15
PENYAKIT KULIT DAN PARASIT DARAH PADA ANJING (Kharisma) 1 , Muliani, Trini Purnama Sari, Muh Noer A, Wendelindia V.T.T. Bagian Bedah & Radiologi. Departemen Klinik, Reproduksi & Patologi Program Studi Kedokteran Hewan (PSKH), Universitas Hasanuddin (UNHAS) Korespondensi penulis:[email protected] ABSTRAK Tujuan praktikum ini adalah menjelaskan kasus penyakit kulit dan parasit darah pada anjing, agar dapat mengetahui berbagai ragam perubahan klinik dan patologis pada kucing, hingga dapat diagnosa dan diagnosis banding serta bagaimana tindakan penanganan penyakit pada kasus infestasi tungau/demodex, kutu, pinjal, caplak, pyoderma, babesiosis dan pada anjing. Seekor anjinh betina bernamabunga ras domestik yang di adopsi dua minggu lalu, tidak ada riwayat vaksinasi dan pemberian obat cacing. anjing tersebut memiliki warna black white, berumur ±8 bulan, berat badan 4,6 kg, dengan tanda khusus corak hitam di ekornya. Pasien dalam keadaan tenang. Pertumbuhan badan kucing buruk di lihat dari pemeriksaan 2 minggu lalu yaitu tubuh pasien terlihat kurus. Sikap berdiri normal, suhu tubuh 38,6 o C, frekuensi nafas pasien 28 x/menit, frekuensi jantung 80 x / menit. Hasil pemeriksaan klinis menunjukkan adanya infestasi ektoparasit pada anjing. Hal tersebut ditunjukkan oleh di dapatnya pinjal selama pemeriksaan, kedua telinga juga kotor dan berbau sedikit amis. Glandula parotis sebelah kanan teraba, glandula parotis bagian kiri normal dibandingkan bagian kanan. Tipe pernafasan costal, intensitas normal, ritme pernafasan reguler/teratur, suara pernafasan vesikular dan tidak terdapat suara ikutan. Pada pemeriksaan perkusi lapangan jantung hasil yang diperoleh adalah

laporan 4

Embed Size (px)

DESCRIPTION

lap penyakit kulit dan parasit darah

Citation preview

Page 1: laporan 4

PENYAKIT KULIT DAN PARASIT DARAH PADA ANJING

(Kharisma)1, Muliani, Trini Purnama Sari, Muh Noer A, Wendelindia V.T.T.

Bagian Bedah & Radiologi. Departemen Klinik, Reproduksi & Patologi

Program Studi Kedokteran Hewan (PSKH), Universitas Hasanuddin (UNHAS)

Korespondensi penulis:[email protected]

ABSTRAK

Tujuan praktikum ini adalah menjelaskan kasus penyakit kulit dan parasit darah pada anjing, agar dapat mengetahui berbagai ragam perubahan klinik dan patologis pada kucing, hingga dapat diagnosa dan diagnosis banding serta bagaimana tindakan penanganan penyakit pada kasus infestasi tungau/demodex, kutu, pinjal, caplak, pyoderma, babesiosis dan pada anjing. Seekor anjinh betina bernamabunga ras domestik yang di adopsi dua minggu lalu, tidak ada riwayat vaksinasi dan pemberian obat cacing. anjing tersebut memiliki warna black white, berumur ±8 bulan, berat badan 4,6 kg, dengan tanda khusus corak hitam di ekornya. Pasien dalam keadaan tenang. Pertumbuhan badan kucing buruk di lihat dari pemeriksaan 2 minggu lalu yaitu tubuh pasien terlihat kurus. Sikap berdiri normal, suhu tubuh 38,6oC, frekuensi nafas pasien 28 x/menit, frekuensi jantung 80 x / menit. Hasil pemeriksaan klinis menunjukkan adanya infestasi ektoparasit pada anjing. Hal tersebut ditunjukkan oleh di dapatnya pinjal selama pemeriksaan, kedua telinga juga kotor dan berbau sedikit amis. Glandula parotis sebelah kanan teraba, glandula parotis bagian kiri normal dibandingkan bagian kanan. Tipe pernafasan costal, intensitas normal, ritme pernafasan reguler/teratur, suara pernafasan vesikular dan tidak terdapat suara ikutan. Pada pemeriksaan perkusi lapangan jantung hasil yang diperoleh adalah normal. Hasil pemeriksaan auskultasi jantung yaitu frekuensi denyut jantung 112 x per menit, intensitas normal, ritme reguler, suara sistole dan diastole jelas, serta adanya sinkronisasi antara pulsus dan jantung. Pemeriksaan lanjutan yang dianjurkan untuk peneguhan diagnosa yaitu pemeriksaan menggunakan wood lamp, pemeriksaan laboratorium dengan sampel kerokan kulit, dan pemeriksaan mikroskopis. Diagnosa sementara adalah infestasi pinjal dengan prognosa fausta. Terapi yang perlu dilakukan yaitu pemberian alkohol 70% pada lesi, grooming, pemberian anti kutu, dan pemberian vitamin. Terapi yang perlu dilakukan yaitu, grooming, pemberian anti kutu, dan pemberian vitamin.

Kata kunci: Anjing, Infestasi Parasit, Metode Kerokan Kulit, Grooming.

Page 2: laporan 4

Pendahuluan

Parasit adalah organisme yang hidupnya dapat menyesuaikan diri dengan inangnya, sangat tergantung pada inangnya sebagai habitat dan pemberi makannya dan merugikan organisme yang ditempelinya (inang). parasit dapat dibagi menjadi 2 kelompok yang berbeda yaitu ektoparasit dan endoparasit, menurut letak organ yang terinfeksi oleh parasit. Ektoparasit adalah parasit yang melekat pada bagian permukaaan tubuh, sedangkan endoparasit adalah parasit yang hidup di dalam tubuh inang, seperti saluran pencernaan, hati dan organ lain.

Ektoparasit parasit yang hidup di permukaan tubuh dari suatu organisme dikenal sebagai ektoparasit atau parasit eksternal. Parasit ini dapat sering ditemukan baik pada tumbuhan dan hewan. Ektoparasit baik mengisap darah (parasit hewan) atau cairan (parasit tanaman) atau pakan pada jaringan hidup. Beberapa contoh yang paling umum untuk ektoparasit manusia caplak, tikus kutu, kutu, dan tungau gatal.

Endoparasit parasit yang hidup di dalam tubuh organisme atau inang disebut sebagai endoparasit atau parasit internal. Mereka terjadi di berbagai filum hewan dan protista. Parasit ini dapat hidup di lingkungan yang baik intraseluler atau ekstraseluler dalam inang. Parasit intraseluler hidup di dalam sel tubuh (misalnya: parasit malaria dalam sel darah merah manusia). Parasit ekstraseluler dapat hidup dalam beberapa jaringan tubuh (misalnya: Trichinella hidup di dalam jaringan otot) atau dalam cairan tubuh

(misalnya: Schistosoma hidup dalam plasma darah) atau dalam saluran pencernaan (misalnya: Taenia dan Ascaris). Biasanya, parasit intraseluler seperti protozoa, bakteri, atau virus memerlukan organisme ketiga, yang umumnya disebut pembawa atau vektor.

Tinjauan Pustaka

1. Mange / Mites (Tungau)

Mange merupakan kelainan kulit yang disebabkan oleh parasit yang disebut mites (tungau). Sarcoptic Mange, juga dikenal sebagai scabies pada anjing, menyebar dengan mudah diantara anjing dan juga dapat menular kepada manusia, tetapi parasitnya tidak dapat bertahan hidup pada manusia. Gejalanya adalah rasa gatal yang berlebihan, kulit yang memerah, sakit dan rontoknya bulu. Daerah yang paling sering diserang adalah telinga, wajah dan kaki. Demodetic mange hanya timbul pada anjing dan menyebabkan daerah yang terserang menjadi botak, berkoreng dan sakit. Perawatan yang dapat diberikan tergantung dari jenis mange (tungau) tersebut (Moriello. 2013).

Demodekosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit yang termasuk dalam genus Demodex yang berlokasi di folikel rambut (Paterson . 2008).

Page 3: laporan 4

Terapi : Pengobatan pada demodecosis lokal dapat dilakukan dengan memberikan salep yang mengandung 1 % rotenone (goodwinol ointment) maupun gel benzoyl peroxide 5 % yang diaplikasikan sekali sehari setiap hari selama 1-3 minggu. Selain itu, pengobatan harus disertai dengan memandikan hewan dan melakukan pemberian shampoo yang mengandung antiseboroik (benzoyl peroxide) secara berkala minimal semingu sekali. Selanjutnya dapat memberikan amitraz yang diencerkan dengan konsentrasi 0,1 % pada area alopecia sehari sekali selama dua minggu. Pemberian amitraz dilakukan bila demodecosis sudah menyeluruh dan tanpa disertai komplikasi. Untuk mengurangi efek samping dari amitraz dapat menggunakan yohimbin dengan dosis 0,25 ml/10 kg BB secara intravena perlahan-lahan (Wardhana, 2006).

2. Kutu (Lice)

Parasit ini memang tepat dinamai kutu sesuai dengan bentuk tubuhnya yang pipih. Kutu yang menginfeksi anjing dan kucing biasanya adalah Felicolla substratus, Trichodectes canis, serta Linognathus setosus. Kutu ini akan menimbulkan kegatalan pada kulit anjing dan kucing, biasanya muncul karena perawatan yang tidak baik.

Kutu pada anjingSumber :

www.dogbreedinfo.com

3. Ticks (Caplak)

Caplak hidup seperti kutu, mereka merupakan parasit yang hidup dari darah inangnya. Anda dapat melihat caplak yang sedang menghisap darah anjing dengan mata ‘telanjang’. Untuk membuang/mengangkat caplak dari anjing, ambilah caplak dengan menggunakan pinset atau penjepit. Perlahan tariklah caplak (jepit kepala caplak) keluar dari anjing. Memutar atau menarik terlalu keras mengakibatkan kepala caplak terputus dan berada pada kulit anjing, dan menyebabkan infeksi. Anda dapat membuang caplak tersebut ke dalam WC, atau mencelupkannya ke larutan alkohol untuk memastikan caplak tersebut mati. Jangan memencet caplak karena telur dalam perutnya dapat berhamburan keluar. Caplak juga merupakan parasit yang menyebabkan penyakit Lyme dan infeksi bakteri seius lainnya. Jika anda hidup didaerah yang populasi caplaknya tinggi, konsultasikan kepada dokter hewan tentang produk-produk anti-caplak (Moriello. 2013) .

Page 4: laporan 4

4. Pinjal (Flea) Ctenocephalides felis dan Ctenocephalides canis 

Pinjal ini berbentuk pipih yang akan terlihat menjalar pada rambut anjing atau kucing berwarna coklat, ketika pinjal akan ditangkap pinjal akan meloncat. Loncatan pinjal ini sangat tinggi hingga mencapai 20 cm. Tidak hanya membuat gatal anjing dan kucing Anda, namun gigitan pinjal ini dapat menyebabkan kegatalan, gigitannya cukup menyakitkan dan akan terlihat bintik merah kecil pada kulit. Pinjal ini senang bertelur pada daerah yang berserat seperti pada karpet,maupun kursi. Jadi berhati-hati dan jaga kebersihan rumah dan hewan peliharaan Anda (Paterson. 2008).

Pinjal akan bertelur dan berkembang pada karper, kursi, kasur, dan permukaan yang lembab kemudian setelah 2-5 hari telur akan menetas menjadi larva, larva akan berkembang menjadi pupa, lalu menjadi dewasa. Saat dewasa pinjal akan meloncat ke tubuh anjing maupun kucing, lalu siklus hidupnya berulang. Siklus hidup ini akan berlangsung selama 2 minggu hingga beberapa bulan. Pinjal menggigit anjing atau kuicng kemudian akan menyebabkan alergi yang ditandai dengan gatal. Gatal yang berlebih akan menyebabkan

iritasi dan akhirnya akan lebih parah dan terlihat terdapat lecet serta bernanah dikarenakan infeksi bakteri.

Pinjal pada Anjing dan Kucing

Sumber : www.cdc.gov

5. Pyoderma Pyoderma merupakan

suatu infeksi bakteri yang dapat terjadi pada berbagai lapisan kulit. Infeksi kulit ini sering terjadi pada anjing dan jarang terjadi pada kucing (Moriello 2013). Pyoderma dapat terjadi pada lapisan superfisial dan pada lapisan dalam kulit (deep pyoderma). Pada infeksi di bagian superfisial kulit, lesio yang tampak biasanya ditunjukkan dengan terbentuknya pustula dan lama kelamaan menjadi pecah kemudian terjadi kebotakan. Apabila pyoderma terjadi pada lapisan kulit paling dalam, biasanya lesio yang muncul adalah terbentuknya pus. Pyoderma dapat terjadi karena adanya infeksi dari berbagai macam jenis bakteri. Bakteri yang menyebabkan pyoderma antara lain Staphylococcus intermedius, Staphylococcus ureus, Staphylococcus hyicus, Pasteurella multocida, atau Pseudomonas aeroginosa (Paterson 2008).

Selain itu, infeksi kulit ini dapat terjadi sebagai akibat komplikasi dari alergi kulit (alergi

Page 5: laporan 4

kutu, alergi lingkungan, dan alergi makanan), ketidakseimbangan hormon (hipotiroidism, Cushing’s disease), dan kondisi lain yang berkaitan dengan sistem imun (Ward E 2009).

deep pyoderma dan superficial pyoderma (Irhke 2007)

Terapi : dapat dilakukan dengan pemberian Ivermectin 0.2 mg/kg bb sc, Metronidazole 20 mg/kg bb po, CTM 4 mg po, dan Dexamethasone 0.3 mg/kg bb po. Pemberian Ivermectin bertujuan mengantisipasi apabila ternyata kejadian pyoderma pada kasus ini merupakan akibat dari infeksi parasit. Metronidazole yang diberikan bertujuan untuk mengatasi infeksi bakteri yang terjadi. Dexamethasone bertujuan untuk mengatasi proses inflamasi dan alergi yang terjadi. Pemberian Dexamethasone dilakukan bersamaan dengan pemberian CTM (Wardhana, 2006).

6. Babesia

Hidup parasit pada hewan peliharaan, seperti sapi, kuda, domba, kucing, anjing, binatang liar seperti rubah, rusa dan binatang mengerat. Tungau

hewan-hewan tersebut menu larkan parasit kepada manusia melalui gigitan tungau (tick). Babesia microti dan Babesia divergen termasuk parasit yang berada di dalam sel darah merah (intraeritrosit). Bentuk parasit, bervariasi, antara bulat, sampai lonjong.

Terapi : Pemberian obat Imidocarb dipropionate (Imizol, Burroughs Wellcome, Schering-Plough) 2.5 mg/pound BB IM tiap 2 minggu untuk 2x treatment (Atmojo, 2010).

7. Ehrlichia canis

Ehrlichia canis ialah suatu bakterium antara sel yang obligat yang bertindak sebagai agen penyebab bagi erlikiosis, satu penyakit yang paling kerap menjejeaskan spesies kanin. Patogen ini hadir di seluruh Amerika Syarikat (tetapi paling prominen di Selatan), di Amerika Selatan, di Asia, dan di Afrika. Pertama kali ditakrifkan pada 1935, E. canis muncul di Amerika Syarikat pada 1963 dan kehadirannya sejak itu telah ditemui di kesemua 48 buah Negeri-negeri Berdampingan (Moriello KA. 2013).

Page 6: laporan 4

Dilaporkan terutamanya pada anjing, E. canis juga telah didokumenkan pada felin dan manusia kerana dipindahkan paling kerap melalui Rhipicephalus sanguineus, sengkenit anjing perang (Paterson S. 2008).

Terapi : Yang paling dianjurlkan adalah pengguankan antibiotic spectrum luas, misalnya tetrasiklin, doxycyclin 10 mg/kg, diberikan sekali sehari selama 28 hari, atau di suntikan di intra muskuler atau subkutan, dan ulangi setelah 14 hari. Untuk mengatasi animea perlu diberikan terapi suportif dan bila mungkin dilakukan transfusi darah (Subronto, 2006).

1. Kasus

Anamnese merupakan berita atau keterangan atau keluhan dari pemilik hewan mengenai keadaan hewannya ketika dibawa datang berkonsultasi untuk pertama kalinya (Widodo, 2011). nama Boy, spesies

canine, termasuk dalam rass/breed domestik, warna bulu dan kulit yaitu red, white. Jenis kelamin jantan, berumur ± 7 bulan, memiliki berat badan ± 4,6 kg, dan meiliki tanda khusus yaitu ujung ekor bewarna putih.

Signalemen merupakan identitas diri dari seekor hewan yang membedakannya dengan hewan lain sebangsa dan sewarna meski ada kemiripan satu sama lainnya (Widodo, 2011). Pasien yang di tangani adalah nama Boy, spesies canine, termasuk dalam rass/breed domestik, warna bulu dan kulit yaitu red, white. Jenis kelamin jantan, berumur ± 7 bulan, memiliki berat badan ± 4,6 kg, dan meiliki tanda khusus yaitu ujung ekor bewarna putih.

Status present, perawatan dan pertumbuhan badan baik, memiliki tingkah laku yang tenang dan suka menggerakan ekor. Gizi yang didapatkan termasuk dalam kategori baik dan memiliki suhu tubuh 39,0

°C, memiliki frekuensi nadi 112 x/menit, dan frekuensi nafas 148 x/menit. Pada pemeriksaan secara inspeksi di bagian kepala dan leher didapatkan hasil pemeriksaan, yaitu ekspresi kepala terlihat normal, pertulangan kepala terlihat normal, posisi tegak telinga terlihat normal, dan posisi kepala terlihat normal.

Pada pemeriksaan secara palpasi di bagian kepala dan leher didapatkan hasil pemeriksaan, yaitu turgor kulit kurang dari 1 detik. Pada pemeriksaan mata dan orbita kiri dan kanan didapatkan hasil pemeriksaan, yaitu palpebrae mata kiri normal dan konjuctiva mata kiri dan konjuctiva mata kanan juga tidak ditemukan adanya abnormalitas. Pada bola mata kiri dan kanan pemeriksaan sclera,

Page 7: laporan 4

conea , iris, limbus, pupil, reflex pupil, dan vasa injection masih dalam keadaan normal. Pada pemeriksaan hidung dan sinus-sinus dalam keaaan normal. Pemeriksaan mulut dan rongga mulut didapatkan hasil yaitu tidak adanya luka pada bibir, mukosa mulut normal , gigi geligi normal, dan lidah terlihat normal. Pada pemeriksaan telinga didapatkan hasil, yaitu posisi telinga tegak, bau, permukaan dan krepitasi juga dalam keadaan normal. Pada pemeriksaan leher didapatkan hasil, yaitu perototan leher normal, trachea dipalpasi pada permukaan leher terasa normal, dan esophagus yang dipalpasi pada permukaan leher terasa normal.

Pada pemeriksaan sistem pernapasan secara inspeksi didapatkan hasil, yaitu bentuk dari rongga thoraks mudah didapatkan, memiliki tipe pernapasan secara thoraco-abdominal, intensitas pernapasan yang lambat. Pemeriksaan auskultasi di bagian system pernapasan didapatkan hasil, yaitu suara pernapasan yang terdengar normal dan tidak terdapat suara ikutan. Antara inspirasi dan ekspirasi, pada saat inspirasi terdengar dalam dan ekspirasi cepat. Pemeriksaan palpasi dengan penekanan rongga thorax dan palpasi intercostal memberikan hasil yang normal

Diagnosa sementara adalah infestasi pinjal menurut, Paterson S. 2008 Pinjal ini berbentuk pipih yang akan terlihat menjalar pada rambut anjing atau kucing berwarna coklat, ketika pinjal akan ditangkap pinjal akan meloncat .

Diagnosa banding : Penyakit ini dapat dikelirukan dengan lesi yang diperlihatkan oleh gigitan

serangga, urtikaria, infeksi bakteri dan dermatitis lainnya.

Prognosis adalah proses suatu kasus penyakit berdasarkan hasil diagnosis. Terdiri dari tiga tingkatan, yaitu:

1. Fausta : tingkat kesembuhan lebih dari 50%

2. Dubius : tingkat kesembuhan 50 : 50

3. Infausta : tingkat kesembuhan <50%

Kasus Ringworm pada hewan yang diperiksa merupakan kasus yang ringan dan dapat dengan segera di obati sehingga prognosa yang di berikan adalah fausta.

Terapi yang di berikan yaitu pemberian alkohol 70% pada lesi, grooming, pemberian anti fungal, dan pemberian vitamin. Menurut Ahmad (2009).

Hasil Praktikum

Salinan kartu rekam medis (terlampir).

Diskusi

Di Dunia hewan peliharaan sangat dekat dengan pemilikanya termasuk juga di Indonesia entah itu dipelihara dan ada yang liar. Hewan yang ada pemiliknya umumnya dirawat oleh ownernya, ada pula yang tidak memeliharanya, dan ada juga yang hidup liar di jalanan. Hewan yang hidup liar umumnya mudah terkena

Page 8: laporan 4

penyakit kulit salah satunya adalah ringworm, yang kemudian bila berkontak dengan hewan yang dipelihara ada menjadi reservoir penularan. Karena penyakit kulit pada hewan kesayangan banyak bersifat zoonosis, saat hewan peliharaan terkena namun pemilik tidak mengetahuiny, dan akan menjangkit si pemilik hewan tersebut. Untuk itu tata laksana pemeliharaan hewan kesayangan amat penting dan harus dilaksanakan, agar manusia dan hewannya sama-sama sehat. Frekuensi penularan dermatofitosis pada hewan di Indonesia lebih rendah karena faktor iklim tropis yang menguntungkan bila dibandingkan dengan negara yang mempunyai iklim 4 musim (Ahmad, 2009).

Parasit ini banyak menginfeksi hewan berambut panjang (long hair) karena sifatnya yang membutuhkan tempat yang lebih lembab. Ringworm ini cenderung terbentuk pada hewan yang kurang diperhatikan kebersihannya dan memiliki kelembaban kulit yang cukup untuk cendawan dapat hidup.

Kucing yang dijadikan sebagai bahan praktikum merupakan kucing ras domestik yang baru di adopsi 2dua minggu lalu di selokan sehingga kemungkinan mendapatkan penyakit kulit sangat besar namun setelah perawatan dan perbaikan lingkungan infestasi ringworm mulai sembuh dengan di lihatnya lesi sudah mulai menjadi kerak.

Kesimpulan

Penyakit kulit salah satu kasus terbesar di dunia semua hewan dapat terjangkit dan memungkinkan

bersifat zoonosis, pencegahan dan pengobatan bisa di lakukan dengan cara meningkatkan daya tahan tubuh hewan.

Pustaka Acuan

Ahmad, R.Z. 2009. Permasalahan dan Penanggulangan Ring Worm pada Hewan. Lokakarya Nasional Penyakit Zoonosis, hal 297-303.

Moriello KA. 2013. Overview of Pyoderma. Mercks Manuals [internet]. [diunduh 2015 september]. Tersedia pada http://www.merckmanuals.com/vet/integumentary_system/pyoderma/overview_of_pyoderma.html

Paterson S. 2008. Manual of the Skin Diseases of Dogs and Cats. Ed ke-2. Oxford (GB): Blackwell. Hlm: 26-47.

Irhke PJ. 2007. Infectious Diseases of the Dog and Cat. Ed ke-3. Oxford (GB): Blackwell. Hlm: 6-7.

Ward E.2009.Pyoderma in Dogs. VCA Animal Hospital [internet]. [diunduh 2015 september]. Tersedia pada http://www.vcahospitals.com/main/pet-health-information/article/animal-health/pyoderma-in-dogs/913.

Widodo, Setyo. 2011. Diagnostik Klinik Hewan Kecil. Bogor : IPB Press.

Wildermuth BE, Griffin CE, Rosenkrantz WS. 2006. Feline pyoderma therapy. Clintech Small

Page 9: laporan 4

Animal. 21:150-156.Widodo, Setyo. 2011. Diagnostik Klinik Hewan Kecil. Bogor : IPB Press.

Zainuddin, Ahmad R. 2014. Permasalahan dan Penanggulangan Ringworm pada Hewan. Lokakarya Nasional Penyakit Zoonosis. Bogor: Balai Penelitian Veteriner.

Page 10: laporan 4

LAMPIRAN

Pemeriksaan Refleks Pupil

Pemeriksaan posisi berdiri

Palpasi Limfonodus

Pinjal

Pemeriksaan Telinga

Pemeriksaan mulut