Upload
wenti-yuniati
View
20
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
laporan praktikum sensori modul ke dua tentang sifat sifat kenampakan makanan
Citation preview
Tanggal Praktikum : 6 Maret 2013Tanggal Penyerahan:13 Maret 2013
LAPORAN PRAKTIKUM PENILAIAN SENSORI PANGAN
MEMPELAJARI SIFAT-SIFAT KENAMPAKAN MAKANAN
Kelompok 2 A
Wenti Yuniati 240210100026
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
JURUSAN TKENOLOGI INDUSTRI PANGAN
JATINANGOR
2013
I. TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk:
1) Melatih mahasiswa untuk mengenali sifat-sifat kenampakan produk pangan,
2) Mengetahui kemampuan seseorang untuk menggunakan indera penglihatannya
dalam menilai suatu produk, serta
3) Menilai benda atau komoditi yang diuji berdasarkan sifat-sifat kenampakannya.
II. TEORI DASAR
Untuk mengenali adanya benda-benda di sekeliling kita, indera penglihat
merupakan alat tubuh yang paling penting. Dalam menilai mutu komoditi, cara yang
terutama masih dipakai adalah indera penglihatan. Banyak sifat komoditi yang dinilai
dengan penglihatan. Dengan melihat, orang dapat mengenal dan menilai bentuk,
ukuran, sifat transparasi, kekeruhan, warna, dan sifat permukaan seperti kasar-halus,
suram-mengkilap, homogen-heterogen, dan datar-bergelombang.
Meskipun warna yang paling cepat dan paling mudah memberi kesan, tetapi
paling sulit diberi deskripsi dan cara pengukuranya.Itulah sebabnya penilaian cara
subyektif dengan penglihatan masih sangat menentukan dalam penilaian komoditi.
Banyak sifat atau mutu komoditi berkaitan dengan warna. Alat untuk menilai
dengan penglihatan adalah mata. Prinsip cahaya dalam tubuh mata menyerupai
kamera yang memiliki ruang gelap, celah cahaya (iris), lensa dan penerima bayangan
benda. Perlengkapan ini ada dalam bola mata. Kornea, cairan bening dibelakang
kornea dan cairan bening dibelakang lensa adalah media transparasi penghantar
panas.
Jika ada benda perangsang atau objek di depan mata maka benda itu
mengirimkan sinar melalui lubang diagfragma mata yang dibuat oleh selaput iris.
Sinar tersebut dibiaskan oleh lensa mata dan diteruskan menembus ruang bening
belakang yang gelap dan membentuk bayangan benda perangsang gelap tepat di
daerah reseptor yang disebut retina. Sinar bayangan itu merangsang sel reseptor dan
impuls yang dihasilkan diteruskan melalui syaraf optikus ke syaraf otak sehingga
timbullah indera penglihatan. Sehingga dapat melihat dan mengamati apa yang sudah
ia lihat untuk penilaian suatu produk yang diuji untuk diketahui sifat kenampakan
yang dimiliki produk tersebut.
Kenampakan makanan merupakan salah satu sifat bagaimana konsumen
menerima produk atau makanan tersebut. Kenampakan pada umumnya dilakukan
dengan menggunakan bantuan indera penglihatan dan perabaan. Ini disebabkan
indera inilah yang berhubungan langsung dengan penilaian kenampakam.
Kenampakan biasanya dinilai dengan bentuk, warna, keseragaman dan sebagainya.
Mutu dari suatu makanan dapat dinilai dengan kenampakan dari makanan
tersebut. Biasanya mutu dinilai dengan melihat keseragaman dari bentuk, warna, dan
ukuran. Seperti di pasar, masing-masing makanan dibedakan atas mutunya yang
berakibat pada adanya perbedaan harga pasaran.
III. ALAT DAN BAHAN
III.1. Alat
1. Sendok
2. Gelas
3. Piring
4. Pisau
III.2. Bahan
1. Apel
2. Kentang
3. Kacang polong
4. Susu
5. Beras
6. Minyak goreng
IV. PROSEDUR
1. Mengamati contoh produk (apel dan kentang) yang disajikan dan diberikan
penilaian terhadap kenampakannya baik bentuk, keseragaman bentuk, warna,
kilap, cacat atau kerusakan misal layu, noda, belah, pecah dan lain-lain.
2. Memotong kentang dan apel,dilihat apakah ada persamaan kenampakan warna
maupun tekstur? Pemotongan dan pengamatan harus dilakukan segera agar
terlihat adanya perubahan warna akibat kontak atau reaksi dengan udara.
3. Untuk susu dan minyak goreng, mengambil satu sendok cairan contoh
kemudian dituangkan kembali ke dalam wadah, mengamati kekentalannya
apakah lebih encer atau lebih kental dibandingkan dengan air. Mendiskusikan
hasil pengamatan dengan teman apakah ada perbedaan.
V. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Kenampakan suatu produk merupakan sifat yang sangat penting dalam
menunjang kualitas atau mutu produk tersebut. Sifat ini dapat pula mempengaruhi
penerimaan konsumen terhadap produk tertentu,sehingga akan berpengaruh pula
terhadap nilai jual produk tersebut. Pengukuran terhadap nilai / tingkat kesan,
kesadaran dan sikap disebut pengukuran subyektif atau penilaian subyektif. Disebut
penilaian subyektif karena hasil penilaian atau pengukuran sangat ditentukan oleh
pelaku atau yang melakukan pengukuran. Sifat-sifat kenampakan juga penting dalam
penentuan standar grade suatu produk, misalnya : warna, ukuran, kemasakan, tekstur,
dan bebasnya dari kotoran ataupun kerusakan. Suatu bahan pangan akan mudah
diterima oleh konsumen apabila memiliki sifat-sifat kenampakan yang baik pula.
Pengamatan sifat kenampakan pada makanan ini dilakukan dengan menggunakan
indera penglihatan yaitu mata.
Mata memiliki sel batang dan kerucut pada retina yang mengubah energi
cahaya melalui inpuls saraf menuju otak dan saraf penglihatan. Kejadian buta warna
yaitu tidak dapat membedakan warna merah/hijau terjadi pada 8-10% pria dan 0,4%
wanita.
Penilaian kualitas sensori produk bisa dilakukan dengan melihat bentuk,
ukuran, kejernihan, kekeruhan, warna, dan sifat-sifat permukaan, seperti kasar-halus,
suram-mengkilap, homogen-heterogen, dan datar gelombang. Atribut sensori dapat
diuji dengan menggunakan indera penglihatan adalah hue (warna), depth of color
(membedakan tingkat kedalaman warna dari gelap ke terang), brightness (mengacu
pada intensitas cahaya dan kemurnian warna), clarity (menguji dengan melihat
jum;ah sinar yang dapat melewati produk), shine (jumlah sinar yang direfleksikan
dari permukaan produk), evenness (keseragaman dan keadaan rata), bentuk dan
ukuran serta tekstur.
Pada praktikum kali ini yang diamati adalah sifat-sifat ukuran, bentuk, warna,
kejernihan atau kekeruhan, kilap atau suram, viskositas atau kekenatalan dan ada
tidaknya kerusakan baik itu noda, retak maupun layu. Sampel yang digunakan adalah
apel, kentang, kacang polong, beras, susu dan minyak goreng. Berdasarkan praktium
yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 5.1. Hasil Pengamatan Sifat-Sifat Kenampakan Makanan
Kenampakan Jenis makanan
Apel Kentang Kacang
polong
Beras Susu Minyak
goreng
Ukuran dan
keseragaman
ukuran
Tidak
Seragam,
ukuran
kecil
dengan
diameter
rata-rata 5
cm
Ukuran
sedang
dengan
panjang 5
cm, tidak
seragam
Ukuran
kecil
tidak
seragam
Ukuran
kecil,
lonjong,
tidak
seragam
X X
Bentuk dan
keseragaman
bentuk
Bentuk
khas apel,
tidak
Bentuk
tidak
simetris
Bulat
tidak
seragam
Lonjong
panjang
tidak
X X
seragam (irregular)
tidak
seragam
seragam
Warna dan
keseragaman
warna
Putih-
hijau,
kecoklatan
tidak
seragam
Kuning
khas
kentang,
kecoklatan,
tidak
seragam
Hijau
muda-
tua tidak
seragam
Putih
tulang-
keruh
tidak
seragam
X X
Kilap atau
suram
Kilap Suram Kilap Suram X X
Jernih atau
keruh
X X X X Keruh Jernih
Kekentalan
cairan
X X X X Encer Kental
Noda, layu
retak
- Noda - Retak/
patah
X X
lainya - - - - - -
Dalam menilai makanan dengan menggunakan alat indera, berdasarkan
penglihatan dapat diketahui karakteristik penampakan dalam segi bentuk, ukuran,
warna, dan keseragaman warna yang dimiliki bahan serta dapat juga dilihat kilap atau
suram, kejernihan dan viskositas bahan tersebut.
Ukuran produk khususnya buah dan sayuran merupakan kriteria penting, baik
sebagai daya tarik konsumen, maupun untuk keperluan penanganan dan pengolahan
lanjutan. Karena itu seleksi dan pengkelasan mutu berdasarkan ukuran merupakan hal
yang sangat umum dilakukan pada buah dan sayuran. Konsumen umumnya
mempunyai presepsi yang baik tentang ukuran “normal” suatu produk pertanian.
Ukuran yang terlalu besar, atau terlalu kecil, sering tidak disukai konsumen.
Ukuran biasanya dinyatakan dengan salah satu atau kombinasi dari tiga
parameter umum, yaitu (1) dimensi, (2) berat, dan (3) volume. Dimensi buah atau
sayuran adalah ukuran panjang, lebar, diameter, atau keliling dari buah dan sayuran
tersebut. Dimensi mudah sekali diukur dengan penggaris, atau alat-alat yang lain.
Pada umumnya diperoleh korelasi yang baik antara dimensi dengan berat. Semakin
besar dimensinya, biasanya semakin berat pula bobotnya. Ukuran, dapat pula
dinyatakan sebagai jumlah per satuan volume atau pun jumlah per satuan berat.
Volume buah dan sayuran bisa diukur dengan metode gelas ukur atau pun dihitung
dengan dimensi yang telah diketahui.
Bentuk dapat dinyatakan sebagai ratio antar dimensi, misalnya ratio
panjang/lebar, panjang/diameter, dan lain lain indeks yang sesuai. Untuk standarisasi
maka diperlukan adanya indeks yang tepat bagi masing masing komoditi. Bentuk
dapat pula dievaluasi dengan menggunakan model-model seperti gambar, diagram,
atau pun peraga lainnya. Pengamatan terhadap bentuk ini terutama penting untuk
membedakan komoditi yang sama dari kultivar yang berbeda.
Warna merupakan hal yang sangat penting bagi penampakan karena
merupakan indikator kematangan yang sangat dikenal oleh konsumen. Konsumen
umumnya mempunyai pengetahuan yang cukup mendalam tentang korelasi antara
warna dan tingkat kematangan buah dan sayuran. Karena itu, warna merupakan
kriteria mutu pokok karena merupakan kriteria mutu pertama yang dikaji konsumen.
Kenyataannya, hubungan antara persepsi konsumen atas warna dan mutu tidak
selamanya benar. Hal yang demikian ini sering mendorong industri untuk
memanipulasi warna, misalnya dengan menggunakan pewarana (dye) atau pun
dengan perlakuan etilen untuk merangsang degradasi klorofil.
Keseragaman dan intensitas warna merupakan faktor penting bagi konsumen.
Untuk mengevaluasi hal ini, diagram warna dan model dapat digunakan. Dengan cara
visual ini dapat pula sekaligus ditentukan mutu gloss, yaitu suatu ukuran mengkilat
atau kusamnya permukaan kulit komoditi.
Warna dapat pula diukur secara objektif dengan menggunakan berbagai alat
yang bekerja berdasarkan atas jumlah cahaya yang dipantulkan dari permukaan
produk. Alat-alat semacam ini adalah Gardner dan Hunter Color Difference Meter
(tristimulus colorimeters) dan Agtron E5W spectrophotometer. Warna bisa pula
diukur dengan Light transmission meter, yaitu dengan mengukur jumlah cahaya yang
diteruskan melalui komoditi. Alat ini penting untuk menentukan warna internal,
terutama yang berhubungan dengan adanya kerusakan kerusakan fisiologis. Misalnya,
terjadinya pencoklatan/penghitaman pada daging apel atau pun kentang.
Sifat lain yang diuji adalah ada tidaknya cacat pada bahan pangan. Kondisi
komoditi merupakan kumpulan kriteria mutu yang umumnya bersifat fisik dan
inderawi, seperti kebersihan, keseragaman (baik ukuran, warna, maupun bentuk), ada
atau tidaknya cacat (defect), dan lain sebagainya. Evaluasi tentang adanya cacat dan
penyimpangan penyimpangan dari normal lainnya dapat dilakukan secara visual,
yang biasanya dinyatakan dengan sistem nilai sengan menggunakan skala, misalnya
skala 1 sampai 5 ( 1 = tidak ada cacat, 2 = ada sedikit cacat, 3 = sedang, 4 = cacat
parah, dan 5 = rusak sama sekali). Skala ini bisa dikembangkan menjadi 1 sampai 7,
atau pun 1 sampai 10, tergantung atas kebutuhan dan kategori yang tersedia. Untuk
mengurangi variabilitas di antara pemeriksa, maka perlu dilakukan pelatihan dan
pemberian diskripsi yang jelas dalam penilaian. Dalam hal ini penggunaan diagram
warna dan model atas cacat yang umum dialami oleh komoditi yang bersangkutan
akan sangat membantu.
Berdasarkan tabel hasil pengamatan diatas, untuk buah apel dari
kenampakanya dapat dilihat ukuran dan keseragaman ukuran tidak seragam, ukuran
kecil dengan diameter rata-rata 5 cm, bentuk dan keseragaman bentuk adalah
berbentuk khas apel dan tidak seragam, warna putih-kehijauan, tidak seragam,
memiliki bagian kulit yang tampak mengkilat. Kesegaran buah apel dapat dijaga
dengan mengurangi tingkat transfer gas dan dengan mengendalikan faktor-faktor
seperti komposisi gas pada buah (oksigen, karbon dioksida dan etilen), gas-gas
disekitar buah, permeabilitas uap air, suhu, kelembaban relatif dan cahaya. Kilat pada
buah apel berasal dari zat lilin yang melapisi bagian kulitnya. Lilin tersebut berguna
untuk melindung kadar air yang memang banyak didalam buah apel. Tanpa lilin maka
buah dan sayuran akan kehilangan kelembaban dan kadar airnya akan terus keluar
dari pori-pori kulit apel sehingga lama kelamaan buah tersebut menjadi lembek dan
kering. Selain itu, juga berfungi untuk melindungi bagian dalam buah dari adanya
kontaminasi mikroorganisme dari lingkungan.
Pada sampel kentang kenampakan ukuran dan keseragaman ukuran adalah
ukuran sedang dengan panjang 5 cm, tidak seragam, sedangkan bentuk dan ukuran
bentuknya adalah oval tetapi tidak simetris, tingkat keseragamnya tidak seragam,
warna dan keseragamanya berwarna kuning khas kentang tidak seragam, serta
memiliki kenampakan kulit yang cukup suram.
Pada kacang polong kenampakan yang terlihat adalah ukuran dan
keseragaman ukurannya yaitu berukuran kecil dan tidak seragam, bentuk dan
keseragaman bentuk adalah bulat kecil dan tidak seragam, warna dan keseragaman
warna berwarna hijau tua-muda dan tidak seragam, memiliki kenampakan bagian
kulit yang cukup mengkilat.
Pada sampel beras, ukuran kecil, lonjong dan tidak seragam. Memiliki bentuk
panjang lonjong yang juga tidak seragam serta berwarna putih tulang-keruh yang
tidak seragam, dan memiliki kenampakan yang cukup keruh di bagian luarnya. Selain
sifat-sifat tersebut pada sampel beras ini juga didapatkan cacat ringan yaitu adanya
bagian beras yang patah sehingga tidak memiliki bentuk yang utuh.
Pada susu sifat kenampakan yang diuji adalah kejernihan dan kekentalan susu
tersebut. Susu memiliki warna yang cukup keruh serta viskositas yang rendah atau
cukup encer. Viskositas pada susu dipengaruhi oleh bahan padat susu, lemak, serta
temperatur susu itu sendiri.
Minyak goreng memiliki kenampakan yang cukup jernih serta viskositas yang
tinggi atau cukup kental. Viskositas pada minyak goreng ini bisa dipengaruhi oleh
ukuran molekul, tekanan, suhu, serta gaya tarik intermolekul pada minyak goreng
tersebut.
Pada sampel apel dan kentang yang kemudian dipotong untuk melihat warna
sampel tersebut terjadi perubahan warna yang cukup cepat menjadi kecoklatan.
Daging buah apel dan kentang mudah mengalami pencoklatan enzimatis jika terjadi
kontak dengan udara bebas. Hal tersebut dikarenakan adanya enzim phenolase yang
bekerja pada buah tersebut yang menyebabkan warna daging buah berubah menjadi
coklat karena terbentuknya pigmen melanin yang merupakan hasil reaksi antara
senyawa fenolase pada buah dengan udara luar. Warna kecoklatan tersebut dapat
mengurangi penampakan dan kualitas dari buah karena buah terlihat tidak segar lagi,
sehingga penerimaan konsumen terhadap produk tersebut menjadi berkurang.Dari
hasil tersebut tentunya dapat diketahui terjadinya ketidakseragaman pada ukuran,
warna, bentuk, adalah diakibatkan dalam beberapa faktor yaitu faktor yang dimiliki
oleh contoh atau produk yang diuji tersebut atau dari sampel yang tidak di sortir
terlebih dahulu, sehingga kualitas dari produk dapat terlihat baik dari segi bentuk,
warna, kejernihan, kekentalan, kesuraman dan sebagainya. Dengan terlatihnya indera
penglihatan kita, maka kita dapat lebih selektif memilih produk yang memiliki
kualitas yang baik sebelum mengkonsumsinya.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
VI.1. Kesimpulan
Dalam menilai makanan dengan menggunakan alat indera, berdasarkan
penglihatan dapat diketahui karakteristik kenampakan dalam segi bentuk, ukuran,
warna, dan keseragaman warna yang dimiliki contoh yang disediakan untuk diuji.
Dari pengamatan yang dilakukan dengan cara melihat dapat diketahui terjadinya tidak
keseragaman pada ukuran, warna, bentuk, adalah diakibatkan dalam beberapa faktor
yaitu faktor yang dimiliki oleh contoh atau produk yang diuji tersebut atau dari
sampel yang tidak di sortir terlebih dahulu, sehingga kualitas dari produk dapat
terlihat baik dari segi bentuk, warna, kejernihan, kekentalah, kesuraman dan
sebagainya. Dengan terlatihnya indera penglihatan kita, maka kita dapat lebih selektif
memilih produk yang memiliki kualitas yang baik sebelum mengkonsumsinya.
VI.2. Saran
Saran yang dapat disampaikan dari laporan praktikum ini adalah kita dapat
mengefektivitaskan indera penglihatan kita untuk dapat mengamati kenampakan pada
produk yang kita lihat, baik dari segi keseragaman bentuk, warna, dan ukuran.
Dengan demikian kita dapat menentukan mutu produk tersebut hanya dengan indera
penglihatan saja. Saran lain adalah melatih indera penglihatan kita untuk menilai
suatu produk agar dapat secara tepat menentukan mutu produk yang kita lihat.
DAFTAR PUSTAKA
Kartika, Bambang dan Pudji Hastuti.1988. Pedoman Uji Indrawi bahan Pangan.PAU Pangan dan Gizi.UGM. Yogyakarta.
Kader, A.A. 1985. Quality Factor: Definition and Evaluation for Fresh Horticultural Crops. in A..A. Kader, R.F. Kasmire, F.G. Mitchell, M.S. Reid, N.F. Sommer, and J.F. Thompson. Editors. Postharvest Technology of Horticultural Crops. Cooperative Extentsion, University of California, Div. of Agric. and Natural Resources.
Potter, Norman N. 1986. Food Science. Publisher: Chapman & Hall. Ithaca, New York.
Soewarno,T. Soekarto. 1985. Penilaian Organoleptik Untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian. Penerbit : Bharatara Karya Aksara. Jakarta.
Sofiah, Betty D dan Tjutju S. Achyar. dan.. 2008. Penilaian Indera. Jurusan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Industri Pertanian Universitas Padjadjaran. Jatinangor.
Tawali, Abu Bakar, dkk. 2004. Pengaruh Suhu Penyimpanan Terhadap Mutu Buah-Buahan Impor Yang Dipasarkan Di Sulawesi Selatan. Universitas Hassanudin. Makassar.
DISKUSI
1. Bila saudara panen padi, kacang polong atau apel, apakah setiap
tanaman/rumpun akan menghasilkan produk yang mempunyai kenampakan
seragam ? jelaskan jawaban saudara?
Jawab:
Setiap tanaman / rumpun belum tentu memiliki sifat kenampakan yang sama. Hal
tersebut dapat disebabkan karena kondisi penanaman yang berbeda, iklim/cuaca,
suhu, kesuburan tanah dll. Selain itu, faktor-faktor selama penanganan pasca
panen jug berpengaruh, seperti penyimpanan, pengangkutan dan pengemasan
komoditas. Jika hal tersebut tidak diperhatikan dengan baik maka kualitas produk
dapat berkurang. Sebagai contoh, buah apel yang telah dipanen disimpan dalam
ruangan yang bersuhu lembab/panas sebelum didistribusikan, setelah itu diangkut
kepasar dengan pengemasan yang tidak baikdan juga melalui jalanan yang rusak,
menyebabkan buah apel tersebut memar-memar dan penampakannya tidak segar
lagi. Oleh karena itu untu mendapatkan produk yang seragam, biasanya
dilakukan proses sortasi dan grading terhadap komoditas yang akan dijual/diolah.
Jadi, walaupun pada saat pemanenan komoditas tersebut berada dalam
kondisi/kenampakan yang seragam, namun pada saat pasca panen kondisi
tersebut bisa saja berubah karena faktor-faktor yang telah disebutkan tadi.
2. Apabila saudara pergi ke pasar/supermarket, perhatikanlah cara bagaimana setiap
bahan atau produk makanan itu disusun. Bagaimanakah setiap jenis bahan itu
disusun dalam beberapa kelompok, apa yang menjadi dasar pengelompokkan
tersebut ? Apakah setiap kelompok itu mempunyai harga yang sama/berbeda ?
Jelaskan !
Jawab:
Pengelompokan bahan di supermarket disusun secara teratur dan dipisahkan
berdasarkan jenis, bentuk dan mutu produk. Penyimpanan produk berdasarkan
kelompok-kelompok tersebut dimaksudkan untuk memudahkan konsumen dalam
memilih produk yang akan dibeli. Sebagai contoh, jika konsumen ingin membeli
sayur yang masih dalam keadaan segar dan bagus, maka tempatnya berbeda
dengan dengan sayur yang sudah dalam keadaan rusak/cacat. Perbedaan tempat
penyimpanan juga menandakan perbedaan harga, dimana sayur yang sudah cacat
ditempatkan dalam suatu wadah dan biasanya harganya mengalami penurunan
(diskon). Semakin bagus kualitas suatu produk maka semakin mahal harganya,
hal tersebut disebabkan karena untuk mendapatkan produk yang berkualitas baik
diperlukan perlakuan yang ekstra hati-hati dan hal tersebut tentu saja
memerlukan biaya tambahan yang dapat meningkatkan harga jual produk
tersebut.
3. Mengapa kita perlu memperhatikan karakteristik daging buah apel dan kentang
segar ?
Jawab:
Buah apel dan kentang segar perlu diperhatikan karakateristik daging buahnya
karena apel dan kentang merupakan bahan pangan dengan kandungan air tinggi,
jadi mudah sekali mengalami pembusukan jika tidak disimpan dalam keadaan
baik. Selain itu, daging buah apel dan kentang mudah mengalami pencoklatan
enzimatis jika terjadi kontak dengan udara bebas. Hal tersebut dikarenakan
adanya enzim phenolase yang bekerja pada buah tersebut yang menyebabkan
warna daging buah berubah menjadi coklat karena terbentuknya pigmen melanin
yang merupakan hasil reaksi antara senyawa fenolase pada buah dengan udara
luar. Warna kecoklatan tersebut dapat mengurangi penampakan dan kualitas dari
buah karena buah terlihat tidak segar lagi, sehingga penerimaan konsumen
terhadap produk tersebut menjadi berkurang.