Upload
andre-setiaselalu
View
662
Download
168
Embed Size (px)
DESCRIPTION
hasil dari percobaan
Citation preview
PENDAHULUAN(INTRODUCTION)
Mekanika reservoir merupakan salah satu ilmu dasar dalam bidang
perminyakan. Unutk mengetahui suatu perubahan dan nilai keekonomisan perlu
dilakukannya percobaan, pengamatan riset dan penelitian sifat fisik rservoir yang
kita miliki dengan kata lain menganalisi inti batuan. Praktikum analisa inti batuan
dilakukan untuk menentukan secara langsung informasi mengenai sifat-sifat fisik
batuan tertentu. Mekanika reservoir dalam tahap pemboran explorasi merupakan
acuan dalam mengevaluasi kemungkinan tingkat keberhasilan suatu pemboran.
Sedangkan tahap exploitasi mekanika reservoir merupakan acuan bagi pelaksaaan
well completion, well stimulation dan work over. Dan merupakan informasi
penting untuk pelaksaan proyek secondary dan tertiary recovery. Di sisi lain,
data-data yang didapat dapat digunakan sebagai kalibrasi dari metode logging.
Minyak bumi merupakan sumber kekayaan alam yang sangat penting dan
tidak dapat diperbaharui. Dewasa ini perminyakan mengkaji atas sumber daya
kekayaan alam yang mempengaruhi peradaan manusia ini. Agar terakumulasinya
minyak bumi, diperlukan lapisan sumber dan lapisan reservoir sebagai tempat
penyimpanan. Batuan reservoir yang baik adalah batuan yang berporous dan
permeabl. Dalam proses produksi perlu mengetahui dasar kajian perminyakan
agar menemukan nilai keenomisan dan nilai kekormesilan. Analisa inti batuan
mempelajari sifat-sifat dari batuan reservoir. Reservoir memiliki penyusun yang
berbeda-beda sehingga dengan pengambilan sample core atau inti batuan dapat
mewakili sedikit banyak informasi yang kita butuhkan. Analisa inti batuan
menggunakan core yang diambil langsung yang mana akan dilakukan percobaan
yang membantu dalam mendapatkan informasi penting dalam sebuah reservoir.
Porositas memiliki peran dalam mmengetahui pori batuan, yang
menggambarkan persentasi dari total ruang yang tersedia untuk ditempati oleh
fluida. Permeabilitas merupakan ukuran media berpori yang dapat meloloskan
fluida. Sedangkan dengan mengetahui saturasi dapat memperkirakan jumlah
cadangan minyak pada suatu reservoir. Penentuan kadar larut sample memberikan
informasi mengenai kandungan asam yang terdapat didalam batuan. Sedangkan
1
dilakukannya sieve analisis untuk mengetahui masalah kepasiran pada saat
produksi.
Analisa inti batuan sangat berperan penting dalam dunia perminyakan.
Sehingga dengan mengetahui karakteristik batuan reservoir kita dapat mengetahui
hambatan-hambatan dalam pengoperasional teknik dilapangan. Adapun informasi
yang didapatkan yaitu porositas, permeablitas saturasi dan kandungan sample
terhadapa larutan asam. Dengan dilakukannya praktikum Analisa Inti Batuan ini
maka akan mempermudah mahasiswa atau sangat membantu dalam pemahaman
sifat fisik batuan reservoir dan dapat dijadikan bahan perbandingan atau untuk
membuktikan teori yang ada dalam literature-literature perminyakan.
Laporan resmi ini disusun oleh penulis setelah mengadakan praktikum di
Laboratorium Teknik Perminyakan Universitas Islam Riau. Percobaan yang
dilakukan terdiri dari 5 macam percobaan yaitu :
1. Pengukuran Porositas
2. Pengukuran Permeabilitas
3. Pengukuran Saturasi Fluida
4. Penentuan Kadar Larut Sampel dalam Larutan Asam
5. Sieve analisis
Praktikum analisa inti batuan yang dilakukan ini adalah salah satu mata
kuliah wajib bagi mahasaiswa/i Departemen Teknik Perminyakan Universitas
Islam Riau. Oleh karena itu sebagai bukti telah dilakukan praktikum tersebut,
maka disusunlah “LAPORAN RESMI ANALISA INTI BATUAN” ini untuk
diajukan sebagai salah satu nilai dan kelulusan dalam mata kuliah praktikum
Analisa Fluida Reservoir tersebut. Selain itu diharapkan tulisan ini dapat
dipergunakan sebagai acuan pedoman oleh para praktikan Analisa Inti Batuan
dikampus ini pada tahun mendatang.
Adapun tujuan penulisan laporan ini,agar pembaca lebih mengerti dan
memahami dengan jelas percobaan-percobaan yang dilakukan di Laboratorium
dan informasi menngenai sifat-sifat fisik batuan yang ada di reservoir . Dalam hal
ini,informasi yang didapat berupa sifat-sifat fisik umum batuan. Dan dapat
menerapkan khususnya di dalam dunia perminyakan, karena dalam dunia
2
perminyakan sifat fisik batuan reservoir sangan erat sekali hubungannya dalam
Analisa batuan reservoir.
Agar penulisan laporan ini terarah maka perlu adanya batasan masalah.
Batasan masalahnya adalah hanya mengenai percobaan-percobaan Analisa Inti
Batuan yang telah dilakukan seperti pengukuran porositas, pengukuran
permeabilitas, pengukuran saturasi fluida, penentuan kadar larut sampel dalam
larutan asam,dan sieve analisis.
3
PERCOBAAN I(EXPERIMENT I)
PENGUKURAN POROSITAS(POROSITY MEASUREMENT)
1.1 TUJUAN PERCOBAAN
Menetukan besarnya harga volume total batuan , volume pori-pori batuan
dan porositas batuan reservoir.
1.2 TEORI DASAR
Porositas adalah suatu ukuran yang menunjukan besar rongga dalam batuan.
Porositas batuan reservoir dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain susunan
dimana butiran diendapkan atau tersusun, lingkungan pengendapan, ukuran dan
bentuk partikel, variasi ukuran butiran, kompaksi serta jumlah clay dan material
lain sebagai semen (sementasi).
Menurut pembentukannya atau proses geologinya porositas dibagi dua,
yaitu :
Porositas Primer
Adalah porositas yang terjadi bersamaan dengan proses pengendapan batuan
tersebut
Porositas Sekunder
Adalah porositas yang terjadi setelah proses pengendapan batuan seperti yang
disebabkan karena proses pelarutan atau endapan.
Sedangkan ditinjau dari sudut teknik reservoir, porositas terbagi menjadi
dua :
Porositas absolut
Didefinisikan sebagai perbandingan antara volume seluruh pori dengan volume
total batuan (bulk volume) atau ditulis :
4
Φabs = VpVb
x 100 % dan Φabs = Vb−Vg
Vb x 100 %
Dimana : Vb = Volume total batuan
Vp = Volume pori batuan
Vg = Volume butiran
Porositas effektif
Adalah perbandingan volume pori yang berhubungan dengan volume total
batuan atau ditulis :
Φeff = Vp yang berhubungan x 100 %
Vb .
Oleh karena minyak hanya dapat mengalir melalui pori yang saling
berhubungan maka hal penting dalam industri perminyakan dan yang diukur
dalam percobaan ini adalah porositas effektif. Kegunaan dari pengukuran
porositas dalam perminyakan terutama dalam explorasi adalah untuk menentukan
cadangan atau IOIP ( Initial Oil In Place ) sedangkan dalam exploitasi digunakan
untuk komplesi sumur (Well Completion) dan Secondary Recovery. Biasanya
besarnya porositas berkisar antara 5 – 30 %. Porositas 5 % biasanya dimasukan
dalam porositas kecil. Secara teoritis besarnya porositas tidak lebih dari 47 %.
Dilapangan dapat kita dapatkan perkiraan secara visual, dimana penentuan ini
bersifat semi kuantitatif dan digunakan skala sebagai berikut :
0% - 5% Porositas sangat buruk (VERY POOR)
5% - 10% Porositas Buruk (POOR)
10% - 15% Porositas Cukup (FAIR)
15% - 20% Porositas Baik (GOOD)
20% - 25% Porositas sangat baik (VERY GOOD)
>25% Penentukan porositas Istimewa
5
Secara langsung, porositas dapat diukur menggunakan berbagai metode.
Pada umumnya metode pengukuran yang digunakan merupakan metode
pengukuran porositas effektif. Metode-metode tersebut antara lain :
1. Metode Grain-volume
2. Metode Bulk volume determination
3. Metode Boyles low porosimeter
4. Metode Pore-gas injection
5. Metode Loos-Of-Weight
6. Metode Liquid saturation
7. Metode Porositas dari Large core samples
Secara tidak langsung, porositas dihitung berdasarkan hasil pengukuran
well-logging. Ada beberapa alat yang baik untuk menentukan porositas yaitu
sonic log dan density log.
1.3 ALAT DAN BAHAN
1.3.1 Alat-alat yang dipergunakan dalam percobaan ini adalah :
1. Timbangan digital
2. Vacuum pump dengan vacuum desicator
3. Beker glass ceper
4. Gas porosimeter
5. Selembar kertas sebagai alas core
1.3.2 Bahan-bahan yang dipergunakan dalam percobaan ini adalah :
1. Kerosin dengan berat jenis 0,816 gr /cc
2. Sampel core
Gambar Alat :
6
Gelas Kimia Steel Plug
Vacum Desicator Gas Porosimeter Timbangan Digital
Core Tabung Gas Helium Jangka Sorong
Gambar 1.1 Peralatan Percobaan Pengukuran Porositas
7
1.4 PROSEDUR PERCOBAAN
Untuk menentukan besarnya porositas, maka yang perlu ditentukan adalah
volume total batuan (Vb), volume pori (Vp), dan volume butiran (Vg). Adapun
pengukuran dengan dua cara yaitu :
1. Pengukuran Porositas Dengan Cara Menimbang
Prosedur kerja:
1. Mengekstraksi core (inti batuan) selama 3 jam dengan soxlet dan
mendiamkan selama 24 jam, kemudian mengeluarkannya dari tabung
extraksi dan mendinginkannya beberapa menit, kemudian mengeringkan
didalam oven.
2. Menimbang core kering dalam mangkuk, misalnya berat core kering = W1
gram.
3. Masukan core kering tersebut dalam vacuum desicator untuk dihampa
udarakan dengan kira-kira selama 1 jam dan disaturasikan dengan kerosin.
4. Mengambil core yang telah dijenuhi kerosin, kemudian timbang dalam
kerosin, missal beratnya = W2 gram.
5. Mengambil core yang telah dijenuhi kerosin kemudian ditimbang diudara
missal beratnya = W3 gram.
6. Perhitungan :
Volume total batuan (Vb) = W 3−W 2bj Kerosin
Volume butiran (Vg) = W 1−W 2bj Kerosin
Volume pori (Vp) = W 3−W 1bj Kerosin
Porositas effactif = W 3−W 1W 3−W 2
X 100%
2. Pengukuran Porositas Dengan Menggunakan Helium Porosimeter
Prosedur kerja :
1. Salurkan gas helium sebesar 95 Psi ke porosimeter
2. Ukur diameter dan panjang core, kemudian cari volume core tersebut
8
3. Timbang core tersebut, catat hasilnya
4. Kemudian masukan steel plug kedalam tabung porosimeter
5. Suplay gas ketabung, maka akan di dapat dead volumenya
6. Masukkan core kedalam tabung
7. Suplay gas ketabung maka didapat Gauge Reading
8. Ulangi prosedur diatas dengan 3 buah core.
1.5 HASIL PENGAMATAN
Dari percobaan yang dilakukan diperoleh data sebagai berikut :
W1 = 85,89 gram
W2 = 85,58 gram
W3 = 96,33 gram
Porositas effectif = 0,83 gr/cc
Vb = 12,95 cc
Vg = 0,373 cc
Vp = 12,58 cc
∅ effektif = 13,59 %
Tabel 1.1. Hasil Pengamatan Pengukuran Porositas dengan Cara Menimbang
Kode
Core
W1
(gr)
W2
(gr)
W3
(gr)
Vb
(cc)
Vg
(cc)
Vp
cc
Φ
(%)
ρ
gr/cc
SG # 22 104,65 112,42 112,59 0,212 9,69 9.9 46,7 0,801
Tabel 1.2. Hasil Pengamatan Pengukuran Porositas dengan Menggunakan Gas
Helium Porosimeter
N Kode D L Bulk P.close P.open Dead Berat
9
o Core (cm) (cm) vol
(cm2)
(Psi) (psi) volume core
(gr)
1 Top
28,2
115,2 0,082 58,68 84,62 84,58 0,024 58,74
2 1 C 107,69 0,099 90,61 76,44 76,26 0.195 90.51
Kode
Core
Vol
steel
OP
P.
Close
(psi)
P.Open
(psi)
Gauge
Read
(cm3)
Grain
Vol
(cm3)
P.
Vol
(cm3)
Grain
density
Φ
%
Top
18,2
65,18 84,74 84,73 0,0066
1
65,2 9,187 1,78 16,
40
1 C 57,31 84,77 84,74 0,016 57,32 10,85 1,65 23,
34
1.6 PERHITUNGAN
Sample Core SG#22Diketahui :
W1 = 104,65 gr
W2 = 112,42 gr
W3 = 112,59 gr
ρ = 0,8016 gr/cm3
M Picno = 15,63 gr
M Picno berisi = 35,67 gr
V Picno = 25 ml
Ditanya :
a. Vb = ... ?
b. Vp = ... ?
c. Vg = ... ?
d. ∅ eff = ...?
Jawab :
10
a. Vb= W 3−w 2bj kerosin
¿ 112,59 gr−112,42 gr
0,8016gr
cm3
¿ 0,17 gr
0,8016gr
cm3
¿0,212 cm3
b. Vp=W 3−W 1bj kerosin
¿ 112,59 gr−104,65 gr
0,8016gr
cm3
¿ 7,94 gr
0,8016gr
cm3
¿9,905 cm3
c . Vg=W 1−W 2bj kerosin
¿ 104,65 gr−112,42gr
0,8016gr
cm3
¿ 7,77 gr
0,8016gr
cm3
¿9,693 cm3
d .∅ eff =Vp yang saling berhubunganVb
×100 %
¿ 0,905 cm3
0,212 cm3 ×100 %
¿46,77 %
11
e . ρ kerosin=mV
Massa ¿ ( Massa Picno+Kerosin ) – ( Massa picnokosong )
¿35,67 gr−15,63 gr
¿20,04 gr
ρ=mV
¿20,04 gr
25 ml
¿0,8016grml
¿0,8016gr
cm3
Sample Core TOP # 18.2 Diketahui :
d = 3,625 gr
L = 5,43 cm
V = 56,012 cm
P close = 84,74 Psi
P open = 84,73 Psi
P close(steel plug) = 84,75 Psi
P open(steel plug) = 84,73 Psi
Vsp (steel plug) = 115,14 cm3
Vsop(steel plug) = 65,18 cm3
W core = 116,11 gr
Ditanya :
a. Bulk Volume(Vb) = ...?
b. Dead Volume = ...?
12
c. Gauge reading = ...?
d. Grain Volume(Vg) = ...?
e. Pore Volume(Vp) = ...?
f. Porositas (∅ ¿ = ...?
g. Grain Density ¿...?
Jawab :
a. Bulk Volume ¿ 14
π d2 L
¿ 14
(3,14 ) (3,625 cm )2 (5,43 cm )
¿56,012 cm3
b. Dead Volume ¿( P closeP open
−1)×Vsp
¿( 84,75 Psi84,75 Psi
−1)×115,14 cm3
¿0,0271 cm3
c.Gauge reading ¿( P closeP open
−1)×Vcore
¿( 84,74 Psi84,73 Psi
−1)× 56,012 cm3
¿0,0066 cm3
d.Grain Volume ¿ (Vsop – Gauge reading )+Dead volume
¿ (65,18 cm3−0,0066 cm3 )+0,0271
¿65,173 cm3+0.0271 cm3
¿65,20 cm3
e.Pore Volume ¿ Grain Volume – Bulk Volume
13
¿65,20 cm3−56,012 cm3
¿9,188 cm3
¿9,19 cm3
f.Porositas (∅ )=VpVb
×100 %
¿ 9,19cm3
56,012cm3 × 100 %
¿16,40 % (Termasuk dalam porositas yang baik)
g.Grain density ¿Berat Core
GrainVolume
¿ 116,11 gr
65,20 cm3
¿1,78 gr
cm3
Sampel Core 1C
Diketahui :
d = 3,625 cm
L = 4,505 cm
V = 46,470 cm3
Pclose = 84,77 Psi
Popen = 84,74 Psi
Pclose (Stel Plug) = 84,75 Psi
Popen(Steel Plug) = 84,73 Psi
Vsp (Steel Plug) = 115,14 cm3
Vsop (Steel Out Plug) = 57,31 cm3
Wcore = 94,89 gr
14
Ditanya :
a. Bulk Volume(Vb) = ...?
b. Dead Volume = ...?
c. Gauge reading = ...?
d. Grain Volume(Vg) = ...?
e. Pore Volume(Vp) = ...?
f. Porositas (∅ ¿ = ...?
g. Grain Density ¿...?
Jawab :
a. Bulk Volume ¿ 14
π d2 L
¿ 14
(3,14 ) (3,625 cm )2 (4,505 cm )
¿46,470 cm3
b. Dead Volume ¿( P closeP open
−1)×Vsp
¿( 84,75 Psi84,73 Psi
−1)×115,14 cm3
¿0,0271 cm3
c.Gauge reading ¿( P closeP open
−1)×Vcore
¿( 84,77 Psi84,74 Psi
−1)× 46,470 cm3
¿0,0164 cm3
d.Grain Volume ¿ (Vsop – Gauge reading )+Dead volume
¿ (57,31 cm3−0,0164 cm3 )+0,0271 cm3
15
¿57,293 cm3+0.0271 cm3
¿57,320 cm3
e.Pore Volume ¿ Grain Volume – Bulk Volume
¿57,320 cm3−46,470 cm3
¿10,85 cm3
f.Porositas (∅ )=VpVb
×100 %
¿ 10,85 cm3
46,470 cm3 ×100 %
¿23,34 % (Termasuk dalam porositas yang sangat baik / very good)
g. Grain density ¿Berat Core
GrainVolume
¿ 94,89 gr
46,470 cm3
¿2,04gr
cm3
1.7 PEMBAHASAN
Percobaan kali ini yaitu percobaan pengukuran porositas suatu batuan,
porositas merupakan ukuran kemampuan batuan untuk menampung fluida yang
menunjukkan besarnya rongga dalam batuan. Besar atau kecilnya suatu porositas
batuan akan menentukan kapasitas penyimpanan fluida direservoir. Secara
definitif, porositas merupakan perbandingan antara volume total pori terhadap
volume total batuan, yang dinyatakan dalam persen.
Pada percobaan pengukuran porositas digunakan dua cara untuk
mengukurnya yaitu dengan cara menimbang dan helium porosimeter. Pada cara
menimbang digunakan sampel core dengan kode SG # 22 dan didapatkan
porositas efektifnya sebesar 46,70% yang termasuk kedalam kategori istimewa.
16
Sedangkan pengukuran porositas dengan helium porosimeter digunakan dua buah
sampel core dengan kode Top 18,2 dan 1C dan didapat porositas efektifnya
sebesar 16, 40% dan 23, 34% yang digolongkan pada porositas baik dan porositas
sangat baik. Namun, biasanya dilapangan besar porositas berkisar 5% - 30 % dan
secara teoritis besarnya porositas tidak lebih dari 47%.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi besar-kecilnya porositas suatu
batuan, yaitu :
1. Bentuk Butir
Bentuk butiran batuan yang semakin jelek akan memiliki porositas yang
besar apabila dibandingkan dengan bentuk butiran yang baik yang memiliki
porositas yang kecil.
2. Ukuran Butiran
Apabila ukuran butiran batuan semakin kecil maka rongga yang akan
terbentuk semakin kecil pula dan sebaliknya semakin besar ukuran butiran maka
rongga yang terbentuk akan semakin besar.
Gambar Sortasi Batuan Reservoir
3. Susunan Butiran
Jika ukuran butiran batuan sama maka susunan tersebut dapat dikatakan
berbentuk kubus dan mempunyai porositas yang lebih besar dibandingkan dengan
bentuk rhombohedral.
4. Sementasi
17
Apabila suatu batuan tersementasi dengan baik, maka kemungkinan besar
terdapat banyak pori yang tidak berhubungan. Hal ini menyebabkan porositas
efektif dari batuan itu menjadi kecil. Sebaliknya jika suatu batuan tidak
tersementasi dengan baik kemungkinan besar semakin banyak pori yang
terhubungkan sehingga harga porositas efektif semakin besar.
5. Kompaksi
Apabila posisi batuan semakin dalam dari permukaan, beban yang diterima
semakin besar. Semakin dalam batuan terkubur maka porositas batuan tersebut
akan semakin kecil karena batuan tersebut terkompaksi dengan baik dan butiran
penyusun batuan tersebut semakin merapat.
6. Rekahan
Rekahan pada batuan mempengaruhi porositas. Rekahan menjadi faktor
penting dalam penentuan harga porositas dan permeabilitas pada batu gamping.
7. Komposisi Mineral
Batuan tersusun dari mineral-mineral yang mudah larut seperti golongan
karbonat, maka porositasnya baik. Hal itu dikarenakan rongga-rongga akibat
proses pelarutan dari batuan tersebut.
Metode lain yang juga digunakan dalam membantu pengukuran porositas
batuan dalam dunia perminyakan yaitu :
a. Well logging
Cara kerjanya yaitu dengan memasukkan alat kedalam sumur yang
terhubung pada alat seperti katrol dimana pada alat tersebut terpasang transmitter
yang memancarkan gelombang log sonic beserta receivernya. Alat dimasukkan
pada kedalaman yang sudah ditentukan lalu seiring dengan alat diangkat keatas,
gelombang log sonic dipancarkan yang nantinya akan membaca diameter lubang
sumur yang berbeda pada setiap lapisannya.
b. Log Calliver
Alat ini menggunakan mata bor dimana nantinya lapisan batuan yang
menyempit adalah lapisan batuan yang produktif, memiliki porositas batuan yang
18
baik. Pada saat pengeboran, lumpur menempel didinding sumur, air merambat
melalui dinding-dinding sumur. Pada saat pengeboran, mata bor berada pada
lapisan yang menyempit tetapi bukan berarti hal itu menandakan porositas batuan
baik, bisa saja itu adalah lapisan shale dimana porositasnya bagus tetapi tidak
memiliki permeabilitas.
‘
Referensi : 1. PDF ”Reservoir Porosity and Permeability”
2. Abdassah, Doddy. “Teknik Reservoir I”. Bandung.
Institut Teknologi Bandung.
1.7 DISCUSSION
The experiment this time is porosity measurement of rock. Porosity is a
measure of the ability of the rock to hold the fluids thats shows the amount of
cavities in rocks. Large or small a rock porosity will determine reservoir fluid
storage capacity in definitive, the porosity is the ratio between the total pore
volume to the total volume of rock, expressed in percent.
In experiments measuring the porosity is used two days to measure it by
weighing and helium porosimetre. In considering how to use core sampleswith
code SG # 22 and obtained effective porosity of 46, 70% were include into the
special category. While the helium porosimetre porosity measurements used two
cores with code Top 18, 22 dan 1c and obtained effective porosity of 16,40 % and
23, 34 % were classified as good porosity and very good porosity. But, usually the
rock of the porosity is from 5% - 30% and the amount of porosity theoretically no
more than 27%.
There are several factors that effect the size of the porosity of the rock, that
is :
1.Grain Shape
Granular rock the ugly will have a large porosity when compared to the
granular form good, it will have little porosity.
19
2.Grain Size
If the grain size gets smaller, the rock cavity formed will be small too.
3. The Composition Of Grain
If the grain size composition of the rocks the same can be said cube-shaped
and has a porosity greater than the Rhombohedral form.
4.Cementation
If a rock cementation well, then most likely there are many pores that are
not connected. This causes the effective porosity of the rock into well, other wise
if a rock is not well likely the more pores are connected so that the effective
porosity is big.
5.Compaction
If the position of the rock is deeper from the surface, the greader the load
received. The more deeply buried rocks the porosity of these rocks will be smaller
and grains making up the rock is getting closer.
6.Fracture
Fracture porosity of the rock is an important factor in determining the price
of porosity and permeability in the limestone.
7.Mineral Composition
The rocks are composed of mineral solube carbonate group then good
porosity. That is because the cavities dissolution of the rock.
Other methods are also used in rock porosity measurement in the oil world,
namely :
a. Well Logging
20
The way it works is by interesting the tool the well is connected to the
pulley where the appliance is installed transmitted that emits sonic log and
receiver. The total is inserted at a specified depth and along with the device lifted
up, the waves sonic log which will be read quickly or the porosity of rock. If the
wave reflection is slow captured by the reaceiver so the porosity rocks lower.
b.Log Calliver
This tool uses the drill bit, where the latter layer is a layer of rock that
narrows productive rock, has a large rock porosity.
At the time of drilling, the mud stuck on the wall wells, water creeping
walls well. At the time of drilling, the drill bit in layer that does not mean that
narrows it indicates good porosity rocks, it could be the shale which is nice but
does not have the permeability ( Shale layer ).
1.8 KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah kami lakukan dapat disimpulkan bahwa porositas
batuan merupakan salah satu faktor penting dalam perhitungan jumlah cadangan
minyak. Percobaan tersebut menggunakan 3 buah core yang tergolong kepada
porositas istimewa yaitu 46,7 % dengan kode core SG # 22, pengukuran porositas
tersebut dilakukan dengan cara menimbang.
2 buah core lainnya tergolong kepada porositas baik dan sangat baik, yaitu
16, 40 % dan 23, 34% dengan masing-masing kode core yaitu 18,2 dan 1C.
Berikut skala penggolongan porositas batuan :
0% - 5% = Porositas sangat buruk dan dapat diabaikan
5% - 10% = Porositas buruk (poor)
10% - 15% = Porositas cukup (enough)
15% - 20% = Porositas baik (good)
20% - 25% = Porositas sangat baik (very good)
>25% = Istimewa
Selain dengan cara menimbang dan helium porosimeter, perhitungan
porositas juga dapat dilakukan dengan metode well logging dan log calliver.
21
Beberapa faktor yang mempengaruhi besar-kecilnya porositas yaitu bentuk
butiran, susunan butir, sementasi, kompaksi, rekahan, dan komposisi mineral.
Dalam dunia perminyakan perhitungan porositas sangat perlu dilakukan
untuk memperkirakan cadangan minyak saat eksploitasi.
1.9 TUGAS
1.) Apa yang dimaksud dengan batuan reservoir ? serta contoh batuannya !
Jawab :
Batuan reservoir adalah batuan bawah tanah yang berpori dan permeabel
yang dapat menyimpan minyak atau gas. Contoh batuan reservoir umumnya
terdiri dari batuan sedimen yang berupa batuan pasir dan karbonat ( sedimen
klasik ) serta batuan shale ( sedimen non klastik ).
2.) Jelaskan definisi porositas dan pembagiannya menurut pembentukan / proses
geologi dan berdasarkan fungsinya !
Jawab :
Porositas dapat didefinisikan sebagai suatu ukuran yang menunjukkan besar
rongga dalam batuan atau dapat juga didefinisikan sebagai perbandingan antara
volume pori-pori batuan terhadap volume total batuan penyusun pori-porinya
(bulk volume) per satuan volume tertentu.
Berdasarkan pembentukan / proses geologi, porositas dibagi menjadi dua :
1. Porositas Primer (Porositas Original)
Porositas yang terjadi bersamaan dengan proses pengendapan, porositas
primer ditandai oleh suatu butir yang intergranular pada sandstones dan
intererystaline dan oolitic pada limestone.
2. Porositas Sekunder
Porositas yang terjadi setelah proses pengendapan yang disebabkan karena
proses kelarutan / endapan. Proses sekunder ditandai oleh adanya rekahan seperti
pada shales dan limestone, dan vug seperti dijumpai pada limestone.
Sedangkan berdasarkan fungsinya, porositas dibagi menjadi dua :
22
1. Porositas Absolut
Didefinisikan sebagai perbandingan antara volume pori dengan volume total
batuan ,
ϕ|¿|=
V p
V b
x100 %atauϕ|¿|=
V b−V g
Vb
x100 %¿¿
2. Porositas Efektif
Didefinisikan sebagai volume pori yang berhubungan dengan volume total
batuan,
ϕ|¿|=
V p yang berhubungan x100 %V b
¿
Dimana : V b=Volume totalbatuan
V g=Volumebutiran
V p=Volume pori total
3.)Jelaskan 5 sifat fisik batuan yang anda ketahui !
Jawab :
A. Porositas
Didefinisikan sebagai suatu ukuran yang menunjukkan besar rongga dalam
batuan / dapat juga didefinisikan sebagai suatu perbandingan antara volume pori-
pori batuan terhadap volume total batuan penyusun pori-porinya (bulk volume)
persatuan volume tertentu.
Berdasarkan proses geologinya porositas dibagi dua :
- Porositas primer
- Porositas sekunder
Sedangkan berdasarkan fungsinya dibagi dua :
- Porositas absolute
ϕ|¿|=
V p
V b
x100 %¿
- Porositas efektif
- ϕef =V p yangberhubungan
V b
x 100 %
23
Faktor yang mempengaruhi besarnya porositas yaitu ukuran butiran batuan,
sudut kemiringan butiran batuan, sorting, distribusi, ukuran butir, bentuk butiran,
susunan packing (cubic max 47,6% , hexagonal max 39,5%, rhombohedral max
25,9%), sementasi, komposisi, mineral, lempung/clay dan cementing. Reaksi
kimia, fracturing, deformasi akibat overburden.
B. Permeabilitas
Didefinisikan sebagai ukuran kemampuan suatu media berpori untuk
meloloskan / melewatkan fluida dengan satuan darcy / milidarcy. Apabila media
berpori tidak saling berhubungan maka batuan tersebut tidak mempunyai
permeabilitas. Oleh karena itu ada hubungan antara permeabilitas batuan dengan
porositas efektif. Pada tahun 1856 Henry Darcy mempelajari aliran air pada suatu
lapisan batu pasir, dan hasil penemuannya diformulasikan kedalam hukum aliran
fluida dan diberi nama Hukum Darcy, dengan persamaan :
K= μ ∙ Q∙ LA(P1−P2)
Dimana : K = Permeabilitas, darcy
μ = Viskositas, cp
Q = Laju alir, cm3/ s
A = Luas penampang, cm2
L = Panjang, cm
∆ P = Beda tekanan, atm
Berdasarkan fasa yang mengalir dalam batuan reservoir, permeabilitas
dibagi menjadi 3 :
- Permeabilitas absolute : Kemampuan batuan untuk melewatkan
Fluida dimana fluida yang mengalir
melalui media berpori hanya satu fasa.
- Permeabilitas efektif : Kemampuan untuk melewatkan fluida
fluida dimana fluida yang mengalir lebih
dari satu fasa.
- Permeabilitas relative : Perbandingan antara permeabilitas efektif
24
Dengan permeabilitas absolut.
K rel=K eff
K|¿|¿
C. Saturasi
Didefinisikan sebagai perbandingan antara volume fluida tertentu (air, minyak,
gas) dengan jumlah volume pori-pori. Oleh karena didalam reservoir terdapat 3
jenis fluida, maka saturasi dibagi 3 yaitu saturasi air (Sw), saturasi minyak (So),
saturasi gas (Sg). Dimana dinyatakan dengan persamaan berikut :
Sw = V . pori yangdiisi olehair
V pori totalx100 %
So = V . pori yangdiisi olehminyak
V pori totalx100 %
Sg = V . pori yangdiisi oleh gas
V pori totalx100 %
Total satuan saturasi fluida jika reservoir mengandung 3 jenis fluida :
Sw + So + Sg = 1. Untuk sistem air dan minyak maka persamaannya sebagai
berikut Sw + So = 1.
Beberapa faktor yang mempengaruhi saturasi adalah :
- Ukuran dan distribusi pori-pori batuan
- Ketinggian diatas free water level
- Adanya perbedaan tekanan kapiler
Pada kenyataannya, fluida reservoir tidak dapat diproduksi semua, hal ini
disebabkan karena adanya saturasi minimum fluida yang tidak dapat diproduksi
lagi sehingga berapapun besarnya fluida yang diproduksi dapat dihitung dalam
bentuk saturasi dengan persamaan sebagai berikut :
St = 1 – (Swi + Sgi + Soi)
Dimana :
St = Saturasi total fluida terproduksi
Swi = Saturasi air tersisa (Irreducible)
Sgi = Saturasi gas tersisa (Irreducible)
Soi = Saturasi gas minyak tersisa (Irreducible)
25
D. Wettability
Didefinisikan sebagai suatu kemampuan untuk dibasahi oleh fasa fluida /
kecenderungan dari suatu fluida untuk menyebar / melekat kepermukaan batuan.
Sebuah cairan fluida akan bersifat membasahi bila gaya adhesi antara batuan dan
partikel cairan lebih besar dari pada gaya kohesi antara partikel cairan itu.
Tegangan adhesi (Ar/ dapat dinyatakan dengan persamaan) :
Ar = σ so−σ sw=σ wo cosθwo
Dimana :
σ so=Tegangan permukaan minyak−benda padat
σ sw=Tegangan permukaan air−benda padat
σ so=Tegangan permukaan minyak−air
σ so=Sudut kontak minyak−air
E. Kompressibility
Didefinisikan sebagai perubahan volume pori akibat adanya gaya tekan tertentu
dan massa batuan bagian atas terhadap massa batuan dibawahnya dibandingkan
terhadap volume pori awal batuan tersebut .
C = −1V ( dv
dp )=−1V (∆ V
∆ P )Dimana :
C = Kompresibilitas
V = Volume
P = Tekanan
Menurut Grestima (1957) terdapat 3 konsep kompresibiltas batuan yaitu :
1. Kompresibilitas matriks batuan yaitu fraksi perbahan volume material
terhadap satuan perubahan tekanan.
2. Kompresibilitas bulk batuan yaitu fraksi perubahan volume bulk batuan
terhadap suatu perubahan tekanan .
3. Kompresibilitas pori-pori batuan yaitu fraksi perubahan volume pori-pori
batuan terhadap suatu perubahan tekanan.
26
4.) Jelaskan dan gambarkan; a. porositas interconnected, b. porositas connected,
c. porositas isolated !
Jawab :
a. Porositas Interconnected
Porositas ini memiliki rongga yang saling terhubung dan membuat satu pori
dengan pori disebelahnya saling terhubung. Reservoir dengan porositas
interconnected dapat menghasilkan minyak dan gas bumi.
Gambar Porositas Interconnected
b. Porositas Connected
Porositas ini hanya memiliki satu rongga yang saling berhubungan dan
membuat yang lainnya saling tertutup. Reservoir dengan porositas connected
dapat menghasilkan minyak dan gas bumi namun tidak sebanyak porositas
interconnected.
Gambar Porositas Connected
c. Porositas Isolated
Porositas ini telah memiliki rongga yang saling berhubungan. Reservoir
dengan porositas isolated tidak dapat menghasilkan minyak dan gas bumi, minyak
bumi masuk kedalam pori-pori batuan sebelum pori-pori tersebut tertutup akibat
kompaksi / sementasi dan kemudian terperangkap didalamnya. Dengan begitu,
reservoir tersebut hanya berfungsi sebagai penyimpan dan tidak dapat
mengalirkan, namun karena kemajuan teknologi saat ini, reservoir dengan
27
porositas isolated dapat diproduksikan bila cadangan bernilai komersil misalnya
dengan cara rekahan buatan.
Gambar Porositas Isolated
PERCOBAAN II(EXPERIMENT II)
PENGUKURAN PERMEABILITAS(PERMEABILITY MEASUREMENT)
2.1 TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan besarnya permeabilitas absolut dengan menggunakan Gas
Permeameter dan Liquid Permeameter.
2.2 TEORI DASAR
Definisi Permeabilitas adalah kemampuan batuan reservoir untuk dapat
meloloskan fluida reservoir melalui pori batuan yang saling berhubungan tanpa
merusak partikel pembentuk batuan tersebut. Jadi permeabilitas merupakan
tingkat kemudahan mengalirnya fluida melalui pori-pori batuan. Pada umumnya
hasil analisa sampel core yang diperoleh dari reservoir memberikan harga
permeabilitas yang berbeda, hal ini menunjukkan sifat ketidak-seragaman dari
batuan reservoir tersebut.
28
Karena Henry Darcy dianggap sebagai pelopor penyelidikan permeabilitas
maka satuan permeabilitas adalah darcy.
Definisi API untuk 1 darcy adalah suatu medium berpori yang punya
kelulusan (permeabilitas) sebesar 1 darcy. Jika cairan berfasa tunggal dengan
kekentalan (cp), mengalir dengan kecepatan (1 cm/sec), melalui penampang
seluas (1 cm2) pada gradient hidrolik 1 atm (76 mmHg) per cm dan jika cairan
tersebut seluruhnya mengisi medium tersebut, secara matematis dapat
didefinisikan sebagai berikut :
K = μ Q L
A (P1−P 2)
Dimana : K= Permeabilitas (Darcy) Q = Laju alir (cc/sec)
μ = Viscositas (cp) A = Luas penampang (cm2)
L = Panjang (cm) P = Tekanan (atm)
Didalam batuan reservoir fluida yang mengalir biasanya lebih dari satu
macam sehingga permeabilitas dapat dibagi menjadi :
1. Permeabilitas Absolute
Merupakan harga permeabilitas suatu batuan apabila fluida yang mengalir
melalui pori-pori batuan hanya terdiri dari satu fasa. Misalnya yang mengalir
gas saja, minyak saja, atau air saja.
2. Permeabilitas Effektif
Adalah permeabilitas bila fluida yang mengalir lebih dari satu macam fluida
(misal minyak, gas, dan air).
3. Permeabilitas Relative
Adalah perbandingan antara permeabilitas effektif dengan permeabilitas
absolut.
Pengukuran permeabilitas batuan dapat dilakukan dengan beberapa cara,
yaitu :
a. Analisa Core (laboratorium test)
b. Analisa Log
29
c. Pengujian Sumur
Di laboratorium, analisa core untuk menentukan permeabilitas suatu contoh
batuan dilakukan dengan menggunakan gas nitrogen (N2) karena gas tidak
bersifat membasahi permukaan batuan dan mempunyai aliran yang seragam
melewati semua pori.
2.3 ALAT DAN BAHAN
2.3.1 Peralatan Percobaan dengan Liquid Permeameter :
1. Core holder untuk liquid permeameter
2. Thermometer R, fiil conection
3. Cut off valve
4. Special lid and over flow tube
5. Burette
6. Discharge fill valve assemble
7. Gas inlet
8. Pencatat waktu (stopwatch)
9. Gas pressure line dan pressure regulator
Peralatan Percobaan dengan Gas Permeameter :
1. Core holder dan thermometer
2. Triple range flowmeter dengan selector valve
3. Selector valve
4. Pressure gauge
5. Gas inlet
6. Gas outlet
2.3.2 Bahan yang Digunakan :
1. Core
2. Air
3. Gas Nirogen
Gambar Alat :
30
Gas Permeameter Thermometer Tabung Gas Nitrogen
Cut Of Valve Pressure Regulator Stopwatch
Core
Gambar 2.1 Peralatan Percobaan Pengukuran Permeabilitas
2.4 PROSEDUR PERCOBAAN
Gas Permeameter
1. Pastikan tidak ada penghalang di dalam coreholder atau endstems. Tempatkan
jari Anda ke coreholder untuk memastikan sel bebas dari sisa-sisa atau
kelebihan butiran dari sampel sebelumnya.
2. Pastikan fitting tubing yang nyaman dan bebas kebocoran.
31
3. Ketika loading inti gembur, dianjurkan unutk menempatkan layar 200-mesh
dipotong berbentuk disk di atas dan bawah sampel untuk mencegah migrasi
pasir dari pemegang inti ke meter mengalir.
Menyiapkan Sampel Core
Core sampel harus bersih dan kering untuk hasil terbaik. Core sampel
biasanya dibersihkan dengan pelarut dan dikeringkan dalam oven sebelum
pengukuran permeabilitas gas.
Minyak biasanya diangkat dengan toluene panas atau xilena dan garam.
Sampel biasanya dikeringkan dalam oven konveksi mekanik pada suhu dari 240
derajat Fahrenheit selama paling sedikit 12 jam atau dalam oven vakum di 180
derajat Fahrenheit selama minimal 4 jam. Core sampel harus silinder. Contoh core
plug harus tegak lurus berukuran ± 0,005 inci untuk hasil terbaik.
Mengukur Permeabilitas Standar Gas
1. Set semua panel ke posisi bypass.
2. Ukur core (panjang, tinggi dan luasnya).
3. Masukkan core ke dalam coretest system.
4. Set tekanan dari compressor dan gas nitrogen.
5. Catat tekanan, dan laju alirnya.
6. Hitung permeablilitas dengan menggunakan rumus darcy.
2.5 HASIL PENGAMATAN
Dari percobaan yang telah kami lakukan, diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 3.1 Hasil Pengamatan Percobaan Pengukuran Permeabilitas
Nama
Core
D
(cm)
L
(cm)
A
(cm2)
Q
(cc/s)
μ
(cp)
∆P
(atm)
K
(Darcy)
2 C 3,31 4,92 68,38 0, 367 0, 018 0,0184 0, 026
32
Keterangan tambahan :
- High flow = 22 cm3/menit - Tekanan dari tabung N2 = 100 psi
- Low flow = 13,6 cm3/menit - Tekanan dari kompressor = 10 psi
- High DP = 10,5 Psi
- Low DP = 10,23 Psi
2.6 PERHITUNGAN
Dik : High Flow = 22 cm3/menit
Low Flow = 13,6 cm3/menit
High DP = 10,5 psi
Low DP = 10,23 psi
μ nitrogen = 0,018 cp
D core = 3,31 cm
L core = 4,92 cm
Dit : K = … ?
Jwb :
Q = (High Flow) – (Low Flow)
= (22 cm3/menit) – (13,6 cm3/menit)
= 8,4 cm3/menit
= 8,4 cm3 x 1
60 s
= 0,14 cm3/ s
A = 2 π r (r+t)
= 2 (3,14) (12
∙3,31 cm ¿ ∙¿ 3,31 cm + 4,92 cm )
= (10,4 cm ) ∙ (6,575 cm )
= 68,38 cm2
33
∆ P = P1 – P2
= 10,5 Psi – 10,23 Psi
= 0,27 Psi
= 0,2714,7 atm
= 0,018 atm
K = μ .Q .LA (∆ P )
= (0,018cp ) x ¿¿
= 0,01 Darcy
= 10 mD
2.7 PEMBAHASAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, sampel core yang digunakan
merupakan core buatan yang disesuaikan dengan yang sebenarnya dilapangan.
Untuk mendapatkan hasil yang terbaik core harus dikringkan mnggunakan oven,
tetapi karena alat yang tidak memadai cor dikeringkan dibawah sinar matahari
atau menggunakan desicator yang hampa udara dan dimasukkan silika
kedalamnya untuk menarik H2O agar jatuh kebagian bawah desicator.
Percobaan pengukuran permeabilitas dilakukan dengan menggunakan alat
gas permeameter yang terhubung dengan tabung gas nitrogen, dimana gas ini
tidak membasahi permukaan sampel core yang kita amati. Jadi, data yang didapat
dari percobaan lebih akurat.
Permeabilitas sampel core didapat sebesar 10 mD dan digolongkan kedalam
permeabilitas yang baik. Berikut skala nilai permeabilitasnya :
< 5 mD = Ketat ( buruk )
5 – 10 mD = Cukup
34
10 – 100 mD = Baik
100 – 1000 mD = Sangat baik
> 1000 = Istimewa
Selama percobaan berlangsung diproleh beberapa parameter yang
mmpengaruhi besar-kecilnya atau baik-buruknya permabilitas tersebut,
1. Viskositas (μ¿ = cp
2. Laju alir (Q) = cm3/ s
3. Panjang (L) = cm
4. Luas penampang (A) = cm2
5. Perubahan tekanan (∆ P) = atm
Permeabilitas batuan sangat berhubungan erat dengan porositasnya. Jika
permeabilitas batuan baik maka sudah pasti porositas batuan juga baik, akan tetapi
jika porositas batuan baik maka belum tentu permeabilitas batuan juga baik.
1.10 DISCUSSION
From the experiments have been done, we used an artificial core sample that
adapted to the actual field. To get the best result, core must be dried using an oven
because we don’t have complete equipments. We dried core in the sun or using a
vacuum desicator and entering silica into it to pull H2O falling to the bottom of
desicator.
Experiment permeability measurement was done using a gas permeametre
connected with nitrogen gas tube, where the gas didn’t wet the surface of the core
sample that we observed. So, the data we get from the experiment more
accurately.
Permeability of the core sample obtained at 10 mD and classified into good
permeability. The type of permeability values, as follow :
< 5 mD = Bad
5 – 10 mD = Enough/Moderate
10 – 100 mD = Good
35
100 – 1000 mD = Very Good
>1000 = Excelent
During the experiment obtained same parameters that effect the good or not
good of permeability are :
6. Viscosity (μ¿ = cp
7. Flow rate (Q) = cm3/ s
8. Long (L) = cm
9. Large (A) = cm2
10. Pressure change (∆ P) = atm
Rock permeability correlates with the porosity. If the permeability of the
rock is good, then it is definitely the porosity is good too, but if the porosity of the
rock is good, then it is not sure that rock permeability is also good.
1.11 KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat kami simpulkan bahwa saat
minyak diproduksikan dari reservoir ke permukaan permeabilitas batuan sangat
mempengaruhi. Hal itu dikarenakan keseragaman butiran batuan memberikan
celah untuk fluida dapat dengan mudah diproduksikan dengan nilai permeabilitas
tinggi. Akan tetapi, jika butiran batuan tidak seragam ada yang besar dan ada yang
kecil membuat jalur untuk fluida mengalir tertutupi sehingga minyak tidak dapat
diproduksikan.
Minyak terjebak dan tidak ada celah untuk minyak dapat bergerak, nilai
permeabilitas yang kami dapat setelah melakukan percobaaan dengan
menggunakan sampel core buatan yaitu sebesar 10 mD dan dikategorikan
kedalam permeabilitas yang baik atau bagus.
1.12 TUGAS
1.) Jelaskan definisi permeabilitas & hubungannya terhadap hukum Darcy?
36
K = μ ∙Q ∙ L
A ∙ (P1−P2)
Jawab : Definisi permeabilitas adalah kemampuan batuan reservoir untuk dapat
meloloskan fluida melalui pori batuan yang saling berhubungan tanpa merusak
partikel pembentuk batuan tersebut.
Hubungannya terhadap hukum Darcy yaitu jika cairan berfasa tunggal
dengan kekentalan cp mengalir dengan kecepatan 1 cm3/ s melalui penampang
seluas 1 cm2 pada gradien hidrolik 1 atm (16 mmHg) per cm dan jika cairan
tersebut seluruhnya mengisi medium tersebut, maka secara matematis didapat
persamaan :
2.) Jelaskan pengaruh ukuran butir dan sortasi/pilahan terhadap permeabilitas?
Jawab: Ukuran butir dan sortasi batuan reservoir mempengaruhi besar kecilnya
suatu permeabilitas. Ukuran butiran dan sortasi batuan yang seragam memiliki
permeabilitas yang tinggi jika dibandingkan dengan ukuran butiran dan sortasi
batuan yang tidak seragam, ada yang besar dan ada yang kecil.
Hal itu dikarenakan jalur untuk meloloskan fluida untuk ukuran butiran
dan sortasi batuan yang seragam lebih besar, fluida lebih mudah mengalir, celah
untuk fluida dapat bergerak lebih banyak, sedangkan untuk ukuran butiran dan
sortasi batuan yang tidak seragam, ada yang besar dan ada yang kecil, fluida sulit
untuk mengalir, jalurnya tertutupi oleh butiran-butiran kecil, sehingga celah-celah
untuk fluida mengalir tidak ada atau sangat sedikit, fluida terjebak dan tidak dapat
bergerak.
3.) Jelaskan pengaruh jnis-jenis batuan terhadap harga permeabilitas ?
Jawab : Setiap jenis batuan memiliki porositas yang berbeda-beda, porositas
efktifnya ada yang besar dan ada yang kecil. Setiap jenis batuan memiliki
perbedaan dari segi ukuran butiran, keseragaman butiran, dan sementasi antara
butiran satu dengan butiran lainnya yang akan memberi celah untuk fluida dapat
mengalir. Oleh sebab itu jenis batuan satu dengan batuan lainnya memberikan
harga prmeabilitas yang berbeda.
37
4.) Dik : A = 800 acre
= 800 x 4046, 825 m2
= 3,237, 460 m2
∅ = 20 %
= 0,2
h = 20 ft
= 20 x 0,3048 m
= 6, 096 m
Swi = 0,2
Boi = 40 res bbl/STB
Dit : OOIP = …?
Jwb : OOIP = 7758 x A xh x∅ x (1−Swi)
Bo i
= 7758 x (3 ,237,460 m2 ) (6,096 m )(0,2) x(1−0,2)40 rer bbl /STB
= 612 433 779 bbl
= 612. 433 779 MMbbl
5.) Sebutkan variable permeabilitas beserta golongannya :
Jawab : Variabel Permeabilitas
< 5 mD = Ketat ( buruk )
5 – 10 mD = Cukup
10 – 100 mD = Baik
100 – 1000 mD = Sangat baik
> 1000 = Istimewa
38
PERCOBAAN III(EXPERIMENT III)
PENGUKURAN SATURASI FLUIDA(MEASUREMENT OF FLUID SATURATION)
3.1 TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan besarnya harga saturasi fluida di dalam batuan reservoir
sehingga dapat memperkirakan besarnya cadangan minyak, mengetahui batas
antara air-minyak dan mengetahui ketinggian air dan minyak.
3.2 TEORI DASAR
Saturasi fluida didefinisikan sebagai perbandingan antara volume fluida
tertentu (air, minyak dan gas) terhadap jumlah volume pori-pori.
Ruang pori-pori batuan reservoir mengandung fluida yang biasanya terdiri
dari air, minyak dan gas. Untuk mengetahui jumlah masing-masing fluida, maka
perlu diketahui saturasi masing-masing fluida. Jumlah volume pori. Umumnya
pada formasi zona minyak kandungan air dalam formasi tersebut dinamakan
39
interstitial water atau connate water yang didefinisikan sebagai air yang tertinggal
di dalam formasi pada saat reservoir terbentuk.
Dalam satu batuan reservoir biasanya akan terdapat 3 jenis saturasi yang
dalam persamaan dirumuskan:
1. Saturasi air
Didefinisikan sebagai: Perbandingan antara volume pori yang terisi air
terhadap volume pori batuan total.
sw= volume pori yang diisi airvolume pori total
2. Saturasi minyak
Didefinisikan sebagai: Perbandingan antara volume pori yang terisi oleh
minyak terhadap volume pori total.
so= volume pori yang diisi minyakvolume p ori total
3. Saturasi gas
Didefinisikan sebagai: perbandingan antara volume pori yang terisi oleh gas
terhadap volume pori total.
Sg= volume pori yang diisi gasvolume poritotal
Apa bila dalam suatu pori berisi minyak, air dan gas maka berlaku
hubungan:
Dimana : Sw + So + Sg = 1
40
Apabila upaya pencapaian kesetimbangan hidrostatik dalam proses migrasi
memungkinkan kondisi kejenuhan gas maka gas akan keluar dari minyak dan
akan menempati pula bagian ruangan pori-pori batuan reservoir tersebut sebagai
saturasi gas. Dengan demikian maka didalam ruangan batuan reservoiar akan
terdapat dua atau tiga macam fluida sekaligus. Karena pengaruh proses geologi,
kapilaritas, sifat batuan reservoir dan sifat fluida reservoir akan mengakibatkan
sejumlah fluida yang tidak dapat dikeluarkan dari dalam reservoir. Volume fluida
tersebut dinyatakan dalam saturasi yaitu:
Swirr = Irreducible water saturation, besarnya bekisar 15%-30%
Sor = Residual oil saturation, besarnya bekisar 10%-20%
Swirr sering juga disebut Swc = Connate water saturation
Pada umumnya hampir semua reservoir minyak memiliki air yang
terakumulasi disekitar daerah akumulasi minyak dan air tersebut sebagai air bebas
( free water ), sedangkan air yang terakumulasi dibawah minyak disebut air alas
(bottom water ).
Telah diketahui bahwa massa jenis minyak lebih ringan daripada massa
jenis air sehingga minyak cendrung keatas, sedangkan air cendrung kebawah.
Disamping itu, terdapat juga lapisan air pada dinding pori batuan yang disebut
dengan wetting water, sedangkan lapisan minyak yang melekat pada dinding pori
batuan disebut wetting oil.
Pada suatu reservoir, gas alam akan selalu berada bersama-sama dengan
minyak yang diproduksikan dari suatu reservoir. Energi yang dihasilkan oleh gas
dibawah tekanan merupakan suatu energi yang sangat berharga untuk mendorong
dari dalam reservoir menuju permukaan.
Saturasi fluida dalam suatu reservoir akan bervariasi dari suatu tepat
ketempat yang lain. Saturasi air akan cendrung lebih tinggi pada batuan yang
kurang berporous (porositas rendah). Harga saturasi pada lapangan minyak yang
berproduksi biasanya akan berkisar antara 0,1-0,5 dengan adanya perbedaan
densitas antara air, minyak dan gas maka pada dasar reservoir akan cenderung
mempunyai saturasi air lebih tinggi dibandingkan dengan struktur reservoir pada
41
bagian atas dan sebaliknya, pada reservoir bagian atas saturasi gas akan lebih
tinggi.
Saturasi fluida akan bervariasi terhadap kumulatif produksi minyak. Jika
minyak diiproduksi, maka posisi minyak dalam reservoir akan tergantikan oleh air
ataupun gas, sehingga pada formasi akan selalu terjadi perubahan saturasi minyak.
Dari korelasi yang dibuat oleh Ben A.Emdhal, formasi dengan permeabilitas
rendah dan saturasi air corenya adalah dianggap produktif. Untuk formasi dengan
permeabilitas lebih besar, batas tertinggi dari saturasi air adalah sedikit lebih
kurang dari 50%. Karena itu, hasil penyelidikan nilai saturasi dari sampel core,
maka akan didapatkan bahwa formasi akan produktif apabila saturasi air
dipermukaan pada sampel core adalah kurang dari 50%.
Dalam pengukuran saturasi fluida di laboratorium dapat ditentukan dengan
beberapa metode, yaitu:
a. Metode penjenuhan ( Rethort Summation Method )
b. Distilasi vakum ( Vaccum Distilation Method )
c. Metode Dean and Stark
Adapun manfaat dapat diketahuinya nilai masing-masing fluida adalah
sebagai berikut:
1. Dapat memperkirakan besar cadangan minyak
2. Dapat mengetahui batas antara air dan minyak
3. Dapat mengetahui ketinggian antara air dan minyak
3.3 ALAT DAN BAHAN
3.3.1 Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
1. Solvent ekstraktor termasuk condenser (pendingin) water up pemanas
listrik
2. Timbangan analisis dengan batu timbangan
3. Gelas ukur
4. Exicator
5. Oven
3.3.2 Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
42
Sampel core
Air
Kerosin
Toluena
Gambar Alat :
Vacum Desicator Gelas Ukur Core
Timbangan Digital Water Trap Corong
Stopwatch Labu Destilat Penghubung Labu
Gambar 3.1 Peralatan Percobaan Pengukuran Saturasi Fluida
3.4 PROSEDUR PERCOBAAN
43
1. Mengambil fresh core atau yang telah dijenuhi dengan air dan minyak.
2. Menimbang core tersebut, misalnya beratnya a grm.
3. Memasukkan core tersebut dalam labu Dean & Stark yang telah diisi dengan
toluene. Kemudian kita lengkapi dengan water trap dan reflux conndensor.
4. Memanaskan selama kurang lebih 30 menit hingga air tidak tampak lagi.
5. Mendinginkannya dan membaca volume air yang tertampung dalam water
trap, trap misalnya = b cc = b grm.
6. Mengeringkan sampel dalam oven selama 15 menit, kemudian
mendinginkannya dalam exicator. Lalu menimbang core kering tersebut,
misalnya = c grm.
7. Maka kita dapat menghitung berat minyak dengan persamaan berikut:
a−(b+c ) grm=d grm
8. Volume minyak dihitung dengan persamaan:
volumeminyaak= dbj minyak
=ecc ………………….. (3.5)
9. Saturasi minyak dan saturasi air:
So= eVp
Sw= bVp
…………... (3.6)
3.5 HASIL PENGAMATAN
Dari percobaan yang telah kami lakukan, diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 3.1 Hasil Pengamatan Pengukuran Saturasi Fluida
No Volume fluida
(ml)
Massa
(gr)
Volume
(ml)
Rho ρ
gr /cm3
So Sw
1 Picnometer kosong 15,65 - - - -
2 Picnometer + kerosin 35,59 - - - -
3 Kerosin 19,94 25 0,7976 - -
4 Core Kering (c) 100,7 - - - -
5 Core yang dijenuhi (a) 110,11 - - - -
6 Vol pori batuan (vp) - 9,876 - - -
7 Minyak hasil destilasi 1,834 2,3 0,7976 0,23 -
44
8 Air hasil destilasi (b) 7,11 7,11 1,00 - 0,77
9 Air pada water trap 7,576 7,576 - - -
3.6 PERHITUNGAN
a. Massa Picnometer Kosong = 15, 65 gr
Massa Picnometer + Kerosin = 35, 59 gr
Massa Kerosin = 35, 59 – 15, 65 = 19, 94 gr
Volume Picnometer = 25 ml
b. Massa core yang dijenuhi kerosin = 110, 11 gr , misal ( a )
Massa core kering = 100,7 gr , misal ( c )
Massa fluida dalam core = 9, 41 gr , misal ( vf )
Volume / massa air hasil destilasi = 7, 11 gr = 7, 11 ml , misal ( b )
Volume oil hasil destilasi = 2,3 ml , misal ( e )
Massa oil = ν ∙ ρ=2 , 3ml x 0 ,7976 gr /ml = 1, 834 gr ( d )
Massa / volume air pada water trap = vf – d
= 9, 41 – 1, 834
= 7, 576 gr = 7, 576 ml
Vp = ( Volume pori batuan ) = e + volume air pada water trap
= 2, 3 + 7, 576
= 9, 876 ml
So = ev p
= 2,3 ml
9 ,876 ml = 0,23
Sw = Volumeair pada water trap
v f =
7 ,576 ml9 ,876 ml = 0,77
Jadi Sw + So = 1
0,77 + 0,23 = 1 , Terbukti dengan hasil penjumlahan adalah 1
3.7 PEMBAHASAN
Percobaan yang kita lakukan adalah pengukuran saturasi fluida yang terdiri
dari :
45
c. Saturasi Gas (Sg)
d. Saturasi Air (Sw)
e. Saturasi Minyak (So)
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan jumlah cadangan minyak,
mengetahui batas antara air dan minyak dan mengetahui ketinggian air dan
minyak. Dari percobaan yang telah dilakukan, sampel core buatan yang digunakan
dalam percobaan adalah core buatan yang sudah dijenuhi oleh kerosin ± 1 hari.
Sebelum core dimasukkan ke dalam labu destilat, labu diisi sedikit dengan air
agar saat labu dipanaskan akan terjadi penguapan yang akan mendorong minyak
terangkat menuju water and oil trap.
Air yang tertampung di dalam water trap bukan jumlah saturasi airnya
dikarenakan air tersebut adalah hasil penguapan dari air yang kita tambahkan
sedikit ke dalam labu destilat.
Air memiliki titik didih 100 oC, sedangkan titik didih minyak adalah 150 oC -
300 oC. Hal ini dikarenakan kerosin mempunyai berat jenis yang lebih kecil dari
air sehingga dalam pencapaian titik didihnya lebih lama.
Selama percobaan berlangsung, ada kondisi dimana tekanan reservoir lebih
besar dari tekanan gelembungnya, P > Pb. Kondisi ini berupa fasa cair,
So + Sw = 1, yang disebut dengan kondisi undersaturated. Namun, disaat
penurunan tekanan terjadi, dimana tekanan reservoir sama nilainya dengan
tekanan gelembung, P = Pb. Hal ini menyebabkan komponen – komponen yang
mudah mnguap terbebaskan, sehingga So + Sw + Sg = 1 yang disebut dengan
kondisi saturated.
46
Percobaan dikatakan berhasil apabila berat minyak yang di dapat tidaklah
minus (-) yang nilainya kita dapatkan dengan rumus : Berat minyak = a – ( b + c ).
3.7 DISCUSSION
Experiment we did there was measurement of fluid saturation, consist of :
1. Gas Saturation (Sg)
2. Water Saturation (Sw)
3. Oil Saturation (So)
This experiment porpose to determine of oil reserves, knowing the boundary
between water and oil and to know the high of the water and oil. From the
experiment that have been done, we used artificial core that have been saturated
by kerosene approximately 1 day.
Before entering core into destilate flask, flask was filled with water so that
when the flask was heated will occur evaporation that will push oil lifted toward
the water and oil trap. The water collected in the water trap is not the amount of
water saturation due to evaporation of water is that we add a little water to the
distilate flask.
Water have a boiling point of 100 oC while kerosene boiling point is
150 oC - 300 oC, because the kerosene has a greater specific than water, so the
achievement of longer boiling point.
47
During the experiment, there are condition where the reservoir pressure
greater than the pressure of the bubble, P > Pb. Condition in the form of a liquid
phase, So + Sw = 1 is called the undersaturated. However, when the pressure drop
occurred, where the reservoir pressure is worth a bubble pressure, P = Pb. This
was because the components of volatile liberated, So + Sw + Sg = 1, is called the
saturated.
The experiment was successful when the heavy oil is not obtained minus (-)
of the value, we got the formula, Heavy oil : a – ( b + c ).
3.8 KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Percobaan dikatakan berhasil apabila berat minyak yang didapat tidaklah
minus (-) yang nilainya didapatkan dengan rumus, berat minyak :
a – ( b + c ).
2. Dari percobaan, kita dapat menentukan jumlah cadangan minyak dari
jumlah kandungan air yang terdapat dalam suatu batuan, sehingga kita
dapat menentukan apakah sumur tersebut layak diproduksi atau tidak.
3. Setiap jenis batuan yang berbeda memiliki saturasi yang berbeda pula.
48
4. Aplikasi pengukuran saturasi dilapangan, untuk menghitung cadangan
yang ada pada reservoir. Semakin besar nilai So maka semakin besar
jumlah cadangan minyak direservoir. Tentu saja akan mengoptimalkan
produksi.
3.9 TUGAS
1. Jelaskan definisi dari saturasi ?
Jawab : Volume pori-pori batuan yang terisi atau perbandingan antara volume
fluida tertentu (air, minyak, dan gas) terhadap jumlah volume pori-pori.
2. Apakah yang dimaksud dengan Swi, Swirr, dan Sor ?
Jawab :
Swi adalah saturasi air tersisa yakni fluida /volume fluida yang tidak dapat
dikeluarkan dari dalam reservoir, sehingga meninggalkan saturasi air yang
tersisa.
Swirr adalah saturasi air tersisa (irreducible) yang tidak dapat lagi
diangkat/diambil dari reservoir, disebabkan adanya saturasi minimum fluida.
Sor adalah saturasi minyak yang tersisa dalam reservoir.
3. Buatlah grafik drainage dan imbibisi ! Jelaskan !
Jawab :
49
Imbibisi adalah proses aliran fluida dimana saturasi fluida pembasah (water)
meningkat sedangkan saturasi non wetting (oil) menurun.
Drainage adalah proses kebalikan dari imbibisi, dimana saturasi fasa pembasah
menurun dan saturasi fasa non wtting meningkat.
4. Buatlah grafik permeabilitas relative vs saturasi pada saat oil wet dan water
wet!
(a) (b)
(a) Permeabilitas relative vs saturasi saat ater wet, (b) Permeabilitas
relative vs saturasi saat oil wet
PERCOBAAN IV(EXPERIMENT IV)
PENENTUAN KADAR LARUT SAMPEL FORMASIDALAM LARUTAN ASAM
(DETERMINATION OF SOLUBILITY FORMATION SAMPLEIN ACID SOLUTION)
4.1 TUGAS
1. Menentukan daya larut asam terhadap sampel batuan dengan menggunakan
metode gravimetric, sehingga dapat diperoleh informasi atau data penting
sebelum melakukan stimulasi.
50
2. Menetukan % berat dari material yang larut dalam HCL 15%.
3. Penentuan % Solubility.
4.2 DASAR TEORI
Salah satu cara stimulasi yang digunakan adalah pengasaman, dengan
menginjeksikan dalam reservoir untuk mendapatkan harga permeabilitas dan
porositas yang lebih besar atau lebih komersial disuatu lapangan minyak.
Asam yang digunakan adalah asam klorida 15% yang bereaksi dengan
batuan karbonat sesuai dengan persamaan :
CaCO3 + 2H2O CaCl2 + H2O + CO2
Sebelum dilakukan stimulasi dengan pengasaman, harus dilakukan dengan
tepat data-data laboratorium yang diperoleh dari sample formasi, fluida reservoir
dan fluida stimulasi. Sehingga informasi yang diperoleh dari laboratorium tersebut
dapat digunakan untuk merencakan operasi stimulai dengan tepat. Sehingga pada
gilirannya dapat diperoleh penambahan produktifitas formasi yang diharapkan.
Salah satu informasi yang diperlukan adalah daya larut asam terhadap
sampel batuan (acid solubility). Metode ini menggunakan teknik gravimetri untuk
menentukan reaktifitas formasi dengan asam.
Metode pengasaman (acidizing) dapat dibedakan menjadi tiga macam,
yaitu:
1. Matrix Acidizing
2. Fracturing Acidizing
3. Acidizing Wash
Hydraulic Fracturing adalah sebuah metoda memecahkan celah yan terbuka
disekitar zona produktif. Fluida fracturing ini dilakukan dengan memasukan gel
ke dalam formasi dengan tekanan yang cukup tinggi untuk memecah formasi.
Acidization atau pengasaman adalah cara stimulasi yang digunakan untuk
reservoir yang terdiri atas batu gamping atau dolomite atau batuan reservoir yang
terlarut dalam asam. Acidization ini dilakukan dengan memasukan
51
asam/memompakan asam kedalam sumur agar melarutkan batu gamping untuk
memperbesar permeabilitas.
Pada umumnya hanya batuan karbonat yang dapat dipengaruhi oleh
perlakuan asam, meskipun demikian sebagian pasir mempunyai kandungan
karbonat yang cukup. Beberapa additive biasanya digunakan dalam pengasaman
hal in berguna untuk mencegah korosi pada
casing dan tubing.
Selain menambah produktifitas, pekerjaan
stimulasi juga diperlukan untuk mengatsi kerusakan
formasi. Kerusakan formasi yang disebabkan
oleh masuknya fluida atau solid asing pada bagian
terbuka, yang terbatas dengan lubang sumur
yang akan menyebabkan menurunnya harga permeabilitas.
.
4.3 ALAT DAN BAHAN
4.3.1 Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah:
1. Mortar dan Pestle.
2. Timbangan.
3. Corong dan Pinset.
4. Kertas Saring.
5. Erlenmeyer.
4.3.2 Bahan-bahan yang dipergunakan pada percobaan ini adalah:
1. Aquadest
2. HCl 15%
3. Core Karbonat
Gambar Alat :
52
Mortar Corong Labu erlenmeyer
Timbangan Gelas Kimia Core
Gambar 4.1. Peralatan Percobaan Penentuan Kadar Larut Sampel Formasi dalam
Larutan Asam
4.4 PROSEDUR PERCOBAAN
1. Mengekstraksi core dengan toluena pada soxhlet apparatus, kemudian
dikeringkan pada oven 105 C (220 F)
2. Menghancurkan sample kering pada mortar hingga dapat lolos pada ASTM
100 Mesh.
3. Mengambil sample yang telah dihancurkan 20 gram dan dimasukkan pada
erlenmeyer 500 ml, kemudian dimasukkan 150 ml HCl 15 % dan digoyangkan
sehingga CO2 terbebaskan semua.
4. Setelah reaksi selesai tuangkan sample residu plus larutan dalam Erlenmeyer
pada kertas saring. Bilas sisa-sisa sample dengan aquades sedemikian rupa
hingga air filtrat setelah ditetesi larutan mehtyl orange tidak nampak reaksi
asam (sampai warna kemerah-merahan).
5. Mengeringkan residu dalam oven kira-kira selama ½ jam dengan suhu 105 C
(220 F), kemudian dinginkan dan akhirnya timbang
6. Menghitung kelarutan sebagian % berat dari material yang larut di HCl 15%
53
Solubility % berat : W−w
W x 100 %
Dimana : W = berat sample, gr
w = berat residu, gr
4.5 HASIL PENGAMATAN
Dari percobaan yang telah kami lakukan, diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 5.1 Hasil Pengamatan Percobaan Penentuan Kadar Larut Sampel Formasi
dalam Larutan Asam
No. Nama SampleBerat Sampel
(gram)
Volum Filtrat
(ml)
% Solubility
(%)
1Batuan Karbonat
( 98,60 gr )20 145 61,50
2Batuan Pasir
( 101,01 gr )20 270 32,85
Keterangan Tambahan:
- Massa residu batuan karbonat = 7,70 gr
- Massa residu batuan pasir = 13,43 gr
4.6 PERHITUNGAN
A. Massa mangkuk kosong batuan karbonat = 98,60 gr, missal ( w )
Massa mangkuk kosong batuan pasir = 101,01 gr, misal ( z )
Massa batuan karbonat = 20 gr
Massa batuan pasir = 20 gr
B. Volume filtrate pada batuan karbonat = 145 ml
( Hingga warna kemerah-merahan hilang )
Volume filtrate pada batuan pasir = 270 ml
( Hingga warna kemerah-merahan hilang )
C. Massa mangkuk + residu batuan reservoir = 106,30 gr, misal ( y )
54
Massa mangkuk + residu batuan pasir = 114, 44 gr, misal ( x )
Massa residu batuan karbonat = ( y ) – ( w )
= 106,30 gr – 98,60 gr
= 7,70 gr
Massa residu batuan pasir = ( x ) – ( z )
= 114,44 gr – 101,01 gr
= 13,43 gr
D. Dik : W1 = 20 gr, ( Batuan Karbonat )
W2 = 20 gr, ( Batuan Pasir )
w1 = 7,70 gr, ( Residu Batuan Karbonat )
w2 = 13,43 gr, ( Residu Batuan Pasir )
Dit : 1. Solubility % berat batuan karbonat = …?
2. Solubility % berat batuan pasir = …?
Jawab :
1. Solubility % berat batuan karbonat =
= W 1−w1
W 1 x 100 %
= ber at sample−berat residu
berat sample x 100 %
= 20 gram−7,70 gram
20 gram x 100 %
= 61,50 %
2. Solubility % berat batuan pasir :
= W 2−w2
W 2 x 100 %
= berat sample−berat res idu
berat sample x 100 %
= 20 gram−13,43 gram
20 gram x 100 %
= 32,85 %
E. Hitung solubility % berat batuan karbonat berikut :
Dik : W1 = 30 gr
55
W2 = 20 gr
W3 = 15 gr
w1 = 2,38 gr
w2 = 4,46 gr
w3 = 7,89 gr
Dit : Solubility % berat pada masing-masing sampel = …?
Jawab :
a. Solubility % berat pada sampel 1
= W 1−w1
W 1 x 100 %
= berat sample−berat residu
berat sample x 100 %
= 30 gram−2,38 gram
30 gram x 100 %
= 92,06 %
b. Solubility % berat pada sampel 2
= W 2−w2
W 2 x 100 %
= berat sample−berat residu
berat sample x 100 %
= 20 gram – 4,46 gram
20 gram x 100 %
= 77,7 %
c. Solubility % berat pada sampel 3
= W 3−w3
W 3 x 100 %
= berat sample−berat residu
berat sample x 100 %
= 15 gram – 7,89 gram
15 gram x 100 %
= 47,4 %
F. Hitung solubility % berat batuan pasir berikut :
56
Dik : W1 = 20 gr
W2 = 15 gr
W3 = 5 gr
w1 = 8,79 gr
w2 = 12,56 gr
w3 = 4,47 gr
Dit : Solubility % berat pada masing-masing sampel = …?
Jawab :
a. Solubility % berat pada sampel 1
= W 1−w1
W 1 x 100 %
= berat sample−berat residu
berat sample x 100 %
= 20 gram – 8,79 gram
20 gram x 100 %
= 56,05 %
b. Solubility % berat pada sampel 2
= W 2−w2
W 2 x 100 %
= berat sample−berat resid u
berat sample x 100 %
= 15 gram – 12,56 gram
15 gram x 100 %
= 16,26 %
c. Solubility % berat pada sampel 3
= W 3−w3
W 3 x 100 %
= berat sample−berat residu
berat sample x 100 %
= 5 gram – 4,47gram
5gram x 100 %
= 10,6 %
57
4.7 PEMBAHASAN
Dari percobaan yang kami lakukan, kami menggunakan dua buah sampel
batuan yaitu batuan karbonat dan pasir. Batuan pasir digunakan sebagai
pembanding agar kita dapat melihat perbedaan diantara keduanya, dengan mtode
yang digunakan yaitu metode acidizing/pengasaman.
Didalam lapisan formasi terdapat bagian impermeabel (sulit dilalui oleh
fluida) dan permeable (mudah dilalui oleh fluida). Proses acidizing dilakukan
pada kedua bagian tersebut. Kita menstimulasikan asam kedalam formasi karna
terbentuknya scale dan skin yang dapat menurunkan harga permeabilitas.
Stimulasi dilakukan untuk memberikan rangsangan agar memperbaiki
kerusakan pada formasi, setelah asam diinjeksikan melalui pipa, asam yang
sampai pada batuan karbonat atau bagian permeabel berfungsi untuk memperbesar
permeabilitas, setelah gas yang terdapat dalam formasi terbebaskan seluruhnya
maka pori-pori yang kosong pada batuan tersebut akan diisi oleh minyak.
Dari hasil percobaan diperoleh data bahwa massa residu pasir lebih besar
yaitu 13,43 gr dibandingkan dengan massa residu karbonat sebesar 7,70 gr dan
kadar larut batuan pasir lebih kecil yaitu 32,85% dibandingkan dengan kadar larut
batuan karbonat sebesar 61,50%.
Metode pengasaman (acidizing) yang kita lakukan ini dinamakan matrix
acidizing. Ada dua metode pengasaman lainnya yaitu fracturing acidizing dan
acidizing wash.
1. Metode fracturing acidizing
Untuk metode fracturing acidizing, metode ini sama dengan matrix
acidizing hanya berbeda pada tekanan injeksinya yang lebih besar dari tekanan
rekah formasi. Metode ini memecah celah yang terbuka disekitar zona produktif.
Metode ini dilakukan dengan memasukkan gel kedalam formasi dengan tekanan
yang cukup tinggi untuk memecah formasi.
2, Metode acidizing wash
Metode yang ketiga adalah acidizing wash, metode ini prinsipnya
menginjeksikan asam untuk melarutkan scale didalam pompa bawah permukaan.
Acidizing wash dapat dilakukan dengan cara konvensional yaitu memompakan
58
acid sistem yang ditempatkan didepan scale kemudian direndam selama 1-2 jam,
selain itu dapat juga dengan menggunakan peralatan jetting tool.
Asam dipompakan ke dalam sumur melewati tubing dan annulus, larutan
asam direndam beberapa jam dan pompa bawah permukaan dalam kondisi mati,
kemudian pompa bawah permukaan dijalankan kembali setelah 1-2 jam. Larutan
asamnya yaitu campuran dari 10% HCl dengan surfaktan dan additives (emulsion
breaker, iron control agent, corrosion inhibitor dan scale inhibitor).
4.7 DISCUSSION
From the experiment we did, we used two of rock samples it was carbonate
and sand rock. Sandstone usd as a comparison, in order to see the difference
between the both. Here, we used acidizing method.
In the rock formation, there is an impermeable and permeable formation.
Acidizing process conducted in the two parts. We stimulate the formation by the
acid, because in the formation was formed skin and scale, it can make the
permeability of rock down.
Stimulation was conducted to provide stimulus to minimize the demage of
formation, after the acid was injected through the pipe. The acid of the carbonate
rocks have a function to increase the permeability. After all of the gas liberated
and the pores were empty, the rock will be filled by oil.
From the result of experiment, we got some data that the weight of sand
residual was larger, it was 13,43 grams. If we compare with the weight of
carbonate residue, it was 7,70 grams. And solubility of sandstone was lower, it
was 32,85 %, if we compared with the solubility of carbonate. It was 61,50%.
Acidizing method we do is called the matrix acidizing. There are two
methods of acidification, acidizing fracturing and wash acidizing.
For acidizing fracturing method, the method is the same as matrix acidizing.
The difference was only in the injection pressure greater than the fracturing
pressure of the formation. This method breaks the space around the productive
zone. This method was done by inserting the gel into the formation in the high
pressure to break formation.
59
The third method is wash acidizing. This method principle is inject the acid
to dissolve scale in the subsurface pump. Wash acidizing can be done by
conventional acid pump system that is placed in front of the scale and then soaked
for 1-2 hours. Besides that it can use jetting tool.
The acid is pumped into the well through tubing and annulus, acid solution
soaked a few hours and subsurface pump is off, then the subsurface pump run
again after 1-2 hours. The acid solution is a mixture of 10% HCl with surfactan
and additives (emulsion breaker, iron control agent, corrosion inhibitor and scale
inhibitor).
4.8 KESIMPULAN
1Larutan asam tidak sepenuhnya dapat melarutkan batuan pasir, hanya
sebagian kecil dari batuan pasir tersebut. Terbukti bahwa kadar larut/solubility
batuan karbonat lebih besar dibandingkan dengan batuan pasir sehingga lebih
banyak pori-pori kosong pada batuan karbonat dari pada batuan pasir. Oleh karena
itu minyak lebih banyak mengisi pori-pori kosong pada batuan karbonat.
Massa residu batuan pasir lebih besar dibandingkan dengan batuan
karbonat. Pada umumnya hanya batuan karbonat yang dapat dipngaruhi oleh
perlakuan asam, meskipun demikian batuan pasir juga dapat dipengaruhi oleh
asam tetapi hanya sedikit.
1. Larutan asam memperbesar permeabilitas dan memberikan ruang untuk
minyak masuk kedalam pori-pori batuan setelah gas terbebaskan
seluruhnya.
2. Proses stimulasi memberikan rangsangan dan berdampak positif pada
formasi yaitu memperkecil kerusakan pada formasi.
4.9 TUGAS
1. Apa yang dimaksud dengan pengasaman / acidizing ?
Jawab : Pengasaman atau acidizing adalah cara stimulasi yang digunakan untuk
reservoir yang terdiri atas batu gamping atau dolomite atau batuan reservoir yang
terlarut dalam asam. Acidizing ini dilakukan dengan memasukkan asam atau
60
memompakan asam ke dalam sumur agar mlarutkan batu gamping untuk
memperbesar permeabilitas.
2. Jelaskan 3 metode pengasaman/acidizing yang anda ketahui ?
Jawab :
a. Matrix Acidizing
Merupakan metode yang paling umum dilakukan untuk meningkatkan
permeabilitas di sekitar lubang bor yang mengalami kerusakan formasi yang
disebabkan oleh scale dan skin. Metode ini menginjeksikan asam dengan tekanan
alir dibawah tekanan rekah formasi. Tujuannya untuk mendapatkan penetrasi
radial yang uniform dari asam kedalam formasi. Kenaikan permeabilitas terjadi
karena membesarnya pori-pori batuan atau larutnya butir-butir pembuntu yang
terkena asam.
b. Fracturing acidizing
Metode ini sama dengan matrix acidizing hanya berbeda pada tekanan
injeksinya lebih besar dari tekanan rekah formasi.
c. Wash Acidizing
Metode ini prinsipnya menginjeksikan asam untuk melarutkan scale.
3. Jelaskan apa itu scale ? Bagaimana cara penanggulangannya !
Jawab : Scale adalah hasil pengendapan mineral, pasir dari air formasi yang ikut
terproduksi bersama dengan minyak dan gas, kemudian endapan tersebut akan
menempel pada dinding pipa dan apabila tidak ditanggulangi akan mengakibatkan
terjadinya penurunan produksi minyak. Contoh scale dan reaksi kimia berikut :
Ca+2+2 ( HCO2 ) CaC O3+C O2+H 2O
Cara penanggulangannya dapat dilakukan dengan beberapa metode, tetapi yang
paling banyak dilakukan adalah injeksi scale inhibitor dan pengasaman/acidizing.
d. Injeksi Scale Inhibitor
Adalah cara penanggulangan dengan menginjeksikan inhibitor yang sesuai
dengan jenis scale yang ada. Jenis scale inhibitor antara lain CAS (Chelating
Agent Solution), Threatment dan EDTA (Ethilyene Diamine Tetra Acetic Acid).
e. Pengasaman / Acidizing
61
Adalah cara penanggulangan scale dengan menginjeksikan asam untuk
melarutkan scale yang terbentuk. Macam-macam metode pengasaman adalah :
Matrix Acidizing, Fracturing Acidizing, dan Acidizing Wash.
4. Jelaskan apa itu skin ? Bagaimana cara penanggulangannya !
Jawab : Skin adalah kerusakan formasi yang mengakibatkan berkurangnya
permeabilitas dan porositas biasanya dari pasir air formasi. Cara
penanggulangannya dapat dilakukan dengan menstimulasikan asam pada formasi.
Stimulasi dilakukan untuk memberikan rangsangan agar memperbaiki kerusakan
pada formasi.
PERCOBAAN V(EXPERIMENT V)
SIEVE ANALYSIS
5.1 TUJUAN PERCOBAAN
Untuk menentukan besarnya coring coefisien dan menentukan baik
buruknya sortasi batuan pasir reservoir.
62
5.2 TEORI DASAR
Tahap penyelesaian suatu sumur yang menembus formasi lepas
(unconsolidated) tidak sederhana seperti tahap penyelesaian dengan formasi
kompak (consolidated) karena harus mempertimbangkan adanya pasir yang ikut
terproduksi bersama fluida produksi. Seandainya pasir tersebut tidak dikontrol
dapat menyebabkan pengikisan dan penyumbatan pada peralatan produksi.
Disamping itu, juga menimbulkan penyumbatan pada dasar sumur. Produksi pasir
lepas ini, pasa umumnya sensitif terhadap laju produksi, apabila laju alirannya
rendah pasir yang ikut terproduksi sedikit dan sebaliknya.
Metode yang umum untuk menanggulangi masalah kepasiran meliputi
penggunaan slotted atau screen liner dan gravel packing. Metode penanggulangan
ini memerlukan pengetahuan tentang distribusi ukuran pasir agar dapat ditentukan
pemilihan ukuran screen dan gravel yang tepat.
5.3 ALAT DAN BAHAN
5.3.1 Alat yang digunakan :
1. Torsion balance dan anak timbangan
2. Mortar dan pastle
3. Tyler Sieve ASTM (2; 1; 5; 34 ; 4; 10; 20; 60; 140; 200)
5.3.2 Bahan yang Digunakan
1. Sampel Batuan Reservoir
Gambar Alat :
63
Mortar Sieve Analysis Timbangan Digital
Gambar 5.1Peralatan Percobaan Sieve Analysis
d. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Mengambil contoh batuan reservoir yang sudah kering dan bebas minyak.
2. Memecah-mecah batuan menjadi fragmen kecil-kecil dan memasukkan
kedalam mortar digerus menjadi butiran-butiran pasir.
3. Memeriksa dengan binocular, apakah butiran-butiran pasir tersebut benar-
benar saling terpisah.
4. Menimbang dengan teliti 200 gram pasir tersebut.
5. Menyediakan sieve analysis yang telah dibersihkan dengan sikat dari bagian
bawahnya.
6. Menyusun sieve diatas alat penggoncang dengan mangkok pada dasarnya,
sedangkan sieve diatur dari yang halus diatas mangkok dan yang paling kasar
di puncaknya.
7. Menuangkan dengan hati-hati pasir batuan reservoir (200 gram) kedalam
sieve yang paling atas, memasang tutup dan mengencangkan penguatnya.
8. Menggoncang selama 30 menit.
9. Menuangkan dari sieve yang paling kasar (atas) ke dalam mangkok,
kemudian menimbang.
10. Menuangkan isi sieve yang halus (berikutnya) ke dalam mangkok tadi juga,
kemudian menimbang secara kumulatif.
11. Meneruskan cara penimbangan diatas sampai isi seluruh sieve ditimbang
secara kumulatif.
12. Dari berat timbangan secara kumulatif dapat dihitung juga berat pasir dari
tiap-tiap sieve.
13. Mengulangi langkah 1 sampai dengan 11 untuk contoh batuan reservoir yang
kedua.
14. Membuat tabel dengan kolom nomor sieve, opening diameter, % retained
cumulative percent retained.
64
15. Membuat grafik semilog antara opening diameter dengan cumulative percent
retained.
16. Dari grafik ysng didapat (seperti huruf S ), menghitung :
- Sorting Coefficient = Dia . Pada 40 %Dia . pada 90 %
- Medium diameter pada 50 % = ….. mm
e. HASIL PENGAMATAN
Tabel 6.1 Hasil Pengamatan Percobaan Sieve Analysis
Berat cawan = 101 gr Berat core = 200 gr Berat cawan + core = 301 gr
Sieve
no
Opening diameter
(mm)
Weigh retained
(gram)
Persen
retained
(%)
Cum persen
retained
(%)
4 4, 75 0 0 0
8 2, 36 0, 36 0, 18 0, 18
30 0, 522 73, 26 36, 63 36, 81
50 0, 283 61, 32 30, 66 67, 47
100 0, 147 58. 00 29 96, 47
200 0, 074 7, 06 3, 53 100
Grafik Semilog Antara Opening Diameter vs Cumulative Percent Retained
65
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8-20
0
20
40
60
80
100
120 Cum % Retained vs Opening Diameter
Openig Diameter( mm)
Cum % retained
Grafik 5.1Cum % Retained vs Opening Diameter
Berdasarkan data diatas, grafik antara ukuran sieve dengan presentase
cumulative pada kertas grafik semilog.
Median diameter : D50 ¿ 0.283 mm
Koefesien kekompakan : σ=2.091 mm
Koefisien keseragaman : c ¿2.129 mm
Berdasarkan grafik yang telah dibuat tentukan :
D10 = 2.193 mm
D15 = 1.775 mm
D20 = 1.357 mm
D25 = 0.940 mm
D50 = 0.283 mm
D60 = 0.2558 mm
D75 = 0.215 mm
D80 = 0.2014 mm
D90 = 0.1742 mm
D100 = 0.147 mm
Metode yang digunakan :
66
Metode caberly : 4.386 mm
Metode gill : 1.775 mm
Metode Wilson : 2.193 mm
f. PERHITUNGAN
1. Menentukan persen retained (%)
Dik : Weight Retained Sieve No. 4 = 0 gr
No. 8 = 0,36 gr
No. 30 = 73,26 gr
No. 50 = 61,32 gr
No. 100 = 58,00 gr
No. 200 = 7,06 gr
Berat core = 200 gr
Dit : Persen retained (%) masing-masing sieve no = …?
Jawab :
a.) Sieve no. 4
Persen retained = Weight Retained
Berat Core x 100%
= 0 gr
200 gr x 100 %
= 0 %
b.) Sieve no. 8
Persen retained = Weight Retained
Berat Core x 100%
= 0,36 gr200 gr
x 100 %
= 0,18 %
c.) Sieve no. 30
Persen retained = Weight Retained
Berat Core x 100%
= 73,26 gr200 gr
x 100 %
67
= 36,63 %
d.) Sieve no. 50
Persen retained = Weight Retained
Berat Core x 100%
= 61,32 gr200 gr
x 100 %
= 30,66 %
e.) Sieve no. 100
Persen retained = Weight Retained
Berat Core x 100%
= 58,00 gr200 gr
x 100 %
= 29 %
f.) Sieve no. 200
Persen retained = Weight Retained
Berat Core x 100%
= 7,06 gr200 gr
x 100 %
= 3,53 %
2. Menentukan Cummulative Persen Retained (%)
a.) Sieve no. 4
Dik : Cummulative persen retained = 0 %, awalnya
Persen retained = 0 %
Dit : Cummulative persen retained = …?
Jawab :
Cum persen retained = Cum persen retained sebelumnya + Persen retained
= 0 % + 0 %
= 0 %
b.) Sieve no. 8
Dik : Cummulative persen retained no. 4 = 0 %
Persen retained = 0,18 %
68
Dit : Cummulative persen retained = …?
Jawab :
Cum persen retained = Cum persen retained no.4 + Persen retained
= 0 % + 0,18 %
= 0,18 %
c.) Sieve no. 30
Dik : Cummulative persen retained no.8 = 0,18 %
Persen retained = 36,63 %
Dit : Cummulative persen retained = …?
Jawab :
Cum persen retained = Cum persen retained no.8 + Persen retained
= 0,18 % + 36,63 %
= 36,81 %
d.) Sieve no. 50
Dik : Cummulative persen retained no.30 = 36,81 %
Persen retained = 30,66 %
Dit : Cummulative persen retained = …?
Jawab :
Cum persen retained = Cum persen retained no.30 + Persen retained
= 36,81 % + 30,66 %
= 67,47 %
e.) Sieve no. 100
Dik : Cummulative persen retained no.50 = 67,47 %
Persen retained = 29,00 %
Dit : Cummulative persen retained = …?
Jawab :
Cum persen retained = Cum persen retained no.50 + Persen retained
= 67,47 % + 29,00 %
= 96,47 %
f.) Sieve no. 200
Dik : Cummulative persen retained no.100 = 96,47 %
69
Persen retained = 3,53 %
Dit : Cummulative persen retained = …?
Jawab :
Cum persen retained = Cum persen retained no.100 + Persen retained
= 96,47 % + 3,53 %
= 100 %
3. Opening Diameter
x = Untuk setiap kenaikan 11
x = OD 8 – OD 30 ( untuk mencari OD = 10, 15, 20, 25 )
x = OD8 – OD 30
2
x = 2,36 mm –0,522 mm
2
x = 0,919 mm
a. Sieve 10 = OD 8 – ( 211
∙ x¿
( OD 10 ) = 2,36 mm – ( 211
∙ 0,919 mm )
= 2,193 mm
b. Sieve 15 = OD 8 – ( 711
∙ x¿
( OD 15 ) = 2,36 mm – ( 711
∙ 0,919 mm )
= 1,775 mm
c. Sieve 20 = OD 8 – ( 1211
∙ x ¿
( OD 20 ) = 2,36 mm – ( 1211
∙ 0,919 mm )
= 1,357 mm
70
d. Sieve 25 = OD 8 – ( 1711
∙ x¿
(OD 25 ) = 2,36 mm – ( 1711
∙ 0,919 mm )
= 0,94 mm
x = Untuk setiap kenaikan 10
x = OD 50 – OD 100 ( untuk mencari OD = 60, 75, 80, 90 )
x = OD50 – OD100
5
x = 0,283 mm – 0,147 mm
5
x = 0,0272 mm
a. Sieve 60 = OD 50 – x
( OD 60 ) = 0,283 mm – 0,0272 mm
= 0, 2558 mm
b. Sieve 75 = OD 50 – ( 2,5 ∙ x¿
( OD 75 ) = 0,283 mm – ( 2,5 ∙ 0,0272 mm¿
= 0, 215 mm
c. Sieve 80 = OD 50 – ( 3 ∙ x¿
( OD 80 ) = 0,283 mm – ( 3 ∙ 0,0272 mm¿
= 0, 2014 mm
d. Sieve 90 = OD 50 – ( 4 ∙ x¿
( OD 90 ) = 0,283 mm – ( 4 ∙ 0,0272 mm¿
= 0, 1742 mm
6.7.4 Median Diameter
D 50 = 0,283 mm
71
6.7.5 Koefisien Kekompakan
δ=√ D 25D75
= √ 0,94 mm0,215 mm
= 2,091 mm
6.7.6 Koefisien Keseragaman
C = D 40D 90
= 0,371 mm
0,1742 mm
= 2,129 mm
6.7.7 Metode yang digunakan
a. Metode Coberly : W = 2 x D 10
= 2 x 2,193 mm
= 4, 386 mm
b. Metode Gill : W = D 15
= 1,775 mm
c. Metode Wilson : W = D 10
= 2, 193 mm
g. PEMBAHASAN
Percobaan sieve analysis, bertujuan untuk menentukan besarnya coring
koefisien dan menentukan baik-buruknya sortasi batuan pasir reservoir. Pada saat
percobaan, sieve telah memiliki nomor yang menandakan bahwa saringan pada
setiap sieve memiliki ukuran yang berbeda, mulai dari diameter lubang saringan
yang besar di bagian atas dan terus ke bawah diameter lubang saringan semakin
kecil dengan Tyler Sieve ASTM : 4, 8, 30, 50, 100 dan 200.
Pasir yang kasar dan memiliki ukuran besar akan tersaring, sehingga hanya
pasir yang memiliki ukuran kecil yang dapat lolos mlewati setiap sieve. Setelah
sieve digoncang-goncangkan selama beberapa menit, kita mulai menghitung berat
pasir yang tertinggal pada setiap sieve.
72
Didalam dunia perminyakan, terjadinya kepasiran dapat berdampak buruk
dan mengakibatkan beberapa kerugian, yaitu :
1. Penurunan produksi memberikan efek sumbatan di pori-pori dan perforasi.
2. Pasir yang ikut terproduksi dari reservoir terkumpul didasar lubang sumur
sehingga menyebabkan sumur mati.
3. Menyebabkan kerusakan pada pipa (pengikisan pipa).
Penyebab terjadinya kepasiran antara lain :
a. Penurunan kekuatan formasi
b. Penurunan tekanan formasi
c. Tingginya kapasitas produksi
d. Tingginya saturasi air
Adapun metode yang digunakan untuk mengatasi masalah kepasiran adalah
metode gravel pack. Metode ini digunakan untuk menanggulangi kepasiran yang
masuk ke dalam sumur dengan memasang krikil (gravel) di depan formasi
produktif dengan cara diinjeksikan, dimana gravel-gravel tersebut dapat menahan
butiran yang lepas dan berlaku sebagai penyaring.
Pada dasarnya gravel pack dapat dikelompokkan menjadi 2, antara lain :
1. Open Hole Gravel Pack (OHGP)
Yaitu gravel pack yang ditempatkan di antara saringan dengan dinding bor
pada formasi produktif.
2. Inside Gravel Pack (IGP)
Yaitu gravel pack yang ditempatkan antara casing diperforasi dengan pipa
saringan.
Selain metode gravel pack, digunakan juga metode lain untuk mengatasi
masalah kepasiran, yaitu :
e. Metode Analisa Log
Yaitu mengenali kekuatan relatif dari tiap lapisan pasir.
f. Metode Identifikasi Sand
Yaitu mengidentifikasi batuan tersebut dengan cara mengambil sampel batuan
dan diuji di laboratorium apakah batuan tersebut termasuk ke dalam consolidated
atau unconsolidated.
73
4.10 DISCUSSION
Sieve analysis experiment, purpose to determine the amount of coring
coefficients and determine the good or bad sorting sandstone reservoir. At the
time of the research, sieve has had the number indicates that the filter on each
sieve has different sizes, start from large sieve hole diametre at the top and
continue down to the small hole diametre sieve with Tyler Sieve ASTM : 4, 8, 30,
50, 100 and 200.
Coarse sand and large size will be filtered, so that only the sand that has a
small size that can pass through each sieve. After the sieve in a shake for a few
minutes, we started to calculate the wight of the sand was left on each sieve.
In the world of oil this problem can give bad effect and cause some
disadvantage, those are :
1. The decline in production, because the blockage effect in the pore perporation.
2. The sand in produced from the reservoir join in the bottom of the wellbore,
causing the well die.
3. Damage to the pipe (pipe erotion).
This problem was caused because, include :
1. Decrease force formation
2. Pressure drop formation
3. The produce capacity is high
4. The high water saturation
The method used to solve this problem is Gravel Pack Method. This method is
used to overcome this problem taken into wells by installing gravel in front of the
productive formation by injected, where the gravel can hold loose granules and
acts as filter.
Basically, gravel pack can be grouped into to, among others :
1. Open Hole Gravel Pack (OHGP)
The Gravel filter pack is placed between the wall drill the productive
production.
2. Inside Gravel Pack (IGP)
That gravel pack placed between the casing pipe is perforated with a sieve.
74
Besides the gravel pack method, also used other methods to solve the problem,
there are :
1. Log Analysis Method
To know the relative strength of each layer of sand.
2. Sand Identification Method
That rock was identified by taking a sample matrix and tested in laboratory
whether the rock is include into the consolidated or unconsolidated.
4.11 KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Masalah kepasiran harus cepat di tanggulangi karena dapat mengakibatkan
berbagai masalah, diantaranya yaitu kerusakan pada pipa sehingga
menimbulkan kerugian secara materi.
2. Metode yang dapat digunakan untuk menanggulangi masalah kepasiran,
yaitu :
a. Metode Gravel Pack
b. Metode Analisa Log
c. Metode Identifikasi sand
3. Beberapa penyebab terjadinya kepasiran, yaitu :
a. Penurunan kekuatan formasi
b. Penurunan tekanan formasi
c. Tingginya saturasi air
d. Tingginya kapasitas produksi
4.12 TUGAS
1. Jelaskan metode apa saja yang digunakan untuk mengatasi masalah kepasiran !
a. Metode Gravel Pack
Yaitu metode yang digunakan untuk menanggulangi kepasiran yang masuk ke
dalam sumur mengontrol pasir lepas dengan menginjeksikan gravel-gravel
sebagai pnyaring.
75
Jenis gravel pack ada dua, yaitu :
1. Open Hole Gravel Pack (OHGP)
2. Inside Gravel Pack (IGP)
b. Screen Linear
Yaitu metode yang digunakan untuk menanggulangi masalah kepasiran yang
masuk ke dalam sumur dengan memasang krikil (gravel) di depan formasi yang
dapat menahan pasir yang lepas.
c. Analisa Log
Yaitu metode yang digunakan untuk menanggulangi masalah kepasiran dengan
mengenali kekuatan relative dari tiap lapisan pasir.
d. Metode Identifikasi Sand
Yaitu metode yang digunakan untuk menanggulangi masalah kepasiran dengan
cara mengambil sampel batuan untuk di uji di laboratorium apakah batuan
tersebut termasuk ke dalam consolidated atau unconsolidated.
2. Jelaskan asal pasir yang ikut terproduksi dan dampaknya !
Jawab : Pasir berasal dari batuan sedimen, salah satunya yaitu batuan sandstone
yang terkikis karena air serta memiliki sementasi (ikatan antara butiran satu
dengan butiran lainnya) dan kompaksi (kekompakan antara butiran batuan) yang
kecil.
Masalah kepasiran memiliki dampak yang besar apabila tidak segera
ditanggulangi yang dapat menyebabkan kerugian di bidang materi diantaranya
yaitu terjadi pengikisan pipa yang dapat merusak pipa dan penyumbatan pada alat
produksi.
76
KESIMPULAN(CONCLUSION)
1. Kesimpulan UmumDari seluruh percobaan yang dilakukan pada praktikum Analisa Inti Batuan
Reservoir ini dapat ditarik kesimpulan umum yaitu :
1. Praktikum ini bertujuan untuk menentukan secara langsung informasi
mengenai sifat-sifat fisik batuan reservoir yang sangat dipengaruhi oleh
komposisi, matrik batuan.
2. Praktikum ini memberikan informasi-informasi mengenai sifat fisik batuan
antara lain : porositas, permeabilitias batuan, saturasi fluida, kadar larutan
sample formasi dalam lariutan asam dan sieve analisis.
3. Pada pengukuran porositas bertujuan mengetahui besarnya pori dalam batuan
sehingga kita dapat mengetahui cadangan dalam batuan reservoir dan pada
tahap exsplorasi digunakan untuk komplesi sumur.
4. Pengukuran permebilitas bertujuan untuk mengetahui kemampuan suatu
batuan dalam meloloskan fluida. Sehingga kita dapat mengetahui baik dan
buruknya permeabilitas dan jumlah cadangan minyak yang terproduksikan.
Bila permeabilitas baik, dipastikan porositas bernilai besar dan saling
berhubungan.
5. Pengukuran saturasi fluida bertujuan untuk memperkirakan besarnya
cadangan minyak (OOIP), batas air dan minyak. Serta dalam pengukuran
saturasi fluida ini dapat mengetahui kondisi reservoir yang meliputi kondisi
saturated dan undersaturated.
6. Penentuan kadar larut sampel formasi dalam larutan asam dapat
meningkatkan nilai permeabilitas yang lebih bernilai ekonomis dan komersial
dengan melakukan stimulasi (pengerjaan ulang sumur) dengan pengasaman
yaitu menginjeksikan asam ke reservoir (acidizing).
7. Sieve analisis menentukan besarnya coring coefisien dan juga baik buruknya
sortasi pasir reservoir. Dengan terproduksinya pasir bersamaan fluida tentu
saja akan menghambat jumlah produksi dan menimbulkan kerusakan. Dan
77
tahapan dalam menanggulangi ikut terproduksi nya pasir yaitu dengan screen
liner dan gravel packing.
2. SARANa. Kepada para pembaca laporan Analisa Inti Batuan ini, saya harapkan agar
memberikan komentar dan saran.
b. Saran dan kritikan dari pembaca berguna untuk mengetaui kekurangan pada
laporan resmi analisa fluida reservoir ini baik dari segi penulisan ataupun
segi isinya demi kesempurnaan laporan ini. Dan laporan ini dapat
bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
Pekanbaru, Januari 2013
(Iben Saptoyoso)
093210241
78