26
LAPORAN KASUS KELOMPOK 2 Muhammad Hazim Afif b Amirudin John Junior Leni Anggraeni Rina Purnawati DOKTER PEMBIMBING: Dr. Carlamia, Sp KJ KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT JIWA

Laporan Kasus Bpk c

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan kasus

Citation preview

LAPORAN KASUS

LAPORAN KASUS

KELOMPOK 2Muhammad Hazim Afif b Amirudin

John Junior

Leni Anggraeni

Rina Purnawati

DOKTER PEMBIMBING: Dr. Carlamia, Sp KJ

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT JIWARUMAH SAKIT KETERGANTUNGAN OBAT CIBUBUR PERIODE 8 26 Desember 2014

Status Psikiatri

Nomor Rekam Medis: 036278

Nama Pasien: Bpk C

Masuk Rumah Sakit Tanggal: 4/12/2014

Alasan Masuk ke Rumah Sakit: Di rujuk pihak kepolisisan Palembang

Pernah di Rawat, Tanggal, Lama:

Pernah dirawat di RSKO tanggal 3/3/2014 selama 2 minggu, atas keinginan keluarga, karena diketahui menggunakan shabu.

IDENTITAS PASIEN :

Nama ( inisial )

: Bpk CTempat & Tgl lahir

: Palembang, 12/7/1979Jenis Kelamin

: Laki - Laki

Suku bangsa

: PalembangAgama

: Islam

Pendidikan

: S1, Hubungan InternasionalPekerjan

: Karyawan SwastaStatus perkawinan

: Pernah menikah sebanyak 2 kali, 2 kali bercerai. Anak dengan isteri pertama sebanyak 3 orang

Alamat (kelurahan, kecamatan): Sukabangun I, Villa Bangun Ind Kelurahan Sukabangun Kecamatan SukaromiI. RIWAYAT PSIKIATRIK : Autoanamnesis: pada tanggal 11-12 Desember 2014; pukul 10.30 12.00 di kantor MPE RSKO Cibubur.

Alloanamnesis : tidak dilakukanCatatan rekam medis

A. KELUHAN UTAMA

Pasien tertangkap polisi. Saat diperiksa pasien dalam keadaan high dan ditemukan zat terlarang yaitu Shabu.

B. RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG

Pasien laki-laki usia 35 tahun datang ke RSKO dengan rujukan polisi karena tertangkap dalam pengaruh shabu saat mengemudi, 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien tampak sakit sedang. Pasien sering tidurnya terganggu, terasa seperti dihimpit saat memulai tidur. Gejala sudah sangat sering dirasakan sehingga pasien sudah terbiasa dengan keadaan tersebut. Keadaan tersebut terjadi saat pasien menggunakan napza jenis Shabu. Pasien juga mengatakan sering mendengar suara-suara setelah memakai obat-obatan. Gejala dirasakan apabila efek obat telah menurun

Jenis jenis zat yang terlarang yang pernah digunakan adalah ecstacy, dikonsumsi per oral, alprazolam per oral, ganja dengan cara merokok, shabu dengan cara menggunakan bong atau korek api dan di inhalasi uapnya. Ecstacy dan shabu adalah zat yang paling sering digunakan, dengan frekuensi sebanyak 2 kali seminggu.

C. RIWAYAT GANGGUAN SEBELUMNYA

Tahun 1997/1998 19981999 2000 2002 2011 Maret 2014 Augustus 2014 Desember 2014

Tahun 1997/98 : Pasien pertama kali masuk kuliah di UNPAR, dan pertama kali menggunakan Ecstacy 1998 : Pasien menggunakan Alprazolam sambil mengikuti hobinya membalap mobil

1999/ 2000: Pasien pertama kali menggunakan Shabu. Riwayat pemakaian obat-obatan lain, rokok dan konsumsi alkohol semuanya diakui pasien.

2002: Pasien menikah, dan mengatakan bahwa telah berhenti dari pemakaian zat terlarang sampai tahun 2011

2011: Pasien mengalami perceraian pertama. Akibat depresi, pasien balik ke pemakaian Shabu.

2014. Awal 2014, bulan Maret, pasien bernikah untuk kedua kalinya, dan pada bulan Augustus ibunya meninggal dunia, dan pada bulan November pasien mengalami perceraian ke-dua kalinya. Kembali pada pemakaian Shabu sehingga sekarang.

D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

1. Riwayat Perkembangan Fisik

Pasien merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Selama masa kehamilan dan persalinan tidak terdapat kelainan. Pasien lahir cukup bulan, dilahirkan secara normal per vaginam dengan ditolong oleh dokter. Tidak terdapat trauma lahir, kelainan fisik, ataupun cacat bawaan. Tumbuh kembang fisik dan motorik normal seperti anak-anak pada umumnya.2. Riwayat Perkembangan Kepribadian

a ) Masa Kanak-kanak (0-11 tahun)

Hubungan pasien dengan keluarga sangat baik dan tidak terdapat gangguan pada kemampuan pasien untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar.

b ) Masa Remaja (12-18 tahun)Pasien termasuk orang yang hiperaktif, mudah bergaul, prestasi cukup baik di sekolah sehingga akhirnya diterima masuk ke Universitas Parahyangan (UNPAR) untuk mengambil gelar sarjana pada jurusan Hubungan Internasional.

C ) Masa Dewasa (> 18 tahun) Pasien tergolong orang yang pandai bergaul, suka berkumpul dengan teman-temannya. Pasien juga suka mencoba hal-hal baru yang tidak luput dari narkoba. Pasien cenderung minat ke aktivitas high risk seperti balap mobil dan taruhan.

3. Riwayat Pendidikan

SD

SD X, tidak pernah tinggal kelas

SLTP SLTP X, tidak pernah tinggal kelas

SMA SMA X, tidak pernah tinggal kelas

4. Riwayat PekerjaanPasien pernah bekerja sebagai Admin sebuah pabrik, Auditor di Hailai Ancol dan terakhir bekerja di Pt. Multiekspress, perusahaan milik keluarganya.

5. Kehidupan Beragama

Pasien beragama Islam. Dengan pendidikan agama yang baik sejak kecil. Pasien mengatakan hidupnya mulai berubah sejak dia kuliah di mana pasien hidup lebih bebas. Mengakui masih melakukan sholat, namun mengkonsumsi akohol, makan babi dan bertato.

6. Riwayat kehidupan Seksual dan Perkawinan

Pasien pernah menikah sebanyak 2 kali. Pasien mengakui dia adalah seorang yang straight, atau tidak ke arah homoseksualitas maupun biseksual. Kehidupan seksual sebelum pernikahan kurang diketahui namun pada pernikahan pertama di tahun 2002 pasien mengatakan bahwa pasien adalah seorang family man, fokus pada keluarga dan kerja sehingga sanggup meninggalkan kecanduannya selama 9 tahun. Namun, pasien mengakui bahwa ada kesalahan pada dirinya sendiri, bahwa beliau work too hard, sehingga keluarga terabaikan. Keretakan rumah tangga terjadi sehingga berakhir dengan perceraian pada tahun 2011. Pasien menjelaskan itulah alasan dia merasa amat sedih dan kembali ke kehidupan lamanya sex and party. Pada tahun 2014, pasien menikah lagi namun bercerai pada akhir tahun karena alasan merasa istri kurang pantas dan tidak cocok dengan anak.

E. RIWAYAT KELUARGA

F. SITUASI KEHIDUPAN SOSIAL SEKARANGPasien sekarang tinggal dengan 3 orang anaknya. Keluarga tinggal berdekatan dengan rumah pasien sehingga hubungan kekeluargaan dikatakan cukup baik. Pasien sangat perhatian dengan anak-anaknya. Pasien memastikan setiap hari sekurang-kurangya menyisakan 1 jam untuk berinteraksi dengan anak-anak. Pasien mengakui bahwa menjadi single parents adalah tugas yang berat sehingga menggunakan bantuan pengasuh sekiranya pasien tidak dapat bersama anak-anak. Pasien juga melatih anak-anaknya bahasa Inggris, di mana setiap hari selepas jam 7 malam hingga keesokan harinya adalah english speaking session. Hubungan interaksi dengan ayah diakui baik, namun pasien mempunyai rasa kesal karena sang ayah menikah untuk kedua kalinya walaupun sebelum ibunya meninggal dunia. Hubungan kekeluargaan termasuk baik, di mana ayah pasien prihatin terhadap keadaan anaknya sekarang. Jika terjadi apa-apa, di mana pasien dalam keadaan yang terlalu kacau sehingga dianggap bisa menganggu keadaan anak cucunya, pasti akan ditegur maka dari itu terakhir kalinya masuk ke MPE RSKO Jakarta juga adalah dari rujukan ayahnya. Pasien masih meneruskan kehidupannya seperti dahulu, di mana sering keluar malam dan menggunakan zat-zat terlarang terutama Shabu. Namun pasien memastikan ketika pulang ke rumah, dia tidak dalam keadaan dibawah pengaruh zat terlarang atau minuman beralkohol karena pasien tidak mau dilihat anak-anaknya dalam keadaan tersebut. Pada tempat kerja, pasien dihormati oleh teman sejawat dan juga bawahannya. Dikenal sebagai seorang yang kreatif, produktif dan disegani. Pasien tidak segan untuk menegur bawahannya. Kelompok sosial pasien terdiri dari orang tua, saudara kandungnya, anak-anaknya, teman di tempat kerja, dan teman untuk party.

Pasien mengatakan bahwa awal pasien menggunakan obat-obatan karena dipengaruhi oleh teman-temannya, dan akibat dari cultural shock, tinggal berjauhan dari keluarga saat kuliah di UNPAR. Pasien hidup dengan bebas sehingga dapat mencoba banyak benda-benda yang baru dan juga zat-zat yang terlarang. Pada saat kuliah, pasien sempat depresi berat sehingga ada keinginan untuk bunuh diri namun diselamatkan oleh teman baiknya. Dikarenakan prestasi sewaktu kuliah yang dinilai amat rendah. Pemakaian lain digunakan pada saat berkumpul dengan teman-teman lama dan juga saat bertemu dengan orang baru. Pada beberapa keadaan, seperti pada waktu perceraian pertamanya dan pada saat kematian ibunya, pasien kembali memakai obat-obatan untuk melampiaskan frustasinya. Keluarga pasien tidak mengetahui bahwa selama ini pasien mengkonsumsi obat-obat terlarang sebelum pertama kali ditangkap polisi. Namun keluarga tahu bahwa pasien mengkonsumsi minuman beralkohol dan rokok.Riwayat dan pola pemakaian obat-obatan dikarenakan ingin menjauh dari tekanan emosional akibat konflik dalam hidupnya. Jika pasien dalam keadaan optimal, pemakaian dapat dikurangi atau bahkan tidak memakai sama sekali.

III. STATUS MENTAL

A. DESKRIPSI UMUM

1. Penampilan

Pasien laki-laki berpenampilan sesuai umur, berambut lurus, berkulit sawo matang. Menggunakan kaos dan celana pendek. Perawatan diri baik terlihat dari kebersihan tubuh dan pakaiannya yang selalu berbeda setiap hari.

2. Kesadaran

Kesadaran Neurologis : compos mentis

Kesadaran Psikiatrik : tampak tidak terganggu

3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor1. Sebelum wawancara : pasien sedang menonton televisi2. Selama wawancara : pasien duduk tampak nyaman akan tetapi sekali-kali

mencari rokok

3. Setelah wawancara : Pasien bersalaman dengan dokter muda dan segera

kekamar untuk tidur

4. Sikap terhadap pemeriksa Pasien bersikap kooperatif dan memiliki kontak mata yang baik dengan pemeriksa dan menjawab setiap pertanyaan yang diberikan.

5. Pembicaraan

a. Cara berbicara : spontan, jelas, lancar, volume suara cukup, tidak tertekan serta emosional.

b. Gangguan bicara : Tidak ditemukan gangguan bicara dan gangguan artikulasi.

B. ALAM PERASAAN1. Suasana perasaan

: eutimia

2. Afek

a. Arus

: tidak terputus-putus

b. Stabilisasi

: stabil

c. Kedalaman

: normal

d. Skala diferensiasi

: luas

e. Keserasian

: serasi

f. Pengendalian emosi: baik

g. Ekspresi

: baik

h. Dramatisasi

: tidak ada

i. Empati

: adaC. GANGGUAN PERSEPSI1. Halusinasi

: halusinasi auditorik (mendengar bisikan saat

efek obat mulai hilang)

2. Ilusi

: tidak ada

3. Depersonalisasi

: tidak ada

4. Derealisasi

: tidak ada

D. SENSORIUM DAN KOGNISI (FUNGSI INTELEKTUAL)

1. Taraf Pendidikan : S1 Hubungan Internasional UNPAR

2. Pengetahuan umum : Baik3. Kecerdasan

: Baik4. Konsentrasi

: Baik (pasien dapat memusatkan perhatiannya kepada

pertanyaan pemeriksa tanpa terdistraksi oleh keadaan

sekeliling)

5. Perhatian

: Baik

6. Orientasi

Orientasi waktu: Baik, pasien mengetahui jam berapa waktu wawancara

dengan dokter.

Orientasi tempat : Baik, pasien tahu saat ini sedang berada di RSKO.

Orientasi orang : Baik, pasien tahu sedang diwawancarai oleh dokter

muda.

Orientasi situasi: Baik, pasien tahu bahwa dirinya sedang diwawancarai oleh Dokter muda.

7. Daya ingat

Segera

: Baik, pasien dapat mengingat nama Dokter muda.

Jangka pendek

: Baik, pasien dapat menyebutkan menu sarapan tadi pagi.

Jangka panjang

: Baik, pasien dapat mengingat tanggal lahirnya.

8. Pikiran Abstrak : Baik, pasien dapat mengartikan peribahasa.

9. Visuospatial

: Baik, pasien dapat menggambar jam dengan benar.10. Bakat kreatif

: Baik (pasien bisa memainkan gitar)11. Kemampuan menolong diri sendiri : Baik, pasien mampu makan, mandi dan mengganti pakaian sendiri.E. PROSES PIKIR1. Arus pikir

a. Produktivitas : Cukup

b. Kontinuitas : Baik ( Tidak ada asosiasi longgar dan flight of ideas)

c. Hendaya berbahasa: Tidak ada

2. Isi pikiran

a. Preokupasi

: tidak ada

b. Waham

: tidak ada

c. Gagasan rujukan: tidak ada

d. Gagasan pengaruh: tidak ada

e. Obsesi

: tidak ada

f. Fobia

: tidak ada

F. PENGENDALIAN IMPULS

Baik. Selama wawancara emosi stabil, tidak terganggu dengan keadaan sekitar, pasien menjawab pertanyaan dengan sikap yang baik, tidak impulsif dan tidak melenceng dari pertanyaan.G. DAYA NILAI

1. Daya nilai sosial : Baik2. Uji daya nilai : Baik (pasien akan menyerahkan kepada polisi bila menemukan dompet dijalanan) 3. Daya nilai realitas : Tidak tergangguH. TILIKAN

Tilikan derajat III. I. RELIABILITAS

Pasien dapat dipercaya dan tidak berpura-pura.IV. PEMERIKSAAN FISIK

A. Status Internus

a) Keadaaan Umum

: Sakit sedang

b) Kesadaran

: Compos mentis

c) Tekanan darah

: 110/80

d) Nadi

: 82 x/menit

e) Suhu

: 36,5oC

f) Frekuensi nafas

: 18 x/menit

g) Tinggi Badan & Berat badan: 168 cm & 69 kg

h) Bentuk Badan

: Asthenikusi) Sistem kardiovaskular

: Auskultasi : BJ I-II reguler murni, murmur (-), gallop (-)j) Sistem Respiratorius

: Auskultasi

Kiri:Vesikuler,Rhonki-/-,Wheezing-/- Kanan :Vesikuler, Rhonki-/-, Wheezing-/-

k) Sistem Gastrointestinal: Bising usus (+) normal, tidak ada nyeri tekan.l) Sistem muskuloskeletal: tidak dilakukan

m) Sistem Urogenital

: tidak dilakukan

n) Sistem Dermatologis

: tidak dilakukanStatus Neurologik ( tidak dilakukan V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tanggal pemeriksaan 4 Desember 2014

Hematologi:

Hb

: 15.2 mg/dL

Eritrosit

: 5,01 juta /mm3Leukosit: 14500/mm3LED

: 12 mm/jamB/E/B/S/L/M: 0/1/2/74/20/3Trombosit

: 299 ribu sel/uL

Ht

: 46%SGOT

: 16 u/L

SGPT

: 29 u/L

Ureum

: 17mg/dl

Kreatinin

: 0.66 mg/dl

Urinalisa:

Makroskopis

- warna

kuning

-kejernihanjernih

-berat jenis1.015

-pH

6

-protein

negatif

-glukosanegatif

-nitrit

negatif

-bilirubinnegatif

-darah

negatif

-urobilinogen0.2

-keton

negatif

-lekosit esterasenegatif

Mikroskopis:

-leukosit0-2 LPB

-eritrosit0-1 LPB

-epitel

positif LPK

-silinder

negatif

-kristal

negatif

-bakteri

negatif

Drug Test

Canabis

: negatif

Amphetamin

: negatif

Opiat

: negatif

Meth-Amphetamin: negatifBenzodiazepin

: negatif

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNALaki laki 35 tahun datang ke RSKO Cibubur pada tanggal 4 Desember 2014, masuk sendiri dengan alasan terjerat hukum di Palembang.

Pasien ada gangguan menyerupai sleep paralysis dan halusinasi auditorik pada saat tidak menggunakan NAPZA. Gejala mirip sleep paralysis yang di ceritakan adalah terasa seperti ditindih. Halusinasi auditorik yang dimaksudkan adalah suara-suara sugesti untuk memakai lagi Shabu.

Pasien sudah menggunakan NAPZA sejak usia 19 tahun disaat memulai kuliah. Pasien pertama kali menggunakan ganja. Ganja digunakan dengan cara menghisap, seperti rokok, dibikin lintingan dan digunakan kira-kira 4 kali seminggu. Pasien juga menggunakan ecstacy dengan frekuensi 2 kali seminggu. Ditambah pula dengan konsumsi alprazolam terutama saat melakukan balap mobil. Alprazolam diambil saat sebelum berlomba dan juga sebagai counter pada penggunaan Shabu. Zat yang paling sering digunakan dan paling lama digunakan adalah Shabu. Sejarah pemakaian yang cukup lama, pasien menggunakan zat ini dengan cara diuapkan menggunakan korek api ataupun bong kemudian di inhalasi uapnya. Obat ini digunakan sebanyak 2 kali sehari. Anggaran penggunaan per minggu pasien adalah sebanyak 2-3 juta rupiah. Pasien sadar akan perbuatannya menggunakan obat-obatan terlarang adalah salah, pasien sadar bahwa penyakitnya disebabkan oleh pemakaian obat-obatan namun belum didapati niat dan kemauan yang kuat untuk berhenti dari kecandunya. Pasien tidak memiliki riwayat trauma kepala dan riwayat gangguan kondisi medis maupun fisik lainnya.

Pada pemeriksaan status mental didapatkan halusinasi auditorik. Tilikan derajat III dimana ia mengakui semenjak ibunya meninggal dan sedang dalam proses perceraian, pasien menggunakan shabu lebih banyak.

Pada pemeriksaan urin tidak didapatkan amphetamine maupun methamphetamine.

VII. FORMULASI DIAGNOSTIK

AKSIS I :1. Berdasarkan anamnesis tidak ditemukan adanya riwayat trauma kepala yang dapat menyebabkan gangguan intrakranial. Tidak ditemukan riwayat kejang yang mengarah pada kelainan organik di otak. Tidak ditemukan adanya riwayat keluarga yang terkena gangguan jiwa. Pada pemeriksan fisik juga tidak ditemukan adanya tanda-tanda yang mengarah pada gangguan intrakranial sehingga adanya gangguan organik (F0) pada pasien dapat disingkirkan.

2. Gejala gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan stimulan dimana dari sejarah penggunaan yang paling lama dan frekuensi pemakaian yang paling sering, tanpa disertai sembarang komplikasi. Pada pasien, didapatkan sejarah penggunaan shabu yang cukup lama (1997 sehingga 2014, dengan ada periode dari tahun 2002 hingga 2011 di mana pasien mengakui tidak memakai shabu sama sekali). Pemakaian shabu dengan metode inhalasi uap yang telah dipanaskan perlahan-lahan, dengan frekuensi 2 kali seminggu. Pengeluaran belanja sebesar 2-3 juta perminggu untuk zat-zat yang dikonsumsi. Pemakaian digunakan sewaktu berkumpul.

F15.00

Adanya keinginan atau dorongan untuk menggunakan shabu dan/atau zat-zat stimulansia lainnya namun bisa dikendalikan dalam keadaan atau lingkungan yang mendukung.

Adanya halusinasi auditorik pada saat penurunan zat yang digunakan.

3. Episode depresif berat tanpa disertai psikosis, gangguan depresif sedang berulang, gangguan depresif reaktif. Gangguan depresif berat adalah sewaktu kuliah, di mana hampir semua gejala depresif itu ada, ditambah dengan adanya upaya untuk membunuh diri. Dimasukkan gangguan depresif sedang berulang, adalah sewaktu menghadapi perceraian pertamanya. Tidak digolongkan dalam gangguan depresif berat berulang karena sewaktu itu pasien sudah berkeluarga dan tiada hendaya yang berat terhadap aktivitas hariannya sehingga bisa produktif. Anak-anaknya dilihat sebagai motivator untuknya menjadi lebih baik.

F32.2, F33.2

Derajat gangguan yang berat di mana semua gejala khas ditemukan untuk episode depresif ringan dan sedang ada, ditambah dengan 4 gejala lainnya. Episode berjalan lebih dari 2 minggu, dengan kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga amat terbatas.

Gangguan depresif berulang dimasukkan karena pertama kali dirasakan depresi berat pada saat kuliah dan kini dengan beberapa stressor frustasi seperti pernikahan yang berakhir dengan perceraian dan kematian ibu yang belum lama lalu maka dimasukkan pada golongan depresi berulang.

Dimasukkan dalam golongan depresif berulang sedang karena sekurang-kurangnya 2 episode telah berlangsung masing-masing minimal 2 minggu dengan sela beberapa bulan tanpa gangguan afektif bermakna.

Dimasukkan juga gangguan depresif reaktif sewaktu kehilangan ibunya pada Agustus 2014 yang lalu.

AKSIS II:

Tidak ditemukan adanya gangguan kepribadian dan retardasi mental

AKSIS III :

Penyakit sistem Gastrointestinal :

Pasien menyatakan adanya keluhan gastritis sebelumnya. Pada

pemeriksaan penunjang akhir-akhir ini tidak didapatkan kelainan

(terakhir tanggal 4 Desember 2014) namun tindakan lebih lanjut belum

diambil.

AKSIS IV: Problem psikososial dan lingkungan kasus ini adalah :

masalah keluarga : perceraian 2 kali, ibu meninggal 2 bulan yang lalu.

Merasa tidak senang dengan ayahnya karena pernikahan ke-2 ayahnya.

AKSIS V : Sekarang:

Global Assessment Of Functioning (GAF) Scale 70-61 : beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik. Pasien menjelaskan tiada hendaya dalam menguruskan rumah tangga. Pasien menceritakan dia sesekali menggunakan saat dia bekerja. Daya konsentrasi dan fokus semasa bekerja menurun. Kadang tidak sadar dipanggil

VIII. EVALUASI MULTIAKSIAL

Aksis I : F15.0 dan F32.2, F33.2 Aksis II

: tidak ada gangguan kepribadian dan retardasi mental Aksis III: penyakit sistem gastrointestinal. Aksis IV: masalah mengenai keluarga dan sosialnya.

Aksis V

: gejala minimal berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalah harian yang biasa. (GAF) Scale 90-81.

IX. PROGNOSIS

Faktor yang mempengaruhi :

1. Faktor yang mendukung kearah prognosis baik :

a) Tidak ada faktor herediter

b) Adanya dukungan dari keluarga. Kini sebagai ketua keluarga, Bpk C mengatakan dia harus lebih kuat demi anak-anaknya.

c) Tidak ada penolakan dari lingkungand) Pasien kooperatifQuo ad vitam

: bonam

Quo ad functionam: dubia ad bonam

Quo ad sanationam: dubia ad bonam

X. DAFTAR PROBLEM

Organobiologik

: tidak ada.Psikologis/Psikiatri : halusinasi auditorik.

Sosial budaya

: tidak ada.XI. PENATALAKSANAANIndikasi Rawat Inap MPE( Detox) :

Abstinence total dari penggunaan zat. Oleh karena tiada antidotum murni untuk zat stimulansia, oleh itu lebih pada terapi suportif dan membantu pasien menangani withdrawal syndrome dalam keadaan yang terkontrol.Psikofarmaka :

Aripriprazole (Antipsikotik) 1 x 5 mg

Untuk halusinasi auditorik yang dialami oleh pasien.

Clobazam (Benzodiazepin) 1 x 5mg

Untuk keluhan pasien sulit untuk tidur.

Cipralex (Antidepresan SSRI) 1 x 5mg

Untuk mengatasi depresi yang dialami pasien karena penghentian penggunaan shabu. Dapat juga digunakan sebagai anticemas.

Simptomatik

Psikoterapi : Terapi individual dengan menjalin hubungan baik antara dokter-pasien dengan menerima pasien dan bukan mengawasi pasien sebagai orang yang tidak dapat dipahami dan berbeda dari orang lain Memberikan bimbingan atau edukasi kepada pasien tentang cara-cara hubungan antar manusia serta cara berkomunikasi

Memberi penyuluhan untuk membantu pasien supaya dapat mengerti keadaan yang sekarang dan mengatasi permasalahan yang ada dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya Memberikan penyuluhan terhadap keluarga pasien tentang keadaan pasien, dan membujuk keluarga untuk ikut serta dalam proses pemulihan pasien, sehingga pasien mendapat dukungan dari keluarga.

Sosioterapi: Melibatkan pasien dalam kegiatan-kegiatan di rumah sakit, misalnya kegiatan membersihkan halaman di depan kamar dengan menyapu

Melibatkan pasien dalam kegiatan keagamaan sesuai dengan agama dan kepercayaan pasien

abstinens

mula