31
1 BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GYNEKOLOGI UNIBA / RSUD EF Laporan Kasus : Agustus 2013 Oleh : Teti Andrianti Pembimbing : dr. Gunawan, Sp.OG Hari/ Tanggal : Agustus 2013 LAPORAN KASUS Plasenta Previa IDENTITAS Nama Pasien : Ny. M Umur : 33 Tahun Alamat : Sagulung Sentosa Suku : Padang Agama : Islam Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pendidikan Terakhir : SMA Nama Suami : Tn. Y Pekerjaan : Wiraswasta Masuk Rumah Sakit : 25 Agustus 2013 Pukul : 20.00 wib

lapkas plasenta previa.docx

Embed Size (px)

Citation preview

1

BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GYNEKOLOGI UNIBA / RSUD EF

Laporan Kasus : Agustus 2013

Oleh : Teti Andrianti

Pembimbing : dr. Gunawan, Sp.OG

Hari/ Tanggal : Agustus 2013

LAPORAN KASUS

Plasenta Previa

IDENTITAS

Nama Pasien : Ny. M

Umur : 33 Tahun

Alamat : Sagulung Sentosa

Suku : Padang

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan Terakhir : SMA

Nama Suami : Tn. Y

Pekerjaan : Wiraswasta

Masuk Rumah Sakit : 25 Agustus 2013 Pukul : 20.00 wib

2

ANAMNESA (Autoanamnesa) 25 Agustus 2013 Pukul 20.30 wib

Keluhan Utama : Keluar darah pervaginam sejak pukul 19.00 WIB

Riwayat Penyakit Sekarang:

Seorang wanita 33 tahun G3P2A0 datang ke RSUD Embung Fatimah dengan keluhan

keluar darah pervaginam sejak pukul 19.00 WIB, awalnya darah yang keluar hanya sedikit,

kemudian Os datang ke bidan dan dilakukan pemeriksaan dalam. Saat dilakukan pemeriksaan

dalam darah yang keluar semakin banyak, sehingga Os datang ke RSUD. Selain itu Os juga

merasakan adanya mulas sedang dengan frekuensi yang jarang, namun Os menyangkal keluar

lendir ataupun cairan dari kemaluannya.

Os mengatakan hari pertama haid terakhir pada tanggal 20 Desember 2012. Os

mengatakan biasanya menstruasi berlangsung 4 sampai 5 hari, teratur dan tidak pernah ada

gangguan saat menstruasi. Os memiliki riwayat ANC oleh bidan, namun tidak pernah

melakukan pemeriksaan USG.

Riwayat Penyakit Terdahulu :

Pasien tidak menderita penyakit darah tinggi, penyakit jantung, penyakit ginjal, asma

dan kecing manis.

Riwayat Penyakit Keluarga:

Didalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit darah tinggi, diabetes melitus,

asma dan cacat bawaan.

Riwayat Alergi :

Pasien mengatakan tidak ada alergi obat dan makanan.

Riwayat Haid

Menarche : 14 tahun

Lama Haid : 4 sampai 5 hari tidak disertai nyeri perut

Siklus Haid : 28 hari

3

HPHT : 20 Desember 2012

Taksiran Persalinan : 27 September 2013

Usia Kehamilan : 35 Minggu 4 Hari

Riwayat Perkawinan

Pasien menikah tahun 2005 saat usianya 25 tahun. Os sudah menikah dengan suaminya

sudah 8 tahun.

Riwayat Obstetrik

No Jenis

Kelamin

Berat

Badan

Lahir

Umur Cara

melahirkan

Tempat Keadaan

Anak

1 Laki-laki 2700 gram 7 tahun Normal Bidan Sehat

2 Laki-laki 2600 gram Meninggal

pada usia 1

hari 1

malam.

Normal Bidan -

3 Hamil ini

Riwayat Kontrasepsi :

Pasien mengatakan sebelum hamil menggunakan pil KB.

Riwayat Operasi :

Pasien mengatakan belum pernah mengalami operasi.

4

PEMERIKSAAN FISIK

A. Status Present

Keadaan Umum: Baik

Vital Sign :

- Kesadaran : Compos Mentis

- Tekanan Darah: 140/100 mmHg

- Nadi : 90 x/menit

- Suhu : 36,2˚ C

- Respirasi : 24 x/menit

Berat Badan : 60 kg

Tinggi Badan : 155 cm

Gizi : Cukup

B. Status Generalis

Kepala : Normocephali

- Mata : pupil isokor D/S, konjungtiva tidak anemis D/S, Sklera

tidak ikterik D/S

- Hidung : Tidak ada septum deviasi, tidak ada polip, sekret (-),

mukosa tidak hiperemis.

- Muka : Chloasma Gravidarum (+)

- Mulut : Tidak ada karies, bibir tidak pucat.

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfonodi dan kelenjar tiroid, JVP :

5 ± 2 cmH2O

Thorax : Simetris D/S, tidak ada retraksi intercostalis, areola mammae

hiperpigmentasi (+)

- Paru :

O Inspeksi : tidak ada napas tertinggal, pergerakan

pernapasan reguler.

O Palpasi : Fokal fremitus D/S normal

O Perkusi : Sonor di semua lapangan paru

O Auskultasi : Vesikuler D/S sama, rhonki (-/-) Wheezing

(-/-)

5

- Jantung

O Inspeksi : tidak terlihat thrill

O Palpasi : tidak teraba ictus cordis

O Perkusi :

Batas jantung kanan ( Sonor ke redup), Linea

parasternalis dextra ICS IV

Batas jantung kiri ( Sonor ke redup), Linea

Midclavicula sinistra ICS V

Batas jantung atas ( sonor ke redup), Linea

sternalis Sinistra ICS II

Pinggang jantung (Sonor ke redup), Linea

parasternalis sinistra ICS III

O Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni regular, gallop (-),

murmur (-)

- Abdomen :Cembung, striae gravidarum (-)

- Ekstremitas :Tidak ada edema dan varises pada kedua kaki

C. Status Obstetri

Pemeriksaan Luar :

- Inspeksi :Cembung, Striae gravidarum (-)

- Palpasi :

o Leopold I

Tinggi fundus uteri : 26 cm, TBJ : di bagian fundus

teraba bagian bulat, keras berkesan kepala janin.

o Leopold II

Teraba bagian panjang, datar dan keras disebelah kiri ibu

berkesan punggung. Teraba bagian-bagian kecil

disebelah kanan perut ibu berkesan extremitas.

DJJ : 136 x/ menit

o Leopold III

Teraba bagian lunak, berkesan bokong janin pada bagian

terbawah perut ibu yang belum engaged.

6

o Leopold IV

Bokong belum masuk PAP (floating).

Pemeriksaan Dalam (Vaginal Thoucer) :

Pemeriksaan dalam tidak dilakukan karena akan memperparah

perdarahan.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboraturium

Hematologi ( 25 Agustus 2013)

- Hb : 10.0 g/dl

- Leukosit : 8100/ul

- Ht : 32%

- Trombosit : 209.000/mm3

- Eritrosit : 3.6 Juta/ mm3

- BT : 3,15 menit

- CT : 8,20 menit

- Gol darah : O +

- GDS : 89 mg/dl

- HbsAg : Negatif

- Anti HIV : Non Reaktif

Usulan Pemeriksaan

- USG

Diagnosis Kerja

- Ibu G3P2A0 Gravid 35 – 36 minggu + HAP ai Plasenta Previa

Penatalaksaan

7

- IVFD RL 20 tetes/ menit

- Pasang kateter

- Ceftriaxon 1 gr

- Dexametason 2 ampul

- Sectio caesaria cyto

Prognosis

- Quo ad vitam : dubia ad bonam

- Quo ad fungtionam : dubia ad bonam

- Quo ad sanationam : dubia ad bonam

Laporan Operasi

Tanggal pembedahan : 26 Agustus 2013

Pembedahan dimulai : 00.21 WIB

Pembedahan selesai : 01.00 WIB

Jenis Anastesi : Spinal

Diagnosis pra bedah : G3P2A0 Gravid 35 – 36 minggu + HAP Suspect

Plasenta Previa.

Diagnosis pasca bedah : P3A0H3 Post Sectio Caesaria Tranperitoneal Profunda

atas indikasi Plasenta Previa

Jenis Pembedahan : Sectio Caesaria Transperitoneal Profunda

Laporan Operasi :

1. Pasien dibaringkan dalam keadaan telah diberikan spinal anastesi

2. Desinfektan lapangan operasi dan genitalia eksterna, tutup daerah sekitarnya

dengan duk steril, kecuali daerah operasi.

3. Insisi dinding abdomen pada linea mediana antara simfisis dan pusat sepanjang 10

cm.

4. Otot recto abdominalis disingkirkan secara tajam/tumpul.

8

5. Peritoneum diperlebar dengan tajam/tumpul.

6. Tampak uterus gravidarum

7. Insisi SBR, diperdalam sampai kavum uteri.

8. Bayi lahir pukul 00.29 WIB , BBL : 2400 gram, PB: 41 cm, Lingkar Kepala : 34

cm, Lingkar dada : 32 cm, anus (+), JK: laki-laki, A/S : 3/6.

9. Injeksi methergin 0,2 mg.

10. Tali pusat dipotong, plasenta lahir manual, kotiledon lengkap, infark (-), hematom

(-).

11. Jahit uterus dengan jelujur terkait.

12. Eksplorasi perdarahan tidak ada, bersihkan lapangan operasi.

13. Jahir dinding abdomen lapis demi lapis

14. Operasi selesai.

Terapi post operasi :

- Awasi KU sampai stabil, makan minum bila peristaltik (+)

- Injeksi ceftriaxone 2x1000 mg

- Injeksi tramadol 3x1

- Injeksi gentamicin 3x1

Follow Up Pasien Di Bangsal

Tanggal Ja

m

S O A P

26/08/13 0600

1800

- keluhan tidak

ada, flatus (-),

BAB (-), BAK (+)

vital sign :

TD : 120/80 mmHg

N : 84 x/menit

R : 28 x/menit

T : 37 0 C

Pemeriksaan fisik:

Kepala :

konjungtiva anemis (-/-),

P3A0H3 post

sectio

caesaria

tranperitoneal

profunda atas

indikasi

plasenta

previa

Terapi

lanjut

9

Keluhan : Nyeri

bekas operasi (+),

flatus (-),

BAB (-), BAK (+)

konjungtiva ikterik (-/-),

Leher : DBN

Thorax : c/p DBN

Abdomen :

I : tampak cembung

Pal : TFU setinggi pusat

A : peristaltik (+)

Genital : perdarahan p/v

aktif

Extrmitas : oedem (-/-)

vital sign :

TD : 115/750 mmHg

N : 80 x/menit

R : 26 x/menit

T : 36,8 0 C

Pemeriksaan fisik:

Kepala:

konjungtiva anemis (-/-),

konjungtiva ikterik (-/-),

Leher : DBN

Thorax : c/p DBN

Abdomen :

I : tampak cembung

Pal : TFU setinggi pusat

A : peristaltik (+)

Genital : perdarahan p/v

aktif

Extrmitas : oedem (-/-)

P3A0H3 post

sectio

caesaria

tranperitoneal

profunda atas

indikasi

plasenta

previa

Terapi

lanjut

10

27/08/13 0600 Keluhan : Nyeri

bekas operasi (+),

flatus (+),

BAB (-), BAK (+)

Vital sign :

TD : 120/80 mmHg

N : 88 x/menit

R : 24 x/menit

T : 35,6 ˚ C

Pemeriksaan fisik :

Kepala :

konjungtiva anemis (-/-),

konjungtiva ikterik (-/-),

Leher : DBN

Thorax : c/p DBN

Abdomen :

I : tampak cembung

Pal : TFU setinggi pusat

A : peristaltik (+)

Genital : perdarahan p/v

sedikit

Extremitas : Oedem (-/-)

P3A0H3 post

sectio

caesaria

tranperitoneal

profunda atas

indikasi

plasenta

previa

Terapi

lanjut

11

PERMASALAHAN

1. Apakah penegakan diagnosis pada pasien ini sudah benar?

2. Apakah penatalaksanaan pada pasien ini sudah sesuai dengan standar pelayanan?

3. Komplikasi apa yang terjadi bila dilakukan persalinan pervaginam pada pasien ini?

PEMBAHASAN KASUS

1. Apakah penegakan diagnosis pada pasien ini sudah benar?

Pada kasus ini penegakan diagnosis plasenta previa sudah benar. Pada pasien ini

ditemukan beberapa kriteria yang mengarah ke diagnosis plasenta previa.

a. Dari anamnesa terdapat perdarahan pervaginam yang tidak nyeri. Perdarahan

pertama timbulnya tidak banyak, namun bertambah banyak setelah dilakukan

pemeriksaan dalam oleh bidan.

b. Pada pemeriksaan fisik ditemui kelainan letak janin, yaitu letak sungsang dan

masih mengambang di atas pintu panggul. Hal ini sesuai dengan teori bahwa pada

plsenta previa dapat ditemui kelainan letak janin dapat berupa letak sungsang,

letak lintang atau bagian terendah miring. Dan janin masih mengambang di atas

pintu panggul atas akibat tertutupnya bagian bawah uterus oleh plasenta.

c. Dari hasil operasi secsio sesarea ditemui letak plasenta menutupi orifisium uteri

internum (OUI) secara total sehingga penegakan diagnosis plasenta previa sudah

benar.

2. Apakah penatalaksanaan pada pasien ini sudah sesuai dengan standar pelayanan?

Pada pasien ini terdapat plasenta previa totalis, dimana plasenta menutupi

seluruh orifisium uteri internum, selain itu terdapat perdarahan aktif dan kelainan

letak janin. Sehingga penatalaksanaan pada kasus ini yaitu secsio sesarea sesuai

dengan teori Manuaba (2007).

Menurut Manuaba (2007), pada plasenta previa totalis, penanganannya adalah

secsio sesarea. Selain itu terdapat indikasi sesarea, jika terjadi :

12

- Perdarahan banyak

- Gawat janin

- Primi gravid

- Kelainan letak

- Anemia transfusi.

3. Komplikasi apa yang terjadi bila dilakukan persalinan pervaginam pada pasien ini?

Pada pasien dengan plasenta previa totalis jika tetap dilaksaksanan persalinan

pervaginam maka akan terdapat komplikasi:

Pada ibu : - Perdarahan aktif yang banyak akibat plasenta previa

- Robekan jalan lahir akibat kelainan letak janin

- Infeksi

Pada bayi : - asfiksia pada bayi karena persalinan yang lama

- dislokasi persendian akibat letak sungsang

- infeksi

13

LANDASAN TEORI

PLASENTA PREVIA

Definisi

Plasenta previa ialah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah

uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.1

Insiden

Pada beberapa Rumah Sakit Umum Pemerintah dilaporkan insidennya berkisar 1,7 %

sampai dengan 2,9 %. Di negara maju insidennya lebih rendah yaitu kurang dari 1 %

mungkin disebkan berkurangnya perempuan hamil paritas tinggi. Secara umum plasenta

previa terjadi sekitar 1 dalam 200 kehamilan. 4 sampai 5 % terjadi pada kehamilan awal

(kira-kira 24 minggu) dan menurun pada peningkatan usia kehamilan.2,3

Klasifikasi

1. Plasenta previa totalis apabila ostium uteri internum (OUI) seluruhnya tertutup oleh

plasenta.

2. Plasenta previa parsialis apabila hanya sebagian OUI tertutup plasenta

3. Plasenta previa marginal apabila hanya tepi plasenta yang menutupi OUI

4. Plasenta letak rendah apabila plasenta berimplantasi di segmen bawah rahim tetapi tidak

ada bagian yang menutupi OUI.4

14

Etiologi

Penyebab plasenta previa belum diketahui pasti. Frekuensi plasenta previa meningkat

pada multipara, primi gravid tua, bekas secsio sesarea, bekas aborsi, kelainan janin dan

leiumioma uteri.1

Gambaran Klinik

Ciri yang menonjol dari plasenta previa adalah perdarahan uterus keluar melalui

vagina tanpa rasa nyeri. Perdarahan biasanya baru terjadi pada akhir trimester kedua ke atas.

Perdarahan pertama berlangsung tidak banyak dan berhenti sendiri. Perdarahan kembali

terjadi tanpa sesuatu sebab yang jelas setelah beberapa waktu kemudian. Pada setiap

pengulangan terjadi perdarahan yang lebih banyak bahkan seperti mengalir. Pada plasenta

letak rendah perdarahan baru terjadi pada waktu mulai persalinan, perdarahan bisa sedikit

sampai banyak mirip solusio plasenta. Perdarahan diperhebat berhubung segmen bawah

rahim tidak mampu berkontraksi sekuat segmen atas rahim. Dengan demikian, perdarahan

bisa berlangsung sampai pasca persalinan. Perdarahan bisa juga bertambah disebabkan

serviks dan segmen bawah rahim pada plasenta previa lebih rapuh dan mudah mengalami

robekan. Robekan lebih mudah terjadi pada upaya pengeluaran plasenta dengan tangan

misalnya pada retensio plasenta sebagai komplikasi akreta.2

Berhubung plasenta terletak pada bagian bawah, maka pada palpasi abdomen sering

ditemui bagian terbawah janin masih tinggi di atas simfisis dengan letak janin tidak dalam

letak memanjang. Palpasi abdomen tidak membuat ibu hamil merasa nyeri dan perut tidak

tegang.2

Diagnosis plasenta previa

Gejala klinik plasenta previa dijabarkan sebagai berikut:

1. Perdarahan.

a. Perdarahan terjadi akibat terbentuknya segmen bawah rahim yang menimbulkan

pergeseran dan lepasnya plasenta dari implantasi.

b. Begian plasenta di depan ostium uteri memungkinkan terjadinya perdarahan.

c. Perdarahan dapat berulang, tergantung dari luas plasenta yang lepas dan lingkar

lumen ostium uteri.

15

d. Perdarahan tidak dirasakan sakit.

e. Perdarahan yang terjadi akibat plasenta previa totalis lebih banyak daripada akibat

plasenta previa lainnya.

2. Tertutupnya segmen bawah rahim oleh plasenta.

a. Tertutupnya bagian bawah uterus oleh plasenta sehingga menghalangi masuknya

bagian terendah janin sehingga masih mengambang di atas pintu atas panggul.

b. Dapat menumbulkan kelainan letak janin:

- Letak sungsang

- Letak lintang

- Kepala belum masuk PAP atau miring.

Diagnosis plasenta previa dapat berdasarkan:

1. Anamnesa perdarahan.

a. Perdarahan yang terjadi tanpa rasa sakit

b. Dapat sedikit demi sedikit atau dalam jumlah banyak

c. Dapat berulang-ulang, sebelum persalinan berlangsung

2. Pemeriksaan fisik

a. Pemeriksaan umum

Berupa pemeriksaan tanda vital : tekana darah, nadi, temperatur dan pernapasan.

b. Pemeriksaan obstetrik

Palpasi abdomen

- Bagian terendah janin belum masuk PAP, mengambang karena sekitar

osteum uteri tertutup oleh jaringan plasenta.

- Terdapat kelainan letak janin intrauteri: letak sungsang, letak lintang,

bagian terendah miring.

- Dinding abdomen tidak tegang atau kaku sehingga mudah melakukan

pemeriksaan janin intrauteri dengan palpasi.5

Pemeriksaan inspekulo

Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari ostium

uteri eksternum atau dari kelainan serviks dan vagina. Seperti erosio porsionis

uteri,karsinoma porsionis uteri dan trauma.1

16

c. Pemeriksaan auskultasi

Pemeriksaan auskultasi dapat dilakukan sengan fundoskopi Laenek maupun

Doppler utuk mendengarkan detak jantung janin. Merekam detak jantung janin

dengan menggunakan CTG (kardiotokografi).

Hasil pemantauan detak jantung janin, tergantung dari jumlah dan cepatnya

kehilangan darah maternal sehingga dapat mempengaruhi sirkulasi retroplasenter

yang selanjutnya akan langsung mempengaruhi nutrisi dan pertukaran O2/CO2

intraplasenta.

Dengan demikian, pada janin di dalam uterus dapat terjadi:

- Tidak terjadi perubahan apa pun karena terjadi perdarahan kelas I sehingga

masih dapat dikompensasi oleh ibu.

- Terjadi asfiksia ringan sampai berat, yang dapat direkam oleh CTG

intermiten atau terus-menerus.

- Keadaan anemia begitu berat sehingga janin intrauteri tidak mungkin

ditolong lagi.5

d. Pemeriksaan dalam

Sejak penggunaan ultrasonografi secara luas dalam bidang obstetrik,

kehamilan dengan perdarahan tidak terlalu banyak dilakukan pemeriksaan dalam.

Menghindari pemeriksaan dalam bertujuan untuk mengurangi kemungkinan

bertambahnya perdarahan.5

Dahulu untuk kepastian diagnosis pada kasus dengan perdarahan banyak,

pasien dipersiapkan di dalam kamar bedah demikian rupa segala sesuatunya

termasuk staf dan perlengkapan anestesi semua siap utnuk tindakan bedah sesar.

Dengan pasien dalam posisi litotomi di atas meja operasi dilakukan periksa dalam

(vaginal toucher) dalam lingkungan disinfeksi tingkat tinggi (DTT).

Perabaan fornises. Pemeriksaan ini hanya bermakna apabila janin dalam

presentasi kepala. Sambil mendorong sedikit kepala janin ke arah pintu atas

panggul, secara hati-hati dengan dua jari telunjuk dan jari tengah meraba forniks

posterior untuk mendapat kesan ada atau tidak ada bantalan antara jari dengan

bagian terbawah janin. Perabaannya terasa lunak apabila antara jari dan kepala

17

janin terdapat plasenta, dan akan terasa padat (keras) apabila antara jari dan kepala

janin tidak terdapat plasenta.

Pemeriksaan melalui kanalis servikalis. Apabila kanalis servikalis telah

terbuka, perlahan jari telunjuk dimasukkan kedalam kanalis servikalis , dengan

tujuan kalau-kalau teraba kotiledon plasenta. Apabila kotiledon plesenta teraba,

segera jari telunjuk dikeluarkan dari kanalis servikalis. Jangan menyelusuri

pinggir plasenta seterusnya karena mungkin plasenta akan terlepas dari

insersionya yang dapat menimbulkan perdarahan banyak. Jika plasenta lateralis

atau marginalis dilanjutkan dengan amniotomi dan diberi oksitosin drip untuk

mempercepat persalinan jika tidak terjadi perdarahan banyak untuk kemudian

pasien dikembalikan ke ruang bersalin. Jika terjadi perdarahan banyak atau

ternyata plasenta previa totalis, langsung dilanjutkan dengan seksio sesarea.

Persiapan yang demikian dilakukan bila ada indikasi penyelesaian persalinan.

Persiapan yang demikian disebut dengan double set-up examination. Tindakan

periksa dalam tidak boleh/kontra-indikasi dilakukan diluar persiapan double set-

up examination. Periksa dalam sekalipun yang dilakukan dengan sangat lembut

dan hati-hati tidak menjamin tidak akan menyebabkan perdarahan yang banyak.

Jika terjadi perdarahan yang banyak di luar persiapan akan berdampak pada

prognosis yang lebih buruk bahkan bisa fatal.2

Dewasa ini double set-up examination pada banyak rumah sakit sudah jarang

dilakukan berhubung telah tersedia alat ultrasonografi. Transabdominal

ultrasonografi dalam keadaan kandung kemih yang dikosongkan akan member

kepastian diagnosis plasenta previa dengan ketepatan tinggi sampai 96 % - 98 %.

Walaupun lebih superior jarang diperlukan transvaginal ultrasonografi untuk

mendeteksi keadaan ostium uteri internum. Di tangan yang tidak ahli pemakaian

transvaginal ultrasonografi bisa memprovokasi perdarahan lebih banyak. di tangan

yang ahli dengan transvaginal ultrasonografi dapat dicapai 98 % positive

predictive value dan 100 % negative predictive value pada upaya diagnosis

plasenta previa. Magnetic Resonance Imaging (MRI) juga dapat dipergunakan

untuk mendeteksi kelainan pada plasenta previa. MRI kalah praktis jika

dibandingkan dengan USG, terlebih dalam suasana yang mendesak.2

18

Skema Diagnosis Plasenta Previa5

Klasifikasi Perdarahan pada Pasien Hamil5

19

Penatalaksanaan

Sesuai dengan hasil pemeriksaan, dapat ditetapkan rancangan tatalaksana terapi

plasenta previa sebagai berikut5:

1. Segera perbaiki keadaan umum parturien.

2. Terminasi kehamilan dapat ditunda

3. Segera lakukan terminasi kehamilan

Penanganannya dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Segera perbaiki keadaan umum parturien.

Perbaikan keadaan umum parturien tergantung dari kelas perdarahan, antra lain:

- Segera pasang infus no. 18 untuk memberikan cairan pengganti sementara.

- Segera siapkan transfusi darah agar Hb dapat mencapai sekitar 10g% atau

komponen darah yang diperlukan terpenuhi.

- Memasang kateter urin untuk mengetahui produksi urin.

- Evaluasi janin intrauteri apakah masih hidup, dalam keadaan gawat janin atau

sudah meninggal.

- Dalam keadaan tertentu, dapat dipasang kateter pada vena, untuk mengetahui

tekanan vena sentralis (CVP) sehingga cairan dapat dimonitor.

b. Tunda terminasi kehamilan

Sejak 1945, Jonshon dan Macafee menganjurkan tindakan konservatif, khususnya

pada kehamilan prematur, yaitu dengan:

- Tirah baring absolute sampai perdarahan berhenti

- Pemberian tokolitik, sehingga pembentukan RBS dapat dikurangi dan

dihambat, dengan demikian perdarahan dapat dihentikan.

- Pemberian profilaksis antibiotika

- Pemberian obat-obatan suportif: cairan infus pengganti, pemberian

tokolitik perinfuse-drip, obat-obatan untuk menghentikan perdarahan, jika

perlu transfusi darah.

Agar angka kematian maternal dan perinatal dapat diturunkan. Tindakan

konservatif dengan menunda terminasi kehamilan, jika mungkin sampai janin

mencapai berat yang viable.

20

Indikasi perubahan sikap konservatif menjadi aktif:

- Terjadi perdarahan aktif, sehingga terminasi kehamilan merupakan satu-

satunya jalan untuk menyelamatkan jiwa ibu.

- Terjadi gawat janin intrauteri, sehingga terminasi kehamilan dapat

menyelamatkan jiwa janin dan ibu.

Terminasi kehamilan pada kegagalan konservatif dapat dibenarkan tanpa

memandang berat janinnya.

c. Segera lakukan terminasi kehamilan

Terminasi kehamilan yang dianjurkan pada plasenta previa adalah dengan cara:

- Pemecahan ketuban

- Memecahkan ketuban diikuti drip oksitosin

- Seksio sesarea.

Skema Penatalaksanaan Plasenta Previa5

21

Komplikasi

1. Oleh karena pembentukan segmen rahim terjadi secara ritmik, maka pelepasan

plasenta dari tempat melekatnya di uterus dapat berulang dan semakin banyak dan

perdarahan yang terjadi itu tidak dapat dicegah sehingga penderita menjadi anemia

bahkan syok.

2. Oleh karena plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan sifat segmen

ini yang tipis mudahlah jaringan trofoblas dengan kemampuan invasinya menerobos

ke dalam miometrium bahkan sampai ke perimetrium dan menjadi sebab dari kejadian

plasenta inkreta dan bahkan plasenta perkreta. Komplikasi ini lebih sering terjadi pada

uterus yang pernah seksio sesarea.

3. Kelainan letak anak pada plasenta previa lebih sering terjadi. Hal ini memaksa lebih

sering diambil tindakan operasi dengan segala konsekuensinya.

4. Kelahiran prematur dan gawat janin sering tidak terhindarkan sebagian oleh karena

tindakan terminasi kehamilan yang terpaksa dilakukan dalam kehamilan belum aterm.

Pada kehamilan < 37 minggu dapat dilakukan amniosintesis untuk mengetahui

kematangan paru janin dan pemberian kortikosteroid untuk mempercepat pematangan

paru janin sebagai upaya antisipasi.2

Prognosis

Prognosis ibu dan anak pada plasenta previa dewasa ini lebih baik jika dibandingkan

dengan masa lalu. hal ini berkat diagnosis yang lebih dini dan tidak invasive dengan USG di

samping ketersediaan transfusi darah dan infus cairan telah ada di hampir semua rumah sakit

kabupaten. Penurunan jumlah ibu hamil dengan paritas tinggi dan usia tinggi berkat

sosialisasi program keluarga berencana menambah penurunan insiden plasenta previa.

Dengan demikian banyak komplikasi maternal dapat dihindari. Namun, nasib janin masih

belum terlepas dari komplikasi kelahiran prematur baik yang lahir spontan maupun karena

intervensi seksio sesarea. Karenanya kelahiran prematur belum sepenuhnya bisa dihindari

sekalipun tindakan konservatiif diberlakukan. Hubungan hambatan pertumbuhan janin dan

kelainan bawaan dengan plasenta previa belum terbukti.2