28
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kasus-kasus penyakit paru di Indonesia umumnya berkisar antara TB, asma, kanker paru, dan pneumonia. Empat penyakit ini sangat lazim ditemui di rumah-rumah sakit di Indonesia, masyarakat awam pun relatif familiar dengan penyakit di atas. Namun sebenarnya ada salah satu penyakit paru yang kejadiannya tidak terlalu sering namun kerap terjadi karena terdapat penyakit paru lain yang mendasarinya, yakni penyakit infeksi paru akibat infeksi jamur yang disebut Aspergillosis 1 . Aspergillosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh moulds saphrophyte dari genus Aspergillus yang dapat ditemukan di tanah, air, dan tumbuhan yang mengalami pembusukan. Spesies Aspergillus yang sering menyebabkan infeksi pada manusia Aspergillus fumigatus, yang banyak menyebabkan banyak kasus bola jamur (Aspergilloma). 2 Aspergilloma merupakan fungus ball (bola jamur/ misetoma) yang kadang dapat dijumpai pada kavitas yang terdapat pada parenkim paru akibat penyakit paru sebelumnya. Penyakit yang paling sering mendasarinya adalah Tuberkulosis. Selain itu adalah infeksi dengan nekrosis, sarkoidosis, fibrosis kistik dan bula emfisema. Fungus ball ini dapat bergerak didalam kavitas

Lapkas Aspergilloma Isin

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ki

Citation preview

Page 1: Lapkas Aspergilloma Isin

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kasus-kasus penyakit paru di Indonesia umumnya berkisar antara TB,

asma, kanker paru, dan pneumonia. Empat penyakit ini sangat lazim ditemui di

rumah-rumah sakit di Indonesia, masyarakat awam pun relatif familiar dengan

penyakit di atas. Namun sebenarnya ada salah satu penyakit paru yang

kejadiannya tidak terlalu sering namun kerap terjadi karena terdapat penyakit paru

lain yang mendasarinya, yakni penyakit infeksi paru akibat infeksi jamur yang

disebut Aspergillosis1.

Aspergillosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh moulds

saphrophyte dari genus Aspergillus yang dapat ditemukan di tanah, air, dan

tumbuhan yang mengalami pembusukan. Spesies Aspergillus yang sering

menyebabkan infeksi pada manusia Aspergillus fumigatus, yang banyak

menyebabkan banyak kasus bola jamur (Aspergilloma).2

Aspergilloma merupakan fungus ball (bola jamur/ misetoma) yang kadang

dapat dijumpai pada kavitas yang terdapat pada parenkim paru akibat penyakit

paru sebelumnya. Penyakit yang paling sering mendasarinya adalah Tuberkulosis.

Selain itu adalah infeksi dengan nekrosis, sarkoidosis, fibrosis kistik dan bula

emfisema. Fungus ball ini dapat bergerak didalam kavitas tersebut namun tidak

menginvasi dinding kavitas. Adanya fungus ball dapat menyebabkan terjadinya

hemoptisis berulang1.

1.2. Batasan Masalah

Laporan kasus ini membahas seputar Aspergilloma paru pada manusia.

Page 2: Lapkas Aspergilloma Isin

2

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk memenuhi tugas Pendidikan Profesi Dokter di Departemen Ilmu

Penyakit Paru, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara – RS Haji Adam

Malik.

1.3.2. Tujuan Khusus

Untuk menambah pengetahuan mengenai Aspergilloma yang menyerang

paru manusia.

Page 3: Lapkas Aspergilloma Isin

3

BAB II

LAPORAN KASUS DAN DISKUSI

2.1. Laporan Kasus

IDENTITAS PRIBADI

Nama : Tn S

Umur : 51 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Nelayan

Alamat : Lingkungan I Suka Damai Kelurahan Pangkalan Batu,

Kecamatan Brandan Barat Kab. Langkat

Tanggal Masuk: 16 Juli 2012, pukul 02.30 WIB

ANAMNESIS

Keluhan utama : Batuk darah

Keluhan tambahan : Batuk, nyeri dada

Telaah :

Keluhan respiratorik :

- Batuk darah dialami os sejak 7 hari yang lalu memberat dalam 2 hari ini,

warna merah terang, volume ±50cc/kali batuk, frekuensi 4-5 kali/hari.

Riwayat batuk darah dijumpai Agustus 2005 selama 1 bulan dan Januari

s/d Juni 2012, batuk darah berupa bercak darah bercampur dahak dan

hilang timbul.

- Batuk dialami os sejak 6 bulan lalu, berdahak warna putih, volume 1/4

sdt/kali batuk, bau tidak dijumpai.

- Nyeri dada dirasakan os sejak 6 bulan lalu, pada dada kiri, nyeri seperti

tertusuk-tusuk, nyeri menjalar ke punggung, nyeri bertambah bila os batuk

darah.

- Sesak napas dialami os sejak 6 bulan yang lalu, sesak timbul bila os

beraktivitas berat, sesak tidak berhubungan dengan cuaca. Napas berbunyi

(mengi) tidak dijumpai.

Page 4: Lapkas Aspergilloma Isin

4

Keluhan sistemik :

- Demam tidak dijumpai.

- Keringat malam tidak dijumpai.

- Penurunan nafsu makan tidak dijumpai.

- Mual dijumpai.

- Penurunan berat badan tidak dijumpai.

- Nyeri sendi tidak dijumpai, sulit menelan tidak dijumpai, suara serak tidak

dijumpai.

- Riwayat minum OAT dijumpai Agustus 2005 dari dokter RS Tanjung Pura

berdasarkan klinis dan radiologis, tetapi os hanya minum OAT 1 bulan,

diberhentikan karena os merasa sudah sembuh. Januari 2012 s/d sekarang

os minum OAT dari dokter RS Tanjung Pura berdasarkan klinis dan

radiologis.

- Riwayat merokok dijumpai selama 5 tahun, 5-10 batang/ hari. (IB: 50)

jenis filter, hisapan dangkal, os berhenti merokok sejak berumah tangga.

- Riwayat pekerjaan nelayan ±30 tahun

- Riwayat keluarga menderita hipertensi(+), DM (-), tumor (-), asma (-).

- Sebelumnya os dirawat di RS. Tanjung pura selama 3 hari karena batuk

darahnya, kemudian dirujuk ke RS HAM untuk penanganan selanjutnya.

- RPT : TB paru

- RPO : OAT (FDC)

Status Present :

Sens : CM Anemia : (-)

TD : 170/100 mmHg Ikterik : (-)

Pols : 104 x/menit, reg, Dyspnoe : (-)

T/V cukup.

RR : 20 x/menit, reg Clubb finger : (+)

Temp : 36,7oC Oedem : (- )

Sianosis : (- )

Page 5: Lapkas Aspergilloma Isin

5

TB : 165 cm

BB : 60 kg

BMI : 22,04 kg/m2,

KU / KP / KG : sedang/sedang/normoweight.

Status Lokalisata

Kepala : deformitas (-)

Mata : Konjungtiva palpebra pucat (-/-) , ikterik (-/-), ptosis (-/-),

enophtalmus (-/-)

Leher : TVJ R+2cm H2O,pembesaran KGB(-).

Dada :

Jantung

Inspeksi : iktus kordis (-)

Palpasi : iktus kordis teraba pada 1 cm medial ICR V

linea midclavikula sinistra

Perkusi : batas jantung atas : ICR III Sinistra

batas jantung kanan : linea parasternal dekst ICR IV

batas jantung kiri : 1 cm medial L. midclavikula

sinistra ICR V

Auskultasi: suara jantung 1 dan 2 tunggal, murmur (-) , ekstra

sistolik (-), gallop (-)

T oraks Anterior

-Inspeksi: Simetris, venektasi (-), vena kolateral (-)

-Palpasi: Stem fremitus ki<ka, kesan melemah di lapangan atas paru kiri

-Perkusi: Sonor memendek pada lapangan atas paru kiri

-Auskultasi: Suara pernapasan: vesikular melemah pada lapangan

atas paru kiri

Suara tambahan : wheezing (-)

Ronki kering (+) kedua paru

Page 6: Lapkas Aspergilloma Isin

6

T oraks Posterior

-Inspeksi : simetris

-Palpasi : stem fremitus ki<ka, kesan melemah di lapangan atas paru kiri

-Perkusi : sonor memendek pada lapangan atas paru kiri

-Auskultasi: Suara pernapasan: vesikular melemah pada lapangan

atas paru kiri

Suara tambahan : wheezing (-)

ronki kering (+) pada kedua paru

Abdomen : soepel, peristaltik (+) N,

hepar/lien/renal: tidak teraba

Ekstremitas: Superior : akral hangat, edema (-/-),

nikotin stain (-/-), HPOA(-/-),

sianosis (-/-),

clubbing finger (+/+)

Inferior : akral hangat, edema (-/-),

HPOA (-/-), sianosis (-/-)

clubbing finger (+/+)

Hasil Pemeriksaan Laboratorium ( 16-07- 2012 ) di RS HAM:

WBC : 12,76x 103/mm³

RBC : 4,62x 106/mm³

HGB : 13,30 g%

PLT : 392 x 10³/mm³

Neutrofil : 81,80 %

Limfosit : 11,80 %

Monosit : 4,70 %

Eosinofil : 1,60%

Basofil : 0,100%

Page 7: Lapkas Aspergilloma Isin

7

Analisa Gas Darah: (tanpa oksigen)

- pH : 7,43

- pCO2 : 33,5 mmHg

- pO2 : 60,3 mmHg

- HCO3 : 21,9 mmol/L

- Tot CO2 : 22,9 mmol/L

- BE : -1,7 mmol/L

- Sat O2 : 90,4 %

Faal Hati

-SGOT: 13 U/L

-SGPT : 8 U/L

Faal Ginjal

-Ureum : 32,00 mg/dL

-Creatinin : 0,64 mg/dL

Metabolisme karbohidrat

-KGD sewaktu: 113,00 mg/dl

Elektrolit

-Natrium (Na): 126 mEq/L

-Kalium (K) : 4,5 mEq/L

-Klorida (Cl) : 107 mEq/L

Kesan AGDA: Darah vena

Page 8: Lapkas Aspergilloma Isin

8

FOTO TORAKS PA,TGL. 16 Juli 2012 di RS HAM

KV kurang

Skapula sedikit superposisi

Klavikula simetris

Trakea medial

Kosta intak

Konsolidasi homogen di lapangan atas paru kiri, batas tidak tegas

‘Crescent sign’ pada lapangan atas paru kiri

CTR 56%

Resume

Pasien laki-laki, 51 tahun datang ke RS HAM dengan keluhan batuk darah

dialami os sejak 7 hari yang lalu memberat dalam 2 hari ini, warna merah terang,

volume ±50cc/kali batuk, frekuensi 4-5 kali/hari. Riwayat batuk darah dijumpai

Agustus 2005 selama 1 bulan dan Januari s/d Juni 2012, batuk darah berupa

bercak darah bercampur dahak dan hilang timbul. Batuk dialami os sejak 6 bulan

lalu, berdahak warna putih, volume 1/4 sdt/kali batuk. Nyeri dada dirasakan os

sejak 6 bulan lalu, pada dada kiri, nyeri seperti tertusuk-tusuk, nyeri menjalar ke

punggung, nyeri bertambah bila os batuk darah. Sesak napas dialami os sejak 6

bulan yang lalu, sesak timbul bila os beraktivitas berat. Mual dijumpai. Riwayat

Page 9: Lapkas Aspergilloma Isin

9

minum OAT dijumpai Agustus 2005 dari dokter RS Tanjung Pura berdasarkan

klinis dan radiologis, tetapi os hanya minum OAT 1 bulan, diberhentikan karena

os merasa sudah sembuh. Januari 2012 s/d sekarang os minum OAT dari dokter

RS Tanjung Pura berdasarkan klinis dan radiologis.

Riwayat merokok dijumpai selama 5 tahun, 5-10 batang/ hari. (IB: 50) Riwayat

pekerjaan nelayan ±30 tahun. Riwayat keluarga menderita hipertensi(+).

Sebelumnya os dirawat di RS. Tanjung pura karena batuk darahnya, kemudian

dirujuk ke RS HAM untuk penanganan selanjutnya. RPT: TB paru. RPO: OAT

(FDC).

Pemeriksaan Fisik:

Leher : TVJ R+2cm H2O.

T oraks

-Inspeksi : simetris, venektase (-), vena kolateral (-)

-Palpasi : stem fremitus ki<ka, kesan melemah di lapangan atas paru kiri

-Perkusi : sonor memendek pada lapangan atas paru kiri

-Auskultasi : Suara pernapasan: vesikular melemah pada lapangan

atas paru kiri

Suara tambahan : wheezing (-)

Ronki kering (+) kedua paru

Ekstremitas superior dan inferior: CF (+/+)

Pemeriksaan Laboratorium:

Leukositosis, hiponatremia.

Pemeriksaan Radiologis:

Konsolidasi homogen di lapangan atas paru kiri, batas tidak tegas.

‘Crescent sign’ pada lapangan atas paru kiri

Page 10: Lapkas Aspergilloma Isin

10

DIAGNOSA BANDING :

1. Jamur paru dengan hemaptoe berat + TB Paru dalam pengobatan kategori

1 (fase lanjutan) + hipertensi stage II

2. Tumor paru dengan hemaptoe berat + TB Paru dalam pengobatan kategori

1 (fase lanjutan) + hipertensi stage II

3. TB Paru dalam pengobatan kategori 1 (fase lanjutan) dengan hemaptoe

berat + hipertensi stage II

4. Pneumonia dengan hemaptoe berat + TB Paru dalam pengobatan kategori

1 (fase lanjutan) + hipertensi stage II

5. Susp MDR TB + hipertensi stage II

DIAGNOSA SEMENTARA :

Jamur paru dengan hemaptoe berat + TB Paru dalam pengobatan kategori

I (fase lanjutan) + Hipertensi stage II

PENATALAKSANAAN

Nonmedikamentosa:

Menenangkan pasien dan edukasi cara batuk yang benar

Memosisikan pasien sesuai kondisi penyakitnya (bila

diperlukan, posisi trendelenburg)

Pemantauan hemaptoe

Diet rendah garam

Medikamentosa:

O2 1-2 l/i

IVFD NaCl 0,9% + 1 amp Adona Ac à20 gtt/i

Inj. Transamin 1amp/ 8 jam i.v

Inj Vit. K 1 amp/ hari i.m

Inj. Ranitidine 1 amp/12 jam

OAT (FDC fase lanjutan) 1x4 tab 3xseminggu

Codein 3x 20 mg

Paracetamol 3x500 mg

Page 11: Lapkas Aspergilloma Isin

11

Vit B Complex tab 3 x 1

Amlodipin 1x5mg

Hasil Konsul Kardiologi 16-7-2012

Diagnosa:

Hipertensi stage II + Hemaptoe berat ec TB Paru

Terapi:

Amlodipine 1x 5 mg

Lain-lain sesuai TS

RENCANA PEMERIKSAAN

• Foto toraks PA ulang, foto toraks lateral kiri

• USG toraks

• Analisa sputum : DS: BTA 3x, bakteri gram +/- , jamur.

• Kultur sputum : BTA/RT, Bakteri/ST, jamur

• Tumor marker (CEA, NSE, Cyfra 21-1, SCC), albumin, elektrolit ulang

• Sitologi sputum

• Bronkoskopi

• TTLB

• CT Scan toraks

2.2. Diskusi

2.2.1. Definisi

Aspergilloma, juga dikenal misetoma/bola jamur (fungus ball) adalah

koloni jamur yang terdapat dalam kavitas tubuh seperti paru-paru. Misetoma

biasanya terdiri dari Aspergillus fumigatus, dan merupakan bentuk non-invasif

aspergillosis paru1.

Aspergilloma paru dapat berkembang pada individu yang sebelumnya

telah memiliki penyakit paru dengan kavitas pada parenkim parunya yang

disebabkan berbagai kondisi seperti tuberkulosis, sarkoidosis, silikosis, atau

bronkiektasis1.

Page 12: Lapkas Aspergilloma Isin

12

Pada kasus diatas, pasien memiliki riwayat penyakit TB paru sejak tahun

2005 sampai sekarang. Hal ini menunjukkan adanya proses inflamasi yang kronis

pada parenkim paru akibat infeksi TB, sebagaimana terlihat pada hasil foto

toraksnya yang menunjukkan gambaran adanya kavitas.

2.2.2. Etiologi

Spesies Aspergillus merupakan moulds saphrophyte yang banyak dijumpai

di tanah, air, dan tumbuh-tumbuhan yang membusuk. Lebih dari 200 spesies

Aspergillus telah diidentifikasi, dan Aspergillus fumigatus merupakan penyebab

infeksi yang terbanyak pada manusia dimana >90% menyebabkan aspergillosis

invasif dan non-invasif. Aspergillus flavus menyebabkan aspergillosis invasif

sebanyak 10%, sedangkan Aspergillus niger dan Aspergillus terreus sebanyak

2%2.

Aspergilloma terjadi pada pasien dengan imunitas normal, namun secara

struktural paru-paru tidak normal, dengan rongga atau kavitas yang sudah ada

sebelumnya. Jamur akan berdiam dikavitas dan mampu tumbuh bebas dari

gangguan karena sistem imun tidak dapat menembus kedalam rongga. Ketika

jamur bermultiplikasi, mereka membentuk sebuah bola yang terdiri dari jaringan

yang mati dari paru-paru disekitarnya, mukus, dan debris lainnya1.

Masuknya spora jamur Aspergillus pada manusia umumnya melalui

inhalasi dengan masa inkubasi yang tidak diketahui. Aspergillus dapat menyerang

semua ras dan jenis kelamin dengan perbandingan yang sama, dan dapat

mengenai semua usia2.

2.2.3. Patogenesis Aspergilloma Paru

Aspergillus Sp. menghasilkan banyak konidia kecil (mikrospora berukuran

2-3 µm) yang mudah diaerosol. Setelah menghirup konidia tersebut, orang yang

atopik sering mengalami reaksi alergi berat terhadap antigen konidia. Sistem

imun alamiah akan berusaha menyingkirkan spora mulai dari lapisan mukosa dan

gerakan silia pada saluran pernafasan. Selanjutnya, jika spora sudah terlanjur

masuk, akan ada perlawanan dari makrofag melalui proses fagositosis disertai

Page 13: Lapkas Aspergilloma Isin

13

peran neutrofil. Pada paru, makrofag alveolar mampu menelan dan

menghancurkan konidia. Namun, beberapa spesies Aspergillus memproduksi

metabolit toksin yang menghambat proses fagositosis3.

Aspergilloma terjadi ketika konidia yang terhirup masuk ke dalam kavitas

yang sudah terbentuk, membesar, bergerminasi, dan menghasilkan banyak hifa

dalam ruang paru abnormal, dan dapat menginvasi pembuluh darah3,4.

Secara histologis, aspergilloma merupakan gambaran dari adanya fungus

ball (misetoma), yakni sebuah konglumerasi seperti massa dari hifa yang tumpang

tindih dengan fibrin, debris seluler, mukus, dan produk darah lainnya. Misetoma

ini dapat mengalami kalsifikasi menjadi gambaran amorf atau seperti cincin dari

foto toraks5.

Drainase inadekuat diduga memfasilitasi pertumbuhan Aspergillus di

dinding kavitas. Fungus ball dapat bergerak disekeliling kavitas, tetapi biasanya

tidak menginvasi sekitar parenkim paru atau pembuluh darah. Mayoritas kasus

lesi akan tetap stabil tetapi pada 10% kasus, aspergilloma ukurannya akan

berkurang atau sembuh menghilang secara spontan tanpa pengobatan.

Aspergilloma jarang membesar6.

Page 14: Lapkas Aspergilloma Isin

14

Aspergilloma, atau misetoma menandakan infeksi saprofitik yang terjadi

pada pasien dengan penyakit dasar struktural paru. Secara patologi, aspergilloma

terdiri dari kombinasi hifa jamur, debris seluler, dan mucus di sekeliling kavitas.

Dinding kavitas umumnya tersusun atas jaringan fibrosa sel-sel inflamasi, dan

pembuluh darah, dimana sistem perdarahan utama berasal dari sirkulasi bronkial.

Penyakit paru struktural yang menjadi penyebab utama aspergilloma pada pasien

adalah penyakit yang menyebabkan pembentukan kavitas, akibat riwayat

tuberkulosis. Penyakit paru struktural lainnya adalah sarkoidosis, bula, abses, dan

bronkiektasis. Penyakit-penyakit tersebut dapat mengganggu pembersihan normal

organisme, yang memungkinkan terjadinya infeksi7.

2.2.4. Patofisiologi Gejala Aspergilloma Paru

Kebanyakan pasien dengan aspergilloma bersifat asimptomatik. Ketika

gejala muncul, pasien dapat mengalami hemoptisis bahkan hemoptisis berat dan

mengancam jiwa, khususnya pada pasien yang memiliki riwayat tuberkulosis.

Perdarahan biasanya terjadi dari pembuluh darah bronkial, dan dapat terjadi

karena invasi ke pembuluh darah pada permukaan kavitas, pengeluaran

endotoksin dari jamur, atau iritasi mekanis dari pembuluh darah yang terpapar di

dalam kavitas akibat gerakan fungus ball. Pasien dapat mengeluhkan batuk, sesak

yang berhubungan dengan penyakit paru yang mendasari, dan demam, yang dapat

disebabkan oleh penyakit paru yang mendasari serta dapat juga disebabkan oleh

terjadinya superinfeksi bakteri di dalam kavitas6.

2.2.5. Diagnosis Aspergilloma

Diagnosis Aspergilloma paru biasanya didasarkan pada manifestasi klinis

dan gambaran radiografi disertai penemuan Aspergillus sp secara serologis

maupun mikrobiologis8.

a. Manifestasi Klinis

Kebanyakan pasien aspergilloma merupakan asimptomatik. Gejala

yang sering muncul adalah hemoptisis ringan, namun terkadang

hemoptisis berat atau yang mengancam jiwa juga dapat terjadi, terutama

Page 15: Lapkas Aspergilloma Isin

15

pada kasus-kasus yang didasari tuberculosis. Perdarahan tersebut dapat

berasal dari pembuluh darah bronchial, yang disebabkan oleh invasi lokal

pembuluh darah di batas-batas kavitas, pelepasan endotoksin dari fungus,

maupun iritasi mekanis dari vaskularisasi yang terbuka di dalam kavitas

oleh pergerakan fungus ball. Gejala lain yang juga dapat terjadi adalah

batuk dan sesak nafas akibat penyakit paru yang mendasari, dan demam

akibat superinfeksi bakteri8.

Pada kasus ini, pasien mengeluhkan batuk darah (hemaptoe) yang

berat dan berulang, dan diduga kuat oleh karena adanya misetoma pada

kavitas yang terbentuk akibat superinfeksi bakteri, yang diinisiasi oleh

infeksi TB yang telah diderita sebelumnya.

b. Pemeriksaan Penunjang

Foto toraks sangat bermanfaat untuk menunjukkan adanya massa

pada kavitas yang telah ada sebelumnya. Gambaran aspergilloma terlihat

berupa massa intra-kavitas yang dikelilingi udara yang membentuk

gambaran sabit (crescent air), mobile dan paling sering terlihat di lobus

atas paru. Perubahan posisi fungus ball setelah perubahan posisi pasien

dari supine menjadi prone merupakan tanda lain dari aspergilloma. CT-

scan dada dapat dilakukan untuk memvisualisasikan aspergilloma yang

tidak terlihat dengan foto thorax. Gambaran radiologi ini juga bisa

ditemukan pada kasus neoplasma, abses, kista hidatid, dan granulomatosis

dengan poliangitis8. Pada kasus ini, pada gambaran foto terlihat gambaran

berupa massa intra-kavitas yang dikelilingi udara yang membentuk

gambaran sabit (crescent air) di lapangan atas paru kiri.

Sputum mudah dikontaminasi oleh saprophytic fungi, sehingga

hasil positif berulang akan adanya hifa fungal pada hapusan sputum dapat

diterima sebagai tanda yang cukup bermakna untuk diagnosis

aspergilloma9. Kultur sputum untuk Aspergillus sp ditemukan positif pada

50% kasus. Serum IgG antibodi terhadap Aspergillus ditemukan positif

pada mayoritas kasus, tetapi bisa menjadi negatif pada pasien yang

Page 16: Lapkas Aspergilloma Isin

16

mendapat terapi kortikosteroid. Antigen Aspergillus telah ditemukan pada

cairan BAL pasien aspergilloma, namun nilai diagnostik dari test ini masih

bervariasi8.

Pada kasus ini, sebaiknya segera dilakukan kultur sputum untuk

memastikan ada tidaknya Aspergillus sp, sehingga diagnosis cepat

ditegakkan.

(Sumber: Korean Journal of Internal Medicine 19:38-42, 2004)

(Sumber: Korean Journal of Internal Medicine 19:38-42, 2004)

Page 17: Lapkas Aspergilloma Isin

17

2.2.6. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan untuk seorang pasien yang aspergilloma adalah dengan

pemberian anti jamur yang sistemik maupun yang lokal, reseksi pembedahan, dan

penatalaksanaan yang konservatif. Penatalaksanaan yang sering dilakukan hnaya

untuk paliatif10.

Penatalaksanaan defenitif untuk aspergilloma adalah reseksi pembedahan ,

Namun, hal ini sangat kontraindikasi karena berhubungan dengan disfungsi paru

yang berat. Komplikasi dari pembedahan ini adalah pendarahan, fistula

bronkopleura, infeksi dan empyema10.

Bronchial Arterial Embolization (BAE) telah digunakan dalam

penatalaksanaan hemoptisis pada aspergilloma. Namun, BAE biasanya efektifnya

hanya sementara dan terjadi kembali hemoptisis mungkin karena keterlibatan

pembuluh darah kolateral di sekitarnya. BAE kelihatannya lebih cocok hanya

sebagai prosedur “jembatan” pada pasien dengan hemoptisis massif sampai

reseksi bedah aspergiloma dapat dilakukan. Juga, terapi radiasi telah menunjukkan

keefektifan untuk aspergilloma, bahkan pada pasien dengan hemoptisis masif.

Modalitas ini telah direkomendasikan untuk kasus-kasus kekambuhan hemoptisis

yang mengancam kehidupan setelah BAE.10

Ada dua indikasi utama untuk Bronchial arterial embolization (BAE), yaitu:

1. Sebagai terapi paliatif untuk pasien yang akut, hemoptisis yang masif yang

tidak ada indikasi pembedahan.

2. Sebagai penatalaksanaan preoperatif untuk memberhentikan pendarahan10.

Itraconazole merupakan antijamur yang teradministrasi secara oral dengan

aktivitas melawan A.fumigatus dan penetrasi jaringan yang tinggi ke dalam paru.

Pemakaian itraconazole untuk aspergilloma telah dilaporkan dalam beberapa

studi. Data dari stud-studi ini menunjukkan pemakaian itraconazole dalam

rentang dosis antara 200 sampai 400 mg/hari selama 6 sampai 18 bulan

menghasilkan perbaikan radiografis dan simptomatis pada hampir dua pertiga

pasien dan mempunyai tempat untuk pengobatan aspergilloma. Level serum

Page 18: Lapkas Aspergilloma Isin

18

itraconazole tidak diukur di berbgai studi, tetapi hasil studi dari pengobatan

aspergilloma paru dengan itraconazole ( 100 – 200 mg/dl) menunjukkan hasil

yang baik level itraconazole dengan kavitas – kavitas aspergilloma. Itraconazole

bekerja lambat , penggunaannya tidak terlalu berperan dalam hempotisis yang

mengacam jiwa. Kemudian, kejadian kembali aspergilloma sering terjadi karena

putus penggunaan obatnya. Penambahan kejadian resistensi sekunder pada

itraconazole dapat terjadi dengan penggunaan yang lama10.

Penatalaksanaan pada psaien ini masih belum spesifik (menggunakan

antijamur) oleh karena penjajakan belum selesai seluruhnya.

Page 19: Lapkas Aspergilloma Isin

19

DAFTAR PUSTAKA

1.  Aspergilosis Paru: Saat Jamur Melakukan Invasi ke Paru: Diakses dari:

http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=480

2.  Aspergilosis. Diakses dari:

http:// repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3432/1/08E00886.pdf

3. Harman, Eloise M. 2012. Aspergillosis. Available from:

http://emedicine.medscape.com/article/296052-overview (accessed July 25,

2012)

4. Mitchell, Thomas G. 2008. Mikologi. Dalam: Brooks, Geo F., Butel, Janet S.,

Morse, Stephen A. Mikrobiologi Kedokteran Jawetz, MElnick, dan Adelberg.

Ed.23. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC: 662

5. Grimm, Lars. 2012. Aspergillosis, Thoracic. Available from:

http://emedicine.medscape.com/article/353200-overview (accessed July 25,

2012)

6. Zmeili, O.S. and Soubani, A.O. 2007. Pulmonary Aspergillosis: A Clinical

Update. Q J Med 2007; 100:317–334

7. Gotway, Michael B, et al. 2002. Pictorial Essay: The Radiologic Spectrum of

Pulmonary Aspergillus Infections. Journal of Computer Assisted Tomography.

26(2):159–173

8. Kousha,M., Tadi,R., & Soubani, A.O. 2011. Pulmonary Aspergillosis: a

clinical review. European Respiratory Review 2011: Vol.20: 121, 156-174

9. Lee, S.H., etc. 2004. Clinical Manifestations and Treatment Outcomes of

Pulmonary Aspergilloma. Korean Journal of Internal Medicine . 2004. 19:

38-42

10. Fisherman,A.P., etc. Fisherman’s Pulmonary Disease and Disorders, ed.4th.

New York: McGraw-Hill. 2008. 20-30