Upload
jahrotul-mila
View
14
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
Laporan Dasar-Dasar Klimatologi acara V Aplikasi Sederhana Dari Analisis Data Iklim Untuk Penentuan Pola Tanam
ACARA V
APLIKASI SEDERHANA DARI ANALISIS DATA IKLIM
UNTUK PENENTUAN POLA TANAM
I. TUJUAN
Mengetahui manfaat data iklim dalam menentukan pola tanam di suatu daerah
II. TINJAUAN PUSTAKA
Pengukuran hujan pertama di Indonesia dilakukan pada tahun 1866 dan hanya
dilakukan di Jakarta. Penelitian tentang meteorologi pertanian terutama diarahkan kepada
usaha untuk mengurangi kerugian akibat cuaca buruk yang mungkin mengakibatkan
menimpa tanaman tersebut. Pada umumnya hujan diukur dengan penakar hujan di lapangan
dengan hitung waktu harian (dasarian). Selanjutnya laporan ini dikumpulkan di pusat
pelayanan meteorologi dan diseragamkan menjadi jumlah curah hujan bulanan. Suatu metode
yang tidak menggunakan statistik untuk mengukur curah hujan yang rumit adalah metode
penyusunan ranking (Oldeman et.al; 1982 cit. Wisnusubroto, 1999).
Analisa peluang hujan melampaui nilai tertentu lebih berguna daripada analisa rata-
rata hujan bulanan dalam menaksir potensi hujan suatu daerah. Jumlah hujan yang penting
untukpertumbuhan dan produksi tanaman didasarkan kepada kejadian peluang hujan 75%,
hujan efektif, koefisien tanaman, perkolasi tanaman, dan kapasitas tanaman menyimpan air.
Analisa peluang hujan membutuhkan data hujan yang berkesinambungan, jangka panjang.
Hal ini dilakukan utuk mendapatkan data dengan ketelitian tinggi, yaitu dengan
mengumpulkan data selama tiga puluh tahun atau lebih. Data dengan selang waktu antara 15
hingga 20 tahun memerlukan cara yang lebih rumit untuk mendapatkan hasil yang
memuaskan. Sedangkan data yang kurang dari sepuluh tahun hasilnya akan sangat
bergantung pada tingkat keragaman data yang terkumpul (Pamin, 1985).
Secara umum curah hujan di Indonesia terbagi menjadi tiga pola hujan yaitu, pola
ekuatorial, pola monsun, pola lokal. Pola ekuatorial berhubungan dengan pola pergerakkan
zona konvergensi ke utara dan selatan mengikuti gerak semu matahari, dicirikan oleh dua kali
maksimum curah hujan bulanan dalam satu tahun. Pola monsun dipengaruhi oleh angin darat
dan angin laut dalam skala yang sangat luas, dicirikan oleh adanya perbedaan yang jelas
antara periode musim hujan dan musim kemarau setiap tahunnya. Pola lokal dipengaruhi oleh
kondisi suatu tempat. Faktor pembentuknya adalah naiknya udara ke dataran tinggi atau
pegunungan serta pemanasan lokal yang tidak seimbang (Khomarudin, 2002).
Setiap usaha dibidang pertanian bertujuan untuk mendapatkan produksi yang
sebanyak-banyaknya. Untuk itu diusahakan agar syarat-syarat yang dibutuhkan oleh tanaman
pertanian dapat terpenuhi. Salah satu syaratnya yaitu cuaca dan iklim tertentu agar tanaman
dapat tumbuh dan berkembang dengan baik sehingga didapatkan hasil yang semaksimal
mungkin. Peramalan cuaca dan iklim digunakan untuk mengetahui keadaan cuaca yang
membahayakan sehingga dapat dilakukan pencegahan. Ada tiga macam peramalan yaitu,
peramalan tanaman (meramalkan waktu tanam, waktu panen, dan sebagainya), peramalan
cuaca atau iklim untuk meramalkan permulaan dan akhir suatu musim serta peramalan
khusus misalnya, peramalan serangan hama dan penyakit tanaman (Hassan, 1981).
Jumlah unsur hara dan air yang dapat diserap tanaman tergantung pada kesempatan
untuk mendapatkan air dan unsur hara tersebut dalam tanah. Ini sering didekati melalui luas
permukaan akar dan jumlah unsur hara serta air yang tersedia dalam tanah. Apabila unsur
hara tersedia dalam jumlah yang cukup seperti pada kultur larutan, akar dengan permukaan
yang relatif sempit akan dapat mendukung pertumbuhan (Sitompul et. al; 1995).
Tingkat ketersediaan air ditentukan atas kadar air antara 0% pada titik lahan permanen
tanaman dan 100% pada kapasitas lapang, untuk lahan yang tidak beririgasi (Setiawan, 2005)
:
Cukup : kadar air sedalam jelajah akar tanaman > 60%
Sedang : kadar air sedalam jelajah akar tanaman 40-60%
Kurang : kadar air sedalam jelajah akar tanaman < 40%
Pertumbuhan dan produksi tanaman yang ditumpangsarikan relatif lebih rendah
daripada tanaman utamanya. Pengunduran tanaman jagung 10 dan 20 hari pada sistem
tumpang sari dapat meningkatkan berat kering polong isi 10% dan 15% lebih tinggi daripada
kacang tanah yang bersamaan ditanam bersamaan dengan tanaman jagung (1,981 kg/ha atau
57% dari kacang tanah tunggal). Sebaliknya pada jagung dengan pengunduran waktu tanam
10 dan 20 hari pada sistem tumpang sari menghasilkan berat kering biji 8% dan 19% yang
bersamaan dengan kacang tanah (3,403 kg/ha atau 70% dari hasil tanaman jagung tunggal).
Faktor air merupakan faktor yang harus dipertimbangkan untuk dapat mencapai hasil yang
maksimal (Sitompul et. al; 1980).
III. METODOLOGI
Praktikum acara 5 dilaksanakan pada hari Selasa, 21 Maret 2006 di Laboratorium
Agroklimatologi Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Bahan yang
digunakan dalam praktikum ini adalah data curah hujan per dasarian selama sepuluh tahun,
data evaporasi potensial harian atau bulanan. Nilai koefisien tanaman (Kc) bulanan untuk
beberapa tanaman, dan data periode setiap fase perkembangan dan pertumbuhan masing-
masing tanaman. Sedangkan alat yang dipergunakan adalah kertas millimeter, kertas
transparansi, spidol transparansi serta penggaris.
Yang dilakukan pertama kali adalah menghitung curah hujan bedasarkan kriteria
Mohr pada setiap sepuluh hari (per dasarian). Kemudian nomor ranking dihitung dengan
menggunakan kriteria curah hujan 75% (PCH 75%) dengan rumus sebagai berikut:
F = 100m n+1 (i)
dimana: F = peluang curah hujan yang dikehendakim = nomor ranking (yang dicari)n = jumlah tahun (biasanya 10 tahun)
Rankingisasi dibuat setelah kita membuat data curah hujan perdasarian selama
sepuluh tahun. Dan data curah hujan perdasarian selama sepuluh tahun tersebut diurutkan
dari nilai terbesar hingga nilai terkecil. Besarnya curah hujan dengan peluang 75% dihitung
dengan menggunakan interpolasi kemudian dibuat tabel seperti berikut:
JANUARI s.d. DESEMBER
I II III I II III I II III
X CH
75%
Dari tabel diatas kemudian dihitung tabel hitungannya sebanyak dua kali perhitungan.
Histogram inidigunakan untuk membandingkan data curah hujan selama satu tahun dengan
kebutuhan air suatu tanaman. Setelah histogram curah hujan dibuat, kemudian P dihitung
dengan interpolasi dari tabel mean daily percentage (P) of annual day time hours for different
latitudes.
Sebagai contoh: P Januari = 10° - 5° = 0,26 – 0,27 7 – 5 P – 0,27
P = 0,26
Setelah mencari data interpolasi, kemudian dilanjutkan dengan menghitung nilai F
dengan menggunakan rumus :
F = P (0,46T + 8) (ii)
dimana: T = rerata suhu
Dengan menggunakan nilai F, maka Eto harian dapat ditentukan dengan melihat
grafik prediction of Eto from Blaney Cridle atau dapat disebut dengan Eto BC. Kemudian
Eto BC bulanan dan Eto dasarian dicari dengan menggunakan rumus:
Eto BC bulanan = Eto Bc harian X jumlah hari bulan yang bersangkutan
(iii)
Eto BC dasarian = Jumlah Eto P bulanan 3 (iv)
Setelah didapat Eto bulanan kemudian dicari Eto P (Pennman), karena kita berada di
wilayah Jawa Tengah dan D.I.Yogyakarta maka digunakan rumus:
Eto P = -1,33 + 1,525 BC (v)
dimana: BC = Eto bulanan Blaney Cridle
Eto P bulanan dan Eto P dasarian dihitung dan Eto umum dicari dengan rumus
Eto umum = jumlah Eto P bulanan (vi)
Setelah didapatkan hasil kemudian dibuat tabel sebagai berikut:
Bulan Tmax Tmi
n
P F Eto BC Eto P
harian dasarian bulana
n
harian dasarian bulanan
Jan
s.d.
Des
Kemudian dibuat grafik Kc tanaman per dasarian. Dan dibuat grafik pola umum
kebutuhan air tanaman pada transparansi. Serta ditentukan pola tanam untuk waktu dua tahun
bagi suatu daerah dengan jalan memilih jenis tanaman yang kebutuhan airnya dapat terpenuhi
dengan ketersediaan air hujan., dengan cara meng-over-laykan histogram kebutuhan tanaman
pada histogram curah hujan.
Kemudian yang terakhir dibuat pembahasan mengenai pola tanam yang dihasilkan
oleh suatu tanaman (tumpang sari atau tumpang gilir) beserta alasannya.
V.PEMBAHASAN
Pola tanam sangat mempengaruhi hasil panen yang akan diperolehpenentuan pola
tanam ini harus disesuaikan dengan Kondisi daerah yempat bercocok tanam, misalnya iklim,
keadaan tanah, irigasi dan letaknya. Antara satu faktor dengan faktor yang lain saling
mendukung. Contohnya adalah bibit, tanah dan iklim. Ketiga faktor produksi pertanian
tersebut harus saling tergantung dan ketiganya harus diperhatikan dalam bercocok tanam.
Bibit yang baik tidak akan memberikan hasil pertanian yang memuaskan bila ditanam di
tanah yang tidak sesuai, misalnya kering dan kurang zat hara atau ditanam pada suatu daerah
yang memiliki iklimyang tidak sesuai dengan kebutuhan unsur tanaman.
Indonesia memiliki bulan kering 3 - 6 bulan dan dua musim, yaitu musim hujan dan
musim kemarau. Waktu yang baik untuk memulai bercocok tanam adalah pada musim hujan
karena terdapat kemungkinan tersedianya kebutuhan air untuk tanaman. Berdasarkan data
curah hujan 75%, musim hujan dimulai pada bulan Oktober dasarian III dan berakhir pada
bulan Mei dasarian II. Ketersediaan air pada dua bulan paling sedikit karena adanya musim
pancaroba atau musim peralihan dari musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya.
Sedangkan ketersediaan air yang paling banyak terjadi pada bulan Februari dasarian I.
kelebihan air pada musim hujan ini ditampung baik secara alami (disimpan dalam tanah oleh
pepohonan) maupu secara buatan (pembuatan waduk) untuk memenuhi kebutuhan irigasi
yang nantinya digunakan untuk memenuhi kebutuhan air pada musim kemarau (irigasi
sebagai substitusi).
Dari data yang diperoleh, dapat direncanakan pola tanam untuk sepuluh jenis
tanaman, yaitu : buncis (beans), wortel (carrot), barley, bit (beets), jagung manis (sweet
corn), crucifers, mentimun (cucumbers), grain/ small, oat, dan bawang (onion dry).
Karakteristik tanaman tersebut adalah sebagai berikut:
1. Buncis (beans)
Buncis dekat hubungannya dengan kacang panjang yaitu sama-sama merupakan
tanaman merambat atau memanjat. Buncis biasanya ditanam di lahan tegalan. Tanaman akan
tumbuh baik pada sisa-sisa pupuk dari pertanaman sebelumnya di kebun.
2. Wortel (carrot)
Tumbuhan ini hidup normal di daerah tropika yang merupakan daerah di sekitar garis
lintang yang dilewati matahari. Wortel di tanam di daerah dengan ketinggian tempat kurang
lebih 500 m dpl. Tanaman ini paling cocok ditanam di daerah iklim sedang. Hal ini
dikarenakan bila ditanam pada daerah dataran rendah tropika akan banyak mengalami
serangan hama penyakit.
3. Mentimun (cucumbers)
Pada dasarnya timun dapat ditanam pada semua jenis tanah, tetapi untuk mendapatkan
hasil yang lebih baik, diperlukan tanah yang mengandung bahan organic yang tinggi
khususnya di daerah tropika. Tingkat pertumbuhan mentimun tergantung pada ketinggian
tempatnya. Di daerah tropika dataran rendah di sekitar khatulistiwa, pertumbuhannya selama
10 minggu. Pada garis lintang yang lebih tinggi dan di lokasi pegunungan, pertumbuhannya
selama 16 minggu. Tanaman ini mengkonsumsi air dalam jumlah yang besar bila di daerah
tropika. Namun paling cocok ditanam pada musim kemarau.
4. Bawang (onion dry)
Bawang ditanam di lokasi yang lebih dingin dan setengah basah. Bawang tidak tahan
dengan kelembaban daerah dataran rendah. Tanaman ini paling cocok ditanam di daerah yang
tinggi dan kering (sekitar 1000m dpl) dan di daerah lintang yang tinggi dengan musim kering
yang nyata. Tanaman tumbuh paling baik pada tanah geluh yang gembur dan subur. Sehingga
tidak dapat tumbuh subur pada tanah lempung. Musim kemarau adalah waktu yang cocok
untuk penanaman bawang.
5. Jagung manis (sweet corn)
Bila dilihat sekilas jagung manis nampak seperti jagus. Namun bila diamati dengan
seksama kedua tumbuhan tersebut berbeda. Jagung manis dapat tumbuh di kebun yang
memiliki lahan luas di setiap daerah baik yang beriklim tropis maupun yang beriklim non
tropis. Jagung manis tumbuh di daerah yang mempunyai masa tumbuh sekitar 70 – 80 hari
pada saat musim panas.
6. Crusifers
Crucifers termasuk dalam keluarga mustard sepert kubis. Daunnya secara umum agak
pahit tapi tidak beracun. Mempunyai bunga dengan 4 mahkota. Buahnya seperti kacang
polong, ketika panjang disebut silique atau silicle. Crusifers tumbuh dikebun untuk
melengkapi sayuran dan rempah-rempah (sistem tumpang sari).
7. Bit (beets)
Bit termasuk salah satu jenis tumbuhan yang mudah tumbuh. Mereka tumbuh dengan
subur di setiap tipe tanah perkebunan kecuali yang berbatu dan banyak perkembangan akar.
Bit tidak dapat tumbuh dengan baik di daerah yang hangat (panas) di suatu Negara.
Tumbuhan ini khusus di tanam di daerah sub tropis sebelum musim panas. Bunganya seperti
tumbuhan paku tanpa mahkota.
8. Oats
Oat merupakan tanaman yang memiliki golongan seperti padi-padian atau gandum
(serealia). Oat merupakan tanaman tahunan dengan daun seperti rumput, banayk dan panjang.
Biasanya menggantung mengelompok. Tumbuh liar di kebun dan mudah dikontrol karena
merupakan tanaman tahunan. Biasanya tanaman ini ditanam pada musim semi.
9. Barley (Hordeum vulgare)
Daun barley seperti rumput dan mengelompok , memiliki bunga silinder. Kebanyakan
daunnya seperti paku tebal dan besar dengan warna yang mencolok. Tanaman ini terdiri dari
satu bunga.
10. Grain / small
Tanaman ini memiliki ukuran kecil dengan biji yang keras dan segolongan dengan
padi-padian (serealia).
Kebutuhan air untuk tanaman sangat tergantung dari besarnya curah hujan rata-rata
dengan evapotranspirasi. Jika semakin kecil hujan rata-rata bulanan semakin besar pula
penguapan, maka kebutuhan air pada tanaman akan semakin besar pula. Dengan demikian
meskipun pada bulan tertentu menunjukkan kebutuhan air tanaman terpenuhi oleh air hujan
yang sangat tinggi tetapi jika diiringi evapotranspirasi yang tinggi tanaman akan mati.
Pola tanam direncanakan pada bulan yang memiliki curah hujan tinggi, hal ini dapat
dilihat pada grafik. Ketersediaan air sangat memadai pada bulan Novenber dasarian III
hingga bulan April dasarian III. Dan pada bulan Januari dasarian I hingga bulan Februari
dasarian III memiliki ketersediaan air paling besar. Keadaan-keadaan seperti ini mampu
dimanfaatkan untuk sistem tumpang sari. Namun adakalanya persediaan air sangat minim,
seperti terlihat pada bulan Juni hingga bulan Oktober. Pada bulan-bulan tersebut mustahil bila
menanam pada sawah tadah hujan dan perlu diadakannya irigasi. Irigasi tidak perlu diberikan
jika deficit air terjadi pada dasarian ke-empat. Hal ini dikarenakan tumbuhan telah melewati
masa dormansinya.
Setiap tanaman memiliki jumlah dasarian yang berbeda-beda sehingga waktu tanam
dan waktu pemanenan juga sangat berbeda. Tanaman bit memiliki jumlah dasarian yang
paling sedikit yaitu berjumlah 7 dasarian sehingga dapat dilakukan penanaman dari bulan
Desember dasarian I hingga bulan Februari dasarian I. Jagung manis dan crucifers memiliki 8
dasarian dan penanaman dapat dilakukan pada bulan November dasarian III hingga bulan
Februari dasarian I. Buncis memiliki 9 dasarian dan dapat ditanam pada bulan November
dasarian III hingga bulan Februari dasarian II. Untuk mentimun yang memiliki 13 dasarian
dapat ditanam pada bulan November dasarian II hingga bulan Maret dasarian II. Wortel,
barley, dan oat memiliki 12 dasarian. Namun wortel dapat ditanam pada bulan November
dasarian III hingga bulan Maret dasarian II, sedangkan tanaman barley dan oat dapat ditanam
pada bulan Desember dasarian I hingga bulan Maret dasarian III. Untuk tanaman yang
memiliki jumlah dasarian paling banyak, bawang dan grain, memiliki waktu tanam antara
bulan November dasarian III hingga bulan April dasarian II.
Kebutuhan air untuk tanaman sangat tergantung dari besrnya curah hujan rata-rata
dengan evapotranspirasi. Jika semakin kecil curah hujan rata-rata bulanan, maka semakin
besar pula penguapan. Maka kebutuhan air untuk tanaman akan semakin besar. Dengan
demikian meskipun pada bulan tertentu menunjukkan kebutuhan air tanaman terpenuhi oleh
curah hujan sangat tinggi tetapi jika diiringi evapotranspirasi yang tinggi tanaman akan mati.
Untuk tanaman mentimun, setelah histogram Etc diinterpretasikan ke dalam
histogram, peluang curah hujan 75% diketahui bahwa pada bulan November dasarian III
sampai bulan Desember dasarian II. mentimun memasuki fase pertumbuhan pertama
sehingga membutuhkan banyak air pada saat dormansi.
Dari hasil menginterpretasikan sepuluh jenis tanaman diperoleh pola tanam yang
hampir sama karena tanaman yang dipilih merupakan jenis tanaman mesofit, dimana
memiliki tingkat kebutuhan air yang sedang.
Pola tanam bergilir dimaksudkan agar curah hujan yang dapat dimanfaatkan sesuai
dengan kebutuhan tanaman. Misalnya tanaman jagung manis dan crucifers yang
penanamannya dapat dilakukan secara bergiliran. Hal ini dikarenakan dua tanaman tersebut
memiliki jumlah dasarian yang sama dan memiliki masa tanam, yaitu pada bulan November
dasarian III hingga bulan Februari dasarian I, serta memiliki masa panen yang sama pula.
Atau dengan pola tumpang sari, tanaman jagung manis dapat ditumpangsarikan dengan
tanaman buncis karena memiliki umur tanam yang pendek dan kebutuhan akan curah hujan
yang hampir sama. Dengan cara jagung manis dapat ditanam terlebih dahulu pada bulan
November dasarian III hingga bulan Februari dasarian I. Pada bulan Januari hingga bulan
Februari tanaman jagung manis memiliki kelebihan curah hujan, sehingga tanaman buncis
dapat ditanam pada bulan Januari dasarian I (hal ini dapat dilakukan karena tanaman jagung
memiliki kelebihan curah hujan) air dapat dimanfaatkan oleh tanaman buncis. Tetapi pada
akhir pertumbuhan tanaman buncis akan mengalami defisit air. Tetapi hal ini tidak akan
mengganggu pertumbuhan tanaman buncis. Karena tanaman hanya memerlukan air yang
paling maksimal pada fase awal pertumbuhan (fase dormansi).
Untuk pola tanam gilir selanjutnya dapat dilakukan untuk tanaman buncis dan grain.
Hal ini dikarenakan dua tanaman tersebut memiliki jumlah dasarian yang sama dan memiliki
masa tanam, yaitu pada bulan November dasarian III hingga bulan Februari dasarian I, serta
memiliki masa panen yang sama pula. Untuk pola tumpang sari, buncis dapat
ditumpangsarikan dengan tanaman bit. Karena kedua tanaman ini memiliki umur tanam yang
relatif pendek dan kebutuhan curah hujan yang hampir sama. Dengan cara tanaman buncis
ditanam terlebih dahulu pada bulan November dasarian III hingga bulan Februari dasarian II.
Pada bulan Januari hingga bulan Februari buncis memiliki kelebihan curah hujan, sehingga
tanaman bit dapat ditanam pada bulan Januari dasarian I (hal ini dapat dilakukan karena
tanaman jagung memiliki kelebihan curah hujan) air dapat dimanfaatkan oleh tanaman bit.
Tetapi pada akhir pertumbuhan tanaman bit akan mengalami defisit air. Tetapi hal ini tidak
akan mengganggu pertumbuhan tanaman bit. Karena tanaman hanya memerlukan air yang
paling maksimal pada fase awal pertumbuhan (fase dormansi). Namun ada baiknya bila
tanaman bit diberikan pengairan untuk mengatur evapotranspirasi tanaman.
Selain itu bila dilihat dari garafik, tanaman mentimun dan tanaman jagung manis
dapat ditumpangsarikan. Karena kedua tanaman ini memiliki umur tanam yang relatif pendek
dan kebutuhan curah hujan yang hampir sama. Dengan cara tanaman mentimun ditanam
terlebih dahulu pada bulan November dasarian II hingga bulan Maret dasarian II. Pada bulan
Januari hingga bulan Februari mentimun memiliki kelebihan curah hujan, sehingga tanaman
jagung manis dapat ditanam pada bulan Januari dasarian III hingga bulan April dasarian I (hal
ini dapat dilakukan karena tanaman mentimun memiliki kelebihan curah hujan) air dapat
dimanfaatkan oleh tanaman jagung manis. Tetapi pada akhir pertumbuhan tanaman jagung
manis akan mengalami defisit air. Tetapi hal ini tidak akan mengganggu pertumbuhan
tanaman jagung manis. Karena tanaman hanya memerlukan air yang paling maksimal pada
fase awal pertumbuhan (fase dormansi). Namun ada baiknya bila tanaman jagung manis
diberikan pengairan untuk mengatur evapotranspirasi tanaman.
Tanaman bawang (onion dry) memiliki masa tanam yang cukup panjang atau sekitar
15 dasarian sehingga cocok ditanam pada bulan Novenber dasarian III dan dapat dipanen
pada bulan April dasarian II. Karena pada bulan November hingga April, pasokan air hujan
dapat memenuhi kebutuhan tanaman bawang, dan hanya pada bulan Desember dasarian III
hingga Maret dasarian I bawang kekurangan air. Tetapi hal ini tidak akan mengganggu
pertumbuhan tanaman bawang. Karena tanaman hanya memerlukan air yang paling maksimal
pada fase awal pertumbuhan (fase dormansi). Selebihnya kebutuhan bawang akan air dapat
terpenuhi. Sebaiknya tanaman bawang tidak ditumpangsarikan karena bawang memiliki masa
tanam yang panjang yaitu 15 dasarian dan kebutuhan air ynag relatif banyak. Namun bila
tanaman bawang akan ditumpangsarikan harus dengan tanaman yang memiliki masa tanam
singkat dan kebutuhn akan air relatif sedikit. Bila tidak maka tanaman utama tidak akan
memberikan hasil yang baik.
VI. KESIMPULAN
Dari pengamatan yang dilakukan dapat diambil kesimpulan:
1. Data curah hujan bermanfaat dalam menetukan pola tanam tumbuhan, dengan begitu
dapat diketahui kapan saatnya kebutuhan air tanaman dipenuhi oleh curah hujan yang
tersedia.
2. Dari data curah hujan diketahui curah hujan meningkat pada bulan November dan
menurun pada bulan April, sehingga penanaman tanaman sebaiknya dilakukan pada
bulan tersebut.
3. Dari sepuluh tanaman tersebut, pasangan yang paling cocok ditumpangsarikan adalah
tanaman jagung manis dan crucifers karena keduanya memiliki masa tanam yang
singkat dan dapat menggunakan air hujan yang tersedia untuk digunakan secara
bersamaan, sehingga kebutuhan akan air dapat tercukupi.
4. Pada dasarnya seluruh tanaman baik ditanam dengan sistem tumpang gilir karena
kebutuhan akan air tercukupi semaksimal mungkin. Namun yang terjadi adalah
pembuangan air hujan yang sia-sia (evaporasi) dan tidak termanfaatkan.
DAFTAR PUSTAKA
Hassan, U. M. 1981. Dasar-dasar Meteorologi Pertanian. Jilid 2. PT Soeroengan. Jakarta.
Khomarudin, M. R. 2002. Mengenali pola hujan di berbagai kawasan di Indonesia. http://www.rudyet.topcities.com/pps7071034/khomarudin.html. Diakses pada tanggal 22 Maret 2006.
Pamin, K. 1985. Sidik lintas fenotip dan genotip antara produksi minyak dengan komponennya pada tanaman sawit. Buletin Perkebunan. 16(1). halaman : 7-16.Setiawan, A.C. 2005. Pengaruh air pada akar tanaman. http://www.bmg.go.id/neracaair.asp. Diakses
pada tanggal 22 Maret 2006.
Sitompul, S. M, W. C. H. Van Hoof, Bambang G, Jody M, dan Soetono. 1980. Pengaruh waktu tanam jagung terhadap pertumbuhan dan produksi kacang tanah dan jagung dalam sistem tumpang sari. Agrivita III (1). halaman: 1-13.
, dan Bambang G. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Wisnusubroto, S. 1999. Meteorologi Pertanian Indonesia. Mitra Gama Widya. Yogyakarta.