22
LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA Pemanfaatan Ekstrak Daun Putri Malu (Mimosa pudica Linn.) Sebagai Bahan Antiinflamasi BIDANG KEGIATAN : PKM-P Diusulkan oleh : Nuraiman G 701 10 035/ Angkatan 2010 (Ketua Kelompok) Oryza Sativa G 701 10 002/ Angkatan 2010 (Anggota 1) A. Mirza Fauzan G G 701 11 087/ Angkatan 2011 (Anggota 2) UNIVERSITAS TADULAKO PALU 2013

Laporan Akhir Pkm Pemanfaatan Ekstrak Daun Putri Malu Sebagai Bahan Antiinflamasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ekstrak daun putri malu

Citation preview

  • LAPORAN AKHIR

    PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

    Pemanfaatan Ekstrak Daun Putri Malu (Mimosa pudica Linn.)

    Sebagai Bahan Antiinflamasi

    BIDANG KEGIATAN :

    PKM-P

    Diusulkan oleh :

    Nuraiman G 701 10 035/ Angkatan 2010 (Ketua Kelompok)

    Oryza Sativa G 701 10 002/ Angkatan 2010 (Anggota 1)

    A. Mirza Fauzan G G 701 11 087/ Angkatan 2011 (Anggota 2)

    UNIVERSITAS TADULAKO

    PALU

    2013

  • ABSTRAK

    Telah dilakukan penelitian tentang pemanfaatan ekstrak daun putri malu sebagai

    bahan antiinflamasi. Tanaman putri malu mempunyai potensi untuk pengobatan antiradang

    karena adanya kandungan flavonoid. Ekstrak daun putri malu diperoleh dari proses maserasi

    menggunakan etanol 96%. Pengujian aktivitas antiinflamasi dilakukan menggunakan tikus

    putih dengan penginduksi larutan karagenan 1% (b/v). Ekstrak etanol daun putri malu

    (Mimosa pudica Linn.) diberikan secara oral dengan tiga dosis (20 mg/200 g BB, 40 mg/200

    g BB, 60 mg/200 g BB) dan Na diklofenak dosis 27 mg/200 g BB sebagai pembanding

    positif.

    Hasil pemeriksaan pendahuluan kandungan kimia menunjukkan adanya senyawa

    flavonoid, steroid, alkaloid dan saponin. Pada uji aktivitas antiinflamasi, pemberian ekstrak

    daun putrid malu dengan dosis 20 mg/200 g BB terlihat potensi penghambatan radang

    setelah jam ke-5, dosis 40 mg/200 g BB terlihat potensi penghambatan radang setelah jam

    ke-2 dan dosis 60 mg/200 g BB terlihat potensi penghambatan radang setelah jam ke-3.

    Berdasarkan analisis statistik ANAVA dengan tingkat kepercayaan 95%, ekstrak

    etanol daun putri malu dosis 40 mg/200 g BB memberikan efek antiinflamasi yang

    sebanding dengan Na diklofenak dosis 27 mg/200 g BB dan efek antiinflamasi yang efektif

    dapat dicapai pada jam ke-2.

    (Kata Kunci: Ekstrak etanol daun putri malu, antiinflamasi, karagenan).

  • KATA PENGANTAR

    Segala puji dan syukur kepada Allah SWT Yang Maha Esa karena atas karunia dan

    rahmatNya sehingga penelitian dan penyelesaian laporan akhir PKM-P ini dapat diselesaikan. Terima

    kasih yang sebesar-besarnya kepada para orangtua kami serta saudara-saudari kami atas segala

    perhatian, doa, dukungan moril serta materil yang telah diberikan. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Yuliet, S.Si., M. Si., Apt sebagai dosen

    pembimbing yang telah memberikan bimbingan yang sangat berarti bagi penyusun selama penelitian

    dan penyusunan laporan akhir ini

    Pada kesempatan ini kami juga mengucapkan terima kasih yang tulus kepada :

    1. Bapak Dekan dan Wakil Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tadulako, yang telah memberikan fasilitas dan sarana kepada kami selama ini.

    2. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tadulako.

    3. Bapak/Ibu Laboran, asisten Laboratorium Farmakologi dan Laboratorium Fitokimia yang telah memberikan fasilitas serta bantuan selama penelitian.

    4. Seluruh teman-teman mahasiswa farmasi dan seluruh pihak yang telah memberikan bantuan, motivasi dan inspirasi bagi kamu selama penyusunan laporan ini dari awal hingga akhir.

    Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda atas jasa-jasa mereka.

    Kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga

    kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini.

    Akhir kata semoga laporan PKM-P ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

  • I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

    Indonesia yang beriklim tropis merupakan negara terbesar di dunia setelah Brazil yang kaya akan

    keanekaragaman hayati. Di Indonesia tersedia sekitar 30.000 spesies tanaman, diantaranya tanaman

    obat yang berjumlah 2.500 spesies (Dalimartha, 2005). Lebih dari 35.000 spesies tumbuhan dunia

    yang memiliki nilai medis telah ditemukan. Selain itu, sekitar 7000 senyawa kimiawi medis didapat

    dari tumbuhan (Ismael, 2001). Tingginya nilai medis tumbuhan obat dan keanekaragaman tumbuhan di

    Indonesia menyebabkan ramuan herbal menjadi alternatif pengobatan mengingat harga obat dan biaya

    pengobatan modern semakin melambung (Wijayakusuma, 1999).

    Obat tradisional kembali populer dipilih untuk menyembuhkan berbagai penyakit karena

    disamping harganya terjangkau, juga khasiatnya cukup menjanjikan. Salah satu tanaman obat tersebut

    adalah Mimosa pudica Linn. atau lazim disebut putri malu. Tanaman putri malu mempunyai khasiat

    cukup besar untuk menyembuhkan, berbagai jenis penyakit. Bagian daun hingga ke akarnya, tanaman

    ini berkhasiat untuk transquilizer (penenang), ekspektoran (peluruh dahak), diuretik (peluruh air seni),

    antitusif (antibatuk), antipiretik (penurun panas), dan antiradang (Arisandi, 2008).

    Inflamasi merupakan respon terhadap kerusakan jaringan akibat berbagai rangsangan yang

    merugikan, baik rangsangan kimia maupun mekanis (Saroni dan Zulkarnain, 1989. Pada proses inflamasi terjadi reaksi vaskular, sehingga cairan, elemen darah, sel darah putih (leukosit), dan

    mediator kimia terkumpul pada tempat yang cedera untuk menetralkan dan menghilangkan agen-agen

    berbahaya serta untuk memperbaiki jaringan yang rusak (Kee dan Hayes, 1993). Tanda-tanda

    inflamasi meliputi kerusakan mikrovaskuler, peningkatan permeabilitas kapiler, dan migrasi leukosit

    ke daerah inflamasi (Wilmana, 1995).

    Sayangnya, penelitian tentang potensi Mimosa pudica Linn. sebagai antiinflamasi belum pernah

    dilakukan, padahal daun ini memiliki kandungan yang dapat berpotensi sebagai antiinflamasi jika

    dikembangkan lebih lanjut. Karena alasan tersebut, penelitian tentang Mimosa pudica Linn. sebagai

    antiinflamasi perlu dilakukan.

    B. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian pada latar belakang, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

    Apakah ekstrak daun putri malu (Mimosa pudica Linn.) mempunyai potensi sebagai bahan

    antiinflamasi pada tikus yang diinduksi dengan karagenan ?

    D. TUJUAN Penelitian ini bertujuan untuk:

    1. Mengetahui potensi antiinflamasi ekstrak etanol daun putri malu pada tikus yang diinduksi dengan karagenan.

    2. Menentukan dosis ekstrak etanol daun putri malu yang efektif sebagai antiinflamasi E. LUARAN YANG DIHARAPKAN

    Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bukti ilmiah dalam pemanfaatan

    Mimosa pudica Linn. sebagai bahan antiinflamasi dan menambah nilai tambah penggunaan tanaman

    putri malu. Selanjutnya hasil penelitian tersebut dapat digunakan sebagai acuan dalam pengembangan

    obat baru dengan memanfaatkan daun putri malu sebagai bahan herbal.

    F. KEGUNAAN 1. Aspek Teoritis

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai efek terapi

    Mimosa pudica Linn. terhadap inflamasi dan sebagai dasar informasi ilmiah untuk mengkaji lebih

    lanjut pemanfaatan Mimosa pudica Linn. sebagai bahan antiinflamasi.

    2. Aspek Aplikatif Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi masyarakat untuk

    menggunakan Mimosa pudica Linn. sebagai salah satu alternatif terapi pengobatan inflamasi.

    II. TINJAUAN PUSTAKA 1. Dasar Teori

    a. Inflamasi (Peradangan) Inflamasi merupakan respon terhadap kerusakan jaringan akibat berbagai rangsangan

    yang merugikan, baik rangsangan kimia maupun mekanis (Saroni dan Zulkarnain, 1989. Pada

  • proses inflamasi terjadi reaksi vaskular, sehingga cairan, elemen darah, sel darah putih

    (leukosit), dan mediator kimia terkumpul pada tempat yang cedera untuk menetralkan dan

    menghilangkan agen-agen berbahaya serta untuk memperbaiki jaringan yang rusak (Kee dan

    Hayes, 1993). Tanda-tanda inflamasi meliputi kerusakan mikrovaskuler, peningkatan

    permeabilitas kapiler, dan migrasi leukosit ke daerah inflamasi (Wilmana, 1995).

    Obat-obatan antiinflamasi nonsteroid (AINS) umumnya mengacu pada obat yang

    menekan inflamasi seperti steroid, namun tanpa efek samping steroid. Berbeda dengan steroid

    yang bekerja untuk mencegah pembentukan asam arkhidonat pada membran sel, obat AINS

    secara umum tidak menghambat biosintesis leokotrein, yang diketahui ikut berperan dalam

    inflamasi. (Wilmana, 1995). Selain Efektif untuk mengurangi nyeri dan demam, AINS juga

    digunakan untuk mengatasi gejala-gejala arthritis, encok, bursitis, nyeri haid, dan sakit kepala

    (Colombia Encyclopedia, 2005). Umumnya obat AINS digunakan untuk terapi rheumatoid

    arthristis, bermanfaat untuk menghilangkan rasa sakit, dan mencegah edema akibat pengaruh

    prostaglandin (Wilmana, 1995)

    Mekanisme kerja AINS yang berdasarkan atas penghambatan biosintesis prostaglandin,

    mulai dilaporkan oleh vene dkk. (1971 dalam Wilamana, 1995) yang memperlihatkan secara in

    vitro bahwa dosis rendah aspirin dan indhomethacin menghambat produksi enzimatik

    prostagalndin. Penelitian lanjutan telah membuktikan bahwa prostaglandin akan dibentuk

    ketika sel mengalami kerusakan.

    b. Mimosa Pudica Putri malu atau dalam bahasa latin disebut Mimosa pudica Linn. adalah tumbuhan dengan

    ciri daun yang dapat menutup dengan sendirinya saat disentuh dan membuka kembali setelah

    beberapa lama. Tanaman berduri ini termasuk dalam tanaman berbiji tertutup (angiospermae)

    dan terdapat pada kelompok tumbuhan berkeping dua atau dikotil (Arisandi Y, 2008).

    Mimosa Pudica Linn merupakan Kingdom Plantae, Divisi Magnoliophyta, Kelas

    Magnolipsida, Ordo Fabales, Family Fabaceae, Genus Mimosa, Spesies Mimosa pudica Linn.

    Tanaman putri malu mempunyai khasiat cukup besar untuk menyembuhkan berbagai jenis

    penyakit. Dari daun hingga ke akarnya, tanaman ini berkhasiat sebagai transquilizer

    (penenang), ekspektoran (peluruh dahak), diuretic (peluruh air seni), antitusif (antibatuk),

    antipiretik (penurun panas), dan antiradang. Para ahli pengobatan Cina dan penelitian di AS

    serta Indonesia mengindikasikan putri malu bisa dipakai untuk mengobati berbagai penyakit

    lain, seperti radang mata akut, kencing batu, panas tinggi pada anak-anak, cacingan, insomnia,

    peradangan saluran napas (bronchitis) dan herpes. Pemanfaatan untuk obat dapat dilakukan

    dengan cara diminum maupun sebagai obat luar. (Dalimartha S.1999).

    Salah satu tahap penelitian obat atau alat baru adalah bahwa obat atau alat baru tersebut

    sebelum diujikan pada manusia terlebih dahulu diuji pada hewan coba dan diperoleh kesan

    yang cukup aman. Hewan coba yang banyak digunakan adalah mencit dan tikus. Alasan

    menggunakan kedua hewan coba ini karena mudah diperoleh dalam jumlah banyak,

    memberikan respon yang cepat, memberikan gambaran secara ilmiah yang mungkin terjadi

    pada manusia dan harganya relatif murah (Puslitbang Biomedis dan Farmasi, 2010).

    2. Hipotesis Ekstrak Mimosa pudica L memiliki efek antiinflamasi pada tikus yang diinduksi karagenan.

    III. METODE PENDEKATAN 1. Lokasi Penelitian

    Penelitian ini akan dilaksanakan dalam rentang waktu 4 bulan. Pembuatan Ekstrak daun putri

    malu dan pemberian perlakuan dilakukan di Laboratorium Farmasi FMIPA UNTAD.

    2. Bahan Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

    1) Bahan utama. Ekstrak Mimosa pudica Linn. 2) Hewan coba. Dipakai Tikus putih galur Wistar dengan berat badan 180-220 g. 3) Uji aktivitas inflamasi. Lambda Karagenan, Suspensi CMC Na 0,5 % 4) Kontrol positif antiinflamasi, Na diklofenak.

  • 3. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah:

    a. Variabel bebas pada penelitian Ekstrak etanolik Mimosa pudica Linn. dalam berbagai dosis.

    b. Variabel terikat pada penelitian ini adalah: Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah efek antiinflamasi yang timbul pada tikus

    putih galur wistar dengan berat badan 180-220 g.

    4. Tahapan Penelitian a. Persiapan Ekstrak Mimosa pudica Linn.

    Ekstrak tumbuhan diambil dari daun Mimosa pudica Linn. Daun dicuci bersih menggunakan air

    mengalir, dikeringkan lalu diekstraksi menggunakan ethanol 96% kemudian diaduk sesekali

    selama 6 jam. Didiamkan selama 24 jam lalu tampung maserat (maserat pertama) diulangi

    sebanyak 2 kali seperti di atas. Maserat yang diperoleh dipekatkan dengan alat penguap vakum

    putar. Kemudian dikeringkan dengan alat pengering berputar (freeze dryer) pada suhu -40oC pada

    tekanan 2 atm selama lebih kurang 24 jam dan diperoleh ekstrak kental (Sampurno, 2004).

    b. Penyiapan Bahan Uji, Kontrol dan Obat Pembanding Ekstrak etanol daun putri malu dengan dosis 20 mg/200 g BB, 40 mg/200 g BB dan 60 mg/200 g

    BB (bahan uji) dan Na diklofenak 27 mg/200 g BB (kontrol positif) dibuat dalam bentuk suspensi

    CMC Na 0,5%.

    i.) Pembuatan Suspensi CMC 0,5% Sebanyak 500 mg CMC Na ditaburkan merata ke dalam lumpang yang telah berisi air

    suling panas sebanyak 35 ml. Didiamkan selama 15 menit hingga diperoleh massa yang

    transparan, digerus hingga terbentuk gel kemudian diencerkan dengan sedikit air,

    dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml, lalu ditambahkan air suling sampai garis tanda.

    ii.) Pembuatan suspensi Na diklofenak Dosis 27 mg/200 g BB Ditimbang sebanyak 405mg serbuk Na diklofenak kemudian digerus dengan

    penambahan suspensi CMC Na 0,5% sampai homogen, dimasukkan ke dalam labu tentukur

    25 ml, dicukupkan sampai garis tanda dengan suspensi CMC Na 0,5 %.

    iii.) Pembuatan Suspensi Ekstrak Etanol Daun Putri Malu Konsentrasi 1% Ditimbang 1 g ekstrak ekstrak etanol dengan daun putri malu. Masing-masing digerus

    dengan penambahan suspensi CMC Na 0,5% sampai homogen, dimasukkan ke dalam labu

    tentukur 100 ml, dicukupkan sampai garis tanda dengan suspensi CMC Na 0,5%.

    c. Penyiapan Induktor Radang (lambda karagenan 1%) Ditimbang sebanyak 100 mg lambda karagenan, lalu dihomogenkan dengan larutan NaCl

    0,9%, kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 ml kemudian dicukupkan dengan larutan

    NaCl 0,9%, sampai garis tanda kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam.

    d. Penyiapan Hewan Percobaan Hewan percobaan yang digunakan adalah tikus putih galur Wistar dengan berat badan 180-

    220 gram sebanyak 12 ekor terbagi dalam 4 kelompok yang masing-masing terdiri dari 3 ekor

    tikus. Sebelum pengujian, hewan percobaan dipelihara pada kandang yang mempunyai ventilasi

    yang baik dan selalu dijaga kebersihannya. Hewan yang sehat, ditandai dengan memperlihatkan

    gerakan yang lincah. Setiap kali perlakuan selesai, tikus diistirahatkan selama 2 minggu,

    selanjutnya tikus dapat dipakai lagi untuk perlakuan berikutnya (Wirda, 2001).

    e. Prosedur Pengujian Inflamasi Sebelum pengujian, tikus dipuasakan selama 18 jam dengan tetap diberi air minum. Tikus

    dikelompokkan ke dalam 4 kelompok yaitu kelompok bahan uji (tiga dosis suspensi ekstrak

    etanol daun putri malu), dan kontrol positif (Na diklofenak).

    Pada hari pengujian, masing-masing hewan ditimbang dan diberi tanda pada kaki kirinya,

    kemudian kaki kiri tikus dimasukkan ke dalam sel yang berisi cairan khusus yang telah disiapkan

    sebelumnya sampai cairan naik pada garis batas atas, pedal kemudian ditahan, dicatat angka pada

    monitor sebagai volume awal (Vo) yaitu volume kaki sebelum di beri obat dan di induksi dengan

    larutan karagenan. Masing-masing tikus diberi suspensi bahan uji secara oral sesuai dengan

    kelompoknya. Satu jam kemudian kepada masing-masing telapak kaki tikus di suntik secara

  • intraplantar dengan 0,1 ml larutan karagenan 1% setelah 30 menit dilakukan pengukuran dengan

    cara mencelupkan kaki tikus ke dalam sel pletismometer yang berisi cairan khusus sampai larutan

    mencapai garis batas atas, dan pedal di tahan. Dicatat angka pada monitor. Perubahan volume

    cairan yang terjadi dicatat sebagai volume telapak kaki tikus (Vt). Pengukuran dilakukan setiap 30

    menit selama 360 menit dan tiap kali pengukuran larutan sel tetap dicukupkan sampai garis tanda

    atau garis merah bagian atas sel dan pada menu utama ditekan tombol nol juga kaki tikus

    dikeringkan sebelumnya.

    Volume radang adalah selisih volume telapak kaki tikus setelah dan sebelum disuntikkan

    karagenan. Pada waktu pengukuran, volume cairan harus sama setiap kali pengukuran, tanda batas

    pada kaki tikus harus jelas. Kaki tikus harus tercelup sampai batas yang dibuat (Juhaeini, 1990).

    f. Persen Radang Perhitungan Persen radang dapat dihitung dengan rumus di bawah ini:

    x 100 %

    Dimana: Vt = Volume radang setelah waktu tertentu

    Vo = Volume awal kaki tikus

    Persen inhibisi radang dihitung dengan rumus di bawah ini:

    Dimana: a = Persen radang rata-rata kelompok kontrol

    b = Persen radang rata-rata kelompok perlakuan bahan uji atau obat pembanding.

    5. Analisis Data Data hasil penelitian dianalisi secara statistik menggunakan metode ANAVA (Analisis

    Variansi) dengan program SPSS 16 dengan tingkat kepercayaan 95%

    IV. PELAKSANAAN PROGRAM 1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian ini dilakukan pada :

    Hari/Tanggal : Senin/6 Mei 2013 sampai Selasa/20 Agustus 2013

    Tempat : Laboratorium Farmakologi dan Fitokimia, Program Studi Farmasi,

    FMIPA UNTAD.

    2. Tahapan Pelaksanaan Tabel 1. Jadwal Kegiatan

    No Tahap Kegiatan Bulan

    Ke-1 Ke-2 Ke-3 Ke-4

    Tahap Penelitian

    1. Pemesanan dan pembelian bahan

    2. Pengajuan surat izin penelitian

    Tahap Pelaksanaan

    1. Penyiapan ekstrak

    2. Uji Antiinflamasi

    Tahap Penyelesaian

    1. Analisis data

    2. Penulisan laporan akhir

  • 3. Instrumen Pelaksanaan Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah plestimometer sederhana.

    4. Rekapitulasi Rancangan dan Realisasi Biaya

    Jenis Acara Barang Jumlah Biaya Satuan Harga Total

    Kesekretariatan

    Penulisan proposal

    dan surat izin

    Rp. 300.000 Rp 300.000

    Penyusunan

    Laporan Kemajuan

    Rp. 100.000 Rp 100.000

    Penyusunan

    Laporan Akhir

    Rp. 200.000 Rp 200.000

    Sewa lab FMIPA Lab. Fitokimia Rp. 750.000 Rp 750.000

    Lab. Farmakologi Rp. 750.000 Rp 750.000

    Penyiapan hewan uji Kandang hewan uji 10 buah Rp. 100.000 Rp 1.000.000

    Pakan hewan uji 10 kg Rp 25.000 Rp 250.000

    Hewan uji 25 ekor Rp 40.000 Rp. 900.000

    Transportasi Rp. 400.000

    Pembuatan Ekstrak Sewa Alat

    Pengekstraksi

    1 set Rp 300.000 Rp 300.000

    Pengujian

    Antiinflamasi

    Pelarut (Et bbb

    anol)

    13 Liter Rp 75.000 Rp 975.000

    Daun Mimosa

    pudica

    2 kg Rp 100.000 Rp 200.000

    Bahan Karagenan 2 g Rp 400.000

    Rp 800.000

    Na Diklofenak 10 tablet Rp. 1000 Rp 10.000

    Na CMC 500 g Rp. 75.000 Rp. 75.000

    Aquades 25 Liter Rp. 6.000 Rp. 150.000

    NaCl fisiologis 1 Liter Rp. 17.000 Rp. 17.000

    Air Raksa 2 Kg Rp. 2.000.000 Rp. 2.000.000

    Handskun 1 kotak Rp. 100.000 Rp. 100.000

    Masker tali 10 buah Rp 10.000 Rp. 100.000

    Kapas 1 gulung Rp. 15.000 Rp. 15.000

    Disposible 1ml 10 buah Rp. 3.000 Rp. 30.000

  • V. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Hasil Pengamatan

    Tabel 5.1

    Hasil Identifikasi Kandungan Kimia Ekstrak Etanol Daun Putri Malu

    No Kandungan Kimia

    yang Diuji

    Hasil Identifikasi

    Keterangan Pengujian Gambar

    1. Saponin +

    2. Alkaloid +

    3. Flavonoid +

    4. Steroid _

    Tabel 5.2 : Presentase Radang Rata-Rata Tikus yang Diinduksi Karagenan

    Disposible 5ml 10 buah Rp. 5.000 Rp. 50.000

    Disposible 10ml 10 buah Rp. 10.000 Rp. 100.000

    Sonde 1ml 10 buah Rp. 5.000 Rp. 50.000

    Sonde 5ml 10 buah Rp. 10.000 Rp. 100.000

    Selang 5 buah Rp. 20.000 Rp. 100.000

    Konsumsi peneliti Rp. 378.000

    Total Rp. 10.000.000

    Waktu (Jam)

    Perlakuan

    Kontrol (-) Kontrol (+) Dosis 1 Dosis 2 Dosis 3

    1 29.76 8.24 52.18 56.31 61.73

    2 38.09 1.51 64.45 34.23 53.05

    3 53.57 -7.19 68.79 53.54 62.36

    4 46.72 -3.57 72.76 51.04 74.79

    5 64.88 17.17 79.46 60.06 67.5

  • Tabel 5.3 : Presentase Inhibisi Radang Tikus yang DiinduksiKaragenan

    Waktu (Jam)

    Perlakuan

    Kontrol (+) Dosis 1 Dosis 2 Dosis 3

    1 89.39 -75.33 -7.92 -9.61

    2 97.72 -69.2 46.88 -54.96

    3 108.09 -28.42 22.17 -16.47

    4 103.57 -55.73 29.85 -46.53

    5 77.92 -22.47 24.4 -12.36

    Gambar 5.1 Grafik Presentase Radang Rata-Rata

    Gambar 5.2 Grafik Inhibisi Radang

    Keterangan : Dosis 1 : Ekstrak etanol daun putri malu dosis 20 mg/200 g BB

    Dosis 2 : Ekstrak etanol daun putri malu dosis 40 mg/200 g BB

    Dosis 3 : Ekstrak etanol daun putri malu dosis 60 mg/200 g BB

    Kontrol positif : Suspensi Na diklofenak dosis 27 mg/200 g BB

    * : Berbeda signifikan dengan kontrol positif

    b. Pembahasan Hasil pemeriksaan pendahuluan menunjukkan ekstrak etanol daun putri malu mengandung

    saponin, alkaloid dan flavonoid.

    Pengujian efek antiinflamasi dilakukan menggunakan alat plestimometer sederhana dengan

    prinsip pengukuran berdasarkan hukum Archimedes. Induksi radang dilakukan secara kimia

    menggunakan larutan karagenan 1% (b/v) yang disuntikkan secara intrapalanar pada telapak kaki

    kiri tikus.

    Pembentukkan radang oleh karagenan menghasilkan peradangan akut dan tidak

    menyebabkan kerusakan jaringan, meskipun radang dapat bertahan selama 360 menit dan

    berangsur-angsur berkurang selama satu hari. Karagenan sebagai penyebab radang dapat

    -100

    -50

    0

    50

    100

    150

    1 2 3 4 5

    Waktu (Jam)

    Perlakuan Kontrol +

    Perlakuan Dosis 1

    Perlakuan Dosis 2

    Perlakuan Dosis 3

    -20

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    1 2 3 4 5

    Perlakuan Dosis 3

    Perlakuan Dosis 2

    Perlakuan Dosis 1

    Perlakuan Kontrol +

    Waktu (Jam)

  • dipengaruhi oleh obat antiradang, responnya terhadap obat antiinflamasi lebih peka dibandingkan

    dengan iritan lainnya (Juheini,1990).

    Setelah dilakukan orientasi dengan variasi dosis ekstrak etanol daun putri malu yaitu 20

    mg/200 g BB, 40 mg/200 g BB dan 60 mg/200 g BB diperoleh bahwa dosis yang terkecil

    memberikan efek antiinflamasi adalah dosis 20 mg/200 g BB. Oleh karena itu, dipilih variasi dosis

    uji seperti yang telah disebutkan sebelumnya.

    Data analisis dengan metode ANAVA (Analisis Varian) menggunakan SPSS 16. Analisis

    dilakukan terhadap hasil perubahan volume kaki tikus dimulai dari 1 jam hingga 5 jam setelah

    penyuntikkan karagenan, dari perubahan volume kaki tikus , dapat dihitung persen radang pada

    kaki tikus.

    Kelompok persen radang pada kaki tikus yang lebih kecil dari kelompok control

    menunjukkan bahwa bahan uji mampu menekan radang yang disebabkan oleh karagenan. Hasil

    pengukuran persen radang yang terjadi dapat dilihat Gambar 5.1

    Pada gambar dapat dilihat bahwa suspensi Na Diklofenak 27 mg/200 g BB memiliki persen

    radang yang paling besar daripada suspensi dosis uji dan dosis uji 40 mg/200 g BB yang paling

    mendekatai persen radang suspensi Na diklofenak 27 mg/200 g BB dosis uji 20 mg/200 g BB

    memiliki persen radang paling kecil dari dosis uji 40 mg/200 g BB dan 60 mg/200 g BB maupun

    suspensi Na Diklofenak 27 mg/200 g BB.

    Efek antiinflamasi dapat dilihat dari besarnya persen hambatan radang rata-rata tiap waktu

    pengukuran, dapat dilihat pada Gambar 5.2.

    Pada Gambar 5.2, dapat dilihat bahwa suspeni Na Diklofenak dosis 27 mg/200 g BB

    memiliki persen inhibisi radang yang paling besar daripada suspensi dosis uji dan dosis uji 40

    mg/200 g BB yang paling mendekatai persen inhibisi radang suspensi Na diklofenak 27 mg/200 g

    BB, dosis uji 20 mg/200 g BB memiliki persen inhibisi radang paling kecil dari dosis uji 40

    mg/200 g BB dan 60 mg/200 g BB maupun suspensi Na Diklofenak 27 mg/200 g BB.

    Analisis variansi terhadap perubahan volume radang digunakan untuk melihat adanya

    pengaruh suspensi uji ekstrak daun putri malu terhadap suspensi Na diklofenak sebagai

    pembanding positif.

    Analisis variansi menunjukkan perbedaan yang signifikan ( F tabel. Hal ini berarti semua

    jenis perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap radang pada telapak kaki tikus

    yang disebabkan oleh karagenan.

    Untuk melihat kelompok perlakuan yang memiliki efek yang sama atau berbeda dan efek

    terkecil sampai dengan yang terbesar antara yang satu dengan yang lainnya sehingga diperoleh

    susunan kelompok yang berbeda dilakukan dengan metode LSD, uji beda rata-rata

  • VI. KESIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan

    Pemeriksaan organoleptis serbuk simplisia menunjukkan bahwa simplisia berwarna hijau

    tua, tidak berbau dan rasanya sedikit pahit.

    Hasil pemeriksaan pendahuluan menunjukkan serbuk simplisia mengandung senyawa

    saponin, alkaloid dan flavonoid.

    Hasil uji statistik dengan ANAVA pada taraf kepercayaan 95% menunjukkan bahwa

    ekstrak daun putri malu dosis 40 mg/200 g BB menunjukkan efek antiinflamasi yang sebanding

    dengan suspensi Na diklofenak dosis 27 mg/200 g BB.

    c. Saran Peneliti menyarankan agar hasil penelitian ini dapat dijadikan data awal untuk melakukan

    isolasi senyawa tunggal yang aktif sebagai antiinflamasi sehingga dapat dijadikan sediaan

    fitofarmaka.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Arisandi Y, Andriani Y. 2008. Khasiat Tanaman Obat. Jakarta: Pustaka Buku Merah.

    Cleveland Clinic. 2003. What You Need to Know About Inflammation.

    www.clevelandclinic.org/healthinfo/docs/ 0200/0217.asp?index= 4857

    [23 Oktober 2012].

    Columbia Encyclopedia. 2005. Antiinflammatory Drugs www.

    encyclopedia.com/html/n1/nonster.asp [23 Oktober 2012].

    Dalimartha, S. 2005. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 3. Jakarta : Trubus Agriwidya.

    Ditjen POM. 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Jakarta : Depkes RI.

    Ismael, F. 2001. Learning from Indigenous People, ASEAN Review of Biodiversity &

    Environmental Conservation, MacArthur Foundation.

    Juheini, F. W., Mariana Y., dan Rusmawan, I. 1990. Efek Antiinflamasi Jahe (Zingiber officinale.

    Rosc) terhadap Radang Buatan Pada Tikus Putih. Jakarta : Majalah Farmakologi dan Terapi

    Indonesia 7 (1). Hal: 9-13

    Kee, J. L. dan E. R. Hayes. 1993. Farmakologi: Pendekatan Proses Keperawatan. Penerjemah:

    Anugrah, P. Jakarta: Penerbit EGC.

    Puslitbang Biomedis dan Farmasi. 2010. Media Litbang Kesehatan Volume XX No. 1 Tahun 2010.

    Jakarta: Badan Litbangkes.

    Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi. Bandung:Penerbit ITB

    Bandung. Hal. 152-154.

    Sampurno. 2004. Monograph of Indonesia Medical Plant Extracts. National Agency of drug and

    Control The Republic of Indonesia. Jakarta : Volume I. Hal. 105-106.

    Saroni dan B. Dzulkarnain. 1989. Penelitian efek antiinflamasi batang brotowali, daun kejibeling dan rimpang kunyit pada tikus putih. Majalah Farmakologi dan Terapi Indonesia 6 (3): 63-

    65.

    Ward, P.A. 1985. Inflamasi. Dalam: Imunologi III. Penerjemah: Wahab, S. Yogyakarta: UGM

    Press.

    Wilmana, P. F. 1995. Analgesik antipiretik antiinflamasi nonsteroid dan obat pirai. Dalam:

    Ganiswara, S. G.(ed.). Farmakologi dan Terapi. Edisi ke-4. Jakarta: Penerbit Gaya Baru.

    Wirda. 2001. Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Cocor Bebek (Kalanchoe pinnata

    Lamk) pada tikus putih. Skripsi Jurusan Farmasi . Medan : FMIPA USU.

    Wijayakusuma, H. 1999. Penyembuhan dengan Tanaman Obat. Jakarta : Elex Media

    Komputindo.

  • LAMPIRAN

    1. DOKUMENTASI

    Gb1 : Tumbuhan Putri

    Malu

    Gb2 : Simplisia Daun Putri

    Malu

    Gb3 : Proses

    Pemeliharaan Hewan

    Uji

    Gb4: Proses

    penginduksian dengan

    karagenan 1%

    Gb5 : Plestimometer

    sederhana

    Gb6 : Proses

    pencelupan kaki tikus

    2. Kwitansi