19
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN X SINTESIS KLOROPENTAAMIN KOBALT KLORIDA OLEH: NAMA : VICHA NUR FATANAH STAMBUK : F1C1 13 039 KELOMPOK : IX (SEMBILAN) ASISTEN : HENDRA SAPUTRA LABORATORIUM KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HALU OLEO

laporan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan

Citation preview

Page 1: laporan

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II

PERCOBAAN X

SINTESIS KLOROPENTAAMIN KOBALT KLORIDA

OLEH:

NAMA : VICHA NUR FATANAH

STAMBUK : F1C1 13 039

KELOMPOK : IX (SEMBILAN)

ASISTEN : HENDRA SAPUTRA

LABORATORIUM KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2015

Page 2: laporan

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Senyawa kompleks adalah senyawa yang terbentuk melalui ikatan

koordinasi, yakni  ikatan kovalen koordinasi antara ion/atom pusat dengan ligan

(gugus pelindung). Disebut juga sebagai senyawa kompleks karena sulit

dipahami pada awal penemuannya. Ikatan kovalen koordinasi yang terjadi

merupakan ikatan kovalen di mana pasangan elektron yang digunakan bersama

berasal dari salah satu atom. Ikatan koordinasi bisa terdapat pada kation atau

anion senyawa tersebut. Ion/atom pusat merupakan ion/atom bagian dari senyawa

koordinasi yang berada di pusat sebagai penerima pasangan electron sehingga

dapat di sebut sebagai asam Lewis, umumnya berupa logam. Sedangkan ligan

atau gugus pelindung merupakan atom/ion bagian dari senyawa koordinasi yang

berada di bagian luar sebagai pemberi pasangan elektron sehingga dapat disebut

sebagai basa Lewis.

Kobalt terdapat dalam mineral kobaltit, smaltit dan eritrit. Sering terdapat

bersamaan dengan nikel, perak, timbal, tembaga dan bijih besi, yang mana umum

didapatkan sebagai hasil samping produksi. Kobalt juga terdapat dalam meteorit.

Kobalt juga digunakan untuk baja magnet dan tahan karat lainnya. Sebagai alloy,

digunakan dalam turbin jet, dan generator turbin gas. Logam digunakan dalam

elektroplating karena sifat penampakannya, kekerasannya, dan sifat tahan

oksidasinya. Garam kobal telah digunakan selama berabad-abad untuk

menghasilkan warna biru brilian yang permanen pada porselen, kaca, pot,

keramik dan lapis e-mail gigi. Garam kobal adalah komponen utama dalam

Page 3: laporan

membuat biru Sevre dan biru Thenard. Larutan kobal klorida digunakan sebagai

pelembut warna tinta. Kobal digunakan secara hati-hati dalam bentuk klorida,

sulfat, asetat, nitrat karena telah ditemukan efektif dalam memperbaiki penyakit

kekurangan mineral tertentu pada binatang.

Berdasarkan latar belakang diatas maka perlu dilakukan percobaan

sintesis kloropentaamin kobalt klorida.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada makalah ini yaitu bagaimana membuat senyawa

kloropentaamin kobalt klorida ?

C. Tujuan

Tujuan pada makalah ini yaitu untuk membuat senyawa kloropentaamin

kobalt klorida.

D. Manfaat

Manfaat pada makalah ini yaitu dapat membuat senyawa kloropentaamin

kobalt klorida.

Page 4: laporan

II. TINJAUAN PUSTAKA

Klorida merupakan anion utama dalam cairanekstrasel. Pemeriksaan

konsentrasi klorida dalam plasma berguna sebagai diagnosis banding pada

gangguan keseimbangan asam-basa, dan menghitung anion gap. Jumlah klorida

dalam tubuh ditentukan oleh keseimbangan antara klorida yang masuk dan yang

keluar. Klorida yang masuk tergantung dari jumlah dan jenis makanan.

Kandungan klorida dalam makanan sama dengan natrium (Yaswir dkk., 2012).

Teknik sintesis senyawa kompleks relatif lebih mudah bila dibandingkan

dengan sintesis material anor-ganik maupun senyawa organik. Dengan proses

reaksi kimia biasa dan proses kompleksasi ligan-logam maka akan terbentuk

senyawa kompleks. Dalam jurnal penelitian ini akan diulas sintesis senyawa

kompleks kobalt dengan ligan asetilasetonato yang merupakan ligan bidentat.

Selanjutnya senyawa kompleks hasil sintesis dikarakterisasi secara konvensional

spektroskopi untuk kemudian diusulkan struktur senyawa kompleks yang

terbentuk dari hasil sintesis (Saria dkk., 2012).

Senyawa kompleks transisi telah banyak dipelajari sebagai katalis dalam

beberapa reaksi organik. Sifat-sifat kimia yang dimiliki logam pusat akan

memberikan pengaruh pada reaktivitas senyawa kompleks tersebut. Logam

transisi dan senyawanya dapat berfungsi sebagai katalis dikarenakan memiliki

kemampuan mengubah tingkat oksidasi dan dapat mengadsorbsi substansi yang

lain pada permukaan logam dan mengaktivasi substansi tersebut selama proses

berlangsung. Pada umumnya, hampir semua logam transisi dapat digunakan

Page 5: laporan

sebagai katalis karena logam transisi kaya akan elektron dan memiliki elektron

tidak berpasangan sehingga mudah berikatan dengan atom lain (Sari dkk., 2013).

Unsur transisi periode keempat dapat membentuk berbagai jenis ion

kompleks. Ion kompleks terdiri dari kation logam transisi dan ligan. Ligan adalah

molekul atau ion yang terikat pada kation logam transisi. Interaksi antara kation

logam transisi dengan ligan merupakan reaksi asam-basa Lewis. Menurut Lewis,

ligan merupakan basa Lewis yang berperan sebagai spesi pendonor (donator)

elektron. Sementara itu, kation logam transisi merupakan asam Lewis yang

berperan sebagai spesi penerima (akseptor) elektron. Dengan demikian, terjadi

ikatan kovalen koordinasi (datif) antara ligan dengan kation logam transisi pada

proses pembentukan ion kompleks. Kation logam transisi kekurangan elektron,

sedangkan ligan memiliki sekurangnya sepasang elektron bebas (PEB). Beberapa

contoh molekul yang dapat berperan sebagai ligan adalah H2O, NH3, CO, dan ion

Cl- (Fessenden, 1982).

Kobalt adalah logam transisi golongan VIII B dan terletak pada periode

keempat dalam sistem peridik unsur. Kobalt memiliki bilangan oksidasi tertinggi

IV, sedangkan kobalt (II) paling stabil diantara bilangan oksidasi lainnya. Kobalt

bersifat rapuh, logam keras menyerupai penampakan besi dan nikel. Kobalt

memiliki preamibilitas logam sekitar duapertiga dari pada besi. Kobalt cenderung

terdapat sebagai campuran dua allotrop pada kisaran suhu yang sangat lebar

(Cotton, 1998).

Page 6: laporan

III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu Dan Tempat Percobaan

Percobaan ini dilaksanakan pada hari Kamis, 20 Maret 2015, pada pukul

10.00-12.30 WITA dan bertempat di Laboratorium Kimia Fisika, Jurusan Kimia,

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo,

Kendari

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan pada percobaan sintesis kloropentaamin kobalt

klorida adalah gelas kimia 100 mL dan 250 mL, labu takar 50 mL dan 250

mL, pemanas listrik, pipet tetes, filler, pipet ukur 50 mL, spatula, batang

pengaduk dan desikator vakum.

2. Bahan

Bahan yang digunakan pada percobaan sintesis kloropentaamin kobalt

klorida adalah amonium karbonat, amonia pekat, kobalt (II) klorida, amonium

kloida, HCl, dan air es.

Page 7: laporan

C. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada percobaan ini yaitu:

1. Dilarutkan 2,5 gram amonium karbonat dalam 20 mL air dingin.

2. Ditambahkan 25 mL amoniak pekat, kemudian diikuti dengan

penambahan larutan 1 gram kobalt (II) klorida dalam 10 mL.

3. Didiamkan dalam desikator vakum selama 3 jam.

4. Ditambahkan 0,25 gram amonium klorida.

5. Dipanaskan larutan sampai mulai terbentuk kristal.

6. Ditambahkan beberapa tetes HCl 6M.

7. Dinetralkan dengan 3 mL amoniak pekat.

8. Ditambahkan 15 mL amoniak 1 M.

9. Dipanaskan dalam penangas selama 45 menit, kemudian tambahkan HCl

pekat 5 mL, selanjutnya larutan dipanaskan selama 30 menit, dinginkan

larutan dalam penangas es.

10. Disaring kompleks yang terbentuk, cuci dengan beberapa mililiter air es,

kemudian tambahkan beberapa mililiter etanol, lalu keringkan.

Page 8: laporan

- Dilarutkan dalam 20 mL air dingin

- Ditambahkan 12,5 mL amoniak pekat, diikuti penambahan

larutan 1 gram kobalt (II) klorida dalam 10 mL

- Didiamkan dalam desikator vakum selama 3 jam

- Ditambahkan 0,25 gram amonium klorida

- Dipanaskan sampai terbentuk kristal

- Ditambahkan beberapa tetes HCl 6 M

- Dinetralakn dengan 3 mL amoniak pekat

- Ditambahkan 15 mL amoniak 1 M

- Dipanaskan selama 45 menit

- Ditambahkan HCl pekat 5 mL

- Dipanaskan selama 30 menit

- Didinginkan dalam penangas es

- Disaring

- Dicuci dengan beberapa mililiter air es

- Ditambahkan beberapa mililiter etanol

- Dikeringkan

Hasil Pengamatan

2,5 gram Amonium Karbonat

Filtrat Kristal

Page 9: laporan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Data pengamatan

No. Perlakuan Hasil Pengamatan

1. 2,5 gr NH4CO3 + 20 ml

akuades

Berwarna bening

2. NH4CO3 + 12,5 ml NH3 + 1

gr CoCl2

Berwarna ungu tua

3. Didiamkan dalam desikator Berwarna ungu

4. Ditambahkan NH4Cl dan

dipanaskan

Terbentuk Kristal

5. Ditambahkan HCl 6 M Terbentuk kristal berwarna hitam

6. Dinetralkan dengan3 ml

NH3 pekat

Terbentuk kristal berwarna hitam

7. Ditambahkan NH3 1 M Terbentuk kristal berwarna hitam

8. Ditimbang berat kristal Kristal yang terbentuk seberat 19,8

gr

Berat gelas kimia = 102,5 gr

Berat gelas kimia + Kristal = 122,3 gr

Berat Kristal = (Berat gelas kimia + Kristal) – (Berat gelas kimia)

= 122,3 gr – 102,5 gr

= 19,8 gr

Reaksi

[Co(NH3)4CO3]+ + 2HCl [Co(HN3)4(OH2)Cl]2+ + CO2(g) + Cl-

[Co(HN3)4(OH2)Cl]2+ + NH3(aq) [Co(HN3)5(OH2)]3+ + Cl-

[Co(HN3)5(OH2)]3+ + 3HCl [Co(HN3)5Cl]Cl2(s) + H2O + 3H+

Page 10: laporan

B. Pembahasan

Senyawa kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari suatu ion

logam pusat dengan satu atau lebih ligan yang menyumbangkan pasangan

elektron bebasnya kepada ion logam pusat. Donasi pasangan elektron ligan

kepada ion logam pusat menghasilkan ikatan kovalen koordinasi sehingga

senyawa kompleks juga disebut senyawa koordinasi. Senyawa-senyawa kompleks

memiliki bilangan koordinasi dan struktur bermacam-macam, mulai dari bilangan

koordinasi dua sampai delapan dengan struktur linear, tetrahedral, segiempat

planar, trigonal bipiramidal dan oktahedral. Ligan adalah spesies yang memiliki

atom atau atom-atom yang dapat menyumbangkan sepasang elektron (donor

pasangan elektron) pada ion logam pusat (akseptor pasangan elektron) pada

tempat tertentu dalam lengkungan koordinasi. Sehingga ligan merupakan basa

lewis dan ion logam adalah basa lewis.

Beberapa ion logam mempunyai dua jenis valensi, yaitu valensi utama dan

valensi tambahan atau valensi koordinasi. Valensi utama berkaitan dengan

keadaan oksidasi ion logam, sedangkan valensi tambahan berkaitan dengan

bilangan koordinasi ion logam. Ion-ion logam itu cenderung jenuh baik valensi

utamanya maupun valensi tambahannya. Valensi koordinasi mengarah ke dalam

ruangan mengelilingi ion logam pusat. Pada percobaan ini ion logam pusat yang

digunakan adalah Kobalt (II). Banyak sintesis senyawa kompleks yang telah

dilakukan menghasilkan senyawa antara sebagai katalis yang dapat membantu

dalam reaksi-reaksi kimia.

Page 11: laporan

Pada percobaan kali ini dilakukan sintesis kloropentaamin kobalt klorida.

Proses pembuatannya diawali dengan mereaksikan amonium karbonat yang telah

dilarutkan dalam air dingin dengan amoniak pekat dan kobalt (II) klorida yang

telah dilarutkan. Setelah itu larutan didiamkan selama 3 jam dalam desikator.

Setelah larutan didiamkan selama 3 jam kemudian larutan ditambahkan amonium

klorida. Larutan yang telah ditambahkan beberapa senyawa tadi, selanjutnya

dipanaskan dengan tujuan untuk mempercepat proses reaksi. Selain itu, tujuan

dari pemanasan ini adalah untuk memperbesar hasil kali dari ion-ionnya dan

memperkecil harga hasil kali kelarutannya (Ksp). Selanjutnya ditambahkan

beberapa tetes HCl 6 M dan untuk menetralkannya ditambahkan dengan amoniak

pekat dan ditambahkan amoniak 1 M. Setelah itu dipanaskan selama 45 menit,

kemudian ditambahkan HCl pekat dan dilanjutkan pemanasan selama 30 menit

dan didinginkan sampai terbentuk kristal. Kristal yang diperoleh berwarna merah

jambu kebiru-biruan, berbentuk kotak-kotak dan kristal tersebut dipisahkan dari

larutan dengan cara penyaringan. Kristal tersebut dicuci dengan air dan etanol

agar diperoleh kristal yang bebas dari zat pengotor karena sewaktu pembentukan

kristal kemungkinan besar terbentuknya senyawa lain juga ada dan berat kristal

yang diperoleh yaitu sebesar 19,8 g.

Page 12: laporan

V. KESIMPULAN

Berdasarkan tujuan pada makalah tersebut maka dapat disimpilkan bahwa

senyawa kloropentaamin kobalt (II) klorida merupakan senyawa hasil sintesis dari

senyawa klorida, amoniak, dan kobalt, senyawa ini termasuk senyawa kompleks

yang sangat jarang digunakan dalam bidang kimia. Senyawa ini terdiri dari atom

pusat dan atom ligan. Atom pusat adalah atom yang menjadi pendonor pasangan

proton. Senyawa yang menjadi atom pusat pada kloropentaamin kobalt (II)

klorida adalah kobalt dan atom ligan pada senyawa ini adalah amoniak yang

merupakan ligan kuat. Berat kristal yang diperoleh pada percobaan ini adalah 19,8

gram.

Page 13: laporan

DAFTAR PUSTAKA

Cotton, E.A., dan Wilkinson, G. 1998. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: UI Press.

Fessenden. 1982. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi Keempat Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Harjadi. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: PT. Gramedia.

Sari, F.N.N., dan Zulbadiri, S. 2013. Penentuan Kondisi Optimum Aktivitas Katalitik Mangan (II) yang Digrafting pada Silika Modifikasi. Jurnal Kimia Unand. Vol. 2 (1).

Saria, Y., Lucyanti, Hidayanti, N., Lesbani, A. 2012. Sintesis Senyawa Kompleks dengan Asetilasetonato. Jurnal Penelitian Sains. Vol. 15 (3).

Yaswir, R., dan Ferawati, I. 2012. Fisiologi dan Gangguan Keseimbangan Natrium, Kalium, dan Klorida serta Pemeriksaan Laboratorium. Jurnal Kesehatan Andalas. Vol. 1 (2).