Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
273
LAMPIRAN
Lampiran 1:
Data Perbandingan Cuci Negeri di Soya, Naku, dan Hukurila
CUCI
NEGERI
(CN)
NEGERI SOYA NEGERI NAKU NEGERI HUKURILA
1. Tujuan 1) Memelihara tradisi
kearifan lokal (local
genius) yang diturun-
temurunkan oleh para
leluhur, demi
mewujudkan kesadaran
dan tanggung jawab
bersama dalam
mewujudkan persatuan
dan persaudaraan,
gotong-royong dan
toleransi dalam
menjaga,
membersihkan dan
melestarikan serta
menata dan menghargai
kehidupan yang lebih
baik, dalam hubungan
antara masyarakat
dengan Tuhan dan
leluhurnya, dengan
sesama dan dengan
lingkungan alamnya;
2) Sebagai bagian dari
penyucian diri, keluarga
dan persekutuan negeri,
khususnya dalam
menyambut hari Natal,
Konci Tahun dan Tahun
Baru. Diharapkan
melalui CN, segala
perseteruan, dengki dan
1) Memelihara tradisi
kearifan lokal (local
genius) yang diturun-
temurunkan oleh para
leluhur, demi
mewujudkan
kesadaran dan
tanggung jawab
bersama dalam
mewujudkan
persatuan dan
persaudaraan, gotong-
royong dan toleransi
dalam menjaga,
membersihkan dan
melestarikan serta
menata dan
menghargai
kehidupan yang lebih
baik, dalam hubungan
antara masyarakat
dengan Tuhan dan
leluhurnya, dengan
sesama dan dengan
lingkungan alamnya;
2) Sebagai bagian dari
penyucian diri,
keluarga dan
persekutuan negeri,
khususnya dalam
menyambut hari
Natal, Konci Tahun
dan Tahun Baru.
Diharapkan melalui
1) Memelihara tradisi
kearifan lokal (local
genius) yang diturun-
temurunkan oleh para
leluhur, demi
mewujudkan
kesadaran dan
tanggung jawab
bersama dalam
mewujudkan
persatuan dan
persaudaraan, gotong-
royong dan toleransi
dalam menjaga,
membersihkan dan
melestarikan serta
menata dan
menghargai
kehidupan yang lebih
baik, dalam hubungan
antara masyarakat
dengan Tuhan dan
leluhurnya, dengan
sesama dan dengan
lingkungan alamnya;
2) Sebagai bagian dari
penyucian diri,
keluarga dan
persekutuan negeri,
khususnya dalam
menyambut hari
Natal, Konci Tahun
dan Tahun Baru.
Diharapkan melalui
274 Religiositas Ambon-Kristen …
CUCI
NEGERI
(CN)
NEGERI SOYA NEGERI NAKU NEGERI HUKURILA
amarah, dapat
ditanggalkan
(dibersihkan), sehingga
relasi hidup
antarkeluarga dan
orang basudara dapat
terwujud.
3) Mendukung
pengembangan wisata
budaya, sebagai
perwujudan Cuci Negeri
Soya sebagai Warisan
Budaya Tak Benda.
CN, segala
perseteruan, dengki
dan amarah, dapat
ditanggalkan
(dibersihkan),
sehingga relasi hidup
antarkeluarga dan
orang basudara dapat
terwujud.
CN, segala
perseteruan, dengki
dan amarah, dapat
ditanggalkan
(dibersihkan),
sehingga relasi hidup
antarkeluarga dan
orang basudara dapat
terwujud.
3) Menopang realisasi
pencanangan
pemerintah negeri
Hukurila dengan
program “Dewi Bulan”
(Desa Wisata Bahari
Berkelanjutan)
2. Waktu
pelaksana-
an dan
semenjak
kapan
diberlaku-
kan serta
alasan
pilihan
waktunya
(Tanoar)
1) Setahun sekali, setiap
hari Rabu – Sabtu
Minggu II bulan Des.
2) Berlaku semenjak
Leluhur, 5 hari
berturut-turut
3) Bulan Desember
berkaitan dengan
bertiupnya angin Barat
(musim Barat) yang
diyakini turut
menghadirkan para
datuk/leluhur. Kini
pertimbangan waktu
dikorelasikan dengan
momentum Adventus,
Natal dan Konci Taong.
1) Setahun sekali, setiap
tanggal 29 Des. Bila tgl
29 hari Minggu, bisa
berubah ke tanggal
27 atau 28 Des
2) Berlaku semenjak
Leluhur, walau
sempat mengalami
kevakuman karena
situasional.
3) Pertimbangan waktu
Natal dan Konci
Taong.
“Ibarat membersihkan
kubur orangtua
setahun sekali,
demikian alokasi
waktu CN setahun
sekali.”
1) Setahun sekali, setiap
tanggal 13 – 16 Des.
2) Berlaku semenjak
Leluhur, walau
sempat mengalami
kevakuman karena
situasional.
3) Pertimbangan waktu
Natal dan Konci Taong
3. Lokasi 1. Persiapan ke Situs Air
Tempayan di puncak
gunung Sirimau
semalam suntuk
1. Persiapan di Baileo
oleh bapa raja, saniri
negeri, kepala soa,
pendeta.
1. Persiapan ke Negeri
Lama (lokasi
kediaman pertama
oleh para leluhur)
Lampiran 275
CUCI
NEGERI
(CN)
NEGERI SOYA NEGERI NAKU NEGERI HUKURILA
(Kepala adat dengan
sejumlah anak muda)
2. Pemukiman Negeri:
a) Baileo (sebidang
areal terbuka)
b) Sumber Air, Perigi
(sumur) Raja dan
Soa
c) Areal Tiga Batu
Tungku (Gereja,
Sekolah, kantor
Pemerintah
Negeri/rumah raja)
d) Nisan(batu teung)
e) Fasilitas umum
(jalan, dll)
2. Pemukiman Negeri:
a) Baileo (sebidang
areal terbuka)
b) Sumber Air &
Perigi
(sumur) Soa
c) Areal Tiga Batu
Tungku (Gereja,
Sekolah, kantor
Pemerintah
Negeri/rumah
raja)
d) Nisan(batu teung)
e) Fasilitas umum
(jalan, dll)
oleh Kepala adat
dengan Saniri Negeri
2. Pemukiman Negeri:
a) Baileo (sebidang
areal terbuka)
b) Batu Peringatan
c) Sumber Air dan
Perigi (sumur) Soa
d) Areal Tiga Batu
Tungku (Gereja,
Sekolah, kantor
Pemerintah
Negeri/rumah
raja)
e) Nisan(batu teung)
f) Fasilitas umum
(jalan, dll)
4. Petugas
dan
Partisipan
1) 1) Raja (Upu Latu)
2) 2) Pendeta
3) 3) Staf Saniri Negeri
4) 4) Kepala Adat
5) 5) Mauweng
6) 6) Kepala Soa
7) 7) Kapitang
8) 8) Malesi (Wakil
9) Kapitang)
10) 9) Kewang
11) (“polisi”/penjaga
12) hutan)
13) 10) Marinyo
14) 11) Mata Ina Baru
15) (sekelompok wanita
16) dari “luar” yang baru
17) menikah dengan pria
18) dari negeri setempat)
19)
20) 12) Unsur 3 Batu
21) Tungku (Pihak
22) Sekolah)
1) 1) Raja (Upu Latu)
2) 2) Pendeta
3) 3) Staf Saniri Negeri
4) 4) Kepala Adat
5) 5) Mauweng
6) 6) Kepala Soa
7) 7) Kapitang
8) 8) Malesi (Wakil
9) Kapitang)
10) 9) Kewang
11) (“polisi”/penjaga
12) hutan)
13) 10) Marinyo
14) 11) Mata Ina Baru
15) (sekelompok
16) wanita dari “luar”
17) yang baru menikah
18) dengan pria dari
19) negeri setempat)
20) 12) Unsur 3 Batu
Tungku (Pihak
Sekolah)
1) 1) Raja (Upu Latu)
2) 2) Pendeta
3) 3) Staf Saniri Negeri
4) 4) Kepala Adat
5) 5) Mauweng
6) 6) Kepala Soa
7) 7) Kapitang
8) 8) Malesi (Wakil
9) Kapitang)
10) 9) Kewang
11) (“polisi”/penjaga
12) hutan)
13) 10) Marinyo
14) 11) Mata Ina Baru
15) (sekelompok
16) wanita dari “luar”
17) yang baru menikah
18) dengan pria dari
19) negeri setempat)
20) 12) Unsur 3 Batu
21) Tungku (Pihak
22) Sekolah)
276 Religiositas Ambon-Kristen …
CUCI
NEGERI
(CN)
NEGERI SOYA NEGERI NAKU NEGERI HUKURILA
23) 13) Marga dalam 2
24) kelompok Soanya
25) (baik orang dalam
26) maupun orang luar)
27) 14) Pemusik adat
28) (Peniup tahuri,
29) Penabuh Tifa-Gong,
30) Totobuang)
15) Penari Cakalele
31) 16) Pembawa Kain
32) Gandong
33) 17) Basudara gandong
34) (dari negeri Muslim
35) Morela) dan
36) Basudara Pela (dari
37) negeri Kristen
38) Urimessing)
39) 18) Pelayan makanan
40) (Makan Patita)
41) 19) Undangan
42) disesuaikan,
43) misalnya pejabat
44) pemerintahan seperti
45) Walikota, dll.
46)
47) 20) Masyarakat Umum
21) 13) Marga dalam 3
22) kelompok Soanya
23) (baik orang dalam
24) maupun orang luar)
25) 14) Pemusik adat
26) (Peniup tahuri,
27) Penabuh Tifa-Gong,
28) Totobuang)
29) 15) Penari Cakalele
30) 16) Pembawa Kain
31) Gandong
32) 17) Basudara
33) Gandong dan Pela
34)
35)
36)
37)
38) 18) Pelayan makanan
39) (Makan Patita)
40) 19) Undangan
41) disesuaikan,
42) misalnya pejabat
43) pemerintahan
44) seperti Walikota,
45) dll.
46) 20)Masyarakat Umum
23) 13) Marga dalam 2
24) kelompok Soanya
25) (baik orang dalam
26) maupun orang luar)
27) 14) Pemusik adat
28) (Peniup tahuri,
29) Penabuh Tifa-Gong,
30) Totobuang)
31) 15) Penari Cakalele
32) 16) Pembawa Kain
33) Gandong
34) 17) Basudara
35) Gandong dan Pela
36)
37)
38)
39)
40) 18) Pelayan makanan
41) (Makan Patita)
42) 19) Undangan
43) disesuaikan,
44) misalnya pejabat
45) pemerintahan
46) seperti Walikota,
47) dll.
48) 20)Masyarakat Umum
5.Perleng-
kapan,
Simbol dan
Mitos
1) Seluruh petugas
mengenakan busana
dan lenso adat atau
asesoris lainnya
yang lazim dipakai
untuk sebuah acara
ritual adati.
2) Sirih-Pinang,
Tembakau (tabaku)
Jawa, Kapur makan
sirih, Sebotol Air,
Sebotol Sopi, dupa
1) Seluruh petugas
mengenakan
busana dan lenso
adat atau asesoris
lainnya yang lazim
dipakai untuk
sebuah acara ritual
adati.
2) Sirih-Pinang,
Tembakau
(tabaku), Sebotol
Air, Sebotol Sopi.
1) Seluruh petugas
mengenakan
busana dan lenso
adat atau
asesoris lainnya
yang lazim dipakai
untuk sebuah acara
ritual adati.
2) Sirih-Pinang,
Tembakau
(tabaku), Sebotol
Air, Sebotol Sopi,
+ Natzar.
Lampiran 277
CUCI
NEGERI
(CN)
NEGERI SOYA NEGERI NAKU NEGERI HUKURILA
dan kemenyan,
belanga.
3) Bendera Merah-
Putih, Bendera
Tana(Kain Batik
bermotif lurik,
simbol ular Patola),
dan Panji (Simbol)
Negeri Soya
4) Tanaman Gadihu
5) Sapulidi dan
perlengkapan kerja
6) Tombak, Parang &
Kuning mai (Kunyit)
7) Tahuri (Kulit
Siput/K besar)
8) Tifa, Gong,
Totobuang.
9) Kain Gandong.
10) Makan Patita.
11) Nyanyian Adat
(Kapata dan Suhat)
12) Mitos: Naga yang
menelan para
pemuda selama 5
hari dalam perutnya.
Pada Siang hari ke-5
Naga memuntahkan
mereka dan
memberikan tanda
berupa lukisan
berbentuk segi tiga
pada dahi, dada, dan
perut. Situs Naga
menjadi lokasi
matawana pemuka
adat dan para
pemuda saat CN.
3) Bendera Merah-
Putih,
4) Tanaman Gadihu
5) Sapulidi dan
perlengkapan
kerja
6) Tombak, Parang
7) Tahuri (Kulit
Siput/K besar)
8) Tifa, Totobuang
9) Kain Gandong.
10) Makan Patita.
11) Nyanyian Adat
(Kapata dan Suhat)
12) Mitos: Batu
Tempayan sebagai
Cincin Putri
Moyang yang
hilang saat mandi.
Situsnya terdapat
di kali yang
bermuara di pantai
Naku, termasuk
menjadi salah satu
nisan yang
dipelihara.
3) Bendera Merah-
Putih,
4) Tanaman Gadihu
5) Sapulidi dan
perlengkapan
kerja
6) Tombak, Parang
7) Tahuri (Kulit
Siput/K besar)
8) Tifa, Gong
9) Kain Gandong.
10) Makan Patita.
11) Nyanyian Adat
(Kapata dan Suhat)
12) Mitos: “Batu
Peringatan” yang
ditaruh oleh
kapitang pertama
Hukurila. Oleh
Belanda (misiona-
ris) diperintahkan
untuk dibuang,
namun 3 kali
dibuang batu
tersebut kembali
pada tempatnya.
Pada kali ke-4
dibuang dan hilang
untuk selamanya.
Sejak itu, selalu
278 Religiositas Ambon-Kristen …
CUCI
NEGERI
(CN)
NEGERI SOYA NEGERI NAKU NEGERI HUKURILA
terjadi musibah
hilang atau
meninggalnya
warga hingga
mencapai 300
orang. Saran raja
Kilang (pela-nya
Naku) untuk
membuat duplikat
Batu Peringatan
maka musibah
berhenti hingga
kini. Batu
Peringatan menjadi
salah satu nisan
yang penting
dalam CN.
6. Tahapan
Kegiatan
Pokok
1) 1) Rapat Saniri Besar
2) (beberapa hari
3) sebelum pelaksanaan
4) CN; waktu
5) disesuaikan)
2) Pica-Negeri (Rabu
Minggu II pagi)
3) Pembersihan Negeri
(Rabu Minggu II)
4) 4) Naik ke gunung
5) Sirimau dan
6) Matawana (Kamis
7) malam Minggu II)
8) 5) Turun dari gunung
9) Sirimau dan
10) Penyambutan di
11) Rulimena (Jumat
12) Sore)
13) 6) Upacara Naik Baileo
14) Samasuru
15) 7) Kunjungan ke Wai
16) Werhalouw dan
1) 1) Rapat Saniri Besar
2) di Baileo
3) (disesuaikan)
2) Pertemuan kembali
di Baileo sehari
sebelum
pelaksanaan untuk
mematangkan
kesiapan (Tgl 28
Des)
4) 3) Tanggal 29 Des:
3.1. 3.1. Jam 08.00 :
3.2. Marinyo bunyikan
3.3. Tifa pertanda
3.4. warga berkumpul
3.5. di Soa-nya masing-
3.6. masing;
3.7. 3.2. Jam 09.00:
3.8. Tifa kedua ditabuh,
3.9. pertanda semua
bergerak ke arah
Baileo Negeri,
1) 1) Tgl 13 malam (jam
2) 20.00-22.00):
3) Semua unsur
4) Tigabatu tungku
5) berkumpul di Balai
6) Pertemuan Negeri
7) untuk Persiapan
8) Dengan seluruh
9) perlengkapan CN
10) dan simbol yang
11) akan digunakan.
12) Usai petuah dari
13) raja, persiapan
14) diakhiri dengan doa
15) oleh pendeta yang
16) menyerahkan
17) maksud dan juga
18) natzar yang
19) dibawakan.
Selanjutnya raja
memerintahkan
tokoh adat,
Lampiran 279
CUCI
NEGERI
(CN)
NEGERI SOYA NEGERI NAKU NEGERI HUKURILA
17) Uniwei
18) 8) Persatuan dalam
19) Kain Gandong
20) 9) Kembali ke rumah
21) Raja/Upulatu
22) 10) Pesta Negeri
23) (Jumat malam)
24) 11) Cuci Air (Sabtu pagi
25) – selesai)
26) 12) Syukur (Ibadah
27) Minggu)
diiringi nyanyian adat
(kapata, suhat);
3.3. Jam 10.00: Unsur
tiga batu tungku
dengan
undangan
menyambut
rombongan 3
Soa di depan
Baileo. Masing-
masing
pemimpin Soa
menyampaikan
sapaannya
(pasopo) kepada
para pemimpin
sebagai tanda
hormat.
Seusai semua
pemuka mengambil
tempat di dalam
Baileo, diawali
dengan Doa oleh
Pendeta.
Selanjutnya bapa
raja memberikan
arahan.
3.2. 3.4. Jam 10.30 –16.00:
3.3. CN di lokasi yang
3.4. telah ditentukan
3.5. 3.5. Jam 16.00-17.00:
3.6. Makan Patita
3.7. diakhiri dengan Doa
3.8. oleh Pendeta.
5) 4. Pesta Negeri dicari
6) waktu tersendiri
7) yang tidak
8) mengganggu
pemimpin Soa dan
beberapa warga
untuk pergi ke negeri
Lama ditandai
dengan tiupan
Tahuri.
20) 2) Tgl 13 Malam
21) hingga tgl 14 jam 5
22) subuh:
Matawana di Negeri
Lama
23) 3) Tgl 14 jam 06.00
24) Pagi seluruh
25) masyarakat sudah
26) bersiap untuk
27) menyambut
28) kembalinya
29) rombongan
30) matawana yang
31) masuk negeri
32) ditandai dengan
33) tiupan tahuri
34) 4) Tgl 14 jam 06.00-
35) 07.00 Rombongan
36) disambut Tigabatu
37) tungku diikuti
38) dengan nyanyian
39) adat dan kain
40) gandong yang
41) dipegang oleh
42) Mataina baru
43) 5) Tgl 14 jam 07.00-
44) 08.30 semua
45) istirahat sejenak di
46) balai pertemuan
47) sambil menikmati
48) makan-minum.
49) LONCENG GEREJA
50) (1) dibunyikan. Pada
280 Religiositas Ambon-Kristen …
CUCI
NEGERI
(CN)
NEGERI SOYA NEGERI NAKU NEGERI HUKURILA
Catatan:
Untuk rinciannya, lihat
Deskripsi khusus
tentang Tahapan Alur
CN Soya yang diuraikan
dalam BAB IV.
9) persiapan jelang
10) konci taong.
11) Biasanya di akhir
12) bulan Januari.
51) saat itulah, natzar
52) (yang semalam telah
53) didoakan oleh
54) pendeta) disiapkan,
55) Beserta peralatan
56) kerja dan simbol-
57) simbolnya .
58) 6) Tgl 14 jam 08.30-
59) 09.00 LONCENG
60) GEREJA (2)
61) dibunyikan,
62) semuanya bergerak
63) masuk gereja. Istri
64) kepala Soa bertugas
65) untuk
66) Membawa baki yang
67) telah ditempatkan
68) sebotol Air, Sopi,
69) Tabaku, Sirih-
70) Pinang, dan Natzar
71) dibawa ke altar.
72) 7) Tgl 14 jam 09.00
73) Majelis Jemaat
74) menyambut,
75) rombongan
76) memasuki gereja
77) diiringi pukulan
78) LONCENG GEREJA
79) (3).
80) 8) Tgl 14 jam 09.00-
81) 10.00 Ibadah di
82) gereja dipimpin pdt
83) 9) Tgl 14 jam 10.00-
84) 11.00 Semuanya
85) menuju Teung
86) Negeri. Kepala Adat
87) panjatkan doa
88) kemudian raja
89) memberikan arahan.
Lampiran 281
CUCI
NEGERI
(CN)
NEGERI SOYA NEGERI NAKU NEGERI HUKURILA
90) 10) Tgl 14 jam 11.00-
91) 12.00 Semuanya
92) bergerak ke Batu
93) Peringatan. Setelah
94) raja ber-pasuhat,
95) raja mengangkat
96) salah satu daun
97) yang ada dan
98) mencabut salah satu
99) rumput sebagai
pertanda dimulainya
CN.
11) Tgl 14 jam 12 –Tgl
15 jam 5
Kegiatan Bersih-
bersih di sarana
umum (Gereja,
Sekolah, Puskesmas,
Kuburan,
Perigi/Sumur,
Sumber Air, Pantai.
11) 12) Tgl 16, bila masih
12) ada yang belum
13) terselesaikan dapat
14) diselesaikan di waktu
15) pagi sampai siang.
16) 13) Tgl 16 siang:
17) Makan Patita.
18) 14) Tgl 16 sore: Raja
19) perintah beberapa
20) Saniri, Kepala adat
21) dan Kepala Soa
22) untuk ke Negeri
23) Lama.
24) 15) Tgl 16 malam:
25) Syukur, yang
26) sebelumnya biasa
27) berupa Pesta Negeri,
28) namun diganti
282 Religiositas Ambon-Kristen …
CUCI
NEGERI
(CN)
NEGERI SOYA NEGERI NAKU NEGERI HUKURILA
29) menjadi Natal Negeri.
7. Doa:
Sapaan/
Pasopo, Isi
1) Sapaan/Pasopo dalam
Pasawari (doa adat)
atau Kapata, a.l.:
1.1. Kapua Upu Ilah
Kahuresi Lebehanua
Kedua Yang
Mahabesar
Tuhan Kami
Isa Almasih
Ketiga Rohul Kudus;
1.2. 1.2. Upulatu Jisayehu
1.3. (raja)
1.4. 1.3. Upu Ama, Upu
1.5. Wisawosi
1.6. 1.4. Upu Latu Selemau
1.7. Agam Raden Mas
1.8. Sultan Labu Inang
1.9. Modjopahit
1.10. 1.5. Undangan/Tokoh
2) Isinya minta berkat
bagi negeri dan anak-
cucu, perlindungan dari
bencana, sakit-penyakit
serta minta
pengampunan
1) Sapaan/Pasopo
dalam Pasawari (doa
adat) atau Kapata,
a.l.:
1.1. Upu Lanite
1.2. Upu (moyang) dari
masing-masing Soa
1.3. Upu Latu
Lenawael(raja)
1.4. Upu Ama – Upu Ina
1.5. Undangan/ Tokoh
2)Isinya minta berkat bagi negeri dan anak-cucu, perlindungan dari bencana, sakit-penyakit serta minta pengampunan
1) Sapaan/Pasopo
dalam Pasawari
(doa adat) atau
Kapata, a.l.:
1.1. Upu Kuaresi
1.2. Upu Latu (raja)
1.3. Upu masing-
masing Soa
1.4. Upu Ama – Upu Ina
1.5. Undangan/ Tokoh
2) Isinya minta berkat
bagi negeri dan
anak-cucu,
perlindungan dari
bencana, sakit-
penyakit serta minta
pengampunan
8. Aturan
Adat dan
Sanksi
1) Masing-masing
petugas, kelompok
(Soa) melakukan
tugas dan kewajiban
yang telah diatur;
2) Ada tahapan acara
yang hanya diikuti
secara terbatas sesuai
dengan ketentuan
(Misalnya: warga yang
tidak memiliki garis
1) Masing-masing
petugas, kelompok
(Soa) melakukan
tugas dan kewajiban
yang telah diatur;
2) Ada tahapan acara
yang hanya diikuti
secara terbatas
sesuai dengan
ketentuan (Misalnya
warga yang memiliki
1) Masing-masing
petugas, kelompok
(Soa) melakukan
tugas dan kewajiban
yang telah diatur;
2) Ada tahapan acara
yang hanya diikuti
secara terbatas sesuai
dengan ketentuan
(Misalnya warga yang
memiliki garis
Lampiran 283
CUCI
NEGERI
(CN)
NEGERI SOYA NEGERI NAKU NEGERI HUKURILA
keturunan adati atau
anak gadis yang belum
menikah tidak bisa
terlibat di tahapan
ritual khusus).
3) Minuman adat (sopi)
dikonsumsikan secara
terkontrol.
4) Bagi kelompok yang
matawana (begadang)
di puncak Sirimau
(lokasi Air Tempayang)
wajib untuk menjaga
keheningan dan
pantang (dilarang)
untuk buat kegaduhan.
garis keturunan
adati).
3) Minuman adat
(sopi)
dikonsumsikan
secara terkontrol.
Anjuran kepala adat:
“Sopi minuman
adat, jangan sampai
minuman biadab !”
keturunan adati).
3) Minuman adat
(sopi)
dikonsumsikan
secara terkontrol.
9.
Tanggapan
Umum
tentang
alasan
pentingnya
pelaksanaa
n Adat Cuci
Negeri dan
Maknanya
(1) Berikanlah kepada
kaisar apa yang kaisar
punya dan kepada Allah
apa yang Allah punya
(2) Tidak menyembah
tetapi menghargai
Leluhur dan apa yang
telah diperbuat bagi
anak-cucu
(3) Bertepatan dengan
momentum Minggu
Adventus & Natal, CN
bermakna
“pembersihan diri,
keluarga dan
negeri/persekutuan”.
(1) Berikanlah kepada
kaisar apa yang kaisar
punya dan kepada
Allah apa yang Allah
punya
(2) Tidak menyembah
tetapi menghargai
Leluhur dan apa yang
telah diperbuat bagi
anak-cucu
(3) Bertepatan dengan
momentum Minggu
Adventus & Natal, CN
bermakna
“pembersihan diri,
keluarga dan
negeri/persekutuan”.
(1) Berikanlah kepada
kaisar apa yang kaisar
punya dan kepada
Allah apa yang Allah
punya
(2) Tidak menyembah
tetapi menghargai
Leluhur dan apa yang
telah diperbuat bagi
anak-cucu
(3) Bertepatan dengan
momentum Minggu
Natal &Konci Taong
(Peralihan Tahun
Lama ke Baru), CN
bermakna
“pembersihan diri,
keluarga dan negeri /
persekutuan”.
284 Religiositas Ambon-Kristen …
Lampiran 2:
Silsilah Mata Rumah Raja Soya & Periodisasi Pemerintahan
(Sumber: Likumahwa, Analisa....,84-85)
....Risapati
Patiaras
Tomahupati
Mahu
Taepati
MahupatiHinaBeka
SoupatiMahualan
Patialan?
Laimahu
Tomahualan
Patiaras
Araspati
Pati
JaterpatiNesiKete
Mahualan?
Tomahu
Lampiran 285
Patimahu ♥ Dewi Gusti Ayu Putu Sarini Nyi Sia
Paulus Amus Esau Elisa Hendrik
Sofietje ♥ Habel Rehatta (1558-1597)
Lambertus Rehatta (1597)
Andreas Rehatta
David Rehatta
Salmon Rehatta
Jacob Rehatta (1806)
Andreas Rehatta
Habel Rehatta (1882-1911)
Lodewyk Rehatta (1911-1945)
Samuel J. Rehatta (1945-1960)
Cornelis Rehatta (1960-1976)
Renei Rehatta (1976-1994)
Ruben Rehatta (1994-2011)
Rido Rehatta (2011-2017)
Rido Rehatta (2017-2023)
286 Religiositas Ambon-Kristen …
Lampiran 3:
GLOSARIUM1
Agama Nunusaku : Corak beragamaan asli tradisional yang diyakini oleh orang Ambon- Maluku sebagai pusat religiositas mereka yang terdapat di Seram sebagai Nusa Ina. Ada juga yang menyebutkannya dengan agama Alifuru
Ale : Anda (kata ganti orang kedua tunggal) Alamanan/Alamane : Juru bicara dewan atau pemerintah
negeri. Fungsi ini dioptimalkan ketika terjadi persoalan adat yang dibawa ke lembaga pengadilan negeri.
Alifuru : Suku bangsa di pedalaman pulau Seram Alune : Salah satu dari kedua kelompok suku
utama yang mendiami Seram Barat Ama : Bapak (bahasa tana) Badan Saniri Negeri : Badan Pemerintah Negeri dalam
tatanan adat setempat Badendang : Menari dalam nuansa Ambon Badonci : Menyanyi dalam nuansa Ambon Bahasa tana : Bahasa asli di suatu negeri setempat Baileo : Tempat pertemuan adati; pusat
masyarakat kampung dan agama adat Balele : Melingkari dengan kain panjang Bapantun : Berpantun Batu pamali : Batu yang dianggap keramat dan
terdapat di tempat tertentu yang memiliki latar historis dan budaya adati.
1 Sumber Glosorarium ini merujuk pada khasanah pengetahuan dan pengenalan
penulis sebagai orang Ambon Kristen, namun diperkaya pula dengan beberapa referensi baku, antara lain: (1) Jan Piet Mailoa, Kamus Bahasa – Harian Dialek Orang Ambon (Jakarta: Kulibia Printing, 2006); (2) Glosorarium dalam Dieter Bartels, Di Bawah Naungan Gunung Nunusaku – Muslim-Kristen Hidup Berdampingan di Maluku Tengah, Jilid II: Sejarah (Jakarta: Gramedia,2017), 837-865; (3) Daftar Istilah dalam Chr.G.F. de Jong, Sumber-Sumber Tentang Sejarah Gereja Protestan di Maluku Tengah 1803-1900- Jilid I: 1803-1854, Seri Sumber-Sumber Sejarah Gereja di Indonesia (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2012), ix-xxii.
Lampiran 287
Batu stori : Batu tempat seorang pemimpin adat
berbicara Batu tungku : Perkakas masak tradisional (batu
perapian) yang lazimnya terdiri dari tiga buah batu yang berada pada ukuran yang sama
Basudara : Bersaudara Belakang tana : Ungkapan orang Ambon, Maluku yang
cenderung bernuansa peyoratif untuk menunjuk pada suatu komunitas asli tradisional setempat yang peradabannya masih dipandang agak terkebelakang
Bikin bae : Berbuat baik Bruder Sageru : Sejenis kue (bruder) yang bahannya
juga pakai sageru, minuman arak lokal. Cakalele : Tarian khas adat dengan menggunakan
parang, salawaku dan tombak Cidaku : Cawat atau celana tradisional yang
dibuat dari kulit kayu yang biasa dipakai oleh kaum lelaki
Gaba-gaba : Tangkai kering daun sagu Gadihu : Atau Kadihu (katomas), tanaman (bhs.
Latinnya Codiaeum variegatum) yang termasuk keluarga Euphorbiacea. Sering dipakai untuk pagar, daunnya bisa dijadikan hiasan, bahkan ekstraknya untuk obat. Dalam tradisi di Ambon, tanaman ini dipandang punya makna simbolik yang kuat sebagai “pembawa berkat, kehidupan, kesuburan”, oleh karena itu sering digunakan dalam acara-acara ritual adat tertentu.
Gandong : Hubungan kekerabatan kultural yang diyakini memiliki keterkaitan historis-genealogis sebagai bersaudara (adik-kakak).
Gosepa : Sebutan Ambon untuk rakit yang terbuat dari bambu.
288 Religiositas Ambon-Kristen …
Goti : Tempat menampung tepung sagu yang
sudah disaring, terbuat dari batang pohon sagu yang telah diambil isinya.
GPM : Gereja Protestan di Maluku Heka-Leka : Konsep filosofis kultural orang Maluku
(Tengah) dan Ambon, yang merujuk pada konsep dialektis, sebagaimana yang dimaknai dengan arti kata Heka = perang/pecah untuk dilahirkan kembali (Leka).
Heka Nunusaku : Pecah (Perang/Konflik) Nunusaku. Merujuk pada momentum historis perpecahan di kerajaan Nunusaku, di pusat Seram.
Horas : Hari, waktu yang tepat (Portugis) Ina : Ibu Jojaro-mongare : Kalangan muda-mudi yang belum
menikah Kain berang : Kain ikat kepala yang berwarna merah,
yang digunakan oleh kaum lelaki. Kain gandong : Kain putih polos ukurang panjang
(disesuaikan) sebagai simbol kandungan, kerahiman, yang bermakna
persatuan dan persaudaraan.
Kain patola : Kain tenunan dengan motif bersuluk-suluk yang menyerupai seekor ular sawa, dan berasal dari Gujarat, India.
Kain pikol : Selendang hitam diberi manik-manik dan dipakai oleh wanita yang sudah sidi ke gereja
Kakehan : Perkumpulan rahasia yang terdiri dari kaum lelaki di Seram Barat
Kapata : Ucapan salam secara tradisional dan cerita sejarah; pada umumnya berupa lagu-lagu tradisional di mana episode sejarah masa lalu dinyanyikan.
Kapitang : Pemimpin perang (Portugis, capitâo) Katong : Kita, Kami. Kata ganti jamak untuk
orang kedua atau juga bisa orang ketiga
Lampiran 289
Katreji : Tarian quadrille (Portugis) Kepala Soa : Pemimpin Soa yang dijabat
berdasarkan warisan Konci Taong : Sebutan orang Ambon untuk
momentum pergantian tahun, tepatnya tanggal 31 Desember.
Kotika : Waktu atau hari yang dipandang baik sesuai dengan ketentuan para leluhur atau aturan adat.
Lanite : Langit, dewa pencipta, dewa langit Lopa-lopa : Tempat sirih-pinang Ma’atoke : Orang yang ditugaskan untuk menjaga
dan merawat baileo. Malessi : Wakil atau pembantu Kapitang Marinyo : Kurir kampung, sekaligus sebagai
pemberi informasi kepada warga Mata ina (baru) : Mata ina merupakan sebutan kepada
wanita negeri yang telah menikah. Sedangkan Mata in baru, dikenakan kepada wanita yang baru saja menikah dengan pria Soya.
Matawana : Bergadang (tidak tidur semalam suntuk)
Mauweng : Pendeta kakehan yang menunjuk pada penanggung jawab ritual adati, atau sering disebut juga sebagai kepala adat
Muhabeth : Berasal dari kata Arab yang berarti kasih. Persekutuan sosial untuk melayani kedukaan atau menanggung kerja lainnya (gotong royong bangun rumah, dll)
Negeri, Negri : Kampung, dapat disejajarkan dengan desa
Nitu : Roh para leluhur yang baik. Lawannya adalah Nite atau Nita, roh yang Jahat. Kendati sering juga ada yang menggunakannya secara terbalik. Nitu=roh jahat, Nite atau Nita = roh baik
290 Religiositas Ambon-Kristen …
Nitu Ela : Roh yang agung, yang tingkatnya lebih
dari Nitu Noaulu, Nuaulu : Salah satu kelompok suku terasing yang
berdiam di pulau Seram Nusa Ina : Pulau Ibu yang menunjuk ke pulau
Seram. Nusa = Pulau; Ina = Ibu. Orangtatua : Orang tua-orang tua Pamali : Tabu, suci Parigi / Parigi : Sumur Pasawari : Ucapan salam dan juga bisa sebuah doa
adat yang diucapkan dalam acara resmi atau suatu ritual
Patasiwa-Patalima : Aliansi antar kampung/suku di Seram, yang dikelompokkan dalam Patasiwa = kelompok sembilan, dan Patalima = kelompok lima
Pela : Sistim aliansi antarkampung di Maluku Tengah berrdasarkan hubungan genealogis, kerjasama, perdamaian, atau perjanjian karena alasan lainnya.
Pela-Gandong : Aliansi antarkampung karena ikatan genealogis.
Pica Negeri : Pecah Negeri. Dalam ritual cuci negeri sebagai pertanda dimulainya tahap-tahapan cuci negeri.
Pinamou : Ritual adat pembersihan diri bagi wanita yang mendapatkan menstruasi
RMS : Republik Maluku Selatan Rumah tau : Kelompok adati marga yang merupakan
penggabungan dari beberapa keluarga batih
Rumah tua : Rumah (bangunan fisik) asali, menunjuk pada rumah yang dibangun pertama kali oleh para leluhur atau orangtatua, dan menjadi ikon serta milik bersama semua keturunan (anak-cucu)
Lampiran 291
Sabuah : Tempat khusus dengan atap atau tenda
yang disiapkan untuk kepentingan acara tertentu. Bisa dengan atap daun sagu atau dengan tenda plastik
Salam-Sarane : Sebuah kearifan lokal di Maluku yang menunjuk kepada kebersamaan antara warga Islam-Kristen lokal
Salawaku : Perisai yang lazim dipakai berpadanan dengan parang dalam tari cakalele
Saniri : Dewan Sasi : Tanda larangan. Misalnya, pada waktu-
waktu tertentu dilarang mengambil hasil hutan, kebun atau laut, karena sedang disasi
Sidi : Status konfirmasi menjadi anggota gereja penuh setelah menempuh pembinaan gerejawi selama kurun waktu 1-2 tahun
Sio : Ungkapan yang termasuk jenis kata injeksi yang memiliki sinonim dengan “aduh” dalam nuansa memelas kepada orang yang dicintai (orang dekat)
Soa : Kelompok adati marga yang merupakan penggabungan dari beberapa rumah tau baik yang memiliki hubungan kekerabatan genealogis maupun yang tidak termasuk warga asli, namun dimasukkan menjadi anggota kelompok soa tertentu.
Suhat : Nyanyian adat yang dinyanyikan secara kelompok dengan pola berbalas-balasan.
Tabaos : Seruan berita atau pengumuman yang disampaikan oleh seseorang yang ditugaskan untuk itu (bisa oleh marinyo, atau seseorang lainnya)
Tahuri : Kulit k besar yang dilubangi dan dapat ditiup
Tanoar : Waktu yang diprediksi berdasarkan kearifan lokal setempat
292 Religiositas Ambon-Kristen …
Tete Manis : Sebutan masyarakat Ambon-Maluku
Tengah untuk Tuhan Teung : Nama adat untuk suatu klan Totobuang : Alat musik tabuh tradisional yang
terdiri dari beberapa gong yang telah diatur nadanya dan dipukul oleh seorang pemain
Uli : Federasi antar kampung di Ambon-Lease
Upu : Sebutan penghormatan: tuan, kepala, raja, pemimpin, dewa dan para leluhur
VOC : Kongsi Dagang Hindia Timur Belanda (Vereenigde Oost-Indische Compagnie)
Lampiran 293
Lampiran 4:
Perbandingan Bagan Sistem Pemerintahan Negeri Soya
(1) Model – 1 (Data Tahun 2000):2
(2) Model – 2 (Data Tahun 2017):3
2 Sumber: Likumahwa, Analisa...,102. 3 Pemerintah Negeri Soya, RPJM....,16.
294 Religiositas Ambon-Kristen …
Lampiran 5:
Panduan Wawancara Semi-Terstruktur4 dan Daftar Nama
Narasumber
A. Panduan Wawancara
(1) Identitas (Nama [bila bersedia disebutkan] dan Umur)
(2) Tempat Tinggal: Posisi, dan Waktu Kediaman
(3) Frekuensi keterlibatan di acara CN (sudah sejak kapan
dan berapa kali) ?
(4) Masuk kelompok (Marga dan Soa) apa? Posisi di
keluarga/marga sebagai apa?
dan bagaimana anda merasakan keberadaan anda dalam
lingkup kekerabatan tersebut?
(5) Bisakah disampaikan sejauh mana pemahaman anda
tentang CN Soya yang diketahui ?
(6) Apa yang anda rasakan tentang perbedaan CN Soya di
waktu dulu dan kini ?
(7) Pendapat dan sikap terhadap Leluhur (Tetenene moyang),
dan apa yang dirasakan selama ini dengan keberadaan
para leluhur tersebut ?
(8) Bisakah dijelaskan sikap anda terhadap hubungan CN
Soya dengan Iman Kristen ?
(9) Bagaimana pandangan, sikap, dan suasana batin yang
dirasakanterhadap CN yang dikaitkan dengan Adventus,
Natal dan Konci Taong, dan Tahun Baru ?
(10) Apa yang dirasakan ketika berlangsungnya CN Soya
dengan Tahap-Tahapannya ?
(11) Tahapan manakah yang dirasa sangat menyentuh?
Mengapa ?
(12) Pemahaman dan Sikap terhadap para pemimpin (Raja,
Kepala Adat/Saniri, Pendeta)
4 Panduan Wawancara Semi-Terstruktur ini merujuk pada model panduan dalam
penelitian Fenomenologis. Lihat Y.F. LaKahija,Penelitian Fenomenologis, Jalan Memahami Pengalaman Hidup(Yogyakarta: Kanisius,2017), 79-101.
Lampiran 295
(13) Pemahaman, sikap dan apa yang dirasakan dengan
simbol-simbol yang dipakai dalam CN?
(14) Pandangan dan apa yang dirasakan dengan simbol-simbol
adat yang dipakai dalam ibadah dan begitupun
sebaliknya?
(15) Selain CN, adakah praktik adati atau tradisi lainnya yang
dijalani/dipraktikkan ?
Kalau ada, mohon sebutkan dan jelaskan.....
(16) Pendapat, usul/masukan bagi pelaksanaan CN ke depan,
bagi Pemerintah Negeri, Pemerintah Kota, Gereja, dan
seluruh warga
B. Daftar Narasumber (1) Bp Rido Rehatta, 62 th Raja Soya (2) Bp Pdt. Piet Kempa, 55th Ketua MJ GPM Soya (3) Bp Moz Istia, 48 th Wakil Sekretaris MJ GPM Soya (4) Bp Wa Huwa’a,87 th Kepala Soa Adat, telah
mengabdi lebih dari 50 th (5) Bp Thom Tamtelahittu, 55 th Kepala Soa Pera (6) Bp Ferry Soplanit, 57 th Kepala Soa Eraang (7) Bp Bomar Pesulima,56th Juru Suhat, Biduan Kapata Adat (8) Bp. Ateng Huwa’a, 56 th Penutur Adat dan Sejarah Soya (9) Bp. Marets Pesulima, 55 th Kapitang (10) Ibu Omy Manuputty-
Soplanit,63 th Ketua Mataina
(11) Maurits Huwa’a, 42 th Peserta matawana; dalam momentum CN Soya pada tanggal 14 Desember 2018 dilantik menjadi Kepala Soa Adat, menggantikan ayahnya
(12) Ois Rehatta, 57th Pimpinan Sanggar Wai Ranang Soya
(13) Nes Soplanit, 49 th Bendahara Majelis Jemaat, Mantan Ketua AMGPM
(14) Peserta FGD: MP, 47 th Pengurus Unit, Wadah, Anggota Suling, Mantan Majelis, dan Anggota Saniri Negeri
(15) Peserta FGD: GS, 52 th Penatua, Anggota Saniri Negeri (16) Peserta FGD: Nn. JP , 21 th Anggota Angkatan Muda GPM
Cabang Sion-1 Soya
296 Religiositas Ambon-Kristen …
(17) Peserta FGD: AL, 54 th Warga Soya Pendatang di Soya
Atas (18) Peserta FGD: Ny.DL, 56 th Warga Soya Pendatang di Soya
Bawah (19) Peserta FGD: Ny.SS, 38 th Warga Mata Ina baru (20) Peserta FGD: BP, 43 th Mantan Staf Saniri Negeri (21) Pdt. Drs.A.J.S.
Werinussa,M.Si,55th Ketua Sinode GPM
(22) Pdt. Chris Tamaela, Ph.D, 58 th
Pakar Musik dan Liturgi GPM, Budayawan Maluku
(23) Pdt. Dr.M. Tapilatu, 77 th Pakar Sejarah GPM (24) Bp John Marthen, 55 th Raja Hukurila (25) Bp Bambe Tupan, 71 th Kepala Soa Adat Hukurila (26) Bp Samuel Pesowarissa, 50
th Kepala Soa Adat Naku
(27) Bp Charlie de Fretes, 61 th Anggota Saniri Negeri Naku, Tokoh Masyarakat Naku
Lampiran 297
Lampiran 6:
Peta Pulau Ambon dan Wilayah Kota Ambon (Kawasan Hijau),
Peta Maluku Dan Posisi Lokasi Penelitian, negeri Soya (Arah Panah
Merah) Dan Sketsa Negeri Soya
298 Religiositas Ambon-Kristen …
SKETSA NEGERI SOYA
Keterangan:
☼ = Baileo negeri Soya, Gunung Sirimau dan Tempayang
† = Gedung gereja tua Soya di Soya Atas, gereja Lazarus dan gereja
Betfage di Kayu Putih
Ӝ = Rumah Raja dan Pastori Ketua Majelis Jemaat
∆ = Balai Saniri Negeri, Kantor Pemerintah Negeri Soya, Sekolah (SD,
SMP)
╬ = Pekuburan 1, 2, dan 3
♥ = Teung Rulimena
≈ = Air Werhalouw dan Air Unuwei
— = Jalan raya, Jalan setapak
= Batas Petuanan Negeri Soya
Lampiran 299
Lampiran 7:
Doa Adat di Saat Ritual Cuci Negeri Soya5
Doa Adat (Pasawari) Terjemahan Adaptasi
Kapua Upu Ilah Kahuressy Lebehanua,
Kedua Yang Maha Besar Tuhan kami,
Isa Almasih,
Ketiga Rohul Kudus.
Upu Ama Upu Wisawosi,
Upu Latu Selemau Agam Raden
Mas Sultan Labu Inang Mojopahit,
Upu Latu Yisayehu
Guru Latu Yisayehu
Upu Ama sembahan kupaharehu,
Pamesang-pamesang,
Mahina-mahina, Malona-malona
Hai Amang Hona-hona Pau Amang
penyakit-penyakit tinggalkan negeri
ini.
Kahu Erimaang Saka Upu amang Upu
Wisa Wosi Wei, Amang.Kalau-kalau
sasoi pasala pamanisa o Sasou maniska
ampun ilah-ilah.Ene Anak Maingheru
yang sekarang ada berdiri di dalam
Teung Lapiang Makakuang
Haumalamang,Kalau Sosoupasala
pamanisa ou sasou manisaampun ilah-
ilah,
karena itu bukan barang areka urung
sakakenu menyembah berhala-berhala,
Allah yang Tertinggi,
Kedua Tuhan Yesus Kristus,
Ketiga Roh Kudus.
Upu Ama Upu Wisawosi
Upu Latu Selemau Agam Raden
Mas Sultan Labu Inang
Mojopahit
Upu Latu Yisayehu
Guru Latu Yisayehu
Upu Ama yang disembah semua
orang,
Tolak berbagai macam bahaya
dari pria, wanita dan seluruh
rakyat. Sehingga semua orang
terbebas dari penyakit. Saya
yang berdiri di dalam istana
Latu Selemau memohonkan
berkat dan kemurahanMu; dan
jika kami berbuat dosa,
ampunilah, karena kami
bukanlah para penyembah
berhala tetapi merupakan
perintah dari dari pendeta
(mauweng) kami. Saya
5Rumusan doa ini merujuk pada beberapa sumber (a.l. John Rehatta, Negeri
Soya...,15; Stephanus Petrus Likumahwa, Analisa Sosio-Budaya Terhadap Upacara Adat Cuci Negeri di Soya dalam Upaya Berteologi Secara Kontekstual, Tesis(Salatiga: PPSAM UKSW, 2000), 141-142, Cooley, Mimbar dan Takhta...,216-217), yang penulis temukan beberapa versi rumusan. Oleh karena itu yang penulis tampilkan di sini lebih diutamakan pada struktur dan sapaan (istilah setempat: pasopo) yang dikemukakan dalam doa ini. Sementara isi doa, walaupun tidak sama persis namun substansinya tidak berbeda, antara lain mengandung penyapaan, mohon ampun, mohon berkat dan perlindungan.
300 Religiositas Ambon-Kristen …
bukan sekali-kali,
hanya sebab Hauw Enamaang
Eumena Enaam Guru Haji.
Upu Ilah Kahuressy Lebehanua
komsidana Upulatu Salemau ka
hulubalang dewana deperneahau
amang Latu Yisayehu Sohiu (Sohia).
Anak maingheruw sekarang ada minta
kalau boleh tolong-menolong lopang
masim-masim
kepada negeri ini supaya jangan negeri
ini bersungut-sungut.
Upu Latu Selemau Agam Raden Mas
Sultan Labu Inang Mojopahit,
Kalau boleh tolong-menolong, parihu-
parihu, mahina-mahina, malona-
malona
O hija ja mesang henu-henu
humuhandeuw minulai halemuli
haumeat.
Penu-penu hawa teung tuniwou wala
wehalouw rulimena sasamasa enamai.
Ka segala selamat.
memohon dari Allah Tertinggi
dan upu Ama-upu Wisawosi
untuk menjauhkan segala
penyakit dari negeri ini supaya
kami tidak mengalami
kesusahan.
Kembali saya memohon dari
Allah Tertinggi dan Upu Ama-
Upu Wisawosi, Upu Latu
Selemau, Agam Raden Mas
Sultan Labu Inang Mojopahit,
untuk memberkati musim-
musim di negeri ini agar hasil
tumbuhan dapat melimpah
seperti: durian, cengkih, pala,
langsa, manggis, dan lain
sebagainya. Supaya negeri ini
jangan berada dalam kelaparan
dan persungutan.
Ini adalah permohonan kami
dari Wai Erhalouw, teung
Tunisou, Wai Unuwei, teung
Rulimena sampai teung Paisina.
Hormat kami, terima kasih,
selamat.
Lampiran 301
Lampiran 8:
DAFTAR FOTO TAMBAHAN
Salah satu contoh fenomena Religiositas Neo-Nunusaku
terwujud dalam acara peresmian Gereja Ebenhaezer jemaat GPM
Kariu pada hari minggu tanggal 2 Juli 2017, yang dikemas dalam
bingkai pela-gandong orang basudara, antara Kariu (Kristen atau
Sarane) dengan keikutsertaan Hualoi (Islam atau Salam), dan juga
Booi dan Aboru (Kristen), serta beberapa negeri Islam dan Kristen
di Pulau Haruku.
Sumber: http://www.malukuprov.go.id/index.php/2016-10-06-
01-23-56/berita/item/237-hidup-orang-basudara-di-maluku
302 Religiositas Ambon-Kristen …
Lampiran 303
Lampiran 9:
Data Kepelayanan Jemaat Gpm Soya Per 31 Desember 20176
(1) Perangkat pelayanan:
1.1. Pendeta organik jemaat : 3 orang
(Ketiganya tamatan S-1 Teologi).
1.2. Majelis Jemaat : 66 orang (Penatua 33, Diaken 33).
Dengan jumlah unit sebanyak 33 unit maka karena
Majelis jemaat direkruit dari unit, dengan demikian 1
unit direpresentasikan dengan 1 penatua dan 1 diaken.
1.3. Pengurus Unit Pelayanan : 262 orang.
1.4. Pengurus Wadah Pelayanan: 162 orang
(Wadah Laki-Laki dan Perempuan).
1.5. Pengurus Wadah lanjut usia: 19 orang
(tersebar di 9 sektor)
1.6. Pengasuh Sekolah Minggu : 219 orang.
(2) Wadah Pelayanan dan Organisasi
2.1. Jumlah Sektor dan Unit : 9 sektor dengan 33 unit
pelayanan, yang terinci nama sektor dan jumlah unit-nya7
sebagai berikut:
(1) Kalvari = 3 unit
(2) Karmel = 5 unit
(3) Sion = 3 unit
(4) Imanuel = 4 unit
(5) Zaitun = 3 unit
(6) Eden = 3 unit
(7) Pniel = 4 unit
(8) Tiberias = 3 unit
(9) Getsemani= 5 unit.
2.2. Wadah Pelayanan Perempuan dan Laki-Laki, berjumlah
18 wadah yang terdiri dari 9 Wadah Pelayanan Laki-Laki
6 Sumber Data: Buku Renstra (Rencana Strategi) Jemaat GPM Soya Tahun 2016-2020. 7 Nama unit dibuat menurut sebutan angka (Unit 1, 2, dan seterusnya).
304 Religiositas Ambon-Kristen …
dan 9 Wadah Pelayanan Perempuan, yang berbasis Sektor
dengan nama wadah masing-masing sebagai berikut:
(1) Kalvari : Laki-Laki = Abraham; Perempuan = Rut
(2) Karmel : Laki-Laki = Daud; Perempuan = Debora
(3) Sion : Laki-Laki = Lazarus; Perempuan = Ester
(4) Imanuel : Laki-Laki = Akuila; Perempuan = Priskilia
(5) Zaitun : Laki-Laki = Elia; Perempuan = Lidya
(6) Eden : Laki-Laki = Adam; Perempuan = Eva
(7) Pniel : Laki-Laki = Paulus; Perempuan = Monica
(8) Tiberias : Laki-Laki = Petrus; Perempuan = Tabitha
(9) Getsemani : Laki-Laki = Yusuf; Perempuan = Hanna.
2.3. Wadah Lansia (Lanjut usia) : 1 wadah, disebut warga
Gereja Senior.8
2.4. Wadah Pemuda (AMGPM) : 3 ranting, yang menyatu
menjadi 1 Cabang Angkatan Muda Gereja Protestan
Maluku, dengan nama Cabang Sion-1 Soya.
2.5. Wadah SMTPI & Remaja : 9 wadah (berbasis Sektor).
(3) Total Populasi Jemaat
3.1. Jumlah KK : 988 KK (Kepala Keluarga).
3.2. Jumlah Jiwa : 4028 orang
(Laki-laki: 2025 + Perempuan: 2003)
(4) Prosentase Kehadiran Rata-Rata (Median) di Ibadah
selama tahun 2017
4.1. Prosentase kehadiran di ibadah unit = 25 %.
4.2. Prosentase kehadiran di ibadah Laki-Laki = 22 %, ibadah
Perempuan = 25 %.
(5) Kelompok Pemusik dan Pendukung Ibadah
Untuk menopang pelayanan ibadah (baik ibadah
Minggu, maupun ibadah khusus untuk organisasi/wadah
pelayanan serta perayaan hari-hari gerejawi tertentu seperti
8 Sebutan “warga gereja senior” bagi kaum Lansia, merupakan sebutan yang
ditetapkan secara sinodal melalui persidangan Sinode GPM pada tahun 2016 lalu.
Lampiran 305
Natal, Paskah atau HUT Gereja), tercatat ada sejumlah
kelompok penopang atau pelayan ibadah, baik yang
diprakarsai oleh anggota jemaat, maupun yang dibentuk atau
dipersiapkan oleh pihak gereja sendiri, yaitu antara lain:
5.1. Kelompok Paduan Suling Terompet= 1 group
5.2. Kelompok Paduan Suling Bambu = 2 group
5.3. Pemain Musik Keyboard = 5 orang
5.4. Kelompok Paduan Suara = 7 group
5.5. Kelompok Vocal Group = 3 group
5.6. Kelompok Kantoria = 9 group (1 sektor 1 group)
5.7. Pelayan Multimedia = 1 tim, khusus di gereja Lazarus9
5.8. Pelayan Soundsystem= 3 tim di masing-masing gereja
5.9. Pelayan persembahan (kolektan)= 9 group (1 sektor 1
group)
5.10. Kelompok Band= 1 group, khusus di gereja Lazarus
untuk melayani ibadah bernuansa pemuda pada setiap
minggu IV bulan berjalan.
5.11. Kelompok musik totobuang = 1 group, melayani ibadah
etnis atau moment perayaan tertentu seperti
persidangan jemaat, dan lainnya.
5.12. Kelompok Sanggar Seni (Pelayanan secara
kondisional/sesuai konteks ibadah, dengan
menyediakan kelompok Tari, pemusik tifa-totobuang,
pentas seni).10
(6) Fasilitas gedung, kendaraan dan kebun milik gereja;
6.1. Gedung ibadah tua di Soya Atas, bernama gereja “Soya”;
6.2. Gedung ibadah di Kayu Putih, bernama gereja “Lazarus”;
6.3. Gedung ibadah di Kayu Tiga, bernama “Betfage”;
9 Menurut pendeta Kempa, sebetulnya 2 gereja lainnya dapat dilakukan pengadaan
LCD-Infocus, namun kondisi interior gedung gereja saja yang tidak memungkinkan, sehingga tidak dilakukan pengadaan.
10 Tercatat bahwa ada 1 (satu) kelompok Sanggar Seni bernama Sanggar Wierana pimpinan bapa Ois Rehatta yang dibentuk secara mandiri (bukan oleh pihak gereja atau pihak pemerintah negeri). Namun sanggar tersebut bersedia melayani kebutuhan acara atau ibadah jika diperlukan.
306 Religiositas Ambon-Kristen …
6.4. Pastori (rumah pendeta) sebanyak 3 buah;
6.5. Gedung Sentra pembinaan anak” bernama “Talenta”;
6.6. Mobil dan motor jemaat, masing-masing 1 buah;
6.7. Pohon Cengkeh, yang disebut dengan istilah “Cengkeh
Salib”, yakni sejumlah pohon Cengkeh yang diberikan
oleh masing-masing dusun kepada gereja.
(7) Komunitas Jemaat / denominasi gereja lainnya (di
lingkup petuanan negeri Soya)
7.1. GPM : Ada 5 jemaat GPM lainnya (Pniel
Batugajah di Batubulan, Bethabara dan Ebenhaezer di
Jembatan Air Kakisetan, Petra di Kopertis, Bukit Kasih
Polri Kayuputih);
7.2. Katolik : 1 gereja, di Kayutiga;
7.3. Pentakosta : Tidak ada.
(8) Data Para Pendeta yang pernah mengemban tugas di
jemaat GPM Soya hingga tahun 2018, antara lain sebagai
berikut:11
1. DS. T. J. Sopacua (1876);
2. DS. Maitimu;
3. DS. Siahaya,
4. DS. J. Hitijahubessy;
5. DS. Corputty;
6. DS. Tahya;
7. DS. M. Haaulussy (1927);
8. DS. F. Haulussy;
9. DS. Tutupary;
10. DS. Siahainenia;
11. DS. M. Rajawane;
12. DS. M. Alfons;
13. DS. F. Alfons;
11 Sumber: https://gpmsoya.blogspot.co.id/p/selayan.htmlDiunduh tanggal 7 Maret
2017
Lampiran 307
14. Pendeta J. B. Siahaya;
15. Pendeta Nn. Kipuw, Sm. Th.;
16. Pendeta K. Pattinama, Sm.Th.;
17. Pendeta F. Holle, Sm.Th. (1978-Ketua Majelis Jemaat);
18. Pendeta J. Pelapory, Sm.Th.( 1982-Ketua Majelis Jemaat);
19. Pendeta Nn. Rumailaselan, Sm.Th.
(1984-Pendeta Jemaat);
20. Pendeta J. Istia, Sm.Th. (1985-Ketua Majelis Jemaat);
21. Pendeta A. Latuihamallo, Sm.Th.
(1993-Ketua Majelis Jemaat);
22. Pendeta Ny. F. Tutuhatunewa, Sm.Th
(1992-Pendeta Jemaat);
23. Pendeta L. J. Wattimury, Sm.Th.
(1995-Ketua Majelis Jemaat);
24. Pendeta J. Hutubessy, Sm.Th.
(2002-Ketua Majelis Jemaat);
25. Pendeta Ny. J. Marantika, Sm.Th.
(2004-Ketua Majelis Jemaat);
26. Pendeta F Wayabula, STh. (2005-Pendeta Jemaat);
27. Pendeta F. Leassa, Sm.Th. (2009-Pendeta Jemaat);
28. Pendeta , F. Huwae, STh. (2010-Pendeta Jemaat);
29. Pendeta P. A. Kempa, STh.
(2012-Ketua Majelis jemaat saat ini);
30. Pendeta Ny. B. Bakarbessy, STh.
(2013-Pendeta Jemaat) dan
31. Pendeta Dj. R. Ohello, SSi. (2004-Pendeta Jemaat).
308 Religiositas Ambon-Kristen …
Lampiran 10:
Prosiding Rapat Saniri Besar12
(1) Pembukaan oleh bapa Raja Soya, dengan memukul palu
sebanyak 3x. Sebelumnya bapa raja menyampaikan salam
(“...Selamat Siang.... dan... Syalom”). Ajakan untuk mewujudkan
sikap saling percaya (trust), dan maksud utama dari agenda
Rapat Saniri Besar Soya.
(2) Pasawari yang diawali dengan tiupan tahuri sebanyak 3x oleh
marinyo. Selanjutnya diikuti dengan ucapan dari Pemuka Adat
(opa Huwae) yang intinya: Syukur dan Mohon Penyertaan
Tuhan Allah di dalam anakNya Yesus Kristus yang telah
menjadi Tuhan atas semuanya, untuk menyertai seluruh
pimpinan dan masyarakat tanpa takut atau kecewa.
(3) Doa oleh Pendeta Pieter Kempa (Ketua Majelis Jemaat GPM
Soya).
(4) Pembacaan Tata-Tertib oleh Sekretaris Negeri.
(5) Laporan Pertanggungjawaban tentang kegiatan selama
setahun (2017) yang disampaikan secara lisan oleh bapa raja,
yang a.l. :
(a) Terima kasih dan mohon dukungan terhadap
kepemimpinan beliau di masabakti yang baru (2017-
2023), yakni periode yang ketiga, yang baru dilantik pada
tanggal 21 November 2017.
(b) Ajakan kerja keras semua elemen negeri demi kemajuan
bersama.
(c) Informasi tentang Dana Desa (1,6 milyar) pun disampaikan
bapa raja dan sekaligus meminta warga untuk turut
mengawal realisasi anggaran dimaksud. Kalimat yang
diucapkan oleh bapa raja, a.l.: “....Satu sen belah dua pun
kami belum pernah melihat kepeng tersebut.... Jadi mari
katong sama-sama kawal soal keuangan ini...!”
12Prosiding tersebut dikerjakan oleh penulis ketika turut diijinkan oleh bapa raja
untuk menghadiri Rapat Saniri Besar.
Lampiran 309
(Terjemahan: “Satu rupiah pun kami belum pernah
melihat uang tersebut..., jadi mari kita bersama mengawal
keuangan desa tersebut!”).
Seusai penyampaian laporan tahunan tersebut, tidak ada
dialog atau pembahasan terbuka, karena tanya-jawab akan
disediakan waktunya tersendiri. Selanjutnya agenda
berikutnya dilanjutkan.
(6) Pembacaan dan Pembahasan Surat-Surat Masuk.
Kebetulan yang masuk hanya 1 surat dan permasalahan yang
disampaikan merupakan persoalan internal keluarga, maka
penyelesaiannya oleh raja dikembalikan kepada forum
keluarga yang bersangkutan.
Dalam kesempatan ini pula, raja mempersilakan peserta Rapat
untuk memberikan tanggapan dan masukan terhadap
Laporan Pertanggungjawaban Tahunan. Sebab menurut
ingatan raja, selama memimpin 12 tahun lebih banyak kritik
daripada masukan warga bagi pembangunan negeri.
Tercatat ada 2 peserta yang memberikan tanggapan dan
masukan, yang intinya:
(a) Apresiasi terhadap pemerintah negeri Soya dalam
perannya selama ini. Ada ungkapan yang dipakai,
“katong pung raja ini sudah tua, tapi his brain is forever
young!”
(b) Usulan agar Laporan dapat digandakan dan di-share
bagi seluruh warga sehingga usulan dan masukan bisa
lebih banyak diperoleh
(c) Mengingat Soya sudah menjadi DTW (Daerah Tujuan
Wisata), maka dalam Rapat Saniri Besar tahun
berikutnya, diharapkan semua unsur pimpinan (Saniri
Negeri) dapat menggunakan busana adati.
Tanggapan raja intinya:
(a) Menyampaikan terima kasih untuk apresiasi dan
masukkannya
(b) Mengharapkan partisipasi dan dukungan seluruh
elemen di Soya demi pengembangan Soya ke depan
310 Religiositas Ambon-Kristen …
yang lebih baik. Bila perlu ~tantangan raja~ ada orang
Soya yang diperjuangkan untuk menjadi wakil rakyat
(anggota Dewan) sehingga “Soya punya suara bisa
didengar oleh Pemerintah....”
(c) Terkait dengan keuangan desa dan penggunaannya, raja
menjamin tidak ada penyimpangan sedikitpun. Dan
untuk transparansinya dapat dilihat pada papan-papan
publikasi-informasi yang sudah disediakan secara
langsung dan terbuka di beberapa lokasi publik di Soya.
Menurut raja, semua realisasi keuangan desa
diperuntukkan bagi pembangunan negeri dan
pemberdayaan warga mayarakat.
--- Raja Menskorsing Rapat untuk Makan Siang ---13 --- Usai makan Siang, Raja mencabut Skorsing dan
melanjutkan agenda berikutnya ---
(7) Soal Keliling: Tercatat ada 11 orang yang berbicara dengan
inti pembicaraannya a.l:
(a) Apresiasi terhadap kesediaan bapa Rido Rehatta untuk
menjadi raja Soya untuk ketiga kalinya dan sekaligus
pula ~oleh mantan Sekretaris Negeri Soya~ apresiasi
terhadap mekanisme Rapat Saniri Besar yang sekarang
ini nuansanya agak berbeda dari yang sebelumnya.
Menurutnya sekarang ini sifat rapat lebih terbuka dan
demokratis serta ada ruang untuk dialog antara
pemimpin dan warga.14
13 Bagi raja, saniri dan tamu yang dihormati (temasuk penulis) disediakan tempat
makan di rumah raja, sedangkan peserta lainnya (masyarakat) makan di rumahnya masing-masing.
14 Pernyataan ini bila dilihat dari sumber referensi lainnya, ternyata nuansa demokratis dalam forum Rapat Saniri Besar bukanlah sesuatu yang baru. Artinya sejak lama nuansa keterbukaan itu sudah ada, walaupun tentu nuansa kontemporer tampaknya lebih “vulgar” dalam menyampaikan tanggapan dan kritik dibandingkan dengan beberapa tahun yang lampau. Lihat Likumahwa, Analisa....,130.
Lampiran 311
(b) Tentang mata-rumah raja (parintah) untuk dilihat secara
baik lagi dalam rangka mengantisipasi pewarisan
kepemimpinan ke depan.
(c) Ajakan kritis dan tegas untuk bersama-sama:
(i) Membangun Soya agar lebih baik lagi dengan
mengharapkan agar “orang-orang pintar yang
datang ke Soya, jangan biking Rusak Soya!”;
(ii) Acara adat diharapkan dapat berlangsung dengan
baik dan kebersamaan sangat penting guna
menyukseskan agenda CN demi promosi
pariwisata. Ucapan menggugah, “Stop bicara
bangun pariwisata di Soya, kalau untuk kerja bakti
saja, tidak ada yang keluar untuk kerja !”
(iii) Melihat batas tanah / petuanan (negeri) dengan
tetanaman yang dimiliki, yang rawan rusak karena
tidak dipedulikan lagi (a.l. Tanaman Damar,
Cengkeh, Cempedak), tapi juga batas petuanan yang
tampaknya mulai dirongrong oleh pihak lain yang
berdiam di wilayah tapal batas negeri Soya).
(iv) Mempedulikan pendidikan dan pembinaan
terhadap generasi muda Soya sehingga dapat turut
melestarikan potensi negeri
(v) Mewujudkan spirit kebersamaan, terkhusus di
kalangan Saniri Negeri. Terungkap bahasa yang
dipakai, “Stop lihat keluarga Saniri saja, dan jangan
bergosip !”
(d) Beberapa usulan, a.l.:
(i) Penggunaan simbol budaya (tifa) di lingkup
kegiatan gerejawi (ibadah).
(ii) Usulan untuk pengadaan bendera adat (“Bendera
Tana”) yang baru karena yang lama telah kusam.
(iii) Pengadaan iuran negeri bagi seluruh warga agar
ada pendapatan tetap
(iv) Perlu melibatkan Batu-Merah (Negeri Islam) dalam
agenda budaya Soya karena tercatat perwakilan
312 Religiositas Ambon-Kristen …
dari negeri tersebut sudah dua kali menghadiri
acara Pelantikan raja Soya.
(v) Penting untuk dilakukan sosialisasi busana adati di
acara Makan Patita dan acara-acara budaya lainnya
sehingga terkesan baik.
Selanjutnya tanggapan Raja dan Saniri terhadap pokok
pembicaraan di agenda Keliling, a.l.:
(1) Dari Raja:
(a) Berterima kasih untuk apresiasinya, dan
mengharapkan dukungan yang positip dan
sungguh-sungguh demi kebaikan bersama.
(b) Semua usul-saran akan diperhatikan.
(c) Terkait dengan soal mata-rumah parintah, raja
menegaskan dengan kata-kata, “....jangan coba-coba
ada yang merusak tatanan adat !”
(2) Dari Kepala Adat:
Memang di Soya ada 4 matarumah parintah, namun
perlu dilihat dengan baik supaya jangan ada masalah di
kemudian hari.
(3) Dari Kepala Kewang (Penjaga Hutan):
Berkaitan dengan masalah batas tanah, petuanan dan
potensi hutan/tetanaman Soya, pihak Kepala Kewang
berharap ada dukungan dari semua unsur. Menurutnya,
pernah diupayakan pelibatan kelompok pemuda untuk
membantu menjaga dan melestarikan hutan dan
petuanan Soya yang cukup luas itu. Bahkan tercatat
pernah ada 40 orang (pemuda) anak Kewang yang
menjadi anggotanya. Sehubungan dengan usulan
peserta (warga) pada intinya Kepala Kewang siap
merealisasikannya namun diharapkan pula hal tersebut
dapat menjadi perhatian bersama. Misalnya ada
kontribusi sukarela untuk menopang biaya operasional
Kewang dan anak kewang.
Lampiran 313
(8) Pembahasan Persiapan Acara Adat Cuci Negeri tahun 2017
(a) Raja meminta perhatian semua pihak untuk menyukseskan
agenda adat CN tahun 2017, yang dananya diambil dari
Dana Pendapatan Negeri (Bukan ADD atau Dana Desa).
(b) Ketua Adat mengingatkan jadwal yang telah ditetapkan,
sebagai berikut:
(i) Minggu, tanggal 3 Des 2017, jam 15.30 = Berkumpul
di rumah raja.15
(ii) Selasa, tanggal 5 Des 2017 (jam disesuaikan) =
Tabaos adat oleh Marinyo
(iii) Rabu, tanggal 6 Des 2017, jam 10.00 = Pica Negeri
dilanjutkan dengan Pembersihan Negeri.
(iv) Kamis, tanggal 7 Des 2017= Tahapan sesuai
kebiasaan
(v) Jumat, tanggal 8 Des 2017= CN yang diakhiri dengan
Pesta Negeri
(vi) Sabtu, tanggal 9 Des 2017= Cuci Air (Pembersihan
Mata air).
Mengingat agenda CN sudah rutin dan diketahui bersama
maka penulis mencatat tidak ada lagi agenda pembahasan
atau dialog terkait dengan persiapan pelaksanaan CN tersebut.
Di kesempatan lain, ada pula Rapat Saniri Besar yang
mengagendakan “Pelelangan hasil kebun oleh Pemerintah
Negeri”.16 Namun agenda tersebut kondisional sifatnya.
Artinya disesuaikan dengan maksud dan kebutuhan material
dari pelelangan itu sendiri. Sehingga bila tidak ada lagi
tambahan agenda, maka rapat diakhiri dengan penutup.
15 Bapak Rido Rehatta (raja Soya sekarang) memiliki 2 buah rumah, yakni rumah
resmi atau yang sering disebut sebagai rumah tua (warisan raja) yang terletak di bagian atas dan rumah pribadi yang terletak di wilayah Kayu Putih (masih masuk dalam batas wilayah negeri Soya namun terletak di bagian bawah, kurang lebih berjarak 2 Km). Untuk acara-acara adati rumah yang digunakan adalah rumah tua tersebut.
16 Bandingkan Likumahwa, Analisa...,130.
314 Religiositas Ambon-Kristen …
(9) Penutup:
Raja menyampaikan terima kasih dan menutup rapat tepat
jam 16.15, dan selanjutnya Doa Penutup oleh Ketua Adat
(bapak Thomy Tamtelahittu) dengan narasi doa yang umum
bagi seorang kristiani, a.l.: Ucapan terima kasih kepada Tuhan
dan mengakhirinya dengan kata-kata“...Di dalam nama Tuhan
Yesus Kristus, kami berdoa, Amin.”