21
TAMAN JEPANG Nihon teien 日日日日

lansekap_makalah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

lansekap

Citation preview

TAMAN JEPANG

Nihon teien

日本庭園

Jepang memiliki lebih dari 3.000 pulau yang terletak di pesisir Lautan Pasifik di timur benua Asia. Istilah Kepulauan Jepang merujuk kepada empat pulau besar, dari utara ke selatan, Hokkaido, Honshu, Shikoku, dan Kyushu, serta Kepulauan Ryukyu yang berada di selatan Kyushu. Jepang termasuk salah satu negara berpenduduk terpadat di dunia.

Taman Jepang adalah taman yang dibangun dengan gaya tradisional Jepang. Prinsip dasar taman Jepang adalah miniaturisasi dari lanskap atau pemandangan alam empat musim di Jepang. Elemen dasar seperti batu-batu dan kolam dipakai untuk melambangkan lanskap alam berukuran besar. Selain taman Jepang yang dibuka untuk umum, taman Jepang dibangun di hotel, kuil Buddha, bekas kediaman resmi daimyo, dan rumah besar milik pejabat atau pengusaha. Taman sempit bergaya Jepang di halaman rumah milik rakyat biasa disebut tsuboniwa (taman halaman kecil) atau nakaniwa (halaman dalam). Tiga taman Jepang yang paling terkenal adalah Kenroku-en di Kanazawa, Kōraku-en di Okayama, dan Kairaku-en di Mito, Prefektur Ibaraki

MODEL DAN GAYA

Taman Jepang sengaja dirancang asimetris agar tidak ada satu pun elemen yang menjadi dominan. Bila ada titik fokus, maka titik fokus digeser agar tidak tepat berada di tengah. Dalam taman Jepang tidak dikenal garis-garis lurus atau simetris.

Secara garis besar, Taman Jepang mengenal dua ekstremitas: sakral dan profan. Di halaman bangunan sakral seperti kuil Shinto, kuil Buddha, dan istana kaisar hanya disebar pasir dan kerikil. Salah satu contohnya adalah halaman Kuil Ise

Sebaliknya, (profan) taman yang dilengkapi kolam besar dan ditanami pepohonan, perdu, serta tanaman bunga dibangun di halaman bangunan yang dimaksudkan sebagai tempat memuaskan estetika keduniawian, misalnya rumah peristirahatan dan kediaman resmi.

Kuil ise jepang

sebuah kompleks luas dari kuil paling suci di Jepang terdiri dari 125 tempat suci

Berada di tengah-tengahnya antara sakral dan profan adalah taman yang menggabungkan nilai-nilai sakral dan estetika profan, misalnya Vila Kekaisaran Katsura di Kyoto

Taman Jepang mengenal permainan perspektif sebagai salah satu teknik untuk membuat taman terlihat lebih besar dari luas sebenarnya

Teknik pertama dari beberapa teknik yang biasa digunakan adalah penciptaan ilusi jarak. Taman akan terlihat lebih luas bila di latar depan diletakkan batu-batuan dan pepohonan yang lebih besar daripada batu-batuan dan pepohonan di latar belakang.

teknik kedua berupa “tersembunyi dari penglihatan” (miegakure), tidak semua pemandangan di dalam taman dapat dilihat sekaligus. Tanaman, pagar, dan bangunan digunakan untuk menghalangi pandangan isi taman seperti air terjun, lentera batu, dan gazebo. Orang harus berjalan masuk sebelum dapat melihat isi taman

teknik ketiga yang disebut lanskap pinjaman (shakkei), pemandangan taman meminjam pemandangan alam di latar belakang seperti pegunungan, sungai, atau hutan yang berada di kejauhan. Bangunan seperti istana di luar taman juga dapat dijadikan bagian integral dari taman.

Elemen dasar Elemen dasar dalam taman Jepang adalah air,batu, dan tanaman

Air : Selain sebagai sumber kehidupan, air digunakan untuk menyucikan benda dari dunia profan sebelum memasuki kawasan sakral. Air dialirkan dari sungai untuk membuat kolam dan air terjun.

Tanaman : pohon, perdu, bambu, rumpun bambu, lumut, dan rumput adalah benda hidup yang tumbuh seiring dengan musim sebelum menjadi tua dan mati. Bertolak belakang dengan taman gaya Eropa yang berfokus pada warna-warni semak dan bunga, taman di kuil Zen hanya berupa hamparan pasir. Taman rumah teh hanya menggunakan tanaman berdaun hijau dan pohon maple yang daunnya menjadi merah di musim gugur.

Batu : Batu-batu disusun untuk menyerupai bentuk-bentuk alam seperti pegunungan, air terjun, dan pemandangan laut, dan dipilih berdasarkan bentuk, ukuran, warna, dan tekstur. Batu adalah elemen terpenting dalam taman karena dapat dipakai untuk melambangkan pegunungan, garis pantai, dan air terjun.

Elemen Penunjang

Pagar : Di taman rumah teh dan taman Jepang model kolam di tengah (shisen kaiyū), pagar dan bangunan gerbang merupakan elemen penting dalam lanskap.

• Pagar secara garis besar terdiri dari pagar hidup (ikigaki) dari tanaman perdu yang dipangkas dan pagar buatan dari kayu atau bambu

•Pagar bambu tembus cahaya (sukashigaki) disusun dari batang-batang bambu yang lebar-lebar jaraknya hingga pemandangan di balik pagar masih terlihat. Sebaliknya,

•pagar pembatas (shaheigaki) dibangun dari susunan bambu yang rapat dan membatasi pemandangan di baliknya.

Wadah Air : Wadah batu berisi air (tsukubai) adalah perlengkapan standar taman rumah teh. Air dari tsukubai dipakai untuk mencuci tangan tamu sebelum mengikuti upacara minum teh. Tradisi menyediakan wadah batu berisi air di taman rumah teh berasal dari tradisi menyediakan wadah batu berisi air dalam agama Buddha dan Shinto.

Model dan gaya

Taman shinden-zukuri (shinden-zukuri teien)

Taman gaya shinden-zukuri berasal dari Dinasti Tang, dan diperkenalkan di Jepang pada zaman heian. Taman dibangun di halaman tengah rumah kediaman bangsawan yang dibangun dengan gaya arsitektur shinden-zukuri. Taman yang mewakili gaya shindenzukuri adalah Shinsen-en dan taman di Daikaku-ji di Kyoto

Taman Shinsen-en

1. Shinden 2. Kita-no-tai 3. Hosodono 4. Higashi-no-ta5. Higashi-kita-no-tai 6. Samurai-dokoro 7. Watadono8. Chūmon-rō 9. Tsuridono

  Taman Shinsen-en dan taman

di Daikaku-ji di Kyoto.

Taman gaya jōdo (jōdoshiki teien)

Situasi sosial yang tidak stabil pada zaman Heian menyebabkan meluasnya pemikiran Buddhisme Jodo yang membuat orang Jepang mendambakan hidup di gokuraku. Ciri khas taman ini adalah kolam yang ditanami seroja. Tata letak taman dibuat menyerupai bentukmandala dalam ajaran jodokyo. Taman yang mewakili gaya ini di antaranya taman di Byodo-in, Joruji-ji, dan Motsu-ji.

Taman di Byōdō-in dan Mōtsū-ji

Taman batu Jepang (karesansui)

Di taman batu jepang, batu dipakai untuk menggambarkan air terjun, dan pasir berwarna putih dihamparkan untuk menggambarkan air mengalir. Air sama sekali tidak digunakan sebagai elemen taman. Taman batu Jepang hanya dimaksudkan untuk dilihat dari satu sudut pandang. Taman jenis ini berkembang pada zaman kamakura, zaman muromachi, hingga zaman sengoku. Daitoku-ji dan Ryoan-ji di Kyoto adalah dua taman batu yang terkenal.

Taman Ryōan-ji di Kyoto

Taman gaya shoin (shoinshiki teien)

Taman gaya ini berkembang pada zaman Azuchi-momoyama, dan merupakan gaya taman Jepang yang paling umum. Taman dibangun menghadap atau mengelilingi shoin(bangunan atau ruangan besar tempat menerima tamu). Ciri khas berupa batu-batu ukuran besar untuk menggambarkan pemandangan gunung di pedalaman.

Taman teh (chaniwa atau roji)

Taman teh adalah sebutan untuk taman kecil yang dilengkapi jalan-jalan setapak yang dibangun di sekeliling rumah teh. Taman gaya ini berasal dari zaman Azuchi-momoyama. Batu pijakan (tobiishi) adalah elemen penting yang disusun di jalan setapak yang mengelilingi rumah teh. Susunan batu pijakan dimaksudkan untuk mengatur kecepatan langkah orang yang menuju ke rumah teh. Penempatan tanaman dan batu ditentukan oleh masing-masing aliran upacara minum teh. Taman model ini dilengkapi dengan wadah batu berisi air (tsukubai) dan lentera batu.

Taman gaya kaiyū (kaiyūshiki teien atau shisen kaiyū)

Desain taman gaya kaiyū merupakan perpaduan dari taman gaya shoin dan taman teh. Taman gaya ini berkembang pada zaman edo. Ciri khas taman adalah ukuran taman yang besar dan dilengkapi kolam dan batu-batu. Taman yang mewakili gaya ini adalah taman vila kekaisaran katsure kyoto, Koraku-en di Okayama, kairaku-en di Mito, Prefektur Ibaraki, kenroku-en di kanazawa, Prefektur Ikazawa, dan Suizen-ji joju-endi Prefektur Kumamoto. Kobori Enshu adalah arsitek lanskap asal zaman Edo yang dikenal dengan desain taman gaya kaiyū.-en

Taman Vila Kekaisaran Katsura di Kyoto, Kenroku-en di Kanazawa

Taman daimyo (daimyō niwa)

Taman daimyo adalah sebutan untuk taman-taman luas yang dibangun daimyo di daerah-daerah pada zaman edo, misalnya Taman Koishikawa Korakuen dan Rikugi-en di Tokyo. Lahan datar di kota sekeliling istana dibuat sebagai miniatur pemandangan terkenal di berbagai tempat di Cina dan Jepang. Di dalam taman jenis ini hampir selalu dibangun kolam. Keindahan taman dinikmati orang sambil berjalan di jalan-jalan setapak yang dibangun di dalam taman.

Taman Nasional Shinjuku Goen Tokyo

Taman Koishikawa Kōrakuen