Upload
retno-tharra
View
50
Download
8
Embed Size (px)
DESCRIPTION
mnkjlkjhl
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada laporan tutorial kali ini, laporan membahas blok mengenai endokrinologi yang
berada dalam blok 14 pada semester 3 dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.
Pada kesempatan ini, dilakukan tutorial studi kasus sebagai bahan pembelajaran untuk
menghadapi tutorial yang sebenarnya pada waktu yang akan datang.
Adapun maksud dan tujuan dari materi praktikum tutorial ini, yaitu:
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem KBK di
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis
dan pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial dan memahami konsep dari
skenario ini.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Data Tutorial
Tutor : dr. Nursanti A. ,
Moderator : Retno Tharra
Sekretaris Papan : Indah Fitri Nurdianthi
Sekretaris Meja : Muthiah Hasnah Suri
Hari, Tanggal : Jumat, 25 Januari 2013
Peraturan : 1. Alat komunikasi di nonaktifkan
2. Dilarang makan dan minum
2.2 Skenario kasus
Nn SS, 22 tahun, karyawan horoner di sebuah perusahaan swasta, diantar ke IGD
sebuah RS karena penurunan kesadaran sejak 4 jam yang lalu. Dari aloanamnesis,
sejak 1 minggu yang lalu pasien mengalami demam tinggi, batuk pilek, dan sakit
tenggorokan. Pasien juga sering mengalami diare, frekuensi 3-4 kali/hari, tanpa
disertai darah dan lendir. Dalam beberapa bulan terakhir pasien juga sering gugup,
keluar keringat banyak, mudah cemas, sulit tidur, dan bila mengerjakan sesuatu selalu
terburu-buru.
Pemeriksaan fisik
Kesadaran : delirium, TD 100/80 mmHg, nadi 140x/menit, RR 24x/menit, suhu 39 C.
Kepala : exophthalmus (+), mulut : faring hiperemis, oral hygiene buruk
Leher : struma diffusa (+), kaku kuduk (-)
Jantung : takikardia; paru : bunyi nafas normal
Abdomen : dinding perut lemas; hati dan limpa tak teraba, bising usus meningkat
Ekstremitas : telapak tangan lembab, tremor (+), reflex patologis (-)
Pemeriksaan laboratorium :
3
Darah rutin : Hb : 12 g% ; WBC : 17000/mm3
Kimia darah : Glukosa darah, test fungsi ginjal dan hati normal, elektrolit serum
normal.
Test fungsi tiroid : TSH 0,001 mU/L, T4 bebas 7,77 ng/dl
Jelaskan mengenai kasus ini secara rinci !
4
2.3 Paparan
I. Klarifikasi Istilah
1. Aloanamnesis : tanya jawab dengan keluarga pasien.2. Diare : pengeluaran tinja berkali-kali yang tidak normal.3. Delirium : gangguan mental yang berlangsung singkat, biasanya
mencerminkan keadaan keracunan yang ditandai oleh ilusi, halusinasi, kegirangan, kegelisahan, dan gangguan memori.
4. Exophthalmus : keadaan bola mata tertarik ke depan.5. Keringat banyak : cairan jernih yang disekresikan secara berlebihan oleh
kelenjar keringat. 6. Oral hygiene : perawatan yang benar terhadap mulut dan gigi.7. Struma diffusa : pembesaran kelenjar tiroid yang terjadi secara diffuse
tanpa adanya nodul8. Kaku kuduk : kondisi badan yang kaku karena kerusakan saraf.9. Takikardia : kecepatan denyut jantung yang abnormal,
>100x/menit.10. Tremor : gemetar atau menggigil yang involunter.11. Bising usus : suara gemericik dari perut yang disebabkan oleh
kontraksi otot peristaltik 12. Elektrolit serum : substansi yang berdisosiasi menjadi ion pada saat
mengalami fusi atau jika berada di dalam larutan.13. TSH : hormon yang dikeluarkan kelenjar hipofise untuk
menstimulasi pengeluaran hormone tiroid14. T4 bebas : hormone yang mengandung yodium yang disekresi
oleh kelenjar tiroid yang beredar di sirkulasi darah.15. Insomnia : tidak dapat tidur atau keadaan terjaga yang abnormal.16. Mudah cemas : perasaan keprihatinan, ketidakpastian, dan ketakutan
tanpa stimulus yang jelas dikaitkan dengan perubahan fisiologis seperti takikardi, berkeringat, dan tremor
5
II. Identifikasi Masalah
NO KENYATAAN KESESUAIAN KONSEN
1. Nn SS, 22 tahun, karyawan horoner di sebuah
perusahaan swasta, diantar ke IGD sebuah RS
karena penurunan kesadaran sejak 4 jam yang
lalu
TSH VVV
2. Dari aloanamnesis, sejak 1 minggu yang lalu
pasien mengalami demam tinggi, batuk pilek,
sakit tenggorokan, dan diare, frekuensi 3-4
kali/hari, tanpa disertai darah dan lendir
TSH VV
3 Dalam beberapa bulan terakhir pasien juga
sering gugup, keluar keringat banyak, mudah
cemas, sulit tidur, dan bila mengerjakan sesuatu
selalu terburu-buru.
TSH V
4. Pemeriksaan fisik
Kesadaran : delirium, TD 100/80 mmHg, nadi
140x/menit, RR 24x/menit, suhu 39 C.
Kepala : exophthalmus (+), mulut : faring
hiperemis, oral hygiene buruk
Leher : struma diffusa (+), kaku kuduk (-)
Jantung : takikardia; paru : bunyi nafas normal
Abdomen : dinding perut lemas; hati dan limpa
tak teraba, bising usus meningkat
Ekstremitas : telapak tangan lembab, tremor (+),
reflex patologis (-)
TSH V
5. Pemeriksaan laboratorium :
Darah rutin : Hb : 12 g% ; WBC : 17000/mm3
Kimia darah : Glukosa darah, test fungsi ginjal
dan hati normal, elektrolit serum normal.
Test fungsi tiroid : TSH 0,001 mU/L, T4 bebas
7,77 ng/dl
TSH V
6
III. Analisis Masalah
1. Nn SS, 22 tahun, karyawan horoner di sebuah perusahaan swasta,
diantar ke IGD sebuah RS karena penurunan kesadaran sejak 4 jam
yang lalu
1.1. Bagaimana etiologi penurunan kesadaran ?
Hormon tiroid meningkatkan laju metabolik hampir semua sel
tubuh. Hormon ini menstimulus konsumsi oksigen dan memperbesar
pengeluaran energy, terutama dalam bentuk panas.
Krisis tiroid timbul saat terjadi dekompensasi sel -sel tubuh dalam
merespon hormon tiroid yang menyebabkan hipermetabolisme berat yang
melibatkan banyak sistem organ dan merupakan bentuk paling berat dari
tirotoksikosis. Gambaran klinis berkaitan dengan pengaruh hormon tiroid yang
semakin menguat seiring meningkatnya pelepasan hormon tiroid
(dengan/tanpa peningkatan sintesisnya) atau meningkatnya intake hormon
tiroid oleh sel-sel tubuh. Pada derajat tertentu, respon sel terhadap hormon ini
sudah terlalu tinggi sehingga menyebabkan penurunan kesadaran bahkan
koma.
1.2. Bagaimana mekanisme penurunan kesadaran pada kasus ?
Krisis tiroid timbul saat terjadi dekompensasi sel-sel tubuh dalam
merespon hormon tiroid yang menyebabkan hipermetabolisme berat yang
melibatkan banyak sistem organ dan merupakan bentuk paling berat dari
tirotoksikosis. Gambaran klinis berkaitan dengan pengaruh hormon tiroid yang
semakin menguat seiring meningkatnya pelepasan hormon tiroid
(dengan/tanpa peningkatan sintesisnya) atau meningkatnya intake hormon
tiroid oleh sel-sel tubuh.
Akibat peningkatan dari hormon tiroid sehingga terjadi kemunduran
fungsi organ, termasuk fungsi organ vital seperti otak sebagai pusat koordinasi
yang dapat menurunkan kesadaran sampai delirium bahkan koma..
1.3. Bagaima hubungan usia dan jenis kelamin dengan penyakit yang dialami
pada kasus ?
Penyakit ini mempunyai predisposisi genetik yang kuat, dimana 15% penderita mempunyai hubungan keluarga yang erat dengan penderita penyakit yang
7
sama. Sekitar 50% dari keluarga penderita penyakit Graves, ditemukan autoantibodi tiroid didalam darahnya. Penyakit ini ditemukan 5 kali lebih banyak pada wanita dibandingkan pria, dan dapat terjadi pada semua umur. Angka kejadian tertinggi terjadi pada usia antara 20 tahun sampai 40 tahun.Penyakit hipertiroid lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan dengan
pria, meskipun belum dipastikan faktor apa yang berperan dalam hal tersebut.
Distribusi jenis kelamin dan umur pada penyakit hipertiroid amat bervariasi
dari berbagai klinik. Perbandingan wanita dan laki-laki yang didapat di RSUP
Palembang adalah 3,1 : 1. Sedangkan distribusi menurut umur di RSUP
Palembang yang terbanyak adalah pada usia 21 – 30 tahun (41,73%), tetapi
menurut beberapa penulis lain timbul pada usia 30–40 tahun.
2. Dari aloanamnesis, sejak 1 minggu yang lalu pasien mengalami demam
tinggi, batuk pilek, dan sakit tenggorokan. Pasien juga sering mengalami
diare, frekuensi 3-4 kali/hari, tanpa disertai darah dan lendir.
2.1. Bagaimana etiologi dan mekanisme :
a. demam tinggi
Krisis tiroid adalah komplikasi serius dari tirotoksikosis dengan angka
kematian 20-60%. Merupakan kejadian yang jarang, tidak biasa dan berat dari
hipertiroidisme. Krisis tiroid mengacu pada kejadian mendadak yang
mengancam jiwa akibat peningkatan dari hormon tiroid sehingga terjadi
kemunduran fungsi organ. Penegakkan krisis tiroid pada pasien adalah dengan
mengumpulkan gejala dari kelainan organ yakni pada sistem saraf terjadi
penurunan kesadaran (sampai dengan koma),Hyperpyrexia (suhu badan diatas
40oC), aktivasi adrenergik (takikardia/denyut jantung diatas
140x/menit,muntah dan mencret serta kuning). Gejala lain dapat berupa
berkeringat, kemerahan,dan tekanan darah yang meningkat.
Faktor pencetus utama terjadinya krisis tiroid adalah infeksi. Ketika
terjadi infeksi, tubuh berusaha melawan dan mencegahnya dengan pertahanan
berupa leukosit, makrofag, dan limfosit untuk melawan (fagositosit) dilanjuti
keluarnya zat kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen (khususnya IL-1)
yang berfungsi sebagai anti infeksi yang merangsang sel-sel endotel
hipotalamus untuk mengeluarkan suatu substansi yakni asam arakhidonat yang
dikeluarkan oleh hipotalamus dan dibantu enzim fosfolipase(A2). Asam
8
arakhidonat lalu akan mengeluarkan prostaglandin dibantu oleh enzim
siklooksigenase (COX). Pengeluaran prostaglandin akan mempengaruhi kerja
dari termostat hipotalamus. Sebagai kompensasinya, hipotalamus akan
meningkatkan titik patokan suhu tubuh karena termostat tubuh (hipotalamus)
merasa bahwa suhu tubuh sekarang dibawah batas normal, sehingga terjadilah
demam.
b. batuk pilek
mekanisme batuk :
Saluran pernafasan terdiri atas laring, trakea, dan bronkus dimana
terdapat jaringan epitel yang dilapisi mucus bersilia bersel goblet. Di jaringan
epitel tersebutterdapat reseptor batuk yang peka terhadap rangsangan.Saat
benda asing masuk ke saluran pernafasan, akan menempel di mucus saluran
pernafasan. Selanjutnya akan terjadi iritasi pada reseptor batuk, sehingga
terjadiaktifasi pusat batuk.
Mekanisme pilek :
Alergen yang masuk tubuh melalui saluran pernafasan, kulit, saluran
pencernaan dan lain-lain akan ditangkap oleh makrofag yang bekerja sebagai
antigen presentingcells (APC). Setelah alergen diproses dalam sel APC,
kemudian oleh sel tersebut, alergendipresentasikan ke sel Th. Sel APC melalui
penglepasan interleukin I (II-1) mengaktifkan sel Th. Melalui penglepasan
Interleukin 2 (II-2) oleh sel Th yangdiaktifkan, kepada sel B diberikan signal
untuk berproliferasi menjadi sel plasthmadan membentuk IgE.IgE yang
terbentuk akan segera diikat oleh mastosit yang ada dalam jaringan dan
basofil yang ada dalam sirkulasi. Kadar cAMP yang menurun itu akan
menimbulkan degranulasi sel. Efek yang segera terlihatoleh mediator tersebut
ialah obstruksi olehhistamin. Histamin menyebabkan Vasodilatasi, penurunan
tekanan kapiler & permeabilitas,sekresi mukus. Sekresi mukus yang berlebih
itulah yang menghasilkan pilek
c. sakit tenggorokan
Sakit tenggorokan merupakan reaksi radang yang dapat disebabkan
oleh kuman Streptococcus b-hemolticus, S. viridians, S. pyogenes sebagai
9
penyebab terbanyak. Dapat juga disebabkan oleh virus. Patofisiologinya,
pertama penularannya terjadi melalui droplet. Kuman menginfiltrasi lapisan
epitel, kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial bereaksi,
terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear.
Reaksi radang ini dapat menyebabkan sakit saat menelan.
d. diare frekuensi 3-4 kali/hari
Hormon tiroid meningkatkan kecepatan sekresi getah pencernaan dan
pergerakan saluran cerna. Hipermotilitas usus yang abnormal sehingga
menyebabkan absorpsi di usus halus terganggu sehingga menyebabkan diare.
2.2. Bagaimana hubungan gejala tersebut dengan penurunan kesadaran?
Seperti yang kita ketahui penyakit ini adalah kekacauan autoimun yang
menghasilkan antibodi oleh sistem imun tubuh yang menstimulasi tiroid untuk
menghasilkan terlalu banyak tiroksin. Normalnya sistem imun menggunakan
antibodi untuk membantu melindungi tubuh dari virus, bakteri dan zat asing
lain yang masuk ke tubuh. Pada penyakit ini, antibodi secara salah menyerang
tiroid. Pada aloanamesis dikatakan Nn.SS mengalami demam tinggi, bahkan
biasanya pasien dapat mengalami hiperpireksia hingga melebihi 41oC dan
keringat berlebih. Diare yang merupakan salah satu gejala hipertiroid.
Takikardi terjadi karena ketidak bersesuaian dengan demam. Tremor
disebabkan oleh bertambahnya kepekaan sinaps saraf didaerah medula yang
mengatur tenus otot. Sedangkan tanda-tanda neurologi yang lain mencakup
agitasi dan kebingungan, hiperrefleksia, kejang, dan bahkan terjadi koma.
2.3. Bagaimana hubungan antar gejala tersebut ?
Pada kasus, demam, batu pilek, sakit tenggorokan, dan diare terjadi
karena hipertiroidisme dan infeksi mikroorganisme. Demam merupakan akibat
dari peningkatan kadar hormon T3,T4 dan infeksi mikroorganisme yang
meningkatkan produksi prostaglandin. Sementara, diare hanya disebabkan
oleh peningkatan kadar hormon T3 dan T4 yang meningkatkan morilitas usus.
Dan batuk pilek dan sakit tenggorokan disebabkan oleh infeksi
mikroorganisme Streptococcus b-hemolticus, S. viridians, S. pyogenes sebagai
penyebab terbanyak.
10
3. Dalam beberapa bulan terakhir pasien juga sering gugup, keluar keringat
banyak, mudah cemas, sulit tidur dan bila mengerjakan sesuatu selalu
terburu-buru.
3.1. Bagaimana etiologi dan mekanisme
a. gugup dan mudah cemas
Keadaan Hipertiroid dengan pelepasan hormone tiroid yang berlebihan
dalam darah menyebabkan peningkatan aktivitas system saraf simpatis.
Adanya peningkatan saraf simpatis menyebabkan denyut jantung lebih cepat
dan kuat (takikardi dan palpitasi), peningkatan kegelisahan (cemas dan
insomnia), gemetar (merasa goncang atau gugup), dan gejala lainnya.
Hormon tiroid meningkatkan jumlah reseptor adrenergik-β dalam
otot jantung, otot skeletal dan jaringan adiposa. Mereka juga menurunkan
reseptor adrenergik-α miokardial. Disamping itu, mereka juga dapat
memperbesar aksi katekolamin pada tempat pasca-reseptor. Dengan demikian,
kepekaan terhadap ketokolamin meningkat dengan nyata pada hipertiroidisme
sehingga menstimulasi sistem saraf simpatis dan menyebabkan takikardi,
aritmia yang menimbulkan rasa gugup.
Hormon tiroid meningkatkan kecepatan berfikir, tetapi juga sering
menimbulkan disosiasi pikiran. Sehingga pada pasien hipertiroid cenderung
menjadi mudah cemas, serta mudah gugup dan psikoneurotik, seperti
kompleks ansietas, kecemasan sangat berlebihan atau paranoia.
b. keluar keringat banyak
Gangguan autoimun sekresi T3-T4 meningkat stimulasi Na+K+ATPase
pada jaringan kecepatan transpot Na dan K melalui membran sel meningkat
meningkatkan BMR (Basal Metabolic Rate) ↑ produksi kalor suhu
tubuh meningkat (demam) respon tubuh mekanisme pelepsan panas
sekresi keringat ↑
c. sulit tidur
Gangguan autoimun sekresi T3-T4 meningkat stimulasi Na+K+ATPase
pada jaringan meningkatkan BMR (Basal Metabolic Rate) insomnia
11
peningatan hormon thyroid-meningkatkan responsivitas sel-sel sasaran
terhadap katekolamin - meningkatkan frekuensi jantung-takikardia-agitasi-sulit
tidur penigkatan T3-meningkatnya rangsangan trnskripsi dari rantai alpha
miosin dan menghambat rantai beta miosin-meningkatnya kontraksi otot
jantung-takikardi-agitasi /cemas-sulit tidur.
Karena adanya efek eksitasi dari hormon tiroid pada sinaps => timbul
kesulitan tidur
4. Pemeriksaan fisik
4.1. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan fisik?
Kesadaran : delirium → penurunan tingkat kesadaran yang biasanya muncul
pada gangguan-gangguna toksik dan metabolic susunan saraf.
TD 100/80 mmHg → hipotensi. Batas normal 120/80 mmHg
nadi 140x/menit → takikardia. Normal : 80-100x/menit
RR 24x/menit → takipneu. Normal : 16-20 x / menit
suhu 39° C → Demam. Normal : 36-37°C
Kepala : exophthalmus (+)→abnormal. Normal : (-)
mulut : faring hiperemis, oral hygiene buruk
Leher : struma diffusa (+)→ abnormal. Normal : (-)
kaku kuduk (-)→Normal
Jantung : takikardia paru : bunyi nafas normal
Abdomen : dinding perut lemas; hati dan limpa tak teraba, bising usus
meningkat.
Ekstremitas : telapak tangan lembab → abnormal
Tremor (+)→ abnormal
Refleks patologis (-) →
4.2. Bagaimana patofisiologi dari hasil pemeriksaan fisik yang abnormal?
Temperature 39 oC
Pada penderita hipertiroid terjadi peningkatan metabolisme tubuh, yang
diikuti dengan pembentukan kalor, sehingga biasanya suhu tubuh meningkat.
Pada Nn. SS, selain mengalami hipertiroid juga terjadi infeksi (Proses
peradangan diawali dengan masuknya zat toksin (mikroorganisme) kedalam
12
tubuh kita. Mikroorganisme (MO) yang masuk kedalam tubuh umumnya
memiliki suatu zat toksin tertentu yang dikenal sebagai pirogen eksogen. Dengan
masuknya MO tersebut, tubuh akan berusaha melawan dan mencegahnya dengan
memerintahkan tentara pertahanan tubuh antara lain berupa leukosit, makrofag,
dan limfosit untuk memakannya (fagositosit). Dengan adanya proses fagositosit
ini, tentara-tentara tubuh itu akan mengeluarkan senjata, berupa zat kimia yang
dikenal sebagai pirogen endogen (khususnya IL-1) yang berfungsi sebagai anti
infeksi. Pirogen endogen yang keluar, selanjutnya akan merangsang sel-sel
endotel hipotalamus untuk mengeluarkan suatu substansi yakni asam
arakhidonat. Asam arakhidonat dapat keluar dengan adanya bantuan enzim
fosfolipase A2. Asam arakhidonat yang dikeluarkan oleh hipotalamus akan
pemacu pengeluaran prostaglandin (PGE2). Pengeluaran prostaglandin dibantu
oleh enzim siklooksigenase (COX). Pengeluaran prostaglandin akan
mempengaruhi kerja dari termostat hipotalamus. Sebagai kompensasinya,
hipotalamus akan meningkatkan titik patokan suhu tubuh (di atas suhu normal).
Adanya peningkatan titik patokan ini dikarenakan termostat tubuh (hipotalamus)
merasa bahwa suhu tubuh sekarang dibawah batas normal. Akibatnya terjadilah
respon dingin/ menggigil. Adanya proses mengigil ( pergerakan otot rangka) ini
ditujukan untuk menghasilkan panas tubuh yang lebih banyak. Dan terjadilah
demam.)
Kepala :
Exopthalmus
Kelainan mata disebabkan oleh reaksi autoimun pada jaringan ikat di dalam
rongga mata. Jaringan ikat dengan jaringan lemaknya menjadi hiperplasik
sehingga bola mata terdorong keluar dan otot mata terjepit. Akibat terjadi
eksoftalmus yang dapat menyebabkan rusaknya bola mata akibat keratitis
Faring hiperemis
Pada faringitis yang disebabkan infeksi, bakteri ataupun virus dapat secara
langsungmenginvasi mukosa faring menyebabkan respon inflamasi lokal.
Kuman menginfiltrasi lapisanepitel, kemudian bila epitel terkikis maka
jaringan limfoid superfisial bereaksi, terjadi pembendungan radang dengan
13
infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada stadium awal terdapat hiperemi,
kemudian edema dan sekresi yang meningkat.
Leher : Struma Difusa dan Kepala : Eksophtalmus
Jantung :↑hormone tiroid
↓ ↑Metabolisme
↓mempercepat pemakaian O2
dan meningkatnya pembentukan ATPdari metabolisme di jaringan
vasodilatasi pada sebagian besar
14
jaringan tubuh
aliran darah
↑ Curah jantung
meningkatnya frekuensi denyut jantung
TAKIKARDIA
Pemeriksaan Fisik abdomen :
Seperti yang kita ketahui efek dari hormon tiroid pada fungsi otot,
sedikit peningkatan hormon tiroid biasanya menyebabkan otot bereaksi
dengan kuat. Namun bila jumlah hormon ini berlebihan, maka otot-otot
malahan menjadi lemah oleh karena berlebihannya katabolisme protein. Itu
yang menyebabkan dinding perut lemas pada pemeriksaan fisik abdomen.
Kemudian bising usus meningkat, itu karena efek hormon thyroid yg
meningkatkan motilitas usus.
Telapak tangan lembab:
Gangguan autoimun sekresi T3-T4 meningkat stimulasi Na+K+ATPase
pada jaringan meningkatkan BMR (Basal Metabolic Rate) ↑ produksi
kalor suhu tubuh meningkat (demam) respon tubuh mekanisme
pelepsan panas sekresi keringat ↑ telapak tangan lembab
Tremor :
Peningkatan kadar hormon tiroid (T3-T4 ) meningkatkan pelepasan
katekolamin peningkatan kadar katekolamin plasma peningkatan
sensitivitas reseptor Adrenergik Beta dilatasi pembuluh darah & otot
skeletal aliran O2 ke otot ↑ tonus otot meningkat tremor .
Hormon tiroid yang tinggi di dalam darah akan meningkatkan kepekaan sinaps
saraf di medulla spinalis yang mengatur tonus otot (fisiologi guyton hal. 1194).
15
Akibatnya akan terjadi kontraksi dan relaksasi otot-otot fleksor ekstensor jari-
jari tangan yang involunter.
4.3. Bagaimana cara pemeriksaan :
a. Exophthalmus
Besarnya proptosis dapat diukur dengan alat exophthalmometri Hertel.
Penonjolan bola mata dikatakan exophthalmos bila perbedaan penonjolan antara
kedua mata adalah lebih dari 3 mm. Bila penonjolan kearah vertikal atau
horizontal dapat diukur dengan McCoy Facial Tri Square (Padgett P-3795)
Arah proptosis dapat menggambarkan lokasi massa, sebab bola mata biasanya
berubah tempat jauh dari lokasi massa nya.
b. Struma diffusa
Pada status lokalis pemeriksaan fisik struma diffusa perlu dinilai :
a.batas kelenjar tiroid
b.konsistensi
c.nyeri pada penekanan
d.pembesaran kelenjar getah bening
Inspeksi dari depan penderita, nampak suatu benjolan pada leher
bagian depan bawah yang bergerak ke atas pada waktu penderita menelan
ludah.
Palpasi dari belakang penderita dengan ibu jari kedua tangan pada
tengkuk penderita dan jari-jari lain meraba benjolan pada leher penderita.
Pada palpasi harus diperhatikan :
lokalisasi benjolan terhadap trakea (mengenai lobus kiri, kanan atau
keduanya), ukuran (diameter terbesar dari benjolan, nyatakan dalam
sentimeter), konsistensi, mobilitas, infiltrat terhadap kulit/jaringan sekitar
apakah batas bawah benjolan dapat diraba (bila tak teraba mungkin ada bagian
yang masuk ke retrosternal).
c. Tremor
Cara melakukan pemeriksaan tremor, penderita dalam keadaan duduk,
tangan dan jari direntangkan (kira-kira tegak lurus pada posisi badan yang
16
duduk) lalu lihat ada tremor atau tidak. Pada kasus ini jika tremor menunjukan
bahwa penderita mengalami hipertiroid.
5. Pemeriksaan laboratorium
5.1 Bagaimana interpretasi pemeriksaan laboratorium?
Darah rutin : Hb Nn. Ss = 12g% → normal wanita : 12 – 15 g/dl
normal laki2 : 13 – 18 g/dl
WBC Nn. Ss = 17000/mm3 → 5000-10.000
Tes Fungsi tiroid : TSH Nn.SS = 0,001 mU/L → normal : 0,5-6 mU/L
T4 bebas Nn.Ss= 7,77 ng/dl → normal : 0,8-2,4 ng/dl
5.2 Bagaiman patofisiologi hasil pemeriksaan laboratorium yang abnormal?
Kadar WBC abnormal :
Karena, adanya inflamasi dari kelenjar tiroid / tiroiditis pada kasus
ditemukan adanya struma difussa adalah pembesaran kelenjar tiroid yang
terjadi secara difus tanpa adanya nodul. Tiroiditis tidak menyebabkan
produksi hormon oleh kelenjar tiroid, namun menyebabkan kebocoran
penyimpanan hormon tiroid sehingga bocor dan keluar dari kelenjar yang
meradang, dan meningkatkan kadar hormon tiroid di dalam darah.
Hasil tes Fungsi tyroid yang abnormal :
Penyebab dari hipertiroidisme et causa graves disease yaitu
autoimun.Tubuh salah memproduksi suatu zat yang identik dengan
Thyroid Stimulating Hormone (TSH) yaitu long Acting Thyroid
Stimulator (LATS).
LATS ini menutup daerah reseptor TSH dengan cara menempel pada
reseptor tersebut.Akibatnya, thyroid terstimulasi untuk memproduksi T3
dan T4. Jumlah T3dan T4 yang terus meningkat tanpa terkendali. Hal ini
terjadi karenamekanisme feedback tidak berjalan dengan seharusnya. Jadi,
ketika T3 dan T4sudah terlalu banyak, maka hipotalamus akan
menghentikan produksi TRHsehingga TRH kadarnya rendah.
Begitu pula dengan hipofisis anterior yangmenghambat produksi dari TSH
yang akan menyebabkan TSH kadarnya menurun.
Hasil tes kadar T4 yang abnormal :
17
Sedangkan TSH pada reseptor dalam tiroid sudah digantikan oleh LATS
sehingga akan terus-menerus menghasilkan T3 dan T4, sehingga T4 nya
meningkat. Atau Apabila hormon tiroid bebas dalam plasma menurun
maka akan memberikan rangsangan ke hipofisis untuk mengeluarkan TSH
lebih besar sehingga akan meningkatkan produksi T3 dan T 4.
6. Apa diagnosis dari kasus ini?
Pada kasus ini pasien mengalami krisis tiroid, dimana merupakan salah satu
kegawatdaruratan di bidang endokrinologi yang terjadi akibat peningkatan
kadar hormone tiroid di dalam darah yang sangat tinggi sehingga
mengakibatkan gangguan metabolisme tubuh yang sangat berat. Krisis tiroid
biasanya terjadi ada pasien-pasien yang sudah menderita hipertiroid atau
tirotoksikosis sebelumnya yang tidak terdiagnosis atau tidak ditatalaksana
dengan adekuat. Biasanya penyebab krisis tiroid yang paling sering diantara
keadaan tirotoksikosis adalah penyakit Graves, yang merupakan penyakit
autoimun yang terjadi akibat adanya antibodi terhadap reseptor TSH yang
merangsang sintesis dan sekresi hormone tiroid menjadi berlebihan. Onset
terjadinya krisis tiroid berlangsung cepat dan paling sering diawali oleh factor
pencetus berupa infeksi. Gejala klinis krisis tiroid sama dengan gejala
tiroroksikosis pada umumnya tapi dengan tampilan klinis yang lebih berat
seperti penurunan kesadaran, dehidrasi, hiperpireksia, takikardia hebat dan
adanya diare. Pada pemeriksaan laboratorium juga didapatkan peningkatan
hormone tiroid baik T4 atau T3 disertai kadar TSH yang dibawah normal.
7. Apa differential diagnosis dari kasus ini?
Ansietas neurosis, gangguan jantung, anemia, penyakit saluran pencernaan,
tuberculosis, myasthenia, kelainan muscular, sindroma menopause,
pheocromositoma, primary ophthalmophaty sangatlah sulit dibadakan dengan
penyakit hipertiroid, apalagi pada pasien dengan pembesaran kelenjar tiroid
yang minimal, pasien dapat merasakan nyeri pada saat tiroid melepaskan
hormon tiroid. Pada kondisi ini dapat sembuh dengan sendirinya atau dengan
obat anti tiroid, pengobatan dengan tindakan bedah dan radio aktif iodine
tidaklah diperlukan.
18
Ansietas neurosis merupakan gejala yang sulit dibedakan dengan hipertiroid.
Pada ansietas biasanya fatique tidak hilang pada istirahat, telapak tangan
berkeringat, denyut jantung pada waktu tidur normal, dan tes lab fungsi tiroid
normal.
Jika pada pendeita hipertiroid fatique dapat hilang pada saat istirahat, telapak
tangan hangat dan berkeringat, takikardia pada waktu tidur, dan tes fungsi
tiroid abnormal.
Penyakit organic nontiroid juga sulit dibedakan dengan hipertiroidism, harus
dibedakan secara garis besar dari kejadian-kejadian yang spesifik pada system
organ yang terlibat, dan juga dengan tes fungsi tiroid.
Gejala-gejala seperti exophthalmus atau ophthalmoplegia harus diperiksa oleh
ophthalmologic, USG, CT scan, MRI scan, dan pemeriksaan neurologis.
8. Bagaimana penanganan pertama pada saat delirium?
Diberikan cairan untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit (NaCl dan cairan lain)
dan kalori (glokusa), vitamin, oksigen kalau perlu obat sedasi, kompres es.
9. Bagaimana penatalaksaan pada kasus ini?
Prinsip pengelolaan krisis tiroid yakni mengendalikan tirotoksikosis dan
mengatasi komplikasi yang terjadi.
1. Rehidrasi
Diberikan cairan untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit (NaCl dan cairan
lain) dan kalori (glokusa), vitamin, oksigen kalau perlu obat sedasi,
kompres es.
2. Pengobatan kausal obat anti tiroid dan solutio lugol setelah pemberian obat
antitiroid.
Untuk tirotoksikosis dapat digunakan terapi kombinasi dengan dosis tinggi
misalnya propanolol 2-4mg/4jam secara IV atau 60-80mg/4jam secara
oral/NGT, diteruskan dengan pemberian PTU, propylthiourasil atau
methimazole secara IV atau rectal, pemberian larutan lugol 10 tetes/8jam
secara langsung IV, oral atau rectal, pemberian glucocorticoid 100mg/8jam.
3. Identifikasi faktor pencetus : infeksi trauma, tindakan pembedahan, infark
miokard, tromboemboli paru, KAD, persalinan, penghentian obat-obatan
anti tiroid.
19
4. Antibiotiks harus diberikan, Untuk demam dapat diberikan asetaminofen,
Sedangkan untuk mengatasi komplikasinya tergantung kondisi penderita
dan gejala yang ada.
10. Bagaimana prognosis pada kasus ini?
Krisis tiroid dapat berakibat fatal jika tidak ditangani. Angka kematian keseluruhan akibat krisis tiroid diperkirakan berkisar antara 10-20% tetapi terdapat laporan penelitian yang menyebutkan hingga 75%, tergantung faktor pencetus atau penyakit yang mendasari terjadinya krisis tiroid. Dengan diagnosis yang dini dan penanganan yang adekuat, prognosis biasanya akan baik serta kepatuhan dalam terapi.
11. Apa KDU pada kasus ini?
Hyperthyroidis : KDU tingkat kemampuan 3A, yaitu Mampu membuat
diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan - pemeriksaan
tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya : pemeriksaan laboratorium
sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan dan memberi terapi
pendahuluan, serta merujuk ke spesialis yang relevan (bukan kasus gawat
darurat).
Krisis Tiroid : Kompetensi tingkat IIIb yaitu Mampu menegakkan diagnosis berdasarkan pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan penunjang, mampu mengambil keputusan terapi pendahuluan dan merujuk ke spesialis yang tepat untuk menindaklanjutinya pada KASUS GAWAT DARURAT.
IV. Learning Issue
1. Hipertiroid
DEFINISI
Hipertiroid adalah suatu keadaan hipermetabolik disebut juga tirotoksikosis, terjadi
akibat kelebihan sekresi tiroksin (T4) atau triiodo-tironin (T3). (Barbara, C. Long,
1996: 265).
ETIOLOGI
Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis atau
hipotalamus. Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan disertai
penurunan TSH dan TRF karena umpan balik negative HT terhadap pelepasan
20
keduanya. Hipertiroidisme akibat malfungsi hipofisis memberikan gambaran kadar
HT dan TSH yang tinggi. TRF akan rendah karena umpan balik negative dari HT
dan TSH. Hipertiroidisme akibat malfungsi hipotalamus akan memperlihatkan HT
yang tinggi disertai TSH dan TRH yang berlebihan. (Corwin, J. E, 2000: 263).
KLASIFIKASI
1) Penyakit Grave’s- Grave’s ialah nama orang yang pertama menemui penyakit
ini. Penyakit Grave’s merupakan penyebab tersering hipertiroidisme merupakan
suatu penyakit otoimun yang biasanya ditandai oleh produksi otoantibodi yang
memiliki kerja mirip TSH pada kelenjar tiroid. Otoantibodi IgG ini yang disebut
immunoglobulin perangsang tiroid (Thyroid-Stimulating Immunoglobulin),
meningkatkan pembenukan HT.Badan pesakit yang mengalami hipertiroidisme
selalu akan mengeluarkan antibody, yang kemudian akan merangsang kelenjar
tiroid untuk menjadi aktif. Penyebab penyakit Grave’s tidak diketahui, namun
tampaknya terdapat predisposisi genetic terhadap penyakit otoimun. Penyakit
Graves biasanya terjadi pada usia sekitar 30-40 tahun dan lebih sering ditemukan
pada wanita daripada pria.
2) Penyakit multi nodular goiter
Keadaan di mana wujud nodul pada tiroid dan berfungsi sama ada secara aktif,
normal atau tidak aktif langsung.
3) Adenoma toksik
Wujud satu nodul saja pada tiroid tetapi nodul itu aktif dan mengeluarkan hormone
berlebih.
ANATOMI PATOLOGI
Kelenjar tiroid adalah salah satu kelenjar getah bening yang terletak di daerah
leher, berdekatan dengan nervus laryngeus rekurrens dan kelenjar paratiroid.
Kelenjar ini merupakan kelenjar terbesar dan terberat dibandingkan kelenjar
lainnya.Terdiri dari dua bagian dengan berat kira-kira 20-30 gram. Kelenjar tiroid
ini kaya pembuluh darah dan terdapat sistem limfatik yang berada di dalam
kelenjar. Terdapat kedua susunan saraf otonom, akan tetapi saraf simpatik lebih
berperan. Sel yang mendominasi kelenjar ini adalah sel folikel. Hormon yang
diproduksi adalah tiroksin (T4) dan triiodo-tironin (T3). Produksi hormon ini
tergantung pada stimulasi dari tirotropin stimulating hormon (TSH) yang berasal
dari hipofisis, di samping hormon ini kelenjar tiroid masih memproduksi
21
tiroglobulin. Sifat hormon T3 dan T4 adalah meningkatkan metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein.
Fungsi utamanya adalah sebagai pemicu kelenjar-kelenjar lain agar berfungsi
dengan baik, khususnya kelenjar yang berhubungan dengan pencernaan dn
pertumbuhan. Gangguan yang timbul akibat kelenjar tiroid menjadi hiperaktif
disebut thyrotoxocosis atau hiperaktif. Menurut para ahli, penyakit ini merupakan
salah satu penyakit gangguan kelenjar getah bening yang paling banyak ditemukan.
Penderitanya yang paling banyak adalah wanita berusia 20-40 tahun. Pada
pemeriksaan laboratorium akan didapati peningkatan kadar hormone tiroid dalam
darah.
PATOFISIOLOGI
Tiroid hiperaktif (hipertiroidisme) terjadi karena produksi hormon tiroid yang
berlebihan. Pada sebagian besar pasien, hipertiroidisme terjadi akibat adanya
sejenis antibodi dalam darah yang merangsang kelenjar tiroid, sehingga tidak
hanya produksi hormon tiroid yang berlebihan, tetapi juga ukuran kelenjar tiroid
menjadi besar. Penyebab adanya antibodi tersebut belum diketahui, mungkin ada
kaitannya dengan faktor keturunan. Produksi hormon tiroid yang berlebihan terjadi
dengan sendirinya tanpa kendali dari TSH. Jenis hipertiroidisme ini disebut
penyakit Graves.
Pada penyakit Graves terdapat 2 kelompok gambaran utama, tiroidal dan
ekstratiroidal, dan keduanya mungkin tidak tampak. Ciri-ciri tiroidal berupa goiter
akibat hyperplasia kelenjar tiroid dan hipertiroidisme akibat sekresi hormone tiroid
yang berlebihan. Gejala-gejala hipertiroid berupa manifestasi hipermetabolisme
dan aktivitas simpatis yang berlebihan, manifestasi ektratiroidal berupa oftalmopati
dan infiltrasi kulit local yang biasanya pada tungkai bawah. Jaringan orbita dan
otot-otot mata diinfiltrasi oleh limfosit, sel mast, dan sel-sel plasma yang
mengakibatkan eksoftalmoa, okulopati kongestif dan kelemahan gerakan ekstra
ocular.
Goiter nodular toksik paling sering ditemukan pada pasien lanjut usia sebagai
komplikasi goiter nodular kronik. Pada pasien-pasien ini hipertiroidisme timbul
secara lambat dan manifestasi klinisnya lebih ringan daripada penyakit Graves.
Penderita mungkin mengalami aritmia dan gagal jantung yang resisten terhadap
terapi digitalis. Penderita dapat pula memperlihatkan bukti-bukti penurunan BB,
22
lemah, dan pengecilan otot. Penderita goiter nodular toksik memperlihatkan tanda-
tanda mata melotot, pelebaran fisura palpebra, kedipan mata berkurang akibat
aktivitas simpatis yang berlebihan.
Penderita hipertiroidisme berat dapat mengalami krisis atau badai tiroid yang bias
membahayakan kehidupan. Apabila terdapat manifestasi klinis hipertiroidisme,
maka tes laboratorium akan menunjukkan pengambilan resin triyodotironin/T3 dan
tiroksin serum yang tinggi, serta kadar TSH serum rendah. Selain itu TSH tidak
dapat memberikan respon terhadap rangsangan oleh TRH, suatu tiroid releasing
hormone dari hipotalamus. (Price, S. A, 1995: 1074-1075)
2. Pemeriksaan fisik pada kelenjar tiroid
a. INSPEKSI- Tiroid normal dapat terlihat di bawah kartilago krikoid. - Pembesaran kelenjar tiroid disebut goiter, (Latin guttur,
‘’tenggorokan’'), dapat terlihat pada inspeksi khususnya jika pasien mengekstensikan leher .
- Pada pembesaran difus sentral biasanya hanya terlihat isthmus. b. PALPASI: Posterior Approach
- Posisi pasien duduk atau berdiri - Pemeriksa berdiri di belakang pasien,
Tentukan lokasi isthmus tiroid dengan cara palpasi antara kartilago tiroid dan lekuk suprasternal
- Gerakkan tangan ke arah lateral untuk merasakan batas tiroid di bawah sternocleidomastoid
- Pasien diminta menelan sedikit air sewaktu palpasi dan rasakan gerakan keatas dari kelenjar tiroid
PALPASI: Anterior Approach- Posisi pasien duduk atau berdiri - Tentukan lokasi isthmus tiroid dengan
cara palpasi antara kartilago tiroid dan lekuk suprasternal
- Gunakan satu tangan untuk meretraksi ringan otot sternocleidomastoid sambil menggunakan tangan lainnya untuk mempalpasi tiroid
23
- Pasien diminta menelan sedikit air sewaktu palpasi dan rasakan gerakan keatas dari kelenjar tiroid
c. PERKUSIBagian atas manubrium dapat diperkusi dari satu sisi ke sisi lainnya. Perubahan dari resonan ke redup menunjukkan kemungkinan goiter retrosternal tetapi pemeriksaan ini tidak sepenuhnya bisa dipercaya.
d. AUSKULTASIAuskultasi dilakukan diatas setiap lobus untuk mendengarkan bruit. Ini merupakan pertanda adanya peningkatan aliran darah yang dapat terjadi pada hipertiroid atau kadang-kadang pada penggunaan obat antitiroid.
3. Pemeriksaan laboratorium fungsi tiroid
Pada kebanyakan pasien dengan hipertiroidisme, kadar T3, T4, FT3 dan FT4
akan meningkat dan TSH akan tertekan (Konsentrasi TSH dalam plasma diukur
dengan radioimunologik). Ambilan radioiodine juga akan meningkat. Antibody
antitiroglobulin, peroksidase tiroid dan antibody TSH-R Ab[Stim] biasanya
ditemukan.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan :
Pemeriksaan kadar TSH
Apabila TSH rendah, T4 rendah T3 normal: subklinik, atau T3 toxicosis
TSH rendah, T4 tinggi hipertiroid primer
TSH tinggi kemungkinan mengalami secondary hiperthyroid
Pemeriksaan PBI (Plasma Bound Protein) dalam serum
Normal 4-8 µg/100ml
Pada hipertiroidisme PBI ↑
Pemeriksaan antibody antitiroid antibody dan antibody TSH-Reseptor
(Konsentrasi TSI diukur dengan radioimunologik. Normalnya tinggi
pada tipe tirotoksikosis yang biasa tetapi rendah pada adenoma tiroid)
BMR (biasanya meningkat sampai +30 hingga +60 pada
hipertiroidisme berat)
Kadar Kolesterol dalam serum (Pada hipertiroid kadar kolesterol
dan ester↓)
pengukuran kadar serum hormone
Radioactive Iodine Uptake Test
Scanning Thyroid
24
4. Krisis Tiroid
Thyroid storm dapat terjadi pada pasien yang sebelumnya sudah ada hipertiroid
ataupun yang belum, kemudian lantaran menjalani operasi, atau infeksi, atau
trauma lainnya, menyebabkan pelepasan hormone tyroid yang berlebihan.
Etiologi krisis tiroid sampai saat ini belum banyak diketahui. Namun ada tiga
mekanisme fisiologis yang diketahui dapat mengakibatkan krisis tiroid, yaitu :
1. Pelepasan seketika hormone tiroid dalam jumlah yang besar.
Pelepasan tiba-tiba hormon tiroid diduga dapat menyebabkan manifestasi
hipermetabolik yang terjadi selama krisis tiroid, namun analisis laboratorium
T3 & T4 mungkin tidak nyata dalam fenomena ini.
2. Hiperaktivitas adrenegik
Telah banyak diketahui bahwa hormin tiroid dan katekolamin saling
mempengaruhi satu sama lin. Walaupun masih belum pasti apakah efek
hipersekresi hormon tiroid atau peningkatan kadar katekolamin menyebabkan
peningkatan sensitivitas dan fungsi organ efektor. Namun interaksi tiroid
katekolamin dapat mengakibatkan peningkatan kecepatan reaksi kimia,
meningkatkan konsumsi nutrien dan oksigen, meningkatkan produksi panas,
perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit, dan status katabolik.
3. Lipolisis dan pembentukan asam lemak yang berlebihan.
Lipolisis berlebihan, peningkatan jumlah asam lemak mengoksidasi dan
menghasilkan energi panas yang berlebih yang sulit untuk dihilangkan melalui
jalan vasodilatasi. Energi ini bukan berbentuk adenosin trifosfat pada tingkat
molekuler, dan juga tidak dapat digunakan oleh sel.
Penanganan pertama yang sebaiknya dilakukan yaitu memberi cairan infuse
untuk mengatasi dehidrasi. Obat anti-tiroid diberikan dalam dosis tinggi,
propylthiouracil (PTU) 900-1200 mg sebagai dosis awal, juga larutan lugol
(kalium yodida), propanolol untuk menekan denyut jantung, kadang ditambah
dengan kortikosteroid. Obat penurun panas juga diberikan.
25
V. Kerangka Konsep
26
Grave Disease(Peny. Autoimun)
Antibody IgG (TSI) berikatan dgn reseptor TSH
TSI merangsang fungsi tiroid
↑ produksi TSHR-Ab oleh sel B
Ikatan TSHR-Ab dg TSH-reseptor di tiroid
Aktivasi cAMP di sel
Ikatan TSHR-Ab dg TSH-reseptor di orbital
Infiltrasi sitokin, sel mast & sel plasma
Sekresi sitokin
Fibroblast menghasilkan glikosaminoglikan
Penebalan otot dan lemak pd orbital
eksoptalmus
T3 & T4 ↑TSH ↓
BMR ↑
Pelepasan Katekolamin
Disosiasi Pikiran
Cemas gugup
Terburu-buru
↑ Jmlh reseptor adrenergic β 1 pd miocard
↑ Jmlh reseptor adrenergic β 2
takikardi
BP ↓ Tremor
Vasodilatasi BV & otot
↑ konsumsi O2
↑ RR
↑ produksi kalor
↑ aktivitas GI
demam diare
Telapak tangan lembab
↑ sekresi keringat
Hiperplasi & hipertrofi folikuler
Struma difusa
Eksitasi di sinaps
insomnia
Infeksi
Batuk, pilek, sakit tenggorokan
↑ WBC
Krisis Tiroid
Penurunan fungsi organ
delirium
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Nn SS 22 tahun diantar ke IGD karena delirium sejak 4 jam yang lalu, diduga
mengalami krisis tiroid akibat menderita hipertiroid dan dipicu oleh adanya infeksi.
27
DAFTAR PUSTAKA
Dorland, W. A Newman. 2011. Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 28. Jakarta :
EGC
Guyton AC, Hall JE.2008.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Jakarta : EGC
Marks, Dawn B.2000.Biokimia Kedokteran Dasar : Sebuah Pendekatan
Klinis.Jakarta:ECG
Tandra, Hans.2008.Mencegah dan Mengatasi Penyakit Tiroid.Jakarta:Gramedia
Pustaka Utama
28