Upload
sulfikar09
View
23
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GYNEKOLOGI UNIBA / RSUD EF
Laporan Kasus : Agustus 2013
Oleh : Teti Andrianti
Pembimbing : dr. Gunawan, Sp.OG
Hari/ Tanggal : Agustus 2013
LAPORAN KASUS
Plasenta Previa
IDENTITAS
Nama Pasien : Ny. M
Umur : 33 Tahun
Alamat : Sagulung Sentosa
Suku : Padang
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan Terakhir : SMA
Nama Suami : Tn. Y
Pekerjaan : Wiraswasta
Masuk Rumah Sakit : 25 Agustus 2013 Pukul : 20.00 wib
2
ANAMNESA (Autoanamnesa) 25 Agustus 2013 Pukul 20.30 wib
Keluhan Utama : Keluar darah pervaginam sejak pukul 19.00 WIB
Riwayat Penyakit Sekarang:
Seorang wanita 33 tahun G3P2A0 datang ke RSUD Embung Fatimah dengan keluhan
keluar darah pervaginam sejak pukul 19.00 WIB, awalnya darah yang keluar hanya sedikit,
kemudian Os datang ke bidan dan dilakukan pemeriksaan dalam. Saat dilakukan pemeriksaan
dalam darah yang keluar semakin banyak, sehingga Os datang ke RSUD. Selain itu Os juga
merasakan adanya mulas sedang dengan frekuensi yang jarang, namun Os menyangkal keluar
lendir ataupun cairan dari kemaluannya.
Os mengatakan hari pertama haid terakhir pada tanggal 20 Desember 2012. Os
mengatakan biasanya menstruasi berlangsung 4 sampai 5 hari, teratur dan tidak pernah ada
gangguan saat menstruasi. Os memiliki riwayat ANC oleh bidan, namun tidak pernah
melakukan pemeriksaan USG.
Riwayat Penyakit Terdahulu :
Pasien tidak menderita penyakit darah tinggi, penyakit jantung, penyakit ginjal, asma
dan kecing manis.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Didalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit darah tinggi, diabetes melitus,
asma dan cacat bawaan.
Riwayat Alergi :
Pasien mengatakan tidak ada alergi obat dan makanan.
Riwayat Haid
Menarche : 14 tahun
Lama Haid : 4 sampai 5 hari tidak disertai nyeri perut
Siklus Haid : 28 hari
3
HPHT : 20 Desember 2012
Taksiran Persalinan : 27 September 2013
Usia Kehamilan : 35 Minggu 4 Hari
Riwayat Perkawinan
Pasien menikah tahun 2005 saat usianya 25 tahun. Os sudah menikah dengan suaminya
sudah 8 tahun.
Riwayat Obstetrik
No Jenis
Kelamin
Berat
Badan
Lahir
Umur Cara
melahirkan
Tempat Keadaan
Anak
1 Laki-laki 2700 gram 7 tahun Normal Bidan Sehat
2 Laki-laki 2600 gram Meninggal
pada usia 1
hari 1
malam.
Normal Bidan -
3 Hamil ini
Riwayat Kontrasepsi :
Pasien mengatakan sebelum hamil menggunakan pil KB.
Riwayat Operasi :
Pasien mengatakan belum pernah mengalami operasi.
4
PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Present
Keadaan Umum: Baik
Vital Sign :
- Kesadaran : Compos Mentis
- Tekanan Darah: 140/100 mmHg
- Nadi : 90 x/menit
- Suhu : 36,2˚ C
- Respirasi : 24 x/menit
Berat Badan : 60 kg
Tinggi Badan : 155 cm
Gizi : Cukup
B. Status Generalis
Kepala : Normocephali
- Mata : pupil isokor D/S, konjungtiva tidak anemis D/S, Sklera
tidak ikterik D/S
- Hidung : Tidak ada septum deviasi, tidak ada polip, sekret (-),
mukosa tidak hiperemis.
- Muka : Chloasma Gravidarum (+)
- Mulut : Tidak ada karies, bibir tidak pucat.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfonodi dan kelenjar tiroid, JVP :
5 ± 2 cmH2O
Thorax : Simetris D/S, tidak ada retraksi intercostalis, areola mammae
hiperpigmentasi (+)
- Paru :
O Inspeksi : tidak ada napas tertinggal, pergerakan
pernapasan reguler.
O Palpasi : Fokal fremitus D/S normal
O Perkusi : Sonor di semua lapangan paru
O Auskultasi : Vesikuler D/S sama, rhonki (-/-) Wheezing
(-/-)
5
- Jantung
O Inspeksi : tidak terlihat thrill
O Palpasi : tidak teraba ictus cordis
O Perkusi :
Batas jantung kanan ( Sonor ke redup), Linea
parasternalis dextra ICS IV
Batas jantung kiri ( Sonor ke redup), Linea
Midclavicula sinistra ICS V
Batas jantung atas ( sonor ke redup), Linea
sternalis Sinistra ICS II
Pinggang jantung (Sonor ke redup), Linea
parasternalis sinistra ICS III
O Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni regular, gallop (-),
murmur (-)
- Abdomen :Cembung, striae gravidarum (-)
- Ekstremitas :Tidak ada edema dan varises pada kedua kaki
C. Status Obstetri
Pemeriksaan Luar :
- Inspeksi :Cembung, Striae gravidarum (-)
- Palpasi :
o Leopold I
Tinggi fundus uteri : 26 cm, TBJ : di bagian fundus
teraba bagian bulat, keras berkesan kepala janin.
o Leopold II
Teraba bagian panjang, datar dan keras disebelah kiri ibu
berkesan punggung. Teraba bagian-bagian kecil
disebelah kanan perut ibu berkesan extremitas.
DJJ : 136 x/ menit
o Leopold III
Teraba bagian lunak, berkesan bokong janin pada bagian
terbawah perut ibu yang belum engaged.
6
o Leopold IV
Bokong belum masuk PAP (floating).
Pemeriksaan Dalam (Vaginal Thoucer) :
Pemeriksaan dalam tidak dilakukan karena akan memperparah
perdarahan.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboraturium
Hematologi ( 25 Agustus 2013)
- Hb : 10.0 g/dl
- Leukosit : 8100/ul
- Ht : 32%
- Trombosit : 209.000/mm3
- Eritrosit : 3.6 Juta/ mm3
- BT : 3,15 menit
- CT : 8,20 menit
- Gol darah : O +
- GDS : 89 mg/dl
- HbsAg : Negatif
- Anti HIV : Non Reaktif
Usulan Pemeriksaan
- USG
Diagnosis Kerja
- Ibu G3P2A0 Gravid 35 – 36 minggu + HAP ai Plasenta Previa
Penatalaksaan
7
- IVFD RL 20 tetes/ menit
- Pasang kateter
- Ceftriaxon 1 gr
- Dexametason 2 ampul
- Sectio caesaria cyto
Prognosis
- Quo ad vitam : dubia ad bonam
- Quo ad fungtionam : dubia ad bonam
- Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Laporan Operasi
Tanggal pembedahan : 26 Agustus 2013
Pembedahan dimulai : 00.21 WIB
Pembedahan selesai : 01.00 WIB
Jenis Anastesi : Spinal
Diagnosis pra bedah : G3P2A0 Gravid 35 – 36 minggu + HAP Suspect
Plasenta Previa.
Diagnosis pasca bedah : P3A0H3 Post Sectio Caesaria Tranperitoneal Profunda
atas indikasi Plasenta Previa
Jenis Pembedahan : Sectio Caesaria Transperitoneal Profunda
Laporan Operasi :
1. Pasien dibaringkan dalam keadaan telah diberikan spinal anastesi
2. Desinfektan lapangan operasi dan genitalia eksterna, tutup daerah sekitarnya
dengan duk steril, kecuali daerah operasi.
3. Insisi dinding abdomen pada linea mediana antara simfisis dan pusat sepanjang 10
cm.
4. Otot recto abdominalis disingkirkan secara tajam/tumpul.
8
5. Peritoneum diperlebar dengan tajam/tumpul.
6. Tampak uterus gravidarum
7. Insisi SBR, diperdalam sampai kavum uteri.
8. Bayi lahir pukul 00.29 WIB , BBL : 2400 gram, PB: 41 cm, Lingkar Kepala : 34
cm, Lingkar dada : 32 cm, anus (+), JK: laki-laki, A/S : 3/6.
9. Injeksi methergin 0,2 mg.
10. Tali pusat dipotong, plasenta lahir manual, kotiledon lengkap, infark (-), hematom
(-).
11. Jahit uterus dengan jelujur terkait.
12. Eksplorasi perdarahan tidak ada, bersihkan lapangan operasi.
13. Jahir dinding abdomen lapis demi lapis
14. Operasi selesai.
Terapi post operasi :
- Awasi KU sampai stabil, makan minum bila peristaltik (+)
- Injeksi ceftriaxone 2x1000 mg
- Injeksi tramadol 3x1
- Injeksi gentamicin 3x1
Follow Up Pasien Di Bangsal
Tanggal Ja
m
S O A P
26/08/13 0600
1800
- keluhan tidak
ada, flatus (-),
BAB (-), BAK (+)
vital sign :
TD : 120/80 mmHg
N : 84 x/menit
R : 28 x/menit
T : 37 0 C
Pemeriksaan fisik:
Kepala :
konjungtiva anemis (-/-),
P3A0H3 post
sectio
caesaria
tranperitoneal
profunda atas
indikasi
plasenta
previa
Terapi
lanjut
9
Keluhan : Nyeri
bekas operasi (+),
flatus (-),
BAB (-), BAK (+)
konjungtiva ikterik (-/-),
Leher : DBN
Thorax : c/p DBN
Abdomen :
I : tampak cembung
Pal : TFU setinggi pusat
A : peristaltik (+)
Genital : perdarahan p/v
aktif
Extrmitas : oedem (-/-)
vital sign :
TD : 115/750 mmHg
N : 80 x/menit
R : 26 x/menit
T : 36,8 0 C
Pemeriksaan fisik:
Kepala:
konjungtiva anemis (-/-),
konjungtiva ikterik (-/-),
Leher : DBN
Thorax : c/p DBN
Abdomen :
I : tampak cembung
Pal : TFU setinggi pusat
A : peristaltik (+)
Genital : perdarahan p/v
aktif
Extrmitas : oedem (-/-)
P3A0H3 post
sectio
caesaria
tranperitoneal
profunda atas
indikasi
plasenta
previa
Terapi
lanjut
10
27/08/13 0600 Keluhan : Nyeri
bekas operasi (+),
flatus (+),
BAB (-), BAK (+)
Vital sign :
TD : 120/80 mmHg
N : 88 x/menit
R : 24 x/menit
T : 35,6 ˚ C
Pemeriksaan fisik :
Kepala :
konjungtiva anemis (-/-),
konjungtiva ikterik (-/-),
Leher : DBN
Thorax : c/p DBN
Abdomen :
I : tampak cembung
Pal : TFU setinggi pusat
A : peristaltik (+)
Genital : perdarahan p/v
sedikit
Extremitas : Oedem (-/-)
P3A0H3 post
sectio
caesaria
tranperitoneal
profunda atas
indikasi
plasenta
previa
Terapi
lanjut
11
PERMASALAHAN
1. Apakah penegakan diagnosis pada pasien ini sudah benar?
2. Apakah penatalaksanaan pada pasien ini sudah sesuai dengan standar pelayanan?
3. Komplikasi apa yang terjadi bila dilakukan persalinan pervaginam pada pasien ini?
PEMBAHASAN KASUS
1. Apakah penegakan diagnosis pada pasien ini sudah benar?
Pada kasus ini penegakan diagnosis plasenta previa sudah benar. Pada pasien ini
ditemukan beberapa kriteria yang mengarah ke diagnosis plasenta previa.
a. Dari anamnesa terdapat perdarahan pervaginam yang tidak nyeri. Perdarahan
pertama timbulnya tidak banyak, namun bertambah banyak setelah dilakukan
pemeriksaan dalam oleh bidan.
b. Pada pemeriksaan fisik ditemui kelainan letak janin, yaitu letak sungsang dan
masih mengambang di atas pintu panggul. Hal ini sesuai dengan teori bahwa pada
plsenta previa dapat ditemui kelainan letak janin dapat berupa letak sungsang,
letak lintang atau bagian terendah miring. Dan janin masih mengambang di atas
pintu panggul atas akibat tertutupnya bagian bawah uterus oleh plasenta.
c. Dari hasil operasi secsio sesarea ditemui letak plasenta menutupi orifisium uteri
internum (OUI) secara total sehingga penegakan diagnosis plasenta previa sudah
benar.
2. Apakah penatalaksanaan pada pasien ini sudah sesuai dengan standar pelayanan?
Pada pasien ini terdapat plasenta previa totalis, dimana plasenta menutupi
seluruh orifisium uteri internum, selain itu terdapat perdarahan aktif dan kelainan
letak janin. Sehingga penatalaksanaan pada kasus ini yaitu secsio sesarea sesuai
dengan teori Manuaba (2007).
Menurut Manuaba (2007), pada plasenta previa totalis, penanganannya adalah
secsio sesarea. Selain itu terdapat indikasi sesarea, jika terjadi :
12
- Perdarahan banyak
- Gawat janin
- Primi gravid
- Kelainan letak
- Anemia transfusi.
3. Komplikasi apa yang terjadi bila dilakukan persalinan pervaginam pada pasien ini?
Pada pasien dengan plasenta previa totalis jika tetap dilaksaksanan persalinan
pervaginam maka akan terdapat komplikasi:
Pada ibu : - Perdarahan aktif yang banyak akibat plasenta previa
- Robekan jalan lahir akibat kelainan letak janin
- Infeksi
Pada bayi : - asfiksia pada bayi karena persalinan yang lama
- dislokasi persendian akibat letak sungsang
- infeksi
13
LANDASAN TEORI
PLASENTA PREVIA
Definisi
Plasenta previa ialah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah
uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.1
Insiden
Pada beberapa Rumah Sakit Umum Pemerintah dilaporkan insidennya berkisar 1,7 %
sampai dengan 2,9 %. Di negara maju insidennya lebih rendah yaitu kurang dari 1 %
mungkin disebkan berkurangnya perempuan hamil paritas tinggi. Secara umum plasenta
previa terjadi sekitar 1 dalam 200 kehamilan. 4 sampai 5 % terjadi pada kehamilan awal
(kira-kira 24 minggu) dan menurun pada peningkatan usia kehamilan.2,3
Klasifikasi
1. Plasenta previa totalis apabila ostium uteri internum (OUI) seluruhnya tertutup oleh
plasenta.
2. Plasenta previa parsialis apabila hanya sebagian OUI tertutup plasenta
3. Plasenta previa marginal apabila hanya tepi plasenta yang menutupi OUI
4. Plasenta letak rendah apabila plasenta berimplantasi di segmen bawah rahim tetapi tidak
ada bagian yang menutupi OUI.4
14
Etiologi
Penyebab plasenta previa belum diketahui pasti. Frekuensi plasenta previa meningkat
pada multipara, primi gravid tua, bekas secsio sesarea, bekas aborsi, kelainan janin dan
leiumioma uteri.1
Gambaran Klinik
Ciri yang menonjol dari plasenta previa adalah perdarahan uterus keluar melalui
vagina tanpa rasa nyeri. Perdarahan biasanya baru terjadi pada akhir trimester kedua ke atas.
Perdarahan pertama berlangsung tidak banyak dan berhenti sendiri. Perdarahan kembali
terjadi tanpa sesuatu sebab yang jelas setelah beberapa waktu kemudian. Pada setiap
pengulangan terjadi perdarahan yang lebih banyak bahkan seperti mengalir. Pada plasenta
letak rendah perdarahan baru terjadi pada waktu mulai persalinan, perdarahan bisa sedikit
sampai banyak mirip solusio plasenta. Perdarahan diperhebat berhubung segmen bawah
rahim tidak mampu berkontraksi sekuat segmen atas rahim. Dengan demikian, perdarahan
bisa berlangsung sampai pasca persalinan. Perdarahan bisa juga bertambah disebabkan
serviks dan segmen bawah rahim pada plasenta previa lebih rapuh dan mudah mengalami
robekan. Robekan lebih mudah terjadi pada upaya pengeluaran plasenta dengan tangan
misalnya pada retensio plasenta sebagai komplikasi akreta.2
Berhubung plasenta terletak pada bagian bawah, maka pada palpasi abdomen sering
ditemui bagian terbawah janin masih tinggi di atas simfisis dengan letak janin tidak dalam
letak memanjang. Palpasi abdomen tidak membuat ibu hamil merasa nyeri dan perut tidak
tegang.2
Diagnosis plasenta previa
Gejala klinik plasenta previa dijabarkan sebagai berikut:
1. Perdarahan.
a. Perdarahan terjadi akibat terbentuknya segmen bawah rahim yang menimbulkan
pergeseran dan lepasnya plasenta dari implantasi.
b. Begian plasenta di depan ostium uteri memungkinkan terjadinya perdarahan.
c. Perdarahan dapat berulang, tergantung dari luas plasenta yang lepas dan lingkar
lumen ostium uteri.
15
d. Perdarahan tidak dirasakan sakit.
e. Perdarahan yang terjadi akibat plasenta previa totalis lebih banyak daripada akibat
plasenta previa lainnya.
2. Tertutupnya segmen bawah rahim oleh plasenta.
a. Tertutupnya bagian bawah uterus oleh plasenta sehingga menghalangi masuknya
bagian terendah janin sehingga masih mengambang di atas pintu atas panggul.
b. Dapat menumbulkan kelainan letak janin:
- Letak sungsang
- Letak lintang
- Kepala belum masuk PAP atau miring.
Diagnosis plasenta previa dapat berdasarkan:
1. Anamnesa perdarahan.
a. Perdarahan yang terjadi tanpa rasa sakit
b. Dapat sedikit demi sedikit atau dalam jumlah banyak
c. Dapat berulang-ulang, sebelum persalinan berlangsung
2. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan umum
Berupa pemeriksaan tanda vital : tekana darah, nadi, temperatur dan pernapasan.
b. Pemeriksaan obstetrik
Palpasi abdomen
- Bagian terendah janin belum masuk PAP, mengambang karena sekitar
osteum uteri tertutup oleh jaringan plasenta.
- Terdapat kelainan letak janin intrauteri: letak sungsang, letak lintang,
bagian terendah miring.
- Dinding abdomen tidak tegang atau kaku sehingga mudah melakukan
pemeriksaan janin intrauteri dengan palpasi.5
Pemeriksaan inspekulo
Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari ostium
uteri eksternum atau dari kelainan serviks dan vagina. Seperti erosio porsionis
uteri,karsinoma porsionis uteri dan trauma.1
16
c. Pemeriksaan auskultasi
Pemeriksaan auskultasi dapat dilakukan sengan fundoskopi Laenek maupun
Doppler utuk mendengarkan detak jantung janin. Merekam detak jantung janin
dengan menggunakan CTG (kardiotokografi).
Hasil pemantauan detak jantung janin, tergantung dari jumlah dan cepatnya
kehilangan darah maternal sehingga dapat mempengaruhi sirkulasi retroplasenter
yang selanjutnya akan langsung mempengaruhi nutrisi dan pertukaran O2/CO2
intraplasenta.
Dengan demikian, pada janin di dalam uterus dapat terjadi:
- Tidak terjadi perubahan apa pun karena terjadi perdarahan kelas I sehingga
masih dapat dikompensasi oleh ibu.
- Terjadi asfiksia ringan sampai berat, yang dapat direkam oleh CTG
intermiten atau terus-menerus.
- Keadaan anemia begitu berat sehingga janin intrauteri tidak mungkin
ditolong lagi.5
d. Pemeriksaan dalam
Sejak penggunaan ultrasonografi secara luas dalam bidang obstetrik,
kehamilan dengan perdarahan tidak terlalu banyak dilakukan pemeriksaan dalam.
Menghindari pemeriksaan dalam bertujuan untuk mengurangi kemungkinan
bertambahnya perdarahan.5
Dahulu untuk kepastian diagnosis pada kasus dengan perdarahan banyak,
pasien dipersiapkan di dalam kamar bedah demikian rupa segala sesuatunya
termasuk staf dan perlengkapan anestesi semua siap utnuk tindakan bedah sesar.
Dengan pasien dalam posisi litotomi di atas meja operasi dilakukan periksa dalam
(vaginal toucher) dalam lingkungan disinfeksi tingkat tinggi (DTT).
Perabaan fornises. Pemeriksaan ini hanya bermakna apabila janin dalam
presentasi kepala. Sambil mendorong sedikit kepala janin ke arah pintu atas
panggul, secara hati-hati dengan dua jari telunjuk dan jari tengah meraba forniks
posterior untuk mendapat kesan ada atau tidak ada bantalan antara jari dengan
bagian terbawah janin. Perabaannya terasa lunak apabila antara jari dan kepala
17
janin terdapat plasenta, dan akan terasa padat (keras) apabila antara jari dan kepala
janin tidak terdapat plasenta.
Pemeriksaan melalui kanalis servikalis. Apabila kanalis servikalis telah
terbuka, perlahan jari telunjuk dimasukkan kedalam kanalis servikalis , dengan
tujuan kalau-kalau teraba kotiledon plasenta. Apabila kotiledon plesenta teraba,
segera jari telunjuk dikeluarkan dari kanalis servikalis. Jangan menyelusuri
pinggir plasenta seterusnya karena mungkin plasenta akan terlepas dari
insersionya yang dapat menimbulkan perdarahan banyak. Jika plasenta lateralis
atau marginalis dilanjutkan dengan amniotomi dan diberi oksitosin drip untuk
mempercepat persalinan jika tidak terjadi perdarahan banyak untuk kemudian
pasien dikembalikan ke ruang bersalin. Jika terjadi perdarahan banyak atau
ternyata plasenta previa totalis, langsung dilanjutkan dengan seksio sesarea.
Persiapan yang demikian dilakukan bila ada indikasi penyelesaian persalinan.
Persiapan yang demikian disebut dengan double set-up examination. Tindakan
periksa dalam tidak boleh/kontra-indikasi dilakukan diluar persiapan double set-
up examination. Periksa dalam sekalipun yang dilakukan dengan sangat lembut
dan hati-hati tidak menjamin tidak akan menyebabkan perdarahan yang banyak.
Jika terjadi perdarahan yang banyak di luar persiapan akan berdampak pada
prognosis yang lebih buruk bahkan bisa fatal.2
Dewasa ini double set-up examination pada banyak rumah sakit sudah jarang
dilakukan berhubung telah tersedia alat ultrasonografi. Transabdominal
ultrasonografi dalam keadaan kandung kemih yang dikosongkan akan member
kepastian diagnosis plasenta previa dengan ketepatan tinggi sampai 96 % - 98 %.
Walaupun lebih superior jarang diperlukan transvaginal ultrasonografi untuk
mendeteksi keadaan ostium uteri internum. Di tangan yang tidak ahli pemakaian
transvaginal ultrasonografi bisa memprovokasi perdarahan lebih banyak. di tangan
yang ahli dengan transvaginal ultrasonografi dapat dicapai 98 % positive
predictive value dan 100 % negative predictive value pada upaya diagnosis
plasenta previa. Magnetic Resonance Imaging (MRI) juga dapat dipergunakan
untuk mendeteksi kelainan pada plasenta previa. MRI kalah praktis jika
dibandingkan dengan USG, terlebih dalam suasana yang mendesak.2
19
Penatalaksanaan
Sesuai dengan hasil pemeriksaan, dapat ditetapkan rancangan tatalaksana terapi
plasenta previa sebagai berikut5:
1. Segera perbaiki keadaan umum parturien.
2. Terminasi kehamilan dapat ditunda
3. Segera lakukan terminasi kehamilan
Penanganannya dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Segera perbaiki keadaan umum parturien.
Perbaikan keadaan umum parturien tergantung dari kelas perdarahan, antra lain:
- Segera pasang infus no. 18 untuk memberikan cairan pengganti sementara.
- Segera siapkan transfusi darah agar Hb dapat mencapai sekitar 10g% atau
komponen darah yang diperlukan terpenuhi.
- Memasang kateter urin untuk mengetahui produksi urin.
- Evaluasi janin intrauteri apakah masih hidup, dalam keadaan gawat janin atau
sudah meninggal.
- Dalam keadaan tertentu, dapat dipasang kateter pada vena, untuk mengetahui
tekanan vena sentralis (CVP) sehingga cairan dapat dimonitor.
b. Tunda terminasi kehamilan
Sejak 1945, Jonshon dan Macafee menganjurkan tindakan konservatif, khususnya
pada kehamilan prematur, yaitu dengan:
- Tirah baring absolute sampai perdarahan berhenti
- Pemberian tokolitik, sehingga pembentukan RBS dapat dikurangi dan
dihambat, dengan demikian perdarahan dapat dihentikan.
- Pemberian profilaksis antibiotika
- Pemberian obat-obatan suportif: cairan infus pengganti, pemberian
tokolitik perinfuse-drip, obat-obatan untuk menghentikan perdarahan, jika
perlu transfusi darah.
Agar angka kematian maternal dan perinatal dapat diturunkan. Tindakan
konservatif dengan menunda terminasi kehamilan, jika mungkin sampai janin
mencapai berat yang viable.
20
Indikasi perubahan sikap konservatif menjadi aktif:
- Terjadi perdarahan aktif, sehingga terminasi kehamilan merupakan satu-
satunya jalan untuk menyelamatkan jiwa ibu.
- Terjadi gawat janin intrauteri, sehingga terminasi kehamilan dapat
menyelamatkan jiwa janin dan ibu.
Terminasi kehamilan pada kegagalan konservatif dapat dibenarkan tanpa
memandang berat janinnya.
c. Segera lakukan terminasi kehamilan
Terminasi kehamilan yang dianjurkan pada plasenta previa adalah dengan cara:
- Pemecahan ketuban
- Memecahkan ketuban diikuti drip oksitosin
- Seksio sesarea.
Skema Penatalaksanaan Plasenta Previa5
21
Komplikasi
1. Oleh karena pembentukan segmen rahim terjadi secara ritmik, maka pelepasan
plasenta dari tempat melekatnya di uterus dapat berulang dan semakin banyak dan
perdarahan yang terjadi itu tidak dapat dicegah sehingga penderita menjadi anemia
bahkan syok.
2. Oleh karena plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan sifat segmen
ini yang tipis mudahlah jaringan trofoblas dengan kemampuan invasinya menerobos
ke dalam miometrium bahkan sampai ke perimetrium dan menjadi sebab dari kejadian
plasenta inkreta dan bahkan plasenta perkreta. Komplikasi ini lebih sering terjadi pada
uterus yang pernah seksio sesarea.
3. Kelainan letak anak pada plasenta previa lebih sering terjadi. Hal ini memaksa lebih
sering diambil tindakan operasi dengan segala konsekuensinya.
4. Kelahiran prematur dan gawat janin sering tidak terhindarkan sebagian oleh karena
tindakan terminasi kehamilan yang terpaksa dilakukan dalam kehamilan belum aterm.
Pada kehamilan < 37 minggu dapat dilakukan amniosintesis untuk mengetahui
kematangan paru janin dan pemberian kortikosteroid untuk mempercepat pematangan
paru janin sebagai upaya antisipasi.2
Prognosis
Prognosis ibu dan anak pada plasenta previa dewasa ini lebih baik jika dibandingkan
dengan masa lalu. hal ini berkat diagnosis yang lebih dini dan tidak invasive dengan USG di
samping ketersediaan transfusi darah dan infus cairan telah ada di hampir semua rumah sakit
kabupaten. Penurunan jumlah ibu hamil dengan paritas tinggi dan usia tinggi berkat
sosialisasi program keluarga berencana menambah penurunan insiden plasenta previa.
Dengan demikian banyak komplikasi maternal dapat dihindari. Namun, nasib janin masih
belum terlepas dari komplikasi kelahiran prematur baik yang lahir spontan maupun karena
intervensi seksio sesarea. Karenanya kelahiran prematur belum sepenuhnya bisa dihindari
sekalipun tindakan konservatiif diberlakukan. Hubungan hambatan pertumbuhan janin dan
kelainan bawaan dengan plasenta previa belum terbukti.2