75
BAB II PEMBAHASAN A. Manusia sebagai mahluk sosial Dalam kenyataannya, kemampuan fungsional manusia dapat dilakukan secara simultan dalam kehidupan sehari-hari sebagai mahluk individu, mahluk sosial dan dan sebagai mahluk spiritual. Namun juga manusia dengan kecerdasannya dapat memisahkan fungsi-fungsi tersebut berdasarkan pada kepentingan dan kebutuhan serta kondisi sosial yang mengitarinya. Kemampuan-kemampuan fungsional inilah yang menjadikan manusia berbeda secara fundamental dengan mahluk hidup lainnya di muka bumi. Bahkan dengan kekuatan spiritualnya maka manusia mampu mengungguli kemampuan mahluk-mahluk Allah lainnya seperti jin dan sebagainya. Disisi lain, karena manusia adalah mahluk sosial, maka manusia pada dasarnya tidak mampu hidup sendiri di dalam dunia ini baik sendiri dalam konteks fisik maupun dalam kontek sosial-budaya. Terutama dalam konteks sosial-budaya, manusia membutuhkan manusia lain untuk saling berkolaborasi dalam pemenuhan kebutuhhan fungsi-fungsi sosial satu dengan yang lainnya. Karena pada dasarnya suatu fungsi yang dimiliki oleh manusia satu akan sangat berguna dan bermanfaat bagi manusia lainnya. Karena, fungsi-fungsi sosial manusia lainnya dengan kata lain, manusia menjadi sangat bermartabat apabila bermanfaat bagi manusia lainnya. Fungsi-fungsi sosial manusia lahir dari kebutuhan akan fungsi tersebut oleh orang lain, dengan demikian produktivitas fungsional dikendalikan oleh berbagai macam kebutuhan manusia. 1

Lahirnya Sosiologi Komunikasi Massa

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Lahirnya Sosiologi Komunikasi Massa

BAB II

PEMBAHASAN

A. Manusia sebagai mahluk sosial

Dalam kenyataannya, kemampuan fungsional manusia dapat dilakukan secara

simultan dalam kehidupan sehari-hari sebagai mahluk individu, mahluk sosial dan dan

sebagai mahluk spiritual. Namun juga manusia dengan kecerdasannya dapat memisahkan

fungsi-fungsi tersebut berdasarkan pada kepentingan dan kebutuhan serta kondisi sosial yang

mengitarinya. Kemampuan-kemampuan fungsional inilah yang menjadikan manusia berbeda

secara fundamental dengan mahluk hidup lainnya di muka bumi. Bahkan dengan kekuatan

spiritualnya maka manusia mampu mengungguli kemampuan mahluk-mahluk Allah lainnya

seperti jin dan sebagainya.

Disisi lain, karena manusia adalah mahluk sosial, maka manusia pada dasarnya tidak

mampu hidup sendiri di dalam dunia ini baik sendiri dalam konteks fisik maupun dalam

kontek sosial-budaya. Terutama dalam konteks sosial-budaya, manusia membutuhkan

manusia lain untuk saling berkolaborasi dalam pemenuhan kebutuhhan fungsi-fungsi sosial

satu dengan yang lainnya. Karena pada dasarnya suatu fungsi yang dimiliki oleh manusia satu

akan sangat berguna dan bermanfaat bagi manusia lainnya. Karena, fungsi-fungsi sosial

manusia lainnya dengan kata lain, manusia menjadi sangat bermartabat apabila bermanfaat

bagi manusia lainnya.

Fungsi-fungsi sosial manusia lahir dari kebutuhan akan fungsi tersebut oleh orang

lain, dengan demikian produktivitas fungsional dikendalikan oleh berbagai macam kebutuhan

manusia. Setiap manusia memiliki kebutuhan masing-masing secara individu maupun

kelompok, untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka perlu adanya perilaku selaras yang

dapat diadaptasi oleh masing-masing manusia. Penyelarasan kebutuhan dan penyesuaian

kebutuhan individu, kelompok dan kebutuhan sosial satu dan lainnya, menjadi konsentrasi

utama pemikiran manusia dalam masyarakat yang beradab.

Sosiologi berpendapat bahwa tindakan awal alam penyelarasan fungsi-fungsi sosial

dan berbagai kebutuhan manusia diawali oleh dan dengan melakukan interaksi sosial atau

tindakan komunikasi satu dengan yang lainnya. Aktivitas interaksi sosial dan tindakan

komunikasi itu dilakukan dengan baik secara verbal maupun non verbal bahkan simbolis.

Kebutuhan adanya sebuah sinergi fungsional dan akselerasi positif dalam melakukan

pemenuhan kebutuhan manusia satu dengan lainnya ini kemudian melahirkan kebutuhan

tentang adanya norma-norma dan nilai-nilai sosial yang mampu mengatur tindakan manusia

dalam memenuhi berbagai kebutuhannya, sehingga tercipta keseimbangan sosial antara hak

1

Page 2: Lahirnya Sosiologi Komunikasi Massa

dan kewajiban dalam pemenuhan kebutuhan manusia, terutama juga kondisi keseimbangan

itu akan menciptakan tatanan sosial dalam proses kehidupan masyarakat saat ini dan di waktu

yang akan datang.

Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya dan juga penjelasan di atas,

maka interaksi sosial dalam berkelompok dan bermasyarakat, yang oleh Habermas disebut

dengan tindakan komunikasi ini merupakan perspektif sosiologi, dan perspektif ini pula yang

menjadi objek pengamatan sosiologi komunikasi. Fokus interaksi sosial dalam masyarakat

adalah komunikasi itu sendiri. Sebagaimana dijelaskan oleh sosiologi bahwa komunikasi

menjadi unsur terpenting dalam seluruh kehidupan manusia. Dominasi perspektif ini dalam

sosiologi yang begitu luas dan mendalam, maka lahirlah kebutuhan untuk mengkaji

kekhususan dalam studi-studi sosiologi yang dinamakan sosiologi komunikasi yaitu

perspektif kajian sosiologi tentang aspek-aspek khusu komunikasi dalam lingkungan

individu, kelompok, masyarakat, budaya dan dunia.

Sehubungan dengan itu, beberapa konsep penting yang berhubungan dengan sosiologi

komunikasi adalah konsep tentang sosiologi, community, communication, telenatika,

merupakan konsep penting yang kemudian melahirkan studi-studi integratif serta terkait satu

sama lain sehingga melahirkan studi-studi interelasi yyang penting untuk dibicarakan disini

sekaligus juga sebagai ruang lingkup dalam studi-studi sosiologi komunikasi.

B. Komunikasi (Communication)

Theodornoson and Theodornoson (1969) memberi batasan lingkup communication

berupa penyebaran informasi, ide-ide, sikap-sikap, atau emosi dari seorang atau kelompok

kepada yang lain terutama simbol-simbol. Garbner mengatakan communication dapat

didefinisikan sebagai social interaction melalui pesan-pesan. Onong Uchyana mengatakan

komunikasi sebagai proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran

atau perasaan oleh seorang komunikator kepada seorang komunikan. Pikiran bisa merupakam

gagasan, informasi, opini dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa

keyakinan, kepastian, keraguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian dan sebagainya yang

timbul dari lubuk hati.Jadi, lingkup komunikasi menyangkut persoalan-persoalan yang ada

kaitannya dengan substansi interaksi sosial orang-orang dalam masyarakat; termasuk konten

interaksi komunikasi yang dilakukan secara langsung maupun dengan menggunakan media

komunikasi.

C. Sosiologi Komunikasi

Menurut Soerjono Soekanto, sosiologi komunikasi merupakan kekhususan sosiologi

dalam mempelajari interaksi sosial yaitu suatu hubungan atau komunikasi yang menimbulkan

2

Page 3: Lahirnya Sosiologi Komunikasi Massa

proses saling pengaruh-memengaruhi antara para individu, individu dengan kelompok

maupun antarkelompok. Menurut Soekanto, sosiologi komunikasi juga ada kaitannya dengan

public speaking, yaitu bagaimana seseorang berbicara kepada publik.

Secara komprehensif sosiologi komunikasi mempelajari tentang interaksi sosial dengan

segala aspek yang berhubungan dengan interaksi tersebut seperti bagaimana interaksi

komunikasi itu dilakukan dengan menggunakan media, bagaimana efek media sebagai akibat

dari interaksi tersebut, sampai dengan bagaimana perubahan-perubahan sosial di masyarakat

yang di dorong oleh efek media berkembang serta konsekuensi sosial macam apa yang

ditanggung masyarakat sebagai akibat dari perubahan yang didorong oleh media massa itu.

D. Lahirnya Sosiologi Komunikasi Massa

Manusia adalah mahluk ciptaan Allah SWT dengan struktur dan fungsi yang sangat

sempurna bila dibandingkan dengan mahluk ciptaan-Nya yang lain. Bahkan, dalam

kemampuan spiritual, manusia lebih unggul dari pada Jin dan sebagainya. Walaupun

demikian, satu kodrat manusia yang tidak dapat kita pungkiri adalah bahwa manusia

merupakan mahluk sosial. Oleh sebab itu, manusia pada dasarnya tidaklah mampu untuk

hidup sendiri di dunia ini, baik sendiri dalam konteks fisik maupun dalam konteks sosial-

budaya. Dalam konteks sosial-budaya, manusia membutuhkan manusia lain untuk saling

berkolaborasi dalam pemenuhan kebutuhan fungsi-fungsi sosial satu dengan yang lainnya.

Pada dasarnya, sutau fungsi yang dimiliki oleh manusia satu akan sangat berguna dan

bermanfaat bagi manusia lainnya. Karena fungsi-fungsi sosial yang diciptakan oleh manusia

ditujukan untuk saling berkolaborasi dengan sesama fungsi sosial manusia lainnya, maka

manusia akan sangat bermartabat apabila bermanfaat bagi manusia lainnya (Bungin, 2008).

Dalam kajian sosiologi, ada asumsi yang menyatakan bahwa tindakan awal dalam

penyelarasan fungsi-fungsi sosial dan berbagai kebutuhan manusia diawali dengan

melakukan interaksi sosial atau tindakan komunikasi satu dengan yang lainnya. Aktivitas

interaksi sosial dan tindakan komunikasi itu dilakukan dengan beberapa cara, yakni baik

secara verbal, non-verbal, maupun simbolis. Kebutuhan akan adanya sinergi fungsional dan

akselerasi positif dalam melakukan pemenuhan kebutuhan manusia satu dengan yang lainnya

ini kemudian melahirkan kebutuhan tentang adanya norma-norma dan nilai-nilai sosial yang

mampu mengatur tindakan manusia dalam memenuhi berbagai kebutuhannya. Oleh sebab

ituu, maka terciptalah keseimbangan sosial (sosial equilibrium) antara hak dan kewajiban

dalam pemenuhan kebutuhan manusia, terutama juga kondisi keseimbangan itu akan

menciptakan tatanan sosial (sosial order) dalam proses kehidupan masyarakat saat ini dan

waktu yang akan datang (Bungin, 2008).

3

Page 4: Lahirnya Sosiologi Komunikasi Massa

Sebagaimana yang telah diuraikan diatas, maka interaksi sosial dalam berkelompok

dan bermasyarakat berfokus pada komunikasi yang terjadi didalamnya. Komunikasi ini

sendiri merupakan perspektif sosiologi, dan perspektif ini dinamakan dengan pengamatan

sosiologi komuikasi. Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh sosiologi, bahwa komunikasi

menjadi unsur terpenting dalam seluruh kehidupan manusia. Dominasi perspektif ini dalam

sosiologi yang begitu luas dan mendalam, maka lahirlah kebutuhan untuk mengkaji

kekhususan dalam studi sosiologi yang dinamakan dengan Sosiologi Komunikasi, yaitu

perspektif kajian sosiologi tentang aspek-aspek khusus komunikasi dalam lingkungan

individu, kelompok, masyarakat, budaya, dan dunia.

Anda tentu masih ingat bukan, bahwa proses komunikasi pada hakekatnya adalah

suatu proses pemindahan/transmisi atau penyampaian ide, gagasan, informasi, dan

sebagainya dari seseorang (sender atau komunikator atau sumber) kepada seseorang yang

lain (receiver atau komunikan). dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurannya.

Selanjutnya komunikasi diberi batasan sebagai penyampaian pesan oleh komunikator kepada

komunikan, sedang pesan terdiri dari dua aspek, aspek pertama aspek isi berupa pikiran dan

perasaan sedang aspek kedua yakni lambang berupa bahasa verbal dan non verbal.Proses

komunikasi diantara keduanya dapat dikatakan berhasil apabila terjadi kesamaan makna.

Sebaliknya, komunikasi menjadi gagal bilamana keduanya tidak memiliki kesamaan makna

atas apa yang dipertukarkan atau dikomunikasikan.

Menurut Effendy (1999), Proses komunikasi dalam masyarakat dapat dibedakan atas

duas tahap. Adapun tahap-tahap yang dimaksudkannya adalah sebagai berikut.

1. Proses Komunikasi secara Primer

Yang dimaksudkan dengan proses komunikasi secara primer yakni proses

penyampaian pikiran dan perasaan dari seseorang kepada orang lain menggunakan lambang

atau simbol sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah

bahasa, kial (gesture), isyarat, gambar, warna, dan sebagainya yang  secara langsung mempa

“menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan.

Sekarang mari kita bahas satu per satu. Kial (gesture) adalah isyarat dengan

menggunakan anggota tubuh seperti anggukan atau gelengan kepala, kedipan mata, tepukan

tangan, dll. Semua lambang nonverbal ini memang dapat “menerjemahkan” pikiran seseorang

sehingga terekspresikan secara fisik. Akan tetapi menggapaikan tangan, atau memainkan jari-

jemari, atau mengedipkan mata, menggerakkan anggota tubuh lainnya hanya dapat

mengkomunikasikan hal-hal tertentu saja (sangat terbatas).

4

Page 5: Lahirnya Sosiologi Komunikasi Massa

Isyarat dengan menggunakan alat seperti gong, tambur, sirene, dan lain-lain

mempunyai makna tertentu. Membunyikan gong di tengah malam di kampung-kampung di

Timor atau di Sumba itu pertanda meminta pertolongan (ada perampokan, pencurian, ataupun

kebakaran).Warna juga yang mempunyai makna tertentu dalam berkomunikasi di

masyarakat. Warna putih selalu diidentikkan dengan ketulusan dan kemurnian. Warna hitam

selalu dipertunjukkan untuk mengekspresikan kesedihan. Misalnya, sebagai tanda

perkabungan. Gambar sebagai lambang yang banyak dipergunakan dalarn komunikasi

memang melebihi kial, isyarat, dan warna dalarn hal kemampuan “menerjemahkan” pikiran

seseorang, tetapi tetap tidak melebihi bahasa. Alasannya, buku-buku yang ditulis dengan

bahasa sebagai lambang untuk “menerjemahkan” pemikiran tidak mungkin diganti oleh

gambar, apalagi oleh lambang-lambang lainnya. Akan tetapi, demi efektifnya komunikasi,

lambang-lambang tersebut sering dipadukan penggunaannya.

Dengan demikian jelaslah bahwa pikiran dan atau perasaan seseorang baru akan

diketahui oleh dan akan ada dampaknya kepada orang lain apabila ditransmisikan dengan

menggunakan media primer “tersebut, yakni lambang- lambang. Dengan perkataan lain,

pesan (message) yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan terdiri atas isi

(content) dan lambang: (symbol). Jadi jelaslah, media primer atau lambang yang paling

banyak digunakan dalam komunikasi adalah bahasa. Akan tetapi, tidak semua orang pandai

mencari kata-kata yang tepat dan lengkap yang dapat mencerminkan pikiran dan perasaan

yang sesungguhnya. Selain itu, sebuah perkataan belum tentu mengandung makna yang sama

bagi semua orang. Kata-kata mengandung dua jenis pengertian, yakni pengertian denotatif

dan pengertian konotatif. Sebuah perkataan dalarn pengertian denotatif adalah yang

mengandung arti sebagaimana tercantum dalam kamus (dictionary meaning) dan diterima

secara umum oleh kebanyakan orang dengan bahasa dan kebudayaan yang sama. Perkataan

dalarn pengertian konotatif adalah yang mengandung pengertian emosional atau mengandung

penilaian tertentu (emotional or evaluative meaning).

Misalnya saja jika anda mengucapkan kata “anjing” dalarn pengertian denotatif

memiliki makna dan interpretasi yang sama bagi setiap orang. Begitu mendengar kata

“anjing” maka yang terlintas dalam pikiran kita adalah bahwa ia binatang yang berkaki

empat, berbulu, hewan piaraan bagi sebagian orang, dan memiliki daya cium yang tajam.

Namun, kata “anjing” dalarn pengertian konotatif, bisa bermakna lain bagi sebagian orang.

Bagi seorang kiai yang fanatik kata “anjing” bisa dimaknai sebagai hewan yang najis; bagi

seorang polisi merupakan pelacak pembunuh, dst.

5

Page 6: Lahirnya Sosiologi Komunikasi Massa

Nah, bagaimana proses komunikasi itu bisa berlangsung? Sebagaimana Anda

pelajari pada mata kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi, bahwa dalam proses komunikasi

antarpribadi (interpersonal communication) yang melibatkan dua orang dalam situasi

interaksi, sang komunikator menyandi suatu pesan, lalu menyampaikannya kepada

komunikan, dan komunikan mengawasandi atau menyandi balik pesan tersebut. Sampai di

situ komunikator menjadi encoder dan komunikan menjadi decoder. Akan tetapi, karena

komunikasi antarpersona itu bersifat dialogis, maka ketika komunikan memberikan jawaban,

ia kini menjadi encoder dan komunikator menjadi decoder.

Supaya lebih jelas, perhatikan contoh berikut. Pada suatu hari, Daniel dan Ratna

bertemu dan berbicang-bincang. Yang menjadi komunikator adalah Daniel sedangkan

komunikan, Ratna. Selama komunikasi berlangsung antara Daniel dan Ratna, akan terjadi

penggantian fungsi secara bergiliran sebagai encoder dan decoder. Jika Daniel sedang

berbicara, ia menjadi encoder; dan Ratna yang sedang mendengarkan menjadi decoder. Pada

saat Ratna memberikan tanggapan dan berbicara kepada Daniel, maka Ratna kemudian

menjadi encoder dan Daniel menjadi decoder. Tanggapan Ratna yang disampaikan kepada

Daniel itu dinamakan umpan balik atau arus balik (feedback).

Umpan balik memainkan peranan yang amat penting dalam komunikasi sebab ia

menentukan berlanjutnya komunikasi atau berhentinya komunikasi yang dilancarkan oleh

komunikator. Oleh karena itu, umpan balik bisa bersifat positif, dapat pula bersifat negatif.

Umpan batik positif adalah tanggapan atau response atau reaksi komunikan yang

menyenangkan komunikator sehingga komunikasi berjalan lancar. Sebaliknya, umpan balik

negatif adalah tanggapan komunikan yang tidak menyenangkan komunikatornya sehingga

komunikator enggan untuk melanjutkan komunikasinya.

2. Proses Komunikasi secara Sekunder

Setelah Anda pahami tentang proses komunikasi secara primer, sekarang kita akan

meembahas proses komunikasi secara sekunder. Yang dimaksudkan dengan proses

komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang

lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang

sebagai media pertama.

Mengapa menggunakan alat bantu atau media kedua? Alasannya bisa beragam.

Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena

komunikan sebagai sasarannya berada di tempat yang relatif jauh. Alasan lainnya, jumlah

komunikannya banyak. Beberapa media kedua atau alat bantu yang biasanya digunakan

6

Page 7: Lahirnya Sosiologi Komunikasi Massa

antara lain: surat, telepon, telegram, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dan banyak

lagi adalah media kedua yang sering digunakan dalam berkomunikasi.

Pada umumnya kalau kita berbicara di kalangan masyarakat, yang dinamakan

media komunikasi itu adalah media kedua sebagaimana diterangkan di atas. Jarang sekali

orang menganggap bahasa sebagai media komunikasi. Hal ini di sebabkan oleh bahasa

sebagai lambang (symbol) beserta isi (content) – yakni pikiran dan atau perasaan – yang

dibawanya menjadi totalitas pesan (message), yang tampak tak dapat dipisahkan.Tidak

seperti media dalam bentuk surat, telepon, radio, dan lain-lainnya yang jelas tidak selalu

dipergunakan. Tampaknya seolah-olah orang tak mungkin berkomunikasi tanpa bahasa,

tetapi orang mungkin dapat berkomunikasi tanpa surat, atau telepon, atau televisi, dan

sebagainya.

Seperti diterangkan di muka, pada umumnya memang bahasa yang paling banyak

digunakan dalam komunikasi karena bahasa sebagai lambang mampu mentransmisikan

pikiran, ide, pendapat, dan sebagainya, baik mengenai hal vang abstrak maupun yang

kongkret; tidak saja tentang hal atau peristiwa yang terjadi pada saat sekarang, tetapi juga

pada waktu yang lalu atau masa mendatang. Karena itulah pula maka kebanyakan media

merupakan alat atau sarana yang diclptakan untuk meneruskan pesan komunikasi dengan

bahasa. Seperti telah disinggung di atas, surat, atau telepon, atau radio misalnya, adalah

media untuk menyambung atau menyebarkan pesan yang menggunakan bahasa.

Dengan demikian, proses komunikasi secara sekunder itu menggunakan media

yang dapat diklasifikasikan sebagai media massa (mass media) dan media nir-massa atau

media non-massa (non-mass media). Seperti telah disinggung tadi, media massa, misalnya

surat kabar, radio siaran, televisi siaran, dan film yang diputar di gedung bioskop memiliki

ciri-ciri tertentu, antara lain ciri massif (massive) atau massal (massal), yakni tertuju kepada

sejumlah orang yang relatif amat banyak. Sedangkan media nirmassa atau media nonmassa,

umpamanya surat, telepon, telegram, poster, spanduk, papan pengumuman,

buletin, folder, majalah organisasi, radio amatir atau radio CB (citizen band), televisi siaran

sekitar (closed circuit television), dan film dokumenter, tertuju kepada satu orang atau

sejumlah orang yang relatif sedikit.

Asal mula kajian komunikasi dalam sosiologi bermula dari akar tradisi pemikiran

Karl Marx, dmna Marx sendiri adalah masuk sebagai pendiri sosiologi yang beraliran Jerman

sementara Claude Henri Saint-Simon, August Comte, dan Emile Durkheim merupakan nama-

nama para ahli sosiologi yang beraliran Perancis (Bungin, 2008)

7

Page 8: Lahirnya Sosiologi Komunikasi Massa

Sementara itu gagasan awal tentang Marx tidak pernah lepas dari pemikiran-

pemikiran Hegel. Hegel memiliki pengaruh yang kuat terhadap Marx, bahkan Karl Marx

muda menjadi seorang idealisme (bukan materialisme) justru dari pemikiran-pemikiran

radikal Hegel tentang idealisme, adapun kemudian Marx tua menjadi seorang materialisme,

hal itu adalah sebuah pengalaman pribadi manusia dalam prosesnya dengan konteks sosial

yang dialami Marx sendiri.

Menurut Ritzer pemikiran Hegel yang paling utama dalam melahirkan pemikiran-

pemikiran tradisional konflik dan kritis adalah ajarannya tentang dialektika dan idealisme.

Dialektika adalah cara berpikir dan citra tentang dunia. Sebagai cara berpikir mikz, konflik

dan kontradiksi, yaitu cara-cara berpikir yang lebih dinamis. Di sisi lain, dialektika adalah

pandangan tentang dunia bukan tersusun dari struktur yang statis, tetapi terdiri dari proses,

hubungan, dinamika konflik, dan kontradiksi. Pemahaman dialektika tentang dunia semacam

inilah (terutama melihat dunia sebagai bagian yang berhubungan satu dengan yang lainnya)

di kemudian hari melahirkan gagasan-gagasan tentang komunikasi seperti apa yang

dikemukakan oleh Jurgen Habermas dengan tindakan komunikasi (interaksi).

Hegel juga dikaitkan dengan filsafat idealisme yang lebih mementingkan pikiran dan

produk mental daripada kehidupan material. Dalam bentuknya yang ekstrem, idealisme

menegaskan bahwa hanya konstruksi pikiran dan psikologis-lah yang ada, idealisme adalah

sebuah proses yang kekal dalam kehidupan manusia, bahkan ada yang berkeyakinan bahwa

proses mental tetap ada walaupun kehidupan sosial dan fisik sudah tidak ada lagi. Idealisme

merupakan produk berpikir yang menekankan tidak saja pada proses mental, namun juga

gagasan-gagasan yang dihasilkan dari mental itu.

Pemikiran-pemikiran Habernas sendiri termasuk dalam kelompok kritis. Habernas

sendiri menamakan gagasan-gagasan sebagai rekontruksi materialisme historis. Habermas

bertolak dari pemikiran Marx, seperti potensi manusia, spesies mahluk , aktivitas yang

berperasaan. Ia mengatakan bahwa, Marx telah gagal membedakan antara dua komponen

analitik yang berbeda, yaitu kerja (atau tenaga kerja, tindakan rasional-purposif) dan interaksi

(atau aksi komunikatif) sosial (atau simbolis). Diantara kerja dan interaksi sosial, Marx hanya

membahas kerja saja dengan mengabaikan interaksi sosial. Jadi, kata Habermas, “ ia hanya

mengambil perbedaan antara kerja dan interaksi sosial sebagai titik awalnya”. Di sepanjanng

tulisannya, Habermas menjelaskan perbedaan ini, meski ia cenderung menggunakan istilah

tindakan (kerja) rasional-purposif dan tindakan komunikatif (interaksi). Dalam the theory of

communication action pun ia menyebutkan tindakan komunikatif ini sebagai bagian dari

dasar-dasar ilmu sosial dan teori komunikasi.

8

Page 9: Lahirnya Sosiologi Komunikasi Massa

Selama tahun 1970-an Habermas memperbanyak studi-studinya mengenai ilmu-ilmu

sosial dan mulai menata ulang teori kritik sebagai teori komunikasi. Tahap kunci dari

perkembangan ini termuat dalam kummpulan studi yang ditulis bersama Niklas Luhmann,

yakni Theori der Gesellschaft der Sozialtechnologie; Legitimations probleme des

historischen Materialismus; dan kumpulan esai dalam sekian buku lagi. Habermas sendiri

saat ini menjadi guru besar filsafat dan sosiologi yang hidup di Frankfurt.

Sumbangan pemikiran juga diberikan oleh John Dewey, yang sering disebut sebagai

the first philosopher of communication itu dikenal hingga kini dengan filsafat pragmatik-nya,

suatu keyakinan bahwa sebuah ide benar jika ia berfungsi dalam praktik. Pragmatisme

menolak dualisme pikiran dan materi, subjek dan objek. Jadi, gagasan-gagasan seharusnya

bermanfaat bagi masyarakat, pesan-pesan ide harus tersampaikan dan memberi kontribusi

pada tingkat perilaku orang. Pesan ide membentuk tindakan dan perilaku di lapangan.

Dengan demikian, sejarah sosiologi komunikasi menempuh dua jalur. Bahwa kajian

dan sumbangan pemikiran August Comte, Durkheim, Talcott Parson dan Robert K. Merton

merupakan sumbangan paradigma fungsional bagi lahirnya teori-teori komunikasi yang

beraliran struktural-fungsional. Sedangkan sumbangan-sumbangan pemikiran Karl Marx dan

Habermas menyumbangkan paradigma konflik bagi lahirnya teori-teori kritis dalam kajian

komunikasi.

Sosiologi sejak semula telah menaruh perhatian pada masalah-masalah yang ada

hubungan dengan interaksi sosial antara seseorang dan orang lainnya. Apa yang disebutkan

Comte dengan “social dynamic”, “kesadaran kolektif” oleh Durkheim, dan interaksi sosial

oleh Karl Marx serta tindakan komunikatif dan teori komunikasi oleh Habermas adalah awal

mula lahirnya perspektif sosiologi komunikasi. Bahakan melihat kenyataan semacam itu,

maka sebenarnya gagasan-gagasan perspektif sosiologi komunikasi telah ada bersamaan

dengan lahirnya sosioloigi itu sendiri baik dalam perspektif struktural-fungsional maupun

dalam perspektif konflik.

9

Page 10: Lahirnya Sosiologi Komunikasi Massa

SKEMA 1

ALIRAN PEMIKIRAN DALAM PARADIGMA SOSIOLOGI KOMUNIKASI

Aliran pemikiran yang melahirkan

paradigma dalam sosiologi komunikasi

Struktural fungsional Konflik-kritis

August Comte Karl Marx

Emile Durkheim Jurgen Habermas

Talcott Parson John Dewey

Robert K. Merton

Selain apa yang disumbangkan oleh Karl Marx dan Habermas mengenai teori kritis

dalam komunikasi, sumbangan dari perspektif struktural-fungsional dalam sosiologi yang

diajarkan oleh Talcott Parson dengan teori sistem tindakan maupun dengan skema AGIL,

serta kajian Robert K.Merton tentang struktur-fungsional, struktur sosial dan anomie,

merupakan sumbangan-sumbangan yang amat penting terhadap lahirnya teori-teori

komunikasi di waktu-waktu betikutnya.

Saat ini perspektif teoritis mengenai sosiologi komunikasi bertumpu pada fokus kajian

sosioligi mengenai interaksi sosial dan semua aspek yang bersentuhan dengan fokus kajian

tersebut. Narwoko dan Suyanto mengatakan bahwa, kajian tentang interaksi sosial

disyaratkan adanya fungsi-fungsi komunikasi yang lebih dalam, seperti adanya kontak sosial

dan komunikasi. Kontak sosial terjadi tidaklah semata-mata bergantung terhadap tindakan

tersebut, sedangkan aspek penting dari komunikasi adalah bila seseorang memberikan

tafsiran pada sesuatu atau pada perikelakuan orang lain. Dalam komunikasi juga persoalan

makna menjadi sangat pentingv ditafsirkan oleh seseorang yang mendapat informasi

(pemberitaan) karena makna yang dikirim oleh komunikator dan penerima informasi menjadi

sangat subjektif dan ditentukan oleh konteks sosial ketika informasi itu disebar dan diterima.

E. Ranah, Kompleksitas, Dan Objek Sosiologi Komunikasi

Ranah sosiologi komunikasi berada pada wilayah individu, kelompok, masyarakat,

dan sistem dunia. Dimana ranah ini besentuhan dengan wilayah lain, seperti teknologi

10

Page 11: Lahirnya Sosiologi Komunikasi Massa

telematika, komunikasi, proses dan interaksi sosial, serta budaya kosmopolitan. Ranah-ranah

sosiologi komunikasi berbeda dengan studi-studi komunikasi dan sosiologi secara

keseluruhan, dengan kata lain objek sosiologi komunikasi tidak sama dengan sosiologi secara

umum, begitu juga sosiologi komunikasi tidak mengambil objek komunikasi secara utuh,

akan tetapi sosiologi komunikasi menjembatani studi-studi komunikasi dimana jembatan itu

dibangun berdasarkan kajian sosiologi tentang interaksi sosial yang dalam sosiologi juga

dikenal dengan subkajian masalah-masalah komunikasi, kemudian menariknya ke dalam

studi komunikasi yang berkaitan erat dengan sosiologi yaitu studi-studi media, dampak media

maupun perkembangan teknologi komunikasi. Namun karena begitu dekatnya studi-studi

sosiologi dan studi-studi komunikasi, maka kajian sosiologi ini berkembang menjadi satu

kajian yang tidak bisa lagi dibedakan secara sosiologis dengan komunikasi. Dalam arti ketika

kita membahas kasus-kasus sosiologi komunikasi, maka akan ditemukan sebuah kenyataan

bahwa apa yang menjadi perhatian sosiologi itu jugalah yang menjadi pusat perhatian

komunikasi. Hal ini terjadi karena ranah sosiologi komunikasi adalah kajian utama dan

terpenting dari kajian sosiologi dan kajian sosiologi komunikasi itu sendiri yaitu individu,

kelompok, masyarakat, dunia, dan segala interaksinya.

Studi-studi sosiologi komunikasi selain bersifat interdisipliner dan terbuka terhadap

sumbangan disiplin ilmu lain, sosiologi komunikasi juga memiliki objek kajian yang terbuka

luas setiap saat, seirama dengan cepatnya perubahan-perubahan sosial-budaya dan teknologi

media yang berkembang di masyarakat beserta semua aspek yang mengikutinya.

Saat ini kendali arah perkembangan sosiologi komunikasi sitentukan oleh pesatnya

perkembangan dunia teknologi komunikasi yang kemudian secara simultan memengaruhi

ranah-ranah sosial dan budaya masyarakat di setiap lapisan masyarakat. Dengan demikian,

maka luasan objek kajian sosiologi komunikasi juga ikut dipengaruhi oleh perkembangan

ranah-ranah sosial budaya dan teknologi media itu dengan segala aspek yang mengikutinya.

Sejauh itupun kajian sosiologi komunikasi merasa selalu tertinggal jauh dari

perkembangan teknologi komunikasi. Berbagai teori dirasakan cepat usang dan sudah tidak

up-to-date lagi, begitu pula perspektif yang awalnya dianggap penting untuk dikembangkan

dalam studi-studi sosiologi komunikasi menjadi semakin kompleks dalam waktu singkat.

Begitu pula kaitannya studi-studi sosiologi komunikasi dengan disiplin ilmu lainnya setiap

saat dipandang sangat membantu kajian-kajian sosiologi komunikasi.

Sementara kekhawatiran yang ada bahwa terasa begitu sedikit para ahli yang ikut

memikirkan kajian ini, padahal kenyataannya sudah sangat banyak masyarakat. Salah satu

pemicu perkembangan sosiologi komunikasi yang cepat ini disebabkan karena sosiologi

11

Page 12: Lahirnya Sosiologi Komunikasi Massa

komunikasi menganggap bahwa saat ini perkembangan teknologi selalu mendahului

perkembangan teori. Pacu memacu antara teknologi dan teori di ranah wacana, aplikasi, dan

masyarakat inilah yang kemudian setiap saat melebarkan arena objek sosiologi komunikasi

itu.

Berdasarkan penjelasan mengenai ranah sosiologi komunikasi dan kompleksitas studi

sosiologi komunikasi, maka objek sosiologi komunikasi adalah seperti halaman berikut.

Setiap bidang ilmu dalam rumpun ilmu-ilmu sosial memiliki objek kajiasn formal

yang sama yaitu manusia. Manusia adalah objek yang tak pernah habis dibahas dari berbagai

aspek dan sudut pandang baik dalam konteks makro maupun mikro. Objek formal manusia

yang dimaksud adalah dalam konteks individu, kelompok, masyarakat, dunia, serta aspek-

aspek sosiologis yang mengitarinya.

Objek formal dalam studi sosiologi komunikasi menekankan pada aspek aktivatas

manusia sebagai mahluk sosial yang melakukan aktivitas sosiologis yaitu proses sosial dan

komunikasi, aspek ini merupakan aspek dominan dalam kehidupan manusia bersama orang

lain. Aspek lainnya adalah telematika dan realitasnya. Aspek ini menyangkut persoalan

teknologi media, teknologi komunikasi dan berbagai persoalan konvergensi yang

ditimbulkannya termasuk realitas maya yang dihasilkan telematika sebagai tuang publik baru

yang tanpa batas dan memiliki masa depan yang cerah bagi ruang kehidupan. Sebaliknya

perkembangan telematika dan aspek-aspeknya serta pengaruhnya terhadap perkembangan

media massa memberikan efek yang luar biasa pada masayarakat. Efek media memiliki ruang

bahasan yang luas terhadap konsekuensinya pada proses-proses sosial itu sendiri, baik

menyangkut individu, kelompok, masyarakat maupun dunia, termasuk pula aspek-aspek yang

merusak seperti kekerasan, pelecehan, penghinaan, bahkan sampai pada masalah-masalah

kriminal. Pengaruh-pengaruh efek media juga ikut membentuk life style dan lahirnya norma

sosial baru di masyarakat terutama pada masyarakat kosmopolitan, sekuler, cerdas,

profesional, materialis, dan hedonis, serta modis.

Perkembangan telematika tidak saja memasuki ranah sosial, namun juga memasuki

ranah hukum dan bisnis. Hal ini disebabkan oleh konsekuensi dominasi telematika dalam

kehidupan masyarakat pada umumnya. Ketika telematika sampai pada kemampuannya

menciptakan masyarakat baru yaitu cybercommunity, maka kebutuhan akan cyberlaw

menjadi mutlak ada untuk mengatur seluruh fungsi sirkulasi dan peredaran aspek-aspek

kehidupan sosial( dalam dunia cyber) sebagaimana kebutuhan sebuah sistem sosial itu

sendiri. Karena sadar ataupuntidak aspek hukum dan bisnis akan mendominasi

cybercommunity selain pencitraan itu sendiri.

12

Page 13: Lahirnya Sosiologi Komunikasi Massa

a. Ruang Lingkup dan Konseptualisasi Sosiologi Komunikasi

Sehubungan dengan lahirnya konsep pemikiran mengenai komunikasi dalam interaksi

sosial yang berimbas pada munculnya sosiologi komunikasi, maka ada beberapa konsep yang

berhubungan dengan sosiologi komunikasi tersebut. Adapun beberapa konsep yang

berhubungan dengan sosiologi komunikasi adalah konsep tentang sosiologi, community,

communication, dan telematika. Dari konsep-konsep tersebut kemudian lahirlah studi-studi

interelasi yang penting untuk dibicarakan, sekaligus juga sebagai ruang lingkup dalam studi

sosiologi komunikasi. Untuk lebih jelasnya, mari kita lihat pembahasan berikut ini.

1. Sosiologi

Etimologi kata sosiologi ini adalah kata sofie, yakni bermakna bercocok tanam atau

bertaman. Kemudian, istilah ini berkembang menjadi socius, yang dalam bahasa latin berarti

teman ataupun kawan. Dan istilah inipun kemudian berkembang lagi sehingga menjadi kata

sosial, yang berarti berteman, berserikat, ataupun bersama (Bungin, 2008).

Secara khusus, Hassan Shadily menyatakan bahwa kata sosial maksudnya adalah hal-

hal mengenai berbagai kejadian dalam masyarakat yaitu persekutuan manusia, dan

selanjutnya dengan pengertian itu dapat berusaha mendatangkan perbaikan dalam kehidupan

bersama. Dengan kata lain, Hassan Shadily mengutarakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang

mempelajari masyarakat atau ilmu kemasyarakatan yang mempelajari manusia sebagai

anggota golongan atau masyarakatnya (tidak sebagai individu yang terlepas dari golongan

atau masyarakatnya), dengan ikatan-ikatan adat, kebiasaan, kepercayaan, atau agamanya,

tingkah laku, serta keseniannya (kebudayaan) yang meliputi segala segi kehidupan (Shadily,

1993).

Sementara itu, Pitirin Sorokin (Soekanto, 2003) mengemukakan bahwa sosiologi

merupakan suatu ilmu yang mempelajari:

Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial,

misalnya antara geajala ekonomi dan agama, keluarga dengan moral, hukum dengan

ekonomi, gerak masyarakat dengan politik, dan lain sebagainya.

Hubungan dengan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala nonsosial,

misalnya gejala geografis, biologis, dan sebagainya.

Ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial.

Roucek dan Warren (Soekanto, 2003) mengemukakan bahwa sosiologi ilmu yang

mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok. William F. Ogburn dan Meyer F.

Nimkoff (Soekanto, 2003) berpendapat bahwa sosiologi adalah penelitian secara ilmiah

terhadap interaksi sosial dan hasilnya yaitu organisasi sosial. Sementara itu, Selo Soemardjan

13

Page 14: Lahirnya Sosiologi Komunikasi Massa

Soeleman Soemardi (Soekanto, 2003) mengatakan bahwa sosiologi merupakan ilmu yang

mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial.

Struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok, yaitu

kaidah-kaidah atau norma-norma sosial, lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok, dan

lapisan-lapisan sosial. Sedangkan proses sosial adalah pengaruh timbal balik antara pelbagai

segi kehidupan bersama, umpamanya pengaruh timbal balik antara segi kehidupan hukum

dan segi kehidupan agama, dan lain sebagainya. Sementara itu, perubahan struktur sosial

merupakan salah satu proses sosial yang bersifat tersendiri.

Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang murni (pure science) dan bertujuan

untuk menghasilkan pengertian-pengertian dan pola-pola umum, prinsip-prinsip dan hukum-

hukum umum dari interaksi antarmanusia juga perihal hakikat, bentuk, isi dan struktur dari

masyarakat manusia. Obyek dari sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut

hubungan antar manusia, dan proses yang timbul dari hubungan manusia dalam

masyarakat.dalam hal ini kami ketengahkan sesuatu yang berhubungan dengan sosiologi

yang antara lain Komunikasi Massa.

Pembentukan struktur sosial dan terjadinya proses sosial dan kemudian adanya

perubahan sosial tidaklah terlepas dari adanya aktivitas interaksi sosial yang menjadi salah

satu ruang lingkup sosiologi. Kembali kepada interaksi sosial, Soekanto menyatakan bahwa

interaksi sosial merupakan suatu hubungan antara para individu, antara individu dengan

kelompok, maupun antar kelompok (Soekanto, 2003).

2. Community

Sebagaimana yang telah kita ketahui, bahwa dalam kajian sosiologi, yang menjadi

objek studinya tidak terlepas dari masyarakat. Hal ini dapat kita lihat dalam bidang kajian

ilmu sosiolgi itu sendiri yang selalu terpaut dengan berbagai macam fenomena yang terjadi di

dalam masyarakat. Berbicara mengenai maasyarakat yang menjadi objek dalam sosiologi ini,

tentu kita harus mengetahui apa sebenarnya yang dimaksudkan dengan masyarakat itu

terlebih dahulu. Ada beberapa pengertian yang dikemukakan oleh beberapa tokoh terkait

dengan pengertian masyarakat terseebut. Misalnya Ralph Linton, yang berasumsi bahwa

masyarakat itu merupakan sekelompok manusia yang telah hidup dan bekerja sama cukup

lama, sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai

suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas (Soekanto, 2003).

Dilain tempat, Selo Soemardjan menyatakan bahwa masyarakat adalah orang-orang yang

hidup bersama dan dari orang-orang yang hidup bersama ini kemudian lahir pula suatu

kebudayaan (Soekanto, 2003).

14

Page 15: Lahirnya Sosiologi Komunikasi Massa

Pengertian manusia yang hidup bersama yang dimaksudkan disini jika kita lihat dari

segi perspektif ilmu sosial tidak mutlak jumlahnya, bisa saj dua orang ataupun lebih. Manusia

yang bisa kita katakan tersusun dalam suatu kelompok (hidup bersama) ini telah berkumpul

dalam waktu yang relatif lama yang kemudian lahir manusia yang baru yang kemudian

berhubungan pula satu dengan yang lainnya. Hubungan antara manusia itu, kemudian

melahirkan keinginan, kepentingan, perasaan, kesan, penilaian, dan sebagainya. Keseluruhan

itu kemudian mewujudkan adanya sistem komunikasi dan peraturan-peraturan yang mengatur

hubungan antara manusia dalam amsyarakat tersebut. Dalam sistem yang demikian ini, maka

muncullah budaya yang mengikat antara manusia satu dengan yang lainnya.

3. Teknologi Telematika

Istilah teknologi telematika (telekomunikasi, media, dan informatika) ini bermula dari

istilah teknologi informasi (Information Teknologi atau IT). Istilah ini mulai populer pada

dekade 70an. Pada masa sebelumnya, teknologi informasi masih disebut dengan istilah

teknologi komputer atau pengolahan data elektronik (Electronic Data Processing atau EDP).

Istilah telematika sendiri lebih kearah penyebutan kelompok teknologi yang disebutkan

secara bersama-sama, namun sebenarnya yang dimaksudkan adalah teknologi informasi yang

digunakan di media massa serta teknologi telekomunikasi yang umumnya digunakan dalam

bidang komunikasi lainnya.

Menurut kamus Oxford terbitan tahun 1995, pengertian dari teknologi informasi

tersebut adalah studi atau penggunaan peralatan elektronika, terutama komputer, untuk

meenyimpan, menganalisis, dan mendistribusikan informasi apa saja. Informasi yang

dimaksudkan disini mencakup segala jenis informasi, termasuk informasi berupa kata-kata,

bilangan, maupun berupa gambar. Sementara itu, menurut Alter (1992), teknologi informasi

mencakup perangkat keras maupun perangkat lunak untuk melaksanakan satu ataupun

sejumlah tugas pemrosesan data, misalnya menangkap, mentransmisikan, menyimpan,

mengambil, memanipulasi, maupun menampilkan data. Kemudian Martin (1999)

mendefinisikan teknologi informasi tidak hanya sebatas pada teknologi komputer yang

digunakan untuk memproses dan menyimpan informasi saja, melainkan juga mencakup

teknologi informasi untuk mengirimkan informasi. Secara lebih umumnya, Lucas (2000)

berasumsi bahwa teknologi informasi adalah segala bentuk teknologi yang diterapkan untuk

memproses dan mengirimkan informasi dalam bentuk elektronis. Disisi lain, kita juga perlu

mengetahui apa saja sebenarnya yang menjadi contoh-contoh dari teknologi informasi

tersebut. Kadir (2003) menyajikan beberapa contoh perangkat teknologi informasi tersebut

yang mencakup mikrokomputer, komputer mainframe, pembaca barcode, perangkat lunak

15

Page 16: Lahirnya Sosiologi Komunikasi Massa

pemroses transaksi, perangkat lunak lembar kerja (spreadsheet), dan peralatan komunikasi

serta jaringan.

Secara garis besarnya, teknologi informasi itu sendiri dapat dikelompokkan menjadi

dua bagian, yakni perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware). Perangkat

keras yang dimaksud adalah perangkat yang mencakup peralatan yang bersifat fisik (dapat

disentuh). Contoh-contoh perangkat keras ini misalnya seperti memori, printer, dan keyboard.

Lalu, perangkat lunak adalah perangkat yang tidak bersifat fisik, yakni perangkat yang terkait

dengan instruksi-instruksi perangkat keras agar bekerja sesuai dengan tujuan instruksi-

instruksi tersebut. Dengan kata lain, perangkat lunak ini juga dapat kita asumsikan dengan

kumpulan program-program yang terdapat dalam perangkat atau alat-alat teknologi

informasi.

b. Kompleksitas Sosiologi Komunikasi

Studi sosiologi komunikasi bersifat interdisipliner. Artinya, sosiologi tidak saja

membatasi diri pada persoalan komunikasi dan seluk beluknya, tetapi juga membuka diri

pada kontribusi disiplin ilmu lainnya seiring dengan perkembangan masyarakat dan kemajuan

zaman. Karena bersentuhan langsung dengan berbagai disiplin ilmu, maka dapatlah dikatakan

bahwa studi sosiologi komunikasi sedikit rumit atau kompleks.

Studi sosiologi komunikasi ikut dipengaruhi oleh perkembangan berbagai bidang ilmu

di sekitarnya mulai dari perkembangan teknologi, budaya, sosiologi, hukum, ekonomi, dan

bahkan negara. Bidang ilmu yang paling mempengaruhi perkembangan sosiologi komunikasi

adalah teknologi komunikasi dan informasi. Hal ini terjadi karena perubahan dan kemajuan

teknologi komunikasi cenderung membawa dampak yang cukup besar terhadap kemajuan

dan perubahan pada bidang-bidang ilmu lainnya seperti budaya, ekonomi, dan seterusnya.

c. Komunikasi Massa

Komunikasi massa adalah proses yang dilakukan melalui media massa dengan

berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas. Atau

dengan kata lain, komunikasi massa adalah proses dimana organisasi media membuat dan

menyebarkan pesan kepada khalayak banyak (publik).Komunikasi Massa secara sederhana

dimaknai sebagai komunikasi menggunakan media massa, dan hal tersebut dipengaruhi oleh

kemampuan media massa untuk membuat produksi massal dan untuk menjangkau khalayak

dalam jumlah yang besar.Pengertian Komunikasi Massa menurut Rakhmat : diartikan sebagai

jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan

anonim melalui media cetak atau elektronis sehingga pesan yang sama dapat diterima secara

16

Page 17: Lahirnya Sosiologi Komunikasi Massa

serentak dan sesaat. Dengan demikian, maka unsur-unsur penting dalam komunikasi massa

adalah :

a) Komunikator

b) Media massa

c) Informasi (pesan) massa

d) Gatekeeper

e) Khalayak (publik), dan

f) Umpan balik.

Komunikator dalam komunikasi massa adalah :

1) Pihak yang mengandalkan media massa dengan teknologi telematika modern

sehingga dalam menyebarkan suatu informasi, maka informasi ini dengan cepat

ditangkap oleh publik.

2) Komunikator dalam penyebaran informasi mencoba berbagi informasi, pemahanan,

wawasan, dan solusi-solusi dengan jutaan massa yang tersebar di mana tanpa

diketahui dengan jelas keberadaan mereka.

3) Komunikator juga berperan sebagai sumber pemberitaan yang mewakili institusi

formal yang sifatnya mencari keuntungan dari penyebaran informasi itu.

Media massa adalah media komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran

informasi secara massal dan dapat diakses oleh masyarakat secara massal pula. Informasi

massa adalah informasi yang diperuntukkan kepada masyarakat secara massal, bukan

informasi yang hanya di boleh di konsumsi oleh pribadi. Dengan demikian, maka informasi

massa adalah milik publik, bukan ditujukan kepada individu masing-masing. Gatekeeper

adalah penteleksi informasi. Sebagaimana diketahui bahwa komunikasi massa dijalankan

oleh beberapa orang dalam organisasi media massa, mereka inilah yang akan menyeleksi

setiap informasi yang akan disiarkan atau tidak disiarkan. Bahkan, mereka memiliki

kewenangan untuk memperluas, membatasi informasi yang akan disiarkan tersebut. Seperti,

wartawan, desk surat kabar, editor, dan sebagainya, bahkan, penerima telepon disebuah

media institusi media massa memiliki kesempatan untuk menjadi gatekeeper ini.

Khalayak adalah massa yang menerima informasi massa yang disebarkan oleh media

massa, mereka ini terdiri dari publik pendengar atau pemirsa sebuah media massa.

Sehubungan dengan konsep khalayak, dapat dijelaskan lebih terperinci pada konsep massa.

Sementara itu, umpan balik (feedback) dalam media massa berbeda dengan umpan balik

dalam komunikasi antar pribadi ataupun individu. Umpan balik dalam komunikasi massa

umumnya bersifat tertunda, sedangkan dalam komunikasi tatap muka yang bertatap muka

17

Page 18: Lahirnya Sosiologi Komunikasi Massa

lebih bersifat langsung. Akan tetapi, konsep umpan balik tertundfa dalam komunikasi massa

ini telah dikoreksi karena semakin majunya media teknologi, maka proses penundaan umpan

balik menjadi sangat tradisional. Saat ini, media massa juga telah melakukan berbagai

komunikasi interaktif antar komunikator dan publik, dengan demikian, maka sifat umpan

balik yang tertunda ini sudah mulai ditinggalkan seirama denagn perkembangan teknologi

telepon dan internet, serta berbagai teknologi media yang mengikutinya.

1. Konsep Massa

Menurut Dennis McQuail (1994), kata massa itu merupakan konsep yang abivalen

dan memiliki banyak konotasi. Menurutnya, berdasarkan sejarah mempunyai dua makna,

yaitu positif dan negatif. Makna positifnya adalah massa memiliki arti kekuatan dan

solidaritas di kalangan kelas pekerja biasa saat mencapai tujuan kolektifnya. Sementara itu,

makna negatifnya adalah berkaitan dengan kerumunan (mob), atau orang banyak yang tidak

teratur, bebal, tidak memiliki budaya, kecakapan, dan rasionalitas (Barmson, 1961). Massa

memiliki unsur-unsur penting, yaitu:

Terdiri dari masyarakat dalam jumlah yang besar (large aggregate). Massa terdiri dari

jumlah masyarakat yang sangat besar dan menyebar dimana-mana, dimana satu

denagan yang lainnya tidak saling tahu-menahu bahkan tidak pernah dan bertemu

secara personal.

Jumlah massa yang besar menyebabkan massa tidak bisa dibedakan satu dengan yang

lainnya (undifferentiated). Sulit dibedakan mana anggota massa satu dengan yang

lainnya disuatu masyarakat karena jumlahnya yang besar itu. Sebagai contohnya saja,

kita tidak bisa membedakan mana suatu massa yang mendengarkan Radio Republik

Indonesia (RRI) cabang Pekanbaru yang bergabung pada acara telepon interktif

semisal untuk me-request lagu, yang mengudara dari pagi hingga malam hari.

Disamping itu, konsep massa yang demikian juga akan membuat pembuatan

segmentasi menjadi selalu sulit kita prediksi, terutama apabila menggunakan angka-

angka pasti.

Sebagian besar anggota massa memiliki negatif image terhadap pemberitaan massa.

Akibatnya, massa terkadang senantiasa mencurigai pemberitaan media massa yang

pada hakikatnya benar. Sebagai contoh, ketika Presiden RI menyiarkan dukungan

terhadap pemberantasan narkoba terhadap masyarakat Indonesia melalui media Short

Message Service (SMS), masyarakat cenderung bersikap skeptis bahwa kegiatan

tersebut lebih banyak didominasi oleh keinginan untuk mencari popularitas daripada

maksud yang terkandung dalam SMS itu sendiri.

18

Page 19: Lahirnya Sosiologi Komunikasi Massa

Karena jumlah yang besar, maka massa sukar diorganisir. Jumlah massa yang besar

itu cenderung bergerak sendiri-sendiri berdasarkan sel-sel massa yang dapat

dikendalikan oleh orang-orang dalam sel itu bertemu dan bergerak berdasarkan

kondisi sesaat yang terjadi di lapangan. Interaksi-interaksi diantara mereka terjadi

sangat emosional, sehingga bersifat destruktif.

Kemudian, massa merupakan refleksi dari kehidupan sosial secara luas. Setiap bentuk

kehidupan sosial yang ada dalam sebuah masyarakat adalah sebuah refleksi dari

kondisi sosial masyarakat itu sendiri, begitu pula dengan massa adalah refleksi dari

keadaan sosial masyarakat secara keseluruhan. Ketika massa demonstran di Korea

Selatan mengadakan demonstrasi menentang kebijakan perusahaan yang tidak

menaikkan gaji mereka, massa yang melakukan demonstran ini cenderung sopan dan

teratur disertai dengan penyampaian tuntutan yang jelas. Bandingkan hal tersebut

dengan demonstrasi yang sering terjadi di tanah air, tentu hal ini sangat bertolak

belakang, dimana para demonstran di Indonesia rata-rata cenderung emosional,

destruktif, ataupun anarkis. Bahkan, dalam beberapa kasus sampai memakan korban.

Disamping itu, kebanyakan proses demonstrasi di Indonesia juga tidak menyampaikan

tuntutan-tuntutannya secara jelas atau tidak teroganisir yang diakibatkan oleh

kecenderungan yang telah disebutkan sebelumnya. Penyebab perbedaan karakter

demonstarn yang berbeda ini sebenarnya lebih disebabkan oleh kondisi masyarakat

Korea Selatan dan Indonesia yang berbeda. Masyarakat Indonesia yang sedang

berubah dan mengalami ephoria serta histeria ini disebabkan oleh persoalan reformasi

yang berjalan sangat cepat dan drastis serta diperparah pula dengan rendahnya tingkat

pendidikan masyarakat. Sementara itu, masyarakat di Korea Selatan tidak banyak

menagalami hal yang terjadi di Indonesia tersebut.

Sehubungan dengan makna komunikasi, terutama komunikasi massa, makna kata

massa mengacu pada kolektifitas tanpa bentuk, yang komponen-komponennya sulit

dibedakan satu dengan yang lainnya. Dengan demikian, maka massa sama dengan suatu

kumpulan orang banyak yang tidak mengenal keberadaan individualitas. Blumer (1939)

dalam McQuail (2002) mengemukakan ada empat komponen sosiologis yang mengandung

arti massa, yaitu sebagai berikut.

Anggota massa adalah orang-orang dari posisi kelas sosial yang berbeda, jenis

pekerjaan yang berlainan, dengan latar belakang budaya yang bermacam-macam,

serta tingkat kekayaan yang beraneka atau berasal dari segala lapisan kehidupan dan

dari seluruh tingkatan sosial.

19

Page 20: Lahirnya Sosiologi Komunikasi Massa

Massa terdiri dari individu yang anonim.

Biasanya secara fisik anggota massa terpisah satu sama lainnya dan hanya terdapat

sedikit interaksi atau penukaran pengalaman antar anggota-anggota massa yang

dimaksud.

Keorganisasian dari suatu massa bersifat sangat longgar, dan tidak mampu untuk

bertindak bersama atau secara kesatuan seperti hanya suatu kerumunan (crowd).

Secara umum, pengertian massa ditandai dengan:

Kurang memiliki kesadaran diri.

Kurang memiliki identitas diri.

Tidak mampu bergerak secara serentak dan teroganisir untuk mencapai suatu

tujuan tertentu

Massa tidak bertindak dengan sendirinya, tetapi dikooptasi untuk melakukan suatu

tindakan.

Meski anggotanya heterogen dan dari semua lapisan sosial, massa selalu bersikap

sama dan berbuat sesuai dengan persepsi orang yang akan mengkooptasi mereka.

Kata massa juga sering kali digunakan untuk menyebutkan kata konsumen di pasar

massal, sejumlah besar pemilih dalam pemilu. Konsep massa kemudian mengandung

pengertian masyarakat secara keseluruhan “masyarakat massa” atau the mass society.

Menurut McQuail (2002), massa ditandai dengan :

Memiliki agregat yang besar.

Tidak dapat dibedakan.

Cenderung berpikir negatif.

Sulit di perintah atau di organisasi.

Refleksi dari khalyak massa.

Sementara itu, media massa adalah institusi yang menghubungngkan seluruh unsur

masyarakat satu dengan yang lainnya melalui produk media massa yang dihasilkan. Secara

spesifik, McQuail (2002) menyebutkan institusi media massa adalah :

Sebagai saluran produksi dan distribusi konten simbolis.

Sebagai institusi publik yang bekerja sesuai aturan yang ada.

Keikutsertaan baik sebagai pengirim atau penerima adalah sukarela.

Menggunakan standar profesional dan birokrasi.

Media sebagai perpaduan anatara kebebasan dan kekuasaan.

2. Proses Komunikasi Massa

20

Page 21: Lahirnya Sosiologi Komunikasi Massa

Setidak-tidaknya sampai saat ini, belum ada kesepakatan yang tegas mengenai

definisi komunikasi massa. Ada sejumlah ahli komunikasi yang di dalam pembahasannya

cenderung lebih menekankan pada media yang dipergunakan dalam aktivitas komunikasi

tersebut. Menurut mereka, justru pada media itulah yang dapat menunjukkan perbedaan

antara komunikasi massa dengan jenis lainnya. Sementara itu, disisi lain ada juga ahli yang

membahas komunikasi massa dengan menggunakan sudut pandang sosiologi. Mereka lebih

menenkankan arti pentingnya proses keterlibatan para partisipan dari komunikasi itu sendiri.

Dasar pertimbangannya adalah bahwa komunikasi massa itu tidaklah semata-mata proses

komunikasi yang menggunakan komponen-komponen teknis dari sistem komunikasi modern,

melainkan karena melibatkan sifat khalayaknya, sifat bentuk komunikasi, dan sifat

komunikatornya (Sutaryo, 2005).

Liliweri berpendapat bahwa komunikasi massa sebenarnya sama seperti bentuk

komunikasi lainnya, dalam arti memiliki unsur-unsur seperti : sumber (orang), bidang

pengalaman, pesan, saluran, gangguan dan hambatan, efek, konteks maupun umpan balik.

Sekalipun pelbagai pengertian komunikasi massa telah dikemukakan oleh berbagai

kepustakaan, namun demikian secara umum komunikasi massa sebenarnya merupakan suatu

proses yang melukiskan bagaimana komunikator secara profesional menggunakan teknologi

pembagi dalam menyebarluaskan pengalamannya yang melampaui jarak untuk

mempengaruhi khalayak dalam jumlah yang banyak.

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa prosesnya memiliki suatu unsur yang istimewa,

yaitu penggunaan saluran. Teknologi pembagi atau media massa yang disebut saluran itu

digunakan untuk mengirimkan pesan yang melintasi jarak jauh, misalnya buku, pamflet, surat

kabar, warkat pos, rekaman-rekaman, televisi, gambar-gambar poster, dan bahkan saat ini

ditambah lagi komputer dengan aplikasi serta jaringannya, termasuk juga telepon serta satelit.

Ada beberapa sifat yang melekat pada komunikasi massa dan sekaligus

membedakannya dengan bentuk komunikasi yang lainnya. Sifat-sifat yang dimaksud adalah

sebagai berikut.

Sifat komunikator

Sesuai dengan hakikatnya, di dalam sifat penggunaan media atau saluran secara

profesional dengan teknologi tinggi melalui usaha-usaha industri maka pemilikan media

massa bersifat lembaga, yayasan, organisasi usaha yang mempunyai struktur dan penjelmaan

tugas, fungsi-fungsi, serta misi-misi tertentu. Oleh karena itu, maka berbagai pesan yang

21

Page 22: Lahirnya Sosiologi Komunikasi Massa

terbit dari suatu media massa sebenarnya bukan lagi milik perorangan, tetapi hasil rembugan,

olahan redaksi atau keputusan dari kebijaksanaan organisasi yang menerbitkannya.

Sifat pesan

Pesan komunikasi massa bersifat umum, universal tentang berbagai hal dari berbagai

tempat di muka bumi. Sementara itu, media massa adalah tentang berbagai peristiwa apa saja

yang patut diketahui oleh masyarakat umum. Tidak ada pesan komunikasi massa yang hanya

ditujukan pada suatu masyarakat tertentu (meskipun dalam kenyataannya sebagian pesan

bertujuan untuk menjangkau khalayak dalam segmen tertentu, misalnya iklan mobil). Namun

demikian, iklan-iklan seperti itu juga terbaca oleh khalayak di luar segmen masyarakat kaya

yang menjadi sasarannya.

Sifat media massa

Liliweri juga menegaskan, sebenarnya salah satu ciri yang paling khas dalam

komunikasi massa adalah sifat media massa (Sutaryo, 2005). Komunikasi massa nampaknya

lebih bertumpu pada andalan teknologi pembagi pesan dengan menggunakan jasa industri

untuk memperbanyak dan melipatgandakannya. Bantuan industri mengakibatkan berbagai

pesan akan menjangkau khalayak dengan cepat dan tepat secara terus menerus. Hal ini akan

berfungsi mengatur hubungan antara komunikator dengan komunikan yang dilakukan secara

serempak dan menjangkau berbagai titik pemukiman manusia dimuka bumi pada waktu yang

sama. Jasa teknologi untuk melipatgandakan pesan itulah yang membuat distribusi pesan

dilakukan secara industrial, diproduksi secara besar-besaran dalam suatu badan usaha industri

yang memasok modal besar. Ini berarti bahwa pers terus bertumbuh tidak saja sebagai media

komuniksai massa secara profesional, melainkan juga sebagai usaha bisnis.

Sifat komunikan

Komunikan dalam suatu komunikasi massa adalah masyarakat umum yang sangat

beragam, heterogen dalam segi demografis, geografis, maupun psikografis.

Sifat efek

Secara umum, komunikasi massa mempunyai tiga efek. Berdasarkan teori hirarki

efek, efek komunikasi massa itu adalah sebagai berikut.

a. Efek kognitif, pesan komunikasi massa mengakibatkan khalayak berubah dalam

hal pengetahuan, pandangan, dan pendapat terhadap sesuatu yang diperolehnya.

b. Efek afektif, dimana pesan komunikasi massa mengakibatkan berubahnya

perasaan tertentu dari khalayak. Orang dapat menjadi lebih marah ataupun

berkurang rasa tidak senangnya terhadap sesuatu akibat membaca surat kabar,

mendengarkan radio, atau menonton televisi.

22

Page 23: Lahirnya Sosiologi Komunikasi Massa

c. Efek konatif, dimana pesan komunikasi massa mengakibatkan orang mengambil

keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.

Sifat umpan balik

Umpan balik dari suatu komunikasi massa biasanya lebih bersifat tertunda daripada

umpan balik langsung dalam komunikasi antar pribadi. Maksudnya adalah bahwa

pengembalian reaksi terhadap suatu pesan kepada sumbernya tidak terjadi pada saat yang

sama, melainkan ditunda setelah sebuah media itu beredar, atau pesannya itu memasuki

kehidupan suatu masyarakat tertentu. Contohnya dapat kita lihat, misalnya reaksi orang

terhadap berita tentang kenaikan tarif angkutan? Yang disiarkan surat kabar atau televisi,

demikian pula reaksi petani terhadap berita tentang kehadiran varietas padi jenis baru. Reaksi

itu sendiri baru muncul melalui pikiran pembaca di surat kabar, atau surat kepada TVRI

melalui siaran pedesaan (Liliweri, 1991).

Hampir senada dengan pandangan Liliweri tersebut, yaitu pandangan Onong.

Terdapat beberapa perbedaan-perbedaan juga pada tekanan pembicaraan dan variasinya, akan

tetapi, pada esensi keduanya adalah sejalan, yaitu sama-sama menekankan aspek media

sebaagi ciri khas dari komunikasi massa. Berikut inilah gambaran yang kita maksudkan.

Onong dalam bukunya yang berjudul “Ilmu Komunikasi, Teori, dan Praktik” mengutarakan

para ahli komunikasi berpendapat bahwa yang dimaksud dengan komunikasi massa (mass

communication) adalah komunikasi melalui media massa, jelasnya merupakan singkatan dari

komunikasi media massa (mass media communication).

Diakuinya, bahwa hal demikian itu berbeda dengan pendapat para ahli psikologi

sosial. Komunikasi massa itu tidak selalu menggunakan instrumen media massa. Bagi mereka

(para ahli psikologi sosial), pidato dihadapan sejumlah orang banyak di sebuah lapangan,

misalnya, asal menunjukkan perilaku massa (mass behavior), itu dapat dikatakan sebagai

komunikasi massa. Mengapa demikian? Sekalipun pada mulanya mereka yang berkumpul di

lapangan itu adalah kerumunan (crowded) yang satu sama lain tidak saling mengenal, tetapi

karena kemudian mereka sama-sama terikat pada pidato seorang orator, maka mereka sama-

sama terikat oleh perhatian yang sama, lalu menjadi media massa. Oleh sebab itu, komunikasi

yang dilakukan oleh si orator secara tatap muka seperti itu adalah juga komunikasi massa.

Pendapat De Vito dalam bukunya yang berjudul “Communicology: An Introduction to

the Study of Communication” yang juga dikuti oleh Onong (Effendy, 1994) anatar lain

menegaskan komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada

khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh

penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi,

23

Page 24: Lahirnya Sosiologi Komunikasi Massa

agaknya ini berarti bahwa khalayak besar pada umumnya agak sukar untuk didefinisikan.

Kedua, komunikasi massa itu adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar

yang audio dan atau visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis

bila didefinisikan menurut bentuknya: televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku, dam

pita.

Sebagaimana yang telah disinggung sebelumnya, komunikasi massa memiliki proses

yang berbeda dengan komunikasi tatap muka. Karena sifat komunikasi massa ini melibatkan

banyak orang, maka proses komunikasinya sangat kompleks dan rumit. Menurut McQuail

(1992), proses komunikasi massa dapat terlihat dalam bentuk-bentuk sebagai berikut.

Melakukan distribusi dan penerimaan informasi dalam skala besar. Jadi, proses

komunikasi massa melakukan distribusi informasi kemasyarakatan dalam skala yang

besar, sekali siaran pemberitaan yang disesbarkan dalam jumlah yang luas, dan

diterima oleh massa yang besar pula.

Proses komunikasi massa juga dilakukan melalui satu arah, yaitu dari komunikator

kepada komunikan. Kalau terjadi interaktif diantara mereka, maka proses komunikasi

(balik) yang disampaikan oleh komunikan kepada komunikator sifatnya sangat

terbatas, sehingga tetap saja didominasi oleh sang komunikator.

Proses komunikasi massa berlangsung secara asimetris diantara komunikator dan

komunikan, menyebabkan komunikasi diantara mereka berlangsung datar dan bersifat

sementara. Kalau terjadi kondisi emosional disebabkan karena pemberitaan yang

sangat agitatif, maka sifatnya sementara dan tidak berlangsung lama dan tidak

permanen.

Proses komunikasi massa juga berlangsung impersonal (non-pribadi) dan tanpa nama.

Proses ini menjamin, bahwa komunikasi massa akan sulit diidentifikasi siapa

penggerak dan menjadi motor dalam sebuah gerakan massa di jalan.

Proses komunikasi massa juga berlangsung berdasarkakkn pada hubungan-hubungan

kebutuhan (market) di masyarakat. Misalnya, televisi dan radio melakukan penyiaran

mereka karena adanya kebutuhan masyarakat tentang pemberitaan-pemberitaan massa

yang ditunggu-tunggu. Dengan demikian, maka agenda acara televisi dan radio sangat

ditentukan oleh rating, yaitu bagaimana masyarakat menonton atau mendengar acara

itu, apabila tidak ada pendengar atau pemirsanya, maka acara tersebut akan dihentikan

karena dianggap merugi dan tidak disponsori oleh pasar.

3. Audiensi Massa

24

Page 25: Lahirnya Sosiologi Komunikasi Massa

Khalayak memiliki sifat-sifat sebagaimana yang ada pada konsep massa, namun lebih

spesifik teragregat pada suatu media massa. Jadi, sifat dari audien massa umpamanya:

Terdiri dari jumlah yang besar. Pendenganr radio, televisi, ataupun koran adalah

massa dalam jumlah yang sangat besar. Sehingga sulit diprediksi jumlahnya. Contoh

kasus ini adalah umpamanya sebuah harian mengklaim bahwa pembaca mereka

adalah sebesar 300.000 orang, hal ini dapat disimpulkan dari jumlah langganan tetap

koran tersebut. Jumlah ini bisa jadi lebih banyak karena selain pembaca berlangganan,

ada juga pembaca bebas yang hanya membeli koran itu secara eceran. Atau bahkan,

satu koran berlangganan yang dibaca oleh seluruh anggota keluarga. Namun, bisa jadi

pelanggan koran itu tidak membaca sama sekali koran langganannya. Pada media

massa elektronik, kondisi prediksi ini semakin sulit dilakukan karena sifat

pemberitaan media massa elektronik yang cepat dan sesaat.

Suatu pemberitaan media massa dapat ditangkap oleh masyarakat dari berbagai

tempat, sehingga sifat audien massa juga ada tersebar dimana-mana, terpencar, dan

tidak mengelompok pada wilayah tertentu. Jadi tidak bisa dikatakan bahwa pendengar

sebuah radio misalnya, hanya didengar oleh masyarakat yang ada di daerah tersebut

karena siaran radio tersebut dapat ditangkap oleh siapa saja dan dimana saja diseluruh

dunia melalui gelombang radio ataupun melalui siaran internet.

Pada mulanya, audiensi massa tidak interaktif, artinya diantara media massa dan

pendengarnya tidak saling berhubungan. Namun, saat ini konsep tersebut mulai

ditinggalkan karena audien massa dan media massa dapat saling berinteraksi satu

dengan yang lainnya melalui komunikasi telepon. Dengan demikian, maka audiensi

massa memiliki pilihan berinteraksi atau tidak berinteraksi dengan media massa.

Terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang sangat heterogen. Audiensi massa tidak

dapat dikategorikan terdiri dari segmentasi tertentu, kalaupun ada, seperti dalam

acara-acara televisi dan radio maupun media cetak, maka heterogenitas dalam segmen

tersebut tidak dapat dihindari. Umpamanya, siaran radio yang menggunakan bahasa

daerah tertentu, misalnya daerah Riau dengan bahasa melayu. Maka, tentu masyarakat

Riau itu terdiri dari berbagai lapisan sosial dan golongan. Oleh sebab itu, audiensi

massa memiliki sifat heterogenitas yang sulit dikelompokkan.

Tidak teroganisir dan bergerak sendiri. Karena sifatnya yang besar, maka audiensi

massa sulit diorganisir dan akhirnya bergerak sendiri-sendiri. Kalau kemudian ada

audiensi yang bergerak secara bersama-sama, maka gerakan mereka itu dikendalikan

25

Page 26: Lahirnya Sosiologi Komunikasi Massa

oleh sel-sel mereka masing-masing dan cepat bisa berubah sesuai dengan gerakan sel

itu masing-masing.

4. Budaya Massa

Komunikasi massa berproses pada level budaya massa, sehingga sifat-sifat

komunikasi massa sangat dipengaruhi oleh budaya massa yang berkembang dimasyarakat di

mana proses komunikasi massa itu berlangsung. Dengan demikian, maka budaya massa

dalam komunikasi massa memiliki karakter sebagai berikut.

Non-tradisional, yaitu umumnya komunikasi massa berkaitan erat dengan budaya

populer. Acara-acara infotainment, seperti Indonesian Idol, Akademi Fantasi Indosiar

(AFI), Audisi Pelawak TPI (API), dan sebagainya adalah salah satu contoh karakter

budaya saat ini.

Budaya massa juga bersifat merakyat, tersebar di basis massa sehingga tidak

mengerucut ke tingkat elite, namun apabila ada elite yang terlibat dalam proses ini,

maka bagian itu meruapakan basis dari massa itu sendiri.

Budaya massa juga memproduksi produk-produk massa seperti umpamanya

infotainment adalah produk pemberitaan yang diperuntukkan kepada massa secara

luas. Semua orang dapat memanfaatkannya sebagai hiburan umum.

Budaya massa sangat berhubungan dengan budaya populer berbagai sumber budaya

massa. Bahkan, secara tegas dikatakan bahwa bukan populer kalau bukan budaya

massa, artinya budaya tradisional juga dapat menjadi populer jika budaya tradisional

tersebut menjadi budaya massa.

Budaya massa, terutama yang diproduksi oleh media massa diproduksi menggunakan

biaya yang cukup besar. Karena itu, dana yang besar tersebut harus pula diimbangi

dengan pendapatan atau keuntungan yang besar pula. Selain itu, juga harus diperoleh

keuntungan dari segi kontinuitas budaya massa itu sendiri. Karena itu, budaya massa

diproduksi secara komersial agar tidak saja menjadi jaminan keberlangsungan sebuah

kegiatan budaya massa, namun juga harus menghasilkan keuntungan bagi kapital

yang diinvestasikan pada kegiatan tersebut.

Budaya massa juga diproduksi secara eksklusif menggunakan simbol-simbol sosial

sehingga terkesan diperuntukkan untuk masyarakat modern yang homogen, terbatas,

dan tertutup.

Sementara itu, budaya massa terbentuk disebabkan oleh :

Tuntutan industri kepada pencipta untuk menghasilkan karya yang banyak dalam

tempo yang singkat. Maka si pencipta untuk menghasilkan karya yang banyak dalam

26

Page 27: Lahirnya Sosiologi Komunikasi Massa

tempo singkat, tak sempat lagi berpikir, dan dengan secepatnya menyelesaikan

karyanya. Mereka memilki target produksi yang harus dicapai dalam kurun waktu

tertentu.

Karena massa budaya cenderung “latah” menyulap atau meniru segala sesuatu yang

sedang naik daun atau laris, sehingga media berlomba untuk mencari keuntungan

yang sebesar-besarnya.

5. Ciri-Ciri Komunikasi Massa

Menggunakan media masa dengan organisasi (lembaga media)

yang jelas.

Komunikator memiliki keahlian tertentu

Pesan searah dan umum, serta melalui proses produksi dan

terencana

Khalayak yang dituju heterogen dan anonym

Kegiatan media masa teratur dan berkesinambungan

Ada pengaruh yang dikehendaki

Dalam konteks sosial terjadi saling memengaruhi antara media

dan kondisi masyarakat serta sebaliknya.

6. Karakteristik Komunikasi Massa

Onong Uchyana Effendy menjelaskan Karakteristik Komunikasi

Massa sebagai berikut .

Komunikasi massa berlangsung satu arah

Tidak seperti komunikasi antarpersonal (interrpersonal communication) yang

berlangsung dua arah (two-way traffic communication), komunikasi antarpersonal

berlangsung satu arah (one-way traffic communication). Ini berarti tidak terdapat arus balik

kepada komunikator. Salah contoh, jika komunikatornya adalah wartawan. Wartawan tersebut

tidaka akan mengetahui secara langsung tanggapan para pembacanya terhadapa pesan atau

berita yang disiarkannya itu. Sama juga seperti radio, penyiar televisi, ataupun sutradara film,

tidaka akan mengetahui secara langsung tanggapan khalayak yang dijadikan sasarannya.

Komunikator pada gilirannya dapat juga mengetahui tanggapan dari sejumlah

komunikannya, maisalnya saja dengan melalui surat pembaca yang seringkali dimuat di surat-

surat kabar, majalah, ataupun radio, bahkan dapat juga melalui telepon. Sekalipun demikian,

perlu diingat bahwa hal tersebut (reaksi atau tanggapan) dari komunikan itu terjadi setelah

proses komunikasi berlangsung, sehingga komunikator sudah tidak mampu lagi mengubah

27

Page 28: Lahirnya Sosiologi Komunikasi Massa

gaya komunikasinya seperti kalau komunikasi itu terjadi pada komunikasi jenis tatap muka.

Arus balik yang tidak berlangsung itu sering disebut dengan arus balik tertunda (delayed

feedback).

Arus balik dalam komunikasi massa ini tidak dapat diketahui seketika oleh

komunikator, atau dengan kata lain hanya dapat diketahui setelah proses komunikasi itu

terjadi. Konsekuensinya adalah komunikator perlu merencanakan dan mempersiapkan

sedemikian rupa sehingga pesan yang disampaikan kepada komunikan harus benar-benar

komunikatif pada satu kali penyiaran. Dengan demikian, pesan komunikasi selain harus dapat

dibaca, juga dapat dipahami maknanya, serta tidak bertentangan dengan kebudayaan

komunikan yang menjadi sasaran komunikasi. Mungkin saja sebagai hasil teknologi mutakhir,

sebuah berita surat kabar dapat dibaca jelas, atau radio bisa diingat dengan terang. Akan tetapi

bukan tidak mungkin apa yang dibaca atau didengar tidak dimengerti dan menimbulkan

interprestasi yang berbeda bahkan bertentangan dengan agama, adat, dan kebiasaan.

Komunikator pada komunikasi massa melembaga

Media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan lembaga, yakni suatu

institusi atau organisasi. Oleh karena itu, komunikatornya melembaga (institutionalized

communicator atau organized communicator). Komunikator pada komunikasi massa,

misalnya wartawan surat kabar atau penyiar televisi bertindak atas nama lembaga sejalan

dengan kebijaksanaan (policy) surat kabar atau stasiun televisi yang diwakilinya karena media

yang dipergunakannya adalah suatu lembaga dalam menyebarluaskan pesan komunikasinya.

Ia tidak memiliki kebebasan individual. Ungkapan seperti kebebasan mengungkapkan

pendapat (freedom of expression atau freedom of opinion) merupakan kebebasan terbatasi

(restricted freedom). Sebagai konsekuensi dari sifat komunikator yang melembaga itu,

peranannya dalam proses komunikasi ditunjang oleh orang lain. Kemunculannya dalam media

komunikasi tidak sendirian, tapi bersama dengan orang lain. Tulisan seorang wartawan

misalnya, tidak mungkin dapat dibaca khalayak apabila tidak didukung oleh pekerjaan

redaktur pelaksana (managing editor), juru tata letak (layout man), korektor, dan lain-lain.

Wajah dan suara penyiar televisi tak mungkin dapat dilihat dan didengar jika tidak ditunjang

oleh pekerjaan pengarah acara, juru kamera, juru suara, dan sebagainya.

Berdasarkan kenyataan tersebut diatas, maka komunikator pada komunikasi massa

dinamakan juga komunnikator kolektif (collective communicator) karena tersebarnya pesan

komunikasi massa merupakan hasil kerja sama sejumlah kerabat kerja. Karena sifatnya yang

kolektif, maka komunikator yang terdiri dari sejumlah kerabat kerja itu mutlak harus

28

Page 29: Lahirnya Sosiologi Komunikasi Massa

mempunyai keterampilan yang tinggi dalam bidangnya masing-masing. Dengan demikian,

komunikasi sekunder sebagai kelanjutan dari komunikasi primer itu akan menjadi sempurna.

Bersifat umum

Pesan yang disebarkan melalui media massa bersifat umum (public)

karena ditujukan kepada umum dan kepentingan umum. Jadi, tidak

ditujukan kepada perseorangan atau kepada sekelompok orang tertentu.

Hal inilah yang antara lain membedakan anatara media massa dengan

media bukan massa (media nirmassa). Contoh media nirmassa ini adalah

surat, telepon, telegram, dan teleks. Media nirmassa ini tidak ditujukan

kepada umum, melainkan kepada orang-orang tertentu. Bahkan, menurut

Onong (1994), majalah organisasi, surat kabar kampus, radio, telegrafi,

atau radio citizen band, film dokumenter, dan televisi siaran sekitar

(closed circuit television) bukanlah media massa, melainkan media

nirmassa yang ditujukan kepada sekelompok orang tertentu.

Bagaimana halnya dengan surat kabar seperti Kompas, Jawa Pos,

Tempo, Femina, atau radio sepert RRI, dan televisi seperti TVRI, RCTI, dan

televisi swasta lainnya yang kita kenal selama ini, atau film-film yang

diputar di gedung-gedung bioskop adalah jelas merupakan media massa.

Mengapa demikian? Karena ditujukan untuk umum, dan pesan-pesan yang

disebarkannya adalah mengenai kepentingan umum.

Bersifat heterogen

Komunikan atau khalayak (massa) merupakan kumpulan anggota

masyarakat terlibat dalam proses komunikasi massa sebagai sasaran yang

dituju komunikator bersifat komunikator. Massa dalam komunikasi massa

terjadi dari orang-orang yang heterogen yang meliputi penduduk yang

bertempat tinggal dalam kondisi yang sangat berbeda, dengan

kebudayaan yang beragam, berasal dari berbagai stratifikasi masyarakat,

mempunyai pekerjaan yang berjenis-jenis. Oleh karena itu, mereka

berbeda pula dalam kepentingan, standar hidup dan derajat kehormatan,

kekuasaan dan pengaruh. Heterogenitas seperti itulah yang menjadi

kesulitan bagi seorang komunikator dalam menyebarkan pesannya melalui

media massa, karen asetiap individu dari khalayak itu menghendaki agar

keinginannya dipenuhi. Bagi para pengelola media massa adalah suatu hal

29

Page 30: Lahirnya Sosiologi Komunikasi Massa

yang tidak mungkin untuk memenuhinya. Satu-satunya cara untuk dapat

mendekati keinginan khalayak ialah dengan mengelompokkan mereka

menurut jenis kelamin, usia, agama, pekerjaan, pendidikan, kebudayaan,

kesenangan (hobby), berdasarkan atas perbedaan sebagaimana tersebut

diatas.

Sebenarnya, pengelompokan tersebut telah dilaksanakan oleh

berbagai media massa dengan mengadakan rubrik atau acara tertentu

untuk kelompok pembaca, pendengar, dan penonton tertentu. Hampir

semua surat kabar, radio, dan televisi menyajikan rubrik secara khusus

diperuntukkan bagi anak-anak, remaja, dan dewasa, wanita dewasa dan

remaja putri, pedagang, petani, ABRI, dan lain-lain, pemeluk agama Islam,

Kristen, Budha, Hindu, dan kepercayaan, dan kelompok-kelompok lainnya.

Berdasarkan pengelompokan tersebut diatas, maka sejumlah rubrik

atau acara diperuntukakan bagi kelompok tertentu sebagai sasarannya,

atau dapat disingkat kelompok sasaran (target group). Disamping itu,

khalayak keseluruhan sebagai sasarannya atau yang disebut sebagai

khalayak sasaran (target audience). Contohh rubrik untuk khayak sasaran

pada surat kabar adalah berita, tajuk rencana, pojok, artikel, certa

bersambung, dan lain-lain. Adapun untuk kelompok sasaran adalah

ruangan wanita, halaman untuk anak-anak, kolom untuk mahasiswa,

ruangan bagi penggemar film, dan sebagainya. Contoh untuk khalayak

sasaran pada radio dan televisi siaran adalah warta berita, sandiwara, film

seri, musik tradisional (keroncong, dangdut, populer, dan lain-lain), olah

raga, dan sebagainya. Adapun untuk kelompok sasaran adalah acara

anak-anak, remaja, mahasiswa, petani, ABRI, dan pemeluk agama Islam

dan agama-agama lainnya, serta banyak lagi yang diperuntukkan bagi

kelompok tertentu.

Berdasarkan ciri heterogenitas komunikan sebagaimana diuraikan

diatas, dan dikaitkan dengan ciri yang disebut pertama, yakni bahwa

komunikasi massa berlangsung satu arah, maka komunikator yang

menangani atau yang menggunakan media massa harus melakukan

perencanaan yang matang sehingga pesan yang disebarkannya benar-

30

Page 31: Lahirnya Sosiologi Komunikasi Massa

benar komunikatif, yakni received dan accepted dalam suatu kali

penyiaran (Effendy, 1994)

Media massa menimbulkan keserempakan

Karakteristik lainnya yang dimiliki oleh media massa adalah

kemampuannya untuk menimbulkan keserempakan (simultaneity) pada

pihak khalayak dalam menerima pesan-pesan yang disebarkan. Hal inilah

yang merupakan ciri paling hakiki dibandingkan dengan media komunikasi

lainnya. Bandingkan misalnya poster atau papan pengumuman dengan

radio yang sama-sama merupakan media komunikasi. Poster dan papan

pengumuman adalah media komunikasi, tetapi bukan media komunikasi

massa, sebab tidak mengandung ciri keserempakan, sedangkan radio

adalah media massa adalah media massa karena mengandung ciri

keserempakan. Pesan yang disampaikan melalui poster atau papan

pengumuman kepada khalayak tidak diterima oleh mereka dengan

melihat poster dan atau papan pengumuman itu secara serempak

bersama-sama, melainkan secara bergantian. Lain halnya dengan pesamn

yang disampaikan melalui siaran radio. Pesan yang disebarkan dalam

bentuk pidato, misalnya pidato presiden, akan diterima oleh khalayak

dalam jumlah jutaan, bahkan puluhan atau ratusan juta, serempak secara

bersama-sama pada saat yang sama pada saat Presiden berpidato.

Hubungan komunikator-komunikan bersifat non pribadi.

Sifat non pribadi ini timbul disebabkan dari teknologi penyebaran

yang masal dan sebagaian lagi disebabkan syarat-syarat bagi peran

komunikator yang bersifat umum. Dalam penyampaian berbagai produk tayangan,

media massa berupaya menyesuaikan dengan khalayaknya yang heterogen dan berbagai

sosio-ekonomi, kultural, dan lainnya. Produk media pun pada akhirnya dibentuk sedemikian

rupa, sehingga mampu diterima oleh orang banyak. Di sisi lain, media juga sering kali

menyajikan berita, film, dan informasi lain dari berbagai negara sebagai upaya media

memberikan pilihan yang memuaskan bagi khalayaknya. Produk media baik yang berupa

berita, program keluarga, kuis, film, dan sebagainya, disebut sebagai upaya massa yaitu karya

budaya. Berdasarkan ciri yang demikian, maka seni hiburan ini banyak diproduksi media

untuk menarik sebanyak mungkin khalayaknya. Hal ini tidak saja dipengaruhi oleh kebutuhan

31

Page 32: Lahirnya Sosiologi Komunikasi Massa

khalayak massa yang heterogen, juga adanya kepentingan komersial media yang kini masuk

sebagai industri yang membutuhkan dana besar melalui iklannya.

7. Fungsi Komunikasi Massa

Komunikasi massa merupakan salah satu bentuk aktivitas sosial yang tentunya

memiliki berbagai fungsi bagi masyarakat. Robert K. Merton mengemukakan bahwa fungsi

aktivitas sosial memiliki dua aspek, yakni fumgsi nyata (manifest function) atau dengan kata

lain merupakan fungsi yang diinginkan, dan fungsi tidak nyata atau tersembunyi (latent

function) yang biasanya fungsi ini tidak diinginkan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

setiap fungsi sosial dalam masyarakat itu memiliki efek fungsional dan disfungsional

(Bungin, 2008).

Selain manifest function dan latent function seperti yang dijabarkan oleh Merton

diatas, setiap aktivitas sosial juga berfungsi melahirkan fungsi-fungsi sosial lainnya, atau

yang disebut dengan beiring function (Bungin, 2008). Terciptanya fungsi-funsi sosial lainnya

ini disebabkan oleh kemampuan adaptasi manusia yang sangat sempurna. Oleh sebab itu, jika

ada fungsi-fungsi sosial yang dianggap membahayakan dirinya, maka manusia tersebut akan

mengubah fungsi-fungsi sosial yang ada. Contohnya, pemberantasan korupsi yang dilakukan

oleh pemerintah, disatu sisi adalah untuk membersihkan masyarakat dari praktik korupsi.

Namun, disisi lain tindakan pemberantasn korupsi yang tidak diikuti dengan perbaikan sistem

justru akan menimbulkan ketakutan bagi aparatur pemerintahan secara luas tentang masa

depan mereka karena merasa tindakannya selalu diawasi, ditakuti, dan ditindak. Tidak adanya

perbaikan sistem yang baik dan ketakutan justru akan melahirkan (beiring) model-model

korupsi baru yang lebih canggih. Dengan demikian, maka aktivitas sosial lama itu akan

mengalami metamorfosa dan kemudian melahirkan aktivitas sosial.

Begitu pula dengan fungsi komunikasi media massa. Sebagai aktivitas sosial

masyarakat, komunikasi massa juga mengalami hal serupa. Misalnya, pemberitaan tentang

bahaya tsunami terhadap kehidupan masyarakat pantai. Diibaratkan dua sisi mata pedang,

disatu sisi, pemberitaan tersebut adalah informasi mengenai bagaimana masyarakat pantai

dapat menghindari bahaya tsunami ketika bencana itu datang, tetapi pemberitaan itu juga

sekaligus menciptakan ketakutan dan kecemasan yang amat sangat bagi masyarakat yang

hidup di pesisir pantai. Bahkan, pemberitaan itu dapat berdampak buruk pada orang-orang

pegunungan yang mungkin saja ingin atau berencana pindah ke kawasan pantai.

Berbicara mengenai fungsi dari komunikasi massa, maka fungsi komunikasi massa itu

ada beberapa macam. Adapun beberapa fungsi dari komuikasi massa ini adalah sebagai

berikut.

32

Page 33: Lahirnya Sosiologi Komunikasi Massa

Fungsi pengawasan

Media massa adalah sebuah medium dimana dapat digunakan untuk pengawasan

terhadap aktivitas masyarakat pada umumnya. Fungsi pengawasan ini bisa berupa peringatan

dan kontrol sosial maupun kegiatan persuasif. Pengawasan dan kontrol sosial dapat dilakukan

untuk aktivitas preventif untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Seperti,

pemberitaan bahaya narkoba bagi kehidupan manusia yang dilakukan melalui media massa

dan ditujukan kepada masyarakat, maka fungsinya untuk kegiatan preventif agar masyarakat

tidak terjerumus dalam pengaruh narkoba.

Sementara itu, fungsi persuasif sebagai upaya memberikan reward dan punishment

kepada masyarakat sesuai dengan apa yang dilakukannya. Media massa dapat memberikan

reward kepada masyarakat yang bermanfaat dan fungsional bagi anggota masyarakat lainnya.

Namun sebaliknya, media massa juga dapat memberikan punishment apabila aktivitasnya

tidak bermanfaat bahkan merugikan fungsi sosial lainnya di masyarakat.

Fungsi Social Learning

Disamping memberi informasi kepada masyarakat luas, komunikasi massa juga

menunujukkan fungsi sosial lainnya, yakni mendidik masyarakat atau social learning. Pada

fungsi ini, fungsi utama dari komunikasi massa melalui media massa adalah melakukan

guiding dan pendidikan sosial kepada seluruh masyarakat. Media massa bertugas untuk

memberikan pencerahan-pencerahan kepada masyarakat dimana komunikasi massa itu

berlnagsung. Komunikasi massa dimaksudkan agar proses pencerahan itu berlangsung secara

efektif dan efisien dan menyebar secara bersamaan di masyarakat luas. Fungsi komunikasi

massa ini merupakan sebuah andil yang dilakukan untuk menutupi kelemahan fungsi-fungsi

paedagogi yang dilaksanakan melalui komunikasi tatap muka, dimana karena sifatnya, maka

fungsi paedagogi hanya dapat berlangsung secara eksklusif antara individu tertentu saja.

Selain itu, melalui komunikasi massa, masyarakat itu dididik agar dapat berpikir kritis dan

memiliki horizon pengetahuan yang luas serta juga mendidik masyarakat agar bisa mandiri

dalam menangani setiap persoalan dalam kehidupannya.

Fungsi Penyampaian Informasi

Komunikasi massa mengandalkan media massa, memiliki fungsi utama, yaitu menjadi

proses penyampaian informasi kepada masyarakat luas. Komunikasi massa memungkinkan

informasi dari institusi publik tersampaikan kepada masyarakat secara luas dalam waktu

cepat sehingga fungsi informatif tercapai dalam waktu yang cepat dan singkat.

Fungsi Transformasi Budaya

33

Page 34: Lahirnya Sosiologi Komunikasi Massa

Diatas telah disinggung sedikit mengenai fungsi informatif. Adapun yang dimaksud

dengan fungsi informatif adalah fungsi-fungsi yang bersifat statis, namun fungsi-fungsi lain

yang lebih dinamis adalah fungsi transformasi budaya. Komunikasi massa sebagaimana sifat-

sifat budaya massa, maka yang terpenting adalah komunikasi massa menjadi proses

transformasi budaya yang dilakukan bersama-sama oleh semua komponen komunikasi massa,

terutama yang didukung oleh media massa.

Fungsi transformasi budaya ini menjadi sangat penting dan terkait dengan fungsi-

fungsi lainnya, terutama fungsi social learning, akan tetapi fungsi transformasi budaya ini

lebih kepada tugasnya yang besar sebagai bagian dari budaya global. Sebagaimana diketahui

bahwa perubahan-perubahan budaya yang disebabkan oleh perkembangan telematika menjadi

perhatian utama semua masyarakat dunia, karena selain dapat dimanfaatkan untuk

pendidikan, juga dapat digunakan untuk fungsi-fungsi lainnya seperti politik, perdagangan

(ekonomi), agama, hukum, militer, dan sebagainya. Jadi, tidak dapat dihindari bahwa

komunikasi massa memainkan peran penting dalam proses ini dimana hampir semua

perkembangan telematika mengikutsertakan proses-proses komunikasi massa, terutama

dalam proses transformasi budaya.

Menciptakan Rasa Kebersamaan

Salah satu fungsi komunikasi massa yang tidak banyak orang yang menyadarinya

dalah kemampuannya membuat kita merasa menjadi anggota suatu kelompok. Bayangkanlah

seorang pemirsa televisi yang sedang sendirian, duduk di kamarnya menyaksikan televisi

sambil menikmati makan malam. Program-program televisi membuat orang-orang yang

kesepian ini merasa menjadi anggota kelompok yang lebih besar (De Vito, 1997).

Fungsi “Membius”

Salah satu fungsi media yang paling menarik dan paling banyak dilupakan adalah

fungsi “membius (narcotizing)”nya. Ini berarti bahwa apabila media menyajikan informasi

tentang sesuatu, penerima percaya bahwa tindakan tertentu telah diambil. Sebagai akibatnya,

pemirsa atau penerima terbius dalam keadaan tidak aktif, seakan-akan berada dalam pengaruh

narkotik. Seperti yang di jelaskan oleh Lazarsfeld dan Merton sebagai berikut.

“Mereka banyak membaca banyak pokok masalah dan bahkan mungkin

mendiskusikan alternatif-alternatif tindakannya. Tetapi, ini lebih merupakan proses

intelektual yang tidak mengaktifkan tindakan sosial. Warga masyarakat yang berkepentingan

dan mengethahui informasi ini dapat memberi selamat kepada dirinya sendiri atas informasi

yang diperolehnya dan lupa menyadari bahwa ia tidak dilibatkan dalam keputusan dan

34

Page 35: Lahirnya Sosiologi Komunikasi Massa

tindakan. Ia mengelirukan antara mengetahui persoalan dan melakukan sesuatu atas persoalan

tersebut”.

Lazarslefd dan Merton mengistilahkan ini disfungsional, dan bukan fungsional

‘berdasarkan asumsi bahwa tidaklah baik bagi masyarakat modern untuk memiliki sejumlah

besar anggota yang secara politis apatis dan lamban”. Dengan tingkat tingkat pemirsaan 7

jam per hari, tidak heran jika kita mengacaukan pengetahuan akan masalah dengan tindakan.

Menganugerahkan status

Daftar 100 orang terpenting di dunia bagi kita hampir boleh dipastikan berisi nama-

nama orang yang banyak dimuat dalam media. Tanpa pemuatan ini, orang-orang tersebut

pastilah tidak menjadi penting, setidak-tidaknya dalam pandangan masyarakat. Paul

Lazarsfeld dan Robert K. Merton dalam karya mereka yang berpengaruh “Mass

Communication, Popular Taste, and Organized Social Action” pada tahun 1951 mengatakan:

“jika benar-benar penting, anda akan menjadi pusat perhatian massa dan jika anda adalah

pusat perhatian massa, berarti anda memang penting. Sebaliknya, jika anda tidak mmendapat

perhatian massa, maka anda tidaklah penting” (Lazarsfeld and Merton, 1951).

Fungsi Hiburan

Fungsi lain dari komunikasi, termasuk komunikasi massa adalah hiburan. Seirama

dengan fungsi-fungsi lain, komunikasi massa juga dapat digunakan sebagai media hiburan.

Karena komunikasi massa menggunakan media massa, jadi fungsi-fungsi hiburan yang ada

pada media massa juga merupakan fungsi dari komunikasi massa. Transformasi budaya yang

dilakukan oleh komunikasi massa mengikutsertakan fungsi hiburan ini sebagai bagian

penting dalam fungsi komunikasi massa. Hiburan tidak terlepas dari fungsi media massa itu

sendiri dan juga tidak terlepas dari tujuan transformasi budaya. Dengan demikian, maka

fungsi hiburan dari komunikasi massa saling mendukung fungsi-fungsi lainnya dalam proses

komunikasi massa.

De Vito menyebutkan, bahwa media mendesain program-program mereka untuk

menghibur khalayak. Tentu saja, sebenarnya mereka memberi hiburan itu mendapatkan

perhatian dari khalayak sebanyak mungkin sehingga mereka dapat menjual hal ini kepada

para pengiklanan. Inilah sebab utama adanya komunikasi massa. Dalam masyarakat dimana

negara membantu kehidupan media atau dimana periklanan dilarang untuk melakukan di

banyak macam media, prosesnya berbeda. Tetapi di Amerika Serikat dan di kebanyakan

negara demokrasi lainnya, jika media tidak memberi hiburan, mereka tidak akan hidup lama

dan dengan cepat akan tersingkir dari arena.

Fungsi meyakinkan

35

Page 36: Lahirnya Sosiologi Komunikasi Massa

Meskipun fungsi media yang paling jelas adalah menghibur, namun fungsinya yang

terpenting adalah meyakinkan (to persuade). Persuasi dapat datang dalam banyak bentuk,

diantaranya :

a. Mengukuhkan atau memperkuat sikap kepercayaan atau nilai seseorang

Menurut De Vito, adalah sukar bagi satu pihak untuk mengubah seseorang dari

sikap tertentu ke sikap yang lainnya. Dan media, dengan semua sumber daya

dan kekuatan yang ada pada mereka, tidak terkecuali. Lebih sering media

mengukuhkan atau membuat kepercayaan, sikap, nilai, dan opini kita menjadi

lebih kuat.

b. Mengubah sikap

Media akan mengubah sementara orang yang tidak memihak dalam suatu

masalah tertentu. Jadi, mereka yang terjepit diantara orang Republik dan

Demokrat (di Amerika) akhirnya akan terseret kepada salah satu pihak akibat

pengaruh pesan-pesan media. Media juga menghasilkan banyak perubahan yang

kita anggap sepele. Sebagai contoh, perubahan pada perilaku membeli kertas

tisu, mungkin sangat dipengaruhi oleh media. Akan tetapi De Vito juga

menegaskan pula bahwa preferensi politik, sikap religius, dan komitmen sosial,

khususnya yang sangat kita yakini, tidak mudah untuk diubah.

c. Menggerakkan sikap

Dari sudut pandang pengiklan, fungsi terpenting dari media adalah

menggerakkan (activating) para konsumen untuk mengambil tindakan. Media

berusaha mengajak para pemirsa atau pembaca untuk membeli roti merk

tertentu, menggunakan silet tertentu, dan memilih barang merek tertentu

dibanding merk yang lain. Setelah semua sikap dibentuk, atau pola perilaku

dimantapkan, media berfungsi menyalurkannya, mengendalikannya ke arah

tertentu. Sebagai contoh, setelah pola membayar $60 untuk sepotong celana

jeans dimantapkan, media dapat mengarahkan perilaku ini dengan mudah ke

merk Guess, Celvin Klein Sasson, atau merk apa pun yang berharga mahal.

Lebih baik lagi, jika label harga itu tampak jelas.

d. Menawarkan etika atau sistem nilai tertentu

Fungsi persuasif lainnya adalah mengetikakan (ethicizing). Dengan

mengungkapkan secara terbuka adanya penyimpangan tertentu dari suatu norma

yang berlaku (misalnya, skandal Jim Brakker), media merangsang masyarakat

untuk mengubah situasi. Mereka menyajikan etik kolektif kepada pemirsa atau

36

Page 37: Lahirnya Sosiologi Komunikasi Massa

pembaca. Sebagai contoh, tanpa di publikasikannya skandal Watergate, tidaklah

mungkin muncul tuntutan masyarakat yang akhirnya menjatuhkan pemerintah

Richard Nixon. Ditulis 20 tahun sebelum skandal Watergate. Lazarselfd dan

Merton (1951) menyatakan: dalam masyarakat, fungsi pemaparan terbuka ini

dilembagakan dalam komunikasi massa, pers, radio, dan televisi memaparkan

penyimpangan dari opini publik secara cukup terbuka, dan akibatnya,

pemaparan ini menggerakkan masyarakat untuk bertindak menentang apa yang

secara pribadi dapat ditoleransi. Media massa dapat mengungkapkan ketegangan

akibat diskriminasi. Adakalanya, media dapat mengorganisasikan kegiatan-

kegiatan terbuka menjadi suatu “perang suci”.

8. Komunikasi Massa sebagai Sistem Sosial

Komunikasi massa sebagai sistem sosial memiliki komponen-komponen penting,

yaitu sebagai berikut.

Narasumber sebagai sumber-sumber informasi bagi media massa.

Publik yang mengonsumsi media massa.

Media massa meliputi organisasi, sumber daya manusia, fasilitas produksi,

distribusi, kebijakan yang ditempuh, ideologi yang diperjuangkan dan sebagainya.

Aturan hukum dan perundang-undangan, norma-norma, dan nilai-nilai, serta kode

etik yang mengatur semua stakeholder komunikasi massa.

Institusi samping yang tumbuh dan memberikan kontribusi terhadap kegiatan

komunikasi massa, seperti percakapan, periklanan, badan sensor, dan sebagainya.

Pihak yang mengendalikan berlangsungnya komunikasi massa, permodalan,

penguasa, kekuatan politik, maupun kelompok kepentingan.

Unsur-unsur penunjang lain yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan

komunikasi massa (Nasution, 2003). Umpamanya adalah perusahaan-perusahaan

penghasil teknologi telematika, kondisi sosial, ekonomi, dan politik negara, kondisi

global masyarakat internasional, serta percaturan politik dunia.

Peran Media Massa

Media massa adalah institusi yang berperan sebagai agent of change, yaitu sebagai

institusi pelopor perubahan. Ini adalah paradigma untuk media massa. Dalam menjalankan

paradigmanya media massa berperan sebagai:

37

Page 38: Lahirnya Sosiologi Komunikasi Massa

Sebagai institusi pencerahan masyarakat, yaitu peranannya sebagai media edukasi.

Media massa menjadi media yang setiap saat mendidik masyarakat supaya cerdas,

terbukanya pikirannya, dan menjadi masyarakat yang maju.

Selain itu, media massa juga menjadi media informasi, yaitu media yang setiap saat

menyampaikan informasi kepada masyarakat. Dengan informasi yang terbuka dan

jujur dan benar disampaikan media massa kepada masyarakat, maka masyarakat

akan menjadi masyarakat yang kaya dengan informasi, masyarakat yang terbuka

dengan informasi, sebaliknya pula masyarakat akan menjadi masyarakat informatif,

masayarakat yang dapat menyampaikan informasi dengan jujur kepada media massa.

Selain itu, informasi yang dimiliki oleh masyarakat, menjadikan masyarakat sebagai

masyarakat dunia yang dapat berpartisipasi dengan berbagai kemampuannya.

Terakhir, media massa yang memiliki peran sebagai media hiburan. Sebagai agent of

change, media massa juga menjadi institusi budaya, yaitu institusi yang setiap saat

menjadi corong kebudayaan, katalisator perkembangan kebudayaan. Sebagai agent

of change yang dimaksud adalah juga mendorong agaar perkembangan budaya itu

bermanfaat bagi manusia bermoral dan masyarakat sakinah, dengan demikian media

massa juga berperan untuk mencegah berkembangnya budaya-budaya yang justru

merusak peradaban manusia dan masyarakatnya.

Secara lebih spesifik, peran media massa saat ini lebih menyentuh persoalan-

persoalan yang terjadi di masyarakat secara aktual, seperti:

Harus lebih spesifik dan proporsional dalam melihat sebuah persoalan, sehingga

sebuah persoalan sehingga mampu menjadi media edukasi dan media informasi

sebagaimana yang diharapkan oleh masyarakat.

Dalam memotret realitas, media massa harus fokus pada realitas masyarakat, bukan

pada potret kekuasaan yang ada di masyarakat itu, sehingga informasi tidak menjadi

propaganda kekuasaan, potert figur kekuasaan.

Sebagai lembaga edukasi, media massa harus dapat memilah kepentingan

pencerahan dengan kepentingan media massa sebagai lembaga produksi, sehingga

kasus-kasus pengaburan berita dan iklan tidak harus terjadi dan merugikan

masyarakat.

Media massa juga harus menjadi early warning system, hal ini terkait dengan peran

media massa sebagai media informasi, dimana lingkungan menjadi sumber

ancaman. Media massa menjadi sebuah sistem dalam sistem besar peringatan

38

Page 39: Lahirnya Sosiologi Komunikasi Massa

terhadap ancaman lingkungan, bukan hanya menginformasikan informasi setelah

terjadi bahaya dari lingkungan itu.

Dalam mengahadapi ancaman masyarakat yang lebih besar seperti terorisme,

seharusnya media massa lebih banyak menyoroti aspek fundamental pada terorisme

seperti mengapa terorisme itu terjadi bukan hanya pada aksi-aksi terorisme

(Subiakto, 2006).

d. Perubahan Sosial

Belakangan ini, sosiologi mulai meragukan validitas teori sistem organik dan

dikotomi statika sosial dan dinamika sosial. Ada dua kecenderungan intelektual yang

menonjol, yakni :

1. Penekanan pada kualitas dinamis realitas sosial yang dapat menyebar kesegala

arah, yakni membayangkan masyarakat dalam keadaan bergerak (berproses).

2. Tidak memperlakukan masyarakat (kelompok ataupun organisasi) sebagai sebuah

obyek dalam arti menyangkal konkretisasi (concretization) pada realitas sosial.

Impilkasi pertamanya adalah bahwa pertentangan anatara keadaan statis dan dinamis

mungkin hanya ilusi dan tak ada obyek atau struktur atau kesatuan tanpa mengalami

perubahan. Pemikiran ini berasal dari ilmu alam. Alfred N. Whitehead (1925) dalam

Sztompka (2004) menyebutnya sebagai konsep “perubahan menjadi sifat sesuatu”.

Pandangan dinamis ini segera berubah menjadi pendekatan dominan, menjadi kecenderungan

ilmu modern untuk lebih memperhatikan peristiwa ketimbnag keadaannya sebagai komponen

utama relitas itu sendiri.

Bagi sosiologi, ini berarti bahwa masyarakat tidak boleh dibayangkan sebagai sebuah

sitem yang tetap, melainkan sebagai sebuah proses yang berjalan, serta bukan sebagai obyek

semu yang kaku, tetapi sebagai aliran peristiwa terus menerus tanpa henti. Diakui bahwa

masyarakat hanya dapat dikatakan ada sejauh dan selama terjadi sesuatu di dalamnya, yakni

ada tindakan tertentu yang dilakukan, ada perubahan tertentu, dan ada proses tertentu yang

senantiasa bekerja. Secara ontologi, dapat dikatakan bahwa masyarakat tak berada dalam

keadaan tetap secara terus menerus. Semua realitas sosial senantiasa berubah dengan derajat

kecepatan, intensitas, irama, dan tempo yang tentunya berbeda-beda. Bukan kebetulan jika

orang berbicara mengenai kehidupan sosial dimana kehidupan itu merupakan sebuah gerakan

perubahan. Dengan kata lain, maka apabila proses perubahan itu terhenti, maka tak ada lagi

kehidupan sosial melainkan hanya suatu keadaan yang berbeda yang disebut dengan

ketiadaan atau kematian (Sztompka, 2004). Perubahan dalam sitem tatanan masyarakat inilah

yang dinamakan dengan perubahan sosial.s

39

Page 40: Lahirnya Sosiologi Komunikasi Massa

Perubahan sosial adalah proses sosial yang dialami anggota masyarakat serta semua

unsur-unsur budaya dan sistem-sistem sosial, dimana semua tingkat kehidupan masyarakat

secara sukarela atau dipengaruhi oleh unsur-unsur eksternal meninggalkan pola-pola

kehidupan, budaya, dan sistem sosial lama kemudian menyesuaikan diri atau menggunakan

pola-pola kehidupan, budaya, dan sistem sosial yang baru.

Perubahan sosial terjadi ketika ada kesediaan anggota masyarakat untuk

meninggalkan unsur-unsur budaya dan sistem sosiala lama dan mulai beralih menggunakan

unsur-unsur budaya dan sistem sosial yang baru. Perubahan sosial dianggap sebagai konsep

yang serba mencakup seluruh kehidupan masyarakat baik pada tingkat individual, kelompok,

masyarakat, negara, dan dunia yang mengalami perubahan.

Hal-hal penting dalam perubahan sosial menyangkut aspek-aspek sebagai berikut.

Pertama, perubahan pola pikir dan sikap masyarakat menyangkut persoalan sikap masyarakat

terhadap berbagai persoalan sosial dan budaya disekitarnya yang berakibat terhadap

pemerataan pola-pola pikir baru yang dianut oleh masyarakat sebagai sikap yang modern.

Contohnya, sikap terhadap pekerjaan bahwa konsep dan pola pikir lama tentang pekerjaan

adalah sektor formal (menjadi pegawai negeri), sehingga konsep pekerjaan dibagi menjadi

dua, yaitu sektor formal dan sektor informal. Saat ini terjadi perubahan terhadap konsep kerja

lama dimana pekerjaan konsep tidak sebagai sektor formal (menjadi pegawai negeri), akan

tetapi dimana saja yang penting mengahsilkan pendapatan yang maksimal. Dengan demikian,

maka bekerja tidak saja di sektor formal, akan tetapi bebas dimana sajaa yang penting

menghasilkan uang yang maksimal, dengan demikian konsep kerja menjadi sektor formal,

yaitu bekerja di pemerintahan, sektor swasta yaitu bekerja di perusahaan swasta besar, sektor

informal yaitu bekerja disektor informal yaitu bekerja disektor informal, seperti wiraswasta

kecil, kaki lima, LSM, dan sebagainya, serta sektor lepas, yaitu bekerja scara kontrakan, di

berbagai kegiatan, proyek, dan sebagainya. Kedua, perubahan perilaku masyarakat

menyangkut persoalan perubahan sistem-sistem sosial, dimana masyarakat meninggalkan

sistem sosial lama dan menjalankan sistem sosial baru, seperti perubahan perilaku

pengukuran kinerja suatu lembaga atau instansi. Apabila pada sistem lama ukuran-ukuran

kinerja hanya dilihat dari aspek output dan proses harus mengukur sampai dimana output dan

proses itu dicapai, maka pada sistem sosial yang baru, sebuah lembaga atau instansi diukur

sampai pada tingkat kinerja output dan proses itu, yakni dengan menggunakan standar

sertifikasi seperti BAN-PT pada perguruan tinggi dan sertifikasi ISO pada lembaga-lembaga

umum termasuk perguruan tinggi. Ketiga, perubahan budaya materi menyangkut perubahan

artefak budaya yang digunakan oleh masyarakat, seperti model pakaian, karya fotografi,

40

Page 41: Lahirnya Sosiologi Komunikasi Massa

karya film, teknologi, dan sebagainya yang terus berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan

kebutuhan masyarakat.

1. Tahapan atau Fase Transisi Sosiologis

Masyarakat memulai kehidupan mereka pada suatu fase yang disebut primitif dimana

manusia hidup secara terisolir dan berpindah-pindah yang disesuaikan dengan lingkungan

alam sekitar dan makanan yang tersedia. Manusia saat ini hidup dalam kelompok-kelompok

kecil (band) dan terpisah dengan kelompok manusia lainnya. Keadaan seperti ini bisa kita

lihat pada pola kehidupan masyarakat pada zaman manusia purba.

Fase berikutnya adalah fase agrokultural, yakni ketika lingkungan alam tidak lagi

mampu memberikan dukungan terhadap manusia, termasuk juga karena populasi manusia

mulai banyak, maka pilihan budayanya adalah bercocok tanam disuatu daerah dan memanen

hasil pertanian itu serta berburu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pada fase ini,

budaya berpindah-pindah masih tetap digunakan walaupun dalam skala waktu yang relatif

lama.

Kemudian adalah fase tradisional. Fase ini dijalani oleh masyarakat dengan hidup

secara menetap disuatu tempat yang dianggap startegis untuk penyediaan berbagai kebutuhan

hidup masyarakat, seperti pinggir sungai, di pantai, lereng bukit, dataran tinggi, daratan

rendah yang datar, dan sebagainya. Pada fase ini juga manusia mulai mengenal kata “desa”

dimana beberapa band (kelompok kecil masyarakat) memilih menetap dan saling berinteraksi

satu dengan yang lainnya sehingga menjadi kelompok besar dan menjadi komunitas desa,

mengembangkan budaya dan tradisi internal, serta membina hubungan dengan masyarakat di

sekitarnya.

Selanjutnya, adalah fase transisi. Pada fase ini, kehidupan desa sudah sangat maju,

isolasi kehidupan hampir tidak ditemukan lagi dalam skala luas, transportasi sudah lancar

walaupun untuk masyarakat desa tertentu masih menjadi maslah. Penggunaan media

informasi sudah hampir merata. Namun, secara geografis, masyarakat transisi berada di

pinggiran kota serta hidup mereka masih secara tradisional, termasuk pola pikir dan sistem

sosial lama masih silih berganti digunakan dan mengalami penyesuaian dengan hal-hal baru

yang lebih inovatif. Dengan demikian, maka umumnya masyarakat transisi bersifat mendua

atau ambigu terhadap sikap, pandangan, dan perilaku mereka sehari-hari. Pola pikir

masyarakat masih tradisional dan masih memelihara kekrabatan namun perilaku masyarakat

sudah terlihat individualis. Sesuatu yang masih dominan dalam kehidupan masyarakat ini

adalah proses asimilasi budaya dan sosial yang belum tuntas dan terlihat masih canggung

disemua level masyarakat.

41

Page 42: Lahirnya Sosiologi Komunikasi Massa

Fase berikutnya setelah fase transisi adalah fase modern. Fase ini ditandai dengan

perubahan sosial yang lebih jelas meninggalkan fase transisi. Kehidupan masyarakat sudah

kosmopolitan dengan kehidupan individual yang sangat menonjol, profesionalisme di segala

bidang dan penghargaan terhadap profesi menjadi kunci hubungan-hubungan sosial diantara

elemen masyarakat. Di sisi lain, sekulerisme menjadi sangat dominan terhadap sistem religi

dan kontrol sosial masyarakat serta sistem kekerabatan mulai diabaikan. Anggota masyarakat

hidup dalam sistem yang sudah mekanik, kaku, dan hubungan-hubungan sosial ditentukan

berdasarkan pada kepentingan masing-masing elemen masyarakat. Masyarakat modern ini

umumnya juga berpendidikan relatif lebih tinggi dari masyarakat transisi sehingga memiliki

tingkat pengetahuan yang lebih luas dan pola pikir yang lebih rasional dari semua tahapan

kehidupan masyarakat sebelumnya, walaupun terkadang tingkat pendidikan formal saja tidak

cukup untuk mengantarkan masyarakat pada tingkat poengetahuan dan pola pikir semacam

itu. Secara demografis, masyarakat modern menempati lingkungan perkotaan yang cenderung

gersang dan jauh dari situasi sejuk dan rindang, ditambah lagi karena kehidupan mereka yang

serba mekanik sepanjang minggu sehingga masyarakat kota memiliki kepedulian yang tinggi

terhadap kebutuhan rekreasi diakhir minggu untuk rileks dan melepaskan kepenatan.

Fase postmodern, adalah sebuah fase perkembangan masyarakat yang pertama-tama

dikenal di Amerika Serikat pada akhir tahun 1980an. Di Indonesia, ciri masyarakat

postmodern dideteksi ada sejak tahun 1990an. Masyarakat postmodern sesungguhnya adalah

masyarakat modern yang secara finansial, pengetahuan, relasi, dan semua prasyarat sebagai

masyarakat modern sudah dilampauinya. Walaupun terkadang ada satu atau dua masyarakat

modern terlihat memiliki ciri postmodern walaupun belum memiliki kemampuan tersebut,

namun hal itu bersifat temporer dan meniru-niru kelompok lain yang lebih mapan. Jadi,

masyarakat postmodern adalah masyarakat modern dengan kelebihan-kelebihan tertentu

dimana kelebihan-kelebihan itu menciptakan pola sikap dan perilaku serta pandangan-

pandangan mereka terhadap diri dan lingkungan sosial yang berbeda dengan masyarakata

atau masyarakat sebelum itu. Sifat-sifat yang menonjol dari masyarakat postmodern adalah

sebagai berikut.

Memiliki pola hidup nomaden, artinya kehidupan mereka yang terus bergerak dari

satu tempat ke tempat lain menyebabkan orang sulit menemukan mereka secara jelas

termasuk dapat mendeteksi dimana tempat tinggal menetapnya. Hal ini disebabkan

karena kesibukan mereka dengan berbagai usaha dan bisnis, akhirnya mereka bisa

saja memiliki rumah di mana-mana di dunia ini.

42

Page 43: Lahirnya Sosiologi Komunikasi Massa

Secara sosiologis, mereka berada pada titik nadir, antara struktur dan agen, yaitu pada

kondisi tertentu orang postmodern patuh pada strukturnya, namun pada sisi lain ia

mengekpresikan dirinya sebagai agen yang memproduksi struktur atau paling tidak

agen yang terlepas dari strukturnya. Berdasarkan hal tersebut, maka berdasarkan

pengamatan dari beberapa peneliti luar negeri, sesungguhnya pribadi postmodern

adalah pribadi yang secara permanen ambivalensia atau mereka yang ambigu dalam

pilihan-pilihan hidup mereka. Namun, sesungguhnya pada pribadi-pribadi postmodern

hal tersebut adalah pilihan-pilihan hidup yang demokratis dan ekspresi dari kebebasan

pribadi orang-orang kosmopolitan.

Manusia postmodern lebih suka menghargai privasi, dan kegemaran mereka melebihi

apa yang mereka anggap berharga dalam hidup mereka, dengan demikian kegemaran

spesifik mereka menjadi aneh-aneh dan unik.

Kehidupan pribadi yang bebas menyebabkan mereka cenderung menjadi sangat

sekuler, memiliki pemahaman nilai sosial yang subjektif dan liberal sehingga condong

terlihat sangat mobile pada seluruh komunitas masyarakat dan agama serta berbagai

pandangan politik sekalipun.

Pemahaman orang postmodern yang bebas pula menyebabkan mereka cenderung

melakukan gerakan back to nature, back to village, back to traditional atau bahkan

back to religi. Namun, karena mereka pemahaman mereka yang luas tentang

persoalan kehidupan, maka “gerakan kembali” itu memiliki perspektif yang berbeda

dengan orang lain yang selama ini sudah dan sedang ada di wilayah tersebut.

Kehidupan masyarakat kota pada umumnya satu sama lain tidak mengenal dan

interaksi-interaksi mereka didasari oleh kepentingan dan kebutuhan yang dilandasi pada

hubungan sekunder, sehingga secara real media massa telah menjadi salah satu kebutuhan

dalam berinteraksi di dalam masyarakat perkotaan satu dengan yang lainnya. Namun,

penggnunaan media massa berbeda dengan komunikasi antar pribadi. Media massa

membutuhkan persyaratan tertentu dari pemakainya. Pertama adalah orang harus bisa

membaca sebelum mengonsumsi surat kabar atau majalah. Kedua, orang harus memiliki

pesawat radio atau televisi, bila akan mengikuti siarannya, atau punya uang untuk beli karcis

bila akan menonton film. Ketiga, kebiasaan memanfaatkan media (media habit). Untuk

menjadi khalayak media massa, maka ketiganya perlu dimiliki atau dilakukan. Apabila tidak,

maka mereka tidak bisa menjadi khalayak media massa atau masyarakat media.

Dalam penyampaian berbagai produk tayangan, media massa berupaya menyesuaikan

dengan khalayaknya yang heterogen dan berbagai sosio-ekonomi, kultural dan lainnya.

43

Page 44: Lahirnya Sosiologi Komunikasi Massa

Produk media pun pada akhirnya dibentuk sedemikian rupa, sehingga mampu diterima oleh

banyak orang. Disisi lain media juga sering kali menyajikan berita, film, dan informasi lain

dari berbagai negara sebagai upaya media memberikan pilihan yang memuaskan bagi

khalayaknnya. Produk media baik yang berupa berita, program keluarga, kuis, film, dan

sebagainya disebut sebagai upaya massa yaitu karya budaya.

Berdasarkan ciri yang demikian, maka seni hiburan ini banyak diproduksi media

untuk menarik sebanyak mungkin khalayaknya. Hal ini tidak hanya dipengaruhi kebutuhan

khalayak massa yang heterogen, juga adanya kepentingan komersial media yang kini masuk

sebagai industri yang membutuhkan dana besar melalui iklannya. Budaya massa dibentuk

disebabkan :

1. Tuntutan industri pencipta untuk menghasilkan karya yang banyak dalam tempo

singkat. Maka isi pencipta untuk menghasilkan karya yang banyak dalam tempo

singkat, tak sempat lagi berfikir dan dengan cepatnya menyelesaikan karyanya.

Mereka memiliki target produksi yang harus dicapai dalam waktu tertentu.

2. Karena massa budaya cenderung ‘latah’bmenyulap atau meniru segala sesuatu yang

sedang naik turun atau laris, sehingga media berlomba untuk mencari keuntungan

sebesar-besarnya.

Pada umumnya budaya massa dipengaruhi oleh budaya populer. Pemikiran tentang

budaya populer menurut Ben Agger dapat dikelompokkan pada empat aliran

a. Budaya dibangun berdasarkan kesenangan namun tidak substansial dan

mengentaskan orang dari kejenuhan kerja sepanjang hari

b. Kebudayaan populer menghancurkan nilai budaya tradisional

c. Kebudayaan menjadi masalah besar dalam pandangan ekonomi Marx kapitalis

d. Kebudayaan populer merupakan budaya yang menetes dari atas

Kebudayaan populer banyak berkaitan dengan masalah keseharian yang dinikmati

oleh semua orang atau kalangan orang tertentu, seperti pementasan mega bintang, kendaraan

pribadi, fashion, model rumah, perawatan tubuh dan semacamnya.

Sebuah budaya yang akan memasuki dunia hiburan, maka budaya itu umumnya

menempatkan unsur populer sebagai unsur utamanya. Dan budaya itu akan memperoleh

kekuatannya manakala media massa digunakan sebagai by pass penyebaran pengaruh

dimasyarakat. Seperti kapten medison avenue yang menggunakan media untuk menjual

produk melalui studio dan televisi.

Budaya memiliki nilai yang membedakan satu budaya dengan budaya yang lainnya.

Budaya yang memiliki nilai di bawahnya. Namun dalam budaya populer, ‘perangkat media

44

Page 45: Lahirnya Sosiologi Komunikasi Massa

massa’ seperti pasar rakyat, film, buku, televisi, dan jurnalistik akan menuntun

perkembangan budaya pada ‘erosi nilai budaya’. Sedangkan kelompok konservatif seperti

Edmund Burke mengatakannya dengan ‘erosi peradaban berharga’. Sedangkan Allan Bloom

dalam bukunya The Clossing of The American Mind mengartikulasikan pemahaman kaum

neokonservatif dimana paham ini menyalahkan kebudayaan baru.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dari paparan diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa sebenarnya gagasan-gagasan

perspektif sosiologi komunikasi telah ada bersamaan dengan lahirnya sosiologi itu sendiri

baik dalam perspektif struktural-fungsional maupun dalam perspektif konflik. Ini dirasa wajar

dimana dapat kita lihat sendiri bahwa komunikasi itu sendiri tidak bisa dipisahkan dengan

sosiologi sebagai ilmu sosial yang mengkaji masyarakat yang notabene adalah pelaku

komunikasi.

Selanjutnya, kita dapat melihat bahwa komunikasi massa itu memiliki beberapa

karakteristik. karakteristik yang dimiliki komunikasi massa inilah yang menyebabkan ia

berbeda dengan komunikasi antarpersonal. Karakteristik-karakteristik dari komunikasi massa

itu sendiri adalah seperti bersifat umum, berlansung satu arah, komunikatornya terlembaga,

bisa menimbulkan keserempakan, dan komunikannya bersifat heterogen.

Disamping itu, kita juga bisa melihat banyak manfaat yang ditimbulkan dari

komunikasi massa yang disebarkan melalui media massa. Manfaat itu diantaranya sebagai

penyampai informasi, penghibur, pendidik masyarakat (social learning), pengawasan,

transformasi budaya, dan fungsi untuk meyakinkan (to persuade).

45

Page 46: Lahirnya Sosiologi Komunikasi Massa

Daftar pustaka

Bungin, Burhan Muhammad.2008.Sosiologi komunikasi: Teori, Paradigma, dan

diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat.Jakarta : kencana

Sutaryo.2005.Sosiologi Komunikasi.Yogyakarta: Arti Bumi Intaran

Vivian, John.2008. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Kencana

46