71
Dr. Nilas Warlem, SpP

Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ggg,ll

Citation preview

Page 1: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi

Dr. Nilas Warlem, SpP

Page 2: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi

Batuk Sesak nafas Nyeri dada Batuk darah

Page 3: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi

Batuk merupakan adalah gejala penyakit pernafasan yang paling umum.

Batuk dapat terjadi dengan disadari (volunter). Tak disadari (involunter) merupakan suatu respon terhadap perasaan adanya sesuatu dlm saluran nafas, dipicu oleh perangsangan laring,trakhea atau bronkus besar karena hilangnya complian paru

Page 4: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi

Batuk merupakan refleks fisiologis kompleks yang melindungi paru dari trauma mekanik, kimia dan suhu

Batuk merupakan gejala penyakit pernapasan yang paling umum, berfungsi untuk pertahanan paru terhadap masuknya benda asing.

Page 5: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi

Batuk menjadi tidak fisiologik bila dirasakan sebagai gangguan; batuk semacam itu sering kali merupakan tanda suatu penyakit di dalam atau di luar paru dan kadang-kadang merupakan gejala dini suatu penyakit

Batuk sangat berarti pada penularan penyakit melalui udara (air borne infection).

Page 6: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi

Impuls aferen dari saluran napas. nervus vagus ke medula oblongata.Di medula oblongata timbul serangkaian peristiwa otomatis ,udara dihirup 2,5 liter → epiglotis menutup dan pita suara menutup erat untuk menjerat udara didalamnya → otot perut berkontraksi dengan kuat membuat diafrahma jadi terdorong otot respirasi berkontraksi dengan kuat akibatnya tekanan di dalam paru akan meningkat setinggi 100 mmhg atau lebih →

Page 7: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi

pita suara dan epiglotis terbuka secara tiba-tiba sehingga udara bertekanan tinggi dalam paru akan meletus keluar dengan kecepatan 75 sampai 100 mile per jam.Udara yang mengalir dengan cepat ini juga akan membawa pula benda asing apapun yang berada dalam bronkus atau trakhea.

Page 8: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi

Batuk tidak efektif.Batuk tidak efektif. Pada keadaan patologis disebabkan, kelainan di Pada keadaan patologis disebabkan, kelainan di

luar paru seperti kelainan tulang, otot atau luar paru seperti kelainan tulang, otot atau saraf dapat menyebabkan batuk tidak efektif saraf dapat menyebabkan batuk tidak efektif karena inspirasi atau ekspirasi karena inspirasi atau ekspirasi sangat terbatas sangat terbatas akibat rasa sakit, kelelahan atau depresi akibat rasa sakit, kelelahan atau depresi susunan saraf pusatsusunan saraf pusat

Batuk yang tidak efektif juga dapat disebabkan Batuk yang tidak efektif juga dapat disebabkan oleh penyakit paru misalnya lesi endobronkial, oleh penyakit paru misalnya lesi endobronkial, striktur bronkial, benda asing, bronkospasme striktur bronkial, benda asing, bronkospasme atau sekret pada penderita asma atau sekret atau sekret pada penderita asma atau sekret kental pada penderita fibrosis kistikkental pada penderita fibrosis kistik

Page 9: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi

Membersihkan jalan nafas dari sekret Mencegah benda asing / zat irritant masuk

kedalam jalan nafas bagian bawah.

Batuk - batuk akut - batuk kronik (> 3 minggu ), terdapat

pada 3% populasi

Page 10: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi

rangsang inflamasi seperti edema mukosa rangsang inflamasi seperti edema mukosa dengan sekret trakeobronkial yang banyak. dengan sekret trakeobronkial yang banyak.

rangsang mekanik seperti benda asing rangsang mekanik seperti benda asing dalam saluran napas, aspirasi, dalam saluran napas, aspirasi, post nasal post nasal drip, drip, retensi sekret bronko pulmoner. retensi sekret bronko pulmoner.

rangsang suhu dan asap rokok rangsang suhu dan asap rokok udara udara panas/dingin, inhalasi gas. panas/dingin, inhalasi gas.

rangsang psikogenik. pada perokok dapat rangsang psikogenik. pada perokok dapat menyebabkan batuk kronik. dllmenyebabkan batuk kronik. dll

Page 11: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi

Suatu batuk yang efektif memerlukan: glotis yang berfungsi normal, inspirasi dan ekspirasi yang adekuat, saluran nafas yang terbuka, clearance bronkial yang normal

Page 12: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi

Batuk yang tidak adekuat :- gagal mengeluarkan benda yang

teraspirasi (sekret,GER,benda asing)- Akumulasi sekret bronkus

Page 13: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi

Peradangan akut laring,trakea dan bronkus Laringitis kronis Penekanan saluran nafas besar (kel getah

bening, aneurima aorta dan tumor) Asma Edema pulmonal Pneumonia Paru kaku( fibrosis,sarkoidosis,alveolitis) Bronkitis akut

Page 14: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi

SINKOP MUNTAH SAKIT KEPALA NYERI DADA MENGI EMPISEMA MEDIASTINUM INKONTINENSIA STRESS HERNIA

Page 15: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi

Diproduksi oleh sel goblet untuk mengikat benda asing yang dikeluarkan melalui saluran napas oleh sillia

Materi yang diekspektorasi dari sal nafas bawah oleh batuk,yang tercampur bersama ludah

Pemeriksaan sputum - Diagnosa- Evaluasi penyakit

Page 16: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi

Gambaran sputum

Sputum mokoidgumpalan(plug) mukusSputum purulenSputum karatJaringan padatSputum hitamSputum anchivy paste Amuba dihepar mlldiagfragma yang perforasi )

Page 17: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi

Defenisi bermacam – macam- perasaan bernafas yang tidak nyaman

yang terdiri dari berbagai sensasi yang berbeda intensitasnya

- disproporsi antara suplai, kebutuhan dan ventilasi

- Comroe (1996) Bukan takipnea, bukan hipercapnea,dan

bukan hiperventilasi, tapi pernapasan yang sulit, sejenis pernapasan yang tidak menyenangkan maupun menyakitkan

Page 18: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi

Merupakan hasil interaksi berbagai faktor fisiologi,psikologi,sosial dan lingkungan dandapat menginduksi respon fisiologi danperilaku skunder

Pengertian awam

Tidak bisa menghirup cukup udara, udara tidak masuk sempurna, rasa penuh didada, dada terasa berat (sempit), rasa tercekik, napas pendek, napas berat

Page 19: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi

Sumbatan aliran udara pada saluran napas paling sering dijumpai gangguan saluran napas kecil

Gangguan / disfungsi difusi pada alveolus penebalan membran alveolus, fibrosis

Keterbatasan kapasitas dan ekspantibilitas paru paru tidak mengembang

Kegagalan pernapasan kurangnya ventilatory drive, misalnya akibat depresi CNS, kerusakan otot pernapasan, heat trauma

Page 20: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi

Dispnea akut/ Rapid onsed◦ - sesak napas yang berlangsung kurang dari 1 ◦ bulan

Dispnea kronik/ Slow onset- Sesak napas yang berlangsung lebih dari 1

bulan

Page 21: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi

Dalam 1-2 jam + whezing (mengi)- asma (ada riwayat)- kegagalan ventrikel kiri (infark miokar, kelainan katup)

Tiba-tiba disertai nyeri dada- pneumotorak- emboli paru- benda asing

Page 22: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi

Dalam beberapa jam/hari disertai demam +sputum- pneumonia-bronkitis akut

Hiperventilasi/hipoventilasi- asidosis- keracunan

Page 23: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi

Disertai whezing- Asma- PPOK- Bronkiektasi Tidak disetai whezing- Pneumokoniasis- Intertisial lung diseses- Pulmonary tromboembolism

Page 24: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi

Pneumonia ; konsolidasi jaringan paru yang terkena sehingga tak terjadi ventilasi

Asma : penyempitan saluran nafas (spasme otot polos bronkus,oedema mukosa bronkus,sekret bronkus meningkat)

Pneumotorak : sesak nafas karena paru menjadi kolaps sehingga tidak berfungsi

Efusipleura : terjadi penumpukan cairan dalam rongga pleura sehingga paru menjadi kolaps

Page 25: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi

Sensasi dispnea berawal dari aktivasi sistem sensorik yang terlibat dalam sistem respirasi

Informasi sensorik sampai pada pusat pernapasan di otak dan memproses respiratory related signal dan menghasilkan pengaruh kognitif, konstektual dan perilaku sehingga terjadi sensasi dispnea

Page 26: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi

Kemoreseptor- Hiperkapnea- Hipoxia

Mekanoreseptor-saluran napas atas- Reseptor di paru- Reseptor di dinding dada

Afferent mismatch

Page 27: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi

Borg skala

Amerikan toracic sosiety scale (ATS)

St George respiratory questinare (SGRQ)

Visual analogue Sale for dispnea

Page 28: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi

Deskripsi Nilai Derajat

Tak terganggu oleh sesak saat bergegas waktu jalan atau sedikit mendaki

0 -

Terganggu oleh sesak saat bergegas waktu berjalan atau sedikit mendaki

1 ringan

Jalan lebih lambat dibanding orang seumur karena sesak atau harus berhenti untuk bernapas saat jalan biasa

2 sedang

Berhenti untuk bernapas setelah berjalan 100 yard/ setelah berjalan beberapa menit pada ketinggian tetap

3 berat

Terlampau sesak untuk keluar rumah/ sesak saat berpakaian atau melepas pakaian

4 Sangat berat

Page 29: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi

Sistem respirasi Sistem neuromuskuler Sistem kardiovaskuler Sistem hematologi Sistem ginjal dan metabolik Sistem endokrin Intosikasi Psikogenik obesiti

Page 30: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi

1. Gangguan mekanik terhadap proses ventilasi

2. Kelemahan pompa napas3. Peningkatan respiratori drive4. Ventilasi rugi5. Disfungsi psikologi

Page 31: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi

Obstruksi aliran napas (sentral/perifer)-asma, PPOK- Tumor endobronkial- Stenosis trakhea/laring Gangguan pengembangan paru- Intertitial fibrosis- Gagal jantung kiri- Tumor linfangitik Gangguan pengembangan dinding dada atau

diagfagma Penebalan pleura, kifoskoliasis,obesiti,massa intra

abdomen, kehamilan

Page 32: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi

Absolut- Riwayat poliomielitis- Penyakit neuromuskuler (sindrom gulain

barre,SLE)

Relatif- Hiperinflasi- Efusi pleura- pneumotorak

Page 33: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi

Hipoksemia

Asidosis metabolikPenyakitginjal,anemia,hemoglobinopati,penur

unan curah jantung

Stimulasi reseptor intrapulmonerInfitrat lung diseses, hipertensi pulmonal,

edema paru

Page 34: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi

Destruksi kapiler misalnya pada empisema, intertitial lung diseses

Obstruksi pembuluh darah besar misanya emboli paru, vaskulitis pulmonaris

Page 35: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi

Somatisasi

Ansietas

Depresi

Page 36: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi

Pemeriksaan awal

-anamnesa pemeriksaan fisik-pemeriksaan labor

darah,elektrolit,creatininserum-radiologi-ECG- Test fungsi paru

Page 37: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi

Pemeriksaan lanjutan1.Pada saluran napas- CT scant torak- Ventilasi-perfusi lung scanning- Sinus CT scanning2. Esofagus-monitoring PH-barium studies-endoscopi

Page 38: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi

3. Pemeriksaan jantung-exercise testing-Echocardigram

4. psikiatrik

Page 39: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi

Mengobati penyakit dasar serta komplikasinya:

-pneumonia antibiotik

Tatalaksana simtomatis dispnea-Breathing strategies-oksigen- Bronkodilator- Hilangkan nyeri

Page 40: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi

MACAM –MACAM NYERI DADA NYERI DADA PLEURITIK Lokasi biasanya posterior dan lateral, sifatnya

tajam (menusuk), bertambah nyeri bila batuk dan bernapas dalam, nyeri berasal dari dinding dada, otot, iga, pleura paretal,saluran napas besar,diagprahma,mediastinum dan saraf intercostalis

NYERI DADA NON PLEURITIKlokasinya sentral,menetap,dapat menyebar ketempat lain. Paling sering disebabkan kelainan diluar paru

Page 41: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi

Nyeri dada bisa berasal dari : Sistem kardiovaskuler Sistem respirasi Sistem gastro intertinal Sistem muskuloskletal Sistem neurologis Dll

Page 42: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi

Trakea (nyeri retrostrnal memburuk dengan udara dingin atau batuk

Pleura, pleura viseralis dan parenki paru tidak sensitif terhadap sebagian besar rangsangan nyeri, pleura parietalis nyeri makin hebat bila permukaan pleura bergerak cepat

Perikardium biasanya substernal memburuk dengan berbaring mendatar

Page 43: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi

Jantung,seperti perasaan terbakat yang hebat atau berat pada dada menjalar ke leher,lengan atau jari

Aorta, nyeri tiba-tiba menjalar ke bahu dan punggung

Esofagus,nyeri di tengangah dada,rasa terbakar KGB mediastinum, nyeri subternal Tulang iganyeri terbatas pada daerah yang

abnormal semakin hebat bila bernafas dalam, rasa salit kontinue

Page 44: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi

Penyakit yang berasal dari sistem respirasi : Pleuritis Trakeobronkitis Tumor Pneumotorak Emboli paru

Page 45: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi

Rasa nyeri yang menyertai emboli paru akut diperkirakan karena distensi dari arteri pulmonal sentral

Nyeri yang terjadi belakangan disebabkan inflamasi dari pleura yang terkena

Page 46: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi

Menurut kamus kedokteran dorland ekspektorasi darah atau mukus yang ber darah

Menurut beberapa penulis jonhnston, obraska, batuk darah adalah batuk yang mengeluarkan darah yang berasal dari perdarahan saluran nafas bagian bawah (glotis kebawah)

Page 47: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi
Page 48: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi
Page 49: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi

◦ Sirkulasi bronkial ( 90%) Sistem sirkulasi bronkial memegang

peranan penting dalam patofisiologi batuk darah, karena Memperdarahi sebagian besar jalan

napas

◦ Sirkulasi pulmoner sekitar 5 %

◦ Sirkulasi bronkial ( 90%) Sistem sirkulasi bronkial memegang

peranan penting dalam patofisiologi batuk darah, karena Memperdarahi sebagian besar jalan

napas

◦ Sirkulasi pulmoner sekitar 5 %

Pada keadaan tertentu kedua sistem sirkulasi ini dapat membentuk anastomose. Pada keadaan dimana ditemukan kelainan pleura dan parenkim paru dapat dijumpai pembuluh darah kolateral yang berasal dari sistem non bronkial. – Arteri mamaria interna

Pada keadaan tertentu kedua sistem sirkulasi ini dapat membentuk anastomose. Pada keadaan dimana ditemukan kelainan pleura dan parenkim paru dapat dijumpai pembuluh darah kolateral yang berasal dari sistem non bronkial. – Arteri mamaria interna

Page 50: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi

Pemeriksaan radiologi torak◦ Plan foto torak

Gambaran sesuai penyakit yang mendasari terjadinya hemoptisis seperti; Gambaran fungus ball pada jamur paru Gambaran kavitas/fibroinfiltrat pada Tb paru Gambaran masa tumor

◦ CT-Scan toraks Baik untuk bronkiektasis atau karsinoma bronkus

berukuran kecil Pemeriksaan sebaiknya dilakukan sebelum bronkoskopi,

kecuali dalam keadaan kegawat daruratan

Page 51: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi

Bronkoskopi◦Bronkoskopi bisa di lakukan atas indikasi terapeutik atau diagnostik

◦Terapeutik untuk menghentikan perdarahan

◦Diagnostik untuk; Menentukan sumber/lokasi perdarahan

untuk rencana tindakan bedah Mengambil bahan bilasan atau sikatan

bronkus untuk pemeriksaan lab

Page 52: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi

Angiografi ◦ Pemeriksaan angiografi dilakukan apabila dengan

pemeriksaan lain tidak bisa menentukan penyebab atau asal dari perdarahan.

◦ Angiografi Diagnostik terapeutik -- terapi embolisasi.

Page 53: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi

Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang seksama untuk menentukan sumber perdarahan :◦ saluran napas atas -- epistaksis◦ saluran napas bawah -- hemoptisis◦ saluran cerna. --

hematemesis 

Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang seksama untuk menentukan sumber perdarahan :◦ saluran napas atas -- epistaksis◦ saluran napas bawah -- hemoptisis◦ saluran cerna. --

hematemesis 

Memastikan Hemoptisis Bedakan dengan epistaksis atau hematemesis

Menentukan derajat hemoptisis -- masif ? Memastikan etiologi

Page 54: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi

Keadaan Hemoptisis Hematemesis Prodromal

Onset

Penampilan darah Warna Isi Reaksi Riwayat Penyakit

Dahulu

Anemi Tinja Kadang-

(-)Guaiac test (-) kadangSelalu

Rasa tidak enak di tenggorokan, ingin batuk

Darah dibatukkan, dapat disertai batuk

Merah Berbuih Merah terang Lekosit,

mikroorganisme, makrofag, hemosiderin

Alkalis (pH tinggi) Menderita kelainan

paru

Kadang kadang TinjaWarna tinja

normalGuaiac test

Mual, stomach distress

Darah dimuntahkan dapat disertai batuk

Tidak berbuih Merah tua Sisa makanan

Asam (pH rendah) Gangguan lambung,

kelainan hepar selalu Tinja bisa berwarna

hitam,

Page 55: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi

Setiap batuk darah terutama yang masif perlu pengawasan yang ketat,cari asal dan sebab terjadi perdarahan

Batuk darah bisa bervariasi berupa garis-garis merah pada dahak sampai batuk darah masif yang bisa mengacam jiwa penderita karena bisa menyumbat saluran nafas besar dan menggenangi alveoli dan menyebabkan gagal nafas

Page 56: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi

Batuk darah > 600 cc/24 jam dan dalam pengamatan batuk darah tidak berhenti

Batuk darah < 600cc/24 jam tetapi lebih dari 250 cc/24 jam kadar hb kurang dari 10 gr% dan batuk darah berlangsung terus

Batu darah < 600 cc/24 jam tetapi lebih dari 250 cc/24 jam kadar hb lebih dari 10 gr% dan batuk darah dalam 48 jam tidak berhenti.

Page 57: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi

Kematian akibat batuk darah masif umumnya:

◦ Aspiksia◦ Kehilangan darah, sehingga terjadi syok.

Kematian akibat batuk darah masif umumnya:

◦ Aspiksia◦ Kehilangan darah, sehingga terjadi syok.

Page 58: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi

Prinsip penatalaksanaan hemoptisis :◦ Menjaga jalan napas tetap terbuka dan stabilisasi

penderita◦ Menentukan lokasi perdarahan◦ Memberikan terapi sesuai etiologi

Prioritas tindakan awal penderita lebih stabil, kemudian mencari sumber dan penyebab perdarahan.

Mencegah risiko berulangnya hemoptisisPenderita dengan hemoptisis masif harus

dimonitor dengan ketat di instalasi perawatan intensif

Page 59: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi

1. Radiologi Rontgen torak

- PA- AP- Lateral- Oblik- lordosis apikal

Tomografi komputer (CT scan) Pencitraan resonansi magnetik (MRI) Ultrasound (USG) Angiografi pembuluh darah Bronkografi

Page 60: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi

2. Bronkoskopi3. Biopsi4. Pemeriksaan sputum Pemeriksaan gram Kultur Mikroskopik

Page 61: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi
Page 62: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi
Page 63: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi
Page 64: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi
Page 65: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi
Page 66: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi

5. Uji fungsi paru APE Spirometri Analisa Gas Darah (AGD)

Page 67: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi

Penyakit yang dapat menimbulkan

batuk darah: Tuberkulosis (aneurisma arteri

pulmonal/aneurisma rassmussen ) Bronkiektasi Kanker paru Pneumonia Abses paru Bronkitis Bekas tuberkulosis Mitral stenosis

Page 68: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi

PH 7,35 - 7,45

Pco2 35 - 45

pO2 80 - 100

H CO3 22 - 26

Sat O2 90 - 100

BE -2,5 - +2,5

Page 69: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi

Asidosis jika PH < n Alkalosis jika PH > n Asidosis respiratorik PH < n, PCO2 > n Asidosis metabolik PH < n, BE < n, HCO3 <

n Alkalosis respiratorik PH > n, PCO2 < n Alkalosis metabolik PH > n, BE > n, HCO3 >

n

Page 70: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi

◦ Mencegah hipoxia pada sel dan jaringan◦ Menurunkan kerja napas◦ Menurunkan kerja jantung

Page 71: Korelasi Klinik Kelainan Sistem Respirasi