Patmaji, di

harian Bintang Timur, 7 September 1962.

Saat itu, novel Hamka berjudul

Tenggelamnya Kapal van der Wijk

dianggap mendaur ulang novel

terjemahan Mustafa Lutfi �Al

ed.--. Novel Magdalena adalah hasil

terjemahan berbahasa Prancis

Tilleuls karya Alphonse Karr. Pernyataan

Jassin yang menegaskan bahwa

Tenggelamnya Kapal van der Wijk

Hamka adalah karya yang lahir dari pribadi

sang pengarang, berhasil mematahkan

gempuran seniman Lekra pada saat itu.

Pada akhir 1960-an dia juga

tersandung masalah yang kontroversial.

Majalah Sastra yang dia kelola, edisi

Agustus 1968, memuat cerpen �Langit

Makin Mendung� karya Ki Panji Kusmin.

Cerpen ini diprotes banyak pihak karena

dianggap mengandung unsur

bersifat penodaan terhadap agama Islam,

merendahkan kesempurnaan Tuhan, dan

mengecilkan peran Nabi Muhammad

SAW. Kantor redaksi majalah

dirusak sekelompok pemuda. Pada majalah

Sastra edisi berikutnya, Ki Panji Kusmin

memohon maaf dan mencabut cerpen

tersebut.

Volume 1, No. 1, Februari - Juli 2015

Jassin dikenal sebagai orang yang

teguh dalam memegangi pendapat dan

ng berdiri di belakang

Hamka, ketika ulama ternama ini dituduh

menjiplak, oleh Abdullah Said Patmaji, di

7 September 1962.

Saat itu, novel Hamka berjudul

Tenggelamnya Kapal van der Wijk

dianggap mendaur ulang novel Magdalena

Al-Manfaluthi,

adalah hasil

terjemahan berbahasa Prancis Sous Les

karya Alphonse Karr. Pernyataan

Jassin yang menegaskan bahwa

Tenggelamnya Kapal van der Wijk karya

Hamka adalah karya yang lahir dari pribadi

sang pengarang, berhasil mematahkan

gempuran seniman Lekra pada saat itu.

an dia juga

tersandung masalah yang kontroversial.

yang dia kelola, edisi

Agustus 1968, memuat cerpen �Langit

Makin Mendung� karya Ki Panji Kusmin.

Cerpen ini diprotes banyak pihak karena

dianggap mengandung unsur-unsur yang

bersifat penodaan terhadap agama Islam,

merendahkan kesempurnaan Tuhan, dan

ilkan peran Nabi Muhammad

. Kantor redaksi majalah Sastra

dirusak sekelompok pemuda. Pada majalah

edisi berikutnya, Ki Panji Kusmin

memohon maaf dan mencabut cerpen

Pada 4 Februari 1970, ketika

memasuki usia 53 tahun, Jassin diseret ke

Pengadilan Negeri Republik Indonesia.

Tiga orang dihadapkan sebagai saksi ahli,

yaitu Hamka, sebagai seorang ulama dan

sastrawan Islam terkemuka, Abdul Kadir

Bahaluwan, Wakil Kepala Biro Hubungan

Masyarakat Departemen Agama, dan Ali

Audah, seorang pengaran

yang terkenal. Akhirnya, Majelis Hakim

menjatuhkan putusan, yaitu Jassin, sebagai

pemimpin redaksi yang bertanggung jawab

atas segala isi majalah

satu tahun penjara dengan masa percobaan

dua tahun.

2. Keinginan Jassin Menampilkan Al

Qur�an Berwajah Puisi

Kematian Arsiti, istri Jassin, pada 12

Maret 1972 membangunkan kesadaran

baru dalam diri HB. Jassin. Selama tujuh

malam, di rumahnya, acara tahlilan digelar.

Secara tidak sadar, ayat

yang dibacakan setiap malam itu,

mengusik hati Jassin dan menggiringnya

untuk menerjemahkan teks

Niatnya ini didorong suatu kesadaran

bahwa Al-Qur�an sangatlah puitis, adalah

sangat wajar bila terjemahannya juga

dibuat secara puitis. Dan pada 7 Oktober

1972, ia memulai melaksanakan proses

penerjemahan itu. Dua tahun kemudian,

tepatnya pada 18 Desember 1974, Jassin

Pada 4 Februari 1970, ketika

memasuki usia 53 tahun, Jassin diseret ke

Pengadilan Negeri Republik Indonesia.

Tiga orang dihadapkan sebagai saksi ahli,

yaitu Hamka, sebagai seorang ulama dan

sastrawan Islam terkemuka, Abdul Kadir

Bahaluwan, Wakil Kepala Biro Hubungan

Masyarakat Departemen Agama, dan Ali

Audah, seorang pengarang dan penerjemah

yang terkenal. Akhirnya, Majelis Hakim

menjatuhkan putusan, yaitu Jassin, sebagai

pemimpin redaksi yang bertanggung jawab

atas segala isi majalah Sastra, dihukum

satu tahun penjara dengan masa percobaan

Jassin Menampilkan Al-

Qur�an Berwajah Puisi

Kematian Arsiti, istri Jassin, pada 12

Maret 1972 membangunkan kesadaran

baru dalam diri HB. Jassin. Selama tujuh

malam, di rumahnya, acara tahlilan digelar.

Secara tidak sadar, ayat-ayat Al-Qur�an

an setiap malam itu,

mengusik hati Jassin dan menggiringnya

untuk menerjemahkan teks-teks tersebut.

Niatnya ini didorong suatu kesadaran

Qur�an sangatlah puitis, adalah

sangat wajar bila terjemahannya juga

dibuat secara puitis. Dan pada 7 Oktober

1972, ia memulai melaksanakan proses

penerjemahan itu. Dua tahun kemudian,

tepatnya pada 18 Desember 1974, Jassin

Page 7: KONTROVERSI MUSHHAF AL-QURAN BERWAJAH PUISI KARYA …

menyelesaikan terjemah seluruh ayat Al

Qur�an. Setelah edisi pertama terbit, Jassin

diserang banyak pihak, karena dipandang

dia tidak mempunyai ilmu yang

dibutuhkan di dalam menerjemahkan Al

Qur�an. Oleh karena itu, demikian para

pengkritiknya berargumen, Jassin tidak

layak untuk menerjemahkan Al

dan dengan demikian hasil terjemahannya

itu juga tidak layak untuk dibaca.

Beruntung, Jassin menerima surat

tashhih dari Departemen Agama, dan karya

terjemahnya yang diberinya judul

Qur�an Al-Karim Bacaan Mulia

sempat terbit hingga beberapa kali cetakan.

Cetakan pertama (1987) sebanyak 10.000

eksemplar diterbitkan oleh penerbit

Djambatan. Lalu, cetakan kedua (1988)

beralih ke penerbit lain. Karena waktu itu,

penerbit lama tidak mampu memenuhi

permintaan HB. Jassin untuk menerbitkan

cetakan kedua persis padaa HUT

ke-65, 31 Juli 1982. Waktu itu, karya

Jassin tersebut berhasil dicetak 35.000

eksemplar. Sedangkan untuk cetakan

ketiga (1991), Jassin kembali lagi ke

penerbit semula, karena penerbit kedua ini

hanya berupa yayasan, dan karena itu pula

HB. Jassin sendiri yang memasarkannya.

Setiap cetak ulang HB. Jassin selalu

83Edy A. Effendi, �Kontroversi di Sekitar

HB. Jassin�, dalam Jurnal Ulumul Qur�an,

November 1993.

Volume 1, No. 1, Februari - Juli 2015

menyelesaikan terjemah seluruh ayat Al-

Qur�an. Setelah edisi pertama terbit, Jassin

diserang banyak pihak, karena dipandang

i ilmu yang

dibutuhkan di dalam menerjemahkan Al-

Qur�an. Oleh karena itu, demikian para

pengkritiknya berargumen, Jassin tidak

layak untuk menerjemahkan Al-Qur�an

dan dengan demikian hasil terjemahannya

itu juga tidak layak untuk dibaca.83

menerima surat

ih dari Departemen Agama, dan karya

terjemahnya yang diberinya judul Al-

Karim Bacaan Mulia tersebut

sempat terbit hingga beberapa kali cetakan.

Cetakan pertama (1987) sebanyak 10.000

eksemplar diterbitkan oleh penerbit

tan. Lalu, cetakan kedua (1988)

beralih ke penerbit lain. Karena waktu itu,

penerbit lama tidak mampu memenuhi

permintaan HB. Jassin untuk menerbitkan

cetakan kedua persis padaa HUT-nya yang

65, 31 Juli 1982. Waktu itu, karya

cetak 35.000

eksemplar. Sedangkan untuk cetakan

ketiga (1991), Jassin kembali lagi ke

penerbit semula, karena penerbit kedua ini

hanya berupa yayasan, dan karena itu pula

HB. Jassin sendiri yang memasarkannya.

Setiap cetak ulang HB. Jassin selalu

Edy A. Effendi, �Kontroversi di Sekitar

Jurnal Ulumul Qur�an,

melakukan perbaikan, bila memang ada

kesalahan, termasuk pula bentuknya harus

berimbang seperti puisi.

memperbaiki cetakan ketiga

Karim Bacaan Mulia,

mempunyai niat, bukan hanya terjemah Al

Qur�an yang ditampilkan secara puitis

tetapi juga tulisan ayat Al

Gagasan Jassin ini memang

spektakuler. Selama ini mush

Qur�an secara visual grafis ditulis dalam

bentuk prosa, yakni setiap kata di dalam

ayat-ayat Al-Qur�an ditulis semuanya di

dalam ruang yang telah tersedia pada

bidang ruang halaman. Model inilah yang

selama ini dipakai dalam menulis mush

Al-Qur�an. Namun, meski demikian,

ukuran khath Arabnya berbeda

setiap mushhaf dan standar jumlah

barisnya perbidang halaman berbeda

pula. Oleh karena itu, meskipu

menggunakan visual prosa tersebut,

halaman yang dibutuhkan untuk setiap

model mushhaf berbeda

yang 540 halaman, 400 halaman, dan ada

juga yang 600 halaman. Perhatikan contoh

berikut ini:

84�Proyek H.B. Jassin Al

Puisi�, Suara Karya 4 Desember 1992.

47

perbaikan, bila memang ada

kesalahan, termasuk pula bentuknya harus

berimbang seperti puisi.84

Ketika

memperbaiki cetakan ketiga Al-Qur�an Al-

Karim Bacaan Mulia, inilah dia

mempunyai niat, bukan hanya terjemah Al-

Qur�an yang ditampilkan secara puitis

i juga tulisan ayat Al-Qur�an.

Gagasan Jassin ini memang

spektakuler. Selama ini mushhaf Al-

Qur�an secara visual grafis ditulis dalam

bentuk prosa, yakni setiap kata di dalam

Qur�an ditulis semuanya di

dalam ruang yang telah tersedia pada

ang ruang halaman. Model inilah yang

selama ini dipakai dalam menulis mushhaf

Qur�an. Namun, meski demikian,

ukuran khath Arabnya berbeda-beda untuk

af dan standar jumlah

barisnya perbidang halaman berbeda-beda

pula. Oleh karena itu, meskipun

menggunakan visual prosa tersebut,

halaman yang dibutuhkan untuk setiap

af berbeda-beda pula. Ada

yang 540 halaman, 400 halaman, dan ada

juga yang 600 halaman. Perhatikan contoh

�Proyek H.B. Jassin Al-Qur�an Berbentuk

4 Desember 1992.

Page 8: KONTROVERSI MUSHHAF AL-QURAN BERWAJAH PUISI KARYA …

Volume 1, No. 1, Februari

48

Mushhaf Al-Qur�an standar Indonesia

Mushhaf Al-Qur�an standar Arab Saudi

Volume 1, No. 1, Februari - Juli 2015

Qur�an standar Indonesia

Qur�an standar Arab Saudi

Pada mushhaf standar Indonesia,

dalam satu ruang bidang halaman,

sebagaimana contoh di atas, terdiri dari 18

baris, sedangkan pada mush

Arab Saudi terdiri dari 15 baris. Untuk

kasus Mushhaf Berwajah Puisi kreasi

Jassin tentu akan lebih memakan banyak

bidang halaman. Sebab, penulisannya

setiap baris bukan ditentukan oleh bidang

ruang di setiap halaman, tetapi ditentukan

oleh isi yang terkandung di dalam ayat

ayat Al-Qur�an yang ditulis. Sehingga,

dengan cara yang demik

bidang ruang yang kosong dalam satu

halaman, tidak terisi. Perhatikan contoh

berikut yang dikutip dari Al

Berwajah Puisi:

Mushhaf Al-Qur�an Berwajah Puisi

af standar Indonesia,

dalam satu ruang bidang halaman,

sebagaimana contoh di atas, terdiri dari 18

baris, sedangkan pada mushhaf standar

Arab Saudi terdiri dari 15 baris. Untuk

af Berwajah Puisi kreasi

in tentu akan lebih memakan banyak

bidang halaman. Sebab, penulisannya

setiap baris bukan ditentukan oleh bidang

ruang di setiap halaman, tetapi ditentukan

oleh isi yang terkandung di dalam ayat-

Qur�an yang ditulis. Sehingga,

dengan cara yang demikian ini, banyak

bidang ruang yang kosong dalam satu

halaman, tidak terisi. Perhatikan contoh

berikut yang dikutip dari Al-Qur�an

Qur�an Berwajah Puisi

Page 9: KONTROVERSI MUSHHAF AL-QURAN BERWAJAH PUISI KARYA …

Dari contoh di atas jelas bahwa

mushhaf Berwajah Puisi yang dikreasikan

H.B. Jassin akan memerlukan banyak

bidang ruang di setiap halaman. Bila

dibandingkan dengan mush

kaligrafinya ditulis dengan memenuhi

seluruh bidang ruang di setiap halaman,

setidaknya akan bertambah satu setengah

kali. Bila mushhaf bentuk biasa terdir

halaman dalam satu mushhaf, maka bentuk

baru kreasi Jassin ini bisa menjadi sekitar

700 halaman lebih.

Gagasan spektakuler Jassin ini yang

dimulai sejak tahun 1991.

kaligrafinya dipercayakan kepada Drs. D.

Sirajuddin A.R., kaligrafer dan

Jakarta. Obsesi Jassin ini tentu

memerlukan biaya yang tidak sedikit:

untuk membuat kaligrafi Rp. 500.000 per

juz, kali 30 juz, sehingga mencapai Rp. 15

juta; untuk biaya pentashhihan diperlukan

anggaran sekitar Rp. 10.000.000,

anggaran-anggaran yang lain. Jumlah

keseluruhan memerlukan biaya Rp. 150

juta. Semua biaya ini dia peroleh dari

sumbangan pribadi B.J. Habibie

itu menjabat sebagai Menteri Riset dan

Teknologi Republik Indonesia.

85Lihat, �Qur�an itu Puisi� Wawancara

dengan HB. Jassin dalam Panji Masyarakat,

742, XXXIV, 1-10 Januari 1993, hlm. 76.

86�Al-Qur�an Berwajah Puisi Menjadi

Obsesi H.B. Jassin� Angkatan Bersenjata,

Desember 1992, dan �Al-Qur�an Dilarang

Volume 1, No. 1, Februari - Juli 2015

Dari contoh di atas jelas bahwa

af Berwajah Puisi yang dikreasikan

Jassin akan memerlukan banyak

bidang ruang di setiap halaman. Bila

dibandingkan dengan mushhaf yang

kaligrafinya ditulis dengan memenuhi

seluruh bidang ruang di setiap halaman,

setidaknya akan bertambah satu setengah

af bentuk biasa terdiri 540

af, maka bentuk

baru kreasi Jassin ini bisa menjadi sekitar

Gagasan spektakuler Jassin ini yang

85Penulisan

kaligrafinya dipercayakan kepada Drs. D.

Sirajuddin A.R., kaligrafer dan dosen IAIN

Jakarta. Obsesi Jassin ini tentu

memerlukan biaya yang tidak sedikit:

untuk membuat kaligrafi Rp. 500.000 per

juz, kali 30 juz, sehingga mencapai Rp. 15

ihan diperlukan

anggaran sekitar Rp. 10.000.000,- serta

nggaran yang lain. Jumlah

keseluruhan memerlukan biaya Rp. 150

juta. Semua biaya ini dia peroleh dari

sumbangan pribadi B.J. Habibie �waktu

itu menjabat sebagai Menteri Riset dan

Teknologi Republik Indonesia.86

Lihat, �Qur�an itu Puisi� Wawancara

Masyarakat, No.

10 Januari 1993, hlm. 76.

Qur�an Berwajah Puisi Menjadi

Angkatan Bersenjata, 22

Qur�an Dilarang

Berbagai pihak, waktu itu, telah

dihubungi oleh Jassin, seperti Prof.

Hasymi, BJ. Habibie, Abdurrahman

Wahid, Bismar Siregar, M. Amien Rais,

dan beberapa tokoh lain, untuk dimintai

tanggapan. Gus Dur, bahkan siap

memperjuangkan jika nanti muncul ribut

ribut.87

Pekerjaannya itu selesai tepat pada

ulang tahunnya yang ke-

C. Tatacara Penulisan

Qur�an Berwajah Puisi

Jassin

1. Tanda Sukun untuk huruf

ya� yang berfungsi sebagai

pemanjang bunyi

Jassin mengakui bahwa dalam

menyusun Mushhaf Al

Puisi ini dia menggunakan Al

standar yang dibelinya dari Departemen

Agama.89

Ini berarti karakter dan tata cara

penulisan ayat Al-Qur�an sama seperti

yang dilakukan oleh Al

selama ini menjadi standar Departemen

Berwajah Puisi� Forum KeadilanPebruari 1993, kemudian dimuat dalam H

et al. Kontroversi Al-Qur�an Berwajah Puisi H.B.

Jassin Penyusun, hlm. 14 dan 85.

87Ibid.

88HB. Jassin, et al.

Berwajah Puisi H.B. Jassin Penyusun

89�Al-Qur�an Berbentuk Puisi Menjadi

Obsesi H.B. Jassin� dalam A

Desember 1992.

49

Berbagai pihak, waktu itu, telah

oleh Jassin, seperti Prof.

Hasymi, BJ. Habibie, Abdurrahman

Wahid, Bismar Siregar, M. Amien Rais,

dan beberapa tokoh lain, untuk dimintai

tanggapan. Gus Dur, bahkan siap

memperjuangkan jika nanti muncul ribut-

Pekerjaannya itu selesai tepat pada

-76, 31 Juli 1993.88

Tatacara Penulisan Mushhaf Al-

Qur�an Berwajah Puisi Karya HB.

Tanda Sukun untuk huruf wawu dan

yang berfungsi sebagai

Jassin mengakui bahwa dalam

af Al-Qur�an Berwajah

ini dia menggunakan Al-Qur�an

standar yang dibelinya dari Departemen

Ini berarti karakter dan tata cara

Qur�an sama seperti

yang dilakukan oleh Al-Qur�an yang

selama ini menjadi standar Departemen

Forum Keadilan No. 22, 18Pebruari 1993, kemudian dimuat dalam HB. Jassin,

Qur�an Berwajah Puisi H.B.

, hlm. 14 dan 85.

Kontroversi Al-Qur�an

Berwajah Puisi H.B. Jassin Penyusun, hlm. viii.

Qur�an Berbentuk Puisi Menjadi

ngkatan Bersenjata, 22

Page 10: KONTROVERSI MUSHHAF AL-QURAN BERWAJAH PUISI KARYA …

Volume 1, No. 1, Februari

50

Agama Republik Indonesia. Namun,

setelah dibandingkan dengan beberapa

model cetakan mushhaf Al-

beredar di toko dan yang mengacu pada

mushhaf standar Indonesia yang dibakukan

oleh Departemen Agama Republik

Indonesia, dalam Mushhaf Berwajah Puisi

ini terdapat beberapa perbedaan

harakat sukun untuk huruf wawu

yang berfungsi sebagai pemanjang bunyi

dan i, tidak ada. Lihat contoh pada surah

Al-Baqarah [2]: 8-9 berikut ini:

versi Mushhaf Berwajah Puisi

Versi Mushhaf standar Depag

Dari contoh di atas dengan tampak

jelas terlihat bahwa ada beberapa huruf

wawu dan ya yang berfungsi sebagi

pemanjang (mad) dalam kata tidak disukun

sebagaimana yang ditetapkan di dalam

mushhaf standar Departemen Agama

Republik Indonesia: kata

Volume 1, No. 1, Februari - Juli 2015

Agama Republik Indonesia. Namun,

setelah dibandingkan dengan beberapa

-Qur�an yang

beredar di toko dan yang mengacu pada

af standar Indonesia yang dibakukan

oleh Departemen Agama Republik

af Berwajah Puisi

ini terdapat beberapa perbedaan. Pertama,

wawu dan ya�

yang berfungsi sebagai pemanjang bunyi u

tidak ada. Lihat contoh pada surah

9 berikut ini:

af Berwajah Puisi

af standar Depag

Dari contoh di atas dengan tampak

jelas terlihat bahwa ada beberapa huruf

yang berfungsi sebagi

) dalam kata tidak disukun

sebagaimana yang ditetapkan di dalam

af standar Departemen Agama

�������� ,��� ��������,

���������� , ���������� , ���������� ,

teknis penulisan harakat, dalam kasus ini,

Jassin tidak mengikuti mush

Indonesia yang telah ditetapkan oleh

Departemen Agama sebagaimana terlihat

pada mushhaf yang diterbitkan oleh PT.

Bina Ilmu Surabaya dan PT. Ma�arif

Bandung.

Dalam kasus ini Mushhaf

Berwajah Puisi karya Jassin mengikuti

mushhaf Al-Qur�an yang diterbitkan oleh

penerbit di luar negeri, seperti yang

diterbitkan oleh Darul Qalam Mesir dan

Pemerintah Arab Saudi. Perhatikan contoh

berikut ini yang diambil dari sebagian

halaman dari mushhaf yang diterbitkan

oleh Pemerintah Arab Saudi:

Mushhaf standar Arab Saudi

Dari uraian di atas menjadi jelas

bahwa dari segi tata penulisan

untuk mad, mushhaf Berwajah Puisi tidak

mengikuti mushhaf Al

Indonesia, tetapi mengikuti mush

standar pemerintah Arab Saudi.

������ ����� . Dari segi

teknis penulisan harakat, dalam kasus ini,

Jassin tidak mengikuti mushhaf standar

Indonesia yang telah ditetapkan oleh

Departemen Agama sebagaimana terlihat

iterbitkan oleh PT.

Bina Ilmu Surabaya dan PT. Ma�arif

Dalam kasus ini Mushhaf Al-Qur�an

karya Jassin mengikuti

Qur�an yang diterbitkan oleh

penerbit di luar negeri, seperti yang

diterbitkan oleh Darul Qalam Mesir dan

merintah Arab Saudi. Perhatikan contoh

berikut ini yang diambil dari sebagian

af yang diterbitkan

oleh Pemerintah Arab Saudi:

af standar Arab Saudi

Dari uraian di atas menjadi jelas

bahwa dari segi tata penulisan harakat

af Berwajah Puisi tidak

af Al-Qur�an standar

Indonesia, tetapi mengikuti mushhaf yang

standar pemerintah Arab Saudi.

Page 11: KONTROVERSI MUSHHAF AL-QURAN BERWAJAH PUISI KARYA …

2. Tanda Fatkhah pada kata �Allah�

Masalah yang kedua

mengenai penulisan fathah pada kata

�Allah�. Mushhaf Berwajah Puisi dalam

kasus ini mengikuti mush

Indonesia, yaitu ditulis dengan fath

tegak, (��) sedangkan pada mush

standar Arab Saudi ditulis biasa

Perhatikan pada contah surah Al

[2]: 8 di atas.

3. Penulisan tanda tanwin

Masalah yang ketiga,

mengenai penulisan susunan dua

(tarkîbul harakatain) atau tanwîn

mushhaf standar Arab Saudi, dibedakan

cara menulis tanwîn idhhâr dengan

ikhfâ� dan tanwîn idhghâm. Untuk

idhhâr ditulis dengan dhammah

atasnya ditambah garis lengkung untuk

kasus dhammatain, dan ditulis

yang berjajar lurus untuk kasus

Sedangkan untuk tanwîn ikhfâ�

idhghâm, untuk kasus dhammatain

dhammah dua bertumpuk. Perhatikan dan

bandingkan contoh berikut ini:

Mushhaf standar Arab Saudi

Volume 1, No. 1, Februari - Juli 2015

pada kata �Allah�

kedua adalah

ah pada kata

Berwajah Puisi dalam

kasus ini mengikuti mushhaf standar

Indonesia, yaitu ditulis dengan fathhah

sedangkan pada mushhaf

standar Arab Saudi ditulis biasa (��).

Perhatikan pada contah surah Al-Baqarah

ketiga, adalah

mengenai penulisan susunan dua harakat

tanwîn. Dalam

af standar Arab Saudi, dibedakan

dengan tanwîn

Untuk tanwîn

dhammah yang di

atasnya ditambah garis lengkung untuk

dan ditulis fathhah dua

yang berjajar lurus untuk kasus kasratain.

ikhfâ� dan tanwîn

dhammatain ditulis

dua bertumpuk. Perhatikan dan

ngkan contoh berikut ini:

af standar Arab Saudi

Sedangkan di dalam mush

Indonesia tidak membedakan susunan dua

harakat (tanwîn) tersebut. Perhatikan

contoh berikut ini:

Mushhaf standar Indonesia

Dalam masalah ini, mush

Berwajah Puisi tidak mengikuti mush

standar Arab Saudi, tetapi mengikuti

mushhaf standar Indonesia. Perhatikan

contoh berikut ini:

Mushhaf Berwajah Puisi

4. Tanda Waqf

Masalah keempat

mengenai tanda waqf. Dalam soal ini

Mushhaf Al-Qur�an

mengikuti mushhaf standar Indonesia,

bukan mushhaf standar Arab Saudi. Lihat

kembali pada kasus ayat ke 8 dan 9 dari

surah Al-Baqarah di atas; di akhir kedua

ayat tersebut dan tepat pada kata

ayat yang ke 9, dalam mush

Arab Saudi tidak terdapat tanda

Sedangkan dalam mush

Indonesia terdapat tanda

51

Sedangkan di dalam mushhaf standar

Indonesia tidak membedakan susunan dua

) tersebut. Perhatikan

af standar Indonesia

Dalam masalah ini, mushhaf

Puisi tidak mengikuti mushhaf

standar Arab Saudi, tetapi mengikuti

af standar Indonesia. Perhatikan

af Berwajah Puisi

keempat adalah mengenai

waqf. Dalam soal ini

Berwajah Puisi

af standar Indonesia,

af standar Arab Saudi. Lihat

kembali pada kasus ayat ke 8 dan 9 dari

Baqarah di atas; di akhir kedua

ayat tersebut dan tepat pada kata âmanû di

ayat yang ke 9, dalam mushhaf standar

ab Saudi tidak terdapat tanda waqf.

Sedangkan dalam mushhaf standar

Indonesia terdapat tanda waqf, secara

Page 12: KONTROVERSI MUSHHAF AL-QURAN BERWAJAH PUISI KARYA …

Volume 1, No. 1, Februari

52

berurutan, yaitu; waqf lâzim, artinya harus

berhenti pada kata yang diberi tanda waqf

tersebut; waqf jâ�iz, artinya boleh berhenti

dan boleh terus disambung dengan kata

selanjutnya pada kata yang diberi tanda

waqf tersebut; dan waqf jâ�is ma`a kauni

al-waqfi aulâ, yaitu lebih utama berhenti

pada kata yang diberi tanda waqf

Perhatikan contoh berikut ini:

waqaf versi mushhaf berwajah puisi

versi mushhaf standar Arab Saudi

versi mushhaf standar Indonesia

Volume 1, No. 1, Februari - Juli 2015

, artinya harus

berhenti pada kata yang diberi tanda waqf

, artinya boleh berhenti

ambung dengan kata

selanjutnya pada kata yang diberi tanda

waqf jâ�is ma`a kauni

, yaitu lebih utama berhenti

waqf tersebut.

af berwajah puisi

af standar Arab Saudi

af standar Indonesia

5. Ditulis berdasarkan kaidah

Nahwiyyah Sharfiyyah

Masalah kelima, adalah dalam

mushhaf Berwajah Puisi ditulis dengan

khath tuntas berdasarkan kaidah

nahwiyyah sharfiyyah, sedangkan pada

mushhaf standar Indonesia pada kasus

tertentu yang terkait dengan teknis

penulisan skripnya, masih mengikuti

mushhaf standar Arab Saudi (mushhaf

Utsamani). Perhatikan contoh berikut ini:

versi mushhaf Utsmani standar Arab Saudi

versi mushhaf standar

versi mushhaf Berwajah Puisi

D. Tata Lay Out Mush

Berwajah Puisi Karya

1. Tidak tergantung pada bidang

halaman

Setelah menganalisis teknis

penulisan, baik menyangkut penulisan

tanda baca (harakat), model

tanda waqf, pada bagian ini akan dianalisis

mengenai tata layout

mushhaf Al-Qur�an Berwajah Puisi. Dalam

Ditulis berdasarkan kaidah

Sharfiyyah

, adalah dalam

af Berwajah Puisi ditulis dengan

tuntas berdasarkan kaidah

, sedangkan pada

af standar Indonesia pada kasus

tertentu yang terkait dengan teknis

penulisan skripnya, masih mengikuti

af standar Arab Saudi (mushhaf

Utsamani). Perhatikan contoh berikut ini:

af Utsmani standar Arab Saudi

af standar Indonesia

af Berwajah Puisi

Mushhaf Al-Qur�an

Karya HB. Jassin

Tidak tergantung pada bidang

Setelah menganalisis teknis

penulisan, baik menyangkut penulisan

), model-modelnya dan

, pada bagian ini akan dianalisis

dalam penulisan

Qur�an Berwajah Puisi. Dalam

Page 13: KONTROVERSI MUSHHAF AL-QURAN BERWAJAH PUISI KARYA …

masalah tata layout, mushh

Puisi ditulis tidak seperti lazimnya

mushhaf yang selama ini beredar di

kalangan umat Islam yang memenu

seluruh ruang bidang halaman. Namun,

bagi Jassin, tata layout disesuaikan dengan

makna yang terkandung pada setiap

kalimat yang bisa diresapi oleh pembaca.

Maka, pertimbangannya bukan luas bidang

ruang pada setiap halaman yang tersedia,

tetapi satu kesatuan makna yang

terkandung pada setiap kalimat.

Dengan demikian, pada baris pertama

berhenti dalam satu kesatuan makna yang

bisa diresapi oleh pembaca. Ruang yang

kosong-kosong yang ada, karena belum

dipenuhi barisan kalimat telah berganti

pada baris di bawahnya, bukan berarti

mubazir, karena memang cara

membacanya diresapi maknanya,

sehingga lebih indah dan enak dibaca.

Lay out penyusunan ayat Al

pada Al-Qur�an Berwajah Puisi

kreasi Jassin ini didasarkan pada

pertimbangan unit masalah untu

baris, bukan banyaknya ruang yang telah

disediakan pada setiap halaman, seperti

kebanyakan Al-Qur�an yang beredar

selama ini. Misalnya, dalam surah Al

Rahmân, tertulis sebagai berikut:

90Ibid.

Volume 1, No. 1, Februari - Juli 2015

haf Berwajah

Puisi ditulis tidak seperti lazimnya

af yang selama ini beredar di

kalangan umat Islam yang memenuhi

seluruh ruang bidang halaman. Namun,

disesuaikan dengan

makna yang terkandung pada setiap

kalimat yang bisa diresapi oleh pembaca.

Maka, pertimbangannya bukan luas bidang

ruang pada setiap halaman yang tersedia,

tuan makna yang

terkandung pada setiap kalimat.

Dengan demikian, pada baris pertama

berhenti dalam satu kesatuan makna yang

bisa diresapi oleh pembaca. Ruang yang

kosong yang ada, karena belum

dipenuhi barisan kalimat telah berganti

bawahnya, bukan berarti

mubazir, karena memang cara

membacanya diresapi maknanya,90

sehingga lebih indah dan enak dibaca.

penyusunan ayat Al-Qur�an

Qur�an Berwajah Puisi hasil

kreasi Jassin ini didasarkan pada

pertimbangan unit masalah untuk setiap

baris, bukan banyaknya ruang yang telah

disediakan pada setiap halaman, seperti

Qur�an yang beredar

selama ini. Misalnya, dalam surah Al-

mân, tertulis sebagai berikut:

Model penyusunan tulisan deretan

ayat dalam mushhaf Berwajah Puisi ini

sama sekali berbeda dengan penyusunan

tulisan deretan ayat yang ada dalam

mushhaf standar Indonesia maupun

mushhaf standar Arab Saudi.

Dalam mushhaf standar Indonesia

maupun standar Arab Saudi,

menggoreskan tulisan ayat

berkesinambungan, memenuhi kepadatan

bidang dan ruang kertas yang tersedia pada

setiap halaman. Oleh karena itu, seringkali

terjadi, satu ayat belum tuntas dilanjutkan

pada baris berikutnya dalam bidang ruang

halaman yang sama. Sedangkan pada

53

Model penyusunan tulisan deretan

Berwajah Puisi ini

sama sekali berbeda dengan penyusunan

tulisan deretan ayat yang ada dalam

af standar Indonesia maupun

af standar Arab Saudi.

af standar Indonesia

maupun standar Arab Saudi,

menggoreskan tulisan ayat-ayat secara

berkesinambungan, memenuhi kepadatan

bidang dan ruang kertas yang tersedia pada

setiap halaman. Oleh karena itu, seringkali

terjadi, satu ayat belum tuntas dilanjutkan

da baris berikutnya dalam bidang ruang

halaman yang sama. Sedangkan pada

Page 14: KONTROVERSI MUSHHAF AL-QURAN BERWAJAH PUISI KARYA …

Volume 1, No. 1, Februari

54

mushhaf Berwajah Puisi penggalan setiap

baris lebih ditentukan pada kesatuan

makna, bukan pada pemenuhan bidang

ruang halaman yang tersedia.

E. Berbeda dengan Mushaf Utsmani

Persoalannya adalah apakah upaya

Jassin ini bertentangan dengan model

Mushhaf `Utsmani. D. Siradjuddin AR.,

kaligrafer yang menulis khathth

Qur�an Berwajah Puisi,

bahwa penulisan mushhaf Berwajah Puisi

tersebut sepenuhnya mengacu kepada

mushhaf `Utsmani dan juga tunduk kepada

rumus mushhaf standar Indonesia. Namun,

tidak dalam hal tata lay out-nya. Jika tata

lay out-nya dimasukkan, sesungguhnya

seluruh mushhaf yang ada sekarang ini

tidak ada yang mengikuti jejak mush

`Utsmani. Sebab, dalam hala tatacara

out mushhaf `Utsmani banyak

pemenggalan kata, yang bagi pembaca

awam cukup berbahaya. Misalnya, dalam

surah Al-Isrâ� sebagai berikut:

Volume 1, No. 1, Februari - Juli 2015

af Berwajah Puisi penggalan setiap

baris lebih ditentukan pada kesatuan

makna, bukan pada pemenuhan bidang

Berbeda dengan Mushaf Utsmani

ya adalah apakah upaya

Jassin ini bertentangan dengan model

af `Utsmani. D. Siradjuddin AR.,

kaligrafer yang menulis khathth-nya, Al-

menegaskan

af Berwajah Puisi

sepenuhnya mengacu kepada

`Utsmani dan juga tunduk kepada

af standar Indonesia. Namun,

nya. Jika tata

nya dimasukkan, sesungguhnya

af yang ada sekarang ini

tidak ada yang mengikuti jejak mushhaf

a tatacara lay

af `Utsmani banyak

pemenggalan kata, yang bagi pembaca

awam cukup berbahaya. Misalnya, dalam

Isrâ� sebagai berikut:

Contoh di atas adalah lembaran dari

mushhaf Utsmâni yang ditulis dengan skrip

(khath) Kûfî, yang memuat k

titik hasil kreasi Abul Aswad Al

namun belum ada tanda baca (harakat)

yang lengkap sebagaimana mush

selama ini beredar di kalangan umat Islam.

Lembaran mushhaf ini sekarang disimpan

di Museum Nasional Yaman.

Penggalan kalimat

tersebut merupakan ayat pertama dari

surah Al-Isra�, yaitu:

�� ��������� ���� ������ ���������� ��� ���� ������ ���������

������ �� ��� ������� ������ �������� �� ��������� ���� ���������

Dari segi tata cara tulis

pada contoh di atas ada beberapa

pemenggalan kata yang tidak sesuai

dengan kaidah nahwiyyah

Bila deretan kalimat di atas ditulis sesuai

dengan urutan aslinya adalah sebagai

berikut:

� �� ��������� ��

91Dikutip dari M.M. Al

History The Qur�anic Text,

dkk. (Jakarta: Gema Insani Press, 2005), h. 155.

Mushhaf `Utsmânî jumlah keseluruhannya ada 5

buah, ada yang mengatakan 7 buah.

Contoh di atas adalah lembaran dari

mushhaf Utsmâni yang ditulis dengan skrip

(khath) Kûfî, yang memuat kerangka tanda

titik hasil kreasi Abul Aswad Al-Du`ali,

namun belum ada tanda baca (harakat)

yang lengkap sebagaimana mushhaf yang

selama ini beredar di kalangan umat Islam.

af ini sekarang disimpan

di Museum Nasional Yaman.91

Penggalan kalimat pada lembar

tersebut merupakan ayat pertama dari

�� ��������� ���� ������ ���������� ��� ���� ������ ���������

������ �� ��� ������� ������ �������� �� ��������� ���� ���������

��������� ���� ����������

Dari segi tata cara tulis layout-nya,

pada contoh di atas ada beberapa

pemenggalan kata yang tidak sesuai

wiyyah dan sharfiyyah.

Bila deretan kalimat di atas ditulis sesuai

dengan urutan aslinya adalah sebagai

������� ������ ��� ������

�� ������ ����������� �� ��������� ��

� �� ��������� ���� ��������

Dikutip dari M.M. Al-A`zami, The

History The Qur�anic Text, terj. Sohirin Solihin

dkk. (Jakarta: Gema Insani Press, 2005), h. 155.

af `Utsmânî jumlah keseluruhannya ada 5

buah, ada yang mengatakan 7 buah.

Page 15: KONTROVERSI MUSHHAF AL-QURAN BERWAJAH PUISI KARYA …

����� ������ �������

��������� ���� ���������� ���� ���� ��� ��

Contoh di atas memperlihatkan

bahwa mushhaf `Utsmani yang dihasilkan

oleh tim yang dipimpin Zayd ibn Tsabit,

dengan memakai khath

menentukan tata lay out

dengan standar nahwiyyah dan

Kata-kata: ,����� ,������

dipenggal-penggal seperti di atas sangat

membahayakan bagi para pembaca awam.

Persoalan yang muncul kemudian adalah,

bila menyangkut tata lay out

`Utsmani ini diklaim sebagai

mutlak, tentu akan terjadi kerancuan dalam

mushhaf kita sekarang ini, karena mush

yang beredar di dunia Muslim sekarang

jelas berbeda tatacara lay out

mushhaf `Utsmani.

Gagasan mengenai tata

dengan segala tanda baca yang sempurna,

seperti yang kita lihat sekarang, sebetulnya

muncul pada periode Bani `Abbas yang

dipelopori oleh Abu Hasan, yang dikenal

dengan Ibn Bauwab (w. 413 H/1022M).

Karya-karyanya kemudian bermunculan

pada masa kekuasaan Turki `Utsmani dan

kerajaan-kerajaan Islam Persia. Pengaturan

halaman mushhaf sekarang, umumnya

mengacu pada periode Bagdad dan para

Volume 1, No. 1, Februari - Juli 2015

����� ������ �������

��������� ���� ���������� �������� ��� ��

Contoh di atas memperlihatkan

af `Utsmani yang dihasilkan

oleh tim yang dipimpin Zayd ibn Tsabit,

kûfi belum

yang sesuai

dan sharfiyyah.

����� , yang

penggal seperti di atas sangat

membahayakan bagi para pembaca awam.

Persoalan yang muncul kemudian adalah,

lay out mushhaf

`Utsmani ini diklaim sebagai tauqîfî dan

mutlak, tentu akan terjadi kerancuan dalam

sekarang ini, karena mushhaf

yang beredar di dunia Muslim sekarang

lay out-nya dengan

Gagasan mengenai tata lay out

dengan segala tanda baca yang sempurna,

seperti yang kita lihat sekarang, sebetulnya

muncul pada periode Bani `Abbas yang

asan, yang dikenal

dengan Ibn Bauwab (w. 413 H/1022M).

karyanya kemudian bermunculan

rki `Utsmani dan

kerajaan Islam Persia. Pengaturan

af sekarang, umumnya

mengacu pada periode Bagdad dan para

Sultan Ikhaniyah, bukan lagi pada `Utsman

ibn `Affan.92

2. Kekhasan Mushhaf HB. Jassin

Dari uraian di atas tampak bahwa

Qur�an Berwajah Puisi

atas di luar dari kelaziman mush

Indonesia. Ia mempunyai kekhasan

tersendiri. Pertama, dalam masalah

out-nya disusun secara simetris dengan

mempertimbangkan makna puitis di setiap

ayat, sedangkan dalam

Indonesia dan Arab Saudi disusun biasa

dengan pertimbangan luas bidang kertas

yang disediakan dan sebagian ada yang

mempertimbangkan pangkat ayat pada

akhir halaman, yang dikenal dengan

Mushhaf Pojok. Oleh karena itu, mushhaf

Berwajah Puisi seringkali memenggal ayat

meskipun masih tersedia bidang ruang

pada satu halaman, demi pertimbangan

makna. Hal yang sama, sebetulnya juga

dilakukan dalam mush

saja pertimbangannya lebih pada

keserasian dan pemenuhan bidang ruang

yang tersedia, bukan makna. Namun,

keduanya dalam pemenggalan tersebut

sama-sama tidak mengingkari kaidah

nahwiyyah.

92D. Sirajuddin. AR.,

Puisi: Dibenarkan tapi Tidak Diakui� dalam

Qur�an, No. 5, Vol. IV Th. 1993, hlm. 61

55

Sultan Ikhaniyah, bukan lagi pada `Utsman

Kekhasan Mushhaf HB. Jassin

Dari uraian di atas tampak bahwa Al-

Qur�an Berwajah Puisi kreasi Jassin di

atas di luar dari kelaziman mushhaf di

Indonesia. Ia mempunyai kekhasan

, dalam masalah lay

disusun secara simetris dengan

mempertimbangkan makna puitis di setiap

ayat, sedangkan dalam mushhaf standar

Indonesia dan Arab Saudi disusun biasa

dengan pertimbangan luas bidang kertas

yang disediakan dan sebagian ada yang

mempertimbangkan pangkat ayat pada

akhir halaman, yang dikenal dengan

Oleh karena itu, mushhaf

seringkali memenggal ayat

meskipun masih tersedia bidang ruang

pada satu halaman, demi pertimbangan

makna. Hal yang sama, sebetulnya juga

haf standar, hanya

saja pertimbangannya lebih pada

keserasian dan pemenuhan bidang ruang

sedia, bukan makna. Namun,

keduanya dalam pemenggalan tersebut

sama tidak mengingkari kaidah

D. Sirajuddin. AR., �Al-Qur�an Berwajah

Puisi: Dibenarkan tapi Tidak Diakui� dalam Ulumul

No. 5, Vol. IV Th. 1993, hlm. 61-62.

Page 16: KONTROVERSI MUSHHAF AL-QURAN BERWAJAH PUISI KARYA …

Volume 1, No. 1, Februari

56

Kedua, dalam Al-Qur�an Berwajah

Puisi keseluruhannya menggunakan

khathth tuntas nahwiyyah,

dalam Al-Qur�an standar beberapa kaidah

`Utsmani kadang masih terpakai. Namun,

keduanya tetap menggunakan khathth

naskhi bukan kufi, sebagaimana bentuk asli

mushhaf `Utsmani.

Ketiga, dalam Al-Qur�an Berwajah

Puisi tidak ada ketentuan berapa ayat

dalam setiap satu wajah halaman

(shahifah), sedangkan dalam Al

standar, dengan tujuan mempermudah

hafalan, biasanya setiap sha

atas 13, 15, 20 baris atau bahkan lebih.

Ketidaklaziman inilah yang membuat

sebagian umat Islam, termasuk

Departemen Agama RI, tidak siap untuk

menerima kehadiran mushh

Mereka menuduh mushhaf Jassin ini akan

membawa mudarat bagi umat Islam.

Padahal, secara substansial mush

ini tidak bertentangan dengan standarisasi

penulisan mushhaf di Indonesia. Bahkan,

bila dilihat baik dari segi teknis penul

khathnya maupun tatacara

mushhaf Jassin ini memberikan beberapa

keuntungan. Pertama, dalam masalah

layout-nya disusun secara simetris dengan

mempertimbangkan makna puitis di setiap

ayat, akan memudahkan pembaca dalam

memetik makna di setiap deretan baris

Volume 1, No. 1, Februari - Juli 2015

Qur�an Berwajah

keseluruhannya menggunakan

sedangkan

Qur�an standar beberapa kaidah

ani kadang masih terpakai. Namun,

keduanya tetap menggunakan khathth

, sebagaimana bentuk asli

Qur�an Berwajah

tidak ada ketentuan berapa ayat

dalam setiap satu wajah halaman

dalam Al-Qur�an

standar, dengan tujuan mempermudah

shahifah terdiri

atas 13, 15, 20 baris atau bahkan lebih.

Ketidaklaziman inilah yang membuat

sebagian umat Islam, termasuk

Departemen Agama RI, tidak siap untuk

haf tersebut.

af Jassin ini akan

membawa mudarat bagi umat Islam.

Padahal, secara substansial mushhaf Jassin

ini tidak bertentangan dengan standarisasi

af di Indonesia. Bahkan,

bila dilihat baik dari segi teknis penulisan

layout-nya,

af Jassin ini memberikan beberapa

, dalam masalah

disusun secara simetris dengan

mempertimbangkan makna puitis di setiap

ayat, akan memudahkan pembaca dalam

p deretan baris

ayat. Kedua, pilihannya pada penulisan

sempurna sesuai kaidah

nahwiyyah akan mampu menghindarkan

pembaca dari kesalahan membaca. Sebab,

bila ditulis dengan model

utuh ada beberapa konteks tulisan yang

tidak lazim dan membingungkan, karena

tidak sesuai dengan kaidah

nahwiyyah. Ketiga, tanda

lengkap seperti yang ditempuh dalam

mushhaf standar Indonesia, menjadikan

mushhaf Berwajah Puisi ini detail dalam

memberikan peringataan kepada pembaca

mengenai posisi untuk menghentikan dan

menyambung bacaan.

F. Kesimpulan

Dari uraian di atas bisa

disimpulkan:

1. Mushhaf Al-Qur�an Berwajah Puisi

karya HB. Jassin dalam teknis

penulisannya menggunakan model

penulisan yang mengacu pada standar

nahwiyyah dan

standar ini untuk beberapa kasus tidak

digunakan oleh mushhaf standar

Indonesia maupun standar Arab Saudi.

Adapun teknis tata

terpaku pada luas bidang halaman yang

tersedia, melainkan pemenggalannya

dilakukan berdasarkan isi d

deretan kalimat.

, pilihannya pada penulisan

sempurna sesuai kaidah sharfiyyah dan

akan mampu menghindarkan

pembaca dari kesalahan membaca. Sebab,

bila ditulis dengan model rasm Utsmani

utuh ada beberapa konteks tulisan yang

dan membingungkan, karena

tidak sesuai dengan kaidah sharfiyyah dan

, tanda waqf yang

lengkap seperti yang ditempuh dalam

af standar Indonesia, menjadikan

af Berwajah Puisi ini detail dalam

memberikan peringataan kepada pembaca

mengenai posisi untuk menghentikan dan

Dari uraian di atas bisa

Qur�an Berwajah Puisi

karya HB. Jassin dalam teknis

penulisannya menggunakan model

penulisan yang mengacu pada standar

sharfiyyah, yang

standar ini untuk beberapa kasus tidak

digunakan oleh mushhaf standar

Indonesia maupun standar Arab Saudi.

Adapun teknis tata layout-nya tidak

terpaku pada luas bidang halaman yang

tersedia, melainkan pemenggalannya

dilakukan berdasarkan isi dari setiap

Page 17: KONTROVERSI MUSHHAF AL-QURAN BERWAJAH PUISI KARYA …

2. teknis penulisan tidak sepenuhnya

mengikuti mushhaf standar Arab Saudi

dan atau mushhaf standar Indonesia.

Begitu juga dari segi tata

Secara substansial ia tetap mengacu

dan tidak bertentangan dengan

Pedoman Pentashih Mushaf Al

tentang Penulisan dan Tanda Baca

yang disusun oleh Puslitbang Lektur

Agama Departemen Agama RI tahun

1976 yang memberikan tiga alternatif

di dalam penulisan mush

Qur�an: Pertama, tulisan Al

harus mengikuti khathth mu

`Utsmânî, meskipun khathth

menyalahi kaidah nahwiyyah

sharfiyyah, serta meskipun khathth

tersebut mudah mengakibatkan salah

bacaannya bila tidak diberi

Kedua, tulisan Al-Qur�an boleh

mengikuti kaidah `

nahwiyyah dan sharfiyyah

menyalahi khathth `Utsmânî. Sebab,

hal itu memudahkan pembaca,

terutama bagi yang belum

mengenalnya. Dasar hukum keharusan

mengikuti khathth `Utsmâni hanyalah

`aqliyyah ijtihâdiyyah semata.

Al-Qur�an yang merupakan bacaan

umum harus ditulis menurut kaidah

`arabiyyah nahwiyyah dan

namun tetap harus ada yang ditulis

Volume 1, No. 1, Februari - Juli 2015

teknis penulisan tidak sepenuhnya

af standar Arab Saudi

af standar Indonesia.

Begitu juga dari segi tata layout-nya.

Secara substansial ia tetap mengacu

dan tidak bertentangan dengan

Pentashih Mushaf Al-Qur�an

tentang Penulisan dan Tanda Baca

yang disusun oleh Puslitbang Lektur

Agama Departemen Agama RI tahun

1976 yang memberikan tiga alternatif

di dalam penulisan mushhaf Al-

tulisan Al-Qur�an

khathth mushhaf

khathth tersebut

wiyyah dan

serta meskipun khathth

tersebut mudah mengakibatkan salah

bacaannya bila tidak diberi harakat.

Qur�an boleh

mengikuti kaidah `arabiyyah

sharfiyyah, meskipun

menyalahi khathth `Utsmânî. Sebab,

hal itu memudahkan pembaca,

terutama bagi yang belum

mengenalnya. Dasar hukum keharusan

mengikuti khathth `Utsmâni hanyalah

semata. Ketiga,

Qur�an yang merupakan bacaan

harus ditulis menurut kaidah

dan sharfiyyah,

namun tetap harus ada yang ditulis

menurut khathth `Utsmânî

pelestarian warisan sejarah.

3. Penolakan sebagian umat Islam

terhadap Mushhaf Berwajah Puisi

dengan tidak memberikan izin edar,

tidak mempunyai dasar argumentasi

rasional dan cenderung emosional,

karena tidak siap menghadapi sesuatu

yang di luar kelaziman. Sebab, secara

substansial mushhaf yang disusun HB.

Jassin tersebut tidak b

dengan standar mushhaf di Indonesia

maupun di Arab Saudi.[]

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abd Qadîr, Muhammad Thâhir.

Qur�ân. Mesir: Mushthafâ al

Halabî, 1953.

Al-A`zami, M.M. The History The

Qur�anic Text, terj. Sohirin Solihin

dkk. Jakarta: Gema Insani Press,

2005.

Al-Qur�an Al-Karim, Bacaan Mulia

HB Jassin. Jakarta: Yayasan 23

Januari 1942, 1982.

D. Sirajuddin. AR., �Al

Puisi: Dibenarkan tapi Tidak Diakui�

dalam Ulumul Qur�an,

Th. 1993, hlm. 61.

Diponegoro, Mohammad.

Qur�an juz 29. Yogyakarta: Suara

Muhammadiyah.t.th

57

khathth `Utsmânî sebagai

pelestarian warisan sejarah.

Penolakan sebagian umat Islam

af Berwajah Puisi

dengan tidak memberikan izin edar,

tidak mempunyai dasar argumentasi

rasional dan cenderung emosional,

karena tidak siap menghadapi sesuatu

yang di luar kelaziman. Sebab, secara

substansial mushhaf yang disusun HB.

Jassin tersebut tidak bertentangan

dengan standar mushhaf di Indonesia

maupun di Arab Saudi.[]

ammad Thâhir. Târikh al-

Mesir: Mushthafâ al-Bâbî al-

The History The

terj. Sohirin Solihin

dkk. Jakarta: Gema Insani Press,

Karim, Bacaan Mulia, terj.

HB Jassin. Jakarta: Yayasan 23

Januari 1942, 1982.

�Al-Qur�an Berwajah

Puisi: Dibenarkan tapi Tidak Diakui�

Ulumul Qur�an, No. 5, Vol. IV

Th. 1993, hlm. 61.

Diponegoro, Mohammad. Puitisasi Al-

Yogyakarta: Suara

Muhammadiyah.t.th

Page 18: KONTROVERSI MUSHHAF AL-QURAN BERWAJAH PUISI KARYA …

Volume 1, No. 1, Februari

58

Effendi, Edy A.. �Kontroversi di Sekitar

HB. Jassin�, dalam Jurnal Ulumul

Qur�an, November 1993.

Jassin, HB. et al. Kontroversi Al

Berwajah Puisi H.B. Jassin

Penyusun. Jakarta: Pustaka Utama

Grafiti, 1995.

Majma` al-Buhûts al-Islâmiyyah,

Qur�âniyyah. Mesir: Al

Mishriyyah, 1971.

Qalyubi, Syihabuddin. Stilistika al

Pengantar Orientasi Studi Al

Qur�an. Yogyakarta: Titian Ilahi

Press, 1997.

.Watt, W. Montgomery. Pengantar Studi

Al-Qur�an Penyempurnaan atas

Karya Richard Bell,

Adnan Amal. Jakarta: Rajawali Press,

1995.

Koran dan Majalah

�Al-Qur�an Berwajah Puisi Menjadi

Obsesi H.B. Jassin�

Bersenjata, 22 Desember 1992.

�Al-Qur�an Dilarang Berwajah Puisi�

Forum Keadilan No. 22, 18 Pebruari

1993.

Harian Terbit, 21 Januari 1993.

Media Indonesia Minggu,

1993.

Media Indonesia, 21 Januari 1993.

Pelita, 21 Januari 1993.

�Proyek H.B. Jassin Al-Qur�an Berbentuk

Puisi�, Suara Karya

1992.

Volume 1, No. 1, Februari - Juli 2015

Effendi, Edy A.. �Kontroversi di Sekitar

Jurnal Ulumul

November 1993.

Kontroversi Al-Qur�an

erwajah Puisi H.B. Jassin

Jakarta: Pustaka Utama

Islâmiyyah, Buhûts

Mesir: Al-Syirkah al-

Stilistika al-Qur�an,

Pengantar Orientasi Studi Al-

a: Titian Ilahi

Pengantar Studi

Qur�an Penyempurnaan atas

terj. Taufik

Adnan Amal. Jakarta: Rajawali Press,

Qur�an Berwajah Puisi Menjadi

Obsesi H.B. Jassin� Angkatan

22 Desember 1992.

Qur�an Dilarang Berwajah Puisi�

No. 22, 18 Pebruari

21 Januari 1993.

29 Agustus

, 21 Januari 1993.

Qur�an Berbentuk

4 Desember

Qur�an itu Puisi� Wawancara dengan HB.

Jassin dalam Panji Masyarakat,

742, XXXIV, 1-

hlm. 76.

Republika, 28 Januari 1993.

Wawasan, 26 Januari 1993.

Mushhaf Al-Qu�an

Al-Qur�an Al-Karim Berwajah Puisi,

HB. Jassin, Jakarta: Djambatan, 1993

Al-Qur�an Al-Karim, Bandung: PT. Al

Ma�arif Bandung, t.th.

Al-Qur�an Al-Karim, Surabaya: PT. Bina

Ilmu, t.th.

Al-Qur�an Al-Karim,

Pemerintah Arab Saudi, t.th.

Qur�an itu Puisi� Wawancara dengan HB.

Panji Masyarakat, No.

-10 Januari 1993,

28 Januari 1993.

26 Januari 1993.

Karim Berwajah Puisi, terj.

HB. Jassin, Jakarta: Djambatan, 1993

Bandung: PT. Al-

Ma�arif Bandung, t.th.

Surabaya: PT. Bina

Karim, Arab Saudi:

Pemerintah Arab Saudi, t.th.